pengalaman banjir

102
i PENGALAMAN MASYARAKAT SAAT BENCANA BANJIR DI DESA SIDAREJA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Oleh LULU FADILAH G1D009021 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2013

Upload: mahisa-dyan-diptya

Post on 23-Dec-2015

145 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Pengalaman Banjir

TRANSCRIPT

i

PENGALAMAN MASYARAKAT SAAT BENCANA BANJIR DIDESA SIDAREJA KECAMATAN SIDAREJA

KABUPATEN CILACAP

SKRIPSI

Oleh

LULU FADILAH

G1D009021

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO2013

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGALAMAN MASYARAKATSAAT BENCANA BANJIR DI DESASIDAREJA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

Oleh :Lulu FadilahG1D009021

UntukmemenuhisebagianpersyaratanmenyelesaikanpendidikanSarjanaKeperawatanpadaJurusanKeperawatan

FakultasKedokterandanIlmu-ilmuKesehatanUniversitasJenderalSoedirman

Purwokerto

SKRIPSI

TelahdisetujuidandisidangkandihadapanPanitiaPengujiSkripsipadatanggal27Agustus 2013

Penguji IAtyanti Isworo, M.Kep.,Sp.KMB ( )NIP. 19820211 2009122004

Pembimbing IRidlwanKamaluddin, S.Kep.,Ns,M.Kep ( )NIP. 19820226 200604 1 001

Pembimbing IIArifZaenudin, S.Kep.Ns ( )NIP. 19720706 199403 1 006

Mengetahui,DekanFakultasKedokterandanIlmu-ilmuKesehatan

UniversitasJenderalSoedirman

Dr. H. RetnoWidiastuti, MS.NIP. 19481015 197602 2 001

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana Keperawatan atau

kesarjanaan lain di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar

pustaka.

Purwokerto, 27 Agustus 2013

Lulu Fadilah

G1D009021

iv

PERSEMBAHAN

Terima kasihku persembahkan untuk:

Alloh SWT puji syukur atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga terselesainya skrispsi ini.

Kedua orang tuaku tercinta , kakak dan adikku tersayang, yang selalu memberikan doa

disetiap sujudnya, memberikan fasilitas yang secukupnya, dan memberikan semangat yang tak

henti-hentinya untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih mamah… selalu

mendengarkan keluh kesahku, tangis tawaku,

I love u Mom…

Pembimbing ku bapak Ridlwan Kamaluddin dan bapak Arif Zaenudin, pengujiku ibu

Atyanti Isworo yang telah memberikan masukan, saran, motivasi untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

Sahabat terbaik (Rere dan Vita), temen kosanku dan sahabatku Dini atas bantuan, dorongan

semangat, dan motivasinya.

Angkatan 2009, terima kasih atas kebersamaan selama ini. Semoga kita semua sukses..Amiinn

Orang-orang yang menyayangiku atas bantuan, dorongan semangat dan doanya untuk

menyelsaikan skripsi ini.

v

MOTTO

Hargai proses maka kita akan mengerti apa yang kita prioritaskan, apa yang kita

cadangkan dan mengerti arti dari hasil yang sesungguhnya

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lulu Fadilah

Alamat : Jalan Jambu RT 02 RW 01 Kalisabuk Kesugihan

Cilacap

Tempat, tanggallahir : Cilacap, 25 Februari 1991

Email : [email protected]

Agama : Islam

Pendidikan : 1. SD N Kalisabuk 04

2. SMP N 2 Maos

3. SMA N 1 Cilacap

4. Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Universitas

Jenderal Soedirman.

Riwayat organisasi : BEM, NRC, NSC.

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan hasil penelitian yang berjudul “PENGALAMAN MASYARAKAT

SAAT BENCANA BANJIR DI DESA SIDAREJA KECAMATAN

SIDAREJA KABUPATEN CILACAP” yang penulis ajukan pada Komisi

Skripsi Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu – Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman. Terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. dr. Hj. Retno Widiastusi. MS, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-

Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

2. Made Sumarwati,S.Kp.,MN, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Universitas Jenderal Soedirman.

3. Ridlwan Kamaluddin, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing I yang

telah bersedia memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir

penyusunan laporan hasil penelitian ini.

4. Arif Zaenudin, S.Kep. Ns selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia

memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penyusunan laporan

penelitian ini.

5. Atyanti Isworo, M.kep.,Sp.KMB selaku dosen penguji yang telah

berkenan memberikan pengarahan demi kesempurnaan penelitian ini.

viii

6. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan

dan doa dalam penyusunan penelitian ini.

7. Teman-teman keperawatan angkatan 2009 yang telah memberikan

dukungan serta bantuan hingga laporan hasil penelitian ini dapat

terselesaikan.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan

moral maupun material dalam penulisan laporan hasil penelitian ini.

9. Almamaterku, Universitas Jenderal Soedirman

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan

laporan hasil penelitian ini, oleh karena itu diharapkan kritik maupun saran yang

bersifat membangun demi hasil yang lebih baik. Semoga hasil penelitian ini

mendapat ridho dari Alloh SWT dan bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Purwokerto, 27 Agustus 2013

Penulis

ix

PENGALAMAN MASYARAKAT SAAT BENCANA BANJIR DI DESASIDAREJA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

Lulu Fadilah1, Ridlwan Kamaludin2, Arif Zaenudin3

ABSTRAK

Latar Belakang: Bencana banjir merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwayang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakatsehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sidareja adalah salah satu desa diKecamatan Sidareja yang termasuk dalam 131 desa rawan bencana.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam pengalamanmasyarakat saat bencana banjir.Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatanfenomenologis. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposivesampling dan dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif Milles danHubberman.Hasil Penelitian: Penelitian ini menghasilkan 7 tema yaitu dampak yang munculakibat banjir, kebutuhan dasar masyarakat saat banjir, pengetahuan mengenaibanjir, harapan, peran masyarakat saat banjir, mekanisme koping masyarakatterhadap dampak banjir, dan upaya pemerintah terhadap banjir.Kesimpulan: Banjir yang sering terjadi di Desa Sidareja menjadi pengalamanpada masyarakat. Pengalaman masyarakat Desa Sidareja saat banjir membuatmasyarakat mengetahui penyebab banjir, dampak fisik dan dampak psikologiakibat banjir sehingga muncul mekanisme koping, masyarakat ikut berperanmenjadi relawan saat banjir, muncul harapan dan adanya upaya pemerintahterhadap banjir.

Kata kunci: Pengalaman, banjir

x

THE PEOPLE EXPERIENCES WHEN HAPPENING THE FLOOD INTHE SIDAREJA VILLAGE SIDAREJA DISTRICT CILACAP REGENCY

Lulu Fadilah1, Ridlwan Kamaludin2, Arif Zaenudin3

ABSTRACT

The background: The flood is event or sequence of events that threatening andthe disturbing peoples lives and living, so that resulting in deaths, environmentaland damage, loss of property, and psycological impact. Sidareja is one of thevillages in Sidareja district which is included in 131 villages of liable to disaster.Purpose: The purpose of this research is to examine the peoples experienceswhen happening the flood.Methods: This research uses qualitative method with phenomenologicalapproach. Sampling conducted using purposive sampling method and analyzedusing interactive analysis model of Milles and Hubberman.Results of the research: This research produce 7 themes, ther are the impact ofthe flood, basic needs of people when happening the flood, the people knowledgeabout the flood, hopes, the peoples role during the flood, the coping mechanism ofthe people to the flood impact and goverment efforts to the flood.Conclusion: The frequent flooding in Sidareja village become an experience tothe people. The people experiences in Sidareja village when happening the floodmake the people knowing couses of the people, physical and psychological impactof the flood, so coping mechanism appears, the peoples contribute to be volunteerwhen flooding, hopes arise and goverments efforts to the flood.

Keywords: Experience, flood

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………..………….…….….....

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………...…………………

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ..........................

HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................

MOTTO …………………..….……………………………….………............

RIWAYAT HIDUP …………………………………………….…..…………

PRAKATA……………………………….......................................................

ABSTRAK ………………………………………...………………………….

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….

DAFTAR TABEL……………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..

DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………...

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………….………………...

B. Perumusan Masalah Penelitian ……………..…………………

C. Tujuan Penelitian ……………………….......…………………

D. Manfaat Penelitian …………………………………………….

E. Keaslian Penelitian ………………………………………….....

I

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xi

xiv

xv

xvi

xvii

1

5

5

6

6

xii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ………………………………………………..

1. Bencana ...........................................................................

2. Banjir ...............................................................................

3. Pengalaman .....................................................................

B. Kerangka Teori ………………………………………………..

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ……………………………………………...

B. Populasi dan Sampel ………………………………................

C. Variabel Penelitian ……………………………………………

D. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………

E. Instrumen Penelitian …………………………………..………

F. Validitas dan Reliabilitas Data ……………………….……….

G. Jalannya Penelitian …………………………………………....

H. Teknik Pengumpulan Data………………………………….....

I. Analisis Data ………………………………………………….

J. Etika Penelitian ………………………………………………..

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil……………………………………………........................

B. Pembahasan……………………………………………………..

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………………...

B. Saran…………………………………………………………….

8

8

12

20

21

22

23

24

25

25

27

28

29

30

32

34

51

63

64

xiii

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Sidareja

Tabel 4.2 Karakteristik Partisipan

34

36

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ……………...................................

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Milles dan Huberman……………...

21

31

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Pedoman Wawancara

Lampiran 4. Data Demografi

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dari Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Desa

Lampiran 8. Transkip Analisa Data

Lampiran 9. Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 10. Blangko Bimbingan Skripsi

xvii

DAFTAR SINGKATAN

BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 adalah peristiwa

atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau

faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis (Khasan dan Widjanarko, 2011).

Masalah bencana tidak terlepas dari interaksi antara manusia dengan

lingkungannya. Aktivitas alam yang terjadi sebagai akibat interaksi antara

unsur-unsur yang ada dalam bumi dengan atmosfirnya dan interaksi antara

planet bumi dengan tata suryanya. Kegiatan-kegiatan alam terjadi secara

evolusi (Effendy, 1998).

Gangguan lingkungan merupakan penyebab langsung terjadinya

bencana alam karena unsur-unsur lingkungan termasuk manusia, yang pada

akhirnya akan menimbulkan akibat positif dan negatif terhadap manusia.

Salah satu akibat negatifnya adalah yang berhubungan dengan masalah

kesehatan masyarakat (Effendy, 1998). Kehilangan harta benda atau

menurunnya kondisi ekonomi menjadi salah satu kerugian yang di akibatkan

bencana alam. Selain hilangnya orang terdekat dan keluarga, kehilangan

1

2

pekerjaan, kehilangan dan cacat fisik. Sehingga wajar jika bencana alam

menimbulkan trauma dan pasca trauma. Dalam tinjauan psikologi kondisi

pasca trauma disebut post traumatic stress disorder (PTSD) atau gejala stres

pasca trauma (Sutardjo, 2010).

Salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di Desa Sidareja

adalah banjir. Banjir didefinisikan sebagai suatu keadaan sungai, dimana

aliran air sungai tidak tertampung oleh palung sungai sehingga terjadi

limpasan atau genangan pada lahan yang semestinya kering. Banjir disebut

pula sebagai suatu keadaan aliran permukaan yang relatif tinggi dan tidak

tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran drainase (Mawardi dan

Sulaeman, 2011). Bencana banjir merupakan peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Mistra,

2007).

Masyarakat Desa Sidareja memiliki pengalaman saat terjadi bencana

banjir. Pengalaman adalah segala sesuatu yang dirasakan atau dialami

seseorang pada masa lalu terhadap suatu hal/objek (Poerwadarminta, 2005)

Provinsi Jawa Tengah terletak di tengah Pulau Jawa dengan

karakteristik fisik bervariasi yang tidak lepas dari proses pembentukannya.

Kondisi iklim tropis Jawa Tengah menjadikan potensi dan ancaman bencana

seperti banjir, kekeringan, kebakaran lahan dan badai angin. Kejadian

bencana alam karena iklim dalam sepuluh tahun terakhir di wilayah Jawa

3

Tengah diantaranya adalah banjir di daerah Demak, Semarang, Brebes,

Cilacap, Kebumen dan Purworejo; kekeringan di Demak, Grobogan dan

Wonogiri; kebakaran lahan di lereng Lawu, Gunung Merbabu, Gunung

Merapi, Gunung Sumbing dan Gunung Slamet; dan badai angin yang terjadi

di Kabupaten Karanganyar, Boyolali, Klaten dan bagian selatan Provinsi

Jawa Tengah. (Fauzi, 2012).

Cilacap adalah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah

yang menduduki peringkat 3 nasional sebagai daerah rawan bencana dan

menduduki peringkat ke 11 untuk kategori bencana banjir serta menduduki

peringkat pertama sebagai daerah rawan bencana di Propinsi Jawa Tengah.

Kecamatan Sidareja merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Cilacap

yang setiap tahunnya mengalami bencana banjir. Sidareja adalah salah satu

desa di Kecamatan Sidareja yang termasuk dalam 131 desa rawan bencana.

Sidareja terletak pada ketinggian rata-rata 16 meter di atas permukaan laut

dengan bentuk medan permukaan tanah sebagian besar (90 %) berupa tanah

yang relatif datar dengan kemiringan antara 0-2 % sedangkan yang lainnya

bergelombang (kemiringan 2-15 %) sampai berbukit dengan kemiringan 15-

45 %. Sidareja dikelilingi batas alam berupa sungai di sebelah barat yaitu

sungai Ciwera, di bagian tengah dilalui sungai Cidurian, sungai Citengah dan

Cikalong, di sebelah timur dikelilingi sungai Cibogo dan Ciloning, sedangkan

di sebelah selatan oleh sungai Cibeureum sehingga wilayahnya rawan

mengalami bencana banjir yang mengakibatkan rusaknya berbagai sarana dan

prasarana kota serta terganggunya aktivitas penunjang kehidupan. Selain itu

4

kondisi topografi Kota Sidareja (2012) memiliki elevasi rendah (5-10 m di

atas permukaan laut) sehingga pada saat terjadi banjir juga menyebabkan

wilayah tersebut rawan untuk tergenang air. Kamis, 22 November 2012 pukul

19.00 WIB terjadi bencana banjir akibat hujan lebat dan genangannya tidak

tertampung pada alur sungai Cibeureum, Cibogo, Cidurian, Citengah,

Citayem dan Cipeundeuy sehingga meluap dan mengakibatkan banjir.

Delapan desa terendam air dan menggenangi ± 3.373 rumah serta 229 Ha

sawah. Sebanyak ± 1.000 jiwa mengungsi di delapan titik lokasi pengungsian.

Enam jembatan rusak berat diterjang banjir (BPBD, 2012).

Data dari Puskesmas Sidareja (2012) menyebutkan bahwa banjir juga

menyebabkan masyarakat Desa Sidareja, khususnya yang bekerja sebagai

pedagang dan petani harus menunda pekerjaannya sehingga tidak mendapat

penghasilan. Jebolnya tanggul menyebabkan masyarakat panik. Tempat

pengungsian yang didirikan di daerah yang masih terhitung rawan banjir

membuat masyarakat bingung saat mengungsi karena mayarakat harus

mengungsi di tempat lain. Data dari Puskesmas Sidareja menyebutkan

kondisi pengungsian yang mengharuskan masyarakat tidur beramai-ramai

membuat korban banjir merasa ingin diperhatikan dan kurang tersedianya

fasilitas sanitasi membuat pengungsi kebingungan. Ada kerawanan

lingkungan yang berpotensi menimbulkan penyakit. Dari jumlah keseluruhan

pengungsi terdapat 21 orang yang sakit (ISPA, kulit, gastritis, obs febris, dan

diare).

5

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Pengalaman Masyarakat saat Bencana

Alam Banjir. Peneliti ingin mengetahui pengalaman masyarakat saat bencana

banjir yang telah dialami.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka

dirumuskan “bagaimana pengalaman yang dialami korban bencana banjir di

Sidareja Kabupaten Cilacap?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengkaji lebih dalam pengalaman masyarakat akibat bencana

banjir.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik partisipan.

b. Mengkaji lebih dalam perasaan masyarakat akibat banjir.

c. Mengkaji lebih dalam kebutuhan masyarakat akibat banjir.

6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

Dari hasil penelitian yang dilakukan, masyarakat akan

mendapatkan pengetahuan tentang pengalaman masyarakat saat bencana

banjir.

2. Bagi keilmuwan/ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan pemikiran

dan memperluas pengetahuan tentang pengalaman masyarakat saat

bencana banjir.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan

penelitian yang lebih luas tentang pengalaman masyarakat saat bencana

banjir.

4. Bagi kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada pengelola

program kesehatan untuk mengatasi dampak masyarakat yang dialami

masyarakat dari pengalaman saat bencana banjir.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh penulis ketahui, belum pernah ada penelitian dengan judul

“Pengalaman Masyarakat saat Bencana Alam Banjir di Desa Sidareja

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap”. Akan tetapi, ada penelitian sejenis

yang memiliki persamaan yaitu Jurnal “Perilaku coping masyarakat

7

menghadapi banjir”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis. Pengambilan data melalui observasi dan

wawancara. Analisis data menggunakan koding, dengan menggunakan

tahapan sebagai berikut; melakukan transkripsi hasil wawancara dan

observasi, identifikasi kata kunci, menemukan tema dan kategori serta

menyusun bagan teoritis. Kredibilitas hasil penelitian dilakukan dengan

menggunakan metode triangulasi, kecermatan transkripsi, dan pemeriksaan

teman sejawat (Khasan dan Widjanarko, 2011)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Bencana

a. Pengertian

Bencana merupakan kejadian yang mendadak atau tidak

diperkirakan yang mengakibatkan rumah sakit dan sarana masyarakat

lainnya mengalami kerusakan serta fungsinya terganggu. Bencana dapat

disebabkan oleh kebakaran, cuaca (misal gempa bumi, angin ribut, dan

tornado), ledakan, aktivitas teoritis, radiasi atau tumpahan zat kimia,

dan epidemik. Bencana dapat terjadi karena kesalahan manusia yang

mencakup kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pesawat udara, bangunan

runtuh, atau kejadian serupa lainnya (Oman, 2008).

Peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau non alam

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis (UU No. 24 tahun 2007).

8

9

b. Sifat Bencana menurut Effendy (1998):

1) Mendadak ( akut )

Gempa bumi, gelombang tsunami, tanah longsor termasuk

dalam sifat bencana yang akut karena datangnya tidak terduga, tidak

dapat diramalkan, banyak memakan korban, menimbulkan

penderitaan banyak orang, ketidakberdayaan, angka kesakitan dan

kematian tinggi serta kehidupan sehari-hari terganggu.

2) Dapat diramalkan

Contoh dari bencana yang sifatnya dapat diramalkan antara

lain kemarau panjang, wabah penyakit dan gunung meletus. Bencana

tersebut dapat diramalkan, mungkin dapat dikendalikan, tanda- tanda

awal, luas dan intensitas peristiwa serta kecepatan terjadinya

bencana dapat diperkirakan.

c. Fase – fase Bencana menurut Oman (2008):

1) Pra dampak

Pra dampak didefinisikan sebagai periode dimana kejadian

masih dapat diantisipasi dan diperingatkan oleh lembaga terkait.

Contoh dari fase ini adalah serangan angin ribut yang terjadi selama

beberapa hari, dimana ahli meteorologi dapat melacak lintasan badai

dan pejabat setempat dapat memerintahkan evakuasi kepada para

korban. Pra dampak tidak selalu ada di dalam semua bencana.

10

2) Dampak

Dampak meliputi periode selama bencana berlangsung

hingga dimulainya fase pasca dampak, fase ini juga dikenal sebagai

fase penyelamatan. Beberapa pengkajian penting harus dilakukan

yaitu mengevaluasi besarnya kerugian, mengidentifikasi sumber

daya yang ada dan merencanakan penyelamatan korban. Fase ini

bisa berlangsung singkat, kemungkinan hanya berlangsung tidak

sampai 30 detik ( kecelakaan pesawat udara ) atau berlangsung lama

( bencana banjir ).

Awal intervensi psikologi dianjurkan mengikuti bencana

terutama ketika bencana dikaitkan ekstrim dan kerusakan properti,

masalah ekonomi masyarakat yang mengalami dan tingginya

prevalensi trauma dalam bentuk cedera, ancaman hidup dan

hilangnya nyawa (Kar, 2009).

3) Pasca dampak atau fase pemulihan

Selama fase ini, besarnya kerugian sudah dievaluasi,

penyelamatan korban telah selesai dilaksanakan dan kerusakan lebih

lanjut sudah dapat diminimalkan.

d. Masalah-masalah kesehatan masyarakat akibat bencana alam

Menurut Effendy (1998) dampak bencana alam akan

menyebabkan timbulnya masalah-masalah kesehatan. Masalah

kesehatan yang sering terjadi berkaitan dengan bencana alam antara

lain:

11

1) Peningkatan morbiditas

Tingginya angka kesakitan akibat terjadinya bencana dibagi

dalam 2 kategori yaitu:

a) Kesakitan primer adalah kesakitan yang terjadi sebagai akibat

langsung dari kejadian bencana, kesakitan ini dapat disebabkan

karena trauma fisik, termis, kimiawi, psikis dan sebagainya.

b) Kesakitan sekunder terjadi sebagai akibat sampingan usaha

penyelamatan terhadap korban bencana yang dapat disebabkan

karena sanitasi lingkungan yang buruk, kekurangan makanan

dan sebagainya.

2) Tingginya angka kematian

Kematian akibat terjadinya bencana alam dibagi menjadi 2

kategori:

a) Kematian primer adalah kematian langsung akibat terjadinya

bencana misalnya tertimbun tanah longsor, terbawa arus

gelombang pasang, tertimpa benda keras dan sebagainya.

b) Kematian sekunder adalah kematian yang tidak langsung

disebabkan oleh bencana melainkan dipengaruhi oleh faktor-

faktor penyelamatan terhadap penderita cedera berat seperti

kurangnya persediaan darah, obat-obatan, tenaga medis dan

paramedis yang dapat bertindak cepat untuk mengurangi

kematian tersebut.

12

3) Masalah kesehatan lingkungan

Mencakup masalah-masalah yang berkaitan erat dengan

sanitasi lingkungan, tempat penampungan yang tidak memenuhi

syarat seperti penyediaan air bersih, tempat pembuangan tinja dan

air bekas, tempat pembuangan sampah, tenda penampungan dan

kelengkapannya, kepadatan dari tempat penampungan dan

sebagainya.

4) Suplai bahan makanan dan obat-obatan

Menurut Effendy (1998) masalah yang sering terjadi akibat

kurangnya suplai bahan makanan dan obat-obatan bagi korban

bencana antara lain :

a) Kekurangan gizi bagi korban bencana dari berbagai lapisan

umum.

b) Penyakit infeksi dan wabah diantaranya infeksi pencernaan,

infeksi pernapasan akut seperti influenza serta timbulnya

penyakit kulit.

2. Banjir

a. Pengertian

Banjir adalah tergenangnya daratan oleh air yang meluap dari

tempat-tempat penampungan air di bumi. Banyaknya air yang masuk

ke penampungan melebihi kapasitas (daya tampungnya) sehingga air

meluap. Luapan air dari penampungan ternyata juga melebihi daya

serap daratan sehingga air tidak dapat lagi terserap ke dalam tanah.

13

Akibatnya, air menggenangi daratan dalam waktu tertentu yang tidak

terlalu lama. Daerah-daerah yang tidak memiliki sistem drainase yang

baik dapat terkena banjir jika terjadi hujan yang sangat lebat. Air hujan

yang seharusnya mengalir lancar akan terhenti dan tergenang jika tidak

ada sistem drainase yang baik. Selokan yang tertutup oleh timbunan

sampah merupakan salah satu contoh system drainase yang tidak baik

(Samadi, 2007).

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang

oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang

adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena

tersumbatnya sungai maupun karena penggundulan hutan disepanjang

sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun

menimbulkan korban jiwa (BPBD, 2012).

b. Jenis Banjir

Menurut Samadi (2007) berdasarkan sumber air yang menjadi

penampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir

sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang.

1) Banjir sungai

Terjadi karena air sungai meluap. Banjir sungai dapat

terjadi secara berkala dalam kurun waktu tertentu. Curah hujan

yang tinggi serta mencairnya es atau gletser di kawasan hulu

menjadi penyebab meluapnya sungai. Di daerah tropis seperti di

Indonesia, banjir sungai dapat terjadi pada musim hujan.

14

2) Banjir danau

Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.

Meluapnya air danau disebabkan hal berikut.

a) Terjadinya badai atau angin yang sangat kuat dapat

menggerakkan air danau hingga keluar melewati batas

(tanggul) danau.

b) Masuknya air ke dalam danau, baik curah hujan maupun dari

sungai hingga melewati batas daya tampung danau.

3) Banjir laut pasang

Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi.

Seperti halnya pada banjir danau, badai membawa air laut hingga

ke daratan. Banjir berupa gelombang pasang yang sampai ke

daratan akibat gempa bumi disebut tsunami.

Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda

Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian

bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti.

Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor

alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang

naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan

penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di

daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan,

dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai,

15

pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya

(BPBD, 2012).

c. Penyebab Banjir (BPBD, 2012):

1) Curah hujan tinggi

2) Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.

3) Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan

pengaliran air keluar sempit.

4) Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.

5) Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta

bangunan di pinggir sungai.

6) Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.

Curah hujan yang tinggi ditambah dengan bertambahnya aliran

permukaan menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir. Curah

hujan yang tinggi, lereng yang curam di daerah hulu, dan perubahan

jenis vegetasi dapat memperbesar aliran permukaan yang

mengakibatkan tanah longsor. Hujan sangat deras yang terjadi di

kawasan hulu sungai dapat mengakibatkan terjadinya banjir bandang,

yaitu banjir besar yang datangnya tiba-tiba dalam waktu yang sangat

cepat dan mengalir dengan deras. Aliran banjir bandang ini dapat

menghanyutkan benda-benda yang besar, misalnya batu dan kayu.

Banjir bandang sering membawa banyak korban jiwa (Samadi, 2007).

Banjir adakalanya terjadi dengan waktu yang cepat dengan

waktu genangan yang cepat pula, tetapi adakalanya banjir terjadi

16

dengan waktu yang lama dengan waktu genangan yang lama pula.

Banjir bisa terjadi karena curah hujan yang tinggi, luapan dari sungai,

tanggul sungai yang jebol, luapan air laut pasang, tersumbatnya

saluran drainase atau bendungan yang runtuh. Banjir berkembang

menjadi bencana jika sudah mengganggu kehidupan manusia dan

bahkan mengancam keselamatannya (Mawardi dan Sulaeman, 2011).

Banjir merupakan bencana alam yang tidak mungkin dapat

dicegah oleh manusia. Oleh karena itu, selama ini banjir cenderung

dipandang sebagai takdir. Penduduk yang tinggal di daerah yang sering

terkena banjir juga menganggap bahwa kebanjiran sebagai nasib.

Secara umum penyebab terjadinya banjir adalah rendahnya

kemampuan DAS dalam menyimpan air, berkurangnya kemampuan

DAS dalam mengalirkan air, berkurangnya areal resapan untuk tempat

penyimpanan air, dan pemahaman masyarakat terhadap sumber daya

air yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan cara yang efektif dan lebih

dikenal masyarakat dalam upaya pengendalian banjir (Samadi, 2007).

d. Dampak Banjir

Beberapa dampak adanya banjir menurut Wardiyatmoko

(2006) yaitu sebagai berikut.

1) Mendatangkan kerugian bagi manusia misalnya rumah rusak, jalan

rusak, dan jembatan hancur.

2) Daerah sawah yang tergenang air akan mengakibatkan gagal

panen.

17

3) Daerah pemukiman penduduk yang terkena banjir akan terjadi

polusi air, sehingga dapat menjadi media penyebaran penyakit

perut dan penyakit kulit.

Dampak banjir menurut para peneliti, menurut Ramotra (2012)

rusaknya pemukiman warga adalah fenomena umum yang terjadi pada

saat hujan deras dan banjir. Sifat banjir, jenis banjir, bahan bangunan

dalam pembuatan rumah serta morfologi desa menjadi penyebab utama

di balik rusaknya rumah warga. Tingkat keparahan banjir seperti durasi

dan ketinggian banjir juga dijadikan penyebab hilangnya perabotan

rumah tangga seperti furniture, barang elektronik, kendaraan dan lain-

lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Eni (2011) mengemukakan

bahwa hujan deras disertai banjir yang terjadi di Nigeria menyebabkan

rusaknya beberapa tanaman seperti tanaman kayu dan tanaman herbal.

Kemampuan akar tanaman untuk toleransi terhadap rendaman banjir

tergantung pada periode tahunan banjir, durasi banjir, spesies dan jenis

tanaman itu sendiri.

Pertanian sangat rentan terhadap peningkatan frekuensi

keparahan dan ketidakpastian cuaca yang terkait dengan peristiwa

yang disebabkan oleh iklim. Rusaknya lahan pertanian menyebabkan

sebagian besar penduduk kehilangan mata pencahariannya karena

sebagian besar bekerja sebagai petani. Penurunan produksi hasil

pertanian menyebabkan distribusi makanan ke rumah tangga berkurang

18

sehingga kebanyakan penduduk tidak dapat memenuhi kebutuhan

makan mereka (Akudugu, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Buzdar (2012) terhadap 58 guru

perempuan sekolah swasta didapatkan hasil 30 % dari mereka

mengalami penurunan pendapatan sekitar seperempat hingga setengah

dari total pendapatan per bulan sebelum terjadi banjir. Hal ini

dikarenakan usaha sampingan yang mereka lakukan seperti membuka

toko sembako dan baju dihancurkan dengan datangnya banjir. Banjir

menghancurkan bangunan toko dan menghanyutkan semua isi yang

ada di dalam toko.

Bencana banjir yang terjadi setiap musim hujan tiba, telah

menyebabkan perasaan yang mengkhawatirkan dan was-was di

kalangan masyarakat di desa ini. Pengalaman masyarakat desa ini yang

dilanda bencana banjir besar maupun bahaya banjir tahunan telah

membangkitkan semangat dan motivasi masyarakat untuk melindungi

dirinya dari bencana banjir (Mawardi dan Sulaeman, 2011).

Oleh karena banjir yang terus menerus terjadi, tentunya

masyarakat mempunyai cara atau srategi sendiri untuk mengatasi

bencana banjir. Hal tersebut dikenal dengan nama coping, secara

teoritis coping merupakan upaya seseorang baik secara kognitif ,

afektif, dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal

secara spesifik (Khasan dan Widjanarko, 2011)``.

19

Aspek emotion focused coping yang muncul adalah bentuk

coping kontrol diri dengan baik dengan tetap tetap tenang saat terjadi

banjir, penilaian positif berupa memaknai bencana banjir merupakan

kehendak dari yang kuasa atau Tuhan, lari atau menghindar untuk

menghilangkan rasa jenuh dengan mengobrol saat ada forum

perkumpulan dengan harapan menemukan solusi dari hasil

perkumpulan tersebut. Adanya rasa khawatir jika air banjir semakin

tinggi dan tanggul jebol, namun partisipan masih bisa mengontrol diri

dan berusaha mengadapi masalah tersebut. Partisipan juga sangat yakin

bahwa bancana banjir bukanlah takdir dari tuhan tetapi memang ada

sebabnya, dan banjir bisa dikatakan sebagai sebuah bencana, juga

sebuah barokah, karena barokahnya lingkungan jadi bersih, yang

awalnya banyak sampah karena ada banjir sampahnya terbawa arus

banjir jadi bersih, banjir itu karena memang ada beberapa pemicu

banjir seperti pendangkalan sungai, sampah (Khasan dan Widjanarko,

2011).

Merasakan kekhawatiran akan bencana banjir yang lebih besar

dan rasa takut jika tanggul roboh rumah mereka akan tenggelam.

Merasa panik tetapi masih bisa mengendalikan diri (Khasan dan

Widjanarko, 2011).

20

3. Pengalaman

a. Pengertian

Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa yang terjadi pada

manusia dalam interaksinya dengan alam, diri sendiri, lingkungan

social sekitarnya dan dengan seluruh kenyataan. Ada dua macam

pengalaman, yakni pengalaman primer dan pengalaman sekunder.

Pengalaman primer adalah pegalaman langsung akan persentuhan

indrawi dengan benda-benda konkret dan peristiwa yang disaksikan

sendiri. Pengalaman sekunder adalah pengalaman tidak langsung atau

pengalaman reflektif mengenai pengalaman primer (Sudarminta,

2002).

Vardiansyah (2008) mengemukakan bahwa pengalaman

merupakan konsep umum yang terdiri dari pengetahuan dan

keterampilan di dalam atau pengamatan dari beberapa hal atau suatu

peristiwa yang diperoleh melalui keterlibatan dalam atau terpapar pada

hal atau kejadian.

Pengalaman yang dialami secara langsung akan menimbulkan

harapan – harapan. Harapan diartikan sebagai pemikiran dan perilaku

yang diantisipasi dan disetujui dalam percakapan dengan orang lain

(West dan Turner, 2008).

21

b. Ciri – ciri pokok pengalaman manusia (Sudarminta, 2002):

1) Pengalaman manusia beraneka ragam, ciri ini paling mudah

disadari seperti dapat melihat sesuatu, merasakan sesuatu dan

membayangkan sesuatu.

2) Pengalaman manusia selalu berkaitan dengan objek tertentu di luar

diri kita sebagai subjek. Dalam setiap pengalaman terjalin

hubungan antara subjek yang mengalami dan objek yang dialami.

3) Pengalaman manusia terus bertambah dan bertumbuh seiring

dengan bertambahnya umur, kesempatan dan tingkat kedewasaan

manusia

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teori yang telah disebutkan oleh para ahli

sebelumnya, maka dibentuklah kerangka teori penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1. Oman (2008), Effendy (1998), Samadi (2007), BPBD (2012),

Mawardi dan Sulaeman (2011), Ramotra (2012), Eni (2011), Akudugu

(2012), Buzdar (2012), Khasan dan Widjanarko (2011), Sudarminta (2002),

West dan Turner (2008).

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti

sebagai instrument kunci (Sugiyono, 2011). Penelitian kualitatif yaitu

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2009).

Tujuan penelitian dilakukan dengan pendekatan fenomenologi adalah

memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang

berada dalam situasi-situasi tertentu, berusaha masuk ke dalam dunia

konseptual para subjek penelitian yang diteliti sehingga mengerti apa dan

bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar

peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari (Moleong, 2009).

22

23

B. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena

penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial

tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi

ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan

dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian

kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau

partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam

penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik tapi sampel teoritis,

karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori

(Sugiyono, 2011).

Purposive Sampling digunakan peneliti untuk memilih sampel pada

penelitian ini. Teknik ini dilakukan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu

seperti waktu, biaya, tenaga sehingga tidak dapat mengambil sampel dalam

jumlah besar dan jauh. Teknik ini lebih baik dari teknik non random yang lain

karena dilakukan berdasarkan pengalaman dari berbagai pihak. (Saryono,

2011).

Besar sampel pada penelitian kualitatif tidak ditentukan oleh

banyaknya partisipan dalam penelitian tetapi ditentukan oleh kejenuhan data.

Apabila penambahan sampel tidak menambah temuan data yang baru dari

partisipan, maka data dianggap sudah jenuh. Jumlah partisipan dalam

penelitian kualitatif biasanya sangat sedikit (Saryono, 2011).

24

Sampel penelitian yang diambil juga harus memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi penelitian. Kriteria – kriteria tersebut antara lain :

1. Kriteria Inklusi

a. Warga Sidareja Cilacap yang bermukim di Sidareja Cilacap

b. Mengalami bencana banjir

c. Dapat berkomunikasi dengan baik

d. Bersedia menjadi partisipan

2. Kriteria Ekslusi

a. Anak-anak dan lansia

b. Mengalami gangguan komunikasi seperti bisu atau mengalami

gangguan mental

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008), dalam penelitian kualitatif gejala suatu

objek bersifat holistik sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan

penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan

situasi sosial yang diteliti yang meliputi tempat, perilaku dan aktivitas yang

berinteraksi secara sinergis. Peneliti kualitatif dalam mempertajam

penelitiannya menetapkan fokus penelitian. Menurut Spradley (1980) dalam

Sugiyono (2008), fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain

yang terkait dari situasi sosial. Fokus penelitian ini adalah pengalaman

masyarakat saat banjir.

25

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sidareja yang akan dilaksanakan pada

bulan Juni 2013. Alasan peneliti memilih Desa Sidareja karena Desa Sidareja

sering mengalami banjir. Letak Desa Sidareja yang diapit oleh beberapa

sungai antara lain sebelah barat yaitu sungai Ciwera, di bagian tengah dilalui

sungai Cidurian, sungai Citengah dan Cikalong, di sebelah timur dikelilingi

sungai Cibogo dan Cilonong, sedangkan di sebelah selatan oleh sungai

Cibeureum. Selain itu kondisi topografi kota Sidareja memiliki elevasi rendah

(5-10 m) di atas permukaan laut sehingga pada saat banjir menyebabkan

wilayah tersebut rawan tergenang air. Genangan terjadi berkisar antara 20-70

cm dari permukaan tanah, dengan genangan tertinggi sedalam 70 cm (BPBD,

2012).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Saryono (2011) adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya

lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Sugiyono (2008) juga mengemukakan

yang menjadi instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti

sendiri.

Peneliti sebagai instrumen memiliki fungsi untuk menetapkan fokus

penelitian, memilih partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan

data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan. Peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi dengan maksud

26

untuk mengetahui kesiapan peneliti melakukan penelitian. Validasi terhadap

peneliti sebagai instrumen dilakukan oleh peneliti sendiri yang meliputi

evaluasi diri untuk mengetahui sejauh mana peneliti paham tentang metode

penelitian kualitatif, penguasaan teori dan wawasan tentang bencana banjir

dan dampak psikologis masyarakat saat terjadi bencana tersebut

(Sugiyono,2008 ).

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode

wawancara. Pada metode ini, pengumpulan data dilakukan dengan tanya

jawab (dialog) langsung antara pewawancara dengan partisipan. Oleh karena

kegiatan dilakukan secara berhadapan langsung, maka faktor internal

pewawancara sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil. Untuk

memudahkan jalannya wawancara perlu adanya pedoman wawancara,

sehingga pewawancara dapat berpikir cepat, sitematis, holistik dan

mengurangi rasa cemas (grogi). Fungsi lain dari pedoman wawancara adalah

agar tidak ada pokok-pokok yang tertinggal dan pencatatannya lebih cepat

(Sugiyono, 2011).

Wawancara pada penelitian ini termasuk jenis wawancara mendalam

atau indepth interview dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini

adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak

yang diajak berwawancara dimintai pendapat dan ide-idenya yaitu terkait

dengan pengalaman selama menghadapi bencana dan peran apa saja yang

telah dilakukan selama bencana berlangsung (Sugiyono, 2011).

27

F. Validitas dan Reabilitas Data

Dalam penelitian kualitatif validitas dan reabilitas data didapatkan

dengan credibility dan dependability.

1. Credibility (derajat kepercayaan)

Pengujian kredibitas data dilakukan dengan cara triangulasi.

Menurut Sugiyono (2009) triangulasi dalam pengujian kredibilitas

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara. Penelitian ini

menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber digunakan untuk

menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data tersebut dianalisis oleh

peneliti hingga menghasilkan suatu kesimpulan, kemudian peneliti

meminta kesepakatan dari para sumber terhadap kesimpulan tersebut.

2. Dependability Penelitian

Dependability dalam penelitian kualitatif disebut reliabilitas. Suatu

penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau

mereplikasi proses penelitian tersebut. Peneliti melakukan uji

dependability dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Dimulai dari menentukan masalah, memasuki lapangan,

menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji

keabsahan data serta penarikan kesimpulan.

28

G. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakssanakan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2013.

Pada tahap ini topik penelitian diajukan kepada koordinator penelitian

kemudian dikonfirmasikan kepada pembimbing.

b. Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengambil data respoden

di Desa Sidareja yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi,

penelusuran pustaka, penyusunan proposal dan konsultasi proposal

kepada kedua pembimbing. Proposal yang telah disetujui kemudian

diseminarkan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Setelah mendapatkan ijin penelitian dan mendapatkan data responden,

peneliti menghubungi masing-masing responden untuk memulai

pengambilan data.

b. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam pada masing-

masing partisipan pada hari yang berbeda. Hasil wawancara ini

kemudian didokumentasikan.

3. Tahap Penyelesaian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengolahan data

yang meliputi data collection, dan reduction, data display dan data

conclusion drawing/ verification. Data yang telah dikumpulkan dari

lapangan kemudian dikelompokkan sesuai tujuan. Kemudian dilakukan

29

penulisan ulang hasil dokumentasi tersebut berdasarkan kelompok masing-

masing. Data transkrip tersebut kemudian dilakukan pengkodingan yaitu

suatu proses yang kreatif untuk memecah data menjadi unit kecil,

memahami unit tersebut dan kemudian merangkai kembali unit-unit

tersebut dalam bentuk kategori dan hubungan antar kategori.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

meliputi:

1. Wawancara Mendalam

Menurut Rahab (2011), indepth interview atau wawancara

mendalam merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang paling

familiar pada metode kualitatif. Wawancara mendalam adalah suatu teknik

yang disusun untuk mengungkapkan sebuah fakta secara jelas dari sudut

pandang partisipan atau partisipan dalam sebuah topik penelitian. Orang

yang dijadikan partisipan ialah orang-orang yang kompeten atau sesuai

dengan topik penelitian dan pewawancara sendiri diusahakan seorang

mahasiswa atau yang kompeten dalam bidangnya.

Pewawancara yang berhubungan dengan partisipan penelitian

memberikan berbagai pertanyaan secara sopan, mendengarkan secara

seksama dari tanggapan yang diberikan oleh mereka, menanyakan

pertanyaan lanjutan atau umpan balik, dan mencari informasi secara lebih

mendalam berdasarkan respon partisipan. Pewawancara harus

30

mengarahkan agar partisipan tidak memberikan jawaban yang ragu-ragu

atau jawaban khusus yang akan memberikan suatu anggapan berupa

persetujuan atau penolakan dari apa yang dikatakan oleh partisipan.

Partisipan memperoleh kesempatan untuk mengungkapkan berbagai hal

tentang dirinya secara natural dan terbuka, dimana hal ini sulit dilakukan

dengan metode lain. Proses wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri

dengan menggunakan alat untuk mempermudah memperoleh informasi

yaitu buku catatan, bolpoint, panduan wawancara dan alat perekam suara

(handphone).

2. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa transkrip yang didapat

dari hasil wawancara pada partisipan. Hasil wawancara yang berupa

rekaman kemudian diubah dalam bentuk tulisan. Dokumen ini bermanfaat

dalam proses analisis, dimana jika diperlukan sewaktu-waktu data ini

dapat dipergunakan kembali karena data telah tersimpan.

I. Analisa Data

Menurut Patton (1987) dalam Moleong (2009) analisa data merupakan

proses mengolah data, mengordinasikan dalam bentuk suatu pola dan

menyusunnya sesuai kategori tujuan penelitian dan satuan uraian dasar.

Terdapat tiga komponen analisis dalam penelitian ini yaitu reduksi data,

sajian data dan penarikan kesimpulan yang dilakukan dalam bentuk analisis

31

interaktif atau interactive of analisis model. Ketiga komponen tersebut dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Menurut Milles dan Huberman dalamSugiyono (2009)

Keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan

kemudian dibandingkan hasilnya satu sama lain, dilakukan dengan

menggunakan transkip data dengan menuliskan seluruh hasil pengumpulan

data. Transkip ini dikumpulkan secara stimultan antara pertemuan wawancara

yang pertama dengan wawancara selanjutnya. Hal ini dilakukan agar data

yang sudah ada dapat dianalisis dan diketahui apakah sesuai dengan tujuan

atau belum sehingga pada pertemuan selanjutnya , peneliti dapat menentukan

tujuan selanjutnya dalam wawancara (Basrowi dan Suwandi, 2008).

Berdasarkan hasil transkip tersebut, peneliti mencoba memahami

fenomena yang ada dan menentukan keyword yang mewakili informasi dari

partisipan yang kemudian mengelompokannya sesuai dengan tema yang telah

ada yaitu dampak psikologis masyarakat akibat banjir. Hal ini sesuai yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2009) yaitu langkah pertama dalam penelitian

kualitatif adalah mereduksi data yang artinya data dari lapangan dirangkum,

32

dipilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting

kemudian ditentukan tema dan polanya.

Langkah kedua adalah penyajian data. Penyajian data dilakukan dalam

bentuk uraian singkat sesuai dengan teori Milles dan Huberman (1984) dalam

Sugiyono (2009) yang mengungkapkan bahwa penyajian data penelitian

kualitatif sering dilakukan dengan teks berbentuk naratif.

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi data.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung kuat pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan

pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2011).

J. Etika Penelitian

Peneliti dalam melakukan teknik pengumpulan data menekankan pada

masalah etik yang meliputi :

1. Lembar persetujuan dan kesediaan menjadi partisipan penelitian dengan

tujuan partisipan mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak

yang diteliti selama penelitian. Jika partisipan yang sesuai dengan kriteria

inklusi bersedia menjadi subyek penelitian maka partisipan tersebut

menandatangani persetujuan menjadi partisipan, jika partisipan menolak

menjadi subjek penelitian maka peneliti tidak akan memaksa.

33

2. Anominity (tanpa nama) yaitu menjaga kerahasiaan identitas subjek

penelitian, peneliti tidak mencantumkan nama subjek pada lembar check

list pengumpulan data.

3. Menjaga martabat manusia yaitu peneliti selama melakukan wawancara

tetap menjaga harga diri informan dengan berperilaku sopan dan tidak

merendahkan informan.

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Desa Sidareja

a. Batas Wilayah Desa Sidareja meliputi sebagai berikut:

No Batas Desa/desa Kecamatan

1. Sebelah utara Desa Kunci Sidareja

2. Sebelah selatan Desa Ciklapa Kedungreja

3. Sebelah timur Desa Sidamulya Sidareja

4. Sebelah barat Desa Tegalsari danDesa Gunungreja

Sidareja

Tabel 4.1 Sumber Data Sekunder Profil Desa Sidareja Tahun 2012

b. Topografi wiayah

Sidareja terletak pada ketinggian rata-rata 16 meter di atas

permukaan laut dengan bentuk medan permukaan tanah sebagian

besar (90 %) berupa tanah yang relatif datar dengan kemiringan antara

0-2 % sedangkan yang lainnya bergelombang (kemiringan 2-15 %)

sampai berbukit dengan kemiringan 15-45 %. Sidareja dikelilingi

batas alam berupa sungai di sebelah barat yaitu sungai Ciwera, di

bagian tengah dilalui sungai Cidurian, sungai Citengah dan Cikalong,

di sebelah timur dikelilingi sungai Cibogo dan Ciloning, sedangkan di

sebelah selatan oleh sungai Cibeureum sehingga wilayahnya rawan

mengalami bencana banjir. Selain itu kondisi topografi kota Sidareja

memiliki elevasi rendah (5-10 m di atas permukaan laut) sehingga

pada saat terjadi banjir juga menyebabkan wilayah tersebut rawan

34

35

untuk tergenang air. Genangan terjadi berkisar antara 20-70 cm dari

permukaan tanah, dengan genangan tertinggi sedalam 70 cm (BPBD,

2012).

2. Pelaksanaan Penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian tentang pengalaman

masyarakat saat banjir ini dilaksanakan kurang lebih 2 minggu terhadap 6

partisipan yaitu warga Desa Sidareja dan informan pendukung dalam

triangulasi sumber yaitu Kepala Desa Sidareja, Ketua BPBD Sidareja,

Ketua RW, dan anggota keluarga partisipan (suami, istri, ibu, kakak dan

anak). Tujuan dari informan pendukung ini adalah mendapatkan informasi

untuk membandingkan hasil jawaban dari partisipan dan memperkaya

informasi yang didapatkan saat penelitian. Data yang didapatkan dari

partisipan dan informan yaitu melalui wawancara mendalam dengan

menggunakan pedoman wawancara dan alat rekam. Sebelum melakukan

pengumpulan data, peneliti menyerahkan ijin penelitian ke Kantor Badan

Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas)

Kabupaten Cilacap, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),

Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD), Kecamatan Sidareja dan

Desa Sidareja.

Peneliti menentukan partisipan berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan yaitu masyarakat yang tinggal di Desa Sidareja. Wawancara

mendalam dilakukan di masing-masing rumah partisipan dan informan

pendukung pada siang, sore dan malam hari sehingga tidak mengganggu

aktivitas partisipan. Sesuai dengan penelitian kualitatif, proses

36

pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara mendalam

dihentikan apabila jawaban yang diberikan oleh partisipan telah mencapai

titik kejenuhan karena kemiripan jawaban yang berulang-ulang kali

diperoleh pada saat itu.

3. Karakteristik Partisipan dan Informan

a. Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal

di Desa Sidareja Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang telah

merasakan dan mengalami bencana banjir di desa tersebut. Jumlah

pastisipan yang peneliti dapatkan sebanyak 6 orang dengan

karakteristik yang berbeda dan dengan sukarela bersedia menjadi

partisipan di dalam penelitian ini.

Karakteristik partisipan berdasarkan data primer adalah:

Tabel 4.2 Karakteristik PartisipanPartisipan Alamat Jenis

kelaminUmur Pekerjaan Pendidikan Lama

tinggalAgama

P1 RT 3RW 1

P 21tahun

Wiraswasta SMA 6 bulan Islam

P2 RT 4RW 1

L 52tahun

Sopir Bus SMP 32 tahun Islam

P3 RT 4RW 1

P 28tahun

Pedagang SMA 28 tahun Islam

P4 RT 3RW 1

L 41tahun

SatpamPuskesmas

SMA 41 tahun Islam

P5 RT 1RW 4

P 45tahun

Ibu rumahtangga

SD 30 tahun Islam

P6 RT 1RW 1

P 40tahun

Pedagang SD 40 tahun Islam

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013

1) Partisipan 1

Partisipan 1 berjenis kelamin perempuan merupakan warga

Desa Sidareja yang bertempat tinggal di RT 3 RW 1. Jumlah

anggota keluarga yang bertempat tinggal di rumah partisipan 1

37

sebanyak 3 orang yang terdiri dari suami, istri dan 1 anak.

Partisipan 1 berumur 21 tahun, lulus SMA, dan bekerja sebagai

wiraswasta. Tinggal di Desa Sidareja selama 6 bulan, dua kali

mengalami banjir, dan beragama Islam. Wawancara mendalam

dilakukan di ruang tamu rumah partisipan pada pukul 12.00 saat

beliau sedang beristirahat.

2) Partisipan 2

Partisipan 2 berjenis kelamin laki-laki merupakan warga

Desa Sidareja yang bertempat tinggal di RT 4 RW 1. Jumlah

anggota keluarga yang bertempat tinggal di rumah partisipan 2

sebanyak 5 orang yang terdiri dari suami, istri, 2 anak dan 1 cucu.

Partisipan 2 berumur 52 tahun, lulus SMP, dan bekerja sebagai

wiraswasta sopir bus. Tinggal di Desa Sidareja selama 32 tahun,

sering mengalami banjir (minimal tiga kali), dan beragama Islam.

Wawancara mendalam dilakukan di ruang tamu rumah partisipan

pada pukul 10.00 saat beliau sedang beristirahat.

3) Partisipan 3

Partisipan 3 berjenis kelamin perempuan merupakan warga

Desa Sidareja yang bertempat tinggal di RT 4 RW 1. Jumlah

anggota keluarga yang bertempat tinggal di rumah partisipan 3

sebanyak 5 orang yang terdiri dari suami, istri dan 3 anak.

Partisipan 3 berumur 28 tahun, lulus SMA, dan bekerja sebagai

pedagang. Tinggal di Desa Sidareja selama 28 tahun, sering

mengalami banjir (minimal tiga kali), dan beragama Islam.

38

Wawancara mendalam dilakukan di ruang tamu rumah partisipan

pada pukul 20.00 saat beliau sedang beristirahat selesai bekerja.

4) Partisipan 4

Partisipan 4 berjenis kelamin laki-laki merupakan warga

Desa Sidareja yang bertempat tinggal di RT 3 RW 1. Jumlah

anggota keluarga yang bertempat tinggal di rumah partisipan 4

sebanyak 3 orang yang terdiri dari suami, istri dan 1 anak.

Partisipan 4 berumur 41 tahun dan bekerja sebagai satpam

Puskesmas Sidareja. Tinggal di Desa Sidareja selama 41 tahun,

sering mengalami banjir (minimal tiga kali), lulus SMA, dan

beragama Islam. Wawancara mendalam dilakukan di ruang tamu

rumah partisipan pada pukul 13.00 saat beliau sedang beristirahat

dan tidak sedang shift. Saat dilakukan wawancara mendalam,

partisipan 4 menggunakan baju biru lengan panjang dan celana

hitam.

5) Partisipan 5

Partisipan 5 berjenis kelamin perempuan merupakan warga

Desa Sidareja yang bertempat tinggal di RT 1 RW 4. Jumlah

anggota keluarga yang bertempat tinggal di rumah partisipan 5

sebanyak 4 orang yang terdiri dari suami, istri dan 2 anak.

Partisipan 5 berumur 45 tahun, sering mengalami banjir (minimal

tiga kali), lulus SD, dan pekerjaan ibu rumah tangga. Tinggal di

Desa Sidareja selama 30 tahun dan beragama islam. Wawancara

39

mendalam dilakukan di ruang tamu rumah partisipan pada pukul

10.00 saat beliau sedang beristirahat.

6) Partisipan 6

Partisipan 6 berjenis kelamin perempuan merupakan warga

Desa Sidareja yang bertempat tinggal di RT 1 RW 1. Jumlah

anggota keluarga yang bertempat tinggal di rumah partisipan 6

sebanyak 3 orang yang terdiri dari suami, istri dan 1 anak.

Partisipan 6 berumur 40 tahun, sering mengalami banjir (minimal

tiga kali), lulus SD dan bekerja sebagai pedagang. Tinggal di Desa

Sidareja selama 40 tahun, dan beragama Islam. Wawancara

mendalam dilakukan di ruang tamu rumah partisipan pada pukul

10.00 saat beliau sedang beristirahat dan libur berdagang.

b. Karakeristik Informan

1) Tokoh masyarakat

Tokoh masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian

ini yaitu Kepala Desa Sidareja, Kepala BPBD Sidareja dan Ketua

RW. Informan ini berfungsi untuk memberikan informasi tentang

kondisi wilayah Desa Sidareja ketika banjir, kebutuhan dan

bantuan yang tersalurkan kepada korban banjir, penanganan banjir

dan antisipasinya serta dampak dari banjir di Desa Sidareja.

2) Keluarga partisipan

Keluarga partisipan dalam penelitian ini merupakan

informan pendukung yang memberikan informasi tentang

bagaimana kondisi partisipan akibat mengalami banjir. Keluarga

40

partisipan yang menjadi informan pendukung yaitu suami, istri,

ibu, kakak dan anak.

4. Analisis tema

Berdasarkan hasil analisis data, peneliti menemukan 7 tema yang

menjelaskan pengalaman masyarakat saat banjir di Desa Sidareja

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Tema – tema tersebut antara lain

dampak yang muncul akibat banjir, kebutuhan masyarakat saat banjir,

pengetahuan mengenai banjir, harapan, peran masyarakat saat banjir,

mekanisme koping masyarakat terhadap dampak banjir, dan upaya

pemerintah terhadap banjir.

a. Tema I : Dampak yang muncul akibat banjir

Dampak banjir adalah pengaruh yang mendatangkan akibat negatif

maupun positif pada masyarakat akibat banjir antara lain berupa dampak

fisik dan dampak psikologis (akibat banjir dan saat tinggal di

pengungsian).

1) Dampak Fisik

Peneliti menemukan 2 kategori pada sub tema dampak fisik

yang muncul akibat banjir yaitu gatal – gatal dan diare. Pernyataan

kategori gatal – gatal tersebut diungkapkan oleh 4 partisipan. P1, P4,

P5 dan P6 mengeluhkan gatal – gatal pada kaki disebabkan karena

terkena air banjir. Berikut pernyataan partisipan :

“Kalau pas kena banjir itu kaya gitu, trus gatel-gatel ini lah itulah, pokoknya banyak banget itu deh, nggak kuat, ngungsi aja sampenggak..nggak pengen pulang, pengennya di pengungsian terus.Soalnya aku kalo bolak-balik kena banjiran tuh gatel, nggakbisa…nggak bisa kena gituan, udah gimana ya, nggak biasa”. (P1)

41

“Pasti yang namanya dampak dari banjir itu pasti penyakitgatal-gatal pasti datang”. (P4)

“Penyakitnya kadang-kadang diare, gatel-gatel”. (P5)

“Gatel sikile loh mba, kae nu pada korengan, lah wong padabanyuan, terus watuk, tapi ngger bar banjir masyaallah jijieh dalane,ya kesel lah wong ngangkuti kaya kae sih”. (P6)

Pernyataan kategori diare tersebut diungkapkan oleh 2

partisipan. P1 dan P5 mengungkapkan mengenai diare. Berikut

pernyataan partisipan:

“Banyak anak yang mencret lah, gatel – gatel lah, ini lah, itulah nggak karuan banget deh”. (P1)

“Penyakitnya kadang-kadang diare, gatel-gatel”. (P5)

Pernyataan kategori pekerjaan tertinggal tersebut diungkapkan

oleh P1. Berikut pernyataan partisipan:

“Pekerjaan jelas tertinggal, semuanya tertinggal,dagangannya tertinggal, apapun tertinggal, ya semuanya tertinggaldeh pokoknya udah nggak bisa ngapa-ngapain orang airnya gedesih”. (P1)

Pernyataan kategori perabotan rusak tersebut diungkapkan oleh

P2. Berikut pernyataan partisipan:

“Rumah pada rusak, ini kursi sekarang saya ganti pake begini,dulu pake kayu sering rusak, lemari pada rusak, kasur basah semuawaktu 2005, ini keropos semua, udah nggak bisa beli lagi lah,pusing”. (P2)

2) Dampak psikologis akibat banjir

Selain dampak fisik, partisipan juga mengeluh dampak

psikologis saat banjir yaitu panik, sedih, susah, takut, khawatir dan

sudah biasa. Berikut pernyataan partisipan :

42

“Orang baru pertama kena banjir ya panik bangetperasaannya gimana ya, ya gimana ya, ya namanya orang barupertama kena banjir ya kaget trus khawatir nggak karuan pokoknya yagitu lah banyak banget, banyak banget ini deh apa namanya kejadan-kejadian yang aneh pas kena banjir, namanya orang nggak biasa jadigimana ya, jadi agak-agak kalo liat air itu suka pusing kepalanya,orang pernah liat banjir sih.” (P1)

“Alah ya sedih, sedih lah wong sedih, udah biasa, paling kalauairnya udah tinggi masih hujan lah udah siap-siap pergi, susah lah,susah, kalau airnya gede banget ya takut, tapi kalau siang ke depan kerumah kakak, sore pulang bawa bekal, di rumah kakak nggak dapetapa-apa, kalau di sekolahan itu baru dapet bantuan, susah lah nggakpunya duit, nyariin duit susah, mesti harus prei”. (P2)

“Sedih, susah nggak bisa aktivitas, sedihnya ya beres-beresrumah, pikirannya udah biasa, tapi ya sempet…sempet ini sih mbapaniknya belakangnya kan kali takut jebol jadi agak was-was takutairnya ke depan bingung ngungsinya”. (P3)

“Ya mungkin kalo untuk masyarakat sini udah biasa, ya biasayang mengalami kebanjiran seperti itu”. (P4)

“Sedih banget mba sedih banget, sekarang aja anak saya udahgede-gede ya waktu dulu ka masih kecil-kecil uh repotnya mintaampun, waktu 2005 saya ngungsi di PDAM di sana setengah bulan lahbanjirnya di sini sampe setengah bulan sih, rumah aja udah maukelelep 2005 itu, masih panik takutnya ya dulu sekian nanti bisa lebihsekian lagi bisa lebih tinggi lagi, itu waktu 2005 kan nggak nyangkamba nggak nyangka mau tinggi banget serumah hampir keleleprumahnya, semeter lebih lah waktu 2005 makanya rumah saya kansemester seperempat itu banjirnya segitu mba waktu itu, panggungngikut dari banjir waktu itu, kadang-kadang banjir mau masuk mbaudah, udah di tanjakan nomer 5, padahal kalo udah di tanjakan nomer5 paling ke atasnya satu kilan itu udah khawatir kalo udah di tanjakannomer 5 di dalam pun udah siap di tingkasi mbok mlebu banyune”.(P5)

“Lah ya sedih, ya kepriwe lah mba, wong tapi lah wong wisdadi tempat tanggal laire aku neng kene ya kepriwe maning di saatangger lagi kaya kue sih ya memang musime udan bae ya banjir mbaangger lagi ora ya ora”. (P6)

Pernyataan kategori trauma diungkapkan oleh 2 partisipan. P1

dan P5 mengungkapkan mengenai trauma. Berikut pernyataan

partisipan:

43

“Jadi agak-agak kalo liat air itu suka pusing kepalanya, orangpernah liat banjir sih. Udah trauma udah aja ini, pikirannya udahnggak karuan banget deh mba, udah gimana ya kalo liat air iturasanya pusing, bentol-bentol badannya”. (P1)

“Jadi trauma, traumanya saya kalau lihat air, ya sekarang sihanaknya sudah gede udah bisa renang palah, sekarang sudah nggakbegitu trauma dulu waktu kecil kalau anak-anak keluar ya langsungdicari kalau airnya gede lebih baik nggak ngapa-ngapain sing pentingngurusin anak”. (P5)

3) Dampak psikologis saat di pengungsian

Beberapa dampak psikologis juga dikeluhkan partisipan saat

partisipan tinggal di pengungsian yaitu susah tidur, susah, sedih dan

senang. Berikut pernyatan partisipan:

“Ya gelisah nggak bisa tidur, banyak nyamuk, panas, panaskadang juga kalo missal hawanya lagi nggak tentu ya dingin bangetpanas ya panas banget ya gimana si kalo orang seruangan numpuk,numpuknya nggak karuan, nggak lagi-lagi deh, pengen ngungsi dirumah keluarga tapi kan kalo ketinggalan air kan nanti takutnya udahsurutkan lumpur di dalem rumahnya kering jadi susah dibersihin jadimending milih ngungsi”. (P1)

“Serba susah, ngendel-ngendelna jatah tapi nggak dijatah,bantuan kan dari perseorangan dari pemerintah nggak ada”. (P2)

“Kemaren iya ngungsi di sana di gedung yang lagi dibikin tokobelum dibikin, kemaren soalnya kan nempatin bangunan yang lagidibikin jadi ya masih ini lah apa bekas adukan-adukan itu yabangunan lagi dibikin sih masih di tanah mba tempatnya juga nggaklayak buat mandi juga nggak ada kamar mandi cuma ada sumur itusumur biasa belum ada kamar mandinya kalo buang air besar ya pakewc terbang pake kantong kresek, ya seneng-seneng susah, senengnyaya rame-rame ya sama-sama susah, susahnya ya tidur bukan di tempatsendiri ya tempatnya juga nggak ini lah ya biarpun istilahnya rumahsendiri gubug kan masih mending ya rumah sendiri, susahlah itubanyak nyamuk tempatnya kan nggak ada tutupnya sih cuma dikasihtenda malem dingin lah itu sih angin kalo ujan kan kemaren pas ujansih kalo malem ujan dingin gelap lampunya juga nggak ada lampunyasih kemaren, itu dikasih lampu satu penerangannya juga kurangjadinya kan gelap lah nggak ada lampunya nggak ada apa-apanya”.(P3)

44

“Lah ya di pengungsian pasti beda lah dengan di rumahtidurnya ya kurang nyenyak lah di situ pasti udah pasti di samping itujuga di koramil banyak anak-anak sih yaitu tidurnya pasti nggak akanenak”. (P4)

“Rasanya nggak enak mba, sedih kalau mau pulang kesiniairnya masih segini, kan 2005 dulu pas lebaran, pas lebaran kan sayanggak di rumah di pengungsian 2005, nggak bisa buat jalan, inikosong semua di sini, nggak ada orang kosong semua rumahnya”.(P5)

“Ya siji ya seneng pancen wong genah wis ngungsi batire akehseneng ketemu kaya kue, pindone genah anu nlangsa bada lebaran-lebaran deneng ngungsi neng nggon kaya kie kadang ya wong akuangger adine pada jaluk ngapura aring nyong bee nyong dadi melunangis nggregel kaya kue, tapi ya kepriwe maning nah wis kon musimekaya kie”. (P6)

b. Tema II : Kebutuhan dasar masyarakat saat banjir

Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Desa Sidareja saat

terjadi banjir dan saat tinggal di pengungsian berasal dari bantuan –

bantuan pemerintah, lembaga lain seperti LSM, dari toko – toko dan

perorangan. Berikut pernyataan partisipan :

“Ya kaya semacem mie instan terus eh minum-minumangitu,aqua,macem gitu sih kadang kalo misalnya pagi-pagi kita seringdibawain buat sarapan yang siang malem eh nggak pagi sama siangdoang malemnya kan ada sarimi tuh tapi nggak punya dapur umumsih nggak bikin dapur umum cuma dianter dari baledesa trus ke sinisoalnya nggak cuma satu pengungsian sih mba di sana di belakangada 5 kalo nggak salah nggak di sini aja sih yang banjir. Masalahnyanggak ada deh kayanya dipenuhin semua cuma ketelatanketerlambatannya aja, dipenuhin kaya semacem gula minyak aqua duitjuga dikasih, kayanya sih terpenuhi semua kalo menurut aku sih yanggak tau kalo menurut orang lain. Sarimi dapet 2 dus, gula, minyak,susu buat balita anak-anak, makanan buat anak-anak, bubur buatbayi, terus apa lagi ya duit iya duit, minum aqua, pagi siang dijaminmakan, ya masak sendiri di dapur tapi entah dapurnya dimana kalokami nggak punya dapur di situ, jadi di masakin di sana jadi semuapengungsian dikirim, menurut aku sih kaya gitu udah terpenuhi, adajajanan, sarden, gitu doang, mie doang yang paling banyak”. (P1)

45

“Dikasih dari kecamatan kemaren dikasih, kecamatan,sukarelawan dari itu loh yang dari telkomsel dikasih dari jogjadikasih, dan juga ada sukarelawan tapi nggak mau dikasih taunamanya gitu ya ngasih dari toko-toko sini dikasih beras, sarimi,bahan mentah, ada yang ngasih nasi bungkus dari kecamatan juganasi bungkus sehari tiga kali, terus yang mentah ya sarimi, aqua, terusselimut, terus dikasih daster lah, daster sarung itu kan buat yangbapak-bapak, ya Alhamdulillah kemaren sih iya ya cuma uang aja,uangnya nyari sendiri paling ya beras dikasih beras, minyak, sarimi,aqua, nasi bungkus cuma kan kaya anak-anak jajan gitu kan perluduit”. (P3)

“Bantuan banyakan biasanya berbentuk makanan, makananlangsung jadi, kadang-kadang mungkin nanti dari sukarelawan jugadatang tapi biasanya instan, mie gitu, mie sama beras tapi kemarenwaktu banjir besar kemaren makanan jadi, baik dari LSM pun adayang pada simpatik gitu langsung nasi bungkus untuk berapa posgitu”. (P4)

“Bantuan kadang-kadang dari kecamatan dari baledesa,sarimi, beras, kalo ada yang ngurusin dari pihak sini dari pemerintahkalo nggak ya nggak ada, tapi yang sering ya ada. Bantuan enggakterpenuhi semua, cuma dikasih itu sarimi, nasi bugkus, paling kadang-kadang beras kalo kebutuhan sehari-hari sendiri”. (P5)

“Waktu dulu udah sat itu memang dari pegadean wis satnggereng terus mengeneh memang mba dikontrol tapi tesih sene,didumi beras memang, berase mbuh sekitar 3 kg mbuh pira lah terusdinei sarimi. Bantuane wos, beras sekitar 3 kg sih kula ora ngerti yamba ngger langsung kang kana 5 kg soal ngger lewat maning 3 kg sihkula ora ngerti ya mba, sarimi terus kecap terus apa maning ya sijinemaning, kelalen lah mba, sarimi terus siji maning kula, nasi bungkuspernah, dijatah sekeluarga dibagi nasi rames pirang tum mulanenggone ngili ora nggawa apa-apa paling baju tidur, dibagi nasirames, sarimi, beras tiap KK, akeh banget mba, kumpul teng mrikusedaya”. (P6)

c. Tema III : Pengetahuan mengenai banjir

Pengetahuan warga masyarakat Desa Sidareja tentang banjir

yaitu pemahaman warga masyarakat Desa Sidareja akan tentang

penyebab banjir di Desa Sidareja. Penyebab banjir di Desa Sidareja

menurut partisipan dikarenakan Desa Sidareja merupakan dataran yang

46

rendah, tanggul jebol, banjir kiriman dan hujan deras. Berikut

pernyataan partisipan :

“Disini yang paling parah, paling parah disini soalnyakayanya, soalnya di sini apa yah datarannya paling rendah airnyanaik dari belakang ada dari depan, jadinya semuanya ngumpulnya disini di daerah sini”. (P1)

“Dataran sini kan dataran rendah bukan dataran tinggi kalosekang gunung hujan penyarang hujan air masuk ke sini, ini maungrasain hujan ngrasain banjir, ini kalinya udah banyak airnya udah,dulu ada yang jebol, ngungsi ke majenang”. (P2)

“Deres-deres banget, ujan deres ujan nyampe malem nyampepag nyampe sore, ujannya deres lah deres banget karena biarpun gaujan terus-terusan ujan seharian mesti anu banjir. Ada tanggul manaya ada yang jebol sih katanya, ciliwung apa ya, kali ciliwung ada yangjebol kalo nggak salah, cuma kan nggak ada pemberitahuan nih adatanggul jebol gitu ya cuman begitu air itu air udah masuk baru adapemberitahuan, udah pada siap-siap orang airnya datang dari jam 11malem”. (P3)

“Karena hujan, hujannya itu deresnya lebat banget sih, disamping itu kan daerah sini itu daerah yang paling rendahdatarannya, kalau pun nggak hujan di sini kalau daerah majenanghujan deras air akan ke sini banjirnya di sini nantinya terakhir sihairnya di sini paling bawah. Pokoknya setiap sehari aja dari pagisampe pagi lagi pasti banjir itu udah dipastikan mesti banjir cumanbanjirnya ya nggak besar sekali”. (P4)

“Nek banjir nek udan mriko gunung nggeh kon mendung mrikideres nggeh mpun blebek ngaten nek mboten udan sih, terangAlhamdulillah kena nggo blewera lah mriki nyenengi tapi ngger banjirlah niku kados niku”. (P6)

d. Tema IV : Harapan

Pada tema harapan dalam penelitian di desa Sidereja peneliti

hanya menemukan 1 sub tema yaitu harapan (konsep diri) dan

menemukan 2 kategori yaitu harapan internal serta harapan pelayanan

pemerintah. Harapan internal diungkapakan oleh 2 partisipan, berikut

pernyataan partisipan :

47

“Pengalaman pertama dan pengennya sih yang terakhir yatapi ternyata enggak”. (P1)

“Tapi ya kepriwe maning nah wis kon musime kaya kie tapisuatu saat kan ora kaya kue loh mba pikirane aku kan mng ngonohtapi ya kepriwe maning nah wis kon musime kaya kie tapi suatu saatkan ora kaya kue loh mba pikirane aku kan mng ngonoh”. (P6)

Harapan pelayanan pelayanan diungkapkan oleh partisipan

berikut :

“Kan ya kepengennya warga kan sebelum mendengar kabaryang buruk kan.” (P1)

e. Tema V : Peran masyarakat saat banjir

Pada tema peran masyarakat saat banjir dalam penelitian di

Desa Sidareja peneliti hanya menemukan 1 sub tema yaitu dukungan

sosial. Membantu mendata, membagi, dan menyediakan makanan

diungkapkan oleh 2 partisipan. Berikut pernyataan partisipan :

“Kemaren sih ikut bantu-bantu lah, bantu kecamatan di sinikan saya yang bagian data-data, data-data itulah di pengungsian kekecamatan ngambil bantuan, ikut bungkusin nasi bungkus, kalaukemaren saya sendiri biarpun nggak ngungi ya udah nggak apa-apajadi nggak maksain, dapet nasi bungkus ya dapet nasi bungkus tapikan ngga sama kaya yang ngungsi”. (P3)

“Saya dulu kan ikut BPBD itu, BPBD makenya jasa PMI,BPBD mungkin untuk juru masaknya belum ada makanya ngambildari PMI termasuk saya juga kebawa di situ di samping kebawa jugaya senang sama kegiatan kaya gitu sih saya, ya ibaratnya jadi relawangitu. Pengalamannya di kegiatan itunya aja bantu-bantu masyarakatyang kena banjir, pengalamannya banyak, kenalannya banyak di situbaik yang tadinya dari pejabat-pejabat tinggi dari kecamatan yangtidak tau jadi tau, jadi kontak”. (P4)

f. Tema VI : Mekanisme koping masyarakat terhadap dampak banjir

Hasil penelitian di Desa Sidareja diketahui aspek emotion

focused coping yang muncul adalah bentuk coping kontrol diri dengan

48

baik seperti menghindar untuk menghilangkan rasa jenuh dengan

mengobrol saat ada forum perkumpulan dengan harapan menemukan

solusi dari hasil perkumpulan tersebut. Berikut pernyataan partisipan :

“Ngungsi juga ada serunya juga sih, rame bisa ngobrol yapokoknya ada sedihnya ada suka dukanya deh pokoknya deh, yangobrol, becanda main sama anak-anak, banyak anak-anaknya jugasih, ngobrol, ya gitu-gitu doang sih”. (P1)

“Rame-rame mba sama-sama susahnya, ngobrol-ngobrol ibu-ibunya kan rame, trus saya juga ngebantuin bungkusin nasi bungkussih, ngobrol sama yang lain juga”. (P3)

“Ngelompok yang laki-laki biasanya di mushola, ngrokokbareng lembur, d aulanya sempit sih”. (P4)

“Bareng-bareng di atas ngobrol paling mba”. (P5)

Banjir yang sering terjadi membuat para partisipan hafal dalam

mengenal situasi menjelang datangnya banjir. Jika cuaca mendung atau

hujan deras dalam waktu yang lama partisipan sudah mulai bersiap –

siap dan menyelamatkan barang – barang ke tempat yang lebih tinggi.

Hal ini diungkapkan oleh partisipan sebagai berikut:

“Beres-beresnya dari semalem, dari malemnya kita sudahberes-beres karna kita memang sudah eh apa perkiraannya kitasegini-segini kan jadi memang sudah beres-beres udah nggak adaudah selese semua pokoknya malemnya, paginya baru kita angkat-angkat barang ya misalnya yang mau di bawa ke pengungsian kayabaju bantal apa-apa gitu baru di bawa ke pengungsian dah yanglainnya nggak ngapa-ngapain soalnya dari semalem udah diberesindah ngangkat-ngangkat ini ngangkat-ngangkat itu”. (P1)

“Tempat tidur diganjel biar tinggi, anak-anak di tempat tidurterus”. (P2)

“Naikin kursi, barang-barang elektronik ke atas”. (P4)

“Ya beres-beres ya naikin kasur perabotan dinaikin dulu kursimeja waktu 2005 kan belum di panggung rumah saya meja ditumpuk-tumpuk meja-meja kursi-kursi trus buat naruh kasur”. (P5)

49

g. Tema VII: Upaya pemerintah terhadap banjir

Banjir yang sering terjadi di Desa Sidareja membuat

pemerintah Desa Sidareja turun langsung menangani banjir di Desa

Sidareja baik masalah bantuan saat banjir terjadi maupun penanganan

untuk mengatasi banjir dengan cara perbaikan struktur desa

diantaranya normalisasi sungai dan rumah panggung. Berikut

pernyataan partisipan:

“Ya nggak tau ada pengerukan sungai aku nggak tau kalomasalah itu, kalo misalnya ada memang ya bagus lah Alhamdulillahyah, kalo ada bantuan dari pemerintah ya lebih bagus”. (P1)

“Rumah panggung disini banyak, yang nggak mampu-mampu,cor-coran bantuan”. (P2)

“Rumah panggung, tapi kan nggak semuanya, dijatah, satu RTtiga apa berapa. Pemerintah langsung survey, makanya kan pas waktusaya datain nasi bungkus saya kan minta 100 lah kalo nggak salahternyata kan diliat aktualnya orangnya nggak nyampe, terus ini yapinter-pinter sendiri ya mba soalnya kan kasian sama-samakebanjiran, ini ada yang kerja ada yang mancing ada yang ini padahalkan emang nggak ada pada nggak ngungsi tapi sih tetep saya jatah”.(P3)

“Iya ada survey, tempat carike kan deket jadi tau rumah-rumah mana yang butuh bantuan, rumah saya juga bantuan daripemerintah rumah panggung, sungai sebelah itu sungai cikalong jugasedang dikeruk”. (P5)

Pemerintah juga pernah menganjurkan masyarakat Desa

Sidareja khususnya RT 4 RW 1 untuk pindah ke Desa Kunci atau

istilahnya bedol desa namun masyarakat setempat menolak usulan

pemerintah Desa Sidareja tersebut karena sudah menjadi tanah

kelahiran. Hal ini diungkapkan oleh partisipan berikut ini :

“Pemerintah menganjurkan untuk pindah saja, tapi udahterkadung cinta di sini lair di sini jadi tetep aja nggak mau makanyaudah setiap tahun pasti ngalamin musim ujan itu udah pasti, dari

50

pemerintah juga ini sih dulu ya membikinkan rumah-rumah panggungcuma sekarang mungkin belum turun lagi, itu langsung daripemerintah, ada normalisasi sungai juga sekarang lagi dilaksanakanpengerukan-pengerukan sungai yang dangkal”. (P4)

51

B. Pembahasan

Pembahasan ini menjelaskan tentang karakteristik partisipan

interprestasi hasil penelitian, keterbatasan dalam penelitian dan berbagai

implikasi hasil penelitian bagi keperawatan. Interpretasi hasil penelitian

dilakukan dengan cara membandingkan hasil temuan pada penelitian ini

dengan berbagai hasil penelitian lain atau literatur yang lain. Keterbatasan

penelitian dilakukan dengan cara membandingkan proses penelitian yang

telah dilakukan oleh penelit dengan kondisi ideal yang harus dicapai.

Implikasi keperawatan dari penelitian ini akan dibahas dengan

mempertimbangkan keberlanjutan dan pengembangan penelitian ini bagi

pendidikan, pelayanan dan penelitian selanjutnya.

1. Interpretasi Hasil Penelitian

a. Tema I : Dampak yang muncul akibat banjir

Dampak fisik yang dikeluhkan partisipan akibat banjir di Desa

Sidareja adalah gatal-gatal dan diare. Dampak psikologis yang

dirasakan partisipan akibat banjir yaitu: panik, sedih, susah, takut,

khawatir dan sudah biasa. Sedangkan perasaan yang dirasakan saat

tinggal di pengungsian antara lain: susah tidur, susah, sedih dan senang.

Berbagai bencana kerap terjadi di Indonesia. Banyak korban

jiwa yang meninggal dunia, luka-luka fisik, cacat tetap, trauma batin,

kehilangan rumah tinggal bahkan mengalami gagal panen, bencana

tersebut tentu saja menyisakan sejumlah pekerjaan rumah yang harus

dibereskan bersama. Berbagai pihak, baik langsung maupun tidak

52

langsung, dituntut untuk memberi sumbangsih yang berarti guna

mengurangi beban penderitaan para korban. (Susetyo, 2007).

Kejadian bencana umumnya mempunyai dampak yang

merugikan seperti kerusakan sarana dan prasarana fisik maupun

pemukiman, terhambatnya aktifitas perekonomian dan korban manusia

baik cedera maupun meninggal dunia serta menyebabkan arus

pengungsian penduduk dari daerah bencana ke tempat yang lebih aman

(PPK Depkes RI, 2007).

1) Dampak Fisik

Dampak fisik yang dikeluhkan partisipan akibat banjir di

Desa Sidareja adalah gatal-gatal, diare, pekerjaan tertinggal dan

perabotan rusak.

Mistra (2007) mengungkapkan dampak banjir akan terjadi

pada beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-

aspek berikut ini:

a) Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal,

hanyut, tenggelam, luka-luka, korban hilang pengungsian,

berjangkitnya wabah dan penduduk terisolasi.

b) Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata

pencaharian, tidak berfungsinya pasar tradisional, kerusakan

atau hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya

perekonomian masyarakat.

53

2) Dampak Psikologis

Hasil penelitian di Desa Sidareja menunjukan bahwa

perasaan yang dirasakan partisipan akibat banjir yaitu: panik, sedih,

susah, takut, khawatir, trauma dan sudah biasa. Sedangkan

perasaan yang dirasakan saat tinggal di pengungsian antara lain:

susah tidur, susah, sedih dan senang.

Menurut penelitian yang telah dilakukan, bermacam –

macam sebab yang menimbulkan dampak psikologis akibat banjir

di Desa Sidareja Kecamatan Sidareja. Perasaan panik dan kaget

yang dirasakan partisipan disebabkan karena partisipan baru

pertama mengalami banjir. Khawatir disebabkan karena menurut

partisipan saat terjadi banjir banyak kejadian yang tidak terduga.

Trauma karena terdapat partisipan yang melihat langsung pernah

mengalami kecelakaan saat banjir, yaitu tenggelam. Sedih dan

susah karena harus merasakan dampak fisik banjir yaitu tidak dapat

beraktivitas, harus membersihkan rumah dari sisa banjir. Takut dan

was – was kalau volume air besar dan tanggul jebol. Terdapat

partisipan yang merasa sudah biasa karena sering mengalami

banjir. Penyebab munculnya dampak psikologis pada partisipan

saat tinggal di pengungsian. Gelisah karena partisipan merasa tidak

bisa tidur. Susah disebabkan partisipan merasa kurang dalam hal

bantuan serta mengeluh banyak nyamuk di tempat pengungsian.

Partisipan juga merasa senang karena bisa kumpul ramai – ramai

dengan pengungsi yang lain.

54

Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa

atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu

yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana. (UU RI

No. 24 Tahun 2007)

Dampak psikologis korban bencana menurut Parkinson

(2000) seringkali tetap berlangsung meski bencana sudah berakhir.

Hal ini mengindikasikan bahwa dampak psikologis ada yang

bersifat laten. Laten berarti dampaknya tidak langsung tampak saat

bencana namun, laten juga dapat berarti gangguan psikologis

muncul dalam bentuk simtom-simtom fisik.

Respon atau reaksi seseorang terhadap stressor psikososial

yang dialami berbeda satu dengan yang lainnya. Keluhan-keluhan

yang dialami partisipan termasuk dalam kategori gangguan

kecemasan. Kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan alam

perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau

kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami

gangguan dalam menilai realistas, kepribadian masih tetap utuh.

Perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal.

Pada gangguan kecemasan, gejala-gejala yang dikeluhkan

penderita didominasi oleh keluhan-keluhan psikis (ketakutan/

kekhawatiran) tetapi dapat pula disertai oleh keluhan-keluhan fisik

(somatis) seperti cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan

pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, gelisah,

takut sendirian dan mengalami gangguan pola tidur (Hawari, 2001).

55

Dari hasil penelitian, didapatkan pula partisipan yang

merasa biasa saja pada saat bencana banjir berlangsung. Hawari

(2001) mengemukakan bahwa tidak semua orang yang mengalami

stressor psikososial yang sama akan mengalami stress, cemas atau

depresi hal ini tergantung dari struktur kepribadian seseorang

dipengaruhi oleh pendidikan orang tua di rumah, pendidikan di

sekolah, pengaruh lingkungan pergaulan sosialnya serta

pengalaman-pengalaman dalam kehidupannya.

b. Tema II : Kebutuhan dasar masyarakat saat banjir

Pemenuhan kebutuhan masyarakat Desa Sidareja saat terjadi

banjir dan saat tinggal di pengungsian berasal dari bantuan – bantuan

pemerintah, lembaga lain seperti LSM, dari toko – toko dan perorangan.

Bantuan kebutuhan yang diterima masyarakat Sidareja berupa

makanan langsung jadi seperti nasi bungkus, makanan instan seperti

mie, beras, minyak, dll dan barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti

daster, selimut dan sarung. Terdapat partisipan yang merasa kebutuhan

terpenuhi ada pula partisipan yang merasa kebutuhan tidak terpenuhi.

Gustavsson (2003) mengemukakan bahwa bencana alam tidak

hanya merusak bangunan secara fisik, namun juga akan mempengaruhi

mental dan keadaan sosial dari masyarakat yang terkena bencana.

Kekurangan makanan, obat-obatan, penyebaran penyakit pasca

bencana, dan kebutuhan untuk tempat berlindung sebagai pengganti

rumah yang tidak bisa ditempati menyebabkan keadaan sosial di

masyarakat menjadi berbeda dengan keadaan sebelum bencana.

56

Keadaan sosial yang terpengaruh oleh bencana ini bisa diperparah

dengan lambatnya penanganan korban bencana dan pengiriman bantuan

(Duran, 2010). Keadaan ini didukung oleh kelemahan utama rantai

pasok kemanusiaan, yaitu: kurangnya koordinasi (visibilitas informasi

selama proses distribusi bantuan) dan prosedur penanganan yang

kurang baik (Davidson, 2006).

Penelitian Cuervo, dkk. (2010) membagi dua jenis barang

bantuan yang akan dikirimkan ke pengungsi, yaitu bahan makanan dan

air. Kedua jenis barang bantuan tersebut harus dipenuhi tepat pada saat

ada permintaan karena kedua barang bantuan tersebut adalah barang

bantuan yang dibutuhkan setiap hari dan habis dikonsumsi. Penelitian

tersebut bertujuan untuk membuat sebuah model awal dengan sistem

dinamik untuk mendukung pemahaman yang lebih baik dari masalah

dan untuk memahami kompleksitas dari pengiriman bantuan

kemanusiaan.

Menurut Efendi (2009) setiap orang yang terkena bencana

berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan

memperoleh ganti rugi akibat bencana yang disebabkan oleh kegagalan

konstruksi. Dalam hal ini, pemerintahlah yang memiliki kewajiban

terhadap hal tersebut sesuai dengan Undang – Undang Nomor 27 Tahun

2004 yang berisi kewajiban pemerintah yaitu menjamin pemenuhan hak

masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan merata

sesuai dengan standar pelayanan minimum.

57

c. Tema III : Pengetahuan mengenai Banjir

Pengetahuan warga masyarakat Desa Sidareja tentang banjir

yaitu pemahaman warga masyarakat Desa Sidareja akan tentang

penyebab banjir di Desa Sidareja. Penyebab banjir di Desa Sidareja

menurut partisipan dikarenakan Desa Sidareja merupakan dataran yang

rendah, tanggul jebol, banjir kiriman dan hujan deras.

Banjir adalah meluapnya aliran sungai akibat melebihi kapasitas

tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau

daerah yang lebih rendah di sekitarnya (Yulaelawati dan Syihab, 2008).

Menurut Maryono (2005), banjir yang terus berlangsung di

Indonesia disebabkan oleh empat hal:

a) Faktor hujan yang lebat, tetapi faktor ini tidak selamanya

menyebabkan banjir

b) Menurunnya resistensi DAS terhadap banjir akibat perubahan tata

guna lahan

c) Faktor kesalahan pembangunan alur sungai, seperti; pelurusan

sungai, pembetonan dinding dan pengerasan tampang sungai.

d) Faktor pendangkalan sungai, termasuk faktor penting pada kejadian

banjir, karena menyebabkan pengecilan tampang sungai, sehingga

tidak mampu lagi mengalirkan air yang melewatinya dan meluap

(banjir).

Penyebab banjir juga dijelaskan oleh badan yang menangani

bencana yaitu BPBD (2012), salah satunya adalah bencana banjir,

antara lain:

58

a) Curah hujan tinggi

b) Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.

c) Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan

pengaliran air keluar sempit.

d) Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.

e) Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan

di pinggir sungai.

f) Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.

d. Tema IV : Harapan

Pada tema harapan dalam penelitian di desa Sidereja peneliti

hanya menemukan 1 sub tema yaitu harapan (konsep diri) dan

menemukan 2 kategori yaitu harapan internal serta harapan pelayanan

pemerintah. Harapan internal yang muncul adalah harapan agar banjir

di Desa Sidareja tidak terulang kembali. Harapan pelayanan pemerintah

yang muncul yaitu harapan agar pelayanan masyarakat tidak datang

terlambat.

Konsep diri merupakan seperangkat harapan serta penilaian

perilaku yang merujuk kepada harapan-harapan tersebut (Mc Candless

dalam Pudjiyogyanti, 1985).

Pernyataan Aldita (2004) dalam Shofia (2009) yang

mengungkapkan bahwa seseorang yang optimis tidak akan merasa puas

dengan keadaan mereka sekarang. Seseorang akan berusaha mengubah

keadaan sekarang menjadi lebih baik dari sebelumnya dan berusaha

tidak mengulangi hal buruk yang pernah dilaluinya.

59

e. Tema V : Peran masyarakat saat banjir

Pada tema peran masyarakat saat banjir dalam penelitian di

Desa Sidareja peneliti hanya menemukan 1 sub tema yaitu dukungan

sosial. Membantu mendata, membagi, dan menyediakan makanan

Sarafino (dalam Smet, 1994) menambahkan bahwa lingkungan

sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan

kepedulian atau membantu orang, menerima dari orang-orang atau

kelompok.

Penanganan yang segera setelah kejadian untuk mengurangi

dampak negatif dari bencana atau peristiwa traumatis serta memperkuat

proses pemulihan penyintas menjadi hal yang penting. Keterbatasan

tenaga profesional di bidang psikososial dan kesehatan jiwa membuat

tidak semua permasalahan yang ada bisa ditangani dengan optimal.

Untuk itulah perlu upaya memberdayakan relawan dan masyarakat itu

sendiriagar mereka dapat melakukan penanganan awal. Dalam konteks

inilah Pyschological First Aid (PFA) atau dukungan psikologis awal,

sebagai salah satu upaya intervensi krisis memiliki nilai strategis untuk

dikembangkan (Cahyono dan Sumampouw, 2009). Slamet (2009)

mengemukakan relawan adalah orang yang tanpa dibayar menyediakan

waktunya untuk mencapai tujuan organisasi, dengan tanggung-jawab

yang besar atau terbatas, tanpa atau dengan sedikit latihan khusus, tetapi

dapat pula dengan latihan yang sangat intensif dalam bidang tertentu,

untuk bekerja sukarela membantu tenaga profesional.

60

f. Tema VI : Mekanisme koping masyarakat terhadap dampak banjir

Mekanisme coping yang dilakukan masyarakat Desa Sidareja

terhadap dampak psikologis yang dirasakan partisipan saat tinggal di

pengungsian yaitu: mengobrol adalah hal yang sering dilakukan oleh

perempuan sedangkan yang biasa dilakukan oleh laki-laki adalah

berkumpul mengelompok, merokok dan lembur.

Pramadi (dalam Wardani , 2009) mengatakan bahwa coping

behaviour secara bebas diartikan sebagai suatu perilaku untuk

menghadapi masalah, tekanan, atau tantangan, selain itu merupakan

respon perilaku yang bersifat perilaku psikologis untuk mengurangi

tekanan yang sifatnya dinamis. Perilaku coping juga diartikan sebagai

tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan

sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah. Chaplin

(dalam Wardani, 2009). Jika individu dapat menggunakan perilaku

copingnya dengan baik maka ia dapat melakukan penyesuaian sosial

dengan baik pula.

Emotion Focused Coping lebih banyak berorientasi pada bentuk

kontrol diri dan lari atau manghindar. Sedangkan pengalihan, penilaian

positif, penerimaan tanggung jawab berbeda pada setiap individu dalam

memaknai kejadian bencana banjir dan posisi individu saat terjadi

banjir (Khasan dan Widjanarko, 2011).

Khasan dan Widjanarko (2011) dari bentuk konfrontatif Dari

bentuk pemecahan masalah yang terencana, muncul di semua informan

61

hasilnya dari keseluruhan meliputi tahapan keselamatan jiwa, barang-

barang elektronik, kebutuhan sandang-pangan, dan hewan ternak.

Oleh karena banjir yang terus menerus terjadi, tentunya

masyarakat mempunyai cara atau srategi sendiri untuk mengatasi

bencana banjir. Hal tersebut dikenal dengan nama coping, secara

teoritis coping merupakan upaya seseorang baik secara kognitif ,

afektif, dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal

secara spesifik (Croker, dkk, 1999)

g. Tema VII : Upaya pemerintah

Upaya pemerintah Desa Sidareja terhadap banjir antara lain:

pengerukan sungai, program rumah panggung, dan program bedol desa.

Menurut Sunarti (2007) aspek penanggulangan bencana alam

yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2006 hingga 2007:

1) Fase pra bencana: meliputi perencanaan, mitigasi, dan

kesiapsiagaan.

2) Fase saat bencana (tanggap darurat): meliputi preparadness,

organisasi dan kelembagaan, pendanaan, media center, mobilisasi

logistik, mobilisasi pengungsi, dan social capital.

3) Fase pasca bencana: meliputi penanggulangan korban (misalnya

pengungsi), pendanaan, rehabilitasi bangunan, rekonstruksi fisik

dan non fisik, organisasi dan kelembagaan, dan social capital.

Penanggulangan bencana tingkat daerah baik propinsi maupun

kabupaten/kota diamanatkan oleh Undang – Undang 24 Tahun 2007

untuk membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

62

yang pedoman pembentukannya disiapkan oleh Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) yang berdasarkan Peraturan Presiden

No. 8 Tahun 2008 telah ditetapkan pada tanggal 26 Januari 2008

(Maarif, 2010).

2. Keterbatasan penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan menggunakan

data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam. Keterbatasan

penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada peneliti. Penelitian ini

sangat tergantung kepada interpretasi peneliti tentang makna yang tersirat

dalam wawancara sehingga kecenderungan untuk bias masih tetap ada.

Untuk mengurangi bias maka dilakukan proses triangulasi, yaitu

triangulasi sumber.

3. Implikasi keperawatan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa masyarakat yang

mengalami banjir sebagian besar mengalami dampak fisik dan dampak

psikologis. Hal ini menjadi tugas bagi perawat untuk dapat membantu

masyarakat dalam perawatan masyarakat yang mengalami dampak fisik

sakit, perawat bisa memberi perawatan dan memberikan obat. Sedangkan

bagi perawat komunitas dapat membantu masyarakat mengatasi dampak

psikologis yang mereka rasakan. Bisa melalui penyuluhan dengan

memberikan informasi cara mengatasi dan mengalihkan dampak

psikologis. Peran perawat bisa dikatakan multiple; sebagai bagian dari

penyusun rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim

pengkajian kejadian bencana.

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dampak yang muncul akibat banjir di Desa Sidareja meliputi dampak fisik

dan dampak psikologis. Dampak fisik yaitu gatal-gatal, diare, pekerjaan

tertinggal dan perabotan rusak. Dampak psikologis akibat banjir yaitu

panik, sedih, susah, takut, khawatir, trauma dan sudah biasa. Dampak

psikologis saat tinggal di pengungsian antara lain: susah tidur, susah, sedih

dan senang.

2. Pemenuhan kebutuhan masyarakat Desa Sidareja saat terjadi banjir dan

saat tinggal di pengungsian berasal dari bantuan – bantuan pemerintah,

lembaga lain seperti LSM, dari toko – toko dan perorangan.

3. Penyebab banjir di Desa Sidareja adalah dataran yang rendah, tanggul

jebol, banjir kiriman dan hujan deras.

4. Harapan yang muncul pada masyarakat Desa Sidareja akibat banjir

meliputi harapan internal serta harapan pelayanan pemerintah. Harapan

internal yang muncul adalah harapan agar banjir di Desa Sidareja tidak

terulang kembali. Harapan pelayanan pemerintah yang muncul yaitu

harapan agar pelayanan masyarakat tidak datang terlambat.

5. Peran masyarakat saat banjir di Desa Sidareja dalam dukungan sosial yaitu

menjadi relawan meliputi membantu mendata, membagi dan menyediakan

makanan.

63

64

6. Mekanisme kopimg masyarakat Desa Sidareja terhadap banjir yaitu

mengobrol, berkumpul mengelompok, merokok, lembur dan antisipasi

banjir seperti menaikkan barang ke tempat yang lebih tinggi.

7. Upaya pemerintah Desa Sidareja terhadap banjir meliputi pengerukan

sungai, program rumah panggung, dan program bedol desa.

B. Saran

1. Penelitian ini dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya

dengan memperluas sudut pandang penelitian.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk Dinas Kesehatan

dan lembaga terkait lainnya tentang pengalaman banjir. Hasil ini juga

dapat dijadikan bahan masukan untuk mengetahui dampak apa saja yang

dirasakan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Akudugu, M.A., Bittoh, S., Mahama, E.S. (2012). The implication of climate.change on flood security and rural livelihoods : experience from NorthenGhana. Journal Of Environment and Earth Science, Vol 2 No 3

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: rinekacipta.

BPBD. (2012). Laporan kejadian bencana tahun 2009 – 2011. Diakses dariwww.bnpb.go.id tanggal 30 Desember 2012.

Buzdar, M.A., Ali, A. (2011). Sosial – economic affects of floods on femaleteachers in Jampur (Pakistan). Turkhis Online Journal Of QualitativeInquiri.

Croker, Kowalski, ; Graham, Lazarus. (1999). Measurement of Coping StrategiesIn Sport. Morgantown, WV: Fitness Information Technology.

Cuervo, R., F. Diaz, et al. (2010). "Humanitarian Crisis: When Supply ChainsReally Matter." Universidad De Los Andes, Departamento De IngenieríaIndustrial.

Davidson, A. L. (2006). "Key Performance Indicators in Humanitarian Logistics."(Massachusetts: Massachussets Institute of Technology).

Duran, S., Gutierrez, S.A., Keskinocak, P. (2010)."Pre-Positioning of EmergencyItems Worldwide for CARE International."Interfaces (Segera).

Effendy, N. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat edisi 2.Jakarta : EGC.

Efendi, F., Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori danpraktek dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Eni, dkk. (2011). Flood and its impact on farmlands in Itigidi, abi localgovernment area, cross river state Nigeria. International Journal OfHumanities and Social Science, Vol 1 No 9

Fauzi, M.R. (2011). Geografis Indonesia. Diakses darihttp://myblogrezafauzi.blogspot.com/2011/04/geografis indonesia.htmltanggal 11 januari 2013.

Gustavsson, L. (2003). Humanitarian logistics: context and challenges. FMR.

Hawari. (2001). Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: FakultasKedokteran Indonesia.

Kar, N. (2009). Psychological impact of disasters on children: review ofassessment and interventions. World journal of Pediatrics, Vol 5 No 1

Khasan, M., & Widjanarko, M. (2011). Perilaku coping masyarakat menghadapibanjir. Jurnal Psikologi Pitutur, Vol 1 No 2

Maarif, S. (2010). Bencana dan penanggulangannya tinjauan dari aspeksosiologis.Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol 1 No 1

Maryono A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, dan Lingkungan. GadjahMada University Press.Yogyakarta.

Mawardi, E., & Sulaeman, A. (2011). Partisipasi masyarakat dalam penguranganresiko bencana banjir. Surakarta: Pusat Penelitian dan PengembanganSumber Daya Air.

Mistra. (2007). Antisipasi rumah di daerah rawan banjir. Griya kreasi: Jakarta.

Moleong. (2009). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung : PTRemaja Rosdakarya.

Oman, K.S. (2008). Panduan belajar keperawatan emergency. Jakarta: EGC.

Parkinson, frank.(2000). Post trauma stress : a personal guide to reduce thelongterm effects and hidden damage caused by violence and disarter.Fisher book

Poerwadarminta, W.J.S. (2005). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.

Pudjijogyanti, C.R. (1985). Konsep diri dalam ilmu pendidikan. Jakarta: Arcan.

Puskesmas Sidareja Tahun (2012).

Profil Desa Sidareja Tahun (2012).

Rahab, Wahyuni, P. (2011). Teknik penggalian data kualitatif panduan untukpenelitian ekonomi bisnis dan ilmu sosial. Purwokerto : UPT Percetakandan Penerbitan UNSOED.

Ramotra, K.C., Patil P.T. (2012). Impact of flood on PrayagChikhali village ofKarveer Tehsil in Mahastra (India) : a comparative analysis (2005 – 2006).Journal Of Environment and Earth Science, Vol 2 No 6

Samadi, (2007). Geografi 1. Jakarta: Yudhistira.

Sarafino, E.P. (1994). Health psychology. Jakarta: PT Gramedia.

Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto : UPTPercetakan dan Penerbitan UNSOED.

Shofia, F. (2009). Optimisme masa depan narapidana. Diakses darihttp://www.eprints.ums.ac.id tanggal 2 Agustus 2013.

Slamet, M. (2009). VoluntaryOrganization.margonoipb.files.wordpress.com/2009/03/8.volunteersm.ppt.

Smet, B. (1994). Psikologi Sosial. Jakarta: PT Grasindo.

Sudarminta, J. (2002). Epistemologi dasar pengantar filsafat pengetahuan.Yogyakarta: kanisius.

Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

________. (2009). Statistik untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

________. (2011). Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta.

Sunarti, E. (2007). Evaluasi penanggulangan bencana. Bogor: IPB.

Susetyo, B, D, P. (2007). Psikologi Bencana: Pemetaan Masalah Sosial DanStrategi Kebijakan. Jurnal Indonesia Dalam Bencana. Semarang: FakultasPsikologi UNIKA Soegijapranata.

Sutardjo, S. (2010). Penanganan bencana, dampak psikologis terhadap korbanbencana alam, penanganan anak-anak di daerah bencana. Diakses darihttp://susansutardjo.blogdetik.com/tag/penangan-anak-anak-di-daerah-bencana/ tanggal 10 januari 2013.

Undang- Undang RI No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

Vardiansyah, D. (2008). Filsafat ilmu komunikasi suatu pengantar. Jakarta:Indeks.

Wardani, D.S. (2009). Strategi coping orang tua menghadapi anak autis. Skripsi,Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wardiyatmoko, K. (2006). Geografi. Jakarta: Erlangga.

West, Richard & Turner, Lynn H. (2008).Pengantar Teori Komunikasi Edisi 3.Jakarta: Salemba Humanika.

Yulaelawati, E. & Syihab, U. (2008). Mencerdasi bencana: banjir, tanah longsor,tsunami, gempa bumi, gunung api, kebakaran. Jakarta: PT Grasindo.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Partisipan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN

Kepada Yth.

Saudara ..................................

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Lulu Fadilah

NIM : G1D009021

Adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu

Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman yang akan mengadakan penelitian dengan

judul “Pengalaman Masyarakat saat Bencana Banjir di Desa Sidareja Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap.” Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengalaman yang

telah dialami masyarakat saat banjir.

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan kerendahan hati saya memohon

kesediaan saudara untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Semua data maupun

informasi yang dikumpulkan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan

untuk kepentingan penelitian. Jika bersedia untuk menjadi responden, mohon saudara

untuk menandatangani pernyataan kesediaan menjadi responden.

Atas perhatian dan kesediaan saudara, saya ucapkan terima kasih.

Purwokerto, Juni 2013

Peneliti,

( Lulu Fadilah)

Lampiran 2. Persetujuan Menjadi Partisipan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Setelah membaca dan memahami penjelasan serta tujuan dari penelitian ini, saya

yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ..................................

Umur : ..................................

Alamat : ..................................

..................................

Menyatakan bersedia untuk menjadi partisipan dalam penelitian berjudul

“Pengalaman Masyarakat saat Bencana Banjir di Desa Sidareja Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap.” yang dilakukan oleh Lulu Fadilah mahasiswa Jurusan

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Purwokerto, Juni 2013

Partisipan,

( )

Lampiran 3. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

PENGALAMAN MASYARAKAT SAAT BENCANA BANJIRDI DESA SIDAREJA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

Kode : ( diisi oleh peneliti )

1. Seberapa sering banjir terjadi di desa ini?

2. Apa yang saudara ketahui tentang banjir?

3. Jenis-jenis banjir itu apa saja?

4. Penyebab banjir itu apa?

5. Apa saja dampak yang ditimbulkan saat banjir datang? (fisik/psikologis)

6. Bagaimana perasaan saudara ketika banjir datang? (cemas/takut/biasasaja/lain-lain)

7. Apa yang pertama saudara lakukan pertama kali dan pengalaman saudara pada saat

menghadapi banjir?

8. Apakah saudara pernah mengungsi saat terjadi banjir? Jika iya, bagaimana perasaan

saudara ketika di tempat pengungsian?

9. Bagaimana saudara mengatasi perasaan yang saudara rasakan saat di pengungsian?

10. Bantuan kebutuhan apa saja yang saudara dapatkan pada saat di tempat pengungsian?

11. Apa saja upaya pemerintah terhadap banjir?

Lampiran 4. Data Demografi Partisipan

DATA DEMOGRAFI

Identitas Responden :

Kode : ( diisi oleh peneliti )

Tanggal Pengisian :

1. Inisial Nama Klien :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Dari Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Dari BAPPEDA

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian Dari Desa

Lampiran 8. Transkip Analisa Data

PENGALAMAN MASYARAKAT SAAT BENCANA BANJIR DI DESA SIDAREJA KECAMATAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP

Kata kunci kategori Sub tema Temasoalnya di sini apa yah datarannya paling rendah...dataran sini kan dataran rendah bukan dataran tinggidaerah sini itu daerah yang paling rendahdatarannya

Dataran rendah Penyebab banjir Pengetahuan mengenaibanjir

sekang gunung hujan penyarang hujan air masuk kesinikalau pun nggak hujan di sini kalau daerah majenangmajenang hujan deras air akan ke sini banjirnya disini nantinya terakhir sih airnya di sini paling bawahnek banjir nek udan mriko gunung nggeh konmendung mriki deres

Banjir kiriman

dulu ada yang jebol, ngungsi ke majenangAda tanggul mana ya ada yang jebol sih katanya,ciliwung apa ya, kali ciliwung ada yang jebol kalonggak salah

Tanggul jebol

deres-deres banget, ujan deres ujan nyampe malemnyampe pagi nyampe sorehujannya itu deresnya lebat banget sihmriki deres nggeh mpun blebek ngaten

Hujan deras

kalau pas kena banjir itu kaya gitu, trus gatel-gatel inilah itu lahpasti yang namanya dampak dari banjir itu pastipenyakit gatal-gatal pasti datangpenyakitnya kadang-kadang diare, gatel-gatelgatel sikile loh mba, kae nu pada korengean

Gatal - gatal Dampak fisik Dampak yang muncul akibatbanjir

Banyak anak yang mencret lahpenyakitnya kadang-kadang diare, gatel-gatel

Diare

Pekerjaan jelas tertinggal, semuanya tertinggal,dagangannya tertinggal, apapun tertinggal, yasemuanya tertinggal deh pokoknya udah nggak bisangapa-ngapain orang airnya gede sih

Pekerjaan tertinggal

Rumah pada rusak, ini kursi sekarang saya ganti pakebegini, dulu pake kayu sering rusak, lemari padarusak, kasur basah semua waktu 2005, ini keropossemua, udah nggak bisa beli lagi lah, pusing

Perabotan rusak

orang baru pertama kena banjir ya panik bangetperasaannya gimana yasempet ini sih mba paniknya belakangnya kan kalimasih panik takutnya ya dulu sekian nanti bisa lebihsekian lagi bisa lebih tinggi lagi

panik dampak psikologis saatbanjir

alah ya sedih, sedih lah wong sedihsedihnya ya beres-beres rumahsedih banget mba sedih bangetlah ya sedih, ya kepriwe lah mba

sedih

susah lah nggak punya duit, nyariin duit susah, mestiharus preisusah nggak bisa aktivitas

susah

kalau airnya gede banget ya takuttakut jebol jadi agak was-was takut airnya ke depanbingung ngungsinyamasih panik takutnya ya dulu sekian nanti bisa lebihsekian lagi bisa lebih tinggi lagi

takut

kaget trus khawatir nggak karuan pokoknya ya gitulahkhawatir kalo udah di tanjakan nomer 5 di dalam punudah siap di tingkasi mbok mlebu banyune

khawatir

udah biasa, paling kalau airnya udah tinggi masih Sudah biasa

hujan lah udah siap-siap pergi ya mungkin kalo untukmasyarakat sini udah biasa, ya biasa yang mengalamikebanjiran seperti itujadi agak-agak kalo liat air itu suka pusing kepalanya,

orang pernah liat banjir sih. Udah trauma udah aja

ini, pikirannya udah nggak karuan banget deh mba,

udah gimana ya kalo liat air itu rasanya pusing, bentol-

bentol badannya

jadi trauma, traumanya saya kalau lihat air, ya

sekarang sih anaknya sudah gede udah bias renang

palah, sekarang sudah nggak begitu trauma dulu

waktu kecil kalau anak-anak keluar ya langsung dicari

kalau airnya gede lebih baik nggak ngapa-ngapain

sing penting ngurusin anak

trauma

ya gelisah nggak bisa tidur, banyak nyamuk,panaslah ya di pengungsian pasti beda lah dengan di rumahtidurnya ya kurang nyenyak lah

Susah tidur Dampak psikologis saat dipengungsian

serba susah, ngendel-ngendelna jatah tapi nggakdijatahsusah, susahnya ya tidur bukan di tempat sendiri yatempatnya juga nggak ini lah ya biarpun istilahnyarumah sendiri gubug kan masih mending ya rumahsendiri, susahlah itu banyak nyamuk tempatnya kannggak ada tutupnya sih

susah

rasanya nggak enak mba, sedih kalau mau pulangkesini airnya masih seginipindone genah anu nlangsa bada lebaran-lebarandeneng ngungsi

sedih

seneng-seneng susah, senengnya ya rame-rame yasama-sama susahya siji ya seneng pancen wong genah wis ngungsibatire akeh seneng ketemu kaya kue

senang

baledesa trus ke sini soalnya nggak cuma satupengungsian sih mba di sana di belakang ada 5 kalonggak salah nggak di sini aja sih yang banjir.Masalahnya nggak ada deh kayanya dipenuhin semuacuma ketelatan keterlambatannya ajadikasih dari kecamatan kemaren dikasih, kecamatan,sukarelawan dari itu loh yang dari telkomsel dikasihdari jogja dikasih, dar juga ada sukarelawan tapinggak mau dikasih tau namanya gitu ya ngasih daritoko-toko sini dikasihbantuan banyakan biasanya berbentuk makanan,makanan langsung jadi, kadang-kadang mungkin nantidari sukarelawan juga datang, baik dari LSM pun adayang pada simpatikbantuan kadang-kadang dari kecamatan dari baledesawaktu dulu udah sat itu memang dari pegadean wissat nggereng terus mengeneh memang mba dikontroltapi tesih sene

Bantuan Pemenuhan kebutuhanmasyarakat

Kebutuhan masyarakat saatbanjir

Pengalaman pertama dan pengennya sih yangterakhir yaSuatu saat kan ora kaya kue loh mba pikirane akukan ya kepengennya warga kan sebelum mendengarkabar yang buruk kan

Harapan internal

Harapan pelayananpemerintah

Harapan

Kemaren sih ikut bantu-bantu lah, bantu kecamatandi sini kan saya yang bagian data-data, data-dataitulah di pengungsian ke kecamatan ngambilbantuan, ikut bungkusin nasi bungkus, kalaukemaren saya sendiri biarpun nggak ngungi ya udah

Membantu mendata,membagi, dan

menyediakan makanan

Dukungan sosial Peran masyarakat

nggak apa-apa jadi nggak maksain, dapet nasi bungkusya dapet nasi bungkus tapi kan ngga sama kaya yangngungsiSenang sama kegiatan kaya gitu sih saya, ya ibaratnyajadi relawan gitu. Pengalamannya di kegiatan itunyaaja bantu-bantu masyarakat yang kena banjir,pengalamannya banyak, kenalannya banyak di situbaik yang tadinya dari pejabat-pejabat tinggi darikecamatan yang tidak tau jadi tau, jadi kontakrame bisa ngobrol ya pokoknya ada sedihnya ada sukadukanya deh pokoknya deh, ya ngobrol, becandamain sama anak-anak, banyak anak-anaknya juga sih,ngobrol, ya gitu-gitu doang sihlah ya paling ngumpul sama bapak-bapakngobrol-ngobrol ibu-ibunya kan rame, trus saya jugangebantuin bungkusin nasi bungkus sih, ngobrol samayang lain jugangelompok yang laki-laki biasanya di mushola,ngrokok bareng lemburbareng-bareng di atas ngobrol paling mbaseneng ketemu batire ya kandaan, rame sih akeh KKne akeh ibu-ibuneBeres - beresnya dari semalem, dari malemnya kitasudah beres-beresya beres-beres ya naikin kasurpaginya baru kita angkat-angkat barangtempat tidur diganjel biar tinggiNaikin kursi, barang-barang elektronik ke atasYa beres - beres ya naikin kasur perabotan dinaikindulu kursi meja

bersosialisasi Emotion focused coping Mekanisme kopingmasyarakat terhadapdampak banjir

Dokternya pun, bidannya pun telat ngerti udah padasakit baru ada dateng

Bantuan kesehatan Pihak kesehatan Peran pihak kesehatanterhadap banjir

Kesehatan sih ada disini dari puskesmas priksagratis lah setiap hari priksa kesehatanTerkadang juga langsung puskesmas turun masuk kepengungsian ngecek ininya yang pada ngungsiDari kesehatan kadang kalo habis banjir adakadang – kadang enggakSekang puskesmas meng ngonoh, sing watuk singapa di dataya nggak tau ada pengerukan sungai aku nggak taukalo masalah itu, kalo misalnya ada memang ya baguslahada normalisasi sungai juga sekarang lagidilaksanakan pengerukan-pengerukan sungai yangdangkalsungai sebelah itu sungai cikalong juga sedangdikerukjere kaline juga lagi di keruki

Normalisasi sungai Upaya pemerintah terhadapbanjir

rumah panggung disini banyak, yang nggak mampu-mampu, cor-coran bantuanrumah panggung, tapi kan nggak semuanya, dijatah,satu RT tiga apa berapa

Rumah panggung

pemerintah menganjurkan untuk pindah saja, tapiudah terkadung cinta di sini lair di sini jadi tetep ajanggak mau

Bedol desa

Lampiran 9. Jadwal Kegiatan penelitian

No Kegiatan Bulan ke

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

1. Pengajuan Judul X

2. Survey

Pendahuluan

X

3. Penyusunan

Proposal

X X

4. Seminar

Proposal

X

5. Revisi Proposal X X

5. Pelaksanaan

Penelitian

X

6. Penyusunan

Hasil

X

7. Seminar Hasil