pengaruh dana pihak ketiga (dpk), non performing...
TRANSCRIPT
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON
PERFORMING FINANCING (NPF) DAN SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS) DAN FINANCING TO DEPOSIT
RATIO (FDR) TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH
PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
(PERIODE 2012 –2015)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar
Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Robiyah Al-adawiyah
(1112085000027)
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2016 M
ii
iii
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Robiyah Al-Adawiyah
NIM : 1112085000027
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidal melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 20 Desember 2016
Robiyah Al-Adawiyah
NIM. 1112085000027
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Robiyah Al-Adawiyah
Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 06 Mei 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Jombang Raya Pondok Pucung Rt 002/002 No
19. Kecamatan Pondok Aren, Kelurahan Pondok
Pucung Kode Pos 15229. Tangerang Selatan
No. Telepon : 0856 9248 8338
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2000 – 2006 : MI Nurul Falah
2006 – 2009 : Madrasah Tsanawiyah Al-Masthuriyah
2009 – 2012 : Madrasah Aliyah Al-Masthuriyah
2012 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2012-2013
vii
Anggota LiSEnSi (Lingkar Studi Ekonomi Islam) Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2012-2013
Staff HUMED LiSEnSi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2014-2015
Wakil Ketua Koordinasi PPM (Pengembangan Pemberdayaan
Masyarakat) LiSEnSi Universitas Islam Negri Syarif Hidaytullah Jakarta
Periode 2015-2016
Pengalaman Kerja
Magang Di Bank Mandiri Syariah, Cabang Ciputat (01-31 Juli 2015)
Magang Di Muamalat Tower (16 Mei – 16 Juli 2016)
viii
ABSTRACT
The study aims to analyze the influence of third party funds, Non
Performing Financing (NPF), Certificate of Bank Indonesia Syaria, and
Financing to Deposit Ratio (FDR) of financing mudharabah in syaria banking in
indonesia. The data used in this study in the data montly from January 2012 of
December 2015. The study is using the method of analysis of the regression linier
risks by using a computer program spss of 20.00 and Microsoft excel 2010.
The result showed that Third party Fund, non Performing Financing (NPF),
Certificate of Bank Indonesia Syaria, and Financing to deposit Ratio (FDR)
simultaneously or together have a significant influence on the financing
mudharabah with the sig. 0.000 < 0.05. the result showed a partial third party
fund significanty influence on financing mudharabah. Non performing financing
no significanty influence on financing mudharabah. Certificate of Bank Indonesia
syaria does not affect the partial on the financing mudharabah and financing to
deposit ratio a partial impact on the financing mudharabah.
Keyword: Financing Mudharabah, Third party Fund, non Performing Financing,
Certificate of Bank Indonesia Syaria, Financing to deposit Ratio
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujaun untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Non Performing Financing (NPF), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap pembiayaan mudharabah
pada perbankan syariah di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data bulanan periode 2012-2015 yang dipublikasikan Bank Indonesia.
Penelitian ini menggunakan program komputer SPSS versi 20.00 dengan
Microsoft Excel 2010.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Financing (NPF), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) secara simultan atau bersama-sama mempunyai
pengrauh yang signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada perbankan
syaraih di Indonesia dengan nilai sig. 0.000 < 0.05. secara parsial hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah. Non Performing Financing (NPF)
memiliki pnegaruh dan tidak signifikan terhadap pembiayaan imudharabha.
Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS) tidak memiliki pengaruh terhadap
pembiayaan mudharabah. Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh
dan signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di
Indonesia.
Kata kunci: Pembiayaan Mudharabah, Dana Pihak Ketiga, Non Performing
Financing, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Financing to Deposit Ratio
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil Aalamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT yang mana telah memberikan rahmat-Nya khusus nya kepada penulis baik
nikmat iman, nikmat islam serta nikmat sehat wal‟afiat. Dan tidak lupa pula
shalawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada kekasih-Mu yakni Nabi
Muhammad SAW juga kepada keluarganya, sahabat nya dan kepada seluruh
umatnya.
Syukur Alhamdulillah karena berkat rahmat, karunia, keridhaan dan kasih
sayang-Nya penulis memiliki kekuatan, kemauan, kesabaran, kesempatan dan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Pembiayaan
Mudharabah Pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode 2012-2015)”,
dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai manusia biasa penulis sangat
menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Namun, penulis berharap semoga sedikit dan banyaknya skripsi ini mudah-
mudahan dapat bermanfaat bagi banyak orang.
xi
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini:
1. Terutama dan teristimewa untuk kedua orang tua saya tercinta Bapak H.
Ahmad Sabenih dan Ibu HJ. Muiyah yang tidak pernah bosan dan tidak
pernah henti-hentinya selalu memberikan kasih sayang, cinta, doa, nasihat
dan motivasi kepada saya. Semua pengorbanan, perjuangan, tetesan
keringat dan helaan nafas beliau merupakan dukungan terbesar bagi saya
untuk memberikan yang terbaik kepada Bapak dan Ibu. Mudah-mudahan
atas izin dan Ridha Allah SWT semoga saya selalu menjadi anak
kebanggan bagi Bapak dan Ibu, dapat selalu mengukir senyum Bapak dan
ibu. Terima kasih Bapak dan Ibu atas semua yang telah kalian berikan
kepada saya, semoga saya selalu bisa memberikan kebhagiaan dan
menjadi orang yang sukses.
2. Bapak Dr. Mohammad Arief Mufraini, LC., M.Si selaku dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yang telah memberikan ilmu yang bermnafaat bagi penulis.
3. Bapak Bapak Aditya Ginanjar, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah dan Ibu Fitri Damayanti, SE.,M.Si selaku Sekretarsi Jurusan
Perbankan Syariah, yang selalu memberikan informasi akademik kepada
setiap mahasiswa perbankan syariah, dan yang selalu memberikan
dukungan dan kesempatan yang sangat besar kepada saya dalam dan
xii
membantu dalam menyelesaikan studi di Universitas UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Indoyama Nasaruddin, SE., MAB selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I yang dengan sabar selalu meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberi arahan dan memotivasi saya dalam menyelesaikan
skripsi. Terima kasih banyak Pak Indo, atas semua arahan dan bimbingan
yang telah bapak berikan kepada saya dari proses penulisan hingga
terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan, limpahan Rahmat, limpahan nikmat serta selalu diberikan
kebahagiaan baik dunia maupun akhirat, Amiin.
5. Ibu Aini Masruroh, SE.I.,MM Selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah meluangkan waktunya dengan penuh kesbaran untuk memberikan
bimbingan dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih banyak atas semua pengorbanan waktu, tenaga, saran dan
arahan yang telah ibu berikan. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan,
kebagian dan selalu ada dalam lindungan Allah SWT.
6. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Dosen Pembimbing Akademik.
Terima kasih atas bimbingan dan arahannya, serta waktu yang diluangkan
untuk berdiskusi dalam perkuliahan sejak awal kuliah hingga akhir.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan motivasi dan pengetahuan yang
bermanfaat bagi saya selama penulisan skripsi dan masa perkuliahan.
xiii
8. Kakak-kakak tercinta dan tersayang Ka Wati, Ka Kholid, Ka Yuyun
terima kasih atas support yang telah kalian berikan. Terutama ka yuyun
yang selalu setia mendengarkan keluh kesah saya disaat saya sedang down
dalam mngerjakan skripsi. Serta adik-adik saya zakiyah dan musfiq, terima
kasih berkat motivasi doa dari kalian semua akhirnya saya dapat
menyelesaikan skripsi.
9. Keponakan tersayang dan tercinta Abang Achya, Babang Raju, Kakak
Syifa dan Ade Hikam. Terutama Raju, Syifa dan Hikam yang selalu
menghibur dan memberikan semangat dikala saya mulai patah semangat
ketika pembuatan skripsi, mereka selalu menjadi penghibur bagi saya.
10. Teruntuk sahabat Hayyatul Muthmainnah dan Dian Purwaningsih. Terima
kasih atas segalanya, sabarnya, baiknya, support dan doanya yang selalu
memberikan kehangatan, yang selalu setia mendengarkan keluh kesah
atas kalian yang selalu mensupport, yang setia mendengarkan keluh kesah
saya, mmeberikan semangat, inspirasi dan masukan selama kuliah maupun
mengerjakan skripsi dan yang selalu ada disaat suka maupun duka.
Semoga kalian semua menjadi orang yang sukses baik dunia maupun
akhirat, amiiiiin.
11. Queenindya Permata Faly, terima kasih atas support dan motivasi yang
telah diberikan selama penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini.
12. Terima kasih untuk Enny Susilowati teman setia ketika bimbingan dan
yang selalu memotivasi dalam pengerjaan skripsi.
xiv
13. Keluarga besar “ALKAHFI” MAK Al-Masthuriyah. Semoga kalian semua
sukses baik dunia maupun akhirat.
14. Keluarga besar LiSEnSi (Lingkar Studi Ekonomi Islam) 2012. Terima
kasih telah menerima saya menjadi bagian dari keluarga kalian, kenal
dengan kalian itu kebahagiaan sendiri bagi saya, kalian semua orang-orang
hebat. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses di kemudian hari
baik dunia maupun akhirat, amiiin.
15. Seluruh teman teman Perbankan Syariah Angkatan 2012 yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat saya
kepada teman-teman.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang membangun dari
berbagai pihak.
Jakarta, 20 Desember 2016
Robiyah Al-adawiyah
xv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan masalah ........................................................................... 16
C. Tujuan penelitian ................................................................................ 17
D. Manfaat penelitian .............................................................................. 17
E. Sistematika penulisan ......................................................................... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................. 21
1. Pengertian Pembiayaan .......................................................... 21
2. Pembiayaan mudharabah ....................................................... 26
3. Dana Pihak Ketiga (DPK) ...................................................... 34
4. Non Performing Financing (NPF) .......................................... 39
5. Sertifikat Bank indonesia Syariah (SBIS) .............................. 42
6. Financing to Deposit Ratio (FDR) ......................................... 45
7. Bank ...................................................................................... 48
xvi
8. Bank Syariah .......................................................................... 49
B. Keterkaitan Antar Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat ....... 54
C. Penelitian Terdahulu .................................................................... 58
D. Kerangka Pemikiran .................................................................... 66
E. Hipotesis ....................................................................................... 69
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 71
B. Populasi dan teknik Pengambilan Sampel ......................................... 71
C. Metode Pengumpulan data ................................................................. 73
D. Metode analisis Data .......................................................................... 74
E. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 85
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas gambaran umum objek penelitian ........................................ 88
B. Deskriptif data .................................................................................... 90
C. Hasil analisis dan pembahasan ........................................................... 100
1. Uji asumsi klasik .......................................................................... 101
2. Uji hipotesis ................................................................................. 108
3. Analisis regresi linier bergnda ..................................................... 114
D. Interpretasi.......................................................................................... 115
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 122
B. Implikasi ............................................................................................. 123
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 124
LAMPIRAN .................................................................................................. 130
xvii
DAFTAR TABEL
1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah ..........................................................
1.2 Komposisi Non Performing Financing (NPF) 2012-2015 .........................
1.3 Komposisi Financing to Deposit Ratio (FDR) 2012-2015 ........................
2.1 Kriteria Tingkat Kesehatan NPF Bank Syariah .........................................
2.2 Kriteria Penilaian Financing to Deposit Ratio (FDR) ................................
2.3 Perbedaan Bank Islam dengan Bank Konvensional...................................
2.4 Penelitian Terdahulu ..................................................................................
3.1 Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi ........................
3.2 Kriteria Terhadap Koefisien Korelasi ........................................................
4.1 Dana Pihak Ketiga Periode 2012- 2015 .....................................................
4.2 Non Performing Financing Periode 2012- 2015 ........................................
4.3 Sertifikat Bank Indonesia Syariah Periode 2012-2015 ..............................
4.4 Financing to Deposit Ratio Periode 2012-2015 .........................................
4.5 Pembiayaan Mudharabah Periode 2012-2015 ...........................................
4.6 Hasil Uji Normalitas Klomogrov-Smirnov ................................................
4.7 Hasil Uji Multikolonieritas dengan Tolerance dan VIF .............................
4.8 Hasil Uji Autokorelasi-Uji Durbin-Watson ...............................................
4.9 Hasil Uji Statistik t (Parsial) ......................................................................
4.10 Hasil Uji Statistik F (Simultan) ................................................................
4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................................
4.12 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ...................................................
xviii
DAFTAR GAMBAR
1.1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah Periode 2012-2015 .....................
1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah Periode 2012-2015..................................
1.3 Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) 2012-2015 .....................................
1.4 Komposisi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 2012-2015 .............
1.5 2.1 Bagan Proses Mudharabah ...................................................................
1.6 2.2 Kerangka Pemikiran .............................................................................
1.7 4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram ...............................................
1.8 4.2 Hasil Uji Normalitas Grafik Normal probability plot ..........................
1.9 4.3 Hasil Uji Heteroskedasitas ...................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan bank sangatlah penting bagi perekonomian suatu Negara,
karena bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu Negara.
Oleh karena itu, peranan perbankan sangatlah mempengaruhi kegiatan
ekonomi suatu Negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu
Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara tersebut. Semakin
maju suatu Negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam
mengendalikan Negara tersebut. (Kasmir, 2008).
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang menjalankan fungsi
perantara (intermediary) dalam penghimpunan dana masyarakat serta
menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. (Arif, 2011). Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang
bertugas menghimpun dana masyarakat serta menyalurkannya dengan
mekanisme tertentu. Penghimpunan dana dilakukan melalui simpanan dan
investasi seperti giro, tabungan dan deposito berjangka, sedangkan
penyaluran dana dilakukan dengan beberapa akad seperti murabahah,
istishna, mudharabah, musyarakah, ijarah dan salam. (Wiroso, 2005).
Pada Undang-undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
disebutkan bahwa terdapat tiga bentuk perbankan syariah di Indonesia, yaitu
Bank Umum Syariah (BUS), Unut Usaha Syariah (UUS), dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Perkembangan bank syariah di
2
Indonesia masih belum optimal, baik dari segi jumlah bank, jumlah
kantor, maupun jumlah asetnya. Berdasarkan statistik Perbankan Syariah
Periode 2012-2015, sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit
Usaha Syariah (UUS) dan 161 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Indikator Bank 2012 2013 2014 2015
Bank Umum Syariah
- Jumlah Bank 11 11 12 12
- Jumlah Kantor 1.745 1.998 2.151 2.121
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Bank 24 23 22 22
- Jumlah Kantor 517 590 354 331
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
- Jumlah Bank 158 163 163 161
- Jumlah Kantor 401 402 439 433 Sumber Data : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2012-2015
Tabel 1.1, menunjukkan perbankan syariah berkembang cukup pesat,
hal itu dapat dilihat dari jumlah kantor yang setiap tahunnya terus
bertambah. Lahirnya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
mendorong peningkatan jumlah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS). Dalam lima tahun terakhir jumlah jaringan kantor
perbankan syariah yang meliputi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) mengalami peningkatan dari 1.745 kantor BUS
ditahun 2012 menjadi 2.121 kantor diakhir tahun 2015, pada tahun 2012
jumlah kantor UUS sebanyak 517 kantor dan meningkat menjadi 331 kantor
di akhir tahun 2015. Untuk BPRS pun mengalami peningkatan dari 401
kantor BPRS menjadi 433 kantor diakhir tahun 2015.
3
Pendirian perbankan syariah di Indonesia semakin hari semakin pesat.
Terlihat dari mulai banyak bank-bank konvensional yang mulai mendirikan
bank-bank syariah. Persaingan antar perbankan dalam meningkatkan
kualitas pelayanan untuk menarik nasabah pun semakin tinggi. Beragam
jasa pelayanan untuk menarik nasabah juga semakin tinggi. Beragam jasa
pelayanan yang diberikan oleh bank juga mengalami perkembangan.
Berbagai penelitian menemukan bahwa prilaku nasabah dalam memilih
bank syariah di dorong oleh faktor memperoleh keuntungan. (Andriyani,
2012).
Perbankan syariah pada dasarnya merupakan suatu industri keungan
yang memiliki sejumlah perbedaan mendasar dalam kegiatan utamanya
dibandingkan dengan perbankan syariah. Salah satu perbedaan utamanya
terletak pada penentuan return yang akan diperoleh. Pada perbankan
syariah, besarnya komfensasi yang didapatkan oleh nasabah bukan berasal
dari perhitungan bunga yang ditetapkan di awal, namun komfensasi yang
didapatkan itu dari kesepakatan keuntungan yang ditetapkan diawal.
(Wibowo, 2007).
Perkembangan perbankan syariah yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai Asset, Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan yang disalurkan dari tahun ke tahun.
Diakhir periode tahun 2012 total asset perbankan syariah telah mencapai Rp
147.581 miliar, ditahun 2013 aset mencapai Rp 180.360 miliar, ditahun
2014 sebesar Rp 204.961 miliar dan diakhir tahun 2015 mencapai Rp
4
213.422 miliar. Peningkatan asset ini didukung oleh bertambahnya jumlah
BUS dan UUS. Peningkatan asset perbankan syariah ini menunjukkan
bahwa perbankan syariah semkain dipercaya dan semakin dilirik oleh
masyarakat sehingga mereka menyimpan dananya pada bank syariah.
Gambar 1.1
Perkembangan Aset Perbankan Syariah 2012-2015
Pembiayaan atau financing merupakan salah satu tugas pokok bank,
yaitu fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi pihak-pihak yang
memerlukan Lembaga Keuangan (Bank) adalah sebuah lembaga perantara
antara pihak surplus dana kepada pihak minus dana. Dengan demikian, bank
dengan sendirinya memainkan peranan penting dalam pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan umat, jika bank mampu memobilisasikan uang
masyarakat, secara tidak langsung ataupun melalui lembaga keuangan non
bank. (Muhammad, 2002). Untuk mempertemukan pihak yang kelebihan
dana dengan pihak yang membutuhkan dana maka dibutuhkanlah sebuah
lembaga yang disebut bank (Rodoni, 2009).
147.581 180.360
204.961 213.422
0
50
100
150
200
250
2012 2013 2014 2015
Aset Aset
5
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil yang sering dibahas dalam
literature fiqh, umunya disalurkan perbankan syariah melalui dua jenis,
yaitu pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Menurut
PSAK 105 Paragraf 4, mudharabah yaitu akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (pemilik modal) menyediakan seluruh dana,
sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola dan
keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan, sedangakn kerugian finansial
lainnya ditanggung oleh pengelola dana.
Pembiayaan mudharabah diharapkan bisa mendominasi pembiayaan
yang ada di bank syariah, karena dengan sistem bagi hasil diharapkan lebih
bisa menggerakkan usaha yang bersifat produktif, sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk menciptakan lapangan kerja yang baru. Selain itu
apabila jumlah pembiayaan tinggi, hal ini akan menarik nasabah untuk lebih
berani dalam menginvestasikan dana yang dimiliki ke dalam pembiayaan
mudharabah. Tetapi berdasarkan fakta dilapangan jumlah pembiayaan
mudharabah selalu lebih kecil dibandingkan pembiayaan murabahah. Hal
ini disebabkan karena pembiayaan bagi hasil cenderung memiliki risiko
yang lebih besar jika dibandingkan dengan pembiayaan lainnya, walaupun
prinsip bagi hasil menjadi ciri khas bank syariah, namun risiko yang
dihadapi cukup besar yaitu risiko terjadinya moral hazard dan biaya
transaksi tinggi.
Data bank Indonesia menyebutkan bahwa pembiayaan murabahah
lebih mendominasi dibandingkan pembiayaan mudharabah dan
6
musyarakah. Berdasarkan data Statistik Perbankan pembiayaan dengan
prinsip murabahah (jual beli) paling banyak menyalurkan dananya
dibandingkan dengan pembiayaan prinsip mudharabah dan musyarakah
(bagi hasil). Berikut dipaparkan dalam gambar 1.2:
Gambar 1.2
Pembiayaan Perbankan Syariah Periode 2012 – 2015
(Dalam Milyar)
Sumber Data: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2012-2015
Pada dari gambar 1.2 diatas memperlihatkan bahwa pembiayaan
yang disalurkan oleh bnak syariah dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, akan tetapi dari ketiga pembiayaan diatas yang mendominsi
pembiayaan perbankan syariah yaitu pembiayaan murabahah (jual beli)
dibandingakn dengan pembiayaan dengan pola prinsip bagi hasil yaitu
mudharabah dan musyarakah. Bila dilihat memang pembiayaan
murabahah lah yang memiliki risiko paling kecil dan yang memiliki
sistem operasional yang paling mudah dipahami juga dikerjakan
dibandingkan pembiayaan dengan menggunakan akad lainnya. Pada
desember 2015 pembiayaan murabahah sebesar Rp. 122.111 miliyar, pada
88.004 110.565 117.371 122.111
12.023 13.625 14.354 14.821 27.667
39.874 49.387 60.713
2012 2013 2014 2015
Pembiayaan Perbankan Syariah
Murabahah Mudharabah Musyarakah
7
pembiayaan mudharabah Rp. 14.821 miliyar, dan pada pembiayaan
musyarakah sebesar Rp. 60.713 miliyar rupiah. Hal ini berbeda dengan
persepsi umum yang menganggap bahwa bank syariah merupakan bank
yang melakukan kegiatan bisnis berdasarkan prinsip bagi hasil.
Andreani (2011) menjelaskan bahwa masih relatif kecilnya jumlah
porsi pembiayaan bagi hasil yang disalurkan menunjukkan bahwa
perbankan syariah belum mencerminkan core business sesungguhnya.
Padahal pembiayaan berbasis bagi hasil inilah yang sangat berpotensi dalam
menggerakkan sektor riil. Peningkatan sector riil akan berdampak pada
peningkatan kondisi perekonomian Negara yang diikuti peningkatan
perekonomian masyarakat. Sebagian pakar berpendapat bahwa pembiayaan
non bagi hasil khususnya murabahah, merupakan bentuk pembiayaan
sekunder yang seharusnya hanya dipergunakan sementara yakni pada awal
pertumbuhan bank yang bersangkutan, sebelum bank tersebut mampu
menyalurkan pembiayaan bagi hasil dan atau porsi pembiayaan murabahah
tersebut tidak mendominasi pembiayaan yang disalurkan.
Dalam kegiatannya, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok
bank syariah dalam menyalurkan dana yang berhasil dihimpun dari pihak
yang kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana. Untuk itu bank
syariah dalam menyalurkan pembiayaan harus berdasarkan dua prinsip
perbankan syariah yang mendasar. Pertama, prinsip keadilan yaitu
pembiayaan harus saling menguntungkan baik bagi pihak pengguna dana
8
maupun penyedia dana. Kedua, prinsip kepercayaan yang merupakan
landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan yang akan diberikan.
Kegiatan usaha yang paling utama dari suatu perbankan adalah
penghimpunan dan penyaluran dana. Kegiatan penghimpunan dana yang
berasal dari bank itu sendiri, dari deposan/nasabah, pinjaman dari bank lain
maupun bank Indonesia (BI), dan dari sumber lainnya. Kegiatan
penghimpunan dana bank sebagian besar bersumber dari simpanan nasabah
dalam bentuk simpananan giro, tabungan dan deposito. Simpanan nasabah
ini disebut sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK).
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah modal yang paling banyak dihimpun
oleh bank dari masyarakat yang berupa tabungan mudharabah, giro wadiah,
deposito mudharabah. Dana yang bersumber dari masyarakat luas atau Dana
Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber terpenting bagi kegiatan
operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika
mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. (Karim ,2010).
Tingginya penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengindikasikan
semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada perbankan syariah.
Semakin besar sumber dana yang terkumpul maka akan semakin besar pula
bank menyalurkan dananya nya ke masyarakat. Hal tersebut dikarenakan
salah satu tujuan bank adalah mendapatkan keuntungan (profit), sehingga
bank tidak akan menganggurkan dananya begitu saja. Bank cenderung akan
menyalurkan dananya semaksimal mungkin. Berikut Komposisi Dana
Pihak Ketiga (DPK) Periode Januari 2012-Desember 2015:
9
Gambar 1.3
Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) 2012-2015
Sumber Data: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2012-2015
Gambar 1.3 diatas, dapat terlihat Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perbankan Syariah setiap tahunnya mengalami peingkatan yang cukup
signifikan. Pada tahun 2012-2015 atau lima tahun belakangan ini DPK
Perbankan Syariah terus meningkat, pada akhir sebesar 2012 sebesar Rp
147.512 milyar, tahun 2013 pun meningkat menjadi Rp 183.534 milyar,
pada tahun 2014 menjadi Rp 217.858 milyar dan di akhir tahun 2015
meningkat menjadi Rp 231.175 milyar. Jadi dalam lima tahun ini, Dana
Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah meningkat sekitar 3786,87 persen.
Kemampuan bank syariah dalam memberikan pembiayaan sangat
dipengaruhi oleh bank syariah dalam menyerap dana pihak ketiga dari
masyarakat. Apabila dana pihak ketiga semakin besar maka akan semkain
besar pula pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank syariah.
147.512
183.534
217.858 231.175
0
50
100
150
200
250
2012 2013 2014 2015
Dana Pihak Ketiga DPK
10
Kemudian faktor bank yang harus juga diperhatikan dalam
memberikan pembiayaan kepada masayarakat, salah satunya adalah
berkaitan dengan resiko likuiditas yiatu Non Performing Financing (NPF).
Non Performing Financing (NPF) ini menunjukkan seberapa besar
kolektabilitas bank dalam mengumpulkan kembali pembiayaan yang telah
disalurkannya. Menurut bank Indonesia salah satu kategori bank yang sehat
adalah bank yang memiliki Non Performing Financing (NPF) kurang dari
5%. Besar kecilnya NPF dapat dijadikan pertimbangan oleh bank syriah
untuk menyalurkan dan memberikan pembiayaan kepada masyarakat.
Semakin besar pembiayaan bermasalah maka bank syariah akan lebih
berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan. Berikut Komposisi Non
Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Periode Januari 2012-
Desember 2015:
Tabel 1.2
Komposisi Non Performing Financing (NPF) 2012-2015
Tahun NPF
(%)
2012 2.22
2013 2.62
2014 4.33
2015 4.34 Sumber Data: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2012-2015
Tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa rasio Non Performing Financing
(NPF) desember 2012 sebesar 2.22%, pada desember 2013 sebesar 2.62%,
desember 2014 sebesar 4.33% dan di tahun 2015 sebesar 4.34%. Walaupun
nilai rasio NPF setiap tahunnya mengalami kenaikan tetapi nilai rasio NPF
nya masih dibawah ketentuan yang ditentukan bank Indonesia (BI) yaitu
11
masih dibawah 5%. Artinya bank syariah betul menjalankan fungsinya
sebagai lembaga intermediasi keuangan dengan tidak mengabaikan prinsip
kehati-hatian. Selain itu juga, secara keseluruhan perbankan syariah relatif
lebih sehat.
Non performing financing (NPF) merupakan indikator pembiayaan
bermasalah yang perlu diperhatikan karena sifatnya yang fluktuatif dan
tidak pasti sehingga penting untuk diamati dengan perhatian khusus. Jika
tidak ditangani dengan baik maka pembiayaan bermasalah merupakan
sumber kerugian yang sangat potensial bagi bank karena diperlukan
penanganan yang sistematis dan berkelanjutan. (Mahmoeddin, 2004).
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) selain menjadi piranti untuk
pengendalian uang beredar juga dijadikan sarana penitipan jangka pendek
khususnya bagi bank yang mengalami kelebihan lukuiditas. (Siregar, 2005).
Instrument ini digunakan untuk pengelolaan likuiditas bank syariah. Bila
terjadi kelebihan dana pada bank syariah maka bank syariah menempatkan
dana nya pada SBIS. Penempatan tersebut merupakan indikasi dari tidak
tersalurkannya pembiayaan perbankan syariah secara baik dan optimal.
Sehingga perbankan syariah mencari alternatif untuk berinvestasi pada
instrument moneter syariah yang ada. Dengan menempatkan kelebihan atas
sejumlah dana pada instrument moneter syariah yaitu SBIS, yang memiliki
dampak dan resiko yang lenih minim terhadap kinerja perbankan syariah
bila dibandingkan dengan isntrumen moneter syariah lainnya. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar tidak terdapat dana yang menganggur (idle
12
fund), sehingga pada perbankan syariah dapat disalurkan secara optimal.
Karena islam sangat menganjurkan kegiatan investasi agar harta menjadi
berguna dan lebih produktif sehingga mendatangkan manfaat.
Pada saat tertentu SBIS menarik bagi perbankan syariah untuk
menanamkan dananya pada instrument ini dibandingkan disalurkan melalui
pembiayaan karena adanya berbagai faktor, diantaranya faktor resiko. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini diduga SBIS mempengaruhi tingkat
pembiayaan mudharabah. Apabila semakin tinggi SBIS maka jumlah
pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah akan berkurang.
Gambar 1.4
Komposisi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 2012-2015
Sumber Data: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2012-2015
Gambar 1.4 menunjukkan bahwa SBIS setiap tahunnya mengalami
pergerakan yang fluktuatif. Pada tahun 2012 tercatat sebesar Rp 4.993
miliyar lalu menjadi naik sebesar Rp 6.699 miliyar di tahun 2013 dan terus
naik di tahun 2014 sebesar Rp 8.130 miliyar dan pada desember 2015
mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 6.280 miliyar. Sedangkan
pembiayaan mudharabah mengalami peningkatan yang cukup signifikan
4.993
6.699 8.130
6.280
0
2
4
6
8
10
2012 2013 2014 2015
Perkembangan SBIS
SBIS
13
pada tahun yang sama. SBIS dimanfaatkan oleh bank syriah sebagai
alternatif apabila bank mengalami kelebihan pada tingkat likuiditas. Apabila
semakin tinggi SBIS, maka jumlah pembiayaan yang disalurakan pada bank
syariah akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah adalah
Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR)
adalah perbandingan antara jumlah pembiayaan yang disalurkan bank
syariah dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank.
FDR dapat menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.
Semakin tinggi FDR menunjukkan semakin pula pembiayaan yang
disalurkan.
Menurut Umam (2013), Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)
dalam melihat seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Sehingga semakin besar penyaluran
dana dalam bentuk pembiayaan dibandingkan dengan deposit atau simpanan
masyarakat dalam suatu bank membawa konsekuensi semakin besar resiko
yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Apabila pembiayaan yang
disalurkan bermasalah, bank akan mengalami kesulitan untuk
mengendalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat. Berikut komposisi
nilai rasio FDR 2012-2015:
14
Tabel 1.3
Komposisi Financing to Deposit Ratio (FDR) 2012-2015
Tahun FDR
(%)
2012 100
2013 100.32
2014 91.50
2015 92.14 Sumber Data: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2012-2015
Pada tabel 1.3 diatas menunjukkan FDR tumbuh secara fluktuatif dari
tahun 2012 sampai 2015. Pada tahun 2012 nilai rasio FDR sebesar 100%,
tahun 2013 sebesar 100.32%, di tahun 2014 menurun menjadi sebesar
91.50% dan di akhir tahun 2015 menjadi sebesar 92.14%.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati Siregar (2005) tentang
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Dana Perbankan
Syariah di Indonesia. Hasil penelitian nya menyebutkan bahwa Dana Pihak
Ketiga (DPK) adalah salah satu faktor yang berpengaruh signifikan dalam
penyaluran dana bank syariah. Selain itu, penelitian Pratin dan Adnan
(2005); Donna dan Dumairy (2006); Maryanah (2006) menunjukkan bahwa
variabel DPK mempunyai hubungan positif signifikan terhadap
pembiayaan. Penelitain lebih lanjut dilakukan oleh Donna dan Chotimah
(2008) yang memperoleh kesimpulan bahwa pembiayaan mudharabah
dipengaruhi secara signifikan oleh dana pihak ketiga (positif), tingkat bagi
hasil (positif), dan modal per asset (positif).
Penelitian Faikoh (2008) menyimpulkan bahwa NPF berpengaruh
signifikan terhadap volume pembiayaan mudharabah pada perbankan
15
syariah. Fauziyah (2008) juga menyatakan bahwa NPF berpengaruh
signifikan negatif terhadap pembiayaan mudharabah.
Penelitian yang dilakukan Dahlan (2014) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap pembiayaan. Hasil ini
menunjukkan semakin tinggi tingkat bonus SBIS maka bank syariah akan
memiliki kecenderungan untuk mengurangi penyaluran pembiayaan.
Sedangkan hasil penelitain Qolby (2013) menyatakan bahwa variabel SBIS
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan.
Giamini (2013) dalam penelitainya menunjukkan bahwa variabel
FDR berpengaruh negatif terhadap pembiayaan mudharabah dalam
penelitiannya tentang FDR, NPF, ROA, CAR dan tingkat bagi hasil
terhadap pembiayaan mudharabah. Sedangkan dalam penelitain Fauziyah
(2008), variabel FDR memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap
pembiayaan.
Sebagai bank dengan prnsip bagi hasil yang membedakan bank
syariah dengan bank konvensional. Perbankan syariah seharusnya lebih
mengoptimalkan penempatan dananya pada sektor pembiayaan bagi hasil.
Akan tetapi dalam kegiatan pembiayaan di perbankan syariah, pembiayaan
bagi hasil terutama pembiayaan mudharabah masih rendah dibandingkan
dengan pembiayaan murabahah (jual beli). Penulis termotivasi untuk
melakuakn penelitain. Pertama, adanya perbedaan hasil dari penelitain
16
terdahulu mengenai DPK, NPF, SBIS dan FDR terhadap pembiayaan
Mudharabah sehingga penulis ini menguji kembali pengaruh DPK, NPF,
SBIS dan FDR secara parsial. Kedua, penulis ingin memberikan informasi
bahwa bank syariah seharusnya lebih mengoptimalkan penempatan dananya
pada sektor prmbiayaan bagi hasil yang menjadi ciri dan yang membedakan
bank syariah dengan bank konvensional.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan
penelitian lebih lanjut dalam skripsi dengan judul “Pengaruh Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), dan Financing to Deposit Ratio (FDR)
Terhadap Pembiayaan Mudharabah Pada Perbankan Syariah di
Indonesia (Periode 2012-2015)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing
(NPF), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Financing to
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan
mudharabah pada perbankan syariah di indonesia?
2. Apakah variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing
(NPF), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Financing to
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan
mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia?
17
3. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan
mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan masalah di atas
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Financing (NPF), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) mempengaruhi
pembiayaan mudharabah secara parsial pada perbankan syariah di
Indonesia
2. Untuk mengetahui seberapa besar Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Financing (NPF), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) mempengaruhi
pembiayaan mudharabah secara simultan pada perbankan syariah di
Indonesia
3. Untuk mengetahui variebel yang paling dominan yang mempengaruhi
pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pembiayaan
mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia yang dipengaruhi oleh
berbagai variabel. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap
pembaharuan pada aspek teoritis maupun praktisi. Aspek teoritis dan aspek
praktisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
18
1. Teoritis
a. Akademisi
Akademisi di harapkan dapat membawa wawasan dibidang
perbankan khususnya perbankan syariah dalam hal ini yang
berkaitan dengan pembiayaan mudharabah bank syariah.
b. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dibidang ekonomi dan lembaga keuangan syariah
khususnya perbankan syariah.
2. Praktisi
a. Bagi Perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang akan diambil terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah bank syariah
sehingga kegiatan perbankan syariah tetap berjalan.
b. Bagi Nasabah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
informasi kepada nasabah ketika memilih produk bank syariah.
Sehingga nasabah mempunyai gambaran tentang bagaimana
kondisi perbankan syariah yang dapat menguntungkan mereka.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan
Skripsi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk
19
mengetahui gambaran keseluruhan isi penulisan penelitian ini, berikut ini
uraian secara singkat:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai masalah-
masalah yang akan di teliti, yaitu mengenai latar belakang
masalah yang akan di teliti, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, dan istematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis membahas atau menguraikan teori-teori
penunjang penelitian yaitu mengenai Dana Pihak Ketiga
(DPK), Non Performing Financing (NPF), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), dan Financing to Deposit Ratio
(FDR) terhadap pembiayaan mudharabah. Juga menguraikan
review studi terdahulu, serta hipotesis penelitian tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai data penelitian dan
metode yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dikemukakan tentang analisis data dan
pembahasa yang menjelaskan mengenai analisis bagaimana
pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap pembiayaan
20
mudharabah serta impilaksinya pada Pembiayaan
Mudharabah, melalui metode analisis regresi linier berganda,
kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian
sekaligus menjawab dari masalah yang telah dirumuskan.
Selain itu juga berisi mengenai saran-saran yang ditunjukkan
untuk berbagai pihak dan rekomendasi yang muncul
berkaitan dengan pembahasan skripsi untuk penelitain
selanjutnya.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan
oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan. Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada
perbankan syariah atau istilah teknisnya disebut sebagai aktiva
produktif, menurut ketentuan bank Indonesia aktiva produktif
adalah penanaman dana bank syariah dalam bentuk rupiah maupun
valuta asing dalam modal. Pembiayaan merupakan salah satu tugas
pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.
(Antonio, 2001).
Muhammad (2002) menyatakan bahwa Pembiayaan dalam
secara luas diartikan sebagai pendanaan yang di keluarkan untuk
22
mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan
sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.
b. Tujuan Pembiayaan
Pada dasarnay terdapat dua funsgi yang saling berkaitan dari
pembiayaan, diantaranya: (Veihzal, 2008).
1. Probability, tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh
dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank
hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha
nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan
pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan
dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan
sekaligus juga keuntungan (probability) dari suatu pembiayaan
sehingga kedua unsur tersebt saling berkitan. Dengan demikian,
keuntungan merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang
terjelma dalam bentuk hasil yang diterima.
2. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan
harus benar-benar terjamin sehingga tujuan probability dapat
benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena
itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang
diberikan dalam bentuk modal, barang ataujasa itu betul-betul
terjamin pengembaliannya sehingga pengambilan keuntungan
probability yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.
23
c. Fungsi Pembiayaan
Keberadaan prinsip bank syariah yang menjalankan
pembiayaan berdasrkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari
keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan syariah di Indonesia,
tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman,
diantaranya: (Muhammad, 2005).
1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang
menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank
konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh bank konvensional.
3. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu
dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui
pendanaan untuk usaha yang dilakukan.
d. Macam-macam Produk Pembiayaan
Menurut Adiwarman Karim, dalam menyalurkan dananya pada
nasabah, secara garis besar produk pembiayaan terbagi ke dalam
empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya,
yaitu:
24
1. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli
Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk
pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai
berikut:
a. Pembiayaan murabahah adalah transaksi jual beli dimana
bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak
sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga
jual adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan
(margin).
b. Pembiayaan salam adalah transaksi jual beli dimana barang
yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu barang
diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan
secara tunai di awal.
c. Pembiayaan istishna adalah spesifikasi barang pesananan
harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan
jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan
dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama
berlakunya akad.
2. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan pada prinsip
bagi hasil adalah sebagai berikut:
25
a. Pembiayaan musyarakah adalah semua bentuk usaha yang
melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara
bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
b. Pembiayaan mudharabah adalah bentuk kerja sama antara
dua atau lebih pihak dimana pemilik modal mempercayakan
sejumlah modal, kepada pengelola dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan.
3. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa
Prinsip ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat jadi
pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli,
tetapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada
jual beli transaksinya adalah barang, pada transaksi ijarah objek
transaksinya adalah jasa.
4. Pembiayaan dengan Akad Pelengkap
Akad pelengkap ini tidak ditunjukkan untuk mencari
keuntungan, tapi ditunjukkan untuk memperoleh peklaksanaan
pembiayaan. meskipun tidak ditunjukkan untuk mempermudah
pelaksanaan pembiayaan, dalam akad pelengkap ini
diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. adapun akad
pelengkap ini yaitu akad Hiwalah, Rahn, Qardh, Wakalah dan
Kafalah.
26
2. Pembiayaan Mudharabah
a. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul
atau berjalan. Yang dimaksud denga memukul dan berjalan ini
lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam
menjalankan usaha.
Menurut Adiwarman Karim (2009) Pembiayaan mudharabah
adalah Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana
pemilik modal (shahibul al-maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam paduan
kontribusi 100% modal kas dari shahibul al-maal dan keahlian dari
mudharib.
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. (Antonio, 2001).
27
Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan
bukan karena kelalaian atau kecurangan pengelola, kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, sedangakn pengelolaa
kehilangan tenaga dan keahlian yang telah dicurahkannya. Apabila
terjadi kerugian karena kelalaian dan kecurangan pengelola, maka
pengelola bertanggung jawab sepenuhnya. Pengelola tidak ikut
menyertakan modal, tetapi menyertakan tenaga dan keahliannya,
dan juga tidak meminta gaji atau upah dalam menjalankan
usahanya. Pemilik dana hanya menyediakan modal dan tidak
dibenarkan untuk ikut campur dalam manajemen usaha yang
dibiayainya. (Ascarya, 2011).
Gambar 2.1
Bagan Proses Mudharabah
28
b. Dasar Hukum Mudharabah
Secara umum, landasan dasar syariah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak
dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini.
a) Al-Qur’an
علم أن سيكون منكم مرضى وآخرون يضربون في الرض يبتغون من
فاقرءوا ما تيسهر منه وآخرون يقاتلون في سبيل للاه فضل للاه
“Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-
orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain
lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari al-Qur‟an.” (Qs. Al Muzammil: 20).
Pada ayat di atas tidak secara langsung menyebutkan tentang
mudharabah, namun dalam pengertiannya في الرض
tersirat makna berpergian untuk (berpergian di muka bumi) يبتغون
bermudharabah. Menjalankan usaha dagang dalam berbagai bentuk
aktifitas ekonomi terutama pengelolaan modal usaha dengan cara
yang dibenarkan dalam syari‟at Islam.
b) Hadits
Terdapat dua hadits yang menjelaskan mengenai
mudharabah antara lain:
”Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas
bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya
29
secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau
membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.
disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw
dan Rasulullah saw pun membolehkannya.” (H.R. Thabrani).
“Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah saw
bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual
beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dengan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual.” (H.R. Ibnu Majah, No 2280, kitab at-
Tijarah).
c) Ijma
Selain Al-qur‟an dan hadits, terdapat pula ijma dari para
ulama yaitu Imam Zailai dimana dalam kitabnya Nasbu ar
Rayah, telah menyatakan bahwa para sahabat telah
berkonsensus terhadap legitimasi pengelolaan harta yatim secara
mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan hadits
yang dikutip Abu Ubaid dalam kitab Al-Amwal (454).
c. Macam-macam Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah (Ascarya,
2011):
30
a. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Muthlaqah merupakan akad perjanjian
antara due pihak yaitu shahibul maal dan mudharib, yang
mana shahibul maal menyerahkan sepenuhnya atas dana
yang diinvestasikan kepada mudharib untuk mengelola
usahanya sesuai dengan prinsip syariah. Shahibul maal tidak
memberi batasan jenis usaha, waktu yang diperlukan, strategi
pemasarannya, serta wilayah bisnis yang dilakukan. Shahibul
maal memberikan kewenangan yang sangat besar kepada
mudharib untuk menjalankan aktivitas usahanya, asalkan
sesuai dengan prinsip syariah Islam.
Bank syariah tidak mempunyai wewenang untuk
mengembalikan apabila terjadi kerugian atas pengelolaan
dana yang bukan disebabkan kelalaian atau kesalahan bank
sebagai mudharib. Namun sebaliknya, dalam hal bank
syariah (mudharib) melakukan kesalahan atau kelalaian
dalam pengelolaan dana investor (shahibul maal), maka bank
syariah wajib mengganti semua dana investasi mudharabah
muthlaqah. Jenis investasi mudharabah muthlaqah dalam
aplikasi perbankan syariah dapat ditawarkan dalam produk
tabungan dan deposito. (Annamaulida, 2014).
31
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah merupakan akad kerja sama
usaha antara dua belah pihak yang mana pihak pertama
sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua
sebagai pengelola dana (mudharib). Shahibul maal
menginvestasikan dananya kepada mudharib, dan memberi
batasan atas penggunaan dana yang diinvestasikannya.
Mudharabah muqayyadah terdapat dua bagian, yaitu
mudharabah muqayyadah on balance sheet merupakan akad
mudharabah muqayyadah yang mana mudharib ikut
menanggung resiko atas kerugian dana yang di investasikan
oleh shahibul maal. Dalam akad ini, shahibul maal
memberikan batasan secara umum, misalnya batasan tentang
jenis usaha, jangka waktu pembiayaan, dan sektor usahanya.
Mudharabah muqayyadah off balance sheet
merupakan akad mudharabah muqayyadah yang mana pihak
shahibul maal memberikan batasan jelas, baik batasan
tentang proyek yang diperolehkan, jangka waktu, serta pihak
pelaksana pekerjaan. Mudharibnya telah ditetapkan oleh
shahibul maal. Bank syariah bertindak sebagai pihak yang
memertemukan antara shahibul maal dan mudharib. Bagi
hasil yang akan dibagi antara shahibul maal dan mudharib
berasal dari proyek khusus. Bank syariah, bertindak sebagai
32
agen yang mempertemukan kedua belah pihak, dan akan
memperoleh fee. Dalam laporan keuangan, mudharabah
muqayyadah off balance sheet akan dicatat dalam catatan atas
laporan keungan.
d. Rukun Mudharabah
a) Shahibul maal (pemilik modal), yaitu harus ada pihak yang
bertindak sebagai pemilik dana yang hendak disimpan di bank,
dalam hal ini nasabah sebagai shahibul maal
b) Mudharib (pengelola), yaitu harus ada pihak yang bertindak.
Sebagai pengelola atas dana yang ditaruh di bank untuk
dimanfaatkan, dalam hal ini bank bertindak sebagai mudharib.
c) Usaha atau pekerjaan yang dibagi hasilkan harus ada.
d) Nisbah bagi hasil harus jelas dan sudah ditetapkan di awal,
e) Ijab qabul antara pihak shahibul maal dengan mudharib. (Arif,
2011).
e. Aplikasi Mudharabah dalam Perbankan Syariah
Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk
penghimpunan dana dan pembiayaan. pada sisi penghimpunan
dana, mudharabah diterapkan pada:
a) Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk
tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, deposito
biasa.
33
b) Deposito special (special investment), dimana dana yang
dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya
murabahah saja atu ijarah saja.
Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:
a) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan
jasa
b) Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah,
dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.
(Antonio, 2001).
Risiko mudharabah, diantaranya side streaming, nasabah
menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam
kontrak, lalai dan kesalahan yang disengaja , penyembunyian
keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
(Antonio, 2001).
Pembiayaan mudharabah merupakan salah satu tonggak
ekonomi syariah yang mewakili prinsip islam untuk
mewujudkan keadilan masyarakat melalui sistem bagi hasil.
Menurut Muhammad (2005), prinsip utama yang harus
dikembangkan oleh bank syariah dalam kaitannya dengan
manajemen dana adalah bahwa bank syariah harus mampu
memberikan bagi hasil kepada penyimpan dana minimal sama
dengan atau lebih besar dari suku bunga yang berlaku di bank
34
konvensional dan mampu menarik bagi hasil dari debitur lebih
rendah dari pada bunga yang diberlakukan di bank
konvensional.
3. Dana Pihak Ketiga (DPK)
a. Pengertian Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana simpanan dari
masyarakat yang dititipkan kepada bank syariah, yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu kepada bank dengan media penarikan tertentu.
Menurut UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
(Pasal 1) disebutkan bahwa, Simpanan adalah dana yang
dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS
berdasarkan Akad Wadiah atau akad lain yang bertentangan
dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Adiwarman Karim (2009), menyatakan bahwa
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro,
tabungan dan deposito. Dengan prinsip operasional syariah yang
diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat yaitu prinsip
wadiah dan mudharabah. Dimana dalam prinsip wadiah
diterapkan pada produk rekening giro dan prinsip mudharabah
pada produk tabungan berjangka dan deposito.
35
b. Sumber-sumber Dana Pihak Ketiga
Sumber dana terbesar yang dimiliki oleh bank berasal dari
simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga yang berupa
tabungan, giro, dan deposito. Sumber dana tersebut akan
disalurkan kembali kepada masyarakat dalam pembentukan kredit
atau pembiayaan. Atas simpanan masyarakat tersebut, bank
memberikan imbalan berupa bagi hasil atau keuntungan (profit)
karena dana masyarakat yang berupa simpanan itu dikelola oleh
bank kepada masyarakat yang membutuhkan dana tersebut untuk
membiayai suatu usaha. Sumber-sumber dana bank syariah adalah
sebagai berikut:
1) Simpanan Giro
Menurut UU Perbankan No 10 Tahun 1998 bahwa Giro
sebagai simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan sarana
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah
bukuan.
Giro dalam perbankan syariah berdasarkan prinsip
wadiah yad dhamanah. Pada umumnya giro wadiah pada
bank syariah itu tetap sama dengan giro bank konvensional,
dimana bank tidak membayar apapun kepada pemegangnya,
bahkan tidak mengenakan biaya layanan (service charge).
36
Dana giro ini boleh di pakai bank syariah dalam operasional
bagi hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai nominal
giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai
pinjaman depositor kepada bank.
Dari prinsip yad dhamanah “tangan amanah” kemudian
berkembang prinsip yad dhamanah “tangan penanggung”
yang berarti bahwa pihak penyimpanan bertanggung jawab
atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada
barang/asset titipan. Hal ini berarti bahwa pihak
penyimpanan atau custodian adalah trustee yang sekaligus
guarantor „penjamin‟ keamanan barang/asset yang dititipak.
Ini berarti bahwa pihak penyimpanan telah mendapatkan izin
dari pihak penitip untuk mempergunakan barang/asset yang
dititipkan tersebut untuk aktivitas perekonomian tersebut,
dengan catatan bahwa pihak penyimpan akan mengembalikan
barang/asset yang dititipkan secara utuh pada saat penyimpan
menghendaki. Hal ini sesuai dengan anjuran dalam islam agar
asset selalu diusahakan untuk tujuan produktif (tidak idle atau
didiamkan saja). (Ascarya, 2011).
2) Tabungan
Berdasarkan undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan, yang dimaksud dengan tabungan adalah
37
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan
syarat tertentu yang disepakati, tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan
berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus
dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendaki
pemiliknya. Terkait dengan produk tabungan wadiah, Bank
Syariah menggunakan akad wadiah yad adh-dhamanah.
Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang
memberikan hak kepada Bank Syariah untuk menggunakan
atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan
Bank Syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau
barang yang disertai hak untuk menggunakan atau
memanfaatkan dana atau barang tersebut. Sebagai
konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan
harta titipan tersebut serta mengembalikannya kapan saja
pemiliknya (nasabah) menghendaki. Di sisi lain, bank juga
berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil pemanfaatan
harta titipan tersebut.
Sedangkan Tabungan Mudharabah adalah tabungan
yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Mudharabah
sendiri mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah muthlaqah
38
dan mudharabah muqayyadah, perbedaan yang mendasar
diantara keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan
yang diberikan pemilik harta kepada pihak bank dalam
mengelola hartanya. Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak
sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah
bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Bank Syariah
dalam kapasitasnya sebagai mudharib berhak untuk
melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk
melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. Namun, di
sisi lain, Bank Syariah juga memiliki sifat sebagai seorang
wali amanah (trustee), yang berarti bank harus berhati-hati
atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau
kelalaiannya.
3) Deposito
Deposito Syariah adalah produk simpanan berjangka
yang dikelola berdasarkan prinsip islam atau syariah. Maksud
dari menggunakan prinsip syariah ialah produk deposito ini
dikelola menggunakan prinsip Mudharabah Muthlaqah yang
ditujukan untuk nasabah perorangan maupun perusahaan.
Perbedaan Deposito Syariah dan Deposito Konvensional
yaitu terdapat pada tata cara pengelolaan uangnya yang
39
berdasarkan akad syariah atau nilai- nilai Islam. Didalam
deposito syariah tidak akan mendapatkan bunga deposito,
melainkan akan mendapatkan nisbah atau porsi bagi hasil.
Nisbah disini merupakan persentase dari dana deposito yang
disimpan di bank yang akan di hitung sebagai keuntungan.
Sistem yang digunakan dalam deposito syariah yaitu dimana
nasabah bertindak sebagai pemilik dana atau shihabul maal
sedangkan bank syariah sebagai pengelola dana atau
mudharib.
4. Non Performing Financing (NPF)
Non performing Financing (NPF) merupakan suatu keadaan
dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar atau seluruh
kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. (Kuncoro
dan Suharjono, 2002).
Menurut Veithzal (2007), yang dimaksud dengan Non
Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang dalam
pelaksanaan nya belum mencapai atau memenuhi target yang
diinginkan pihak bank, seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil
yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya
resiko dikemudian hari bagi bank, pembiayaan yang termasuk
kedalam perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancer
yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalain.
40
Dalam PSAK No 31 tentang akuntansi perbankan syariah pada
pasal 24 dinyatakan bahwa, Kredit Non Performing Financing (NPF)
pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok
dan/atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo,
atau kredit non performing terdiri atas kredit yang digolongkan
sebagai kredit kurang lancer, diragukan, dan macet.
Indikator yang menunjukkan kerugian akibat resiko kredit
tercemin dari besarnya Non Performing Loan (NPL) namun dalam
terminology bank syariah hal tersebut dikenal dengan istilah Non
Performing financing (NPF). Non performing financing (NPF) adalah
rasio antara pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah. Berdasarkan kriteria yang sudah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, kategori yang termasuk dalam NPF
adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.
Untuk mengetahui besarnya NPF suatu bank, BI
mengintruksikan perhitungan NPF dalam laporan keuangan perbankan
nasional sesuai denga edaran NO. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004,
tentang perhitunagn bank yang dirumuskan sebagai berikut:
NPF=
X 100%
Rasio tersebut ditunjukkan untuk mengetahui atau mengukur
tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi bank syaraih.
Dimana semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualiats pembiayaan
41
bank syariah semakin buruk. Nilai rasio ini kemudian dibandingkan
dengan kriteria kesehatan NPF bank syariah yang ditetapkan oleh
bank Indonesia seperti yang tertera dalam table berikut:
Tabel 2.1
Kriteria Tingkat Kesehatan Non Performing Financing (NPF)
Bank Syariah
No Nilai NPF Predikat
1 NPF= 2% Sangat Sehat
2 2%≤NPF<5% Sehat
3 5%≤NPF<8% Cukup sehat
4 8%≤NPF<12% Kurang sehat
5 NPF≥12% Tidak sehat
Sumber : SE BI No 9/24/Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007
Besarnya Non Performing Financing yang diperbolehkan Bank
Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan
mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan
yaitu akan mengurangi nilai sektor yang di peroleh. Variabel ini
mempunyai bobot nilai 20%, skor nilai NPF ditentukan sebagai
berikut:
Lebih dari 8%, skor nilai = 0
Antara 5% - 8%, skor nilai = 80
Antara 3% - 5%, skor nilai = 90
Kurang dari 3%, skor nilai = 100
Apabila resiko pembiayaan meningkat, margin/bunga kredit
akan meningkat pula. Sementara itu, dalam ekonomi islam atau dalam
perbankan islam tidak mengenal yang namanya instrument bunga.
Maka di dalam sistem perbankan islam menerapkan sistem pembagian
42
keuntungan dan kerugian, buka seperti bunga yang telah menetapkan
tingkat keuntungan di muka.
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
a. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI
tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah Surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata
uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Menurut Arifin (2009), yang dimaksud Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank
Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS
merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada bank syariah
yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter.
Bank Indonesia menerbitakan instrument moneter berdasarkan
prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk
mengatasi bila terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diterbitkan oleh
Bank Indonesia sebagai salah satu instrument operasi pasar terbuka
dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan
prinsip syariah dengan menggunakan akad ju‟alah. Akad ju‟alah
adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan
tertentu („Iwadh/ju‟l) atas pencapaian hasil (natijah) yang
diterbitkan dari suatu pekerjaan.
43
b. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah
1) Menggunakan akad ju‟alah (berdasarkan fatwa Dewan Syariah
Nasional dan Majelis Ulama Indonesia, SBIS juga dapat
diterbitkan dengan menggunakan akad mudharabah,
musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah).
2) Diterbitkan oleh Bank Indonesia.
3) Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama
12 (dua belas) bulan.
4) Diterbitkan tanpa warkat (scripless).
5) Dapat diangunkan kepada Bank Indonesia.
6) Merupakan instrument kebijakan moneter dan saran penitipan
dana sementara.
7) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. (www.bi.go.id).
Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan instrument moneter
berbasis syariah yaitu SBIS yang menjadi alternative tambahan
bank syariah, Badan Usaha Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah
(UUS) dalam peneglolaan dana investasinya. Dengan adanya
isntrumen tersebut, bank syariah tidak perlu takut menerima dana
pihak ketiga dari individu atau kelompok dalam jumlah besar. Saat
ini banyak bank umum ataupun unit usaha syariah yang tidak mau
menerima dana masyarakat yang bernilai besar karena ragu tidak
mampu menyakurkannya. Bila hal tersebut dipaksakan, akibatnya
bagi hasil yang diterima pemilik dana justru menjadi kecil dan
44
tingkat pembiayaan bermasalah pun akan meningkat. Dengan
adanya SBIS dan pemberlakuan UU Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) dan pemberlakuan UU Perbankan Syariah maka
akan mendorong optimalisasi pengembangan bisnis treasury
lembaga keuangan dan perbankan syariah.
c. Ketentuan dan Mekanisme Penerbitan SBIS
Berdasarkan fatwa DSN-MUI dan peraturan Bank Indonesia,
instrument SBIS dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme
lelang sebagaimana hal ini pun diberlakukan bagi SBI
Konvensional. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.
104/40/DPM tanggal 17 November 2008 tentang tata cara
penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah melalui lelang dan
peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI 2008 tentang Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peraturan diatas.
Berkaitan dengan penatausahaan SBIS, sebagaimana yang telah
dioperasikan terhadap SBI konvensional, BI menggunakan sistem
pencatatan dan penatausahaan secara elektronis yang dikenal
dengan sistem BI-SSSS (Scripless Securities Settlement System)
atau Sistem Penyelesaian Surat Berharga Tanpa Warkat, yaitu
transaksi dengan Bank Indonesia Termasuk penatausahaannya dan
penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung
45
langsung antara peserta, penyelenggaraan dan sistem Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
d. Pihak-pihak dalam Lelang SBIS
a) Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS)
atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS.
b) BUS dan UUS, baik sebagai peserta langsung maupun tidak
langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing To Deposit
Ratio (FDR) yang ditetapkan bank Indonesia.
6. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
jumlah pembiayaan yang disalurkan bank syariah dengan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. Financing to Deposit
Ratio (FDR) dapat menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam
menyalurkan DPK yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.
Wibowo (2007) mengatakan rasio likuiditas bank adalah rasio
untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dan permohonan kredit atau pembiayaan dengan
cepat. Financing to Deposit Ratio (FDR) diartikan sebagai
perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan dana yang
diterima bank. Financing to Deposit Ratio (FDR) ini menjadi salah
satu rasio likuiditas bank yang berjangka waktu agak panjang.
Berdasarkan peraturan bank Indonesia No. 15/7/PBI/2013,
besarnya FDR tidak boleh melebihi 100% dan FDR tidak boleh
46
kurang dari 78%, yang berarti bank boleh memberikan pembiayaan
dari jumlah DPK yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi
100% dan tidak kurang dari 78%.
Semakin rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) mendekati
angka 100% berarti fungsi intermediasi bank syariah tersebut semakin
baik. Berarti hampir semua Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah
tersebut disalurkan menjadi pembiayaan dan terserap ke sektor riil.,
sebaliknya jika FDR bank syariah masih jauh dibawah 100% maka
berarti bank syariah tersebut belum menjalankan fungsi
intermediasinya dengan baik. Akan tetapi jika FDR suatu bank syariah
jauh diatas 100%, hal tersebut juga mengidenkasikan bank syariah
belum bisa menghimpun DPK yang cukup untuk menyalurkan
pembiayaan. FDR diatas 100% juga mengindikasikan pembiayaan
bank syariah lebih besar dari DPK sehingga menunjukkan bahwa uang
yang digunakan bank syariah untuk menyalurkan pembiayaan berasal
dari sumber lain seperti modal atau hutang. Secara sistematis FDR
dirumuskan sebagai berikut:
Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, bank Indonesia
menetapkan ketentuan sebagai berikut :
47
1. Untuk rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 110%
atau lebih, artinya nilai likuiditas bank tersebut dinilai tidak
sehat.
2. Untuk rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) dibawah
110%, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat.
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio FDR Kriteria
< 50 Tidak likuid
51-75 Kurang likuid
76-100 Cukup likuid
>100 Likuid
Sumber : www.bi.go.id
Semakin tinggi rasio likuiditas suatu bank, maka bank
tersebut akan semakin likuid (Kasmir,2014). Standar yang
digunakan Bank Indonesia berdasarkan surat Edaran Bank
Indonesia No. 9/24/DPbs tanggal 30 oktober 2007 untuk rasio
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%. Jika
angka Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank berada pada
angka dibawah 80% (misalkan 60%), maka dapat disimpulkan
bahwa bank hanya dapat menyalurkan sebesar 60% dari seluruh
dana yang berhasil dihimpun. Karena fungsi utama dari bank
adalah sebagai intermediasi (perantara) antara pihak yang
kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, maka dengan
rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) 60% artinya 40% dari
seleruh dana yang dihimpun tidak disalurkan kepada pihak yang
48
membutuhkan, sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak
menjalani fungsinya dengan baik.
Kemudian jika Financing to Deposit Ratio (FDR) bank
mencapai lebih dari 110%, berarti total pembiayaan yang diberikan
bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh karena itu dana
yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank dalam hal ini
juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai
intermediasi (perantara) dengan baik. Semakin tinggi Financing to
Deposit Ratio (FDR) menunjukkan semakin riskan kondisi
likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah Financing to Deposit
Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam
menyalurkan pembiayaan. Jika Financing to Deposit Ratio (FDR)
berada pada standar yang ditetapkan Bank Indonesia, maka laba
yang diperoleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan pembiayaannya dengan efektif).
7. Pengertian Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat diperlukan
dalam perekonomian modern sebagai mediator antara kelompok
masyarakat yang kelebihan dana (rumah tangga) dan kelompok
masyarakat yang membutuhkan dana (pengusaha). (Kasmir,2010)
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan, umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal
49
sebagai banknote. (Wikipedia.com). Menurut Undang-undang Negara
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang
dimaksud dengan bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Bank merupakan lembaga keuangan yang tugas pokoknya
adalah menghimpun dana meenyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang.
8. Pengertian Bank Syariah
Bank islam atau bank syariah menurut Antonio (2002) adalah
bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Bank islam
atau biasa disebut bank tanpa bunga, adalah lembaga
keuangan/perbankan uang operasional dan produknya dikembangkan
berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits.
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.
(Rodoni dan Hamid, 2008).
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Syariah
disebutkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
50
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Bank syariah adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga dan berlandaskan
pada Al-qur‟an dan Hadits Nabi saw. Karakteristik utama bank
syariah adalah ketiadaan bunga sebagai representasi dari riba yang
diharamkan. Karakteristik inilah yang menjadikan perbankan syariah
lebih unggul pada beberapa hal termasuk pada sistem operasional
yang dijalankan.
Adapun prinsip-prinsip bank syariah Menurut Pasal 2 UU No.
21 Tahun 2008, perbankan syariah dalam melakukan kegiatan
usahanya berasaskan prinsip syariah, sebagai berikut:
1. Prinsip syariah, antara lain kegiatan usaha yang tidak
mengandung unsur:
a) Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil)
antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang
tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl),
atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang
mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan
dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu (nasiah);
b) Maysir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu
keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan;
51
c) Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak
dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat
diserahkan pada saat transaksi dilakukan, kecuali diatur lain
dalam syariah;
d) Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah;
e) Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi
pihak lainnya.
2. Demokrasi ekonomi adalah kegiatan ekonomi syariah yang
mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan
kemanfaatan.
3. Prinsip kehati-hatian adalah pedoman pengelolaan bank yang
wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, dan
efisien, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tujuan bank Syariah, adalah sebagai berikut:
a) Kelayakan ekonomi yang luas berdasarkan full employment dan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum.
b) Keadilan sosio-ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan
dan kesejahteraan.
c) Stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan medium of
exchange dapat dipergunakan sebagai satuan perhitungan,
patokan yang adil dalam penangguhan pembayaran, dan nilai
tukar yang stabil.
52
d) Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi
dengan suatu cara yang menjamin pengembalian yang adil bagi
semua pihak yang terlibat.
e) Penagihan yang efektif dari semua jasa biasanya diharapkan dari
system perbankan.
Fungsi Bank Syariah menurut Syafii Antonio (2001) bahwa
dalam paradigma islam, bank syariah memiliki fungsi sebagai
berikut:
1) Manajemen Investasi, menurut kontrak mudharabah bank
(mudharib) yang melaksanakan investasi dana dari pihak lain
menerima persentase keuntungan hanya dalam kasus untung.
Dalam hal terjadi kerugian sepenuhnya menjadi risiko penyedia
dana (shahibul maal), sedangkan bank tidak ikut menanggungnya.
2) Investasi, bank islam menginvestasikan dana yang ditempatkan
pada dunia usaha dengan menggunakan alat-alat investasi yang
konsisten dengan syariah.
3) Jasa-jasa keuangan, bank islam dapat juga menawarkan berbagai
jasa keuangan lainnya berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah
kontrak perwakilan atau penyewaan.
4) Jasa sosial, konsep perbankan islam mengharuskan bank islam
melaksanakan jasa sosial, bisa melalui dana qardh (pinjaman
kebajikan), zakat, atau dana sosial yang sesuai dengan ajaran
islam. Konsep perbankan islam juga mengharuskan bank islam
53
memainkan peran dalam pengembangan sumber dana insani dan
menyumbang dana bagi pemeliharaan serta pengembangan
lingkungan hidup.
Perbedaan Bank Konvensional dengan bank Syariah Suatu hal
yang sangat esensial yang membedakan prinsip bank Islam dari bank
konvensional adalah bahwa aktifitas-aktifitas bank islam merupakan
aplikasi ajaran syariat islam dan harus sejalan dengan prinsip-prinsipnya,
sedangkan bank konvensional tentu tidak memperdulikan nilai-nilai
tersebut.
Syafii Antonio (2001) Perbandingan antara bank syariah dan bank
konvensional disajikan dalam table berikut.
Table 2.3
Perbedaan Bank Islam dengan Bank Konvensional
Bank Islam Bank Konvensional
1. Melakukan investasi-
investasi yang halal saja.
2. Berdasarkan prinsip bagi
hasil, jual beli, atau sewa.
3. Profit dan falah oriented.
4. Hubungan dengan
nasabah dalam bentuk
hubungan kemitraan.
5. Penghimpunan dan
penyaluran dana harus
sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas
Syariah.
1. Investasi yang halal dan
haram.
2. Memakai perangkat
bunga.
3. Profit oriented
4. Hubungan dengan
nasabah dalam bentuk
hubungan debitor-debitor.
5. Tidak terdapat dewan
sejenis.
Sumber: Syafii Antonio, 2001.
54
B. Keterkaitan Antar Variabel Bebas dan Variabel Terikat
1. Hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan Pembiayaan
Mudharabah
Dana pihak ketiga (DPK) adalah dana yang terkumpul dari
nasabah, yang selanjutnya akan diputar oleh perbankan syariah untuk
digunakan salah satunya untuk memberikan pembiayaan. Hal ini
dilakukan agar uang yang ada di bank tidak menganggur (idle fund)
atau tidak menumpuk. Sehingga dengan adanya perputaran uang
tersebut bank akan mendapatkan keuntungan dan begitu pula dengan
para nasabah nya.
Dengan demikian, hubungan antara dana pihak ketiga ini
mempunyai keterkaitan yang positif dengan pembiayaan bagi hasil.
Jika terjadi fluktuasi di dalam dana pihak ketiga ini, secara tidak
langsung akan berdampak dengan pemberian pembiayaan bagi hasil
yang dilakukan oleh perbnakan syariah. Pembiayaan adalah salah satu
aktiva produktif yang merupakan lawan daripada Dana Pihak Ketiga
(DPK). Karenanya permintaan dan penawaran terhadap pembiayaan
tentunya juga haruslah mempertimbangkan faktor likuiditas dalam
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) karena dengan semakin
meningkat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dikumpulkan bank syariah
maka kemungkinan semakin meningkat pula pembiayaan atau
penyaluran dana yang diberikan bank syariah kepada masyarakat.
Sehingga hubungan Dana Pihak Ketiga Terhadap pembiayaan
55
mudharabah adalah signifikan positif. Jadi jika jumlah Dana Pihak
Ketiga (DPK) meningkat maka pembiayaan mudharabah ynag
diberikan oleh bank syariah juga meningkat. (Arman dan Kurniawasih,
2014).
2. Hubungan Non Performing Financing (NPF) dengan Pembiayaan
Mudharabah
Menurut Syafi‟i Antonio (2001) pengendalian biaya mempunyai
hubungan terhadap kinerja lembaga perbankan, sehingga semakin
rendah tingkat NPL (ketat kebijakan kredit) maka akan semakin kecil
jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya.
Semakin ketat kebijakan kredit/analisis pembiayaan yang dilakukan
bank (semakin ditekan tingkat NPF) akan menyebabkan tingkat
permintaan pembiayaan oleh masyarakat menurun.
Non performing financing (NPF) ini merupakan tingkat
pengembalian cicilan dari nasabah atau dengan kata lain disebut juga
pembiayaan yang kurang lancar yang akan mempengaruhi
profitabilitas dan juga kinerja suatu perbnakan syariah. Sehingga
perbankan tersebut lebih mengusahakan untuk menyeleksi para
nasabahnya secara selektif untuk mengurangi risiko yang akan terjadi
dalam pemberian pembiayaan berikutnya.
Terdapat hubungan tidak signifikan negatif NPF terhadap
pembiayaan mudharabah. Hasil tersebut mendukung hasil penelitian
sehingga meningkata atau tidaknya NPF tidak mempengaruhi
56
pembiayaan mudharabah. (Wuri Arianti: 2011). Hasil ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Adnan dan Pratin (2005) yang
mengatakan bahwa kredit bermasalah berbanding terbalik dengan
penyaluran , dimana besarnay NPF mencerminkan tingkat
pengendalain biaya dan kebijakan/kredit yang dijalankan bank,
sehingga semakin rendah NPF maka akan semakin tinggi jumlah
pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank. Semakin tinggi NPF
menunjukkan semakin semakin rendahnya kemampuan bank dalam
mengumpulkan kembali kredit yang disalurkannya. Semakin sedikit
dana pinjaman yang kembali ke bank, akan menyebabkan dana bank
yang tersedia untuk disalurkan semakin berkurang. Akibatnya, bank
akan mengurangi jumlah dana yang akan disalurkan ke masyarakat.
3. Hubungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan
Pembiayaan Mudharabah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat
berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata
uang rupiah. Sertifikat Bank Indonesia Syaraih (SBIS) merupakan
salah satu instrument pasar uang (kebijakan moneter kontraktif) yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah dengan
tujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas didalam sistem perbankan
syaraih., sebagaimana bank konvensional yang menetapkan
cadangannya pada SBI, dengan harapan memperoleh penghasilan
tambahan.
57
Terdapat hubungan positif tidak signifikan SBIS terhadap
pembiayaan mudharabah. Nurhayati Siregar (2004) hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa SWBI positif tidak signifikan
dikarenakan bila bonus SWBI naik maka bank syariah tidak membeli
SWBI tetapi tetap menyalurkannya kepada masyarakat. SBIS tidak
signifikan hal ini karena hasil fee yang diterima dari pengalokasian
dana yang berlebihan pada SBIS baru akan diterima 9 bulan kemudian
setelah penerbitan SBIS.
Variabel penempatan dana di SBIS mempunyai hubungan yang
negatif dan tidak signifikan yang artinya variabel penempatan dana di
SBIS tidak mempunyai pengaruh terhadap jumlah pembiayaan. Hal
ini mengindiaksikan bahwa penempatan dana di SBIS tidak
mempengaruhi jumlah pembiayaan yang disalurkan. (Dyatama dan
Yuliadi:2015).
4. Hubungan Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Pembiayaan
Mudharabah
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio untuk
mengukur seberapa besar Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah
disalurkan untuk pembiayaan. Jadi, FDR mempunyai hubungan positif
terhadap jumlah dana pembiayaan mudharabah bank syariah. Artinya,
semakin besar Dana Pihak Ketiga yang disalurkan oleh bank syariah
dalam bentuk pembiayaan maka maka semakin meningkat juga jumlah
pembiayaan mudharabah, dengan asumsi bahwa peningkatan FDR
58
bank syariah juag diikuti dengan pengingkatan alokasi dana yang
dilakukan bank syariah untuk pembiayaan mudharabah.
Semakin tinggi rasio FDR maka bank tersebut semakin baik
dalam menjalankan fungsi intermadiasinya. Semakin tinggi FDR maka
pembiayaan yang disalurakn juga semakin meningkat. Demikian
sebaliknya, jika terjadi penurunan FDR maka pembiayaan yang
disalurkan juga mengalami penurunan. Sehingga FDR juga berpengaruh
positif terhadap pembiayaan mudharabah.
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu diuraikan secara ringkas oleh
penulis dikarenakan penelitian ini mengacu pada beberapa penelitain
sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena objek,
periode, waktu, dan alat analisis yang digunakan berbeda maka terdapat
banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan referensi untuk
melengkapi. Berikut ini beberapa ringkasan penelitian terdahulu:
1. Husnul Khatimah (2009)
Penelitian yang dilakukan mengenai “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penyaluran Dana Perbankan Syariah di Indonesia
Sebelum dan Sesudah Kebijakan Akselarasi Perbankan Syariah Tahun
2007/2008. Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia
sebelum dan sesudah kebijakan akselarasi perbankan syariah tahun
2007/2008 dan seberapa besar pengaruh faktor tersebut. Hasil analisis
59
menunjukkan bahwa variabel dana pihak ketiga Non Performing
Financing (NPF) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
berpengaruh positif dan signifikan.
2. Duddy Roesmana Donna dan Nurul Chotimah (2008).
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi variable-variabel
yang mempengaruhi pembiayaan-pembiayaan pada perbankan syariah
di Indonesia di tinjau dari sisi penawaran. Hasil penelitiannya adalah
semua variable bebas yang mempengaruhi variable terikat adalah
signifikan positif.
3. Akhyar Adnan dan Pratin (2005)
Meneliti “Analisis Hubungan simpanan, modal sendiri, NPL,
Persentase bagi hasil, dan mark up keuntungan terhadap pembiayaan
pada perbankan syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia).
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan simpanan,
modal sendiri, NPL, Persentase bagi hasil, dan mark up keuntungan
terhadap pembiayaan. Hasil dari analisis nya menunjukkan bahwa
variabel dana pihak ketiga (DPK) mempunyai hubungan positif secara
signifikan, modal sendiri dan non performing loan (NPL) mempunyai
hubungan positif tidak signifikan terhadap pembiayaan. Sedangakn
secara parsial persentase bagi hasil dan mark up keuntungan
mempunyai hubungan negatif tidak signifikan terhadap pembiayaan.
4. Sendi Gusnandar Arnan dan Imas Kurniawasih (2014)
60
Judul jurnal penelitian “Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga Dan
Tingkat Non Performing Financing Terhadap Pembiayaan Mudharabah
Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia”. Berdasarkan hasil penelitian
secara simultan menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga dan Non
Performing Financing berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
mudharabah. Secara parsial, jumlah Dana Pihak Ketiga berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah, sedangkan non
performing financing terbukti tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
mudharabah.
5. Nurhayati Siregar (2005)
Meneliti tentang “Analisis Faktor –faktor yang Mempengaruhi
Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia”. Variabel penelitian
ini adalah Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Pembiayaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SWBI positif tidak signifikan
dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran dana
bank syariah.
6. Wuri arianti dan Harjum Muharam (2011)
Penelitian ini mengnai analisis pengaruh Dana pihak ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), dan Return Of Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah. Menggunakan OLS dengan mencari tahu hubungan
variabel independen tersebut terhadap variabel dependennya. DPK
61
berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan, CAR tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan, ROA tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan, dan NPF tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan. Secara simultan semua variabel dependen berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan bank syariah di Indonesia.
7. Fauziyah Adzimatinur, Sri Hartono, dan Ranti Wiliasih (2013)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi besaran pembiayaan yang disalurkan oleh
perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan Vector
Error Correction Model (VECM) untuk melihat pengaruh jangka
panjang dan melihat respon terhadap guncangan (shock) yang terjadi
pada variabel yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang tingkat bagi hasil, DPK dan FDR memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan sedangkan NPF
memberikan pengaruh yang signifikan negatif. ROA dan BOPO tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.
8. Nur Gilang Giannini (2013)
Meneliti mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembiayaan mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia. Hasil
penelitian ini menunjukkan FDR, NPF, ROA, CAR, dan tingkat bagi
hasil secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.
Sedangkan secara parsial, variabel FDR berpengaruh negative terhadap
pembiayaan mudharabah. Variabel NPF tidak berpengaruh terhadap
62
pembiayaan mudharabah. Sedangkan untuk varibael ROA, CAR dan
tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan
mudharabah.
Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
No Penulis
dan
tahun
Judul Variabel
Metodologi
Hasil
1. 1
1
1
Nurul
Khatim
ah
(2009)
Analisis
Faktor-
faktor
yang
Mempeng
aruhi
Penyalura
n Dana
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Sebelum
dan
Sesudah
Kebijakan
Akselarasi
Perbankan
Syariah
Tahun
2007/2008
Depeden:
Pembia
yaan
Independe
n:
SWBI
DPK
NPF
Ordinary
Least
Square
(OLS)
NPF, DPK, bonus
SWBI terdapat
penyaluran dana
perbankan syariah
sebesar 98,5%
tergolong cukup
kuat. Namun bila
dilihat dengan uji t,
nilai signifiaknsi
variabel, hanyan
DPK ynag
memiliki nilai
signifikansi,
sedangakn bonus
SWBI dan NPF
tidak signifiakn.
2 Duddy
Roesma
na
Donna
dan
Nurul
Chotim
ah
(2008)
Variabel-
variabel
yang
mempenga
ruhi
pembiayaa
n pada
perbankan
syariah di
Indonesia
ditinjau
dari sisi
penawaran
Dependen:
Mudha
rabah
Musyar
akah
Murab
ahah
Istishn
a
Independe
n:
Nisbah
bagi
Ordinary
least square
(OLS) dan
ARCH/GA
RCH dalam
Eviews
Jumlah murabahah
yang ditawarkan
secara signifikan
positif dipengaruhi
oleh tingkat bagi
hasil, rata-rata
tertimbang dan
dana pihak ketiga.
63
No Penulis
dan
tahun
Judul Variabel
Metodologi
Hasil
hasil
(R)
Rata-
rata
tertimb
ang
(RI)
DPK
Modal
per
Asset
(MPA)
NPF
3 Akhyar
adnan
dan
pratin
(2005)
Analisis
hubungan
simpanan,
modal
sendiri,
NPL,
persentase
bagi hasil
dan mark-
up
keuntunga
n terhadap
pembiayaa
n pada
perbankan
syariah
studi
kasus pada
bank
muamalat
Indonesia
(BMI)
Dependen:
Pembia
yaan
Independe
n:
DPK
Ekuitas
Margin
NPL/N
PF
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Analisis Uji
t
Bahwa simpanan
DPK mempunyai
hubungan positif
dan signifikan
terhadap
pembiayaan
sementara modal
sendiri, NPL,
presentase bagi
hasil dan (mark-up)
keuntungan tidak
mempunyai
hubungan yang
signifikan
4 Sendi
Gusnan
dar
Arnan
dan
Imas
Kurnia
wasih
Pengaruh
Jumlah
Dana
Pihak
Ketiga
Dan
Tingkat
Non
Dependen:
Mudha
rabah
Independe
n:
DPK
NPF
Teknik
penarikan
sampel
adalah
purposive
sampling
Regresi
Berdasarkan hasil
penelitian secara
simultan
menunjukkan
bahwa Dana Pihak
Ketiga dan Non
Performing
Financing
64
No Penulis
dan
tahun
Judul Variabel
Metodologi
Hasil
(2014)
Performin
g
Financing
Terhadap
Pembiayaa
n
Mudharab
ah Pada
Bank
Umum
Syariah Di
Indonesia
berganda berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan
mudharabah.
Secara parsial,
jumlah Dana Pihak
Ketiga berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan
mudharabah,
sedangkan non
performing
financing terbukti
tidak berpengaruh
terhadap
pembiayaan
mudharabah.
5 Nurhay
ati
Siregar
(2004)
Analisis
Faktor–
faktor
yang
Mempeng
aruhi
Penyalura
n Dana
Perbankan
Syariah Di
Indonesia
Dependen:
Pembia
yaan
Independe
n:
SWBI
DPK
NPF
Analisis
deskriptif
dan regresi
Secara parsial
SWBI positif dan
tidak signifikan,
DPK berpengaruh
positif dan
signifikan, NPF
berpengaruh
negative dan
signifikan. Secara
simultan NPF,
DPK, SBIS, dan
Roa Berpengarug
signifikan terhadap
pembiayan.
6 Wuri
arianti
dan
harjum
muhara
m
(2011)
Analisis
pengaruh
Dana
Pihak
Ketiga
(DPK),
capital
adequacy
ratio
(CAR),
non
performin
Dependen:
Pembia
yaan
Independe
n:
DPK
NPF
CAR
ROA
Metode
Ordinary
least square
(OLS)
HasilDPK
berpengaruh positif
signifikan terhadap
pembiayaan,
CARtidak
berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan,
ROAtidak
berpengaruh
terhadap
pembiayaan, dan
65
No Penulis
dan
tahun
Judul Variabel
Metodologi
Hasil
g
financing
(NPF),
dan Return
of asset
(ROA)
terhadap
pembiayaa
n pada
perbankan
syariah
NPFtidak
berpengaruh
terhadap
pembiayaan.
Secara simultan
semua variabel
dependen
berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan bank
syariah di
Indonesia.
7 Fauziya
h
Adzima
tinur,
Sri
Harton
o, Ranti
Wiliasi
h
(2013)
Faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi
Besaran
Pembiayaa
n
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Dependen
Pembia
yaan
Mudha
rabah
Independe
n
DPK
Rasio
Keuan
gan
Tingka
t Bagi
Hasil
Vector
Error
Correction
Model
(VECM)
Tngkat bagi
hasil,DPK dan
FDR memberikan
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap
pembiayaan,
sedangkan NPF
memberikan
pengaruh yang
signifikan negatif.
ROA dan BOPO
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan.
8 Nur
Gilang
Giannin
i (2013)
Faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi
pembiayaa
n
mudharab
ah pada
bank
umum
syariah di
indonesia
Dependen:
Pembia
yaan
mudhar
abah
Independe
n:
FDR
NPF
ROA
CAR
Regresi
linier
berganda
Hasil dari
penelitian tersebut
secara simultan
berpengaruh
terhadap
pembiayaan
mudharabah.
Secara parsial FDR
berpengaruh
negative terhadap
pembiayaan
mudharabah. NPF
tidak berpengaruh
terhadap
pembiayaan
mudharabah. ROA,
66
No Penulis
dan
tahun
Judul Variabel
Metodologi
Hasil
CAR dan tingkat
bagi hasil
berpengaruh positif
terhadap
pembiayaan
mudharabah.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. (Rodoni, 2010).
Pembiayaan perbankan syariah setiap tahunnya terus mengalami
peningkatan. Peningkatan pembiayaan tersebut itu tidak akan terlepas dari
indikator lain yang mempengaruhi yaitu Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, Non Performing Financing, dan Financing to Deposit
Ratio.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana
simpanan dari masyarakat yang dititipkan kepada bank syariah, yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu kepada bank dengan media penarikan tertentu.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai salah satu instrument operasi pasar terbuka dalam rangka
67
pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan
menggunakan akad ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau komitmen
(iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu („Iwadh/ju‟l) atas pencapaian
hasil (natijah) yang diterbitkan dari suatu pekerjaan.
Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.
Non performing financing (NPF) adalah tingkat pengembalian angsuran dari
nasabah akan mempengaruhi profitabilitas bank, sehingga bank harus
menyeleksi nasabahnya secara hati-hati dan juga dapat mengantisipasi
resiko yang akan terjadi.
FDR adalah perbandingan antara jumlah pembiayaan yang
disalurkan bank syariah dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat
dihimpun oleh bank. FDR dapat menunjukkan tingkat kemampuan bank
dalam menyalurkan DPK yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.
Semakin tinggi rasio FDR maka bank tersebut semakin baik dalam
menjalankan fungsi intermadiasinya. Semakin tinggi FDR maka
pembiayaan yang disalurakn juga semakin meningkat. Demikian sebaliknya,
jika terjadi penurunan FDR maka pembiayaan yang disalurkan juga
mengalami penurunan. Sehingga FDR juga berpengaruh positif terhadap
pembiayaan mudharabah.
Dari pembahasan yang telah diuraiakn diatas, berikut ini adalah
kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Kerangak
pemikiran yang dibuat oleh penulis yaitu untuk memberikan gambaran
68
sistematis penelitian ini, dimana penulis bahas sebelumnya bahwa penelitian
ini adalah penelitain yang menganalisis pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah kerangka pemikiran dari
penelitian yang dilakan
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Pengaruh DPK, SBIS, NPF, dan FDR Terhadap Pembiayaan
Mudharabah Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-
2015
DPK
(X1)
NPF
(X3)
FDR
(X4)
SBIS
(X2)
Pembiayaan Mudharabah
(Y)
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Multikolineritas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokolirasi
Uji statistik
Uji t
Uji F
Uji Adj R2
Hasil, Kesimpulan dan Implikasi
69
E. Perumusan Hipotesis
Umi Narimawati (2008) menyatakan bahwa hipotesis merupakan
kebenaran yang perlu diuji kebenarannya, oleh karena itu hipotesis
berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori. Sesuai
dengan kerangka pemikiran dan untuk memberi arahan pada proses
penelitian, di dalam penelitian ini akan diuji hipotesis sebagai berikut:
H0 : β1 = 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara Dana Pihak
Ketiga (DPK) secara parsial terhadap pembiayaan
Mudharabah.
Ha : β1 ≠ 0 : Diduga terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK)
secara parsial terhadap pembiayaan Mudharabah.
H0 : β2 = 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Non Performing
Financing (NPF) secara parsial terhadap pembiayaan
Mudharabah.
Ha : β2 ≠ 0 : Diduga terdapat pengaruh Non Performing Financing
(NPF) secara parsial terhadap pembiayaan
Mudharabah.
HO : β3 = 0 : Diduga terdapat pengaruh Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) secara parsial terhadap pembiayaan
Mudharabah.
70
Ha : β3 ≠ 0 : Diduga terdapat pengaruh Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial terhadap
pembiayaan Mudharabah.
H0 : β4 = 0 : Diduga terdapat pengaruh Financing to Deposit
Ratio (FDR) secara parsial terhadap pembiayaan
Mudharabah.
Ha : β4 ≠ 0 : Diduga terdapat pengaruh Financing to Deposit
Ratio (FDR) terhadap pembiayaan Mudharabah.
71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif. Dalam
penelitian ini penulis memfokuskan varaibel dependen yaitu Pembiayaan
Mudharabah dan variabel independennya difokuskan pada Dana Pihak
Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syaraih (SBIS) Non Performing
Financing (NPF), dan Financing to Deposit Ratio (FDR). Penelitian ini
merupakan penelitian analisis pengaruh, karena tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meneliti hubungan pengaruh antara dua variabel, yaitu variabel
independen (DPK, SBIS NPF, FDR) dengan variabel dependen
(Pembiayaan Mudharabah).
Data operasioanl yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
data runtun waktu (time series) semua data dalam bulanan pada periode
Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. Data yang berkaitan dalam
penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan
oleh website resmi Bank Indonesia (BI), yaitu yang bersumber dari laporan
Statistik Perbankan Syaraih Indonesia dan sumber-sumber yang terkait
lainnya.
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi menurut Umar (2004) adalah wilayah generasilisasi yang
terdiri dari objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertntu dan
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
72
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Bank Umum Syariah
yang terdapat di Indonesia pada periode tahun 2012-2015.
Sampel menurut Sugiono, (2006) Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut
Umar (2004) Sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi.
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi yang
diharapkan dapat mewakili populasi penelitian. Sampel yang baik umumnya
memiliki karakteristik sebagai berikut: (Kuncoro, 2009).
1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan
yang berhubungan dengan besarnya sampel untuk memperoleh jawaban
yang dikehendaki.
2. Sampel yang baik mengindentifikasikan probabilitas setiap unit analisis
untuk menjadi sampel.
3. Sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengaruh (misalnya
kesalahan) dalam penelitian sampel.
4. Sampel yang baik dengan menghitung derajat kepercayaan yang
diterapakan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika.
Pengambialn sampel pada penelitain ini dilakukan secara purposive
samping atau judgement sampling yaitu metode pemilihan sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan atas dasar strategi kecakapan, dimana informasi
diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah
Pembiayaan Mudharabah pada Perbankan syariah di Indonesia periode
Januari 2012-Desember 2015. Sampel yang dipilih adalah Dana Pihak
73
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) pada perbankan
syariah di Indonesia.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Definsi data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpulan data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.
(Kuncoro, 2009).
Dalam penelitain ini, data yang digunakan diperoleh langsung dari
Laporan Bulanan Keuangan Bank Indonesia yang dipublikasikan di situs
resmi Bank Indonesia, seperti Laporan Bulanan Bank Indonesia tentang
Statistik Perbankan Syariah tahun 2012-2015
Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Field Research
Yaitu pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari laporan
keungan bank yang dipublikasikan dari situs resmi Bank Indonesia
(www.bi.go.id) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari situs resmi
(www.ojk.go.id).
74
2. Library Research
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan
memahami data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literature
pustaka seperti buku-buku cetak, jurnal, tesis, artikel, (website/internet)
yang berkaitan dengan pembahasan penelitain dan sumber-sumber
lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengetahui
Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF),
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Financing to Deposit
Ratio (FDR) terhadap Pembiayaan Mudharabah pada Perbankan Syariah
di Indonesia. Dengan menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana
data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk angka dengan
menggunakan alat analisis regresi linier berganda yaitu satu analisis yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu varaibel dependen dan
varaibel independen, apabila terdapat beberapa variabel independen.
(Winarno, 2009). Untuk analisis data akan dilakukan dengan aplikasi
komputer yaitu Excel 2010 dan program SPSS Versi 20.00.
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar hasil analisis regresi
memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Kondisi ini
75
akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi
klasik. Asumsi klasik selengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki nilai residual yang terdistribusi normal.
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji
apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal atau mendekati normal (Ghazali, 2012). Dalam
penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability Plot
(P-P Plot) dan histogram. Sedangkan pada uji statistik, dapat melihat
pada hasil uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)
test (Ghozali,2012). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar
distribusi dengan titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Dasar
pengambilan keputusannya adalah, (Ghozali,2012):
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
76
tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam melakukan uji
normalitas dilengkapi pula dengan uji statistik. Uji statistik
yang digunakan adalah uji statistik nonparametik
Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Langkah-langkah pengujian noemalitas data sebagai
berikut:
Hipotesis: Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika probabilitas > 0.05 maka hasil Signifikan, H0
diterima.
Jika probabilitas < 0.05 maka hasil Tidak Signifikan, H0
ditolak.
Artinya adalah apabila probabilitas lebih besar dari 0.05 maka
model tersebut dikatakan normal. Dan apabila probabilitas lebih kecil
dari 0.05 maka model tersebut dikatakan tidak normal.
b. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna
atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan
dari model regresi. Ada atau tidaknya multikolonieritas dapat
diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing varibel
bebas. (Ajija, 2011). Dengan kata lain, uji multikolinearitas dilakukan
77
untuk menguji apakah pada model regresi ditemukannya korelasi
antara variabel-variabel independen yaitu variabel DPK, NPF, dan
SBIS. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah
multikolonieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independennya.
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance > 0.10 atau sama dengan
Variance Inflantion Factor (VIF) < 0.10 dan nilai korelasi antar
variabel independen < 0.5 maka model dinyatakan tidak terdapat
multikolonieritas. (Ghozali, 2012).
Multikolonieritas dapat dideteksi dengan ketentuan sebagai
berikut:
Nilai tolerance > 0.10 dan nilai VIF < 0.10 maka tidak
terdapat multikolonieritas
Nilai tolerance < 0.10 dan nilai VIF > 0.10 maka terdapat
multikolonieritas
Jika model mengandung multikolonieritas yang serius yakni
korelasi yang tinggi antar variabel independen, maka ada beberapa
cara yang dilakukan untuk menyembuhkannya: melihat informasi
sejenis yang ada, mengeluarkan variabel, mencari tambahan.
(Nachrowi, 2006).
78
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. (Ghazali, 2012). Gejala
heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi dari masing-
masing variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Jika nilai
probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α) maka dapat
dipastikan model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.
(Sudarmanto, 2005). Deteksi ada atau tidaknya heteroskedasitas dapat
dilihat dari ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika
ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka
mengindikasikan bahwa telah terjadi heteroskedasitas. Jika tidak ada
pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedsitas (Ghozali,
2012).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorealsi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada priode t
dengan kesalahan pengganggu pada priode t-1 (sebelumnya). Tentu
saja model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
autokorelasi. (Ghazali, 2012).
79
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu
(time series) karena “gangguan” pada seseorang individu kelompok
cenderung memepengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang
sama pada periode berikutnya.
Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorealsi
relative jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda
berasal dari individu kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Deteksi adanya autokorelasi dapat menggunakan Besaran
Durbin-Watson (D-W. berikut ini tabel yang digunakna untuk
mennetukan ada tidaknya autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
80
Tabel 3.1
Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidaka ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi, positif
dan negatif
Tolak
No desicison
Tolak
No decision
Tdk ditolak
0 < d < dl
dl ≤ d ≤ du
4 – dl < d < 4
4 – du ≤ d ≤ 4
– dl
du < d < 4 – du
Sumber: Ghazali (2012)
Menurut Oramahi (2007), untuk mendeteksi terjadi
autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson
(DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mengambil keputusan
adalah:
Bila nilai D-W < -2, berarti ada autokorelasi positif
Bila nilai D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak terjadi
autokorelasi
Bila nilai D-W +2, berarti ada autokorelasi negative
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi
yang seharusnya signifikan (lihat angka F dan signifikansinya),
menjadi tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatasi dengan
berbagai cara antara lain dengan melakukan transformasi data dan
menambah data observasi.
81
2. Uji Statistik
Dalam penelitian ini, Uji statistik yang digunakan untuk menguji
apakah koefisien regresi yang didapat signifikan. Signifikan yang
dimaksud adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara statistic tidak
sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat
dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. (Nachrowi, 2006:16).
Dalam pengujian ini menggunakan dua jenis uji hipotesis yaitu, Uji t, Uji
F dan Uji Koefisien Determinasi (R2).
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t ada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variasi penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji
pada tingkat signifikansi 0,05 (5%). (Ghozali, 2012).
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen
tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel dependen
nya atau tidak. Uji t digunakan untuk menentukan pengujian
hipotesis uji t. Apabila harga koefisien t yang digunakan sebagai
ukuran, maka nilai koefisien tersebut harus dibandingkan dengan
nilai t tabel untuk tingkat alpha yang telah ditetapkan dengan dk
yang sesuai. Kriteria yang digunakan yaitu menolak Ho dan
82
menerima Ha apabila t hitung > t tabel, serta menerima Ho dan
menolak Ha apabila t hitung < t tabel. (Sudarmanto, 2005).
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F
digunakan untuk menunjukkan ketepatan penggunaan model regresi
dalam memprediksi variabel dependen. Dasar pengambilan
keputusannya adalah membandingkan nilai sig. dengan nilai tingkat
kepercayaan. Pengujian ini menggunakan pengamatan nilai signifikan
F pada tingkat α yang digunakan (penelitain ini mengguankan tingakt
α sebesar 5%). Analisis ini didasarkan pada perbandingan antara nilai
signifikan F dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan
Tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai
signifikasi (Sig<0,05 atau 5 %) dengan syarat-syarat sebagai berikut:
Jika signifikan F < 0.05 maka H0 ditolak yang berarti
variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Jika signifikan F > 0.05 maka H0 diterima yang berarti
variabel-variavel independen secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
83
c. Uji R2 (Koefisien determinasi)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang
mendekati satu variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen
(Ghozali, 2012).
Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 - 1. Bila nilai
koefisien determinasi sama dengan 0 (R2=0), artinya variasi dari Y
tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila nilai
koefisien determinasi sama dengan 1 (R2=1), artinya variasi Y
secaraa keseluruhan dapat diterangkan oleh X.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
digunakan kriteria sebagai berikut (Sugiyono, 2009) :
84
Tabel 3.2
Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap
Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
3. Analisis Linier Berganda
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis Regresi
Linier Berganda atau Ordinary Least Square (OLS). Sebelum melakukan
estimasi yang tidak biasa dengan analisis regresi, perlu dilakukan uji
BLUE. Metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengaruh
regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2X2 + …… + bnXn + e
Keterangan:
Y = variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)
a = Intercept (konstanta)
b1 = koefisien regresi untuk X1
b2 = koefisien regresi untuk X2
bn = koefisien regresi untuk Xn
X1 = Variabel bebas pertama
85
X2 = Variabel bebas kedua
Xn = Variabel bebas ke n
e = Nilai Residu
E. Definisi Operasional variabel
Menurut Sugiyono (2006) Variabel penelitian merupakan suatu atribut
atau sifat atau nilai adri orang atau kegiatan yang mempunyai varian tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Pada umunya dibedakan menjadi dua jenis, yakni variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen). Berikut ini variabel dependen
dan independen yang digunakna dalam penelitain ini:
a. Variabel Dependen (Y)
Variable dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat adanya variable independen. (Sugiono,2006).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pembiayaan
mudharabah (Y).
Mudharabah adalah Bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shahibul al-maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam
paduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul al-maal dan keahlian
dari mudharib. (Karim, 2009).
86
b. Variable Independen (X)
Variable independen merupakan suatu variable yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variable terikat (Sugiono,2003). Variable independen dalam penelitian
ini sebagai berikut:
a. Dana pihak ketiga (DPK) (X1)
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana simpanan dari
masyarakat yang dititipkan kepada bank syariah, yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu kepada bank dengan media penarikan tertentu.
Dana pihak ketiga inilah yang menjadi sumber operasional
perbankan dalam menjalankan perannya, terutama dalam
menyalurkan kredit.
b. Non Performing Finance (NPF) (X2)
Non performing financing (NPF) adalah rasio antara
pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah, berdasarkan oleh kriteria yang
sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam
pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang
diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau bagi
hasil yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki kemungkinan
timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank, pembiayaan yang
87
termasuk golongan perhatian khusus, di ragukan dan macet serta
golongan lancer yang berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian.
c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X3)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah surat berharga
berdasarkan prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam
mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (Pasal 1
ayat (4). (Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008).
d. Financing to Deposit Ratio (FDR) (X4)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio likuiditas
bank, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan permohonan kredit
atua pembiayaan dengan cepat. FDR diartikan sebagai
perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan dana
yang diterima bank. FDR ini menjadi rasio likuiditas bank yang
berjangka waktu lebih panjang.
88
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan, umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai
banknote. Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 10
Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.”
Pendirian Bank Syariah di Indonesia pada tahun 1998, yaitu
pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto)
yang mengatur deregulasi industrri perbankan di Indonesia. Para ulama
itu telah berusaha mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak ada
satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya penafsiran
dari peraturan perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat
saja menetapkan bunga sebesar 0 persen. (Arifin, 2002).
Setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama tentang
Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua Bogor pada 19-22 Agustus
1990, yang kemudian diikuti dengan diundangkannya UU No. 7/1992
tentang Perbankan di mana perbankan bagi hasil mulai diakomodasi,
89
maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan
bank umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia. Pembentukan
BMI ini diikuti oleh pendirian bank-bank perkreditan rakyat syariah
(BPRS). Namun karena lembaga ini masih dirasakan kurang mencukupi
dan belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka
dibangunlah lembaga simpan pinjam yang disebut Bait al Maal wat
Tamwil (BMT) atau Bait al Qiradh menurut masyarakat Aceh.
Perkembangan bank syariah di Indonesia telah menjadi tolak
ukur keberhasilan eksistenis ekonomi syariah. Bank Muamalat sebagai
bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya
yang telah terlebih dahulu menerapkan sistem ini ditengah
menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi
pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan
bank yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara
bank syariah yang tidak menerapkan sistem bunga masih tetap eksis dan
mampu bertahan dari krisis moneter yang terjadi.
Kemudian pada tahun 1998 pemerintah menetapkan UU No. 10
Tahun 1998 tentang perbankan, yang mengatur dengan rinci landasan
hukum serta jenis-jenis yang dapat di operasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah, undang-undang tersebut juga
memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka
cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi
bank syaraih. Sejak saat itu, beberapa bank konvensional mulai
90
mengkonversi bank nasionalnya menjadi bank syariah sepenuhnya
maupun hanya membuka unit usaha syariah serta mengadakan
pelatihan-pelatihan mengenai perbankan syariah. Hingga saat ini
perkembangan perbankan syariah terbilang cukup pesat, apalagi setelah
diberlakukannya UU No. 21 tahun 2008, perbankan syariah semakin
memiliki landasan hukum yang kuat untuk mendorong
pertumbuhannya.
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki peranan penting dalam
pembiayaan. Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan akad penyimpanan dana dalam
bentuk giro, tabungan dan deposito dan atau dalam bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu dengan menggukan prinsip syariah.
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK), dalam gambar dapat
terlihat bahwa dana pihak ketiga pada perbankan syariah selalu
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Berikut ini gambar grafik
perkembanagn Dana Pihak Ketiga (DPK) Periode januari 2012 sampai
desember 2015.
91
Tabel 4.1
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Periode Januari 2012-Desember 2015
(Dalam Milyar)
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari 116518 148731 177930 210761
Februari 114616 150795 178154 210297
Maret 119639 119639 180945 212988
April 114018 158519 185508 213973
Mei 115206 163858 190783 215339
Juni 119279 163966 191470 213477
Juli 121018 166453 194299 216083
Agustus 123673 170222 195959 216356
September 127678 171701 197141 219313
Oktober 134453 174018 207121 219478
November 138671 176292 209644 220635
Desember 147512 183534 217858 231175
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (Data Diolah)
Dapat dilihat dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa Dana
Pihak Ketiga bank syariah terus mengalami peningkatan disetiap
tahunnya. Pada Desember 2012 sebesar Rp 147.512 Miliar, dan
kemudian mengalami penurunan pada Maret 2013 sebesar Rp 119.639
miliar, serta mengalami kenaikan lagi pada Juni 2013 sebesar Rp
163.966 miliar. Penghimpunan dana tertinggi terjadi pada Desember
2015 yaitu sebesar Rp 231.175 miliar. Semakin besar dana (simpanan)
yang ada maka bank akan dapat menyalurkan pembiayaan semakin
besar pula. Hal ini menujukkan bahwa kepercayaan masyarakat
terhadap bank syariah semkain meningkat seiring dengan meningkatnya
performa bank syariah.
92
Tingginya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) ini didorong
pula dengan semkain kompetitifnya tingkat imbal bagi hasil yang
ditawarkan oleh bank syaraih dibandingkan dengan bunga simpanan
yang ditawarkan oleh bank konvensional. Imbal bagi hasil bank syariah
yang menarik terutama pada produk deposito, hal ini membuat produk
tersebut lebih diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan produk
giro dan tabungan. Sejauh ini bank syaraih telah memberikan imbal
bagi hasil dengan equivalent rate yang mencoba tetap menjadi pilihan
bagi masyarakat untuk menabung ataupun berinvestasi. Bila dilihat dari
karakteristiknay memang sama sekali berbeda, yaitu dalam bank
syariah imbalan yang diberikan sesuai dengan syariat islam yang
dibenarkan dan bukan tergolong riba sebagimana bunga bank pada
umumnya.
2. Deskripsi Variabel Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio yang
menunjukkan pembiayaan bermasalah sebagai akibat ketidakmampuan
nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank
syariah beserta imbalannya sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan, yang terdiri dari pembiayaan yang berklarifikasi kurang
lancer, diragukan dan macet.
Non Performing Financing (NPF) mencerminkan risiko
pembiayaan. Semakin tinggi tingkat NPF maka akan semakin besar
pula risiko pembiayaan yang ditanggung oleh pihak bank (Hariyani,
93
2010). Nilai NPF yang tinggi akan menyebabkan bank cenderung
mengurangi jumlah pembiayaan yang disalurkan. Karena NPF yang
tinggi menyebkan bank akan lebih berhati-hati sehingga mengurangi
alokasi dana bank dalam penyaluran pembiayaan. Dibawah ini adalah
gambar perkembangan Non Performing Financing (NPF) perbankan
syariah periode Januari 2012 sampai Desember 2015.
Tabel 4.2
Non Performing Financing (NPF)
Periode januari 2012-Desember 2015
(Dalam Persentase)
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari 2.68 2.49 3.01 4.87
Februari 2.82 2.72 3.53 5.10
Maret 2.76 2.75 3.22 4.81
April 2.85 2.85 3.48 4.62
Mei 2.93 2.92 4.02 4.76
Juni 2.88 2.64 3.90 4.73
Juli 2.92 2.75 4.31 4.89
Agustus 2.78 3.01 4.58 4.86
September 2.74 2.80 4.67 4.74
Oktober 2.58 2.96 4.58 4.74
November 2.50 3.08 4.86 4.66
Desember 2.22 2.62 4.33 4.34
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (Data Diolah)
Pada tabel 4.2 di atas, nilai Non Performing Financing (NPF) pada
tahun 2012 tertinggi pada bulan mei sebesar 2,93% dan terendah pada
bulan desember 2,22%. Pada tahun 2013 tertinggi pada bulan
november sebesar 3,08 dan terendah pada bulan januari sebesar 2,49%.
Pada tahun 2014 tertinggi pada bulan November sebesar 4,86% dan
terendah pada bulan januari sebesar 3,01%. Pada tahun 2015 tertinggi
terjadi pada bulan februari sebesar 5,10% dan yang terendah pada
94
bulan desember 4,34%. Selama periode penelitian dari tahun 2011-
205, nilai Non Performing Financing (NPF) tertinggi terjadi pada
bulan februari 2015 sebesar 5,10% dan yang terendah terjadi pada
bulan januari 2013 sebesar 2,49%.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan non lancar bank syariah di Indonesia mengalami fluktuasi,
seperti yang terlihat pada tabel 4.2 diatas. Namun, dalam
perkembangannya pembiayaan non lancar bank syariah di Indonesia
masih menunjukkan angka yang terkontrol yakni di bawah 5%.
3. Deskripsi Variabel Sertifikat Bank Indonesia (SBIS)
Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan sebagai salah
satu instrument operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalain
moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Akad yang
digunakan untuk penerbitan intrumen SBIS adalah akad Mudharabah,
Musyarakah, Ju‟alah, Wadiah, Qardh, dan Wadiah. (Ifham, 2015).
Namun, pada peraktiknya akan yang digunakan untuk SBIS itu akad
ju‟alah, akad ju‟alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk
memberikan imbalan tertentu („iwadh/ju‟l) atas pencapaian hasil atau
(natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.
SBIS ini menarik bagi perbnkan syariah untuk menamkan dananya
pada intrumen ini dibandingkan dengan disalurkannya melalui
95
pembiayaan. Sehingga pada saat imbal hasil SBIS naik, bank akan
mengurangi resiko pembiayaan bermasalah. Sehingga NPF akan
mengalami penurunan. (Mardiani, 2013).
Bila bonus SBIS naik maka bank syariah akan menyimpan dana
pada Bank Indonesia dan mengurangi pembiayaan yang disalurkan
kepada masyarakat. Oleh karena itu, semakin tinggi bonus SBIS maka
penyaluran dana yang diberikan kepada masyarakat akan berkurang.
(Oktavina dan Satia, 2012).
Berikut perkembangan Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS)
periode Januari 2012-Desember 2015.
Tabel 4.3
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Periode januari 2012-Desember 2015
(Dalam Milyar)
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari 10663 4709 5253 8050
Februari 4243 5103 5331 9040
Maret 6668 5611 5843 8810
April 3825 5343 6234 9130
Mei 3644 5423 6680 8858
Juni 3936 5443 6782 8458
Juli 3036 4640 5880 8163
Agustus 2918 4299 6514 8585
September 3412 4523 6450 7720
Oktober 3321 5213 6680 7192
November 3242 5107 6530 6495
Desember 4993 6699 8130 6280
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (Data Diolah)
Nilai SBIS setiap tahun nya berfluktuatif, salah satu yang
mempengaruhi fluktuasi SBIS adalah penurunan BI Rate yang diikuti
96
dengan penurunan suku bunga simpanan oleh pebankan konvensional,
yang ditengarai mendorong terjadinya perpindahan dana nasabah bank
konvensional ke bank syariah karena tingkat imbalan yang ditawarkan
oleh bank syaraih menjadi lebih menarik.
Pada tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa nilai SBIS tertinngi pada
tahun 2012 itu terjadi pada januari 2012 yakni sebesar Rp 10.663
miliar, nilai terkecil pada tahun 2012 terjadi pada agustus yakni sebesar
Rp 2.918 miliar. Pada tahun 2013 nilai SBIS nilai tertinggi pada
Desember 2013 yakni sebesar Rp 6.699 miliar, serta nilai SBIS
terendah pada tahun 2013 terjadi pada agustus yakni sebesar Rp 4.299
miliar. Tahun 2014 SBIS tertinggi pada desember yakni sebesar Rp
8.130 miliar, dan terendah di tahun 2014 pada januari yakni sebesar Rp
5.253 miliar. Ditahun 2015 SBIS tertinggi terjadi pada april yakni
sebesar Rp 9.130 miliar dan terendah di tahun 2015 pada desember
yakni sebesar Rp 6.280 miliar.
Naik turunnya Sertifikat Bank Indonesia Syariah ini sangat
dipengaruhi oleh besarnya proporsi DPK yang dialokasikan untuk
pembiayaan sektor rill maupun dialokasikan pada intrumen Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS). Instrument SBIS ini digunakan untuk
pengelolaan likuiditas bank syariah. Bila terjadi kelebihan dana pada
pada bank syariah maka bank syariah menempatkan dana perbankan
syariah pada SBIS. Penempatan tersebut merupakan indikasi dari tidak
tersalurkannya pembiayaan perbankan syariah secara baik dan optimal.
97
Sehingga perbankan syariah mencari alternative untuk berinvestasi pada
instrument moneter syariah yang ada.
Dengan menempatkan kelebihan atas sejumlah dana pada
instrument moneter syariah yaitu SBIS yang memiliki dampak dan
resiko yang lebih miim terhadap kinerja perbankan syariah. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar tidak terdapat dana yang menganggur
atau idle fund, sehingga pada perbankan syariah dapat disalurkan
optimal. Karena islam sangat menganjurkan kegiatan investasi agar
harta menjadi berguna dan lebih produktif sehingga mendatangkan
manfaat.
4. Deskripsi Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)
Menurut Muhammad (2009) Financing to Deposit Ratio adalah
rasio yang mengukur kemampuan bank syariah dalam kemampuan
menjalankan fungsi intermediasi secara baik, dapat digunakan rasio
FDR sebagai indikatornya. Semakin tinggi rasio FDR maka bank
tersebut semakin baik dalam menjalankan fungsi intermediasinya.
Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari FDR
suatu bank adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara
85%-100%.
Setiawan (2012) menyakatan bahwa FDR adalah rasio yang
menggambarkan tingkat kemampuan bank syariah dalam
mengembalikan dan kepada pihak ketiga melalui keuntungan yang
diperoleh dari pembiayaan mudharabah.
98
Tabel 4.4
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Periode januari 2012-Desember 2015
(Dalam Persen)
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari 87.27 100.63 100.07 93.60
Februari 90.49 102.17 102.03 93.94
Maret 87.13 102.62 102.22 94.24
April 95.39 103.08 95.50 94.18
Mei 97.95 102.08 99.43 94.69
Juni 98.59 104.43 100.80 96.52
Juli 99.91 104.83 99.89 94.80
Agustus 101.03 102.53 98.99 95.17
September 102.10 103.27 99.71 94.76
Oktober 100.84 103.03 98.99 94.66
November 101.19 102.58 94.62 94.78
Desember 100.00 100.32 91.50 92.14
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (Data Diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat perkembangan FDR
selama periode 2012 sampai 2015. Dalam waktu lima tahun ini, dapat
dilihat nilai rasio FDR pada tahun 2012 tertinggi terjadi pada bulan
septemberr yaitu sebesar 102,10% dan terendah maret sebesar 87,13%.
Pada tahun 2013 nilai FDR tertinggi juli sebesar 104,83% dan terendah
pada desember 100,32%. Di tahun 2014 FDR tertinggi di bulan maret
sebesar 102,22% dan terendah di bulan desember menjadi sebesar
91,50%. Pada terakhir dalam penelitian ini, di tahun 2015 FDR tertinggi
di bulan juni sebesar 96,52% dan terendah di bulan desember menjadi
sebesar 92,14%.
5. Deskripsi Variabel Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan melalui prinsip bagi hasil mudharabah adalah akad
kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul
99
maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan dari usaha secara
mudharabah dibagi menurut dengan kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola, si
pengelola bertanggung jawab atas kerugian tersebut. (Karim, 2007).
Perkembangan pembiayaan mudharabah pada periode januari
2012 sampai desember 2015 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Tabel 4.5
Pembiayaan Mudharabah
Periode Januari 2012-Desember 2015
(dalam milyar)
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari 10133 12027 13322 14207
Februari 10122 12056 13300 14147
Maret 10039 12102 13498 14136
April 10349 12026 13802 14388
Mei 10482 12168 13869 14906
Juni 10904 12629 14312 15667
Juli 11023 13281 14559 15729
Agustus 11180 13299 14277 15676
September 11359 13364 14356 15144
Oktober 11438 13664 14371 14925
November 11527 13878 14307 14680
Desember 12023 13625 14354 14820 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (Data Diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat secara umum
pembiayaan mudharabah yang diberikan bank syariah cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada januari 2012
pembiayaan mudharabah sebesar Rp 10.133 miliar dan terus
mengalami peningkatan hingga desember 2012 sebesar Rp 12.023
100
miliar. Pada tahun 2013 pembiayaan tertinggi pada November yakni
sebesar Rp 13.878 miliar, dan terendah di tahun 2013 pada januari
yakni sebesar Rp 12.027 miliar. Ditahun 2014 tertinggi pada juli yakni
sebesar Rp 14.559 serta terendah pada februari yakni sebesar Rp
13.300 miliar. Serta peningkatan tertinggi pembiayaan mudharabah
terjadi pada juli 2015 yakni sebesar Rp 15.729 miliar.
Dapat dilihat pada penjelasan diatas, secara umum pembiayaan
mudharabah yang diberikan bank syariah cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan yang cukup stabil ini
disebabkan karena masayarakat mulai melirik perbankan syariah.
Perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat menimbulkan
kepercayaan terhadap masyarakat untuk menggunakan atau
menginvestasi di perbankan syariah.
C. Hasil Analisis dan Pembahasan
Semua data yang digunakan daalm penelitian ini merupakan data
sekunder deret waktu (time series) yang bentuk bulanan mulai dari Januari
2012 sampai desember 2015. Penelitian mengenai pembiayaan Mudharabah
pada Perbankan Syariah di Indonesia sebagai variabel dependen (terikat).
Sedangkan variabel independennya terdiri dari Dana Pihak Ketiga (DPK),
Non Performing Financing (NPF), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
dan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Keseluruhan data yang digunakan sebagai bahan penelitian diperoleh
dari Laporan Bulanan Bank Indonesia. Data mengenai pembiayaan
101
mudharabah, Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF),
Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS) dan Financing to Deposit Ratio
(FDR) didapat dari bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary
Least Square (OLS). Ordinary Least Square (OLS) bertujuan untuk
mengetahui hubungan-hubungan antara suatu variabel dependen dengan
variabel independen., apabila terdapat beberapa variabel independen.
pengelola data menggunakan Microsoft Excell 2010 dan SPSS 20.0 untuk
mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan seluruh variabel yang
akan diteliti. Pembahasan ini dilakukan dengan analisis ekonometrik.
1. Uji Asumsi Klasik
Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini diolah atau
ditransformasikan kedalam bentuk Ln (Logaritma Natural). Menurut
Alghifari (2013) untuk menstandarkan data yang dikarenakan memiliki
satuan yang berbeda agar menjadi sama, maka model kemudian di
transformasikan ke dalam bentuk persamaan logaritma natural (Ln). Pada
prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model tidak
linier menjadi model linier, dengan cara membuat model dalam bentuk
logaritma.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji
apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal atau mendekati normal (Ghazali, 2012). Dalam
102
penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability Plot
(P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gamabr distribusi
dengan titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. (Ghazali,
2012). Berikut ini hasil dari uji normalitas:
1. Analisis Grafik Histogram
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Grafik Histogram
Sumber: Data yang Diolah SPSS
Dapat dilihat pada gambar 4.1 diatas, menunjukkan bahwa
histogram Regression Reseidul membentuk kurva seperti lonceng
maka nilai residual tersebut dinyatakan normal atau data
terdistribusi normal.
103
2. Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas
Grafik Normal Probability Plot
Sumber : Data yang Diolah SPSS
Dari gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa grafik normal Probability
Plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal, yang berarti bahwa data tersebut berdistribusi
normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas.
3. Uji Klomogorov Smirnov
Selain melihat grafik, normalitas data juga dapat dilihat melalui uji
statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov pada alpha 5%. Jika nilai
signifikan dari pengujian Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari 0,05
berarti dapat dikatan data tersebut normal.
104
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas
Klomogrov-Smirnov
Sumber: Data yang Diolah SPSS
Dari hasil uji normalitas pada tabel 4.5 diatas menunjukkan
Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,713 dan signifikan (Asymp. Sig) pada 0,690
lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data residual
terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Varaibel orthogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol.
105
Uji Multikolinieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antara variabel
independen. (Ghazali, 2012). Menyatakan Ghazali (2012) nilai cut off
yang biasanya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10, maka
model dinyatakan tidak terdapat multikolinieritas.
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber: Data yang Diolah Spss
Berdasarkan output pada Coefficients dalam tabel 4.6 diatas, dapat
dilihat bahwa nilai tolerance dari ketiga variabel independen yang
memiliki nilai Tolerance lebih dari 0.10, yaitu DPK dengan nilai 0.186,
NPF dengan nilai 0.220, SBIS dengan nilai 0,300 dan FDR dengan nilai
0.429. Hasil dari perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih
kurang dari 10. Pada variabel DPK dengan nilai VIF sebesar 5.368, NPF
dengan nilai VIF sebeasr 4.554, SBIS dengan nilai VIF sebesar 3.335 dan
FDR dengan nilai VIF sebesar 2.331. Jadi dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.
106
c. Uji Heteroskedasitas
Uji Heteroskedasitas bertujaun untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Deteksi ada atau tidaknya
heteroskedasitas dapat dilihat dari ada atau tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka mengindikasikan bahwa telah terjadi
heteroskedasitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
,eneybar diatas dan dibawah angak 0 pada sumbu Y maka terjadi
heteroskedasitas. (Ghazali, 2012).
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedasitas
Sumber: Data yang Diolah SPSS
Pada gambar 4.3 pada scatterplot diatas terlihat bahwa plot
menyebar secara acak diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu
107
Regression Studentized Residual. Oleh karena itu, hasil tersebut
menunjukkan bahawa dalam penelitian ini tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut
waktu (time-series) atau ruang (cross section). Bebrapa penyebab
munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data time-series dalam
analisis regresi adalah adanya kelemahan (inertia) artinya data
observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang,
kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence). (Ghazali, 2012).
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya kosntanta dalam
model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen.
Berikut ini adalah hasil dari uji autokorelasi:
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi
Uji Durbin-Watson
Sumber: Data yang Diolah SPSS
108
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, nilai Durbin - Watson sebesar 1,362
jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan tabel signifikansi
5%, jumlah sampel (n) = 48 dan jumlah variabel independen 4 (k = 4),
maka akan diperoleh nilai dL (lower) = 1.3619 dan dU (upper) = 1.7206,
sehingga nilai 4-dU sebesar 3-1,7206 = 2.2794 sedangkan nilai 4-dL
sebesar 4-1.3619 = 2.6381. Oleh karena itu, nilai DW = 1,362 hal ini
berada diantara -2 sampai dengan +2 maka dapat dikatakan bahwa sudah
tidak ada lagi gejala autokorelasi pada persamaan model penelitian.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji Statistik t pada dasarnya digunakan untuk menegtahui ada
tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikansi 0,05 maka variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. (Ghazali, 2012).
Uji t digunakan untuk menguji apakah secara parsial variabel
DPK, NPF, SBIS dan FDR memberikan pengaruh yang signifikan
atau tidak terhadap nilai pembiayaan mudharabah. Untuk
mengetahuinya dilakukan uji t yaitu dengan membandingkan thitung
dengan ttabel dan nilai signifikansi level.
109
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik t (Parsial)
Sumber: Data yang Diolah SPSS
Dari hasil coefficient pada uji t dapat dibandingkan antara thitung
dengan ttabel sebesar 1.680 yang didapat dari ttabel (df (n-k) 48-4 = 44, α
= 0,05). Berikut pembahasan uji parsial (uji t) antara Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dan Financing to Deposit Ratio (FDR)
terhadap pembiayaan mudharabah.
1) Uji t Terhadap Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
Hasil yang didapat pada tabel 4.8 diatas, menunjukkan
bahwa pada variabel DPK menunjukkan hasil nilai yang sig.
0,000 dan thitung menunjukkan nilai 10.494 artinya nilai
signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 < 0,05).
Sedangkan nilai thitung = 10.494 dan ttabel sebesar 1,680 yaitu di
dapat dari (df (n-k) 48-4 = 44, α = 0,05), sehingga nilai thitung >
ttabel (10.494 > 1.680), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0
ditolak, sehingga hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak
110
ada pengaruh antara DPK terhadap pembiayaan mudharabah
ditolak. Dengan demikian Ha diterima, sehingga terbukti bahwa
terdapat pengaruh dan signifikan antara DPK terhadap
pembiayaan mudharabah.
2) Uji t Terhadap Variabel Non Performing Financing (NPF)
Hasil yang didapat pada tabel 4.8 diatas, menunjukkan
bahwa pada variabel NPF menunjukkan hasil nilai yang sig. 0.008
dan thitung menunjukkan nilai 2.803 artinya nilai signifikansi lebih
besar dari nilai probabilitas 0,05 (2,803 > 0,05). Sedangkan nilai
thitung = 2.803 dan ttabel sebesar 1,680 yaitu di dapat dari (df (n-k)
48-4 = 44, α = 0,05), sehingga nilai thitung > ttabel (2.803 > 1,680),
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel NPF secara parsial
berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Pembiayaan
Mudharabah.
3) Uji t Terhadap Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Hasil yang didapat pada tabel 4.8 diatas, menunjukkan
bahwa pada variabel SBIS menunjukkan hasil nilai yang sig.
0,186 dan thitung menunjukkan nilai 1.345 artinya nilai signifikansi
lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0.186 > 0,05). Sedangkan
nilai thitung = 2.345 dan ttabel sebesar 1,680 yaitu di dapat dari (df
(n-k) 48-4 = 44, α = 0,05), sehingga nilai thitung > ttabel (1.345 >
1,680), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 diterima dan Ha
111
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel SBIS tidak
berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pembiayaan.
4) Uji t Terhadap Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil yang didapat pada tabel 4.8 diatas, menunjukkan
bahwa pada variabel FDR menunjukkan hasil nilai yang sig.
0,000 dan thitung menunjukkan nilai 4.654 artinya nilai signifikansi
lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 < 0,05). Sedangkan
nilai thitung = 4.654 dan ttabel sebesar 1,680 yaitu di dapat dari (df
(n-k) 48-4 = 44, α = 0,05), sehingga nilai thitung < ttabel (1,345 <
1,680), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima dan H0
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel FDR
berpengaruh dan signifikan terhadap pembiayaan.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Ghazali (2012) Uji statistik F menunjukkan apakah semua
variabel independen maupun bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk
mengetahui semua variabel independen yang dimasukkan dalam
model regresi bersama-sama terdapat varaibel dependen yang
diuji pada tingkat signifikan 0,05.
112
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik F (Simultan)
Berdasarkan hasil tabel 4.9 diatas nilai F hitung sebesar 231.104
dengan tingkat signifikansi 0,000 karena tingkat signifikansi lebih
kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai Fhitung > Ftabel yang diperoleh dengan
melihat tabel untuk derajat df:α, (k - 1) , (n – k) atau 0,05, (3 – 1), (48
– 4) = 2,58. Dengan demikian diperoleh Fhitung > Ftabel (231.104 >
2,558) maka HO ditolak dan Ha diterima, maka dapat disimpulakan
bahwa DPK, NPF, SBIS dan FDR secara simultan berpengaruh secara
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangakn variasi variabel
dependen (Pembiayaan Mudharabah). Menurut (Ghazali, 2012: 97)
Nilai Koefisien Determinasi (R2) adalah antara nol dan satu. Nilai
yang mendekati satu variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memperediksi variabel dependen.
(Ghazali, 2012: 97).
113
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: Data yang Diolah SPSS
Berdasarkan data tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa
koefisien determinasi (R2) yang disesuaikan (Adjusted R Square)
sebesar 0,951 Hasil ini menunjukkan bahwa variabel dependen
pembiayaan mudharabah dapat dijelaskan oleh variabel independen
Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF),
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Financing to Deposit
Ratio (FDR) sebesar 95,1% sedangakn sisanya 04,9% (100%-95,1%)
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diuji dalam penelitian ini,
misalnya Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Capital
Adequancy Ratio (CAR), dan Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO). Adapun angka koefisien korelasi
(R) menunjukkan nilai sebesar 0,978 yang menandakan bahwa
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat adalah kuat karena
memiliki nilai lebih besar dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,978 > 0,5.
114
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajiakn diatas, untuk mengetahui
pengaruh besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Finnacing (NPF), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
Financing to Deposit Ratio (FDR). Hasil pengelolaan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.12
Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber: Data yang Diolah SPSS
Berdasarkan tabel 4.11 diatas, maka diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
LnY = 0,772 + 0,444LnX1 + 0,096 LnX2 + 0,032 LnX3 + 0.647LnX4
Keterangan :
LnY = Logaritma Natural Pembiayaan Mudharabah
LnX1 = Logaritma Natural Dana Pihak Ketiga (DPK)
LnX2 = Logaritma Natural Non Performing Finnancing (NPF)
LnX3 = Logaritma Natural Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
LnX4 = Logaritma Natural Finnancing to Deposit Ratio (FDR)
115
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi
diatas adalah sebagai berikut:
1. Apabila X1, X2, X3 dan X4 bernilai 0 maka nilai Y adalah 0,772 %.
maksudnya jika pembiyaan mudharabah tidak melakukan kegiatan
operasional dapat dikatakan bahwa dalam periode januari 2012
samapi dengan desember 2015 jumlah pembiayaan mudharabah
sebesar 77,2%.
2. X1 sebesar 0,444 maksudnya adalah jika setiap kenaiakn 1% X1
akan menyebabkan kenaikan Y sebesar 44,4% dengan catatan
variabel lain di anggap konstan.
3. X2 sebesar 0,096 maksudnya jika setiap kenaikan 1% X2 maka
akan menyebabkan kenaikan Y sebesar 09,6% dengan catatan
variael lain dianggap konstan.
4. X3 sebesar 0,032 maksudnya jika setiap kenaikan 1% X3 akan
menyebabkan menurunnya Y sebesar 03,2% dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
5. X4 sebesar 0,647 maksudnya jika setiap kenaikan 1% X4 akan
menyebabkan menurunnya Y sebesar 64,7% dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
D. Interpretasi
Adapun interpretasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan
Mudharabah
Berdasarkan pada Tabel 4.11 menyebutkan bahwa variabel DPK
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan mudharabah.
Berdasarkan hasil perhitungan data, diperoleh hasil bahwa koefisien
regresi untuk variabel DPK sebesar 0,444 dengan nilai thitung sebesar
10,494 lebih besar dari ttabel 1,680, serta nilai signifikan sebesar 0,000.
116
Hal ini berarti Ha1 diterima atau menolak HO, artinya DPK berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pembiayaan mudharabah karena nilai
signifikannya lebih kecil dari 0,05.
Hasil dari penelitain ini menunjukkan bahwa pembiayaan
mudharabah yang disalurkan oleh bank syariah salah satunya tergantung
seberapa besar dana yang dapat dihimpun bank dari masyarakat yaitu
Dana Pihak ketiga (DPK) atau simpanan. Hal ini dapat mendorong
perkembangan sektor riil karena dengan semakin meningkatnya
pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah) yang disalurkan bank
syariah kepada masyarakat, maka jontribusi yang adapt diberikan
lembaga keuangan islam terhadap perekonomian indonesiapun akan
semakin meningkat.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Adnan (2005), Arianti
Muharram (2011) dimana Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif
terhadap pembiayaan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin meningkat
dana pihak ketiga maka akan semakin meningkat pula pembiayaan yang
disalurkan. Hal tersebut dikarenakan salah satu tujuan bank adalah
mendapatkan profit, sehingga bank tidak akan menganggurkan dananya
begitu saja. Bank cenderung untuk menyalurkan dananya semaksimal
mungkin guna memperoleh keuntungan yang maksimal pula.
117
2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan
Mudharabah
Berdasarkan pada tabel 4.11 hasil perhitungan data diperoleh hasil
bahwa koefisien regresi untuk variabel NPF sebesar 0,096 dan thitung
2,803 lebih besar dari ttabel 1,680 serta nilai signifikannya sebesar 0,008.
Hal ini berarti Ha2 diterima atau HO ditolak, artinya NPF berpengaruh dan
tidak signifikan terhadap pembiayaan mudharabah karena nilai
signifikannya lebih besar dari 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa non performing financing berpengaruh
tidak signifikan terhadap pembiayaan mudharabah dengan arah positif.
Arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi non performing
financing maka semakin tinggi pembiayaan mudharabah, begitu pula
sebaliknya. Non performing financing mencerminkan resiko pembiayaan.
semakin tinggi tingkat NPF maka semakin besar pula resiko pembiayaan
yang ditanggung oleh bank syariah. (Hariyani,2010). Nilai NPF yang
tinggi akan menyebabkan bank cenderung mengurangi jumlah
pembiayaan yang disalurkan. Karena NPF yang tinggi menyebabkan
bank akan lebih berhati-hati dalam penyaluran pembiayaan.
Karena NPF merupakan tingkat pengembalian cicilan dari
nasabah atau dengan kata lain disebut juga pembiayaan yang kurang
lancar yanga akan mempengaruhi profitabilitas dan juga kinerja suatu
perbankan syariah. Sehingga, perbankan tersebut lebih mengusahakan
untuk menyeleksi para nasabahnya secara selektif untuk mengurangi
118
resiko yang akan terjadi dalam pemberian pembiayaan. dalam hal ini
perbankan syariah ditekankan untuk menyeleksi para nasabahnya dalam
pemenuhan persyaratan untuk pengajuan pembiayaan atau produk
perbankan syariah atau lebih sedikit dalam mengeluarkan pembiayaan,
dikarenakan tingkat NPF yang semakin tinggi.
Pengaruh NPF yang tidak signifikan dapat disebabkan oleh
karena angka NPF pada penelitian ini bukan merupakan tingkat NPF
yang ditargetkan oleh manajemen bank syariah, melainkan NPF yang
benar-benar terjadi pada periode penelitian. NPF yang ditargetkan
mencerminkan tingkat pengendalian biaya dan kebijakan pembiayaan
yang dijalankan oleh bank (Pratin dan Adnan, 2005). Semakin rendah
angka NPF yang ditargetkan berarti manajemen bank akan menerapkan
kebijakan penyaluran pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah)
dengan lebih ketat (berhati-hati). Hal ini akan menyebabkan pembiayaan
mudharabah yang disalurkan lebih sedikit. Sebaliknya, semakin besar
angka NPF yang ditargetkan, maka akan semakin besar pembiayaan
mudharabah yang disalurkan. Sedangkan angka NPF yang dalam
penelitian ini bukan merupakan NPF yang ditargetkan manajemen bank.
Oleh karena itu, pembiayaan mudharabah yang disalurkan oleh bank
umum syariah tidak terlalu terpengaruh oleh faktor NPF.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Jamilah
dan Wahidahwati (2016), Arianti dan Mahrum (2011) dan Anggraini
(2005) yang memperoleh hasil bahwa NPF berpengaruh dan tidak
119
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah. Hasil ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan Adnan dan Pratin (2005) yang mengatakan
kredit bermasalah berbanding terbalik dengan penyaluran pembiayaan,
dimana besarnay NPF mencerminkan tingkat pengendalian biaya dan
kebijakan/kredit yang dijalankan oleh bank, sehingga semakin rendah
NPF maka akan semakin tinggi jumlah pembiayaan yang akan disalurkan
oleh bank. Semakin tinggi NPF menunjukkan semakin rendahnya
kemampuan bank dalam mengumpulkan kemblai kredit/pembiayaan
yang dikeluarkannya. Semakin sedikit dana pinjaman yang kembali ke
bank, akan menyebabkan dana bank yang tersedia untuk disalurkan
semakin berkurang. Akibatnya, bank akan mengurangi jumlah dana yang
akan di salurkan ke masyarakat.
3. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Pembiayaan Mudharabah
Berdasarkan pada tabel 4.11 hasil perhitungan data diperoleh hasil
bahwa koefisien regresi untuk variabel SBIS sebesar 0,032 dengan thitung
sebesar 1,345 lebih kecil dari ttabel 1,680 serta nilai signifikannya sebesar
0,186. Hal ini berarti HO3 diterima atau Ha ditolak, artinya SBIS tidak
berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pembiayaan mudharabah
karena nilai signifikannya lebih besar dari 0,05.
Tanda positifnya SBIS bahwa meningkatnya SBIS bank tidak
pula meningkatkan pembiayaan mudharabah karena persentase suku
bunga SBI. Hasil penelitain ini sejalan dengan Husni (2010) menyatakan
120
bahwa variabel bonus SWBI tidak berpengaruh terhadap penyaluran
dana, artinya apabila bila bonus SWBI naik maka bank syariah tidak
membeli SWBI tetapi tetap menyalurkan dananya ke masyarakat.
Hasil penelitain Siswati (2013) juga menyatakan bahwa variabel
SBIS tidak signifikan karena fee yang diberikan dari pengalokasian dana
yang berlebihan pada SBIS baru akan diterima 9 bulan kemudian setelah
penerbitan SBIS. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Nurhayati
Siregar (2004) bahwa SWBI positif tidak signifikan dikarenakan bonus
SWBI naik maka bank syariah tidak membeli SWBI tetapi tetap
menyalurkan dananya ke masyarakat.
4. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Pembiayaan
Mudharabah
Berdasarkan pada tabel 4.11 hasil perhitungan data diperoleh hasil
bahwa koefisien regresi untuk variabel FDR sebesar 4,654 lebih besar
dari ttabel 1,680 serta nilai signifikannya sebesar 0,000. Hal ini berarti HO2
diterima atau HO ditolak, artinya SBIS berpengaruh dan signifikan
terhadap pembiayaan mudharabah karena nilai signifikannya lebih kecil
dari 0,05.
Financing to Deposit Ratio ditentukan oleh perbandingan antara
jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun
yaitu mencakup tabungan, giro, dan deposito dan menyatakan seberapa
jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan
121
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar pembiayaan maka
pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis
laba juga akan mengalami kenaikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Adzimatur, Hartoyo dan
Wiliasih, (2013) yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah. Dengan demikian semakin
tinggi rasio FDR maka pembiayaan yang disalurkan juga akan
meningkat. Hal ini dikarenakan sumber likuidiats untuk membayar
kembali dana yang akan ditarik oleh deposan berasal dari pembiayaan
yang disalurkan. Adapun batas aman FDR atau LDR berkisar 85%-
100%. (Dendawijaya, 2009). Sedangakn penilaian Bank Indonesia FDR
lebih dari 110% likuiditasnya dinilai tidak sehat dan jika di bawah 110%
likuiditas bank tersebut sehat.
122
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa interpretasi yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan:
1. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada perbankan syraiah di
Indonesia. Variabel Non Performing Financing (NPF) secara parsial
berpengaruh tidak signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada
perbankan syariah di Indonesia. Variabel Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) secara parsial tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
mudharabah pada perbankan syariah di indonesia. Sedangkan variabel
Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di
Indonesia.
2. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF),
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Financing to Deposit
Ratio (FDR) secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada perbankan
syariah di Indonesia.
3. Variabrl yang paling dominan terhadap Pembiayaan Mudharabah
adalah Dana Pihak Ketiga (DPK).
123
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
terdapat beberapa hal yang dapat disarankan, antara lain:
1. Bagi Nasabah
Hasil penelitian ini diharpkan dapat membantu para nasabah
dalam pengambilan keputusan ketika nasabah saat akan melakukan
pembiayaan di bank syariah. Penelitian ini dpata dijadikan acuan dalam
melakukan pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia agar
memperhatikan terlebih dahulu tingkat DPK, NPF, SBIS dan FDR
terhadap pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di
Indonesia.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah tambahan referensi
mengenai bank syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti selanjutnya
yang tertarik untuk meneliti tentang topik sejenis yaitu pembiayaan
mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia. Selain itu, juga dapat
dijadikan bahan referensi tambahan bagi kepustakaan pihak kampus.
Untuk penlitian selnjutnya agar sebaiknya memperbanyak jumlah
variabel-varibel lainnya. Serta periode penelitian dapat diperbaharui
atau periode penelitian nya lebih lama agar mendapatkan hasil yang
lebih baik dan akurat.
124
3. Bagi Peneliti
Bagi penelitian berikutnya diharapkan dapat dijadikan referensi
studi lanjutan, agar dapat melanjutkan dan memperpanjang periode
waktu penelitian, serta dapat menggunakan lebih banyak lagi varaibel-
variabel yang mungkin dapat mempengaruhi pembiayaan mudharabah
pada perbankan syariah di Indonesia. Sehingga dapat memberikan hasil
penelitian yang lebih akurat dan lebih baik dari penelitian yang
sebelumnya.
4. Bagi Pemerintah
Diharapkan dari penelitian ini agar pemerintah mengevaluasi dan
lebih mengembangkan kinerja perbankan secara profesional dari sistem
perbankan syariah yang telah dijalankan saat ini sehingga dapat
meningkatkan profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
125
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Akhyar dan Pratin, "Analisis Hubunagn Simpananan, Modal Sendiri,
NPL, Prosentase Bagi Hasil dan Mark-up Keuntungan Terhadap
Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Studi Kasus Pada Bank Muamalat
Indonesia (BMI)", SINERGI, edisi khusus on finance, 2005.
Adzimatur, Fauziyah. Hartoyo, Sri. Wiliasih, Ranti. “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Besaran Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia”,
Jurnal Al-Muzara‟ah. Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen IPB,
Bogo.2013.
Ahmad, Rodoni “Buku Panduan Penulisan Skripsi FEB-UIN Jakarta”, FEIS UIN
Press, 2010.
Ajija, Shochrul Rohamtul, dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba
Empat, Jakarta, 2011.
Andreany, D. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil, dan
Non Performing Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil Pada Perbankan Syariah di Indonesia”. Simposium Nasional
Akuntansi XIV. Aceh. 2011.
Arianti, Wuri dan Muharam, Harjum. "Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Fianancing (NPF),
dan Return of Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan
Syariah", Universitas Diponegoro, Semarang 2011.
Arifin, Zainul. “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, Cetakan 7, Azkia
Publiser, Tangerang, 2009.
Arifin, Zainul. “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet,
Jakarta, 2006.
Arifin, Zainul. “Dasar-dasar Manajemen Perbankan Syariah”, Jakarta, Pustaka
Alvabet, 2002.
Arifin, Zainul. “Dasar-dasar Manajemen Perbankan Syariah”, Jakarta, Pustaka
Alvabet, 2006.
126
Arnan, Sendi Gusnandar. Kurniawasih, Imas. ”Pengaruh Jumlah Dana Pihak
Ketiga Dan Tingkat Non Performing Financing Terhadap Pembiayaan
Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, Proceedings SNEB,
Bandung, 2014.
Ascarya. “Akad dan Produk Bank Syariah”, Cet. 3, Jakarta: PT Grafindo Persada,
2011.
Bank indoneisa. Undang-undang Negara Republik Indonesia No 10 Tahun 1998
tentang Perbankan Syariah.
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah” BI, Jakarta, 2012.
Bank Indonesia. Peraturan BI No 15/7/PBI/2013 tentang
Bank Indonesia. Undang-undang Negara Republik Indonesia No 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Jakarta. 2008.
Dahlan, Rahmat. “pengaruh Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan
Tingkat Inflasi Terhadap Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal
Ekonomi Vol 13 No 2. Jakarta. 2014.
Dahlan, Siamat. “Manajemen Bank Umum” Balai Pustaka, Jakarta, 2014.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Jakarta: Ghalia Indonesia.
2009.
Donna, Duddy Roesmana dan Chotimah, Nurul “Variabel-variabel yang
Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Ditinjau
Dari Sisis Penawaran”, Volume 2, No 2, Juni 2008.
Donna, Duddy Roesmana dan Dumairy. “Variabel-variabel yang Mempengaruhi
Permintaan dan Penawaran Mudharabah Pada Perbankan Syariah di
Indonesia”, Fakultas Ilmu Ekonomi, Universitas Yogyakarta, 2006.
Faikoh, Aeni. “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Performing Finnancing dan
Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Volume Pembiayaan Mudharabah
pada Perbankan Syariah di Indonesia”. Skripsi (dipublikasikan) Fakultas
Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. 2008.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 63/DSN-MUI/XII/2007 Tentang SBIS.
Fatwa DSN-MUI No.64/DSN-MUI/XII/2007 Tentang SBIS Ju‟alah.
127
Ghazali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20
Edisi 7”, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2012.
Giannini, Nur Gilang. “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, Jurnal Akunatnsi
Fakultas
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi” Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2010.
Hamja, Yahya. “Materi Kuliah Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
Jamilah, Wahidahwati. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi: Vol 5, No 4, STIESIA, Surabaya, 2016.
Karim, Adiwarman “Ekonomi Makro Islam”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islam”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007.
Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan” PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Khatimah, Husnul. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran
Dana Perbankan Syariah di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kebijakan
Akserelasi Perbankan Syariah Tahun 2007-2008”, Jurnal (dipublikasikan)
Vol. 3 No 1, 2009.
Kisman, Melan. Bokiu, Zulkifli. Yusuf, Nilawaty. “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Bukopin”,Fakulats
Ekonomi dan Bisnis Universitas Negri Gorontalo, 2009.
Lutfi Qolby, Muhammad. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah di Indonesia Periode Tahun 2007-2013”, Jurnal.
Fakultas Ekonomi Universitas Negri Semarang. 2013.
Mahmoeddin, As Haji. “Melacak Kredit Bermasalah”. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2004.
Maryanah. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank
Syariah Mandiri”, Tesis PSTTI-UI, Jakarta, 2006.
128
Mudrajad, Kuncoro dan Suhardjono. (2002). Manajemen Perbankan: Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: BPPE.
Muhammad Syafi‟i Antonio, “Bank Syariah dan Teori ke Praktik”. Gema insani,
Jakarta, 2001.
Muhammad. “Manajemen Dana Bank Syariah”, Edisis 1, Ekonisia, Yogyakarta,
2002.
Nachrowi, D. Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktik Ekonometrikal
Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Jakarta, 2006.
Oramahi, H.A “Analisis Data Dengan SPSS & SAS”. Aradana Media, Yogyakarta.
2007.
Peraturan Bank Indonesia No 10/11/PBI 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syariah.
Rizal Nur Firdaus "Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi
Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Umum Syariah" El-Dinar, Vol 3, no 1,
Januari, 2015.
Setiawan. “Aspek Hukum Pembiayaan Mudharabah pada Perbankan Syariah”,
UII Press: Yogyakarta. 2012.
Siregar, Nurhayati. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran
Dana Perbankan Syariah di Indonesia”, Tesis Program Ilmu Manajemen
Universitas Sumatera Utara, 2005.
Sugiyono. “Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D)”, Penerbit Alfabeta, Bandung. 2006.
Surat Edaran Bank Indonesia No 104/40/DPM tanggal 17 November tentang Tata
Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Ulfah, Maria. “analisis Perkembangan Asset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal (dipublikasikan)
Universitas Gunadarma, Jakarta, 2008.
Umam, Khaerul. 2013. ”Manajemen Perbankan Syariah”. Bandung: Pustaka
Setia.
Umar Husein. “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
129
Veithzal, Rivai. Islamic Financial Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008.
Wibowo, Muhammad Ghafur. “Potret Perbankan Syariah Terkini (Kajian Kritis
Perbankan Syariah)”,Biruni, Yogyakarta, 2007.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik Dengan Eviews”,
Edisi kedua, Cetakan Pertama, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2009.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
130
Lampiran
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Dana Pihak Ketiga
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari 116518 148731 177930 210761
Februari 114616 150795 178154 210297
Maret 119639 119639 180945 212988
April 114018 158519 185508 213973
Mei 115206 163858 190783 215339
Juni 119279 163966 191470 213477
Juli 121018 166453 194299 216083
Agustus 123673 170222 195959 216356
September 127678 171701 197141 219313
Oktober 134453 174018 207121 219478
November 138671 176292 209644 220635
Desember 147512 183534 217858 231175
b. Non Performing Finnancing
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari 2.68 2.49 3.01 4.87
Februari 2.82 2.72 3.53 5.10
Maret 2.76 2.75 3.22 4.81
April 2.85 2.85 3.48 4.62
Mei 2.93 2.92 4.02 4.76
Juni 2.88 2.64 3.90 4.73
Juli 2.92 2.75 4.31 4.89
Agustus 2.78 3.01 4.58 4.86
September 2.74 2.80 4.67 4.74
Oktober 2.58 2.96 4.58 4.74
November 2.50 3.08 4.86 4.66
Desember 2.22 2.62 4.33 4.34
c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari 10663 4709 5253 8050
Februari 4243 5103 5331 9040
Maret 6668 5611 5843 8810
April 3825 5343 6234 9130
131
Mei 3644 5423 6680 8858
Juni 3936 5443 6782 8458
Juli 3036 4640 5880 8163
Agustus 2918 4299 6514 8585
September 3412 4523 6450 7720
Oktober 3321 5213 6680 7192
November 3242 5107 6530 6495
Desember 4993 6699 8130 6280
d. Finnancing to Deposit Ratio
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari 87.27 100.63 100.07 93.60
Februari 90.49 102.17 102.03 93.94
Maret 87.13 102.62 102.22 94.24
April 95.39 103.08 95.50 94.18
Mei 97.95 102.08 99.43 94.69
Juni 98.59 104.43 100.80 96.52
Juli 99.91 104.83 99.89 94.80
Agustus 101.03 102.53 98.99 95.17
September 102.10 103.27 99.71 94.76
Oktober 100.84 103.03 98.99 94.66
November 101.19 102.58 94.62 94.78
Desember 100.00 100.32 91.50 92.14
2. Variabel Dependen
Pembiayaan Mudharabah
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari 10133 12027 13322 14207
Februari 10122 12056 13300 14147
Maret 10039 12102 13498 14136
April 10349 12026 13802 14388
Mei 10482 12168 13869 14906
Juni 10904 12629 14312 15667
Juli 11023 13281 14559 15729
Agustus 11180 13299 14277 15676
September 11359 13364 14356 15144
Oktober 11438 13664 14371 14925
November 11527 13878 14307 14680
Desember 12023 13625 14354 14820
132
Lampiran 2: Tabel Summary, Annova dan Coefficients
Lampiran 3: Uji Normalitas
133
Lampiran 4: Uji Multikolonieritas
134
Lampiran 5: Uji Heterokedasitas
Lampiran 6: Uji Autokorelasi