pengaruh karakteristik keuangan pemerintah …/pengaruh...menyelesaikan tesis yang berjudul pengaruh...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH DAN KARAKTERISTIK KEPALA DAERAH
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Akuntansi
Minat Utama:
Akuntansi Sektor Publik
Diajukan Oleh:
Setyo Prayitno
NIM: S4307095
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Persembahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan kepada Tuhan YME.,
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH DAN KARAKTERISTIK KEPALA DAERAH
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ini dengan baik.
Tesis ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, baik berupa moral maupun material, secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
ungkapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Wisnu Untoro MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNS., yang
telah memberikan ijin penelitian dan pemberian ilmunya baik akademis
maupun non akademis.
2. Bapak Dr. Payamta, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi UNS., yang telah memberikan ijin penelitian selama
penulisan tesis ini.
3. Bapak Djoko Suhardjanto, M.Com. (Hons)., Ph.D., Ak. selaku Pembimbing I
yang telah memberikan ijin penelitian dan bimbingan serta motivasi yang
tiada henti selama penulisan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Bapak Hanung Triatmoko, M.Si., Ak., CPA., selaku Pembimbing II yang
telah memberikan ijin penelitian dan bimbingan dengan penuh kesabaran
selama penulisan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi UNS,
terima kasih atas segala bimbingan selama penulis menempuh studi.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah berpulang di Surga, istri dan anakku
tersayang, dan saudara-saudaraku, atas segala pengorbanan, doa dan kasih
sayang yang tiada pernah putus. Semoga Tuhan YME senantiasa
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita.
7. Semua pihak tidak mampu penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama masa kuliah dan dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya
penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan ke depan.
Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada
seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya.
Akhirnya kepada semua pihak yang sudah membantu penulis selama
menjalani masa perkuliahan maupun selama penyusunan tesis ini semoga
mendapatkan balasan dari Tuhan YME. Amiin.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iv
HALAMAN MOTTO............................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
HALAMAN ABSTRAKSI .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah .................................................................... 5
I.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
I.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
II.1. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 8
II.1.a. Agency Theory ......................................................... 8
II.1.b. Prospect Theory ........................................................ 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
II.1.c. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Pemerin-
tah Daerah ............................................................... 9
II.1.d. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ..... 11
II.1.e. Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah ....... 14
II.1.f. Kinerja Pemerintah Daerah ...................................... 16
II.2. RERANGKA TEORITIS PENGARUH KARAKTER-
ISTIK KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DAN
KARAKTERISTIK KEPALA DAERAH TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH....... 20
II.3. HIPOTESIS ........................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. JENIS PENELITIAN........................................................... 30
III.2. POPULASI DAN SAMPEL .............................................. 30
III.3. DATA DAN PENGUMPULAN DATA ............................ 31
III.3.1. Definisi dan Pengukuran Variabel ......................... 31
III.3.2. Variabel Depeden .................................................. 32
III.4. METODE ANALISIS DATA ........................................... 35
III.4.1. Uji Asumsi Klasik ................................................. 36
III.4.2. Pengujian Hipotesis ............................................... 38
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
IV.1. POPULASI DAN SAMPEL .............................................. 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
IV.2. ANALISIS DATA ............................................................. 43
IV.2.1. Statistik Deskriptif ................................................. 43
IV.2.2. Uji Asumsi Klasik .................................................. 47
IV.2.3. Hasil Pengujian Hipotesis ...................................... 51
VI.3. PEMBAHASAN .................................................................. 55
BAB V PENUTUP
V.1. KESIMPULAN .................................................................. 59
V.2. KETERBATASAN ............................................................ 61
V.3. IMPLIKASI DAN SARAN ................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sampel Penelitian 43
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif 46
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas 47
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi 48
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas 49
Tabel 6 Hasil uji Multikolonieritas 50
Tabel 7 Hasil Uji Signifikansi-F 51
Tabel 8 Hasil Uji Signifikansi-t 53
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG MASALAH
Good goverment merupakan issue yang paling mengemuka dalam
pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar dilakukan oleh
masyaraka t kepada pemerintah agar terselenggara pemerintahan yang baik sejalan
dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat serta adanya pengaruh globalisasi
menuntut adanya keterbukaan. Pola-pola lama penyelenggaraan pemerintah tidak
sesuai lagi bagi ta tanan masyarakat yang telah berubah, terlebih setelah
diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah yang telah direvisi menjadi Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dan
Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 berikutnya direvisi kembali menjadi
Undang- undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Hal ini berakibat pada tuntutan bagi pemerintah
daerah untuk meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan kepada
masyaraka t. Lahi rnya otonomi merupakan perwujudan dari pergeseran sistem
pemerintahan, yakni sistem sentralisasi menuju sistem desentralisasi. Menurut
Mardiasmo (2002), beberapa misi yang terkandung dalam o tonomi daerah.
Pertama, menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.
Kedua , meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.
Ketiga, memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perubahan si stem pengelolaan keuangan pemerintah daerah.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Otonomi daerah didasarkan pada asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang
luas, nya ta, dan bertanggungjawab.
Pemberian otonomi yang luas dan desentralisasi kepada kabupaten dan
kota memberikan jalan bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembaharuan
dalam sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Dalam
pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerah di tuntut untuk melakukan
pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada kepentingan publik (public
oriented) (Mardiasmo, 2002). Hal tersebut meliputi tuntu tan kepada pemerintah
daerah untuk membuat laporan keuangan dan transparansi informasi anggaran
kepada publik. Konsekuensi logis dari perkembangan tuntutan masyarakat
tersebut sudah seharusnya mendorong pemerintah untuk lebih bertanggung jawab
(akuntabel) dan transparan dalam setiap kebijakan, tindakan, dan kinerja yang
dihasilkan. Dalam proses pengelolaan keuangan pemerintah, anggaran merupakan
salah satu masalah penting. Kenis (1979) mengemukakan anggaran merupakan
pernyataan mengenai apa yang diharap dan direncanakan dalam periode tertentu
pada masa yang akan datang. Mardiasmo (2005) mengemukakan tahap
penganggaran menjadi sanga t penting karena anggaran yang tidak e fekti f dan
tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah
disusun.
Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasili tasi
tercapainya tujuan organisasi. Dalam rangka pertanggungjawaban publik,
pemerintah daerah harus melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara
ekonomis, efi sien, dan efektif (Value for Money) untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kesejahte raan masyarakat. Pengalaman yang terjadi selama ini menunjukkan
bahwa manajemen keuangan daerah masih memprihatinkan. Anggaran daerah,
khususnya belanja daerah belum mampu berperan sebagai insentif dalam
mendorong laju pembangunan di daerah. Di sisi lain banyak ditemukan
pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas
dan kurang mencerminkan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas, karena
kualitas perencanaan anggaran daerah relatif lemah (Fathillah, 2001).
Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik,
pemerintah terus melakukan berbagai upaya dengan meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, salah satunya dengan
penyempurnaan sistem administrasi negara secara menyeluruh. Pemerintah daerah
membutuhkan sumberdaya manusia yang professional (memiliki kualitas dan
kompetensi tinggi) terutama bagi yang duduk dalam jabatan, sebagaimana
ditekankan pada pasal 17 ayat (2) UU Nomor 43 Tahun 1999, yaitu pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat
yang d ite tapkan untuk jabatan te rsebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemerintah daerah menurut
Muhammad (2007) ada empat ya itu, kapasitas manajemen kewirausahaan, budaya
organisasi, lingkungan makro dan endorsement daerah, yang kesemuanya
menuntut untuk segera dilakukannya pembenahan atau reinventing local
government. Tuntutan masyarakat yang kompleks dan heterogen, memaksa
pemerintah daerah meningkatkan efisiensi dengan memangkas biaya publik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Adanya tekanan lingkungan eksternal memotivasi pemerintah untuk belajar secara
berkesinambungan merevaluasi kinerja pemerintah yang berkaitan dengan
tuntutan masyarakat.
Peranan dan kepentingan individu dalam organisasi pemerintah daerah
untuk mencapai tujuan pemerintah daerah didasarkan pada keterta rikan individu
untuk memenuhi tujuan atau kepentingannya. Namun sering terjadi tujuan yang
ditetapkan pemerintah daerah bertentangan dengan tujuan individu sehingga
menghasilkan kinerja individu yang rendah atau tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Kinerja dari masing-masing individu tersebut akan berpengaruh pada
kinerja pemerintahan secara menyeluruh. Peran manajerial menurut Mintzberg
(1973) terdiri atas peran perseorangan, peran informasi dan peran pengambilan
keputusan.
Berbagai penelitian telah menjadikan karakteristik chief excutive officer
(CEO) dan karakteristik keuangan pada kinerja organisasi sebagai topik
peneli tian. Upper eschelon theory telah mencatat bahwa manajemen memi liki
pengaruh signifikan pada arah strategis dan meliha tnya sebagai salah satu sumber
daya strategis suatu perusahaan (Hambrick dan Mason, 1984). Secara khusus,
peneli tian terutama telah diarahkan untuk menguji pengaruh atas komposisi
manajemen, proses dan aktivitas serta karakteristik CEO pada outcome
organisasi (Hambrick, 1994). Rahardjo (2010) memperoleh bukti bahwa rasio
profitabilitas, likuditas dan solvabili tas berpengaruh terhadap kinerja pemerintah
daerah di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Peneli tian karakte ristik CEO dalam meningkatkan kinerja organisasi
sektor publik masih terbatas sehingga memerlukan peneli tian lebih lanjut baik
teoritis maupun empiris untuk menjembatani ke terbatasan ini. Oleh karena i tu,
peneli ti terta rik untuk melakukan penelitian terkait karakterisi tik kepala daerah,
karakterisitik keuangan dan kinerja pemerintah daerah di Indonesia.
I. 2. RUMUSAN MASALAH
Hambrick dan Mason (1984) dalam upper echelons theory menyatakan
bahwa keluaran (outcome) sebuah organisasi dapa t dilihat sebagai cerminan dari
nilai dan kognitif dari manajer puncak dalam organisasi tersebut. Bukti empiris
terkait karakteristik manajemen dan kinerja organisasi juga dinyatakan oleh Seeba
(2009), bahwa karakteristik manajemen pemerintah daerah (tingkat pendidikan,
umur, dan masa kerja) berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah di Israel.
Rahardjo (2010), membuktikan bahwa profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah di Indonesia.
Atas dasar paparan di a tas, masalah dalam penelitian ini dapat dinyatakan
dengan pertanyaan seperti berikut ini.
1. Apakah tingkat (level) pendidikan kepala daerah berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia?
2. Apakah latar belakang pendidikan (background) kepala daerah berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia?
3. Apakah umur kepala daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah di Indonesia?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
4. Apakah masa kerja kepala daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah di Indonesia?
5. Apakah rasio likuiditas pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah di Indonesia?
6. Apakah rasio solvabilitas pemerintah daerah berpengaruh te rhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah di Indonesia?
7. Apakah rasio aktivitas pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah di Indonesia?
I. 3. TUJUAN PENELITIAN
Peneli tian ini diharapkan dapat mencapai tujuan yang dapat dinyatakan
seperti berikut ini.
1. Memperoleh bukti empiri s terkait pengaruh level pendidikan kepala daerah
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
2. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh latar belakang pendidikan
kepala daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
3. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh umur kepala daerah terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia .
4. Memperoleh bukti empiri s terkait pengaruh masa kerja kepala daerah
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
5. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh rasio likuiditas pemerintah
daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
6. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh rasio solvabili tas pemerintah
daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
7. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh rasio aktivitas pemerintah
daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
I. 4. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dapa t
memberikan masukan yang berguna antara lain sebagai berikut.
1. Bagi pemerintah pusat se laku regula tor dalam pembuatan Standar Akuntansi
Pemerintahan, hasil penelitian ini dapat dijadikan tolok ukur penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan dalam LKPD.
2. Bagi pemerintah daerah sebagai pengguna Standar Akuntansi Pemerintahan,
hasil penelitian ini dapa t dijadikan pertimbangan dalam penyediaan dan
pengelolaan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan dalam LKPD.
3. Bagi profesi di bidang akademik, hasil penelitian ini dapat memberikan
bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain pada bidang kajian sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
II. 1. TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. a. Agency Theory
Mengacu pada teori agensi yang mengadopsi pendapat Jensen dan
Meckling (1976), dapat digambarkan bahwa hubungan rakyat dengan pemerintah
dapa t dikatakan sebagai hubungan keagenan, yaitu hubungan yang timbul karena
adanya kontrak yang ditetapkan oleh rakyat (sebagai principal) yang
menggunakan pemerintah (sebagai agent) untuk menyediakan jasa yang menjadi
kepentingan rakya t. Untuk mengawasi perilaku pemerintah serta menyelaraskan
tujuan rakyat dan pemerintah, rakyat mewajibkan pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada
pemerintah melalui mekanisme pelaporan keuangan secara periodik. Melalui
laporan keuangan yang merupakan tanggungjawab pemerintah, rakyat melalui
legisla tif dapat mengukur, menilai sekaligus mengawasi kinerja pemerintah,
sejauh mana pemerintah te lah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
II.1.b. Prospect Theory
Mengacu pada Prospect theory yang dikembangkan oleh Kahnerman dan
Tversky (1979) memungkinkan seseorang untuk membuat pilihan dalam situasi
yang mana mereka harus memutuskan anta ra alternatif yang melibatkan risiko,
misalnya dalam keputusan keuangan. Prospect theory menggambarkan bagaimana
individu mengevaluasi potensi kerugian dan keuntungan.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Seseorang akan memutuskan untuk mendukung dan berperan aktif dengan
mempertimbangkan hasil yang akan diperoleh sebagai kerugian atau keuntungan
yang lebih besar. Seseorang akan menghitung nilai (utilitas), berdasarkan hasil
po tensi dan probabili tas masing-masing, dan kemudian memilih alternatif yang
memiliki utilitas yang lebih tinggi.
II.1.c Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut PP No. 24 Tahun 2005, laporan keuangan pemerintah daerah
(LKPD) adalah suatu penyajian data keuangan termasuk cata tan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber
daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pemerintah pada saa t
tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode
tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. LKPD merupakan
laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. LKPD disusun untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan.
Tujuan umum LKPD adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya. LKPD terutama digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja , transfer, dan pembiayaan dengan
anggaran yang te lah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
efektivitas dan efisiensi sua tu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap pera turan perundang-undangan.
Laporan keuangan pemerintah daerah pokok terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan a tas laporan keuangan. Laporan
realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber
daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan. Laporan realisasi anggaran menyajikan sekurang-kurangnya unsur-
unsur yang terdiri dari pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisi t, pembiayaan,
sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran. Neraca menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu. Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non
anggaran.
Laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan dengan basis
kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja , transfer, dan pembiayaan, serta
basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana . Entitas
pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian
laporan keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan sepenuhnya basis
akrual, baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan,
maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas pelaporan
yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
daerah dengan menggunakan basis akrual tetap menyajikan laporan realisasi
anggaran berdasarkan basis kas.
Enti tas pelaporan dalam laporan keuangan pemerintah daerah adalah uni t
pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan pera turan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/ daerah
atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan sa tuan
organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. Setiap entitas pelaporan
mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta
hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur
pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen,
transparansi, dan keseimbangan anta rgenerasi. Pelaporan keuangan pemerintah
seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik.
II.1.d. Analis is Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Untuk me mperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu
perusahaan, perlu dilakukan suatu interpre tasi atau analisis terhadap data
keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, dan data keuangan itu akan
tercermin dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan melaporkan baik posisi
perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa
periode yang lalu. Akan tetap i nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan
dividen masa depan (Brigham dan Houston, 2001).
Mengadakan interpretasi a tau anali sis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui
keadaan dan perkembangan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
Dengan mengadakan analisis laporan keuangan, manajer akan dapat mengetahui
keadaan dan perkembangan keuangan dari perusahaannya, dan akan dapat
dike tahui hasil-hasil keuangan yang te lah dicapai di masa lalu dan masa yang
sedang berjalan. Dengan mengadakan analisi s keuangan dari tahun-tahun yang
telah lalu dapat diketahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.
Kemudian oleh manajemen analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu
mengantisipasi kondisi di masa depan dan, yang lebih penting, sebagai titik awal
untuk perencanaan tindakan untuk masa yang akan datang.
Para kreditorpun berkepentingan terhadap laporan keuangan dari
perusahaan yang telah atau akan menjadi debitur atau nasabahnya. Kreditur
sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit
dari suatu perusahaan, perlu mengadakan analisis terlebih dahulu untuk mengukur
kemampuan perusahaan tersebut dalam membayar kembali hutangnya plus beban
bunganya. Para kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui apakah
kredit yang akan diberikan itu cukup mendapatkan jaminan dari aktiva, sedangkan
para kreditur jangka pendek lebih tertarik pada kemampuan nasabah untuk
membayar utang lancarnya dengan dana yang berasal dari aktiva lancarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Selain itu, para investor juga berkepentingan terhadap laporan keuangan
suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modalnya . Bagi
investor yang penting adalah rate of return dari dana yang akan diinvestasikan
dalam surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Dari sudut
pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa
depan.
Fungsi utama laporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk
memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
laporan tersebut yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
ekonomi, sosial, dan politik. Meskipun laporan keuangan sudah bersifat general
purposive, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi
kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak semua pembaca laporan dapat
memahami laporan te rsebut dengan baik.
Tidak semua pengguna laporan keuangan memahami akuntansi dengan
baik, sementara mereka akan mengandalkan informasi keuangan itu untuk
pembuatan keputusan, maka ketidakmampuan memahami dan
menginte rpre tasikan laporan keuangan tersebut perlu dibantu dengan analisis
laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk me mbantu
bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-
angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, dan
bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa metoda dalam analisis laporan keuangan. Salah satu
teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
adalah analisis rasio keuangan. Terdapat berbagai jenis rasio yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan laporan keuangan. Hasil
dari perhitungan rasio-rasio keuangan perlu diinterpretasikan, sehingga darinya
dapa t dievaluasi kinerja keuangan organisasi dan selanjutnya dilakukan
pengambilan keputusan tertentu.
II.1.e. Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah
Berdasarkan pada Prospect Theory, dapat dikatakan bahwa Pengelola
Keuangan Daerah (PKD) akan ikut berperan aktif pada se tiap kebijakan
pemerintah manakala merasakan bahwa implementasi kebijakan te rsebut
menguntungkan. Sebaliknya akan menunjukkan sikap yang kurang mendukung
atau kurang berperan bahkan menolak pada se tiap implementasi kebijakan
manakala merasakan bahwa kebijakan tersebut dianggap merugikan. Sikap ini
akan mempengaruhi Kinerja organisasi secara keseluruhan (Kahnerman dan
Tversky, 1979) Pengelolaan keuangan yang berorientasi pada kinerja menuntut
adanya desentralisasi. Desentralisasi pengelolaan keuangan daerah merupakan
desentralisasi administratif, yaitu pendelegasian wewenang pelaksanaan sampai
pada tingkat hierarkhi yang paling rendah. Dalam hal ini Pengelola Keuangan
Daerah diberi wewenang dalam batas yang te lah di te tapkan dalam sistem
pengelolaan keuangan daerah, namun mereka memiliki elemen kebijaksanaan dan
kekuasaan serta tanggungjawab tertentu dalam hal sifat dan hakekat jasa dan
pelayanan yang menjadi tanggungjawabnya. Manajer merupakan orang yang
bertanggungjawab atas organisasi atau uni t yang dipimpinnya. Tugas manajer
dapa t digambarkan dalam ka itannya dengan berbagai “peran” a tau serangkaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
perilaku yang terorganisir yang diidentifikasi dengan suatuposisi (Mintzberg,
1973). Mintzberg menjelaskan bahwa para manajer dapa t memainkan tiga peran
melalui kewenangan dan statusnya didalam melaksanakan tugas-tugas yang
dipercayakan antara lain sebagai berikut ini.
1. Peran interpersonal. Dalam ha l ini seorang manajer harus dapat
memainkan peran sebagai forehead, leader dan liaison (penghubung).
2. Peran Informasional. Dalam hal ini seorang manajer harus dapat
memainkan perannya sebagai monitor, pemberi informasi dan sebagai
spokesperson.
3. Peran pengambil keputusan. Peran ini, manajer digambarkan sebagai
entrepreneur, disturbance handle, resources allocator dan negotiator.
Deskripsi peran manajer yang dikemukakan diatas, akan membutuhkan
sejumlah keahlian manajerial yang penting, mengembangkan hubungan kerja
sejajar, menjalankan negosiasi, memotivasi bawahan, menyelesaikan konflik,
membangun jaringan informasi dan membayar informasi , membuat keputusan
dalam kondisi ambiguitas yang ekstrim, dan mengalokasikan sumber daya yang
ada. Disamping itu seorang manajer perlu untuk instrospeksi mengenai tugas dan
perannya sehingga dapa t mencapai kinerja yang maksimal. Peran manajerial
Pengelola Keuangan Daerah memungkinkan tercapainya kinerja dan mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif (Rohman, 2007). Peran
menunjukkan partisipasi seseorang dalam mewujudkan tujuan organisasi. Peran
manajerial Pengelola Keuangan Daerah menunjukkan te rcapainya mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif. Desentralisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
memberikan kesempatan Pengelola Keuangan Daerah untuk mendorong
krea tifitas Pengelola Keuangan Daerah. Individu yang te rliba t dan diberi
tanggungjawab dalam penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras untuk
mencapai tujuan, sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi (Rohman, 2007)
II.1.f. Kinerja Pemerintah Daerah
Menurut Setiawati (2008), kinerja merupakan perilaku kerja yang
ditampakkan oleh orang-orang yang terlihat dalam suatu perusahaan dan dapat
dijelaskan melalui sistem evaluasi kinerja . Kinerja perusahaan merupakan
indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan
manajer. Jadikinerja perusahaan merupakan hasil yang diinginkan perusahaan dari
perilaku orangorang didalamnya. Sementara Mahsun (2009) mendefinisikan
Kinerja (Performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan sua tu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu
organisasi. Dengan mengadopsi pendapat Mahsun di atas, kinerja pemerintah
daerah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/
program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi pemerintah
daerah yang tertuang dalam strategic planning. Mahsun (2009) menyebutkan
indikator kinerja bahwa indikator kinerja pemerintah meliputi indika tor masukan,
proses, keluaran, hasil, manfaat dan dampak.
Perbaikan kinerja anggaran dan pengelolaan keuangan daerah menduduki
posisi penting dalam strategi pemberdayaaan Pemerintah Daerah untuk
pelaksanaan otonomi daerah dan mewujudkan desentralisasi yang luas, nyata, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
bertanggungjawab. Perencanaan pengeluaran yang berorientasi pada kinerja akan
meningkatkan kinerja anggaran daerah. Kinerja adalah kemampuan kerja yang
ditunjukkan dengan hasil kerja . Hornby (The Oxford Advanced Learner’s
Dictionary of Current English, 1987, hal. 623) mengemukakan pengertian kinerja
sebagai berikut: “Performance is: (1) the process or manner of performing, (2) a
notable action or achievement , (3) the performing of a play or other
entertainment”. Sementara dalam buku modul Pendidikan Non Gelar Auditor
Sektor Publik, di sebutkan bahwa kinerja adalah pencapaian keluaran (output) a tau
dampak (outcome) yang diperoleh oleh orang atau sekumpulan orang dalam suatu
organisasi yang melakukan kegiatan atau operasi demi pencapaian misi dan tujuan
organisasi melalui pelaksanakan suatu urutan kegiatan yang te rencana.
Atmosudirdjo (dalam Haryanto, 2009), kinerja dapat dijelaskan sebagai suatu
kajian tentang kemampuan suatu organisasi dalam pencapaian tujuan.
Penilaian kinerja dapat dipakai untuk mengukur kegiatan-kegiatan
organisasi dalam pencapaian tujuan dan juga sebagai bahan untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Dari pendapat tersebut dapa t dikatakan bahwa kinerja
organisasi merupakan suatu prestasi kerja dan proses penyelenggaraan untuk
tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perkiraan jumlah alokasi dana
untuk setiap unit kerja pemerintahan daerah dan program kerja yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu tingkat pelayanan publik, disesuaikan dengan tuntutan
dan kebutuhan masyaraka t, sehingga identifikasi input, teknik produksi pelayanan
publik dan tingkat kua litas minimal yang harus dihasilkan oleh suatu unit kerja
menjadi syarat dalam menentukan alokasi dana yang optimal untuk setiap unit
Comment [q1]: Halaman brp?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kerja pelayanan publik. Dengan demikian pengeluaran Pemerintah Daerah dapa t
menciptakan ukuran kinerja yang akan mempermudah dalam melakukan kegiatan
pengendalian dan evaluasi kebijakan Pemerintah Daerah. Karena merupakan
kebijakan Pemerintah Daerah, maka orientasi Pemerintah Daerah pada
pembangunan akan lebih dekat dengan gerak dinamis masyarakatnya. Artinya
akan bersifat terbuka sehingga tuntutan dan kebutuhan publik masuk dalam
penentuan strategi, prioritas dan kebijakan alokasi.
Anggaran daerah merupakan disain teknis untuk pelaksanaan strategi,
sehingga apabila pengeluaran pemerintah mempunyai kualitas yang rendah, maka
kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi Pemerintah Daerah juga cenderung melemah
yang berakibat kepada wujud daerah dan Pemerintah Daerah di masa yang akan
da tang suli t untuk dicapai. Dalam rangka meningkatkan kinerja anggaran daerah,
salah satu aspek penting adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan
anggaran daerah. Untuk itu diperlukan manajemen keuangan daerah yang mampu
mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Peran Pemerintah Daerah tidak lagi merupakan ala t kepentingan Pemerintah
Pusa t, melainkan ala t untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah.
Konsep Value For Money (VFM) penting bagi Pemerintah Daerah sebagai
pelayan masyarakat, karena implementasinya akan memberikan manfaa t seperti:
1. efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepa t
sasaran;
2. meningkatkan mutu pelayanan publik;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. biaya pelayanan yang murah, karena hilangnya inefisiensi dan
penghematan dalam penggunaan resources;
4. alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik;
5. meningkatkan publik cost awareness sebagai akar pelaksanaan
pertanggungjawaban publik.
Dalam konteks otonomi daerah, VFM merupakan jembatan untuk
mengantarkan Pemerintah Daerah mencapai good governance , yai tu Pemerintah
Daerah yang transparan, ekonomis, efisiensi, efektif, responsif dan akuntabel.
VFM tersebut harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan
anggaran daerah. Langkah-langkah dalam pengukuran VFM atas pengeluaran
daerah dapat dirinci menurut indikatornya sebagai berikut:
1. Pengukuran ekonomi .
Mardiasmo (2001) mengemukakan ekonomi merupakan ukuran relatif,
dalam suatu organisasi Pemerintah Daerah. Pertanyaan yang timbul
sehubungan dengan ukuran ekonomi ini adalah apakah pengeluaran
(belanja) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah lebih besar dari pada
yang sesungguhnya diperlukan oleh organisasi itu, dan apakah
pengeluaran (belanja) organisasi lebih besar dari pada organisasi lainnya
yang sejenis (yang dapat dibandingkan).
2. Pengukuran efisiensi .
Efisiensi dapat diukur dengan rasio anta ra output/ keluaran dan input/
masukan sekunder (pengeluaran). Semakin besar output yang dihasilkan
dibandingkan dengan pengeluaran yang dilakukan, maka semakin efisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
suatu organisasi. Rasio efi siensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut
tetapi dalam bentuk relatif. Karena efisiensi diukur lewat perbandingan
ke luaran dan masukan.
3. Pengukuran efektivitas.
Efektivi tas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu
organisasi. Apabila sua tu organisasi berhasil mencapai tujuan maka
organisasi tersebut telah berjalan dengan e fektif. Hal terpenting yang perlu
dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan berapa besar
pengeluaran yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengeluaran boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan. Efektivitas
merupakan perbandingan antara outcome dengan output (keluaran).
II.2. RERANGKA TEORITIS PENGARUH KARAKTERISTIK
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DAN KARAKTERISTIK
KEPALA DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH
Peneli tian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik kepala
daerah dan karkte ristik keuangan pemerintah daerah terhadap tingkat kinerja
keuangan pemerintah daerah. Karakteri stik kepala daerah yang digunakan dalam
peneli tian ini adalah latar belakang pendidikan kepala daerah, umur kepala
daerah, level pendidikan kepala daerah, dan masa jabatan kepala daerah, serta
karakteristik keuangan pemerintah daerah yang digunakan dalam peneli tian ini
adalah current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), assets turnover (AT),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
sedangkan kinerja keuangan pemerintah daerah dalam penelitian ini diukur
dengan operating revenues to operating expenses (OROE).
Rerangka pikir dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1
Hubungan Karakteristik Kepala Daerah dan Karakteristik Keuangan Pemerintah Daerah dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
II.3. HIPOTESIS
Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui
pendidikan seseorang mampu mengembangkan potensinya, sehingga dapat
mewujudkan kepribadian, kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang maka semakin
komplek pengetahuan dan ke terampilan serta pengalaman yang dimilikinya.
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
Tingkat (Level) pendidikan kepala daerah
Karakteristik Kepala Daerah
Latar belakang (background) pendidikan kepala daerah
Umur kepala daerah
Masa kerja kepala daerah
Karakteristik Keuangan Pemerintah Daerah
Rasio Likuiditas
Rasio Solvabili tas
Rasio Aktivi tas
Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Logikanya orang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
yang tinggi maka akan semakin baik dalam menjalankan pekerjaannya
dibanding orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah
Latar belakang pendidikan merupakan historis pendidikan yang pernah
dilampaui oleh seseorang. Lawrence (1997) menyatakan bahwa seorang
dengan pengetahuan dan keahlian mempunyai kesanggupan untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan spesifik. Seorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi
dapat lebih baik dalam penyesuaian a tas adanya a turan baru dan mempunyai
pengetahuan, keahlian atau kesanggupan dalam mengesahkan laporan
keuangan. La ta r belakang pendidikan dan jenjang pendidikan menjadi faktor
penting dalam penyelesaian sebuah pekerjaan.
Dearbon dan Simon (1958) menemukan bahwa ketika sebuah
ke lompok eksekutif dari beberapa area fungsional diberikan sebuah masalah
yang sama dan diminta untuk menyelesaikannya dalam perspektif yang luas,
mereka mendefinisikan masalah secara garis besar sesuai dengan aktivi tas dan
tujuan dari area mereka . Penelitian empiris menegaskan bahwa manajer
mengejar strategi yang sesuai dengan keahlian fungsional mereka (Jensen dan
Zajac, 2004). Sementara itu, Bamber et al . (2010) menyatakan bahwa manajer
yang berlatar pendidikan keuangan atau akuntansi mendukung anggaran yang
lebih detail dan teliti, yang menunjukkan bahwa manajer yang memiliki la tar
belakang pendidikan keuangan atau akuntansi dapat mengembangkan dan
menciptakan kinerja yang lebih tinggi. Milne dan Patten (2002) menyatakan
bahwa seorang individu yang memiliki pengalaman dalam bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
akuntansi/bisnis lebih mungkin untuk me mahami praktik keuangan dan
akuntansi sehingga mempengaruhi kinerja keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut.
H1= Latar belakang pendidikan ekonomi/akuntansi kepala daerah
berpengaruh posit ip terhadap kine rja keuangan pemerintah
daerah.
Upper echelons theory menyatakan bahwa usia seorang manajer secara
positif berhubungan dengan kecenderungan untuk melihat lebih banyak
informasi, mengevaluasi informasi dengan lebih akurat, dan lebih lama dalam
mengambi l keputusan (Hambrick dan Mason, 1984). Sementara itu, Bamber et
al. (2010) berargumen bahwa eksekuti f lahir sebelum Perang Dunia II dapat
mengembangkan gaya komunikasi yang lebih konservatif dan lebih tepat
dalam melakukan pengelolaan daerah. Umur seorang manajer dapat
menggambarkan kedewasaan dan kematangan seseorang, sehingga dengan
umur kepala daerah yang tinggi mengindikasikan kedewasaan dan
kematangan dalam berpikir yang berakibat pada pengambilan keputusan yang
lebih baik dalam pengelolaan keuangan daerah dan mampu mencapai kinerja
keuangan yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
H2= Umur kepala daerah berpengaruh positip terhadap kinerja
ke uangan pemerintah daerah.
Dalam literatur upper echelons, level pendidikan dihubungkan dengan
ke terbukaan pikiran, toleran terhadap ambiguitas, dan kemampuan untuk
memproses informasi yang kompleks. Level pendidikan dari seorang manajer
puncak telah menjadi subjek dari berbagai macam penelitian. Hitt dan Tyler
(1991) peneli tian menemukan bahwa eksekutif yang memiliki level
pendidikan yang lebih tinggi memiliki kogni tif yang lebih kompleks.
Eksekuti f yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung lebih lebih dalam
melakukan kegia tan karena memi liki kogni tif yang lebih baik (Hambrick dan
Mason, 1984). Tingkat pendidikan diketahui positif terkait dengan penerimaan
terhadap inovasi (Wiersema dan Bantel, 1992; Finkelstein dan Hambrick,
1996). Dari li teratur, kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan
secara positif berkorelasi dengan penerimaan terhadap inovasi, perubahan dan
pertumbuhan. Dengan demikian dapa t dinyatakan bahwa tingkat pendidikan
kepala daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut.
H3= Level pendidikan kepala daerah berpengaruh positip terhadap
kinerja keuangan pemerintah dae rah.
Masa jabatan didefinisikan sebagai lama waktu seseorang
menduduki jabatan sebagai seorang pemimpin dalam sebuah organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Manajer dengan pengalaman kerja yang lebh lama mempunyai hubungan
yang positif dengan pengambilan keputusan sehingga berpengaruh
terhadap kinerja organisisasi . Hasil penelitian yang dilakukan Larkin
(2000), serta Glover dan Sunder (2002) yang melibatkan internal audi tor di
lembaga keuangan menyatakan bahwa internal audi tor yang
berpengalaman cenderung lebih konservatif dalam menghadapi situasi.
Pengetahuan manajemen akan semakin berkembang dengan bertambahnya
pengalaman kerja yang dapat diukur melalui lamanya auditor dalam
menjabat jabatannya.
Terdapat beberapa penelitian yang menggunakan masa jabatan
seorang eksekutif untuk memprediksi outcome sebuah organisasi (Thomas
et al., 1991; Wiersema dan Bantel, 1992). Sementara itu, Ellis dan Child
(1973) berpendapat bahwa semakin lama masa jabatan berhubungan
dengan konservatisme dan penghindaran risiko. Salancik (1977) dalam
Finkelstein dan Hambrick (1990) menyatakan bahwa ketika seorang
manaje r mencapai kesuksesan dalam sebuah organisasi, mereka cenderung
untuk mempertahankan cara-cara untuk mencapai kesuksesan tersebut.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa masa kerja/ jabatan kepala
daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut.
H4= Masa jabatan kepala daerah be rpengaruh posit ip terhadap
kinerja keuangan pemerintah dae rah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Rasio likuiditas/current ratio merupakan perbandingan anta ra
jumlah harta lancar pemerintah daerah dengan jumlah hutang lancar yang
dimi liki pemerintah daerah. Rasio ini menggambarkan kemampuan
pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban lancar pemerintah dengan
harta lancar yang dimiliki pemerintah daerah. Angka current ratio yang
tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai jumlah
harta lancar yang mencukupi untuk menjamin hutang lancar dan kegiatan
operasional dalam rangka memberikan pelayanan bagi publik. Cooke
(1989) menjelaskan bahwa tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi.
Disatu sisi , tingka t likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kua tnya
kondisi keuangan entitas. Wallace et al. (1994) menyatakan bahwa
likuiditas dapat dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam
mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini , entitas dengan likuiditas
rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak
eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen.
Penelitian tentang hubungan antara rasio likuiditas dengan kinerja
organisasi telah dikemukakan oleh Fitriani (2001). Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa rasio likuiditas mempunyai hubungan positif
dengan kinerja. Kondisi entitas yang sehat, yang antara lain ditunjukkan
dengan tingkat likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan kinerja.
Pemerintah daerah yang kondisi keuangannya kuat akan cenderung untuk
dapat mencapai kinerja keuangan yang lebih baik pada masa akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Atas dasar paparan di a tas, maka hipotesis peneliti an ini
dirumuskan sebagai berikut:
H5= Current ratio be rpengaruh positip terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah.
Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat
risiko tak tertagihnya sua tu utang. Cohen (2006) membagi leverage
menjadi dua macam rasio, yaitu debt to equity ratio dan long terms
liabilities to total assets. Debt to equity ratio merupakan perbandingan
antara jumlah total hutang dengan jumlah to ta l ekuitas dana yang dimiliki
oleh pemerintah daerah. Rasio ini menggambarkan kemampuan
pemerintah dalam menyediakan jaminan bagi seluruh total hutang dengan
dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
Menurut Schipper (1981) tambahan informasi diperlukan untuk
menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-
hak mereka sebagai kreditor. Oleh karena itu entitas dengan rasio leverage
yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi
kreditor jangka panjang, Sehingga entitas akan menyediakan informasi
secara lebih komprehensif. Naim dan Rakhman (2000) membuktikan
bahwa rasio leverage mempunyai hubungan positif dengan kinerja
keuangan. Botosan (1997) juga meregresikan tingkat kinerja dengan
ukuran perusahaan, leverage, dan status listing perusahaan. Hasilnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
hanya ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat kinerja. Pemerintah daerah akan memberikan informasi
yang komprehensif dalam laporan keuangannya untuk menghilangkan
keragu-raguan kreditor terhadap pemenuhan hak-haknya.
Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
dapat dinyatakan sebagai berikut ini.
H6= Debt to equity ratio berpengaruh positip terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Asset turnover ratio (AT) merupakan perbandingan anta ra jumlah
pendapatan asli daerah dengan jumlah aset pemerintah daerah. Rasio ini
menggambarkan kemampuan daerah dalam menggunakan jumlah aset
daerah yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan asli daerah (PAD).
Rasio AT yang tinggi menggambarkan bahwa perusahaan mampu
menggunakan aset secara ekonomis sehingga mampu memperoleh output
yang optimal dari penggunaan input (aset) tertentu.
Beberapa penelitian berhasil membuktikan bahwa AT berpengaruh
terhadap kinerja entitas. O’connor (1973), Ou dan Penman (1989)
membuktikan bahwa rasio keuangan perusahaan mampu mempengaruhi
secara signifikan pada kinerja (laba) masa depan perusahaan. Sementara
itu, Machfoedz (1994) dan Asyik dan Suli styo (2000) membuktikan bahwa
rasio keuangan dalam laporan keuangan perusahaan mampu memprediksi
laba perusahaan masa akan datang. Rahardjo (2010) yang menguji rasio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
AT pemerintah daerah di Indonesia juga berhasil membuktikan bahwa AT
mempengaruhi kinerja pemerintah daerah di Indonesia.
Atas dasar paparan di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapa t di
nyatakan seperti berikut ini .
H7= Assets Turnover ratio berpengaruh positip terhadap kinerja
keuangan pe merintah daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. JENIS PENELITIAN
Peneli tian ini berupa studi empiris dengan tujuan untuk memperoleh bukti
empiris terkai t pengaruh karakteristik kepala daerah (level pendidikan, la tar
belakang pendidikan, umur, dan masa jabatan kepala daerah) dan karakteristik
keuangan pemerintah daerah (current ratio/ CR, debt to equity ratio/ DER), asset
turnover/ AT) terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia dengan
proksi Operating Revenues to Operating Expenses (OROE). Peneli tian ini
menggunakan pengujian satu tahun setelah pelaporan yaitu dengan menggunakan
da ta untuk variabel independen pada tahun te rtentu dan data variabel dependen
satu tahun setelah pelaporan. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian dini
digunakan model regresi berganda dengan bantuan SPPS versi 16.00 untuk
mengolah data penelitian.
III.2. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi merupakan kelompok orang, kejadian, atau peristiwa yang
menjadi perhatian para peneliti untuk d iteliti (Sekaran, 2006). Populasi yaitu
sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu (Sekaran, 2006). Populasi yang digunakan sebagai sample frame
peneli tian ini adalah seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia.
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang
diharapkan memiliki karakte ristik yang mewakili populasinya (Sekaran, 2006).
Sampel penelitian ini diperoleh dan dipilih dari populasi secara purposive
sampling dengan kriteria pemilihan sampel seperti berikut ini.
a. Pemerintah daerah kabupaten dan atau kota di Indonesia tahun 2008.
b. Pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia yang menerbitkan laporan
keuangan pemerintah daerah tahun 2008 terutama neraca, laporan realisasi
anggaran, dan catatan atas laporan keuangan yang dapat diakses oleh
peneliti.
c. Pemerintah daerah yang mempunyai website dan dapat diakses serta
menyajikan data dan informasi terkait karakteristik kepala daerah.
III.3. DATA DAN PENGUMPULAN DATA
Peneli tian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang
diperoleh dari pihak lain (Sekaran, 2006). Profil kepala daerah diperoleh dari
website masing-masing pemerintah daerah dan sumber lain dari internet,
sedangakan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) tahun 2008 diperoleh
dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan website resmi
pemerintah kota atau kabupaten.
III.3.1. Definisi dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diuji secara
sistemati s, ya itu seperti berikut ini .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
III.3.2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi fokus utama dalam
peneli tian ini. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
pemerintah daerah. Menurut Mardiasmo (2007), salah sa tu alat ukur kinerja
keuangan adalah efisiensi yang merupakan perbandingan antara input dan output.
Efisiensi dalam penelitian ini Operating Revenues to Operating Expenses (OROE)
satu tahun setelah pelaporan.
Operating revenues to operating expenses merupakan perbandingan
antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah belanja operasi daerah dalam
suatu periode tertentu. Untuk menentukan jumlah angka rasio ini angka yang
digunakan adalah angka dalam laporan realisasi anggaran. Angka rasio ini
menunjukkan kema mpuan pemerintah dalam memperoleh pendapatan asli daerah
dengan belanja operasi yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Untuk
menentukan angka rasio ini formula yang digunakan oleh peneliti adalah formula
yang d igunakan oleh Cohen (2006) berikut ini.
OROEt+1 = ExpensesOperating
enuesRevOperatingTotal
a. Variabel Indepe nden
1) Umur Kepala Daerah (AGE)
Upper echelons theory menyatakan bahwa usia seorang manajer secara
positif berhubungan dengan kecenderungan untuk meliha t lebih banyak
informasi, mengevaluasi informasi dengan lebih akurat, dan lebih lama
dalam mengambi l keputusan (Hambrick dan Mason, 1984). Variabel AGE
dalam penelitian ini dinyatakan dengan jumlah umur kepala daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2) Level Pe ndidikan Kepala Daerah (LEVEL)
Eksekutif yang memiliki level pendidikan yang lebih tinggi memi liki
kognitif yang lebih kompleks (Hitt dan Taylor, 1991). Eksekutif yang
memiliki level pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki kemampuan
untuk memproses informasi yang lebih kompleks dan kinerja keuangan
(Bamber et. al, 2010). Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah
SLTA dan sarjana strata 1 (S1) yang dilambangkan dengan angka 1, dan
sarjana strata 2 atau 3 (S2/ S3) dilambangkan dengan angka 0.
Penggunaan batas minimal level pendidikan SLTA adalah karena
persyaratan untuk menjadi bupati atau walikota adalah minimal SLTA
meskipun jumlahnya semakin berkurang untuk SLTA dan banyaknya
tuntu tan persyaratan tingkat pendidikan minimal untuk menjadi bupati
atau walikota adalah sarjana strata 1 (S1).
3) Latar Belakang Pendidikan Kepala Dae rah (BACKG)
Milne dan Pa tten (2002) menyatakan bahwa seorang individu yang
memiliki pengalaman dalam bidang akuntansi/bisnis lebih mungkin untuk
memahami praktik pelaporan keuangan dan informasi akuntansi yang
terkandung dalam annual report. Konsekuensinya , la ta r belakang
akuntansi/ bisnis akan mempengaruhi pemahaman mengenai laporan
keuangan. Mandasari (2009) menjelaskan bahwa kepala daerah yang
memiliki latar belakang pendidikan ekonomi/akuntansi berpengaruh
terhadap kinerja. Indikator untuk variabel ini adalah ‘1’ untuk la tar
belakang ekonomi/akuntansi dan ‘0’ non ekonomi/akuntansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4) Masa Kerja Kepala Daerah (TENURE)
Masa jabatan adalah didefinisikan sebagai lama waktu seseorang
menduduki jabatan sebagai seorang pemimpin dalam sebuah organisasi.
Terdapat beberapa penelitian yang menggunakan masa jabatan seorang
eksekuti f untuk memprediksi outcome sebuah organisasi (Thomas et al.
(1991); Hambrick dan Mason (1984); Bantel dan Jackson, 1989). Masa
jabatan atau kerja dalam peneli tian ini diukur dengan jumlah tahun masa
jabatan seorang kepala daerah sejak dilantik pertama kali.
5) Current Ratio (CR)
Current ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
pemerintah daerah dalam menjamin pemenuhan kewajiban lancar dengan
harta lancar yang dimiliki. Kedua angka dalam penghitungan rasio ini
dihitung dengan menggunakan data dalam neraca pemerintah. Semakin
tinggi angka rasio ini memberi penggambaran bahwa pemerintah daerah
mempunyai sisa aktiva lancar yang cukup untuk menjamin pemenuhan
kewajiban lancar. Untuk menentukan besarnya rasio ini, menurut Cohen
(2006) formula yang dapat digunakan adalah seperti berikut:
CR = sLiabilitieCurrent
AssetsCurrent
6) Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara jumlah tota l hutang
pemerintah dengan total ekui tas dana . Rasio ini menggambarkan
kemampuan pemerintah dalam memberi jaminan pemenuhan seluruh
jumlah hutang dengan jumlah ekuitas dana yang dimiliki oleh pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pada tanggal tertentu. Kedua angka rasio ini di tentukan dengan
menggunakan angka dalam neraca pemerintah. Untuk menentukan
besarnya rasio ini, menurut Cohen (2006) formula yang dapat digunakan
adalah seperti berikut.
DER = Equity
Debt
7) Assets Turnover (AT)
Asse ts turnover merupakan perbandingan jumlah pendapatan asli daerah
dengan jumlah total asset yang dimiliki oleh Pemda. Angka rasio ini
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperoleh
pendapatan asli daerah dengan menggunakan total asset yang dimiliki oleh
pemerintah daerah yang bersangkutan, semakin tinggi angka rasio ini
menandakan bahwa semakin baik kemampuan pemerintah dalam
mengusahakan asset yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan bagi
daerah. Menurut Cohen (2006) formula untuk menghitung angka rasio ini
adalah seperti berikut ini.
AT = AssetsTotal
enuesRevOperatingTotal
III.4. Metode Analisis Data
Ada beberapa teknik statistik yang dapa t digunakan untuk
menganali sis data. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendapatkan
informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut, dan
menggunakan hasil analisi s tersebut untuk memecahkan suatu masalah.
Permasalahan yang akan dipecahkan biasanya dinyatakan dalam bentuk satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
atau lebih hipotesis nol. Sampel data yang dikumpulkan digunakan untuk
menguji menolak atau tidak menolak hipotesis nol secara statistik.
III.4.1. Uj i Asumsi Klas ik
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2009), uji normalitas data dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi
kriteria sebaran atau distribusi normal . Salah satu cara agar data dapa t
berdistribusi normal adalah dengan menggunakan lewat pengamatan nilai
residual. Cara lain dengan meliha t distribusi dan variabel-variabel yang
akan diteliti. Walaupun normalitas sua tu variabel tidak selalu diperlukan
dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua
variabel berdistribusi normal. Untuk mendeteksi normalitas da ta dapat
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dengan uji ini dapat diketahui
apakah distribusi nilai-nilai sampel yang teramati terdistribusi normal.
Kriteria dalam penguj ian normalitas dalam pengujian ini adalah jika
probability value (p-value) lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian
5%, maka data variabel terdistribusi secara normal . Jika p-value lebih
besar dari tingkat signifikansi penelitian 5%, maka data variabel
terdistribusi secara tidak normal .
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguj i suatu model regresi linear,
untuk melihat keberadaan korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t dengan periode t-1 (Ghozali , 2009). Jika terjadi korelasi, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di
antara anggota dari serangkaian observasi yang te rletak berderetan secara
series dalam waktu (untuk data time series) atau korelasi antara tempat
yang berdekatan (untuk data cross sectional).
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan alat uji
run test. Kriteria pengujian didasarkan pada nilai asymp.sig dalam uji runs
test. Apabila asymp. sig. Lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala
autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. sig. lebih kecil 5% maka terjadi
ge jala aoutokorelasi dalam model regresi (Ghozali, 2009).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variasi (varians) variabel
tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan
yang terjadi tidak random (acak), tetapi menunjukkan hubungan yang
sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Gejala
he teroskedastisitas terjadi pada model yang menggunakan data sample
secara cross section.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas,
dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser. Apabila nilai signifikansi >
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
0,05, maka model tersebut bebas dari heteroskedastisitas. Namun, jika
nilai signifikansi < 0,05, maka terdapat heteroskedasitas.
d. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas adalah situasi adanya korelasi antara variabel
independen yang satu dengan variabel independen yang lainnya. Gejala
multikolonieritas dapat diuji dengan meregresikan model analisis dan
melakukan uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan
tolerance value dan varian inflating factor (VIF). Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya . Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF yang tinggi (karena VIF= 1/tole rance). Apabila nilai tolerance
diatas 0,10 dan VIF dibawah 10, maka tidak terjadi multikolonieritas.
III.4.2. Pengujian Hipotesis
Model yang digunakan untuk menguj i hipotesis dalam penelitian ini
adalah model regresi berganda. Analisis regresi berganda dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model
regresi untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dinyatakan sebagai
berikut:
OROEt+1 1 LEVEL 2 AGE + 3 BACKG 4 TENURE +
5 CRt 6 DERt 7 ATt +
Keterangan:
OROEt+1 = Operating revenues to operating expenses satu tahun
setelah pelporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
= Konstanta
1 2 3 7 = Koefisien regresi
AGE = Umur kepala daerah
LEVEL = Level pendidikan kepala daerah
BACKGROUND = La tar belakang pendidikan kepala daerah
TENURE = Masa jabatan kepala daerah
CRt = Current ratio tahun pelaporan
DERt = Debt to equity ratio tahun pelaporan
ATt = Assets turnover tahun pelaporan
e 1 = Standart error
Pengujian hipotesi s dilakukan untuk mengetahui pengaruh karakte ristik
kepala daerah dan karakteristik keuangan pemerintah daerah terhadap tingkat
kinerja keuangan pemerintah daerah dengan tingkat signifikansi yang masih bisa
ditoleransi dite tapkan sebesar 0,05 ( = 5%). Pengujian hipotesis yang dilakukan
dalam peneli tian ini adalah:
a. Pengujian Regresi Secara Simultan (Uji Signifikansi-F)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji signifikansi-F dalam penelitian
ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Kriteria pengambilan kesimpulan
adalah bahwa hipotesis penelitian diterima jika probability value (p-value) <
0.05, yang dapat diartikan bahwa variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya, hipotesis penelitian
ditolak jika probability value (p-value) > 0.05, yang dapat diartikan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
b. Pengujian Regresi Parsial (Uji Signifikansi-t)
Pengujian regresi parsial merupakan pengujian terhadap masing-masing
variabel independen yang dilakukan untuk melihat apakah masing-masing
variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Uji signifikansi-t dalam peneli tian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%.
Kriteria pengambilan kesimpulan adalah hipotesis penelitian diterima jika p-
value < 0.05, yang dapat diartikan bahwa masing-masing variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya, hipotesis penelitian
ditolak jika probability value (p-value) > 0.05, yang dapat diartikan bahwa
masing-masing variabel inependen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
c. Pengujian Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien
determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi berganda untuk variabel
independen dan variabel dependen dengan bantuan program SPSS versi 16.00.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan sa tu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli
apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Sehingga dalam penelitian ini digunakan nilai adjusted R2 untuk menilai model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
regresi, karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan ke dalam model regresi yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Peneli tian ini bertujuan untuk me mberikan bukti empiris terkait pengaruh
karakteristik kepala daerah dan karakteristik keuangan pemerintah daerah
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia . Karakteri stik kepala
daerah diproksikan dengan level pendidikan, latar belakang pendidikan, umur, dan
masa jabatan kepala daerah. Karakteristik keuangan diproksikan dengan current
ratio (CR), debt to equity ratio (DER), asset turnover (AT) pada tahun pelaporan.
Sementara itu, kinerja keuangan pemerintah daerah dinyatakan dengan tingkat
efisiensi yang diproksikan dengan operating revenue to total expense (OROE)
satu tahun setelah pelaporan keuangan.
IV.1. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam peneli tian ini adalah seluruh pemerintah kota dan a tau
kabupaten di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah pemerintah daerah
kabupaten/kota di Indonesia yang dipilih berdasarkan kri te ria yang telah
ditetapkan, yaitu pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia yang
menerbitkan laporan keuangan pemerintah pada tahun 2008, pemerintah daerah
yang mempunyai website yang dapat diakses, menyajikan data dan informasi
kepala daerah yang dibutuhkan dalam penelitian. Berdasarkan krite ria pemilihan
sampel di atas diperoleh sebanyak 80 pemerintah daerah kabupaten/kota yang
menjadi sampel dalam penelitian ini. Berikut di sajikan ringkasan pemilihan
sampel dalam penelitian ini.
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 1 Sampel penelitian
No. Keterangan Jumlah 1 Jumlah pemerintah kabupaten/ kota di Indonesia tahun 2008. 478
2 Pemerintah daerah yang melaporkan laporan keuangan
pemerintah daerah yang tidak dapat diakses.
(98)
3 Pemerintah daerah yang laporan keuangan pemerintah daerah
tidak lengkap, seperti tidak menyusun neraca daerah.
(85)
4 Pemerintah daerah yang belum memiliki website. (102)
5 Pemerintah daerah yang website-nya tidak dapat diakses dan atau
tidak menyajikan data dan informasi karakteristik kepala daerah.
(113)
Jumlah sampel peneli tian 80 Sumber: BPK RI dan website pemerintah daerah
Secara lengkap pemerintah kabupaten/ kota yang menjadi sampel dapat
dilihat pada lampiran penelitian ini.
IV.2. ANALISIS DATA
IV.2.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif penelitian ini dilakukan guna mencari nilai minimum,
maksimum, mean dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian. Tabel 2 di
bawah menunjukkan nilai LEVEL yang tertinggi adalah 1, sedangkan yang
terendah 0. Untuk rerata sebesar 0,7125 menunjukkan bahwa lebih banyak
pemerintah daerah yang memiliki kepala daerah berpendidikan minimal S-1
dibanding dengan kepala daerah yang berpendidikan S2 atau S3. Deskripsi ini
juga mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan kepala daerah telah memenuhi
pendidikan minimal sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan yang
berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Nilai AGE yang paling tinggi adalah 67 tahun yang pa ling rendah adalah
36 sedangkan reratanya adalah 53 tahun. Dengan standar deviasi 7,48463 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data AGE berada di anta ra 45 tahun sampai dengan
60 tahun. Kepala daerah tertua adalah Bupati Boyolali, yaitu 67 tahun dan umur
kepala daerah te rmuda adalah Bupati Mojokerto yaitu 36 tahun. Sementara i tu,
nilai BACKG yang tertinggi adalah 1 sedangkan yang terendah 0. Untuk rerata
sebesar 0,50 menunjukkan bahwa kepala pemerintah daerah memiliki latar
belakang pendidikan non ekonomi/akuntansi dengan yang berlatar belakang
ekonomi/akuntansi seimbang.
Nilai TENURE yang paling tinggi adalah 9 tahun dan yang paling rendah
adalah 1 tahun dengan reratanya adalah 4 tahun. Dengan s tandar deviasi 2 tahun
dapa t dinyatakan bahwa penyebaran data TENURE berada di antara 2 tahun
sampai dengan 7 tahun. Masa Jabatan terlama dimiliki oleh Walikota Semarang,
Depok, Cilegon, serta Bupati Bantul dan Sleman, ya itu selama 9 tahun. Masa
jabatan yang lebih dari 5 tahun mengindikasikan bahwa kepala daerah
bersangkutan menjalankan tugas kepala daerah periode kedua dan sebaliknya
untuk TENURE yang dibawah 5 tahun mengindikasikan bahwa kepala daerah
menjalani periode jabatan yang pertama.
Nilai CR yang paling tinggi adalah 35219,46, yang paling rendah adalah
0,27145 sedangkan reratanya adalah 89,595. Dengan standar deviasi 4,87472
dapa t dinyatakan bahwa penyebaran data CR berada di antara -3969,97 sampai
dengan 5778,01. Angka tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah
mempunyai mempunyai ketimpangan yang besar di antara pemerintah daerah di
indonesia dalam hal harta lancar dan utang lancar. Ketimpangan te rsebut dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
terjadi akibat dari adanya tidak meratanya pembangunan, kekayaan alam sehingga
dapa t menciptakan pemerintah daerah yang kaya dan pemerintah daerah yang
miskin sebagai konsekuensi dari otonomi daerah. Angka CR tertinggi dimiliki
oleh Kabupaten Bangka Tengah dan CR terendah dimiliki oleh Kabupaten
Pendeglang.
Nilai DER yang paling tinggi adalah 5,36975, yang paling rendah adalah
0,00 sedangkan reratanya adalah 0,07868. Dengan standar deviasi 0,59932 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data DER berada di antara -0,0072 sampai dengan
0,02864. Angka tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah mempunyai
jumlah hutang jangka panjang yang rendah sehingga mempunyai risiko yang
rendah untuk tidak mampu membayar hutangnya. Hutang jangka panjang
pemerintah ini biasanya utang pemerintah daerah pada pemerintah pusat.
Nilai AT yang tertinggi adalah 0,98098, sedangkan yang terendah
0,00210. Untuk rerata sebesar 0,12876. Dengan standar deviasi 0,18649 dapat
dinyatakan bahwa penyebaran data AT berada di anta ra 0 ,00410 sampai dengan
0,0831. Rerata nilai AT sebesar 0,12876 menunjukkan bahwa pemerintah daerah
belum mampu mengoptimalkan penggunaan aset untuk mendapatkan jumlah
pendapatan asli daerah yang tinggi . Deskripsi juga dapat dijelaskan bahwa aset
yang dimiliki oleh pemerintah belum dikelola secara baik sehingga belum mampu
memberi kontribusi yang optimal bagi pendapatan daerah. Bukti belum
optimalnya pengelolaan aset daerah adalah aset pos yang paling banyak menjadi
pengecualian dalam opini BPK RI atas laporan keuangan pemerintah daerah di
Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Nilai OROE yang paling tinggi adalah 73,85889 dan yang paling rendah
adalah 0,0453 sedangkan reratanya adalah 1,0127. Dengan standar deviasi
12 ,1936 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data OROE berada di antara 0,04536
sampai dengan 73,85889. Rera ta nilai OROE sebesar 1,0127 menunjukkan bahwa
rerata pendapatan asli daerah yang dihasilkan oleh pemerintah daerah hanya
sebesar 1,01% dari total pengeluaran rutin pemerintah daerah. Dengan demikian
bahwa setiap Rp 1,00 input yang digunakan oleh pemerintah daerah hanya
mampu menghasilkan output Rp. 0,0101 berupa pendapatan asli daerah, sehingga
dapa t dinya takan bahwa pemerintah daerah dalam kondisi kurang efisien.
Secara ringkas, hasil dari pengujian statistik deskriptif ditunjukkan oleh
tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabe l N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LEVE L 80 0 1 .71 .455
AGE 80 36 67 53.18 7.485
BACKG 80 0 1 .50 .503
TENURE 80 1 9 3.97 2.536
CR 80 .27145 3.52195E4 8.9595211E2 4.87473241E3
DER 80 .00000 5.36975 .0786751 .59932234
AT 80 .00210 .98098 .1287573 .18648724
OROE 80 .04536 73.85889 1.0127243E1 12.19360244
Valid N (listwise) 80
________________________________________________________________________ Sumber: Hasil Pengolahan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
IV.2.2. Uji Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi dengan
signifikan dan representatif jika data yang digunakan mempunyai kualitas tidak
menyimpang dari asumsi dasar klasik regresi berupa uji normalitas,
heteroskedastisitas, dan multikolonieritas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah data terdistribusi secara
normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi
nilai residual normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dalam
peneli tian ini dilakukan menggunakan alat uj i Kolmogorov-Smirnov dengan nilai
residu atas persamaan model regresi yang digunakan dalam penelitian.
Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirn test secara ringkas dapat
dilihat dalam tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 80
Normal Parametersa Mean .0000000Std. Deviation 10.93343662
Most Extreme Differences
Absolute .148Positive .148Negative -.122
Kolmogorov-Smirnov Z 1.321Asymp. Sig. (2-tailed) .061
a. Test distribution is Normal. ________________________________________________________________________ Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil uji normali tas di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov nilai Z adalah sebesar 1,321 dengan asymp sig adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
0,061 yang lebih besar dari tingka t signifikansi penelitian 5% sehingga dapat
dinyatakan bahwa da ta residual dalam penelitian ini terdistribusi normal.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di
antara anggota dari serangkaian observasi yang terle tak berderetan secara series
dalam waktu (untuk data time series) atau korelasi antara tempat yang berdeka tan
(untuk data cross sectional). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah
dengan alat uji run test. Kriteria pengujian didasarkan pada nilai asymp.sig dalam
uji runs test. Apabila asymp. sig. Lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala
autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. sig . lebih kecil 5% maka terjadi gejala
aoutokorelasi dalam model regresi (Ghozali, 2009). Hasil pengujian autokorelasi
dalam penelitian ini dapat disajikan dalam tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 Hasill Uji Autokorelasi
Unstandardized Residual
Test Valuea -3.18964Cases < Test Value 40Cases >= Test Value 40Total Cases 80Number of Runs 34Z -1.575Asymp. Sig. (2-tailed) .115
a. Median ________________________________________________________________________ Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4 di a tas menunjukkan nilai Z dalam run test adalah sebesar -
1,575 dan nilai asymp sig adalah sebesar 0,115 yang lebih besar dari 5% sehingga
dapa t dinyatakan bahwa data peneli tian terbebas dari gejala autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas dalam model, digunakan uji Glej ser berdasarkan kriteria
pengambilan simpulan pada level signifikan 5%. Apabila nilai sig pada uji Glejser
lebih dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa model regresi terbebas dari gejala
heteroskedastisitas dan sebaliknya jika sig lebih kecil 5%, maka terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi.
Tabel 5 di bawah menunjukkan bahwa signifikansi variabel dalam model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari 0,05 atau 5%
sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala hete roskedastisitas dalam
semua model regresi penelitian ini. Hasil dari uji heteroskedastisitas ditunjukkan
tabel 5 berikut ini.
Tabel 5 Hasill Uji Heteroskedastisitas
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.330E-16 10.208 .000 1.000
LEVEL .000 3.061 .000 .000 1.000
AGE .000 .189 .000 .000 1.000
BACKG .000 2.873 .000 .000 1.000
TENURE .000 .582 .000 .000 1.000
CR .000 .000 .000 .000 1.000
DER .000 2.183 .000 .000 1.000
AT .000 7.199 .000 .000 1.000 a. Dependent Variable: ABRES ________________________________________________________________________ Sumber: Hasil Pengolahan Data
Comment [q2]: Kesimpula nnya apa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
d. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya
hubungan linier di antara variabel-variabel independen dengan model regresi.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance
inflation factor (VIF) dengan kriteria , jika tolerance value < 0,01 dan VIF > 10%
maka terjadi mul tikolonieritas dan jika tolerance value > 0,01 atau VIF < 10%
maka tidak te rjadi multikolonieritas.
Tabel 6 di bawah menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua
variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih besar dari 0,1 dan nilai value inflating
factor (VIF) untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih kecil dari
10 . Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dalam model-model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolonieritas.
Hasil uji multikolonieritas dengan menggunakan glejser test secara ringkas
dapa t dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6 Hasil Uji Multikolonieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 LEVEL .854 1.171
AGE .832 1.202
BACKG .795 1.258
TENURE .762 1.313
CR .947 1.056
DER .970 1.031
AT .921 1.085a. Dependent Variable: OROE ________________________________________________________________________ Sumber: Hasil Pengolahan Data
Comment [q3]: Kesimpula n?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
IV.2.3. Hasil Pengujian Hipotesis
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris terkait pengaruh
karakteristik keuangan dan karakteristik kepala daerah terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Untuk tujuan penelitian tersebut, maka dalam melakukan
analisis data penelitian dengan menggunakan model regresi berganda. Pengujian
hipotesis terdiri dari uji signifikansi-F, uji signifikansi-t dan uji koefisien
de terminasi yang dipaparkan seperti di bawah ini.
a. Uji Signifikansi-F
Uji signifikansi-F dilakukan guna menentukan good of fit test atau uji
kelayakan model regresi untuk digunakan dalam melakukan analisi s hipotesis
dalam penelitian. Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini adalah probability
value (p-value). Apabila p-value dalam hasil pengujian lebih kecil dari 5%, maka
dapa t dinyatakan bahwa model layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi
dalam penelitian. Sebaliknya, jika p-value lebih besar dari 5%, maka dapat
dinyatakan bahwa model tidak layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis
peneli tian. Berikut disajikan hasil uji signifikansi-F dalam penelitian ini.
Tabel 7 Hasil Uji Signifikans i-F
Model Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
1 Regression 2302.368 7 328.910 2.508 .023a
Residual 9443.663 72 131.162
Total 11746.031 79
a. Predictors: (Constant), AT, DER, CR, LEVEL, AGE, BACKG, TENURE b. Dependent Variable: OROE ________________________________________________________________________ Sumber: Hasil Pengolahan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel di atas menunjukkan bahwa p-value dari model regresi yang
digunakan dalam penelitian adalah 0,023 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi
peneli tian 5%. Hasil ini mengindikasikan bahwa model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi pengujian
hipotesis.
b. Uji Koefisien Regresi Parsia l ( Uji Signif ikans i-t)
Uji signifikansi-t dimaksudkan untuk pengujian pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian sebagaimana
dinyatakan dalam hipotesis penelitian ini. Selain untuk menguji pengaruh tersebut,
uji ini juga dapa t digunakan untuk mengetahui tanda koefisien regresi masing-
masing variabel independen sehingga dapa t ditentukan a rah pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan
kesimpulan atas hasil pengujian adalah nilai p-value yang dihasilkan, Apabila p-
value lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang diajukan dalam
peneli tian dapa t diterima atau didukung oleh data penelitian.
Hasil pengujian parameter regresi parsial dapat disajikan dalam tabel 8
berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 8 Hasil Uji S ignifikans i-t
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 18.186 10.208 1.781 .079
LEVEL -4.992 3.061 -.186 -1.631 .107 AGE -.095 .189 -.058 -.501 .618 BACKG -1.395 2.873 -.058 -.486 .629 TENURE 1.187 .582 .247 2.039 .045 * CR -6.973E-5 .000 -.028 -.257 .798 DER -1.750 2.183 -.086 -.801 .425
AT -25.573 7.199 -.391 -3.553 .001 * < 5% ________________________________________________________________________ Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji parsial (uji signifikansi–t)
membuktikan bahwa variabel karakteristik kepala daerah yang diproksikan
dengan level pendidikan (LEVEL) memiliki nilai p-value lebih besar dari 5%,
yaitu 0,107, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa LEVEL pendidikan
berpengaruh posi tip terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah tidak dapat
diterima.
Untuk variabel karakteri stik kepala daerah yang diproksikan dengan umur
kepala daerah (AGE) mempunyai p-value sebesar 0 ,618 yang lebih besar dari 5%,
sehingga dapat dinyatakan bahwa AGE tidak berpengaruh positip terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah. Atas hasil ini dapat dinyatakan bahwa hipotesis
terkait AGE di tolak.
Variabel karakteristik kepala daerah yang diproksikan dengan latar
belakang pendidikan (BACKG) memiliki nilai p-value lebih besar dari 5% yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
0,626, artinya bahwa variabel latar belakang pendidikan (BACKG) secara parsial
tidak berpengaruh positp terhadap kinerja keuangan kepala daerah. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan bahwa latar belakang penddikan (BACKG)
berpengaruh posi tip terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah tidak dapat
diterima.
Sementara i tu, hasil peneli tian membuktikan bahwa p-value untuk
TENURE adalah sebesar 0.045 yang lebih kecil dari 5%, artinya bahwa variabel
masa jaba tan kepala daerah (TENURE) berpengaruh positip terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah, sehingga hipotesis yang menyatakan masa kerja
berpengaruh positif terhadap kinerj keuangan pemerintah daerah dapat diterima.
Variabel karakte ristik keuangan pemerintah daerah yang diproksikan
dengan Current Ratio (CR) memiliki nilai p-value 0,798 yang lebih besar dari 5%.
Berdasarkan hasil pengujian data tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa
CR berpengaruh positip terhadap kinerja pemerintah daerah dinyatakan ditolak.
Variabel karakteristik keuangan pemerintah daerah lainnya yang
diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan DER memiliki
nilai p-value lebih besar dari 0,05, yaitu 0,425. Artinya bahwa hipotesis yang
menyatakan DER berpengaruh positip terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah di Indonesia tidak dapat di terima.
Variabel karakte ristik keuangan pemerintah daerah yang terakhir pada
peneli tian pada adalah Asset Turnover Ratio (AT). Hasil penguj ian menunjukkan
bahwa variabel karakte ristik keuangan pemerintah daerah yang diproksikan
dengan AT adalah 0,001 lebih kecil dari 0,05. Tetapi pengaruh yang dihasilkan
dalam penelitian ini adalah negatip (-25.573) Berdasarkan hasil pengujian da ta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
tersebut maka hipotesis yang menyatakan AT berpengaruh positip terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah dinyatakan tidak dapat diterima.
c. Uji Koefisien Dete rminasi
Koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi dari variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model. Untuk
model regresi dengan satu variabel independen koefisien determininasi
ditunjukkan oleh nilai R2 dan untuk model regresi dengan menggunakan dua a tau
lebih variabel independen koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai adjusted
R2. Penelitian ini menggunakan nilai adjusted R2. Hasil pengujian koefisien
de terminasi dapa t disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .443a .196 .118 11.45259728 1.955
a. Predictors: (Constant), AT, DER, CR, LEVEL, AGE, BACKG, TENURE b. Dependent Variable: OROE _______________________________________________________________________ Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil pengujian menghasilkan nila adjusted R2 sebesar 0,118. Hasil ini
menunjukkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini yang terdiri dari
karakteristik kepala daerah dan karakteristik keuangan pemerintah daerah hanya
mampu menjelaskan variabel dependen 11,8%, sementara sisanya sebesar 88,2%
dijelaskan oleh variabel lain di luar peneli tian ini.
IV.3. PEMBAHASAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Hasil pengujian menunjukkan bahwa level pendidikan kepala daerah tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah karena nilai
signifikansi LEVEL di atas 0,05. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
peneli tian Hambrick dan Mason (1984), serta Bamber et al. (2010) bahwa level
pendidikan manajemen berpengaruh terhadap outcome sebuah organisasi dalam
hal ini adalah OROE. Pada upper echelons theory menyatakan bahwa level
pendidikan dihubungkan dengan keterbukaan pikiran, toleran terhadap
ambiguitas, dan kemampuan untuk memproses informasi yang kompleks sehingga
akan mempengaruhi outcome organisasi dalam hal ini OROE, tetapi hasil
peneli tian ini tidak menunjukkan bahwa level pendidikan berpengaruh terhadap
outcome organisasi.
Hasil penguj ian menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan (BACKG)
yang dalam hal ini adalah bidang akuntansi atau ekonomi kepala daerah tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil
peneli tian ini tidak sesuai dengan penelitian Bamber et al . (2010) dan Hambrick
dan Mason (1984). Dengan pengetahuan dan pemahaman akuntansi atau ekonomi
oleh kepala daerah seharusnya mampu mendorong kepala daerah untuk
mengambil kebijakan yang menggunakan pertimbangan keuangan sehingga akan
dapa t mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah, tetapi sesuai hasil
pengujian ini tidak menunjukkan hal tersebut.
Hasil pengujian juga menunjukan bahwa masa jabatan kepala daerah
berpengaruh posi tip terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Dengan masa
jabatan atau pengalaman kerja yang lebih lama memungkinkan kepala daerah
untuk belajar dan selalu memperbaiki setiap kesalahan a tau keputusan yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dilaksanakan. Dengan adanya proses pembelajaran dari setiap kesalahan tersebut
akan dapat me mperbaiki keputusan atau kebijakan yang diambil sehingga akan
mempengaruhi kinerja pemerintah daerah juga. Hasil penelitian ini konsisten
dengan pernya taan bahwa manajer dengan pengalaman kerja yang lebih lama
mempunyai hubungan yang positip dengan pengambilan keputusan sehingga
berpengaruh te rhadap kinerja organisisasi . Hasil penelitian ini konsisten dengan
Larkin (2000) dan Glover et al. (2002) bahwa manajemen yang lebih lama
menjabat cenderung lebih konservatif dalam menghadapi situasi sehingga
berpengaruh terhadap prestasi manajemen.
Hasil pengujian menunjukan bahwa umur kepala daerah tidak berpengaruh
signifikan te rhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Hasil
peneli tian ini tidak konsisten dengan Bamber et al . (2010). Hal ini dimungkinkan
karena walaupun seorang manajer yang lebih tua berhubungan dengan
kecenderungan meliha t dan mengevaluasi informasi dalam mengambil keputusan
(Hambrick dan Mason, 1984) tidak berkaitan dengan umur kepala daerah. Inovasi
dalam mengelola keuangan daerah hingga mampu mencapai hasil yang tinggi
tidak ditentukan dan bergantung pada umur te tapi lebih pada komitmen kepala
daerah untuk mau menerima dan beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan dan
teknologi untuk menciptakan inovasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Oleh karena itu, umur kepala daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah di Indonesia.
Hasil pengujian menunjukan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
peneli tian O’connor (1973), Ou dan Penman (1984) dan Mahfoedz (1994)
maupun peneli tian Rahardjo (2010).
Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa asset turnover ratio (AT)
berpengaruh te rhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, tetapi pengaruh yang
dihasilkan adalah negatip. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian Cohen (2006),
dimana angka rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
memperoleh pendapatan asli daerah dengan menggunakan total asset yang
dimiliki oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Semakin tinggi angka ratio
ini menandakan bahwa semakin baik pula kemampuan pemerintah daerah dalam
mengusahakan asset yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan bagi daerah.
Hal tersebut tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
V.1. KESIMPULAN
Hasil pengujian data dan pembahasan mendasari pengambilan simpulan
peneli tian. Karakteristik kepala daerah dan karakteristik keuangan mempengaruhi
kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Masa kerja/jabatan kepala
daerah (TENURE) berpengaruh positip terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah. Hasil pengujian terhadap asset turnover (AT) berpengaruh positip
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, dalam ha l ini operating revenues to
operating expenses (OROE) tidak dapat diterima, karena pengaruh yang
dihasilkan adalah negatip (-25.573). Penelitian ini tidak mendukung pandangang
upper eschelon theory bahwa tim manajemen karakteristiknya memiliki pengaruh
signifikan pada arah strategis dan melihatnya sebagai salah satu sumber daya
strategis suatu perusahaan (Barney, 1991; Finkelstein dan Hambrick, 1996;
Hambrick dan Mason, 1984) sehingga akan dapat berpengaruh pada outcome.
Level pendidikan kepala daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah, sehingga tidak ada jaminan bahwa kepala daerah
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mampu mencapai kinerja keuangan
yang lebih baik, meskipun pera turan perundangan yang berlaku menentukan batas
minimal pendidikan calon kepala daerah. Latar belakang akuntansi/ekonomi
kepala daerah (BACKG) juga tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Dengan latar belakang pendidikan ekonomi atau akuntansi
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
diharapkan akan memberi pengetahuan kognitif yang lebih baik akan arti
pentingnya keuangan pemerintah daerah hingga mempengaruhi se tiap kebijakan
yang ditentukan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja keuangan
pemerintah daerah. Tetapi hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan hal
tersebut. Sementara itu, masa jabatan atau kerja kepala daerah (TENURE) yang
merupakan salah satu dari karakteristik kepala daerah, terbukti berpengaruh
positip terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Kebijakan kepala daerah
tidak semuanya dapat diukur kinerja pada periode yang sama. Kinerja kepala
daerah akan lebih dapat dilihat dan dirasakan setelah beberapa periode masa
jabatanya. Dengan jabatan yang lebih lama, kepala daerah dapat belajar dari
pengalaman tahun-tahun sebelumnya sehingga akan lebih baik dalam
pengambilan kebijakan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan
pemerintah daerah.
Karakteristik keuangan juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Hanya saja , karakteristik yang terbukti berpengaruh hanya
asset turnover (AT), tetapi pengaruh yang d ihasilkan adalah negatip. Sementara
current ratio dan debt to equity ratio tidak terbukti berpengaruh posi tip terhadaap
kinerja keuangan pemerintah daerah. Utang jangka panjang pemerintah daerah
mempunyai konsekuensi bunga dalam jangka yang panjang juga, hal ini sangat
mungkin untuk mempengaruhi pengeluaran pemerintah daerah sehingga
mempengaruhi kinerja keuangan dalam jangka panjang, selain i tu, utang jangka
panjang biasanya untuk pengadaan barang-barang modal yang dapat digunakan
untuk pelaksanaan operasional pemerintah daerah hingga mempengaruhi kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
keuangan. Ase t pemerintah daerah biasanya mengalami tingkat perputaran yang
rendah, artinya bahwa aset pemerintah terutama aset modal/jangka panjang tidak
sering menga lami perubahan sehingga juga tidak akan mempengaruhi
pengeluaran operasional sehingga tidak berpengaruh juga terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
V.2. KETERBATASAN
Peneli tian ini memiliki beberapa ke te rbatasan yang diharapkan dapat
disempurnakan pada penelitian selanjutnya. Adapun keterbatasan tersebut antara
lain sebagai berikut.
1. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan pemerintah daerah
terbatas pada tahun 2008 sehingga pemerintah daerah yang memenuhi
kriteria untuk menjadi sampel terbatas 80 pemerintah daerah saja .
2. Penelitian ini terbatas menggunakan ukuran karakteristik keuangan
pemerintah daerah likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas yang masing-masing
diwakili oleh satu rasio saja, sementara masih ada beberapa rasio untuk
menggambarkan likuiditas, solvabilitas, aktivitas yang tidak digunakan
dalam peneli tian ini.
3. Penelitian ini tidak memisahkan sampel penelitian ke dalam kelompok
tertentu, seperti Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota, sehingga
dimungkinkan hasil peneli tian mengalami mengalami compounding effect
oleh karena perbedaan karakteri stik kabupaten dan kota tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4. Penelitian menguji kinerja keuangan pemerintah daerah terbatas pada satu
tahun setelah pelaporan, sehingga pengaruh dalam rentang waktu yang lebih
lama tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini.
IV.3. IMPLIKASI DAN SARAN
Temuan penelitian ini memberikan implikasi penting terkait dengan
kinerja keuangan pemerintah daerah. Oleh karena terbukti bahwa karakteristik
kepala daerah berpengaruh terhadap kinerja keaungan pemerintah daerah
(terutama, level pendidikan, latar belakang pendidikan akuntansi/ ekonomi , dan
masa kerja/jabatan), maka regulator sebagai pembuat regulasi harus menggunakan
level pendidikan dan masa jabatan kepala daerah dalam membuat kebijakan
terkait dengan persyaratan calon kepala daerah. Level pendidikan yang tinggi
berimplikasi pada pengetahuan, pemahaman dan pola berpikir kepala daerah
dalam mengelola keuangan daerah, sehingga akan berpengaruh terhadap capaian
kinerja keuangan daerah. Selain itu, masa jabatan juga harus diperhatikan
mengingat penyusunan dan pelaksanaan program kerja serta kinerja akan dapat
dike tahui dalam beberapa periode berikutnya . Lama menjabat akan menjadikan
peningkatan pengalaman sehingga akan berpengaruh terhadap pengambilan
kebijakan terkai t pengelolaan daerah sehingga berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Selain itu, pemerintah daerah harus bijak dalam mengelola aset,
kewajiban , pendapatan asli daerah, dan beban operasionalnya dengan baik karena
ketika suatu pemerintah daerah memiliki kondisi keuangan yang sehat akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
berpengaruh terhadap capaian kinerja keuangan pemerintah daerah. Jumlah
kewajiban yang tinggi berimplikasi pada peningkatan pengeluaran pemerintah
untuk bunga dan pelunasan utang dalam peridoe akan datang sehingga akan
mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah.
Peneli tian berikutnya dapat melakukan pengembangan lebih lanjut agar
dapa t memperoleh hasil yang lebih menyeluruh dan mendalam terkait dengan
kinerja keuangan pemerintah daerah. Adapun pengembangan lebih lanjut
peneli tian ini adalah dengan hal-hal berikut ini.
1. Menggunakan da ta laporan keuangan pemerintah daerah yang lebih panjang
sehingga dapat diperoleh jumlah sampel yang lebih banyak dan
memungkinkan pengujian dengan periode lebih dari satu tahun setelah
pelaporan keuangan pemerintah daerah.
2. Menggunakan ukuran lain untuk l ikuiditas, solvabilitas, dan aktivitas sehingga
dapat memperoleh hasil yang lebih mendalam terkait pengaruh karakteristik
keuangan pemerintah daerah terhadap keinerja keuangan pemerintah daerah.
3. Memisahkan sampel ke dalam kelompok tertentu seperti kelompok pemerintah
kabupaten dan kelompok pemerintah kota sehingga hasil penelitian te rbebas
dari compounding effect dari perbedaan karakteri stik pemerintah kabupaten
dan kota.