pengaruh jumlah dewan komisaris, reputasi auditor

30
1 PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR EKSTERNAL DAN KOMPLEKSITAS PERUSAHAAN TERHADAP KEBERADAAN KOMITE MANAJEMEN RISIKO PADA PERUSAHAAN Oleh: ANDIRA MAWARSHARON 232011195 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

1

PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI

AUDITOR EKSTERNAL DAN KOMPLEKSITAS

PERUSAHAAN TERHADAP KEBERADAAN KOMITE

MANAJEMEN RISIKO PADA PERUSAHAAN

Oleh:

ANDIRA MAWARSHARON

232011195

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

2

Page 3: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

3

Page 4: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

4

Page 5: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

5

Page 6: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

6

PENDAHULUAN

Buruknya pengelolaan dan pelaporan keuangan yang dialami oleh perusahaan besar

pada kasus Enron dan WorldCom sangat mengguncang dunia bisnis. Keruntuhan perusahaan-

perusahaan publik tersebut disebabkan oleh kegagalan strategi maupun praktek curang dari

manajemen puncak yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama karena

lemahnya pengawasan yang independen oleh corporate boards. Rekayasa keuangan dan

malpraktik akuntansi menyebabkan kedua perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan dan

cukup berdampak bagi dunia bisnis internasional. Pada tahun 2008 perusahaan-perusahaan di

Indonesia mengalami kegagalan dalam mengelola risiko valuta asing yang mengakibatkan

perusahaan-perusahaan harus menjalani proses penyehatan, pergantian pemilik, dan sampai

ada perusahaan yang harus dipailitkan (Subramaniam et al., 2009). Risiko merupakan suatu

kondisi yang muncul akibat ketidakpastian (Hanafi, 2009). Dalam peraturan Menteri

Keuangan Nomor 142 /PMK.010/2009 juga dijelaskan bahwa risiko adalah potensi terjadinya

suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah

pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian

(PMK No. 191/PMK.04/2010). Apabila risiko tersebut tidak dikelola dengan baik maka akan

menyebabkan kerugian bagi perseroan bahkan kebangkrutan yang dialami sejumlah

perusahaan.

Perusahaan dalam dunia bisnis mulai memprioritaskan peningkatan dalam

melaksanakan tata kelola perusahaan dengan memprioritaskan peranan manajemen risiko

(Subramaniam et al., 2009). Mereka mulai menyadari akan pentingnya manajemen risiko

untuk diterapkan dalam dunia bisnis yang tidak dapat diprediksi dan untuk meningkatkan

nilai perseroan bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dengan memenuhi prinsip-

prinsip good corporate governance (GCG). Prinsip-prinsip GCG tercantum dalam undang-

undang perseroan terbatas No. 40 tahun 2007 yaitu transparancy, accountability,

responsibility, independency, dan fairness. Implementasi GCG bukanlah suatu proses yang

mudah. Proses tersebut memerlukan pemahaman, komitmen, dan konsistensi dari seluruh

organ perseroan khususnya dewan komisaris dan direksi mengenai bagaimana seharusnya

proses tersebut dijalankan. Apabila dilaksanakan dengan efektif sistem manajemen risiko

dapat menjadi sebuah kekuatan bagi pelaksanaan good corporate governance (Andarini dan

Januarti 2012).

Berdasarkan undang-undang no. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas mengatur

tugas utama dewan komisaris yaitu melakukan pengawasan atas kebijakan kepengurusan

Page 7: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

7

yang dijalankan direksi. Pengawasan kepengurusan, baik mengenai perseroan maupun usaha

perseroan dalam memberikan nasihat kepada direksi demi kepentingan perseroan. Dewan

komisaris bersama direksi memastikan bahwa perusahaan melaksanakan tata kelola

perusahaan yang baik pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Oleh karena itu, untuk

meringankan tugas pengawasan dan pengendalian internal, dewan komisaris membentuk sub

organ yaitu komite-komite (Subramaniam et al., 2009).

Komite merupakan salah satu mekanisme yang efisien untuk fokus perusahaan terhadap

risiko, manajemen risiko, dan pengendalian internal. Komite yang tepat adalah komite audit,

komite manajemen risiko atau komite relevan lainnya (Subramaniam et al., 2009).

Keberadaan komite-komite pada BUMN diatur dalam KepMen BUMN no. 117/M-

MBU/2002 tentang penerapan GCG. Komite tersebut diantaranya yaitu komite audit, komite

nominasi dan remunerisasi, dan komite manajemen risiko. Komite yang dibentuk untuk

mengelola risiko adalah komite manajemen risiko. Dalam PMK No. 191/PMK.04/2010

disebutkan bahwa komite manajemen risiko adalah komite yang bertugas menetapkan

kebijakan, strategi, dan metodologi manajemen risiko. KMR bertanggung jawab untuk

mengkoordinasikan, memfasilitasi, dan mengawasi efektifitas dan integritas proses

manajemen risiko. Dengan demikian, komite manajemen risiko memiliki fungsi

pengungkapan risiko laporan keuangan dan risiko manajemen, yang meliputi risiko

keuangan, risiko operasional, dan risiko pasar (Hanafi, 2009). Namun demikian, menurut

KPMG (2005) ditemukan bahwa komite manajemen risiko masih ada yang diintegrasikan

dengan komite audit. Hal ini sesuai dengan lampiran keputusan Bapepam No. Kep-

29/PM/2004 tentang pedoman pelaksanaan kerja komite audit bahwa salah satu tugas dan

tanggung jawab komite audit adalah melaporkan kepada dewan komisaris mengenai berbagai

risiko dan pelaksanaan manajemen risiko. Sebagai akibatnya, peran yang luas dan tanggung

jawab komite audit yang besar meningkatkan kritik dan keraguan terhadap kemampuannya

untuk berfungsi secara efektif (Subramaniam, et al. 2009). Oleh karena itu, pengendalian

internal terhadap manajemen risiko diharapkan akan lebih tinggi ketika komite manajemen

risiko berdiri sendiri dibandingkan ketika diintegrasikan dengan komite audit.

Dalam penelitian ini variabel pertama yang digunakan adalah jumlah dewan komisaris.

Jumlah dewan komisaris yang besar cenderung dapat menjadi sumber daya yang besar bagi

dewan komisaris (Subramaniam et al., 2009). Jumlah dewan komisaris yang lebih besar akan

memberikan kekuatan dalam fungsi pengawasan yang dilakukan dewan komisaris

(Subramaniam et al., 2009). Ukuran dewan yang besar dapat menjadi sumber daya yang

besar pula untuk dewan komisaris. Pertukaran keahlian, informasi, dan pikiran juga akan

Page 8: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

8

terjadi lebih luas, sehingga akan lebih mudah untuk menemukan sumber daya yang tepat

dalam dewan komisaris untuk dialokasikan dalam tugas KMR. Dengan demikian dapat

diasumsikan dengan banyaknya sumber daya yang dimiliki dewan komisaris, semakin tinggi

tuntutan untuk membentuk KMR. Penelitian yang dilakukan oleh Subramaniam, et al (2009)

menunjukan bahwa jumlah dewan berhubungan positif dengan keberadaan KMR. Berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Andarini (2010) yang menyatakan bahwa jumlah

dewan tidak berhubungan signifikan dengan keberadaan KMR.

Variabel kedua adalah reputasi auditor eksternal. Auditor big four dapat mempengaruhi

sistem pengendalian internal klien dengan membuat rekomendasi untuk meningkatkan sistem

desainnya. Perusahaan auditor big four cenderung mendorong kualitas mekanisme

pengendalian internal yang lebih tinggi diantara klien mereka apabila dibandingkan dengan

perusahaan bukan big four (Subramaniam et al., 2009). Sehingga terdapat kemungkinan

bahwa perusahaan yang diaudit big four mendapatkan tekanan yang lebih besar untuk

membentuk KMR, dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit non-big four. Hal itu

mungkin disebabkan karena keberadaan KMR dipandang sebagai dukungan tambahan ketika

auditor sedang menilai sistem monitoring risiko internal, mereka lebih memilih untuk

meminimalisasi kerugian reputasi dengan kegagalan audit. Berdasarkan hasil penelitian

Yatim (2009) bahwa reputasi auditor berpengaruh positif terhadap keberadaan komite

manajemen risiko.

Kompleksitas perusahaan merupakan faktor karakteristik perusahaan yang dapat dilihat

dari beberapa elemen, salah satunya dari segmen bisnis yang dimiliki suatu perusahaan.

Semakin besar kompleksitas dari segmen bisnis yang dimiliki perusahaan, maka akan

semakin membutuhkan mekanisme manajemen risiko yang efektif dengan tujuan

mengecilkan risiko yang dihadapinya. Hal ini akan menyebabkan pembentukan komite

manajemen risiko menjadi suatu hal yang harus dilaksanakan. Penelitian Yatim (2009)

membuktikan bahwa kompleksitas dari operasi perusahaan membutuhkan pengawasan yang

lebih besar dari KMR yang secara utama berfokus untuk mengidentifikasi risiko bisnis dan

menemukan cara untuk mengurangi risiko tersebut. Berbeda dengan penelitian Subramaniam,

et al (2009) yang menyatakan hasil bahwa kompleksitas tidak berhubungan secara signifikan

terhadap keberadaan komite manajemen risiko.

Penelitian ini difokuskan pada keberadaan komite manajemen risiko pada perusahaan

non-financial yang listing di BEI. Perusahaan pasti menghadapi permasalahan terkait risiko,

dan apabila risiko tersebut tidak dikelola dengan baik hal tersebut dapat menyebabkan

kerugian serius bahkan kebangkrutan. Maka perusahaan memerlukan suatu sistem yang

Page 9: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

9

bekerja secara sistematis dan efektif dalam mengelola atau melakukan manajemen risiko,

sebagai salah satu bentuk diterapkannya good corporate governance didalam perusahaan.

Disitulah keberadaan komite manajemen risiko berperan penting bagi perusahaan untuk

meningkatkan nilai perseroan bagi para pemangku kepentingan. Namun sayangnya

keberadaan komite manajemen risiko belum diadakan secara menyeluruh pada semua jenis

perusahaan. Komite manajemen risiko dapat ditemui pada sebagian besar perusahaan

financial tapi sebaliknya, pada perusahaan non-financial komite ini belum diadakan secara

menyeluruh. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) menyatakan bahwa

auditor big four tidak berpengaruh signifikan terhadap keberadaan KMR. Namun penelitian

yang dilakukan oleh Diani (2013) menunjukkan bahwa reputasi auditor berpengaruh terhadap

keberadaan KMR dan ukuran dewan komisaris, kompleksitas bisnis tidak berpengaruh

terhadap KMR. Penelitian oleh Andarini (2012) menyatakan bahwa kompleksitas perusahaan

memiliki pengaruh signifikan terhadap keberadaan komite manajemen risiko. Ukuran dewan dan

reputasi auditor tidak berhubungan signifikan dengan keberadaan KMR. Penelitian yang dilakukan

oleh Andalan (2012) menyatakan bahwa ukuran dewan, auditor eksternal, kompleksitas

perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberadaan komite manajemen

risiko. Atas dasar hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang tidak

konsisten. Sehingga penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut apakah terdapat pengaruh positif

antara jumlah dewan komisaris, reputasi auditor eksternal dan kompleksitas perusahaan

terhadap keberadaan komite manajemen risiko pada perusahaan. Persoalan penelitian dari

penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh variabel jumlah dewan komisaris, variabel

reputasi auditor eksternal dan variabel kompleksitas perusahaan terhadap keberadaan komite

manajemen risiko pada perusahaan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain

secara ekonomis, penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi pihak-pihak yang

berkepentingan berdasarkan kesimpulan-kesimpulan ilmiah empiris yang bermanfaat dalam

pembuatan keputusan perusahaan yang tepat dan relevan. Secara keilmuan, penelitian ini

dapat menambah bukti empiris dalam literatur corporate governance yang berkaitan dengan

tata kelola perusahaan dan karakteristik perusahaan dalam kaitannya dengan keberadaan

keberadaan komite manajemen risiko di Indonesia .

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Agensi

Teori keagenan dijadikan sebagai dasar dalam penelitian ini. Menurut Jensen dan

Meckling (1976), dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu

Page 10: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

10

orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa

dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.

Masalah agensi antara pemegang saham dan manajemen biasanya muncul dari kombinasi

asimetri informasi dan perbedaan dalam sensitivitas terhadap risiko spesifik perusahaan. Di

sini istilah "sensitivitas terhadap risiko spesifik perusahaan" digunakan untuk merujuk

bagaimana pembuat keputusan membuat peringkat alternatif yang berbeda dalam menilai

risiko (Islam et al., 2010). Ini menandakan asimetri dan perubahan informasi yang cepat oleh

pihak pemegang saham dimana selaku manajer lebih banyak memperoleh informasi

mengenai input dan output perusahaan sehingga kedua pihak ini mempunyai keputusan yang

berbeda dalam menilai risiko. Manajer mencoba menyeleksi pilihan dengan risiko dan

ketidakpastian paling sedikit dan kemungkinan pihak pemegang saham berusaha juga untuk

memaksimalkan keuntungan mereka dengan cara mereka sendiri. Permasalahan principal-

agent dapat diatasi atau dikurangi dengan institusi yang menetapkan pengawasan efektif atau

mekanisme feedback yang mana dapat membuat kinerja dan hasil yang dicapai lebih

transparan dan terukur. Dengan demikian, penyelenggaraan komite manajemen risiko

merupakan mekanisme good corporate governance untuk mengatasi masalah keagenan.

Mekanisme pengendalian memperkecil perbedaan diantara kedua belah pihak. Menurut

Subramaniam et al., (2009) bahwa usaha pencegahan yang dilakukan principal adalah:

a) mengawasi perilaku agen dengan adopsi audit dan mekanisme perusahaan lainnya

untuk meluruskan kepentingan agen dengan prinsipal

b) memberikan insentif yang menarik untuk agen dan mengadakan stuktur hadiah untuk

mendorong agen agar bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal

Pembentukan komite merupakan mekanisme good corporate governance yang efektif

untuk mengatasi masalah agensi. Pada umumnya, komite tersebut diprediksi ada ketika

situasi agency cost cenderung tinggi, misalnya leverage tinggi dan ukuran perusahaan yang

besar dan kompleks (Subramaniam et al., 2009). Dengan demikian, penyelenggaraan komite

manajemen risiko merupakan mekanisme good corporate governance untuk mengatasi

masalah keagenan. Mekanisme pengendalian memperkecil perbedaan diantara kedua belah

pihak.

Good Corporate Governance

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk

berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 mengeluarkan

Pedoman good corporate governance (GCG) yang pertama pada tahun 1999. Pedoman

Page 11: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

11

tersebut telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun 2001 dan yang terbaru

adalah tahun 2006 yang merupakan revisi pedoman tahun 2001. Dari pedoman tersebut

dibentuklah Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia oleh KNKG dalam

kerangka dorongan etika. Pedoman ini dijadikan acuan untuk melaksanakan sistem tata kelola

yang baik bagi dunia usaha untuk keberlangsungan usaha tetapi sifatnya masih bersifat

sukarela

Bapepam-LK mengadopsi pedoman tersebut ke dalam peraturan-peraturan Bapepam-

LK yang sifatnya mandatory seperti kewajiban pembentukan komite audit dan keberadaan

komisaris independen dalam perusahaan. Dengan begitu Bapepam-LK dapat memberikan

sanksi jika perusahaan tidak menerapkan peraturan tersebut. Bapepam-LK juga mewajibkan

emiten dan perusahaan publik untuk mengungkapkan pelaksanaan tata kelola perusahaan

dalam laporan tahunan seperti frekuensi rapat dewan komisaris dan direksi, frekuensi

kehadiran anggota dewan komisaris dan direksi dalam rapat tersebut, frekuensi rapat dan

kehadiran komite audit, pelaksanaan tugas dan pertanggungjawaban dewan komisaris dan

direksi serta remunerasi dewan komisaris dan direksi. Good corporate governance

merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi

serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, Dewan Komisaris, para pemegang

saham, dan stakeholders lainnya. Good corporate governance dapat menciptakan nilai

tambah bagi semua pihak yang berkepentingan yaitu stakeholders. Ada beberapa mekanisme

yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai good Corporate Governance

diantaranya kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi Dewan Komisaris

independen dan Komite Audit (Sari dan Riduwan, 2013). Setiap perusahaan harus

memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran

perusahaan. Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu:

1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil

dan relevan mengenai perusahaan.

2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana

secara efektif.

3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam

pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan

perundangan yang berlaku.

Page 12: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

12

4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen

yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam

memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan

perundangan yang berlaku.

Esensi dari good corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui

supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap

pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.

Maka perusahaan diharapkan dapat mengimplementasikan praktik GCG ini misalnya dengan

melakukan penerapan sistem pengendalian internal yang efektif dan andal, melakukan

sosialisasi dan internalisasi penerapan GCG di setiap bagian perusahaan serta

memberlakukan penerapan manajemen risiko di seluruh lini kegiatan usaha perusahaan.

Manajemen Risiko

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 191/PMK.04/2010 bahwa manajemen

risiko adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi

ketidakpastian. Menurut Djojosoedarso (1999) manajemen risiko adalah pengelolaan

berbagai cara penanggulangan risiko. Manajemen risiko muncul karena adanya risiko. Risiko

disebabkan karena adanya ketidakpastian yang mengakibatkan keraguan seseorang terhadap

kemampuannya dalam meramalkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di kondisi yang

akan datang.

Manajemen risiko menurut COSO merupakan suatu bentuk pengendalian internal.

COSO bertujuan menyediakan panduan kepada manajemen eksekutif dan pengelola

perusahaan tentang aspek-aspek kritis dalam pengelolaan organisasi, etika bisnis,

pengendalian internal, manajemen risiko perusahaan, kecurangan, dan pelaporan keuangan.

Menurut Djojosoedarso (1999) sebab-sebab terjadinya risiko sebagai berikut:

a) Tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu berakhir,

makin panjang waktunya makin panjang ketidakpastiannya

b) Keterbatasan informasi dalam penyusunan rencana

c) Keterbatasan pengetahuan atau teknik pengambilan keputusan dari perencana

Page 13: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

13

Agar perseroan tidak mengalami kerugian maka diperlukan upaya penanggulangan

risiko. Penanggulangan risiko dapat dilakukan dengan pencegahan, retensi (mentolerir

risiko), mengalihkan risiko, dan manajemen risiko (Djojosoedarso 1999). Manajemen risiko

tersebut penting karena adanya evaluasi terhadap program manajemen risiko dapat

memberikan gambaran keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan. Manfaat lain yaitu

sebagai kontribusi secara langsung terhadap peningkatan keuntungan perseroan dan

kepentingan pihak lain.

Proses manajemen risiko diawali dengan identifikasi tujuan usaha, strategi usaha dan

infrastrukur terkait terhadap kemungkinan risiko material yang muncul dalam aktivitas usaha.

Kemudian dilakukan pengukuran terhadap kemungkinan seberapa besar risiko terjadi. Setelah

tingkat risiko diketahui maka dilakukan manajemen risiko. Manajemen risiko berkaitan

dengan langkah-langkah yang harus diambil untuk penaggulangan risiko tersebut Kemudian

tetap dilakukan pemantauan sejauh mana keberhasilan manajemen risiko dalam

menanggulangi risiko. Manajemen risiko tidak bisa terlepas dari peran manusia atau

kemampuan organ perseroan. Organ perseroan yang tepat untuk melakukan manajemen

risiko adalah organ yang dianggap memiliki skill dan kemampuan yang baik dalam penilaian

risiko yaitu komite manajemen risiko.

Komite Manajemen Risiko

Keberadaan komite manajemen risiko di Indonesia dipertegas berdasarkan Surat

Keputusan Menteri BUMN No keputusan 117/M MBU/2002/pasal 14 berisi kebijakan umum

yang terkait dengan komite manajemen risiko adalah sebagai berikut:

1. Komposisi anggota manajemen risiko terdiri dari anggota komisaris dan pihak

independen yang memiliki keahlian, pengalaman serta kualitas dalam mengelola

risiko.

2. Komite manajemen risiko harus menjalankan tugas secara obyektif berdasarkan

komisaris yang sekurang-kurangnya meliputi:

2.1 Membantu komisaris dalam menilai kualitas kebijakan manajemen risiko.

2.2 Membantu komisaris dalam menilai efektifitas manajemen risiko yang diterapkan

perusahaan termasuk menilai toleransi risiko yang diambil oleh direksi.

Menurut Subramaniam et al (2009) terdapat dua tipe komite manajemen risiko yaitu

komite manajemen risiko yang berdiri sendiri dan komite manajemen risiko yang

diintegrasikan dengan komite audit. Komite manejemen risiko yang terpisah dari komite

audit akan mampu mengendalikan risiko dibandingkan dengan komite manajemen risiko

Page 14: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

14

yang diintegrasikan dengan komite audit. Hal tersebut disebabkan karena berbagai kritik

terhadap tugas komite audit sendiri yang sangat kompleks. Sehingga menimbulkan sejumlah

keraguan dan kritik akan kemampuan komite audit dalam manajemen risiko. Berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan no. 142/PMK.010/2009 tentang manajemen risiko lembaga

pembiayaan ekspor Indonesia sebagaimana yang dimaksud pada pasal 18 mencangkup:

Satuan kerja manajemen risiko :

1. Satuan kerja manajemen risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c harus

independen terhadap satuan kerja operasional (risk-taking unit) dan terhadap satuan

kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian intern.

2. Satuan kerja manajemen risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung

jawab langsung kepada direktur eksekutif atau kepada direktur pelaksana yang

ditugaskan secara khusus.

3. Tugas satuan kerja manajemen risiko paling kurang meliputi:

a) memantau pelaksanaan strategi manajemen risiko;

b) memantau posisi risiko secara keseluruhan (composite), per jenis risiko dan per

jenis aktivitas serta melakukan stress testing;

c) mengkaji ulang secara berkala terhadap proses manajemen risiko;

d) mengkaji usulan aktivitas dan/atau produk baru;

e) mengevaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan untuk

mengukur risiko;

f) memberikan rekomendasi kepada satuan kerja operasional (risk taking unit) sesuai

kewenangan yang dimiliki; dan

g) menyusun dan menyampaikan laporan profil/komposisi risiko kepada direktur

eksekutif atau direktur pelaksana yang ditugaskan secara khusus.

Page 15: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

15

Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Tri Wahyuni,2012“Analisis

PengaruhCorporate Governance

dan Karakteristik

PerusahaanTerhadap Keberadaan

Komite Manajemen Risiko”

Diponegoro Journal Of

Accounting. Volume 1, Nomor 2,

Tahun 2012, Halaman 1-12

variabel Independen =

independensi dewan komisaris,

frekuensi rapat, tipe

kepemilikan, auditor Big Four,

jumlah anak perusahaan, risiko

pasar, leverage, umur

perusahaan variabel Dependen =

keberadaan dan tipe komite

manajemen risiko Sampel

penelitian adalah perusahaan

yang listing di BEI tahun 2008-

2009

frekuensi rapat, jumlah

anak perusahaan berpengaruh

positif terhadap keberadaan KMR

Diani, Yosephine Endah Nur.

2013. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pengungkapan

Risk Management Committee.

Accounting Analysis Journal.

Variabel Independen = proporsi

komisaris independen,

ukuran dewan komisaris, reputasi

auditor, dan risiko pelaporan

keuangan Variabel Dependen =

keberadaan Risk Management

Committee Sampel penelitian ini

perusahaan industri high profile

yang listing di BEI tahun 2009-

2011

reputasi auditor berpengaruh

terhadap keberadaan RMC.

Komisaris independen, ukuran

dewan komisaris dan risiko

pelaporan keuangan tidak

berpengaruh terhadap RMC

Andarini, Puteri Wahyu, dan

Indira Januarti .2010. Hubungan

Karakteristik Dewan Komisaris

dan Perusahaan Terhadap

Pengungkapan Risk Management

Committee pada Perusahaan Go

Public Indonesia. Simposium

Nasional Akuntansi XIII.

Purwokerto.

Variabel Independen = komisaris

independen, ukuran dewan,

reputasi auditor, risiko pelaporan

keuangan, leverage,

kompleksitas, dan ukuran

perusahaan.

Variabel Dependen =keberadaan

RMC dan tipe RMC Populasi yang digunakan adalah

perusahaan nonfinansial yang

terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2007-2008

ukuran perusahaan secara

signifikan berhubungan positif

terhadap keberadaan RMC dan tipe

RMC yang terpisah (SRMC).

Sedangkan variabel lainnya

(komisaris independen, ukuran

dewan, reputasi auditor, risiko

pelaporan keuangan, leverage)

tidak berhubungan signifikan

dengan keberadaan RMC dan RMC

yang terpisah (SRMC).

Andalan, Ratnawati. 2012.

Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Komite

Manajemen Risiko. Media

Ekonomi dan Manajemen ISSN

0854-1442, Vol. 25 No.2 Edisi

Juli 2012.

Variabel independen = ukuran

perusahaan, komisaris independen

dan risiko pelaporan keuangan

konservatisme laporan keuangan

Variabel dependen = keberadaan

komite manajemen risiko

Populasi penelitian ini terdiri dari

non-perusahaan perbankan, yang

terdaftar di BEI untuk periode

2009-2010.

terdapat pengaruh yang signifikan

antara ukuran perusahaan,

komisaris independen dan risiko

pelaporan keuangan terhadap

keberadaan komite manajemen

risiko

Berdasarkan tabel penelitian terdahulu diatas dapat diketahui bahwa penelitian

sebelumnya menggunakan periode penelitian yang cenderung singkat. Maka untuk mengisi

Page 16: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

16

kesenjangan penelitian tersebut, penelitian ini mengambil sampel dengan periode penelitian

yang lebih panjang (2010-2014) dengan harapan dapat melihat kecenderungan yang terjadi

dalam jangka waktu yang lebih panjang tentang keberadaan KMR di perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang berbeda-beda, maka peneliti ingin membuktikan kembali

apakah ada pengaruh variabel jumlah dewan komisaris, reputasi auditor eksternal, dan

kompleksitas perusahaan terhadap keberadaan komite manajemen risiko pada perusahaan.

Perumusan Hipotesis

Pengaruh Jumlah Dewan Komisaris terhadap Keberadaan KMR

Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama

dalam pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon Zehnder, dewan komisaris -

merupakan inti dari corporate governance - yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan

strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dewan komisaris merupakan

suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada

pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggungjawab untuk meningkatkan

efisiensi dan daya saing perusahaan - sedangkan dewan komisaris bertanggungjawab untuk

mengawasi manajemen - maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan

perusahaan (Egon Zehnder International, 2000).

Jumlah dewan komisaris yang besar cenderung dapat menjadi sumber daya yang besar

bagi dewan komisaris (Subramaniam et al., 2009). Jumlah dewan komisaris yang lebih besar

akan memberikan kekuatan dalam fungsi pengawasan yang dilakukan dewan komisaris

(Subramaniam et al., 2009). Oleh karena itu, akan lebih mudah bagi dewan komisaris

membentuk KMR, dan tingkat sumber daya yang ditawarkan oleh jumlah dewan yang besar

akan membuat dewan komisaris lebih menyukai dibentuknya KMR. Selain itu jumlah dewan

juga akan berdampak terhadap kualitas keputusan dan kebijakan yang telah dibuat dalam

rangka mengefektifkan pencapaian tujuan organisasi (Subramaniam et al., 2009). Berikut

hipotesis yang diusulkan berkaitan dengan pernyataan diatas:

H1 = Jumlah dewan komisaris berpengaruh positif dengan keberadaan KMR

Pengaruh Reputasi Auditor Eksternal terhadap Keberadaan KMR

Auditor eksternal merupakan salah satu mekanisme yang penting dalam perseroan.

Auditor eksternal dengan kualitas yang lebih tinggi terkait dengan kemungkinan

berkurangnya dari masalah pelaporan keuangan dan pengendalian internal (Sutaryo 2010).

Page 17: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

17

Menurut penelitian oleh Subramaniam et al (2009) menyatakan bahwa perusahaan dengan

auditor big four mendorong mekanisme kualitas pengendalian internal yang lebih tinggi.

Secara umum, auditor big four dapat mempengaruhi sistem pengendalian internal klien

mereka dengan membuat rekomendasi perbaikan sistem desain tersebut (Subramaniam et al.,

2009). Hal ini dimotivasi oleh kebutuhan akan pemeliharaan kualitas audit dan perlindungan

akan reputasi mereka. Adanya komite manajemen risiko akan menjadi dukungan tambahan

ketika auditor sedang menilai sistem pengendalian risiko internal. Mereka lebih memilih

untuk meminimalisasi kerugian reputasi dengan kegagalan audit (Subramaniam et al., 2009).

Sehingga, auditor big four (Deloitte, KMPG, PWC, Ernst and Young) cenderung mendorong

penyelenggaraan KMR dari pada auditor eksternal non big four. Berdasarkan keterangan

diatas, hipotesis yang diusulkan adalah:

H2 = Reputasi auditor eksternal berpengaruh positif terhadap keberadaan

KMR

Pengaruh Kompleksitas Perusahaan terhadap Keberadaan KMR

Kompleksitas perusahaan dapat didefinisikan sebagai komponen perusahaan yang dapat

dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun

kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen ini memiliki risiko dan imbalan yang

berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Kompleksitas bisnis diukur dengan

menjumlah total segmen bisnis yang dimiliki oleh perusahaan (Subramaniam et al., 2009).

Kompleksitas suatu perusahaan membutuhkan pengawasan dan infrastruktur pengawasan

yang baik. Semakin kompleks operasional suatu perusahaan, maka semakin besar risikonya.

Mengingat perusahaan yang kompleks antara lain memiliki jaringan operasional yang luas

(jumlah kantor yang banyak dan jangkauan wilayah yang luas), sistem teknologi yang rumit

dan jumlah karyawan yang banyak. Kondisi ini mendorong organisasi atau perusahaan untuk

mendirikan KMR. Berdasarkan uraian diatas maka diambil hipotesis seperti berikut:

H3 = Kompleksitas perusahaan berpengaruh positif terhadap keberadaan KMR

Jumlah Dewan

Komisaris

Reputasi Auditor

Eksternal

Kompleksitas

Perusahaan

Keberadaan

RMC

Page 18: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

18

METODE PENELITIAN

Populasi yang digunakan adalah perusahaan non-financial industri high profile yang

listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014, sehingga dapat melihat kecenderungan

yang terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang tentang keberadaan komite manajemen

risiko. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode random sampling.

Sampel dalam penelitian ini ditentukan dipilih secara acak yaitu sebanyak 50 perusahaan

non-financial yang listing di BEI tahun 2010-2014. Banyaknya jumlah sampel (50) tersebut

didapat dari rumus dengan menggunakan pendekatan 10 kali jumlah variabel yang digunakan

dalam penelitan, sehingga dapat memenuhi syarat secara statistik untuk dapat dilakukan

analisis multivariat serta dianggap mewakili populasi penelitian (Sekaran 1992). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah keberadaan KMR. Kriteria pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan telah menyajikan laporan keuangan mandatory lengkap.

2. Perusahaan non-financial.

3. Perusahaan yang listing di BEI dalam kurun waktu tahun 2010-2014

Pengukuran variabel dependen yaitu dengan variabel dummy. Perusahaan yang

mengungkap keberadaan KMR diberikan nilai 1, sebaliknya diberikan nilai 0 (Subramaniam

et al., 2009). Jumlah dewan komisaris sebagai X1 dalam penelitian ini. Jumlah dewan

komisaris akan diukur dengan menjumlah total anggota dewan komisaris dalam perusahaan

(Subramaniam et al., 2009). Reputasi auditor eksternal merupakan variabel independen X2

dalam penelitian ini. Pengukuran yang digunakan untuk mengukur reputasi auditor eksternal

adalah dengan variabel dummy. Dimana perusahaan yang menggunakan jasa audit yang

tergabung dalam big four diberikan nilai 1, sebaliknya diberikan nilai 0 (Subramaniam et al.,

2009). Kompleksitas bisnis dalam penelitian ini berperan sebagai X3. Pengukuran

kompleksitas perusahaan akan diukur dengan menjumlah total segmen bisnis yang dimiliki

oleh perusahaan. Jumlah segmen usaha dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan pada

bagian segmen usaha. (Subramaniam et al., 2009).

Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan 2 metode analisis yaitu metode analisis deskriptif dan

metode analisis statistik. Analisis deskriptif mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran

umum dari semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Alat analisis menggunakan

Page 19: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

19

regresi logistik (Ghozali, 2005) yang dilakukan dengan SPSS 20. Pengolahan data dimulai

dengan uji deskriptif diikuti dengan tahapan selanjutnya yaitu analisis bivariate. Tujuan dari

analisis ini adalah untuk mengetahui apakah suatu variabel berpengaruh terhadap keberadaan

suatu variabel lainnya. Apabila variabel yang mempunyai nilai p < 0,25 maka variabel

tersebut dapat lolos yang kemudian dapat diikutsertakan ke dalam model analisis multivariat

(Ghozali, 2005). Uji multivariat bertujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa variable

terhadap variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Variabel

Statistik deskriptif dalam penelitian ini berfungsi untuk memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari mean dari beberapa variabel seperti variabel jumlah

dewan komisaris dan kompleksitas perusahaan. Sedangkan untuk variabel eksternal auditor

dan keberadaan KMR dapat dilihat dari modus. Berikut ini hasil analisis statistik deskriptif:

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada tahun 2010-

2014 menunjukan adanya peningkatan rata-rata jumlah dewan komisaris pada sampel

perusaan yang diteliti, dari 5 orang menjadi 6 orang anggota. Perusahaan memiliki paling

sedikit 2 anggota dewan komisaris (2010-2011) dan perusahaan memiliki paling banyak 13

anggota dewan komisaris (2012). Jumlah tersebut hanya dimiliki oleh 1 perusahaan yaitu

perusahaan Bumi Resources Tbk yang bergerak pada bidang pertambangan. Dari hasil

penelusuran pada laporan keuangan tahunan hal ini disebabkan pada periode tersebut

ditetapkan sebagai tahun untuk diterapkannya strategi ekspansi dan diversifikasi ke aset

batubara dan non batubara. Sehingga perusahaan memutuskan untuk menambah porsi

anggota dewan komisaris termasuk didalamnya dewan komisaris independen dengan tujuan

untuk mengoptimalkan pengawasan dan kinerja perusahaan. Hasil pengujian data

menyatakan bahwa keberadaan komite manajemen risiko pada perusahaan terus mengalami

pertumbuhan. Dapat disimpulkan dari tahun ke tahun (2010-2014) perusahaan secara umum

semakin menyadari pentingnya peran dari komite manajemen risiko dan memutuskan untuk

mendirikan komite tersebut sebagai salah satu bentuk penerapan GCG. Jumlah segmen bisnis

perusahaan paling banyak dimiliki oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 7 segmen

bisnis (2013-2014). Hasil penelitian mengungkapkan sebagian besar 50 perusahaan (2010-

2014) menggunakan jasa auditor eksternal big four (delloitte, Price waterhouse Coopers,

KPMG, dan Ernst & Young).

Page 20: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

20

Pembahasan Hasil Penelitian

Tabel hasil pengolahan data menggunakan SPSS dapat dilihat pada bagian lampiran.

Pembahasan masing-masing variabel yang telah diuji akan dijelaskan sebagai berikut:

Hasil pengujian hipotesis 1 pada variabel jumlah dewan komisaris (X1) memiliki nilai

probabilitas signifikansi sebesar 0,377. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dewan komisaris

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan KMR. Ukuran dewan yang besar

tidak menjamin terbentuknya komite baru secara voluntary. Menurut Diani (2013) semakin

besarnya ukuran dewan komisaris, tugas pengawasan dan risk monitoring dapat dilakukan

oleh dewan komisaris sendiri, sehingga keputusan untuk membentuk KMR semakin kecil.

Ketika jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan semakin besar, maka perusahaan

akan mengalami peningkatan pengeluaran biaya monitoring. Oleh karena itu, tuntutan

perusahaan untuk membentuk komite baru termasuk didalamnya komite manajemen risiko

akan semakin kecil dengan tujuan untuk mengurangi dan meminimalisasi biaya monitoring

yang harus dikeluarkan. Alasan lain yang mendasari hasil penelitian ini dikarenakan kualitas

dan latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris lebih menentukan kualitas fungsi

pengawasan dewan dibandingkan dengan ukuran jumlah anggota dewan komisaris itu sendiri.

Hasil pengujian hipotesis 2 pada variabel reputasi auditor eksternal (X2) memiliki nilai

probabilitas signifikansi sebesar 0,414. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik variabel

reputasi auditor eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap keberadaan KMR. Alasan

yang mungkin mendasari adalah perusahaan cenderung menggunakan auditor eksternal Big

Four hanya untuk menaikkan reputasinya semata. Auditor Big Four hanya menyarankan

klien mereka untuk memperhatikan pengawasan risiko yang bersifat keuangan saja. Alasan

yang mungkin mendasari adalah perusahaan cenderung menggunakan auditor Big four hanya

untuk menaikkan reputasinya semata (Andarini, 2010). Auditor Big four juga dinilai dapat

memberikan rekomendasi dalam praktek corporate governance. Namun, rekomendasi

tersebut belum mencangkup aspek pengawasan risiko secara keseluruhan.hasil penelitian ini

bertentangan dengan hasil penelitian Yatim (2009) bahwa reputasi auditor berpengaruh

positif terhadap keberadaan komite manajemen risiko.

Hasil pengujian hipotesis 3 pada variabel kompleksitas perusahaan (X3) memiliki nilai

probabilitas signifikansi sebesar 0,012. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik variabel

kompleksitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap keberadaan KMR. Hasil penelitian

ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yatim (2009) bahwa

kompleksitas perusahaan berpengaruh positif terhadap keberadaan KMR. Hal ini disebabkan

jumlah anak perusahaan yang banyak membutuhkan monitoring yang lebih tinggi

Page 21: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

21

dibandingkan perusahaan dengan jumlah anak perusahaan yang sedikit, sehingga perusahaan

cenderung menyelenggarakan KMR. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang menyatakan bahwa perusahaan go public cenderung

untuk lebih memperhatikan penerapan good corporate governance untuk menjaga nama baik

perusahaan tersebut (good image). Mereka sangat menyadari bahwa perusahaan go public

menjadi sorotan bagi masyarakat dan pemerintah sehingga penyelenggaraan KMR

merupakan hal yang penting untuk meningkatkan nilai perusahaan

Tabel 2. Hasil Uji Multivariat

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

JDK 0,150 0,170 0,782 1 0,377 1,162

KP 1,578 0,630 6,265 1 0,012 4,843

Constant -1,378 0,989 1,944 1 0,163 0,252

a. Variable(s) entered on step 1: JDK, KP.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kompleksitas

perusahaan berpengaruh positif terhadap keberadaan KMR. Hasil pengujian hipotesis 1 pada

variabel jumlah dewan komisaris (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap keberadaan

KMR, dikarenakan kualitas dan latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris lebih

menentukan kualitas fungsi pengawasan dewan. Hasil pengujian hipotesis 2 pada variabel

reputasi auditor eksternal (X2) menunjukkan bahwa reputasi auditor eksternal tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan KMR. Hasil pengujian hipotesis 3 pada

variabel kompleksitas perusahaan (X3) menunjukkan bahwa secara statistik variabel

kompleksitas perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan KMR.

Implikasi Teoritis dan Terapan

Studi ini menunjukkan bahwa variabel kompleksitas perusahaan berpengaruh positif

terhadap keberadaan komite manajemen risiko. Sedangkan pada variabel jumlah dewan

komisaris dan reputasi auditor eksternal telah terbukti secara statistik tidak berpengaruh atas

keberadaan komite manajemen risiko dalam perusahaan.

Sumber: output SPSS

Page 22: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

22

Melalui hasil penelitian ini diharapkan perusahaan meningkatkan kesadaran akan

pentingnya peran komite manajemen risiko, sehingga mendorong perusahaan dalam

mendirikan kkomite tersebut bagi perusahaan yang belum memiliki komite manajemen

risiko. Keberadaan kkomite manajemen risiko diharapan dapat membantu dewan komisaris

dalam menjalankan fungsi pengawasan sebagai upaya melindungi para pemangku

kepentingan dan mencapai tujuan perusahaan.

Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Mendatang

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan sebagai acuan

untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu sampel

penelitian ini terbatas hanya pada 50 perusahaan non-financial yang yang terdaftar di BEI

selama tahun 2010-2014. Penelitian ini baru menganalisis beberapa faktor corporate

governace saja sedangkan masih banyak faktor corporate governace, karakteristik

perusahaan atau variabel lainnya yang mungkin diindikasikan berpengaruh terhadap

keberadaan KMR.

Berdasarkan keterbatasan diatas maka penelitian selanjutnya diharapkan menambah

jumlah perusahaan atau sampel penelitian sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat

menggambarkan hasil penelitian yang lebih baik. Kedua, mengembangkan variabel coporate

governance, karakteristik perusahaan atau variabel lainnya yang masih belum terakomodasi

dalam penelitian ini seperti, jumlah anggota komite audit, rapat komite audit, latar belakang

pendidikan dewan komisaris, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Alijoyo, Antonius, Subarto Zaini.2004.Komisaris Independen: Penggerak Praktik GCG di

Perusahaan. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia.

Andalan, Ratnawati. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kommite

Manajemen Risiko. Media Ekonomi dan Manajemen ISSN 0854-1442, Vol. 25 No.2

Edisi Juli 2012.

Andarini, Puteri Wahyu, dan Indira Januarti .2010. Hubungan Karakteristik Dewan

Komisaris dan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management Committee

pada Perusahaan Go Public Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Purwokerto.

Page 23: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

23

Cohen, Krishnamoorthy . dan Wright A. 2004. The Corporate Governance Mosaic and

Financial Reporting Quality. Journal of Accounting Literature, Vol.23.

Diani, Yosephine Endah Nur. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Risk

Management Committee. Accounting Analysis Journal.

Djojosoedarso, Soeisno. 1999. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta:

Salemba Empat

Sambera, Gea Fatah. 2013. Analisis Pengaruh Karaktersitik Dewan Komisaris dan

Karakteristik Perusahaan Terhadap Pembentukan Komite Manajemen Risiko. Skripsi

Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Islam, Md. Aminul., Ali, Ruhani., & Ahmad, Zamri. 2010. An Empirical Investigation of

the Underpricing of Initial Public Offerings in the Chittagong Stock Exchange,

International Journal of Economics and Finance. (online). Vol. 2 (4), pp. 36-46.

(http://ssrn.com). Diakses tanggal 20 juli 2015.

Jensen, M.C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm : Managerial Behaviour,

Agency Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305-

360.

KPMG. 2005. Strategic Risk Management Survey. (online). diakses tanggal 10 Juni 2015.

www.kpmg.com.au.

Peraturan Bank Indonesia, No. 5/8/PBI/2003. Tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi

Bank Umum.

Purbawati, Dinalestari. 2011. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris, Karakteistik

Perusahaan, dan Keberadaan Komite Manajemen Risiko terhadap Luas

Pengungkapan Sukarela. Tesis Akuntansi Universitas Diponegoro: Semarang.

Sekaran, Uma. 1992. Research Methods for Business : A Skill-Building Approach Second

Edition. Trans. John Wiley & Sons.

Setyarini, Yudiati I. 2011. Analisis Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan

Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan risk management committee.

Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Subramaniam, N., L. McManus, and J.Zhang. 2009. Corporate Governance, Firm

Characteristics, and Risk Management Committee Formation in Australia

Companies. Managerial Auditing Journal, 24(4), 316-339.

Page 24: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

24

Sutaryo, Payamita, dan Bandi. 2010. Penentu Frekuensi Rapat Komite Audit. Kajian: Good

Corporate Governance: Solo.

Wahyuni, Tri dan Puji Harto. 2012. Analisis Pengaruh Corporate Governance dan

Karakteristik Perusahaan terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko.

Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-12

Yatim, Puan. 2009. Karakteristik Komite Audit dan Manajemen Risiko Pada Perusahaan

yang Listing di Bursa Efek Malaysia. Jurnal Akuntansi, Vol.8 No.1

Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance: Pada Badan Usaha

Manufaktur, perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta.

Page 25: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

25

LAMPIRAN

Tabel 3. Uji Statistik Deskriptif Variabel Jumlah Dewan Komisaris

Tabel 4. Uji Statistik Deskriptif Variabel Reputasi Auditor Eksternal

Tabel 5. Uji Statistik Deskriptif Variabel Kompleksitas Perusahaan

Sumber: output SPSS

Sumber: output SPSS

Sumber: output SPSS

Page 26: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

26

Tabel 6. Uji Bivariat Variabel Jumlah Dewan Komisaris

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

JDK 0,185 0,157 1,379 1 0,240 1,203

Constant -0,650 0,866 0,563 1 0,453 0,522

a. Variable(s) entered on step 1: JDK.

Sumber: output SPSS

Tabel 7. Uji Bivariat Variabel Reputasi Auditor Eksternal

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

EA 1,631 ,625 6,814 1 0,414 5,107

Constant -,619 ,469 1,744 1 ,187 ,538

a. Variable(s) entered on step 1: EA.

Sumber: output SPSS

Tabel 8. Uji Bivariat Variabel Kompleksitas Perusahaan

Sumber: output SPSS

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

KP 0,196 0,240 0,668 1 0,009 1,216

Constant -0,283 0,790 0,129 1 0,720 0,753

a. Variable(s) entered on step 1: KP.

Page 27: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

27

Tabel 9. Jumlah Dewan Komisaris Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1 AUTO Astra Otoparts Tbk 10 10 9 11 10 10

2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 3 4 4 4 4 4

3 AISA Tiga pilar sejahtera food 6 5 5 6 5 5

4 AKRA AKR Corporindo 3 3 3 3 3 3

5 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 5 5 5 5 7 5

6 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 4 6 6 6 6 6

7 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk 5 5 6 6 6 6

8 ASGR Astra Graphia Tbk 3 3 3 3 3 3

9 ASII Astra International Tbk 11 11 11 10 12 11

10 BRAU Berau Coal Energy Tbk 4 4 7 8 8 6

11 BUMI Bumi Resources Tbk 8 8 13 7 7 9

12 BWPT Eagle High Plantations Tbk 3 4 4 4 5 4

13 COWL Cowell Development Tbk 2 2 3 3 3 3

14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia 5 5 5 5 6 5

15 CTRA Ciputra Development Tbk 6 6 5 4 4 5

16 CTRS Ciputra Surya Tbk 4 4 4 4 4 4

17 DKFT Central Omega Resources Tbk 3 3 3 3 3 3

18 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 3 3 3 3 3 3

19 DUTI Duta Pertiwi Tbk 6 6 6 6 6 6

20 DYAN Dyandra Media International Tbk 3 3 5 5 5 4

21 EXCL PT XL Axiata Tbk 6 9 6 6 6 7

22 ELTY Bakrieland Development Tbk 6 5 6 5 5 5

23 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk 3 3 3 3 4 3

24 GEMS Golden Energy Mines Tbk 6 6 6 6 6 6

25 GGRM Gudang Garam Tbk 4 4 4 3 3 4

26 GIAA Garuda Indonesia (Persero )Tbk 5 5 6 5 6 5

27 HERO Hero Supermarket Tbk 6 6 8 9 9 8

28 INAF Indofarma 4 5 4 4 4 4

29 INDS Indospring 3 3 3 3 3 3

30 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 6 7 6 7 7 7

31 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 6 6 6 6 6 6

32 JPFA Japfa Comfeed 4 4 3 3 3 3

33 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 3 6 6 6 6 5

34 KLBF Kalbe Farma 6 6 6 6 6 6

35 KRAS Krakatau Steel Tbk 4 5 5 5 5 5

36 LPPF Matahari Department Store Tbk 5 6 7 6 6 6

37 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk 9 9 9 8 8 9

38 MDRN Modern International 3 3 3 3 3 3

39 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 5 5 6 6 6 6

40 PWON Pakuwon Jati Tbk 3 3 3 3 3 3

41 SCMA Surya Citra Media Tbk 4 4 3 4 4 4

42 SMAR Sinar mas agro resources technology 8 8 8 9 8 8

43 SMGR Semen Indonesia 8 8 6 9 8 8

44 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 5 5 5 5 7 5

45 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 6 6 7 7 7 7

46 TSPC Tempo Scan Pacific 5 5 4 5 5 5

47 UNSP Bakrie Sumatera Plantations 7 7 6 7 7 7

48 UNTR United Tractors 6 6 6 7 7 6

49 UNVR Unilever Indonesia Tbk 4 5 5 5 5 5

50 VRNA Verena Multi Tbk 3 3 3 3 3 3

KodeJumlah Dewan Komisaris

No. Nama Perusahaan Mean

Page 28: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

28

Tabel 10. Keberadaan Komite Manajemen Risiko Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1 AUTO Astra Otoparts Tbk 1 1 1 1 1 1

2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 0 0 0 0 0 0

3 AISA Tiga pilar sejahtera food 0 0 0 1 1 0

4 AKRA AKR Corporindo 1 1 1 1 1 1

5 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 0 0 0 0 0 0

6 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 1 1 1 1 1 1

7 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk 1 1 1 1 1 1

8 ASGR Astra Graphia Tbk 1 1 1 1 1 1

9 ASII Astra International Tbk 0 0 0 1 1 0

10 BRAU Berau Coal Energy Tbk 0 1 1 1 1 1

11 BUMI Bumi Resources Tbk 1 1 1 1 1 1

12 BWPT Eagle High Plantations Tbk 0 0 0 0 0 0

13 COWL Cowell Development Tbk 1 1 1 1 1 1

14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia 0 0 0 0 0 0

15 CTRA Ciputra Development Tbk 0 0 0 0 0 0

16 CTRS Ciputra Surya Tbk 0 0 0 0 0 0

17 DKFT Central Omega Resources Tbk 0 0 0 0 0 0

18 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0 0 0 0 0 0

19 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0 0 0 0 1 0

20 DYAN Dyandra Media International Tbk 0 0 0 0 0 0

21 EXCL PT XL Axiata Tbk 1 1 1 1 1 1

22 ELTY Bakrieland Development Tbk 1 1 1 1 1 1

23 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk 1 1 1 1 1 1

24 GEMS Golden Energy Mines Tbk 0 0 0 0 0 0

25 GGRM Gudang Garam Tbk 0 0 0 0 0 0

26 GIAA Garuda Indonesia (Persero )Tbk 1 1 1 1 1 1

27 HERO Hero Supermarket Tbk 1 1 1 1 1 1

28 INAF Indofarma 0 0 1 1 1 1

29 INDS Indospring 0 0 0 0 0 0

30 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 0 0 0 0 0 0

31 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 1 1 1 1 1 1

32 JPFA Japfa Comfeed 0 0 0 0 0 0

33 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 0 0 0 0 0 0

34 KLBF Kalbe Farma 1 1 1 1 1 1

35 KRAS Krakatau Steel Tbk 1 1 1 1 1 1

36 LPPF Matahari Department Store Tbk 1 1 1 1 1 1

37 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk 0 0 0 0 0 0

38 MDRN Modern International 0 0 0 0 0 0

39 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 1 1 1 1 1 1

40 PWON Pakuwon Jati Tbk 0 0 1 1 1 1

41 SCMA Surya Citra Media Tbk 0 1 1 1 1 1

42 SMAR Sinar mas agro resources technology 0 0 0 0 0 0

43 SMGR Semen Indonesia 0 0 1 1 1 1

44 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 1 1 1 1 1 1

45 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 0 0 0 0 0 0

46 TSPC Tempo Scan Pacific 0 0 0 0 0 0

47 UNSP Bakrie Sumatera Plantations 0 0 0 0 0 0

48 UNTR United Tractors 0 0 1 1 1 1

49 UNVR Unilever Indonesia Tbk 1 1 1 1 1 1

50 VRNA Verena Multi Tbk 1 1 1 1 1 1

KodeNo. Nama Perusahaan Keberadaan KMR

Modus

Page 29: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

29

Tabel 11. Reputasi Auditor eksternal Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1 AUTO Astra Otoparts Tbk 1 1 1 1 1 1

2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 0 0 0 0 0 0

3 AISA Tiga pilar sejahtera food 0 0 0 1 1 0

4 AKRA AKR Corporindo 1 1 1 1 1 1

5 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 1 1 1 1 1 1

6 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 1 1 1 1 1 1

7 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk 0 0 0 0 0 0

8 ASGR Astra Graphia Tbk 1 1 1 1 1 1

9 ASII Astra International Tbk 1 1 1 1 1 1

10 BRAU Berau Coal Energy Tbk 0 1 1 1 1 1

11 BUMI Bumi Resources Tbk 0 0 0 0 0 0

12 BWPT Eagle High Plantations Tbk 0 0 0 0 0 0

13 COWL Cowell Development Tbk 0 0 0 0 0 0

14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia 1 1 1 1 1 1

15 CTRA Ciputra Development Tbk 1 1 1 1 1 1

16 CTRS Ciputra Surya Tbk 1 1 1 1 1 1

17 DKFT Central Omega Resources Tbk 0 0 0 0 0 0

18 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0 0 0 0 0 0

19 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0 0 0 0 0 0

20 DYAN Dyandra Media International Tbk 0 0 0 0 0 0

21 EXCL PT XL Axiata Tbk 1 1 1 1 1 1

22 ELTY Bakrieland Development Tbk 0 0 0 0 0 0

23 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk 1 1 1 1 1 1

24 GEMS Golden Energy Mines Tbk 0 0 0 0 0 0

25 GGRM Gudang Garam Tbk 1 1 1 1 1 1

26 GIAA Garuda Indonesia (Persero )Tbk 1 1 1 1 1 1

27 HERO Hero Supermarket Tbk 1 1 1 1 1 1

28 INAF Indofarma 0 0 0 0 0 0

29 INDS Indospring 0 0 0 0 0 0

30 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 1 1 1 1 1 1

31 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 1 1 1 1 1 1

32 JPFA Japfa Comfeed 0 0 0 0 0 0

33 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 0 0 0 0 0 0

34 KLBF Kalbe Farma 1 1 1 1 1 1

35 KRAS Krakatau Steel Tbk 1 1 1 1 1 1

36 LPPF Matahari Department Store Tbk 1 1 1 1 1 1

37 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk 1 1 1 1 1 1

38 MDRN Modern International 1 1 1 1 1 1

39 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 1 1 1 1 1 1

40 PWON Pakuwon Jati Tbk 0 0 1 1 1 1

41 SCMA Surya Citra Media Tbk 0 1 1 1 1 1

42 SMAR Sinar mas agro resources technology 0 0 0 0 0 0

43 SMGR Semen Indonesia 0 0 1 1 1 1

44 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 1 1 1 1 1 1

45 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 0 0 0 0 0 0

46 TSPC Tempo Scan Pacific 0 0 0 0 0 0

47 UNSP Bakrie Sumatera Plantations 0 0 0 0 0 0

48 UNTR United Tractors 1 1 1 1 1 1

49 UNVR Unilever Indonesia Tbk 1 1 1 1 1 1

50 VRNA Verena Multi Tbk 1 1 1 1 1 1

ModusKodeNo.Eksternal Auditor

Nama Perusahaan

Page 30: PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR

30

Tabel 12. Kompleksitas Bisnis Perusahaan Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1 AUTO Astra Otoparts Tbk 2 2 2 2 2 2

2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 3 3 3 3 3 3

3 AISA Tiga pilar sejahtera food 3 3 3 3 3 3

4 AKRA AKR Corporindo 3 4 4 4 4 4

5 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 2 2 2 2 2 2

6 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 2 2 2 2 2 2

7 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk 3 3 4 4 4 4

8 ASGR Astra Graphia Tbk 2 2 2 2 2 2

9 ASII Astra International Tbk 6 6 6 6 6 6

10 BRAU Berau Coal Energy Tbk 2 2 2 2 2 2

11 BUMI Bumi Resources Tbk 4 4 5 5 5 5

12 BWPT Eagle High Plantations Tbk 2 2 2 2 2 2

13 COWL Cowell Development Tbk 3 3 3 3 3 3

14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia 5 4 4 4 4 4

15 CTRA Ciputra Development Tbk 2 2 2 2 0 2

16 CTRS Ciputra Surya Tbk 2 2 2 2 3 2

17 DKFT Central Omega Resources Tbk 1 1 1 1 1 1

18 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 2 2 2 2 2 2

19 DUTI Duta Pertiwi Tbk 4 4 4 4 4 4

20 DYAN Dyandra Media International Tbk 4 4 4 4 4 4

21 EXCL PT XL Axiata Tbk 1 1 1 1 1 1

22 ELTY Bakrieland Development Tbk 3 3 3 3 3 3

23 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk 3 3 3 3 3 3

24 GEMS Golden Energy Mines Tbk 3 3 3 3 3 3

25 GGRM Gudang Garam Tbk 2 2 2 2 2 2

26 GIAA Garuda Indonesia (Persero )Tbk 3 3 3 3 3 3

27 HERO Hero Supermarket Tbk 2 2 2 2 2 2

28 INAF Indofarma 2 2 2 2 2 2

29 INDS Indospring 2 2 2 2 2 2

30 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 4 4 4 4 4 4

31 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 2 5 6 7 7 5

32 JPFA Japfa Comfeed 5 5 5 5 5 5

33 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 3 3 3 3 3 3

34 KLBF Kalbe Farma 4 4 4 4 4 4

35 KRAS Krakatau Steel Tbk 5 5 5 5 5 5

36 LPPF Matahari Department Store Tbk 2 4 4 4 4 4

37 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk 4 4 4 4 4 4

38 MDRN Modern International 5 5 5 5 5 5

39 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 3 3 3 3 3 3

40 PWON Pakuwon Jati Tbk 3 3 3 3 4 3

41 SCMA Surya Citra Media Tbk 1 1 1 1 1 1

42 SMAR Sinar mas agro resources technology 3 3 2 2 2 2

43 SMGR Semen Indonesia 3 3 3 3 3 3

44 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 4 4 4 4 4 4

45 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 4 4 4 4 4 4

46 TSPC Tempo Scan Pacific 3 3 3 3 3 3

47 UNSP Bakrie Sumatera Plantations 3 3 3 3 3 3

48 UNTR United Tractors 3 3 3 3 3 3

49 UNVR Unilever Indonesia Tbk 2 2 2 2 2 2

50 VRNA Verena Multi Tbk 6 6 6 6 6 6

KodeNo.Segmen Bisnis Perusahaan

Nama Perusahaan MeanMean