penetapan kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padat secara kckt

56
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta merubah rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika akan diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Jumlah kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi kulit pemakai dan keadaan kosmetik yang dipakai. Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa manfaat dari kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetik (Wasitaatmadja, 1997). Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik ( cosmeceuticals) (Tranggono. R.I.S dan Latifah.F, 2007). Salah satu contoh kosmetik medik yaitu sediaan padat yang mengandung asam salisilat yang berfungsi untuk mengobati sejumlah masalah kulit, seperti jerawat dan lain-lain.

Upload: rizky-widyastari

Post on 18-Nov-2015

614 views

Category:

Documents


39 download

DESCRIPTION

Laporan PKL BPOM

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada

    kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta

    merubah rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka

    kosmetika akan diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari

    tubuh. Jumlah kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor,

    yaitu kondisi kulit pemakai dan keadaan kosmetik yang dipakai. Kontak

    kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa manfaat dari

    kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetik

    (Wasitaatmadja, 1997).

    Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad

    ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk

    kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta

    industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik

    menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik

    begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat

    (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik (cosmeceuticals)

    (Tranggono. R.I.S dan Latifah.F, 2007). Salah satu contoh kosmetik medik

    yaitu sediaan padat yang mengandung asam salisilat yang berfungsi untuk

    mengobati sejumlah masalah kulit, seperti jerawat dan lain-lain.

  • 2

    Kandungan asam salisilat yang tinggi dalam sediaan kosmetik

    ternyata memiliki dampak bagi kesehatan tubuh, mulai dari dampak yang

    ringan hingga yang berat. Pengetahuan dan informasi akan bahaya kandungan

    asam salisilat yang terkandung dalam sediaan kosmetik ini tidak sepenuhnya

    diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian

    kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik, khususnya didalam sediaan

    padat.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah pada praktek kerja lapangan ini adalah apakah kadar asam

    salisilat yang terkandung dalam sediaan padat sesuai dengan kadar asam

    salisilat yang dianjurkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

    Makanan Republik Indonesia

    1.3 Batasan Masalah

    Penetapan kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padat ini

    dilakukan dengan analisis kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

    1.4 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah :

    1. Mengetahui kadar asam salisilat dalam produk kosmetik sediaan padat

    secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

    2. Mengetahui kadar rata-rata asam salisilat

  • 3

    3. Membandingkan kadar asam salisilat yang diperoleh dengan kadar yang

    telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

    Makanan Republik Indonesia

    1.5 Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah :

    1. Menambah pengetahuan dalam menggunakan instrumen KCKT untuk

    analisis secara kuantitatif

    2. Mengetahui kadar asam salisilat yang diperbolehkan dalam produk

    kosmetik sediaan padat

  • 4

    BAB II

    KEADAAN UMUM LOKASI PKL

    2.1 Visi dan Misi, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

    (Badan POM RI)

    2.1.1 Visi

    Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang inovatif,

    kredibel dan diakui secara internasional untuk melindungi

    masyarakat.

    2.1.2 Misi

    1. Melakukan pengawasan pre-market dan pos-market berstandar

    internasional

    2. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten.

    3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di

    berbagai lini.

    4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari

    obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

    5. Membangun organisasi pembelajar (Learning Organization).

    2.2 Tujuan dan Tugas PPOMN

    2.2.1 Tujuan

    Tujuan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) adalah :

  • 5

    1. Melindungi masyarakat dari penggunaan produk terapetik, narkotika,

    psikotropika, zat adiktif lain, bahan berbahaya, alat kesehatan, pangan,

    obat tradisional, produk komplemen, kosmetika dan produk biologi

    yang tidak memenuhi syarat.

    2. Sebagai unit pelaksana teknis pemerintah dalam pengambilan

    keputusan.

    3. Menjadi laboratorium nasional untuk produk terapetik, narkotika,

    psikotropika, zat adiktif lain, bahan berbahaya, alat kesehatan, pangan,

    obat tradisional, produk komplemen, kosmetika dan produk biologi.

    4. Membantu memperlancar pengujian produk terapetik, narkotika,

    psikotropika, zat adiktif lain, bahan berbahaya, alat kesehatan, pangan,

    obat tradisional, produk komplemen, kosmetika dan produk biologi.

    2.2.2 Tugas

    Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional mempunyai tugas

    melaksanakan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaianmutu

    produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat

    kesehatan, obattradisional, kosmetik, produk komplimen, pangan dan

    bahan berbahaya sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku, serta melaksanakanpembinaan mutu Laboratorium Pengawasan

    Obat dan Makanan.

  • 6

    2.3 Fungsi PPOMN

    Dalam melaksanakan tugas pembinaan mutu, PPOMN menyelenggarakan

    fungsi :

    1. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan

    2. Pelaksanaan pengujian laboratorium, dan penilaian mutu produk terapetik,

    narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, alat tradisional,

    kosmetik, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya

    3. Pembinaan mutu laboratorium PPOMN

    4. Pelaksanaan sistem rujukan laboratorium pengawasan obat dan makanan

    5. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metoda analisa

    pengujian

    6. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan

    7. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan

    8. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Pusat.

    2.4 Susunan Organisasi

    Susunan Organisasi Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional terdiri

    dari :

    1. Bidang Produk Terapetik dan Bahan Berbahaya

    2. Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen

    3. Bidang Pangan

    4. Bidang Produk Biologi

    5. Bidang Mikrobiologi

  • 7

    6. Kelompok Jabatan Fungsional

    7. Subbagian Tata Usaha

    2.4.1 Bidang Produk Terapetik dan Bahan Berbahaya

    Bidang produk terapetik dan bahan berbahaya mempunyai

    tugas melaksanakan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian, dan

    penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

    pengujian produk terapetik dan bahan berbahaya.

    Bidang Produk Terapetik dan Bahan Berbahaya menyelenggarakan

    fungsi :

    1. Penyusunan rencana dan program pengujian produk terapetik dan

    bahan berbahaya

    2. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

    penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

    pengujian obat, narkotika dan psikotropika secara kimia fisika

    3. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

    penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

    pengujian alat kesehatan, produk diagnostik dan bahan berbahaya

    4. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian produk terapetik dan

    bahan berbahaya

    Bidang Produk Terapetik dan Bahan Berbahaya terdiri dari :

    1. Seksi Kimia Fisika Obat, Narkotika dan Psikotropika

  • 8

    2. Seksi Alat Kesehatan, Produk Diagnostik dan Bahan Berbahaya

    Seksi Kimia Fisika Obat, Narkotika dan Psikotropika

    mempunyai tugas melakukan pemeriksaan secara laboratorium,

    pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode

    analisa pengujian obat, narkotika dan psikotropika secara kimia fisika

    Seksi Alat Kesehatan, Produk Diagnostik dan Bahan

    Berbahaya mempunyai tugas melakukan pemeriksaan secara

    laboratorium, pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan

    pengembangan metode analisa pengujian alat kesehatan, produk

    diagnostik dan bahan berbahaya.

    2.4.2 Bidang Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplimen

    Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen

    mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan secara laboratorium,

    pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode

    analisa pengujian obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen

    Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen

    menyelenggarakan fungsi :

    1. Penyusunan rencana dan program pengujian obat tradisional,

    kosmetik dan produk komplimen

  • 9

    2. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

    penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

    pengujian obat tradisional, kosmetik dan produk komplimen

    3. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

    penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

    pengujian kosmetik

    4. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat tradisional,

    kosmetik dan produk komplimen

    Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen

    terdiri dari :

    1. Seksi Obat Tradisional dan Produk Komplimen

    2. Seksi Kosmetik

    Seksi Obat Tradisional dan Produk Komplimen mempunyai

    tugas melakukan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

    penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian

    obat tradisional dan produk komplimen

    Seksi Kosmetik mempunyai tugas melakukan pemeriksaan

    secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan

    pengembangan metode analisa pengujian kosmetik.

  • 10

    2.4.3 Bidang Pangan

    Bidang Pangan mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan

    secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan

    pengembangan metode analisa pengujian pangan

    Bidang Pangan menyelenggarakan fungsi :

    1. Penyusunan rencana dan program pengujian pangan

    2. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

    penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

    pengujian nutrisi

    3. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

    penilaian, pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian

    keamanan pangan

    4. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian pangan

    Bidang Pangan terdiri dari :

    1. Seksi Nutrisi

    2. Seksi Keamanan Pangan

    Seksi Nutrisi mempunyai tugas melakukan pemeriksaan

    secara laboratorium, pengujian dan penilaian, pelatihan dan

    pengembangan metode analisa pengujian nutrisi.

  • 11

    Seksi Keamanan Pangan mempunyai tugas melakukan

    pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian, pelatihan

    dan pengembangan metode analisa pengujian keamanan pangan.

    2.4.4 Bidang Produk Biologi

    Bidang Produk Biologi mempunyai tugas melaksanakan

    pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu,

    pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian produk biologi

    Bidang Produk Biologi menyelenggarakan fungsi :

    1. Penyusunan rencana dan program pengujian produk biologi

    2. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

    penilaian mutu, pelatihan dan pengembangan metode analisa

    pengujian vaksin

    3. Pelaksanan pemeriksaan secara laboratorium, pelatihan dan

    pengembangan metode analisa pengujian secara toksikologi dan

    farmakologi

    4. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian produk biologi

    Bidang Produk Biologi terdiri dari :

    1. Seksi Vaksin

    2. Seksi Toksikologi dan Farmakologi

  • 12

    Seksi Vaksin mempunyai tugas melakukan pemeriksaan

    secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu, pelatihan dan

    pengembangan metode analisa pengujian vaksin.

    Seksi Toksikologi dan Farmakologi mempunyai tugas

    melakukan pemeriksaan secara laboratorium, pelatihan dan

    pengembangan metode analisa pengujian secara toksikologi dan

    farmakologi.

    2.4.5 Bidang Mikrobiologi

    Bidang Mikrobiologi mempunyai tugas melaksanakan

    pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu,

    pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian produk

    terapetik, kosmetik, alat kesehatan, obat tradisional dan pangan secara

    mikrobiologi

    Bidang Mikrobiologi menyelenggarakan fungsi :

    1. Penyusunan rencana dan program pengujian secara mikrobiologi

    2. Pelaksanan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian,

    pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian potensi dan

    sterilitas produk terapetik dan pangan

    3. Pelaksanan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian,

    pelatihan dan pengembangan metode analisa pengujian cemaran

    mikroba

  • 13

    4. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian secara mikrobiologi

    Bidang Produk Biologi terdiri dari :

    1. Seksi Potensi dan Sterilitas

    2. Seksi Cemaran Mikrobiologi

    Seksi Potensi dan Sterilitas mempunyai tugas melakukan

    pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian, pelatihan dan

    pengembangan metode analisa pengujian potensi dan sterilitas produk

    terapetik dan pangan.

    Seksi Cemaran Mikrobiologi mempunyai tugas melakukan

    pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian, pelatihan dan

    pengembangan metode analisa pengujian cemaran mikroba secara

    mikrobiologi.

    2.4.6 Subbagian Tata Usaha

    Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan

    pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Pusat Pengujian Obat

    dan Makanan Nasional.

  • 14

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Kosmetika

    3.1.1 Pengertian

    Kosmetika berasal dari bahasa Inggris Cosmetic yang

    artinya alat kecantikan wanita. Dalam bahasa Arab modern

    diistilahkan dengan alatuj tajmiil, atau sarana mempercantik diri.

    Dalam bahasa Yunani kosmetikos yang berarti keterampilan

    menghias dan mengatur.

    Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang

    dikenakan pada kulit manusia untuk membersihkan, memelihara,

    menambah daya tarik serta merubah rupa. Karena terjadi kontak

    antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika akan diserap oleh

    kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Jumlah

    kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor,

    yaitu kondisi kulit pemakai dan keadaan kosmetik yang dipakai.

    Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa

    manfaat dari kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa

    efek samping kosmetik (Wasitaatmadja, 1997).

    Definisi lebih rincinya menurut badan BPOM (Badan

    Pengawas Obat dan Makanan), Departemen Kesehatan, Kosmetika

  • 15

    adalah panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar

    badan (Epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar) gigi

    dan ronggga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,

    mengubah penampilan supaya tetap dalam keadaan baik.

    3.1.2 Sejarah Kosmetika

    Sejarah kosmetik sangat panjang, mengikuti waktu

    penggunaannya. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani)

    yang berarti berhias. Kosmetika sudah dikenal orang sejak

    zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500 tahun sebelum masehi telah

    digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuh-

    tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat,

    lumpur, arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir atau sinar

    matahari.

    Penggunaan susu, akar, daun, kulit pohon, rempah, minyak

    bumi, minyak hewan, madu dan lainnya sudah menjadi hal yang

    biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu. Hal ini dapat diketahui

    melalui naskah-naskah kuno yang ditulis dalam papirus atau

    dipahat pada dinding piramida.

    Pengetahuan kosmetik tersebut kemudian menyebar

    keseluruh penjuru dunia melalui jalur komunikasi yang terjadi

    dalam kegitan perdagangan, agama, budaya, politik dan militer. Di

    Indonesia sendiri sejarah tentang kosmetologi telah dimulai jauh

  • 16

    sebelum zaman penjajahan Belanda, namun sayang tidak ada

    catatan yang jelas mengenai hal tersebut yang dapat dijadikan

    pegangan.

    Namun dari cerita dan legenda Ken Dedes, Dewi Ratih dan

    Roro Jongrang, dapat diperkirakan adanya usaha dan cara untuk

    meningkatkan kecantikan dengan kosmetik tradisional. Sekarang

    kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami saja tetapi

    juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan

    (Wasitaatmaja, S.M, 1997).

    3.1.3 Penggolongan Kosmetika

    Kosmetika berdasarkan sifat, bahan, cara pembuatan dan

    fungsinya dapat digolongkan menjadi beberapa macam.

    Penggolongan kosmetik antara lain adalah sebagai berikut:

    3.1.3.1 Menurut Peraturan Kepala Badan POM

    1. Sediaan bayi bayi, misalnya sabun mandi bayi, sampo

    bayi, bedak bayi, baby oil, baby lotion, baby cream, dll

    2. Sediaan mandi, misalnya sabun mandi, sabun mandi cair,

    sabun mandi antiseptik, busa mandi, bath oil, dll

    3. Sediaan kebersihan badan, misalnya deodoran, anti

    perspiran, deodoran - antiprespiran, pembersih

    kewanitaan, bedak badan, perawatan kaki, dll

  • 17

    4. Sediaan cukur, misalnya sediaan pra cukur, sediaan

    cukur, sediaan paska cukur

    5. Sediaan wangi-wangian, misalnya eau de toilette, eau de

    parfume, eau de collogne, pewangi badan, parfum, dll

    6. Sediaan rambut, misalnya sampo, sampo ketombe, hair

    conditioner, hair creambath, hair tonic, hair styling, hair

    dressing, dll

    7. Sediaan pewarna rambut, misalnya pewarna rambut, hair

    lightener, activator, dan tata rias rambut fantasi

    8. Sediaan rias mata, misalnya pensil alis, eye shadow, eye

    liner, mascara, eye foundation, eye moisturizer, eye

    cream, dll

    9. Sediaan rias wajah, misalnya make-up base, vanishing

    cream, foundation, face powder, liquid powder, compact

    powder, blush on, lip gloss, lip liner, lip color, dll

    10. Sediaan perawatan kulit, misalnya pembersih kulit

    muka, penyegar kulit muka, actingen, dll

    11. Sediaan mandi surya dan tabir surya

    12. Sediaan kuku, misalnya base coat, top coat, nail dryer,

    nail extender, nail strongthener, nail color, dll

    13. Sediaan hygiene mulut, misalnya dentrifices, mouth

    washes, mouth freshner, dll

  • 18

    3.1.3.2 Menurut Cara Pembuatan

    Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan

    (Tranggono, 2004) sebagai berikut:

    1. Kosmetik Modern

    Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah

    secara modern (termasuk di antaranya adalah cosmedic).

    2. Kosmetik tradisional

    a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang

    dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep

    dan cara yang turun-temurun.

    b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi

    bahan pengawet agar tahan lama. Hanya namanya

    yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar

    tradisional dan diberi warna yang menyerupai bahan

    tradisional.

    3.1.3.3 Menurut Kegunaannya

    Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit:

    1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)

    Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan

    kulit. Termasuk di dalamnya:

  • 19

    a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser):

    sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan

    penyegar kulit (freshener).

    b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer),

    misalnya mosturizer cream, night cream, anti

    wrinkel cream.

    c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen

    cream dan sunscreen foundation, sun block

    cream/lotion.

    d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit

    (peeling), misalnya scrub ceram yang berisi butiran-

    butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas

    (abrasiver).

    2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

    Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat

    pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang

    lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang

    baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam

    kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat

    besar.Kosmetik dekoratif terbagi menjadi 2 golongan

    (Tranggono, 2004), yaitu:

    a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek

    pada permukaan dan pemakaian sebentar, misalnya

  • 20

    lipstik, bedak, pemerah pipi, eyes shadow, dan lain-

    lain.

    b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan

    biasanya dalam baru lama baru luntur, misalnya

    kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting

    rambut, dan preparat penghilang rambut.

    3.1.3.4 Menurut Bahan dan Penggunaannya

    Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta maksud

    evaluasi produk kosmetik dibagi menjadi 2 golongan

    (Ditjen POM, 2004):

    1. Kosmetik golongan I adalah:

    a. Kosmetik yang digunakan untuk bayi

    b. Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga

    mulut dan mukosa lainnya

    c. Kosmetik yang mengandung bahan dengan

    persyaratan kadar dan penandaan

    d. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya

    belum lazim serta belum diketahui keamanan dan

    kemanfaatannya.

    2. Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak

    termasuk ke dalam golongan I.

  • 21

    3.2 Sediaan Padat

    Sediaan padat dalam kosmetik salah satunya adalah bedak. Bedak

    merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan

    oxydumzincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek

    sangat superfi sial karenatidak melekat erat sehingga hampir tidak

    mempunyai daya penetrasi.

    Oxydum zincicum merupakan suatu bubuk halus berwarna putih

    bersifat hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu magnesium polisilikat

    murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai sebagai komponen bedak,

    bedak kocok dan pasta.

    3.3 Asam Salisilat

    Asam salisilat merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat

    digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan

    sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan

    ester salisilat dari asam organik.

    Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup tinggi

    kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis

    yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari

    pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik serta pembuatan

    bahan baku untuk keperluan farmasi.

    Sifat fisika dan Kimia Asam Salisilat yaitu sebagai berikut :

    Titik lebur : 159 C

  • 22

    Rumus : C7H6O3

    Titik didih : 211 C

    Nama IUPAC : 2-Hydroxybenzoic acid

    Massa molar : 138,121 g/mol

    Kelas obat : Obat antiinflamasi non steroid

    Obat lain dalam kelas yang sama : Aspirin, Asam benzoat, dll

    3.3.1 Sejarah Asam Salisilat

    Asam salisilat pada awalnya ditemukan oleh Indian

    Amerika pada kulit pohon dan daun pohon willow dan meadow

    sweet.

    Keterangan ini didapat dari hasil penelusuran tulisan

    Hippocrates. Dia menulis tentang bubuk pahit yang dikenal dapat

    mengurangi sakit, nyeri, dan demam.

    Suku Indian Amerika akan mengunyah kulit yang

    mengandung bentuk asli dari asam salisilat yang dikenal dengan

    acetyl salicylic acid, dan digunakan untuk menyembuhkan sakit

    kepala dan penyakit lainnya yang memerlukan anti-inflamasi.

    3.3.2 Kegunaan Asam Salisilat

    Asam salisilat adalah obat topikal murah yang digunakan

    untuk mengobati sejumlah masalah kulit, seperti jerawat, kutil,

    ketombe, psoriasis, dan masalah kulit lainnya.

  • 23

    Asam salisilat juga bisa digunakan untuk mengawetkan

    makanan, antiseptik, dan campuran dalam pasta gigi. Asam salisilat

    digunakan pula sebagai bahan utama untuk aspirin.

    Ketika digunakan untuk jerawat, asam salisilat akan

    mencegah sel-sel kulit mati menutup folikel rambut sehingga

    mencegah penyumbatan pori-pori yang dapat menyebabkan

    jerawat.

    Asam salisilat juga membantu menghilangkan sel-sel kulit

    mati dari lapisan kulit. Untuk mengobati kutil, diperlukan dosis

    asam salisilat yang tinggi.

    Asam salisilat akan melunakkan kutil sehingga lebih mudah

    diangkat. Asam salisilat juga banyak terkandung dalam beberapa

    sayuran seperti brokoli, paprika, dan mentimun.

    3.3.3 Efek Samping Asam Salisilat

    Asam salisilat mudah digunakan dan bisa diperoleh di

    hampir semua toko obat atau apotek.

    Namun seperti halnya obat lain, asam salisilat juga memiliki

    efek samping, mulai dari yang ringan hingga berat. Beberapa efek

    samping ringan yang sering terjadi adalah kulit kering.

    Jika hal ini terjadi, pelembab ringan yang bebas minyak

    biasanya dapat membantu mengatasi kulit kering ini. Iritasi kulit

    adalah efek samping yang umum terjadi akibat asam salisilat.

  • 24

    Jika Anda mengalami iritasi kulit ringan, kurangi

    penggunaan asam salisilat. Namun, jika iritasi kulit yang terjadi

    parah, maka hentikan secara total penggunaan asam salisilat.

    Efek samping lain yang serius, biasanya disebut dengan

    keracunan asam salisilat, termasuk diantaranya adalah sakit kepala

    yang parah, napas cepat, atau telinga berdengung.

    3.3.4 Manfaat Asam Salisilat

    Banyak manfaat dan kegunaan asam salisilat. Anda bisa

    menggunakan asam salisilat sebagai obat tanpa memerlukan resep

    dari dokter.

    Asam salisilat aman digunakan dan hanya memiliki sedikit

    efek samping yang biasanya akan hilang seiring dengan waktu.

    Asam salisilat juga mengandung Beta Hydroxy Acid

    (BHA), yang merupakan bahan populer untuk memerangi kerutan

    dan keriput.

    3.3.5 Peringatan

    Bila menggunakan asam salisilat, pastikan untuk

    memerhatikan secara seksama kondisi kulit Anda. Asam salisilat

    bisa menyebabkan masalah kulit serius bagi orang berkulit sensitif.

    Sebagian besar obat jerawat mengandung asam salisilat

    sekitar 0,5 2 persen.

  • 25

    Hindari penggunaan asam salisilat bersamaan dengan

    produk yang mengandung alkohol, sabun abrasif, kosmetik yang

    dapat membuat kulit kering, atau obat jerawat topikal yang

    mengandung benzoil peroksida atau sulfur.

    Wanita hamil dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih

    dahulu dengan dokter sebelum menggunakan asam salisilat.

    3.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

    Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dikenal juga dengan

    istilah High Performance Liquid Chromatography (HPLC). KCKT

    merupakan perangkat peralatan yang penting dalam perkembangan dunia

    analisis bahan baku maupun bahan pencemar. Fungsi utama KCKT pada

    dasarnya adalah kemampuannya dalam memisahkan berbagai komponen

    penyusun dalam suatu sampel. Kinerja tinggi dari kromatografi awalnya

    ditentukan oleh ketinggian tekanannya, namun perkembangan teknologi

    telah menghasilkan produk kromatografi cair berkinerja tinggi dengan

    tekanan yang tidak terlalu tinggi.

    KCKT merupakan teknik pemisahan yang masih menjadi idola

    didunia analisis saat ini. KCKT digunakan secara luas dalam pemisahan dan

    pemurnian berbagai sampel dalam berbagai bidang seperti farmasi,

    lingkungan, industri makanan dan minuman, industri polimer dan berbagai

    bahan baku. KCKT lebih banyak digunakan untuk keperluan identifikasi

    (analisis kualitatif), kecuali jika KCKT ini dihubungkan dengan sebuah

  • 26

    spektrometri massa (Mass Spectrometer (MS)), maka penggunaannya akan

    lebih memungkinkan dalam analisis kuantitatif.

    Secara umum KCKT digunakan dalam kondisi-kondisi berikut:

    1. Pemisahan berbagai senyawa organik maupun anorganik, ataupun

    spesimen biologis

    2. Analisis ketidakmurnian (impurities)

    3. Analisis senyawa-senyawa yang tak mudah menguap (non-volatil)

    4. Penentuan molekul-molekul netral, ionik maupun zwitter ion

    5. Isolasi dan pemurnian senyawa

    6. Pemisahan senyawa-senyawa dengan struktur kimia yang mirip

    7. Pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah kecil (trace elements)

    3.4.1 Komponen KCKT

    Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada

    Diagram Blok KCKT berikut ini :

    Gambar 1. Diagram Blok KCKT

  • 27

    3.4.1.1 Pompa (Pump)

    Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang

    bergerak melalui kolom. Ada dua tipe pompa yang

    digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan

    pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan

    konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa

    reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating

    menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur

    (pulsating), oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa

    atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar

    (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif

    terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran

    reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran

    yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.

    3.4.1.2 Injektor (injector)

    Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung

    kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari

    material kolom. Ada dua model umum :

    a. Stopped Flow

    b. Solvent Flowing

    Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :

  • 28

    a. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada

    kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan

    lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam

    cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi

    b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama

    dengan yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor

    ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 -70

    atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua

    pelarut-pelarut Kromatografi Cair. Partikel kecil dari

    septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat

    menyebabkan penyumbatan.

    c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk

    menginjeksi volume lebih besar dari 10 dan dilakukan

    dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor

    yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan

    secara manual). Pada posisi load, sampel diisi kedalam

    loop pada kinerja atmosfir, bila valve difungsikan,

    maka sampel akan masuk ke dalam kolom.

    3.4.1.3 Kolom (Column)

    Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau

    gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom

  • 29

    dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi

    menjadi dua kelompok :

    a. Kolom analitik : Diameter dalam 2-6 mm. Panjang kolom

    tergantung pada jenis material pengisi kolom. Untuk

    kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah 50-

    100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10-30

    cm. Sekarang ini ada juga yang 5 cm.

    b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm

    atau lebih besar dan panjang kolom 25-100 cm.

    Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan

    biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa

    juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk

    kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi.

    Pengepakan kolom tergantung pada model KCKT yang

    digunakan (Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid

    Liquid Chromatography, LLC; Ion Exchange

    Chromatography, IEC ; Exclution Chromatography, EC).

    3.4.1.4 Detektor (Detector)

    Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya

    komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan

    menghitung kadamya (analisis kuantitatif). Detektor yang

    baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise)

  • 30

    yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi

    respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang

    rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat

    diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.

    Detektor KCKT yang umum digunakan adalah

    detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat

    digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range

    yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan

    secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi

    umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan

    detektor UV.

    Detektor-detektor lainnya antara lain:

    a. Detektor Fluorometer

    b. Detektor Spektrofotometer Massa

    c. Detektor lonisasi nyala

    d. Detektor Refraksi lndeks

    e. Detektor Elektrokimia

    f. Detektor Reaksi Kimia

    3.4.1.5 Elusi Gradien

    Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan

    kekuatan fasa gerak selama analisis kromatografi

    berlangsung. Efek dari elusi gradien adalah mempersingkat

  • 31

    waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat

    pada kolom. Dasar-dasar elusi gradien dijelaskan oleh

    Snyder. Elusi gradien menawarkan beberapa keuntungan :

    a. Total waktu analisis dapat direduksi

    b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam

    campuran bertambah

    c. Ketajaman peak bertambah (menghilangkan tailing)

    d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada

    peak

    Gradien dapat dihentikan sejenak atau dilanjutkan.

    Optimasi gradien dapat dipilih dengan cara trial and error.

    Tabel berikut ini menunjukkan kompatibilitas dari

    bermacam-macarn mode kromatografi cair dengan analisis

    gradien.

    Tabel 1.Kompatibilitas Mode Kromatografi

    g

    r

    a

    d

    i

    Dalam praktek, gradien dapat diformasi sebelum dan

    sesudah pompa.

    Mode Solven Gradien

    Kromatografi Cair padat (LSC) Ya

    Kromatografi ekslusi Tidak

    Kromatografi Penukar Ion (IEC) Ya

    Kromatografi Cair Cair (LLC) Tidak

    Kromatografi Fasa Terikat (BPC) Ya

  • 32

    3.4.1.6 Pengolahan Data (Data Handling)

    Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya

    ditampilkan dalam bentuk kromatogram pada rekorder.

    3.4.1.7 Fasa Gerak (Mobile Phase)

    Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven

    atau rasa gerak adalah salahsatu dari variabel yang

    mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat

    luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada

    beberapa sifat umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak

    harus :

    1. Murni, tidak terdapat kontaminan

    2. Tdak bereaksi dengan wadah (packing)

    3. Sesuai dengan defektor

    4. Melarutkan sampel

    5. Memiliki visikositas rendah

    6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"

    7. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah

    Umumnya, semua solven yang sudah digunakan

    langsung dibuang karena prosedur pemumiannya kembali

    sangat membosankan dan mahal biayanya. Dari semua

    persyaratan di atas, persyaratan 1-4 merupakan yang sangat

    penting.

  • 33

    Menghilangkan gas (gelembung udara) dari solven,

    terutama untuk KCKT yang menggunakan pompa bolak

    balik (reciprocating pump) sangat diperlukan terutama bila

    detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang

    terlarut yang tidak dikeluarkan akan menyebabkan

    gangguan yang besar di dalam detektor sehingga data yang

    diperoleh tidak dapat digunakan (the data may be useless).

    Menghilangkan gas (degassing) juga sangat baik bila

    menggunakan kolom yang sangat sensitif terhadap udara

    (contoh : kolom berikatan dengan NH2).

    3.4.2 Keuntungan KCKT

    KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi

    Gas (KG). Dalam banyak hal kedua teknik ini dapat digunakan untuk

    memperoleh efek pemisahan yang sama membaiknya. Bila

    derivatisasi diperlukan pada KG, namun pada KCKT zat-zat yang

    tidak diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk zat-zat yang labil pada

    pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan utama.

    Namun demikian bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi

    akan memainkan peranan yang lebih besar bagi para analis

    laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer pada KCKT karena

    teknik ini dapat digunakan untuk menambah sensitivitas detektor UV

    Visibel yang umumnya digunakan.

  • 34

    KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding

    dengan kromatografi cairklasik, antara lain:

    a. Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak

    analisis yang dapat diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk

    analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisis kurang

    dari 5 menit bisa dicapai.

    b. Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai

    dua rasa dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas

    yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat; pemisahan

    terutama dicapai hanya dengan rasa diam. Kemampuan zat padat

    berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa gerak pada

    KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai

    pemisahan yang diinginkan.

    c. Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa

    digunakan dalam KCKT dapat mendeteksi kadar dalam jumlah

    nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat. Detektor-

    detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah

    sampai picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti

    Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll dapat

    juga digunakan dalam KCKT.

    d. Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom

    kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali

    (reusable). Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom

  • 35

    yang sama sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan

    dari solven dan jenis solven yang digunakan.

    e. Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat zat yang

    tidak bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah,

    biasanya diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. KCKT

    dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk

    mengalissis zat zat tersebut.

    f. Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan

    dalam KCKT tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada

    komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen

    sampel tersebut dapat dengan mudah sikumpulkan setelah

    melewati detector. Solvennya dapat dihilangkan dengan

    menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukar ion

    memerlukan prosedur khusus.

    3.4.3 Seleksi Tipe KCKT

    Analisis (pengguna KCKT) sebelum mengoperasikan

    KCKT, harus membuat keputusan tipe yang mana yang harus dipilih

    yang dapat memberikan informasi yang diinginkan.

    Skema I : Seleksi tipe KCKT adalah suatu petunjuk umum untuk

    seleksi tipe KCKT . Informasi ini akan memudahkan para analis

    untuk memutuskan pemelihan tipe KCKT yang memberikan para

    analis untuk memutuskan pemilihan tipe KCKT yang memberikan

  • 36

    kemungkinan terbaik pada pemisahaan yang diinginkan. Namun,

    sampel yang tidak dikenal (unknown) akan menyulitkan

    pemilihannya tipe KCKT.

    Informasi seperti kelarutan, gugus fungsi yang ada,

    besarnya berat molekul dapat diperoleh dari pembuat informasi,

    pemberi sampel, atau data spektroskopik seperti nucleic magnetic

    resonance spectrosphotometer, infra red spectrophotometer, ultra

    violet spectrumeter, dan mass spectrophotometer. Semua data-data

    ini dapat digunakan sebagai petunjuk bagi analis memilih tipe KCKT

    yang tepat untuk digunakan.

    Gambar 2.Seleksi Tipe KCKT

    Dengan berpedoman pada Hukum Dasar "like dissolves like" maka

    sangat mudah untuk memutuskan tipe KCKT yang akan dipilih. Dari

  • 37

    Skema 1 : Seleksi tipe KCKT, dengan cepat kita dapat melihat

    bahwa Berat Molekul (BM) lebih besar dari 2000, maka kita dapat

    menggunakan kromatografi eksklusi. Fasa geraknya adalah air jika

    sampelnya larut dalam air; bila dapat larut dalam pelarut organik

    maka digunakan pelarut- pelarut organik sebagai rasa gerak. Fasa

    diamnya adalah Sephadex atau (Bondagel Seri E untuk rasa gerak air

    dan Styragel atau MicroPak TSK gel untuk rasa gerak organik). Bila

    BM lebih rendah dari 2000, pertama yang harus ditentukan adalah

    apakah sampel dapat larut dalam air. Bila sampel dapat larut dalam

    air, maka kromatografi partisi rasa terbalik atau kromatografi

    penukar ion dapat digunakan. Bila kelarutan dipengaruhi oleh

    penambahan asam atau basa atau bila pH larutan bervariasi lebih dari

    2 satuan pH dari pH 7, maka kromatografi penukar ion adalah

    pilihan utama. Bila kelambatan tidak dipengaruhi oleh asam dan

    basa dan larutan sampel adalah netral, maka kromatografi partisi rasa

    terbalik adalah pilihan terbaik. Tipe eksklusi menggunakan ukuran

    poros yang kecil dan rasa air dapat juga dicoba.

    Bila sampel tidak larut dalam air, kromatografi partisi atau

    kromatografi padat cair dianjurkan untuk digunakan. Untuk

    pekerjaan rutin disarankan menggunakan kromatografi partisi fasa

    terikat normal karena kolom-kolom ini tidak begitu rumit dalam

    perawatannya setelah digunakan. Untuk sampel-sampel isomer

    kromatografi padat cair lebih baik digunakan. Bila sampel memiliki

  • 38

    perbedaan ukuran partikel yang besar, kromatografi eksklusi sterik

    dengan fasa gerak organik dapat juga digunakan.

  • 39

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Lokasi Praktek Kerja Lapangan

    Praktek kerja lapangan dilaksanakan di Pusat Pengujian Obat dan

    Makanan Nasional lantai 1, di Laboratorium Kosmetik Badan Pengawas

    Obat dan Makanan yang beralamat di jalan Percetakan Negara No.23,

    Jakarta Pusat, Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 2 Februari sampai

    dengan tanggal 27 februari 2015.

    4.2 Alat dan Bahan

    4.2.1 Alat

    Alat yang digunakan adalah neraca analitik, neraca mikro,

    erlenmeyer bertutup, spatulla, labu ukur, gelas ukur, gelas beaker,

    pipet tetes, pipet volum, corong, kertas saring whattman, vortex,

    water bath, membran filter milipore, ultrasonic, dan satu set alat

    KCKT.

    4.2.2 Bahan

    Bahan yang digunakan adalah sampel yang mengandung

    asam salisilat, baku asam salisilat, etanol 96%, asam asetat 96%,

    air, natrium asetat, H2SO4 2M, dapar asetat, dan asetonitril.

  • 40

    4.3 Prosedur Kerja

    4.3.1 Pembuatan Larutan Uji

    Sampel sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam

    erlenmeyer bertutup. Kemudian ditambahkan 0,5 ml H2SO4 2M

    dan 25 ml campuran pelarut etanol air (9:1). Kemudian dikocok

    dengan vortex selama 1 menit. Setelah itu direndam dalam water

    bath dengan suhu 60C selama 5 menit, lalu didinginkan.

    Selanjutnya disaring dengan kertas saring whattman dan dengan

    membran filter (A). Lalu dilakukan penetapan KCKT selama 24

    jam. Larutan uji dibuat sebanyak 6 kali.

    4.3.2 Pembuatan Larutan Baku

    Baku pembanding asam salisilat ditimbang sebanyak 10 mg

    ke dalam labu ukur 10 ml. Kemudian ditambahkan 5 ml campuran

    pelarut etanolair (9:1) dan dikocok dengan vortex. Setelah itu

    ditambahkan campuran perlarut kembali sampai tanda tera dan

    dikocok. Setelah itu dipipet larutan tersebut sebanyak 4 ml dan

    dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Ditambahkan 0,5 ml H2SO4

    2M dan di tambahkan campuran pelarut etanolair (9:1) sampai

    tanda tera dan dikocok. Kemudian disaring dengan membran filter

    (B)

  • 41

    4.3.3 Pembuatan Fasa Gerak

    Fasa gerak yang digunakan yaitu dapar asetat asetonitril

    dengan perbandingan 9:1. Cara membuat dapar asetat adalah

    sebanyak 6,35 gram natrium asetat dilarutkan dalam 20 ml asam

    asetat 96% dalam 1 liter air.

    4.3.4 Cara Penetapan

    Larutan A dan B disuntikkan secara terpisah dan dilakukan

    penetapan KCKT dengan kondisi :

    Fasa gerak : Dapar asetat asetonitril (9:1)

    Kolom : Panjang 150 mm, diameter 4,6 mm

    berisi oktadesilsilena (RP 18), ukuran

    partikel 10 m.

    Laju alir : 1,0 ml/menit

    Suhu kolom : 40C

    Volume penyuntikan : Larutan A dan B 20 L

    Detektor : UV =240 nm

    4.3.5 Perhitungan

  • 42

    Keterangan :

    % : Kadar asam salisilat

    Au : Area larutan uji

    Ab : Area larutan baku

    Bb : Bobot baku

    Bu : Bobot uji

    F : Pengenceran

  • 43

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Preparasi Larutan Uji dan Larutan Baku

    Pelarut yang digunakan adalah etanol air (9:1) karena etanol

    bersifat semipolar sehingga dapat lebih cepat melarutkan sampel dan baku

    asam salisilat.

    Gambar 3.Struktur Kimia Asam Salisilat

    Dari gambar rumus struktur asam salisilat di atas, terlihat bahwa asam

    salisilat memiliki gugus polar dan gugus nonpolar. Gugus polarnya adalah

    gugus OH dan gugus nonpolarnya adalah gugus cincin benzennya. Dari

    rumus struktur ini dapat dilihat bahwa asam salisilat larut pada sebagian

    pelarut polar dan sebagian pada pelarut non polar, tetapi sukar larut dengan

    sempurna pada pelarut polar saja atau pelarut nonpolar saja karena memiliki

    gugus polar dan nonpolar sekaligus dalam satu gugus. Sehingga otomatis

    mudah larut pada pelarut semipolar seperti alkohol dan eter. Hal ini sesuai

    dengan pustaka yang menyebutkan bahwa asam salisilat sukar larut pada air

    yang merupakan pelarut polar dan benzena yang merupakan pelarut

  • 44

    nonpolar tetapi mudah larut pada etanol dan eter yang merupakan pelarut

    semipolar (Anonim, 1995).

    Larutan uji dan larutan baku yang telah dibuat siap untuk

    diinjeksikan ke dalam perangkat KCKT. Namun sebelum diinjeksikan

    perlu dilakukan penyaringan dengan menggunakan filter milipore dengan

    diameter 0,45m terlebih dahulu. Penyaringan sebelum penginjeksian ini

    dilakukan agar tidak terjadi penyumbatan didalam kolom dan

    menghilangkan gas dari pelarutnya. Namun untuk tujuan tertentu,

    misalnya untuk sterilisasi dari bakteri, mungkin saja dilakukan

    penyaringan dengan menggunakan filter milipore dengan diameter

    0,22m. Penyimpanan sampel untuk jangka waktu yang lama, sebaiknya

    menggunakan milipore dengan diameter 0,22m agar kontaminasi bakteri

    dapat diminimalisir (Mannheim, 1997). Larutan uji dan baku yang telah

    disaring kemudian dimasukkan ke dalam vial untuk dianalisis dengan

    KCKT.

    5.2 Preparasi Fasa gerak

    Fasa gerak dapar asetatasetonitril yang telah dibuat dipisah dalam

    botol berbeda, yang nantinya akan dicampurkan dalam KCKT dengan

    perbandingan dapar asetatasetonitril 9:1. Pada fasa gerak yang perlu

    diperhatikan adalah gas-gas yang terlarut di dalamnya. Jadi sebelum

    digunakan, fasa gerak tersebut harus dibebaskan dari suatu gas terlebih

    dahulu. Ini dapat dilakukan dengan proses degassing atau pengeluaran gas

  • 45

    dengan menarik gelembung udara dari dalam media dengan menggunakan

    peralatan pompa vakum (Mannheim, 1997). Hal ini penting untuk

    menghindari terjadinya penyumbatan pada kolom dan terganggunya

    kepekaan detektor.

    5.3 Penetapan Kadar Asam Salisilat

    Pada penetapan kadar asam salisilat ini dilakukan secara kuantitatif

    menggunakan instrumen KCKT. Analsis kuantitatif KCKT didasarkan pada

    pengukuran luas atau area puncak dalam kromatogram. Teknik yang

    dilakukan kali ini merupakan reverse phase atau fasa terbalik karena

    teknik ini menggunakan pelarut polar sebagai fasa gerak sedangkan fasa

    diamnya menggunakan pelarut non-polar. Fasa gerak yang digunakan adalah

    dapar asetat asetonitril (9:1), sementara fasa diamnya berisi oktadesilsilena

    (RP 18). Penggunaan fasa gerak dan fasa diam yang berbeda kepolarannya

    ini bertujuan agar sampel uji tidak bereaksi dengan fasa diamnya saat

    melewati kolom KCKT. Sampel melewati kolom KCKT tentunya memiliki

    jangka waktu yang terukur dan juga menjadi parameter, waktu yang

    dibutuhkan sampel untuk melewati kolom ini disebut waktu retensi.

    Sebelum menganalisis larutan uji, dilakukan uji kesesuaian sistem

    (UKS). Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), yang dimaksud

    dengan uji kesesuaian sistem adalah suatu uji yang digunakan untuk

    membuktikan bahwa resolusi dan keberulangan suatu sistem kromatografi

    memenuhi syarat dalam melakukan suatu pengujian. Tujuan uji kesesuaian

  • 46

    sistem ini adalah untuk mengetahui presisi alat kromatografi sehingga data

    analisis yang dihasilkan cukup handal untuk dipakai dalam menyimpulkan

    suatu hasil pengujian. Berikut ini adalah table hasil analisis UKS.

    Tabel 2.Hasil Analisis UKS

    Gambar 4. Kromatogram Uji Kesesuaian Sistem

    Syarat uji kesesuaian sistem menurut Farmakope Indonesia adalah

    berdasarkan atas konsep, bahwa elekrtronik, peralatam, zat uji, dan kondisi

  • 47

    operasional analitik membentuk satu sistem analitik tunggal yang dapat diuji

    fungsinya secara keseluruhan. Data spesifik dikumpulkan dari penyuntikan

    ulang larutan uji atau larutan baku. Persyaratan dari UKS ini adalah RSD

    dari penyuntikan berulang sebanyak 6 kali tidak lebih dari 2.

    Setelah diperoleh data uji kesesuaian sistem (UKS) yang

    memenuhi syarat selanjutnya dilakukan analisis sampel, yang dapat dilihat

    pada gambar di bawah ini

    Gambar 5. Kromatogram Hasil Analisis Sampel

    Tabel 3. Hasil Analisis Sampel Asam Salisilat

  • 48

    Dari kromatogram diatas, dapat dilihat bahwa peak asam salisilat

    (peak yang kedua) terpisah dari peak pelarutnya (peak pertama), sedangkan

    bila dibandingkan antara kromatogram sampel dengan kromatogram baku,

    ternyata waktu retensi antara sampel dengan baku asam salisilat hampir

    sama, sehingga dapat diidentifikasi bahwa sampel mengandung asam

    salisilat.. Luas area yang dihasilkan oleh peak sampel tergantung dari

    konsentrasi analat yang diuji, oleh karena itu luas area ke-enam sampel

    tersebut memiliki nilai yang berbeda-beda sesuai dengan berat sampel yang

    ditimbang. Dari data tabel diperoleh luas area larutan baku dan larutan uji,

    dimana nilai luas area tersebut digunakan dalam perhitungan kadar asam

    salisilat.

    Tabel 4.Kadar Asam Salisilat

    Sampel Bobot Wadah

    (gram)

    Bobot

    wadah+zat

    (gram)

    Bobot

    zat

    (gram)

    Area Kadar

    (%)

    1 34,4955 34,9978 0,5023 11162831 2,15

    2 42,4718 42,9767 0,5049 11314795 2,17

    3 46,7572 47,2597 0,2025 10862328 2,09

    4 35,0510 35,5586 0,5076 10988845 2,09

    5 35,1248 35,6341 0,5093 10993354 2,09

    6 44,5844 45,0846 0,5002 11063580 2,14

  • 49

    Kadar yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan syarat

    yang dicantumkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

    Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011

    tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika untuk mengetahui apakah

    kandungan asam salisilat tersebut sesuai dengan syarat yang ditetapkan.

    Kadar rata rata asam salisilat dalam sampel adalah 2,12. Sementara

    menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik

    Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang Persyaratan

    Teknis Bahan Kosmetika, kadar asam salisilat yang diperbolehkan yaitu

    sebagai berikut :

    1. Sebagai bahan pengawet, asam salisilat tidak lebih dari 0,5 %

    2. Sebagai zat aktif (contoh : dalam sediaan rambut bilas), asam salisilat

    tidak lebih dari 3 %

    3. Dalam sediaan lain, asam salisilat tidak lebih dari 2 %

    Perhitungan kadar asam salisilat dalam tabel diatas dapat dilihat

    pada lampiran perhitungan untuk lebih jelasnya. Setelah diperoleh kadar,

    kemudian dilakukan perhitungan RSD (Relatif Standart Devision) atau

    simpangan baku relatif, dengan perhitungan :

  • 50

    Tabel 5.Data RSD Sampel Asam Salisilat

    Sampel Kadar

    1 2,15

    2 2,165

    3 2,088

    4 2,091

    5 2,085

    6 2,137

    SD 0,035500235

    Rata-rata 2,119333333

    RSD 1,675066125

    Nilai RSD yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan

    keberulangan untuk kadar analit 2 % adalah tidak lebih dari 2 %.

  • 51

    BAB VI

    PENUTUP

    6.1 Kesimpulan

    - Kadar asam salisilat yang diperoleh yaitu 2,15%; 2,17%; 2,09%; 2,09%;

    2,09%; 2,14%

    - Kadar rata rata asam salisilat yaitu 2,12%

    - Kadar yang diperoleh yaitu 2,12% sementara menurut Peraturan Kepala

    Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor

    HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 yaitu tidak boleh 2% sehingga

    asam salisilat yang terkandung dalam sampel tidak memenuhi syarat

    - Nilai RSD dari penyuntikan berulang adalah 1,68 atau memenuhi syarat

    6.2 Saran

    Sebaiknya pengujian ini digunakan metode yang lain agar kadar asam

    salisilat yang terkandung dalam sampel dapat dibandingkan

  • 52

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, M., dan Suherman. 1991. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Airlangga

    University Press. Surabaya.

    Auliya Puspitaningtyas, Surjani Wonorahardjo, Neena Zakia. Pengaruh

    Komposisi Fasa Gerak Pada Penetapan Kadar Asam Benzoat Dan Kafein

    Dalam Kopi Kemasan Menggunakan Metode Kckt (Kromatografi Cair

    Kinerja Tinggi).

    Badan POM RI. 2011. MSDS Asam Salisilat.

    Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen

    Kesehatan RI.

    Ditjen POM. (2004). Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik.

    Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

    Hendayana, Sumar. (2006).Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan

    Elektroforensis Modern.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

    Kasdira, kasman. 2007. Kromatografi gas dan KCKT. Makassar : Sekolah

    Menengah Analis Kimia

    Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia

    Nomor HK.03.1.23.08.11.07517.2011. Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.

    Jakarta : Departemen Kesehatan RI

  • 53

    Tranggono, R.I.S dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

    Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

    Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit

    Universitas Indonesia. Hal. 3,58-59, 62-63, 111-112.

  • 54

    LAMPIRAN

    LAMPIRAN A : Perhitungan

    Pembuatan H2SO42M

    N

    Penimbangan

    No Bobot Wadah

    (gram)

    Bobot

    wadah+zat

    (gram)

    Bobot

    zat

    (gram)

    Area Kadar

    (%)

    1 34,4955 34,9978 0,5023 11162831 2,15

    2 42,4718 42,9767 0,5049 11314795 2,17

    3 46,7572 47,2597 0,2025 10862328 2,09

  • 55

    4 35,0510 35,5586 0,5076 10988845 2,09

    5 35,1248 35,6341 0,5093 10993354 2,09

    6 44,5844 45,0846 0,5002 11063580 2,14

    Area larutan baku rata-rata : 10399791

    Bobot baku : 9,851 mg

    Faktor pengenceran sampel : 25,5

    Faktor pengenceran baku : 25

    Rumus kadar asam salisilat :

    Keterangan :

    % : Kadar asam salisilat

    Au : Area larutan uji

    Ab : Area larutan baku

    Bb : Bobot baku

    Bu : Bobot uji

    F : Pengenceran

    1.

  • 56

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    LAMPIRAN B :Gambar

    Alat HPLC