pengaruh implementasi program pengembangan kecamatan terhadap perencanaan pembangunan partisipatif...
TRANSCRIPT
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
1
PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN
KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN
KABUPATEN SITUBONDO
Supriyono
Alumni Pascasarjana Universitas Jember Program Studi Ilmu Ekonomi
Ringkasan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Bantuan Modal, dan
Kinerja Tenaga Pendamping, terhadap Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin pada
program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo, secara parsial maupun
simultan. Berdasarkan hasil analisis maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: (1) Faktor Bantuan Modal berpengaruh positif signifikan terhadap
Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan
Kabupaten Situbondo; (2) Faktor Kinerja Tenaga Pendamping berpengaruh positif
signifikan terhadap Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di
Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo; (3) Faktor Bantuan Modal dan Kinerja
Tenaga Pendamping masing–masing berpengaruh positif signifikan terhadap Faktor
Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan
Kabupaten Situbondo; dan (4) Faktor Bantuan Modal, Kinerja Tenaga Pendamping,
dan Pemberdayaan Keluarga Miskin masing-masing berpengaruh positif, secara
statistik hanya Faktor Kinerja Tenaga Pendamping yang signifikan secara simultan
terhadap Faktor Kesejahteraan penerima pada program PPK di Kecamatan
Panarukan Kabupaten Situbondo. Penelitian ini menyarankan beberapa hal: dalam
upaya pengentasan kemiskinan upaya pemberian modal atau bahkan Bantuan
Langsung Tunai tidak akan menyelesaikan masalah tanpa dibarengi dengan upaya
pendampingan dan pemberdayaan. Untuk itu direkomendasikan dalam uapaya
mengurangi kemiskinan harus diperkuat upaya pemberdayaan masyarakat dan
pendampingan yang benar dan mempunyai visi yang jelas. Upaya pemberdayaan
masyarakat membutuhkan syarat pendampingan yang benar, maka direkomendasikan
lebih banyak diberdayakan tenaga-tenag pendamping yang mempunyai motivasio
tinggi dan tentunya harus memperoleh kesejahteraan yang tinggi pula.
Kata Kunci: Bantuan modal, kinerja tenaga pendamping dan program PPK
Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo
2
DISTRICT DEVELOPMENT PROGRAM IMPLEMENTATION INFLUENCE
TO PARTISIPATIVE DEVELOPMENT PLANNING IN DISTRICT PANARUKAN
SUB-PROVINCE SITUBONDO
Abstract
Purpose of this research is to know influence Bantuan Modal, and Kinerja Tenaga
Pendamping, to Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin at program PPK in
Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo, parsially and also simultan. Based on
result of analysed hence conclusion in this research is as follows: ( 1) Capital Help
Factor influential positive of signifikan to Pemberdayaan Keluarga Miskin at
program PPK in Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo; ( 2) Associate Energy
Performance Factor influential positive of signifikan to Pemberdayaan Keluarga
Miskin at program PPK in Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo; ( 3) Capital
Help Factor and each Kinerja Tenaga Pendamping had an effect on positive of
signifikan to Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin at program PPK in Kecamatan
Panarukan Kabupaten Situbondo; and ( 4) Capital Help Factor, Associate Energy
Performance, and each Pemberdayaan Keluarga Miskin had an effect on positive,
statistically only Faktor Kinerja Tenaga Pendamping which signifikan in simultan to
Faktor Kesejahteraan receiver at program PPK in Kecamatan Panarukan Kabupaten
Situbondo. This research suggests some things: in the effort pengentasan poorness of
giving effort of capital or even Bantuan Langsung Tunai will not finalize problem
without dibarengi with associate effort and enableness. For the purpose
recommended in uapaya to lessen poorness must be strenghtened enableness effort of
correct public and associate and has vision that is clear. Enableness effort of public
requires condition of correct associate, hence recommended to be more is powered
[by] tenaga-tenag associate having high motivasio and it is of course must obtain
high prosperity also.
Key word: Capital help, associate energy performance and program PPK
I. PENDAHULUAN
Masalah kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh masyarakat di perkotaan, tetapi juga di
daerah pedesaan, beberapa wilayah merupakan kantong-kantong kemiskinan. Kualitas
hidupnya sangat rendah, dan tidak pasti. Kesulitan mengatasi kebutuhan hidup sehari-hari
telah menjadikan penduduk di kawasan ini harus menanggung beban kehidupan yang berat,
berkutat dengan perangkap utang yang seperti tidak pernah habis-habisnya, dan tidak dapat
dipastikan pula kapan masa berakhirnya (Suyanto, 2003).
Posisi sosial penduduk miskin sangat rentan dan sensitif terhadap gejolak sosial dan
mudah dimanfaatkan sebagai medan mobilisasi tindakan-tindakan anarkis. Sejauh ini,
penanganan terhadap masalah penduduk miskin ini sebagian besar lebih banyak dilakukan
dengan model top-down dan peranan pemerintah sangat kuat. Kalaupun ada program-program
pemberdayaan yang rencanakan secara bottom-up, dalam realisasinya masih belum optimal
dan sering terjadi peran pemerintah masih terap dominan.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
3
Upaya-upaya penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Republik Indonesia telah banyak namun diakui memang belum dapat menanggulangi jumlah
pengangguran yang cukup besar dan belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini
disebabkan oleh beberapa kelemahan dari masing-masing kegiatan tersebut, seperti antara
lain, (1) kurang koordinasi terutama dalam penetapan kelompok sasaran, jumlah dan
lokasinya, serta jenis kegiatan yang sesuai dengan pendekatan padat karya sekaligus
mendukung produksi; (2) sistem penyaluran dana belum menyentuh langsung kepada
masyarakat pada lapisan bawah; (3) penetapan upah kerja di beberapa daerah relatif cukup
tinggi, sehingga banyak tenaga kerja beralih dari kegiatan sebelumnya; (4) mekanisme
pengendalian dan pelaporan yang kurang berjalan secara baik; (5) penyebaran informasi
kepada masyarakat masih amat rendah; dan (6) kurang transparan dalam pengelolaan
program/proyek(Suhendar, 1999: 2 ).
Lebih jauh dari itu, juga ditunjukkan betapa tidak ada – atau lemahnya - sistem
kelembagaan di tingkat komunitas yang mampu “menolong” warga untuk secara bersama-
sama menghadapi dan/atau mengatasi kesulitan yang lebih parah daripada apa yang
telah/pernah dihadapi sebelumnya, yang boleh dikata muncul secara tiba-tiba. Mereka lebih
banyak berharap institusi formal (pemerintah desa) setempat yang juga menunggu instruksi
dari instansi pemerintah yang lebih tinggi lagi (dalam hal ini kecamatan). Demikian pula
institusi-institusi lokal (informal) praktis tidak melakukan sesuatu”.
Temuan-temuan di atas memberikan 3 (tiga) pelajaran yang amat berharga tentang
proses pemberdayaan masyarakat. Pelajaran pertama, lembaga-lembaga lokal yang kuat
kapasitasnya hanya memiliki daya cakupan yang terbatas, yaitu hanya berada di tingkat
lingkungan ketetanggaan Petert J Evers, 2000).
Kedua, secara umum, Pemerintah Indonesia tidak berhasil bekerja dengan kapasitas
lokal yang tersedia untuk meningkatkan kinerja perencanaan dan implementasi proyek-proyek
dan layanan jasanya. Pemerintah di tingkat desa lebih bersikap mewakili pemerintah di
tingkat atasnya daripada bertindak sebagai wakil dari konstituennya di desa.
Pelajaran ketiga, sebenarnya terdapat institusi-institusi dan/atau organisasi-
organisasi lokal lain yang memiliki daya jangkau dan daya dukung lebih luas, sehingga,
secara hipotetis, masing-masing institusi dan organisasi itu sanggup menjadi modal sosial
bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Baik sebagai mitra dan/atau
„penyeimbang‟ pelaksanaan proyek pembangunan di satu pihak, maupun sebagai
pelaksana proyek-proyek pembangunan itu sendiri di pihak lain. Institusi-instusi dan/atau
organisasi-oranisasi dimaksud berupa institusi-institsi dan organisasi-organisasi yang
terbentuk atas dasar nilai-nilai ajaran agama, sistem kekerabatan, sistem adat, sistem
organisasi pemerintahan tradisional, dan lain sebagainya. Hanya saja, memang, kapasitas
masing-masing institusi dan/atau organisasi itu dalam kondisi yang terus menurun daya
dukungnya. Baik karena adanya upaya-upaya yang sistematis (baca: sengaja) dan secara
langsung melemahkannya, maupun karena akibat proses-proses yang alamiah, sebagai
dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi baik di lingkungan dalam maupun
lingkungan luar institusi dan organisasi lokal itu sendiri. Melemahnya kapasitas institusi
dan/atau organisasi-organisasi tradisional dimaksud seringkali terjadi karena memang
tidak diberikannya ruang partisipasi yang berarti; yaitu suatu proses yang pada akhirnya
memungkinkan institusi-institusi dan/atau organisasi-organisasi itu berkembang sesuai
dengan tuntutan zamannya.
Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo
4
Tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai salah satu indikator keberhasilan
pembangunan dan implikasi nyata dari perbaikan hidup dapat diukur melalui tingkat
kemiskinan rumah tangga (masyarakat). Pendistribusian hasil-hasil pembangunan yang baik
memiliki kemungkinan berkurangnya proporsi penduduk miskin. Berlandaskan pada
kemungkinan tersebut, maka Sajogyo (1998 : 4) menyebutkan bahwa kebijakan pembangunan
yang tepat dan menyeluruh dapat menjadi kunci sukses terhadap penurunan proporsi
penduduk miskin.
Terjadinya kemiskinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Modal yang sedikit
mengakibatkan pendapatan yang diterima hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup
mereka beserta keluarga saja, sehingga kemungkinan untuk memperluas jaringan usahanya
dengan modal sendiri sangatlah kecil. Ditambah harus membayar bunga dan pajak atas
pinjamannya (Priyono,1995 : 21)
Masalah kekurangan modal dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu kekurangan dana alat-
alat modal yang terdapat dalam masyarakat dan kekurangan dana modal untuk membiayai
modal baru. Terbatasnya alat-alat modal dalam perekonomian dapat dilihat dari terbatasnya
jumlah prasarana dan terbatasnya alat-alat modern yang tersedia dan dapat digunakan dalam
kegiatan produksi. Keadaan ini menimbulkan implikasi yang sangat serius dalam
perekonomian, yaitu terbatasnya alat-alat modern yang dapat digunakan oleh masyarakat, hal
ini menyebabkan sebagian kegiatan ekonomi masyarakat produktivitasnya sangat rendah dan
organisasi produksinya tidak efisien. Selanjutnya hal tersebut merupakan salah satu faktor
penting lain yang menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat yang rendah dinegara sedang
berkembang Sukirno, 1990 : 171).
Dengan rendahnya pendapatan juga mempengaruhi pendidikannya, semakin rendah
pendidikan masyarakat maka semakin rendah pula tingkat gaji atau upah yang diterima,
demikian pula sebaliknya. Seorang kepala keluarga dengan pendidikan yang lebih tinggi tentu
akan mempunyai pandangan yang lebih luas dalam menentukan prioritas mana yang dianggap
penting dalam memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Peningkatan pendidikan baik formal
(pendidikan dasar, menengah, dan tinggi) maupun non formal (magang dan pelatihan) pada
dasarnya dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan (Badjuri, 2000 : 64).
Pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pencurahan jam kerja.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka produktivitas kerjanya akan semakin tinggi.
Selain hal tersebut pendidikan akan mempengaruhi sikap mental serta motivasi kerja. Orang
yang berpendidikan mempunyai keinginan yang besar untuk hidup lebih baik. Karena itu
pencurahan jam kerjanya juga akan semakin besar (Simanjuntak, 1998 : 20).
Disamping itu juga besarnya jumlah anggota keluarga masyarakat akan menentukan
besar kecilnya konsumsi dalam keluarga. Pada tingkat pendapatan yang sama , keluarga
masyarakat yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih banyak akan mengkonsumsi
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga yang jumlah keluarganya lebih
sedikit. Pada jumlah anggota keluarga masyarakat yang banyak akan menurunkan konsumsi
rata-rata (Suparmoko, 1987 : 15).
Kemiskinan juga timbul karena adanya suatu budaya yang disebut budaya kemiskinan.
Menurut Lewis (1966) budaya kemiskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang miskin
untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam masyarakat yang
memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistikdan kapitalistik. Budaya kemiskinan adalah
desain kehidupan bagi orang miskin yang berisikan pemecahan bagi problema-problema
hidup mereka, yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
5
Orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri kepribadian
antara lain: merasa diri mereka tidak berguna, penuh dengan keputusasaan, merasa inferior,
sangat dependen pada orang lain. Orang miskin tersebut juga tidak memiliki kepribadian yang
kuat (ego stengh), kurang bisa mengontrol diri, mudah impulsif, dan sangat berorientasi pada
masa kini tanpa memikirkan masa depan. Sifat-sifat ini menyebabkan orang miskin sulit
untuk membuat perencanaan bagi masa depan.
Bercerrmin dari persoalan yang diakibatkan oleh berbagai macam sebab, Pemerintah
Pusat memandang perlu untuk memberikan kredit bergulir kepada masyarakat yang
pengelolaannya ditangani langsung oleh masyarakat di wilayah desa/kelurahan melalui
Program Pengembangan Kecamatan. Kegiatan ini tidak hanya bersifat reaktif terhadap
keadaan darurat yang kini kita alami, namun juga bersifat strategis karena dalam kegiatan ini
disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang menguat bagi perkembangan masyarakat
serta pebisnis (usaha kecil/mikro) di masa mendatang.
II. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas terlihat bahwa kemiskinan merupakan salah satu
permasalahan yang kompleks dan multi dimensional. Sehingga faktor penyebab kemiskinan
juga cenderung kompleks. Untuk tujuan kajian ini akan dibatasi permasalahan yang kompleks
tersebut dengan merumuskan kedalam permasalahan sebagai berikut.
1) Apakah Faktor Bantuan Modal berpengaruh secara parsial terhadap Faktor Pemberdayaan
Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo?;
2) Apakah Faktor Kinerja Tenaga Pendamping berpengaruh secara parsial terhadap Faktor
Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten
Situbondo ?;
3) Apakah Faktor Bantuan Modal dan Faktor Kinerja Tenaga Pendamping berpengaruh
terhadap Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan
Panarukan Kabupaten Situbondo ?;
4) Apakah Faktor Bantuan Modal, Kinerja Tenaga Pendamping, dan Pemberdayaan
Keluarga Miskin berpengaruh secara bersama-sama terhadap Faktor Kesejahteraan
Masyarakat penerima program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo ?
III. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode survey explanatory
research, yaitu metode yang mempunyai tujuan untuk mencari besar, dan ada atau tidaknya
pola hubungan antara dua peubah atau lebih, bahkan jika perlu metode ini bisa digunakan
untuk mengetahui sifat dari hubungan antara dua peubah atau lebih, karena itu jenis penelitian
ini dapat digunakan untuk menguji teori bahkan untuk menemukan teori.
Objek wilayah penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panarukan Kabupaten
Situbondo dengan pertimbangan dalam kenyataannya didaerah tersebut tingkat
kemiskinannya tinggi.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah pemberdayaan rumah tangga miskin
penerima program dana bergulir PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo dengan
pendekatan garis kemiskinan berdasarkan pada ketentuan Badan Pusat Statistik yaitu
menghitung kemiskinan berdasarkan kebutuhan hidup minimal yaitu sebesar 2100 kalori
Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo
6
perhari dan jika diukur dengan pendapatan setara dengan mengalikan harga yang berlaku di
masing-masing desa.
Faktor sosial ekonomi rumah tangga penerima bantuan dana bergulir program PPK
tersebut meliputi Faktor Bantuan Modal, Faktor Pemberdayaan masyarakat, dan satu faktor
eksternal yakni Faktor Kinerja Pendamping diperkirakan berpengaruh pada Faktor
kesejahteraan Masyarakat penerima program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten
Situbondo.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh rumah tangga (keluarga) penerima dana
bergulir program PPK yang masing-masing tergabung pada Kelompok Masyarakat
(POKMAS) di kecamatan Panarukan. Secara rinci adalah populasi adalah keluarga miskin
dengan kepala keluarga baik itu yang berjenis kelamin pria maupun wanita, meruipakan
anggota POKMAS penerima dana bergulir (baik Usaha Ekonomi Produktif atau UEP dan
Simpan Pinjam Perempuan atau SPP) dan serta terdaftar menjadi warga Kecamatan
Panarukan Kabupaten Situbondo .
Penarikan sampel dilakukan atas dua langkah yang terdiri atas penentuan sampel desa
dan penentuan sampel POKMAS dan baru sampel Anggota POKMAS yang dipilih secara
random.
Penentuan sampel dilakukan atas tiga tahap (triple stage) yaitu sebagai berikut. Tahap
pertama, penentuan sampel Rukun Warga (RW) dengan pendekatan Cluster Random
Sampling karena Kecamatan Panarukan secara geografis dikelompokan kedalam dua
kelompok wilayah yang terdiri dari wilayah kota, dan wilayah pinggiran. Masing-masing
dipilih desa sampel kemudian dipilih RW sampel.
Tahap kedua adalah memilih POKMAS sampel yang dilakukan secara random di
masing-masing RW sampel yang sudah dipilih secara bertingkat.Tahap ketiga adalah memilih
rumah tangga miskin anggota POKMAS, dimana dari masing-masing POKMAS terpilih
dipilih secara random Anggota POKMAS penerima dana bergulir program PPK sampel yang
dilakukan secara sistematik random sampling (sistematic random sampling).
Pilihan wilayah dilakukan secara bertingkat dimulai memilih Desa sampling,
kemudian dipilih RW sampling.
Berdasarkan empat Desa terpilih dipilih secara acak RW sampling, yakni masing-
masing desa dipilih dua RW sampling. Berdasarkan metode ini akhirnya ada delapan RW
sampling sebagai satu basis wilayah penelitian.
Tahap kedua, memilih POKMAS sampel di masing-masing RW terpilih dilakukan
secara proporsional sistematik random sampling. Pada masing-masing RW ditetapkan sekitar
POKMAS sampel dengan metode proportional random sample
Tahap ketiga, penentuan rumah tangga anggota POKMAS sampel meliputi dua tahap,
yakni ukuran sampel rumah tangga ini dilakukan dengan proportional random sample. Total
sampel ditentukan sejumlah 125 rumah tangga Anggota POKMAS. Sebagai responden rumah
keluarga miskin terpilih, yaitu ayah atau ibu (bila suami telah meninggal), dalam hal
menjawab pertanyaan tertentu kepala rumah tangga yang mengalami kesulitan, dapat dibantu
anggota keluarga seperti istri atau anaknya yang dianggap mampu.
Prosedur Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dengan tanya jawab
secara langsung kepada rumah tangga sampel anggota POKMAS penerima dana bergulir baik
Usaha Ekonomi Produktif (UEP maupun Simpan Pinajm Perempuan (SPP). program PPK
yang bersangkutan. Berdasarkan hasil tanya jawab secara langsung terhadap responden
diperoleh data primer meliputi data tentang perssepsi responden meliputi Faktor Bantuan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
7
Modal, Kinerja Tenaga Pendamping, Pemberdayaan Masyarakat dan Faktor Kesejahteraan
Masyarakat.
Analisis data dalam penelitian sebagai berikut: (1) Uji Validitas dan Reliabilitas; (2)
Analisis Deskriptif; dan (3) Analisis Kausal. Uji Validitas dan Reliabilitas, sebuah instrumen
dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Tingkat validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari variabel tentang Gambaran yang dimaksud.
Reabilitas pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan/keajegan alat dalam
mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, Nawawi (1985: 139). Kata-kata
lain untuk reliabilitas (keandalan) adalah : kemantapan, konsisten, prediktibilitas/keteramalan
dan kejituan/ketepatan alias akurasi. Alat ukur yang dimaksud untuk menunjukkan sejauh
mana alat ukur dapat dipercaya. Sehingga hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran ulang terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama pula.
Analisis deskriptif dalam penelitian menggunakan statistik deskriptif yang
memfokuskan pada metode deskripsi data secara grafis dan metode numerik (angka) dalam
mendeskriptifkan data, sehingga dapat memberikan gambaran tentang karakteristik persepsi
rumah tangga anggota POKMAS penerima dana bergulir di Kecamatan Panarukan
Kabupaten Situbondo Jawa Timur khususnya dilihat dari persepsi rumah tangga sampel.
Analisis Kausal, untuk mengetahui hubungan kausalitas antara persepsi rumah tangga
miskin anggota POKMAS pnerima dana bergulir program PPK di Kecamatan Panarukan
meliputi : (1) Faktor Pemebrian Modal dan (2) Faktor Kinerja Tenaga Pendamping melalui
Variabel intervening (3) Faktor Kwalitas Pemberdayaan Masyarakat berpengaruh terhadap (4)
Faktor Kesejahteraan Masyarakat, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linear berganda (multiple linear regression) dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS).
Spesifikasi Model
Gambar 3. Model Penelitian
Model tersebut bila dinyatakan dalam bentuk persamaan model regresi berganda
dengan satu variabel intervening sebagai berikut :
1) Xiii = α0 + α1 Xi + α2 Xii + ε1
2) Yi = α0 + α1 Xi + α2 Xii + α3 Xiii + ε1
Keterangan:
Xi = Faktor Pemberian Modal
Z2
Kesejahteraan
MasyarakatPn
Yi
Kinerja Tenaga
Pendamping
(Xi)
Bantuan
Modal
(Xii)
Pemberdaya
an Kel
Miskin (Xiii)
z1 e1
e2 ya
ng
di
pa
ka
i
ad
ala
h
bil
an
ga
n
lin
gk
ert
Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo
8
α0, α1, α2. α3 = koefisien regresi
Xii = Faktor Kinerja Tenaga Pendamping
Xiii = Faktor Pemberdayaan Masyarakat
Ε = disturbance’s error
Setelah dilakukan penghitungan terhadap model di atas, maka akan dilakukan pengujian baik
pengujian statistik maupun pengujian asumsi klasik.
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Data Penelitian
Uji Validitas dan Reabilitas Data
Sebuah instrumen penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan, dan mampu mengungkap data yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran variabel yang dimaksud.
Penelitian ini menggunakan jenis validitas konstruk (kerangka suatu konsep) dengan
mengkorelasikan skor yang diperoleh dari masing-masing item pernyatan yang diberikan oleh
responden dengan skor total dari item-item tersebut. Skor total adalah hasil penjumlahan
semua skor item pernyataan dalam kuesioner. Apabila skor semua item pernyataan
berkorelasi positif yang tinggi dengan skor totalnya, dapat dikatakan bahwa item tersebut
memiliki validitas tinggi. Untuk mencari korelasi tersebut digunakan formula koefisien
korelasi product moment pearson, dengan taraf signifikansi 95% (Sutrisno, 1991).
Hasil korelasi product moment (rxy) yang diperoleh tersebut kemudian dikoreksi
untuk menghilangkan kelebihan bobot karena perhitungan. Hal ini terjadi karena skor item
yang dikorelasikan dengan skor total ikut berperan sebagai komponen skor total. Hal ini
menyebabkan angka korelasi menjadi lebih besar (Ancok, 1999).
Angka korelasi yang telah dikoreksi (rxy) tersebut selanjutnya dicek kembali dengan r
tabel dengan signifikansi 5%. Apabila angka korelasi yang telah dikoreksi masih lebih besar
dari r tabel dengan angka kritik taraf signifikansi 0,05, berarti hasilnya masih signifikan,
ditunjukkan tabel 1.
Tabel 1. Uji Validitas Indikator dari Faktor Bantuan Modal Bergulir
No Indikator Korelasi dengan Total Skor Signifikansi
1 X11 0,248 0,005
2 X12 0,248 0,005
3 X13 0,471 0,000
4 X14 0,521 0,000
5 X15 0,498 0,000
6 X16 0,204 0,000
Sumber : data primer diolah, 2009.
Keterangan : ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 1 di atas, tampak bahwa semua indikator Xi yakni X11, X12, X13, X14.
X15, dan X16 adalah valid, hal ini karena hasil korelasi antara masing-masing indikator Xi
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
9
terhadap total skor konstruks autonom Xi menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapaty
disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid, ditunjukkan tabel 2.
Tabel 2. Uji Validitas Indikator dari Faktor Kinerja Tenaga Pendamping
No Indikator Korelasi dengan Total Skor Signifikansi
1 X21 0,620 ** 0,005
2 X22 0,498** 0,005
3 X23 0,595** 0,000
4 X24 0,420** 0,000
5 X25 0,323** 0,000
6 X26 0,298** 0,001
Sumber : data primer diolah, 2009.
Keterangan : ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 2 di atas, tampak bahwa semua indikator Xii yakni X21, X22, X23,
X24. X25, dan X26 adalah valid, hal ini karena hasil korelasi antara masing-masing indikator
Xii terhadap total skor konstruks autonom Xii menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid, ditunjukkan tabel 3.
Tabel 3. Uji Validitas Indikator dari Faktor Pemberdayaan Masyarakat
No Indikator Korelasi dengan Total Skor Signifikansi
1 X31 0,804** 0,000
2 X32 0,817** 0,000
3 X33 0,787** 0,000
4 X34 0,748** 0,000
5 X35 0,717** 0,000
Sumber : data primer diolah, 2009
Keterangan : ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 3 di atas, tampak bahwa semua indikator Xiii yakni X31, X32, X33,
X34. dan X35, adalah valid, hal ini karena hasil korelasi antara masing-masing indikator Xiii
terhadap total skor konstruks autonom Xiii menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid, ditunjukkan tabel 4.
Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo
10
Tabel 4. Uji Validitas Indikator dari Faktor Kesejahteraan Pemberdayaan Masyarakat
No Indikator Korelasi dengan Total Skor Signifikansi
1 Y1 0,485 ** 0,005
2 Y2 0,486 ** 0,005
3 Y3 0,490** 0,000
4 Y4 0,590 ** 0,000
5 Y5 0,474 ** 0,000
6 Y6 0,248** 0,00
7 Y7 0,149 0,000
8 Y8 0,195** 0,098
9 Y9 0,336 ** 0,000
10 Y10 0,290 ** 0,001
Sumber : data primer diolah, 2009
Keterangan : ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4 di atas, tampak bahwa semua indikator Yi yakni Y1, Y2, Y3, Y4.
Y5, Y6, Y7, Y8, Y9 dan Y10 adalah valid, hal ini karena hasil korelasi antara masing-masing
indikator Yi terhadap total skor konstruks autonom Yi menunjukan hasil yang signifikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas mengindikasikan sejauhmana hasil pengukuran
tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan alat ukur yang sama.
Perhitungan reliabilitas dilakukan hanya untuk item-item yang sudah memiliki
validitas.Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach berdasarkan pada
jawaban responden yang berjumlah 125 orang responden. Apabila angka koefisien reliablitas
>0,50 dan P<0,05 berarti hasilnya significant. Berikut ini disajikan rekapitulasi hasil uji
validitas dan reliabilitas, ditunjukkan tabel 5.
Tabel 5. Uji Reabilitas dari Empat Faktor Penelitian
No Faktor Cronbach‟s Alpha Cronbach‟s Alpha Based on
Standardized Items
1 Bantuan Modal 0,579 0,600
2 Tenaga Pendamping 0,630 0,631
3 Pemberdayaan
Masyarakat
0,827 0,835
4 Kesejahteraan
Masyarakat
0,632 0,632
Sumber : data primer diolah, 2009
Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukan bahwa faktor Bantuan Modal, Kinerja
Tenaga Pendamping, Pemberdayaan masyarakat dan Kesejahteraan Masyarakat memberikan
nilai Cronbach‟s Alphadi atas 0,500 yang menurut kriteria Nunnally 1967 (Gozalli Imam,
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
11
2005) bisa dikatakan reabel. Jadi bisa disimpukan bahwa keseluruhan faktor dari penelitian
ini adalah reabel.
2. Pengaruh Faktor Pemberian Modal Dan Kinerja Pemdamping Terhadap
Pemberdayaan Masyarakat
Besarnya pengaruh masing-masing Pengaruh faktor Bantuan Modal dan Kinerja
Tenaga Pendamping Terhadap Pemberdayaan Masyarakat ditunjukkan tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengaruh Faktor Bantuan Kinerja Tenaga
Pendamping Terhadap Pemberdayaan Masyarakat
No. Variabel Koefisie
n Regresi
r Pengujian
Independen Dependen t-hitung Sig
1.
2.
Pemberian Modal
Kinerja
Pendamping
Pemberda
yaan
masy.
,005
0,291
0,029
0,685
13,834
3,584
0.000
0.000
3. Constant = 2,236013 Fhitung = 126,303 F tabel = 2,76
R = 0,821 R² = 0,674 Probablitas = 0,000
Sumber : data primer diolah, 2009
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan Tabel 4.40ersebut diatas, maka
persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Xiii = 2,360 + (1,005) Xi + (0,291) Xii
(-2,2564)** (13,834)* (3,584)*
dimana:
Xiii = Faktor Pemberdayaan Masyarakat
Xi = Faktor Pemberian Modal
Xii = Faktor Kinerja Tenaga Pendamping
Keterangan :
* = Significance
** = tidak significance
Dari persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Nilai konstanta 2,360
Hal menunjukkan bahwa apabila tanpa adanya perubahan (konstan) faktor Pengaruh
faktor Pemberian Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping Terhadap Pemberdayaan
Masyarakat maka terjadi Pemberdayaan Masyarakat sebesar 2,360 satuan.
b. Nilai koefisien regresi Pemberian Modal sebesar 1,005
Hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif, apabila adanya perubahan kenaikan Faktor
Pemberian Modal sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan peningkatan
Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo
12
Pemberdayaan Masyarakat sebesar 100,50 persen dengan asumsi faktor Kinerja Tenaga
Pemping dianggap tetap.
Harga koefisien korelasi product moment antara Pemberian Modal dengan Pemberdayaan
Msyarakat sebesar -0,056278 dengan koefisien determinasi sebesar 0,0031672. Hal ini
diperkuat dengan uji t yang dilakukan dimana t hitung –13,834 dibandingkan dengan t
tabel 2,000.
Dengan demikian jelas bahwa -thitung < ttabel, yang berarti menolak Ho dan menerima Ha.
Hasil ini memperlihatkan adanya hubungan signiificant antara kedua variabel prediktor
dengan kriterium tersebut.
Keadaan ini menggambarkan bahwa hubungan antara Pemberian Modal dengan
Pemberdayaan Masyarakat secara statistik adalah signifikan, yaitu sebesar 100,05 persen
dengan asumsi faktor Kinerja Tenaga Pendamping dianggap tetap.
c. Nilai koefisien regresi Kinerja Tenaga Pendamping sebesar 0,291
Hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif, apabila adanya perubahan faktor Kinerja
Pendamping sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan peningkatan Pemberdayaan
Masyarakat sebesar 0,291 persen dengan asumsi faktor Pemberian Modal dianggap
konstan.
Harga koefisien korelasi product moment antara Kinerja Tenaga Pendamping dengan
Upaya Pemberdayaan Masyarakat sebesar –0,028820 dengan koefisien determinasi
sebesar 0,000830. Hal ini diperkuat dengan uji t yang dilakukan dimana t hitung 3,584
dibandingkan dengan t -tabel 2,000.
Dengan demikian jelas bahwa thitung < ttabel, yang berarti Ho diterima dan menolak Ho.
Hasil ini memperlihatkan adanya hubungan significant antara kedua variabel prediktor dengan
kriterium tersebut. Keadaan ini menunjukkan bahwa hubungan Kinerja Tenaga Penping
dengan Upaya Pemberdayaan Masyarakat kurang kuat, yaitu sebesar 0,291 persen dengan
asumsi faktor Pemberian Modal konstan..
Berdasarkan data-data tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa faktor
Pemberian Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping secara bersama-sama berpengaruh
significant terhadap Upaya Pemberdayaan Masyarakat.
Keadaan ini diperkuat dengan uji F, dimana Fhitung menunjukkan angka 126,303
dan F tabel 2,76, maka Fhitung > F tabel (significance), yang berarti menolak Ho dan
merima Ha.
Besarnya sumbangan variasi pengaruh masing-masing faktor Pemberian Modal dan
Kinerja Tenaga Pendamping Terhadap Upaya Pemberdayaan Masyarakat secara bersama-
sama, dapat dilihat nilai koefisien determinasi secara keseluruhan (multiple) yakni sebesar
0,821 atau 81,10 persen.
Sumbangan variasi pengaruh ini dapat kategorikan cukup kuat, karena besarnya
koefisien determinasi simultan mendekati 0,50. Sedangkan faktor lain diluar variabel
penelitian ini hanya berpengaruh 68,30 persen. Kemungkinan salah pendugaan dalam
penelitian ini sebesar 0,1 persen (0,001 < 0,05).
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
13
3. Pengaruh Faktor Pemberian Modal, Kinerja Tenaga Pendamping dan Upaya
Pemberdayaan Masyarakat terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Besarnya pengaruh masing-masing faktor Pemberian Modal, Kinerja Tenaga
Pendamping dan Upaya Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
ditunjukkan tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Analisis PengaruhPemberian Modal,Kinerja Tenaga
Pendamping dan Upaya Pemberdayaan masyarakat Terhadap Kesejahteraan
masyarakat
No. Variabel Koefisien
Regresi
r Pengujian
Independen Dependen t-hitung t-tabel
1.
2.
3.
Pemb. Modal
Kinerja T.Pendamp
Pemberd Masy
Kesejateraan
Masy
0,124
0,268
- 0,007
-0,056278
-0,036635
0,486922
1,178
3,462
-0,080
2,000
2,000
2,000
4. Constant = 1,377 Fhitung = 7,222 Ftabel = 2,76
R = 0,390 R² = 0,152 Probabilitas = 0,0050
Sumber : data primer diolah, 2009
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan Tabel 4.40 tersebut diatas, maka
persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Yi = 1,377 + 0,124 Xi + 0,268 Xii – 0,007 Xiii
(4,828)* (1,178) (3,462)* (-0,080)
dimana:
Yi = Kesejahteraan Masyarakat
Xi = Pemberian Modal
Xii = Kinerja Tenaga Pendamping
Xiii = Pemberdayaan Masyarakat
Keterangan:
* = Significance
Dari persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Nilai konstanta 1,377
Hal menunjukkan bahwa apabila tanpa adanya perubahan (konstan) Faktor faktor
Pemberian Modal, Kinerja Tenaga Pendamping dan Pemberdayaan Masyarakat
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat maka Kesejahteraan Masyarakat tetap sebesar
1,377 satuan.
b. Nilai koefisien regresi Pemberian Modal sebesar 0,124
Koefisien ini menunjukkan adanya pengaruh negatif, apabila perubahan perubahan
kenaikan Pemberian Modal sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan penurunan
Kesejahteraan Masyarakat sebesar 0,124 persen dengan asumsi faktor Kinerja Tenaga
Pendamping dan Pemberdayaan Masyarakat dianggap tetap.
Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo
14
Harga koefisien korelasi product moment antara Pemberian Modal dengan
Kesejahteraan Masyarakat sebesar –0,056278 dengan koefisien determinasi sebesar
0,0031672.
Hal ini diperkuat dengan uji t yang dilakukan dimana t hitung 1,178 dibandingkan
dengan t tabel 2,000. Dengan demikian jelas bahwa thitung < ttabel, yang berarti Ho
diterima dan menolak Ha. Hasil ini memperlihatkan tidak significant antara kedua
variabel prediktor dengan kriterium tersebut.
Hal ini berarti hubungan Pemberian Modal dengan Kesejahteraan Masyarakat kurang
kuat, yaitu sebesar 5,63 persen dengan asumsi faktor Kinerja Tenaga Pendamping dan
Pemberdayaan Masyarakat dianggap tetap.
c. Nilai koefisien regresi Kinerja Tenaga Pendamping sebesar 0,268
Koefisien ini menunjukkan adanya pengaruh positif, apabila adanya perubahan Kinerja
Tenaga Pendamping sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan peningkatan
Kesejahteraan masyarakat sebesar 0,268 persen dengan asumsi faktor Pemberian Modal
dan Pemberdayaan Masyarakat dianggap konstan.
Harga koefisien korelasi product moment antara Kinerja Tenaga Pendamping dengan
Kesejahteraan Masyarakat sebesar –0,036635 dengan koefisien determinasi sebesar
0,001342. Hal ini diperkuat dengan uji t yang dilakukan dimana t hitungnya 3,462
dibandingkan dengan t- tabel 2,000.
Dengan demikian jelas bahwa thitung > ttabel, yang berarti Ho ditolak dan menerima Ha.
Hasil ini memperlihatkan adanya hubungan significant antara kedua variabel prediktor
dengan kriterium tersebut.
Hal ini berarti hubungan Kinerja Tenaga Pendamping dengan Kesejahteraan
Masyarakat cukup kuat , yaitu sebesar 0,268 persen dengan asumsi faktor Pemberian
Modal dan Pemberdayaan Masyarakat dianggap konstan..
d. Nilai koefisien regresi Pemberdayaan Masyarakat sebesar – 0,007
Koefisien ini menunjukkan bahwa adanya pengaruhnegatif , apabila terjadi perubahan
dukungan Pemberdayaan Masyarakat sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan
penurunanb Kesejahteraan Masyarakat sebesar 0,007 dengan asumsi faktor Pemberian
Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping konstan.
Harga koefisien korelasi product moment antara Pemberdayaan Masyarakat dengan
Kesejahteraan Masyarakat sebesar 0,486922 dengan koefisien determinasi sebesar
0,23709. Hal ini diperkuat dengan uji t yang dilakukan dimana t hitungnya -0,080
dibandingkan dengan t-tabel 2,000.
Dengan demikian jelas bahwa thitung < ttabel, yang berarti Ho diterima dan menolak Ha.
Hasil ini memperlihatkan adanya hubungan tidak significant antara kedua variabel
prediktor dengan kriterium tersebut.
Keadaan ini menunjukkan hubungan Pemberdayaan Masyarakat dengan Kesejahteraan
Masyarakat dikategorikan kurang kuat, yaitu sebesar 48,69 persen dengan asumsi faktor
Pemberian Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping dianggap konstan..
Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa faktor
Pemberian Modal, Kinerja Tenaga Pendamping dan Pemberdayaan Masyarakat secara
bersama-sama berpengaruh significant terhadap Kesejahteraan Masyarakat.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
15
Hal tersebut diperkuat dengan uji F, dimana Fhitung menunjukkan angka 7,222 dan F
tabel 2,76, maka Fhitung >F tabel, yang berarti menolak Ho dan menerima Ha (dikagorikan
Significance)
Besarnya sumbangan variasi pengaruh faktor Pemberian Modal, Kinerja Tenaga
Pendamping dan Pemberdayaan Masyarakat berpengaruh secara bersama-sama terhadap
Kesejahteraan Masyarakat, dapat dilihat nilai koefisien determinasi secara keseluruhan
(multiple) yakni sebesar 0,390 atau 39,00 persen.
Hubungan ini dapat kategorikan kurang kuat, karena besarnya koefisien determinasi
simultan lebih kecil dari 0,50. Sedangkan faktor lain diluar variabel penelitian ini hanya
berpengaruh 39,00 persen. Kemungkinan salah pendugaan penelitian ini sebesar 0,5 persen (p
= 0,0050)
f. Uji Statistik
Uji F menunjukkan bahwa variabel dilihat pengaruh dari variabel Pemberian Modal
(xi), Kinerja Tenaga Pendamping (xii) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat atau Pemberdayaan masyarakat (xiii), ditunjukkan tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji F
Df Mean Square F Signifikansi
Regresion 2 20,850 126,303 0,000**
Residual 122 0,165
Total 125
Sumber : data primer diolah, 2009
* *Signifikan pada alpha 1%
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa Pemberian Modal (xi), Kinerja Tenaga
Pendamping (xii) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat atau
Pemberdayaan Masyarakat (xiii) dengan nilai F hitung sebesar 126,303 dengan tingkat
signifikansi dibawah 5%.
Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah variabel Pemberian Modal (xi), Kinerja
Tenaga Pendamping (xii) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat
atau Pemberdayaan Masyarakat (xiii).secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat atau Pemberdayaan Masyarakat, ditunjukkan tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji-t
Model Koefisien regresi thitung ttabel Signifikansi
Constant -0,785 -2,564 2,009 0,000**
X1 1,005 13,834 2,009 0,000**
X2 0,291 3,584 2,009 0,000**
Sumber : data primer diolah, 2009
** signifikan pada α = 1%
* signifikan pada α = 5% TS
Tidak Signifikan
Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo
16
g. Faktor Dominan
Berdasarkan hasil uji-t pada Tabel.4.43, faktor Pemberian Modal (xi), Kinerja
Tenaga Pendamping (xii) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat atau Pemberdayaan Masyarakat (xiii), dengan koefisien regresi xi sebesar1,005
dibandingkan faktor xii sebesar 0,291 dan.
h. Analisis Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Analisis koefisien determinasi berganda (R2) digunakan untuk mengetahui
besar proporsi atau sumbangan variabel independen yaitu pengaruh Pemberian Modal
(xi), Kinerja Tenaga Pendamping (xii), terhadap variabel terikat atau Pemberdayaan
Masyarakat (xiii). Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier berganda dapat
diketahui bahwa R square (R2) adalah sebesar 0,821. Hal ini mempunyai arti bahwa
proporsi atau sumbangan variabel independen terhadap variabel dependen secara
serentak sebesar 0,821 sedangkan sisanya sebesar 0,179 dipengaruhi oleh variabel lain
diluar model.
4. Pemberuian Modal (xi), Kinerja Tenaga Pendamping (xii), Pemberdayaan
Masyarakat (xiii) berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat atau
Kesejahteraan Masyarakat (Yi).
a. Hasil Pengujian F dan t
Uji F menunjukkan bahwa variabel dilihat pengaruh dari variabel Pemberian
Modal (xi), Kinerja Tenaga Pendamping (xii), Pemberdayaan Masyarakat (xiii) secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat atau Kesejahteraan masyarakat
(Yi), ditunjukkan tabel 10.
Tabel 10. Hasil Uji F
Df Mean Square F Signifikansi
Regresion 3 0,981 7,222 0,000**
Residual 121 0,136
Total 124
* *Signifikan pada alpha 1%
Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa Pemberian Modal (xi), Kinerja Tenaga
Pendamping (xii), Pemberdayaan Masyarakat (xiii) secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat atau Kesejahteraan Masyarakat (Yi) dengan nilai F hitung sebesar
7,222 dengan tingkat signifikansi dibawah 1%.
Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah variabel Pemberian modal (xi), Kinerja
Tenaga Pendamping (xii), Pemberdayaan Masyarakat (xiii) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat atau Kesejahteraan Masyarakat (Yi), ditunjukkan tabel 11.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
17
Tabel 11. Hasil Uji-t
Model Koefisien regresi thitung ttabel Signifikansi
Constant 1,377 4,828 2,009 0,000*
X1 0,124 1,178 2,009 0,241TS
X2 0,268 3,462 2,009 0,001*
X3 -0,007 -0,080 2,009 0,937TS
Sumber: data primer diolah, 2009.
** signifikan pada α = 1%
* signifikan pada α = 5% TS
Tidak Signifikan
b. Uji Ekonometrika
1) Hasil Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara
variabel bebas dan hubungan yang terjadi cukup besar. Uji ini untuk mendeteksi ada
tidaknya korelasi (hubungan) antar variabel tersebut. Adanya multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai VIF. Jika nilai VIF >10 maka terjadi multikolinearitas, sebaliknya
jika VIF < 10 berarti tidak terjadi multikolinearitas, ditunjukkan tabel 12.
Tabel 12. Hasil Uji Multikolinearitas
NO VARIABEL VIF KESIMPULAN
1 Xi 1.306 tidak terjadi multikolinearitas
2 Xii 1.447 tidak terjadi multikolinearitas
3 Xiii 1.470 tidak terjadi multikolinearitas
Sumber: data primer diolah, 2009.
2) Hasil Uji Autokorelasi
Dari Tabel Statistik Durbin – Watson untuk taraf nyata 5% pada k = 3 dengan n = 48
diperoleh dl = 1,424 dan du = 1,674. Sedangkan berdasarkan lampiran 3. diketahui bahwa
nilai dhitung = 2,046. Dengan demikian nilai statistik d Durbin Watson berada pada daerah
penerimaan Ho. Berarti dapat disimpulkan bahwa galat nilai-nilai pengamatan bersifat
bebas ( tidak ada autokorelasi).
3) Hasil Uji Heterokedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dapat pula diuji dengan menggunakan uji Gleijser yaitu
dengan cara meregresikan nilai absolut residual dengan seluruh variabel bebas. Apabila hasil
regresi tidak signifikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi tidak melanggar
asumsi heteroskedastisitas dengan kata lain model sudah dalam bentuk homoskesdastisitas,
ditunjukkan tabel 13.
Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo
18
Tabel 13. Hasil Hiterokedastis (Gleijser)
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .000 2 .000 .000 1.000(a)
Residual 20.139 122 .165
Total 20.139 124
Sumber: data primer diolah, 2009.
a Predictors: (Constant), xii, xi
b Dependent Variable: Unstandardized Residual
Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai Fhitung adalah sebesar 0,000 dengan probabilitas
signifikansi 0,000. Nilai tersebut sangat jauh diatas nilai toleransi yang ditetapkan yaitu α
sebesar 5% (0,05). Berdasarkan perbandingan tersebut jelas bahwa dalam model regresi tidak
terdapat heteroskesdastisitas.
5. Pembahasan Hasil Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh Pemberian Modal (xi), Kinerja Tenaga Pendamping (xii),
terhadap Pemberdayaan masyarakat (xiii) digunakan analisis Regresi Linear Berganda dengan
metode OLS. Dalam estimasi OLS model yang digunakan adalah Model I. Berdasarkan
estimasi Model I pengaruh variabel xi terhadap Pemberdayaan Masyarakat adalah signifikan
pada taraf 1 persen, dimana koefisien dari variabel xi adalah positif sebesar 1,005. Sehingga
apabila terjadi kenaikan pada variabel xi sebesarsatu satuan, maka akan berdampak pada
kenaikan Pemberdayaan Masyarakat (xiii) sebesar 1,005 satuan. Pengaruh variabel Kinerja
Tenaga Pendamping (xii) adalah positif signifikan pada taraf 1 %,
.............. MASIH KURANG ......
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Bantuan Modal berpengaruh positif signifikan terhadap Pemberdayaan
Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo.
2. Faktor Kinerja Tenaga Pendamping berpengaruh positif signifikan terhadap
Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan
Kabupaten Situbondo .
3. Faktor Bantuan Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping masing–masing berpengaruh
positif signifikan terhadap Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK
di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo.
4. Faktor Bantuan Modal, Kinerja Tenaga Pendamping, dan Pemberdayaan Keluarga
Miskin masing-masing berpengaruh positif, secara statistik hanya Faktor Kinerja
Tenaga Pendamping yang signifikan secara simultan terhadap Faktor Kesejahteraan
penerima pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
19
Penelitian ini menyarankan beberapa hal: dalam upaya pengentasan kemiskinan upaya
pemberian modal atau bahkan Bantuan Langsung Tunai tidak akan menyelesaikan masalah
tanpa dibarengi dengan upaya pendampingan dan pemberdayaan. Untuk itu direkomendasikan
dalam uapaya mengurangi kemiskinan harus diperkuat upaya pemberdayaan masyarakat dan
pendampingan yang benar dan mempunyai visi yang jelas.
Upaya pemberdayaan masyarakat membutuhkan syarat pendampingan yang benar,
maka direkomendasikan lebih banyak diberdayakan tenaga-tenag pendamping yang
mempunyai motivasio tinggi dan tentunya harus memperoleh kesejahteraan yang tinggi pula.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul wahab. Solichin 1990, Analisis Kebijakan Publik Reika Cipta Jakarta
Badan Pusat Statistik 2000, Laporan Perekonomian Indonesia, Angkatan kerja, Konsumsi dan
Kemiskinan Penduduk BPS jakarta
Korten, David. C 1983 Pembangunan Yang Memihak Rakyat Kupasan Tentang Teori Dan
Metode Pembangunan, Lembaga Studi Pembangunan Jakarta
Deichman 1999 Geographic Aspects of Inequality and Proverty
Moeljarto T Politik Pembangunan sebuah Analisis Konsep , Arah Dan Strategi, Tiara
Wacana Jogyakarta
Bryant, Carolie and white 1987 Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang
Sangarimbun Dan Efendi 1995 Metode Dan Peneliian Survai, PT. Pustaka LP3ES Indonesia
Jakarta
Anonim Petunjuk Teknis Operasinal PPK Dirjen PMD DEPDAGRI RI
Anonim 2002-2004 Program Pembangunan Nasional Lembaga Informasi Jakarta