penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah
TRANSCRIPT
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA
POKOK BAHASAN VOLUME DAN LUAS BANGUN RUANG
DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAGARAN
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh:
Sandro J. Simamora
Nim. 061244110094
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2010
2
Judul : Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah Siswa pada
Pokok Bahasan Volume dan Luas Bangun Ruang di
Kelas X SMA Negeri I Pagaran Tahun Ajaran
2010/2011
Nama Mahasiswa : Sandro J. Simamora
NIM : 061244110094
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
Menyetujui:
Dosen Pembimbing Skripsi,
Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph . D
NIP. 19631011 198803 1 001
Mengetahui:
FMIPA UNIMED Jurusan Matematika
Dekan, Ketua,
Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Mukhtar, M.PdNIP. 19600804 198601 1 001 NIP.19590807 198303 1 033
Tanggal Lulus: 22 September 2011
3
RIWAYAT HIDUP
Sandro J. Simamora dilahirkan di Bah Sampuran, Kecamatan Jorlang
Hataran, Kabupaten Simalungun pada tanggal 27 Juni 1988. Ayah bernama J.
Simamora dan Ibu bernama S. Lumban Gaol, dan merupakan anak pertama dari
lima orang bersaudara. Pada tahun 1994 penulis masuk SD No 091473 Tiga
Balata dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan sekolah
di SMP Negeri 1 Jorlang Hataran dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003,
penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Pagaran dan lulus pada tahun 2006.
Pada tahun 2006, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
4
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA
POKOK BAHASAN LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG DI KELAS X SMA NEGERI I PAGARAN
TAHUN AJARAN 2010/2011
Sandro J. Simamora (NIM 061244110094)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa, (2) Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan Luas dan Volume Bangun Ruang.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan empat momentum esensial, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-6 SMA Negeri I Pagaran yang berjumlah 30 orang. Sedangkan objek penelitian adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan Luas dan Volume Bangun Ruang.
Berdasarkan hasil tes diagnostik diperoleh ketuntasan klasikal 13,33% dengan 4 siswa memperoleh ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa 17,80, kategori kemampuan pemecahan masalah sangat rendah. Hasil analisis data setelah pemberian tindakan pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 70% dengan 21 orang siswa memperoleh ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa 27,53 kategori kemampuan pemecahan masalah sedang. Pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 90% dengan 27 orang siswa memperoleh ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa 33,90, kategori kemampuan pemecahan masalah sangat tinggi. Dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 6 orang siswa (20%) dan nilai rata-rata meningkat sebesar 6,37. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada siklus II, diperoleh rata-rata skor pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru 3,42, rata-rata skor pengamatan siswa dalam melakukan pembelajaran 3,19, rata-rata skor pengamatan pelaksanaan pembelajaran 3,28 ketiga pengamatan kemampuan termasuk kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan luas dan volume bangun ruang.
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkankan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kasih dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
Skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Pokok Bahasan Luas
Dan Voleme Bangun Ruang di Kelas X SMA Negeri 1 Pagaran T.P. 2010/2011”,
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika Falkultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada : Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanikm M.Pd, selaku Rektor
beserta staf-stafnya di Universitas Negeri Medan.Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada : Bapak Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc, Ph.D, selaku
Dekan beserta staf-stafnya di FMIPA UNIMED. Ucapan terima kasih sebesar-
besarnya juga kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku Ketua Jurusan
Matematika dan pegawai di jurusan Matematika yang telah banyak membantu
penulis dalam pengumpulan berkas-berkas untuk wisuda. Ucapan terima kasih
juga diucapkan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Dosen Pembimbing
Akademik. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak
Prof. Dian Armanto, M.Pd, M.A., M.Sc., Ph.D, sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal
sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Juga terima kasih penulis ucapkan
kepada Bapak Drs. S. Siahaan, M.Pd, Bapak Drs. Togi, M.Pd dan Bapak Dr. W.
Rajagukguk, M.Pd selaku dosen pemberi saran dan penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga
diucapkan kepada Ibu Lomo Hutahean S.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri
1 Pagaran yang telah memberikan waktu kepada penulis mengadakan penelitian
iv
6
dan membantu dalam penyusunan skripsi ini dan Bapak T. Manurung S.Pd selaku
Guru bidang studi matematika, Bapak Drs. B. Sitinjak serta Bapak/Ibu guru SMA
Negeri 1 Pagaran yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
Rasa haru dan hormat yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada
orang tua, Ayahanda J. Simamora dan Ibunda S. Lumban gaol, doa mu sangat
tulus dan tak ternilai harganya. Engkau telah memberikan tongkat didikan pada
anak mu untuk mengusir kebodohan dari dalam diri generasi mu. Semoga
Orangtuaku bahagia dihari tuamu dengan roti-roti yang telah kau taburkan buat
kami. Terima kasih juga kepada adik-adik: Irma Meliaki br Simamora, Devi
Hanna br Simamora, Petrus Boston Simamora, dan Togi Jonas Simamora beserta
seluruh keluarga.
Kepada rekan-rekan seperjuangan yang memberikan dukungan yang tulus
dalam penulisan Skripsi ini (Renold Purba, Leonardi Sitanggang, Daniel Silalahi,
Josua Pardede, Andar Parapat), yang telah memberi motivasi, semangat, dorongan
moril serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Negeri
Medan.
Penulis telah berupaya dalam penyusunan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya namun penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan memperkaya
khasanah ilmu pendidikan kita.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas semua dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak penyempurnaan skripsi ini.
Medan, September 2011
Penulis
Sandro J. Simamora NIM. 061244110094
7
DAFTAR ISI
Halaman
Lembaran Pengesahan iRiwayat Hidup iiAbstrak iiiKata Pengantar ivDaftar Isi viDaftar Lampiran ixDaftar Tabel xiDaftar Gambar xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Identifikasi Masalah 6
1.3. Pembatasan Masalah 6
1.4. Rumusan Masalah 7
1.5. Tujuan Penelitian 7
1.6. Manfaat Penelitian 7
1.7. Defenisi Operasional 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1. Kerangka Teoritis 9
2.1.1. Pengertian Masalah dalam Belajar Matematika 9
2.1.2. Kesulitan Belajar Matematika 13
2.1.3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam Pembelajaran Matematika 14
2.1.4. Keunggulan dan Kesulitan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah 27
2.1.5. Temuan-Temuan Terdahulu 28
2.1.6. Teori-teori Belajar yang relevan dengan Pembelajaran Berdasarkan
masalah(Problem-Based Insturction) 30
2.1.7. Luas dan Volume Bangun Ruang 37
2.1.8. Hipotesis Tindakan 39
8
BAB III METODE PENELITIAN 40
3.1. Jenis Penelitian 40
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 40
3.3. Subjek dan Objek Penelitian 40
3.3.1. Subjek Penelitian 40
3.3.2. Objek Penelitian 40
3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian 40
3.5. Alat Pengumpul Data 45
3.5.1. Tes 45
3.5.2. Obsevasi 45
3.6. Teknik Analisis Data 46
3.6.1. Paparan Data 48
3.6.2. Penarikan Kesimpulan 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 49
4.1. Deskripsi Hasil Penellitian 49
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus I 49
4.1.1.1. Permasalahan I 49
4.1.1.2. Tahap Perencanaan Tindakan I 50
4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 50
4.1.1.4. Analisis Data I 52
4.1.1.5. Refleksi 60
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus II 65
4.1.2.1. Permasalahan II 65
4.1.2.2. Tahap Perencanaan Tindakan II 65
4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 67
4.1.2.4. Analisis Data II 69
4.1.2.5. Refleksi 76
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 81
4.2.1. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 81
4.2.2. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 85
9
4.3. Kelemahan Penelitian 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 88
5.1. Kesimpulan 88
5.2. Saran 89
DAFTAR PUSTAKA 90
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 92
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 97
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 102
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 108
Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa I (LKS I) 116
Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa 2 (LKS 2) 122
Lampiran 7. Lembar Kegiatan Siswa 3 (LKS 3) 127
Lampiran 8. Lembar Kegiatan Siswa 4 (LKS 4) 134
Lampiran 9. Tes Diagnostik SMA N.1 Pagaran 142
Lampiran 10. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (KPM I ) 150
Lampiran 11. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II (KPM II ) 158
Lampiran 12. Kisi-kisi Tes Diagnostik 168
Lampiran 13. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
(KPM I) 171
Lampiran 14. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
(KPM II) 174
Lampiran 15. Lembar Validasi Tes Diagnostik 176
Lampiran 16. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 182
Lampiran 17. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 188
Lampiran 18. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa 197
Lampiran 19. Lembar Observasi Kegiatan Siswa 203
Lampiran 20. Lembar Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran 205
Lampiran 21. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran 213
Lampiran 22. Daftar Nilai Tes Diagnostik 221
Lampiran 23. Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 224
Lampiran 24. Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 227
Lampiran 25. Dokumentasi Penelitian 230
11
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah 26
Tabel 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah I 53
Tabel 4.2. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 53
Tabel 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 54
Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali Solusi yang
diperoleh pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 55
Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah I 55
Tabel 4.6. Deskripsi Hasil Observasi Siswa Melakukan Pembelajaran
pada Siklus I 56
Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran pada
Siklus I 58
Tabel 4.8. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran pada
Siklus I 59
Tabel 4.9. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah II 69
Tabel 4.10.Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 70
Tabel 4.11.Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 70
Tabel 4.12.Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali Solusi yang
diperoleh pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 71
Tabel 4.13. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah pada Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah II 72
12
Tabel 4.14. Deskripsi Hasil Observasi Siswa Melakukan Pembelajaran
pada Siklus II 73
Tabel 4.15. Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran
pada Siklus II 75
Tabel 4.16. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran pada
Siklus II 76
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Alur Utama Penelitian Tindakan Kelas 44
Gambar 4.1. Pola kesalahan siswa yang pertama siklus I 60
Gambar 4.2. Pola kesalahan siswa yang kedua siklus I 61
Gambar 4.3. Pola kesalahan siswa yang ketiga siklus I 62
Gambar 4.4. Pola kesalahan siswa yang pertama siklus II 77
Gambar 4.5. Pola kesalahan siswa yang kedua siklus II 78
14
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA
POKOK BAHASAN LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG DI KELAS X SMA NEGERI I PAGARAN
TAHUN AJARAN 2010/2011
Sandro J. Simamora (NIM 061244110094)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa, (2) Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan Luas dan Volume Bangun Ruang.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan empat momentum esensial, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-6 SMA Negeri I Pagaran yang berjumlah 30 orang. Sedangkan objek penelitian adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan Luas dan Volume Bangun Ruang.
Berdasarkan hasil tes diagnostik diperoleh ketuntasan klasikal 13,33% dengan 4 siswa memperoleh ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa 17,80, kategori kemampuan pemecahan masalah sangat rendah. Hasil analisis data setelah pemberian tindakan pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 70% dengan 21 orang siswa memperoleh ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa 27,53 kategori kemampuan pemecahan masalah sedang. Pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 90% dengan 27 orang siswa memperoleh ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa 33,90, kategori kemampuan pemecahan masalah sangat tinggi. Dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 6 orang siswa (20%) dan nilai rata-rata meningkat sebesar 6,37. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada siklus II, diperoleh rata-rata skor pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru 3,42, rata-rata skor pengamatan siswa dalam melakukan pembelajaran 3,19, rata-rata skor pengamatan pelaksanaan pembelajaran 3,28 ketiga pengamatan kemampuan termasuk kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan luas dan volume bangun ruang.
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dampak pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dalam
era globalisasi dapat dipandang sebagai masalah adaptasi, dengan asumsi bahwa
setiap individu memiliki kelebihan dan kelemahan. Dalam kehidupan, kita selalu
dihadapkan dengan masalah, karena masalah adalah kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan maka masalah itulah yang harus diantisipasi dan diselesaikan
secara arif dan kreatif. Kita akan sukses, jika mampu secara kreatif mengubah
masalah menjadi peluang. Dengan demikian, setiap individu diharapkan mampu
beradaptasi dengan keadaan dan perubahan yang terjadi serta mampu bekerja sama
secara kolaboratif dalam memecahkan masalah kehidupan.
Kualitas pendidikan dapat dijadikan barometer sumber daya manusia.
Sekolah adalah salah satu wadah kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai
pencipta sumber daya manusia. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah adalah matematika. Matematika mempunyai peran yang cukup besar
dalam memberikan berbagai kemampuan kepada siswa untuk keperluan studi
lanjut, penataan kemampuan berpikir, dan kemampuan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan matematika.
Menurut Soedjadi (2000: 45), pendidikan matematika seharusnya memperhatikan
dua tujuan, yaitu (1) tujuan yang bersifat formal, yaitu penataan nalar serta
pembentukan pribadi anak didik, dan (2) tujuan yang bersifat material, yaitu
penerapan matematika serta keterampilan matematika. Dapat disimpulkan bahwa
melalui pembelajaran matematika siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir
secara matematika serta diharapkan mampu menerapkan matematika itu dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan nyata.
Penguasaan ilmu matematika akan sangat berperan dalam penguasaan ilmu
pengetahuan secara global sekarang ini. Pembelajaran matematika mampu
mengembangkan cara berpikir yang logis, kritis, sistematis, dan kreatif. Berkaitan
dengan hal ini Depdiknas (dalam Dian Armanto, 2001) menegaskan bahwa :
16
“Pendidikan dasar matematika kita ditujukan pada pengembangan pola pikir kritis,
praktis, logis, dan jujur dengan berorientasi pada penerapan matematika dalam
menyelesaikan masalah”. Oleh sebab itu, seluruh kalangan dituntut dalam
peningkatan pembelajaran matematika, baik disekolah maupun dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam setiap pembelajaran setiap guru berharap agar siswa yang diberi
pembelajaran memperoleh hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Kenyataan yang dijumpai di lapangan
sangat bertolak belakang dengan yang diharapkan guru. Tidak semua siswa yang
mengalami pembelajaran memperoleh hasil belajar yang maksimal, bahkan masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa
dalam memahami konsep dan memecahkan masalah, antara lain dengan
memperhatikan penyebab kesulitan yang berasal dari siswa sendiri maupun yang
berasal dari luar diri siswa. Namun hasil yang dicapai siswa dalam pelajaran
matematika masih belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Terdapat
ketidakadilan dalam penentuan kesulitan belajar matematika siswa. Seringkali
siswa menjadi korban dan dianggap sebagai sumber penyebab kesulitan belajar.
Mungkin saja kesulitan itu bersumber dari luar diri siswa, misalnya saja proses
pembelajaran yang terkait dengan kurikulum, cara penyajian materi pelajaran, dan
suasana pembelajaran. Hal tersebut dapat mengakibatkan kemampuan berpikir
kritis dan sikap siswa terhadap matematika cukup memprihatinkan, akibatnya
siswa tidak mampu mandiri dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya sehingga
prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika selalu tidak memuaskan.
Menurut Data UNESCO (dalam www.peringkatmatematika.com) menunjukkan
bahwa :
”Peringkat matematika Indonesia berada di urutan 34 dari 38 negara. Ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam pembelajaran matematika masih rendah. Sejauh ini Indonesia belum mampu lepas dari urutan penghuni papan bawah. Beberapa ahli matematika seperti Russefendi mensinyalir kelemahan matematika pada siswa Indonesia, karena pelajaran matematika di sekolah ditakuti bahkan dibenci siswa”.
17
Rendahnya prestasi belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mempelajari matematika. Kesulitan tersebut terletak pada sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita matematika serta kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membuat kalimat matematika. Abdurrahman (2003: 257) mengemukakan bahwa: “ Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh”. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.
Kutipan ini menjelaskan tentang pentingnya guru untuk memikirkan suatu
model pembelajaran matematika yang dapat memecahkan masalah dan orientasi
pembelajaran tersebut terfokus pada pembelajaran berdasarkan masalah. Guru
matematika memiliki tugas utama yaitu berusaha memampukan siswa
memecahkan masalah sebab inti pembelajaran matematika adalah pemecahan
masalah. Sehingga kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap individu siswa
adalah standar minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang terefleksi pada pembelajaran matematika dengan kebiasaan berpikir dan
bertindak memecahkan masalah.
Berdasarkan Studi internasional yang dilakukan Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD) yang dilakukan dalam tiga
periode, yaitu tahun 2000/2001, 2003, dan 2006 terhadap profil kemampuan
matematika siswa di Indonesia (http://www.jurnalnet.com) diperoleh bahwa:
49,7 persen siswa Indonesia tingkat kemampuan matematikanya berada di bawah level satu. Pada tingkat ini siswa pada umumnya hanya mampu menyelesaikan satu langkah persoalan matematika (skor di bawah 358).Sebanyak 25,9 persen siswa Indonesia berada pada level dua, di mana siswa mampu melakukan prosedur, rumus, dan algoritma dasar (skor 358-419), sedangkan 15,5 persen siswa lainnya berada pada level tiga (skor 420-481), pada level ini siswa mampu menerapkan pemecahan masalah secara sederhana, menginterpretasikan dan mengkomunikasikannya. Sementara itu, hanya 6,6 persen siswa Indonesia berada pada level empat di mana siswa dapat menyelesaikan persoalan secara efektif untuk situasi yang konkret dan dapat
18
mengkomunikasikan penjelasan dan argumentasi dengan baik (482-543). Hampir tidak ada siswa Indonesia yang mencapai level lima dan level enam. Level lima siswa dapat mengembangkan model matematis untuk situasi yang kompleks, dan dapat memformulasikan dan mengkomunikasikan interpretasi secara logis, sedang pada level enam siswa dapat mengkonseptualisasi dan menyimpulkan dari masalah yang kompleks.
Dari hasil obsevasi peneliti (tanggal 05 April 2011) berupa pemberian tes
diagnostik ke siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pagaran, tes yang diberikan berupa
tes berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika. Untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika, berikut adalah tingkat kemampuan siswa dalam
menyelesaikan tes yang diberikan secara klasikal dari 42 orang siswa terdapat
37,50% yang dapat memahami soal, ada 34,03% yang dapat merencanakan
penyelesaian masalah, ada 12,50% yang dapat melaksanakan penyelesaian
masalah dengan perencanaan yang telah dibuat, dan ada 15,28% yang telah dapat
memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh tersebut. Sedangkan secara
penguasaan siswa yang telah memiliki kemampuan memecahkan masalah pada
tingkat sangat tinggi ada 1 orang (2,38%), yang telah memiliki kemampuan
memecahkan masalah pada tingkat tinggi ada 8 orang (22,22%), yang kemampuan
pemecahan masalahnya pada tingkat sedang ada sebanyak 11 orang (30,55%), dan
kemampuan pemecahan masalahnya pada tingkat rendah ada 14 orang (38,89%),
dan sangat rendah ada sebanyak 2 orang (5,56%).
Dari data ini dapat dilihat tingkat kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa masih rendah. Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa siswa masih kurang terampil dalam memecahkan masalah
matematika, sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa memecahkan
masalah matematika dan kemampuan pemecahan masalah matematika kurang
maksimal.
Salah satu model pembelajaran dengan paham konstruktivis yang
penekanannya memampukan siswa memecahkan masalah dan dimungkinkan
mengangkat masalah serta berorientasi pada pemahaman adalah model
pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based instruction). Model
19
pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based instruction) adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang meliputi tahap-tahap pembelajaran, antara lain:
orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa dalam belajar,
membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
Arends (1997: 160) menyatakan,
“pembelajaran berdasarkan masalah berusaha untuk memandirikan siswa. Tuntutan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk bertanya dan mencari solusi sendiri masalah nyata, dan siswa menyelesaikan tugas-tugas dengan kebebasan berpikir dan dengan dorongan inkuiri terbuka.”
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa Kelas I SMU Negeri 3 Ambon,
Sinaga (1999) menyimpulkan bahwa, hasil belajar matematika siswa yang
pembelajarannya menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah
(problem-based instruction) lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajar dengan
model pengajaran konvensional.
Melihat kenyataan itu, maka pembelajaran berdasarkan masalah dianggap
dapat menanamkan pemahaman pengertian serta membimbing siswa agar mampu
memahami konsep, prinsip dan aturan-aturan dalam matematika. Penulis melihat
bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat dijadikan salah satu alternatif
pembelajaran untuk membimbing siswa dalam memahami konsep dan prinsip.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa mampu mengembangkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, sehingga siswa itu dengan
sendirinya dapat menemukan bagaimana konsep itu terbentuk. Ini sesuai dengan
pendapat Ibrahim dan Nur (2000: 7) yang menyatakan,
“pembelajaran berdasarkan masalah utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.”
20
Mengingat penggunaan Luas dan Volume Bangun Ruang banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, maka pemahaman konsep Luas dan
Volume Bangun Ruang melalui pembelajaran berdasarkan masalah memberikan
kesempatan pada siswa untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep
Luas dan Volume Bangun Ruang berdasarkan masalah yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan alasan-alasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah Siswa pada Pokok Bahasan Luas dan
Volume Bangun Ruang di Kelas X SMA Negeri I Pagaran Tahun Ajaran
2010/2011”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mempelajari matematika.
2. Rendahnya hasil belajar matematika.
3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa.
1.3. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas dan agar masalah dalam
penelitian ini lebih terarah dan jelas serta demi tercapainya tujuan yang
diinginkan, maka perlu adanya batasan masalah yaitu, peneliti hanya meneliti
tentang penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pokok bahasan Luas dan
Volume Bangun Ruang di kelas X SMA Negeri 1 Pagaran pada tahun ajaran
2010/2011. Dalam penelitian ini Bangun Ruang yang dimaksud adalah salah
satu topik yang diajarkan di kelas X SMA sesuai dengan kurikulum, dan
dibatasi pada volume serta luas permukaan balok, kubus, prisma dan limas.
21
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan pembatasan masalah
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah
pada pokok bahasan Luas dan Volume Bangun Ruang dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah di kelas X SMA Negeri 1 Pagaran pada
tahun ajaran 2010/2011?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan siswa memecahkan masalah
matematika dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah
di kelas X SMA Negeri 1 Pagaran pada tahun ajaran 2010/2011?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika dengan menerapkan model
pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan Luas dan Volume
Bangun Ruang di kelas X SMA Negeri 1 Pagaran pada tahun ajaran
2010/2011.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa setelah model pembelajaran berdasarkan
masalah pada pokok bahasan luas dan Volume Bangun Ruang diterapkan.
1.6. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi siswa, agar dapat memahami pembelajaran matematika dan
meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah matematika.
2. Bagi guru, sebagai bahan informasi gambaran serta pertimbangan dalam
memilih model pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan yang
diajarkan.
22
3. Bagi pimpinan sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijaksanaan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran
matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan selaku calon guru matematika untuk
dapat menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam
pembelajaran matematika khususnya sistem persamaan linear dua variabel.
5. Dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
cakupan yang lebih luas, untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih
akurat.
1.7 Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan supaya penelitian ini sesuai
dengan tujuan, maka akan diberikan definisi operasional sebagai berikut:
1. Masalah matematika adalah soal matematika baik yang berbentuk pilihan
ganda, isian maupun pertanyaan lisan yang menunjukkan adanya suatu
tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang
sudah diketahui oleh siswa.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika dengan memperhatikan langkah-
langkah berikut:
a) Memahami masalah.
b) Merencanakan penyelesaian masalah atau memilih strategi
penyelesaian yang sesuai.
c) Melaksanakan rencana penyelesaian masalah atau strategi
penyelesaian yang telah direncanakan.
d) Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap
materi, melatih keterampilan pemecahan masalah siswa, dan menunjukkan
hubungan antara teori dan kenyataan kepada siswa.
23