pengalaman penelitian sambil berwisata di kepulauan raja...

22
35 Bab Tiga Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja Ampat “Metodologi merupakan jalan yang ditempuh untuk mencapai pemahaman. Jalan untuk mencapai pemahaman tersebut ditetapkan secara bertanggung jawab secara ilmiah dan data yang dicari untuk membangun atau memperoleh pemahaman yang luas melalui syarat ketelitian, ini berarti harus dapat dipercaya kebenarannya (Narbuko, 2007:3). Seperti halnya juga yang dikemukakan oleh Bungin (2003:42), metodologi sangat dibutuhkan untuk menjawab permasalahan- permasalahan penelitian. Oleh karena itu persoalan penting yang patut diperhatikan dalam metodologi penelitian adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian dapat menjawab permasalahan penelitian dan memberikan informasi yang jelas.” (dalam Ridi :2011) Pengantar Isi bab ini, akan menggambarkan seluruh proses pengalaman penelitian yang dilalui (dijalani) oleh peneliti selama berada di lokasi penelitian. Diawali dengan sebuah ketertarikan hingga proses pengambilan data lapangan, peneliti mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan tahapan-tahapan baku dalam penelitian. Itu semua dilakukan dalam rangka memperoleh suatu proses yang akan dinarasikan untuk mengkonstruksikan kembali perilaku keseharian para pelaku komunitas masyarakat lokal di kampung Sawinggrai sebagai bagian dalam pengembangan pariwisata di Raja Ampat. Oleh sebab itu, pada bagian ini akan membahas bagaimana proses melakukan penelitian, tahapan pengumpulan data dan berbagai dinamika suka duka, pengalaman berwisata oleh peneliti, selama melakukan aktivitas penelitian di kepulauan Raja Ampat.

Upload: lecong

Post on 24-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

35

Bab Tiga

Pengalaman Penelitian sambil Berwisata

di Kepulauan Raja Ampat

“Metodologi merupakan jalan yang ditempuh untuk mencapai

pemahaman. Jalan untuk mencapai pemahaman tersebut

ditetapkan secara bertanggung jawab secara ilmiah dan data

yang dicari untuk membangun atau memperoleh pemahaman

yang luas melalui syarat ketelitian, ini berarti harus dapat

dipercaya kebenarannya (Narbuko, 2007:3). Seperti halnya

juga yang dikemukakan oleh Bungin (2003:42), metodologi

sangat dibutuhkan untuk menjawab permasalahan-

permasalahan penelitian. Oleh karena itu persoalan penting

yang patut diperhatikan dalam metodologi penelitian adalah

dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat

dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian dapat menjawab

permasalahan penelitian dan memberikan informasi yang

jelas.” (dalam Ridi :2011)

Pengantar

Isi bab ini, akan menggambarkan seluruh proses pengalaman

penelitian yang dilalui (dijalani) oleh peneliti selama berada di

lokasi penelitian. Diawali dengan sebuah ketertarikan hingga proses

pengambilan data lapangan, peneliti mempersiapkan segala

sesuatunya sesuai dengan tahapan-tahapan baku dalam penelitian.

Itu semua dilakukan dalam rangka memperoleh suatu proses yang

akan dinarasikan untuk mengkonstruksikan kembali perilaku

keseharian para pelaku komunitas masyarakat lokal di kampung

Sawinggrai sebagai bagian dalam pengembangan pariwisata di Raja

Ampat. Oleh sebab itu, pada bagian ini akan membahas bagaimana

proses melakukan penelitian, tahapan pengumpulan data dan

berbagai dinamika – suka duka, pengalaman berwisata oleh

peneliti–, selama melakukan aktivitas penelitian di kepulauan Raja

Ampat.

Page 2: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

36

Berawal dari sebuah ketertarikan

Proses ini dimulai ketika penulis dan teman-teman

mahasiswa MSP Angkatan 2009 ditugaskan untuk membuat

proposal penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir mata

kuliah metodologi penelitian. Dalam tugas itu, peneliti mengangkat

topik tentang pengembangan pariwisata di Raja Ampat. Setelah

semua tugas metodologi penelitian ini kami kumpulkan – akhir

bulan Agustus 2010 -, pada suatu siang di kafe kampus, peneliti

mendapat kabar bahwa kami sudah mendapat surat keputusan (SK)

Rektor mengenai penetapan dosen pembimbing dalam proses

penulisan tesis.1 Tentu saja peneliti begitu terkejut, karena menurut

peneliti, tugas tersebut dibuat (hanya) dalam rangka menyelesaikan

tugas akhir. Dan untuk sampai pada sebuah proposal penelitian, akan

dibuat tersendiri (proposal baru) yang akan diajukan sebagai ujian

kelayakan proposal tesis.

Penelitian lapangan

Pada bulan Oktober 2010, peneliti melakukan konsultasi

dengan ibu Titi, selaku dosen pembimbing, untuk menjelaskan niat

(maksud) peneliti untuk turun ke lokasi penelitian. Dalam proses

konsultasi awal, peneliti sebenarnya merasa berat dan khawatir

apabila nantinya harus ke Raja Ampat.2 Dalam diskusi dengan ibu

1 Belakangan peneliti baru mengerti alasan di balik penetapan semua tugas-tugas

yang teman-teman angkatan buat itu, bisa sampai diterbitkan sebagai SK

penetapan, karena salah seorang dari teman peneliti yang pada saat itu sangat

mendesar untuk secepatnya pulang kedaerahnya utuk melakukan penelitian

tesis. Sehingga atas dasar itu kemudian, tugas akhir matakuliah Metodologi

penelitian tersebut di tetapkan oleh program studi untuk ditetapkan sebagai

dasar dalam menetapkan dosen pembinbing untuk keperluan penulisan tesis.

Bahwa itu dilakukan sebenarnya baik adanya, karena sejak awal tim pengajar

mata kuliah metodologi (Pak KUT, TEN dan MAR), sudah jauh-jauh

mengingatkan kami, agak kelak proposal yang kami buat sedapat mungkin

merupakan topic yang hendak dijadikan sebagai proposal tesis nantinya. 2 Rasa kekawatiran peneliti disebabkan oleh beberapa alasan antara lain : Lokasi

penelitian di Raja Ampat jauh. dan untuk sampai kedaerah tersebut

membutuhkan pendanaan yang cukup besar. Belum lagi menyangkut kondisi

lokasi yang belum secara umum peneliti kenal dengan baik. Ditambah lagi

mengingat luas wilayah dan daya jangkauannya seta membutuhkan waktu yang

banyak untuk menyelesaikan proses penelitian. Hal-hal itu yang kemudian,

menambah kekawatiran peneliti, ketika harus ke Raja Ampat.

Page 3: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

37

Titi peneliti merasa keberatan, dan hendak memindahkan lokasi

penelitian ke Manokwari – agar bisa terjangkau atau lebih dekat

dengan tempat domisili peneliti – atau ke kabupaten Biak Numfor

yang secara geografis berdekatan. Namun ibu Titi dengan bijaksana

dan berbekal pengalamannya sebagai peneliti pariwisata,

memberikan masukannya, bahwa untuk melakukan penelitian atau

untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang bentuk

pengembangan pariwisata dan partisipasi masyarakat berbasis

komunitas, dibutuhkan suatu lokasi yang sudah ada masyarakat di

lokasi wisata tersebut.

Untuk itu peneliti disarankan mencari lokasi yang sudah ada

pengembangan pariwisatanya. Ketika peneliti ditanya apakah kalau

meneliti di Kabupaten Manokwari, apakah ada lokasi obyek wisata

dengan komunitas masyarakat yang telah dan dikembangkan

(sebelumnya) sebagai kawasan atau daerah wisata (desa wisata),

maka peneliti menjawab belum ada. Barangkali itu yang kemudian

menjadi alasan, mengapa peneliti mau tidak mau (harus) memilih

Raja Ampat sebagai tempat penelitian. Kalaupun peneliti

memaksakan kehendak untuk tetap melakukan penelitian di luar

Raja Ampat, maka apa yang menjadi fokus penelitian peneliti tidak

akan tercapai.

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini difokuskan ke

Raja Ampat. Dalam diskusi selanjutnya peneliti dan dosen

pembimbing memantapkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

akan dijadikan pedoman wawancara selama di lokasi penelitian,

serta mencari dan membaca berbagai literatur - mengenai

pengembangan pariwisata dan patrisipasi masyarakat yang mungkin

sudah pernah dilakukan di Raja Ampat ataupun di daerah lain -

dalam rangka dijadikan sebagai road map (peta jalan) untuk

mengarahkan peneliti ketika berada di lokasi penelitian.

Pengalaman perjalanan peneliti terakhir kali ke Raja Ampat

adalah pada akhir bulan November 2008 dalam sebuah tugas

kedinasan (penelitian menyangkut UMKM). Ketika peneliti

meninggalkan pelabuhan Lokbon (Waisai) dan melihat keindahan

kota Waisai dan gugusan pulau-pulau Raja Ampat – dalam benak

peneliti, kapan yah.. kira-kira peneliti dapat kembali ke kabupaten

yang indah ini. Ketertarikan peneliti akan keindahan Raja Ampat

akhirnya membawa peneliti kembali ke daerah ini. Dibutuhkan

Page 4: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

38

waktu 3 tahun lebih bagi peneliti untuk menginjakkan kaki kembali

di kepaulauan ini. Peneliti tiba kembali di kabupaten ini pada awal

bulan Agustus 2011.3

Pengurusan Surat Ijin Penelitian dan Persiapan Alat

Kelangkapan Penelitian

Untuk mendukung aktivitas dan kelancararan dalam

melakukan penelitian, alat kelengkapan sangat diperlukan dalam

menunjang aktivitas tersebut. Penyediaan alat kelengkapan data

sebelum melakukan kegiatan turun lapangan, antara lain:

mempersiapkan pedoman wawancara, tape recorder, alat tulis

menulis, camera digital nikon, laptop yang penulis gunakan selama

melakukan kegiatan input data. Ada catatan menarik dari kegiatan

input data, mengingat di lokasi penelitian tidak dilengkapi dengan

fasilitas penerangan dan listrik sehingga kegiatan input data peneliti

lakukan tidak dengan menggunakan laptop melainkan peneliti

mencatat saja apa yang menjadi temuan harian secara manual.

3 Untuk sampai kembali ke Waisai, peneliti mengawali perjalanan dari Kota

Salatiga, pada awal bulan Desember 2010, setelah peneliti dan teman-teman

angkatan 2009 MSP secara kolektif dijadwalkan oleh program studi untuk

mengikuti ujian kelayakan proposal sebagai bagian yang wajib diikuti

sebelum turun lapangan untuk melakukan penelitian. Setelah melakukan ujian

kelayakan proposal, peneliti melakukan diskusi-diskusi menyangkut pedoman

wawancara dengan ibu Titi, sebelum meninggalkan kota Salatiga. Pada

awalnya peneliti hendak turun lapangan pada bulan Desember 2010.

Mengingat pertimbangan bahwa memasuki bulan Desember agak kesulitan

memperoleh data (primer dan sekunder) mengingat memasuki masa persiapan

merayakan natal, maka niat peneliti untuk turun lapangan, diurungkan.

Kondisi itu diperparah lagi dengan persolan pendanaan (sumber beasiswa)

yang diberhentikan secara sepihak oleh pemerintah daerah yang membiayai

studi peneliti. Akhirnya melalui proses yang cukup lama dan membosankan,

peneliti akhirnya mengambil sikap dengan pendanaan yang terbatas peneliti

tetap melakukan penelitian di Raja Ampat. Pada tanggal 02 Agustus 2011

peneliti meninggalkan kota Manokwari dengan menggunakan pesawat

terbang tiba di kota Sorong – perjalanan dengan pesawat menempuh waktu 35

menit. Setelah sampai di Kota Sorong, peneliti melanjutkan perjalanan ke

kota Waisai dengan menggunakan kapal cepat KM. Marina Express.

dibutuhkan waktu 2 jam perjalanan untuk sampai di ibukota kabupaten Raja

Ampat ini. Peneliti tiba pada tanggal 02 Agustus 2011 jam 17,30 WIT

(Waktu Indonesia timur)

Page 5: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

39

Proses perijinan di Kantor Bupati. Berbekal surat ijin

penelitian yang dikeluarkan oleh Ketua Program Studi

Pembangunan UKSW, pada tanggal 25 November 2010 dengan

nomor : 0090/PPs/MSP/XI/2010, peneliti mengajukan surat ijin

penelitian kepada pemerintah daerah Raja Ampat, dan melalui surat

itu, peneliti menghadap Sekertaris Daerah (Sekda) Raja Ampat,

bapak Drs. Ferdinant Dimara, M.Si di ruang kerjanya sembari

peneliti menjelaskan niat dan maksud melakukan penelitian di Raja

Ampat. Setelah melakukan pertemuan dengan bapak Sekda

kabupaten Raja Ampat, surat ijin peneliti kemudian diarahkan untuk

bertemu dengan kepala Badan Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan

Politik) kabupaten Raja Ampat. Mengingat banyaknya aktivitas

yang dilakukan di kantor Badan Kesbangpol, proses pengurusan ijin

turun lapangan agak terhambat. Akhirnya, peneliti mendapat ijin

untuk melakukan penelitian di Raja Ampat melalui surat keterangan

penelitian yang ditandatangani oleh kepala Kesbangpol, nomor :

201/178/2011, tertanggal 15 Agustus 2011.

Setelah memperoleh surat ijin penelitian dari kantor

Kesbangpol Raja Ampat, maka peneliti mendatangi kantor dinas

kebudayaan dan pariwisata, untuk mencari berbagai informasi awal

mengenai lokasi yang (kira-kira) tepat untuk melakukan penelitian,

serta beberapa informasi mengenai proses perkembangan pariwisata

di Raja Ampat. Dari berbagai informasi yang diperoleh, peneliti

diberikan penjelasan bahwa di Raja Ampat sudah ada lima kampung

wisata yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai daerah

percontohan pengembangan pariwisata. Untuk hal tersebut, maka

peneliti diberikan arahan untuk dapat melakukan penelitian di distrik

Meosmansar, mengingat di wilayah ini ada terdapat beberapa

kampung yang telah ditetapkan sebagai kampung wisata di Raja

Ampat. Sebagai dasar operasionalnya, peneliti diberikan sebuah

surat pengantar (surat rekomendasi penelitian) tambahan yang

dikeluarkan oleh kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Raja

Ampat, yang ditujukan kepada ketua kelompok Sadar Wisata di 5

kampung wisata di distrik Meosmansar (nomor surat :

475/208/2011). Surat ini, dimaksudkan sebagai acuan dalam

melakukan penelitian di kelima kampung (desa) wisata, serta kepada

para pelaku wisata di lima kampung tersebut diharapkan untuk dapat

membantu peneliti baik dalam hal memberikan informasi, tetapi juga

kiranya diberikan pelayanan fasilitas tinggal di homestay selama

proses penelitian berlangsung. Berdasarkan data dan informasi yang

Page 6: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

40

diberikan, ditambah dari berbagai informasi yang peneliti cari dan

dapatkan dari beberapa sumber, akhirnya peneliti dengan mantap

menetapkan distrik meosmansar sebagai lokus penelitian di Raja

Ampat.

Menuju Lokasi Penelitian

Untuk sampai pada tahapan turun lapangan, peneliti sudah

memperoleh informasi mengenai beberapa sumber informan yang

akan peneliti jumpai ketika harus turun mengambil data di kampung-

kampung tersebut. Informasi mengenai orang-orang yang harus

peneliti jumpai di lokasi penelitian, peneliti dapati dari Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Raja Ampat. Sebagai contoh, ketika

peneliti berada di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, secara

tidak langsung peneliti berjumpa dengan bapak Yesaya Mayor, yang

diperkenalkan oleh staf kantor tersebut. Bapak Yesaya Mayor juga

diingatkan oleh staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata agar kelak

dapat membantu peneliti selama melakukan penelitian di tempatnya

bapak Yesaya (di kampung Sawinggrai). Inilah awal mula peneliti

berjumpa dengan bapak Yesaya Mayor. Sosok yang bersahaja dan

murah senyum terpancar dari wajahnya ketika pertemuan pertama

itu. Selain, itu informasi mengenai bapak Yesaya, diperoleh dari

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, penenulis juga memperoleh data

informasi dari beberapa teman peneliti yang berprofesi sebagai

pegawai negeri maupun sebagai staf LSM yang ada di kota Waisai.

Akhirnya, pada tanggal 20 Agustus 2011, peneliti bersama-

sama dengan bapak Yesaya, kami meninggalkan kota Waisai,

dengan menggunakan speedboad nya. Sebelumya, berdasarkan

diskusi dengan beberapa pelaku atau anggota LSM, peneliti telah

banyak memperoleh data mengenai lokasi yang peneliti tuju sebagai

lokasi penelitian. Untuk sampai pada tahapan itu, peneliti

mempersiapakan bahan-bahan kontak seperti, sirih pinang4, rokok,

4 Sirih pinang merupakan makanan khas (tidak dalam pengertian makan untuk

dikonsumsi sebagai bagian dari asupan gisi atau pemenuhan energy) orang

Papua, yang secara tidak langsung berfungsi sebagai alat kontak dalam

menjalankan aktivitas komunikasi dikalangan masyarakat Papua. Sirih pinang

menjadi sangat penting, mengingat cemilan (istilah peneliti) ini,wajib

dikonsumsi baik kalangan orang tua, mudah, laki-laki maupun perempuan

dalam setiap aktivitas dikampung, bahkan diperkotaan.

Page 7: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

41

dan beberapa bahan makanan yang secara sengaja peneliti siapkan

sebagai bagian dalam kelengkapan logistik selama melakukan

penelitian. Ini menjadi penting mengingat lokasi penelitian jauh,

sehingga harus dipersiapkan sebelumnya. Setelah semua keperluan

logistik dan bahan bakar speedboat diisikan, kamipun meninggalkan

kota Waisai menuju kampung Sawinggrai.

Dalam perjalanan menuju ke kampung Sawinggrai, kami

mengalami guncangan yang luar biasa, yang diakibatkan oleh

gelombang laut yang mencai satu sampai satu setengah meter yang

menguncang speedboad yang dikemudikan oleh bapak Yesaya

Mayor. Namun pengelaman bapak Yesaya, kami berhasil melalui

badai tersebut. Akhirnya melalui perjalanan yang cukup melelahkan

dan membuat hati sedikit ciut, akibat gelombang dan angin selatan

yang menerpa dalam perjalanan. Tepat pukul 18.15 Wit (waktu

Indonesia timur), kami tiba di kampung Sawinggrai.

Gambar 1. Latar dermaga dan speed boat Pak Yesaya.

Di dermaga milik bapak Yesaya di kampung Sawinggrai,

kedatangan peneliti dan bapak Yesaya, sudah disambut oleh

beberapa pemuda – yang sibuk mengangkat barang-barang peneliti.

Kemudian, peneliti diantar untuk menempati sebuah kamar di

sebuah rumah yang akhirnya peneliti ketahui bahwa itu adalah

Page 8: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

42

homestay nya bapak Yesaya. Tidak berapa lama, peneliti kemudian

memperkenalkan diri pada keluarganya bapak Yesaya, antara lain

kepada istri dan anak-anaknya, serta beberapa pemuda yang

seringkali mangkal atau nongkrong di tempatnya bapak Yesaya.

Pada kesempatan itu, bapak Yesaya, menyampaikan niat dan

maksud peneliti kepada mereka. Pertemuan malam itu, kemudian

diakhiri dengan makan malam bersama dengan keluarga bapak

Yesaya Mayor.

Penelitian di Kampung Sawinggrai

Penelitian yang dilakukan di kampung Sawinggrai dimulai

pada minggu ketiga bulan Agustus. Secara teknis, waktu

pelaksanaan penelitian di kampung Sawinggrai dilakukan selama

kurang lebih 2 minggu lebih. Yaitu dimulai pada tanggal 20 Agustus

sampai dengan tanggal 9 September 2011. Selama melakukan proses

penelitian di kampung Sawinggrai, peneliti tinggal dan menetap di

homestay milik Bapak Yesaya Mayor. Ada beberapa alasan,

mengapa peneliti lebih memilih tinggal dan menetap di lokasi

penelitian, yaitu di kampung Sawinggrai. Alasannya sebagai berikut

: Pertama, mengingat penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,

maka peneliti ingin lebih jauh atau secara mendalam memotret

perilaku dan berpartisipasi bersama-sama dengan beberapa sumber

informan dalam rangka memahami dan mengikuti berbagai macam

aktivitas yang sumber informan lakukan. Kedua, mengingat waktu

dan jarak tempuh yang jauh, maka peneliti lebih memilih tinggal dan

melakukan seluruh aktivitas selama berada di lokasi penelitian. Hal

itu dilakukan semata-mata demi mengefisienkan pengeluaran dan

memaksimalkan waktu dalam rangka memperoleh data dari berbagai

sumber informan. Ketiga, ketika peneliti tinggal lebih lama di lokasi

penelitian, maka secara tidak langsung peneliti dapat berinteraksi

dengan masyarakat di lokasi penelitian. Jika hal ini dilakukan

dengan baik, maka ada banyak potret keterlibatan masyarakat lokal

yang dapat peneliti peroleh demi menjawab persoalan penelitian

yang digambarkan sebelunya dalam bab I.

Page 9: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

43

Gambar 2. Wawancara dengan Kepala Kampung Sawinggrai

Seluruh aktivitas keseharian peneliti dilakukan di kampung

ini antara lain : Proses awalnya adalah, sebagai seorang peneliti dan

tamu di kampung Sawinggrai, sudah selayaknya peneliti melakukan

perkenalan dan menyampaikan maksud dan tujuan peneliti untuk

berkunjung atau melakukan penelitian di Kampung Sawinggrai.

peristiwa itu, dimulai pada tanggal, 22 Agustus 2011, ketika suatu

malam ada ibadah syukuran di rumah pastori.5 Ajang ini kemudian

5 Rumah Pastori merupakan rumah jabatan gereja yang disiapkan secara swadaya

jemaat kepada pendeta jemaat yang melayani di gereja di kampung tersebut,

Rumah pastori di kampung Sawinggrai di tempati oleh Nona Pendeta Mnsen.

Pdt Mnsen, S.Si.Teol. Pendeta mudah ini, merupakan salah satu pendeta yang

baru ditabiskan dalam jabatan pendeta di Gereja Kristen Injili (GKI) Di Tanah

Papua. Sebelum ditabiskan dalam jabatan pendeta, Nona Mnsen merupakan

Vikaris yang ditugaskan di jemaat ini. Sehingga ketika peneliti datang ke

kampung Sawinggrai peneliti memanfaatkan momen syukuran tersebut untuk

melakukan ajang perkenalan secara tidak formal dengan warga di kampung.

Yang menarik dari kehidupan kerohaniaan masyarakat di kampung Sawinggrai

adalah Gereja yang berada di kampung Sawinggrai merupakan salah satunya

gereja yang diperuntukan atau digunakan oleh masyarakat yang berada di dua

kampung bertengga yaitu, kampung Sawinggrai dan kampung Kapisawar.

Sedangkan dalam hal pendidikan satu-satunya sekolah dasar yang ada berada di

Page 10: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

44

dimanfaatkan oleh peneliti untuk melakukan perkenalan awal secara

tidak formal dengan pendeta jemaat dan aparat kampung setempat

serta beberapa warga kampung. Keesokan harinya, pada tanggal 23

Agustus 2011, peneliti bertemu dengan kepala kampung Sawinggrai,

yaitu, bapak Luis Dimara6, untuk memberikan surat ijin penelitian,

serta menyampaikan maksud dan tujuan penelitian di kampung

Sawinggrai.

Secara keseluruhan, aktivitas yang peneliti lakukan adalah

melakukan observasi baik terhadap lokasi perkampungan, dan juga

melakukan observasi terhadap beberapa anggota masyarakat yang

nantinya peneliti tetapkan sebagai sumber informan. Selain

melakukan observasi dan wawancara terhadap sumber informan,

peneliti juga melakukan aktivitas-aktivitas lainnya, bersama-sama

pelaku usaha di kampung. misalnya, ada beberapa kali mengikuti

aktivitas bapak Yesaya – selaku pelaku usaha lokal - dalam

mengantar para tamunya ke lokasi pengamatan burung

cenderawasih, kemudian beberapa kesempatan peneliti diajak oleh

bapak Yesaya mengunjungi lokasi-lokasi wisata di teluk Kabui dan

mengajak melakukan kegiatan snourkling. Selain itu, peneliti juga

kampung Kapisawar. Berdasarkan informasi yang peneliti dapati, hal itu sudah

menjadi keputusan bersama dari orang-orang tua terdahulu, dimana disepakati

dari kedua masyarakat di kampung Sawinggrai dan Kapisawar untuk

mendirikan Gereja di kampung Sawinggrai, dan mendirikan sekolah berada di

kampung Kapisawar. Konsekuensinya adalah ketika ada aktivitas gereja atau

persekutuan yang dilakukan di gereja maka masyarakat di kampung Kapisawar

akan berkunjung ke kampung sawinggrai. hal sebaliknya adalah untuk

kepentingan pendidikan anak-anak, maka anak-anak usia sekolah di kampung

sawinggrai akan pergi ke kampung kapisawar untuk bersekolah. Proses

penunjukan ini oleh tua-tua adat dalam rangka proses keadilan di kampung

tersebut. Dan proses ini telah dilangsungkan secara turun temurun dan masih

terjaga dan dipertahankan sampai saat ini. 6 Ada cerita menarik antara peneliti dan bapak Luis Dimara. Sebuah perjumpaan

nostalgia yang tidak pernah peneliti dan saudara Luis Dimara bayangkan

sebelumnya. Sebelum peneliti menyerahkan surat ijin penelitian kepada kepala

kampung, rupanya saudara Luis Dimara, sudah mengenal peneliti sebelumnya.

Awalnya dia ragu-ragu apakah peneliti ini adalah orang yang dikenalnya. Rasa

penasarannya akhirnya terjawab, ketika peneliti memberikan surat ijin

penelitian kepadanya. Rupanya kepala kampung Sawinggrai, yaitu bapak Louis

Dimara, merupakan adik kelas dan adik yunior peneliti semasa SMA di kota

Jayapura, pada tahun 1995. Kami berjumpa lagi kurang lebih 16 tahun disebuah

kampung yang indah di Raja Ampat. Sungguh sebuah pertemuan nostalgia yang

tak disengaja.

Page 11: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

45

beberapa kali mengikuti aktivitasnya bapak Yesaya sebagai aktivis

LSM. Misalnya, mengunjungi pos CII di kampung Warbeki dan

mengikuti patroli CII di perairan selat Dampir. Untuk lebih jelasnya

mengenai pengalaman lain di luar penelitian bisa dilihat pada sub

bab pada pada bab ini.

Mengapa Kampung Sawinggrai

Selain melakukan penelitian utama di kampung Sawinggrai,

sebenarnya ada beberapa kampung wisata yang juga peneliti

kunjungi dan memperoleh data lapangan. Kampung-kampung yang

peneliti singgahi (kunjungi) antara lain : kampung Arborek,

kampung Sawandarek dan kampung Yenwaupnour. Ketiga kampung

ini, bersama-sama dengan kampung Sawinggrai merupakan keempat

kampung wisata dari lima kampung wisata di distrik Meosmansar.

Namun, dalam fokus kajian dalam tesis ini, peneliti lebih

mengangkat kampung Sawinggrai sebagai locus, dan sebagai obyek

laporan akhir tulisan ini. Ada beberapa alasan, mengapa kampung

Sawinggrai dipilih. Berikut ini, ada beberapa alasan di balik

pemilihan kampung Sawinggrai sebagai lokasi atau areal kajian

peneliti.

Alasan-alasan itu antara lain : Pertimbangan Metodologis,

antara lain : pertama, bahwa kampung ini, merupakan kampung

percontohan yang ditetapkan sebagai kampung wisata di kabupaten

Raja Ampat. kedua, kampung Sawinggrai memiliki potensi obyek

wisata yang khas dan mempesona. Ketiga, yang terpenting, karena

di kampung ini, ada komunitas masyarakat yang secara sadar sejak

awal bahkan sebelum ditetapkan sebagai kampung wisata telah

menjalankan aktivitas kegiatan pariwisata. Keempat, ada pelaku

(actor) penggerak pariwisata yang dengan setia dan selalu

menjalankan perannya dalam menjaga lingkungan hidup sebagai

modal utama aktivitas pariwisata.

Pertimbangan Praktis (empiric), antara lain : pertama, dari

sisi jarak atau aksesibilitas dari ibukota kabupaten (kota Waisai) ke

kampung ini relatif lebih terjangkau dan mudah; Kedua, kampung

Sawinggrai, sangat berdekatan, dengan beberapa kampung wisata di

distrik Meosmansar, sehingga mudah dijangkau walupun secara

teknis dipisahkan oleh laut, namun ada beberapa kampung yang bisa

Page 12: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

46

dijangkau dengan jalan darat – walaupun harus disesuaikan dengan

kondisi pasang surut air laut. Ketiga, alasannya adalah, posisi

peneliti tinggal dan menetap dalam waktu yang cukup lama di

kampung ini, dibandingkan dengan beberapa kampung wisata

lainnya.7

Metode Penelitian Kualitatif

Penelitian mengenai kehidupan masyarakat lokal di kampung

Sawinggrai, distrik Meosmansar di Kabupaten Raja Ampat, -

terutama difokuskan pada beberapa anggota masyarakat yang

mampu mengembangkan potensi alamnya, sehingga berkembang

menjadi daerah tujuan wisata – dikerjakan dengan pendekatan

kualitatif, dengan alasan karena lewat pendekatan peneliti ini,

peneliti ingin menggambarkan perilaku masyarakat lokal –

khususnya pelaku usaha wisata - di kampung Sawinggrai, yang

secara tradisional mampu mengembangkan usahanya sebagai bagian

dari pengembangan pariwisata di Raja Ampat. Rahayo (2010)8

menjelaskan bahwa, dalam penelitian kualitatif, yang ingin dicari

dalam sebuah penelitian bukan hubungan antar variabel, melainkan

mencari jawaban secara mendalam atas pertanyaan “mengapa”. Oleh

sebab itu, untuk semua alasan tersebut, penelitian kualitatif menjadi

pilihan yang lebih tepat.

7 Ini menjadi alasan utama, mengapa kampung Sawinggrai dipilih, sebagai

bahan utama penulisan tesis ini. mengingat penelitian ini adalah research

partisipation, maka peneliti lebih fokus pada kampung Sawinggrai sebagai

obyek dalam penulisan tesis ini. Memang ada beberapa kampung yang juga

peneliti kunjungi ketika melakukan penelitian di distrik Meosmansar. Misalnya

di kampung Arborek, peneliti tidak menetap atau menginap di kampung ini.

Peneliti hanya pergi (observasi dan wawancara) dan kembali lagi ke kampung

Sawinggrai. Atau misalnya juga di kampung Sawandarek, peneliti hanya

melakukan penelitian (observasi dan wawancara) di kampung ini selama dua

hari dua malam, dan kemudian kembali ke kampung Sawinggrai, melalui

kampung Yenbekwan (ibukota distrik). 8 Rahoyo, Stefanus,2010. “Dilema Tionghoa Miskin” ; Yogyakarta : Penerbit

Tiara Wacana.

Page 13: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

47

Bogdan dan Taylor (1982 dalam Moleong 2005)9,

mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu proses penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati; pendekatan

ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic.

Mengingat pendekatan ini membutuhkan kecermatan dan

kelengkapan pengamatan peneliti, selama melakukan penelitian,

maka oleh Kirk dan Miller menyimpulkan bahwa penelitian

kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu penetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung pada pengamatan (Moleong

2005)10

.

Selanjutnya untuk menjawab persoalan dan mencapai tujuan

penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, maka dibutuhkan

suatu pendekatan penelitian. Dengan demikian penelitian ini,

peneliti menggunakan pendekatan kualitatif di mana metode

kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam; serta

data tersebut mengandung makna. Makna adalah data yang

sebenarnya, data yang pasti merupakan nilai di balik data yang

tampak (Sugiyono 2009)11

. Sedangkan jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat eksplanatoris.

Menurut Nordholt (1973 dalam Sugiyono 2009)12

, jenis penelitian

eksplanatoris yaitu mencari klasifikasi-klasifikasi dari segala aspek

gejala untuk dapat mengidentifikasikan gejala tersebut sebaik

mungkin. Atau dengan kata lain jenis penelitian eksplanatoris

digunakan untuk menjelaskan fenomena dan realitas obyek

(Soegijono, SP, 2011:75)13

.

Dalam rangka mengkonstruksi dan menjelaskan fenomena

yang diamati, maka diperlukan data penelitian. Oleh sebab itu untuk

mendukung penelitian tersebut diperlukan berbagai macam data.

Antara lain data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu, data

9 Moleong, Lexy, 2010. “Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi)”;

Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. 10

op.cit 11

Sugiyono, 2009. “Memahami Penelitian Kualitatif”; Bandung : Penerbit

Alfabeta. 12

op.cit 13

Soegijono, Simon Pieter, 2011. “Papalele : Potret Aktivitas Komunitas

Pedagang Kecil di Ambon”; Salatiga : Disertasi Doktor Program Pascasarjana

Studi Pembangunan UKSW.

Page 14: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

48

yang diperoleh langsung dari lapangan dengan cara wawancara

(interview). Menurut Esterberg (dalam Sugiyono 2005:72)14

,

mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara

dilakukan oleh penulis secara langsung (tatap muka) dengan sumber

informasi, mengunakan panduan wawancara yang sebelumnya telah

disediakan atau dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Sedangkan

sumber informasi diperoleh dari informan kunci. Definisi informan

kunci yaitu, individu yang dapat memberikan gambaran umum yang

terjadi dan memberi penjelasan secara tepat dan benar tentang

sebab-sebab munculnya gejala sosial yang terjadi (Suwondo

2005:191)15

. Oleh sebab itu, data primer dalam penelitian ini

bersumber dari hasil wawancara dengan berbagai pihak, antara

lain16

: dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, pemerintah desa,

pemerintah kabupaten, para pelaku usaha jasa wisata lokal.

Sedangkan Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur-

literatur yang berkaitan dengan pokok persoalan, dengan cara studi

kepustakaan (library study) dan dokumen-dokumen pendukung17

sangat diperlukan sebagai data sekunder.

14

Sugiyono, 2009. “Memahami Penelitian Kualitatif”; Bandung : Penerbit

Alfabeta. 15

Suwondo, Kutut. 2005. Otonomi Daerah dan Perkembangan Civil Society di

Aras Lokal, Salatiga : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UKSW. 16

Sumber informan dalam penelitian ini antara lain : Pihak Pemerintah daerah :

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, yang dijadikan sumber informan adalah

Bapak Ir. Yusdi Lamatenggo, M.Si (kepala dinas), Ibu, Ina Rumbekwan, SS,

M.Si, (kepala bidang Promosi), Bapak Adam, S.Sos (kepala seksi sarana obyek

wisata), dan Saudara Agus Maksum, S.S. (Kepala seksi Program), Dinas

Perhubungan : Bapak Drs.Sem Belseram, M.Si (kepala Dinas), Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi : Bapak Mambraku, SH (kepala Dinas); Pihak kepala

kampung Sawinggrai : Bapak Luis Dimara; Pelaku Usaha Lokal di kampung

Sawinggrai : 1. Bapak Yesaya Mayor, 2. Bapak Paulus Sauyai, 3. Saudara

Mettu Dimara. Anggota Masyarakat : 1. Bapak Berts Saori; 2. Saudara Faure

Sauyai, 3. Saudara Elisa Mambrasar, 4. Saudara Henji Sauyai ; Pihak LSM :

Saudara Chareles Imbir, ST (juga berperan sebagai anggota DPRD) dan

Saudara Gaman, Saudara Sadik Mayor, S.Si (Satf Pegawai Badan Lingkungan

Hidup dan mantan Staff CII Raja Ampat), Nelly Fakdawer, S.IP (Staf Biro

Huma Sekda dan mantan staff LSM Coremap) 17

Data-data pendukung sebagai data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

: pertama, instansi pemerintah, antara lain : Data dari Bapeda Kabupaten Raja

Ampat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Kelautan dan Perikanan,

Pemerintah kampung Sawinggrai ; kedua, dari pihak LSM, antara lain : Data

Page 15: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

49

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, fokus penelitian

diarahkan untuk melihat satuan pengamatan (unit of observation)

dan satuan analysis (unit of analysis). Dalam penelitian ini, penulis

memfokuskan satuan pengamatan (unit of observation) pada peran

masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di kampung

Sawinggrai, distrik Meosmansar di Kabupaten Raja Ampat.

Sedangkan satuan analisis (unit of analysis), yang oleh Ihallauw

(2004), didefinisikan sebagai “the level of aggregation of the data

that are collected for analysis, in order to answer the research

question.” (dalam Rahoyo 2010;47)18

. Selanjutnya, secara singkat

Rahoyo menjelaskan bahwa unit analisis adalah unit yang akan

diteliti atau dianalisis yang biasanya juga dikenal sebagai unit

penelitian atau unit elementer (Singaribuan dan Efendi 1989 dalam

Rahayo 2010:47)19

. Dalam konteks penelitian ini, penulis

menjadikan fokus unit analisis atau satuan analisisnya pada ;

partisipasi masyarakat lokal20 - dalam konteks ini, difokuskan pada

masyarakat lokal – khususnya para pelaku usaha wisata -, yang

berada di kampung Sawinggrai – dalam sektor pariwisata. Penentuan

satuan analisis dilakukan dengan menggunakan purposive sampling

atau dalam penentuan informan di lapangan ditentukan secara

sengaja (Lin 1976 dalam Soegijono 2011)21

.

Pengolahan Data dan Analisis

Proses menganalisis suatu data merupakan bagian yang amat

penting dalam sebuah metode penelitian ilmiah. Analisis data

merupakan bagian yang amat penting dalam metode penelitian

ilmiah dan alamiah, yaitu dengan menjawab tujuan dan

dari LSM Coremap, dan LSM CII Raja Ampat; ketiga, data diperoleh dari

berbagai literatur baik dari jurnal, buku dan bahan-bahan dari brosing internet,

dan sebagainya. 18

Rahoyo, Stefanus, 2010. “Dilema Tionghoa Miskin” ; Yogyakarta : Penerbit

Tiara Wacana. 19

op.citI: Hal 47 20

Masyarakat lokal yang dimaksud yaitu, masyarakat asli (putra daerah) atau

suku asli Papua yang mendiami dan menetap diatas tanah adat mereka. 21

Soegijono, Simon Pieter, 2011. “Papalele : Potret Aktivitas Komunitas

Pedagang Kecil di Ambon”; Salatiga : Disertasi Doktor Program Pascasarjana

Studi Pembangunan UKSW.

Page 16: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

50

permasalahan di atas karena dengan analisis data tersebut dapat

diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah

penelitian. Dengan demikian menurut Effendi (1989:363), analisis

data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan22

. Sedangkan menurut Miles dan

Huberman (1992 dalam Sugiyono 2009)23

dalam penelitian kualitatif

data yang ada dianalisis dan disusun dalam wujud kata-kata ke

dalam teks yang diperluas.

Setelah melalui proses penelitian, maka akan diperoleh

berbagai macam informasi data dari berbagai kumpulan data

tersebut kemudian dilakukan sebuah tahapan ilmiah lainnya yaitu

proses analisis. Sebagaimana model penelitian kualitatif secara

umum, akan melalui berbagai macam proses, antara lain, pertama

data-data yang telah terhimpun dari lapangan, dibuat dalam bentuk

transkrip. Dalam pengalaman peneliti, untuk membuat transkrip ini

dibutuhkan waktu kurang lebih tiga minggu.

Kemudian membuat analisis tematik dengan cara membuat

matriks. Dan dari hasil tersebut berdasarkan data lapangan dari

beberapa desa atau kampung, peneliti beserta dosen pembimbing

mendiskusikan hasil temuan data lapangan yang difokuskan untuk

memilih data dari kampung Sawinggrai untuk dijadikan sebagai data

atau temuan empirik yang terdapat pada bab lima. Setelah proses

menyelesaikan transkip data lapangan di bab empirik, peneliti

melanjutkan penulisan analisis lanjutan dengan berusaha

menemukan konsep-konsep yang terkandung atau terpendam dalam

bab empirik. Dari hasil temuan konsep-konsep tersebut, kemudian

memasuki tahap berikutnya yaitu mencoba mengkontruksikan

temuan-temuan tersebut dalam dalam bab analisis dan kesimpulan

yang mencoba menggambarkan makna pengembangan pariwisata

bagi masyarakat lokal di Kabupaten Raja Ampat.

22

Lihat Rahoyo, Stefanus,2010. “Dilema Tionhoa Miskin” ; Yogyakarta : Penerbit

Tiara Wacana. 23

Sugiyono, 2009. “Memahami Penelitian Kualitatif”; Bandung : Penerbit

Alfabeta.

Page 17: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

51

Pengalaman penelitian sambil melakukan aktivitas

pariwisata

Pada bagian sub bab ini, - sesuai dengan judulnya -, bahwa

melakukan penelitian sambil melakukan aktivitas pariwisata, maka

ada beberapa pengalaman penelitian sambil berwisata yang peneliti

jalani, selama melakukan penelitian. Pengalaman-pengalaman itu

antara lain, sebagai berikut: pertama, pengalaman pertama peneliti

diajak oleh bapak Yesaya mengunjungi keindahan teluk Kabui. Hal

ini peneliti rasakan ketika hari kedua tiba di kampung Sawinggrai,

peneliti diajak bersama-sama bapak Yesaya Mayor dengan

menggunakan speedboad nya mengelilingi keindahan pulau-pulau di

teluk Kabui. Kedua, aktivitas menyelam dan snourkeling merupakan

pengalaman yang menarik bagi peneliti karena selama melakukan

penelitian, ada banyak aktivitas yang peneliti lakukan. Misalnya,

suatu ketika pada saat dalam perjalanan ke kampung Arborek,

peneliti diajak oleh bapak Yesaya untuk sejenak melakukan aktivitas

snourkling di perairan antara kampung Sawinggrai dan perairan

kampung Arborek. Peneliti sangat senang dan kagum atas keindahan

bawah lautnya.

Salah satu pengalaman yang tak bisa dilupakan adalah

bagaimana dengan mata kepala sendiri peneliti menyaksikan

sekelompok ikan pari manta. Suatu pengalaman luar biasa dan

sangat menyenangkan karena bisa berada di salah satu lokasi favorit

para turis mancanegara. Setelah melakukan aktivitas snourkeling,

perjalanan peneliti dilanjutkan ke kampung Arborek untuk berjumpa

dengan para informan yang telah menunggu peneliti. Pengalaman

ketiga yaitu, melihat burung cenderawasih. Peneliti sering

melakukan aktivitas ini, berhubung selama melakukan penelitian di

Raja Ampat, peneliti hampir menghabiskan waktu dua sampai tiga

minggu di Kampung Sawinggrai. Hal ini yang kemudian

menyebabkan peneliti seringkali menyaksikan aktivitas-aktivitas

wisatawan (mancanegara dan domestik) berdatangan untuk

mengamati atau melihat burung cenderawasih bermain. Terkadang

ada beberapa pengalaman di mana peneliti bersama-sama dengan

bapak Yesaya secara langsung mengantar wisatawan ke hutan untuk

melihat lokasi / taman bermain burung cenderawasih. Peneliti juga

merasa senang karena bisa melihat bagaimana keindahan burung

cenderawasih saat menari secara langsung.

Page 18: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

52

Gambar 3. Berkunjung di Makam Keramat

Pengalaman menarik lainnya yang tidak terlewatkan oleh

peneliti yaitu, melihat makam-makam keramat24

. Selain itu, sebagai

peneliti dan sebagi orang luar masyarakat Raja Ampat khususnya

masyarakat kampung Sawinggrai, peneliti mendapat kesempatan

melihat makam leluhur dari nenek moyang masyarakat Raja Ampat

yang dikubur di goa-goa di pulau-pulau teluk Kabui. Peneliti merasa

tersanjung dan senang karena bisa diajak bersama ke sana. Menurut

bapak Yesaya Mayor, sebagai orang baru yang baru pertama kali

datang, peneliti juga harus diperkenalkan pada arwah nenek moyang

mereka, sehingga kegiatan peneliti selama melakukan penelitian di

kampung mereka dapat dilindungi dan memperoleh kesuksesan.

24

Makam (kuburan) yang dikunjungi oleh peneliti ini, terletak di lereng pulau-

pulau kars yang terdapat di teluk Kabui. Menurut bapak Yesaya, makan raja

tersebut, merupakan turunan bangsawan atau keturunan dari keluarga Sangaji,

yang merupakan turunan dari keluarga Dimara.

Page 19: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

53

Lika liku selama proses penelitian

Ada banyak kendala yang peneliti rasakan dan alami selama

melakukan penelitian di kampung Sawinggrai. Kendala-kendala itu

antara lain: Pertama, kondisi cuaca. Kondisi cuaca menjadi salah

satu kendala berat yang dirasakan oleh peneliti25

; Kedua, jarak

antara dua desa yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian. Kondisi

dua desa yang berbentuk pulau dan dibatasi oleh laut, mejadi salah

satu kendala yang cukup dirasakan oleh peneliti. Sebagai contoh,

untuk sampai ke kampung Arborek, peneliti harus menumpang

speedboat milik bapak Yesaya Mayor. Kendala lain yang dihadapi

peneliti adalah menyangkut ketersediaan sarana transportasi. Hal itu

penulis cantumkan karena selama melakukan penelitian, peneliti

sangat dibantu oleh kebaikan hati bapak Yesaya, yang dengan

senang hati menemani serta mengantar penulis melakukan

penelitian. Namun suatu ketika, bapak Yesaya harus pergi ke

Sorong, dengan speedboadnya. Selama beberapa hari (kurang lebih

seminggu) penulis tidak mendapat akses transportasi untuk

memperoleh data ke beberapa kampung yang ada di distrik

Meosmansar. Untuk melakukan perjalanan, peneliti harus

menyediakan dana untuk membeli bahan bakar yang cukup mahal

dan harus menyewa perahu motor milik warga. Hal-hal ini yang

menurut peneliti menjadi kendala selama melakukan penelitian di

kedua kampung tersebut. Selain itu diperlukan dana dan kesiapan

fisik dan mental yang baik untuk melakukan penelitian ini.

Sebagai Orang Papua meneliti di Raja Ampat

Berikut ini, akan diceritakan, bagaimana pengalaman peneliti

melakukan penelitian sebagai orang Papua dan posisi peneliti

sebagai orang luar Raja Ampat: Pada prinsipnya, pengalaman

meneliti di Raja Ampat sangat menyenangkan. Hal itu peneliti

25

Kondisi cuaca ketika peneliti melakukan penelitian di Raja Ampat saat itu,

sedang dilanda angin selatan. Ketika angin selatan melanda, cuaca extrim

berupa angin kencang yang mengakibatkan gelombang laut menjadi sangat

tinggi. Akibatnya banyak pelayaran yang tertunda akibat kondisi ini.

Pengalaman peneliti misalnya, akibat cuaca extrim peneliti tidak bisa ke lokasi

penelitian (kampung Sawinggrai) akibat gelombang terlalu besar diikuti angin

kencang yang melanda. Waktu terbuang di kota Waisai kurang lebih seminggu

lamanya.

Page 20: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

54

ungkapkan karena ada beberapa hal, antara lain : pertama, dinamika

dalam proses pengambilan data berjalan dengan baik. Artinya,

semua data (primer dan sekunder) yang peneliti perlukan dapat

diperoleh dengan mudah. Kemudahan memperoleh akses ke sumber

informan dan informasi dari para informan, bisa juga disebabkan

karena peneliti dianggap sebagai orang Papua asli – walaupun bukan

putra daerah Raja Ampat. Kehadiran peneliti sebagai orang asli

Papua di lokasi penelitian (Sawinggrai dan beberapa kampung

wisata), dianggap sebagai sesuatu yang baik dan membanggakan

bagi mereka. Apalagi mereka mengetahui bahwa peneliti merupakan

salah satu pengajar (dosen) di PTN (perguruan tinggi negeri) di

Manokwari. Ada hubungan korelasi positif dari posisi peneliti di

institusi tempat peneliti bekerja. Hubungannya karena kebanyakan

dari anak-anak dan kerabat masyarakat di lokasi penelitian

bersekolah (kuliah) di tempat peneliti bekerja. Kehadiran peneliti

ketika melakukan wawancara dengan beberapa sumber informan

maupun warga masyarakat lain, sering kali peneliti mendapat

berbagai macam masukan dan keluhan yang disampaikan oleh

masyarakat kepada peneliti.

Kebanyakan keluhan-keluhan yang disampaikan sumber

informan bervariasi. Kebanyakan mereka menyampaikan

keluhannya terhadap pemerintah daerah yang kurang memberikan

perhatian terhadap pelayanan pembangunan di kampung mereka.

Ada juga yang menyampaikan keluh kesah mereka tentang perilaku

para operator wisata yang mem-PHK (pemutusan hubungan kerja)

mereka tanpa memberikan surat teguran terlebih dahulu. Bahkan ada

yang menyampaikan kekesalan mereka karena tidak mendapat uang

pesangon atau uang pemutusan kontrak kerja. Hal-hal tersebut

penulis catat dan dengarkan saja sebagai bagian dari potret realita

kehidupan masyarakat kampung yang membutuhkan perlakuan adil

dan kepedulian pemerintah dalam memberikan pelayanan yang

layak kepada mereka.

Penulisan Hasil

Proses penulisan hasil yang tertelah dalam bentuk tesis ini,

dapat terjadi, dimulai dengan proses yang tidak sekali jadi.

Dibutuhkan proses yang berulangkali dengan berbagai macam

Page 21: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

55

perubahan isi maupun tataletak yang dengan teliti dan kejeniusan

dosen pembimbing dalam memberikan masukan guna

memperbaikan contex maupun content tulisan ini. Sebagai tahapan

akhir dari proses penelitian ini, disusunlah penulisan laporan

penelitian. Oleh Muhammad Idrus (2007), laporan penelitian

memiliki beberapa makna penting, yaitu : pertama, sebagai bukti

bahwa peneliti telah melakukan aktivitas penelitian; kedua, temuan-

temuan yang diperoleh di lapangan merupakan karya ilmiah peneliti;

ketiga, karya ilmiah tersebut merupakan hak peneliti; keempat,

menambah kajian keilmuan di bidang yang baru saja diteliti oleh

peneliti; kelima, sebagai rujukan untuk para peneliti berikutnya

(Rahayo 2010:56)26

.

Berikut ini beberapa tahapan yang dilakukan peneliti dalam

menyelesaikan tahapan penulisan hasil (dalam bentuk tesis ini).

Setelah melakukan penelitian lapangan, pertama-tama, peneliti

menuliskan laporan empirisnya (bab empat dan lima). Setelah bab

empiris selesai pengerjaannya, kemudian dilanjutkan dengan

penulisan analisis dan kesimpulan. Tahap selanjutnya adalah

penulisan bab dua, yaitu terhadap telaah literatur. Bab ke enam

berisikan bab kesimpulan, dari serangkaian penelitian ini.

Selanjutnya penulisan bab metodologi dan proses penelitian serta

tahap paling akhir dari semua tahapan ini adalah penulisan bab satu

yang menjadi pendahuluan seluruh tulisan (tesis) ini.

Kesimpulan

Untuk sampai pada ke semua tahap ini, dibutuhkan sebuah

perjuangan dan ketekunan yang sungguh dan kedalaman ilmiah

untuk mencapai suatu karya akademik yang dapat dipertanggung

jawabkan. Karya llmiah ini, merupakan sebuah hasil karya minimal

yang dihasilkan dari sebuah perenungan dan ketertarikan awal

penelitian mengenai peran serta masyarakat lokal dalam

pengambangan pariwisata di Raja Ampat. Oleh sebab itu, menjadi

penting dalam sebuah tulisan ilmiah untuk mencantumkan proses

26

Rahoyo, Stefanus,2010. “Dilema Tionghoa Miskin” ; Yogyakarta : Penerbit

Tiara Wacana.

Page 22: Pengalaman Penelitian sambil Berwisata di Kepulauan Raja …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2881/4/T2_092009106_BAB II… · kelayakan proposal, ... merayakan natal, ... Sebagai

56

penelitian selama di lapangan, sebagai bagian dari pengalaman dan

referensi bagi siapa saja dalam melakukan research mengenai

pariwisata ataupun bidang kajian lain di wilayah kepulauan.

Disadari bahwa perkembangan kabupaten Raja Ampat

mengalami perkembangan yang cukup pesat, yang walaupun

kabupaten ini merupakan kabupaten baru di provinsi Papua Barat.

Itu bisa dijumpai dari berbagai kegiatan penelitian yang dilakukan

oleh lembaga-lembaga riset (pemerintah maupun non pemerintah).

Khususnya menyangkut penelitian pariwisata di Raja Ampat.

Penelitian pariwisata di Raja Ampat akhir-akhir ini banyak

dilakukan oleh banyak kalangan - pemerintah, ilmuwan (akademisi,

mahasiswa dan peneliti) dan LSM. Oleh sebab itu, dibutuhkan

sebuah metedologi ilmiah, yang komperhensif dalam rangka

dijadikan sebagai peta jalan (road map) untuk sampai ke sana

(lokasi penelitian di Raja Ampat). Metodologi dalam penelitian ini,

menjadi sebuah titik berangkat untuk memahami seluk beluk

(realita) dalam sebuah penelitian, khususnya pengembangan

pariwisata yang berorientasi pada community based tourismt di

kawasan kepulauan. Dengan demikian sebuah pengalaman proses

penelitian (tahapan metodologi) yang panjang ini, diharapkan dapat

menjadi gambaran (pedoman) minimal bagi para ilmuwan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuannya demi kepentingan

kemanusiaan.