pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

93
ANALISA DETERMINAN KURANG ENERGI PROTEIN PADA BALITA DI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2007 TESIS Oleh FAUZI ROMELI 037023007/AKK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Upload: vuonghanh

Post on 13-Jan-2017

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

ANALISA DETERMINAN KURANG ENERGI PROTEIN PADA BALITA DI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA

MEDAN TAHUN 2007

TESIS

Oleh

FAUZI ROMELI 037023007/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 2: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

ANALISA DETERMINAN KURANG ENERGI PROTEIN PADA ANAK BALITA DI KECAMATAN MEDAN DENAI

KOTA MEDAN TAHUN 2007

Oleh : Fauzi Romeli

ABSTRAK

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh multifaktor. Anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi diantaranya adalah masalah kurang energi protein yang merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan faktor determinan (persediaan pangan keluarga, pola asuh anak balita, pengetahuan gizi ibu , tingkat pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan) dengan kejadian kurang energi protein pada anak balita di Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasus kelola (Case Control Study) dengan cara membandingkan 120 orang anak balita kurang energi protein dengan 120 orang anak balita tidak kurang energi protein dengan penyepadanan umur dan jenis kelamin di wilayah Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

Hasil analisis bivariat dan multivariat regresi logistik ditemukan keluarga yang persediaan pangannya kurang secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol (82,5% vs 48,2%, χ ² =29,468, p = 0,000; OR Adjusted = 4,748 ; CI 95% : 2,520 – 8,943), anak balita yang pola asuhnya tidak baik secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol (15,8% vs 4,2%, χ² = 7,824, p = 0,005;OR Adjusted = 4,896;CI 95%:1,592 – 15,059), hasil analisis bivariat pengetahuan gizi ibu yang kurang secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol (13,3% vs 4,2%, χ ² = 5,219, p = 0,022) namun pada analisis multivariat didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna pengetahuan gizi ibu dengan kejadian kurang energi protein (p = 0,077), keluarga dengan tingkat pendapatan tidak cukup secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol (35,8% vs 15%, χ ² = 12,661, p = 0,000; OR Adjusted : 2,762; CI 95% : 1,397 – 5,461), anak balita dengan pelayanan kesehatan tidak baik secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol (20% vs 6,7%, χ ² = 8,113 p = 0,004; OR Adjusted : 4,218; CI 95% : 1,669 – 10,665).

Faktor determinan yang paling dominan mempengaruhi kejadian kurang energi protein pada anak balita adalah pola asuh anak balita dengan OR adjusted 4,896.

Perlu ditekankan agar memberikan pengasuhan anak balita yang lebih baik kepada ibu yang mempunyai anak balita di Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Kata kunci : Kurang energi protein, faktor determinan

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 3: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

ANALYSIS OF THE DETERMINANT OF LESS PROTEIN ENERGY

IN THE CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD IN THE SUBDISTRICT OF MEDAN DENAI

THE CITY OF MEDAN IN 2007

Fauzi Romeli

ABSTRACT The problem of nutrient is the problem of community health caused by multifactor. Children under five years old are at risk to the problem of health and nutrient such as less protein energy which is one of the nutrient problems in Indonesia. This study aims at examining the relationship between the determinant factor (supply of family food), pattern of nursing children under five years old, mother’s knowledge on nutrient, family income, health service) and the occurrence of less protein energy in the children under five years old in the subdistrict of Medan Denai in the city of Medan. The design of this study was case control by comparing 120 children under five years old who have less protein energy to 120 children under five years old who have adequate protein energy based on their age and sex in the subdistrict of Medan Denai, the city of Medan. The result of bivariate and multivariate logistic regression analysis reveals that family with less food supply have a significantly higher proportion in the case-group that that of control-group (82.5% vs. 48.2%, χ² = 29.468, p = 0.000; OR Adjusted = 4.748; CI 95%; 2.520 – 8.943), children under five years old with poor nursing pattern had a significantly higher proportion in the case-group that that of control-group (15.8% vs 4.2%, χ² = 7.824, p = 0.005; OR Adjusted = 4.896; CI 95%; 1.592 – 15.059), the result of bivariate analysis, mother’s less knowledge has a significantly higher proportion in the case-group that of control-group (13.3% vs 4.2%, χ² = 5.219, p = 0.022), but in the multivariate it was found out that there was no significant relationship between mother’s knowledge on nutrient and the occurrence of less protein energy (p = 0.077), family with inadequate income has a significantly higher proportion in the case-group that of control-group (35.8% vs 15%, χ² = 12.661, p = 0.000; OR Adjusted = 2.762; CI 95%; 1.397 – 5.461), children under five years old with poor health service had a significantly higher proportion in the case-group that that of control-group (20% vs 6.7 %, χ² = 8.113, p = 0.004; OR Adjusted = 4.218; CI 95%; 1.669 – 10.665). The most dominant factor of determinant influences the occurrence of less protein energy in the children under five years old was nursing pattern with OR Adjusted = 4.896. It suggested that mothers with children under five years old in the subdistrict of Medan Denai, Medan give a better nursing. Key words: Less protein energy, factor of determinant

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 4: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 5: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ……………………………………………………………………. vi KATA PENGANTAR ………………………………………………………… vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………… ix DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. x DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xii DAFTAR LAMPIRAN.………………………………………………………. xv DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………... xvi BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………. 1

1.2. Perumusan Masalah……………………………………….. 4

1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 5

1.4. Hipotesa Penelitian .………………………………………. 5

1.5. Manfaat Penelitian ……………………………………….. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… 6

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ……………………………….. 6

2.2. Teori- Teori Yang Berkaitan Dengan Penelitian…………. 7

2.2.1. Pengertian Masalah Gizi …………………………… 7

2.2.2. Penilaian Status Gizi Anak Balita …………………. 7

2.2.3. Kurang Energi Protein ……………………….……. 13

2.2.4. Faktor-Faktor Penyebab Kurang Energi Protein ….. 14

2.2.5. Akibat Yang Ditimbulkan Kurang Energi Protein … 15

2.2.6. Program Perbaikan Gizi …………………………… 16

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 6: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

2.3. Landasan Teori …………………………………………. 18

2.4. Kerangka Konsep Penelitian …………………………… 19

BAB 3 METODE PENELITIAN ………….………………………. 21

3.1. Jenis Penelitian ………………………………………….. 21

3.2. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian ………………… 22

3.3. Populasi Dan Sampel ……………………………………. 22

3.4. Metode Pengumpulan Data ……………………………… 26

3.5. Variabel Dan Defenisi Operasional ……………………... 27

3.6. Metode Pengukuran …………………………………….. 29

3.7. Metode Analisis Data …………………………………... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN ……………………………………… 32

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………. 32

4.2. Hasil Analisis …………………………………………… 36

BAB 5 PEMBAHASAN ………………………………………………. 61

5.1. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………… 61

5.2. Keterbatasan Penelitian …………………………………… 66

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………… 68

6.1. Kesimpulan ………………………………………………. 68

6.7. Saran ……………………………………………………… 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 7: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan

KaruniaNya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam membuat tesis, penulis

mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Ibu Prof.dr. Nerseri Barus,MPH, Bapak A.M. Marpaung,MPS dan Bapak

Dr. Saib Suwilo,MSc selaku komisi pembimbing yang telah banyak

membantu dalam penyusunan tennis ini dengan meluangkan waktu dan

pikiran dengan penuh kesabaran.

2. Bapak Prof.dr. Chairuddin P. Lubis,DTM&H,DSAK selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Program Pasca

Sarjana Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Magister

Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan

5. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Medan

6. Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, MS dan Ibu Dra Jumirah,Apt, MKes sebagai

Penguji

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 8: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

7. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis hingga selesai

Akhirnya penulis menghaturkan kasih dan sayang kepada istri tercinta

Halimah Harahap,SE dan ananda tersayang Najla Halizi, M. Naufal Rajby Halizi

yang telah memberikan dorongan moril dalam mengikuti pendidikan sampai

menyelesaikan tesis ini, semoga Allah S.W.T selalu memberikan rahmat dan hidayah

kepada kita.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

tesis ini.

Medan, Desember 2007

Penulis

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 9: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fauzi Romeli

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 28 April 1967

Agama : Islam

Alamat : Jl. STM/Suka Cerdas III No. 20 Medan

Telp : (061) 7883899

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. Tahun 1973 – 1979 : SDN Tegal Parang 02 Jakarta

2. Tahun 1979 – 1982 : SMPN 141 Jakarta

3. Tahun 1982 – 1985 : SMAN 26 Jakarta

4. Tahun 1985 – 1988 : Akademi Gizi Jakarta

5. Tahun 1995 – 1997 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

6. Tahun 2003 – 2007 : Program Studi AKK/Epidemiologi

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT PEKERJAAN :

1. Tahun 1989 – 1992 : Staf Dinas Kesehatan Labuhan Batu

2. Tahun 1992 - 2002 : Staf Pengajar Akademi Gizi Depkes R.I Lubuk Pakam

3. Tahun 2002 – 2004 : Staf Pengajar/Urusan Akademik Politeknik

Kesehatan Medan

4. Tahun 2004 – 2006 : Staf Pengajar/Plt. Ka.Subbag Adak Politeknik

Kesehatan Medan

5. Tahun 2006 – Sekarang : Staf Pengajar/Urusan Akademik Politeknik

Kesehatan Medan

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 10: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 11: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan dan dijabarkan melalui visi

pembangunan nasional yaitu Indonesia Sehat 2010 (Pemerintah R.I, 2000).

Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa

dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku

dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan

yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes R.I, 1999).

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh

multifaktor. Di Indonesia masalah gizi yang dihadapi adalah masalah gizi ganda yaitu

masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah

gizi baru berupa masalah gizi lebih.

Masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia

Gizi Besi, Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY) dan Kurang Vitamin A

(KVA) (Supariasa, 2002).

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 12: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan

terhadap masalah kesehatan dan gizi diantaranya adalah masalah kurang energi

protein yang merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia (Depkes R.I,

2000).

Kurang energi protein (KEP) disebabkan karena kekurangan makan sumber

energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, kurang energi

protein dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan dapat

mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2002).

Anak yang menderita kurang energi protein mempunyai kemungkinan lebih

besar untuk menderita infeksi yang menyebabkan terjadinya diare dan campak. Gizi

dan penyakit infeksi merupakan lingkaran setan yang menjadi penyebab kematian

sebagian besar bayi dan anak balita (Moehji,1985).

Pada anak yang berstatus gizi kurang belum terlihat tanda-tanda yang khas

kecuali badan yang kelihatan lebih kurus tetapi pada anak balita penderita gizi buruk

tanda-tanda klinis sudah jelas yang dapat dibedakan menjadi tiga macam gizi buruk

yaitu marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor (Sihadi,2005).

Anak yang mengalami kurang energi protein (KEP) mempunyai IQ lebih

rendah 10-13 skor dibandingkan anak yang tidak menderita kurang energi protein

(KEP) (Baliwati, 2004).

Status gizi dapat disebabkan oleh beberapa faktor secara langsung yaitu

konsumsi makanan dan kesehatan, sedangkan faktor tidak langsung adalah zat gizi

dalam makanan, ada tidaknya program pemberian makanan diluar keluarga, daya beli

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 13: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan dan lingkungan (Supariasa,

2002).

Menurut Unicef (1998), kurang gizi disebabkan karena faktor langsung yaitu

karena makanan tidak seimbang dan penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak

langsung adalah tidak cukupnya persediaan pangan, pola asuh anak tidak memadai,

sanitasi dan air bersih/pelayanan kesehatan dasar tidak memadai. Hal ini disebabkan

karena kurang pendidikan, pola asuh anak tidak memadai dan keterampilan (Baliwati,

2004).

Dari hasil analisis data Direktorat Bina Gizi Masyarakat tahun 1999, di

Indonesia terdapat 18,25% balita berstatus gizi kurang dan 8,11 % balita berstatus

gizi buruk.

Di Indonesia dari sekitar 5 juta anak balita (27,5 %) yang kekurangan gizi,

lebih kurang 3,6 juta anak (19,2 %) berstatus gizi kurang, dan 1,5 juta anak (8,3%)

berstatus gizi buruk (Soekirman, 2005).

Di Nusa Tenggara Barat, pada bulan Juni 2005 terdapat 655 anak balita

mengalami gizi kurang dan di Nusa Tenggara Timur terdapat 66.685 anak balita

mengalami gangguan gizi yang terdiri dari 55.543 orang berstatus gizi kurang,

11.015 berstatus gizi buruk, 112 orang marasmus dan 5 orang menderita kwashiorkor

(Kompas,2005).

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 14: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Hasil pemantauan status gizi balita di Kota Medan tahun 2003 didapatkan

bahwa balita yang berstatus gizi kurang yaitu 12,89% dan 2,48% balita menderita gizi

buruk. Dari 21 Kecamatan yang ada diwilayah Kota Medan, Kecamatan Medan

Denai merupakan Kecamatan yang tertinggi prevalensi gizi buruknya yaitu 8,99%.

Berdasarkan profil kesehatan Kota Medan (2005), Kecamatan Medan Denai

ditemukan 405 orang balita yang berat badannya dibawah garis titik-titik (BGT) dan

43 orang balita berat badannya dibawah garis merah (BGM), hal ini jauh lebih tinggi

prevalensinya jika dibandingkan Kecamatan Medan Baru yang balitanya dengan berat

badan dibawah garis titik-titik (BGT) sebanyak 27 orang dan berat badan dibawah

garis merah (BGM) berjumlah 2 orang.

Berdasarkan hal diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor

determinan kurang energi protein pada anak balita di Kecamatan Medan Denai tahun

2007

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah masih tingginya prevalensi kurang energi protein dan

belum diketahuinya faktor determinan yang dominan menyebabkan kurang energi

protein pada anak balita di Kecamatan Medan Denai tahun 2007

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 15: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

1.3 .Tujuan Penelitian

Mengetahui keeratan hubungan faktor determinan (persediaan pangan, pola

asuh, pengetahuan gizi, tingkat pendapatan, pelayanan kesehatan) dengan

kejadian kurang energi protein pada anak balita di Kecamatan Medan Denai

tahun 2007

1.4. Hipotesa Penelitian

Tingkat pendapatan keluarga yang tidak cukup merupakan faktor determinan

yang paling erat hubungannya dengan kejadian kurang energi protein pada

anak balita di Kecamatan Medan Denai tahun 2007

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi

pengelola program gizi dalam memahami faktor determinan kurang energi

protein di Kecamatan Medan Denai

1.5.2. Dengan diketahuinya faktor determinan yang dominan penyebab kurang

energi protein dapat digunakan sebagai informasi bagi pemerintahan

Kecamatan Medan Denai dalam menyusun rencana program perbaikan

gizi masyarakat

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 16: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Keadaan gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis

zat gizi yang dibutuhkan. Gejala awal kurang energi protein dimulai dengan anak

yang tidak mengalami pertambahan tinggi maupun berat badan, bila keadaan lebih

lanjut maka anak akan menjadi kurus dan berat badan terus menurun serta mudah

terserang penyakit infeksi.

Masalah gizi sangat terkait dengan kemiskinan dan pola hidup yang tidak

sesuai dengan standard kesehatan. Kasus-kasus gizi buruk yang ditemukan di

provinsi Jawa Barat tidak saja ditemukan di kantong-kantong kemiskinan tetapi juga

ditemukan pada keluarga yang kaya. Di Jawa Barat diperkirakan 70% kasus gizi

buruk terjadi pada keluarga miskin dan 30% terjadi pada keluarga tidak miskin (Elly,

2002)

Hasil penelitian Kartini, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak balita dan tingkat

pendapatan keluarga dengan status gizi anak balita.

Hasil penelitian Tarigan U.I (2003), diketahui bahwa anak yang menderita

diare kemungkinan akan menderita gizi kurang 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan anak yang tidak diare.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 17: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

2.2. Teori-Teori Yang Berkaitan Dengan penelitian

2.2.1. Pengertian Masalah Gizi

Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan

dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat

gizi yang diperoleh dari makanan. Zat gizi merupakan zat kimia yang terdapat dalam

bahan makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan tubuhnya dimana zat gizi dapat dikelompokkan menjadi zat gizi makro

( karbohidrat, lemak dan protein) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral)

(Soekirman, 2002).

Masalah gizi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu masalah gizi makro dan

masalah gizi mikro.Masalah gizi makro yang ada di Indonesia adalah kurang energi

protein sedangkan masalah gizi mikro adalah kurang vitamin A, kurang zat besi dan

kurang zat yodium (Soekirman, 2002).

2.2.2. Penilaian Status Gizi Anak balita

Penilaian status gizi anak balita dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung penilaian status gizi anak balita dapat dibagi menjadi 4

penilaian yaitu : Antropometri, Klinis, Biokimia dan Biofisik (Supariasa, 2002).

a. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein

dan energi dimana ketidakseimbangan dapat terlihat pada pertumbuhan

fisik. Indeks antropometri yang umum digunakan adalah berat badan

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 18: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat

badan terhadap tinggi badan (BB/TB).

b. Penilaian Status Gizi Secara Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang

didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan

dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel

seperti kulit, mata dan rambut. Penggunaan metode klinis biasanya untuk

survey klinis secara cepat dimana dapat mendeteksi secara cepat tanda-

tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi yang

dapat juga digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang

dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat

penyakit.

c. Pemeriksaan Status Gizi Secara Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang

diuji secara laboratorium yang dilakukan pada jaringan tubuh manusia

seperti darah, urine dan tinja. Metode ini digunakan untuk suatu

peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang

lebih parah lagi.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 19: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

d. Penilaian Status Gizi Secara Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik yaitu dengan melihat kemampuan

fungsi dan perubahan struktur dari jaringan tubuh misalnya tes adaptasi

gelap untuk melihat kejadian buta senja.

Dari ke 4 cara penilaian status gizi secara langsung, antropometri merupakan

cara yang sering digunakan untuk menilai status gizi anak balita karena pengukuran

antropometrik merupakan relatif paling sederhana. Dalam pengukuran antropometrik

dilakukan beberapa pengukuran yang menjadi indikator antropometri yaitu

pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas kemudian indikator

tersebut dibandingkan dengan umur.

Indeks berat badan terhadap umur (BB/U) menunjukaan secara sensitif status

gizi saat ini karena mudah berubah, indeks TB/U dapat menggambarkan status gizi

masa lalu dan indeks BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi

saat ini (Soekirman, 2002).

a. Kelebihan dan kelemahan Indeks BB/U

a.1. Kelebihan Indeks BB/U

Kelebihan Indeks BB/U yaitu mudah dan cepat, Sensitif untuk

melihat perubahan status gizi dalam waktu pendek dan dapat

mendeteksi kegemukan

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 20: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

a.2. Kelemahan Indeks BB/U

Kelemahan Indeks BB/U yaitu Interpretasi status gizi dapat keliru

apabila terdapat oedeem, data umur yang akurat sering sulit diperoleh,

.kesalahan pada saat pengukuran dan masalah sosial budaya karena

anak balita tidak mau ditimbang.

b. Kelebihan dan kelemahan Indeks TB/U

b.1. Kelebihan Indeks TB/U

Kelebihan Indeks TB/U yaitu dapat memberikan gambaran keadaan

gizi masa lampau, dan dapat dijadikan indikator sosial ekonomi

penduduk.

b.2. Kelemahan Indeks TB/U

Kelemahan Indeks TB/U yaitu tidak dapat menggambarkan status gizi

saat ini, memerlukan data umur yang akurat yang sering sulit

diperoleh, dan kesalahan pada pembacaan skala ukur.

c. Kelebihan dan Kelemahan Indeks BB/TB

c.1. Kelebihan Indeks BB/TB

kelebihan Indeks BB/TB yaitu independen terhadap umur dan ras

dan dapat menilai status kurus dan gemuk.

c.2. Kelemahan Indeks BB/TB

Kelemahan Indeks BB/TB yaitu kesalahan pada waktu pengukuran,

Masalah sosial budaya karena anak balita tidak mau ditimbang,

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 21: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

kesulitan dalam mengukur tinggi badan dan kesalahan dalam

membaca skala ukur.

Status gizi yang diukur dengan BB/U, TB/U dan BB/TB dapat dikatakan

normal apabila angka atau nilainya terletak antara minus dua (-2) SD sampai dengan

plus dua (+2) SD dari nilai median standard WHO.

Status gizi dapat dikatakan kurang apabila angka atau nilainya kurang dari

minus dua (-2) SD dan jika dibawah minus tiga (-3) SD dikategorikan status gizi

buruk.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Survey konsumsi makanan adalah metode penilaian status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Metode yang

dapat dilakukan untuk pengumpulan data pada survey konsumsi makanan adalah

(Baliwati,2004).

a. Recall Method

Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah makanan yang

dimakanan oleh seseorang selama 24 jam yang lalu atau sehari sebelum

wawancara dilakukan. Dengan metode ini akan diketahui besarnya porsi

makanan berdasarkan ukuran rumah tangga kemudian dikonversi ke ukuran

metrik (gram).

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 22: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

b. Food records

Dengan metode ini responden mencatat semua makanan dan minuman

yang dikonsumsi selama seminggu dan pencatatan dilakukan oleh

responden dengan menggunakan ukuran rumah tangga atau menimbang

langsung berat makanan yang dimakan.

c. Weighing method

Metode penimbangan mengukur secara langsung berat setiap jenis

makanan yang dimakan oleh seseorang pada hari wawancara.

d. Food frequensi questionnaire

Metode ini dikenal metode frekwensimakanan dimana untuk memperoleh

infomasi pola konsumsi makanan seseorang. Oleh karena itu diperlukan

kuesioner yang terdiri dari daftar jenis makanan dan frekwensi konsumsi

makanan.

e. Dietary history

Metode ini sebagai metode riwayat pangan yang mempunyai tujuan untuk

menemukan pola inti pangan sehari-hari pada jangka waktu yang lama

untuk melihat kaitan anatara inti makanan dan kejadian penyakit tertentu.

Metode ini meliputi tiga komponen dasar yaitu wawancara mendalam pola

makan sehari-hari, cheklist frekuensi makanan dan pencatatan makanan

dua tiga hari sebagai teknik pemeriksaan silang.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 23: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

2.2.3. Kurang Energi Protein

Kurang energi protein merupakan suatu bentuk masalah gizi yang

disebabkan oleh berbagai faktor terutama faktor makanan yang tidak

memenuhi kebutuhan anak akan energi dan protein serta kerena penyakit

infeksi yang berdampak pada penurunan status gizi anak dari berstatus gizi

baik menjadi berstatus gizi kurang atau gizi buruk.

Dua gejala kurang energi protein pada bayi yang terkenal adalah

marasmus dan kwashiorkor. Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat

sehingga badan menjadi sangat kecil dan tinggal kulit pembalut tulang, hal ini

disebabkan karena makanan yang dikonsumsi tidak dapat menyediakan kalori

untuk mempertahankan hidupnya dan memaksa metabolisme terus

berlangsung dengan cara menggunakan bahan makanan dari tubuhnya sendiri.

Bayi yang menderita marasmus biasanya kecil, kurus, kurang berat badan,

wajah seperti orang tua, kepala nampak membesar, malas, apatis dan sangat

peka.

Kwashiorkor merupakan penyakit yang disebabkan kekurangan protein

dan kalori dimana gejala utamanya adalah pertumbuhan terhalang dan badan

bengkak, tangan dan kaki serta wajah tampak sembab, pandangan kosong,

sering menangis, rambut berwarna coklat, perut buncit, serta kaki kurus dan

bengkok.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 24: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

2.2.4. Faktor-Faktor Penyebab Kurang Energi Protein

Menurut Soekirman (2002), Kurang energi protein dapat disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung.

Faktor langsung penyebab terjadinya kurang energi protein yaitu konsumsi

makanan dan penyakit infeksi yang diderita oleh anak balita. Timbulnya kurang

energi protein tidak hanya karena makan yang kurang tetapi juga karena penyakit.

Anak balita yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare

atau demam akan dapat menderita kurang energi protein. Sebaliknya anak balita yang

mengkonsumsi makanan yang tidak cukup baik dapat mengakibatkan daya tahan

tubuhnya melemah yang akan mudah diserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat

menderita kurang energi protein.

Faktor tidak langsung penyebab terjadinya kurang energi protein yaitu

ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan

kesehatan lingkungan.

Ketahanan pangan di keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan pangan seluruh keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah

maupun mutu gizinya.

Pola pengasuhan anak adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan

waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan

sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pola pengasuhan anak berupa sikap

dan perilaku ibu dalam hal kedekatannya dengan anak untuk memberikan makan,

merawat, kebersihan, kasih sayang dan sebagainya.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 25: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Pelayanan kesehatan dan air bersih merupakan faktor tidak langsung

penyebab terjadinya kurang energi protein, dimana pelayanan kesehatan yang perlu

diperhatikan adalah imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

penimbangan anak, pendidikan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan seperti

posyandu, puskesmas, praktek bidan, dokter dan rumah sakit. Tersedianya air bersih

yang cukup untuk keluarga dan mudahnya jangkauan pelayanan kesehatan serta

pemahaman ibu terhadap kesehatan dapat memperkecil resiko anak balita terkena

penyakit kurang energi protein.

Ketiga faktor tidak langsung penyebab kurang energi protein tersebut saling

berkaitan dan bersumber pada akar masalah yaitu pendidikan dan ekonomi keluarga.

2.2.5. Akibat Yang Ditimbulkan Dari Kurang Energi Protein

Anak balita yang menderita kurang energi protein akan mengalami akibat

sebagai berikut :

a. Frekwensi kemungkinan terserang penyakit bertambah tinggi dan penyakit

yang dideritanya bertambah berat

b. Pertumbuhan badan anak balita tidak sempurna

c. Dapat menyebabkan kematian

d. Dapat menghambat perkembangan fisik dan mental ( Winarno F.G, 1987)

Keadaan kurang energi dan protein yang terjadi pada usia yang sangat muda

mempengaruhi perkembangan fisik dan kecerdasan. Penelitian di Korea terhadap 141

anak perempuan yang terdiri dari 42 orang penderita KEP berat, 52 orang anak

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 26: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

menderita KEP ringan dan sedang dan 47 orang anak berstatus gizi baik didapatkan

hasil bahwa anak-anak yang sebelumnya menderita kurang energi protein, tinggi

badannya lebih rendah dari anak yang berstatus gizi baik rata-rata IQ anak yang

sebelumnya menderita KEP berat adalah 102.5, KEP ringan dan sedang adalah

105.95 dan anak berstatus gizi baik adalah 111.68. (Muchtar, 1999).

Anak balita yang berstatus gizi kurang akan menciptakan generasi yang secara

fisik dan mental lemah dan menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Akibat dari

gizi kurang pada anak balita dapat menyebabkan tingginya angka kematian pada anak

balita yang sebenarnya dapat dicegah apabila keadaan gizi anak balitanya baik.

(Pemerintah R.I, 2000).

Dari penelitian di 5 negara berkembang (Bangladesh, India, Malawi, Tanzania

dan Papua New Guinea) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara

kurang energi protein dan kematian. Resiko kematian anak yang menderita kurang

energi protein ringan, sedang dan berat yaitu 2,5; 4,6; dan 8,4 kali dari anak yang

tidak menderita kurang energi protein. (Soekirman, 2002).

2.2.6. Program Perbaikan Gizi

Dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 telah

dibuat pokok program upaya kesehatan yang salah satunya adalah program perbaikan

gizi.

Program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat

maupun di institusi dalam rangka meningkatkan kemandirian, intelektualitas dan

produktifitas sumber daya manusia.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 27: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Sasaran program perbaikan gizi ;

1. Turunnya prevalensi KEP Total menjadi setinggi-tingginya 16%.

2. Prevalensi GAKY berdasarkan prevalensi gondok total menurun dari

18,0% menjadi 13%.

3. Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil turun menjadi 20%, pada anak

balita menjadi 16% dan pada wanita pekerja menjadi 13%.

4. Terbebasnya masyarakat dari masalah kekurangan vitamin A.

5. Sekurang-kurangnya 80% ibu menyusui memberikan ASI secara ekslusif.

6. 80% remaja di perkotaan dan 70% ramaja di pedesaan mempunyai tinggi

badan normal.

7. Meningkatnya penduduk yang mengkonsumsi gizi seimbang dan

menurunnya jumlah penduduk yang mengalami gizi kurang atau gizi

lebih.

8. Meningkatnya penganekaragaman pangan menuju swasembada pangan.

Kegiatan Program Perbaikan Gizi :

1. Penyuluhan gizi masyarakat, penanggulangan kurang energi protein.

2. Penanggulangan anemia gizi besi dan kekurangan vitamin A.

3. Penanggulangan gizi mikro.

4. Penanggulangan gizi lebih.

5. Pembinaan dan peningkatan status gizi.

6. Pemantapan pelaksanaan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 28: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

2.3. Landasan Teori

Status gizi anak balita dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Unicef (1998), penyebab kurang gizi pada anak balita sebagaimana terlihat pada

bagan 1.

Bagan 1. Penyebab kurang energi protein pada anak balita (UNICEF,1998)

Dampak Kurang Gizi

Penyebab Makanan tidak seimbang Penyakit Infeksi langsung

Penyebab Tidak cukup Pola asuh anak Sanitasi danair bersih/yankes Tidak persediaan pangan tidak memadai dasar tidak memadai Langsung

Kurang pendidikan, pengetahuan dan keterampilan

Pokok masalah Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, Di Masyarakat Kurang pemanfaatan SDM

Pengangguran, inflasi,kurang pangan dan kemiskinan

Akar masalah Krisis ekonomi,politik dan sosial Nasional

Bagan 1. menjelaskan bahwa kurang gizi disebabkan karena faktor langsung

yaitu karena makanan tidak seimbang dan penyakit infeksi yang mungkin diderita

anak.Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi juga

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 29: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

karena penyakit. Penyebab tidak langsung kurang gizi adalah tidak cukupnya

persediaan pangan, pola asuh anak tidak memadai, sanitasi dan air bersih/pelayanan

kesehatan dasar tidak memadai. Hal ini disebabkan karena kurang pendidikan, pola

asuh anak tidak memadai dan keterampilan. Pokok masalah yang terjadi di

masyarakat adalah kurangnya pemberdayaan wanita, keluarga dan pemanfaatan SDM

dan pokok masalah nasional adalah kriris ekonomi, politik dan sosial yang

mengakibatkan pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan (Baliwati,

2004).

2.4. Kerangka Konsep Penelitian Persediaan Pangan Keluarga

Konsumsi Makanan Pengetahuan Gizi Ibu Tingkat Pendapatan Keluarga Status Gizi Anak Balita Pola Asuh Anak Balita Penyakit Infeksi Pelayanan Kesehatan

Keterangan :

__________ : Variabel yang diteliti

--------------- : Variabel yang tidak diteliti

Bagan 2. Kerangka Konsep Penelitian

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 30: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Kerangka konsep penelitian pada bagan 2 terlihat bahwa Status gizi pada

anak balita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor langsung yaitu

konsumsi makanan dan penyakit infeksi sedangkan faktor tidak langsung yaitu

persediaan pangan keluarga, pola asuh anak balita, pengetahuan gizi ibu, tingkat

pendapatan keluarga dan pelayanan kesehatan.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 31: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi analitik observasional dengan disain

studi kasus kelola (Case Control Study) dengan memilih kasus (Anak balita yang

menderita kurang energi protein) dan kontrol (Anak balita yang tidak menderita

kurang energi protein). Peneliti kemudian mengukur paparan yang dialami subyek

pada waktu yang lalu (retrospektif) dengan cara mengkaji data yang dikumpulkan

melalui responden.

Dalam penelitian studi kasus kelola dibuat rancangan penelitian sebagaimana

terlihat pada bagan 3

KASUS Persediaan Pangan Keluarga

(Anak Balita KEP) Pola Asuh Anak Balita Pengetahuan Gizi Ibu

KONTROL Tingkat Pendapatan Keluarga (Anak Balita Tidak KEP) Pelayanan Kesehatan

Bagan 3. Rancangan Penelitian

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 32: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Rancangan penelitian pada bagan 3. terlihat bahwa Kurang Energi Protein

pada anak balita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu persediaan pangan,

pola asuh, pengetahuan gizi, tingkat pendapatan, pelayanan kesehatan dan diketahui

faktor determinan yang dominan penyebab terjadinya kurang energi protein pada

anak balita.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Denai Kota Medan selama 6

(enam) bulan dari Bulan Pebruari sampai Juli 2007.

3.3. Populasi, Sampel dan Responden

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang datang ke

posyandu dan bertempat tinggal di Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri

kasus dan kontrol. Untuk mengurangi kemungkinan adanya bias, maka kasus dan

kontrol diambil dalam satu populasi dengan kriteria :

a. Kasus adalah anak balita usia 12 – 59 bulan yang menderita kurang energi

protein yang telah diukur status gizinya dengan menggunakan metode

antropometri dengan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

atau berat badan menurut panjang badan (BB/PB).

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 33: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

b. Kontrol adalah anak balita yang tidak menderita kurang energi protein

dengan karakteristik yang sama dengan kasus.

Perbandingan kasus dan kontrol adalah 1:1

3.3.3. Besar Sampel

Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus Stanley Lemeshow,dkk

(1991) yaitu :

n = ⎨Z1-α/2 √ [ 2P2*(1-P2*) ] + Z1-β √ [ P1*( 1 – P1*) + P2*(1-P2*) ] }2

(P1* - P2*)2 P1* = (OR) P2* ___________________ (OR) P2* + (1-P2*) Diketahui : OR = 2,1 (Hasil dari penelitian Ukur Tarigan dengan variabel penyakit infeksi)

P = 28% ( Proporsi keadaan gizi kurang pada anak balita di Kecamatan Medan Denai Tahun 2003)

P1* = 2,1 x 0,28 (2,1 x 0,28) + (0,72) = 0,59/ 1,31 = 0,45 n = { 1,96 √ 2 x 0,28 x 0,72 + 0,842 √ (0,45 x 0,55 + 0,28 x 0,72) }2 ( 0,45 – 0,28) 2 n = { 1,96√ 0,40 + 0,842 √ 0,247 + 0,201 } 2

(0,17 )2

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 34: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

n = ( 1,239 + 0,564) 2

0,029

= 3,251 / 0,029 = 112,1 digenapkan menjadi 120 orang

3.3.4. Metode Pengambilan Sampel

Kecamatan Medan Denai terdapat 4 (empat) Puskesmas yaitu : Puskesmas

Medan Denai, Puskesmas Desa Binjei, Puskesmas Tegal Sari dan Puskesmas Bromo.

Sampel diambil dari anak balita yang menderita kurang energi protein (kasus) dan

anak balita yang tidak menderita kurang energi protein (kontrol) yang mempunyai

karakteristik yang sama dalam hal umur dan jenis kelamin yang didapat dari hasil

pengukuran BB/TB atau BB/PB yang berkunjung ke posyandu pada saat

pengumpulan data di wilayah kerja Puskesmas di Kecamatan Medan Denai.

Besar sampel pada setiap Puskesmas dihitung secara proporsional dengan rumus :

n nx = NX ─ (Ariawan, 1998) N

Keterangan :

N = besar total populasi

nx = besar sampel setiap stratum

NX = besar populasi (kasus di stratum X)

n = besar sampel keseluruhan (120 orang)

Besar sampel untuk masing-masing puskesmas dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 35: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel di Puskesmas Wilayah Kecamatan Medan Denai Kota Medan Yang Akan Diteliti Tahun 2007

No Puskesmas Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 Desa Binjei 62 21

2 Tegal Sari 74 25

3 Medan Denai 163 55

4 Bromo 59 20

J u m l a h 358 120

Pengambilan sample yang terdiri kasus dan kontrol di setiap Puskesmas

ditetapkan dengan cara systematic random sampling.

Kasus diambil dengan membuat daftar dari anak penderita kurang energi

protein dan diberikan penomoran, lalu dibagi jumlah sampel yang akan diambil.

Angka yang diperoleh merupakan interval dan ditetapkan kasusnya adalah setiap

kelipatan interval (Notoatmojo,2002) untuk masing-masing puskesmas dapat dilihat

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Interval kasus terpilih di Puskesmas Wilayah Kecamatan Medan Denai Kota Medan Yang Akan Diteliti Tahun 2007

No Puskesmas Kelipatan

1 Desa Binjei 3

2 Tegal Sari 3

3 Medan Denai 3

4 Bromo 3

Kontrol diambil dengan membuat daftar dari anak yang tidak menderita

kurang energi protein dengan karakteristik yang sama dengan kasus yaitu umur dan

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 36: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

jenis kelamin kemudian diambil berpadanan secara individual dengan masing-

masing kasus.

3.3.5. Responden

Pada penelitian ini yang dijadikan responden adalah ibu-ibu yang mempunyai

anak balita yang dijadikan sampel penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer yaitu data yang diambil dari wawancara langsung dengan ibu

yang mempunyai anak balita yang dijadikan responden dan berpedoman pada

instrument yang telah dipersiapkan. Data berat badan anak balita diperoleh

dengan melakukan pengukuran berat badan menggunakan timbangan dacin,

tinggi badan anak balita diukur dengan menggunakan microtoice dan panjang

badan anak balita diukur dengan menggunakan alat ukur panjang badan.Data

persediaan pangan keluarga dikumpulkan dengan menggunakan formulir

food account. Data pengetahuan gizi ibu, tingkat pendapatan keluarga, pola

asuh anak balita dan pelayanan kesehatan diperoleh dengan menggunakan

kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari Posyandu, Puskesmas dan

Kecamatan.

3.4.3. Pengumpulan data dilakukan oleh delapan orang Ahli Gizi yang sudah terlatih

dan memahami isi instrumen, cara mengisi dan tehnik wawancara yang baik.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 37: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel

Variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah persediaan pangan,

pola asuh, pengetahuan gizi, tingkat pendapatan, dan pelayanan kesehatan. Variabel

dependent (terikat) adalah status gizi anak balita yaitu anak balita yang menderita

kurang energi protein (kasus) dan anak balita yang tidak menderita kurang energi

protein (kontrol).

3.5.2. Definisi Operasional

Variabel bebas :

1. Persediaan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga yang memiliki

anak balita untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh keluarganya

dalam jumlah yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu gizinya yang

dikategorikan :

1. Cukup : Jika persediaan pangan ≥ 2500 kalori perkapita perhari

2. Kurang : Jika persediaan pangan < 2500 kalori perkapita perhari

2. Pola asuh anak balita adalah sikap dan tindakan ibu atau pengasuh lain

dalam pemilihan bahan makanan, mengolah, memberikan dan merawat

termasuk kebersihan dan memberikan kasih sayang pada anak balita yang

diukur dengan menanyakan seperangkat pertanyaan dan diberi nilai dari

setiap pertanyaan dan dikategorikan :

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 38: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

1. Baik : Jika jumlah nilai jawaban ≥ 70

2. Tidak baik : Jika jumlah nilai jawaban < 70

3. Pengetahuan gizi ibu adalah pengetahuan gizi ibu yang mempunyai anak

balita yang dijadikan sample yang diukur dengan menanyakan

seperangkat pertanyaan dan diberi nilai dari setiap pertanyaan dan

diketegorikan :

1. Baik : Jika jumlah nilai jawaban ≥ 40

2. Kurang : Jika jumlah nilai jawaban < 40

4. Tingkat pendapatan keluarga adalah penghasilan keluarga yang diukur

dengan tingkat pengeluaran keluarga perkapita pertahun yang

dikategorikan :

1. Cukup : Jika pengeluaran ≥ 480 kg beras/perkapita/tahun

2. Tidak cukup : Jika pengeluaran < 480kg beras/perkapita/tahun

5. Pelayanan kesehatan adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dasar

yang terjangkau oleh setiap keluarga yang memiliki anak balita yang

diukur dengan menanyakan seperangkat pertanyaan dan diberi nilai dari

setiap pertanyaan dan dikategorikan :

1. Baik : Jika jumlah nilai jawaban ≥ 24

2. Tidak Baik : Jika jumlah nilai jawaban < 24

Variabel terikat :

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 39: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

1. Status Gizi adalah Keadaan gizi anak balita yang diukur secara

antropometri berdasarkan BB/TB atau BB/PB dengan menggunakan

standar Z Score yang dikategorikan :

1. Gizi Baik : Z Score : -2 SD s-d + 2 SD

2. Gizi Kurang : Z Score : < - 2 SD s-d ≥ - 3 SD

2. Anak balita kurang energi protein adalah anak balita yang memiliki status

gizi kurang dan gizi buruk (KEP Total) yang diukur secara antropometri

menurut BB/TB atau BB/PB yang dikategorikan :

1. KEP : < - 2 SD

2. Tidak KEP : ≥ - 2 SD

3.6. Metode Pengukuran

Variabel Sumber data Metode Pengumpulan data

Alat Ukur Skala Ukur

Persediaan pangan keluarga

Primer/ ibu anak balita

Wawancara langsung

Kuesioner Ordinal

Pola asuh anak balita

Primer/ ibu anak balita

Wawancara langsung

Kuesioner Ordinal

Pengetahuan gizi ibu

Primer/ ibu anak balita

Wawancara langsung

Kuesioner Ordinal

Tingkat pendapatan keluarga

Primer/ ibu anak balita

Wawancara langsung

Kuesioner Ordinal

Pelayanan Kesehatan

Primer/ ibu anak balita

Wawancara langsung

Kuesioner Ordinal

Kurangenergi protein

Primer/ anak balita

Antropometri Timbangan BB/Panjang Badan/ Microtoice

Ordinal

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 40: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

3.7. Metode Analisa Data

3.7.1. Analisa Univariat

Analisa Univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi

frekwensi atau besarnya proporsi menurut berbagai karakteristik variabel yang

diteliti, baik untuk variabel bebas maupun variabel terikat.

3.7.2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat, yang dilakukan secara statistik dengan menggunakan

uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan 95%. (α = 0,05).

3.7.3. Analisa Multivariat

Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling dominan

mempengaruhi gizi kurang pada anak balita dengan menggunakan uji regresi

logistik berganda dengan menggunakan rumus :

p logit (p) = ln _____ = βo + β1X1 + ……… +βiXi 1 - p

Perkiraan probabilitas jadi kasus :

p = 1 ___________

1 + e – ( βo + β1X1 + β2X2 + …. + βiXi )

Proses analisa multivariate :

a. Variabel bebas yang memiliki nilai p < 0,25 dimasukkan dalam proses analisis

multivariate regresi logistik

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 41: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

b. Semua variabel bebas yang masuk dalam pemodelan dianalisa dengan cara

mengeluarkan variabel bebas dengan nilai p terbesar sehingga didapatkan model

awal dengan variabel faktor penentu yang memiliki nilai p ≤ 0,05

c. Hasil uji multivariat yang mempunyai nilai p ≤ 0,05 merupakan model akhir dari

penentu faktor determinan yang berhubungan dengan kejadian kurang energi

protein pada anak balita di Kecamatan Medan Denai.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 42: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografi

Kecamatan Medan Denai terletak 8 meter diatas permukaan laut dengan luas

wilayah 8,85 km ² . Batas wilayah Kecamatan Medan Denai sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung

Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Amplas

Sebelah Barat : Kecamatan Medan Area

Sebelah Timur : Kecamatan Percut Sei Tuan

Kecamatan Medan Denai memiliki 4 (empat) buah Puskesmas yaitu

Puskesmas Medan Denai, Puskesmas Tegal Sari, Puskesmas Desa Binjai dan

Puskesmas Bromo dengan keadaan geografis sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Keadaan Geografis Wilayah Kerja Empat Puskesmas Di Kecamatan

Medan Denai Tahun 2005 No Puskesmas Luas Wilayah (Km²) Jumlah Kelurahan

1 Medan Denai 2,3 2

2 Tegal Sari 1,63 2

3 Desa Binjai 3,96 1

4 Bromo 0,96 1

J u m l a h 8,85 6 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan 2006

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 43: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Puskesmas Medan Denai mempunyai wilayah kerja seluas 2,3 Km yang

terdiri dari 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Denai dan Kelurahan Medan Tenggara.

Puskesmas Tegal Sari mempunyai wilayah kerja seluas 1,63 Km² yang terdiri dari 2

Kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari Mandala I dan Kelurahan Tegal Sari Mandala

III. Puskesmas Desa Binjei terdiri dari 1 Kelurahan yaitu Kelurahan Binjei yang

mempuyai luas 3,96 Km². Puskesmas Bromo mempunyai luas wilayah kerja 0,96

Km² yang terdiri dari 1 kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Sari Mandala II

4.1.2. Kependudukan

Distribusi penduduk berdasarkan jumlah keluarga dan jenis kelamin di

wilayah kerja 4 (empat) Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun

2005 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Keluarga dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja 4 (empat) Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2005

Penduduk

KK Laki-laki Perempuan

Jumlah

Total

No Wilayah

Kerja

Puskesmas N % n % n % n %

1 Medan Denai 6129 21,41 15611 11,52 15759 11,63 31370 23,15

2 Tegal Sari 9499 33,18 21926 16,18 20105 14,83 42031 31,01

3 Desa Binjai 9031 31,54 20854 15,39 21301 15,71 42155 31,10

4 Bromo 3973 13,87 9772 7,21 10199 7,53 19971 14,74

J u m l a h 28632 100 68164 50,30 67363 49,70 135527 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan 2006

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 44: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Jumlah penduduk Kecamatan Medan Denai pada tahun 2005 sebanyak

135.527 jiwa yang terdiri dari 68.164 laki-laki (50,30%) dan 67.363 perempuan

(49,70%).

4.1.3. Mata Pencaharian

Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian diwilayah kerja 4 (empat)

Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2005 dapat dilihat pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Wilayah Kerja 4 (empat) Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2005

Pegawai

Negeri Swasta ABRI Petani Pedagang Pensiunan Jumlah

Total No Puskesmas

n % n % n % n % n % n % n %

1 Medan

Denai

581 2,11 2962 10,79 107 0,39 64 0,23 1781 6,49 201 0,73 5696 20,75

2 Tegal Sari 532 1,94 6647 24,22 28 0,10 34 0,12 2131 7,76 193 0,70 9565 34,85

3 Desa

Binjai

1047 3,82 5735 20,89 212 0,77 30 0,11 1283 4,67 295 1,08 8602 31,34

4 Bromo 293 1,07 2535 9,24 30 0,11 29 0,11 545 1,99 152 0,55 3584 13,06

Jumlah 2453 8,94 17879 65,14 377 1,37 157 0,57 5740 20,91 841 3,06 27447 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan 2006

Penduduk Kecamatan Medan Denai sebagian besar bermata pencaharian

pegawai swasta yaitu 65,14%, pedagang 20,91%, pegawai negeri 8,98%, pensiunan

3,06%, ABRI 1,37% dan petani 0,57%.

4.1.4. Tingkat Pendidikan Responden

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Medan

Denai Kota Medan Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 45: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Tingkat Pendidikan

n % n %

1 Sekolah Dasar (SD) 26 21,67 13 10,83

2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 48 40,00 27 22,50

3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 42 35,00 71 59,17

4 Perguruan Tinggi (PT) 4 3,33 9 7,50

J u m l a h 120 100 120 100

Berdasarkan Tabel 4.4. sebagian besar responden pada kasus (ibu yang

memiliki anak balita kurang energi protein) memiliki tingkat pendidikan sekolah

lanjutan tingkat pertama (SLTP) 40%, sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) 35%,

sekolah dasar (SD) 21,67% dan perguruan tinggi (PT) 3,3%. Responden pada kontrol

(ibu yang memiliki anak balita tidak kurang energi protein) sebagian besar

berpendidikan sekolah lanjutan atas (SLTA) yaitu 59,17%, sekolah lanjutan tingkat

pertama (SLTP) 22,50%, sekolah dasar (SD) 10,83% dan perguruan tinggi (PT)

7,5%.

4.1.5. Karakteristik Sampel

Pada penelitian ini dilakukan penyepadanan antara kasus dan kontrol dengan

melihat karakteristik sampel yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 46: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Tebel 4.5 Distribusi Proporsi Sampel Berdasarkan Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Karakteristik

n % n % 1 Umur

- 12 – 23 bulan - 24 – 35 bulan - 36 – 47 bulan - 48 – 59 bulan

54 38 17 11

45,00 31,67 14,17 9,16

54 38 17 11

45,00 31,67 14,17 9,16

J u m l a h 120 100 120 100 2 Jenis Kelamin

- Laki-laki - Perempuan

45 75

37,50 62,50

45 75

37,50 62,50

J u m l a h 120 100 120 100 Berdasarkan Tabel 4.5. sampel sebagian besar berumur 12 – 23 bulan yaitu

45%, 31,67% berumur 24 – 35 bulan, 14,17% berumur 36 - 47 bulan dan 9,16%

berumur 48 – 59 bulan. Jenis kelamin sampel sebagian besar adalah perempuan yaitu

62,50% dan laki-laki 37,50%.

4.2. Hasil Analisis

Hasil analisis digambarkan secara berurutan. Pertama analisis univariat yang

meliputi distribusi frekwensi dari faktor-faktor yang diteliti, kemudian analisis

bivariat untuk mengetahui bagaimana hubungan faktor-faktor yang diteliti dengan

kejadian kurang energi protein. Selanjutnya analisis multivariat untuk mengetahui

pengaruh faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama hubungannya dengan

kejadian kurang energi protein.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 47: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

4.2.1. Analisis Univariat

Pada penelitian ini setelah dilakukan pengumpulan data, diedit dan diolah

menggunakan piranti lunak komputer diperoleh gambaran responden dalam bentuk

distribusi frekwensi atau besarnya proporsi menurut karakteristik variabel yang

diteliti.

4.2.1.1. Persediaan Pangan Keluarga Dan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk memperoleh gambaran persediaan pangan keluarga dan kejadian

kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Persediaan Pangan Keluarga dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Persediaan Pangan Keluarga

n % n %

Cukup 21 17,5 62 51,7

Kurang 99 82,5 58 48,3

Jumlah 120 100 120 100

Berdasarkan Tabel 4.6. didapatkan bahwa pada kasus terdapat 21 keluarga

(17,5%) persediaan pangannya cukup dan 99 keluarga (82,5%) persediaan

pangannya kurang. Pada kontrol terdapat 62 keluarga (51,7%) persediaan pangannya

cukup dan 58 keluarga (48,3%) persediaan pangannya kurang.

4.2.1.2. Pola Asuh Anak Balita Dan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk memperoleh gambaran pola asuh anak balita dan kejadian kurang energi

protein dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 48: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pola Asuh Anak Balita dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Pola Asuh

Anak Balita n % n %

Baik 101 84,2 115 95,8

Tidak Baik 19 15,8 5 4,2

Jumlah 120 100 120 100

Berdasarkan Tabel 4.7. didapatkan bahwa pada kasus terdapat 101 keluarga

(84,2%) pola asuh anak balitanya baik dan 19 keluarga (15,8%) pola asuh anak

balitanya tidak baik. Pada kontrol terdapat 115 keluarga (95,8%) pola asuh anak

balitanya baik dan 5 keluarga (4,2%) pola asuh anak balitanya tidak baik.

Adapun distribusi pola asuh anak balita berdasarkan jawaban dari responden

dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah setiap bulan anak ibu dibawa ke posyandu n % n %

1 Selalu 79 65,83 105 87,502 Kadang-kadang 39 32,50 15 12,503 Tidak pernah 2 1,67 0 0

J u m l a h 120 100 120 100No Siapa yang membawa anak ibu ke posyandu n % n % 1 Ibu sendiri 98 81,67 107 89,172 Keluarga 20 16,66 13 10,833 Pembantu 2 1,67 0 0

J u m l a h 120 100 120 100

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 49: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Lanjutan Tabel 4.8 Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah anak ibu sudah diimunisasi

lengkap sesuai dengan umurnya n % n % 1 Lengkap 45 37,50 97 80,83 2 Kurang lengkap 73 60,83 23 19,17 3 Tidak diimunisasi 2 1,67 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Berapa kali anak ibu makan dalam sehari n % n % 1 3 kali sehari 91 75,83 102 85,002 2 kali sehari 29 24,17 18 15,003 1 kali sehari 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Bila anak ibu tidak mau makan, apa yang

dilakukan n % n %

1 Membujuk anak agar mau makan 72 60,00 98 81,672 Dipaksa agar mau makan 48 40,00 20 16,673 Dibiarkan saja 0 0 2 1,66

J u m l a h 120 100 120 100 No Siapakah yang paling sering memberikan/

menyuapi anak makan n % n %

1 Ibu sendiri 96 80,00 101 84,17 2 Keluarga 24 20,00 18 15,00 3 Pembantu 0 0 1 0,83

J u m l a h 120 100 120 100 No Siapakah yang memasak makanan untuk

anak n % n %

1 Ibu sendiri 96 80,00 102 85,00 2 Keluarga 24 20,00 18 15,00 3 Pembantu 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah anak diberikan ASI pertama kali

keluar n % n %

1 Diberikan 75 62,50 96 80,00 2 Diberikan tetapi sebentar 22 18,33 15 12,50 3 Tidak diberikan 23 19,17 9 7,50

J u m l a h 120 100 120 100

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 50: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Lanjutan Tabel 4.8 Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah anak diberikan ASI Ekslusif (ASI

saja sampai umur 6 bulan) n % n % 1 Diberikan ASI Ekslusif 38 31,67 45 37,50 2 ASI diberikan sampai umur < 6 bulan 46 38,33 46 38,33 3 Tidak diberikan ASI 36 30,00 29 24,17

J u m l a h 120 100 120 100 No Makanan yang diberikan kepada anak balita n % n % 1 Zat tenaga + zat pembangun + zat pengatur 70 58,33 86 71,67 2 Zat tenaga + zat pembangun/zat pengatur 28 23,34 22 18,33 3 Zat tenaga 22 18,33 12 10,00

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah pemberian makan kepada anak

balita dihentikan,jika sudah kenyang tetapi makannya belum habis

n % n %

1 Dihentikan sebentar, lalu diberikan lagi 35 29,17 42 35,00 2 Kadang-kadang diberikan kembali 45 37,50 40 33,33 3 Dihentikan 40 33,33 38 31,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah makanan anak balita lebih

diutamakan dari anggota lain n % n %

1 Diutamakan 78 65,00 92 76,66 2 Kadang-kadang 24 20,00 14 11,67 3 Sama saja dengan anggota keluarga lain 18 15,00 14 11,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah makanan anak diberikan bervariasi

antara pagi hingga sore n % n %

1 Bervariasi 22 18,33 42 35,00 2 Kadang-kadang 73 60,84 67 55,83 3 Tidak bervariasi 25 20,83 11 9,17

J u m l a h 120 100 120 100 No Jika anak tidak suka makanan tertentu,

apakah ibu mengganti dengan makanan lain n % n %

1 Mencarikan pengganti makanan lain 74 61,67 94 78,34 2 Kadang-kadang, jika mau 37 30,83 22 18,33 3 Tidak mencari pengganti makanan lain 9 7,50 4 3,33

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 51: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Lanjutan Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Sejak umur berapa anak diberikan makanan

selingan n % n % 1 Anak berumur 1 tahun 56 46,67 75 62,50 2 Anak berumur 6 bulan 58 48,33 42 35,00 3 Sejak lahir 6 5,00 3 2,50

J u m l a h 120 100 120 100 No Sejak umur berapa anak diberikan susu

formula n % n %

1 Anak berusia 6 bulan 28 23,33 37 30,83 2 Sejak lahir 73 60,83 62 51,67 3 Tidak diberikan 19 15,84 21 17,50

J u m l a h 120 100 120 100 No Berapa kali anak mandi dalam satu hari n % n % 1 2 (dua) kali 102 85,00 116 96,67 2 1 (satu) kali 18 15,00 4 3,33 3 Tidak pernah 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Siapakah yang sering memandikan anak n % n % 1 Ibu sendiri 98 81,67 104 86,67 2 Keluarga 22 18,33 15 12,50 3 Pembantu 0 0 1 0,83

J u m l a h 120 100 120 100 No Siapakah yang mengurus, jika anak

BAB/BAK n % n %

1 Ibu sendiri 95 79,17 104 86,67 2 Keluarga 25 20,83 15 12,50 3 Pembantu 0 0 1 1

J u m l a h 120 100 120 100 No Apabila anak BAB/BAK, bagaimakah

tindakan ibu n % n %

1 Segera dibersihkan 103 85,83 105 87,50 2 Dibiarkan sementara 17 14,17 15 12,50 3 Tidak dibersihkan 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 52: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Lanjutan Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Jika anak ibu sakit, apa tindakan ibu

n % n % 1 Dibawa ke dokter 92 76,67 99 82,50 2 Diobati sendiri 28 23,33 21 17,50 3 Dibiarkan saja 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Berapa lama ibu mengasuh anak dalam

sehari n % n %

1 > 6 jam 85 70,83 87 72,50 2 4 – 6 jam 35 29,17 33 27,50 3 < 4 jam 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah ibu selalu menemani anak pada saat

makan n % n %

1 Selalu 82 68,33 92 76,67 2 Kadang-kadang 38 31,67 28 23,33 3 Tidak 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah ibu selalu menemani anak pada saat

tidur n % n %

1 Selalu 79 65,83 95 79,17 2 Kadang-kadang 38 31,67 20 16,67 3 Tidak 3 2,50 5 4,16

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah ibu selalu memberikan contoh

bermain/melakukan sesuatu dalam memberikan pengajaran kepada nak

n % n %

1 Selalu 50 41,67 60 50,00 2 Kadang-kadang 65 54,17 58 48,33 3 Tidak 5 4,17 2 1,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah ibu menyediakan alat-alat bermain

anak di rumah n % n %

1 Tersedia 34 28,33 49 40,83 2 Kadang-kadang 58 48,33 62 51,67 3 Tidak tersedia 28 23,34 9 7,50

J u m l a h 120 100 120 100

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 53: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Lanjutan Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah anak biasa dibersihkan mulutnya/

menggosok gigi n % n % 1 Selalu dibersihkan 40 3,33 51 42,50 2 Kadang-kadang 54 45,00 57 47,50 3 Tidak 26 21,67 12 10,00

J u m l a h 120 100 120 100 No Jika anak main diluar rumah, apakah anak

menggunakan alas kaki n % n %

1 Selalu menggunakan alas kaki 75 62,50 74 61,67 2 Kadang-kadang beralas kaki 45 37,50 43 35,83 3 Tidak beralas kaki 0 0 3 2,50

J u m l a h 120 100 120 100 No Jika anak menangis, apa yang ibu lakukan n % n % 1 Mendiamkan dengan penuh kasih saying 93 77,50 108 90,00 2 Mendiamkan dengan dimarahi 24 20,00 10 8,33 3 Dibiarkn sampai berhenti menangis 3 2,50 2 1,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Jika anak mau tidur, apakah selalu

dibersihkan kakinya sebelum tidur n % n %

1 Selalu dibersihkan 64 53,33 85 70.83 2 Kadang-kadang 56 46,67 35 29,17 3 Tidak dibersihkan 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Jika anak menangis Karena lapar atau haus,

apa yang ibu lakukan n % n %

1 Segera memberikan makan atau minum 116 96,66 114 95,00 2 Dimarahi, baru diberikan makan atau

minum 2 1,67 5 4,17

3 Dibiarkan saja 2 1,67 1 0,83 J u m l a h 120 100 120 100

No Apakah tindakan ibu, jika anak bermain ditanah

n % n %

1 Segera dibersihkan 69 57,50 77 64,17 2 Dibiarkan sementara 51 42,50 43 35,83 3 Dibiarkan saja 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 54: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Lanjutan Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Siapa yang banyak waktu mengasuh anak

n % n % 1 Ibu sendiri 94 78,33 102 85,00 2 Keluarga 26 21,67 17 14,17 3 Pembantu 0 0 1 0,83

J u m l a h 120 100 120 100 Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan bahwa 87,50% anak balita tidak KEP

(kontrol) selalu dibawa ke posyandu setiap bulannya dan pada anak balita KEP

(kasus) 65,83%. 80,83% anak balita tidak KEP (kontrol) telah mendapatkan

imunisasi lengkap sesuai dengan umurnya, sedangkan pada anak balita KEP (kasus)

hanya 37,50% yang telah mendapatkan imunisasi lengkap.71,67% anak balita tidak

KEP diberikan makanan menu seimbang sedangkan pada anak balita KEP (kasus)

41,67% diberikan makanan tidak menu seimbang. 80% anak balita tidak KEP

(kontrol) diberikan ASI pertama sekali keluar dan pada anak balita KEP (kasus)

37,50% tidak diberikan ASI pertama sekali keluar.78,34% anak balita tidak KEP

(kontrol) dicarikan makanan pengganti jika tidak suka dengan makanan yang

diberikan dan pada anak balita KEP (kasus) sebesar 61,6%. 65% anak balita tidak

KEP (kontrol) diberikan makanan yang kadang-kadang bervariasi/tidak bervariasi

sedangkan pada anak balita KEP (kasus) 81,67% makanan yang diberikan kadang-

kadang bervariasi/tidak bervariasi. Anak balita tidak KEP (kontrol), 82,50% dibawa

ke dokter jika sedang sakit dan 23,33% anak balita KEP (kasus) diobati sendiri jika

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 55: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

sedang sakit.85% anak balita tidak KEP (kontro) diasuh oleh ibunya sendiri dan

21,67% anak balita KEP (kasus) diasuh oleh keluarga.

4.2.1.3. Pengetahuan Gizi Ibu Dan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk memperoleh gambaran pengetahuan gizi ibu dan kejadian kurang

energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi subyek Berdasarkan Pengetahuan Gizi ibu dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Pengetahuan Gizi Ibu

n % n %

Baik 104 86,7 115 95,8

Kurang 16 13,3 5 4,2

Jumlah 120 100 120 100

Berdasarkan Tabel 4.9. didapatkan bahwa pada kasus terdapat 104 keluarga

(86,7%) pengetahuan gizi ibunya baik dan 16 keluarga (13,3%) pengetahuan gizi

ibunya kurang. Pada kontrol terdapat 115 keluarga (95,8%) pengetahun gizi ibunya

baik dan 5 keluarga (4,2%) pengetahuan gizi ibunya kurang.

Adapun distribusi pengetahuan gizi ibu berdasarkan jawaban dari responden

dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah kegunaan makanan untuk tubuh n % n %

1 Menjaga kesehatan tubuh 106 88,33 112 93,33 2 Menghilangkan rasa lapar 14 11,67 8 6,67 3 Menimbulkan rasa puas 0 0 0 0

J u m l a h 120 100 120 100

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 56: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Lanjutan Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah kegunaan nasi atau bahan makanan

pengganti bagi tubuh n % n % 1 Mendapatkan tenaga, bekerja atau berjalan 62 51,67 88 73,33 2 Pertumbuhan tubuh 47 39,16 29 24,17 3 Menghilangkan rasa lapar 11 9,17 3 2,50

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah kegunaan lauk pauk (ikan,telur) bagi

tubuh seseorang n % n %

1 Pertumbuhan tubuh 94 78,33 112 93,33 2 Menghilangkan rasa lapar 14 11,67 3 2,50 3 Menimbulkan rasa puas 12 10,00 5 4,17

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah kegunaan sayur dan buah bagi tubuh

seseorang n % n %

1 Mengatur kegiatan dalam tubuh 83 69,17 102 85,00 2 Mengeyangkan 22 18,33 14 11,67 3 Menimbulkan rasa puas 15 12,50 4 3,33

J u m l a h 120 100 120 100 No Bila ibu sedang hamil, sebaiknya ibu makan n % n % 1 Lebih dari biasa 72 60,00 94 78,33 2 Tetap seperti biasa 33 27,50 26 21,67 3 Kurang dari biasa 15 12,50 0 0

J u m l a h 120 100 120 100 No Bila ibu sedang menyusui, sebaiknya ibu

makan n % n %

1 Lebih dari biasa 77 64,17 89 74,17 2 Tetap seperti biasa 42 35,00 30 25,00 3 Kurang dari biasa 1 0,83 1 0,83

J u m l a h 120 100 120 100 No Dalam memilih sayuran, dilihat dari gizinya n % n %

1 Sayuran yang berwarna 65 54,17 81 67,50 2 Sayuran yang mudah didapat dan terjangkau 38 31,67 25 20,83 3 Menurut selera 17 14,16 14 11,67

J u m l a h 120 100 120 100

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 57: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Lanjutan Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Bahan makanan yang mengdung sumber

Vitamin A n % n % 1 Daun singkong 33 27,50 31 25,83 2 Sayuran berwarna 66 55,00 71 59,17 3 Pisang 21 17,50 18 1,50

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah tanda-tanda anak kekurangan Vit.A n % n % 1 Anak pada waktu maghrib tidak dapat

melihat jelas 82 68,33 100 83,33

2 Anak kurang sehat 27 22,50 19 15,84 3 Anak kurus 11 9,17 1 0,83

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah bahaya anak menderita buta senja

bila tidak diobati n % n %

1 Anak menjadi buta 88 73,33 97 80,83 2 Sakit mata 29 24,17 21 17,50 3 Anak sembuh sendiri 3 2,50 2 1,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Ibu hamil sering kekurangan zat gizi besi

yang menyebabkan merasa lelah, muka pecat. Hal ini disebabkan karena

n % n %

1 Anemia 29 24,17 50 41,67 2 Kurang darah 83 69,17 66 55,00 3 Kurang makan 8 6,66 4 3,33

J u m l a h 120 100 120 100 No Sampai umur berapakah sebaiknya anak ibu

disusui n % n %

1 2 tahun 77 64,17 98 81,67 2 1,5 tahun 36 30,00 16 13,33 3 1 tahun 7 5,83 6 5,00

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah penyebab anak mengalami diare n % n %

1 Memakan makanan yang tidak dicuci atau basi

68 56,67 63 52,50

2 Memakan makanan yang tidak dimasak 47 39,17 57 47,50 3 Minum air susu ibu 5 4,16 0 0

J u m l a h 120 100 120 100

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 58: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Lanjutan Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Menurut ibu, apakah bahaya jika anak diare/

mencret terus menerus n % n % 1 Anak menjadi lesu akibat kekurangan cairan

yang akan mengakibatkan kematian 88 73,33 105 87,50

2 Anak menjadi kurus 24 20,00 13 10,83 3 Anak tidak naik berat badannya 8 6,67 2 1,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Bila anak ibu diare/mencret, tindakan apa

sebaiknya pertama kali dilakukan n % n %

1 Diberi larutan gula garam atau oralit 98 81,67 102 85,00 2 Diberi air the hangat 17 14,17 9 7,50 3 Diberi air putih 5 4,16 9 7,50

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah manfaat imunisasi n % n % 1 Untuk mencegah penyakit 94 78,33 99 82,50 2 Untuk pengobatan penyakit 22 18,33 19 15,83 3 Kurang bermanfaat 4 3,34 2 1,67

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah guna penimbangan di posyandu n % n % 1 Untuk mengetahui pertumbuhan dan

perkemba ngan anak 58 48,33 95 79,17

2 Untuk mengetahui berat badan anak 60 50,00 24 20,00 3 Untuk mengetahui penyakit anak 2 1,67 1 0,83

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah artinya jika berat badan anak berada

dibawah garis merah n % n %

1 Pertumbuhan anak terganggu dan anak dalam keadaan kurang sehat

80 66,67 84 70,00

2 Berat badan anak turun 37 30,83 31 25,83 3 Berat badan anak naik 3 2,50 5 4,17

J u m l a h 120 100 120 100 No Apakah artinya jika berat badan anak berada

pada garis hijau n % n %

1 Anak sehat 97 80,83 106 88,33 2 Pertumbuhan anak tidak terganggu 22 18,33 12 10,00 3 Berat badfan anak terganggu 1 0,83 2 1,67

J u m l a h 120 100 120 100

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 59: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Lanjutan Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol No Apakah artinya jika berat badan anak berada

dibawah garis titik pada KMS n % n % 1 Pertumbuhan dan perkembangan anak

kurang baik 73 60,83 77 64,17

2 Anak tidak sehat 30 25,00 37 30,83 3 Berat badan anak naik 17 14,17 6 5,00

J u m l a h 120 100 120 100

Berdasarkan Tabel 4.10 didapatkan bahwa 93,33 % responden anak balita

tidak KEP (kontrol) sudah mengetahui kegunaan makanan untuk menjaga kesehatan

tubuh dan 11,67% responden anak balita KEP (kasus) berasumsi bahwa kegunaan

makanan untuk menghilangkan rasa lapar. 78,33% responden anak balita tidak KEP

(kontrol) sudah mengetahui makanan ibu hamil dan 27,5% responden anak balita

KEP (kasus) mengetahui makanan ibu hamil sama seperti makanan orang biasa.

74,17% responden anak balita tidak KEP (kontrol) sudah mengetahui makanan ibu

menyusui dan 35% responden anak balita KEP (kasus) mengetahui makanan ibu

menyusui sama seperti makanan orang biasa. 67,5% responden anak balita tidak KEP

(kontrol) sudah mengetahui dalam memilih sayuran bergizi dan 45,73% responden

anak balita KEP (kasus) belum mengetahui dalam memilih sayuran yang

bergizi.83,33% responden anak balita tidak KEP (kontrol) sudah mengetahui tanda-

tanda anak kekurangan vitamin A dan responden anak balita KEP (kasus) yang sudah

mengetahui tanda-tanda kekurangan vitamin A sebesar 68,33%. 81,67% responden

anak balita tidak KEP (kontrol) sudah mengetahui batas umur anak untuk disusui dan

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 60: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

36% responden anak balita KEP (kasus) belum mengetahui batas umur anak untuk

disusui. 87,5 % responden anak balita tidak KEP (kontrol) sudah mengetahui bahaya

diare bagi anak balita dan responden anak balita KEP (kasus) yang sudah mengetahui

bahaya diare bagi anak balita sebesar 73,33%. 85% responden anak balita tidak KEP

(kontrol) sudah mengetahui tindakan pertama sekali untuk menanggulangi anak diare

dan responden anak balita KEP (kasus) yang sudah mengetahui tindakan pertama

sekali dalam menanggulangi anak diare sebesar 81,67%. 79,17% responden anak

balita tidak KEP (kontrol) sudah mengetahui kegunaan penimbangan anak balita di

posyandu dan responden anak balita KEP (kasus) yang sudah mengetahui kegunaan

penimbangan anak balita di posyandu hanya 48,33%.

4.2.1.4.Tingkat Pendapatan Keluarga Dan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk memperoleh gambaran tingkat pendapatan keluarga dan kejadian

kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Tingkat Pendapatan

Keluarga n % n %

Cukup 77 64,2 102 85

Tidak Cukup 43 35,8 18 15

Jumlah 120 100 120 100

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 61: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Berdasarkan Tabel 4.11. didapatkan bahwa pada kasus terdapat 77 keluarga

(64,2%) tingkat pendapatan keluarganya cukup dan 43 keluarga (35,8%) tingkat

pendapatan keluarganya tidak cukup. Pada kontrol terdapat 102 keluarga (85%)

tingkat pendapatn keluarganya cukup dan 18 keluarga (15%) tingkat pendapatan

keluarganya tidak cukup.

4.2.1.5. Pelayanan Kesehatan Dan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk memperoleh gambaran pelayanan kesehatan dan kejadian kurang

energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pelayanan Kesehatan dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Pelayanan Kesehatan

n % n %

Baik 96 80 112 93,3

Tidak Baik 24 20 8 6,7

Jumlah 120 100 120 100

Berdasarkan Tabel 4.12. didapatkan bahwa pada kasus terdapat 96 keluarga

(80%) pelayan kesehatannya baik dan 24 keluarga (20%) pelayanan kesehatannya

tidak baik. Pada kontrol terdapat 112 keluarga (93,3%) pelayan kesehatannya baik

dan 8 keluarga (6,7%) pelayanan kesehatannya tidak baik.

4.2.2. Analisis Bivariat Faktor Determinan dengan Kurang Energi Protein Pada penelitian ini setelah dilakukan analisis univariat, dilakukan analisis

bivariat dengan menggunakan test kemaknaan Chi-Square pada derajat kepercayaan

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 62: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

95%. Apabila hasil perhitungan statistik mempunyai nilai p < 0,05 artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara variabel independen (bebas) dan variabel

dependen (terikat).

4.2.2.1. Hubungan Persediaan Pangan Keluarga Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk mengetahui hubungan persediaan pangan keluarga dengan kejadian

kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Persediaan Pangan Keluarga dan Kejadian Kurang Energi Protein, χ ², p value, OR, CI 95% di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Persediaan

Pangan Keluarga n % n %

χ ² p

value

OR CI 95%

Cukup 21 17,5 62 51,7

Kurang 99 82,5 58 48,3

Jumlah 120 100 120 100

29,468

0,000

5,039

2,789 –

9,105

Berdasarkan Tabel 4.13, hasil uji statistik χ ² didapatkan nilai p = 0,000

berarti ada hubungan yang bermakna antara persediaan pangan keluarga dengan

kejadian kurang energi protein yaitu keluarga yang persediaan pangannya kurang

secara bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol.

Nilai OR 5,039 , (CI 95% : 2,789 – 9,105) menunjukkan bahwa anak balita kurang

energi protein kemungkinan persediaan pangan keluarga kurang 5,039 kali lebih

besar dibandingkan dengan anak balita yang tidak kurang energi protein, pada tingkat

kepercayaan 95%, diyakini nilai OR berada pada interval 2,789 – 9,105.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 63: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

4.2.2.2. Hubungan Pola Asuh Anak Balita Dengan Kejadian Kurang Energi

Protein

Untuk mengetahui hubungan pola asuh anak balita dengan kejadian kurang

energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pola Asuh Anak Balita dan Kejadian Kurang Energi Protein , χ ², p value, OR, CI 95% di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Pola Asuh

Anak Balita n % n %

χ ² p

value

OR CI 95%

Baik 101 84,2 115 95,8

Tidak Baik 19 15,8 5 4,2

Jumlah 120 100 120 100

7,824

0,005

4,327

1,559 –

12,008

Berdasarkan Tabel 4.14, hasil uji statistik χ ² didapatkan nila p = 0,005 berarti

ada hubungan yang bermakna antara pola asuh anak balita dengan kejadian kurang

energi protein yaitu anak balita yang pola asuhnya tidak baik secara bermakna

proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai OR 4,327 ,

(CI 95% : 1,559 – 12,008) menunjukkan bahwa anak balita kurang energi protein

kemungkinan pola asuh tidak baik 4,327 kali lebih besar dibandingkan dengan anak

balita yang tidak kurang energi protein, pada tingkat kepercayaan 95% diyakini nilai

OR berada pada interval 1,559 – 12,008.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 64: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

4.2.2.3. Hubungan Pengetahuan Gizi ibu Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi ibu dengan kejadian kurang

energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pengetahuan Gizi ibu dan Kejadian Kurang Energi Protein, χ ², p value, OR, CI 95% di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Pengetahuan

Gizi Ibu n % n %

χ ² p

value

OR CI 95%

Baik 104 86,7 115 95,8

Kurang 16 13,3 5 4,2

Jumlah 120 100 120 100

5,219

0,022

3,538

1,252 –

9,997

Berdasarkan Tabel 4.15, hasil uji statistik χ ² didapatkan nilai p = 0,022 berarti

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan kejadian kurang

energi protein yaitu ibu yang pengetahuan gizinya kurang secara bermakna

proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai OR 3,538 ,

(CI 95% : 1,252 – 9,997) menunjukkan bahwa anak balita kurang energi protein

kemungkinan pengetahuan gizi ibunya kurang 3,538 kali lebih besar dibandingkan

dengan anak balita yang tidak kurang energi protein, pada tingkat kepercayaan 95%,

diyakini nilai OR berada pada interval 1,252 – 9,997.

4.2.2.4. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian

kurang energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 65: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga dan Kejadian Kurang Energi Protein, χ ², p value, OR, CI 95% di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Tingkat

Pendapatan

Keluarga

n % n %

Χ ² p

value

OR CI 95%

Cukup 77 64,2 102 85

Tidak Cukup 43 35,8 18 15

Jumlah 120 100 120 100

12,661

0,000

3,165

1,694 –

5,911

Berdasarkan Tabel 4.16. hasil uji statistik χ ² didapatkan nilai p = 0,000 berarti

ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian

kurang energi protein yaitu keluarga yang tingkat pendapatannya tidak cukup secara

bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai

OR 3,165 , (CI 95% : 1,694 – 5,911) menunjukkan bahwa anak balita kurang energi

protein kemungkinan tingkat pendapatan keluarganya tidak cukup 3,165 kali lebih

besar dibandingkan dengan anak balita yang tidak kurang energi protein, pada tingkat

kepercayaan 95%, diyakini nilai OR berada pada interval 1,694 – 5,911.

4.2.2.5. Hubungan Pelayanan Kesehatan Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Untuk mengetahui hubungan pelayanan kesehatan dengan kejadian kurang

energi protein dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 66: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pelayanan Kesehatan dan Kejadian Kurang Energi Protein, χ ², p value, OR, CI 95% di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007

Kasus Kontrol Pelayanan

Kesehatan n % n %

χ ² p

value

OR CI 95%

Baik 96 80 112 93,3

Tidak Baik 24 20 8 6,7

Jumlah 120 100 120 100

8,113

0,004

3,500

1,503 –

8,150

Berdasarkan Tabel 4.18. hasil uji statistik χ ² didapatkan nilai p = 0,004 berarti

ada hubungan yang bermakna antara pelayanan kesehatan dengan kejadian kurang

energi protein yaitu anak balita yang pelayan kesehatannya tidak baik secara

bermakna proporsinya lebih tinggi pada kasus dibandingkan dengan kontrol . Nilai

OR 3,500 (CI 95% : 1,503 – 8,150) menunjukkan bahwa anak balita kurang energi

protein kemungkinan pelayanan kesehatannya tidak baik 3,500 kali lebih besar

dibandingkan dengan anak balita yang tidak kurang energi protein, pada tingkat

kepercayaan 95%, diyakini nilai OR berada pada interval 1,503 – 8,150.

4.2.6. Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk menguji beberapa variabel yang

dilakukan secara bersama-sama berpengaruh dalam hubungannya dengan kejadian

kurang energi protein

Berdasarkan hasil uji bivariat, ternyata semua variabel independen (bebas)

yang diteliti (5 variabel) memiliki nilai p < 0,25 sehingga kelima variable yaitu

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 67: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

persediaan pangan keluarga, pola asuh anak balita, pengetahuan gizi ibu, tingkat

pendapatan keluarga dan pelayanan kesehatan diikutkan dalam analisa multivariate

Selain untuk melihat hubungan beberapa variabel independen (bebas) secara

bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat), analisis multivariat bertujuan

untuk mendapatkan model yang terbaik dan juga untuk menentukan variabel yang

paling dominan yang mempengaruhi kejadian kurang energi protein. Dalam

pemodelan ini seluruh variabel dicobakan bersama-sama, kemudian variabel yang

memiliki nilai p ≥ 0,05 akan dikeluarkan secara berurutan dimulai dari p value

terbesar.

Tabel 4.19 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda Lima Variabel Yang

Berhubungan Bermakna Dengan Kejadian Kurang Energi Protein Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2007

Variabel Independen B P OR

(Adjusted)

CI 95%

Persediaan Pangan Keluarga 1,550 0,000 4,713 2,491-8,916

Pola Asuh Anak Balita 1,523 0,008 4,585 1,484-14,165

Pengetahuan Gizi Ibu 1,509 0,077 2,884 0,890-9,346

Tingkat Pendapatan Keluarga 1,037 0,003 2,822 1,418-5,616

Pelayanan Kesehatan 1,380 0,004 3,974 1,556-10,145

Hasil penelitian berdasarkan analisis multivariat regresi logistik, didapatkan 1

(satu ) varibel yaitu pengetahuan gizi ibu memiliki p value > 0,05 yaitu 0,077. Dari

hasil ini, maka variabel pengetahuan gizi dikeluarkan dari pemodelan.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 68: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Setelah variabel pengetahuan gizi dikeluarkan dari pemodelan, proses

selanjutnya adalah analisis multivariat variabel persediaan pangan keluarga, pola asuh

anak balita, tingkat pendapatan ibu dan pelayanan kesehatan dengan kejadian kurang

energi protein sebagaimana terlihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda Empat Variabel Yang Berhubungan Bermakna Dengan Kejadian Kurang Energi Protein Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2007

Variabel Independen B P OR

(Adjusted)

CI 95%

Persediaan Pangan Keluarga 1,558 0,000 4,748 2,520-8,943

Pola Asuh Anak Balita 1,588 0,006 4,896 1,592-15,059

Tingkat Pendapatan Keluarga 1,016 0,003 2,762 1,397-5,461

Pelayanan Kesehatan 1,439 0,002 4,218 1,669-10,665

Constant -3,990 0,000 0,019

Overall Percentage : 69,6%

Hasil analisis multivariat diatas didapatkan bahwa semua variable : persediaan

pangan keluarga, pola asuh anak balita, tingkat pendapatan keluarga, pelayanan

kesehatan mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian kurang energi

protein pada anak balita.

Dari 4 (empat) variabel yang masuk kedalam multivariat ternyata variabel

yang paling dominan berpengaruh dengan kejadian kurang energi protein pada anak

balita adalah variabel pola asuh anak balita dengan nilai Odds Ratio Adjusted

tertinggi yaitu 4,896. Nilai odds ratio 4,896 menunjukkan bahwa anak balita kurang

energi protein kemungkinan pola asuh anak balitanya tidak baik 4,896 kali lebih

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 69: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

besar dibandingkan dengan anak balita yang tidak kurang energi protein setelah tiga

variable lainnya dikontrol.Variabel persediaan pangan, setelah tiga variabel lainnya

dikontrol, didapat odds ratio adjusted : 4,748. Ini menunjukkan anak balita kurang

energi protein kemungkinan persediaan pangan keluargnya kurang 4,748 kali lebih

besar dibandingkan dengan anak yang tidak kurang energi protein. Variabel tingkat

pendapatan , setelah tiga variabel lainnya dikontrol didapat odds ratio adjusted :

2,762. Ini menunjukkan anak balita kurang energi protein kemungkinan tingkat

pendapatan keluarganya tidak cukup 2,762 kali lebih besar dibandingkan dengan anak

yang tidak kurang energi protein. Varibel pelayanan kesehatan setelah tiga variabel

lainnya dikontrol didapat odds ratio adjusted : 4,218 berarti anak balita kurang energi

protein kemungkinan pelayanan kesehatannya tidak baik 4,218 kali lebih besar

dibandingkan anak balita yang tidak kurang energi protein

Dengan demikian dapat dihasilkan model regresi logistik dalam bentuk

persamaan sebagai berikut :

Logit (p) = -3,99 + 1,588 (pola asuh anak balita) +1,558 (persediaan pangan keluarga) + 1,439 (pelayanan kesehatan) + 1,016 (tingkat pendapatan keluarga) Dari model diatas didapatkan suatu turunan perhitungan matematik tentang probabilitas anak balita untuk menderita kurang energi protein adalah :

p = 1_____________________________________

1 + e – (-3,99+1,588 pola asuh anak balita+1,558 persediaan pangan keluarga+1,439 pelayanan kesehatan+1,016 tingakt pendapatn keluarga)

Melalui model ini juga dapat diperkirakan bahwa pengaruh faktor determinan

: pola asuh anak balita tidak baik, persediaan pangan keluarga kurang, pelayanan

kesehatan anak balita tidak baik, tingkat pendapatan keluarga tidak cukup secara

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 70: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

bersama-sama berhubungan dengan kejadian kurang energi protein pada anak balita

sebesar : 69,6% (overall percentage = 69,6%)

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 71: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Persediaan Pangan Keluarga Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Ketahanan pangan ditingkat rumah tangga sangat tergantung dari cukup

tidaknya pangan dikonsumsi oleh setiap anggota keluarga untuk mencapai gizi

baik,oleh karena itu perlu adanya persediaan pangan di tingkat keluarga.

Hasil analisis bivariat diperoleh variabel persediaan pangan keluarga kurang

pada kelompok kasus sebesar 82,5%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar

48,3% perbedaan ini signifikan dengan p = 0,000 dan OR : 5,039.

Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap 5 variabel independen

didapatkan hasil p = 0,000 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara

persediaan pangan keluarga dengan kejadian kurang energi protein dan OR berubah

menjadi 4,713 (OR Adjusted). Hasil akhir analisis multivariat terhadap 4 variabel

didapatkan hasil p = 0,000 dan OR berubah menjadi 4,748 (OR Adjusted). Dengan

demikian dalam penelitian ini persediaan pangan keluarga mempengaruhi kejadian

kurang energi protein. Hal ini sesuai dengan penelitian Andra Fikar di Kecamatan

Kuranji Kota Padang Tahun 2003 dengan hasilnya ada hubungan yang signifikan

antara ketersediaan pangan dengan terjadinya kurang energi protein dengan nilai odds

ratio 3,668.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 72: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

5.2. Hubungan Pola Asuh Anak Balita Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Pola asuh orang tua yang salah terhadap anak balita dapat mengakibatkan

anak menderita kurang energi protein. Seorang anak balita mengalami kurang energi

protein yang diakibatkan kurang makan biasanya terjadi pada keluarga miskin,

sedangkan untuk pola asuh yang salah terjadi pada keluarga mampu yang kurang

memperhatikan keseimbangan gizi makanan anaknya.

Anak balita kurang energi protein di Kecamatan Medan Denai masih banyak

ditemukan imunisasinya kurang lengkap sesuai dengan umur yaitu 60,83%, 41,67%

diberikan menu makanan yang tidak seimbang, 37,5% tidak diberikan air susu ibu

pertama kali keluar, makanan anak balita yang kurang bervariasi (81,67%) sehingga

makanan yang dimakan tidak habis. Penyakit infeksi yang ditemukan pada anak

balita kurang energi protein yaitu diare, campak dan cacar air.

Hasil analisis bivariat diperoleh variabel pola asuh anak balita tidak baik pada

kelompok kasus sebesar 15,8%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 4,2%

perbedaan ini signifikan dengan p = 0,005 dan OR : 4,327.

Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap 5 variabel independen

didapatkan hasil p = 0,008 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pola

asuh anak balita dengan kejadian kurang energi protein dan OR berubah menjadi

4,585 (OR Adjusted). Hasil akhir analisis multivariat terhadap 4 variabel didapatkan

hasil p = 0,006 dan OR berubah menjadi 4,896 (OR Adjusted). Dengan demikian

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 73: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

dalam penelitian ini pola asuh anak balita mempengaruhi kejadian kurang energi

protein. Hal ini sesuai dengan penelitian Zul Amri di Provinsi Sumatera Barat Tahun

2003 yang didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara pola asuh anak

dengan status gizi dengan odds ratio 1,30.

5.3 Hubungan Pengetahuan Gizi ibu Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Pada umumnya ibu yang mempunyai anak balita kurang energi protein di

Kecamatan Medan Denai Kota Medan sudah mengetahui kegunaan makanan untuk

menjaga kesehatan tubuh (88,33%; ), kegunaan lauk pauk (78,33%), kegunaan sayur

dan buah (69,17%), tanda-tanda kurang vitamin A (68,33%), umur anak untuk

mendapatkan air susu ibu (64,17%), bahaya akibat terjadinya diare pada anak balita

(73,33%), tindakan pertama dalam menanggulangi diare (81,67%), manfaat imunisasi

(78,33%), sedangkan pengetahuan yang belum dipahami yaitu kegunaan

penimbangan anak di posyandu (51,67%), bahan makanan sumber vitamin A

(72,50%) dan anemia (75,83%)

Hasil analisis bivariat diperoleh variabel pengetahuan gizi ibu kurang pada

kelompok kasus sebesar 13,3%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 4,2%

perbedaan ini signifikan dengan p = 0,022 dan OR : 3,538.

Dengan demikian dalam penelitian ini pengetahuan gizi ibu mempengaruhi

kejadian kurang energi protein hal ini sesuai dengan penelitian Andra Fikar di

Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2003 yang didapatkan hasil ada hubungan

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 74: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kurang energi protein dengan odds

ratio 3,428.

Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap 5 variabel independen

didapatkan hasil p = 0,077 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan gizi ibu dengan kejadian kurang energi protein dan OR berubah

menjadi 2,884 (OR Adjusted) setelah 4 variabel lainnya dikontrol.

5..4. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Para ahli ekonomi berpendapat bahwa investasi ekonomi merupakan salah

satu cara untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat.

Hasil analisis bivariat diperoleh variabel tingkat pendapatan keluarga tidak

cukup pada kelompok kasus sebesar 35,8%, sedangkan pada kelompok kontrol

sebesar 15% perbedaan ini signifikan dengan p = 0,000 dan OR : 3,165.

Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap 5 variabel independen

didapatkan hasil p = 0,003 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pendapatan keluarga dengan kejadian kurang energi protein dan OR berubah menjadi

2,822 (OR Adjusted). Hasil akhir analisis multivariat terhadap 4 variabel didapatkan

hasil p = 0,003 dan OR berubah menjadi 2,762 (OR Adjusted).

Dengan demikian dalam penelitian ini tingkat pendapatan keluarga

mempengaruhi kejadian kurang energi protein, hal ini sesuai dengan penelitian Jhon

Taruna di Kabupaten Kampar Provinsi Riau Tahun 2002 yang hasilnya ada hubungan

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 75: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

yang bermakna antara tingkat ekonomi kurang dengan terjadinya gizi buruk dengan

nilai odds ratio 3,501

5.5. Hubungan Pelayanan Kesehatan Dengan Kejadian Kurang Energi Protein

Hasil analisis bivariat diperoleh variabel pelayanan kesehatan tidak baik pada

kelompok kasus sebesar 20%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 6,7%

perbedaan ini signifikan dengan p = 0,004 dan OR : 3,5.

Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap 5 variabel independen

didapatkan hasil p = 0,004 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara

pelayanan kesehatan dengan kejadian kurang energi protein dan OR berubah menjadi

3,974 (OR Adjusted). Hasil akhir analisis multivariate terhadap 4 variabel didapatkan

hasil p = 0,002 dan OR berubah menjadi 4,218 (OR Adjusted).

Dengan demikian dalam penelitian ini pelayanan kesehatan mempengaruhi

kejadian kurang energi protein hal ini sesuai dengan penelitian Mustafa di Kota

Banda Aceh Tahun 2005 yang hasilnya ada hubungan bermakna antara pelayanan

kesehatan dengan status gizi anak balita dan susuai dengan teori unicef bahwa

pelayanan kesehatan dasar yang kurang memadai dapat menyebabkan kurang gizi

pada balita.

Pada hipotesa diduga bahwa variabel tingkat pendapatan keluarga yang tidak

cukup merupakan faktor determinan yang paling erat hubungannya dengan kejadian

kurang energi protein pada anak balita, tetapi setelah dianalisis multivariat ternyata

variabel yang paling dominan mempengaruhi kejadian kurang energi protein adalah

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 76: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

pola asuh anak balita dengan odds ratio adjusted = 4,896.Walaupun tingkat

pendapatan keluarga tidak cukup, ternyata masih ditemukan anak balita yang tidak

kurang energi protein bila pola asuh anak balitanya baik.

Bila faktor determinan persediaan pangan keluarga yang kurang, pola asuh

anak balita yang tidak baik, tingkat pendapatan keluarga yang tidak cukup, pelayanan

kesehatan anak balita yang tidak baik secara bersama-sama dihilangkan , diperkirakan

69,6% kejadian kurang energi protein pada anak balita dapat diturunkan (overall

percentage = 69,6%).

5.6. Keterbatasan Penelitian

5.6.1. Aspek Disain Penelitian

Penelitian ini menggunakan disain kasus kontrol yang meneliti suatu kejadian

setelah peristiwa itu terjadi, kemudian menyelidiki apa penyebabnya atau faktor

determinannya. Pada disain kasus kontrol memiliki kelemahan yaitu tidak dapat

dihitung angka insiden dan ukuran asosiasi yang dihasilkan adalah odds ratio yang

tidak sebaik ukuran asosiasi studi kohort , dimana odds ratio hanya merupakan

estimated relative risk.

5.6.2. Kualitas data

Data yang diambil pada penelitian ini diperoleh dengan mengandalkan daya

ingat responden, sehingga kejadian recall bias. Hal ini karena responden lupa atau

sulit mengingat apa yang telah dibelinya, baik untuk kebutuhan pangan maupun non

pangan.

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 77: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

5.6.3. Parameter

Parameter yang digunakan untuk mengukur berbagai variabel dalam

penelitian ini terbatas, tidak menutup kemungkinan adanya parameter lain yang lebih

tepat untuk menggambarkan tiap-tiap variabel.

5.6.4. Aspek peneliti

Penguasaan ilmu pengetahuan peneliti tentang kurang energi protein terasa

masih kurang, disamping dana dan sarana yang dapat menyebabkan kurang

sempurnanya penelitian.

Kemungkinan masih ada variabel-variabel lain yang menyebabkan terjadinya

kurang energi protein. 5 (lima) variabel yang dijadikan faktor determinan penyebab

kurang energi protein yang diteliti sudah memenuhi syarat dengan nilai R Square =

0,294 (29,4%).

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 78: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan

kesimpulan mengenai determinan kurang energi protein pada anak balita di

Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 :

6.1.1. Persediaan pangan keluarga kurang, proporsinya secara bermakna lebih tinggi

pada anak balita kurang energi protein daripada anak balita yang tidak kurang

energi protein (82,5% vs 48,3%, χ ² = 29,468, p = 0,000, OR Adjusted = 4,748

CI 95% : 2,520 – 8,943).

6.1.2. Pola asuh anak balita tidak baik, proporsinya secara bermakna lebih tinggi

pada anak balita kurang energi protein daripada anak balita yang tidak kurang

energi protein (15,8% vs 4,2%, χ ² = 7,824, p = 0,005, OR Adjusted = 4,896

CI 95% : 1,592 – 15,059).

6.1.3. Tingkat pendapatan keluarga tidak cukup, proporsinya secara bermakna lebih

tinggi pada anak balita kurang energi protein daripada anak balita yang tidak

kurang energi protein (35,8% vs 15%, χ ² = 12,661, p = 0,000, OR Adjusted =

2,762 CI 95% : 1,397 – 5,461).

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 79: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

6.1.4. Pelayanan kesehatan tidak baik, proporsinya secara bermakna lebih tinggi pada

anak balita kurang energi protein daripada anak balita yang tidak kurang

energi protein (20% vs 6,7%, χ ² = 8,113, p = 0,004, OR Adjusted = 4,218

CI 95% : 1,669 – 10,665)

6.1.5. Variabel yang paling dominan mempengaruhi hubungan faktor pemapar

dengan kejadian kurang energi protein adalah pola asuh anak balita yang tidak

baik dengan odds ratio adjusted 4,896. Walaupun tingkat pendapatan

keluarga tidak cukup, masih ditemukan anak balita yang tidak kurang energi

protein bila pola asuh anak balita baik.

6.2. Saran

6.2.1. Memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan kepada ibu yang mempunyai anak

balita terutama penekanan tentang pola asuh anak balita di Kecamatan Medan

Denai Kota Medan

6.2.2. Penanggulangan kurang energi protein pada anak balita harus memperhatikan

semua faktor determinan dengan menghilangkan atau meminimalisasi secara

bersama-sama dan terpadu melalui strategi penanggulangan kurang energi

protein pada anak balita

6.2.3. Memberdayakan wanita dalam program perbaikan gizi keluarga

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 80: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 81: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

ANALISA DETERMINAN KURANG ENERGI PROTEIN

PADA ANAK BALITA DI KECAMATAN

MEDAN DENAI KOTA MEDAN

TAHUN 2007

T E S I S

OLEH :

F A U Z I R O M E L I

037023007/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 82: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

DAFTAR PUSTAKA

Agung NG.G.I, 1998 Metode Penelitian Sosial 2 Pengertian Dan Pemakaian Praktis. Jakarta Gramedia Pustaka Utma

Almatsier S, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

Amri Z, 2003, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian KEP Pada Anak 6-23 Bulan Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2002, Program Studi IKM Program Pascasarjana Universitas Indonesia

Ariawan I,1998, Besar Dan Metode Sampel Pada penelitian Kesehatan, Jakarta,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Badan Pusat Statistik,2006, Kecamatan Medan Denai Dalam Angka Tahun 2006 Basuki B, Aplikasi Metode Kasus Kontrol, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia Baliwati F.Y,Khomsan A, Dwiriani M.C, 2004. Pengantar Pangan Dan Gizi,Jakarta,

Penebar Swadaya Biro Pusat Statistik, 2006, Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005-2006,

Jakarta, Berita Resmi Statistik No.47/IX/1 September/2006

Dinas Kesehatan Kota Medan, 2004, Profil Kesehatan Kota Medan

Dinas Kesehatan Kota Medan , 2006, Profil Kesehatan Kota Medan

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2004, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2006, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera

Utara Depkes R.I, 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010,

Jakarta _________, 2002, Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita), Jakarta

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 83: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Elly M, 2002, Gizi Buruk Hantui Anak-anak Terkait Dengan Kemiskinan dan Pola Hidup Yang Tidak sehat, Bandung, Pikiran Rakyat

Elly M, 2004, Pola Asuh Yang salah Menyebabkan Gizi Buruk, Jakarta, Kompas

Kompas, 2005, 66.685 Anak Balita di NTT Menderita Gizi Buruk

Fikar A, 2003, faktor Determinan KEP Pada Anak Usia 6 Bulan – 3 Tahun di Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2003, Program Studi IKM Program Pascasarjana Universitas Indonesia

Lemeshow S, Lwanga S.K, 1991, Sample Size Determination In Health Studies, A

Practical Manual, WHO, Geneva Moehji S, 1985, Pemeliharaan Gizi Bayi Dan Anak Balita, Jakarta, Bhratara Karya

Aksara Mukhtar, 1999, Gizi Buruk Dan Generasi Yang Hilang, Jakarta, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia Murti B, 2003. Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi, Jogjakarta, Universitas

Gajah Mada Nazir M,1988, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia

Pemerintah R.I, WHO, 2000, Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Nasional

Sasro.A.S, 1995, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta, Binarupa Aksara Sihadi, 2005, Rajin Ke Posyandu Cegah Gizi Buruk, Jakarta, Kompas

Soekirman, 2002, Ilmu Gizi Dan Aplikasinya Untuk Keluarga Dan Masyarakat, Jakarta , Departemen Pendidikan Nasional

Supariasa N.D.I, Bakri B, Fajar I, 2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta, Peneribit Buku

Kedokteran Sutanto,P,H, 2001, Analisis Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 84: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Taruna . J, 2002, Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Terjadinya Kasus Gizi Buruk Pada Anak Balita di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, Program Studi IKM Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Tarigan U.I, 2003, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Umur

6-36 Bulan Sebelum Dan Saat Krisis Ekonomi di Jawa Tengah, Buletin Penelitian Vol.31 No.1 Kesehatan, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

Zetlin M, 2000, Balita di Negara-negara Berkembang, Peran Pola Asuh Anak,

Permanfaatan Hasil Studi Penyimpangan Positif Untuk Program Gizi, Jakarta, Prosiding Widya Karya Nasional Pangan Dan Gizi VII

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 85: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

ANALISA DETERMINAN KURANG ENERGI PROTEIN PADA ANAK BALITA DI KECAMATAN MEDAN DENAI

KOTA MEDAN TAHUN 2007

T E S I S

Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Magister Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

F A U Z I R O M E L I

037023007/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 86: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Telah diuji

Pada tanggal : 11 Desember 2007

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof.dr. Nerseri Barus, MPH

Anggota : 1. Dr. Saib, Suwilo, MSc

2. A.M. Marpaung, MPS

3. Dr. Dra. Ida Yustina, MS

4. Dra. Djumirah,Apt, M.Kes

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 87: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

PERNYATAAN

ANALISA DETERMINAN KURANG ENERGI PROTEIN

PADA ANAK BALITA DI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2007

T E S I S Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Desember 2007

(Fauzi Romeli)

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 88: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel di Puskesmas Wilayah Kecamatan

Medan Denai Kota Medan Tahun 2007………………………… 24

Tabel 3.2. Interval Kasus Terpilih di Puskesmas Wilayah Kecamatan

Medan Denai Kota Medan Tahun 2007………………………… 25

Tabel 4.1. Keadaan Geografis Wilayah Kerja Empat Puskesmas di Kecamatan

Medan Denai Tahun 2005 ………………………………………… 32

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Keluarga dan Jenis Kelamin

Di Wilayah Kerja Empat Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota

Medan Tahun 2005 ………………………………………………….. 33

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Wilayah Kerja

Empat Puskesmas di Kecamatan Medan Denai Kota Medan

Tahun 2005 ………………………………………………….. ……… 34

Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 ……….. ……… 35

Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Sampel Berdasarkan Tingkat Umur dan Jenis

Kelamin di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 ….. 36

Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Persediaan Pangan Keluarga

dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota

Medan Tahun 2007 …………………………………...……….….. 37

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 89: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Tabel 4.7. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pola Asuh Anak Balita

dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota

Medan Tahun 2007 …………………………………...……….….. 38

Tabel 4.8. Distribusi Pola Asuh Anak Balita Berdasarkan Jawaban Responden

di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 ...…….….. 38

Tabel 4.9. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pengetahuan Gizi Ibu

dan Kejadian Kurang Energi Proteindi- Kecamatan Medan Denai

Kota Medan Tahun 2007 …………………………...………….….. 45

Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu Berdasarkan Jawaban Responden

di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 ...…….….. 45

Tabel 4.11. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Keluarga dan Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan

Denai Kota Medan Tahun 2007 …………………...………….….. 50

Tabel 4.12. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pelayanan Kesehatan dan

Kejadian Kurang Energi Protein di Kecamatan Medan Denai Kota

Medan Tahun 2007 ………………………………...………….….. 51

Tabel 4.13. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Persediaan Pangan Keluarga

dan Kejadian Kurang Energi Protein, χ ² , p value, OR, CI 95% di-

Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 ………….….. 52

Tabel 4.14. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pola Asuh Anak Balita dan

Kejadian Kurang Energi Protein, χ ² , p value, OR, CI 95% di -

Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 …..…….……. 53

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 90: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Tabel 4.15. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pengetahuan Gizi Ibu dan

Kejadian Kurang Energi Protein, χ ² , p value, OR, CI 95% di-

Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 ...……………. 54

Tabel 4.16. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga

dan Kejadian Kurang Energi Protein, χ ² , p value, OR, CI 95%

di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 .……….…… 55

Tabel 4.17. Distribusi Proporsi Subyek Berdasarkan Pelayanan Kesehatan dan

Kejadian Kurang Energi Protein, χ ² , p value, OR, CI 95% di -

Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 ……………… 56

Tabel 4.18. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda Lima Variabel

Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kurang Energi Portein di

Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 ………….…… 57

Tabel 4.20. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda Empat Variabel

Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kurang Energi Portein di

Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007 ………….…… 58

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 91: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Determinan Kurang Energi Protein

Lampiran 3. Hasil Uji Statistik

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 92: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

DAFTAR SINGKATAN

BB : Berat Badan

BGM : Bawah Garis Merah

BGT : Bawah Garis Titik-titik

KEP : Kurang Energi Protein

OR : Odds Ratio

PB : Panjang Badan

PT : Perguruan Tinggi

SD : Sekolah Dasar

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

TB : Tinggi Badan

U : Umur

χ ² : Chi Square

α : Alpa

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008

Page 93: pengaruh budaya paternalistik dan komitmen organisasi terhadap

Fauzi Romeli: Analisa Determinan Kurang Energi Protein Pada Anak Balita Di Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008