pengaruh kecerdasan matematika
TRANSCRIPT
PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI (IQ) TERHADAP PRESTASI
SISWA SD NEGERI 1 MEKARHARJA KOTA BANJAR
DALAM PELAJARAN MATEMATIKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong mengembangkan
potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu, pendidikan sangat
menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. Anak didik
memandang sekolah sebagi tempat mencari bekal ilmu yang akan membuka
dunia bagi mereka. Orang tua memandang memandang sekolah sebagai
sebagai tempat di mana anaknya dapat mengembangkan kemampuannya.
Pemerintah berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk
menjadi warga negara yang cakap.
Sekolah melalui tenaga pendidiknya diharapkan dapat membantu anak
didik dalam mengembangkan seluruh kepribadian dan kemampuannya. Upaya
mengembangkan kepribadian dan kemampuan anak didik hanya akan tercapai
apabila potensi, pribadi dan segala hal yang berpengaruh pada hasilnya
diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, agar dapat membantu anak ia harus
dikenal dari segala aspeknya dan dalam konteks (situasi) hidupnya.
Sehubungan dengan itu, Wasty Soemanto1 berpendapat bahwa tanpa
pengenalan tidak mungkin kita membuat rencana yang efektif untuk
1 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan Cet. 5, Jakarta, Mahasatya, 2006, hal. 175.
1
mengadakan perubahan dalam diri anak tersebut. Tidak mungkin pula kita
membahas jalan keluar atau penyelesaian masalah anak. Ringkasnya,
bimbingan yang benar dan yang dapat berhasil harus didasarkan pada
pengenalan terhadap dan tentang anak didik yang dibimbingnya.
Salah satu potensi anak didik yang harus dikenal itu adalah tingkat
intelegensi atau Intelligence Quotient, disingkat IQ. Intelegensi sebagai unsur
kognitif dianggap memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadang-
kadang timbul anggapan yang menempatkan intelegensi dalam peranan yang
melebihi proporsi yang sebenarnya. Sebagian orang bahkan menganggap
bahwa hasil tes intelegensi yang tinggi merupakan jaminan kesuksesan dalam
belajar sehingga bila terjadi kasus kegagalan belajar pada anak yang memiliki
IQ tinggi akan menimbulkan reaksi berlebihan berupa kehilangan kepercayaan
pada institusi yang menggagalkan anak tersebut atau kehilangan kepercayaan
pada pihak yang telah memberi diagnosa IQ-nya.
Sejalan dengan itu, tidak kurang berbahayanya adalah anggapan bahwa
hasil tes IQ yang rendah merupakan vonis akhir bahwa individu yang
bersangkutan tidak mungkin dapat mencapai prestasi yang baik. Menurut
Azwar2 hal ini tidak saja merendahkan self-esteem (harga diri) seseorang akan
tetapi dapat menghancurkan pula motivasinya untuk belajar yang justru
menjadi awal dari segala kegagalan yang tidak seharusnya terjadi.
2 Azwar, S. Pengantar psikologi intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
2
Menurut Slameto3 seringkali anak didik yang tergolong cerdas tampak
bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik
mungkin. Hal ini menunjukkan seorang anak didik yang cerdas, apabila
memiliki motivasi belajar yang rendah maka dia tidak akan mencapai prestasi
akademik yang baik. Sebaliknya, seorang anak didik yang kurang cerdas, tetapi
memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, maka dia akan mencapai prestasi
akademik yang baik.
Salah satu mata pelajaran yang dianggap memiliki hubungan sangat erat
dengan tingkat intelegensi seseorang adalah pelajaran matematika. Dari
berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang
studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan
belajar dan lebih- lebih yang mempunyai kesulitan dalam belajarnya.
Namun demikian, kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor
inteligensi yang rendah, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor- faktor non-
inteligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin
keberhasilan belajar.4
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dalam makalah ini
penulis tertarik untuk mencari tahu mengenai pengaruh tingkat intelegensi (IQ)
dengan kemampuan penguasaan peserta didik terhadapa mata pelajaran
matematika dengan judul: “Pengaruh Tingkat Intelegensi (Iq) Terhadap
3 Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suryabrata, 1995.
4 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono,Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. h.77.
3
Penguasaan Pelajaran Matematika Siswa Kelas 3 (Tiga) SD Negeri 1
Mekarharja Kota Banjar”
B. Pokok Masalah
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam
menguasai pelajaran termasuk pelajaran matematika. Sesuai dengan permasalahan
yang akan diteliti, penulis merumuskan pokok masalah sebagai berikut:
1. Apakah keeratan hubungan antara intelegensi dan prestasi belajar
siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran
matematika cukup kuat ?.
2. Bagaimana pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar siswa SD
Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran matematika ?.
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara intelegensi dan prestasi
belajar siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran
matematika.
2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh intelegensi terhadap penguasaan
pelajaran matematika pada siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar.
D. Metode Analisis
4
Analisis mempergunakan metode survei. Metode Survei adalah metode
penelitian yang dilakukan pada populasi dengan memperoleh data dari sampel
untuk menggambarkan hubungan, menguji hipotesis, memprediksi serta melihat
implikasinya5
Obyek yang dianalisis adalan 10 (sepuluh) siswa SD Negeri 1 Mekarharja
Kota Banjar yang pernah mengikuti Tes IQ dan dianalisis pengaruhnya terhadap
prestasi mereka dalam pelajaran matematika berdasarkan Daftar Nilai Semester I
Tahun Ajaran 2011 – 2012.
Analisis dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Analisis keeratan hubungan.
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara intelegensi dan prestasi
belajar mempergunakan uji korelasi untuk mencari koefesien korelasi. Nilai
koefesien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan
(keeratan) suatu hubungan antar variabel.6
Menurut Nugroho hasil uji keeratan korelasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
0,00 sampai dengan 0,20 memiliki keeratan hubungan sangat lemah.
0,21 sampai dengan 0,40 memiliki keeratan hubungan lemah.
0,41 sampai dengan 0,70 memiliki keeratan hubungan kuat.
0,71 sampai dengan 0,90 memiliki keeratan hubungan sangat kuat.
5 Sinambela, Lijan Poltak, Metode Penelitian, Universitas Nasional, Jakarta, 2006. h. 63.
6 Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu: Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005. hal. 35.
5
0,91 sampai dengan 0,99 memiliki keeratan hubungan sangat sangat
kuat.
1 memiliki keeratan hubungan sempurna. 7
Data diolah dengan mempergunakan SPSS for Window versi 17.0. Uji
korelasi yang dipergunakan adalah Uji Korelasi yang dipergunakan adalah Uji
Korelasi Spearmen. Menurut Nugroho8, jika sampel data lebih dari 30 (sampel
besar) dan kondisi data normal, sebaiknya mempergunakan korelasi Pearson,
sedangkan jika sampel kurang dari 30 (sampel kecil) dan kondisi tidak normal
maka sebaiknya mempergunakan korelasi Spearman atau Kendall.
2. Analisis besaran pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar.
Untuk mengetahui besar pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar
menggunakan koefesiensi determinasi yang diperoleh melalui uji regresi.
Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh satu variabel terhadap
variabel lain. Variabel yang dipengaruhi dipengaruhi disebut variabel
tergantung atau dependen, sedang variabel yang mempengaruhi disebut
variabel bebas atau variabel independen. Tinggi rendahnya pengaruh
intelegensi terhadap prestasi belajar ditunjukkan melalui koefesien determinasi
yang terletak pada tabel Model Summary di kolom R. Square. 9
II. TINJAUAN TEORITIS
A. Intelegensi
7 Ibid. hal. 34.
8 Ibid. hal. 35
9 Ibid. hal. 42 dan 51.
6
Perkataan intelegensi berasal dari bahasa latin, intelligere yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind,
together). Banyak definisi tentang intelegensi telah dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya seperti berikut ini:
1. Super dan Crites dalam Wasty Soemanto10 mengemukakan bahwa
intelegensi sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan atau belajar dari pengalamannya.
Manusia hidup dan berinteraksi di dalam lingkungannya yang
kompleks. Untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan demi kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan hanya untuk
kelestarian pertumbuhan, tetapi juga untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan diri dengan lingkungan demi kelestarian hidupnya. Hidupnya
bukan hanya untuk kelestarian pertumbuhan, tetapi juga untuk perkembangan
pribadinya. Oleh karena itu, manusia harus belajar dari pengalaman.
2. Garrett dalam Wasty Soemanto11 mengemukakan bahwa intelegensi itu
setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan
untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta
menggunakan simbol-simbol.
Definisi Garret tersebut di atas dipandang lebih operasional
dibandingkan dengan definisi yang dirumuskan oleh Super dan Cites yang
terlalu luas, umum dan kurang operasional. Menurut Garet manusia hidup
dengan senantiasa menghadapi permasalahan, setiap permasalahan harus
dipecahkan agar manusia memperoleh keseimbangan dalam hidup. Untuk itu
10 Wasty Soemanto, Op.cit. hal. 141
11 Ibid. hal. 142.
7
diperlukan kemampuan-kemampuan pemecahannya dengan menggunakan
pengertian serta simbol-simbol.
3. Bischof yang dikemukakan Heindenrich dalam Wasty Soemanto12
merumuskan bahwa intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar
dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian
terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam penyelesaian
masalah-masalah.
Manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru serta
permasalahan. Hal itu memerlukan kemampuan individu yang belajar untuk
menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada intinya,
intelegensi adalah kemampuan pemecahan masalah dalam situasi baru atau
yang mengandung masalah baik dalam proses belajar maupun dalam situasi
dan permasalahan lain seperti permasalahan pribadi, sosial, akademik-kultural
serta permasalahan ekonomi keluarga.
B. Matematika
Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim
penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.1
Matematika merupakan suatu pengetahuan yang di peroleh melalui belajar
baik yang berkenaan dengan jumlah, ukuran-ukuran, perhitungan dan sebagainya
yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol- simbol tertentu.2
12 Ibid. hal. 143.
8
Banyak orang yang mempertukarkan antara Matematika dengan
Aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih
luas dari pada aritmatika. Aritmatika merupakan bagian dari Matematika. Dari
berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang
studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan
belajar dan lebih- lebih yang mempunyai kesulitan dalam belajarnya.
Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244), Matematika adalah simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan
keruangan yaitu menunjukan kemampuan strategi dalam merumuskan,
menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah,
sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir. Dalam hal ini
menunjukan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk menjelaskan keadaan
atau masalah.
Menurut Paling, matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan
pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan
dalam manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan- hubungan.
Berdasarkan pendapat Paling tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
menemukan jawaban atas tiap masalah yang dihadapinya, manusia menggunakan:
1. Informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
2. Pengetahuan tentang bilangan, bentuk dan ukuran
3. Kemampuan untuk menghitung.
4. Kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-
hubungan.
Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah
9
dikemukakan menunjukkan bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat
matematika lebih ditekankan pada metodenya dari pada pokok persoalan
matematika itu sendiri.13
C. Hubungan intelegensi dan prestasi belajar matematika
Prestasi akademik menurut Suryabrata14 adalah hasil belajar terakhir yang
dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana disekolah prestasi
akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu.
Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan
dapat mengetahui sejauhmana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan
demikian, prestasi akademik disekolah merupakan bentuk lain dari besarnya
penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan
hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut.
Seseorang tidak dapat memiliki prestasi akademik begitu saja tanpa ada
hal yang mendorongnya untuk menunjukkan hasil belajar yang memuaskan.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, Azwar15 secara
umum menjelaskan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik
seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
antara lain faktor fisik dan faktor psikologis.
Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan
dan pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti
minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal
meliputi faktor fisik dan faktor sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi tempat
13 Mulyono Abdurrahman,Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 252
14 Suryabrata, S., Psikologi pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
15 Azwar, Op.cit.
10
belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan
belajar. Faktor social menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah
tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ). Menurut Syah16 tingkat kecerdasan atau
intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin
besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah
kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk
memperoleh sukses.
Hal yang sama diungkap oleh Ekowati17 yang menyatakan bahwa terdapat
kontribusi positif antara intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa.
David Wechsler dalam Azwar18 mendefinisikan intelegensi adalah kumpulan atau
totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir
secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif, dari definisi
tersebut nampak adanya pengaruh yang signifikan antara intelegensi terhadap
prestasi akademik.
Prestasi baik siswa dalam pelajaran matematika membutuhkan tingkat
intelegensi yang cukup untuk mengetahui bilangan bentuk dan ukuran yang
ditunjang dengan kemampuan berhitung serta kemampuan mengingat dan
menggunakan hubungan-hubungan.
16 Syah, M., Psikologi belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
17 Ekowati, Kontribusi intelegensi dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan dan sejarah. Samarinda, Kalimantan Timur. http://www.geocities.com/guruvalah/ hasil-belajar.pdf .
18 Azwar, Op.cit.
11
III. Taraf Intelegensi Dan Standar Kompetensi Siswa yang dianalisis
A. Taraf Intelegensi
Taraf intelegensi merupakan hasil pengukuran psikologis yang
berfungsi untuk mengukur kemampuan potensi individu secara umum dan
didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk belajar, berpikir abstrak dan
penyesuaian diri terhadap situasi baru.
Taraf intelegensi merupakan pengukuran kualitatif berdasarkan
pengukuran kuantitatif yaitu Skore IQ melalui tes yang dapat mengungkapkan
kemampuan umum yang meliputi kemampuan mengingat, mempersepsi,
kecepatan, penalaran, pemahaman, berhitung, komunikasi dan persepsi
mengenai ruang.
Berikut ini disajikan Skore IQ dari siswa yang dianalisis sebagaimana
terurai pada tabel di bawah ini.
Tabel 1
Daftar Skore IQ
10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar
No. Urut
Nama Taraf Kecerdasan Skore IQ
1. Alda Kirantika Putri Rata-rata Atas 112
12
2. Kiki Pitri Mulyana Rata-rata 109
3. Bebah Ayu Sri Ningsih Rata-rata 99
4. Sri Sukma Ningrum Rata-rata Atas 118
5. Sri Ermawati Rata-rata 109
6. Atin Nurmayatin Rata-rata 104
7. Dimas Ardira Rata-rata 109
8. Wulan Permatasari Rata-rata 107
9. Wiwit Rahayu Rata-rata Bawah 88
10. Tita Permatasari Rata-rata 91
B. Standar Kompetensi Siswa yang dianalisis
Standar kompetensi siswa adalah pengukuran atas prestasi siswa pada
masing-masing pelajaran bagi masing-masing siswa selama periode tertentu.
Dalam prakteknya merupakan nilai kuantitatif dari prestasi siswa selama
periode tersebut dalam rentang 0 – 100.
Berikut ini disajikan daftar pelajaran Matematika Semester I Tahun
Pelajaran 2011 - 2012 untuk 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar
sebagaimana terurai dalam tabel berikut ini:
Tabel 2
Daftar Nilai Pelajaran Matematika
Semester I Tahun Pelajaran 2011 - 2012
10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar
13
No. Urut
Nama Nilai
1. Alda Kirantika Putri 80
2. Kiki Pitri Mulyana 70
3. Bebah Ayu Sri Ningsih 70
4. Sri Sukma Ningrum 88
5. Sri Ermawati 85
6. Atin Nurmayatin 70
7. Dimas Ardira 79
8. Wulan Permatasari 84
9. Wiwit Rahayu 65
10. Tita Permatasari 75
Sumber : Daftar Nilai Semester I Tahun Pelajaran 2011 – 2012
IV. Analisis
Sesuai dengan pokok masalah, analisis dilakukan seperti terurai di
bawah ini.
1. Keeratan hubungan antara intelegensi dan prestasi belajar siswa
dalam pelajaran Matematika.
Sebagaimana telah diuraikan dalam metode analisis terdahulu, untuk
mengetahui keeratan hubungan antara intelegensi dan prestasi belajar dalam
mata pelajara Matematika, mempergunakan uji korelasi untuk mencari
14
koefesien korelasi. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS for Window versi
17.0. Intelegensi mempergunakan Skore IQ sedangkan prestasi belajar
mempergunakan nilai (standar kompetensi) matematika siswa yang dianalisis.
Hasil olahan data seperti dapat dilihat pada out SPSS di bawah ini.
Tabel 3
Output Uji Koefesien Korelasi
Skore IQ dan Nilai Matematika
10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar
Correlations
Intelegensi Nilai MTK
Spearman's rho Intelegensi Correlation Coefficient 1.000 .727*
Sig. (2-tailed) . .017
N 10 10
Nilai MTK Correlation Coefficient .727* 1.000
Sig. (2-tailed) .017 .
N 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Output Koefesien Korelasi (Correlation Coefficient) adalah 0,727 dan
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, “Keeratan hubungan antara tingkat
intelegensi dan prestasi belajar 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar
dalam pelajaran Matematika adalah sangat kuat”.
Memperhatikan hasil analisis tersebut di atas, diketahui bahwa tingkat
hubungan antara tingkat intelegensi yang direpresentasikan oleh skore hasil test
intelegensi dengan presentasi belajar dalam pelajaran Matematika yang
15
direpresantikan dengan standar kompetensi (nilai) menunjukkan hubungan
sangat kuat.
Hasil tersebut membuktikan kebenaran apa yang disampaikan oleh
para ahli seperti telah diuraian terdahulu bahwa tingkat intelegensi (IQ) siswa
sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa dan bahwa terdapat
kontribusi positif antara intelegensi terhadap hasil belajar siswa.
Selain itu, prestasi baik siswa dalam pelajaran matematika
membutuhkan tingkat intelegensi yang cukup untuk mengetahui bilangan
bentuk dan ukuran yang ditunjang dengan kemampuan berhitung serta
kemampuan mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan.
2. Tingkat pengaruh tingkat intelegensi terhadap penguasaan pelajaran
Matematika
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, tinggi rendahnya pengaruh
tingkat intelegensi terhadap prestasi belajar ditunjukkan melalui koefesien
determinasi yang terletak pada tabel Model Summary di kolom R. Square hasil
uji Regresi dengan program SPSS for Window versi 17.0.
Output uji Regresi tersebut adalah seperti di bawah ini.
Tabel 4
Output Uji Regresi Skor IQ dan Nilai Matematika
10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar
16
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .718a .516 .455 5.719 1.911
a. Predictors: (Constant), Intelegensi
b. Dependent Variable: Nilai MTK
R. Square pada tabel Model Summary di atas menunjukkan angka
0,516 sehingga dapat disimpulkan bahwa, “tingkat intelegensi 10 Siswa SD
Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar mempengaruhi prestasi belajar dalam
pelajaran Matematika sebesar 48,4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain”.
Walaupun tingkat hubungan antara tingkat intelegensi dan prestasi
belajar dalam pelajaran IPA adalah sangat kuat serta tingkat intelegensi
berdasarkan hasil tes IQ memberikan pengaruh lebih dari separuh (51,6%)
dari keseluruhan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa tetapi sebagian lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
Sebagaimana dijelaskan oleh Lembaga Pengembangan Sumber Daya
Manusia “Widya Wiwaha”, penyelenggara Tes IQ yang menguji tingkat
intelegensi siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dan tertulis dalam
lembaran Laporan Hasil Tes Psikologi (lihat Lampiran), Intelegensi hanya
merupakan salah satu indikator yang ikut menentukan keberhasilan non
kognitif. Sejumlah faktor yang memberikan pengaruh dalam prestasi belajar
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal dan masing-masing terdiri dari
faktor fisik dan faktor psikologis.
17
Fakor fisik dalam faktor internal meliputi panca indra dan kondisi
fisik umum sedangkan faktor psikologisnya meliputi minat, motivasi,
kepribadian, intelegensi dan bakat khusus. Adapun faktor fisik dalam faktor
eksternal terdiri dari kondisi tempat belajar, sarana belajar, materi pelajaran
dan lingkungan belajar sedangkan faktor psikologisnya meluputi dukungan
sosial dan pengaruh budaya.
V. KESIMPULAN
Berikut ini disajikan kesimpulan dari uraian terdahulu seperti di bawah
ini.
1. Matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan
tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam
manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan- hubungan.
2. Intelegensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk
bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi
lingkungannya dengan efektif, dari definisi tersebut nampak adanya
pengaruh yang signifikan antara intelegensi terhadap prestasi akademik.
3. Taraf intelegensi merupakan pengukuran kualitatif berdasarkan
pengukuran kuantitatif yaitu Skore IQ melalui tes yang dapat
mengungkapkan kemampuan umum yang meliputi kemampuan
mengingat, mempersepsi, kecepatan, penalaran, pemahaman, berhitung,
komunikasi dan persepsi mengenai ruang.
18
4. Prestasi baik siswa dalam pelajaran matematika membutuhkan tingkat
intelegensi yang cukup untuk mengetahui bilangan bentuk dan ukuran
yang ditunjang dengan kemampuan berhitung serta kemampuan
mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan.
5. Output Koefesien Korelasi (Correlation Coefficient) adalah 0,727 dan
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, “Keeratan hubungan antara
tingkat intelegensi dan prestasi belajar 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja
Kota Banjar dalam pelajaran Matematika adalah sangat kuat”.
6. R. Square pada tabel Model Summary di atas menunjukkan angka 0,516
sehingga dapat disimpulkan bahwa, “tingkat intelegensi 10 Siswa SD
Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar mempengaruhi prestasi belajar dalam
pelajaran Matematika sebesar 48,4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain”.
DAFTAR PUSTAKA
19
Abror ,Add. Rachman. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.
Agus Effendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, Bandung: Alfabeta, 2005..
Alder, Harry. Boost Your Intelligense, Jakarta: Erlangga, 2001.
Azwar, Syaifuddin. Pengantar Psikologi Inteligensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Basuki, A.M. Heru. Kreativitas, Keberbakatan Intelektual Dan Faktor-Faktor Pendukung Dalam Pengembangannya. Jakarta: Gunadarma, 2005.
Cain dan Evans dalam Rika Nanda Puspitasari, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry – Discovery, Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.
Depdikbud. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.
Iskandar, Srini M. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : CV. Maulana, 2001.
M, Syah. Psikologi belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
Nugroho, Bhuono Agung, Strategi Jitu: Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005.
Sinambela, Lijan Poltak, Metode Penelitian, Universitas Nasional, Jakarta, 2006.
Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suryabrata, 1995.
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan Cet. 5, Jakarta, Mahasatya, 2006..
Sukmadinata,Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT.RajaGrafindo, 1998.
20