penerapan poin pelanggaran
DESCRIPTION
Penerapan Poin PelanggaranTRANSCRIPT
PENERAPAN POIN PELANGGARANUNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA SMKN 1 BADEGAN
Oleh
Muh. Munif
A. Pendahuluan
Pada awalnya tindakan disiplin yang diberikan kepada siswa SMKN 1
Badegan bersifat insidental. Jika terjadi pelanggaran yang sifatnya berat baru
diambil tindakan. Pelanggaran-pelanggaran kecil yang dilakukan oleh siswa
kurang mendapatkan perhatian atau bahkan tidak mendapat perhatian. Akibatnya
banyak anak yang sering melakukan pelanggaran tetapi kecil lolos dari tindakan.
Sedangkan yang hanya sekali melakukan pelanggaran namun besar langsung
mendapatkan tindakan.
Disiplin perlu ditanamkan sejak dini dan dilakukan secara terus-
menerus. Setiap jenis pelanggaran mulai dari pelanggaran-pelanggaran kecil
sampai dengan pelanggaran-pelanggaran yang besar didiskripsikan dan diberi
poin. Selanjutnya masing-masing anak kita beri sebuah buku, maka dengan buku
tersebut pelanggaran sekecil apapun yang dilakukan oleh anak dapat dicatat dan
dideteksi sejak dini. Dengan catatan itu tentu akan memudahkan pihak sekolah
untuk mengambil tindakan disiplin baik berupa peringatan, skorsing atau
pengembalian kepada wali murid. Sasarannyapun juga tepat. Selain itu, apabila
setiap pelanggaran dicatat dan dihitung nilainya secara kumulatif mempunyai
efek jera yang tinggi bagi anak. Dengan mengetahui skor kumulatif pelanggaran
yang sudah dilakukan, anak sudah tahu tindakan apa yang akan diambil oleh
pihak sekolah. Oleh karena itu sudah barang tentu akan menjadi bahan
pertimbangan bagi anak untuk berbuat sesuatu. Lembaga juga mempunyai bukti
yang kuat apabila terpaksa harus memberikan tindakan disiplin.
Penulis berkeyakinan cara meningkatkan disiplin siswa SMKN 1
Badegan dengan menerapkan poin pelanggaran lebih efektif dibandingkan
dengan cara-cara lainnya. Misalnya dengan hukuman fisik atau hukuman lainnya.
Hukuman fisik kadang-kadang dapat berakibat fatal. Kadang-kadang guru justru
harus berurusan dengan pihak Kepolisian sekalipun tujuannya baik. Hukuman
fisik juga dapat menyebabkan siswa dendam dan memusuhi guru secara lesan
maupun fisik. Oleh karena itu dalam tulisan ini penulis akan berusaha
memaparkan kodisi obyektif yang terjadi di SMKN 1 Badegan setelah
diterapkannya poin pelanggaran untuk meningkatkan disiplin siswa.
B. Permasalahan
1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi disiplin siswa SMKN 1
Badegan Ponorogo ?
2. Bagaimakah upaya untuk meningkatkan disiplin siswa SMKN 1
Badegan Ponorogo ?
3. Hambatan apa sajakah yang mempengaruhi disiplin siswa SMKN 1
Badegan Ponorogo ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendiskripsikan factor yang mempengaruhi disiplin siswa SMKN 1
Badegan Ponorogo.
2. Mendiskripsikan upaya meningkatkan disiplin siswa SMKN 1
Badegan Ponorogo.
3. Mendiskripsikan hak-hal yang mempengaruhi disiplin siswa SMKN 1
Badegan .
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Tulisan ini bermanfaat bagi peningkatan disiplin siswa SMKN 1
Bedegan Ponorogo
2. Manfaat Praktis
a.Bagi guru, untuk bahan instrospeksi dan juga bahan referensi.
b. Bagi siswa untuk menambah wawasan.
c. Bagi lembaga, sebagai bahan referensi sekaligus sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan penelitian.
E. Kajian Pustaka
Suharto dkk (1999:36) menyatakan bahwa disiplin merupakan sikap
atau tingkah laku yang menggambarkan kepatuhan pada suatu aturan atau
ketentuan. Aturan atau ketentua ini dapat berupa norma-norma hokum, baik
hokum agama, hokum Negara maupun hokum adapt. Dapat pula kesepakatan
bersama ataupun ketentua yang dibuat oleh suatu lembaga/perusahaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin berarti
ketaatan/kepatuhan pada peraturan (tata tertib) dan sebagainya.
Sikap patuh dan taat pada aturan/tata tertib (disiplin) tidak dapat
diwujudkan secara instant. Sikap ini perlu ditanamkan sejak dini. Dimulai dari
hal-hal yang kecil. Ketaatan siswa terhadap tata tertib sekolah juga demikian,
harus dilakukan sejak dini dan dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi
kebiasaan. Jika kebiasaan disiplin ini sudah dilakukan oleh seluruh siswa, maka
disiplin akan menjadi budaya di sekolah tersebut.
Jika budaya disiplin ini telah dilakukan anak sehari-hari di sekolah
hal ini tentu akan berdampak pada kehidupannya di rumah, di masyarakat dan di
mana saja anak berada. Inilah hakekatnya tujuan akhir dari penanaman disiplin di
sekolah.
Menurut Suharto dkk (1999:41) ada tiga metode penanaman disiplin,
yaitu:
a. Conditional Approach (paksaan), yaitu menciptakan kondisi
sehingga orang mau tidak mau melaksanakan kegiatan yang
diharapkan.
b. Cultural Approach (pendidikan), mempengaruhi seseorang dengan
gambaran-gambaran yang dapat memberikan harapan.
c. Habituation Approach (membiasakan), dengan cara membiasakan diri,
menimbulkan kesadaran akan makna pentingnya disiplin bagi
kehidupan.
Pada prakteknya ketiga metode tersebut tidak dapat hanya diambil
salah satu saja. Ketiga-tiganya harus dilakukan secara bersamaan untuk
menciptakan budaya disiplin. Awalnya memang harus dipaksakan. Bersamaan
dengan pemaksaan itu juga harus diberikan gambaran tentang manfaat disiplin.
Selanjutnya apabila kegiatan ini dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan, maka akan menjadi sebuah kebiasaan dan dari kebiasaan ini
akhirnya disiplin akan menjadi sebuah budaya.
Penerapan poin pelanggaran merupakan salah satu cara untuk
memadukan ketiga metode tersebut. Selengkapnya instrument poin pelanggaran
yang diterapkan di SMKN 1 badegan dapat disajikan sebagai berikut :
Poin pelanggaran adalah sebuah buku yang berisi diskripsi dari semua
jenis pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh siswa mulai dari pelanggaran
yang sifatnya kecil sampai dengan pelanggaran yang sifatnya besar/berat. Setiap
jenis pelanggaran didiskripsikan dengan jelas beserta besarnya skor. Dalam buku
tersebut dimuat tentang kriteria sanksi, catatan kejadian siswa, dan catatan
tindakan yang telah diambil. Di buku tersebut juga dimuat surat pernyataan yang
ditanda tangani oleh siswa dan diketahui oleh orang tua/ wali murid mengenai
kesediaanya untuk mentaati semua peraturan yang berlaku di sekolah. Tata tertib
sekolah juga disertakan di dalam buku itu.
Adapun kriteria sanksi yang diterapkan pada buku poin pelanggaran di
SMKN 1 Badegan adalah sebagai berikut :
No Klasifikasi Pelanggaran Jml Skor Sanksi
1. Pelanggaran ringan 1 s.d. 15 Peringatan lisan:
a. Bimbingan wali kelas
b. Bimbingan oleh guru
BP
2. Pelanggaran Sedang 16 s.d. 50 Peringatan tertulis berupa
a. Panggilan orang
tua/wali
b. Surat Pernyataan
3. Pelanggaran berat klasifikasi I
Pelanggaran berat klasifikasi II
Pelanggaran berat klasifikasi III
≥ 50
70-80
> 80
Diskors 3 hari
Diskors 6 hari
Dikeluarkan dari sekolah
Perhitungan skor secara kumulatif di lakukan dalam satu semester.
Contohnya seorang anak dalam satu semester mencapai skor 60, maka terhadap
anak tersebut tindakan disiplin yang diambil adalah : 1. peringatan lesan, 2.
panggilan orang tua/wali dan 3. skosing selama 3 hari. Pada semester berikutnya
poin pelanggaran anak tersebut di mulai dari 0 lagi. Tetapi juga dimungkinkan
seorang anak tidak melalui tahapan-tahapan sebagaimana mestinya. Seorang anak
dapat langsung dikeluarkan dari SMKN 1 Badegan apabila melakukan
pelanggaran yang cukup berat dan poinnya di atas 80. Misalnya hamil atau
menghamili dan menganiaya guru.
Skor kuantitatif pelanggaran tata tertib dibedakan menjadi 4 kelompok
yaitu : 1. Kelakuan (sikap), 2. Kerajinan, 3. Kerapian dan 4. Pelanggaran saat
Praktik industri. Diskripsi masing-masing kelompok adalah sebagai berikut :
F. Metode Penulisan
Penulisan laporan ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif.
Penulis terlibat langsung dalam kegiatan penanaman disiplin kepada siswa. Hal
ini dapat penulis lakukan karenan selain sebagai guru mata pelajaran matematika
penulis diberikan tugas tambahan utuk menjadi Wakil Kepala Sekolah Urusan
Kesiswaan. Apa yang penulis lakukan, yang penulis lihat yang penulis rasakan,
yang penulis dengar dan data yang berhasil penulis kumpulkan menjadi bahan
dalam tulisan ini.
G. Pembahasan
1. Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Siswa SMKN 1 Badegan
Ada banyak factor yang mempengaruhi disiplin siswa SMKN 1
Badegan Ponorogo. Faktor-faktor itu antara lain, murid itu sendiri, kepala
sekolah, guru, lingkungan, orang tua, pergaulan siswa, sarana dan prasarana
sekolah, tontonan yang kurang mendukung, pendidikan siswa sebelum di SMKN
1 Badegan dan lain sebagainya.
Murid seusia SMK pada umumnya emosinya masih labil. Ia
cenderung berontak, tidak mau diatur dan ingin mencari perhatian. Lebih-lebih
dalam satu kelas hampir tidak ada murid perempouannya untuk program studi
teknik mekanik otomotif . Dan hamper tidak ada murid laki-lakinya untuk
jurusan tata boga. Oleh karena itu sikapnya sering bertentangan dengan aturan
yan g telah ditetapkan oleh sekolah. Sekolah melarang siswa berambut gondrong
malah berambut gondrong. Baju harus dimasukkan malah dikeluarkan. Dan
masih banyak sikap lainnya yang bertentangan dengan tata tertib sekolah.
Selain itu guru juga merupakan factor yang sangat menentukan dalam
penanaman disiplin siswa. Bagaimana dapat menyuruh anak tidak terlambat
dating di sekolah kalau dirinya sendiri selalu terlambat datang di sekolah. Juga
susah menghentikan kebiasaan nak merokok kalau guru itu sendiri di hadapan
anak selalu menunjukkan kegiatan merokoknya. Guru juga tidak mungkin
menegur siswa yang rambutnya gondrong kalau dirinya sendirfi juga gondrong.
Sementara itu orang tua siswa tidak kalah pengaruhnya. Apalah
artinya usaha sekolah kalau ternyata oaring tua siswa tidak mau tahu tentang
anaknya. Lebih-lebih apabila orang tua juga mempunyai kebiasaan disiplin yang
tidak baik. Sekuat apapun yang dilakukan oleh sekolah dalam menanamkan
disiplin kepada anak hasilnya bias semu. Anak pura-pura disiplin di sekolah
karena takut pada aturan di sekolah, namun ketika kembali di rumah kebiasaan
tidak disiplinnya tetap akan tumbuh kembali.
Kebijakan kepala sekolah untuk menciptakan sistem yang
memungkinkan bagi anak untuk berbuat disiplin sangat besar pengaruhnya
terhadap penanaman disiplin siswa. Kebijakan inii dituntut keberanian, karena
implementasi dari kebijakan ini tidak hanya kepada siswa saja tetapi pada seluruh
komponen sekolah.
Masih ada faktor lain yang cukup besar pengaruhnya bagi penanaman
disiplin siswa. Lingkungan tempat di mana anak tinggal tidak kalah
pengaruuhnya dengan faktor-faktor yang telah disebut di atas. Jika lingkungan
dan pergaulan siswa cukup mendukung, maka yang ditanamkan di sekolah akan
sejalan dan gampang dilakukan. Tetapi apabila lingkungan tidak mendukung,
maka apa yang ditanamkan di sekolah akan dirasa sebagai beban.
Saat ini pengaruh media juga luar biasa. Utamanya televisi. Banyak
tayangan-tayangan televisi yang menggambarkan perilaku siswa yang tidak
disiplin, di lingkungan sekolah yang seolah-olah faforit dan dilakukan oleh siswa
yang berpengaruh di sekolah tersebut dan ternyata oleh sekolah itu tidak diambil
tindakan. Mulai dari tidak memasukkan baju, berambut gondrong, bertindik,
bertato, mengecat rambut, berkelahi dan bahkan juga minim-minuman keras.
Tontonan seperti itu yang sering dijadikan tuntunan oleh anak. Kalau tidak
seperti yang ada di televisi dianggap tidak gaul, tidak modis atau ketinggalan
jaman.
2. Cara Meningkatkan Disiplin Siswa SMKN 1 Badegan
Untuk meningkatkan disiplin siswa SMKN 1 Badegan Ponorogo
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Membakukan sistem poin pelanggaran sebagai sarana untuk
mengendalikan pelanggaran disiplin yang dilakukan siswa.
b. Mensosialisasikan sistem yang telah dibakukan kepada semua warga
sekolah.
c. Melaksanakan sistem yang telah dibakukan
d. Melakukan tidakan disiplin terhadap siswa yang poin pelanggarannya
telah memenuhi kriteria sanksi yang telah ditentukan. Mulai dari
peringatan lesan, panggilan orang tua, skors atau bahkan
mengeluarkan siswa dari sekolah.
e. Melakukan evaluasi secara berkala dan terus-menerus terhadap
penerapan poin pelanggaran.
f. Menyempurnakan buku poin pelanggaran setelah mendengarkan
masukan dari semua fihak.
Agar sistem yang telah dibakukan dapat dilaksanakan maka perlu
mendapatkan dukungan dari seluruh warga sekolah, orang tua atau wali murid
dan komite sekolah. Dukungan ini muttak diperlukan agar sewaktu-waktu apabila
tindakan disiplin terhadap anak dilakukan tidak akan menimbuulkan gejolak.
Dukungan dari wali murid diwujudkan dengan kesediaan untuk menandatangani
surat pernyataan di atas materai begitu juga siswa.
Dalam prakteknya penulisan pelanggaran dilakukan oleh siswa sendiri
dengan diketahui oleh wali murid atau guru piket atau guru BP atau guru
siapapun yang kebetulan mengetahui anak melakukan pelanggaran. Dengan cara
demikian, sebenarnya yang menentukan siswa diambil tindakan atau tidak adalah
dirinya sendiri. Sebab semua kejadian pelanggaran yang dilakukan diketahui oleh
siswa tersebut dan ditulis oleh siswa itu sendiri.
Langkah yang paling berat adalah menjaga agar sitem tersebut tetap
berjalan sebagaimana mestinya. Langkah ini membutuhkan komitmen yang
cukup tinggi, kontinue dan mativasi yang kuat untuk memperbaiki disiplin siswa.
Dibutuhkan orang orang yang senantiasa peduli untuk mengawal sistem tersebut.
Lebih dari itu dibutuhkan keteladanan dari semua komponen sekolah. Sedikit saja
kita memberikan celah maka kekuatan sistem ini akan rapuh.
Apabila langkah-langkah di atas telah dilaksanakan secara otomatis
akan dilakukan pula tindakan-tindakan disiplin kepada siswa secara bertingkat
sesuai skor kumulatif yang dikumpulkan. Anak yang sering melakukan
pelanggran dan skornya banyak sekalipun pelanggarannya ringan-ringan tetap
akan mendapatkan tindakan disiplin. Dan setiap tindakan disiplin yang dilakukan
didasarkan pada data yang akurat. Data tersebut sudah diketahui oleh siswa yang
bersangkutan. Data diperoleh melalui pengamatan terus-menerus oleh seluruh
komponen sekolah dan ditulis sendiri oleh siswa.
3. Tindakan Yang Telah Dilakukan SMKN 1 Badegan Untuk
Meningkatkan Disiplin Siswa
Sebelum penulis sajikan tindakan disiplin yang telah dilakukan sejak
diberlakukannya poin pelanggaran di SMKN 1 Badegan Ponorogo pada tahun
pelajaran 2006/2007 terlebih dahulu perlu kami sajikan data tentang jumlah
siswa, guru dan karyawan SMKN 1 Badegan Ponorogo.
Data Jumlah Siswa Sesuai Program Keahlian Tahun 2006/2007
Data Jumlah Guru dan Karyawan SMKN 1 Badegan Ponorogo Tahun
2006/2007
Data Jumlah Siswa SMKN 1 Badegan Ponorogo Sesuai Program
Keahlian Tahun 2007/2008
Data Jumlah Guru dan Karyawan SMKN 1 Badegan Ponorogo Tahun
2007/2008
Data Tentang Tindakan Disiplin Yang telah Diambil sekolah dalam
Kurun Waktu Juli 2006 s.d. Januari 2008.
4. Hambatan Yang Mempengaruhi Disiplin Siswa SMKN 1 Badegan
Hambatan awalnya adalah guru merasa keberatan untuk tidak
terlambat, tidak merokok, tidak membuang sampah di sembarang tempat dan
kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya. Bagaimana mungkin seorang guru dapat
menyuruh siswa untuk tidak terlambat, kalau dirinya sendiri selalu terlambat.
Tidak mungkin guru dapat meminta murid-muridnya untuk tidak berambut
gondrong kalau dirinya sendiri rambutnya gondrong. Inilah masalah awal yang
muncul pada pelaksanaan penerapan poin pelanggaran di SMKN 1 Badegan.
Namun hambatan ini dapat diatasi dengan kebersamaan dan semangat yang kuat
untuk mencetak generasi yang mempunyai disiplin tinggi.
Selain itu siswapun juga protes. Dengan diterapkannya poin
pelanggaran maka hampir semua aktifitas anak dibatasi. Untuk ini dibutuhkan
ketelatenan, keuletan dan kesabaran yang terus menerus.
Hambatan yang paling berat adalah konsistensi dan kontinuitas untuk
mempertahankan sistem. Tidak semua guru mempunyai komitmen yang tinggi
untuk mempertahankan sistem tersebut. Lengah sedikit saja