penetapan kadar abu dan kadar air simplisia dan ekstrak.docx

33
PENETAPAN KADAR ABU, KADAR AIR SIMPLISIA DAN EKSTRAK PENETAPAN KADAR ABU DAN KADAR AIR SIMPLISIA DAN EKSTRAK A. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air dan kadar abu dari serbuk simplisia dengan menggunakan metode oven dan metode tanur. B. BAHAN 1. Klasifikasi a. Kaki Kuda (Centella asiatica L.) Regnum : Plantae Devisio : Spermathophyta Classis : Dicotyledonae Ordo : Umbilales Familia : Umbilaferae (Apiaceaea) Genus : Centella Spesies : Cantella asiatica L. (Tjitrosoepomo, 2000) b. Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Regnum : Plantae Divisio : Spermaiophyta Class : Monocotyledonae WA ODE RAHMA SRI YANINGSIH NILA ASTUTI F 1F1 13 061

Upload: rahmasriyaningsih

Post on 17-Dec-2015

243 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

PENETAPAN KADAR ABU, KADAR AIR SIMPLISIA DAN EKSTRAK

PENETAPAN KADAR ABU DAN KADAR AIR SIMPLISIA DAN EKSTRAK1. TUJUANTujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air dan kadar abu dari serbuk simplisia dengan menggunakan metode oven dan metode tanur. 1. BAHAN1. Klasifikasi1. Kaki Kuda (Centella asiatica L.)Regnum: PlantaeDevisio: Spermathophyta Classis: DicotyledonaeOrdo: UmbilalesFamilia: Umbilaferae (Apiaceaea)Genus: CentellaSpesies: Cantella asiatica L. (Tjitrosoepomo, 2000)1. Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Regnum: PlantaeDivisio: SpermaiophytaClass : Monocotyledonae Ordo: ZingiberalesFamili: ZingiberaceaeGenus: KaempferiaSpesies: Kaempferia galanga L. (Tjitrosoepomo, 2000)

1. Tapak Liman (Elephantopus schaber L.)Regnum : PlantaeDivisio : SpermatophytaClass : DicotyledonaleOrdo : AsteralesFamili : AsteraceaeGenus : ElephantopusSpecies : Elephantopus schaber L. (Tjitrosoepomo, 2000)1. Rimpang Lengkuas (Alpinieae galanga L.) Regnum: PlantaeDivisio: MagnoliophytaClass: LiliopsidaOrdo: ZingiberalesFamili: ZingiberaceaeGenus: AlpinieaeSpesies: Alpinieae galanga L.(Tjitrosoepomo, 2000)1. Avocat (Persea americana Mill)Regnum: PlantaeDivisio: SpermatophytaClass: Dicotyledoneae Ordo: LauralesFamili: LauraceaeGenus: PerseaSpesies: Persea americana Mill (Tjitrosoepomo, 2000)1. Brotowali (Tinospora crispa L.)Regnum: PlantaeDivisio: Spermatophyta Class: Dicotyledonea Ordo: RanunculalesFamili: MenispermaceaeGenus: TinosporaSpesies: Tinospora crispa L. (Tjitrosoepomo, 2000)1. Rimpang Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.)Regnum: PlantaeDivisio: SperrnatophytaClass: MonocotyledonaeOrdo: ZingiberalesFamili: ZingiberaceaeGenus: ZingiberSpesies: Zingiber aromaticum Val. (Tjitrosoepomo, 2000)

1. Deskripsi Simplisia1. Kaki Kuda (Cantella asiatica L.)Kaki kuda berasal dari Asia Tropik tersebar di Asia Tenggara, India, Cina, Jepang, Australia, dan negara-negara lain. Sejak ribuan tahun lalu, tanaman ini telah digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit pada hampir seluruh belahan dunia. Selain digunakan sebagai obat, pegagan juga dikonsumsi sebagai lalap terutama oleh masyarakat di Jawa Barat. Jenis pegagan ada dua macam yaitu pegagan merah dan pegagan hijau. Tanaman ini merupakan terna tahunan yang tumbuh merambat. Pegagan tidak mempunyai batang, rimpang pendek, dan stolon yang merayap. Panjangnya antara 10 cm 80 cm. Akar keluar dari setiap bonggol, banyak bercabang yang dapat membentuk tumbuhan baru. Pegagan berdaun tunggal, berbentuk ginjal, panjang tangkai daun antara 5 cm 15 cm. Tepi daun bergerigi atau beringgit, penampang 1 cm 7 cm tersusun dalam roset yang terdiri atas 2 10 helai daun, kadang-kadang agak berambut. Bunga berwarna putih atau merah muda yang tersusun dalam karangan berbentuk payung, tunggal atau 3 5 bersama-sama keluar dari ketiak daun, panjang tangkai bunga 5 mm 50 cm. Buah pegagan berbentuk lonjong atau pipih, berbau harum dan rasanya pahit. Panjang buah antara 2 mm 2,5 mm (BPOM RI, 2010).1. Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)Rimpang kencur merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah yang besar. Bagian dari tanaman kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang tinggal didalam tanah yang disebut dengan rimpang kencur atau rizoma. Daun kencur berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan tanah dengan jumlah daun tiga sampai empat helai. Permukaan daun sebelah atas berwarna hijau sedangkan sebelah bawah berwarna hijau pucat. Panjang daun berukuran 10 12 cm dengan lebar 8 10 cm mempunyai sirip daun yang tipis dari pangkal daun tanpa tulang tulang induk daun yang nyata. Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang cabang dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam putih berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua ditumbuhi akar pada ruas ruas rimpang berwarna putih kekuningan (BPOM RI, 2010).1. Tapak Liman (Elephantopus schaber L.)Tapak liman mempunyai ciri ciri batang pendek, susunan daun berbentuk roset dan kaku, tepi daun bergerigi, ujung daun tumpul, batang bunga muncul di tengah tengah roset daun, bunga berbentuk bongkol dan berwarna ungu. Tumbuh di kawasan Kebun Raya bogor banyak ditemukan di derah yang berumput, secara ekologis tanaman ini bermanfaat sebagai penutup tanah ground cover dan dapat juga bermanfaat sebagai tanaman obat (BPOM RI, 2010).1. Rimpang Lengkuas (Alpinieae galanga L.) Lengkuas mempunyai nama daerah Laos (Jawa) sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan atau rempah, mempunyai aroma harum dan rasa yang pedas. Banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara, di Indonesia, China dan Thailand. Selain untuk penyedap, digunakan juga sebagai obat tradisional, untuk mengobati gangguan lambung, menghilangkan kembung, anti jamur, menghilangkan gatal, menambah nafsu makan, demam dan sakit tenggorokan. Akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai pengobatan dan pencegahan (Chemoprevention) kanker. Lengkuas ada 2 macam lengkuas merah dan lengkuas putih. Lengkuas putih banyak dipakai sebagai bumbu penyedap dan lengkuas merah lebih mempunyai khasiat sebagai obat. Kandungan ACA (Acetoxy Chavicol Acetate) lebih banyak pada ekstraksi lengkuas merah daripada lengkuas putih. Lengkuas mempunyai potensi untuk menurunkan angka kejadian kanker yang diinduksi oleh karsinogen (BPOM RI, 2010).1. Avocat (Persea americana Mill)Avocat berasal dari Amerika Tengah. Tumbuhan ini masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Alpukat tumbuh liar di hutan-hutan, banyak juga ditanam di kebun dan pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air. Tumbuh di daerah tropik dan subtropik dengan curah hujan antara 1.800 mm sampai 4.500 mm tiap tahun. Pada umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi. Di Indonesia tumbuh pada ketinggian tempat antara 1 m sampai 1000 m di atas permukaan laut. Buah alpukat memiliki biji yang berkeping dua, sehingga termasuk dalam kelas Dicotyledoneae. Biji bulat seperti bola, keping biji putih kemerahan. Kepingan ini mudah terlihat apabila kulit bijinya dilepas atau dikuliti. Kulit biji umumnya mudah lepas dari bijinya. Pada saat buah masih muda, kulit biji itu menempel pada daging buahnya. Bila buah telah tua, biji akan terlepas dengan sendirinya. Umumnya sifat ini dijadikan sebagai salah satu tanda kematangan buah. Buah yang berbentuk panjang mempunyai biji yang lebih panjang dibanding biji yang terdapat di dalam buah yang bentuk bulat. Walaupun demikian, semua biji alpukat mempunyai kesamaan, yaitu bagian bawahnya agak rata dan kemudian membulat atau melonjong (BPOM RI, 2010).1. Brotowali (Tinospora crispa L.)Brotowali merupakan tumbuhan yang mudah ditemukan dan mudah dalam perawatan penanamannya, tumbuh secara liar di hutan, ladang atau ditanam di halaman dekat pagar sebagai tumbuhan obat. Tanaman ini menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari. Merambat dengan panjang mencapai 2,5 meter atau lebih. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerahtropis. Brotowali menyebar merata hampir di seluruh wilayah Indonesia dan beberapa Negara lain di Asia tenggara dan India. Batang Brotowali hanya sebesar jari kelingking, berbintil- binti lrapat dan rasanya pahit. Daun Brotowali merupakan dan tunggal, tersebar, berbentuk jantung dengan ujung runcing, tepi daun rata, pangkalnya berlekuk, memiliki panjang 7-12 cm dan lebar 7-11 cm. Tangkai daun menebal pada pangkal dan ujung, pertulangan daun menjari dan berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk tandan, terletak pada batang kelopak tiga. Memiliki enam mahkota, berbentuk benang berwarna hijau. Benang sari berjumlah enam, tangkai berwarna hijau muda dengan kepala sari kuning.Buah Brotowali keras seperti batu, berwarna hijau (BPOM RI, 2010).1. Rimpang Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.)Rimpang lempuyang wangi merupakan tumbuhan terna, berbatang semu, tingginya kurang lebih 1 m. Daun berbentuk lanset dengan panjang 14-40 cm dan lebar 3-8,5 cm, bagian pangkal daun berbentuk bulat telur atau runcing, permukaan daun bagian atas berbulu dengan panjang bulu 4-5 mm. Bunganya berupa mayang tersembul di atas tanah, gagang bunga lebih panjang daripada mayang, ramping dan sangat kuat, bersisik, berbentuk lanset. Sisik berwarna merah dengan panjang sisik 3-6,5 cm. Daun pelindung lebih panjang daripada kelopak bunga, berbentuk jorong dengan ujung yang rata, berbulu rapat berwarna hijau kemerahan atau merah gelap, tetapi pada bagian tepi hampir tak berbulu, panjang daun pelindung 1,5-4 cm dan lebar 1,25-4 cm. Mayang berbentuk bulat telur, panjangnya 3,5-10,5 cm, lebar 1,75-5,5 cm, panjang kelopak bunga 13-17 mm. Mahkota bunga berwarna kuning terang atau putih kekuningan, tinggi tabung 2-3 cm, berbentuk bulat telur dan rata pada bagian ujung. Kepala sari berbentuk jorong, berwarna kuning terang panjangnya 8-10 mm (BPOM RI, 2010).

PENETAPAN KADAR ABU, KADAR AIR SIMPLISIA DAN EKSTRAK

WA ODE RAHMA SRI YANINGSIH NILA ASTUTIF 1F1 13 061

1. HASIL PENGAMATAN1. Data Pengamatan No.Nama EkstrakKadar air (%)Kadar abu (%)Kadar sari larut air (%)Kadar sari larut etanol (%)

1. Daun kaki kuda3,333,3--

2.Rimpang kencur26,420--

3.Daun tapak liman254--

4.Rimpang lengkuas240--

5.Daun alpukat4,2899,7025,27,2

6.Batang brotowali-72 - 4,885--

7.Rimpang lempuyang wangi25,45,8--

2. Data Perhitungan a. Penentuan Kadar Air1. Daun Kaki kuda Berat cawan porselin= 132,55 gram Berat ekstrak= 0,3 gram Berat cawan + sampel setelah pemijaran = 132,8 gram Kadar air= x 100%= x 100% = 3,33%

2. Rimpang Kencur Berat cawan porselin= 79,45 gram Berat ekstrak= 1,4 gram Berat cawan + sampel setelah pemijaran = 80,48 gram Kadar air= x 100%= x 100% = 26,42%3. Daun Tapak Liman Berat cawan porselin= 26,03 gram Berat ekstrak= 1 gram Berat cawan + sampel setelah pemijaran = 26,78 gram Kadar air= x 100%= x 100% = 25%4. Daun Alpukat Berat cawan porselin= 84,59 gram Berat ekstrak= 2,1 gram Berat cawan + sampel setelah pemijaran = 86,6 gram Kadar air= x 100%= = 4,28 %

5. Rimpang Lempuyang wangi Berat rata-rata cawan porselin kosong : 55,7 g Berat ekstrak : 5,1 g Berat cawan berisi ekstrak setelah dipanaskan menggunakan oven : 59,5 Kadar air : x 100 % = x 100 %= x 100 %= 25,4 %6. Rimpang lengkuas Berat rata-rata cawan porselin kosong : 132, 57 g Berat ekstrak : 0, 25 g Berat cawan berisi ekstrak setelah dipanaskan menggunakan oven : 132, 76 Kadar air : x 100 % = x 100 %= x 100 %= 24 %

7. Batang brotowali Berat rata-rata cawan porselin kosong : 86,11 g Berat ekstrak : 1,28 g Berat cawan berisi ekstrak setelah dipanaskan menggunakan oven : 87, 30 Kadar air = = = = -72 %b. Penentuan kadar abu1. Daun kaki kudaBerat cawan porselin= 54,82 gramSampel + cawan setelah pemijaran= 54,83 gramBerat ekstrak= 0,37 gramPenyelesaian :Kadar abu = x 100%=x100%= x 100%= 3,3 %2. Rimpang kencurBerat cawan porselin= 52,6 gramSampel + cawan setelah pemijaran= 52,6 gramPenyelesaian :Kadar abu = x 100%=x100% = x 100% = 0%3. Daun tapak limanBerat cawan porselin= 27,02 gramSampel + cawan setelah pemijaran= 27,06 gramBerat ekstrak=1 gramPenyelesaian :Kadar abu = x 100%=x100%= x 100%= 4%4. Rimpang lengkuas Berat rata-rata cawan porselin kosong : 52, 43 g Berat ekstrak : 0, 25 g Berat cawan berisi ekstrak setelah dipanaskan menggunakan tanur : 52, 43g Kadar abu : x 100 %= x 100 %= 0 %5. Daun alpukatBerat cawan porselin= 55,71 gramSampel + cawan setelah pemijaran= 59,1 gramBerat ekstrak= 3,4 gramKadar abu = x 100%=x100%= x 100% = 99,70 %6. Rimpang Lempuyang Wangi Berat rata-rata cawan porselin kosong : 50,9 g Berat ekstrak : 3,4 g Berat cawan berisi ekstrak setelah dipanaskan menggunakan tanur : 51,1 g Kadar abu := x 100 %= x 100 %= 5,8 %7. Batang brotowali Berat rata-rata cawan porselin kosong : 85,59 g Berat ekstrak : 0,35 g Berat cawan berisi ekstrak setelah dipanaskan menggunakan tanur : 87,30 g Kadar abu= = = = -488,5%c. Penetapan kadar sari larut air Daun AlpukatMassa cawan uap kosong = 41,32 gramMassa cawan uap + ekstrak = 41,95 gramMassa ekstrak larut air = [(m.cawan uap + ekstrak) (m.cawan uapkosong)] gram = [41,95 41,32] gram = 0,63 gramKadar sari larut air = x 100% = x 100% = 25,2%d. Penetapan kadar sari larut etanol Daun AlpukatMassa cawan uap kosong = 52,44 gramMassa cawan uap + ekstrak = 29,85 gramMassa ekstrak larut etanol = [(m.cawan uap + ekstrak) (m.cawan uap kosong)] gram = [29,85 29,67] gram = 0,18 gramKadar sari larut etanol = x 100% = x 100%= 7,2%1. PEMBAHASANSimplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, hewani, dan pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Sedangkan simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni dan simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni.Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan. Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak kandungan mineral yang terdapat dalam ekstrak sampel daun tapak liman. Sedangkan kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Dalam penetapan kadar abu digunakan alat tanur dengan suhu 7500C dan pada penetapan kadar air digunakan alat oven pada suhu 1050C.Pada percobaan kali ini, dilakukan penetapan kadar abu, kadar air dan kadar sari pada serbuk simplisia daun tapak liman. Langkah pertama dalam penentuan kadar air yaitu menimbang cawan porselin yang kosong dan dilakukan juga penimbangan pada simplisia untuk diketahui beratnya sebelum dilakukan pemanasan dengan menggunakan oven. Setelah itu ditentukan waktunya untuk dilakukan penimbangan ulang yang telah mengalami pengeringan menggunakan oven yang nanti kemudian akan dikurangkan dengan berat awalnya untuk memperoleh nilai kadar air dari simplisia.Penentuan kadar air dengan menggunakan oven memiliki prinsip yaitu bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 1050C selama waktu tertentu. Kelebihan pengeringan buatan ini adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat diatur sesuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca. Untuk kelemahannya memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi dibandingkan pengeringan alami.Selanjutnya, dalam penetapan kadar abu prosesnya sama dengan penetapan kadar air yaitu langkah pertama yang dilakukan yaitu menimbang cawan dan serbuk simplisia sebelum dilakukan pemanasan dengan menggunakan tanur pada suhu 7500C dalam waktu tertentu. Setelah pemanasan selesai, abu yang dihasilkan kemudian ditimbang kembali untuk memperoleh nilai kadar abu dari serbuk simplisia.Dalam penentuan kadar abu dengan metode tanur yaitu kadar abu yang terukur merupakan bahan-bahan anorganik yang tidak terbakar dalam proses pengabuan, sedangkan bahan-bahan organik akan terbakar. Dalam penetapan kadar abu ini digunakan suhu tinggi yaitu dengan suhu 7500C dilakukan agar perubahan suhu pada simplisia maupun porselin tidak secara tiba-tiba, agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba. Penggunaan suhu yang tinggi juga akan menyebabkan beberapa mineral tidak larut.Dalam penetapan kadar sari tujuannya yaitu untuk analisis kuantitatif jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia.Prinsip penetapan kadar sari yaitu dengan melarutkan sejumlh simplisia pada pelarut tertentu untuk menentukan sejumlah senyawa aktif yang terkandung pada pelarut tersebut. Dalam metode ini bahan dilarutkan pada pelarut etanol dan air-kloroform. Penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba atau sebagai pengawet. Karena apabila pada saat maserasi hanya air saja, mungkin ekstraknya akan rusak karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan merusak ekstrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak tersebut.Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sampel daun kaki kuda, kencur, tapak liman, rimpang lengkuas, daun alpukat, batang brotowali dan rimpang lempuyang wangi. Kadar sari menurut buku Materia Medika Indonesia, pada daun kaki kuda tidak kurang dari 6%, kadar sari kencur tidak kurang dari 14%, pada tapak liman tidak kurang dari 14,2%, pada rimpang lengkuas tidak kurang dari 5,2%, kadar abu daun alpukat yaitu tidak kurang dari 19%, pada brotowali yaitu tidak kurang dari 15,4%, dan pada rimpang lempuyang wangi yaitu tidak kurang dari 10,9%.Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penetapan kadar air dengan metode oven pada suhu 1050C diperoleh nilai kadar air dari ekstrak yaitu sebesar 25% Sedangkan pada penetapan kadar abu dari serbuk simplisia dengan metode tanur pada suhu 7500C diperoleh sebesar 4%.Pada praktikum ini digunakan sampel daun kaki kuda, kencur, tapak liman, daun alpukat, lempuyang wangi, batang brotowali. Kadar air daun kaki kuda adalah 25%, kencur adalah 26,42%, dan tapak liman adalah 25%, rimpang lengkuas adalah 24%, daun alpukat adalah 4,28%, batang brotowali adalah 72%, dan rimpang lempuyang wangi adalah 25,4%.Penentapan kadar abu yaitu pada daun kaki kuda adalah 3,3%, rimpang kencur adalah 0%, daun tapak liman adalah 4%, rimpang lengkuas adalah 0%, daun alpukat adalah 99,70%, batang brotowali adalah 488,5%, dan rimpang lempuyang wangi adalah 5,8%, sedangkan penetapan kadar sari sampel yang digunakan adalah daun alpukat dan hail yang di dapat untuk kadar sari larut air adalah 25,2%, dan untuk kadar sari larut etanol adalah 7,2%.

1. PENUTUP1. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini yaitu pengujian kadar air, kadar abu, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol sesuai prosedur dan disesuaikan hasilnya dengan literatur (buku Materia Medika Indonesia). 1. SaranSebaiknya dalam melakukan percobaan kali ini, kita harus mengetahui bagaimana tahap-tahap dalam melakukan penentuan kadar air maupun kadar abu, serta mengetahui prinsip kerja dari alat yang digunakan dalam penentuan kadar air maupun kadar abu.

DAFTAR PUSTAKABadan POM, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume Kelima Edisi Pertama, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Dirjen POM, 1989 dan 1995, Materi Medika Indonesia, Departeman Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dirjen POM, 2009, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi Pertama, Departeman Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Nala, Abu, 2011, Manfaat Apotik Hidup, Bina Karya, Jawa Tengah.

Tjitrosoepomo, Gembong, 2000, Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.