pengaruh debt default, opini audit tahun …penerimaan opini going concern adalah signifikan secara...
TRANSCRIPT
PENGARUH DEBT DEFAULT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
KEBERADAAN KOMITE AUDIT, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
TERHADAP KEMUNGKINAN PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Susun Oleh:
MUZTAHID AMIN
106082002646
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H/2011
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama Lengkap : Muztahid Amin
Nama Panggilan : Amin
Tempat/tTanggal Lahir : Tangerang, 6 Agustus 1988
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pinang RT 01 / RW 03 Pamulang Timur,
Pamulang, Tangerang Selatan
Handphone : (021) 96004602
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
1.
SDN Pamulang Tengah, Pamulang.
Tahun 2000
2. MTsN II Pamulang
Tahun 2003
3. SMAN 1 Ciputat (SMAN 1 Tangsel)
Tahun 2006
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2011
RIWAYAT PENDIDIKAN INFORMAL
1. KAHFI Public Speaking School
2. PBB English Course
ii
PENGALAMAN KERJA/ORGANISASI
LDK KOMDA Div. Dana Usaha 2007 FLAT Anggota 2007 Pramuka (kesekretariatan SMAN 1 Ciputat)
Sekretaris 2005
Program Desa Binaan (Setu) FEB UIN Jakarta
Pelaksana/Anggota 2010
El Fash Private Bimbel Pengajar 2010 TPA-TKA Assa’adah Pengajar 2006 NULAR Snack Executive Marketing 2009
iii
EFFECT OF DEBT DEFAULT, PREVIOUS AUDIT REPORT, EXISTENCE
OF AUDIT COMMITTEE, AND MANAGERIAL OWNERSHIP ON THE
PROBABILITY OF RECEIVING GOING CONCERN AUDIT REPORT
ABSTRACT
This study aims to test the effect of debt default, previous audit report,
existence of audit committee, and managerial ownership on the probability of
receiving going concern audit report with using logistic regression. The sample of
this study amounted to 40 manufacturing companies that were registered in BEI
during 3 (three) years period 2007-2009. The sampling method that is used
purposive sampling. The collection data are using the secondary data that is
taken from legal site of BEI at http://www.idx.co.id.
The result of obtained in this test that debt default and previous audit report
are significantly effect the probability of receiving going concern. In the other
hand, existence of audit committee and managerial ownership have no relation
with the probability of receiving going concern audit report.
Key Words: debt default, previous audit report, existence of audit committee,
managerial ownership, going concern audit report
iv
PENGARUH DEBT DEFAULT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
KEBERADAAN KOMITE AUDIT, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
TERHADAP KEMUNGKINAN PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt default, opini audit
tahun sebelumnya, keberadaan komite audit, dan kepemilikan manajerial terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern dengan menggunakan regresi
logistik. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI selama 3 (tiga) tahun periode 2007-2009. Metode penentuan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data
menggunakan data sekunder yang diambil dari situs resmi BEI di
http://www.idx.co.id.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam pengujian ini menunjukan bahwa
pengaruh debt default dan opini auditor tahun sebelumnya terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern adalah signifikan secara statistic. Sementara,
adanya komite audit dan besaran kepemilikan manajerial terhadap perusahaan
tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern.
Kata Kunci: Debt default, opini audit tahun sebelumnya, komite audit,
kepemilikan manajerial, going concern.
v
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, kepadanya kita memohon
pertolongan dan pengampunan serta kita berlindung dari keburukan dan kejahatan
diri kita. Semoga kita selalu mendapat hidayah-Nya, sehingga kita tergolong
orang-orang yang berada dalam keridhoan-Nya. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan
melainkan Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Sholawat serta salam
teriring untuk Rosulullah semoga kita semua akan mendapat syafaatnya.
Skripsi yang telah peneliti selesaikan merupakan salah satu dari banyak
nikmat Allah SWT berikan. Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan
banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini peneliti
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahanda beserta Ibunda tercinta, yang telah memberikah cahaya terang
senantiasa banyak hangat ruang kasih yang kalian berikan dari setiap doa,
kepingan rizki dan harapan, juga tak putus membimbing dari awal menghirup
udara didunia ini hingga detik huruf terkhir yang dibaca.
2. Bapak Dr.Amilin,SE.,Ak.,MSi, selaku dosen pembimbing I terimakasih banyak
atas kemudahan serta bimbingannya dan motivasi yang telah banyak diberikan
kepada peneliti.
3. Ibu Rini, SE., Ak., M.Si., selaku pembimbing II terimakasih banyak atas
bantukan serta bimbingannya serta kemudahan yang diberikan sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
vi
4. Kelompok D’COAT yang senantiasa memberikan motivasi, canda, serta
pengalaman bersama yang menyenangkan yang mudah-mudahan selalu eksis
walau masing-masing sudah menggenggam impiannya.
5. Bapak Tubagus Wahyudi, selaku guru besar KAHFI Public Speaking School
yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan seta motivasi yang luar
biasa kepada setiap mahasiswanya sehingga mereka selalu memegang tali yang
akan mereka panjat ke puncak impian mereka.
6. Sahabat-sahabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang secara langsung
maupun tidak langsung membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga bisa
terselesaikan.
7. Tiga sahabat setia (komputer, flashdisk, dan sepeda motor) yang selalu
mendampingi baik dikala mudah maupun sulit dan telah memberikan
kontribusi yang sangat besar hingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Terimakasih untuk seluruh pihak-pihak yang namanya tidak tertulis atau tidak
disebutkan, peneliti mengucapkan banyak-banyak terimakasih dan mohon maaf
lahir batin. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
pengetahuan dan kemampuan peneliti masih terbatas, oleh karena itu peneliti
mengharapkan saran serta tanggapan yang membangun guna terciptanya karya-
karya yang lebih baik dan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Hormat saya
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………….. i
ABSTRACT………………………………………………………………… iii
ABSTRAK………………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………… v
DAFTAR ISI………………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL…….………………………...…………………………... ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………......................... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………..…….... 6
C. Tujuan Penelitian………………………………………….…….. 6
D. Manfaat Penelitian……………………………………….…….... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur………………….………………….…….…… 9
1. Teori Agensi………………….………………….….………. 9
2. OpiniAudit……………….….………..….……….………… 10
3. Going Concern…………………..……….……….………… 15
4. Debt Default……………...…………………………………. 19
5. Opini Audit Tahun Sebelumnya………….……...….………. 20
6. Keberadaan Komite Audit………………...….…………….. 21
7. Kepemilikan Manajerial…………...…….………………….. 22
B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis.….…… 24
C. Penelitian Terdahulu……………………………………………. 27
D. Kerangka Pemikiran……………………………………………... 30
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian…………................................................ 32
B. Metode Penentuan Sampel……………………...……..………….. 32
C. Metode Pengumpulan Data…………………..…..…………….…. 33
D. Metode Analisis Data……………………...……………................ 33
1. Statistik Deskriptif……………………...…………………….. 34
2. Uji Hipotesis…………………………………………………... 34
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian……………………………… 37
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian……………………... 41
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian……………………………………. 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 54
B. Implikasi…………………………………………………………... 55
C. Keterbatasan………………………………………………………. 56
D. Saran………………………………………………………………. 57
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 58
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 61
ix
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu……………………………… 29
4.1 Proses seleksi Perusahaan Populasi…………………………… 41
4.2 Seleksi Perusahaan Sampel…………………………………… 42
4.3 Hasil Uji Deskriptif…………………………………………. 43
4.4 Hasil Uji Hosmer And Lemeshow’s Goodness of Fit………… 44
4.5 Hasil Uji Overall Model fit………………………..………………. 45
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi……………………………. 46
4.7 Hasil Uji Regresi Logistik…………………………………... 46
4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis………………………………. 52
x
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat…………….…………..………. 18
2.2 Kerangka Pemikiran………………………………..…………. 31
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur…………………………….. 61
2. Data Sampel……………………….………………………..………. 63
3. Data Output SPSS…….…………………………………..…………. 66
4. Sampel Laporan Auditor External…………………………………... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya perusahaan publik memanfaatkan pasar modal sebagai
sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Investor
mau menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat
menghasilkan sejumlah keuntungan. Keberadaan pasar modal menjadikan
perusahaan mempunyai alat untuk refleksi diri tentang kinerja dan kondisi
keuangan perusahaan. Apabila kondisi keuangan dan kinerja perusahaan
bagus maka pasar akan merespon dengan positif melalui peningkatan harga
saham perusahaan. Keuntungan dari adanya perusahaan publik dari sudut
pandang investor antara lain adalah investor akan mendapat perlindungan dari
otoritas pasar modal karena adanya peraturan yang harus ditaati perusahaan
emiten seperti menyerahkan laporan rutin yang diantaranya adalah laporan
keuangan auditan.
Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara
kepentingan investor dan kepentingan perusahaan sebagai pemakai dan
penyedia laporan keuangan. Data-data perusahaan akan lebih mudah
dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila
laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan
perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor
diungkapkan melalui opini audit. Auditor juga bertanggung jawab untuk
1
2
menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha
dalam mempertahankan kelangsungan usahanya (going concern).
Kelangsungan hidup satuan ini biasanya dihubungkan dengan
kemampuan manajemen membawa satuan usaha tersebut untuk bertahan
hidup selama mungkin. Jika terjadi kesalahan maka yang pertama ditunjukan
ke pihak manajemen. Namun, tuduhan kesalahan juga sangat berpotensi
melebar hingga auditor.
Bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh
terhadinya kegagalan bisnis di Amerika. Hal ini terjadi karena adanya skandal
akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor external. Arthur
Andersen dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan
divonis pihak pengadilan kerena melakukan mark-up pendapatan dan
menyembunyikan hutang lewat business partnership (Kompas, 16 Juni 2002).
Kasus Enron, WoldCom, Xerox, Merck dan sebagainya sangat
memukul profesi akuntan publik. Hal ini dapat dipahami karena auditor
merupakan pihak yang paling rentan tanggung jawabnya dalam menilai
kewajaran laporan keuangan perusahaan. Selain itu auditor juga bertanggung
jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern)
dalam periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal
laporan audit.
3
Lenard, Mary Jane, Perualz Alam, dan David Booth (1988) mengatakan
bahwa opini audit dengan modifikasi mengenai going concern,
mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan
tidak dapat bertahan dalam bisnis yang normal. Dilain pihak, perusahaa yang
memiliki kondisi keuangan yang baik atau sehat memperoleh opini
“standard” atau “unqualified”. Dari sudut pandang auditor, keputusan
tersebut melibatkan beberapa tahap analisis.
Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi
yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan
kebutuhan likuiditas dimasa yang akan datang. Auditor dalam menerbitkan
opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going
concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya
(Setyarno, Eko Budi, Januarti, Indira dan Faisal, 2006).
Pada umummya informasi yang secara signifikan berlawanan dengan
asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan
ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
tempo atau default. Hal ini terbukti melalui penelitian yang telah dilakukan
oleh Chen dan Church (1992), penelitian tersebut menemukan hubungan yang
kuat status default dengan nilai R-square yang meningkat dari 38% menjadi
93%. Hasil temuanya juga menyatakan bahwa kesulitan dalam menaati
persetujuan hutang, fakta-fakta pembayaran yang lalai atau pelanggaran
perjajian memperjelas masalah going concern suatu perusahaan.
4
Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris dalam
menjalankan tugasnya. Komite audit berfungsi untuk meningkatkan
kualitas laporan keuangan dan meningkatkan fungsi audit internal dan
eksternal seperti mereview laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
akuntan publik. Perusahaan yang memiliki komite audit biasanya
memiliki manajemen perusahaan yang lebih transparan dan akuntabel,
sehingga dapat dapat diharapkan mendukung kemampuan going concern
sebuah entitas.
Beberapa penelitian mendukung teori bahwa keberadaan komisaris
independen dan komite audit membawa pengaruh yang positif bagi
perusahaan dengan laporan keuangan yang berkualitas sehingga akan
menerima opini going concern dari auditor. Dewan komisaris yang
independen secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap
manajemen, sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam
menyajikan laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen (Santosa dan
Wedari, 2007).
Besarnya discretionary accrual lebih tinggi untuk perusahaan yang
memiliki komite audit yang terdiri dari sedikit komisaris independen
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki komite audit yang terdiri
dari banyak komisaris independen (Herawaty, 2008). Ini berarti bahwa
jumlah komisaris independen yang lebih banyak, terutama yang juga
menjabat sebagai komite audit lebih baik daripada sedikit komisaris
independen.
5
Pihak manajemen yang bertanggung jawab mengelola perusahaan
juga terkadang memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemegang saham.
Konflik kepentingan ini dapat diminimalisir dengan meningkatkan kepemilikan
manajerial (Jensen dan Meckling, 1976). Dengan adanya kepemilikan
manajerial ini pihak manajemen dapat merasakan manfaat atas
pengambilan keputusan sekaligus menanggung konsekuensi atas
kesalahan pengambilan keputusan. Penelitian Ujiyantho dan Pramuka
(2007) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Aktivitas manajemen laba dapat mempengaruhi
kualitas pelaporan keuangan yang kemudian dapat mempengaruhi opini
auditor yang diterima perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian ini dikarenakan cukup penting mengetahui pengaruh debt
default, audit tahun sebelumnya, keberadaan komite audit, dan kepemilikan
manajerial terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern disebuah
perusahaan. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen, maka peneliti
melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Debt Default, Opini Auditor
Tahun Sebelumnya, Keberadaan Komite Audit, dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Penerimaan Opini Going Concern".
6
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang yang telah di sampaikan dimuka, maka
rumusan penelitian ini adalah:
1. Apakah faktor debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan
opini going concern?
2. Apakah faktor opini auditor tahun sebelumnya berpengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern?
3. Apakah faktor keberadaan komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern?
4. Apakah faktor kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan
bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor debt default berpengaruh
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern.
2. Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor opini auditor tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going
concern.
3. Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor keberadaan komite audit
berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern.
7
4. Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan terutama tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi penerimaan going concern.
2. Bagi investor
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi investor yang ingin
berinvestasi, agar mempunyai bahan pertimbangan dalam berinvestasi.
3. Bagi auditor
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan
penilaian keputusan opini audit yang megacu pada kelangsungan hidup
(going concern) perusahaan dimasa yang akan datang.
4. Ilmu auditing
Menambah literatur dan terutama untuk peneliti yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi opini
going concern
5. Bagi pihak lain
Sebagai sambungan pemikiran, pengetauan, dan informasi yang berguna
dalam menyusun laporan keuangan dan dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi
Teori agensi menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu
kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk
melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik
prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan
dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini dapat
memicu terjadinya konflik keagenan. Untuk itu, dibutuhkan pihak ketiga
yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan
agen. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani
kepentingan pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak agen (manajer)
dalam mengelola keuangan perusahaan (Setiawan, 2006).
Teori agensi menunjukkan pentingnya pemisahan manajemen
perusahaan dari pemilik kepada manajer. Tujuan sistem pemisahan ini
untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas dengan menyewa agen
profesional dalam mengelola perusahaan. Pemisahan kepemilikan dan
pengendalian ini membawa pada masalah agensi, dimana manajer dalam
perusahaan bertindak sebagai “agen” dan stakeholder bertindak sebagai
“principal”. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan prinsipal
8
9
menyerahkan pembuatan keputusan kepada direktur yang bertindak sebagai
agen dari pemegang saham (Solomon dan Solomon, 2005). Pemilik
menginginkan informasi dan mengembangkan sistem insentif untuk
meyakinkan tindakan agen berada dalam kepentingan pemilik.
Baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi
ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen
mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan
oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi
laporan keuangan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, maka
dibutuhkan pihak ketiga yang independen, dalam hal ini adalah
akuntan publik. Tugas dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa
untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, dengan hasil
akhir adalah opini audit.
2. Opini Audit
Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan
opini atas laporan keuangan peusahaan. Opini yang diberikan
merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum (IAI, 2001).
Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau
proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan
10
pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan
yang diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa
tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini
yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Opini audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam
laporan audit. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan yang
dimaksud dalam standar pelaporan tersebut adalah meliputi neraca,
laporanlabarugi, laporan perubahan ekuitas, laporan aruskas, dan semua
catatan kaki serta penjelasan dan tambahan informasi yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dalam penyajian laporan keuangan. Oleh
karenaitu, dalam standar pelaporan yang ketiga tersebut diatas, auditor
diharuskan menyampaikan kepada pemakai laporannya mengenai
informasi penting yang menurut auditor perlu diungkapkan. Selain itu,
auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan
dalam laporan keuangan saha tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal
potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup (going concern)
seuatu perusahaan. Inilah yang menjadi alasan kenapa auditor diminta untuk
mengevaluasi atas kelangsungan hidup perusahaan dalam batas waktu
tertentu (IAI, 2001).
Tujuan dalam standar pelaporan tersebut adalah untuk
memungkinkan pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan,
dan pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
11
menentukan seberapa jauh laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor
dalam laporan audit dapat dipercaya.
Arens, James, Amir Abadi (2008) mengemukakan bahwa opini audit
terdiri dari 5 jenis, antara lain pendapat wajar tanpa pengecualian
(Unqualified Opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language), pendapat wajar
dengan pengecualian (Qualified Opinion), pendapat tidak wajar (Adverse
Opinion), tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion).
Dengan penjelasan ketentuan standar penilaian yang berbeda dari
masing-masing jenis opini audit yang diberikan, antara lain:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia.
Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian
diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi:
a. Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.
b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat
dipenuhi oleh auditor.
12
c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor
telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia.
e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk
menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan
audit.
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas
(Unqualified Opinion with Explanatory Language)
Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf
penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian
atas laporan keuangan keuangan auditan. Paragraf penjelas
dicantumkan setelah paragraf pendapat.
Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu
paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit
baku adalah:
a. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
d. Penekanan atas suatu hal laporan audit yang melibatkan auditor lain.
13
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee
menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.
Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan:
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya
pembatasan terhadap lingkup audit.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan
untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Opini diberikan jika auditor merasa yakin bahwa keseluruhan
laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji material atau
menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan
atau hasil operasi perusahaan sesuai dengan prinsip akuntans yang
berlaku umum. Pendapat tidak wajar ini hanya dibuat jika auditor
memiliki bahan bukti yang cukup, melalui penyelidikan yang memadai.
Tentang ketidak sesuaian tersebut.
14
5. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat dilakukan jika auditor
tidak berhasil untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa keseluruhan
laporan keuangan disajikan secara wajar. Pernyataan ini timbul karena
banyak pembatasan lingkup audit, atau hubungan yang tidak independen
antara auditor dan klien menurut etika profesional.
Paragraf pendapat dengan tegas menyatakan bahwa yang diberikan
adalah suatu pendapat dan bukan suatu pernyataan mutlak atau jaminan.
Auditor diminta untuk membuat pendapatnya mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan, termasuk kesimpukan mengenai apakah perusahaan
mengikuti prinsip akuntansi yang berterima umum.
3. Going Concern
Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang
mendasari pelaporan keuangan (Gray & Manson, 2000). Adalah
tanggung jawab utama direktur untuk menentukan kelayakan dari
persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan
tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan
dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan
secara memadai dalam laporan keuangan (Setiawan, 2006).
Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going concern
terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi)
likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh
15
dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-
menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi
terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi. Audit report
dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan bahwa
dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan
dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi,
kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan
pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang
(Lenard, Mary,Perualz,dan David, 1998).
SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang
dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hiduptnya terhadap opini auditor sebagai berikut:
1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas, ia harus:
a. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan
untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak
kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan
untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat.
16
3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana
tersebut.
a. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor
menyatakan tidak member pendapat.
b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien
mengungkapakn dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian.
c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien
tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor
memberikan pendapat tidak wajar.
Degan adanya pedoman tersebut diharapkan auditor mampu
memberikan opini audit yang sesuai dengan kondisi perusahaan yang sedang
diauditnya mengenai going concern. Juga sebagai bentuk keseragaman
antara para auditor dalam alasannya memberikan opini going concern
terhadap sebuah perusahaan.
Pedoman tersebut dapat divisualisasikan seperti bagan berikut ini:
17
Gambar 2.1
Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern
Sumber: IAI, 2001:73
Bagaimanapun juga tidak ada panduan yang jelas atas hasil penelitian
yang dapat dijadikan pemilihan tipe going concern report yang harus dipilih.
Karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah
(Khon dan Tan,1999 dalam Badingatus, 2007). Jika auditor menyimpulkan
Ya
Apakah ada
rencana
manajemen?
Apakah cukup
pengungkapan?
Apakah rencana
manajemen efektif dilaksanakan?
Tidak
memberikan
Pendapat
Tidak
memberikan
Pendapat
Pendapat wajar
dengan
pengecualian atau
pendapat tidak wajar
Pendapat wajar
tanpa
pengecualian Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Auditor sangsi atas
kelangsungan hidup
satuan usaha ?
18
keragu-raguan atas kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya,
pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas perlu dibuat,
terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA 30 membolehkan
tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pendapat kerena
adanya kesangsian atas kelangsungan hidup.
4. Debt Default
Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor
(perusahaan) untuk membayar utang pokok dan atau bunganya pada
waktu jatuh tempo (Ramadhany, 2004:41). Dalam PSAK 30, indikator
going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam memberikan
keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban
hutangnya (default). Penyebab defaultnya suatu hutang disebabkan
oleh kurangnya likuiditas perusahaan untukmembayar pokok dan
bunganya pada saat jatuh tempo. Hal ini dikarenakan lemahnya
manajemen modal kerja perusahaan dan tidak tercapainya target
penjualan yang diharapkan sehingga kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi
kondisi keuangan perusahaan dimana sebagian dari kas akan
dianggarkan sebagai dana pelunasan hutang (kompas).
Ramadhany (2004:27) dalam penelitiannya menulis bahawa
wawancara yang dilakukan Munchler (1984) terhadap auditor
menyatakan bahwa mereka tidak perlu menggunakan analisis rasio
19
dalam memutuskan keputusan going concern. Auditor hanya perlu
berkonsentrasi pada identifikasi indikator-indikator yang lebih jelas
dari potensi masalah going concern.
Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor
pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan
keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat
besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk
menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan
operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka
kreditor akan memberikan status default.
Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor
mengeluarkan laporan going concern. Dengan menambahkan variabel
default hutang pada model prediksi going concern yang sebelumnya hanya
memasukkan variabel-variabel rasio keuangan saja.
Chen dan Church (1992) dalam penelitiannya meneliti manfaat
status default terhadap kewajiban hutang dalam pengeluaran opini audit
going concern. Dari 127 perusahaan yang menerima opini going concern
pertama kalinya dari tahun 1983 sampai 1986, sebanyak 98 perusahaan
dalam keadaan default atau dalam proses restrukturisasi kewajiban hutang
mereka, tujuannya adalh untuk menghindari default selanjutnya.
Sebaliknya, hanya satu dari 127 perusahaan didalam sampel kendali berada
dalam default. Dimana sampel kendali meliputi perusahaan-perusahaan
yang setidaknya memiliki satu karakteristik perusahaan bermasalah (yaitu,
20
modal kerja negatif, defisit dalam laba ditahan) dan menerima opini bersih.
Pada penelitian tersebut ditemukan hubungan yang kuat antara
variabel default dengan keputusan opini going concern. Hasil temuannya
juga menyatakan bahwa kesulitan dalam mentaati persetujuan hutang,
fakta-fakta pembayaran yang lalai atau pelanggaran perjanjian,
memperjelas masalah going concern suatu perusahaan. Dengan penelitian
yang dilakukan Chen dan Church tersebut menjelaskan debt default atau
status default pada hutang berpengaruh pada pemberian opini going
concern oleh auditor.
5. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima
auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian.
Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu
auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern
(NGCAO).
Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor
yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going
concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini
yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1984) menguji pengaruh
ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern,
yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya
menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan
21
tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi
keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang
lain.
Penelitian oleh Ramadhany (2004) memperkuat bukti mengenai
opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini
audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang
signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan
opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun
sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka
akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali
opini audit going cocern pada tahun berikutnya. Dengan adanya penelitian
dari Mutchler dan Ramadhany menjadi bukti kuat pengaruh dari opini
auditor tahun sebelumnya dengan kemungkinan penerimaan opini going
concern pada laporan keuangan suatu perusahaan.
6. Keberadaan Komite Audit
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh Dewan
Komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan
perusahaan. Komite audit dianggap sebagai penghubung antara
pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam
menangani masalah pengendalian (Nasution dan Setiawan, 2007).
Kewenangan komite audit hanya sebatas memberikan rekomendasi
kepada dewan komisaris, kecuali jika komite audit mendapatkan kuasa
22
dari dewan komisaris, misalnya untuk menentukan komposisi auditor
eksternal. Meskipun demikian, peran komite audit dalam meningkatkan
kinerja perusahaan cukup penting. The Institute of Internal Auditors
(IIA) merekomendasikan bahwa setiap perusahaan publik harus memiliki
Komite Audit yang diatur sebagai komite tetap (Forum for Corporate
Governance Indonesia, 2000). Penelitian oleh Wedari (2007) menguji
pengaruh keberadaan komite audit dengan praktik manajemen laba, hasilnya
keberadaan komite audit berpengaruh secara signifikan dengan aktifitas
manajemen laba.
Auditor terkadang mendapatkan tekanan dari manajemen dan
pemegang saham atas pemberian opini auditnya. Manajemen tentunya
menginginkan opini audit atas laporan keuangannya yang bersih,
dalam artian wajar tanpa pengecualian. Oleh karena itu, keberadaan
komite audit sangat penting untuk meredakan tekanan terhadap auditor
untuk menghasilkan opini yang wajar tanpa pengecualian.
7. Kepemilikan Manajerial
Menurut Jensen dan Meckling (1976), perbedaan kepentingan dan
perilaku oportunistik berbanding terbalik dengan bagian kepemilikan
pihak dalam, karena kepemilikan pihak dalam (manajemen) bertindak
sebagai sarana pengawasan yang membawa pada kualitas pelaporan yang
lebih tinggi. Jadi, semakin besar saham yang dimiliki oleh manajemen,
mereka akan bertindak lebih hati-hati dalam membuat keputusan dan
23
berusaha mencegah perilaku oportunistik, seperti memanipulasi
laporan keuangan dan manajemen laba.
Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam
perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance)
kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004).
Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, diharapkan manajer
termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab
meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Manajer tidak hanya
mengambil tindakan yang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu untuk
memperoleh laba tetapi juga mengoptimalkan aktivitas investasi.
Herawaty (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governance sehingga dapat
mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba. Dengan
demikian, kepemilikan manajerial sebagai salah satu mekanisme
corporate governance merupakan sarana monitoring yang efektif yang
dapat membawa pada kualitas pelaporan yang lebih tinggi, sehingga opini
audit yang diterima atas laporan keuangan perusahaan cenderung
merupakan opini yang bersih (clean opinion). Namun, kekuasaan yang
dipegang oleh manajer dengan kepemilikan sahamnya yang besar juga
dapat membawa dampak negatif pada pemegang saham eksternal, dimana
pemegang saham eksternal tidak dapat mengendalikan tindakan
manajemen. Kepemilikan perusahaan oleh manajemen diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, sehingga mengurangi risiko terjadinya
24
kesulitan keuangan yang nanti akan berpengaruh juga terhadap pemberian
opini oleh auditor terutama kaitannya dengan going concern.
B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Debt Default dengan Kemungkinan Penerimaan Opini Going Concern
Kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau
bunga merupakan indicator going concern yang banyak digunakan oleh
auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dapat
dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang
akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan
perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat besar, maka
aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi
hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan,
apabila hutang itu tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan
status default.
Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor
mengeluarkan laporan going concern. Seperti yang tercantum dalam PSA
30, indicator going concern yang banyak digunakan auditor dalam
memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi
kewajiban hutang (default). Dengan menambah variabel default hutang pada
model prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukan variabel-
variabel rasio keuangan saja, Chen dan Church (1992) menemukan
hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern.
25
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
H1: Debt default berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan
Opini going concern
2. Audit Tahun Sebelumnya dengan Kemungkinan Penerimaan Opini
Going Concern
Mutcher (1984) melakukan wawancara dengan para praktisi auditor
yang menyatakan bahwa perusahaan menerima opini audit going concern
pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama
pada tahun berjalan. Mutcher (1985) menguji pengaruh ketersediaan
informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini
audit yang telah diterima perusahaan, hasilnya menunjukan bahwa model
discriminant analysis yang memasukan tipe opini audit tahun sebelumnya
mempunyai akurasi prediksi yang paling tinggi sebesar 89,9 persen
disbanding model yang lain.
Penelitian oleh Ramadhany (2004) memperkuat bukti mengenai opini
audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit
going concern. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini going
concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan.
Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini going
concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor akan menerbitkan
opini going concern pada tahun berikutnya. Berdasarkan penelitian yang
26
dialakukan oleh Mutcher (1994) dan Ramadhany (2004), maka hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
H2: Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh positif terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern
3. Keberadaan Komite Audit dengan Kemungkinan Penerimaan Opini
Going Concern
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit
dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris
dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengandalian
(Nasution dan Setiawan, 2007).
Manajemen tentunya menginginkan opini atas laporan keuangan yang
bersih, dalam artian wajar tanpa pengecualian. Oleh karena itu, keberadaan
komite audit sangat penting untuk meredakan tekanan terhadap auditor
untuk menghasilkan opini wajar tanpa pengecualian. Wedari (2004)
menunjukan bahwa komite audit berhubungan dengan lebih sedikit tuntutan
hukum pemegang saham karena kecurang dan tindakan ilegal. Auditor yang
melihat adanya tuntutan hukum pemegang saham akan menilal hal tersebut
sebagai salah satu faktor keraguan akan kelangsungan hidup perusahaan
sehingga ia akan memberikan opini going concern pada perusahaan tersebut.
Dari pernyataan inilah maka diajuakan hipotesis sebagai berikut:
H3: Keberadaan komite audit berpengaruh negative terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern
27
4. Kepemilikan manajerial dengan Kemungkinan Penerimaan Opini
Going Concern
Menurut Jensen dan Meckling (1976), perbedaan kepentingan dan
perilaku oportunistik berbanding terbalik dengan bagian kepemilikan
pihak dalam, karena kepemilikan pihak dalam (manajemen) bertindak
sebagai sarana pengawasan yang membawa pada kualitas pelaporan yang
lebih tinggi. Jadi, semakin besar saham yang dimiliki oleh manajemen,
mereka akan bertindak lebih hati-hati dalam membuat keputusan dan
berusaha mencegah perilaku oportunistik, seperti memanipulasi
laporan keuangan dan manajemen laba.
Ujayanto (2007) mendukung hal tersebut, yaitu menemukann adanya
hubungan yang negarif antara kepemilikan manajerial dan discretionary
accruals sebagai ukuran manajemen laba dan informasi laba.
Kecenderungan manajer sebagai pemilik dan pengelola perusahaan untuk
tidak melakukan manajemen laba dan menghasilkan informasi akuntansi
yang credible demi reputasi juga akan membawa pengaruh positif bagi
pemberian opini auditor. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dengan kemungkinan
penerimaan opini going concern.
C. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
28
Tabel 2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
1.
Januarti (2008)
Analisis pengaruh faktor perusahaa, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini going concern
Variabel Debt default, opini audit sebelumnya, kepemilikan manajerial
Obyek penelitian, variabel Komite audit
Debt default, ukuran perusahaan, pergantian auditor, opini sebelumnya, dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini going concern
2. Ramadhani (2004)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress di bursa efek jakarta
Variabel Debt default, laporan audit sebelumnya
Obyek penelitian, variabel kepemiilikan manajerial dan komite audit
Debt default, kondisi keuangan, dan opini audit sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, sedangkan komisaris independen dalam komite audit tidak berpengaruh pada opini going concern
3. Praptitorini dan Januarti (2007)
Analisis pengaruh kualitas audit, debt default, dan opinion shopping terhadap pernerimaan opini goning concern
Variabel Debt default
Obyek penelitian, vatiabel kepemilikan manajerial komite audit, dan audit tahun sebelumnya
Debt default berkolerasi positif dengan penerimaan opini going concern, kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Perusahaan diindonesia cenderung mendapat opini going concern ketika tidak melakukan pergantian auditor.
Bersambung pada halaman berikutnya
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
4. Santosa dan Wedari (2007)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini going concern
Variabel laporan audit tahun sebelumnya
Obyek penelitian, variabel debt default, kepemilikan manajerial, dan komite audit
Kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi opini going concern, ukuran perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap opini going concern. Sebaliknya opini going concern tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini going concern
5. Chen dan Chruch (1992)
Default on Debt Obligations and the Issuance of Going-Concern Report
variabel debt default
Obyek penelitian,variabel keberadaan komite audit, opini audit tahun sebelumnya, dan kepemilikan manajerial
Penelitian tersebut menemukan hubungan kuat antara variabel debt default terhadap keputusan opini going concern
30
A. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
Bersambung pada halaman berikutnya
Pengaruh debt default, opini audit tahun sebelumnya,
Keberadaan Komite Audit, dan kepemilikan manajerial
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
Adanya kemungkinan perusahaan menerima opini going
concern dari auditor independen yang memeriksanya
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan penerimaan
opini going concern
Basis Teori: Teori Peran dan teori Auditing
Debt default
Kepemilikan Manajerial
Opini Going Concern
Keberdaan komite audit
Opini audit tahun sebelumnya
31
Gambar 2.2 (Lanjutan)
Hasil Pengujian Dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Metode Analisis:
Regresi Logistik
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu debt default, audit
tahun sebelumnya, keberadaan komite audit, kepemilikan manajerial terhadap
variabel dependen,yaitu kemungkinan peneriamaan opini going concern. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Proses pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Metode purposive sampling adalah penentuan sampel berdasarkan kriteria
yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti (Siagian dan Sugiarto,
2002:120). Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum tanggal
1 Januari 2007.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen dari tahun 2007-2009.
3. Perusahaan tidak keluar (delisting) sdari BEI selama periode penelitian
(2007-2009).
32
33
4. Perusahaan mengungkapkan tata kelola perusahaan dalam laporan tahunan
terutama kepemilikan manajerial dan komite audit.
C. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode Content Analysis,
yaitu suatu metode pengumpulan data penelitian dengan menggunakan
tehnik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen
(antara lain: iklan, kontrak kerja, laporan, notulen, rapat, surat, jurnal,
majalah, surat kabar dll). Tujuan Content Analysis adalah melakukan
identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat
pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang obyektif dan
sistematik (Solikah, 2007).
Content Analisys dilaksanakan dengan cara melakukan observasi atas
laporan keuangan tahunan auditee sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009, yang memuat proporsi
kepemilikan dalam perusahaan, dan komite audit serta informasi
keuangan dan opini audit yang terdapat dalam laporan keuangan.
D. Metode Analisis Data
Data yang dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini, kemudian
dianalisis denga menggunakan dua metode statistik, yaitu statistik deskriptif
dan statistik induktif (uji hipotesis)
34
1. Statistik Deskriprif
Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2005:19).
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi
logistic (logistic regretion), yang variabel bebasnya merupakan
kombinasi antara metrik dan non-metrik (nominal). Teknik analisis ini
tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uli asumsi klasik pada
variabel babasnya (ghozali, 2005).
Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel
independen yang digunakan dalam model, artinaya variabel penjelasnya
tidak harus memiliki distribusi normal, linier maupun memiliki varian
yang sama dalam setiap grup. Regresi logistik mengabaikan
heteroskedasitas yang artinya variabel dependen tidak memerlukan
homoskedasitas untuk masing-masing variabel independennya
(Ramadhany, 2004).
Model regresi yang digunakan adalah untuk menguji apakah
variabel-variabel debt default, opini auditor tahun sebelumnya,
keberadaan komite audit,dan kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern.
35
Adapun model regresi logistik yang diajukan adalah:
GC = �α�+ β1DEF + β2PO + β3AC + β4MJ_OWN + ε
Keterangan:
GC : Opini Going concern (variabel dummy, 1 jika going
concern, 0 jika opini Non Going concern)
α : Konstanta
β1-β4 : Koefisien regresi
DEF : Debt Default (variabel dummy, 1 jika perusahaan dalam
keadaan default, 0 jika tidak)
OP : Opini audit tahun sebelumnya (variabel dummy,1 jika
opini going concern, 0 jika opini non going concern)
AC : keberadaan komite audit (variable dummy, bernilai 1 jika
terdapat komite audit; 0 jika sebaliknya)
MJ_OWN : Kepemilikan manajerial (rasio), proporsi saham biasa
yang dipegang oleh anggota dewan direksi
ε : Error
36
a. Menilai Model Regresi
Regresi logistic adalah model regresi yang sudah mengalami modifikasi,
sehingga karakteristiknya sudah tidak sama lagi dengan model regresi
sederhana atau berganda. Oleh karena itu, penentuan signifikasinya secara
statistik berbeda. Dalam regresi berganda, kesesuaian model dapat dilihat
dari nilai R2 ataupun F-test (Ramadhany, 2004).
Dalam menilai model regresi logistik dapat dilihat dari pengujian Hosmer
and Lemeshow’s goodness of fit. Pengujian ini dilakukan untuk menilai
model. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test sama
dengan atau kurang dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak. Sedangkan jika
nilainya lebih besar dari 0.05 maka hipotesis nol tidap dapat ditolak.
H0: model yang dihipotesakan fit dengan data
HA: model yang dihipotesakan tidak fit dengan data.
b. Menilai keseluruhan model (overall model fit)
Untuk menilai keseluruhan model ditunjukan dengan Log Likelihood
value (nilai – 2LL), yaitu dengan cara membandingkan antara nilai – 2LL
pada awal (Block Number = 0), dimana model hanya memasukan konstanta
dengan nilai - 2 LL pada saat Block Number = 1, dimana model memasukan
konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai – 2LL Block Number = 0 > nilai
Block Number = 1, maka menunjukan model regresi yang baik.
c. Menguji koefisien regresi
Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh variabel
bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel
37
terkait. Koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan Wald
statistic dan nilai probabilitas (Sig.) dengan cara menilai Wald statistic
dibandingkan dengan Chi-Square tabel, sedangkan nilai probabilitas (Sig.)
dibandingkan dengan tingkat signifikan (α.).
Untuk menentukan penerimaan atau penolakan H0 didarkan dengan tingkat
signifikan (α) 5%, dengan kriteria:
1) H0 tidak dapat ditolak apabila Wald hitung < Chi-Square tabel, dan nilai
Asymptotic significance > tingkat signifikan (α). Hal ini berarti H
alternatif ditolak dan hipotesis yang menyatakan variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat ditolak.
2) H0 ditolak apabila Wald hitung > Chi-Square tabel, dan nilai Asumptotic
significance < tingkat signifikan (α.). hal ini berarti H alternatif diterima
atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh terhadap
variabel terikat diterima.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara pengukurannya.
1. Debt Default (DEF)
Debt default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan
sebagai kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang
pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo (Chen dan Church, 1992).
38
Variabel dummy digunakan (1 = status debt default, 0 = tidak debt
default) untuk menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan
default atau tidak sebelum opini audit.
2. Opini Audit Tahun Sebelunnya (OP)
Didefinisikan sebagai opini audit yang diterima oleh
auditee pada tahun sebelumnya. Variabel dummy digunakan, Opini audit
going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going
concern (NGCAO) diberi kode 0.
3. Keberadaan Komite Audit (AC)
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh Dewan
Komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan.
Komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan
dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah
pengendalian (Nasution dan Setiawan, 2007). Keberadaan komite audit
diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana bernilai 1 jika
dalam perusahaan terdapat komite audit; bernilai 0 jika sebaliknya.
4. Kepemilikan Manajerial (MJ_OWN)
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham yang berasal dari
pihak manajemen yang secara aktif ikut serta dalam pengambilan
keputusan perusahaan. Kepemilikan manajerial diukur berdasarkan
proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajerial (rasio
kepemilikannya).
39
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian
Gambaran umum objek penelitian menyajikanprosedur pemilihan
sampel dan kelompok perusahaan yang menjadi populasi dari penelitian ini.
Objek penelitian ini adalah perusahaan-manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2009. Penarikan sampel dapat dilihat
dalam tabel 4.1 barikut ini:
Tabel 4.1 Proses Seleksi Perusahaan Populasi
Jumlah Akumulasi
Data Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009
163
Perusahaan yang telah delisting tahun 2007-2009
(5)
158
Tidak tersedia/lengkap Laporan keuangan Audited tahun 2007-2009
(81)
77
Data tidak tersedia dan/atau tidak memenuhi syarat
(37)
40
Jumlah sampel selama periode penelitian (3 tahun)
40
120
Sumber: data diolah
39
40
Setelah mendapatkan jumlah perusahaan manufaktur yang dapat
dijadikan objek penelitian, metode purposive sampling dilakukan untuk
menentukan sampel, sehingga diperoleh 40 perusahaan. Distribusi sampel
dapt dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Seleksi Perusahaan Sampel
No.
Sektor dalam industi manufaktur
Jumlah
Perusahaan
Jumlah Perusahaan
Yang Masuk dalam
Sampel 1. Food and Beverages 16 4 2. Tobacco Manufacturers 4 0 3. Textile Mill Products 1 1 4. Apparel and Other 19 4 5. Lumber and Wood 4 2 6. Paper and Alllied 5 1 7. Cemical 6 1 8. Adhesive 4 3 9. Plasitic and glass 10 2 10. Cement 3 0 11. Metal 11 2 12. Fabricated 2 0 13. Stone 5 2 14. Cable 6 0 15. Electronic 2 2 16. Automotive 18 8 17. Photographic 2 0 18. Pharmaceutical 9 1 19. consumer 2 0 20. Transportation service 12 4 21. Telecomunication 6 2 22. Whole Sale and Retail Trade 15 1 Jumlah 163 40
Sumber: data diolah
Bedasarkan atas hasil seleksi perusahaan manufaktur diatas didapat 40 dari
163 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Data tersebut telah
41
disaring melalui kriteria-kriteria yang telah ditentukan dapat dilihat juga
bahwa banyak perusahaan yang tidak masuk seleksi itu dikarenakan dari
mereka tidak adanya kelengkapan dokumen yang dibutuhkan oleh peneliti
terutama perolehan data lengkap laporan keuangan tahunan 2007-2009.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum,
minimum. Untuk memberikan gambaran statistik deskriptif berikut akan
disajikan hasil uji statistik deskriptif menggunakan SPSS 17.0 dalam tabel
4.3 berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DEF 120 0 1 .08 .278
OP 120 0 1 .09 .290
AC 120 0 1 .98 .129
MJ_OWN 120 .00 12.40 .9618 2.77194
Valid N (listwise) 120
Pada tabel 4.3 dapat dilihat gambaran deskriptif semua variabel yang
terdiri dari nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasinya.
Sumber: data sekunder diolah
42
Nilai minimum dari masing-masing variabel menunjukkan nilai paling
kecil yang dapat diperoleh dari hasil analisis data. Nilai maksimum
menunjukkan nilai tertinggi dari hasil analisis data yang dilakukan. Mean
atau nilai rata-rata menunjukkan nilai rata-rata dari hasil analisis data yang
dilakukan pada masing-masing variabel.
Variabel debt default yang diproksikan dengan DEF menunjukkan
nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum 1, maksudnya adalah dalam
sampel ada yang berada dalam status default (1) dan tidak berada dalam
status default (0). Sedangkan mean menunjukkan angka 0.08 yang berarti
hanya sedikit perusahaan didalam sampel yang berada dalam kondisi
default.
Variabel opini audit tahun sebelumnya yang diproksikan dengan OP
dalam tabel 4.3 dimana perusahaan yang pada tahun sebelumnya
mendapatkan opini going concern oleh auditor akan diwakilkan dengan
(1), sedangkan perusahaan didalam sampel yang tidak mendapat opini
going concern diwakilkan dengan (0) seperti yang terlihat dalam nilai
minimum dan maksimum dalam tabel. Nilai mean yang memperlihatkan
angka 0.09 menunjukkan bahwa tidak banyak perusahan dalam tahun
penelitian yang mendapat opini going concern di tahun sebelumnya.
Variabel keberadaan komite audit yang diproksikan dengan AC dalam
tabel 4.3 dimana perusahaan yang memiliki komite audit akan diwakilkan
dengan (1), dan yang tidak memiliki komite audit akan diwakilkan dengan
(0) seperti yang terlihat dalam nilai minimum dan maksimumnya. Nilai
43
mean yang menunjukan angka 0.98 berarti hampir seluruh perusahaan
yang dijadikan sampel sudah memiliki komite audit didalamnya.
Variabel kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan MJ_OWN
memperlihatkan nilai minimum 0.00 dan maksimum sebesar 12.40. nilai
minimum 0.00 dalam tabel tersebut mengartikan dalam sampel terdapat
perusahaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun dari pihak dalam
perusahaan (pihak manajemen), dan nilai maksimum 12.40 menunjukkan
dalam sampel terdapat perusahaan yang memiliki kepemilikan sebesar
12.40 % oleh pihak manajerialnya. Mean 0.9618 menunjukkan hampir
seluruh perusahaan yang dimasukan dalam sampel memiliki kepemilikan
manajerial dalam tiap-tiap perusahaan tersebut.
2. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Hosmer And Lemeshow’s Goodness of Fit
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
And Lemeshow’s Goodness of Fit. Hosmer And Lemeshow’s
Goodness of Fit menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau
sesuai dengan model. Jika nilai Hosmer And Lemeshow’s Goodness of
Fit sama dengan atau kurang dari 0.05 maka hipotesis nol ditolak yang
berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai
observasinya, segingga Goodness fit model tidak baik karena model
tidak dapat memprediksi nilai observasina (Ghozali, 2005).
44
Hasil uji Hosmer And Lemeshow’s Goodness of Fit disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Hosmer And Lemeshow’s Goodness of Fit
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1.205 4 .877
Sumber: data sekunder diolah
Pengujian menunjukan nilai Chi-Square sebesar 1.205 dengan
signifikasi (p) sebesar 0.877 berdasarkan hasil tersebut, karena nilai
signifikasi lebih besar dari 0.05 maka model dapat disimpulkan
mampu memprediksi nilai observasinya.
b. Hasil uji Overall Model fit
Untuk menilai keseluruhan model ditunjukan dengan Log
Likelihood value (- 2LL), yaitu dengan cara membandingkan antara
nilai – 2LL pada awal (Block Number = 0),dimana model hanya
memasukan konstanta saja dengan nilai – 2LL dimana model
memasukan konstanta dan variabel bebas (Block Number = 1).
Apabila nilai -2LL Block Number =0 > nilai Block Number =1, maka
menunjukan model regresi yang baik.
45
Tabel 4.5 Hasil Uji Overall Model fit
Sumber: data sekunder diolah
Dari pengujian dilihat nilai statistik -2LL yaitu tanpa variabel
hanya konstanta saja sebesar 73.530 setelah dimasukan variabel baru
maka nilai -2LL turun menjadi 20.702 atau terjadi penurunan sebesar
52.828. Dengan df = 4 selisih 52.828 tersebut memiliki signifikasi
0.00 < 0.05 yang signifikan. Hal ini berarti penambahan variabel
independen kedalam model memperbaiki model fit.
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square.
Iteration Historya,b,c
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant
Step 0 1 78.744 -1.633-
2 73.721 -2.158-
3 73.531 -2.286-
4 73.530 -2.293-
5 73.530 -2.293-
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 73.530
c. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
46
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: data sekunder diolah
Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0.777 yang berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen adalah sebesar 77%, sedangkan sisanya sebesar 23%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian.
d. Hasil Uji Regeresi Logistik
Analisis uji regresi ini untuk menguji seberapa jauh semua
variabel terikat. Koefisien regresi dapat ditentukan dengan
menggunakan Wald Statistic dan nilai probabilitas (Sig.) pada tabel
berikut:
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 20.702a .356 .777
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates
changed by less than .001.
47
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a DEF 4.354 1.530 8.092 1 .004 77.762
OP 4.918 1.383 12.653 1 .000 136.734
AC .308 5.498 .003 1 .955 1.360
MJ_OWN .119 .237 .253 1 .615 1.126
Constant -5.261- 5.715 .848 1 .357 .005
a. Variable(s) entered on step 1: DEF, OP, AC, MJ_OWN.
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan hasil pengujian multivariate dengan regresi logistik
yang ditunjukkan pada tabel 4.7 diatas, maka keempat hipotesis yang
diajukan dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
H1: Debt default berpengaruh berpengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern
Vairabel debt default yang diproksikan dengan DEF, mempunyai
Asymptotic Significance (Sig) sebesar 0.04 lebih kecil dari 0.05 (α)
dan nilai Wald Statistic 8.092 lebih besar dengan Chi-Square tabel
sebesar 1.205. Hal ini berarti H0 ditolak dan H alternatif diterima atau
hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh positif antara status debt
default dengan kemungkinan penerimaan going concern diterima.
48
Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa debt default
berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going conern.
Hasil ini sama dengan penelitan sebelumnya. Penelitan terdahulu yang
dilakukan oleh Januarti (2008) menggunakan regresi logistik. Dari
hasil analisis yang dilakukan Januarti menunjukan bahwa default
berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Hasil analis ini
juga mendung hasil penelitian Praptitorini dan Januarti (2007), dan
Ramadhani (2004).
Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan
faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur
kesehatan keuangan perusahaan. Debt default atau kegagalan dalam
membayar hutang pada saat jatuh tempo dapat desebabkan oleh rugi
operasi yang terus menerus, defisiensi dalam ekuitas, labilnya kurs
mata uang asing. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat
besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk
menutupi hutang tersebut, sehingga akan mengganggu kelangsungan
operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka
kreditor akan memberikan status default. Auditor dalam memberikan
opini audit going concern akan mempertimbangkan status default
seperti yang tercamtum dalam PSA 30.
49
H2: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern
Variabel opini audit tahun sebelumnya yang diproksikan dengan
OP mempunyai Asymptotic Significance (Sig) sebesar 0.000 lebih
kecil dari 0.05 (α) dan nilai Wald Statistic 12.653 lebih besar dengan
Chi-Square tabel sebesar 1.205. Hal ini berarti H0 ditolak dan H
alternatif diterima atau hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh
positif antara status opini audit sebelumnya dengan kemungkinan
penerimaan going concern diterima.
Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
going conern. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitan
sebelumnya yang dilakukan oleh Januarti (2008), Santosa dan Wedari
(2007), dan Ramadhani (2004).
Hasil penelitan-penelitian tersebut menunjukan bahwa opini audit
tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going
concern yang diterima perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan yang tahun sebelumnya menerima opini going concern
kemungkinan besar akan menerima opini yang sama pada tahun
berikutnya, mengingat untuk memperbaiki kinerja perusahaan
dibutuhkan waktu yang relatif lama.
50
H3: Keberadaan komite audit berpengaruh berpengaruh
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
Variabel keberadaan komite audit yang diproksikan dengan AC
mempunyai Asymptotic Significance (Sig) sebesar 0.955 lebih basar
dari 0.05 (α) dan nilai Wald Statistic 0.003 lebih kecil dengan Chi-
Square tabel sebesar 1.205. Hal ini berarti H0 diterima dan H alternatif
ditolak atau hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh negatif
antara status keberadaan komite audit dengan kemungkinan
penerimaan going concern ditolak.
Dari hasil analisis mengenai pengaruh keberadaan komite audit
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern tersebut
mengartikan bahwa tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil
penelitian ini dapat menjadi suatu sinyal bagi komite audit agar dapat
membantu Dewan Komisaris dengan lebih efektif, misalanya dalam
memastikan struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan
dengan baik. Sebab, meskipun hampir semua perusahaan telah
memiliki komite audit efektiftasnya belum terlihat jelas dalam
meminimalisir kemungkinan perusahaan mendapatkan opini going
concern dari auditor.
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ramadhani (2004). Dalam penelitiannya Ramadhani
mendapatkan hasil bahwa komisaris independen komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
51
H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh berpengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern
Variabel kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan
MJ_OWN mempunyai Asymptotic Significance (Sig) sebesar 0.615
lebih basar dari 0.05 (α) dan nilai Wald Statistic 0.253 lebih kecil
dengan Chi-Square tabel sebesar 1.205. Hal ini berarti H0 diterima dan
H alternatif ditolak atau hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh
negatif antara status keberadaan komite audit dengan kemungkinan
penerimaan going concern ditolak.
Dari hasil Pengujian diatas didapatkan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil
pernelitan yang dilakukan oleh oleh Januarti (2008). Hasil dari
penelitan Januarti tidak menemukan pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap penerimaan opini going conern. Meskipun ada kepemilikan
manajerial ternyata fungsi pengawasan yang ada belum menjamin
untuk tidak diberikannya opini audit going concern. Karena untuk
menjaga kinerja sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal
maupun eksternal.
Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel debt
default dan opini audit tahun sebelumnya sebagai variabel signifikan
dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang
52
terdaftar di BEI. Sedangkan, variabel keberadaan keberadaan komite
audit dan kepemilikan manajerial tidak signifikan terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern.
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
No Hipotesis Hasil
1
Debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
didukung
2
Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
didukung
3
Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
tidak didukung
4
Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern
tidak didukung
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan 4 (empat) variabel
diatas hasil statistik menunjukan besarnya pengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern sebagai variabel
dependennya adalah 77%. Yang mengartikan bahwa masih banyak
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemungkinan perusahaan
53
mendapatkan opini going concern oleh auditor misalkan seperti
kondisi keuangan perusahaan, kualitas audit, atau lain sebagainya.
Besaran persentase ini juga tidak mengikat yang artinya bisa berubah
tergantung sampel dan metode yang digunakan juga faktor lainnya.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt default, opini
audit tahun sebelumnya, keberadaan komite audit, dan kepemilikan
manajerial. Obyek penelitan ini berjumlah 40 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2009.
Berdasakan pada data yang telah dikumpulkan terhadap permasalahan
dengan menggunakan model regresi logistik, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Debt default berpengaruh positif secara signifikan terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern. Hal ini dapat dijelaskan dengan besaran
tingkat signifikasi sebesar 0,004. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2008), Praptitorini dan Januarti
(2007), dan Ramadhani (2004).
2. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif secara signifikan
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. Hal ini dapat
dijelaskan dengan besaran tingkat signifikasi sebesar 0.000. Hasil
penelitian ini mendukung penlitian yang dilakukan oleh Januarti (2008),
Santosa dan Wedari (2007), dan Ramadhani (2004).
54
55
3. Keberadaan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Hali ini dapat
dijelaskan dengan besarnya tingkat signifikasi sebesar 0,995. Hal ini
sejalan dengan penelitian Ramadhani (2004).
4. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Hal ini dapat
dijelaskan dengan besarnya tingkat signifikasi sebesar 0,615. Hal ini
mengdukung penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2008).
B. Implikasi
Debt default memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
penilaian seorang auditor dalam memberikan opini going concern pada
perusahaan yang diauditnya. Begitupula dengan opini audit yang didapat
perusahaan pada tahun sebelumnya menjadikan sebuah tinjauan yang cukup
penting sebagai sedikit gambaran tentang hasil penilaian oleh auditor yang
akan didapatkan. Dua hal ini menjadi poin yang tidak boleh diabaikan oleh
sebuah perusahaan jika ingin mendapatkan penilaian yang baik dari auditor.
Karena efek yang timbul dari pemberian opini going concern tersebut
menjadikan hilangnya kepercayaan dari publik akan keberlanjutan usaha
auditee termasuk dari investor, kreditur, dan konsumen sehingga akan
semakin merugikan perusahaan itu sendiri. Selain itu dilain hal jika sebuah
perusahaan mendapatkan status default iut akan menjadi hambatan besar
karena perusahaan tersebut akan lebih sulit lagi bangkit dari keterpurukan
56
karena bila sudah mendapat status default tersebut investor akan berfikir dua
kali untuk memberikan modalnya karena mereka tahu bahwa mereka akan
sulit mendapatkan keuntungan seperti yang mereka harapkan dari modal
mereka nantinya. Dampak ini akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha
perusahaan yang berstatus default itu.
Dan bagi pihak auditor debt default dan opini audit tahun sebelumnya
menjadikan tinjauan yang penting dalam memberikan gambaran awal
sebelum melaksanakan pengauditan secara keseluruhan, karena perusahaan
yang mendapatkan status default dan going concern ditahun sebelumnya akan
berkemungkinan lebih besar mendapat opini going concern ditahun ini.
C. Keterbasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Jumlah sampel perusahaan yang dijadikan obyek penelitian hanya berasal
dari satu jenis industri saja yaitu manufaktur, sehingga tidak dapat
mengeneralisir hasil temuan untuk seluruh perusahaan go public di BEI.
2. Periode pengamatan hanya 3 (tiga) tahun dan pada saat kondisi ekonomi
normal, sehingga tidak bisa melihat kecenderungan trend penerbitan opini
audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang dan pada saat
kondisi tidak normal.
3. Hampir seluruh perusahaan di BEI telah membentuk komite audit.
Sehingga menjadikan variabel ini kurang kuat sebagai vaiabel yang dapat
dijadikan model keputusan opini audit going concern.
57
D. Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan diatas, saran yang dapat diberikan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian dengan
memasukan seluruh jenis industri, baik industri manufaktur, perdagangan,
jasa, maupun keuangan sebagai obyek penelitian agar nanti hasilnya
mampu menjelaskan besarnya pengaruh terhadap perusahaan yang
terdaftar di BEI secara keseluruhan.
2. Periode pengamatan bisa ditambahkan atau dibandingkan ketika keadaan
normal dan pada saat dimana keadaan tidak normal seperti contohnya
dalam keadaan krisis.
3. Periode penelitian dapat lebih diperpanjang sejak peraturan mengenai
pembentukan komite audit dikeluarkan serta memperluas karakteristik
komite audit, jumlah anggota, serta hal lainnya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Tarmizi, Rusmin, J. Nelson, Greg Tower. 2009. “The Inquitous Influence of Family Ownership Structures on Corporate Performance.” Journal of Global Business Issues, Vol.3 Issue 1 pp.41.
Altman, E dan McGough, T. 1974. “Evaluation of A Company as A Going Concern”.
Journal of Accountancy. December. 50-57. Arens, Alvin A., James K. Loebbecke , Amir Abadi Ju. 2008. “Auditing.” Edisi 6.
Salemba Empat. Yogyakarta. Chen, K. C. W., and B. K. Church. 1992. “Default on Debt Obligations and the
Issuance of Going-Concern Report”. Auditing: A Jurnal of Practice & Theory, fall. pp. 30-49.
Faizal, 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan, dan Mekanisme
Corporate Governance.” Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004.
Fanny, Margareta dan Sylvia Saputra. 2005. ”Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. “Peranan Dewan Komisaris dan
Komite Audit dalam Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”. http://www.google.com. Diakses pada 20 November 2009.
Gray, Iain dan Stuart Manson. 2000. “The Audit Process, Principles, Practice and
Cases. Second Edition.” Thomson Learning. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi
Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Herawaty, Vinola, 2008. “Peran Corporate Governance sebagai Moderating Variable
dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10 No.2. pp 97-108.
59
Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. “Standar Profesional Akuntan Publik.” Jakarta. Salemba Empat.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002. Januarti, Indira. 2008. “Analisa Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan
Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Universitas Dipenegoro.
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling, 1976. “Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, Vol.3 No. 4 pp. 305-360.
Kompas. 16 juni 2002. Arthur Anderson bermasalah Lenard, Mary Jane, Perualz Alam, dan David Booth. 1998. “ An Analysis of Fuzzy
Clustering and a Hybrid Model for Auditor’s Going Concern”. Decision Sciences, Vol 31. Issue 4. Pp. 861–884.
Mutchler, J.F. 1984. “Auditor Perceptions of the Going-Concern Opinion Decision.
Auditing.” A Journal of Practice & Theory 3. Spring. pp. 17 - 30. Mutchler, J.F. 1985. “A Multivariate Analysis of The Auditors Going Concern Opinion
Decision.” Journal of Accounting Research Autumn. Nasution M. dan Doddy Setiawan, 2007. “Pengaruh Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia.” Paper disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanuddin, Makassar, 26-28 Juli 2007.
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas
Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar.
Ramadhany, Alexander. 2004. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Mengalami Final Distress Di Bursa Efek Jakarta”. Tesis Program Pascasarjana Universitas Dipenegoro.
60
Santosa, Arga F. dan Linda K. Wedari, 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern.” JAAI, Vol.11 No.3. pp 141-158.
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004. Setiawan, Santy. 2006. “Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan”. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol V No 1. Mei. Hal 59-67. Setyarno, Eko Budi, Januarti, Indira dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit,
Koondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2002. ”Metode Statistika untuk Bisnis dan
Ekonomi." Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Solomon, J. and A. Solomon, 2005. “Corporate Governance and Accountability.”
England: John Wiley & Sons.
Ujiyantho, M. A. dan B. A. Pramuka, 2007. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan.” Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanuddin, Makassar, 26-28 Juli 2007.
Wedari, Linda K., 2004. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan
Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba.” Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, Bali, 2-3 Desember 2004.
61
Lampiran 1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
No Sektor dalam
manufaktur
Nama Perusahaan
1 Food and
Beverages
PT Aqua Golden Mississipi ppi tbk (AQUA)
2 PT Mitra International Resources tbk (MIRA)
3 PT Metrodata Electronics tbk (MTDL)
4 PT Tunas Ridean tbk (TURI)
5 Textile Mill
Products
PT Mandom Indonesi tbk (TCID)
6 Apparel and Other PT Sepatu Bata tbk (BATA)
7 PT Kimia Farma (persero) tbk (KAEF)
8 PT Nipress tbk (NIPS)
9 PT Taisho Pharmaceutical Indonesia tbk (SQBI)
10 Lumber and Wood PT Barito Pacific tbk (BRPT)
11 PT Sugi Samapersada tbk (SUGI)
12 Paper and Alllied PT Fajar Surya Wisesa tbk (FASW)
13 Cemical PT Pelangi Indah Canindo tbk (PICO)
14 Adhesive PT Berlina tbk (BRNA)
15 PT Ekadharma International tbk (EKAD)
16 PT Indal Alumuniun Industry tbk (INAI)
17 Plasitic and glass PT Dynaplast tbk (DYNA)
18 Metal PT indofarma (Persero) tbk (INAF)
19 PT Langgeng Makmur Industry tbk (LMPI)
20 PT Jakarta Kyoel Steel Works tbk (JKSW)
21 Stone PT Kageo Igar Jaya tbk (IGAR)
22 PT AGIS tbk (TMPI)
62
23 Electronic PT Mulia Industrindo tbk (MLIA)
24 PT Mustika Ratu tbk (MRAT)
25 Automotive PT Goodyear Indonesia tbk (GDYR)
26 PT Gajah Tunggal tbk (GJTL)
27 PT Indorama Syntetics tbk (INDR)
28 PT Mitra Adi Perkasa tbk (MAPI)
29 PT Asia Pacific Fiber tbk (POLY)
30 PT Semen Gresik (Persero) tbk (SMGR)
31 PT Siantar Top tbk (STTP)
32 PT Tempo Scan Pacific tbk (TSPC)
33 Pharmaceutical PT Trias Sentosa tbk (TRST)
34 Transportation
service
PT Apeni Pratama Ocean Line tbk (APOL )
35 PT Multi Indocitra tbk (MICE)
36 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) tbk (TLKM)
37 PT Zebra Nusantara tbk (ZBRA)
38 Telecomunication PT XL Axiata tbk (EXCL)
39 PT Mobile-8 Telecom tbk(FREN)
40 Whole Sale and
Retail Trade
PT Pelayaran Tempuran Emas tbk (TMAS)
63
Lampiran 2
Data Sampel
1. Data Sampel Tahun 2007
2007 NO DEF OP AC MJ_OWN GC
APOL 0 0 1 1.15 0 AQUA 0 0 1 0.00 0 BATA 0 0 1 0.00 0 BRNA 0 0 0 10.51 0 BRPT 1 1 1 0.42 1 DYNA 0 0 1 0.69 0 EKAD 0 0 1 0.00 0 EXCL 0 0 1 0.00 0 FASW 0 0 1 0.00 0 FREN 0 0 0 0.02 0 GDYR 0 0 1 0.00 0 GJTL 0 0 1 0.08 0 IGAR 0 0 1 0.00 0 INAF 0 0 1 0.01 0 INAI 0 0 1 0.04 0 INDR 0 0 1 0.00 0 JKSW 0 1 1 1.33 1 KAEF 0 0 0 0.00 0 LMPI 0 0 1 0.02 0 MAPI 0 0 1 0.00 0 MICE 0 0 1 0.00 0 MIRA 0 0 1 0.00 0 MLIA 0 0 1 0.04 0 MRAT 0 0 1 0.02 0 MTDL 0 0 1 1.70 0 NIPS 0 0 1 12.40 0 PICO 0 0 1 0.13 0 POLY 1 1 0 0.00 1 SMGR 0 0 1 0.00 0 SQBI 0 0 1 0.00 0 STTP 0 0 1 6.50 0 SUGI 0 0 1 0.00 0 TCID 0 0 1 0.05 0 TLKM 0 0 1 0.00 0 TMAS 0 0 1 0.14 0 TMPI 0 0 1 0.00 0 TRST 0 0 1 0.34 0 TSPC 0 0 1 0.07 0 TURI 0 0 1 0.00 0 ZBRA 1 1 0 0.00 1
64
2. Data Sampel Tahun 2008
2008 NO DEF OP AC MJ_OWN GC
APOL 0 0 1 1.17 0 AQUA 0 0 1 0.01 0 BATA 0 0 1 0.00 0 BRNA 0 0 1 10.52 0 BRPT 1 1 1 0.42 1 DYNA 0 0 0 0.69 0 EKAD 0 0 1 0.00 0 EXCL 0 0 1 0.01 0 FASW 0 0 1 0.00 0 FREN 0 0 1 0.02 0 GDYR 0 0 1 0.00 0 GJTL 0 0 1 0.08 0 IGAR 0 0 1 0.00 0 INAF 0 0 0 0.01 0 INAI 0 0 1 0.04 0 INDR 0 0 1 0.00 0 JKSW 0 1 1 1.33 1 KAEF 0 0 1 0.00 0 LMPI 0 0 1 0.02 0 MAPI 0 0 1 0.00 0 MICE 0 0 1 0.00 0 MIRA 0 0 1 0.00 0 MLIA 0 0 1 0.04 0 MRAT 0 0 1 0.03 0 MTDL 0 0 1 6.42 0 NIPS 0 0 1 12.40 0 PICO 0 0 1 0.08 0 POLY 1 1 1 0.00 0 SMGR 0 0 1 0.00 0 SQBI 0 0 1 0.00 0 STTP 0 0 1 3.10 0 SUGI 0 0 1 0.00 0 TCID 0 0 1 0.20 0 TLKM 0 0 1 0.00 0 TMAS 0 0 1 0.14 0 TMPI 0 0 1 0.00 0 TRST 0 0 1 0.00 0 TSPC 0 0 1 0.02 0 TURI 0 0 1 0.00 0 ZBRA 1 1 1 0.00 1
65
3. Data Sampel Tahun 2009
2009 NO DEF OP AC MJ_OWN GC
APOL 1 0 1 1.16 1
AQUA 1 0 1 0.01 0 BATA 0 0 1 0.00 0
BRNA 0 0 1 10.53 0 BRPT 0 1 1 0.42 0 DYNA 0 0 1 0.69 0
EKAD 0 0 1 0.00 0 EXCL 0 0 1 0.01 0
FASW 0 0 1 0.00 0
FREN 0 0 1 0.02 0 GDYR 0 0 1 0.00 0
GJTL 0 0 1 0.08 0 IGAR 0 0 1 0.02 0 INAF 0 0 1 0.01 0
INAI 0 0 1 0.04 0 INDR 0 0 1 0.00 0
JKSW 0 1 1 1.33 1
KAEF 0 0 1 0.00 0 LMPI 0 0 1 0.02 0
MAPI 0 0 1 0.00 0 MICE 0 0 1 0.00 0 MIRA 1 0 1 0.00 1
MLIA 0 0 1 0.04 0 MRAT 0 0 1 0.02 0
MTDL 0 0 1 8.35 0
NIPS 0 0 1 12.40 0 PICO 0 0 1 0.08 0
POLY 0 0 1 0.00 0 SMGR 0 0 1 0.00 0 SQBI 0 0 1 0.00 0
STTP 0 0 1 7.40 0 SUGI 0 0 1 0.00 0
TCID 0 0 1 0.20 0 TLKM 0 0 1 0.00 0 TMAS 0 0 1 0.14 0
TMPI 0 0 1 0.00 0 TRST 0 0 1 0.02 0 TSPC 0 0 1 0.02 0 TURI 0 0 1 0.00 0 ZBRA 1 1 1 0.00 1
66
Lampiran 3
Data Output SPSS
1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DEF 120 0 1 .08 .278
OP 120 0 1 .09 .290
AC 120 0 1 .98 .129
MJ_OWN 120 .00 12.40 .9618 2.77194
Valid N (listwise) 120
67
2. Regresi Logistik
Notes
Output Created 01-2011-مار EET 17:06:46
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
146
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing
Syntax LOGISTIC REGRESSION VARIABLES
GC
/METHOD=ENTER DEF OP AC
MJ_OWN
/CLASSPLOT
/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1)
CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10)
ITERATE(20) CUT(0.5).
Resources Processor Time 0:00:00.062
Elapsed Time 0:00:00.171
[DataSet0]
68
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 120 82.2
Missing Cases 26 17.8
Total 146 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 146 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable
Encoding
Original
Value Internal Value
0 0
1 1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant
Step 0 1 78.744 -1.633-
2 73.721 -2.158-
3 73.531 -2.286-
4 73.530 -2.293-
5 73.530 -2.293-
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 73.530
69
Iteration Historya,b,c
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant
Step 0 1 78.744 -1.633-
2 73.721 -2.158-
3 73.531 -2.286-
4 73.530 -2.293-
5 73.530 -2.293-
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 73.530
c. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
.001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
GC
0 1
Percentage
Correct
Step 0 GC 0 109 0 100.0
1 11 0 .0
Overall Percentage 90.8
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -2.293- .316 52.555 1 .000 .101
70
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables DEF 65.737 1 .000
OP 76.768 1 .000
AC 4.073 1 .044
MJ_OWN .277 1 .599
Overall Statistics 87.609 4 .000
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant DEF OP AC MJ_OWN
Step 1 1 43.094 -1.950- 1.627 2.210 -.027- .006
2 26.227 -3.023- 2.624 3.222 -.036- .019
3 21.758 -3.981- 3.432 4.031 .029 .048
4 20.806 -4.779- 4.024 4.606 .179 .088
5 20.705 -5.187- 4.304 4.871 .287 .114
6 20.702 -5.260- 4.352 4.917 .307 .119
7 20.702 -5.261- 4.354 4.918 .308 .119
8 20.702 -5.261- 4.354 4.918 .308 .119
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 73.530
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than
.001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
71
Step 1 Step 52.828 4 .000
Block 52.828 4 .000
Model 52.828 4 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 20.702a .356 .777
a. Estimation terminated at iteration number 8 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1.205 4 .877
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
GC = 0 GC = 1
Observed Expected Observed Expected Total
Step 1 1 50 49.650 0 .350 50
2 18 17.874 0 .126 18
3 14 13.901 0 .099 14
4 12 11.911 0 .089 12
5 12 11.760 0 .240 12
6 3 3.905 11 10.095 14
72
Classification Tablea
Observed
Predicted
GC
0 1
Percentage
Correct
Step 1 GC 0 107 2 98.2
1 2 9 81.8
Overall Percentage 96.7
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a DEF 4.354 1.530 8.092 1 .004 77.762
OP 4.918 1.383 12.653 1 .000 136.734
AC .308 5.498 .003 1 .955 1.360
MJ_OWN .119 .237 .253 1 .615 1.126
Constant -5.261- 5.715 .848 1 .357 .005
a. Variable(s) entered on step 1: DEF, OP, AC, MJ_OWN.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a DEF 3.873 1561.271
OP 9.100 2054.628
AC .000 65107.102
MJ_OWN .708 1.791
a. Variable(s) entered on step 1: DEF, OP, AC,
MJ_OWN.
73
Correlation Matrix
Constant DEF OP AC MJ_OWN
Step 1 Constant 1.000 -.254- -.229- -.979- -.288-
DEF -.254- 1.000 .425 .122 .318
OP -.229- .425 1.000 .088 .233
AC -.979- .122 .088 1.000 .193
MJ_OWN -.288- .318 .233 .193 1.000
74
Step number: 1 Observed Groups and Predicted Probabilities 160 + + | | | | F | | R 120 + + E | | Q |0 | U |0 | E 80 +0 + N |0 | C |0 | Y |0 | 40 +0 + |0 | |0 | |000 1 | Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------- Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Group: 0000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111111111111111111111111111111111 Predicted Probability is of Membership for 1 The Cut Value is .50 Symbols: 0 - 0 1 - 1 Each Symbol Represents 10 Cases.
75
Lampiran 4
Sampel Laporan Auditor Eksternal
1. Laporan Auditor Going concern (GC)
76
77
78
2. Laporan Auditor Non Going concern (NGC)
79