penerapan maqashid al-syariah dalam pernikahan usia...

99
1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA DINI (Analisis Penetapan Perkara 141/Pdt.P/2018/Pa.Ckr) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Windia Indri Virsada NIM. 11150440000094 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 14-Jun-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

1

PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM

PERNIKAHAN USIA DINI

(Analisis Penetapan Perkara 141/Pdt.P/2018/Pa.Ckr)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

Windia Indri Virsada

NIM. 11150440000094

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2019 M

Page 2: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 3: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 4: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 5: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

iv

iv

ABSTRAK

Windia Indri Virsada Nim 11150440000094. PENERAPAN MAQASHID

AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA DINI (Analisis penetapan perkara

141/P.dt.P/2018/PA.Ckr) progam studi hukum keluarga (Ahwal Syakhsiyyah),

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayyatullah

Jakarta, 1440 H/2019 M (xvii halaman + 64 halaman + 17 lampiran).

Penelitihan ini bertujuan untuk mengetahui metode ijtihad hakim dalam

memberikan dispensasi nikah penetapan perkara nomor 141/P.dt.P/2018PA.Ckr,

serta untuk mengetahui Pernikahan usia dini di pandang dari konsep teori Maqashid

al-Syariah Dan UU No. 1 tahun 1974.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode

pendekatan yuridis normatif yaitu metode ini ditujukan dan di lakukan pada praktik

pelaksanaan hukum terhadap undang-undang yang tertulis serta praktiknya serta

dokumen-dokumen hukum yang ada di Indonesia.

Hasil penelitian penetapan perkara dispensasi ini bahwasannya majelis

hakim menggunakan metode Maqasid al-Syariah dalam memutuskannya, karena

hakim tidak ingin merusak kemaslahatan atau keadilan antara pihak yang

bersangkutan, majelis hakim mengabulkan permohonan pemohon dan memberi

izin dispensasi nikah kepada anak pemohon supaya tidak ada hal yang tidak di

inginkan terjadi atau kemudharatan, akan tetapi perlu adanya tambahan syarat-

syarat yang dibebankan kepada pelaku pernikahan usia dini guna terjaganya tujuan

dari pernikahan itu sendiri. Seperti sudah matangnya dalam aspek agama, fisik

maupun psikisnya. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sudah

cukup mengupayakan dengan mencantumkan syarat-syarat pelaku pernikahan usia

dini agar pernikahan yang kelak dilaksanakan akan berujung pada terwujudnya

pernikahan yang sakinah, mawadah dan rahmah

Kata kunci : Pernikahan usia dini, Maqashid Al-syariah

Pembimbing : Dr. Hj. Azizah, M.A.

Daftar Pustaka : 1976-2017

Page 6: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

v

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih

aksara atau transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga

konsistensi, aturan yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan.

Pengetahuan tentang ketentuan ini harus diketahui dan dipahami, tidak saja

oleh mahasiswa yang akan menulis tugas akhir, melainkan juga oleh dosen,

khususnya dosen pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi saling kontrol dalam

penerapan dan konsistensinya.

Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih aksara, antara

lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari Kementerian Agama dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta versi Paramadina. Umumnya,

kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut meniscayakan

digunakannya jenis huruf (font) tertentu, seperti font Transliterasi, Times New

Roman, atau Times New Arabic.

Untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulis tugas akhir,

pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak mengikuti ketentuan salah satu versi

di atas, melainkan dengan mengkombinasikan dan memodifikasi beberapa ciri

hurufnya. Kendati demikian, alih aksara versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini

disusun dengan logika yang sama.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara lain:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts Te dan es ث

J Je ج

Page 7: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

vi

vi

H H dengan garis bawah ح

Kh Ka dan Ha خ

D De د

Dz De dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy Es dan Ye ش

(S Es dengan garis di bawah ص

(D De dengan garis di bawah ض

(T Te dengan garis di bawah ط

Z Zet dengan garis di bawah ظ

‘ عKoma terbalik di atas hadap

kanan

Gh Ge dan ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Page 8: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

vii

vii

Apostrof ` ء

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,

ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a Fathah ـ

i Kasrah ـ

u Dammah ـ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ـ ai a dan i

و ـ au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), ynag dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dan garis di atas ـا

î i dan garis di atas ـي

û u dan garis di atas ـو

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah

Page 9: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

viii

viii

maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar- rijâl, al-dîwân bukan ad-

dîwân.

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda tasydīd )ـ( dalam alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak

setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata

.tidak ditulis ad-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya (الضرورة)

6. Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada

kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

/h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah

tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta

marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Ṯarîqah طريقة 1

al-Jâmi‘ah al-Islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2

Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk

menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama

diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang

Page 10: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

ix

ix

ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf

awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid

Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat dierapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa Arab. Mislanya ditulis Abdussamad al-Palimbani,

tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-

Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas

kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-

ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

Dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاد

Tsabata al-ajru ثبت األجر

Al-harakah al-‘asriyyah احلركة العصرية

Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشهد أن ال إله إال هللا

Maulânâ Malik al-Sâlih موالان ملك الصاحل

yu`atstsirukum Allâh يؤثركم هللا

Al-maẕâhir al-‘aqliyyah املظاهر العقلية

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.

Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu

dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd;

Page 11: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

x

x

Mohamad Roem, bukan Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-

Rahmân.

Page 12: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

xi

xi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan

syukur di panjatkan kepada Allah SWT, Sebuah kesyukuran atas segala nikmat

yang diberikan oleh Allah SWT, Karena tuhan lah yang sudah mengatur seluruh

kehidupan dan penguasa seluruh kehendak hati manusia, sholawat serta salam

selalu kita panjatkan kepada uswah hasanah kita yakni Nabi Muhammad SAW,

yang sudah mengajarkan umatnya bagaimana menjalani dan memaknai kehidupan,

tak lupa kepada keluarganya sahabat dan umatnya yang senantiasa kukuh dan

istiqomah dalam memegang sunnahnya sampai hari pembalasan.

penyusunan Skripsi ini penulis menyelesaikannya sebagai tugas akhir dalam

jenjang pendidikan S1 Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayattullah Jakarta, Penulis banyak mendapatkan bantuan

dan motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar besarnya dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ibu Prof. Dr. Amany Burhanudin

Umar Lubis Lc, MA.

2. Bapak Dr. Ahmad Tholabi M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta berikut para wakil Dekan I, II dan III Fakultas

Syariah dan Hukum

3. Ibu Dr. Hj Mesraini, M.AG. dan Bapak Ahmad Chairul hadi, M.A Sebagai

ketua program Studi Hukum Keluarga dan Seketaris Program Studi Hukum

Keluarga.

4. Ibu Dr. Hj Azizah, M.A. Sebagai Dosen pembimbing saya, ditengah

kesibukan beliau telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan

arahan dan ilmunya selama penulis mengerjakan skripsi ini.

5. Ibu Sri Hidayati, M.Ag. selaku Dosen Penasehat Akademik yang tak kenal

lelah membimbing penulis serta mendampingi penulis dengan keikhlasan

sampai pada tahap semester akhir.

Page 13: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

xii

xii

6. Ibu Dra. Hj. Sahriyah. SH. MSi sebagai Hakim Pengadilan Agama Cikarang

yang sudah banyak membantu untuk memberi data-data penetapan perkara

untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Segenap bapak dan ibu dosen fakultas Syariah dan Hukum dan Staf

Perpustakaan karyawan-karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah yang telah banyak memberi ilmu dan memfasilitaskan dalam

menyelesaikan penulisan skripsi.

8. Kedua orang tua penulis, ayahku tersayang Hendri Yanto dan ibuku tercinta

Nurpurnawati terimakasih sudah memberi nafkah untuk anakmu serta

bimbinganmu dan kasih sayangmu yang tiada tara. Pengertianmu yang

membuat penulis bahagia, semangtmu yang membuat penulis bangkit untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini, doa-doamu yang tak pernah terlupakan

setiap selesai shalat, serta didikanmu selama ini, sehingga karena kalian

berdualah ananda terinspirasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik-adikku tersayang fiqih Nurhalizzah dan Farurrozy yang sudah

memperhatikan penulis disaat penulis mengerjakan skripsi sampai larut

malam, karena kalian lah penulis bergegas untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Kawanku Abul Husain yang sudah banyak mendukung dan memberi

semangat positif serta menjadi tempat berkeluh kesah.

11. Kakak sepupuku Kurniawan Dwi Febriyanto yang sudah menganter penulis

untuk meminta data penyelesaian skripsi ini di Pengadilan Agama Cikarang.

12. Teman seperjuangan dan teman sepermainan penulis, Ilham Ramdani R,

S.H., Siti Dzul Rahmat Al-istiqlali, Ghina Husna,Suci Nurindah, Siti

Nurmuhalillah, Kisai Khalaf Muhammad, Maulvi, Muhammad Helmi

Damas, Muhammad Zaky Mubarok, Mohammad Syarifuddin Amarullah,

Satria Erlangga, Marshanda Egydya Tamara, Amlan, Lutfi zakariah,

Alawiyah, Puput Nadia Sapitri, Vania Utamai, Nurdiana Ramadhan, S.H.,

Mutrap, Rahmah, Kiki, Eni Purwaningsi, BAPER, USE, Keluarga hukum

Keluarga 15, Keluarga Lapenmi Cabang Ciputat, Keluarga Besar HMI

Hukum Keluarga, KKN 056 OASE, Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa

Bekasi, Keluarga besar TASMANIA Crew 11, dan masih banyak lagi

Page 14: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

xiii

xiii

teman-teman penulis yang tidak tercantum disini, akan tetapi tidak

mengurangi rasa hormat dan sayang penulis terhadap mereka,Terimakasih

penulis ucapkan atas do’a dukungannya dan semangat serta rasa bahagia

sedih dan susah selama ini kita tempuh bersama, dan berkat kalian semua

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan mudah

mudahan semua yang telah penulis lakukan mendapatkan Ridha Allah SWT,

dan semoga skripsi ini berkah dan banyak manfaat bagi para pembaca walaupun

masih ada kekurangan dan belum sempurna.

Jakarta, 14 Agustus 2019

Page 15: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

xiv

xiv

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN.................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................. iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................ xi

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Identifikasi Masalah. ........................................................ 6

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .................................. 6

D. Tujuan dan kegunaan penelitian ....................................... 7

E. Metode Penelitian ............................................................ 7

F. Review Studi Terdahulu ................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ...................................................... 11

BAB II PERNIKAHAN USIA DINI DAN MAQASYID AL-

SYARI’AH

A. Pernikahan usia dini

1. Pengertian Pernikahan usia dini................................. 13

2. Pernikahan Usia dini dalam pandangan hukum Islam 19

3. Batasan umur menikah.............................................. 22

Page 16: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

xv

xv

B. Maqasid al-Syari’ah

1. Pengertian Maqasid al-Syari’ah ................................. 28

2. Dasar Hukum Maqashid al-Syariah ........................... 33

3. Kedudukan Maqashid al-Syari’ah.............................. 35

4. Metode Penetapan Maqashid al-Syari’ah ................... 38

BAB III PENGADILAN AGAMA CIKARANG DALAM

PENETAPAN PERKARA 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr

TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI

A. Profil dan Data Dispensasi nikah di Pengadilan Agama

Cikaran ............................................................................ 43

B. Deskripsi Perkara Pada Penetapan Nomor

141/Pdt.P/2018/PA.Ckr .................................................... 43

1. Duduk Perkara Nomor 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr ........... 43

2. Yang di Mohonkan..................................................... 45

3. Proses Persidangan ..................................................... 46

BAB IV ANALISIS PENETAPAN DALAM PERSPEKTIF

MAQASHID AL-SYARI’

A. Analisis Perbandingan Pertimbangan Hakim dalam

Penetapan Nomor 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr .............................. 52

B. Analisis Penetapan Nomor 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr dalam

Perspektif Maqashid al-Syariah ............................................... 55

Page 17: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

xvi

xvi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 59

B. Saran ............................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................... 65

Page 18: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

xvii

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan

2. Surat Permohonan Data Pernikahan Usia Dini

3. Surat permohonan pembimbing

4. Salinan Penetapan Perkara 141/Pdt.P/PA.Ckr

Page 19: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan kebutuhan hidup dan aspek penting dalam

manusia, bahkan menjadi hubungan yang normal untuk manusia normal dalam

kehidupan manusia akan menjadi hampa dan tidak sempurna jika tidak adanya

pernikahan antara manusia yang lawan jenis karena pernikahan adalah

kebutuhan duniawi, menyalahi fitrahnya1 bahwasannya perkawinan

merupakan aturan-aturan syari’at Islam yang telah di anjurkan memiliki

kesejahteraan hidup di dunia ataupun di akhirat.

Pernikahan di anggap sah apabila sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan aturan-aturan hukum, perkawinan yang ada serta kepercayaan

masing-masing dan tercatat di lembaga yang berwenang menurut perundang-

undangan yang berlaku di indonesia, Tujuan adanya pernikahan dalam

kehidupan manusia normal untuk memnuhi petunjuk agama untuk mendirikan

keluarga yang harmonis,sejahtera dan bahagia.2 Jadi suatu pernikahan harus di

pertahankan oleh kedua belah pihak dan mencapai tujuan pernikahan. Maka

dari itu suatu pernikahan bukan hal yang main main ataupun tidak adanya niat

yang terbesit kepada diri sendiri, tetapi pernikahan adalah suatu tujuan yang di

capai bersama oleh kedua belah pihak yang memang memiliki niat secara

mental ataupun material. tujuan pernikahan menciptkan keluarga yang

harmonis, bahagia dan sejahterah. terkadang semua ini akan menjadi kandas di

perjalanan kehidupan manusia terkadang hal seperti ini sering terjadi karena

adanya suatu pernikahan yang belum mencukupi umur disebabkan kerenanya

pemangku tanggung jawab karena belum cukup dewasa baik secara fisik

ataupun mental.3

1 Andi syamsu Alam, Usia ideal untuk kawin, ( Jakarta : Kencana Mas Publishing

House, 2006), h 3 2 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat,( Bogor : Kencana, 2003), h 22 3 Andi Syamsu Alam, usia Ideal Untuk Kawin, h 10

Page 20: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

2

Pernikahan juga merupakan suatu hal yang memang sangat sakral dalam

kehidupan manusia dan pernikahn pun terbagai beberapa macam ada

pernikahan sirri, pernikahan kontrak, dan pernikahan usia dini, yang sangat

marak terjadi di Desa ataupun Daerah yaitu pernikahan usia dini sudah menjadi

kasus lebih banyak terjadi di perdesaan, ada bebrapa faktor yang terjadi pada

pernikahan usia dini yaitu faktor ekonomi faktor pendidikan dan faktor

pergaulan sehingga orang tua mengizinkan anaknya untuk menikah dengan

usia yang belum matang atau di perbolehkannya untuk menikah tanpa di tolak

dengan KUA. Jika memang sering terjadinya pernikahan usia dini dan di

hubungan keluarga ada yang melakukan pernikahan usia dini maka akan terjadi

kepada keluarga yang lainnya pasti akan melakukan hal yang sama, karena

lingkungan dan peran masyarakat atau peran keluarga itu sangat memiliki

pengaruh besar untuk pembentukan konsep diri seorang remaja. 1

Pernikahan menurut hukum Islam yaitu merupakan praktek yang

merupakan akadnya sangat kuat dan sakral untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya adalah suatu ibadah dan di izinkan oleh Allah dan

pernikahan adalah suatu perbuatan yang terhormat dan mulia.2 menurut Yayan

Sopyan pernikahan iyalah kebutuhan hidup manusia dari zaman dulu sampai

sekrang, bahwasannya islam memandang pernikahan iyalah suatu ikatan yang

kuat dan ikatan yang suci bukan untuk main main dan pernikahan ini adalah

kejadian suatu akad yang sakral tidak secara main main atau hanya karena

nafsu saja. Tetapi pernikahan adalah suatu perjanjian yang kekal dan bukan

kontrak dalam keperdataan biasa saja, tetapi suatu hubungan yang

menghalalkan melakukan hubungan badan dengan pasangan suami istri

sebagai kebutuhan biologis atau penyaluran libido seksual manusia secara

terhormat dan tidak melakukan zinah ataupun maksiat prilaku seperti ini di

pandang oleh Allah suatu ibadah setalah melakukan pernikahan.3

1 http://garuda.ristekdikti.go.id/journal/view/6444 di akses pada Selasa 04

Desember 18 jam 07:29 2 Pasal 2 kompilasi hukum islam

3 Yayan Sopyan, Islam-Negara : Transformasi hukum perkawinan islam dalam

hukum Nasional, ( Jakarta: Penerbit RMBooks PT. Wahana Semesta

Page 21: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

3

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan memang sering

terjadi permasalahan dalam pelaksanaan pernikahan karenanya tentang

pembatasan umur seseorang untuk melaksanakan pernikahan, batasan umur

dalam pernikahan memang sangat penting sekali karena suatu pernikahan

harus memahami dang sudah menguasai dari segi biologis dan psikologis,

maka dari itu dalam undang-undang perkawinan dinyatakan bahwasannya

pernikahan itu harus sudah siap mental, jiwa dan raga untuk pernikahn supaya

tidak terjadinya perceraian dalam perjalanan kehidupan suami istri, hingga

memiliki keturanan yang baik dan sehat ataupun harmonis dalam rumah

tangga. pembatasan umur dalam pernikahn itu sangat baik karena supaya

mencegah terjadinya praktek pernikahan usia dini yang sering terjadi di

perdesaan karena akibat terjadinya suatu hal yang negatif4

Pernikahan akan menjadi haram jika terjadinya pernikahan yang memang

belum mencukupi umur, belum bisa mengerti arti kehidupan berkeluarga

memberi nafkah ataupun mengurus rumah tangga. apabila seseorang lawan

jenis menikah di usia yang belum cukup umur pasti akan terjadinya

pertengkaraan dalam rumah tangga memang dalam keadaan ini tidak berdosa

kalau menjalankan berumah tangga, tetapi perbuatannya untuk menikah adalah

perbuatan yang tercela karena belum mencukupi usianya.5 oleh karena itu harus

adanya penundaan perkawinan sampai usianya cukup sehingga menghasilkan

kematengan fisik, psikis, ekonomis dan mental yaitu suatu ihktiar manusia

yang patut di hargai dan dapat bertanggung jawab, dalam hal seperti ini sudah

terbukti bahwasannya pernikahan di usia dini banyak membawa derita tetapi

sedikit pula yang mengalami penceraian, begitupun dengan kita menikah

dengan usia yang sudah cukup akan mengalami kemaslahatan dan manfaat baik

untuk pasangan suami istri, ataupun masyarakat sekitar karena telah

berhasilnya suatu progam kedudukan ataupun keluarga berencana dalam

Intermedia,2012) hal. 125.

4 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta; Balai Askara,

1987), h 26. 5 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, ( Jakarta; PT Raja

Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-2,h.4-5.

Page 22: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

4

menempuh kesejahteraan hidup.

Jika belum mencukupi umur untuk menikah maka harus adanya dispensasi

pernikahan di pengadilan, dan memenuhi izin dari orang tua atau wali yang

bersangkutan. Pengadilan adalah salah satu badan hukum yang memiliki

wewenang untuk masyarakat, yang ingin meminta izin untuk menikah di umur

yang belum mencukupi dewasa dan telah di terapkan dalam Undang- Undang

Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang di terapkan dalam

Pasal 7 ayat (1) “Perkawinan hanya diijinkan jika pria mencapai umur 19 tahun

dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun”. Sesuai dengan

Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 15 ayat (1) “Untuk kemaslahatan

keluarga dan rumah tangga. Perkawinan hanya boleh dilakukan calon

mempelai yang telah mencapai umur, yang di tetapkan dalam pasal 7 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu calon suami sekurang-kurangnya berumur

19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun”.6

Masalah pembatasan umur untuk menikah itu sangat penting karena

mencegah terjadinya pernikahan anak-anak, yang belum mencupupi umur

ataupun dengan umur yang belum terlalu dewasa. hal yang sering terjadi

dengan pernikahan usia dini itu terkadang terjadinya beberapa alasan, dari

faktor ekonomi ataupun pergaulan ada juga karena sudah hamil duluan maka

dari itu dinikahi. Hal seperti ini terjadi karena kurangnya informasi ataupun

pergaulan bebas, ataupun kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat

sehingga pernikahn usia dini sering terjadi. Dalam Undang-undang

perlindungan anak Nomor 35 Tahun 2014 pasal 1 di jelaskan bahwa dispensasi

anak adalah yang usianya belum mencapai 18 tahun pasal 26 ayat (1) poin (c)

yaitu tentang orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah

terjadinya pernikahn usia dini7 akan tetapi di indonesia batas umur pernikahan

relatif rendah dalam pelaksanaannya. sering terjadi perkawinan pada anak anak

yang masih di bawah umur akibat tidak dipatuhi dengan orangtua masalah usia

6 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Himpunan Perundang-

undangan Dalam Lingkungan Agama , h 133 7 Undang-undang Perlindungan anak no,23 tahun 2002

Page 23: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

5

dalam pernikahnnya, sebenarnya dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974

pasal 7 ayat (1) bahwasnnya menghimbau dan mendorong supaya masyarakat

melakukan pernikahan di atas batas umur terendah ataupun cukup umur.8

Ketentuan dalam pengadilan agama telah mengatur tentang dispensasi

pernikahan terhadap anak dibawah umur (belum mencapai batas usia

pernikahan) berlaku sejak di sahkannya Undang-undang perkawinan, dalam

peraturan menteri agama Nomor 3 tahun 1975 adapun tentang peraturan

ataupun perundang-undangan maupun peraturan pelaksanaan ini kurang

terperinci, dalam memberi alasan-alasan dalam mengabulkan dispensasi

pernikahan pada anak yang belum mencukupi umur hanya di dasarkan dalam

putusan hakim saja jika seperti ini maka banyak sekali dan mudah anak-anak

untuk melakukan dispensasi pernikahan.

Pernikahan usia dini yang nantinya akan diizinkan oleh Majelis Hakim

yang sudah meminta dispensasi pernikahan di Pengadilan Agama yang sesuai

dengan tujuan syariah atau hukum islam. Juhaya S. Praja telah menjelaskan

bahwasannya tujuan tujuan hukum islam yaitu seusai dengan fitrah manusia

dan fungsi-fungsi manusia untuk daya manusia berfikir dari segala fikiran

manusia dan semua tentang kebaikan bersama untuk mencapai kebahagian

hidup ataupun kemaslahatannya manusia9 oleh karena itulah kita harus

memahaminya arti pernikahan ataupun setia kepada pasangannya tidak adanya

pemutusan tali silaturahmi para pakar ahli filsafat hukum islam dengan kata

istilah Al-tahsil wa al-ibqa dan karena itulah tujuan hukum islam adalah al-

tahsil wa al-tahsil wa al-ibqa ataupun mengambil kemaslahatan untuk kebaikan

bersama dan mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut dan bisa disebut jalb

al-mashalih wa daf’u al-mafasid10

Penyusun merasa tertarik dengan melakukan penelitian ini untuk lebih

memahami dan mengetahui, tentang apa sebenarnya yang menjadi

8 Undang-udang No, 1 tahun 1974 9 Juhaya S Praja, Filsafat hukum islam, (Bandung: Pusat Penerbitan

Universitas Islam Bandung,1995),hal. 100 10 Abdul Manan, Reformasi hukum islam di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada) hal, 105.

Page 24: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

6

pertimbangan hakim dalam memutuskan suatu perkara tentang dispensasi

pernikahan di bawah umur di Pengadilan Agama Cikarang. Hal ini karena

daerah Kabupaten Bekasi berada pada daerah yang memang banyak dan terjadi

pernikahan usia dini yang di sebabkan karena terjadinya hamil diluar nikah (19

tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan) dengan pemberian

dispensasi pernikahan lebih mengarah untuk kemaslahatan bersama dalam

membangun kehidupan berumah tangga ataupun sebaliknya, sehingga penulis

tertarik untuk membahas lebih dalam tentang bagaimana proses hakim dalam

memutuskan dispensasi pernikahan usia dini dalam bentuk skripsi dengan

judul “PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM

PERNIKAHAN USIA DINI (ANALISIS PENETAPAN

PERKARA 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr) ”.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pernikahan usia dini menurut hukum islam?

2. Bagaimana kolerasi pernikahan usia dini berpengaruh dengan

perceraian?

3. Bagaimana Metode ijtihad hakim dalam dispensasi pernikahan usia

dini karena telah melakukan zinah?

4. Bagaimana pernikahan usia dini dipandang dari konsep teori

maqashid al-syariah dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974?

5. Bagaimana Pernikahan Usia dini dalam Undang-Undang Nomor 1

tahun 1974?

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan masalah

Dengan melihat latar belakang masalah, bahwa dalam sistem keluarga

sering terjadi permasalahan yaitu dari pernikahan, talak, rujuk, hadhonah

dan lainnya, namun dalam hal ini hanya membatasi tentang pernikahan

usia dini berdasarkan metode ijtihad hakim dan teori maqashid syariah.

Page 25: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

7

2. Rumusan masalah

1. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi

nikah pada penetapan perkara nomor 141/P.dt.P/2018PA.Ckr.?

2. Bagaimana Pernikahan usia dini di pandang dari konsep teori

Maqashid al-Syariah dan UU No. 1 tahun 1974?

D. Tujuan dan Kegunaan Peneliti.

Peneliti bertujuan untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang bagaimana

sistem pernikahan dini dan penerapan maqashid syariah tujuan ini dapat di

paparkan berikut ini:

1. Untuk mengetahui metode ijtihad hakim dalam memberikan dispensasi

nikah pada penetapan perkara nomor 141/P.dt.P/2018PA.Ckr.

2. Untuk mengetahui Pernikahan usia dini di pandang dari konsep teori

Maqashid al-Syariah Dan UU No. 1 tahun 1974.

Apabila tujuan-tujuan penelitian telah dapat di capai, penelitian ini

dapat diharapkan dapat berguna untuk:

1. Memberi informasi ilmiah kepada masyarakat, untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan dan memperluar berpikir tentang hukum islam

contohnya dalam permasalahan yang berkaitan dengan masalah

perkawinan.

2. Hasil penelitihan ini semoga bermanfaat khususnya bagi kalangan

remaja untuk menambah ilmu pengetahuan dan khazanah ilmiah

mengenai permasalahan yang berkaitan dengan perkawinan usia dini.

E. Metode Penelitian

Dalam membahas penelitian ini, maka diperlukan suatu metode untuk

memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas

secara jelas. Terdapat beberapa metode yang penulis gunakan antara lain:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang di maksud dengan penelitian

kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan

Page 26: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

8

cenderung menggunakan analisis. Didukung dengan studi kepustakaan

(Library Research) yakni dengan mempelajari literatur-literatur pertauran

perundang-undangan. suatu penelitian gabungan antara penelitian

normatif dan penelitian empiris. Penelitian normatif dilakukan dengan

mempelajari, data skunder berupa buku-buku dan perundang-undangan

yang terkait dengan permasalahan yang ada, sedangkan penelitian empiris

dilakukan dengan menganalisa penetapan perkara di Pengadilan Agama

Cikarang.

2. Metode Pendekatan

Pendekatan Permasalahan ini adalah pendekatan yuridis normatif

yaitu metode ini ditujukan dan di lakukan pada praktik pelaksanaan hukum

terhadap undang-undang yang tertulis serta praktiknya serta dokumen-

dokumen hukum yang ada di Indonesia.

3. Sumber data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data

yaitu sebagai berikut:

a) Data Primer

Sumber data primer yaitu bahan bahan hukum yang mengikat

sumber data primer yang digunakan adalah berupa berkas-berkas surat

permohonan dispensasi pernikahan usia dini hasil penetapan perkara

di Pengadilan Agama Cikarang

b) Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang didukung oleh sumber-

sumber syariat islam menurut Al-Qur’an, hadist buku-buku ilmiah,

dan artikel, Undang-undang, serta peraturan-peraturan lain yang

berkaitan dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Penelitian ini menggunakan Studi Kepustakaan Penelusuran

Informasi dan data yang diperlukan dalam beberapa sumber.

Page 27: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

9

Penyusunan dengan menggunakan studi kepustakaan dilakukan

dengan cara membaca, mempelajari dan menganalisis literatur, buku-

buku serta, sumber lainnya yang berkaitan dengan tema penelitihan.

5. Teknis Analisis Data.

Data yang sudah di perolah dan diuraikan dihubungkan

sedemikian rupa sehingga agar menjadi sistematis. Dalam menjawab

permasalahan yang ada dan telah dirumuskan data-data yang ada di

analisis dan untuk dijadikan dasar pijakan dalam menyelesaikan, dan

bisa dapat memberi jawaban atas persoalan yang telah diteliti yaitu

sebab adanya diepensasi pernikahan usia dini yang di perbolehkan,

dan bagaimana hakim memutuskan perkara ini di Pengadilan Agama

Cikarang.

6. Teknik Penulisan.

Metode penelitian ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

diterbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM)

Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2017.

F. Review Studi Terdahulu.

Dari hasil penelusuran pada penelitihan yang berkaitan dengan

pernikahan usia dini ternyata memiliki sejumlah bahasan yang berbeda.

Baik itu secara tematik serta objek kajian yang diteliti. Adapun kajian

terdahulu yang penulis temukan diantaranya:

Soraya Nurjannah, menjelaskan tentang tradisi perkawinan bawah

umur di kelurahan Pamenang, Kec. Pamenang, Kab. Merangin Jambi.

Bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan 15 pelaku perkawinan di

bawah umur, 7 orang tidak merasakan dampak apa-apa setelah mereka

kawin. Sedangkan 7 orang lainnya merasakan dampak setelah mereka

kawin seperti jadi bahan omongan masyarakat yang berfikiran negative

terhadap mereka, suami yang suka marah dan ringan tangan, dan ada juga

yang sulit untuk mendapatkan surat-surat penting seperti akta kelahiran

Page 28: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

10

anak. Ditemukan ada 1 orang yang merasakan dampak dari perkawinan

bawah umur setelah bercerai dengan suami karena harus mengurus dan

membiayai anak sendiri, karena mantan suami tidak pernah memberikan

nafkah buat anak setelah bercerai.11

Ahmad Fauzi Syahputra, menjelaskan tentang pernikahan dini

penyebab putusnya pendidikan di Desa Cibitung Wetan Kec. Pamijahan

Kab. Bogor. Bahwa perkawinan usia muda yang ditemukan dalam

penelitian ini secara umum merupakan kombinasi dari faktor-faktor tersebut

yang satu sama lain saling terikat dan mendukung akan terjadinya

pernikahan dini. Para pelaku perkawinan itu hampir seluruhnya hanya

lulusan Sekolah Dasar (SD) bahkan ada juga di antara mereka yang tidak

lulus SD. Hal ini terjadi karena beberapa sebab, yaitu: faktor ekonomi,

dimana rata-rata penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kedua

karena faktor malas, yang sifatnya telah mengikuti orang sebelum mereka

seperti budaya yang tidak bisa terpisahkan dari pemikiran mereka. Ketiga

berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh di lapangan menunjukkan

bahwa pernikahan usia dini yang dilakukan sebagian masyarakat Cibitung

Wetan dapat menyebabkan putusnya pendidikan, selain itu putusnya

pendidikan disebabkan oleh adanya pandangan dan pola fikir masyarakat

untuk tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Keempat, karena

masih adanya anggapan yang dipegang yaitu bahwa seorang anak

perempuan meskipun ia sekolahnya sampai ketingkat atas nantinya akan

kedapur-dapur juga.12

Yulianti, menjelaskan tentang Pemberian Dispensasi Nikah yang

mana banyak terjadi pemohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama

Tigaraksa Kabupaten tangerang dikarenakan terjadinya kemerosotan moral

11 Syoraya Nurjannah, “Tradisi Perkawinan Bawah Umur di Kelurahan

Pamenang Kec. Pamenang, Kab. Merangin Jambi” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2014)

12 Ahmad Fauzi Syahputra, “Pernikahan Dini Penyebab Putusnya Pendidikan (Studi Kasus Desa Cibitung Wetan Kec. Pamijahan Kab. Bogor)”

(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012)

Page 29: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

11

(banyak pergaulan bebas) yang mengakibatkan hamil sebelum nikah,

karena faktor ekonomi dalam keluarga yang memaksa untuk menikah

sedangkan usianya yang belum memenuhi syarat. Dalam penelitihan ini

berdasarkan pertimbangan hakim pada ketentuan perundang-undangan

yang berlaku dan berdasarkan kaidah fiqhiyyah.13

Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu penelitian ini lebih di

fokuskan kepada pernerapan Maqashid al-Syariah dalam pernikahan usia

dini dan analisis penetapan perkara 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan skripsi ini, maka

penulis menyusun penulisan skripsi ini dengan sistematika sebagai berikut:

1. Bab pertama : bab ini menjelaskan tentang pendahuluan yang meliputi

latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode

penelitian, Studi terdahulu, sistematika penulisan dari pembahasan ini

sebagai pengantar untuk mengetahui hal apa yang akan dibahas dalam

skripsi ini.

2. Bab kedua : bab ini tentang pengertian pernikahan usia dini dari

perspektik hukum Islam dan hukum positif dengan menggunakan dari

studi pustaka dan sumber lainnya .

3. Bab ketiga : bab ini tentang duduk perkara atas pertimbangan hakim

dan amar putusan dari penetapan perkara Pengadilan Agama

Cikarang.

4. Bab keempat: yaitu bahasan utama dalam skripsi ini, yaitu

menganalisis perkara dispensasi pernikahan dalam penerapan teori

Maqasid al- Syariah dan bagaimana penanganan hakim Pengadilan

Agama Cikarang dalam menangani perkara tersebut.

13 Yulianti, “Praktik Pemberian Dispensasi Nikah (Studi penetapan

Pengadilan Agama Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2013)” (Skripsi S1

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayattulah Jakarta: 2014)

Page 30: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

12

5. Bab lima : merupakan bab akhir dari penelitian ini, terdiri dari penutup

yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang bersifat membangun

bagi penyempurnaan penelitian ini.

Page 31: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

13

BAB II

PERNIKAHAN USIA DINI DAN TEORI MAQASID SYARIAH

A. Pernikahan Usia Dini

1. Pengertian

Pernikahan dikatakan sah, apabila dilakukan berdasarkan hukum

yang dipercaya oleh masing-masing agama. Seseorang yang akan

melakukan suatu pernikahan apabila belum mencapai usia 21 tahun harus

mendapatkan izin terlebih dahulu dari kedua orang tua. Pernikahan dapat

dilakukan dan diizinkan apabila laki-laki yang akan menikah telah

mencapai usia 19 tahun dan perempuan 16 tahun (pasal 7 ayat 1 UU nomor

1 tahun 1974). Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pada pasal

1 disebutkan bahwa pernikahan merupakan ikatan secara lahir batin antara

laki-laki dan perempuan sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk

keluarga atau rumah tangga bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang

Maha Esa.1

Perkawinan dibawah umur tidak lepas dari hak ijbar yaitu hak

wali mengawinkan anak perempuannya tanpa harus mendapatkan

persetujuan atau izin terlebih dahulu kepada anak perempuannya yang

akan dikawinkan tersebut, asal saja ia bukan berstatus janda.2 Majelis

Ulama Indonesia memberikan fatwa bahwa usia kelayakan perkawinan

adalah usia kecakapan berbuat dan menerima hak (ahliyatul ada dan

ahliyyatul wujub) Ahliyyatul Ada yaitu sifat kecakapan bertindak hukum

seseorang yang telah dianggap sempurna untuk mempertanggung

jawabkan seluruh perbuatan baik, perbuatan yang positif maupun negatif.

Ahliyyatul wujub adalah sifat kecakepan seseorang untuk menerima hak-

hak yang menjadi haknya dan belum cakap untuk dibebani seluruh

1Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan 2 Tengku Muhammad Hasbi ash Shiddiey,2001, Hukum-Hukum Fiqh

Islam (Tinjauan Antara Madzhab): Pustaka Rizki Putra, Cet Iv, Semarang,

h.232

Page 32: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

14

kewajibannya.1

Perkawinan di bawah umur melalui penetapan dispensasi kawin,

baru diperbolehkan jika secara kasuistik memang sangat mendesak kedua

calon mempelai harus segera dikawinkan, sebagai pewujudan menghindari

mudharat yang lebih besar.2 Dalam hubungan suami istri juga dilandasi

atas dasar rasa cinta dan kasih sayang sesama pasangan satu sama lain,

tidak adanya paksaan untuk mencintai satu sama lain, tujuan terpenting

untuk menikah yaitu mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawadah

dan rahmah3

a. Faktor pernikahan Usia dini

Ada beberapa faktor yang terjadi akibat terjadinya pernikahan usia dini.

1. Faktor Pendidikan

Bahwasannya orang tua harus tahu dan mengerti bahwa

pendidikan yaitu upaya untuk anak harus mempunyai pendidikan,

karena pendidikan adalah salah satu memberi bimbingan, tuntunan dan

pembinaan pada generasi bangsa dengan karakter sesuai dan cita-cita

bangsa dan negara tetapi pada zaman sekarang tingkat pendidikan

maupun tingkat pengetahuan orang tua itu rendah, maka dari itu

kecenderungan menikahkan anaknya yang masih berusia di bahwah

umur ataupun belum tamat sekolah itu sangatlah banyak, maupun di

perdesaan ataupun perkotaan, Tidak mengetahui akibat buruk

perkawinan yang terlalu muda baik untuk mempelainya ataupun

keturunan nantinya, tingkat pendidikan yang tinggi akan membuat

seseorang berfikir secara matang dan paham untuk mengambil

keputusan, jika pernikahan di langsungkan dibawah minium usia

1 Majelis Ulama Indonesia, 2009, ijma’ Ulama (Keputusan Ijtima’

Ulama Komisi Fatwa se Indonesia III Tahun 2009), Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, h.78

2 Ahmad Rofiq, 2011, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia,

Gama Media, Yogyakarta, h.11 3 Mohammad Asmawi, Nikah dalam perbincangan dan perbedaan,

(Yogyakarta, Darusalam, Cetakan 1 maret 2004), h.18

Page 33: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

15

menikah akan terjadinya keemosian remaja yang masih ingin

berpetualang mencari jati dirinya.

Kurangnya pendidikan juga bisa terjadi karena faktor ekonomi,

dari faktor ekonomi yang bisa anyang mempengaruhi kurangnya

pendidikan, misalkan di daerah sekitar tergolong rendah pendidikan,

maka bisa menyebabkan remaja sekitar malas untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Faktor psikologis

Menurut teori psikologis seseorang dikatakan sudah memasuki

usia remaja yaitu usia 16 tahun atau 17 tahun Dan berakhir pada usia

21 tahun. Seseorang disebut pada masa remaja apabila ditandai dengan

kematangan seksual maupun identitasnya, sebagai individu yang

bertanggung jawab pada diri sendiri, begitupula dengan menentukan

masa depannya dan mencapai usia yang matang secara hukum.

Pada masa remaja sangat banyak perjalan hidup dan peralihan

suatu hal dari masa sebelumnya yang belum dicapai, perkembangan

dari setiap tahap dari masa pubertas ke masa dewasa suatu perubahan

dari satu tahap yang akan memberikan perkembangan tahap dan

dampak pada tahap berikutnya, anak remaja banyak mengalami suatu

perubahan maupun dari segi fisik, psikologis atau sosial.Perubahan

fisik pada anak remaja akan semakin sempurna dan menyerupai anak

dewasa, begitupula dengan perkembangan intelektual, Psikis, dan

social, akan menjadi lebih bertanggung jawab pada diri sendiri dan pola

pergaulan yang sudah mengarah kepada heteroseksual

3. Hamil sebelum menikah

Faktor inilah yang berbedah dari faktor-faktor sebelumnya

karena jika kondisi seseorang perempuan sudah dalam keadaan hamil,

maka akan segera dinikahkan, banyak kasus ini terjadi walupun sering

terjadi sehingga membuat orang tua tidak setuju terhadap

pernikahannya ataupun karena tidak setuju dengan calon suaminya

yang sudah melakukan sehingga membuat perempuannya hamil, tetapi

Page 34: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

16

hal yang seperti inilah orang tua harus tetap mensetujui hubungan dan

pernikahan anaknya, jika anaknya belum mencukupi minimum usia

menikah maka dengan sangat terpaksa orang tua harus mengajukan

dispensasi nikah.

Hal seperti ini sangat dilematis, baik anak gadisnya ataupun

orang tua bahkan majelis hakim yang ada pada persidangannya, karena

hal yang seperti ini hal yang jelas-jelas harus segera dinikahkan bukan

lagi pernikahan yang diamanatkan oleh Undang-Undang dan Agama.

Tentu saja karena pernikahan yang atas dasar sama-sama suka tidak

adanya keterpaksaan saja dikemudian hari akan bisa goyah, apalagi

pernikahan yang atas dasar keterpaksaan karena sudah hamil duluan.

4. Faktor Ekonomi

Hal seperti ini sering terjadi di perdesaan ataupun perkotaan,

karena orang tua dari perempuan mempunyai hutang dengan nominal

yang sangat tinggi dan orang tua tidak bisa membayar utangnya, pada

akhirnya anaklah yang menjadi korban, adanya penjodohan antara anak

dan pemberi peminjaman uang, akan segera dinikahkan, dengan

menikah maka hutang-hutang orang tua akan terbilang lunas.

Banyak juga terjadinya kasus orang tua, yang dengan menikahkan

anaknya maka beban ekonomi akan berkurang dan akan membantu

biyaya kehidupan orang tua dan keluarga, tanpa berpikir dampak positif

ataupun negatif atas pernikahan anaknya yang belum mencukupi

minimum umur menikah.

5. Faktor Perintah Orang Tua

Banyak orang tua yang melakukan keinginan untuk menikahkan

anak-anaknya, waktu berusia yang relatif muda yaitu belum mencapai

minimum usia menikah yang sudah diatur dalam Undang-undang

Perkawinan, hingga anaknya tidak mempunyai pilihan lain karena

keinginan orang tua dan ingin mematuhi perintah orang tua, dan

anaknya akan dinikahkan oleh laki-laki hasil jodohan orang tua

sehingga anaknya belum sama sekali mengenal laki-laki yang akan

Page 35: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

17

dijodohkannya.

Ada juga orang tua yang ingin menikahkan anaknya supaya tidak

terjadinya perawan atau perjaka tua, maka dari itu mereka berasumsi

menikah atas dasar orang tua karena ingin melihat anaknya bahagia

setelah menikah, padahal anaknya belum mencukupi minimum usia

menikah, mereka berfikir bahwa menikah pada usia yang sudah

mencukupi umur adalah aib dan di khawatirkan tidak adanya minat

laki-laki untuk menikahkan anaknya.

Faktor lain dari penyebab pernikahan dibawah umur yaitu:

1. Kurangnya pemahaman dan perhatian tentang hukum Islam yang

menekan kan bahwa pernikahan yaitu hal yang sangat sakral

2. Kurangnya pengetahuan tentang Undang-Undang Perkawinan

3. Bahwa perceraian itu adalah suatu hal yang sudah biasa dan bukan hal

yang tercela, bahkan banyaknya di suatu daerah yang menikah

kemudian bercerai, hal seperti ini sering terjadi dan bahkan dijadikan

tradisi di suatu daerah.

3. Banyak yang belum mengerti pentingnya pendidikan, dan bahkan

banyak orang tua yang tidak paham dampak negatif pernikahan usia

dini.

b. Dampak Pernikahan Usia Dini

Dampak dari perkawinan dibawah umur, sebagian besar keburukan

yang akan timbul dalam beberapa masalah setelahnya, sehingga dampak

negatif yang terlihat sangatlah jelas, bahwa perkawinan pada usia dini

sebagai perempuan akan menimbulkan berbagai resiko, baik bersifat

biologis seperti kerusakan organ-organ produksi kehamilan muda, dan

resiko psikologis berupa ketidak mampuan mengemban fungsi-fungsi

reproduksi dengan baik, Indonesia tercatat sebagai Negara yang sangat

tinggi angka kematian ibu melahirkan, hal seperti ini harus di hindari karena

faktor kekurangan gizi dan kurang sehatnya organ-organ reproduksi, tetapi

Page 36: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

18

juga banyak pemahaman keagamaan yang kurang tepat dengan kita.4

Dampak dari pernikahan usia dini mempunyai dua dampak yaitu

dampak positif dan dampak negatif yaitu:5

Dampak positif pernikahan usia dini sebagai berikut:

1) Supaya terhindar dari pergaulan bebas atau tidak terjerumus dalam

perzinahan.

2) Meringankan benban hidup salah satu pihak dari keluarga atau kedua

belah pihak.

3) Belajar bertanggung jawab terhadap keluarga.

Dampak negatif terhadap pernikahan usia dini sebagai berikut:

1) Dampak biologis yaitu pasangan yang akan menikah usia muda

biasanya rentan terhadap resiko kehamilan terhadap perempuan karena

organ perempuan masih terlalu muda dan belum siap terhadap apa yang

masuk dalam tubuhnya sebab alat-alat reproduksi anak masih belum

dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk

melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai

hamil duluan.

2) Dampak psikologis karena anak belum mengerti apa arti dari hubungan

seks, sehingga membuat anak tersebut trauma psikis berkepanjangan

dalam jiwa anak yang kemungkinan sulit untuk disembuhkan, anak akan

murung dan menyesali hidupnya yang berakhir akibat pernikahan usia

dini, karena sudah menghilangkan hak anak untuk memperoleh

pendidikan ataupun hak bermain.

3) Dampak sosiologis yaitu pernikahan diusia dini dapat mengurangi

harmonisan dalam keluarga, hal ini disebabkan oleh emosi yang labil,

gejolak darah muda dan cara berpikir yang belum matang. Serta

pernikahan usia dini membuat ketidak mampuan suami dalam

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga menimbulkan

4 Muhammad Zein dan Mukhtar Alshhodiq, membangun Keluarga

Harmonis (jakarta: Grahacipta,2005), cet. Ke-1, h.34-35 5 Mega Rezky, Jurnal vol.1, no 1 Juni 2016

Page 37: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

19

penyimpangan-penyimpangan dalam lingkungan masyarakat. Adanya

masalah yang dihadapi dalam kehidupan rumah tangga hasil pernikahan

usia dini terkadang mengedepankan ego masing-masing. Tingkat

kemandirian pasangan masih rendah bahkan masih belum stabil dan

lambat laun akan menimbulkan banyak masalah seperti perselisihan

atau percekcokan dengan berakhir perceraian.

4) Dampak kependudukan, menikah di usia dini tenyata masih saja

menjadi pilihan alternatif para pemuda-pemudi, sehingga menimbulkan

dampak kepadatan penduduk dan jumlah penduduk di suatu daerah yang

semakin bertambah karena salah satu pemicu pernikahan usia dini akan

menjadi meningkat dalam perkembangan penduduk.

2. Pernikahan Usia Dini Dalam Pandangan Hukum Islam

Melihat dari segi hakikat perkawinan merupakan akad yang

membolehkan laki-laki dan perempuan untuk menikah dan melakukan

suatu hal yang tidak di perbolehkan sebelum menikah maka setelah

menikah akan diperbolehkan. Hukum perkawinan itu adalah boleh

ataupun mubah melihat dari sifat yaitu sunnah Allah dan sunnah Rasul,

hukum perkawinan tidak bisa dilihat bahwasannya Mubah bahwasannya

perkawinan di perbolehkan oleh agama untuk melaksanakan akad

perkawinan maka pergaulan laki-laki dan perempuan akan menjadi mubah

6

Pernikahan sangat dianjurkan bagi mereka yang menginginkan, siap

lahir batin dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban dalam berumah

tangga. Karena pelaksanaan pernikahan tidak hanya sebatas pada hasrat atau

keinginan seksual, melainkan harus memenuhi kewajiban dan tanggung

jawab sebagai suami-istri. Pernikahan usia dini sudah menjadi persoalan

dan bahan perdebatan.7 Menurut Husein Muhammad, salah satu faktor yang

menjadi perhatian fuqaha menilai hukum perkawinan yaitu ada atau

6 Prof. Dr. Amir Syarifudin, Hukum perkawinan islam di indonesia

antara fiqih munakahat dan undang-undang perkawinan, h. 43 7 De Jure, Jurnal Hukum dam Syari’ah Vol. 8, No 2, 2016, h.68

Page 38: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

20

tidaknya unsur kemaslahatan atau kekhawatiran terjadinya hubungan

seksual di luar menikah. Jika di khawatirkan ini tidak dapat dibuktikan maka

perkawinan tersebut tidak dapat dibenarkan. Sebab perkawinan pada usia

dini dapat menimbulkan kemudharatan seperti munculnya ganguan fungsi

reproduksi pada perempuan.8

Menurut pandangan ulama Ibnu Syubromah bahwa agama melarang

pernikahan usia dini yang terjadi kepada seseorang yang belum baligh,

karena pernikahan membutuhkan biologis dan memperbanyak keturunan,

tetapi bebrapa ulama tidak setuju dengan Ibnu Syubromah karena kontruksi

hukum yang dibangunnya itu sangat rapuh dan mudah terpatahkan, karena

sebagian ulama membolehkan pernikahan dibawah umur.9 Pada

hakekatnya, pernikahan usia dini juga mempunyai sisi positif bahwasannya

kita sudah sering melihat saat ini gaya pacaran yang dilakukan pemuda-

pemudi seringkali tidak bagus terhadap Norma Agama, kebebasan yang

sudah melampaui batas dimana akibat kebebasan itu kerap kita jumpai

tindakan asusila di dalam kehidupan masyarakat. Fakta ini menunjukan

betapa moral bangsa sudah sampai sangat memprihatikan maka dari itu

pernikhan usia dini positifnya untuk menghindari agar tidak terjerumus

kedalam pergaulan yang sudah di prihatinkan. Sesungguhnya Allah SWT

sangat tidak menginginkan makhluknya memiliki prilaku yang sama dengan

mahluk lain yang senang mengumbar hawa nafsu dan melampiaskan

dengan bebas hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan tanpa

ikatan.10

Pernikahan disyariatkan oleh agama yang sejalan dengan hikmah

manusia yang diciptakan oleh Allah, yaitu memakmurkan dunia dengan

jalan terpeliharanya perkembangbiakan manusia dan para ulama juga

8 Husein Muhammad, Fiqh perempuan refleksi Kiai atas wacana Agama

dan gender (Yogyakarta: LKIS,2004), h.34 9 Uswatun Khasamah, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 1,

2 Desember 2014, h.308 10 Uswatun Khasamah, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.

1, 2 Desember 2014, h.309

Page 39: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

21

berpendapat bahwasannya pernikahan itu disyari’atkan oleh agama dan

perselisihan mereka dalam hal hukum menikah11 dalam masalah hukum

pernikahan sesungguhnya terdapat perselisihan pendapat terhadap ahli

hukum Islam yang terbagi tiga kelompok yaitu, hukum menikah adalah

wajib karena perintah untuk menikahi. Dalam Al-Qur’an surat an-Nisa ayat

3 dan perintah untuk menikahi pada kedua hadist riwayat Bukhari- Muslim

sebagaimana, telah disebut telah menunjukan bahwa pernikahan itu adalah

wajib dan pada kaidah pada setiap sighat “amar” bertujuan wajib secara

kawin sekali untuk seumur hidup walupun yang bersangkutan impoten;

Ibnu Hazm, hukum hanyalah wajib ditujukan kepada mereka yang tidak

impoten dan juga di pelopori oleh Imam Ahmad.12

Untuk memperhatikan keadaan tertentu untuk melaksanakan

pernikahan dan akan adanya tujuan mulia yang akan di hendaki untuk

menikah dan yang melakukan pernikahan itu berbeda kondisinya serta

situasi yang melingkupi suasana pernikahan itu berbeda pula, maka hukum

pernikahan untuk seseorang dan keadaan tertentu itu berbeda-beda13 yang

dapat di kemukakan dalam pernikahan iyalah menghalangi mata dari

melihat kepada hal-hal yang tidak diizinkan dan menjaga kehormatan diri

dari kerusakan seksual. Masyrakat perdesaan ataupun perkotaan yang sering

melakukan pernikahan usia dini secara umum banyak. Faktor berpengaruh

terhadap masyarakat untuk melakukan pernikahan usia dini baik dari

pendidikan, ekonomi, keluarga, ataupun kebiasaan masyarakat di suatu

daerah. Untuk saat ini masih sangat tinggi angka perkawinan usia dini.

Terutama tingkat kesadaran dan pendidikan masyarakat yang rendah

dan mengambarkan praktik pernikahan usia dini yang tidak jauh berbeda

dengan negra-nega lain, begitupula dengan kecenderuangan masyarakat

11 Dr. Drs. Shomad. Abd, S.H., M.H., Hukum Islam Penormaan prinsip

Syariah Dalam Hukum Indonesia,( Edisi Revisi, Kencana, Jakarta,2010) h. 268 12 Dr. Drs. Shomad. Abd, S.H., M.H., Hukum Islam Penormaan prinsip

Syariah Dalam Hukum Indonesia,h.269 13 Prof. Dr. Amir Syarifudin, Hukum perkawinan islam di indonesia

antara fiqih munakahat dan undang-undang perkawinan,h.45

Page 40: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

22

yang lebih mengikuti Agama dari beberapa faktor lain karena dalam (fikih

konvensional) tidak adanya larangan menikah jika belum mencukupi umur

yang sudah di tentukan.14 Tetapi jika ditinjau dari segi perspektif ilmu

psikologis pernikahn yang dilaksanakan pada usia muda ataupun belum

mencukupi umur susungguhnya, tidak menguntungkan dari segi apapun,

terutama dalam segi kematangan mental dalam memasuki kehidupan yang

luas untuk bersosialisai dan berintegrasi sosial terhadap masyrakat sekitar

yang akan dihadapinya nanti.15

3. Batasan Usia Perkawinan

Hukum Islam tidak pernah menyebutkan secara rinci mengenai

kriteria “Dewasa” atau “layak” untuk menikah bagi laki-laki ataupun

perempuan, pernikahan bukan hanya dari segi biologis saja tetapi

psikologis dan sosialnya juga patut di pikirkan secara matang.16 Hubungan

perkawinan oleh agama telah di atur bahwasannya dalam syariat islam

telah mengajarkan syarat keabsaan dalam perkawinan, yaitu calon

pasangan suami istri maupun laki-laki ataupun perempuannya sudah akil

baligh sebenarnya inilah yang akan menjadi pertimbangan, dalam islam

untuk menikah dan dalam islam juga tidak adanya batasan umur yang

definitive pada usia berapa seseorang di anggap sudah dewasa.17

Selain itu juga pembatasan umur untuk menikah juga penting

supaya untuk mencegah terjadinya pernikahan usia dini yang sering terjadi

di perdesaan akibat sesuatu yang negatif. Dan tetapi hukum menikahi

perempuan di bawah umur itu tidak apa-apa dan bahkan diperbolehkan,

menurut para mazhab meskipun tanpa meminta izin terlebih dahulu

kepada perempuan yang akan dinikahinya, namun orang yang berhak

untuk menikahkannya adalah hanya orang yang memilki kedudukan

14 Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,h.215 15 Asmawi Mohammad, Nikah dalam perbincangan dan perbedaan,h.88 16 Muhammad Zain dan Mukhtar alshodiq, Membangun Keluarga

humanis, ( Jakarta : grahacipta,2005),Cet, Ke-1 h.33 17 Husein Muhammad, fiqih perempuan : Refleksi kiai atas wacana Agama dan

Gender, ( Yogyakarta,LKSI,2001) Cet. Ke-1 h.86

Page 41: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

23

sebagai wali mujbir, sedangkan jika di wakilkan dengan wali-wali yang

lain itu tidak bisa18, seperti hadist nabi yang berbunyi sebagi berikut :

سنين جني النبي صلى للا عليه وسلم وأنا بنت ست عن عائشة قالت تزو

وبنى بي وأنا بنت تسع سنين “Dari Aisyah r.a yang berkata, “ Nabi muhammad Saw menikahi

aku sejak aku berumur enam tahun, mengumpuli aku ketika aku sebagai gadis yang telah berumur sembilan tahun.” (HR.Muslim).

Dalam hadist lain di sebutkan juga :

)سبع( سنين وأدخلت جعاوهي بنت ست أن النبي صلى للا عليه وسلم تزو

ع سنين عليه وهي بنت تس “ Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw menikahi Aisyah ketika dia

berumur enam tahun (tujuh) tahun, dan ia di masukkan kerumah Nabi

ketika ia berumur sembilan tahun.” (HR. Bukhari-Muslim). a. Perpsektif Hukum Islam

Pendapat Ibnu Hazm dari kalangan ulama ahli zhahir dan Ibnu

Syubrumah yang menyatakan bahwasannya seorang ayah tidak boleh

menikahkan anak perempuannya yang masih kecil dan berusia muda tetapi

jika anak perempuannya sudah baligh seorang ayah berhak untuk

menikahkan anak perempuannya, tetapi seorang ayah harus meminta izin

terlebih dahulu kepada anak perempuannya untuk menikahkannya.19 Dalam

kitab-kitab hukum keluarga yang lampau seorang laki-laki dapat

melaksankan perkawinan jika sudah “mimpi basah” dan perempuan juga

sudah menstruasi ini semua bertanda bahwasannya laki-laki ataupun

perempuan sudah akil baligh maka dari itu dibolehkan untuk melaksanakan

pernikahan, untuk menstruasi dan mimpi basah ini biasanya sering terjadi

pada masyrakat laki-laki ataupun perempuan kisaran umur 13 tahun ataupun

14 tahun.

Tetapi dengan umur yang masih muda ini belum diizinkan untuk

melaksanakan pernikahan, maka dari itu orangtua harus bisa menahan

anaknya dan mekontrol anaknya dalam bergaul supaya tidak terjadinya

18 Asmawi Mohammad, Nikah dalam perbincangan dan perbedaan, H.86

19 Asmawi Mohammad, Nikah dalam perbincangan dan perbedaan,h.87

Page 42: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

24

pernikahan usia dini, dan hendaklah menikah dengan batasan umur yang

telah di tentukan di Indonesia.20 Mengenai batas usia menikah, yaitu pada

persoalan ini oleh fiqh tidak dibahas secara rinci, tidak ada nash tertentu

yang menjelaskan sebetulnya pada batas usia berapa seseorang boleh

melangsungkan pernikahan? Bahkan dalam beberapa kitab fiqh yang

mengizinkan pernikahan antara perempuan dan laki-laki yang masih kecil,

atau bisa disebut dengan nikah shighar, yang terdapat dalam kitab fath al-

qhodir yang didalam kitabnya menyebutkan “boleh terjadi perkawinan

antara laki-laki yang masih kecil dan perempuan yang masih kecil” atau

“boleh menikahkan laki-laki yang masih kecil dan perempuan yang masih

kecil” kebolehan ini dikarenakan tidak ada ayat Al-Qur’an maupun hadist

yang secara tegas menyebutkan aturan batas usia menikah. Bahkan Nabi

saat menikahi Siti Aisyah pada saat usia 6 tahun dan baru menggaulinya

ketika usianya 9 tahun.21

Menurut para ulama, usia menikah sangat lah mengacu kepada

hubungan dan kecakapan dalam bertindak, hal seperti ini adalah hal yang

seharusnya kita harus mengerti karena perkawinan merupakan perbuatan

hukum yang harus meminta tanggung jawab dan harus dibebani kewajiban-

kewajiban tertentu, maka, setiap orang yang akan berumah tangga diminta

kemampuan secara utuh dan kemampuan yang dihubungkan dengan hukum

dan kesangupan, kecakapan atau kewenangan yang ada22 adapun hukum

melakukan pernikahan dibawah umur, untuk masalah perkawinan baligh

ataupun berakal bukan sebagai persyaratan dari keabshan argumentasi lain

yang dikemukaan sebagai berikut23:

ئي أشهر ثلثة فعدتهن ارتبتم إن نسائكم من المحيض من يئسن والل

20 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta:

Raja grafindo persada,2002) Cet. Ke-2, h. 96 21 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana Pernada Media Group, 2009), h.66 22 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam,(Jakarta :Bumi

Aksara,1992),Cet.Ke-2,h.159 23 Muhammad Husen, fiqih perempuan: refleksi kyai atas wacana agama

dan gender, ( Yogyakarta: LKIS, 2001), Cet,ke1, h.68

Page 43: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

25

ئي يتق ومن حملهن يضعن أن أجلهن الحمال وأولت يحضن لم والل للا

يسرا أمره من له يجعل “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause)

diantara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa

iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan ; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang

hamil, waktu iddah mereka itu sampai selesai melahirkan, dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya

kemudahan dalam urusan.” (QS. Atthalaq (65 : 4 ) b. Batasan Usia Perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Ada bebrapa aturan hukum yang mengatur tentang batas usia

dewasa di Indonesia.24 Batasan usia perkawinan di Indonesia telah diatur

dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, yang harus ditaati oleh

seluruh masyarakat Indonesia. Secara tegas mengenai batas usia menikah

telah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pada pasal 7

ayat (1) yang berbunyi “Perkawinan hanya diizinkan apabila pihak pria

sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan mencapai 16

tahun’’.25 Setelah di sahkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

kemudian disusul dengan terbitnya Intruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 1991 pada tanggal 10 Juni 1991, tentang penyebarluasan

Kompilasi Hukum Islam Indonesia ke seluruh Ketua Pengadilan Agama dan

Ketua Pengadilan Tinggi Agama, maka telah memberikan warna baru

24 Dalam KUHPerdata Pasal 330 “Belum dewasa adalah mereka yang

belum mencapai umur genap dua puluh tahun, dan lebih dahulu telah kawin ‘’. Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 9 ayat (1) “ Batas usia anak yang mampu

berdiri sendiri atau dewasa adalah dua puluh satu tahun, sepanjang anak tersebut

tidak cacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan’’. Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 47 ayat (1), “ Anak

yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum pernah melangsungkan

perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak di cabut dari kekuasaaanya’’. Dan pasal 50 ayat (1) “Anak adalah seorang yang belum

berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan’’. Undang-Undang nomor 23 tahun 2003 tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden pasal

7, “Warga Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan sudah

berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin yang mempunyai hak memilih. 25 Republik Indonesia, Undang-Undang Perkawinan & Kompilasi Hukum

Islam (Bandung Citra Umbara Cet 1, 2007), h.5

Page 44: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

26

dalam pemikiran Hukum Islam di Indonesia.

Adanya Kompilasi Hukum Islam (KHI), tidak lain salah satunya

untuk mengatasi keberagaman keputusan yang ada di Peradilan Agama

mengigat selama ini pemikiran Hukum Islam hanya merujuk pada kitab-

kitab fiqh klasik. Kompilasi Hukum Islam (KHI) yaitu suatu himpunan

bahan-bahan Hukum Islam dalam suatu buku atau lenih tept lagi himpunan

kaidah-kaidah Islam yang disusun oleh sistematis selengkap mungkin

dengan berpedoman pada rumusan kalimat atau pasal-pasal yang lazim

digunakan dalam peraturan perundangan. KHI terdiri dari tiga buku: Buku

I tentang hukum perkawinan, Buku II tentang Hukum Kewarisan, dan Buku

III tentang Hukum pewakafan.

Ketentuan mengenai batas usia menikah yang tertera dalam Undang-

Undang Perkawinan juga dimuat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

pasal 15 ayat (1) yang menyatakan “Untuk kemaslahatan keluarga dan

rumah tangga perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang

telah mencapai umur yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 pasal 7 yaitu calon suami berumur 19 tahun dan calon istrinya

sekurang-kurangnya berumur 16 tahun’’.26 Calon mempelai laki-laki

ataupun perempuan dewasa menurut Hukum Perdata seperti pasal 330

KUHPerdata “Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur 21

tahun dan lebih dahulu telah kawin’’. dari pasal tersebut dapat diartikan

dewasa yaitu ketika seseorang telah berusia 21 tahun atau sudah menikah

sudah dapat dikatakan dewasa.

Seperti disebutkan dalam penjelasan Undang-Undang perkawinan

angka empat huruf d calon suami dan istri harus telah matang jiwa dan

raganya sebelum melangsungkan perkawinan, agar dapat mencapai tujuan

perkawinan sesungguhnya dan jauh dari perceraian juga dapat mewujudkan

perkawinan sesungguhnya jauh dari perceraian juga dapat mewujudkan

perkawinan yang harmonis dan abadi. Kematengan dari segi emosi ataupun

26 Abdul Ghani Abdullah, penganter Kompilasi Hukum Islam Dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gema Insani pres, 1994, Cet. Pertama), h.82

Page 45: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

27

cara berfikir baik suami atau istri adalah faktor yang paling penting

memnentukan keberhasilan dalam membina rumah tangga, baik calon

suami ataupun istri harus faham apa tujuan menikah dan hendak dibawa

kemana pernikahan tersebut, maka aturan batas usia menikah diciptakan

berdasarkan asas kematangan calon mempelai.27

Ketentuan lain tentang batas usia menikah terdapat dalam Undang-

Undang Perkawinan adalah bahwa calon mempelai yang belum mencapai

usia 21 tahun, harus mendapatkan izin dari orang tua. Hal ini dijelaskan

dalam hukum positif yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun

1974 pasal 6 ayat (2). Artinya sebelum seseorang mencapai usia 21 tahun,

ia membutuhkan izin dari orang tua jika ingin melangsungkan perkawinan.

Dan disisi lain jika belum mencapai 19 tahunbagi laki-laki, dan 16 tahun

bagi perempuan juga harus mendapatkan izin dari Pengadilan. Adanya

keharusan meminta izin berdasarkan ketentuan-ketentuan usia karena

menyebabkan timbulnya ketidak jelasan, pada usia berapa hukum positif

memberikan batasan usia perkawinan.

Selain didalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974

dan Kompilasi Hukum Islam, didalam Undang-Undang Perlindungan Anak

dijelaskan mengenai batas usia perkawinan yaitu terdapat dalam pasal 26

ayat (1) huruf c bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab

untuk mencegah terjadinya Perkawinan pada usia anak. Usia anak yang

dimaksud disini adalah sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (1) ialah

seseorang yang belum berusia 18 tahun.28 Jika kita lihat dari kacamata

psikologis, Usia 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi perempuan belum

mencapai usia yang matang atau dewasa. Usia 19 tahun dan 16 tahun pada

27 Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Undang-Undang No 1 tahun 1974

adalah (1) asas sukarela, (2) partisipasi keluarga, (3) perceraian dipersulit, (4)

poligami dibatasi secara ketat, (5) kematangan calon mempelai, (6) memperbaiki derajat kaum wanita. Lihat H. Sosroatmodjo dan H.A. Wasit Aulawi, Hukum

Perkawinan, h. 35 28 Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlinduangan

Anak.

Page 46: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

28

umumnya masih digolongkan dengan usia remaja dimana masa remaja akan

berbeda dengan masa dewasa terutama dari segi emosional. Kematengan

usia dini adalah akumulasi dari kesiapan baik ekonomi, fisik, mental, sosial,

agama, dan budaya.29

Baik Undang-Undang Perkawinan ataupun Undang-Undang

Perlindungan Anak keduanya sama-sama menolak perkawinan dibawah

umur, namun secara tidak langsung Undang-Undang Perkawinan Nomor 1

tahun 1974 pada pasal 7 ayat (2) mengenai dispensasi nikah dari pengadilan

untuk melaksanakan pernikahan dibawah umur yang telah ditentukan,

melalui perizinan atau prosedur yang di tentukan. Sedangkan seperti yang

kita ketahui di dalam Undang-Undang Anak melarang secara tegas untuk

melaksanakan pernikahan usia dini sesuai dengan ketentuan Undang-

Undang Perlindungan Anak pasal 26 ayat (1) poin c yang menyebutkan

orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab atas pencegahan pernikahan

usia anak-anak.

B. Konsep Dasar Maqasid al-Syari’ah

1. Pengertian Maqasid al-Syari’ah

Secara etimologi, Maqashid al-Syariah merupakan istilah gabungan dari

dua kata yaitu al-maqashid dan al-syariah, maqashid adalah bentuk plural dari

maqshud, qashd maqshd atau qushud yang merupakan istilah gabungan dari kata

kerja qashada yaqshudu, dengan banyak makna yaitu seperti banyak menuju

suatu arah ataupun tujuan tengah-tengah adil dan tidak melampaui batas jalan

yang lurus. Tengah-tengah atau berlebihan dan kekurangan Syariah secara

etimologi bermakna sebagai jalan yang lurus menuju mata air ataupun menjadi

arti jalan kearah sumber pokok kehidupan syariah secara terminologi adalah al-

mushuh al-muqasaddasah (teks-teks suci) dari al-quran dan

al-sunnah yang mutawatir belum sama sekali di campur dengan pemikiran

manusia muatan syariah dalam arti mencakup aqidah amaliyyah dan

khuluqiyah.30istilah maqashid syariah berkembang mulai dari yang sederhana

29 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan, (Yogyakarta:

Andi Yogyakarta, 2004 cet 2), h.28 30 Moh. Toriquddin, teori Maqashid al-Syariah Prespektif Al-syathibi,

Page 47: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

29

sampai pada istilah secara menyeluruh atau dan holistik. Dengan berbagai macam

variasi definisi dan makna lain dari para ulama usul fikih mengindifikasikan

bahwasannya ada hubungan yang erat antara maqashid al-syariah oleh hikmah,

ilat, niat, tujuan dan kemaslahatan31 menurut istilah lain Maqashid Al-syariah

dalam usul fikih yaitu. Maksud dan tujuan-tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam

merumuskan hukum islam32 ulama usul fiikih sering menyebut dengan kata asrar

al-syariah yang artinya yaitu rahasia-rahasia, manusia yang terdapat pada suatu

hukum yang di tetapkan oleh syariat islam yang mewujudkan suatu kemaslahatan

umat manusia untuk mencapai suatu kebaikan.33

Imam al-Syatibi dalam kitab al-Muwafaqat berkata: “Sekali-kali

tidaklah syariat itu dibuat kecuali untuk merealisasikan manusia baik di

dunia maupun di akhirat dan dalam rangka mencegah kemafsadatan yang

akan menimpa mereka.34 Tujuan umum dari hukum syariat adalah untuk

merealisasikan kemaslahatan hidup manusia dengan manfaat dan

menghindari mudharat. Kemaslahatan yang hakiki yang berorientasi

kepada terpeliharanya lima perkara yaitu agama, jiwa, harta, akal dan

keturunan. Dengan kelima perkara inilah manusia dapat menjalankan

kehidupannya yang mulia.35

Sapiudin Shidiq dalam bukunya yang berjudul Ushul Fiqh

menjelaskan tentang 5 (lima) perkara yaitu agama, jiwa, harta, akal dan

keturunan adalah sebagai berikut:36

Jurnal Syariah dan Hukum, Vol. 6 No .1, Juni 2014, h. 33-34

31 Ahmad Imam Mawardi, Fiqh Minoritas Fiqh Al-Aqalliyyat dan

Evolusi Maqasid al-syari‟ah dari Konsep ke Pendekatan, (Yogyakarta: PT LKis

Printing Cemerlang, 2010), Cet. 1, h. 179. 32 Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), Cet. 7, h. 213. 33 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar

Baru van Hoeve, 1997), cet. 1, h. 1108. 34 Khalid Ramadhan Hasan, Mu’jam Ushul Fiqh, (al-Raudhah, 1998),

Cet.1, h. 268.

35 Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh, (Damaskus: Daar al-Fikr, t.th), h.

367. 36 Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 1, h. 227-

230.

Page 48: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

30

a. Memelihara Agama (Hifz al-Din)

Menjaga dan memelihara agama berdasarkan kepentingannya

dapat dibedakan menjadi tiga peringkat:

1. Memelihara agama dalam tingkat dharuriyat (pokok), yaitu

memelihara dan melaksanakan kewajiban agama yang termasuk

tingkat primer seperti melaksanakan shalat lima waktu. Kalau

shalat ini diabaikan maka akan terancamlah keutuhan agama.

2. Memelihara agama dalam tingkat hajiyyat, yaitu melaksanakan

ketentuan agama dengan maksud menghindari kesulitan seperti

shalat jama’ dan qashar bagi orang yang berpergian. Kalau

ketentuan itu tidak dilaksanakan, maka tidak akan mengancam

eksistensi agama melainkan hanya mempersulit orang yang

sedang dalam berpergian.

3. Memelihara agama dalam tingkat tahsiniyat, yaitu mengikuti

petunjuk agama dan menjunjung tinggi martabat manusia

sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajibannya kepada

Tuhan. Misalnya, menutup aurat baik dalam shalat maupun

diluar shalat, membersihkan pakaian, dan badan. Kegiatan ini

erat hubungannya dengan akhak terpuji. Jika hal ini tidak

dilakukan, maka tidak akan mengancam keutuhan agama dan

tidak mempersulit orang yang melakukannya. Artinya jika tidak

ada penutup aurat maka seseorang boleh saja shalat jangan

sampa meninggalkan shlat yang termasuk daruriyyat.

b. Memelihara Jiwa (Hifz an-Nafs)

Memelihara jiwa berdasarkan peringkat kepentingannya dapat

dibedakan menjadi tiga peringkat:

1. Memelihara jiwa dalam tingkat daruriyyat seperti memenuhi

kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan

Page 49: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

31

hidup. Kalau kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan

mengakibatkan terancamnya jiwa manusia.

2. Memelihara jiwa dalam tingkat hajiyyah seperti dibolehkannya

berburu dan menikmati makanan dan minuman yang lezat.

Kalau kegiatan ini diabaikan makan akan mengancam eksistensi

manusia melainkan hanya akan mempersulit hidupnya saja.

3. Memelihara jiwa dalam peringkat tahsiniyyah seperti

ditetapkannya tata cara makan dan minum. Hal ini hanya

berhubungan dengan masalah kesopanan dan sama sekali tidak

akan mengancam jiwa manusia maupun mempersulit kehidupan

manusia.

c. Memelihara Akal (Hifz al-Aql)

Memelihara akal dilihat dari segi kepentingannya dapat

dibedakan menjadi tiga tingkatan:

1. Memelihara akal dalam tingkat dharuriyyah seperti

diharamkannya meminum minuman keras. Jika hal ini tidak

diindahkan, maka akan berakibat rusaknya akal.

2. Memelihara akal dalm tingkat hajiyyah seperti anjuran untuk

menuntut ilmu pengetahuan. Sekiranya hal ini tidak dilakukan

maka tidak akan merusak akal tetapi akan mempersulit hidup

seseorang.

3. Memelihara akal pada tingkat tahsiniyyah seperti

menghindarkan diri dar mengkhayal dan mendengarkan sesuatu

yang tidak berfaedah. Hal ini, berkaitan erat dengan etika dan

tidak akan mengancam eksistensi akal secara langsung.

d. Memelihara keturunan (Hifz al-Nasl)

Memelihara keturunan dilihat dari segi tingkat kebutuhannya

dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan:

Page 50: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

32

1. Memelihara keturunan dalam tingkat dharuriyyah seperti

disyariatkannya nikah dan larangan berzina. Kalau aturan ini

tidak dipatuhi maka akan mengancam keutuhan keturunan.

2. Memelihara keturunan dalam tingkat hajiyyah seperti

ditetapkannya menyebutkan mahar bagi suami pada waktu akad

nikah dan diberikan hak talak kepada sang suami. Jika hal ini

tidak dilakukan maka menyulitkan suami karena harus

membayar mahar missil. Adapun dalam masalah talak suami

akan mengalami kesulitan jika ia tidak menggunakan hak

talaknya sedangkan situasi rumah tangganya sudah tidak

harmonis lagi.

3. Memelihara keturunan dalam tingkat tahsiniyyah seperti

disyariatkannya khitbah (meminang) atau walimah dalam

perkawinan. Hal ini dilakukan dalam rangka melengkapi

kegiatan perkawinan. Jika hal ini tidak dilakukan maka tidak

akan mengancam keutuhan keturunan tetapi hanya sedikit

mempersulit saja.

e. Memelihara Harta (Hifz al-Mal)

Dilihat dari segi kepentingannya, memelihara harta dapat

dibedakan menjadi tiga tingkatan amtara lain:

1. Memelihara harta dalam tingkat dharuriyyah seperti

disyariatkannya tata cara pemilikan harta dan larangan

mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak sah. Jika

aturan ini dilanggar maka akan mengancam keutuhan harta.

2. Memelihara harta dalam tingkat hajiyyah seperti

disyariatkannya jual beli dengan cara salam. Apabila tidak

dipakai maka tidak akan mengamcam eksistensi harta

melainkan akan mempersulit orang yang membutuhkan modal.

3. Memelihara harta dalam tingkat tahsiniyyat, seperti adanya

ketentuan agar menghindarkan dir dari usaha penipuan. Hal ini

Page 51: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

33

erat kaitannya dengan masalah etika bermuamalah atau etika

bisnis.

Wujud dari kemaslahatan yaitu untuk mencapai manfaat dan

menolak bahaya dan kerusakan bagi umat manusia didunia dan akhirat.

Maksud tersebut mewujudkan kehidupan manusia didunia dan akhirat

yang penuh dengan suatu keamanan, kedamaian keharmonisan,

ketertiban dan kesejahteraan, dan tidak sering merasakan kekacauan

san kerusakan selanjutnya pada kehidupan manusia pada akhirat nanti

mencapai kebahagian yang abadi di surga bebgai kenikmatan dan

selamat dari azab Allah yang sangat mengerikan di neraka yang penuh

dengan azab dan kesengsaraan akhirat.37

2. Dasar Hukum Maqashid al-Syariah

Dasar hukum maqashid al-syariah tercantum dalam nash-nash Al-

Qur’an dan sunah nabi SAW. Dan Allah telah mengutus kepada para rosul

secara keseluruhan untuk mencapaikan syariat sebagai pedoman manusia

untuk diamalkan, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an38

Surrah An-Nisa QS (4) : 165)

د ع ب ة ج ح لى للا ناس ع ل ون ل ك ي ل ئ ين ل ر ذ ن م ين و ر ش ب ل م س ر

ا يم ك ا ح يز ز ع ان للا ك و ل س الر

Artinya: “ (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita

gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi

manusia membantah Allah sesudah di utusnya rasul-rasul itu diutus. Allah

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisa’. QS (4): 165).

Kandungan ayat ini memberitahukan bahwa Allah SWT dalam

37 Ahmad Qorib, Ushul fiqh 2, (Jakarta: PT. NIMAS MULTIMA, 1997),

Cet. 2, h. 170-171. 38 Ahmad Qorib, Ushul Fiqh 2, (Jakarta: PT. NIMAS MULTIMA, 1997),

Cet.2, h.171-173

Page 52: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

34

menentukan suatu hukum-hukumNya senantiasa menghendaki

kemaslahatan untuk manusia supaya manusia terhindar dari hal-hal yang

,mudhirat dan merugikan39

Kemudia dipertegas dan di tindak lanjutkan pelaksanaaan syariat

secama umum yaitu oleh firman Alla

نس إل ليعبدون ﴿ ﴾ ٥٦وما خلقت الجن وال

Artinya: “Dan aku tidaklah menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Al- Dzariyat Q.S (51): 56.

الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عمل وهو العزيز الغفور

Artinya: “ (Dia) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia

menguji kamu, siapa di anatara kamu yang lebih baik amalnya. Dan

dia maha Perkasa lagi maha pengampun.” (QS.Al-Mulk: 2)

Kandungan dari ayat-ayat diatas telah menjelaskan

bahwasannya manusia dibebani kewajiban menjalankan syariat

Islam dan maka Allah akan menguji perbutan mereka ataupun

ketaatan manusia keikhlasan manusia dalam menjalankan suatu

perbuatan syariat islam maka Allah SWT akan membalas perbuatan-

perbuatan manusia kelak40 memahami dan mengetahui tentang

Maqashid Al-syariah iyalah merupakan suatu hal yang penting

dalam suatu rangka untuk memhami nash-nash syara,

mengistimbatkan suatu hukum dan menerapkan pada kasus-kasus

yang telah terjadi dan beristidlal pada suatu hukum sesuatu hal yang

39 Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT

Ichtiar Baru van Hoeve, 1997), cet. 1, h.1109. 40 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Aqidah, syari‟ah, dan

Manhaj Jilid 15, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, (Depok: Gema Insani, 2014), Cet. 1, h. 36-37.

Page 53: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

35

tidak ditemukan nashnya, sebab lafaz-lafaz terhadap makna

seringkali mengandung dari suatu alternatif. Terkadang hal seperti

ini sering menimbulkan kesalah pahaman dan suatu pengertian yang

saling bertentangan, maka dari itu mempelajari Maqashid al-syari’ah

sangat penting untuk memahami dan mengetahui maksud dari nash-

nash dalam Al-qur’an ataupun hadish. Sehingga menjadi suatu

pedoman dan bekal bagi para peneliti untuk mengetahui suatu hukum

dan menerapkan pada suatu kasus yang nantinya tidak ditemukan

nashnya.

3. Kedudukan Maqashid Al-Syariah

Dari zaman kezaman perkembangan maqashid al-syar’iah

mengalami perkembangan yang besar dan melalui tiga tokoh yaitu:

Imam al-Haramayn, Abu ishaq al-Shatibi, dan Muhammad al-Tahir.

Imam Al-haramayn yang mengegas proses awal terjadinya Maslahah

sebagai Maqashid Al-syari’ah dengan tingkatan daruriyyah,

hajiyyah, tahsiniyyah, ketiga tingkatan tersebut menjadi asas

ataupun suatu perinsip yang Maqasid al-syari’ah kemudian

dikembangkan konsep seperti ini oleh muridnya Al-Ghazali. Dengan

menganalisis dan mendalami prinsip-prinsip tersebut terbagi

menjadi lima hal yang terkenal sebagai Daruriyatu al-khamash, lalu

dilanjutkan dan diperbarui oleh Imam Abu Ishaq al-shatibi dengan

meletakan dasar-dasar teoritik yang cukup matang tentang maqashid

ini dan nama ketiga tokoh tersebut menjadi tonggak penting dalam

merumuskan teori Maqashid al-syariah41 menurut pendapat Imam

al- syathibi, Maqashid al-Syariah akan berwujudnya suatu

41 Ahmad Imam Mawardi, Fiqh Aqalliyat: Pergeseran Makna

Fiqh dan Ushul Fiqh, Jurnal Asy-Syir‟ah Vol. 48 No. 2 Desember 2014, h. 325.

Page 54: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

36

kemaslahatan manusi yang terdiri tiga bagian:42 primer (daruriyyah),

sekunder (hajiyyah), dan tersier ( tahsiniyyah).

Menurut al-Syatibi ada lima hal yang termasuk dalam kategori ini,

yaitu memelihara agama, jiwa, akal, kehormatan dan keturunan, serta

memelihara harta. Untuk memelihara lima pokok perkara inilah syariat

Islam diturunkan. Setiap ayat hukum bila diteliti akan ditemukan alasan

pembentukannya yang tidak lain untuk memelihara lima pokok diatas.43

a. Kemaslahatan Hajiyyah

Hajiyyah berarti hal-hal yang diperlukan, akan tetapi tidak sampai

ke tingkat yang primer dan mendesak. Dengan demikian, kemaslahatan

hajiyyah ialah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk

memudahkan merek dan menghilangkan kesulitan yang memberati

mereka melebihi beban yang sewajarnya dan sanggup dipikulnya.

Jelasnya, kalau sekiranya hal tersebut tidak terpenuhi tidak sampai

berakibat fatal berupa rusaknya tatanan kehidupa mereka, akan tetap

mereka akan menanggung resiko kesulitan yang berat.44

b. Kemaslahatan Tahsiniyyah

Tahsiniyyah ialah tingkat kebutuhan apabila tidak terpenuhi tidak

mengancam eksistensi salah satu dari lima pokok yaitu agama, jiwa, akal,

kehormatan, dan keturunan, tidak pula menimbulkan kesulitan. Tingkat

kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap, seperti dikemukakan al-

Syatibi, hal-hal yang merupakan kepatutan menurut adat istiadat,

menghindarkan hal-hal yang tidak enak dipandang mata, dan berhias

42 Yusuf Qardhawi, Membumikan Islam: Keluasan dan

Keluwesan Syariat Islam untuk Manusia, Terj. Ade Nurdin & Riswan, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2018), Ed. 2, Cet. 1, h. 57.

43 Satria Efendi M. Zein, Ushul Fiqh, Cet.7, h.213. 44 Ahmad, Ushul Fiqh 2, h.178.

Page 55: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

37

dengan keindahan yang sesuai dengan tuntutan norma dan akhlak.45

Kemaslahatan agama dan dunia ditegagkan melalui pemeliharaan

kelima hal pokok tersebut begitu pula kebahagiaan kebahagiaan manusia

dapat terwujud pabila kelima pokok tersebut terlindungi. Apabila kelima

hal poko itu salah maka akan satunya rusak maka suatu hubungan kepada

Allah berserta tugasnya sebagai hamba maka akan sulit terlaksana dengan

baik.

Demi mewujudkan harapan kebaikan diakhirat, maka kelima hal

pokok tersebut juga harus dipenuhi, karena apapbila suatu akal tidak

berfungsi, maka pembelajaran tugas-tugas agama tidak akan terlaksana.

Seandainya agama tidak ada, derajat pahala sudah tidak ada lagi artinya,

jika jiwa tidak ada, maka tidak ada manusia manusia yang memeluk

agama. Kalau keturunan sudah tidak ada lagi, maka kehidupan itu akan

menjadi punah. Dan jika hartapun sudah tidak ada maka kehidupan pun

akan menjadi hampa.46

Mengetahui kedudukan Maqashid al-Syariah, maka secara

pemikirannya yaitu suatu kemaslahatan dan menghindari dari hal

kemudratan maka dari itu kemaslahatan manusia harus bersandar kepada

dalil-dalil al-Qur’an maupun hadist. Jika maslahat berdiri sendiri dari

pemikiran manusia maka Maqashid al-Syariah tidak akan di ketahui

kedudukan Dan kebenarannya.47

Suatu kemaslahatan yang di lakukan oleh para mujtahid yaitu

dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu metode ijtihad di saat

45 Efendi M. Zein, Ushul Fiqh, h.215. 46 Yusuf Qardhawi, Membumikan Islam: Keluasan dan

Keluwesan Syariat Islam untuk Manusia, Terj. Ade Nurdin & Riswan, Ed. 2, Cet. 1, h. 58.

47 Ahmad Qorib, Ushul Fiqh 2, (Jakarta: PT. Nimas Multima, 1997), Cet. 2, h. 174.

Page 56: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

38

menghadapi suatu kasus yang penerapan suatu hukumnya tidak

diterapkan dan dijelaskan secara jelas dalam al-qur’an ataupun

Sunah. Maka terdapat dua metode ijtihad yang dikembangkan para

mujtahid untuk menentukan suatu kemaslahatan yaitu sebagai

berikut:48 metode ta’lili (metode analisis substansif) yang terdiri dari

qiyas dan istihsan. Yang kedua yaitu metode istislahi ( metode

analisis kemaslahatan) yang terdiri dari maslahah mursalah dan sadd

al-dzari’ah.

4. Metode Penetapan Maqashid al-Syariah

Dari pakar hukum untuk menjawab persoalan-persoalan yang

terjadi bisa melalui dan memakai konsep Maqashid al-Syariah untuk

menjawab persoalan-persoalan suatu permasalahan. Yang terjadi

pada hukum islam kontemporer yang belum terjawab dalam

kandungan Al-qur’an dan hadis maupun dalil-dalil yang ada pada

hukum islam yaitu seperti ijma, qiyas, istihsan, maslahah mursalah,

urf, istishab, syar’u man qablana, dan sadd az-zariah.49

Menurut tahir bin asyur metode penetapan Maqashid al-

Syari’ah ada tiga macam cara yaitu.50

a. Meneliti kebijakan suatu perbuatan hukum (tassarrufat al-

Syari’ah). Dan juga terdiri dari dua bentuk yaitu:

1) Meneliti hukum-hukum yang sudah diketahui ilatnya

melalui metode masalik al-illah yang berguna sebagia

48 Ali Mutakin, Teori Maqashid al-Syari’ah Dan Hubungannya

Dengan Metode Istinbath Hukum, Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 19

No. 3 Agustus 2017, h. 554. 49 Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, Ed. 1, Cet. 3, h. 223. 50 Muhammad Tahir ibn Asyur, Maqashid al-Syari‟ah al-

Islamiyah, (Yordania: Dar an-Nafais, 2001), hlm. 190-192.

Page 57: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

39

mempermudah suatu pemahaman manusia dalam

mengetahui hikmah dibalik suatu perintah ataupun larangan

syariat islam.

2) Meneliti suatu hal secara induktif pada dalil-dalil hukum

yang memiliki ilat yang sama, sehingga memiliki keyakinan

bahwa ilat tersebutlah yang dikehendaki Maqashid al-

syariah.

b. Mengetahui dan memahami suatu dalil al-qur’an yang dalalah-

nya jelas dan tanpa keraguan, walaupun akan adanya suatu

kemungkinan adanya maksud lain selain yang tampak dari dalil-

dalil qur’an tersebut.

c. Memahami sunnah mutawatiroh, yang terdiri dari tawatir

ma’nawi dan tawatir amali.

Terdapat dua metode ijtihad yang dikembangkan oleh para

mujtahid dalam menggali ataupun menetapkan suatu perkara dan

menetapkan maslahat. Kedua metode tersebut yaitu adalah metode

Ta’ lili ( metode analisis subtantif) dan metode Istislahi (Metode

Analisis Kemaslahatan).51 Untuk melihat lebih jauh tentang

hubungan antara Maqashid al-Syariah dengan bebrapa metode

penetapan suatu hukum akan dijelankan metode satu persatu metode

tersebut.

a. Metode Ta’lili ( metode analisis Substansif)

Metode ini pengalihan hukum yaitu metode Ta’lili analisis

hukum melihat dari segi kesamaan illat atau nilai-nilai subtansi dari

perorangan dan kejadian yang harus diunkapkan dalam nas. Metode

51 Ali Mutakin, Hubungan maqashid al-syariah dengan metode

istinbath hukum, Analisi Vol.3,No 1, Juni 2017, h. 121-125

Page 58: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

40

ini telah dikembangkan oleh para mujtahid yang dikemukankan oleh

qiyas dan istihsan.

b. Metode Istislahi ( Metode analisis kemaslahatan)

Merupakan metode yang merupakan pendekatan istinbath

atau penetapan hukum yang permasalhannya tidak di atur secara

eksplisit dalam al-qur’an dan sunnah.hanya saja metode ini lebih

menekankan pada aspek maslhat secara langsung, metode analisis

kemaslahatan yang dikembangkan oleh para mujtahid ada dua yaitu

al-maslahah al-mursalah dan sadd al-zari’ah maupun fath alzari’ah.

Sementara menurut Imam al-Syatibi terdapat empat metode

penetapan Maqashid al-Syariah yaitu sebagai berikut:52

a. Mujarrad al’amr an nahy al ibtida’i tarsihi maksud dari ini yaitu

sebuah metode dengan berupaya menganalisis suatu

ungkapan,maksud ataupun rahasia eksplit suatu perintah ataupun

larangan dari suatu nash yang eksitensi atau berdiri sendiri

(ibtida’i) penetapan dengan metode ini bisa di katagorikan

sebagai suatu penetapan yang berdasarkan literal nas.yang di

dasari dari penahaman mendasar bahwa dalam perintah syari’at

pasti akan terdapat unsur maslahat dan setiap larangan pasti akan

ada unsur mafsadat.

b. Menelaah konteks ilat dari setiap larangan ataupun perintah

bermaksud sebagai metode yang melakukan pelacakan ilat

dibalik perintah dan larangan pada tataran ini yang dijelaskan

bahwasnnya suatu ilat ada kalanya tertulis secara jelas dalam

52 Muhammad Aziz dan Sholikah, Metode Penetapan Maqashid al-

Syariah: Studi Pemikiran Abu Ishaq al Syatibi, Jurnal Ulul Albab Volume 14 No.2 Tahun 2013, h. 170-172.

Page 59: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

41

nas. Dan ada juga yang tidak tertulis. Apabila ilatnya tertulis

maka harus mengikuti yang tertulis, jika ilatnya tidak tertulis

maka harus dilakukannya tawaqquf terlebih dahulu agar tidak

gegabah dalam menyimpulkan maksud dalam nas.

c. Memperhatikan maqasid turunan (at-tabi’ah) maksudnya adalah

mendalami syari’at dengan berbagai caradan

mempertimbangkan tujuan-tujuan yang bersifat pokok

(maqshud al-aslih). Lalu bersifat turunan (maqashid at-tabi’ah)

pokok maksud dalam syariat pernikahan misalnya, maksud dari

maqshud al aslih iyalah kelestarian manusia melalui

perkembang-biakan (at-tanasul) setelah itu adalah terdapat

beberapa maqashid turunan (tabiah) yaitu seperti mendapatkan

ketenangan (al-sakinah), tolong menolong dalam kemaslahatan

duniawi dan ukhrawi, membentengi diri dari berbagai fitnah dan

masih banyak lagi, semua itu iyalah merupakan perhimpunan

dari maqasid at atbi’ah dalam syariat nikah.

d. Sikap diam terhadap syariat, maksudnya yaitu tidak adanya

keterangan yang nasnya mengenai sebab hukum ataupun

disyariatkannya perkara-perkara yang terjadi pada kasus, baik

yang memiliki dimensi ubudiyah maupun muamalah. Maka

menurut al-Syatibi, sesuatu yang di diamkan oleh syariat maka

akan otomatis bertentangan oleh syariat maka makna dari

seseorang yang akan menjernikah permasalahan ini iyalah

menelaah dimensi maslahat dan mudaratnya. Jika nanti adanya

maslahat. Maka hal ituakan bisa diterima, begitupula sebaliknya

jika hal ini menjadi mudarat terindikasi didalamnya maka secara

otamatis hal ini tertolak.

Maka akan tercapai tujuan inti dari syariat sebagaimana yang

Page 60: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

42

diutarakan oleh syeikh Muhammad Abu Zahra dalam kitabnya,

yaitu Ushul Fiqh memakai tiga tujuan atas kehadiran syariat yaitu

sebagai berikut: mencoba memperbaiki dari setiap individu untuk

menjadi lebih baik dan menjadi sumber kebaikan untuk orang lain,

menegakkan suatu keadilan dan kesamaan masyarakat baik sesama

muslim ataupun non muslim untuk mencapai kemaslahatan umat53

53 Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), Ed. 1,

Cet. 3, h. 224.

Page 61: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

43

BAB III

PENGADILAN AGAMA CIKARANG DALAM PENETAPAN PERKARA

141/P.dtP/2018/PA.Ckr TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI

A. Profil dan Data Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Cikarang

Pengadilan Agama Cikarang (PA Cikarang) dibentuk oleh

Pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 145 Tahun 1998 tentang

Pembentukan Pengadilan Agama Natuna, Tulang Bawang,Tanggamus,

Cikarang, Kajen, Giri Menang, Badung, Ermera, Mana Tuto, Sentani,

Mimika, dan Paniai guna pemerataan dan peningkatan pelayanan hukum

kepada masyarakat.

Pada mulanya, PA Cikarang menempati bangunan yang disewa di

Jl. Gatot Subroto no. 32. Namun sejak tahun 2008, Gedung Kantor

Pengadilan Agama Cikarang yang baru diresmikan penggunaannya oleh

Ketua Mahkamah Agung RI saat itu, Bagir Manan, SH. Gedung PA

Cikarang tersebut beralamat di Komplek Pemerintah Daerah Kabupaten

Bekasi Blok E2, Sukamahi Cikarang Pusat.1

Berdasarkan data SIPP yang penulis akses, tercatat bahwa sejak

tahun 2016 hingga sekarang, Pengadilan Agama Cikarang telah menerima

perkara Dispensasi Nikah sebanyak 43 perkara.2

B. Deskripsi Perkara Pada Penetapan Nomor 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr

1. Duduk Perkara

Pokok persoalan pada penetapan ini yaitu mengenai Dispensasi

Nikah diajukan oleh pemohon, berstatus janda, umur 32 tahun,

beragama Islam, pendidikan tidak sekolah, Pekerjaan Wiraswasta, dan

1http://www.pa-cikarang.go.id/tentang-pengadilan/profile-pengadilan/sejarah-

pengadilan, diakses pada tanggal 19 Juli 2019, pada pukul 22.00 WIB. 2http://sipp.pacikarang.go.id/list_perkara/page/1/YnVmNXc1T1QrbllVMzdHZ

DNiUVErVDI3VlZsdnJITkd2KzlKZWZESlg5dEdNUG4yRTBNSVdlL0gra3RUTWRv

OW9tNlZnc3lnN0V1ZUtCSGJiUm00Wmc9PQ==/UGxCZkhYU21XK2Q0S0J0bUhHOFkzZEsvQ1dXUHJVZkZSQ2VGWkpmTGZsRWlFVi9XWTdEZVArSm1DeGd1WUxh

aXRkU29Qc3hSbFlQYWhweVBmUzRET0E9PQ==/col/6, diakses pada tanggal 19 Juli

2019, pada pukul 23.00 WIB.

Page 62: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

44

Tempat tinggal di Kampung Pasirandu RT.010 RW.005 Desa

Sukasari Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi.1

Bahwa pemohon dalam surat permohonannya pada tanggal 31 Juli

2018 sudah mengajukan permohonanya Dispensasi Nikah dan telah

terdaftar pada kepaniteraan Pengadilan Agama Cikarang di bawah

register Nomor 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr. Kronologinya adalah

pernikahan yang belum mencukupi umur untuk menikah, pemohon

hendak menikahkan anaknya lahir di Bekasi, 16 Mei 2003, umur 15

tahun, Agama Islam, Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah, Perkerjaan

buruh harian lepas.

Akan menikah dengan calon istrinya lahir di Bekasi, 11 April 2002,

umur 16 tahun, Agama Islam, Pendidikan Terakhir tidak Sekolah,

pekerjaan belum Berkerja, rencananya akan dilaksakannya dan dicatat

di hadapan Pegawai Pencatatan Nikah, Kantor Urusan Agama

Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, dalam

waktu sedekat Mungkin.2

Syarat-syarat untuk melaksanakan pernikahan sudah baik menurut

ketentuan Hukum Islam maupun Peraturan Perundang-undangan

memenuhi tetapi hanya saja syarat usia bagi anak pemohon yang belum

mencapai usia 19 tahun, tetapi pernikahan ini sangat mendesak untuk

tetap di langsungkannya. Alasan pemohon yang ingin segara

menikahkan anaknya dengan calon istri anak pemohon di karenakan

anak pemohon dan calon istrinya sudah menjalin hubungan sejak

tanggal 27 April 2017 sampai sekarang, dikhawatirkan hubungan

mereka lebih jauh dan melanggar norma-norma Agama jika tidak segera

dinikahkan.3

Untuk kepentingan proses pernikahan, pemohon dan keluarga calon

istri anak pemohon telah mengurus administrasi dan pendaftaran

1 Salinan Penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr h. 1 2 Salinan Penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr h. 2 3 Salinan Penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr, h.2

Page 63: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

45

rencana pernikahan anak pemohon dengan calon istrinya pada Instansi

yang terkait, akan tetapi pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan

Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, belum bisa untuk

menyelengarakan pencatatan pernikahan dengan alasan umur anak

pemohon belum memenuhi syarat minimum umur diizinkan untuk

menikah sesuai dengan ketentuan pasal 7 ayat (1), Undang-Undang

Nomor 1 tahun 1974, dan pasal 15 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam.

Karena yang bersangkutan baru berumur 15 tahun dan di tolak oleh

Kantor Urusan Agama sesuai dengan surat penolakan pernikahan Model

N-8 dan di keluarkan Oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Serang

Baru Nomor: 483/KUA.10.16.18/VIII/18 pada tanggal 27 juli 2018.4

Antara anak pemohon dan calon istrinya tidak mempunyai

hubungan darah, sepersusuan dan tidak ada larangan untuk melakukan

pernikahan, anak permohon berstatus perjaka dan belum pernah

menikah, anak pemohon sudah akil baliq dan sudah siap untuk menjadi

seorang suami atau kepala keluarga begitupula calon istrinya juga

berstatus perawan yang belum pernah menikah juga sudah akil baliq

serta sudah siap untuk menjadi seorang istri dan juga ibu rumah tangga.5

Bahwa keluarga pemohon dan orang tua calon istri anak pemohon sudah

setuju untuk melangsungkan pernikahan, pernikahan ini tidak ada pihak

ketiga yang keberatan untuk berlangsungnya pernikahan, pemohon juga

sanggup untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini.

2. Yang dimohonkan

Pemohon mohon agar ketua Pengadilan Agama Cikarang segera

memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya menjatuhkan

penetapan yang amarnya berbunyi:

a. Mengabulkan pemohonan, pemohon;

4 Salinan Penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr,h.2 5 Salinan Penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.CKR,h.3

Page 64: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

46

b. Memberikan izin kepada pemohon yang bernama ( M. Engki

Suhendra bin Asep Sugih Mukti) untuk menikah dengan

perempuan yang bernama ( Ersih binti Narin);

c. Membebankan biaya perkara menurut hukum yang berlaku;

Atau Apabila majelis hakim berpendapat lain mohon penetapan lain

yang seadil-adilnya.6

3. Proses Persidangan

Pada hari persidangan yang telah ditetapkan, pemohon telah hadir

sendiri di persidangan, kemudian ketua majelis memberikan nasihat

kepada pemohon agar pemohon menunda pernikahan anaknya sampai

cukup umur (19 tahun) tetapi tidak berhasil, maka pemeriksa perkara

dimulai dengan membacakan pemohonan pemohon yang isinya tetap

dipertahankan oleh pemohon;

Bahwa anak pemohon yang bernama telah hadir di persidangan dan

memberikan keterangan, bahwa bener ia adalah anak kandung pemohon

sekarang berumur 15 tahun. yang akan menikah dengan perempuan

yang dicintainya, alasannya ingin segera menikah karena hubungan

mereka sudah lama dan sudah sangat erat bahkan sudah perna

melakukan 4 (empat) kali hubungan badan layaknya suami istri namun

belum hamil, sehingga sangat di khawatirkan terjadinya perbuatan yang

kurang baik dan dilarang dalam hukum islam apabila tidak segera

menikah.7

Anak pemohon dan calon istrinya tidak ada hubungan saudara atau

mahram anak pemohon berstatus jejaka begitupula istrinya berstatus

perawan dan beragama Islam. Anak pemohon sekarang sudah berkerja

sebagai buruh bangunan dengan penghasilan Rp2.800.00,00 (dua juta

delapan ratus ribu rupiah) setiap bulan, sudah siap menikah dan

mengerti hak serta kewajiban sebagai suami dan kepala rumah tangga.

6 Salinan penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr,h.3 7 Salinan Penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr,h.4

Page 65: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

47

rencana pernikahan ini antara ia dan calon istri tidak ada paksaan dari

pihak lain dikarenakan atas dasar suka sama suka. pernikahan ini dari

pihak keluarganya sudah melamar calon istri an lamarannya diterima.8

Bahwa calon istri anak pemohon telah hadir di persidangan, telah

memberikan keterangan, bahwa bener beliau adalah calon istri anak

pemohon dan akan segera menikah, alasannya ingin segera menikah

karena hubungan mereka sudah lama dan sudah sangat erat bahkan

sudah perna melakukan 4 (empat) kali hubungan badan layaknya suami

istri namun belum hamil sehingga sangat di khawatirkan terjadinya

perbuatan yang kurang baik dan dilarang dalam hukum islam apabila

tidak segera menikah, antara beliau dan calon suaminya tidak ada

hubungan saudara ataupun mahram, juga sudah siap untuk menikah

menjadi istri dan ibu rumah tangga, bahwasannya beliau sudah dilamar

oleh calon suaminya dan lamarannya telah diterima.9

Untuk memperkuat dalil-dalil permohonannya, pemohon telah

mengajukan bukti-bukti surat yang bermaterai cukup berupa:

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP-el) atas nama pemohon

Nomor 3216214101860012 tanggal 08 September 2012 (bukti P.1)

b. Fotocopy kartu keluarga atas nama pemohon Nomor

3216212211100200 tanggal 04 Oktober 2012 yang aslinya

dikeluarkan oleh kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil

Kabupaten Bekasi (bukti P.2);

c. Fotokopi Kutipan Akta nikah atas nama pemohon nomor

653/38/IX/2002 tertanggal 16 September 2002 yang aslinya

dikeluarkan oleh pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama

Kecamatan Serang, Kabupaten Bekasi (bukti P3)

d. Fotocopy surat keterangan kelahiran atas nama anak pemohon

Nomor 474.1/185/VII/2018 Tanggal 30 juli 2018 yang aslinya

8 Salinan Penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr,h. 4 9 Salinan Penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr,h.5

Page 66: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

48

dikluarkan oleh kepala Desa Sukasari Kecamatan Serang Baru

Kabupaten Bekasi (bukti P.4)

e. Fotokopi Surat Keterangan Kelahiran atas nama Ersih binti Narin

(Calon isteri anak Pemohon) Nomor-tanggal 27 Juli 2018 yang

aslinya dikeluarkan oleh kepala Desa Jayasampurna Kecamatan

Serang Baru Kabupaten Bekasi (bukti P.5);

f. Asli surat keterangan kematian atas nama Asep Sugih Mukti

(Suami pemohon) Nomor 474.3/80/VIII/2018 Tanggal 30 Agustus

2018 yang dikeluarkan oleh kepala Desa Sukasari Kecamatan

Serang Baru Kabupaten Bekasi (bukti P.6)

g. Fotokopi penolakan pernikahan Nomor

624/KUA.10.16.18/VIII/18 Tanggal 23 Agustus 2018 yang

Aslinya dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah (Penghulu)

Kantor Urusan Agama Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi

(bukti P.7).10

Pemohon mengajukan saksi-saksi sebagai berikut;

a. Saksi 1, Umur 28 tahun, Agama Islam, Perkerjaan Ibu Rumah

Tangga, Tempat Tinggal di Kampung Pasirandu RT. 010. Rw.005

Desa Sukasari Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi, di

hadapan Persidangan memberikan keterangan dibawah sumpah,

saksi kenal dengan Pemohon, saksi sebagai adik kandung

pemohon, juga mengatakan bahwa anak pemohon belum

mencukupi umur untuk menikah dan anak pemohon dan calon

istrinya mempunyai hubungan yang sangat erat dan bahkan sudah

sering melakukan hubungan badan layaknya suami istri.

b. Saksi 2, Umur 63 tahun, Agama Islam, Pekerjaan Buruh, Tempat

tinggal di Kampung Kongsi RT.012 RW.006 Desa Jayasampurna

Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi, Dihadapan

Persidangan memberikan keterangan dibawah Sumpah, saksi kenal

10 Salinan Penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr, h. 5-6

Page 67: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

49

dengan pemohon saksi sebagai ayah kandung calon isteri anak

Pemohon (Calon besan Pemohon), bahwa anak pemohon dan calon

istrinya sudah memiliki hubungan yang sangat erat, dan sudah

sering melakukan hubungan badan layaknya suami istri, tidak

adanya hubungan saudara ataupun mahram, siap untuk menikah

dan calon suaminya sudah berkerja sebagai buruh harian lepas,

pernikahan ini tidak adanya paksaan.

Pemohon mengajukan kesimpulan yang pada pokoknya tetap pada

pemohon semula, kemudian memohon kepada Majelis hakim untuk

dapat mengabulkan permohonannya.

4. Amar Putusan

Kemaslahatan manusia merupakan suatu hal yang relatif.

Relativitasinya terkait dengan sudut pandang yang sering berbeda. Oleh

karena itu, kemaslahatan yang menjadia acuan dalam maqasid syariah

mempunyai beberapa kriteria yang menjadi tolak ukur dalam

menegaskan keberadaannya. Keriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hal hal tersebut diatas maka Majelis hakim dapat

menyimpulkan fakta, bahwa pemohonan pemohon telah memenuhi

ketentuan pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, anak

pemohon dengan calon istrinya telah sama-sama setuju untuk menikah,

hal ini telah memenuhi syarat perkawinan sesuai ketentuan pasal 6 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal 16 ayat (1)

Kompilasi Hukum Islam. Antara anak Pemohon dengan calon istrinya

tidak ada hubungan darah, hubungan keluraga, hubungan persusuan,

sehingga tidak ada larangan untuk menikah sesuai ketentuan pasal 8

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan Pasal 39 sampai pasal 44

Kompilasi Hukum Islam calon suami atau keluarganya telah

melaksanakan lamaran atau peminangan, maka hal ini telah memenuhi

tata cara pra nikah sesuai ketentuan pasal 1 huruf (a) dan pasal 11 sampai

Page 68: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

50

pasal 13 Kompilasi Hukum Islam. Bahwa Kantor Urusan Agama

setempat telah menolak melangsungkan pernikahan karena umur anak

pemohon yang belum mencapai 19 tahun.11

Oleh karena itu pemohon telah bertekad bulat untuk

melangsungkan pernikahan anaknya, demikian juga anaknya pemohon

dan calon istrinya telah bertekad bulat untuk melangsungkan

pernikahan, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa jika menunda-

nunda pernikahan tersebut hingga anak pemohon berusia 19 tahun,

padahal hubungan mereka sudah sangat erat bahkan sudah sering

melakukan hubungan badan layaknya suami istri, maka kemadlaratan

akan lebih nampak jika ditunda-tunda dari pada manfaatnya, mengigat

kaidah fiqhiyah yang berbunyi

درءالمفاسد مقد م على جلب المصالح

“ Menolak kerusakan didahulukan dari pada menarik kemaslahatan”.

ج فإنه أغض للبصر وأحصن باب من استطاع منكم الباءة فليتزو يا معشر الش

وم فإنه له وجاء للفرج ومن لم )رواه البخارى( يستطع فعليه بالص

Artinya : “Wahai para pemuda barang siapa diantara kamu telah

sanggup memenuhi kewajiban belanja dalam perkawinan, hendaklah

kamu kawin. Sesungguhnya kawin itu dapat menutup pandangan mata

dan meredakan syahwat. Dan barangsiapa tidak sanggup hendaklah

berpuasa sebab puasa itu menjadi perisai baginya”;

Majelis hakim mengambil alih isi dan maksud dalil-dalil tersebut

sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan ini, berdasarkan

pertimbangan tersebut diatas, maka terdapat cukup alasan mengabulkan

permohonan pemohon;

Dengan ketentuan pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7

tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun

11 Salinan Penetapan PA Cikarang Nomor: 141/Pdt.P/2018/PA.Ckr,h.11

Page 69: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

51

2006 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun

2009,maka kepada pemohon di bebani Untuk membayar biyaya perkara

yang timbul dari perkara ini

Mengingat segala peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan ketentuan hukum Syar’i yang berkaitan dengan perkara ini:

1. Mengabulkan pemohonan pemohon

2. Memberi dispensasi kepada anak pemohon yang bernama M. Engki

Suhendra bin Asep Sugih Mukti untuk menikah dengan seorang

perempuan yang bernama Ersih binti Narin;

3. Membebankan kepada pemohon untuk membayar biaya perkara

sejumlah Rp 171.000.00 (seratus tujuh puluh ribu rupiah);

Demikianlah ditetapkan dalam rapat pemusyawaratan Majelis

Hakim Pengadilan Agama Cikarang pada hari Kamis tanggal 30 Agustus

2018 M Bertepatan dengan tanggal 18 Dzulhijjah 1439 H Oleh kami

Muhammad Arif S.Ag., MSI., Hakim yang ditunjuk oleh ketua

Pengadilan Agama Cikarang sebagai ketua Majelis Drs. M.

Anshori,SH.,MH. Dan Ikin, S. Ag. Masing-masing sebagai hakim

Anggota dan diucapkan pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk

umum oleh ketua majelis dan didampingi oleh para hakim anggotanya,

serta di bantu oleh Dra Nia Sumartini sebagai Panitera Pengganti dangan

dihadiri Pemohon.

Page 70: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

52

BAB IV

A. Analisis perbandingan pertimbangan Hakim dalam penetapan Nomor

141/P.dt.p/2018PA.Ckr

Setelah penulis membaca jalannya perkara pada putusan Nomor

141/P.dt.p/2018PA.Ckr dapat dipahami bahwasannya pada tanggal 31 juli

2018 pemohon mengajukan dispensasi nikah untuk menikahi anak

pemohon. Hal ini dilakukan karena pada saat anak pemohon hendak

mendaftarkan dirinya untuk menikah dengan calon istrinya di Kantor

Urusan Agama (KUA) Serang Baru, pihak KUA menolak hal tersebut

dikarenakan pemohon belum memenuhi syarat usia menikah yang terdapat

di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal

7 ayat (1) dan undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 15 ayat (1)

Kompilasi Hukum Islam karena yang bersangkutan baru umur 15 tahun

sesuai dengan surat penolakan pernikahan oleh Kantor Urusan Agama.

Anak pemohon dengan calon istrinya tidak memiliki halangan untuk

menikah secara hukum Islam, baik hubungan sedarah, persusuan dan Akan

tetapi anak pemohon terhalang untuk menikah karena belum memenuhi

persyaratan di dalam Undang-undang Perkawinan, yaitu syarat usia anak

pemohon belum mencapai 19 tahun. Sehingga berdasarkan Pasal 7 ayat (2)

jika ada penyimpangan terhadap Pasal 7 ayat (1) maka dapat meminta

dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua

orang tua pihak pria maupun wanita.

Pernikahan tersebut sangat mendesak untuk tetap dilangsungkan,

alasannya karena pemohon ingin segera menikahi anaknya dengan calon

istrinya. Karena keduanya telah menjalankan hubungan yang sangat lama

sejak 27 april 2017 sampai dengan sekarang, karena kedekatan yang telah

begitu lama antara anak pemohon dengan calon istrinya. Sudah pernah

melakukan 4 (empat) kali hubungan badan layaknya suami istri namun

belum hamil. Sangat dikhawatirkan akan terjadinya lagi perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh ketentuan hukum islam apabila tidak segera

menikah. Atas dasar alasan tersebut pemohon meminta agar majelis hakim

Page 71: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

53

memberikan izin, terhadap pemohon untuk diberikan izin dispensasi nikah

bagi anak pemohon oleh Pengadilan Agama Cikarang.

Anak pemohon berstatus perjaka dan calon istri pemohon berstatus

perawan, keduanya juga telah akil balig dan sudah siap untuk menjadi

kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga. Anak pemohon juga sudah

memiliki perkerjaan sebagai buruh bangunan dengan penghasilan Rp

2.800.000,00 (dua juta delapan ratus ribu rupiah) setiap bulan. Rencana

pernikahan ini dilakukan atas dasar suka sama suka serta tidak ada unsur

paksaan, dari pihak keluarga anak pemohon maupun keluarga calon istri

anak pemohon.

Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 49 ayat (1) huruf (a) Undang-

undang Nomor 7 tahun 1989 yang telah di ubah dengan undang-undang

Nomor 3 tahun 2006 dan telah diubah dengan undang-undang Nomor 50

Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, perkara ini merupakan kewenangan

absolut Peradilan Agama.

Pada hari persidangan yang telah ditetapkan dengan dihadiri oleh

pemohon, dan juga anak pemohon, anak pemohon Ketua Majelis pengadilan

Agama Cikarang sudah menyarankan untuk menunda pernikahan anak

pemohon hingga cukup umur 19 tahun. Sesuai dengan ketentuan yang

berlaku yaitu pasal 7 ayat (1) undang-undang nomor 1 tahun 1974 dan pasal

15 ayat (1) Kompilasi hukum Islam. Akan tetapi dari pihak pemohon

didalam persidangan tetap pada permohonannya karena dikhawatirkan akan

terulang perbuatan yang dilarang oleh ketentuan hukum islam, apabila tidak

di langsungkan pernikahannya.

Majelis hakim juga telah mendengar keterangan-keterangan yang

terjadi terhadap anak pemohon dan calon menantunya, dan juga ada dua

saksi yang juga memberikan keterangan dibawah sumpahnya. Dalam

keterangan dua saksi ini mereka mengaku melihat atau mendengar dan

mengalami sendiri fakta-fakta yang di terangkannya.

Bahwa berdasarkan hal-hal sebagai berikut maka majelis hakim dapat

menyimpulkan bahwa permohonan pemohon sudah memenuhi ketentuan

Page 72: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

54

pasal 7 ayat (2) Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Anak pemohon dan calon istrinya sudah sama-sama setuju untuk menikah,

maka dari itu telah memenuhi syarat perkawinan dalam pasal 6 ayat (1)

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan serta pasal 16

ayat (1) Kompilasi Hukum Islam. Bahwa anak pemohon dan calon istrinya

tidak ada hubungan darah, hubungan persususan, sehingga tidak ada

larangan untuk menikah sesuai dengan ketentuan pasal 8 Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 39 sampai pasal 44

Kompilasi Hukum Islam. Selain itu antara anak pemohon dengan calon istri

pemohon sudah melaksanakannya lamaran peminangan, hal ini sudah

memenuhi tata cara pra nikah sesuai dengan ketentuan pasal 1 huruf (a) dan

pasal 11 sampai 13 Kompilasi hukum Islam.

Bahwa oleh karena itulah pemohon sudah bertekad bulat untuk

melaksankan pernikahan anaknya, demikian pula anak pemohon dan calon

istri anak pemohon juga sudah bertekad bulat untuk melaksanakan

pernikahan, majelis hakim berpendapat bahwa jika pernikahannya di tunda

sampai menunggu anak pemohon berusia 19 tahun padahal hubungan

mereka sudah sangat erat bahkan sudah sering melakukan hubungan badan

layaknya suami istri. Maka dikhawatirkan terjadi kemudharatan yang lebih

besar apabila pernikahan tersebut ditunda.

Pada akhirnya penetapan perkara ini dibacakan oleh majelis hakim

mengambil alih bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut terdapat cukup

jelas. Alasan untuk mengabulkan permohonan pemohon dengan

menggunakan metode maqashid syariah, bahwa berdasarkan ketentuan

pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 yang telah diubah

dengan Undang-undang nomor 3 tahun 2006 dan terakhir telah diubah oleh

Undang-undang nomor 50 tahun 2009, dan majelis hakim mengabulkan

permohonan pemohon, memberikan dispensasi kepada anak pemohon.

Page 73: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

55

B. Analisis penetapan Nomor 141/P.dt.p/2018PA.Ckr dalam perspektif

Maqashid al-Syariah

Telah dijelaskan pada bab sebelumnya tentang maqashid syari’ah

menurut al-Syathibi yaitu tujuan Allah SWT dalam menetapkan hukum

adalah untuk kemaslahatan hambanya, baik di dunia ataupun akhirat. Tidak

ada satupun hukum Allah SWT yang tidak memiliki tujuan, pandangan ini

diperkuat oleh Muhammad Abu zahrah yang memandang bahwa tujuan

hakiki hukum Islam adalah untuk kemaslahatan manusia. Tidak ada satu

pun hukum yang di syariatkan kecuali terdapat kemaslahatannya.1

Menurut al-Syatibi ada lima hal yang termasuk dalam kategori

ini, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, kehormatan dan keturunan, serta

memelihara harta. Untuk memelihara lima pokok perkara inilah syariat

islam diturunkan. Setiap ayat hukum bila diteliti akan ditemukan alasan

pembentukannya yang tidak lain untuk memelihara lima pokok diatas.2

Berkenan dengan kasus yang penulis teliti yaitu tentang pernikahan

usia dini yang hendak dilakukan dengan meminta izin dispensasi nikah

kepada Pengadilan Agama untuk mengabulkan dispensasi pernikahannya,

maka jika dilihat dari konsep Maqashid al-Syariah maka kasus ini berada

pada tingkat dharurriyat yaitu menyelamatkan agama (hifz al-din) dan

keturunan (hifz al-nasal).

Selanjutnya jika penetapan perkara ini di analisis menggunakan

metode Maqashid al-Syariah, dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Putusan tersebut bisa di analisis dengan melihat kesamaan ilat atau

nilai-nilai subtansial dari contoh persoalan tersebut dengan dalil-

dalil hukum yang telah di ungkapkan dalam nas atau pertimbangan

hukum yang lain dalam kasus ini

1 Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-fiqh, (kairo: Dar al Fir al Arabi.

1958).h. 336

2 Satria Efendi M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), Cet.7,

h.213.

Page 74: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

56

2. Putusan tersebut dapat dianalisis dengan dengan melakukan

istinbath atau penetapan hukum yang permasalahannya tidak diataur

secara eksplisit dalam al-qur’an dan sunnah. Akan tetapi lebih

menekankan pada aspek kemaslahatan dalam kasus ini.

Ditinjau dari segi konsep dan metode penetapan Maqashid al-

Syariah menurut penulis dalam penetapan Nomor 141/P.dt.p/2018PA.Ckr

sudah memenuhi kemaslahatan sesuai dengan tujuan Maqasid al-Syari’ah

karena tujuan Maqasid al-Syari’ah yaitu mendatangkan kemaslahatan dan

menjauhkan kemudaratan sebagaimana kaidah fikih

درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

“Mencegah kerusakan (kerugian) diupayakan terlebih dulu sebelum

upaya mendapatkan manfaat (mashlahat)”

Kaidah ini menegaskan bahwa apabila kita dihadapkan kepada

pilihan itu yang menolak kemafsadatan. Karena menolak kemafsadatan

yaitu sama juga sebagai meraih kemaslahatan, karena tujuan utama

Maqasid al-Syari’ah menurut ulama fikih yaitu meraih kemaslahatan

didunia ataupun di akhirat3

Dalam putusan inilah menurut penulis, hakim telah memenuhi

tujuan Maqasid al-Syariah yaitu menyelamatkan dan melindungi

kemudharatan yang akan terjadi pada hubungan pasangan tersebut, untuk

mencapainya kemaslahatan anak pemohon dan calon istrinya, agar tidak

lagi melakukan hubungan yang tidak selayaknya dilakukan oleh anak

pemohon dan juga calon istrinya, agar terlindung dari hal-hal yang tidak

di inginkan dan terjadinya kemudhoratannya.

Dilihat dari segi Maqasid al-Syariah yang dapat diorientasikan

dalam kasus ini yaitu kemaslahatan untuk anak pemohon dan calon

istrinya, karena dalam kasus ini sangat jelas bahwa anak pemohon dan

calon istrinya membawa kemudaratan yang besar untuk keluarga dan

3 Ahmad djazuli, kaidah-kaidah fikih: kaidah-kaidah hukum islam dalam

menyelesaikan masalh-masalah yang praktis,(Jakarta: Kencana,2011).h.164.

Page 75: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

57

kehidupannya jika tidak segera menikah sebaikya majelis hakim bisa

mengabulkan permohonan pemohon, untuk kemaslahatan sesuai dengan

metode Maqasid al-Syariah.

Bahwa apabila dihadapkan kepada pilihan untuk menolak

kemafsadatan atau meraih kemaslahatan, maka kita harus meraih

kemaslahatan karena tujuan Maqasid al-Syariah menurut ulama fikih yaitu

untuk meraih kemaslahatan didunia maupun diakhirat4

Dalam kaidah fikih yang lain menjelaskan mengenai larangan untuk

berbuat sesuatu yang membahayakan yaitu:

ل ضرر ول ضرار

“ Tidak boleh berbuat sesuatu yang membahayakan”

رريزال الض

“Kemudharatan harus dihilangkan”

Dalam kaidah ini menegaskan bahwa seseorang tidak boleh

menimpakan suatu bahaya ataupun membahayakan untuk orang lain,

maka dari itu kita tidak boleh menghalangi niat baik seseorang untuk

melakukan pernikahan sedangkan sudah cukup jelas alasan-alasan yang

tertera.

Selain kaidah ushul fiqh diatas, Rasulullah SAW pernah bersabda:

باب من استطاع منكم الباء ج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن لم يستطع يا معشر الش ة فليتزو

وم فإنه له وجاء )رواه البخارى( فعليه بالص

“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kamu telah sanggup memenuhi kewajiban belanja dalam perkawinan, hendaklah kamu

kawin. Sesungguhnya kawin itu dapat menutup pandangan mata dan meredahkan syahwat. Dan barangsiapa tidak sanggup hendaklah

berpuasa sebab puasa itulah menjadi perisai baginya”. (HR.Bukhari, Muslim dan Ahmad).

4 Ahmad, Djazuli. Kaidah-kaidah fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam

dalam menyelesaikan masalah-masalah yang praktis, (Jakarta: Kencana,2011),

h.164.

Page 76: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

58

Majelis Hakim mengambil alih isi dan maksud dari dalil tersebut

sebagai bahan pertimbangan, bahwa terdapat sangat cukup alasan yang

mengabulkan permohonan pemohon, bahwa berdasarkan ketentuan pasal

89 ayat (1) undang-undang Nomor 7 tahun 1989 yang telah diubah

dengan undang-undang nomor 3 tahun 2006 dan terakhir di ubah dengan

undang-undang nomor 50 tahun 2009 maka kepada pemohon dibebani

untuk mengingat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

ketentuan hukum Syar’i yang berkaitan dengan perkara ini.

Pada penetepannya Majelis hakim mengabulkan permohonan

pemohon dan memberikan dispensasi kepada anak pemohon untuk

menikah dengan calon istrinya, penetapan ini di tetapkan di Pengadilan

Agama Cikarang pada hari Kamis tanggal 30 Agustus 2018 M bertepatan

dengan tanggal 18 Dzulhijjah 1439 H.

Page 77: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam penetapan perkara dispensasi ini bahwasannya majelis hakim

menggunakan metode Maqasid al-Syariah dalam memutuskannya, karena

hakim tidak menghalang-halangi dan merusak kemaslahatan atau keadilan

antara pihak yang bersangkutan, majelis hakim mengabulkan permohonan

pemohon dan memberi izin dispensasi nikah kepada anak pemohon supaya

tidak ada hal yang tidak di inginkan terjadi atau kemudharatan yang sangat

tidak baik.

2. Pernikahan usia dini sudah selaras dengan tujuan teori maqasid syariah

yaitu menjaga agama dan keuturnan, akan tetapi perlu ditambahkan dengan

syarat-syarat yang dibebankan kepada pelaku pernikahan usia dini guna

terjaganya tujuan dari pernikahan itu sendiri. Seperti sudah matangnya

dalam aspek agama, fisik maupun psikisnya. Undang-undang No. 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan sudah cukup mengupayakan dengan

mencantumkan syarat-syarat pelaku pernikahan usia dini agar pernikahan

yang kelak dilaksanakan akan berujung pada terwujudnya pernikahan yang

sakinah, mawadah dan rahmah. Akan tetapi di dalam Undang-undang ini

masih terdapat celah bagi seorang anak yang sekiranya belum siap untuk

menikah, namun terbuka baginya untuk mendapatkan dispensasi nikah.

B. Saran

1. Bagi pemerintah setempat sebaiknya memberikan edukasi terhadap seluruh

masyarakat terhadap dampak negatif yang bisa terjadi terhadap pelaku yang

menikah di usia dini, baik dari segi fisik maupun psikisnya.

2. Bagi masyarakat setempat sebaiknya turut ikut aktif dalam

mensosialisasikan apa yang telah disampaikan oleh pemerintah dalam

upaya pencegahan pernikahan usia dini.

3. Bagi orang tua sebaiknya bisa mengontrol pergaulan dan perduli terhadap

pendidikan anaknya serta memahami undang-undang perkawinan tentang

usia minimum pernikahan.

Page 78: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

60

4. Bagi Hakim dalam memutus suatu perkara harus mempertimbangkan fakta

hukumn dan jangan hanya terpaku pada ketentuan peraturan perundang-

undangan saja. Selain itu hakim harus berupaya menggali nilai keadilan

dalam kehidupan masyarakat, serta harus bisa menyesuaikan kemaslahatan

atas dasar musyawarah para pihak, sehingga hakim dapat menemukan

solusi terbaik, dan menjamin keputusan yang adil untuk para pihak supaya

terhindarnya kemudharatan yang bisa terjadi.

Page 79: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, Bogor : Kencana, 2003.

http://garuda.ristekdikti.go.id/journal/view/6444 di akses pada Selasa 04 Desember 18 jam 07:29

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1997), cet. 1

Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, (Depok: Gema Insani, 2014), Cet. 1

Abdul Manan, Reformasi hukum islam di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada) Mohammad Asmawi, Nikah dalam perbincangan dan perbedaan,

(Yogyakarta,Darussalam,Cetakan 1 Maret 2004)

Agama R.I. Direktorat jendral Pembinaan kelembagaan Agama Islam,

tahun 1997/1998)

Ahmad djazuli, kaidah-kaidah fikih: kaidah-kaidah hukum islam dalam

menyelesaikan masalah-masalah yang praktis, (Jakarta: Kencana,2011).

Ahmad Imam Mawardi, Fiqh Minoritas Fiqh Al-Aqalliyyat dan Evolusi Maqasid al-syari‟ah dari Konsep ke Pendekatan, (Yogyakarta: PT

LKis Printing Cemerlang, 2010), Cet. 1

Ahmad Qorib, Ushul Fiqh 2, (Jakarta: PT. Nimas Multima, 1997), Cet. 2

Al- Qur’an Dan Terjemahannya, Departemen Agama RI

Amir Syarifuddin,Garis-Garis Besar Fiqh,(Edisi pertama, Jakarta,

Kencana,2003)

Amir Syarifudin, Hukum perkawinan islam di indonesia antara fiqih

munakahat dan undang-undang perkawinan (Kencana, Edisi pertama, Cetakan ke-2, Jakarta,2007)

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (cet.1, Jakarta: sinar grafika,2013)

Andi syamsu Alam, Usia ideal untuk kawin, Jakarta : Kencana Mas Publishing House, 2006.

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Himpunan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Agama

Mardani, Hukum keluarga islam di Indonesia ( edisi pertama, Jakarta, Kencana,2016)

Page 80: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

62

Husein Muhammad, fiqih perempuan : Refleksi kiai atas wacana Agama

dan Gender, ( Yogyakarta,LKSI,2001) Cet. Ke-1

Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam,(Jakarta :Bumi

Aksara,1992),Cet.Ke-2

Juhaya S Praja, Filsafat hukum islam, (Bandung: Pusat Penerbitan

Universitas Islam Bandung,1995)

K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta; Balai Askara,

1987)

Khalid Ramadhan Hasan, Mu’jam Ushul Fiqh, (al-Raudhah, 1998), Cet.1

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, ( Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-2

Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh, (Damaskus: Daar al-Fikr, t.th)

Muhammad Aziz dan Sholikah, Metode Penetapan Maqashid al-Syariah:

Studi Pemikiran Abu

Muhammad Husen, fiqih perempuan: refleksi kyai atas wacana agama dan

gender, ( Yogyakarta: LKIS, 2001), Cet,ke1

Muhammad Tahir ibn Asyur, Maqashid al-Syari‟ah al-Islamiyah,

(Yordania: Dar an-Nafais, 2001).

Muhammad Zain dan Mukhtar alshodiq, Membangun Keluarga humanis, (

Jakarta : grahacipta,2005),Cet, Ke-1

Muhammad Zain dan Mukhtar alshodiq, Membangun Keluarga humanis, (

Jakarta : grahacipta,2005),Cet, Ke-1

Nuansa Aulia, Kompilasi hukum islam: (hukum perkawinan, hukum

kewarisan, dan hukum perwakafan), (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia,2008)

Saleh Wantjik K, Hukum Perkawinan, (Ghalia Indonesia,jakarta 1976)

Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 1

Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), Cet. 7

Shomad. Abd, Hukum Islam Penormaan prinsip Syariah Dalam Hukum

Indonesia,( Edisi Revisi, Kencana, Jakarta,2010)

Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, ( Edisi pertama,

Page 81: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

63

Kencana,Jakarta,2016)

Sopyan, Yayan, Islam-Negara : Transformasi hukum perkawinan islam dalam hukum Nasional, ( Jakarta: Penerbit RMBooks PT. Wahana

Semesta Intermedia,2012)

Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Aqidah, syari‟ah, dan Manhaj Jilid

15, Terj.

Yusuf Qardhawi, Membumikan Islam: Keluasan dan Keluwesan Syariat

Islam untuk Manusia, Terj. Ade Nurdin & Riswan, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2018), Ed. 2, Cet. 1

Undang-Undang

Intruksi presiden R.I. Nomor 1 tahun 1991, Kompilasi hukum islam di

Indonesia, ( Departemen

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1.

Undang-undang Perlindungan anak no,23 tahun 2002

Referensi Jurnal

Ahmad Imam Mawardi, Fiqh Aqalliyat: Pergeseran Makna Fiqh dan Ushul Fiqh, Jurnal Asy-Syir‟ah Vol. 48 No. 2 Desember 2014

Ali Mutakin, Hubungan maqashid al-syariah dengan metode istinbath hukum, Analisi Vol.3,No 1, Juni 2017.

Ali Mutakin, Teori Maqashid al-Syari’ah Dan Hubungannya Dengan Metode Istinbath Hukum, Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol. 19 No. 3

Agustus 2017.

Ishaq al Syatibi, Jurnal Ulul Albab Volume 14 No.2 Tahun 2013.

Moh. Toriquddin, Teori Maqashid Syariah Prespektif Al-Syatibi, Jurnal Syariah dan Hukum, Vol. 6 No. 1, Juni 2014

Page 82: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA

64

Referensi Internet

http://www.pa-cikarang.go.id/tentang-pengadilan/profile-pengadilan/sejarah-pengadilan, diakses pada tanggal 19 Juli 2019,

pada pukul 22.00 WIB.

http://sipp.pacikarang.go.id/list_perkara/page/1/YnVmNXc1T1QrbllVMz

dHZDNiUVErVDI3VlZsdnJITkd2KzlKZWZESlg5dEdNUG4yRTBNSVdlL0gra3RUTWRvOW9tNlZnc3lnN0V1ZUtCSGJiUm00

Wmc9PQ==/UGxCZkhYU21XK2Q0S0J0bUhHOFkzZEsvQ1dXUHJVZkZSQ2VGWkpmTGZsRWlFVi9XWTdEZVArSm1DeGd

1WUxhaXRkU29Qc3hSbFlQYWhweVBmUzRET0E9PQ==/col/6, diakses pada tanggal 19 Juli 2019, pada pukul 23.00 WIB.

Page 83: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 84: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 85: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 86: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 87: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 88: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 89: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 90: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 91: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 92: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 93: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 94: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 95: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 96: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 97: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 98: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA
Page 99: PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48137/1/WINDA … · 1 PENERAPAN MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PERNIKAHAN USIA