pengangkatan anak yang tidak dicatatkan perspektif hukum...

114
PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi Kasus Tiga Desa Di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Tahun 2010-2018) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Roudlotul Maghfiroh 11150440000046 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1441 H

Upload: others

Post on 03-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

(Studi Kasus Tiga Desa Di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan

Tahun 2010-2018)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

untuk memenuhi salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Roudlotul Maghfiroh

11150440000046

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1441 H

Page 2: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 3: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 4: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 5: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi pada penulisan skripsi ini mengacu pada

pedoman transliterasi pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum 2017.

a. Padanan Aksara

Daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B be ب

T te ت

Ts te dan es ث

J je ج

H ha dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D de د

Dz de dan zet ذ

R er ر

Z zet ز

S es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis bawah ص

D de dengan garis bawah ض

Page 6: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

vi

T te dengan daris bawah ط

Z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ، ع

Gh ge dan ha غ

F ef ف

Q qo ق

K ka ك

L el ل

M em م

N en ن

W we و

H ha ه

apostrop ء

Y ya ي

b. Vokal

Vocal tunggal atau monoftong:

Tanda Vokal

Arab Tanda vokal latin Keterangan

ــــــ A fathah

I kasrah ـــــ

U dammah ــــ

Page 7: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

vii

Vocal rangkap atau diftong:

Tanda Vokal

Arab Tanda vokal latin Keterangan

Ai a dan i ــــــ ي

Au a dan u ــــــ و

Vokal panjang atau madd:

Tanda Vokal

Arab Tanda vokal latin Keterangan

 a dengan topi di atas ـــــا

Î i dengan topi di atas ـــــي

Û u dengan topi di atas ـــــى

c. Kata sandang

Kata sandang dilambangkan dengan huruf alif dan lam (ال), dialih

aksarakan enjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyah ataupun

qomariyah. Misalnya:

al-ijtihad = الإجتهاد

al-rukhsah atau ar-rukhsah = الرخصة

d. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam transliterasi ini huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Huruf capital

digunakan untuk menulis huruf di awal, nama, permulaan kalimat, serta

ketentuan lainnya.

Page 8: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

viii

ABSTRAK

Roudlotul Maghfiroh, NIM 11150440000046. PENGANGKATAN ANAK

YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM

POSITIF (Studi Kasus Tiga Desa Di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan

Tahun 2010-2018), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2019 M. Xiii halaman + 63 halaman dan 39

halaman lampiran.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengatahui penerapan hukum

pengangkatan anak di Kecamatan Glagah, selain itu juga untuk mencari tahu

faktor penyebab pengangkatan anak tidak dicatatkan yang terjadi di Kecamatan

Glagah Lamongan dan untuk mengetahui dampak hukum dari pengangkatan anak

yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif

yang bertujuan untuk menemukan jawaban suatu fenomena atau pertanyaan

melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis. Dengan menggunakan jenis

penelitian sosiologis empiris yang datanya diperoleh langsung dari masyarakat

sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan

melalui observasi dan wawancara.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pengangkatan anak yang dilakukan oleh masyarakat pada tiga desa di kecamatan

Glagah Lamongan lebih banyak didasari oleh rasa belas kasihan dan karena tidak

dikaruniainya seorang anak dalam pernikahan. Faktor penyebab pengangkatan

anak tidak dicatatkan oleh sebagian masyarakat kecamatan Glagah, karena

rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap hukum terutama hukum

pengangkatan anak, dan selain itu dikarenakan ekspektasi masyarakat yang

berasumsi bahwa proses pengangkatan anak rumit sehingga memakan waktu yang

lama dan memakan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan dampak dari

pengangkatan anak tidak dicatatkan pada masyarakat kecamatan Glagah antara

lain putusnya nasab anak angkat dengan orang tua kandungnya, sehingga

berdampak pula pada hubungan mahram, waris dan kewaliannya.

Kata Kunci : Pengangkatan Anak, Hukum Islam, Hukum Positif

Pembimbing : Qosim Arsadani, M.A.

Daftar Pustaka : 1986 s.d 2019 M

Page 9: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

ix

KATA PENGANTAR

حيم حمن الره بسم الله الره

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengangkatan Anak Yang

Tidak Di Catatkan Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif (Studi Kasus Tiga

Desa Di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Tahun 2010-2018)”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita

baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa ummatnya menuju

jalan lurus yang terang benderang dan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Penulis sangat bersyukur bahwasanya dalam menyelesaikan skripsi ini

banyak Allah SWT datangkan orang-rang baik yang selalu membantu, memberi

arahan, serta dukungan baik berupa bantuan dan dukungan moril ataupun materiil,

tenaga maupun pikiran, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berikut para wakil

Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.

3. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag., dan Indra Rahmatullah, S.HI., M.H., selaku

Ketua Program Studi Hukum Keluarga dan Sekretaris Program Studi

Hukum Keluarga periode tahun 2015 - 2019 Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Mesraini, M.Ag, dan Ahmad Chairul Hadi, M.A., selaku Ketua

Program Studi Hukum Keluarga dan Sekretaris Program Studi Hukum

Keluarga periode tahun 2019 - 2023 Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 10: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

x

5. H. Qosim Arsadani, S.Ag, M.., selaku Dosen Pembimbing Skripsi

penulis, yang selalu membimbing penulis dengan penuh kesabaran di

tengah kesibukan yang beliau hadapi, memberikan arahan serta masukan

yang sangat positif untuk perumusan dan penyusunan skripsi ini, sehingga

merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis karena telah

dibimbing oleh orang hebat seperti beliau.

6. Kepada Para Aparat Kecamatan, dan Pencatatan Sipil Lamongan yang

telah membantu saya selama melakukan penelitian di Kecamatan Glagah.

Dan juga kepada para narasumber yang memberikan waktu dan

pengalamannya kepada penulis.

7. Kepada orang tua penulis, ayah, mama, ibu yang tercinta, yang telah

memberikan perhatian khusus, kasih sayang,dukungan dan yang tak

pernah berhenti mendoakan penulis.

8. Kepada kakak-kakak penulis tercinta H. Ahmad Mujtaba, S.E., Lilik

Hamidah, S.Ag, H. M. Iklil, Asmaul Fauziyah, Mochammad Mustafa,

Ph.D, Arie Vebrianti, Mafazah, M. Nur Cholis, M. Tarmudzi S.HI, Maulif

Mubaroh, Ali Murtadho, Winda Arie, Husnul Marom S.Si dan Fitria

Ningsih S.Pd, yang selalu menyeman gati penulis dan mengingatkan

penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya khususnya

dukungan untuk pembuatan skripsi ini.

9. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah mendidik penulis

dan memberikan keilmuannya sehingga skripsi ini dapat tuntas.

10. Para sahabat tersayang yang senantiasa mensupport penulis selama ini

khususnya Visca Melyana, Nadya Huttsy, Abdus Somad, Siti Khadizah,

Dea Ariska, dan Yanti Az-Zahra, serta teman seperjuangan selama

menyiapkan sidang Arabbiyatul Aidawiyah dan Dede Nurhasanah

11. Kepada keluarga saya yang telah membantu dan mensupport penulis,

terlebih lagi sepupu penulis Wardatul Bariroh dan keponakan penulis

Nabil Ramadhan yang telah meluangkan waktunya untuk menemani

penulis selama penelitian.

Page 11: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

xi

12. Keluarga besar Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an, teman-teman KKN Galeri,

teman-teman HK 2015 khususnya HK A dan semua pihak yang telah

membantu dan mensupport penulis.

13. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dan selalu mensupport

penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Pada akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT membalas jasa-jasa

mereka, kebaikan mereka, dan melindungi mereka baik di dunia maupun di

akhirat kelak, Aamiin! Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila

skripsi ini kurang berkenan bagi para pembaca, karena penulis menyadari bahwa

skripsi penulis jauh dari kata sempurna. Semoga skripsi ini membawa berkah dan

banyak manfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 31 Oktober 2019

Roudlotul Maghfiroh

Page 12: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI........................................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan, Perumusan Masalah .......................................... 4

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

E. Tinjauan Kajian Terdahulu .......................................................................... 6

F. Kerangka Teori .......................................................................................... 10

G. Metode Penelitian ...................................................................................... 11

H. Outline ....................................................................................................... 15

BAB II PENGANGKATAN ANAK DALAM HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF

A. Pengertian Pengangkatan Anak

1. Secara Etimologis ................................................................................. 16

2. Secara Terminologis ............................................................................. 16

B. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Pengangkatan Anak............................................................. 18

2. Tujuan Pengangkatan Anak .................................................................. 19

3. Dasar Hukum Pengangkatan Anak ....................................................... 22

4. Hukum Pengangkatan Anak .................................................................. 26

5. Akibat Hukum Pengangkatan Anak ...................................................... 29

Page 13: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

xiii

C. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Positif

1. Pengertian Pengangkatan Anak............................................................. 34

2. Syarat-Syarat Pengangkatan Anak ........................................................ 36

3. Prosedur Pengangkatan Anak ............................................................... 38

4. Pencatatan Pengangkatan Anak ............................................................ 39

5. Akibat Hukum Pengangkatan Anak ...................................................... 41

BAB III KONDISI UMUM KECAMATAN GLAGAH

A. Letak Geografis ......................................................................................... 43

B. Kondisi Kependudukan ............................................................................. 43

C. Kondisi Kebudayaan .................................................................................. 48

BAB IV PENGANGKATAN ANAK DI KECAMATAN GLAGAH

LAMONGAN

A. Praktik Pengangkatan Anak ...................................................................... 49

B. Faktor Pengangkatan Anak Tidak Dicatatkan ........................................... 53

C. Akibat Hukum Pengangkatan Anak Tidak Dicatatkan .............................. 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 59

B. Saran-Saran................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 61

LAMPIRAN

Page 14: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi setiap manusia yang

menjalaninya. Selain itu perkawinan juga merupakan sarana yang terbaik

untuk mengaplikasikan rasa kasih sayang antara laki-laki dan perempuan.

Berkaitan dengan pengertian dari perkawinan itu sendiri, UU No.1 tahun

1974 menjelaskan bahwa “Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Suatu hubungan perkawinan tidak hanya semata untuk kehalalan

hubungan antara suami dan istri, melainkan juga untuk memperoleh

keturunan (anak), karena keluarga yang bahagia yaitu keluarga yang

sempurna, yang terdapat seorang anak didalamnya. Tidak jarang kita

jumpai terdapat keluarga yang tidak mempunyai anak, terkadang ini yang

menjadi salah satu alasan seseorang mengangkat anak orang lain. Namun

adakalanya seorang keluarga yang sudah diberi keturunan, namun ingin

memiliki keturunan dengan jenis kelamin lain, dan adakalanya juga

seseorang terlanjur sayang dengan anak orang lain, sehingga membuatnya

ingin mengangkat anak dari keluarga lain.

Banyak sekali sebab-sebab seseorang mengangkat anak, sehingga

dalam pengangkatan ini timbullah rasa cinta yang begitu mendalam dari

orang tua angkat terhadap anak angkatnya, sehingga antara anak angkat

dengan anak kandung tidak ada bedanya. Namun banyak masyarakat yang

melakukan pengangkatan anak yang tidak didasarkan pada hukum yang

telah di atur di Negara ini.

Yang dimaksud dengan anak angkat sendiri yakni anak yang

muncul karena adanya pengangkatan anak oleh seseorang terhadap orang

lain. Sedangkan menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang

Page 15: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

2

Perlindungan Anak, menyatakan bahwa “Anak angkat adalah anak yang

haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orangtua, wali yang

sah, atau orangtua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan

pengadilan.”1

Pengangkatan anak telah diatur dalam Peraturan Pemerintahan

Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan

Pengangkatan Anak. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 54 Tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan anak dijelaskan

bahwa: “Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang

mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang

sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan

dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua

angkat.”2

Karena pengangkatan anak merupakan perbuatan hukum, maka

melindunginya dibawah hukum di haruskan. Untuk itu perlu adanya

pengakuan secara hukum, dengan cara mencatatkan pengangkatan anak

tersebut..

Anak angkat dalam hukum adat dapat diartikan sebagai ikatan

sosial yang sama dengan ikatan kewangsaan biologis. Menurut wirjono

Prodjodikoro bahwa anak angkat adalah seorang bukan turunan dua orang

suami istri yang diambil, dipelihara dan diperlakukan oleh mereka sebagai

anak turunannya sendiri.3

Di negara ini pun telah membebaskan proses pengangkatan anak

baik itu secara hukum adat kebiasaan masyarakat atau secara peraturan

perundang-undangan. Namun karena hukum itu sebuah aturan maka apa

yang telah diatur haruslah di patuhi, begitu halnya dengan proses

1 N.M. Wahyu Kuncoro, waris permasalahan dan solusinya cara halal dan legal

membagi warisan, (Jakarta Timur; Raih Asa Sukses, 2015) hal.71 2Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.

3 M. Fahmi Al Amruzi, Anak Angkat di Persimpangan Hukum MMH, Jilid 4 No. Januari

2014

Page 16: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

3

pengangkatan anak yang secara hukum adat kebiasaan harus dimohonkan

penetapan pengadilan.

Selain karena faktor tidak memiliki keturunan juga kebanyakan

pengangkatan anak yang dilakukan oleh masyarakat Glagah Lamongan

karena faktor kekeluargaan, seperti pengangkatan terhadap anak

saudaranya. Yang mana disebabkan karena orang tua sang anak yang

meninggal, bercerai, atau bahkan orang tua anak yang tidak mampu. Dan

segala urusan biaya sang anak ditanggung oleh orang tua angkatnya.

Di Kecamatan Glagah Lamongan, terdapat banyak fenomena

pengangkatan anak yang dilakukan masyarakat. Namun yang menjadi

permasalahan tidak sedikit dari mereka bahkan sebagian besar dari para

pengangkat anak tidak mencatatkan pengangkatannya.

Pengangkatan anak secara ilegal ini sudah menjadi kebiasaan di

Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan, bagi mereka yang buta akan

hukum baik itu hukum Islam maupun hukum positif, menjadikan hukum

adat sebagai acuan mereka, meskipun telah jelas dalam Peraturan

Permerintah Republik Indonesia bahwa kebebasan pengangkatan anak

secara hukum adat harus tetap melalui penetapan Pengadilan.

Selain masyarakat yang buta akan hukum, penyebab tidak

tercatatkannya pengangkatan anak salah satunya yakni prosedur

pengangkatan anak yang menurut mereka rumit dan biayanya yang tidak

sedikit. Sedangkan kebanyakan dari mereka yang mengangkat anak

berasal dari keluarga yang ekonominya berkecukupan.

Dengan melihat pengangkatan anak yang tidak terdata di

Kecamatan Glagah Kecamatan, dan di Kantor Dinas Pencatatan Sipil

hanya terdapat 8 data pengangkatan anak dari tahun 2006, sedangkan pada

kenyataannya dari 29 desa yang ada di Kecamatan Glagah terdapat

masyarakat yang melakukan pengangkatan anak di setiap desanya, maka

dapat di pastikan sebagian besar warga di Kecamatan Glagah yang

melakukan pengangkatan anak tidak mencatatkan pengangkatan anak.

Adapun dalam salah satu desa, tepatnya Desa Jatirenggo yang terdiri dari 7

Page 17: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

4

dusun/kampung dengan jumlah penduduk 2.272 dan 741 KK,4 terdapat

masyarakat yang melakukan pengangkatan anak disetiap dusunnya dan

dari masyarakat tersebut tidak ada yang mencatatkan pengangkatannya.

Sehingga tidak tercatatkannya pengangkatan anak yang terjadi di

Kecamatan Glagah Lamongan, tidak memiliki kekuatan hukum baik bagi

orang tua angkat maupun anak yang diangkat. Maka dalam hal ini dapat

dikatakan bahwa fenomena yang terjadi di masyarakat tidak sesuai dengan

aturan hukum yang semestinya.

Dengan penjelasan diatas, maka penulis ingin mengangkat tema

penelitian “Legalitas Pengangkatan Anak” yang berjudul

“PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DI CATATKAN

PRESPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi

Kasus Kecamatan Glagah Lamongan Tahun 2010-2018)”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini,

antara lain yaitu;

a. Bagaimana hukum pengangkatan anak menurut pandangan ulama?

b. Bagaimana hukum Islam mengatur tentang hak dan kewajiban

pengangkatan anak?

c. Bagaimana proses pengangkatan anak dalam Hukum Islam?

d. Bagaimana hukum pengangkatan anak menurut Undang-Undang

No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak?

e. Apa yang dimaksud anak angkat dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007?

f. Apa yang di maksud pengangkatan anak menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007?

4 Suhanto, Kantor Kecamatan Glagah, Laporan Rekap Data Penduduk, Lamongan, 13

Februari 2019.

Page 18: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

5

g. Bagaimana pelaksanaan pengangkatan anak menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007?

h. Bagaimana pelaksanaan pengangkatan anak secara hukum adat

menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54

Tahun 2007?

i. Bagaimana pelaksanaan pengangkatan anak pada masyarakat di

Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan?

j. Bagaimana akibat hukum dari pengangkatan anak menurut hukum

Islam dan hukum positif?

k. Bagaimana dampak dari pengangkatan anak yang tidak dicatatkan?

2. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang diatur dan wilayah hukum

kecamatan Glagah Lamongan Jawa Timur yang terdiri dari 29 Desa,

agar ruang lingkup pembahasan tidak terlalu luas, maka dengan itu

peneliti membatasi penelitian skripsi ini hanya terkait pada

pelaksanaan pengangkatan anak menurut hukum Islam dan hukum

positif yang terjadi pada masyarakat di tiga Desa yakni Desa

Jatirenggo, Desa Glagah, dan Desa Wonorejo, dengan argumentasi

akademik kategori jumlah penduduk terbanyak, sedang, dan sedikit,

dan aturan yang sesungguhnya mengenai pengangkatan anak.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

masalah-masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana penerapan hukum Islam dan hukum positif terkait

pengangkatan anak di Kecamatan Glagah?

b. Apa faktor penyebab pengangkatan anak di Kecamatan Glagah

Lamongan tidak di catatkan?

c. Bagaimana dampak hukum pengangkatan anak tanpa di catatkan

menurut hukum Islam dan hukum positif?

Page 19: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin di capai adalah sebagai berikut:

1. Secara Pragmatis

a. Untuk mengatahui penerapan hukum di Kecamatan Glagah

b. Untuk mencari tahu penyebab pengangkatan anak yang terjadi

di Kecamatan Glagah Lamongan tidak di catatkan.

c. Untuk mengetahui dampak hukum dari pengangkatan anak yang

tidak di catatkan.

2. Secara Akademis

Bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan sehingga

mendapatkan gelar Sarjana Hukum (S.H) di Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Penulis berharap, penelitian ini memberikan manfaat berupa

sumbang pemikiran untuk penelitian lanjutan yang lebih luas,

khususnya yang berhubungan dengan hukum pengangkatan anak

yang seharusnya, dan untuk menambah khazanah bagi para pengkaji

tentang pengangkatan anak menurut hukum Islam dan hukum positif.

2. Secara praktis

Penulis berharap, penelitian ini dapat menambah pengetahuan,

khususnya mengenai hukum pengangkatan anak dan sebagai

pengingat akan pentingnya mematuhi hukum yang ditegak di

Indonesia.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka ini peneliti mengemukakan pemikiran

sebelumnya dengan permasalahan yang pernah diangkat.

Page 20: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

7

No Identitas Substansi Pembeda

1.

Yunitasari

(Skripsi S-1

Universitas Islam

Negeri Alauddin

Makasar, 2016)

Perlindungan hukum

terhadap

pengangkatan anak

secara illrgal menurut

hukum Islam

Dalam skripsinya dia

menjelaskan

mengenai pandangan

hukum Islam terkait

Pengangkatan anak

secara illegal, yang

mana hukum Islam

hanya menganjurkan

pengangkatan anak

yang tidak

memutuskan

hubungan nasab

antara orang tua

kandung dengan anak

yang diangkat.

Dijelaskan juga

dampak dan sanksi

terhadap

pengangkatan anak

secara illegal yang

akan menimbulkan

hubungan hak

perwalian dan

pewarisan dengan

orang tua

kandungnya terputus

dan akan beralih

kepada orang tua

angkatnya.

Dalam skripsi ini,

penulis akan

menjelaskan

mengenai

pengangkatan anak

menurut hukum

Islam dan hukum

posistif dan

penyebab terjadinya

pengangkatan anak

yang tidak di

catatkan pada

masyarakat

Kecamatan Glagah

Lamongan.

Page 21: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

8

2.

Beni Sulistyo

(Skripsi S-1

Universitas

Muhammadiyah

Surakarta, 2014)

Proses pelaksanaan

pengangkatan anak

dan akibat hukum

terhadap anak setelah

diangkat

Dalam skripsinya dia

menjelaskan

mengenai proses

pengangkatan anak

berdasarkan motif

atau alasan

melakukan

pengangkatan anak

yang sesuai dengan

ketentuan dalam

Pasal 2 UU No. 4

Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak,

kesesuaian

pelaksanaan

persidangan

pengangkatan anak

dengan ketentuan

yang berlaku dan

pelaksanaan

pencatatan

pengangkatan anak

yag telah sesuai

dengan ketentuan

dalam Pasal 47 ayat

(2) dan (3) Undang-

undang No. 23 Tahun

2006 tentang

Administrasi

Kependudukan.

Dalam skripsi ini

penulis meneliti

mengenai ketidak

sesuaian tradisi

pengangkatan anak

dengan prosese

pengangkatan anak

yang telah di atur

dalam Peraturan

Pemerintah No. 54

Tahun 2007.

Page 22: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

9

3.

Nadia Nur Syahidah

(Skripsi S-1

Universitas Islan

Negeri Syarif

Hidayartullah Jakarta,

2015)

Praktik pengangkatan

anak tanpa penetapan

pengadilan dan

dampak hukumnya

(studi kasus di Desa

Bantarjati,

Klapanunggal,

Bogor)

Dalam skripsinya dia

menjelaskan bahwa

alasan pengangkatan

anak terjadi karena

tidak mempunyai

anak atau menolong

anak terlantar. Dan

faktor penyebab

masyarakat Desa

Bantarjati Kecamatan

Klapanunggal

Kabupaten Bogor

mengangkat anak

tanpa penetapan

pengadilan karena

rendahnya

pengetahuan

masyarakat tentang

prosedur

pengangkatan anak,

dan akibat hukum

pengangkatan anak

tanpa penetapan

pengadilan.

Dalam skripsi ini

penulis akan

meneliti terkait

alasan pengangkatan

anak dan faktor

pengangkatan anak

tidak di catatkan

yang terjadi pada

masyarakat di

Kecamatan Glagah

Lamongan.

Page 23: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

10

F. Kerangka Teori

Menurut hukum Islam pengangkatan anak merupakan hukum

hadhonah (hak asuh anak) yang diperluas dan sama sekali tidak mengubah

hubungan hukum, nasab dan mahram antara anak angkat dengan orang tua

dan keluarga asalnya.5

Indonesia sebagai negara yang menganut legal formal dalam

masalah pelaksanaan pengangkatan anak berdasarkan penetapan

pengadilan telah di jelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 54

Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak pasal 9 ayat (2)

bahwa “Pengangkatan anak berdasarkan adat kebiasaan setempat dapat

dimohonkan penetapan pengadilan” dan pasal 10 ayat (2) bahwa

“Pengangkatan anak berdasarkan peraturan perundang-undangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penetapan

pengadilan” .6

Cindy cynthia dalam bukunya yang berjudul tinjauan yuridis

terhadap pengangkatan anak yang dilakukan oleh orang tua angkat yang

belum menikah menjelaskan bahwa pengangkatan anak dilihat dari

keberadaan anak yang diangkat, dan ini dibedakan menjadi tiga macam

yaitu:7

1. Pengangkatan anak yang dilakukan terhadap calon anak angkat

yang berada dalam kekuasaan orang tua kandung atau orang

tua asal.

2. Pengangkatan anak yang dilakukan calon anak angkat yang

berada dalam organisasi sosial.

5Muhammad Rais, “Kedudukan Anak Angkat dalam Prespektif Hukum Islam, Hukum

adat dan Hukum perdata(a nalisis komparatif)”,Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2,

Desember 2016 6Mutasir, “Dampak hukum pengangkatan anak pada masyarakat desa terantang

kecamatan tambang kabupaten kampar di tinjau dari hukum Islam”, Edisi desember 2017 Vol.4

No.2 7 Cindy Cynthia dkk, “Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak yang Dilakukan

oleh Orang Tua Angkat yang Belum Menikah” Diponegoro Law Journal, Volume 6, Nomor 2,

Tahun 2017

Page 24: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

11

3. Pengangkatan anak terhadap anak yang tidak berada dalam

kekuasaan orang tua asal maupun organisasi sosial, misalnya

anak yang ditemukan karena dibuang orang tuanya.

G. Metode Penelitian

Untuk menganalisis suatu masalah maka perlu adanya metode

penelitian yakni cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk

menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan

informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut.8

Dalam hal ini metode penelitian yang digunakan peneliti

menggunakan metode kualitatif yakni suatu strategi penyelidikan yang

menekankan pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala,

simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan multimetode,

bersifat alami dan holistik; mengutamakan kualitas, menggunakan

beberapa cara, serta disajikan secara naratif. Dengan tujuan untuk

menemukan jawaban terhadap suatu fenomena atau pertanyaan melalui

aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis.9

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian sosiolegal

untuk mencapai kebenaran korespondensi yaitu sesuainya atau tidak

hipotesis dengan fakta yang berupa data.10

Sehingga peneliti

menggunakan jenis penelitian sosiologis empiris yang mana penelitian

ini bertitik tolak pada data primer/dasar, yakni data yang diperoleh

langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui

8Dr. Ulber Silalahi, MA, Metode Penelitian Sosial, (Bandung; PT Refika Aditama, 2017)

hal.12 9 Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Penelitian Gabungan, (Jakarta; Prenadamedia Group, Cet.1 2014), h. 329 10

Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana,

2017, cet.13), h. 47

Page 25: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

12

penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan

(Observasi), wawancara, ataupun penyebaran kuesioner.11

Metode penelitin dalam penelitian yang digunakan adalah bersifat

deskriptif analisis yakni menyajikan satu gambar yang terperinci

tentang satu situasi khusus, setting sosial atau hubungan.12

Dan juga

bersifat library research (penelitian kepustakaan) yakni penelitian

yang dilakukan dengan mengkaji dari literatur yang mempunyai

relevansi terhadap penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data lapangan yang ada di wilayah

Kecamatan Glagah Lamongan, dan demi untuk mencapai informasi

yang valid maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berupa;

a. Data Primer

Data primer merupakan data atau keterangan yang

diperoleh oleh peneliti secara langsung dari sumbernya. Sumber

data primer menurut hukum Islam dapat diperoleh melalui

alquran, hadits, dan kitab-kitab fiqh yang terkait, dan menurut

hukum positif dapat diperoleh dari peraturan perundang-

undangan yang mengatur. Cara mengkaji sumber data primer

dengan menggunakan:

1) Wawancara (Interview) merupakan suatu kejadian atau

suatu proses interaksi antara pewawancara dan sumber

informasi atau orang yang diwawancarai melalui

komunikasi langsung.13

Dengan mewawancarai

masyarakat Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan

11

Jonaedi Efendi, Johnny Ibrahim, “Metode Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris”,

(Depok: Prenademedia Group, 2016), h. 149 12

Dr. Ulber Silalahi, MA, Metode Penelitian Sosial, hal. 27 13

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Penelitian Gabungan”, h. 372

Page 26: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

13

khususnya keluarga yang memiliki anak angkat, para

perangkat desa atau kecamatan Glagah kabupaten

Lamongan dan tokoh masyarakat.

2) Observasi, dalam hal ini pengamat menggunakann non-

participation observer yakni suatu bentuk observasi

dimana pengamat (atau peneliti) tidak terlibat langsung

dalam kegiatan kelompok, atau dapat juga dikatakan

pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan keterangan yang diperoleh dari

pihak kedua, baik berupa orang maupun catatan seperti buku,

laporan, buletin, dan majalah yang sifatnya dokumentasi. Maka

dalam hal ini cara yang digunakan untuk mengkaji sumber data

sekunder meliputi:

1) Library research (Penelitian kepustakaan) yakni penelitian

yang dilakukan dengan mengkaji dari literatur yang

mempunyai relevansi terhadap penelitian ini seperti kitab-

kitab atau buku-buku yang terkait.

2) Dokumentasi yang merupakan catatan atau karya

seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan studi

kasus. Studi Kasus adalah suatu proses pengumpulan data dan

informasi secara mendalam, mendetail, intensif, holistik, dan

sistematis tentang orang, kejadian, social setting, atau kelompok

dengan menggunakan berbagai metode dan teknik serta banyak

sumber informasi untuk memahami secara efektif bagaimana orang,

Page 27: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

14

kejadian, latar alami (social setting) itu beroperasi atau berfungsi

sesuai dengan konteksnya.14

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data.15

Untuk mencari makna dibalik data yang melalui pengakuan

subyek pelakunya maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik analisis data yakni;

1. Reduksi data yakni proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian data yakni sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

3. Menarik kesimpulan dan verifikasi.16

5. Teknik Penulisan

Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir studi di Fakultas

Syariah dan Hukum, maka untuk teknik penulisan dalam penelitian ini

merujuk pada pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

tahun 2017 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

14

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Penelitian Gabungan”, h. 339 15

Sandu Siyoto, Ali Sodik “Dasar Metodologi Penelitian”, (Yogyakarta: Literasi Media

Publishing, 2015, cet.i), h. 109 16

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode :”Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Penelitian Gabungan”, h. 407

Page 28: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

15

H. OUTLINE

Untuk memudah penulisan skripsi ini, maka penelitian ini dibagi

dalam 5 Bab, sebgai berikut:

Bab I adalah pendahuluan yang akan memuat tentang latar

belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, tinjauan pustaka, manfaat penelitian, metode

penelitian yang digunakan oleh peneliti, dan rancangan

sistematika penulisan.

Bab II adalah penjelasan dari pengangkatan anak perspektif hukum

Islam dan hukum positif yang meliputi pengertian

pengangkatan anak, dasar hukum pengangkatan anak,

pengangkatan anak menurut hukum Islam, dan pengangkatan

anak menurut hukum positif

Bab III merupakan pembahasan terkait kondisi umum Kecamatan

Glagah yang meliputi letak geografis, kondisi kependudukan,

dan kondisi kebudayaan

Bab IV adalah pembahasan dari hasil penelitian yang akan

menjelaskan mengenai pengangkatan anak di kecamtan

Glagah, yang meliputi didalamnya analisis praktik

pengangkatan anak di kecamatan Glagah, Faktor yang

melatar belakangi pegangkatan anak tidak dicatatkan, dan

akibat hukum pengangkatan anak tidak dicatatkan.

Bab V merupakan bagian penutup. Pada bagian ini penulis akan

menyimpulkan seringkas mungkin hasil dari penelitian

sebagaimana yang telah dipaparkan dalam pembahasan.

Dalam bagian terakhir ini, akan dicantumkan juga saran yang

dapat dilakukan untuk kegiatan lebih lanjut terkait dengan

apa yang penulis kaji.

Page 29: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

16

BAB II

PENGANGKATAN ANAK DALAM

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Pengertian Pengangkatan Anak

1. Secara Etimologis

Pengangkatan anak bukan lagi menjadi hal baru terutama di

Indonesia. Tradisi pengangkatan anak ini sudah lama dikenal di

lingkungan penduduk Indonesia, baik yang dilakukan secara adat

maupun menurut peraturan perundang-undangan.

Pengangkatan anak dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah

tabanni, yang berasal dari kata tabannahu artinya menjadikannya

anak angkat.1

Sedangkan pengangkatan anak dalam bahasa belanda di sebut

adoptie atau dalam bahasa Inggrisnya disebut adoption, yang dalam

bahasa indonesia lebih dikenal dengan istilah adopsi.2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adopsi adalah

Pengangkatan anak orang lain menjadi anak sendiri, penerimaan suatu

usul atau laporan seperti dalam proses legislatif, pemungutan.3

Maka dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa

pengangkatan anak atau adopsi adalah menjadikan anak orang lain

sebagai anak sendiri.

2. Secara Terminologis

Pengertian pengangkatan anak menurut istilah dapat dilihat dari

hukum Islam dan hukum positif (Peraturan Perundang-undangan).

1 Husin Al-Habsyi, “Kamus Al-Kautsar Lengkap Arab Indonesia”, (Bangil: Yayasan

Pesantren Islam, 1986), h. 34 2 Musthofa Sy, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008, Cet. Pertama), h. 9 3 Ernawati Waridah, S.S., “Kamus Bahasa Indonesia”, (Jakarta: PT.KAWAHmedia,

2017), h. 3

Page 30: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

17

Andi Syamsu dan Fauzan dalam bukunya yang berjudul hukum

pengangkatan anak perspektif Islam menjelaskan bahwa dalam hukum

Islam Mahmud Syaltut memberikan 2 pengertian untuk pengangkatan

anak yakni pertama mengambil anak orang lain untuk diasuh dan

dididik dengan penuh perhatian dan kasih sayang tanpa diberikan

status anak kandung kepadanya, dan kedua mengambil anak orang lain

sebagai anak sendiri dan ia diberi status sebagai anak kandung

sehingga ia berhak memakai nama keturunan orang tua angkatnya dan

saling mewarsisi harta peninggalan, serta hak-hak lain sebagai akibat

hukum antara anak anagkat dan orang tua angkatnya itu.4 Penjelasan

dari kedua pengertian di atas yang dimaksudkan adalah pengangkatan

anak lebih didasari perasaan iba atau belas kasih orang tua angkat

terhadap orang tua kandung dari anak angkatnya sehingga

pengangkatan anak dilakukan sebagai bentuk bantuan. Sedangkan bagi

suami istri yang tidak memiliki keturunan, pengangkatan anak

dilakukan agar anak yang diangkatnya dapat dididik dengan baik,

dengan harapan anak angkatnya suatu saat akan menjadi anak shaleh

dan berhasil sehingga dapat membantunya di masa yang akan datang.5

Pengertian pengangkatan anak yang di maksud hukum islam

sendiri adalah menjadikan anak orang lain menjadi anaknya sendiri

untuk dipelihara, dilindungi, diasuh, diberi pendidikan yang layak, dan

diberi kasih sayang layaknya anak sendiri dengan tidak menghapus

status orang tua kandungnya, sehingga orang tua angkat tidak dapat

menjadi walinya dan antara anak angkat dan orang tua angkat tidak

dapat saling mewarisi.

Sedangkan dalam Hukum Positif pengangkatan anak disebut

dengan adopsi. Istilah adopsi dan pengangkatan anak memiliki

perbedaan maksud, yang mana adopsi memberikan hak orang tua

4 Andi Syamsu Alam, M. Fauzan, “Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam”,

(Jakarta: Kencana, 2008), h. 30 5 Ahmad Kamil dan M. Fauzan “Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 97

Page 31: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

18

kandung terhadap orang tua angkatnya dan anak yang telah diangkat

dinasabkan kepada orang tua angkatnya, sehingga terputuslah hak-hak

anak angkat dengan orang tua kandungnya.

Selain dalam hukum Islam dan hukum positif, terdapat juga

pengertian dari pengangkatan anak menurut hukum adat. Sebagaimana

Musthofa Sy mengutip dari bukunya Surojo Wignjodipuro dengan

judul Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat bahwa pengangkatan anak

menurut hukum adat dapat di temukan dalam doktrin yang mana

dikemukanan oleh Surojo Wignjodipuro bahwa pengangkatan anak

adalah suatu perbuatan mengambil anak orang lain ke dalam

keluarganya sendiri sedemikian rupa sehingga antara orang yang

memungut anak dan anak yang dipungut itu timbul hubungan

kekeluargaan yang sama seperti yang ada antara orang tua dengan anak

kandungnya sendiri.6

Pengertian anak angkat menurut adat juga dapat di temukan

dalam yurisprudensi, yang mana terjadinya pengangkatan anak

bergantung pada formalitas adat pengangkat anak.7

Dalam bukunya Amran Suadi juga dijelaskan bahwa

pengangkatan anak menurut Soerjono Soekanto adalah suatu perbuatan

mengangkat anak untuk dijadikan anak sendiri atau mengangkat

seseorang dalam kedudukan tertentu yang menyebabkan timbulnya

hubungan yang seolah-olah didasarkan pada faktor hubungan darah.8

B. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Pengangkatan Anak

Anak angkat dalam bahasa arab memiliki dua maksud yakni yang

pertama, orang arab menyebutnya dengan tabanni yang artinya

6 Musthofa Sy, “Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama”, h. 14

7 Musthofa Sy, “Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama”, h. 14

8 Amran Suadi, Mardi Candra, “Politik Hukum Prespektif Hukum Perdata dan Pidana

Islam serta Ekonomi Syariah”, (Jakarta: Prenada Media, 2016)., h. 151

Page 32: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

19

mengambil anak angkat. Secara bahasa lafadz ini berasal dari kata

tabannaahu yang artinya menjadikan anak angkat.9 Kedua disebut

luqata artinya mengambil anak pungut atau bisa diartikan juga dengan

budak yang dimerdekakan, yang berasal dari kata انهقظ yang berarti

yang di pungut.10

Yang dimaksud dengan luqata adalah anak yang

belum dewasa yang di temukan dijalan dan tidak diketahui identitas

dan nasabnya, yang kemudian dimerdekakan dengan mengangkatnya

menjadi anak.11

Pengertian tabanni menurut Wahbah al-Zuhaili adalah

pengangkatan anak (tabanni) “Pengambilan anak yang dilakukan oleh

seseorang terhadap anak yang jelas nasabnya, kemudian anak itu

dinasabkan kepada dirinya.12

Dalam Kompilasi Hukum Islam di jelaskan pada Pasal 171 huruf h

bahwa Anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk

hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih

tanggung jawabya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya

berdasarkan putusan pengadilan.

Musthofa Sy dalam bukunya menyebutkan bahwa pengangkatan

anak berdasarkan hukum Islam adalah pengangkatan anak yang

bersumber pada AL-Qur‟an dan sunnah serta hasil ijtihad yang berlaku

di Indonesia yang diformulasikan dalam berbagain produk pemikiran

hukum islam, baik dalam bentuk fikih, fatwa, putusan pengadilan,

maupun peraturan perundang-undangan, termasuk didalamnya

Kompilasi Hukum Islam.13

2. Tujuan Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak bukan lah hal sepele yang dilakukan dengan

secara cuma-cuma, untuk itu pasti ada motif atau tujuan bagi seseorang

9 Husin Al-Habsyi, “Kamus Al-Kautsar Lengkap Arab Indonesia”, h. 34

10 Husin Al-Habsyi, “Kamus Al-Kautsar Lengkap Arab Indonesia”, h. 406

11 Sudarto, “Masailul Fiqhiyah AL-Haditsah” , (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 129

12 Wahbah, Al-Zuhaili, al-Fiqih al-Islam wa al-Adillatuhu, Juz 9, (Berirut: Dar Al-

Mughniyah, al-Ahwal al-Syahsiyah „ala al-Madzahib al-Khamsah, (Beriut: Dar al-Ilmi Li al-

Malayain, 1964), h. 86 13

Musthofa Sy., SH., M.H, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, h. 14

Page 33: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

20

yang mengangkat anak. Tujuan dari pengangkatan anak antara lain

salah satunya adalah untuk meneruskan keturunan suatu keluarga,

dalam hal ini suatu perkawinan suami Istri yang tidak memiliki

keturunan. Hal ini menjadi suatu solusi untuk pasangan suami istri

yang kebanyakan belum atau telah divonis dokter tidak mungkin

mempunyai anak, sebagai penerus perjuangan keluarga, yang

diharapkan dapat membantunya di masa tua nantinya.14

Adapun tujuan pengangkatan anak dalam Islam antara lain:

a. Untuk memberikan harapan hidup bagi masa depan anak

sebagaimana dala Q.S. Al-Maidah (5) :32:

فغبد شفظأ قزمفغبثغ ي ثإعشائمأ نككزجبعهأجمر ي

بفكؤ أحب ي عب بقزمانبطج عبفالسضفكؤ بأحبانبطج

نكفالسض ىثعذر كثشاي إ ىسعهبثبنجبدثى نقذجبءر

غشف ن

Artinya: “Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani

Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena

orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat

kerusakan dibumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua

manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia,

maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua

manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka

dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi

kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di

bumi.”

Dalam penjelasan dalam Tafsir bahwa yang dimaksud dari

ayat di atas adalah sangat mustahil memisahkan seseorang

manusia selaku pribadi dan masyarakatnya. Pemisahan ini hanya

terjadi pada dataran alam teori, tetapi dalam kenyataannya

sosiologis, bahkan dalam kenyataan psikologis, manusia tidak

dapat dipisahkan dari masyarakatnya, walau ketika hidup di

14

H. Andi Syamsu Alam, M. Fauzan, “Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam”, h.

30

Page 34: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

21

dalam gua sendirian. Bukankah manusia yang berada sendirian di

gua menemukan makhluk lain bersamanya, kalau bukan makhluk

sejenisnya, maka hantu yang menakutkannya atau malaikat yang

mendukungnya. Demikian, manusia membutuhkan selainnya.

Pada saat manusia merasakan kehadiran manusia-manusia lain

bersamanya, saat itu pula, seorang atau ribuan anggota

masyarakatnya mempunyai kedudukan yang sama bahwa semua

harus di hargai. Sehingga, barang siapa yang membunuh seorang

manusia tanpa alasan yang sah, maka seakan-akan ia telah

membunuh manusia seluruhnya, demikian sebaliknya.15

b. Mengangkat anak bagian dari tolong-menolong sebagaimana

dalam Q.S. Al-Maidah (5): 2:

ل اشعبئشالله الرحه ي ا بانز ـبل ذ لان شانحـشاو انش

اب سض ى ث س فضلي ذانحـشاوجـزغ انج يا ل ئذ

ارا انقل

ا ا حههزىفبصطبد كىع صذ وا ق لجشيكىشب غجذانحـشا ن

ا رعزذ وا انزق اعهانجش رعب ا ثى اعهال لرعب

ا نعذ ارقاالله ذانعقبة شذ الله ا

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu

melanggar syi'ar-syi'ar kesucian Allah, dan jangan (melanggar

kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu

(hewan-hewan kurban), dan Qalaid (hewan-hewan kurban yang

diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang

mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan

Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka

bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada

suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari

Masjidilharam mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada

mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa , dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah

sangat berat siksa-Nya.”

15

M.Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah” (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 81

Page 35: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

22

Maksud dari “Dan tolong-menolonglah kamu dalam

kebajikan dan ketakwaan, jangan tolong-menolong dalam dosa

dan pelanggaran”, merupakan prinsip dasar dalam menjalin

kerjasama dengan siapa pun, selama tujuannya adalah

kebajikan.16

c. Untuk mensejahterakan anak-anak terlantar dan anak yatim

sebagaimana dalam Q.S. Al-Insan (76): 8:

شا اع ب ز ب يغك حج انطعبوعه طع

Artinya: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya

kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan."

Maksud dari “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya

kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan” yaitu

mereka memberikan makanan di saat mereka sendiri sangat suka

dan menginginkan. Mengenai orang miskin dan anak yatim telah

dijelaskan dijelaskan pengertian dan sifatnya. Adapun mengenai

tawanan merupakan istilah yang mencakup tawanan muslim

dankafir.17

3. Dasar Hukum Pengangkatan Anak

Praktik pengangkatan anak sebelumnya sudah ada sejak zaman

jahiliyah, hanya saja pada zaman jahilayah belum ada hukum yang

mendasari pengangkatan anak.

16

M.Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah”, h. 14 17

Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, “Ringkasan Ibnu Katsir jilid 4”, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2000), h. 878

Page 36: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

23

Kemudian setelah Islam hadir Allah menurunkan firmannya yang

berkenaan dengan pengangkatan anak dalam Q.S. Al-Ahzab (33): 4-5:

ف ج ف قهج نشجمي يبجعمالله ر ـئاجكىانه يبجعماص ش ظ

زكى اي ي يبجعمادعبءكىاثبءكى كى ا نـكىثبف نكىق ا ر

م ذانغج لانحق ق لله

Artinya: "Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam

rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu

zihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak angkatmu

sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah

perkataan di mulutmu saja. Allah mengatakan yang sebenarnya

dan Dia menujukkan jalan (yang benar)."

ذالله اقغظع ى ثبئ ىل ادع اكىف ىفبخ ثبء اا نىرعه فب

كى ان ي انذ اخطؤرىث ب كىجبحف ظعه ن ذد برع ي ك ن

ثكى ب قه ح ساس غف الله كب

Artinya: "Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai)

nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika

kamu tidak mengetahui bapak mereka, maka (panggillah mereka

sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan

tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang

ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha

Pengampun, Maha Penyayang.”

Pada ayat diatas Q.S. Al-Ahzab (33) ayat 4 dan ayat 5, M.

Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan

dengan kasus Zaid Bin Haritsah yang dipelihara oleh kakeknya

yang suatu ketika diculik oleh segerombolan berkuda dari suku

Tihamah. Zaid dibawah ke Mekkah dan dibeli oleh Hakim Bin

Hizam Bin Khuwailid yang memberikannya kepada saudara

perempuan ayahnya yakni Khadijah binti Khuwailid. Khadijah

binti Khuwailid adalah seorang saudagar kaya yang sangat

dermawan, wanita yang mulia ini kemudian menikah dengan

Rasulullah SAW, dan menghadiahkan Zaid kepada Nabi SAW.

Zaid tinggal bersama Rasulullah SAW sekian lama. Hingga

akhirnya kakek dari Zaid bin Haritsah menemukan keberadaan

Page 37: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

24

Zaid dan bersedia membayar tebusan bila beliau mengizinkan

Zaid ra kembali kepada keluarganya. Nabi Muhammad SAW pun

menawarkan kepada kakeknya jalan yang lebih baik, yakni beliau

bersedia mengizinkan Zaid kembali kepada keluarganya tanpa

tebusan bila itu yang menjadi pilihan Zaid, dan keluarganya

bersedia membiarkan Zaid tinggal bersama Rasulllah bila itu

menjadi keputusan Zaid. Ternyata Zaid lebih memilih tinggal

bersama Rasulullah, yang kemudian Rasulullah mengumumkan

kepada masyarakat Mekkah bahwa Zaid adalah putra Rasulullah

dan sejak itu nama Zaid pun berganti menjadi Zaid bin

Muhammad.18

Dan ayat ini diturunkan dimaksudkan untuk

membatalkan adopsi Nabi tersebut dan semua adopsi yang

dilakukan oleh masyarakat muslim yang memperlakukan anak

angkat sama persis dengan anak kandung dan menasabkan anak

angkat kepada orang tua angkatnya.

Yang juga dipertegas dalam Firman Allah Q.S. Al-Ahzab

(33): 40 :

خبرىانج لالله ع س ـك ن جبنكى س ذاثآاحذي يح يبكب

ب ءعه ش ثكم الله كب

Artinya: "Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara

kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Adapun hadits yang dikutip dari bukunya Az-Zabidi yang

berjudul Mukhtashar Shahih Bukhari menjelaskan mengenai

larangan mengakui orang yang bukan ayahnya sebagai ayahnya

yakni:19

عذ:قبلعاللهسضععذع ع لعهىعهاللصهانج :ق

(( شإنادعي ،غ أث شأعهى ،غ نجخفبأث ((حشاوعه

18

M.Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an” h.,

413 19

Az-Zabidi, “Mukhtashar Shahih Bukhari”, (Jakarta: Ummul Qura, 2016), h. 899

Page 38: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

25

أب:فقبلثكشحلثرنكفزكش عز ع عبأرب قهج لي اللسع

.عهىعهاللصه

انجخبس()سا

Artinya: “Dari Sa'ad ra, ia berkata, "Aku mendengar Nabi SAW

bersabda, 'Barangsiapa menasabkan diri kepada selain ayahnya

padahal ia tahu bukan ayahnya, maka syurga haram baginya.'

Kemudian hadits ini disampaikan kepada Abu Bakrah dan ia

berkata, 'Aku mendengarnya dengan kedua telingaku sendiri, dan

hatiku juga memperhatikan betul dari Rasulullah SAW'. "

(HR. Al-Bukhari)

Sedangkan dalam bukunya Nasharuddin Al-Albani yang

berjudul ringkasan Shahih Muslim menjelaskan juga hadits

mengenai pengangkatan anak.20

ذث ل:يبكبذعص ق ب:أكب اللهع شسض ع اث حبسثخع

ضلفانقشآ ذحز يح ذث ص ذالله{}إل أقغظع ى ثبئ ى ادع

(٧/١٣١.)و

Artinya : “Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, “Sesungguhnya kami

tidak pernah memanggil Zaid bin Haritsah melainkan dengan

panggilan Zaid bin Muhammad, hingga turunlah ayat Al-Qur‟an:

„Panggilah mereka {anak-anak angkat itu} dengan menggunakan

nama bapak-bapak mereka. Itulah yang lebih adil di sisi Allah.‟”

(Al Ahzaab (33): 5) (Muslim 7/131).

Selain dalam Al-Qur‟an dan hadits terdapat pula fatwa-fatwa

ulama kontemporer Indonesia yang tergabung dalam Majelis

ulama Indonesia. Yang mana dalam fatwanya dijelaskan tentang

adopsi sebagai berikut:21

1) Islam mengakui keturunan (nasab) yang sah, ialah anak

yang lahir dari perkawinan (pernikahan).

20

Muhammad Nashiruddin Al-Albani, “Ringkasan Shahih Muslim”, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2003), h. 404 21

K.H. Ma‟ruf Amin, dkk, “Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesis Sejak 1975

(Edisi Terbaru)”, (Jakarta: Erlangga, 2015), h. 357

Page 39: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

26

2) Mengangkat (adopsi) dengan pengertian anak tersebut

putus hubungan keturunan (nasab) dengan ayah dan ibu

kandungnya adalah bertentangan dengan syariat Islam.

3) Adapun pengangkatan anak dengan tidak mengubah

status nasab dan agamanya, dilakukan atas rasa tanggung

jawab sosial untuk memelihara, mengasuh, dan mendidik

mereka dengan penuh kasih sayang, seperti anak sendiri

adalah perbuatan yang terpuji dan termasuk amal saleh

yang dianjurkan oleh agam Islam.

4) Pengangkatan anak Indonesia oleh Warga Negara Asing

selain bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 34, juga

merendahkan martabat bangsa.

4. Hukum Pengangkatan Anak

Pada dasarnya Islam tidak melarang praktik pengangkatan anak,

sejauh hal tersebut untuk kebaikan si anak, hanya saja karena

pengangkatan anak ini juga termasuk perbuatan hukum maka tentu

pasti ada hukum-hukum yang harus dipatuhi.

Pengangkatan anak akan di larang apabila karena hal ini

mengakibatkan keluarnya anak angkat dari hubungan nasab antara si

anak dengan orang tua kandungnya, sehingga masuk ke dalam nasab

orang tua angkatnya.22

Akibat hukum dari pengangkatan anak sendiri, seperti dalam

buku masailil Fiqhiyah Al-Haditsah bahwa akibat hukum

pengangkatan anak, yaitu:23

a. Beralihnya tanggungjawab pemeliharaan hidup sehari-hari, biaya

pendidikan dan sebagainya dari orang tua asal kepada orang tua

angkat.

22

Sudarto, “Masailul Fiqhiyah AL-Haditsah” , (Yogyakarta: Deepublish, 2018)., h.132

23 Sudarto, “Masailul Fiqhiyah AL-Haditsah” , h. 129

Page 40: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

27

b. Pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah/nasab

antara anka angkat dengan orang tua kandungnya sehingga tetap

berlaku hubungan mahram dan saling mewarisi.

c. Pengangkatan anak tidak menimbulkan hubungan darah/nasab

antara anak angkat dengan orang tua angkatnya.

Pengangkatan anak menurut pandangan ulama sebagaimana

mengutip dari bukunya aulia muthiah, bahwa dijelaskan oleh Yusuf

Qardhawi adopsi adalah pemalsuan atas realitas konkret. Pemalsuan

yang sebenarnya orang lain bagi suatu keluarga menjadi salah satu

anggotanya. Ia bebas saja berduaan dengan kaum perempuannya

dengan anggapan bahwa mereka adalah mahramnya, padahal secara

hukum mereka adalah orang lain baginya. Dan pendapat Ahmad

Syarabasyi menurutnya mengatakan bahwa Allah telah mengharamkan

pengangkatan anak yang dibangsakan atau dianggap bahwa anak

tersebut sebagai anaknya sendiri yang berasal dari shulbinya atau dari

ayah atau ibunya padahal anak tersebut adalah anak ajnabi (orang

lain).24

Pengangkatan anak dalam Islam di Indonesia menjadi

kewenangan Pengadilan Agama, seperti yang tertuang dalam Undang-

Undang RI Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang

kemudian diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2006

tentang Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama dalam Pasal 49 menyebutkan bahwa

Peradilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan,

dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang

beragama Islam di bidang:

a. Perkawinan;

b. Waris

24

Aulia Muthiah, Novy Sri Pratiwi Hardani, “Hukum Waris Islam”, (Yogyakarta:

Medpress Digital, 2015

Page 41: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

28

c. Wasiat

d. Hibah

e. Wakaf

f. Zakat

g. Infaq

h. Sedekah

i. Ekonomi Syariah

Adapun kewenanan pengadilan agama di bidang perkawinan

diatur dalam penjelasan Pasal 49 Huruf a Undang-Undang RI Nomor

3 Tahun 2006 bahwa yang dimaksud dengan perkawinan adalah hal-

hal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai

perkawinan yang berlaku yang dilakukan menurut syariah, antara lain:

1. Izin beristri lebih dari seorang;

2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21

(dua puluh satu ) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga

dalam garis lurus ada perbedaan pendapat;

3. Dispensasi kawin:

4. Pencegahan perkawinan;

5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;

6. Pembatalan perkawinan;

7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;

8. Perceraian karena talak;

9. Gugatan perceraian;

10. Penyelesaian harta bersama;

11. Penguasaan anak-anak;

12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anka

bilamana bapak yang seharusnya bertanggungjawab tidak

mematuhinya;

13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami

kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;

Page 42: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

29

14. Utusan tentang sah tidaknya seorang anak;

15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua

16. Pencabutan kekuasaan wali

17. Penunjukkan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal

kekuasaan seorang wali dicabut;

18. Penunjukkan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum

cukup umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang

tuanya

19. Pembebasan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang

ada dibawah kekuasaannya;

20. Penetapan asal-usul anak dan penetapan pengangkatan anak

berdasarkan hukum Islam

21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk

melakukan perkawinan campuran

22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

dijalankan menurut peraturan yang lain.

5. Akibat Hukum Pengangkatan Anak

Sebagimana yang telah di gariskan oleh hukum Islam bahwa hubungan

hukum antara orang tua angkat dengan anak angkat hanyalah sebatas

hubungan orang tua angkat dan anak yang diangkatnya dalam hal ini

sama sekali tidak merubah hubungan anak angkat dengan orang tua

kandungnya. Akibat hukum dari pengangkatan anak antara lain:

a. Hubungan Nasab

Pengangkatan anak yang di lakukan oleh orang tua angkat

atas anak angkatnya tidak dapat merubah nasab si anak, dalam hal

ini anak angkat tetap di nasabkan kepada orang tua aslinya,

sebagaimana dalam firman Allah Q.S. Al-Ahzab (33): 4 dan 5 yang

menjelaskan bahwa anak angkat tidak boleh dijadikan anak

kandung dan anak angkat tetap di panggil sesuai dengan nasab

ayah kandungnya sendiri.

Page 43: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

30

نشجم يبجعمالله ف ج ف قهج ي ـئاجكىانه يبجعماص

زكى اي ي ش رظ يبجعمادعبءكىاثبءكى نـكىثب نكىق ر

كى ا م ف ذانغج لانحق ق الله

Artinya: "Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam

rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zihar

itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak angkatmu

sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah

perkataan di mulutmu saja. Allah mengatakan yang sebenarnya dan

Dia menujukkan jalan (yang benar)."

ذالله اقغظع ى ثبئ ىل ادع اكىف ىفبخ ثبء اا نىرعه فب

كى ان ي ظ انذ ن اخطؤرىث ب كىجبحف ذد عه برع ي ك ن

ثكى ب قه ح ساس غف الله كب

Artinya: "Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai)

nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika

kamu tidak mengetahui bapak mereka, maka (panggillah mereka

sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan

tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada

dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun,

Maha Penyayang.”

Yang dimaksud dengan firman Allah (أثبءكى أدعبءكى جعم (يب

bukanlah melarang pengangkatan anak angkat (adopsi), atau

menjadikan ayah/ibu asuh, yang dilarangnya adalah menjadikan

anak-anak angkat iu memiliki hak serta status hukum seperti anak

kandung. Dan pernyataan أدعبءكى menunjukkan diakuinya

eksistensi anka angkat, tetapi yang dicegah adalah

mempersamakannya dengan anak kandung.25

b. Hubungan Mahram

Karena tidak adanya perpindahan hubungan nasab dari orang

tua kandung kepada orang tua angkatnya maka akibatnya adalah

25

M.Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an”

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h., 413

Page 44: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

31

orang tua angkat dengan anak angkatnya harus menjaga mahram,

dan keduanya dapat melangsungkan pernikahan. Sebagaimana

dalam firmah Allah Terdapat dalam Q.S. Al-Ahzab (33): 37 yang

mana dijelaskan bahwa janda dari anak angkat bukanlah mahram

bagi orang tua angkatnya, sehingga antara orang tua angkat dengan

mantan istri anak angkatnya bisa menikah.

ارق جك كص ايغكعه ذعه ع ا عه عىالله ا لنهز اررق الله

رخشانبط يجذ فغكيبالله ف رخف ٮ رخش ا احق الله

حشجف ؤي عهان لك بنك ك ج طشاص ب ذي ص بقض فه

ىار اجادعبئ طشااص اي ل اقض يفع ايشالله كب

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata

kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau

(juga) telah memberi nikmat kepadanya, Pertahankanlah terus

istrimu dan bertakwalah kepada Allah, sedang engkau

menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh

Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih

berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri

keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan

engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang

mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka,

apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya

terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.”

Para ulama berbeda pendapat mengenai penakwilan ayat

ini, beberapa ulama diantaranya Qatadah, Ibnu Zaid, Ath-Thabari,

dan bebrapa ulama tafsir lainnya menyebutkan bahwa Nabi SAW

memiliki sedikit ketertarikan terhadap Zainab binti Jahsy, padahal

saat itu Zainab masih berstatus sebagai istri Zaid. Beliau

menantikan bila tiba waktunya Zaid menceraikan Zainab maka

beliau akan menikahinya. Kemudian ketika Zaid mengadu kepada

beliau mengenai kata-kata Zainab yang kasar dan sering menolak

keinginannya, hingga ia memutuskan untuk bercerai saja dengan

Zainab, lalu beliau berkata kepada Zaid, “Takutlah kepada Allah

(atas apa yang kamu katakan terhadapnya), dan tahanlah ia agar

tetap menjadi istrimu,” Beliau sebenarnya menyembunyikan

Page 45: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

32

keinginan agar Zaid menceraikannya meskipun beliau berkata

seperti itu. Inilah yang sebenarnya disembunyikan beliau di dalam

hatinya, maka tetapi ia tetap diwajibkan untuk selalu

menganjurkan orang lain berbuat kebaikan.26

c. Hubungan Waris

Karena dalam anak angkat bukanlah keturunan dari orang tua

angkatnya dan tidak ada sangkut paut nasab atau kekerabatan dan

perkawinan, maka antara anak angkat dan orang tua angkat tidak

bisa saling mewarisi. Dalam hal ini sebagaimana firman Allah

dalam Q.S. Al-Anfal (8): 75 dijelaskan bahwa hak waris kerabat

dekat tidak boleh diabaikan karena adanya anak angkat.

كى ئكي ايعكىفبن ذ جب ا بجش ثعذ اي ي ا انز اناال

ثج ن ىا سحبوثعض تالله كز ى عضف ءعه ش ثكم الله ا

Artinya: "Dan orang-orang yang beriman setelah itu, kemudian

berhijrah dan berjihad bersamamu maka mereka termasuk

golonganmu. Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu

sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang

bukan kerabat) menurut Kitab Allah. Sungguh, Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu."

Maksud turunnya ayat di atas, yakni hukum waris hanya

diperbolehkan bagi para kerabat dan famili orang yang

bersangkutan saja, kemudian mengenai waris-mewarisi yang

disebabkan oleh saudara angkat tidak dilakukan lagi.27

Terkait kewarisan anak angkat Kompilasi Hukum Islam

(KHI) memberikan solusi yang berupa wasiat wajibah,

sebagaimana dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada

pasal 209 bahwa (1) Harta peninggalan anak angkat dibagi

berdasarkan pasal-pasal 176 sampai dengan 193 tersebut diatas,

26

Syaikh Imam Al-Qurthubi, “Tafsir Al-Qurthubi”, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009,

cet.i), h. 473 27

Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Suyuti, “Tafsir Jalalain”.

Penerjemah Bahrun Abubakar, Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul, (Bandung:

Sinar Baru Algensindo, 2017), h.716

Page 46: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

33

sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat

diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknyan1/3 dari warisan anak

angkatnya. (2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat

diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan

orang tua angkatnya.

d. Hubungan Perwalian

Karena pengangkatan anak tidak memutus hubungan nasab antara

anak angkat dengan orang tua kandungnya maka dalam hal ini

tidak pula memutus perwalian antara anak angkat dengan orang tua

kandungnya, sehingga ketika suatu saat terjadi pernikahan anak

angkat perempuan maka tetap diwalikan oleh orang tua

kandungnya. Sebagaimana dalam firman Allah Q.S. Al-Ahzab

(33): 5 menjelaskan terkait anak angkat yang tidak jelas orang

tuanya diperlakukan seperti saudara.

ذالله اقغظع ى ثبئ ىل ادع اكىف ىفبخ ثبء اا نىرعه فب

كى ان ي انذ اخطؤرىث ب كىجبحف ظعه ن ذد برع ي ك ن

ثكى ب قه ح ساس غف الله كب

Artinya: "Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai)

nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika

kamu tidak mengetahui bapak mereka, maka (panggillah mereka

sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan

tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang

ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha

Pengampun, Maha Penyayang."

Dan dijelaskan pula penjelasan dari “Dan jika kamu tidak

mengetahui bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai)

saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu.” Yakni apabila

ayah asli dari anak angkat tersebut tidak diketahui maka akan

disebut dengan nama walinya, lalu apabila walinya juga tidak

diketahui maka ia akan disebut dengan sebutan أخ" wahai) "ب

Page 47: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

34

saudaraku), yakni saudara seagama, karena memang kaum

muslimin itu semuanya bersaudara.28

C. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Positif

1. Pengertian Pengangkatan Anak

Sebelum mengetahui pengertian pengangkatan anak ada baiknya

kita ketahui terlebih dahulu pengertian dari anak angkat yaitu upaya

mengalihkan hak serta kewajiban anak yang bukan asli keturunannya

untuk dimasukkan ke dalam satu keluarga, sehingga hak dan

kewajiban si anak menjadi beralih kepada pihak yang mengangkatnya

sebagai anak selayaknya anak kandung.29

Anak angkat merupakan anak yang dalam hal pemeliharaan

untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikannya dan sebagian beralih

tanggung jawabnya dari orang tua kandung kepada orang tua

angkatnya berdasarkan putusan pengadilan.30

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1 angka 9 dijelaskan bahwa

anak angkat adalah Anak yang haknya dialihkan dari lingkungan

kekuasaan Keluarga Orang Tua, Wali yang sah, atau orang lain yang

bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan

Anak tersebut ke dalam lingkungan Keluarga Orang Tua angkatnya

berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.31

Pengangkatan anak dalam hukum positif biasa disebut juga

dengan istilah adopsi yang artinya pungut anak, ambil anak, angkat

anak, pengangkatan anak orang lain sebagai anak sendiri, peneri.

28

Syaikh Imam Al-Qurthubi, “Tafsir Al-Qurthubi”, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009,

cet.i), h. 297 29

Amran Suadi, Mardi Candra, “Politik Hukum Prespektif Hukum Perdata dan Pidana

Islam serta Ekonomi Syariah”, h. 150 30

Fauzan, Baharuddin Siagian, “Kamus Hukum dan Yurisprudensi”, (Jakarta: Kencana,

2016),. h. 742

31 “Undang-undang Perlindungan Anak”, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2016), h., 11

Page 48: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

35

Dalam pasal 12 (UU Kesejahteraan Anak (UU No.4 Tahun 1979)

dijelaskan bahwasanya “pengangkatan anak menurut adat dan

kebiasaan dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan

kesejahteraan anak.” Dan di jelaskan juga pada ayat 3 bahwa

pengangkatan anak uyang dilakukan di luar adat dan kebiasaan

dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.32

Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54

Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak dijelaskan pada

Pasal 1 bahwa Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang

mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali

yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan,

pendidikan dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan

keluarga orang tua angkat.33

Perlu diperhatikan juga maksud dari pengangkatan anak yang

semestinya, seperti yang tertera dalam Pasal 39 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 bahwa Pengangkatan anak

hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan

dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.34

Dalam bukunya Ellyne Dwi Poespasari menjelaskan pendapat

Tar Haar mengenai alasan pengangkatan anak menurut hukum adat

terdapat 13 jenis :35

a. Karena tidak memiliki anak

b. Karena belas kasihan terhadap anak-anak tersebut, dengan sebab

orangtua si anak tidak mampu memberikan nafkah kepadanya.

32

Jonaedi Efendi, “Kamus Istilah Hukum Populer” (Jakarta: Kencana, 2009), h. 33 33

“Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Undang-Undang Perlindungan

Anak” (Bandung: Citra Umbara, 2012), h. 174 34

Tim Redaksi Laksana, “Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik

Indonesia Undangan-undangan Perlindungan Anak”, (Jakarta: Laksana, 2018), h., 29 35

Dr. Ellyne Dwi Poepasari, S.H. M.H., “Pemahaman Seputar Hukum Waris Adat di

Indonesia”, (Jakarta: Kencana, 2018), h., 70

Page 49: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

36

c. Karena belas kasihan, dengan sebab anak tersebut tidak

mempunyai orang tua

d. Karena hanya memiliki anak laki-laki, maka mengangkat anak

perempuan dan begitupun sebaliknya

e. Sebagai pemancing bagi yang tidak mempunyai anak kandung

f. Untuk menambah jumlah keluarga

g. Dengan maksud supaya anak yang diangkat mendapat pendidikan

yang layak

h. Kaena faktor kekayaan

i. Untuk menyambung keturunan dan mendapatkan ahli waris bagi

yang tidak mempunyai anak kandung

j. Karena faktor kekeluargaan

k. Diharapkan anak dapat menolong di hari tua dan menyambung

keturunan bagi yang tidak mempunyai anak

l. Ada perasaan kasihan atas nasib anak yang tidak terurus

m. Karena anak kandung yang sakit-sakitan, maka untuk

menyelamatkan si anak, diberikan anak tersebut kepada keluarga

atau orang lain yang belum atau tidak mempunyai anak dengan

harapan anak yang bersangkutan akan selalu sehat dan panjang

usia.

2. Syarat-Syarat Pengangkatan Anak

Dalam proses pengangkatan anak tentunya ada syarat-syarat

yang harus dipenuhi terlebih dahulu, baik iuntuk orang tua ankat

maupun anak angkatnya. Terkait syarat-syarat pengangkatan anak ini

dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 54

tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak pada Pasal 12, 13

sebagaimana berikut:

Pasal 12

(1) Syarat anak yang akan diangkat, meliputi:

a. Belum berusia 18 (delapan belas) tahun;

Page 50: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

37

b. Merupakan anak terlantar atau diterlantarkan

c. Berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan

anak; dan

d. Memerlukan perlindungan khusus

(2) Usia anak angkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

meliputi:

a. Anak belum berusia 6 (enam) tahun, merupakan prioritas

utama

b. Anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan belum berusia 12

(dua belas) tahun, sepanjang ada alasan mendesak; dan

c. Anak berusia 12 (dua belas) tahunsampai dengan belum berusia

18 (delapan belas) tahun, sepanjang anak memerlukan

perlindungan khusus

Pasal 13

Calon orang tua angkat harus memenuhi syarat-syarat:

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi

55 (lima puluh lima) tahun;

c. Beragama sama dengan agama calon anak angkat;

d. Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan

tindakan kejahatan;

e. Berstatus menikah paling singkat 5 (lima) tahun;

f. Tidak merupakan pasangan sejenis;

g. Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu

orang anak;

h. Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial;

i. Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau

wali anak;

Page 51: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

38

j. Membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah

demi kepentingan terbaik bagi anak, kesejahteraan dan

perlindungan anak;

k. Adanya laporan sosial dari pekerja sosial setempat;

l. Telah mengasuh calon anak angkat paling singkat 6 (enam)

bulan, sejak izin pengasuhan diberikan; dan

m. Memperoleh izin Menteri dan/atau kepala instansi sosial.

3. Prosedur Pengangkatan Anak

Pada hakikatnya mengangkat anak merupakan tindakan hukum

yang juga harus dilindungi, sehingga antara anak angkat dan orang tua

angkatnya memiliki kekuatan hukum yang jelas yang dapat

memayungi mereka, dengan demikian antara anak angkat dan orang

tua angkatnya bisa terpenuhidengan baik hak-haknya.

Jonaedi Efendi dalam bukunya yang berjudul kamus isltilah

hukum populer dengan mengutip Surat Edaran Mahkamah Agung

bahwamenyampaikan bahwa prosedur pengangkatan anak meliputi:

a. Pengangkatan anak antarwarga negara Indonesia (domestic

adoption)

b. Adopsi anak Indonesia oleh orang tua angkat berkewarganegaraan

asing (Intercountry adoption)

c. Adopsi anak berkewarganegaraan asing oleh warga negara

Indonesia (incountry adoption).36

Sedangkan ketentuan dalam Departemen Sosial menurutnya,

tata cara pengangkatan anak dilangsungkan melalui tiga proses

tahapan:

a. Calon orang tua angkat mengajukan permohonan izin kepada

Kantor Wilayah Departemen Sosial setempat (dengan tebmbusan

36

Dr. Jonaedi Efendi, S.H.I., M.H “Kamus Istilah Hukum Populer” (Jakarta: Kencana,

2009), h.34

Page 52: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

39

kepada Menteri Sosial dan private institution dimana calon anak

angkat berada)

b. Kantor Wilayah Departemen Sosial mengadakan penelitian

terhadap calon orang tua angkat, dan paling lama dalam 3 bulan

harus memberikan persetujuan atau penolakan.

c. Jika permohonan disetujui, dilakukan pengesahan/pengukuhan oleh

pengadilan.

4. Pencatatan Pengangkatan Anak

Pengangkatan Anak merupakan tindakan hukum yang harus

jelas dimata hukum hingga mempunyai kekuatan hukum, maka oleh

karena itu perlu adanya pencatatn dalam pengangkatan anak, sehingga

pengangkatan anak yang dilakukan tersebut sah secara hukum. Dalam

hal ini telah di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan pada bagian

kedelapan bahwa Adapun mengenai pengangkatan anak diatur sebagai

berikut:

a. Pencatatan Pengangkatan Anak di Wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia diatur dalam pasal 47 sebagai berikut:

(1) Pencatatan engangkatan anak dilaksanakan berdasarkan

penetapan pengadilan di tempat tinggal pemohon.

(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada

Ayat (1) wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi

Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran paling

lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya salinan

penetapan pengadilan oleh Penduduk.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2),

Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada

Register Akta Kelahiran dan Kutipan Akta Kelahiran.

Page 53: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

40

b. Pencatatan Pengangkatan Anak oleh Warga Negara Asing di luar

wilayah negara Indonesia diatur dalam Pasal 48 sebagaimana

berikut:

(1) Pencatatn anak warga negara asing yang dilakukan oleh Warga

Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia wajib dicatatkan pada instansi yang berwenang di

negara setempat

(2) Hasil pencatatn pengangkatan anak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia

(3) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak menyelenggarakan pencatatan Pengangkatan Anak bagi

warga negara asing, warga negara yang bersangkutan

melaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia setempat

untuk mendapatkan surat keterangan pengangkatan anak.

(4) Pengangkatan Anak warga negara asing sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan Ayat (3) dilaporkan oleh Penduduk kepada

Instansi Pelaksana ditempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga

puluh) hari sejak yang bersangkutan kembali ke Republik

Indonesia.

(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada Ayat (4)

Instansi Pelaksana mengukuhkan Surat Keterangan

Pengangkatan Anak.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pencatatan

pengangkatan anak bukan dengan mengganti Akta Kelahiran sang

anak yang asli, namun dibuatkan catatan pinggir atas pengangkatan

yang telah dilakukan.

Catatan pinggir adalah catatan mengenai perubahan status atas

terjadinya peristiwa penting dalam bentuk catatan yang diletakkan

pada bagian pinggir akta atau bagian akta yang memungkinkan (di

Page 54: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

41

halaman/bagian muka atau bagian belakang akta)oleh Pejabat

Pencatatan Sipil.37

5. Akibat Hukum Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak yang menyangkut hak dan kewajiban

manusia bukanlah hal yang seharusnya di sepelekan. Dari tindakan

pengangkatan anak maka ada akibat hukum setelahnya, adapun akibat

hukum pengangkatan anak antara penetapan Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Agama berbeda, antara lain:38

a. Dalam hubungan nasab

Penetapan Pengadilan Negeri mempunyai prinsip bahwa

nasab anak angkat putus dengan nasab orang tua kandung dan

saudaranya, dan nasab anak angkat beralih menjadi nasab orang tua

angkat, saudara angkat dan anaknya, sehingga panggilan anak

angkat menjadi bin/binti orang tua angkatnya.

Sedangkan dalam Pengadilan Agama memiliki prinsip

bahwa nasab anak angkat tidak putus dengan orang tua kandung

dan saudaranya, dan yang beralih kepada orang tua angkatnya

hanyalah tanggung jawab kewajiban pemeliharaan, nafkah,

pendidikan, dan lain-lain.

b. Dalam perwalian

Penetapan Pengadilan Negeri mempunyai prinsip bahwa

orang tua angkat dapat menjadi wali penuh terhadap diri, harta,

tindakan hukum, dan wali nikah atas anak angkatnya.

Sedangkan dalam Pengadilan Agama memiliki prinsip

bahwa kewalian orang tua angkat terbatas hanya menjadi wali atas

diri, harta, tindakan hukum, dan tidak termasuk wali nikah dari

anak angkat perempuan.

37

Musthofa Sy., SH., M.H, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama”, h.,

157 38

Ahmad Kamil dan M. Fauzan “Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h., 9

Page 55: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

42

c. Dalam hubungan Mahram

Penetapan Pengadilan Negeri mempunyai prinsip bahwa

anak angkat tidak boleh dinikahkan dengan orang tua angkatnya,

juga tidak boleh dinikahkan dengan anak kandung atau anak

angkat dari orang tua angkatnya.

Sedangkan menurut prinsip Pengadilan Agama bahwa anak

angk at boleh menikah dengan orang tua angkatnya, juga boleh

menikah dengan anak kandung atau anak angkat dari orang tua

angkatnya.

d. Dalam hak waris

Pengadilan Negeri mempunyai prinsip bahwa anak angkat

dapat menjadi ahli waris terhadap harta warisan orang tua

angkatnya, sebagaimana layaknya kedudukan anak kandung.

Sedangkan dalam Pengadilan Agama bahwa anak angkat

tidak boleh menjadi ahli waris orang tua angkatnya, akan tetapi

anak angkat mendapatkan wasiat wajibah sebagai ganti harta

warisan dari orang tua angkatnya.

Page 56: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

43

BAB III

KONDISI UMUM KECAMATAN GLAGAH

A. Letak Geografis

Kecamatan Glagah merupakan salah satu kecamatan di wilayah

Kabupaten Lamongan yang terletak di belahan utara, kurang lebih 15 Km

dari Ibu Kota kabupaten Lamongan, berada pada titik koodinat antara 06˚

53’ 30,81” - 7˚ 23’ 6” Lintang Selatan dan 112˚ 17’ 01,22” - 112˚ 33’ 12”

Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Karangbinangun

2. Sebelah Timur : Kecamatan Gresik

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Deket

4. Sebelah Barat : Kecamatan Deket

Kecamatan Glagah menempati bangunan seluas 4.832 Ha yang

berkependudukan di Jalan Raya Glagah Nomor 80 Glagah, jarak ke Ibu

Kota Kabupaten Lamongan 2 Km arah Barat, yang berbatasan sebelah

Utara dengan Kecamatan Karangbinangun, sebelah Timur Daerah

Kabupaten Gresik, sebelah Selatan dengan Kecamatan Deket dan sebelah

Barat dengan Kecamatan Deket.

B. Kondisi Kependudukan

Kondisi kependudukan Kecamatan Glagah antara lain :

1. Jumlah Desa : 29 Desa

2. Jumlah Dusun : 86 Dusun

3. Jumlah Penduduk : 49.122 jiwa

4. Jumlah Penduduk Laki-laki : 24.829 jiwa

5. Jumlah Penduduk Perempuan : 24.293 jiwa

6. Luas Wilayah : 48.97 Km2

7. Berada di Ketinggian : - 0,30 m s/d 1,50 m dpl

Page 57: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

44

Kondisi kependudukan di Kecamatan Glagah juga dapat dilihat dari

data penduduk yang meliputi data menurut jenis kelamin, data menurut

umur, data menurut pekerjaan, data menurut pendidikan, dan data menurut

agama.

1. Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No

Kelurahan

Jumlah

Penduduk

Total

Jumlah

Penduduk

Jumlah

KK Pria Wanita

01 Soko 951 920 1.871 560

02 Morocalan 585 608 1.193 369

03 Gempol Pendowo 657 634 1.291 393

04 Pasi 1.045 957 2.002 603

05 Rayung Gumuk 1.073 1.055 2.128 608

06 Menganti 1.000 998 1.998 687

07 Margoanyar 1.267 1.276 2.543 787

08 Began 329 324 653 208

09 Mendogo 737 736 1.473 444

10 Kentong 1.029 1.034 2.063 602

11 Sudangan 747 712 1.459 483

12 Medang 589 552 1. 141 375

13 Duduk Lor 811 787 1.598 503

14 Glagah 1.436 1.376 2.812 941

15 Wangen 780 729 1.509 455

16 Tanggungprigel 754 718 1.472 447

17 Karangagung 582 563 1.145 335

18 Bangkok 356 380 736 226

19 Jatirenggo 1.115 1.156 2.271 742

20 Bapuh Baru 617 625 1.242 390

21 Bapuh Bandung 840 799 1.639 498

22 Meluntur 255 282 537 176

Page 58: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

45

23 Konang 323 339 662 230

24 Dukuh Tunggal 1.359 1.318 2.677 817

25 Panggang 611 598 1.209 359

26 Wonorejo 662 684 1.346 417

27 Wedoro 532 556 1.088 367

28 Karang Turi 894 898 1.792 558

29 Meluwur 654 691 1.345 409

Total 22.590 22.305 44.895 13.3989

2. Data Penduduk Menurut Umur

No Umur Jumlah Penduduk

01 0 – 4 2.977

02 5 – 9 3.168

03 10 – 14 3.152

04 15 – 19 3.598

05 20 – 24 3.636

06 25 – 29 3.224

07 30 – 34 3.171

08 35 – 39 3.571

09 40 – 44 3.332

10 45 – 49 3.158

11 50 – 54 2.932

12 55 – 59 2.695

3. Data Penduduk menurut Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Penduduk

01 Belum/Tidak Bekerja 7.241

02 Mengurus Rumah Tangga 7.693

03 Pelajar/Mahasiswa 10.447

04 Pensiunan 58

Page 59: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

46

05 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 384

06 Tentara Nasional Indonesia (TNI) 21

07 Kepolisian RI (POLRI) 21

08 Perdagangan 9

09 Petani/Pekebun 4.932

10 Peternak 1

11 Nelayan/Perikanan 30

12 Karyawan Swasta 4.051

13 Karyawan BUMN 12

14 Karyawan BUMD 2

15 Karyawan Honorer 2

16 Buruh Harian Lepas 138

17 Buruh Tani/Perkebunan 21

18 Pembantu Rumah Tangga 4

19 Tukang Cukur 1

20 Tukang Batu 3

21 Tukang Kayu 3

22 Tukang Jahit 3

23 Penata Ria 1

24 Mekanik 1

25 Wartawan 1

26 Ustadz/Mubaligh 1

27 Anggota DPRD Kab/Kota 1

28 Dosen 23

29 Guru 738

30 Pengacara 1

31 Konsultan 1

32 Dokter 6

33 Bidan 15

34 Perawat 47

Page 60: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

47

35 Apoteker 5

36 Pelaut 1

37 Sopir 12

38 Pedagang 265

39 Perangkat Desa 33

40 Wiraswasta 8.474

41 Pekerjaan Lainnya 201

4. Data Penduduk Menurut Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Penduduk

01 Tidak/Belum Sekolah 7.241

02 Belum TamatSD/Sederajat 5.340

03 Tamat SD/Sederajat 10.589

04 SLTP/Sederajat 7.943

05 SLTA/Sederajat 11.282

06 Diploma I/II 41

07 Akademi/Diploma III/S.Muda 297

08 Diploma IV/Strata I 2.054

09 Strata II 107

10 Strata III 47

5. Data Penduduk Menurut Agama

No. Agama Jumlah Penduduk

1 Islam 44.882

2 Kristen 12

3 Katholik 1

Page 61: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

48

C. Kondisi Kebudayaan

Di kalangan masyarakat pada umumnya budaya atau tradisi sudah

menjadi hal biasa. Terlebih lagi di daerah-daerah yang memiliki

kebudayaan yang kental seperti di Jawa. Tradisi budaya yang nenek

moyang wariskan ini selalu menjadi pedoman masyarakat bahkan sampai

saat ini. Bahkan di zaman modern ini sering kali kita jumpai tradisi budaya

dari nenek moyang terdahulu yang masih dipertahankan.

Di Glagah saat ini tidak banyak budaya yang masih bertahan,

hanya beberapa budaya pada umumnya masih diberlakukan yang bisa kita

temui seperti gotong royong, saling tolong menolong baik sesama kerabat

maupun orang lain.

Selain budaya pada umumnya terdapat juga budaya kesenian yang

masih kerap kali dilakukan seperti Al-Banjari (Hadroh), Marawis, dll.

Menurut warga setempat terdapat pula warisan nenek moyang yang sudah

mentradisi sehingga sampai saat ini budaya tersebut masih melekat di

masyarakat yaitu Manaqib, Barzanji, Yasinan, Kupatan yang dilakukan di

setiap lima hari setelah hari raya Idul Fitri di setiap tahunnya, ada juga

bancaan yang mana ini dilakukan diberbagai acara seperti upacara empat

bulan dan tujuh bulan kehamilan, bancaan hari kemerdekaan, dll sebagai

rasa syukur kepada Allah SWT.

Page 62: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

49

BAB IV

PENGANGKATAN ANAK DI KECAMATAN LAMONGAN

A. Praktik Pengangkatan Anak

Dalam sebuah rumah tangga memiliki anak pasti menjadi

keinginan setiap pasangan, karena terjadinya perkawinan selain untuk

sebagai wadah mengaplikasikan rasa kasih sayang antara pasangan

laki-laki dan wanita juga dimaksudkan untuk mendapatkannya

keturunan. Maka kehadiran seorang anak itu sangat dinantikan oleh

kebanyakan pasangan.

Akan tetapi tidak jarang juga diantara pasangan suami istri yang

belum atau tidak dikaruniai seorang anak, maka banyak diantara

mereka yang melakukan tindakan hukum pengangkatan anak baik dari

anak keluarganya sendiri maupun anak orang lain. Hal ini adakalanya

dimaksudkan selain untuk menyambung keturunan melalui anak

angkat dapat juga dimaksudkan untuk memancing dengan harapan

supaya dapat memiliki anak sendiri. Namun tak jarang orang tua yang

tidak memiliki anak melakukan pengangkatan anak karena di harapkan

kelak si anak dapat membantunya dimasa tua nanti.

Maksud dari anak angkat sendiri di jelaskan dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 54 Tahun 2007 pada Pasal 1 angka

(1) bahwa anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan

kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang

bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak

tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan

keputusan atau penetapan pengadilan.1

1 “Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan

Perlindungan Anak”, (Bandung: Citra Umbara, 2012), h. 174

Page 63: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

50

Dalam penelitian yang telah di lakukan pada tiga desa yang berada

di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan telah terdapat enam informan.

Dari keenam informan tersebut dalam hal pengangkatan anak mereka

melakukannya atas dasar kesepakatan orang tua kandungnya, namun ada

satu informan yang mengangkat anak bahkan menjadikannya anak

kandung sejak dia lahir tanpa kesepakatan orang tuanya yakni Pak Aji

Mulyo, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Pak Aji Mulyo bahwa

waktu beliau bekerja di Balai Desa tiba-tiba ada orang gila yang

melahirkan, karena rasa iba pak Aji Mulyo terhadap bayi yang tidak

berdosa dengan ibu yang sedang gila maka anak tersebut diminta Pak Aji

ke Kepala Desa sebagi anak kandungnya.2 Sedangkan kelima informan

lainnya mengakui bahwa antara orang tua angkat dan orang tua

kandungnya ada kesepakatan antara keduanya, sebagaimana yang

dijelaskan Pak Suyono bahwa karena beliau tidak memiliki anak maka

saudaranya memberikan anaknya kepada beliau untuk beliau angkat dan

setelah anak itu diberikan ke beliau sejak itu beliau mengangkatnya dan

semua tanggung jawab orang tuanya menjadi tanggung jawab beliau.3

Begitupun dengan Bu Ruhanah yang beliau menuturkan bahwa dari si

anak TK orang tuanya meminta kepada beliau dan suami beliau untuk

merawat si anak dikarenakan orang tuanya yang tidak mampu dan sakit-

sakitan sehingga sejak itu bu Ruhanah mengangkat si anak dan semua

tanggung jawab orang tuanya beralih ke beliau.4 Dan Bu Roziyah pun

mnjelaskan bahwa karena di tinggal meninggal ibunya dan ayahnya si

anak tidak peduli jadi beliau mengangkat si anak karena kasihan dan sudah

terlanjur sayang, dan dengan kesepakatan orang tua itu dijelaskan dengan

bu Roziya yang mengatakan bahwa ayah kandung si anak pernah ke

rumahnya melihat si anak walau hanya sekali dalam satu tahun.5

Kemudian Bu Eni yang juga menjelaskan bahwa beliau meminta anaknya

2 Aji Mulyo, Orang Tua Angkat, Interview Pribadi, Glagah, 27 Agusus 2019.

3 Suyono, Orang Tua Angkat, Interview Pribadi, Glagah, 26 Agusus 2019.

4 Ruhanah, Orang Tua Angkat, Interview Pribadi, Glagah, 27 Agusus 2019.

5 Roziya, Orang Tua Angkat, Interview Pribadi, Glagah, 27 Agusus 2019.

Page 64: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

51

ke orang tuanya di karenakan orang tuanya tidak mampu, dan ternyata

orang tuanya membolehkan.6 Begitu pula dengan Bu Kristiyaningsih yang

mana beliau meminta anak angkatnya itu kepada orang tua kandungnya

yang sudah bercerai untuk beliau besarkan dan beliau sekolahkan, dan

semua tanggung jawab orang tua kandungnya beliau yang menanggung.7

Tata cara pengangkatan anak di desa dimana penulis melakukan

penelitian pada dasarnya belum memenuhi syarat, yang mana

seharusnya pengangkatan anak melalui penetapan pengadilan, namun

dari semua informan tidak melakukan pengangkatan anak melalui

penetapan Pengadilan Agama dan ini bertolak belakang dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2007.

1. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Islam

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan pada bab 2, pengangkatan

anak menurut ajaran Islam diistilahkan dengan Tabanni, yang pada

saat itu telah dipraktikan oleh Nabi Muhammad SAW sebelum masa

kenabiannya, beliau mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai anak

angkatnya.

Dalam sejarahnya pada saat Nabi Muhammad SAW mengangkat

Zaid bin Haritsah, beliau mengganti nama Zaid menjadi Zaid bin

Muhammad, hal tersebut disaksikan di depan kaum quraisy. Sebelum

Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, masalah

pengangkatan anak dengan nasab digantikan kepada orang tua

angkatnya bukan menjadi sebuah permasalahan dalam Islam. Namun

beberapa waktu setelah Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul,

maka turunlah wahyu yang menegaskan perihal pengangkatan anak,

bagaimana aturan dan dampaknya pengangkatan anak dalam hukum

Islam, ini dijelaskan di dalam Q.S Al-Ahzab (33): 5.

Dengan demikian menurut hukum Islam dijelaskan bahwa

6 Eni, Orang Tua Angkat, Interview Pribadi, Glagah, 27 Agusus 2019.

7 Kristiyaningsih, Orang Tua Angkat, Interview Pribadi, Glagah, 23 Agusus 2019.

Page 65: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

52

pengangkatan anak dengan memberikan status yang sama dengan anak

kandungnya atau mengubah nasab dari orang tua kandungnya atau

memberi waris kepada anak angkat sama dengan anak kandung ini

dilarang. Hal ini pun bertolak belakang dengan yang terjadi di tiga

desa di daerah Lamongan dimana penulis melakukan penelitian.

Disana beberapa masyarakat yang mengangkat anak merubah nasab

anak angkat tersebut menjadi anak kandungnya, dan tidakantara anak

angkat, saudara angkat dan orang tua angkatnya tidak ada tabir dalam

hal kemahraman. Seperti dalam hal waris-mewarisi, anak angkat

mendapat bagian sama dengan anak kandung, begitu pula dalam hal

perwalian yang sudah berganti kepada orang tua angkat, bukan lagi

atas orang tua kandung.

2. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Positif

Maksud dari anak angkat telah dijelaskan dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 54 Tahun 2007 pada Pasal 1

angka (1) bahwa anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari

lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang

lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan

sebagaimana yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 pada Pasal 2 bahwa pengangkatan

anak bertujuan untuk kepentingan bagi anak dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan anak, yang

dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan

peraturan perundang-undangan.8

Dalam hal pengangkatan anak di desa dimana penulis melakukan

penelitian, dampak dari pengangkatan anak yang mereka lakukan

berdampak pada nasab si anak, hal ini juga bertentangan dengan

hukum positif yang berlaku di Indonesia. Dijelaskan di dalam Pasal 4

8 “Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan

Perlindungan Anak”, h. 175

Page 66: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

53

Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 2007 bahwa “Pengangkatan

anak tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat

dengan orang tua kandungnya”.

B. Faktor Pengangkatan Anak Tidak Dicatatkan

Dalam sebuah tindakan pasti setiap orang memiliki alasan, begitu

dengan pelaksanaan pengangkatan anak pun setiap orang pasti memiliki

alasan, sebagaimana kebanyakan seseorang mengangkatan anak dengan

alasan karena tidak memiliki anak atau karena rasa belas kasihan terhadap

si anak sehingga mereka kemudian menganggap anak angkatnya seperti

halnya anak sendiri, sampai pada akhirnya mereka mengabaikan hukum

pengangkatan anak yang telah diatur. Namun pengangkatan anak

merupakan tindakan hukum yang harus diresmikan pula secara hukum

guna untuk mendapatkan kekuatan hukum, sehingga mencatatkan

pengangkatan anak juga merupakan hal yang harus sangat diperhatikan.

Banyaknya masyarakat yang kurang sadar akan hukum terkadang

membuatnya menganggap sepele sebuah hukum, terlebih lagi dalam

masalah pengangkatan anak. Sehingga terjadi pula masalah yang berkaitan

dengan legalitas pengangkatan anak. Karena rendahnya pengetahuan,

terlebih lagi mengenai hukum pengangkatan anak, sehingga tidak

mencatatkannya atau tidak mengesahkannya menjadi hal biasa bagi

mereka.

Di lingkungan Kecamatan Glagah pengangkatan anak sudah

menjadi hal biasa, bahkan tidak mencatatkan pengangkatan anak juga

biasa bagi mereka,dan banyak masyarakat yang melakukan hal ini,

sebagaimana pernyataan dari Bapak Camat kecamatan Glagah yang

mengatakan bahwa sejauh beliau menjabat belum pernah mendapatkan

laporan pengangkatan anak yang sah dilakukan oleh masyarakat, tapi

dapat beliau pastikan bahwa banyak juga masyarakat yang melakukan

pengangkatan anak tapi asal mengangkat dengan kesepakatan dari kedua

Page 67: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

54

belah pihak yakni orang tua kandung dan orang tua angkat.9 Dan sejauh ini

dikecamatan belum memiliki data warga yang melakukan pengangkatan

anak, karena memang tidak adanya laporan mengenai pengangkatan anak.

Sedangkan pernyataan dari Bapak Kepala Bidang Catatan Sipil juga

mengatakan bahwa selama ini jarang sekali pencatatan pengangkatan anak

yang dilakukan oleh warga dari kecamatan Glagah, dan di tahun 2019 ini

tidak ada warga dari kecamatan Glagah yang melakukan pencatatan

pengangkatan anak.10

Hal ini dapat dilihat dari kurangnya pengertian keenam informan

terhadap hukum yang telah diatur terlebih lagi mengenai hukum

pengangkatan anak. Sebagaimana tentang peraturan perundang-undangan

yang mengatur pengangkatan anak dan prosedurnya, para responden

yakni Bapak Suyono, Bapak Aji Mulyo, Bu Ruhanah, Bu Roziyah, Bu

Kristiyaningsih, dan Bu Eni kompak mengatakan bahwa mereka kurang

mengetahui akan hal tersebut, sehingga mereka pun kompak mengatakan

bahwa mereka tidak mencatatkan pengangkatan anak yang mereka

lakukan.

Akan tetapi kurangnya kesadaran hukum masyarakat tidak

sepenuhnya kesalahan dari masyarkat, dalam hal ini pemerintah sangat

berperan penting terutama dari perangkat desa, yang mana ketika

diadakan penyuluhan oleh pemerintah kepada perangkat desa guna untuk

disalurkan kepada masyarakat, namun apa yang didapat dalam

penyuluhan tidak disalurkan kembali oleh perangkat desa kepada

masyarakatnya. Sehingga setelah diteliti, rendahnya kesadaran hukum

masyarakat dikarenakan kurangnya sosialisasi dari aparatur desa kepada

masyarakat, padahal oleh pihak Pengadilan Agama telah diberi sosialiasi

kepada beberapa desa mengenai pentingnya pencatatan pengangkatan

anak

9 Suwignyo, S.Sos, Camat Kecamatan Glagah, Interview Pribadi, Glagah, 29 Agustus

2019. 10

Akhmat Zainuril, Kepala Bidang Pencatatan Sipil, Interview Pribadi, Lamongan, 28

Agustus 2019.

Page 68: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

55

Adapun faktor yang mendasari mereka tidak mencatatkan

pengangkatan anak selain kurang mengertinya mereka tentang hukum

pengangkatan anak itu sendiri juga karena dugaan mereka yang

menganggap bahwa proses dari pengangkatan anak akan repot dan

memakan biaya yang cukup banyak, dan juga karena mereka sudah

menganggap si anak seperti anak kandungnya sendiri sehingga

mencatatkan pengangkatan anak bukanlah hal penting lagi. Hal ini

sebagaimana yang di lontarkan para responden, Pak Suyono yang

mengatakan bahwa tidak mencatatkan pengangkatan anka dengan alasan

karena proses pengangkatan anak yang ribet dengan modalnya yang tidak

sedikit.11

Sama halnya dengan Bu Kristiyani yang berasumsi bahwa

proses pengangkatan anak ribet dengan memakan waktu yang lama, dan

biaya yang mahal sehingga beliau tidak mencatatkan pengangkatan

anak.12

Berbeda dengan bu Kristiyani dan Pak Suyono, Bu Roziya

mengatakan bahwa karena ibunya tidak mengetahui akan pencatatan

pengangkatan anak yang seharusnya sedangkan karena ibunya sudah

menganggap si anak seperti anak kandungnya sendiri sehingga beliau

memilih tidak mencatatkan pengangkatan anak supaya tidak repot.13

Begitupun dengan Ibu Ruhanah yang mengatakan bahwa beliau tidak

mencatatkan pegangkatan anaknya dikarenakan beliau tidak ingin

mencatatkan karena sudah menganggap anaknya seperti anak

kandungnya sendiri.14

Berbeda dengan keempat responden diatas, yang

tidak mencatatkan sehingga akta kelahiran ank angkatnyanya masih nama

orang tua kandungnya, justru Ibu Eni dan Pak Aji Mulyo tidak

mencatatkan pengangkatan anak namun di dalam akta kelahiran anak

angkatnya sudah terdaftar nama beliau sebagai tua kandungnya.

Dari faktor penyebab tidak dicatatkannya pengangkatan anak

11

Suyono, Orang Tua Angkat, Interview Pribadi, Glagah, 26 Agusus 2019. 12

Kristiyaningsih, Orang Tua Angkat, Interview Pribadi, Glagah, 23 Agustus

2019 13

Roziya, Orang Tua Angkat, Interview Pribadi, Glagah, 27 Agusus 2019. 14

Ruhanah, Orang Tua Angkat, Interview Pribadi, Glagah, 27 Agusus 2019.

Page 69: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

56

selain karena kurang sadarnya masyarakat akan hukum juga karena asumsi

mereka yang menganggap proses hukum yang rumit, yang memakan biaya

yang cukup mahal. Namun pada kenyataannya seperti yang di katakan

oleh ketua pengadilan agama bahwasanya proses permohonan saat ini di

pengadilan agama tidak lagi rumit dan tidak juga mahal, untuk membuat

permohonan pengangkatan anak juga sudah disediakan Posbakum (Pos

Bantuan Hukum) secara gratis, sehingga orang tua yang ingin melakukan

pengangkatan anak tinggal hadir saja dipengadilan tentunya dengan

memenuhi persyaratan yang di tentukan dari pengadilan itu sendiri.15

Adapun persyaratan pengangkatan anak yang tertera di SK Ketua

Pengadilan Agama Lamongan Nomor W13-A7/36/PS.00/SK/1/2017

sebagai berikut:

1. Menyerahkan Surat Permohonan kepada Pengadilan Agama

(Rangkap 6)

2. Menyerahkan Fotocopy Kutipan Akta Nikah/Duplikat Kutipan Akta

Nikah calon orang tua angkat (1 lembar)

3. Menyerahkan Fotocopy KTP Pemohon (1 lembar)

4. Menyerahkan Fotocopy Akta Kelahiran calon anak angkat (1 lembar)

5. Menyerahkan Surat Persetujuan dari orang tua kandung orang yang

bertanggung jawab aas anak yang akan diangkat, jika orang tua anak

tersebut telah meninggal dunia maka Pemohon harus menyertakan

Surat Keterangan Kematian dari Kepala Desa/Lurah Asli.

6. Menyerahkan Asli Surat Keterangan Penghasilan calon orang tua

angkat dari Kepala Desa/Lurah.

7. Persyaratan No. 2, 3, 4, 5, dan 6 di Nazegelen/dimeteraikan dan Cap

Kantor Pos

8. Membayar Panjar Biaya Perkara di BRI.

C. Akibat Hukum Pengangkatan Anak yang Tidak Dicatatkan

Apa yang terjadi dalam hidup ini tidak akan terlepas dari hukum dan

15

Harijah Damis, Ketua Pengadilan Agama Lamongan, Interview Pribadi, Lamongan, 02

September 2019

Page 70: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

57

akibatnya, seperti halnya pengangkatan anak juga ada akibat hukumnya.

Adapun akibat hukum dari pengangkatan anak itu sendiri antara lain

mengenai, nasab, mahram, wali, dan waris.

Status anak angkat menurut hukum positif dan hukum Islam pada

dasarnya sama, yaitu status anak angkat tidak sama dengan anak

kandung, sehingga akibat hukumnya:16

1. Hubungan nasab antara anak angkat dan orang tua kandungnya

tidak terputus.

2. Wali nikah anak angkat perempuan tetap wali ayah kandungnya.

3. Antara anak angkat dengan orang tua angkat dan saudara

angkatnya tetap bukan mahram.

Hanya saja yang berbeda dalam hukum positif adalah dalam hal

waris-mewarisi, anak angkat mendapat bagian sama dengan anak

kandung, begitu pula dalam hal perwalian yang sudah berganti kepada

orang tua angkat, bukan lagi atas orang tua kandung.

Dalam hal ini dari hasil penelitian yang telah dilakukan

menyimpulkan bahwa pengangkatan anak yang dilakukan oleh sebagian

warga Kecamatan Glagah tidaklah berpatok pada satu hukum melainkan

adanya kombinasi antara hukum Islam dengan hukum positif. Dalam hal

perwalian mereka masih memahami bahwa orang tua angkat tidak dapat

menjadi wali anak angkat perempuannya, sehingga mereka

menyerahkannya kepada wali hakim. Dalam segi nasab sebagian masih

mengetahui bahwa anak angkat tidak memutus nasab Orang tua

kandungnya, namun sebagian tidak mengetahuinya. Sedangkan dalam

segi mahram mereka masih meyakini bahwa orang tua angkat dan anak

angkat adalah mahram hal ini dapat dilihat bagaimana anak angkat dan

orang tua angkat membuka auratnya didepan satu sama lain. Dan dari

segi kewarisan banyak orang yang tidak memahaminya, sehingga mereka

berasumsi bahwa anak angkat juga menjadi ahli warisnya, hal ini

diketahui dari obrolan santai peneliti dengan responden yang rata-rata

16

Musthofa Sy, “Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama”, h. 22.

Page 71: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

58

dari mereka sudah menganggap anak angkatnya sebagai anak

kandungnya sendiri sehingga kelak mereka juga akan mewariskan harta

peninggalannya kepada anak angkatnya.17

17

Hasil Observasi.

Page 72: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

59

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah di lakukan mengenai praktik

pengangkatan anak yang tidak di catatkan pada masyarakan Kecamatan

Glagah dapat ditarik ksimpulkan sebagaimana berikut:

1. Pengangkatan anak yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan

Glagah pada umumnya karena rasa belas kasihan dari orang tua angkat

ke anak angkatnya. Selain itu pengangkatan anak juga dilakukan

dengan alasan orang tua angkat tidak dikarunia seorang anak selama

beberapa tahun pernikahannya. Dalam hal ini pengangkatan anak lebih

banyak didasari dengan rasa tolong menolong, namun ada juga alasan

yang mendasari seseorang mengangkat anak yakni asumsi masyarakat

bahwa ketika belum dikaruniai anak, mengangkat anak menjadi solusi

sebagai pemancing kelahiran anak kandung dalam keluarga. Dan

kebanyakan dari mereka melakukan pengangkatan anak dengan tujuan

selain mensejahterakan si anak juga untuk meneruskan keturunan.

2. Faktor penyebab masyarakat kecamatan Glagah tidak mencatatkan

pengangkatan anak, bisa dilihat dari respon masyarakat yang tidak

mengetahui akan peraturan perundang-undangan yang mengatur

pengangkatan anak, prosedur pengangkatan anak yang semestinya dan

akibat hukum dari pengangkatan anak, maka tidak dicatatkannya

pengangkatan anak dikarenakan rendahnya pengetahuan masyarakat

akan aturan hukum terlebih lagi dalam hal pengangkatan anak. Dan

mereka berasumsi bahwa proses dari pengangkatan anak yang rumit,

dengan memakan waktu yang lama, dan biaya pengurusannya juga

yang tidak terbilang sedikit, sehingga masyarakat enggan mengurus

pencatatan pengangkatan anak, bahkan ada juga masyarakat yang

mengambil jalan pintas untuk menghindari proses dan biaya tersebut,

Page 73: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

60

sehingga langsung mengatas namakannya menjadi orang tua

kandungnya.

3. Dari pengangkatan anak yang tidak di catatkan, ada juga yang

berdampak pada putusnya nasab antara si anak dengan orang tua

kandungnya, namun banyak pula yang berdampak pada mahram anak

angkat dengan orang tua angkatnya yang tidak ada tabir sehingga aurat

antara keduanya tidak lagi menjadi masalah, begitupun juga

berdampak dalam hal kewarisan, yang mana mereka mempercayai

bahwa anak angkatnya adalah ahli warisnya.

B. Saran-saran

1. Setelah dilakukannya penelitian ini diketahui bahwa rendahnya

pengetahuan masyarakat terhadap hukum khususnya hukum

pengangkatan anak, maka ada baiknya dilakukan penyuluhan

mengenai hukum pengangkata anak yang semestinya yang telah di atur

dalam Islam dan Peraturan perundang-undangan di setiap desa-desa

yang berada di kecamatan Glagah sehingga terciptanya kesadaran

hukum bagi mereka yang kurang mengerti akan hukum.

2. Bagaimana masyarakat menempatkan anak angkatnya menjadi ahli

warisnya, juga mengabaikan kemahramannya, dan sampai-sampai

memutus hubungan nasab orang tua kandungnya maka perlu adanya

pengurusan untuk mendapatkan penetapan pengadilan dan dilakukan

pencatatan pengangkatan anak, sehingga antara anak angkat dan orang

tua angkat selain mendapatkan kepastian hukum juga supaya hak-hak

antara keduanya terlindungi.

Page 74: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

61

DAFTAR PUSTAKA

Al Albani, Muhammad Nashiruddin, “Ringkasan Shahih Muslim”, (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2003).

Al Amruzi, M. Fahmi, Anak Angkat di Persimpangan Hukum MMH, Jilid 4 No.

Januari 2014.

Al Habsyi, Husin, “Kamus Al-Kautsar Lengkap Arab Indonesia”, (Bangil:

Yayasan Pesantren Islam, 1986).

Al Mahalli, Imam Jalaluddin, Imam Jalaluddin As-Suyuti, “Tafsir Jalalain”.

Penerjemah Bahrun Abubakar, Terjemahan Tafsir Jalalain berikut

Asbabun Nuzul, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2017).

Al Qurthubi, Syaikh Imam, “Tafsir Al-Qurthubi”, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009,

cet.i).

Alam, Andi Syamsu dan M. Fauzan, “Hukum Pengangkatan Anak Perspektif

Islam”, (Jakarta: Kencana, 2008).

Amin Ma’ruf, dkk, “Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesis Sejak 1975 (Edisi

Terbaru)”, (Jakarta: Erlangga, 2015).

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, “Ringkasan Ibnu Katsir jilid 4”, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2000).

Az-Zabidi, “Mukhtashar Shahih Bukhari”, (Jakarta: Ummul Qura, 2016).

Cynthia, Cindy, dkk, Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak yang

Dilakukan oleh Orang Tua Angkat yang Belum Menikah Diponegoro Law

Journal, Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017.

Efendi, Jonaedi, “Kamus Istilah Hukum Populer” (Jakarta: Kencana, 2009).

Page 75: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

62

Efendi, Jonaedi danJohnny Ibrahim, “Metode Penelitian Hukum: Normatif dan

Empiris”, (Depok: Prenademedia Group, 2016).

Heriawan, Muhammad, Pengangkatan anak secara langsung dalam perspektif

perlindungan anak, 176 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 5, Mei 2017.

Kuncoro, Wahyu, waris permasalahan dan solusinya cara halal dan legal

membagi warisan, (Jakarta Timur; Raih Asa Sukses, 2015).

Kamil, Ahmad dan M. Fauzan “Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008).

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2017,

cet.13).

Mutasir, Dampak hukum pengangkatan anak pada masyarakat desa terantang

kecamatan tambang kabupaten kampar di tinjau dari hukum Islam, Edisi

desember 2017 Vol.4 No.2.

Poepasari, Ellyne Dwi, “Pemahaman Seputar Hukum Waris Adat di Indonesia”,

(Jakarta: Kencana, 2018).

Rais,Muhammad, Kedudukan Anak Angkat dalam Prespektif Hukum Islam,

Hukum adat dan Hukum perdata (analisis komparatif), Jurnal Hukum

Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016.

Shihab, M.Quraish, “Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an”

(Jakarta: Lentera Hati, 2002).

Siagian, Baharuddin dan Fauzan , “Kamus Hukum dan Yurisprudensi”, (Jakarta:

Kencana, 2016).

Silalahi, Ulber, Metode Penelitian Sosial, (Bandung; PT Refika Aditama, 2017).

Page 76: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

63

Siyoto, Sandu dan Ali Sodik “Dasar Metodologi Penelitian”, (Yogyakarta:

Literasi Media Publishing, 2015, cet.i).

Suadi, Amran dan Mardi Candra, “Politik Hukum Prespektif Hukum Perdata dan

Pidana Islam serta Ekonomi Syariah”, (Jakarta: Prenada Media, 2016).

Sudarto, “Masailul Fiqhiyah AL-Haditsah” , (Yogyakarta: Deepublish, 2018).

Suhanto, Kantor Kecamatan Glagah, Laporan Rekap Data Penduduk, Lamongan,

13 Februari 2019.

Sy, Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008, Cet. Pertama).

Tim Redaksi Laksana, “Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik

Indonesia Undangan-undangan Perlindungan Anak”, (Jakarta: Laksana,

2018).

“Undang-undang Perlindungan Anak”, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2016).

“Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Undang-Undang

Perlindungan Anak” (Bandung: Citra Umbara, 2012)

Waridah, Ernawati,“Kamus Bahasa Indonesia”, (Jakarta: PT.KAWAHmedia,

2017).

Yusuf, A. Muri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan, (Jakarta; Prenadamedia Group, Cet.1 2014).

Page 77: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 78: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 79: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 80: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 81: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Suwignyo, S.Sos

Sebagai : Camat Glagah

Waktu Wawancara : 29 Agustus 2019

No Interview

1

Interviewer

Apakah boleh saya mengetahui sedikit mengenai

sejarah dan kondisi kebudayaan di Kecamatan

Glagah ini pak?

Interviewed

Untuk sejarah saya tidak begitu memahami karena

yang saya pahami dari segi strukturalnya saja di

kecamatan ini, namun untuk kebudayaan disini

masih budaya pada umumnya seperti kerja bakti,

gotong royong dan lain-lain, kalo untuk kebudayaan

dari segi agamanya ya seperti hadroh, manaqib,

marawis seperti itu. Tapi kalo kebudayaan adat dari

nenk moyang yang masih kental disini ya mungkin

bancaan sebagai wujud rasa syukur.

2

Interviewer Apa yang bapak ketahui terkait dengan

pengangkatan anak?

Interviewed

Pengangkatan anak itu sama dengan adopsi ya mba,

kalau disini istilahnya mupu anak bukan

mengangkat anak. Menurut saya mupu anak ini

sangat bagus, dengan begitu berarti orang yang

mupu menolong anak angkatnya. Tapi itu banyak

alasan ya mbak, bisa jadi karena orang tua

kandungnya kurang mampu sampai-sampai anaknya

terlantar atau bisa jadi orang tua yang mupu tidak

Page 82: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

memiliki anak. Adopsi seperti itu sangat bagus mba

menurut saya. Tapi meskipun begitu pasti ada ke

khawatiran, takutnya sang anak jadi semakin

sengsara setelah di adopsi.

3 Interviewer

Apakah bapak mengetahui tentang Peraturan

Perundang-undangan terkait pengangkatan anak?

Interviewed Waduh, mengenai hal itu saya kurang faham mba

4

Interviewer

Apakah bapak mengetahui berapa banyak keluarga

yang melakukan pengangkatan anak di kecamatan

Glagah?

Interviewed

Sejauh ini selama saya menjabat sebagai camat, saya

belum pernah mendapatkan laporan mengenai

pengangkatan anak secara sah yang dilakukan oleh

warga sini. Entah karena saya masih menjabat

selama 7 bulan, tapi dapat dipastikan banyak

masyarakat yang melakukan pengangkatan anak tapi

asal mengangkat saja dengan adanya kesepakatan

dari orang tua angkat atau orang tua kandung, dan

jika ditanya datanya sejauh ini karena belum ada

yang melakukan pengangkatan anak secara sah jadi

belum ada data pengangkatan anak yang diterima

disini, jika mau datanya bisa coba mbaknya ke

pencatatan sipil.

5

Interviewer Apakah bapak mengetahui akibat hukum dari

pengangkatan anak?

Interviewed

Yang saya tau ya mba, akibatnya anak angkat tidak

bisa diwalikan oleh orang tua angkatnya dan warisan

juga tidak bisa saling mewarisi

6 Interviewer Apakah bapak mengetahui dampak hukum dari

pengangkatan anak yang tidak di catatkan

Page 83: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

Interviewed

Mungkin dampak hukumnya yang paling jelas jika

mupu anak tidak di catatkan itu takut nanti hak-hak

anak angkat atau orang tua angkatnya tidak

terpenuhi.

7

Interviewer Apakah di Kecamatan Glagah ini bapak menemukan

fenomena pengangkatan anak yang tidak dicatatkan

Interviewed

Pernah tapi itu dulu sebelum saya menjabat, tapi

selama saya jadi Camat saya belum pernah

menemukan masalah tersebut secara langsung, tapi

saya yakin jika sebenarnya ada banyak hanya saja

saya tidak bisa memastikan satu-satu, kan Glagah ini

luas mbak, jadi jika mencari orang-orang yang

mengangkat anak apalagi yang tidak di catatkan ya

susah, karena memang tidak ada datanya mereka

mencatatkan pengangkatan anak.

8

Interviewer

Bagaimana bapak menyikapi fenomena

pengangkatan anak yang tidak dicatatkan pada

warga Glagah

Interviewed

Untuk menyikapinya sebenarnya saya juga kurang

memperhatikan, sedangkan ini juga merupakan

masalah yang harus diperhatikan yang kurang kita

sadari. Untuk itu kami sebenarnya butuh orang-

orang yang faham betul mengenai hukum di warga

kita yang mau mengeksplor pengetahuan dia

terutama terkait pengangkatan anak, karena ini

menyangkut masalah di masyarakat yang telah lama

di abaikan. Tapi mungkin setelah ini kita akan

bekerja sama dengan Pemda untuk melakukan

penyuluhan.

Page 84: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Akhmat Zainuril. S.H., M.M.

Sebagai : Kepala Bidang Catatan Sipil

Waktu Wawancara : 28 Agustus 2019

No Interview

1

Interviewer Bagaimana pengangkatan anak di atur di

Kabuppaten Lamongan ini?

Interviewed

Prosesnya, jika anak itu baru lahir maka harus

mengurus akta anak terlebih dahulu dengan nama

orang tua kandungnya, setelah itu baru ke

pengadilan negeri atau ke pengadilan agama, setelah

dapat penetapan dari pengadilan baru kita buatkan

catatan pinggir, jadi tidak menghilangkan asal-usul

orang tua kandungnya.

2

Interviewer Bagaimana akibat hukum dari pengangkatan anak

yang bapak ketahui?

Interviewed

Pengangkatan anak kan juga mengenai nasab, jadi

akibatnya nanti di perwalian dan juga di warisnya

mbak.

3

Interviewer Bagaimana prosedur pencatatan pengangkatan anak

di Kantor Catatan Sipil Lamongan

Interviewed

Sedangkan prosedur di catatan sipil sendiri, setelah

ada penetapan dari pengadilan dengan membawa

Akta atas nama orang tua kandung dan membawa

Page 85: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

Kartu Keluarga kedua orang tua baik yang

mengangkat maupun yang orang tua kandung, sama

surat nikah

4

Interviewer

Apakah bapak mengetahui/pernah menangani

pencatatan pengangkatan anak warga kecamatan

Glagah?

Interviewed

Kalo dari Kecamatan Glagah ya ada tapi jarang

sekali mbak, untuk tahun ini saja tidak ada. Karena

begini bak, biasanya memang proses adopsi anak

memang terkadang terkendala dari masalah

prosesnya juga iya, masalah biaya lumayan iya, atau

orang itu mengambil jalan pintas untuk menghindari

proses dan biaya tersebut sehingga langsung

mengatas namakan orang tua kandung, nah

semestinya itu tidak boleh, itu sudah menyalahi

aturan, kalau ada permasalah seperti itu jika

ketahuan maka ada sanksinya, karena memanipulasi

data jadi sanksinya kurungan 6 tahun penjara atau

denda 75 juta, dan kasus seperti itu pasti ada.

5

Interviewer Bagaimana bapak menyikapi warga yang melakukan

pengangkatan anak tanpa di catatkan?

Interviewed

Memang pencatatan pengangkatan anak itu bisa

dibilang rumit mbak, sehingga msyarakat enggan

mencatatkannya, dan selain itu juga mengenai

karena biaya, sehingga rata-rata orang yang

mengangkat anak itu orang-orang kaya.

Kalo menyikapinya dari kita biasanya kita adakan

sosialisasi di kecamatannya mbak

6 Interviewer Bagaimana status anak angkat dalam Akta/Kartu

Keluarga?

Page 86: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

Interviewed

Untuk status di Aktanya tetap bunyi anak angkat,

dan itu di catatkan di pinggir, kalau di Kartu

Keluarganya tetap status orang tua kandung di

kolom kedua, tetap tidak menghilangkan status

orang tua kandung.

Page 87: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ibu Dr. Hj. Harijah D., M.H

Sebagai : Ketua Pengadilan Agama Lamongan

Waktu Wawancara : 02 September 2019

No Interview

1

Interviewer Bagaimana pengangkatan anak prespektif hukum

Islam dan hukum positif menurut ibu?

Interviewed

Kalau pengangkatan anak kan sama dengan adopsi,

kalau dalam hukum positif namanya adopsi dan itu

kedudukan anak seperti anak kandung, kalau islam

tidak, anak tetap nasab orang tua kandungnya,

kemudian dalam hal waris juga di hukum positif itu

anak angkat mewarisi sama seperti anak kandung,

sedangkan di islam kan anak angkat hanya dapat

sepertiga saja.

2

Interviewer Apa urgensi seseorang melakukan pengangkatan

anak menurut Ibu?

Interviewed

Untuk kepentingan anak, pendidikannya,

kesehatannya, dan lain-lain, memang khusus untuk

kepentingan anak.

3

Interviewer

Ketika warga tidak melakuakan pencatatan

pengangkatan anak, dengan alasan prosedurnya

yang repot dan membutuhkan biaya yang tidak

sedikit, maka apa langkah atau solusi yang

seharusnya di lakukan oleh pihak Pengadilan Agama

Interviewed Sekarang tidak ribet dan tidak mahal, datang saja

dengan membawa saksi bahwa benar anak itu dia

Page 88: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

angkat, sudah tinggal bersama, layak untuk

memelihara anak, kita sekarang tidak ribet lagi,

malah banyak apresiasi bahwa Pengadilan agama

lebih cepat, lebih bagus, pelayanannya juga luar

biasa, kalau mahal juga tidak mahal, mungkin

mereka melihat setiap orang datang ke pengadilan

banyak biayanya, padahal untuk permohonan

pengangkatan anak tidak mahal, dan kalau tidak

terpakai di kembalikan.

Kalau solusinya, sebenarnya pengadilan agama kan

pasif ya , tidak mencari perkara, jadi sebenarnya

bisa koordinasi dengan Pemda untuk minta

penyuluhan terkait perlunya penetapan pengadilan

terhadap pengangkatan anak, karena ini menyangkut

hak-hak anak angkat maupun orang tua angkatnya.

4

Interviewer Bagaimana prosedur pengangkatan anak di

Pengadilan Agama ini dan apa syarat-syaratnya?

Interviewed

Prosedurnya kalau memang belum ada surat

permohonannya kan ada Posbakum (Pos Bantuan

Hukum) gratis, disitu antara lain dibuatkan

permohonan, tetapi biaya perkaranya nanti ada

sendiri kecuali kalau orang miskin nanti bisa prodeo,

namun bagaimana mau mengangkat anak kalau dia

miskin.

Kalau syaratnya orang tua kan harus ada surat nikah

orang tua angkat dan orang tua kandung, diperlukan

juga akta kelahiran anak, sementara itu hak identitas

orang.

5 Interviewer Apa akibat hukum dari pengangkatan anak yang Ibu

ketahui?

Page 89: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

Interviewed

Kembali lagi ke hak-haknya tadi, salah satunya anak

berhak mendapatkan wasiat wajibah dari orang tua

angkatnya

6

Interviewer Bagaimana dampak hukum pengangkatan anak yang

tidak dicatatkan menurut Ibu?

Interviewed

Persoalan kemudian, salah satunya kan juga ini

terkait dean harta juga ya, nah kelemahannya kalau

tidak ada penetapan dari pengadilan kan susah juga,

karena tidak ada bukti-bukti, dan wali juga kan

harus orang tua kandungnya, karena tidak merubah

nasab.

Page 90: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Suyono

Sebagai : Orang Tua Angkat

Waktu Wawancara : 26 Agustus 2019

No Interview

1 Interviewer

Apa yang menjadi alasan dan tujuan Bapak

mengangkat anak

Interviewed Karena saya tidak memiliki keturunan

2

Interviewer Bagaimana cara Bapak mengangkat anak?

Interviewed

Awalnya dulu karena saya tidak memiliki anak jadi

saya di tawarin saudara saya buat angkat anaknya

yang kedua setelah anaknya nanti lahir, tapi ternyata

setelah anaknya lahir tidak ada omongan apa-apa

lagi bahkan anaknya tidak diberikan ke saya, karena

kita tidak mau berharap lagi sama dia ternyata tiba-

tiba pas lahir anaknya ketiga anaknya diberikan ke

saya buat saya angkat. Jadi semenjak dia dikasihkan

ke saya, saya menganggap dia seperti anak kandung

sendiri, semuanya saya tanggung, sampai sekarang

saya sekolahkan juga.

3

Interviewer Apakah sang anak mengetahui bahwa Bapak

merupakan orang tua angkatnya?

Interviewed Ya tau mbak, saya kasih tau, orang dia juga anak

kandung saudara saya.

4 Interviewer Apakah Bapak mencatatkan pengangkatan anak?

Interviewed Tidak saya catatkan

5 Interviewer Apaka yang menjadi alasan Bapak tidak

Page 91: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

mencatatkan pengangkatan anak ini?

Interviewed

Ya mau gimana mbak selain karena dia anak dari

saudara saya, pencatatan adopsi juga prosesnya ribet

dan modalnya juga tidak sedikit, jadi mau tidak mau

ya tidak usah di catatkan, ya meskipun sebenarnya

ingin.

6 Interviewer

Apakah bapak mengetahu prosedur pengangkatan

anak yang semestinya?

Interviewed Saya tidak tahu

7 Interviewer

Apakah Bapak mengetahui Peraturan Perundang-

undangan mengenai pengangkatan anak?

Interviewed Tidak faham saya

8

Interviewer Apakah bapak mengetahui akibat hukum

pengangkatan anak?

Interviewed

Saya kurang faham mbak, ya yang saya tahu saya

harus merawat dia juga menyekolahkan dan

menafkahinya.

9

Interviewer Apakah Bapak mengetahui dampak pengangkatan

anak yang tidak dicatatkan?

Interviewed Tidak tahu saya mbak

10 Interviewer Bagaimana status anak angkat Bapak di akta/KK?

Interviewed Di akta masih anaknya orang tua kandungnya mbak

Page 92: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Aji Mulyo

Sebagai : Orang Tua Angkat

Waktu Wawancara : 27 Agustus 2019

No Interview

1 Interviewer

Apa yang menjadi alasan dan tujuan Bapak

mengangkat anak

Interviewed Saya kasihan, karena dia tidak berdosa tapi terlantar.

2

Interviewer Bagaimana cara Bapak mengangkat anak?

Interviewed

Jadi waktu itu saya bekerja di balai Desa, saat itu

ada orang gila yang melahirkan disana, saya yang

benar-benar melihat itu kasihan sama anknya yang

tidak berdosa itu, akhirnya saya bawa ke puskesmas,

dan saya minta anak itu ke Desa, saya minta ke

kepala Desa buat jadikan dia menjadi anak saya.

3

Interviewer Apakah sang anak mengetahui bahwa Bapak

merupakan orang tua angkatnya?

Interviewed Tidak tahu mbak, bagi saya dia anak kandung saya

ko.

4 Interviewer Apakah Bapak mencatatkan pengangkatan anak?

Interviewed Tidak

5

Interviewer Apaka yang menjadi alasan Bapak tidak

mencatatkan pengangkatan anak ini?

Interviewed Karena di Aktenya dia kan sudah menjadi anak

kandung saya mbak

6 Interviewer Apakah bapak mengetahu prosedur pengangkatan

anak yang semestinya?

Page 93: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

Interviewed Tidak

7 Interviewer

Apakah Bapak mengetahui Peraturan Perundang-

undangan mengenai pengangkatan anak?

Interviewed Tidak

8 Interviewer

Apakah bapak mengetahui akibat hukum

pengangkatan anak?

Interviewed Tidak Faham

9

Interviewer Apakah Bapak mengetahui dampak pengangkatan

anak yang tidak dicatatkan?

Interviewed Tidak tahu

10

Interviewer Bagaimana status anak angkat Bapak di akta/KK?

Interviewed Di akte ya nama orang tuanya saya, dan di KK juga

ikut saya.

Page 94: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ibu Kristiyaningsih

Sebagai : Orang Tua Angkat

Waktu Wawancara : 23 Agustus 2019

No Interview

1 Interviewer

Apa yang menjadi alasan dan tujuan Ibu

mengangkat anak

Interviewed Karena saya kasihan lihat anaknya mbak

2

Interviewer Bagaimana cara Ibu mengangkat anak?

Interviewed

Jadi karena orang tuanya yang bercerai, karena saya

kasihan melihatnya meskipun ibunya bisa

merawatnya tapi kan beda mbak rasanya ada bapak

dan ibu sama cumu ada ibu saja, makanya saya

minta dia buat saya rawat saya besarkan dan saya

sekolahkan, jadi semua tanggung jawab saya yang

tanggung mbak

3

Interviewer Apakah sang anak mengetahui bahwa Ibu

merupakan orang tua angkatnya?

Interviewed

Saya kasih tau, tapi begitu dia tetap anggap saya

seperti ibu kandungnya sendiri, kalau ditanya orang

juga bilangnya ibu kandungnya saya

4

Interviewer Apakah Ibu mencatatkan pengangkatan anak?

Interviewed

Tidak mbak, sebenarnya dulu pernah mau saya

catatkan tapi ternyata ada tetangga saya yang dia

mau memindahkan nama anak tirinya menjadi

anaknya dia di aktenya ternyata katanya ribet dan

biayanya juga mahal, jadi ya tidak saya catatkan.

Page 95: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

5

Interviewer Apaka yang menjadi alasan Ibu tidak mencatatkan

pengangkatan anak ini?

Interviewed

alasannya ya karena prosesnya itu yang ribet dan

memakan waktu yang lama dan biayanya juga, jadi

ya udah tidak usah dicatatkan.

6 Interviewer

Apakah Ibu mengetahui prosedur pengangkatan

anak yang semestinya?

Interviewed Kurang faham saya mbak

7 Interviewer

Apakah Ibu mengetahui Peraturan Perundang-

undangan mengenai pengangkatan anak?

Interviewed Kurang tahu

8

Interviewer Apakah Ibu mengetahui akibat hukum pengangkatan

anak?

Interviewed Kurang faham, tapi ya yang penting semua tanggung

jawab orang tuanya ganti ke saya saja.

9

Interviewer Apakah Ibu mengetahui dampak pengangkatan anak

yang tidak dicatatkan?

Interviewed Mungkin di wali nikah dia nanti mungkin mbak,

berganti ke wali hakim. kurang lebih itu yang saya

tahu

10

Interviewer Bagaimana status anak angkat Ibu di akta/KK?

Interviewed Kalau di aktanya masih nama ibu dan bapak

kandungnya mbak, tapi di KK jadi satu sama saya.

Page 96: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ibu Roziya

Sebagai : Orang Tua Angkat

Waktu Wawancara : 27 Agustus 2019

No Interview

1

Interviewer Apa yang menjadi alasan dan tujuan Ibu

mengangkat anak

Interviewed

Karena saya kasihan lihat anaknya nak dan saya

juga sudah terlanjur sayang sama dia, bahkan lebih

dari sayang ke anak-anak saya nak.

2

Interviewer Bagaimana cara Ibu mengangkat anak?

Interviewed

Orang tuanya bercerai nak, dia ikut ke ibunya, kenal

saya karena tetangga dulu kalau ibunya kerja

anaknya masih TK dititipkan ke saya, karena sering

dititipkan ke saya jadi saya sayang sama dia sudah

saya anggap anak saya sendiri. Trus pas SD dia

dibawa ibunya ke surabaya, setelah 2 tahun ibunya

meninggal, si anak ini mau di kembalikan ke

ayahnya, tapi ayahnya tidak peduli bahkan tinggal

dimana pun dia tidak memberi tahu, karena saya

kasihan dan saya terlanjur sayang sama anaknya

akhirnya ya saya angkat saja nak, saya anggap dia

seperti anak kandung saya sendiri.

3

Interviewer Apakah sang anak mengetahui bahwa Ibu

merupakan orang tua angkatnya?

Interviewed Iya dia tahu nak, karena ya memang dia sebelumnya

kan sudah pernah bertemu sama ibunya. Bapaknya

Page 97: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

juga pernah kesini meskipun terkadang setahun

sekali bahkan setahun tidak kesini sama sekali pun

pernah.

4

Interviewer Apakah Ibu mencatatkan pengangkatan anak?

Interviewed

Gimana itu nak? Tidak kayanya, orang saya tidak

mengurus-mengurus surat-surat lagi semenjak

ibunya meninggal.

5

Interviewer Apaka yang menjadi alasan Ibu tidak mencatatkan

pengangkatan anak ini?

Interviewed

Mungkin karena saya tidak tahu, lagi pula dia kan

sudah seperti anak kandung saya sendiri, dia kasihan

tidak punya siapa-siapa, saya sudah sayang sekali

sama dia, jadi ya supaya tidak repot mengurusnya.

6 Interviewer

Apakah Ibu mengetahui prosedur pengangkatan

anak yang semestinya?

Interviewed Tidak tahu nak

7 Interviewer

Apakah Ibu mengetahui Peraturan Perundang-

undangan mengenai pengangkatan anak?

Interviewed Tidak tahu juga

8 Interviewer

Apakah Ibu mengetahui akibat hukum pengangkatan

anak?

Interviewed Tidak tahu nak

9

Interviewer Apakah Ibu mengetahui dampak pengangkatan anak

yang tidak dicatatkan?

Interviewed Tidak tahu juga nak

10

Interviewer Bagaimana status anak angkat Ibu di akta/KK?

Interviewed Aktanya masih ikut ibunya nak disana di Surabaya,

tadinya mau saya pindahkan ke saya saja nak, tapi

takutnya nanti kalau dia sekolah di Surabaya susah

buat mengurus surat pindah lagi.

Page 98: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ibu Eni Mujiati

Sebagai : Orang Tua Angkat

Waktu Wawancara : 27 Agustus 2019

No Interview

1

Interviewer Apa yang menjadi alasan dan tujuan Ibu

mengangkat anak

Interviewed

Karena saya tidak memiliki anak mbak, sudah 2

tahun diberi tapi keguguran kemudian tidak diberi

lagi.

2

Interviewer Bagaimana cara Ibu mengangkat anak?

Interviewed

Saya angkat karena orang tuanya tidak mampu, jadi

niat saya selain tidak punya anak ya karena mau

menolong dia, akhirnya ya saya minta ke orang

tuanya buat saya angkat, ko ternyata orang tuanya

mau, dan kebetulan dia masih sudara dari suami

saya tapi ya saudara jauh.

3

Interviewer Apakah sang anak mengetahui bahwa Ibu

merupakan orang tua angkatnya?

Interviewed

Dulu awalnya tidak tahu mbak, terus pas sudah

besar saya kasih tahu dianya tidak percaya, karena

lihat di akte kan nama saya.

4 Interviewer Apakah Ibu mencatatkan pengangkatan anak?

Interviewed Saya catatkan jadi anak kandung saya

5 Interviewer Apaka yang menjadi alasan Ibu tidak mencatatkan

pengangkatan anak ini?

Page 99: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

Interviewed Karena saya sudah anggap dia seperti anak kandung

saya sendiri

6 Interviewer

Apakah Ibu mengetahui prosedur pengangkatan

anak yang semestinya?

Interviewed Kurang tahu

7 Interviewer

Apakah Ibu mengetahui Peraturan Perundang-

undangan mengenai pengangkatan anak?

Interviewed Tidak

8 Interviewer

Apakah Ibu mengetahui akibat hukum pengangkatan

anak?

Interviewed Yang saya tahu ya hak-haknya itu beralih ke saya

9

Interviewer Apakah Ibu mengetahui dampak pengangkatan anak

yang tidak dicatatkan?

Interviewed Saya kurang tahu

10

Interviewer Bagaimana status anak angkat Ibu di akta/KK?

Interviewed Diaktanya dia nama orang tuanya sudah atas nama

saya.

Page 100: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ibu Ruhanah

Sebagai : Orang Tua Angkat

Waktu Wawancara : 27 Agustus 2019

No Interview

1

Interviewer Apa yang menjadi alasan dan tujuan Ibu mengangkat

anak

Interviewed Saya angkat dia itu karena permintaan orang tuanya

dia

2

Interviewer Bagaimana cara Ibu mengangkat anak?

Interviewed

Dari dia Tk itu orang tuanya memasrahkan dia ke

saya dan suami saya, kebetulan kita kan masih

kerabat tapi jauh, hanya saja kita kenal dekat,

jadinya ya dia percayakan anaknya ke saya, soalnya

kan orang tuanya sakit-sakitan jadi dia tidak

sanggup, dari segi ekonomi juga tidak mampu. Sejak

itu semua tanggung jawab orang tuanya ya saya

yang nanggung mbak, dari mencukupi segala

kebutuhan dia, menyekolahkan juga.

3 Interviewer

Apakah sang anak mengetahui bahwa Ibu

merupakan orang tua angkatnya?

Interviewed Iya dia mengetahui

4 Interviewer Apakah Ibu mencatatkan pengangkatan anak?

Interviewed Tidak

5 Interviewer

Apaka yang menjadi alasan Ibu tidak mencatatkan

pengangkatan anak ini?

Interviewed Ya karena saya tidak ingin mencatatkannya,orang

Page 101: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

dia sudah seperti anak saya sendiri

6 Interviewer

Apakah Ibu mengetahui prosedur pengangkatan anak

yang semestinya?

Interviewed Iya saya tidak tahu

7 Interviewer

Apakah Ibu mengetahui Peraturan Perundang-

undangan mengenai pengangkatan anak?

Interviewed Tidak

8

Interviewer Apakah Ibu mengetahui akibat hukum pengangkatan

anak?

Interviewed Setahu saya ya semua tanggung jawab orang tua

angkatnya pindah ke saya gitu saja mbak.

9

Interviewer Apakah Ibu mengetahui dampak pengangkatan anak

yang tidak dicatatkan?

Interviewed Saya kurang tahu mbak

10

Interviewer Bagaimana status anak angkat Ibu di akta/KK?

Interviewed Masih nama orang tua kandungnya mbak, kan saya

memang tidak memindahkan ke nama kami.

Page 102: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 103: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 104: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 105: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 106: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 107: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 108: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 109: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 110: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif
Page 111: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

Foto Bersama Ibu Dr. Hj. Harijah Damis, M.H.

(Ketua Pengadilan Agama Lamongan)

Foto bersama Bapak Akhmat Zainuril, S.H, M.M. dan stafnya

(Kepala Bidang Catatan Sipil)

Page 112: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

Foto bersama Bapak Suwignyo, S.Sos.

(Kepala Camat Kecamatan Glagah)

Foto Bersama Bapak Suyono

(Orang tua Angkat)

Page 113: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

Foto bersama Bapak Aji Mulyo

(Orang Tua Angkat)

Foto bersama Ibu Eni Mujiati

(Orang Tua Angkat)

Page 114: PENGANGKATAN ANAK YANG TIDAK DICATATKAN PERSPEKTIF HUKUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · yang tidak di catatkan menurut hukum Islam dan hukum positif

Foto bersama Ibu Ruhanah

(Orang Tua Angkat)

Foto bersama Ibu Roziya

(Orang Tua Angkat)