pengaruh implementasi program pengembangan kecamatan terhadap perencanaan pembangunan partisipatif...

19
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009 1 PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO Supriyono Alumni Pascasarjana Universitas Jember Program Studi Ilmu Ekonomi Ringkasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Bantuan Modal, dan Kinerja Tenaga Pendamping, terhadap Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo, secara parsial maupun simultan. Berdasarkan hasil analisis maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Faktor Bantuan Modal berpengaruh positif signifikan terhadap Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo; (2) Faktor Kinerja Tenaga Pendamping berpengaruh positif signifikan terhadap Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo; (3) Faktor Bantuan Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping masingmasing berpengaruh positif signifikan terhadap Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo; dan (4) Faktor Bantuan Modal, Kinerja Tenaga Pendamping, dan Pemberdayaan Keluarga Miskin masing-masing berpengaruh positif, secara statistik hanya Faktor Kinerja Tenaga Pendamping yang signifikan secara simultan terhadap Faktor Kesejahteraan penerima pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo. Penelitian ini menyarankan beberapa hal: dalam upaya pengentasan kemiskinan upaya pemberian modal atau bahkan Bantuan Langsung Tunai tidak akan menyelesaikan masalah tanpa dibarengi dengan upaya pendampingan dan pemberdayaan. Untuk itu direkomendasikan dalam uapaya mengurangi kemiskinan harus diperkuat upaya pemberdayaan masyarakat dan pendampingan yang benar dan mempunyai visi yang jelas. Upaya pemberdayaan masyarakat membutuhkan syarat pendampingan yang benar, maka direkomendasikan lebih banyak diberdayakan tenaga-tenag pendamping yang mempunyai motivasio tinggi dan tentunya harus memperoleh kesejahteraan yang tinggi pula. Kata Kunci: Bantuan modal, kinerja tenaga pendamping dan program PPK

Upload: edwin-octavian-mahendra

Post on 29-Jul-2015

148 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

1

PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN

KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN

KABUPATEN SITUBONDO

Supriyono

Alumni Pascasarjana Universitas Jember Program Studi Ilmu Ekonomi

Ringkasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Bantuan Modal, dan

Kinerja Tenaga Pendamping, terhadap Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin pada

program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo, secara parsial maupun

simultan. Berdasarkan hasil analisis maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: (1) Faktor Bantuan Modal berpengaruh positif signifikan terhadap

Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan

Kabupaten Situbondo; (2) Faktor Kinerja Tenaga Pendamping berpengaruh positif

signifikan terhadap Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di

Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo; (3) Faktor Bantuan Modal dan Kinerja

Tenaga Pendamping masing–masing berpengaruh positif signifikan terhadap Faktor

Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan

Kabupaten Situbondo; dan (4) Faktor Bantuan Modal, Kinerja Tenaga Pendamping,

dan Pemberdayaan Keluarga Miskin masing-masing berpengaruh positif, secara

statistik hanya Faktor Kinerja Tenaga Pendamping yang signifikan secara simultan

terhadap Faktor Kesejahteraan penerima pada program PPK di Kecamatan

Panarukan Kabupaten Situbondo. Penelitian ini menyarankan beberapa hal: dalam

upaya pengentasan kemiskinan upaya pemberian modal atau bahkan Bantuan

Langsung Tunai tidak akan menyelesaikan masalah tanpa dibarengi dengan upaya

pendampingan dan pemberdayaan. Untuk itu direkomendasikan dalam uapaya

mengurangi kemiskinan harus diperkuat upaya pemberdayaan masyarakat dan

pendampingan yang benar dan mempunyai visi yang jelas. Upaya pemberdayaan

masyarakat membutuhkan syarat pendampingan yang benar, maka direkomendasikan

lebih banyak diberdayakan tenaga-tenag pendamping yang mempunyai motivasio

tinggi dan tentunya harus memperoleh kesejahteraan yang tinggi pula.

Kata Kunci: Bantuan modal, kinerja tenaga pendamping dan program PPK

Page 2: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo

2

DISTRICT DEVELOPMENT PROGRAM IMPLEMENTATION INFLUENCE

TO PARTISIPATIVE DEVELOPMENT PLANNING IN DISTRICT PANARUKAN

SUB-PROVINCE SITUBONDO

Abstract

Purpose of this research is to know influence Bantuan Modal, and Kinerja Tenaga

Pendamping, to Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin at program PPK in

Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo, parsially and also simultan. Based on

result of analysed hence conclusion in this research is as follows: ( 1) Capital Help

Factor influential positive of signifikan to Pemberdayaan Keluarga Miskin at

program PPK in Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo; ( 2) Associate Energy

Performance Factor influential positive of signifikan to Pemberdayaan Keluarga

Miskin at program PPK in Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo; ( 3) Capital

Help Factor and each Kinerja Tenaga Pendamping had an effect on positive of

signifikan to Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin at program PPK in Kecamatan

Panarukan Kabupaten Situbondo; and ( 4) Capital Help Factor, Associate Energy

Performance, and each Pemberdayaan Keluarga Miskin had an effect on positive,

statistically only Faktor Kinerja Tenaga Pendamping which signifikan in simultan to

Faktor Kesejahteraan receiver at program PPK in Kecamatan Panarukan Kabupaten

Situbondo. This research suggests some things: in the effort pengentasan poorness of

giving effort of capital or even Bantuan Langsung Tunai will not finalize problem

without dibarengi with associate effort and enableness. For the purpose

recommended in uapaya to lessen poorness must be strenghtened enableness effort of

correct public and associate and has vision that is clear. Enableness effort of public

requires condition of correct associate, hence recommended to be more is powered

[by] tenaga-tenag associate having high motivasio and it is of course must obtain

high prosperity also.

Key word: Capital help, associate energy performance and program PPK

I. PENDAHULUAN

Masalah kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh masyarakat di perkotaan, tetapi juga di

daerah pedesaan, beberapa wilayah merupakan kantong-kantong kemiskinan. Kualitas

hidupnya sangat rendah, dan tidak pasti. Kesulitan mengatasi kebutuhan hidup sehari-hari

telah menjadikan penduduk di kawasan ini harus menanggung beban kehidupan yang berat,

berkutat dengan perangkap utang yang seperti tidak pernah habis-habisnya, dan tidak dapat

dipastikan pula kapan masa berakhirnya (Suyanto, 2003).

Posisi sosial penduduk miskin sangat rentan dan sensitif terhadap gejolak sosial dan

mudah dimanfaatkan sebagai medan mobilisasi tindakan-tindakan anarkis. Sejauh ini,

penanganan terhadap masalah penduduk miskin ini sebagian besar lebih banyak dilakukan

dengan model top-down dan peranan pemerintah sangat kuat. Kalaupun ada program-program

pemberdayaan yang rencanakan secara bottom-up, dalam realisasinya masih belum optimal

dan sering terjadi peran pemerintah masih terap dominan.

Page 3: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

3

Upaya-upaya penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan oleh Pemerintah

Republik Indonesia telah banyak namun diakui memang belum dapat menanggulangi jumlah

pengangguran yang cukup besar dan belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini

disebabkan oleh beberapa kelemahan dari masing-masing kegiatan tersebut, seperti antara

lain, (1) kurang koordinasi terutama dalam penetapan kelompok sasaran, jumlah dan

lokasinya, serta jenis kegiatan yang sesuai dengan pendekatan padat karya sekaligus

mendukung produksi; (2) sistem penyaluran dana belum menyentuh langsung kepada

masyarakat pada lapisan bawah; (3) penetapan upah kerja di beberapa daerah relatif cukup

tinggi, sehingga banyak tenaga kerja beralih dari kegiatan sebelumnya; (4) mekanisme

pengendalian dan pelaporan yang kurang berjalan secara baik; (5) penyebaran informasi

kepada masyarakat masih amat rendah; dan (6) kurang transparan dalam pengelolaan

program/proyek(Suhendar, 1999: 2 ).

Lebih jauh dari itu, juga ditunjukkan betapa tidak ada – atau lemahnya - sistem

kelembagaan di tingkat komunitas yang mampu “menolong” warga untuk secara bersama-

sama menghadapi dan/atau mengatasi kesulitan yang lebih parah daripada apa yang

telah/pernah dihadapi sebelumnya, yang boleh dikata muncul secara tiba-tiba. Mereka lebih

banyak berharap institusi formal (pemerintah desa) setempat yang juga menunggu instruksi

dari instansi pemerintah yang lebih tinggi lagi (dalam hal ini kecamatan). Demikian pula

institusi-institusi lokal (informal) praktis tidak melakukan sesuatu”.

Temuan-temuan di atas memberikan 3 (tiga) pelajaran yang amat berharga tentang

proses pemberdayaan masyarakat. Pelajaran pertama, lembaga-lembaga lokal yang kuat

kapasitasnya hanya memiliki daya cakupan yang terbatas, yaitu hanya berada di tingkat

lingkungan ketetanggaan Petert J Evers, 2000).

Kedua, secara umum, Pemerintah Indonesia tidak berhasil bekerja dengan kapasitas

lokal yang tersedia untuk meningkatkan kinerja perencanaan dan implementasi proyek-proyek

dan layanan jasanya. Pemerintah di tingkat desa lebih bersikap mewakili pemerintah di

tingkat atasnya daripada bertindak sebagai wakil dari konstituennya di desa.

Pelajaran ketiga, sebenarnya terdapat institusi-institusi dan/atau organisasi-

organisasi lokal lain yang memiliki daya jangkau dan daya dukung lebih luas, sehingga,

secara hipotetis, masing-masing institusi dan organisasi itu sanggup menjadi modal sosial

bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Baik sebagai mitra dan/atau

„penyeimbang‟ pelaksanaan proyek pembangunan di satu pihak, maupun sebagai

pelaksana proyek-proyek pembangunan itu sendiri di pihak lain. Institusi-instusi dan/atau

organisasi-oranisasi dimaksud berupa institusi-institsi dan organisasi-organisasi yang

terbentuk atas dasar nilai-nilai ajaran agama, sistem kekerabatan, sistem adat, sistem

organisasi pemerintahan tradisional, dan lain sebagainya. Hanya saja, memang, kapasitas

masing-masing institusi dan/atau organisasi itu dalam kondisi yang terus menurun daya

dukungnya. Baik karena adanya upaya-upaya yang sistematis (baca: sengaja) dan secara

langsung melemahkannya, maupun karena akibat proses-proses yang alamiah, sebagai

dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi baik di lingkungan dalam maupun

lingkungan luar institusi dan organisasi lokal itu sendiri. Melemahnya kapasitas institusi

dan/atau organisasi-organisasi tradisional dimaksud seringkali terjadi karena memang

tidak diberikannya ruang partisipasi yang berarti; yaitu suatu proses yang pada akhirnya

memungkinkan institusi-institusi dan/atau organisasi-organisasi itu berkembang sesuai

dengan tuntutan zamannya.

Page 4: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo

4

Tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai salah satu indikator keberhasilan

pembangunan dan implikasi nyata dari perbaikan hidup dapat diukur melalui tingkat

kemiskinan rumah tangga (masyarakat). Pendistribusian hasil-hasil pembangunan yang baik

memiliki kemungkinan berkurangnya proporsi penduduk miskin. Berlandaskan pada

kemungkinan tersebut, maka Sajogyo (1998 : 4) menyebutkan bahwa kebijakan pembangunan

yang tepat dan menyeluruh dapat menjadi kunci sukses terhadap penurunan proporsi

penduduk miskin.

Terjadinya kemiskinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Modal yang sedikit

mengakibatkan pendapatan yang diterima hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup

mereka beserta keluarga saja, sehingga kemungkinan untuk memperluas jaringan usahanya

dengan modal sendiri sangatlah kecil. Ditambah harus membayar bunga dan pajak atas

pinjamannya (Priyono,1995 : 21)

Masalah kekurangan modal dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu kekurangan dana alat-

alat modal yang terdapat dalam masyarakat dan kekurangan dana modal untuk membiayai

modal baru. Terbatasnya alat-alat modal dalam perekonomian dapat dilihat dari terbatasnya

jumlah prasarana dan terbatasnya alat-alat modern yang tersedia dan dapat digunakan dalam

kegiatan produksi. Keadaan ini menimbulkan implikasi yang sangat serius dalam

perekonomian, yaitu terbatasnya alat-alat modern yang dapat digunakan oleh masyarakat, hal

ini menyebabkan sebagian kegiatan ekonomi masyarakat produktivitasnya sangat rendah dan

organisasi produksinya tidak efisien. Selanjutnya hal tersebut merupakan salah satu faktor

penting lain yang menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat yang rendah dinegara sedang

berkembang Sukirno, 1990 : 171).

Dengan rendahnya pendapatan juga mempengaruhi pendidikannya, semakin rendah

pendidikan masyarakat maka semakin rendah pula tingkat gaji atau upah yang diterima,

demikian pula sebaliknya. Seorang kepala keluarga dengan pendidikan yang lebih tinggi tentu

akan mempunyai pandangan yang lebih luas dalam menentukan prioritas mana yang dianggap

penting dalam memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Peningkatan pendidikan baik formal

(pendidikan dasar, menengah, dan tinggi) maupun non formal (magang dan pelatihan) pada

dasarnya dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan (Badjuri, 2000 : 64).

Pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pencurahan jam kerja.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka produktivitas kerjanya akan semakin tinggi.

Selain hal tersebut pendidikan akan mempengaruhi sikap mental serta motivasi kerja. Orang

yang berpendidikan mempunyai keinginan yang besar untuk hidup lebih baik. Karena itu

pencurahan jam kerjanya juga akan semakin besar (Simanjuntak, 1998 : 20).

Disamping itu juga besarnya jumlah anggota keluarga masyarakat akan menentukan

besar kecilnya konsumsi dalam keluarga. Pada tingkat pendapatan yang sama , keluarga

masyarakat yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih banyak akan mengkonsumsi

lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga yang jumlah keluarganya lebih

sedikit. Pada jumlah anggota keluarga masyarakat yang banyak akan menurunkan konsumsi

rata-rata (Suparmoko, 1987 : 15).

Kemiskinan juga timbul karena adanya suatu budaya yang disebut budaya kemiskinan.

Menurut Lewis (1966) budaya kemiskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang miskin

untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam masyarakat yang

memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistikdan kapitalistik. Budaya kemiskinan adalah

desain kehidupan bagi orang miskin yang berisikan pemecahan bagi problema-problema

hidup mereka, yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Page 5: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

5

Orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri kepribadian

antara lain: merasa diri mereka tidak berguna, penuh dengan keputusasaan, merasa inferior,

sangat dependen pada orang lain. Orang miskin tersebut juga tidak memiliki kepribadian yang

kuat (ego stengh), kurang bisa mengontrol diri, mudah impulsif, dan sangat berorientasi pada

masa kini tanpa memikirkan masa depan. Sifat-sifat ini menyebabkan orang miskin sulit

untuk membuat perencanaan bagi masa depan.

Bercerrmin dari persoalan yang diakibatkan oleh berbagai macam sebab, Pemerintah

Pusat memandang perlu untuk memberikan kredit bergulir kepada masyarakat yang

pengelolaannya ditangani langsung oleh masyarakat di wilayah desa/kelurahan melalui

Program Pengembangan Kecamatan. Kegiatan ini tidak hanya bersifat reaktif terhadap

keadaan darurat yang kini kita alami, namun juga bersifat strategis karena dalam kegiatan ini

disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang menguat bagi perkembangan masyarakat

serta pebisnis (usaha kecil/mikro) di masa mendatang.

II. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas terlihat bahwa kemiskinan merupakan salah satu

permasalahan yang kompleks dan multi dimensional. Sehingga faktor penyebab kemiskinan

juga cenderung kompleks. Untuk tujuan kajian ini akan dibatasi permasalahan yang kompleks

tersebut dengan merumuskan kedalam permasalahan sebagai berikut.

1) Apakah Faktor Bantuan Modal berpengaruh secara parsial terhadap Faktor Pemberdayaan

Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo?;

2) Apakah Faktor Kinerja Tenaga Pendamping berpengaruh secara parsial terhadap Faktor

Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten

Situbondo ?;

3) Apakah Faktor Bantuan Modal dan Faktor Kinerja Tenaga Pendamping berpengaruh

terhadap Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan

Panarukan Kabupaten Situbondo ?;

4) Apakah Faktor Bantuan Modal, Kinerja Tenaga Pendamping, dan Pemberdayaan

Keluarga Miskin berpengaruh secara bersama-sama terhadap Faktor Kesejahteraan

Masyarakat penerima program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo ?

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode survey explanatory

research, yaitu metode yang mempunyai tujuan untuk mencari besar, dan ada atau tidaknya

pola hubungan antara dua peubah atau lebih, bahkan jika perlu metode ini bisa digunakan

untuk mengetahui sifat dari hubungan antara dua peubah atau lebih, karena itu jenis penelitian

ini dapat digunakan untuk menguji teori bahkan untuk menemukan teori.

Objek wilayah penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panarukan Kabupaten

Situbondo dengan pertimbangan dalam kenyataannya didaerah tersebut tingkat

kemiskinannya tinggi.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah pemberdayaan rumah tangga miskin

penerima program dana bergulir PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo dengan

pendekatan garis kemiskinan berdasarkan pada ketentuan Badan Pusat Statistik yaitu

menghitung kemiskinan berdasarkan kebutuhan hidup minimal yaitu sebesar 2100 kalori

Page 6: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo

6

perhari dan jika diukur dengan pendapatan setara dengan mengalikan harga yang berlaku di

masing-masing desa.

Faktor sosial ekonomi rumah tangga penerima bantuan dana bergulir program PPK

tersebut meliputi Faktor Bantuan Modal, Faktor Pemberdayaan masyarakat, dan satu faktor

eksternal yakni Faktor Kinerja Pendamping diperkirakan berpengaruh pada Faktor

kesejahteraan Masyarakat penerima program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten

Situbondo.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh rumah tangga (keluarga) penerima dana

bergulir program PPK yang masing-masing tergabung pada Kelompok Masyarakat

(POKMAS) di kecamatan Panarukan. Secara rinci adalah populasi adalah keluarga miskin

dengan kepala keluarga baik itu yang berjenis kelamin pria maupun wanita, meruipakan

anggota POKMAS penerima dana bergulir (baik Usaha Ekonomi Produktif atau UEP dan

Simpan Pinjam Perempuan atau SPP) dan serta terdaftar menjadi warga Kecamatan

Panarukan Kabupaten Situbondo .

Penarikan sampel dilakukan atas dua langkah yang terdiri atas penentuan sampel desa

dan penentuan sampel POKMAS dan baru sampel Anggota POKMAS yang dipilih secara

random.

Penentuan sampel dilakukan atas tiga tahap (triple stage) yaitu sebagai berikut. Tahap

pertama, penentuan sampel Rukun Warga (RW) dengan pendekatan Cluster Random

Sampling karena Kecamatan Panarukan secara geografis dikelompokan kedalam dua

kelompok wilayah yang terdiri dari wilayah kota, dan wilayah pinggiran. Masing-masing

dipilih desa sampel kemudian dipilih RW sampel.

Tahap kedua adalah memilih POKMAS sampel yang dilakukan secara random di

masing-masing RW sampel yang sudah dipilih secara bertingkat.Tahap ketiga adalah memilih

rumah tangga miskin anggota POKMAS, dimana dari masing-masing POKMAS terpilih

dipilih secara random Anggota POKMAS penerima dana bergulir program PPK sampel yang

dilakukan secara sistematik random sampling (sistematic random sampling).

Pilihan wilayah dilakukan secara bertingkat dimulai memilih Desa sampling,

kemudian dipilih RW sampling.

Berdasarkan empat Desa terpilih dipilih secara acak RW sampling, yakni masing-

masing desa dipilih dua RW sampling. Berdasarkan metode ini akhirnya ada delapan RW

sampling sebagai satu basis wilayah penelitian.

Tahap kedua, memilih POKMAS sampel di masing-masing RW terpilih dilakukan

secara proporsional sistematik random sampling. Pada masing-masing RW ditetapkan sekitar

POKMAS sampel dengan metode proportional random sample

Tahap ketiga, penentuan rumah tangga anggota POKMAS sampel meliputi dua tahap,

yakni ukuran sampel rumah tangga ini dilakukan dengan proportional random sample. Total

sampel ditentukan sejumlah 125 rumah tangga Anggota POKMAS. Sebagai responden rumah

keluarga miskin terpilih, yaitu ayah atau ibu (bila suami telah meninggal), dalam hal

menjawab pertanyaan tertentu kepala rumah tangga yang mengalami kesulitan, dapat dibantu

anggota keluarga seperti istri atau anaknya yang dianggap mampu.

Prosedur Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dengan tanya jawab

secara langsung kepada rumah tangga sampel anggota POKMAS penerima dana bergulir baik

Usaha Ekonomi Produktif (UEP maupun Simpan Pinajm Perempuan (SPP). program PPK

yang bersangkutan. Berdasarkan hasil tanya jawab secara langsung terhadap responden

diperoleh data primer meliputi data tentang perssepsi responden meliputi Faktor Bantuan

Page 7: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

7

Modal, Kinerja Tenaga Pendamping, Pemberdayaan Masyarakat dan Faktor Kesejahteraan

Masyarakat.

Analisis data dalam penelitian sebagai berikut: (1) Uji Validitas dan Reliabilitas; (2)

Analisis Deskriptif; dan (3) Analisis Kausal. Uji Validitas dan Reliabilitas, sebuah instrumen

dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Tingkat validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data

yang terkumpul tidak menyimpang dari variabel tentang Gambaran yang dimaksud.

Reabilitas pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan/keajegan alat dalam

mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, Nawawi (1985: 139). Kata-kata

lain untuk reliabilitas (keandalan) adalah : kemantapan, konsisten, prediktibilitas/keteramalan

dan kejituan/ketepatan alias akurasi. Alat ukur yang dimaksud untuk menunjukkan sejauh

mana alat ukur dapat dipercaya. Sehingga hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran ulang terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama pula.

Analisis deskriptif dalam penelitian menggunakan statistik deskriptif yang

memfokuskan pada metode deskripsi data secara grafis dan metode numerik (angka) dalam

mendeskriptifkan data, sehingga dapat memberikan gambaran tentang karakteristik persepsi

rumah tangga anggota POKMAS penerima dana bergulir di Kecamatan Panarukan

Kabupaten Situbondo Jawa Timur khususnya dilihat dari persepsi rumah tangga sampel.

Analisis Kausal, untuk mengetahui hubungan kausalitas antara persepsi rumah tangga

miskin anggota POKMAS pnerima dana bergulir program PPK di Kecamatan Panarukan

meliputi : (1) Faktor Pemebrian Modal dan (2) Faktor Kinerja Tenaga Pendamping melalui

Variabel intervening (3) Faktor Kwalitas Pemberdayaan Masyarakat berpengaruh terhadap (4)

Faktor Kesejahteraan Masyarakat, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

linear berganda (multiple linear regression) dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS).

Spesifikasi Model

Gambar 3. Model Penelitian

Model tersebut bila dinyatakan dalam bentuk persamaan model regresi berganda

dengan satu variabel intervening sebagai berikut :

1) Xiii = α0 + α1 Xi + α2 Xii + ε1

2) Yi = α0 + α1 Xi + α2 Xii + α3 Xiii + ε1

Keterangan:

Xi = Faktor Pemberian Modal

Z2

Kesejahteraan

MasyarakatPn

Yi

Kinerja Tenaga

Pendamping

(Xi)

Bantuan

Modal

(Xii)

Pemberdaya

an Kel

Miskin (Xiii)

z1 e1

e2 ya

ng

di

pa

ka

i

ad

ala

h

bil

an

ga

n

lin

gk

ert

Page 8: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo

8

α0, α1, α2. α3 = koefisien regresi

Xii = Faktor Kinerja Tenaga Pendamping

Xiii = Faktor Pemberdayaan Masyarakat

Ε = disturbance’s error

Setelah dilakukan penghitungan terhadap model di atas, maka akan dilakukan pengujian baik

pengujian statistik maupun pengujian asumsi klasik.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Data Penelitian

Uji Validitas dan Reabilitas Data

Sebuah instrumen penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan, dan mampu mengungkap data yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data yang terkumpul tidak menyimpang dari

gambaran variabel yang dimaksud.

Penelitian ini menggunakan jenis validitas konstruk (kerangka suatu konsep) dengan

mengkorelasikan skor yang diperoleh dari masing-masing item pernyatan yang diberikan oleh

responden dengan skor total dari item-item tersebut. Skor total adalah hasil penjumlahan

semua skor item pernyataan dalam kuesioner. Apabila skor semua item pernyataan

berkorelasi positif yang tinggi dengan skor totalnya, dapat dikatakan bahwa item tersebut

memiliki validitas tinggi. Untuk mencari korelasi tersebut digunakan formula koefisien

korelasi product moment pearson, dengan taraf signifikansi 95% (Sutrisno, 1991).

Hasil korelasi product moment (rxy) yang diperoleh tersebut kemudian dikoreksi

untuk menghilangkan kelebihan bobot karena perhitungan. Hal ini terjadi karena skor item

yang dikorelasikan dengan skor total ikut berperan sebagai komponen skor total. Hal ini

menyebabkan angka korelasi menjadi lebih besar (Ancok, 1999).

Angka korelasi yang telah dikoreksi (rxy) tersebut selanjutnya dicek kembali dengan r

tabel dengan signifikansi 5%. Apabila angka korelasi yang telah dikoreksi masih lebih besar

dari r tabel dengan angka kritik taraf signifikansi 0,05, berarti hasilnya masih signifikan,

ditunjukkan tabel 1.

Tabel 1. Uji Validitas Indikator dari Faktor Bantuan Modal Bergulir

No Indikator Korelasi dengan Total Skor Signifikansi

1 X11 0,248 0,005

2 X12 0,248 0,005

3 X13 0,471 0,000

4 X14 0,521 0,000

5 X15 0,498 0,000

6 X16 0,204 0,000

Sumber : data primer diolah, 2009.

Keterangan : ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 1 di atas, tampak bahwa semua indikator Xi yakni X11, X12, X13, X14.

X15, dan X16 adalah valid, hal ini karena hasil korelasi antara masing-masing indikator Xi

Page 9: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

9

terhadap total skor konstruks autonom Xi menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapaty

disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid, ditunjukkan tabel 2.

Tabel 2. Uji Validitas Indikator dari Faktor Kinerja Tenaga Pendamping

No Indikator Korelasi dengan Total Skor Signifikansi

1 X21 0,620 ** 0,005

2 X22 0,498** 0,005

3 X23 0,595** 0,000

4 X24 0,420** 0,000

5 X25 0,323** 0,000

6 X26 0,298** 0,001

Sumber : data primer diolah, 2009.

Keterangan : ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 2 di atas, tampak bahwa semua indikator Xii yakni X21, X22, X23,

X24. X25, dan X26 adalah valid, hal ini karena hasil korelasi antara masing-masing indikator

Xii terhadap total skor konstruks autonom Xii menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid, ditunjukkan tabel 3.

Tabel 3. Uji Validitas Indikator dari Faktor Pemberdayaan Masyarakat

No Indikator Korelasi dengan Total Skor Signifikansi

1 X31 0,804** 0,000

2 X32 0,817** 0,000

3 X33 0,787** 0,000

4 X34 0,748** 0,000

5 X35 0,717** 0,000

Sumber : data primer diolah, 2009

Keterangan : ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 3 di atas, tampak bahwa semua indikator Xiii yakni X31, X32, X33,

X34. dan X35, adalah valid, hal ini karena hasil korelasi antara masing-masing indikator Xiii

terhadap total skor konstruks autonom Xiii menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid, ditunjukkan tabel 4.

Page 10: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo

10

Tabel 4. Uji Validitas Indikator dari Faktor Kesejahteraan Pemberdayaan Masyarakat

No Indikator Korelasi dengan Total Skor Signifikansi

1 Y1 0,485 ** 0,005

2 Y2 0,486 ** 0,005

3 Y3 0,490** 0,000

4 Y4 0,590 ** 0,000

5 Y5 0,474 ** 0,000

6 Y6 0,248** 0,00

7 Y7 0,149 0,000

8 Y8 0,195** 0,098

9 Y9 0,336 ** 0,000

10 Y10 0,290 ** 0,001

Sumber : data primer diolah, 2009

Keterangan : ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 4 di atas, tampak bahwa semua indikator Yi yakni Y1, Y2, Y3, Y4.

Y5, Y6, Y7, Y8, Y9 dan Y10 adalah valid, hal ini karena hasil korelasi antara masing-masing

indikator Yi terhadap total skor konstruks autonom Yi menunjukan hasil yang signifikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas mengindikasikan sejauhmana hasil pengukuran

tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan alat ukur yang sama.

Perhitungan reliabilitas dilakukan hanya untuk item-item yang sudah memiliki

validitas.Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach berdasarkan pada

jawaban responden yang berjumlah 125 orang responden. Apabila angka koefisien reliablitas

>0,50 dan P<0,05 berarti hasilnya significant. Berikut ini disajikan rekapitulasi hasil uji

validitas dan reliabilitas, ditunjukkan tabel 5.

Tabel 5. Uji Reabilitas dari Empat Faktor Penelitian

No Faktor Cronbach‟s Alpha Cronbach‟s Alpha Based on

Standardized Items

1 Bantuan Modal 0,579 0,600

2 Tenaga Pendamping 0,630 0,631

3 Pemberdayaan

Masyarakat

0,827 0,835

4 Kesejahteraan

Masyarakat

0,632 0,632

Sumber : data primer diolah, 2009

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukan bahwa faktor Bantuan Modal, Kinerja

Tenaga Pendamping, Pemberdayaan masyarakat dan Kesejahteraan Masyarakat memberikan

nilai Cronbach‟s Alphadi atas 0,500 yang menurut kriteria Nunnally 1967 (Gozalli Imam,

Page 11: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

11

2005) bisa dikatakan reabel. Jadi bisa disimpukan bahwa keseluruhan faktor dari penelitian

ini adalah reabel.

2. Pengaruh Faktor Pemberian Modal Dan Kinerja Pemdamping Terhadap

Pemberdayaan Masyarakat

Besarnya pengaruh masing-masing Pengaruh faktor Bantuan Modal dan Kinerja

Tenaga Pendamping Terhadap Pemberdayaan Masyarakat ditunjukkan tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengaruh Faktor Bantuan Kinerja Tenaga

Pendamping Terhadap Pemberdayaan Masyarakat

No. Variabel Koefisie

n Regresi

r Pengujian

Independen Dependen t-hitung Sig

1.

2.

Pemberian Modal

Kinerja

Pendamping

Pemberda

yaan

masy.

,005

0,291

0,029

0,685

13,834

3,584

0.000

0.000

3. Constant = 2,236013 Fhitung = 126,303 F tabel = 2,76

R = 0,821 R² = 0,674 Probablitas = 0,000

Sumber : data primer diolah, 2009

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan Tabel 4.40ersebut diatas, maka

persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Xiii = 2,360 + (1,005) Xi + (0,291) Xii

(-2,2564)** (13,834)* (3,584)*

dimana:

Xiii = Faktor Pemberdayaan Masyarakat

Xi = Faktor Pemberian Modal

Xii = Faktor Kinerja Tenaga Pendamping

Keterangan :

* = Significance

** = tidak significance

Dari persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta 2,360

Hal menunjukkan bahwa apabila tanpa adanya perubahan (konstan) faktor Pengaruh

faktor Pemberian Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping Terhadap Pemberdayaan

Masyarakat maka terjadi Pemberdayaan Masyarakat sebesar 2,360 satuan.

b. Nilai koefisien regresi Pemberian Modal sebesar 1,005

Hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif, apabila adanya perubahan kenaikan Faktor

Pemberian Modal sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan peningkatan

Page 12: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo

12

Pemberdayaan Masyarakat sebesar 100,50 persen dengan asumsi faktor Kinerja Tenaga

Pemping dianggap tetap.

Harga koefisien korelasi product moment antara Pemberian Modal dengan Pemberdayaan

Msyarakat sebesar -0,056278 dengan koefisien determinasi sebesar 0,0031672. Hal ini

diperkuat dengan uji t yang dilakukan dimana t hitung –13,834 dibandingkan dengan t

tabel 2,000.

Dengan demikian jelas bahwa -thitung < ttabel, yang berarti menolak Ho dan menerima Ha.

Hasil ini memperlihatkan adanya hubungan signiificant antara kedua variabel prediktor

dengan kriterium tersebut.

Keadaan ini menggambarkan bahwa hubungan antara Pemberian Modal dengan

Pemberdayaan Masyarakat secara statistik adalah signifikan, yaitu sebesar 100,05 persen

dengan asumsi faktor Kinerja Tenaga Pendamping dianggap tetap.

c. Nilai koefisien regresi Kinerja Tenaga Pendamping sebesar 0,291

Hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif, apabila adanya perubahan faktor Kinerja

Pendamping sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan peningkatan Pemberdayaan

Masyarakat sebesar 0,291 persen dengan asumsi faktor Pemberian Modal dianggap

konstan.

Harga koefisien korelasi product moment antara Kinerja Tenaga Pendamping dengan

Upaya Pemberdayaan Masyarakat sebesar –0,028820 dengan koefisien determinasi

sebesar 0,000830. Hal ini diperkuat dengan uji t yang dilakukan dimana t hitung 3,584

dibandingkan dengan t -tabel 2,000.

Dengan demikian jelas bahwa thitung < ttabel, yang berarti Ho diterima dan menolak Ho.

Hasil ini memperlihatkan adanya hubungan significant antara kedua variabel prediktor dengan

kriterium tersebut. Keadaan ini menunjukkan bahwa hubungan Kinerja Tenaga Penping

dengan Upaya Pemberdayaan Masyarakat kurang kuat, yaitu sebesar 0,291 persen dengan

asumsi faktor Pemberian Modal konstan..

Berdasarkan data-data tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa faktor

Pemberian Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping secara bersama-sama berpengaruh

significant terhadap Upaya Pemberdayaan Masyarakat.

Keadaan ini diperkuat dengan uji F, dimana Fhitung menunjukkan angka 126,303

dan F tabel 2,76, maka Fhitung > F tabel (significance), yang berarti menolak Ho dan

merima Ha.

Besarnya sumbangan variasi pengaruh masing-masing faktor Pemberian Modal dan

Kinerja Tenaga Pendamping Terhadap Upaya Pemberdayaan Masyarakat secara bersama-

sama, dapat dilihat nilai koefisien determinasi secara keseluruhan (multiple) yakni sebesar

0,821 atau 81,10 persen.

Sumbangan variasi pengaruh ini dapat kategorikan cukup kuat, karena besarnya

koefisien determinasi simultan mendekati 0,50. Sedangkan faktor lain diluar variabel

penelitian ini hanya berpengaruh 68,30 persen. Kemungkinan salah pendugaan dalam

penelitian ini sebesar 0,1 persen (0,001 < 0,05).

Page 13: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

13

3. Pengaruh Faktor Pemberian Modal, Kinerja Tenaga Pendamping dan Upaya

Pemberdayaan Masyarakat terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Besarnya pengaruh masing-masing faktor Pemberian Modal, Kinerja Tenaga

Pendamping dan Upaya Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

ditunjukkan tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Analisis PengaruhPemberian Modal,Kinerja Tenaga

Pendamping dan Upaya Pemberdayaan masyarakat Terhadap Kesejahteraan

masyarakat

No. Variabel Koefisien

Regresi

r Pengujian

Independen Dependen t-hitung t-tabel

1.

2.

3.

Pemb. Modal

Kinerja T.Pendamp

Pemberd Masy

Kesejateraan

Masy

0,124

0,268

- 0,007

-0,056278

-0,036635

0,486922

1,178

3,462

-0,080

2,000

2,000

2,000

4. Constant = 1,377 Fhitung = 7,222 Ftabel = 2,76

R = 0,390 R² = 0,152 Probabilitas = 0,0050

Sumber : data primer diolah, 2009

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan Tabel 4.40 tersebut diatas, maka

persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Yi = 1,377 + 0,124 Xi + 0,268 Xii – 0,007 Xiii

(4,828)* (1,178) (3,462)* (-0,080)

dimana:

Yi = Kesejahteraan Masyarakat

Xi = Pemberian Modal

Xii = Kinerja Tenaga Pendamping

Xiii = Pemberdayaan Masyarakat

Keterangan:

* = Significance

Dari persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta 1,377

Hal menunjukkan bahwa apabila tanpa adanya perubahan (konstan) Faktor faktor

Pemberian Modal, Kinerja Tenaga Pendamping dan Pemberdayaan Masyarakat

Terhadap Kesejahteraan Masyarakat maka Kesejahteraan Masyarakat tetap sebesar

1,377 satuan.

b. Nilai koefisien regresi Pemberian Modal sebesar 0,124

Koefisien ini menunjukkan adanya pengaruh negatif, apabila perubahan perubahan

kenaikan Pemberian Modal sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan penurunan

Kesejahteraan Masyarakat sebesar 0,124 persen dengan asumsi faktor Kinerja Tenaga

Pendamping dan Pemberdayaan Masyarakat dianggap tetap.

Page 14: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo

14

Harga koefisien korelasi product moment antara Pemberian Modal dengan

Kesejahteraan Masyarakat sebesar –0,056278 dengan koefisien determinasi sebesar

0,0031672.

Hal ini diperkuat dengan uji t yang dilakukan dimana t hitung 1,178 dibandingkan

dengan t tabel 2,000. Dengan demikian jelas bahwa thitung < ttabel, yang berarti Ho

diterima dan menolak Ha. Hasil ini memperlihatkan tidak significant antara kedua

variabel prediktor dengan kriterium tersebut.

Hal ini berarti hubungan Pemberian Modal dengan Kesejahteraan Masyarakat kurang

kuat, yaitu sebesar 5,63 persen dengan asumsi faktor Kinerja Tenaga Pendamping dan

Pemberdayaan Masyarakat dianggap tetap.

c. Nilai koefisien regresi Kinerja Tenaga Pendamping sebesar 0,268

Koefisien ini menunjukkan adanya pengaruh positif, apabila adanya perubahan Kinerja

Tenaga Pendamping sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan peningkatan

Kesejahteraan masyarakat sebesar 0,268 persen dengan asumsi faktor Pemberian Modal

dan Pemberdayaan Masyarakat dianggap konstan.

Harga koefisien korelasi product moment antara Kinerja Tenaga Pendamping dengan

Kesejahteraan Masyarakat sebesar –0,036635 dengan koefisien determinasi sebesar

0,001342. Hal ini diperkuat dengan uji t yang dilakukan dimana t hitungnya 3,462

dibandingkan dengan t- tabel 2,000.

Dengan demikian jelas bahwa thitung > ttabel, yang berarti Ho ditolak dan menerima Ha.

Hasil ini memperlihatkan adanya hubungan significant antara kedua variabel prediktor

dengan kriterium tersebut.

Hal ini berarti hubungan Kinerja Tenaga Pendamping dengan Kesejahteraan

Masyarakat cukup kuat , yaitu sebesar 0,268 persen dengan asumsi faktor Pemberian

Modal dan Pemberdayaan Masyarakat dianggap konstan..

d. Nilai koefisien regresi Pemberdayaan Masyarakat sebesar – 0,007

Koefisien ini menunjukkan bahwa adanya pengaruhnegatif , apabila terjadi perubahan

dukungan Pemberdayaan Masyarakat sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan

penurunanb Kesejahteraan Masyarakat sebesar 0,007 dengan asumsi faktor Pemberian

Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping konstan.

Harga koefisien korelasi product moment antara Pemberdayaan Masyarakat dengan

Kesejahteraan Masyarakat sebesar 0,486922 dengan koefisien determinasi sebesar

0,23709. Hal ini diperkuat dengan uji t yang dilakukan dimana t hitungnya -0,080

dibandingkan dengan t-tabel 2,000.

Dengan demikian jelas bahwa thitung < ttabel, yang berarti Ho diterima dan menolak Ha.

Hasil ini memperlihatkan adanya hubungan tidak significant antara kedua variabel

prediktor dengan kriterium tersebut.

Keadaan ini menunjukkan hubungan Pemberdayaan Masyarakat dengan Kesejahteraan

Masyarakat dikategorikan kurang kuat, yaitu sebesar 48,69 persen dengan asumsi faktor

Pemberian Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping dianggap konstan..

Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa faktor

Pemberian Modal, Kinerja Tenaga Pendamping dan Pemberdayaan Masyarakat secara

bersama-sama berpengaruh significant terhadap Kesejahteraan Masyarakat.

Page 15: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

15

Hal tersebut diperkuat dengan uji F, dimana Fhitung menunjukkan angka 7,222 dan F

tabel 2,76, maka Fhitung >F tabel, yang berarti menolak Ho dan menerima Ha (dikagorikan

Significance)

Besarnya sumbangan variasi pengaruh faktor Pemberian Modal, Kinerja Tenaga

Pendamping dan Pemberdayaan Masyarakat berpengaruh secara bersama-sama terhadap

Kesejahteraan Masyarakat, dapat dilihat nilai koefisien determinasi secara keseluruhan

(multiple) yakni sebesar 0,390 atau 39,00 persen.

Hubungan ini dapat kategorikan kurang kuat, karena besarnya koefisien determinasi

simultan lebih kecil dari 0,50. Sedangkan faktor lain diluar variabel penelitian ini hanya

berpengaruh 39,00 persen. Kemungkinan salah pendugaan penelitian ini sebesar 0,5 persen (p

= 0,0050)

f. Uji Statistik

Uji F menunjukkan bahwa variabel dilihat pengaruh dari variabel Pemberian Modal

(xi), Kinerja Tenaga Pendamping (xii) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat atau Pemberdayaan masyarakat (xiii), ditunjukkan tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji F

Df Mean Square F Signifikansi

Regresion 2 20,850 126,303 0,000**

Residual 122 0,165

Total 125

Sumber : data primer diolah, 2009

* *Signifikan pada alpha 1%

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa Pemberian Modal (xi), Kinerja Tenaga

Pendamping (xii) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat atau

Pemberdayaan Masyarakat (xiii) dengan nilai F hitung sebesar 126,303 dengan tingkat

signifikansi dibawah 5%.

Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah variabel Pemberian Modal (xi), Kinerja

Tenaga Pendamping (xii) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat

atau Pemberdayaan Masyarakat (xiii).secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat atau Pemberdayaan Masyarakat, ditunjukkan tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji-t

Model Koefisien regresi thitung ttabel Signifikansi

Constant -0,785 -2,564 2,009 0,000**

X1 1,005 13,834 2,009 0,000**

X2 0,291 3,584 2,009 0,000**

Sumber : data primer diolah, 2009

** signifikan pada α = 1%

* signifikan pada α = 5% TS

Tidak Signifikan

Page 16: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo

16

g. Faktor Dominan

Berdasarkan hasil uji-t pada Tabel.4.43, faktor Pemberian Modal (xi), Kinerja

Tenaga Pendamping (xii) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat atau Pemberdayaan Masyarakat (xiii), dengan koefisien regresi xi sebesar1,005

dibandingkan faktor xii sebesar 0,291 dan.

h. Analisis Koefisien Determinasi Berganda (R2)

Analisis koefisien determinasi berganda (R2) digunakan untuk mengetahui

besar proporsi atau sumbangan variabel independen yaitu pengaruh Pemberian Modal

(xi), Kinerja Tenaga Pendamping (xii), terhadap variabel terikat atau Pemberdayaan

Masyarakat (xiii). Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier berganda dapat

diketahui bahwa R square (R2) adalah sebesar 0,821. Hal ini mempunyai arti bahwa

proporsi atau sumbangan variabel independen terhadap variabel dependen secara

serentak sebesar 0,821 sedangkan sisanya sebesar 0,179 dipengaruhi oleh variabel lain

diluar model.

4. Pemberuian Modal (xi), Kinerja Tenaga Pendamping (xii), Pemberdayaan

Masyarakat (xiii) berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat atau

Kesejahteraan Masyarakat (Yi).

a. Hasil Pengujian F dan t

Uji F menunjukkan bahwa variabel dilihat pengaruh dari variabel Pemberian

Modal (xi), Kinerja Tenaga Pendamping (xii), Pemberdayaan Masyarakat (xiii) secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat atau Kesejahteraan masyarakat

(Yi), ditunjukkan tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji F

Df Mean Square F Signifikansi

Regresion 3 0,981 7,222 0,000**

Residual 121 0,136

Total 124

* *Signifikan pada alpha 1%

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa Pemberian Modal (xi), Kinerja Tenaga

Pendamping (xii), Pemberdayaan Masyarakat (xiii) secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat atau Kesejahteraan Masyarakat (Yi) dengan nilai F hitung sebesar

7,222 dengan tingkat signifikansi dibawah 1%.

Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah variabel Pemberian modal (xi), Kinerja

Tenaga Pendamping (xii), Pemberdayaan Masyarakat (xiii) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat atau Kesejahteraan Masyarakat (Yi), ditunjukkan tabel 11.

Page 17: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

17

Tabel 11. Hasil Uji-t

Model Koefisien regresi thitung ttabel Signifikansi

Constant 1,377 4,828 2,009 0,000*

X1 0,124 1,178 2,009 0,241TS

X2 0,268 3,462 2,009 0,001*

X3 -0,007 -0,080 2,009 0,937TS

Sumber: data primer diolah, 2009.

** signifikan pada α = 1%

* signifikan pada α = 5% TS

Tidak Signifikan

b. Uji Ekonometrika

1) Hasil Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara

variabel bebas dan hubungan yang terjadi cukup besar. Uji ini untuk mendeteksi ada

tidaknya korelasi (hubungan) antar variabel tersebut. Adanya multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai VIF. Jika nilai VIF >10 maka terjadi multikolinearitas, sebaliknya

jika VIF < 10 berarti tidak terjadi multikolinearitas, ditunjukkan tabel 12.

Tabel 12. Hasil Uji Multikolinearitas

NO VARIABEL VIF KESIMPULAN

1 Xi 1.306 tidak terjadi multikolinearitas

2 Xii 1.447 tidak terjadi multikolinearitas

3 Xiii 1.470 tidak terjadi multikolinearitas

Sumber: data primer diolah, 2009.

2) Hasil Uji Autokorelasi

Dari Tabel Statistik Durbin – Watson untuk taraf nyata 5% pada k = 3 dengan n = 48

diperoleh dl = 1,424 dan du = 1,674. Sedangkan berdasarkan lampiran 3. diketahui bahwa

nilai dhitung = 2,046. Dengan demikian nilai statistik d Durbin Watson berada pada daerah

penerimaan Ho. Berarti dapat disimpulkan bahwa galat nilai-nilai pengamatan bersifat

bebas ( tidak ada autokorelasi).

3) Hasil Uji Heterokedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dapat pula diuji dengan menggunakan uji Gleijser yaitu

dengan cara meregresikan nilai absolut residual dengan seluruh variabel bebas. Apabila hasil

regresi tidak signifikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi tidak melanggar

asumsi heteroskedastisitas dengan kata lain model sudah dalam bentuk homoskesdastisitas,

ditunjukkan tabel 13.

Page 18: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Supriyono, Implementasi Program Pengembangan Kecamatan Panarukan Kab. Situbondo

18

Tabel 13. Hasil Hiterokedastis (Gleijser)

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .000 2 .000 .000 1.000(a)

Residual 20.139 122 .165

Total 20.139 124

Sumber: data primer diolah, 2009.

a Predictors: (Constant), xii, xi

b Dependent Variable: Unstandardized Residual

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai Fhitung adalah sebesar 0,000 dengan probabilitas

signifikansi 0,000. Nilai tersebut sangat jauh diatas nilai toleransi yang ditetapkan yaitu α

sebesar 5% (0,05). Berdasarkan perbandingan tersebut jelas bahwa dalam model regresi tidak

terdapat heteroskesdastisitas.

5. Pembahasan Hasil Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh Pemberian Modal (xi), Kinerja Tenaga Pendamping (xii),

terhadap Pemberdayaan masyarakat (xiii) digunakan analisis Regresi Linear Berganda dengan

metode OLS. Dalam estimasi OLS model yang digunakan adalah Model I. Berdasarkan

estimasi Model I pengaruh variabel xi terhadap Pemberdayaan Masyarakat adalah signifikan

pada taraf 1 persen, dimana koefisien dari variabel xi adalah positif sebesar 1,005. Sehingga

apabila terjadi kenaikan pada variabel xi sebesarsatu satuan, maka akan berdampak pada

kenaikan Pemberdayaan Masyarakat (xiii) sebesar 1,005 satuan. Pengaruh variabel Kinerja

Tenaga Pendamping (xii) adalah positif signifikan pada taraf 1 %,

.............. MASIH KURANG ......

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Faktor Bantuan Modal berpengaruh positif signifikan terhadap Pemberdayaan

Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo.

2. Faktor Kinerja Tenaga Pendamping berpengaruh positif signifikan terhadap

Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK di Kecamatan Panarukan

Kabupaten Situbondo .

3. Faktor Bantuan Modal dan Kinerja Tenaga Pendamping masing–masing berpengaruh

positif signifikan terhadap Faktor Pemberdayaan Keluarga Miskin pada program PPK

di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo.

4. Faktor Bantuan Modal, Kinerja Tenaga Pendamping, dan Pemberdayaan Keluarga

Miskin masing-masing berpengaruh positif, secara statistik hanya Faktor Kinerja

Tenaga Pendamping yang signifikan secara simultan terhadap Faktor Kesejahteraan

penerima pada program PPK di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo

Page 19: PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

19

Penelitian ini menyarankan beberapa hal: dalam upaya pengentasan kemiskinan upaya

pemberian modal atau bahkan Bantuan Langsung Tunai tidak akan menyelesaikan masalah

tanpa dibarengi dengan upaya pendampingan dan pemberdayaan. Untuk itu direkomendasikan

dalam uapaya mengurangi kemiskinan harus diperkuat upaya pemberdayaan masyarakat dan

pendampingan yang benar dan mempunyai visi yang jelas.

Upaya pemberdayaan masyarakat membutuhkan syarat pendampingan yang benar,

maka direkomendasikan lebih banyak diberdayakan tenaga-tenag pendamping yang

mempunyai motivasio tinggi dan tentunya harus memperoleh kesejahteraan yang tinggi pula.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul wahab. Solichin 1990, Analisis Kebijakan Publik Reika Cipta Jakarta

Badan Pusat Statistik 2000, Laporan Perekonomian Indonesia, Angkatan kerja, Konsumsi dan

Kemiskinan Penduduk BPS jakarta

Korten, David. C 1983 Pembangunan Yang Memihak Rakyat Kupasan Tentang Teori Dan

Metode Pembangunan, Lembaga Studi Pembangunan Jakarta

Deichman 1999 Geographic Aspects of Inequality and Proverty

Moeljarto T Politik Pembangunan sebuah Analisis Konsep , Arah Dan Strategi, Tiara

Wacana Jogyakarta

Bryant, Carolie and white 1987 Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang

Sangarimbun Dan Efendi 1995 Metode Dan Peneliian Survai, PT. Pustaka LP3ES Indonesia

Jakarta

Anonim Petunjuk Teknis Operasinal PPK Dirjen PMD DEPDAGRI RI

Anonim 2002-2004 Program Pembangunan Nasional Lembaga Informasi Jakarta