penerapan responsibility to protect dalam …digilib.unila.ac.id/31650/20/skripsi tanpa bab...

68
PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM PENYELESAIAN KRISIS KEMANUSIAAN DI REPUBLIK AFRIKA TENGAH OLEH PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA SKRIPSI Oleh: PARULIAN YUSUF S. . FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: lenguyet

Post on 01-Apr-2019

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM

PENYELESAIAN KRISIS KEMANUSIAAN DI REPUBLIK AFRIKA

TENGAH OLEH PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA

SKRIPSI

Oleh:

PARULIAN YUSUF S.

.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

ABSTRAK

PENERAPAN RESPOSIBILITY TO PROTECT DALAM PENYELESAIAN

KRISIS KEMANUSIAAN DI REPUBLIK AFRIKA TENGAH OLEH

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA

oleh

Parulian Yusuf S.

Kedaulatan memberikan negara kemampuan untuk melaksanakan kewenangannya

menjalankan pemerintahan dan kewajibannya untuk melindungi warga negaranya

dari ancaman kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan

perang, dan pembersihan etnis. Peristiwa krisis kemanusiaan terjadi di Republik

Afrika Tengah,dimana pemerintah Republik Afrika Tengah tidak mampu

menghentikan pemberontakan yang timbul di wilayah teritorialnya. Pemberontak

Seleka dan Anti-Balaka terlibat dalam perang saudara di Republik Afrika Tengah.

Pemberontak Seleka menyerang penduduk mayoritas Kristen dan Anti-Balaka

menyerang minoritas Muslim. Hal ini menjadi keprihatinan masyarakat

internasional dan mendorong Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

mengambil tindakan untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan di Republik Afrika

Tengah berdasarkan Responsibility to Protect.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan Responsibility to

Protectdan Penerapan Responsibility to Protect dalam penyelesaian krisis

kemanusiaan di Republik Afrika Tengah. Untuk menjawab permasalahan tersebut,

penulis melakukan penelitian hukum normatif dengan sumber data sekunderyang

terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, tersier serta menggunakan teknik studi

kepustakaaan sebagai metode pengumpulan data. Pengolahan data dari penelitian

ini adalah melalui analisis terhadap Responsibility to Protect dengan pendekatan

General Theory of Law and State dan penerapanResponsibility to Protect melalui

resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Responsibility to Protect merupakan doktrin

hukum internasional yang menganalisis kasus dengan melakukan pemetaan dan

tafsiran, sistematisasi hukum di bawah prinsip-prinsip hukum umum yang abstrak,

dan mengembangkan filosofis moral, filsafat keadilan dan untuk memperkuat

resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

negeri suatu negara yang berkaitan dengan konflik yang mengancam perdamaian

dan keamanan.Penerapan Responsibility to Protect oleh Dewan Keamanan

Perserikatan Bangsa-Bangsa di Republik Afrika Tengah melalui 11 (sebelas)

resolusi Dewan Keamanan. Di dalam resolusi-resolusi tersebut terdapat 2 (dua)

indikator dan 3 (tiga) unsur Responsibility to Protect yaitu Responsibility to

Prevent, Responsibility to React dan Responsibility to Rebuild.

Kata Kunci: Responsibility to Protect, Krisis Kemanusiaan, Republik Afrika

Tengah, Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Page 3: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF RESPOSIBILITY TO PROTECT IN THE

SETTLEMENT OF HUMANITARIAN CRISIS IN THE CENTRAL

AFRICAN REPUBLIC BY THE UNITED NATIONS

by

Parulian Yusuf S.

Sovereignty gives the state the ability to execute its authority which administers

the government and its obligations to protect citizens from the threat of genocide,

crimes against humanity, war crimes, and ethnic cleansing. The humanitarian

crisis occurred in Central African Republic is an example of the government’s

inability to stop the insurgency arising in its territory. Seleka and Anti-Balaka

rebels were involved in the civil war of the Central African Republic. Seleka

rebels previously attacked predominant Christians which lead to Anti-Balaka

population attacking Muslim minorities. This became a concern to the

international community, hence encourages the United Nations Security Council

to take action in resolving the humanitarian crisis occurred in the Central African

Republic under the Responsibility to Protect.

The problems in this research consist of the legal position of the responsibility to

protect and the implementation of the responsibility to protect in the settlement of

humanitarian crisis in Central African Republic. This research uses the normative

legal research with secondary type source consisting of primary, secondary, and

tertiary material of legal source. The collecting method of the research data is

through literature-study techniques. Data processing includes an analysis of the

responsibility to protect with the general theory of the law and state (Hans Kelsen)

approach ,and the application of the responsibility to protect which can be seen

through resolutions of the Security Council of United Nations.

The results of the study show that the responsibility to protect is positioned as a

doctrine of the international law that analyzes cases by mapping and

interpretation, systematizing the law under abstract general principles of law, and

developing moral philosophy, philosophy of justice, and to strengthening the

resolution of the Security Council to intervene in the domestic affairs of a

conflict-related country which threatens peace and security. The applications of

the Responsibility to Protect by the United Nations Security Council in the

Central African Republic are executed through 11 Security Council resolutions.

Within those resolutions there are 2 indicators and 3 Responsibility to Protect

elements consisting of the Responsibility to Prevent, Responsibility to React and

Responsibility to Rebuild.

Keywords: Responsibility to Protect, Crisis of Humanity, Central African

Republic, United Nations.

Page 4: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM

PENYELESAIAN KRISIS KEMANUSIAAN DI REPUBLIK AFRIKA

TENGAH OLEH PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA

Oleh:

PARULIAN YUSUF S.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Internasional

Fakultas Hukum Universitas Lampung

Page 5: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam
Page 6: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam
Page 7: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

RIWAYAT HIDUP

Parulian Yusuf S., lahir di Bandar Lampung pada 6 April

1995 sebagai anak ke lima dari tujuh bersaudara pasangan

Eriyanto Sitorus dan Rita Br. Silaban. Penulis

menyelesaikan pendidikan formal di SDN 3 Bukit Kemiling

Permai (2001-2007), SMPN 8 Bandar Lampung (2007-

2010), dan SMA Xaverius 1 Palembang (2011-2013).

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung

pada tahun 2014. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi

Koordinator Komunitas Mahasiswa Katolik Fakultas Hukum Universitas

Lampung (2014-2015), anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Lampung

dibidang Barisan Intelektual Muda (2014). Selain itu, penulis pernah menjabat

sebagai Wakil Koordinator Bidang Media dan Komunikasi dalam Himpunan

Mahasiswa Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Lampung periode

kepengurusan 2017-2018.

Page 8: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

PERSEMBAHAN

In Nomine Patri et Filii et Spiritus Sancti. Amen.

(Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.)

Puji syukur kepada Allah Bapa atas berkat dan kasih-Nya, maka dengan ketulusan

dan kerendahan hati serta perjuangan dan jerih payah yang telah diberikan,

penulis mempersembahkan karya ilmiah ini kepada:

Kedua orangtua, Paulus Eriyanto Sitorus (Bapak) dan Katarina Redita Norasti

Silaban (Mamak), yang senantiasa memberikan dukungan semangat dan limpahan

cinta kasih, nasihat, serta doa yang selalu dipanjatkan sehingga menjadi kekuatan

bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

Keluarga dan sahabat yang senantiasa memberikan dukungan yang memotivasi

penulisan dan almamaterku tercinta

Universitas Lampung

Page 9: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

MOTTO

“Hai anakku, janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu. Tambatkanlah

senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkan pada lehermu. Jikalau

engkau berjalan, engkau akan dipimpinnya, jikalau engkau berbaring,

engkau akan dijaganya, jikalau engkau bangun, engkau akan disapanya”

(Amsal 6:20-22)

“Totus Tuus”

“Sepenuhnya milik-Mu”

(Saint Karol Józef Wojtyła - Paus Yohanes Paulus II)

“Per Lui vivo, per Lui muoio”

“Untuk Dia Aku Hidup, Untuk Dia Aku Mati”

(Venerabilis P. Leo John Dehon)

“Hanya satu yang setia, Tuhan”

(penulis)

Page 10: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

SANWACANA

Puji dan syukur penuliskan haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat-Nya, karya ilmiah dengan judul, “Penerapan Responsibility to

Protect dalam Penyelesaian Krisis Kemanusiaan di Republik Afrika Tengah

oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa” dapat diselesaikan dengan baik. Karya

ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

Penyelesaian karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, partisipasi, bimbingan,

kerjasama, dan doa dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung, sehingga pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Ibu Melly Aida, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Internasional

dan Miss Rehulina, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum

Internasional;

3. Bapak Abdul Muthalib Tahar, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Utama,

terimakasih atas dukungan yang diberikan meliputi waktu, saran, dan kritik

dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan

dengan baik;

Page 11: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

4. Miss Rehulina, S.H., M.H., selaku Pembimbing Kedua, terimakasih atas

dukungan yang diberikan meliputi waktu, saran, dan kritik dalam proses

karya ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik;

5. Bapak Naek Siregar, S.H., M.Hum, selaku Penguji Utama, terimakasih atas

keluangan waktu yang diberikan dalam memberikan saran dan kritik terhadap

karya ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik;

6. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf Administrasi Fakultas Hukum khususnya

Bagian Hukum Internasional, terimakasih atas dukungan, arahan, serta

bimbingannya dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini dan memberikan

banyak ilmu pengetahun selama menyelesaikan studi;

7. Bapak dan Mamak yang selalu mendoakan saya, memberi semangat dan

membuat saya untuk yakin akan diri sendiri.

8. Elizabeth Lenny Yunida Damayanti Sitorus, Magdalena Dwi Maria Astuti

Sitorus, Albertus Philipus Hari Uli Marusaha Sitorus, Martha Dewi Sri Rejeki

Sitorus, David Riki Febrianto Sitorus dan Yohanes Parlin Sitorus yang

merupakan saudara dan saudari kandung yang ada di saat suka dan duka serta

memberikan dukungan dan doa.

9. Walungria, skuat bermain dengan semangat malu urusan terakhir yang

penting asik bareng, selalu menemani dari maba hingga lulus, khususny

seminar I, seminar II dan Ujian Komprehensif.

10. Himpunan Mahasiswa Hukum Internasional terutama swagers, terimakasih

telah memberikan warna dalam hari-hari selama menyelesaikan studi di

Bagian Hukum Internasional, terimakasih juga untuk dukungan selama

penyusunan karya ilmiah, seminar proposal, dan seminar hasil.

Page 12: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

11. Para Imam, Frater, Bruder Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ)

yang memberikan teladan kelembutan dan kesabaran serta kesetiaan dalam

menimba rahmat dari Hati Yesus yang Mahakudus.

12. Almamaterku tercinta serta seluruh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung Angkatan 2014;

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu

dalam penyelesaian karya ilmiah ini, terimakasih untuk segalanya;

Karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap agar

karya ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 5 Juni 2018

Penulis

Parulian Yusuf S.

Page 13: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

i

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

JUDUL DALAM

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN

MOTTO

SANWACANA

DAFTAR ISI ......................................................................................... i

DAFTAR TABEL .............................................................................. iv

DAFTAR BAGAN ............................................................................... v

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8

D. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 10

E. Sistematika Penulisan ............................................................. 10

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A. Responsibility to Protect ......................................................... 13

1. Sejarah Responsibility to Protect ...................................... 14

a. ICISS Report 2001 ...................................................... 15

a.1. Responsibility to Prevent ...................................... 15

a.2. Responsibility to React ......................................... 16

a.3. Responsibility to Rebuild ...................................... 16

b. The High Level Panel Report, Desember 2004 ........... 17

c. Report of the Secretary General, Maret 2005 ............. 19

d. General Assembly: The World Summit Outcome

Document 2005 ........................................................... 20

B. Kedaulatan Negara .................................................................. 22

1. Negara ............................................................................... 22

2. Kedaulatan Negara ............................................................ 24

C. Republik Afrika Tengah .......................................................... 26

1. Gambaran Umum .............................................................. 26

2. Pemberontak Seleka .......................................................... 26

3. Pemberontak Anti Balaka ................................................. 28

D. Krisis Kemanusiaan dan Kejahatan Internasional .................. 29

1. Krisis ................................................................................. 29

2. Kemanusiaan ..................................................................... 30

3. Nilai Kemanusiaan ........................................................... 30

4. Krisis Kemanusiaan ......................................................... 30

5. Kejahatan .......................................................................... 31

Page 14: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

ii

6. Kejahatan Internasional ...................................................31

a. Kejahatan Genosida ................................................... 32

b. Kejahatan terhadap Kemanusiaan .............................. 32

c. Kejahatan Perang ....................................................... 33

E. Organ-Organ Perserikatan Bangsa-Bangsa yang Berwenang

Menyelesaikan Sengketa Internasional ................................... 33

1. Majelis Umum ................................................................... 34

2. Dewan Keamanan ............................................................. 35

3. Sekretaris Jenderal ............................................................ 36

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 37

B. Pendekatan Masalah ................................................................ 38

C. Sumber Data ............................................................................ 39

1. Sumber data ....................................................................... 39

a. Bahan Hukum Primer .................................................. 39

b. Bahan Hukum Sekunder ............................................. 42

c. Bahan Hukum Tersier ................................................. 42

2. Metode Pengumpulan data ................................................ 42

3. Pengolahan data ................................................................ 42

D. Analisis Data ........................................................................... 43

BAB IV: PEMBAHASAN

A. Konsep Intervensi Kemanusiaan menurut Hukum

Internasional ............................................................................ 44

1. Konsep Intervensi Kemanusiaan ...................................... 44

2. Hubungan antara Intervensi Kemanusiaan dengan

Responsibility to Protect .................................................. 48

B. Kedudukan Responsibility to Protect dalam Hukum

Internasional ............................................................................ 50

1. Responsibility to Protect dalam Hukum Kebiasaan

Internasional ..................................................................... 51

2. Responsibility to Protect dalam Perjanjian

Internasional ..................................................................... 55

3. Responsibility to Protect dalam Prinsip-Prinsip Hukum

Umum yang Diakui Bangsa-Bangsa Beradab .................. 58

4. Responsibility to Protect sebagai Doktrin Hukum

Internasional ..................................................................... 60

C. Penerapan Responsibility to Protect di Republik Afrika

Tengah oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa .............................. 65

1. Laporan kepada Dewan Keamanan ................................... 69

2. Investigasi terhadap Prima Facie Genosida ...................... 70

3. Krisis Kemanusiaan di Republik Afrika Tengah sebagai

Kejahatan Internasional ..................................................... 71

a. Serangan Pemberontak Seleka .................................... 71

a.1. Serangan di Baoro................................................. 72

a.2. Serangan di Bata ................................................... 73

b. Serangan Anti Balaka .................................................. 74

Page 15: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

iii

b.1. Serangan di Bossemptele ...................................... 75

b.2. Serangan di Boyali ............................................... 76

b.3. Serangan di Bossembele ....................................... 76

b.4. Serangan di Bouali ............................................... 77

4. Penerapan Responsibility to Protect melalui resolusi

Dewan Keamanan ............................................................. 79

a. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2031 (2011) .............................................. 80

b. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2088 (2013) .............................................. 81

c. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2121 (2013) .............................................. 82

d. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2127 (2013) ............................................. 84

e. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2134 (2014) ............................................. 86

f. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2149 (2014) ............................................. 88

g. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2181 (2014) ............................................. 91

h. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2196 ......................................................... 92

i. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2212 ......................................................... 94

j. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2217 ......................................................... 94

k. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2262 ......................................................... 96

l. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2264 ......................................................... 97

m. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2272 ......................................................... 97

n. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2281 ......................................................... 98

o. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2301 ......................................................... 99

p. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2339 ....................................................... 100

q. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2387 (2017) ........................................... 101

r. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-

Bangsa No 2399 (2018) ........................................... 102

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 110

B. Saran ...................................................................................... 111

Page 16: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

iv

Daftar Pustaka

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1

Indikator Pelaksanaan Perlindungan Masyarakat Sipil oleh

Pemerintah Republik Afrika Tengah.................................................. 78

Tabel 4.2

Penerapan Responsibility to Protect melalui Resolusi Dewan

Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Penyelesaian Krisis

Kemanusiaan di Republik Afrika Tengah ......................................... 103

Page 17: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

v

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1

Proses Penerapan Responsiility to Protect oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa............................................................ 69

Page 18: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Responsibility to Protect merupakan konsep perlindungan masyarakat sipil

yang menjadi korban dalam konflik hukum internasional yang mendorong

setiap negara untuk melaksanakan kewajiban untuk melindungi masyarakat

sipil yang berada di wilayah teritorialnya. Responsibility to Protect

didasarkan pada 3 (tiga) pilar utama yaitu (1) tanggung jawab negara untuk

melindungi rakyatnya dari pemusnahan massal; kejahatan perang,

pembersihan etnis dan kejahatan terhadap kemanusiaan; (2) tanggung jawab

masyarakat internasional untuk membantu negara-negara dalam menjalankan

tanggung jawab tersebut; dan (3) tanggung jawab setiap negara anggota

Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk merespon secara kolektif, tepat waktu dan

tegas.1 Namun, pelaksanaan Responsibility to Protect khususnya pilar kedua

dan ketiga masih menimbulkan pertentangan antara prinsip kedaulatan negara

dengan intervensi kemanusiaan. Pilar kedua dan ketiga memberikan

kewenangan kepada negara-negara lain dan organisasi internasional untuk

melakukan intervensi di bawah legitimasi dari resolusi Dewan Keamanan

1Implementing the Responsibility to Protect Report of the Secretary General UN Doc

A/63/677/2009.

Page 19: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

2

Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pertentangan antara kedaulatan dan intervensi

negara dengan latar belakang kemanusiaan menciptakan suatu kondisi yang

dilematis dalam upaya melindungi manusia dari ancaman krisis kemanusiaan.

Situasi ini menjadi tantangan baru bagi upaya perlindungan terhadap

masyarakat sipil dan diperlukan suatu konsep baru yang dapat

menghubungkan kedaulatan negara dengan intervensi kemanusiaan.2 Pada

prinsipnya, kedaulatan bersifat absolut, tidak dapat dibagi dan abadi. Di

dalam kedaulatan tersebut terkandung hak dan kewajiban negara dimana

melalui kedaulatan ini, negara dapat menjalankan kekuasaannya di wilayah

teritorial dan terhadap warga negaranya. Di samping pelaksanaan kekuasaan,

negara memiliki kewajiban untuk melindungi warga negaranya dari berbagai

ancaman, termasuk ancaman terhadap kejahatan genosida, kejahatan perang,

kejahatan terhadap kemanusiaan dan pembersihan etnis dengan latar belakang

ras, agama, politik dan golongan tertentu yang terjadi di dalam negara.3

Situasi dilematis antara kedaulatan di satu sisi dengan intervensi terhadap

kemanusiaan di sisi lain terlihat pada situasi di Republik Afrika Tengah.

Republik Afrika Tengah merupakan negara yang secara geografis berada di

Benua Afrika. Negara ini mengalami kemiskinan dan ketidakstabilan politik

2 Santa Marelda Saragih., Responsibility to Protect: Sebuah Tanggung Jawab dalam Kedaulatan

Negara. http://pustakahpi9 k RF—q8 .kemlu.go.id/app/Volume%202,%20Mei-

Agustus%202011_35_45.PDF. Dilihat pada 22 Juli 2017. 3Rahayu., 2012, “Eksistensi Prinsip Responsibility to Protect dalam Hukum Internasional”, MMH,

Jilid 41, Universitas Diponegoro. Hlm. 129.

Page 20: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

3

sejak memperoleh kemerdekaan dari Perancis.4 Presiden pertama, David

Dacko dikudeta oleh Jendral Jean Bedel Bokassa pada 1 Januari 1966 dan

mengangkat dirinya sebagai presiden Republik Afrika Tengah. Namun, David

Dacko kembali berkuasa setelah berhasil melakukan kudeta terhadap Bokassa

pada 21 Desember 1979.5 Pada tahun 1980, Dacko dikudeta oleh Jenderal

Andre Kolingba yang kemudian menjabat sebagai presiden selama 3 periode.

Ange-Felix Patasse menjadi presiden setelah menang pada pemilu pertama

Republik Afrika Tengah.6 Pada 15 Maret 2003, Forces Armees

Centralafricaines (FACA) atau Angkatan Bersenjata Republik Afrika Tengah

yang dipimpin oleh Jendral Francois Bozize melakukan kudeta terhadap

Presiden Ange-Felix Patasse. Kudeta yang dilakukan berhasil dan

mengangkat Jendral Francois Bozize menjadi presiden Republik Afrika

Tengah pada Mei 2005.7

Pengangkatan Bozize menjadi presiden mendapat penolakan dari sebagian

masyarakat Republik Afrika Tengah. Bozize dituduh melakukan praktik

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), eksploitasi tambang untuk diri

sendiri, tidak adanya perbaikan ekonomi, dan pembangunan yang tidak

merata serta pembatasan partisipasi politik menjadi penyebab munculnya

kelompok bersenjata di bagian utara, barat dan timur laut Republik Afrika

4Dean Stahl dan Karen Kerchelich. 2001. Abbreviations Dictionary. Boca Raton, London, New

York, Washington D.C.: CRC Press. 1435. http://lemkonom.ddnss.org. 5 Pierre Kalck. 2005. Historical Dictionary of the Central African Republic. Lanham, Maryland,

Toronto, Oxford: The Scarecrow Press Inc. 197. 6Ibid.

7BTI 2016. 2016. Central African Republic Country Report. 3. http://www.bti-procect.org.

Page 21: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

4

Tengah. 8 Di tengah situasi tersebut, Presiden Bozize mengambil kebijakan

untuk mengurangi kekuatan militer negara karena ancaman kudeta militer

yang pernah terjadi di masa lalu. Kebijakan tersebut memperburuk situasi

politik dan keamanan di Republik Afrika Tengah.

Situasi di Afrika tengah semakin memburuk karena munculnya berbagai

kelompok pemberontak antara lain Convention of Patriots for Justice and

Peace (CPJP), Union of Democratic Forces for Unity (UDFR), Democratic

Front of Central African People (FDPC), Patriotic Convention for the

Salvation of Kodro (CPSK) dan Alliance for Renaissance and Reorganization

(A2R) yang bersatu menjadi pemberontak Seleka dan dipimpin oleh Michel

Djotodia.9 Pemberontak Selaka mengadakan pemberontakan untuk

menggulingkan Rezim Francois Bozize tahun 2013, namun tindakan makar

tersebut mendapat perlawanan dari Forces Armees Centralafricaines

(FACA). Pemberontak Seleka berhasil menguasai kota-kota strategis,

pemerintahan dan ibukota negara, Bangui. Situasi ini membuat Presiden

Bozize melarikan diri ke Kongo. Pelarian Presiden Bozize ke Kongo menjadi

kesempatan bagi Michel Djotodia untuk mengumumkan dirinya sebagai

presiden Republik Afrika Tengah dan membubarkan Seleka dengan tujuan

untuk menyatukan kembali rakyat Republik Afrika Tengah.10

8Analyst in African Affairs. 2015. “Crisis in the Central African Republic. African Affairs:

Congressional Research Service. 1. 9 Ibid

10Annette Weber dan Markus Kaim. 2014. „„Central African Republic in Crisis: African Union

Mission needs United Nations Support“. 2.

Page 22: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

5

Pembubaran Seleka oleh Presiden Djotodia mendapat penolakan dari anggota

Selaka. Penolakan ini menimbulkan perpecahan di antara anggota Seleka,

sehingga pemberontak Selaka yang menolak dibubarkan membentuk

kelompok milisi baru dengan nama Former Seleka. Penolakan tersebut

direspon oleh Anti Balaka (Pasukan Pengaman Desa) untuk melakukan

perlawanan terhadap sisa pemberontak Seleka. Anti Balaka menilai bahwa

pemberontak Seleka melakukan pembunuhan massal terhadap ribuan warga

Kristen dan membakar rumah masyarakat sipil saat melakukan

pemberontakan. Konflik antara Former Seleka dan Anti Balaka menyebabkan

konflik berkembang dan meluas, dari konflik politik antara oposisi dan

pemerintah menjadi konflik Kristen-Islam.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa perang

saudara Republik Afrika Tengah dikategorikan sebagai kejahatan genosida

sekaligus kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang dan

pembersihan etnis sebagai dampak dari konflik dalam negeri yang tidak

mampu diselesaikan oleh pemerintah yang berkuasa saat itu.11

Konflik

tersebut terus berlangsung hingga saat ini dan mengancam eksistensi

Republik Afrika Tengah dapat terbelah menjadi negara Kristen dan negara

Islam.

Pemerintah Republik Afrika Tengah merupakan otoritas tertinggi dalam

penyelenggaraan negara seharusnya mampu memegang peranan penting

11

Laporan Sekretaris Jenderal Nomor A/67/920-S/2013/399.

Page 23: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

6

dalam menjamin perlindungan terhadap warga negaranya. Namun, instabilitas

politik dan keamanan di Republik Afrika Tengah menjadi masalah utama

dalam upaya pencegahan krisis kemanusiaan. Hal ini mendorong kelompok

pemberontak yang tidak lagi menargetkan pemerintahan tetapi warga sipil

dengan latar belakang agama tertentu. Ketidakmampuan Pemerintah Republik

Afrika Tengah untuk melindungi warga negaranya sekaligus dari kelompok

Seleka dan Anti Balaka menjadi indikator bahwa Republik Afrika Tengah

gagal melaksanakan kewajibannya untuk melindungi warga negaranya dari

berbagai situasi yang mengancam keselamatan warga negaranya dan dapat

dikatakan telah gagal menerapkan kewajiban pertama dari penerapan

Responsibility to Protect. Oleh karena itu, masyarakat internasional memiliki

kewajiban untuk membantu Republik Afrika Tengah melaksanakan

kewajiban melindungi warga negara Republik Afrika Tengah melalui

mekanisme Responsibility to Protect sesuai dengan poin kedua dan ketiganya.

Masyarakat Internasional merespon kewajiban untuk menerapkan

Responsibility to Protect untuk mengamankan situasi di Republik Afrika

Tengah melalui Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dewan

Keamanaan mengeluarkan sejumlah resolusi untuk menghentikan krisis

kemanusiaan di Republik Afrika Tengah antara lain: S/RES/2121;12

S/RES/2301;13

S/RES/2127;14

S/RES/213415

; S/RES/2214916

; S/RES/2196;17

12

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/2121 tentang Underscores the

primary responsibility of the Central African Republic Authorities to protect the population; 13

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/ 2127 tentang Recalling that the

Transnational Authorities have the primary responsibility to protect the civilian population and

Underscores the primary responsibility of the Transnational Authorities to protect the population;

Page 24: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

7

S/RES/2217;18

S/RES/226219

; S/RES/2301;20

S/RES/2339;21

S/RES/2399.22

.

Resolusi-resolusi yang dikeluarkan merupakan upaya untuk mengakhiri krisis

kemanusiaan di Republik Afrika Tengah.23

Selain itu dibentuk juga tim

pencari fakta untuk melakukan penyelidikan terhadap krisis kemanusiaan di

Republik Afrika Tengah. Dewan Keamanan memberikan kewenangan kepada

Perancis untuk mengirimkan pasukan perdamaian ke Republik Afrika

Tengah.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bermaksud mengkaji penerapan

Responsibility to Protect dalam penyelesaian krisis kemanusiaan di Republik

14

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/2134 tentang Recalling that the

Transnational Authorities have the primary responsibility to protect the civilian population in

Central African Republic; 15

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/2149 tentang Recalling that the

Transnational Authorities have the primary responsibility to protect the civilian population in

Central African Republic; 16

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/2196 tentang Recalling that

Central African Republic bears the primary responsibility to protect all population within its

territory from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes against humanity; 17

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/2217 tentang Recalling that

Central African Republic have the primary responsibility to protect all population in the Central

African Republic in particular from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes against

humanity; 18

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/2262 tentang Recalling that

Central African Republic bears the primary responsibility to protect all population within its

territory from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes against humanity; 19

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/2301 tentang Recalling that

Central African Republic have the primary responsibility to protect all population in the Central

African Republic in particular from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes against

humanity; 20

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/2339 tentang Recalling that

Central African Republic bears the primary responsibility to protect all population within its

territory from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes against humanity; 21

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/2387 tentang Recalling that

Central African Republic have the primary responsibility to protect all population in the Central

African Republic in particular from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes against

humanity; 22

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa S/RES/2399 tentang Recalling that

Central African Republic bears the primary responsibility to protect all population within its

territory from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes against humanity; 23

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 2332 tentang Recalling that the

Central African Republic bears the primary responsibility to protect all population within its

territory from genocide, war crima, ethnic cleaning, and crime against humanity.

Page 25: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

8

Afrika Tengah oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Penelitian ini menjadi cara

terbaik untuk memperkuat Responsibility to Protect dalam hukum

internasional dan penerapannya untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan di

Republik Afrika Tengah secara kolektif, tepat waktu untuk mencegah

terjadinya korban yang lebih banyak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan hukum Responsibility to Protect dalam hukum

internasional?

2. Bagaimana penerapan Responsibility to Protect dalam penyelesaian krisis

kemanusiaan di Republik Afrika Tengah oleh Perserikatan Bangsa-

Bangsa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, penulisan ini

dilakukan dengan tujuan yaitu:

a) Untuk menjelaskan dan menganalisis kedudukan hukum

Responsibility to Protect dalam hukum internasional.

b) Untuk menjelaskan dan memahami mekanisme penerapan

Responsibility to Protect dalam penyelesaian krisis kemanusiaan di

Republik Afrika Tengah oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Page 26: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

9

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

perkembangan Responsibility to Protect sebagai solusi di tengah

pertentangan antara prinsip kedaulatan negara dan intervensi

kemanusiaan. Kemudian, memberikan pemahaman komprehensif

mengenai kedudukan hukum dari Responsibility to Protect dalam

hukum internasional, secara khusus untuk mengetahui penerapan

Responsibility to Protect pada krisis kemanusiaan di Republik Afrika

Tengah.

Manfaat teoritis dari penelitian ini juga diharapkan dapat

dipertimbangkan sebagai mekanisme baru untuk melindungi

kemanusiaan, serta penelitian ini menjadi sebuah referensi untuk

penulisan dan penelitian yang akan datang.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat diterapkan sebagai dasar kerangka

berpikir untuk melaksanakan perlindungan terhadap korban akibat

krisis kemanusiaan.

Page 27: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

10

D. Ruang Lingkup Penelitan

Penelitian dalam skripsi ini membahas mengenai kedudukan hukum

Responsibility to Protect dalam hukum internasional dan penerapan

Responsibility to Protect dalam penyelesaian krisis kemanusiaan di Republik

Afrika Tengah oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

E. Sistematika Penulisan

Kerangka penulisan dibuat secara sistematis sesuai dengan ketentuan

akademik yang berlaku di Universitas Lampung. Sistematika penulisan

skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang dikategorikan sebagai berikut:

1. Pendahuluan

Bab I (satu) ini merupakan bagian awal dari skripsi untuk mengantarkan

pembaca kepada gambaran umum pokok permasalahan skripsi. Bab ini

terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Tinjauan Pustaka

Bab II (dua) ini merupakan landasan teori untuk memudahkan pembaca

memahami hasil penelitian dan analisis data skripsi di bab IV. Adapun

yang menjadi tinjauan pustaka bab ini adalah Responsibility to Protect,

sejarah Responsibility to Protect; kedaulatan negara yang meliputi negara,

kedaulatan negara; Republik Afrika Tengah yang meliputi gambaran

umum, pemberontak Seleka, pemberontak Anti-Balaka; krisis

kemanusiaan dan kejahatan internasional yang meliputi: krisis,

Page 28: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

11

kemanusiaan, nilai kemanusiaan, kejahatan, kejahatan internasional,

kejahatan genosida, kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan,

dan Organ-oragan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berwenang

menyelesaikan sengketa internasional seperti Majelis Umum, Dewan

Keamanan dan Sekretaris Jenderal.

3. Metode Penelitian

Bab III (tiga) ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam

penyusunan skripsi ini. Metodologi penelitian yang digunakan

dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu berdasarkan jenis

penelitian, pendekatan masalah, sumber data, metode pengumpulan dan

pengolahan data serta analisis data.

4. Hasil Penelitian dan Analisis Data

Bab IV (empat) ini merupakan pemaparan terhadap jawaban atas

permasalahan yang dikemukakan pada bab satu skripsi ini, yaitu untuk

menjawab permasalahan kedudukan hukum Responsibility to Protect

dalam hukum internasional dan penerapan Responsibility to Protect dalam

penyelesaian krisis kemanusiaan di Republik Afrika Tengah oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

5. Penutup

Bab V (lima) merupakan bagian penutup dari penulisan skripsi ini berisi

kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti ataupun pernyataan

Page 29: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

12

umum dari keseluruhan pembahasan yang dilakukan pada bab pembahasan

(bab IV). Berdasarkan kesimpulan tersebut, disampaikan saran-saran yang

terkait dengan tema penelitian dan sebagai acuan bagi penulisan

berikutnya.

Page 30: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Responsibility to Protect

Responsibility to Protect merupakan konsep baru dalam perlindungan hak

asasi manusia yang menekankan bahwa setiap negara memiliki kedaulatan

yang penuh terhadap wilayahnya sehingga negara dapat menolak intervensi

dari negara lain. Namun, di dalam kedaulatan tersebut terkandung kewajiban

negara untuk melindungi masyarakat yang berada di wilayah teritorialnya dari

kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang dan

pembersihan etnis.24

Kewajiban tersebut berlaku keluar apabila negara lain

tidak mampu melaksanakan kewajiban tersebut. Ketidakmampuan itu

memberikan akses kepada negara-negara di bawah legitimasi Perserikatan

Bangsa-Bangsa untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk

melindungi kemanusiaan.25

Beberapa negara menolak penerapan

Responsibility to Protect karena dianggap bertentangan dengan konsep

kedaulatan. Namun, di sisi lain, jaminan perlindungan terhadap kemanusiaan

24

Sheri P. Rosenberg. 2009. “Responsibility to Protect: A Framework for Prevention. Leiden:

Martinus Nijhoff Publisher. Global Responsibility to Protect, 442-447. 25

Thoms H. Lee. 2014. “The Law of War and the Responsibility to Protect Civilians: A

Reinteprations. Massachusetts: Harvard International Law Journal. Vol. 55, Number 2. 252.

Page 31: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

14

menjadi kewajiban setiap negara. Perdebatan ini didasarkan pada kedudukan

Responsibility to Protect dalam hukum internasional dan penerapannya. Oleh

karena itu, penting untuk memahami Responsibility to Protect secara

menyeluruh mulai dari aspek sejarah dan ketentuan di dalam Responsibility to

Protect.

1. Sejarah Responsibility to Protect

Perkembangan Responsibility to Protect diawali keprihatinan masyarakat

internasional terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi akibat konflik di

Rwanda, Bosnia dan Kosovo pasca perang dingin. Berikut adalah bagan

perkembangan Responsibility to Protect.

Bagan 1: Sejarah Responsibility to Protect

ICISS Report 2001 The High Level Panel

Report, Desember 2004

Report of The Secretary-

General, Maret 2005

The Security Council

Resolutions of

Responsibility to Protect

General Assembly: The

World Summit Outcome

Document 2005

Page 32: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

15

a. ICISS Report 2001

International Commission on Intervention and State Sovereignty

(ICISS) merupakan komisi ad hoc yang didirikan pada 2001. Tujuan

pembentukan komisi ini adalah untuk mempopulerkan konsep

intervensi kemanusiaan dan demokrasi dan mengganti konsep

intervensi dengan Responsibility to Protect. ICISS berpendapat bahwa

paradigma hukum internasional telah bergeser sejak Perjanjian

Westphalia.26 Kedaulatan negara tidak lagi sebagai hak yang bersifat

mutlak.27 Kedaulatan menjadi sebuah tanggung jawab negara untuk

melindungi warga negaranya dari ancaman kejahatan yang mengancam

hak asasi manusia.28 Ada 3 (tiga) bentuk tanggung jawab yang

dibebankan kepada negara yaitu:

a.1. Responsibility to Prevent

Tanggung jawab negara untuk mencegah pemusnahan massal dan

kejahatan kemanusiaan lainnya. Negara bertanggung jawab

mencegah konflik dengan mengatasi dasar permasalahan konflik

seperti kemiskinan, tekanan pemerintah, distribusi makanan dan

pencegahan dilakukan dengan cara diplomatik, ekonomi dan militer

sebelum konflik meluas.29

26

http://avalon.law.yale.edu/17th_century/westphal.asp 27

ICISS Report, 22-23. 28

ICISS Report, 22-23 29

Sandra Fbijanic Gagro. 2014. “The Responsibility to Protect. International Journal of Social

Sciences, III (1). 66.

Page 33: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

16

a.2. Responsibility to React

Tanggung jawab negara untuk merespon keadaan ketika

pembunuhan massal, pembersihan etnis atau kejahatan

kemanusiaan berlangsung. Ketika negara tidak mampu melindungi

warga negaranya dari pelanggaran dan kejahatan kemanusiaan

maka tanggung jawab tersebut akan pindah kepada masyarakat

internasional30

a.3. Responsibility to Rebuild

Tanggung jawab untuk membangun kembali setelah intervensi

kemanusiaan. Negara dan masyarakat internasional bertanggung

jawab memberikan bantuan kepada masyarakat yang mengalami

kejahatan kemanusiaan untuk membangun kembali kehidupan

setelah konflik terjadi.31

Menurut ICISS, Responsibility to Protect hanya dapat dilakukan dengan

memenuhi enam kriteria yaitu:32

1. Tindakan tersebut harus memiliki dasar pembenaran yang adil (just

cause) karena telah terjadi kejahatan massal.

2. Tujuan yang benar (right intention) berupa usaha untuk

menghentikan penderitaan manusia.

3. Langkah terakhir (last resort) karena cara damai baik yang bersifat

diplomasi dan non-militer gagal.

4. Didasarkan ada keabsahan kewenangan (legitimate authority)

dengan mandat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

5. Menggunakan sarana yang proporsional (proportional means)

artinya tidak berlebihan baik dari sisi alat maupun tujuan sesuai

dengan hukum humaniter internasional.

30

ICISS Report, 29 31

ICISS Report. XI. 32

Ibid, hlm 32

Page 34: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

17

6. Intervensi militer dilakukan dengan jaminan sukses (reasonable

prospect) untuk menghentukan kejahatan dan penderitaan massal.

Laporan ICISS kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

memiliki legitimasi dalam melaksanakan intervensi militer. Namun,

apabila Dewan Keamanan gagal maka Majelis Umum Perserikatan

Bangsa-Bangsa dapat memberikan legitimasi untuk humanitarian

intervention berdasarkan resolusi uniting for Peace.33

b. The High Level Panel Report, Desember 2004

Perserikatan Bangsa-Bangsa harus menyelidiki dan mengambil

tindakan terkait ancaman terhadap perdamaian dan keamanan

internasional. The High Level Panel merespon hal tersebut dalam

laporan A More Secure World: Our Shared Responsibility 2004.34

Laporan tersebut menjelaskan bahwa respon secara kolektif oleh

seluruh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa sangat diperlukan

untuk mencegah dan mengambil tindakan terkait ancaman terhadap

perdamaian dan keamanan internasional.35

33

Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa 377A (3 November 1950). Prinsip ini

mengatur tentang kasus dimana Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa gagal

melaksanakan primary responsibility, maka Majelis Umum menggunakan final responsibility

untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Prinsip ini dilaksanakan dengan mekanisme one

state one vote, maka resolusi ini akan mengesampingkan hak veto anggota tetap Dewan Keamanan

yang gagal melaksanakan tanggung jawabnya. ICISS Report, hlm 53. 34

High Level Panel Report on Threats, Challenges and Changes, “A More Secure WorldL Our

Shared Responsibility” UN Doc A/59/565 (2004).

http://www.responsibilitytoprotect.org/index.php/publications 35

Ibid.

Page 35: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

18

The High Level Panel mengaitkan Responsibility to Protect dengan

sistem keamanan kolektif yang melibatkan semua negara dan membuat

hubungan tersebut sebagai bagian dari pembaharuan Perserikatan

Bangsa-Bangsa.36

The High Level Panel memandang bahwa

Responsibility to Protect bukan sebagai langkah alternatif terkait

resolusi Dewan Keamanan tetapi untuk menjamin Dewan Keamanan

dapat menjalankan tugas dan wewenangnya dengan lebih baik.37

Oleh

karena itu, The High Level Panel meminta kepada lima negara anggota

tetap Dewan Keamanan (Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Inggris dan

Republik Rakyat Tiongkok) untuk tidak menggunakan hak veto terkait

kasus kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan

perang dan pembersihan etnis.38

Terhadap pengambilan keputusan yang

demikian ini the High Level Panel memberi rekomendasi agar

pengambilan keputusan Dewan Keamanan dilaksanakan dengan sistem

pengambilan suara.39

The High Level Panel memberikan syarat yang harus dipenuhi agar

tindakan militer yang dilakukan memiliki legitimasi antara lain:40

a. Ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional sungguh

terjadi.

b. Tindakan militer memiliki tujuan jelas untuk melindungi

kemanusiaan, tindakan militer sebagai upaya terakhir

c. Dilaksanakan dengan proporsional atau tidak berlebihan, dan

36

Carsten. Stahn. 2007. “The Responsibility to Protect: Political Rhetoric or Emerging Legal

Norm”. The American Journal of International Law, Vol. 101, No. 1 (Januari 2007).

http://links.jstor.org/sici=0002-

9300%28200701%29101%A1%3C99%3ARTPPRO%3E2.0.CO%3B2-C 37

The High Level Panel Report, Op. Cit. , paragraf 203. 38

Ibid, paragraf 198. 39

Ibid, paragraf 257 40

Ibid, Paragraf 207

Page 36: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

19

d. Hasil dari tindakan militer tersebut sebanding dengan akibat yang

ditimbulkan.

Tindakan militer yang dilaksanakan berdasarkan Responsibility to

Protect hanya dapat dilaksanakan oleh Dewan Keamanan Perserikatan

Bangsa-Bangsa.

c. Report of the Secretary-General, Maret 2005

The High Level Panel memperkuat eksistensi Responsibility to Protect

dalam hukum internasional. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa merespon hal tersebut melalui laporannya yaitu In Larger

Freedom.41

Laporan ini menguatkan konsep Responsibility to Protect

sebagai bentuk tanggung jawab negara untuk melindungi

masyarakatnya dari ancaman genosida, kejahatan terhadap

kemanusiaan, kejahatan perang dan pembersihn etnis. Ketika negara

tidak mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut, maka masyarakat

internasional memiliki kewajiban membantu di bawah legitimasi

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa termasuk tindakan

militer.42

Prinsip-prinsip penggunaan tindakan militer di dalam laporan

ini sama dengan prinsip yang ditulis dalam The High Level Panel.43

Responsibility to Protect di dalam laporan ini memiliki perbedaan

dengan ICISS Report dan The High Level Panel. Perbedaan tersebut

terletak pada adanya kemungkinan memberikan kepada subjek hukum

41

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kofi Annan. 2005. In Larger Freedom:

Towards Development, Security, and Human Rights for All, UN Document A/59/2005. 42

Ibid, Paragraf 126. 43

Ibid.

Page 37: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

20

internasional lain untuk melaksanakan Responsibility to Protect dengan

legitimasi yang diberikan melalui Dewan Keamanan.

d. General Assembly: The World Summit Outcome Document 2005

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi

Dunia 2005 yang dihadiri oleh 170 negara. Melalui konferensi tersebut

negara-negara sepakat memiliki tanggung jawab melindungi rakyatnya

dari genosida, kejahatan perang, pembersihan etnis dan kejahatan

terhadap kemanusiaan. Konferensi ini menghasilkan The Summit

Outcome Document yang diadopsi melalui Resolusi Majelis Umum

Perserikatan Bangsa-Bangsa A/RES/60/1, 24 Oktober 2005.44

Paragraf

138, 139 dan 140 disebutkan:

138. Each individual State has the responsibility to protect

its populations from genocide, war crimes, ethnic

cleansing and crimes against humanity. This responsibility

entails the prevention of such crimes, including their

incitement, through appropriate and necessary means. We

accept that responsibility and will act in accordance with

it. The international community should, as appropriate,

encourage and help States to exercise this responsibility

and support the United Nations in establishing an early

warning capability.

139. The international community, through the United

Nations, also has the responsibility to use appropriate

diplomatic, humanitarian and other peaceful means, in

accordance with Chapters VI and VIII of the Charter, to

help to protect populations from genocide, war crimes,

ethnic cleansing and crimes against humanity. In this

context, we are prepared to take collective action, in a

timely and decisive manner, through the Security Council,

in accordance with the Charter, including Chapter VII, on

a case-by-case basis and in cooperation with relevant

regional organizations as appropriate, should peaceful

44

http://www.un.org/en/development/desa/population/migration/generalassembly/docs/globalcomp

act/A_RES_60_1.pdf

Page 38: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

21

means be inadequate and national authorities are

manifestly failing to protect their populations from

genocide, war crimes, ethnic cleansing and crimes against

humanity. We stress the need for the General Assembly to

continue consideration of the responsibility to protect

populations from genocide, war crimes, ethnic cleansing

and crimes against humanity and its implications, bearing

in mind the principles of the Charter and international

law. We also intend to commit ourselves, as necessary and

appropriate, to helping States build capacity to protect

their populations from genocide, war crimes, ethnic

cleansing and crimes against humanity and to assisting

those which are under stress before crises and conflicts

break out.

140. We fully support the mission of the Special Adviser of

the Secretary-General on the Prevention of Genocide.

Komitmen negara-negara untuk melaksanakan Responsibility to Protect

kembali dipertegas melalui Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan

Bangsa-Bangsa antara lain Resolusi 1674 (2006),45

Resolusi 1894

(2009),46

dan Resolusi 2150 (2014)47

serta Resolusi Majelis Umum

A/RES/63/308.48

Peneliti berpendapat bahwa ada beberapa perbedaan

konsep Responsibility to Protect antara World Summit Outcome

Document dan Laporan ICISS antara lain:

1. Ruang lingkup Responsibility to Protect sempit namun berlaku

universal. Dalam World Summit Outcome Document, negara-negara

memiliki tanggung jawab untuk melindungi warga negaranya dari

empat kejahatan internasional yaitu kejahatan genosida, kejahatan

terhadap kemanusiaan, kejahatan perang dan pembersihan etnis. Di

dalam Laporan ICISS dituliskan hilangnya nyawa dalam skala besar.

2. Laporan ICISS menuliskan negara-negara bertanggung jawab

melindungi semua populasi yang berada di wiayah negaranya

termasuk warga negara dan bukan warga negara. Sedangkan dalam

Outcome Document hanya terbatas pada warga negara.

45

https://www.responsibilitytoprotect.org/files/final%20poc%20resolution.pdf 46

https://www.un.org/ruleoflaw/files/Security%20Council%Resolution%201894.pdf 47

https://www.globalr2p.org/media/files/resolution-2150.pdf 48

https://www.responsibilitytoprotect.org/Resolution%20RtoP(3).pdf

Page 39: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

22

3. Outcome Document menyatakan bahwa Piagam Perserikatan

Bangsa-Bangsa menjadi landasan hukum untuk implementasi

Responsibility to Protect. Sedangkan Laporan ICISS mendasarkan

tindakan Responsibility to Protect dari Resolusi Dewan Keamanan

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

4. Secara eksplsit, World Summit Outcome Document mendorong

pencegahan empat kejahatan internasional oleh Dewan Keamanan.

5. Penggunaan militer hanya dapat dilakukan melalui otoritas Dewan

Keamanan dengan tujuan damai berdasarkan Bab VI dan VII Piagam

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

6. Negara-negara mendukung upaya penyelidikan dalam rangka

pencegahan genosida. Penyelidikan tersebut meliputi:

a. Mengumpulkan semua informasi dan menghubungkannya dengan

kejahatan hak asasi manusia sebagai landasan untuk pengambilan

keputusan ada tidaknya genosida;

b. Membawa situasi tersebut kepada Sekretaris Jendral dan

diteruskan ke Dewan Keamanan;

c. Membuat rekomendasi dari Dewan Keamanan untuk

melaksanakan upaya pencegahan genosida;

B. Kedaulatan Negara

1. Negara

J.L. Bierly mendefinisikan negara sebagai suatu lembaga (institution),

sebagai suatu wadah dimana manusia mencapai tujuan-tujuannya dan

dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya. McIver mendefinisikan negara

sebagai suatu kesatuan yang memiliki kekuasaan berdasarkan hukum di

suatu wilayah yang dibatasi oleh adanya kondisi tertib sosial yang bersifat

universal.49

Henry C. Black mendefinisikan negara sebagai sekumpulan orang yang

secara permanen menempati suatu wilayah yang tetap, diikat oleh

ketentuan-ketentuan hukum yang melalui pemerintahnya mampu

menjalankan kedaulatannya yang merdeka, dan mengawasi masyarakat

49

Huala Adolf. 2011. Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional. Bandung: Keni Media. 1-

2.

Page 40: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

23

dan harta bendanya dalam wilayah perbatasannya, mampu menyatakan

perang dan damai serta mampu mengadakan hubungan internasional

dengan masyarakat internasional lainnya.50

Bierre de Hans menyatakan bahwa negara adalah lembaga manusia

dimana manusia yang membentuk negara. Manusia yang membentuk

negara merupakan makhluk perorangan (endelwezen) dan juga merupakan

makhluk sosial (gemeenschapswezen). Masyarakat di dalam dirinya

memiliki keinginan yang timbul karena dorongan dari alam.51

Max Weber berpendapat bahwa negara adalah satu-satunya lembaga

negara yang memiliki keabsahan untuk melakukan tindak kekerasan

terhadap warga negaranya. Hal ini menunjukkan bahwa negara merupakan

salah satu aspek yang menonjol adalah kekuasaan yang besar.52

Pada hakikatnya negara merupakan pribadi terpenting dalam hukum

internasional. Hukum internasional pada dasarnya merupakan produk dari

hubungan antar negara baik melalui praktik maupun kesepakatan membuat

perjanjian internasional. Negara merupakan suatu kesatuan yang memiliki

wilayah tetap, penduduk permanen, di bawah pengawasan pemerintahan

dan terlibat, atau mempunyai kapasitas untuk terlibat dalam hubungan

50

Ibid. 2. 51

B. Hestu Cipto Handoyono Cipta. 2003. Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan HAM.

Yohyakarta: Universitas Atma Jaya. 8. 52

Simeon Mitropolitski. 2011. “Weber‟s Definition of the State as an Ethnographic Tool for

Understanding the Contemporary Political Science State of the Discipline. Paper Presented at the

Annual Conference of the Canadian Political Science Association Wilfrid Laurier University.

Montreal: University of Montreal. 1.

Page 41: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

24

formal dengan lembaga-lembaga yang resmi dalam hukum internasional.53

Peran negara sangat dominan dalam membangun hubungan hukum

internasional karena tidak terlepas dari kelebihan negara yang tidak

dimiliki subjek hukum internasional lain yaitu negara memiliki kedaulatan.

2. Kedaulatan Negara

Mochtar Kusumaatmadja menyatakan kedaulatan merupakan kata yang

sulit diartikan karena orang memberi arti yang berbeda. Secara gramatikal,

kedaulatan berasal dari Bahasa Latin, Supremus artinya yang tertinggi.

Kedaulatan merupakan sifat hakiki dari suatu negara dan negara dapat

disebut sebagai negara berdaulat jika memiliki kekuasaan tertinggi.

Kedaulatan terjemahan dari kata sovereignty (Bahasa Inggris), souverinete

(Bahasa Perancis), sovranus (Bahasa Italia). Jean Bodin menganggap

kedaulatan sebagai jati diri negara sebagai ciri khusus dari negara.

Kedaulatan memiliki sifat-sifat antara lain:

a) Asli: tidak diturunkan dari suatu kekuasaan lain;

b) Tertinggi: tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat

membatasi kekuasaannya;

c) Bersifat kekal;

d) Tidak dapat dibagi-bagi karena hanya ada satu kekuasaan tertinggi; dan

e) Tidak dapat dipindahkan atau diserahkan kepada badan lain.

Kedaulatan adalah hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah

pemerintahan, masyarakat, atau diri sendiri. Konsep kedaulatan berkaitan

dengan pemerintahan yang memiliki kendali penuh atas urusan dalam

negerinya di dalam suatu wilayah atau batas territorial atau geografisnya,

53

Pasal 1, Konvensi Montevideo 1933.

https://www.ilsa.org/jessup/jessup15/Montevideo%20Convention.pdf

Page 42: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

25

dan dalam konteks tertentu, terkait dengan berbagai organisasi atau

lembaga yang memiliki yurisdiksi hukum. Wilayah negara menjadi batas

berlakunya kedaulatan negara. Artinya suatu negara hanya memiliki

kekuasaan tertinggi di dalam wilayahnya. Di luar wilayahnya, negara tidak

memiliki kekuasaan demikian.

Konsep kedaulatan diiringi konsep kemerdekaan (independence) dan

paham kesamaan derajat (equality). Suatu negara berdaulat pasti negara

merdeka, artinya bebas dari yang lain dan memiliki derajat yang sama

dengan yang lain. Hubungan kausalitas dari ketiga konsep ini merupakan

bentuk perwujudan dan pelaksanaan kedaulatan dalam arti wajar.54

Kedaulatan negara sering dikaitkan dengan permasalahan sejauh mana

negara memiliki wewenang menjalankan kebijakan pemerintahannya. Hal

ini dikarenakan, kedaulatan hanya dipandang sebagai hak negara untuk

melaksanakan kebijakan pemerintahannya. Di dalam kedaulatan juga

terkadung tanggung jawab untuk melindungi warga negaranya bahkan dari

ancaman negara itu sendiri. Sering kali, kebijakan negara melebihi batas

kemanusiaan. Hal ini dapat menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia

dan kejahatan kemanusiaan. Pelanggaran berat yang dilakukan oleh negara

terhadap warga negaranya dinilai oleh hukum internasional merupakan

bentuk tindak pidana internasional.

54

Mochtar Kusumaatmadja. 1999. Pengantar Hukum Internasional: Buku 1. Jakarta: Putra

Abardin. 14.

Page 43: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

26

C. Republik Afrika Tengah

1. Gambaran Umum

Republik Afrika Tengah merupakan negara yang terletak di sub-region

Afrika Tengah. Republik Afrika Tengah memiliki kondisi geografis

sabana dan plato yang memiliki iklim tropis kering.55

Republik Afrika

Tengah merupakan negara bekas kolonial Perancis yang merdeka tahun

1960. Secara geografis, Republik Afrika Tengah adalah negara yang tidak

memiliki laut dan berbatasan langsung dengan Chad, Republik

Demokratik Kongo, Republik Kongo dan Kamerun.

Situasi pemerintahan Republik Afrika Tengah tidak pernah stabil. Sejarah

mencatat dalam proses peralihan kekuasaan sering terjadi kudeta militer

terhadap pemerintah yang berdaulat dan mengubah negara menjadi

kekaisaran pada 4 Desember 1976 dan kembali menjadi republik pada

sampai 21 September 1979. Instabilitas pemerintahan menyebabkan

banyak muncul pemberontakan di daerah-daerah. Beberapa kelompok

pemberontak berafiliansi menjadi Seleka dan pemberontak Anti Balaka

berawal dari pasukan pengaman desa.

2. Pemberontak Seleka

Pemberontak Seleka adalah pemberontak pimpinan Michel Djotodia yang

melakukan pemberontakan terhadap Presiden Francois Bozize.

Pemberontak Seleka terdiri dari beberapa beberapa kelompok kecil

55

Central African Republic. 2015. „‟Intended Nationally Determined Contribution”. INDC CAR.

4.

Page 44: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

27

pemberontak Muslim yang berada di utara Republik Afrika Tengah.

Kelompok-kelompok kecil tersebut antara lain Convention of Patriots for

Justice and Peace (CPJP), Union of Democratic Forces for Unity (UDFR),

Democratic Front of Central African People (FDPC), Patriotic

Convention for the Salvation of Kodro (CPSK) dan Alliance for

Renaissance and Reorganization (A2R). Presiden Franois Bozize berhasil

menjadi presiden Republik Afrika Tengah setelah melakukan kudeta

militer terhadap rezim sebelumnya. Pengangkatan diri Bozize sebagai

presiden mendapatkan penolakan dari sebagian penduduk Republik Afrika

Tengah. Penolakan tersebut dilatarbelakangi adanya indikasi Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan perlakuan tidak adil terhadap

masyarakat minoritas muslim.

Sebelum bersatu, para pemberontak Muslim berjuang masing-masing

sesuai dengan daerah yang ditempatinya. Pemerintahan Bozize

mengerahkan militer untuk menghentikan pemberontakan Seleka sehingga

terjadi perang sipil antara pemerintah dan pemberontak yang dikenal

dengan nama Central African Bush War. Perang yang berlangsung sejak

2003-2007 akhirnya berakhir dengan disepakatinya perjanjian antar para

pihak. Kelompok-kelompok yang bergabung dengan Seleka dijadikan

partai politik oleh pemerintah

Kelompok-kelompok tersebut tidak puas dengan pelaksanaan perjanjian

tersebut. Akhirnya kelompok-kelompok tersebut bersatu dengan

Page 45: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

28

menggunakan nama baru yaitu Seleka yang melakukan kudeta besar-

besaran terhadap rezim Bozize. Pemberontak Seleka merebut kota-kota di

Republik Afrika Tengah mulai dari kota Bamingui, Kota Kabo, dan

beberapa kota lain. Pemerintah Republik Afrika Tengah meminta bantuan

negara-negara luar yaitu Chad, Kamerun, Gabon, Kongo dan Afrika

Selatan termasuk Amerika Serikat dan Perancis untuk menumpas Seleka.

Namun, Seleka berhasil menguasai Kota Bambari dan Kota Sibut yang

ditinggali oleh masyarakat dengan latar belakang agama Kristen.

Dalam upaya menguasai kota-kota tersebut Pemberontak Seleka

melakukan serangan terhadap masyarakat sipil Kristen. Hal ini yang tidak

diterima oleh penduduk Kristen Republik Afrika Tengah yang

menimbulkan pecahnya perang saudara di Republik Afrika Tengah. Anti

Balaka (pasukan pengaman desa) melakukan perlawanan terhadap Selaka

dan menyerang masyarakat sipil Muslim. Tindakan kedua pemberontak

tersebut dikategorikan sebagai kejahatan genosida, kejahatan kemanusiaan,

pembersihan etnis berdasarkan agama.

3. Pemberontak Anti Balaka

Pemberontak Anti Balaka dibentuk tahun 1990 sebelum Bozize berkuasa.

Awalnya Anti-Balaka merupakan pasukan pertahanan desa untuk

melindungi penduduk dari penjahat dan pemberontak. Namun, setelah

peristiwa kudeta oleh Seleka terhadap pemerintahan Bozize yang

menimbulkan korban jiwa penduduk Kristen, Anti-Balaka berubah dan

Page 46: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

29

mendeklarasikan dirinya sebagai kelompok bersenjata untuk melawan

Seleka. Anti Balaka adalah koalisi dari pasukan pemerintah rezim Bozize,

dan Forces Armees Centrafricaines (FACA). Serangan pertama Anti

Balaka pada Desember 2013 menyasar pada wilayah timur laut dan selatan

yang menjadi basis Seleka di Republik Afrika Tengah. Serangan ini

menimbulkan 1000 korban jiwa termasuk warga sipil muslim.

Anti Balaka mengkampanyekan gerakan anti-muslim di seluruh wilayah

yang dikuasainya. Hal ini dilakukan dengan melakukan serangan dan

membuat pemberitaan bahwa Seleka yang melakukan serangan tersebut.

Secara masif, Anti-Balaka melakukan pembersihan etnis Muslim di

hampir seluruh wilayah Republik Afrika Tengah. Tujuan utama Anti-

Balaka adalah untuk menghentikan tindakan Seleka terhadap warga sipil

Kristen.

D. Krisis Kemanusiaan dan Kejahatan Internasional

1. Krisis

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan krisis sebagai keadaan

yang berbahaya, keadaan yang genting, keadaan suram.56

Keadaan di

masyarakat menjadi tidak menentu dengan kejadian yang memperburuk

keadaan di masyarakat.

56

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online.

Page 47: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

30

2. Kemanusiaan

Kemanusiaan berasal dari kata manusia yakni makhluk ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa, yang memiliki potensi, pikiran, rasa, karsa dan cipta.

Potensi ini membuat manusia memiliki kedudukan dan martabat yang

tinggi. Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia di dunia tanpa

memandang ras, keturunan, dan warna kulit, serta bersifat universal.

Universalitas ini menjadi pelindung dan memperlakukan manusia sesuai

dengan hakikatnya yang manusiawi.

3. Nilai Kemanusiaan

Nilai merupakan patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam

menentukan pilihannya. Nilai yang menjadi keyakinan tersebut membuat

manusia bertindak berdasarkan kemanusiaannya. Nilai Kemanusiaan

adalah nilai mengenai harkat dan martabat manusia. Manusia merupakan

makhluk tertinggi di antara makhluk ciptaan Tuhan sehingga nilai-nilai

kemanusiaan tersebut mencerminkan hakikat manusia.

4. Krisis Kemanusiaan

Krisis kemanusiaan adalah keadaan darurat atau kekacauan hidup multi-

dimensi yang dialami manusia telah mencapai titik berbahaya bagi

kelangsungan kehidupan yang disebabkan oleh penyimpangan perilaku

manusia seperti kejahatan kemanusiaan.

Page 48: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

31

5. Kejahatan

Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis atau

kriminologis, dan sosiologis. Kejahatan dalam arti yuridis formal adalah

bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan dan

melanggar hukum.57

Dalam arti yuridis normatif, kejahatan adalah

perbuatan seperti yang terwujud in-abstracto dalam peraturan pidana.

Sedangkan kejahatan dalam arti kriminologis adalah perbuatan manusia

yang menyalahi norma hidup masyarakat secara konkrit.58

Sedangkan

dalam arti sosiologis, kejahatan dipahami sebagai semua ucapan,

perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosio-

psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila,

menyerang keselamatan warga masyarakat.59

6. Kejahatan Internasional

Kejahatan yang paling serius dan dapat mengganggu keamanan

internasional adalah kejahatan internasional. Kejahatan internasional

merupakan perhatian serius dunia internasional karena mengancam

keamanan dunia dan kemanusiaan. Bassiouni menyatakan,

“International crime is any conduct which in designed as acrime

in multilateral convention will a significant number of state

parties to it, provided the instrument contoins of the ten penal

characteristic.60

57

Kartini Kartono. 2003. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 125. 58

Diah Gustiniati dan Budi Rizki H. 2014.Azas-Azas dan Pemidanaan Hukum Pidana di

Indonesia. Universitas Lampung: Justice Publisher. 83. 59

Kartini Kartono, Op. Cit. 126. 60

M. Cherif Bassiouni. 2012. Introduction to International Criminal Law: Second Revised Edition.

Leiden: Martinus Nijhoff Publishers. 1.

Page 49: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

32

Pengaturan mengenai kejahatan internasional menjadi dasar untuk

menentukan apakah suatu peristiwa kejahatan di suatu negara dapat

dikategorikan sebagai kejahatan internasional. Bentuk kejahatan

internasional dalam Statuta Roma 1998 tentang Mahkamah Pidana

Internasional yaitu:

a. Kejahatan Genosida

Kejahatan Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan

tujuan untuk menghancurkan seluruh atau sebagian suatu kelompok

nasional, etnis, ras atau keagamaan,61

perbuatan tersebut diantaranya:

1. Membunuh kelompok;

2. Menimbulkan luka atau mental yang serius terhadap para

anggotanya;

3. Secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan atas kelompok

tersebut yang diperhitungkan akan menyebabkan kehancuran fisik

secara keseluruhan atau sebagian;

4. Memaksakan tindakan-tindakan yang dimaksud untuk mencegah

kelahiran dalam kelompok tersebut;

5. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok ke kelompok

lain.

b. Kejahatan terhadap Kemanusiaan

Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah setiap perbuatan yang

dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematis

yang ditunjukkan kepada suatu kelompok penduduk sipil,62

perbuatan

tersebut antara lain:

1. Pembunuhan;

2. Pemusnahan;

3. Perbudakan;

4. Deportasi atau pemindahan paksa penduduk;

5. Memenjarakan atau perampasan berat atas kebebasan fisik dengan

melanggar aturan-aturan dasar hukum internasional;

61

Pasal 6, Statuta Roma 1998. 62

Pasal 7, Statuta Roma 1998.

Page 50: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

33

6. Pemerkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi,

penghamilan paksa, pemaksaan sterilisasi atau suatu bentuk

kekerasan seksual lain yang berat;

7. Kejahatan apartheid;

8. Perbuatan tidak manusiawi yang memiliki karakter yang sama secara

internasional mengakibatkan penderitaan yang besar, luka serius

terhadap tubuh atau terhadap mental atau kesehatan fisik seseorang.

c. Kejahatan Perang

Konvensi Jenewa 1949 mendefinisikan kejahatan perang sebagai

perbuatan melawan hak seseorang atau kepemilikan seseorang yang

harus dilindungi63

dalam ketentuan-ketentuan yang diatur dalam

Konvensi Jenewa, yaitu:

1. Pembunuhan Sengaja

2. Penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi termasuk pencobaan-

pencobaan biologi;

3. Perbuatan yang dikehendaki untuk menimbulkan penderitaan yang

dalam atau luka badan maupun kesehatan yang serius;

4. Perusakan secara luas dan perampasan terhadap milik seseorang,

tidak berdasarkan keperluan militer dan dilakukan secara melawan

hukum;

5. Pemaksaan terhadap tawanan perang atau orang yang dilindungi

lainnya untuk melayani dalam ancaman-ancaman musuh

6. Upaya untuk menghalang-halangi yang dilakukan dengan sengaja

terhadap tawanan perang atau orang yang dilindungi dimana mereka

memiliki hak untuk diadili secara adil dan wajar;

7. Deportasi secara melawan hukum atau pemindahan atau penahanan

secara melawan hukum;

8. Penyanderaan.

E. Organ-Organ Perserikatan Bangsa-Bangsa yang Berwenang

Menyelesaikan Sengketa Internasional

Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan organisasi internasional yang bersifat

universal dan memiliki 6 (enam) organ utama yaitu Majelis Umum, Dewan

Keamanan, Dewan Ekonomi Sosial, Dewan Perwalian, Mahkamah

63

Pasal 50, 51, 130, 147 Konvensi Jenewa 1949 dan Pasal 85 Protokol I tahun 1977.

Page 51: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

34

Internasional, dan Sekretariat.64

Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah

memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Hal ini menjadi

kewajiban negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Prinsip

penyelesaian sengketa diperkuat melalui Resolusi Majelis Umum Nomor 2625

(XXV) 1970 tentang General Assembly Declaration on Principles of

International Law concerning Friendly Relations and Cooperation among

States in accordance with the Charter of United Nations.65

Organ-organ utama

yang peran dalam penyelesaian sengketa internasional adalah Majelis Umum,

Dewan Keamanan dan Sekretaris Jenderal.

1. Majelis Umum

Peranan Majelis Umum dalam penyelesaian sengketa adalah inisiator dan

perhatiannya mengenai prosedur penyelesaian sengketa yaitu The Manila

Declaration on the Peaceful Settlement of Disputes 1982 dan The

Declaration on the Prevention and Removal of Disputes and Situations

which May Threaten International Peace and Security and on the Role of

the United Nations in this Field.66

Majelis Umum memiliki wewenang

memberikan saran dan rekomendasi kepada Dewan Keamanan terkait

sengketa yang terjadi.67

Saran dan rekomendasi tersebut mencakup beberapa

hal antara lain, kolonialisasi, pelanggaran HAM, masalah ekonomi

internasional termasuk penyelesaian sengketa.

64

Pasal 7 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. 65

http://www.un-documents.net/a25r2526.htm 66

Huala Adolf. 2014. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jakarta: Sinar Grafika.109-110. 67

Bab IV Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Page 52: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

35

2. Dewan Keamanan

Dewan Keamanan merupakan salah satu organ utama Perserikatan Bangsa-

Bangsa. Dewan Keamanan memiliki kekuasaan dan tanggung jawab dalam

menyelesaikan sengketa yaitu (1) Apabila upaya penyelesaian sengketa

gagal dan sengketa yang bersangkuta membahayakan perdamaian dan

keamanan internasional maka para pihak wajib menyerahkan sengketa

kepada Dewan Keamanan. (2) Dewan Keamanan akan menentukan apakah

sengketa yang timbul membahayakan perdamaian dan keamanan

internasional, (3) Dewan Keamanan dapat mengusulkan penyelesaian

dengan cara damai.68

Tanggung jawab tersebut diberikan oleh negara-negara

kepada Dewan Keamanan untuk memelihara perdamaian dan keamanan

internasional ketika menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.69

Dalam

upaya penyelesaian sengketa, Dewan Keamanan membantu pihak-pihak

yang bersengketa menyelesaikan sengketa melalui beberapa cara antara lain:

(1) Negosiasi, (2) Mediasi, (3) Jasa-Jasa Baik, (4) Pencarian Fakta, (5)

Melalui Mahkamah Internasional, (6) Pasukan Perdamaian Perserikatan

Bangsa-Bangsa, (7) Prosedur Damai, (8) Menjatuhkan sanksi.70

Dewan Keamanan dapat menentukan suatu sengketa yang terjadi merupakan

ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional atau

menimbulkan tindakan agresi maka Dewan Keamanan berwenang

68

Pasal 36 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. 69

Pasal 24 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. 70

Huala Adolf. 2014. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jakarta: Sinar Grafika. 101-

107.

Page 53: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

36

melakukan pemaksaan. Keputusan Dewan Keamanan mengikat semua

negara dan negara-negara anggota wajib melaksanakan keputusan tersebut.71

3. Sekretaris Jenderal

Peranan Sekretaris Jenderal dalam penyelesaian sengketa diatur dalam Pasal

98 dan 99 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam Pasal 98, fungsi

Dewan Keamanan, Majelis Umum, Dewan Ekonomi dan Sosial, dan Dewan

Perwalian didelegasikan kepada Sekretaris Jenderal. Sekretaris Jenderal

berperan penting dalam penyelesaian sengketa khusunya dalam fungsinya

sebagai jasa baik. Sekretaris Jenderal dapat membawa sengketa-sengketa

yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional ke Dewan

Keamanan.72

71

Pasal 25 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. 72

Pasal 99 Piagam, “The Secretary-General may bring to the attention of the Security Council any

matter which in his opinion may threaten the maintenance of international peace and securty”.

Page 54: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa

penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,

metodologis, dan konsisten. Penelitian tersebut dilakukan dengan

menggunakan ilmu pengetahuan dan metode tertentu yang menentukan arah

penelitian.73

Metode penelitian dipahami sebagai suatu kegiatan ilmiah yang

dilakukan secara bertahap dengan menentukan objek penelitian, pengumpulan

data, dan menganalisa data sehingga diperoleh pemahaman atas objek, gejala,

atau isu tertentu.

Ilmu Hukum merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan yang mengkaji

suatu objek permasalahan dari aspek yuridis normatif dan yuridis empris.

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif. Peneliti akan mengkaji

pelaksanaan resolusi-resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

terkait krisis kemanusiaan yang terjadi di Republik Afrika Tengah. Ketentuan

hukum normatif merupakan tolok ukur bagi perilaku masyarakat dalam hidup

73

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2012. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada. 1.

Page 55: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

38

bersama tanpa mengabaikan fakta yuridis yang ada di dalam masyarakat.74

Kepatuhan terhadap hukum normatif dan penerapan yang sesuai dengan

kondisi masyarakat yang menciptakan kehidupan yang kondusif serta

menciptakan keteraturan, ketertiban, keadilan, keseimbangan, dan

kesejahteraan masyarakat.75

B. Pendekatan Masalah

Masalah dalam penelitian hukum yuridis normatif harus dirumuskan secara

rinci, jelas dan terarah. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan

untuk mendapatkan pendekatan masalah yang rinci, jelas dan terarah antara

lain:

1) Ada atau tidak perbuatan melanggar hukum dalam penerapannya;

2) Cara penyelesaian konflik secara damai;

3) Pertimbangan dalam menyelesaikan konflik melalui militer.

Metode yang digunakan dalam penelitian normatif-yuridis ini adalah live-

case study, yaitu pendekatan studi kasus pada peristiwa hukum yang dalam

keadaan berlangsung atau belum berakhir.76

Metode ini mengharuskan

peneliti melakukan observasi terhadap proses berlakunya hukum normatif

terhadap peristiwa hukum tertentu.

74

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

133. 75

Ibid. 134. 76

Ibid 149

Page 56: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

39

C. Sumber Data, Pengumpulan Data, dan Pengolahan Data

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam peneltian ini adalah bahan sekunder

yang terdiri atas:

a. Bahan hukum primer

Bahan sekunder berupa bahan hukum primer adalah bahan hukum yang

mempunyai kekuatan mengikat. Hal ini mencakup produk hukum baik

nasional maupun internasional. Dalam penulisan ini bahan primer yang

digunakan adalah:

1. Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;

2. Rome Statue of The International Criminal Court 1998

3. Paragraf 138, 139, 140 Outcome Document General Assembly

United Nations;

4. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2121 tentang Underscores the primary responsibility of the

Central African Republic Authorities to protect the population;

5. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2127 tentang Recalling that the Transnational Authorities

have the primary responsibility to protect the civilian population and

Underscores the primary responsibility of the Transnational

Authorities to protect the population;

6. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2134 tentang Recalling that the Transnational Authorities

Page 57: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

40

have the primary responsibility to protect the civilian population in

Central African Republic;

7. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2149 tentang Recalling that the Transnational Authorities

have the primary responsibility to protect the civilian population in

Central African Republic;

8. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2196 tentang Recalling that Central African Republic bears

the primary responsibility to protect all population within its

territory from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes

against humanity;

9. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2217 tentang Recalling that Central African Republic have

the primary responsibility to protect all population in the Central

African Republic in particular from genocide, war crime, ethnic

cleansing and crimes against humanity;

10. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2262 tentang Recalling that Central African Republic bears

the primary responsibility to protect all population within its

territory from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes

against humanity;

11. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2301 tentang Recalling that Central African Republic have

the primary responsibility to protect all population in the Central

Page 58: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

41

African Republic in particular from genocide, war crime, ethnic

cleansing and crimes against humanity;

12. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2339 tentang Recalling that Central African Republic bears

the primary responsibility to protect all population within its

territory from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes

against humanity;

13. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2387 tentang Recalling that Central African Republic have

the primary responsibility to protect all population in the Central

African Republic in particular from genocide, war crime, ethnic

cleansing and crimes against humanity;

14. Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

S/RES/2399 tentang Recalling that Central African Republic bears

the primary responsibility to protect all population within its

territory from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes

against humanity;

15. Provisional Rules of Procedures Security Council (S/96/Rev.7)

16. Report of The International Commission on Intervention and State

Sovereignty

Page 59: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

42

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalam bahan hukum penunjang berupa buku-

buku, jurnal, hasil penelitian dan bahan lainnya yang bersumber dari

internet.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang diambil atau

berasal dari kamus-kamus dan ensklopedia.

2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder meliputi

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

Data sekunder pada dasarnya adalah data normatif yang bersumber dari

perundang-undangan. Data normatif tersebut umumnya berupa ketentuan

undang-undang atau perjanjian internasional yang menjadi tolok ukur

terapan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka yang

meliputi perundang-undangan, buku literatur hukum atau bahan hukum

lainnya.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara kuantitatif yaitu menekankan

aspek pemahaman mendalam terhadap suatu permasalahan dan menarik

azas-azas hukum, menelaah sistematika sumber-sumber hukum

Page 60: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

43

internasional, dan sejarah hukum.77

Tujuan dari pengolahan data ini adalah

agar penulis dapat memahami secara mendalam terhadap permasalahan

yang sedang dikaji.

D. Analisis Data

Penelitian hukum memiliki dasar filosofis yaitu kebenaran, keadilan,

kejujuran, objektivitas, dan keteraturan. Dasar filosofis ini menjadi petujuk

dalam mencari kebenaran hakiki dari setiap gejala yuridis dan fakta yuridis

yang terjadi. Analisis data merupakan hal paling penting untuk menemukan

kebenaran dari suatu permasalahan. Analisis data dilakukan secara kualitatif,

komprehensif, dan lengkap sehingga menghasilkan produk yuridis normatif

yang sempurna. Analisis data selalu mengarah pada alternatif:

1) Proses penerapan sudah sesuai dengan ketentuan hukum normatif,

akibatnya mencapai tujuan yang telah disepakati;

2) Proses penerapan sudah sesuai dengan ketentuan hukum normatif, tetapi

akibatnya tidak mencapai tujuan yang telah ditentukan;

3) Proses penerapan tidak sesuai dengan ketentuan hukum normatif,

akibatnya tidak mencapai tujuan yang telah ditentukan; dan

4) Proses penerapan tidak sesuai dengan ketentuan hukum normatif, tetapi

akibatnya mencapai tujuan yang telah ditentukan.

77

Soerjono Soekanto, Loc. Cit. 252-263

Page 61: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari masalah yang terkandung dalam penelitian ini

maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kedudukan hukum Responsibility to Protect dalam hukum internasional

melalui analisis terhadap sumber hukum hukum internasional yang termuat

pada pasal 38 ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional. Responsibility to

Protect merupakan doktrin hukum internasional karena doktrin

Responsibility to Protect dipakai menganalisis kasus dengan melakukan

pemetaan dan tafsiran, sistematisasi hukum di bawah prinsip-prinsip hukum

umum yang abstrak, dan mengembangkan filsafat moral serta filsafat

keadilan. Selain itu, Responsibility to Protect untuk memperkuat resolusi

Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

negeri suatu negara yang berkaitan dengan konflik yang mengancam

perdamaian dan keamanan internasional.

2. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan 18

resolusi terkait dengan krisis kemanusiaan di Republik Afrika Tengah.

Namun, hanya 11 (sebelas) resolusi yang menggunakan Responsibility to

Protect. Ada 2 (dua) indikator untuk menentukan penerapan Responsibility

to Protect dalam resolusi Dewan Keamanan di Republik Afrika Tengah

Page 62: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

111

yaitu (1) Adanya frasa “the primary responsibility to protect the civilian

population”; “the transnational Authorities have the primary responsibility

to protect the civilian population and underscores the primary responsibility

of the transnational authorities to protect the population.”; “the

transnational Authorities have the primary responsibility to protect the

civilian populationin Central African Republic”; “Central African Republic

bears the primary responsibility to protect all population within its territory

from genocide, war crime, ethnic cleansing and crimes against humanity”

(2) Di dalam resolusi-resolusi tersebut terdapat unsur Responsibility to

Protect yaitu Responsibility to Prevent melalui pembangunan kelembagaan

negara, Responsibility to React melalui sanksi embargo senjata, larangan

perjalanan dan pembekuan aset serta Responsibility to Rebuild melalui

program Disarmament, Demobilization, Reintegration dan Repatriation.

B. Saran

1. Pemerintah Republik Afrika Tengah

a. Untuk memprioritaskan perlindungan terhadap masyarakat sipil dengan

membangun sebuah sistem perlindungan kemanusiaan bersama dengan

komunitas internasional.

b. Mengadili pelaku kejahatan yang menyebabkan konflik di Republik

Afrika Tengah

c. Mengadakan Pemilihan Umum demi mewujudkan demokrasi.

d. Pemenuhan hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat.

Page 63: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

112

e. Ratifikasi instrumen internasional dan regional dalam rangka

perlindungan HAM

2. Perserikatan Bangsa-Bangsa

a. Memperkuat peran MINUSCA untuk menjaga perdamaian di Republik

Afrika Tengah.

b. Memperkuat koordinasi antara MINUSCA dan BINUCA untuk menjaga

stabilitas keamanan di Republik Afrika Tengah.

c. Membangun kerjasama dengan organisasi regional dan organisasi

internasional untuk memperkuat perlindungan terhadap penduduk yang

menjadi korban.

d. Membawa pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan ke Mahkamah Pidana

Internasional.

Page 64: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku.

Adolf, Huala. 2011. Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional.

Bandung: Keni Media.

_______________________. 1999. Pengantar Hukum Internasional: Buku 1.

Jakarta: Putra Abardin

_______________________. 2014. Hukum Penyelesaian Sengketa

Internasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Bassiouni, M. Cherif. 2012. Introduction to International Criminal Law:

Second Revised Edition. Leiden: Martinus Nijhoff Publishers.

Brownlie, Ian. 1990. Principles of Public International Law, 4th ed. Oxford:

Clarendon Press.

Cipta, B. Hestu Cipto Handoyono. 2003. Hukum Tata Negara,

Kewarganegaraan dan HAM. Yohyakarta: Universitas Atma Jaya.

Darmawan, Asep. 2005. Prinsip Pertanggungjawaban Pidana Komandan

dalam Hukum Humaniter: Kumpulan Tulisan. Jakarta: Pusat Studi

Hukum Humaniter dan HAM Fakultas Hukum Universitas Trisakti.

Dixon, Martin. 2004. Textbook on International Law. Oxford: Oxford

University Press. Fifth Edition.

Dunoff, Jeffry L.. 2010. International Law: Norms, Actors, Process: A

Problem Oriented Approach.

Gustiniati, Diah dan Budi Rizki H. 2014.Azas-Azas dan Pemidanaan Hukum

Pidana di Indonesia. Universitas Lampung: Justice Publisher.

Heinze, Eric. 2009. Waging Humanitarian War: The Ethnic, Law and Politics

of Humanitarian Intervention. Albany: State University of New York

Press.

Hidayat, Bunadi. 2006. Perlindungan Hak Asasi Manusia sebagai Proses

Pengembangan Lembaga Hukum Modern di Indonesia.Yuridika.

Istanto, F. Sugeng. 1992. Perlindungan Penduduk Sipil Dalam Perlawanan

Rakyat Semesta dan Hukum Internasional. Yogyakarta: Andi Offset.

Kalck, Pierre. 2005. Historical Dictionary of the Central African Republic.

Lanham, Maryland, Toronto, Oxford: The Scarecrow Press Inc.

Kartono, Kartini. 2003. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Kelsen, Hans.1973. General Theory of Law and State.New York: Russell and

Russell.

Kusumaatmadja, Mochtar. 1986. Hukum Laut Internasional. Bina

Cipta:Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti.

Nardin, Terry. 2000. The Moral Basis of Humanitarian Intervention.

Symposium on the Norms and Ethics of Humanitarian Intervention.

Centre for Global Peace and Conflict Studies: University of

California.

Pathiana, I Wayan.2016. Hukum Pidana Internasional. Jakarta: Yrama Widya.

Rosyidin, Muhamad. 2010. Intervensi Kemanusiaan dalam Studi Hubungan

Internasional: Perdebatan Realis vs Konstruktivis. Semarang:

Universitas Diponegoro

Page 65: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

Sasongko, Wahyu. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Lampung: Universitas

Lampung.

Sefriani. 2012. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2012. Penelitian Hukum Normatif.

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Starke, J.G.. 2001.Pengantar Hukum Internasional 2. Jakarta: Sinar Grafika.

Tahar, Abdul Muthalib. 2015. Hukum Internasional dan Perkembangannya.

Lampung: Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Williams, Paul. 2008. Security Studies: An Introduction. London: Routledge.

B. Jurnal, Skripsi, Makalah, Artikel.

Akasaki, Genta, Emilie Ballestraz dan Matel Sow. 2015. “What went wrong

in the Central African Republic: International Engagement and the

Failure to Think Conflict Prevention”. Jenewa: Geneva Peace

Building Platfrom.

Amnesti Internasional. 2014. “Ethnic Cleansing and Sectarian Killings in the

Central African Republic. London: Amnesti International Publications

Analyst in African Affairs. 2015. “Crisis in the Central African Republic.

African Affairs: Congressional Research Service.

Annette Weber dan Markus Kaim. 2014. „„Central African Republic in Crisis:

African Union Mission needs United Nations Support”

Bellamy, Alex. 2003. “Humanitarian Intervention and The Three Traditions”,

Global Society.

BTI 2016. 2016. Central African Republic Country Report. 3. http://www.bti-

procect.org.

Carsten. Stahn. 2007. “The Responsibility to Protect: Political Rhetoric or

Emerging Legal Norm”. The American Journal of International Law,

Vol. 101, No. 1 (Januari 2007). http://links.jstor.org/sici=0002-

9300%28200701%29101%A1%3C99%3ARTPPRO%3E2.0.CO%3B

2-C

Central African Republic. 2015. „‟Intended Nationally Determined

Contribution”. INDC CAR.

Central African Republic: A country in the hands of Seleka war criminals,

September 2013 and Human Rights Watch, I can still smell the dead,

September 2013.

Dean Stahl dan Karen Kerchelich. 2001. Abbreviations Dictionary. Boca

Raton, London, New York, Washington D.C.: CRC Press. 1435.

http://lemkonom.ddnss.org.

Gagro, Sandra Fabijanic. 2014. „„The Responsibility to Protect Doctrine“.

International Journal of Social Sciences, no III.

Gagro, Sandra Fabijanic. 2014. “The Responsibility to Protect. International

Journal of Social Sciences, III (1).

Hilpold, Peter. 2015. “Responsibility to Protect (R2P): A New Paradigm of

International Law. Brill Nijhoff.

ICISS. 2001. Report of the International Commission on Intervention and

State Sovereignty.

Page 66: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

Kunadt, Nanja. 2011. “The Responsibility to Protect as a General Principle of

International Law. Anuario Mexicano de Derecho

Internacional.Volume XI. 190.

Lee, Thoms H.. 2014. “The Law of War and the Responsibility to Protect

Civilians: A Reinteprations. Massachusetts: Harvard International

Law Journal. Vol. 55, Number 2. 252.

Mitropolitski, Simeon. 2011. “Weber‟s Definition of the State as an

Ethnographic Tool for Understanding the Contemporary Political

Science State of the Discipline. Paper Presented at the Annual

Conference of the Canadian Political Science Association Wilfrid

Laurier University. Montreal: University of Montreal.

Nanda, Ved. P.. “The Future Under International Law of The Responsibility

to Protect after Libya and Syria. Michigan State International Law

Review. Volume 21:1.

Rabello, Alfredo Mordechai. 2004. “Non Liquet: From Modern law to Roman

Law”. Annual Survey of International and Comparative Law: Vol. 10:

Iss, Article 2. 11-12.

http://digitalcommons.law.ggu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1080

&contect=annlsurvey

Rahayu., 2012, “Eksistensi Prinsip Responsibility to Protect dalam Hukum

Internasional”, MMH, Jilid 41, Universitas Diponegoro.

Rosenblad, E.. International Humanitarian Law of Armed Conflict. Jenewa:

Henry Dunant Institute.

Rosyidin, Muhamad. 2010. Intervensi Kemanusiaan dalam Studi Hubungan

Internasional: Perdebatan Realis vs Konstruktivis. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Saragih, Santa Marelda. Responsibility to Protect: Sebuah Tanggung Jawab

dalam Kedaulatan Negara. http://pustakahpi9 k RF—q8

.kemlu.go.id/app/Volume%202,%20Mei-

Agustus%202011_35_45.PDF.

Spittaels, S.dan F. Hilgert. 2009. “Mapping Conflict Motives: Central African

Republic”. IPIS report.

The Responsibility to Protect. www.un.org/preventgenocide/rwanda/pdf/

Ulrich Scheuner. “Conflict of Treaty Provisions with a Peremptory Norm of

General International Lw and its Consequences: Comments on Arts.

50, 61 and 67 of the ILC‟s 1966 Fraft Articles on the Law Treaties”.

525-526. http://www.zaoerv.de/27_1967/27_1967_3_c_520_532.pdf

C. Surat Kabar, Majalah, Internet

http://avalon.law.yale.edu/17th_century/westphal.asp

http://law.cornell.edu/wex/opinio_juris_internationaal_law

http://wealthofhtecommons.org/essay/common-heritage-mankind-bold-

doctrine-kept-within-strict-boundaries

http://www.globalr2p.org/publications/652.

http://www.un.org/en/development/desa/population/migration/generalassembl

y/docs/globalcompact/A_RES_60_1.pdf

Page 67: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2031(2011)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2088(2013)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2127(2013)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2134(2014)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2181%20(201

4)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2196%20(201

5)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2212%20(201

5

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2217(2015)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2262(2016)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2264(2016)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2272(2016)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2301(2016)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2339(2017)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2387(2017)

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/23991(2018)

http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2127%20%28201

3%29

http://www.un-documents.net/a25r2526.htm

http://www.unicef.org/media/media_83024.html

http://www.unicef.org/media/media_83024.html

https://www.globalr2p.org/media/files/resolution-2150.pdf

https://www.heritage.org/index/pdf/2018/countries/centralafricanrepublic.pdf

https://www.responsibilitytoprotect.org/files/final%20poc%20resolution.pdf

https://www.responsibilitytoprotect.org/Resolution%20RtoP(3).pdf

https://www.un.org/ruleoflaw/files/Security%20Council%Resolution%20189

4.pdf

D. Dokumen

Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide

1948.

Convention with Respect the Laws and Customs of War on Land (Hague II)

1899.The Avalon Project.

http://avalon.law.yale.edu/20th_century/hague02.asp.

Convention with Respect the Laws and Customs of War on Land (Hague II)

1899.The Avalon

Project.http://avalon.law.yale.edu/20th_century/hague02.asp.

High Level Panel Report on Threats, Challenges and Changes, A More

Secure WorldL Our Shared Responsibility UN Doc A/59/565 (2004).

http://www.responsibilitytoprotect.org/index.php/publications

Implementing the Responsibility to Protect Report of the Secretary General

UN Doc A/63/677/2009.

International Court of Justice Statue.

Page 68: PENERAPAN RESPONSIBILITY TO PROTECT DALAM …digilib.unila.ac.id/31650/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan intervensi terhadap urusan dalam

Konvensi Montevideo 1933.

https://www.ilsa.org/jessup/jessup15/Montevideo%20Convention.pdf

Konvensi Wina 1968 tentang Perjanjian Internasional

Kovensi Jenewa 1949

Laporan Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa S/2011/311

Laporan Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa S/2013.261.

Note the Secretary-General‟s comment that the advisers are to work in

collaboration: Letter dated 31 August 2007 from the Secretary-

General addressed to the President of the Security Council UN Doc

S/2007/721

http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=25702&Cr=ki-

moon&Cr1

Protokol Tambahan I 1977

Provisional Rules of Procedures Security Council (S/96/Rev.7)

Report of Secretary-General of United Nations Number s/2013/261

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kofi Annan. 2005. In Larger

Freedom: Towards Development, Security, and Human Rights for All,

UN Document A/59/2005.

Statuta Roma 1998

United Nations Charter

United Nations Convention on The Law of The Sea 1982.

http://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/uncl

os_e.pdf .