pengantar kuliah bahasa indonesia · ppt file · web viewtujuan kuliah (kompetensi dasar) tujuan...

299
BAHASA INDONESIA Oleh Rahmi Rahmayati

Upload: dinhnguyet

Post on 08-Mar-2019

254 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAHASA INDONESIA

Oleh Rahmi Rahmayati

PENGANTAR KULIAH BAHASA INDONESIA

DESKRIPSI KULIAHBerdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikti, Depdiknas RI Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tanggal 6 September 2006, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai MPK menekankan keterampilan mahasiswa untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

DESKRIPSI KULIAHKeterampilan Berbahasa1. Menyimak2. Berbicara3. Membaca4. Menulis (Keterampilan

menulis akademik sebagai fokus)

TUJUAN KULIAH (KOMPETENSI DASAR)

Tujuan UmumBahasa Indonesia dijadikan mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) di setiap perguruan tinggi dengan tujuan agar para mahasiswa menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia.Sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia diwujudkan dengan(1) kesetiaan bahasa(2) kebanggaan bahasa(3) kesadaran akan adanya norma bahasa

TUJUAN KULIAH (KOMPETENSI DASAR)

Tujuan Khusus Tujuan khusus kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi adalah agar para mahasiswa, calon sarjana, terampil menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan dan, terutama, secara tertulis sebagai sarana pengungkapan gagasan ilmiah.

TUJUAN KULIAH (KOMPETENSI DASAR)

Tujuan jangka pendek dan bersifat mendesak untuk keperluan mahasiswa pada akhir kuliah bahasa Indonesia adalah 1. agar mahasiswa mampu menyusun sebuah

karya ilmiah sederhana dalam bentuk dan isi yang baik dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. agar mahasiswa dapat melakukan tugas-tugas (karangan ilmiah sederhana) dari dosen-dosen lain dengan menerapkan dasar-dasar yang diperoleh dari kuliah bahasa Indonesia.

TUJUAN KULIAH (KOMPETENSI DASAR)

Tujuan jangka panjang adalah agar para mahasiswa sanggup menyusun skripsi sebagai persyaratan mengikuti ujian sarjana. Demikian juga, setelah lulus mahasiswa terampil menyusun kertas kerja, laporan penelitian, dan karya ilmiah yang lain.

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

SUMBER BAHASABahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu kuno mulai digunakan sebagai alat komunikasi sejak zaman Sriwijaya (Halim, 1979: 6 – 7). Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya berbagai prasasti yang tersebar di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra, seperti:(1) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683,(2) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684,(3) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686,(4) Prasasti Karang Brahi, Bangko, Kabupaten Merangin,

Jambi, tahun 688, yang bertulis Pra-Nagari dan bahasanya bahasa Melayu Kuno.

(5) Prasasti Gandasuli di Jawa Tengah, tahun 832,(6) Prasasti Bogor di Bogor, tahun 942.

1 • Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa

kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra.

2• Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa

perhubungan (lingua franca) antarsuku di Indonesia.

3

• Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, terutama di sepanjang pantai , baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun bagi pedagang-pedagang yang datang dari luar Indonesia.

4 • Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi

kerajaan.

FUNGSI BAHASA MELAYU PADA ZAMAN SRIWIJAYA

Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah putusan Kongres Pemuda Indonesia tahun 1928 itu berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai berikut.Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu, yang sudah dipakai sejak pertengahan Abad VII itu, menjadi bahasa Indonesia.

PERESMIAN BAHASA INDONESIA

MENGAPA BAHASA MELAYU DIANGKAT MENJADI BAHASA

INDONESIA?

Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.

Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa atau perbedaan bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahasa Sunda.

Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

1 • Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu

oleh Ch. A. Van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2• Pada tahun 1908, pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit

buku-buku bacaan yang nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka.

3 • Tanggal 28 Oktober 1928 terjadinya sumpah pemuda.

4 • Pada tahu 1933 secara resmi berdiri angkatan sastrawan

muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru

PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

5 • Pada tanggal 25 – 28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres

Bahasa Indonesia I di Solo.

6• Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-

Undang Dasar 1945, yang salah satunya pasal 36, yang menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

7 • Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan

Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

8 • Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28

Oktober – 2 November 1954.

PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

9

• Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

10

• Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.

PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

1

• Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928.

2

• Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

1 • Lambang kebanggaan kebangsaan,

2• Lambang identitas nasional,

3• Alat perhubungan antarwarga,

antardaerah, dan antarbudaya,

4• Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku

bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL

1 • Bahasa resmi kenegaraan

2• Bahasa pengantar di dalam dunia

pendidikan

3• Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk

kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan

4• Alat pengembangan kebudayaan, ilmu

pengetahuan, dan teknologi.

FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI

BAHASA NEGARA

1 • SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI

BAHASA INDONESIA

2• MEMBACA KRITIS

3• KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA

ILMIAH

4• EJAAN, PILIHAN KATA, KALIMAT, DAN

PARAGRAF

MATERI-MATERI BAHASA INDONESIA

5 • KARYA TULIS ILMIAH

6• PROPOSAL

7• LAPORAN PENELITIAN

8• ARTIKEL DAN MAKALAH

MATERI-MATERI BAHASA INDONESIA

9 • TEKNIK PENGUTIPAN DAN DAFTAR

RUJUKAN

10• PENYUNTINGAN

11• PRESENTASI

MATERI-MATERI BAHASA INDONESIA

KARAKTERISTIKBAHASA INDONESIA

ILMIAH

1 • Ragam menurut golongan penutur

bahasa

2• Ragam menurut jenis pemakaian

bahasa

KLASIFIKASI RAGAM BAHASA (Alwi, 1988)

Ragam Menurut Golonga

n Penutur Bahasa

Ragam Daerah

Ragam Pendidikan

Sikap Penutur

1

• Ragam daerah dikenal dengan nama logat atau dialek. Logat daerah kentara karena tata bunyinya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, intonasi, panjang-pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.

2

• Ragam pendidikan dapat dibagi atas ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku (ragam bahasa baku dan ragam tidak baku akan diuraikan secara khusus).

3

• Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap-tiap pemakai bahasa. Ragam ini biasa disebut langgam atau gaya.

Ragam Menurut Golongan Penutur Bahasa

Ragam Menurut Jenis Pemakaian

BahasaRagam dari

sudut pandangan bidang atau

pokok persoalan

Ragam menurut

sarananya

1

• Ragam dari sudut pandangan bidang atau pokok persoalan mengandung maksud bahwa ragam bahasa antara bidang tertentu dengan bidang yang lain atau pokok persoalan tertentu dengan pokok persoalan lain adalah berbeda. Misalnya, ragam bahasa dalam bidang agama berbeda dengan bidang politik. Perbedaan tersebut terutama dalam hal istilah atau ungkapan khusus.

2• Ragam bahasa menurut

sarananya terdiri atas:• (1) ragam lisan, dan• (2) ragam tulisan.

Ragam Menurut Jenis Pemakaian Bahasa

1 • ragam ilmiah yaitu bahasa yang

digunakan dalam kegiatan ilmiah,ceramah, tulisan-tulisan ilmiah;

2• ragam populer yaitu bahasa

yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari dan dalam tulisan populer (Santoso dkk, 2004).

Selain klasifikasi di atas, ragam bahasa dapat pula diklasifikasikan berdasarkan bidang wacana. Dengan dasar ini ragam bahasa dapat dibedakan atas:

KARAKTERISTIK BAHASA ILMIAH

1 • Lugas dan Jelas

2 • Objektif

3 • Cendekia

4 • Ringkas dan Padat

5 • Konsisten

6 • Gagasan sebagai pangkal tolak

Karakteristik Bahasa Indonesia Ilmiah

lugas

Bahasa tulis ilmiah digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas  dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan hendaknya diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan oleh pengungkapan itu adalah makna lugas. Dengan  paparan yang lugas, kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat akan terhindarkan. Penulisan  yang bernada sastra perlu  dihindari (Basuki, 1994). Penulisan  yang bernada sastra cenderung tidak mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas).

lugas

1. Para pendidik  yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh  ulah sebagian anak-anak mempunyai  tugas yang tidak bisa dikatakan ringan.

2. Para pendidik  yang kadang-kadang atau bahkan sering  terkena  akibat ulah sebagian anak-anak, mempunyai  tugas yang berat.

Kalimat (1) bermakna  tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan. Kedua ungkapan itu tidak mampu mengungkapkan gagasan secara lugas. Kedua ungkapan itu dapat diganti terkena akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat (2)

jelas

Artikel ilmiah ditulis dalam rangka mengkomunikasikan gagasan kepada pembaca. Sehubungan dengan  hal tersebut, kejelasan gagasan yang disampaikan perlu  mendapat perhatian. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas. Gagasan akan mudah dipahami apabila hubungan gagasan yang satu dan yang lainnya jelas. Ketidakjelasan pada umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antargagasan menjadi  tidak jelas. Oleh sebab  itu, dalam artikel  ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu panjang.

jelas

1. Penanaman  moral di sekolah  sebenarnya  merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.

2. Penanaman moral di sekolah sebenarnya  merupakan kelanjutan dari penanaman  moral di rumah. Penanaman  moral di Sekolah  dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila. Di samping itu, penanaman moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian.

jelas

Contoh (1) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan  contoh (2), kalimat-kalimatnya pendak sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas. Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat kalimat panjang. Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam menyusun kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas.  

objektif

Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.

objektif

1. Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf.

2. Penelitian pasti diawali adanya masalah.3. Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraf.4. Penelitian diawali adanya masalah.

Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrem dapat memberi kesan subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari. Penulisan kalimat (1) dan (2) perlu dihindari karena barsifat subjektif/emosional. Penulisan kalimat yang tidak subjektif tampak pada contoh (3) dan (4).

cendekia

Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.

Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya.

cendekia

1. Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia.

2. Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia, terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia.

Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada ketepatan dan kesaksamaan penggunaan kata. Oleh karena itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaikan dengan muatan isi pesan yang akan disampaikan.

Ringkas dan padat

Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat.

Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Oleh karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.

Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.

Ringkas dan padat

1. Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia.

2. Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas, menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warga negara Indonesia.

Contoh (1) berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan contoh (2) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebut pada paparan dan kata dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat (2) tidak memberi tambahan makna yang berarti. Dengan demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir.

konsisten

Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten.

Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.

konsisten1. Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang

dan usai lebaran, pengusaha angkutan diimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra.

2. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.

3. Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan yang cukup. Pengusaha angkutan diimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra.

4. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.

Contoh (3) dan (4) tidak konsisten dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, contoh yang konsisten adalah contoh (1) dan (2).

Gagasan sebagai pangkal tolak

Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.

Gagasan sebagai pangkal tolak

1. Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.

2. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting.

Contoh kalimat (1) berorientasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan kata penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut.

Contoh (2) berorientasi pada gagasan dengan menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu dihindari. Oleh karena itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam kalimat perlu dihindari.

RAGAM LISAN DAN RAGAM TULISAN

1 • Ragam lisan menghendaki adanya orang

kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.

2

• Di dalam ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan karena bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, anggukan, intonasi, dsb. sebaliknya dengan ragam tulisan.

3

• Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Sebaliknya, ragam tulis tidak terikat oleh oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.

4

• Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf kapital, dan huruf miring.

Perbedaan Ragam Lisan dan Tulisan

Ragam Lisan • 1. Kendaraan yang ditumpanginya

nabrak pohon kelapa.• 2. Bila tak sanggup, tak perlu

lanjutkan pekerjaan itu.

Ragam Tullisan

• 1. Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon kelapa.

• 2. Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.

Penggunaan Bentuk Kata dalam Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

Ragam Lisan • 1. Saya sudah kasih tahu mereka

tentang hal itu.• 2. Mereka lagi bikin denah buat

pameran entar

Ragam Tullisan• 1. Saya sudah memberi tahu

mereka tentang hal itu • 2. Mereka sedang membuat denah

untuk pameran nanti.

Penggunaan Kosa Kata dalam Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

Ragam Lisan • 1. Rencana ini saya sudah

sampaikan kepada Direktur.• 2. Dalam “Asah Terampil” ini

dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.

Ragam Tullisan• 1. Rencana ini sudah saya

sampaikan kepada direktur. • 2. “Asah Terampil” dihadiri oleh

Gubernur Daerah Istimewa Aceh.

Penggunaan Struktur Kalimat dalam Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

Accuracy (akurat)

• segala informasi atau gagasan yang dituliskan dapat memberi keyakinan bagi pembaca bahwa hal tersebut masuk akal atau logis.

Brevety (ringkas)

• gagasan tertulis yang disampaikan bersifat singkat karena tidak menggunakan kata yang mubazir dan berulang, seluruh kata yang digunakan dalam kalimat ada fungsinya.

Clarity(jelas)

• tulisan itu mudah dipahami, alur pikirannya mudah diikuti oleh pembaca. Tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca.

Tiga Karakteristik Bahasa Tulisan (Goeller:1980)

PERBEDAAN RAGAM BAKU DAN RAGAM

TIDAK BAKU

Ragam Baku

• Ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.

Ragam Tidak Baku

• • Ragam yang tidak

dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.

Perbedaan Definisi Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku

1

• Memiliki sifat kemantapan dinamis. Bahasa baku harus memiliki kaidah dan aturan yang relatif tetap dan luwes. Bahasa baku tidak dapat berubah setiap saat.

2

• Kecendekiaan. Kecendekiaan berarti bahwa bahasa baku sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di pelbagai ilmu dan teknologi, dan bahasa baku dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal.

3

• Keseragaman kaidah. Keseragaman kaidah adalah keseragaman aturan atau norma. Tetapi, keseragaman bukan berarti penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman variasi bahasa.

Ciri Ragam Baku (Depdikbud 1988)

1

• komunikasi resmi, yakni surat-menyurat resmi, pengumumanpengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya (ingat kembali fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi);

2 • wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah;

3 • pembicaraan di depan umum yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah;dan

4• pembicaraan dengan orang yang

dihormati yakni orang yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya dan orang yang baru dikenal.

Kridalaksana (1978) mengatakan bahwa bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang dipergunakan dalam:

CIRI STRUKTUR (UNSUR-UNSUR)

BAHASA INDONESIA BAKU

Bahasa Indonesia Baku Bahasa IndonesiaTidak Baku

Ahmad melempar mangga yang ada di depan rumahnya.

Ahmad lempar mangga yang ada di depan rumahnya.

Hama wereng menyerang padi petani yang sudah mulai menguning.

Hama wereng serang padi petani yang sudah mulai menguning.

Anak itu sudah mampu berjalan walaupun masih tertatih-tatih.

Anak itu sudah mampu jalan walaupun masih tertatih-tatih.

1. Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.

Bahasa Indonesia Baku Bahasa IndonesiaTidak Baku

Direktur perusahaan itu pergi ke luar negeri.

Direktur perusahaan itu ke luar negeri.

2. Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat, dan sebagainya secara eksplisit dan konsisten.

Bahasa Indonesia Baku Bahasa IndonesiaTidak Baku

Ia mengetahui bahwa anaknya tidak lulus.

Ia mengetahui anaknya tidak lulus.

Ia tidak percaya kepada semua orang karena tidak setiap orang jujur.

Ia tidak percaya kepada semua orang, tidak setiap orang jujur.

3. Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten (pemakaian kata penghubung secara tepat dan ajeg)

Bahasa Indonesia Baku Bahasa IndonesiaTidak Baku

Bagaimanakah memakai alat itu?

Bagaimana cara pakai alat itu?

4. Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara konsisten

Bahasa Indonesia Baku Bahasa IndonesiaTidak Baku

Ia mengirim surat kepada saya. Ia mengirim surat ke saya.

Buku itu ada pada saya. Buku itu ada di saya.

Anak itu pergi ke sekolah dengan temannya.

Anak itu pergi ke sekolah sama temannya.

5. Pemakaian preposisi yang tepat

Bahasa Indonesia Baku Bahasa IndonesiaTidak Baku

Semua siswa diharapkan masuk ke kelas. Atau Siswa-siswa diharapkan masuk ke kelas.

Semua siswa-siswa diharapkan masuk ke kelas.

Mereka bersalam-salaman. Mereka saling bersalam-salaman.

Baju itu berwarna kebiru-biruan. Baju itu berwarna agak kebiru-biruan.

6. Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi dan tempatnya

Bahasa Indonesia Baku Bahasa IndonesiaTidak Baku

praktik praktek

analisis analisa

asas azas

teladan tauladan

tradisional tradisionil

7. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD)

SIFAT RAGAM BAHASA ILMU

1 • Baku

2 • Denotatif

3 • Berkomunikasi dengan pikiran bukanperasaan

4 • Kohesif

5 • Koheren

Sifat Ragam Bahasa Ilmu

6 • Mengutamakan kalimat pasif

7 • Konsisten

8 • Logis

9 • Efektif

10 • Kuantitatif

Sifat Ragam Bahasa Ilmu

BAKURagam bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah bahasabaku, yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku, yakni EYD, dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah dibakukan.

Contoh: Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia bagian timur kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing. (tidakbaku)

Perbaikan:Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing. (baku)

Karena hujan deras, maka jalanan rusak.

Meskipun dia sudah berusaha keras, tetapi dia tidak lolos seleksi.

denotatif

Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda.

Contoh:Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh penerangan yang memadai. (tidaklugas)

Maksud kalimat di atas tidak jelas karena kata penerangan mengandung makna ganda, yaitu informasi atau listrik.

Perbaikan: Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh informasi yang memadai. Atau: Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh listrik yang memadai.

Berkomunikasi dengan pikiran

Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional.

Contoh:Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidakefisien)

Perbaikan:Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)

KOHESIFAgar tercipta hubungan gramatik antar aunsur-unsur, baik dalam kalimat mau pun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan kata-kata penghubung.

Contoh:Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidakefisien)

Perbaikan:Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)

KOHEREN

Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.

MENGUTAMAKAN KALIMAT PASIF

Contoh:Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.

Perbaikan:Penelitian ini dilakukan di laboratorium.

KONSISTEN

Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.

LOGIS

Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.

Contoh:Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan menguap. (tidaklogis)Perbaikan:Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan menguap.

LOGIS

Kepala sekolah memarahi Roni karena bolos sekolah.

EFEKTIF

Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.

KUANTITATIF

Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.

Contoh:Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.

Perbaikan:Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satumeter.

EJAAN

1

• Suatu cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf (Poerwardarminta, 1976).

• Cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa (Tarigan, 1985)

• Keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (Arifin, 2004:170).

PENGERTIAN

EJAAN VAN OPHUIJSEN

• Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin yang disebut Van Ophuijsen. Van Ophuijsen yang merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim.

• Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Suwandi diresmikan untuk menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru tersebut diberi julukan Ejaan Republik.

SEJARAH/JENIS-JENIS EJAAN

EJAAN MELINDO

• Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).

• Perkembangan politik selama bertahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan tersebut.

• Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden RI meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.

SEJARAH/JENIS-JENIS EJAAN

EJAAN VAN OPHUIJSEN EJAAN SUWANDI

Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.

Huruf oe diganti dengan u: guru, itu, umur.

Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dgn k, seperti pada kata-kata; tak, pak, maklum, rakyat.

Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema untuk menuliskan kata-kata, ma’moer, ‘akal. Ta’. Pa’

Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, sepertti anak2, berjalan2, kebarat2an.

Awalan di- dan kata depan di- kedua-duanya ditulis serangkai dgn kata yang mengikutinya, seperti dirumah, dikebun, ditulis, dikarang.

PERBANDINGAN EJAAN VAN OPHUIJSEN DAN SUWANDI

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

EJAAN SUWANDI EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

dj : djalan, djauh j : jalan, jauh

j : pajung, laju y : payung, layu

nj : njonja, bunji ny : nyonya, bunyi

sj : isjarat, masjarakat sy : isyarat, masyarakat

tj : tjukup, tjutji c : cukup, cuci

ch : tarich, achir kh : tarikh, akhir

1. Perubahan huruf

2. Huruf-huruf di bawah ini , yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Suwandi sebagai unsur pinjaman/serapan abjad asing, diresmikan pemakaiannya.F : maaf, fakirV : valuta, universitasZ : zeni, lezat

3. Huruf-huruf q dan xyang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.a : b = p : qSinar-X

4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di- atau ke- sebagai kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikkutinya, sedangkan di- atau ke- sebagai kata depan ditulis terpisah dengan yang mengikkutinya.contoh:di- (awalan) di- (kata depan) ditulis di kampus dibakar di rumah

5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.contoh:anak-anak, berjalan-jalan, dsb.

1 • Pemakaian huruf

• Pemakaian huruf kapital dan huruf miring

• Penulisan kata (termasuk angka dan lambang bilangan)

• Penulisan unsur serapan

• Penulisan partikel “pun”

• Pemakaian tanda baca (pungtuasi)

RUANG LINGKUP EYD

Pelafalan harus sesuai dengan pelafalan fonem (bunyi) bahasa Indonesia.Contoh : AC dibaca a-ce bukan a-se

Cara penulisan nama diri (nama jalan, sungai, gunung dan nama lainnya) harus mengikuti EYD, kecuali ada pertimbangan khusus yang menyangkut segi adat, hukum, atau sejarah.

Contoh :- Rumahnya di Jalan Pajajaran No. 5 Bandung.- Ayahku dosen di Universitas Padjajaran.

1. Pemakaian Huruf

1 • HK dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.

• HK dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

• HK dipakai sebagai huruf pertama ungkapan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. • HK dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan diikuti nama orang. • HK dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

• HK dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

• HK dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

2. Penulisan Huruf Kapital

8• HK dipakai sebagai huruf pertama

nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa bersejarah.

9 • HK dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.

• HK dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.• HK dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/lembaga.• HK dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan.• HK dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu, Adik, Kakak, Paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.• HK dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

• HK dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Huruf Miring dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. contoh: Majalah Bahasa dan Sastra.

Huruf Miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata. contoh: Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Huruf Miring dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.contoh: Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

3. Penulisan Huruf Miring

A. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar

ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:

Kami percaya bahwa kamu anak yang pandai.Kantor pajak penuh sesak.Buku itu sangat tebal.

4. Penulisan Kata

B. Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya:bergeletar diberikan

2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.Misalnya:

bertepuk tangan sebar luaskan3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus

mendapat awalan dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai. Misalnya:

memberitahukan mempertanggungjawabkan

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:monoteisme antarkota multilateralcaturtunggal dasawarsa kontrarevolusi

Catatan:(1) Apabila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf

awalnya huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya:non-Indonesiapan-Afrikanisme

(2) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai, kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata dasar dan kata esa.

Misalnya:Allah Yang Mahakuasa.

C. Bentuk UlangBentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya: anak-anak, centang-perenang,

porak-poranda, gerak-gerik, sayur-mayur

D. GABUNGAN KATA1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah

khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah. Misalnya:

duta besar model linear kambing hitamorang tua sepak bola persegi panjang

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

Misalnya:ibu-bapak kami buku sejarah-baru watt-jam

3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Misalnya:

daripada silaturahmi halalbihalal syahbandar hulubalang wasalam olahraga sukarela

E. Kata Ganti -ku, kau- , -mu, dan –nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil.

F. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang

mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya:Adiknya pergi ke luar negeri.Mereka ada di rumah.

Perhatikan penulisan berikut:Ia keluar sebentar.Kemarikan buku itu!

G. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

H. Partikel

1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.Misalnya:Apakah yang tersirat dalam surat itu?Bacalah buku itu baik-baik!Apatah lagi yang akan diucapkannya?

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.Misalnya:Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.

Kelompok kata yang lazim dianggap padu, seperti adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.

3. Partikel per yang berarti 'mulai', ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.Misalnya:Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

I. Angka dan Lambang Bilangan

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

2. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang.

Misalnya: (a) 10 liter beras (b) I jam 20 menit (c) Rp5.000,00 4 meter persegi 3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah,

apartemen, atau kamar pada alamat.Misalnya:Jalan Tanah Abang I No.15 ; Hotel Sofyan Kamar 69

4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.

Misalnya:Bab X, pasal 5, halaman 212 ; Surah Yasin: 9

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:

a. Bilangan utuh Misalnya: 12 dua belas ; 22 dua puluh dua ; 222 dua ratus dua puluh dua

b. Bilangan pecahan Misalnya: 1/2 setengah 3/4 tiga perempat 1/100 seperseratus 1 % satu persen

6.Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikutMisalnya:Paku Buwono X Paku Buwono ke-10

Paku Buwono kesepuluh

7. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut

Misalnya:tahun 50-an atau tahun lima puluhan

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan.Misalnya:Anti menonton film itu sampai tiga kali.Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang

memberikan suara setuju, 15 suara tidak setuju, dan 5 suara blangko.

9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.Misalnya:Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian supaya lebih mudah dibaca.Misalnya:Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.

11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.

Misalnya: Kantor kami mempunyai dua ratus orang pegawai. Bukan: Kantor kami mempunyai 200 (dua ratus)

orang pegawai.

12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.Misalnya:Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).

A. Tanda Titik (.)1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau

seruan.Misalnya:Ayahku tinggal di Salatiga.

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.Misalnya:Maman S. Mahayana

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.Misalnya:Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum) M.B.A. (Master of Business Administration)

Sdr. (Saudara)

PEMAKAIAN TANDA BACA

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.Misalnya:a.n. (atas nama) d.a. (dengan alamat)

5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.Misalnya:III. Departemen Dalam NegeriA.Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa.B.Direktorat Jenderal Agraria.

Penyisipan Naskah: 1.Patokan Umum 1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi1.2.1 GambarTangan1.2.2 Tabel1.2.3 Grafik

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.Misalnya:Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.Misalnya:1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan ribuan, jutaan dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.Misalnya:Sugiarto lahir pada tahun 1972 di Jakarta.

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga-lembaga nasional atau internasional, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.Misalnya:TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat)sinetron (sinema elektronika)tilang (bukti pelanggaran)

10. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.Misalnya:

Cu (Kuprom)10 cm Panjangnya 10 cm lebih sedikit.kg Berat yang diizinkan 100 kg ke atas.Rp567. 000,00 Harganya Rp567. 000,00 termasuk pajak.

11.Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakankepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.Misalnya:Acara Kunjungan Menteri PertanianTenggelamnya Kapal Van Der Wijk

12.Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat dan tanggal surat atau nama dan alamat penerima surat.Misalnya:

Jalan Sudirman 45 Yth. Sdr. Burhanudin Kantor BTA Group

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.Misalnya:Saya membeli disket, spidol, dan penggaris.Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan, namun, sedangkan dan sebagainya.Misalnya:

Saya ingin datang, tetapi hari hujan.Nugraha bukan anak saya, melainkan anak Pak Udin.

B. TANDA KOMA

3a.Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:Saya tidak akan datang kalau hari hujan.Dia lupa akan janjinya karena sibuk.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya:Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:O, begituWah, bukan main!

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya:Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:O, begituWah, bukan main!

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:Kata ibu, "Saya gembira sekali.""Saya gembira sekali," kata ibu, "karena kamu lulus.“

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:Sdr. Abdullah, Jalan Margonda Raya 21, DepokSurat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas

Kedokteran, Universitas Indonesia Jalan Salemba Raya 6, Jakarta

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.Misalnya:Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka.

9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga.

Misalnya:Drs. Sugito, M.M.Maman S. Mahayana, M.Hum.Yono Sugiyono, S.S.

10.Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan.

Misalnya:Rp12,50 (Lambang Rp tidak diberi titik!)

11.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.Misalnya:

Guru saya, Pak Agus, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.

12.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhiran dengan tanda tanya atau tanda seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu.Misalnya:"Di mana Saudara tinggal?" tanya Mustafa.

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya:Malam makin larut; kami belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk memasak di dapur; adik menghafalkan nama-nama menteri kabinet; saya sendiri asyik menonton sinetron.

B. TANDA TITIK KOMA

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya:Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:a. Ketua : Zaenal Arifin Sekretaris : Irman Nashori Bendahara : Usman

B. TANDA TITIK DUA

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.Misalnya:Ibu : “Bawa kopor ini, Mir!”Amir : “Baik, Bu.”

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman; (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.

Misalnya:(i) Tempo, I (1971), 34:7(ii) Surah Yasin: 9(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup:

Sebuah Studi, sudah terbit.

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang sudah terpisah oleh pergantian baris.Misalnya:... ada cara ba-ru jugaSuku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.Misalnya:... cara baru meng-ukur panas.

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

B. TANDA HUBUNG (-)

3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.Misalnya:

anak-anakberulang-ulang

Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

4. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.Bandingkan:ber-evolusi dengan be-revolusiistri-perwira yang ramah dengan istri perwira -yang ramah

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.

Misalnya:se-Indonesia se-JabotabekHUT ke-28 tahun ’50-an

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Misalnya:di-charterpen-tackle-an

1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya:DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.Misalnya:Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.Keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

B. TANDA KURUNG ( )

3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.

Misalnya:Faktor-faktor produksi menyangkut masalah yang berikut:

(1)alam;(2)tenaga kerja; dan(3)modal.a) alam;b) tenaga kerja; danc) modal.Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.Misalnya:Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2.Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.Misalnya:(perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak dibicarakan.)

B. TANDA KURUNG SIKU ([...])

1.Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.Misalnya:

”Sudah siap?” tanya Yono.

2.Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.Misalnya:

Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Massa, dari Suatu Tempat.Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul ”Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.

Sajak ”Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

B. TANDA PETIK (“...”)

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara ”coba dan ralat” saja.

Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama ”cutbrai”.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Misalnya:Kata Tono, ”Saya juga minta satu.”

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus.

Misalnya:Karena warna kulitnya, Daus mendapat julukan ”Si Hitam ”.

Bang Munir sering disebut ”pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Misalnya:Tanya Sally, ”Kau dengar bunyi ’kring-kring’ tadi?”

”Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, ’lbu! Bapak pulang!’ dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Ibu Arini.

2. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

Misalnya:rate of inflation ‘laju inflasi’

B. TANDA PETIK TUNGGAL (‘...’)

1.Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.Misalnya:Surat No.16/PKS/2004

2.Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.

Misalnya:mahasiswa/mahasiswiharganya Rp150,00/1embarJalan Sigma III/47

B. TANDA GARIS MIRING (/)

Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.Misalnya:

Ali ’kan kusurati (’kan = akan)Malam ’lah tiba (’lah = telah)14 Februari ’90 (’90 = 1990)

B. TANDA APOSTROF (‘)

DIKSI

1

• Widyamartaya (1990: 45) menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca.

• Enre (1988: 102) menjelaskan bahwa diksi ialah pilihan kata dan penggunaan kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.

PENGERTIAN

1

• Achmadi (1990: 136) memberikan definisi diksi adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan.

• Mustakim (1994: 41) membedakan antara istilah pemilihan kata dan pilihan kata. Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang dapat mengungkap gagasan secara tepat, sedangkan pilihan kata adalah hasil proses atau

• tindakan tersebut.

PENGERTIAN

1

• Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata–kata yang tepat atau menggunakan ungkapan–ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu, Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatubahasa.

PRINSIP

1

• Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.

• Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

• Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.

4 • Menciptakan suasana yang tepat.

5 • Mencegah perbedaan penafsiran.

• • Mencegah salah pemahaman.

• Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

FUNGSI/MANFAAT

1

• Ketepatan kata yaitu kesanggupan sebuah kata menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca, sesuai yang dirasakan pengarang,

• Kesesuaian kata ialah kata yang dipilih sesuai dengan situasi dan kesempatan sehingga bisa diterima oleh pembaca.

KUALITAS DIKSI

1

• Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk kepada konsep, referen atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi utama sesuatu kata, sebagai lawan daripada konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya.

• Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya.

JENIS DIKSI (Keraf, 2008: 89-108)

3

• Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan panca indra manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus.

• Kata konkret adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau dirasakan oleh satu atau lebih dari pancaindra. Kata-kata konkret menunjuk kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkret digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain.

JENIS DIKSI

5

• Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas. Kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan.

• Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus.

JENIS DIKSI

7

• Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah.

• Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan.

JENIS DIKSI

9

• Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya.

• Kata slang adalah kata-kata nonstandar yang informal, yang disusun secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga merupakan kata-kata yang tinggi atau murni.

JENIS DIKSI

11

• Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya.

• Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud atau struktur bahasa Indonesia.

JENIS DIKSI

PARAGRAF/ALINEA

1

• Paragraf diserap dari bahasa Inggris paragraph. Kata ini pun berasal dari bahasa Yunani: para- yang berarti ‘sebelum’, grafein yang berarti ‘menulis’.

• Alinea dari bahasa Belanda. Kata Belanda itu sendiri dari kata Latin a linea yang berarti ‘mulai dari baris baru’.

PENGERTIAN

3

• Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan/topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. (Arifin, 2008:115)

• Paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang diungkapkan dalam seluruh tulisan. (Wiyanto, 2006:15)

PENGERTIAN

3

• Paragraf adalah unit keterampilan berbahasa taraf komposisi, yaitu kumpulan beberapa kalimat yang secara bersama-sama mendukung satu kesatuan pikiran. (Rahayu, 2007:97)

• Dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah gabungan kalimat yang memiliki keterkaitan dalam membentuk suatu gagasan/pokok pikiran.

PENGERTIAN

1

• Penampung fragmen pikiran atau ide pokok

• Alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang.

• Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.

• Pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.

FUNGSI PARAGRAF

5

• Alat untuk penyampai fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada para pembaca.

• Sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai

• Dalam rangka keseluruhan karangan paragraf dapat berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).

FUNGSI PARAGRAF

1

• TRANSISI

• GAGASAN POKOK DAN KALIMAT UTAMA

• KALIMAT PENJELAS

• KALIMAT PENEGAS

UNSUR-UNSUR PARAGRAF

Sebuah tulisan/karangan tidak hanya terdiri atas satu paragraf. Ada puluhan bahkan ratusan paragraf. Paragraf-paragraf itu tidak berdiri sendiri, tetapi harus berhubungan satu dengan yang lain. Untuk

menghubungkan paragraf satu dengan paragraf lainnya itu diperlukan “perekat” yang dinamakan transisi.

TRANSISI

1

• TRANSISI BERUPA KATA (KELOMPOK KATA)

• TRANSISI BERUPA KALIMAT

• TRANSISI BERUPA PARAGRAF

TRANSISI

1

• Penanda hubungan kelanjutan, antara lain dan, serta, lagi, lagi pula, tambahan lagi, bahkan, kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya, terakhir.

• Hubungan waktu, antara lain dahulu, sekarang, kini, kelak, sebelum, setelah, sesudah, sementara itu, sehari kemudian, tahun depan, dsb.

• Penanda klimaks, antara lain paling ..., se ... Nya, ter ... .

• Penanda perbandingan, antara lain seperti, ibarat, sama, bak.

TRANSISI BERUPA KATA (KELOMPOK KATA)

5

• Penanda kontras, antara lain tetapi, biarpun, walaupun, sebailknya.

• Penanda urutan jarak, antara lain di sana, di sini, di situ, sebelah, dekat, jauh.

• Penanda ilustrasi, antara lain umpama, contoh, misalnya.

• Penanda sebab akibat, antara lain sebab, oleh sebab itu, oleh karena itu, akibatnya.

• Penanda syarat (pengandaian), antara lain jika, kalau, jikalau, andaikata, seandainya.

• Penanda kesimpulan, antara lain ringkasnya, kesimpulannya, garis besarnya, rangkuman.

TRANSISI BERUPA KATA (KELOMPOK KATA)

Kalimat yang digunakan sebagai transisi dikenal pula dengan istilah kalimat penuntun. Kalimat penuntun mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai transisi dan sebagai pengantar topik yang akan dijelaskan.

TRANSISI BERUPA KALIMAT

Ringkasnya, morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kata. yang dibicarakan dalam morfologi adalah perubahan-perubahan bentu kata, baik dengan afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Perubahan bentuk kata membawa akibat adanya perubahan arti kata.

Adakalanya transisi berupa paragraf pendek. Transisi ini digunakan untuk “membelokkan” pembahasan dari suatu pokok pikiran ke pokok pikiran yang lain.

TRANSISI BERUPA PARAGRAF

Demikian penjelasan ringkas mengenai pentingnya pembuka pidato. Sebelum kita lanjutkan pembicaraan mengenai berbagai cara membuka pidato yang menarik, memikat, dan memesona, terlebih dahulu kita bicarakan intonasi. Pembicaraan tentang intonasi perlu kita dahulukan karena berbagai cara membuka pidato itu hampir tidak ada manfaatnya kalau tidak disertai intonasi yang baik.

1

• IDE DASAR

• JIWA KARANGAN

• DIWUJUDKAN DALAM KALIMAT TOPIK/KALIMAT UTAMA

GAGASAN POKOK

1

• MENGANDUNG SATU GAGASAN POKOK

• BERUPA KALIMAT

• BERSIFAT UMUM

• DIJELASKAN OLEH KALIMAT PENJELAS

• BUKAN BERUPA RINCIAN, PENJELASAN, CONTOH, PERINCIAN DAN ALASAN.

KALIMAT UTAMA/KALIMAT TOPIK

1

• MENGEMBANGKAN GAGASAN POKOK

• BERUPA KALIMAT

• BERSIFAT KHUSUS

• MENJELASKAN KALIMAT UTAMA/KALIMAT TOPIK

• BERUPA RINCIAN, PENJELASAN, CONTOH, PERINCIAN DAN ALASAN.

KALIMAT PENJELAS/KALIMAT PENDUKUNG

Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak mutlak. Artinya, boleh ada boleh tidak. Bila penulis merasa perlu menggunakan kalimat penegas untuk memperjelas informasi atau menyimpulkan kalimat-kalimat yang mendahuluinya, kalimat penegas ditulis.

KALIMAT PENEGAS

JENIS PARAGRAF

1

• PARAGRAF DEDUKTIF

• PARAGRAF INDUKTIF

• PARAGRAF DEDUKTIF-INDUKTIF

• PARAGRAF INERATIF

• PARAGRAF DESKRIPTIF/NARATIF

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN LETAK

KALIMAT UTAMA

DEDUKTIF

• Paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf. pengertian awal paragraf ini tidak harus pada kalimat pertama karena banyak paragraf yang kalimat pertamanya berupa kalimat transisi. paragraf yang mengandung kalimat transisi, kalimat utamanya terletak pada kalimat kedua.

• Paragraf yang kalimat utamanya berada di bagian akhir. Biasanya kalimat utama pada paragraf induktif menggunakan konjungsi penyimpul antarkalimat, seperti jadi, maka, dengan demikian, akhirnya, karena itu. Akan tetapi, kebiasaan ini bukan sesuatu yang mutlak karena banyak pula kalimat utama yang tidak perlu didahului konjungsi tersebut.

JENIS PARAGRAF

DEDUKTIF-INDUKTIF

• Paragraf yang kalimat utamanya berada di awal dan sekaligus di akhir paragraf. Kalimat utama yang berada di akhir paragraf itu merupakan pengulangan atau penegasan kalimat utama pada kalimat awal paragraf. Sebagai pengulangan atau penegas, wujud kalimat utama yang berada di akhir paragraf itu tidak selalu sama dengan kalimat utama yang berada di awal paragraf. Akan tetapi, kedua kalimat itu tetap menunjukkan pokok pikiran yang sama meskipun wujudnya bervariasi

JENIS PARAGRAF

• Paragraf yang kalimat utamanya berada di tengah paragraf. Kalimat-kalimat yang berada di awal paragraf seolah-olah merupakan pengantar untuk menuju pada puncak. Yang dianggap puncak di sini adalah kalimat utamanya. Sesudah sampai bagian puncak, penulis masih menambahkan kalimat-kalimat penjelas lagi. Itulah keunikan paragraf ineratif dan hal ini menyebabkan paragraf ini jarang ada

JENIS PARAGRAF

• Paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh paragraf. Untuk menemukan gagasan utamanya, pembaca harus mengambil kesimpulan dari seluruh kalimat yang ada. Paragraf ini biasanya ditemukan dalam paragraf narasi atau deskripsi

JENIS PARAGRAF

DESKRIPSI

• Paragraf yang menggambarkan suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Tulisan deskripsi merupakan hasil dari observasi melalui panca indera, yang disampaikan dengan kata-kata.

• Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia (tokoh) berdasarkan perkembangan dari waktu kewaktu.• Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk tulisan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang.

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN SIFAT DAN

TUJUAN

ARGUMENTASI

• Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca agar amenerima pendapatnya.

• Paragraf yang berisi ajakan dan memiliki tujuan untuk membujuk/mengajak pembaca agar melakukan apa yang diinnginkan oleh penulis.

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN SIFAT DAN

TUJUAN

1

• Metode klimaks-antiklimaks

2 • Metode sudut pandangan

3 • Metode perbandingan dan pertentangan

4 • Metode analogi

5 • Metode contoh

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN CARA

PENGEMBANGAN/METODE

6

• Metode proses

7 • Metode sebab akibat

8 • Metode umum khusus

9 • Metode klasifikasi

10 • Definisi luas

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN CARA

PENGEMBANGAN/METODE

Metode klimaks-antiklimaks

• Pengembangan gagasan mulai dari yang rendah ke yang paling tinggi.

Metode sudut pandangan

• Pengembangan gagasan berdasarkan sudut pandang pengarang dalam meliahat sesuatu.

• Pengembangan gagasan dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan objek.

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN CARA

PENGEMBANGAN/METODE

Metode analogi

• Pengembangan gagasan dengan membandingkan segi kesamaan dua hal yang berbeda.

Metode contoh • Pengembangan gagasan dengan

pemberian contoh.

• Pengembangan gagasan yang berisi langkah-langkah/tahap-tahap dalam melakukan sesuatu.

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN CARA

PENGEMBANGAN/METODE

Metode sebab akibat

• Pengembangan gagasan berupa rincian-rincian akibat suatu sebab.

Metode umum khusus• Pengembangan gagasan dari

hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus

• Pengembangan gagasan yang berisi langkah-langkah/tahap-tahap dalam melakukan sesuatu.

• Pengembangan gagasan dengan cara memberi keterangan/arti secara lebih luas

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN CARA

PENGEMBANGAN/METODE

PARAGRAF PEMBUKA

• Paragraf pembuka mempunyai fungsi antara lain untuk menarik perhatian pembaca, mengarahkan perhatian pembaca ke masalah yang akan disampaikan, atau memberi gambaran umum mengenai masalah yang akan disampaikan penulis.

PARAGRAF ISI

• Bagian isi merupakan penjelasan terperinci mengenai masalah yang akan disampaikan penulis.

• Paragraf penutup berupa kesimpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, mengajak pembaca mengerjakan sesuatu, atau prediksi yang berkaitan dengan isi tulisan.

JENIS PARAGRAF BERDASARKAN FUNGSI

KRITERIA PARAGRAF

KESATUAN(KOHESI)

• Adanya satu gagasan yang terdapat dalam paragraf (makna kohesif).

• Adanya kekompakkan jalinan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya dalam membentuk paragraf.

• Penyusunan atau perincian gagasan-gagasan yang membentuk paragraf.

KRITERIA PARAGRAF

1

• Konjungsi

2 • Pronomina

3 • Repetisi

• Sinonim

• Hiponim

• Paralelisme

• Elipsasi

SYARAT KOHESI

Ungkapan pengait antarkalimat dapat digunakan konjungsi(ungkapan penghubung). Ungkapan penghubung yang dapat digunakan (a) hubungan tambahan antara lain: lebih lagi, selanjutnya, di samping itu, berikutnya, lagi pula, (b) hubungan pertentangan antara lain: akan tetapi, namun, walaupun demikian, sebaliknya, (c) hubungan perbandingan antara lain: sama dengan itu, sehubungan dengan itu, (d) hubungan akibat antara lain: oleh sebab itu, jadi, maka, (e) hubungan tujuan, antara lain: untuk itu, untuk maksud itu, (f) hubungan waktu, antara lain: beberapa saat kemudian, sementara itu, (g) hubungan tempat, antara lain: berdekatan dengan itu.

PENGGUNAAN KONJUNGSI

Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, dapat digunakan pronomina (kata ganti orang). Pemakaian kata ganti iniberguna untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-kali. Kata ganti yang dimaksud adalah saya, aku, kita, kami, engkau, kamu, dia, ia, beliau, mereka, dan nya.

PENGGUNAAN PRONOMINA

Dalam upaya merangkai kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dapat digunakan repetisi, yaitu mengulang kata tertentu yang dianggap penting. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang tinggal di berbagai daerah dengan keanekaragaman budaya dan bahasanya. Keanekaragaman demikian mungkin menguntungkan karena dapat memperkaya kebudayaan nasional. Moto Bhineka Tunggal Ika mencerminkan tekad bangsa kita untuk menarik keuntungan dari keanekaragaman itu.

PENGGUNAAN REPETISI

Cara lain yang kadang-kadang juga digunakan untuk merangkaikan kalimat dalam paragraf adalah sinonim atau kemaknaan. Kesemaknaan tidak terbatas pada kata dan kata, namun mungkin juga kesemaknaan kata dan kelompok kata, Misalnya, Bandung bersemakna dengan “kota yang dijuluki Paris van Java”, Bung Karno bersemakna dengan “tokoh proklamator’.

PENGGUNAAN SINONIM

Sarana kohesi lain yang masih berhubungan dengan makna adalah hiponimi. Hiponimi ialah hubungan makna umum dan makna khusus, atau makna kelas dan makna subkelas.

Pada saat fajar mulai menyingsing, sebagian penduduk republik ini yang berada di strata sosial paling bawah sudah mengambil ancangancang untuk melakukan kegiatan rutin sehari-harinya. Pak Tani dengan kerbau dan bajaknya sudah pergimengayun langkah menuju sawah atau ladangnya. Para nelayan turun ke pantai untuk menarik jaring dari lautan yang luas. Pedagang sayuran merapikan dagangannya untuk segera diantar ke rumah rumah pelanggannya. Pembuat makanan, pedagang kaki lima, abang becak, semua membenahi peralatan menyongsong mentari datang. Sementara itu, penduduk dari strata sosial atas masih mendengkur di tempat tidur.

PENGGUNAAN HIPONIM

Cara yang berikut untuk membangun paragraf yang kohesif adalah penggunaan bentuk yang paralel ( parallel structures) atau bentuk yang sejajar.

Raja tanpa kabinet dan bintang film tanpa pengagum tidak berbeda dengan ikan hidup di luar air. Profesor tanpa mahasiswa atau pelawak tanpa penonton sama halnya dengan pohon jeruk yang ditanam di laut. Pameran tanpa pengunjung atau pasar tanpa pembeli sama halnya dengan tanaman hidup di atas batu. Begitulah, setiap orang mendapat harga diri dalam hubungan dengan lingkungannya.

PENGGUNAAN PARALELISME

Cara lain untuk merangkai kalimat dalam paragraf adalah elipsasi atau pelesapan. Cara ini melesapkan bagian-bagian kalimat tertentu karena bagian itu sudah disebutkan dalam kalimat sebelumnya.

PENGGUNAAN ELIPSASI

Demi terpenuhinya tuntutan koherensi paragraf, ada dua halpokok yang harus diperhatikan. Kedua hal yang dimaksud ialah (1)kokohnya kalimat penjelas dalam menjelaskan ide pokok dan (2)logisnya urutan peristiwa, waktu, ruang atau tempat, dan proses.

SYARAT KOHERENSI

KALIMAT

1

• Kridalaksana (2001:92) juga mengungkapkan kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa;

• .

• Dardjowidojo (1988: 254) menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.• Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan; mungkin yang dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.

PENGERTIAN

JENIS KALIMAT

KALIMAT VERBAL

• Kalimat yang berpredikat kata kerja.

• Contoh: Mereka sedang bekerja di Rumah Sakit Santosa

• .

• Kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.

JENIS KALIMAT BERDASARKAN JENIS KATA PREDIKAT

KALIMAT

1

• Kridalaksana (2001:92) juga mengungkapkan kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa;

2 • Dardjowidojo (1988: 254) menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.

3

• Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan; mungkin yang dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.

PENGERTIAN

SUBJEK

• Subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa atau apa predikat.

• Contoh: Mahasiswa mengerjakan tugas makalah.

PREDIKAT

• Predikat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa subjek.

• Contoh: Mahasiswa menyusun skripsi.

OBJEK

• Objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa kata kerja transitif.

• Contoh: Mahasiswa itu mengemukakan masalahnya. Masalahnya dikemukakan oleh mahasiswa itu.

CIRI-CIRI UNSUR KALIMAT

PELENGKAP

• Pelengkap tidak dapat menjadi subjek sebab tidak dapat dipasifkan.

• Contoh: Mereka belajar matematika dengan sungguh-sungguh.

KETERANGAN

• Posisi keterangan dapat berpindah-pindah di depan, tengah, atau akhir kalimat.

• Contoh: Mereka belajar di perpustakaan.

CIRI-CIRI UNSUR KALIMAT

1

• Kalimat Dasar Berpola S-P (P1 KK)

• Contoh: Mereka pulang.• Semua peserta datang.

2• Kalimat Dasar Berpola S-P (P2 KB) • Contoh: Dia mahasiswa.• Ayahnya pengusaha.

3 •Kalimat Dasar Berpola S-P (P3 KS)•Contoh: Mahasiswa di sini pandai-pandai.• Gedungnya tinggi-tinggi.

POLA DASAR KALIMAT

4

• Kalimat Dasar Berpola S-P-K• Contoh: Presiden berasal dari

Jawa Tengah.• Kalung itu terbuat

dari emas.

5• Kalimat Dasar Berpola S-P- Pel. • Contoh: Negara RI berdasarkan

Pancasila.• Kantor kami kemasukan

pencuri

6• Kalimat Dasar Berpola S-P-O (P1 KK

transitif)• Contoh: Mahasiswa membuat makalah.• Wartawan mencari berita.

POLA DASAR KALIMAT

7

• Kalimat Dasar Berpola S-P-O- Pel (P1 KK dwitransitif)

• Contoh:• Ayah mengirimi saya uang. • Presiden menganugerahi para

pahlawan tanda jasa.

8

• Kalimat Dasar Berpola S-P-O-K • Contoh:• Mereka mengadakan penelitian di

luar kota.• Para mahasiswa mengikuti KKN di

daerah.

POLA DASAR KALIMAT

JENIS KALIMAT

KALIMAT BERITA

• Kalimat yang berisi berita atau informasi diakhiri dengan tanda baca titik.

• Contoh: Indra dan Indri pergi ke kampus bersama-sama.

KALIMAT TANYA

• Kalimat yang isinya menanyakan suatu hal. Kalimat ini menggunakan kata tanya yang diakhiri dengan tanda tanya.

• Contoh:• Apakah kau sudah mengambil

keputusan?

KALIMAT PERINTAH

• Kalimat yang berisi perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat ini diakhiri dengan tanda baca seru.

• Contoh: Pergilah dari sini!

JENIS KALIMAT BERDASARKANINTONASINYA

KALIMAT HARAPAN

• Kalimat yang menunjukkan harapan atau keinginan.

• Contoh: Mudah-mudahan kalian lulus ujian.

KALIMAT ANJURAN

• Kalimat yang berisi saran.• Contoh: Belajarlah dengan

sungguh-sungguh agar kau berhasil!

KALIMAT TANGGAP-AN

• Kalimat yang berisi tanggapan terhadap sesuatu.

• Contoh: Pemerintah sebaiknya menertibkan pedagang kaki lima di trotoar.

KALIMAT PERMINTA-AN

• Kalimat yang berisi permintaan. Biasanya menggunakan kata mohon atau minta.

• Contoh: Kami mohon kepada hadirin untuk menempati tempat yang telah disediakan.

JENIS KALIMAT BERDASARKANISI BERITANYA

KALIMAT VERBAL

• Kalimat yang berpredikat kata kerja.

• Contoh: Mereka sedang mengerjakan tugas kuliah.

KALIMAT NOMINAL

• Kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.

• Contoh:• Anto sangat rajin.• Ayahnya seorang pengusaha.• Ibunya dua.

JENIS KALIMAT BERDASARKAN

JENIS KATA PREDIKAT

KALIMAT NORMAL/

BIASA

• kalimat yang predikatnya terletak di belakang subjek.• Contoh: • Anggota sidang sedang

beristirahat.• S P

KALIMAT INVERSI

• kalimat yang predikatnya mendahului subjek.• Contoh: • Berangkatlah mereka ke

Surabaya. • P S K

JENIS KALIMAT BERDASARKAN

SUSUNAN ATAU LETAK PREDIKAT

KALIMAT TUNGGAL

• kalimat yang memiliki satu klausa• Contoh: • Anggita sedang membaca novel • S P O

KALIMAT MAJEMUK

• kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa.• Contoh: • Rani menangis ketika Rama pergi.

JENIS KALIMAT BERDASARKAN

JUMLAH KLAUSA

MAJEMUK SETARA

• kalimat majemuk yang klausa-klausanya setara• Contoh:• Arman membaca lalu menulis.

KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT

• Kalimat yang klausa-klausanya tidak sederajat/tidak setara.• Contoh: • Arya pergi ke kampus ketika Ria

datang ke rumah.•

JENIS KALIMAT MAJEMUK

KALIMAT AKTIF

• kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan.• Contoh: • Ibu Ani sedang mengajarkan

bahasa Inggris.• S P

O

KALIMAT PASIF• kalimat yang subjeknya dikenai

pekerjaan.• Contoh: • Adik memukul ayam.

JENIS KALIMAT BERDASARKANSUBJEK/PELAKU

• kalimat yang predikatnya diikuti objek atau pelengkap.• Contoh: • Ibu Ani sedang mengajarkan

bahasa Inggris.• S P

O

AKTIF INTRANSITIF• kalimat yang predikatnya tidak

diikuti objek atau pelengkap.• Contoh: • Dia pergi ke supermarket.

JENIS KALIMAT AKTIF

• Kalimat yang kehilangan salah satu atau kedua-duanya unsur pusat tersebut.• Contoh:• Ke Jakarta.• Pergi ke Solo?

KALIMAT MINOR

• Kalimat yang terdiri atas satu unsur saja.• Contoh: • pergi!• Dia?

JENIS KALIMAT BERDASARKAN KELENGKAPAN UNSUR DAN

JUMLAH UNSURNYA

• Kalimat yang hanya terdiri atas dua inti yang meru-pakan unsur pusat (inti S dan inti P). Ciri kalimat inti:

• terdiri atas dua kata,• berintonasi normal, dan• bersusunan biasa (S– P).• Contoh: Kami berdiskusi.

• Nelayan mengeluh.

KALIMAT TRANSFORMASI

• Kalimat inti yang telah mengalami perubahan intonasi, urutan kata, penambahan unsur, dan dijadikan kalimat majemuk bertingkat.• Contoh:• Kami berdiskusi?• Berdiskusi kami.• Kami berdiskusi di aula.• Sambil menunggu guru, kami berdiskusi.

JENIS KALIMAT BERDASARKAN KELENGKAPAN UNSUR DAN

JUMLAH UNSURNYA

• Kalimat yang hanya terdiri atas dua inti yang meru-pakan unsur pusat (inti S dan inti P). Ciri kalimat inti:

• terdiri atas dua kata,• berintonasi normal, dan• bersusunan biasa (S– P).• Contoh: Kami berdiskusi.

• Nelayan mengeluh.

KALIMAT TRANSFORMASI

• Kalimat inti yang telah mengalami perubahan intonasi, urutan kata, penambahan unsur, dan dijadikan kalimat majemuk bertingkat.• Contoh:• Kami berdiskusi?• Berdiskusi kami.• Kami berdiskusi di aula.• Sambil menunggu guru, kami berdiskusi.

PENGERTIAN

KUIS1. Bentuk kerancuan terdapat pada kalimat

kecuali ...A. Dalam pesta itu mempertunjukkan berbagai

macam atraksi.B. Kita tidak boleh mengenyampingkan hal-hal

yang sepele.C. Berulang kali dia mendatangiku.D. Bagi semua orang peraturan tidak memilih-

milih bulu.E. Semua siswa dilarang tidak boleh mencoret-

coret bajunya.

KUIS2. Harga cabai bergejolak.

Kalimat yang bukan hasil transformasi kalimat tersebut adalah ...

A. Bergejolaknya harga cabai meresahkan ibu rumah tangga.

B. Tahun ini harga cabai sedang bergejolak. C. Pemerintah akan meninjau harga cabai yang

bergejolak. D. Karena ada kerusuhan, harga cabai di beberapa

daerah bergejolak. E. Pada musim hujan tahun ini, harga cabai bergejolak.

KUIS3. Kalimat yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah

adalah ... A. Sebelum membuat karangan terlebih dahulu tentukan

temanya. B. Banyak sekali habitat-habitat binatang langka.

C. Populasi daerah itu bertambah setiap tahun. D. Konservasi alam hendaknya tidak merugikan para

penduduk desa. E. Dengan pertumbuhan penduduk zero tidak akan

menyebabkan ledakan penduduk.

KUIS4. (1) Seorang gadis desa, anak seorang petani kecil, dipaksa kawin.

(2) Dia kawin lari bersama pacarnya ke kota besar, tapi tak lama kembali ke kampung. (3) Ketika ketahuan oleh istri tua suaminya, dia kembali ke Jakarta dan sempat pacaran dengan seorang lelaki. (4) Nasib sedih kemudian menimpa gadis tak berdaya itu. (5) Cerita duka seperti itu bukan merupakan berita lagi.Kalimat berobjek pada paragraf di atas adalah ….A. (1)B. (2)C. (3)D. (4)E. (5)

KUIS5. Kalimat yang berpelengkap adalah …

A. Dia menjual barang-barang elektronik di pasar.B. Dia berdagang barang-barang elektronik di pasar.C. Perantau itu merindukan kampung halamannya.D. Kita membenci musuh-musuh reformasi.E. Kami selalu menyanyikan lagu-lagu perjuangan.

KUIS6. Untuk semua mendapat data dan informasi yang sangat diperlukan,

penulis selalu menggunakan metode observasi dan kepustakaan.

Perbaikan kalimat yang tidak efektif pada bagian karya tulis tersebut adalah ….

A. Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode observasi dan kepustakaan.

B. Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis sangat mempergunakan metode observasi kepustakaan.

C. Data dan informasi sangat diperlukan penulis saat menggunakan metode observasi dan kepustakaan.

D. Pada metode observasi ini penulis membaca buku-buku yang berhubungan dengan penulisan.

E. Penelitian dilakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah melakukan pengenalan masalah.

KUIS7. Secara terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan karya tulis ini untuk

mengetahui apa saja peranan pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di lingkungannya. (2) selain itu, untuk mengetahui dan menemukan cara meningkatkan peran serta pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di lingkungannya.

Perbaikan struktur kalimat nomor satu pada paragraf tersebut adalah …. A. Secara terperinci, penulisan karya tulis ini untuk mengetahui peran pelajar SMA

dalam pembangunan masyarakat di lingkungannya. B. Secara rinci tujuan dari penulisan karya tulis ini untuk mengetahui seberapa besar

peranan pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di lingkungannya. C. Secara terinci tujuan daripada penulisan karya tulis ini untuk mengetahui peranan

pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di lingkungannya. D. Secara terperinci tujuan dari penulisan dan penulisan karya tulis ini untuk

mengetahui peranan pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di lingkungannya.

E. Secara terinci tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peranan pelajar SMA dalam pembangunan masyarakat di lingkungannya.

KUIS8. Dalam karya tulis ini membicarakan tentang kandungan gizi pada jamur

merang.

Perbaikan yang tepat terhadap struktur yang salah pada kalimat tersebut adalah ….A. Karya tulis ini membicarakan kandungan gizi pada jamur merang.

B. Dalam karya tulis ini membicarakan kandungan gizi pada jamur merang.

C. Karya tulis ini dibicarakan kandungan gizi pada jamur merang. D. Karya tulis ini membicarakan kandungan tentang gizi pada jamur

merang. E. Membicarakan kandungan gizi pada jamur merang dalam karya tulis ini.

KUIS9. Karya tulis ini bisa dijadikan acuan bagi pembaca. Oleh sebab itu, kritik

dan saran agar dialamatkan pada penulis.

Struktur kalimat untuk memperbaiki permintaan saran yang tepat pada kata pengantar sebuah karya tulis adalah ….

A. Karya ini landasan kerja resensor, mohon kritik dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan.

B. Karya ini dapat menjadi bermanfaat bila diberi kritik dan saran oleh pembaca dan berbagai pihak yang terkait.

C. Bagi pembaca pemula bacalah karya ini dan berilah saran-saran serta kritikan pada saya.

D. Pembaca karya ini mohon kesediaannya untuk mengkritik dan memberikan saran membangun.

E. Karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

KUIS10. Sanksi yang mana dikenakan pada lembaga penyiaran daripada

produk di mana disiarkan atau ditayangkan.

Perbaikan struktur kalimat tersebut yang tepat adalah …. A. Sanksi di mana dikenakan buat lembaga penyiaran yang mana

produk disiarkan atau ditayangkan. B. Sanksi di mana dikenakan buat lembaga penyiaran yang mana

produk disiarkan atau ditayangkan. C. Sanksi dikenakannya buat lembaga penyiaran atas produk yang

mana disiarkan atau ditayangkan. D. Sanksi dikenakan pada lembaga penyiaran atas produk yang

disiarkan atau ditayangkan. E. Sanksi dikenakan buat lembaga daripada penyiaran atas produk

yang disiarkan atau ditayangkan.

KUIS11. Makna frasa Percobaan penginderaan jarak jauh melalui satelit,

ditentukan oleh inti frasanya. Inti frasa itu adalah .... A. percobaan B. penginderaan

C. jarak jauh D. satelit E. penginderaan satelit

BAHASA DALAM KARYA TULIS ILMIAH

CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ILMIAH

1 • Baku

2 • Denotatif

3 • Berkomunikasi dengan pikiran bukanperasaan

4 • Kohesif

5 • Koheren

Ciri Ragam Bahasa dalam KTI

6 • Mengutamakan kalimat pasif

7 • Konsisten

8 • Logis

9 • Efektif

10 • Kuantitatif

Ciri Ragam Bahasa dalam KTI

BAKURagam bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah bahasabaku, yaitu dalam ragam tulis menggunakan ejaan yang baku, yakni EYD, dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah dibakukan.

Contoh: Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia bagian timur kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing. (tidakbaku)

Perbaikan:Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing. (baku)

denotatif

Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda.

Contoh:Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh penerangan yang memadai. (tidaklugas)

Maksud kalimat di atas tidak jelas karena kata penerangan mengandung makna ganda, yaitu informasi atau listrik.

Perbaikan: Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh informasi yang memadai. Atau: Sampai saat ini masyarakat Desa Bojongsoang belum memperoleh listrik yang memadai.

Berkomunikasi dengan pikiran

Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak emosional.

Contoh:Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidakefisien)

Perbaikan:Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)

KOHESIFAgar tercipta hubungan gramatik antar aunsur-unsur, baik dalam kalimat mau pun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan kata-kata penghubung.

Contoh:Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidakefisien)

Perbaikan:Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)

KOHEREN

Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.

MENGUTAMAKAN KALIMAT PASIF

Contoh:Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.

Perbaikan:Penelitian ini dilakukan di laboratorium.

KONSISTEN

Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.

LOGIS

Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.

Contoh:Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan menguap. (tidaklogis)Perbaikan:Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan menguap.

EFEKTIF

Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.

Pengertian

Kalimat efektif ialah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara

jelas dan tepat.

CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

1 • Kesatuan atau Kesepadanan

2 • Kelogisan

3 • Kehematan

4 • Keparalelan

5 • Kecermatan

Kesatuan/Kesepadanan

Apabila dalam sebuah kalimat terdiri atas beberapa gagasan,

gagasan-gagasan tersebut harus saling berkaitan.

Ciri-ciri Kesatuan atau Kesepadanan

1

• Setiap kalimat harus memiliki fungsi-fungsi yang jelas terutama subjek dan predikat.

• Contoh : Di dalam bab ini membicarakan masalah ejaan.

2• Di dalam kalimat tidak terdapat subjek

ganda.• Contoh : Soal itu saya kurang jelas.

3

• Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

• Contoh : Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

4 •Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.•Contoh : Sekolah kami yang terletak di depan kantor polisi.

Kelogisan

Kehematan

Kehematan ialah penghilangan/penghindaran kata, frasa, atau bentuk kata lain yang

dianggap tidak perlu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehematan sebuah kalimat, yaitu

sebagai berikut.

1• Menghilangkan pengulangan subjek.• Contoh: Hadirin serentak berdiri setelah

mereka mengetahui presiden datang?

2• Menghindarkan pemakaian superordinat

pada hiponim kata. Contoh: Ia memakai baju warna merah?

3• Menghindarkan kesinoniman dalam satu

kalimat.• Contoh: Dia hanya membawa badannya

saja?

4• Tidak menjamakkan kata-kata yang

berbentuk jamak.• Contoh: para tamu-tamu (salah) para

tamu

Keparalelan

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.

Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina; bentuk kedua dan seterusnya harus menggunakan nomina.

Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua dan selanjutnya

menggunakan verba.Contoh:

Harga minyak dibekukan dan kenaikan secara luwes. (salah)

Harga minyak dibekukan dan dinaikkan secara luwes. (benar)

Kecermatan

Kecermatan adalah pemilihan kata dalam kalimat harus tepat

agar tidak menimbulkan tafsiran ganda; tepat dalam

pilihan kata.Contoh : Mahasiswa perguruan

tinggi - yang terkenal itu menerima hadiah.

KALIMAT TIDAK EFEKTIF/NON BAKU

PENYEBAB KALIMAT TIDAK EFEKTIF

Rancu/Kacau

PENYEBAB KALIMAT TIDAK EFEKTIF

Pemakaian Preposisi

PENYEBAB KALIMAT TIDAK EFEKTIF

Pemakaian Preposisi

PENYEBAB KALIMAT TIDAK EFEKTIF

Salah Penempatan

Salah penempatan keterangan aspek atau modalitas dalam bentuk pasif.

Keterangan aspek atau modalitas: ingin, mau, akan, telah, sudah, hendak.

Contoh: Saya ingin bicarakan masalah itu kepada Anda.

Seharusnya: 1. Saya ingin membicarakan masalah itu

kepada Anda. (aktif).2. Ingin saya bicarakan masalah itu kepada

Anda. (pasif).O

KUANTITATIF

Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.

Contoh:Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.

Perbaikan:Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satumeter.

JURNAL ILMIAH

1

• Jurnal ilmiah adalah majalah publikasi yang memuat KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang secara nyata mengandung data dan informasi yang mengajukan iptek dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah serta diterbitkan secara berkala. (Hakim, 2012)

2

• Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang sangat diminati orang saat diterbitkan . Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal dapat terbitan berarti berkala yang berbentuk pamflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan. (A. Rifai, Mien, 1995: 57-95).

3• Jurnal ilmiah adalah tulisan ilmiah yang berupa

hasil pemikiran atau hasil penelitian dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah serta diterbitkan/dipublikasikan secara berkala.

PENGERTIAN

1

• JUDUL

2 • NAMA PENULIS• P

3 • ABSTRAK

4 • KATA KUNCI

5 • PENDAHULUAN

SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH (HASIL PENELITIAN)

6

• METODE

7 • LANDASAN TEORETIS• P

8 • HASIL DAN PEMBAHASAN

9 • SIMPULAN DAN SARAN

10 • DAFTAR PUSTAKA

SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH (HASIL PENELITIAN)

1

• JUDUL

2 • NAMA PENULIS• P

3 • ABSTRAK

4 • KATA KUNCI

5 • PENDAHULUAN

SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH (HASIL PEMIKIRAN)

6

• PEMBAHASAN (DIURAIKAN DALAM SUBBAHASAN)

7 • SIMPULAN

8 • DAFTAR PUSTAKA

SISTEMATIKA JURNAL ILMIAH (HASIL PEMIKIRAN)

PENULISAN JUDULSetiap penulis artikel ilmiah pada hakikatnya

berkeinginan tulisannya dibaca secara luas oleh masyarakat ilmiah.

Judul merupakan bagian pertama dari suatu artikel ilmiah yang dibaca sebelum pembaca membaca isi artikel ilmiah.

Suatu judul artikel ilmiah, selain harus bersifat khas untuk meningkatkan daya tarik pembaca, juga harus singkat dan mampu menggambarkan keseluruhan isi artikel tersebut.

PENULISAN JUDULDisarankan suatu judul tidak lebih dari 12

kata dalam bahasa Indonesia, 8 kata dalam bahasa Jerman, dan 10 kata dalam bahasa Inggris.

Judul yang singkat tetapi jelas, bukan suatu hal yang mudah dibuat.

Judul artikel perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

PENULISAN JUDULBeberapa judul artikel pada suatu jurnal

ilmiah sering kali ditemukan terlalu singkat sehingga judul tersebut kurang menggambarkan isi artikel.

Judul yang terlalu panjang sering kali mengaburkan makna isi artikel, apalagi pada judul tersebut terdapat kata-kata klise seperti penelaahan, studi, pengaruh dan lain-lain.

Hindari penggunaan kata-kata yang rendah bobot ilmiahnya.

Untuk menghindari judul yang terlalu panjang dengan tetap mempertahankan kejelasan makna judul, maka sebaiknya dibuatkan sub-judul.

Judul artikel ilmiah ilmu-ilmu sosial sedapat mungkin dirumuskan dalam kalimat-kalimat relasional dan menghindari kalimat-kalimat yang mengandung kausalitas.

Disarankan dalam penulisan judul untuk menonjolkan kata kunci.

Dianjurkan untuk menempatkan kata kunci yang paling penting dan khas di awal judul.

Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pelayanan penelusuran pustaka (literature scanning service) yang sering kali menggunakan “sistem kata kunci” (key word system).

Penempatan kata kunci dalam judul memberikan dua keuntungan bagi penulis.

Pertama, judul seperti itu merupakan judul yang paling deskriptif, ini sangat membantu pembaca untuk mendapatkan gambaran awal isi artikel juga dapat merangsang pembaca menjadi pembaca aktif.

Kedua, judul yang mencantumkan kata kunci, memungkinkan suatu artikel dikelompokkan ke dalam klasifikasi yang benar oleh pelayanan penelusuran pustaka, tentunya akan sangat membantu ilmuwan lain dalam penelusuran literatur secara cepat dan tepat.

TATA CARA PENULISAN KTI

BAGIAN PEMBUKA1. Judul Karangan (Kulit Luar)

Dalam kulit luar, harus dicantumkan judul karangan (dengan subjudul, bila ada), nama karangan ilmiah, keperluan penyusunan, nama penyusun dan NIM, logo, nama lembaga pendidikan (jurusan, fakultas,universitas), nama kota, dan tahun penyusunan.

a. Judul karangan Contoh:PENINGKATAN INDUSTRI BAJA DI KRAKATAU STEEL CILEGON: TINJAUAN KUALITAS DAN KUANTITAS

Atau

FUNGSI PENGAWASAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

b. Nama Karangan IlmiahMencantumkan jenis karangan ilmiah. Apakah LAPORAN PRAKTIK KERJA, SKRIPSI, TESIS, DISERTASI dll.

Ditulis dengan huruf kapital dan cetak tebal.

c. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ditulis dengan memakai huruf kecil kecuali nama mata kuliah, kegiatan, dan nama jurusan. (ditulis di tengah-tengah).

d. Dilengkapi Dengan Nama Dosen Pembina Dosen Pembina:Bambang Soelistiyono, S.H., M.M.

e. Nama Penyusun Dicantumkan nama penyusun dan NIM dengan didahului kata Oleh:

OlehTubagus Ahmad Soebagja

0299007

f. Logo Logo lembaga pendidikan dengan diameter 4 cm di tengah.

g.Dicantumkan nama fakultas,

universitas atau sekolah nama kota, dan tahun penyusunan (ukuran huruf 14).

2. Halaman JudulHalaman judul sama (identik) dengan kulit luar (jilid), tetapi dituangkan dalam kertas A-4 atau kertas jeruk.

3. Halaman Pengesahan Halaman pengesahan adalah halaman khusus dalam karya ilmiah yang berisikan judul karangan, nama penyusun, NIM, pembimbing utama, pembimbing anggota, diketahui ketua jurusan, dan disahkan oleh dekan.

4. Halaman PersembahanLembaran ini bersifat subjektif. Artinya, isinya bebas bergantung pada keinginan penulis. Biasanya berisikan ayat-ayat suci agama. Persembahan disajikan untuk orang-orang terdekat (ibu, bapak, kakak, adik, istri, suami, atau anak).

5. Abstrak Abstrak mencerminkan seluruh isi karangan dengan mengungkapkan a. judul karangan,b. metode penelitian,c. tujuan penelitian,d. permasalahan, dane. hasil penelitian.

Abstrak ini disajikan dengan jarak 1 spasi dan ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Jumlah kata dalam abstrak yaitu sekitar 200—500 kata.

6. Kata Pengantar Kata pengantar dalam karya ilmiah, misalnya, skripsi berisikan hal-hal berikut: 1. Puji syukur kepada Tuhan,2. Judul karangan,3. Ucapan terima kasih,4. Harapan-harapan penulis,5. Tanggung jawab ilmiah penulis, dan6. Penulisan tempat, tanggal, dan nama penulis.

7. Daftar Tabel Karangan ilmiah yang lengkap, selain menganalisis data dengan saksama, juga mencantumkan tabel yang merupakan gambaran analisis data. Nama tabel diberikan nomor dengan angka Arab dan ditulis dengan memakai huruf kapital pada awal kata kecuali preposisi (di, ke, dari, dll)dan konjungsi (dalam, pada, untuk, dll). Contoh: Tabel 1 Jumlah Penduduk Kecamatan Majalaya……..…………………. 5 Tabel 2 Tingkat Pendapatan Masyarakat………………………………... 16 Tabel 3 Jumlah Produksi Kain di PT Kaha Grup……………………….. 34

8. Daftar Gambar / Grafik / BaganDaftar grafik / gambar / bagan pada dasarnya sama dengan penulisan daftar tabel.

9. Daftar Singkatan dan Lambang Tidak ada aturan yang menetapkan bahwa penulisan lambang dan singkatan harus memakai huruf kapital atau tidak. Ketentuan mengenai bentuk singkatan atau lambang bergantung pada keinginan penulis. Namun, hal yang perlu dipahami dalam penulisan daftar singkatan itu harus konsisten. Cara penulisan singkatan dan lambang adalah sebagai berikut: ditulis dalam bentuk lengkap terlebih dahulu, kemudian diikuti bentuk singkatannya contoh: Bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat BI); disusun secara alfabetis.

10. Daftar Lampiran Daftar lampiran memberikan informasi tentang kelengkapan penelitian seperti angket, kuesioner atau pedoman wawancara, foto-foto, peta lokasi, surat izin penelitian, dan daftar riwayat hidup.

BAGIAN ISI (INTI KARYA ILMIAH)

Bagian isi ini dibagi menjadi empat atau lima bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Pendahuluan,2. Landasan/kajian teori,3. Metodologi penelitian4. Analisis data (pembahasan), dan5. Penutup.

1. PENDAHULUANBab pendahuluan memuat penjelasan atau pengantar tentang isi karangan ilmiah. Bab ini juga memuat landasan kerja dan arahan dalam penyusunan karangan ilmiah.

a. Latar Belakang Masalah

Bagian ini merupakan landasan dan pendorong (motivator) bagi : a) Peneliti untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi; b) Pembaca (orang lain) untuk membaca lebih lanjut. Oleh karena itu, latar belakang ini harus berisikan hal-hal yang menarik minat pembaca.

Pada bagian ini, diuraikan tentang (a) masalah yang akan diteliti, (b) penjelasan tentang dipilihnya masalah ini bagi penulis atau pun bagi orang lain (c) argumentasi yang logis antara data (realitas) dan teori (harapan) sehingga kesenjangan ini menimbulkan rumusan permasalahan.

b. Identifikasi Masalah Atau Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk membatasi atau menajamkan pokok permasalahan sehingga kajian atau pembahasannya tidak terlalu luas dan abstrak. Identifikasi masalah bisa memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian karena pokok permasalahannya menjadi lebih sempit (fokus).

C. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah adalah pokok permasalahan yang akan kita bahas atau pertanyaan-pertanyaan berupa pokok permasalah yang akan kita bahas dalam karangan ilmiah. Kalimat yang dipergunakan dalam rumusan masalah adalah kalimat pertanyaan

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang akan dicapai atau dihasilkan dalam penelitian ini.

E. MANFAAT PENELITIAN

Kegunaan/manfaat penelitian merupakan penegasan tentang manfaat yang akan dicapai baik secara teoretis maupun secara praktis.

F. ANGGAPAN DASAR

Anggapan Dasar/asumsi adalah yang menjadi anggapan dasar penulis mengenai permasalahan penelitian yang akan diteliti

G. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara mengenai suatu masalah yang perlu dibuktikan melalui penelitian.

H. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah definisi/pengertian setiap variabel yang ada di judul penelitian.

2. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi pendekatan-pendekatan atau teori-teori relevan dengan judul dan rumusan masalah yang akan kita gunakan untuk mengupas, menganalisis, dan menjelaskan variabel yang akan kita teliti. Pendapat para ahli di sana berfungsi untuk menguatkan argumentasi kita dalam menganalisis masalah yang kita kaji.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ilmiah harus mempergunakan metode dan teknik penelitian. Metode penelitian adalah seperangkat alat yang tersusun secara sistematis dan logis sedangkan teknik penelitian adalah tata cara melakukan setiap langkah-langkah metode penelitian.

A. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ialah objek penelitian atau tempat penelitian dilaksanakan. Lamanya penelitian dapat dilakukan dengan membuat rencana atau jadwal kegiatan penelitian.

B. SUMBER DATA

Suatu penelitian ilmiah harus menyajikan sekaligus memaparkan sumber data. Sumber data ini merupakan bahan yang diteliti. Jika penelitian ini berasal dari buku. Misalnya, novel, majalah, surat kabar, tabloid, identitas sumber data tersebut harus dicantumkan. Jika sumber data itu banyak dan beragam, dapat digunakan sample dan populasi. Dalam sampel dapat diambil satu contoh data untuk dijadikan bahan percobaan atau perhitungan, sedangkan populasi adalah kumpulan seluruh data yang akan diteliti.

4. PEMBAHASAN (ANALISIS DATA)

Bab pembahasan data merupakan bab yang paling penting dalam penulisan karya ilmiah karena dalam bab ini dilakukan kegiatan analisis data, sintetis pembahasan, interpretasi penulis, pemecahan masalah, dan penemuan pendapat baru yang diformulakan (bila ada). Bab ini juga merupakan analisis atas pembatasan masalah dan tujuan penelitian yang telah disebutkan pada bab pendahuluan. Oleh karena itu, pembahasan ini harus konsisten dan relevan dengan bagian sebelumnya.

5. PENUTUP

Bab penutup meliputi dua bagian yaitu simpulan dan saran.

A. SIMPULAN

Bab ini berisikan simpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Simpulan ini adalah uraian seluruh analisis, interpretasi, dan temuan mutahir yang telah dilakukan pada bab analisis. Simpulan dapat pula dikatakan rangkuman atau analisis data. Simpulan ini pun merupakan jawaban atas pembatasan masalah dan tujuan penelitian.

B. SARAN

Saran merupakan rekomendasi atas hasil penelitian untuk menindaklanjuti penelitian selanjutnya. Saran dapat ditujukan kepada penulis lain atau pembaca untuk mengambil kebijakan selanjutnya.

Catatan: Saran ini bukan merupakan saran peneliti atau penulis kepada objek penelitian atau instansi tertentu. Saran ini ditujukan untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Jangan mengkritik objek penelitian karena hal ini bisa bersifat subjektif. Misalnya penulis mengkritik tindakan korupsi di lingkungan kantor pajak.

3. BAGIAN AKHIR

Bagian akhir atau kelengkapan akhir meliputi daftar pustaka, daftar kamus, daftar riwayat hidup, dan lampiran.

A. DAFTAR PUSTAKA

Salah satu yang harus ada (mutlak) dalam penulisan karangan ilmiah adalah adanya sumber acuan dan daftar pustaka. Dengan adanya daftar pustaka, pembaca bisa mengetahui sumber acuan yang menjadi landasan dalam pengkajian.

A. DAFTAR PUSTAKA

Daftar putaka adalah daftar atau senarai yang ada dalam karya ilmiah (misalnya makalah atau skripsi) yang berisikan identitas buku dan pengarang yang disusun secara alfabetis (setelah nama marga pengarang dikedepankan).

B. RIWAYAT HIDUP

Daftar riwayat hidup berisikan biodata penulis yang lengkap mulai nama sampai dengan pendidikan dan pengalaman kerja.

C. LAMPIRAN

Lampiran berisikan hal-hal yang mendukung penulisan karangan ilmiah. Isi lampiran bergantung pada kebutuhan penulisan, misalnya,a. Acuan wawancara,b. Angketc. Surat izin penelitian, d. Indeks, dane. Data penelitian.

TERIMA KASIH