penerapan poin pelanggaran

17
PENERAPAN POIN PELANGGARAN UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA SMKN 1 BADEGAN Oleh Muh. Munif A. Pendahuluan Pada awalnya tindakan disiplin yang diberikan kepada siswa SMKN 1 Badegan bersifat insidental. Jika terjadi pelanggaran yang sifatnya berat baru diambil tindakan. Pelanggaran-pelanggaran kecil yang dilakukan oleh siswa kurang mendapatkan perhatian atau bahkan tidak mendapat perhatian. Akibatnya banyak anak yang sering melakukan pelanggaran tetapi kecil lolos dari tindakan. Sedangkan yang hanya sekali melakukan pelanggaran namun besar langsung mendapatkan tindakan. Disiplin perlu ditanamkan sejak dini dan dilakukan secara terus-menerus. Setiap jenis pelanggaran mulai dari pelanggaran-pelanggaran kecil sampai dengan pelanggaran-pelanggaran yang besar didiskripsikan dan diberi poin. Selanjutnya masing- masing anak kita beri sebuah buku, maka dengan buku tersebut pelanggaran sekecil apapun yang dilakukan oleh anak dapat dicatat dan dideteksi sejak dini.

Upload: den-ronggo

Post on 04-Feb-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Penerapan Poin Pelanggaran

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Poin Pelanggaran

PENERAPAN POIN PELANGGARANUNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA SMKN 1 BADEGAN

Oleh

Muh. Munif

A. Pendahuluan

Pada awalnya tindakan disiplin yang diberikan kepada siswa SMKN 1

Badegan bersifat insidental. Jika terjadi pelanggaran yang sifatnya berat baru

diambil tindakan. Pelanggaran-pelanggaran kecil yang dilakukan oleh siswa

kurang mendapatkan perhatian atau bahkan tidak mendapat perhatian. Akibatnya

banyak anak yang sering melakukan pelanggaran tetapi kecil lolos dari tindakan.

Sedangkan yang hanya sekali melakukan pelanggaran namun besar langsung

mendapatkan tindakan.

Disiplin perlu ditanamkan sejak dini dan dilakukan secara terus-

menerus. Setiap jenis pelanggaran mulai dari pelanggaran-pelanggaran kecil

sampai dengan pelanggaran-pelanggaran yang besar didiskripsikan dan diberi

poin. Selanjutnya masing-masing anak kita beri sebuah buku, maka dengan buku

tersebut pelanggaran sekecil apapun yang dilakukan oleh anak dapat dicatat dan

dideteksi sejak dini. Dengan catatan itu tentu akan memudahkan pihak sekolah

untuk mengambil tindakan disiplin baik berupa peringatan, skorsing atau

pengembalian kepada wali murid. Sasarannyapun juga tepat. Selain itu, apabila

setiap pelanggaran dicatat dan dihitung nilainya secara kumulatif mempunyai

efek jera yang tinggi bagi anak. Dengan mengetahui skor kumulatif pelanggaran

yang sudah dilakukan, anak sudah tahu tindakan apa yang akan diambil oleh

pihak sekolah. Oleh karena itu sudah barang tentu akan menjadi bahan

pertimbangan bagi anak untuk berbuat sesuatu. Lembaga juga mempunyai bukti

yang kuat apabila terpaksa harus memberikan tindakan disiplin.

Page 2: Penerapan Poin Pelanggaran

Penulis berkeyakinan cara meningkatkan disiplin siswa SMKN 1

Badegan dengan menerapkan poin pelanggaran lebih efektif dibandingkan

dengan cara-cara lainnya. Misalnya dengan hukuman fisik atau hukuman lainnya.

Hukuman fisik kadang-kadang dapat berakibat fatal. Kadang-kadang guru justru

harus berurusan dengan pihak Kepolisian sekalipun tujuannya baik. Hukuman

fisik juga dapat menyebabkan siswa dendam dan memusuhi guru secara lesan

maupun fisik. Oleh karena itu dalam tulisan ini penulis akan berusaha

memaparkan kodisi obyektif yang terjadi di SMKN 1 Badegan setelah

diterapkannya poin pelanggaran untuk meningkatkan disiplin siswa.

B. Permasalahan

1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi disiplin siswa SMKN 1

Badegan Ponorogo ?

2. Bagaimakah upaya untuk meningkatkan disiplin siswa SMKN 1

Badegan Ponorogo ?

3. Hambatan apa sajakah yang mempengaruhi disiplin siswa SMKN 1

Badegan Ponorogo ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendiskripsikan factor yang mempengaruhi disiplin siswa SMKN 1

Badegan Ponorogo.

2. Mendiskripsikan upaya meningkatkan disiplin siswa SMKN 1

Badegan Ponorogo.

3. Mendiskripsikan hak-hal yang mempengaruhi disiplin siswa SMKN 1

Badegan .

Page 3: Penerapan Poin Pelanggaran

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

Tulisan ini bermanfaat bagi peningkatan disiplin siswa SMKN 1

Bedegan Ponorogo

2. Manfaat Praktis

a.Bagi guru, untuk bahan instrospeksi dan juga bahan referensi.

b. Bagi siswa untuk menambah wawasan.

c. Bagi lembaga, sebagai bahan referensi sekaligus sebagai bahan

pertimbangan untuk melakukan penelitian.

E. Kajian Pustaka

Suharto dkk (1999:36) menyatakan bahwa disiplin merupakan sikap

atau tingkah laku yang menggambarkan kepatuhan pada suatu aturan atau

ketentuan. Aturan atau ketentua ini dapat berupa norma-norma hokum, baik

hokum agama, hokum Negara maupun hokum adapt. Dapat pula kesepakatan

bersama ataupun ketentua yang dibuat oleh suatu lembaga/perusahaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin berarti

ketaatan/kepatuhan pada peraturan (tata tertib) dan sebagainya.

Sikap patuh dan taat pada aturan/tata tertib (disiplin) tidak dapat

diwujudkan secara instant. Sikap ini perlu ditanamkan sejak dini. Dimulai dari

hal-hal yang kecil. Ketaatan siswa terhadap tata tertib sekolah juga demikian,

harus dilakukan sejak dini dan dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi

kebiasaan. Jika kebiasaan disiplin ini sudah dilakukan oleh seluruh siswa, maka

disiplin akan menjadi budaya di sekolah tersebut.

Jika budaya disiplin ini telah dilakukan anak sehari-hari di sekolah

hal ini tentu akan berdampak pada kehidupannya di rumah, di masyarakat dan di

Page 4: Penerapan Poin Pelanggaran

mana saja anak berada. Inilah hakekatnya tujuan akhir dari penanaman disiplin di

sekolah.

Menurut Suharto dkk (1999:41) ada tiga metode penanaman disiplin,

yaitu:

a. Conditional Approach (paksaan), yaitu menciptakan kondisi

sehingga orang mau tidak mau melaksanakan kegiatan yang

diharapkan.

b. Cultural Approach (pendidikan), mempengaruhi seseorang dengan

gambaran-gambaran yang dapat memberikan harapan.

c. Habituation Approach (membiasakan), dengan cara membiasakan diri,

menimbulkan kesadaran akan makna pentingnya disiplin bagi

kehidupan.

Pada prakteknya ketiga metode tersebut tidak dapat hanya diambil

salah satu saja. Ketiga-tiganya harus dilakukan secara bersamaan untuk

menciptakan budaya disiplin. Awalnya memang harus dipaksakan. Bersamaan

dengan pemaksaan itu juga harus diberikan gambaran tentang manfaat disiplin.

Selanjutnya apabila kegiatan ini dilakukan secara terus menerus dan

berkelanjutan, maka akan menjadi sebuah kebiasaan dan dari kebiasaan ini

akhirnya disiplin akan menjadi sebuah budaya.

Penerapan poin pelanggaran merupakan salah satu cara untuk

memadukan ketiga metode tersebut. Selengkapnya instrument poin pelanggaran

yang diterapkan di SMKN 1 badegan dapat disajikan sebagai berikut :

Poin pelanggaran adalah sebuah buku yang berisi diskripsi dari semua

jenis pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh siswa mulai dari pelanggaran

yang sifatnya kecil sampai dengan pelanggaran yang sifatnya besar/berat. Setiap

jenis pelanggaran didiskripsikan dengan jelas beserta besarnya skor. Dalam buku

tersebut dimuat tentang kriteria sanksi, catatan kejadian siswa, dan catatan

tindakan yang telah diambil. Di buku tersebut juga dimuat surat pernyataan yang

ditanda tangani oleh siswa dan diketahui oleh orang tua/ wali murid mengenai

Page 5: Penerapan Poin Pelanggaran

kesediaanya untuk mentaati semua peraturan yang berlaku di sekolah. Tata tertib

sekolah juga disertakan di dalam buku itu.

Adapun kriteria sanksi yang diterapkan pada buku poin pelanggaran di

SMKN 1 Badegan adalah sebagai berikut :

No Klasifikasi Pelanggaran Jml Skor Sanksi

1. Pelanggaran ringan 1 s.d. 15 Peringatan lisan:

a. Bimbingan wali kelas

b. Bimbingan oleh guru

BP

2. Pelanggaran Sedang 16 s.d. 50 Peringatan tertulis berupa

a. Panggilan orang

tua/wali

b. Surat Pernyataan

3. Pelanggaran berat klasifikasi I

Pelanggaran berat klasifikasi II

Pelanggaran berat klasifikasi III

≥ 50

70-80

> 80

Diskors 3 hari

Diskors 6 hari

Dikeluarkan dari sekolah

Perhitungan skor secara kumulatif di lakukan dalam satu semester.

Contohnya seorang anak dalam satu semester mencapai skor 60, maka terhadap

anak tersebut tindakan disiplin yang diambil adalah : 1. peringatan lesan, 2.

panggilan orang tua/wali dan 3. skosing selama 3 hari. Pada semester berikutnya

poin pelanggaran anak tersebut di mulai dari 0 lagi. Tetapi juga dimungkinkan

seorang anak tidak melalui tahapan-tahapan sebagaimana mestinya. Seorang anak

dapat langsung dikeluarkan dari SMKN 1 Badegan apabila melakukan

pelanggaran yang cukup berat dan poinnya di atas 80. Misalnya hamil atau

menghamili dan menganiaya guru.

Skor kuantitatif pelanggaran tata tertib dibedakan menjadi 4 kelompok

yaitu : 1. Kelakuan (sikap), 2. Kerajinan, 3. Kerapian dan 4. Pelanggaran saat

Praktik industri. Diskripsi masing-masing kelompok adalah sebagai berikut :

Page 6: Penerapan Poin Pelanggaran

F. Metode Penulisan

Penulisan laporan ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif.

Penulis terlibat langsung dalam kegiatan penanaman disiplin kepada siswa. Hal

ini dapat penulis lakukan karenan selain sebagai guru mata pelajaran matematika

penulis diberikan tugas tambahan utuk menjadi Wakil Kepala Sekolah Urusan

Kesiswaan. Apa yang penulis lakukan, yang penulis lihat yang penulis rasakan,

yang penulis dengar dan data yang berhasil penulis kumpulkan menjadi bahan

dalam tulisan ini.

G. Pembahasan

1. Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Siswa SMKN 1 Badegan

Ada banyak factor yang mempengaruhi disiplin siswa SMKN 1

Badegan Ponorogo. Faktor-faktor itu antara lain, murid itu sendiri, kepala

sekolah, guru, lingkungan, orang tua, pergaulan siswa, sarana dan prasarana

sekolah, tontonan yang kurang mendukung, pendidikan siswa sebelum di SMKN

1 Badegan dan lain sebagainya.

Murid seusia SMK pada umumnya emosinya masih labil. Ia

cenderung berontak, tidak mau diatur dan ingin mencari perhatian. Lebih-lebih

dalam satu kelas hampir tidak ada murid perempouannya untuk program studi

teknik mekanik otomotif . Dan hamper tidak ada murid laki-lakinya untuk

jurusan tata boga. Oleh karena itu sikapnya sering bertentangan dengan aturan

yan g telah ditetapkan oleh sekolah. Sekolah melarang siswa berambut gondrong

malah berambut gondrong. Baju harus dimasukkan malah dikeluarkan. Dan

masih banyak sikap lainnya yang bertentangan dengan tata tertib sekolah.

Selain itu guru juga merupakan factor yang sangat menentukan dalam

penanaman disiplin siswa. Bagaimana dapat menyuruh anak tidak terlambat

Page 7: Penerapan Poin Pelanggaran

dating di sekolah kalau dirinya sendiri selalu terlambat datang di sekolah. Juga

susah menghentikan kebiasaan nak merokok kalau guru itu sendiri di hadapan

anak selalu menunjukkan kegiatan merokoknya. Guru juga tidak mungkin

menegur siswa yang rambutnya gondrong kalau dirinya sendirfi juga gondrong.

Sementara itu orang tua siswa tidak kalah pengaruhnya. Apalah

artinya usaha sekolah kalau ternyata oaring tua siswa tidak mau tahu tentang

anaknya. Lebih-lebih apabila orang tua juga mempunyai kebiasaan disiplin yang

tidak baik. Sekuat apapun yang dilakukan oleh sekolah dalam menanamkan

disiplin kepada anak hasilnya bias semu. Anak pura-pura disiplin di sekolah

karena takut pada aturan di sekolah, namun ketika kembali di rumah kebiasaan

tidak disiplinnya tetap akan tumbuh kembali.

Kebijakan kepala sekolah untuk menciptakan sistem yang

memungkinkan bagi anak untuk berbuat disiplin sangat besar pengaruhnya

terhadap penanaman disiplin siswa. Kebijakan inii dituntut keberanian, karena

implementasi dari kebijakan ini tidak hanya kepada siswa saja tetapi pada seluruh

komponen sekolah.

Masih ada faktor lain yang cukup besar pengaruhnya bagi penanaman

disiplin siswa. Lingkungan tempat di mana anak tinggal tidak kalah

pengaruuhnya dengan faktor-faktor yang telah disebut di atas. Jika lingkungan

dan pergaulan siswa cukup mendukung, maka yang ditanamkan di sekolah akan

sejalan dan gampang dilakukan. Tetapi apabila lingkungan tidak mendukung,

maka apa yang ditanamkan di sekolah akan dirasa sebagai beban.

Saat ini pengaruh media juga luar biasa. Utamanya televisi. Banyak

tayangan-tayangan televisi yang menggambarkan perilaku siswa yang tidak

disiplin, di lingkungan sekolah yang seolah-olah faforit dan dilakukan oleh siswa

yang berpengaruh di sekolah tersebut dan ternyata oleh sekolah itu tidak diambil

tindakan. Mulai dari tidak memasukkan baju, berambut gondrong, bertindik,

bertato, mengecat rambut, berkelahi dan bahkan juga minim-minuman keras.

Tontonan seperti itu yang sering dijadikan tuntunan oleh anak. Kalau tidak

Page 8: Penerapan Poin Pelanggaran

seperti yang ada di televisi dianggap tidak gaul, tidak modis atau ketinggalan

jaman.

2. Cara Meningkatkan Disiplin Siswa SMKN 1 Badegan

Untuk meningkatkan disiplin siswa SMKN 1 Badegan Ponorogo

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Membakukan sistem poin pelanggaran sebagai sarana untuk

mengendalikan pelanggaran disiplin yang dilakukan siswa.

b. Mensosialisasikan sistem yang telah dibakukan kepada semua warga

sekolah.

c. Melaksanakan sistem yang telah dibakukan

d. Melakukan tidakan disiplin terhadap siswa yang poin pelanggarannya

telah memenuhi kriteria sanksi yang telah ditentukan. Mulai dari

peringatan lesan, panggilan orang tua, skors atau bahkan

mengeluarkan siswa dari sekolah.

e. Melakukan evaluasi secara berkala dan terus-menerus terhadap

penerapan poin pelanggaran.

f. Menyempurnakan buku poin pelanggaran setelah mendengarkan

masukan dari semua fihak.

Agar sistem yang telah dibakukan dapat dilaksanakan maka perlu

mendapatkan dukungan dari seluruh warga sekolah, orang tua atau wali murid

dan komite sekolah. Dukungan ini muttak diperlukan agar sewaktu-waktu apabila

tindakan disiplin terhadap anak dilakukan tidak akan menimbuulkan gejolak.

Dukungan dari wali murid diwujudkan dengan kesediaan untuk menandatangani

surat pernyataan di atas materai begitu juga siswa.

Dalam prakteknya penulisan pelanggaran dilakukan oleh siswa sendiri

dengan diketahui oleh wali murid atau guru piket atau guru BP atau guru

Page 9: Penerapan Poin Pelanggaran

siapapun yang kebetulan mengetahui anak melakukan pelanggaran. Dengan cara

demikian, sebenarnya yang menentukan siswa diambil tindakan atau tidak adalah

dirinya sendiri. Sebab semua kejadian pelanggaran yang dilakukan diketahui oleh

siswa tersebut dan ditulis oleh siswa itu sendiri.

Langkah yang paling berat adalah menjaga agar sitem tersebut tetap

berjalan sebagaimana mestinya. Langkah ini membutuhkan komitmen yang

cukup tinggi, kontinue dan mativasi yang kuat untuk memperbaiki disiplin siswa.

Dibutuhkan orang orang yang senantiasa peduli untuk mengawal sistem tersebut.

Lebih dari itu dibutuhkan keteladanan dari semua komponen sekolah. Sedikit saja

kita memberikan celah maka kekuatan sistem ini akan rapuh.

Apabila langkah-langkah di atas telah dilaksanakan secara otomatis

akan dilakukan pula tindakan-tindakan disiplin kepada siswa secara bertingkat

sesuai skor kumulatif yang dikumpulkan. Anak yang sering melakukan

pelanggran dan skornya banyak sekalipun pelanggarannya ringan-ringan tetap

akan mendapatkan tindakan disiplin. Dan setiap tindakan disiplin yang dilakukan

didasarkan pada data yang akurat. Data tersebut sudah diketahui oleh siswa yang

bersangkutan. Data diperoleh melalui pengamatan terus-menerus oleh seluruh

komponen sekolah dan ditulis sendiri oleh siswa.

3. Tindakan Yang Telah Dilakukan SMKN 1 Badegan Untuk

Meningkatkan Disiplin Siswa

Sebelum penulis sajikan tindakan disiplin yang telah dilakukan sejak

diberlakukannya poin pelanggaran di SMKN 1 Badegan Ponorogo pada tahun

pelajaran 2006/2007 terlebih dahulu perlu kami sajikan data tentang jumlah

siswa, guru dan karyawan SMKN 1 Badegan Ponorogo.

Data Jumlah Siswa Sesuai Program Keahlian Tahun 2006/2007

Data Jumlah Guru dan Karyawan SMKN 1 Badegan Ponorogo Tahun

2006/2007

Page 10: Penerapan Poin Pelanggaran

Data Jumlah Siswa SMKN 1 Badegan Ponorogo Sesuai Program

Keahlian Tahun 2007/2008

Data Jumlah Guru dan Karyawan SMKN 1 Badegan Ponorogo Tahun

2007/2008

Data Tentang Tindakan Disiplin Yang telah Diambil sekolah dalam

Kurun Waktu Juli 2006 s.d. Januari 2008.

4. Hambatan Yang Mempengaruhi Disiplin Siswa SMKN 1 Badegan

Hambatan awalnya adalah guru merasa keberatan untuk tidak

terlambat, tidak merokok, tidak membuang sampah di sembarang tempat dan

kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya. Bagaimana mungkin seorang guru dapat

menyuruh siswa untuk tidak terlambat, kalau dirinya sendiri selalu terlambat.

Tidak mungkin guru dapat meminta murid-muridnya untuk tidak berambut

gondrong kalau dirinya sendiri rambutnya gondrong. Inilah masalah awal yang

muncul pada pelaksanaan penerapan poin pelanggaran di SMKN 1 Badegan.

Namun hambatan ini dapat diatasi dengan kebersamaan dan semangat yang kuat

untuk mencetak generasi yang mempunyai disiplin tinggi.

Selain itu siswapun juga protes. Dengan diterapkannya poin

pelanggaran maka hampir semua aktifitas anak dibatasi. Untuk ini dibutuhkan

ketelatenan, keuletan dan kesabaran yang terus menerus.

Hambatan yang paling berat adalah konsistensi dan kontinuitas untuk

mempertahankan sistem. Tidak semua guru mempunyai komitmen yang tinggi

untuk mempertahankan sistem tersebut. Lengah sedikit saja