pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

42
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi dunia dewasa ini mengalami perubahan cukup pesat dan pergeseran peta kekuatan ekonomi yang diwarnai dengan semakin kompleksnya persoalan serta persaingan yang semakin tajam. Persoalan demi persoalan mi dihadapi oleh sebagian besar negara-negara di berba gal kawasan, terutama negara-negara sedang berkembang. Segala upaya dalam meningkatkan pembangunan nasional melalui berbagai kegiatan, khususnya pembangunan ekonomi, perdagangan dan bisnis internasional terasa semakin rumit menjelang era globalisasi ekonomi yang penuh tantangan. Beberapa kekuatan mikro dan makro ekonomi telah dan sedang menggerakkan globalisasi yang merambat ke segala penjuru dunia saat mi dan masa datang. Kekuatan pertama adalah kekuatan yang menggelinding melalui deregulasi internasional, yang bergerak dan kekuatan pasar negara maju ke segala penjuru dunia, sejak awal tahun l970 an hingga saat ini. Kekuatan kedua adalah kekuatan globalisasi financial markets yang mempermulus deregulasi pasar barang dan jasa yang diikuti dengan lompatan teknologi

Upload: ahmad-subhan

Post on 29-Jun-2015

3.307 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi dunia dewasa ini mengalami perubahan cukup pesat dan

pergeseran peta kekuatan ekonomi yang diwarnai dengan semakin kompleksnya

persoalan serta persaingan yang semakin tajam. Persoalan demi persoalan mi

dihadapi oleh sebagian besar negara-negara di berba gal kawasan, terutama

negara-negara sedang berkembang. Segala upaya dalam meningkatkan

pembangunan nasional melalui berbagai kegiatan, khususnya pembangunan

ekonomi, perdagangan dan bisnis internasional terasa semakin rumit menjelang

era globalisasi ekonomi yang penuh tantangan.

Beberapa kekuatan mikro dan makro ekonomi telah dan sedang

menggerakkan globalisasi yang merambat ke segala penjuru dunia saat mi dan

masa datang.

Kekuatan pertama adalah kekuatan yang menggelinding melalui deregulasi

internasional, yang bergerak dan kekuatan pasar negara maju ke segala penjuru

dunia, sejak awal tahun l970 an hingga saat ini.

Kekuatan kedua adalah kekuatan globalisasi financial markets yang

mempermulus deregulasi pasar barang dan jasa yang diikuti dengan lompatan

teknologi komunikasi dan informasi yang secara pninsip melemahkan kedaulatan

nasional dalam pengembangan kebijakan ekonomi yang berbasis nasional.

Kekua tan ketiga adalah semakin terbukanya perekonomian negara-negara

non OECD di Asia, Amerika Latin, dan Eropa Timur yang menuju pasar bebas

dunia.

Kekuatan terakhir adalah penyebaran yang sangat luar biasa dan teknologi

komunikasi dan informasi yang berbasis mikroelektronik yang memacu dan

mempolakan sumber daya dan produksi global pada penajaman daya saing.

Page 2: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

2

Kekuatan terakhir inilah yang membeni warna kuat dalam menggerakkan

gelombang ketiga menuju gelombang keempat dan globalisasi (the present fourth

wave of globalization).

Situasi yang demikian mengantarkan pemenintah negara-negara dunia

ketiga, khususnya Indonesia, pada sisi yang rentan terhadap tekanan globalisasi

karena kecepatan pergerakan modal yang sama sekali tidak berimbang dengan

keterbatasan ruang gerak kualitas tenaga kerja dan sumber daya lamnnya. Hal mi

dilengkapi dengan ketegaran MNC/TNC dengan senjata relokasi investasi telah

memincangkan perimbangan kekuatan negosiasi antarnegara.

Era globalisasi kini telah mulai melingkari Indonesia, di mana ditandai

dengan hal-hal berikut.

1. Perkembangan mazhab/aliran/paham pemikiran pembangunan yang

berubah secara adaptif dan bergerak secara dinamis.

2. Perubahan realitas peta kekuatan global, pelaku, instrumen, variable

pembangunan ekonomi dan kelembagaan yang bergeser secara

progfesif, dinamis dan konstektual.

3. Perkembangan dan perubahan keterbukaan ruang lingkup, cakupan

wilayah ekonomi, dan ruang gerak terbatas (limited) menuju ruang

gerak tanpa batas (global).

4. Semakin terpinggir dan rentannya kebijakan-kebijakan pembangunan

dan penekanan pemikiran pembangunan ekonomi yang terlalu berbasis

nasional.

Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang memasuki era sebagai

negara industri baru, tidak bisa lepas dan putaran roda kegiatan ekonomi

internasional yang penuh dengan berbagai dinamika. Kesiapan dalam menghadapi

era globalisasi dan liberalisasi ekonomi untuk kawasan AFTA (Asean Free Trade

Area), APEC (Asia Pacific Economic Coo poration) dan era perdagangan bebas

secara total dan WTO (World Trade Organisation), ke depan, merupakan suatu

tantangan berat dan keharusan yang tidak bisa dihindari. Bagi Indonesia, hal mi

merupakan masalah serius karena pada saat yang sama kita sedang dihadapkan

pada berbagai himpitan serta kemelut ekonomi dan politik yang berkepanjangan.

Page 3: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

3

Dalam industri otomotif nasional, pemerintah sebagai operator utama

negara, harus memiliki konsep yang jelas dalam pentahapan kemandirian industri

otomotif nasional. Tak pelak lompatan katak teknologi energi merupakan satu

pilihan logis, yaitu Pada tahap awal, pemerintah perlu mendorong kalangan

swasta nasional untuk menjadi pelaku utama penguasaan teknologi otomotif.

Sebenarnya saat ini kalangan swasta Indonesia telah melakukan lompatan katak

pertama berupa kerjasama dan lisensi. Texmaco merupakan satu contoh swasta

nasional yang serius dalam penguasaan teknologi otomotif (truk).

Pendayagunaan dan kerjasama yang terprogram antar sumber daya yang

ada di berbagai lembaga riset pemerintah ataupun antara lembaga riset dengan

kalangan swasta nasional guna penguasaan teknologi otomotif mutakhir. Hasil

lain dari tahap ini diharapkan munculnya pemain-pemain baru-lokal yang

berkualifikasi sebagai supplier otomotif nasional dan global. Ketiga berhasilnya

penguasaan teknologi serta bermunculannya qualified local supplier akan

memudahkan swasta nasional Indonesia mendirikan industri otomotif dalam

negeri.

Selanjutnya dalam makalah ini penulis mencoba menelaah masalah

seputar perkembangan industri otomotif yang dikaitkan dengan ekonomi global.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep globalisasi ekonomi ?

2. Apa dampak krisis ekonomi global ?

3. Bagaimana latar belakang dan perkembangan industri otomotif di

Indonesia ?

4. Bagaimana Analisis SWOT pada perusahaan Toyota Indonesia ?

5. Bagaimana prospek industri otomotif indonesia ?

Page 4: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

4

C. Prosedur Pemecahan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam menjawab permasalahan yang

dikemukakan di atas, maka ditempuh proses pemecahan masalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi masalah

2. Mencari sumber bacaan

3. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing

4. Menguraikan hasil kajian penulis secara utuh dan sistematis.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep globalisasi ekonomi

2. Untuk mengetahui dampak krisis ekonomi global

3. Untuk mengetahui latar belakang dan perkembangan industri otomotif di

Indonesia

4. Untuk mengetahui Analisis SWOT pada perusahaan Toyota Indonesia

5. Untuk mengetahui prospek industri otomotif indonesia

Page 5: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Globalisasi Ekonomi

1. Konsep Globalisasi Ekonomi

Perkembangan ekonomi dunia yang begitu pesat telah

meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan dan mempertajam

persaingan yang menambah semakin rumitnya strategi pembangunan yang

mengandalkan ekspor di satu pihak, hal ini merupakan tantangan dan

kendala yang membatasi. Di pihak lain hal tersebut merupakan peluang

baru yang dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan pelaksanaan

pembangunan nasional (Hendra Halwani, 2002).

Perekonomian dunia mengalami perubahan sejak dasawarsa tujuh

puluh hingga tahun 2000-an yang bersifat mendasar atau struktural dan

mempunyai kecenderungan jangka panjang atau konjungtural.

Perkembangannya menarik, yang istilahnya sangat populer belakangan ini

adalah “globalisasi”.

Secara historis globalisasi berarti meluasnya pengaruh suatu

kebudayaan atau agama ke seluruh penjuru dunia. Gejala globalisasi

terjadi dalam kegiatan finansial, produksi, investasi, dan perdagangan yang

kemudian mempengaruhi tata hubungan ekonomi antarbangsa Proses

globalisasi itu telah meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan

antarnegara, bahkan menimbulkan proses menyatunya ekonomi dunia,

sehingga “batas-batas antarnegara dalam berbagai praktik dunia

usaha/bisnis seakan-akan dianggap tidak berlaku lagi.

Selain globalisasi, perubahan yang cukup menonjol adalah

kecenderungan terpisahnya kegiatan ekonomi primer dan ekonomi

industri, yang berarti bahwa penggunaan material dalam industri makin

sedikit. Dan perkembangan itu terlihat bahwa proses kegiatan ekonomi

produksi industri pengolahan dalam perkembangannya tampak makin

Page 6: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

6

melemah kaitannya ke belakang. Sehingga perkembangannya tidak banyak

menimbulkan pengaruh yang serupa pada produksi barang primer.

Dampak yang terjadi adalah merosotnya harga komoditi primer

yang disebabkan oleh permintaan yang lesu, merosotnya nilai tukar

perdagangan (term of trade) dan sektor pertanian, sejalan dengan produksi

yang terus-menerus meningkatkan karena teknologi baru. Kaitan yang

melemah juga tampak pada perkembangan industri dengan penciptaan

kesempatan kerja sebagai akibat robotisasi dan melemahkan kaitan

ekonomi moneter perbankan dengan ekonomi riil (sektor produksi dan

perdagangan).

Pada umumnya, negara di dunia menghadapi perkembangan

tersebut dengan melakukan berbagai langkah penyesuaian yang sebagian

cenderung bersifat proteksionistis. Timbulnya berbagai blok perdagangan

yang pada dasarnya melanggar ketentuan General Agrecment On Tariffs

and Trade (GATT)/ World Trade Organization (WTO) atau diterapkannya

peraturan perundang-undangan yang jelasjelas proteksionistis, semuanya

menunjukkan gejala tersebut.

Dalam kerangka hubungan perdagangan internasional, berbagai

upaya masih dijalankan agar usaha memperbaiki sistem perdagangan dunia

melalui perundingan perdangangan multilateral dalam kerangka, yaitu

perundangan dalam Putaran Urugay, dapat segera memberi hasil positif,

yaitu terciptanya perdagangan dunia yang bebas, adil, dan terbuka.

Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya batas-batas

investasi atau pasar secara nasional, regional, ataupun internasional. Hal

itu disebabkan oleh adanya hal-hal berikut.

1. Komunikasi dan transportasi yang semakin canggih.

2. Lalu lintas devisa yang semakin bebas.

3. Ekonomi negara yang makin terbuka.

4. Penggunaan secara penuh keunggulan kompartif dan keunggulan

kompetitif tiap-tiap negara.

5. Metode produksi dan perakitan dengan organisasi manajemen yang

makin efisien,

Page 7: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

7

6. Semakin pesatnya perkembangan perusahaan multinasional di hampir

seantero dunia. (Hendra Halwani, 2002)

2. Organisasi-organisasi Internasional

Telah terjadi peningkatan “pengalihan kekuasaan” (ceding

sovereignity) pemerintah kepada organisasi-organisasi internasional yang

bertindak demi kepentingan perusahaan-perusahaan transnasional seperti

IMF, Bank Dunia dan Organisasi Perdagangan Dunia.

Lagi-lagi kita perlu membedakan antara negara-negara semi-

kolonial dan negara-bangsa imperialis. Pemerintah negara-negara

imperialis tidak lain adalah merupakan sebuah komite eksekutif untuk

mengelola kepentingan bersama para kapitalis nasional mereka, fraksi

yang dominan diorganisir di dalam perusahaan-perusahaan transnasional.

Dan adalah pemerintah negara-negara imperialis yang mengontrol IMF,

Bank Dunia dan WTO, sebagaimana mereka juga mengontrol Dewan

Keamanan PBB. Di dalam IMF, misalnya, proporsi suara berdasarkan

besarnya setoran saham mereka atas sumber keuangan. Pada tahun 1990,

ke 23 negara-negara imperialis memiliki 62,7% suara sebagai tandingan

35,2% suara yang dimiliki 123 anggota lainnya. Lima pimpinan Dewan

Eksekutif Permanen IMF dicalonkan oleh lima besar pemilik saham --AS,

Inggris, Perancis, Jerman dan Jepang.

Fungsi pokok IMF, Bank Dunia dan WTO adalah untuk menyetir

seluruh negara dalam hal kebijakan ekonomi dunia yang telah disepakati

oleh negara-negara imperialis utama. Kebijakan tersebut diputuskan dalam

pertemuan tahunan pemerintah 7 negara imperialis utama (atau kelompok

G7,pentj). Dalam pertemuan tahun 1976 mereka, misalnya, pemimpin-

pemimpin negara G7 menyetujui rencana reorganisasi ekonomi negara-

negara Dunia Ketiga melalui : pembukaan pasar dunia (dalam hal ini,

untuk mengimpor barang-barang dari negara-negara imperialis),

memprioritaskan ekspor daripada pasar dalam negeri, privatisasi BUMN-

BUMN serta pemfungsian dan membukanya bagi investasi asing (dalam

hal ini : imperialis), dan pemotongan pos-pos anggaran yang “tidak

produktif” seperti pendidikan dan kesehatan. Setelah tahun 1976,

Page 8: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

8

keputusan itu menjadi kebijakan yang dipaksakan bagi negara-negara

pengutang yang berasal dari Dunia Ketiga oleh IMF dan Bank Dunia.

Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menancapkan pengaruh

guna mendapatkan konsesi politik dan ekonomi bagi negara-negara

imperialis dan perusahaan-perusahaan transnasional yang mana

dekolonisasi dan kemerdekaan politik formal yang diberikan kepada

borjuasi di negara-negara tersebut. Dus, penerapan beberapa resep pro-

export bagi semua nagara-negara debitur (pengutang—pentj)Dunia Ketiga

berarti adalah intensifikasi persaingan diantara mereka, dengan efek yang

menghancurkan harga komoditi ekspor mereka, yang terdiri dari sebagian

besar bahan mentah. Menjelang tahun 1989, harga rata-rata produk-produk

ini, diluar minyak, adalah dibawah 33% harganya di tahun 1980.

Penaklukan kembali pasar dalam negeri negara-negara semi-

kolonial adalah juga merupakan tujuan mendasar dibalik tekanan kekuatan

negara-negara imperialis terhadap asosiasi-asosiasi “pasar bebas” seperti

NAFTA dan APEC. Penghapusan tarif impor terhadap seluruh anggota

asosiasi-asosiasi ini menghapus satu-satunya bentuk proteksi yang tersisa

oleh negara-negara semi-kolonial terhadap penetrasi pasar dalam negeri

mereka oleh kekuatan-kekuatan imperialis. Tetapi negara-negara

imperialis dapat membatasi penetrasi terhadap pasar dalam negeri mereka

terhadap ekspor dari negara-negara semi-kolonial melalui menerapkan

serangkaian hambatan-hambatan non-tarif yang kokoh.

3. Dampak Krisis Ekonomi Global

Berbicara krisis ekonomi adalah bukan berbicara tentang nasib 1

(satu) orang bahkan lebih dari itu semua karena ini menyangkut nasib

sebuah bangsa. Berbagai argument dan komentar pun dilontarkan di

berbagai media yang selalu memojokkan pemerintahan Yudhoyono dan BI

(Bank Indonesia) Di salah satu media menyatakan bahwa Presiden

Yudhoyono menyampaikan 10 langkah untuk menghadapi masalah

tersebut. Empat di antaranya:

1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri

Page 9: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

9

2. Memanfaatkan peluang perdagangan internasional

3. Menyatukan langkah strategis Pemerintah dengan Bank

Indonesia (BI)

4. Menghindari politik non partisan untuk menghadapi krisis.

Kedengarannya memang masuk akal tapi untuk menghadapi krisis

itu bukanlah semata adalah tugas pemerintah dan Bank Indonesia tapi

badai krisis ini perlu dihadapi bersama jangan sampai kejadian Krisis

Ekonomi Global Part II ini lebih dahsyat meluluh-lantakkan Perekonomian

Indonesia seperti yang telah terladi pada Badai Krisis Moneter Part I di Era

Soeharto.

Sadar atau pun tidak sadar Akibat Krisis Ekonomi Global kali in

sudah sangat jauh merambah dalam berbagai strata masyarakat. Dimana-

mana pengangguran semakin bertambah Income perkapita drastis menurun

karena beberapa industri mulai merampingkan tenaga-kerja atau mulai

meliburkan tenaga kerja tanpa batas waktu. Senada dengan hal itu

investor-investor lokal dan Asing pun mulai  menarik saham dalam

industri-industri di Indonesia. Dari kejadian kejadian itu akan menjadikan

peluang untuk Angka Kriminalitas akan melonjak naik Grafiknya di tanah

air belum lagi kasus-kasus korupsi terbaikan karena bangsa ini telah

disibukkan dengan masalah yang lebih di prioritaskan sehingga dengan

bebasnya para koruptor meneruskan aksinya ditiap jenjang. “Selamat buat

para koruptor Anda bisa keluar dari persembunyain untuk sementara

Waktu. How pity a Country !”

Memang sangat Ironis di satu sisi Indonesia yang dikenal sebagai

negara Agraris tapi disisi lain beberapa item bahan pokok masih

mengandalkan hasil import dari negara tetangga. Yah ini mungkin salah

satu kelemahan dari bangsa kita bahkan diri kita yang sebagai rakyat yang

kurang berusaha secara profesional dalam mengelola asset-asset yang ada

dalam lahan-lahan indonesia. Lihat saja kekayaan Alam Indonesia mulai

dari hasil laut belum dapat dikelola dengan baik karena Fasilitas-fasilitas

nelayan kurang memadai sehingga negara-negara lain meraup keuntungan

dari hasil menangkap hasil laut dengan cara yang tidak fair. Belum lagi

Page 10: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

10

persediaan minyak yang semakin lama semakin menipis serta Tambang-

tambang Emas yang masih dikuasai negara asing. Jadi sangat disayangkan

Punya Harta yang sangat berlimpah ruah tapi tidak dapat dinikmati secara

maksimal oleh bangsa ini.

Dan kesimpulannya Indonesia belum siap menghadapi Dampak

Krisis Ekonomi Global yang di motori oleh Negara Super itu. Mungkin

dari beberapa uraian diatas dapat memberi gambaran bahwa kita punya

potensi menghadapi krisis ini jika kita meningkatkan kesadaran sebagai

masyarakat indonesia termasuk element pemerintah berikut departement

terkait untuk meningkat pengelolaan sumber daya secara profesional

sehingga bangsa ini menjadi produktif dalam penyediaan hasil bumi dan

dapat mandiri serta terbebas sebagai negara importir bahan pangan dan

minyak bumi terbesar yang akan membalikkan keadaan menjadi negara

“Pengekspor Terbesar”.1

B. Latar Belakang dan Perkembangan Industri Otomotif di Indonesia

Ancaman ketersediaan minyak bumi serta isu pemanasan global

merupakan dua hal terpenting yang mempengaruhi kebijakan industri otomotif

dunia saat ini. Hemat energi dan ramah lingkungan menjadi standard utama bagi

kendaraan, terutama di negara maju. Guna mengantisipasi tuntutan tersebut,

raksasa otomotif seperti Toyota memilih strategi diversifikasi produk (Coup,

1999). Strategi semacam ini cukup tepat mengingat belum matangnya sumber

energi selain minyak bumi yang berkorelasi pada masih mahalnya sumber-sumber

energi baru tersebut.

Strategi industri otomotif dunia dalam mengantisipasi tuntutan mutakhir

tersebut umumnya bermuara pada tiga hal: (1) Perbaikan efisiensi dan

karakteristik mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine-ICE) yang

sudah ada saat ini, (2) Kombinasi, baik antar berbagai sumber energi, seperti

bensin-bioethanol, solar-biofuel, dan sebagainya, maupun antar teknologi energi,

1 Dampak Krisis Ekonomi Global, (http://metris-community.com/dampak-krisis-ekonomi-global/), diakses tanggal 20 Desember 2009

Page 11: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

11

seperti ICE konvensional dengan motor elektrik, (3) Penggunaan sumber dan

teknologi energi baru, seperti fuel cell vehicleberbahan bakar hidrogen.

Kecenderungan lain sektor otomotif dunia adalah penyebaran divisi

manufaktur dan perakitan di berbagai negara yang besar jumlah penduduknya

serta memiliki pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Langkah ini awalnya

muncul karena regulasi negara-negara yang menjadi sasaran industri otomotif

dunia (seperti ketentuan Local Content Requirements-LCRs, dan sebagainya),

namun belakangan, usaha untuk menekan biaya produksi menjadi motif utama

pendirian divisi manufaktur dan perakitan tersebut (Ivarsson, 2005). 

Namun demikian, divisi riset dan pengembangan (R&D) yang merupakan

jantung pertumbuhan industri otomotif umumnya masih dikendalikan dan

berposisi di negara prinsipal. Selain memudahkan strategi pengembangan industri

dalam menghadapi perubahan global yang saling kait-mengkait, pemosisian divisi

R&D di negara prinsipal bisa juga dipahami sebagai usaha proteksi terhadap

eksistensi prinsipal otomotif.

Bila ukuran kemandirian industri otomotif diukur dari keberadaan pabrik

manufaktur atau perakitan kendaraan bermotor, Indonesia boleh berbangga karena

berbagai merek kendaraan ternama dunia telah mendirikan pabrik manufaktur dan

atau perakitan di tanah air. 

Namun bila ukuran kemandirian tersebut dilihat dari sisi penguasaan

teknologi beserta keleluasaan dalam pengembangannya, kenyataan menunjukkan

bahwa berbagai industri otomotif yang ada saat ini secara mayoritas masih

dikendalikan oleh tiga pemain utama otomotif dunia yaitu Jepang, Eropa, dan

Amerika. Raksasa otomotif dari Negeri Sakura, yakni Toyota, Mitsubishi, Suzuki,

Isuzu, dan Daihatsu, adalah lima besar industri otomotif Indonesia saat ini.

Saat ini jelas tidak mudah untuk mendirikan industri otomotif dalam

negeri di tengah persaingan ketat antar raksasa otomotif dunia. Belum lagi,

regulasi perdagangan internasional saat ini yang semakin mengarah ke

perdagangan bebas (free-trade), sudah barang tentu mempengaruhi ruang gerak

pemerintah dalam memberikan proteksi, terhadap bibit industri otomotif dalam

negeri. 

Page 12: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

12

Namun jelas pula, bahwa tidak mudah bukan berarti tidak mungkin.

Pilihan ke arah kemandirian industri otomotif nasional harus menjadi cita-cita

seluruh komponen bangsa. Setidaknya ada tiga alasan yang melatarbelakanginya

yaitu (1) Secara alamiah, prinsipal lebih mengutamakan kepentingan bisnis

globalnya dibandingkan dengan kepentingan bangsa Indonesia. Hal ini

berimplikasi pada tidak mudahnya aspirasi lokal menembus desain otomotif di

negara principal, (2) Tidak berjalannya mekanisme kemitraan bisnis dan teknologi

yang sungguh-sungguh dan sistematis dari prinsipal ke supplier lokal. Globalisasi

otomotif yang berimplikasi pada mobilitas produk trans-nasional menuntut

kualitas komponen yang tinggi. Logis bahwa prinsipal lebih

memilihsupplier trans-nasional yang memenuhi standar prinsipal dibandingkan

harus membimbing supplier lokal untuk mencapai standar tertentu. Belum lagi

bila kepentingan nasional prinsipal turut berperan dalam pengambilan keputusan

pemilihan supplier komponen. Dalam bisnis, ini hal yang biasa. Namun dalam

kerangka kepentingan nasional, ini tidak menguntungkan karena menyebabkan

tidak terbangunnya industri pendukung otomotif. (3) Ketergantungan penuh

dengan prinsipal asing akan menyulitkan Indonesia untuk catch-up dengan

teknologi otomotif mutakhir yang hemat energi dan ramah lingkungan dalam

rangka memenuhi kepentingan nasional. 

Pemerintah, sebagai operator utama negara, harus memiliki konsep yang

jelas dalam pentahapan kemandirian industri otomotif nasional. Tak pelak

lompatan katak teknologi energi merupakan satu pilihan logis, yatiu (1) Pada

tahap awal, pemerintah perlu mendorong kalangan swasta nasional untuk menjadi

pelaku utama penguasaan teknologi otomotif. Sebenarnya saat ini kalangan swasta

Indonesia telah melakukan lompatan katak pertama berupa kerjasama dan lisensi.

Texmaco merupakan satu contoh swasta nasional yang serius dalam penguasaan

teknologi otomotif (truk). (2) Pendayagunaan dan kerjasama yang terprogram

antar sumber daya yang ada di berbagai lembaga riset pemerintah ataupun antara

lembaga riset dengan kalangan swasta nasional guna penguasaan teknologi

otomotif mutakhir. Hasil lain dari tahap ini diharapkan munculnya pemain-pemain

baru-lokal yang berkualifikasi sebagai supplier otomotif nasional dan global. (3)

Berhasilnya penguasaan teknologi serta bermunculannyaqualified local

Page 13: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

13

supplier akan memudahkan swasta nasional Indonesia mendirikan industri

otomotif dalam negeri.

Menilik fasilitas dan kemampuan sumber daya di bidang teknologi yang

dimiliki Indonesia saat ini, lompatan katak otomotif ini (seharusnya) tidaklah

sesulit usaha putra-putri bangsa menguasai teknologi dirgantara. Kemauan yang

kuat, sinergi, dan konsistensi dari seluruh komponen bangsa, merupakan kata

kunci untuk mewujudkannya.2

Pada tahun 1950-an, pemerintah Indonesia memberikan kebijakan

mengenai program pinjaman terhadap para pengusaha nasional. Program ini

bertujuan agar pengusaha nasional dapat membeli perusahaan yang semula

dimiliki oleh perusahaan asing di Indonesia.Kondisi ini juga diharapkan terjadi

pada industri otomotif. Pemeritah berharap perusahaan-perusahaan otomotif asing

dapat diambil alih oleh pengusaha nasional dan dapat berkembang.

Keinginan tersebut ternyata tidak berjalan mulus sesuai dengan harapan

karena PT Gaya Motor yang merupakan salah satu pabrik perakitan tidak dapat

diambil alih karena keterbatasan modal dan ahli teknik yang dimiliki. Kondisi

dunia otomotif Indonesia memburuk saat tahun 1960-an terjadi kekacauan

ekonomi dan politik yang menyebabkan perusahaan otomotif asing enggan untuk

memasuki pasar Indonesia. Situasi ini mengakibatkan produk yang beredar di

Indonesia semakain langka. Disisi lain permintaan menunjukkan angka yang

positif. Seiring berjalannya waktu kondisi ekonomi dan politik pun membaik.

Pada tahun 1970-an pemerintah mengeluarkan kebijakan baru lagi tentang

penanaman modal,baik asing maupun domestik. Kondisi ini dimanfaatkan oleh

Sjamoebi untuk melakukan kerjasama dengan Mitsubishi Corporation. Mulai saat

itu PT Marwa Baru merupakan distributor tunggal resmi kendaraan Mitsubishi di

Indonesia.

Dalam waktu yang tidak berselang lama, tepatnya 12 April 1971 berdiri PT

Toyota Astra Motor yang merupakan kerjasama antara PT Astra International Tbk

dengan Toyota Motor Corporation Jepang. Kepemilikan sahamnya yaitu 51%

untuk PT Astra Internasional Tbk dan 49% untuk Toyota Motor Corporation.

2 industri-otomotif-nasional , http://www.kamusilmiah.com/mesin/industri-otomotif-nasional/, diakses tanggal 20 Desember 2009.

Page 14: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

14

Mulai saat itu persaingan mulai terlihat dan dunia otomotif Indonesia semakin

semarak.

Pada tahun 1973, PT Marwa Baru berubah nama menjadi PT Krama

Yudha Tiga Motor Berlian (KTB). Pada tahun yang sama perusahaan ini juga

mendirikan PT Mitsubishi Krama Yudha Pabrikasi dan Motor yang berfungsi

sebagai pabrik produksi pengecapan komponen. PT Toyota Astra Motor juga

tidak mau kalah, sehingga perusahaan ini juga mendirikan pabrik perakitan

sendiri.

tiga tahun berikutnya, Pada tahun 1976 PT Toyota Astra Motor juga mendirikan

pabrik komponen bodi yang dalam pengerjaannya dibawah PT Toyota Mobilindo.

Dunia otomotif semakin lama semakin semarak dan mengalami kemajuan,

hal ini dapat terlihat dengan bermunculannya inovasi-inovasi baru untuk menarik

dan memenuhi kebutuhan konsumen. Salah satunya adalah Indomobil

Internasional Tbk,yang merupakan salah satu perusahaan perseroan yang terbesar

dan terkemuka di Indonesia. Perseroan dan anak perusahaan merupakan Agen

Tunggal Pemegang Merk(ATPM) dan distributor dari sembilan merk kendaraan

terkenal yaitu Audi,Hino,Mazda,Nissan,

Renault,Suzuki,Ssangyong,Volkswagen dan Volvo.

Pada tanggal 31 Desember 1998 PT Toyota Astra Motor melakukan

merger dengan PT Multi Astra, PT Toyota Engine Indonesia, dan PT Mobilindo.

Dengan ini posisi PT Toyota Astra Motor semakin kuat karena didukung

komponen yang bagus.

Pada tahun 2000, dari bulan januari sampai november,angka penjualan

mobil di Indonesia mencapai 274.864 unit.Angka penjualan ini menempatkan

Indonesia di urutan kedua setelah Malaysia.Namun pada tahun 2001 penjualan

mulai menurun karena jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan adanya

pengenaan pajak penjualan barang mewah dan kenaikan harga bahan bakar

minyak (BBM) untuk industri.

Pada tahun 2001 penjualan mobil selama bulan januari mencapai 21.117

unit, dan bulan februari 22.744 unit. Angka tersebut lebih baik daripada angka

penjualan pada periode yang sama tahun 2000,yangmencapai 11.032 unit dan

18.066 unit. Penjualan mobil tertinggi dipegang oleh Toyota,urutan kedua

Page 15: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

15

Honda,urutan ketiga Suzuki,urutan keempat BMW,urutan kelima Hyundai,urutan

keenam Mitsubishi,dan urutan ketujuh Marcedes Benz.

Pada tahun 2003 PT Dirgantara yang dikenal sebagai pabrik pesawat

terbang memperkenalkan produk pertama mobil buatannya yang diberi nama

”Gang Car” dengan berat 260 kg,berkapasitas penumpang 2 orang,dan

berkekuatan 125 cc dan 250 cc. Meskipun mungil PT DI mentargetkan untuk bisa

menguasai 10% pasar di Indonesia.

Pada akhir Oktober 2004,produksi Honda secara keseluruhan telah

menembus posisi keempat pasar mobil di Indonesia.Angka penjualan telah

mencapai 39.317 unit atau meraup total pangsa pasar mobil nasional sebesar 9,8%

dari total penjualan keseluruhan. Kenaikan penjualan mobil Honda di Indonesia

ini menunjukkan bahwa

Honda semakin memposisikan dirinya sebagai salah satu mobil yang paling

diminati masyarakat Indonesia.

Persaingan dan inovasi dari masing-masing perusahaan semakin hari

semakin terlihat. Hal tersebut merupakan indikasi positif untuk perkembangan

kedepan dalam dunia otomotif Indonesia. Pada tahun 2005 jumlah produksi mobil

baru yang berhasil dijual mencapai 533.000 unit yang merupakan rekor tertinggi

sepanjang sejarah industri otomotif di Indonesia.

Page 16: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

16

C. Analisis SWOT Pada Perusahaan Toyota Indonesia

Dalam makalah ini penulis mencoba Mengidentifikasikan masalah dampak

ekonomi global terhadap dunia otomotif di indonesia yang selanjutnya kaan

dianalisis dengan analisis SWOT.

Identifikasi Masalah

Masalah-masalah internal yang dihadapi:

1. Bagaimana menghadapi kondisi pasar yang berubah dari waktu ke

waktu?

2. Bagaimana mengatasi harga jual yang cukup tinggi?

Masalah-masalah eksternal yang dihadapi:

3. Bagaimana mengatasi berbagai ganjalan yang menghambat

perkembangan

pasar otomotif seperti tingginya tingkat suku bunga kredit

kendaraan bermotor dan inflasi yang masih tinggi?

4. Apakah ketersediaan minyak bumi dan isu pemanasan global

merupakan

dua hal terpenting dalam industri otomotif?

Strategi dan Solusi Permasalahan

1. Kondisi persaingan pasar pasti selalu berubah dari waktu ke waktu,

langkah-langkah strategis yang dapat diambil perusahaan agar

dapat eksis dalam persaingan antara lain:

1) Melakukan riset-riset terhadap permintaan konsumen

2) Melakukan inovasi-inovasi produk

3) Meningkatkan promosi penjualan

4) Memberikan layanan terbaik kepada konsumen,dengan

cara:

a) membuka dealer-dealer pada setiap kota pada

tempat yang tepat

b) membuka layanan costumer voice

5) Memberikan garansi produk

6) Bekerjasama dengan pihak jasa perkreditan

Page 17: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

17

2. Dalam mengatasi harga jual yang cukup tinggi, perusahaan

memberikan kredit kepada masyarakat dalam jangka yang panjang

serta pemberian bunga yang relatif rendah

3. Langkah-langkah yang dapt dilakukan untuk mengatasi

hambatan kurang kondusifnya makro ekonomi tersebut,yakni:

a) Meminimalisasi biaya produksi,sehingga produk

yang dijual ke pasartidak ikut naik

b) Peningkatan pendapatan masyarakat

c) Merubah paradigma masyarakat bahwa kendaraan

bukan lagi merupakan kebutuhan tersier melainkan

kebutuhan primer

4. Sangatlah penting, karena hemat energi dan ramah lingkungan

menjadi standar utama bagi kendaraan. Contohnya:Toyota yang

memilih strategi diversifikasi produk,yaitu:

a). Perbaikan efisiensi dan karakteristik mesin pembakaran dalam

Internal Combustion Engine (ICE) yang sudah ada saat ini

b). Kombinasi baik antar berbagai sumber energi, seperti bensin-

bio ethanol,solar-biofuel dan sebagainya,maupun antar

teknologi energi, seperti ICE konvensial dengan motor

elektrik.

c). Penggunaan sumber dan teknologi energi baru, seperti fuel cell

vehicie berbahan bakar hidrogen.

Analisis SWOT

Strenght (Kekuatan)

1. Industri otomotif dapat meningkatkan devisa negara.

2. Membantu masyarakat dalam bidang transportasi darat

3. Dengan munculnya industri otomotif di Indonesia, dapat mengurangi

jumlah pengangguran karena menciptakan lapangan pekerjaan.

Weakness (Kelemahan)

1. Harga jual yang cukup tinggi.

2. Adanya kebijakan industri otomotif.

Page 18: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

18

3. Indonesia masih tergantung pada suku cadang dan komponen buatan

luar negeri,meskipun investasi utamanya di dalam produksi komponen.

Opportunity (Peluang)

1. Industri-industri otomotif mulai membangun pabrik perakitan sendiri.

2. Dapat meningkatkan kualitas produk karena ada persaingan yang ketat.

Threat (Ancaman)

1. Penjualan dapat menurun karena adanya pengenaan pajak penjualan

barang

mewah dan tingginya harga bahan bakar minyak (BBM).

Posisi kompetitif persaingan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang

industri otomotif di Indonesia:

1. PT Toyota Astra Motor

2. PT Krama Yudha Tiga Motor Berlian (KTB)

3. Indomobil Sukses Internasional Tbk

4. PT Dirgantara Indonesia (PTDI)

5. PT Nissan Motor Indonesia

D. Prospek Industri Otomotif Indonesia

Dampak dari krisis ekonomi global terhadap kemerosotan industri

otomotif termasuk yang paling luar biasa. Ini antara lain ditandai kasus

kebangkrutan sejumlah perusahaan otomotif besar, seperti General Motor (GM),

Ford, dan Chrysler atau yang lebih dikenal The Big Three.

Kemerosotan The Big Three telah diidentifikasi sejak tahun 2000. Ini

setidaknya dapat dilihat dari semakin menurunnya pangsa pasar mereka di

Amerika Serikat (AS). Tiga perusahaan otomotif raksasa itu telah menderita

penurunan penjualan mobil (light vehicles) hampir 20 persen di pasar AS sejak

2000 hingga 2008.

Pada 2008, pangsa penjualan The Big Three di AS untuk pertama kalinya

akan berada di bawah 50 persen. Kurangnya inovasi di bidang teknologi, desain,

biaya, imaji, dan unsur lainnya menjadi penyebab penurunan penjualan mobil

keluaran The Big Three.

Page 19: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

19

1. Rontoknya pabrikan raksasa dunia

Seiring dengan penurunan penjualan The Big Three, tingkat

penjualan mobil pabrikan Jepang justru mengalami kemajuan pesat. Jika

pada 2000 pangsa penjualan mobil Jepang di AS sekitar 25 persen, pada

2008 diperkirakan mencapai 40 persen.

Tingginya penjualan mobil Jepang tidak terlepas dari keunggulan

yang dimiliki mobil keluaran Jepang, seperti harga yang lebih murah,

efisiensi bahan bakar, dan unsur lainnya yang tidak ditemukan pada mobil

produksi The Big Three.

Seiring dengan pelemahan kinerja tiga perusahaan raksasa itu,

pangsa pasar mereka pun kini semakin menurun. Dan sebaliknya, pangsa

pasar pabrikan otomotif dari Jepang mengalami peningkatan.

Pada 2008, tingkat penjualan mobil di AS mengalami kemerosotan

yang drastis. Berdasarkan laporan AutoObserver, selama tahun 2008,

seluruh The Big Six (The Big Three plus Honda, Nissan, dan Toyota)

melaporkan penurunan penjualan.

Selama 2008, industri otomotif AS hanya mampu menjual mobil

sebanyak 13,2 juta unit atau menurun 18 persen dibandingkan 2007 yang

mampu menjual sebanyak 16,1 juta unit mobil.

Menurunnya kinerja penjualan industri otomotif di AS telah

menyebabkan kondisi keuangan mereka juga dalam kondisi kritis dan

terancam bangkrut.

The Big Three, misalnya, kini dalam kondisi sangat kritis.

GM mengalami kondisi yang paling parah. Sepanjang 2007, GM

menderita kerugian sebesar 38,7 miliar dolar AS. Sedangkan pada 2008

kerugiannya diperkirakan akan lebih besar lagi.

Chrysler sepanjang 2008 diprediksi mengalami kerugian sebesar

delapan miliar dolar AS. Adapun Ford mengalami kerugian 14,6 miliar

dolar AS.

Kinerja industri otomotif di Eropa juga mengalami hal yang sama

dengan di AS. Berdasarkan data dari European Automobile Manufacturers

Page 20: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

20

Association (EACA), selama 2008, permintaan terhadap mobil komersial

baru mengalami penurunan sekitar sembilan persen di seluruh Eropa.

Sedangkan permintaan mobil sedan turun hingga 7,8 persen.

Ini menggambarkan bahwa dampak krisis ekonomi telah

memberikan dampak pada kinerja industri otomotif, khususnya paruh

kedua tahun 2008. Penurunan kinerja tersebut merupakan yang paling

tajam sejak 1993.

Secara keseluruhan, selama 2008, sebanyak 18,4 juta unit mobil

baru telah diproduksi atau turun tujuh persen dibandingkan produksi 2007

sebesar 19,7 juta unit. Salah satu dari lima negara produsen mobil terbesar

di Eropa, Italia, dilaporkan mengalami penurunan produksi mobil hingga

20,3 persen.

Disusul kemudian oleh Prancis turun 14,9 persen, Spanyol turun 12

persen, Inggris turun 5,8 persen, dan Jerman turun 2,8 persen.

Sementara itu, untuk kategori mobil penumpang, selama 2008

registrasi barunya mengalami penurunan sebesar 7,8 persen dan menjadi

sebanyak 14.712.158 unit. Kinerja ini merupakan penurunan terburuk

sejak 1993.

Permintaan mobil penumpang baru turun sebesar 8,4 persen di

Eropa Barat. Sedangkan registrasi baru untuk kategori mobil penumpang

di negara-negara Uni Eropa turun 0,7 persen selama 2008.

Industri otomotif di Jepang juga mengalami penurunan kinerja

selama 2008. Kendati, penurunan kinerja industri otomotif di Jepang tidak

seburuk yang dialami AS dan Eropa.

Berdasarkan data dari Japan Automobile Manufacturers

Association (JAMA), selama 2008, produksi mobil di Jepang tercatat

sebanyak 11.563.629 unit, atau 99,7 persen-nya dibandingkan total

produksi mobil selama 2007.

2. Peluang Bagi Industri Otomotif Indonesia

Seperti sudah disebutkan bahwa perkiraan pajak dan pungutan

pemerintah pada sektor otomotif masih penyumbang besar bagi

Page 21: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

21

pemerintah. Dari penjualan yang diperkirakan tahun 2003 sebesar Rp 30

Trilyun, pemerintah menerima Rp 20 Trilyun, suatu penerimaan yang

sangat besar dan untuk mengurangi tentu saja sulit sekali. Di Harian Media

Indonesia, hari Sabtu 6 September 2003 disebutkan pernyataan usulan

Gaikindo agar ada penurunan Bea Masuk, karena terlalu tingginya bea

masuk untuk kendaraan bermotor akan menyebabkan kurangnya daya

saing. Maksud semula dengan tingginya bea masuk untuk "proteksi" bagi

investasi dan tumbuhnya industri otomotif. Justru Globalisasi akan

memaksa pemerintah untuk memikirkan bagaimana kelanjutan Bea Masuk

dan Pajak-pajak lainnya yang menyebabkan mahalnya harga mobil

dinegara ini. Seandainya pemerintah mau menurunkan pajak serta bea

masuk, tentu harga mobil di Indonesia bisa diturunkan. Sekali lagi

ditegaskan bahwa harga mobil mahal disebabkan pajak-pajak, bea masuk

yang meliputi kisaran 60 % dari harga mobil itu sendiri.

Bagaimana Thailand bisa memajukan industri otomotifnya ?-

Adanya Free Trade dengan AFTA, perjanjian perdagangan bebas dengan

Cina dan Australia.-Policy pemerintah mengenai (ownership-regulation-

tax).-Memajukan industri lokal melalui International Manufacturer.-Skill

dari tenaga kerja yang lebih baik diantara negara-negara Asean

menyebabkan : low cost dan kapabilitas-Basis supply komponen lokal

yang kuat.-Infra structure yang bagus dan kawasan industri yang

berkembang baik-Detroit of Asia-Pasaran truk global serta Pick Up yang

sesuai untuk AFTA (mencapai Critical Mass). Fakta-fakta mengenai

Industri Autoparts Thailand.-Delphi Asia Pacific menetapkan basis

produksinya untuk pasaran Asean di Thailand dan sampai tahun 2005 akan

membuat 340 komponen baru.-Autoparts Industry di Thailand ialah 50 %

manufacturer sendiri, 40 % asing sebagai mayoritas dan 10 % Joint

Venture dengan pihak Thai  sebagai mayoritas.-Investasi Pemerintah,

ARTC-Automotive Research & Testing Center.-Pemilihan OEM dan

REM.

Bagaimana dengan Cina sebagai negara baru bidang otomotif ?-

Cina mengandalkan basis produksi untuk sedan, jenis Pick Up belum ada.

Page 22: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

22

Produksi mobil di Cina 2,4 juta unit, sedangkan gabungan negara Asean

1,2 unit dalam tahun 2002. -. Cina merupakan pasaran mobil nomor 2 di

Asia dan kemungkina besar tahun 2011 pasaran mobil di Cina akan

melewati Jepang dan penjualan diramalkan mencapai 7,2 juta mobil

pertahun.-Untuk pasaran mobil, Cina masih mengandalkan pada domestik

yang tumbuh sangat pesat.

Dalam menghadapi AFTA, apa yang terjadi di industri otomotif ?-

Arah  industri otomotif ialah  Global Free Trade-Asean Automotive

Industry yang mampu bersaing dipasaran internasional-Investasi langsung

dari luar negeri ke Asean-Export CBU-Completely Built Up.

Apakah yang terjadi saat ini ?-Industri otomotif dari Asia, USA-

Europa memutuskan untuk produksi di Thailand.-Untuk Indonesia hanya

Toyota-MPV, Nissan-Trail, Honda : Stream dan CRV.-Mobil BMW seri

3,5 dan 7 juga produksi di Thailand dengan target 10.000 unit/tahun.-CBU

export dari Thailand 30 % dari National output, nomor 3 setelah Jepang

dan Korea.-Target Thailand 2003, export mobil 730.000 unit-Thailand

juga menetapkan manufacturing based untuk Truk dan Pick Up.

Fakta dan data diatas bisa dijadikan sumber memikirkan policy

pemerintah dibidang otomotif, misalnya arah basis model, industri

komponen, bentuk investasi asing dan lokal, persaingan antar negara

Asean terutama majunya Thailand setelah tahun krisis finansial dunia dan

jebloknya kondisi keamanan Indonesia pasca 1998 dan hal-hal lain yang

menyebabkan kaburnya investor asing dan ambruknya investor domestik.

Malaysia baru akan mengikuti AFTA tahun 2008, untuk melindungi Mobil

Nasionalnya.3

Berdasarkan fakta-fakta di atas, terlihat bahwa kecil kemungkinan

industri otomotif global akan mengalami kebangkrutan massal, meskipun

industri otomotif AS mengalami keruntuhan.

3 Industri Otomotif yang diyakini sebagai industri masih mempunyai masa depan.

http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?f=1&t=10238&start=0,

Page 23: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

23

Kemungkinan yang paling masuk akal adalah terjadinya pergeseran

pemasok kebutuhan otomotif yang akhirnya harus ditinggalkan The Big

Three. Bila upaya penyelamatan industri otomotif AS betul-betul gagal,

kemungkinan besar pangsa pasar mereka akan diambil alih oleh pabrikan

dari Jepang, yang memang telah menyiapkan diri, selain pabrikan dari

Eropa.

Meski demikian, pabrikan otomotif di luar AS tampaknya tidak

akan memaksakan diri melakukan penetrasi di AS. Hal ini terutama

didasari oleh realitas bahwa daya beli konsumen AS yang jatuh pada 2009.

Prediksinya, pabrikan otomotif Jepang dan Eropa justru akan

meningkatkan investasinya di pasar-pasar baru yang memiliki potensi

untuk tumbuh pesat, seperti di BRIC.

Di antara negara BRIC, Cina merupakan negara yang memiliki

potensi menjadi pasar otomotif yang paling diincar. Ini mengingat, tingkat

pertumbuhan ekonomi Cina yang tinggi dan jumlah penduduknya yang

sangat besar.

Indikasi bahwa pasar otomotif Cina akan mengalami booming,

sudah terlihat sejak 2002. Berdasarkan Annual Report 2008 yang

dikeluarkan VDA, aosiasi otomotif Jerman, disebutkan bahwa pada 2007

Cina mengalami peningkatan produksi mobil (untuk seluruh jenis) hingga

175 persen dibandingkan produksinya pada 2002.

Indonesia sesungguhnya memiliki peluang untuk menjadi tempat

investasi (relokasi) bagi industri otomotif besar karena karakteristiknya

yang sama dengan BRIC. Hal ini terutama didasari oleh fakta bahwa

kekuatan ekonomi Indonesia selama ini sesungguhnya ditopang oleh sisi

domestik kita memiliki daya beli yang cukup tinggi.

Terlihat bahwa meskipun krisis global mengancam prospek

ekonomi kita, namun hal itu tampaknya tidak berlaku bagi produk

otomotif di Indonesia. Pada 2008, volume penjualan mobil mencapai

607.805 unit, atau naik 39,89 persen dibandingkan 2007 yang mencapai

434.473 unit.

Page 24: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

24

Pada 2007, pertumbuhan penjualan mobil di Indonesia mencapai

35,9 persen dibandingkan 2006 yang merupakan pertumbuhan tertinggi di

Asia, lebih tinggi sekalipun dengan Cina dan India.

Membaiknya penjualan sektor otomotif di pasar domestik,

khususnya pada 2008, setidaknya sangat dipengaruhi oleh tiga faktor.

Pertama, tingkat suku bunga perbankan yang relatif rendah. Kedua, tingkat

pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Ketiga, nilai tukar rupiah yang

cukup stabil, terutama terhadap yen dan dolar AS.

Prestasi yang diraih pada 2008 memang mustahil diraih lagi pada

2009. Namun, penurunan penjualan mobil di Indonesia tidak akan separah

dibanding negara-negara lain yang terkena resesi.

Hingga April 2009, penjualan mobil domestik mencapai 134.868

unit, atau turun 39 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang

mencapai 187.246 unit.

Namun demikian, tren tingkat penjualan mobil setiap bulannya

mengalami peningkatan. Pada Januari 2009, volume penjualan mobil

mencapai sekitar 31 ribu unit, pada April 2009 sudah 34.610 unit. Setelah

pemilu, penjualan diperkirakan akan naik lebih besar.

Sentimen lain yang mendorong penjualan mobil adalah bunga

kredit yang cenderung turun dan makroekonomi sudah baik. Dengan kata

lain, di balik kebangkrutan industri otomotif global, sesungguhnya terdapat

blessing bagi peningkatan aktivitas investasi, khususnya sektor otomotif di

Indonesia.

Kita sesungguhnya dapat memainkan peran yang lebih aktif guna

menarik kegiatan relokasi industri otomotif agar diarahkan ke Indonesia.

Namun semuanya sangat tergantung pada aspek tawar menawar yang

dimiliki kedua belah pihak: investor dan pemerintah Indonesia.4

4 Prospek Industri Otomotif Global 2, (http://jakarta45.wordpress.com/2009/06/03/prospek-industri-otomotif-global-2/), diakses tanggal 21 Desember 2009.

Page 25: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

25

BAB III

KESIMPULAN

1. Persaingan dunia otomotif pada era globalisasi ekonomi semakin ketat,

situasi ini terlihat dengan adanya inovasi-inovasi baru yang semakin

berkembang.

2. Bagian R&D perusahaan harus peka dan respek terhadap setiap fenomena

yang terjadi di dalam masyarakat serta setiap kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah terutama yang berhubungan dengan otomotif.

3. Perubahan yang ada di lingkungan masyarakat menuntut perusahaan untuk

mengimbanginya dengan mengeluarkan produk-produk yang nyaman dan

aman bagi masyarakat dan lingkungan, sehingga perusahaan harus

melakukan langkah-langkah strategis yang dapat menguntungkan

perusahaan tapi tidak merugikan masyarakat.

Page 26: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

26

DAFTAR PUSTAKA

Dampak Krisis Ekonomi Global, (http://metris-community.com/dampak-krisis-

ekonomi-global/), diakses tanggal 20 Desember 2009

Hendra Halwani, Ekonomi internasional dan Globalisasi Ekonomi, Jakarta, Ghalia Indonesia : 2002.

Industri Otomotif yang diyakini sebagai industri masih mempunyai masa depan,

http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?f=1&t=10238&start=0,

diakses tanggal 20 Desember 2009.

Industri Otomotif Nasional, http://www.kamusilmiah.com/mesin/industri-

otomotif-nasional/, diakses tanggal 20 Desember 2009.

Prospek Industri Otomotif Global 2, (http://jakarta45.wordpress.com/2009/06/03/

prospek-industri-otomotif-global-2/), diakses tanggal 21 Desember 2009.

Page 27: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

27

PENGARUH EKONOMI GLOBAL TERHADAP INDUSTRI OTOMOTIF

(ANALISIS PADA PERUSAHAAN TOYOTA INDONESIA)

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Dalam mata kuliah: Manajemen pemasaran

Disusun oleh :

Ahmad Subhan

Page 28: Pengaruh globalisasi terhadap industri otomotif di indonesia

28

DAFTAR ISI

Daftar isi .......................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

C. Prosedur Pemecahan Masalah ............................................................. 4

D. Tujuan .................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 5

A. Globalisasi Ekonomi ............................................................................ 5

B. Latar belakang dan perkembangan industri otomotif di Indonesia ..... 10

C. Analisis SWOT pada perusahaan Toyota Indonesia ............................ 16

D. Prospek industri otomotif Indonesia ................................................... 18

BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 26

i