penerapan p2k3 tugas hiperkes

32
Penerapan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( P2K3 ) PT. BRANTAS ABIPRAYA (Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah K3LSI II) Dosen Pengampu: Virgamaliel Benu, SKM, MSC Kelompok 5 (Kelas B) 1. Aldhila Liantika M (R0012004) 2. Dreiviga Romarchi (R0012026) 3. Hanifah (R0012040) 4. Ira Pracinasari (R0012048) 5. Penny Damayanti (R0012070) 6. Sejuk Pramareni A.W (R0012088) 7. Annisa Nur R (R0012106) PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Upload: ira-rha-pracina-gunarton

Post on 28-Dec-2015

242 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

Penerapan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( P2K3 )

PT. BRANTAS ABIPRAYA

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah K3LSI II)

Dosen Pengampu:

Virgamaliel Benu, SKM, MSC

Kelompok 5

(Kelas B)

1. Aldhila Liantika M (R0012004)

2. Dreiviga Romarchi (R0012026)

3. Hanifah (R0012040)

4. Ira Pracinasari (R0012048)

5. Penny Damayanti (R0012070)

6. Sejuk Pramareni A.W (R0012088)

7. Annisa Nur R (R0012106)

PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

Page 2: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. 1

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 2

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 3

A. Latar Belakang ........................................................................................ 3

B. Tujuan...................................................................................................... 4

C. Manfaat.................................................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................... 4

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 5

B. Syarat Pembentukan P2K3 di Perusahaan .............................................. 6

C. Anggota P2K3 ......................................................................................... 7

D. Langkah Pembentukan P2K3 .................................................................. 9

E. Tugas dan Fungsi P2K3 .......................................................................... 10

F. Penyelenggaraan pertemuan P2K3.......................................................... 12

G. Efektifitas Kinerja P2K3 ......................................................................... 14

H. Pelaporan kegiatan P2K3 ........................................................................ 15

I. Perundang - Undangan ............................................................................ 15

BAB III. HASIL ......................................................................................................... 17

BAB IV. PEMBAHASAN ........................................................................................ 25

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 3: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

3

BAB I

PENDAHULUAN

Kunci utama dari UU Keselamatan Kerja adalah keterlibatan tenaga kerja

dan pengurus serta organisasi kerja yang ada di dalamnya untuk meningkatkan

standart keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Keterlibatan yang dimaksudkan

ini antara lain melalui : adanya perwakilan tenaga kerja untuk K3 dan

pembentukan organisasi K3. P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang

merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dengan pekerja untuk

mengambangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam

penerapan K3.

P2K3 merupakan lembaga dalam perusahaan yang mengurusi keselamatan dan

kesehatan di tempat kerja. Organisasi ini dibentuk oleh perusahaan yang

memperdulikan keselamatan kerja para karyawannya. Dalam Permenaker Nomor.

PER-04/MEN/1987 tentang P2K3 dan Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan

Kerja, pada Pasal 1 (d) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan P2K3 atau

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah badan pembantu di

tempat kerja atau perusahaan yang menjadi wadah kerjasama antara para pekerja

dengan perusahaan untuk meningkatkan kerjasama, dan partisipasi yang efektif

dalam penerapannya.

Adanya organisasi P2K3 memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah

memberi saran dan pertimbangan kepada pengurus atau pengusaha terkait dengan

masalah keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja di perusahaan tersebut.

P2K3 bertugas untuk mengumpulkan dan mengolah data yang berhubungan

dengan K3 di tempat kerja. Para pengurus dan anggota P2K3 wajib membantu

menunjukkan dan memberikan penjelasan pada setiap pekerja di perusahaan

tentang hal – hal yang harus mereka lakukan untuk menerapkan K3.

Organisasi P2K3 juga bertugas untuk menentukan berbagai macam faktor yang

dapat membahayakan tenaga kerja di tempat kerja yang bisa berpotensi

menimbulkan gangguan kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk bahaya

peledakan dan kebakaran. Setelah menganalisis faktor – faktor tersebut, tim P2K3

Page 4: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

4

juga wajib untuk menentukan cara – cara penanggulangan untuk megeliminasi

resiko – resiko yang mungkin terjadi.

Selain mengurus hal – hal yang berhubungan dengan keselamatan dan

kesehatan di tempat kerja, tugas P2K3 juga menentukan faktor – faktor yang

mmempengaruhi produktivitas dan efisiensi kerja. P2K3 juga merangkap sebagai

alat pelindung diri untuk tenaga kerja yang bekerja di perusahaan tersebut. Untuk

mengurangi resiko kecelakaan kerja, P2K3 mengajarkan cara – cara dan

bagaimana sikap yang benar untuk melaksanakan pekerjaannya

Para pengurus P2K3 bertugas mengevaluasi cara kerja, proses

pelaksanaan, dan keadaan lingkungan kerja. Dari hal tersebut, kemudian P2K3

bertindak untuk menentukan koreksi dan alternatif yang terbaik. Untuk

meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya K3, P2K3 dapat melaksanakan

penyuluhan dan penelitian terkait keselamatan kerja, kesehatan kerja, ekonomi,

dan hygiene perusahaan.

A. Tujuan

1. Untuk menganalisa penerapan P2K3 di suatu perusahaan

2. Untuk mengetahui prosedur penerapan P2K3

3. Untuk mengetahui peran penting P2K3 di suatu perusahaan.

B. Manfaat

1. Dapat mengetahui peran penting pembentukan P2K3 di suatu perusahaan

2. Dapat menganalisa penerapan P2K3 di suatu perusahaan

3. Dapat mengetahui tugas P2K3 di suatu perusahaan

Page 5: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

menyediakan suatu kerangka dasar untuk pencegahan terjadinya kecelakaan

dan timbulnya penyakit akibat kerja di tempat kerja. Kunci utama dari inti

Undang-Undang Keselamatan Kerja tersebut adalah keterlibatan tenaga kerja

dan pengurus serta organisasi kerja yang ada di dalamnya untuk

meningkatkan standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Keterlibatan

tenaga kerja di tempat kerja dapat dicapai antara lain melalui; adanya

perwakilan tenaga kerja untuk K3 dan pembentukan organisasi Keselamatan

dan Kesehatan Kerja. Selanjutnya dalam Permenaker No.PER-04/MEN/1987

tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja, Pasal 1

(d) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Panitia Pembina Keselamatan

dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut P2K3 adalah badan pembantu

di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan

pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi

efektif dalam penerapan K3.

Seperti apa yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 10 (1) dinyatakan bahwa “Menteri

Tenaga Kerja berwenang membentuk P2K3 guna memperkembangkan kerja

sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus

dan tenaga kerja dalam tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan

kewajiban bersama dibidang K3, dalam rangka melancarkan usaha produksi.”

Yang dimaksud dengan memperkembangkan kerja sama, saling pengertian

dan partisipasi efektif adalah suatu bentuk keterlibatan (involvement) dari

kedua belah pihak. Sedangkan tugas dan kewajiban dari kedua belah pihak

adalah melancarkan usaha produksi melalui peningkatan kinerja K3. Dalam

hal ini, P2K3 mempunyai peran central di dalam menjamin kinerja K3 di

tempat kerja.

Page 6: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

6

Perubahan kinerja K3 ke arah yang lebih baik akan lebih mudah

dicapai apabila antara pengurus atau pihak manajemen dengan tenaga kerja

bekerja sama (melalui forum P2K3), saling berkonsultasi tentang potensi

bahaya, mendiskusikannya dan mencari solusi atas semua masalah K3 yang

muncul di tempat kerja. P2K3 sebagai wadah forum rembuk K3 dapat

membawa pengurus dan perwakilan tenaga kerja bersama-sama untuk

mempertimbangkan isu-isu umum K3 di tempat kerja secara luas,

merencanakan, melaksanakan dan memantau program-program K3 yang telah

Dibuat.

B. Syarat Pembentukan P2K3 Di Perusahaan

Permenaker No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara

Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja Pasal 2, mensyaratkan bahwa setiap

tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus WAJIB

membentuk P2K3. Kriteria tempat kerja dimaksud ialah:

a) Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang

atau lebih;

b) Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang

dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang

mempunyai resiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,

keracunan dan penyinaran radioaktif.

Selanjutnya pada Pasal 3 (3) dinyatakan bahwa “P2K3 ditetapkan oleh

Menteri atau pejabat yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus

yang bersangkutan”. Dengan demikian inisiatif pembentukan P2K3 di tempat

kerja atau perusahaan harus mucul dari pengurus atau pengusaha yang

didasarakan pada kesadaran untuk memenuhi kewajiban seperti yang

ditetapkan dalam peraturan perundangan.

Terdapat beberapa hal penting sebagai dasar pertimbangan pada saat

pembentukan P2K3. Tujuan pembentukan P2K3 harus dapat menjamin

bahwa organisasi yang akan dibentuk merupakan perwakilan seluruh

komponen yang ada di tempat kerja. Konsultasi antara pihak manajemen

Page 7: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

7

dengan pekerja harus terfokus pada pengembangan struktur P2K3 yang betul-

betul sesuai dengan kebutuhan tempat kerja atau perusahaan. Pada saat

memutuskan kebutuhan organisasi P2K3 yang sesui dengan tempat kerja atau

perusahaan dan dapat memenuhi tuntutan peraturan perundangan, hal-hal

yang harus difikirkan antara lain adalah :

a) Besar kecilnya tempat kerja atau perusahaan;

b) Jenis operasional dan pengaturan tempat kerja;

c) Potensi bahaya dan tingkat resiko yang ada di tempat kerja;

d) Calon-calon anggota dari setiap kelompok kerja yang akan mengisi

struktur organisasi; dan

e) Ukuran ideal organisasi yanag dapat bekerja secara efektif.

Pada perusahaan besar atau tempat kerja yang luas akan diperlukan

jumlah yang lebih besar kelompok kerja yang akan ditunjuk. Jika P2K3

mempunyai banyak anggota maka akan diperlukan suatu upaya atau

perjuangan untuk dapat bekerja secara efektif. Untuk itu, mungkin perlu

membuat lebih dari satu organisasi K3 dan selanjutnya tinggal mengatur

untuk langkah koordinasi diantara mereka. Hal yang perlu disadari bahwa

terlalu banyak atau terlalu sedikit anggota P2K3 akan menimbulkan suatu

permasalahan, untuk itu harus dibuat atau disusun struktur organisasi yang

sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

C. Anggota P2K3

Berdasarkan Pasal 3, Permenaker No. PER-04/MEN/1987 tentang

P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja dinyatakan bahwa:

1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusahan dan pekerja yang

susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota;

2) Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang

bersangkutan;

3) Ketua P2K3, diupayakan dijabat oleh pimpinan perusahaan atau salah satu

pengurus perusahaan.

Page 8: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

8

Agar organisasi P2K3 dapat berjalan dengan baik, maka susunan

anggota sekurang-kurangnya separuhnya adalah dari perwakilan pekerja.

Anggota dari perwakilan pekerja, pertama-tama dipilih dari orang-orang yang

mempunyai pengetahuan tentang proses kerja dan potensi bahaya yang ada di

tempat kerjanya. Demikian juga dengan perwakilan dari pihak manajemen

atau pengurus, diupayakan suatu perwakilan yang berasal dari jajaran

manajer, supervisor, personnel officers atau profesional K3 yang dapat

memberikan informasi atau masukan di dalam membuat kebijakan

perusahaan, kebutuhan produksi dan hal-hal teknis perusahaan lainnya.

Selanjutnya jumlah anggota P2K3 yang ideal agar fungsi organisasi dapat

berjalan dengan efektif adalah sebagai berikut:

1) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, maka

jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 orang terdiri dari 6 orang

perwakilan pekerja dan 6 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau

pihak manajemen.

2) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 orang s/d 100 orang, maka

jumlah anggota sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang

perwakilan pekerja dan 3 orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau

pihak manajemen.

3) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang atau

tempat kerja dengan tingkat resiko yang besar, maka jumlah anggota

sekurang-kurangnya 6 orang terdiri dari 3 orang perwakilan pekerja dan 3

orang dari perwakilan pengurus perusahaan atau pihak manajemen.

Kadang-kadang sangat sulit untuk memutuskan, siapa yang dapat

menjadi wakil pekerja dan siapa yang harus menjadi perwakilan pihak

manajemen, karena disebagian besar tempat kerja semuanya adalah sebagai

“pekerja”. Agar P2K3 dapat bekerja dengan baik, maka wakil manajemen

harus diusulkan oleh pihak manajemen dan wakil pekerja harus diusulkan

oleh para kerja itu sendiri dan bukan merupakan penunjukan dari pengurus

perusahaan.

Page 9: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

9

D. Langkah Pembentukan P2K3

Untuk dapat pembentukan organisasi P2K3 yang baik perlu suatu

langkah-langkah efektif yang dimulai dari tahap persiapan dan dilanjutkan

dengan tahap pelaksanaan pembentukan.

1. Tahap Persiapan

Internal perusahaan harus mempersiapkan pembentukan P2K3

yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Membuat Kebijakan K3. Pengurus harus terlebih dulu menggariskan

dan menjalankan pokok-pokok kebijakan K3 secara umum dan

menetapkan maksud tujuan untuk membentuk P2K3. Kebijakan K3

tersebut lazin disebut sebagai “SAFETY AND HEALTH POLICY”.

Secara garis besar kebijakan tersebut berupa penegasan bahwa:

a) K3 merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan dalam

kelancaran proses produksi perusahaan;

b) Pimpinan perusahaan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan

usaha K3 di perusahaannya;

c) Semua personel mulai dari top manajemen sampai garis organisasi

perusahaan paling bawah harus memahami dan ikut aktif di dalam

segala kegiatan K3 yang diselenggarakan oleh perusahaan;

d) Perlu dilakukan pembinaan dan latihan secara terus menerus untuk

peningkatan kinerja K3;

e) Pengawasan dan pelaksanaan semua ketentuan K3 yang telah

digariskan;

f) Perlu penyediaan anggaran operasional yang cukup;

g) P2K3 berfungsi sebagai penggerak dilaksanakannya K3 di

perusahaan.

2) Kebijakan K3 harus dituangkan secara tertulis. Hal ini penting bagi

semua pihak yang terkait dengan K3 perusahaan dan beberapa alasan

penting seperti:

a) Mempermudah pelaksanaan kebijakan K3 yang telah ditetapkan;

Page 10: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

10

b) Mempermudah para pengawas K3 perusahaan melaksanakan

kebijakan tersebut;

c) Mempermudah para pekerja untuk mematuhi peraturan K3 beserta

instruksi-instruksi teknisnya, dll.

3) Inventarisasi calon anggota P2K3. Hal ini dimaksudkan untuk

mendapatkan calon anggota yang dapat mewakili seluruh komponen

atau unsur perusahaan. Dalam hal ini pengurus menyusun daftar calon

anggota P2K3 yang telah dipilih dan diusulkan oleh masing-masing unit

kerja baik dari pihak perwakilan pekerja maupun perwakilan pihak

manajemen.

4) Konsultasi dengan pihak pemerintah, khususnya dinas atau kantor yang

membidangi ketenagakerjaan setempat untuk mendapatkan petunjuk-

petunjuk teknis yang diperlukan berkaitan dengan pembentukan P2K3.

2. Tahap Pelaksanaan Pembentukan

Setelah pengurus berhasil mendapatkan dan menyusun calon

anggota P2K3, maka langkah berikutnya adalah melakukan pembentukan

P2K3 secara resmi. Selanjutnya pimpinan perusahaan atau pengurus

menyampaikan usulan pembentukan P2K3 kepada Menteri Tenaga Kerja

melalui Dinas atau Kantor yang membidangi ketenagakerjaan setempat

untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk

sesuai peraturan yang berlaku.

E. Tugas Dan Fungsi P2K3

Operasional nyata P2K3 mencerminkan siapa yang duduk dalam

organisasi, seberapa matang organisasi dipersiapkan untuk dapat bekerja

secara efektif dan apa yang mereka kerjakan untuk meningkatkan kinerja K3

perusahaan.

Sebagai referensi tugas dan fungsi P2K3, Permenaker No. PER-

04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan

Kerja Pasal 4 (1) menyatakan bahwa “P2K3 mempunyai TUGAS

memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada

Page 11: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

11

pengusaha atau pengurus mengenai masalah K3”. selanjutnya untuk

melaksanakan tugas-tugas tersebut, maka P2K3 mempunyai fungsi:

a. Menghimpun dan mengelola data tentang K3 di tempat kerja

b. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:

1) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan

gangguan K3, termasuk bahaya kebakaran, peledakan serta cara

penanggulangannya;

2) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja;

3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:

1) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;

2) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif berbaik;

3) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap K3;

4) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja

serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan;

5) Mengembangkan penyuluhan dan penelitihan di bidang keselamatan

kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;

6) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan

makanana di perusahaan;

7) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;

8) Mengembangkan pelayanan kesehatan kerja;

9) Mengembangkan laboratorium K3, melakukan pemeriksaan laboratorium

dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan;

10) Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan

dan kesehatan kerja.

d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijakan manajemen dan

pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja,

higene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.

Page 12: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

12

Agar fungsi P2K3 tersebut dapat berjalan dengan efektif, maka tugas-

tugas pengurus harus diuraikan secara jelas dalam bentuk “Job Discribtion”

antara lain sebagai berikut:

1) Tugas Ketua P2K3

a) Memimpin semua rapat pleno P2K3 atau menunjuk pengurus lainnya

untuk memimpin rapat pleno;

b) Menentukan langkah kebijakan demi tercapainya pelaksanaan program-

program yang telah digariskan organisasi;

c) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan K3 di perusahaannya kepada

pemerintah melalui pimpinan perusahaan;

d) Mempertanggung jawabkan program-program P2K3 dan

pelaksanaannya kepada direksi perusahaan;

e) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program-program K3 di

perusahaan, dll.

2) Tugas Wakil Ketua

a) Melaksanakan tugas-tugas ketua dalam hal ketua berhalangan dan

membantu pelaksanaan tugas ketua sehari-hari.

3) Tugas Sekretaris

a) Membuat undangan rapat dan membuat notulen rapat;

b) Memberikan bantuan atau saran-saran yang diperlukan olek seksi-seksi

untuk kelancaran program-program K3;

c) Membuat laporan ke departemen-departemen perusahaan tentang

adanya potensi bahaya di tempat kerja, dll.

4) Tugas Anggota

a) Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai dengan

bidang tugas masing-masing;

b) Melaporkan kepada ketua atas setiap kegiatan yang telah dilaksanakan,

dll.

F. Penyelenggaraan Pertemuan P2K3

Secara efektif P2K3 dapat mengadakan pertemuan atau sidang rutin

sekurang-kurangnya adalah 3 bulan sekali. P2K3 mungkin dapat memutuskan

Page 13: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

13

untuk mengadakan pertemuan lebih sering, dan di sebagian besar tempat

kerja, P2K3 mengadakan pertemuan setiap bulan agar mereka lebih mampu

menangani isu-isu K3 di tempat kerja, menyusun rencana, menerapkan dan

memantau program-programnya secara efektif. Suatu hal yang sangat penting

adalah bagaimana selalu menjaga antusia dan komitment seluruh pengurus

dan anggota P2K3.

Pertemuan/sidang-sidang secara reguler akan dapat membantu dan

dengan menetapkan tanggal khusus pertemuan (seperti; senin pertama atau

sabtu pertama setiap bulan), sehingga memudahkan seluruh anggota untuk

mengingat dan menghadiri pertemuan serta dapat menyesuaikan dengan

aktivitas kerja lainnya. Namun demikian, pertemuan dapat ditunda apabila

sekurang-kurangnya separuh anggota menghendaki dengan berbagai alasan

dan kepentingan perusahaan. Frekuensi pertemuan mungkin tergantung dari

berbagai faktor antara lain:

a. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan oleh P2K3;

b. Ukuran tempat kerja atau area yang harus ditangani oleh P2K3;

c. Jenis pekerjaan yang dilakukan;

d. Potensi bahaya dan tingkat resiko yang ada di tempat kerja atau area yang

harus ditanganinya;

e. Adanya perubahan proses operasi di tempat kerja;

f. Pembelian peralatan baru atau pengenalan sistem kerja baru dan;

g. Pengenalan atau sosialisasi peraturan perundangan baru yang relevan.

Di samping pertemuan/sidang rutin, P2K3 dapat mengadakan sidang

khusus terutama bila menghadapi hal-hal yang bersifat mendadak, seperti

setelah terjadi kecelakaan kerja atau kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh

proses kerja. Dalam sidang sebaiknya dibicarakan materi-materi yang

menyangkut permasalah K3 di tempat kerja atau masalah-masalah lain yang

relevan dengan peningkatan kinerja K3 seperti:

a. Membahas hasil evaluasi program kerja yang telah dilaksanakan;

Page 14: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

14

b. Menyusun rekomendasi tentang cara pencegahan dan pengendalian potensi

bahaya yang ditemukan;

c. Menyusun program pelatihan K3 bagi karyawan perusahaan;

d. Mereview efektifitas sarana pengendalian resiko yang telah dilaksanakan;

e. Hal-hal lain yang relevan, seperti merencanakan untuk memperingati

bulan K3 di perusahaan.

Dalam setiap pertemuan/sidang-sidang P2K3 dapat mengundang para

supervisor atau kepala unit kerja yang berkaitan dengan masalah yang sedang

dibicarakan. Hal ini penting, agar para tenaga kerja dapat mengetahui dan

mengikuti seluruh kegiatan yang diprogramkan oleh panitia.

G. Efektifitas Kinerja P2K3

Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan agar organisasi P2K3

dapat berjalan dan berfungsi secara efektif:

a) Para perwakilan yang duduk dalam organisasi P2K3 harus betul-betul

mengerti tentang kondisi yang ada di dalam tempat kerja. Hal ini dapat

mengurangi kebingungan tentang prosedur kerja dan pengaturan K3 di

tempat kerja.

b) P2K3 memerlukan dukungan dari manajemen untuk dapat bekerja secara

efektif. Dukungan yang diperlukan antara lain berupa:

1) Penyediaan informasi mengenai tempat kerja dan proses-prosesnya;

2) Penyediaan waktu dan fasilitas untuk menyelenggarakanpertemuan;

3) Menganjurkan para anggota P2K3 untuk mengikuti training K3;

4) Penyediaan data statistik, laporan dan bahan referensi yang diperlukan;

5) Pengesahan aktivitas-aktivitas P2K3, dll.

c) Panitia harus mengadakan pertemuan secara reguler. Frekuensi pertemuan

mungkin sebulan sekali, tiga bulan sekali atau tergantung kebutuhan.

d) P2K3 harus mempunyai suatu kejelasan tujuan yang dimengerti oleh

seluruh anggotanya.

e) P2K3 harus mempunyai agenda yang tersusun untuk setiap pertemuan,

sehingga program yang direncanakan dapat dilaksanakan dengana baik.

Page 15: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

15

Setiap anggota P2K3 harus mempunyai kesempatan yang sama untuk

menyumbangkan hal-hal yang diagendakan.

f) Suatu hal yang sangat penting adalah bahwa salah satu senior manajer

harus duduk di dalam kepengurusan, sehingga setiap keputusan dapat

segera diambil.

g) Efektivitas kerja P2K3 sangat ditentukan oleh kemampuan personel yang

terlatih baik dari sisi manajemen maupun dari sisi pekerja. Dengan

demikian, pemahaman tentang isu-isu K3 sangat vital dan dipahami oleh

kedua belah pihak.

h) Peran dari ahli K3 di dalam P2K3 adalah sebagai penasehat atau pemberi

saran, sehingga harus berada pada posisi yang netral, tetapi memberikan

saran teknis dan informasi lainnnya yang diperlukan untuk kepentingan

organisasi.

i) Perwakilan pekerja yang duduk didalam keanggotaan P2K3 harus dipilih

oleh para pekerja dan mencerminkan keberadaan berbagai serikat pekerja

yang ada di tempat kerja.

j) Kehadiran secara reguler oleh seluruh anggota P2K3 merupakan hal yang

penting, dan tidak hanya untuk membangun hubungan di dalam organisasi,

tetapi juga untuk menunjukkan bahwa anggota melihat K3 sebagai suatu

prioritas. Kehadiran secara reguler dari anggota juga dapat membantu

mengembangkan kerjasama didalam penyelesaian masalah-masalah K3

yang dihadapi.

H. Pelaporan Kegiatan P2K3

Atas operasioanal kegiatan P2K3, maka ketua P2K3 harus membuat

dan menyampaikan laporan secara reguler baik kepada pemerintah maupun

kepada pimpinan perusahaan yang bersangkutan. Laporan kegiatan P2K3

kepada pemerintah disampaiakan kepada Kepala Dinas atau kepala Kantor

yang membidangi ketenagakerjaan kabupaten atau kota setempat dalam

bentuk laporan triwulan dan ditembuskan kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja

Propinsi dan Dewan K3 Propinsi. Sedangkan laporan kepada pimpinan

Page 16: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

16

perusahaan yang bersangkutan dibuat dan disampaikan setiap setelah

diselenggarakan pertemuan baik pertemuan rutin maupun pertemuan khusus.

I. Perundang-undangan

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal

10 (1) dinyatakan bahwa “Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk

P2K3 guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan

partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam

tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang

K3, dalam rangka melancarkan usaha produksi.”

2. Permenaker No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara

Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

a. Pasal 2, mensyaratkan bahwa setiap tempat kerja dengan kriteria

tertentu pengusaha atau pengurus WAJIB membentuk P2K3. Kriteria

tempat kerja dimaksud ialah:

a) Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100

orang atau lebih;

b) Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan

kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan

instalasi yang mempunyai resiko yang besar akan terjadinya

peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.

b. Pasal 3 (3) dinyatakan bahwa “P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau

pejabat yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha ataua pengurus yang

bersangkutan”.

Page 17: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

17

BAB III

HASIL

Page 18: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

18

Page 19: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

19

Page 20: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

20

Page 21: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

21

Page 22: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

22

Page 23: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

23

Page 24: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

24

NOTULEN RAPAT

Tanggal : 9 Januari 2012

Agenda : Organisasi K3 di Proyek

Persiapan RAKER 2012

Hadir : (Terlampir)

Pembahasan :

1. Organisasi K3 di Proyek

Jabatan di proyek yang menangani operasional K3 belum ditetapkan secara jelas

di dalam job description. Agar implementasi K3 dapat berjalan efektif, perlu

diusulkan struktur organisasi baru yang khusus menangani K3, mengacu kepada

perusahaan lain yang sukses mengimplementasikan K3.

Sekretaris P2K3 yang sekaligus sebagai Kepala Biro SDM agar membicarakan hal

ini ke Direksi, bila perlu dibuatkan usulan tertulis.

2. Persiapan RAKER 2012

Materi P2K3 pada RAKER 2012 yang direncanakan tanggal 25-26 Januari 2012

diantaranya adalah :

- Permen PU No.09/PRT/M/2008 tanggal 1 Juli 2008 dan konsekuensinya

- Program kerja P2K3 tahun 2012

- Efektivitas pelaksanaan K3 di Perusahaan

Jakarta, 9 Januari 2012

Notulis,

Subarjono

Sekretaris P2K3

Page 25: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

25

BAB IV

PEMBAHASAN

Berawal dari perluasan Proyek Induk Sungai Brantas di tahun 1980, PT

Brantas Abipraya tumbuh dan berkembang meramaikan khasanah bisnis

perusahaan konstruksi di tanah air. Dalam perjalanannya, Brantas Abipraya kini

tak hanya menangani proyek-proyek sumberdaya air, tetapi juga telah

melaksanakan berbagai proyek sipil bergengsi yang tersebar di seluruh Indonesia,

seperti bendungan, terowongan, jalan dan jembatan, bandara, bangunan gedung,

pembangkit listrik dan banyak lagi. Strateginya adalah dengan merealisasikan

strategi jangka pendek yaitu memperbaiki manajemen pengadaan barang dan jasa

yang efektif dan memenuhi modal kerja melalui kredit dan fasilitas perbankan

lainnya dalam rangka menjaga kestabilan likuiditas perusahaan, agar efektifitas

operasi konstruksi tetap terpelihara. Sedangkan strategi jangka panjang untuk

pengembangan usaha dilakukan melalui diversifikasi pasar dan produk, di

antaranya dengan pembentukan anak perusahaan, pemanfaatan sumber-sumber

pendanaan pasar uang (IMTN, obligasi) dan IPO serta menjalankan berbagai

strategi dengan tata kelola yang baik dengan memperhatikan pelestarian

lingkungan melalui konsep Green Construction.

Untuk mewujudkan Green Construction maka PT. Brantas Abipraya telah

menerapkan dan berkomitmen tinggi pada K3 Brantas Abipraya berkomitmen

tinggi terhadap penerapan K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) bagi para SDM

yang ada sesuai dengan ketentuan. Terkait dengan implementasi K3 perusahaan

memiliki 3 sertifikat ISO, yakni 9001 tahun 2008 yang menyangkut masalah mutu

dan kualitas pekerjaan. Kemudian ISO 14000, ISO ini mengenai lingkungan

sehingga perusahaan berkomitmen bagaimana melaksanakan proyek-proyek

dengan tidak merusak lingkungan yang ada yaitu lingkungan itu

perkembangannya ada green contruction dan sebagainya. Prinsipnya reduce, reuse

dan recycle. Reduce ditafsirkan pemakaian bahan baku bangunan diminimalisir

Page 26: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

26

supaya tidak merusak hutan, reuse maksudnya mengupayakan agar sumber daya

dapat dioptimalkan penggunaannya, tidak sekali pakai dibuang. Sedangkan untuk

recycle diartikan bahan yang telah digunakan dapat di daur ulang untuk produk

lain. Untuk K3, kami juga memiliki ISO 18001, menyangkut SMK3 (Sistem

Manajemen K3). Di mana dalam dalam pelaksanaanya disyaratkan bagaimana

caranya melaksanakan pekerjaan dengan aman. Mulai dari prosedurnya,

persyaratannya sampai kelengkapan kerjanya lengkap. Seperti menggunakan

helm, sabuk pengaman, sepatu kerja dan lain sebagainya.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 PT. Brantas Abipraya

membentuk P2K3. P2K3 di PT Brantas Abripaya mempunyai tujuan untuk

menerapkan visi, misi, kebijakan, sasaran, tujuan dalam program K3L. Susunan

P2K3 PT Brantas Abipraya terdiri dari Ketua Komite P2K3, Wakil ketua P2K3,

Sekretaris, Anggota Eksekutif P2K3, Anggota P2K3, dan Manajemen

Representatif. Susunan P2K3 PT. Brantas Abripaya masing-masing mempunyai

job description dan tanggung jawab yaitu Komitmen K3 dengan program K3L

melalui konsep Green Construction.

Kebijakan dan standar pelaksanaan K3 di PT Brantas Abipraya

disosialisasikan dalam penyelenggaran rapat atau pertemuan P2K3. Hal ini

dilakukan agar anggota P2K3 lebih mampu menangani isu-isu K3 di tempat kerja,

menyusun rencana, menerapkan dan memantau program-programnya secara

efektif. Hasil dari rapat dan pertemuan P2K3 salah satunya adalah dengan

diadakannya pelatihan House Keeping dan Budaya 5R oleh Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) akan menyelenggarakan pelatihan

internal singkat mengenai housekeeping dan budaya 5R, pada :

Hari/Tanggal : Rabu, 28 Mei 2008

Jam : 08.30 - 15.00

Tempat : Ruang Rapat Lantai II, Kantor Pusat

Peserta : Biro/SPI/Sekper/Divisi/Wil II/Proyek

Page 27: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

27

Instruktur : Sekretaris P2K3

Pelatihan terus dilakukan agar pekerja lebih trampil dan menerapkan K3 dan

meningkatkan zero accident pada PT. Brantas Abipraya dan selalu melestarikan

dan menerapkan konsep Green Construction dengan program K3L.

Pada tanggal 9 Januari 2012 panitia pembina keselamatan dan kesehatan

kerja menyelenggarakan pertemuan rapat dengan agenda organisasi K3 di proyek

dan persiapan raker 2012. Pembahasan agenda tersebut antara lain :

1. Organisasi K3 di proyek

Jabatan di proyek yang menangani operasional K3 belum ditetapkan secara

jelas di dalam job description. Agar implementasi K3 dapat berjalan efektif,

perlu diusulkan struktur organisasi baru yang khusus menangani K3 yang

mengacu kepada perusahaan lain yang suskses mengimplementasikan K3.

Sekretaris P2KR yang sekaligus sebagai Kepala Biro SDM agar

membiacarakan hal ini ke Direksi, bila perlu dibuatkan usulam tertulis.

2. Persiapan Raker 2012

Materi P2K3 pada raker 2012 yang direncanakan pada tanggal 25-26 Januari

2012 diantarannya adalah :

a. Permen PU No. 09/PRT/M/2008 tanggal 1 Juli 2008 dan konsekuensinya.

b. Program Kerja P2K3 2012.

c. Evektivitas pelaksanaan K3 di perusahaan.

Page 28: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

28

BAB V

PENUTUP

Semua berawal dari perluasan Proyek Induk Sungai Brantas di tahun 1980,

PT Brantas Abipraya tumbuh dan berkembang meramaikan khasanah bisnis

perusahaan konstruksi di tanah air. Untuk mewujudkan Green Construction maka

PT. Brantas Abipraya telah menerapkan dan berkomitmen tinggi pada K3 Brantas

Abipraya berkomitmen tinggi terhadap penerapan K3 (Kesehatan Keselamatan

Kerja) bagi para SDM yang ada sesuai dengan ketentuan. Terkait dengan

implementasi K3 perusahaan memiliki 3 sertifikat ISO. Sesuai Peraturan

Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 PT. Brantas Abipraya membentuk P2K3.

Kebijakan dan standar pelaksanaan K3 di PT Brantas Abipraya disosialisasikan

dalam penyelenggaran rapat atau pertemuan P2K3. Hal ini dilakukan agar anggota

P2K3 lebih mampu menangani isu-isu K3 di tempat kerja, menyusun rencana,

menerapkan dan memantau program-programnya secara efektif.

Jadi dapat disimpulkan P2K3 pada PT. Brantas Abiraya telah menjalankan

sesuai job description dan tanggung jawab. Evaluasi P2K3 di PT Brantas

Abipraya dilakukan per bidang. Hal ini telah memenuhi standart Ketua P2K3

harus membuat dan menyampaikan laporan secara reguler baik kepada pemerintah

maupun kepada pimpinan perusahaan yang bersangkutan.

Page 29: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

29

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Tenaga Kerja RI, 1991. Modul Umum Pembinaan Operasional P2K3,

Direktur Jenderal Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan,

Jakarta.

Permenaker No. PER-04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan

Ahli Keselamatan Kerja. Pasal 2 dan Pasal 3 (3)

P2K3 K3L PT. Brantas Abipraya, 2008.

http://safety4abipraya.wordpress.com/tentang-P2K3/

safety4abipraya.files.wordpress.com/2008/07/skdireksi-tentang-P2K3.pdf

(Diakses pada 5 Mei 2014)

Rahimah Azmi, Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja

Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008, 2008.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 10 (1)

Page 30: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

30

LAMPIRAN

Page 31: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

31

Page 32: Penerapan P2K3 Tugas Hiperkes

32