pengaruh dana perimbangan terhadap ...1. kedua orang tua saya bapak muh harun dan ibu hajijah yang...
TRANSCRIPT
PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
HUSNA WAHYUNI
105731127216
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2021
ii
HALAMAN JUDUL
PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP ANGGARAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TAKALAR
Oleh:
HUSNA WAHYUNI
NIM 105731127216
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, skripsi ini penulis Saya
Persembahkan Kepada:
1. Kedua orang tua saya bapak Muh Harun dan ibu Hajijah yang telah
memberikan dukungan dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungan baik moral maupun
moril untuk proses penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus dan
ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntun dan memberi arahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada ketua Tingkat saya yang sangat berperan penting dalam terciptanya
skripsi ini.
5. Para sahabat-sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
“MOTTO HIDUP
“Jangan hanya bisa bermimpi, tapi berusahalah untuk mewujudkannya”
“Bekerja keras dan bersikap baiklah. Hal luar biasa akan terjadi.”
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai
manakala penulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Dana Perimbangan terhadap
Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Takalar”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan
Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis Bapak Muh. Harun dan Ibu Hajija yang senantiasa memberi
harapan, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku
tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi
ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu
yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa
yang telah berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan
di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:
viii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Agus Salim H R, SE., MM selaku penasehat akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.
5. Ibu Dr. Muchriana Muchran, SE., M.Si. Ak. CA selaku pembimbing I yang
senantiasa mengarahkan penulis sehingga Skripsi dapat selesai dengan baik.
6. Ibu Khadijah Darwin, SE., M.Ak selaku pembimbing II yang senantiasa
memberikan saran, arahan dan perbaikan dengan sabar sehingga proses
penelitian dan penyusunan skripsi dapat selesai dengan baik.
7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
ilmu kepada penulis.
8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
9. Orang Tua penulis yang telah membantu, membimbing dan memberi support
yang sangat ikhlas bagi penulis.
10. Saudara saya Nadia Konita dan Muh Fahri yang sudah memberi dukungan
penuh baik moral maupun moril.
ix
11. Kepada ketua tingkat saya Andi Ahmad Yani yang sudah membagi ilmunya dan
membimbing sampai terselesainya skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat saya Lisa, Sri Devi Eka Suherman, Tri Astuti, Novita.S,
Yuliana, Maya Rahmasari, Sobat Ambyar, Keluarga Besar H. Nyallang Family,
Tim Pasukan Baper, Tim Berlima dan semuan teman-teman yang tidak bisa di
sebut satu persatu yang sudah memberi semangat dalam penyelesaian skripsi
ini.
13. Teman-Teman akuntansi 2016.G. yang telah membantu peneliti selama
berproses di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
14. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para
pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya
demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak utamanya kepada almamater kampus biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
x
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, 14 Januari 2021
HUSNA WAHYUNI
xi
ABSTRAK
Husna Wahyuni, 2020. “Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Anggaran
Belanja Daerah Kabupaten Takalar”. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Dibimbing oleh Muchriana Muchran dan Khadijah Darwin..
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pengaruh Dana Perimbangan
secara parsial terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Takalar. Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data
menggunakan data skunder. Skala pengukuran data dengan skala Rasio. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan
program SPSS IBM versi 22.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berpengaruh positif terhadap Anggaran Belanja Daerah. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan penelitian ini semakin tinggi Dana Alokasi Umum maka tidak akan berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Daerah di Kabupaten Takalar.(2) Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan penelitian ini semakin tinggi Dana Alokasi Khusus maka akan meningkatkan alokasi Belanja Daerah di Kabupaten Takalar.(3) Dana Bagi Hasil (DBH) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah. Semakin tinggi atau rendah tidak akan berpengaruh terhadap Alokasi Belanja Daerah di Kabupaten Takalar.
Kata Kunci : Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil
xii
ABSTRAC
Husna Wahyuni, 2020. "The Effect of Balancing Funds on the Regional Budget
of Takalar Regency". Thesis Accounting Study Program, Faculty of Economics and
Business. Supervised by Muchriana Muchran and Khadijah Darwin.
The purpose of this study was to determine whether the effect of the
Balancing Fund partially on the Regional Budget of Takalar Regency. In this study
using a quantitative approach with data collection techniques using secondary data.
Scale of data measurement with ratio scale. Data were analyzed using multiple
linear regression analysis with the help of the IBM SPSS program version 22.
The results showed that (1) the General Allocation Fund (DAU) has no
positive effect on the Regional Expenditure Budget. So it can be concluded based on
this research, the higher the General Allocation Fund, it will not affect the Regional
Expenditure Budget in Takalar Regency. (2) The Special Allocation Fund (DAK) has
a positive and significant effect on the Regional Expenditure Budget. So it can be
concluded based on this research, the higher the special Alocation Fund, the higher
the Regional Expenditure Allocation in Takalar Regency. (3) Revenue Sharing Fund
(DBH) does not have a positive and significant effect on the Regional Expenditure
Budget. The higher or lower it will not effect the Regional Expenditure Allocation in
Takalar Regency.
Keywords:General Allocation Funds, Special Allocation Funds, Profit Sharing
Fund
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL ..... ............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7
C. Tujuan penulisan ............................................................................................. 7
D. Manfaat ……………………………………………………………………………..8
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................................ 9
B. Tinjauan Empiris ............................................................................................ 24
C. Kerangka Pikir ............................................................................................... 29
D. Perumusan Hipotesis .................................................................................... 32
xiv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian .............................................................................................. 34
B. Populasi dan sampel ..................................................................................... 35
C. Jenis Data dan Sumber Data ........................................................................ 35
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 35
E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................................. 43
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................................ 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTKA ................................................................................................ 64
LAMPIRAN ........................................................................................................... 73
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian terdahulu .............................................................................. 24
Tabel 1.2 Data Realisasi Anggaran 2013-2019 ................................................... 46
Tabel1.3 Hasil Uji Statistik Diskriptif .................................................................... 48
Tabel 1.4 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 50
Tabel 1.5 Hasil Uji Multikolinaritas ........................................................................ 51
Tabel 1.6 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................... 53
Tabel 1.7 Hasil Uji Koefisien Korelasi .................................................................. 54
Tabel 1.8 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 56
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 32
Gambar 2.2 Struktur Organisasi ........................................................................... 45
Gambar 2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 52
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah ............................................ 66
Lampiran Hasil Uji SPSS …………………………………………………………... 73
Lampiran Surat Izin Penelitian ............................................................................. 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Pekei (2016:63) Anggaran Belanja Daerah merupakan rencana
kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang selama periode
tertentu yaitu satu tahun. Anggaran ini digunakan untuk menentukan besarnya
pengeluaran, membantu mengambil keputusan dan perencanaan pembangunan,
otorisasi pengeluaran dimasa-masa yang akan datang, sumber pengembangan
ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja dan sebagai alat untuk motivasi para
pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja.
Penyusunan anggaran dalam pembiayaan disuatu instansi pemerintah
merupakan salah satu elemen yang penting dalam pengelolaan instansi tersebut
dalam mencapai hasil yang maksimal. Penyusunan anggaran yang baik sebagai
sistem perencanaan koordinasi dan pengendalian dalam instansi tersebut. Oleh
karena itu suatu instansi pemerintah dituntut mempunyai pimpinan yang dapat
bekerja secara efektif dan efisien agar mampu mengelola instansi tersebut dengan
baik agar dapat menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan secara
efektif, maka perlu adanya alat bantu untuk melaksanakannya salah satu alat
tersebut adalah anggaran belanja daerah.
Dana Perimbangan (melalui bagi hasil pajak, bagi hasil SDA, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Bagi hasil pajak provinsi Sulawesi Selatan)
berpengaruh positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto. Hasil penelitian ini
memberikan implikasi bahwa Dana perimbangan yang berasal dari Bagi Hasil Pajak,
2
Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan
Bagi hasil pajak provinsi Sulawesi Selatan telah mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Takalar, atau dapat pula berarti bahwa pertumbuhan ekonomi
yang terjadi di Kabupaten Takalar selama ini banyak ditentukan oleh Dana
Perimbangan. Dana perimbangan sebagian besar berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Takalar.
Sumber pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi terdiri
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan,dan Lain-lain Pendapatan
Yang Sah. Penyerahan urusan dan pemberian sumber pendanaan dalam bentuk
kebijakan perimbangan keuangan pada daerah otonom, pada hakekatnya ditunjukan
untuk memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam menyikapi aspirasi
masyarakat dan prioritas daerah guna mempercepat upaya peningkatan
kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat di daerah, serta lebih luas
di harapkan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi daerah.
Berlakunya Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah telah membawa perubahan yang mendasar pada
sistem dan mekanisme pengolahan Pemerintah Daerah. Menurut Undang-Undang
No. 33 tahun 2004 perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil,
proporsional, demokratis, transparan dan efisien dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan
kebutuhan daerah. Dalam Undang-Undang tersebut ditegaskan pula bahwa untuk
3
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan menyalurkan
Dana Perimbangan kepada pemerintah daerah.
Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK), da bagian daerah dari Dana Bagi Hasil (DBH) yang terdiri
dari pajak dan sumber daya alam. Di samping Dana Perimbangan tersebut
pemerintah daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli
Daerah (PAD), pembiayaan, dan lain-lain. Kebijakan penggunaan semua dana
tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah digunakan secara efektif oleh
pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat
kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan
akuntabel.
Potensi suatu daerah akan menjadi suatu pembahasan begitu pula dengan
kabupaten takalar yang merupakan dari salah satu daerah dari 24 kabupaten di
Sulawesi selatan. Kabupaten takalar memiliki banyak potensi yang belum dikelola
secara maksimal dengan luas wilayah 566,51 km persegi dan jumlah penduduk
sekitar 250.000 jiwa beberapa bidang dapat bisa dimasksimalkan seperti bidang
perikanan, bidang pariwisata dan bidang pertanian. Di beberapa tahun terakhir
pemerintah kabupaten takalar menganggarkan banyak anggaran untuk
meningkatkan potensi perikanan namun perkembangan tersebut terkendala oleh
terbatasnya anggaran yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan tentunya hal
tersebut dapat diatasi dengan bantuan pemerintah pusat baik dana perimbangan
ataupun anggaran dari pemerintah pusat lainnya dalam peningkatan ekonomi di
kabupaten takalar rangka meningkatkan.
4
Transfer Dana dari pemerintah pusat merupakan sumber dana utama
Pemerintah Daerah untuk membiayai operasi utamanya, pemerintah daerah
dilaporkan dan diperhitungkan dalam APBD. Tujuan transfer adalah mengurangi
kesenjangan fiskal antara pemerintahan dan menjamin tercapainya standar
pelayanan publik minimum diseluruh negeri (Simanjuntak dalam sidik et al, 2015).
Pembangunan Daerah merupakan pembangunan yang semuanya
dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada di daerah tersebut. Pesatnya pembangunan daerah membutuhkan alokasi
dana pembangunan besar sehingga menyebabkan belanja pemerintah daerah juga
semakin meningkat. Besarnya belanja daerah ditentukan oleh besarnya pendapatan
daerah yang bersangkutan. Instansi pemerintah daerah yang menerima anggaran
belanja tentunya harus mampu menunjang pertumbuhan belanja daerah sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari setiap kota/kabupaten yang ada
di Indonesia (Kinde, 2015).
Dalam tiga tahun ke depan Kabupaten Takalar mendorong Pendapatan Asli
Daerah (PAD) mencapai angka 25% dari total Dana Perimbangan yang masuk.
Pendapatan daerah sangat tergantung pada kreatifitas dalam pelayanan, oleh
karena itu kemandirian daerah dibutuhkan agar daerah dapat mandiri dan dapat
melaksanakan kegiatannya secara sendiri.
Wujud dari perimbangan keuangan tersebut adalah adanya Dana
Perimbangan yang berasal dari pusat. Dana Perimbangan adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepala daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi bertujuan untuk
5
menciptakan keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dan antara pemerintah daerah (Darise, 2017). Untuk beberapa daerah yang
memiliki PAD relatif kecil, jalannya roda pemerintahan akan bergantung pada
tersedianya Dana Perimbangan (Bawono dan Novelsyah, 2015).
Selain berasal dari Dana Perimbangan, pemerintah daerah dapat
memanfaatkan potensi daerah yang dimilikinya melalui Pendapatan Asli Daerah
yang dijadikan sumber pendapatan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan pembangunan
guna memperkecil ketergantungan daerah terhadap subsidi dari pemerintahan
pusat.
Menurut penelitian Masayu Rahmawati (2017) pengaruh pendapatan asli
daerah dan dana perimbangan terhadap belanja daerah kota bandung hasil
penelitian menyatakan pendapatan asli daerah dan dana perimbangan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah. Hal ini disebabkan karena
pendapatan daerah yang diperoleh baik yang berasal dari pendapatan asli daerah
maupun dana perimbangan ditunjukkan untuk menandai seluruh pengeluaran
daerah khususnya kebutuhan dalam meningkatkan pembangunan daerah yang
dapat mensejahterakan masyarakat daerah. Menurut penelitian Noor Aini Arifah
(2019) analisis pengaruh sisa anggaran, pendapatan asli daerah dan dana
perimbangan terhadap belanja modal dikabupaten/kota provinsi jawa tengah tahun
2013-2017 hasil penelitian menyatakan menurut nilai hitung pada uji-t menghasilkan
variabel dana perimbangan berpengaruh positif terhadap belanja modal. Bagian itu
6
membuat jika semakin tinggi dana perimbangan maka belanja modal akan semakin
tinggi pula. Menurut penelitian Winda Putri Lestari (2017) pengaruh pendapatan asli
daerah dan dana perimbangan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal,
hasil penelitian menyatakan Dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pemerintah daerah. Menurut
penelitian Marianus Manek (2016) pengaruh pendapatan asli daerah dan dana
perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di provinsi nusa
tenggara timur hasil penelitian menyatakan berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan maka disimpulkan bahwa PAD berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Menurut penelitian Dwi Handayani (2016) pengaruh
pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi
pada pemerintah kabupaten/kota Jawa tengah, hasil penelitian menyatakan bahwa
pengaruh pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi positif signifkan
terhadap pertumbuhan ekonomi pada pemerintahan kabupaten/kota jawa tengah.
Menurut penelitian R.Neneng Rina (2018) Andriani pengaruh pendapatan
asli daerah dan dana perimbangan terhadap kemandirian keuangan daerah, hasil
penelitian menyatakan bahwa pendapatan asli daerah dan dana perimbangan
secara simultan negative terhadap kemandirian keuangan daerah. Menurut
penelitian Mulia Andirfa (2018) pengaruh belanja modal, dana perimbangan dan
pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan kabupaten/kota di provinsi aceh,
hasil penelitian menyatakan dana perimbangan secara parsial berpengaruh negative
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Menurut penelitian Budianto (2017)
pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap kinerja
7
keuangan pemerintah kabupaten/kota di provinsi Sulawesi utara, hasil penelitian
menyatakan dana perimbangan berpengaruh negative terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah kabupaten/kota di provinsi sulawesi utara pada tahun 2013-2015.
Berdasarkan uraian latar belakang dan penelitian terdahulu diatas maka saya
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Dana
Perimbangan Terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Takalar. (Studi
Kasus pada Badan Pengelolaan keuangan Kabupaten Takalar).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Apakah Dana Perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum berpengaruh secara
signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah di Kabupaten Takalar?
2. Apakah Dana Perimbangan yaitu Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara
signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah di Kabupaten Takalar?
3. Apakah Dana Perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil berpengaruh secara
signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah di Kabupaten Takalar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apakah Dana Perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum
berpengaruh secara signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah di
Kabupaten Takalar
8
2. Untuk mengetahui apakah Dana Perimbangan yaitu Dana Alokasi Khusus
berpengaruh secara signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah di
Kabupaten Takalar
3. Untuk mengetahui apakah Dana Perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil
berpengaruh secara signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah di
Kabupaten Takalar
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi berbagai pihak adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
terhadap pengembangan literatur Akuntansi Sektor Publik (ASP). Tentang
Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil
terhadap Anggaran Belanja Daerah.
2. Manfaat Praktis
Hasil Penelitian ini dapat menjadi literatur, referensi dan acuan untuk peneliti
selanjutnya yang berhubungan dengan pengaruh Dana Perimbangan
terhadap Anggaran Belanja Daerah.
3. Manfaat Kebijakan
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan,
tujuan dana perimbangan adalah untuk membantu daerah mendanai
kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber
pendanaan pemerintah antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi
kesenjangan pendanaan pemerintah antar daerah.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaran pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di
dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut. Keuangan Daerah selain diatur dengan peraturan pemerintah juga
mengikuti Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
ditetapkan setiap tahun dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan masing-
masing daerah yang disinkronkan dan dikelola secara sistematis.
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal
156 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
adalah sebagai berikut: “Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang
dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut” (Pusdiklatwas BPKP, 2007).
Faktor keuangan merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur
tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan
suatu daerah yang menentukan bentuk dan ragam yang akan dilakukan oleh
pemerintah daerah. Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata,
kemampuan daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri adalah kemampuan
10
“self supporting” dalam bidang keuangan. Halim (2007) mengungkapkan bahwa
kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerah dituangkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang langsung maupun
tidak langsung.
2. Anggaran Daerah
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
pembangunan daerah adalah kemampuan keuangan daerah yang memadai.
Semakin besar keuangan daerah semakin besar pula kemampuan daerah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah. Anggaran
daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting dalam rangka
meningkatkan pelayanan public dan di dalamnya tercermin kebutuhan masyarakat
dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah. Sebuah
anggaran yang baik akan mencerminkan efektifitas kinerja pemerintah dimata publik,
maka pemerintah harus benar-benar dapat membuat anggaran yang matang dan
realistis untuk direalisasikan sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial,
sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu
anggaran (Mardiasmo, 2002).
Pengaturan pada sebuah aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses
penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang
pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan
11
penetapan alokasi, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Oleh karena itu dalam proses dan mekanisme penyusunan APBD harus
jelas siapa pihak-pihak yang bertanggung jawab, sehingga dapat dijadikan landasan
untuk pertanggung jawaban baik antara eksekutif dan legislative, ataupun tanggung
jawab didalam internal eksekutif sendiri.
Proses penyusunan anggaran publik memiliki karakteristik berbeda dengan
penganggaran dalam bisnis. Menurut Leo dan Jhonson karakteristik tersebut
mencakup ketersediaan sumber daya, motif laba, barang publik, eksternalitas,
penentuan harga pelayanan public, dan perbedaan lain seperti intervens pemerintah
terhadap perekonomian melalui anggaran, kepemilikan atas organisasi, dan tingkat
kesulitan dalam proses pembuatan keputusan.
3. Anggaran Belanja Daerah
Dikemukakan oleh Pekei (2016:63) Anggaran Belanja Daerah merupakan
rencana kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang selama
periode tertentu yaitu satu tahun. Anggaran ini digunakan untuk menentukan
besarnya pengeluaran, membantu mengambil keputusan dan perencanaan
pembangunan, otorisasi pengeluaran dimasa-masa yang akan datang, sumber
pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja dan sebagai alat untuk
motivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit
kerja.
Anggaran Belanja Daerah pada hakekatnya merupakan instrument kebijakan
yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum, kesejahteraan
12
masyarakat di daerah. Oleh karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
dan pemerintah daerah juga harus berupaya secara nyata dan terstruktur guna
menghasilkan anggaran yang dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai
dengan potensi masing-masing daerah serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya
anggaran daerah yang berorientasi pada kepentingan dan akuntabilitas publik.
Dengan demikian anggaran harus benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan
masyarakat dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
4. Belanja Daerah
Pengertian Belanja Daerah
Belanja Daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar, di mana merupakan kewajiban daerah dalam satu
tahun anggaran. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan
urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Provinsi atau Kabupaten/kota yang
terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan (PP No. 58 Tahun 2005).
Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan
hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintah daerah seperti, pelayanan dasar kepada masyarakat antara lain dalam
bidang pendidikan, kesehatan dan pengadaan infrastruktur sarana dan prasarana
daerah. Selain itu, urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara nyata dan
berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi dan
13
potensi keunggulan daerah seperti, daerah yang berada di kawasan pesisir pantai
akan mengembangkan potensi dalam bidang perikanan dan kelautan (Bawono dan
Novelsyah 2012: 19).
a. Kategori Belanja Daerah
Kategori belanja daerah adalah sebagai berikut:
1. Belanja Daerah menurut organisasi
Perincian Belanja Daerah menurut organisasi diartikan sebagai susunan
perangkat daerah, lembaga teknis daerah, dan struktur organisasi pemerintah
daerah. Organisasi pemerintah daerah diantaranya: DPRD, Kepala dan Wakil
Kepala Daerah, Sekretaris Dewan, Sekretaris Daerah Badan, Dinas, Kantor,
Kecamatan, Lembaga Teknis dan Kelurahan.
2. Belanja Daerah menurut fungsi
Perincian Belanja Daerah menurut fungsi merupakan klasifikasi Belanja Daerah
sesuai kewenangan daerah untuk menjalankan fungsi utama pemerintah daerah
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Meliputi: Layanan umum,
keterlibatan dan keamanan, ekonomi, pariwisata, budaya, agama, pendidikan
dan pera. lindungan sosial.
3. Belanja Daerah menurut jenis belanja meliput:
a. Belanja Pegawai, yaitu belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan,
serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil,
pimpinan anggota DPRD, kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Seperti: gaji dan
tunjangan, honorarium, lembur, uang representasi dan sejenisnya.
14
b. Belanja Barang dan Jasa yaitu belanja yang digunakan untuk pengeluaran
pembelian dan pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan
atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah
daerah. Seperti bahan material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan
kendaraan bermotor, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, perjalanan
dinas, serta perjalanan dinas pindah tugas dan pengulangan pegawai.
c. Belanja Modal yaitu belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang
dilakukan dalam rangka pembelian atau pengadaan atau pembangunan asset
tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta
asset tetap lainnya.
5. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari
APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam
mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik (Widjaja, 2002).
Menurut Elmi (2002), secara umum tujuan pemerintah pusat melakukan
transfer dana kepada pemerintah daerah adalah:
a. Sebagai tindakan nyata untuk mengurangi ketimpangan pembagian "kue
nasional", baik vertikal maupun horisontal.
b. Suatu upaya untuk meningkatkan efisiensi pengeluaran pemerintah dengan
menyerahkan sebagian kewenangan dibidang pengelolaan keuangan negara
15
dan agar manfaat yang dihasilkan dapat dinikmati oleh rakyat di daerah yang
bersangkutan.
Namun selama ini sumber dana pembangunan daerah di Indonesia
mencerminkan ketergantungan terhadap sumbangan dan bantuan dari pemerintah
pusat (Sumiyarti dan Imamy, 2005). Sejalan dengan itu, Elmi (2002) juga
menyatakan bahwa ketidak seimbangan fiskal (fiscal inbalance) yang terjadi antara
pemerintah pusat dan daerah selama ini telah menyebabkan ketergantungan
keuangan pemerintah daerah kepada bantuan dari pemerintah pusat yang mencapai
lebih dari 70 persen kecuali Provinsi DKI Jakarta.
Bantuan dana dari pemerintah pusat tersebut hanyalah untuk rangsangan
bagi daerah agar lebih meningkatkan sumber penerimaan pendapatan asli
daerahnya, yang merupakan bagian penting dari sumber penerimaan daerah, bukan
menjadikannya sebagai prioritas utama dalam penerimaan daerah.
6. Pembagian Dana Perimbangan
a. Bagian Daerah, yaitu Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA).
Sumber-sumber penerimaan perpajakan yang di bagihasilkan meliputi Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 21 dan pasal 25/29 orang pribadi, Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), serta Bagian Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Sementara itu, sumber-sumber penerimaan SDA yang di bagihasilkan adalah
minyak bumi, gas alam, pertambangan umum, kehutanan, dan perikanan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 115 Tahun 2000, bagian dari PPh, baik
PPh pasal 21 maupun PPh pasal 25/29 orang pribadi, ditetapkan masing-masing
16
sebesar 20% dari penerimaannya. 20% bagian daerah tersebut terdiri dari 8% dan
12% bagian Kabupaten/kota. Pengalokasian bagian penerimaan pemerintah daerah
kepada masing-masing daerah Kabupaten/kota diatur berdasarkan usulan gubernur
dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti jumlah penduduk, luas wilayah,
serta faktor lainnya yang relevan dalam rangka pemerataan.
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum adalah sejumlah dana yang harus dialokasikan
pemerintah pusat kepada setiap daerah setiap tahunnya sebagai dana
pembangunan. Menurut UU No. 33 Tahu 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah, yang dimaksud dengan dana alokasi umum
yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Pada Pasal 7 UU No. 33 Tahun 2004, besarnya DAU ditetapkan sekurang-
kurangnya 25% dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN DAU,
untuk daerah Provinsi sebesar 10% dan untuk daerah Kabupaten/kota ditetapkan
sebesar 90% dari dana alokasi umum.
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus adalah alokasi dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah kepada provinsi Kabupaten/kota dengan tujuan untuk mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan pemerintahan daerah sesuai dengan prioritas
nasional. Dana Alokasi Khusus menurut UU No. 33 Tahun 2004 merupakan dana
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
17
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, yang
termasuk yang berasal dari dana reboisasi. Kebutuhan khusus yang dimaksud yaitu:
1. Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus
alokasi umum,
2. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
Penerimaan negara yang berasal dari dana reboisasi sebesar 40 persen
disediakan kepada daerah penghasil sebagai DAK.
7. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha
pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna untuk keperluan daerah yang
bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang
terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan
penerimaan asli daerah yang sah (NN, 2003).
Pendapatan asli daerah diartikan sebagai pendapatan daerah yang
tergantung keadaan perekonomian pada umumnya dan potensi dari sumber-sumber
pendapatan asli daerah itu sendiri (Sutrisno) pendapatan asli daerah yaitu
pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk menghimpun
sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah. Pendapatan asli daerah
dikatakan sebagai pendapatan rutin dan usaha-usaha pemerintah daerah dalam
memanfaatkan potensi sumber-sumber keuangan untuk membiayai tugas dan
tanggung jawabnya. Menurut Pasal 6 UU No. 32 Tahun 2004 pendapatan asli
daerah berasal dari :
18
a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan.
d. Penerimaan dari dinas dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pasal 6 UU Tahun 2004 tentang pendapatan asli daerah tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pajak Daerah
Pajak merupakan iuran yang dapat dipaksakan kepada wajib pajak oleh
pemerintah dengan balas jasa yang tidak langsung dapat ditunjuk. Pada pokoknya
pajak memiliki dua peranan utama yaitu sebagai sumber penerimaan negara (fungsi
budget) dan sebagai alat untuk mengatur (fungsi regulator) (Suparmoko, 2002).
Mardiasmo (2014) mendefinisikan pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah
berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan
pembiayaan rumah tangga daerah tersebut.
Menurut Undang-undang No. 34 tahun 2000 pajak daerah yang selanjutnya
disebut pajak yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Terdapat banyak batasan tentang pajak yang dikemukakan para ahli, tetapi pada
dasarnya isinya hampir sama yaitu pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat
kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa imbalan jasa yang secara
19
langsung dapat ditunjuk (Suparmoko, 2014) Dari batasan atau definisi diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur pajak adalah :
a. Iuran masyarakat kepada Negara
b. Berdasarkan Undang-undang
c. Tanpa balas jasa secara langsung
d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah
Berdasarkan kewenangan pemungutan pajak digolongkan menjadi dua yaitu
pajak negara dan pajak daerah. Pengertian pajak daerah adalah sama dengan pajak
negara, perbedaannya terletak pada :
a. Pajak Negara ditetapkan dan dikelola oleh pemerintah pusat (Direktorat
Jendral Pajak).
b. Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan dengan peraturan daerah atau
pajak Negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada
daerah (Sutrisno 2015).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah pajak
negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran daerah
sebagai badan hukum publik.
2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
karena seseorang atau badan hukum menggunakan jasa dan barang pemerintah
yang langsung dapat ditunjuk (Sutrisno, 2015). Peraturan pemerintah No. 66 tahun
2002 tentang retribusi daerah pasal satu menyebutkan bahwa retribusi adalah
20
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial
karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Menurut Undang-
undang No. 34 tahun 2000 retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi yaitu
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan.
Pada dasarnya retribusi adalah pajak, tetapi merupakan jenis pajak khusus,
karena ciri-ciri dan atau syarat-syarat tertentu masih dapat dipenuhi (Sutrisno, 1984).
Syarat-syarat tertentu tersebut antara lain berdasarkan undang-undang atau
peraturan yang sederajat harus disetor ke kas negara atau daerah dan tidak dapat
dipaksakan. Batasan pengertian retribusi ini sendiri merupakan pungutan yang
dilakukan pemerintah karena seseorang dan atau badan hukum menggunakan
barang dan jasa pemerintah yang langsung dapat ditunjuk. Dari definisi diatas
terlihat bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah adalah sebagai berikut :
a. Retribusi dipungut oleh daerah
b. Dalam pemungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah
langsung dapat ditunjuk
c. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan barang atau
jasa yang disediakan oleh daerah.
Lapangan retribusi daerah adalah seluruh lapangan pungutan yang diadakan
untuk keperluan keuangan daerah sebagai pengganti jasa.
3. Bagian Laba Perusahaan Daerah
21
Perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang diharapkan dalam
memberikan kontribusinya bagi pendapatan daerah, tapi sifat utama dari perusahaan
daerah bukanlah berorientasi pada keuntungan, akan tetapi justru dalam
memberikan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum, atau dengan
perkataan lain perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda yang harus terjamin
keseimbangannya yaitu fungsi ekonomi (Kaho, 2015). Pemerintah daerah
mendirikan perusahaan daerah atas dasar berbagai pertimbangan menjalankan
ideologi yang dianutnya bahwa sarana produksi milik masyarakat untuk melindungi
konsumen dalam hal ada monopoli alami, seperti angkutan umum.
Sumber pendapatan asli daerah yang ketiga yaitu adalah laba dari perusahaan
daerah. Karena berbentuk perusahaan maka prinsip pengelolaannya berdasarkan
atas asas-asas ekonomi perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus mencari
keuntungan dan selanjutnya sebagian dari keuntungan tersebut diserahkan ke kas
daerah. Fungsi pokok dari perusahaan daerah adalah :
a. Sebagai dinamisator perekonomian daerah yang berarti perusahaan daerah
harus mampu memberikan rangsangan bagi berkembangnya perekonomian
daerah.
b. Sebagai penghasilan pendapatan daerah yang berarti harus memberikan
manfaat ekonomis sehingga terjadi keuntungan yang dapat diserahkan ke
kas daerah.
Berdasarkan uraian diatas, maka perusahaan daerah merupakan salah satu
komponen yang diharapkan mampu memberikan kontribusinya bagi pendapatan
daerah. Sifat utama perusahaan daerah berorientasi pada keuntungan, dapat
22
memberikan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum atau dengan kata lain
perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda yang harus terjamin
keseimbangannya yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Artinya pemenuhan fungsi
sosial perusahaan daerah dapat berjalan seiring dengan pemenuhan fungsi ekonomi
sebagai badan hukum yang bertujuan mendapatkan laba. Sedangkan lapangan hasil
perusahaan daerah adalah sebagian dari perusahaan daerah yang bergerak
dibidang produksi jasa dan perdagangan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Penerimaan dinas dan pendapatan lain-lain yang disahkan
Penerimaan dinas-dinas merupakan penerimaan yang berasal dari usaha
dinas-dinas daerah yang bersangkutan yang bukan merupakan penerimaan pajak,
retribusi ataupun laba perusahaan daerah. Fungsi pokok dari penerimaan dinas-
dinas daerah (kecuali dinas pendapatan daerah) pada umumnya adalah bukan
mencari pendapatan daerah, tetapi melaksanakan sebagian urusan pemerintah
daerah yang bersifat pembinaan atau bimbingan kepada masyarakat. Penerimaan
lain-lain, dilain pihak adalah penerimaan pemerintah daerah di luar penerimaan-
penerimaan dinas, pajak, retribusi dan bagian laba perusahaan daerah. Penerimaan
ini antara lain berasal dari sewa rumah dinas milik daerah, hasil penjualan barang-
barang (bekas) milik daerah, penerimaan sewa kios milik daerah dan penerimaan
uang langganan majalah daerah (Hirawan, 2016).
Fungsi utama dari dinas-dinas daerah adalah memberikan pelayanan umum
kepada masyarakat tanpa terlalu memperhitungkan untung dan ruginya, tetapi dalam
23
batas-batas tertentu dapat di dayagunakan untuk bertindak sebagai organisasi
ekonomi yang memberikan pelayanan dengan imbalan jasa.
Penerimaan lain-lain membuka kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk
melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan baik yang berupa materi dalam hal
kegiatan bersifat bisnis, maupun non materi dalam hal kegiatan tersebut untuk
menyediakan, melapangkan atau memantapkan suatu kebijakan pemerintah daerah
dalam suatu bidang tertentu.
Jadi disatu pihak dapat menghimpun dana sebagai salah satu sumber
penerimaan daerah dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dilain pihak lebih mengarah kepada publik service dan
bersifat penyuluhan yaitu tidak mengambil keuntungan, melainkan hanya sekedar
untuk menutup resiko biaya administrasi yang dikeluarkan.
8. Jumlah Penduduk
Penduduk merupakan bagian penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam
usaha untuk membangun suatu perekonomian. Karena penduduk sebagai Sumber
Daya Manusia dapat menyediakan tenaga kerja atau tenaga ahli dalam menciptakan
kegiatan perekonomian.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang juga memiliki
problematik yang sama, yaitu memiliki jumlah penduduk yang besar yang tersebar
disetiap daerahnya. Sedangkan lapangan usaha masih sangat terbatas yang
menimbulkan tingginya tingkat pengangguran. Selain itu, masalah pendidikan juga
6/belum teratasi. Tidak semua penduduk dimasing-masing daerah di Indonesia
mendapatkan kesempatan pendidikan yang baik dikarenakan kurangnya biaya.
24
Sehingga masih banyak terdapat penduduk dengan kualitas yang rendah. Sebagai
akibatnya adalah dapat menghambat kegiatan pembangunan yang pada akhirnya
dapat menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Seperti studi yang dilakukan oleh Siregar (2007), bahwa kurangnya kualitas
pertumbuhan ekonomi di Indonesia di indikasikan oleh laju pengangguran yang
masih relatif tinggi dan sulit/lambat penurunannya (persistent), dan juga oleh angka
kemiskinan (terutama kemiskinan dikawasan pedesaan) yang juga relatif persistent.
B. Tinjauan Empiris
Dari judul penelitian tentang Analisis Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap
Anggaran Belanja Daerah, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang
terkait dengan judul tersebut yang disajikan dibawah ini.
Tabel 1.1 (Penelitian terdahulu)
No Penelitian Judul Variabel Hasil penelitian
1. Noor Aini Arifah dan Haryanto
(Journal Of Accounting Vol.8 No.2 2019)
Analisis Pengaruh Sisa Anggaran, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2017
Analisis Pengaruh Sisa Anggaran, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan (X) Belanja Modal Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2017 (Y)
Menurut nilai hitung pada uji-t menghasilkan variabel Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap belanja modal. Bagian itu membuat jika semakin tnggi dana perimbangan maka belanja modal akan semakin tinggi pula.
25
22 2.
Ida Bagus Badjra
(Jurnal Akuntansi Indonesia Vol. 6 No.1 2017)
Kontribusi Pendapatan Asli Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal Dan Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Bali.
Kontribusi Pendapatan Asli Dan Dana Perimbangan (X)
Belanja Modal Dan Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Bali.(Y)
Hasl pengujian hipotesis menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal seluruh kabupaten/kota di provinsi Bali, dana perimbangan tidak berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal seluruh kabupaten/kota di provins bali, belanja modal berpengruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan daerah seluruh kabupaten/kota di provinsi bali, PAD tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan daerah serta dana perimbangan berpengruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan di provnsi bali.
3. Mulia Andirfa dan Dr.Hasan
Pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan Dan
Pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan Dan
Blanja moal secara parsial berpengaruh
26
Basri
(Jurnal Magister Akuntansi )
Pendapatan Asli Daerah Terhadap kinerja Keuangan Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Aceh
Pendapatan Asli Daerah (X) kinerka Keuangan Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Aceh (Y)
positif terhadap kinerja keuangan pemerinth daerah dan dana perimbangan secara parsal berpengaruh negative terhadap kinerja keuangan pemerinth daerah. Hasil pengujian variabel pendaptan asli daerah secara parsial tidak berpengaruh terhadap inerja keuangan pemerintah daerah pada kabupaten/kota di provinsi Aceh.
4. Aprilia Magie (Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah Vol.19 No.5 2018)
Pengaruh PAD Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah Serta Analisis Flypaper Effect Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2005-2016
Pengaruh PAD Dan Dana Perimbangan (X) Belanja Daerah Serta Analisis Flypaper Effect Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2005-2016 (Y)
Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel PAD terhadap belanja daerah di Sulawesi utara
5. Dah Nurdiwaty (Jurnal Aplikasi
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, DANA
Hasil pengujian
hipotesis
menunjukkan
hasil perhitungan
statistk uji f
27
Bisnis Vol.17 No.1 2017)
Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Terhadap Belanja Modal Di Jawa Timur
Perimbangn dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah (X) Belanja Modal Di Jawa Timur (Y)
dengan hasil nilai
signifikan sebesar
0,000 berada di
bawah 0,05 yang
berarti secara
simultan
menunjukkan
bahwa seluruh
variabel
independen
tersebut
berpengaruh
signifikan
terhadap variabel
belanja modal.
6. Damar Daru Sukmaji dan Abdul Rohman (Diponegoro Journal Of Accounting Vol 8 No 4 2019)
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Kinerja Keuangan Terhadap Belanja Modal Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2017
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Kinerja Keuangan (x) Belanja Modal Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2017 (Y)
HasiL Penelitian menunjukkan bahwa variabel PAD, DAU, DAK, dan DBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal. Sedangkan tingkat efektivitas keuangan daerah tidak berpengaruh signifikan.
7. Masayu Rahmawati dan Catur Martian Fajar (Jurnal Kajian Akuntansi Vol 1, (1),
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah Kota Bandung
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Perimbangan (X) Belanja Daerah Kota Bandung (Y)
Dana Perimbangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah Kota Bandung. Berdasarkan hasil koefisien korelasi Dana
28
2017) Perimbangan memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap belanja daerah.
8. Ferly Christian Kolinug (Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Pembangunan Daerah)
Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemerintah Daerah Kota Manado
Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum Dan Pendapatan Asli Daerahv (X) Belanja Pemerintah Daerah Kota Manado (Y)
Hasil estimasi regresi sederhana dan berganda membuktikan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Belanja Pemerintah Daerah (BD), sedangkan DAU juga berpengaruh positif akan tetapi tidak signifkan.
9. R Neneng Rina Andriani dan Nisa Noor Wahid (Jurnal Akuntansi Vol 13 2018)
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Perimbangan (X) Kemandirian Keuangan Daerah (Y)
Pendapatan asli
daerah dan dana
perimbangan
secara simultan
berpengaruh
terhadap
kemandirian
keuangan daerah.
Namun ada
beberapa faktor
lain yang tidak
diteliti penulis
agar dapat
mempengaruhi
kemandirian
keuangan daerah
10. Dayu Suhardi
Analisis Pengaruh
Analisis Pengaruh Pendapatan Asli
Secara simultan pengaruh PAD,
29
(Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 1 No 2 2018)
Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Pare-Pare
Daerah Dana Perimbangan, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah (X) Pertumbuhan Ekonomi Kota Pare-Pare (Y)
Dana Perimbangan, investasi, pengeluaran pemerntah terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Pare-Pare tidak berpengaruh signifikan.
C. Kerangka Pikir
Dalam konteks pengelolaan keuangan Negara, termasuk keuangan daerah,
salah satu pengeluaran yang menjadi sorotan publik adalah pengeluaran dalam
bentuk anggaran belanja daerah. Sorotan public tersebut cukup beralasan karena,
setiap alokasi sumber daya keuangan merupakan salah satu bentuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini merupakan
pencerminan dari kepercayaan publik atau masyarakat terhadap pemerintah dalam
mengelola dana publik. Dalam hal ini teori keagenan (agency theory) secara tegas
menjelaskan hubungan antara prinsip (principal) dan agen (agency) yang tercermin
dari kontrak antara individu dengan individu lain atau antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain. Menjadi salah satu rujukan utama dalam hal pertanggung
jawaban dana publik. Kontrak yang dilakukan menunjukkan kesepakatan antara
prinsip pelaku pemberi amanah dan agen selaku penerima amanah, hubungan ini
dibangun atas dasar kepercayaan. Dalam organisasi sektor publik, khususnya pada
pemerintah daerah, daerah bertindak sebagai agen selaku pihak yang menerima
amanah rakyat untuk menjalankan roda pemerintahan, dan rakyat yang diwakili oleh
Dewan Perwakilan Rakyat di posisikan sebagai prinsip yang memiliki salah satu
30
tugas utama untuk mengawasi aktivitas organisasi yang dijalankan oleh pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Salah satu wujud nyata dari hubungan keagenan dan prinsip yang menjadi
perhatian publik saat ini adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah yaitu desentralisasi termasuk desentralisasi fiskal. Sidik
(2002) menegaskan tujuan pelaksanaan desentralisasi fiskal harus dapat :
1. Meningkatkan efisiensi pengalokasian sumber daya nasional maupun
kegiatan pembangunan daerah
2. Dapat memenuhi aspirasi daerah
3. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan di tingkat daerah
4. Memperbaiki keseimbangan fiskal antara daerah dan memastikan adanya
pelayanan masyarakat yang berkualitas disetiap daerah
5. Meningkatkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat
Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan kemandirian pemerintah daerah
dalam mengurus rumah tangganya. Dengan kemandirian daerah dalam mengelola
sumber daya daerah baik sumber daya keuangan maupun non keuangan
menunjukkan pemerintah memiliki komitmen yang tinggi dalam mensejahterakan
rakyat. Artinya bila pemerintah daerah memiliki kepekaan yang tinggi dalam
meningkatkan kesejahteraan daerah, maka perintah daerah berusaha melakukan
pengeluaran terutama belanja modal yang berorientasi pada upaya peningkatan
kemampuan ekonomi masyarakat. Sayangnya fungsi dan kewenangan yang
diserahkan kepada daerah kurang didukung oleh kesiapan daerah dalam membiayai
31
pembangunan, karena kemampuan daerah yang satu dengan yang lain dalam hal
finansial tidak sama. Untuk itu, pemerintah menindak lanjuti dengan seperangkat
perundang-undangan yang mengaur hubungan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah untuk membiayai pelaksanaan fungsi dan kewenangannya, yaitu
desentralisasi fiskal. Hal ini menandakan bahwa hubungan keuangan antara pusat
dan daerah perlu diberikan pengaturan yang jelas dan tegas, sehingga sumber-
sumber pendapatan daerah dapat di optimalkan sesuai dengan kebutuhan publik.
Sejalan dengan pembagian kewenangan yang dinyatakan diatas, daerah
diberi kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi dan pemberian hasil
penerimaan serta bantuan keuangan, dalam bentuk dana perimbangan, yang
meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil,
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berbagai sumber penerimaan tersebut
diharapkan dapat mendorong pendapatan perkapita daerah melalui peningkatan
berbagai jenis pengeluaran atau belanja pemerintah yang dapat merangsang
aktivitas sosial ekonomi masyarakat, dengan peningkatan pengeluaran pemerintah,
khususnya belanja modal diharapkan dapat mendorong peningkatan ekonomi
masyarakat yang pada gilirannya dapat memacu pertumbuhan pendapatan
perkapita.
32
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
D. Perumusan Hipotesis
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dana perimbangan adalah suatu
sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada
daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin baik. Menurut penelitian Irfan Ferdiansyah (2018) Pengaruh pendapatan
asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana perimbangan
terhadap anggaran belanja daerah. Menyatakan bahwa dana perimbangan
berpengaruh secara signifikan terhadap anggaran belanja daerah.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat ditarik hipotesis yaitu :
H1: Dana Alokasi Umum berpengaruh positif signifikan terhadap anggaran belanja
daerah.
H2: Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif signifikan terhadap anggaran belanja
daerah.
Dana Alokasi Umum
X1
Dana Alokasi Khusus
X2
Dana Bagi Hasil
X3
Anggaran Belanja
Daerah
33
H3: Dana Bagi Hasil berpengaruh positif signifikan terhadap anggaran belanja
daerah.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif
dengan pendekatan survei. Menurut Sugiyono (2008: 13) metode kuantitatif
merupakan metode analisis yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Analisis data bersifat kuantitatif
atau lebih dikenal dengan statistik dilakukan dengan tujuan menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. Survei dilakukan untuk meneliti perilaku suatu individu atau
kelompok. Pada umumnya penelitian survei menggunakan laporan keuangan
sebagai alat pengambilan data dengan mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan laporan keuangan sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diBadan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Takalar.
Objek dalam penelitian ini adalah sumber pendapatan yang berasal dari anggaran
yang mendukung pelaksanaan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
pemberian otonomi kepada daerah terutama dilakukan dengan peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
Lokasi Penelitian : Badan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Takalar
Alamat : Jl. Jendral Sudirman No. 26 Takalar 92212
Lama Penelitian : Dua bulan dari bulan September sampai Oktober 2020
35
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah totalitas nilai yang merupakan hasil menghitung atau
pengukuran kuantitatif atau kualitatif dan karakteristik tertentu atau sekumpulan
objek yang lengkap dan jelas sifatnya. Menurut Sugiono (2016) populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini terpusat pada Badan
Pengelolaan Keuangan Daerah Kab.Takalar.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi sampel merupakan sebagian dari populasi
yang diambil untuk keperluan penelitian pengambilan sampel penelitian dilakukan
dengan metode purposive sampling, adapun yang termasuk dalam sampel
penelitian ini yaitu laporan kinerja bpkd kab.takalar 5 tahun terakhir, dan laporan
evaluasi dana alokasi umum. 5 tahun terakhir.
D. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari instansi yang bersangkutan. Sumber data sekunder yang
dipergunakan adalah realisasi laporan keuangan (DAU,DAK,DBH) tahun 2014 –
2019 dari kantor Badan Pendapatan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar.
36
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data sekunder sehingga
metode pengumpulannya dengan metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2015),
metode dokumentasi adalah mencari data mengena hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagiannya. Dengan demikian langkah yang dilakukan adalah dengan
cara mencatat seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini sebagaimana yang
tercantum dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh Badan Pendapatan
Keuangan Daerah dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019.
F. Defenisi Operasional Variabel
Definisi operasional dari masing-masing variabel pada penelitian ini diuraikan
sebagai berikut:
a. Variabel Dependen (terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2007). Vaeiabel terikat dalam
penelitian ini Anggaran Belanja Daerah Undang-undang nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa Belanja Daerah
adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan Menurut
Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 Belanja Daerah dikelompokkan menjadi
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.
37
b. Variabel Independen (bebas)
Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal
dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah
dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.
Yang indikatornya yaitu :
1. Dana Alokasi Umum (DAU)
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun2014 Dana Alokasi Umum adalah
dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
2. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Dana Alokasi Khusus (DAK)
adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang di alokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
3. Dana Bagi Hasil (DBH)
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Dana Bagi Hasil bersumber
dari pajak, cukai, dan sumber daya alam. Dana Bagi Hasil yang berusmber
dari pajak terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), pajak Penghasilan (PPh) pasal 25 dan
Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh pasal 21 selain
itu, Dana Bagi Hasil yang bersumber dari cukai adalah cukai hasil tembakau
38
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Dana Bagi
Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari penerimaan
kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi,
pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam melakukan
penelitian. Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut :
1. Skala Ordinal
Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian
untuk membedakan data, sekaligus mengandung unsur pemeringkatan atau
tingkatan melalui penilaian tertentu.
2. Dokumentasi dan Data Sekunder
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki hal-hal
berupa transkip, catatan, buku, data laporan keuangan dan lain-lain.
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2014) statistic deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi masing-masing variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness.Standar
deviasi, varian maksimum dan minimum menunjukkan hasil analisis terhadap
distersi variabel. Sedangkan skewness dan kurtosis menunjukkan bagaimana
39
variabel terdistribusi. Varian dan standar deviasi menunjukkan penyimpangan
variabel terhadap nilai rata-rata.
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Ghozali (2016) analisis regresi bertujuan untuk mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih serta menunjukkan arah hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen yang digunakan. Hasil analisis
regresi adalah berupa koefisien regresi untuk masing-masing variabel independen.
Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan
suatu persamaan.
1. Menguji signifikan uji t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikasi konstanta dan variabel bebas dengan
satu variabel terikat yaitu dengan rumus:
√
√
Keterangan:
t : t hitung
r : Koefisien korelasi
n : Jumlah sampel
(Husein, 2011: 132)
Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf
signifikansi 5%. Apabila t hitung lebih besar atau sama dengan t tabel berarti ada
pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat secara individual.
Sebaliknya, apabila t hitung lebih kecil dari t tabel berarti tidak ada pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual. Selain itu, apabila nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan
40
antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual dan hipotesis
diterima, namun apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 berarti tidak terdapat
pengaruh signifikan dan hipotesis ditolak.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas
model regresi yang digunakan pada penelitian. Tujuan lainnya adalah untuk
memastikan bahwa didalam model regresi yang digunakan mempunyai data yang
terdistribusi secara normal, bebas dari autokorelasi, multikolinearitas, dan
heterokidistisitas.
a. Uji Normalitas
Menurut Pradana Sampurno (2015) tujuan dari uji normalitas adalah untuk
menguji apakah data yang digunakan dalam model regresi, variabel independen,
serta variabel independen telah terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi
dikatakan baik apabila distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam
penelitian ini, untuk mengetahui normalitas data menggunakan Kolomogrov Smirnof
(K-S) test dengan melihat nilai signifikannya. Apabila ini signifikan lebih dari 5%
maka data tersebut terdistribusi normal. Sebaliknya apabila nilai signifikannya
kurang dari 5% maka data tersebut tidak terdistribusi normal.
b. Uji Multikoliniaeritas
Menurut Kuncoro (2016) multikoliniaritas adalah adanya hubungan linear
yang sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas. Tujuan dari uji
multikoliniaeritas adalah untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antar variabel
babes dengan model regresi. Dalam uji multikoniaeritas yang baik tidak
41
menghendaki adanya korelasi antar variabel independen. Untuk melihat apakah ada
penyimpangan multkoliniaeritas dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan
Varian Information Factors (VIF). Apabila nilai tolerance > 0.10 serta nilai VIF < 10
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat multikolinearitas. Akan tetapi
apabila nilai tolerance < 0,10 serta nilai VIF > 10 maka terdapat multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Pradana dan Sampurno (2016) Tujuan dari uji heteroskedastisitas
adalah untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan residual dan variance dari
satu pengamatan ke pengamatan lain.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh Dana
Perimbangan terhadap Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Takalar. Untuk
menguji pengaruh variabel independen (X) terhadap dependent (Y) baik secara
parsial maupun secara bersama-sama dilakukan dengan koefisien Determinan
( Uji statistik (t-test).
a. Uji t
Uji t adalah jenis pengujian statistik yang digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh variabel independen dapat menerangkan variabel
dependen secara individual. Uji t dilakukan dengan tingkat keyakinan 95% dan
tingkat kesalahan analisis (α) 5% Derajat kebebasan (degree of freedom) yang
digunakan adalah . Taraf nyata inilah yang akan digunakan untuk
mengetahui kebenaran hipotesis.
Formula hipotesis:
42
H1 : Dana perimbangan diduga berpengaruh positif signifikan terhadap
anggaran belanja daerah.
Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika t-hitung < t-tabel, maka variabel independen secara parsial berpengaruh
tidak signifikan terhadap variabel dependen diterima).
Jika t-hitung > t-tabel, maka variabel independen secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen ditolak).
2. Berdasarkan nilai probabilitas (signifikan) dasar pengambilan keputusan
adalah:
i. Jika probabilitas > 0,05 maka diterima.
ii. Jika probabilitas < 0,05 maka ditolak.
b. Uji Koefisien Determinasi
Tujuan dari uji koefisien determinasi adalah untuk mengetahui kemampuan
model dalam menjelaskan variabel dependen. Apabila nilai koefisien determinasi
mendekati satu berarti informasi yang dibutuhkan guna memprediksi variabel
dependen dapat diterangkan oleh variabel independen.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten
Takalar yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman No 26 Takalar 92212, penelitian ini
dilakukan 2 bulan terhitung bulan Agustus 2020 sampai September 2020.
Peraturan Bupati Takalar Nomor 63 Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan
organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Takalar, Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar
merupakan lembaga teknis daerah Kabupaten Takalar yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati Takalar melalui sekretaris daerah Kabupaten
Takalar yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang mempunyai tugas
merumuskan dan melaksanakan urusan pemerintahan bidang pengelolaan
keuangan, pendapatan dan aset daerah, mengadakan evaluasi dan pelaporan
urusan pemerintahan bidang pengelolaan, pendapatan dan aset daerah.
Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar melakukan tugas
pokok dan fungsi sesuai dengan peraturan Bupati Takalar Nomor 63 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain Kabupaten Takalar yang
mengatur kedudukan, tugas pokok dan fungsi organisasi Badan Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Takalar.
44
Adapun Visi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar adalah
sebagai berikut:
“Terwujudnya Pengelolaan Keuangan yang handal dan akuntabel guna mendukung
tata kelola Pemerintahan yang baik. “
Adapun Misi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar adalah
sebagai berikut:
1. Mewujudkan kualitas layanan kesekretariatan
2. Mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan, akuntabel, efektif dan
efisien
3. Meningkatkan sistem administrasi pengelolaan barang milik daerah.
45
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar
Gazali, S.T.,M.A.P
Kepala Badan
Kelompok Jabatan
Fungsional
Drs. H. Hairuddin, M.Si
Bidang Perencanaan
Pendapatan Daerah
H. Hasbullah, S.Sos,
M.Si
Bidang Pajak & Retribusi
Daerah
Saparuddin, S.Sos
Subbidang Perencanaan,
Evaluasi dan Pelaporan
Haeruddin Daud, S.Sos
Abdi Irawan, AP
Subbidang Pajak Daerah
Muhammad Yusuf, S.Sos
Subbidang Retribusi
Daerah
Dahlan
Jalamang,S.pd.,MM
Sekretaris
Rifany, S.IP.,M.Si
Bagian Perencanaan
Selly Herliaty,
S.Sos
Bagian keuangan
Muh. Hatta, SE
Bagian Umum &
Kepegawaian
H.Yusuf Susandy
M,S.ip.,MM
Bidang Anggaran Bidang Akuntansi
H.Edi
Badang,S.Sos.,M.
Si
Bidang Aset
Arman Arif,SE.,M.Si
Bidang Penyusunan
APBD
Abd. Rahman,S.Sos
Bidang Otorisasi
DPA & Pembiayaan
Kamaruddin, S.Sos
Bidang Akuntansi
& Penyusunan
Laporan
Keuangan
Ahmad, SE
Subbidang
Perbendaharaan
Jabir, S.Sos.,M.Si
Bidang
Perencanaan
Kebutuhan
Ervan
Najamuddin,S.Sos
Bidang
Pemanfaatan &
Penghapusan
UPTB
46
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten
Takalar, Data yang digunakan yaitu data sekunder berupa dokumen Laporan
realisasi Anggaran tahun 2013-2019 yang diberikan oleh Badan Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Takalar yang terdiri dari Dana Alokasi Khusus, Dana
Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil dan Belanja Daerah. Berdasarkan data yang
berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut.
Tabel 1.2 Data Realisasi Anggaran Tahun 2013-2019
Tahun Dana Alokasi
Umum Dana Alokasi
Khusus Dana Bagi Hasil Belanja Derah
2013
Rp 565,195,363,000
Rp 48,956,910,000
Rp 24,451,722,369
Rp 669,095,910,961
TA 2014
Rp 565,195,363,000
Rp 64,132,720,000
Rp 22,817,599,360
Rp 926,193,334,152
RA 2014
Rp 565,195,363,000
Rp 64,132,720,000
Rp 14,003,607,140
Rp 807,863,015,523
TA 2015
Rp 554,136,141,000
Rp 175,822,130,000
Rp 20,306,333,000
Rp 1,124,838,898,526
RA 2015
Rp 554,136,141,000
Rp 175,822,130,000
Rp 15,334,210,184
Rp 932,673,058,664
TA 2016
Rp 597,985,638,000
Rp 394,907,816,000
Rp 18,669,882,000
Rp 1,365,930,260,466
47
RA 2016
Rp 597,985,638,000
Rp 315,075,996,933
Rp 23,004,391,604
Rp 1,226,453,806,095
TA 2017
Rp 590,649,260,000
Rp 227,709,555,000
Rp 20,974,045,000
Rp 1,030,049,753,994
RA 2017
Rp 590,649,260,000
Rp 220,097,282,442
Rp 19,044,279,910
Rp 981,132,519,942
TA 2018
Rp 595,466,518,000
Rp 249,687,007,418
Rp 18,924,913,000
Rp 1,078,111,692,271
RA 2018
Rp 595,466,518,000
Rp 256,130,933,270
Rp 17,343,057,624
Rp 975,791,599,307
TA 2019
Rp 631,470,676,000
Rp 215,733,858,232
Rp 19,969,275,000
Rp 1,088,969,423,563
RA 2019
Rp 627,235,384,000
Rp 207,839,956,932
Rp 15,308,258,686
Rp 998,295,401,370
Sumber: Olah data Sekunder 2020
2. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran umum atas
data yang telah dikumpulkan yang terdiri atas 4 Variabel yaitu Dana Alokasi Umum
(DAU) (X1), Dana Alokasi Khusus (DAK) (X2), Dana Bagi Hasil (DBH) (X3), dan
Belanja Daerah (Y). Analisis ini meliputi jumlah penelitian, nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi .
48
Tabel 1.3 Hasil Uji Statistik Deksriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dana Alokasi Umum 39 3.65 14.05 6.2441 2.50030
Dana Alokasi Khusus 39 .69 3.57 1.8929 .80850
Dana Bagi Hasil 39 13993607140 24451722369 19236428836 3090765140
Belanja Daerah 39 669086000000 136593000000
0
101579356410
2
170860921861
Valid N (listwise) 39
Sumber: Olah data sekunder, SPSS 25
Berdasarkan tabel 1.3 hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa n atau
jumlah data pada setiap variabel yaitu 13. Masing-masing variabel akan dijabarkan
sebagai berikut:
a. Dana Alokasi Umum (DAU). Variabel Dana Alokasi Umum DAU memiliki nilai
minimum 3,65, nilai maksimum 14,02, rata-rata 6,2441 dan standar deviasi
2,50030
b. Dana Alokasi Khusus (DAK). Variabel Dana Alokasi Khusus DAK memiliki
nilai minimum 0,69, nilai maksimum 3,57, rata-rata 1,8929 dan standar
deviasi 0,80850
c. Dana Bagi Hasil (DBH). Variabel Dana Bagi Hasil DBH memiliki nilai
minimum 13993607140, nilai maksimum 24451722369, rata-rata
19236428836 dan standar deviasi 3090765140.
d. Belanja Daerah. Variabel Belanja Daerah memiliki nilai minimum
669086000000, nilai maksimum 1365930000000, rata-rata 1015793564102
dan standar deviasi 170860921861.
49
3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum data diolah dengan regresi berganda maka dilakukan uji asumsi
klasik untuk memperoleh keyakinan bahwa data yang diperoleh beserta variabel
penelitian layak untuk diolah lebih lanjut. Uji asumsi klasik yang dapat digunakan
dalam penelitian ini adalah:
a. Uji Normalitas Residual
Pengujian normalitas residual adalah pengujian tentang kenormalan distribusi
residual. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal. Uji ini dapat dilihat dengan menggunakan Kolmogorov Smirnovtest. Jika
probabilitas > 0.05 maka H0 diterima, dalam arti data terdistribusi normal. Jika
probabilitas data < 0.05 maka H0 ditolak dan artinya data tidak terdistribusi normal
maka perlu adanya perlakuan khusus agar menjadi normal
Tabel 1.4 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 39
Normal Parametersa,b
Mean .0001784
Std. Deviation 58893923736.3
6597400
Most Extreme Differences Absolute .101
Positive .086
Negative -.101
Test Statistic .101
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
50
d. This is a lower bound of the true significance.
(Sumber: Olah data sekunder, SPSS 25)
Berdasarkan Tabel 1.4 Hasil uji normalitas dari pengelolaan SPSS hasil yang
di dapat berdasarkan one sample kolmegrov-smirnov Test, adalah 0,200 lebih besar
dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dapat berdistribusi normal.
Gambar 2.2 Hasil Uji normalitas menggunakan Normal P-P Plot Regresi
(Sumber IBM SPSS statistic 25)
Berdasarkan gambar 2.2 memperlihatkan penyebaran data yang berada di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal ini menunjukkan bahwa
model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolienaritas
Bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ada ditemukan korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independen. Adapun syarat uji multikolinearitas adalah
51
dengan melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) Jika nilai
Tolerance lebih besar dari 0,10 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas dalam
model regresi. Jika nilai Tolerance lebih kecil dari 0,10 maka artinya terjadi
multikolinieritas dalam model regresi. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00 maka
artinya tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi. Jika nilai VIF lebih besar
dari 10,00 maka artinya terjadi multikolinieritas dalam model regresi.
Tabel 1.5 Hasil Uji Multikolienaritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Dana Alokasi Umum .851 1.175
Dana Alokasi Khusus .943 1.061
Dana Bagi Hasil .900 1.111
Sumber: Olah data sekunder, SPSS 25
Berdasarkan Tabel 1.5 Diatas terlihat bahwa nilai Tolerance untuk variabel
Dana Alokasi Umum x1, Dana Alokasi Khusus x2 dan Dana Bagi Hasil x3
mendapatkan 0,851, 0,943 dan 0,900 masing-masing lebih besar dari 0,05 dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) untuk ketiga variabel independen Dana Alokasi
Umum x1, 1,175, Dana Alokasi Khusus x2 dengan nilai VIF 1,061, dan Dana Bagi
Hasil x3 mendapatkan 1,111 lebih kecil dari 10,00. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa model persamaan regresi tidak terdapat problem multikolinieritas dan dapat
digunakan dalam penelitian ini.
c. Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu
52
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedasitisitas dan
jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas (Imam Ghazoli, 2016)
Gambar 2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Olah data sekunder, SPSS 25
Berdasarkan gambar 2.2 Grafik scatterplot menunjukkan bahwa data
tersebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu
pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak
digunakan untuk memprediksi Belanja daerah berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya.
d. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi Autokorelasi berarti terdapatnya korelasi antara
anggota sampel atau data pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu,
53
sehingga satu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui ada data atau tidaknya korelasi antara kesalahan-kesalahan
yang muncul pada data yang diurutkan pada waktu (time series). Model yang baik
harus bebas dari autokorelasi. Pengujian autokorelasi menggunakan model Durbin-
Watson. Uji statistik Durbin-Watson menguji bahwa tidak terdapat autokorelasi
pada nilai sisa. Kriteria pengujian DurbinWatson adalah sebagai berikut:
a). Bila angka DW < -2 berarti ada autokorelasi yang positif
b). Bila angka DW -2 sampai dengan +2 berarti tidak ada autkorelasi
c). Bila angka DW > 2 berarti ada autokorelasi negatif
Tabel 1.6 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .939a .881 .871 6.906 2.229
a. Predictors: (Constant), Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum
b. Dependent Variable: Belanja Daerah
Sumber: Olah data sekunder, SPSS 25
Berdasarkan Tabel 1.6 di dapatkan nilai Durbin Watson (DW hitung) sebesar
2,229 Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara 2 dan
2, yakni -2 ≤ 2 ≤ maka ini tidak terjadi autokorelasi. Sehingga kesimpulannya adalah
Uji Autokorelasi terpenuhi
4. Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi
Uji koefisien korelasi (R) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
atau lebih variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak.
54
Sedangkan uji koefisien determinasi (R2) dalam regresi linear berganda digunakan
untuk mengetahui persentase kontribusi pengaruh variabel independen secara
serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar
persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variasi variabel dependen.
Untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan adjusted R^2
sebagai koefisien determinasi. Jika nilai adjusted R^2 sama dengan 0, maka variasi
variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikit pun
variasi variabel dependen. Sebaliknya adjusted R^2 sama dengan 1, maka variasi
variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi
variabel dependen.
Tabel 1.7 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .939a .881 .871 6.906
a. Predictors: (Constant), Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus, Dana
Alokasi Umum
b. Dependent Variable: Belanja Daerah
Sumber: Olah data sekunder, SPSS 25
Pedoman memberikan interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono, (2015) yaitu:
0,00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
55
Berdasarkan Tabel 1.7 tampilan output SPPS nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,939 menunjukkan bahwa hubungan (korelasi) antara variabel bebas
dengan variabel terikat memiliki hubungan yang sangat kuat sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Dana bagi hasil x1, Dana Alokasi Khusus x2 dan Dana
Alokasi Umum x3 memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Belanja Daerah
Berdasarkan Tabel 1.7 nilai adjusted R^2 adalah 0,871 yang menunjukkan
bahwa variabel bebas yaitu Dana bagi hasil x1, Dana Alokasi Khusus x2 dan Dana
Alokasi Umum x3 mampu menjelaskan perubahan sebesar 84,2% atas variabel
Anggaran Belanja Daerah.
5. Hasil Uji T Parsial
Penelitian ini menggunakan empat variabel yang terdiri tiga variabel
independen dan satu variabel dependen. Untuk mengetahui pola hubungan antar
variabel, maka akan diuji tiga hipotesis yang telah diajukan sebelumnya
menggunakan metode analisis regresi linear berganda.
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dengan persamaan regresi Ῠ = α+β1.X1+β2.X2+β3.X3+ҽ Hipotesis
dalam penelitian ini dinyatakan dalam sebagai berikut.
H1: Dana Alokasi Umum berpengaruh positif signifikan terhadap anggaran belanja
daerah.
H2: Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif signifikan terhadap anggaran belanja
daerah.
H3: Dana Bagi Hasil berpengaruh positif signifikan terhadap anggaran belanja
daerah.
56
Tabel 1.8 Hasil Uji Hipotesis T Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 771035177696 68553146094.
028
11.247 .000
Dana Alokasi Umum 40527250161 4315504816.1
28
.593 9.391 .000
Dana Alokasi Khusus 132749591538 12681635446.
927
.628 10.468 .000
Dana Bagi Hasil 12.816 3.395 .232 3.775 .001
a. Dependent Variable: Belanja Daerah
Sumber: Olah data sekunder, SPSS 25
Berdasarkan tabel 1.8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda dapat di sajikan
sebagai berikut:
Y =771035177696 – 40527250161 (X1) – 132749591538 (X2) – 12.816 (X3)
1. Uji Hipotesis 1
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.16, Dana Alokasi Umum
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,001. Nilai sig 0,001 lebih kecil dari 0,05 dan
nilai t-hitung 9,391 secara positif. Sehingga dapat diartikan bahwa variabel
Penerapan Dana AlokasI umum (x1) menerima hipotesis 1 yang menyatakan bahwa
dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran belanja
daerah.
2. Uji Hipotesis 2
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.10, variabel Dana Alokasi
Khusus memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai sig 0,08 lebih besar dari
57
0,05 dan memiliki nilai t-hitung 10.468 yang lebih besar dari nilai t-tabel 1,684.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel x2 Dana Alokasi
Khusus menerima Hipotesis 2 dan menolak hipotesis 0 sehingga dapat diartikan
bahwa Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Anggaran Belanja Daerah.
3. Uji Hipotesis 3
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel Sistem
pengendalian Internal memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,001 yang lebih kecil dari
0,05 dan memiliki nilai t-hitung 3.775 yang lebih besar dari nilai t-tabel 1,684.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel dana bagi hasil menerima hipotesis 3
dan menolak hipotesis 0 dapat di artikan bahwa dana bagi hasil berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Anggaran Belanja Daerah.
C. Pembahasan
a. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Anggaran belanja daerah Kabupaten
Takalar
Dana Alokasi Umum adalah sejumlah dana yang harus dialokasikan
pemerintah pusat kepada setiap daerah setiap tahunnya sebagai dana
pembangunan. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah, yang dimaksud dengan dana alokasi umum
yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
58
Penelitian ini menemukan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Anggaran belanja daerah. Sehingga dapat di simpulkan
berdasarkan penelitian ini semakin tinggi dana alokasi umum maka akan
memperngaruhi belanja daerah di Kabupaten Takalar Nilai rata-rata Dana alokasi
umum selama empat tahun sebesar Rp 586,982,097. Tujuan transfer dana alokasi
umum adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan di sentralisasi. dana alokasi
umum berpengaruh terhadap belanja daerah kabupaten takalar berdasarkan hasil
tersebut mengindikasikan bahwa DAU yang besar akan cenderung memiliki
pengaruh terhadap belanja modal. Hal ini terjadi karena DAU digunakan untuk
membiayai belanja yang lain seperti belanja pegawai, belanja barang, dan belanja
lainnya.
Menurut Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Takalar (BPKD)
kenaikan atau penurunan Dana Alokasi Umum (DAU) disesuaikan dengan kebijakan
dari pemerintah pusat seperti kenaikan gaji secara nasional, sedangkan kenaikan
dan penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) disesuaikan dengan potensi obyek
dan subjek pajak atau retribusi serta kebijakan pemerintah daerah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yovita 2011 menyatakan DAU
berpegaruh signifikan terhadap belanja modal dengan arah negative kemudian
penelitian ini tidak sejalan Nabiyatun Nur Fatimah, Anita Nopiyanti, Danang
Mintoyuwono 2019 yang menyatakan bahwa dana alokasi umum berpengaruh positif
dan signifikan terhadap anggaran belanja daerah di kabupaten kota jawa timur.
59
b. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Anggaran belanja daerah Kabupaten
Takalar
Dana Alokasi Khusus adalah alokasi dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah kepada provinsi Kabupaten/kota dengan tujuan untuk mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan pemerintahan daerah sesuai dengan prioritas
nasional. Dana Alokasi Khusus menurut UU No. 33 Tahun 2004 merupakan dana
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, yang
termasuk yang berasal dari dana reboisasi.
Penelitian ini menemukan bahwa Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Anggaran belanja daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Dana Alokasi khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran
belanja daerah. Sehingga dapat di simpulkan berdasarkan penelitian ini semakin
tinggi dana alokasi khusus maka akan meningkatkan alojkasi belanja daerah di
Kabupaten Takalar Nilai rata-rata Dana alokasi Khusus selama empat tahun sebesar
Rp 201,234,539. Hasil ini menyatakan bahwa semakin tinggi nilai dana alokasi yang
diberikan pemerintah pusat ke pemerintah kabupaten takalar cenderung akan
meningkatkan anggaran belanja daerah karena tujuan dana alokasi khusus untuk
membiayai belanja modal daerah seperti pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas
lainnya dan tentunya hal akan meningkatkan intensitas belanja daerah.
Hasil penelitian sejalan sejalan dengan Damar Daru Sukmaji dan Abdul
Rohman 2019 yang menyatakan bahwa variabel PAD, DAU, DAK dan DBH
60
berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal sedangkan tingkat
efektivitas keuangan daerah tidak berpengaruh signifikan.
c. Pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap Anggaran belanja daerah Kabupaten
Takalar
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Penelitian ini menemukan bahwa Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap
Anggaran belanja daerah. Semakin tinggi akan berpengaruh terhadap alokasi
belanja daerah kabupaten takalar Nilai rata-rata Dana Bagi Hasil selama empat
tahun sebesar Rp. 19,242,428. Sesuai dengan teori Dana Bagi Hasil yang
menyatakan bahwa Dana bagi hasil bertujuan untuk memperbaiki keseimbangan
vertikal antara pusat dan daerah dengan memperhatikan potensi daerah
penghasilan. Pembagian Dana Bagi Hasil dilakukan berdasarkan prinsip by origin.
Penyaluran Dana Bagi Hasil dilakukan berdasarkan prinsip based on actual revenue,
maksudnya adalah penyaluran Dana Bagi Hasil berdasarkan realisasi penerimaan
tahun anggaran berjalan (Pasal 23 UU 33/2004). Jenis-jenis Dana Bagi Hasil
meliputi DBH pajak dan DBH Sumber daya alam. DBH pajak meliputi Pajak Bumi
dan bangunan, pajak penghasilan dan cukai hasil tembakau. Sedangkan Dana Bagi
Hasil SDA meliputi kehutanan, mineral dan batu bara, minyak bumi dan gas bumi,
pengusahaan gas bumi dan perikanan. Sehingga rendah atau tingginya dana bagi
hasil tidak akan mempengaruhi belanja daerah.
61
Hasil penelitian tidak sejalan sejalan dengan Damar Daru Sukmaji dan Abdul
Rohman 2019 yang menyatakan bahwa variabel PAD, DAU, DAK dan DBH
berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal sedangkan tingkat
efektivitas keuangan daerah tidak berpengaruh signifikan
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penelitian ini menemukan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh
positif terhadap Anggaran belanja daerah. Sehingga dapat di simpulkan
berdasarkan penelitian ini semakin tinggi dana alokasi umum maka akan
berpengaruh terhadap belanja daerah di Kabupaten Takalar.
2. Penelitian ini menemukan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Anggaran belanja daerah. Sehingga dapat di
simpulkan berdasarkan penelitian ini semakin tinggi dana alokasi khusus
maka akan meningkatkan alokasi belanja daerah di Kabupaten Takalar.
3. Penelitian ini menemukan bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Anggaran belanja daerah. Semakin tinggi Dana Bagi
Hasil akan berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah kabupaten takalar.
63
B. Saran Penelitian
Penelitian kedepannya diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang
lebih berkualitas, berikut beberapa masukan yang disarankan oleh peneliti bagi
instansi terkait dan penelitian selanjutnya.
1. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Takalar
diharapkan dapat memaksimalkan kinerjanya dalam mengembangkan basis
data realisasi anggaran dan terus menggali potensi pendapatan daerah agar
penerimaan kas daerah di Kabupaten Takalar menjadi lebih optimal.
2. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Takalar
diharapkan dapat terus meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Takalar untuk pengembangan Kabupaten Takalar.
64
DAFTAR PUSTAKA
Andriani R Neneng Rina, Wahid Nisa Noor. 2018 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.
Arifah Noor Aini, Haryanto. 2019 Analisis Pengaruh AnggaranPendapatan Asli Daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2017.
Andrifa Mulia, Dr. Basri Hasan. Pengaruh Belanja Moda, Dana Perimbangan Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh.
Badjra Ida Bagus.2017 Kontribusi Pendapatan Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal Dan Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Bali.
Budianto. 2017 Pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Utara.
Halim, Abdul. (2007). Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3. Jakarta, Indonesia: Salemba Empat.
Kapis Sindri Andriana. 2019 Analisis Perencanaan Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Halmahera Timur.
Kolinug Ferly Chrstian. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemerintah Daerah Kota Manado.
Lestari Putri Winda. 2017 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Pengalokasian anggaran Belanja Modal.
Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi
Magie Aprilia. 2018 Pengaruh PAD Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah Serta Analisis Flypaper Effect Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2005-2016.
Manek Mariunus. 2016 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana perimbangan Terhadap Pertumbuhan ekonomi dan Kemiskinan Di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Nurdiwaty Dah.2017 Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Terhadap Belanja Modal Di Jawa Timur.
65
Nopiyanti Anita, Nabiyatun Nur Fatimah, Danang Mintoyuwono. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Daerah. Jurnal Publikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta 2019.
Rahmawati Masayu , Fajar Catur Martin. 2017 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah Kota Bandung. Sugiyono. 2015. Metode Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta : Bandung.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia, Pemerintahan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Sukmaji Damar Daru, Rohman Abdul. 2019 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Kinerja Keuangan Terhadap Belanja Modal D Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2017.
Suhardi Dayu. 2018 Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan, Investasi Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Pare-Pare.
Sajow Cenissa. 2017 Analisis Realisasi Anggaran Belanja Daerah Pada Pemerintah Kota Tomohon Dan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan.
Tahmid Nuraini. 2017 Pengaruh Pendapatan Asli daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Wulansari, Dessy Tri. (2015). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana PerimbanganTerhadap Belanja Daerah Serta Analsis Flypaper Effect Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Dan Jawa BaratTahun 2012-2013. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wulandari Yolanda, Pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten dan Kota di Indonesia. Artikel Publikasi Universitas Negeri Padang 2014.
66
LAMPIRAN
1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Takalar 2013
67
2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Takalar 2014
68
3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Takalar 2015
69
4. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Takalar 2016
70
5. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Takalar 2017
71
6. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Takalar 2018
72
7. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Takalar 2019
73
Lampiran Hasil SPSS
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dana Alokasi Umum 39 3.65 14.05 6.2441 2.50030
Dana Alokasi
Khusus
39 .69 3.57 1.8929 .80850
Dana Bagi Hasil 39 13993607140 24451722369 19236428836 3090765140
Belanja Daerah 39 66908600000
0
13659300000
00
10157935641
02
17086092186
1
Valid N (listwise) 39
2. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 39
Normal Parametersa,b
Mean .0001784
Std. Deviation 58893923736.3
6597400
Most Extreme Differences Absolute .101
Positive .086
Negative -.101
Test Statistic .101
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
74
3. Hasil Uji Multikolienaritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Dana Alokasi Umum .851 1.175
Dana Alokasi Khusus .943 1.061
Dana Bagi Hasil .900 1.111
75
4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
5. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .939a .881 .871 6.906 2.229
a. Predictors: (Constant), Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi
Umum
b. Dependent Variable: Belanja Daerah
6. Hasil Uji Koefisien (R) dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
76
1 .939a .881 .871 6.906
a. Predictors: (Constant), Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus, Dana
Alokasi Umum
b. Dependent Variable: Belanja Daerah
7. Hasil Uji T Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7710351776
96
6855314609
4.028
11.247 .000
Dana Alokasi
Umum
4052725016
1
4315504816
.128
.593 9.391 .000
Dana Alokasi
Khusus
1327495915
38
1268163544
6.927
.628 10.468 .000
Dana Bagi Hasil 12.816 3.395 .232 3.775 .001
a. Dependent Variable: Belanja Daerah
77
78
BIOGRAFI PENULIS
Husna Wahyuni panggilan Uni lahir Takalar tanggal 18 April
1998 dari pasangan suami istri Bapak Muh. Harun dan Ibu
Hajijah. Peneliti adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
Peneliti sekarang bertempat tinggal di Jl. Sultan Alauddin.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu TK Wanita Kosgoro, SDN No.
138 Inpres Mangulabbe, SMPN 2 Mappakasunggu, SMAN 1 Takalar dan mulai
tahun 2016 mengikuti program S1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar. Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti
masih terdafttar sebagai mahasiswi program S1 Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH).