pengaruh jumlah pemberian obat terhadap … · penelitian di rsup dr sardjito yogyakarta. 6. kepala...
TRANSCRIPT
PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN
MINUM OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI POLI GERIATRI
RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI-MARET
2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Maria Mudengsia Gaguk
NIM : 068114157
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN
MINUM OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI POLI GERIATRI
RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI-MARET
2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Maria Mudengsia Gaguk
NIM : 068114157
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
iii
THE EFFECT OF DOSES MEDICATION GIVING TO TOWARD THE
OUTPATIENTS COMPLIANCE AT POLI GERIATRI OF RSUP DR
SARDJITO YOGYAKARTA PERIOD FEBRUARY-MARCH 2010
SKRIPSI
Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement
to Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)
In Faculty of Pharmacy
By:
Maria Mudengsia Gaguk
NIM : 068114157
FACULTY OF PHARMACY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010
iv
v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tuhan memberi Pelangi di setiap air mata..
Alunan merdu di setiap helaan nafas..
Berkat di setiap cobaan..
Dan jawaban indah di setiap doa.
Karya ini Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria sebagai ungkapan Syukur
Bapa n Mama sebagai wujud hormat dan bhaktiku
K’Vina, k’Mbeik, k’Tian n Adik An
Seseorang yang istimewah yang sudah membuat hari-hariku indah
Sahabat-sahabatku
Semua yang menyayangiku
Almamaterku
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Maria Mudengsia Gaguk
Nomor Mahasiswa : 068114157
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul :
PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN
MINUM OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI POLI GERIATRI
RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI-MARET 2010
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 20 Agustus 2010
(Maria Mudengsia Gaguk)
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal Maha Kudus
dan Bunda Maria, atas segala berkat dan kasih kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Jumlah Pemberian Obat Terhadap
Ketaatan Minum Obat Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta periode Februari-Maret 2010”. Skripsi ini disusun guna memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu
Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Jumlah lanjut usia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Lanjut usia
mengalami penurunan fisik dan psikis dan penyakitnya bersifat multipatologis
sehingga dalam terapi diberikan obat dalam jumlah yang cukup banyak. Salah
satu faktor penentu keberhasilan terapi adalah ketaatan minum obat pasien.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
saran, kritik, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Bapak Ipang Djunarko,M.Sc.,Apt. yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Drs. Mulyono, Apt. Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk memberi bimbingan, saran, kritik dan semangat dalam proses
penyusunan skripsi.
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan kepada penulis
ix
4. Rita Suhadi, M.Si., Apt. Selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan kepada penulis
5. Kepala Bagian Divisi pendidikan dan Penelitian RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta yang berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
6. Kepala Poliklinik geriatri dr. I Dewa Putu Ramantara S,Sp, PD yang berkenan
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di poli geriatri,
Pak Heru, Bu Nanik, Bu Sera dan seluruh karyawan RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta atas bantuan, saran dan kritik yang diberikan selama proses
pengambilan data di Poli geriatri RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
7. Seluruh pasien rawat jalan di Poli geriatri RSUP Dr Sardjito Yogyakarta yang
secara tidak langsung mendukung proses pengambilan data di Poli geriatri
RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
8. Kedua orang tua terkasih Bapak Mikhael Kashadi Gaguk dan Ibu Yustina
Hibur atas semua doa, kasih sayang dan dukungan yang telah diberikan
kepada penulis.
9. Kakak Vina sekeluarga, Kakak Beben, Kakak Tian, dan adik An atas
dukungan yang diberikan kepada penulis.
10. Seseorang yang telah banyak memberi dukungan dan semangat dan cinta
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
11. Kakak Thomas, Kakak Puji, Adik Ria, Brian, Aldo, Kakak Minus, Kakak
Hendra, dan Kakak Hendri atas semua bantuan dan dukungannya.
12. Keluarga besar Karot dan Cibal
x
xi
xii
INTISARI
Jumlah lanjut usia meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit pada pasienlanjut usia biasanya bersifat multipatologis sehingga diterapi dengan obat dalamjumlah yang banyak. Ketaatan minum obat pasien merupakan salah satu faktorpenentu keberhasilan terapi. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketaatanminum obat pasien adalah faktor obat yaitu jumlah obat yang diberikan kepadapasien. Ketaatan minum obat pasien rawat jalan tidak dapat dikontrol secaralangsung oleh pihak rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahuibagaimana jumlah pemberian obat mempengaruhi ketaatan minum obat pasien.
Penelitian ini termasuk penelitian non-Eksperimental dengan rancangananalitik dan pengumpulan data dilakukan secara prospektif, menggunakan bahanberupa rekam medis, lembar kerja yang mencatat jumlah total obat, jumlahgolongan obat dan jumlah jenis obat yang diterima pasien, dan lembar kerja yangmencatat sisa obat pasien. Data juga dikumpulkan dari hasil wawancaraterstruktur dengan pasien. Data dianalisis menggunakan statistik dengan tarafkepercayaan 95 % (p>0,05).
Penelitian melibatkan 93 pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara jumlah jenisobat, jumlah golongan obat dan jumlah keseluruhan obat yang diberikan kepadapasien dengan ketaatan pasien adalah signifikan. Pengaruh jumlah pemberian obatterhadap ketaatan pasien adalah signifikan.
Kata kunci: Ketaatan minum obat, Pasien rawat jalan, Lanjut usia
xiii
ABSTRACT
The number of elderly increases every year. Diseases of elderly patient’susually have various characteristics which are treated by using in the significantamount drug theraphy. Patient compliance of taking medicine is one of thedeterminants of successful therapy. One of the factors affecting patient’scompliance of taking medication is drug factor, which the number of drugmedication is given to the patients. Outpatients compliance of taking medicine isnot controlled directly by the hospital. This study is aim to know how are numberof giving medication to affect for patient’s compliance to taking medication.
This study included non-experimental research that is analytic systemand collect of data prospective, data used materials, such as: medical records, jobsheets that recorded the total number of drugs, the number of drug classes, and thenumber of drugs received by the patients, and worksheets that recorded patient ofremaining drugs. The data was also collected from structured interviews withpatients. The data were analyzed use by statistically in accuracy of 95% (p> 0.05).
The study involved 93 outpatients at Poli Geriatri of RSUP Dr. SardjitoYogyakarta. The result of the study is show a correlation between the number ofdrug types, drug classes and the total of drug’s which were given to the patientswith the patient’s compliance rate that was significant. The effect of givingmedication doses toward the patient’s compliance was significant
Key words: Compliance, outpatients, elderly patient
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................ii
PAGE TITLE .....................................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... .....vii
PRAKATA.......................................................................................................viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................xi
INTISARI..........................................................................................................xii
ABSTRACT.......................................................................................................xiii
DAFTAR ISI....................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL...........................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xix
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
1. Permasalahan...........................................................................................5
2. Keaslian Penelitian..................................................................................5
3. Manfaat Penelitian ..................................................................................6
B. Tujuan Penelitian ..........................................................................................6
1. Tujuan Umum ........................................................................................6
xv
2. Tujuan Khusus ........................................................................................7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.................................................................8
A. Pharmaceutical Care ....................................................................................8
B. Lanjut Usia…………………………………………………………………9
C. Ketaatan Minum Obat Pasien (Patient Compliance) ..................................18
D. Pasien Rawat Jalan......................................................................................20
E. Landasan Teori............................................................................................21
F. Hipotesis......................................................................................................22
BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................23
B. Variabel Penelitian .....................................................................................23
C. Definisi Operasional....................................................................................23
D. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................24
E. Subjek Penelitian.........................................................................................24
F. Bahan Penelitian..........................................................................................26
G. Instrumen Penelitian....................................................................................26
H. Jalannya Penelitian......................................................................................26
1. Tahap Persiapan ....................................................................................26
2. Tahap Pengambilan Data ......................................................................26
3. Tahap Pengolahan Data.........................................................................27
I. Tata Cara Analisis Hasil..............................................................................27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................30
A. Karakteristik Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito ......31
xvi
B. Pengaruh Jumlah Jenis Obat Yang Diberikan Terhadap Ketaatan Minum Obat
Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito…………………34
C. Pengaruh Jumlah Golongan Obat Yang Diberikan Terhadap Ketaatan Minum
Obat Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito……………36
D. Pengaruh Jumlah Total Obat Yang Diberikan Terhadap Ketaatan Minum
Obat Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito…………….38
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................41
A. Kesimpulan .................................................................................................41
B. Saran............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................44
LAMPIRAN......................................................................................................47
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………74
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Profil Umur Pasien............................................................ 31
Tabel II. Profil Jenis Kelamin Pasien................................................. 32
Tabel III. Data Pasien Yang Memiliki Sisa Obat ………….................... 32
Tabel IV. Faktor Yang Menyebabkan Sisa Obat ….................................. 32
Tabel V. Profil Ketaatan dan ketidaktaatan pasien ……………… 33
Tabel VI. Gambaran Golongan obat yang diberikan kepada pasien … 36
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur pasien Rawat Jalan Peserta Askes ................................ 20
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan Wawancara…………………………................ 47
Lampiran 2. Data Karakteristik Pasien.........…………………………... 48
Lampiran 3. Data Jumlah Total Obat yang Diberikan kepada Pasien dansisanya pada akhir bulan…………………. 51
Lampiran 4. Data Jumlah Jenis Obat yang Diberikan kepada Pasien dansisanya pada akhir bulan...............…………………. 55
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Data Jumlah Golongan Obat yang Diberikan kepada Pasien
dan sisanya pada akhir bulan ………………………...
Data obat yang diberikan kepada pasien……………..
59
63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah lanjut usia (lansia) perlu mendapat perhatian karena jumlahnya
yang terus bertambah setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah orang lanjut usia tidak
lepas dari keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional terutama dalam
bidang medis atau bidang kesehatan seperti majunya pelayanan kesehatan,
menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi, dan
meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi (Nugroho, 2000).
Data BPS menunjukkan bahwa jumlah lanjut usia terus meningkat dari 5,3
jiwa (1971), meningkat menjadi 14,4 juta (2000) dan diperkirakan pada tahun 2020
mencapai 28,8 juta jiwa. Selain itu data lain juga menunjukkan pada tahun 1990
jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia adalah sekitar 16 juta dan pada tahun 2005
diperkirakan mencapai 19,9 juta atau 8,48% dari total penduduk saat itu. Kesehatan
para lanjut usia semakin menurun sehingga perlu mendapat perhatian khusus (Tapan,
2009 dan Kuntari, 2002).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, jumlah lansia di
Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari jumlah tersebut, 14 persen di antaranya
berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atau yang merupakan daerah paling
tinggi lansianya. Disusul Provinsi Jawa Tengah (11,16 persen), Jawa Timur (11,14
persen, Bali (11,02 persen) (Soelistiono,2009).
2
Meningkatnya populasi lanjut usia membuat kita perlu mengantisipasi
terjadinya peningkatan jumlah pasien lanjut usia yang memerlukan bantuan dan
perawatan medis. Dengan bertambahnya usia tidak dapat dihindari terjadinya
penurunan kondisi fisik, baik berupa berkurangnya kekuatan fisik yang menyebabkan
individu menjadi cepat lelah maupun menurunnya kecepatan reaksi yang
menyebabkan gerak-geriknya menjadi lamban (Anonim, 2009).
Lanjut usia mengalami penurunan kesehatan fisik dan psikis. Penurunan
fisik ditandai dengan serangan penyakit dan munculnya keluhan mudah letih, mudah
lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indera dan menurunnya
konsentrasi. Menurunnya fungsi psikis ditandai dengan penurunan fungsi kognitif dan
psikomotorik. Fungsi kognitif meliputi meliputi proses belajar, persepsi pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia
menjadi semakin lambat, sedangkan fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, dan koordinasi
yang menyebabkan lanjut usia menjadi kurang cekatan ( Anonim, 2009).
Sepuluh penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah: Stroke (15,10%),
hipertropi prostat (11,83%), diabetes melitus (9,79%), kanker (9,39%), penyakit
jantung (7,76%), hipertensi (6,53%), pneumonia (5,71%), asma bronkhial (3,67%),
gagal ginjal (2,86%) dan gastritis (2,48%) ( Jamal, Hestining, dan Raharni, 2000).
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) Lansia biasanya menggunakan obat
lebih banyak dibanding kelompok usia lain. Mereka mengkonsumsi 30 % obat yang
3
diresepkan dan 40 % obat bebas. Masalah biasanya timbul ketika terjadi interaksi
obat, efek obat multipel, polifarmasi dan ketidakpatuhan.
Diagnosa dan pemilihan obat yang benar dari tenaga kesehatan belum
menjadi jaminan keberhasilan suatu terapi jika tidak diikuti dengan kepatuhan pasien
dalam mengkonsumsi obat. Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-
rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya
50% sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan lebih rendah
(Anonim, 2006).
Pasien lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
menderita berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat dengan jumlah
dan macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit
pada lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan
menimbulkan masalah antara lain kemungkinan terjadinya ketidaktaatan atau
menimbulkan kebingungan dalam menggunakan obat. Di samping itu dapat
meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat (Akhmadi, 2010).
Penyakit yang diderita pasien lanjut usia biasanya bersifat multipatologis,
sehingga membutuhkan terapi yang kompleks. Penggunaan obat pada pasien lanjut
usia memerlukan perhatian khusus karena adanya perubahan farmakokinetik dan
farmakodinamik obat terkait proses penuaan. Efek samping dan interaksi obat
meningkat seiring bertambahnya jumlah obat yang dikonsumsi. Banyaknya jenis
golongan obat dan kompleksitas rejiment pengobatan membuat pasien geriatri yang
4
memiliki kemampuan kognitif dan fisik yang sudah menurun menjadi tidak taat
terhadap rejimen pengobatan yang telah ditetapkan (Trisna, 2009).
Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi kataatan minum obat
pasien geriatri seperti faktor dari luar pasien misalnya faktor lingkungan, faktor sosial
ekonomi dan faktor kompleksitas rejimen pengobatan dan faktor dari dalam diri
pasien misalnya sering timbul rasa tidak yakin akan khasiat obat, lupa, bosan karena
obat diberikan dalam jumlah banyak, gejala penyakit sudah hilang, adanya efek
samping, takut ketergantungan, rasa obat yang tidak enak, adanya keterbatasan
kemampuan fisik, gangguan kesehatan jiwa, atau kurangnya pemahaman tentang
penyakit dan obat yang digunakannya ( Anonim, 2006 dan Trisna, 2009).
RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit pendidikan yang berorentasi di
bidang kesehatan dan pendidikan. Sebagai rumah sakit pendidikan, RS Dr. Sardjito
sering digunakan sebagai tempat pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai
macam obat dan teknik pengobatan baru. Di sana tersedia segala fasilitas dan tenaga
ahli yang kompeten di bidangnya. Rumah sakit umum pemerintah Dr. Sardjito
memiliki Poli geriatri yaitu unit pelayanan yang khusus melayani pengobatan pasien
usia lanjut yang menjalani pengobatan rawat jalan.
Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di rumah
sakit, secara berkala datang ke rumah sakit untuk menerima pengobatan, atau pasien
rawat inap yang telah keluar dari rumah sakit namun masih harus menjalani
pemeriksaan dan pengobatan secara berkala. Ketaatan minum obat pasien rawat jalan
sulit dipantau oleh tenaga medis maupun tenaga farmasi.
5
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah ada hubungan antara jumlah pemberian obat dengan ketaatan minum
obat pasien rawat jalan di poli geriatri?
b. Apakah jumlah pemberian obat mempengaruhi ketaatan minum obat pada
pasien rawat jalan di poli geriatri?
c. Apakah ada hubungan antara jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien
dengan ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri?
d. Apakah jumlah jenis obat yang diberikan mempengaruhi ketaatan minum obat
pasien rawat jalan di poli geriatri?
e. Apakah ada hubungan antara jumlah golongan obat yang diberikan kepada
pasien dengan ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri?
f. Apakah jumlah golongan obat yang diberikan kepada pasien mempengaruhi
ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan
minum obat pada pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr. Sardjito sebelumnya
pernah dilakukan oleh Perwitasari (2002) dengan judul hubungan antara jumlah
pemberian obat terhadap kepatuhan minum obat pasien rawat jalan usia lanjut peserta
asuransi kesehatan di poli geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Yang membedakan
penelitian ini dengan yang sebelumnya adalah kajian mengenai jumlah obat.
6
Penelitian sebelumnya mengkaji jumlah total obat dan jumlah golongan obat pada
sistem kardiovaskular, sedangkan penelitian ini mengkaji jumlah total obat, jumlah
jenis obat dan jumlah golongan obat yang digunakan pasien di poli geriatri RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Perbedaan lainnya adalah waktu penelitian dan pendekatan teori
dalam memecahkan masalah. Penelitian tentang kepatuhan yang juga pernah
dilakukan adalah Sirait (2003) penelitian kepatuhan penggunaan obat DM tipe-2 di
instalasi rawat inap RS Panti Rapih Yogyakarta.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses
terapi oleh farmasis terutama dalam hal pemberian obat terhadap pasien rawat jalan di
poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan terapi obat.
b. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk
mendeskripsikan pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan minum obat
pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh jumlah
pemberian obat terhadap ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri
RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
7
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui hubungan antara jumlah pemberian obat dengan ketaatan minum
obat pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
b. Mengetahui pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan minum obat
pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
c. Mengetahui hubungan antara jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien
dengan ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito
Yogyakarta.
d. Mengetahui pengaruh jumlah jenis pemberian obat terhadap ketaatan minum obat
pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
e. Mengetahui hubungan antara jumlah golongan obat yang diberikan kepada pasien
dengan ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito
Yogyakarta
f. Mengetahui pengaruh jumlah golongan obat terhadap ketaatan minum obat pasien
rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pharmaceutical Care
Menurut International Pharmaceutical Federation (FIP), Pharmaceutical
care adalah tanggung jawab pemberi pelayanan obat sampai timbulnya dampak yang
jelas atau terjaganya kualitas hidup pasien. Asuhan kefarmasian yang sering disebut
Pharmaceutical care berdampak pada keadaan kesehatan pasien, meningkatkan
kualitas kesehatan dan ketepatan biaya dalam sistem kesehatan. Apoteker memiliki
tangung jawab terhadap obat yang diberikan sekaligus memberikan jaminan bahwa
obat yang diberikan itu telah sesuai dengan standar pengobatan (Anonim, 2010 a).
Tujuan akhir dari pharmaceutical care adalah meningkatkan kualitas hidup
pasien melalui pencapaian hasil terapi yang diinginkan secara optimal ( Trisna, 2010).
Hasil terapi yang diharapkan seperti sembuh dari penyakit, hilangnya gejala penyakit,
diperlambatnya proses penyakit dan pencegahan terhadap suatu penyakit. Apoteker
memiliki peranan dalam pharmaceutical care yaitu mengidentifikasi masalah yang
berkaitan dengan penggunaan obat (DRP= Drug related problem), mengatasi DRP
yang terjadi dan mencegah DRP.
Pelaksanaan pharmaceutical care untuk pasien usia lanjut berbeda dengan
pasien usia dewasa. Umumnya pasien lanjut usia mempunyai banyak masalah
kesehatan yang bersifat kronik dan mendapat banyak jenis obat. Penggunaan obat
pada pasien usia lanjut memerlukan perhatian khusus karena adanya perubahan
9
farmakokinetik dan farmakodinamik obat terkait proses penuaan. Resiko terjadinya
reaksi yang tidak diharapkan (adverse drug reactions) dan interaksi obat akan
meningkat seiring bertambahnya jumlah obat yang dikonsumsi. Banyaknya jenis obat
dan rumitnya rejimen pengobatan membuat pasien lanjut usia, yang kemampuan
kognitif dan fisiknya sudah mengalami penurunan, menjadi tidak patuh terhadap
rejimen pengobatan yang telah ditetapkan. Selain itu, kondisi psikososial pasien
lanjut usia sangat potensial memperburuk status kesehatannya ( Trisna, 2010).
B. Lanjut Usia
1. Definisi Lanjut Usia
Geriatri berasal dari kata geros yang berarti usia lanjut dan iatreia yang
berarti mengobati. Jadi geriatri merupakan pengobatan yang dilakukan pada usia
lanjut (Suryono, 2001). Geriatri merupakan bagian dari gerontologi yang mengkaji
aspek-aspek klinis, preventif dan teraupetis pada lanjut usia. Nugroho (2000)
menjelaskan tujuan keberadaan geriatri adalah mempertahankan derajat kesehatan
para lanjut usia sehingga terhindar dari penyakit, memelihara kesehatan lanjut usia
dengan aktivitas fisik dan mental, dan merangsang petugas kesehatan untuk
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang baik kepada para lanjut usia.
Menurut undang-undang No. 13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas dan menurut
10
WHO, pembagian kategori usia lanjut adalah Elderly (60-74 tahun), old (75-90
tahun), dan very old (>90 tahun) (Nugroho, 2000).
Lanjut usia merupakan golongan umur yang paling banyak mengkonsumsi
obat. Obat yang sering dikonsumsi adalah obat-obat kardiovaskular, antihipertensi,
analgesik dan anti-inflamasi. Meningkatnya jumlah obat yang harus diminum
mengurangi kepatuhan pasien sehingga terjadi medication error ( Info POM, 2009
dan Suryono, 2001).
2. Proses Penuaan
Menurut (Tambayong, 2000) Penuaan merupakan suatu proses
multidimensional, yakni mekanisme perusakan dan perbaikkan di dalam tubuh yang
terjadi secara bergantian pada kecepatan dan saat yang berbeda-beda. Ada beberapa
teori penuaan yaitu:
a. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan bagian dari molekul yang tidak utuh lagi karena
sebagian telah lepas. Bagian yang telah lepas akan melekat pada molekul lain
kemudian merusak dan mengubah fungsi molekul yang bersangkutan. Dalam proses
menua, kecepatan pembentukan radikal bebas semakin cepat sehingga semakin
banyak molekul yang rusak.
b. Teori Imun
Teori imun menganggap proses penuaan itu sebagai proses autoimun artinya
sistem imun tubuh tidak dapat lagi mengenali sel-selnya sendiri. Respon autoimun
merusak sel, termasuk sel-sel imuno yang kompeten sehingga kekebalan tubuh
11
menurun dan mudah terkena berbagai penyakit infeksi, kanker, penyakit degeneratif,
dan penyakit auto-imun.
c. Teori hubungan silang
Teori silang juga sering disebut teori kolagen. Hubungan silang terjadi di
antara struktur yang biasanya terpisah yang ditandai dengan terjadinya perubahan
dalam jaringan ikat sehingga kolagen tua menjadi kurang larut, lebih kaku, dan
mengakibatkan turunnya permeabilitas sel. Turunnya permeabilitas sel mengahambat
penghantaran nutrien.
3. Perubahan Sistem Tubuh akibat Penuaan
(Smeltzer dan Bare, 2002) mendeskripsikan perubahan sistem tubuh terkait
dengan pertambahan usia sebagai berikut:
a. Perubahan sistem kardiovaskular
Seiring dengan pertambahan usia, terjadi perubahan struktur normal
jantung dan sistem vaskular yang mengakibatkan kemampuannya untuk untuk
berfungsi secara efisien menurun. Jantung mengalami gangguan seperti penurunan
curah jantung, penurunan kemampuan merespons stres, frekuensi jantung dan volume
sekuncup tidak meningkat dengan kebutuhan maksimal, dan kecepatan pemulihan
jantung lebih lambat. Gangguan pada sistem vaskular terjadi karena adanya timbunan
kalsium dan lemak di dalam dinding arteri sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah.
12
b. Perubahan sistem pernafasan
Pertambahan usia mempengaruhi kapasitas dan fungsional paru seperti
peningkatan rigiditas paru, pengurangan luas permukaan alveoli, dan berkurangnya
elastisitas otot pernafasan yang menyebabkan peningkatan volume residual paru,
penurunan kapasitas pertukaran gas, dan kapasitas difusi. Aktivitas siliaris berkurang
sehingga terjadi penurunan efisiensi batuk yang menyebabkan lansia rentan terhadap
infeksi respirasi.
c. Perubahan integumen
Integumen merupakan organ yang membatasi tubuh dengan lingkungan
luar. Kulit memiliki fungsi yang penting seperti sebagai pelindung bagian dalam
tubuh, melindungi tubuh dari perubahan suhu, indera peraba dan sebagai alat
ekskresi. Dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan intrinsik dan ekstrinsik yang
mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit. Lapisan epidermis dan dermis kulit
menjadi lebih tipis, serat elastik berkurang jumlahnya sehingga kolagen menjadi
kaku. Kapiler di kulit berkurang mengakibatkan penurunan suplai darah. Perubahan-
perubahan tersebut menyebabkan hilangnya kekenyalan kulit, kulit menjadi keriput
dan bergelambir dan kulit akan kering sehingga rentan terhadap gatal-gatal dan iritasi.
d. Perubahan sistem reproduksi
Pada wanita, produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium akan menurun
saat monopause. Wanita lansia akan mengalami perubahan sistem reproduksi
meliputi penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan hilangnya
elastisitas, penurunan sekresi cairan vagina yang menyebabkan kekeringan, gatal dan
13
penurunan keasaman vagina. Perubahan tersebut menyebabkan nyeri dan pendarahan
vagina saat bersenggama. Pada pria lansia, ukuran penis dan testis berkurang dan
kadar androgen juga berkurang.
e. Perubahan genitourinaria
Sistem genitourinaria tetap berfungsi pada individu lansia, meskipun terjadi
penurunan massa ginjal akibat kehilangan beberapa nefron sehingga terjadi
penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal meliputi penurunan laju filtrasi,
penurunan fungsi tubuler dengan penurunan efisiensi dalam resorbsi dan pemekatan
urin, dan perlambatan restorasi keseimbangan asam basa terhadap stress. Ureter,
kandung kemih dan uretra kehilangan otot tonus ototnya. Kapasitas kandung kemih
berkurang dan individu lansia tidak mampu lagi megosongkan kandung kemihnya
dengan sempurna. Retensi urin yang terjadi akan meningkatkan resiko infeksi.
f. Perubahan gastrointestinal
Sepanjang hidup fungsi gastrointestinal tetap berjalan. Pada lansia, penyakit
periodontal menyebabkan gigi berlubang dan ompong. Terjadi penurunan salivasi
sehingga mereka mengalami kesulitan menelan makanan. Sfingter gastroesofagus
gagal berelaksasi sehingga pengosongan esofagus melambat. Penurunan motalitas
gaster memperlambat pengosongan lambung. Konstipasi juga sering dialami individu
lansia, karena kurangnya makanan berserat, penggunaan laksatif jangka panjang,
menunda defekasi, efek samping pengobatan, masalah emosional, kurangnya
masukkan cairan dan kelebihan makanan berlemak
14
.
g. Perubahan Muskulosletal
Individu lansia mengalami pengurangan kepadatan tulang, kehilangan
ukuran dan kekuatan otot, dan degenerasi tulang rawan sendi.
h. Perubahan sistem saraf
Struktur dan fungsi sistem saraf berubah dengan bertambahnya usia.
Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel saraf yang tidak bisa
diganti. Terjadi penurunan sintesis dan metabolisme neurotransmiter utama. Implus
saraf dihantarkan lebih lambat, sehingga lansia memerlukan waktu lebih lama untuk
merespon dan bereaksi. Kinerja sistem saraf otonom berkurang efisiensinya. Individu
lansia cepat bingung saat sakit fisik, kehilangan orientasi lingkungan sering pingsan
dan kehilangan keseimbangan.
i. Perubahan sensorik
Organ sensorik penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penciuman
membantu kita berkomunikas dengan lingkungan. Pada lansia terjadi penurunan
fungsi sensorik yang mengenai semua organ sensorik sehingga mengganggu
hubungan mereka dengan lingkungan.
Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan lain yang terjadi pada
lanjut usia adalah:
a. Perubahan Sel
Jumlah sel berkurang, ukuran selnya lebih besar, berkurangnya jumlah
cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular, menurunnya proporsi protein di
15
otak, otot, ginjal, darah dan hati, jumlah sel otak menurun, dan terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
b. Perubahan sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, menurunnya aktivitas tiroid,
menurunnya BMR= Basal Metabolic Rate, menurunnya produksi aldosteron, dan
menurunya sekresi hormon kelamin, seperti progesteron, estrogen dan testeron.
c. Perubahan yang berhubungan dengan pemakaian obat
Usia lanjut mengalami perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik.
Perubahan farmakokinetik seperti perubahan absorbsi obat, distribusi obat,
metabolisme dan perubahan ekskresi obat. Sedangkan perubahan farmakodinamik
terjadi karena penurunan respon homeostatis tubuh terhadap obat (Anonim, 2010).
4. Penyakit Pada Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2000), penyakit-penyakit yang sering dijumpai pada
lanjut usia adalah:
a. Penyakit sistem Paru
Fungsi paru-paru mengalami kemunduran yang disebabkan berkurangnya
elastisitas jaringan paru-paru dan dinding dada. Berkurangnya fungsi paru-paru pada
lanjut usia menyebabkan menurunnya pasokan oksigen. Penyakit yang mengganggu
sistem paru seperti Pnemonia, Tuberkolosis, Bronkitis dan kanker paru.
b. Penyakit Jantung dan pembuluh Darah
Pada lanjut usia, terjasi arteriesklerosis yang dapat menghambat aliran darah
dan memicu jantung bekerja lebih keras sehingga terjadi hipertensi. Jika terjadi
16
penghambatan aliran darah, pasokan oksigen ke jaringan juga terhambat. Kejadian ini
dapat menyebabkan Stroke, infark miokard akut, prinzmetal angina dan angina
pektoris.
c. Penyakit pencernaan makanan
Penyakit pencernaan makanan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
Ulkus peptikum. Gastritis merupakan suatu proses inflansi pada lapisan mukosa dan
sub mukosa lambung. Insidensi gastritis meningkat dengan lanjutnya proses menua.
d. Penyakit pada sistem Urogenital
Perandangan pada sistem urogenital terutama dijumpai pada wanita lanjut
usia berupa peradangan pada kandung kemih karena adanya sisa air seni. Pada pria
lanjut usia, sisa air seni dalam kandung kemih dapat disebabkan pembesaran kelenjar
prostat.
e. Penyakit gangguan endokrin
Penyakit metabolik pada lanjut usia pada umumnya karena menurunnya
produksi hormon. Penyakit metabolik tersebut adalah DM dan osteoporosis.
f. Penyakit pada persendian dan tulang
Penyakit pada sendi timbul akibat degenerasi atau kerusakan pada
permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dialami oleh lanjut usia. Hampir 8 %
orang-orang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada sendi-sendi, biasanya
persendian pada jari-jari, sendi-sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul) dan
tulang punggung. Nyeri akut pada persendian disebabkan oleh gout (pirai) karena
gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh.
17
5. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemberian obat untuk lanjut
usia
Prinsip pengobatan pada pasien lanjut usia adalah selalu mengutamakan
pengobatan non farmakologis apabila memungkinkan, karena dengan cara ini dapat
mengurangi terjadinya efek samping. Apabila perlu diberikan obat, maka pemberian
obat harus memperhatikan hal tertentu untuk mencegah terjadinya efek samping atau
hal lain yang tidak diinginkan dalam proses terapi. Menurut Suryono (2001), hal-hal
yang harus diperhatikan pada pemberian obat pasien lanjut usia adalah:
a. Alasan pemberian obat harus kuat
Tidak semua penyakit memerlukan obat. Pada pasien usia lanjut, obat
diberikan kepada mereka yang menderita penyakit yang benar-benar membutuhkan
obat. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping.
b. Sebelum memberi obat, hal lain yang harus dilakukan adalah anamnesis terhadap
kebiasaan pasien.
Perlu dipertimbangkan apakah pasien sebelumnya sering merokok, minum
alkohol atau kofein, karena kebiasaan tersebut sering mempengaruhi obat-obatan.
c. Mengetahui efek farmakologi obat yang diberikan
d. Pemberian dimulai dengan dosis kecil
Dosis yang dianjurkan oleh produsen sering terlalu tinggi untuk pasien
lanjut usia. Hal tersebut dapat memberikan efek samping, mengingat organ-organ
eliminasi lanjut usia mengalami penurunan fungsi.
e. Cara pemberian obat sesederhana mungkin
18
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
f. Evaluasi secara berkala
Apabila pasien mendapat pengobatan jangka panjang, secara teratur
dilakukan evaluasi kembali. Jika ada obat yang tidak diperlukan lagi, jangan
diteruskan karena dapat menimbulkan efek yang tidak dinginkan. Obat-obat dengan
rentang teraupetik sempit perlu diukur kadarnya dalam serum secara berkala.
g. Tidak melakukan pengobatan yang berlebihan
h. Jika kondisi pasien memburuk setelah mengkonsumsi obat, ditanyakan terlebih
dahulu obat apa yang dikonsumsi pasien sebelumnya.
C. Ketaatan Minum Obat Pasien
Ketaatan pasien merupakan tingkat ketepatan perilaku seorang individu
dengan nasihat medis atau kesehatan. Masalah Ketaatan minum obat sering terjadi di
antara pasien lanjut usia karena dari mereka banyak yang memperoleh regimen terapi
yang rumit, khususnya berkaitan dengan penggunaan jumlah obat dan banyaknya
jenis obat dan juga pada pasien rawat jalan yang penggunaan obatnya tidak dikontrol
secara langsung oleh pihak rumah sakit (Siregar, 2004).
Ada beberapa jenis ketidaktaatan pasien seperti kegagalan menebus resep,
melalaikan aturan dosis yang ada, kesalahan dosis, kesalahan waktu konsumsi obat
dan penghentian minum obat sebelum waktunya. Kegagalan menebus resep terjadi
karena pasien merasa tidak memerlukan obat tersebut atau karena pasien tidak
mampu membelinya. Kesalahan waktu konsumsi obat lebih pada kesalahan minum
19
obat sesudah atau sebelum makan. Ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat
dapat memperburuk kesehatan pasien yaitu dapat menyebabkab resisten terhadap
obat-obat tertentu, kesalahan dosis, dan keracunan (Siregar, 2004).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ketidaktaatan
penggunaan obat, yaitu:
1. Bertanya kepada pasien apakah ada kesulitan untuk memakai obat, atau untuk
mengikuti petunjuk-petunjuk pemakaian.
2. Pengamatan terhadap sisa obat, cara ini sangat mudah dilakukan terutama untuk
obat-obat yang gampang dihitung, misalnya tablet dan sirup, sedangkan untuk
jenis aerosol mungkin sulit.
3. Penilaian terhadap efek farmakologik yaitu dengan melihat apakah obat yang
diberikan bermanfaat atau tidak (beberapa obat mudah dicek karena mempunyai
hubungan yang kuat antara dosis dengan timbulnya respons farmakologik).
4. Pengukuran kadar obat, cara ini lebih pasti namun memerlukan biaya karena
pengukuran kadar secara kuatitatif harus dilakukan di laboratorium (Reid, Rubin,
dan Whiting, 1985).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketaatan minum obat pasien:
1. Penyakit; pasien yang menderita penyakit kronis biasanya mendapat pengobatan
dalam waktu yang cukup lama, hal ini dapat menurunkan kepatuhan pasien.
2. Regimen terapi seperti terapi yang menggunakan obat dalam jenis dan jumlah
yang banyak dapat menurunkan kepatuhan pasien, frekuensi pemberian obat yang
besar juga menurunkan kepatuhan pasien. Kepatuhan pasien juga akan menurun
20
jika terapi yang diberikan dalam waktu lama dan memberikan efek samping,
harga obat yang mahal dan rasa obat yang tidak enak.
3. Interaksi pasien dengan tenaga kesehatan (Siregar, 2004).
Meningkatnya usia disertai dengan meningkatnya jumlah obat yang harus
dikonsumsi. Pada dasarnya, semakin banyak obat yang dikonsumsi semakin besar
besar juga resiko yang akan ditimbulkannya misalnya meningkatnya risiko efek
samping obat. Hal lain yang juga terjadi dengan meningkatnya jumlah obat yang
dikonsumsi adalah berkurang kepatuhan pasien untuk minum obat sehingga terjadi
kesalahan penggunaan obat (Anonim, 2009).
D. Pasien Rawat Jalan
Menurut Anonim (2010b), alur pasien rawat jalan peserta askes adalah
sebagai berikut:
Gambar 1. Alur pasien Rawat Jalan Peserta Askes
21
Keterangan:
1. Pasien datang ke bagian Askes untuk di verifikasi lalu mengambil no.antrian
2. Pasien melakukan Pendaftaran atau Registrasi
3. Pasien menuju Poliklinik
4. Pasien perlu layanan penunjang (Laboratorium dan Radiologi)
5. Pasien kembali ke verifikasi Askes
6. Pasien ke Poliklinik untuk dibacakan hasilnya
7. Pasien dirujuk ke Poli Spesialis dan melakukan verifikasi kembali
8. Pasien menuju ke Poli Spesialis
9. Pasien ke Apotek untuk pengesahan obat
10. Pasien ke bagian Askes untuk melakukan verifikasi obat
11. Pasien ke Apotek untuk mengambil obat
12. Pasien di rujuk Rawat Inap
13. Pasien pulang
E. Landasan teori
Pasien dikatakan taat bila tingkat ketaatannya lebih besar atau sama dengan
80%. Nilai ini dihitung berdasar jumlah obat yang dikonsumsi selama periode waktu
tertentu, dibagi dengan jumlah obat yang diresepkan untuk periode waktu tertentu
(Saman et al, 2007).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktaatan pasien lanjut usia yaitu
faktor biaya, kurangnya informasi tentang obat yang diresepkan, pasien yang
22
menerima obat dengan jumlah yang banyak, pasien yang mengalami disfungsi
kognitif dan pasien yang hidup sendiri (Alexa, dkk, 2006).
F. Hipotesis
Jumlah pemberian obat mempengaruhi ketaatan minum obat pasien rawat
jalan di Poli Geriatri RSUP Dr Sardjito Yogyakarta periode Februari-Maret 2010.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan
minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan analitik dan pengumpulan
data dilakukan secara prospektif. Sumber data penelitian ini adalah jumlah obat yang
diberikan kepada pasien berupa jumlah jenis obat, jumlah golongan dan jumlah
totalnya, dan sisa obat pasien. Selain itu data juga diperoleh dari hasil wawancara
terstruktur dengan pasien.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas ( Indipendent) adalah jumlah total obat, jumlah golongan dan
jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien
2. Variabel tergantung (dependent) adalah ketaatan minum obat pasien
C. Definisi Operasional
1. Jumlah obat yang diberikan kepada pasien adalah jumlah jenis obat, jumlah
golongan dan jumlah keseluruhan obat yang diterima pasien dari resep dokter
setelah pemeriksaan rutin di poli geriatri RSUPDr. Sardjito Yogyakarta
2. Ketaatan minum obat pasien diukur dari sisa obat pada akhir bulan terhadap
jumlah obat mula- mula. Pasien dikatakan taat jika persentase sisa obatnya adalah
lebih kecil atau sama dengan 20%.
24
3. Pasien di poli Geriatri adalah semua pasien yang berusia ≥60 tahun yang
mengunjungi poli geriatri RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta yang mendapat resep
dokter dan rutin memeriksakan diri sebulan sekali.
4. Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di rumah sakit,
secara berkala datang ke rumah sakit untuk menerima pengobatan, atau pasien
rawat inap yang telah keluar dari rumah sakit namun masih harus menjalani
pemeriksaan dan pengobatan secara berkala.
5. Poli geriatri rumah sakit Dr. Sardjito Yogyakarta adalah poli khusus untuk pasien
usia lanjut dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit Dr. Sardjito
Yogyakarta.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian Pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan minum obat
pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Februari-
Maret 2010 dilakukan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Penelitian
dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu, pada pukul 07.00-12.00 WIB, dari tanggal
3 Februari 2010- 28 Maret 2010.
E. Subyek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr.
Sardjito dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Pasien yang berusia ≥60 tahun
2. Pasien yang secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan tiap 1 bulan sekali
selama 2 bulan sebelum penelitian secara berturut-turut
25
3. Pasien peserta Askes ( Askes pensiunan PNS dan Askes Purnawirawan)
4. Pasien yang menerima obat golongan antihipertensi, diuretik,
antihiperlipidemia, antitrombotik, anti diabetik oral, antipirai, Antiangina,
Anti bakteri sistemik
Kriteria eksklusinya adalah:
1. Pasien yang menerima obat dengan aturan minum diminum saat diperlukan
2. Pasien yang menerima obat dengan bentuk sediaan salep, krim, syrup dan
inhaler.
Metode sampling dilakukan secara non random dengan metode judgment
sampling yaitu memilih sampel dari populasi berdasarkan informasi yang ingin
diperoleh (Narimawati dan Munandar, 2008).
Besar sampel ditentukan dengan rumus
N =2
2
d
xPxQZ
Keterangan:
N = Jumlah sampel P= proporsi kategori variabel yang diteliti
d = Presisi Q = 1-P Zα = derivat alfa ( Dahlan, 2009)
N= (1,96)2 x 0,5x0,5
(0,1)2
N= 96
Jadi jumlah sampel yang diambil adalah 96 sampel, dengan taraf kepercayaan 95 %.
26
F. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar rekam medis
pasien yang memeriksakan diri di poli geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
periode Februari-Maret 2010, lembar kerja yang mencatat jumlah total obat, jumlah
golongan obat dan jumlah jenis obat yang diterima pasien, dan lembar kerja yang
mencatat sisa obat pasien.
G. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan lembar wawancara. Wawancara dilakukan pada
setiap pasien saat melakukan kontrol bulan maret
H. Jalannya penelitian
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, dilakukan analisis situasi dan perijinan penelitian di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Dari hasil analisis diketahui bahwa unit yang khusus
menangani pasien lanjut usia adalah Poli geriatri. Tahap persiapan dilanjutkan dengan
pembuatan wawancara terstruktur untuk mengetahui alasan sisa obat pasien.
2. Tahap pengambilan data
Pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Jumlah total obat, jumlah
jenis dan jumlah golongan obat yang diterima pasien saat pemeriksaan bulan Februari
dihitung sebagai variabel bebas, kemudian pada bulan Maret sisa obat pasien dihitung
untuk menentukan variabel tergantung. Variabel tergantung ditentukan dengan
menghitung persentase sisa obat pasien terhadap jumlah obat yang diterima. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya sisa obat dilakukan wawancara dengan pasien.
27
Informasi yang ingin dicari pada saat wawancara adalah nama; usia, jumlah obat
(jumlah jenis, golongan dan total) di awal kontrol Bulan Februari, jumlah sisa obat
saat kontrol bulan Maret, alasan penyebab ketidaktaatan dengan pilihan aturan minum
terlalu rumit, bosan, takut efek samping obat (disebutkan), ukuran obat, lupa dan
pasien menilai obat tidak memberi manfaat bagi perbaikan kondisi kesehatan
mereka.
3. Tahap pengolahan Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel. Karakteristik pasien
diolah dengan menghitung persentasenya. Data jumlah obat yang diberikan kepada
pasien dan data sisa obat kemudian diolah secara statistik dengan uji regresi-korelasi
dengan taraf kepercayaan 95%.
I. Tata Cara Analisis Hasil
1) Subyek uji dibagi menjadi 2 kelompok umur yaitu:
- Usia 60-74 tahun
- Usia 75- 90 tahun
2) Persentase jumlah pasien geriatri dari kedua kelompok umur dihitung dengan
rumus : % pasien = %100xpasiennkeseluruhajumlah
umurkelompokpadapasienJumlah
3) Persentase jenis kelamin pasien dihitung dengan rumus
% Pasien = %100/min
xpasiennkeseluruhaJumlah
PLkelajenisdenganpasienJumlah
4) Persentase ketaatan pasien dihitung dengan rumus
28
% Pasien =
%100//(
xobatnkeseluruhajumlah
golonganjumlahjenisjumlahtotaljumlahobatsisaJumlah
5) Uji normalitas jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien
6) Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara dua variabel, masing-masing
kelompok umur diuji statistik dengan uji korelasi dengan taraf kepercayaan 95%
antara jumlah obat yang diberikan kepada pasien (variable bebas) dengan sisa
obat ( Variable tergantung). Jika data yang diperoleh memiliki distribusi yang
normal, diuji dengan uji Korelasi Person. Dan sebaliknya jika distribusi data tidak
normal, diuji dengan uji Korelasi Spearman (Wahyono, 2009).
7) Korelasi antara jumlah obat yang diberikan kepada pasien (variable bebas)
dengan sisa obat ( Variable tergantung) dikatakan signifikan jika nilai probabilitas
yang diperoleh adalah < 0,05 berarti Hi diterima (Hi == Jumlah pemberian obat
berhubungan ketaatan minum obat pasien rawat jalan di Poli Geriatri RSUP Dr
Sardjito Yogyakarta periode Februari-Maret 2010). Sebaliknya jika nilai
probabilitas yang diperoleh adalah > 0,05 maka korelasi antara jumlah obat yang
diberikan kepada pasien (variable bebas) dengan sisa obat ( Variable tergantung)
tidak signifikan berarti H0 diterima (H0 = Jumlah pemberian obat tidak
berhubungan ketaatan minum obat pasien rawat jalan di Poli Geriatri RSUP Dr
Sardjito Yogyakarta periode Februari-Maret 2010).
29
8) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan
minum pasien dilakukan uji statistik menggunakan regresi linier dengan taraf
kepercayaan 95%. Jika nilai probabilitasnya < 0,05 maka pengaruh jumlah
pemberian obat terhadap ketaatan minum obat pasien adalah signifikan, Hi
diterima (Hi == Jumlah pemberian obat mempengaruhi ketaatan minum obat
pasien rawat jalan di Poli Geriatri RSUP Dr Sardjito Yogyakarta periode
Februari-Maret 2010), sebaliknya jika nilai probabilitas > 0,05 maka pengaruh
jumlah pemberian obat terhadap ketaatan minum obat pasien adalah tidak
signifikan, H0 diterima (H0 = Jumlah pemberian obat tidak berhubungan ketaatan
minum obat pasien rawat jalan di Poli Geriatri RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
periode Februari-Maret 2010). Besarnya pengaruh jumlah pemberian obat
terhadap ketaatan minum pasien dilihat dari nilai R square, semakin mendekati
100% maka pengaruhnya semakin kuat. Nilai koefisien a dan b ditentukan untuk
membuat persamaan Y = a + bx.
9) Analisis faktor yang menyebabkan terjadinya sisa obat secara deskriptif melalui
wawancara dengan pasien.
10) Persentase faktor penyebab sisa obat dihitung dengan rumus
% pasien = %100xobatsisamemilikiyangpasiennkeseluruhajumlah
obatsisapenyebabfaktordenganpasienjumlah
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketaatan minum obat pasien merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan terapi. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi ketaataan minum obat
pasien yaitu faktor pasien dan faktor obat. Penelitian mengenai pengaruh jumlah
pemberian obat terhadap ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri
RSUP Dr Sardjito meneliti bagaimana faktor obat yaitu jumlah obat (jumlah total
obat, jumlah jenis dan jumlah golongan obat) mempengaruhi ketaatan minum obat
pasien. Ketidaktaatan pasien dapat menyebabkan gagalnya terapi dan meningkatnya
biaya kesehatan. Ketidaktaataan pasien diketahui dengan menghitung jumlah sisa
obat pasien dan kemudian menghitung persentasenya terhadap jumlah obat yang
diberikan kepada pasien.
Ulasan hasil penelitian tentang pengaruh jumlah pemberian obat terhadap
ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr Sardjito dibagi
dalam empat bagian yaitu bagian yang pertama deskripsi mengenai karakteristik
pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr. Sardjito, bagian yang kedua penulis akan
memaparkan bagaimana pengaruh jumlah jenis obat terhadap ketaatan minum obat
pasien, bagian yang ketiga pengaruh jumlah golongan obat terhadap ketaatan minum
obat pasien dan bagian yang keempat pengaruh jumlah total obat yang diberikan
terhadap ketaatan minum obat pasien.
31
A. Karakteristik Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito
Dari hasil perhitungan, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 96 pasien, selama proses penelitian tiga pasien tidak memenuhi kriteria inklusi
sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 93 pasien. Karakteristik pasien yang
akan dibahas adalah umur, jenis kelamin, jumlah pasien dengan sisa obat, alasan
pasien memiliki sisa obat dan tingkat ketaatan pasien. Karakteristik pasien
dideskripsikan untuk menjelaskan keadaan pasien yang menjadi subyek penelitian.
Karakteristik pasien akan dideskripsikan dalam tabel I, II , III ,IV, dan V.
Berdasarkan umur, pasien dibagi dalam 2 kelompok umur yang ditampilkan
pada tabel berikut:
Tabel I. Profil Umur PasienNo Kelompok Umur Jumlah Prosentase (%)1. 60- 74 Tahun 52 55,92. 75-90 Tahun 41 44,1
Jumlah 93 100
WHO membagi lanjut usia dalam tiga kategori yaitu Elderly (60-74 tahun),
old (75-90 tahun), dan very old (>90 tahun). Dari hasil penelitian hanya terdapat dua
kategori yaitu Elderly (60-74 tahun), old (75-90 tahun). Hal tersebut terjadi karena
pasien yang dipakai sebagai subyek penelitian adalah pasien rawat jalan dan pasien
yang berusia >90 tahun mengalami penurunan kemampuan psikomotorik termasuk
untuk memeriksakan kesehatan secara rutin ke poli geriatri. Dari tabel I dapat dilihat
bahwa persentase umur pasien yang paling banyak terdapat pada kelompok umur
32
60-74 tahun yaitu 55,9 %, kemudian diikuti dengan kelompok umur 75-90 tahun
yaitu 44,1 %.
Tabel II. Profil Jenis Kelamin PasienNo Jenis kelamin Jumlah Prosentase (%)1. Laki-laki 53 57,02. Perempuan 40 43,0
Jumlah 93 100
Tabel III menunjukkan bahwa jumlah pasien dengan jenis kelamin laki-laki
adalah sebesar 57,3 % dan perempuan sebesar 43,7 %.
Tabel III. Data Pasien Yang Memiliki Sisa ObatPasien dengan sisa obat 31
Persentase ( %) 33,3
Parameter untuk mengetahui ketaatan pasien adalah dengan menghitung sisa
obat pasien pada akhir bulan (30 hari setelah menerima obat). Dari tabel III dapat
dilihat bahwa pasien yang memiliki sisa obat pada akhir bulan sebanyak 31 pasien
dengan persentasenya terhadap jumlah seluruh pasien adalah 33,3 %.
Dari hasil wawancara dengan pasien, diketahui ada faktor lain yang
menyebabkan sisa obat yaitu pasien merasa bosan, pasien lupa dan pasien takut efek
samping.
Tabel IV. Faktor Yang Menyebabkan Sisa ObatNo Faktor yang menyebabkan sisa
obatJumlah pasien Prosentase (%)
1. Bosan 11 35,52. Lupa 18 58,03 Takut Efek samping Obat 2 6,5
Jumlah 31 100
33
Berdasarkan tabel IV jumlah pasien yang merasa bosan adalah 11 pasien
dengan persentase 35,5 %, pasien yang lupa minum obat sebanyak 18 pasien dengan
persentase 63,64 % dan pasien yang takut akan efek samping adalah 2 pasien dengan
persentase 6,5 %. Sebagian besar pasien memiliki sisa obat karena faktor lupa. Hal ini
bisa terjadi karena pasien merupakan pasien lanjut usia yang sudah mengalami
penurunan fungsi kognitif yaitu meliputi proses belajar, pemahaman, pengertian dan
perhatian.
Pasien dikatakan taat jika tingkat ketaatannya lebih besar atau sama dengan
80 % (Saman et al, 2007). Persentase tersebut merupakan persentase jumlah obat
yang dihabiskan pasien terhadap jumlah keseluruhan obat yang diberikan kepada
pasien. Pasien dikatakan tidak taat jika persentase sisa obat pasien > 20 %. Persentase
sisa obat dihitung dari jumlah sisa obat pada akhir bulan dibagi jumlah obat yang
diberikan kepada pasien pada awal bulan, kemudian dikali 100%.
Tabel V. Profil Ketaatan dan ketidaktaatan pasienPasien Yang Taat Pasien yang tidak taatNo Jumlah obat
Jumlahpasien
% pasien JumlahPasien
% Pasien
1. Jumlah total obat 85 91,4 8 8,62. Jumlah Jenis Obat 62 66,7 31 33,33. Jumlah Golongan Obat 62 66,7 31 33,3
Data dari tabel V menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah total obat,
jumlah pasien yang memiliki tingkat ketaatan lebih besar atau sama dengan 80 %
(pasien taat) adalah 85 pasien dengan persentase 91,4 % sedangkan pasien dengan
persentase sisa obat lebih besar dari 20 % (tidak taat) adalah 8 pasien dengan
34
persentase 8,6 %. Berdasarkan jumlah jenis obat, pasien yang taat adalah sebesar 62
pasien dengan persentase 66,7 dan yang tidak taat 31 pasien dengan persentase 33, 3
%. Dari sisi jumlah golongan obat, pasien yang taat adalah 62 pasien dengan
persentase 33,3 % sedangkan yang tidak taat sebesar 33,3 %.
Analisis tentang pengaruh jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien
terhadap ketaatan minum obat pasien diawali dengan uji normalitas.Uji normalitas
adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data sesuai dengan
kurva Gaussian dimana 68 % data berada pada simpangan baku -1-1 dan 95 % data
berada pada simpangan baku -2-2. Data yang digunakan dalam uji normalitas adalah
jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien dan data sisa obat pasien, yang diuji
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil uji normalitas diperoleh
nilai probabilitasnya adalah 0.000 yang menunjukkan data tidak terdistribusi normal.
Karena data hasil penelitian tidak terdistribusi normal, maka untuk mengetahui
korelasi antara jumlah obat yang diberikan kepada pasien dengan persentase sisa obat
menggunakan uji non parametrik yaitu uji Spearman.
B. Pengaruh Jumlah Jenis Obat Yang Diberikan Terhadap KetaatanMinum Obat Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito
Penyakit yang diderita oleh pasien lanjut usia biasanya bersifat
multipatologis. Keadaan tersebut yang menyebabkan mereka harus mengkonsumsi
beberapa jenis obat yang berbeda. Dari hasil penelitian pasien menerima 1 sampai 5
jenis obat. Uji korelasi Spearman menggunakan data jumlah jenis obat yang diberikan
35
kepada pasien sebagai variabel bebas (X) dan sisa jenis obat sebagai variabel
tergantung (Y).
Dari hasil uji korelasi diperoleh nilai probabilitas 0,002 < 0,05 yang berarti
korelasi antara jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien dengan ketaatan
minum obat pasien adalah signifikan. Korelasi menunjukkan arah positif yaitu
semakin banyak jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien semakin banyak pula
sisa obat pasien (ketaatan pasien semakin rendah). Dahlan (2008) membagi kekuatan
korelasi dalam 5 kategori yaitu kategori sangat lemah (0,00-0,199), lemah(0,20-
0,399), sedang (0,40-0,599), kuat (0,60-0,799)dan sangat kuat(0,80-1,000). Nilai
koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,324 berarti termasuk dalam kategori lemah
yang berarti hubungan antara jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien dengan
sisa obat lemah sehingga tidak dapat mewakili hubungan antara hubungan antara
jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien dengan ketaatan pasien.
Pengaruh jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien terhadap ketaatan
minum obat pasien dianalisis menggunakan uji regresi linier walaupun salah satu
syarat uji regresi tidak terpenuhi yaitu data tidak terdistribusi normal. Uji regresi
linier tetap digunakan karena dari hasil uji ANOVA diperoleh nilai probabilitas lebih
kecil dari 0,05 yang berarti persamaan yang diperoleh dari hasil uji regresi layak
untuk digunakan. Dari hasil analisis, nilai probabilitas yang diperoleh adalah 0,000
yang berarti jumlah pemberian obat secara signifikan mempengaruhi ketaatan minum
obat pasien. Besarnya pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan minum
obat pasien ditunjukkan oleh nilai R square yaitu sebesar 20 % sedangkan 80 %
36
merupakan pengaruh dari faktor lain. Koefisien a = -0,484 dan koefisien b = 0,475,
jadi diperoleh persamaan Y= 0,475x – 0,484 yang berarti besar atau kecilnya nilai Y
(Ketaatan minum obat pasien) tidak hanya dipengaruhi oleh nilai X ( Jumlah obat
yang diberikan kepada pasien) tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain (Konstanta
yang bernilai negatif).
C. Pengaruh Jumlah Golongan Obat yang Diberikan Terhadap KetaatanMinum Obat Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr. Sardjito
Dalam terapi, pasien lanjut usia menerima beberapa macam golongan obat.
Penggolongan obat dilakukan berdasarkan kelas terapi obat (Menurut Formularium
Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta edisi tahun 2002). Dari hasil penelitian pasien
diberikan golongan obat sebanyak 1-5 golongan. Deskripsi mengenai golongan obat
yang diberikan kepada pasien disajikan dalam tabel VI.
Tabel VI. Gambaran Golongan obat yang diberikan kepada pasienNo Golongan Obat Jumlah
pasien% jumlah
pasien1 Antihipertensi 80 862 Antitrombotik 18 19,43 Anti diabetik oral 19 20,44 Diuretik 41 44,15 Antipirai 11 11,86 Antihiperlipidemia 25 26,97 Antiangina 2 2,158 Anti bakteri sistemik 4 4,3
Golongan obat yang paling banyak diberikan kepada pasien adalah
golongan obat antihipertensi yaitu sebanyak 80 pasien dengan persentase 86 %
pasien. Obat antihipertensi yang diberikan kepada pasien adalah bisoprolol, valsartan,
37
Norvask, Adalat oros, Dexacap, klonidine, Noperten, Hytrin, Amdixal, amilodipine,
Herbesser CD, captopril, dan Calcigard. Pasien yang diberi obat antitrombotik
sebanyak 18 orang dengan persentase 19,4 %. Obat antitrombotik yang diberikan
adalah aspirin, Aspilet, Citaz, dan Aptor. Anti diabetik oral diberikan kepada 19
orang pasien dengan jenis anti diabetik oral yang diberikan adalah glucobay.
glibenclamida, Glucodex, Glucophage, Novomix, metformin, Glidiab, Glurenorm,
dan Glumin. Golongan obat diuretik diberikan kepada 41 pasien dengan persentase
44,1 %. Jenis obat diuretik yang diberikan adalah HCT dan furosemid. Golongan obat
antipirai diberikan kepada pasien 11 pasien. Jenis obat antipirai yang diberikan adalah
alopurinol. Golongan obat antihiperlipidemia diberikan kepada 25 pasien dengan
persentase 26,9 %. Jenis obat antihiperlipidemia yang diberikan adalah simvastatin,
Crestor, Lipitor, dan gemfibrosol. Pasien yang diberi golongan obat antiangina
sebanyak 2 orang dengan jenis golongan antiangina yang diberikan adalah ISDN.
Anti bakteri sistemik diberikan kepada 4 pasien dengan persentase 4,3 %. Jenis Anti
bakteri sistemik yang diberikan adalah ciprofloksasin, cefadrosil dan eritromisin.
Uji korelasi menggunakan data jumlah golongan obat yang diberikan
kepada pasien dengan sisa golongan obat. Dari hasil analisis diperoleh nilai
probabilitasnya adalah sebesar 0,003 < 0,05 yang berarti korelasi antara jumlah
golongan obat yang diberikan kepada pasien dengan ketaatan minum obat pasien
adalah signifikan. Nilai koefisien korelasinya adalah 0,303 yang menunjukkan
kekuatan korelasi lemah berarti hubungan antara jumlah golongan obat yang
diberikan kepada pasien dengan sisa golongan obat lemah sehingga tidak dapat
38
mewakili hubungan antara jumlah golongan obat yang diberikan kepada pasien
dengan ketaatan minum obat pasien. Arah korelasi positif yang menunjukkan
hubungan yang searah antara jumlah golongan obat yang diberikan kepada pasien
dengan sisa golongan obat, semakin banyak golongan obat yang diberikan semakin
banyak pula sisa obat ( ketaatan minum obat pasien rendah).
Dari hasil analisis regresi linier antara jumlah golongan obat yang diberikan
kepada pasien dengan sisa golongan obat pasien, diperoleh nilai probabilitasnya
adalah 0,000 < 0,05 berarti pengaruh jumlah golongan obat yang diberikan kepada
pasien terhadap ketaatan minum obat pasien adalah signifikan. Besarnya pengaruh
jumlah golongan obat yang diberikan ditunjukkan dengan nilai R square yaitu
sebesar 12,8 % sedangkan 87,2 % merupakan pengaruh dari faktor lain. Koefisien a =
- 0,216 dan koefisien b = 0,399, jadi persamaan yang diperoleh adalah
Y= 0,399x -0,216. Hal tersebut berarti besar atau kecilnya jumlah sisa golongan obat
(Y) dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai jumlah golongan obat yang diberikan
kepada pasien (X) dan factor lain (nilai konstanta negatif), jadi ketaatan minum obat
pasien tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh jumlah golongan obat yang diberikan
kepada pasien tetapi juga dipengaruhi oleh factor lain.
D. Pengaruh Jumlah Total Obat Yang Diberikan Kepada Pasien TerhadapKetaatan Minum Obat Pasien Rawat Jalan di Poli Geriatri RSUP Dr.
Sardjito
Pasien lanjut usia yang menjalani terapi rawat jalan di Poli Geriatri RSUP
Dr. Sardjito diberikan obat untuk dikonsumsi selama satu bulan pada saat melakukan
pemeriksaan kesehatan. Pasien lanjut usia merupakan golongan umur yang
39
mengkonsumsi obat dalam jumlah besar. Hal tersebut terjadi karena mereka memiliki
daya tahan tubuh yang rendah sehingga rentan diserang banyak penyakit. Data yang
digunakan dalam uji korelasi adalah jumlah total obat yang diberikan kepada pasien
(X) dengan sisa obat pasien(Y).
Dari hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai probabilitasnya sebesar
0,016 < 0,05 yang berarti hubungan antara jumlah keseluruhan obat yang diberikan
kepada pasien dengan ketaatan minum obat pasien adalah signifikan. Nilai koefisien
korelasi yang diperoleh adalah 0,249 menunjukkan kekuatan korelasi yang lemah,
berarti hubungan antara jumlah keseluruhan obat yang diberikan kepada pasien
dengan sisa obat lemah sehingga tidak dapat mewakili hubungan antara jumlah
keseluruhan obat yang diberikan kepada pasien dengan ketaatan minum obat pasien.
Korelasi bernilai positif menunjukkan hubungan antara jumlah keseluruhan obat yang
diberikan kepada pasien dengan sisa obat pasien searah, semakin besar jumlah obat
yang diberikan, semakin besar pula sisa obat berarti ketaatan pasien juga rendah dan
begitu juga sebaliknya semakin kecil jumlah obat yang diberikan, semakin kecil pula
sisa obat pasien berarti ketaatan pasien semakin tinggi.
Jumlah total obat yang diberikan kepada pasien berpengaruh secara
signifikan terhadap ketaatan minum obat pasien yang ditunjukkan oleh nilai
probabilitasnya 0,000 lebih kecil dari 0,05. Besarnya pengaruh Jumlah total obat yang
diberikan kepada pasien terhadap ketaatan minum obat pasien dinyatakan dengan
nilai R square yaitu sebesar 20 % sedangkan 80 % lainnya dipengaruhi oleh fakrtor
lain. Koefisien a = -0,484 dan koefisien b = 0,475 sehingga diperoleh persamaan
40
Y = 0,475x – 0,484, yang berarti besarnya jumlah sisa obat pasien ( Y) dipengaruhi
oleh besar atau kecilnya jumlah obat yang diberikan kepada pasien (X) dan faktor lain
(nilai konstanta negatif), jadi ketaatan minum obat pasien tidak hanya dipengaruhi
oleh jumlah obat yang diberikan kepada pasien tetapi juga dipengaruhi oleh faktor
lain.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh jumlah pemberian obat
terhadap ketaatan minum obat pasien rawat jalan di poli geriatri RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta periode Februari-Maret 2010, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Hubungan antara jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien dengan
ketaatan pasien adalah signifikan dengan arah positif dan kekuatan korelasi
lemah yang berarti hubungan antara jumlah jenis obat yang diberikan kepada
pasien dengan sisa obat pasien tidak mewakili hubungan antara jumlah jenis
obat yang diberikan kepada pasien dengan ketaatan minum obat pasien
2. Hubungan antara jumlah golongan obat yang diberikan kepada pasien dengan
ketaatan pasien adalah signifikan dengan arah positif dan kekuatan korelasi
lemah yang berarti hubungan antara jumlah golongan obat yang diberikan
kepada pasien dengan sisa obat pasien tidak mewakili hubungan antara
jumlah golongan obat yang diberikan kepada pasien dengan ketaatan minum
obat pasien.
3. Hubungan antara jumlah total obat yang diberikan kepada pasien dengan
ketaatan pasien adalah signifikan dengan arah positif dan kekuatan korelasi
lemah yang berarti hubungan antara jumlah total obat yang diberikan kepada
42
pasien dengan sisa obat pasien tidak mewakili hubungan antara jumlah total
obat yang diberikan kepada pasien dengan ketaatan minum obat pasien.
4. Pengaruh jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien terhadap ketaatan
minum obat pasien adalah signifikan dengan persamaan yang diperoleh
Y=0,475x– 0,484 berarti ketaatan minum obat pasien tidak hanya dipengaruhi
oleh jumlah jenis obat yang diberikan kepada pasien tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor lain.
5. Pengaruh jumlah golongan obat yang diberikan kepada pasien terhadap
ketaatan minum obat pasien adalah signifikan dengan persamaan yang
diperoleh Y= 0,399x -0,216 berarti ketaatan minum obat pasien tidak hanya
dipengaruhi oleh jumlah golongan obat yang diberikan kepada pasien tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor lain.
6. Pengaruh jumlah total obat yang diberikan kepada pasien terhadap ketaatan
minum obat pasien adalah signifikan dengan persamaan yang diperoleh
Y = 0,475x – 0,484 berarti ketaatan minum obat pasien tidak hanya
dipengaruhi oleh jumlah total obat yang diberikan kepada pasien tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor lain.
B. Saran
Dari hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian mengenai pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan
minum obat pasien rawat jalan di poli geriatric RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
periode Februari-Maret 2010 dapat dilanjutkan dengan penelitian yang
43
meneliti faktor lain yang mempengaruhi ketaatan minum obat pasien lanjut
usia seperti faktor penurunan kemampuan kognitif dan psikomotorik.
2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan di rumah sakit yang berbeda atau
periode yang berbeda sebagai pembanding terhadap hasil penelitian ini.
44
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, 2010, Permasalahan Lanjut Usia,http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/326-permasalahan-lanjut-usia-lansia.html, diakses tanggal 15 April 2010
Alexa, I.D., Stoica, S., Burca, P., Obreja, L., Rusu, R.I., Ungureanu, G., et al., 2006,Non-Compliance in a Large Population of Elderly Patients withCardiovascular Disease, http://www.maedica.ro/articole/nr3/02_Non-compliance.pdf, diakses tanggal 6 April 2010
Anonim, 2006, kepatuhan Pasien Faktor penting Dalam Keberhasilan Terapi,http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0506.pdf, diaksestanggal 28 Agustus 2009
Anonim, 2009, Pedoman Pembinaan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut bagi PetugasKesehatan, http://www.depkes.go.id/downloads/Keswa_Lansia.pdf, diaksestanggal 3 September 2009.
Anonim, 2010 a, Phamaceutical Care,http://pharmacyrspuriindah.blogspot.com/2009/02/pharmaceutical-care.html, diakses tanggal 30 Maret 2010.
Anonim, 2010 b, Alur Pasien Rawat Jalan Paserta Askes, http://www. alur-rawat-jalan-pasien-askes-jamkesmas-jamsoskes.htm, diakses tanggal 26 April2010.
Cholowski & Cantwell, 2007, Predictors of medication compliance among olderheart failure patients,http://www3.interscience.wiley.com/journal/118501003/abstract?CRETRY=1&SRETRY=0 , diakses tanggal 2 November 2009
Dahlan, M. S., 2008, Statistik Untuk kedokteran dan Kesehatan, 45,163, 195,Salemba Medika, Jakarta
Dahlan, M. S., 2009, Besar Sampel dan Pengambilan Sampel dalam PenelitianKedokteran dan Kesehatan, 21-22 Salemba Medika, Jakarta
InfoPOM, 2006, Kepatuhan Pasien Faktor penting dalam terapi,http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0506.pdf,diakses tanggal 3 September 2009
45
Jamal, S.,Hestining, P., Raharni, 2000, Karakteristik Lansia Yang Dirawat di RumahSakit Kelas A dan B, www.diqilib.litbang.go.id/files/disk1/1/jkpkbppk-qdl-grey-2000-sarjaini-21-age-sarjaini.pdf, diakses tanggal 3 Mei 2010
Kuntari, T., 2009, Pelayanan Kesehatan Lansia,http://images.titikuntari.multiply.com, diakses tanggal 28 Agustus 2009.
Narimawati, U. Dan Munandar, D., 2008, Teknik Sampling: Teori dan PraktikMenggunakan SPSS 15, Gava Media, Yogyakarta
Nugroho,W., 2000, Keperawatan Gerontik, 1-11, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta.
Reid, J.L., Rubin, P.C, dan Whiting, B., 1985, Lecture Notes on ClinicalPharmacology, 2nd edition, Blackwell Scientific Publications, Oxford.
Saman, K., Afridi, B.M., Abbas, K., Sajwani, A. R., Saleheen, D., Frossardz, M. P,et al, 2007, Factors Associated with Adherence to Anti-HypertensiveTreatment in Pakistan, http://www.plosone.orgs.htm, diakses tanggal 2Oktober 2009
Siregar, J.P.C., 2004, Farmasi Klinik Teori dan Penerapan, 326-321, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta
Smeltzer, S. C. Dan Bare, B.G., 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal-Bedah, ed 8,vol 2, 805-813, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Soelistiono, 2009, Jumlah lansia di Indonesia Meninggi,http://www.mediaindonesia.com/read/2009/12/20/112568/92/14/Jumlah-Lansia-di-Indonesia-Meninggi, diakses tanggal 4 juni 2010.
Stromberg, A., 2005, Patient-Related Factors of Compliance in heart failure: somenew insights into an old problem,http://eurheartj.oxfordjournals.org/cgi/content/full/27/4/379, diaksestanggal 2 November 2009
Suryono, S.,2001, Ilmu penyakit dalam, 249-255, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Tambayong, J., 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, 201-203, Penerbit Bukukedokteran, Jakarta.
Tapan, E.,2002, Geriatri dan Usia Lanjut,http://groups.yahoo.com/group/pelita/message/3541, diakses tanggal 28Agustus 2009
46
Trisna, Y., 2009, Perkembangan Dan Penerapan Pharmaceutical Care,http://andisuryaamal.multiply.com/journal/item/9, diakses tanggal 28Agustus 2009
Wahyono, T., 2009, 25 Model Analisis Statistik Dengan SPSS 17,118, PT ElexMedia Komputindo, Jakarta
47
LAMPIRAN
I. PANDUAN WAWANCARA
1. Nama :
2. Usia :
3. Jumlah sisa obat :
a. Golongan :
b. Jenis :
c. Total :
4. Mengapa sisa:
a. Aturan minum terlalu rumit
b. Bosan
c. Takut efek samping
d. Ukuran obat
e. Obat tidak memberi manfaat bagi perbaikan kondisi kesehatan mereka.
f. Lupa
48
II. DATA KARAKTERISTIK PASIEN
1. Persentase kelompok umura. Kelompok umur 60-74 tahun
% pasien =pasiennkeseluruhajumlah
umurkelompokpadapasienJumlah
% pasien = %10093
52x
% pasien = 55,9%
b. Kelompok umur 75-90
% pasien =pasiennkeseluruhajumlah
umurkelompokpadapasienJumlah
% pasien = %10093
41x
% pasien = 44,1 %
2. Persentase jenis kelamin
a. Laki-laki
% Pasien =pasiennkeseluruhaJumlah
PLkelajenisdenganpasienJumlah /min
% pasien = %10093
53x
% pasien = 57,0 %
b. Perempuan
% Pasien =pasiennkeseluruhaJumlah
PLkelajenisdenganpasienJumlah /min
% pasien = %10093
40x
% pasien = 43,0 %
49
3. Persentase pasien dengan sisa obat
% Pasien = %100xpasienseluruhjumlah
obatsisadenganpasienjumlah
% Pasien = %10093
31x
% Pasien = 33,3 %
4. Persentase pasien yang tidak taat (yang memiliki > 20 % sisa obat)a. Berdasarkan jumlah total obat
% Pasien = %100xpasienseluruhjumlah
taattidakyangpasienJumlah
% Pasien = %10093
8x
% Pasien = 8,6 %
b. Berdasarkan jumlah jenis obat
% Pasien = %100xpasienseluruhjumlah
tidaktaatyangpasienJumlah
% Pasien = %10093
31x
% Pasien = 33,3 %
c. Berdasarkan jumlah golongan
% Pasien = %100xpasienseluruhjumlah
tidaktaatyangpasienJumlah
% Pasien = %10093
31x
% Pasien = 33,3 %
5. Alasan sisa obat
% Pasien = %100xobatsisamemilikiyangpasiennkeseluruhajumlah
obatsisapenyebabfaktordenganpasienjumlah
a. Lupa
% Pasien = %10031
18x
% Pasien = 58 %
50
b. Bosan
% Pasien = %10031
11x
% Pasien = 35,5 %
c. Takut efek samping obat
% Pasien = %10031
2x
% Pasien = 6,5 %
6. Persentase golongan obat
% pasien = %100xpasienseluruhjumlah
obatgolonganmenerimayangpasienjumlah
No Golongan Obat Jumlahpasien
% jumlahpasien
1 Antihipertensi 80 83,332 Antitrombotik 18 18,753 Anti diabetik oral 22 22,924 Diuretik 39 40,635 Antipirai 12 12,506 Antihiperlipidemia 25 26,047 Antiangina 2 2,088 Antibiotik 4 4,17
51
III. DATA JUMLAH TOTAL OBAT YANG DIBERIKAN KEPADA PASIEN DAN
SISANYA PADA AKHIR BULAN
A. Usia 60-74 TahunNo Jenis Kelamin
L/PUsia
(tahun)Jumlah obat yangdiberikan kepada
pasien
Sisa obatpada akhir
Bulan
% sisa obatpada akhir
bulan1. P 60 90 0 02 L 60 120 8 6,73 P 60 30 0 04 P 61 60 0 05 P 62 90 0 06 L 62 60 25 41,677 P 63 150 0 08 P 63 120 0 09 L 63 45 0 0
10 P 65 40 0 011 P 65 30 0 012 L 65 75 0 013 P 65 30 0 014 P 65 90 0 015 L 65 60 0 016 L 66 180 0 017 P 66 30 10 33,318 L 66 60 0 019 P 66 40 2 520 L 66 120 0 021 L 67 60 0 022 P 67 90 4 4,423 P 68 30 0 024 P 68 180 9 525 L 68 60 0 026 P 68 210 13 6,227 P 68 90 0 028 P 68 90 7 7,829 L 69 90 0 030 L 69 60 0 031 L 69 150 0 032 P 69 30 3 1033 L 70 60 0 034 P 70 90 0 035 L 70 180 15 8,3336 L 70 210 12 5,7137 P 70 60 0 038 P 70 90 0 0
52
39 P 70 60 9 1540 L 70 210 0 041 P 70 90 0 042 P 70 90 25 27,843 L 71 105 0 044 P 72 165 0 045 L 72 30 0 046 L 72 60 12 2047 L 72 90 0 048 L 73 60 7 11,749 P 74 150 0 050 P 74 60 0 051 L 74 30 0 052 P 74 150 10 6,7
B. Usia 75-90No Jenis Kelamin
L/PUsia
(tahun)Jumlah obat yangdiberikan kepada
pasien
Sisa obatpada akhir
Bulan
% sisa obatpada akhir
bulan1 L 75 270 21 7,82 L 75 60 0 03 L 75 45 0 04 P 75 60 0 05 L 75 30 0 06 L 75 90 8 8,97 L 75 90 0 08 L 76 120 0 09 P 76 150 0 010 P 76 90 0 011 L 76 60 0 012 L 76 60 24 4013 L 76 150 12 814 L 76 180 7 3,915 P 76 60 0 016 L 77 60 0 017 L 77 60 32 53,318 L 77 90 0 019 P 77 120 6 520 L 78 60 0 021 P 78 30 0 022 L 79 30 4 13,323 L 79 90 7 7,724 P 79 30 0 025 L 79 90 0 026 P 79 210 9 4,327 L 79 210 7 3,3
53
28 L 80 60 0 029 L 80 90 10 11,130 L 80 120 18 1531 L 80 60 0 032 P 80 30 8 26,733 L 80 130 0 034 L 81 90 13 14,435 L 81 45 0 036 L 82 210 0 037 L 82 90 0 038 L 83 10 0 039 L 84 60 0 040 P 85 30 0 041 P 85 90 0 0
C. UJI KORELASI SPEARMAN
Correlations
X Y
Correlation Coefficient 1.000 .249*
Sig. (2-tailed) . .016
X
N 93 93
Correlation Coefficient .249*
1.000
Sig. (2-tailed) .016 .
Spearman's rho
Y
N 93 93
D. REGRESI LINIER
Model Summaryb
Change Statistics
Model R
RSquare
Adjusted RSquare
Std. Errorof the
EstimateR SquareChange
FChange df1 df2
Sig. FChange
1 .447a
.200 .191 1.13609 .200 22.733 1 91 .000
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 29.342 1 29.342 22.733 .000a
Residual 117.454 91 1.291
1
Total 146.796 92
54
Coefficientsa
UnstandardizedCoefficients
Standardized
Coefficients Correlations
CollinearityStatistics
Model BStd.Error Beta t Sig.
Zero-order Partial Part
Tolerance VIF
(Constant)
-.484 .287 -1.686 .0951
X .475 .100 .447 4.768 .000 .447 .447 .447 1.000 1.000
55
IV. DATA JUMLAH JENIS OBAT YANG DITERIMA PASIEN DAN SISANYAPADA AKHIR BULAN
A. Usia 60-74 TahunNo Jenis
KelaminL/P
Usia(tahun)
Jumlah jenis obatyang diberikankepada pasien
Sisa jenis obatpada akhir
Bulan
% sisa jenisobat pada
akhir bulan1. P 60 1 0 02 L 60 4 2 503 P 60 1 0 04 P 61 2 0 05 P 62 3 0 06 L 62 2 1 507 P 63 4 0 08 P 63 4 0 09 L 63 2 0 010 P 65 2 0 011 P 65 1 0 012 L 65 3 0 013 P 65 1 0 014 P 65 3 0 015 L 65 2 0 016 L 66 4 0 017 P 66 1 1 10018 L 66 2 0 019 P 66 2 1 5020 L 66 3 0 021 L 67 2 0 022 P 67 2 2 10023 P 68 1 0 024 P 68 5 5 10025 L 68 2 0 026 P 68 4 2 5027 P 68 3 0 028 P 68 3 2 66,6729 L 69 3 0 030 L 69 2 0 031 L 69 4 0 032 P 69 1 1 10033 L 70 2 0 034 P 70 2 0 035 L 70 4 3 7536 L 70 4 2 5037 P 70 2 0 0
56
38 P 70 3 0 039 P 70 2 2 10040 L 70 5 0 041 P 70 2 0 042 P 70 3 3 10043 L 71 4 0 044 P 72 4 0 045 L 72 1 0 046 L 72 2 2 10047 L 72 3 0 048 L 73 2 2 10049 P 74 3 0 050 P 74 2 0 051 L 74 1 0 052 P 74 4 4 100
B. Usia 75-90 TahunNo Jenis Kelamin
L/PUsia
(tahun)Jumlah jenis
obat yangdiberikan
kepada pasien
Sisa jenisobat pada
akhir Bulan
% sisa jenisobat pada
akhir bulan
1. L 75 5 5 1002 L 75 2 0 03 L 75 2 0 04 P 75 2 0 05 L 75 1 0 06 L 75 3 2 66,677 L 75 3 0 08 L 76 4 0 09 P 76 5 0 010 P 76 3 0 011 L 76 2 0 012 L 76 2 2 10013 L 76 5 5 10014 L 76 4 2 5015 P 76 1 0 016 P 77 2 0 017 L 77 2 2 10018 L 77 3 0 019 P 77 4 2 5020 L 78 2 0 021 P 78 1 0 022 L 79 1 1 10023 L 79 3 3 10024 P 79 1 0 0
57
25 L 79 3 0 026 P 79 4 2 5027 L 79 5 3 6028 L 80 2 0 029 L 80 3 2 66,6730 L 80 4 2 5031 L 80 2 0 032 P 80 1 1 10033 L 80 5 0 034 L 81 3 2 66,6735 L 81 2 0 036 L 82 3 0 037 L 82 3 0 038 L 83 1 0 039 L 84 2 0 040 P 85 1 0 041 P 85 3 0 0
C. UJI NORMALITASOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X Y
N 93 93
Mean 2.6237 .7634Normal Parametersa
Std. Deviation 1.18793 1.26317
Absolute .216 .394
Positive .216 .394
Most Extreme Differences
Negative -.124 -.273
Kolmogorov-Smirnov Z 2.086 3.798
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000
a. Test distribution is Normal.
D. UJI KORELASI SPEARMAN
Correlations
X Y
Correlation Coefficient 1.000 .324**
Sig. (2-tailed) . .002X
N 93 93
Correlation Coefficient .324**
1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
Spearman's rho
Y
N 93 93
58
E. UJI REGRESI LINEARModel Summary
b
Change Statistics
Model R
RSquare
Adjusted RSquare
Std. Errorof the
EstimateR SquareChange
FChange df1 df2
Sig. FChange
1 .447a
.200 .191 1.13609 .200 22.733 1 91 .000
a. Predictors: (Constant), X
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 29.342 1 29.342 22.733 .000a
Residual 117.454 91 1.291
1
Total 146.796 92
Coefficientsa
UnstandardizedCoefficients
Standardized
Coefficients Correlations
CollinearityStatistics
Model BStd.Error Beta t Sig.
Zero-order Partial Part
Tolerance VIF
(Constant)
-.484 .287 -1.686 .0951
X .475 .100 .447 4.768 .000 .447 .447 .447 1.000 1.000
59
V. DATA JUMLAH GOLONGAN OBAT YANG DIBERIKAN KEPADA PASIENDAN SISANYA PADA AKHIR BULAN
A. Usia 60-74 TahunNo Jenis
KelaminL/P
Usia(tahun)
Jumlah golonganobat yang
diberikan kepadapasien
Sisa golonganobat pada
akhir Bulan
% sisagolonganobat pada
akhir bulan1. P 60 1 0 02 L 60 2 1 503 P 60 1 0 04 P 61 2 0 05 P 62 3 0 06 L 62 2 2 1007 P 63 3 0 08 P 63 3 0 09 L 63 2 0 010 P 65 2 0 011 P 65 1 0 012 L 65 2 0 013 P 65 1 0 014 P 65 2 0 015 L 65 2 0 016 L 66 3 0 017 P 66 1 1 10018 L 66 2 0 019 P 66 2 1 5020 L 66 3 0 021 L 67 2 0 022 P 67 3 2 66,6723 P 68 1 0 024 P 68 3 2 66,6725 L 68 1 0 026 P 68 3 2 66,6727 P 68 3 0 028 P 68 3 2 66,6729 L 69 3 0 030 L 69 1 0 031 L 69 3 0 032 P 69 1 1 10033 L 70 2 0 034 P 70 2 0 035 L 70 3 3 10036 L 70 2 2 10037 P 70 2 0 0
60
38 P 70 3 0 039 P 70 2 2 10040 L 70 3 0 041 P 70 1 0 042 P 70 2 2 10043 L 71 4 0 044 P 72 3 0 045 L 72 1 0 046 L 72 2 2 10047 L 72 2 0 048 L 73 2 2 10049 P 74 2 0 050 P 74 2 0 051 L 74 1 0 052 P 74 3 3 100
B. Usia 75-90No Jenis Kelamin
L/PUsia
(tahun)Jumlah
golongan obatyang diberikankepada pasien
Sisagolonganobat pada
akhir Bulan
% sisagolonganobat pada
akhir bulan1. L 75 3 3 1002 L 75 2 0 03 L 75 2 0 04 P 75 2 0 05 L 75 1 0 06 L 75 3 2 66,677 L 75 3 0 08 L 76 2 0 09 P 76 5 0 010 P 76 2 0 011 L 76 2 0 012 L 76 2 2 10013 L 76 5 5 10014 L 76 3 2 66,6715 P 76 1 0 016 P 77 2 0 017 L 77 2 2 10018 L 77 2 0 019 P 77 3 1 33,320 L 78 2 0 021 P 78 1 0 022 L 79 1 1 10023 L 79 2 1 5024 P 79 1 0 0
61
25 L 79 1 0 026 P 79 3 2 66,6727 L 79 3 2 66,6728 L 80 1 0 029 L 80 3 2 66,6730 L 80 3 2 66,6731 L 80 1 0 032 P 80 1 1 10033 L 80 5 0 034 L 81 2 2 10035 L 81 2 0 036 L 82 2 0 037 L 82 2 0 038 L 83 1 0 039 L 84 2 0 040 P 85 1 0 041 P 85 3 0 0
C. UJI KORELASI SPEARMANCorrelations
X Y
Correlation Coefficient 1.000 .303**
Sig. (2-tailed) . .003X
N 93 93
Correlation Coefficient .303**
1.000
Sig. (2-tailed) .003 .
Spearman's rho
Y
N 93 93
D. UJI REGRESI LINIERModel Summary
b
Change Statistics
Model R
RSquare
Adjusted RSquare
Std. Errorof the
EstimateR SquareChange
FChange df1 df2
Sig. FChange
1 .358a
.128 .119 .96536 .128 13.397 1 91 .000
62
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 12.485 1 12.485 13.397 .000a
Residual 84.805 91 .932
1
Total 97.290 92
Coefficientsa
UnstandardizedCoefficients
Standardized
Coefficients Correlations
CollinearityStatistics
Model BStd.Error Beta t Sig.
Zero-order Partial Part
Tolerance VIF
(Constant)
-.216 .256 -.846 .4001
X .399 .109 .358 3.660 .000 .358 .358 .358 1.000 1.000
63
VI. DATA OBAT YANG DIBERIKAN KEPADA PASIEN
Jumlah ObatTanggal
pemerikasaan INo
JenisKelamin
L/PUsia
(tahun)Obat Golongan
Jenis Golongan Total
1 L 76 bisoprolol(30)valsartan(30)Norvask (30)aspirin(30)
AntihipertensiAntihipertensiAntihipertensiAntitrombotik
4 2 120
2 P 72 glibenclamida(15)glucobay (90)Adalat Oros ((30)Aspilet (30)
Anti diabetik OralAnti diabetik OralAntihipertensiAntitrombotik
4 3 165
3 L 82 Glucodex(60)Glucophage(90)Dexacap (60)
Anti diabetik OralAnti diabetik OralAntihipertensi
3 2 210
4 L 70 glibenclamide(60)Glucophage(60)Noperten (30)Aspilet (30)
Anti diabetik OralAnti diabetik OralAntihipertensiAntitrombotik
4 3 180
5 L 70 klonidin (60)Hytrin (30)Citaz (60)Aspilet (60)
AntihipertensiAntihipertensiAntitrombotikAntitrombotik
4 2 210
6 P 70 valsartan (30)HCT (30)
AntihipertensiDiuretik
2 2 60
3 Februari 2010
7 L 66 valsartan (30)Aspilet (90)
AntihipertensiAntitrombotik
4 3 180
64
furosemid (30)alopurinol ( 30)
DiuretikAntipirai
8 P 70 HCT (30)valsartan (30)simvastatin (30)
DiuretikAntihipertensiAntihiperlipidemia
3 3 90
9 P 70 Adalat Oros(30)simvastatin (30)
AntihipertensiAntihiperlipidemia
2 2 60
10 L 72 Adalat Oros (30)simvastatin (30)
AntihipertensiAntihiperlipidemia
2 2 60
11 L 76 Aspilet (30)Amdixal (30)
AntitrombotikAntihipertensi
2 2 60
12 L 81 Adalat Oros(30)HCT (30)valsartan (30)
AntihipertensiDiuretikAntihipertensi
3 2 90
13 L 79 Adalat Oros (30) Antihipertensi 1 1 30
14 L 62 Noperten (30)HCT (30)
AntihipertensiDiuretik
2 2 60
15 L 80 valsartan (30)Adalat oros (30)
AntihipertensiAntihipertensi
2 1 60
16 P 79 valsartan (30) Antihipertensi 1 1 30
17 P 74 Adalat oros(30)Glucobay (60)merformin (60)
AntihipertensiAnti diabetik OralAnti diabetik Oral
3 2 150
9 februari 2010
18 L 76 valsartan (30) Antihipertensi 2 2 60
65
HCT (30) Diuretik
19 L 77 Adalat Oros(30)HCT (30)
AntihipertensiDiuretik
2 2 60
20 L 77 valsartan (30)HCT (30)
AntihipertensiDiuretik
2 2 60
21 L 81 valsartan (30)furosemid (15)
AntihipertensiDiuretik
2 2 45
22 P 85 Aspilet (30) Antitrombotik 1 1 30
23 L 67 valsartan (30)HCT (30)
AntihipertensiDiuretik
2 2 60
24 P 68 Adalat Oros (30) Antihipertensi 1 1 30
25 P 62 Noperten (30)Aspilet (30)ISDN (30)
AntihipertensiAntitrombotikAntiangina
3 3 90
26 L 70 metformin (60)Adalat oros (30)Glucobay (60)Noperten (30)simvastatin (30)
Anti diabetik OralAntihipertensiAnti diabetik OralAntihipertensiAntihiperlipidemia
5 3 21010 februari 2010
27 L 75 Noperten (30)Glucobay (90)Gludephage (90)simvastatin (30)Glucodex (30)
AntihipertensiAnti diabetik OralAnti diabetik oralAntihiperlipidemiaAnti diabetik Oral
5 3 270
66
28 L 77 valsartan (30)Adalat Oros (30)alopurinol (30)
AntihipertensiAntihipertensiAntipirai
3 2 90
29 P 70 valsartan (30)Adalat (30)
AntihipertensiAntihipertensi
2 1 60
30 L 78 valsartan (30)HCT (30)
AntihipertensiDiuretik
2 2 60
31 P 78 Adalat Oros (30) Antihipertensi 1 1 30
32 L 75 Valsartan (30)Aspilet (30)furosemid (30)
AntihipertensiAntitrombotikDiuretik
3 3 90
33 P 85 valsartan (30)HCT (30)simvastatin (30)
AntihipertensiDiuretikAntihiperlipidemia
3 3 90
34 P 74 noperten (30)HCT (30)
AntihipertensiDiuretik
2 2 60
12 februari 2010 35 P 76 Amdixal (30)Noperten (30)simvastatin (30)
AntihipertensiAntihipertensiAntihiperlipidemia
3 2 90
36 P 70 valsartan (30)Adalat Oros(30)HCT (30)
AntihipertensiAntihipertensiDiuretik
3 2 90
37 L 66 valsartan (30)HCT (30)
AntihipertensiDiuretik
2 2 60
13 februari 2010
38 L 84 HCT (30) Diuretik 2 2 60
67
Hitryn (30) Antihipertensi
39 P 67 valsartan(30)HCT (30)simvastatin (30)
AntihipertensiDiuretikAntihiperlipidemia
3 3 90
40 L 80 simvastatin (30)valsartan (30)HCT (30)
AntihiperlipidemiaAntihipertensidiuretik
3 3 90
41 L 74 alopurinol Antipirai 1 1 3042 L 76 Glidiab (30)
valsartan (30)HCT (30)simvastatin (30)alopurinol (30)
Anti diabetik OralAntihipertensiDiuretikAntihiperlidemiaAntipirai
5 5 150
43 L 65 valsartan (30)HCT (30)
AntihipertensiDiuretik
2 2 60
44 P 66 metformin (30) Anti diabetik oral 1 1 30
45 L 60 amilodipin (30)valsartan (30)Crestor (30)simvastatin (30)
AntihipertensiAntihipertensiAntihiperlipidemiaAntihiperlipidemia
4 2 120
16 februari 2010
46 P 79 valsartan (30)Adalat Oros (30)bisoprolol (30)
AntihipertensiAntihipertensiAntihipertensi
3 1 90
17 februari 2010 47 L 69 valsartan (30)Aptor (30)alopurinol (30)
AntihipertensiAntitrombotikAntipirai
3 3 90
68
48 P 75 simvastatin (30)furosemid (30)
AntihiperlipidemiaDiuretik
2 2 60
49 P 76 Noperten (30)furosemid (30)simvastatin (30)alopurinol (30)Trombo aspilet (30)
AntihipertensiDiuretikAntihiperlipidemiaAntitrombotik
5 5 150
50 L 80 Glucodex (30)Adalat Oros (30)Noperten (30)Aspilet (30)
Anti diabetik oralAntihipertensiAntihipertensiAntitrombotik
4 3 120
51 L 69 Adalat Oros(30)valsartan (30)
AntihipertensiAntihipertensi
2 1 60
52 P 63 Lipitor (30)Glurenorm (30)Glucobay(60)Aspilet (30)
AntihiperlipidemiaAnti diabetik OralAnti diabetik OralAntitrombotik
4 3 150
53 L 75 Noperten (30) Antihipertensi 1 1 30
54 P 76 Glucobay (60) Anti diabetik Oral 1 1 60
55 P 68 Glidiab (30)metformin (60)Adalat Oros(30)Aspilet (30)alopurinol (30)
Anti diabetik OralAnti diabetik OralAntihipertensiAntihipertensiAntipirai
5 3 180
56 P 60 Dexacap(90) Antihipertensi 1 1 90
69
57 P 60 simvastatin (30) Antihiperlipidemia 1 1 30
58 L 69 valsartan (30)Herbesser CD(30)ISDN (60)Aspilet(30)
AntihipertensiantihipertensiAntianginaAntitrombotik
4 3 150
59 L 68 Adalat Oros (30)Noperten(30)
AntihipertensiAntihipertensi
2 1 60
60 L 83 ciprofloksasin (10) Anti bakterisistemik
1 1 10
61 P 65 Adalat Oros(30)noperten (30)HCT (30)
AntihipertensiAntihipertensiDiuretik
3 2 90
62 P 74 HCT (30)valsartan (30)metformin (60)Glucodex (30)
DiuretikAntihipertensiAnti diabetik OralAnti diabetik Oral
4 3 150
63 P 68 Glucodex (60)metformin (90)simvastatin (30)HCT (30)
Anti diabetik OralAnti diabetik OralAntihiperlipidemiaDiuretik
4 3 210
64 L 80 valsartan (30)Adalat Oros(30)
AntihipertensiAntihipertensi
2 1 60
19 februari 2010
65 P 65 simvastatin (30) Antihiperlipidemia 1 1 30
70
66 L 70 valsartan (30)HCT (30)
Antihipertensidiuretik
2 2 60
67 L 75 valsartan (30)HCT (15)
Antihipertensidiuretik
2 2 45
68 L 65 Adalat Oros(30)Noperten(30)HCT(15)
AntihipertensiAntihipertensidiuretik
3 2 75
20 februari 2010
69 L 71 valsartan(30)HCT (15)simvastatin (30)alopurinol (30)
AntihipertensidiuretikAntihiperlipidemiaAntipirai
4 4 105
23 februari 2010 70 P 65 HCT (30) Diuretik 1 1 30
71 L 73 amilodipin (30)simvastatin (30)
AntihipertensiAntihiperlipidemia
2 2 60
72 P 68 Glidiab(30)simvastatin (30)alopurinol (30)
Anti diabetik oralAntihiperlipidemiaAntipirai
3 3 90
73 L 72 aimvastatin (30) Antihiperlipidemia 1 1 30
74 L 82 valsartan (30)HCT (30)Adalat Oros(30)
AntihipertensiDiuretikAntihipertensi
3 2 90
75 P 80 amilodipine (30) Antihipertensi 1 1 30
71
76 P 69 Adalat Oros(30) Antihipertensi 1 1 30
77 P 70 Noperten (30)HCT (60)
AntihipertensiDiuretik
2 2 90
24 februari 2010 78 L 79 kaptopril (60)Hytrin (30)
AntihipertensiAntihipertensi
2 2 90
79 L 80 Glucodex (30)Adalat Oros (30)furosemid (30)Aspilet (30)ciprofloksasin(10)
Antidiabetik OralAntihipertensiDiuretikAntitrombotikAnti bakterisistemik
5 5 130
80 P 66 valsartan(30)eritromisin(10)
AntihipertensiAnti bakterisistemik
2 2 40
81 L 66 Herbesser CD (30)Aspilet (30)alopurinol (60)
antihipertensiAntitrombotikAntipirai
3 3 120
82 L 75 noperten (30)alopurinol (30)
AntihipertensiAntipirai
2 2 60
83 P 65 Norvask (30)cefadrosil (10)
AntihipertensiAnti bakterisistemik
2 2 40
84 L 79 valsartan (30)Calcigard (30)simvastatin (30)
AntihipertensiAntihipertensiAntihiperlipidemia
3 2 90
72
85 P 79 Glucobay (30)Glumin (60)Dexacap (90)Aspilet (30)
Anti diabetik OralAnti diabetik OralAntihipertensiAntitrombotik
4 3 210
86 P 77 valsartan (30)Calcigard (30)HCT (30)simvastatin (30)
AntihipertensiAntihipertensiDiuretikAntihiperlipidemia
4 3 120
87 L 72 HCT (30)Calcigard (30)valsartan (30)
DiuretikAntihipertensiAntihipertensi
3 2 90
88 P 61 Calcigard (30)HCT (30)
AntihipertensiDiuretik
2 2 60
89 L 75 valsartan (30)HCT (30)Aspilet (30)
AntihipertensiDiuretikAntitrombotik
3 3 90
90 P 63 valsartan (30)HCT (30)Caligard (30)simvastatin (30)
AntihipertensiDiuretikAntihipertensiAntihiperlipidemia
4 3 120
91 L 79 Novomix (30)valsartan (30)Calcigard (30)metformin (90)gemfibrosol (30)
Anti diabetik OralAntihipertensiAntihipertensiAnti diabetik OralAntihiperlipidemia
5 3 210
92 L 76 amiodipine(30)Glucobay(90)Hytrin (30)alopurinol (30)
AntihipertensiAnti diabetik OralAntihipertensiAntipirai
4 3 180
73
93 L 63 valsartan (30)HCT (15)
AntihipertensiDiuretik
2 2 45
74
BIOGRAFI PENULIS
Maria Mudengsia Gaguk (Yensi) lahir di Latung
tanggal 25 Mei 1988, anak ketiga dari Bapak Michael
Kashadi Gaguk dan Ibu Yustina Hibur. Menjalani
pendidikan Sekolah dasar di SDK Beanio Cibal pada tahun
1995-1998 dan di SDK Lawir Poco Ranaka pada tahun
1998-2000. Kemudian melanjutkan SMP-SMA di St.Klaus Kuwu Ruteng pada
tahun 2000-2006. Pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.