pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan … · yang diterima pasien saat awal kontrol...

113
PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN PENDERITA HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Fransisca Tri Kusuma Dewi NIM : 068114156 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Upload: truongnga

Post on 24-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN

PASIEN RAWAT JALAN PENDERITA HIPERTENSI

DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Fransisca Tri Kusuma Dewi

NIM : 068114156

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

ii

PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN

PASIEN RAWAT JALAN PENDERITA HIPERTENSI

DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Fransisca Tri Kusuma Dewi

NIM : 068114156

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 3: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

iii

THE INFLUENCE OF THE AMOUNT OF GIVING DRUGS TO

HYPERTENSIVE OUTPATIENTS COMPLIANCE AT INTERNAL POLY

OF RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement

to Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)

In Faculty of Pharmacy

By:

Fransisca Tri Kusuma Dewi

NIM : 068114156

FACULTY OF PHARMACY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2010

Page 4: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

iv

iv

Page 5: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

v

v

Page 6: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

vi

Halaman Persembahan

“Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau

minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu

pakai. Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat

menambahkan sehasta saja pada hidupnya? Sebab itu janganlah kamu kuatir

akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan

sehari cukuplah untuk sehari. “(Matius, 6:25, 27, 34)

Kupersembahkan karya ini bagi:

Tuhan Yesus Sang Gembala Sejati yang kupercaya akan menjadikan segala sesuatunya indah

pada waktunya.

Papaku di surga atas cinta yang tak kunjung padam walau terpisah jarak dan waktu.

Keluarga besarku yang selalu mendoakan dan mendukung setiap langkah hidupku.

Suamiku Robertus Lilik Sutrisna, ST atas keajaiban cinta yang selalu menghiasi hari-hariku.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Page 7: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

vii

Nama : Fransisca Tri Kusuma Dewi

NIM :06 8114 156

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN

PASIEN RAWAT JALAN PENDERITA HIPERTENSI

DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 2 Agustus 2010

Yang menyatakan

Page 8: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

viii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh

Jumlah Pemberian Obat terhadap Ketaatan Penggunaan Obat Pasien Rawat Jalan

Penderita Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati

Kabupaten Bantul Yogyakarta Periode Desember 2009-Januari 2010 ini dengan

baik dan lancar. Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini berkat bantuan, dukungan, serta

kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima

kasih khususnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karuniaNya yang tanpa batas.

2. Papaku tercinta atas curahan cinta, restu dan dukungan yang luar biasa dari

surga. Semoga engkau bangga memilikiku.

3. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Kabupaten

Bantul Yogyakarta.

4. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

5. Drs. Mulyono, Apt selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kritik

dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Page 9: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

ix

6. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran kepada penulis.

7. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik

dan saran kepada penulis.

8. dr. Warih, S.Pd, dr. Waisul, S.Pd, dan dr. Agus, S.Pd yang bertugas di Poli

Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati atas izin yang diberikan kepada

penulis untuk pengambilan data.

9. Perawat-perawat yang bertugas di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan

Senopati atas bantuan yang diberikan selama proses pengambilan data.

10. Seluruh pasien rawat jalan penderita hipertensi yang berobat di Poli Penyakit

Dalam RSUD Panembahan Senopati Yogyakarta atas kesediaannya

berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah memperkenankan penulis untuk

melakukan kunjungan ke rumah.

11. Mamaku tersayang atas kepercayaan diri yang mama tumbuhkan padaku. Saat

ini semua menjadi lebih indah untuk dijalani.

12. Kakak-kakakku mbak Pipin-mas Tomi, mbak Lusi-mas Wawan dan adikku

Irma atas kebersamaan yang membahagiakan dan dukungan yang luar biasa.

13. Bapak dan Ibu mertuaku yang selalu mendoakan kelancaran studiku.

14. Kekasih jiwaku Robertus Lilik Sutrisna yang dengan ikhlas hati menemaniku

melakukan kunjungan ke rumah pasien. Kamulah anugerah terindah Tuhan

dalam hidupku.

Page 10: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

x

x

Page 11: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Mei 2010

Penulis

Page 12: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

xii

INTISARI

Hipertensi merupakan penyakit asimtomatis yang ditandai adanya

peningkatan tekanan darah secara terus-menerus. Seseorang dapat digolongkan

prehipertensi, hipertensi tingkat satu atau dua berdasarkan besarnya peningkatan

tekanan darah. Oleh karena managemen terapi hipertensi bersifat seumur hidup

dan tidak jarang diberikan obat secara kombinasi maka ketaatan pasien menjadi

faktor penting yang menentukan keberhasilan terapi. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui besarnya pengaruh dan korelasi jumlah pemberian obat terhadap

ketaatan pasien hipertensi yang berobat jalan di poli penyakit dalam RSUD

Panembahan Senopati pada periode Desember 2009-Januari 2010 dan untuk

mengetahui faktor penyebab terjadinya sisa obat di akhir kontrol kesehatan.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan

rancangan analitik yang pengumpulan datanya bersifat prospektif. Melalui resep

yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta

jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal dan sisa obat di akhir dicatat

sebagai data sisa obat. Observasi ketaatan dilakukan selama satu bulan dengan

melakukan kunjungan ke rumah pasien sebanyak dua kali dan wawancara

langsung dengan pasien guna mengetahui faktor penyebab terjadinya sisa obat.

Subyek penelitian ini adalah seratus pasien terdiagnosis hipertensi yang

rutin melakukan kontrol kesehatan tiap bulan. Pengolahan data dilakukan dengan

uji statistik regresi korelasi menggunakan taraf kepercayaan 95%. Hasil

perhitungan menunjukkan bahwa faktor jumlah pemberian obat berpengaruh

sebesar 5,30% terhadap ketaatan pasien hipertensi dengan persamaan

Y=0,819+0,033X sedangkan korelasi keduanya sebesar 0,229.

Kata kunci: ketaatan, pasien hipertensi, jumlah pemberian obat, sisa obat

Page 13: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

xiii

ABSTRACT

Hypertension is an asymptomatic disease that characterized by

persistently elevated arterial blood pressure. Someone can be classified have

prehypertension, hypertension stage one or two based on the amount of increase

in blood pressure. Therfore management of hypertension is lifelong therapy and

uncommon given a combination drug, patient compliance becomes one of

important factor determining the success of treatment. The objective of this

research is to find out how the number of drugs gives an influence and correlation

to hypertensive outpatients compliance who check-up their condition at Internal

Poly of RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta in the period

December 2009-January 2010 and to identify the factors that cause drug

remaining at the end of the health control.

This research is categorized as analitic non experimental research which

has a prospective data. From the patient’s prescription, the researcher collected

the type, category, and the quantity of drugs as initial given drugs data and the

quantity of drugs remaining at the end of health control as the remaining drugs

data. Patient compliance observation made during a month by visiting patients’

houses twice, and also making direct interviews to determine the potential factors

causing the remaining drugs.

The research subject is a hundred patients diagnosed with hypertension

who regularly control their condition once a month. The data processing was done

with regresion-corellation test using 95% confidence interval. The result indicated

that the number of given drugs is only give 5,30% influence in patient compliance

with linier equation Y=0,819+0,033X while the correlation for both variables is

0,229.

Keywords: patient compliance, hypertensive patients, the initial number of given

drugs, the remaining drugs

Page 14: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

PAGE TITLE......................................................................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ .v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi

PRAKATA ....................................................................................................... viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ xi

INTISARI .......................................................................................................... xii

ABSTRACT ....................................................................................................... xiii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix

BAB I. PENGANTAR ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

1. Permasalahan........................................................................................... 5

2. Keaslian Penelitian .................................................................................. 5

3. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

B. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7

1. Tujuan Umum ........................................................................................ 7

2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 7

Page 15: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

xv

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................. 8

A. Ketaatan Pasien (Patient Compliance) ......................................................... 8

1. Definisi ................................................................................................... 8

2. Epidemiologi .......................................................................................... 9

3. Etiologi ................................................................................................. 10

4. Alasan Ketidaktaatan Penggunaan Obat .............................................. 12

5. Metode Mendeteksi Ketaatan Pasien ................................................... 13

6. Akibat Ketidaktaatan Pasien ................................................................. 15

7. Cara Meningkatkan Ketaatan ................................................................ 16

B. Pharmaceutical Care (Asuhan Kefarmasian) ............................................. 16

C. Hipertensi .................................................................................................... 17

1. Definisi ................................................................................................. 17

2. Epidemiologi ........................................................................................ 18

3. Etiologi ................................................................................................. 19

4. Penampakan Klinis ............................................................................... 20

5. Penatalaksanaan ................................................................................... 21

D. Landasan Teori ............................................................................................ 28

E. Hipotesis…………………………………………………………………..29

BAB III. METODE PENELITIAN................................................................... 30

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................. 30

B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 31

C. Definisi Operasional.................................................................................... 31

D. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 33

Page 16: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

xvi

E. Subjek Penelitian ......................................................................................... 34

F. Bahan Penelitian.......................................................................................... 36

G. Instrumen Penelitian.................................................................................... 36

H. Tata Cara Penelitian .................................................................................... 37

1. Tahap Persiapan .................................................................................... 37

2. Tahap Pengambilan Data ...................................................................... 38

3. Tahap Pengolahan Data......................................................................... 39

I. Tata Cara Analisis Hasil.............................................................................. 41

J. Kesulitan Penelitian .................................................................................... 42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 44

A. Umur ........................................................................................................... 46

B. Jenis Kelamin……………………………………………………………...50

C. Pendidikan………………………………………………………………....52

D. Golongan Obat…………………………………………………………….54

E. Jumlah Pemberian Obat………………………………………………….. 59

F. Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Obat……………………………………62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 65

A. Kesimpulan ................................................................................................. 65

B. Saran ............................................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68

LAMPIRAN ...................................................................................................... 72

Page 17: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Faktor Penyebab Ketidaktaatan Berdasarkan Penelitian Kabir,

et al. Pada Tahun 2004…............................................................ 13

Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII………........................ 18

Tabel III. Jumlah Subyek Penelitian Berdasarkan Karakteristik Umur,

Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan...............……………... 46

Tabel IV. Persentasi Pasien yang Taat Berdasarkan Sisa Obat Pada

Masing-masing Kelompok umur ........................….................... 47

Tabel V. Persentasi Pasien yang Taat Berdasarkan Sisa Obat Menurut

Karakteristik Jenis Kelamin......................................................... 51

Tabel VI. Persentasi Pasien yang Taat Berdasarkan Sisa Obat Menurut

Karakteristik Tingkat Pendidikan Pasien.................................... 52

Tabel VII. Persentasi Pasien yang Taat Berdasarkan Sisa Obat Menurut

Karakteristik Jumlah Golongan Obat.......................................... 55

Tabel VIII Profil Obat Antihipertensi, Oral antidiabetika, Obat

Kardiovaskuler Yang Diterima Oleh Pasien…………………... 57

Tabel IX. Faktor-faktor Penyebab Adanya Sisa Obat di Akhir Kontrol

Kesehatan………………………………………………............. 62

Page 18: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dimensi Utama Ketaatan……………………………………… 10

Gambar 2. Peta Prevalensi Hipertensi di Indonesia...................................... 19

Gambar 3. Algoritma Terapi Hipertensi Menurut JNC VII.......................... 23

Page 19: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Karakteristik Pasien Beserta Jumlah Pemberian Obat,

Sisa Obat , Persentase Sisa Obat, Golongan Obat

Berdasarkan Kelas Terapinya, Jenis Obat Antihipertensi,

Kategori Pasien, dan Penyebab Adanya Sisa Obat.................. 72

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov....... 86

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Uji Statistik Regresi dan Korelasi ............. 87

Lampiran 4. Hasil Perhitungan Independent Sampel T Test Pada

Kelompok Pasien Yang Berumur 32-54 tahun dan 55-87

tahun….................................................................................... 89

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Independent Sampel T Test Pada

Kelompok Pasien Wanita dan Pria…………………………. 90

Lampiran 6. Hasil Perhitungan One Way Anova Pada Kelompok Pasien

Berpendidikan Kurang dari SMA, SMA, dan

Sarjana………………………………………………………. 91

Lampiran 7. Hasil Perhitungan One Way Anova Pada Kelompok Pasien

Yang Menerima Satu, Dua, dan Lebih dari Dua Golongan

Obat……………………………............................................. 92

Lampiran 8. Lembar Rekapitulasi Pengumpulan Data Pasien.................... 93

Page 20: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian dari program

pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Anonim, 2004).

Indonesia Sehat 2010 sebagai visi pembangunan kesehatan yang

diwujudkan dalam bentuk perbaikan penyelenggaraan upaya kesehatan yang

bersifat peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif),

dan pemulihan (rehabilitatif) masih dirasa belum dapat berjalan secara

berkesinambungan dan menyeluruh. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan

jumlah sarana dan prasarana kesehatan serta kurangnya mutu pelayanan kesehatan

(Anonim, 2004).

Untuk mewujudkan hal tersebut, rumah sakit menjadi salah satu sarana

pelayanan kesehatan yang penting bagi masyarakat. Melalui tenaga medis

profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen, rumah sakit

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang

berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Fungsi utama pelayanan rumah sakit ini tidak hanya terbatas pada pelayanan

rawat inap di rumah sakit saja, tetapi juga memberikan pelayanan rawat jalan dan

perawatan di luar rumah sakit. (Anonim, 2008a).

Page 21: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

2

Keberhasilan terapi selain ditentukan oleh faktor ketepatan diagnosis,

ketepatan pemilihan obat, ketepatan aturan dosis dan cara pemberian, faktor

sugestif penderita terhadap dokter maupun obat yang diberikan, juga ditentukan

oleh ketaatan pasien dalam melakukan pengobatan (Grahame & Aronson, 1985).

Ada lima faktor yang mempengaruhi ketaatan pasien yakni: dimensi yang

berkaitan dengan pasien seperti kemampuan kognitif, pemahaman pasien akan

penyakitnya; dimensi yang berkaitan dengan terapi seperti kompleksitas regimen

pengobatan yang meliputi jumlah dosis per hari, banyaknya obat yang dikonsumsi

bersamaan; dimensi sistem pelayanan kesehatan seperti hubungan pasien dengan

tenaga kesehatan; dimensi yang berkaitan dengan kondisi seperti pasien

mengalami depresi atau penyakit kronik; dan dimensi sosial ekonomi seperti:

rendahnya literatur kesehatan, kurangnya dukungan dari pihak keluarga pasien

(Anonim, 2006b).

Ketaatan pasien diperlukan guna mencapai keberhasilan terapi terutama

pada penyakit degeneratif seperti: diabetes mellitus, hipertensi, asma, kanker,

gangguan mental, penyakit infeksi HIV/AIDS dan tuberkolosis (Anonim, 2006a).

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena

menjadi salah satu faktor risiko timbulnya penyakit kardiovaskuler dan

serebrovaskuler (Kabir, Iliyasu, Abubakar, Jibril, 2004). Pada tahun 2004

dilaporkan bahwa prevalensi hipertensi di Pulau Jawa sebesar 41,9%, dengan

kisaran di tiap-tiap provinsi sebesar 36,6%-47,7%. Prevalensi rata-rata hipertensi

di perkotaan sebesar 39,9% (37,0%-45,8%) dan di pedesaan 44,1% (36,2%-

51,7%) (Kirei, 2009). Managemen terapi hipertensi yang harus dilakukan seumur

Page 22: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

3

hidup menjadikan ketidaktaatan pasien dalam menjalani pengobatan menjadi

faktor utama penyebab ketidakberhasilan terapi hipertensi (Kabir, et al., 2004).

World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 melaporkan bahwa

di negara maju ketaatan rata-rata pasien yang menjalani terapi jangka panjang

terhadap penyakit kronis hanya sebesar 50% sedangkan di negara berkembang

tingkat ketaatan rata-rata pasien lebih rendah dari nilai tersebut (Anonim, 2006a).

Menurut Osterberg dan Balschke (2005) ketaatan minum obat pada pasien dengan

kondisi akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien kronis. Biasanya pada

pasien dengan kondisi kronis akan mengalami penurunan ketaatan minum obat

secara drastis setelah menjalani terapi selama enam bulan.

Tingkat ketaatan setiap individu pasien biasanya dilaporkan sebagai

persentasi dosis obat yang diresepkan terhadap dosis obat yang nyata dikonsumsi

oleh pasien selama periode tertentu. Beberapa peneliti menelaah lebih dalam

mengenai definisi ketaatan yang mencakup data pemenuhan dosis dan waktu

konsumsi obat. Data pemenuhan dosis berarti bahwa pasien mengkonsumsi

sejumlah pil tiap hari seperti yang diresepkan sedang waktu konsumsi obat berarti

bahwa pasien tersebut mengkonsumsi pil dalam suatu periode tertentu seperti

yang diresepkan (Osterberg & Balschke, 2005).

Dari uraian di atas muncul pertanyaan mengenai apakah jumlah

pemberian obat berpengaruh terhadap ketaatan minum obat dalam kurun waktu

satu bulan khususnya pada pasien rawat jalan yang ketaatan minum obatnya tidak

bisa dikontrol secara langsung oleh pihak rumah sakit serta adakah

hubungan/korelasi antara kedua variabel tersebut di atas. Untuk itulah dilakukan

Page 23: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

4

penelitian mengenai Pengaruh Jumlah Pemberian Obat terhadap Ketaatan Pasien

Rawat Jalan Penderita Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan

Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta Periode Desember 2009 – Januari 2010.

Berdasarkan SK Menkes No. 142/Menkes/SK/I/2007 tanggal 31 Januari

2007, RSUD Panembahan Senopati ditetapkan sebagai rumah sakit tipe B non

pendidikan. Kelengkapan fasilitas dan luasnya kemampuan pelayanan medik

spesialistik dan sub spesialistik yang dimiliki oleh RSUD Panembahan Senopati

menjadikan rumah sakit ini sebagai rujukan bagi puskesmas, klinik, ataupun

rumah sakit swasta yang tersebar di Kabupaten Bantul.

Profil kesehatan masyarakat di RSUD Panembahan Senopati

menempatkan hipertensi sebagai peringkat pertama pada sepuluh besar penyakit

rawat jalan. Pada bulan September 2009 dilaporkan jumlah pasien hipertensi di

instalasi rawat jalan RSUD Panembahan Senopati sebanyak 839 orang, pada

bulan Oktober 2009 sebanyak 1004 orang, dan pada bulan November 2009

sebanyak 818 orang. Banyaknya jumlah pasien hipertensi yang melakukan

pengobatan rawat jalan di poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati

dipandang mampu mendukung ketersediaan subyek uji dan tercapainya tujuan

penelitian ini.

Page 24: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

5

1. Permasalahan

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap ketaatan pasien dilihat

dari jumlah sisa obat di akhir kontrol kesehatan pada masing-masing

karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan serta

jumlah golongan obat.

b. Adakah pengaruh ataupun korelasi antara jumlah pemberian obat terhadap

ketaatan pasien rawat jalan penderita hipertensi di poli penyakit dalam

RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta.

c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya sisa obat di akhir

kontrol kesehatan pada pasien hipertensi tersebut.

2. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai Pengaruh Jumlah Pemberian Obat terhadap Ketaatan

Pasien Rawat Jalan Penderita Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD

Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta belum pernah dilakukan

sebelumnya.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh jumlah

pemberian obat terhadap ketaatan penggunaan obat antara lain:

a. Patient Compliance in Hypertension: Role of Illness Perceptions and

Treatment Beliefs (Ross, Walker, Macleod, 2004).

b. Adherence with single-pill amlodipine/atorvastatin vs a two-pill regimen

(Patel, Leslie, Thiebaud, Nichol, Tang, Solomon, et al., 2008).

Page 25: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

6

c. The Mentakab Hypertension Study Project Part V-Drug Compliance in

Hypertensive Patients (Lim, Ngah, Rahman, Suppiah, Ismail, Chako, et al.,

1992).

d. Compliance to Medication among Hypertensive Patients in Murtala

Mohammed Specialist Hospital, Kano, Nigeria (Kabir, et al., 2004)

3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

sumber referensi untuk mendeskripsikan ketaatan minum obat pasien rawat

jalan yang menderita hipertensi di poli penyakit dalam RSUD Panembahan

Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta dalam kaitannya dengan jumlah

pemberian obat.

b. Manfaat praktis

Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan bagi farmasis dalam upaya melaksanakan asuhan

kefarmasian (pharmaceutical care) khususnya bagi pasien penderita hipertensi

yang melakukan pengobatan di poli penyakit dalam RSUD Panembahan

Senopati ataupun rumah sakit umum lainnya yang ada di Indonesia. Dengan

demikian ketaatan pasien terhadap pengobatannya menjadi lebih baik dan

kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit menjadi lebih bermutu.

Page 26: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

7

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya

pengaruh serta korelasi antara jumlah pemberian obat terhadap ketaatan minum

obat pasien rawat jalan penderita hipertensi di poli penyakit dalam RSUD

Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

Dalam penelitian ini, tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk:

a. Mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap ketaatan

minum obat pasien hipertensi dilihat dari jumlah sisa obat di akhir kontrol

kesehatan pada masing-masing karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis

kelamin, pendidikan serta jumlah golongan obat.

b. Mengetahui besarnya pengaruh dan korelasi antara jumlah pemberian obat

terhadap ketaatan minum obat pasien rawat jalan penderita hipertensi di poli

penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul periode

Desember 2009-Januari 2010.

c. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sisa obat di akhir

kontrol kesehatan pada pasien hipertensi.

Page 27: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Ketaatan Pasien (Patient Compliance)

1. Definisi

Arti kata compliance mengarah pada suatu konsep pendekatan medis

yang menghendaki pasien melaksanakan permintaan dokter dan mentaati segala

petunjuk yang diberikan dalam proses terapi (Rantucci, 1997). Ketaatan ini tidak

hanya berkaitan dengan jenis obat yang harus dikonsumsi pasien namun terkait

juga dengan perlakuan khusus seperti harus istirahat atau melakukan diet, berapa

lama obat harus dikonsumsi, bagaimana cara penggunaan obat, kapan waktu

penggunaan obat yang tepat, kapan konsumsi obat harus dihentikan dan kapan

pasien harus kembali melakukan kontrol kesehatan ke dokter (Anonim,1999).

Makna kata ketaatan pasien mengandung asumsi bahwa diagnosis yang

ditegakkan dokter terhadap kondisi penyakit pasien telah tepat, terapi yang

diberikan telah sesuai dan efektif, lebih banyak memberikan keuntungan bagi

kesehatan pasien daripada membahayakan, aturan penggunaan obat mudah

dimengerti, dan obat mudah diperoleh misalnya: petunjuk penggunaan obat

sederhana, pemberian dosis memberikan rasa nyaman, harga dan efek samping

yang mungkin ditimbulkan obat masih dapat ditoleransi (Rantucci, 1997).

Pengertian paling umum yang sering digunakan untuk mendefinisikan

ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat adalah perilaku pasein secara luas,

dalam hal konsumsi obat, diet yang teratur, ataupun perubahan gaya hidup, yang

Page 28: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

9

dihubungkan dengan kondisi medis ataupun nasihat medis (Sung, Nichol,

Venturini, Bailey, McCombs, dan Cody, 1998).

2. Epidemiologi

Secara umum nilai rata-rata ketaatan pasien yang menjalani terapi medis

jangka panjang berkisar antara 40% dan 50% sedangkan pada terapi jangka

pendek, nilai rata-rata ketaatan pasien tersebut lebih tinggi yakni berkisar antara

70% dan 80% (Jin, Sklar, Oh, Li, 2008).

Terapi medis yang ditetapkan bagi jenis penyakit yang berbeda akan

memberikan tingkat ketaatan yang berbeda pula. Ketaatan pasien yang mengalami

depresi terhadap terapi antidepresan berkisar antara 40% dan 70% sedang tingkat

ketaatan pasien penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) terhadap terapi

antiretroviral bervariasi yakni berkisar antara 37% dan 83% tergantung pada

karakteristik populasi pasien. Di Australia hanya sekitar 43% pasien penderita

asma yang selalu mengkonsumsi obat seperti yang diresepkan (Sabate, 2003).

Bagi pasien kanker usia dewasa yang melakukan pengobatan rawat jalan, tingkat

ketaatannya sekitar 41% sedang pada pasien remaja lebih tinggi yakni antara 41%

dan 53%. Ketaatan terhadap oral antidiabetika bagi pasien diabetes mellitus (DM)

tipe 2 sekitar 65-85%, terhadap insulin hanya sekitar 20%, sedang untuk

melakukan diet sekitar 25-65% (Jin, et al., 2008).

Beberapa penelitian telah mengamati rendahnya tingkat ketaatan pasien

terhadap terapi antihipertensi dan/atau terapi penurunan kadar lemak. Tingkat

kepatuhan pasien yang baru terdiagnosis awal menderita hipertensi dilaporkan

menjadi 78% setelah 12 bulan menjalani terapi dan menjadi 46% setelah 54 bulan

Page 29: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

10

menjalani terapi (Anonim, 2006b). Penelitian yang dilakukan di Cina, Gambia

dan Seychelles menemukan bahwa ketaatan pasien hipertensi terhadap aturan

pengobatan antihipertensi hanya 43%, 27% dan 26% (Sabate, 2003). Monane,

Bohn, Gunvitz, Glynn, Levin, dan Avom (1996) yang melakukan penelitian di

Amerika menemukan bahwa rata-rata tingkat ketaatan terhadap terapi

antihipertensi sekitar 49% dan dari jumlah keseluruhan pasien tersebut hanya

23%-nya saja yang dapat dikategorikan memiliki tingkat ketaatan yang bagus

yakni mencapai tingkat ketaatan 80% atau lebih.

3. Etiologi

Ketaatan merupakan suatu fenomena yang bersifat multidimensional dan

dipengaruhi oleh lima faktor/dimensi utama yakni :

Gambar 1. Dimensi Utama Ketaatan (Anonim, 2006b)

a. Dimensi sosial dan ekonomi, antara lain: keterbatasan kemampuan berbahasa,

terbatasnya literatur kesehatan, kurangnya dukungan dari anggota keluarga

atau lingkungan sosial sekitar, padatnya jadwal kerja, terbatasnya akses

Page 30: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

11

pelayanan kesehatan/asuransi kesehatan, mahalnya biaya pengobatan,

pengaruh budaya dan persepsi mengenai definisi sakit dan pengobatannya.

b. Dimensi sistem pelayanan kesehatan, antara lain: hubungan pasien dengan

tenaga kesehatan, kemampuan komunikasi tenaga kesehatan, lemahnya

kapasitas sistem untuk memberikan edukasi kepada pasien dan melakukan

follow up terhadap kondisi pasien, rendahnya pengetahuan akan ketaatan dan

efektifitas intervensi untuk meningkatkan ketaatan, tidak jelasnya informasi

yang diterima pasien, waktu tunggu yang lama, kurangnya kesinambungan

pelayanan pengobatan, perbedaan persepsi antara tenaga kesehatan dengan

pasien, kurangnya motivasi yang positif dari tenaga kesehatan.

c. Dimensi yang berkaitan dengan kondisi kesehatan pasien, antara lain: kondisi

penyakit yang kronis, kurangnya atau kepelikan tanda dan gejala penyakit,

depresi, gangguan psikis, keterbelakangan mental.

d. Dimensi yang berkaitan dengan terapi, antara lain: kerumitan aturan

pengobatan yang meliputi jumlah dosis per hari, jumlah obat yang diminum

bersamaan; durasi/lama pengobatan; perubahan frekuensi pengobatan;

ketidaknyamanan efek samping obat; terapi yang membutuhkan tehnik khusus

seperti: injeksi atau inhaler; tuntutan untuk melakukan perubahan gaya hidup.

e. Dimensi yang berkaitan dengan pasien, terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor

fisik dan perilaku. Faktor fisik meliputi kemampuan kognitif, kemampuan

visual, kemampuan untuk mendengar, kesulitan untuk menelan, gangguan

gerak sedangkan faktor perilaku meliputi pengetahuan pasien akan

penyakitnya, kerelaan pasien untuk menerima penyakitnya, pemahaman akan

Page 31: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

12

alasan pengobatan, perilaku pasien dalam menjalani pengobatan, motivasi,

keyakinan akan kemampuan pasien untuk mengikuti semua aturan

pengobatan, ketakutan akan kejadian efek samping obat dan ketergantungan,

rasa frustasi terhadap tenaga kesehatan, penyalahgunaan alkohol/zat kimia

lain, rasa marah/cemas/stres (Anonim, 2006b).

4. Alasan Ketidaktaatan Pasien

Kejadian ketidaktaatan pasien terhadap pengobatannya dapat dipengaruhi

oleh banyak hal, antara lain: lupa, rapor jelek dari dokter, sedikitnya gejala yang

dirasakan, penyakit yang telah kronis, resep yang tidak ditebus, ketidakjelasan

tujuan terapi, rasa takut akan efek samping obat, ketidakjelasan instruksi

pemakaian obat, kesulitan fisik dalam mengikuti terapi seperti: kesulitan

membuka botol obat, ukuran obat yang terlalu kecil, kesulitan menelan, jauhnya

tempat pengobatan, rasa obat yang tidak enak, aturan obat yang rumit, harga obat

yang mahal (Anomim, 2009a).

Penelitian yang dilakukan oleh Kabir, et al. (2004), menunjukkan bahwa

dari 165 pasien penderita hipertensi yang tergolong tidak taat, kejadian

ketidaktaatan antara lain disebabkan oleh tidak adanya gejala/simptom, tidak

adanya dana untuk membeli obat, takut akan efek samping obat, ketidaktersediaan

obat, merasa bosan, pada pengobatan sebelumnya didapatkan hasil tekanan darah

yang normal, lupa, dan padatnya jadwal kerja. Mengenai hasil penelitian ini dapat

dilihat pada tabel I berikut ini.

Page 32: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

13

Tabel I. Faktor Penyebab Ketidaktaatan Berdasarkan Penelitian Kabir, et al.

Pada Tahun 2004

Faktor Penyebab Ketidaktaatan Frekuensi

Persentasi

Jumlah

Pasien (%)

Tidak adanya simptom 56 34,0

Tidak adanya dana untuk membeli obat 54 32,7

Ketakutan akan efek samping obat 20 12,1

Ketidaktersediaan obat 13 8,0

Kebosanan 8 4,8

Normalnya tekanan darah pada pengobatan

sebelumnya 6 3,6

Lupa 5 3,0

Padatnya jadwal kerja 3 1,8

Total 165 100

5. Metode Mendeteksi Ketaatan Pasien

Ada banyak metode untuk mendeteksi tingkat ketaatan pasien baik secara

langsung ataupun tidak langsung.

a. Metode langsung, antara lain dengan:

1) mengamati secara langsung proses terapi yang dijalani pasien

Metode ini adalah metode yang paling akurat namun memberi kerugian

yakni pasien dapat menyembunyikan obat di dalam mulut lalu

membuangnya, tidak praktis bila dilakukan secara rutin.

2) mengukur kadar metabolit obat di dalam darah. Metode ini bersifat

obyektif namun biayanya mahal.

Page 33: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

14

b. Metode tidak langsung, antara lain dengan:

1) memberi kuesioner kepada pasien, laporan pribadi pasien. Metode ini

tidak mahal, sederhana, dan merupakan metode yang paling bermanfaat di

dalam praktek klinis. Akan tetapi metode ini rentan terjadi kesalahan

seiring dengan berjalannya waktu kunjungan serta hasilnya mudah

dikacaukan oleh pasien.

2) menghitung jumlah obat. Metode ini bersifat obyektif, mudah dihitung,

dan mudah diterapkan namun data dengan mudah dapat diubah oleh pasien

yakni memungkinkan terjadinya penumpukkan obat. Metode ini telah

banyak diaplikasikan pada penelitian yang mengkaji tentang ketaatan

pasien seperti yang dilakukan oleh Elzubier, Husain, Suleiman, dan Hamid

(2000). Para peneliti ini menghitung tingkat ketaatan pasien hipertensi di

Kassala, Sudan Timur dengan cara menghitung selisih antara jumlah obat

mula-mula yang diterima pasien dengan jumlah obat yang tidak diminum

pasien tersebut, dibagi dengan jumlah obat mula-mula yang diterima

pasien dan dikalikan seratus persen. Menurut Lim, et al. (1992) untuk

mendapatkan penurunan nilai tekanan darah pada pasien hipertensi

dibutuhkan tingkat ketaatan minum obat antihipertensi sekitar 80%. Oleh

karenanya tingkat ketaatan 80% atau lebih sering dipilih sebagai batasan

kriteria untuk menggolongkan seorang pasien hipertensi taat atau tidak taat

di dalam pengobatannya. Batasan ini pula yang digunakan oleh Kabir, et

al. (2004) untuk mengukur tingkat ketaatan pasien hipertensi di rumah

sakit Muhammed Murtala Nigeria.

Page 34: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

15

3) kecepatan penebusan resep. Pengambilan data melalui metode ini

sederhana dan bersifat obyektif namun membutuhkan sistem kefarmasian

yang tertutup.

4) menilai respon klinis pasien. Metode ini sederhana dan mudah

diaplikasikan namun ada banyak faktor lain diluar ketaatan yang dapat

mempengaruhi respon klinis pasien.

5) Buku harian pasien. Buku harian ini dapat membantu ingatan peneliti

namun isi buku ini mudah diubah oleh pasien (Osterberg & Balschke,

2005).

6. Akibat Ketidaktaatan Pasien

Ketidaktaatan pasien dalam menjalankan pengobatannya dapat berakibat

memperburuk kondisi penyakit pasien, menurunkan kualitas hidup pasien,

meningkatkan biaya pengobatan, menurunkan kualitas hubungan antara pasien

dengan tenaga medis, dan memberikan efek samping terhadap kesehatan pasien

(Rosner, 2006).

Ada sebuah studi yang menggambarkan suatu fakta adanya perbedaan

yang signifikan mengenai biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh pasien yang

tidak taat dibandingkan dengan pasien yang taat yakni $3,992 versus $1,048.

Pasien yang tidak taat dalam pengobatan juga memiliki peluang yang lebih besar

untuk di rawat di rumah sakit dibandingkan dengan pasien yang taat yakni 42 %

versus 20% dan berpeluang lebih lama dirawat di rumah sakit yakni 16 hari versus

4 hari bagi pasien yang taat (Selen, Wertheimer, Dubin, 2002).

Page 35: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

16

7. Cara Meningkatkan Ketaatan

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk memperbesar tingkat

ketaatan pasien dalam pengobatannya, antara lain dengan memberikan informasi

secara jelas kepada pasien meskipun pasien tersebut seorang anak kecil, membuat

petunjuk pemakaian obat sesederhana mungkin sehingga mempermudah pasien

dalam penggunaan obat, menyesuaikan waktu minum obat dengan aktivitas yang

dijalankan oleh pasien, menjelaskan kemungkinan timbulnya efek samping obat,

serta selalu menanyakan apakah ada keluhan atau gejala yang menunjukkan

kejadian efek samping obat pada saat pasien datang kontrol, memastikan bahwa

ada anggota keluarga atau orang lain yang dapat membantu pasien untuk taat

menggunakan obat apabila pasien tersebut adalah anak-anak, pasien lanjut usia,

ataupun pasien yang mengalami gangguan gerak yang disebabkan oleh

penyakitnya (Grahame & Aronson, 1985).

B. Pharmaceutical Care (Asuhan Kefarmasian)

Definisi yang menggambarkan kegiatan pharmaceutical care pada saat

ini adalah sebagai suatu praktek yang berorientasi pada pasien, dilakukan oleh

praktisi yang bertanggungjawab terhadap kebutuhan pasien dalam kaitannya

dengan obat dan dilaksanakan atas dasar komitmen (Strand, Morley, Cipolle,

2004). Kegiatan pharmaceutical care ini meliputi pemberian informasi yang

terkait dengan terapi obat yakni indikasi, golongan obat, kontraindikasi, efek

samping obat, petunjuk pemakaian, syarat penyimpanan obat. Selain itu melalui

Page 36: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

17

kegiatan ini dilakukan kontrol terhadap ketersediaan obat, dispensing dan

penyediakan obat yang sesuai untuk pasien (Wibowo, 2008).

Tujuan dilaksanakan pharmaceutical care ini adalah untuk memperoleh

pemahaman pasien yang lebih baik mengenai penyakit serta terapi yang

dijalankannya dan untuk memastikan keamanan, efektivitas dan keoptimalan

penggunaan obat (Wibowo, 2008). Melalui kegiatan pharmaceutical care ini

diharapkan kejadian DRP (Drug Related Problems) dapat diidentifikasi,

dipecahkan dan dicegah (Muhlis, 2007).

C. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi adalah suatu penyakit umum yang secara sederhana

didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah arteri yang terjadi secara persisten

(Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, Posey, 1999). Diperkirakan hipertensi

memberikan konstribusi sebesar 40% timbulnya kejadian infark miokard atau

stroke (Sabate, 2003).

Peningkatan tekanan darah merupakan hasil dari peningkatan cardiac

output dan/atau peningkatan tahanan perifer total. Secara matematis, nilai tekanan

darah dapat dihitung dengan mengalikan nilai cardiac output dengan tahanan

perifer total (Dipiro, et al., 1999).

Menurut Joint National Committee (JNC) VII tekanan darah orang

dewasa yang berusia lebih atau sama dengan 18 tahun dapat diklasifikasikan

menjadi empat kelompok seperti yang tertera di dalam tabel II berikut ini.

Page 37: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

18

Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan darah sistolik

(mmHg)

Tekanan darah diastolik

(mmHg)

Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi stage 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi stage 2 Lebih besar atau sama

dengan 160

Lebih besar atau sama

dengan 100

2. Epidemiologi

Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan mencapai satu milyar orang

dan diperkirakan ada tujuh juta kematian per tahun yang berkaitan dengan

diagnosis hipertensi (Straka, 2008). Di Amerika sendiri sebanyak 30% dari

populasi (50 juta penduduk Amerika) memiliki tekanan darah ≥ 140/90 mmHg

(Dipiro, et al., 1999).

Prevalensi hipertensi ini bervariasi berdasarkan umur, ras/suku,

pendidikan, dan banyak faktor lain (Walker & Edwards, 2003). Berdasarkan

survei yang dilakukan oleh National Health and Nutrition, diperkirakan dari tahun

1999-2000 prevalensi hipertensi yang dialami oleh wanita sekitar 27,1% sedang

pada pria sekitar 30,1%. Nilai tekanan darah meningkat seiring dengan

pertambahan umur dan hipertensi sangat umum dialami oleh orang lanjut usia.

Sebanyak 90% orang yang bertekanan darah normal memiliki risiko mengalami

hipertensi pada usia 55 tahun keatas (Dipiro, et al., 1999).

Page 38: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

19

Hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan prevalensi

hipertensi di seluruh pulau di Indonesia sebagaimana terlihat dalam peta berikut

ini. Nilai prevalensi pada tiap-tiap pulau ini dinyatakan dalam satuan persen (%)

(Anonim, 2007).

Gambar 2. Peta Prevalensi Hipertensi di Indonesia (Anonim, 2007)

3. Etiologi

Hipertensi merupakan suatu kondisi medis yang bersifat heterogen. Lebih

dari 95% kasus hipertensi pada kebanyakan pasien tidak diketahui penyebabnya

dan digolongkan ke dalam jenis hipertensi primer atau essential hypertension

(Straka, 2008). Diperkirakan faktor genetik pasien sangat berperan di dalam

perkembangan penyakit hipertensi primer ini (Dipiro, et al., 1999).

Pada jenis hipertensi sekunder penyebab terjadinya hipertensi dapat

diketahui. Keberadaan penyakit penyerta hipertensi seperti penyakit ginjal kronis,

penyakit paratiroid, penyakit tiroid dan obat-obatan seperti golongan

Page 39: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

20

kortikosteroid serta produk herbal dapat mempengaruhi kenaikan tekanan darah

(Dipiro, et al., 1999).

4. Penampakan Klinis

a. Secara umum

Pasien hipertensi dapat terlihat sangat sehat atau memiliki faktor-faktor

risiko terhadap penyakit kardiovaskuler, seperti: wanita berusia 65 tahun atau pria

berusia lebih atau sama dengan 55 tahun, menderita diabetes mellitus,

dislipidemia, mikroalbuminuria, memiliki riwayat keluarga terkait penyakit

kardiovaskuler, mengalami obesitas dengan Body Mass Index (BMI) ≥ 30 kg/m2,

kurangnya aktivitas fisik, perokok .

b. Gejala

Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatis.

c. Tanda

Pengukuran tekanan darah sebelumnya menunjukkan kategori

prehipertensi atau hipertensi.

d. Tes laboratorium

Dilakukan pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), profil lemak

setelah berpuasa, kadar gula darah puasa, kadar kalium dalam serum, urinalisis.

Pasien hipertensi mungkin memperoleh nilai yang normal pada pemeriksaan

tersebut tapi masih tetap menderita hipertensi. Namun ada beberapa pasien yang

memiliki nilai yang tidak normal terkait dengan faktor risiko penyakit

kardiovaskuler ataupun kerusakan organ akibat hipertensi.

Page 40: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

21

e. Sasaran kerusakan organ

Kerusakan otak yang diakibatkan karena stroke atau serangan jantung;

mata yang diakibatkan karena retinopati; jantung yang diakibatkan karena

terjadinya hipertropi ventrikel kiri, angina, atau infark miokard; ginjal yang

diakibatkan karena penyakit ginjal kronis; pembuluh darah perifer yang

diakibatkan karena penyakit arteri perifer (Dipiro, et al., 1999).

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit hipertensi ini memiliki:

a. Outcome, yakni mencegah serta menurunkan mortalitas dan morbiditas yang

diakibatkan hipertensi.

b. Tujuan, yakni mengurangi risiko terjadinya kerusakan organ dan kematian.

c. Sasaran, yakni tekanan darah.

Target yang direkomendasikan oleh JNC VII adalah pada kebanyakan

pasien mencapai nilai tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg, pada pasien

hipertensi dengan penyerta diabetes mellitus mencapai nilai tekanan darah kurang

dari 130/80 mmHg, sedangkan pada pasien dengan penyerta penyakit ginjal

kronik yang memiliki estimasi nilai laju filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 60

ml/menit, serum kreatinin lebih dari 1,3 mg/dL pada wanita dan lebih dari 1,5

mg/dL pada pria, atau albuminuria lebih dari 300 mg/hari atau 200 mg/g kreatinin

direkomendasikan mencapai target nilai tekanan darah sebesar 130/80 mmHg.

d. Terapi nonfarmakologis

Dalam setiap rencana terapi bagi pasien hipertensi haruslah senantiasa

disertai dengan perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini diyakini dapat

Page 41: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

22

menurunkan laju perkembangan penyakit hipertensi pada kelompok pasien

prehipertensi. Perubahan gaya hidup yang direkomendasikan JNC VII untuk

mencegah dan mengendalikan hipertensi meliputi:

1) Menurunkan berat badan. Pasien harus berusaha mengatur berat badannya

dalam kisaran normal yakni BMI berkisar antara 18,5 – 24,9 kg.m2.

2) Mengikuti aturan makan yang dianjurkan DASH (Dietary Approaches to Stop

Hypertension) yakni mengkonsumsi banyak buah dan sayuran serta produk

yang terbuat dari susu rendah lemak.

3) Mengurangi asupan natrium. Asupan natrium per hari harus dibatasi kurang

dari atau sama dengan 100 mEq (2,4 g natrium atau 6 g natrium klorida).

4) Banyak melakukan aktivitas fisik, seperti rutin melakukan aerobik paling tidak

30 menit per hari.

5) Mengurangi kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok (Straka, 2008).

e. Terapi Farmakologis

Di dalam penatalaksanaan hipertensi apabila terapi non farmakologi

dirasa tidak berhasil maka perlu disertakan pemberian obat-obatan antihipertensi.

Algoritma penatalaksanaan hipertensi yang direkomendasikan oleh JNC VII

adalah seperti yang terlihat pada gambar 3 berikut ini.

Page 42: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

23

Gambar 3. Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi Menurut JNC VII

(Dipiro, et al., 1999)

Golongan obat-obat antihipertensi yang sering digunakan antara lain:

1) Diuretik, seperti tiazid

Potensi diuretik yang dimiliki tiazid tergolong menengah (Gormer, 2007)

namun ditetapkan oleh JNC VII sebagai terapi lini pertama di dalam pengobatan

hipertensi terutama bagi hipertensi tanpa penyakit penyerta (Dipiro, et al., 1999).

Cara kerja tiazid dalam proses penurunan tekanan darah adalah dengan cara

menghambat reabsorpsi natrium pada daerah awal tubulus distal ginjal,

meningkatkan ekskresi natrium dan volume urin. Selain itu, tiazid juga dapat

Initial

drug therapy

choices

No compelling

indications

Compelling

Indications

Stage 1

Hypertension

(SBP 140-159 or DBP 90-99

mm Hg)

Thiazide-type diuretics for

most. May consider ACE

inhibitor, ARB, β-blocker,

CCB, or combination

Stage 2

Hypertension

(SBP >160 or DBP >100

mm Hg)

Two-drug combination for

most. Usually a thiazide-

type diuretic with an ACE

inhibitor, or ARB, or

β-blocker, or CCB

Specific drug(s) for the

compelling indications.

Other antihypertensive

drugs (diuretic, ACE

inhibitor, ARB, β-blocker,

CCB) used as needed

Page 43: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

24

memberi efek vasodilatasi langsung pada arteriol sehingga dapat mempertahankan

efek antihipertensi lebih lama.

Efek diuretik tiazid terjadi dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian dan

dapat bertahan sampai 12-24 jam. Oleh karenanya pemberian obat ini cukup

sekali sehari (Gormer, 2007). Walaupun tiazid banyak bermanfaat di dalam

penurunan tekanan darah namun obat ini dapat memberikan efek samping berupa

hipokalemia, hiponatriemi dan hipomagnesiemi yang disebabkan oleh faktor

peningkatan ekskresi urin.

2) Beta bloker, seperti atenolol, propanolol, metoprolol

Obat golongan ini akan bekerja dengan mengeblok beta-adrenoseptor.

Stimulasi yang terjadi pada reseptor beta di otak dan perifer akan memacu

pelepasaan neurotransmiter yang dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf

simpatis. Stimulasi reseptor beta-1 pada jantung dapat meningkatkan frekuensi

denyut dan kekuatan kontraksi otot jantung, sedang stimulasi reseptor beta-1 pada

ginjal akan menyebabkan pelepasan renin, meningkatkan aktivitas sistem renin-

angiotensin-aldosteron. Efek akhir yang ditimbulkan dari stimulasi-stimulasi di

atas adalah meningkatnya cardiac output, meningkatnya tahanan perifer,

meningkatnya kadar sodium yang diperantarai aldosteron, serta terjadinya retensi

air. Penggunaan obat golongan beta bloker pada terapi hipertensi ini akan bersifat

antagonis terhadap semua efek yang ditimbulkan akibat stimulasi reseptor beta

tersebut di atas (Gromer, 2007).

Penggunaan beta bloker tidak boleh dihentikan secara mendadak

melainkan harus secara bertahap khususnya pada penderita angina karena dapat

Page 44: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

25

terjadi fenomena rebound (yaitu peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba

sampai pada nilai awal tekanan darah sebelum pengobatan). Penghentian

pemberian beta bloker sebaiknya dilakukan secara bertahap selama satu atau dua

minggu sebelum waktu penghentian. Blokade pada reseptor beta-2 pada bronkus

pada menyebabkan bronkospasme bahkan bila digunakan obat beta bloker

kardioselektif. Selain itu dapat memberikan efek samping berupa bradikardi,

gangguan kontraksi miokardia, tangan dan kaki terasa dingin oleh karena

vasokonstriksi yang diakibatkan blokade reseptor beta-2 pada otot polos

pembuluh darah perifer (Gromer, 2007).

3) ACE (Angiotensin Converting Enzyme) Inhibitor, seperti captopril,

lisinopril, enalapril

Mekanisme kerja obat golongan ini adalah dengan menghambat secara

kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif.

Efek antihipertensi golongan ACE Inhibitor ini lebih kuat karena obat ini dapat

menghambat degradasi kinin termasuk bradikinin yang memiliki efek vasodilatasi

(Gormer, 2007).

Efek samping dapat ditimbulkan berupa hiperkalemia karena dapat

menurunkan produksi aldosteron. Oleh karenanya sebelum mulai diberikan terapi

dengan obat golongan ini, fungsi ginjal dan kadar elekrolit pasien perlu dicek

terlebih dulu (Gormer, 2007).

Page 45: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

26

4) Angiotensin Reseptor Bloker (ARB atau AIIRA), seperti candesartan,

losartan, valsartan

Mekanisme kerja golongan ini adalah dengan mengeblok secara langsung

reseptor Angiotensin II tipe 1 (reseptor AT1) sehingga Angiotensin II tidak dapat

berikatan secara agonis dan tidak dapat menstimulasi efek vasokonstriksi, sekresi

aldosteron, tidak terjadi retensi sodium dan air (Straka, 2008).

Berbeda dengan ACE Inhibitor, obat-obat golongan ini tidak

menghambat degradasi kinin termasuk bradikinin sehingga tidak menimbulkan

batuk kering persisten yang biasanya mengganggu terapi dengan ACE Inhibitor

(Straka, 2008).

Oleh karena berefek pada ginjal maka golongan ARB dan ACE Inhibitor

ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit stenosis arteri ginjal

bilateral dan stenosis arteri berat pada ginjal yang hanya berfungsi satu (Dipiro, et

al., 1999).

5) Calcium Channel Blocker (CCB), seperti sub golongan dihidropiridin

(amlodipin, felodipin, nifedipin) dan sub golongan non-dihidropiridin

(diltiazem, verapamil).

Mekanisme kerja golongan CCB ini akan menurunkan influks ion

kalsium ke dalam sel miokard, sel-sel dalam sistem konduksi jantung, dan sel-sel

otot polos pembuluh darah sehingga akan menurunkan kontraktilitas jantung,

menekan pembentukan dan perambatan impuls eletrik dalam jantung dan memacu

aktivitas vasodilatasi (Gormer, 2007).

Page 46: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

27

Kedua sub golongan CCB ini memiliki efektivitas antihipertensi yang

hampir sama namun ada perbedaan pada efek farmakodinamiknya. Dihidropiridin

memiliki sifat vasodilator perifer sedang non-dihidropiridin memiliki efek kardiak

yang berguna untuk menurunkan frekuensi denyut jantung serta mencegah angina

(Gormer, 2007).

Efek samping yang mungkin ditimbulkan akibat efek vasodilatasi obat

sub golongan dihidropiridin adalah pemerahan pada wajah, pusing dan

pembengkakan pergelangan kaki, nyeri abdomen ataupun mual. Influks ion

kalsium dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti konstipasi (Gormer,

2007).

6) Obat antihipertensi golongan lain

Yang termasuk dalam golongan ini adalah alfa bloker (penghambat

adrenoseptor alfa-1) yang akan mengeblok adrenoseptor alfa-1 perifer sehingga

memberi efek vasodilatasi dengan cara merelaksasi otot polos pembuluh darah

(Gormer, 2007).

Antihipertensi kerja sentral seperti klonidin, metildopa, monoksidin

bekerja pada adrenoseptor alfa-2, dapat menurunkan aliran simpatetik ke jantung,

pembuluh darah dan ginjal sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah

(Gormer, 2007).

Page 47: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

28

D. Landasan Teori

Ketaatan merupakan salah satu jenis perilaku pasien dalam menjalankan

pengobatan. Oleh karena perilaku seseorang itu sangat dipengaruhi oleh hasil

interaksi dirinya dengan lingkungannya maka terdapat lima dimensi yang

berpengaruh terhadap tingkat ketaatan pasien di dalam pengobatannya, yakni

dimensi sosial dan ekonomi, dimensi sistem pelayanan kesehatan, dimensi yang

berkaitan dengan kondisi kesehatan pasien, dimensi yang berkaitan dengan pasien

serta dimensi yang berkaitan dengan terapi seperti kompleksitas aturan

pengobatan, durasi terapi, atau perubahan frekuensi penggunaan obat (Anonim,

2006b).

Jumlah pemberian tunggal lebih disukai oleh pasien dan memberikan

tingkat ketaatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan pemberian obat secara

kombinasi (Patel, et al., 2008). Semakin banyak obat yang diterima oleh pasien

akan berpengaruh pada jumlah dosis per hari yang harus dikonsumsi pasien,

jumlah obat yang harus diminum secara bersamaan, perubahan frekuensi

penggunaan obat, serta ketidaknyamanan efek samping yang mungkin

ditimbulkan oleh obat-obat tersebut.

Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit yang bersifat

asimtomatik namun dapat menimbulkan komplikasi bila tekanan darah pasien

terus-menerus tinggi (Dipiro, et al., 1999). Managemen terapi hipertensi ini

bersifat seumur hidup dan tidak jarang diberikan obat antihipertensi secara

kombinasi untuk mendapatkan outcome terapi yang diinginkan (Straka, 2008).

Jumlah obat akan semakin banyak terutama pada pasien hipertensi yang juga

Page 48: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

29

menderita penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, gagal jantung, ataupun

penyakit gagal ginjal kronik. Dengan demikian ketaatan pasien hipertensi dalam

mengkonsumsi obat dengan dosis dan cara penggunaan yang tepat sangat

menentukan keberhasilan terapinya.

E. Hipotesis

Jumlah pemberian obat berpengaruh terhadap ketaatan minum obat

pasien penderita hipertensi yang melakukan pengobatan rawat jalan di poli

penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta.

Page 49: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan

pasien rawat jalan penderita hipertensi di poli penyakit dalam RSUD Panembahan

Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta ini tergolong penelitian jenis non

eksperimental dengan rancangan analitis.

Penelitian ini tergolong sebagai penelitian non eksperimental karena

selama proses pengambilan data, peneliti tidak melakukan perlakuan atau

intervensi khusus kepada subyek uji dan digolongkan sebagai penelitan analitis

karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antar variabel

yakni jumlah pemberian obat terhadap ketaatan pasien hipertensi. Data hubungan

antar variabel dalam penelitian analitis ini akan diolah dengan uji statistik analisis

(Dahlan, 2009) dan kesimpulan yang diperoleh dapat bersifat umum (Bardosono,

2009).

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara

prospektif yakni dengan cara terlebih dahulu mengumpulan data mengenai jumlah

total obat berikut golongannya, yang diterima pasien saat datang kontrol

kesehatan dan mengobservasi bagaimana ketaatan pasien tersebut dalam

mengkonsumsi obatnya selama satu bulan. Pengumpulan data baik jumlah obat

awal, sisa obat, ataupun kegiatan wawancara untuk mengetahui faktor penyebab

terjadinya sisa obat dilakukan peneliti di rumah tiap-tiap pasien.

Page 50: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

31

Observasi ketaatan minum obat ini tidak mencakup seluruh golongan

obat yang diterima pasien hipertensi tersebut namun hanya dikhususkan pada

golongan obat yang terkait dengan penyakit hipertensi dan penyakit-penyakit

penyertanya seperti penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus. Semua

golongan obat yang terkait dengan penyakit hipertensi ataupun kardiovaskuler

serta diabetes mellitus memerlukan tingkat ketaatan minum obat yang tinggi agar

laju keparahan penyakit dapat dikendalikan dan mencegah terjadinya komplikasi

bahkan kematian pasien. Golongan obat kardiovaskuler selain antihipertensi yang

diamati pada penelitian ini adalah obat antiaritmia, antiangina, antilipemika serta

antitrombolitik.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat pada penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah pemberian obat.

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah ketaatan pasien yang diukur

dari jumlah sisa obat sebelum kontrol kesehatan bulan berikutnya.

C. Definisi Operasional

1. Pasien rawat jalan adalah pasien yang hanya datang berobat ke rumah sakit

bila merasakan adanya keluhan terhadap kesehatannya ataupun secara berkala

berobat ke rumah sakit untuk melakukan kontrol kesehatan. Pasien rawat jalan

Page 51: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

32

ini tidak memerlukan perawatan medis secara intensif di bawah pengawasan

tenaga kesehatan rumah sakit.

2. Penderita hipertensi adalah pasien rawat jalan peserta ASKES (Asuransi

Kesehatan) atau JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang telah

terdiagnosis hipertensi dan minimal selama 4 bulan berturut-turut yakni

September/Oktober 2009 hingga Desember 2009/Januari 2010 rutin

melakukan kontrol kesehatan di poli penyakit dalam RSUD Panembahan

Senopati.

3. Poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati adalah unit pelayanan

pengobatan yang melakukan terapi terhadap berbagai macam penyakit yang

menyerang organ dalam manusia.

4. Jumlah pemberian obat adalah jumlah keseluruhan obat yang tergolong

antihipertensi, oral antidiabetika serta obat kardiovaskuler yang meliputi

antiaritmia, antiangina, antilipemika, antitrombolitik yang diterima oleh pasien

hipertensi peserta ASKES/JAMKESMAS dari resep dokter saat kontrol

kesehatan.

5. Jumlah golongan obat adalah banyaknya golongan obat yang meliputi

antihipertensi, oral antidiabetika serta obat kardiovaskuler yang meliputi

antiaritmia, antiangina, antilipemika, antitrombolitik yang diterima oleh pasien

hipertensi peserta ASKES/JAMKESMAS dari resep dokter saat kontrol

kesehatan.

Page 52: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

33

6. Pasien yang taat adalah pasien hipertensi peserta ASKES/JAMKESMAS yang

telah meminum obatnya sebanyak ≥ 80% dari keseluruhan jumlah obat yang

diterima pasien tersebut saat awal kontrol kesehatan.

7. Pasien yang tidak taat adalah pasien hipertensi peserta ASKES/JAMKESMAS

yang sebelum kontrol kesehatan bulan berikutnya masih memiliki sisa obat

sebanyak > 20% dari keseluruhan jumlah obat yang mereka terima pada saat

awal kontrol kesehatan.

8. Persentasi pasien yang taat adalah jumlah pasien yang taat dibandingkan

dengan jumlah total pasien pada tiap-tiap peninjauan karakteristik pasien

dikalikan dengan 100%.

9. Karakteristik pasien meliputi distribusi umur yang terbagi dalam 5 kelompok

umur yakni kelompok umur 32-42 tahun, 43-53 tahun, 54-64 tahun, 65-75

tahun, 76-87 tahun; jenis kelamin yakni pria dan wanita; dan tingkat

pendidikan yang terbagi dalam 7 kelompok yakni: tidak sekolah, SD, SMP,

SMA, D2, D3, dan S1.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Pengaruh Jumlah Pemberian Obat terhadap Ketaatan Pasien

Rawat Jalan Penderita Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan

Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta ini dilakukan di ruang tunggu

pemeriksaan poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati. Pengambilan data

jumlah pemberian obat beserta data diri pasien dilakukan mulai tanggal 23

Desember 2009 sampai dengan 12 Januari 2010 dan dilakukan setiap hari yakni

Page 53: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

34

dari hari Senin sampai dengan Sabtu, pada jam kerja yakni jam 08.00 sampai jam

14.00. Sedangkan kunjungan ke rumah-rumah pasien dilakukan setiap hari di sela-

sela waktu luang peneliti dan dimulai pada tanggal 24 Desember 2009 sampai

dengan tanggal 11 Februari 2010. Kunjungan ke rumah-rumah pasien ini

dilakukan sebanyak dua kali yakni pada awal kontrol kesehatan dan sebelum

pasien melakukan kontrol kesehatan bulan berikutnya.

E. Subyek penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan peserta ASKES

ataupun JAMKESMAS yang menderita hipertensi dan melakukan pengobatan di

poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati. Kriteria inklusi subyek

penelitian ini adalah pasien rawat jalan peserta ASKES ataupun JAMKESMAS

yang telah terdiagnosis menderita hipertensi, datang untuk memeriksakan

kesehatan pada bulan Desember 2009 sampai Januari 2010, bersedia menjadi

subyek uji, secara rutin tiap bulan melakukan kontrol kesehatan dan saat

penelitian ini dilakukan yakni pada bulan Desember 2009/Januari 2010 minimal

pasien tersebut telah memasuki kontrol kesehatan pada bulan ke-4. Pasien

hipertensi dengan penyakit penyerta hipertensi seperti penyakit kardiovaskuler

ataupun diabetes mellitus tetap diikutsertakan sebagai subyek penelitian.

Oleh karena varibel keluaran penelitian ini berupa variabel kategorik

yang mengelompokkan pasien menjadi dua kategori berdasarkan sisa obat di akhir

kontrol kesehatan yakni kategori pasien taat dan tidak taat maka penentuan

besarnya jumlah sampel penelitian ditetapkan berdasarkan rumus besar sampel

Page 54: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

35

untuk penelitian deskriptif kategorik seperti terlihat pada persaman (1) di bawah

ini.

Zα2 x P x Q

N = ---------------- (1)

d2

(Dahlan, 2009)

Keterangan:

N = besar sampel

d = nilai presisi

P = Proporsi

Q = 1-P

Zα = deviat baku α

Untuk nilai-nilai yang besarnya dapat ditetapkan secara bebas oleh

peneliti maka peneliti menetapkan nilai α sebesar 5% karena menginginkan taraf

kepercayaan (IC) sebesar 95%. Dengan demikian diperoleh nilai Zα sama dengan

1,96. Belum adanya penelitian sejenis di RSUD Panembahan Senopati yang dapat

digunakan peneliti sebagai gambaran nilai prevalensi penderita hipertensi sesuai

kriteria inklusi yang diinginkan penelitian ini maka peneliti menetapkan nilai

presisi (d) sebesar 10%. Hal ini berarti bahwa peneliti hanya memberi toleransi

terjadinya kesalahan sebesar 10% saja. Begitu pula nilai proporsi (P) ditetapkan

sebesar 50% agar memperoleh hasil yang maksimal dari perkalian P dengan Q.

Bila nilai-nilai tersebut di atas dimasukkan ke dalam persamaan maka diperoleh:

(1,96)2 x 0,5 x 0,5

N = --------------------

(0,10)2

= 97

Page 55: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

36

Dengan demikian jumlah sampel penelitian yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 97 sampel.

F. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini berupa lembar

catatan medik pasien yang berobat jalan di poli penyakit dalam RSUD

Panembahan Senopati. Lembar catatan medik ini bermanfaat untuk mengetahui

pasien-pasien yang pada kontrol kesehatan bulan-bulan sebelumnya telah

terdiagnosis menderita hipertensi baik dengan ataupun tanpa penyakit penyerta

seperti penyakit kardiovaskuler ataupun diabetes mellitus. Selain itu berguna

untuk mengetahui pasien hipertensi yang rutin tiap bulan melakukan kontrol

kesehatan serta mengetahui pasien hipertensi yang saat penelitian ini dilakukan

minimal telah memasuki kontrol kesehatan pada bulan ke-4. Bahan penelitian

lainnya berupa lembaran resep yang diterima pasien dari dokter yang

memeriksanya. Lembaran resep dokter ini untuk disalin oleh peneliti sehingga

diketahui macam dan jumlah obat, bentuk sediaan, serta aturan pemakaian obat

baik frekuensi ataupun durasi penggunaan obat yang diterima pasien tersebut.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membuat lembar rekapitulasi data

penelitian yang berisi data pribadi pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, alamat, serta nomor telepon; catatan macam dan jumlah obat

yang diterima pasien dari apotek rumah sakit pada saat awal kontrol kesehatan

Page 56: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

37

berikut jumlah sisa masing-masing obat tersebut sebelum pasien melakukan

kontrol kesehatan pada bulan berikutnya. Selain itu di dalam lembar rekapitulasi

data penelitian, peneliti juga memberikan beberapa pilihan untuk dipilih pasien

hipertensi terkait dengan alasan yang dapat melatarbelakangi terjadinya sisa obat

seperti tidak minum obat karena lupa, gejala/simptom telah hilang, perasaan

bosan, aturan obat yang dirasa rumit, ukuran obat terlalu besar, serta rasa takut

akan efek samping obat. Lembar rekapitulasi data penelitian dibuat dengan

maksud untuk mempermudah peneliti dalam mengevaluasi ketaatan pasien yang

menjadi subyek uji penelitian ini. Bentuk lembar rakapitulasi data penelitian ini

dapat dilihat pada lampiran.

H. Tata Cara Penelitian

Tata cara penelitian ini terbagi dalam 3 tahapan yakni:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan analisis situasi, pengurusan

ijin pelaksanaan penelitian dan pembuatan lembar rekapitulasi data penelitian.

Analisis situasi meliputi diskusi dengan pihak diklat RSUD Panembahan Senopati

mengenai kelayakan judul penelitian, metode pengambilan sampel, jumlah subyek

uji yang dibutuhkan serta kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Dalam analsis

situasi ini juga dilakukan penelusuran kemungkinan adanya penelitan sejenis yang

sebelumnya pernah dilakukan di RSUD Panembahan Senopati. Perijinan

pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bantul, Kepala Dinas Kesehatan

Page 57: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

38

Kabupaten Bantul, Direktur RSUD Panembahan Senopati, Kepala Seksi Rekam

Medik & SIM RSUD Panembahan Senopati serta Koordinator Rawat Jalan.

Tahap persiapan ini berlangsung selama 1 minggu.

2. Tahap Pengambilan Data

Pengambilan data dimulai pada tanggal 23 Desember 2009 dan dilakukan

di ruang tunggu pemeriksaan poli penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati.

Saat pasien melakukan pemeriksaan tekanan darah di ruangan tersebut, peneliti

melakukan skrining terhadap lembar catatan medik pasien untuk mengetahui

apakah pasien tersebut terdiagnosis menderita hipertensi, secara rutin tiap bulan

melakukan kontrol kesehatan dan saat penelitian ini dilakukan yakni pada bulan

Desember 2009/Januari 2010 minimal telah memasuki kontrol kesehatan bulan

ke-4. Apabila pasien dinilai memenuhi kriteria inklusi penelitian maka selanjutnya

peneliti melakukan wawancara mengenai kesediaan pasien untuk menjadi subyek

uji penelitian selanjutnya mencatat data diri pasien tersebut berikut alamat rumah

pasien secara jelas. Pengambilan data mengenai jumlah pemberian obat yang

diterima pasien pada awal kontrol kesehatan dilakukan saat pasien keluar dari

ruang periksa dokter dan membawa lembaran resep dokter yang dapat ditebus

pasien di apotek rumah sakit. Melalui lembaran resep dokter tersebut, peneliti

mencatat macam obat yang diberikan berikut jumlah masing-masing obat dan

frekuensi penggunaannya.

Kunjungan ke rumah-rumah pasien dilakukan sebanyak dua kali.

Kunjungan pertama yang dimulai pada tanggal 24 Desember 2009 sampai dengan

Page 58: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

39

14 Januari 2010 bertujuan untuk mencocokkan apakah macam dan jumlah obat

yang diterima pasien sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter. Hanya obat-obat

yang tergolong antihipertensi, oral antidiabetika, dan obat kardiovaskuler yang

meliputi antiangina, antiaritmia, antitrombolitik serta antilipemika yang

selanjutnya dicatat oleh peneliti ke dalam lembaran rekapitulasi data penelitian.

Kunjungan kedua dimulai pada tanggal 22 Januari hingga 11 Februari 2010.

Adapun tujuan kunjungan kedua ini adalah untuk menghitung sekaligus mencatat

jumlah sisa obat sebelum pasien melakukan kontrol kesehatan pada bulan

berikutnya. Apabila peneliti menemukan adanya sisa obat maka peneliti

melakukan wawancara langsung kepada pasien mengenai alasan kenapa pasien

tidak mengkonsumsi obat tersebut sampai habis (tidak bersisa). Untuk membantu

mengarahkan jawaban pasien maka di dalam lembar rekapitulasi pengumpulan

data, peneliti menyediakan enam kemungkinan alasan terjadinya sisa obat yang

dapat dipilih oleh pasien yakni pasien tersebut lupa, tidak adanya gejala/simptom

penyakit sehingga merasa telah sembuh, pasien merasa bosan karena harus terus-

menerus mengkonsumsi obat, aturan minum obat dirasa rumit, ukuran obat terlalu

besar sehingga mengurangi kenyamanan minum obat, pasien atau takut akan efek

samping obat.

3. Tahap Pengolahan Data

Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan penggunaan

obat oleh pasien serta dari hasil wawancara langsung kepada pasien selama

melakukan kunjungan ke rumah-rumah pasien. Data-data pribadi pasien berupa

Page 59: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

40

jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jumlah pemberian serta sisa obat, dan

hasil wawancara dengan pasien kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk

tabel. Analisa tentang besarnya pengaruh jumlah pemberian obat terhadap

ketaatan pasien dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik yakni uji

regresi korelasi dengan taraf kepercayaan 95%. Sedangkan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok pasien pada tiap-tiap

karakteristik pasien yang meliputi karakteristik umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan serta jumlah golongan obat yang diterima pasien tersebut dianalisa

dengan menggunakan uji independent sampel t test ataupun dengan uji one way

anova. Analisa independent sampel t test digunakan untuk membandingkan

ketaatan antar dua kelompok subyek uji seperti umur yakni kelompok pasien

lansia dengan pasien yang lebih muda ataupun jenis kelamin yakni kelompok

pasien wanita dengan pria. Sedang uji one way anova digunakan untuk

membandingkan ketaatan lebih dari dua kelompok subyek uji misalnya pada

kelompok subyek uji yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikannya

yakni kelompok pasien yang berpendidikan kurang dari SMA, SMA atau setara

sarjana. Selain itu digunakan pula untuk membandingkan ketaatan antar kelompok

subyek uji yang diklasifikasikan berdasarkan jumlah golongan obat yang

diterimanya saat kontrol kesehatan yakni pada kelompok pasien yang menerima

satu, dua ataupun lebih dari dua golongan obat.

Page 60: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

41

I. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya dianalisis secara statistik

untuk mengetahui besarnya pengaruh dan korelasi antara jumlah pemberian obat

terhadap ketaatan pasien hipertensi dalam meminum obat. Langkah–langkah

analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji normalitas sebaran data variabel bebas yakni data jumlah pemberian

obat yang diterima oleh semua subyek uji. Apabila diperoleh sebaran data

yang normal (nilai p>0,05) maka analisis statistik penelitian ini dapat

dilakukan dengan uji parametrik (statistik inferensial) namun bila didapatkan

sebaran data yang tidak normal (nilai p<0,05) maka analisis statistik dilakukan

dengan uji non parametrik. Uji normalitas dapat dilakukan dengan metode

Kolmogorov-Smirnov.

2. Oleh karena sebaran data penelitian ini bersifat normal maka tahap analisis

berikutnya adalah melakukan uji statistik regresi korelasi antara variabel

jumlah total pemberian obat dengan jumlah sisa obat. Taraf kepercayaan (IC)

yang digunakan adalah 95%. Apabila nilai signifikansi penelitian <0,05 maka

Ho ditolak dan H1 diterima. Ho penelitian ini adalah bahwa jumlah pemberian

obat tidak berpengaruh terhadap ketaatan pasien hipertensi sedang H1

penelitian ini adalah bahwa jumlah pemberian obat berpengaruh terhadap

ketaatan pasien hipertensi.

Page 61: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

42

3. Besarnya persentasi jumlah pasien hipertensi yang taat berdasarkan

karakteristik umur pasien dilakukan dengan cara berikut.

%100% xumurkelompokperpasiennkeseluruhajumlah

umurkelompokpertaatyangpasienjumlahtaatyangpasien

4. Besarnya persentasi jumlah pasien hipertensi yang taat berdasarkan

karakteristik jenis kelamin pasien dilakukan dengan cara berikut.

%100)/(

)/(% x

PLpasienseluruhjumlah

PLtaatyangpasienjumlahtaatyangpasien

5. Besarnya persentasi jumlah pasien hipertensi yang taat berdasarkan

karakteristik tingkat pendidikan pasien dilakukan dengan cara berikut:

%100% xpendidikantingkattiappasienseluruhjumlah

pendidikantingkattiaptaatpasienjumlahtaatyangpasien

6. Besarnya persentasi jumlah pasien hipertensi yang taat berdasarkan

karakteristik jumlah golongan obat yang diterima pasien dilakukan dengan

cara berikut:

%100% xobatgolonganjumlahtiappasienseluruhjumlah

obatgolonganjumlahtiaptaatpasienjumlahtaatyangpasien

J. Kesulitan Penelitian

Selama pelaksanaan penelitian, peneliti menemui beberapa kesulitan

mulai dari tahap persiapan, pengambilan data, ataupun pengolahan data. Pada

tahap persiapan peneliti belum mempunyai gambaran secara detil dan jelas

mengenai tata cara pengambilan data di poli penyakit dalam RSUD Panembahan

Page 62: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

43

Senopati tanpa harus mengganggu aktivitas pelayanan kesehatan di poli tersebut.

Kesulitan ini dapat teratasi melalui diskusi dengan bagian diklat ataupun

koordinator rawat jalan RSUD Panembahan Senopati dan dengan melakukan

peninjauan lokasi sebelum hari pelaksanaan penelitian.

Kesulitan pada tahap pengambilan data adalah kesulitan mengalokasikan

waktu, mencari alamat rumah masing-masing pasien dan kemampuan untuk

meyakinkan pasien untuk menggunakan obat yang hanya diterima pasien saat

kontrol kesehatan bulan Desember 2009/Januari 2010 dan mengesampingkan sisa

obat bulan lalu yang mungkin masih dimiliki pasien. Keramahan dan kemauan

untuk bekerja sama yang ditunjukkan oleh pasien sangat membantu peneliti dalam

mengatasi kesulitan ini.

Page 63: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan

pasien rawat jalan penderita hipertensi di poli penyakit dalam RSUD Panembahan

Senopati ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dan

korelasi antara jumlah obat yang diterima pasien hipertensi terhadap ketaatan

minum obat pasien tersebut. Selain itu bertujuan juga untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa obat pada pasien hipertensi.

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan sampel pada persamaan (1)

diperoleh jumlah sampel sebanyak 97 pasien. Namun seiring proses pengambilan

data, peneliti memutuskan untuk menambah jumlah subyek uji sebanyak 3 pasien

untuk mencegah kekurangan jumlah sampel apabila ada pasien yang keluar dari

penelitian misalnya sebelum genap satu bulan pasien tersebut telah melakukan

kontrol kesehatan kembali. Sebanyak 100 pasien hipertensi peserta

ASKES/JAMKESMAS ditetapkan sebagai subyek uji penelitian ini yang

kesemuanya merupakan penduduk Kabupaten Bantul Yogyakarta. Sebagai peserta

ASKES/JAMKESMAS, pasien hipertensi tersebut akan mendapatkan jaminan

kesehatan tanpa harus mengeluarkan biaya guna menebus obat sehingga besar

kemungkinannya seluruh obat yang tertulis di resep dokter akan diambil oleh

pasien. Hal ini akan sangat membantu peneliti dalam proses pengumpulan data

serta observasi ketaatan minum obat pasien hipertensi tersebut. Adapun

Page 64: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

45

karakteristik subyek penelitian yang berpartisipasi di dalam penelitian ini adalah

seperti terlihat pada tabel III.

Metode yang digunakan untuk menghitung ketaatan pasien hipertensi

dalam meminum obat pada penelitian ini tergolong metode tidak langsung yakni

dengan menghitung jumlah obat di awal kontrol kesehatan sebagai jumlah obat

mula-mula dan di akhir kontrol kesehatan sebagai jumlah sisa obat. Metode ini

dipilih karena bersifat obyektif, cepat, serta telah banyak diaplikasikan pada

penelitian sejenis. Akan tetapi kelemahan metode ini adalah memungkinkan

terjadinya penumpukan obat oleh pasien. Dengan demikian sebelum pengambilan

data dimulai yakni saat kunjungan ke rumah pasien yang pertama, peneliti

menanyakan langsung kepada pasien mengenai kemungkinan masih adanya sisa

obat yang diperoleh pasien dari kontrol kesehatan bulan sebelumnya dan sampai

saat penelitian ini dilakukan masih disimpan oleh pasien tersebut. Apabila masih

terdapat sisa obat dari kontrol kesehatan bulan sebelumnya maka atas seijin

pasien, peneliti memasukkan semua sisa obat tersebut ke dalam kantong plastik

yang berbeda dan terpisah dari semua obat yang diterima pasien pada saat kontrol

kesehatan bulan ini serta memberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan

pemisahan obat tersebut yakni demi mendapatkan keakuratan hasil penelitian baik

kepada pasien ataupun pihak keluarga yang mendampingi.

Adapun batasan penggolongan kriteria pasien taat atau tidak taat pada

penelitian ini digunakan batasan tingkat ketaatan sebesar 80% seperti yang telah

banyak diaplikasikan pada jurnal-jurnal penelitan sejenis. Hal ini berarti bahwa

pasien hipertensi yang berhasil menghabiskan obat sampai dengan 80% atau lebih

Page 65: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

46

dari jumlah total obat yang diterimanya saat awal kontrol kesehatan dapat

dikategorikan sebagai pasien yang taat sedangkan pasien hipertensi yang masih

memiliki sisa obat pada akhir kontrol kesehatan lebih dari 20% dari jumlah total

obat yang diterimanya pada saat awal kontrol kesehatan dapat dikategorikan

sebagai pasien yang tidak taat. Besarnya persentasi jumlah pasien yang tergolong

taat/tidak taat berdasarkan sisa obat yang dimilikinya pada masing-masing

karakteristik pasien dapat dilihat pada tabel IV-VII.

Tabel III. Jumlah Subyek Penelitian Berdasarkan Karakteristik Umur,

Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan

Klasifikasi Karakteristik Subyek

Penelitian Jumlah Pasien

Jumlah Pasien

(%)

Umur

(tahun)

32-42

43-53

54-64

65-75

76-87

Total pasien

2

16

40

33

9

100

2

16

40

33

9

100

Jenis

Kelamin

Pria

Wanita

Total pasien

45

55

100

45

55

100

Tingkat

Pendidikan

Tidak sekolah

SD

SMP

SMA

D2

D3

S1

Total pasien

8

32

10

29

6

5

10

100

8

32

10

29

6

5

10

100

a. UMUR

Berdasarkan karakteristik umur subyek penelitian diketahui bahwa dari

keseluruhan subyek penelitian tersebut hanya sekitar 21% saja yang masih

berumur 54 tahun kebawah sedangkan sebanyak 79% sisanya telah berumur 55

Page 66: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

47

hingga 87 tahun. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia umur 55

hingga 64 tahun dapat digolongkan sebagai kelompok lansia dini yakni kelompok

yang baru memasuki lanjut usia (lansia) sedangkan yang berumur 65 tahun keatas

dapat digolongkan sebagai kelompok lansia dan yang telah berumur lebih dari 70

tahun dapat digolongkan sebagai kelompok lansia berisiko tinggi. Dengan

demikian sebanyak 37% dari jumlah keseluruhan subyek penelitian tersebut dapat

digolongkan ke dalam kelompok lansia dini, sebanyak 24% lainnya digolongkan

sebagai kolompok lansia dan sebanyak 18% sisanya digolongkan sebagai

kelompok lansia berisiko tinggi.

Menurut Ross, Walker, dan MacLeod (2004) ketaatan pasien hipertensi

sangat dipengaruhi secara signifikan oleh umur pasien. Di dalam jurnal penelitian

mereka terlihat bahwa pasien yang berumur lebih tua yakni berumur lebih atau

sama dengan 60 tahun memiliki ketaatan lebih besar daripada pasien yang usianya

lebih muda yakni kurang dari 60 tahun dengan nilai Odds ratio (OR) = 5,9 dan

nilai p<0,001.

Tabel IV. Persentasi Pasien yang Taat Berdasarkan Sisa Obat

Pada Masing-masing Kelompok Umur

Kelompok

Umur

Pasien

(tahun)

Jumlah

Pasien

Jumlah

Pasien yang

Taat

Jumlah

Pasien yang

Tidak Taat

Pasien yang

Taat (%)

32-42 2 2 0 100,000

43-53 16 16 0 100,000

54-64 40 39 1 97,500

65-75 33 31 2 93,940

76-87 9 9 0 100,000

Total 100

Page 67: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

48

Dengan melakukan perhitungan persentasi jumlah pasien yang taat pada

tiap kelompok umur maka penelitian pengaruh jumlah pemberian obat terhadap

ketaatan minum obat pasien hipertensi ini dapat melakukan perbandingan untuk

mengetahui kelompok umur pasien yang paling tinggi memiliki tingkat ketaatan

minum obat. Pada tabel IV di atas tampak bahwa pasien hipertensi pada kelompok

umur 65-75 tahun memiliki persentasi jumlah pasien yang taat paling kecil

dibandingkan dengan pasien pada kelompok umur lainnya namun tidak tampak

adanya kecenderungan hubungan yang dapat menggambarkan bahwa dengan

bertambahnya umur pada kelompok pasien di atas maka jumlah pasien yang taat

berdasarkan sisa obat yang dimilikinya pada akhir kontrol kesehatan akan

semakin sedikit.

Untuk mengetahui apakah sebenarnya terdapat perbedaan yang signifikan

antar kelompok umur pasien terhadap tingkat ketaatan minum obatnya maka

dilakukan uji statistik dengan menggunakan independent sampel t test. Uji t ini

dilakukan untuk membandingkan ketaatan pasien berdasarkan jumlah sisa obat di

akhir kontrol kesehatan hanya pada dua kelompok umur saja yakni kelompok

pasien yang berumur kurang dari 55 tahun serta yang berumur 55 tahun atau lebih.

Pembagian dua kelompok umur pasien ini dilakukan atas dasar klasifikasi umur

menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa

orang yang berumur 55 tahun atau lebih telah dapat digolongkan sebagai orang

lanjut usia. Oleh karena orang lanjut usia diketahui telah mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotorik maka melalui uji t ini dapat diketahui apakah

Page 68: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

49

perbedaan ketaatan antara pasien yang tergolong masih muda dengan pasien

lansia bersifat signifikan.

Hasil perhitungan dengan menggunakan independent sampel t test

memberikan perolehan nilai p sebesar 0,017 (p<0,050) seperti terlihat pada kolom

Levene’s test yang berarti bahwa terdapat perbedaan varians antara ketaatan pada

pasien lansia dengan pasien dengan usia lebih muda atau dengan kata lain data

ketaatan pasien lansia dan pasien yang berusia lebih muda bersifat tidak homogen.

Oleh karena data yang dimiliki bersifat tidak homogen maka dengan melihat lajur

equal variances not assumed diperoleh nilai t = -2,501 dan nilai p = 0,014

(p<0,050) yang berarti bahwa ada perbedaan signifikan antara ketaatan pasien

pada kelompok umur 32-54 tahun dengan pasien lansia yang berumur 55-87

tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa umur pasien mempengaruhi

secara signifikan terhadap ketaatan pasien hipertensi dalam mengkonsumsi obat.

Peran serta anggota keluarga yang lain dalam mendampingi dan

memantau penggunaan obat pada pasien lanjut usia sangat diperlukan agar dapat

terhindar dari kesalahan pengobatan. Oleh karena etiket yang dilampirkan pada

tiap-tiap obat yang diterima pasien hipertensi berukuran sangat kecil maka

penulisan keterangan aturan minum dan cara penggunaan obat hanya ditulis

secara singkat. Hal ini menyebabkan beberapa pasien tersebut melakukan

kesalahan penggunaan obat seperti obat isosorbit dinitrat (ISDN) yang seharusnya

digunakan secara sublingual namun oleh pasien diminum secara peroral.

Demikian halnya dengan obat yang seharusnya dikunyah seperti Aspilet®.

Page 69: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

50

b. JENIS KELAMIN

Menurut jurnal yang ditulis oleh Ross, Walker, dan MacLeod (2004)

ketaatan pasien hipertensi selain dipengaruhi secara signifikan oleh umur juga

dipengaruhi oleh jenis kelamin pasien. Dalam jurnal penelitian tersebut dilaporkan

bahwa kaum wanita memiliki tingkat ketaatan yang lebih tinggi dibandingkan

kaum pria dengan perolehan nilai Odds ratio (OR) = 0,6 dan nilai p = 0,015.

Sebaliknya menurut hasil penelitian Lim, et al. (1992) yang melakukan

pengamatan tingkat ketaatan terhadap pasien hipertensi yang melakukan rawat

jalan di department of Mentakab District Hospital diketahui bahwa hanya variabel

pengukuran tekanan darah saja yang memiliki perbedaan signifikan antara

kelompok pasien yang taat dengan yang tidak taat yakni bahwa tekanan darah

pada pasien yang taat selalu terkontrol dengan baik. Sedangkan jika dilihat dari

segi umur, jenis kelamin, lamanya menderita hipertensi, tingkat kepuasan pasien

terhadap pelayanan kesehatan ataupun jenis obat yang diterima tidak ditemukan

adanya perbedaan yang signifikan antar kedua kelompok pasien tersebut.

Tabel V berikut ini menunjukkan bahwa pasien wanita memiliki

persentase jumlah pasien yang taat lebih besar dibandingkan dengan pasien pria

dilihat dari sisa obat yang dimiliki oleh pasien tersebut pada akhir kontrol

kesehatan. Dari 45 pasien pria yang ditetapkan sebagai subyek uji penelitian ini,

sebanyak 2 pasien dapat dikategorikan tidak taat minum obat karena diketahui

memiliki persentasi sisa obat terhadap jumlah obat mula-mula sebesar 34,670%

dan 42,220% sedangkan pada pasien wanita yang berjumlah 55 orang hanya

Page 70: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

51

terdapat 1 pasien saja yang dikategorikan tidak taat dalam minum obat karena

memiliki persentasi sisa obat terhadap jumlah obat mula-mula sebesar 24,440%.

Tabel V. Persentasi Pasien yang Taat Berdasarkan Sisa Obat

Menurut Karakteristik Jenis Kelamin Pasien

Jenis

Kelamin

Jumlah

Pasien

Jumlah

Pasien yang

Taat

Jumlah

Pasien yang

Tidak Taat

Pasien yang

Taat (%)

Pria 45 43 2 95,560

Wanita 55 54 1 98,190

Total 100

Dengan hanya membandingkan besarnya persentasi jumlah pasien yang

taat pada kelompok pasien wanita dan pria seperti yang terlihat pada tabel V tidak

dapat diketahui apakah perbedaan ketaatan antara kedua kelompok tersebut

memiliki makna secara statistik atau tidak. Untuk itu dilakukan uji statistik

menggunakan independent sampel t test. Hasil perhitungan dengan independent

sampel t test yakni pada kolom levene’s test terlihat perolehan nilai p = 0,052

(p>0,050) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan varians antara ketaatan pada

pasien wanita dengan pasien pria dilihat dari sisa obat yang mereka miliki pada

akhir kontrol kesehatan atau dengan kata lain data ketaatan pasien wanita dan

pasien pria bersifat homogen. Oleh karenanya dengan melihat lajur equal

variances assumed maka diperoleh nilai t = - 1,247 dan nilai p = 0,215 (p>0,050)

yang berarti bahwa perbedaan ketaatan antara kelompok pasien wanita dengan

pasien pria tidak bersifat signifikan (tidak bermakna). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi ketaatan pasien hipertensi

dalam meminum obatnya.

Page 71: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

52

c. PENDIDIKAN

Rantucci (1997) mengatakan bahwa pendidikan dan banyaknya obat yang

diberikan dapat berpengaruh terhadap ketaatan pasien selain faktor-faktor lainnya

seperti umur, jenis kelamin, suku, biaya pengobatan, efek samping obat,

pendapatan pasien, serta tingkat keparahan penyakit pasien. Namun berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Selen, Albert dan William (2002) diperoleh

kesimpulan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat ketaatan pasien karena melalui perhitungan chi square yang

dilakukan oleh peneliti di atas didapatkan nilai p>0,050.

Adanya Pengaruh tingkat pendidikan terhadap ketaatan pasien hipertensi

juga dianalisis pada penelitian jumlah pemberian obat terhadap ketaatan, dengan

hasil seperti terlihat pada tabel VI berikut ini.

Tabel VI. Persentasi Pasien yang Taat Berdasarkan Sisa Obat

Menurut Karakteristik Tingkat Pendidikan Pasien

Tingkat

Pendidikan

Jumlah

Pasien

Jumlah

Pasien yang

Taat

Jumlah

Pasien yang

Tidak Taat

Pasien yang

Taat (%)

Tidak sekolah 9 8 1 88,890

SD 31 31 0 100,000

SMP 10 10 0 100,000

SMA 29 28 1 96,550

D2 6 5 1 83,330

D3 5 5 0 100,000

S1 10 10 0 100,000

Total 100

Pada tabel VI dapat dilihat besarnya persentasi jumlah pasien yang taat

berdasarkan sisa obat yang dimiliki di akhir kontrol kesehatan pada tiap-tiap

tingkat pendidikan akhir pasien. Tidak tampak adanya kecenderungan hubungan

Page 72: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

53

berupa kenaikan ataupun penurunan persentase jumlah pasien yang taat terhadap

semakin tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan akhir pasien tersebut.

Untuk mengetahui apakah perbedaan ketaatan pasien pada tiap-tiap

kelompok tingkat pendidikan tersebut memiliki makna secara statistik maka

dilakukan uji perbandingan dengan menggunakan uji one way anova. Uji anova

ini dilakukan dengan membagi tingkat pendidikan pasien menjadi 3 kelompok

besar saja yakni pasien dengan pendidikan kurang dari SMA, SMA, dan Sarjana.

Kelompok pasien dengan pendidikan kurang dari SMA digunakan untuk mewakili

pasien-pasien hipertensi yang tidak pernah sekolah atau bersekolah sampai tingkat

SD dan SMP. Sedangkan kelompok pasien dengan pendidikan setingkat sarjana

digunakan untuk mewakili pasien-pasien hipertensi yang bersekolah hingga D2,

D3 ataupun S1.

Hasil uji homogenitas variansi menunjukkan perolehan nilai p sebesar

0,001 (p<0,050) yang berarti bahwa ada perbedaan varians antara ketaatan pada

pasien berpendidikan kurang dari SMA, SMA atau pada pasien yang

berpendidikan setara sarjana atau dengan kata lain data ketaatan pasien pada

ketiga kelompok uji tersebut bersifat homogen. Sedangkan hasil perhitungan uji

anova menunjukkan perolehan nilai p sebesar 0,461 (p>0,050) yang

mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada semua

kelompok uji. Hal ini berarti bahwa ketaatan minum obat pasien hipertensi ini

tidak dipengaruhi secara signifikan oleh faktor tingkat pendidikan pasien.

Motivasi yang diberikan oleh dokter yang bertugas di poli penyakit dalam RSUD

Panembahan Senopati diyakini telah berhasil membuka pemahaman pasien

Page 73: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

54

mengenai penyakitnya. Menurut pasien, dokter tersebut telah menjelaskan kepada

mereka bahwa mereka harus secara rutin melakukan kontrol tekanan darah

sebulan sekali walaupun tidak merasakan gejala sakit seperti pada tipe penyakit

lainnya. Mereka diminta juga untuk mengurangi konsumsi makanan yang bercita

rasa asin dan banyak mengandung minyak/lemak serta menghindari stres yang

berlebihan. Adanya peran aktif dokter dan prinsip ingin hidup lebih lama bersama

anak dan cucu membuat pasien hipertensi ini termotivasi untuk selalu meminum

obat secara rutin. Kedua hal ini dinilai mampu membantu meningkatkan ketaatan

minum obat pasien hipertensi khususnya bagi pasien yang secara pendidikan

tergolong lemah.

d. GOLONGAN OBAT

Jika melihat ragam golongan atau kelas terapi obat yang diterima oleh

pasien hipertensi yang berobat jalan di poli penyakit dalam RSUD Panembahan

Senopati pada saat penelitian ini dilakukan, sebanyak 47 pasien (47%)

terdiagnosis menderita penyakit hipertensi murni tanpa komplikasi ataupun

penyakit penyerta lainnya dan sebanyak 53 pasien lainnya (53%) terdiagnosis

menderita hipertensi yang disertai oleh penyakit penyerta lainnya seperti penyakit

kardiovaskuler ataupun diabetes mellitus.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Patel, et al. (2008)

diketahui bahwa pasien yang hanya mendapatkan satu macam obat yakni

amlodipine/atovastatin memiliki ketaatan minum obat dua kali lipat lebih besar

Page 74: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

55

dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan obat secara kombinasi dengan

perolehan nilai OR = 1,95 dan p<0,0001.

Analisis pengaruh jumlah golongan obat yang diterima pasien hipertensi

terhadap ketaatan pada penelitian pengaruh jumlah pemberian obat terhadap

ketaatan dilakukan dengan membandingkan besarnya persentasi jumlah pasien

hipertensi yang taat pada tiap-tiap jumlah golongan obat yang diterima pasien

seperti terlihat pada tabel VII berikut ini.

Tabel VII. Persentasi Pasien yang Taat Berdasarkan

Sisa Obat Menurut Karakteristik Jumlah Golongan Obat

Jumlah

Golongan

Obat

Jumlah

Pasien

Jumlah

Pasien yang

Taat

Jumlah

Pasien yang

Tidak Taat

Pasien yang

Taat (%)

1 25 25 0 100,000

2 50 48 2 96,000

3 22 21 1 95,450

4 2 2 0 100,000

5 1 1 0 100,000

Total 100

Pada tabel VII di atas terlihat bahwa pasien yang menerima satu

golongan obat memiliki persentasi jumlah pasien yang taat lebih besar daripada

pasien yang menerima dua atau tiga golongan obat. Sedikitnya jumlah pasien

yang menerima empat atau lima golongan obat membuat kelompok ini juga

memiliki persentasi jumlah pasien yang taat sama dengan 100%. Oleh karenanya

perlu dilakukan uji statistik dengan one way anova untuk mengetahui apakah

perbedaan ketaatan minum obat berdasarkan jumlah sisa obat yang dimiliki pasien

pada masing-masing kelompok jumlah golongan obat tersebut memiliki makna

secara statistik. Uji anova ini dilakukan dengan mengelompokkan seluruh pasien

Page 75: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

56

hipertensi tersebut menjadi tiga kelompok besar yaitu kelompok pasien yang

menerima satu, dua serta lebih dari dua golongan obat. Kelompok pasien yang

menerima lebih dari dua golongan obat ini digunakan untuk mewakili kelompok

pasien yang menerima tiga, empat ataupun lima golongan obat. Jumlah

penerimaan dua golongan obat digunakan peneliti sebagai batasan pembagian

kelompok uji karena berdasarkan hasil penelitian Kabir, et al. (2004) diketahui

bahwa tingkat ketaatan pasien hipertensi yang menerima lebih dari dua golongan

obat sangat rendah yakni sebesar 40% sedangkan pada pasien hipertensi yang

hanya menerima satu atau dua golongan obat saja memiliki tingkat ketaatan yang

lebih tinggi yakni mencapai 84,300%.

Melalui uji homogenitas variansi seperti yang terlihat pada tabel test of

homogeneity of variances diperoleh nilai p sebesar 0,245 (p>0,050) yang berarti

bahwa tidak ada perbedaan varians antara ketaatan kelompok pasien yang

menerima hanya satu, dua atau lebih dari dua golongan obat atau data pada ketiga

kelompok tersebut bersifat homogen. Sedangkan hasil perhitungan anova

memberikan perolehan nilai p sebesar 0,169 (p<0,050) yang mengindikasikan

bahwa antar kelompok uji tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal

ini berarti bahwa pada penelitian pengaruh jumlah pemberian obat terhadap

ketaatan minum obat pasien hipertensi ini jumlah golongan obat yang diterima

pasien tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketaatan minum obat pasien

tersebut.

Page 76: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

57

Profil obat antihipertensi, oral antidiabetika, serta obat kardiovaskuler

yang diterima pasien pada penelitian ini adalah seperti yang terlihat pada tabel

VIII berikut ini.

Tabel VIII. Profil Obat Antihipertensi, Oral antidiabetika, Obat

Kardiovaskuler Yang Diterima Pasien

Antihipertensi Oral antidiabetika Obat kardiovaskuler

Jenis Obat Jumlah

pasien Jenis Obat

Jumlah

Pasien Jenis Obat

Jumlah

Pasien

ACE inhibitor 17 glibenklamida 2 digoxin 5

Loop diuretik 1 metformin 10 ISDN 5

ACE inhibitor + Loop

diuretik 10

glibenklamida

+ metformin 9 diltiazem 1

ACE inhibitor + tiazid 5 glikazida 2 Aspilet®

2

CCB 17 glikazida +

metformin 8

Aspilet®

+

digoxin 1

CCB + ACE inhibitor 14 metformin +

glikuidon 2

Aspilet®

+

digoxin +

ISDN

1

CCB + tiazid 5 Aspilet

® +

gemfibrosil 1

CCB + loop diuretik 3 gemfibrosil 3

CCB + ACE inhibitor +

loop diuretik 8 simvastatin 2

CCB + ACE inhibitor +

tiazid 7

simvastatin

+ ISDN 1

AIIRA + tiazid 1

AIIRA + CCB 6

AIIRA + CCB + tiazid 1

Antagonis adrenergik α 2 +

loop diuretik 1

Antagonis adrenergik α 2 +

ACE inhibitor + tiazid 1

Antagonis adrenergik α 2 +

ACE inhibitor + CCB 1

ACE inhibitor + β bloker

+ loop diuretik 1

Antagonis adrenergik α 2 +

ACE inhibitor + CCB +

tiazid + β bloker

1

Jumlah pasien 100 33 22

Berdasarkan tabel VIII terlihat bahwa jenis obat ACE inhibitor sangat

banyak diresepkan dokter sebagai antihipertensi baik sebagai obat tunggal atau

kombinasi. Namun selama penelitian ini dilakukan tidak ditemukan pasien yang

Page 77: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

58

mengeluhkan adanya efek samping obat berupa batuk kering. Hal ini disebabkan

karena pasien hipertensi yang menjadi subyek uji penelitian ini adalah pasien

yang minimal pada bulan Desember 2009/Januari 2010 telah memasuki kontrol

kesehatan bulan yang keempat sehingga keluhan adanya efek samping tersebut

telah disampaikan pasien kepada dokter saat kontrol kesehatan bulan sebelumnya.

Pasien yang sensitif terhadap obat jenis ini kemudian oleh dokter diberikan obat

antihipertensi jenis lain.

Yang menjadi permasalahan adalah seringkali pasien tidak membaca

tulisan kandungan zat aktif pada kemasan obat paten yang mereka terima

ditambah tidak adanya penjelasan dari pihak apotek rumah sakit pada saat

penyerahan obat apabila terjadi penggantian nama dagang obat. Hal ini

menyebabkan pasien sering merasa bingung bahkan ada pasien yang memutuskan

untuk membeli obat antihipertensi di apotek luar karena merasa obat yang mereka

terima berbeda isi zat aktifnya. Sebagai contoh captopril dengan Otoryl®.

Menurut profil obat tersebut maka golongan diuretik yang sering diterima

oleh pasien hipertensi ini adalah tiazid dan tipe loop diuretic seperti furosemide.

Peningkatan frekuensi buang air kecil akibat meminum obat ini banyak

dikeluhkan oleh pasien karena dirasa mengganggu aktivitas mereka dalam bekerja

terlebih jika mereka harus bekerja di luar rumah. Faktor inilah yang sering

membuat pasien merasa tidak nyaman dalam mengkonsumsi obat ini.

Golongan oral antidiabetika yang banyak diresepkan dokter kepada

pasien hipertensi yang juga menderita diabetes mellitus adalah kelompok obat

sulfonilurea seperti glibenklamida, glikazida, glikuidon dan kelompok obat

Page 78: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

59

biguanida seperti metformin. Kedua kelompok obat ini diresepkan dokter baik

secara tunggal ataupun kombinasi. Melalui penjelasan dokter, pasien hipertensi

yang juga menderita sakit diabetes mellitus telah mengetahui bahwa obat

golongan ini sebaiknya diminum bersama atau sesudah makan. Kebiasaan

beberapa pasien melakukan puasa pada hari Senin dan Kamis membuat frekuensi

minum obat ini terganggu. Dokter telah menyarankan untuk meminum obat saat

sahur, berbuka puasa dan menjelang tidur (sekitar jam 23.00) akan tetapi sering

kali pasien telah terlanjur mengantuk dan tertidur sehingga frekuensi minum obat

menjadi berkurang.

Golongan obat kardiovaskuler yang banyak diresepkan dokter adalah

jenis digoxin yang tergolong sebagai obat antiaritmia dan jenis isosorbit dinitrat

(ISDN) yang tergolong sebagai obat antiangina. Oleh karena penyakit

kardiovaskuler berkaitan dengan kadar lipid dalam darah maka simvastatin serta

gemfibrosil banyak diresepkan dokter sebagai antilipemika bagi pasien yang

mengalami dislipidemia. Sedangkan untuk mencegah terjadinya trombosis dalam

pembuluh darah, dokter banyak meresepkan obat Aspilet® sebagai antitrombolitik.

Yang menjadi permasalahan di sini adalah adanya penggunaan obat yang salah

seperti ISDN yang seharusnya dikonsumsi secara sublingual dan Aspilet® yang

merupakan tablet kunyah.

e. JUMLAH PEMBERIAN OBAT

Semakin banyaknya jumlah golongan obat yang diterima pasien

hipertensi berarti semakin banyak pula jumlah obat yang harus dikonsumsi pasien

Page 79: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

60

tersebut. Seperti yang telah dikemukakan oleh Patel, et al. (2008) dalam jurnal

penelitian mereka yang menyebutkan bahwa tingkat ketaatan pasien yang

menerima satu macam obat yakni amlodipine/atorvastatin saja dua kali lipat lebih

tinggi dibandingkan pasien yang menerima obat secara kombinasi. Hal ini

dikarenakan semakin sedikitnya jumlah pemberian obat berarti aturan minum dan

aturan penggunaan obat akan semakin sederhana, dapat mengurangi rasa bosan

serta ketidaknyamanan pasien yang disebabkan oleh rutinitas minum obat.

Oleh karena uji normalitas yang dilakukan dengan tes Kosmogorov-

Smirnov menghasilkan distribusi data yang normal yakni dengan perolehan nilai

signifikansi = 0,208 atau p>0,05 maka analisis parametrik regresi korelasi dapat

dipilih untuk menganalisa besarnya pengaruh antara jumlah pemberian obat

terhadap ketaatan pasien hipertensi. Analisis regresi korelasi ini dilakukan dengan

menggunakan taraf kepercayaan sebesar 95%.

Berdasarkan hasil analisis regresi korelasi yakni pada bagian Model

Summary dapat diketahui besarnya pengaruh jumlah pemberian obat terhadap

ketaatan pasien hipertensi yang diukur dari perhitungan sisa obat di akhir kontrol

kesehatan. Dengan perolehan nilai R square (r2) sebesar 0,053 maka besarnya

koefisien determinasi (KD) dapat dihitung dengan cara mengalikan nilai r2 dengan

angka 100%. Dari hasil perkalian tersebut diperoleh nilai KD sebesar 5,300%.

Besarnya nilai KD ini memiliki makna bahwa faktor jumlah pemberian obat

memberikan pengaruh terhadap ketaatan pasien hipertensi hanya sebesar 5,300%

saja sedangkan sisanya yakni sebesar 94,700% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

di luar variabel jumlah pemberian obat tersebut.

Page 80: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

61

Untuk mengetahui apakah model regresi yang dipilih untuk menganalisis

hasil penelitian ini sudah benar atau salah maka diperlukan uji hipotesis.

Pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya taraf

signifikansi (sig) penelitian dengan taraf signifikansi sebesar 0,050. Berdasarkan

hasil pada kolom anova dapat diketahui besarnya nilai signifikansi penelitian ini

adalah sebesar 0,022 atau kurang dari 0,050. Dengan nilai sig<0,050 maka H0

yang ditetapkan peneliti dapat ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan

linier antara jumlah pemberian obat dengan ketaatan pasien penderita hipertensi

yang melakukan pengobatan rawat jalan di poli penyakit dalam RSUD

Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta. Hubungan linier antara

kedua variabel di atas dapat disajikan dalam persamaan Y = 0,819 + 0,033 X

dimana Y adalah variabel jumlah sisa obat di akhir kontrol kesehatan yang

digunakan sebagai parameter untuk mengukur ketaatan minum obat pada pasien

hipertensi. Sedangkan X adalah variabel jumlah total pemberian obat yang

diterima pasien pada saat awal kontrol kesehatan.

Hasil perhitungan korelasi Pearson menunjukkan bahwa korelasi yang

dimiliki oleh kedua variabel tersebut adalah sebesar 0,229. Oleh karena bernilai

positif maka korelasi keduanya bersifat searah. Korelasi searah ini mengandung

arti bahwa semakin banyak jumlah obat yang diberikan kepada pasien hipertensi

pada saat awal kontrol kesehatan maka akan semakin banyak pula sisa obat yang

dimiliki pasien tersebut di akhir kontrol kesehatan. Dengan semakin banyaknya

sisa obat di akhir kontrol kesehatan maka tingkat ketaatan minum obat pasien

hipertensi tersebut semakin rendah. Menurut Sarwono (2006) kriteria angka

Page 81: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

62

korelasi antar variabel dapat dibedakan menjadi 4 kriteria, yakni: berkorelasi

sangat lemah jika memiliki angka korelasi antara 0-0,25; berkorelasi cukup jika

memiliki angka korelasi lebih dari 0,25 hingga 0,5; berkorelasi kuat jika memiliki

angka korelasi lebih dari 0,5 hingga 0,75; serta berkorelasi sangat kuat jika angka

korelasi lebih dari 0,75 hingga 1. Dengan demikian korelasi yang dimiliki variabel

jumlah pemberian obat dengan ketaatan pasien hipertensi ini bersifat sangat lemah

karena hanya menghasil angka korelasi sebesar 0,229. Walaupun korelasi kedua

variabel tersebut bersifat sangat lemah namun dengan perolehan nilai signifikansi

sebesar 0,022 atau kurang dari 0,050 maka dapat dikatakan bahwa

hubungan/korelasi antara keduanya tetap signifikan.

f. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA SISA OBAT

Faktor-faktor yang menyebabkan adanya sisa obat di akhir kontrol

kesehatan dapat dilihat pada tabel IX berikut ini.

Tabel IX. Faktor-Faktor Penyebab Adanya Sisa Obat Diakhir Kontrol

Kesehatan

Faktor Penyebab Terjadinya

Sisa Obat di Akhir Kontrol

Kesehatan

Jumlah Pasien Yang Masih

Memiliki Sisa Obat di

Akhir Kontrol Kesehatan

Persentasi Jumlah Pasien

Yang Masih Memiliki Sisa

Obat di Akhir Kontrol

Kesehatan (%)

Lupa 26 78,790

Gejala sakit telah hilang 7 21,210

Bosan 0 0

Aturan Minum Obat

Rumit 0 0

Ukuran Obat Terlalu

Besar 0 0

Takut akan ESO 0 0

Jumlah 33 100

Page 82: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

63

Melalui wawancara yang dilakukan secara langsung dengan pasien di

rumah mereka dapat diketahui bahwa faktor utama penyebab adanya sisa obat di

akhir kontrol kesehatan adalah karena pasien hipertensi tersebut lupa untuk

meminum obatnya yakni sebanyak 26 pasien (78,790%) dan karena beranggapan

bahwa dirinya telah sembuh dengan hilangnya simptom penyakit yakni sebanyak

7 pasien (21,210%).

Melihat karakteristik umur pasien hipertensi yang menjadi subyek uji

penelitian ini maka adanya sisa obat di akhir kontrol kesehatan banyak terjadi

pada kelompok umur 55 hingga 87 tahun atau terjadi pada kelompok pasien

hipertensi yang telah dapat dikategorikan sebagai pasien lanjut usia. Ciri-ciri

seorang lanjut usia adalah telah mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikomotorik. Adapun fiungsi kognitif ini dapat meliputi proses belajar, persepsi

pemahaman, pengertian, perhatian dan hal-hal lain yang dapat membuat perilaku

orang lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal

yang berkaitan dengan dorongan/kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi

yang sudah tidak bisa lagi dilakukan dengan cekatan oleh orang lanjut usia. Untuk

itulah dibutuhkan pendampingan dan peran serta aktif dari anggota keluarga

pasien tersebut di dalam aktivitas minum obat terutama bagi pasien yang telah

berumur 70 tahun ke atas. Dari pengamatan peneliti saat melakukan kunjungan ke

rumah pasien terlihat bahwa beberapa etiket telah hilang dari kemasan plastik

obat. Hal ini dikarenakan etiket yang berupa kertas kecil tersebut tidak diklip pada

kemasan plastik ataupun pada strip obat. Dengan demikian aturan minum obat

hanya didasarkan pada ingatan pasien saja. Pada kondisi inilah peran serta

Page 83: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

64

anggota keluarga lain dirasa akan sangat membantu pasien untuk mengkonsumsi

obatnya dengan dosis, cara dan frekuensi minum yang tepat sehingga tidak akan

terdapat sisa obat di akhir kontrol kesehatan.

Aktivitas kerja yang sibuk dan adanya kegiatan keluar rumah yang

dijalani oleh pasien hipertensi ini juga menjadi alasan kuat bagi pasien tersebut

lupa untuk meminum obatnya. Menurut mereka kegiatan minum obat pada siang

hari kadang terlupakan apabila mereka harus melakukan suatu kegiatan dari pagi

hingga sore hari. Hal yang mirip juga dikemukakan oleh pasien yang sering

melakukan puasa di hari Senin dan Kamis. Mereka terkadang lupa untuk

meminum kembali obatnya sebelum tidur malam sebagai pengganti waktu minum

obat di siang hari seperti anjuran dokter.

Beberapa pasien hipertensi yakni sebanyak 7 pasien menghentikan

pengobatannya karena merasa telah sembuh dengan hilangnya simptom penyakit.

Sebenarnya dokter telah menjelaskan kepada mereka bahwa obat yang diberikan

selama satu bulan harus dihabiskan dan secara rutin melakukan pengukuran

tekanan darah. Dokter pun telah menerangkan mengenai efek jangka panjang jika

obat antihipertensi tidak rutin diminum akan tetapi beberapa dari mereka merasa

bahwa saat badan telah pulih dan tidak lagi pusing konsumsi obat tidak diperlukan

lagi. Namun tetap saja ada pasien yang menilai bahwa obat yang diberikan dokter

hanya menunjukkan khasiat di awal pengobatan saja akan tetapi setelah meminum

beberapa butir obat khasiatnya tidak lagi dirasakan oleh pasien tersebut.

Page 84: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh jumlah pemberian obat terhadap

ketaatan pasien rawat jalan penderita hipertensi di poli penyakit dalam RSUD

Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Yogyakarta maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan independent

sampel t test dan one way anova maka diketahui bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap ketaatan minum obat pasien pada masing-

masing kelompok berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, jumlah

golongan obat serta jenis kelamin. Sebaliknya berdasarkan karakteristik umur

pasien ditemukan adanya perbedaan ketaatan minum obat yang bersifat

signifikan.

2. Jumlah pemberian obat akan memberikan pengaruh terhadap ketaatan minum

obat pasien hipertensi sebesar 5,300% dengan persamaan linier Y = 0,819 +

0,033 X. Nilai korelasi Pearson yang menghubungkan kedua variabel

penelitian ini adalah sebesar 0,229 dengan nilai signifikansi sebesar 0,022

sehingga sifat hubungan keduanya adalah lemah, searah namun signifikan.

3. Faktor terbesar yang mempengaruhi adanya sisa obat pada akhir kontrol

kesehatan adalah dikarenakan pasien tersebut lupa untuk mengkonsumsi

obatnya yakni sebesar 78,790% dan karena adanya anggapan bahwa pasien

Page 85: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

66

tersebut telah sembuh ditandai dengan hilangnya simptom penyakit yang

dirasakan pasien yakni sebesar 21,210%.

B. Saran

Saran yang bisa diberikan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Guna mencegah kejadian kesalahan dalam mengkonsumsi obat ada baiknya

penyampaian informasi dari pihak instalasi farmasi rumah sakit tidak hanya

mencakup aturan minum, cara penggunaan obat namun juga kandungan zat

aktif obat sehingga apabila terjadi penggantian nama dagang obat maka pasien

tidak akan merasa bingung dan beranggapan bahwa obat yang diberikan tidak

sama dengan obat yang diterima sebelumnya. Selain itu untuk mencegah

etiket obat hilang maka ada baiknya etiket tersebut ditempelkan ataupun diklip

langsung pada plastik pembungkus atau langsung pada kemasan obat.

2. Oleh karena faktor terbesar penyebab adanya sisa obat di akhir kontrol

kesehatan adalah bahwa pasien tersebut lupa untuk mengkonsumsi obatnya

maka sangat diharapkan adanya peran serta anggota keluarga yang lain untuk

mengingatkan waktu mengkonsumsi obat khususnya pada pasien hipertensi

yang telah berusia lanjut.

3. Untuk menghindari terjadinya penumpukan obat sebaiknya pihak rumah sakit

menyarankan pasien untuk selalu membawa sisa obat yang masih dimilikinya

pada saat datang kontrol. Melalui kebiasaan ini maka jumlah obat yang

terbuang sia-sia dapat diminimalkan serta dapat digunakan sebagai parameter

ketaatan pasien.

Page 86: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

67

4. Perlunya dilakukan penelitian yang mengkaji faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi ketaatan pasien selain faktor yang telah diteliti dalam

penelitian ini seperti pengaruh rasa puas pasien akan pelayanan farmasis

terhadap ketaatan minum obat pasien.

Page 87: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

68

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999, Patient Compliance, http://www.piko pacific link.com, diakses

pada tanggal 25 September 2009

Anonim, 2004, Sistem Kesehatan Nasional, Cetak Ulang, Departemen Kesehatan

Repubik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2006a, Kepatuhan Pasien: Faktor Penting dalam Keberhasilan Terapi,

http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0506.pdf, diakses

pada tanggal 22 September 2009

Anonim, 2006b, Overview Medication Adherence,

http://www.adultmeducation.com, diakses pada tanggal 25 September 2009

Anonim, 2007, Hipertensi di Indonesia RISKESDAS 2007,

http://www.litbang.depkes.go.id/Simnas4/Day_2/HIPERTENSI.pdf, diakses

pada tanggal 3 Februari 2010

Anonim, 2008a, Efektivitas Pelayanan Kesehatan, http://www-

farklin.com/images/multirow3f1e14b76904c.pdf, diakses tanggal 22

September 2009

Anonim, 2008b, Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian,

http://likalikuluke.multiply.com/reviews/item/3, diakses pada tanggal 3

Februari 2010

Anonim, 2009a, Compliance (Medicine),

http://en.wikipedia.org/wiki/Compliance_%28medicine%29, diakses pada

tanggal 2 Februari 2010

Anonim, 2009b, Penatalaksanaan Hipertensi,

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/28_172Penatalaksanaanhipertensi.pdf/

28_172Penatalaksanaanhipertensi.pdf, diakses pada tanggal 5 Februari 2010

Aryani, P.D., 2002, Hubungan Jumlah Obat yang Diberikan dan Ketaatan Minum

Obat Pasien Rawat Jalan Usia Lanjut Peserta ASKES di Poli Geriatri RS

Dr. Sardjito, Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Bardosono, S., 2009, Jenis Riset,

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d59f9a873bcb01c4549d3afda1

0901e1a86f17a2.pdf, diakses pada tanggal 4 Februari 2010

Page 88: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

69

Dahlan, S.M, 2009, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, edisi ke-2, hal. 10, Penerbit Salemba

Medika, Jakarta

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey,

L.M., 1999, Pharmacoptherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th

edition,

p. 185-202, McGraw Hill, USA

Gormer, B., 2007, Hypertension Pharmacological Management,

http://www.pharmj.com/pdf/hp/200704/hp_200704_pharmacological.pdf,

diakses pada tanggal 10 Februari 2010

Grahame-Smith, D.G., and Aronson, J.K., 1985, The Oxford Textbook of Clinical

Pharmacology and Drug Therapy, Oxford University Press, Oxford

Jin, J., Sklar, G.E., Oh, V.M.S., Li, S.C., 2008, Factors Affecting Therapeutic

Compliance: A Review from the Patient’s Perspective, http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2503662,

diakses tanggal 30 Januari 2010

Kabir, M., Iliyasu, Z., Abubakar, I.S., and Jibril, M., 2004, Compliance to

Medication among Hypertensive Patients in Murtala Mohammed Specialist

Hospital, Kano, Nigeria,

http://ajol.info/index.php/jcmphc/article/view/32401/6069, diakses pada

tanggal 15 November 2009

Kirei, H., 2009, Presus IKK (Kedokteran Keluarga) Hipertensi,

http://kireihimee.blogspot.com/2009/10/presus-ikk-kedokteran-

keluarga.html, diakses pada tanggal 18 Januari 2010

Lim, T.O., Ngah, B.A., Rahman, R.A., Suppiah, A.,Ismail, F.,Chako, P., et al,

1992, The Mentakab Hypertension Study Project Part V-Drug in

Compliance Hypertensive Patients,

http://smj.sma.org.sg/3301/3301a10.pdf, diakses pada tanggal 20 Januari

2010

Monane, M., Bohn, R.L., Gunvitz, J.H., Glynn, R.J., Levin, R., and Avom, J.,

1996, Compliance with Antihypertensive Therapy among Elderly Medicaid

Enrollees: The Roles of Age, Gender, and Race,

http://ajph.aphapublications.org/cgi/reprint/86/12/1805?view=long&pmid=9

0031, diakses pada tanggal 30 Januari 2010

Muhlis, 2007, Pharmaceutical Care, Asuhan Kefarmasian,

http://muhlis3.wordpress.com/2007/12/29/pharmaceutical-care-asuhan-

kefarmasian , diakses pada tanggal 2 Februari 2010

Page 89: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

70

Osterberg, L., Blaschke, T., 2005, Adherence to Medication, http://www.content

nejm.com, volume 353:487-497, diakses pada tanggal 22 September 2009

Patel, B.V., Leslie, R.S., Thiebaud, P., Nichol, M.B., Tang, S.S.K., Solomon, H.,

et al., 2008, Adherence with Single-Pill Amlodipine/Atorvastatin vs A Two-

Pill Regimen, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2515427/,

diakses pada tanggal 20 Januari 2010

Rantucci, M.J., 1997, Pharmacist Talking With Patients, A Guide to Patient

Counseling, 1st edition, p. 43, Williams&Wilkins Company, USA

Rosner, F., 2006, Patient Noncompliance: Causes and Solutions, The Mount Sinai

Journal Of Medicine Vol. 73 No.2, p 553-559, Mount Sinai Medical Center,

USA

Ross, S., Walker, A., and MacLeod, M.J., 2004, Patient Compliance in

Hypertension: Role of Illness Perceptions and Treatment Beliefs,

http://www.nature.com/jhh/journal/v18/n9/pdf/1001721a.pdf, diakses pada

tanggal 5 Februari 2010

Sabate, E., 2003, Adherence to Long-term Therapies: Evidence for Action.

Geneva: World Health Organization,

http://www.who.int/chp/knowledge/publication/adherence Section1.pdf,

diakses pada tanggal 18 Januari 2010

Sarwono, J., 2006, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, edisi 1, hal. 166,

Penerbit Andi, Yogyakarta

Selen., Y., Wertheimer, A.L., and Dubin, W.R., 2002, Demographical Factors

Affecting Patient Compliance (Adherence) to Medications In An Outpatient

Psychiatric Clinic: A Preliminary Study, http://fabad.org/pdf/volum28/-

issue2/FABAD2003j.Pharm.Sci.,28,77-84,2003.pdf, diakses tanggal 1

Oktober 2009

Strand, L.M., Morley, P.C., Cipolle, R.J., 2004, Pharmaceutical Care Practice :

The Clinical’s Guide,2nd

edition, 178-188, The McGraw-Hill Companies,

USA

Straka, R.J., 2008 Pharmaceutical Principles and Practise, p. 9-31, The McGraw-

Hill Companies, USA

Sung, J.C.Y., Nichol, M.B., Venturini, F., Bailey, K.L., McCombs, J.S., Cody,

M., 1998, Factors Affecting Patient Compliance with Antihyperlipidemic

Medications in an HMO Population, http://www.ajmc.com/media/-

pdf/AJMC1998OctSung1421_1430.pdf, diakses tanggal 10 Desember 2009

Page 90: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

71

Walker, R., Edwards, C., 2003, Clinical Pharmacy&Therapetics, 3rd

edition, p.

155-175, Churchill Livingstone, USA

Wibowo, Y., 2008, Pharmaceutical care: The Perceptions of Community

Pharmacist in Surabaya-Indonesia (A Pilot Study),

http://www.accp8.org/web/data/files/O-002.pdf, diakses pada tanggal 30

Januari 2010

Page 91: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 92: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 93: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 94: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 95: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 96: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 97: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 98: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 99: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 100: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 101: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 102: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 103: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 104: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 105: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 106: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 107: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 108: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal

89

Page 109: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 110: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 111: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 112: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal
Page 113: PENGARUH JUMLAH PEMBERIAN OBAT TERHADAP KETAATAN … · yang diterima pasien saat awal kontrol kesehatan, dicatat macam, golongan serta jumlah obat sebagai data jumlah pemberian awal