penerapan good agricultural practices (gap) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada...

100
PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) PADA PENGELOLAAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI PT SUNGAI MENANG, PULAU SERAM, MALUKU R MUHAMMAD ZAENUDIN A24070175 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Upload: ngonhi

Post on 13-Mar-2019

297 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP)

PADA PENGELOLAAN PERTANAMAN JAGUNG

(Zea mays L.) DI PT SUNGAI MENANG,

PULAU SERAM, MALUKU

R MUHAMMAD ZAENUDIN

A24070175

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

RINGKASAN

R MUHAMMAD ZAENUDIN. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP)

pada Pengelolaan Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di PT Sungai Menang,

Pulau Seram, Maluku. (Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI).

Magang dilaksanakan selama empat bulan di PT. Sungai Menang mulai

Februari hingga Juni 2011. Secara umum kegiatan magang bertujuan untuk

memperoleh informasi mengenai penerapan Good Agricultural Practices (GAP)

di perkebunan jagung, memberikan pengalaman manajerial pada pengelolaan

tanaman pangan serta meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mempelajari

dan memahami proses kerja secara nyata, Adapun tujuan khusus dari magang ini

adalah untuk dapat menganalisa, melakukan observasi, mengimplementasikan dan

memberikan solusi terhadap masalah pengelolaan budidaya jagung skala

komersial.

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan magang yaitu dengan

melaksanakan kegiatan yang sedang berlangsung di kebun serta melakukan

pengumpulan data primer dan data sekunder. Penulis mempelajari aspek

manajerial dan aspek teknis pengelolaan pertanaman jagung. Pengumpulan data

primer melalui pengamatan, bekerja langsung di lapangan, dan wawancara dengan

karyawan, sedangkan pengumpulan data sekunder melalui laporan manajemen

perkebunan dan studi pustaka.

PT. Sungai Menang berada di Dusun Mandiri, Desa Samal, Kecamatan

Seram Utara Timur Kobi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Lokasi kebun

terletak pada 129042’-129051’ BT dan 2051’-2056’ LS dengan ketinggian 8 meter

di atas permukaan laut (mdpl). Suhu harian berkisar antara 26 – 30 °C dengan

curah hujan 2 493 mm/tahun. Jenis tanah di PT. Sungai Menang adalah tanah

Aeric Endoaquepts yang tergolong tanah Inceptisols dari bahan induk aluvium

marin atau endapan laut.

Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan yang terkait dengan aspek

produksi pertanaman jagung yang meliputi pemilihan wilayah produksi, persiapan

lahan, benih dan varietas tanaman, penanaman, pemeliharaan tanaman

(pemupukan, pengairan, perlindungan tanaman), panen, pascapanen dan

Page 3: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

manajemen pertanian (penggunaan perlindungan lapang dan pencatatan). Selain

itu diamati pula beberapa karakteristik tanaman jagung yang berkaitan dengan

karakter vegetatif seperti tinggi tanaman, tinggi tongkol, diameter batang dan

jumlah daun. Terdapat 10 varietas jagung hibrida yang diujicobakan di kebun

Seatele, PT. Sungai Menang.

Pertanaman jagung kebun Seatele merupakan lahan bukaan baru.

Pengelolaan dilakukan melalui dua cara yaitu secara mekanisasi dan manual.

Hanya beberapa tahapan produksi saja yang dapat dilakukan secara mekanisasi

yaitu pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan panen.

Pengelolaan secara mekanisasi terkendala dengan kondisi cuaca dan tanah yang

sering tergenang sehingga kegiatan produksi dilakukan secara manual.

Penerapan manajemen produksi jagung di PT. Sungai Menang belum

sesuai dengan penerapan Good Agriculture Practices karena pada berbagai

tahapan produksi masih terdapat berbagai praktek yang tidak sesuai dengan

penilaian GAP. Faktor yang menjadi kendala terbesar dalam manajemen produksi

PT. Sungai Menang adalah kondisi tanah yang tidak sesuai serta sistem

pengolahan tanah yang tidak tepat. Tanah diduga telah mengalami pemadatan

akibat penggunaan alat berat dalam pembukaan lahan. Teknik pengolahan tanah

yang tidak tepat menyebabkan pertanaman jagung sering tergenang sehingga

sebagian besar tanaman tidak tumbuh optimal bahkan benih mati sebelum

berkecambah. Populasi tanaman per ha sangat rendah bahkan hingga 25% dari

populasi normal. Hasil yang didapat jauh dari target perusahaan yaitu hanya 3

ton/ha jagung pipilan kering dari target 6 ton/ha.

Hampir pada tiap tahapan produksi pada usahatani di kebun Seatele PT.

Sungai Menang terdapat ketidaksesuaian dan kendala dalam penerapan Good

Agriculture Practices (GAP), persentase rata-rata komponen GAP yang terpenuhi

hanya 55%. Beberapa alasan utamanya adalah: 1) Merupakan jenis usaha yang

baru (belum genap 2 tahun dilaksanakan). 2) keterbatasan alat maupun sarana dan

prasarana. 3) Belum adanya perhatian khusus terhadap penerapan GAP karena

masih dalam tahapan merintis. 4) Masih berorientasi pada kuantitas hasil bukan

kualitas.

Page 4: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP)

PADA PENGELOLAAN PERTANAMAN JAGUNG

(Zea mays L.) DI PT SUNGAI MENANG,

PULAU SERAM, MALUKU

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

R MUHAMMAD ZAENUDIN

A24070175

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 5: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

Judul : PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP)

P A D A P E N G E L O L A A N P E R T A N A M A N J A G U N G

(Zea mays L.) DI PT. SUNGAI MENANG, PULAU SERAM,

MALUKU

Nama : R MUHAMMAD ZAENUDIN

NRP : A24070175

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir Heni Purnamawati MSc.Agr

NIP. 19660406 199003 2 009

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr.

NIP. 19611101 198703 1 003

 

Tanggal Lulus :

Page 6: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor, pada tanggal 16 Juni 1989. Penulis adalah anak

kelima dari enam bersaudara, anak dari pasangan Bapak R.H. Ata Sutisna dan Ibu

R. Hj. Siti Hasanah.

Penulis memulai pendidikan pada tahun 1995 di SD Negeri Sindangsari

Bogor. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 2 Bogor dan lulus

pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA

Negeri 4 Bogor. Pada tahun 2007, penulis diterima di Program Studi Agronomi

dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jaluk

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Page 7: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasululloh

Muhammad SAW sebagai tauladan bagi kita semua. Alhamdulillah penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Good Agricultural

Practices (GAP) pada pengelolaan pertanaman jagung (Zea mays L.) di PT.

Sungai Menang, Pulau Seram, Maluku”. Pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayah, Ibu dan kakak-adik tercinta yang selalu mendukung dan

memberikan dorongan kepada penulis secara moril maupun materil.

2. Ibu Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis.

3. Bapak Ir. Jan Barlian selaku pembimbing akademik atas nasihat, saran dan

bimbingannya.

4. Bapak Dr. Suwarto, Msi, Bapak Dr. Iskandar Lubis Ms, Bapak Dr. Ir. Ade

Wachjar MS, dan Ibu Dr. Ir. Eny Widajati MS selaku dosen penguji

skripsi yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi.

5. Bapak Agusta Mucharam (GM PT. Sungai Menang), Bapak Fahmi Wanra

(Manajer Riset), Bapak Yan sofyan, Bapak Lukman Hakim, kang Andre

Gazam, dan seluruh staf serta Direksi PT. Sungai Menang atas bimbingan

dan arahannya selama penulis melaksanakan magang.

6. Segenap jajaran Dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura

IPB.

7. Yang Spesial : Rahmat, Rama, Djoko, Sidik, Adim, Enal, Mukhlis, Fikri,

Alvian, Dimas, Faisal, Azan, Ayu, Ipeh, Erna, Anne dan Ufa.

8. Teman-teman Laskar Petani AGH 44.

9. Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya.

Bogor, Januari 2013

Penulis

Page 8: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

Latar Belakang.......................................................................................... 1

Tujuan ....................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

Syarat Tumbuh Jagung ............................................................................. 4

Good Agricultural Practices .................................................................... 4

Manajemen Produksi Jagung .................................................................... 5

METODE MAGANG ................................................................................ 11

Tempat dan Waktu ................................................................................. 11

Metode Pelaksanaan ............................................................................... 11

Pengamatan dan Pengumpulan Data ...................................................... 12

Analisis Data dan Informasi ................................................................... 13

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ............................................... 14

Sejarah Perusahaan ................................................................................. 14

Lokasi Perusahaan dan Letak Wilayah Administratif ............................ 14

Sarana dan Prasarana Perusahaan ........................................................... 15

Keadaan Iklim dan Tanah ....................................................................... 15

Luas Area Kebun dan Produksi .............................................................. 16

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .............................................. 17

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG.............................................. 20

Aspek Teknis .......................................................................................... 20

Aspek Manajerial.................................................................................... 36

PEMBAHASAN ........................................................................................ 39

Page 9: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

Pemilihan Wilayah Produksi .................................................................. 39

Persiapan Lahan ..................................................................................... 42

Benih dan Varietas Tanaman.................................................................. 45

Penanaman .............................................................................................. 48

Pemupukan ............................................................................................. 49

Pengairan ................................................................................................ 50

Perlindungan Tanaman ........................................................................... 51

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman ........................................................... 52

Panen ...................................................................................................... 54

Pascapanen ............................................................................................. 55

Perlindungan lapangan ........................................................................... 56

Pencatatan dan Tracebility ..................................................................... 57

Saran untuk pemenuhan GAP ................................................................ 58

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 62

Kesimpulan ............................................................................................. 62

Saran ....................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 64

LAMPIRAN ............................................................................................... 66

Page 10: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sarana dan Prasarana di PT. Sungai Menang. .................................. 15

2. Tata Guna Lahan PT Sungai Menang, Seram .................................. 16

3. Produksi jagung di Kebun Seatele PT. Sungai Menang. .................. 17

4. Data jumlah karyawan PT. Sungai Menang ..................................... 18

5. Persentase Daya Berkecambah ......................................................... 45

6. Persentase populasi jagung di lapang ............................................... 46

7. Keragaan vegetatif beberapa varietas jagung hibrida ....................... 53

8. Hasil pipilan kering beberapa varietas jagung di Kebun Seatele ..... 55

Page 11: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengukuran dan blocking (a) dan Imas tumbang (b) ........................ 20

2. Pembersihan rumpukan secara manual (a) dan mekanisasi (b). ....... 22

3. Olah tanah primer menggunakan disk plow (a) dan rotavator (b).... 23

4. Skema penanaman jagung berdasarkan varietas............................... 25

5. Penanaman secara tugal (a) dan penanaman dengan planter (b). ..... 25

6. Pemupukan kedua secara manual ..................................................... 28

7. Penyemprotan manual (a) dan mekanisasi dengan boom sprayer . .. 31

8. Panen secara manual ......................................................................... 32

9. Penjemuran I (a), pemipilan (b) dan penjemuran II (c). ................... 34

10. Gudang penyimpanan jagung pipilan kering. ................................... 35

11. Kondisi tanah Seatele saat kering (a) dan saat kondisi tergenang .... 40

12. Kondisi pertanaman jagung blok 4C dengan daya tumbuh 60,39 %

(a) blok 3C dengan daya tumbuh 37,47% (b). .................................. 47

Page 12: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peraturan Menteri Pertanian No 48 Tahun 2006 .............................. 67

2. Peta Kebun Seatele ........................................................................... 70

3. Data Curah Hujan dan Tipe Iklim Seram ......................................... 71

4. Struktur Organisasi PT. Sungai Menang .......................................... 73

5. Hasil Analisis Tanah Seatele ............................................................ 74

6. Deskripsi Varietas ............................................................................. 75

7. Hasil Pengamatan Kesesuaian Manajemen Produksi dengan GAP . 78

8. Jurnal Harian Kegiatan Magang Selama Masa Orientasi Kebun

di Pertanaman Jagung PT Sungai Menang P. Seram, Maluku ......... 83

9. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Asisten Supervisor di

Pertanaman Jagung PT Sungai Menang P. Seram, Maluku ............. 85

 

 

 

Page 13: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi jagung Indonesia telah mengalami peningkatan cukup pesat

selama lima tahun terakhir, pada tahun 2005 total produksi jagung Indonesia

sebesar 12,52 juta ton dan telah meningkat menjadi 17,6 juta ton pada tahun 2009

(BPS, 2010). Menurut statistik FAO (2009), pada tahun 2009 Indonesia

menempati urutan ke-5 sebagai negara produsen jagung terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat, Cina, Brazil, dan Meksiko. Tingginya jumlah produksi ternyata

masih belum mencukupi kebutuhan jagung dalam negeri. Nilai impor jagung

indonesia meningkat sebesar 374,14% dari 77,841 juta USD pada tahun 2009

menjadi 369,007 juta USD pada tahun 2010 (BPS, 2010).

Perkembangan produksi jagung di Indonesia memiliki trend yang baik

selama 5 tahun terakhir yang cenderung terus meningkat. Tingginya kebutuhan

dalam negeri mengharuskan adanya upaya peningkatan produksi yang lebih

tinggi. Peningkatan produksi saat ini disebabkan peningkatan produktivitas dari

penggunaan varietas baru dan hibrida sementara luas panen cenderung menurun.

Berdasarkan data BPS (2012) produktivitas jagung di Indonesia sejak tahun 2007

meningkat dari hanya 3,66 ton/ha menjadi 4,55 ton/ha pada tahun 2011 dengan

rata-rata pertumbuhan produktivitas sebesar 5,09% setiap tahun, sementara itu

luas panen jagung di Indonesia mengalami penurunan sebesar 6,19% dari tahun

2007 hingga tahun 2011. Di provinsi Maluku penurunan luas panen dari tahun

2007 hingga 2011 mencapai 33,27% dari luas panen 6 761 ha pada tahun 2007

menjadi hanya 5 073 ha pada tahun 2011.

Peningkatan produksi lebih diupayakan melalui peningkatan produktivitas

dan diharapkan laju produksi jagung mencapai 4,24% per tahun. Laju peningkatan

produktivitas dilakukan melalui penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT)

dan peningkatan luas panen (Puslitbang, 2010). Kebutuhan untuk menjamin

keberlanjutan peningkatan produksi serta mutu produk menuntut adanya sebuah

pedoman tentang pengelolaan budidaya pertanian yang baik. Sebuah panduan

yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan tersebut salah satunya adalah

Page 14: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

2  

melalui penerapan Good Agricultural Practices (GAP). GAP menuntut

terciptanya manajemen produksi yang baik dan berkelanjutan.

Good Agricultural Practices (GAP) merupakan sebuah pedoman

pelaksanaan budidaya tanaman. Penerapan GAP mencerminkan tiga pilar

keberlanjutan yaitu layak secara ekonomi, ramah lingkungan, dan diterima oleh

masyarakat, termasuk keamanan dan kualitas pangan (Neely, et al., 2007).

Menurut Cruz (2002), penerapan GAP pada produksi jagung berorientasi pada: (1)

menjamin mutu hasil produk serta keamanan, keselamatan dan kesehatan pekerja,

(2) ramah lingkungan sehingga menjamin keberlanjutan produksi dan (3)

menambahkan nilai hasil produksi bagi petani kecil, menengah dan besar.

Penerapan praktek pertanian yang baik (GAP) adalah upaya untuk

menyelamatkan pertanian sehingga tidak berbahaya terhadap lingkungan

sekaligus menjamin pasokan produk yang berkualitas lebih baik dan dapat

diterima. Beberapa hal yang mencakup penerapan GAP diantaranya: pengendalian

hama terpadu (PHT), olah tanah secara konservasi dan berbagai manajemen

budidaya lain yang mengurangi dampak pertanian terhadap kesehatan manusia

dan menjaga keberlanjutan produksi dan lingkungan.

Budidaya jagung yang dikelola secara komersial oleh sebuah perusahaan

belum banyak diterapkan di Indonesia. Pembukaan lahan jagung di Maluku oleh

perusahaan PT. Sungai Menang merupakan salah satu upaya dalam pemenuhan

kebutuhan jagung dalam negeri yang masih terbatas. Manajemen produksi yang

baik perlu dilakukan oleh perusahaan dalam upaya efisiensi biaya produksi untuk

mencapai produksi jagung yang optimum dan memperoleh keuntungan serta layak

secara ekonomis. Untuk memperoleh informasi mengenai manajemen produksi

yang ada di perusahaan terkait dengan penerapan GAP maka mahasiswa

melakukan magang di perusahaan tersebut selama 4 bulan.

Tujuan

Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk; (1) memperoleh

informasi mengenai penerapan Good Agricultural Practices (GAP) di pertanaman

jagung PT Sungai Menang. (2) meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam

mempelajari dan memahami proses kerja secara nyata. (3) memberikan

pengalaman manajerial pada pengelolaan tanaman pangan.

Page 15: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

3  

Adapun tujuan khusus dari magang ini adalah untuk dapat menganalisa,

melakukan observasi, mengimplementasikan dan memberikan solusi terhadap

masalah pengelolaan budidaya jagung dengan skala komersial.

Page 16: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Jagung

Tanaman jagung akan tumbuh baik pada tanah yang gembur dan subur,

karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Tanah dengan

tekstur lempung berdebu adalah jenis tanah terbaik untuk pertumbuhannya.

Tingkat keasaman tanah untuk budidaya jagung berkisar antara pH 5.6-7.5. Suhu

optimum untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 24-30ºC dengan distribusi

curah hujan minimum 200 mm/bulan (Sutoro, Sulaeman dan Iskandar. 1998).

Jagung termasuk kedalam tanaman C4 sehingga lebih efisien dalam melakukan

fotosintesis dan pemanfaatan air. Tanaman jagung lebih teradaptasi pada

lingkungan yang panas (Gardner, Pearce dan Mitchell. 1985).

Good Agricultural Practices

Good Agricultural Practices (GAP) merupakan sebuah pedoman

pelaksanaan budidaya dalam sektor pertanian. Penerapan GAP mencerminkan tiga

pilar keberlanjutan (layak secara ekonomi, ramah lingkungan, dan diterima oleh

masyarakat) termasuk keamanan pangan dan kualitas; terkait dengan wajib

dan/atau persyaratan sukarela, dengan fokus pada produksi primer, dan

mengambil serta memperhitungkan insentif dan konteks kelembagaan (Neely, et

al., 2007). Menurut Cruz (2002), penerapan GAP pada produksi jagung

berorientasi pada: (1) menjamin mutu hasil produk serta keamanan, keselamatan

dan kesehatan pekerja, (2) ramah lingkungan sehingga menjamin keberlanjutan

produksi dan (3) menambahkan nilai hasil produksi bagi petani kecil, menengah

dan besar.

Good Agricultural Practices diharapkan mampu dibuat untuk spesifik

komoditas sehingga GAP tersebut dapat menjadi suatu standard dan acuan dalam

pengembangan dan pengelolaan komoditas tersebut di tempat lain. GAP

mencakup kesesuaian komoditas dengan kesesuaian iklim dan lahan yang ada,

upaya konservasi lahan dan air untuk keberlanjutan lingkungan, pemupukan yang

tepat sesuai kebutuhan hara tanah dan tanaman. Pengendalian hama dan penyakit

Page 17: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

5  

secara terpadu dan ramah lingkungan serta proses panen dan pasca panen yang

menjamin kebersihan dan kualitas produk.

Manajemen Produksi Jagung

Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang

ditujukan untuk menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Menurut Suripin (2002) tujuan utama pengolahan tanah adalah menyiapkan

tempat tumbuh yang baik bagi benih, menggemburkan tanah pada daerah

perakaran, membalikkan tanah sehingga sisa tanaman terbenam didalam tanah,

dan memberantas gulma.

Dampak positif pengolahan tanah secara intensif hanya bersifat sementara

karena tanah dibajak beberapa kali kemudian digaru dan diratakan justru membuat

permukaan tanah yang tidak dilindungi oleh tinggalan sisa tanaman, sehingga

akan memacu erosi dan mempercepat penurunan kadar bahan organik dan

kesuburan tanah (Efendi dan Suwardi, 2009). Kondisi fisik tanah dapat

mempengaruhi perkembangan akar jagung. Hasil penelitian Saturnino dan

Landers (1997) dalam FAO (2000) menunjukkan jumlah akar jagung setiap

kedalaman 10 cm lebih banyak pada lahan yang disiapkan secara konservasi

(TOT) dibanding jumlah akar pada lahan yang disiapkan secara konvensional

(OTS). Oleh karena itu penanaman jagung di lahan kering harus dikelola secara

tepat salah satunya adalah dengan penyiapan lahan konservasi agar lahan tersebut

dapat digunakan secara berkelanjutan.

Waktu dan Pola Tanam

Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produktivitas

jagung adalah penanaman yang sering tertunda. Pada lahan kering beriklim kering

seperti di Nusa Tenggara Timur dengan curah hujan terbatas dan eratik,

penanaman jagung harus tepat waktu agar tanaman tidak mengalami kekeringan.

Pada lahan sawah tadah hujan pada musim kemarau, jagung sebaiknya ditanam

segera setelah panen padi pada saat kondisi tanah masih lembab, dan sumur

sebaiknya dibuat untuk menjamin ketersedian air bagi tanaman (Akil dan Dahlan,

2007)

Page 18: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

6  

Menurut Margaretha dan Fadhly (2010) pengembangan usahatani melalui

pola tanam padi-jagung di lahan sawah irigasi merupakan langkah strategis

karena: (a) memanfaatkan lahan dan air secara optimal dan menyerap tenaga kerja

dan modal lebih banyak, (b) biji jagung yang dihasilkan dari pertanaman jagung

musim kemarau memiliki mutu yang lebih tinggi, serta brangkasan jagung dan

jerami padi sangat dibutuhkan untuk pakan serta memiliki nilai ekonomi, dan (c)

padi-jagung musim kemarau memperoleh pendapatan yang lebih baik karena

harga biji jagung yang tinggi dan brangkasan jagung dan jerami padi dapat

mendatangkan penghasilan.

Untuk pemanfaatan waktu penanaman jagung dalam setahun maka

dikenalkan konsep pertanaman bersisipan yang mana dilakukan dua minggu

sebelum pertanaman jagung pertama dipanen. Pertanaman jagung berikutnya

dapat ditanam untuk memanfaatkan waktu dan air yang tersedia dengan baik.

Dengan cara ini, indeks pertanaman, utamanya di lahan kering dapat ditingkatkan

hingga 400% atau panen empat kali dalam setahun (Fadhly, 2009).

Populasi Tanam

Upaya memaksimalkan penggunaan lahan dalam manajemen produksi

jagung banyak dilakukan dengan meningkatkan populasi tanam dan juga

mempertimbangkan pengaturan jarak tanam untuk membantu mencapai jarak

yang diinginkan antar tanaman. Pertanaman jagung dengan sistem legowo mulai

diujicobakan dengan tujuan memudahkan pemeliharaan tanaman, seperti

penyiangan, pembumbunan dan pemberian air. Selain itu, penyisipan tanaman

juga lebih mudah dilakukan. Sinar matahari yang lebih banyak masuk di antara

pertanaman akan meningkatkan hasil jagung yang membutuhkan banyak sinar

untuk pertumbuhannya (Fadhly, 2009).

Populasi tanaman adalah faktor yang mempengaruhi hasil. Kepadatan

tanaman yang tinggi mempengaruhi besar tongkol. Pada beberapa varietas dapat

meningkatkan kerebahan dan serangan penyakit (Purwono dan Purnamawati,

2007). Populasi tanaman yang tinggi menimbulkan kompetisi penyerapan O2,

CO2, unsur hara dalam tanah, meningkatkan senescence daun, tinggi tanaman,

komsumsi air, tongkol mandul, serta menyebabkan penurunan pertumbuhan

diameter batang, jumlah biji per tongkol dan bobot biji (Efendi dan Suwardi,

Page 19: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

7  

2010). Populasi tanaman yang ideal untuk jagung adalah antara 60 000-80 000

tanaman/ha. Jarak tanam untuk jagung hibrida pada umumnya adalah 75 cm x 25

cm atau 53 333 tanaman/ha pada musim hujan dan 75 cm x 20 cm atau 66 666

tanaman/ha pada musim kemarau (Bakhri, 2007).

Pemupukan

Pemupukan merupakan usaha untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman.

Tanaman yang mendapat cukup hara dapat menyelesaikan siklus hidupnya lebih

cepat, sedangkan tanaman yang kekurangan hara dapat lebih lambat dipanen,

tetapi jika tanaman kelebihan hara dapat meracuni tanaman. Diperlukan metode

pemupukan, jenis pupuk, dosis pupuk dan waktu pemupukan yang tepat agar

tercapai efisiensi pemupukan (Rasyid, et al. 2010).

Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan memberikan jenis dan dosis

pupuk yang tepat sesuai dengan sifat tanah, fase pertumbuhan tanaman dan

kondisi cuaca; sehingga unsur hara pupuk yang diberikan semaksimal mungkin

dapat diserap tanaman dan kehilangan unsur hara pupuk dapat ditekan serendah-

rendahnya. Untuk menentukan hal tersebut diperlukan analisis tanah dan daun

(Abdoellah dan Wibawa, 1998)

Pemberian pupuk yang tepat sesuai dosis dapat meningkatkan produksi

jagung. Zubachtirodin dan Margaretha (2006) menyatakan bahwa pemberian

pupuk pada jagung dengan dosis sebanyak 250 kg urea + 150 kg SP 36 + 100 kg

KCl per ha yang disertai pemberian 1,5 t/ha pupuk kandang ayam mampu

mendukung pertumbuhan jagung sehingga mencapai tingkat produktivitas 6-10

ton/ha hasil biji.

Pengairan

Menurut Notohadiprawiro et al. (2006), air menjadi pembawa hara yang

diserap tanaman lewat aliran massa (mass flow), diffuse dan/atau serapan

langsung oleh akar. Oleh karenanya, air merupakan faktor penentu efesiensi

pemupukan dan efesiensi pemanfaatan hara oleh tanaman. Menurut Thorne

(1979), air tanah merupakan salah faktor yang sangat mempengaruhi hasil

tanaman. Air harus tersedia sesuai kebutuhan apabila ingin mendapatkan hasil

maksimum.

Page 20: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

8  

Menurut Aqil et al. (2007) periode pertumbuhan tanaman yang

membutuhkan adanya pengairan dibagi menjadi lima fase, yaitu fase pertumbuhan

awal (selama 15-25 hari), fase vegetatif (25-40 hari), fase pembungaan (15-20

hari), fase pengisian biji (35-45 hari), dan fase pematangan (10-25 hari). Tanaman

jagung lebih toleran terhadap kekurangan air pada fase vegetatif (fase 1) dan fase

pematangan (fase 4). Penurunan hasil terbesar terjadi apabila tanaman mengalami

kekurangan air pada fase pembungaan dan pada saat terjadi proses penyerbukan

(fase 2). Penurunan hasil tersebut disebabkan oleh kekurangan air yang

mengakibatkan terhambatnya proses pengisian biji karena bunga betina/tongkol

mengering, sehingga jumlah biji dalam tongkol berkurang. Kekurangan air pada

fase pengisian/pembentukan biji (fase 3) juga dapat menurunkan hasil secara

nyata akibat mengecilnya ukuran biji.

Pengaturan ketersediaan air dilakukan melalui pembuatan alur drainase.

Kedalaman alur drainase yang direkomendasikan antara 21-25 cm dan lebar 32-34

cm. Dengan pembuatan alur tersebut pada musim kemarau tanaman hanya perlu

diberi air 6-7 kali tanpa bantuan hujan dan dapat berkurang apabila masih ada

hujan selama pertumbuhan tanaman (Bakhri, 2007).

Pengendalian OPT

Upaya peningkatan produksi jagung seringkali terkendala oleh faktor

abiotik dan biotik. Kendala biotik meliputi gangguan yang disebabkan oleh

organisme pengganggu tanaman (OPT) dimana OPT ini terdiri dari gulma,

penyakit, dan hama. Pengendalian hama dan penyakit jagung dilakukan dengan

menggunakan komponen pengendalian yang meliputi: varietas tahan, kultur

teknis, musuh alami dan pertisida (Bakhri, 2007).

Usaha dalam pengendalian OPT dilakukan melalui tiga cara yaitu;

pengelolaan tanaman, pengelolaan lingkungan dan pengelolaan jasad pengganggu

tanaman. Pengelolaan tanaman meliputi penggunaan varietas tahan atau resisten

terhadap OPT. Pengelolaan lingkungan melalui metode kultur teknis dan pola

tanam serta pengelolaan jasad pengganggu tanaman melalui bahan kimia dan

penggunaan musuh alami (Djafaruddin, 1994). Pengendalian tanaman secara

kimia saat ini mulai dikurangi karena dapat mengakibatkan kerugian lingkungan

serta berbahaya bagi kesehatan manusia.

Page 21: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

9  

Pengendalian hayati yang ramah lingkungan mulai diujicoba dan

diterapkan di lapang. Beberapa penelitian menunjukkan pengendalian hayati

cukup efektif dalam mengurangi kerusakan dan kehilangan hasil yang diakibatkan

OPT. Pengendalian hayati dengan cendawan Metarhizium anisopliae mampu

mengendalikan penggerek batang dengan terindikasi rendahnya kerusakan daun

(13,25%) dan bunga jantan (5,30%). Penggunaan bakteri T. bactrae fumata yang

menjadi parasit pada telur penggerek tongkol mampu mengendalikan dengan

tingkat parasitasi hingga 100%. Bakteri Bacillus thuringensis adalah salah satu

agen pengendali yang mampu memberikan mortalitas cukup tinggi pada ulat

grayak (Baco dan Yasin 2001; Pabbage et al., 2001; Adnan, 2009).

Penekanan dalam pengendalian OPT adalah dengan mempertimbangkan

kerugian secara ekonomis, bukan dari aspek lainnya. Oleh karena itu, efisiensi

biaya maupun waktu menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan. Selama

penambahan hasil akibat tindakan pengendalian masih lebih rendah dari biaya

pengendalian yang dilakukan, maka tindakan pengendalian OPT tidak perlu

dilakukan (Sembodo, 2010)

Panen dan Pascapanen

Kegiatan panen dan pascapanen sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil

yang didapatkan. Waktu panen jagung sangat bergantung kepada tujuan akhir

produksi apakah untuk benih, jagung semi, jagung segar ataupun jagung pipilan.

jagung biasa dipanen pada umur 100-120 HST tergantung varietas, jagung hibrida

dapat dipanen pada saat berumur 90 HST. Menurut Bern, et al. (2003) Menunda

waktu panen dapat menurunkan 0,5% hasil setiap minggu setelah waktu optimum

pemanenan. Waktu panen yang tepat adalah saat kadar air jagung antara 25-17%.

Kegiatan pascapanen terdiri dari sejumlah tahapan dimulai dari panen,

pengupasan, pengeringan, pemipilan, penyimpanan dan pengangkutan

(Muhidong, 1998). Penanganan pascapanen jagung merupakan salah satu mata

rantai penting dalam usahatani jagung. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa petani

umumnya memanen jagung pada musim hujan dengan kondisi lingkungan yang

lembab dan curah hujan masih tinggi. Menurut Firmansyah (2009) hasil survei

menunjukkan bahwa kadar air biji jagung yang dipanen pada musim hujan masih

Page 22: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

10  

tinggi, berkisar antara 25-35%. Apabila tidak ditangani dengan baik, jagung

berpeluang terinfeksi cendawan yang menghasilkan mikotoksin jenis aflatoksin.

Penanganan pascapanen yang kurang baik dapat menyebabkan kehilangan

hasil dan kerugian yang cukup tinggi. Kehilangan hasil akibat proses pemipilan

secara manual dapat mencapai 8%. Upaya penekanan kehilangan hasil menjadi

hanya 5% dapat meningkatkan produksi jagung nasional hingga 290 000

ton/tahun. Dengan penerapan teknologi, selain dapat menekan kehilangan hasil

secara fisik, penurunan kualitas hasil juga dapat ditekan karena kapasitas

pemipilan dapat jauh lebih tinggi dibanding cara manual serta biaya pemipilan

jauh lebih murah (Bakhri, 2007).

Page 23: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanaan di PT Sungai Menang yang berlokasi di

Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram,

Maluku. Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan selama 4 bulan, dimulai dari

tanggal 2 Februari 2011 sampai 12 Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilakukan dengan praktik kerja langsung di lapangan.

Selama magang, penulis turut kerja aktif dalam seluruh pelaksanaan kegiatan

teknis di lapang mulai dari teknik budidaya, panen dan penanganan pascapanen.

Penulis juga melakukan wawancara dan diskusi terkait aspek manajemen

produksi, khususnya penerapan Good Agricultural Practices (GAP) di lapang.

Metode lainnya yang dilakukan melalui pengumpulan laporan dan arsip

perusahaan dengan meminta izin dari manajer kebun.

Penulis selama magang mempelajari keterampilan teknis dan manajerial.

Pelaksanaan kegiatan teknis meliputi seluruh kegiatan yang ada di lapangan.

Kegiatan prapanen dari persiapan lahan, penanaman, pemupukan dan

pengendalian organisme pengganggu tanaman, kegiatan panen sampai kegiatan

penanganan pascapanen.

Keterampilan manajerial diperoleh ketika menjadi pendamping mandor

dan pendamping asisten kepala kebun. Kegiatan manajerial pada saat menjadi

pendamping mandor yaitu membuat perencanaan kegiatan harian,

pengorganisasian karyawan, pengawasan dan pengendalian kegiatan di lapangan

serta mengisi jurnal harian magang sebagai pendamping mandor. Kegiatan

sebagai pendamping asisten kepala kebun antara lain membantu penyusunan

rencana kerja dan rencana anggaran dari perusahaan, membuat laporan asisten

kepala kebun, mempelajari manajerial perkebunan, mengisi jurnal harian di

tingkat afdeling serta menganalisis permasalahan yang timbul dan mencari

solusinya.

Page 24: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

12  

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data primer yang dikumpulkan selama kegiatan magang adalah hal-hal

yang berhubungan dengan penerapan Good Agricultural Practices yang mengacu

pada Peraturan Menteri Pertanian No. 48 Tahun 2006 tentang pedoman budidaya

tanaman pangan yang baik dan benar seperti yang terlampir di Lampiran 1.

Komponen GAP yang diamati meliputi:

1. Pemilihan Wilayah Produksi: Kesesuaian kondisi iklim dan tanah serta

kesesuaian lahan dengan komoditas dan cara budidaya.

2. Persiapan Lahan: Pemetaan tipe tanah, teknik pengolahan tanah:

pengendalian terhadap erosi.

3. Benih dan Varietas: kualitas benih/daya berkecambah, perlakuan benih

dan sumber benih, ketahanan terhadap penyakit, keragaan vegetatif

tanaman.

4. Penanaman: kesesuaian teknik budidaya

5. Pemupukan: penentuan kebutuhan hara, sumber dan jenis pupuk, dosis,

frekuensi, metode dan alat aplikasi, sistem penyimpanan pupuk dan

penggunaan pupuk organik.

6. Manajemen air: pengetahuan kebutuhan air; metode irigasi; sumber air dan

pelestariannya.

7. Perlindungan Tanaman: pelaksanaan pengendalian hama terpadu,

pemilihan bahan kimia, jenis dan dosis pestisida/herbisida, frekuensi

aplikasi, interval prapanen, alat aplikasi, pembuangan sisa aplikasi dan

penyimpanan pestisida/herbisida.

8. Pemanenan: metode dan alat panen, teknik pengepakan lapang, alat

angkut, dan kriteria panen.

9. Pascapanen: penggunaan bahan kimia pasca panen, pengeringan, seleksi,

pengemasan, dan penyimpanan.

10. Perlindungan lapang: ketersediaan alat dan penggunaan alat di lapang.

11. Pencatatan dan Tracebility: Pencatatan seluruh tahapan produksi dan

kejelasan sumber bahan baku serta produk.

Page 25: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

13  

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa arsip dan

dokumen yang meliputi:

a. Letak geografis dan topografi kebun.

Data lokasi kebun yang meliputi penyebarannya di lapangan, pembagian

areal kebun, luas areal dan tata guna lahan.

b. Keadaan lingkungan tumbuh.

Data mengenai tipe iklim, curah hujan rata-rata bulanan dan tahunan,

jumlah bulan basah, bulan kering dan jumlah hari hujan.

c. Kondisi areal tanam dan pertanaman.

Data tentang luas pertanaman, varietas, produksi jagung dan kondisi

tanaman.

d. Organisasi dan manajemen perusahaan.

Informasi tentang struktur organisasi wewenang dan tanggung jawabnya.

e. Produksi jagung.

Data produksi PT. Sungai Menang selama tahun 2010-2011.

Selain itu pengumpulan data sekunder berupa pengumpulan data

penunjang dilakukan melalui bahan pustaka yang tersedia di perusahaan.

Analisis Data dan Informasi

Data dan informasi dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan

membandingkan studi pustaka yang berlaku pada budidaya jagung dengan kondisi

di lapangan kemudian dilakukan skoring berdasarkan kriteria yang telah ada.

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah pengelolaan pertanaman

jagung di PT. Sungai Menang sudah menerapkan kaidah-kaidah Good

Agricultural Practices.

Page 26: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Sejarah Perusahaan

PT. Sungai Menang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

pertanian dan termasuk kedalam kelompok usaha Sampoerna Bio Energi, PT.

Sampoerna Agro, Tbk. Jenis komoditi yang diusahakan oleh PT Sungai Menang

adalah komoditi pangan seperti ubi kayu, kedelai dan jagung. Pada tahun 2008

PT. Sungai Menang membuka usaha pertaniannya di wilayah Pulau Seram,

Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

Usaha pertanaman jagung di kebun Seram dimulai sejak tahun 2010.

Pembukaan lahan pertama kali dilakukan di Divisi Seatele pada tahun 2008 seluas

60 ha dan kemudian dilakukan penanaman dengan komoditi utama pada waktu itu

adalah ubi kayu. Sejak tahun 2010 komoditi ubi kayu diganti dengan komoditi

jagung. Rencana jangka panjang usaha pertanaman jagung ini akan diusahakan

secara mekanisasi dengan skala komersial. Pada tahun 2010 pembukaan lahan di

Divisi Seatele diperluas hingga 118 ha serta kemudian dibuka lahan pertanaman

baru dengan lahan yang siap dibuka seluas 300 ha.

Lokasi Perusahaan dan Letak Wilayah Administratif

PT. Sungai Menang wilayah Seram terletak di Dusun Mandiri, Desa

Samal, Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

Akses transportasi untuk menuju perkebunan ditunjang dengan letak perkebunan

dan sekretariat yang berada di jalur Lintas Seram. Akses lokasi sekretariat kebun

menuju ibu kota kecamatan sejauh 25 km dan menuju ibu kota kabupaten sejauh

250 km atau dapat ditempuh selama lima jam menggunakan kendaraan roda

empat. Letak kebun PT. Sungai Menang berada di dua lokasi yang berbeda dan

terpisah sejauh 25 km. Letak geografis pertanaman jagung PT. Sungai Menang

terletak pada 129042’-129051’ BT dan 2051’ – 2056’ LS. Peta kebun dapat dilihat

pada Lampiran 2.

Page 27: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

15  

Sarana dan Prasarana Perusahaan

PT. Sungai Menang memiliki beberapa sarana dan prasarana yang

menunjang kegiatan kerja dan produksi perusahaan. Sarana dan prasarana yang

dimiliki perusahaan disajikan pada Tabel 1. di bawah ini.

Tabel 1. Sarana dan Prasarana di PT. Sungai Menang.

Fasilitas Jumlah Fungsi (Unit)

Kantor 1 Pusat kegiatan administrasi Kantor divisi 2 Pusat kegiatan administrasi divisi/kebun Gudang 3 Tempat penyimpanan peralatan

penunjang kegiatan kebun, penyimpanan sarana produksi, penyimpanan hasil panen

Pos pengawasan 2 Pengawasan dan penjagaan keamanan kebun

Menara Pemantau 4 Tempat memantau kondisi kebun dan pengawasan terhadap serangan hama sapi dan babi

Traktor 2 Alat mekanisasi pertanian Implemen Traktor a. Disk Plow 2 Olah tanah (bajak) b. Rotovator 2 Olah tanah (rotari) c. Planter 1 Penanaman secara mekanik d. Harvester 1 Pemanenan secara mekanik e. Boom Sprayer 1 Penyemprotan / pengendalian OPT Mobil boks 1 Sarana transportasi antar jemput pekerja Motor 6 Sarana transportasi staf perusahaan Sumber : Data Perusahaan (2011)

Keadaan Iklim dan Tanah

Keadaan Iklim di pertanaman jagung PT. Sungai Menang menurut tipe

iklim Oldeman termasuk tipe C1, dengan rata-rata 5 bulan basah berturut-turut

dan 1 bulan kering berturut-turut dalam satu tahun. Tipe iklim C1 artinya

memungkinkan untuk menanam palawija dua kali dalam satu tahun pada wilayah

tersebut. Curah hujan pertahun selama 22 tahun terakhir (tahun 1989 - 2010)

adalah 2 493 mm/tahun. Data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Kondisi lahan pertanaman jagung kebun Seatele berada pada ketinggian 8

mdpl. Topografi lahan termasuk kedalam lahan datar dengan kelas lereng 0-8%.

Page 28: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

16  

Berdasarkan kelas kesesuaian lahan, lahan pertanaman jagung di PT. Sungai

Menang termasuk dalam lahan kelas S3 untuk jagung. Berdasarkan survey tinjau

yang telah dilakukan perusahaan terdapat dua jenis tanah di pertanaman jagung

seram, yaitu Aeric Endoaquepts untuk tanah divisi I Seatele dan jenis tanah Typic

Eutrudepts untuk divisi II Samal. Tanah Aeric Endoaquepts merupakan sub grup

dari ordo tanah Inceptisol yang mempunyai karakter tanah berdrainase terhambat

sampai baik dengan tekstur liat sampai lempung. Tanah Aeric Endoaquepts

merupakan tanah Inceptisols yang terbentuk dari bahan induk aluvium marin atau

endapan laut.

Luas Area Kebun dan Produksi

Luas area yang diusahakan di pertanaman jagung PT Sungai Menang

berdasarkan rencana anggaran tahun 2011 seluas 200 ha. Luasan lahan yang

dimiliki pada tahun 2011 adalah 420 ha yang terbagi kedalam dua divisi. Berikut

pembagian tata guna lahan di PT. Sungai Menang, Seram.

Tabel 2. Tata Guna Lahan PT Sungai Menang, Seram

Divisi Luas Total Lahan Luas Lahan Penggunaan LahanSeatele 118 ha 74 ha Jagung

13.8 ha Ubi kayu 16.2 ha Lahan tidur 14 ha Lain-lain

Samal/Leawai 300 ha - Tidak ada data Total 418 ha Data per 1 Juni 2011 Sumber: Catatan Kepala Divisi

Jagung merupakan komoditas utama yang diusahakan. Ubi kayu

merupakan komoditas pertama yang diusahakan namun karena kondisi lahan dan

iklim yang tidak sesuai sehingga budidaya ubi kayu dihentikan dan dilanjutkan

dengan percobaan penanaman jagung pada tahun 2010. Produksi jagung untuk

tahun pertama diusahakan pada lahan seluas 60 ha, adapun data produksinya tidak

didapatkan karena kebijakan perusahaan.

Produksi jagung pada tahun kedua dimulai Januari 2011 dan hanya

dilakukan pada beberapa blok saja dengan total luasan 15 ha. Penanaman tertunda

karena kondisi lahan yang belum diolah serta kendala cuaca. Hingga bulan Juni

Page 29: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

17  

atau kegiatan magang berakhir data produksi hanya didapatkan dari blok 5C.

Berikut hasil produksi jagung pipilan kering yang ditampilkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Produksi jagung di Kebun Seatele PT. Sungai Menang.

Blok Luas Lahan Produksi Produktivitas

(ha) (ton) (ton/ha) 5C1 1,25 3,950 3,160 5C2 1,25 3,850 3,080 5C3 1,25 3,411 2,729 Total 3,75 11,211 2,990

Data per 1 Juni 2011 Sumber: Catatan Kepala Divisi

Pemanfaatan lahan di kebun Seatele dibagi menjadi dua yaitu lahan untuk

produksi dan lahan untuk riset. Lahan untuk kegiatan riset mencakup luasan 30

hektar dari total 118 ha luas kebun. Kegiatan riset bertujuan untuk mendapatkan

varietas jagung paling adaptif. Terdapat enam blok dengan luas masing-masing 5

ha yang dijadikan area riset, pada setiap blok ditanami lima varietas jagung

hibrida yang berbeda sehingga akan didapatkan tiga ulangan untuk setiap varietas.

Lahan yang dijadikan area produksi mencakup sebagian besar area kebun namun

pada kondisi tertentu lahan produksi dapat dijadikan lahan untuk riset jika

memang diperlukan.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Operasional PT. Sungai Menang dipimpin oleh seorang General Manager

(GM) yang memiliki tugas memimpin dan mengelola serta mengembangkan

seluruh kebijakan. General manager dibantu oleh seorang manajer, dua orang

asisten kepala divisi/kebun, seorang asisten riset, seorang kepala tata usaha dan

seorang kepala administrasi. Terdapat beberapa posisi dalam struktur organisasi

yang masih belum terisi, selengkapnya struktur organisasi dapat dilihat pada

Lampiran 4.

Asisten kepala divisi bertanggung jawab langsung kepada general manajer

dalam hal pengawasan, pelaksanaan teknis dan perencanaan kegiatan serta

evaluasi hasil kerja di masing-masing divisi. Asisten riset bertanggung jawab

langsung kepada manajer dalam hal pengawasan, pelaksanaan kegiatan riset,

Page 30: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

18  

perencanaan kegiatan dan laporan hasil kegiatan. Kepala administrasi bertanggung

jawab kepada kepala tata usaha dalam hal yang menyangkut kegiatan

administrasi, keuangan dan pembuatan arsip data kebun.

Karyawan di PT. Sungai Menang terbagi atas pengelola tingkat staf dan

non-staf. Karyawan tingkat staf terdiri dari general manajer, manajer, asisten

kepala divisi, asisten riset, kepala tata usaha dan kepala administrasi. Karyawan

non staf merupakan karyawan kebun yang bekerja secara harian, borongan dan

musiman, terdiri dari mandor, krani, petugas keamanan dan karyawan harian lepas

(KHL).

Tabel 4. Data jumlah karyawan PT. Sungai Menang

Uraian Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

A. Staf 1. General Manajer 1 1 2. Manajer 1 1 Asisten kepala divisi 2 2 asisten riset 1 1 2 kepala tu 1 1 Admin 1 1

B. Non Staf 1. Bulanan 9 1 10 2. THL 25 40 65

Total Tenaga Kerja 41 42 83 Sumber: Data Perusahaan 2011

Karyawan tingkat staf maupun non staf masuk setiap hari. Hari kerja

dimulai dari hari Senin sampai Minggu. Pekerjaan dalam satu hari dilaksanakan

dengan standar 7 jam kerja yang dimulai pukul 07.00 WIT hingga pukul 15.00

WIT dengan waktu istirahat selama 1 jam dari pukul 12.00 WIT sampai 13.00

WIT. Setiap hari terdapat lembur tetap selama 1 jam yaitu dari pukul 15.00 WIT

sampai 16.00 WIT. Hari kerja efektif setiap hari adalah selama 8 jam kerja, lama

kerja dapat juga bersifat kondisional jika cuaca tidak memungkinkan. Pekerjaan di

kebun akan diliburkan jika turun hujan deras pada pagi hari sehingga tidak

memungkinkan adanya aktivitas di kebun.

Karyawan non staf akan menerima upah setiap dua minggu. Upah tenaga

harian akan dihitung berdasarkan jumlah hari kerja, hasil borongan, dan lembur.

Page 31: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

19  

Terdapat perbedaan besaran upah antara tenaga harian wanita dan tenaga harian

pria. Upah yang diberikan untuk tenaga harian pria sebesar Rp. 42.500,00 per

HOK dan tenaga harian wanita sebesar Rp. 40.000,00 per HOK. Upah borongan

dihitung berdasarkan prestasi kerja.

Page 32: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Land Clearing

Pengukuran dan blocking. Kegiatan pengukuran merupakan salah satu

kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam pembukaan suatu areal lahan.

Pengukuran di PT. Sungai Menang bertujuan untuk memetakan wilayah kebun,

menentukan batas-batas kebun serta sebagai pedoman dalam pembuatan tata guna

lahan seperti pembuatan areal blok, areal camp, area jalan, parit dan area untuk

berbagai bangunan lain di dalam kebun (Gambar 1a).

Kegiatan pengukuran di Kebun Seatele masih tetap dilakukan meskipun

sudah tidak ada kegiatan pembukaan lahan. Pengukuran dilakukan hanya untuk

mengukur kembali luasan area setiap blok dan penentuan luas setiap petakan.

Luas blok di kebun Seatele adalah 5 ha dengan luas tiap petakan 1 ha sedangkan

di kebun Samal luas blok berbeda dengan luasan tiap blok masing-masing 10 ha

dan luas tiap petakan 2,5 ha. Salah satu komponen kegiatan pengukuran adalah

blocking yang bertujuan menentukan areal blok dan sebagai panduan dalam

kegiatan Imas dan tumbang.

Gambar 1. Pengukuran dan blocking (a) dan Imas tumbang (b)

Imas tumbang. Kegiatan Imas dan Tumbang merupakan kegiatan

pembukaan areal lahan dengan menggunakan alat berat yaitu bulldozer dan

excavator (Gambar 1b). Areal yang dibuka adalah area hutan primer dengan

kondisi pohon yang cukup rapat dan sebagian besar pohon berdiameter lebih dari

Page 33: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

21  

1 meter. Pohon berukuran besar yang tidak mampu ditumbangkan oleh bulldozer

di potong dengan bantuan chainsaw atau gergaji mesin. Pembukaan lahan

dilakukan hingga bersih dari sisa tanaman yang tertinggal di tanah seperti tunggul,

akar maupun batang tanaman. Hal ini diperlukan untuk memudahkan penggunaan

alat pengolahan tanah yang rentan terhadap kerusakan dari hambatan atau

terhambat dalam efisiensi dengan materi tersebut. Pada saat pembukaan lahan sisa

pohon dan kayu dikumpulkan dan dibentuk rumpukan di pinggir petakan yang

kemudian akan bersihkan secara berkala.

Pembersihan areal rumpukan. Areal rumpukan merupakan kumpulan

kayu-kayu hasil imas tumbang pembukaan lahan. Rumpukan diletakkan di pinggir

petakan dengan lebar rumpukan antara 10-15 meter dan panjang 200 m sehingga

luas satu rumpukan berkisar antara 0,2 hingga 0,3 ha. Dalam satu blok dengan

luasan 5 ha terdapat 5 areal rumpukan atau total luas rumpukan antara 1 hingga

1,5 ha. Areal rumpukan ini mengurangi luasan efektif tanam yang seharusnya 5 ha

menjadi hanya 4 ha bahkan 3,5 ha saja. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap

produksi dan efisiensi pemanfaatan lahan sehingga harus sesegera mungkin

dibersihkan.

Pembersihan areal rumpukan dilakukan dengan dua cara yaitu secara

manual dan mekanisasi menggunakan alat berat (Gambar 2). Pembersihan

rumpukan secara manual dilakukan oleh tenaga kerja harian dan terdapat beberapa

rumpukan di blok 2B dan 2C yang kegiatannya diserahkan kepada tenaga

borongan. Pembersihan rumpukan atau rencek kayu oleh tenaga harian dilakukan

dengan menggunakan mesin chainsaw dan parang. Di kebun Seatele terdapat 1

operator chainsaw yang bertugas memotong-motong kayu-kayu besar sisa pohon

yang masih tersisa di rumpukan. Pada kondisi tertentu tenaga harian lepas

digunakan untuk melakukan pembersihan gulma yang telah tumbuh di area

rumpukan. Tujuan rencek kayu adalah agar kayu lebih mudah lapuk dan proses

pembersihan rumpukan menjadi lebih cepat.

Page 34: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

22  

Gambar 2. Pembersihan rumpukan secara manual (a) dan mekanisasi (b).

Pembersihan rumpukan dengan menggunakan tenaga borongan tujuannya

adalah agar lebih efisien dalam penggunaan waktu dan biaya. Tenaga borongan

dibayar 1 juta rupiah untuk satu areal rumpukan yang dibersihkan seluas 2 000

m2. Pembersihan rumpukan olah tenaga borongan ditetapkan harus sudah selesai

setelah 3 bulan. Pada kenyataannya, kegiatan ini membutuhkan waktu lebih lama

dari yang ditetapkan sehingga akhirnya pembersihan rumpukan oleh tenaga

borongan dihentikan dan digantikan menggunakan alat berat.

Pembersihan rumpukan dengan menggunakan alat berat dilakukan untuk

mengejar target luasan tanam untuk tahun 2011 yaitu seluas 200 ha. Pada bulan

Mei 2011 di kebun Seatele dilakukan pembersihan area rumpukan menggunakan

excavator. Penggunaan alat berat lebih efisien dari segi waktu. Dalam satu hari

excavator dapat meratakan sebanyak 2-3 area rumpukan. Proses dapat

berlangsung cepat dikarenakan kayu-kayu di daerah rumpukan sudah mulai lapuk

karena sudah berumur lebih dari 1 tahun.

Pengelolaan tanah (soil management)

Teknik olah tanah pada pertanaman jagung di kebun Seatele dilakukan

secara mekanisasi dengan menggunakan traktor. Pengolahan tanah dibagi kedalam

dua tahapan yaitu olah tanah primer menggunakan bajak dan olah tanah sekunder

menggunakan rotari (Gambar 3). Setiap tahapan pengolahan tanah dilakukan

sebanyak dua kali. Berdasarkan tahapannya maka proses pengolahan tanah

sebelum ditanam adalah Bajak I – Bajak II – Rotari I – Rotari II – Tanam.

Bajak dilakukan dengan menggunakan implement disk plow. Jumlah

piringan bajak ada 4 dengan lebar piringan masing-masing 67 cm atau 26,37 Inchi

Page 35: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

23  

dan jarak antar piringan 67 cm. Kedalaman bajak rata-rata adalah 16,6 cm. Bajak

dilakukan dua kali dan tidak ada selang waktu yang ditentukan antara pelaksanaan

bajak pertama ke bajak kedua. Bajak kedua dilakukan jika tingkat kekeringan

pada lahan hasil bajak pertama sudah cukup kering dan dimungkinkan traktor

untuk dapat beroperasi. Selang waktu antara bajak I dan bajak II biasanya adalah

satu hari.

Rotari dilakukan setelah tanah di bajak dua kali. Rotari tujuannya untuk

memperbaiki struktur tanah pada lapisan atas menjadi lebih remah dan

mempersiapkan seedbed untuk benih agar berkecambah dan tumbuh dengan baik.

Rotari dilakukan menggunakan implement rotavator. Tanah dirotari selama dua

kali sebelum siap tanam. Tidak ada jangka waktu yang ditentukan dalam

pelaksanaan rotari I ke rotari II, olah tanah ke dua bahkan dapat dilakukan pada

hari yang sama.

Gambar 3. Olah tanah primer menggunakan disk plow (a) dan rotavator (b).

Pengolahan tanah secara mekanisasi sangat bergantung pada kondisi cuaca

di lapangan. Kerja alat akan terganggu bila hujan turun karena tanah akan menjadi

basah dan lengket akibatnya pengolahan tanah tidak dapat dilakukan karena alat

tidak memungkinkan untuk bekerja. Kondisi cuaca serta kondisi lahan yang tidak

memungkinkan dilakukan olah tanah menyebabkan terdapat beberapa areal blok

yang selang waktu antara olah tanah berikutnya terlalu lama sehingga lahan telah

ditumbuhi gulma. Blok tersebut antara lain blok 3C dan 3B. Pada kondisi seperti

ini olah tanah menjadi lebih sulit karena terganggu dengan adanya gulma,

terutama gulma-gulma rambat yang seringkali membelit pisau rotavator dan

Page 36: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

24  

akibatnya rotavator harus berhenti sejenak untuk dibersihkan, hal ini mengurangi

efisiensi dari kerja alat itu sendiri.

Penentuan blok atau area lahan yang akan diolah didasarkan pada kondisi

lahan yang ada serta lebih diutamakan pada area lahan yang akan digunakan untuk

area riset. Standar operasional kebun mengharuskan efisiensi pemanfaatan lahan

serta penggunaan alat. Lahan yang sudah kering sesegera mungkin untuk diolah

dan dilakukan penanaman. Tidak ada jangka waktu tertentu yang ditentukan

perusahaan dalam pelaksanaan olah tanah namun terdapat target luasan tanam

yang harus dipenuhi selama satu tahun, untuk tahun 2011 luasan tanam yang

harus dipenuhi adalah total 200 ha untuk divisi I dan divisi II. Target luasan tanam

ini ternyata sulit tercapai, hal ini karena sering terhambatnya proses olah tanah

akibat cuaca, kondisi lahan yang basah, kerusakan mesin dan mobilisasi traktor

yang terbatas.

Penanaman (Planting)

Benih jagung yang digunakan di divisi I Seatele menggunakan jenis benih

jagung hibrida. Kebun Seatele juga merupakan lahan percobaan untuk mengetahui

varietas jagung yang mampu beradaptasi baik dengan kondisi iklim, tanah dan

lingkungan yang ada di lokasi kebun. Terdapat 10 varietas jagung hibrida yang

diusahakan antara lain; AS-1, Makmur-1, Bima-2, NK22, NK33, Bisi-12, Bisi-16,

Bisi-816, Pioneer-12, Pioneer-21, dan Pioneer-27. Setiap varietas ditanam dalam

petakan dengan luasan lahan 1 ha. Setiap blok memiliki 5 petakan sehingga

penanaman dalam satu blok menggunakan 5 varietas yang berbeda. Skema

penanaman dapat dilihat pada Gambar 4.

Penanaman jagung di kebun divisi I Seatele dilakukan dengan cara manual

dan mekanisasi. Meskipun pada standar operasional kebun seluruh proses

budidaya harus dilakukan secara mekanisasi, pada kenyataan di lapang terdapat

berbagai kendala yang menyebabkan mekanisasi tidak dapat dilakukan. Beberapa

kendala tersebut adalah kondisi cuaca, kondisi lahan, dan keterbatasan alat

mekanisasi.

Page 37: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

25  

Blok 4C  Blok 4D 

4C 1 Bisi 12 4D 1 P 21 4C 2 AS 1 4D 2 Bisi 816 4C 3 NK 33 4D 3 Bima 2 4C 4 Makmur 1 4D 4 P 27 4C 5 P 12 4D 5 NK 22

Blok 3C  Blok 3D 

3C1 NK 22 3D 1 AS 1 3C2 Bisi 816 3D 2 P 12 3C3 P 21 3D 3 Bisi 12 3C4 NK 33 3D 4 Makmur 1 3C5 Bima 2 3D 5 P 27

Gambar 4. Skema penanaman jagung berdasarkan varietas

Penanaman secara mekanisasi dilakukan dengan menggunakan implement

planter (Gambar 5). Kelebihan penanaman dengan menggunakan planter antara

lain, efisien dalam penggunaan tenaga kerja karena hanya dibutuhkan dua orang

tenaga kerja yaitu operator dan seorang pembantu operator (helper). Penanaman

dilakukan secara bersamaan dengan pemupukan dasar, waktu yang dibutuhkan

lebih cepat dibandingkan secara manual. Penulis mengikuti kegiatan penanaman

secara mekanisasi dan berdasarkan pengamatan, Prestasi kerja dalam satu hari

kerja adalah 5 875 ha.

Gambar 5. Penanaman secara tugal (a) dan penanaman dengan planter (b).

Implement planter dikalibrasi sesuai dengan jarak tanam dan jumlah

pupuk yang ditetapkan. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 20 cm

dengan jumlah populasi yang diharapkan 66 600 tanaman/ha. Jenis pupuk yang

Page 38: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

26  

digunakan adalah pupuk dasar NPK 15-15-15 dengan dosis 300 kg/ha. Beberapa

kekurangan dari planter antara lain, meskipun telah di set sesuai dengan standar

yang diinginkan namun pada beberapa kondisi letak jatuhnya benih pada planter

tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, terutama untuk jarak tanam dalam baris

yang diharapkan benih jatuh setiap 20 cm namun pada kenyataannya sulit tercapai

karena terkendala lubang benih yang seringkali tertutup oleh bongkahan tanah.

Hal ini berpotensi tanaman tumbuh terlalu rapat atau teralu jauh dalam barisan

sehingga dapat mengurangi populasi.

Penggunaan alat tanam planter juga dapat mengurangi populasi tanam, hal

ini karena konstruksi planter terdiri dari 4 baris sehingga saat digunakan jumlah

baris tanaman dalam satu lahan akan berjumlah kelipatan 4. Jika lebar suatu lahan

50 meter dengan jarak tanam antar baris adalah 75 cm maka jumlah baris

seharusnya adalah 66 baris namun karena menggunakan planter jumlah baris yang

dapat terpenuhi hanya 64 baris atau kehilangan 3% populasi.

Pada kondisi tertentu benih dalam planter tidak keluar karena saluran

benih tersumbat tanah ataupun kotor. Jumlah benih yang terpakai setiap hektarnya

bervariasi dari 14 kg/ha sampai 20 kg/ha. Pengamatan pada penanaman dengan

menggunakan benih yang sama yaitu Pioneer 21 di blok 4D1, 4B3 dan 3C3

menunjukkan jumlah benih yang terpakai berbeda. Pada blok 4D1 benih yang

terpakai adalah 15 Kg/ha sedangkan pada blok 4B3 dan 3C3 hanya 13 kg/ha,

begitu pula dengan varietas NK22 di blok 4D5, 4B5 dan 3C1 jumlah benih yang

terpakai berbeda yaitu 17 kg di blok 3C1, 16 kg di blok 4D5 dan 15 kg di blok

4B5. Meskipun menggunakan benih varietas yang sama terdapat perbedaan

jumlah benih yang terpakai diakibatkan karena pada kondisi tertentu benih tidak

jatuh dari planter sehingga benih yang keluar lebih sedikit.

Penanaman secara manual menggunakan tenaga harian lepas. Penanaman

manual dilakukan jika penanaman secara mekanis tidak dapat dilakukan dan

hanya boleh dilakukan pada area blok produksi. Penanaman manual sangat tidak

efisien secara ekonomi karena memerlukan jumlah tenaga kerja yang banyak serta

waktu yang dibutuhkan cukup lama. Pada penanaman manual di blok 3E tenaga

yang dibutuhkan sebanyak 16 HOK/ha. Penanaman seluas 2,5 Ha di Blok 3E

diselesaikan selama 4 hari dengan menggunakan 10 tenaga harian setiap harinya.

Page 39: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

27  

Pada area blok riset, seluruh kegiatan produksi harus dilakukan secara

mekanisasi sesuai dengan tujuan dari perusahaan yaitu untuk melihat efisiensi dari

kegiatan mekanisasi. Sedangkan pada area lahan produksi, pelaksanaan kegiatan

produksi lebih bersifat kondisional, jika tidak memungkinkan dilakukan secara

mekanisasi kegiatan bisa dilakukan secara manual. Kegiatan yang dilakukan

secara manual harus mempertimbangkan efisiensi pengguna tenaga kerja sehingga

tidak menjadi beban biaya produksi.

Pengaturan Saluran Air

Drainase. Saluran drainase dibuat pada dua sisi lahan yaitu sisi lahan

sebelah utara dan sebelah timur. Pembuatan saluran drainase tidak dibuat di

keempat sisinya untuk memudahkan penggunaan traktor ke dalam lahan. Parit

primer dibuat menggunakan alat berat ekskavator dengan kedalaman 1,2 meter

serta lebar rata-rata 1.2 m. Selain saluran air primer dibuat pula saluran air

sekunder dan tersier secara manual. Saluran sekunder dibuat tegak lurus atau

melintang terhadap posisi lahan. Saluran air sekunder dan tersier dibuat secara

kondisional menyesuaikan dengan kondisi lahan sehingga air tidak menggenangi

areal pertanaman jagung. Panjang parit yang berhasil dibuat dalam satu hari oleh

penulis dan satu orang tenaga harian lepas adalah 112 m. Rata-rata kedalaman

parit tersier adalah 18.33 cm, dengan lebar atas 35 cm dan lebar bawah 23.67 cm.

Pemeliharaan Tanaman

Pemupukan. Pemupukan pada budidaya jagung di kebun Seatele

dilakukan dua kali yaitu pemupukan dasar pada saat tanam dan pemupukan kedua

pada saat umur tanaman 21 – 25 HST. Pemupukan dasar menggunakan NPK 15–

15–15 dengan dosis 300 Kg/ha. Pemupukan dasar dilakukan bersamaan pada saat

tanam dengan menggunakan planter. Namun jika dilakukan pemupukan secara

manual, pemupukan dasar diberikan pada saat tanaman sudah berumur 7 HST.

Pemupukan dengan planter sangat efisien dalam penggunaan waktu

karena dilakukan bersamaan dengan tanam serta dalam cara pemupukan sesuai

dengan rekomendasi yaitu diberikan secara alur kemudian ditutupi tanah.

Terdapat kendala penggunaan mekanisasi pada saat pemupukan yaitu jumlah

dosis yang terkadang tidak sesuai dengan rekomendasi. Pada penanaman di blok

Page 40: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

28  

4D jumlah pupuk yang terpakai setiap hektar berbeda. Pada petak 4D1 dan 4D2

jumlah pupuk yang terpakai adalah 200 kg/ha sedangkan pada petak 4D5 sebesar

350 kg/ha, hanya pada petak 4D3 dan 4D4 yang sesuai rekomendasi yaitu 300

kg/ha. Pemupukan yang bervariasi dapat diakibatkan karena terdapat endapan

pupuk sebelumnya yang belum dibersihkan sehingga saluran untuk keluarnya

pupuk menjadi terhambat.

Pemupukan kedua menggunakan Urea dengan dosis 300 kg/ha dan cara

pemberiannya dilakukan secara manual (Gambar 6). Pupuk diaplikasikan dengan

cara tugal dan pupuk tidak ditutup dengan tanah. Pemupukan dilakukan saat

tanaman berumur 21 HST. Berdasarkan pengamatan pemupukan urea pada

beberapa blok yaitu blok 4D, 4C, 3D dan 3C dari tanggal 3 – 9 April 2011

kebutuhan rata-rata tenaga kerja untuk 1 ha adalah 7 HOK selama kegiatan

penulis mengikuti bersama tenaga harian yang lain sehingga dapat dikatakan

prestasi penulis sama dengan presasi rata-rata tenaga harian. Pupuk yang

digunakan adalah urea dengan dosis 300 kg/ha. Kenyataan di lapang dosis tidak

selalu sesuai rekomendasi dikarenakan cara pemupukan dengan tugal sangat

bergantung pada jumlah populasi tanaman yang ada di lapang. Lahan dengan

populasi jagung yang rendah akan membutuhkan jumlah pupuk yang lebih sedikit

pula dibandingkan lahan dengan populasi jagung yang tinggi.

Gambar 6. Pemupukan kedua secara manual

Pada beberapa blok di areal produksi, penanaman dilakukan secara manual

sehingga pemupukan dasar tidak dilakukan bersamaan dengan penanaman.

Pemupukan dasar dilakukan secara manual dengan cara tugal pada saat tanaman

Page 41: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

29  

berumur 7 HST. Jenis pupuk yang digunakan tetap sama yaitu NPK 15-15-15

dengan dosis 300 kg/ha. Penanaman manual menyebabkan pemupukan dasar

dilakukan secara manual pula sehingga menyebabkan borosnya penggunaan

tenaga kerja hal ini dapat menyebabkan membengkaknya biaya produksi.

Pengendalian Gulma. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan untuk

menekan populasi gulma yang akan merugikan tanaman jagung karena persaingan

dalam mendapatkan cahaya matahari, air, dan ruang tumbuh. Pengendalian gulma

juga dilakukan untuk pemeliharaan jalan dan area kebun. Pengendalian gulma di

kebun Seatele dilakukan dengan dua cara yaitu secara mekanik dan kimiawi.

Pengendalian gulma secara mekanik dilakukan menggunakan mesin pemotong

rumput dan hanya digunakan untuk pemeliharaan jalan dan kebun sesuai dengan

kondisi gulma di lapangan. Pengendalian gulma pada areal tanam dilakukan

secara kimiawi menggunakan herbisisda.

Pengendalian gulma pada areal tanam dilakukan secara kimia dengan

menggunakan herbisida Calaris 550 SC dengan bahan aktif mesotrion 50g/l dan

atrazin 500g/l. Herbisida Calaris digunakan untuk mengendalikan semua jenis

gulma baik gulma daun lebar, daun sempit maupun teki yang tumbuh pada areal

tanam. Penyemprotan dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih dari 14

HST. Calaris termasuk jenis herbisida preemergence diaplikasikan beberapa hari

setelah tanam dimana gulma belum memasuki tahap emergence atau mulai

tumbuh. Volume semprot rekomendasi adalah 300 liter/ha atau 1,5 liter Calaris

550 SC per hektar. Rekomendasi konsentrasi bahan kimia yang digunakan adalah

5 ml/liter.

Pada pengamatan penyemprotan gulma di blok 2E dan 5B tercatat bahwa

konsentrasi yang digunakan pada pelaksanaan di lapang adalah 50 ml/15 liter, hal

ini dilakukan untuk menghemat ketersediaan bahan. Namun ternyata dari hasil

pengamatan yang sama didapatkan volume semprot rata-rata sebesar 562,5 liter/ha

atau lebih banyak dari volume semprot rekomendasi sebesar 300 liter/ha

meskipun konsentrasi yang digunakan lebih kecil. Tingginya volume semprot

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kecepatan jalan dan daya curah

nozle. Kecepatan jalan penyemprot yang terlalu pelan dan lubang pada nozle yang

sudah membesar merupakan salah satu penyebab tingginya volume semprot.

Page 42: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

30  

Tingginya volume semprot menyebabkan pemakaian bahan menjadi lebih banyak

dan menjadi tidak ekonomis.

Early Warning System (EWS). Kegiatan Early Warning System

dilakukan dengan tujuan sebagai sistem peringatan dini terhadap serangan hama.

EWS dilakukan dengan cara sensus populasi hama pada suatu petak atau areal

tertentu dengan tujuan melihat intensitas serangan yang ada. Sensus hama

dilakukan dua hari sebelum jadwal rutin penyemprotan. Penyemprotan hama

dilakukan jika hasil sensus menunjukkan intensitas serangan yang tinggi. Sensus

hama dilakukan dengan cara melihat jumlah ulat dan telurnya pada 100 pokok

tanaman yang dipilih secara acak. Jenis hama yang disensus untuk saat ini

hanyalah jenis ulat Spodoptera sp, Helicoperva sp. dan Heliothis sp. Perhitungan

EWS menggunakan rumus sebagai berikut :

Pengendalian hama di kebun Seatele belum begitu memperhatikan aspek

lingkungan dimana penyemprotan sangat sering dilakukan. Hal ini dilakukan

karena apa bila terjadi keterlambatan penyemprotan pada pertanaman

menyebabkan rusaknya hampir seluruh areal blok. Tingginya intensitas serangan

hama disebabkan karena lahan merupakan bukaan baru dan masih dikelilingi oleh

hutan sekunder yang dapat menjadi habitat hama.

Pengendalian Hama. Pengendalian hama bertujuan untuk mengendalikan

kehilangan hasil yang diakibatkan oleh OPT yang dapat merusak tanaman jagung.

Pengendalian hama dilakukan secara kimiawi menggunakan insektisida.

Pengendalian hama dilakukan secara terjadwal sebanyak 5 kali yaitu pada 7 HST,

18 HST, 28 HST, 35 HST dan 42 HST. Terdapat beberapa jenis insektisida yang

digunakan antara lain regent 50 SC, klensect 200 EC, Spontan 400 SL, Meteor 25

EC dan Arrivo 30 EC. Banyaknya jenis insektisida yang digunakan dikarenakan

masih dilakukannya pengamatan jenis bahan aktif dan insektisida yang paling

efektif dalam pengendalian hama. Pada pelaksanaannya insektisida yang lebih

sering digunakan adalah Klensect 200 EC karena dirasakan paling efektif dalam

memberantas hama. Dosis penggunaan Klensect adalah 20 ml/15 liter. Klensect

Page 43: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

31  

memiliki bahan aktif permethrin 200 g/l dengan hama sasaran Spodoptera sp (ulat

grayak).

Penyemprotan dilakukan secara manual dan mekanisasi (Gambar 7).

Penyemprotan manual dilakukan menggunakan knapsack sprayer SOLO dengan

volume 15 liter/tangki. Perhitungan hari kerja untuk tenaga semprot tidak

disesuaikan berdasarkan jam kerja tetapi berdasarkan prestasi kerja atau target

jumlah tangki yang disemprotkan yaitu 15 tangki dan tidak ada luasan lahan yang

harus dipenuhi. Penyemprotan secara mekanisasi dilakukan dengan menggunakan

boom sprayer. Boom sprayer merupakan implement berbentuk tangki besar yang

memiliki sayap di kedua sisinya dengan panjang 3 m dan pada tiap sayapnya

terpasang nozle-nozle yang berfungsi menyemprotkan pestisida. Kelebihan dari

boom sprayer yaitu lebih efisien dalam penggunaan waktu dan tenaga kerja.

Kekurangannya implement ini hanya dapat digunakan pada kondisi tertentu yaitu

pada saat tanaman berumur kurang dari 21 HST. Pada pertanaman jagung yang

sudah berumur lebih dari 21 HST Boom sprayer tidak dapat digunakan karena

dikhawatirkan dapat merusak tanaman jagung. Penggunaan boom sprayer

dilakukan jika umur tanaman kurang dari 21 HST dan jika terjadi ledakan

serangan hama yang besar, namun penggunaan boom sprayer juga masih jarang

dilakukan karena keterbatasan traktor.

Gambar 7. Penyemprotan manual (a) dan mekanisasi dengan boom sprayer (b).

Panen

Page 44: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

32  

Metode dan Alat Panen. Panen jagung di kebun seatele dilakukan secara

manual dengan menggunakan tenaga harian dan tenaga borongan (Gambar 8).

Secara teknis jika panen dilakukan dengan tenaga kerja harian maka THL akan

dibagi kedalam dua grup yaitu tenaga wanita sebagai pemanen dan tenaga pria

sebagai tenaga angkut. Pemanen bertugas untuk memisahkan tongkol jagung dari

klobotnya dan dikumpulkan pada satu tempat di dalam blok lahan. Tenaga

pengangkut akan bertugas melansir (mengangkut) jagung hasil panenan dari lahan

ke pinggir jalan blok untuk di timbang dan kemudian di curah atau di hamparkan

pada lantai jemur yang terbuat dari terpal. Pengamatan pada panen di blok 5C3

Tenaga kerja yang digunakan dalam 1 Ha adalah 14 HOK. Penulis bertugas

sebagai tenaga pemanen dengan prestasi kerja areal yang dipanen seluas 0.07 ha.

Panen Jagung dengan menggunakan tenaga borongan dilakukan karena

lebih ekonomis dibandingkan menggunakan tenaga harian. Tenaga borongan

diberi upah kerja berdasarkan prestasi kerja yaitu dihargai Rp. 3.500,00 untuk

setiap 40 kg tongkol yang mampu dipanen. Salah satu kendala panen dengan

tenaga borongan adalah peluang untuk kehilangan hasil karena jagung terlewat

saat panen cukup besar, tenaga borongan cenderung memilih jagung yang besar

sehingga lebih cepat untuk menghasilkan jumlah bobot jagung hasil panen

akibatnya tongkol jagung yang berukuran lebih kecil seringkali terlewat.

Gambar 8. Panen secara manual

Kriteria Panen. Panen jagung dilakukan jika jagung telah melewati umur

panen dan telah masak fisiologis. Ciri-ciri masak fisiologis ditandai dengan

munculnya tanda hitam atau black layer pada pangkal biji jagung. Namun pada

kondisi tertentu, panen jagung dapat ditunda dan tidak didasarkan pada umur

Page 45: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

33  

tanaman maupun masak fisiologis. Panen jagung dilaksanakan berdasarkan waktu

yang disepakati dengan tenaga pemborong ataupun kondisi cuaca yang tidak

memungkinkan.

Pascapanen

Proses pascapanen jagung di kebun Seatele dilakukan melalui beberapa

tahapan diantaranya penjemuran I, pemipilan, penjemuran II, pengepakan dan

penyimpanan. Semua kegiatan dilakukan langsung di lapang seperti terlihat pada

Gambar 9. Penyimpanan hasil produk dilakukan di gudang utama yang terdapat di

kantor administrasi pusat. Berikut adalah alur proses pascapanen yang dilakukan

di kebun seatele:

Penjemuran I. Penjemuran pertama bertujuan untuk menurunkan kadar

air hingga dibawah 20 % untuk mempermudah proses pemipilan. Penentuan kadar

air dilakukan menggunakan moisture tester. Jagung yang memiliki kadar air

tinggi akan pecah dan rusak jika dipipil dengan menggunakan mesin pemipil.

Penjemuran jagung dilakukan di jalan antar blok dengan menggunakan terpal

berukuran 8 x 6 meter. Hal ini dilakukan karena belum adanya lantai jemur.

Penjemuran I adalah jemur jagung dalam bentuk tongkol. Kadar air jagung setiap

hari akan diukur untuk menentukan jagung siap untuk dipipil atau tidak. Pada

panen jagung di Blok 5C3 dengan luas panen 1,25 ha menghasilkan 5.994 Kg

tongkol dan dibutuhkan delapan terpal berukuran 8 x 6 meter, empat terpal

digunakan sebagai terpal jemur dan empat terpal digunakan sebagai penutup.

Page 46: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

34  

Gambar 9. Penjemuran I (a), pemipilan (b) dan penjemuran II (c).

Pemipilan. Pemipilan adalah kegiatan memisahkan jagung dari

tongkolnya. Pemipilan dilakukan jika kadar air berkisar antara 18-20 % untuk

menghindari jagung pecah atau rusak pada saat dipipil. Ciri lain jagung siap pipil

adalah dengan memutar tongkol menggunakan kedua tangan dan jika biji jagung

sudah goyah maka sudah siap untuk dipipil. Pemipilan dilakukan dengan

menggunakan alat pipil PJ 700 B Agrindo. Dalam satu hari jumlah jagung yang

dapat dipipil berkisar antara 2 hingga 2,5 ton tongkol. Jagung yang telah dipipil

kemudian diayak dan dibersihkan dari kotoran yang tersisa. Jagung pipil

selanjutnya dijemur kembali.

Penjemuran II. Penjemuran kedua bertujuan untuk menghindari jagung

terkena jamur dan aflatoksin. Jagung yang siap disimpan harus memiliki kadar air

kurang dari 14%. Jagung yang sudah dipipil kemudian dijemur diatas terpal dan

setiap hari di balik untuk mencegah jagung terserang aflatoksin. Jagung pipil yang

sudah kering, licin dan mengkilat atau memenuhi kriteria pengemasan yaitu KA

<14% kemudian segera di packing dalam karung dengan bobot 50 kg setiap

karung. 

Page 47: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

35  

Pengepakan. Pengepakan bertujuan untuk menjaga kualitas jagung pipil

agar tetap terjamin selama penyimpanan dan pengiriman kepada konsumen.

Pengepakan dilakukan setelah jagung pipil mencapai kadar air kurang dari 14%

untuk mencegah munculnya jamur saat penyimpanan. Pengepakan dilakukan

dengan menggunakan karung plastik ukuran 50 kg. Pengemasan langsung

dilakukan di terpal jemur. Setelah dipacking jagung pipil kemudian dikirim ke

gudang yang ada di kantor sekretariat.

Penyimpanan. Penyimpanan jagung yang baik adalah di ruangan yang

memiliki sirkulasi udara yang cukup. Tujuannya untuk menghindari jamur serta

munculnya hama gudang akibat kondisi gudang yang lembab. Jagung yang sudah

melalui proses pengepakan selanjutnya disimpan di gudang. Gudang utama

berbentuk gudang terbuka dengan hanya memiliki satu sisi dinding dari kayu,

beratapkan seng dan dialasi oleh papan-papan kayu agar tidak bersentuhan

langsung dengan tanah (Gambar 10). Jika hujan jagung ditutup dengan terpal

untuk menghindari percikan ataupun air hujan yang terbawa angin. Belum adanya

gudang penyimpanan di kebun merupakan suatu kendala tersendiri. Penyimpanan

di ruang terbuka dapat menyebabkan jagung busuk ataupun terserang aflatoksin

jika terkena air atau kelembabannya tidak terjaga.

Gambar 10. Gudang penyimpanan jagung pipilan kering.

Page 48: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

36  

Aspek Manajerial

Kegiatan pelaksanaan magang dilaksanakan selama 4 bulan di PT.Sungai

Menang. Satu bulan pertama, penulis ditugaskan untuk menjalani masa orientasi

dan pengenalan kebun. Kegiatan manajerial dilakukan selama 3 bulan yaitu satu

bulan menjadi pendamping mandor dan dua bulan sebagai pendamping kepala

divisi. Saat menjadi pendamping mandor, penulis menjadi pendamping mandor

pada dua divisi yang berbeda dan dilakukan secara bergantian setiap 1 minggu.

Ketika menjadi pendamping kepala divisi penulis bertugas sebagai pendamping

asisten kebun dan asisten riset untuk pertanaman jagung di divisi I Seatele.

Orientasi Kebun

Orientasi kebun dilakukan selama satu bulan dan fokus terhadap tiga aspek

kegiatan. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengamati kegiatan pembukaan lahan

(land clearing), pengolahan tanah dan penanaman. Kegiatan pembukaan lahan

dilakukan oleh kontraktor dan diawasi oleh dua orang petugas yaitu petugas

pengukuran serta petugas pencatatan alat berat (krani). Petugas pengukuran

bertugas untuk menentukan areal lahan yang akan dibuka serta mencatat luasan

areal lahan yang dibuka dalam satu hari. Petugas pengukuran mulai bekerja pada

pukul 07.00 WIT kemudian melakukan pengukuran dan pembuatan batas-batas

areal yang dijadikan acuan untuk pembukaan lahan dan pembuatan blok. Kegiatan

pengukuran dilakukan satu jam sebelum alat berat mulai bekerja atau kegiatan

pembukaan lahan dilakukan. Petugas pencatatan alat berat bertugas untuk

mencatat jumlah jam kerja alat berat serta jumlah kebutuhan bahan bakar yang

digunakan. Seorang pencatat harus selalu memantau dan mendampingi operator

alat berat ketika sedang bekerja.

Kegiatan pengolahan tanah dan penanaman berada langsung dibawah

tanggungjawab mandor, namun untuk penanaman dan pengolahan tanah yang

dilakukan secara mekanisasi pengawasan dilakukan oleh mandor serta masih

dilakukan pengawasan secara langsung oleh asisten kebun.

Page 49: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

37  

Pendamping Mandor

Kegiatan pendamping mandor dilaksanakan penulis selama 1 bulan yang

dimulai selama bulan kedua kegiatan magang. Selama menjadi pendamping

mandor, penulis diberikan tanggung jawab untuk mengawasi salah satu kegiatan

yang ada di kebun dan mengerjakan tugas-tugas mandor seperti mengatur

kebutuhan jumlah tenaga harian dalam satu kegiatan, mengawasi kegiatan tenaga

harian dan mencatat serta membuat laporan mandor.

Mandor kebun berjumlah 4 orang dan dibagi kedalam dua divisi. Mandor

bertugas mengawasi seluruh kegiatan yang ada di kebun mulai dari pemeliharaan

kebun, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian gulma,

pengendalian HPT hingga panen. Mandor divisi I Seatele berjumlah dua orang,

pembagian tugas dilakukan pukul 6.45 WIT atau 15 menit sebelum seluruh

kegiatan dilakukan.

Pendamping Kepala Divisi

Kegiatan sebagai pendamping kepala divisi dilakukan pada bulan ketiga

pelaksanaan magang. Kepala divisi bertugas untuk membuat rencana kerja

mingguan dan bulanan dari seluruh kegiatan yang ada di kebun. Kegiatan

pengelolaan kebun antara lain mengevaluasi pekerjaan para pekerja di lapangan

bersama mandor, mempertanggungjawabkan kondisi kebun, analisis biaya, hasil

produksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja sesuai dengan tugas dan tanggung

jawab terhadap hal-hal yang terjadi di kebun.

Selama menjadi asisten kepala divisi, penulis melakukan kontrol terhadap

pekerjaan para mandor, mengevaluasi pekerjaan para pekerja di lapangan bersama

mandor, dan membantu membuat jurnal harian kepala divisi serta rencana kerja

untuk esok hari. Semua kegiatan yang penulis lakukan selama menjadi

pendamping kepala divisi diawasi dan dibimbing langsung oleh kepala divisi.

Pendamping Asisten Riset.

Kegiatan sebagai pendamping asisten riset dilakukan pada bulan keempat

pelaksanaan magang. Asisten riset bertugas untuk membuat rencana kerja

mingguan dan bulanan dari kegiatan riset yang ada di kebun. Kegiatan yang

dilakukan meliputi evaluasi pekerjaan para pekerja riset di lapangan,

Page 50: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

38  

mempertanggungjawabkan perkembangan hasil riset yang dilakukan, mengamati

efektivitas serta efisiensi pengendalian hama dan organisme pengganggu tanaman

di lapang dan bertanggungjawab terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan

riset.

Selama menjadi asisten riset, penulis melakukan kontrol terhadap

pekerjaan para mandor, mengevaluasi pekerjaan para tenaga harian lepas di

lapangan bersama mandor, memberikan arahan pada tenaga harian lepas,

membantu membuat jurnal harian asisten, melakukan input data hasil pengamatan

serta membuat rencana kerja. Semua kegiatan diawasi dan dibimbing langsung

oleh asisten riset.

Page 51: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

39  

PEMBAHASAN

Pemilihan Wilayah Produksi

Faktor terpenting dalam budidaya jagung adalah pemilihan wilayah

produksi. Kesalahan dalam pemilihan wilayah produksi dapat berakibat pada

kerugian ekonomi, kerusakan lingkungan dan dapat berpengaruh terhadap mutu

serta kualitas produk. Beberapa aspek penting dalam pemilihan wilayah produksi

suatu komoditi adalah kesesuaian kondisi iklim serta kondisi tanah dengan

pertumbuhan dan perkembangan komoditi yang diusahakan.

Iklim

Suhu terbaik untuk budidaya jagung adalah berkisar antara 25-30 ºC.

Berdasarkan pengamatan di kebun divisi I Seatele, suhu di pagi hari antara pukul

8-10 WIT berkisar antara 23–27 ºC, sedangkan pada siang hari pukul 11:00–13:00

WIT berkisar antara 25–34 ºC dan pada sore hari antara pukul 14:00–16:00 WIT

suhu harian berkisar antara 26–30 ºC. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

kisaran suhu di kebun divisi I Seatele termasuk kedalam suhu optimum untuk

pertanaman jagung.

Curah hujan minimum dalam suatu budidaya jagung tanpa irigasi adalah

350–500 mm selama satu musim tanam. Kebutuhan air dalam satu siklus hidup

tanaman jagung adalah 500–800 mm. Pengamatan jumlah curah hujan pada satu

musim tanam dilakukan pada pertanaman jagung di blok 4C, 4D, 3C, dan 3D

yang ditanam pada bulan Maret 2011. Curah hujan dihitung sejak tanggal 7 Maret

hingga 10 Juni 2011 (umur tanaman per 10 juni 2011 adalah 86-95 HST) jumlah

curah hujan tercatat mencapai 519 mm, hal ini menunjukkan jumlah curah hujan

di divisi I Seatele telah mencukupi kebutuhan tanaman jagung meskipun tanaman

masih belum mencapai umur panen.

Tanah dan Topografi

Kemiringan Lahan. Pertanaman jagung yang baik dilakukan pada lahan

dengan kemiringan < 12%. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mekanisasi serta

mencegah terjadinya erosi. Penulis melakukan pengukuran kemiringan lahan

Page 52: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

40  

dibantu oleh petugas pengukuran divisi I Seatele pada tanggal 4 Juni 2011, lahan

yang diukur kemiringannya adalah dari arah Utara – Selatan antara blok 5C

hingga blok 1C sejauh 1 000 meter. Berdasarkan pengamatan menggunakan alat

leveling beda tinggi pada lahan sepanjang 1 000 meter didapatkan nilai beda

tinggi 1,56 meter atau kemiringan 0,12%. Kemiringan lahan kurang dari 12% ini

menunjukkan lahan sangat sesuai untuk budidaya jagung serta sangat

memungkinkan jika dilakukan pengelolaan jagung secara mekanisasi.

Fisik Tanah. Tanaman jagung sangat rentan terhadap genangan atau

kelebihan air meskipun hanya terjadi dalam jangka waktu yang pendek. Jagung

tidak seharusnya ditanam pada lahan yang rentan tergenang atau jenis tanah

hidromorphic dan tanah alluvial yang mempunyai drainase yang buruk. Laju

infiltrasi pada lahan Seatele mempunyai nilai 1,3 cm/jam pada lapisan topsoil dan

0,3 cm/jam pada lapisan subsoil. Tanah di Seatele mempunyai lapisan topsoil

yang tipis yaitu kurang dari 10 cm sebelum pembukaan lahan dan saat ini hanya

kurang dari 5 cm setelah pembukaan lahan. Pada kedalaman 30 cm dijumpai grey

spot yaitu lapisan tanah yang kedap air. Hasil analisis tanah kebun Seatele dapat

dilihat pada Lampiran 5.

Nilai infiltrasi yang rendah serta adanya lapisan kedap menyebabkan air

hujan akan mudah menggenang di permukaan tanah dan memerlukan waktu yang

lama hingga mengering. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 11, kondisi tanah

yang tergenang sangat merugikan dalam pelaksanaan mekanisasi di lapang, baik

itu dalam persiapan lahan, olah tanah maupun tanam. Semua kegiatan tersebut

menjadi tidak dapat dilakukan dan harus menunggu cuaca panas selama 1-3 hari

hingga tanah kering sehingga traktor dapat beroperasi kembali.

Gambar 11. Kondisi tanah Seatele saat kering (a) dan saat kondisi tergenang (b)

Page 53: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

41  

Tanah di divisi I Seatele mempunyi kandungan liat yang tinggi. Tanah

lapisan atas (top soil) merupakan jenis liat berpasir dengan kandungan 58% liat

sedangkan bagian sub soil merupakan liat berat dengan kandungan liat lebih dari

60%. Tanah dengan kandungan liat tinggi akan menjadi keras jika kering. Hal ini

menghambat dalam kegiatan olah tanah serta tanam baik itu manual maupun

dengan mekanisasi. Meskipun tanah telah diolah sebanyak 4 kali, namun ukuran

bongkahan tanah yang besar masih sering ditemukan di lahan. Hal ini berpotensi

menghambat perkecambahan benih. Bongkahan tanah yang besar pada seedbed

dapat menyebabkan perkecambahan benih menjadi terhambat dan tumbuh

abnormal karena benih tertindih oleh bongkahan tanah atau masuk ke celah-celah

tanah yang dalam.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapang mengenai kesesuaian wilayah

produksi, ternyata penanaman jagung di kebun Seatele dapat dikatakan sesuai dari

kondisi iklim dan lingkungan yang ada. Namun dari segi kondisi fisik tanah tidak

sesuai untuk dilakukan penanaman jagung secara mekanisasi. Tanah rentan

tergenang sehingga saat penanaman sebagian besar benih membusuk. Tanaman

banyak yang terkena cekaman air sehingga menjadi kerdil maupun busuk.

Populasi tanaman di lapang sangat rendah bahkan hingga 30% dari populasi ideal.

Perbaikan struktur fisik tanah melalui pengolahan tanah belum bisa

menangani masalah ini. Perbaikan fisik tanah juga mulai diupayakan melalui

penambahan bahan organik yaitu pupuk kompos dan sisa brangkasan panen. Pada

penanaman kedua di blok 5B dan 5C brangkasan sisa panen dibiarkan tetap

dilahan ketika dilakukan pengolahan tanah, hal ini dilakukan dengan tujuan

memperbaiki struktur tanah serta efisiensi penggunaan tenaga kerja.

Struktur fisik tanah di kebun Seatele memiliki nilai kepadatan tanah (bulk

density) 1180 kg/m3 pada lapisan top soil dan 1300 kg/m3 pada lapisan sub soil.

Nilai bulk dencity menunjukkan tanah telah terdegradasi sehingga terjadi

pemadatan, indikasi lainnya bahwa telah terjadi pemadatan tanah yaitu air yang

mudah menggenang di permukaan tanah. Pemadatan tanah dapat disebabkan

beberapa hal diantaranya akibat pengolahan tanah dan lalu lintas kendaraan.

Kondisi tanah yang telah mengalami pemadatan memiliki ciri-ciri yaitu terjadinya

penggenangan di permukaan, meningkatnya laju aliran permukaan dan terdapat

Page 54: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

42  

bongkahan-bongkahan tanah yang besar, sedangkan ciri-ciri yang dapat dilihat

pada tanaman diantaranya pertumbuhan tanaman yang tidak seragam, terjadi

perubahan warna daun, tanaman layu dan tanaman mudah rebah.

Tanah yang telah mengalami pemadatan sulit dikembalikan ke kondisi

normal dan butuh biaya yang besar. Oleh karena itu berbagai upaya pencegahan

perlu dilakukan antara lain; 1) Waktu yang tepat saat pelaksanaan mekanisasi.

Proses produksi dengan traktor sebaiknya dilakukan tidak pada kondisi tanah

masih basah. 2) Pemilihan mesin dan traktor sebaiknya digunakan traktor dengan

diameter ban yang lebih besar sehingga dapat mengurangi beban dan tekanan

yang ditimbulkan pada tanah. 3) Manajemen drainase yang baik mampu

mengurangi genangan pada tanah. 4) Rotasi tanaman terutama penggunaan

tanaman yang mempunyai kedalaman akar yang berbeda. 5) Kedalaman bajak

yang bervariasi perlu dilakukan agar tidak membentuk lapisan keras (hard pan)

pada tanah.

Persiapan Lahan

Komponen GAP dalam persiapan lahan diantaranya adalah dilakukannya

pemetaan lahan serta teknik pengolahan tanah yang baik. Pemetaan lahan

dilakukan sebelum kegiatan produksi dimulai untuk menentukan komoditas dan

sistem produksi yang sesuai. Teknik pengolahan tanah yang baik memperhatikan

keberlanjutan produksi dengan menjaga kondisi tanah tetap baik serta

menghindari erosi yang dapat menyebabkan hilangnya unsur-unsur essensial

dalam tanah.

Komponen persiapan lahan utama yang harus dipenuhi dalam memulai

sebuah usaha tani adalah kejelasan status lahan. Lahan kebun Seatele merupakan

lahan milik perusahaan yang dibeli dari tanah adat sekitar dan telah mendapatkan

HGU (Hak Guna Usaha). Pemetaan lahan yang seharusnya dilakukan sebelum

memulai usaha tani ternyata tidak dilakukan. Pemetaan dan survey lahan

dilakukan pada saat usaha tani telah berjalan sehingga banyak timbul masalah

dengan kesesuaian lahan terutama fisik tanah yang tidak sesuai dengan komoditas

yang diusahakan serta tujuan usaha tani perusahaan yaitu secara mekanisasi.

Page 55: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

43  

Kegiatan pengolahan tanah dilakukan secara mekanisasi dengan

menggunakan traktor. Implement yang digunakan adalah bajak disk plow dan

rotavator. Pengolahan tanah yang dilakukan diharapkan mampu memperbaiki

struktur tanah agar lebih remah serta memperbaiki aerasi tanah. Struktur tanah

yang remah akan membuat tanah memiliki porositas yang lebih baik sehingga

dapat meningkatkan kandungan oksigen dalam tanah untuk perakaran tanaman

jagung yang baik. Pengolahan tanah sebelum tanam dilakukan empat kali, yaitu

olah tanah primer dengan dua kali bajak dan olah tanah sekunder dengan dua kali

rotari. Tahapan persiapan lahan diharapkan mampu dilakukan langsung tanpa jeda

waktu antara olah tanah primer ke olah tanah sekunder untuk efisiensi waktu serta

menghindari gulma muncul kembali.

Kegiatan produksi tanaman yang dilakukan secara mekanisasi modern

sangat mempengaruhi kondisi tanah terutama kekompakan tanah karena

digunakan hampir pada semua tahapan produksi mulai dari olah tanah,

penanaman, pemupukan, pengendalian OPT hingga panen. Kegiatan pengolahan

tanah dapat menyebabkan munculnya tekanan pada tanah dari traktor atau

implement yang terpasang. Diskplow cenderung memadatkan tanah pada

kedalaman bajak jika digunakan secara terus menerus dan olah tanah dengan

rotavator menghancurkan agregasi tanah dan dalam jangka panjang meningkatkan

kepadatan tanah.

Waktu pengolahan tanah juga berperan penting dalam terjadinya

pemadatan tanah. Tanah yang diolah pada kondisi basah akan membuat tekanan

yang ditimbulkan alat/implement menjadi lebih besar. Olah tanah yang dilakukan

pada musim hujan seringkali dilakukan pada kondisi tanah masih basah sehingga

hal ini dapat mempercepat proses pemadatan tanah. Proses pembukaan lahan yang

kurang tepat juga menjadi salah satu sebab pemadatan tanah yang diakibatkan lalu

lintas alat berat serta pengikisan lapisan solum tanah yang terlalu dalam. Lapisan

solum yang awalnya 10 cm bahkan terkikis hingga tersisa 5 cm setelah

pembukaan lahan.

Pengolahan tanah konvensional yang telah dilakukan di kebun Seatele

mempunyai beberapa keuntungan yaitu merupakan metode yang paling tepat

dalam mengemburkan tanah serta memudahkan kegiatan agronomi lain seperti

Page 56: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

44  

pemupukan dan pemeliharaan tanaman. Namun pengolahan tanah secara

konvensional juga mempunyai beberapa kerugian, diantaranya: erosi tanah yang

diakibatkan angin dan air karena kondisi lahan yang terbuka, pemadatan tanah,

biaya operasional yang tinggi karena penggunaan berbagai implemen/alat yang

berbeda, dan hilangnya materi organik tanah. Kerugian akibat olah tanah

konvensional ini dapat mengakibatkan produksi tanaman tidak bersifat

suistainable.

Teknik olah tanah secara konservasi merupakan salah satu solusi untuk

mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh sistem olah tanah konvensional.

Menurut Acquaah (2001) Ada beberapa macam teknik olah tanah konservasi

diantaranya zero tillage, strip tillage, mulch tillage, ridge tillage dan minimum

tillage. Keuntungan dari olah tanah konservasi adalah mengurangi erosi tanah

dengan adanya sisa brangkasan tanaman yang dibiarkan di lahan saat olah tanah,

mengurangi pemadatan tanah karena meminimalisir penggunaan mekanisasi,

dapat memperbaiki kelembaban dan infiltrasi tanah melalui penambahan bahan

organik, mengurangi biaya pengolahan tanah dan dapat meningkatkan kadar

organik tanah. Meskipun demikian olah tanah konservasi juga memiliki beberapa

kekurangan yaitu waktu yang dibutuhkan lebih lama, penggunaan bahan kimia

yang tinggi, resiko serangan OPT tinggi, resiko munculnya gulma yang resisten

herbisida karena penggunaan yang terus menerus, tanah yang tanpa olah tanah

dapat mengganggu kegiatan produksi seperti aplikasi pemupukan.

Teknik olah tanah yang paling tepat di tanah yang rentan genangan seperti

di kebun Seatele adalah dengan menggunakan furrow planting yaitu benih

ditanam dalam seedbed berbentuk bedengan dan pada tiap sisinya terdapat parit

untuk mengalirkan air. Furrow planting merupakan salah satu metode paling tua

dalam teknik irigasi tanaman dan biasa digunakan untuk tanaman yang ditanam

dalam baris seperti kapas dan jagung. Metode ini cocok digunakan pada tanah

dengan infiltrasi rendah seperti tanah liat. Air yang mengalir di permukaan karena

gravitasi kemudian mengalir lewat lereng-lereng yang dibuat bergradasi dan

landai. Kemiringan lereng yang ideal adalah kurang dari 0,25%.

Page 57: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

45  

Benih dan Varietas Tanaman

Benih dan varietas yang digunakan merupakan benih yang telah

bersertifikat dan telah mempunyai merk dagang untuk menjamin kualitas benih.

Jagung yang digunakan merupakan jagung hibrida varietas unggul yang umum

digunakan petani dan beberapa diantaranya memiliki ketahanan terhadap penyakit

seperti bulai. Varietas jagung yang digunakan di kebun Seatele terdiri dari

berbagai varietas antara lain AS 1, Makmur 1, Bima 2, NK 22, NK 33, Bisi 12,

Bisi 16, Bisi 816, Pioneer 12, Pioneer 21, Pioneer 27, DK 77 dan DK 979.

Benih jagung hibrida yang dibudidayakan memiliki daya kecambah 90 –

95 % seperti yang tercantum dalam label. Dilakukan uji pengecambahan benih

dengan mengecambahkan benih di atas kertas dan digulung plastik untuk

membuktikan persentase daya kecambah benih seperti yang tertera di label. Uji

dilakukan dengan 3 ulangan untuk tiap varietas dan jumlah benih yang diuji

sebanyak 25 benih untuk tiap ulangan. Hasilnya seperti ditunjukkan dalam Tabel

5, benih yang digunakan memiliki kualitas yang baik karena memiliki daya

kecambah rata-rata 94,40% (Tabel 5). Ketahanan Penyakit dari 10 varietas yang

digunakan masih belum ada data yang tercatat. Upaya pencegahan terhadap

serangan penyakit dilakukan dengan memilih varietas tahan, Salah satunya

varietas tahan bulai P12.

Tabel 5. Persentase Daya Berkecambah

No. Varietas Persentase daya berkecambah1 AS-1 93,332 Bima-2 96,003 Makmur-1 96,004 Bisi-12 94,675 Bisi-816 85,336 P12 96,007 P21 94,678 P27 97,339 NK22 93,33

10 NK33 97,33Rata-rata 94,40

Page 58: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

46  

Komponen GAP dalam penggunaan varietas dan benih terdiri dari

penggunaan benih bersertifikat, varietas unggul serta vigor tinggi. Pengamatan

menunjukkan bahwa ketiga komponen GAP tersebut telah dilakukan oleh

perusahaan. Uji daya berkecambah benih menunjukkan vigor benih tergolong

tinggi dengan daya berkecambah rata-rata 94,4%. Meskipun pada saat di lapang,

populasi tanaman rendah hanya berkisar antara 25-70% (Tabel 6). Rendahnya

populasi tanaman di lapang lebih disebabkan pada kondisi lahan yang rentan

tergenang. Waktu tanam seringkali dilakukan dengan menunggu kondisi cuaca

panas, namun hal ini terkadang kurang tepat sehingga sering terjadi cekaman

kekeringan pada fase tanaman akan berkecambah.

Tabel 6. Persentase populasi jagung di lapang

Blok Petak Varietas Populasi Blok Petak Varietas Populasi 3C 3C1 NK 22 24.72% 3D 3D 1 AS 1 34.55%

3C2 Bisi 816 37.49% 3D 2 P 12 12.82%3C3 P 21 42.58% 3D 3 Bisi 12 20.68%3C4 NK 33 56.39% 3D 4 Makmur 1 31.52%3C5 Bima 2 26.17% 3D 5 P 27 25.42%

Rata-rata 37.47% Rata-rata 25.00%4C 4C 1 Bisi 12 41.59% 4D 4D 1 P 21 54.50%

4C 2 AS 1 66.45% 4D 2 Bisi 816 35.25%4C 3 NK 33 70.95% 4D 3 Bima 2 38.55%4C 4 Makmur 1 65.29% 4D 4 P 27 78.77%4C 5 P 12 57.66% 4D 5 NK 22 61.14%

Rata-rata 60.39% Rata-rata 53.64%

Berdasarkan pengamatan daya tumbuh benih di lapang yang dilakukan di

Blok 5C1, 4E4 dan 3B1 diketahui bahwa pada saat pengamatan yaitu umur

tanaman 10-14 HST jumlah benih yang tumbuh abnormal berturut-turut adalah

6%, 1.17% dan 3.93%. Benih mati mencapai 9.75%, 21,17% dan 7.37%. benih

yang mati mencakup benih yang rusak terserang hama dan berjamur. Pengamatan

dilakukan dengan mengamati langsung kondisi benih di lapang pada 4 baris

tanaman sepanjang 10 meter dengan masing-masing 3 ulangan pada tiap blok.

Pengamatan dilakukan dengan mengorek tanah pada alur tanam dan mengamati

langsung kondisi benih yang ada. Pertumbuhan benih abnormal dapat disebabkan

oleh tanah yang keras dan benih jatuh terlalu dalam sehingga plumula tidak

mampu mencapai permukaan tanah sehingga berkembang dengan tidak normal.

Page 59: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

47  

Benih mati lebih disebabkan oleh organisme tanah seperti semut, kumbang dan

cendawan. Kondisi di lapang dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Kondisi pertanaman jagung blok 4C dengan daya tumbuh 60,39 % (a) dan blok 3C dengan daya tumbuh 37,47% (b).

Kendala benih di lapang seperti benih mati dan gagal berkecambah

sebenarnya dapat dicegah melalui pembuatan seedbed yang baik, tanah diolah

hingga cukup remah melalui olah tanah sekunder menggunakan disk harrow atau

garu. Olah tanah di kebun Seatele dengan bajak rotovator masih termasuk dalam

kategori olah tanah primer dan dirasakan masih kurang cukup untuk membuat

struktur tanah yang remah dan baik untuk tanah berkecambah, oleh karena itu

diperlukan adanya olah tanah sekunder setelah bajak dengan rotovator sehingga

tercipta kondisi tanah yang remah dan ideal untuk benih. Sedangkan untuk benih

yang terserang penyakit dan hama dapat dihindari dengan perlakuan benih

sebelum tanam melalui penambahan pestisida seperti furadan pada saat tanam.

Penggunaan berbagai jenis varietas hibrida di kebun Seatele merupakan

salah satu upaya untuk menemukan varietas jagung hibrida yang paling sesuai

dengan kondisi lingkungan yang ada. Hasil dari percobaan ini nantinya akan

digunakan sebagai rekomendasi dalam menentukan jenis varietas yang sesuai

dengan kondisi ekofisiologis yang ada sehingga didapatkan produksi dan

produktivitas yang tinggi. Seleksi varietas yang akan ditanam merupakan salah

satu tahapan penting untuk membuat suatu sistem produksi yang berhasil. Agar

lebih kompetitif, sebaiknya dilakukan seleksi dan evaluasi untuk menentukan

varietas yang paling sesuai dengan kondisi iklim, lingkungan dan sistem produksi

yang ada.

Page 60: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

48  

Penanaman

Komponen penanaman dalam GAP mencakup teknik budidaya yang

sesuai anjuran, musim tanam tepat, adanya antisipasi terhadap cekaman

lingkungan, perlakuan sebelum tanam dan pencatatan penanaman. Berdasarkan

pengamatan dari kelima komponen GAP di atas yang sudah diterapkan di kebun

Seatele hanya dua komponen yaitu teknik budidaya yang sesuai anjuran serta

pencatatan kegiatan.

Penanaman yang dilakukan di kebun Seatele telah mengikuti teknik

budidaya yang dianjurkan, dalam hal jarak tanam dan kebutuhan benih per hektar

yang disesuaikan dengan persyaratan spesifik bagi setiap varietas tanaman dan

berdasarkan tujuan produksi. Jarak tanam yang digunakan 75 cm x 25 cm dengan

jumlah populasi yang diharapkan sebesar 66 666 tanaman/ha. Kebutuhan benih

rata-rata 12 – 17 kg/ha. Target perusahaan yaitu diharapkan penanaman mampu

dilakukan dua kali dalam satu tahun pada blok yang sama dengan produktivitas

yang ingin dicapai sebesar 6 ton/ha jagung pipilan kering.

Penanaman di kebun Seatele dilakukan dengan mempertimbangkan

beberapa faktor yaitu kondisi cuaca, kondisi lahan dan ketersediaan alat tanam.

Penanaman dilakukan pada saat cuaca panas dan kondisi lahan kering atau jika

selama lebih dari tiga hari hujan tidak turun di lokasi kebun. Kondisi fisik lahan

yang buruk menyebabkan lahan sering kali tergenang pada musim hujan sehingga

banyak benih yang busuk, serta tanaman menjadi kerdil bahkan mati. Selain tanah

yang mudah tergenang, pada bulan-bulan tertentu rentan sekali terhadap

kekeringan, sehingga jika waktu tanam tidak tepat, banyak benih yang kering dan

sulit untuk berkecambah karena tidak adanya air untuk proses imbibisi.

Ketersediaan alat tanam dan traktor juga menjadi salah satu faktor yang

menentukan waktu tanam, kondisi alat yang terbatas menyebabkan penanaman

secara mekanisasi seringkali tertunda karena traktor sedang digunakan di kebun

lain. Jarak antar kebun yang jauh menyebabkan mobilisasi traktor sulit dilakukan.

Teknik budidaya yang dilakukan telah sesuai anjuran. Namun untuk

penentuan waktu tanam, antisipasi cekaman dan perlakuan pra penanaman masih

belum dilakukan. Perlakuan pra penanaman diperlukan untuk melindungi benih

dari serangan hama dan penyakit, salah satu perlakuan pra penanaman adalah

Page 61: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

49  

pemberian insektisida pada benih dan fumigasi pada tanah. Teknik budidaya yang

sesuai anjuran harus dilengkapi dengan pencatatan yang baik. Semua kegiatan

penanaman harus dicatat yang mencakup komponen waktu dan tanggal

penanaman, lokasi penanaman, bahkan hingga nama operator yang bertugas

melaksanakan penanaman. Kegiatan pencatatan dilakukan untuk memudahkan

jadwal pemeliharaan, pertimbangan dilakukannya penyulaman, penentuan waktu

penen dan kegiatan agronomis lainnya.

Pemupukan

Penentuan kebutuhan pupuk di kebun Seatele berdasarkan pada

rekomendasi manager riset yang mengacu pada kebutuhan tanaman dan kesuburan

tanah. Tanah di kebun Seatele memiliki kandungan hara rendah terutama

kandungan nitrogen yang hanya 0,1 persen dalam tanah. Karena itu dilakukan

pemupukan N pada awal tanam melalui NPK 15-15-15 dengan dosis 300 kg/ha

serta urea dengan dosis yang cukup tinggi pada saat tanaman berumur 21 HST

sebanyak 300 kg/ha.

Jenis pupuk yang digunakan pada pemupukan di kebun Seatele adalah

jenis pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik yang digunakan merupakan

pupuk NPK 15-15-15 dan urea yang telah terdaftar dan direkomendasikan oleh

pemerintah. Pemakaian pupuk organik berupa kotoran kambing baru diaplikaikan

secara terbatas dan masih dalam tahap percobaan di blok 3E. Pada lahan yang

telah memasuki musim tanam kedua, sisa brangkasan dan sisa tongkol jagung

sengaja ditinggalkan di lahan untuk mengembalikan bahan organik kedalam

tanah.

Pemupukan pertama dilakukan dengan sistem alur bersamaan dengan

penanaman menggunakan implemen planter. Pada pemupukan kedua pupuk

diaplikasikan dengan cara tugal dan pupuk dibiarkan terbuka dalam lubang. Hal

ini tidak efisien dalam pemanfaatan pupuk oleh tanaman karena sifat Nitrogen

yang mudah menguap sehingga unsur N yang ada dalam pupuk cepat hilang.

Perusahaan tidak menganjurkan aplikasi pemupukan secara alur pada pemupukan

kedua karena cara ini membutuhkan tenaga kerja yang lebih tinggi.

Page 62: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

50  

Pencatatan kegiatan pemupukan dilakukan meliputi pemakaian pupuk,

ketersediaan pupuk, serta kebutuhan pupuk. Hal ini bertujuan untuk mengontrol

efektifitas penggunaan pupuk serta menjaga keberlangsungan kegiatan

pemupukan. Penyimpanan pupuk dilakukan di gudang terbuka dan hanya ditutupi

terpal. Selain itu, pupuk juga masih diletakkan pada gudang yang sama dengan

penyimpanan pestisida dan benih.

Pengairan

Penyediaan air di kebun Seatele bersumber dari air hujan dan air tanah.

Pemanfaatan air hujan dilakukan melalui pembuatan kolam-kolam penampungan

air yang bertujuan memanen air pada musim hujan. Kegiatan pengelolaan air di

kebun Seatele lebih diutamakan pada pengelolaan drainase dibandingkan irigasi

dikarenakan masalah yang sering muncul adalah kelebihan air di lahan. Kondisi

iklim yang basah serta lahan yang mempunyai infiltrasi rendah menyebabkan

lahan sering tergenang. Pengelolaan drainase dilakukan melalui pembuatan parit-

parit sekunder dan tersier dengan tujuan mengeluarkan air yang terjebak di lahan.

Drainase yang buruk menjadi kendala utama dalam kegiatan produksi

tanaman di kebun Seatele terutama pada saat olah tanah, serta sangat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Salah satu upaya yang telah dilakukan

dalam menanggulanginya yaitu dengan pembuatan parit-parit sekunder dalam

lahan. Pembuatan parit masih dilakukan secara manual menggunakan cangkul dan

waktu pelaksanaan hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, hanya jika

terdapat genangan di areal tanam. Pembuatan parit sekunder dan tersier belum

menjadi suatu komponen dalam kegiatan persiapan lahan dikarenakan tidak

adanya alat mekanisasi untuk pembuatan parit dalam lahan.

Drainase yang buruk dapat diatasi dengan beberapa cara diantaranya yaitu

dengan pembuatan surface drainase, pembuatan parit saat olah tanah dan

penambahan bahan organik pada tanah. Pembuatan surface drainase dengan

menggunakan parit-parit primer sudah dilakukan dengan tujuan untuk

menurunkan permukaan air tanah namun kendala tanah yang tergenang masih

sering terjadi sehingga perlu dilakukan pembuaan parit dalam lahan pada saat olah

tanah. Penggunaan metode furrow planting dengan pembuatan bedengan-

Page 63: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

51  

bedengan dirasakan mampu menanggulangi masalah kelebihan air di lahan.

Namun hal ini terkendala dengan ketersediaan alat serta cara produksi dengan

mekanisasi dapat merusak seedbed yang telah terbentuk pada saat olah tanam,

kegiatan ini juga mebutuhkan biaya yang tinggi karena harus dilakukan manual.

Sistem irigasi furrow merupakan modifikasi dari sistem penggenangan

(flooding). Air sengaja diperangkap dalam alur sehingga penggunaan air lebih

efektif karena seluruh bagian permukaan tanah tidak basah hal ini mampu

mengurangi kehilangan air akibat evaporasi. Panjang alur yang digunakan

bervariasi dari 30 meter hingga 450 meter. Alur yang panjang dapat menyebabkan

kehilangan air yang cukup besar karena perkolasi air yang dalam serta erosi tanah

yang tinggi di permukaan.

Perlindungan Tanaman

Pengendalian OPT di kebun Seatele masih kurang memperhatikan aspek

lingkungan. Penggunaan pestisida dilakukan sesuai dengan anjuran rekomendasi

dan aturan pakai dalam kemasan, namun dalam frekuensi pemakaiannya tergolong

sangat sering yaitu enam kali dalam satu musim tanam. Pengendalian OPT

dilakukan saat tanaman berumur 7, 14, 21, 28, dan 35 HST sedangkan

pengendalian gulma dilakukan saat tanaman berumur 21 HST. Selain berdasarkan

jadwal yang ditentukan pengendalian OPT juga dapat sewaktu-waktu dilakukan

jika terjadi serangan hama yang besar maupun kondisi gulma yang cukup

mengganggu tanaman sehingga frekuensi penyemprotan dapat mencapai 7 hingga

8 kali selama satu musim tanam.

Tenaga pengendali OPT atau tenaga semprot diberikan arahan,

pengetahuan dan keterampilan dalam mengaplikasikan bahan kimia serta

penggunaan alat perlindungan lapang oleh asisten riset. Terkadang kondisi di

lapangan ternyata tidak sesuai dengan arahan baik dari cara aplikasi maupun

penggunaan alat perlindungan lapang yang seringkali tidak digunakan. Bahan

kimia yang digunakan termasuk bahan kimia yang telah terdaftar dan diijinkan

oleh pemerintah serta belum mencapai tanggal kadaluarsa.

Bahan kimia berupa pestisida dan herbisida disimpan di lokasi gudang

yang tertutup namun memiliki ventilasi yang kurang baik serta dalam

Page 64: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

52  

penempatannya masih disatukan dari materi lainnya. Bahan kimia disimpan

bersamaan dengan produk pertanian dan peralatan aplikasi bahan kimia.

Pemeliharaan alat tidak dilakukan sehingga seringkali terjadi kerusakan alat.

Pengelolaan wadah bekas bahan kimia sudah dilakukan dengan benar, wadah

disimpan dan dikumpulkan di gudang untuk kemudian ditimbun agar tidak

mencemari lingkungan.

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman

Pertumbuhan vegetatif suatu tanaman dapat menjadi acuan apakah suatu

budidaya tanaman telah dilakukan dengan baik atau tidak. Pertumbuhan vegetatif

tanaman dipengaruhi oleh varietas, teknik budidaya serta kondisi lingkungan yang

ada. Jika varietas tanaman yang digunakan merupakan varietas unggul maka

buruknya pertumbuhan vegetatif tanaman lebih disebabkan oleh faktor lingkungan

dan teknik budidaya yang digunakan. Deskripsi masing masing varietas dapat

dilihat pada Lampiran 6.

Tinggi tanaman

Tinggi tanaman jagung maksimum yaitu pada saat tanaman telah berbunga

atau memasuki fase generatif. Tinggi tanaman dipengaruhi oleh jenis varietas

(Tabel 7), terlihat bahwa varietas P27 memiliki rata-rata tinggi tanaman tertinggi

yaitu 227,71 cm kemudian diikuti oleh varietas P12 setinggi 209.78 cm.

Sedangkan tinggi tanaman terendah diperoleh oleh varietas Makmur setinggi

162,46 cm. Tinggi tanaman untuk setiap varietas ternyata lebih kecil dari potensi

tumbuh dari varietas tersebut, artinya tanaman jagung di kebun Seatele tidak

tumbuh secara optimal.

Diameter batang

Jagung tidak berbatang sampai mencapai tinggi kira-kira 40 cm dan

mengembangkan delapan daun yang terbuka sepenuhnya, yang muncul dari

batang semu atau pucuk vegetatif (Gardner, et al. 1991). Diameter batang

tanaman dipengaruhi oleh jenis varietas (Tabel 7), terlihat bahwa varietas P27

memiliki rata-rata diameter batang terbesar yaitu 2,1 cm kemudian diikuti oleh

varietas Bima-2 dengan diameter 2,0 cm. Sedangkan diameter batang terendah

Page 65: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

53  

diperoleh oleh varietas NK-22 dengan diameter 1,5 cm. Batang pada tanaman

berfungsi sebagai penyokong daun serta tempat menyalurkan nutrisi ke seluruh

bagian tanaman. Besar-kecil diameter batang berpengaruh terhadap efisiensi

dalam penyaluran nutrisi tanaman. Diameter batang dipengaruhi oleh jenis

varietas dan kondisi lingkungan tumbuh. Lingkungan tumbuh seperti kondisi

tanah, air dan iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan sehingga pada kondisi

suboptimum tanaman akan menjadi kerdil dan diameter batang menjadi kecil.

Jumlah daun

Pada tanaman jagung jumlah daun antara 8 sampai 48 helai, tetapi

biasanya berkisar 12 – 18 helai. Jumlah daun dipengaruhi oleh genotipe dan

lingkungan (Gardner, et al. 1991). Jagung berumur genjah biasanya memiliki

jumlah daun sedikit, sedangkan yang berumur dalam berdaun lebih banyak (Tabel

7). Jumlah daun terlihat bahwa varietas P27 memiliki rata-rata jumlah daun

terbanyak yaitu 12.32 helai kemudian diikuti oleh varietas NK 33 dengan jumlah

daun sebanyak 10.96 helai, sedangkan jumlah daun terendah diperoleh oleh

varietas Makmur sebanyak 9.06 helai. Jumlah daun untuk tiap varietas lebih kecil

dibandingkan deskripsi atau potensi tumbuh varietas tersebut, daun yang biasanya

tumbuh hingga 14 daun ternyata 10-12 daun. Hal ini menandakan tanaman tidak

tumbuh optimal.

Tabel 7. Keragaan vegetatif beberapa varietas jagung hibrida

Varietas Tinggi tanaman Tinggi tongkol Diameter batang Jumlah daun

(cm) (cm) (cm) AS-1 180,8 65,6 1,7 9Bima-2 210,3 96,7 2,0 10Bisi-12 182,1 77,6 1,5 10Bisi-816 189,4 75,6 1,8 10P12 209,8 89,5 1,8 10P21 189,2 72,7 1,7 10P27 227,7 106,0 2,1 12NK22 194,6 83,8 1,5 10NK33 194,4 82,9 1,5 10Makmur 162,5 63,0 1,8 9

Page 66: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

54  

Kedudukan tongkol.

Kedudukan tongkol atau letak tongkol pada tanaman jagung dipengaruhi

varietas. Kedudukan tongkol mungkin tidak berpengaruh terhadap hasil yang

didapat tetapi lebih kepada keragaan tanaman dan kemudahan di panen. Secara

umum tinggi tongkol pada tanaman jagung di kebun Seatele bervariasi berkisar

antara 63 – 106 cm. Kedudukan tongkol pada suatu varietas jagung lebih

diutamakan keseragaman letaknya bukan pada tinggi atau rendahnya tongkol.

Panen

Pemanenan dilakukan jika tanaman telah mencapai umur panen serta telah

mencapai masak fisiologis yang ditandai munculnya black layer pada dasar biji

jagung. Selain kedua faktor tersebut penentuan waktu panen juga

mempertimbangkan kondisi cuaca serta ketersediaan tenaga kerja. Teknik

pemanenan di kebun Seatele dilakukan secara manual oleh tenaga borongan. Hasil

panen langsung ditimbang kemudian dijemur untuk menghindari munculnya

jamur.

Metode panen yang diinginkan perusahaan yaitu dilakukan secara

mekanisasi menggunakan implement harvester. Implemen harvester mempunyai

kemampuan memanen jagung dalam 4 baris sekaligus kemudian jagung langsung

dipipil saat itu juga. Jagung hasil panen yang langsung dipipil oleh mesin

menyebabkan kendala yaitu jagung harus mencapai kadar air tertentu saat panen

hingga jagung tidak hancur saat dipipil. Akibatnya jagung harus dibiarkan

mengering di lahan dan ini dapat menyebabkan tertundanya waktu panen.

Pemanenan sebaiknya memperhatikan kelayakan ekonomi. Seberapa besar

kehilangan hasil akibat penundaan panen maupun akibat cara pemanenan secara

mekanisasi dan secara manual. Oleh karena itu harus ada pencatatan yang baku

untuk mengevaluasi serta mengetahui kelebihan dan kekurangan dari beberapa

cara panen yang digunakan serta waktu pelaksanaan panen. Hasil evaluasi

nantinya dapat dibandingkan sehingga dapat diketahui waktu panen dan cara

panen yang paling menguntungkan secara ekonomis.

Page 67: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

55  

Hasil Pipilan Kering

Hasil pipilan kering disajikan pada Tabel 8. Data hasil pipilan kering

hanya diperoleh dari pertanaman jagung yang ditanam pada bulan januari atau

dipanen pada akhir bulan April. Dari hasil pipilan kering tiga varietas yang

didapat, nilai tertinggi diperoleh pada varietas NK 33 dan Pioneer 27 yakni

berturut turut 3 950 kg/ha dan 3 850 kg/ha. Berat pipilan kering terendah

didapatkan pada varietas AS-1 yakni 3411 kg/ha. Hasil pipilan kering jagung yang

telah di produksi rata-rata hanya 2.99 ton/ha. Jumlah ini jauh dari target

produktivitas yang diinginkan perusahaan yaitu 6 ton/ha, bahkan jika

dibandingkan dengan potensi hasil dari masing-masing varietas yang ditanam,

hasil yang didapat sangat buruk. Varietas NK-33, mempunyai potensi hasil pipilan

kering 12 ton/ha, sedangkan varietas P-27 dan AS1 mempunyai potensi hasil

masing-masing 13.4 ton/ha dan 10 ton/ha.

Tabel 8. Hasil pipilan kering beberapa varietas jagung di Kebun Seatele

Blok Varietas Luas Lahan Produksi Produktivitas (ha) (ton) (ton/ha)

5C1 NK-33 1,25 3,950 3,160 5C2 P-27 1,25 3,850 3,080 5C3 AS-1 1,25 3,411 2,729 Total 3,75 11,211 2,990

Rendahnya hasil dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi

tanah, air, nutrisi, iklim dan serangan hama dan penyakit. Faktor tersebut sangat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang akhirnya

mempengaruhi hasil produk yang diperoleh. Varietas jagung hibrida memerlukan

kondisi lingkungan tumbuh yang optimal, jika kondisi ini tidak terpenuhi maka

potensi hasil tinggi tidak dapat dicapai. Faktor yang diduga paling mempengaruhi

rendahnya hasil di kebun Seatele adalah kondisi tanah, air dan serangan hama.

Pascapanen

Hasil panen jagung melalui beberapa tahapan sebelum disimpan di

gudang. Jagung terlebih dahulu dijemur hingga kadar air kurang dari 20%, setelah

itu jagung dipipil, kemudian jagung yang telah berbentuk pipilan, dijemur kembali

hingga kadar air kurang dari 14%. Jagung pipil harus benar-benar kering saat

Page 68: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

56  

pengemasan tujuannya untuk melindungi produk dari kerusakan dan kontaminasi

cendawan.

Salah satu komponen GAP dalam penanganan pascapanen adalah

pengemasan produk yang baik. Pengemasan yang baik adalah dengan

menyertakan label sebagai identitas produk serta dalam prosesnya dilakukan di

tempat yang terpisah dengan bahan yang dapat menyebabkan pencemaran seperti

pupuk dan pestisida. Di kebun Seatele jagung dikemas dengan menggunakan

karung plastik sisa pupuk atau pakan yang telah dibersihkan dan dilakukan

langsung di lapang. Hasil produk tidak diberi label sehingga tidak diketahui

identitas produk. Hasil panen kemudian disimpan di gudang terbuka dengan

ventilasi yang cukup sehingga tidak lembab namun gudang terbuka ini berpeluang

menyebabkan kerusakan pada produk karena rentan terkena cipratan hujan jika

terjadi hujan besar.

Perlindungan lapangan

Perlindungan lapangan merupakan salah satu aspek penting dalam GAP.

Keberadaan alat perlindungan lapang sangat diperlukan guna menjamin

keselamatan dan kesehatan pekerja. Alat perlindungan standar yang

direkomendasikan perusahaan bagi pekerja adalah pakaian, masker, kacamata, dan

sarung tangan. Tenaga semprot atau pengendali OPT merupakan pekerja yang

paling rentan terkontaminasi bahan berbahaya, sehingga memerlukan alat

perlindungan khusus dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Tenaga penyemprot di kebun Seatele diharuskan memakai alat

perlindungan lapang sebagai suatu standar operasional. Alat-alat perlindungan

yang dipakai antara lain; masker, kaca mata dan sarung tangan. Alat hanya boleh

digunakan oleh petugas yang sama, tujuannya untuk menjaga alat tetap

terpelihara. Sistem pengawasan terhadap tenaga semprot dilakukan langsung oleh

mandor, asisten kebun dan asisten riset. Pengawasan dilakukan mulai dari cara

pelaksanaan penyemprotan, penggunaan dosis hingga pemakaian alat pelindung

lapang.

Kondisi faktual di lapangan menunjukkan hanya sedikit tenaga

penyemprot yang memakai perlengkapan pelindung secara lengkap. Salah satu

Page 69: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

57  

kendala adalah masih rendahnya kesadaran tenaga penyemprot akan tingginya

resiko keracunan bahan kimia serta kurangnya ketegasan dalam penerapan aturan

yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya sistem denda atau hukuman

bagi petugas yang melanggar. Jika diketahui tidak sesuai dengan prosedur, pekerja

penyemprot hanya diberi teguran dan diberitahu cara yang benar namun tidak ada

sanksi khusus yang diberikan kepada yang melanggar sehingga kesalahan yang

dilakukan seringkali terulang. Suatu sistem sanksi yang tegas sangat diperlukan

dalam upaya pengawasan namun yang lebih penting adalah adanya upaya untuk

menanamkan disiplin serta kesadaran kepada para pekerja tentang bahaya bahan

kimia bagi kesehatan.

Pencatatan dan Tracebility

Pencatatan dilakukan terhadap seluruh tahapan produksi sehingga

diketahui capaian pendapatan perusahaan, semua pemakaian sarana produksi

berupa benih, pupuk, bahan pestisida dan lain lain harus dicatat, yang

komponennya mencakup lokasi; tanggal pemakaian; jenis; jumlah yang dipakai;

dan cara pemakaian. Kegiatan pencatatan berguna untuk memudahkan

penelusuran penggunaan bahan serta efektivitas pemakaian bahan. Pencatatan

kegiatan usaha tani di kebun Seatele dilakukan oleh mandor, asisten dan kepala

divisi. Mandor mencatat pupuk/bahan pestisida yang telah terpakai serta stok yang

ada di gudang penyimpanan hal ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan pupuk

dan bahan pestisida saat akan dipakai.

Berdasarkan pengamatan, pencatatan di kebun Seatele sebagian besar telah

dilakukan dengan baik. Pencatatan dilakukan oleh mandor, operator traktor dan

asisten kebun. Beberapa komponen kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan

antara lain waktu pelaksanaan, lokasi, alat dan bahan yang digunakan serta

prestasi kerja THL. Salah satu kendala adalah belum adanya format pencatatan

yang jelas tentang jenis komponen apa saja yang harus dicatat oleh mandor,

operator traktor dan asisten kebun sehinga sistem pencatatan yang masih belum

baku membuat penelusuran dan evaluasi kegiatan produksi sulit dilakukan.

Prosedur permintaan barang di kebun Seatele harus melalui beberapa

tahapan, permintaan barang atau saprotan yang diajukan oleh mandor harus

Page 70: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

58  

melewati persetujuan asisten kebun. Kemudian surat permintaan yang telah

disetujui oleh asisten kebun diberikan kepada administrator dan kepala tata usaha

untuk disetujui, kemudian administrator bertugas untuk mengatur dan

menyalurkan barang dari gudang ke kebun. Permintaan barang dalam jumlah

besar untuk memenuhi kebutuhan persediaan di gudang dalam jangka waktu

panjang harus diajukan kepada kantor pusat di Jakarta oleh General Manajer

berupa Program Approval Request (PAR).

Pencatatan harus dilakukan pada setiap tahapan produksi dan sebisa

mungkin dilakukan guna mencegah dan mengendalikan kemungkinan terjadinya

penyimpangan dalam penerapan pedoman budidaya yang direkomendasikan

sehingga mengetahui identitas dan mutu produk. Pencatatan yang baik adalah

pencatatan yang mampu dilakukan penelusuran balik yaitu semua produk yang

dihasilkan harus dapat ditelusuri ke lahan usaha tani dimana produk tersebut

ditanam. Catatan disimpan dengan baik minimal selama 3 (tiga) tahun yang

meliputi: Nama perusahaan atau usaha agribisnis tanaman pangan; Alat

perusahaan/usaha; Jenis tanaman pangan dan varietas yang ditanam; Total produk;

Luas areal; Lokasi; Produksi per hektar; Pendapatan per hektar; Penggunaan

sarana Produksi; Sarana OPT dan Pengendalian.

Rekomendasi untuk pemenuhan GAP

Berbagai kendala dalam pengelolaan pertanaman jagung di PT. Sungai

Menang seharusnya tidak menjadi hambatan dalam pemenuhan standar Good

Agriculture Practices (GAP). Setelah dilakukan pengamatan pengelolaan

pertanaman jagung di PT. Sungai Menang, berikut beberapa upaya yang

diperlukan untuk pemenuhan GAP pada setiap tahapan produksi:

1. Pemilihan Wilayah Produksi

Pemenuhan GAP dalam pemilihan wilayah produksi yaitu melalui perbaikan

fisik tanah dan kesuburan tanah melalui penambahan bahan organik berupa

kotoran hewan maupun sisa brangkasan panen.

2. Persiapan Lahan

Pemenuhan program GAP dalam persiapan lahan mencakup adanya pemetaan

lahan serta pengolahan tanah dalam memperbaiki aerasi. Pemetaan lahan

Page 71: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

59  

harus dilakukan untuk melihat kesesuaian lahan dan menjadi acuan untuk

keberlanjutan usaha budidaya jagung. Perbaikan aerasi tanah melalui olah

tanah dilakukan dengan penggunaan implemen olah tanah sekunder berupa

disk harrow yang diharapkan mampu mengurangi pemadatan tanah yang

terjadi. Sistem olah tanah secara furrow planting yaitu melalui pembuatan

bedengan-bedengan yang tinggi sehingga diharapkan mampu menghindari

tanaman tergenang.

3. Benih dan Varietas

Penggunaan benih dan varietas sudah memenuhi standar GAP. Daya tumbuh

dan potensi hasil benih tinggi namun kenyataan dilapang menunjukkan

tanaman banyak yang mati sehingga populasi tanaman sangat rendah antara

25-60% populasi.

4. Penanaman

Kendala dalam pemenuhan GAP yaitu musim tanam yang tidak tepat, tidak

adanya antisipasi cekaman kekeringan atau banjir, tak ada antisipasi serangan

OPT sebelum tanam serta dalam penanaman tidak terdapat pemisah antar

varietas sehingga dapat menurunkan hasil. Musim tanam yang tepat dapat

dilakukan melalui penambahan sarana dan prasarana mekanisasi sehingg

tanam dapat dilakukan serentak namun hal ini memerlukan biaya yang tinggi.

Antisipasi cekaman kekeringan atau banjir dapat dilakukan melalui waktu

tanam serta olah tanah yang tepat yaitu dengan cara furrow planting.

Antisipasi serangan OPT dapat dilakukan melalui penambahan insectisida

atau fungisida saat tanam.

5. Pemupukan

Komponen yang belum sesuai dengan pemenuhan GAP yaitu cara

pemupukan serta penyimpanan pupuk. Pemupukan manual secara tugal dan

tidak ditimbun dapat diganti secara alur. Penerapan pupuk secara alur akan

mudah jika kondisi seedbed sudah diperbaiki melalui olah tanah sekunder dan

penambahan pupuk organik sehingga tanah menjadi lebih remah.

Penyimpanan pupuk sebaiknya dilakukan terpisah dan di bangun gudang

tersendiri untuk penyimpanan pupuk.

6. Manajemen air

Page 72: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

60  

Dalam GAP manajemen air lebih dititik beratkan pada irigasi bukan drainase.

Jika hanya mencakup irigasi maka manajemen air di kebun Seatele talah

sesuai namun masalah utama yang dimiliki kebun Seatele justru adalah

kelebihan air sehingga harus adanya drainase yang baik. Manajemen air dapat

dilakukan melalui penanaman Furrow planting dengan pembuatan parit-parit

sekunder dalam lahan.

7. Perlindungan Tanaman

Komponen perlindungan tanaman merupakan komponen GAP yang paling

diperhatikan karena terkait pelestarian lingkungan. Komponen tersebut antara

lain penggunaan bahan kimia dalam aplikasi, tata cara penggunaan, jumlah

bahan kimia yang digunakan, hingga penyimpanan bahan kimia dan

perawatan alat. Komponen yang menjadi kendala terbesar adalah frekuensi

penggunaan bahan kimia yang tinggi yang dilakukan 7-8 kali dalam satu

musim tanam karena tingginya serangan OPT. Hal ini dapat diatasi melalui

penggunaan musuh alami bagi hama jagung yang telah banyak dipasaran

serta penyemprotan pestisida kimia diselingi dengan penggunaan pestisida

nabati meskipun dalam prakteknya akan sulit dilakukan dengan kebutuhan

bahan yang tinggi dan luasan lahan yang luas. Pelatihan tentang penanganan

bahan kimia dan aplikasi di lahan juga perlu diadakan untuk memberikan

standar yang benar bagi pekerja. Penyimpanan perlu dilakukan terpisah

dengan saprotan lain dengan pembuatan gudang baru.

8. Pemanenan

Komponen pemanenan telah memenuhi standar GAP yaitu cara panen serta

waktu panen yang tepat dan sesuai dengan tujuan produksi yaitu dalam

bentuk jagung pipilan kering.

9. Pascapanen

Komponen pascapanen yang belum memenuhi standar GAP yaitu belum

adanya label dalam kemasan yang mencakup tanggal tanam, tanggal panen,

blok lahan dan jenis varietas. Ruang penyimpanan produk yang belum sesuai

karena masih rentan. Perlu adanya pemberian label kemasan dan pembuatan

gudang penyimpanan khusus.

10. Perlindungan lapang

Page 73: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

61  

Komponen GAP dalam perlindungan lapang telah diperhatikan melalui

ketersediaan peralatan perlindungan lapang yang memadai seperti kacamata,

masker dan sarung tangan. Namun, belum adanya kesadaran pekerja

membuat peralatan tersebut jarang digunakan sehingga perlu adanya

pelatihan secara berkala tentang bahaya pestisida dan bahan kimia serta

pelaksanaan budidaya yang benar dan aman.

11. Pencatatan dan Tracebility

Hal utama dari pencatatan adalah hasilnya dapat ditelusuri kembali sehingga

diperlukan adanya komponen pencatatan yang lebih rinci dan rapi serta orang

yang bertugas memanajemen catatan yang telah ada.

Page 74: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pelaksanaan pengelolaan pertanaman jagung di PT. Sungai Menang belum

sesuai dengan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) karena pada berbagai

tahapan produksi masih terdapat praktek usahatani yang belum sesuai dengan

penilaian GAP. Faktor yang menjadi kendala terbesar dalam pengelolaan

pertanaman jagung di PT. Sungai Menang adalah kondisi fisik tanah yang tidak

sesuai untuk budidaya jagung secara mekanisasi serta sistem pengolahan tanah

yang tidak tepat. Karakteristik tanah yang buruk berdampak pada berbagai

tahapan produksi yang lain, seperti pemupukan, pengolahan tanah hingga

pemeliharaan. Kendala pada berbagai tahapan produksi tersebut mengakibatkan

hasil produksi yang didapat tidak sesuai dengan target perusahaan.

Hampir pada tiap tahapan produksi dalam usahatani jagung di kebun

Seatele PT. Sungai Menang terdapat ketidaksesuaian dalam penerapan Good

Agriculture Practices (GAP), dapat dilihat pada Lampiran 7. Beberapa alasan

utama adalah: 1) Usahatani di kebun Seatele meupakan usaha yang baru dan

belum genap 2 tahun, 2) keterbatasan alat maupun sarana dan prasarana, 3) Belum

adanya perhatian khusus terhadap penerapan GAP karena masih dalam tahapan

merintis, 4) Masih berorientasi pada kuantitas hasil bukan kualitas.

Kegiatan magang yang dilakukan di PT. Sungai Menang memberikan

banyak manfaat bagi penulis dan menambah pengetahuan serta pengalaman baik

secara teknis maupun manajerial tentang tanaman pangan khususnya tanaman

jagung. Penulis juga mempelajari permasalahan-permasalahan yang terjadi ketika

di lapangan dan memberikan saran serta masukan mengenai pengelolaan

pertanaman jagung khususnya mengenai penerapan pengelolaan budidaya yang

baik atau Good Agriculture Practices (GAP).

Page 75: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

63  

Saran

Penerapan GAP dalam pengelolaan pertanaman jagung di PT. Sungai

Menang masih kurang diperhatikan sehingga harus dilakukan evaluasi dan

pengenalan tentang pentingnya penerapan GAP dalam suatu usaha budidaya

pertanian. Perencanaan produksi sebelum memulai sebuah usaha pertanian harus

dilakukan sebaik mungkin untuk menghindari timbulnya kerugian secara

ekonomi.

Page 76: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, A.M. 2009. Teknologi Penanganan Hama Utama Tanaman Jagung. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hal 454-469

Akil, M. dan Hadijah AD. 2007. Teknologi dan Adopsi Budidaya Jagung dalam

Jagung. dalam Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Hal 192-204.

Aqil, M., I.U. Firmansyah, dan M. Akil. 2007. Pengelolaan Air Tanaman Jagung.

Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Hal 219-230.

Baco, D., dan M. Yasin, 2001. Pengendalian penggerek jagung (O. furnacalis)

dengan predator dan patogen. Laporan Tahunan Penelitian Hama dan Penyakit, Balitjas.

Bakhri, S. 2007. Petunjuk Teknis: Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT). Balai pengkajian Teknologi Pertanian. Departemen Pertanian. Sulawesi Tengah. 20 hal.

Bern. C. Z., G. Quick., and F. L. Herum. 2003. Harvesting and Postharvest

management In Corn and Chemistry and Technology. White. P. J. And L. A. Johnson (eds). 107-158 p.

Djafaruddin. 1994. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Bumi Aksara.

Jakarta. 270 hal. Efendi, R., dan Suwandi. 2009. Mempertahankan dan Meningkatkan

Produktivitas Lahan Kering dan Produksi Jagung Dengan Sistem Penyiapan Lahan Konservasi. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hal 189-199.

Fadhly, A. F. 2009. Teknologi Peningkatan Indeks Pertanaman Jagung. Prosiding

Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hal 246-253.

FAO. 2000. Zero tillage development in tropical Brazil; The story of a successful

NGO activity by Jhon N. landers. FAO agriculture Service Bulletin No.147. FAO, Rome. 18 p.

Page 77: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

65  

Firmansyah, I.U. 2009. Teknologi Pengeringan Dan Pemipilan Untuk Perbaikan Mutu Biji Jagung (Studi Kasus di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan). Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hal 330-338.

Gardner, F.P., Pearce, R.B. dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya

(diterjemahkan dari : Physiology of Crop Plants, penerjemah : H. Susilo). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.

Margaretha, S.L. dan Fadhly. 2010. Peluang dan Kendala Pengembangan Pola

Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400). Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hal 567-573.

Neely, C., B. Haight., J. Dixon., A. S. Poissot. 2007. Report of the FAO expert

consultation on a good agricultural practice approach. Food and agriculture organization of United Nation. Rome. 27 p. http://www.fao.org/prods/gap/Docs/PDF/1-reportExpertConsultation EXTERNAL.pdf. [13 januari 2011].

Pabbage, M.S., Nonci, N, dan D. Baco, 2001. Keefektifan Trichogrammatidea

bactrae fumata dalam mengendalikan penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera) di lapangan. Laporan Tahunan Penelitian Hama dan Penyakit, Balitjas. Hal 505-513.

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 tanaman pangan unggul.

Penebar Swadaya. Jakarta. 140 hal. Rasyid, B., S.S.R. Samosir, dan F. Sutomo. 2009. Respon Tanaman Jagung (Zea

mays) pada Berbagai Regim air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hal 26-34.

Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan pengelolaannya. Graha Ilmu.Yogyakarta. 168

hal. Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta. 208

hal. Sutoro, Y. Sulaeman dan Iskandar. 1988. Budidaya tanaman jagung, hal. 49-66.

Dalam: Subandi, M. Syam dan A. Widjono (Eds.). Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 423 hal.

Zubachturoddin dan Margaretha S.L. 2006. Dampak Penggunaan Pupuk Kandang

Terhadap Pendapatan Petani Jagung. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan usaha Agribisnis Industrial Pedesaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Hal 496-507.

Page 78: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

LAMPIRAN

Page 79: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

67  

Lampiran 1. Peraturan Menteri Pertanian No 48 Tahun 2006

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 48/Permentan/OT.140/10/2006

TENTANG

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN YANG BAIK DAN BENAR ( GOOD AGRICULTURE PRACTICES)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN

Menimbang :

a. bahwa dalam rangka mendorong pertumbuhan dan pengembangan usaha agribisnis tanaman pangan perlu suatu panduan sebagai acuan dalam proses produksi dan penanganan pasca panen tanaman pangan;

b. bahwa untuk dapat menjamin mutu dan meningkatkan daya saing produk tanaman pangan, serta member perlindungan masyarakat dari aspek keamanan pangan, hygiene dan kelestarian lingkungan dalam proses produksi dan penanganan pasca panen serta menindaklanjuti amanat Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan. Mutu dan Gizi Pangan dipandang perlu menetapkan Pedoman Budidaya Tanaman Pangan Yang Baik dan Benar.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan. Ikan, dan Tumbuhan

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821;

6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

Page 80: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

68  

7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida (Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 12);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman (Lembaran

Negara Tahun 1995 Nomor 12 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3586); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran

Negara Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3616);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 131 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3867);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional Indonesia

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 14 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4079);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424);

15. Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 1986 tentang Peningkatan Pasca Panen Hasil Pertanian;

16. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Kabinet Indonesia Bersatu ; 17. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia juncto Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

18. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I

Kementrian Negara Republik Indonesia;

19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/-7/2005 tentang Organisasi dan Tatat Kerja Departemen Pertanian.

20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/-7/2005 tentang Kelengkapan

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;

21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Pert/Kpts/-SR.130/1/2006 tentang Rekomendasi Pemupukan N,P dan K pada Padi Sawah Spesipfik Lokasi;

Page 81: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

69  

22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Pert/HK.060/-2/2006 tentang Pupuk Organik dan Pembenah tanah;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KESATU : Pedoman Budidaya Tanaman Pangan yang Baik dan Benar sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan ini. KEDUA : Pedoman budidaya tanaman pangan yang baik sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU untuk dipakai sebagai acuan dalam pembinaan, pemberian pelayanan, dan pengembangan budidaya tanaman pangan.

KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta tanggal 9 Oktober 2006

MENTERI PERTANIAN,

ttd

ANTON APRIYANTONO

Page 82: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

70  

Lampiran 2. Peta Design Blok Kebun Seatele, PT. Sungai Menang.

 

5D 3,862 ha

5C 3,862 ha

5B 5,149 ha

5A 3,908 ha 5E

3,862 ha 5F

2,174 ha

4F 0,194 ha

4D 5,149 ha

4C 5,149 ha

4B 5,149 ha 4E

3,987 ha

3E 3,668 ha

2E 3,347 ha

3D 5,149 ha

3C 5,149 ha

3B 5,149 ha

2D 5,149 ha

2C 5,149 ha

2B 5,149 ha

1D 2,566 ha

1C 3,496 ha 1B

5,062 ha

0B 0,046 ha

1A 0,924

ha

1E 1,575 ha

6B 0,824 ha

6C 0,466 ha

4A 2,949 ha

5,000 ha

3A 0,487

ha

Page 83: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

72  

 

Lampiran 3b. Tipe iklim Kebun Seatele Seram Klafikasi Iklim Oldeman

Tipe Utama Bulan Basah (BB) berturut-turut

A > 9

B 7 - 9

C 5 - 6

D 3 - 4

E < 3

Subdivisi Bulan Kering (BK) berturut-turut

1 < 2

2 2 - 3

3 4 - 6

4 > 6

Keterangan :

Bulan Kering (BK) : bulan dengan CH < 100 mm

Bulan Lembab (BL) : bulan dengan CH antara 100 - 200 mm

Bulan Basah (BB) : bulan dengan CH > 200 mm.

Jumlah bulan basah (BB) berturut-turut : 5

Jumlah bulan basah (BB) berturut-turut : 1

Tipe Iklim : C1

Karena memiliki 5 BB berturut-turut dan 1 BK berturut turut maka wilayah kebun

Seatele termasuk kedalam tipe iklim C1 menurut Oldeman yang artinya memungkinkan

Tanam Padi satu kali dalam satu tahun atau palawija dua kali dalam satu tahun.

 

Page 84: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

 

Lampiran 3a. Keadaan Curah Hujan Bulanan di Kecamatan Seram Utara Timur Kobi Tahun 1989 – 2010

Tahun Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 1989 94 71 91 306 151 284 404 565 144 39 53 113 1990 206 57 71 86 362 381 397 328 190 186 10 102 1991 113 62 123 260 118 236 425 340 133 98 50 143 1992 43 141 232 140 72 46 406 127 38 239 30 141 1993 118 48 149 254 177 89 446 8 70 44 42 64 1994 110 30 247 343 284 128 109 83 4 94 34 24 1995 110 131 128 157 186 352 234 551 246 95 107 87 1996 175 155 170 136 334 471 296 401 231 144 120 144 1997 51 83 178 165 47 37 611 0 9 11 5 15 1998 92 134 135 208 328 494 356 749 288 79 201 202 1999 125 192 160 313 734 436 561 379 408 361 123 145 2000 218 179 180 156 328 704 571 354 522 361 127 73 2001 143 128 95 413 328 575 229 47 195 96 249 195 2002 77 25 169 73 210 121 54 28 132 24 26 187 2003 68 90 98 168 93 89 693 152 80 60 62 103 2004 79 99 108 342 166 337 227 24 352 50 92 132 2005 61 101 99 215 159 254 572 104 62 302 134 222 2006 121 114 116 108 216 1131 307 50 202 41 81 66 2007 94 54 159 266 191 499 288 385 330 58 37 56 2008 78 142 107 296 515 455 882 1412 346 182 127 149 2009 1963 130 111 108 386 302 313 155 79 127 81 173 2010 83 28 292 162 223 745 293 745

Rata-rata 192 100 146 212 255 371 394 318 193 128 85 121 Oldeman BL BK BL BB BB BB BB BB BL BL BK BL

Sumber : Arsip Kantor PT. Sungai Menang

Page 85: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

83  

Lampiran 4. Struktur Organisasi

 

 

General Manager

Logistik

Driver / Supir

Bagian Rumah Tangga

AgronomistAsisten Kepala

Asisten RisetAsisten Divisi II

Mandor

Asisten Divisi I

Mandor

Asisten Mekanisasi

Operator Traktor

Kepala Tata Usaha

Administrasi

Pembantu Admin

Manager / R&D

                           = garis komando                            = garis koordinasi 

Page 86: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

74  

 

Lampiran 5. Hasil Analisis Tanah Kebun Seatele

A. Sifat Fisik Tanah

Karakteristik Tanah Blok Seatele

Top Soil Sub Soil Tekstur (% clay) 58 63Bulk Density (g/cc) 1,18 1,3Total pore space (% vol.) 48,98 45,83Fast drainage pores(% vol.) 8,53 9,51Permeability (cm/jam) 1,3 0,3Sumber: Arsip PT. Sungai Menang

B. Sifat Kimia Tanah

Karakteristik Kondisi Nilai Keasaman sedang pH 5,4-6,8 C-organik sangat rendah 0,7-0,9%

N sangat rendah < 0,1% P sedang-tinggi 27-146 mg K tinggi-sangat tinggi 47-146 mg

Ca-dd sedang-tinggi 8-12 me Mg-dd tinggi 6-8 me KTK sedang 16-23 me KB sangat tinggi 77-100%

Mineral deposit - 20%

Mineral liat dominan vermiculite 60%

illite 20% Sumber: Arsip PT. Sungai Menang

Page 87: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

75  

Lampiran 8. Deskripsi Varietas  

Nama Varietas Deskripsi

AS-1 Umur tanaman 79 hari. Potensi hasil 10 ton/ha pipilan kering. Ketahanan terhadap penyakit tahan bulai, hawar daun, karat daun dan busuk tongkol.

Bima-2 Umur: Berumur dalam, 50% keluar polen: + 56 hari, 50% keluar rambut: + 57 hari; Masak fisiologis: + 100 hari; Batang: Besar dan tegap; Warna batang: Hijau; Tinggi tanaman: + 200 cm; Jumlah daun: 12-14 helai; Keragaman tanaman: Cukup seragam; Perakaran: Sangat baik; Kerebahan: Tahan rebah; Bentuk malai: Terbuka; Warna malai: Krem kehijauan; Warna anthera: Krem; Warna rambut: Merah; Tongkol: Besar dan panjang (+ 21 cm); Bentuk tongkol: Silindris; Tinggi tongkol: + 100 cm; Kelobot: Menutup tongkol dengan baik (+ 98%); Tipe biji: Semi mutiara (semi flint); Baris biji: Lurus; Warna biji: Kuning; Jumlah baris/tongkol: 12 - 14 baris; Bobot 1000 biji: + 378 g; Rata-rata hasil: 8,51 t/ha pipilan kering; Potensi hasil: 11,00 t/ha pipilan kering; Ketahanan: Agak toleran terhadap penyakit bulai; Keterangan: Beradaptasi baik pada lahan kurang subur dan lahan subur, populasi dapat mencapai 70.000 tanaman/ha.

Bisi 12 Umur: 50% keluar rambut: 57 hari, Masak fisiologis: 99 hari; Batang: Besar, kokoh, tegap; Warna batang: Hijau; Tinggi tanaman: + 196 cm; Daun: Lebar, bergelombang, dan agak tegak; Warna daun: Hijau gelap; Keragaman tanaman: Seragam; Perakaran: Baik; Kerebahan: Tahan rebah; Bentuk malai: Terbuka dan agak terkulai; Warna sekam: Ungu kehijauan; Warna anthera: Ungu kekuningan; Warna rambut: Ungu; Tinggi tongkol: + 95 cm; Kelobot: Menutup tongkol dengan baik; Tipe biji: Semi mutiara; Warna biji: Kuning oranye; Jumlah baris/tongkol: 12 - 14 baris; Bobot 1000 biji: + 318,9 g; Rata-rata hasil: 8,0 t/ha pipilan kering; Potensi hasil: 12,4 t/ha pipilan kering; Ketahanan: Sangat tahan terhadap penyakit bulai, dan tahan terhadap penyakit karat daun; Daerah pengembangan: Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah (MK), Lampung dan Jawa Timur (MH); Keunggulan: Potensi hasil tinggi, tahan terhadap karat daun, tahan rebah, beradaptasi baik pada musim kemarau di daerah yang cukup tersedia air, dan umur lebih genjah dari BISI-2; Keterangan: Baik ditanam untuk dataran rendah.

Bisi 816 Umur tanaman 101 hari di dataran rendah, 131 di dataran tinggi. Potensi hasil 13,65 ton/ha pipilan kering. Tahan bulai, karat daun, dan agak tahan hawar daun. Baik di tanam di dataran rendah dan teruji s/d 700 m dpl, daerah pengembangan di daerah endemik penyakit bulai.

Makmur-1 Tanaman: dari keluarga rumput-rumputan, tipe tumbuh semak, tinggi tanaman ± 195 cm, cukup seragam, umur masak ± 92 hst; Batang: besar dan kuat, tegak, warna hijau; Daun: Jumlah daun 12-14 helai, warna hijau; Bunga Jantan: bentuk malai terbuka, warna glume hijau, warna anther hijau keputihan; Bunga Betina: berwarna hijau keputihan; Biji: bentuk mutiara, warna orange, baris lurus dan rapat, jumlah baris 16-18; Ketahanan penyakit: tahan penyakit bulai, karat daun dan agak tahan hawar daun.

Page 88: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

76  

Nama Varietas Deskripsi

NK-22 Umur: Berumur dalam, 50% polinasi: + 54 hari, 50% keluar rambut: + 55 hari; Masak fisiologis: + 98 hari; Batang: Besar dan kokoh; Warna batang: Hijau; Tinggi tanaman: + 235 cm; Warna daun: Hijau tua; Keragaman tanaman: Seragam; Perakaran: Baik; Kerebahan: Tahan rebah; Bentuk malai: Tegak, sedang, dan terbuka; Warna malai: Kemerahan; Warna sekam: Hijau bergaris; Warna anthera: Coklat tua; Warna rambut: Merah, 1-2 kuning; Tongkol: Silindris; Kedudukan tongkol: + 95 cm; Kelobot: Menutup tongkol sangat baik; Tipe biji: Semi mutiara; Warna biji: Kuning; Jumlah baris/tongkol: 14-16 baris; Bobot 1000 biji: + 290 g; Rata-rata hasil: 8,70 t/ha pipilan kering; Potensi hasil: 10,48 t/ha pipilan kering; Ketahanan: Peka penyakit bulai, agak tahan terhadap hawar daun, dan karat.

NK-33 Umur: Berumur dalam, 50% polinasi: + 55 hari, 50% keluar rambut: + 56 hari; Masak fisiologis: + 100 hari; Batang: Besar dan kokoh; Warna batang: Hijau; Tinggi tanaman: + 190 cm; Warna daun: Hijau tua; Keragaman tanaman: Seragam; Perakaran: Baik; Kerebahan: Tahan rebah; Bentuk malai: Tegak, sedang, dan terbuka; Warna malai: Hijau; Warna sekam: Hijau bergaris; Warna anthera: Coklat; Warna rambut: Merah; Bentuk tongkol: Silindris; Kedudukan tongkol: + 95 cm; Kelobot: Menutup tongkol sangat baik; Tipe biji: Semi mutiara; Warna biji: Kuning; Jumlah baris/tongkol: 14 - 16 baris; Bobot 1000 biji: + 300 g; Rata-rata hasil: 8,10 t/ha pipilan kering; Potensi hasil: 10,12 t/ha pipilan kering; Ketahanan: Agak tahan terhadap penyakit bulai, hawar daun, dan karat; Daerah pengembangan: Beradaptasi pada dataran rendah sampai ketinggian 850 m dpl.

Pioneer-12 Umur: Berumur dalam, 50% polinasi: + 56 - 59 hari, 50% keluar rambut: + 57 - 60 hari; Masak fisiologis: + 92 hari (< 600 m dpl), + 120 hari (> 600 m dpl); Batang: Besar dan kokoh; Warna batang: Hijau; Tinggi tanaman: + 211 cm; Daun: Tegak dan lebar; Warna daun: Hijau tua; Keragaman tanaman: Sangat seragam; Perakaran: Baik dan kuat; Kerebahan: Tahan rebah; Bentuk malai: Tidak terbuka, ujung terkulai; Warna sekam: Hijau; Warna anthera: Kuning; Warna rambut: Putih dengan merah muda di ujungnya; Tongkol: Panjang dan silindrisl; Kedudukan tongkol: Agak tinggi, di pertengahan tinggi tanaman (+ 91 cm); Kelobot: Menutup biji dengan baik; Tipe biji: Mutiara (flint); Warna biji: Oranye; Baris biji: Lurus dan rapat; Jumlah baris/tongkol: 14 - 16 baris; Bobot 1000 biji: + 289 g; Kandungan nutrisi: 5,6% minyak, 10,6% protein, dan 71,2% tepung; Rata-rata hasil: 8,1 t/ha pipilan kering; Potensi hasil: 10 - 12 t/ha pipilan kering; Ketahanan: Tahan terhadap penyakit karat daun, busuk tongkol, Diplodia, dan busuk batang bakteri; agak tahan terhadap bulai, hawar daun H. turcicum, dan busuk batang Pythium; Daerah adaptasi: Beradaptasi luas pada dataran rendah dan tinggi.

Page 89: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

77  

Nama Varietas Deskripsi

Pioneer-21 Umur: Berumur agak dalam, 50% polinasi: + 54 hari, 50% keluar rambut: + 56 hari; Masak fisiologis: + 95 hari (< 600 m dpl) dan + 117 hari (> 600 m dpl), Batang: Tegap besar, dan cukup kokoh; Warna batang: Hijau; Tinggi tanaman: + 210 cm; Daun: Setengah tegak dan lebar; Warna daun: Hijau tua; Keragaman tanaman: Sangat seragam; Perakaran: Baik; Kerebahan: Tahan rebah; Bentuk malai: Besar dan terbuka; Warna malai: Putih kekuningan; Warna sekam: Hijau keunguan; Warna rambut: Hijau terang terang/putih dengan warna kemerahan di ujungnya; Tongkol: Besar panjang dan silindris; Kedudukan tongkol: Di pertengahan tinggi tanaman (95 cm); Kelobot: Menutup biji dengan baik; Tipe biji: Semi mutiara; Warna biji: Oranye; Baris biji: Tidak lurus dan rapat; Jumlah baris/tongkol: 14 - 16 baris; Bobot 1000 biji: + 311 g; Rata-rata hasil: 6,1 t/ha pipilan kering; Potensi hasil: 13,3 t/ha pipilan kering; Ketahanan: Tahan terhadap karat daun, bercak daun kelabu C. zeae-maydis; Agak rentan terhadap busuk batang bakteri dan bulai; Keunggulan: Potensi hasil tinggi dan bijinya berkualitas baik dengan pengisian biji yang baik. Batang cukup kokoh dan berperakaran baik sehingga cukup tahan terhadap kerobohan.

Pioneer-27 Tanaman ; tinggi ± 168 cm, umur masak cukup genjah( umur masak fisiologis ± 96 HSI); Batang: bentuk batang besar dan kokoh, wama batang hijau; Daun: bentuk daun tegak, warna daun hiiau; Bunga jantan: warna anther merah muda, warna sekam hijau; Bunga betina: warna rambut kuning; Tongkol: panjang tongkol ± 18,1 cm, diameter tongkol ± 5,0 cm, diameter janggel ± 13,1 cm, bentuk kerucut, kedudukan tongkol dipertengahan tinggi tanaman( ± 99 cm), melekat ke arah batang, penutupan kelobot menutup biji dengan baik; Biji: jumlah baris biji per tongkol 14-16 baris, jumlah biji per baris ± 42 biji,,bobot 1000 bulir biji ± 1299 gram, baris biji lurus dan rapat,pengisian biji baik, bentuk biji semi mutiara, warna biji oranye; Sifat Lainnya: kadar karbohidrat 62 ,37% b.b (basis basah), kadar lemak 3,48% b.b (basisb asah), kadar protein 8 ,28% b.b (basis basah) tahan terhadap karat daun.

Sumber: Deskripsi Varietas Unggul Jagung (2012) Balitbangtan, Kementerian Pertanian 

Page 90: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

78 

 

Lampiran 7. Hasil Pengamatan Kesesuaian Manajemen Produksi dengan GAP

A. Kesesuian lahan dengan GAP

No. Komponen Kesesuaian lahan

Kesesuaian Lahan

Sesuai Tidak sesuai

1 Iklim √ 2 Topografi √ 3 Fisik Tanah √ 4 Kesuburan tanah √

Persentase 50 % 50 %

B. Kesesuaian persiapan lahan dengan GAP

No. Komponen GAP Kesesuaian dengan GAP

Sesuai Tidak Sesuai

1 Status tanah jelas/HGU √ 2 Pemetaan tanah √

3 Persiapan lahan bebas dari pencemaran limbah √

4 Persiapan lahan untuk memperbaiki struktur dan aerasi tanah √

5 Persiapan lahan tidak menyebabkan erosi √ Persentase 60 % 40 %

C. Kesesuaian komponen benih dan varietas dengan GAP

No. Komponen GAP Kesesuaian dengan GAP Sesuai Tidak Sesuai

1 Varietas unggul √ 2 Benih bersertifikat √ 3 Vigor tinggi √

Persentase 100 % 0 %

Page 91: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

79 

 

D. Kesesuaian Penanaman dengan komponen GAP

No. Komponen GAP Kesesuaian dengan GAP Sesuai Tidak Sesuai

1 Teknik budidaya sesuai anjuran √ 2 Musim tanam tepat √

3 Antisipasi cekaman kekeringan, kebanjiran, tergenang atau cekaman faktor abiotik √

4 perlakuan sebelum tanam menghindari opt √

5 pencatatan penanaman √ Persentase 40 % 60 %

E. Kesesuaian Komponen Pemupukan dengan GAP

No. Komponen GAP Kesesuaian dengan GAP

Sesuai Tidak Sesuai 1 Pupuk organik dan anorganik terdaftar √ 2 Pemupukan sesuai anjuran √ 3 Pupuk disimpan terpisah dari produk pertanian √ 4 Terdapat arahan penggunaan pupuk √ 5 Pencatatan pemupukan √

Persentase 60 % 40 %

F. Kesesuaian Komponen manajemen air dengan GAP

No. Komponen GAP

Kesesuaian dengan GAP Sesuai Tidak Sesuai

1 Ketersediaan air sesuai dengan kebutuhan tanaman √

2 Air irigasi tidak mengandung limbah bahan berbahaya √

3 Penggunaan air pengairan tidak bertetangan dengan kepentingan umum √

Persentase 100 % 0 %

Page 92: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

80 

 

G. Kesesuaian Komponen Perlindungan Tanaman dengan GAP

No. Komponen GAP

Kesesuaian dengan GAP

Sesuai Tidak Sesuai

1 Penggunaan pestisida sesuai dengan anjuran rekomendasi dan aturan pakai. √

2 Terdapat arahan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasikan pestisida √

3 Pestisida yang digunakan terdaftar dan diijinkan √ 4 Pestisida yang digunakan tidak kadaluwarsa. √

5 Pestisida disimpan di lokasi yang layak, aman, berventilasi baik, memiliki √

6 Pestisida disimpan terpisah dari produk pertanian √ 7 Pestisida tetap berada dalam kemasan asli √

8 Terdapat fasilitas untuk mengatasi keadaan darurat. √

9 Terdapat pedoman/ tata cara penanggulangan kecelakaan akibat keracunan pestisida √

10 Wadah bekas pestisida ditangani dengan benar agar tidak mencemari lingkungan √

11 Wadah bekas pestisida dirusakkan agar tidak digunakan untuk keperluan lain. √

12 Kelebihan pestisida dalam tabung penyemprotan digunakan untuk pengendalian di tempat lain √

13 Peralatan aplikasi pestisida dirawat secara teratur agar. √

14 Peralatan aplikasi pestisida dikalibrasi secara berkala. √

15 Tersedia peralatan yang memadai untuk menakar dan mencampur pestisida. √

16 Tersedia panduan penggunaan peralatan dan aplikasi pestisida. √

Persentase 50 % 50 %

Page 93: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

81 

 

H. Kesesuaian Komponen Panen dengan GAP

No. Komponen GAP

Kesesuaian dengan GAP

Sesuai Tidak Sesuai

1 Cara panen menghindari kontaminasi terhadap produk √

2 Pemanenan dengan cara yang dapat mempertahankan mutu produk. √

3 Wadah hasil panen dalam keadaan baik dan bersih √

Persentase 100 % 0 %

I. Kesesuaian Komponen Pascapanen dengan GAP

No. Komponen GAP Kesesuaian dengan GAP

Sesuai Tidak Sesuai

1 Pengemasan yang Sesuai bisa melindungi produk dari kerusakan dan kontaminan √

2 Kemasan diberi label yang menjelaskan identitas produk. √

3 Tempat pengemasan bersih, bebas kontaminasi dan terlindung dari OPT √

4 Tempat pengemasan terpisah dari tempat penyimpanan pupuk dan pestisida √

5 Ruang penyimpanan mampu melindungi produk dari kerusakan dan kontaminan. √

6 Tidak Sesuai penggunaan bahan kimia. √ Persentase 20 % 80 %

J. Kesesuaian Perlindungan Lapang dengan GAP

No. Komponen GAP

Kesesuaian dengan GAP

Sesuai Tidak Sesuai

1 Ketersediaan peralatan pelindung lapang √

2 Pekerja memahami bahaya pestisida dalam keselamatan kerja √

3 Pekerja menggunakan perlengkapan pelindung sesuai anjuran √

4 Pakaian dan peralatan pelindung ditempatkan secara terpisah dari kontaminan √

Persentase 25 % 75 %

Page 94: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

82 

 

K. Kesesuaian Komponen Pencatatan dan Tracebility dengan GAP

No. Komponen GAP

Kesesuaian dengan GAP

Sesuai Tidak Sesuai

1 Tersedia sistem pencatatan yang memudahkan penelusuran √

2 Tersedia catatan penggunaan benih dan saprotan √ 3 Catatan disimpan selama minimal 2 tahun √

4 Seluruh catatan dan dokumentasi selalu diperbaharui √

Persentase 75% 25 %

Page 95: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

83  

 

Lampiran 8. Jurnal Harian Kegiatan Magang selama masa orientasi kebun di Pertanaman jagung PT. Sungai Menang, P. Seram, Maluku.

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja

Lokasi

Keterangan Penulis Karyawan Standard

...............(satuan/HK).............. 02/02/11 Orientasi kebun - ‐ - Seatele

03/02/11 Pengamatan

Drainase - ‐  - Seatele 

Mengamati letak 

saluran air 

04/02/11 Pengamatan

Penyemprotan - ‐  - I Blok 5E 

05/02/11 Orientasi kebun - ‐ - Leawai

06/02/11 Pembuatan Papan

Blok - ‐  - Leawai 

07/02/11 Pembuatan Papan

Blok - ‐  - Seatele 

08/02/11 Pengamatan Land

Clearing - ‐  - I Blok 2E 

09/02/11 Pembersihan

Rumpukan - ‐  - Seatele 

10/02/11 Penyempotan - ‐ - I Blok 5B 

11/02/11 Pengamatan

vegetasi - ‐  - Leawai 

Areal hutan 

belum dibuka 

12/02/11 Pembuatan parit

sekunder - ‐  - Seatele 

13/02/11 Pembersihan sisa

akar - ‐  - Leawai 

14/02/11 Penyulaman - ‐ - II Blok 3E 

15/02/11 Pemupukan - ‐ - I Blok 5B 

16/02/11 Penyempotan - 0,75 

ha - I Blok 5B 

17/02/11 Penyiangan gulma

rumpukan -

0,25 

ha - Seatele 

18/02/11 Pengepakan

kompos

350

kg

400 

kg - Seatele 

Page 96: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

84  

 

 

Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja

Lokasi

Keterangan Penulis Karyawan Standard

 

19/02/11 Pengolahan tanah

mekanik - 5 ha  - II Blok 3E 

20/02/11 Penyempotan

(Boom Sprayer) - ‐  - II Blok 5E 

21/02/11 Penyiangan gulma

rumpukan -

0,11 

ha - I Blok 4E 

22/02/11 Olah tanah (Rotari) - ‐ - II 5D‐6D 

23/02/11 Pembuatan parit

sekunder - ‐  - Leawai 

24/02/11 Pemupukan 0,15

ha

0,15 

ha - I Blok 5B 

25/02/11 Hujan deras (Libur) - ‐ - Libur 

26/02/11 Pembuatan pancang

jalan - ‐  -

II Blok 7F 

8F 9F  Materi leveling 

27/02/11 Pemupukan - ‐ - Leawai

28/02/11 Meratakan

rumpukan -

0,1 

ha - I Blok 3E 

 

   

Page 97: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

85  

 

Lampiran 9. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Supervisor di Pertanaman jagung PT. Sungai Menang, P. Seram, Maluku.

 

Tanggal

Uraian kegiatan

Prestasi kerja

Lokasi

Keterangan

Jml KH

yang

Diawasi

(orang)

Luas

Areal

yang

Diawasi

Lama

Kegiatan

(jam)

1/03/11 Semprot Hama 5 2.5 8 Divisi I

Blok 3E

2/03/11 Pemupukan

Manual

16 2.5 8 Divisi I

Blok 3E

3/03/11 Pembersihan

rumpukan

6 0,13 3 Divisi I

Blok 3E3

Sensus Populasi 6 2.5 3 Divisi I

Blok 3E

4/03/11 Perataan

rumpukan

2 - 8 Divisi I

Blok 3E

5/03/11 Perbaikan Jalan 4 - 4 Divisi I Jalan Masuk

kebun

Perawatan jalan

+ Weeding

6 - 3 Divisi I

6/03/11 Pemupukan 17 2.5 8 Divisi I

Blok 5B

7/03/11 Panen Singkong 3 - - Divisi I Lahan

Singkong

8/03/11 Weeding 3 1.2 4 Divisi II

Blok 2E

9/03/11 Pembuatan

pagar

6 - 8 Divisi II

Blok 2D

Batas lahan

11/03/11 Semprot Hama 3 1.2 4 Divisi II

Blok 6E

12/03/11 Pembuatan

pagar (lanjutan)

7 - 8 Divisi II

Blok 2D

Batas lahan

13/03/11 Bersih Akar 7 2.5 8 Divisi II

Blok 8E3

Page 98: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

86  

 

Tanggal

Uraian kegiatan

Prestasi kerja

Lokasi

Keterangan

Jml KH

yang

Diawasi

(orang)

Luas

Areal

yang

Diawasi

Lama

Kegiatan

(jam)

 

14/03/11 Pemupukan - - - Divisi II Pekerjaan

terhenti

Hujan deras

15/03/11 Pembersihan

rumpukan

Divisi I

Blok 3B

16/03/11 Bajak dan rotari 2 2 8 Divisi I

Blok 3C1

17/03/11 Pembersihan

rumpukan

7 - 4 Divisi I

Blok 3B

18/03/11 Pembersihan

rumpukan

8 - 4 Divisi I

Blok 3B

19/03/11 Bersih Akar 11 2 8 Divisi II

Blok 8E3

20/03/11 Libur - - -

21/03/11 Bersih Akar 12 2.5 8 Divisi II

Blok 8E4

22/03/11 Perawatan Jalan 5 0.6 8 Divisi II

23/03/11 Pemupukan

Urea

9 0.75 8 Divisi II

Blok 2D4

24/03/11 Pemupukan

Urea

13 1.5 8 Divisi II

Blok 2D3

25/03/11 Pemupukan

Urea

11 1.25 8 Divisi II

Blok 2D2

26/03/11 Pemupukan

Urea

12 1.5 8 Divisi II

Blok 2D1

27/03/11 Pemupukan

Urea

8 0.7 8 Divisi II

Blok 6E4

28/03/11 Pemupukan

Urea

11 1.2 8 Divisi II

Blok 6E4

Page 99: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

87  

 

Tanggal

Uraian kegiatan

Prestasi kerja

Lokasi

Keterangan

Jml KH

yang

Diawasi

(orang)

Luas

Areal

yang

Diawasi

Lama

Kegiatan

(jam)

 

29/03/11 Pengamatan

Singkong

3 - 8 Divisi I

Blok 6D

30/03/11 Pengamatan

Singkong

5 - 8 Divisi I

Blok 6D

31/03/11 Pengamatan

Singkong

5 - 8 Divisi I

Blok 6D

1/04/11 Penjemuran 5 - 4 Divisi I

Blok 6D

2/04/11 Sensus Populasi 1 8 Divisi I

Blok 6D

3/04/11 Pemupukan

Urea

14 2.5 8 Divisi I

Blok 4D

4/04/11 Pemupukan

Urea

12 2.5 8 Divisi I

Blok 4D

5/04/11 Pemupukan

Urea

8 1.1 8 Divisi I

Blok 4C

6/04/11 Pemupukan 18 4 8 Divisi I

Blok 4C

7/04/11 Pemupukan

Urea

15 4 8 Divisi I

Blok 3D

9/04/11 Pemupukan

Urea

14 3.5 8 Divisi I

Blok 3C

10/04/11 Pembuatan

Ubinan

- - - Divisi I Persiapan

pengamatan

11/04/11 LIBUR - - - Hari Hujan

12/04/11 Panen Jagung 12 1.25 8 Divisi I

Blok 5C

13/04/11 Panen Jagung 11 1.25 8 Divisi I

Blok 5C

Page 100: PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) … · penerapan good agricultural practices (gap) pada pengelolaan pertanaman jagung (zea mays l.) di pt sungai menang, pulau seram, maluku

88  

 

Tanggal

Uraian kegiatan

Prestasi kerja

Lokasi

Keterangan

Jml KH

yang

Diawasi

(orang)

Luas

Areal

yang

Diawasi

Lama

Kegiatan

(jam)

 

14/04/11 Panen Jagung Borong - 8 Divisi I

Blok 5C

3500/40kg

15/04/11 Panen Jagung Borong - 8 Divisi I

Blok 5C

16/04/11 Panen Jagung Borong - 8 Divisi I

Blok 5C

17/04/11 Panen Jagung Borong - 8 Divisi I

Blok 5D

18/04/11 Pipil Jagung 4 0.5 8 Divisi I

Blok 5C

Mesin PJ700

19/04/11 Pipil Jagung 4 0.5 8 Divisi I

Blok 5C

20/04/11 Pipil Jagung 5 0.75 8 Blok 5C