pengantar filsafat, memancar.blogspot

64
Pertemuan I Oleh: Damanhuri, M.Ag. A. TUJUAN PERKULIAHAN : Agar mahasiswa dapat menguasai : 1. Dasar pemikiran FILSAFAT dari awal perkembangannya hingga munculnya Renaissance (masa pencerahan di Barat). 2. Paradigma berpikir Filsafat dan mengkaitkannya dengan ilmu pengetahuan. (Jurusan yang dipilihnya) B. TOPIK BAHASAN 1. Pengertian, Obyek, Metode dan Struktur Pembahasan Filsafat 2. Sistematika Pembagian Filsafat 3. Mitologi dan Awal Kemunculan Filsafat 4. Filsafat Yunani Kuno 5. Sokrates Vs Kaum Sofis 6. Idealisme Plato 7. Realisme Aristoteles 8. Filsafat Skolastik 9. Filsafat Islam 10. Renaissance dan Humanisme : Awal perkembangan Filsafat Modern 11. Rasionalisme 12. Empirisme 13. Eksistensialisme 14. Fenomenologi C. REFERENSI /BUKU RUJUKAN 1. Kees Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat : Sebuah buku tentang Sejarah ringkas Filsafat Barat mulai abad ke – 6 SM hingga abad ke – 19 M. Di dalamnya dibahas babakan sejarah dari masa Yunani Kuno, abad pertengahan dan masa modern. Bahasannya mencakup pemikiran tokoh-tokoh

Upload: wacil

Post on 26-Jun-2015

768 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Pertemuan I

Oleh: Damanhuri, M.Ag.

A. TUJUAN PERKULIAHAN :

Agar mahasiswa dapat menguasai :

1. Dasar pemikiran FILSAFAT dari awal perkembangannya hingga munculnya Renaissance (masa pencerahan di Barat).

2. Paradigma berpikir Filsafat dan mengkaitkannya dengan ilmu pengetahuan. (Jurusan yang dipilihnya)

B. TOPIK BAHASAN

1. Pengertian, Obyek, Metode dan Struktur Pembahasan Filsafat2. Sistematika Pembagian Filsafat3. Mitologi dan Awal Kemunculan Filsafat4. Filsafat Yunani Kuno5. Sokrates Vs Kaum Sofis6. Idealisme Plato7. Realisme Aristoteles8. Filsafat Skolastik9. Filsafat Islam10. Renaissance dan Humanisme : Awal perkembangan

Filsafat Modern11. Rasionalisme12. Empirisme 13. Eksistensialisme14. Fenomenologi

C. REFERENSI /BUKU RUJUKAN

1. Kees Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat :

Sebuah buku tentang Sejarah ringkas Filsafat Barat mulai abad ke – 6 SM hingga abad ke – 19 M. Di dalamnya dibahas babakan sejarah dari masa Yunani Kuno, abad pertengahan dan masa modern. Bahasannya mencakup pemikiran tokoh-tokoh filsafat dan aliran-aliran yang berkembang dalam filsafat. Sebuah buku yang menarik, apalagi ditulis oleh tokoh yang sangat berkompeten di bidangnya. Inilah buku yang sederhana tentang SEJARAH FILSAFAT BARAT.

2. Madjid Fakhry, Sejarah FIlsafat Islam :

Page 2: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Inilah buku Sejarah FILSAFAT ISLAM yang dikupas dengan bahasa yang ringan dan sistematis. Di dalam buku ini terdapat banyak informasi tentang para filosof muslim dengan varian pemikirannya, sejarah penerimaan Filsafat di dunia Islam hingga kontribusi besarnya dalam memajukan pemikiran keagamaan, dan tentunya yang tak bisa dipungkiri adalah kontroversi yang terjadi antara ahli kalam dan para filosof yang menghiasi khazanah keilmuan Islam. Sebuah bacaan wajib bagi siapapun yang ingin mendalami FILSAFAT ISLAM.

1. Harold Titus, dkk. Persoalan-persoalan Filsafat :

Persoalan-persoalan filsafat adalah buku "Khas Filsafat" yang sangat serius dalam gaya penuturannya. Sebuah buku penting untuk mengetahui kata-kata kunci yang ada dalam Filsafat . Pembahasannya mengambil model tematik, yaitu dengan menjelaskan istilah-istilah kunci dengan menghadirkan banyak tokoh yang terlibat di dalamnya. Pembahasannya meliputi; Apakah Filsafat itu, Manusia: Makhluk yang Sadar Akan Dirinya, Bidang-bidang Nilai, Pandangan-pandangan Dalam Filsafat, dan Agama-agama: Timur dan Barat.

2. Buku Anjuran :o Harun Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat Barat jilid I & IIo Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunanio Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak

Thales Sampai Caprao Mark B. Woodhouse, Berfilsafat Sebuah Langkah Awal

Page 3: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Pokok Bahasan I

Bismillahirrahmanirrahiem

APA ITU FILSAFAT ?

1. Encyclopedia Britannica

".... is derived from the composite Greek noun Philosophiameans "the love of persuit wisdom".

2. Encyclopedia of Philosophy

"The Greek word sophia is ordinary translated as 'wisdom', and the compound philosophia, from which philosophy derives, is translated as 'the love of wisdom'"

3. The Grolier Dictionary

Philosophy: Inquiry into the nature of things based on logical reasoning rather than empirical methods

4. Louis Kattsoff, Elements of Philosophy

Filsafat adalah berpikir secara kritis. Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis. Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut. Filsafat adalah berpikir secara rasional. Filsafat harus bersifat komprehensif.

5. Bertrand Russel

Philosophy: The attempt to answer ultimate question critically

6. William James, Encyclopedia of Philosophy

Philosophy: A collective name for question which have not been answered to the satisfaction of all that have asked them

7. Sokrates

Tugas Filsafat adalah bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam kehidupan, melainkan mempersoalkan jawaban yang diberikan.

Page 4: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

JADI …..

Filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu keahlian biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran.

Atau Filsafat disebut sebagai: suatu usaha untuk berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.

OBJEK PEMBAHASAN FILSAFAT

Obyek yang dipikirkan oleh filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi luas sekali.

Ada 2 Objek bahasan filsafat :

1. Objek Materia: segala yang ada dan mungkin ada.2. Objek Forma : yaitu sifat penyelidikan. Obyek forma filsafat

adalah penyelidikan yang mendalam. Maksudnya, ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian dalamnya. Yaitu sesuatu yang melebihi dunia empiris.

Ilustrasi

… Apa itu hujan?

Mata melihat, hujan adalah air yang turun dari langit. Ini pengetahuan Sains.

… Mengapa air itu turun?

Para ilmuwan menyelidiki bahwa hujan itu adalah air yang menguap, berkumpul di atas, lalu turun, dan itulah yang disebut hujan. Ini Sains.

… Mengapa air laut, air danau, air sumur itu menguap?

Menurut sains karena adanya pemanasan. Ini masih Sains.

… Mengapa di Indonesia banyak hujan sementara di padang pasir sedikit?

Karena di Indonesia banyak gunung, di padang pasir tidak. Ini masih Sains.

Page 5: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

… Akan tetapi mengapa di Indonesia banyak gunung, di padang pasir tidak?

Sains tidak dapat menjawab karena tidak dapat diteliti lagi secara empiris.

Filosof berpikir. Ia menemukan: itu kebetulan;

kebetulan saja di Indonesia banyak gunung, di padang pasir tidak.

… Apa itu kebetulan?

Kebetulan ialah salah satu bentuk hukum Alam.

… Apa itu hukum alam?

Hukum alam ialah hukum kehendak alam kata sebagian, hukum kehendak Tuhan kata sebagian yang lain.

Mulai dari kata kebetulan, sampai kehendak Tuhan di akhir ini, itu adalah pengetahuan filsafat. Jawaban-jawaban itu semua hanya berdasarkan pemikiran logis, tanpa dukungan fakta empiris. Berpikir tanpa dukungan data seperti ini sering juga disebut berpikir spekulatif; inilah filsafat.

METODE FILSAFAT

Istilah metode berasal dari kata Yunani methodeuõyang berarti "mengikuti jejak atau mengusut, menyelidiki dan meneliti"

Dalam hubungannya dengan upaya ilmiah, metode berarti "cara kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan untuk memahami suatu obyek yang dipermasalahkan"

1. Meieutik Dialektis Kritis Induktif

Metode ini adalah metode Sokrates. Landasan metode ini adalah bahwa setiap manusia itu memiliki pengetahuan objektif yang diperolehnya sejak dalam kandungan (pra-eksistensinya). Untuk mengungkapkan pengetahuan itu diperlukan suatu dialektika (proses tanya-jawab; dialog) yang memungkinkan seseorang mendapatkan pengetahuan tersebut. Caranya dengan meminjam teknik meietik (kebidanan), dengan mengajak orang

Page 6: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

berbincang-bincang. Dan akhirnya ditemukan kebenaran secara universal.

2. Deduktif Spekulatif Transendental

Metode ini dikembangkan oleh Plato. Inti dan dasar seluruh filsafat Plato ialah ajaran tentang ide-ide. Plato percaya bahwa ide yang tertangkap oleh pikiran lebih nyata ketimbang obyek-obyek material yang terlihat oleh mata. Karena itu, hanya ide yang merupakan realitas yang sesungguhnya dan abadi. Apa yang disebut pengetahuan sebenarnya hanya merupakan ingatan terhadap apa yang telah diketahuinya di dunia ide. Jelas dunia ide itu berada di luar pengalaman manusia di dunia, mengatasi realitas yang tampak, dan keberadaannya terlepas dari dunia indrawi. Karena itu, sistem pemikiran Plato bersifat transendental. Karena itu pula, secara menyeluruh dapat dikatakan bahwa metode filsafat plato adalah metode deduktif spekulatif transendental.

3. Silogisme Deduktif

Metode ini dikemukakan oleh Aristoteles. Logika adalah salah satu karya filsafat besar yang dihasilkan oleh Aristoteles. Inti logika adalah silogisme. Dan silogisme merupakan suatu alat dan mekanisme penalaran untuk menarik konklusi yang benar berdasarkan premis-premis yang benar. Itulah sebabnya mengapa metode Aristoteles disebut metode silogisme deduktif. Berikut ini contoh silogisme:

Semua Manusia akan Mati (Umum/Universal)

Si Ahmad adalah Manusia (Khusus/Partikular)

Si Ahmad akan Mati (Konklusi)

Page 7: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Pokok Bahasan II

SISTEMATIKA PEMBAGIAN FILSAFAT

Sistematika Filsafat ini disebut juga dengan struktur filsafat. Sistematika ini, oleh beberapa tokoh, dibagi ke dalam cabang-cabang :

1. ARISTOTELESFilsafat di bagi ke dalam tiga bidang studi, yaitu:

a. Filsafat Spekulatif/TeoretisFilsafat spekulatif atau teoritis ini bersifat objektif. Termasuk dalam bidang ini ialah Fisika, Matematika, Biopsikologi, dan sebagainya. Tujuan utama filsafat spekulatif ialah pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. b. Filsafat PraktikalFilsafat praktikal memberi petunjuk dan pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya. Termasuk dalam bidang ini adalah Etika dan Politik. Sasaran terpenting bagi filsafat praktikal ialah membentuk sikap dan perilaku yang akan memampukan manusia untuk bertindak dalam terang pengetahuan itu. c. Filsafat Produktif Filsafat produktif adalah pengetahuan yang membimbing dan menuntun manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus. Termasuk dalam bidang ini ialah kritik sastra, retorika, dan estetika. Adapun sasaran utama yang akan dicapai adalah agar manusia sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun puitis dalam terang pengetahuan yang benar. 2. CHRISTIAN WOLFF (seorang filsuf rasionalis Jerman)

Membagi cabang-cabang filsafat ke dalam:

a. LogikaStudi tentang metode berpikir dan metode penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sintesis, dan sebagainya. b. OntologiMembahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh dan sekaligus. Pembahasan itu dilakukan dengan membedakan dan memisahkan eksistensi yang sesungguhnya dari penampakan eksistensi. c. KosmologiSecara tradisional dianggap sebagai cabang metafisika yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai asal dan susunan alam raya,

Page 8: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

penciptaan dan kekekalannya, vitalisme atau mekanisme, kodrat hukum, waktu, ruang, dan kausalitas. d. PsikologiIlmu yang membahas tentang jiwa dan bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku. e. Teologi Naturalis Teologi adalah ilmu tentang Allah. Teologi natural adalah teologi yang dimulai dengan pengetahuan alamiah manusia tentang Tuhan. f. EtikaStudi tentang perilaku ideal. 3. AHMAD TAFSIR

Bahwa secara garis besar filsafat mempunyai tiga cabang besar, yaitu:

a. Epistemologi (teori Pengetahuan)Epistemologi atau teori pengetahuan pada dasarnya membicarakan cara memperoleh pengetahuan.Menurut Dagobert D. Runes dalam kamusnya, Dictionary of Philosophy (1971), menjelaskan bahwa:“Epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge”.Epistemologi memiliki beberapa aliran yaitu:1) Empirisme John Locke (1632-1704) adalah bapak aliran ini. Ia mengemukakan teori tabula rasa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya adalah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Melalui proses keterlibatan indra, maka ditangkaplah suatu pengetahuan, sehingga sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar. Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen.2) Rasionalisme Bapak aliran ini (biasanya) dirujukkan pada Rene Descartes (1596-1650). Pengetahuan yang benar menurut aliran ini adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan akal dalam menangkap objek. Jadi, akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Sebenarnya, rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan; pengalaman indera diperlukan guna merangsang akan dapat bekerja. Namun, untuk proses akhirnya kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal.3) Positivisme Tokoh aliran ini adalah August Comte (1798-1857). Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah (scientific method) dengan

Page 9: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan penting positivisme. Misalnya, hal panas. Positivisme mengatakan bahwa air mendidih adalah 100 derajat celcius, besi mendidih 1000 derajat celcius, dan yang lainnya misalnya tentang ukuran meter, ton, dan seterusnya. Ukuran-ukuran tadi adalah operasional, kuantitatif, tidak memungkinkan perbedaan pendapat. 4) IntuisionismeTokoh aliran ini adalah Henri Bergson (1859-1941). Menurutnya, tidak hanya indera yang terbatas tapi akal juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah. Jadi pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal itulah, Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh manusia, yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi. Pengembangan kemampuan (intuisi) ini memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap, yang unique. Berkaitan dengan intuisionisme, ada sebuah aliran yang mirip dengannya, namanya iluminasionisme. Aliran ini berkembang di kalangan tokoh-tokoh Islam. Teori yang menjadi mainstream adalah teori kasyf yang menyatakan bahwa manusia –yang hatinya telah bersih– telah ‘siap’ sanggup menerima pengetahuan dari Tuhan. Pencapaiannya dilalui dengan cara latihan atau di dalam Islam disebut suluk, atau lebih khusus lagi riyadhah. Umumnya, metode ini diajarkan di dalam thariqat. Menurut ajaran thariqat/tashawwuf, manusia itu dipengaruhi (ditutupi) oleh hal-hal yang material, dipengaruhi oleh nafsunya. Bila nafsu itu dapat dikendalikan, penghalang material (hijab) disingkirkan, maka kekuatan rasa itu mampu bekerja, laksana antena yang mampu menangkap objek-objek gaib.b. Ontologi (Teori Hakikat) Teori hakikat atau ontologi membahas semua objek. Apa itu hakikat? Hakikat adalah realitas sementara realitas adalah kenyataan yang sebenarnya; jadi, hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah. Ada banyak cabang-cabang di dalam teori hakikat. Kosmologi adalah ilmu yang berbicara tentang hakikat asal, susunan, berada, juga tujuan kosmos. Antropologi adalah ilmu yang mengupas tentang hakikat manusia. Fheodicea atau sering juga disebut theologia adalah ilmu yang membahas tentang hakikat Tuhan. Dan masih banyak lagi yang lain seperti filsafat pendidikan dan filsafat hukum.

Kalau yang kita bicarakan mengenai realitas benda-benda, apakah ia sesuai dengan penampakannya atau bersembunyi di balik penampakannya (appearence) itu, maka untuk menjawab hal ini ada

Page 10: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

beberapa aliran yang termasuk di dalamnya. (1) materialisme, (2) idealisme, (3) dualisme, (4) skeptisisme, dan (5) agnostisisme.c. Aksiologi (Teori Nilai)Teori nilai atau disebut juga aksiologi membicarakan guna pengetahuan atau disebut aksiologi. Kalau kita kontekskan dengan filsafat, maka apa kegunaan pengetahuan filsafat? Untuk menjawab ini, tentu kita akan melihat filsafat sebagai tiga hal:

Filsafat sebagai kumpulan teori. Di sini filsafat digunakan untuk memahami –dan merespons– dunia pemikiran. Sebuah contoh, jika anda tidak setuju dengan komunisme maka sebelumnya anda harus mengetahui teori-teori filsafat marxisme karena teori filsafat dalam komunisme itu ada di dalam filsafat marxisme. Dan demikian juga hal lainnya.

Filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life). Dalam posisi ini filsafat menjadi jalan kehidupan. Jika dalam agama Islam dikatakan bahwa Islam itu adalah al-shirath al-mustaqim, maka filsafat sebagai philosophy of life demikian juga halnya. Ia menjadi pedoman dan ajarannya diamalkan dalam kehidupan.

Filsafat sebagai metode pemecahan masalah. Bagaimana cara filsafat menyelesaikan (to solve) masalah? Sesuai dengan sifat filsafat, ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah dengan cara pertama-tama mencari penyebab yang paling awal munculnya masalah. Universal maksudnya melihat masalah dalam hubungan seluas-luasnya.

Page 11: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Pokok Bahasan III

PEMIKIRAN MITOLOGI DAN AWAL LAHIRNYA FILSAFAT

Pengertian Mitologi

Istilah mitologi diambil dari bahasa Yunani mytologia (mythos: mite, mitos; dan legein: berbicara). Jadi, Mitologi adalah hal-hal yang membicarakan tentang mitos.

Lorens Bagus, Kamus Filsafat, menjelaskan mitologi sebagai:

Refleksi tentang realitas dalam kesadaran primitif, yang diungkapkan dalam cerita rakyat lisan tentang masa lampau. Mite-mite merupakan cerita yang dilahirkan pada tahap-tahap awal sejarah, yang gambaran-gambaran fantastiknya (dewa-dewi, pahlawan-pahlawan legendaris, peristiwa-peristiwa besar, dan sebagainya) tidak lain merupakan upaya-upaya untuk memopulerkan dan menjelaskan gejala-gejala alam dan masyarakat yang berbeda.

Ilmu yang mempelajari mite-mite, asal-usulnya dan refleksi tentang realitas di dalamnya

Suatu kumpulan cerita mite (mitos, hikayat) yang ada kaitannya dengan agama primitif atau suatu studi (penyelidikan) yang menggarap cerita-cerita tersebut. Mite-mite timbul, berkembang karena didorong oleh hasrat dan usaha manusia (yang tidak ilmiah) untuk memahami dan menjelaskan dunia sekitarnya.

Beberapa Mitos Dalam Sejarah

Sekitar 700 SM, kebanyakan mitologi Yunani ditulis oleh Homer dan Hesiod. Dan pada filsuf Yunani awal mengecam mitologi Homer sebab para Dewa terlalu menyerupai manusia dan sama egois dan sama curangnya. Salah seorang filsuf yang mengkritik itu adalah Xenophanes, yang hidup sekitar 570 SM. Katanya, manusia menciptakan dewa-dewa sesuai dengan banyangan mereka sendiri. Mereka percaya bahwa dewa-dewa itu dilahirkan dan mempunyai badan dan pakaian serta bahasa sebagaimana kita semua. Orang-orang Etiopia percaya bahwa para dewa itu hitam dan berhidung rata. Bangsa Trasia membayangkan mereka sebagai manusia bermata biru dan berambut terang.

Page 12: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

1. Mitos Dewi Eurynome (Dewi segala sesuatu) tentang asal mula Alam Semesta:

Pada jaman Homeros, diceritakan bahwa: Dewi Eurynome, dewi segala sesuatu, dengan telanjang, ia muncul dari dalam kekacauan. Namun, ia tidak menemukan sesuatu pun yang mantap sebagai tempat pijakan kakinya. Dia lantas memisahkan laut dari langit, dan menari sendirian di atas gelombang laut itu. Eurynome bersetubuh dengan Ophion, sang ular besar, lalu mengambil rupa seekor burung merpati dan hinggap di atas gelombang lautan dan menghasilkan pada saatnya telur bakal dunia. Atas perintah Eurynome, Ophion memutari telur bakal-dunia ini sebanyak tujuh kali, sampai telur itu menjadi masak tererami dan pecah. Dari telur yang pecah itulah, muncul segala sesuatu yang ada: Matahari, Bulan, Planet-planet, Bintang-gemintang, Bumi dengan pegunungan dan sungai-sungai, pepohonan, rerumputan dan makhluk hidup.

2. Mitos Dewa Thor (Dewa Kesuburan) dengan palunya:

Di Yunani sekitar enam ratus tahun sebelum kelahiran Kristus (SM) semua pertanyaan yang diajukan oleh manusia dijawab oleh agama. Penjelasan-penjelasan agama ini disampaikan dari generasi ke generasi dalam bentuk mitos. Ada sebuah cerita yang sangat populer yang memiliki suatu lukisan mitologis tentang dunia, yaitu cerita tentang Thor dan palunya. Orang-orang Norwegia percaya bahwa Thor mengendarai sebuah kereta yang ditarik dua ekor kambing melintasi angkasa. Ketika dia mengayunkan palunya akan terdengar guntur dan halilintar. Kata "guntur" dalam bahasa Norwegia "Thor-don" yang berarti raungan Thor. Dalam bahasa Swedia, kata untuk guntur adalah "aska," aslinya "as-aka," yang berarti "perjalanan dewa" di atas lapisan-lapisan langit. Jika ada guntur dan halilintar pasti ada hujan, yang sangat penting bagi para petani Viking. Maka Thor dipuja sebagai dewa kesuburan. Sekaligus menjadi dewa paling penting di wilayah Skandinavia. Seperti halnya Dwi Sri (dewi padi atau kesuburan) dalam cerita rakyat di Indonesia.

Kesimpulan

Mitos memainkan peranan amat penting dalam kehidupan manusia. Hanya saja, dalam pemikiran manusia mitos sudah menjadi penyembahan "idola-idola", segala jenis benda atau hal yang disakralkan walaupun tidak layak dipuja –dengan kata lain berhala dalam bentuknya yang "primitif" dan yang lebih "modern".

Page 13: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Jadi, mitos bukan sesuatu yang harus ditiadakan demi pemodernan pemikiran manusia. Yang harus ditiadakan adalah salah pemahaman dan penyalahgunaan mitos.

Kaitan Mitos Dengan Filsafat

Pada sekitar abad VI SM, mulailah bermunculan orang-orang yang tidak puas dengan segala bentuk dongeng, hikayat atau mitos tersebut. Mereka berupaya mencari jawaban yang dapat diterima akal atas segala misteri yang ada di alam semesta ini. Dan ini merupakan awal kebangkitan pemikiran filsafat Yunani, di mana orang-orang mulai mencari kebenaran dengan menggunakan logos (akal) dan mulai meninggalkan mythos (mitos).

Kata-kata Moh. Hatta dalam bukunya Alam Pemikiran Yunani :

"...Tiap bangsa betapapun biadabnya, mempunyai dongeng takhayul. Ada yang terjadi dari kisah perintang hari, keluar dari mulut orang yang suka bercerita. Ada yang terjadi dari muslihat menakut-nakuti anak supaya ia tidak nakal. Ada pula yang timbul dari keajaiban alam yang menjadi pangkal heran dan takut. Dari itu orang menyangka alam ini penuh oleh dewa-dewa. Lama-kelamaan timbul berbagai fantasi. Dengan fantasi itu manusia dapat menyatukan ruhnya dengan alam sekitarnya. Orang yang membuat fantasi itu tidak ingin membuktikan kebenaran fantasinya karena kesenangan ruhnya terletak pada fantasinya itu. Tetapi kemudian ada orang yang ingin mengetahui lebih jauh. Di antaranya ada orang yang tidak percaya, ada yang bersifat kritis, lama-kelamaan timbul keinginan pada kebenaran.

Orang-orang Grik (Yunani) dahulunya banyak mempunyai dongeng dan takhayul. Tetapi yang ajaib pada mereka ialah bahwa angan-angan yang indah itu menjadi dasar untuk mencari pengetahuan semata-mata untuk tahu saja. Tidak mengharapkan untuk dari itu. Berhadapan dengan alam yang indah luas, yang sangat bagus dan ajaib pada malam hari, timbul di hati mereka keinginan hendak mengetahui rahasia alam itu. Lalu timbul pertanyaan di dalam hati mereka, dari mana datangnya alam ini, bagaimana terjadinya, bagaimana kemajuannya dan ke mana sampainya. Demikianlah selama beratus tahun alam ini menjadi pertanyaan yang memikat perhatian ahli-ahli pikir Yunani."

KESIMPULAN

Dari paparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada kaitan yang cukup dekat antara mitos yang irrasional (tidak masuk akal) dengan

Page 14: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

lahirnya filsafat yang lebih mengedepankan logos (rasionalitas) dalam mencari dasar argumentasi atas segala yang terjadi di alam semesta ini.

Page 15: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Pokok Bahasan IV

FILSAFAT YUNANI KUNO

Mengapa Mempelajari Filsafat Yunani Kuno ?

Setidaknya ada 2 alasan, mengapa kita perlu mempelajari sejarah filsafat Yunani.

Pertama, gaya dan alam pemikiran Yunani membantu kita memahami unsur-unsur yang sebagian besar menjadi batu bangunan untuk kultur modern (misalnya, cara berpikir modern yang logis berdasarkan prinsip-prinsip ilmu logika, serta cara penalaran ilmiah dengan prinsip kausalitas, paham demokrasi, dan keutamaan-keutamaan hidup). Dengan mempelajarinya, kita bisa retrospektif untuk memahami mengapa dan bagaimana kultur modern dan ilmiah sekarang ini terbentuk. Sekaligus mendapatkan prinsip-prinsip pokoknya.

Kedua, bagi mereka yang secara khusus menekuni studi filsafat, ada alasan tersendiri: Filsafat Yunani memuat dan merumuskan problem-problem filsafat yang masih hangat didiskusikan sampai hari ini. Tema-tema tersebut adalah:

AdaKeutamaan

Kebenaran

Jiwa

Pengenalan

Allah

Dunia

Secara umum, tema-tema pokok filsafat Yunani mencakup tiga hal:

1. Permasalahan tentang asas (arkhe) dan hukum (logos) alam semesta, serta upaya menemukan satu prinsip yang mempersatukan segalanya.

2. Tema-tema yang berkaitan dengan paham aletheia (Yunani, Ketidaktersembunyian), seperti "Ada", "Kebenaran", "Pengetahuan Sejati".

Page 16: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

3. Pertanyaan tentang kodrat manusia dan penentuan tindakan etisnya; "Jiwa", "yang baik", dan "keutamaan" (arete).

Ahmad Tafsir mengatakan bahwa : Ciri umum dari filsafat Yunani adalah rasionalisme

Periodeisasi Filsafat Barat Kuno

Para sejarawan filsafat sepakat membagi sejarah filsafat Barat Kuno ke dalam tiga jaman.

Jaman pra-Sokrates

Jaman Klasik

Jaman Yunani-Romawi / Jaman Helenistis

1. Jaman pra-Sokrates

Jaman ini mencakup filsafat Alam dari para pemikir asal Miletos (Thales, Anaximandros, dan Anaximenes), Parmenides, Herakleotos.

(650-500 SM).

2. Jaman Klasik

Jaman Klasik ditandai dengan munculnya Sokrates, Plato dan Aristoteles. Termasuk yang dimasukkan pada priode ini adalah kaum Sofis. Pusat filsafat jaman ini adalah Athena.

3. Jaman Yunani-Romawi / Jaman Helenistis

Bermula dari saat muncul sampai tenggelamnya kekuasaan Alexander Agung (abad ke-4 SM) hingga jaman kekuasaan bangsa Romawi (abad ke-2 SM). Ada dua madzhab utama dalam jaman ini, yaitu:

Madzhab Epikuros, dan Madzhab Stoa.

Kedua Madzhab di atas memiliki concern pada bidang filsafat Moral (etika).

Page 17: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Pada abad ke-1 SM sampai akhir kekuasaan kerajaan Romawi Barat, ada ajaran-ajaran baru dalam sejarah filsafat Barat kuno, khususnya Skeptisisme dan neo-Platonisme. Selain itu, ada juga ajaran-ajaran lain yang datang dari India, Persia, Yudaisme, dan Kristianisme.

Tokoh-Tokoh Filosof Pra-Sokrates

THALES (624-546 SM)

Thales adalah founding father bagi sejarah filsafat Barat dengan memberi jawaban yang tidak mitologis atas pertanyaan:

What is nature of the World stuff ? Water is the basic prinsiple of the Universe

Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi, sekaligus juga akhir dari segala yang ada dan yang jadi. Di awal air di ujung air. Air adalah yang penghabisan. Air merupakan subtrat (bingkai) sekaligus substansi (isi) itu sendiri.

ANAXIMANDROS (610-547 SM)

Tidak seperti Thales, Anaximandros berpendapat lain. Ia mengatakan bahwa prinsip segala sesuatu bukanlah anasir alam yang kongkret seperti Air. Mengapa? Sebab, seandainya air sebagai unsur basah sungguh-sungguh merupakan prinsip segala sesuatu, seharusnya terdapat juga dalam segala sesuatu, misalnya pada Api. Tetapi nyatanya tidak demikian.

Anaximandros lalu menetapkan prinsip lain sebagai asas segala sesuatu. Prinsip itu adalah prinsip abstrak yang dinamainya to apeiron (yang tidak terbatas). Toapeiron ini bersifat ilahi, abadi, tidak terubahkan dan meliputi segala-segalanya.

ANAXIMENES (585-528 SM)

Kesulitan menerima ajaran gurunya, Anaximandros, Anaximenes mengembalikan lagi prinsip segala sesuatu kepada anasir Alam, yakni Udara. Udara di sini menurut pengertian orang-orang Yunani meliputi baik udara atau kabut atau uap.

Menurut Anaximenes, semua benda di alam semesta tercipta karena suatu proses pengenceran dan pemadatan dari udara sebagai anasir dasariah ini: Kalau udara menjadi encer,

Page 18: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

muncullah api. Sebaliknya, kalau udara semakin bertambah kepadatannya, muncullah berturut-turut air, tanah, dan batu.

Pandangan mengenai udara ini, dikembangkan oleh Anaximenes pada Jiwa manusia, yang tak lain adalah udara. "sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain daripada udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini jadi satu".

KESIMPULAN

Dari ketiga pemaparan para filosof tersebut, dapat disimpulkan:

1. Alam semesta merupakan keseluruhan yang bersatu, maka harus diterangkan dengan menggunakan satu prinsip (the one) saja.

2.Alam semesta dikuasai oleh suatu hukum. Kejadian-kejadian alam tidak terjadi secara kebetulan, tetapi ada semacam keharusan teratur di belakang kejadian-kejadian itu.

3. Akibatnya, alam semesta merupakan kosmos. Kata Yunani dari kosmos dapat diartikan sebagai DUNIA, sebuah dunia yang teratur sebagai lawan kata dari khaos, dunia yang kacau balau.

HERACLITUS (540-480 SM)

Heraclitus yang berasal dari Ephesus di Asia Kecil. Dia beranggapan bahwa perubahan terus menerus, atau aliran, sesungguhnya merupakan ciri alam yang paling mendasar. "Segala sesuatu terus mengalir," kata Heraclitus.

Segala sesuatu mengalami perubahan terus-menerus dan selalu bergerak, tidak ada yang menetap. Karena itu kita "tidak dapat melangkah dua kali ke dalam sungai yang sama," dalam ungkapan bahasa Inggrisnya "you can not step twice into the same river for the fresh waters are ever flowing upon you".

Menurut Heraclitus, Alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; yang panas jadi dingin, yang dingin jadi panas. Artinya ada ke-dinamis-an di dalam alam ini. Jadi kesimpulannya adalah bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahan (stuff)nya seperti Thales sebelumnya mengatakan, tapi prosesnya

PARMENIDES (540-480 SM)

Page 19: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Rekan sejaman dengan Heraclitus adalah Parmenides adalah logikawan pertama dalam sejarah filsafat. Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis.

Parmenides beranggapan bahwa segala sesuatu yang ada pasti telah selalu ada. Dan juga tidak ada sesuatu yang dapat muncul dari ketiadaan. Demikian juga, tidak ada sesuatu pun yang ada dapat menjadi tiada. Namun demikian, tidak ada yang disebut perubahan aktual. Tidak ada yang dapat menjadi sesuatu yang berbeda dari yang sebelumnya.

Cara pandang di atas, membawa Parmenides pada suatu kesimpulan bahwa keaneka-ragaman realitas yang ada, dapat dijumpai suatu hal yang tetap, sama dan berlaku umum. Sesuatu yang tetap, sama dan berlaku umum itu tidak dapat ditangkap melalui pencerapan panca-indera, namun hanya dapat dicerna oleh pikiran (rasionalitas). Karena bagi Parmenides, indra-indra kita memberikan gambaran yang tidak tepat tentang dunia, suatu gambaran yang tidak sesuai dengan akal kita. Untuk itulah, tugas seorang filsuf adalah menyingkapkan segala bentuk ilusi perseptual. Atas pemikirannya inilah kemudian Parmenides dikenal sebagai seorang rasionalis. Atau rasionalisme.

Pokok Bahasan V

THE BATTLE OF SOCRATES VS SOFIS

Asal Usul Sofis

Sofis asal mulanya bermakna ahli. Sejak pertengahan abad ke V SM, Kaum Sofis adalah golongan

guru yang merantau ke mana-mana untuk memberi pengajaran dan dengan demikian mencari nafkah.

Pada mulanya, sebutan Sofis tidak memiliki konotasi jelek. Founding father nya adalah Georgias dan Protagoras, keduanya mempunyai image yang baik.

Asbabul Wurud Aliran Sofis

Ada dua faktor, intern dan ekstern.

Intern : ada suatu kejemuan yang melanda para generasi yang berkembang di sekitar tahun 450 SM. Perdebatan yang bermula sejak zaman Thales tentang timbulnya alam semesta, indra dan intelek pada jaman Herakleitos dan Parmenides merupakan suatu fakta yang tak bisa dielakkan. Puncaknya adalah ketika perdebatan-perdebatan itu

Page 20: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

dikonfrontasikan dengan pengalaman sehari-hari yang dalam banyak hal menimbulkan rasa keragu-raguan terhadap pikiran filsafat. Akhirnya mereka menghentikan permenenungan Metafisik tersebut.Ekstern : Faktor keadaan politik saat itu. Atau lebih tepatnya perubahan jaman. Bangsa Yunani mengalami perubahan kebudayaan akibat peperangan melawan persia. Yang secara langsung bersentuhan dengan munculnya aliran Sofis adalah adanya sistem demokrasi di Athena. Dalam sistem demokrasi ini memungkinkan setiap orang menjadi penguasa. Akhirnya ini memunculkan hasrat untuk belajar dan mencari kecakapan untuk memperoleh kedudukan dalam masyarakat. Di sinilah kaum sofis berperan.

Apa Yang Kaum Sofis Ajarkan ?

Setting sosial di Yunani waktu itu menuntut para sofis untuk mementingkan kecakapan berpolitik dan mempergunakan alat-alat kesibukan politik, seperti rapat-rapat, berpidato, menarik masyarakat, dan lain-lain. Soal kebenaran kebanyakan dikesampingkan.

Intinya adalah bagaimanakah orang dapat mempengaruhi dan menarik massa dengan jalan apa saja.

Untuk kepentingan itu, ilmu yang diajarkan para sofis adalah ilmu bahasa, retorika, dialektik. Dan diajarkan pula ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu falak, bahkan juga mistik.

Meski beberapa dari ilmu di atas pernah juga diajarkan oleh filsuf sebelum mereka, ada perbedaan yang mencolok, yaitu; ilmu pasti, ilmu falak, dls itu tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan pikiran yang tinggi. Metafisika adalah di luar minat mereka.

Pendapat Sarjana Muslim

Al-Baghdadi, Al-Nasafi, Al-Taftazani, Nur Al-Din Al-Raniri, dan Naquib al-Attas, membagi para sofis ke dalam tiga kelompok;

Pertama, disebut dengan kelompok al-la adriyyah atau gnostik, karena selalu mengatakan tidak tahu atau selalu ragu-ragu tentang keberadaan sesuatu sehingga menolak kemungkinan seseorang meraih ilmu pengetahuan. Orang yang seperti ini, pada gilirannya juga akan meragukan sikapnya yang serba meragukan keberadaan segala sesuatu.

Kedua, ialah kelompok al-indiyyah, yaitu mereka yang selalu bersikap subjektif. Kelompok ini menerima kemungkinan ilmu pengetahuan dan kebenaran, tetapi menolak tujuan ilmu pengetahuan dan kebenaran. Bagi mereka, tujuan ilmu pengetahuan dan kebenaran

Page 21: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

adalah subjektif (indi, yaitu ''Menurut saya''), bergantung pada pendapat masing-masing.

Ketiga, ialah kelompok al-'inadiyyah, yaitu mereka yang keras kepala, yang menafikan realitas segala sesuatu dan menganggapnya sebagai fantasi (auham) dan khayalan semata-mata. Kelompok terakhir ini lebih mirip dengan kelompok kedua.

Tokoh-tokoh Aliran Sofis

Protagoras ( + 485-411)

Filsuf pertama yang secara sadar dan sengaja meninggalkan cita-cita para pra-Socratic. Bagi para pra-Socratik, pemungkiran dan (atau) kesangsian itu hanya mengenai alam indra. Maka bagi Protagoras yang disangsikan juga alam metafisik. "Tidak ada pengertian yang tetap, yang benar untuk semua orang. Manusia hanya menangkap dengan indra dan tangkapan ini tidak sama untuk setiap orang. Karena manusia terus-menerus berubah maka tangkapannya juga berubah. Apakah artinya berbicara tentang benar dan salah? " maka dalam konteks ini protagoras mengatakan, homo mensura (Manusia adalah norma dari segala-galanya)

Manusia dalam pengertian yang mana? Manusia dalam kodradnya atau individualnya? Individualnya, begitu kata Pratogoras (C.J. De Vogel)

Segala-galanya apa maksudnya? Segala-galanya dalam konteks tangkapan indra atau dalam pengertian yg tidak terbatas?

Konkritnya, Pratagoras ingin mengusung suatu kebenaran subjektif bukan suatu kebenaran objektif. Karena kebenaran menurutnya adalah seseorang punya kecakapan untuk memutuskan manakah yang menguntungkan bagi Negara pada suatu saat tertentu. Dg kata lain, "segala sesuatu yang berguna pada suatu saat tertentu menurut keadaan saat itu".

Gorgias (483 – 375)

Ia lebih tepat dikatakan sebagai ahli bicara ketimbang ahli pikir. Karenanya ia disebut "Bapak ilmu pidato" (retorika).

Bagi Gorgias, benar dan salah tidak jadi soal yang penting bagaimana mempertahankan setiap pernyataan.

Page 22: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Salah satu kata-katanya yang terkenal adalah "sama sekali tidak ada barang yang-ada. Andaikata ada, tidak dapat dimengerti dan jika dapat dimengerti, tidak dapat dikatakan".

Sebab apakah tidak ada apa-apa?

Sebab jika ada sesuatu, yang ada itu KEKAL atau DILAHIRKAN. Nah, kedua-duanya tidak mungkin, katanya. Jadi tidak ada apa-apa sama sekali.

Sebab apa DILAHIRKAN tidak mungkin? Sebab lahir berarti lahir dari yang-ada atau dari yang-tidak-ada. Nah, dari yang-tidak-ada tidak dapat dilahirkan apa-apa ! Akan tetapi juga tidak mungkin dilahirkan dari yang-ada. Sebab yang sudah ada itu sudah ada, dan jika sudah ada tidak dapat dilahirkan ! Jadi jika ada sesuatu, hal itu tidak dapat dilahirkan.

Atau KEKAL !

Akan tetapi inipun tidak mungkin. Sebab apa? Sebab jika kekal, tidak ada batasnya. Akan tetapi jika tidak ada batasnya, tidak dapat berada di suatu tempat karena ada di suatu tempat sama dengan dibatasi oleh tempat. Jika demikian, yang ada itu tidak ada di manapun juga. Jika tidak ada di manapun juga, ini berarti tidak ada sama sekali. Jelaslah bahwa tidak ada apa-apa sama sekali.

Kalau kita membaca "puncak pikiran" Gorgias itu, tentulah bertanya permainankah ini atau sungguh-sungguhkah? Ada yang berpendapat bahwa nihilisme Gorgias itu sungguh-sungguh. Ada pula yang mengatakan hanya dagelan saja.

Tapi yang jelas, dalam konteks ini kita dapat membayangkan semangat sofis, yang tidak peduli akan benar dan salah.

Sokrates (470-400 sm)

Sepenggal Hidup Sokrates

Socrates adalah filsuf pertama yang dilahirkan di Athena dan selama hidup tinggal di kota itu. Ayahnya seorang pemahat patung, ibunya seorang bidan. Jika hanya dipandang rupanya, maka Sokrates bukanlah orang yang menarik, karena roman mukanya jelek. Terkenallah juga bahwa istrinya, Xantippe, adalah wanita yang sangat galak.

Page 23: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Namun, Sokrates tetaplah Sokrates yang punya kepribadian menawan; budi pekertinya halus, tabiatnya yang tidak mencari keuntungan sendiri. Dan menjungjung moral yang luhur. Karenanya, masyarakat menghormatinya kala itu. Xenophon menulis dalam Memorabilia "Saya mengerti bahwa Sokrates selalu tampak sebagai orang yang bermoral tinggi. Kepada murid-muridnya, ia memberi pengajaran yang tinggi tentang kebajikan dan lain-lain kewajiban manusia."

Karena bakat Socrates yang piawai berdebat, berani , selalu mengemukakan pikirannya dengan terus terang dan tajam maka banyak juga yang membenci dan dendam padanya. Akhirnya, ia difitnah dan dituduh tidak menghormati dewa-dewa Negara Athena dan berpengaruh buruk pada generasi muda. Pada Usia 70 tahun, filsuf yang ulung ini dihukum mati oleh Pengadilan Rakyat Athena. Kepadanya diusulkan supaya meninggalkan kota. Akan tetapi ditolaknya, karena dia menghormati hukum Negara. Hukuman diterimanya dengan minum bisa.

Pesan terakhir Sokrates pada murid-muridnya:

"Lebih baik kita didhalimi orang ketimbang mendhalimi orang."

Perbedaan Sokrates Vs Sofis

Ada perbedaan cukup penting antara Sokrates dan Sofis. Tidak seperti kaum sofis, dia mengajar bukan untuk mendapatkan uang. Dia menyebut dirinya seorang filsuf dalam pengertian yang sebenarnya, yaitu "orang yang mencintai kebijaksanaan". Seorang filsuf sejati adalah orang yang mencari kebenaran tanpa pamrih.

Seorang filsuf mengetahui bahwa dalam kenyataannya hanya sedikit saja yang diketahuinya.

Kata-kata Sokrates yang terkenal;

Hanya satu yang aku tahu, yaitu bahwa aku tidak tahu apa-apa. Atau dengan kata lain, Orang yang paling bijaksana adalah yang mengetahui bahwa dia tidak tahu.

Sokrates meng counter paradigma pemikiran kaum Sofis dengan mengatakan bahwa ada yang namanya kebenaran Objektif, yang tidak bergantung pada Saya atau Kita.

Untuk membuktikan argumennya, Sokrates menggunakan dialektika yang dalam bahasa Yunani dialegesthai yang artinya bercakap-cakap atau berdialog.

Page 24: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Dalam catatan Aristoteles yang dituangkan dalam traktatnya tentang Metafisika, ada dua penemuan dalam metode Sokrates, kedua-duanya berkenaan dengan dasar pengetahuan, yaitu Induksi dan definisi.

Glosarium

Subyektif

(Inggris) Subyecitve. Beberapa pengertian: mengacu ke apa yang berasal dari pikiran (kesadaran, ego, diri, persepsi-persepsi kita, putusan pribadi kita) dan bukan dari sumber-sumber objektif, luar.

Subjektivisme: Suatu kategori umum yang meliputi semua doktrin yang menekankan unsur-unsur subyektif pengalaman.

Relativisme

(Inggris) relarivism, dari relative, dari Latin: relativus (berhubungan dengan).

Relativisme Protagoras; beberapa hal yang terkait dengan relativismenya adalah:

Teori tentang relativisme pengetahuan dan relativisme persepsi indrawi. Sering dihubungkan dengan teori homo mensura (manusia sebagai ukuran) yang berdasarkan suatu perkataan bahwa "manusia adalah ukuran dari segala sesuatu; dari segala sesuatu yang ada sebagaimana adanya; dari segala sesuatu yang tidak ada sejauh tidak ada";

Relativisme Protagoras:o Apa yang diamati ada sebagaimana diamati oleh si

pengamat.o Apa yang diamati benar bagi si pengamato Kebenaran identik dengan apa yang diamati dan

berhubungan dengan kondisi fisik si pengamat.o Dengan adanya alat-alat indera yang berbeda, apa yang

diamati akan berbeda dan apa yang dianggap benar akan berbeda,

o Kebenaran tidak ada terlepas dari si pengamat dan dari pernyataan bahwa sesuatu itu benar.

Contoh dari beberapa pokok di atas: X berkata "angin itu dingin", Y berkata "angin itu panas", kedua pernyataan ini tidak benar. Baik X atau Y mengucapkan pernyataan yang salah. Kedua pernyataan adalah benar berhubungan dengan bagaimana X dan Y mengamati (merasakan) angin. Tidak ada metode atau

Page 25: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

standar yang mengatasi persepsi tersebut dan yang dapat digunakan untuk menentukan pernyataan mana yang benar dan pernyataan mana yang salah.

Skeptisisme

Skepticism, dari Yunani Skepsis (Pertimbangan atau keraguan). Skeptisisme Gorgias: argumen pokok; tidak ada hal yang

dapat dikatakan ada (versi nihilistik yang lebih kuat: yang ada tiada). Kalau apapun sungguh ada, kita tidak akan mampu mengetahuinya; dan kalau kita mampu mengetahuinya, kita tidak akan mampu mengomunikasikannya.

Nihilisme

(Inggris) nihilisme. Dari bahasa Latin nihil (tidak ada). Secara harfiah: ketiadaan.

Beberapa Pengertian: o Penyangkalan mutlak. Dalam konteks ini nilihilisme berarti

titik pandang yang menolak ideal positif mana pun.o Dalam epistemologi, penyangkalan terhadap setiap dasar

kebenaran yang obyektif dan real.o Teori bahwa tidak ada yang dapat diketahui. Semua

pengetahuan adalah ilusi, tidak bermanfaat, tidak berarti, relatif (nisbi) dan tidak bermakna.

Page 26: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Pokok Bahasan VI

Idealisme Plato

Siapa Plato

Nama aslinya Aristokles. Nama Plato diberikan karena dahi dan bahunya lebar (Plato berarti 'yang berbentuk lebar'). Plato adalah seorang bangsawan, yang dalam sejarah tampil ke muka bukan saja sebagai filsuf dan ahli fikir yang saleh, melainkan juga sebagai penyair dan seniman yang bercita rasa tinggi.

Plato dilahirkan di Athena pada 427-347 SM dan seorang yang sangat mengagumi Sokrates, gurunya. Maka tak heran kalau Sokrates benar-benar mempengaruhi hidup dan pemikirannya. Namun, tidak seperti Sokrates, Plato rajin menulis buku. Karangan yang terakhir, Nomoi (undang-undang), bahkan belum rampung ditulis saat ia menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam usia 80 tahun.

Cicero mengungkapkan situasi itu dengan "Plato scribens est mortuus" (Plato meninggal ketika sedang menulis).

Kalau dicermati, filsafat Plato memiliki tiga karakteristik, yaitu:

1. Bersifat Sokrates.

Plato senantiasa menampilkan kepribadian dan perkataan Sokrates sebagai topik sentral karyanya.

2. Berbentuk Dialog

Dalam Surat VII, Plato menulis, "pena dan tinta membekukan pemikiran sejati dalam huruf-huruf yang membisu. Kalau toh pemikiran itu perlu dituliskan, bentuk yang paling cocok adalah bentuk percakapan (dialog-dialog)"

3. Adanya Mite-Mite

Plato memakai mite-mite untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan adiduniawi (misalnya tentang ide-ide, keutamaan, dan jiwa)

Ajaran Tentang Ide-ide

Page 27: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Kebenaran ! Bukanlah manusia senantiasa merindu akan benar? Memang di dunia ini manusia dapat mencapainya, tetapi tidak sepenuhnya, tidak seutuhnya.

Menurut Plato kebenaran yang diperoleh di dunia ini selamanya bercampuran dengan yang tidak benar / sesatan.

Kenapa? Sebab dunia yang fana ini hanyalah semacam bayangan dari dunia yang baka, dunia yang lebih tinggi, yang menjadi modelnya. Hanya dalam dunia yang elok dan luhur itulah terdapat Kebenaran yang mutlak.

Dunia ini tak dapat ditangkap dengan Panca Indera, dunia ini adalah dunia dari idea-idea, dunia ini adalah dunia rohani.

Berdasarkan pandangan-pandangan itulah ia memiliki teori tentang idea-idea. Ajaran ini juga disebut "Dialektika" sebab merupakan perjalanan ke pengertian tentang Kebenaran.

Apa yang dimaksud Idea?

Menurut Plato:

Idea itu adalah intisari sesuatu. Ia adalah realitas; realitas yang ada, yang berdiri sendiri, baik kita pikir maupun tidak.

Di awal kita telah mengenal pemikiran Parmenides bahwa dalam pengertian akal terdapat idea-idea yang kekal, yang tidak berubah, yang universal. Namun bagaimana datang dan adanya idea-idea ini dalam intelek manusia? Permenides belum menjawab ini.

Plato mencoba menjelaskan yang belum terjawab oleh Parmenides tersebut.

Dari mana isi pikiran kita?

Dari dunia panca indera ini ?

Mustahil !!!!

Bukanlah dulu Herakleitos pernah menjelaskan bahwa hal-hal di dunia ini senantiasa mengalami perubahan, selalu mengandung pertentangan-pertentangan dan tidak dapat ditangkap dengan pengertian yang tetap?

Dapatkah penangkapan panca indera kita percaya?

Page 28: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Jika daya tangkap panca indera kita tak dapat dipercaya, lantas bagaimana?

Ya jawabannya; intelek. Dalam pengertian intelek, ada penangkapan yang tetap, yang tidak berubah.

Kesimpulannya: jiwa manusia harus mengerti suatu realitas yang berlainan dari dunia ini, suatu realitas yang mengatasi kemampuan panca indera, suatu realitas yang menjadi contoh dan ukuran realitas yang kita alami di dunia ini.

Jadi di luar dunia yang fana ini adalah dunia yang baka, yang tetap, yang kekal, yang abadi. Itulah dunia idea-idea.

Itulah kira-kira jalan pikiran Plato.

Terdapat sebuah perumpamaan yang terdapat di buku ketujuh Politeia, mengenai idea yang dimaksud Plato, yaitu "perumpamaan tentang gua".

Perumpamaan Manusia Gua

Bayangkan sebuah gua; di dalamnya ada sekelompok tahanan yang tidak dapat memutarkan badan, duduk, menghadap tembok belakang gua. Di belakang para tahanan itu, di antara mereka dan pintu masuk, ada api besar. Di antara api dan para tahanan (yang membelakangi mereka) ada budak-budak yang membawa berbagai benda, patung, dan lainnya. Yang dapat dilihat oleh para tahanan hanyalah bayang-bayang dari benda-benda itu.

Karena itu, mereka berpendapat bahwa bayang-bayang itulah seluruh realitas. Namun, ada satu dari para tahanan dapat lepas. Ia berpaling dan melihat benda-benda yang dibawa para budak dan api itu. Sesudah ia susah payah keluar dari gua dan matanya membiasakan diri pada cahaya, ia melihat pohon, rumah, dan dunia nyata di luar gua. Paling akhir ia memandang ke atas dan melihat matahari yang menyinari semuanya.

Akhirnya ia mengerti, bahwa apa yang dulunya dianggap realitas bukanlah realitas yang sebenarnya, melainkan hanya bayang-bayang dari benda-benda yang hanya tiruan dari realitas yang sebenarnya di luar gua.

Page 29: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Pokok Bahasan VII

REALISME ARISTOTELES

Biografi Aristoteles

Dikalangan Islam, Aristoteles dikenal sebagai si Guru Pertama (al-Mu'allim al-Awwal). Putra Negara Yunani yang termasyhur ini dilahirkan di Stagyra di daerah Thrakia, Yunani Utara tahun 384 SM.

Delapan belas tahun kemudian, Aristoteles masuk Akademia di Athena dan selama 20 tahun mengikuti kuliah-kuliah Plato. Namun kemudian ia meninggalkan ajaran gurunya itu.

"Amicus Plato, magis amica veritas"

[Plato memang sahabat karibku, tetapi kebenaran jauh lebih akrab denganku], demikian kata-kata Aristoteles.

Tahun 335 SM, Aristoteles mendirikan sekolah yang diberi nama Lykaion, nama salah satu gelar dewa Apolo. Karena caranya mengajar dan caranya bertukar pikiran dengan kelompok-kelompok kecil, berlangsung sambil berjalan-jalan, maka sekolahnya dijuluki dengan Peripatetik.

Akhirnya, pada tahun 322 SM Aristoteles meninggal dunia di kota Chalcis (di pulau Eubua).

Percikan Pemikiran Filsafat Aristoteles

Seperti halnya Plato, Aristoteles juga senang menulis. Diogenes Laertius, seorang sejarawan filsafat abad ke-3, menyebut 146 judul tulisan. Seorang yang banyak berjasa menyelamatkan dan menyebarkan ajaran Aristoteles ke dunia Barat adalah tokoh filsuf Islam, Ibnu Rushd. Hingga akhirnya dunia Barat mengakui sang guru pertama dengan sebutan Filosof.

Pemikiran filsafatnya meliputi banyak hal, mulai soal Metafisika, Logika, Etika, Politik, hingga ilmu pengetahuan umum seperti Biologi, fisika, dan psikologi. Sekedar catatan, tulisan Aristoteles dikenal sangat kering dan kaku. Tidak seperti Plato yang bergaya sastra dan memuat mite-mite.

Tentang Metafisika

Page 30: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Asal muasal lahirnya pemikiran metafisika Aristoteles ini terkait dengan banyak hal, yaitu terkait dengan:

Pertama, idea-idea Plato yang dianutnya, kemudian dikritik, ditentang, dan dilepaskan.

Kedua, kosmos. Bagaimana adanya aturan yang pasti dalam kosmos itu dapat diterangkan? Dari manakah aturan itu? Dengan demikian, permenungan Aristoteles berkisar pada "arche" atau "purba" (dasar yang pertama).

Dalam pemikiran Plato, terdapat dualisme realitas yaitu antara dunia ide-ide dan dunia benda-benda konkret.

Aristoteles mengkritik pandangan tersebut, dengan berkata: "Hakikat suatu benda itu berada dalam benda itu sendiri bukan dalam segala macam ide ala Plato."

Solusinya ! Aristoteles mengemukakan suatu ajaran tentang Hylemorfisme.

Hylemorfisme : Setiap benda selalu merupakan pengejewantahan dari materi (hyle) dan bentuk (morphe). Keduanya merupakan prinsip-prinsip metafisik.

Contoh telephon, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut ajaran Aristoteles: dalam telephon dari plastik itu, terdapat dua unsur yang menyatu sekaligus yakni plastik dan rupa telephon. Materi dalam benda konkret itu adalah plastik. Sedangkan "telephon" adalah bentuk. Bentuk telephon memerlukan bahan plastik agar jelas nampak sebagai telephon. Sementara bahan plastik memerlukan bentuk telephon agar dapat melaksanakan kemungkinannya menjadi telephon sungguhan.

Jadi, bentuk tidak pernah lepas dari bahan dan bahan tidak pernah lepas dari salah satu bentuk.

Atas dasar ajarannya itu, Aristoteles membedakan empat penyebab untuk mengartikan suatu kejadian/penampakan.

1. Penyebab formal (causa formalis)

Inilah bentuk yang menyusun bahan. Misalnya bentuk Telephon ditambahkan pada plastik sehingga menjadi sebuah telephon.

Page 31: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

2. Penyebab final (causa finalis)

Inilah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian. Misalnya, telephon dibuat agar orang dapat berkomunikasi.

3. Penyebab efisien (causa efficiens)

Inilah "motor" yang menjalankan kejadian. Misalnya, tukang telephon membuat telephon.

4. Penyebab material (causa materialis)

Inilah bahan dari mana suatu benda dibuat. Misalnya, bahan material telephon adalah plastik.

Kesimpulan

Hakikat benda, demikian menurut Aristoteles, tidak berada di luar. Melainkan di dalam benda itu sendiri. Dengan kata lain, hakikat suatu benda bukan terletak pada ide-ide yang berada entah di mana nun jauh di sana, melainkan mengejewantahkan dirinya secara riil dan secara bertahap dalam serangkaian kejadian atau penampakan.

Ajaran Tentang Tuhan

Salah satu tema yang terkait dengan metafisika, khususnya perihal gerak perkembangan suatu benda, adalah ajaran mengenai TUHAN.

Menurut Aristoteles, suatu gerakan atau proses perkembangan dalam jagad raya tidak mempunyai awal dan akhir dalam waktu. Maka alam semesta ABADI sifatnya. Namun karena sesuatu yang bergerak digerakkan oleh penggerak yang lain, maka perlu diterima satu PENGGERAK PERTAMA yang tidak digerakkan oleh penggerak lain, yaitu TUHAN.

Ciri Penggerak Pertama adalah:

Abadi atau tidak terikat oleh waktu, sama seperti Jagat Raya yang disebabkan oleh-Nya.

Bukan materi sebab segala sesuatu yang material, selain tidak kekal sifatnya, juga mempunyai potensi untuk bergerak dan digerakkan. Dengan demikian,

Penggerak Pertama itu merupakan aktus murni, bukan potensi.

Page 32: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Tuhan sebagai aktus murni, menurut Aristoteles, memiliki dua alasan:

Tuhan bersifat non-material atau tidak badaniah, maka kegiatan-Nya pun harus bersifat murni rohaniah. Oleh karenanya, PEMIKIRAN adalah satu-satunya kegiatan yang bersifat murni rohaniah.

Segala aktivitas jenis lain, yaitu selain aktivitas PEMIKIRAN itu sendiri, selalu menuntut objek material yang terbatas dan berada di luar dirinya; dan dengan demikian juga menuntut ketergantungan pada objek itu sebagai arah atau tujuannya (potensi).

Tuhan sebagai aktus murni, menurut Aristoteles…

PEMIKIRAN sebagai aktivitas yang sama sekali tidak bersifat material, maka –seandainya ada objek- maka objek aktivitas inipun tentu tidak bersifat material atau terbatas. Tetapi objek yang paling tinggi dan sempurna. Nah, objek ini menurut Aristoteles adalah PEMIKIRAN itu sendiri.

Jadi, kalau Tuhan adalah aktus murni maka objek pemikiran Tuhan tidak lain adalah PEMIKIRAN ILAHI miliknya sendiri. "Tuhan adalah pemikiran yang memandang pemikirannya (noesis noeseoos)", demikian kata Aristoteles.

Bagaimana Penggerak Pertama itu menyebabkan gerak dalam jagad raya?

Bukan sebagai penyebab efisien (karena Dia adalah aktus murni yang tidak menuntut objek material), melainkan sebagai penyebab final Allah menyebabkan semuanya bergerak kepada diri-Nya sebagai telos, sebagai tujuan. Artinya, segala sesuatu yang ada mengarah kepada Penggerak Pertama itu. Gerak dalam jagad raya sama saja dengan gerak menuju Allah. Dalam bahasa puitisnya Aristoteles berucap, "Ia menggerakkan karena dicintai" (kinei de hos eromenon)

Namun, Tuhan sebagai Penggerak Pertama tidak mengenal dan mencintai sesuatu yang lain dari pada diri-Nya sendiri. Karena seandainya Tuhan sampai mengenal dan mencintai dunia (sebagai objek), Dia harus mempunyai potensi juga. Jika demikian halnya, Dia bukan lagi aktus murni.

Bagaimana kita memperoleh pengetahuan tentang Allah ini?

Page 33: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Menurut Aristeles, berkat rasio (nous), tetapi bukan sebagai rasio pasif (nous patheikos atau intelectus possibilis) yang terutama dipengaruhi oleh kesan-kesan indrawi, melainkan sebagai rasio aktif (nous poietikos atau intellectus agens) yang ikut menentukan isi pemahaman manusia berkat daya kreatifnya sendiri.

Sebagai intellectus agens, rasio mampu memahami adanya Tuhan dibelakang semua gejala alam (misalnya gerak) meskipun pemahaman ini melampaui pengamatan dan pengalaman indrawi yang terbatas jangkauannya.

Catatan :

Perbedaan antara rasio pasif dan rasio aktif menunjuk pada funsi rasio manusia. Rasio bersifat pasif jika hanya menerima hakikat suatu benda yang disajikan pada panca indra. Namun menerima dari mana ? Jawabannya, kata Aristoteles, dari rasio aktif.

Rasio Aktif ini berfungsi melepaskan hakikat dari sesuatu benda konkret yang disajikan pada pancaindra. Misalnya, dengan membandingkan berbagai jenis, bentuk, dan warna bunga Mawar yang pernah dilihat, rasio aktif harus membentuk hakikat bunga Mawar. Proses ini disebut ABTRAKSI.

Dalam proses ABTRAKSI (dari kata latin ab = ke atas, dan trahere = menarik) ini, rasio aktif menarik hakikat suatu dan/atau beberapa benda "ke atas" dan sekaligus membentuk pengertian yang tepat mengenai hakikat benda itu. Bagi Aristoteles, selain mengkritik "Ide Plato", bahwa pengenalan yang tepat tentang hakikat sesuatu itu bukan berasal dari dunia ide-ide Plato, tapi berasal dari proses ABSTRAKSI ini. Karenanya, ilmu pengetahuan dimungkinkan tanpa pengandaian ide-ide Plato.

Dalam konteks filsafat pengetahuan, Aristoteles berbeda dengan Plato. Dasar filsafat pengetahuan Aristoteles bukanlah INTUISI melainkan ABSTRAKSI.@

Page 34: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Pokok Bahasan IX

FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN

(FILSAFAT PATRISTIK DAN FILSAFAT SKOLASTIK)

FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN

Istilah Abad Pertengahan merupakan istilah untuk menunjuk suatu jaman peralihan atau jaman tengah antara dua jaman penting sesudah dan sebelumnya; yakni Jaman Kuno (Yunani dan Romawi) dan Jaman Modern yang diawali dengan masa Renaissans pada abad ke-17.

Sejarah Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17.

Peta KronologisSejarah Filsafat Barat

600 SM – 500 M

Jaman Kuno

Yunani-Romawi

500 M – 1700 M

Abad Pertengahan

Dimulai tahun 476 M, yaitu masa berakhirnya Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, berakhir 1492 penemuan benua Amerika oleh Columbus

1700 M – SEKARANG

Jaman Modern

Masa Renaissans pada abad ke-17

Ciri Filsafat Abad Pertengahan

1. Adanya hubungan erat antara Agama Kristen dan Filsafat. Dengan kata lain, filsafat Abad Pertengahan adalah filsafat Kristiani.

2. Tema Filsafat Abad Pertengahan adalah hubungan antara iman yang berdasarkan wahyu-Ilahi dan pengetahuan yang berdasarkan kemampuan rasio-manusia.

3. Dapatlah dikatakan bahwa Filsafat Abad Pertengahan adalah filsafat agama dengan agama kristiani sebagai basisnya.

Page 35: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Dua Jaman Penting Abad Pertengahan

Sejarah Abad Pertengahan dibagi menjadi dua jaman, yakni JAMAN PATRISTIK dan JAMAN SKOLASTIK

Jaman Patristik [Abad ke-2 sampai Abad ke-7]

Istilah "Patristik" (Patres, Latin) yang menunjuk pada Bapa-bapa Gereja, dan juga berarti pujangga-pujangga Kristen dalam abad pertama Masehi yang meletakkan dasar intelektual untuk agama Kristen. Dalam konteks saat itu, agama Kristen juga dihadapkan pada kebudayaan Yunani terutama pikiran-pikiran filosofis yang beredar dalam masyarakat. Di sinilah muncul pro dan kontra terhadap penerimaan filsafat. Karenanya, Jaman Patristik ditandai dengan usaha keras para Bapa Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan memperkuat isi ajaran Kristen serta membelanya dari serangan kaum kafir dan bid'ah kaum Gnosis. Menurut pendapat mereka, sesudah manusia berkenalan dengan Wahyu Ilahi yang tampak dalam diri Yesus Kristus, filsafat sebagai kecerdikan manusiawi belaka merupakan sesuatu yang berlebihan saja, bahkan suatu bahaya yang mengancam kemurnian iman kristiani.

Sebagai contoh, sebut di antaranya seperti;

1. YUSTINUS MARTIR melihat "Nabi dan Martir" Kristus dalam diri Sokrates. Dan dikenal sebagai Filsuf Kristen pertama.

2. TERTULIANUS mengatakan tidak ada hubungan antara Athena (simbol Filsafat) dan Yerussalem (simbol teologi ajaran kristiani).

3. ORIGENES berpendapat wahyu Ilahi adalah akhir dari filsafat manusiawi yang bisa salah. Orang hanya boleh mempercayai sesuatu sebagai kebenaran bila hal itu tidak menyimpang dari tradisi Gereja dan ajaran para rasul.

Kemudian pada abad ke-5, Augustinus muncul. Ajarannya yang kuat dipengaruhi oleh neo-Platonisme merupakan sumber inspirasi bagi pemikir Abad Pertengahan sesudah dirinya selama sekitar 800 tahun.

Tentang Augustinus

"Jiwa Resah Mendambakan Istirahat"

Page 36: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Kesan yang kita tanggap bagi seorang Agustinus bahwa hidup, berpikir, dan mencintai adalah satu kegiatan dalam iman. Dia dilahirkan di Tagaste tahun 354.

Agustinus muda adalah lelaki yang suka foya-foya dan menikmati kesenangan duniawi yang kelak perbuatannya itu dianggap sebagai "kebejatan nafsu daging", "kegilaan nafsu birahi yang liar". Yang khas dalam pandangan Agustinus adalah mengenai pengenalan diri adalah keterarahannya pada Tuhan:

"Aku mengenal diriku hanya di dalam terang kebenaran dari Dia, yang selalu mengenal (menciptakan) aku" Dengan iman, manusia dapat mengembangkan berbagai kemungkinan pengetahuannya. Begitu juga sebaliknya, dengan pengetahuan, manusia dapat meneguhkan imanya! Maka, "percayalah untuk bisa mengetahui, dan upayakanlah pengetahuan agar dapat percaya" (Crede ut intelligas, intellige ut credas).

Ajaran Mengenai Iluminasi

Ajaran ini terkait erat dengan penolakannya pada SKEPTISISME; yaitu suatu faham yang mengajarkan bahwa manusia tidak dapat mencapai kepastian pengetahuan. Dulunya, Agustinus menganut paham ini tapi kemudian menolaknya. Alasannya, memang tentang segala sesuatu di luar aku, aku bisa menyangsikan kepastiannya. Akan tetapi, dengan menyangsikan kepastian segala sesuatu, ada satu kepastian yang tidak dapat aku sangsikan lagi, yakni kepastian bahwa aku ini tengah menyangsikan segala sesuatu. Dengan kata lain, harus diterima bahwa pasti ada Aku yang tengah sangsi, keliru, bingung, ragu-ragu, dan seterusnya: "Jadi, kalau aku keliru, aku ada" (Si enim fallor, sum).

Atas dasar pemikiran di atas, Agustinus mengemukakan jalan menuju kepastian pengetahuan. Namun, bukan di luar, melainkan di dalam, pada batin atau jati diri manusia itu sendiri. Kata-katanya yang terkenal:

"Janganlah pergi ke luar, kembalilah ke dalam dirimu sendiri; di dalam batin manusia tinggal kebenaran" (noli foras ire, in te ipsum redi; in interiore homine habitat veritos).

Di dalam batinnya, manusia menemukan kebenaran-kebenaran yang niscaya dan berlaku di mana-mana. Kebenaran ini tidak berasal dari pengalaman inderawi, karena pengalaman indrawi sendiri mengandaikan adanya ide-ide tertentu. Pertanyaannya?

Page 37: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Bagaimana kita bisa mendapatkan ide-ide mengenai sesuatu, tanpa tergantung pada pengalaman indrawi?

Manusia dapat mencapai kebenaran-kebenaran yang abadi dan sejati berkat terang (lumen, Latin) dari Allah. Karena dalam keyakinan Agustinus, manusia secara alamiah sudah terdapat suatu benih kebenaran yang tidak dapat padam atau mati. Inilah ajaran Agustinus tentang ILUMINASI.

Proses ilumniasi dapat dianalogkan dengan akibat yang dihasilkan Sang Surya pada penglihatan kita. Mata kita adalah daya / kekuatan manusia (yakni rasionya, di mana ada "benih kebenaran"), benda yang diterangi merupakan objek-objek pengetahuan kita, sedangkan Sang Surya sendiri adalah sumber kebenaran pengetahuan kita (Tuhan).

Dalam analog yang lain, Agustinus mengambil contoh dalam dunia pendidikan. Bahwa proses belajar-mengajar hanya mungkin karena adanya "dasar pengetahuan" atau "pengertian" dalam diri manusia. Ini tinggal dihidupkan saja dengan perkataan dan penjelasan bapak guru. Tindakan "menghidupkan" ini tentu sama sekali berbeda, misalnya, dengan sekedar "memberikan" pengetahuan seperti memberikan sebuah jeruk kepada seorang anak.

Jaman Skolastik [Abad ke-9 sampai Abad ke-14]

Para sejarawan filsafat membagi Jaman Skolastik ini ke dalam tiga periode;

1. Periode Skolastik Awal (800-1200 M)2. Periode Skolastik Puncak (1200-1300 M)3. Periode Skolastik Lanjut/Akhir (1400 M)

Istilah Skolastik erat kaitannya dengan didirikannya banyak sekolah (schola, Latin) pada Abad Pertengahan. Namun dalam arti yang lebih khusus, kata "Skolastik" menunjuk pada suatu metode tertentu, yakni "metode skolastik". Dengan metode ini, berbagai masalah dan pertanyaan diuji secara tajam dan rasional, ditentukan pro-kontra nya untuk kemudian ditemukan pemecahannya.

Page 38: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Karenanya, ciri filsafat skolastik adalah "tuntutan ke-masuk-akal-an dan pengkajian yang teliti dan kritis atas pengetahuan yang diwariskan".

1. Periode Skolastik Awal (800-1200 M)

Ajaran Agustinus dan neo-Platonisme banyak berpengaruh. Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian Tuhan berdasarkan rasio murni tanpa berdasarkan Kitab Suci. Tokohnya adalah ANSELMUS.

Selain para pemikir dari kristen, jangan pula dilupakan peran filosof Islam seperti IBN SINA dan IBN RUSHD. Keduanya berperan hebat dalam memperkenalkan pemikiran Aristoteles dan neo-Platonis sehingga juga mempengaruhi Abad Pertengahan. IBN SINA misalnya, berusaha mensintesiskan neo-Platonisme dan Aristotelianisme.

2. Periode Skolastik Puncak (1200-1300 M)

Filsafat Aristoteles memberikan pengaruh yang besar. Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna (1158), Paris (1170), Oxford (1200). Pada periode ini pula, terjadi kontrontasi dua golongan rohaniawan (ordo) antara ordo Fransiskan (berorientasi pada filsafat Agustinus) dan ordo Dominikan (berorientasi pada filsafat Aristoteles).

Pada abad ke-13, terjadi sintesis besar dua khazanah pemikiran antara kristiani (ajaran Augustinus) dan filsafat Yunani (Plato, neo-Platonisme, dan Aristoteles). Tokohnya, Yohanes Fidanza (Bonaventura), Albertus Magnus, dan Thomas Aquinas. Hasil sintesis ini disebut Summa (keseluruhan, Latin).

1. Periode Skolastik Lanjut/Akhir (1400 M)

Kepercayaan orang pada kemampuan rasio dalam memberi jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang. Timbullah semacam keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat dipersatukan. Rasio tidak dapat mempertanggungjawabkan ajaran Gereja. Dan hanya iman yang dapat menerimanya. Kesalehan dan hidup mistik mendapatkan perhatian istimewa. Tokohnya seperti THOMAS A. JEMPIS. Dan muncul tokoh lainnya di Jerman, NICOLAUS CUSANUS. Ia menampilkan "Pengetahuan mengenai Ketidaktahuan" ala Socrates dalam pemikiran kristianinya: "Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dapat kuketahui bukanlah Tuhan."

Page 39: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Setelah periode ini, filsafat mulai memasuki periode jaman modern yang diawali dengan jaman Renaissans, jaman "Kelahiran Kembali" kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa.

Tentang Thomas Aquinas

Filsuf Sekaligus Teolog

Tidak dapat dibantah bahwa Thomas Aquinas adalah tokoh terpenting kala itu pada jaman Skolastik. Ia berjasa dalam memadukan secara orisinil pemikiran Augustinus dengan filsafat Aristoteles. Lewat sebuah ensiklik (surat edaran dari kepausan). Ajaran Thomas Aquinas dinyatakan sebagai dasar bagi filsafat kristiani dan wajib diajarkan pada semua sekolah filsafat dan teologi Katolik.

Menurut Thomas, iman dan akal budi tidak mungkin bertentangan karena keduanya berasal dari Allah. Maka baik teologi maupun filsafat pada akhirnya akan sampai pada kebenaran hakiki yang sama. Hanya saja keduanya menggunakan metode yang berbeda. Filsafat memulai penyelidikannya dari benda-benda ciptaan (dalam kawasan yang alamiah), dan dari sinilah dapat mencapai Allah. Sementara teologi justru sudah menerima Allah sebagai asal dan fundamen untuk penyelidikannya atas benda-benda alamiah. Maka, teologi memerlukan wahyu Allah.

Dengan beriman, ia dapat mencapai pengetahuan adikodrati yang disampaikan wahyu kepadanya (misalnya pengetahuan tentang misteri trinitas, inkarnasi, sakramen). Semua pengetahuan ini memang berada di luar batas-batas akal budi, namun sama sekali tidak boleh dikatakan bahwa pengetahuan itu bersifat irasional atau bertentangan dengan prinsip-prinsip akal budi, melainkan jauh melampaui dan mengatasinya. Dengan kata lain, semua pengetahuan yang berasal dari wahyu bersifat metarasional (meta, Yunani: sesudah, di atas).

Page 40: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Pokok Bahasan X

RENAISSANCE DAN HUMANISME; Awal Perkembangan Filsafat Modern

Kearah Filsafat Modern: Suatu Pengantar Singkat

Jaman Modern ditandai dengan adanya berbagai perkembangan baru dan luar biasa pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia Barat, khususnya bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan ekonomi.

Dalam konteks sejarah filsafat Barat, masa modern adalah suatu periode saat aliran pemikiran baru mulai muncul dan beradu dalam kancah pemikiran filosofis Barat. Para filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Kadang kasar dan sinis, kadang tajam dan sangat pragmatis, namun ada juga yang sentimental.

Sejarah Filsafat Modern Barat bisa dibagi ke dalam tiga jaman/periode:

1. Jaman Renaissans (Renaissance)2. Jaman Pencerahan Budi (Aufklarung)3. Jaman Romantik (khususnya Idealisme Jerman)

Jaman Renaissans

Jaman Renaissans adalah jaman kelahiran-kembali (renaissance) kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16. Kebudayaan klasik tersebut dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban manusia.

Kebudayaan Yunani-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai subjek utama. Misalnya, Filsafat Yunani menampilkan manusia sebagai makhluk yang berpikir senantiasa memahami lingkungan alamnya dan juga menentukan prinsip-prinsip bagi tindakannya sendiri demi mencapai kebahagiaan hidup.

Dalam bidang kesusastraan:

Seperti diceritakan oleh Homeros, seorang penyair ternama dengan karyanya Odisei, tentang keberanian manusia menjelajahi suatu dunia yang penuh dengan berbagai tantangan dan pengalaman baru.

Dalam bidang Arsitektur:

Page 41: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Arsitektur Yunani-Romawi mencerminkan kemampuan manusia dalam menciptakan harmoni dari aturan hukum, kekuatan, dan keindahan.

Dalam bidang teknik:

Dari teknik pembangunan akuaduk, pembuatan jalan, rumah tinggal, sampai teknik berperang dan kemampuan berorganisasi (hukum, tentara, senat, tata kota) pantas mendapat acungan jempol. Semua itu menunjukkan bahwa kebudayaan Yunani-Romawi memberikan tempat utama bagi manusia dalam kosmos. Suatu pandangan yang biasa disebut dengan Humanisme Klasik.

Kebudayaan Renaissans yang coba dibangun ditujukan untuk menghidupkan kembali Humanisme Klasik yang sempat tertunda oleh gaya berpikir tokoh-tokoh Abad Pertengahan.

Ada sedikit perbedaan dalam konteks Humanisme pada jaman klasik dan Renaissans. Humanisme Klasik menekankan manusia sebagai bagian dari alam atau polis (negara-kota / masyarakat Yunani Kuno), sementara Humanisme Renaissans menekankan pada individualisme, yaitu paham yang menganggap bahwa manusia sebagai pribadi perlu diperhatikan (kesanggupan dan kebutuhannya tidak boleh disamaratakan).

Kutipan-Kutipan

1. " Kita bukan hanya umat manusia, kita adalah individu-individu unik yang bebas untuk berbuat sesuatu dan menganut keyakinan tertentu."

" Kemuliaan manusia terletak dalam kebebasannya untuk menentukan pilihan sendiri dan dalam posisinya sebagai penguasa atas alam." (Pico Della Mirandola)"

2. "Apa yang kamu pikir bisa kamu lakukan, Wujudkanlah !"

Dari dua kutipan di atas, pemahaman yang bisa kita peroleh adalah:

1. Munculnya sikap pemujaan tidak terbatas pada kecerdasan dan kemampuan individu dalam segala hal;

2. Manusia yang dicita-citakan oleh Humanisme Renaissans adalah "manusia universal" (Uomo Universale), yakni manusia yang berkat kecerdasannya bisa maju dan berkembang penuh dalam

Page 42: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

seluruh aspek kehidupannya, khususnya dalam aspek ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan.

Filsuf-Filsuf Abad ini adalah:

1. Filsuf dari Itali: Campaneila, Patrizi, Bruno, Pompanazzi, Telesio, Ficino, dan Pico.

2. Filsuf IPA: Galilei, Kepler, Bacon, Kopernikus3. Filsuf Humanisme: Montaigne, Erasmus, Morus, Alberti, Vaila,

Salutati, dan Petrarca4. Filsuf Negara dan Hukum: Althusius, Grotius, Bodin, dan

Machiavelli5. Filsuf Reformasi: Melanchthor, Calvin, Luther, dan Zwingli

Tiga Pandangan tentang Takdir

Filsuf yang akan kita kemukakan adalah:

1. Francesco Petrarca2. Geovanni Pico Della Mirandola, dan3. Francis Bacon

Ketiga filsuf di atas, concern terhadap manusia dan posisinya dalam kosmos. Bukan alam yang menakdirkan manusia akan menjadi apa, melainkan manusia yang berkat akal budinya mentakdirkan alam akan berbentuk apa.

Petrarca:"Menghendaki yang baik lebih berharga dari pada mengenal yang benar"

Francesco Petrarca (1304-1374) bukan saja seorang filsuf tapi juga sastrawan Itali. Pada tahun 1326, ia berkenalan dengan seorang wanita yang sudah bersuami. Seumur hidupnya, Petrarca mencintai wanita ini dari kejauhan dan menulis sajak-sajak tentangnya dengan nama samaran Laura. Katanya: "Aku tidak ingin berdusta: Aku menjadi seperti aku yang sekarang karena wanita itu."

Petrarca dikenal sebagai Bapak Humanisme dan tokoh jaman Renaissans. Perannya dalam filsafat terletak pada kritikan-kritikannya terhadap cara belajar para filsuf skolastik yang dinilainya hanya mengandalkan karya terjemahan untuk memahami pemikiran Aristoteles dan Plato bukan karya asli mereka. Selain itu, usaha para filsuf skolastik mempelajari filsafat Aristoteles juga dikritik. Menurutnya, Aristoteles hanya bisa membantu orang "mengetahui" apa yang disebut sebagai keutamaan, tetapi tidak mampu

Page 43: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

"memotivasi" jiwa dan kemampuan untuk memperoleh keutamaan tersebut, padahal yang lebih bernilai bukanlah pengetahuan tentang "yang baik", melainkan keinginan untuk melaksanakannya. Kata-kata Petrarca :

"Adalah suatu perbedaan besar, apakah saya tahu tentang sesuatu, atau apakah saya mencintai sesuatu: apakah saya memahami sesuatu, atau apakah saya mengusahakan sesuatu. Aristoteles mengajarkan apa yang disebut sebagai keutamaan –saya tidak menolaknya. Namun, ia tidak mengenal kata-kata yang bisa meyakinkan dan memberi semangat: kata-kata yang bisa menghidupkan dan mengobarkan api dalam jiwa kita. Sementara itu, di pihak lain, yang terjadi adalah sebaliknya. Para tokoh-tokoh kita, khususnya pada Cicero dan Annaeus (Seneca) sering menggunakan kata-kata tersebut."

Bagi Petrarca, seorang filsuf sejati adalah seorang filsuf yang mempertimbangkan konteks, sebab filsafat sendiri bukanlah seni kata-kata abstrak dan kosong; melainkan seni tentang hidup yang baik dan berkeutamaan. Filsafat harus bersifat praktis. Filsafat ada untuk manusia, bukan manusia ada untuk filsafat !

Pico:"Kita dilahirkan… untuk menjadi apa yang kita kehendaki"

Pico merasa yakin bahwa ada banyak pandangan para filosof dan teolog yang bisa diselaraskan. Namun pihak otoritas gereja tidak tidak sependapat dan menilainya sesat. Akhirnya Pico melarikan diri ke Prancis, tetapi tertangkap. Berkat perlindungan bangsawan Lorenzo de Medici, Pico boleh kembali ke Italia dan tinggal di Lorenzo hingga wafat pada usia 31 tahun.

Pico bertanya, di mana posisi istimewa manusia di alam semesta? Tuhan menciptakan manusia sebagai pencipta bagi dirinya sendiri dengan kebebasannya. Manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri dan mewujud-nyatakan hakikatnya seperti yang ia kehendaki. Masalah akan jadi apa manusia di kemudian hari ditentukan oleh keputusan-keputusan dan tindakan-tindakannya saat ini.

Untuk menegaskan apa yang diyakininya, Pico mengacu pada Kisah Penciptaan dalam Kitab Kejadian yang telah digubah dalam versinya sendiri: "Kondrat semua makhluk lain dibatasi oleh hukum-hukum yang telah Kutetapkan untuk mereka. Namun, engkau (Adam) harus menentukan kodratmu menurut keputusan yang telah Kuberikan kepadamu. Aku telah menempatkan engkau di tengah-tengah dunia, agar engkau bisa mengenal dengan lebih mudah segala sesuatu yang

Page 44: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

tersebar di dunia ini. Aku telah menciptakan engkau bukan sebagai sesuatu yang surgawi atau duniawi, yang fana atau yang baka, melainkan Kuciptakan engkau sebagai makhluk bebas yang berkat kekuatannya sendiri mampu membentuk dan menentukan diri sendiri. Engkau bisa saja merosot ke tingkat hewani. Namun, jika memang kau kehendaki, engkau dapat dilahirkan kembali ke tingkat surgawi mendapai keilahian."

Menurut Pico, hubungan antara manusia dan hidupnya bisa digambarkan dengan kerja seorang seniman yang tengah menggarap bahan untuk karya seninya. Akan menjadi apa material itu nantinya ditentukan oleh rancangan dan pola yang telah dimiliki oleh seniman tersebut dalam benaknya. Allah Pencipta telah menciptakan manusia sebagai pencipta juga, yang sesuai dengan citra-Nya. Dan kepada manusia sebagai makhluk bebas, Allah telah menyerahkan dunia ini untuk ditaklukan dan dibentuk menurut pola yang ia miliki. Karenanya, keberadaan atau esensi manusia ditentukan oleh tindakan kreatifnya dalam bekerja dan mengelola dunia ini.

Prancis Bacon:

"Pengetahuan adalah kekuasaan"

Francis Bacon (1561-1626) bukan seorang filosof, ia tidak mau dikatakan demikian. Ia seorang sarjana hukum lulusan Trinity College of Cambrige University. Pemikiran Bacon ditujukan pada pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimanakah ilmu pengetahuan bisa diperbarui? Metode apakah yang tepat bagi suatu penelitian ilmiah? Apakah tujuan ilmu pengetahuan itu?

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, ajaran Skolastik dan pandangan Aristotelian dinilai Bacon tidak ada gunanya. Persoalannya bukanlah mengalahkan lawan dengan argumentasi logis, melainkan menaklukkan alam dengan kerja. Sedikit bicara, banyak kerja. (talk less, do more). Bagi Bacon, pengetahuan yang pantas diupayakan adalah pengetahuan yang bertujuan menguasai alam demi kepentingan manusia. Pengetahuan seperti ini memberikan kekuatan kepada manusia untuk menjadi penguasa atas alam.

Selanjutnya, jika semua ilmupengetahuan diarahkan kepada tujuannya yang sejati, maka diperlukan suatu pembaruan metode untuk semua ilmu pengetahuan. Dalam upayanya membarui metode itu, Bacon mengusulkan pelurusan asumsi lama yang tidak benar. Ada 4 anggapan yang menurutnya perlu diluruskan, yaitu:

1. "idola umat manusia" (idola tribus).

Page 45: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Idola ini muncul dari kodrat manusia sendiri yang memahami realitas dengan bantuan panca indera dan akalnya. Idola ini mengatakan bahwa akal manusia ibarat cermin yang memantulkan realitas sebenarnya. Namun, menurut Bacon, idola ini menyesatkan. Sebab, akal manusia itu memang ibarat sebuah cermin, namun sebuah cermin yang tidak rata. Akal terlalu ikut campur dalam pengenalan kita terhadap benda-benda yang diamati. Akibatnya, pengetahuan kita atas keadaan benda-benda itu sendiri menjadi rancu dan tidak tepat.

2. "Idola sebagai kurungan" (idola specus).

Idola ini ada pada sudut pandang tiap-tiap individu yang bersangkutan saja.

3. "Idola Pasar" (idola fori).

Idola pasar terungkap dalam gejala bahasa. Bahasa yang menjalin penghubung antar manusia sering menyesatkan kita dengan berbagai tambahan arti dari banyak hal yang belum ada, atau bahkan pasti tidak ada (misalnya kata "nasib", "substansi"). Akibatnya, orang sering berdebat kusir tentang makna suatu kata atau istilah.

4. "Idola Teater" (idola theatri).

Berbagai ajaran filsafat dan teologi mengklaim telah membantu manusia memahami diri dan dunianya. Namun, semua itu hanya dongeng belaka, suatu cerita fiksi. Jauh dari realitas.

Akhirnya menurut Bacon, kalau kita ingin memperoleh pengetahuan sejati, maka kita harus "dimurnikan" dari semua. Bacon menawarkan suatu metode yang ia beri nama metode induksi. Namun induksi ini bukanlah sekedar generalisasi dari berbagai hal khusus untuk memperoleh hal yang umum.

Induksi tersebut adalah metode pengetahuan yang diawali dengan pengumpulan dan perbandingan data-data hasil pengamatan atas eksperimen-eksperimen yang kita buat, untuk selanjutnya –melalui proses generalisasi- menghasilkan pola atau prinsip umum dari objek pengamatan tersebut. Jadi induksi tidak diawali dengan sembarang data empiris yang diterima oleh panca indera kita, melainkan diawali terlebih dahulu dengan apa yang ingin diselidiki, selanjutnya diolah secara metodis dan bertahap dengan malaksanakan eksperimen yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 46: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Dengan demikian, dalam induksi ini terdapat dua unsur dalam satu proses pengetahuan: Pengalaman Indrawi dan Akal Budi. Bacon merasa optimis dan berharap kuat bahwa masa depan umat manusia akan cerah berkat ilmu pengetahuan tersebut. Ia menuliskan: "Semoga pada akhirnya umat manusia bisa berkuasa atas alam, sebagaimana ditetapkan Tuhan. Semoga banyak hal yang bisa kita kuasai terlebih dahulu. Selanjutnya, adalah urusan agama dan akal budi yang sehat untuk menerapkannya secara tepat."

Page 47: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

JAMAN PENCERAHAN (AUFKLARUNG)

(Pokok Bahasan XI)

PENCERAHAN

(Aufklärung, Jerman; Enlightenment, Inggris; eclaircissement, Prancis) berlangsung selama abad ke-17 dan ke-18.

Pada abad ini terjadi dua peristiwa penting, yaitu: The Glorious Revolution di Inggris tahun 1688 dan Revolusi Prancis tahun 1789.

sapare aude !“beranilah berpikir sendiri”

Semboyan di atas menandai dimulainya jaman pencerahan. Immanuel Kant (1724-1804) menegaskan bahwa “pencerahan” merupakan sikap pembebasan manusia dari ke-tidak-dewasa-an (unmündigkeit) akibat kesalahannya sendiri.

Kesalahan itu terletak dalam keengganan atau ketidak-inginan manusia untuk memamfaatkan rasionya; orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar dirinya (wahyu ilahi, nasihat para ahli, otoritas agama, atau negara).

Keyakinan pencerahan akan masa depan yang cerah mendapat dukungan kuat dari ilmu pengetahuan yang berkembang pesat kala itu, terutama ilmu pengetahuan alam dan teknik. Misalnya di Inggris, muncullah Isaac Newton (1643-1727) dengan hukum gravitasinya yang tidak mengijinkan segala macam spekulasi atau hipotesis atas fenomena dunia, melainkan menjamin kepastian. Hypotheses non fingo.

Di kalangan penyair, Newton dipuja sebagai pembawa terang: Nature and nature’s laws lay hid in night. God said, “Let Newton be!” and all was light. (Pada awalnya alam dan hukumnya tersembunyi dalam kegelapan malam. Allah berfirman “Jadilah Newton !”, maka segala sesuatunya menjadi terang).

PENCERAHAN DI TIGA KAWASAN PENTING

1. Inggris

Dalam wilayah sosial-politik, dihasilkanlah naskah-naskah penting yang menjamin kebebasan warga, mislahnya Habeas Corpus (1679) yang menetapkan bahwa seorang tahanan harus dihadapkan kepada seorang hakim dalam waktu tiga hari dan diberi tahun atas tuduhan apa ia ditahan. Hal ini menjadi dasar prinsip hukum bahwa seseorang hanya boleh ditahan atas perintah hakim.

Dalam ranah lainnya, Undang-undang Pers tahun 1693 menjamin kebebasan berpendapat

Page 48: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

bagi segenap warga. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki hak untuk mengajukan kritik terhadap otoritas gereja atau negara tanpa perlu merasa takut. John Locke (1632-1704) mendesak agar dalam pemerintahan perlu ada pembagian kekuasaan dan memberikan jaminan atas hak kelompok minoritas mengadakan oposisi.

2. Prancis

Pencerahan di Prancis berlangsung secara liberal dan radikal –dengan sentimen anti-Gereja. Voltaire (1694-1778) menyerukan pemusnahan gereja “Ecrasez l’infâme !” (luluh lantakkan yang buruk). Contoh lainnya, adalah pendirian patung Dewi Rasio di dalam katedral Notre Dame, tahun 1793.

Puncaknya adalah manakala Prancis mencapai Revolusi Prancis yang diawali dengan penyerbuan penjara Bastille, tempat para tahanan politik dikurung, tanggal 14 Juli 1789.

3. Jerman

Pencerahan di Jerman lebih fokus pada persoalan moral dan upaya untuk menemukan hubungan antara rasio dan agama.

Gotthold Ephrain Lessing (1729-1781) dalam bukunya Pendidikan Bangsa Manusia melihat bahwa dengan dorongan semangat Pencerahan kelak akan tiba suatu jaman ketika kebenaran-kebenaran wahyu Allah dalam kitab suci akan digantikan dengan kebenaran-kebenaran berdasarkan akal budi, suatu jaman ketika orang “melakukan yang baik, karena hal itu adalah sesuatu yang baik, bukan karena adanya semacam ganjaran yang datang daripadanya”

Suatu ‘otonomi manusia’ menjadi proyek besar di sini. Suatu otonomi dalam berpikir dan menentukan tindakannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia yakini sebagai sesuatu yang baik, benar, dan tahan uji.

Hal ini pulalah yang kita dapati dalam filsafatnya Kant. Bagi Kant, sudah tiba saatnya untuk menyatakan bahwa akal budi manusia adalah ukuran dan prinsip untuk segala-galanya; untuk apa saja yang ia ketahui (segi epistemologi), untuk apa saja yang ia perbuat (segi moral), dan untuk apa saja yang ia harapkan (segi teleologis).Pandangan Kant di atas, mengarah pada ‘subjektivitas’ manusia. Berkat rasionya, sang ‘Aku’ menjadi pusat pemikiran, pusat pengetahuan, pusat perasaan, pusat kehendak, dan pusat tindakan sehingga manusia bukan lagi sebagai viator mundi (peziarah di dunia), melainkan sebagai faber mundi (pembuat dunia).

PARA FILOSOF JAMAN PENCERAHAN

Terdapat dua aliran filsafat yang saling bertentangan pada jaman ini, yaitu rasionalisme dan empirisme.

RASIONALISME

Page 49: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

(Khususnya di Prancis dan Jerman) adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan sejati adalah akal budi atau rasio, bukan pengalaman. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk menegaskan pengetahuan yang telah didapatkan dari rasio. Rasio sendiri tidak memerlukan pengalaman; ia dapat menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri berdasarkan asas-asas yang pasti. Metode kerjanya bersifat deduktif. Contohnya Matematika.

PARA FILSUF RASIONALISME

Para filsuf Rasionalisme sepakat bahwa rasio manusia mampu mengenal dan menjelaskan seluruh realitas berdasarkan asas atau prinsip pertama. Hanya mereka tidak sepakat mengenai jumlahnya. Menurut Descartes, prinsip pertama itu memiliki dua (atau lebih tepat tiga) substansi. Adapun Spinoza mengatakan hanya ada satu substansi. Sementara Leibniz mengatakan ada banyak substansi yang disebutnya sebagai monade.

Descartes: “Cogito, ergo sum”

Rene Descartes (Nama Latinnya, Renatus Cartesius, 1596-1650) dijuluki Bapak Filsafat Modern.

Filsafat Descartes berawal dari satu pertanyaan: Apakah ada metode yang pasti sebagai dasar untuk melakukan refleksi filosofis? Untuk menjawabnya, Descartes melakukan apa yang kemudian dinamakan sebagai sikap keragu-raguan radikal. Ia menganggap bahwa segala sesuatu yang ada hanyalah tipuan, dan tidak ingin menerima apapun sebagai ssesuatu yang benar, jika kita tidak memahaminya secara jelas dan terpisah. Hanya yang bisa dipahami dengan jelas dan terpisah itulah yang menjadi norma untuk menentukan kepastian dan kebenaran.

Namun, jika segala sesuatu diragukan keberadaannya, ada satu hal yang sama sekali tidak bisa diragukan lagi sehingga harus diterima secara mutlak, yakni kenyataan bahwa Aku yang sedang meragukan segala sesuatu ini ada! Orang bisa menyangkal segala sesuatu, namun ia tidak bisa menyangkal keberadaan dirinya sendiri. “Saat aku mencermati dan berpikir bahwa segala sesuatu adalah salah…, pada saat itu aku menyadari kebenaran ini:

“Aku berpikir, maka aku ada”. Kebenaran ini tampak sangat jelas dan pasti, sehingga anggapan kaum Skeptis tida bisa mengguncangkannya. Sehingga aku merasa yakin aku bisa menerima kebenaran ini sebagai prinsip pertama filsafat yang tengah aku cari ”Ungkapan Descartes mengisyaratkan satu hal bahwa pemikiran atau kesadaran tidak bisa dipisahkan dari diri seseorang. Hakikat manusia adalah pemikiran (res cogitans)“Benar, aku hanyalah makhluk yang berpikir … Makhluk yang bisa meragukan, mengamati, membenarkan, menolak, menginginkan, tidak menginginkan, berimajinasi, dan merasakan”Bagi Descartes, kesadaran diri seseorang harus diterima sebagai kebenaran karena saya memahaminya dengan jelas dan terpisah. Dan inilah kerangka-bangun filsafat Descartes.

Page 50: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

Berkat kesadaran diri yang diperoleh dari refleksi atas keraguan radikal, Deskartes membangun suatu jalan kepastian intuitif yaitu dengan cara dua langkah:

1. Arah “ke dalam” atau pada kesadaran individu bersangkutan.

Menurut Descartes, karena segala sesuatu dari luar tidak bisa dipercaya, manusia perlu mencari kebenaran dalam dirinya sendiri, sambil menggunakan kriteria di atas (jelas dan terpisah). Sebagai hasilnya, Descartes menemukan bahwa dalam diri manusia ada tiga hal yang disebutnya “ide-ide bawaan” (Ideae innatae).a. Ide pemikiran (cogitatio)b. Ide Allah (deus)c. Ide keluasan (extentio)

2. Arah “ke luar”.

Dari adanya kesadaran diri (cogito), Descartes berusaha memahami realitas alam-dunia. Seperti halnya para pemikir Yunani dan Skolastik, Descartes juga sampai pada kesimpulan bahwa apa yang ada merupakan suatu substansi, yakni “ada” yang berdiri sendiri. Menurut Descartes, selain (1) Allah, masih ada dua substansi lain, yakni (2) jiwa yang dalam hal ini adalah pemikiran, (3) materi atau keluasaan. Namun, karena Descartes meragukan keberadaan segala sesuatu, maka ia kesulitan untuk menerima adanya suatu realitas lain di luar kesadaran, yakni realitas alam-dunia material yang mempunyai kejelasan dan keterpisahan tersendiri. Saat menghadapi hal ini, Descartes menemukan jalan keluarnya pada Allah sebagai penyebab pandangan kesempurnaan.

Bagi Descartes, Allah sebagai wujud sempurna tidak mungkin menipu. Disinilah, Descartes menjadikan Allah sebagai penjamin kepastian pengetahuan kita mengenai realitas material-empiris atau alam dunia.

Proses pengetahuan di awali dari “Aku” melalui Allah menuju dunia. Dilihat dari sisi objek-materialnya (dunia), Allah adalah yang pertama, segala sesuatu berdasar kepada-Nya. Namun, dilihat dari sudut proses pengetahuan, kesadaran manusialah yang pertama.

Tugas filsafat adalah:“Mendapatkan pandangan yang menjadikan hidup ini bisa menghasilkan buah bukan mengusahakan pegetahuan yang bersifat teoritis (Skolastik), filsafat harus mengusahakan pengetahuan praktis yang memungkinkan kita mengenali daya dan kekuatan dari api, air, udara, bintang, dan segala sesuatu di sekitar kita –seperti halnya pekerjaan yang dijalani oleh para pengrajin. Dengan demikian, filsafat haruslah mampu memanfaatkan daya dan kekuatan dari semua unsur tersebut untuk segala macam keperluan praktis manusia sehingga menjadikan kita sebagai tuan dan pemilik alam ini”EMPIRISME

Adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa pengalaman (empeiria, Yunani) merupakan sumber utama pengetahuan, baik pengalaman lahiriah ataupun pengalaman batiniah. Rasio bukan sumber pengetahuan, tetapi ia bertugas untuk mengolah bahan-

Page 51: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

bahan yang diperoleh dari pengalaman untuk dijadikan pengetahuan. Metodenya bersifat induktif. Contohnya Ilmu Pengetahuan Alam.

PARA FILSUF EMPIRISME

Rasionalisme dianut oleh para filsuf di wilayah Eropa, sedangkan Empirisme berasal dari Inggris. Empirisme dirintis oleh Francis Bacon yang menekankan metode empiris-eksperimental dalam menyelidiki apa yang bisa diketahui manusia. Setelah Bacon, Hobbes mendasarkan filsafat politiknya pada penelitian empiris atau motivasi-motivasi manusia yang dibandingkannya dengan sebuah arloji. Locke membangun epistemologinya dengan didasarkan pada anggapan bahwa semua pengetahuan manusia berasal dari pengalaman indrawi.

Locke: “Anggap saja, pikiran itu … seperti selembar kertas putih”

John Locke (1632-1704), lahir di Wrington dekat Briston. Persahabannya dengan Robert Boyle, seorang ahli kimia Inggris, membangkitkan minatnya pada pendekatan empiris. Sejak tahun 1691, Locke yang menderita penyakit asma akut ini, hidup di pedesaan hingga wafatnya pada tahun 1702. Pada batu nisannya terdapat kata-kata yang ditulis oleh Locke sendiri saat masih hidup:“Wahai para pejalan kaki, berhentilah sejenak ! Di sini terbaring John Locke. Kalau Anda bertanya, orang seperti apa dia, ia akan menjawab: seorang yang hidupnya puas dengan hal-hal sederhana, ia memang dibesarkan oleh ilmu pengetahuan, namun apa yang telah dijalankan seluruh hidupnya adalah pengabdian pada kebenaran. Pelajarilah ini dari tulisannya-tulisannya !”Tentang Pengetahuan

Dari manakah sumber pengetahuan yang bisa dipercaya? Dari mana pengetahuan itu berasal? Locke menjawabnya, “Pengalaman. Semua pengetahuan kita berdasarkan pengalaman; dan dari pengalaman inilah pengetahuan itu berasal.

Sebelum mengalami sesuatu, pikiran atau rasio kita seperti tabula rasa atau kertas kosong. Baru kemudian kertas itu mendapat isinya dari pengalaman.

Ada dua macam pengalaman yang bisa dibedakan, yaitu ;1. “Pengalaman lahiriyah” (sense atau external sensation) atau pengalaman indrawi, yang berhubungan dengan realitas material yang ditangkap dengan pancaindra kita, dan2. “Pengalaman batiniah” (internal sense atau reflection) yang terjadi apabila kesadaran melihat aktivitasnya sendiri dengan cara “mengingat”, “menghendaki”, “meyakini”, dan sebagainya.

Dari dua macam pengalaman ini diperoleh “pandangan-pandangan sederhana” (simple ideas), yakni isi kesadaran yang berfungsi sebagai data-data empiris. Pandangan ssederhana ini masih bisa dibedakan menjadi empat jenis, yaitu pandangan yang:1. Diterima hanya oleh satu indera kita, misalnya warna diterima oleh indera mata, bunyi diterima oleh indra telinga;

Page 52: Pengantar Filsafat, Memancar.blogspot

2. Diterima melalui beberapa indra, misalnya ruang dan gerak;3. Dihasilkan berkat refleksi kesadaran, misalnya kenangan atau memori;4. Yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan atau refleksi, misalnya rasa tertarik, minat, dan waktu.5. Dalam menerima pandangan ini, pemikiran atau rasio sama sekali pasif. Baru kemudian, setelah pandangan sederhana ini tersedia, rasio bekerja membentuk “Pandangan Kompleks” (Complex Ideas) dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.

Dalam hal ini ada tiga jenis pandangan kompleks yang bisa dibedakan, yaitu:1. Substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya manusia atau tumbuhan;2. Modi atau pandangan kompleks yang keberadannya bergantung kepada substansi, misalnya siang adalah modus dari hari;3. Hubungan sebab-akibat, misalnya pandangan kausalitas dalam pernyataan: “air mendidih karena dipanaskan dengan api hingga 100 celsius”.4. Kalau “Pandangan Sederhana” berasal secara langsung dari pengalaman indrawi, maka “Pandangan Kompleks” tidak bisa diamati secara langsung, tetapi diketahui melalui kombinasi-kombinasi dari berbagai pandangan tunggal.5. Demikianlah, Locke merasa yakin telah dapat menjelaskan terjadinya pengetahuan manusia.[]