pengantar penerjemah · pdf file membentuk birokrasi pekerja dan serikat buruh besar-besaran....
Post on 13-Dec-2020
1 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
Pengantar Penerjemah
Berikut adalah kenang-kenangan penting bagi kelompok Socialisme ou Barbarie yang berbasis di Prancis. Di tahun 1960-an mereka menjalin hubungan dengan kelompok serupa di Inggris, Solidarity. Kelompok kelompok itu kini telah bubar. Dokumen penting Solidarity yang berjudul, As Wee See It, juga telah di- Indonesia-kan oleh penerjemah, silahkan mencarinya.
Socialisme ou Barbarie merupakan sebuah kelompok Marxis yang banyak memberi inspirasi kaum ultra kiri, kaum libertarian Marxis, kaum Komunis Sayap Kiri (Left Wing Communist), Council Communist, Anarkis Komun is , O tonomis Marx i s /Anark i s (Squatteris, Otonomen, Tuthe Biance, Black Bloc), Sosialis Libertarian, Situasionis dll. Kiranya dokumen ini bisa di diskusikan dalam kalangan pergerakan dan bisa menjernihkan beberapa hal.
Dalam penerjemahannya saya sengaja membiarkan beberapa istilah yang saya rasa punya makna yang tak dapat tercakup dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Disamping itu, saya merasa kata-kata ini penting untuk penelusuran atau studi lebih lanjut. Saya juga menantumkan tambahan saya sendiri dengan -- penerj untuk membedakan dari keseluruhan terjemahan materi ini.
Yerry Niko
Socialisme ou Barbarie: Sebuah Kelompok Revolusioner Prancis 1949 - 1965
Marcele van der Linden[1]
Dalam kenangan terhadap, Cornelius Castoriadis, 11 Maret 1922 – 26 Desember 1997 Dari LEFT HISTORY 5.1 (1997).
Pandangan politik dan teoritis yang dikembangkan kelompok
radikal Sosialisme atau Barbarisme (Socialisme ou Barbarie)
sejak tahun 1949 hingga seterusnya, baru belakangan ini
mendapat perhatian publik di luar negeri-negeri berbahasa
Prancis.[2] Selama rentang waktu cukup lama sebenarnya
keadaannya tidak terlalu berbeda di Prancis. Kelompok ini
bersama jurnal periodiknya yang diberi nama sama juga tidak
terlalu memperoleh banyak perhatian. Keadaan ini baru berubah
setelah pemberontakan mahasiswa dan buruh Prancis di bulan
Mei hingga Juni tahun 1968. Berkas-berkas jurnal, yang dulunya
tidak laku –jurnal tersebut berhenti terbit tiga tahun sebelumnya–
tiba-tiba menjadi barang yang sangat laris. Banyak ide-ide
"menyimpang" yang tertera di sana seakan memperoleh
pembenaran lewat pemberontakan yang tak terduga itu. Di tahun
1977 surat kabar Prancis, Le Monde, menuliskan mengenai
upaya intelektual Socialisme ou Barbarie: "Karya ini –meski tidak
dikenal publik secara luas– paling tidak memiliki pengaruh kuat
terhadap kelompok-kelompok yang berperan di bulan Mei 1968."
Dalam tulisan-tulisan kelompok ini, seseorang dapat menemukan
"kebanyakan dari ide-ide yang saat ini marak diperdebatkan (dari
masalah kontrol pekerja hingga kritik terhadap teknologi modern,
mengenai Bolshevisme atau mengenai Marx).[3]
Di dalam Socialisme ou Barbarie terdapat upaya untuk
mempertimbangkan terjadinya proses birokratisasi gerakan
sosial. Pertanyaan terpenting dalam hal ini: Apakah merupakan
sebuah hukum alam bahwa gerakan melawan tatanan yang hadir
saat ini akan tercerai berai atau beralih menjadi hirarki yang kaku?
Bagaimanakah kaum militan mengorganisir diri tanpa mesti
terhisap dan membeku menjadi aparatus yang birokratik?
Socialisme ou Barbarie pertama-tama menghadapi pertanyaan-
pertayaan ini karena kelompok ini bertanya pada diri mereka
sendiri mengapa segalanya menjadi menyimpang dalam gerakan
buruh tradisional selama ini. Memang dalam perjalanannya di
abad kedua puluh pergerakan (gerakan buruh –penerj) ini telah
semakin mengasingkan dirinya dari akar rumputnya sendiri dan
membentuk birokrasi pekerja dan serikat buruh besar-besaran.
Sejarah kelompok ini secara esensial merupakan pencarian panjang sebuah hubungan baru antara
spontanitas dan organisasi, antara praktek dan teori.“ “Sebagai reaksi atas perkembangan ini, Socialisme ou Barbarie mencoba mendorong bentuk perlawanan baru. Pendekatan yang digunakan adalah demokrasi langsung. Sejarah kelompok ini
secara esensial merupakan pencarian panjang sebuah
hubungan baru antara spontanitas dan organisasi, antara praktek
dan teori. Perdebatan yang berlangsung selama pencarian ini
seringkali masih memiliki kesegaran yang relevan hingga saat ini.
Intelektual Socialisme ou Barbarie yang paling menonjol adalah
Castoriadis dan Lefort. Cornelius Castoriadis lahir tahun 1922 dan
belajar hukum, ekonomi, serta filsafat di Universitas Athena,
Yunani. Sebelum Perang Dunia II, selama kediktatoran Metaxas,
ia bergabung ke dalam organisasi pemuda Partai Komunis. Meski
demikian, saat Jerman menduduki negeri ini dan Partai Komunis
berkeinginan untuk mengabungkan diri bersama organ
perlawanan kaum borjuis, Castoriadis menolak keputusan itu.
Setelah sebuah periode pendek pencarian politik, ia akhirnya
memilih untuk bergabung bersama sebuah Trotskyis kecil yang
dipimpin Spires Stinas. Ini merupakan pilihan beresiko, karena
saat itu kaum Trotskis Yunani terancam dari dua sisi. Kekuasaan
pendudukan (Nazi-Jerman: penerj) mengejar mereka setiap saat
dan tahun 1943 mengesekusi pimpinan paling penting mereka,
diantaranya Pantelis Pouliopoulis dan Yannis Xypolitos.[4] Saat
negeri itu "dibebaskan" tahun 1944, giliran kaum komunis
memburu mereka. Selama "operasi pembersihan", Komunis
membunuh paling sedikit 600 pengikut Trostkyis, seringkali
dengan menyiksa mereka terlebih dulu.[5] Pengalaman traumatik
inilah yang menjadi faktor yang menentukan dalam
perkembangan Castoriadis selanjutnya. Pandangan kaum
Trostkyis mengenai Stalinisme, yang diyakininya hanya untuk
beberapa saat, nampak makin dan semakin kurang benar.
Kaum Stalinis bukan bagian dari gerakan buruh yang terhisap ke
dalam kapitalisme, sebagaimana dikatakan Trotsky, namun
birokrat, yang melawan kaum pekerja sekaligus kapitalisme!
Ketika Castoriadis bermukim di Prancis mulai akhir tahun 1945 ia
bergabung dalam Parri Communiste Internationale (PCI), sebuah
cabang Prancis Internasional Keempat, yang saat itu memiliki
beberapa ratus anggota. Dia dengan segera menyebarluaskan
posisi barunya.
Claude Lefort merupakan rekan terpenting Castoriadis dalam
membangun arus pembangkangan di dalam PCI. Lahir tahun
1924, Lefort masih berstatus mahasiswa filsafat saat bertemu
Castoriadis untuk pertama kalinya. Sejak permulaan 1943, ia
telah membentuk kelompok bawah tanah di Lycée Henri IV di
Paris, meski demikian posisi kaum Trostkyis terhadap Uni Soviet
dan Stalinisme tak pernah begitu meyakinkannya. Saat pertama
kali mendengar pidato Castoriadis, Lefort sangat terkesan:
"Analisanya memukau ku," katanya dalam sebuah wawancara.
"Aku telah teryakinkan olehnya bahkan sebelum ia sampai pada
kesimpulan. [...] Argumentasi Castoriadis menurut saya setaraf
dengan yang dikemukakan Marx sendiri, namun kaum Trotkyis
lain menyebutnya sebagai penyimpangan."[6]
Sejak 1946 seterusnya Castoriadis dan Lefort bekerjasama.
Seperti kebiasaan dalam gerakan Trotskyis, keduanya memiliki
nama samaran. Castoriadis menggunakan nama Pierre
Chaulieu, sedang Lefort sebagai Claude Montal.[7] Karena itulah
mereka pertama kali dikenal sebagai tendensi atau
kecenderungan Chaulieu-Montal.[8]
Sejarah politik Castoriadis dan Lefort cukup jauh berbeda.
Castoriadis pernah menjadi anggota Partai Komunis dan
kemudian anggota organisasi Trotskyis. Di dalam dua
pengalaman itu dia mengambil pandangan berlawanan selama
menjadi anggota. Ia dengan demikian telah terbiasa dengan
disiplin partai – paling kurang untuk sesaat. Di lain pihak, Lefort,
tak punya pengalaman semacam itu. Dia menghabiskan
beberapa tahun sebagai anggota sebuah organisasi partai dan
sejak semula telah mengambil padangan berlawanan dalam
gerakan Trotskis. Ide untuk mengidentifikasi diri dengan sebuah
kelompok atau partai sejak awal sangat aneh baginya.[9]
Perbedaan di antara keduanya menjadi semakin lebih kritis dalam
perdebatan politik di kemudian hari.
Jika menilik sedikit ke belakang seseorang dapat melihat bahwa
periode awal setelah berakhirnya Perang Dunia II – hingga 1947 –
merupakan tatanan yang berbeda dengan masa-masa
setelahnya. Sebelum 1947 hubungan politik relatif terbuka dan
fleksibel; di kemudian hari ini semua berubah untuk waktu yang
lama. Ketegangan di antara kedua kekuatan negara adi daya
meningkat secara perlahan-lahan. Stalin belum merancang
negeri-negeri Eropa Timur yang baru saja ditaklukan untuk
mengikuti gaya Soviet dan Presiden Amerika Serikat, Truman,
belum memutuskan untuk menggunakan potensi ekonomi
raksasa Amerika sebagai senjata melawan komunisme.
Di Eropa Barat perang telah menyebabkan peralihan kuat ke arah
kiri. Partai-partai Komunis menjadi lebih popular dibanding
sebelumnya. Presentase perolehan suara mereka kerapkali
tumbuh berlipat ganda dari jumlah sebelum perang: terjadi pula
peningkatan dalam jumlah keanggotaan partai. Setelah tahun-
tahun penuh penderitaan dalam d