pengaruh bank indonesia (bi) rate, inflasi, dan nilai...
TRANSCRIPT
PENGARUH BANK INDONESIA (BI) RATE, INFLASI, DAN
NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) TERHADAP NILAI AKTIVA
BERSIH (NAB) REKSADANA CAMPURAN SYARIAH
PERIODE 2014-2016
SKRIPSI
Disusun oleh:
ITSNA SHOFI AZKIYAH
NIM: 1113085000045
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
PENGARUH BANK INDONESIA (BI) RATE, INFLASI, DAN NILAI TUKAR
RUPIAH (KURS) TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH (NAB) REKSADANA
CAMPURAN SYARIAH PERIODE 2014-2016
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ITSNA SHOFI AZKIYAH
NIM: 1113085000045
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing:
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 6 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
Nama : ITSNA SHOFI AZKIYAH
NIM : 1113085000045
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah
(Kurs) Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran
Syariah Periode 2014-2016
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 6 Maret 2017
1. Umiyati, SEI., M.Si
NUPN. 9920 1003 01
2. Ay Maryani, SE., M.Si
NUP. 9920 1126 91
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 12 Juni 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : ITSNA SHOFI AZKIYAH
NIM : 1113085000045
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah
(Kurs) Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran
Syariah Periode 2014-2016
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 Juni 2017
1. Fitri Damayanti, SE., M.Si
NIP. 19810731 200604 2 003
2. Aini Masruroh, SEI., MM
3. Aini Masruroh, SEI., MM
4. Dr. Asyari Hasan, M.Ag
NIP. 19800819 200604 1 002
i
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ITSNA SHOFI AZKIYAH
NIM : 1113085000045
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Bekasi, 25 Mei 2017
Penulis
Itsna Shofi Azkiyah
ii
ABSTRACT
This research aims to examine the influence of BI rate, inflation, and Rupiah
exchange rate towards Net Asset Value (NAV) of Sharia Mutual Balanced Fund from
January through December 2016. The sampling method used in this research is
purposive sampling and the selected objects are Danareksa Syariah Berimbang, SAM
Syariah Berimbang, Schroders Syariah Balanced Fund, and TRIM Syariah Berimbang.
This research used is the quantitative approach method and the analysis techniques
used is multiple linear regression. Meanwhile, the computer program used is Eviews
version 9, SPPS version 16, and Microsoft Excel 2016.
Based on the result of this research showed that BI rate, inflation, and Rupiah
exchange rate stimultaneously has significant effect to Net Asset Value (NAV) of Sharia
Mutual Balanced Fund with significance value 0,000000 < 0,05. The result of t-test
showed that BI rate has a negative significant influence by the value 0,0006 < 0,05.
Inflation has a negative significant influence by the value 0,0357 < 0,05. And Rupiah
exchange rate has a negative significant influence by the value 0,0215 < 0,05.
Keywords: BI Rate, Inflation, Rupiah Exchange Rate, Net Asset Value (NAV),
Sharia Mutual Balanced Fund, Sharia Mutual Fund
iii
ABSTRAK
Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi,
dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana
campuran syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari
Januari 2014-Desember 2016. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Reksadana syariah yang terpilih sebagai objek penelitian
adalah Danareksa Syariah Berimbang, SAM Syariah Berimbang, Schroders Syariah
Balanced Fund, dan TRIM Syariah Berimbang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dan metode analisi regresi linier berganda dengan program
komputer Eviews versi 9, SPPS versi 16, dan Microsoft Excel 2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan
Nilai Tukar Rupiah (Kurs) secara simultan berpengaruh terhadap NAB reksadana
campuran syariah dengan nilai Prob. F-statistic sebesar 0,000000 < 0,05. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara parsial Bank Indonesia (BI) Rate
berpengaruh signifikan dengan korelasi negatif terhadap NAB reksadana campuran
syariah dengan nilai Prob. thitung sebesar 0,0006 < 0,05. Inflasi berpengaruh signifikan
dengan korelasi negatif terhadap NAB reksadana campuran syariah dengan nilai Prob.
thitung sebesar 0,0357 > 0,05. Dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh signifikan
dengan korelasi negatif terhadap NAB reksadana campuran syariah dengan nilai Prob.
thitung sebesar 0,0215 < 0,05.
Kata kunci: Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Nilai
Aktiva Bersih (NAB), Reksadana Campuran Syariah, Reksadana
Syariah
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun masih jauh
dari kata sempurna. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan
nabi besar kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya kehidupan bagi
umatnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam rangka
menyelesaikan studi jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Pengaruh Bank Indonesia
(BI) Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana Campuran Syariah Periode 2014-2016”.
Penyusunan tugas akhir skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang selalu
memberikan do’a, bantuan, dan dukungannya kepada penulis. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materil, yang selalu melimpahkan cinta dan kasih sayang, serta selalu
mendoakan aku dengan penuh rasa ikhlas tanpa perlu diminta. Maaf, jikalau selama
proses pembuatan skripsi ini ada perkataan dan perbuatan aku yang menyakiti hati
Ayah dan Ibu.
2. Kakakku Adlan, dan Adik-adikku; Ica, Nadia, dan Algi yang selalu memberikan
motivasi serta do’a yang tulus selama ini.
3. Ibu Aini Masruroh, SEI., MM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan pengarahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin
SEAK., M.Si selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, MH
selaku Wakil Dekan II dan Pembimbing Akademik, dan Bapak Dr. Desmadi
v
Saharuddin, MA selaku Wakil Dekan III, yang telah memberikan jalan bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah
dan Ibu Fitri Damayanti, SE., M. Si selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu yang
Bapak dan Ibu berikan kepada penulis.
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya
melayani mahasiswa dengan baik khususnya Bu Ova, Pak Azis, Pak Ajib, Pak
Boni, dan Pak Alfred.
8. My beloved best friends; Destri Nuraini, Rehan Nurmillah, Ajeng Kurnia, Nabila
Khairunnisa, Agnes Dwi Astuti, Rizny Anindya, dan Isti Nanda Putri yang selalu
menghadirkan canda dan tawa di sela-sela pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas
persahabatan selama hampir empat tahun ini. Banyak pelajaran hidup yang aku
dapat dari kalian. Maaf, selama proses pembuatan skripsi ini kita jarang bertemu
dan hang out but kita akan selalu dekat dalam do’a. My college’s life would be
empty without you girls!
9. Sepupu-sepupuku, Mira dan Fida yang telah menemani hari-hariku selama nge-
kost di Ciputat.
10. Rifda Kamila, Dini Rizqiyanti, dan Silvia Puji Lestari yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini (via WhatsApp hehe).
11. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2013, khusunya PSY B. Terima kasih
atas dukungan dan pertemanan kita selama ini, maaf tidak disebutkan satu per satu.
12. Teman seperjuangan dalam proses pembuatan skripsi, yaitu Afif, Alif, Fia, Irsyad,
Istiqomah, Liza, Rahman, dan Tia.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan penelitian ini dilanjutkan
oleh peneliti lain di masa mendatang untuk disempurnakan atau bahkan dikembangkan
menjadi penulisan yang lebih berbobot. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat
vi
memberikan sumbangan pengetahuan dan menjadi sebuah karya yang bermanfaat bagi
pembaca.
Bekasi, 25 Mei 2017
Penulis
Itsna Shofi Azkiyah
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ABSTRACT..…….……………………………………………………………….... i
ABSTRAK..……………………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………...…………………………………………………... iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL...………………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR…...…………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah……………………………………………………………. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………………… 9
1. Tujuan Penelitian…………………………………………………………... 9
2. Manfaat Penelitian…………………………………………………………. 10
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Reksadana Syariah……………………………………………………………... 11
1. Pengertian Reksadana Syariah……………………………………………... 11
2. Jenis-jenis Reksadana Syariah……………………………………………... 13
3. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah…………………………….19
4. Manfaat dan Resiko Reksadana……………………………………………. 21
B. Suku Bunga (BI Rate)………………………………………………………….. 23
1. Pengertian Suku Bunga…………………………………………………….. 23
2. Jenis-jenis Bunga…………………………………………………………... 25
viii
3. Bank Indonesia (BI) Rate…………………………………………………...27
C. Inflasi…………………………………………………………………………... 28
1. Pengertian Inflasi…………………………………………………………... 28
2. Jenis-jenis dan Indikator Inflasi……………………………………………. 30
D. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)……………………………………………………... 33
1. Pegertian Nilai Tukar Rupiah (Kurs)………………………………………. 33
2. Sistem Nilai Tukar…………………………………………………………. 36
E. Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen………………. 37
F. Penelitian Terdahulu…………………………………………………………… 40
G. Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………………………..……..43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………………45
B. Metode Penentuan Sampel……………………………………………………... 45
C. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………….. 47
D. Metode Analisis………………………………………………………………... 48
E. Operasional Variabel Penelitian……………………………………………..… 61
BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian……………………………………………. 65
1. Sekilas Reksadana Syariah………………………………………………… 65
2. Sekilas tentang Objek Penelitian…………………………………………... 66
B. Deskripsi Data………………………………………………………………….. 69
C. Analisis Data dan Pembahasan………………………………………………… 78
1. Uji Asumsi Klasik………………………………………………………….. 78
2. Estimasi Model Data Panel………………………………………………… 85
3. Uji Signifikansi…………………………………………………………….. 90
4. Analisis Regresi Model Data Panel………………………………………... 94
5. Persamaan Model Regresi Objek Penelitian……………………………….. 96
ix
D. Interpretasi……………………………………………………………………... 98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….. 102
B. Saran………………………………………………………………………….... 103
DAFTAR PUSTAKA…...……………………………………………………….... 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN..…………………………………………………….... 110
x
DAFTAR TABEL
1.1 Perkembangan Reksadana Syariah Periode 2011-2016……………………. 3
2.1 Perbedaan Reksadana Tertutup dengan Reksadana Terbuka………………. 17
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah (Kurs)…………………....35
2.3 Review Penelitian Terdahulu……………………………………………….. 40
3.1 Daftar Jumlah Reksadana Syariah Per Desember 2016……………………. 46
4.1 Daftar Reksadana Syariah Jenis Campuran Per Desember 2016…………...70
4.2 Daftar Sampel Penelitian….……………………………………………….. 71
4.3 Data BI Rate Periode 2014-2016…………………………………………... 72
4.4 Data Inflasi Periode 2014-2016……………………………………………. 74
4.5 Data Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Tengah Periode 2014-2016.……………... 76
4.6 Variance Inflation Factor………………………………………………….. 80
4.7 Matriks Koefisien Korelasi………………………………………………… 81
4.8 Heteroskedasticity Test: White…………………………………………….. 82
4.9 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test……………………………... 83
4.10 Durbin Watson Stat………………………………………………………… 83
4.11 Hasil Pemulihan Autokolerasi……………………………………………... 84
4.12 Model Common Effect……………………………………………………... 86
4.13 Model Fixed Effect…………………………………………………………. 87
4.14 Uji Chow…………………………………………………………………… 88
4.15 Model Random Effect……………………………………………………… 89
4.16 Uji Hausman……………………………………………………………….. 90
4.17 Uji Simultan (Uji F)………………………………………………………... 91
4.18 Uji Parsial (Uji t)…………………………………………………………… 92
4.19 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)…………………………... 94
4.20 Model Random Effect…………………………………………………….....95
4.21 Cross Random Effect……………………………………………………….. 98
xi
DAFTAR GAMBAR
1.1 Pertumbuhan NAB Reksadana Syariah Periode 2011-2016….……………. 4
2.1 Kerangka Pemikiran….……………………………………………………..44
4.1 BI Rate Periode 2014-2016.………………………………………………... 73
4.2 Inflasi Periode 2014-2016……….…………………………………………. 75
4.3 Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Tengah Periode 2014-2014…………………… 77
4.4 Histogram Normality Test…………………………………………………. 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara teori, investasi pada sesuatu yang lebih berisiko akan mendatangkan
return yang lebih tinggi. Pada umunya, calon investor akan menginvestasikan harta
yang dimiliki berdasarkan pertimbangan aspek tersebut, yaitu mempertimbangkan
imbal hasil (return) dan risiko (risk) semata. Akan tetapi, ada juga calon investor
yang mempertimbangkan hal-hal lain di luar itu, seperti ajaran agama yang dianut.
Bagi kaum muslim, mereka akan menolak beinvestasi pada perusahaan yang
menghasilkan produk haram dan atau perusahaan yang dalam menjalankan
bisnisnya bertentangan dengan syariat Islam.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, di Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam mulai dikembangkan investasi berbasis syariah.
Investasi ini mengintegrasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam dalam
menjalankan kegiatan investasi. Salah dua kegiatan yang dilakukan adalah dengan
melakukan proses seleksi (screening) dalam memilih instrumen-instrumen
investasinya, dan proses cleansing yang dimaksudkan untuk membersihkan aset-
aset yang tidak halal dengan mengeluarkan zakat atau pengeluaran amal lainnya.
Pasar Modal Indonesia sebagai salah satu wahana investasi bagi
masyarakat, menciptakan dan mengembangkan produk-produk investasi yang
dapat dijadikan alternatif bagi investor dalam menginvestasikan dana. Salah satu
2
produk yang diterbitkan adalah reksadana. Menurut Tandelilin dalam Jurnal (Utami
dan Dharmastuti, 2014: 98), reksadana merupakan salah satu alternatif investasi
yang mengaplikasikan strategi alokasi aset melalui pembentukan suatu portofolio
dengan menyebar dana investasi yang dimiliki ke dalam beberapa jenis aset yang
berbeda. Hal ini sejalan dengan prinsip diversifikasi yang bertujuan meminimalkan
risiko yang mungkin timbul dan mengoptimalkan tingkat return tertentu yang
diharapkan. Sebagaimana nasihat yang disampaikan Markowitz dalam diversifikasi
portofolio, yaitu “janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang”. Dalam
konteks investasi, ajaran tersebut dapat diartikan sebagai “janganlah
menginvestasikan semua dana yang kita miliki hanya pada satu aset saja, karena
jika aset tersebut gagal, maka semua dana yang telah kita investasikan akan
lenyap”.
Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995 pasal 1 ayat 27 tentang pasar
modal, reksadana didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Sedangkan reksadana syariah adalah
reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam
bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal) dan Manajer
Investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara Manajer Investasi sebagai
wakil shahibul maal dan pengguna investasi (DSN, 2006: 115).
Rekasadana syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh
National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity
3
dengan kapitalisasi sebesar US $150 juta. Sedangkan, di Indonesia reksadana
syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1997 oleh PT Dana Reksa
Investment Management. Pada tahun 2000, PT Dana Reksa Investment
Management bersama dengan PT Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Islamic
Index (JII). Indeks saham berbasis syariah ini mencakup seluruh emiten yang
kegiatan usahanya sesuai dengan syariat Islam sehingga dapat mempermudah
pemilihan saham dan pengukuran kinerja investasi berbasis syariah.
Reksadana syariah memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan reksadana
konvensional, khususnya bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar
menganut agama Islam. Reksadana syariah dapat memberikan ketenangan dan
kenyamanan dalam berinvestasi karena prinsip yang diterapkan adalah prinsip yang
sesuai dengan hukum Islam. Hal inilah yang membuat reksadana syariah berbeda
dengan reksadana konvensional dalam hal produk, jasa, dan kegiatan usaha yang
dilakukan (Ratnawati dan Khairani, 2012: 97). Perkembangan reksadana syariah di
Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1
Perkembangan Reksadana Syariah
Periode 2011 - 2016
No Tahun Jumlah Total NAB (Rp Miliar)
1 2011 50 5.564,79
2 2012 58 8.050,07
3 2013 65 9.432,19
4 2014 74 11.158,00
5 2015 92 11.019,43
6 2016 136 14.914,63
Sumber: www.ojk.go.id
4
Secara umum, perkembangan reksadana syariah di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Dapat dilihat pada tabel di atas, jumlah reksadana
syariah yang tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Sampai dengan tahun 2016, terdapat 136 reksadana syariah
(9,54% dari total reksadana) yang telah ditawarkan kepada masyarakat atau
meningkat sebesar 172% jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya terdapat
50 reksadana syariah. Berikut adalah diagram pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) reksadana syariah dari tahun 2011-2016:
Gambar 1.1
Pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah
Periode 2011-2016
Sumber: Data diolah
Senada dengan jumlah reksadana syariah yang tercatat di Pasar Modal
Indonesia, berdasarkan grafik di atas, total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana
syariah selama periode tahun 2011 hingga 2014 juga mengalami peningkatan yang
signifikan. Pada tahun 2012, total NAB reksadana syariah mencapai Rp 8.050,07
5564.79
8050.079432.19
11158 11019.43
14914.63
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Total NAB (Rp Miliar)
Total NAB
5
Miliar (3,79% dari total NAB reksadana) atau meningkat sebesar 30,87% jika
dibandingkan dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) tahun 2011 yang hanya mencapai
Rp 5.564,79 Miliar. Pada tahun 2015, meskipun jumlah reksadana syariah
meningkat, namun tidak demikian dengan total NAB reksadana syariah yang hanya
mencapai Rp 11.019,43 atau menurun sebesar 1,24% dari tahun 2014 yang
mencapai Rp 11. 158,00 Miliar.
Pertumbuhan yang cukup pesat dari reksadana syariah memberikan sinyal
yang cukup menarik bagi pengembangan Pasar Modal Indonesia. Hal ini akan
mendorong semakin kompetitifnya biaya modal perusahaan melalui perubahan
struktur pasar sumber permodalan perusahaan, dan sekaligus mendorong
mobilisasi dana masyarakat untuk menjadi alternatif sumber pembiayaan (Dariyus,
2012: 6). Salah satu variabel yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis
pertumbuhan reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB).
Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan salah satu tolok ukur dalam
memantau hasil investasi atas reksadana. NAB/Unit Penyertaan adalah harga wajar
dari portofolio suatu reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian
dibagi jumlah Unit Penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada suatu
periode. NAB dilaporkan Manajer Investasi ke Bank Kustodian. Bank Kustodian
adalah lembaga keuangan yang khusus menangani dan mencatat aset-aset Manajer
Investasi untuk kemudian diumumkan ke publik melalui surat kabar setiap hari.
(Kurniasih & Johannes, 2015: 137)
6
NAB dapat berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek
dari portofolio. Jika NAB meningkat, mengindikasikan bahwa adanya peningkatan
terhadap nilai investasi pemegang saham per Unit Penyertaan. Sebaliknya, jika
NAB menurun, mengindikasikan bahwa adanya penurunan nilai investasi
pemegang saham per Unit Penyertaan. Perubahan-perubahan tersebut tidak terlepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik itu berasal dari emiten yang
menerbitkan efek maupun yang berasal dari kondisi perekonomian Indonesia
(makro ekonomi), misalnya seperti suku bunga, inflasi, dan nilai tukar rupiah.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili (2012) menyatakan bahwa Bank
Indonesia (BI) rate mempunyai korelasi negatif signifikan terhadap pembentukkan
NAB reksadana. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencermikan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. Suku bunga dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
seseorang atau rumah tangga dalam mengkonsumsi. Suku bunga juga dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi bagi pengusaha untuk melakukan investasi
pada proyek baru, perluasan usaha atau menundanya. Ketika suku bunga dinaikkan,
investor cenderung lebih suka menyimpan uang mereka di bank karena akan
mendapatkan return yang tinggi. Sebaliknya, jika suku bunga diturunkan, investor
akan mengalihkan dananya pada sektor lain yang lebih menguntungkan daripada
perbankan misalnya seperti pasar modal. Dengan beralihnya investor pada pasar
modal, maka akan menaikkan pula NAB reksadana yang menjadi bagian dari pasar
modal.
7
Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2013) menyatakan
bahwa inflasi memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja reksadana
saham. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi merupakan kenaikan harga
barang dan jasa secara umum di mana barang dan jasa tersebut merupakan
kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara.
Sedangkan menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan sebagai
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan itu meluas
(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Kondisi inflasi yang tinggi berdampak pada kenaikan harga barang secara
umum yang mempengaruhi biaya produksi dan harga jual barang semakin
meningkat. Harga jual yang tinggi menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat
(loss of purchasing power) terhadap barang-barang kebutuhan pokok karena
masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Hal ini dapat
mempengaruhi keuntungan perusahaan, dan harga portofolio reksadana syariah
yang menurun berdampak pada NAB reksadana syariah.
Di sisi lain, Penelitian yang dilakukan oleh Aurora dan Riyadi (2013)
menyatakan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) mempengaruhi indeks LQ-45 dengan
korelasi negatif signifikan. Menurut Sukirno (2008), kurs valuta asing adalah
jumlah uang yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing. Dalam perkembangannya, sistem nilai tukar
memiliki berbagai macam bentuk, namun sistem nilai tukar mengambang (floating
8
exchange rate system) merupakan sistem nilai tukar yang paling banyak digunakan
di berbagai negara. Dalam sistem ini, nilai tukar ditetapkan berdasarkan pada
permintaan dan penawaran pasar.
Perubahan kurs akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi.
Apabila nilai tukar rupiah melemah, maka hutang yang harus dibayar perusahaan
akan meningkat sehingga kinerja perusahaan dan investasi akan menurun.
Akibatnya, harga portofolio menurun, dan berimbas pada menurunnya NAB
reksadana syariah. Sebaliknya, jika nilai tukar rupiah menguat, maka akan
menurunkan biaya-biaya produksi terutama biaya impor bahan baku. Hal ini akan
memberikan dampak positif bagi laba perusahaan sehingga dapat meningkatkan
harga portofolio dan berimbas pada meningkatnya NAB reksadana syariah.
Saat ini, ada banyak pilihan reksadana syariah yang ditawarkan kepada
masyarakat Indonesia. Tahun 2016 merupakan tahun yang cukup baik bagi industri
reksadana di mana semua jenis reksadana secara rata-rata membukukan kinerja
positif. Namun demikian, terdapat fenomena menarik, yaitu justru rata-rata
reksadana campuran yang memberikan kinerja tertinggi sebesar 9,29% di atas rata-
rata reksadana saham yang hanya memberikan kinerja 7,7%. (Hendrayana, 2017)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan Nilai
Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana
Campuran Syariah Periode 2014-2016”.
9
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan
diteliti dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut di bawah ini:
1. Apakah BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs) secara simultan atau bersama-
sama memberikan pengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana Campuran
Syariah?
2. Apakah BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs) secara parsial atau individu
memberikan pengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana Campuran
Syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan diperoleh dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui secara simultan atau bersama-sama pengaruh BI rate, Inflasi,
dan Nilai Tukar (Kurs) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana
Campuran Syariah.
b. Mengetahui secara parsial atau individu pengaruh BI rate, Inflasi, dan Nilai
Tukar (Kurs) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran
Syariah.
10
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara ilmiah
maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pustaka sebagai pengetahuan di bidang investasi pasar modal khususnya
dalam reksadana syariah, serta dapat menjadi bahan rujukan dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
b. Bagi penulis, menambah wawasan penulis dalam bidang bank dan lembaga
keuangan lain, serta menerapkan ilmu yang telah didapat selama mengikuti
perkuliahan.
c. Bagi praktisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada
lembaga terkait tentang faktor-faktor yang mempengaruhi NAB reksadana
syariah. Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan evaluasi bagi
investor sebelum berinvestasi di reksadana syariah.
11
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Reksadana Syariah
1. Pengertian Reksadana Syariah
Reksadana di Inggris dikenal dengan sebutan unit trust yang berarti unit
(saham) kepercayaan, di Amerika dikenal dengan sebutan mutual fund yang
berarti dana bersama, dan di Jepang dikenal dengan sebutan investment fund
yang berarti pengelolaan dana untuk investasi berdasarkan kepercayaan. Secara
Bahasa, reksadana tersusun dari dua konsep, yaitu reksa yang berarti jaga atau
pelihara dan konsep dana yang berarti himpunan uang. Dengan demikian secara
bahasa reksadana berarti kumpulan uang yang dipelihara.
Menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1,
ayat (27): “Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh Manajer Investasi”. Dan dapat ditambahkan “di mana
kekayaan bersama milik pemodal akan disimpan dan diadministrasikan oleh
Bank Kustodian”.
Berdasarkan pengertian di atas, penting untuk digarisbawahi, dengan
memakai istilah “wadah” jelaslah bahwa reksadana adalah suatu bentuk hukum
yang terpisah dari perusahaan Manajer Investasi ataupun Bank Kustodian. Jadi
reksadana bukanlah suatu perusahaan efek, namum suatu wadah hukum untuk
12
menghimpun dana (Pandia, Ompusunggu, & Abror, 2009: 147-148). Selain itu,
perlu digarisbawahi pula, bahwa di dalam reksadana, dana yang dihimpun
adalah dana dari masyarakat pemodal dan diinvestasikan ke dalam portofolio
efek. Yang dimaksud dengan portofolio efek adalah kumpulan surat berharga
seperti saham, obligasi, surat pengakuan utang, surat berharga komersial, tanda
bukti utang yang dimiliki oleh pihak penginves (Muhamad, 2016: 576).
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/ DSN-MUI/ IV/
2001, reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan
dan prinsip syariat Islam, baik dalam bentuk akad, antara pemodal sebagai
pemilik harta (shahibul maal) dan Manajer Investasi sebagai wakil shahibul
maal, maupun antara Manajer Investasi sebagai shahibul maal dan pengguna
investasi.
Berikut beberapa istilah yang sering muncul dalam reksadana syariah
antara lain: (Soemitra, 2016)
a. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola
portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi
kolektif untuk sekelompok nasabah.
b. Emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada
publik.
c. Mudharabah atau qirad adalah suatu akad atau sistem di mana seseorang
memberikan hartanya kepada orang lain untuk dikelola dengan ketentuan
bahwa keuntungan yang diperoleh dibagi antara kedua pihak, sesuai dengan
13
syarat-syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak, sedangkan kerugian
ditanggung oleh pemilik dana sepanjang tidak ada kelalaian dari mudharib.
d. Prospektus adalah setiap infromasi tertulis sehubungan dengan penawaran
umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek.
e. Bank Kustodian adalah pihak yang kegiatan usahanya memberikan jasa
penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain,
termasuk menerima dividen, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi
efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
Mekanisme operasional yang diterapkan di reksadana syariah adalah
dengan menggunakan akad wakalah. Akad wakalah dilakukan antara Manajer
Investasi dan pemodal. Dengan akad wakalah ini, pemodal memberikan mandat
kepada Manajer Investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan
pemodal, pemodal yang telah memberikan atau menitipkan dananya akan
mendapatkan jaminan bahwa seluruh dananya akan disimpan, dijaga, dan
diawasi oleh Bank Kustodian. Pemodal akan mendapatkan bukti kepemilikan
berupa Unit Penyertaan reksadana syariah. Sedangkan antara Manajer Investasi
dan pengguna investasi menggunakan akad mudharabah. Manajer Investasi
sebagai wakil investor dapat menginvestasikan dana yang terkumpul pada
instrumen keuangan yang sesuai dengan syariat Islam. (DSN, 2006: 115)
2. Jenis-jenis Reksadana Syariah
Pada prinsipnya, reksadana syariah sama dengan reksadana
konvensional. Keduanya bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat, yang
14
kemudian dikelola oleh manajer investasi. Perbedaannya terletak pada
kebijakan investasi reksadana syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip
syariah, dan investasi yang dipilih dalam portofolio harus berkategori halal.
Diberlakukannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 memberikan
jaminan bahwa keberadaan reksadana secara hukum dapat
dipertanggungjawabkan. Reksadana dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
(Hamid, 2009: 82)
a. Reksadana berdasarkan Bentuk Hukum
1) Reksadana berbentuk Perseroan
Reksadana suatu perusahaan dari sisi bentuk hukum tidak
berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis
usaha, yaitu pengelolaan portofolio investasi. Di mana reksadana yang
berbentuk perusahaan penerbit reksadana, kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dan menjual saham. Selanjutnya, dana dari penjualan
saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang
diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. (Aziz, 2010: 141)
Reksadana semacam ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Pertama, bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT); kedua,
pengelolaan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara direksi
perusahaan dan manajer investasi yang ditunjuk; dan ketiga, penyimpan
kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara Manajer Investasi
dan Bank Kustodian. (Manan, 2012: 307)
15
2) Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK)
merupakan instrumen penghimpunan dana dengan menerbitkan Unit
Penyertaan kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya dana tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis investasi baik di pasar modal maupun
pasar uang. (Aziz, 2010: 142)
Reksadana berbentuk KIK dibentuk antara manajer investasi
dan Bank Kustodian. Manajer investasi bertugas dan bertanggung
jawab dalam mengelola portofolio reksadana. Adapun Bank Kustodian
bertugas dan bertanggung jawab dalam pengadministrasian dan
menyimpan kekayaan reksadana. Setelah mendapat izin dari
BAPEPAM, Manajer Investai dapat melakukan penawaran umum.
Sebagai bukti penanaman modal, investor memperoleh Unit
Penyertaan. (Manan, 2012: 309)
b. Reksadana berdasarkan Sifat Operasional
Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan
menjadi reksadana tertutup dan reksadana terbuka Reksadana tertutup
adalah reksadana yang tidak dapat membeli kembali dan tidak melakukan
redemption saham-saham yang telah dijual kepada investor. Karakteristik
reksadana ini adalah:
1) Saham reksadana dicatat di bursa efek,
2) Pada umumnya hanya satu kali melakukan penawaran,
16
3) Pemodal tidak dapat menjual kembali saham reksadana yang
dimilikinya kepada perusahaan reksadana atau manajer investasi,
4) Jual beli saham reksadana dilakukan di bursa efek dengan harga diatas
atau dibawah dari NAB,
5) NAB bergantung dari nilai harga pasar, tidak harus selalu sama dengan
NAB.
Sementara itu, reksadana terbuka adalah reksadana yang dapat
menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai
dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan. Karakteristik reksadana ini
adalah:
1) Saham reksadana tidak dicatat di bursa efek,
2) Pemilik modal dapat menjual kembali saham reksadana yang
dimilikinya kepada manajer investasi atas beban rekening reksadana
atau rekening sendiri,
3) Harga jual beli saham reksadana berdasarkan NAB. (Rodoni, 2009: 83-
85)
Berikut ini perbedaan antara reksadana tertutup dan reksadana
terbuka: (Aziz, 2010: 147)
17
Tabel 2.1
Perbedaan Reksadana Tertutup dengan Reksadana Terbuka
Keterangan Reksadana
Tertutup
Reksadana
Terbuka
Nominal saham Dengan nilai
nominal Tanpa nilai nominal
Harga saham
diperdagangkan Sesuai harga pasar Sesuai NAB
Premium harga saham
terhadap NAB
Dengan premium,
diskon atau nilai
premium
Tanpa premium
NAB awal Ditentukan oleh
perseroan Rp 1.000
Ditransaksikan efek Ya Tidak
Komponen return on Dividen, capital gain
serta saham bonus
Dividen income,
capital gain
distribution, NCIN
Pengaruh transaksi
dalam jumlah banyak
Mempengaruhi
harga saham karena
berdasarkan demand
and supply
Tidak
mempengaruhi
harga saham karena
diperdagangkan
menurut NAB
Sifat penawaran saham
Melalui penawaran
umum seperti right
issue
Ditawarkan kepada
investor secara
terus-menerus
Frekuensi menghitung
NAB Seminggu sekali Setiap hari
Proses pembelian
kembali
Pemegang saham
menjual melalui
bonus
Pemegang saham
dapat menjual
kembali kepada
perusahaan
Aliran dana Tidak ada aliran dana Terjadi aliran dana
terus-menerus
Izin operasional Izin dari Bapepam Izin dari Bapepam
Reinvestasi dana Pasar modal dan
pasar uang
Pasar modal dan
pasar uang
Modal yang disetor
penuh pada saat
pendirian
Minimum 1% dari
modal dasar
Minimum 1% dari
modal dasar
18
Pada dasarnya, reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi
secara terbuka maupun tertutup. Sedangkan reksadana berbentuk KIK
hanya dapat beroperasi secara terbuka.
c. Reksadana berdasarkan Jenis Investasi
Didalam reksadana, dapat dibedakan satu dengan yang lainnya
berdasarkan pada pemilihan jenis dan komposisi efek dalam portofolio
investasi yang dipilih oleh manajer investasi. Jenis-jenis reksadana syariah
dapat dikembangkan menjadi: (Susyanti, 2016: 225-227)
Reksadana Pendapatan Tetap-Tanpa Unsur Saham adalah
reksadana yang mengambil strategi investasi dengan tujuan untuk
mempertahankan nilai awal modal dan pendapatan yang tetap. Reksadana
ini dapat dengan mudah mempertahankan nilai awal modal karena tidak
memiliki risiko kerugian yang umumnya dapat ditimbun oleh efek saham.
Namun reksadana ini sulit untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari
tingkat suku bunga pinjaman.
Reksadana Pendapatan Tetap-Dengan Unsur Saham, yaitu
reksadana yang apabila dalam alokasi investasi ditentukan bahwa sekurang-
kurangnya 80% dari nilai aktivanya diinvestasikan dalam efek saham dan
sisanya dapat diinvestasikan (seluruhnya atau sebagian) dalam efek hutang.
Karena dapat memiliki saham yang secara umum mempunyai risiko yang
lebih tinggi. Reksadana ini sangat sesuai bagi pemodal yang tidak
berkeberatan untuk menanggung risiko kehilangan sebagian kecil dari
19
modal atau dana awal untuk mendapatkan kemungkinan memperoleh
pendapatan yang cukup besar dibandingkan dengan bagi hasil investasi di
deposito.
Reksadana Saham adalah reksadana yang disebut juga reksadana
jenis ekuitas. Reksadana ini harus menginvestasikan sekurang-kurangnya
80% dari asetnya dalam efek ekuitas atau saham. Mengingat investasi di
saham memiliki karakteristik risiko hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan investasi efek hutang atau pasar uang, maka reksadana saham dalam
jangka panjang secara teratur menyisihkan pendapatan sebagai sumber daya
investasi. Reksadana syariah hanya akan membeli efek yang diterbitkan
oleh perusahaan yang sesuai dengan syariat Islam.
Reksadana Campuran, reksadana ini mempunyai kebebasan
dalam menentukan alokasi aset sehingga dapat sewaktu-waktu mempunyai
portofolio investasi dengan mayoritas saham dan di lain waktu merubah
sehingga menjadi mayoritas obligasi. Dengan demikian, jika nilai dana
sedang tinggi, maka pasar modal umunya lesu dan harga saham cenderung
menurun. Sebaliknya, jika biaya dana sedang rendah, maka pasar modal
umunya akan bergairah dan harga saham cenderung meningkat.
3. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah
Kinerja investasi pengelolaan portofolio reksadana secara sederhana
tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB). Baik tidaknya kinerja investasi
portofolio yang dikelola oleh Manajer Investasi dipengaruhi oleh kebijakan dan
20
strategi investasi yang dijalankan oleh Manajer Investasi yang bersangkutan.
NAB reksadana terbuka per saham dihitung setiap hari dan diumumkan kepada
masyarakat, sedangkan NAB reksadana tertutup dihitung cukup hanya satu kali
dalam seminggu (Nugraha, 2015: 11). Harga aset-aset pada portofolio akan
mempengaruhi reksadana, dengan kata lain nilai aset pada portofolio
berbanding lurus dengan NAB.
Menurut Alwi (Tricahyadinata, 2016), Nilai Aktiva Bersih (NAB)
merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada.
Sedangkan, NAB per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu
reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit
penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. NAB tidak
bisa dipisahkan dari reksadana karena ini merupakan salah satu tolak ukur
dalam memantau hasil dari suatu reksadana. Rumus untuk menghitung NAB
adalah sebagai berikut:
NAB = Nilai Aktiva − Total Kewajiban
Perhitungan NAB reksadana telah memasukkan semua biaya
pengelolaan investasi oleh Manajer Investasi, biaya Bank Kustodian, biaya
akuntan publik, dan biaya-biaya lainnya. Besarnya NAB dapat befluktuasi
setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dalam portofolio.
Meningkatnya NAB mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang unit
penyertaan dan begitu pun sebaliknya.
21
4. Manfaat dan Risiko Reksadana
Menurut Haryo Suwahyo (Manan, 2012: 311), terdapat beberapa
manfaat yang diperoleh investor apabila berinvestasi di reksadana, antara lain:
a. Dapat mendiversifikasi portofolio secara cepat;
b. Keluwesan untuk menukarkan ke jenis portofolio investasi lainnya dalam
satu group reksadana atau diperjualbelikan pada penerbitnya;
c. Kecepatan dalam proses penjualan dan pembelian;
d. Manajemen profesional yang mendapatkan izin otoritas bursa;
e. Banyaknya pilihan dari beragamnya investasi usaha reksadana yang kini
mulai tumbuh pesat.
Farid dan Siswanto (Manan, 2012: 311), menegaskan beberapa manfaat
lain dari reksadana, yaitu sebagai berikut:
a. Peningkatan buying power, melalui reksadana buying power meningkat
dibanding investasi secara individu.
b. Keterbukaan investasi. Pengelolaan reksadana memberikan informasi yang
transparan kepada nasabah mengenai semua aspek investasi, risiko
portofolio, dan biaya-biaya.
c. Manfaat perlindungan investor melalui peraturan yang telah dikeluarkan
oleh BAPEPAM.
Di samping manfaat-manfaat yang investor akan dapatkan, terdapat
juga beberapa risiko dalam melakukan investasi di reksadana, di antaranya
sebagai berikut: (Huda & Nasution, 2014: 116-117)
22
a. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik; Sistem ekonomi terbuka
yang dianut oleh Indonesia sangat rentan terhadap perubahan ekonomi
internasional. Perubahan tersebut dapat memepengaruhi kinerja
perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk perusahaan-perusahaan
yang tercatat di bursa Efek Indonesia yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi kinerja portofolio reksadana.
b. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan; Nilai Unit Penyertaan
reksadana dapat berfluktuasi akibat kenaikan atau penurunan Nilai Aktiva
Bersih Reksadana.
c. Risiko Wanprestasi oleh Pihak-pihak Terkait; Risiko ini dapat terjadi
apabila rekan usaha Manajer Investasi gagal memenuhi kewajibannya.
d. Risiko Likuiditas; Penjualan kembali tergantung kepada likuiditas dari
portofolio atau kemampuan Manajer Investasi untuk membeli kembali
dengan menyediakan uang tunai.
e. Risiko Kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi pada Saat Pengajuan
Klaim Asuransi; Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-
surat berharga dan aset reksadana yang disimpan di Bank Kustodian, Bank
Kustodian dilindungi oleh asuransi yang akan menanggung biaya
penggantian surat-surat berharga tersebut. Selama tenggang waktu tersebut,
Manajer Investasi tidak dapat melakukan transaksi investasi atas surat-surat
berharga tersebut.
23
B. Suku Bunga (BI Rate)
1. Pengertian Suku Bunga
Suku bunga dapat mempengaruhi keputusan ekonomi seseorang atau
rumah tangga dalam mengkonsumsi. Suku bunga juga dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi bagi pengusaha untuk melakukan investasi pada proyek
baru, perluasan usaha atau menundanya. Ketika suku bunga tinggi, masyarakat
biasanya akan lebih suka menyimpan uang mereka di bank karena akan
mendapat bunga yang tinggi. Sebaliknya, jika suku bunga rendah, masyarakat
cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uang di bank dan berinvestasi
di tempat lain yang lebih menguntungkan. (OJK, 2016: 8)
Secara leksikal, bunga sebagai terjemahan dari kata interest. Secara
istilah sebagaimana diungkapkan dalam suatu kamus dinyatakan, bahwa
‘interest is a charge for a financial loan, usually a percentage of the amount
loaned’. Artinya bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang yang biasanya
dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan. (Muhamad, 2016:
135)
Bunga merupakan hal penting bagi suatu bank dalam penarikan dan
penyaluran dana. Penarikan tabungan dan penyaluran kredit selalu
dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank bisa menjadi
biaya (cost of fund) yang harus dibayarkan kepada nasabah penabung, tetapi di
lain pihak, bunga dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari
debitur karena kredit yang diberikannya. (Hasibuan, 2015: 18)
24
Dalam kegiatan perbankan konvensional, terdapat dua macam bunga
yang diberikan kepada nasabah, yaitu: (Kasmir, 2014: 154)
a. Bunga Simpanan; merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada
nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau
balas jasa kepada nasabah yang menyimpan uang di bank.
b. Bunga Pinjaman; merupakan bunga yang dibebankan kepada para
peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah
peminjam kepada bank.
Lalu, mengapa bank meminta bunga atas uang yang dipinjamkan
kepada debitur? Hal ini dapat dijelaskan menurut Teori Bunga, antara lain
sebagai berikut: (Hasibuan, 2015: 19)
a. Teori Nilai
Teori ini didasarkan pada anggapan bahwa nilai ‘sekarang (present
value) lebih besar daripada nilai yang akan datang (future value)’.
Perbedaan nilai ini harus mendapat penggantian dari peminjam atau debitur.
Penggantian nilai inilah yang dimaksudkan dengan bunga.
b. Teori Pengorbanan
Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa ‘pengorbanan yang
diberikan seharusnya mendapatkan balas jasa berupa pembayaran’. Teori
ini mengemukakan bahwa jika pemilik uang meminjamkan uangnya kepada
debitur, selama uang tersebut belum dikembalikan, kreditur tidak dapat
mempergunakan uang tersebut; inilah yang harus dibayar debitur.
25
c. Teori Laba
Teori ini mengemukakan bahwa bunga ada karena adanya motif laba
yang ingin dicapai. Dalam teori ini, laba merupakan pendorong terciptanya
bunga baik bagi pengusaha maupun masyakat SSU (surplus spending unit)
untuk menabungkan uangnya secara efektif dan produktif.
2. Jenis-jenis Bunga
a. Jenis-jenis Bunga Secara Umum
Dalam pasar keuangan, berbagai macam bunga disediakan para
debitur kepada para kreditur untuk melakukan investasi. Secara umum
dikenal lima macam bunga, yaitu: (OJK, 2016: 10-12)
1) Bunga Kupon (Coupon Rate)
Bunga kupon adalah tingkat bunga yang dijanjikan oleh penerbit
sekuritas sesuai dengan kontrak. Penerbit kontrak atau debitur
menyetujui untuk melakukan pertukaran obligasi sekuritas lain.
2) Bunga Sederhana
Bunga sederhana digunakan untuk membebankan kepada
debitur terhadap bunga pinjaman atau obligasi selama jangka waktu
pinjaman. Jumlah pembayaran bunga akan menurun apabila sebagian
pinjaman dilunasi.
3) Add – on Rate of Interest
Add – on Rate of Interest ini meningkatkan jumlah bunga efektif
yang harus dibayar. Sebab jumlah pokok pinjaman dihitung selama satu
26
tahun untuk membebankan bunga. Meskipun pokok pinjaman telah
diangsur, bunga yang harus dibayar sebesar satu tahun.
4) Metode Diskon (Disount Method)
Dalam metode ini, bunga ditentukan sebelum pinjaman
dikeluarkan. Kemudian, bunga dikurangkan dari jumlah pokok
pinjaman. Selanjutnya, selisih diberikan kepada debitur.
5) Compound Interest
Beberapa institusi keuangan membayar compound interest
kepada para nasabahnya pada tanggal tertentu. Pada metode ini, pokok
pinjaman akan meningkat menjadi jumlah pokok pinjaman ditambah
besarnya bunga. Jadi, bunga yang dibebankan pada periode tersebut
akan menambah jumlah pokok untuk perhitungan jumlah bunga periode
selanjutnya.
b. Jenis-jenis Bunga Berdasarkan Pembebanan Suku Bunga Kredit
Pembebanan besaran suku bunga kredit dibedakan kepada jenis
kreditnya. Adapun metode pembebanan bunga yang dimaksud adalah
sebagai berikut: (Kasmir, 2014: 160-161)
1) Flat Rate
Jenis flat rate ini diberikan kepada kredit yang bersifat
konsumtif seperti pembelian rumah atau mobil. Di mana pembayaran
pokok pinjaman dan pembebanan bunga setiap bulan bersifat tetap
sehingga jumlah angsuran setiap bulannya sama sampai kredit tersebut
27
lunas.
2) Sliding Rate
Jenis sliding rate ini biasanya diberikan kepada sektor produktif.
Di mana pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya
sehingga jumlah bunga yang dibayar nasabah setiap bulan menurun
seiring dengan pokok pinjaman. Akan tetapi, pembayaran pokok
pinjaman setiap bulan sama.
3) Floating Rate
Floating rate menetapkan besar kecilnya bunga kredit dikaitkan
dengan bunga yang berlaku di pasar uang sehingga bunga yang dibayar
setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar pada bulan tersebut.
Jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih rendah atau
sama dari bulan yang bersangkutan. Hal ini juga berpengaruh terhadap
angsuran setiap bulan, yaitu bias tetap, naik atau turun.
3. Bank Indonesia (BI) Rate
Bank Indonesia (BI) rate adalah suku bunga kebiakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewa
Gubernur Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur yang diadakan setiap
bulan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan melalui
pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional
kebijakan moneter. BI rate mulai diimplementasikan sejak tahun 2005 (OJK,
28
2016: 23). Namun, pada April 2016, Bank Indonesia menetapkan 7 days
Reverse Repo Rate sebagai suku bunga kebijakan yang baru pengganti BI rate
untuk transmisi kebijakan. Perubahan suku bunga ini sudah berlaku efektif
mulai tanggal 19 Agustus 2016 (Zuraya, 2016).
C. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu kondisi atau keadaan terjadinya kenaikan harga
untuk semua barang secara terus menerus yang berlaku pada suatu
perekonomian tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang tidak
dapat disebut sebagai inflasi, kecuali kenaikan harga barang tersebut
menyebabkan kenaikan sebagian besar harga barang-barang lain.
Pada saat tingkat harga secara umum naik, pembeli harus mengeluarkan
lebih banyak uang untuk jumlah barang dan jasa yang sama. Jika konsumen
tidak dapat menemukan uang lebih untuk membeli barang demi
mempertahankan tingkat pembelanjaannya, mereka akan membatasi pembelian
dengan membeli lebih sedikit yang kemudian pada akhirnya akan membatasi
kemampuan penjual untuk menaikkan harga. Berdasarkan penjelasan di atas,
ciri-ciri inflasi adalah: (Karya & Syamsuddin, 2016: 89)
a. Jumlah uang beredar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang
beredar; aggregate demand (AD) lebih besar dari aggregate supply (AS).
29
b. Harga cenderung naik secara terus menerus. Dengan demikian, jika harga
naik hanya seketika dan kemudian turun kembali atau harga naik tidak
terus-menerus, maka belum dapat dikatakan terjadinya inflasi.
c. Nilai tukar uang mengalami penurunan.
Penentuan parah tidaknya inflasi sangat relatif, tidak hanya dilihat dari
sudut laju inflasi saja. Pihak-pihak yang menanggung beban atau memperoleh
keuntungan dari inflasi tersebut perlu diperhatikan. Menurut Samuelson dan
Nordhaus (Kuncoro, 2015: 45), inflasi dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Low Inflation atau disebut juga inflasi satu digit (single digit inflation),
yaitu inflasi di bawah 10%.
b. Galloping inflation atau double digit bahkan triple digit inflation yang
didefinisikan antara 10%-200% per tahun.
c. Hyperinflation, yaitu inflasi di atas 200% per tahun.
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena: (Karim, 2015: 139)
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan, fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit
perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan
akibat dari beban inflasi tersebut.
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya marginal propensity to save).
30
c. Meningkatnya kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk kebutuhan
non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to
consume).
d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang
asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti: pertanian,
industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
2. Jenis-jenis dan Indikator Inflasi
a. Inflasi Berdasarkan Karakteristik Pergerakan Harga Komoditas
Pengelompokan ini berdasarkan faktor-faktor penyebab inflasi,
yaitu faktor fundamental ekonomi yang berdampak pada munculnya
tekanan inflasi yang bersifat permanen atau faktor nonfundamental yang
berdampak pada munculnya tekanan inflasi yang bersifat sementara.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi ini dikategorikan menjadi tiga,
yaitu:
1) Inflasi Inti (core inflation) adalah inflasi yang perkembangan harganya
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum yang akan
berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat
permanen.
2) Inflasi Makanan yang Bergejolak (volatile food inflation) adalah
inflasi kelompok makanan yang perkembangan harganya sangat
31
bergejolak karena faktor-faktor tertentu (seperti musim panen,
gangguan distribusi, bencana alam, dan hama).
3) Inflasi Harga yang Diatur (administered price inflation) adalah
kelompok komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh
pemerintah.
b. Inflasi Berdasarkan Sumbernya
Menurut Boediono (Kuncoro, 2015: 46), inflasi dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu:
1) Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation), yaitu kenaikan
harga-harga karena tingginya permintaan, sementara barang tidak
tersedia cukup.
2) Inflasi Dorongan Biaya (cost push inflation), yaitu karena biaya atau
harga faktor produksi meningkat. Akibatnya, produsen harus
menaikkan harga supaya mendapatkan laba dan produksi dapat
berlangsung.
c. Indikator Inflasi
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk
mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu. Di antaranya sebagai
berikut: (Rahardja & Manurung, 2014: 185-187)
1) Indeks Harga Konsume (IHK)
Indeks Harga Konsume (IHK) adalah angka indeks yang
menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen
32
dalam satu periode tertentu. Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan
dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok
dan tingkat inflasi di kota-kota besar. Berikut rumus perhitungan IHK:
Inflasi =IHK − IHK−1
IHK−1 × 100%
2) Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka IHPB melihat
inflasi dari sisi produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang
diterima produsen pada berbagai tingkat produsen. Berikut rumus
perhitungan IHPB:
Inflasi =IHPB − IHPB−1
IHPB−1 × 100%
3) Indeks Harga Implisit (IHI)
IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat
terbatas karena indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh
atau ratus jenis barang dan jasa di beberapa puluh kota saja. Padahal,
jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dapat mencapai
ribuan atau bahkan lebih. Kegiatan ekonomi juga tidak hanya di
beberapa kota saja, melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk
mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan
sebenarnya, ekonom menggunakan IHI (GDP deflator). Berikut rumus
perhitungan IHI:
33
Inflasi =IHI − IHI−1
IHI−1 × 100%
D. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau
nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.
Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang
dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu
unit mata uang asing (Sukirno, 2015).
Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu
mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi,
antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional
ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara yang melewati batas-batas
geografis ataupun batas-batas hukum. (Yuniarti, 2016: 143)
Penggunaan valuta asing atau mata uang asing sebagai alat pembayaran
dalam perdagangan internasional disyaratkan karena umumnya negara-negara
yang melakukan jual beli hanya menginginkan pembayaran atas barang yang
diberikannya kepada negara lain dengan menggunakan mata uang negaranya,
atau mata uang negara lain yang dianggap perlu atau yang telah ditentukan
sebagai standar, misalnya Yen, USD, dan lain sebagainya.
Dari beberapa banyak mata uang yang beredar di dunia, hanya terdapat
beberapa mata uang yang sering dipergunakan sebagai satuan hitung dan
34
banyak dicari dalam transaksi perdagangan dan alat pembayaran internasional.
Mata uang yang dimaksud umunya adalah mata uang yang berasal dari negara-
negara maju yang perekonomiannya kuat dan relatif stabil, dan biasanya mata
uang tersebut sering mengalami apresiasi (kenaikan nilai) dibandingkan dengan
mata uang lainnya. Mata uang itu diantaranya adalah Yen-Jepang, USD-AS,
Deutchmark-Jerman, Poundsterling-Inggris, Franc-Perancis, dan lain
sebagainya. Mata uang yang dimaksud di atas itulah yang sering disebut
sebagai Hard Currency. (Putong, 2013: 366)
Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah (otoritas
moneter) seperti pada negara-negara yang memakai sistem fixed exchange rate
ataupun ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling
berinteraksi (bank komersial, perusahaan multinasional, perusahaan
manajemen asset, perusahaan asuransi, bank devisa, bank sentra) serta
kebijakan pemerintah seperti pada negara-negara yang memakai sistem flexible
exchange rate. (Karim, 2015: 157)
Kurs valuta asing dapat mengalami perubahan-perubahan. Kenaikan
nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing.
Penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang
asing. Adapun devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, sedangkan revaluasi adalah
kebijakan pemerintah untuk menaikkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing (Yuniarti, 2016: 144).
35
Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi oleh: (Murni, 2016: 267-
268)
Tabel. 2.2
Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Faktor- faktor Perubahan yang Terjadi Perubahan
Kurs
Cita rasa masyarakat • Cita rasa terhadap produk
domestik naik, impor turun.
Permintaan terhadap valuta
asing turun
• Cita rasa terhdapa produk luar
negeri naik, impor naik.
Permintaan terhadap valuta
asing bertambah
Kurs turun
Kurs naik
Harga barang ekspor
dan impor • Harga produk domestik murah,
ekspor turun, supply valuta
asing bertambah
• Harga produk domestic mahal,
ekspor turun, supply valuta
asing berkurang
• Harga barang impor turun,
permintaan valuta asing
bertambah
• Harga barang impor naik,
permintaan valuta asing
berkurang
Kurs turun
Kurs naik
Kurs naik
Kurs turun
Terjadinya inflasi • Inflasi menyebabkan harga
produk dalam negeri naik,
impor meningkat, permintaan
valuta asing bertambah
• Inflasi menyebabkan harga
produk domestik naik, ekspor
turun, permintaan valuta asing
bertambah
Kurs naik
Kurs naik
Suku bunga dan
tingkat pengembalian
investasi
• Suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi tinggi,
aliran modal ke dalam negeri
meningkat. Permintaan
Kurs naik
36
terhadap mata uang domestik
naik
• Suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi rendah,
aliran modal ke luar negeri
meningkat. Permintaan
terhadap valuta asing naik
Kurs turun
2. Sistem Nilai Tukar
Dalam suatu negara, satu-satunya institusi resmi yang dapat mengubah
penawaran mata uang adalah Bank Sentral dari negara tersebut. Bank Sentral
dalam kesehariannya acap kali menjual dan membeli mata uang asing. Setiap
Bank Sentral dapat memilih antara dua sistem nilai tukar, yaitu: (Karim, 2015:
160)
a. Fixed Exchange Rate System, yaitu nilai tukar mata uang yang ditetapkan
pada tingkat tertentu terhadap mata uang asing oleh otoritas keuangan suatu
negara.
b. Floating Exchange Rate System, yaitu nilai tukar mata uang suatu negara
ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang di pasar uang. Dalam
konsep ini, nilai tukar mata uang dibiarkan bergerak secara bebas.
Sedangkan, menurut Nellis (Yuniarti, 2016: 148), sistem nilai tukar
yang digunakan oleh suatu negara adalah sebagai berikut:
a. Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar mengambang didefinisikan sebagai hasil
keseimbangan yang terus-menerus berubah sesuai dengan berubahnya
permintaan dan penawaran di pasar valuta asing. Dalam sistem ini, nilai
37
mata uang suatu negara ditentukan dari permintaan dan penawaran mata
uangnya dalam bursa pertukaran mata uang internasional.
b. Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)
Pemerintah dapat mempertahankan suatu kebijakan yang menjaga
agar nilai mata uangnya tetap pada tingkat yang stabil dengan
mengintervensi di pasar devisa. Pada sistem ini, mata uang suatu negara
ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing tersebut.
c. Nilai Tukar Terkendali (Managed Floating Exchange Rate System)
Sistem ini berlaku pada situasi yang menunjukkan bahwa nilai tukar
ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran, tetapi Bank Sentral dari
waktu ke waktu ikut campur tangan untuk menstabilkan nilainya.
E. Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen
1. Bank Indonesia (BI) Rate dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana
Campuran Syariah
Dari sisi investor, BI rate menjadi penggerak untuk berinvestasi.
Gerakan ini dapat menguatkan investasi ketika BI rate diturunkan sehingga
semua investasi beralih ke Pasar Modal. Seiring dengan itu, maka permintaan
terhadap efek meningkat sehingga harga portofolio reksadana syariah pun
meningkat. Hal ini berimbas pada peningkatan NAB reksadana Syariah.
Sebaliknya, ketika BI rate dinaikkan, investor akan menarik dananya dari Pasar
Modal dan mengalihkannya ke perbankan yang memberikan return lebih tinggi.
38
Hal ini membuat nilai efek dipasaran anjlok, akibatnya harga portofolio
reksadana syariah pun turun dan berimbas pada menurunnya NAB reksadana
syariah. Dengan kata lain, hubungan yang terjadi antara Bank Indonesia (BI)
rate dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana campuran syariah adalah
berlawanan arah. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili (2012)
yang menyatakan bahwa Bank Indonesia (BI) rate mempunyai korelasi negatif
signifikan terhadap pembentukkan NAB reksadana.
2. Inflasi dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah
Dari sisi ekonomi, kenaikan inflasi akan menyebabkan harga-harga
barang maupun jasa meningkat. Harga jual yang tinggi menyebabkan
menurunnya daya beli masyarakat sehingga mempengaruhi keuntungan
perusahaan. Selanjutnya, harga portofolio reksadana syariah juga akan dan
diikuti oleh NAB reksadana syariah yang menurun. Di lain sisi, untuk
mengendalikan inflasi yang tinggi, pemerintah akan menaikkan suku bunga
guna mengurangi jumlah uang beredar. Hal ini memungkinkan investor untuk
mengalihkan modalnya ke pasar uang atau perbankan dengan menjual
portofolio yang dimilikinya. Dengan berkurangnya kepemilikan portofolio
reksadana syariah, maka harga portofolio akan turun dan berimbas pada
menurunnya NAB reksadana syariah. Dengan kata lain, hubungan yang terjadi
antara inflasi dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana campuran syariah
adalah berlawanan arah. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Maulana
(2013) yang menyatakan bahwa inflasi memberikan pengaruh negatif
39
signifikan terhadap kinerja reksadana saham.
3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana
Campuran Syariah
Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan
aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko nilai tukar
(kurs). Resiko nilai tukar merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh
perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara
lain. Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan tersebut. (Rachman dan Mawardi, 2015:
992)
Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai mata uang suatu negara
adalah tingkat suku bunga yang mempunyai hubungan erat dengan inflasi.
Ketika inflasi tinggi, maka tingkat bunga cenderung semakin tinggi. Kebijakan
menaikkan tingkat bunga ini bertujuan untuk menekan tingkat inflasi dan
memperkuat kurs mata uang domestik. Dari sisi emiten, pada saat kurs menguat
(nilai tukar mata uang domestik lebih rendah dari nilai sebelumnya), maka akan
menurunkan biaya-biaya produksi terutama biaya impor bahan baku. Dengan
adanya pengurangan biaya bahan baku, maka akan memberikan keuntungan
lebih bagi perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan harga portofolio reksadana
syariah sehingga NAB reksadana syariah pun akan meningkat. Dengan kata
lain, hubungan yang terjadi antara Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Nilai Aktiva
Bersih (NAB) reksadana campuran syariah adalah berlawanan arah.
40
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Aurora dan Riyadi (2013) yang
menyatakan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) mempengaruhi indeks LQ-45
dengan korelasi negatif signifikan.
F. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun memiliki
ruang lingkup yang sama, tetapi terdapat perbedaan pada variabel, objek, periode
penelitian, dan penentuan sampel. Berikut ringkasan beberapa penelitian:
Tabel 2.3
Review Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Metode
Analisis Kesimpulan
1 Ainur Rachman
dan Imron
Mawardi, JESTT
Vol. 2 No. 12,
2015
Pengaruh
Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah,
BI Rate
Terhadap Net
Asset Value
Reksadana
Saham Syariah
Analisis
regresi linier
berganda
• Inflasi
berpengaruh tidak
signifikan
• Nilai tukar rupiah
berpengaruh
signifikan
• BI rate
berpengaruh tidak
signifikan
• Inflasi, nilai tukar
rupiah, dan BI rate
secara simultan
berpengaruh
signifikan terhadap
net asset value
reksadana saham
syariah
2 Denny
Hermawan dan
Ni Luh Putu
Pengaruh
Inflasi, Suku
Bunga, Ukuran
Analisis
regresi
linear
• Inflasi
berpengaruh
negatif terhadap
41
No Penulis Judul Metode
Analisis Kesimpulan
Wiagustini, E-
Jurnal
Manajemen
UNUD Vol. 5
No. 5, 2016
Reksadana, dan
Umur
Reksadana
Terhadap
Kinerja
Reksadana
berganda kinerja reksadana
saham
• Suku bunga
berpengaruh
negatif terhadap
kinerja reksadana
saham
• Ukuran reksa dana
saham
berpengaruh
positif terhadap
kinerja reksadana
saham
• Umur reksadana
saham
berpengaruh
positif terhadap
kinerja reksadana
saham.
3 Fitria Saraswati,
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis UIN
Jakarta, 2013
Analisis
Pengaruh
Sertifikat Bank
Indonesia
Syariah,
Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah,
dan
Jumlah Uang
Beredar
Terhadap
Nilai Aktiva
Bersih
Reksadana
Syariah
Analisis
regresi linier
berganda
• SBIS tidak
berpengaruh
• Inflasi tidak
berpengaruh
• Nilai tukar rupiah
berpengaruh
negatif
• Jumlah uang
beredar
berpengaruh
positif
• SBIS, inflasi, nilai
tukar rupiah, dan
jumlah uang
beredar secara
simultan
berpengaruh
terhadap NAB
reksadana syariah
4 Kasyfurrohman
Ali dan Dr. Irfan
Pengaruh
Makroekonomi
Analisis
regresi linier
• Kurs berpengaruh
signifikan baik
42
No Penulis Judul Metode
Analisis Kesimpulan
Syauqi Beik,
Iqtishodia Jurnal
Ekonomi Islam
Republika, 2012
Terhadap
Reksadana
Syariah
berganda dalam jangka
panjang maupun
jangka pendek
• Kurs berpengaruh
signifikan baik
dalam jangka
panjang maupun
jangka pendek
dengan korelasi
positif
• Inflasi
berpengaruh
signifikan dengan
korelasi positif
• IHSG tidak
berpengaruh,
namun secara
signifikan
berpengaruh dalam
jangka panjang
dengan korelasi
negatif
• JII tidak memiliki
pengaruh
signifikan
5 Rowland
Bismark
Fernando
Pasaribu dan
Dionysia
Kowanda, Jurnal
Akuntansi &
Manajemen,
2014
Pengaruh Suku
Bunga SBI,
Tingkat Inflasi,
IHSG, dan
Bursa
Asing
Terhadap
Tingkat
Pengembalian
Reksadana
Saham
Analisis
regresi
berganda
• Tingkat suku
bunga SBI
berpengaruh
signifikan
• Inflasi tidak
berpengaruh
signifikan
• IHSG berpengaruh
signifikan
• Bursa asing
berpengaruh
signifikan
• Suku bunga SBI,
tingkat inflasi,
indeks harga
43
No Penulis Judul Metode
Analisis Kesimpulan
saham gabungan
dan bursa asing
(KLSE dan HSI)
secara simultan
berpengaruh
signifikan terhadap
Tingkat
pengembalian
reksadana saham
Sumber: Data diolah
G. Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis variabel makroekonomi yang
diduga mempengaruhi NAB reksadana syariah. Adapun variabel-variabel yang
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu Bank Indonesia (BI) Rate,
Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs).
Perkembangan reksadana syariah dapat diukur dengan indikator Nilai
Aktiva Bersih (NAB), di mana semakin tinggi NAB reksadana berarti semakin
berkembang reksadana tersebut. Untuk mengetahui apakah variabel tersebut
memberikan pengaruh terhadap variabel dependen, maka penulis menggunakan
metode analisis regrei linier berganda. Secara skematis dapat dibuat kerangka
pemikiran sebagai berikut:
44
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor yang Mempengaruhi NAB Reksadana Syariah
Bank Indonesia
Variabel Independen (X):
- BI Rate (X1)
- Inflasi (X2)
- Nilai Tukar Rupiah (X3)
BAPEPAM
Variabel Dependen (Y):
NAB Reksadana Syariah Jenis Campuran
Uji Asumsi Klasik:
- Uji Normalitas
- Uji Multikolinieritas
- Uji Heteroskedastisitas
- Uji Autokolerasi
Estimasi Model DataPanel:
- Model Common
- Model Fixed
- Model Random
Uji Model Terbaik:
- Uji Chow
- Uji Hausman
Uji Signifikansi:
- Uji Simultan
- Uji Parsial
- Koefisien Determinasi
Analisis dan Interpretasi Data
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dalam penyusunan skripsi ini termasuk dalam penelitian
kuantitatif, yaitu penelitian yang memungkinkan pencatatan hasil penelitian dalam
bentuk angka. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode deskriptif, yaitu
metode yang sifatnya menyajikan, menganalisa, dan menginterpretasi data.
Ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup dari pengaruh BI Rate, Inflasi
dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana
Syariah Periode 2014-2016. Data yang diambil merupakan data bulanan, lebih
tepatnya per akhir bulan. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada
penelitian ini adalah gabungan dari data runtun waktu (time series) dan cross
section atau biasa disebut dengan istilah Data Panel.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan yang mencakup semua
anggota dari subjek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Reksadana Syariah yang terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan aktif
hingga tahun 2016. Terhitung hingga akhir tahun 2016, sudah terdapat 136
reksadana syariah yang terdaftar di OJK yang terdiri dari:
46
Tabel 3.1
Daftar Jumlah Reksadana Syariah
Per Desember 2016
No Jenis Reksadana Syariah Jumlah
1 Saham 40
2 Terproteksi 26
3 Pendapatan Tetap 21
4 Campuran 19
5 Pasar Uang 16
6 Efek Luar Negeri 8
7 Sukuk 4
8 Indeks 1
9 ETF – Saham 1
Total 136
Sumber: Data diolah, www.ojk.go.id
Dari banyaknya populasi tersebut, peneliti akan mengambil beberapa
sampel dari reksadana syariah jenis campuran untuk mewakili populasi
tersebut.
2. Sampel
Sampel menurut Siregar (2010: 144) adalah prosedur di mana peneliti
hanya mengambil sebagian populasi saja dan kemudian digunakan untuk
menentukan sifat, ciri, dan jawaban yang mampu mewakili suatu populasi.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara non
probability sampling, yaitu setiap unsur dalam populasi tidak memiliki
kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Metode yang
digunakan adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel atas dasar
strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata yang disesuaikan dengan
tujuan dan masalah penelitian.
47
Dalam penelitian ini, sampel diambil berdasarkan kriteria yang penulis
tetapkan, yaitu:
a. Reksadana syariah jenis campuran yang terdaftar di OJK selama periode
penelitian.
b. Reksadana syariah jenis campuran yang aktif selama periode penelitian.
c. Total NAB reksadana syariah jenis campuran telah mencapai atau lebih dari
Rp 52.000.000.000 per Desember 2016.
C. Metode Pengumplan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua dari
data yang dibutuhkan dan berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data-data
sekunder yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah setiap bulan selama
tahun 2014-2016 yang diperoleh dari laporan statistik reksadana syariah di
aria.bapepam.go.id dan pusatdata.kontan.co.id.
b. Data BI Rate setiap bulan selama tahun 2014-2016 yang diperoleh dari
website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
c. Data Inflasi setiap bulan selama tahun 2014-2016 yang diperoleh dari
website Bank Indonesia (www.bi.go.id) dan kemendag.go.id.
48
d. Data Nilai Mata Uang Asing (Kurs) setiap bulan selama tahun 2014-2016
yang diperoleh dari website Pusat Data Kontan (www.kontan.co.id). Data
nilai kurs yang digunakan adalah data kurs tengah.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Teknik kepustakaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
pengumpulan data yang berasal dari literature, buku, dokumen, journal, skripsi
terdahulu, dan artikel yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan tinjauan teori dan konsep yang tersusun. Penulis
melakukan penelitian dengan membaca dan mengutip bahan-bahan yang
berkenaan dengan penelitian.
3. Internet Research
Media teknologi internet juga digunakan untuk mendapakan data yang
up to date guna mendukung penulis dalam melakukan penelitian ini, seperti
www.ojk.go.id, www.kontan.co.id, www.bareksa.com, www.bps.go.id,
www.bi.go.id, aria.bapepam.go.id , dan lain-lain.
D. Metode Analisis
Analisis data merupakan salah satu langkah penting untuk memperoleh
temuan-temuan hasil penelitian. Dalam kegiatan penelitian, data mentah akan
memberi arti apabila dianalisis, ditafsirkan dan dibahas sehingga memperoleh
makna dari setiap temuan yang diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan itu
(Ali, 2010: 321). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa aplikasi atau
49
software komputer yang dapat membantu penulis dalam mengolah data, yaitu
Microsoft Excel 2016, SPSS versi 16, dan Eviews versi 9.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel dengan metode
analisis regresi linier berganda. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan
dalam mengolah data panel pada penelitian ini, yaitu:
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji statistik dalam penelitian ini, terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi
dapat digunakan atau tidak. Bila uji asumsi klasik sudah terpenuhi, maka alat
uji regresi dapat digunakan dalam penelitian.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas perlu dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Dalam analisis multivariat, para peneliti
menggunakan pedoman kalua setiap variabel terdiri dari 30 data, maka data
sudah berdistribusi normal. Meskipun demikian, untuk menguji dengan
lebih akurat, diperlukan alat analisis untuk menguji normalitas data
(Winarno, 2011: 5.37).
Pada prinsipnya, uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau melihat
histogram dari residualnya dengan dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut: (Ghozali, 2012: 163)
50
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya, maka pola berdistribusi normal
sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau grafis histogram, maka
pola tidak berdistribusi normal sehingga model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Selain dengan grafik atau histogram, uji normalitas dapat dilakukan
dengan uji Jarque-Bera dalam aplikasi Eviews. Jarque-Bera adalah uji
statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji
ini mengukur perbedaan antara skewness dan kurtosis data. Uji Jarque-Bera
dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐽𝐵 =𝑁 − 𝑘
6(𝑆2 +
(𝐾 − 3)2
4)
S adalah skewness, K adalah kurtosis, dan k menggambarkan banyaknya
koefisien yang digunakan di dalam persamaan.
Keputusan terdistribusi normal tidaknya residual secara sederhana
dapat dilihat dengan membandingkan nilai Probabilitas J-B (Jarque-Bera)
hitung dengan tingkat alpha 0,05 (5%). Apabila nilai Prob. J-Bhitung lebih
besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa residual terdistribusi
normal. Sebaliknya, apabila nilai prob. J-Bhitung lebih kecil dari 0,05, maka
tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa residual terdistribusi normal.
(Mansuri, 2016: 38)
51
b. Multikolinearitas
Istilah ‘multikolinearitas’ menunjuk pada pengertian bahwa antar
variabel independen saling berkolerasi secara signifikan. Hal itu dapat
terjadi jika dilakukan analisis regresi linier berganda yang melibatkan lebih
dari satu variabel independen. Jika terjadi korelasi atau ada hubungan yang
linear di antara variabel independen, hal itu akan menyebabkan prediksi
terhadap variabel dependen bias karena ada masalah hubungan di antara
variabel-variabel independen tersebut. (Nurgiyantoro, Gunawan, &
Marzuki, 2015: 405)
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan
dengan melihat kolom Centered VIF (Variance Inflation Factor) pada
output pengujian data. Apabila nilai Varianve Inflation Factor tidak lebih
tinggi dari 10 atau 5 (banyak buku yang menyaratkan tidak lebih dari 10,
tapi ada juga yang menyaratkan tidak lebih dari 5), maka dapat disimpulkan
tidak terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, apabila nilai Varianve Inflation
Factor lebih tinggi dari 10 atau 5, maka diduga mempunyai persoalan
multikolinearitas. (Mansuri, 2016: 33)
Selain dengan Varianve Inflation Factor, mendeteksi
multikolinearitas juga dapat dilakukan dengan menghitung koefisien
korelasi antarvariabel independen. Apabila hasil korelasi tersebut memiliki
nilai > 0,90, maka dapat dikatakan bahwa model tersebut mempunyai
persoalan multikolinieritas. Sebaliknya, apabila hasil korelasi tersebut
52
memiliki nilai < 0,90, maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak
mempunyai persoalan multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Uji asumsi ini mengaruskan nilai residual regresi untuk
variabel sebuah variabel bebas terhindar dari ketidaksamaan atau memiliki
varian (keragaman) yang konstan/ tetap/ sama (Nursiyono & Nadeak, 2016:
95).
Heteroskedastisitas terjadi pada saat residual dan nilai prediski
memiliki korelasi atau pola hubungan. Pola hubungan ini tidak hanya
sebatas hubungan linier, tetapi dimungkinkan dalam pola yang berbeda juga
(Mansuri, 2016: 41). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu test untuk
mendeteksi adanya heteroskedastisitas. Terdapat beberapa test yang dapat
digunakan untuk menguji keberadaan heteroskedastisitas, yaitu:
1) Uji Breusch-Pagan-Godfrey. Uji ini mengasumsikan bahwa ketika
varians tidak konstan, maka ia akan berhubungan dengan satu atau lebih
variabel dalam spesifikasi yang linier. (Ariefianto, 2012: 40)
53
2) Uji Park. Uji Park dikembangkan oleh Park pada tahun 1966. Uji ini
menghitung regresi dengan persamaan; 𝑙𝑛(𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢2) = 𝑏0 + 𝑏1𝑋1 +
𝑏2𝑋2 + ⋯ + е.
3) Uji Glejser. Uji ini mirip dengan Uji Park, namun perbedaanya hanya
pada variabel dependennya. Kalau pada Uji Park menggunakan
𝑙𝑛(𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢2) sebagai variabel dependen, pada Uji Glesjer variabel ini
diganti dengan nilai absolut residual.
4) Uji White. Uji White menggunakan residual kuadrat sebagai variabel
dependen, dan variabel independennya terdiri atas variabel independen
yang sudah ada, ditambah dengan kuadrat variabel independen,
ditambah lagi dengan perkalian dua variabel independen.
5) Metode Grafik. Metode ini relatif mudah, yaitu dengan menampilkan
grafik sebar (scatter plot) dari variabel residual kuadrat dan variabel
independen. (Winarno, 2011: 5.9-5.14)
d. Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dan pengamatan lain pada model regresi.
Fenomena ini umum ditemukan pada regresi data yang bersifat time series,
tetapi kadang juga ditemukan pada data cross section (Ariefianto, 2012: 27).
54
Guna mememastikan model regresi linier terbebas dari autokolerasi,
pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan metode Uji Durbin-
Watson yang memiliki ketentuan sebagai berikut: (Basuki & Prawoto, 2016:
60)
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka H0 ditolak,
yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka H0 diterima, yang berarti
tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL), maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang berarti.
Selain metode uji Durbin-Watson, uji autokolerasi dapat juga
dilakukan dengan menggunakan metode Breusch-Godfrey LM (Lagrange
Multiplier) Test. Hasil uji LM Test dapat dilihat dari nilai Probabilitas Obs*
R-Squared pada kolom Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
Apabila nilai Prob. Obs* R-Squared lebih besar dari tingkat α 0,05 (5%),
maka tidak terjadi autokolerasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob. Obs* R-
Squared lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi
autokolerasi. (Mansuri, 2016: 35)
2. Regresi Linier Berganda
Regresi berganda adalah pengembangan dari regresi linier sederhana,
yaitu sama-sama alat yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan di
masa mendatang berdasarkan data masa lalu untuk mengetahui pengaruh satu
55
atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Perbedaan metode
regresi berganda, yaitu terletak pada jumlah variabel bebas yang digunakan
lebih dari satu yang mempengaruhi satu variabel tak bebas. (Siregar S., 2013)
Regresi linier berganda bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh
dua atau lebih variabel bebas terhadap suatu variabel terikat dan memprediksi
variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas. Untuk
menghitung regresi linier berganda digunakan rumus sebagai berikut:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + 𝑒
Di mana:
Y = Nilai Aktiva Bersih (NAB)
X1 = BI Rate
X2 = Inflasi
X3 = Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
a = Konstanta
e = Standar error
a. Estimasi Model Regresi Data Panel
Data panel adalah data yang berdasarkan urut waktu (time series)
sekaligus cross section. Oleh karena data panel merupakan gabungan dari
data time series dan data cross section, maka data panel memberikan data
yang lebih banyak dan lebih informatif. Secara umum, model regresi data
panel dapat ditaksir melalui tiga pendekatan, yaitu Common Effect, Fixed
56
Effect, dan Random Effect. Jika ketiga pendekatan tersebut menghasilkan
model yang signifikan, maka harus dipilih model regresi terbaik dan efisien
berdasarkan hasil uji chow dan uji hausman.
1) Common Effect Model
Common effect model adalah struktur model di mana estimator
akan menghasilkan intercept α dan slope β sama untuk setiap individu.
Model ini mengasumsikan tidak adanya perbedaan karakteristik antar
individu selama waktu observasi. Berikut model regresi data panel pada
common effect model: (Ekananda, 2016: 82)
𝑦𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + 𝛽1 + 𝛽2 + 𝛽3 + 𝑒𝑖𝑡
2) Fixed Effect Model
Fixed effect model adalah model yang memperhatikan adanya
keberagaman individu, terutama pada variabel independen.
Keberagaman individu terlihat dari intercept α yang berbeda untuk
setiap individu. Model ini mengasumsikan adanya pengaruh yang
kostan dari error term dan β, serta faktor penyebab keberagaman antar
individu tetap selama waktu observasi.
Metode ini memerlukan dummy variabel untuk
mengelompokkan data. Penggunaan dummy membuat estimator model
ini sering disebut juga sebagai Least Square Dummy Variabel (LSDV).
57
Berikut model regresi data panel pada fixed effect model: (Kurniawan,
Herrhyanto, & Agustina, 2015: 47)
𝑦𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + 𝑋𝑖𝑡𝑇 𝛽 + 𝑒𝑖𝑡
Pada model tersebut, indeks i yang ada pada intersep
menunjukkan bahwa intersep dari masing-masing cross section
berbeda-beda atau bervariasi. Hal ini juga memberikan asumsi bahwa
slope β tetap sama, baik antar individu maupun antar waktu.
3) Random Effect Model
Dalam random effect model ini, penentuan nilai α dan β
didasarkan pada asumsi bahwa intersep α terdistribusi random. Dengan
kata lain, slope memiliki nilai yang tetap, tetapi intersep bervariasi
untuk setiap individu. Berikut model regresi data panel pada random
effect model: (Ekananda, 2016: 126)
𝑦𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽′𝑥𝑖𝑡 + 𝜇𝑖 + 𝑒𝑖𝑡
3. Uji Signifikansi Model
a. Uji Simultan (F)
Uji F merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regesi yang
diestimasi layak atau tidak. Layak disini maksudnya adalah model yang
diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat. Menurut Priyatno (2011: 67), Uji F
digunakan untuk mencari apakah semua variabel independen yang
58
digunakan dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Cara mengetahui hasil uji F adalah dengan melihat Prob. (F-
statistic) pada kolom weighted statistics yang terdapat pada output model
regresi. Apabila nilai Prob. (F-statistic) lebih kecil dari tingkat kesalahan
atau error dengan nilai α 0,05, maka dapat dikatakan bahwa model regresi
yang diestimasi layak. Sedangkan, apabila nilai Prob. (F-statistic) lebih
besar dari tingkat kesalahan atau error dengan nilai α 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak. (Mansuri,
2016: 48)
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H0 : Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) secara
bersama-sama tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
H1 : Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) secara
bersama-sama memberikan pengaruh signifikan terhadap Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
b. Uji t (Parsial)
Uji t dimaksudkan untuk menguji apakah parameter yang diduga
untuk mengestimasi persamaan model regresi signifikan atau tidak.
Parameter yang diestimasi dalam regresi linier meliputi konstanta dan
59
koefisien regresi. Menurut Suliyanto (2011: 55), Nilai thitung digunakan
untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap variabel
terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti
terhadap variabel terikatnya atau tidak.
Hasil uji t dapat dilihat dari nilai Prob. thitung. Apabila nilai Prob.
thitung lebih kecil dari tingkat kesalahan atau error dengan nilai α 0,05; maka
dapat dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikatnya. Sedangkan, apabila nilai Prob. thitung lebih besar dari
tingkat kesalahan atau error dengan nilai α 0,05; maka dapat dikatakan
bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikatnya. (Mansuri, 2016: 49)
Dalam melakukan uji t, terdapat istilah one tail dan two tail. Uji
hipotesis one tail dipilih jika peneliti mempunyai dasar teori atau dugaan
yang kuat. Sebaliknya, uji hipotesis two tail dipilih jika peneliti tidak
mempunyai landasan teori atau dugaan awal yang kuat (Widarjono, 2015:
22).
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Hipotesis 1
a) H0 : BI Rate secara parsial tidak memberikan pengaruh signifikan
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
60
b) H1 : BI Rate secara parsial memberikan pengaruh signifikan
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
2) Hipotesis 2
a) H0 : Inflasi secara parsial tidak memberikan pengaruh signifikan
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
b) H2 : Inflasi secara parsial memberikan pengaruh signifikan terhadap
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
3) Hipotesis 3
a) H0 : Kurs secara parsial tidak memberikan pengaruh signifikan
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
b) H3 : Kurs secara parsial memberikan pengaruh signifikan terhadap
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
c. Uji Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Atau dapat pula diakatakan
sebagai proporsi pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa baik garis
regresi sesuai dengan data aktualnya (Widarjono, 2015: 17). Nilai koefisien
determinasi dapat diukur oleh nilai R-square atau Adjusted R-square.
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu nilai koefisien
determinasi selalu naik jika terus ditambahkan variabel independent,
walaupun variabel yang ditambahkan tidak berpengaruh terhadap variabel
61
dependent (Widarjono, 2015: 18). Untuk mengurangi kelemahan tersebut,
maka digunakan R-square yang telah disesuaikan (Adjusted R-square).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien
tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan unsur jumlah variabel dan
ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan Adjusted R-square,
maka nilai koefisien determinasi dapat naik atau turun akibat adanya
penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011: 45). Cara
mengetahui hasil koefisien determinasi adalah dengan melihat R-square
dan Adjusted R-square pada kolom weighted statistics yang terdapat pada
output model regresi.
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan objek pengamatan atau fenomena yang
diteliti. Adapun yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas (independen) adalah variabel stimulus atau yang
mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah BI Rate (X1), Inflasi (X2), dan Nilai Tukar Rupiah (X3).
a. BI Rate
Penetapan BI rate ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RGD)
oleh Dewan Gubernur setiap bulan. BI rate berlaku sejak tanggal ditetapkan
sampai dengan penetapan BI rate berikutnya. Penetapan ini dilakukan
62
dengan memperhatikan efek yang ditumbulkan pada sasaran moneter yang
ingin dicapai. Apabila ternyata terjadi perkembangan di luar prakiraan
semula, penetapan BI rate dapat dilakukan sebelum RGD bulanan melalui
RGD mingguan. Perubahan BI rate dilakukan dalam kelipatan 25 basis
point. Perubahana BI rate dapat dilakukan lebih dari 25 basis point dalam
kelipatan 25 basis point sesuai dengan situasi moneter yang terjadi.
b. Inflasi
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah IHK. Secara khusus, IHK merupakan indeks yang diperlukan untuk
mengukur rata-rata perubahan harga secara umum dari sejumlah jenis
barang dalam kurun waktu tertentu. Besarnya inflasi sangat tergantung pada
besarnya kenaikan harga, bobot barang dan jasa yang masuk dalam
perhitungan inflasi tersebut.
Secara sederhana, perhitungan IHK menggunakan formula Indeks
Laspeyres yang telah dimodifikasi dengan rumus sebagai berikut:
(Kuncoro, 2015: 50)
IHKn =
∑Pni
P(n−1)i
ki=1 P(n−1)iQoi
∑ PoiQoiki=1
× 100
Di mana:
𝑃𝑛𝑖 = Harga jenis barang i, periode ke- n
𝑃(𝑛−1)𝑖 = Harga jenis barang i, periode ke- (𝑛 − 1)
63
𝑃(𝑛−1)𝑖𝑄𝑜𝑖 = Nilai konsumsi jenis barang i, periode ke- (𝑛 − 1)
𝑃𝑜𝑖𝑄𝑜𝑖 = Nilai konsumsi jenis barang i pada tahun dasar
𝑘 = Jumlah jenis barang paket komoditas
Selanjutnya, inflasi setiap bulan dihitung dengan mengurangkan
IHK suatu bulan dengan IHK bulan sebelumnya, kemudian dibagi dengan
IHK bulan sebelumnya dan dikalikan 100. Perhitungan inflasi dijabarkan
dengan rumus sebagai berikut:
Inflasi =IHKn − IHKn−1
IHKn−1×100
Di mana:
𝐼𝐻𝐾𝑛 = Indeks Harga Kumulatif periode ke- n
𝐼𝐻𝐾(𝑛−1) = Indeks Harga Kumulatif periode ke- (𝑛 − 1)
c. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Menurut Adiwarman Karim (Yuniarti, 2016: 143), nilai tukar atau
kurs (foreign exchange rate) adalah harga mata uang suatu negara yang
relatif terhadap mata uang negara lain. Karena nilai tukar ini mencakup dua
mata uang, titik keseimbangannya ditentukan oleh sisi penawaran dan
permintaan dari kedua mata uang tersebut. Untuk mengetahui bahwa rupiah
sejumlah x di Indonesia akan mempunyai daya beli yang sama di negara
lain, diturunkan persamaan paritas daya beli atau purchasing power parity
equation dengan formula sebagai berikut:
P = е ṕ
64
Di mana:
P = Tingkat harga domestik
ṕ = Tingkat harga luar negeri
е = Nilai tukar uang
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel
terikat adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah. Kinerja investasi
pengelolaan portofolio reksadana tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB)
atau Net Asset Value (NAV). NAB reksadana pada suatu periode dapat dihitung
dengan formulasi sebagai berikut: (Soemitra, 2016: 170)
Total NAB pada periode tertentu:
Total NAB = Nilai Aktiva − Total Kewajiban
Nilai Aktiva Bersih per unit:
NAB per unit =Total Nilai Aktiva Bersih
Total Unit penyertaan yang diterbitkan
Di mana:
Total NAB = Jumlah nilai aktiva bersih pada periode tertentu
NAB per unit = Nilai aktiva bersih per Unit Penyertaan pada periode
tertentu
65
BAB IV
ANALISIS HASIL PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sekilas Reksadana Syariah
Menurut Achsien dalam (Farid, 2014, p. 63), Reksadana mulai dikenal
sejak Abad ke-19. Cikal bakal industri ini bisa dirunut pada tahun 1870, ketika
Robert Fleming, seorang tenaga pembukuan pabrik tekstil dari Skotlandia,
dikirim ke Amerika untuk mengelola investasi milik bosnya. Di Amerika, ia
melihat peluang investasi baru yang muncul menyusul berakhirnya perang
saudara. Ketika pulang ke negerinya, Robert Fleming menceritakan
penemuanya tersebut kepada beberapa temannya. Ia berniat untuk
memanfaatkan peluang tersebut, tetapi ia tidak mempunyai cukup modal.
Masalah ini mendorongnya untuk mengumpulkan uang dari teman-temannya
dan kemudaian membentuk The Scottish American Investment Trust,
perusahaan manajemen investasi pertama di Inggris pada tahun 1873.
Perusahaan ini mirip dengan apa yang sekarang dikenal sebagai Reksadana
Tertutup (Close End Fund).
Rekasadana syariah sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995
oleh National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade
Equity dengan kapitalisasi sebesar US $150 juta. Selanjutnya industri ini
berkembang di Malaysia melalui pengembangan industri unit trust mereka yang
66
dimulai pertama kali pada tahun 1959. Perkembangan unit trust di Malaysia
cukup pesat, termasuk juga perkembangan reksadana syariah yang dikenal
dengan nama Islamic Unit Trust. Reksadana syariah di Malaysia ini sudah
mulai berkembang sebelum tahun 1997.
Sedangkan di Indonesia, instrumen reksadana mulai dikenal pada tahun
1995, yaitu dengan berdirinya PT BDNI Reksadana. Seiring dengan hadirnya
UU Pasar Modal pada tahun 1996, mulailah reksadana tumbuh secara aktif.
Hadirnya Bank Muamalat dan mulai menjamurnya lembaga keuangan syariah,
menimbulkan rasa optimis akan gairah berinventasi yang berbasis syariah pada
kalangan investor muslim. Oleh karena itu, pada tahun 1997, perusahaan
sekuritas milik negara PT Dana Reksa Investment Management menjadi pionir
dalam menerbitkan reksadana syariah dengan mengeluarkan produk reksadana
yang berdasarkan pinsip-prinsip syariah. Kemudian pada tahun 2000
dihadirkan kembali produk baru dengan nama Danareksa Syariah Berimbang.
Saat ini, ada banyak pilihan reksadana syariah yang ditawarkan kepada
masyarakat Indonesia. Pada dasarnya, produk-produk tersebut dikategorikan
pada reksadana saham, campuran, pendapatan tetap, terproteksi, pasar uang,
efek luar negeri, sukuk, indeks, dan ETF-saham.
2. Sekilas tentang Objek Penelitian
a. Danareksa Syariah Berimbang
Danareksa Syariah Berimbang adalah reksadana syariah jenis
campuran yang berada di bawah naungan PT Danareksa Investment
67
Management (DIM). Danareksa Investment Management didirikan pada
tahun 1992 dan merupakan anak perusahaan dari PT Danareksa. Danareksa
Investment Management adalah Manajer Investasi pertama yang
meluncurkan reksadana di Indonesia pada Juli 1996 dengan mengeluarkan
Danareksa Melati, Danareksa Anggrek, dan Danareksa Mawar.
Danareksa Syariah Berimbang sudah mulai aktif dan terdaftar di
OJK pada November 2000 dengan nilai Net Asset Value (NAV) sebesar Rp
95.470.338.767 per Desember 2016. Danareksa Syariah Berimbang
bertujuan untuk mendapatkan nilai investasi dalam jangka panjang dan
memperoleh pendapatan yang berkelanjutan kepada pemodal yang hendak
mengikuti Syariah Islam. Dalam melakukan investasi, kekayaan Danareksa
Syariah Berimbang akan diinvestasikan dengan komposisi sebesar
minimun 25% hingga maksimum 75% pada Efek Ekuitas, dan minimum
25% hingga maksimum 75% pada Efek Hutang dan Instrumen Pasar Uang
dengan mengikuti Syariah Islam.
b. SAM Syariah Berimbang
SAM Syariah Berimbang adalah reksadana syariah jenis campuran
yang berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Reksadana syariah ini berada di
bawah naungan PT Samuel Aset Manajemen (SAM) yang berdiri sejak
tahun 1997. SAM menyediakan rangkaian lengkap manajemen investasi
bagi investor domestik dan internasional yang bertujuan untuk memperoleh
penghasilan yang optimal bagi Pemegang Unit Penyertaan.
68
SAM Syariah Berimbang sudah mulai aktif dan terdaftar di OJK
pada Januari 2012 dengan nilai Net Asset Value (NAV) sebesar Rp
150.814.539.264 per Desember 2016. SAM Syariah Berimbang melakukan
investasi dengan komposisi investasi sebesar minimun 5% dan maksimum
75% pada Efek Ekuitas Syariah, dan minimum 5% dan maksimum 75%
pada Efek Sukuk, serta minimum 5% dan maksimum 75% pada Instrumen
Pasar Uang yang bersifat syariah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Schroders Syariah Balanced Fund
Schroders Syariah Balanced Fund adalah reksadana syariah jenis
campuran yang berada di bawah naungan PT Schroder Investment
Management Indonesia yang hadir sejak tahun 1991. Schroders adalah
perusahaan manajemen aset dan private banking group internasional yang
independen. Perusahaan ini sudah berpengalaman lebih dari 200 tahun di
bidang jasa keuangan yang memiliki 41 kantor dan lebih dari 4100 pegawai
di seluruh dunia yang tersebar pada 27 negara di Eropa, Amerika, Asia, dan
Timur Tengah.
Schroders Syariah Balanced Fund sudah mulai aktif dan terdaftar di
OJK pada April 2009. Selama tahun 2016, reksadana syariah ini mengalami
penurunan yang signifikan hingga mencapai nilai Net Asset Value (NAV)
sebesar Rp 408.198.049.533 per Desember 2016. Meskipun demikian,
Schroders Syariah Balanced Fund tetap unggul dan menempati posisi
69
dengan NAV tertinggi dari golongan reksadana syariah jenis campuran.
d. TRIM Syariah Berimbang
TRIM Syariah Berimbang adalah reksadana syariah jenis campuran
yang berada di bawah naungan PT Trimegah Asset Management yang
merupakan anak perusahaan dari PT Trimegah Securities Tbk, salah satu
perusahaan sekuritas terkemuka yang terintegrasi dan berpengalaman lebih
dari 25 tahun di industri Pasar Modal Indonesia. PT Trimegah Asset
Management menyediakan berbagai produk investasi untuk semua kelas
aset yang terdiri dari saham, pendapatan tetap, dan pasar uang melalui
reksadana dan discretionary fund.
TRIM Syariah Berimbang sudah mulai aktif dan terdaftar di OJK
pada Desember 2008 dengan nilai Net Asset Value (NAV) sebesar Rp
52.290.082.164 per Desember 2016. TRIM Syariah Berimbang bertujuan
untuk mempertahankan investasi awal dan memperoleh pertumbuhan nilai
investasi yang optimal dalam jangka panjang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah di Pasar Modal. Dalam melakukan investasi, komposisi investasi
TRIM Syariah Berimbang adalah sebesar minimun 5% dan maksimum 75%
pada Efek Ekuitas, dan minimum 5% dan maksimum 75% pada Efek
Bersifat Hutang, serta minimun 10% dan maksimum 30% pada Efek
Instrumen Pasar Uang.
70
B. Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih
(NAB) reksadana syariah jenis campuran. Adapun data reksadana syariah jenis
campuran yang menjadi objek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut di bawah
ini:
Tabel 4.1
Daftar Reksadana Syariah Jenis Campuran
Per Desember 2016
No Reksadana Syariah Manajer Investasi Tanggal
Efektif
1 PNM Syariah PT PNM Investment
Management 15/05/2000
2 Danareksa Syariah
Berimbang
PT Danareksa Investment
Management 24/11/2000
3 Mandiri Syariah Investa
Berimbang
PT Mandiri Manajemen
Investasi 14/10/2004
4 AAA Amanah Syariah
Fund
PT AAA Asset
Management 17/06/2005
5 TRIM Syariah Berimbang PT Trimegah Asset
Management 26/12/2008
6 Syariah BNP Paribas
Pesona Amanah
PT BNP Paribas Investment
Partners 09/04/2007
7 Cipta Syariah Balance PT Ciptadana Asset
Management 16/04/2008
8 Schroder Syariah Balanced
Fund
PT Schroder Investment
Management Indonesia 22/04/2009
9 SAM Syariah Berimbang PT Samuel Aset
Manajemen 20/01/2012
10 Panin Dana Syariah
Berimbang
PT Panin Asset
Management 16/08/2012
11 MNC Dana Syariah
Kombinasi
PT MNC Asset
Management 13/12/2012
12 Insight Syariah Berimbang
(I-Share)
PT Insight Investment
Management 04/06/2013
13 Arvist Balanced Amar
Syariah
PT Arvist Asset
Management 30/09/2013
71
14 Pacific Balance Syariah PT Pasific Capital
Investment 27/11/2013
15 Mega Asset Madania
Syariah
PT Mega Asset
Management 06/12/2013
16 CIMB-Principal Balanced
Growth Syariah
PT CIMB-Principal Asset
Management 14/04/2014
17 Pratama Syariah Imbang PT Pratama Capital Assets
Management 24/10/2014
18 Asia Raya Syariah Taktis
Berimbang PT Asia Raya Kapital 25/01/2016
19 Cipta Nusantara Syariah
Berimbang
PT Ciptadana Asset
Management 04/05/2016
Sumber: www.ojk.go.id
Dari data tersebut di atas, berikut reksadana-reksadana campuran syariah
yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2
Daftar Sampel Penelitian
No Reksadana Syariah Manajer Investasi Tanggal
Efektif
1 Danareksa Syariah
Berimbang
PT Danareksa Investment
Management 24/11/2000
2 SAM Syariah Berimbang PT Samuel Aset
Manajemen 20/01/2012
3 Schroder Syariah Balanced
Fund
PT Schroder Investment
Management Indonesia 22/04/2009
4 TRIM Syariah Berimbang PT Trimegah Asset
Management 26/12/2008
Sumber: www.ojk.go.id
Reksadana-reksadana syariah jenis campuran tersebut terpilih karena hanya
reksadana-reksadana tersebut yang terdaftar dan aktif di Bapepam selama periode
penelitian, serta memiliki total NAB mencapai atau lebih dari Rp 52.000.000.000
per Desember 2016. Selain itu, data lain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs).
72
1. Bank Indonesia Rate (BI Rate)
BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik. Pada penelitian ini, BI rate diambil dari data BI rate bulanan
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Adapun data BI rate pada setiap akhir
bulan selama periode 2014-2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Data BI Rate
Periode 2014-2016
BI Rate (%)
No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 7,5 7,75 7,25
2 Februari 7,5 7,5 7
3 Maret 7,5 7,5 6,75
4 April 7,5 7,5 6,75
5 Mei 7,5 7,5 6,75
6 Juni 7,5 7,5 6,5
7 Juli 7,5 7,5 6,5
8 Agustus 7,5 7,5 5,25
9 September 7,5 7,5 5
10 Oktober 7,5 7,5 4,75
11 November 7,75 7,5 4,75
12 Desember 7,75 7,5 4,75
Rata-rata 7,54 7,52 6
Sumber: www.bi.go.id
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, nilai BI rate tertinggi selama periode
penelitian terjadi pada November 2014–Januari 2015, yaitu sebesar 7,75% dan
nilai BI rate terendah terjadi pada Oktober–Desember 2016, yaitu sebesar
4,75%. Sedangkan, rata-rata nilai BI rate tetinggi terjadi pada tahun 2014, yaitu
sebesar 7,54% dan rata-rata nilai BI rate terendah terjadi pada tahun 2016, yaitu
73
sebesar 6,00%. Grafik mengenai pertumbuhan BI rate di Indonesia dapat dilihat
pada Gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1
BI Rate
Periode 2014-2016
Sumber: Data diolah
Dapat dilihat pada Gambar 4.1 di atas bahwa pada awal periode
penelitian hingga tahun 2015, BI rate mengalami pertumbuhan yang stagnan.
Sempat meningkat hingga mencapai nilai 7,75% selama beberapa bulan, yaitu
pada November 2014-Januari 2015. Setelah tahun 2015, BI rate terus
mengalami penurunan hingga mencapai nilai terendah pada Desember 2016.
Dikutip dari artikel (Supriyatna, 2016), menurut Darmin Nasution, penurunan
BI rate dilakukan karena inflasi yang terkendali dan untuk mendorong kredit
atau pembiayaan yang pertumbuhannya masih lemah.
BI RATE, 4.75
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2014 2015 2016
BI Rate
74
2. Inflasi
Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat atau keseluruhan.
Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku yang pada
akhirnya akan menurunkan daya saing terhadap produk barang yang dihasilkan
suatu perusahaan. Selain itu, meningkatnya inflasi juga akan menaikkan biaya
perusahaan yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-
perusahaan yang menerbitkan efek hingga akhirnya akan memperkecil deviden
yang diterima oleh investor. Menurunnya pendapatan dividen yang diterima
oleh investor akan berdampak pada menurunnya minat masyarakat untuk
berinvestasi. Adapun data Inflasi pada setiap akhir bulan selama periode 2014-
2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Data Inflasi
Periode 2014-2016
Inflasi (%)
No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 8,22 6,96 4,14
2 Februari 7,75 6,29 4,42
3 Maret 7,32 6,38 4,45
4 April 7,25 6,79 3,6
5 Mei 7,32 7,15 3,33
6 Juni 6,7 7,26 3,45
7 Juli 4,53 7,26 3,21
8 Agustus 3,99 7,18 2,79
9 September 4,53 6,83 3,07
10 Oktober 4,83 6,25 3,31
11 November 6,23 4,89 3,58
12 Desember 8,36 3,35 3,02
Rata-rata 6,42 7,52 3,53
Sumber: www.bi.go.id
75
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, nilai inflasi tertinggi selama periode
penelitian terjadi pada Desember 2014, yaitu sebesar 8,36% dan nilai inflasi
terendah terjadi pada Agustus 2016, yaitu sebesar 2,79%. Sedangkan, rata-rata
nilai inflasi tetinggi terjadi pada tahun 2015, yaitu sebesar 7,52% dan rata-rata
nilai inflasi terendah terjadi pada tahun 2016, yaitu sebesar 3,53%. Grafik
mengenai pertumbuhan inflasi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.2
berikut ini:
Gambar 4.2
Inflasi
Periode 2014-2016
Sumber: Data diolah
Dapat dilihat pada Gambar 4.2 di atas bahwa selama periode penelitian,
inflasi mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Di mana inflasi terus
mengalami penurunan dan peningkatan hingga akhirnya mencapai nilai
terendah pada Desember 2016. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia,
INFLASI, 3.02
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2014 2015 2016
Inflasi
76
Perry Warijiyo (Afriyadi, 2017), terdapat empat faktor yang menyebabkan
inflasi pada tahun 2016 rendah. Pertama, adanya koordinasi yang baik antara
pemerintah dan BI. Kedua, tercukupinya permintaan dibanding dengan
ketersediaan barang. Ketiga, pengendalian yang baik dari sisi nilai tukar rupiah
(kurs). Keempat, ekspektasi inflasi yang rendah dari masyarakat.
3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Nilai tukar dapat ditafsirkan sebagai sejumlah mata uang lokal yang
dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Perubahan nilai tukar
yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Adapun data Nilai Tukar Rupiah (kurs) tengah terhadap 1 USD
pada setiap akhir bulan selama Periode 2014-2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Data Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Tengah
Periode 2014-2016
Nilai Tukar (Rp)
No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 12.226 12.515 13.889
2 Februari 11.634 12.863 13.395
3 Maret 11.404 13.084 13.276
4 April 11.532 12.937 13.204
5 Mei 11.611 13.211 13.615
6 Juni 11.969 13.332 13.180
7 Juli 11.591 13.481 13.094
8 Agustus 11.717 14.027 13.300
9 September 12.212 14.657 12.998
10 Oktober 12.082 13.639 13.051
11 November 12.196 13.840 13.563
12 Desember 12.440 13.795 13.436
Rata-rata 11.884 13.448 13.333
Sumber: www.kontan.co.id
77
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, nilai kurs tertinggi selama periode
penelitian terjadi pada September 2015, yaitu sebesar Rp 14.657, dan nilai kurs
terendah terjadi pada Maret 2014, yaitu sebesar Rp 11.404. Sedangkan, rata-
rata nilai kurs tetinggi terjadi pada tahun 2015, yaitu sebesar Rp 13.448 dan
rata-rata nilai kurs terendah terjadi pada tahun 2014, yaitu sebesar Rp 11.884.
Grafik mengenai pertumbuhan nilai tukar rupiah (kurs) di Indonesia dapat
dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini:
Gambar 4.3
Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Tengah
Periode 2014-2016
Sumber: Data diolah
Dapat dilihat pada Gambar 4.3 di atas bahwa dari tahun ke tahun selama
periode penelitian, nilai tukar rupiah (kurs) mengalami pertumbuhan yang
cukup fluktuatif. Di mana selama tahun 2014, kurs cenderung mengalami
penurunan nilai yang mengindikasikan bahwa Rupiah terhadap Dollas AS
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
2014 2015 2016
Kurs
78
menguat. Setelah tahun 2014, kurs cenderung mengalami peningkatan hingga
sempat menyentuh angka Rp 14.657 pada Agustus 2015. Hal ini
mengindikasikan bahwa Rupiah terhadap Dollas AS melemah. Meskipun
demikian, pada tahun 2016, kurs sudah mulai menguat kembali yang ditandai
dengan nilai kurs yang lebih rendah dari nilai pada periode sebelumnya.
C. Analisis Data dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah jenis campuran dalam bentuk miliar
rupiah. Sedangkan, variabel independen yang digunakan, yaitu Bank Indonesia
Rate (BI Rate) dalam bentuk persentase, Inflasi dalam bentuk persentase, dan Nilai
Tukar Rupiah (Kurs) dalam bentuk ribuan rupiah.
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji signifikansi, terlebih dahulu dilakukan
pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi dapat
digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik sudah terpenuhi, maka alat uji
regresi dapat digunakan dalam penelitian ini.
Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini ditransformasikan ke
dalam bentuk lain yang setara agar data-data tersebut siap untuk diolah. Peneliti
mentransformasikan keseluruhan data variabel ke dalam bentuk logaritma
natural (ln) dengan menggunakan aplikasi SPPS 16. Sedangkan, untuk
pengolahan data, peneliti menggunakan aplikasi Eviews versi 9.
79
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Sebenarnya normalitas
data dapat dilihat dari gambar histogram, namun seringkali polanya tidak
mengikuti bentuk kurva normal sehingga sulit disimpulkan. Dalam
penelitian ini, peneliti menguji normalitas residual dengan melihat nilai
Prob. Jarque-Bera. Jika lebih besar dari 0,05 (5%), maka data berdistribusi
normal. Jika kurang dari 0,05 (5%), maka data tidak berdistribusi normal.
Berikut adalah hasil dari uji normalitas:
Gambar 4.4
Histogram Normality Test
0
4
8
12
16
20
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Series: ResidualsSample 1 144Observations 144
Mean 1.46e-15Median 0.002214Maximum 0.149593Minimum -0.108196Std. Dev. 0.060730Skewness 0.058792Kurtosis 2.569395
Jarque-Bera 1.195479Probability 0.550054
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel pada Gambar 4.4 di atas, terlihat bahwa nilai
Prob. Jarque-Bera sebesar 0,550 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
residual terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik tentang normalitas
telah terpenuhi.
80
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi di mana terdapat hubungan linier
antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi multikolinieritas,
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1) Variance Inflation Factor
Nilai Variance Inflation Factor (VIF) dapat dilihat pada kolom
Centered VIF (Variance Inflation Factor) dalam output pengujian data.
Apabila nilai VIF > 5, maka diduga mempunyai persoalan
multikolinieritas. Sebaliknya, jika nilai VIF < 5, maka terbebas dari
persoalan multikolinieritas. Berikut adalah hasil dari uji
multikolinieritas:
Tabel 4.6
Variance Inflation Factors
Variance Inflation Factors
Date: 05/31/17 Time: 08:33
Sample: 1 144
Included observations: 144 Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF BI_RATE 0.121797 352.1852 2.050424
INFLASI 0.023393 50.11079 2.114196
KURS 0.356770 24429.02 1.120874
C 33.28164 25452.48 NA
Sumber: Data diolah
Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.6 dalam
kolom Centered VIF. Masing-masing variabel memiliki nilai VIF; BI
81
Rate sebesar 2,050 < 5, Inflasi sebesar 2,114 < 5, dan Kurs sebesar 1,121
< 5. Dari ketiga variabel tersebut di atas, tidak ada nilai yang lebih besar
dari 5, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas
pada model regresi.
2) Koefisien Korelasi Antar variabel Independen
Tabel 4.7
Matriks Koefisien Korelasi
BI_RATE INFLASI KURS BI_RATE 1.000000 0.714144 -0.275254
INFLASI 0.714144 1.000000 -0.321936
KURS -0.275254 -0.321936 1.000000
Sumber: Data diolah
Berdasarkan output pada Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa nilai
koefisian korelasi antara BI rate dan Inflasi sebesar 0,714; BI rate
dengan Kurs sebesar -0,275; dan Kurs dengan Inflasi sebesar -0,322.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi persoalan multikolinieritas
pada model regresi karena semua koefisien korelasi antar variabel
independen < 0,9.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas didefinisikan sebagai kondisi di mana nilai
residual regresi untuk variabel sebuah variabel bebas memiliki variance
yang berbeda (Nursiyono dan Nadaek, 2016: 95). Sebaliknya, jika varian
variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama disebut dengan
homoskedastisitas; dan inilah yang diharapkan pada model regresi. Cara
82
mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat nilai Prob. dari Obs*
R-Squared. Jika nilai Prob. Obs* R-Squared < 5%, maka dapat disimpulkan
bahwa data tersebut bersifat heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan metode Uji White untuk menguji heteroskedastisitas.
Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas:
Tabel 4.8
Heteroskedasticity Test: White
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.003007 Prob. F(3,140) 0.9998
Obs*R-squared 0.009277 Prob. Chi-Square(3) 0.9998
Scaled explained SS 0.005559 Prob. Chi-Square(3) 0.9999
Sumber: Data diolah
Berdasarkan output pada dalam tabel 4.8 di atas, nilai Obs* R-
Squared adalah 0,009 dan nilai Prob. Obs* R-Squared adalah 0,999 (lebih
besar dari 𝛼 = 5%), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas pada data tersebut.
d. Uji Autokolerasi
Autokolerasi adalah hubungan antara residual satu pengamatan
dengan residual pengamatan lainnya. Autokolerasi dapat berbentuk positif
dan negatif. Menurut Gujarati (Winarno, 2011, pp. 5.26-5.27), beberapa
penyebab autokolerasi adalah; (1) data mengalami pergerakan naik turun
secara musiman, (2) kekeliruan memanipulasi data, (3) data runtut waktu,
(4) data yang dianalisis tidak bersifat stasioner.
83
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode LM (Lagrange
Multiplier) Test untuk menguji autokolerasi. Cara mendeteksi autokolerasi
adalah dengan melihat nilai Prob. dari Obs* R-Squared. Jika nilai Prob.
Obs* R-Squared > 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokolerasi pada model regresi. Berikut adalah hasil dari uji autokolerasi:
Tabel 4.9
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 674.9007 Prob. F(2,138) 0.0000
Obs*R-squared 130.6434 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Sumber: Data diolah
Dapat dilihat pada tabel 4.9 di atas, Obs* R-Squared memberikan
nilai sebesar 130,6434 dengan Prob. Chi-Sqare sebesar 0,00. Nilai tersebut
lebih rendah dari nilai α 0,05 (5%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terjadi
persoalan autokolerasi pada model regresi.
Oleh karena terdapat autokolerasi pada model regresi, maka
diperlukan pemulihan. Pemulihan autokolerasi memerlukan nilai rho (ρ)
yang dapat diestimasi dengan Durbin-Watson stat. Nilai Durbin-Watson stat
didapat dari hasil estimasi model regresi pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10
Durbin Watson Stat
Akaike info criterion 1.195512
Schwarz criterion 1.278007
Hannan-Quinn criter. 1.229034
Durbin-Watson stat 0.089235
Sumber: Data diolah
84
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa nilai Durbin-
Watson stat sebesar 0,089. Selanjutnya, untuk mendapatkan nilai rho (ρ)
dilakukan estimasi seperti di bawah ini:
𝜌 = 1 −𝑑
2= 1 −
0,089235
2= 1 − 0,0446175 = 0,9553825 ≅ 𝟎, 𝟗𝟔
Dari hasil di atas, diketahui nilai rho (ρ) sebesar 0,96. Selanjutnya,
pemulihan autokolerasi dapat dilakukan dengan melakukan regresi
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).
Langkah-langkah untuk memulihkan autokolerasi adalah sebagai
berikut:
1) Estimasi model regresi dengan persamaan:
[Y − ρ × Y(−1)] c [X − ρ × Y(−1)] =
[NAB − 0,96 × NAB (−1)] c [BI Rate − 0,96 × BI Rate (−1)]
[Inflasi − 0,96 × Inflasi (−1)][Kurs − 0,96 × Kurs (−1)]
2) Hasil regresi diuji kembali dengan Breusch-Godfrey LM (Lagrange
Multiplier) Test untuk mengetahui autokolerasi model tersebut.
Tabel 4.11
Hasil Pemulihan Autokolerasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.097780 Prob. F(2,137) 0.9069
Obs*R-squared 0.203834 Prob. Chi-Square(2) 0.9031
Sumber: Data diolah
85
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, terdapat perbedaan hasil sebelum dan
sesudah dilakukan pemulihan autokolerasi. Pada hasil awal sebelum
dilakukan pemulihan, nilai Prob. Obs* R-Squared sebesar 0,00 yang
menandakan bahwa terjadi autokolerasi pada model regresi. Setelah
dilakukan pemulihan, seperti terlihat pada tabel 4.10, nilai Prob. Obs* R-
Squared sebesar 0,9031. Nilai tersebut lebih besar dari nilai α 0,05 (5%)
sehingga dapat disimpulkan bahwa sudah tidak terjadi persoalan
autokolerasi pada model regresi.
2. Estimasi Model Data Panel
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, langkah selanjutnya adalah
mengestimasi model data panel. Dalam mengestimasi model data panel,
terdapat tiga pendekatan, yaitu pendekatan kuadrat terkecil (Common Effect
Model), pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model), dan pendekatan efek acak
(Random Effect Model). Dari ketiga model tersebut akan dipilih model terbaik
dengan melakukan uji chow dan uji hausman.
a. Model Common Effect
Model common effect merupakan model yang paling sederhana
untuk meregresi data panel. Model ini mengkombinasikan data cross
section dan time series sebagai satu kesatuan tanpa melihat adanya
perbedaan waktu dan entitas (individu). Dengan kata lain, metode ini
mengasumsikan bahwa perilaku data antar sampel adalah sama dalam
berbagai kurun waktu. Berikut adalah hasil dari model common effect:
86
Tabel 4.12
Model Common Effect
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/31/17 Time: 08:26
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BI_RATE? -0.071950 0.347307 -0.207166 0.8362
INFLASI? -0.005266 0.152422 -0.034547 0.9725
KURS? 0.850489 0.055210 15.40462 0.0000 R-squared -0.014960 Mean dependent var 7.899663
Adjusted R-squared -0.029356 S.D. dependent var 0.430799
S.E. of regression 0.437077 Akaike info criterion 1.203199
Sum squared resid 26.93612 Schwarz criterion 1.265070
Log likelihood -83.63031 Hannan-Quinn criter. 1.228340
Durbin-Watson stat 0.010688
Sumber: Data diolah
b. Model Fixed Effect
Model ini mengasumsikan bahwa intersep dari setiap sampel adalah
berbeda, sedangkan slope antar sampel adalah tetap (sama). Model ini
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan
intersep antar sampel. Berikut adalah hasil dari model fixed effect:
87
Tabel 4.13
Model Fixed Effect
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/31/17 Time: 08:27
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.08072 0.784534 12.84931 0.0000
BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0358
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0216
Fixed Effects (Cross)
DANARE--C 0.725866
SAM--C -0.340643
SCHRODER--C -0.223323
TRIM--C -0.161900 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.982024 Mean dependent var 7.899663
Adjusted R-squared 0.981237 S.D. dependent var 0.430799
S.E. of regression 0.059010 Akaike info criterion -2.774818
Sum squared resid 0.477064 Schwarz criterion -2.630452
Log likelihood 206.7869 Hannan-Quinn criter. -2.716156
F-statistic 1247.386 Durbin-Watson stat 0.218507
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah
c. Uji Chow
Uji chow adalah pengujian untuk menentukan model Common
Effect atau Fixed Effect yang paling tepat (terbaik) digunakan dalam
mengestimasi regresi data panel. Cara menentukan model terbaik antara
kedua model tersebut adalah dengan melihat nilai Prob. Chi-Square.
Apabila Prob. Chi-Square > 0,05, maka model terbaik adalah common
88
effect. Sebaliknya, jika Prob. Chi-Square > 0,05, maka model terbaik adalah
common effect. Berikut adalah hasil dari uji chow:
Tabel 4.14
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: RS
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2477.742324 (3,137) 0.0000
Cross-section Chi-square 577.727626 3 0.0000
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Prob. Chi-
Square sebesar 0,00. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa model terbaik antara common effect dan fixed
effect adalah model fixed effect.
d. Model Random Effect
Model random effect mengestimasi data panel di mana variabel
gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar sampel. Pada
model ini, intersep dianggap sebagai variabel random dan tidak dianggap
konstan. Model ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin
berkolerasi sepanjang cross section dan time series. Berikut adalah hasil
dari model random effect:
89
Tabel 4.15
Model Random Effect
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/31/17 Time: 08:28
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.08072 0.821819 12.26635 0.0000
BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0357
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0215
Random Effects (Cross)
DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.489460 0.9857
Idiosyncratic random 0.059010 0.0143 Weighted Statistics R-squared 0.267367 Mean dependent var 0.158701
Adjusted R-squared 0.251668 S.D. dependent var 0.068215
S.E. of regression 0.059010 Sum squared resid 0.487511
F-statistic 17.03055 Durbin-Watson stat 0.213825
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.006704 Mean dependent var 7.899663
Sum squared resid 26.36119 Durbin-Watson stat 0.003954
Sumber: Data diolah
e. Uji Hausman
Selanjutnya, untuk menentukan model terbaik antara fixed effect dan
random effect dilakukan pengujian yang disebut dengan uji hausman. Cara
90
menentukan model terbaik antara kedua model tersebut adalah dengan
melihat nilai Prob. Chi-Square. Apabila nilai Prob. Chi-Square > 0,05 (nilai
sig.), maka model terbaik adalah random effect. Sebaliknya, jika Prob. Chi-
Square < 0,05, maka model terbaik adalah fixed effect. Berikut adalah hasil
dari uji hausman:
Tabel 4.16
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: RS
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.16 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Prob. Chi-
Square sebesar 1,00. Di mana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa model terbaik antara fixed effect dan random
effect adalah random effect.
3. Uji Signifikansi
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji apakah model regersi tersebut secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel terikatnya.
Apabila variabel-variabel bebas secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh terhadap variabel terikat, maka model persamaan regresi dapat
91
dikatakan layak. Sebaliknya, apabila variabel-variabel bebas secara
bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat, maka
model persamaan regresi dapat dikatakan tidak layak. Berikut adalah hasil
pengujian hipotesis dari uji F:
Tabel 4.17
Uji Simultan (Uji F)
Weighted Statistics R-squared 0.267367 Mean dependent var 0.158701
Adjusted R-squared 0.251668 S.D. dependent var 0.068215
S.E. of regression 0.059010 Sum squared resid 0.487511
F-statistic 17.03055 Durbin-Watson stat 0.213825
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Model Random Effect
Berdasarkan output pada tabel 4.17 di atas, nilai Prob. (F-statistic)
sebesar 0,000000. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari nilai α 0,05
sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi layak. Karena Prob. (F-
statistic) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menyatakan
bahwa BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah secara bersama-sama
(simultan) memberikan pengaruh signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana Syariah jenis campuran.
b. Uji Parsial (Uji t)
Setelah dilakukan uji simultan (bersama-sama), selanjutnya dilakukan
uji pasrsial (individu) atau uji t dari masing-masing variabel independen.
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu)
92
variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil
pengujian hipotesis dari uji t:
Tabel 4.18
Uji Parsial (Uji t)
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/31/17 Time: 08:28
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.08072 0.821819 12.26635 0.0000
BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0357
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0215
Random Effects (Cross)
DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835
Sumber: Model Random Effect
1) Uji t Variabel BI Rate
Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 4.18 di atas, nilai
Prob. thitung variabel BI Rate sebesar 0,0006 yang mana lebih kecil dari
0,05 dengan nilai Coefficient sebesar -0,166. Karena Prob. (t-statistic)
< 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menyatakan bahwa BI
Rate secara parsial (individu) memberikan pengaruh signifikan dengan
korelasi negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah
jenis campuran.
93
2) Uji t Variabel Inflasi
Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 4.18 di atas, nilai
Prob. thitung variabel Inflasi sebesar 0,0357 yang mana lebih besar dari
0,05 dengan nilai Coefficient sebesar -0,044. Karena Prob. (t-statistic) >
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menyatakan bahwa
Inflasi secara parsial (individu) memberikan pengaruh signifikan
dengan korelasi negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana
Syariah jenis campuran.
3) Uji t Variabel Nilai Tukar (Kurs)
Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 4.18 di atas, nilai
Prob. thitung variabel Kurs sebesar 0,0215 yang mana lebih kecil dari 0,05
dengan nilai Coefficient sebesar -0,188. Karena Prob. (t-statistic) <
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menyatakan bahwa Kurs
secara parsial (individu) memberikan pengaruh signifikan dengan
korelasi negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah
jenis campuran.
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
Koefisien determinasi menunjukkan besaran kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi,
semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi
perubahan pada variabel terikatnya. Dalam penelitian ini digunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R-Square) untuk
94
mengurangi kelemahan yang terdapat pada R-Square. Berikut adalah hasil
uji Adjusted R-Square:
Tabel 4.19
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
Weighted Statistics R-squared 0.267367 Mean dependent var 0.158701
Adjusted R-squared 0.251668 S.D. dependent var 0.068215
S.E. of regression 0.059010 Sum squared resid 0.487511
F-statistic 17.03055 Durbin-Watson stat 0.213825
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Model Random Effect
Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 4.19 di atas, nilai
Adjusted R-Square adalah 0,252 atau sebesar 25,2%. Dapat disimpulkan
bahwa pengaruh BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah adalah 25,2%.
Sedangkan sisanya sebesar 74,8% (100%-25,2%) dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini misalnya
sepeti Jumlah Uang Beredar, Produk Domestik Bruto, Indeks Harga Saham
Gabungan, Jakarta Islamic Index, dan lain sebagainya.
4. Analisis Regresi Model Data Panel
Berikut ini adalah model regresi data panel dengan menggunakan
Model Random Effect yang terpilih menjadi model regresi data panel terbaik
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
95
Tabel 4.20
Model Random Effect
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/31/17 Time: 08:28
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.08072 0.821819 12.26635 0.0000
BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0357
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0215
Random Effects (Cross)
DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.489460 0.9857
Idiosyncratic random 0.059010 0.0143 Weighted Statistics R-squared 0.267367 Mean dependent var 0.158701
Adjusted R-squared 0.251668 S.D. dependent var 0.068215
S.E. of regression 0.059010 Sum squared resid 0.487511
F-statistic 17.03055 Durbin-Watson stat 0.213825
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, diperoleh persamaan model regresi
antara variabel dependen (Nilai Aktiva Bersih Reksadana Campuran Syariah)
dan variabel independen (BI Rate, Inflasi, dan Kurs) adalah sebagai berikut:
NABit = 10,081 − 0,166BI_𝑅𝑎𝑡𝑒it − 0,044Inflasiit − 0,189𝐾𝑢𝑟𝑠𝑖𝑡
Dari persamaan tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa:
96
a. Konstanta (C) sebesar 10,081 menunjukkan bahwa variabel independen (BI
Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar) pada observasi ke- i dan periode ke- t adalah
konstan, maka dapat disimpulkan bahwa NAB Reksadana Campuran
Syariah meningkat sebesar 10,081.
b. Koefisien regresi BI Rate sebesar -0,166, hal ini menunjukkan bahwa jika
nilai BI Rate pada observari ke- i dan periode ke- t naik 1%, maka akan
menurunkan NAB Reksadana Campuran Syariah pada observari ke- i dan
periode ke- t sebesar 0,166.
c. Koefisien regresi Inflasi sebesar -0.044, hal ini menunjukkan bahwa jika
nilai Inflasi pada observari ke- i dan periode ke- t naik 1%, maka akan
menurunkan NAB Reksadana Campuran Syariah pada observari ke- i dan
periode ke- t sebesar 0,044.
d. Koefisien regresi Kurs sebesar -0,189, hal ini menunjukkan bahwa jika nilai
Kurs pada observari ke- i dan periode ke- t naik 1%, maka akan menurunkan
NAB Reksadana Campuran Syariah pada observari ke- i dan periode ke- t
sebesar 0,189.
5. Persamaan Model Regresi Sampel Penelitian
Tabel 4.21
Cross-section Random Effect
Random Effects (Cross)
DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835
Sumber: Model Random Effect
97
Berdasarkan tabel 4.21 di atas, diperoleh persamaan model regresi
antara variabel dependen (Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Campuran)
dan variabel independen (BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah) setiap
Reksadana Campuran Syariah yang menjadi sampel penelitian, yaitu:
a. Persamaan Model Regresi Danareksa Syariah Berimbang
NABit = 0,726 − 0,166BI_𝑅𝑎𝑡𝑒it − 0,044Inflasiit − 0,189𝐾𝑢𝑟𝑠𝑖𝑡
Konstanta (C) sebesar 0,726 menunjukkan bahwa variabel independen (BI
Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar) pada observasi ke- i dan periode ke- t adalah
konstan, maka dapat disimpulkan bahwa NAB Danareksa Syariah
Berimbang meningkat sebesar 0,726.
b. Persamaan Model Regresi SAM Syariah Berimbang
NABit = (0,341) − 0,166BI_𝑅𝑎𝑡𝑒it − 0,044Inflasiit − 0,189𝐾𝑢𝑟𝑠𝑖𝑡
Konstanta (C) sebesar -0,341 menunjukkan bahwa variabel independen (BI
Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar) pada observasi ke- i dan periode ke- t adalah
konstan, maka dapat disimpulkan bahwa NAB SAM Syariah Berimbang
menurun sebesar 0.341.
c. Persamaan Model Regresi Schroders Syariah Balanced Fund
NABit = (0,223) − 0,166BI_𝑅𝑎𝑡𝑒it − 0,044Inflasiit − 0,189𝐾𝑢𝑟𝑠𝑖𝑡
Konstanta (C) sebesar -0,223 menunjukkan bahwa variabel independen (BI
Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar) pada observasi ke- i dan periode ke- t adalah
98
konstan, maka dapat disimpulkan bahwa NAB Schroders Syariah Balanced
Fund menurun sebesar 0,223.
d. Persamaan Model Regresi TRIM Syariah Berimbang
NABit = (0,162) − 0,166BI_𝑅𝑎𝑡𝑒it − 0,044Inflasiit − 0,189𝐾𝑢𝑟𝑠𝑖𝑡
Konstanta (C) sebesar -0,162 menunjukkan bahwa variabel independen (BI
Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar) pada observasi ke- i dan periode ke- t adalah
konstan, maka dapat disimpulkan bahwa NAB TRIM Syariah Berimbang
menurun sebesar 0,162.
D. Interpretasi
Setelah dilakukan penelitian dengan tiga variabel bebas, yaitu BI Rate,
Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Campuran Syariah, hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel
memberikan pengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah jenis campuran.
Hal ini dibuktikkan dengan nilai Prob. (F-statistic) sebesar 0,000000. Di mana nilai
tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima.
Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini secara parsial atau
individu adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh BI Rate terhadap NAB Reksadana Campuran Syariah
Berdasarkan hasil penelitian, variabel BI Rate memiliki nilai
signifikansi lebih kecil dari nilai α, yaitu sebesar 0,0006 < 0,05 dan nilai
99
Coefficient (C) sebesar -0,166. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel BI Rate secara
parsial atau individu memberikan pengaruh signifikan dengan korelasi negatif
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori di mana saat suku bunga Bank
Indonesia (BI rate) naik, investor akan cenderung mengivestasikan dananya
kepada perbankan dalam bentuk tabungan atau deposito karena memilik return
yang tinggi. Sebaliknya, jika suku bunga Bank Indonesia (BI rate) turun, maka
investor akan mengalihkan dana yang dimilikinya kepada investasi yang
memiliki return lebih tinggi daripada perbankan. Hal ini mengakibatkan
permintaan pada efek meningkat sehingga dapat meningkatkan NAB reksadana
syariah.
Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Dharmastuti (2014) yang
menunjukkan bahwa suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) memberikan
pengaruh negatif yang signifikan terhadap return investasi pada reksadana
campuran di Indonesia. Hasil penelitian serupa juga diungkapkan oleh Nurlaili
(2012) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif signifikan
terhadap nilai aktiva bersih reksadana. Akan tetapi, penelitian ini bertolak
belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu dan Kowanda (2014)
yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat pengembalian reksadana saham.
100
2. Pengaruh Inflasi terhadap NAB Reksadana Campuran Syariah
Berdasarkan hasil penelitian, variabel Inflasi memiliki nilai signifikansi
lebih besar dari nilai α, yaitu sebesar 0,0357 > 0,05 dan nilai Coefficient (C)
sebesar -0,044. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi secara parsial atau
individu memberikan pengaruh signifikan dengan korelasi negatif terhadap
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa apabila inflasi suatu negara
tinggi yang ditandai dengan kenaikan harga barang dan jasa secara terus-
menerus, maka investor akan lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya.
Hal ini dapat menurunkan NAB reksadana syariah yang mengakibatkan
investor kurang tertarik untuk menanamkan modalnya ketika inflasi sedang
tinggi.
Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan Mursyidin (2010) yang menyatakkan bahwa inflasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Hasil serupa
juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Hermawan dan Wiagustini
(2016) yang menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh negatif yang
signifikan terhadap return investasi reksadana campuran. Akan tetapi,
penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rachman dan Mawardi (2015) yang menyatakan bahwa inflasi tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap NAV reksadana saham syariah.
101
3. Pengaruh Kurs terhadap NAB Reksadana Syariah
Berdasarkan hasil penelitian, variabel Kurs memiliki nilai signifikansi
lebih kecil dari nilai α, yaitu sebesar 0,0215 < 0,05 dan nilai Coefficient (C)
sebesar -0,189. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Kurs secara parsial atau individu
memberikan pengaruh signifikan dengan korelasi negatif terhadap Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
Pengaruh variabel kurs rupiah terhadap NAB reksadana campuran
syariah menunjukkan hasil signifikan dengan korelasi negatif. Hal ini
mengindikasikan bahwa hubungan antara kurs rupiah dan NAB reksadana
campuran syariah berlawanan arah, artinya semakin kuat kurs (rupiah
terapresiasi), maka akan meningkatkan NAB reksadana campuran syariah.
Sebaliknya, semakin lemah kus (rupiah terdepresiasi), maka akan menurunkan
NAB reksadana campuran syariah.
Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2011), dan Saraswati (2013) yang
menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) berpengaruh signifikan dengan
korelasi negatif terhadap NAB reksadana syariah. Hasil yang berbeda
ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Beik (2012), serta
Rachman dan Mawardi (2015) yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah
(kurs) berpengaruh signifikan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang dengan korelasi positif terhadap NAB reksadana syariah.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan, yaitu jika BI rate, inflasi, dan kurs
mengalami peningkatan nilai, maka NAB reksadana campuran syariah akan
menurun. Sebaliknya, jika BI rate, inflasi, dan kurs mengalami penurunan nilai,
maka NAB reksadana campuran syariah akan meningkat. Hal ini dibuktikan
dengan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi, menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-
sama) BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) memberikan pengaruh
signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai Prob. (F-statistic) sebesar 0,000000 < 0,05
yang menandakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
2. Hasil uji regresi secara parsial (individu), yaitu sebagai berikut:
a. BI Rate memberikan pengaruh signifikan dengan korelasi negatif terhadap
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai Prob. thitung BI Rate sebesar 0,0006 < 0,05 dan nilai
Coefficient sebesar -0,166. Hasil tersebut menandakan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima.
103
b. Inflasi memberikan pengaruh signifikan dengan korelasi negatif terhadap
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai Prob. thitung Inflasi sebesar 0,0357 < 0,05 dan nilai
Coefficient sebesar -0,044. Hasil tersebut menandakan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima.
c. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) memberikan pengaruh signifikan dengan
korelasi negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran
Syariah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Prob. thitung Kurs sebesar 0,0215
< 0,05 dan nilai Coefficient sebesar -0,189. Hasil tersebut menandakan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka peneliti mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin
bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Manajer Investasi
Sebaiknya mempertimbangkan BI rate, inflasi, dan kurs dalam
pengambilan keputusan penempatan dana dari masyarakat pemodal agar bisa
mempertahankan atau meningkatkan hasil dari Reskadana Campuran Syariah.
2. Bagi Investor
Penelitian ini dapat digunakan oleh investor sebagai acuan dalam
menjalankan strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksadana
104
syariah jenis campuran. Selain itu, variabel BI rate, inflasi dan kurs juga patut
diperhatikan sebelum berinvestasi. Hal ini dikarenakan hasil penelitian
menunjukkan bahwa BI rate, inflasi dan kurs memberikan pengaruh signifikan
dengan korelasi negatif terhadap NAB Reksadana Campuran Syariah.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu dan acuan bagi peneliti
selanjutnya dengan tema serupa. Sebaikya, penelitian selanjutnya dilakukan
dengan membandingkan NAB dari semua jenis reksadana dan Manajer
Investasi yang ada di Indonesia. Selain itu, hendaknya menambah rentan wartu,
variabel-variabel baru, serta pengembangan teori sehingga penelitian
selanjutnya lebih baik dan komprehensif.
105
DAFTAR PUSTAKA
Afriyadi, Ahmad Dwi. “BI Ungkap Penyebab Rendahnya Inflasi di 2016”, diakses
pada tanggal 6 Januari 2017, dari http://bisnis.liputan6.com
Agustina, Winda. “Pengaruh Fluktuasi Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar Rupiah dan
BI Rate Terhadap Nilai Aktiva Bersi per unit (NAB/unit) Reksadana Syariah”.
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2011.
Ali, Kasyfurrahman, dan Beik, Syauqi. “Pengaruh Makroekonomi Terhadap
Reksadana Syariah”. Iqtishodia, Jurnal Ekonomi Islam Republika, 2012.
Ali, Mohammad. “Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan”. Pustaka Cendika
Utama, Jakarta, 2012.
Ariefianto, Moch. Doddy. “EKONOMETRIKA: Esensi dan Aplikasi dengan
Menggunakan Eviews”. Erlangga, Jakarta, 2012.
Aurora, Tona, dan Riyadi, Agus. "Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Kurs Terhadap
Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia". Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 1
No. 3, 2013.
Aziz, Abdul. "Manajemen Investasi Syari'ah". ALFABETA, Bandung, 2012.
Basuki, Agus Tri, dan Prawoto, Nano. "Analisis Regresi Dalam Penelitan Ekonomi &
Bisnis: Dilengkapi Aplikasi SPSS & Eviews”. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2016.
Dariyus. "Apakah Kinerja dan Risiko Persadana Syariah Lebih Baik Dibandingkan
dengan Reksadana Konvensional?". Edisi ke-VIII , Jurnal Orasi Bisnis, 2012.
DSN. "Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional". DSN MUI-Bank Indonesia,
Jakarta, 2006.
Ekananda, M. "Analisis Ekonometrika Data Panel". Edisi 2. Mitra Wacana Media,
Jakarta, 2016.
106
Farid, Muhammad. "Mekanisme dan Perkembangan Reksadana Syariah". Iqtishoduna,
Vol. 4 No. 1, 2014.
Ghozali, Imam. "Analisis Multivariative Dengan Program IBM SPSS 20". Mitra
Wacana Media, Jakarta, 2012.
Hamid, Abdul. "Pasar Modal Syariah". Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,
2009.
Hamzah, Amal, dan Yohanes, Agustinus. "Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana
Syariah dengan Reksadana Konvensional Jenis Saham Periode 2008 - 2012".
Jurnal MIX, Volume IV No. 3, 2014.
Hasibuan, Malayu S.P. "Dasar-dasar Perbankan". PT Bumi Aksara, Jakarta, 2015.
Hendrayana, Wawan. "Kinerja Reksadana Campuran Syariah 2016", artikel diakses
pada tanggal 21 Januari 2017, dari https://www.infovesta.com
Hermawan, Denny, dan Wiagustini, Ni Luh Putu. "Pengaruh Inflasi, Suku Bunga,
Ukuran Reksadana, dan Umur Reksadana Terhadap Kinerja Reksadana". E-
Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5 No. 5, 2016.
Huda, Nurul, dan Nasution, Mustafa Edwin. "Investasi Pada Pasar Modal Syariah".
Kencana, Jakarta, 2014.
Karim, Adiwarman A. "Ekonomi Makro Islami". PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2015.
Karya, Detri, dan Syamsuddin, Syamri. "Makro Ekonomi: Pengantar Untuk
Manajemen". PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016.
Kasmir. "Dasar-dasar Perbankan". PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014.
Kuncoro, Mudrajad. "Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi". UPP
STIM YKPN, Yogyakarta, 2015.
Kurniasih, Agustina, dan Johannes, Leonardo David Yuliandy. "Analisis Variabel
Makroekonomi Terhadap Kinerja Reksadana Campuran". Jurnal Manajemen,
Vol. XIX No. 01, 2015.
107
Kurniawan, Asep Egi, dkk. "Model Regresi Data Panel Berganda". Eurekamatika,
Vol. 3 No. 1, 2015.
Manan, Abdul. "Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan
Agama". Kencana, Jakarta, 2012.
Mansuri. "Modul Praktikum Eviews: Analisis Regresi Linier Berganda Menggunakan
Eviews". Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur, Jakarta, 2016.
Maulana, Akbar. "Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi Terhadap Kinerja
Reksadana Saham di Indonesia Periode 2004-2012". Jurnal Ilmu Manajemen |
Volume 1 Nomor 3, 2013.
Muhamad. "Manajemen Keuangan Syari'ah Analisis Fiqh & Keuangan". UPP STIM
YKPN, Yogyakarta, 2016.
Murni, Asfia. "Ekonomika Makro". PT Refika Aditama, Bandung, 2016.
Mursyidin, Ahmad. "Analisis Variabel Makroekonomi dan Indeks Syariah Terhadap
Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah". Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2010.
Nugraha, Diko Surya. "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Investor
Berinvestasi pada Reksadana Syariah". Skripsi, Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2015.
Nurgiyantoro, Burhan, dkk. "Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu Sosial". Gajah
Mada University Press, Yogyakarta, 2015.
Nurlaili, Nunuk. "Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan dan Rate Bank Indonesia
Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham". Tesis Magister Manajemen,
Universitas Terbuka, Jakarta, 2012.
Nursiyono, Joko Ade, dan Nadeak, Pray P. H. "Setetes Ilmu Regresi Linier". Media
Nusa Creative, Malang, 2016.
OJK. "Perbankan". Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta, 2016.
Pandia, Frianto, dkk. "Lembaga Keuangan". PT RINEKA CIPTA, Jakarta, 2009.
108
Pasaribu, Rowland Bismak Fernando, dan Kowanda, Dionysia. "Pengaruh Suku Bunga
SBI, Tingkat Inflasi, IHSG, dan Bursa Asing Terhadap Tingkat Pengembalian
Reksadana Saham". Jurnal Akuntansi & Manajemen, Vol. 25 No. 1, 2014.
Priyatno, Duwi. "Buku Saku Analisis Data SPSS". Media Kom, Yogyakarta, 2011.
Putong, Iskandar. "Economics, Edisi 5: Pengantar Mikro dan Makro". Mitra Wacana
Media, Bogor, 2013.
Rachman, Ainur, dan Mawardi, Imron. "Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate
Terhadap Net Asset Value Reksadana Saham Syariah". JESTT, Vol. 2 No. 2,
2015.
Rahardja, Prathama, dan Manurung, Mandala. "Teori Ekonomi Makro". Edisi 5,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2014.
Ratnawati, Vince, dan Khairani, Ningrum. "Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah
dan Reksadana Konvensional". Jurnal Akuntansi, Vol. 1 No. 1, 2012.
Rodoni, Ahmad. "Investasi Syariah". Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta, 2009.
Saraswati, Fitria. "Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah". Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013.
Siregar, Sofian. "Statistik Deskriptif Untuk Penelitian". PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2010.
Siregar, Sofian. "Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perhitungan
Manual & SPSS". Prenada Media Group, Jakarta, 2013.
Soemitra, Andri. "Bank dan Lembaga Keuangan Syariah". Edisi Kedua, Kencana,
2016.
Sukirno, Sadono. "Makroekonomi Teori Pengantar". PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2015.
109
Suliyanto. "Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS". Andi Offset,
Yogyakarta, 2011.
Susyanti, Jeni. "Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah". Empat Dua (Kelompok
Intrans Publishing), Malang, 2016.
Tricahyadinata, Irsan. "Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Interbank
Offered Rate (JIBOR); Kinerja Reksadana Campuran". INOVASI: Jurnal
Ekonomi Keuangan dan Manajemen, Volume 12, 2016.
Utami, Maria Lidwina, dan Dharmastuti, Christiana Fara. "Faktor Eksternal dan
Internal Yang Mempengaruhi Return Investasi Produk Reksadana Campuran
di Indonesia". Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 29 No. 2, 2014.
Widarjono, Agus. "Analisis Multivariat Terapan: Dengan Program SPSS, AMOS, dan
SMARTPLS". UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2015.
Winarno, Wing Wahyu. "Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews". Edisi
3. STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta, 2011.
Yuniarti, Vinna Sri. "Ekonomi Makro Syariah". CV Pustaka Setia, Bandung, 2016.
Zuraya, Nidia. "BI Tetapkan Suku Bunga Acuan Baru Pengganti BI Rate", artikel
diakses pada tanggal 15 April 2016, dari www.republika.co.id
www.aria.bapepam.go.id
www.bareksa.com
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.kemendag.go.id
www.ojk.go.id
www.pusatdata.kontan.co.id
110
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Reksadana Syariah Jenis Campuran Per Desember 2016
No Reksadana Syariah Manajer Investasi Tanggal
Efektif
1 PNM Syariah PT PNM Investment
Management 15/05/2000
2 Danareksa Syariah
Berimbang
PT Danareksa Investment
Management 24/11/2000
3 Mandiri Syariah Investa
Berimbang
PT Mandiri Manajemen
Investasi 14/10/2004
4 AAA Amanah Syariah
Fund
PT AAA Asset
Management 17/06/2005
5 TRIM Syariah Berimbang PT Trimegah Asset
Management 26/12/2008
6 Syariah BNP Paribas
Pesona Amanah
PT BNP Paribas Investment
Partners 09/04/2007
7 Cipta Syariah Balance PT Ciptadana Asset
Management 16/04/2008
8 Schroder Syariah Balanced
Fund
PT Schroder Investment
Management Indonesia 22/04/2009
9 SAM Syariah Berimbang PT Samuel Aset
Manajemen 20/01/2012
10 Panin Dana Syariah
Berimbang
PT Panin Asset
Management 16/08/2012
11 MNC Dana Syariah
Kombinasi
PT MNC Asset
Management 13/12/2012
12 Insight Syariah Berimbang
(I-Share)
PT Insight Investment
Management 04/06/2013
13 Arvist Balanced Amar
Syariah
PT Arvist Asset
Management 30/09/2013
14 Pacific Balance Syariah PT Pasific Capital
Investment 27/11/2013
15 Mega Asset Madania
Syariah
PT Mega Asset
Management 06/12/2013
16 CIMB-Principal Balanced
Growth Syariah
PT CIMB-Principal Asset
Management 14/04/2014
17 Pratama Syariah Imbang
PT Pratama Capital Assets
Management
24/10/2014
111
18 Asia Raya Syariah Taktis
Berimbang PT Asia Raya Kapital 25/01/2016
19 Cipta Nusantara Syariah
Berimbang
PT Ciptadana Asset
Management 04/05/2016
Sumber: www.ojk.go.id
Lampiran 2: Daftar Sampel Penelitian
No Reksadana Syariah Manajer Investasi Tanggal
Efektif
1 Danareksa Syariah
Berimbang
PT Danareksa Investment
Management 24/11/2000
2 SAM Syariah Berimbang PT Samuel Aset
Manajemen 20/01/2012
3 Schroder Syariah Balanced
Fund
PT Schroder Investment
Management Indonesia 22/04/2009
4 TRIM Syariah Berimbang PT Trimegah Asset
Management 26/12/2008
Sumber: www.ojk.go.id
Lampiran 3: Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Bank Indonesia (BI) Rate
BI Rate (%)
No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 7,5 7,75 7,25
2 Februari 7,5 7,5 7
3 Maret 7,5 7,5 6,75
4 April 7,5 7,5 6,75
5 Mei 7,5 7,5 6,75
6 Juni 7,5 7,5 6,5
7 Juli 7,5 7,5 6,5
8 Agustus 7,5 7,5 5,25
9 September 7,5 7,5 5
10 Oktober 7,5 7,5 4,75
11 November 7,75 7,5 4,75
12 Desember 7,75 7,5 4,75
Rata-rata 7,54 7,52 6
Sumber: www.bi.go.id
112
b. Inflasi
Inflasi (%)
No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 8,22 6,96 4,14
2 Februari 7,75 6,29 4,42
3 Maret 7,32 6,38 4,45
4 April 7,25 6,79 3,6
5 Mei 7,32 7,15 3,33
6 Juni 6,7 7,26 3,45
7 Juli 4,53 7,26 3,21
8 Agustus 3,99 7,18 2,79
9 September 4,53 6,83 3,07
10 Oktober 4,83 6,25 3,31
11 November 6,23 4,89 3,58
12 Desember 8,36 3,35 3,02
Rata-rata 6,42 7,52 3,53
Sumber: www.bi.go.id
c. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Tengah
Nilai Tukar (Rp)
No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 12.226 12.515 13.889
2 Februari 11.634 12.863 13.395
3 Maret 11.404 13.084 13.276
4 April 11.532 12.937 13.204
5 Mei 11.611 13.211 13.615
6 Juni 11.969 13.332 13.180
7 Juli 11.591 13.481 13.094
8 Agustus 11.717 14.027 13.300
9 September 12.212 14.657 12.998
10 Oktober 12.082 13.639 13.051
11 November 12.196 13.840 13.563
12 Desember 12.440 13.795 13.436
Rata-rata 11.884 13.448 13.333
Sumber: www.kontan.co.id
113
2. Variabel Dependen: NAB Reksadana Campuran Syariah Sampel Penelitian
Periode
Danareksa
Syariah
Berimbang
SAM
Syariah
Berimbang
Schroder
Syariah
Balanced
Fund
TRIM
Syariah
Berimbang
Jan-2014 5073,96 1739,67 1857,95 1978,58
Feb-2014 5190,51 1822,53 1909,82 2070,18
Mar-2014 5306,14 1912,49 1958,49 2142,52
Ap-2014 5383,73 1958,35 1971,47 2171,74
Mei-2014 5486,48 1978,5 1991,11 2204,51
Jun-2014 5495,25 1934,58 2005,45 2191,07
Jul-2014 5699,22 2010,54 2078,34 2306,6
Aug-2014 5670,85 2030,35 2084,25 2326,43
Sep-2014 5610,59 1942,49 2040,19 2310,55
Okt-2014 5597,27 1958,02 2023,49 2322,85
Nov-2014 5700,36 2043,15 2075,78 2357,02
Des-2014 5732,28 2143,24 2130,35 2413,37
Jan-2015 5732,95 2185,23 2188,59 2458,45
Feb-2015 5829,32 2244,04 2231,42 2487,51
Mar-2015 5789,16 2143,62 2234,29 2453,02
Ap-2015 5491,93 2010,42 2166,7 2334,82
Mei-2015 5694,05 2046,85 2211,72 2389,65
Jun-2015 5466,27 1926,63 2144,31 2255,92
Jul-2015 5409,51 1884,15 2135,89 2248,61
Aug-2015 5211,42 1690,52 2062,07 2119,87
Sep-2015 5023,61 1624,63 2004,17 2029,17
Okt-2015 5170,61 1745,86 2063,18 2113,65
Nov-2015 5136,35 1712,53 2062,48 2084,38
Des-2015 5268,98 1738,63 2117,45 2141,72
Jan-2016 5335,32 1753,51 2145,09 2188,66
Feb-2016 5497,56 1765,98 2216,85 2258,83
Mar-2016 5602,25 1849,49 2249,74 2299,55
Ap-2016 5646,61 1883,06 2255,4 2311,9
Mei-2016 5627,1 1853,61 2285,81 2326,07
Jun-2016 5846,13 1922,05 2367,96 2450,45
Jul-2016 6057,73 2014,4 2423,89 2526,78
Aug-2016 6208,98 2011,7 2470,08 2552,84
Sep-2016 6168,32 1939,24 2460,81 2520,31
Okt-2016 6103,38 1963,32 2471,21 2540,85
Nov-2016 5773,35 1929,42 2367,2 2425,84
Des-2016 5843,71 1920,12 2391,88 2429,98
Sumber: pusatdata.kontan.co.id
114
Lampiran 4: Uji Normalitas
0
4
8
12
16
20
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Series: ResidualsSample 1 144Observations 144
Mean 1.46e-15Median 0.002214Maximum 0.149593Minimum -0.108196Std. Dev. 0.060730Skewness 0.058792Kurtosis 2.569395
Jarque-Bera 1.195479Probability 0.550054
Sumber: Data diolah
Lampiran 5: Uji Multikolinieritas
1. Variance Inflation Factor
Variance Inflation Factors
Date: 05/31/17 Time: 08:33
Sample: 1 144
Included observations: 144 Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF BI_RATE 0.121797 352.1852 2.050424
INFLASI 0.023393 50.11079 2.114196
KURS 0.356770 24429.02 1.120874
C 33.28164 25452.48 NA
Sumber: Data diolah
2. Koefisien Korelasi Antar variabel Independen
BI_RATE INFLASI KURS BI_RATE 1.000000 0.714144 -0.275254
INFLASI 0.714144 1.000000 -0.321936
KURS -0.275254 -0.321936 1.000000
Sumber: Data diolah
115
Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.003007 Prob. F(3,140) 0.9998
Obs*R-squared 0.009277 Prob. Chi-Square(3) 0.9998
Scaled explained SS 0.005559 Prob. Chi-Square(3) 0.9999
Sumber: Data diolah
Lampiran 7: Uji Autokolerasi
1. Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test; sebelum pemulihan
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 674.9007 Prob. F(2,138) 0.0000
Obs*R-squared 130.6434 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Sumber: Data diolah
2. Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test; setelah pemulihan
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.097780 Prob. F(2,137) 0.9069
Obs*R-squared 0.203834 Prob. Chi-Square(2) 0.9031
Sumber: Data diolah
116
Lampiran 8: Model Common Effect
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/31/17 Time: 08:26
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BI_RATE? -0.071950 0.347307 -0.207166 0.8362
INFLASI? -0.005266 0.152422 -0.034547 0.9725
KURS? 0.850489 0.055210 15.40462 0.0000 R-squared -0.014960 Mean dependent var 7.899663
Adjusted R-squared -0.029356 S.D. dependent var 0.430799
S.E. of regression 0.437077 Akaike info criterion 1.203199
Sum squared resid 26.93612 Schwarz criterion 1.265070
Log likelihood -83.63031 Hannan-Quinn criter. 1.228340
Durbin-Watson stat 0.010688
Sumber: Data diolah
117
Lampiran 9: Model Fixed Effect
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/31/17 Time: 08:27
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.08072 0.784534 12.84931 0.0000
BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0358
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0216
Fixed Effects (Cross)
DANARE--C 0.725866
SAM--C -0.340643
SCHRODER--C -0.223323
TRIM--C -0.161900 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.982024 Mean dependent var 7.899663
Adjusted R-squared 0.981237 S.D. dependent var 0.430799
S.E. of regression 0.059010 Akaike info criterion -2.774818
Sum squared resid 0.477064 Schwarz criterion -2.630452
Log likelihood 206.7869 Hannan-Quinn criter. -2.716156
F-statistic 1247.386 Durbin-Watson stat 0.218507
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah
118
Lampiran 10: Model Random Effect
Dependent Variable: NAB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/31/17 Time: 08:28
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.08072 0.821819 12.26635 0.0000
BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0357
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0215
Random Effects (Cross)
DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.489460 0.9857
Idiosyncratic random 0.059010 0.0143 Weighted Statistics R-squared 0.267367 Mean dependent var 0.158701
Adjusted R-squared 0.251668 S.D. dependent var 0.068215
S.E. of regression 0.059010 Sum squared resid 0.487511
F-statistic 17.03055 Durbin-Watson stat 0.213825
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.006704 Mean dependent var 7.899663
Sum squared resid 26.36119 Durbin-Watson stat 0.003954
Sumber: Data diolah
119
Lampiran 11: Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: RS
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2477.742324 (3,137) 0.0000
Cross-section Chi-square 577.727626 3 0.0000
Sumber: Data diolah
Lampiran 12: Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: RS
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000
Sumber: Data diolah
Lampiran 13: Cross-section Random Effect
Random Effects (Cross)
DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835
Sumber: Model Random Effect