pengaruh ekstrak daun bidara zizipus mauritiana lam ... · makassar 2017. pengaruh ekstrak daun...

74
PENGARUH EKSTRAK DAUN BIDARA Zizipus Mauritiana Lam TERHADAP KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI BALI SKRIPSI Oleh: OFIR TANGKELANGI I111 13 335 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: haminh

Post on 11-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PENGARUH EKSTRAK DAUN BIDARA Zizipus Mauritiana LamTERHADAP KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI BALI

SKRIPSI

Oleh:

OFIR TANGKELANGII111 13 335

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

PENGARUH EKSTRAK DAUN BIDARA Zizipus Mauritiana LamTERHADAP KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI BALI

SKRIPSI

Oleh:

OFIR TANGKELANGII111 13 335

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana FakultasPeternakanUniversitasHasanuddin

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertandatangan di bawahini:

Nama : Ofir Tangkelangi

NIM : I111 13 335

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab

Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia

dibatalkan atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan

seperlunya.

Makassar, Agustus2017

Ofir Tangkelangi

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Ekstrak Daun Bidara ZizipusMauritiana Lam Terhadap Kualitas SemenSegar Sapi Bali

Nama : Ofir Tangkelangi

Nomor Induk Mahasiswa : I111 13 335

Fakultas : Peternakan

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

PembimbingUtama PembimbingAnggota

Prof. Dr. Ir. Abd. Latief Toleng, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.ScNIP. 195406021978021001 NIP. 1964123 11989031 026

Dekan Fakultas Peternakan Ketua Program Studi Peternakan

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc.NIP. 19641231 198903 1 025 NIP. 19640712 198911 2 002

Tanggal Lulus : Agustus 2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis senantiasa panjatkan rahmat dan karunia Allah

SWT yang senantiasa memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir/ Skripsi yang berjudul “Pengaruh

Ekstrak Daun Bidara Zizipus Mauritiana Lam Terhadap Kualitas Semen Segar

Sapi Bali ”sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis haturkan

kepada :

1. Orang tua, bapak Drs.Yohanis Mangera dan ibu Agustina Rissing

Mangera serta kakak (Yoris, Eppong, Sakti) dan adik kandung (Mega).

Juga kepada Hamba-Hamba Tuhan yang telah memberikan doa dan

banyak sekali dukungan, baik dalam kegiatan perkuliahan hingga proses

penyelesaian studi.

2. Orang tua dan sekaligus motivator, Bapak Dr.Ir. Jansen Tangketasik

M.Sc bersama Ibu Yuliana Sanggona, yang selalu menberikan support

baik doa,tenaga, pikiran maupun mendukung saya secara finansial

sehingga dapat menyelesaikan studi.

3. Inspirator, Bapak Drs. Yohanis Lobo’ M, Bapak Dr. Ophirtus Sumule,

DEA., Bapak Karanganan Sarungallo ST, Bapak Morex Rein, SE

yang selalu setia dalam memberikan petunjuk dan arahan selama saya

melaksanakan studi saya

4. Dosen pembimbing, bapak Prof. Dr. Ir. H. Abd. Latief Toleng, M.Sc.

dan Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc., yang telah memberikan arahan

danmasukan dalam proses penyusunan skripsi.

5. Ketua Program Studi Ilmu Peternakan, ibu Prof. Dr. drh. Hj.

Ratmawati Malaka,M.Sc. yang telah memberikan bantuan dalam

proses penyusunan skripsi.Dekan Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin, bapak Prof. Dr. Ir. SudirmanBaco, M.Sc. yang telah

memberikan bantuan dalam proses penyelesaian studi.

6. Seluruh dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah

memberikan bantuan dalam proses penyelesaian stu

8. Rekan sepenelitian, Deny, S.Pt dan Husni yang telah memberikan

dukungan dan bantuan dalam proses penelitian.

9 Bapak Prof. Dr. Ir. H. Abd. Latief Toleng, M.Sc. selaku pemilik

Rumah Usaha Penggemukan Hewan, Kec. Samata, Kab. Gowa yang

telah memberikan bantuan dalam proses penelitian.

10. Bapak Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt dan Muh. Sahiruddin Sabile,

S.Pt, M.Si. selaku penanggungjawab Laboratorium Reproduksi Ternak,

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah memberikan

bantuan dalam proses penelitian.

11. Teman-teman seperjuangan, “Larfa 013” yang telah menemani dan

banyakmemberikan dukungan serta bantuan selama lima tahun

kebersamaan.

12.Teman-teman KKN Gel. 93, Posko Desa Tampo, Kec. Anggeraja,

Kab. Enrekang yang telah memberikan pengalaman, dukungan dan

bantuan

13. Teman-teman keluarga mahasiswa Toraja, IPPMS SANGGALLA dan

keluarga besar mahasiswa kristen PMKO PETERNAKAN yang telah

memberikan bantuan dan dukungan.

14. Kakanda senior, ““LION 10” dan “SOLANDEVEN 011 dan “FLOCK

MENTALITY 012” yang telah memberi dukungan dan bantuan.

15.Adinda junior, “ANT014” dan “RANTAI015” yang telah yang telah

memberi dukungan dan bantuan

16. Lusiana Patu Rerung , Restiani, Noviyanti Sombolinggi, Jisril Palayukan,

Sertin Rambu langi, Airin, Arisman , Muh. Danial, Makmur , Arung

Bandong, Aan Ardiyansyah, Ikram Muing, Noverius Tangketasik ST dan

Meldi T Lawai yang selalu memberikan perhatian dan motivasi selama

pembuatan skripsi saya.

17. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan, namun telah banyak

memberikan bantuan dalam proses penelitian, penyusunan skripsi dan

penyelesaian studi.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca diperlukan demi perbaikan

kedepannya. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kemajuan di dunia pendidikan, khususnya di bidang ilmu peternakan.

ABSTRAK

OFIR TANGKELANGI (I111 13 335). Penambahan ekstrak daunbidara (Zizipus mauritiana Lam) dalam pengencer Tris-kuning telurterhadap kualitas spermatozoa sapi Bali sebelum penyimpanan beku.Dibimbing oleh Prof. Abdul Latief Toleng sebagai pembimbing utamadan Prof. Ambo Ako sebagai pembimbinganggota.

Kualitas spermatozoa sangat sulit dipertahankan sebelum prosespenyimpanan beku dikarenakan membran spermatozoa banyakmengandung lemak tak jenuh yang sangat rentan terhadap reaksiperoksidasi lipid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipenambahan ekstrak daun bidara (Zizipus mauritiana Lam) dalampengencer Tris-kuning telur dengan maksud untuk mempertahankankualitas spermatozoa sapi Bali. Penampungan semen sapi dilakukansekali dalam seminggu selama 5 minggu. Semen yang ditampung dibagikedalam lima perlakuan pengencer yakni pengencer Tris-kuning telur(TKT), Andromed®, dan penambahan ekstrak daun bidara (Zizipusmauritiana Lam) dengan dosis masing-masing 25%; 50% dan 75%dalam pengencer TKT. Parameter yang diamati pada penelitian iniadalah motilitas individu, motilitas progresif semen sapi Bali. Data yangdiperoleh dianalisa dengan menggunakan ANOVA dan Uji T. Hasilpenelitian ini menunjukan bahwa seluruh perlakuan penambahan ekstrakdaun bidara dalam pengencer TKT memberi pengaruh terhadappersentase motilitas individu, motilitas progresif semen sapi Bali.ekstrak daun bidara (Zizipus mauritiana Lam) dalam pengencer Tris-kuning telur tidak dapat menekan penurunan nilai motilitas individu danprogresif spermatozoa dalam semen sapi Bali.

Kata kunci: Ekstrak daun bidara (Zizipus mauritiana Lam), Tris-kuningtelur, Motilitas Individu, Motilitas Progresif Spermatozoa

ABSTRACT

OFIR TANGKELANGI (I111 13 335). Addition of Bidara Leaf Extract (Zizipusmauritiana Lam) in Tris-Yellow Egg Diluent on Spermatozoa Quality of BaliCows Before Frozen Storage. Under the supervision of Abdul Latief Toleng andAmbo Ako.

The quality of spermatozoa is very difficult to maintain before the frozenstorage process due to the large spermatozoa membrane containing unsaturatedfats which are particularly susceptible to lipid peroxidation reactions. The aim ofthis study was to determine addition of bidara leaf extract (Zizipus mauritianaLam) in Tris-yolk egg with a view to maintaining the spermatozoa quality of Balicows. Sement shelters of cows were conducted once a week for 5 weeks. Thesemen was divided into five diluent treatments: Tris-yolk (Tris-yolk) (TKT),Andromed® (Tris-yolk), and addition of bidara leaf extract (Zizipus mauritianaLam) with 25% dosage; 50% and 75% in TKT diluents. The parameters observedin this study were individual motility, progressive motility of Balinese semenbefore and after equilibation. The data obtained were analyzed using ANOVA andT-test. The results of this study showed that all treatment of addition of bidara leafextract in TKT diluent gave effect to individual motility percentage, progressivemotility of Bali cows cement. Leaf extract of Bidara (Zizipus mauritiana Lam)Tris-yolk egg Diluent can not suppress the decrease of individual motility valueand progressive spermatozoa in Bali cows semen.

Keywords : Bidara Leaf Extract (Zizipus mauritiana Lam), Tris-Yolk Egg,Individual

Motility, Progressive Motility Spermatozoa

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI.......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

PENDAHULUAN

Latar belakang............................................................................................ 1

Rumusan masalah....................................................................................... 3

Tujuan dan kegunaan penelitian................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Reproduksi Sapi Bali.................................................... 5

Inseminasi Buatan pada Sapi .................................................................... 5

Peran Bahan Pengencer pada Semen Sapi ................................................. 6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Semen Sapi ......................... 7

Upaya Pencegahan Penurunan Kualitas Semen Sapi................................. 8

Antioksidan di Dalam Bahan Pengencer.................................................... 9

Kandungan Nutrisi yang Terdapat dalam Daun Bidara dan Potensinya

Terhadap Kualitas Semen Sapi Bali......................................................... 12

METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat ................................................................................ 14

Materi penelitian .................................................................................. 14

Prosedur kerja....................................................................................... 14

Paramater yang diamati........................................................................ 17

Analisis data......................................................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Semen Segar Sapi Bali pada lima Kali Penampungan .. 21

Persentase Motilitas Individu............................................................... 23

Motilitas Spermatozoa Semen Sapi Bali yang Diekuilibrasi ............... 25

Persentase Motilitas Progresif.............................................................. 28

Motilitas Progresif Spermatozoa Semen Sapi Bali yang Diekuilibrasi 31

PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................... 33

Saran..................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

No. HalamanTeks

1. Karakteristik semen sapi. ........................................................................... 5

2. Kompsisi zat kimia dan kandungan nutirisi dalam 100 ml semen sapi ..... 6

3. Karakteristik Tris (Hydroxymethyl aminomethane)................................... 7

4. Kandungan kimiawi tanaman Zizipus mauritiana Lam.............................. 14

5. Karakteristik Semen Segar Sapi Bali pada lima Kali Penampungan ........ 21

6. Persentase Motilitas Individu Spermatozoa .............................................. 23

7. Persentase MotilitasProfresif Spermatozoa ............................................. 28

DAFTAR GAMBAR

No. HalamanTeks

1. Gambar 1. Daun Tanaman Bidara Zizipus mauritiana Lam...................13

2. Gambar 2.Motilitas Spermatozoa Semen Sapi Bali yang Diekuilibrasi...26

3. Gambar1.Motilitas Progresif Semen Sapi Bali yang Diekuilibrasi..........31

1

PENDAHULUAN

Usaha ternak sapi potong di Indonesia membutuhkan perhatian khusus

dalam upaya mempertahankan dan menunjang peningkatan populasi, dimana

teknologi tepat guna dibidang reproduksi dan pakan diterapkan secara mudah

dan efisien. Penggunaan Inseminasi Buatan (IB) dalam optimalisasi usaha

peningkatan efisiensi reproduksi diantaranya adalah mengupayakan setiap

sapi induk mampu menghasilkan anak setiap tahun dengan jenis kelamin

sesuai keinginan (Pamungkas, dkk.,2004).Inseminasi buatan telah banyak

dilakukan terutama pada sapi perah, tetapi kebuntingan masih tergantung pada

keberhasilan pengembangan teknologi semen selain pada faktor manusia

(peternak dan inseminator) (Goldman, et al., 1991; Graham, 1994).

Kualitas semen sebagai salah satu faktor penting dalam keberhasilan

IB dipengaruhi oleh proses pengolahan semen mulai dari penampungan,

pengenceran, ekuilibrasi, pembekuan semen dan thawing. Pada inseminasi

buatan, kualitas semen beku setelah thawing harus mempunyai motilitas

minimal 40% (Toelihere, 1997).

Maxwell dan Watson (1996) berpendapat bahwa kematian

spermatozoa terjadi karena membran plasma spermatozoa banyak

mengandung lemak tak jenuh yang sangat rentan terhadap reaksi peroksidasi

lipid. Menurut Suryohudoyo (2000), membran plasma merupakan bagian sel

yang paling rentan mengalami kerusakan akibat reaksi radikal bebas. Karena

dua dari tiga komponen utama membran plasma sel yakni fosfolipida dan

glikolipida mengandung asam lemak tak jenuh (seperti asam linoleat,

linolenat, dan arakidonat) yang sangat rawan terhadap senyawa radikal bebas.

2

Menurut Maxwell dan Watson (1996), reaksi peroksida lipid yang dapat

merusak spermatozoa dalam proses pengolahan semen terjadi karena kontak

antara semen dan oksigen (O2) yang menghasilkan radikal bebas dan

hidrogen peroksida. Reaksi radikal bebas dengan asam lemak tak jenuh akan

menghasilkan lipid peroksida yang merusak dan dapat menurunkan tingkat

motilitas serta daya hidup spermatozoa.Karyadi (1997) berpendapat bahwa

radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil

karena mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan sehingga

untuk memperoleh pasangan elektron, senyawa ini bereaksi dengan atom atau

molekul lain seperti asam lemak tidak jenuh, protein, asam nukleat atau

lipopolisakarida yang berakibat akanmenimbulkan senyawa yang tidak

normal.

Feradis (2009) menyatakan bahwa upaya untuk meminimalkan

kerusakan membran spermatozoa akibat peroksidasi lipid selama proses

pendinginan dapat dilakukan dengan penambahan antioksidan pada bahan

pengencer. Halliwell dan Gutteridge (1999) menyatakan bahwa antioksidan

adalah suatu senyawa yang pada konsentrasi rendah dihadapkan pada substrat

yang dapat dioksidasi dan secara nyata menunda atau menghambat oksidasi

dari substrat tersebut. Menurut Wijaya (1996), senyawa-senyawa yang

bersifat antioksidan dapat berupa senyawa fenol, β-caroten, vitamin C dan

vitamin E. Chinoy, et al., (1991) dan Combs (1992) menyatakan bahwa

vitamin C (asam askorbat) merupakan salah satu vitamin bersifat antioksidan

yang mampu menangkap radikal bebas danmencegah terjadinya kerusakan

peroksidatif yang berpengaruh terhadap viabilitas dan fertilitas spermatozoa.

Aggarwal, et al., (2005) menyatakan bahwa vitamin E (tokoferol) berperan

3

sebagai antioksidan yang dapat melindungi kerusakan membran plasma

spermatozoa akibat radikal bebas.Meindrawan (2012) menyatakan bahwa

senyawa fenol adalah senyawa kimia yang dapat meredam reaksi radikal

bebas yang terjadi di dalam tubuh.Hendrasty (2003) berpendapat bahwa β-

caroten sebagai prekursor vitamin A yang dapat mencegah berapa penyakit

seperti rabun senja, penurunan kesehatan reproduksi dan bebarapa penyakit

lainnya.Lucas dan Richard (1978) berpendapat bahwa seng (Zn) dan

magnesium (Mg) sangat penting untuk kesehatan reproduksi, terutama untuk

kelenjar prostat. Tumbuhan dapat menjadi sumber antioksidan yang potensial

dan perlu dieksplorasi lebih lanjut untuk mendapatkan alternatif senyawa

penangkap radikal bebas yang aman dan mempunyai aktivitas besar

(Robinson, 1975). Kandungan senyawa kimia dari tanaman bidara Zizipus

mauritiana Lam dapat menghambat atau memperlambat proses oksidasi

radikal bebas sehingga diindikasikan dapat mempertahankan kualitas

spermatozoa.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam proses penyimpanan

semen beku adalah bagaimana mempertahankan kualitas spermatozoa selama

proses penyimpanan. Kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas dan

peroksida lipid ini dapat menurunkan tingkat motilitas dan daya hidup

spermatozoa sehigga dapat menurunkan kualitas spermatozoa.Tumbuhan

dapat menjadi sumber antioksidan yang potensial. Kandungan senyawa kimia

dari daun bidara dapat menghambat atau memperlambat proses oksidasi

radikal bebas sehingga diindikasikan dapat mempertahankan kualitas

spermatozoa.

4

Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa ekstrak daun bidara

dapat menjadi alternatif bahan alami yang dapat ditambahkan pada media

pengencer yang dapat menjaga dan mempertahankan kualitas semen segar

sapi Bali.

Kegunaan penelitian ini dapat menemukan alternatif bahan alami yang

tepat untuk dijadikan alternatif untuk ditambahkan pada media pengencer

sehingga dapat menjaga dan mempertahankan kualitas semen segar sapi Bali.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Reproduksi Sapi Bali

Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi lokal Indonesia yang memiliki

keunggulan antara lain mempunyai angka pertumbuhan yang cepat, adaptasi

dengan lingkungan yang baik dan penampilan reproduksi yang baik (Oka, 2010).

Darmaja (1980) melaporkan bahwa angka fertilitas sapi Bali cukup baik yaitu

berkisar antara 83-86%. Fatah (1998) melaporkan bahwa sapi Bali yang

dipelihara pada daerah kering di Timor memiliki angka fertilitasnya sampai 75%

dan di Sulsel sampai 82% (Wardoyo, 1950).

Inseminasi Buatan pada Sapi Bali

Sejak tahun 50-an inseminasi buatan menjadi program teknologi

reproduksi ternak yang efektif (Susilawati, 2011).Perkawinan dengan cara IB

dilaksanakan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak baik secara

kualitatif maupun kuantitatif (Toelihere, 1981).Melalui aktivitas IB, semen sapi

bisa dibentuk dan disimpan dalam keadaan beku sehingga bisa dipertahankan

kualitasnya bahkan sampai bertahun-tahun (Colenbrander, et al.,

1993).Karakteristik dari semen sapi disajikan pada tabel 1.

Tabel 1.Karakteristik Semen Sapi (Hafez, 2000).

No Karakteristik Nilai

1 Volume ejakulasi (ml) 5–8

2 Konsentrasi spermatozoa (106/ml) 800–2000

3 Spermatozoa/ejakulasi (109) 5–15

4 Spermatozoa motil (%) 40–75

5 Morfologi spermatozoa normal (%) 65–95

6 pH 6,4–7,8

6

Kompsisi zat kimia dan kandungan nutirisi dalam100 ml semen sapi

disajikan pada tabel 2.

Tabel 2.Kompsisi Zat Kimia dan Kandungan Nutirisi dalam 100 ml Semen

Sapi (Amin, dkk., 1999).

No Kandungan Nutrisi Nilai Nutrisi

1 Protein 6,8 g

2 Klorida 248,00 mg

3 Kalsium 25,00 mg

4 Vitamin C 14,29 mg

5 Asam sitrat 720,00 mg

6 Posfor 47,00 mg

7 Indeks fruktolisis 1,99 mg

Peran Bahan Pengencer pada Semen Sapi

Penambahan bahan pengencer pada semen sapi bertujuan untuk

menyediakan sumber energi bagi spermatozoa, sehingga menjamin

kelangsungan hidup spermatozoa selama penyimpanan atau pembekuan. Syarat

penting bahan pengencer spermatozoa adalah mampu menyediakan zat-zat

makanan sebagai sumber energi, mencegah terjadinya cold shock sewaktu

penyimpanan dan pembekuan serta menjaga pH dan tekanan osmotik yang sama

dengan spermatozoa (Salisbury dan Vandemark, 1985).

Tris (Hydroxymethyl aminomethane) digunakan sebagai salah satu bahan

pengencer pada pembekuan semen terdiri atas 2-Amino-2-(hydroxymethyl)-1,3-

propanediol (Anonim, 2016) memiliki toksisitas rendah dan sistem penyangga

yang baik dengan cara mempertahankan pH, tekanan osmotik dan keseimbangan

elektrolit (Affandi, dkk., 1998), mengikat butir-butir lemak, sumber energi,

7

melindungi sel spermatozoa dari cold shock dan dapat mempertahankan daya

hidup sel spermatozoa selama proses pengawetan (Bearden dan Fuquay, 1984).

Karakteristik dari Tris (Hydroxymethyl aminomethane) disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Tris (Hydroxymethyl aminomethane) (Anonim, 2016).

No Karakteristik Nilai

1 Uji kadar logam 99,8–100,1%2 Campuran ≤2% air3 pH 7–94 Konstanta disosiasi asam (25°C) 8,1

5 Titik didih219–220°C/10mmHg(lit.)

6 Titik leleh 167–172°C(lit.)7 Cation traces Fe: ≤5 ppm

Heavy metals (as Pb):≤5 ppm

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Semen Sapi

1. Jenis Pengencer yang Digunakan

Jenis pengencer terdiri dari pengencer anorganik (seperti NaCl, Na-

Sitrat, Ringer, Na-Fosfat dan lain-lain) pengencer organik (air susu, santan

kelapa dan air kelapa) dan gabungan antara organik dengan anorganik (seperti

Tris-kuning telur (TKT), Fosfat-kuning telur (FKT), Sitrat-kuning telur (SKT)

dan lain-lain) (Hawk, 1965).

Tris-kuning telur (TKT) terdiri dari Tris-aminomethan, asam sitrat

monohidrat, kristal glukosa, kuning telur, penicillin, strepromycin dan

aquabidest. Tris aminomethan berfungsi sebagai buffer dan mempertahankan

tekanan osmotik serta keseimbangan elektrolit pada sel spermatozoa.Kuning

telur berfungsi melindungi sel spermatozoa terhadap cold shock dan sebagai

sumber energi bagi spermatozoa (Triana, 2005).

8

2. Bahan Dasar Pengencer

Syarat penting yang harus dimiliki oleh pengencer semen menurut

Toelihere (1981) adalah murah, sederhana, praktis tapi punya daya preservasi

yang tinggi, mengandung unsur yang sifat fisik dan kimianya sama dengan

semen, tidak mengandung racun bagi spermatozoa serta saluran kelamin ternak

betina.

Menurut Partodiharjo (1992), beberapa bahan pengencer yang telah

dilaporkan dari beberapa hasil penelitian adalah Sitrat-kuning telur, Fosfat-

kuning telur, susu masak dan Tris-aminomethan.

3. Proses Oksidasi

Menurut Wesley (1989), kebanyakan proses oksidasi biokimia

mempunyai daerah pH efektif yang relatif sempit yaitu pada nilai 5–9 dengan

kondisi optimum pada pH 6,5–8,5. Raharjo (2006) dan Valencia, et al., (2006)

menyatakan mekanisme oksidasi asam lemak yang menghasilkan peroksida

lemak dapat terjadi dengan beberapa reaksi yaitu autooksidasi oleh radikal

bebas, fotooksidasi, dan reaksi yang melibatkan enzim. Pokorny, et al., (2001)

dan Kolalowska (2003) menyatakan bahwa stabilitas oksidasi lemak dipengaruhi

oleh faktor internal dan eksternal, seperti komposisi asam lemak, kandungan

prooksidan dan antioksidan, iradiasi, suhu, oksigen, luas permukaan yang kontak

dengan oksigen, tingkat pengolahan, dan kondisi penyimpanan.

Upaya Pencegahan Penurunan Kualitas Semen Sapi

1. Memilih Bahan Pengencer yang Berkualitas

Menurut Salisbury dan VanDemark (1985), pengencer yang baik harus

memberikan imbangan unsur mineral yang dibutuhkan untuk kehidupan

spermatozoa, menyediakan bahan makanan bagi spermatozoa untuk proses

9

metabolismenya, memiliki lipoprotein atau lesitin untuk melindungi sel

spermatozoa terhadap kejutan dingin (cold shock) dan bebas dari substansi

produk kuman-kuman atau organisme penyakit menular yang berbahaya bagi

spermatozoa.

2. Mencegah Proses Oksidasi

Menurut Goldman,et al., (1991), aktifitas spermatozoa semen yang

dibekukan pada temperatur -196ºC akan menurun karena 30% spermatozoa

akan mati selama proses pendinginan (cold shock) dan pembekuan. Reaksi

peroksidasi lipid dapat dihambat dengan penambahan antioksidan, yakni suatu

zat yang dapat mengikat senyawa radikal bebas (Wijaya, 1996).

Antioksidan di dalam Bahan Pengencer

Konsentrasi rendah dihadapkan pada substrat yang dapat dioksidasi dan

secara nyata menunda atau menghambat oksidasi dari substrat tersebut

(Halliwell dan Gutteridge, 1990). Antioksidan berfungsi melindungi sistem

biologi terhadap suatu efek yang berpotensi merusakkan dari suatu proses atau

reaksi yang menyebabkan oksidasi yang meluas (Lenzi, et al., 2002). Menurut

Wijaya (1996), senyawa-senyawa yang bersifat antioksidan diantaranya dapat

berupa asam fenol, flavonoid, polifenol, β-caroten, vitamin C, vitamin E, dan

likopen.

Menurut Maxwell dan Watson (1996), penambahan antioksidan dalam

pengencer semen dilakukan untuk meminimalisir atau menekan kerusakan

membran spermatozoa akibat radikal bebas. Hasil penelitian Feradis (2009)

diperoleh kadar penambahan Vitamin E sampai dosis 0,2 gram/100 ml

pengencer mampu meningkatkan kualitas semen beku domba St. Croix. Hasil

10

penelitian Herdis, dkk., (2009) diperoleh kadar penambahan vitamin E sampai

dosis 0,4 g/100 ml pengencer cenderung meningkatkan persentase motilitas,

daya hidup dan membran plasma utuh spermatozoa namun belum mampu

mempertahankan kualitas semen cair domba Garut. Hasil penelitian diperoleh

kadar penambahan vitamin C sampai dosis 0,2 g/100 ml pengencer dapat

meningkatkan kualitas semen beku kuda dan kelinci (Yousef, et al., 2003).

Hasil penelitian Payaran, dkk., (2014) diperoleh pemberian Zn sampai dosis

0,003 g/1 ml pengencer dapat meningkatkan konsentrasi dan motilitas

spermatozoa mencit. Hasil penelitian Widhayari, dkk., (2015) diperoleh

penambahan mineral sebesar 60 ppm dalam pakan dapat meningkatkan

konsentrasi spermatozoa sapi Frisian Holstein (FH). Hasil penelitian Siahaan,

dkk., (2012) diperoleh penambahan β-caroten sampai dosis 0,002 g/ 1 ml

pengencer dapat meningkatkan motilitas dan daya hidup spermatozoa sapi Bali

post thawing. Hasil penelitian McDowell (1985) diperoleh kekurangan

konsentrasi magnesium (Mg) sampai 1,8 mg/100 ml dalam darah dapat

menyebabkan penurunan daya produksi pada sapi dan meningkatkan kepekaan

terhadap infeksi penyakit.

Peran Antioksidan dalam Bahan Pengencer

Kematian spermatozoa yang tinggi pada proses pengolahan semen

menurut Herdis (2005) disebabkan oleh rusaknya membran plasma

spermatozoa akibat peroksida lipid. Maxwell dan Watson (1996) juga

berpendapat bahwa. Kematian spermatozoa terjadi karena membran

spermatozoa banyak mengandung lemak tak jenuh yang sangat rentan terhadap

reaksi peroksidasi lipid. Reaksi peroksida lipid yang dapat merusak

spermatozoa dalam proses pengolahan semen terjadi karena kontak antara

11

semen dan oksigen (O2). Proses tersebut dapat menghasilkan radikal bebas dan

hidrogen peroksida. Radikal bebas jika bereaksi dengan asam lemak tak jenuh

akan menghasilkan lipid peroksida.

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi

oksidasi, dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif.

Salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif adalah radikal bebas, senyawa ini

terbentuk di dalam tubuh dan dipicu oleh bermacam-macam faktor (Winarsi,

2007). Serangan radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya akan

menyebabkan terjadinya reaksi berantai, yang kemudian menghasilkan

senyawa radikal baru. Dampak reaktivitas senyawa radikal bebas mulai dari

kerusakan sel atau jaringan.

Jenis antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alami dan antioksidan

sintetik. Antioksidan alami banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan, sayur-

sayuran, dan buah-buahan, sedangkan yang termasuk dalam antioksidan

sintetik, yaitu butyl hidroksilanisol (BHA), butyl hidroksitoluen (BHT),

propilgallat, dan etoksiquin (Cahyadi, 2006). Maxwell and Watson (1996)

menyatakan bahwa penambahan oksidan dalam pengencer semen dilakukan

untuk meminimalisir atau menekan kerusakan membran spermatozoa akibat

radikal bebas . Wijaya (1996) mengklasifikasikan senyawa-senyawa yang

bersifat antioksidan diantaranya berupa asam fenol, flavonoid, polifenol, ,

vitamin C, vitamin E, beta caroten dan likopen.

Terdapat tiga macam mekanisme kerja antioksidan pada radikal bebas,

yaitu:

12

a. Antioksidan primer yang mampu mengurangi pembentukan radikal bebas baru

dengan cara memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang

lebih stabil.

b. Antioksidan sekunder berperan mengikat radikal bebas dan mencegah

amplifikasi senyawa radikal.

c. Antioksidan tersier berperan dalam mekanisme biomelekuler, seperti

memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas

(Kartikawati, 1999).

Kandungan Nutrisi yang Terdapat dalam Daun Bidara dan Potensinya

Terhadap Kualitas Spermatozoa Sapi

Bidara adalah sejenis pohon kecil berduri dan penghasil buah yang tumbuh

di daerah kering. Tanaman ini tumbuh tegak atau menyebar dengan cabang-

cabangnya yang menjuntai, letak rantingnya simpang siur dan daun-daun

penumpunya berupa duri. Daun tanaman ini termasuk daun tunggal yang

letaknya berseling.

Gambar 1. Daun Tanaman Bidara Zizipus mauritiana Lam(Goyal et al.,2012)

Kandungan gula dalam daun bidara adalah laktosa, glukosa, galaktosa,

arabinosa, xilosa dan rhamnosa, dan juga berisi empat glikosida saponin.

Kandungan flavonoid tertinggi ditemukan dalam daun (0,66%). Terdapat

13

kandungan quercetin 3-O-rhamnoglucoside 7-O-rhamnoside yang merupakan

senyawa flavonoid utama pada semua bagian tanaman. Komposisi kimia

tanaman bidara terbukti sangat kompleks dan lengkap, selain alkaloid, terdapat

zizyphine-F, jubanine-A dan amphibine-H, sebuah peptida baru alkaloid

spinanine-A telah diisolasi dari kulit batang pohon bidara. Spinanine-A adalah

salah satu dari 14 jenis cyclopeptide alkaloid jenis amphibine-B (Goyal et

al.,2012).

Tabel. 4. Kandungan kimiawi tanaman Zizipus mauritiana Lam(Goyal etal.,2012)

14

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2017, bertempat di

Samata Integrated Farm, Kecamatan Samata, Kabupaten Gowa dan

Laboratorium Reproduksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas

Hasanuddin.

Materi Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: satu ekor Pejantan

sapi Bali umur sekitar 6 tahun, ekstrak daun Bidara, vaselin, tissue, air hangat

suhu 50°C – 60°C aquades, kertas saring, larutan eosin dan pengencer

andromed.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : vagina buatan ,

Computer Assisted Sperm Analysis (CASA), water bath, mikroskop sperm

vision, PH meter, handycounter, vortex, haematocytometer, timbangan digital,

termometer, pipet, object glass, cover glass, ember, kulkas, dan tabung reaksi.

Sampel semen dibagi dalam tiga perlakuan dan dua kontrol (positif dan

negatif) dengan masing-masing lima kali ulangan adapun sebagai berikut :

P01 : Andromed 100% (kontrol positif)

P02 : TKT (Tris-kuning telur)100% (kontrol negatif)

P1 : TKT (Tris-kuning telur) 75% + ekstrak daun Bidara 25%

P2 : TKT (Tris-kuning telur) 50% + ekstrak daun Bidara 50%

P3 :TKT (Tris-kuning telur) 25% + ekstrak daun Bidara 75%

Prosedur Kerja

Alur kerja penelitian penambahan ekstrak daun Bidara dalam bahan

pengencer Tris-kuning telur terhadap kualitas semen segar sapi Bali.

15

1. Sterilisasi Alat dan Bahan

Proses sterilisasi dilakukan dengan mencuci alat-alat yang akan

digunakan dengan menggunakan lap basah dan sabun cuci, setelah itu dibilas

dengan menggunakan aquadest lalu dikeringkan selama beberapa menit. Alat

yang telah bersih, kemudian dibungkus dengan menggunakan kertas bersih

setelah itu disterilisasi di dalam autoklaf bersuhu 121°C selama 30 menit.

2. Proses EkstraksiDaun Bidara

Daun Bidara dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, lalu diangin-anginkan

ditempat yang terlindung dari cahaya matahari kemudian dikeringkan dengan

menggunakan oven selama 48 jam. Digiling hingga membentuk serbuk.

Menimbang ekstrak daun bidara sebanyak 5 gr dan memasukkan dalam gelas

ukur yang sudah terdapat larutan aquabidest sebanyak 150 ml, lalu diaduk

selanjutnya disaring dengan menggunakan kertas saring. Cairan yang

dihasilkan diuapkan sampai diperoleh ekstrak yang kental. Ekstrak yang telah

jadi disentrifuge selama 15 menit agar terpisah endapan dan cairan, kemudian

disimpan pada lemari pendingin.

3. Pengambilan Semen

Pengambilan semen dilakukan dengan menggunakan vagina buatan

yang dilakukan2 kali seminggu pada pagi hari. Kemudian dimasukkan di

waterbath untuk menjaga suhu semen 37oC lalu di lihat secara mikroskopis

dan makroskopis.

16

4. Proses Pembuatan Pengencer Tris-Kuning Telur (TKT)

a. Menimbang 3,634 gr kristal Tris (Hydroximethyl aminomethane); 0,50

gr kristal glukosa dan 1,99 gr asam sitrat kemudian dimasukkan

kedalam labu ukur 100 ml, lalu menambahkan aquabidest sampai

mencapai 100 ml, kemudian dihomogenkan selama 15 menit.

b. Memasukkan larutan no.1 kedalam panci berisi air, lalu dipanaskan

hingga mendidih kemudian dibiarkan di ruangan bersuhu 37°C.

c. Menyiapkan 20 ml kuning telur.

d. Menyiapkan 80 ml larutan no. 2 dalam beacker glass 100 ml, lalu

menambahkan kuning telur 20 ml sampai mencapai 100 ml, kemudian

diaduk sekitar 30- 60 menit hingga larutan menjadi homogen

e. Menambahkan 100.000 i.upenicillindan 100 mg streptomicyndalam

larutan no. 4, kemudian dihomogenkan selama 15 menit.

f. Menyimpan larutan no. 5 pada suhu 37°C.

g. Pengencer Tris-kuning telur (TKT) siap digunakan.

h. Menambahkan gliserol 6% pada saat pengencer digunakan (saat

ekuilibrasi).

5. Proses Pengenceran Semen

Proses pengenceran semen dilakukan dengan cara memasukkan

pengencer melalui dinding tabung erlenmeyer yang berisi semen secara perlahan

hingga seluruh pengencer tercampur homogen. Pencampuran antara semen

segar dan pengencer dilakukan pada suhu kamar atau menggunakan waterbath

bersuhu 37oC.

17

6. Penambahan Ekstrak Daun Bidara pada Bahan Pengencer Tris-KuningTelur

Penambahan ekstrak daun Bidara dilakukan dengan memasukkan ekstrak

daun Bidara kedalam masing-masing tabung perlakuan yang telah diberi semen

dan pengencer Tris-kuning telur (TKT).

7. Proses Ekuilibrasi

Proses ekuilibrasi dilakukan setelah masing-masing sampel semen

dicampur dengan bahan pengencer dan ekstrak daun Bidara pada gelas

erlenmeyer yang telah diberi label perlakuan (P) berlangsung selama 2 jam di

dalam lemari pendingin (refrigerator) yang telah diatur pada suhu konstan 5oC.

Selama proses ekuilibrasi berlangsung di dalam lemari pendingin (refrigerator),

sampel semen pada setiap perlakuan pengencer Tris-kuning telur (TKT) dan

ekstrak daun Bidara, kemudian ditambahkan gliserol sebanyak 7% dari total

volume pengencer secara perlahan-lahan melalui dinding gelas erlenmeyer

(proses gliserolisasi) sampai seluruhnya tercampur merata.

Parameter yang Diamati

Parameter yang akan diamati dalam penelitian ini adalah persentase

motilitas spermatozoa dan persentase spermatozoa hidup.

1. Pengamatan Presentase Motilitas Spermatozoa

Penilaian motilitas individu dilakukan pada spermatozoa yang bergerak

progresif kedepan. Pergerakan mundur, melingkar dan sprematozoa yg diam di

tempat tidak terhitung (Feradis, 2010) sebagai berikut;

0 : Gerakan berputar di tempat;

1 : Gerakan berayun atau melingkar, kurang dari 50% bergerak progesif

dan tidak

18

ada gelombang;

3 : Antara 50% sampai 80% spermatozoa bergerak progresif dan

menghasilkan

gerakan massa;

4 : Pergerakan progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang

dengan

90% sperma motil;

5 : Gerakan yang sangat progresif, gelombang yang sangat cepat,

menunjukan 100 motil aktif.

Penilaian motillitas individu spermatozoa dalam bentuk presentase

spermatozoa yang bergerak menurut(Toelihere, 1993; Garner dan Hafez, 2008;

Bayemi, et al., 2010; Susilawati, 2013).

2. Pengamatan Presentase Spermatozoa Hidup

Cara menghitung persentase viabilitas sepermatozoa dilakukan metode

pewarnaan diferensial, yaitu menghitung spermatozoa yang hidup

(spermatozoa yang tidak berwarna) dan menghitung spermatozoa yang mati

(spermatozoa yang berwarna merah) (Toelihere, 1993; Bansal dan Bilaspuri,

2008; Susilawati, 2011; Ducha, dkk., 2013).Feradis (2010) menyatakan bahwa

zat warna yang digunakan adalah eosin atau eosin negrosin dalam takaran yang

telah ditentukan. Semen segar dicampur dengan zat warna, zat eosin akan akan

mewarnai mewarnai sel spermatozoa yang mati menjadi merah atau merah

muda, sedangkan sel spermatozoa yang hidup tetap tidak berwarna.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap)

menggunakan sampel semen sapi Bali umur 3 – 4 tahun sebanyak satu ekor.

19

Sampel semen tersebut dibagi dalam tiga perlakuan dan dua kontrol (positif

dan negatif) .

Dengan model linier Rancangan Acak Lengkap adalah:

Yij = u + i + ij

Keterangan

Yij : Pengamatan pada perlakuan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

u : Rata-rata umum pengamatan

i : Pengaruh perlakuan ke-i

ij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis

keragaman ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui pengaruh

perlakuan. Bila perlakuan memperlihatkan pengaruh yang nyata, mak

dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) (Steel dan Torrie, 1991).

Analisis Regresi LinierSederhana

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kedua variabel, peneliti

menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Analisis regresi linier

dapat digunakan untuk mengetahui perubahan pengaruh yang akan terjadi

berdasarkan pengaruh yang ada pada periode waktu sebelumnya. Untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh yang diperkirakan antara level penambahan

bahan pengencer ekstrak daun bidara (25%; 50%; dan 75%); denganlama

waktu penyimpanan (ekuilibrasi 1 hari; 2 hari; 3 hari; dst) dilakukan dengan

rumus regresi linier sederhana, yaitu sebagai berikut :

Y’ = a + bX

20

Keterangan:

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X = Variabel independen

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Semen Segar Sapi Bali pada Lima Kali Penampungan

Karakteristik semen segar sapi Bali pada lima kali penampungan disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5.Karakteristik Semen Segar Sapi Bali pada Lima Kali Penampungan.

KarakteristikPenampungan ke- Rata- Standar

rataI II III IV VVolume semen(ml) 5 5 5 5 5 5 4–8a

Motilitasindividu 73,9 70,4 88,2 83,3 82,2 79,6 40–75b

(%)Motilitasprogresif 68,8 57,9 71,5 67,7 70,9 67,3 50–80a

(%)

Sumber:aToelihere (1981);

bRochmiati (1997);

cHafez (2000).

Pada Tabel 5, terlihat 4 karakteristik semen segar sapi Bali pada lima

kali penampungan yaitu pengamatan volume semen (ml), penilaian persentase

(%) motilitas individu, persentase motilitas progresif. Nilai rata-rata volume

semen sapi Bali pada lima kali penampungan adalah 5 ml dan sesuai dengan

pendapat Hafez (2000) bahwa sapi mengejakulasikan semen segar dengan

volume minimal 4 ml.

Nilai rata-rata persentase motilitas individu sapi Bali pada lima kali

penampungan adalah 79,6 %. Nilai ini sesuai dengan pendapat Rochmiati

(1997) bahwa nilai motilitas individu spermatozoa pada semen sapi yang

dianggap baik adalah minimal 40%. Nilai motilitas individu tertinggi pada

penampungan ke-IV yaitu sebesar 83,3 %. Hal ini dapat disebabkan oleh pakan

yang diberikan ke sapi adalah pakan yang masih sangat segar. Fathul dkk.,

(2010) menyatakan bahwa pakan merupakan salahsatu faktor yang dapat

berpengaruh terhadap kualitas semen sapi. Penurunan secara kualitas maupun

kuantitas pakan pada sapi, dapat mempengaruhi kualitas semen yang

22

diejakulasikan. Nilai motilitas individu terendah pada penampungan ke-I yaitu

sebesar 73,9%. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi tubuh sapi yang tidak

dalam keadaan prima dan kondisi kandang yang tidak dalam keadaan cukup

bersih pada saat penampungan semen. Darminto dkk., (2004) menyatakan

bahwa tindakan yang dapat dilakukan dalam menerapkan manajemen

kesehatan ternak adalah menjaga kebersihan tubuh dan kandang ternak. Hasil

penelitian Lukman dkk., (2014) menunjukan persentase nilai motilitas individu

spermatozoa pada semen sapi Bali yang dipelihara di balai inseminasi buatan

(BIB) Kabupaten Banyumulek yaitu diatas 70%.

Nilai rata-rata persentase motilitas progresif sapi Bali pada lima kali

penampungan adalah 67,3%. Nilai ini sesuai dengan pendapat Hafez (2000)

bahwa nilai motilitas progresif spermatozoa pada semen sapi yang dianggap

baik adalah berkisar 50–80%. Nilai motilitas progresif pada penampungan ke-

II lebih kecil dari nilai rata-rata motilitas progresif. Hal ini dapat disebabkan

oleh habisnya energi spermatozoa, kondisi cuaca alam yaitu hujan deras dan

jarak tempuh dari tempat penampungan ke laboratorium pengolahan semen

membutuhkan waktu yaitu sekitar 30 menit yang mengakibatkan terjadinya

proses konsumsi energi secara terus-menerus oleh spermatozoa tanpa adanya

masukan suplai cadangan energi yang baru. Menurut Rizal dkk., (2002)

bahwa suplai energi berupa adenosin triphosphate (ATP) sangat diperlukan

spermatozoa untuk mempertahankan daya gerak spermatozoa. Zenichiro dkk.,

(2002) menyatakan bahwa suhu lingkungan semen dibawah suhu yang

dianjurkan (berkisar 35oC–37oC) dan semakin lama waktu penyimpanan

semen dapat menyebabkan prosesmetabolisme spermatozoa semakin

meningkat. Nilai motilitas progresif tertinggi pada penampungan ke-III yaitu

23

sebesar 71,5%. Hal ini dapat disebabkan adanya perlakuan dari luar yaitu

dengan cara mengisi wadah coolbox dengan es batu. Menurut Danang, dkk.,

(2012), upaya mempertahankan daya fertilitas spermatozoa dapat dilakukan

dengan cara menyimpan semen pada suhu 4–5oC dengan tujuan untuk

menghambat aktivitas metabolisme spermatozoa baik secara fisik maupun

kimia dalam kecepatan yang rendah.

Persentase Motilitas Individu

Persentase motilitas inidividu spermatozoa sapi Bali dengan penambahan

ekstrak ekstrak daun bidara pada pengencer Tris-kuning telur sebelumpenyimpanan beku

disajikan pada tabel 6.

Tabel 6 Persentase Motilitas Inidividu Spermatozoa Sapi Bali denganPenambahan Ekstrak Daun Bidara dalam Pengencer Tris-KuningTelur Sebelum Penyimpanan Beku

PerlakuanPengamatan

Sebelum Ekuilibrasi (%) Setelah Ekuilibrasi(%)P01 76, 35±5,57b 74,30±4,64b

P02 73,51±3.82b 69,85±2,96b

P1 75,25±4,85b 69,73±5,87b

P2 66,44±5,01a 62,17±3,96a

P3 65,29±6,46a 56,41±6,06a

Keterangan:Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan nyata(P<0,05)P01 : Pengencer Andromed®

P02 : Pegencer TKTP1 : Penambahan ekstrak daun bidara sebesar 25% dalam pengencer TKTP2 : Penambahan ekstrak daun bidara sebesar 50% dalam pengencer TKTP3 : Penambahan ekstrak daun bidara sebesar 75% dalam pengencer TKT

Hasil uji Analysis of Variance (ANOVA) (Lampiran 1) pada Tabel 6,

menunjukan bahwa pada pengamatan sebelum dan setelah ekuilibrasi pada seluruh

perlakuan (Andromed®, pengencer TKT,penambahan ekstrak daun bidara sebesar 25%,

24

50%; dan 75%) dalam pengencer TKT berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap motilitas

individu spermatozoa sapi Bali sebelum penyimpanan beku. Hasil yang didapat serupa

dengan hasil penelitian Savitri (2014) yaitu penambahan berbagai dosis vitamin C pada

pengencer skim kuning telur berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap motilitas individu

pada semen sapi Bali setelah diencerkan. Serupa dengan hasil penelitian Mukminat

dkk., (2014) yaitu penambahan berbagai dosis sumber karbohidrat pada pengencer skim

kuning telur berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap motilitas individu pada semen sapi

Bali setelah ekuilibrasi.

Hasil uji T (T-test independent sample) (lampiran 3) menunjukan bahwa

perbedaan nyata nampak pada perlakuan penambahan ekstrak daun bidara sebesar 25%,

50% dan 75% dalam pengencer TKT pada nilai motilitas individu saat sebelum dan

setelah ekuilibrasi pada semen sapi Bali sebelum penyimpanan beku. Hal ini dapat

disebabkan adanya zat-zat nutrisi dalam ekstrak daun bidara yang dapat memenuhi

kebutuhan energi bagi spermatozoa sehingga dapat memperkecil nilai penurunan

motilitas individu pada setiap fase dalam proses pengolahan semen. Serupa dengan hasil

penelitian Aslam dkk., (2014) yaitu penambahan pengencer Andromed® berbeda

menunjukan perbedaan nyata pada motilitas individu spermatozoa sapi saat sebelum dan

setelah ekuilibrasi. Nilai persentase (%) motilitas individu spermatozoa pada seluruh

perlakuan mengalami penurunan. Selisih persentase nilai penurunan terbesar pada

perlakuan penambahan pengencer ekstrak daun bidara 75 % (P3) yaitu sekitar 8,88%.

Hal ini dapat disebabkan oleh habisnya cadangan energi dan semakin menipisnya zat

penghasil energi bagi spermatozoa dalam media pengencer selama proses pengenceran

dan proses ekuilibrasi. Setiadi dan Julizar (2001) berpendapat bahwa salah satu

penyebab penurunan motilitas individu pada proses pengolahan adalah berkurangnya zat

penghasil energi bagi spermatozoa.

25

Selisih persentase nilai penurunan terkecil pada perlakuan penambahan

pengencer Andromed® yaitu sekitar 2,05%. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya salah

satu zat antioksidan vitamin E, yang jika diberikan dengan dosis yang sesuai dapat

membantu spermatozoa dalam proses metabolisme dan melindungi dari cekaman

cekaman dingin. Menurut Mayes (1995), vitamin E mempunyai kemampuan

memutuskan berbagai rantai reaksi radikal bebas sebagai akibat kemampuannya

memindahkan hidrogen fenolat pada radikal bebas dari asam lemak tidak jenuh ganda

yang telah mengalami peroksidasi.

Selisih nilai penurunan motilitas individu pada perlakuan ditambahkan

pengencer TKT masih lebih rendah dari perlakuan hanyapengencer Andromed®

ditambahkan pengencer TKT. Hal ini menunjukan bahwa diantara seluruh

perlakuan, perlakuan dengan penambahan ekstrakdaun bidara sebesar 25% dalam

pengencer TKT memiliki efek yang hampir sama baik dengan pengencer

Andromed® dalam mempertahankan motilitas individu spermatozoa dibandingkan

perlakuan tanpa penambahan ekstrak daun bidara dalam pengencer TKT dan

penambahan ekstrak sebesar 25% dan 50%. Hasil penelitian Purwati (2012) yaitu

penambahan pengencer Tris-kuning telur dengan dosis yang berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap motilitas individu pada semen cair sapi Bali.

Motilitas Spermatozoa Semen Sapi Bali yang Diekuilibrasi Selama Beberapa Hari

Pemeriksaan motilitas semen dilakukan langsung setelah penampungan,

karena spermatozoa tidak dapat bertahan lama di luar tubuh maka pemeriksaan

semen dilakukan di dalam laboratorium dan diletakkan dalam water bath. Hal ini

dilakukan agar tidak terjadi cold shock. Cold shock biasa terjadi pada spermatozoa

jika sperma mengalami kedinginan mendadak akibat suhu yang lebih rendah dari

suhu testis .

26

Motilitas spermatozoa semen segar sapi Bali ditampung semennya dan

diamati secara mikroskopis selama beberapa hari setelah ditambahkan pengencer

ekstrak daun bidara disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Motilitas Semen Sapi Bali Setelah Beberapa Hari Diekuilibrasi

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa motilitas spermatozoa semen segar sapi

Bali yang digunakan pada penelitian ini memperlihatkan kondisi yang tinggi/baik

yang di mana rata-rata motilitas spermatozoa yakni 74,25 % ( interval: 78,66% –

Per

sent

ase

Mot

ilita

s

Hari

27

69,85 %). Menurut Feradis (2014) penilaian kualitas semen ditentukan dengan nilai 0

sampai 5 yang dimana poin 4: pergerakan progresif yang gesit dan segera

membentuk gelombang dengan 90% sperma motil.Ditambahkan oleh pendapat

Susilawati et al. (2010) bahwa, motilitas semen segar sapi potong berkisar antara 70-

90%. Dari angka tersebut menunjukkan bahwa sapi yang digunakan pada penelitian

ini tergolong dalam sapi yang memiliki tingkat fertilitas yang tinggi dan layak untuk

dijadikan pejantan.

Dari hasil ini persentase motilitas dapat dilihat bahwa interval koleksi

pada penampungan pertama sampai dengan terakhir tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan. Perbedaan dari hasil evaluasi kemungkinan karena

proses spermatogenesis belum sempurna akibat interval koleksi yang dilakukan

terlalu sering. Kondisi ini dapat menyebabkan hasil yang tidak maksimal atau

variatif.Menurut Toelihere (1985) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas

semen yang rendah akan menurunkan angka kebuntingan. Salah satu faktor yang

mempengaruhinya adalah frekuensi ejakulasi. Perlu dilakukan pembatasan

pemakaian seekor pejantan dalam satuan waktu tertentu karena frekuensi

ejakulasi yang terlampau sering dan kontinyu akan menurunkan kuantitas dan

kualitas semen yang di hasilkan. Penurunan motilitas paling tinggi terjadi pada

penambahan ekstrak 75% sebesar 43,75 hal ini terjadi karena penambahan ekstrak

pada pengencer yang berlebihan sehingga membuat semen menjadi

mati.Konsentrasi ekstrak terlalu tinggi dihadapkan pada substrat yang tidak dapat

dioksidasi dan secara nyata mempercepat oksidasi dari substrat tersebut (Halliwell

dan Gutteridge, 1990). Penurunan nilai motilitas terendah terjadi pada

penambahan TKT , Andromed dan penambahan ekstrak daun bidara 50 %

penurunannya antara 39% - 40%. Hal ini terjadi karena kandungan dari pengencer

28

yang dapat menangkal radikal bebas.Salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif

adalah radikal bebas, senyawa ini terbentuk di dalam tubuh dan dipicu oleh

bermacam-macam faktor (Winarsi, 2007).

Persentase Motilitas Progresif

Persentase motilitas progresif spermatozoa sapi Bali dengan penambahan

ekstrak daun bidara pada pengencer Tris-kuning telur sebelum penyimpanan beku

disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Persentase Motilitas Progresif Spermatozoa Sapi Bali denganPenambahan Ekstrak Daun Bidara dalam Pengencer Tris-Kuning TelurSebelum Penyimpanan Beku

Perlakuan PengamatanSebelum Ekuilibrasi(%) Setelah Ekuilibrasi(%)

P01 64,82±4,28c 59,33±3,58b

P02 60,34±4,16bc54,09±2,12b

P1 60,29±5,5bc 54,72±5,01b

P2 54,71±3,06ab 47,47±3,34a

P3 51,27±6,67a 46,28±5,60a

Keterangan:Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata(P<0,05)P01 : Pengencer Andromed®

P02 : Pengencer TKT tanpa ekstrak daun bidara

P1: Penambahan ekstrak daun bidara sebesar 25% dalam pengencer TKTP2: Penambahan ekstrak daun bidara sebesar 50% dalam pengencer TKTP3: Penambahan ekstrak daun bidara sebesar 75% dalam pengencer TKT

Hasil uji ANOVA (Lampiran 2) pada Tabel 7, menunjukkan bahwa

padaSeluruh perlakuan (pengencer TKT, Andromed®

, penambahan ekstrak daun

bidarasebesar 25%, 50%; dan 75%) dalam pengencer TKT berpengaruh nyata

(P<0,05)terhadap motilitas progresif spermatozoa sapi Bali sebelum penyimpanan

beku.Hasilyangdidapatserupadengan pada

hasilpenelitianRodiah(2015)yaitupenambahanpentoksifilin dosis sebesar 15 mm

dan 25 mm pada pengencer Tris-kuning telurtidak berpengaruh (P>0,05) terhadap

29

motilitas progresif sapi Bali setelah diencerkan.Hasil yang didapat serupa dengan

hasil penelitian Rizal(2009) diperolehpenambahanberbagai dosis laktosa

pengencer TKT berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap motilitasprogresif pada

semen sapi Bali setelah ekuilibrasi.

Hasil uji T (lampiran 4) menunjukan bahwa perbedaan nyata nampak pada

perlakuan penambahan ekstrak daun bidara sebesar 25% dan 50% dalam

pengencer TKT pada nilai motilitas progresif saat sebelum dan setelah ekuilibrasi

pada semen sapiBali sebelum penyimpanan beku. Hal ini dapat disebabkan zat

penghasil energi pada ekstrak daun bidaradalam pengencer TKT mampu

menyediakan cadangan energi yang memenuhi kebutuhan energi bagi

spermatozoa untuk bergerak maju progresif kedepan sehingga dapat memperkecil

nilai penurunan motilitas progresif pada setiap fase dalam proses pengolahan

semen. Serupa dengan hasil penelitian Savitri dkk., (2014) yaitu penambahan β-

karoten sebesar 0,002% dalam pengencer berbeda menunjukan perbedaan pada

nilai motilitas progresif spermatozoa sapi Bali sebelum dan setelah pembekuan.

Persentase (%) motilitas progresif spermatozoa sebelum penyimpanan beku pada

perlakuan penambahan pengencer TKT, penambahan pengencer Andromed, dan

perlakuan penambahan ekstrak daun bidara(sebesar 25%, 50%, dan 75%) dalam

pengencer TKT mengalami penurunan. Nilai persentase (%) motilitas individu

spermatozoa pada seluruh perlakuan mengalami penurunan. Selisih persentase

nilai penurunan terbesar pada perlakuan penambahan pengencer ekstrak daun

bidara50% (P2) yaitu sekitar 7,24%. Hal ini dapat disebabkan oleh suhu pada

media pengencer semakin menurun selama proses pengolahan dan proses

metabolisme spermatozoa dalam jumlah cukup besar yang mengakibatkan

cadangan energi dan zat penghasil energi dalam media pengencer cepat

30

berkurang. Hafez (2004) berpendapat bahwa salah satu penyebab penurunan nilai

penurunan daya gerak spermatozoa sapi bali (motilitas dan

progresifitas)merupakan suatu kondisi dimanahabisnya cadangan energi yang

diakibatkan spermatozoa mengalami coldshock selama proses pengolahan.

Perchec et al., (1995) menyatakan bahwa salah satu penyebab penurunan

frekuensi gerak progresif spermatozoa diakibatkan penurunan termperatur suhu

lingkungan selama proses pengolahan. Selisih persentase nilai penurunan terkecil

pada perlakuan penambahan Andromed®

yaitu sekitar 5,49%. Hal ini. Solihati dan

Kune (2009) berpendapat bahwa setiap bahan pengencer yang baik harus dapat

memperlihatkan kemampuannya dalam menghsilkan zat energi untuk

memperkecil penurunan nilai motilitas progresif spermatozoa, sehingga dapat

menyesuaikan dengan lama waktu pengolahan pada semen. Namun selisih

persentase nilai penurunan pada perlakuan penambahan ekstrak daun bidara

(sebesar 50%) dalam pengencer TKT (P2) yaitu sekitar 7,24%, justru lebih besar

dari selisih persentase nilai penurunan pada perlakuan P1. Hal ini dapat

disebabkan oleh dosis penambahan ekstrak daun bidara sebesar 50% tidak cocok

atau melebihi jumlah zat antioksidan yang harus ditambahkan ke media pengencer

TKT, sehingga malah berpotensi menjadi zat atau senyawa yang dapat bersifat

toksik bagi spermatozoa. Menurut Anand (2014), pengencer harus mengandung

unsur-unsur yang sifat fisik dan kimianya sama dengan semen, serta tidak

meracuni spermatozoa.

31

Persentase Motilitas Progresif Semen Sapi Bali yang Diekuilibrasi Selama

Beberapa Hari

Progresif spermatozoa semen segar sapi Bali yang ditampung semennya

dan diamati secara mikroskopis disajikan pada Gambar 3.

Gambar 1. Progresif Semen Sapi Bali setelah beberapa hari diekuilibrasi

Progresif semen sapi Bali yang digunakan pada penelitian ini adalah

tergolong dalam kategori baik yang dimana rata-rata persentase progresif pada

sapi Bali yakni 69,35% hal ini menunjukkan bahwa semen tersebut memiliki

kualitas yang baik. Hasil ini menunjukkan semakin baik hasil kualitas sperma

(motilitas progresif), maka semakin besar tingkat fertilitas dari suatu pejantan. Hal

ini sejalan dengan pendapat Hafez (1993) bahwa kualitas sperma yang

berhubungan erat dengan kemampuan sperma dalam membuahi sel telur

Per

sent

ase

Pro

gres

if

Hari

32

diantaranya adalah motil progresif dan keutuhan membran. Dari data penelitian

diketahui bahwa penurunan nilai progresif paling rendah penambahan ekstrak 75

%. Hal ini terjadi karena senyawa antioksidan yang dikandung oleh ekstrak daun

bidara.Hal ini sesuai dengan pendapat Pokorny, et al., (2001) dan Kolalowska

(2003) menyatakan bahwa stabilitas oksidasi lemak dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal yang dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi, seperti

komposisi asam lemak, kandungan prooksidan dan antioksidan, iradiasi, suhu,

oksigen, luas permukaan yang kontak dengan oksigen, tingkat pengolahan, dan

kondisi penyimpanan.

33

KESIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan yaitu penambahan ekstrak daun bidara dalam pengencer Tris-

kuning telur sebesar 25%, 50% dan 75% tidak berpengaruh nyata terhadap

penurunan nilai motilitas individu dan penurunan nilai progresif.

Saran

Sebaiknya ada kajian ilmiah yang lebih lanjut mengenai penambahan

dosis ekstrak ekstrak daun bidara dalam media pengencer TKT pada semen

sapi Bali.

34

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, L., U. Umiyasih dan K. Ma`sum. 1998. Evaluasi kualitas semen beku sapiMadura dengan berbagai diluter dan kandungan kuning telur yang berbeda.Prosiding.Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner.Pusat Penelitian danPengembangan Peternakan, Bogor.

Aggarwal, A., S. Prabakaran and T.M. Said. 2005. Oxidative stress and antioxidantsin male infertility: A difficult balance. Iranian J. Reprod. Med., 3:1–8.

Amin, M.R., M.R. Toelihere, T.L.Yusuf dan P. Situmorang. 1999. Pengaruh plasmasemen sapi terhadap kualitas semen beku kerbau Lumpur (Bubalus bubalis).JITV, Vol.4(3): 143–147.

Anonim. 2016. Tris kuning telur (Hydroxymethyl aminomethane).http://www.sigmaaldrich.com/catalog/product/sial/252859.html. Diakses: 20Maret 2017.

Anand, M.., S. Yadav dan P. Shukla. 2014. Cryoprotectant in semen extender:From egg yolk to low-density lipoprotein (LDL). Livestock ResearchInternational, Vol.2(3): 48–53.

Bearden, H.J. and J.W. Fuquay. 1984. Applied Animal Reproduction. 2nded.,Prentice Hall Book Company, Virginia.pp.196–199.

Beconi, M.T., C.R. Francia, N.G. Mora and M.A. Affrancio. 1993. Effect of naturalantioxidant of frozen bovine semen preservation. Theriogenology, 40: 841–851.

Cahyadi, 2006. Optimizing semen production for artificial insemination in swine. J.Reprod. Fertil., 48: 207–15.

Chinoy, N.J., E. Seqeurina, and M.V. Narayana. 1991. Effects of vitamin C andcalcium on the reversibility of fluoridde-indecute alterations in spermatozoaof the rabbits. Floride, 24:29–39.

Colenbrander, B., H. Feitsma and H.J. Grooten. 1993. Optimizing semen productionfor artificial insemination in swine. J. Reprod. Fertil., 48: 207–15.

Combs, F.G. 1992. The Vitamins: Fundamental Aspects in Nutrition and Health.Academic Press, New York.

Darmaja, S.G.N.D. 1980. Setengah Abad Peternakan Sapi Tradisional dalamEkosistem Pertanian di Bali.Disertasi.Program Pascasarjana.UniversitasPadjajaran, Bandung.

Danang, D.R., H. Isnaini dan P. Trisunuwati. 2012. Pengaruh lama simpansemen terhadap kualitas spermatozoa ayam kampung (Gallus gallus

35

domesticus) dalam pengencer ringer pada suhu 40oc. J. Ternak Tropika,Vol.13(1): 47–57.

Fatah, S. 1998. Produktivitas Sapi Bali yang Dipelihara di Padang PenggembalaanAlam Nusa Tenggara Timur (NTT).Tesis. Program Pascasarjana UniversitasPadjajaran. Bandung.

Feradis.1999. Penggunaan Antioksidan dalam Pengencer Semen Beku dan MetodeSinkronisasi Estrus pada Program Inseminasi Buatan pada Domba St.Cronix.Disertasi.Program Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor (IPB).Bogor.

Feradis.2009. Peranan antioksidan dalam pembekuan semen. Jurnal Peternakan,Vol.6(2): 63–70.

Goldman, E.E., J.E. Ellington, F.B. Farrel and R.H. Foote. 1991. Use of fresh andfrozen thawed bull sperm in vitro. Theriogenology, 35: 204.

Graham, J.K. 1994. Effect of seminal plasma on the motility of epididymal andejaculated spermatozoa of the ram and bull during cryopreservation process.Theriogenology, 46: 1151-1162.

Hafez, E. S. E. (2000). Semen Evaluation: Reproduction in Farm Animals 7th ed.,Lea &Febiger, Philadelphia.

Halliwell, B. and J.M.C. Gutteridge. 1999. Free radicals in biology and medicine. 3rd

ed., Oxford University Press, New York.pp.122–167.

Hawk, P.B., B.L. Oscar and W.H. Summer. 1965. Practical PhysiologycalChemistry. McGraw-Hill Book Co., New York. pp. 1077–1103.

Hendrasty, H. K. 2003. Tepung Labu Kuning: Pembuatan dan Pemanfaatannya.Kanisius, Yogyakarta.

Herdis.2005. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Herdis, I. Kusuma dan I.W.D. Angga. 2009. Pengaruhpenambahan α-tokoferol padamedia pengencer Tris-kuning telur terhadapkualitas semen cair domba Garut.Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, Vol.11(3): 175–180.

Heyne,1987. Nutritional manipulation to produce high marbling beef. Asian-Aust. J.of Anim. Sci., Vol.14(1): 140–147.

Karyadi, E. 1997. Uji aktivitas antiradical dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dan penetapan kadar fenol total ekstrak daun keladi tikus(Thyponium divaricatum (Linn) Decne). Pharmacon, Vol(6)2: 51–-56.

Karyadi, E. 1999. Uji aktivitas penangkap radikal bebas dan penetapan kadar fenoliktotal ekstrak tiga rimpang genus curcuma dan rimpangtemu kunci(Boesenbergia pandurata). Pharmacon, Vol.12(1): 40–43.

36

Kolalowska, A. 2003.Lipid Oxidation in Food Systems.CRC Press, Washington DC.

Lenzi, A., L. Gandini, F. Lombardo, M. Picardo, V. Maresca, E. Panfili, F. Tramer,C. Boitani and F. Dondero. 2002. Polyunsaturated fatty acids of germ cellmembranes, glutathione and glutathionedependent enzyme-PHGPx: Frombasic to clinic. Contraception, 65: 301–-304.

Lucas and Richard. 1978. The Magic of Hergs in Daily Livings. Parker Publishing,New York.pp.21–24.

Maxwell, W.M.C and P.F. Watson. 1996. Recent progress in the preservation of ramsemen. Anim. Reprod. Sci., 42: 55–65.

McDowell, L.R. 1985. Nutrition of Grazing Ruminants in Warm Climates.AcademicPress, Florida.

Meindrawan, B. 2012.Aktivitas Antioksidan dan Kadar Tempe Satu Kali Perebusandari Kedelai (Glycine max L Merr) Lokal var. Grobogan danImpor.Skripsi.Fakultas Sains dan Matematika.Universitas Kristen SatyaWacana. Salatiga.

Mukminat, A., S. Suharyati dan Siswanto. 2014. Pengaruh penambahan berbagaisumber karbohidrat pada pengencer skim kuning telur terhadap kualitassemen beku sapi Bali. Fakultas Peternakan Universitas Lampung, BandarLampung.

Oka, I.G.L. 2010.Conservation and genetic improvement of BaliCattle.Prociding.Conservation and Improvement of Wordl IndigenousCattle.pp.110–117.

Pamungkas, D, L. Affandhy, D.B. Wijono, A. Rasyid dan T. Susilawati. 2004.Kualitas spermatozoa sapi PO hasil sexing dengan teknik sentrifugasimenggunakan gradient putih telur dalam beberapa imbangan tris-buffersemen. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.pp.37–40.

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara Sumber Widya,Jakarta.pp.499–556.

Payaran, K.O, W. Benny dan L. Teandean. 2014. Pengaruh pemberian Zink terhadapkualitas spermatozoa pada mencit jantan (Mus musculus). Jurnal e-Biomedik,Vol.2(2): 496–500.

Pokorny, J., N. Yanishlieva and M. Gordon.2001. Antioxidant in Food. CRC Press,Washington DC.

Purwati, A. 2012. Kualitas spermatozoa sapi Bali dalam pengencer berbasis Tris-kuning telur dan Tris-lesitin kedelai pada penyimpanan 5oC. Skripsi.Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Mataram.

37

Raharjo, S. 2006. Kerusakan Oksidatif pada Makanan. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Rizal M., M.R. Toelihere, T.L. Yusuf, B. Purwantara dan Situmorang. 2002.Kualitas semen beku domba Garut dalam berbagai dosis gliserol. JITV,7(3):194–199.

Rochmiati, E. 1997. Pemeriksaan dan Pengujian Semen Beku. Diktat. BalaiInseminasi Buatan Lembang, Bandung.

Rodiah, Y. Enny, A.S. Dradjat dan C. Arman. 2015. Efektifitas kinerjapentoksifilin terhadap kualitas dan integritas membran plasma utuh padasperma sapi Bali hasil pemisahan dengan menggunakan albumin. JurnalIlmu dan Teknologi Peternakan Indonesia, Volume.1(1): 60–65.

Salisbury, G. and N.L. VanDemark.1985. Fisiologi Reproduksi dan InseminasiBuatan pada Sapi. Terjemahan: R. Djanuar. Gadjah Mada University Press,Jogjakarta.

Savitri, F.K., S. Suharyati dan Siswanto. 2014. Kualitas semen beku sapi Balidengan penambahan berbagai dosis vitamin C pada bahan pengencer skimkuning telur. Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Setiadi, M.A dan Julizar. 2001. Prediksi kesuburan spermatozoa domba melaluiuji penembusan lendir estrus. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Siahaan, A.E., I.D.N.D. Laksmi dan B. Wayan. Efektivitas penambahan berbagaikonsentrasi β-carotenterhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa sapiBali post thawing. Indonesia Medicus Veterinus, Vol.1(2): 239–251.

Suryohudoyo, P. 2000. Ilmu Kedokteran Molekuler. CV. Sagung Seto,Jakarta.pp.31–47.

Susilawati, T. 2011. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan dengan kualitas dandeposisi semen yang berbeda pada sapi Peranakan Ongole (PO). J. TernakTropika, Vol.12(2): 15–24.

Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa,Bandung.

Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: Angkasa

Toelihere, M.R. 1997. Peranan bioteknologi reproduksi dalam pembinaan produksipeternakan di Indonesia.Pertemuan Teknis dan Koordinasi Produksi PeternakNasional Tahun Anggaran 1997/1998. Direktorat Jenderal Peternakan,Departemen Pertanian Bogor.

38

Triana, I. N. 2005. Pengaruh pemberian hormon MPA (Medroxy ProgesteronAcetate) intra vaginal spongesterhadap birahi dan ovulasi pada kambingKacang. Skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya.

Valencia, I., D. Ansorena and I. Astiasaran. 2006. Stability of linseed oil andantioxidants containing dry fermented sausages: A study of the lipid fractionduring different storage conditions. Journal Meat Science, 73: 269–277.

Wardoyo, M. 1950. Peternakan sapi di Sulawesi Selatan. Wartazoa, 56:116–118.

Wesley, E. 1989.Industrial Water Pollution Control.2nded., McGraw-Hill BookCompany, International Edition, Singapore.

Widhyari, D.S., A. Esfandiari, A. Wijaya, R. Wulansari, S. Widodo dan L. Maylina.2015. Tinjauan penambahan mineral Zn dalam pakan terhadap kualitasspermatozoa pada sapi Frisian Holstein. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia,Vol.20(1): 72–77.

Winarsi, W., A. Sastiono dan R. J. Rumampuk. 2008. Efek Toksik Logam. PenerbitAndi, Yogyakarta. pp.309–325.

Wijaya, A. 1996.Radikal Bebas dan Paramater Status Antioksidan.ForumDiagnostikum No.1. Lab. Klinik Prodia, Jakarta.pp.1–12.

Yousef, M.I., G.A. Abdallah, and K.I. Kamel. 2003. Effect of ascorbic acid andvitamin E supplementation on semen quality and biochemical parameters ofmale rabbits. Anim. Reprod. Sci., 76:99–111.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji Analysis of Variance (ANOVA) motilitas inidividuspermatozoa sapi Bali dengan penambahan ekstrak daun bidaradalam pengencer Tris-kuning telur sebelum penyimpanan beku

Motilitas individu sebelum ekuilibrasi

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum MaximumLower Bound Upper Bound

PRAMO P01 5 75.8000 5.71839 2.55734 68.6997 82.9003 67.00 82.00

P02 5 73.2000 3.83406 1.71464 68.4394 77.9606 69.00 76.00

P1 5 74.8000 4.65833 2.08327 69.0159 80.5841 69.00 82.00

P2 5 65.8000 4.86826 2.17715 59.7553 71.8447 61.00 74.00

P3 5 65.0000 4.84768 2.16795 58.9808 71.0192 61.00 73.00

Total 25 70.9200 6.42858 1.28572 68.2664 73.5736 61.00 82.00

PASCAMO P01 5 73.6000 4.82701 2.15870 67.6065 79.5935 67.00 80.00

P02 5 69.4000 2.96648 1.32665 65.7166 73.0834 66.00 74.00

P1 5 69.2000 5.80517 2.59615 61.9919 76.4081 63.00 78.00

P2 5 61.8000 3.63318 1.62481 57.2888 66.3112 58.00 67.00

P3 5 56.0000 5.83095 2.60768 48.7599 63.2401 49.00 62.00

Total 25 66.0000 7.74059 1.54812 62.8048 69.1952 49.00 80.00

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

PRAMO Between Groups 526.640 4 131.660 5.660 .003

Within Groups 465.200 20 23.260

Total 991.840 24

PASCAMO Between Groups 986.000 4 246.500 10.907 .000

Within Groups 452.000 20 22.600

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

PRAMO Between Groups 526.640 4 131.660 5.660 .003

Within Groups 465.200 20 23.260

Total 991.840 24

PASCAMO Between Groups 986.000 4 246.500 10.907 .000

Within Groups 452.000 20 22.600

Total 1438.000 24

Multiple Comparisons

Dependent Variable

(I)

PERLA

KUAN

(J)

PERLA

KUAN

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

PRAMO LSD P01 P02 2.60000 3.05025 .404 -3.7627 8.9627

P1 1.00000 3.05025 .746 -5.3627 7.3627

P2 10.00000* 3.05025 .004 3.6373 16.3627

P3 10.80000* 3.05025 .002 4.4373 17.1627

P02 P01 -2.60000 3.05025 .404 -8.9627 3.7627

P1 -1.60000 3.05025 .606 -7.9627 4.7627

P2 7.40000* 3.05025 .025 1.0373 13.7627

P3 8.20000* 3.05025 .014 1.8373 14.5627

P1 P01 -1.00000 3.05025 .746 -7.3627 5.3627

P02 1.60000 3.05025 .606 -4.7627 7.9627

P2 9.00000* 3.05025 .008 2.6373 15.3627

P3 9.80000* 3.05025 .004 3.4373 16.1627

P2 P01 -10.00000* 3.05025 .004 -16.3627 -3.6373

P02 -7.40000* 3.05025 .025 -13.7627 -1.0373

P1 -9.00000* 3.05025 .008 -15.3627 -2.6373

P3 .80000 3.05025 .796 -5.5627 7.1627

P3 P01 -10.80000* 3.05025 .002 -17.1627 -4.4373

P02 -8.20000* 3.05025 .014 -14.5627 -1.8373

P1 -9.80000* 3.05025 .004 -16.1627 -3.4373

P2 -.80000 3.05025 .796 -7.1627 5.5627

PASCAMO LSD P01 P02 4.20000 3.00666 .178 -2.0718 10.4718

P1 4.40000 3.00666 .159 -1.8718 10.6718

P2 11.80000* 3.00666 .001 5.5282 18.0718

P3 17.60000* 3.00666 .000 11.3282 23.8718

P02 P01 -4.20000 3.00666 .178 -10.4718 2.0718

P1 .20000 3.00666 .948 -6.0718 6.4718

P2 7.60000* 3.00666 .020 1.3282 13.8718

P3 13.40000* 3.00666 .000 7.1282 19.6718

P1 P01 -4.40000 3.00666 .159 -10.6718 1.8718

P02 -.20000 3.00666 .948 -6.4718 6.0718

P2 7.40000* 3.00666 .023 1.1282 13.6718

P3 13.20000* 3.00666 .000 6.9282 19.4718

P2 P01 -11.80000* 3.00666 .001 -18.0718 -5.5282

P02 -7.60000* 3.00666 .020 -13.8718 -1.3282

P1 -7.40000* 3.00666 .023 -13.6718 -1.1282

P3 5.80000 3.00666 .068 -.4718 12.0718

P3 P01 -17.60000* 3.00666 .000 -23.8718 -11.3282

P02 -13.40000* 3.00666 .000 -19.6718 -7.1282

P1 -13.20000* 3.00666 .000 -19.4718 -6.9282

P2 -5.80000 3.00666 .068 -12.0718 .4718

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

PRAMO

PERLA

KUAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Duncana P3 5 65.0000

P2 5 65.8000

P02 5 73.2000

P1 5 74.8000

P01 5 75.8000

Sig. .796 .430

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

PASCAMO

PERLA

KUAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Duncana P3 5 56.0000

P2 5 61.8000

P1 5 69.2000

P02 5 69.4000

P01 5 73.6000

Sig. .068 .181

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Lampiran 2 Hasil uji ANOVA motilitas progresif spermatozoa sapi Bali dengan penambahandaun bidara dalam pengencer Tris-kuning telur sebelum penyimpanan beku

Motilitas progresif spermatozoa sebelum ekuilibrasi

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum MaximumLower Bound Upper Bound

PRAPRO P01 5 64.4000 4.56070 2.03961 58.7371 70.0629 57.00 69.00

P02 5 59.6000 4.09878 1.83303 54.5107 64.6893 56.00 66.00

P1 5 59.8000 5.80517 2.59615 52.5919 67.0081 53.00 69.00

P2 5 54.4000 2.79285 1.24900 50.9322 57.8678 52.00 59.00

P3 5 50.6000 6.87750 3.07571 42.0605 59.1395 45.00 61.00

Total 25 57.7600 6.69751 1.33950 54.9954 60.5246 45.00 69.00

PASCAPRO P01 5 58.8000 3.56371 1.59374 54.3751 63.2249 54.00 62.00

P02 5 53.6000 2.07364 .92736 51.0252 56.1748 51.00 56.00

P1 5 54.2000 5.16720 2.31084 47.7841 60.6159 50.00 63.00

P2 5 47.2000 3.42053 1.52971 42.9529 51.4471 44.00 53.00

P3 5 45.8000 5.54076 2.47790 38.9202 52.6798 37.00 52.00

Total 25 51.9200 6.19085 1.23817 49.3645 54.4755 37.00 63.00

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

PRAPRO Between Groups 570.960 4 142.740 5.646 .003

Within Groups 505.600 20 25.280

Total 1076.560 24

PASCAPRO Between Groups 575.440 4 143.860 8.354 .000

Within Groups 344.400 20 17.220

Total 919.840 24

Multiple Comparisons

Dependent Variable

(I)

PERLA

KUAN

(J)

PERLA

KUAN

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

PRAPRO LSD P01 P02 4.80000 3.17994 .147 -1.8332 11.4332

P1 4.60000 3.17994 .164 -2.0332 11.2332

P2 10.00000* 3.17994 .005 3.3668 16.6332

P3 13.80000* 3.17994 .000 7.1668 20.4332

P02 P01 -4.80000 3.17994 .147 -11.4332 1.8332

P1 -.20000 3.17994 .950 -6.8332 6.4332

P2 5.20000 3.17994 .118 -1.4332 11.8332

P3 9.00000* 3.17994 .010 2.3668 15.6332

P1 P01 -4.60000 3.17994 .164 -11.2332 2.0332

P02 .20000 3.17994 .950 -6.4332 6.8332

P2 5.40000 3.17994 .105 -1.2332 12.0332

P3 9.20000* 3.17994 .009 2.5668 15.8332

P2 P01 -10.00000* 3.17994 .005 -16.6332 -3.3668

P02 -5.20000 3.17994 .118 -11.8332 1.4332

P1 -5.40000 3.17994 .105 -12.0332 1.2332

P3 3.80000 3.17994 .246 -2.8332 10.4332

P3 P01 -13.80000* 3.17994 .000 -20.4332 -7.1668

P02 -9.00000* 3.17994 .010 -15.6332 -2.3668

P1 -9.20000* 3.17994 .009 -15.8332 -2.5668

P2 -3.80000 3.17994 .246 -10.4332 2.8332

PASCAPRO LSD P01 P02 5.20000 2.62450 .061 -.2746 10.6746

P1 4.60000 2.62450 .095 -.8746 10.0746

P2 11.60000* 2.62450 .000 6.1254 17.0746

P3 13.00000* 2.62450 .000 7.5254 18.4746

P02 P01 -5.20000 2.62450 .061 -10.6746 .2746

P1 -.60000 2.62450 .821 -6.0746 4.8746

P2 6.40000* 2.62450 .024 .9254 11.8746

P3 7.80000* 2.62450 .008 2.3254 13.2746

P1 P01 -4.60000 2.62450 .095 -10.0746 .8746

P02 .60000 2.62450 .821 -4.8746 6.0746

P2 7.00000* 2.62450 .015 1.5254 12.4746

P3 8.40000* 2.62450 .004 2.9254 13.8746

P2 P01 -11.60000* 2.62450 .000 -17.0746 -6.1254

P02 -6.40000* 2.62450 .024 -11.8746 -.9254

P1 -7.00000* 2.62450 .015 -12.4746 -1.5254

P3 1.40000 2.62450 .600 -4.0746 6.8746

P3 P01 -13.00000* 2.62450 .000 -18.4746 -7.5254

P02 -7.80000* 2.62450 .008 -13.2746 -2.3254

P1 -8.40000* 2.62450 .004 -13.8746 -2.9254

P2 -1.40000 2.62450 .600 -6.8746 4.0746

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

PRAPRO

PERLA

KUAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Duncana P3 5 50.6000

P2 5 54.4000 54.4000

P02 5 59.6000 59.6000

P1 5 59.8000 59.8000

P01 5 64.4000

Sig. .246 .123 .168

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

PASCAPRO

PERLA

KUAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Duncana P3 5 45.8000

P2 5 47.2000

P02 5 53.6000

P1 5 54.2000

P01 5 58.8000

Sig. .600 .074

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Lampiran 3 Hasil uji T (T-test independent)motilitas individu spermatozoa sapi Bali denganpenambahan ekstrak daun bidara dalam pengencer Tris-kuning telur sebelum penyimpananbeku

PO1

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

PO1 PRAMO & PASCAMO 5 -.129 .836

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

PO1 PRAMO - PASCAMO -22.69211 -7.23589 -5.376 4 .006

T-Test PO2

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

PO2 PRAMO & PASCAMO 5 .789 .112

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

PO2 PRAMO - PASCAMO .74627 6.58173 3.487 4 .025

T-Test P1

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

P1 PRAMO & PASCAMO 5 .947 .015

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

P1 PRAMO - PASCAMO 5.52000 2.02303 .90473

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

P1 PRAMO - PASCAMO 3.00808 8.03192 6.101 4 .004

T-Test P2

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

P2 PRAMO & PASCAMO 5 .820 .089

T-Test P3

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

P3 PRAMO & PASCAMO 5 .744 .149

Paired Samples Test

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

P3 PRAMO - PASCAMO 3.82416 13.92784 4.878 4 .008

Lampiran 4 Hasil uji T motilitas progresifspermatozoa sapi Bali denganpenambahan ekstrak daunbidara dalam pengencer Tris-kuning telur sebelumpenyimpanan beku

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

PO1 PRAPRO & PASCAPRO 5 .139 .823

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

PO1 PRAPRO - PASCAPRO 5.48800 5.18895 2.32057

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

PO1 PRAPRO - PASCAPRO -.95493 11.93093 2.365 4 .077

T-Test PO2

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

PO2 PRAPRO & PASCAPRO 5 .923 .025

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

PO2 PRAPRO - PASCAPRO 3.33391 9.17009 5.949 4 .004

T-Test P1

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

P1 PRAPRO & PASCAPRO 5 .965 .008

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

P1 PRAPRO - PASCAPRO 3.71549 7.42451 8.339 4 .001

T-Test P2

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

P2 PRAPRO & PASCAPRO 5 .922 .026

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

P2 PRAPRO - PASCAPRO 5.63940 8.84860 12.534 4 .000

T-Test P3

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

P3 PRAPRO & PASCAPRO 5 .602 .283

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

P3 PRAPRO - PASCAPRO -1.90962 11.90162 2.009 4 .115

LAMPIRAN 6 FOTO PENAMPUNGAN SEMEN

PENILAIAN KUALITAS SEMEN

PERSIAPAN PENGENCER

RIWAYAT HIDUP

OFIR TANGKELANGI, lahir di Toraja, 28 Oktober 1995. Merupakan Anak ke 4 dari

pasangan bapak Drs. Yohanis Mangera dan Agustina Rissing. Penulis memulai

pendidikan formal di SDN 215 Inpres Tora’da (Tahun 2001–2007), kemudian lanjut di

SMP. Katolik Pelita Bangsa (Tahun 2007–2010), kemudian lanjut di SMAN 2 Makale

(Tahun 2010–2013) dan kemudian melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri

(PTN) pada program studi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

(Tahun 2013–2017) dengan fokus penelitian pada bidang Ilmu dan Teknologi

Reproduksi Ternak.