pengantar fisika zat padat

40
BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT Bahan padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan bahwa bahan kristal mempunyai keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal. Bahan kristal, untuk yang selanjutnya cukup disebut kristal (saja), dapat dibentuk dari larutan, lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya lambat, atom-atom atau pertikel penyusun zat padat dapat menata diri selama proses tersebut untuk mrenempati posisi yang sedemikian sehingga energi potensialnya minimum. Keadaan ini cenderung membentuk susunan yang teratur dan juga berulang pada arah tiga dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan susunan atom dalam jangkauan yang jauh, inilah yang mencirikan keadaan kristal. Sebaliknya, dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak mempunyai cukup waktu untuk menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah susunan yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi. Susunan atom ini umumnya hanya mempunyai keteraturan yang berjangkauan terbatas, dan keadaan inilah yang mencerminkan keadaan amorf. Dalam bahan amorf, jangkauan keteraturan atom biasanya sampai tetangga kedua. Di antara kedua kristal sempurna (tunggal) di satu pihak, dan keadaan omorf di pihak lain, terdapat keadaan yang disebut polikristal (kristal jamak). Zat padat pada keadaan ini tersusun oleh kristal-kistal kecil. Bila ukuran kristalnya dalam ukuran orde mikrometer, bahan yang bersangkutan termasuk kristal mikro (microcrystalline); dan bila ukuran kristalnya dalam orde nanometer, maka bahannya digolongkan sebagai kristal nano (nanocrystalline).

Upload: findi-diansari

Post on 24-Nov-2015

154 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Pengantar Fisika Zat Padat

TRANSCRIPT

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 1

    BAB I

    KEKRISTALAN ZAT PADAT

    Bahan padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau

    ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan

    berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan bahwa bahan kristal mempunyai

    keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan

    demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal.

    Bahan kristal, untuk yang selanjutnya cukup disebut kristal (saja), dapat dibentuk dari

    larutan, lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya lambat,

    atom-atom atau pertikel penyusun zat padat dapat menata diri selama proses tersebut untuk

    mrenempati posisi yang sedemikian sehingga energi potensialnya minimum. Keadaan ini

    cenderung membentuk susunan yang teratur dan juga berulang pada arah tiga dimensi,

    sehingga terbentuklah keteraturan susunan atom dalam jangkauan yang jauh, inilah yang

    mencirikan keadaan kristal.

    Sebaliknya, dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak

    mempunyai cukup waktu untuk menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah susunan

    yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi. Susunan atom ini umumnya hanya mempunyai

    keteraturan yang berjangkauan terbatas, dan keadaan inilah yang mencerminkan keadaan

    amorf. Dalam bahan amorf, jangkauan keteraturan atom biasanya sampai tetangga kedua.

    Di antara kedua kristal sempurna (tunggal) di satu pihak, dan keadaan omorf di pihak

    lain, terdapat keadaan yang disebut polikristal (kristal jamak). Zat padat pada keadaan ini

    tersusun oleh kristal-kistal kecil. Bila ukuran kristalnya dalam ukuran orde mikrometer, bahan

    yang bersangkutan termasuk kristal mikro (microcrystalline); dan bila ukuran kristalnya

    dalam orde nanometer, maka bahannya digolongkan sebagai kristal nano (nanocrystalline).

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 2

    Fisika zat padat secara umum dihubungkan dengan kristal dan elektron dalam kristal.

    Pengkajian tentang zat padat dimulai pada tahun-tahun awal abad ini sesudah berhasil

    dipelajarinya difraksi sinar-x oleh kristal. Dari gejala ini dapat ditemukan baukti bahwa kristal

    terdiri dari atom-atom yang susunannya teratur. Melalui keberhasilan memodelkan susunan

    atom-atom dalam kristal, para fisikawan dapat mempelajari lebih banyak dan lebih lanjut

    tentang zat padat. Dalam perkembangan selanjutnya, pengkajian zat padat telah meluas pada

    bahan bukan kristal (amorf), bahan gelas, dan bahkan bahan cair. Bidang yang lebih meluas

    ini dikenal sebagai fisika materi terkondensasi (condensed matter physics), dan kini telah

    menjadi bidang pengkajian yang paling luas dalam ilmu fisika.

    1.1 IKATAN ATOM

    Gaya apakah yang mempertahankan atom-atom dalam kristal agar tetap bersatu ? Gaya

    elektrostatik tarik-menarik antara muatan negatif elektron dan muatan positif inti atom adalah

    yang menjadi penyebab timbulnya gaya pemersatu (kohesi) dalam zat padat. Sementara itu

    gaya magnet sangat kecil pengaruhnya pada kohesi, dan gaya gravitasi bahkan dapat diabaikan

    efeknya. Di pihak lain, adanya interaksi pertukaran, sepeti gaya van der waals dan lkatan

    kovalen memberikan sumbangan yang berarti pada kohesi kristal.

    Energi kohesi kristal didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memecah/

    memisahkan kristal menjadi komponen-komponennya yang berupa atom netral yang bebas.

    Apabila komponen-komponen kristal berupa ion positif dan ion negatif, maka energi ohesi

    lebih tepat disebut energi kisi. Hal ini banyak dijumpai pada ikatan ionik.

    Berdasarkan cara atom-atom berikatan satu sama lain dalam membentuk kristal, dapat

    dibedakan : ikatan ionik, ikatan kovalen, ikatan logam, ikatan van der Waals, dan ikatan

    hidrogen. Selanjutnya, jenis-jenis ikatan yang bersangkutan akan diuraikan satu-persatu

    sebagia berikut.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 3

    1.1.1 Ikatan Ionik

    Ikatan ionik terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatik (Coulomb)

    antara ion positif dan ion negatif. Terbentuknya ion-ion tersebut disebabkan oleh terjadinya

    transfer elektron antar atom-atom yang membentuk ikatan. Beberapa contoh kristal ionik

    antara lian : NaCl, CsCl, KBr, NaI, dst. Untuk NaCl, elektron pada atom Na ditransfer kepada

    atom Cl :

    Na + 5,14 eV Na+ + e

    Cl + e Cl + 3,61 eV

    +

    Na + Cl Na+ + Cl

    Selanjutnya, ion Na+ dan ion Cl yang dalam keadaan gas berikatan satu sama lain dan

    membentuk kristal dengan melepaskan energi kisi (kohesi) sebesar 7,9 eV :

    Na+ + Cl Na+ - Cl + 7,9 eV (1.1.) (gas) (gas) (kristal) (energi kristal)

    Apabila ion Na+ dan ion Cl berdekatan pada jarak r, besarnya energi (potensial) tarik-

    menarik Coulomb adalah :

    coul e= 2 4/ or (1.2.) dengan e muatan listrik ion dan o permitivitas hampa. Gaya tarik-menarik ini tidak mengakibatkan kedua ion terus mendekat, sampai jarak yang sedekat-dekatnya, karena orbital-

    tertutup yang terisi penuh elektron pada masing-masing atom juga saling berdekatan. Sebagai

    akibatnya, timbul gaya tolak antar elektron pada orbital atom, sebagai konsekuensi larangan

    Pauli. Besarnya energi tolak-menolak (repulsif) dapat diungkapkan sebagai berikut :

    Erop = A/rn

    atau :

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 4

    Erop = B exp (-r/) (1.3.) A, B dan adalah tetapan, sedangkan n = 12. Dalam persamaan (1.3) terlihat bahwa energi tolak-menolak menurun dengan cepat dengan bertambahnya jarak antar ion. Hal ini

    menunjukkan bahwa interaksi tolak-menolak tersebut adalah berjangkauan pendek, terutama

    bila dibandingkan dengan interaksi elektrostatik Coulomb. Dengan demikian, setiap ion hanya

    merasakan interaksi tolak-menolak dengan ion tetangga terdekatnya saja.

    Di pihak lain, dalam interaksi elektrostatik setiap ion akan berinteraksi baik dengan ion

    tetangga terdekatnya maupun dengan ion tetangga berikutnya, karena interaksi ini

    berjangkauan lebih jauh. Dengan ini kita perlu memperhitungkan pengaruh tetangga yang

    lebih jauh tersebut dalam perhitungan energi interaksinya. Perhatikan kembali gambar 1.1a.

    Anggap bahwa ion di pusat kisi (di pusat ruang kubus) adalah ion Na+ , sebagai ion acuan

    yang ditinjau. Ion-ion yang mengelilingi ion Na+ tersebut adalah seperti ditunjukkan pada

    tabel 1.1.

    Tabel 1.1 Jenis dan jarak ion-ion tetangga dari ion tinjauan Na+ dalam sel satuan kristal

    NaCl.

    Tetangga ke Jenis Ion Jumlah Jarak dari ion tinjauan

    1 Cl 6 r

    2 Na 12 r2 3 Cl 8 r3

    Dengan mengggunakan data tersebut, besarnya energi elektrostatik setiap pasangan ion dapat

    dituliskan sebagai berikut :

    (1.4.)

    ( )= + = + ==

    e r r r

    e r

    e r

    e r

    o

    o

    o

    o

    2

    2

    2

    2

    4 6 12 2 8 3

    4 6 12 2 8 3

    1 748 4

    4

    / { / / ( ) / ( ) .....}

    ( / ){ / / .....}

    , ( / )

    ( / )

    Ecoul

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 5

    disebut tetapan Madelung. Untuk selanjutnya, merupakan karakteristik kisi terutama untuk kristal ionik, karena nilainya bergantung pada struktur kristal yang bersangkutan.

    Berikut ini dapat dibandingkan nilai untuk beberapa kristal ionik : NaCl : = 1,748 ZnS : = 1,638 CsCl : = 1,736

    Gambar 1.1 Empat tampilan kisi sel satuan garam meja (NaCl) : a. Sel satuan secara umum,

    b. Konfigurasi oktahedral, setiap atom dikelilingi 6 atom tetangga terdekat,

    c. Susunan mampat, dan d. Susunan atom pada salah satu bidang sisi kubus.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 6

    Gambar 1.2.

    Berdasarkan persamaan (1.2) dan (1.3) di atas selanjutnya dapat dibahas lebih lanjut

    perumusan energi kisi. Untuk itu diambil contoh kristal NaCl, lihat gambar 1.1. Ion-ion Na+

    dan Cl berada pada keadaan seimbang pada jarak keseimbangan ro, yaitu jarak terdekat antara

    ion Na+ dan Cl pada gambar 1.1 a dan d. Besarnya energi total sebagai fungsi jarak antar ion :

    E(r) = Ecoul + Erep = -e2/4or + B exp (-r/) (1.4.)

    Energi kisi adalah energi total pada r = ro. Dalam grafik pada gambar 1.2, E (ro ) adalah nilai

    energi keseimbangan pada titik minimum dari kurva E(r). Hal ini berarti turunan pertama dari

    E(r) terhadap r pada r = ro adalah sama dengan nol. Jadi,

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 7

    dE(r)/dr r r= 0 = (e2/4oro2) -B/) exp (-r0/)

    menghasilkan :

    B = (e2/4oro2) exp (ro /) (1.5.)

    Masukkan nilai ini ke pers. (1.4), diperoleh :

    E = -(e2/4or2) [1 - (r/ro2) exp {(ro-r)/}] (1.6.)

    pada keadaan seimbang, r = ro, didapatkan ungkapan bagi energi kisi :

    Ekisi = -(e2/4oro) [1 - (/ro)] (1.7.)

    Terlihat pada persamaan terakhir ini bahwa nilai energi kisi bergantung pada tetapan

    Madelung, sementara itu nilai tetapan biasanya hanya beberapa persen dari nilai ro. Mott dan Gurney melaporkan bahwa = 0,345 angstrom untuk 20 macam kristal ionik alkali-halida. Distribusi elektron di sekitar ion pada kristal NaCl ditunjukkan pada gambar 1.3.

    Angka-angka yang tersaji pada kontur menunjukkan konsentrasi relatif elektron di lokasi yang

    bersangkutan.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 8

    Gambar 1.3. Distribusi rapat elektron pada bidang dasar kristal NaCl. Konsentrasi relatif

    elektron ditunjukkan oleh angka-angka yang tercantum.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 9

    Gambar 1.4. Energi molekul hidrogen (H2) sebagai fungsi jarak antar atom.

    SOAL. Ulangilah perumusan di atas untuk menentukan ungkapan energi kisi dengan

    menggunakan bentuk energi tolak-menolak : Erep = A/rn.

    1.1.2. Ikatan Kovalen

    Ikatan kovalen, sering disebut ikatan valensi atau homopolar, dibangun oleh sepasang

    elektron dari dua atom yang berikatan. Setiap atom menyumbang sebuah elektron untuk

    membentuk sebuah ikatan kovalen. Elektron-elektron yang membentuk ikatan tersebut bersifat

    lokal (hanya terdapat) di daerah antara dua atom, menempati orbital ikatan () dengan spin yang berlawanan arahnya (anti-paralel). Untuk membahas secara lebih rinci tentang

    mekanisme pembentukan ikatan ini diperlukan teori kuantum yang lebih lanjut, sehingga tidak

    di sajikan dalam catatan ini demi penyederhanaan. Karena memerlukan teori kuantum inilah,

    maka ikatan kovalen sering juga disebut ikatan kuantum.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 10

    Molekul hidrogen (H2) merupakan contoh molekul dengan ikatan kovalen yang paling

    sederhana, perhatikan gambar 1.4. Keadaan ikatan paling kuat terjadi bilamana spin kedua

    elektron saling anti-paralel (state S). Sewdangkan apabila keadaan spinnya parelel (state A),

    kedua atom hidrogen berada pada keadaan anti-ikatan; atom-atom saling menolak, karena

    elektron-elektronnya saling menjauhi (ingat prinsip larangan Pauli).

    Gambar 1.5 Distribusi konsentrasi elektron valensi di sekitar atom Ge dalam kristal

    germanium

    Ikatan kovalen termasuk ikatan yang kuat. Ikatan pada dua atom karbon dalam kristal

    inti membentuk struktur tetrahedral, artinya setiap atom karbon dikelilingi oleh 4 buah atom

    karbon tetangga terdekat. Kristal lain yang temasuk dalam struktur intan adalah kristal silikon

    dan germanium. Arah ikatan kovalen nampak jelas dalam ruang tetrahedral, misalnya untuk

    kristal germanium, lihat gambar 1.5. Dalam gambar ini, distribusi elektron pada daerah di

    skitar atom-atom yang berikatan kovalen diwakili oleh angka-angka pada kontur yang

    bersangkutan.

    1.1.3. Ikatan logam

    Logam dicirikan oleh tingginya konduktivitas listrik dan termal, banyak mengandung

    elektron bebas yang dapat bergerak diseluruh kristal. Elektron valensi yang dimiliki oleh

    setiap atom logam, akan menjadi elektron bebas bila atom-atom tersebut membentuk kristal

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 11

    logam. Sebagai contoh, perhatikan atom natrium (11Na) dengan konfigurasi elektron dalam

    orbital atom sebagai berikut :

    11Na : 1s2-2s2-2p6-3s1

    Gambar 1.6 Struktur ikatan logam. Ikatan antar teras atom yang dikelilingi oleh elektron-

    elektron bebas

    Orbital atom yang terisi penuh elektron bersama-sama inti atom membentuk teras

    atom (core). Dalam kristal logam, teras-teras atom saling berkaitan, dan elektron valensi

    menjadi elektron bebas (satu elektron untuk setiap teras Na). Dalam gambar ini, ikatan logam

    dapat dipandang sebagai kumpulan teras atom dalam lautan elektron bebas. Lihat gambar

    1.6.

    1.1.4. Ikatan Van der Waals

    Gas-gas inert (He, Ne, Ar, dst) dapat membentuk kristal-kristal sederhana. Kristal

    tersebut umumnya transparan, bersifat isolator, berikatan lemah dan memiliki titik leleh yang

    sangat rendah. Bila diperhatikan, atom-atom gas ini memiliki orbital valensi yann terisi penuh

    elektron, sehingga elektron-elektron valensi tidak lagi memungkinkan untuk membentuk

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 12

    ikatan. Lalu, gaya apakah yang membuat atom-atom tersebut dapat bertahan dalam menyusun

    kristal ?

    Atom-atom gas inert dapat mengalami distorsi yang sangat kecil pada distribusi

    elektronnya dalam orbital kulit penuh yang berbentuk simetri bola. Meskipun kecil,

    penyimpangan ini cukup mengubah atom-atom menjadi dipol-dipol listrik. Interaksi antar

    dipol inilah yang menghasilkan gaya tarik-menarik yang disebut gaya Van der Waals. Gaya

    ini sangat lemah, dan energi interaksinya memiliki bentuk :

    EVDW = -A/r6 (1.8.)

    A tetapan dan r jarak antar atom. Untuk menjaga agar atom-atom berada dalam keseimbangan,

    pada jarak yang sangat dekat akan terjadi gaya tolak-menolak sebagai akibat berlakunya

    prinsip larangan pauli (lihat gambar ikatan ionik) yang menghasilkan energi tolak-menolak :

    Erep = B/r12 (1.9.)

    Dengan demikian bentuk lengkap energi interaksi dalam ikatan Van der Waals adalah :

    E(r) = -A/r6 + B/r12 (1.10.)

    Persamaan (1.10) dirumuskan lebih lanjut oleh Lennard-Jones dalam bentuk :

    E(r) = 4[(/r)12 - (/r6] (1.11.) dan disebut energi potensial Lennard-Jones. Besaran dan adalah parameter yang dapat ditentukan dari eksperimen. Selain pada gas-gas inert/mulia, ikatan Van der Waals juga

    ditentukan pada kristal molekul-molekul organik.

    SOAL. Dapatkan bentuk ungkapan energi kohesi dari kristal Van der Waals dengan

    menggunakan potensial Lennard-Jones.

    1.1.5. Ikatan Hidrogen

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 13

    Karena hanya memiliki sebuah elektron, atom hidrogen hanya dapat berikatan dengan

    sebuah atom lain. Akan tetapi, keadaan tertentu, sering dijumpai bahwa atom hidrogen dapat

    pula berikatan cukup kuat dengan dua buah atom lain. Pada keadaan demikian terbentuklah

    ikatan hidrogen di antara atom-atom tersebut dan atom H dengan energi ikat 0,1 eV. Dalam

    ikatan hidrogen, atom H bersifat sebagai ion positif terutama bila berikatan dengan atom-atom

    yang elektronegatif, seperti F, O dan N.

    Gambar 1.7. Susunan kristal es (H2O padat), setiap atom oksigen dikelilingi oleh 4 atom H.

    Jarak antar atom 0-0 terdekat 2,76 angstrom dan antara atom-atom H-O 1,75 angstrom dan H-H 1,01 angstrom. Bandingkan dengan jarak antar atom H-O dalam molekul air 0,96 angstrom.

    Ikatan hidrogen berperanan penting dalam interaksi antar molekul H2O, dan bersama-sama

    interaksi elektrostatik dari dipol-dipol listrik (H2O molekul polar) berperanan dalam

    pembentukan molekul air dan kristal es; perhatikan gambar 1.7.

    1.1.6. Ikatan Campuran

    a. Ionik-kovalen

    Ikatan ionik yang sempurna dapat terbentuk pada suatu molekul bilamana atom-atom

    yang terlibat dapat membentuk ion-ion yang elektropositif dan elektronegatif kuat. Syarat ini

    terpenuhi oleh molekul ionik alkali-halida, oleh karena atom-atom alkali dan halida memiliki

    kecenderungan yang kuat untuk melepaskan dan menerima elektron.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 14

    Bagi atom-atom yang kurang keelektropositifan dan keelektronegatifannya, transfer

    elektron kation ke anion kurang dari 100%. Sebagai contoh, logam-logam transisi (golongan

    B) memiliki energi ionisasi yang lebih besar daripada logam alkali, sehingga perak-halida

    (AgX) kurang ionik dibandingkan alkali-halida. Dapat didefinisikan :

    % keionikan = 1001

    2

    2+

    (1.12.)

    adalah parameter derajad keionikan yang di ungkapkan menurut persamaan : = +kov ion (1.13.) , ,kov iondan berturut-turut menyatakan fungsi gelombang elektron terikat, fungsi gelombang ikatan kovalen dan fungsi gelombang ikatan ionik.

    Tabel 1.2. Persentase keionikan beberapa kristal biner (mempunyai dua jenis atom).

    Kristal

    % ionik

    Kristal

    % ionik

    Si

    0

    GaAs

    31

    Ge 0 GaSb 26 SiC 18 AgCl 86 ZnO 62 AgBr 85 ZnS 62 AgI 77

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 15

    ZnSe 63 ZnTe 61 MgO 84 MgS 79 InP 42 MgSe 79 InAS 36 InSb 32 NaCl 94

    RbF 96

    b. Kovalen - Van der Waals

    Ikatan campuran antara kovalen dan Van der Waals banyak ditemmukan pada kristal

    molekul. Pada gambar 1.8 ditunjukkan kristal telurium (Te) dan grafit (C), yang masing-

    masing mengandung ikatan kovalen dan ikatan Van der waals. Ikatan kovalen terjadi antara

    atom-atom Te yang membentuk spiral, sedangkan pada kristal grafit, ikatan kovalen terjadi

    antar atom-atom C pada satu lapis tertentu, serta ikatan Van der Waals terjadi antar lapisan

    (gambar 1.8b).

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 16

    Gambar 1.8. Kristal dengan ikatan campur kovalen-Van der Waals; a. Krsital telurium, ikatan

    antar atom di sepanjang rantai kovalen dan ikatan antar rantai Van der Waals, b.

    Kristal grafik c. Ikatan antar atom di setiap lapisan adalah kovalen, sedangkan

    ikatan antar lapisan adalah Van der Waals.

    1.2 SIMETRI DAN KISI

    1.2.1 Simetri Translasi dan Basis.

    Suatu kristal yang ideal terdiri dari satuan susunan yang identik dan berulang dalam

    ruang tiga dimensi yang tak terbatas. Satuan susunan tersebut, yang disebut basis, atau

    kumpulan molekul. Basis mengisi wadah (volume atau ruang) dengan ukuran tertentu, yang

    dapat ditranslasikan sepanjang jarak yang diskrit sehingga dapat mengisi seluruh ruang.

    Wadah yang bersangkutan disebut sel satuan (unit cell).

    Translasi sepanjang jarak yang diskrit memberikan sifat simetri translasi pada

    kristal, artinya apabila sel satuan ditranslasikan dengan vektor translasi T akan diperoleh sel

    satuan yang identik. Vektor translasi T adalah berbentuk :

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 17

    T = n1a + n2b + n3c (1.14.)

    n1, n2 dan n3 adalah bilangan bulat, sedangkan a, b, dan c adalah vektor satuan dalam arah tiga

    dimensi (sejajar dengan rusuk-rusuk persegi-empat dari sel satuan) sebagai ilustrasi, bila pada

    posisi r dan r1 dapat ditentukan atom-atom yang identik, ini berarti r1 memenuhi :

    r1 = r + T (1.15.)

    Dikatakan bahwa seperangkat vektor T mendefinisikan kisi ruang atau kisi Bravais. Kisi

    Bravais sebenarnya hanyalah merupakan konsep geometri belaka. Sedangkan kisi kristal yang

    sesungguhnya adalah gabungan antara kisi Bravais dan Basis.

    1.2.2 Sel Satuan

    Sel satuan dibangun oleh vektor basis a, b, dan c. Dalam ungkapan vektor-vektor ini,

    volume sel satuan dapat dituliskan sebagai perkalian vektor :

    V = a x b . c (1.16.)

    Gambar 1.9. Kisi dua dimensi. Dapat dibentuk sel satuan sembarang.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 18

    Gambar 1.10. Contoh operasi simetri : a. rotasi, b. rotasi dan refleksi, c. luncuran, dan d. ulir

    Bentuk dan ukuran sel satuan serta distribusi atom di dalamnya menggambarkan karakteristik

    kristal. Pilihan bentuk dan ukuran sel satuan dalam dua-dimensi disajikan pada gambar 1.9.

    Setiap sel satuan memiliki vektor-vektor basis a dan b yang unik.

    Titik-titik sebagai tempat kedudukan atom dalam kristal disebut titik kisi. Berdasarkan

    jumlah titik kisi dalam setiap sel satuan dapat dibedakan sel satuan primitif dan non-primitif.

    Sel satuan disebut promitif bilamana dalam sel tersebut hanya terdapat satu titik kisi, dan bila

    terdapat lebih dari satu titik kisi disebut sel satuan non.prmitif. Pada gambar 1.9., sel satuan E

    adalah non-primitif.

    1.2.3. Simetri Kisi dan Sistem Kristal

    Selain simetri translasi, terdapat beberapa operasi lain yang membuat kisi invarian

    (tidak berubah bentuknya dari semula), yaitu :

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 19

    a. Refleksi : Pencerminan pada bidang (simbul : m)

    b. Rotasi : Perputaran pada sumbu tertentu dengan sudut sebesar (2/n) (simbul n = 1, 2, 3, 4, dan 6)

    c. Inversi : Pencerminan pada suatu titik tertentu (simbul : i)

    d. Luncuran/Glide : Operasi gabungan antara refleksi dan translasi

    e. Ulir/Screw : Operasi gabungan antara rotasi dan translasi.

    Beberapa contoh operasi yang bersangkutan dapat dilihat pada gambar 1.10.

    Bila kristal memiliki simetri rotasi, artinya kisi kristal tersebut dapat diputar terhadap

    sumbu tertentu dengan sudut (2/n) dan n = 1, 2, 3, 4 ......... Akan tetapi, tidak semua operasi rotasi dapat dilakukan terutama bila dikaitkan dengan sifat simetri translasinya. Dengan syarat

    ini maka untuk kisi dua-dimensi rotasi yang mungkin hanyalah untuk n = 3, 4 dan 6 saja;

    perhatiakn gambar 1.11.

    Dalam ruang tiga-dimensi, persyaratan simetri nampak lebih ketat, yang variasi

    panjang vektor a, b dan c serta besarnya

    Gambar 1.11. Dalam dua-dimensi bentuk kisi yang memenuhi syarat periodik terbatas

    jumlahnya. Hanya segi 3, 4 dan 6 yang dapat digunakan, untuk segi 5 dan 8 tersisa bidang

    yang berbeda bentuknya dengan bentuk kisi, sedangkan pada segi 7 terjadi penumpukan.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 20

    Gambar 1.12. Tujuh Sistem Kristal dan 14 Kisi Bravais.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 21

    Gambar 1.12.1. Sel satuan dengan kisi non-Bravais : 1. Intan, 2. Sengblende, 3. Wurtzit, 4.

    CsCl,, 5. CuzO, 6. SiF4, 7. MoAl12, 8. BaTiO9, 9. KztCl4.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 22

    Tabel 1.3. Sistem kristal, parameter kisi dan kisi Bravais

    SISTEM KRISTAL

    PARAMETER KISI

    KISI BRAVAIS

    Triklinik a b c

    Primitif (P)

    Monoklinik a b c = = 900

    P Pusat ruang (I)

    Ortorombik a b c = = = 900

    P, I Pusat dasar (C) Pusat sisi (F)

    Tetragonal a = b c = = = 900

    P, I

    Kubus a = b = c = = = 900

    P, I, F

    Trigonal a = b = c 1200> = = 900

    P

    Heksagonal a = b c = = 900, = 1200

    P

    sudut (, , ) yang dibentuk oleh vektor-vektor itu. Persyaratan panjang vektor dan besarnya sudut tersebut menghasilkan 14 kisi Bravais dalam ruang tiga-dimensi, baik primitif maupun

    non-promitif yang tertuang ke dalam 7 sistem kristal, seperti pada gambar 1.12. parameter kisi

    dan sistem kristal ditunjukkan pada tabel 1.3.

    1.3 STRUKTUR KRISTAL

    1.3.1. Struktur Kristal Sederhana

    Tiga jenis struktur kristal yang relatif sederhana dapat dijumpai pada kebanyakan

    logam, yaitu : kubus pusat sisi (face-centered cubic = FCC), kubus pusat ruang (body-

    centered cubic = BCC), dan heksagonal mampat (hexagonal close-packed = HCP).

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 23

    Satu jenis lagi struktur kristal yang paling sederhana, meskipun cukup jarang detemukan ialah

    kubus sederhana (simple cubic = SC). Selain untuk HCP, jumlah atom pada setiap sel satuan

    bagi struktur kristal tersebut adalah :

    - FCC memiliki 4 atom/sel satuan

    - BCC memiliki 2 atom/sel satuan

    - SC memiliki 1 atom/sel satuan

    Koordinat atom-atom dalam setiap sel satuan dapat dinyatakan relatif terhadap panjang

    parameter kisinya (kubus : a = b = c = ao). Dengan cara ini koordinat atom-atom tersebut

    adalah :

    - FCC : (000), (1/2 1/2 0), (1/1 0 1/2), (0 1/2 1/2)

    - BCC : (000), (1/2 1/2 1/2)

    - SC : (000)

    Daftar kristal logam dan struktur kristal serta parameter kisinya disajikan pada tabel 1.4.

    Sedangkan beberapa jenis kristal non-logam lainnya diberikan pada gambar 1.12.

    SOAL. Tentukan jumlah atom (berdasarkan jenis atomnya) dan koordinatnya dalam setiap

    struktur kristal pada gambar 1.12.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 24

    Tabel 1.4. Struktur kristal unsur-unsur.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 25

    Gambar 1.13. Susunan mampat sel satuan heksagonal : a. heksagonal mampat (hcp), b. kubus

    mampat (ccp), c. tampak atas struktur hcp, perhatikan posisi lapisan A dan B.

    Gambar 1.14. Faktor pemampatan atom untuk kubus bersusunan mampat : kubus pusat sisi

    (FCC), kubus pusat ruang (BBCC). Kubus sederhana (SC), dan struktur intan (diamond).

    Bilangan dalam % menunjukkan besarnya APF.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 26

    1.3.2. Susunan Mampat

    Pada pembahasan yang lalu, atom-atom yang menempati titik kisi digambarkan

    sebagai sebuah titik. Bila atom-atom itu digambarkan sebagai sebuah bola yang saling

    bersinggungan dengan atom tetangga terdekatnya, akan didapat susunan mampat (packing

    structure). Khusus untuk satuan sel heksagonal terdapat dua jenis susunan mampat, yaitu

    heksagonal mampat (HCP) dan kubus mampat (cubic close-packed = CCP), lihat gambar

    1.13.

    Untuk mengetahui besarnya penggunaan ruang sel oleh atom-atom didefinisikan faktor

    pemampatan atom (atomic packing factor = APF), yang menyatakan perbandingan antara

    volume ruang yang ditempati atom dan volume total sel satuan. Sebagai contoh, perhatikan

    gambar 1.14. Akan kita hitung APF untuk struktur SC (Bg. 1.14). Dari gambar tersebut,

    andaikan jejari atom R dan tetapan kisi (panjang rusuk) ao, jelaskan bahwa :

    R = ao/2

    Dalam setiap sel satuan SC terdapat sebuah atom, sehingga volume yang ditempati atom :

    Vatom ( )= =

    1 4 31 4 2 3

    6

    3

    3

    3

    Ra

    ao

    o

    // /

    /=

    Sedangkan volume sel satuan adalah :

    Vsel = a 0

    3

    Jadi faktor pemampatan atom :

    APF = (Vatom/Vsel) x 100% = (/6) x 100% = 52% Hasil ini menunjukkan bahwa atom-atom dalam kristal SC menempati 52% dari volume

    kristal keseluruhan.

    SOAL. Dari gambar 1.14, ditunjukkan bahwa APF untuk setiap kristal berikut adalah : FCC =

    74%, BCC = 68% dan struktur intan = 34%.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 27

    Gambar 1.15. Bidang kristal dapat digambarkan pada sel satuan.

    Gambar 1.16. Beberapa bidang yang dapat dilukiskan pada sel satuan kubus beserta indeknya.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 28

    1.3.3. Bidang dan Arah Kristal

    Dalam setiap sel satuan dapat dibentuk bidang kristal. Bidang-bidang (khayal) tersebut

    akan memiliki arti bilamana bidang-bidang itu memuatatom-atom. Pada gambar 1.15, sebuah

    bidang digambarkan memotong sumbu koordinat sel satuan di x1 pada sumbu x, di y1 paeda

    sumbu y dan di z1 pada sumbu z. Dengan cara serupa, ada banyak bidang yang dapat dibuat

    pada sel satuan tersebut. Untuk membedakan antara bidang yang satu dengan yang lainnya,

    digunakan indeks bidang. Langkah-langkah penentuan indeks bidang :

    Tentukan titik potong bidang dengan sumbu koordinat sel satuan, misalnya (x1, y1, z1).

    Bandingkan titik potong dengan tetapan kisi pada masing-masing sumbu, yaitu : x1/a, y1/b, z1/c.

    Ambil kebalikannya : a/x1, b/y1, c/z1. Definisikan : h = a/x1, k = b/y1, l = c/z1. Sederhanakan perbandingan h, k, l. Indeks bidang tersebut ditulis : (hkl). Bila nilai h, k, atau l ada yang negatif, maka indeks tersebut dituliskan dengan garis di atasnya, misalnya : h k atau l, .

    Indeks bidang (hkl) tersebut disebut indeks Miller. Beberapa bidang dan indeks diberikan pada

    gambar 1.16.

    Khusus untuk sel satuan heksagonal digunakan empat buah indeks yaitu (hkil), dengan

    :

    i = - (h + k)

    Hal ini berhubungan erat dengan adanya empat buah tetapan kisi untuk sel satuan heksagonal,

    yaitu :

    (a1, a2, a3, c), dan a3 = - (a1 + a2)

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 29

    Beberapa contoh bidang untuk kisi heksagonal diberikan pada gambar 1.17.

    Gambar 1.17. Beberapa bidang pada sel satuan heksagonal dan indeknya.

    Dalam sel satuan yang berbeda dapat dibuat bidang sejenis yang berindeks sama. Jika

    digambarkan, kedua bidang tersebut adalah sejajar. Dalam keadaan ini, kita dapat menentukan

    jarak antar bidang (yang indeks hkl-nya sama), dhkl. Dapat diturunkan secara geometri

    sederhana bahwa untuk sel satuan kubus, jarak antar bidang (hkl) adalah :

    dhkl = { }a

    h k l0

    2 2 21

    2+ + (1.17.)

    Contoh, d100 = d001 = d010 = a0, dan d123 = 14a0 14 .

    Selain bidang, dalam kristal (sel satuan) dapat juga didefinisikan arah kristal.

    Pengertian arah ini sangat berguna dalam mengungkapkan besaran fisis pada kristal yang

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 30

    umumnya anisotropis (bergantung arah). Arah kristal dinyatakan dengan notasi : (uvw). Arah

    kristal (uvw) adalah arah yang tegak lurus terhadap bidang (hkl) bilamana u = h, v = k, dan w

    = l, misalnya, arah (001) tegak lurus terhadap bidang (001), dst.

    1.4. DIFRAKSI KRISTAL

    Pengkajian difraksi pada bagian ini bertujuan untuk menentukan/mempelajari struktur

    kristal secara eksperimen. Syarat agar terjadi difraksi pada kristal adalah penggunaan

    gelombang radiasi dengan panjang gelombang yang seorde dengan jarak antar atom dalam

    kristal (dalam angstrom). Dengan mengetahui puncak-puncak difraksi dari gelombang yang

    dipantulkan oleh bidang kristal (lebih tepat atom-atom pada bidang), maka struktur kristal dari

    cuplikan yang bersangkutan dapat dipelajari atau mungkin dapat di-rekonstruksi.

    Sumber radiasi yang dapat digunakan untuk keperluan difraksi kristal meliputi : sinar-

    x, berkas neutron termal, dan berkas elektron. Difraksi dapat terjadi bilamana panjang

    gelombang berkas radiasinya sekitar 1 angstrom.

    1.4.1. Sumber Radiasi

    a. Sinar-x

    Radiasi sinar-x dibangkitkan oleh tabung sinar-x. Spektrum keseluruhan dari sinar-x

    bersifat polikhromatis (spektrum malar dan karakteristik). Untuk keperluan difraksi digunakan

    spektrum karakteristik dengan intensitas yang terkuat, biasanya spektrum K. Selanjutnya,

    untuk menjamin agar berkas sinar-x benar-benar monokhromatis diperlukan filter. Bahan filter

    bergantung pada panjang gelombang spektrum K yang akan dipakainya. Beberapa jenis

    bahan filter diberikan pada tabel 1.5.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 31

    Tabel 1.5. Jenis-jenis bahan filter sesuai dengan spektrum K

    Logam target

    (bahan anoda tabung)

    Spektrum K

    (angstrom) Bahan filter

    Mo 0,711 Zr

    Cu 1,542 Ni

    Co 1,790 Fe

    Cr 2,290 V

    b. Neutron

    Berkas neutron dihasilkan dari reaksi inti, yang dapat berlangsung di dalam reaktor

    atom (melalui reaksi fisi) dan dalam generator neutron. Dalam reaktor atom, reaksi fisi

    diawali dengan penembakan neutron termal yang diarahkan pada inti berat, misal uranium

    (92U235), sehingga terjadi pembelahan inti (fisi) yang disertai dengan pemancaran neutron

    (dalam jumlah yang banyak) dan pembebasan energi sampai 200 MeV; menurut reaksi :

    n + 92U235 X + Y + an + 200 MeV neutron termal inti hasil sejumlah neutron fisi (tak setabil) Dalam generator neutron, berkas neutron dapat dihasilkan melalui penembakan partikel cepat

    ke arah inti atom, dan memberikan hasil reaksi berupa neutron dan inti hasil reaksi.

    Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

    a + A B + n partikel inti semula inti hasil neutron atau dapat dituliskan dengan notasi : a(A, B)n. Salah satu contoh reaksi tersebut misalnya :

    2He4 (4Be9, 6C12)0n1.

    Berkas neutron, yang dihasilkan oleh reaksi inti umumnya memiliki energi yang tinggi

    (neutron cepat). Agar neutron tersebut memiliki panjang gelombang sekitar 1 angstrom, maka

    energinya harus diturunkan, menurut hubungan :

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 32

    { } = =h p E eV/,

    ( )0 28

    12

    angstrom (1.18.)

    dengan panjang gelombang neutron (de Broglie), h tetapan planck dan p momentum neutron, serta E enrgi neutron dalam eV. Agar panjang gelombang neutron sekitar 1 angstrom,

    maka menurut persamaan di atas energi neutron haruslah sekitar 0,025 eV (termasuk neutron

    termal). Adapun klasifikasi neutron menurut besarnya energi adalah :

    - neutron termal : berenergi 0,025 eV

    - neutron lambat : berenergi 0-1 keV

    - neutron menengah : berenergi 1-500 keV

    - neutron cepat : berenergi 0,5-10 MeV

    - neutron ultra-cepat : berenergi >10 MeV

    Untuk menurunkan energi neutron perlu langkah termalisasi, dengan cara melewatkan berkas

    neutron pada moderator (air, grafit, air berat : D2O). Selanjutnya, neutron termal ( sekitar 1 angstrom) masih memerlukan upaya penyelesaian agar berkas neutron bersifat monokhromatis

    (tepatnya monoergis), dan sebagai monokhomator umumnya dipakai kristal grafit.

    C. Elektron

    Berkas elektron dihasilkan dari bedil elektron (elektron gun).. Pemilihan panjang

    gelombang elektron dilakukan dengan mengatur tegangan pemercepatnya (energi elektron),

    menurut persamaan :

    { } = = angstrom (1.19.) h p E eV/ ( )12

    12

    Salah satu kekurangan elektron sebagai sumber radiasi untuk difraksi kristal, adalah

    karena elektron merupakan partikel bermuatan. Sebagai pertikel bermuatan, elektron mudah

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 33

    diserap oleh bahan, sehingga daya tembusnya kurang. Dengan demikian, difraksi elektron

    hanya memberikan informasi tentang permukaan bahan saja.

    1.4.2. Difraksi Sinar-X

    Di antara sumber-sumber radiasi yang dapat dipergunakan untuk difraksi kristal,

    berkas sinar-x adalah yang paling layak ditinjau dari kesederhanaan teknik pembangkitnya

    serta maksimalnya hasil difraksi dalam memberikan informasi tentang struktur kristal. Tinjau

    dua berkas sinar-x yang mengena atom-atom pada bidang kristal (hkl) pada gambar 1.18.

    Berkas sinar pertama dan kedua memiliki beda lintasan sebesar (2d sin ) untuk sampai pada titik pengamatan. Agar terjadi interferensi yang konstruktif (saling menguatkan), maka beda

    lintasan yang bersangkutan haruslah merupakan kelipatan bulat dari panjang gelombang sinar-

    x tersebut. Ini berarti :

    2d sin = n ; n = 1, 2, 3, ........... (1.20.)

    yang disebut syarat Bragg. d jarak antar bidang (hkl) yang sama, sudut difraksi, dan panjang gelombang sinar-x yang digunakan.

    Dalam difraktometer sinar-x, posisi kristal sedemikian sehingga pengukuran dilakukan

    pada sudut 2, yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar hambur.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 34

    Gambar 1.18. Difraksi sinar-x : a. berkas sinar-x dipantulkan oleh bidang (hkl) yang berjarak d

    satu sama lain, b. berkas sinar datang dan sinar hambur membentuk sudut 2, c. data I vs. 2 dari difraktometer sinar-x

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 35

    Dengan demikian, pengukuran yang bersangkutan menghasilkan data intesitas berkas sinar

    hambur (I) dan sudut difraksi (2). Perhatikan gambar 1.18b dan 1.18c. Dari data yang dihasilkan, dapat dihitung jarak antar bidang dari bidang-bidang yang mendifraksikan berkas

    sinar-x. Dengan demikian, melalui difraksi sinar-x dapat diketahui beberapa parameter kisi

    dan struktur kristal dari cuplikan yang diamati.

    1.4.3. Difraksi dan Kisi Balik

    Sel satuan kristal dibagun oleh vektor-vektor basis a, b dan c. Untuk selanjutnya, kisi

    dalam ruang (real) tiga dimensi tersebut disebut kisi langsung (direct-lattice). Sebaliknya,

    dapat didefinisikan kisi balik (reciprocol-lattice) yang dibangun oleh vektor-vektor basis

    dalam ruang balik a*, b*, dan c*, menurut hubungan :

    a* = (2/V) (b x c) b* = (2/V) (c x a) (1.21.) c* = (2/V) (a x b) dengan :

    V = a.(b x c)

    yaitu volume sel satuan. Sifat-sifat selanjutnya dari vektor basis yang bersangkutan :

    a*.a = 2 a*.b = a*.c = 0 b*.b = 2 b*.a = b*.c = 0 (1.22.) c*.c = 2 c*.a = c*.b = 0

    Vektor dalam kisi balik Ghkl (semacam vektor translasi T dalam kisi langsung) dinyatakan

    sebagai berikut :

    Ghkl = ha* + kb* + lc* (1.23.)

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 36

    Gambar 1.19. Posisi vektor gelombang datang, vektor gelombang hambur, vektor hamburan

    dan vektor normal bidang.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 37

    Berhubungan dengan bidang (hkl) dalam kisi langsung dengan sifat sebagai berikut :

    (i) Ghkl tegak lurus bidang (hkl)

    (ii) dhkl = 2Ghkl

    (1.24.)

    Kembali pada difraksi kristal, pada gambar 1.19a dapat diperhatikan bahwa vektor

    hamburan s adalah :

    s = k - k0 (1.25.) dengan k dan ko berturut-turut adalah vektor gelombang hambur dan vektor gelombang

    datang. Besarnya s (Gg. 1.19b) adalah :

    s = s = 2k sin = 2 k sin (1.26.) karena hamburan dianggap elastik : k = ko. Bila dinyatakan dalam ungkapan vektor normal

    (tegak lurus) bidang (hkl), Ghkl, maka vektor hamburan memiliki bentuk :

    s = 2k sin Ghkl (1.27.) karena s/ / Ghkl, dengan :

    Ghkl = G (1.28.) G

    hkl

    hkl

    dan dengan memanfaatkan sifat (ii) pada persamaan (1.24), maka vektor hamburan s

    selanjutnya dapat ditulis :

    =

    =

    ( / ) sin { / }

    sin

    4 2

    2

    d G

    dG

    hkl hkl

    hklhkl

    (1.29.) s

    Dengan mengingat kembali syarat Bragg : 2d sin = , akibatnya didapatkan : s = Ghkl (1.30) yaitu syarat Bragg dalam ungkapan vektor hamburan dan vektor dalam kisi balik.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 38

    1.5. CACAT KRISTAL

    Sejauh yang telah diuraikan pada bagian-bagian terdahulu, kristal terdiri dari susunan

    atom yang teratur dan periodik. Tetapi, ternyata tidak ada kristal yang sempurna. Setiap

    kristal mengandung cacat (defect). Cacat kristal ini besar kemungkinannya untuk terjadi

    selama proses pertumbuhan kristal, proses pemurnian atau proses laku (treatment), dan bahkan

    seringkali cacat kristal sengaja diciptakan untuk menghasilkan sifat-sifat tertentu. Cacat kristal

    dapat dibedakan menjadi : cacat titik, cacat garis, cacat bidang dan cacat ruang.

    1.5.1. Cacat Titik

    Cacat titik adalah ketaksempurnaan kristal yang terjadi pada suatu titik kisi tertentu.

    Cacat tersebut dapat berupa :

    - kekosongan (vacancy)

    - sisipan (interstitial)

    - takmurnian (impurity)

    - cacat Schottky

    - cacat Frenkel

    Struktur cacat yang bersangkutan diberikan pada gambar 1.20.

    Kekosongan adalah hilangnya sebuah atom yang seharusnya menempati suatu titik

    kisi. Sisipan adalah salah posisi dari sebuah atom yang menempati bukan titik kisi.

    Sedangkan takmurnian adalah hadirnya atom asing (yang berbeda dari atom mayoritas) dan

    menempati suatu titik kisi.

    Cacat Schottky dan cacat Frenkel banyak dijumpai pada kristal ionik. Cacat Schottky

    adalah berupa kekosongan pada suatu titik kisi bersama-sama dengan cacat sisipan di

    permukaan. Sedangkan bila kekosongan berpasangan dengan sisipan di dalam kristal

    membentuk cacat Frenkel.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 39

    Gambar 1.20. Formasi cacat titik : a. kosongan, dan b. sisipan

    Gambar 1.21. Formasi cacat garis : a. dislokasi tepi, dan b. dislokasi ulir.

    1.5.2. cacat Garis

    Cacat garis adalah cacat yang terjadi pada sederetan titik kisi yang bersambung dan

    membentuk suatu garis (dislokasi). Jenis dislokasi yang dikenal adalah dislokasi tepi dan

    dislokasi ulir, perhatikan gambar 1.21.

  • BAB I KEKRISTALAN ZAT PADAT I- 40

    1.5.3. Cacat Bidang

    Pada bahan polikristal, zat padat tersusun oleh kristal-kristal kecil yang disebut butir

    (grain). Setiap butir dapat berukuran mulai dari nanometer hingga mikrometer. Pada setiap

    butir atom-atom tersusun pada arah tertentu, dan arah keteraturan atom ini bervariasi dari satu

    butir ke butir lain. Pada daerah antar butir, terjadi transisi arah keteraturan atom, dan ini

    menimbulkan cacat pada daerah batas butir, sehingga disebut cacat batas butir. Lihat gambar

    1.22.

    1.5.4. cacat Ruang

    Cacat ruang dapat berupa pori-pori (voids) atau salah susun (stacking fault). Pada

    kristal kubus mampat (CCP), atom-atom membentuk susunan berlapis ..... A-B-C-A-B-C-A-B-

    C-..... Apabila salah satu lapisan hilang (A, B atau C) terbentuklah cacat salah susun, lihat

    gambar 1.23.

    Windows/ADB9798/Agus.S/Kristal.Doc/Sys98