penerapan electronic government ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/tesis tanpa bab...

110
PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Analisis Actor Network Theory pada Implementasi Aplikasi Penghitungan Suara oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Jambi dalam Pemilihan Walikota Jambi Tahun 2018) (Tesis) Oleh MUHAMMAD IKHSAN PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: vudang

Post on 27-Jun-2019

262 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN

SUARA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Analisis Actor Network Theory pada Implementasi Aplikasi Penghitungan

Suara oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Jambi dalam Pemilihan Walikota

Jambi Tahun 2018)

(Tesis)

Oleh

MUHAMMAD IKHSAN

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN

SUARA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Analisis Actor Network Theory pada Implementasi Aplikasi Penghitungan

Suara oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Jambi dalam Pemilihan Walikota

Jambi Tahun 2018)

Oleh

MUHAMMAD IKHSAN

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 3: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

ABSTRAK

PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN

SUARA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Analisis Actor Network Theory pada Implementasi Aplikasi Penghitungan

Suara oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Jambi dalam Pemilihan Walikota

Jambi Tahun 2018)

Oleh

MUHAMMAD IKHSAN

Penghitungan suara dalam suatu pemilihan umum adalah salah satu tahapan yang

cukup krusial, termasuk dalam ajang pemilihan kepala daerah. Penelitian ini untuk

mengkaji penerapan e-gov penghitungan suara dari sisi mekanisme dan prosesnya

dengan menggunakan perspektif Actor-Network Theory. Perspektif ini

menempatkan interaksi yang komprehensif antara aktor manusia maupun non-

manusia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan

data primer menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi, sedangkan

untuk data sekunder menggunakan teknik dokumentasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, pertama penerapan penghitungan suara pada Pilkada Kota

Jambi Tahun 2018 sudah dijalankan sesuai dengan tujuannya yaitu sebagai

kontrol terhadap penyelenggara pemilu di tingkat bawah agar tidak melakukan

kecurangan berupa manipulasi suara. Situng juga ditujukan sebagai wujud

pelayanan kepada publik dalam hal publikasi informasi yang melibatkan

gabungan aktor jaringan yaitu aktor manusia (brainware, operator, staf,

komisioner) dan non-manusia (hardware, software, email, website). Kedua,

implikasi penerapan situng terhadap kinerja KPU Kota Jambi dan tata kelola

Pemilu menunjukkan gejala yang positif dimana penghitungan suara Pilkada

menjadi lebih akurat, cepat dan mudah diakses publik dengan penggunaan

teknologi informasi komunikasi memang menjadi kebutuhan saat ini yang bisa

diterima oleh masyarakat. Berbagai pihak pemangku kepentingan mendukung

penerapan situng yang memandangnya sebagai instrumen pendukung pemilu yang

mesti dijamin pelembagaan dan keberlanjutannya. Penggunaan situng hanya

sebagai alat bantu saja sehingga dengan demikian aktor non-manusia masih tetap

di bawah kendali aktor manusia. Aktor utama yaitu seluruh jajaran penyelenggara

pemilu yang harus selalu ditingkatkan profesionalitas serta kejujurannya, pada sisi

lain situng bisa menjadi instrumen kontrolnya.

Kata kunci: e-government, Situng, actor-network theory.

Page 4: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

ABSTRACT

APPLICATION OF ELECTRONIC GOVERNMENTS IN THE

CALCULATION OF SOUND CHOICE OF REGIONAL HEAD CHOICES

(Actor Network Theory Analysis on Implementation of Vote Counting

Applications by the General Election Commission of Jambi City in the 2018

Jambi Mayor Election)

by

MUHAMMAD IKHSAN

Vote counting in a general election is one of the crucial steps, including in the

regional head election. This research to examine the application of e-gov vote

counting in terms of mechanisms and processes using the perspective of Actor-

Network Theory. This perspective places a comprehensive interaction between

human and non-human actors. This study used descriptive qualitative method.

Primary data collection uses in-depth interview techniques and observation, while

for secondary data using documentation techniques. The results showed that the

first application of vote counting in the Jambi City Election in 2018 had been

carried out in accordance with the aim of controlling the election organizers at the

lower level so as not to commit fraud in the form of vote manipulation. Situng is

also intended as a form of service to the public in terms of publication of

information involving a combination of network actors, namely human actors

(brainware, operators, staff, commissioners) and non-humans (hardware, software,

e-mail, website). Secondly, the implications of implementing the situng on the

performance of the Jambi City KPU and Election governance show positive

symptoms where Pilkada vote counting becomes more accurate, fast and easily

accessible to the public with the use of communication information technology is

indeed a current requirement that can be accepted by the public. Various

stakeholders support the implementation of situng, which sees it as a supporting

instrument for elections that must be guaranteed institutionalization and

sustainability. The use of situng is only a tool so that non-human actors are still

under the control of human actors. The main actor, namely the entire ranks of the

election organizers, whose professionalism and honesty must always be improved,

on the other hand, situng can be the instrument of control.

Keywords: e-government, Situng, actor-network theory.

Page 5: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL
Page 6: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL
Page 7: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL
Page 8: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 21 Agustus

1980, merupakan anak kedua pasangan Abdul Manaf

AS, S.H. (Alm) dan Maryani. Penulis memiliki Satu

orang kakak bernama Muhammad Ridwan dan dua

orang adik bernama Afif Hardiansyah dan Nrs. Aan

Rismawani, S.Kep.

Penulis menempuh pendidikan formalnya di TK Pertiwi 1 Kota Jambi Tahun

1985 – 1986, SD Swasta Pertiwi 1 Kota Jambi Tahun 1986 – 1992, SMP Negeri

11 Kota Jambi Tahun 1992 – 1995 dan SMK Negeri 1 Kota Jambi Tahun 1995 –

1998. Kemudian di Tahun 1999 penulis menjadi mahasiswa Diploma Tiga

jurusan Manajemen Informatika di STMIK AKAKOM Jogjakarta. Penulis

menamatkan jenjang Diploma Tiga pada tahun 2003 dengan IPK 3,33. Kemudian

di tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata Satu jurusan

Teknik Informatika di STMIK AKAKOM Jogjakarta. Penulis menamatkan

pendidikan Strata Satu di bulan November tahun 2006 dengan IPK 3,15.

Pada awal tahun 2008, penulis mulai bekerja di PT ADIRA QUANTUM

FINANCE sebagai tenaga admin disburse. Setelah 6 (enam) bulan di rolling ke

admin PGA (Personal and General Affair). Pada Tahun 2009, dengan usaha dan

perjuangan yang panjang untuk mengikuti seleksi tes Pegawai Negeri Sipil,

akhirnya di akhir tahun 2009 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil

Komisi Pemilihan Umum (KPU). Penulis kemudian ditugaskan sebagai staf KPU

Page 9: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

Kabupaten Bungo. Di akhir tahun 2009 itu juga penulis menikah dengan Asteti

Zulmaryeni, S.E., dan di bulan Oktober 2010 dikaruniai seorang putra bernama

M. Aufa Nabil Zahid. Pada bulan Juli 2015, penulis pindah tugas dari KPU

Kabupaten Bungo ke KPU Provinsi Jambi. Pada bulan Agustus 2016, penulis

mendapatkan beasiswa penuh dari Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia

untuk melaksanakan tugas belajar pada Program Pascasarjana Magister Ilmu

Pemerintahan Konsentrasi Tata Kelola Pemilu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung.

Page 10: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :

1. Keluargaku : Ayah (alm.), Ibu, Ayah Mertua (alm.), Ibu Mertua, Istriku,

abang dan adik-adikku, abang dan adik ipar serta putraku.

2. Institusiku : Komisi Pemilihan Umum

3. Almamaterku : Universitas Lampung

Page 11: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

“Boleh Pasrah, tapi ga boleh menyerah...”

(Muhammad Ikhsan)

“Tidak suatu bencana yang menimpa di bumi

dan (tidak pula) pada dirimu sendiri

melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)

sebelum kami menciptakan-Nya.

Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah

(kami jelaskan yang demikian itu)

Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu,

Dan supaya kamu jangan terlalu gembira

Terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.

Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong

Lagi membanggakan diri.”

(Q.S. Al-Hadid : 22-23)

Page 12: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan

rahmat dan karunai-Nya, juga shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW

yang kita harapkan syafaatnya di hari akhir. Tesis dengan judul “Penerapan

Electronic Government dalam Penghitungan Suara Hasil Pemilihan Kepala

Daerah (Analisis Actor Network Theory pada Implementasi Aplikasi

Penghitungan Suara oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Jambi dalam Pemilihan

Walikota Jambi Tahun 2018)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Ilmu Pemerintahan di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) Universitas Lampung dan juga sebagai Dosen Penguji

Utama yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan

pengarahan dan saran perbaikan kepada penulis, sehingga dapat

menyempurnakan hasil penelitian ini.

4. Bapak Drs. Hertanto, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung dan sekaligus juga sebagai

Page 13: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan,

nasehat, saran dan pendapat kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

penelitian ini.

5. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan, nasehat, saran dan pendapat kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Pemerintahan FISIP Universitas Lampung, serta seluruh dosen pengajar

pada Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas

Lampung yang telah memberikan ilmu, nasehat dan pengetahuan kepada

penulis.

7. KPU RI yang telah memberikan kesempatan beasiswa penuh kepada

penulis, para komisioner dan Sekretaris, Kabag dan Kasubbag serta staf

KPU Provinsi Jambi dan juga KPU Kota Jambi yang telah bersedia

meluangkan waktu menjadi informan penelitian ini dan juga yang selalu

memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis.

8. Mahasiswa MIP 2016 konsentrasi Tata Kelola Pemilu batch 2 (Zuhairi

Sanofi, Agung Nugroho, Muhajiroh, Tohap Hasugian, Silvi Yulianti,

Risma mauli AZ, Yuliza Fitrianti, Merry Anggraini, Susi Megawati, bang

Antoniyus, bang Candrawansah dan Fajar Fakhlevi), serta konsentrasi

Otonomi Daerah dan Manajemen Pemerintahan.

Page 14: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

9. Bendahara penerimaan Universitas lampung Eka Yulianti, S.E., dan staf

administrasi FISIP Universitas Lampung (Yeri, Febri, Nissa, Andi) yang

senantiasa membantu dan memfasilitasi penulis selama ini.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada

penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

11. Almamater Universitas Lampung.

Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

siapa saja yang membacanya.

Bandar Lampung, Januari 2019

Penulis

Muhammad Ikhsan

Page 15: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

ABSTRACT ........................................................................................................ iii

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ v

SURAT PERNYATAAN ................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................... ix

MOTTO ............................................................................................................... x

SANWACANA ................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 12

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 12

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 14

2.1. Landasan Teori ............................................................................. 14

2.1.1. Electronic Government (E-gov) ......................................... 14

2.1.2. Model Implementasi Kebijakan ......................................... 18

2.1.3. Implementasi E-Government .............................................. 31

2.1.4. Sistem Informasi ................................................................ 34

2.1.5. Teori Aktor Jaringan (Actor-Network Theory) .................. 36

2.1.6. Good Governance .............................................................. 44

2.1.7. Efektifitas dan Efisiensi Pemerintahan .............................. 47

2.2. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 52

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 56

3.1. Tipe Penelitian ............................................................................. 56

3.2. Fokus Penelitian ........................................................................... 57

3.3. Unit Analisis dan Penentuan Informan ......................................... 58

3.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 59

3.5. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 60

3.6. Teknik Analisis Data .................................................................... 60

Page 16: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

BAB IV GAMBARAN UMUM PENERAPAN SITUNG PADA

PILKADA SERENTAK TAHUN 2018 ............................................ 62

4.1. Deskripsi Kelembagaan KPU Kota Jambi ................................... 62

4.2. Pilkada Walikota Jambi Tahun 2018 ........................................... 66

4.3. Implementasi SITUNG pada Pilkada Walikota Jambi Tahun

2018 .............................................................................................. 68

BAB V ANALISIS ACTOR-NETWORK THEORY PADA

IMPLEMENTASI SITUNG PILKADA WALIKOTA JAMBI .... 80

5.1. Genesis SITUNG sebagai Pengembangan E-Rekap .................... 80

5.2. Peta Aktor Jaringan Penerapan SITUNG pada Pilkada Kota

Jambi Tahun 2018 ......................................................................... 84

5.3. Analisis Actor Network Theory (ANT) Penerapan SITUNG

pada Pilkada Kota Jambi Tahun 2018 .......................................... 87

5.3.1. Permasalahan/Problem ...................................................... 87

5.3.2. Penarikan/Interessement .................................................... 92

5.3.3. Pelibatan/Enrollment ....................................................... 100

5.3.4. Mobilisasi /Mobilization .................................................. 103

5.4. Analisis ANT Implikasi Penerapan SITUNG terhadap Kinerja

KPU Kota Jambi dan Tata Kelola Pemilu .................................. 107

5.4.1. Mobilisasi Instrumen ....................................................... 108

5.4.2. Membangun Aliansi ......................................................... 110

5.4.3. Institusionalisasi ............................................................... 114

5.4.4. Penerimaan Sosial ............................................................ 119

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 124

6.1. Simpulan ................................................................................... 124

6.2. Saran ......................................................................................... 125

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 127

LAMPIRAN

Page 17: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Komposisi Anggota KPU Kota Jambi ......................................................... 64

4.2 Susunan Sekretariat KPU Kota Jambi .......................................................... 65

4.3 Tahapan dan Jadwal Pilkada Serentak Tahun 2018 ..................................... 66

4.4 Perolehan Suara Pasangan Calon .................................................................. 67

4.5 Partisipasi Pemilih Pilwako Kota Jambi Tahun 2018 .................................. 68

4.6 Fitur Aplikasi SITUNG ................................................................................. 70

4.7 Fitur SITUNG Rekap .................................................................................... 72

4.8 Akses SITUNG ............................................................................................. 74

4.9 Perbandingan Perolehan Suara Kandidat SITUNG dengan Pleno ................ 76

4.10 Perbandingan Data Pemilih SITUNG dengan Pleno Penetapan ................. 77

4.11 Hasil SITUNG Pilwako Kota Jambi per Kecamatan .................................. 77

5.1 Para Aktor dalam Penerapan SITUNG Pilkada Kota Jambi 2018 ................ 85

Page 18: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Implementasi Proses Politik dan Administratif ............................................ 22

2.2 Model Proses Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn .............. 24

2.3 Variables Involved in the Implementation Process ...................................... 25

2.4 Skema Analisis ANT menurut Bruno Latour ............................................... 41

2.5 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................ 55

4.1 Alur SITUNG Cepat ..................................................................................... 69

4.2 Aplikasi SITUNG Pindai .............................................................................. 70

4.3 Aplikasi SITUNG Entri ................................................................................ 71

4.4 Alur SITUNG Rekap..................................................................................... 72

4.5 Aplikasi Web SITUNG ................................................................................. 73

4.6 Web Publikasi SITUNG Pilkada Kota Jambi Tahun 2018 ........................... 74

4.7 Tampilan Menu rekap Hasil Pilkada Kota Jambi ......................................... 78

5.1 Alur Implementasi SITUNG Pilkada 2018 ................................................. 100

5.2 Implementasi SITUNG pada tingkat KPU Kota Jambi .............................. 102

Page 19: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

DAFTAR SINGKATAN

ANT : Actor Network Theory

Bawaslu : Badan Pengawas Pemilihan Umum

Bimtek : Bimbingan Teknis

BPS : Bada Pusat Statistik

Caleg : Calon legislatif

DPT : Daftar Pemilih Tetap

DRC : Disaster Recovery Center

e-gov : Electronic Government

e-rekap : Elwctronic Rekapitulasi

GPP : Gaji Pokok Pegawai

ICR : Intelligent Character Recognition

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

KPPS : Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara

KPU : Komisi Pemilihan Umum

KPU RI : Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MK : Mahkamah Konstitusi

NPM : New Public Management

Pemilu : Pemilihan Umum

Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah

RUU : Rancangan Undang-undang

Page 20: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

SAKPA : Sistem Akuntansi Keuangan Pengguna Anggaran

SDM : Sumber Daya Manusia

SIADKA : Sistem Informasi Administrasi Kepegawaian

SIAP : Sistem Informasi Aplikasi Persuratan

SIKD : Sistem Informasi Kearsipan Dinamis

SIM-2P : Sistem Informasi Manajemen Penyelenggaraan Pemilu

SILOG : Sistem Informasi Logistik

SILON : Sistem Informasi Pencalonan

SIPOL : Sistem Informasi Pendaftaran Partai Politik

SITUNG : Sistem Informasi Penghitungan Suara

SPM : Surat Perintah Membayar

SPP : Surat Permohonan Pembayaran

TIK : Teknologi Informatika dan Komunikasi

Tungsura : Penghitungan Suara

TPS : Tempat Pemungutan Suara

UNDP : United Nations Development program

Page 21: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tahap penghitungan suara dalam suatu Pemilihan Umum (Pemilu) adalah

salah satu tahapan yang cukup krusial, termasuk dalam ajang Pemilihan Kepala

Daerah (Pilkada). Menjelang penetapan hasil perolehan suara secara resmi oleh

Komisi Pemilihan Umum (KPU), berbagai pihak di luar penyelenggara Pemilu

kerap memiliki versi penghitungan sendiri. Hal ini bisa menimbulkan polemik

yang berpotensi memicu konflik antar pendukung. Menurut Haris (2005), konflik

penghitungan suara merupakan salah satu dari 5 (lima) sumber konflik Pilkada.

Pertama, konflik yang bersumber dari mobilisasi politik atas nama etnik, agama,

dan daerah. Kedua, konflik yang bersumber dari kampanye negatif antar pasangan

calon kepala daerah. Ketiga, konflik yang bersumber dari premanisme politik dan

pemaksaan kehendak. Keempat, konflik yang bersumber dari manipulasi dan

kecurangan penghitungan suara hasil Pilkada. Kelima, konflik yang bersumber

dari perbedaan penafsiran terhadap aturan main penyelenggaraan Pilkada. Kelima

sumber konflik tersebut juga menjadi potensi konflik penyelenggaraan Pilkada

serentak di berbagai daerah. Dalam konteks tersebut, kebutuhan atas kapasitas

mengelola konflik Pilkada menjadi penting (Ramadlan dan Wahyudi, 2016).

Permasalahan menyangkut penghitungan suara bukanlah fenomena baru,

karena sudah sering terjadi beberapa kasus yang bermasalah dalam perolehan

Page 22: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

2

maupun penghitungan suara Pemilu dan Pilkada dari dulu hingga sekarang.

Seperti misalnya pada ajang Pemilu 2009, dari hasil pengamatan banyak menuai

persoalan mulai dari persoalan DPT hingga penggelembungan suara seperti yang

terjadi di beberapa daerah antara lain di Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu

mencapai 20.000 suara untuk caleg tertentu dan terjadi pengurangan suara untuk

caleg tertentu (Amancik, 2009). Indikasi dari kecurangan dan ketidakberesan

penyelenggaraan Pemilu, termasuk masalah penghitungan suara, juga dibuktikan

dengan banyaknya komplain dari peserta Pemilu (caleg, partai politik) serta

banyaknya gugatan yang masuk ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Contoh lainnya, pada Pilkada di Jawa Timur Putusan MK membatalkan

Keputusan KPU Jawa Timur terkait penghitungan suara hasil Pilkada di tiga

daerah di Madura, dengan pertimbangan yang intinya adalah bahwa prosedur

penghitungan hasil suara Pilkada di tiga daerah tersebut dilakukan tidak sesuai

dengan prosedur hukum yang benar, bahkan pelanggaran hukum itu dilakukan

secara sistematis (Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008).

Contoh kasus manipulasi suara lainnya yang masuk ke MK adalah Pilkada

Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat dimana pada beberapa tempat

tidak dilakukan pemungutan suara. Pencoblosan justru dilakukan oleh petugas

KPPS di Kecamatan Kayan Hulu dengan cara melakukan pencoblosan surat suara

pada malam dan pagi hari. Persoalan juga muncul terkait perbedaan data hasil

antara C1-KWK dengan DA1-KWK. Penebalan-penebalan angka maupun tanda

tangan dalam CI-KWK yang menyebabkan terjadinya perbedaan angka perolehan

dalam C1-KWK yang ada pada KPU dan calon. Berdasarkan fakta hukum itu,

maka MK menilai telah terjadinya pelanggaran yang dilakukan penyelenggara

Page 23: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

3

Pilkada yang telah merusak sendi-sendi Pilkada yang langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil (Junaidi, 2010).

Pada Pilkada tahun 2015 sengketa penghitungan suara termasuk materi

gugatan yang mayoritas di MK. Penyelenggaraan Pilkada yang diikuti oleh 269

daerah, ada sekitar 150 gugatan sengketa hasil yang dilayangkan ke MK dan total

ada 5 perkara gugatan sengketa akhir yang akhirnya ditindaklanjuti. Hal ini belum

memperhitungkan masalah lain seperti administrasi, kampanye, partisipasi

pemilih maupun imbas sosial politik akibat konflik Pilkada (Ervianto, 2017).

Dari sisi kepentingan politik, peserta atau calon yang tidak mampu jujur

dan sportif sangat berkeinginan bisa menentukan hasil Pemilu sebelum

pemungutan dan penghitungan suara dilakukan. Apabila praktik kecurangan

(seperti jual-beli suara, intimidasi dan paksaan, serta manipulasi) cukup banyak

terjadi, maka legitimasi proses penyelenggaraan Pemilu akan dipertanyakan.

Penyelenggaraan Pemilu tanpa integritas seperti ini niscaya akan mencederai asas-

asas Pemilu yang demokratik. Lawan dari integritas Pemilu adalah berbagai

bentuk praktik manipulasi Pemilu (electoral fraud).

Menurut Alvarez, dkk (2008) dalam buku Election Fraud: Detecting and

Deterring Electoral Manipulation, menyebut persoalan utama dalam Pemilu

adalah mengenali dan mencegah terjadinya fenomena electoral fraud, election

manipulation, atau vote rigging yaitu suatu kecurangan Pemilu yang terjadi

karena intervensi atau campur tangan secara ilegal terhadap proses

penyelenggaraan Pemilu. Tindakan ini berdampak pada penghitungan suara yang

dapat mempengaruhi hasil Pemilu, baik meningkatkan hasil suara, mengurangi

atau keduanya pada kandidat tertentu.

Page 24: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

4

Penelitian Surbakti et.al. (2014) mengutip Sarah Birch dan Rafael López

Pintor untuk mengidentifikasi praktik pelanggaran pemilu pada Pileg 2014.

Malpraktik pemilu didefinisikan sebagai manipulasi yang terjadi dalam

keseluruhan proses penyelenggaran pemilu yang bertujuan untuk kepentingan

perseorangan ataupun partai politik dengan meninggalkan kepentingan umum.

Malpraktik pemilu diklasifikasi menjadi tiga jenis, yakni: manipulasi terhadap

peraturan perundang-undangan pemilu (manipulation of election legal

framework), manipulasi pilihan pemilih yang bertujuan untuk mengarahkan atau

mengubah pilihan pemilih dengan cara-cara yang manipulatif (manipulation of

vote choises), terakhir manipulasi terhadap proses pemungutan dan penghitungan

suara hingga pemilu berakhir (manipulation of electoral administration) (Surbakti

et.al., 2014).

Manipulasi Pemilu termasuk fenomena malpraktek Pemilu seperti vote

buying (politik uang). Kasus politik uang dapat dilihat dari gugatan terhadap hasil

Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Provinsi dan Kabupaten/Kota

yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Sepanjang tahun 2010, sebanyak

84,6 persen gugatan (182 dari 215 gugatan) yang masuk ke MK terkait dengan

dugaan adanya praktik politik uang (Mahkamah Konstitusi: 2011).

Manipulasi Pemilu juga termasuk intervensi tidak sah terhadap proses

penyelenggaraan Pemilu. Tindakan intervensi ini akan mempengaruhi hasil

penghitungan suara, baik dengan menambah suara peserta Pemilu/ calon tertentu

atau dengan mengurangi perolehan suara peserta Pemilu/calon lainnya.

Penyimpangan lain yang termasuk manipulasi perhitungan suara adalah

pendaftaran pemilih secara ilegal, intimidasi terhadap pemilih, dan penghitungan

Page 25: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

5

suara yang tidak tepat, misalnya menyatakan tidak sah terhadap surat suara yang

sesungguhnya sah atau mencatat suara seorang pemilih lebih dari sekali (Surbakti

dkk, 2011).

Sederet permasalahan tersebut di atas menunjukkan bahwa problem

penghitungan suara belum menemukan solusi yang tepat. Dari sudut pandang

praktik di lapangan, pada dasarnya disebabkan oleh cara penghitungan suara yang

masih manual dan terbatas aksesnya sehingga menjadi tidak transparan.

Ketertutupan dan keterbatasan ini yang membuka peluang terjadinya masalah

seputar penghitungan suara sehingga keterbukaan menjadi resepnya. Berkaca dari

Pemilu 2014, dimana pada saat itu belum diterapkan sistem hasil elektronik

(biasanya disebut e-recapitulation atau e-rekap) yang resmi. Melalui e-rekap,

hasil resmi yang transparan dan kredibel dapat diperoleh dalam beberapa hari saja.

Dalam Pemilu 2014, metode rekapitulasi yang digunakan adalah metode

rekapitulasi manual yang sudah digunakan sejak lama, sehingga kembali muncul

kecurigaan dan tudingan terjadinya kecurangan (Surbakti, 2015). Hal ini yang

menjadikan penerapan electronic government (e-gov) dalam penyelenggaraan

Pemilu menjadi salah satu ikhtiar mempersempit berbagai permasalahan dalam

penghitungan suara, karena menjadikan proses penghitungan lebih terbuka bagi

publik dan bisa diawasi oleh masyarakat umum. Berdasarkan hal tersebut,

penelitian ini menemukan titik pentingnya karena mencoba mengkaji lebih jauh

penerapan e-gov dalam penghitungan suara hasil Pilkada.

E-gov itu sendiri merupakan tuntutan zaman. Era globalisasi saat ini telah

mendorong negara-negara di dunia untuk menyelenggarakan tata kelola

pemerintahan yang berorientasi pada pemanfaatan kemajuan teknologi informasi

Page 26: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

6

dan komunikasi. Pemerintah Republik Indonesia telah membuat kebijakan

penerapan electronic government for a good governance (pemerintahan elektronik

untuk tata pemerintahan yang baik) yang terintegrasi mulai dari tingkat pusat

hingga ke daerah. Tujuannya adalah agar teknologi informasi dan komunikasi

dapat dimanfaatkan secara bersama untuk memudahkan koordinasi antar institusi

pemerintah.

Electronic government (e-gov) adalah penggunaan teknologi untuk

membuat sistem pemerintahan, baik itu pelayanan internal maupun pelayanan

kepada masyarakat, menjadi berlangsung lebih efektif dan efisien. E-gov

merupakan langkah pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk

membantu menjalankan sistem pemerintahan yang mengedepankan efektifitas dan

efisiensi. Paling tidak ada dua hal utama dalam konsep e-gov; yang pertama

adalah penggunaan teknologi informasi (salah satunya internet) sebagai alat bantu,

dan yang kedua, tujuan pemanfaatannya agar proses pemerintahan dapat berjalan

lebih efisien.

Meskipun memanfaatkan media teknologi informasi, e-gov bukan berarti

mengganti cara pemerintah dalam berhubungan dengan masyarakat. Masyarakat

masih bisa berhubungan dengan unit-unit pelayanan, komunikasi langsung dan

tidak langsung untuk mendapatkan pelayanan pemerintah, atau korespondensi

dengan instansi pemerintah. Dengan demikian, e-gov sesuai dengan fungsinya

adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan

antara pemerintah dan pihak-pihak lain dalam rangka meningkatkan kualitas

layanan publik secara efektif dan efisien.

Page 27: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

7

Pada sisi lain, hingga saat ini penerapan e-gov di Indonesia tidak

sepenuhnya dikatakan berjalan lancar dan berhasil, masih ditemukan beberapa

kendala. Dari aspek kultur, pengakses e-gov masih rendah dan e-gov masih

cenderung formalitas. Dari aspek kepemimpinan, masih belum banyak yang

berkomitmen kuat serta inovatif, dan dari aspek infrastruktur e-gov tidak

mendukung karena relatif belum memadai (Kumorotomo, 2014). Terkait dengan

kemacetan implementasi e-gov, Robert Heeks (2003) berpendapat bahwa

kebanyakan kegagalan aplikasi e-gov di negara berkembang adalah karena

ketidakpahaman mengenai “keadaan sekarang” (where we are now) dengan “apa

yang akan kita capai dengan proyek e-government” (where the e-government

project wants to get us). Dengan kata lain, yang seringkali terjadi adalah

kesenjangan yang lebar antara realitas yang sekarang dihadapi dengan rancangan

e-gov yang dimaksudkan untuk mengubah keadaan.

.Adapun rancangan e-gov untuk mengubah keadaan telah masuk ke dalam

agenda Roadmap Reformasi Birokrasi di Indonesia. Sejalan dengan Program

Reformasi Birokrasi yang dicanangkan oleh Pemerintah, maka sejak Tahun 2013

Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) telah menetapkan

program reformasi menjadi bagian dari program dan kegiatan prioritas lembaga.

Salah satu program reformasi birokrasi terutama penataan tatalaksana di KPU

adalah Pengembangan E-Government yang terdiri dari beberapa aksi kegiatan

antara lain:

1) Pemanfaatan aplikasi di bidang keuangan

a. Sistem Akuntansi Keuangan Pengguna Anggaran (SAKPA);

Page 28: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

8

b. Aplikasi Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Permohonan

Pembayaran (SPP);

c. Aplikasi Gaji Pokok Pegawai (GPP).

2) Membangun aplikasi di bidang umum

a. Sistem Informasi Aplikasi Persuratan (SIAP);

b. Sistem Informasi Kearsipan Dinamis (SIKD).

3) Pemanfaatan aplikasi di bidang SDM

a. Sistem Informasi Administrasi Kepegawaian (SIADKA);

b. Sistem Informasi Manajemen Penyelenggara Pemilu (SIM-2P).

4) Pemanfaatan aplikasi di bidang perencanaan

a. Aplikasi Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga.

5) Pemanfaatan aplikasi/instrumen untuk mendukung tahapan Pemilu

a. Sistem Informasi Pendaftaran Partai Politik (SIPOL);

b. Sistem Informasi Daftar Pemilih (SIDALIH);

c. Sistem Informasi Pencalonan Anggota DPR, DPRD Provinsi dan

DPRD Kabupaten/Kota dan DPD (SILON);

d. Instrumen Pemetaan Data Pemilih;

e. Sistem Informasi Logistik (SILOG).

f. Sistem Informasi Penghitungan Suara (SITUNG)

Pengembangan E-gov sebagaimana dimaksud di atas, merupakan

pengembangan di internal dan eksternal kelembagaan KPU. Yang tidak kalah

pentingnya adalah pengembangan e-gov untuk mendukung pelaksanaan Pemilihan

Umum Kepala Daerah (Pilkada) 2018 berupa Sistem Informasi Penghitungan

Suara (SITUNG) yang dimuat dalam laman kpu.go.id. SITUNG tersebut

Page 29: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

9

merupakan aktifitas rekapitulasi perolehan suara secara elektronik (e-rekap)

sebagai data sementara untuk pembanding hasil resmi oleh KPU yang tetap

menggunakan rekapitulasi manual dan berjenjang sesuai amanah UU. Namun

demikian, dengan adanya SITUNG publik dapat mengetahui hasil sementara dan

juga sebagai alat kontrol bagi penyelenggara Pemilu dan masyarakat, supaya tidak

terjadi kecurangan rekapitulasi di tingkat PPK, kabupaten/kota, dan provinsi.

Hal ini dapat dilihat sebagai e-gov yang menyangkut hubungan KPU

dengan pihak pemangku kepentingan lainnya dalam Pemilu, seperti semua

tingkatan penyelenggara Pemilu, pemerintah daerah, serta masyarakat umum.

Semua mengarah kepada penyediaan sistem informasi yang kuat dan handal demi

terlaksananya Pilkada yang sukses dalam proses dan hasil. Integrasi sistem

informasi untuk membantu proses dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan

seluruh data dalam satu database sehingga dapat lebih mudah untuk diakses dan

dibantu dengan hak akses setiap organisasi atau instansi maupun publik.

Penerapan berbagai wujud e-gov sebagaimana dimaksud di atas, perlu

dikaji lebih jauh dari sudut pandang implementasi electronic government oleh

penyelenggara Pemilu dan Pilkada di tingkat dasar yaitu KPU Kabupaten/Kota.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmana penerapan e-gov pada tataran

KPU Kota Jambi telah mampu mendukung Pilkada Walikota Jambi Tahun 2018,

terutama menyangkut penghitungan perolehan suara melalui SITUNG yang cukup

vital dan menentukan bagi kepercayaan publik kepada KPU selaku penyelenggara

Pilkada. SITUNG merupakan tonggak utama kredibilitas KPU, apabila tingkat

akurasinya tinggi bisa mengangkat nama KPU, namun juga sebaliknya bisa

mencoreng nama baik KPU apabila jauh berbeda dengan perhitungan manual.

Page 30: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

10

Belum lagi mengingat tantangan yang cukup besar dalam proses rekapitulasi di

lapangan, seperti penyelenggara yang berjenjang serta kontrol dari tim pendukung

calon Pilkada. Sehingga penelitian ini mencoba melihat penerapan SITUNG dari

sisi mekanisme dan prosesnya daalam konteks e-government.

Penelitian lain yang sejenis dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.

Kategori pertama ialah menyangkut E-voting dan kategori kedua terkait dengan

hasil penghitungan suara. Penelitian kategori pertama tentang e-voting pernah

dilakukan oleh Priyono dan Dihan (2010), Ali Rokhman (2011) dan Hapsara

(2013). Priyono dan Dihan (2010) berpendapat bahwa E-voting relevan dilakukan

bagi pelaksanaan Pemilu di Indonesia. Berangkat dari teori Zafar dan Pilkjaer

(2007) tentang manfaat e-voting disertai metode telaah pustaka, kajian ini

menunjukan tentang urgensi sistem transparansi dan akuntabilitas untuk

mendukung legalitas hasil. Kondisi geografis Indonesia juga sangat

berkepentingan untuk penerapan e-voting agar penghitungan suara dapat

dilakukan real time online.

Sementara itu Rokhman (2011) mengkaji tentang prospek dan tantangan

penerapan E-voting di Indonesia untuk skala yang lebih luas dan

membandingkannya dengan negara-negara yang telah menerapkan e-voting baik

negara maju maupun negara berkembang. E-voting menjanjikan informasi hasil

pemilu dapat diperoleh dengan cepat dan realtime melalui penggunaan TIK dalam

proses pengiriman dan penghitungan suara. Penerapan e-voting di Indonesia telah

dimulai di Kabupaten Jembrana untuk pemilihan kepala dusun, meskipun untuk

skala yang lebih luas yakni untuk pemilihan kepala daerah sampai pemilihan

presiden, e-voting belum pernah diterapkan.

Page 31: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

11

Selain itu ada Hapsara (2013) yang menelaah E-voting sebagai model

sistem keamanan Pemilu di Indonesia. Riset ini menawarkan suatu skema multi

disiplin untuk menjawab tantangan penggunaan e-voting bahwa bagaimanapun

juga e-voting diterapkan, platform e-democracy di Indonesia harus disertai

peningkatan partisipasi warga dalam proses pemerintahan.

Kategori kedua untuk penelitian sejenis yaitu terkait aspek hasil

penghitungan suara diantaranya pernah dilakukan oleh Triyono (2010) yang

membahas tentang sistem database untuk pelaporan hasil penghitungan suara oleh

partai politik. Riset ini mengembangkan basis data terdistribusi dengan metode

partial replica yang dapat digunakan sebagai terobosan baru untuk membantu

proses pendistibusian dan penghitungan suara, khususnya untuk pemilu legislatif

yang bersifat multipartai dan multicaleg. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa distribusi basis data menggunakan metode ini akan meningkatkan

kinerja dan ketersediaan data namun kebutuhan hardware harus disediakan.

Penggunaan media pesan singkat (SMS) dalam pelaporan saksi di TPS akan

meningkatkan keamanan dan kecepatan pengumpulan data perolehan suara ke

sentral data. Kajian ini memperlihatkan bahwa teknologi informasi komunikasi

bisa dimanfaatkan untuk mendukung penyelenggaraan Pemilu.

Selain itu ada penelitian Syahuri (2009) yang mengkaji Putusan

Mahkamah Konstitusi tentang perselisihan hasil penghitungan suara Pemilu.

Kajian yuridis normatif ini menekankan bahwa rekapitulasi KPU dapat

dinyatakan sah apabila cara atau proses penghitungannya mengikuti ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Apabila proses penghitungannya tidak

prosedural, tidak sesuai dengan ketentuan maka MK dapat menyatakan hasil

Page 32: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

12

penghitungan suara tersebut tidak sah. Putusan MK berdasarkan penghitungan

ulang yang bisa saja berbeda dengan jumlah suara hasil rekapitulasi KPU. Ini

sejalan perintah undang-undang yang mengharuskan penetapan hasil pengitungan

suara yang benar menurut Mahkamah.

Terakhir, ada penelitian Sebastin dkk (2017) yang menyoroti

profesionalisme KPU Kab/Kota dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara pada

Pilkada. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif di

KPU Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Penelitian ini

menemukan fakta bahwa KPU Kabupaten Halmahera Selatan akibat memihak

kepada salah satu kandidat maka melakukan penetapan hasil rekapitulasi yang

datanya tidak sesuai dengan hasil rekapan di tingkat Kecamatan.

Berdasarkan dua kategori tersebut di atas, dapat diketahui bahwa

penelitian tentang penerapan e-gov pada tahap penghitungan suara, lebih

khususnya SITUNG sebagaimana penelitian ini, masih terbuka untuk diteliti

karena masih jarang. Selain itu, penelitian ini menjadi berbeda dengan penelitian

lainnya karena menggunakan perspektif Actor-Network Theory (ANT) untuk

mengkaji penerapan dan implikasi dari e-government SITUNG. Perspektif ini

menempatkan interaksi yang komprehensif antara aktor manusia (human) maupun

non-manusia (non-human) seperti penggunaan teknologi dalam suatu interaksi

yang menyangkut penyampaian informasi dan komunikasi antar berbagai pihak.

Dari sudut pandang kegunaannya, penelitian ini penting bagi penyelenggara

Pemilu (KPU dan Bawaslu) dalam upaya meningkatkan kualitas tata kelola

Pemilu.

Page 33: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

13

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan Electronic-Government SITUNG pada pelaksanaan

Pilkada Kota Jambi Tahun 2018 ditinjau dari perspektif Actor-Network

Theory?

2. Bagaimana implikasi penerapan Electronic-Government SITUNG

terhadap kinerja KPU Kota Jambi dan tata kelola Pemilu ditinjau dari

perspektif Actor-Network Theory?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis penerapan E-government SITUNG pada pelaksanaan

Pilkada Kota Jambi Tahun 2018 dengan menggunakan perspektif Actor-

Network Theory (ANT).

2. Menjelaskan implikasi E-government SITUNG terhadap kinerja KPU

Kota Jambi dan tata kelola Pemilu dengan menggunakan perspektif

Actor-Network Theory (ANT).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis.

Secara teoritis, penelitian tesis ini bisa memperkaya konsep dan teori tentang

penerapan electronic government dalam konteks penghitungan suara Pemilu.

Sedangkan manfaat praktisnya, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi

masukan bagi penyelenggara Pemilu dalam mengoptimalkan penerapan electronic

government, terutama untuk penghitungan suara.

Page 34: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Electronic Government (E-gov)

Electronic Government (e-Government) pada dasarnya terwujud ke dalam

berbagai bentuk dan ruang lingkup. E-Government dideskripsikan secara beragam

oleh masing-masing individu atau komunitas. Hal ini disebabkan karena

penerapan e-Government memiliki ruang lingkup yang luas. Menurut Akadun

dalam buku Teknologi Informasi Administrasi, menuliskan:

―e-Government memiliki spektrum yang luas. Oleh karena itu perlu dibagi

menjadi e-Government dalam level makro dan e-Government dalam level

mikro. Pada level makro, kita membicarakan strategi nasional e-

Government, kebijakan yang diperlukan, kaitannya dengan cakupan yang

lebih luas (internasional), keterlibatan multi sektor baik nasional maupun

internasional, kepentingan nasional, integrasi bangsa. dalam level mikro

adalah strategi instansional, terfokus pada aplikasi , cakupan terbatas,

keterlibatan sektor dalam skala lokal, pusat perhatiannya pada operasi

egove itu sendiri dan bagaimana model kinerja akan dirancang dan

dilaksanakan” (Akadun, 2009:142).

Berdasarkan penjelasan tersebut, e-Government memiliki ruang lingkup

yang luas. E-Government pada level makro merupakan bagian dari strategi

nasional untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan. Strategi nasional e-

Government mencakup kepentingan negara dan integrasi bangsa. e-Government

pada level mikro merupakan pelaksanaan dari strategi nasional e-Government.

Penerapan e-Government dilaksanakan oleh masing-masing instansi

Page 35: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

15

dikembangkan berupa aplikasi. Implementasi aplikasi e-Government

dikembangkan untuk mendukung tugas dan fungsi masing-masing instansi

pemerintahan.

E-Government di level mikro merupakan strategi masing-masing instansi

pemerintahan. E-Government pada level mikro lebih terfokus pada pemanfaatan

aplikasi sistem informasi. Pengembangan aplikasi sistem informasi digunakan

untuk mendukung tugas dan fungsi masing-masing instansi pemerintahan.

Nugroho dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen menyebutkan bahwa e-

Government adalah pengembangan aplikasi sistem informasi dan telekomunikasi

di lingkungan pemerintahan (Nugroho, 2008:165).

Berdasarkan pengertian diatas, e-Government adalah pemanfaatan aplikasi

Sistem Informasi dan Telekomunikasi dalam pemerintahan. Sistem Informasi

Teknologi dikembangkan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi

pemerintahan. Instansi pemerintahan memiliki ruang lingkup tugas dan fungsi

yang berbeda-beda. Pengembangan Sistem Informasi dan Telekomunikasi

bertujuan agar TIK dapat digunakan secara efektif sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Konsep e-Government merupakan sebuah inisiatif yang tidak mudah dan

murah. Inisiatif penerapan e-Government di daerah atau instansi pemerintahan

harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Tingkat kesiapan suatu daerah atau

instansi pemerintahan merupakan faktor yang harus diperhitungkan. Kesiapan

suatu daerah atau instansi pemerintahan dalam menerapkan e-Government

menjadi hal penting yang harus ada.

Page 36: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

16

Indrajit dalam buku e-Government in Action, menyebutkan bahwa faktor-

faktor yang menentukan tingkat kesiapan sebuah instansi pemerintahan untuk

menerapkan e-Government, yaitu sebagai berikut (Indrajit, 2005:8):

1. Infrastruktur;

2. Konektivitas;

3. Kesiapan sumber daya manusia;

4. Ketersediaan anggaran;

5. Perangkat hukum;

6. Perubahan paradigma.

Kesiapan suatu daerah atau instansi pemerintahan untuk menerapkan e-

Government terkait dengan faktor-faktor tersebut diatas. Pertama, kesiapan

infrastruktur yaitu perangkat keras seperti komputer, jaringan dan lain sebagainya.

Kedua, tingkat konektivitas harus diketahui sejauh mana pemanfaatannya dalam

membantu kegiatan sehari-hari. Ketiga, kesiapan sumber daya manusia yang

memiliki kompetensi dan keahlian dalam bidang TIK. Keempat, ketersediaan

anggaran untuk biaya operasional, pemeliharaan dan pengembangan e-

Government. Kelima, perangkat hukum yang dipersiapkan untuk menjamin

terciptanya mekanisme e-government yang kondusif. Keenam, perubahan

paradigma yaitu adanya keinginan untuk mengubah paradigma dan cara berpikir

dalam menerapkan e-Government.

Amsyah dalam bukunya Manajemen Sistem Informasi mengemukakan

bahwa efektivitas adalah sebagai berikut:

“Kegiatan mulai dengan adanya fakta kegiatan sehingga menjadi data, baik

yang berasal dari hubungan dan transaksi internal dan eksternal maupun

berasal dari hubungan anatarunit dan di dalam unit itu sendiri. Berikutnya

dilakukan pengolahan data agar menjadi informasi yang sesuai dengan

Page 37: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

17

keperluan unit masing-masing, siap digunakan kapan saja dan di mana

saja, dengan kuantitas dan kualitas yang terjamin baik, dan yang paling

penting adalah pengolahan dengan biaya yang sesuai.” (Amsyah,

2005:130).

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka suatu kegiatan dikatakan

efektif apabila output sesuai dengan yang diperlukan. Output merupakan hasil

kegiatan dari unit-unit yang berkerja sama. Setiap unit kerja memberikan fakta

kegiatan berupa data. Hubungan kerja yang dibentuk oleh setiap unit menunjukan

adanya sistem kerja. Sistem kerja digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas

yang ada dalam suatu organisasi. Kegiatan yang dilakukan sistem kerja harus

menghasilkan output sesuai dengan yang diperlukan.

Amsyah menyebutkan indikator efektivitas pelayanan sistem informasi

sebagai berikut (Amsyah, 2005:131):

1. Volume pekerjaan

2. Akurasi

3. Informasi tepat waktu

4. Biaya.

Indikator efektivitas tersebut di atas terdiri dari volume pekerjaan, akurasi,

informasi tepat waktu dan Biaya. Pertama, yaitu volume pekerjaan yang

dilakukan sistem kerja semakin banyak dan meluas. Kedua, akurasi hasil

pengolahan data sesuai dengan kapasitas kemampuannya dan dapat digunakan

oleh setiap unit kerja. Ketiga, informasi tepat waktu sehingga berguna bagi para

pemakainya. Keempat, peningkatan biaya, yaitu pemilihan alternatif biaya

operasional dan biaya bahan baku yang ekonomis.

Winarno dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen, menjelaskan

bahwa sistem informasi adalah sebagai berikut: ―Sekumpulan komponen yang

Page 38: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

18

saling bekerja sama, yang digunakan untuk mencatat data, mengolah data, dan

menyajikan informasi untuk para pembuat keputusan agar dapat membuat

keputusan dengan baik‖ (Winarno, 2006:1.6).

Pengertian di atas menjelaskan bahwa sistem informasi itu merupakan

suatu alat atau aplikasi pendukung kerja. Sistem informasi digunakan untuk

mencatat data, mengolah data dan menyajikan informasi. Sistem informasi akan

berjalan jika memiliki sekumpulan komponen yang mendukungnya. Sekumpulan

komponen dalam sistem informasi bekerjasama menghasilkan informasi dengan

lebih baik. Unit-unit kerja dalam sistem kerja memerlukan informasi yang tepat,

akurat dan relevan. Sistem informasi dapat digunakan untuk menghasilkan

Informasi dengan lebih baik. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan

yang lebih baik.

Secara teoritis terdapat dua alasan penerapan e-Government dalam

lingkungan pemerintahan, antara lain : (1) penerapan e-Government adalah

ditujukan untuk efektivitas, dan (2) fungsi e-Government, terutama untuk

meningkatkan fungsi pelayanan pemerintah kepada masyarakat dengan dilakukan

secara transparan sehingga diharapkan akan tercipta aparatur pemerintah yang

kredibel, bersih dan bertanggung jawab (good governance) (Kasiyanto, 2016).

2.1.2. Model Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan dapat dimaknai sebagai suatu cara untuk

menerapkan atau melaksanakan kebijakan agar masalah yang dihadapi dapat

dipecahkan dengan baik, dalam rangka mencapai tujuan yang telah dirumuskan

dan ditetapkan sebelumnya. Jones (1994:165) mengatakan bahwa: “Implementasi

kebijakan merupakan konsep dinamis yang melibatkan secara terus-menerus

Page 39: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

19

berbagai usaha untuk mencari segala yang bisa dilaksanakan dalam mengatur

aktivitas agar mengarah pada penempatan suatu program yang menjadi tujuan”.

Berkaitan dengan makna implementasi kebijakan, Van Meter dan Van

Horn, memberikan batasan implementasi kebijakan, yaitu:

„Tindakan yang dilakukan individu (atau kelompok), pemerintah maupun

swasta, yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dalam keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan ini mencakup usaha

untuk mengubah keputusan menjadi tindakan operasional dalam kurun

waktu tertentu, maupun dalam rangka melanjutkan usaha untuk mencapai

perubahan besar dan kecil yang ditetapkan keputusan kebijakan‟

(Winarno, 2002: 102).

Implementasi kebijakan bukan hanya merupakan suatu konsep hitam di

atas putih (tertulis), melainkan lebih sebagai langkah teknis dan kongkrit dalam

bentuk kegiatan-kegiatan operasional, guna merealisasikan sasaran dan tujuan

tujuan yang telah diformulasikan sebagai suatu kebijakan. Implementasi kebijakan

sangat menentukan berhasil atau gagalnya suatu kebijakan dalam meraih sasaran

dan tujuan. Di satu pihak bisa merupakan penentu keberhasilan kebijakan, tetapi

di pihak lain dapat pula menjadi penyebab terjadinya kegagalan dari kebijakan.

Hal ini berarti, bahwa dari rangkaian kebijakan yang terdiri dari perumusan dan

penetapan kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan, posisi dan

peran implementasi kebijakan, memiliki tugas pokok dan fungsi yang amat

menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan.

Implementasi kebijakan menurut Wibawa (1994), hendaknya memuat

beberapa aspek pokok yang harus eksis dan suistainable, yaitu:

―pertama, adanya kebijakan yang isinya benar-benar memuat, serta

menjawab tentang kepentingan publik yang berkembang, kedua adanya

pelaksana (implementator) yang merupakan aktor penentu berhasilnya

serta lancarnya pelaksanaan kebijakan tersebut, dan yang ketiga adalah

masyarakat yang merupakan objek sekaligus subjek yang menjadi sasaran

dan tujuan utama dari kebijakan tersebut” (Wibawa, 1994:36).

Page 40: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

20

Bagaimanapun baiknya segala persiapan dan perencanaan implementasi

kebijakan, bila suatu kebijakan publik tidak dirumuskan dengan baik, tujuan

kebijakan tentu tidak akan terwujud sesuai harapan. Dengan demikian, agar

tercapai tujuan kebijakan publik dengan baik, bukan saja pada tahap implementasi

yang harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, tetapi juga pada tahapan

perumusan atau pembuatan kebijakan, perlu diantisipasi untuk diimplementasikan

dengan dukungan beberapa faktor yang berkolerasi. Wahab (1997:93) mengatakan

bahwa ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan kebijakan:

1. Kondisi sosial ekonomi dan teknologi.

2. Sikap dan sumber yang dimiliki kelompok.

3. Dukungan publik.

4. Dukungan dari pejabat atasan.

5. Komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat pelaksana.

Kebijakan yang baik tidak memiliki arti jika tidak diimplementasikan.

Apabila kebijakan telah ditetapkan maka tahapan selanjutnya adalah,

mengimplementasikan kebijakan tersebut. Tahapan ini melibatkan serangkaian

kegiatan yang meliputi pemberitahuan/pengumuman kepada publik mengenai

pilihan implementasi kebijakan yang diambil, instrumen kebijakan yang

dipergunakan, staf yang melaksanakan program, pegawai yang diberikan

anggaran, laporan dan evaluasi.

Isu implementasi kebijakan (policy implementation) telah menarik

perhatian banyak pihak, sebab dari berbagai pengalaman baik di negara maju

maupun di negara berkembang telah menunjukkan bahwa berbagai faktor yang

dapat mempengaruhinya, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Faktor

tersebut antara lain, sumberdaya manusia sampai pada struktur organisasi, dan

hubungan kerja antar organisasi, mulai dari persoalan komitmen para pelaksana

Page 41: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

21

sampai dengan sistem pelaporan yang kurang lancar, serta dari sikap politisi yang

kurang setuju sampai pada faktor-faktor lain yang merupakan kebetulan.

Dalam kenyataannya bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi kebijakan

pembangunan, baik dalam arti mendorong keberhasilan maupun menjadi

penyebab kegagalan atau kurang berhasilnya suatu kebijakan. Upaya untuk

memahami adanya jarak pemisah antara apa yang diharapkan dengan apa yang

sesungguhnya terlaksana, atau apa yang diwujudkan dan diterima oleh masyarakat

sebagai ―outcome‖ dari kebijakan telah menimbulkan kesadaran mengenai

pentingnya suatu implementasi. Oleh karenanya, secara sederhana implementasi

adalah suatu konsep yang menghubungkan antara tujuan kebijakan terhadap

realisasi dengan hasil kegiatan pemerintah seperti yang dikemukakan oleh Grindle

sebagai berikut:

―In general, the task of implementation is to establish a link that

allows the goals of public policies to be realized as outcomes of

governmental activity. It involves, therefore, the creation of a‖

delivery system‖, in which specific are designed and pursued in the

expectation of arriving at particular ends‖(Grindle, 1980: 6).

Grindle (1980: 6-10) memperkenalkan model implementasi sebagai proses

politik dan administrasi. Model tersebut menggambarkan proses pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh aktor yang beragam, dimana keluaran akhirnya

ditentukan oleh baik materi program yang telah dicapai maupun melalui pula

hubungan interaksi para pembuat keputusan dalam konteks politik administratif.

Dalam ranah proses politik dapat terlihat melalui proses pengambilan keputusan

yang melibatkan berbagai aktor kebijakan, sedangkan proses administrasi terlihat

melalui proses umum mengenai aksi administratif yang dapat diteliti pada tingkat

program tertentu.

Page 42: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

22

Dalam memahami implementasi kebijakan dengan pendekatan model atau

kerangka pemikiran, model akan memberikan gambaran kepada kita secara bulat

lengkap mengenai suatu obyek, situasi, atau proses. Kemudian Grindle

menyatakan bahwa aktivitas implementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh isi

kebijakan (the content of policy) dan konteks kebijakan (the context of policy)

yang terkait dengan proses kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Visualisasi dari model Grindle dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1. Implementasi Proses Politik dan Administratif

(Implementation as a Political and Administrative Process)

Implementing Activities

Influenced by:

a. Content of Policy

1. interests affected

2. type of benefits

3. extent of change envisioned

4. site of decision making

5. program implementors

6. resources commited

b. Context of Implementation

1. power, interests, and strategies

of actor involved

2. institution and regime

characteristics

3. compliance and responsiveness

Outcomes

a. impact on society,

individuals, and

groups

b. change and its

acceptance

goals

achieved?

Policy Goals

Action Programs and

Individual Projects

Designed and Funded

programs delivered

as designed?

MEASURING SUCCESS

Sumber : Grindle (1980:11)

Isi kebijakan (contant of policy) yang berkaitan dengan jenis kebijakan yang

dikalsifikasi akan mempengaruhi proses implementasi itu sendiri adalah:

1. Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi

2. Tipe keuntungan (dapat terbagi/tidak terbagi, jangka pendek/panjang);

3. Tingkat perubahan perilaku;

4. Lokasi dan implementasi (secara geografi dan organisasi);

Page 43: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

23

5. Pelaksanaan program yang ditunjuk;

6. Sumber daya.

Kemudian dalam konteks kebijakan (context of implementation) meliputi:

1. Kekuasaan, kepentingan dan startegi aktor-aktor yang terlibat;

2. Karakteristik institusi dan rejim;

3. Kerelaan/kesediaan (compliance) dan responsiveness.

Menurut pendapat peneliti, model Grindle yang menyatakan salah satu

faktor dalam implementasi kebijakan adalah adanya lokasi dari implementasi

secara geografi dan organisasi, sehingga lebih tepat untuk policy level karena

dalam operational level sudah terkait dengan aktivitas aplikasi di lapangan.

Ahli lain seperti Winarno (2002:185), menegaskan bahwa implementasi

kebijakan merupakan penterjemahan dari pernyataan kebijakan ke dalam

tindakan. Kemudian Donald S. Van Meter and Cearl E. Van Horn (1978:154)

menyatakan implementation as a linear process, yang terdiri atas enam variabel

yang mengkaitkan kebijakan dengan pencapaian (performance), yakni: (a) standar

dan tujuan; (b) sumber daya; (c) komunikasi dan aktivitas pelaksana antar

organisasi; (d) karakteristik agen pelaksana; (e) kondisi ekonomi dan politik; (f)

sikap dari pelaksana. Model Meter dan Horn disebut A Model of The Policy

Implementation Process. Model ini menunjukkan adanya korelasi antara variabel-

variabel independent dan variabel dependent mengenai kepentingan-kepentingan,

serta hubungan di antara variabel bebas. Demikian juga bahwa variabel standar

dan tujuan, sumberdaya dan komunikasi dan aktivitas antara organiasi sebenarnya

dapat dikategorikan sebagai dimensi organisasi saja. Model tersebut dapat

disajikan sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

Page 44: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

24

Gambar 2.2.

Model Proses Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

P

O

L

I

C

Y

Interorganizational

Communication

and Enforcement

Activities

Characteristics of

the Implementing

AgenciesThe Disposition

of Implementers

Economic, Social,

and Political

Conditions

P

E

R

F

O

R

M

A

N

C

E

Standards

and

Objectives

Resources

Sumber : Donald S. Van Meter and Cearl E. Van Horn (1978:154)

Model diatas memperlihatkan bahwa variabel sumber daya dapat

mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan politik serta mempengaruhi juga

komunikasi antar badan pelaksana. Variabel lingkungan sosial, ekonomi dan

politik dapat mempangaruhi karakteristik badan pelaksana dan sikap pelaksana

serta dapat mempengaruhi kinerja kebijakan. Variabel komunikasi antar badan

pelaksana memiliki hubungan dengan saling mempengaruhi dengan karakteristik

badan pelaksana, dan sikap pelaksana. Karakteristik badan pelaksana dapat

mempengaruhi sikap pelaksana dan kinerja kebijakan secara langsung.

Selain model yang kemukakan di atas, model top-down lainnya digagas

oleh Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier. Model ini mengungkapkan

keberhasilan kebijakan meliputi 16 variabel independent yang masuk dalam tiga

kategori utama, yaitu: kemudahan/kesulitan mengendalikan masalah (tractability

of the problem), kemampuan statuta menstrukturkan implementasi (ability of

statute to structure implementation), dan variabel nonstatuta yang mempengaruhi

Page 45: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

25

implementasi (nonstatutory variables affecting implementation). Dari banyak

variabel yang dapat diidentifikasi tetapi tidak mendapat penjelasan yang rinci dari

pengarang tentang variabel yang terpenting yang memberikan kontribusi pengaruh

pada implementasi kebijakan.

Untuk mempermudah pemahaman terhadap implementasi kebijakan,

Mazmanian dan Sabatier telah mengembangkan sebuah model yang dapat

kemukakan di bawah ini.

Gambar 2.3. Variables Involved in the Implementation Process

Tractability of the Problem

1. Technical difficulties

2. Diversity of target group

behavior

3. Target group as a percentage

of the population

4. Extent of behavioral change

required

Ability of Statute to Structure

Implementation

1. Clear and consistent

objectives

2. Incorporation of adequate

causal theory

3. Initial allocation of financial

resources

4. Hierarchical integration within

and among implementing

institutions

5. Decision rules of

implementing agencies

6. Recruiting of implementing

officials

7. Formal access by outsiders

Nonstatutory Variables

Affecting Implementation

1. Socioeconomic conditions

and technology

2. Public support

3. Attitudes and resources of

constituency groups

4. Support from sovereigns

5. Commitment and

leadership skill of

implementing officials

Stages (Dependent Variables) in the Implementation Process

Policy

outputs of

implementing

agencies

Compliance

with policy

outputs by

targets groups

Actual

impacts

of policy

outputs

Perceived

impacts of

policy

outputs

Major revision

in statute

Sumber : Daniel A. Mazmanian (1983:22)

Sabatier dan Mazmanian dalam Wibawa (1994:25) memberikan

perhatian yang lebih pada birokrasi. Dia menganggap bahwa suatu implementasi

akan efektif apabila birokrasi pelaksananya mematuhi apa yang digariskan oleh

Page 46: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

26

peraturan (petunjuk pelaksanan dan petunjuk teknis). Karena itulah model ini

disebut sebagai model top-down. Dengan asumsi tersebut, maka tujuan dan

sasaran program harus jelas dan konsisten, karena ini merupakan standar evaluasi

dan sarana yang legal bagi birokrasi pelaksana untk mengarahkan sumberdaya.

Model ini cenderung sentralistik dan otoriter sehingga kurang memperhatikan

pendapat bawahan.

Suatu kebijakan publik menjadi efektif apabila dilaksanakan dan

mempunyai dampak (manfaat) yang positif bagi kelompok sasaran pelaksanaan

kebijakan. Pencapaian sasaran tersebut dapat dinyatakan selaras dengan kebijkan

yang dirumuskan oleh pemerintah apabila pencapaian kelompok sasaran itu sesuai

dengan arah kebijakan, maka pelaksanaan kebijakan tersebut dapat dinyatakan

tidak atau kurang efektif. Pelaksanaan kebijakan yang tidak efektif bisa jadi

karena ada pihak-pihak yang kurang memahami arah kebijakan atau mungkin

juga menolak kebijakan yang diaplikasikan tersebut.

Implementasi kebijakan publik merupakan suatu proses untuk

mewujudkan tujuan-tujuan yang telah dipilih dan ditetapkan menjadi kenyataan.

Pengorganisasian tujuan dan sumber daya melalui peraturan-peraturan tertentu

yang merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari konsep kebijakan.

Jones (1994:165) mengatakan yang sangat sederhana “Getting the job

done ―and‖ doing it” mengartikan implementasi kebijakan publik merupakan

suatu proses kebijakan yang tidak mudah dapat dilakukan. Karena dalam

pelaksanaannya adanya persyaratan yang diperlukan antara lain; adanya orang

atau pelaksana, uang, dan kemampuan organisasi, yang mana hal ini sering

disebut dengan resources. Lebih lanjut Jones (1994:165) menyebutkan

Page 47: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

27

merumuskan batasan implementasi sebagai “A process of getting additional

resources so as to figure out what is to be done” mengartikan implementasi

kebijakan publik merupakan proses mendapatkan sumber daya tambahan,

sehingga dapat diperhitungkan apa yang harus dikerjakan.

Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahap dalam proses

kebijakan selain tahap formulasi kebijakan dan evaluasi kebijakan. Lengkapnya

proses kebijakan publik akan terdiri dari langkah-langkah: (1) identifikasi masalah

kebijakan, (2) tahapan formulasi kebijakan, (3) legitimasi kebijakan, (4)

implementasi kebijakan, (5) evaluasi kebijakan. Oleh karena itu pula semua

tahapan di dalam proses kebijakan publik adalah sama pentingnya, demikian pula

pihak-pihak yang berperan dalam proses itu. Semuanya memiliki peran masing-

masing yang saling melengkapi dan mendukung satu dengan yang lainnya dan

kuranglah tepat apabila terjadi paradigma dikotomi sebagaimana dikotomi politik

dan administrasi. Demikian pula ada pendapat yang mengatakan bahwa

implementasi kebijakan sebagai tahapan yang penting dan menentukan, karena

tanpa implementasi suatu kebijakan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Hal

tersebut hanya menunjukkan bahwa perlu semakin meningkatnya perhatian

terhadap proses implementasi kebijakan publik. Sejalan dengan pandangan di

atas, Kartasasmita (1996) menghubungkan implementasi kebijakan dengan

pengalaman pembangunan di Indonesia, sebagaimana pendapatnya bahwa:

”Dari pengalaman pembangunan selama ini, makin jelas bahwa banyak

persoalan yang menghambat pembangunan adalah dalam pelaksanaannya.

Oleh karena itu dalam ilmu administrasi berkembang pula penelitian-

penelitian yang khusus mendalami masalah pelaksanaan (implementation),

sebab betapa pun baiknya perencanaan, tidak akan lebih daripada hasil

pelaksanaannya” (Kartasasmita, 1996: 64).

Page 48: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

28

Implementasi kebijakan akan melibatkan banyak pihak, baik perorangan,

kelompok masyarakat, lembaga atau organisasi atau instansi pemerintah. Pihak-

pihak terkait akan berupaya mempengaruhi para implementor street level

bureaucrats di lapangan. Berkaitan dengan hal tersebut, Wahab (1997:63)

mengemukakan 3 (tiga) kelompok yang terkait dengan implementasi kebijakan di

lapangan, yakni: 1) pemrakarsa kebijakan atau the center; 2) pejabat pelaksana di

lapangan atau the periphery; 3) aktor perorangan di luar badan pemerintah kepada

siapa program itu ditujukan yakni kelompok sasaran atau target group.

Menurut sudut pandang the center, fokus implementasi kebijakan akan

mencakup usaha yang dilakukan pejabat atasan atau lembaga tingkat pusat untuk

mendapatkan kepatuhan dari lembaga atau pejabat di tingkat daerah. Perhatian

utama the center berkenaan dengan masalah utama yaitu, sejauhmanakah tujuan

atau sasaran resmi kebijakan telah tercapai dan apakah alasan yang menyebabkan

tujuan/sasaran tertentu tercapai atau tidak.

Kelompok the periphery atau pejabat lapangan, mengarahkan

implementasi kebijakan pada tindakan atau perilaku para pejabat dan instansi di

lapangan yang dalam upaya untuk menanggulangi gangguan yang terjadi di

wilayah kerjanya yang disebabkan oleh usaha-usaha dari pejabat lain di luar

instansinya demi berhasilnya kebijakan dimaksud.

Akhirnya implementasi kebijakan dari perspektif target group lebih terkait

dengan jaminan bagi kelompok sasaran dan masyarakat seluruhnya untuk dapat

menerima dan menikmati hasil atau keuntungan dari kebijakan. Kelompok sasaran

itu kemungkinan akan lebih memusatkan perhatian pada permasalahan apakah

pelayanan atau jasa yang telah diberikan tersebut benar-benar mengubah pola

Page 49: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

29

hidupnya, benar-benar memberikan dampak positif dalam jangka panjang bagi

peningkatan mutu hidup termasuk pendapatan mereka.

Pemahaman konsep implementasi kebijakan dari perspektif pusat, daerah

dan target group di atas akan mampu menjamin tercapainya tujuan kebijakan

secara optimal dan memuaskan berbagai pihak yang terkait langsung dan tidak

langsung dengan tujuan dan sasaran implementasi kebijakan. Hal ini berarti

bahwa penerapan pendekatan implementasi kebijakan tidak hanya diarahkan

kepada hasil atau tujuan yang dicapai dan berkaitan dengan perilaku aktor

implementasi kebijakan saja, tetapi di sini dibutuhkan dan tanggung serta ketaatan

pada diri kelompok sasaran, juga menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi

dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari

semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak

yang diharapkan/intended maupun dampak yang tidak diharapkan/spillover or

negative effects.

Dengan demikian, implementasi kebijakan melibatkan banyak pihak dan

sangat kompleks sifatnya. Apa yang terjadi pada tahap implementasi termasuk

melakukan penyesuaian, perubahan serta rancang bangun kembali kebijakan/the

policy design stage tentu akan mempengaruhi tingkat keberhasilan kebijakan

dalam mewujudkan hasil akhir yang diinginkan.

Keberhasilan implementasi kebijakan juga sangat ditentukan oleh model

implementasi yang mampu menjamin kompleksitas masalah yang akan

diselesaikan melalui kebijakan tertentu. Model implementasi kebijakan ini

tentunya diharapkan model yang semakin operasional sehingga mampu

menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang terkait dengan kebijakan.

Page 50: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

30

Model proses implementasi kebijakan menekankan sifat kebijakan dalam

setiap implementasi kebijakan serta menghubungkannya dengan isu kebijakan dan

implementasi kebijakan dan suatu model konseptual yang mempertalikan

kebijakan dengan performance kebijakan. Dalam proses implementasi kebijakan

ditekankan prosedur yang mengutamakan perubahan, kontrol dan kepatuhan

bertindak. Implementasi kebijakan akan berhasil bila perubahan yang dikehendaki

relatif sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan terutama dari mereka yang

mengoperasikan program di lapangan relatif tinggi. Sedangkan yang

menghubungkan antara kebijakan dan performance dipisahkan oleh sejumlah

variabel bebas yang saling berkaitan. Variabel bebas itu adalah ukuran dan tujuan

kebijakan, sumber-sumber kebijakan, ciri atau sifat instansi pelaksana,

komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan pelaksanaan, sikap para

pelaksana serta lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

Mazmanian dan Sabatier (dalam Wibawa, 1994:25-27) memperkenalkan

model implementasi kebijakan kerangka Analisis Implementasi (a frame work for

Implementation Analysis) sebagai salah satu model implementasi kebijakan yang

tepat dan operasional. Menurut mereka, analisis implementasi kebijakan adalah

mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-

tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Ada tiga kategori variabel

dimaksud yakni: 1) mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan, 2)

kemampuan keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara tepat proses

implementasi dan 3) pengaruh langsung pelbagai variabel politik terhadap

keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijakan

dimaksud.

Page 51: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

31

2.1.3. Implementasi E-Government

Pengembangan dan penerapan electronic administration atau E-

Government merupakan jawaban terhadap pembentukan lingkungan strategis

yang menuntut administrasi negara yang efisien, efektif, berorientasi publik,

transparan, dan akuntabel. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan good

governance (Mustopadidjaja, 2003:25). Manfaat terpenting dari implementasi E-

Government adalah peningkatan efisiensi, kemudahan, dan kualitas pelayanan

publik yang lebih baik. Dalam implementasinya, E-Government kemudian

dikembangkan menjadi berbagai model interaksi.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang demikian

dahsyat telah menyebabkan banyak perubahan. Perubahan itu salah satunya dipicu

oleh datang dan perginya teknologi yang menciptakan perubahan dalam proses

pemerintahan yang mengarah pada peningkatan kualitas pelayanan kepada

masyarakat berbasis Teknologi Informasi (E-Government). Bentuk dan tata

laksana pemerintahan yang dianggap tidak mengakomodir kebutuhan-kebutuhan

masyarakatpun lambat laun ditinggalkan. Oleh karena itu administrasi publik dan

manajemen pemerintahan mau tidak mau harus mengarah pada manajemen

perubahan.

Pada dasarnya perubahan dalam organisasi memiliki dua tujuan. Kanter

dalam Winardi (2006:84), mengemukakan bahwa tujuan tersebut adalah (1)

menyesuaikan organisasi dengan lingkungannya dan (2) mengubah perilaku para

pegawai. Lebih lanjut Winardi (2006:92) menjelaskan bahwa perubahan terdiri

atas beberapa tipe, yaitu :

Page 52: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

32

1. Perubahan strategik;

2. Perubahan teknologikal;

3. Perubahan struktural;

4. Perubahan manusia.

Berbagai perubahan yang terjadi pada organisasi ditimbulkan oleh aneka

macam kekuatan eksternal dan internal, yang sering kali berinteraksi sehingga

saling memperkuat satu sama lainnya. Faktor-faktor tersebut seringkali

menimbulkan dampak penting terhadap individu-individu dalam organisasi. Agar

dapat bertahan dan berkembang, organisasi perlu bereaksi dan menyesuaikan diri

terhadap berbagai kekuatan tersebut. Organisasi perlu melaksanakan inovasi,

penyesuaian teknologi yang digunakan, serta menemukan cara yang lebih baru

dan lebih baik untuk melaksanakan kegiatan pengorganisasian dan manajemen.

Khusus faktor teknologi, Cook dan Hunsaker (Winardi, 2006:40)

mengemukakan faktor teknologi terutama teknologi informasi yang

mempengaruhi organisasi, antara lain:

Internet dan World Wide Web

Teknologi Informasi /Enterprise Resource Management (ERM)

Genetic Engineering

Komputer-komputer dan robot-robot

Teknik-teknik Manajemen Kualitas Statistikal

Process Reengineering

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi

informasi khususnya E-Government di Indonesia harus dilihat sebagai bagian dari

Page 53: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

33

konsep besar perubahan dan penyesuaiannya dengan perubahan visi dalam

organisasi.

Terdapat beberapa faktor kritis yang sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan atau kegagalan dari suatu perubahan. Walaupun mungkin perubahan

dalam konteks E-Government sangat kental dengan muatan teknologi tinggi,

tetapi ternyata kalau menyangkut faktor kritis dalam perubahan, maka teknologi

hanya mengambil porsi yang kecil dalam menentukan keberhasilan atau

kegagalan dari suatu perubahan. Faktor–faktor kritis tersebut terutama berkaitan

dengan sumber daya manusia, kepemimpinan (leadership) dan regulasi.

Unsur paling penting dalam implementasi E-Government adalah unsur

manusia atau birokrasi. Hal terberat adalah tahapan awal dari proses E-

Government yakni transformasi birokrasi yang menyangkut budaya organisasi,

perilaku organisasi dan manajemen perubahan. Dijelaskan pula bahwa hakekat

dari implementasi E-Government adalah peningkatan efektivitas pelayanan

publik.

Pada umumnya E-Government sendiri merupakan penggunaan teknologi

informasi dan telekomunikasi untuk administrasi pemerintahan yang efisien dan

efektif, serta memberikan pelayanan yang transparan dan memuaskan kepada

masyarakat. E-Government merupakan bentuk dari implementasi penggunaan

teknologi informasi bagi pelayanan pemerintah kepada publik, yaitu bagaimana

pemerintah memberikan informasi kepada pemangku kepentingan (stakeholder)

melalui sebuah portal web. Semua organisasi pemerintahan akan terpengaruh oleh

perkembangan E-Government ini. E-Government dapatlah digolongkan dalam

empat tingkatan. Tingkat pertama adalah pemerintah mempublikasikan informasi

Page 54: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

34

melalui website. Tingkat kedua adalah interaksi antara masyarakat dan kantor

pemerintahan melaui e-mail. Tingkat ketiga adalah masyarakat pengguna dapat

melakukan transaksi dengan kantor pemerintahan secara timbal balik. Level

terakhir adalah integrasi di seluruh kantor pemerintahan, di mana masyarakat

dapat melakukan transaksi dengan seluruh kantor pemerintahan yang telah

mempunyai pemakaian basis data (database) bersama (Fang, 2002:43)

Berdasarkan uraian di muka tentang manfaat E-Government, penulis

berpendapat bahwa apabila kebijakan Electronic Government dapat

diimplementasikan, akan menjadi solusi terhadap berbagai permasalahan dalam

pelayanan publik. Artinya implementasi kebijakan Electronic Government dapat

meningkatkan efektivitas pelayanan publik.

2.1.4. Sistem Informasi

Menurut O‟Brien dan Marakas (2009: 26), Sistem adalah kumpulan dari

komponen – komponen yang saling berhubungan dengan ruang lingkup yang

jelas, bekerja bersama – sama untuk mencapai sekumpulan tujuan dengan

menerima input dan menghasilkan ouput dalam sebuah proses transformasi yang

sudah diatur. Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005: 6), sistem adalah

sekumpulan komponen terpisah yang menjalankan suatu fungsi secara bersamaan

untuk mencapai suatu hasil akhir. Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen yang

saling terhubung dan terintegrasi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan yang

sama.

Page 55: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

35

Sementara, informasi memiliki manfaat dan peranan yang sangat dominan

di dalam suatu organisasi maupun perusahaan. Informasi yang diolah dengan baik

akan sangat berguna untuk end user yang membutuhkannya sehingga informasi

tersebut dapat digunakan untuk mempermudah pekerjaan sehingga menjadi lebih

efektif dan efisien. Informasi yang jelas dan akurat pun sangat diperlukan dalam

mendukung proses pengambilan keputusan dalam suatu organisasi dan

perusahaan. Maka dari itu pengolahan informasi yang baik tentunya akan sangat

diperlukan sehingga informasi menjadi berguna sesuai dengan kebutuhan masing

– masing pengguna informasi. Hal ini didukung sesuai dengan pendapat O‟Brien

dan Marakas (2009: 34), Informasi adalah sebuah tempat data yang memiliki arti

dan berguna untuk pengguna akhir (end user).

Sistem Informasi adalah kombinasi dari orang, hardware, software,

jaringan komunikasi, sumber daya data, dan aturan serta prosedur yang teratur

untuk menyimpan, menerima, mengubah, dan menyebarkan informasi di dalam

sebuah organisasi. (O‟Brien & Marakas, 2009: 35). Sementara, berdasarkan

pendapat Satzinger, Jackson, & Burd (2004: 7), sistem informasi merupakan

sekumpulan komponen terpisah yang berfungsi untuk mengumpulkan, mengolah,

menyimpan, dan menyediakan output berupa informasi yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas-tugas bisnis. Maka, dapat disimpulkan bahwa sistem

informasi adalah kombinasi dari komponen yang terpisah (orang, hardware,

software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan aturan serta prosedur) yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengolahan data serta pendukung kegiatan

bisnis di dalam suatu organisasi dimana nantinya data yang ada dikumpulkan dan

Page 56: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

36

diproses sehingga dapat menjadi informasi yang berguna untuk didistribusikan

dan digunakan oleh pengguna.

2.1.5. Teori Aktor Jaringan (Actor-Network Theory)

Actor-Network Theory (ANT) atau Teori Aktor Jaringan berkembang sejak

pertengahan 1980-an melalui riset-riset empiris oleh Bruno Latour (1987), Michel

Callon (1986), dan John Law (1987). ANT melihat pekerjaan sains teknologi

secara fundamental tidak berbeda dari aktifitas-aktifitas sosial. Kerangka

konseptual ANT adalah mengeksplorasi proses-proses kolektif dari sosioteknis.

ANT menggunakan prinsip simetri umum untuk menjelaskan fenomena sosial dan

bukan berangkat dari pendekatan-pendekatan determinisme sosial, baik makro

maupun mikro (Dewi, 2013).

Menurut Bruno Latour (2005), Teori Jaringan Aktor atau Actor Network

Theory (ANT) adalah:

Actor-network-theory is both a now well known method of social science –

especially influential in organisation and information studies - and yet

quite misunderstood because of the way it establishes a link between

theory and field work. This paper uses the unusual medium of dialog to

presents the various difficulties that exist in trying to ‗apply‘ ANT to a

given subject. Through the use of polemics and irony it reviews as well

many of the well known weaknesses of this methodology. (Latour,2005;1)

Teori ini berarti pendekatan yang menekankan interdisipliner pada studi

ilmu-ilmu sosial dan studi teknologi. Actor Network Theory (ANT) dipelopori

oleh Latour, yang telah berevolusi sangat jauh dan berkembang, ANT banyak

dipakai pada berbagai bidang pengetahuan, teknologi, bahkan termasuk bidang

seni. Teori Jaringan Aktor yang berfokus pada pendekatan interdisipliner pada

studi ilmu-ilmu sosial dan studi teknologi. Awalnya ANT dikenal dengan konsep

Page 57: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

37

mengembangkan jaringan, aktor, translasi, dan intermediari. Teori ini mengatakan

bahwa dalam suatu jaringan ada unsur manusia dan non-manusia yang terus

berevolusi membentuk sebuah sistem. Namun unsur manusia saja yang mampu

menempatkan aktan yang beredar didalam sistem. Dalam pemahamannya yaitu

konsep jaringan tidak hanya berfokus pada hubungan sosial aktor manusia tapi

mencakup aktor-aktor non-manusia. Aktor disini didefinisikan sebagai sesuatu

yang ikut beraksi bukan hanya manusia tapi juga merupakan objek teknis.

Translasi adalah penjajakan serta penyesuaian aksi-aksi yang berlangsung

antara aktor-aktor sampai tercapai suatu hubungan yang stabil dan dapat terus

berfungsi dengan baik. Sedangkan intermediari yaitu aktor yang (bersirkulasi)

antara aktor-aktor dan yang memelihara hubungan di antara mereka. Teori ini

adalah sebuah realitas berdiri tidak di ruang hampa. Dalam artinya realitas

terbentuk karena adanya beberapa faktor yang ada di sekitar, baik faktor manusia

ataupun non-manusia. Realitas juga dipengaruhi oleh masa lalu, masa kini, dan

masa yang akan datang.

Heterogenitas utama adalah salah satu prinsip, dimana sebuah analisis

berangkat dari jaringan yang memiliki unsur-unsur manusia maupun non-

manusia, yakni artefak material. Entitas sosial dan entitas teknik merupakan

realitas tunggal yang membentuk jaringan aktor. Terdapat beberapa konsep

penting dalam ANT, yaitu aktor (actor) dan jaringan (network). Aktor

mendefinisikan hubungan antara satu sama lain dengan perantara: seorang aktor

pencipta perantara dan menuliskan makna sosial ke dalamnya. Perantara

menggambarkan jaringan sekaligus menyusun jaringan tersebut dengan memberi

mereka bentuk (Callon, 1991). Aktor biasanya ditemukan dalam bentuk teks,

Page 58: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

38

artefak teknis, uang, atau keterampilan manusia. Jaringan adalah keterkaitan

antara manusia, komponen teknologi, organisasi atau badan-badan teknologi

(technology bodies) yang memiliki kepentingan terkait (Walsham & Sahay,

1999).

ANT mendasari kerangka kerja konseptualnya dengan suatu pandangan

kemenjadian (in the becoming), melalui serangkaian translasi dalam konfigurasi-

konfigurasi relasi (Callon, 1991). Hal yang fundamental bagi ANT bukanlah

keadaan (state) melainkan gerak. Keberadaan entitas sosial merupakan

keberadaan yang bersifat performatif, para aktor itulah yang memberikan

keberadaan entitas sosial melalui kinerja (performance) mereka. Tetapi ini bukan

berarti bahwa keberadaan entitas sosial mendahului keberadaan aktor-aktor dan

aksi-aksi mereka. Entitas sosial mengalami penyusunan, pembongkaran dan

penyusunan kembali secara terus menerus melalui performance yang berlapis-

lapis.

Cara pandang ANT yang khas tentang aksi dan aktor adalah adanya

keagenan manusia dan non-manusia (objek-objek teknis) (Callon and Law, 1989;

Callon, 1991). Perbedaan mendasar dari keagenan manusia dan non-manusia

(objek-objek teknis) adalah agen manusia memiliki pilihan-pilihan, memutuskan

pilihan-pilihan, dan mengharapkan sesuatu dari aksi-aksinya.

Sebaliknya, agen non-manusia (material) tidak memiliki pilihan-pilihan.

ANT memandang perbedaan ini tidak relevan dalam analisis empiris atas aksi.

Untuk tujuan analisis, atribut aksi dapat diberikan juga pada objek-objek teknis.

Penyebabnya, meski manusia sebagai inisiator aksi, proses beraksi tidak

sepenuhnya berada dalam kendali inisiator tersebut. Perantara manusia dan non-

Page 59: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

39

manusia memberikan efek-efek tertentu yang memengaruhi aktor manusia.

Karena agen-agen manusia dan non-manusia sama-sama memberikan kontribusi

ke dalam aksi, maka analisis atas aksi harus memperlakukan keduanya secara

simetris.

Semua unsur manusia dan non-manusia berperan dalam memelihara

keutuhan jaringan. Jaringan heterogen adalah hal yang fundamental bagi ANT.

Jaringan dan aksi merupakan suatu yang tidak terpisahkan. Suatu aksi mendapat

sumbernya dari jaringan dan suatu jaringan terbentuk dari aksi-aksi. Dalam

perspektif teoritis yang ditawarkan ANT, entitas sosial dan entitas teknis adalah

dua aspek yang dari sebuah realitas tunggal: jaringan aktor.

ANT menganalogikan jaringan-aktor yang stabil seperti sebuah black box

dalam pesawat (Priyatma, 2011). Ketika terjadi masalah dalam penerbangan,

sebuah kotak hitam dapat dibuka dan diperlakukan sebagai aktor untuk keperluan

analisis interaksi yang terjadi selama penerbangan. Dalam kajian ANT, upaya

untuk membuka kotak hitam dilakukan melalui pemahaman translasi

(translation). Translasi adalah proses penerapan suatu jaringan. Callon (1991)

mengelompokan translasi ke dalam empat momen sebagai berikut:

1) Momen permasalahan (problem) adalah ketika suatu isu atau masalah

dihadirkan oleh sebuah aktor (inisiator aksi) untuk menjadi perhatian

aktor-aktor lain, dan ditransformasikan ke dalam masalah-masalah yang

didefinisikan oleh aktor-aktor lain. Aktor yang menginisiasi aksi tersebut

berupaya mentranslasikan aktor-aktor lain dengan cara mengangkat isu

tersebut.

Page 60: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

40

2) Momen penarikan (interessment) yaitu apabila momen permasalahan

berhasil, para aktor yang terstimulasi mungkin akan mengikuti inisiasi

tersebut atau justru menolak. Inisiator aksi melanjutkan inisiasinya dengan

berupaya meyakinkan aktor-aktor yang lain, bahwa apa yang diinisiasinya

adalah penting bagi yang lain.

3) Momen pelibatan (enrollment) adalah saat para aktor mulai saling

mendelegasikan satu terhadap yang lain, dan saling menjajaki kompetensi.

Saat itu berbagai bentuk resistensi mulai teratasi. Apabila momen berhasil,

aktor-aktor saling berperan satu terhadap yang lain.

4) Momen mobilisasi (mobilization) terjadi ketika jaringan aktor telah

mendapatkan wujudnya, memiliki eksistensi temporal (bersifat durable)

dan eksistensi spasial. Para aktor dan mediator telah sampai pada suatu

keadaan konvergen, meski hakekatnya heterogen.

Empat momen tersebut merupakan suatu alat analisis yang melihat proses

penerapan sistem informasi. Merujuk pada pakar peletak dasar ANT selain

Calloun yaitu Bruno Latour (1999) juga telah membuat suatu skema analisis ANT

yang bisa digunakan untuk melihat bagaimana proses dan implikasi suatu

penerapan sistem informasi.

Page 61: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

41

Gambar 2.4. Skema Analisis ANT menurut Bruno Latour

Sumber : Bruno Latour (1999)

Dalam kerangka asli Latour, loop atas adalah "mobilisasi instrumen" yaitu

jaringan aktor inisiator harus menghubungkan dan memobilisasi berbagai sumber

daya bukan manusia (misalnya, sumber daya tak berwujud seperti bukti ilmiah

dan teori pendukung; sumber daya nyata seperti teknologi, uang, dan tempat)

untuk menghasilkan inovasi. Mengenali sentralitas bahasa, Latour menegaskan

bahwa mobilisasi merepresentasikan “semua cara yang dengannya non-manusia

secara progresif dimuat ke dalam suatu wacana tertentu”.

Sumber daya utama adalah pengetahuan tentang masalah (terutama bukti

ilmiah), teori atau gagasan yang memaknai bukti, dan teknologi atau proses yang

digunakan untuk menilai atau memecahkan masalah. Bukti dan gagasan yang

dimobilisasi pada akhirnya mencerminkan kepentingan mereka yang terlibat

Page 62: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

42

dalam suatu masalah, dan dimobilisasi untuk melayani nilai dan prioritas mereka.

Mobilisasi menjadi interaksi dinamis antara bukti dan argumen, membatasi

argumen mana yang mendominasi wacana dan, akibatnya, bagaimana tindakan

atau solusi dibingkai.

Bagian bawah loop, "membangun aliansi," adalah proses di mana inovasi

yang diduga mengumpulkan sekutu yang dapat mengikatnya ke jaringan yang

diperluas (dan sumber daya mereka) sementara menolak mereka yang cenderung

mengurangi kredibilitas dan kekuatannya, atau yang mendukung hasil yang

bersaing. Semua inovasi melibatkan kontestasi atas mitra aliansi dan, karena

beberapa ditambahkan dan yang lain dihindari, mereka berkontribusi pada wacana

berkembang tentang inovasi.

Lingkaran "pelembagaan" atau “institusionalisasi” mengacu pada proses di

mana penerimaan otoritatif, dan dukungan kelembagaan untuk, sebuah inovasi

muncul dari struktur yang tepat (misalnya, struktur profesional untuk memvalidasi

konsep-konsep spesifik dan struktur pemerintahan untuk melembagakan

kebijakan). Mengidentifikasi permasalahan lalu kemudian membangun unit

lembaga khusus adalah contoh khas dari "otonomisasi masalah" sebagai penting

dan berbeda. Tindakan semacam itu membangun otonomi dengan membedakan

masalah dari pihak lain yang bersaing untuk mendapatkan dukungan institusional,

misalnya menerapkan suatu peraturan dan program mencerminkan suatu

pelembagaan solusi.

Lingkaran “penerimaan sosial” adalah mendapatkan penerimaan individu

yang berpotensi terpengaruh; pertama, bahwa masalah atau masalah ada, dan

kedua, bahwa inovasi yang dilakukan telah menjadi salah satu cara terbaik untuk

Page 63: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

43

mengelolanya. Inovasi kebijakan umumnya memerlukan tingkat penerimaan

publik sebelum pemerintah mengadopsi mereka, sehingga para kontestan sering

mengeluarkan sumber daya yang cukup besar untuk mencoba memasarkan posisi

mereka kepada publik. Masyarakat juga menyediakan sumber rekrutmen untuk

aliansi yang sudah ada, dan dapat menjadi bibit kelompok "akar rumput" baru

yang mengatur untuk kepentingan layanan yang saat ini belum terwakili.

Secara khusus, teori-teori yang berkategori ANT dapat membantu

memahami bagaimana ide, nilai, atau pun norma masyarakat manusia tertanam di

dalam sebuah teknologi. ANT adalah “teori sosial”, sehingga teknologi tetap

dianggap sebagai bagian dari masyarakat manusia.

Kelebihan ANT terletak pada pengakuan yang cukup pada peran disain

dan tujuan pembuatan alat yang keduanya melibatkan manusia, selain pada peran

masyarakat pengguna. Lewat teori ANT, peneliti sistem informasi dapat

memasukkan tahap-tahap teknis dalam pengembangan sebuah aplikasi komputer

di sebuah organisasi manusia, dan dapat melihat proses pengembangan itu sebagai

sebuah jaringan antar aktor yang saling memengaruhi. Pada akhirnya teori-teori

yang merujuk ke ANT ini melihat teknologi sebagai sebuah keseluruhan dan

gabungan dari potongan-potongan yang saling berkaitan tanpa dapat dipisahkan

begitu saja. Teknologi bukan hanya artefak dan pemanfaatannya, melainkan

negosiasi yang terus menerus antara keduanya, melibatkan berbagai aktor baik

berupa manusia maupun non-manusia.

Page 64: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

44

2.1.6. Good Governance

Prinsip-prinsip good governance tidak bisa dihindarkan dalam tata kelola

proses Pemilu karena keberhasilan Pemilu tidak hanya tergantung pada kinerja

badan-badan penyelenggara (KPU dan jajarannya) tetapi juga keterlibatan

stakeholders lainnya. KPU sebagai sentral aktifitas Pemilu dituntut menerapkan

prinsip-prinsip good governance yang terencana dan terukur, sehingga tujuan

Pemilu dapat dicapai dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip dasar

penyelenggara Pemilu (IDEA:2000).

Tata kelola Pemilu atau electoral governance itu sendiri mengandung

sedikitnya 4 sub bidang yang saling terkait, yakni sub bidang kajian regulasi

Pemilu yang membahas mengenai parameter kepastian hukum Pemilu terutama

mengenai sistem Pemilu, proses Pemilu, badan-badan penyelenggara, dan

penyelesaian sengketa Pemilu. Sub bidang kajian yang kedua adalah menyangkut

tata kelola proses elektoral yang meliputi penerapan tata kelola pemerintahan

yang baik (good governance) dalam hal: (1) perencanaan strategis dan

perencanaan pembiayaan; (2) Sosialisasi dan informasi Pemilu; (3) pendaftaran

pemilih; (4) Administrasi peserta Pemilu; (5) proses penetapan daerah pemilihan

dan alokasi kursi; (6) Nominasi kandidat; (7) kampanye Pemilu dan dana

kampanye; (8) proses pengadaan logistik Pemilu; (9) penyelenggaraan

pemungutan suara dan penghitungannya; (10) proses agregasi hasil pemungutan

suara; (11) Pengumuman hasil pemilihan umum; (12) Proses konversi perolehan

suara menjadi kursi (electoral contest); (13) Pengumuman kandidat terpilih; (14)

Pelantikan kandidat terpilih.

Page 65: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

45

Menurut Ramlan Surbakti (2014), penyelenggaraan pemilihan umum juga

harus bisa diukur dengan parameter Pemilu demokratis yang meliputi keadilan

Pemilu dan intgeritas pemilihan umum. Ada 7 parameter Pemilu yang demokratis

yaitu: (1) equality (kesamaan) yang dicerminkan dalam daftar pemilih, pembagian

daerah pemilihan dan alokasi kursi dalam pemilihan umum; pemberian suara dan

penghitungan suara; (2) Regulasi pemilihan umum yang diformulasikan

berdasarkan parameter yang menjamin kepastian hukum; (3) Kompetisi yang

bebas dan fair diantara partai politik dan kandidat atau penyediaan arena

kompetisi yang adil bagi semua kontestan; (4) Partisipasi semua stakeholder di

dalam semua tahapan proses Pemilu; (5) Independensi dan profesionalitas badan-

badan penyelenggara; (6) Integritas Pemilu pada semua proses pemberian suara,

penghitungan, dan rekapitulasi suara dan proses pelaporan hasil pemilihan umum.

(7) Penyelesaian sengketa Pemilu yang adil dan tepat waktu.

Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap

konsep government paradigma tradisional dan menyempurnakan konsep-konsep

yang diusung oleh paradigma New Public Management (NPM) (Pratikno, 2004).

Good governance menuntut kerjasama tiga pilar yakni pemerintah, lembaga non

pemerintah dan swasta. Salah satu lembaga sektor publik yang memberikan

kontribusi pada terciptanya sinergi antara pilar governance adalah governance

bodies yaitu suatu lembaga nonpemerintah yang diberi mandat dan kewenangan

oleh pemerintah untuk mengambil kebijakan dalam bidang tertentu. Governance

bodies memiliki anggota yang menggambarkan pilar dari governance seperti

unsur pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha (Dwiyanto, 2005).

Karakteristik good governance didalamnya terdapat prinsip-prinsip dasar yang

Page 66: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

46

dioperasionalkan melalui tindakan-tindakan konkrit pada praktek governance.

United Nations for Development Programme memberikan beberapa karakteristik

good governance (Mardiasmo, 2002: 24-25) sebagai berikut:

a. Participation (partisipasi), yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembuatan

keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga

perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut

dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi

secara konstruktif. Dalam kontek Pemilu dapat dilihat bagaimanaa

partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya, tinggi golput

menjadikan indikasi kurangnya partisipasi masyarakat.

b. Rule of law, yaitu kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa

pandang bulu. Jika masih banyak pelanggaran dalam Pemilu yang tidak

diproses, hal ini menunjukkan bahwa penegakan hukum belum berjalan.

c. Transparency. Tranparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh

informasi. Penggunaan dana kampanye, sumber dana kampanye, besaran

dana kampanye yang masih banyak disembunyikan oleh peserta Pemilu

menunjukkan transparansi belum berjalan sama sekali.

d. Responsiveness. Setiap lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap

dalam melayani stakeholder. Jika dihubungkan dengan Pemilu, maka harus

dilihat bagaimana respon yang diberikan lembaga penyelenggara Pemilu

terhadap tuntutan masyarakat terkait proses Pemilu.

e. Consensus orientation. Adanya keharusan untuk selalu berorientasi pada

kepentingan masyarakat yang lebih luas. Aturan-aturan yang dijalankan

Page 67: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

47

dalam semua tahapan Pemilu harus dijalankan demi kepentingan

masyarakat.

f. Equity. Setiap individu dalam masyarakat memiliki kesempatan yang sama

untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan. Keadilan dan kesempatan

yang sama besar antara laki-laki dan perempuan, ataupun akses difabel

dalam Pemilu menjadi indicator aspek keadilan ini.

g. Efficiency and effectiveness. Pengelolaan sumberdaya publik dilakukan

secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). Jika dikaitkan

dengan Pemilu bisa dilihat bagaimana output yang dihasilkan dari Pemilu,

serta penggunaan anggaran yang dipakai dalam setiap tahapan Pemilu.

h. Accountability, yaitu pertanggungjawaban kepada publik atas aktivitas yang

dilakukannya. Hasil perolehan suara parpol, kualitas kinerja penyelenggara

Pemilu, merupakan indikator yang bisa dipakai untuk menilai aspek

akuntabilitas.

i. Strategic vision. Setiap penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus

memiliki visi jauh ke depan. Jika dihubungkan dengan proses Pemilu, yang

perlu diperhatikan adalah bagaimana sikap pemerintah dan penyelenggara

Pemilu ke depan untuk mengurangi persoalan-persoalan yang muncul pada

Pemilu saat ini.

2.1.7. Efektifitas dan Efisiensi Pemerintahan

a. Efektifitas

Konsep efektivitas sendiri telah banyak dikemukakan oleh para ahli

organisasi maupun manajemen dan memiliki makna yang berbeda tergantung

Page 68: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

48

kepada kerangka acuan yang dipergunakan. Stoner (1982), menekankan

pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan

efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Efektivitas adalah

ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan organisasi. Apabila suatu organisasi

berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut telah berjalan dengan

efektif.

Georgopoulos dan Tannenbaum (dalam Steers, 1985), mengemukakan

bahwa efektivitas organisasi adalah tingkat sejauhmana suatu organisasi yang

merupakan sistem sosial, dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang

tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan, dan dengan menghindari

ketegangan yang tidak perlu diantara anggota-anggotanya. Dari pengertian

tersebut dapat dikatakan bahwa efektivitas sangat tergantung kepada faktor

eksternal dan internal organisasi.

Menurut Sharma (1982), kriteria atau ukuran suatu efektivitas dapat dinilai

dari produktivitas organisasi atau output, fleksibilitas organisasi, dan bentuk

keberhasilannya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam

dan di luar organisasi, serta dari ada tidaknya ketegangan dalam organisasi atau

hambatan-hambatan konflik di antara bagian-bagian organisasi. Selanjutnya

menurut Wisnu dan Nurhasanah (2005) dikatakan bahwa suatu organisasi efektif

jika (1) mengamankan skill dan sumber daya langka dari luar; (2) secara kreatif

mengkoordinasikan sumber daya dengan skill karyawan untuk menemukan

produk dan berselaras dengan perubahan kebutuhan konsumen (pendekatan sistem

internal); dan (3) secara efisien mengubah skill dan sumber daya menjadi barang

dan jasa (pendekatan teknis).

Page 69: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

49

Sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh banyak

faktor, baik berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal organisasi. Hal ini

sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Steers (1985) dimana terdapat empat

faktor yang mempengaruhi keberhasilan akhir organisasi, yaitu: Pertama,

Karakteristik Organisasi yang terdiri dari struktur dan teknologi organisasi.

Struktur adalah cara unik suatu organisasi menyusun orang-orangnya untuk

menciptakan sebuah organisasi yang meliputi faktor-faktor seperti luasnya

desentralisasi pengendalian, jumlah spesialisasi pekerjaan, cakupan perumusan

interaksi antar pribadi dan seterusnya. Sedangkan teknologi adalah mekanisme

suatu organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran jadi.

Kedua, Karakteristik Lingkungan, terdiri dari dua aspek, yaitu lingkungan

internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal pada umumnya dikenal

sebagai iklim organisasi, meliputi macam-macam atribut lingkungan kerja

misalnya orientasi pada prestasi dan pekerja sentris. Sedangkan lingkungan

eksternal adalah kekuatan yang timbul di luar batas-batas organisasi dan

mempengaruhi keputusan serta tindakan dalam organisasi.

Ketiga, Karakteristik Pekerja, merupakan faktor yang paling penting atas

efektivitas organisasi, karena perilaku mereka inilah yang dalam jangka panjang

akan memperlancar atau memperlambat tujuan organisasi. Keempat, Kebijakan

dan Praktek Manajemen, terdiri dari penetapan tujuan strategis, pencarian dan

pemanfaatan sumber daya secara efisien, menciptakan lingkungan prestasi, proses

komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan serta adaptasi dan inovasi

organisasi.

Page 70: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

50

b. Efisiensi

Menurut Dwiyanto, dkk (2008) efisiensi pemerintahan salah satunya

merujuk kepada efisiensi pelayanan yaitu perbandingan terbaik antara input dan

output pelayanan. Secara ideal, pelayanan akan efisien apabila birokrasi pelayanan

dapat menyediakan input pelayanan, sperti biaya dan waktu pelayanan yang

meringankan masyarakat pengguna jasa. Demikian pula pada sisi output

pelayanan, birokrasi secara ideal harus dapat memberikan produk pelayanan yang

berkualitas, terutama dari aspek biaya dan waktu pelayanan. Efisiensi pada sisi

input diperguanakan untuk melihat seberapa jauh kemudahan akses publik

terhadap sistem pelayanan yang ditawarkan. Akses publik terhadap pelayanan

dipandang efisien apabila publik memiliki jaminan atau kepastian menyangkut

biaya pelayanan.

Kepastian biaya pelayanan yang harus dikeluarkan oleh publik merupakan

indikator penting untuk melihat intensitas korupsi dalam sistem layanan birokrasi.

Birokrasi pelayanan publik yang korup akan ditandai oleh besarnya biaya ekstra

yang harus dikeluarkan oleh pengguna jasa dalam mengakses layanan publik,

sehingga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk dapat memperoleh pelayanan

yang terbaik dari birokrasi, padahal secara prinsip seharusnya pelayanan terbaik

harus dapat dinikmati oleh publik secara keseluruhan. Demikian pula efisiensi

pelayanan dari sisi output, digunakan untuk melihat pemberian produk pelayanan

oleh birokrasi tanpa disertai adanya tindakan pemaksaan kepada pihak publik

untuk mengeluarkan biaya ekstra pelayanan.

Begitu pentingnya profesionalisasi pelayanan publik ini terkait dengan

efektivitas dan efisiensi pelayanan publik yang dilakukan oleh lembaga

Page 71: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

51

pemerintahan, maka pemerintah telah mengeluarkan suatu kebijaksanaan

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/

KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik

yang perlu dipedomani oleh setiap birokrasi publik dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip pelayanan sebagai berikut:

Pertama, Kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur dan tata cara pelayanan

perlu ditetapkan dan dilaksanakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak

berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang

meminta pelayanan. Kedua, Kejelasan dan Kepastian, dalam arti adanya kejelasan

dan kepastian dalam hal prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan pelayanan

baik teknis maupun administratif, unit kerja pejabat yang berwenang dan

bertanggung jawab dalam meberikan pelayanan, rincian biaya atau tarif pelayanan

dan tata cara pembayaran, dan jangka waktu penyelesaian pelayanan. Ketiga,

Keamanan, dalam arti adanya proses dan produk hasil pelayanan yang dapat

memberikan keamanan, kenyamanan dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Keempat, Keterbukaan, dalam arti bahwa prosedur dan tata cara

pelayanan, persyaratan, unit kerja pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan,

waktu penyelesaian, rincian biaya atau tarif serta hal-hal lain yang berkaitan

dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah

diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

Kelima, Efisiensi, dalam arti bahwa persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada

hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan

tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan.

Keenam, Ekonomis, dalam arti bahwa pengenaan biaya atau tarif pelayanan harus

Page 72: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

52

ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan: nilai barang dan jasa pelayanan,

kemampuan masyarakat untuk membayar, dan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku. Ketujuh, Keadilan dan Pemerataan, yang dimaksudkan agar

jangkauan pelayanan diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata

dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat. Kedelapan, Ketepatan Waktu, dalam

arti bahwa pelaksanaan pelayanan harus dapat diselesaikan tepat waktu yang telah

ditentukan.

2.2. Kerangka Pemikiran

Penerapan e-government dapat dijadikan parameter dalam menilai

implementasi e-government di suatu daerah. Tahapan e-government ini, yaitu

Pertama, present. Media internet dijadikan sarana penyampaian informasi publik

secara pasif dari pemerintah kepada masyarakat. Kedua, interaksi. Tahap ini sudah

memungkinkan terjadinya komunikasi antara pemerintah dengan mereka yang

berkepentingan melalui teknologi semacam internet dan fasilitas multimedia.

Ketiga, transaksi. Artinya interaksi dibarengi dengan sebuah transaksi yang

berhubungan dengan perpindahan uang. Terakhir, adalah transformasi. Pada tahap

ini, kehadiran teknologi informasi tengah mengakibatkan terjadinya perubahan

atau driver change. Wujudnya telah terjadi integrasi pada level proses, data dan

teknologi dan pemerintah telah membuka diri untuk semua entiti.

Penerapan e-government dimaksudkan untuk mempercepat proses

interaksi antara penyelenggara Pemilu dengan masyarakat sehingga pemanfaatan

Information Communication Technology ditujukan dalam rangka meningkatkan

kualitas pelayanan publik. Proses penerapan e-government dalam pelayanan

Page 73: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

53

publik KPU Kab/Kota memberikan layanan berupa produk atau informasi kepada

masyarakat melalui website resmi.

Data informasi merupakan kenyataan yang menggambarkan kejadian serta

kesatuan nyata. Yang dimaksud “kejadian” disini merupakan perolehan suara

berdasarkan pemberian suara (voting) yang sudah dilakukan. Kesatuan nyata

merupakan suatu objek nyata seperti tempat, benda, serta suatu hal yang betul-

betul terjadi. Dari definisi dan uraian data tersebut dapat disimpulkan bahwa data

merupakan bahan mentah untuk diproses dalam menyajikan informasi. Dalam

konteks ini, SITUNG adalah suatu sistem yang mengolah informasi tentang hasil

perolehan suara pada ajang Pemilu maupun Pilkada.

Suatu sistem informasi merupakan kombinasi dari komponen yang

terpisah (orang, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan

aturan serta prosedur) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengolahan

data serta pendukung kegiatan bisnis di dalam suatu organisasi dimana nantinya

data yang ada dikumpulkan dan diproses sehingga dapat menjadi informasi yang

berguna untuk didistribusikan dan digunakan oleh pengguna. Sebagai suatu

sistem, informasi data tersebut membutuhkan input yaitu data tentang peroleh

suara masing-masing calon di suatu tempat tertentu. Untuk kemudian diproses,

baik itu diverifikasi dan diklarifikasi bersama dengan data kumulatif lainnya.

Hasil proses ini yang kemudian menjadi keluaran berupa informasi publik.

Informasi perolehan suara ini yang kemudian diterima oleh user yaitu publik, baik

itu tim pemenangan maupun masyarakat umum.

Penerapan SITUNG dapat dilihat dari perspektif Actor-Network Theory

(ANT) yang berasumsi ada keterkaitan antara aktor manusia dan non-manusia

Page 74: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

54

pada suatu jaringan teknologi informasi. Jaringan antar aktor dihubungkan oleh

intermediary atau aktan baik itu berupa hardware, software ataupun brainware.

Dalam perspektif ANT, proses penerapan SITUNG dapat ditelaah dengan konsep

translasi (translation) yang memilah momen penerapannya menjadi momen

permasalahan (problem), penarikan (interessement), pelibatan (enrollment), dan

mobilisasi (mobilisation).

Begitu pula halnya dengan implementasi SITUNG, akan memiliki

implikasi tersendiri bagi tata kelola Pemilu. Perspektif ANT juga menyediakan

skema analisis untuk melihat bagaimana implikasi penerapan suatu sistem

teknologi informasi dalam hal ini SITUNG yang menyangkut dengan beberapa

aspek penting di dalamnya yaitu mobilisasi instrumen (mobilization of

instruments), membangun aliansi (building alliance), institusionalisasi/

pelembagaan (institutionalization), dan penerimaan sosial (social acceptance).

Apabila penerapan dan implikasinya disertai pelaksanaan prinsip-prinsip tata

kelola yang baik, maka implikasinya mengarah kepada good election governance

atau tata kelola Pemilu yang baik. Atau sebaliknya, apabila penerapannnya tidak

berhasil dan tidak berdayaguna maka hasil justru kontradiktif yaitu bad election

governance (tata kelola Pemilu yang buruk). Idealnya, implikasi penerapan

SITUNG mendorong tata kelola Pemilu menjadi lebih baik, sehingga penerapan

e-government dalam penyelenggaraan Pemilu tetap menjadi salah satu strategi

yang perlu terus ditingkatkan kualitasnya.

Page 75: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

55

Gambar 2.5. Kerangka Pikir Penelitian

Implikasi SITUNG (Bruno Latour)

Mobilisasi Instrumen

Aliansi

Institusionalisasi

Penerimaan Sosial

Good Election

Governance

E-Government SITUNG Pilkada

Perspektif ANT (Actor-Network

Theory)

Penerapan SITUNG (Michel Callon)

Permasalahan

Penarikan

Pelibatan

Mobilisasi

Page 76: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

56

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Metode penelitian menurut M. Nazir (1999:51) adalah urutan kerja yang

harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian, termasuk alat yang digunakan

untuk mengukur maupun megumpulkan data, serta bagaimana melakukan

penelitian di lapangan. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kualitatif, dimana penulis melakukan penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan tentang suatu fenomena atau kejadian atau sebuah masalah

secara jelas dan gamblang.

Dikaitkan dengan kategori penelitian kualitatif yang disusun Creswell

(2009), maka penelitian ini termasuk penelitian naratif dimana peneliti

menyelidiki penerapan e-government SITUNG pada Pilkada Kota Jambi Tahun

2018 dan meminta pihak yang terlibat menceritakan proses yang terjadi di

dalamnya. Informasi ini yang akan diolah dalam kronologi naratif serta

menganalisisnya dengan pandangan teoritis.

Metode kualitatif digunakan dalam pengolahan dan penyajian data dalam

penelitian ini. Menurut Arikunto (2002: 10), penelitian kualitatif adalah penelitian

yang tidak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

data, serta penampilan hasilnya. Level data yang digunakan adalah data kualitatif

yang bersifat kategorikal dimana informasi diorganisir ke dalam beberapa

Page 77: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

57

kelompok data. Misalnya berbagai informasi mengenai SITUNG, dikategorikan

ke dalam pengelompokan berdasarkan aspek-aspek orang, perangkat keras,

perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan aturan/prosedur.

Begitu pula dengan informasi mengenai proses penerapan dan implikasi juga akan

dikelompokkan berdasarkan aspek dan variabel yang terkandung di dalamnya.

Data tentang proses dan mekanisme penerapan SITUNG dideskripsikan untuk

ditelaah lebih jauh bagaimana dinamika dalam pelaksanaannya. Analisis

diarahkan kepada proses dan implikasi penerapan SITUNG agar terjadi

peningkatan kualitas pelayanan informasi publik tentang data penghitungan suara

Pilkada menjadi lebih akurat, cepat dan mudah diakses publik.

3.2. Fokus Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pengamatan pada beberapa dimensi dan aspek

pembahasan, antara lain:

1. Penerapan e-gov SITUNG dari perspektif ANT, meliputi:

a. Permasalahan (Problem)

Isu yang berkembang

Adanya inisiator

Transformasi masalah publik

b. Penarikan (Interessement)

Respons berbagai pihak

Penerimaan atau penolakan

Upaya inisiator untuk meyakinkan

c. Pelibatan (Enrollment)

Penjajakan kompetensi

Pembagian peran

Pendelegasian antar aktor

d. Mobilisasi (Mobilization)

Eksistensi temporal

Eksistensi spasial

Page 78: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

58

Keterpaduan gerak antar aktor

2. Implikasi e-gov SITUNG terhadap kinerja KPU Kota Jambi dan tata kelola

Pemilu dari perspektif ANT, meliputi:

a. Mobilisasi (Mobilization)

Wacana, gagasan dan argumentasi

Sumber daya manusia dan non-manusia

Ketersediaan Teknologi

b. Membangun aliansi (Building Aliance)

Kontribusi aktor-aktor terkait

Sekutu dan Seteru

Kemampuan Inovasi

c. Institusionalisasi (Institutionalization)

Penerimaan otoritatif

Dukungan kelembagaan

Peraturan dan Program

d. Penerimaan Sosial (Social Acceptance)

Penerimaan publik

Perluasan keterlibatan publik

Reaksi pemangku kepentingan

3.3. Unit Analisis dan Penentuan Informan

1. Unit Analisis

Penelitian ini akan menganalisis penerapan e-gov dalam pelaksanaan

Pilkada dengan melihat penerapan e-gov SITUNG pada perhelatan Pilkada Kota

Jambi Tahun 2018 dan bagaimana implikasinya terhadap kinerja KPU dan tata

kelola Pemilu. Penerapan e-gov dalam penelitian ini ditelaah dari berbagai

aktivitas pemerintahan yang termasuk dalam kerangka manajemen pengelolaan

SITUNG. Dengan demikian, unit analisis dalam penelitian ini ialah organisasi

Page 79: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

59

yang terlibat dalam pengelolaan SITUNG pada Pilkada Kota Jambi Tahun 2018

yaitu penyelenggara Pemilu (jajaran KPU).

2. Informan

Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling (sampling

bertujuan), dimana dengan demikian informan adalah dari pihak yang

mengetahui, memahami dan berpengalaman dalam pengelolaan SITUNG yaitu

KPU Kota Jambi, baik Komisionernya maupun Sekretariat, Peserta Pilkada, Tim

Pemenangan Kandidat, LSM Pemilu, akademisi, pihak swasta mitra kerja KPU

Kota Jambi dan berbagai organisasi kemasyarakatan yang terlibat di dalamnya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder

dengan teknik yang berbeda. Pengumpulan data primer menggunakan teknik

indepth interview (wawancara mendalam) dan observation (pengamatan).

Sedangkan untuk data sekunder menggunakan teknik dokumentasi (document).

Berikut penjelasan masing-masing teknik tersebut:

1. Wawancara mendalam akan memberi kesempatan untuk memperoleh

informasi mengenai interaksi serta pengalaman baik formal maupun informal

yang berupa hubungan kerja, koordinasi, nilai, persepsi dan pendapat yang

tidak dapat diperoleh dari dokumen.

2. Observasi dalam artian hanya ikut terlibat untuk mengamati proses tanpa

harus mengintervensi anggota jaringan seperti mengamati website, melihat

mekanisme pelayanan SITUNG dan lain sebagainya.

Page 80: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

60

3. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder melalui sumber

tertulis yang relevan dengan penelitian seperti rekaman kegiatan, surat

keputusan, laporan kegiatan, peraturan perundang-undangan, kliping koran,

berita online, buku teks dan arsip.

3.5. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan sejak pertama kali turun ke lapangan untuk

mengumpulkan data awal yakni sejak prapenelitian dan berakhir pada masa

penelitian lapangan (on going process). Apabila data yang telah terkumpul dinilai

sudah lengkap dengan tingkat relevansi yang tinggi maka pengumpulan data dapat

dihentikan. Langkah selanjutnya adalah melakukan check list yakni

membandingkan data lapangan dengan data pendukung lain sesuai kondisi

empirik di lapangan. Data yang terkumpul dari hasil wawancara, catatan

observasi, dan dokumentasi akan dilakukan editing, koding dan reduksi atau

menyeleksi data sehingga memudahkan identifikasi, klasifikasi, kategorisasi, dan

pemberian atribut terhadap kecenderungan jawaban-jawaban informan serta

rekaman fakta lainnya (Sarantakos, 1993).

3.6. Teknik Analisis Data

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini tergolong ke

dalam penelitian deskriptif-kualitatif. Oleh karena itu, analisis data menggunakan

teknis analisis kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

mengacu pada pendapat Sarantakos (1993) yang menyatakan bahwa inti dari

teknik analisis data kualitatif mencakup tiga proses yang saling berkaitan atau

Page 81: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

61

sifatnya siklikal, yaitu: (1) mendeskripsikan fenomena; (2) mengklasifikasikan

fenomena, dan (3) melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul itu satu

dengan lainnya berkaitan.

Page 82: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

62

BAB IV

GAMBARAN UMUM PENERAPAN SITUNG

PADA PILKADA SERENTAK TAHUN 2018

4.1. Deskripsi Kelembagaan KPU Kota Jambi

Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna

menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Penyelenggaraan pemilu yang

bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil hanya dapat terwujud

apabila Penyelenggara Pemilu mempunyai integritas yang tinggi serta memahami

dan menghormati hak-hak sipil dan politik dari warga negara. Penyelenggara

Pemilu yang lemah berpotensi menghambat terwujudnya Pemilu yang berkualitas

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Penyelenggara Pemilu memiliki tugas menyelenggarakan

Pemilu dengan kelembagaan yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Salah satu

faktor penting bagi keberhasilan penyelenggaraan Pemilu terletak pada kesiapan

dan profesionalitas Penyelenggara Pemilu itu sendiri, yaitu Komisi Pemilihan

Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu

sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu. Ketiga institusi ini telah

diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara

Pemilu untuk menyelenggarakan Pemilu menurut fungsi, tugas dan

kewenangannya masing-masing.

Page 83: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

63

Keberadaan KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota saat ini

memiliki landasan hukum yang sangat kuat. Selain didasarkan pada konstitusi

negara pasal 22E Undang-Undang Dasar 1945 juga pernah memiliki Undang-

Undang tersendiri yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

Penyelenggara Pemilihan Umum yang sekarang sudah menjadi Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Jambi yang ada saat ini merupakan

periode keanggotaan ketiga yaitu periode 2013 – 2018 setelah sebelumnya periode

kedua 2008-2013 dan periode pertama 2003-2008. Berdasarkan Surat Keputusan

Komisi Pemilihan Umum Propinsi Jambi Nomor: 194/Kpts/KPU-Prov.005/2013

Tanggal 22 Desember 2013, nama-nama yang disahkan dan diangkat menjadi

anggota KPU Kota Jambi periode 2013 – 2018 adalah :

1. Wein Arifin, S.IP

2. Hazairin, SH

3. Yatno, S.Pd.I

4. Abdul Rahim, SP

5. Arif Lesmana Yoga, SP

Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan

Umum Pasal 18 telah diatur tentang Tugas, Wewenang dan Kewajiban KPU Kota

Jambi. Untuk lebih mengefektifkan kerja KPU Kota Jambi, sebagaimana diatur

dalam Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan

Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten/Kota yang telah diubah dalam PKPU Nomor 12 Tahun 2017, maka

dibentuk alat kelengkapan, berupa divisi-divisi, Kelompok Kerja atau tim yang

Page 84: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

64

dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Divisi dibentuk untuk memudahkan dan

memfokuskan pelaksanaan program kerja KPU Kota Jambi. Setiap divisi

mempunyai mitra kerja dengan subbag-subbag pada Sekretariat KPU Kota Jambi

yang berhubungan dengan kegiatan divisi.

Adapun Divisi yang dibentuk terdiri dari 5 (lima) divisi yang masing-

masingnya dipimpin oleh satu orang anggota KPU Kota Jambi, yaitu:

Tabel 4.1. Komposisi Anggota KPU Kota Jambi

No. Nama Jabatan Divisi

1 Wein Arifin, S.IP Ketua SDM dan Partisipasi

Masyarakat

2 H. Abdul Rahim, SP Anggota Umum, Keuangan dan Logistik

3 Arief Lesmana Yoga, S.TP Anggota Perencanaan dan Data

4 Yatno, S.Pd.I Anggota Teknis

5 Hazairin, SH Anggota Hukum Sumber : KPU Kota Jambi (2018)

Untuk menunjang serta memfasilitasi kebutuhan kerja serta pelaksanaan

tugas-tugas KPU Kota Jambi dibentuk Sekretariat KPU Kota Jambi yang

dipimpin oleh seorang Sekretaris. Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris KPU

Kota Jambi dibantu oleh 4 (empat) orang Kasubbag yang juga masing-masingnya

mengepalai satu Subbag sebagaimana diatur dalam Peraturan KPU Nomor 6

Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal

Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan

Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dan diubah dalam

Peraturan KPU Nomor 22 Tahun 2008.

Sekretariat KPU Kota Jambi dipimpin oleh seorang Sekretaris dengan

eselonisasi Jabatan Struktural IIIa yang bertanggung jawab kepada Ketua KPU

Kota Jambi. Selama KPU Kota Jambi terbentuk, telah mengalami 8 (delapan) kali

Page 85: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

65

pergantian Sekretaris, sedangkan Kasubbag dilingkungan Sekretariat KPU Kota

Jambi eselonisasi Jabatan Struktural IVa dengan susunan Sekretariat terdiri dari:

Tabel 4.2. Susunan Sekretariat KPU Kota Jambi

No. Jabatan Nama

1. Sekretaris Kemas M. Ajir, S.STP

2. Kasubbag Program dan Data Syamsul Ardi, SE

3. Kasubbag Teknis Pemilu dan Hupmas Mhd. Anwar Sadat, SE

4. Kasubbag Hukum Salma D, SH

5. Kasubbag Keuangan, Umum dan Logistik Hery Sufadmi, SE Sumber : KPU Kota Jambi (2018)

Komisi Pemilihan Umum sebagai salah satu lembaga negara memiliki Visi

dan Misi. Adapun Visi KPU yaitu “Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum

sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional,

mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang

berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia”.

Sedangkan Misi KPU antara lain:

1. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki

kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan

Pemilihan Umum;

2. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil,

akuntabel, edukatif dan beradab;

3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersih,

efisien dan efektif;

Page 86: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

66

4. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil

dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam

Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang

demokratis.

4.2. Pilkada Walikota Jambi Tahun 2018

KPU RI telah menetapkan tanggal pencoblosan Pilkada Serentak 2018

yaitu pada tanggal 27 Juni 2018. Ada 171 daerah yang mengikuti Pilkada 2018

dengan tahapan Pilkada Serentak 2018 dimulai 10 bulan sebelum hari

pencoblosan yakni dimulai sejak Agustus 2017. Dari 171 daerah tersebut, ada 17

provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten yang menyelenggarakan Pilkada, dimana

Kota Jambi termasuk dalam bagian Pilkada Serentak 2018 tersebut. Secara umum

pelaksanaan kegiatan Pemilihan Walikota Jambi Tahun 2018 dibagi dalam 2 tahap

yakni Persiapan dan Pelaksanaan. Tahapan persiapan terdiri dari 9 sub tahapan

sedangkan tahapan Pelaksanaan terdiri dari 7 subtahapan. Adapun rangkaian

jadwal tahapan tersebut meliputi:

Tabel 4.3.

Tahapan dan Jadwal Pilkada Serentak Tahun 2018

TAHAP PERSIAPAN

Tanggal Tahapan

27 September 2017 Perencanaan Program dan Anggaran

27 September 2017 Penyusunan dan Penandatanganan Naskah

Perjanjian Hibah Daerah (NPHD)

31 Mei 2018 Penyusunan dan Pengesahan Peraturan

Penyelenggaraan Pemilihan

14 Juni 2017 - 23 Juni 2018 Sosialisasi kepada Masyarakat

14 Juni 2017 - 26 Juni 2018 Penyuluhan/Bimbingan Teknis Kepada KPU

Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP

Page 87: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

67

Kabupaten/Kota, PPK, PPS dan KPPS

12 Oktober 2017 - 3 Juni 2018 Pembentukan PPK, PPS, dan KPPS

12 Oktober 2017 - 11 Juni

2018

Pemantauan Pemilihan

24 November 2017 - 30

Desember 2017

Pengolahan Daftar Penduduk Potensial

Pemilih Pemilihan (DP4)

30 Desember 2017 - 27 Juni

2018

Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih

TAHAP PELAKSANAAN

Tanggal Tahapan

31 Juli 2017 - 3 Januari 2018 Syarat Dukungan Pasangan Calon

Perseorangan

8 Januari 2018 - 10 Januari

2018

Pendaftaran Pasangan Calon

15 Februari 2018 - 23 Juli 2018 Masa Kampanye

14 Februari 2018 - 13 Juli 2018 Laporan Audit dan Dana Kampanye

17 Maret 2018 - 26 Juni 2018 Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan

Pemungutan dan Penghitungan Suara

27 Juni 2018 Pemungutan dan Penghitungan suara di TPS

27 Juni 2018 - 9 Juli 2018 Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Sumber: Portal Publikasi Pilkada dan Pemilu Indonesia, KPU RI (2018)

Pilkada Kota Jambi Tahun 2018 telah terlaksana dari tahap persiapan

hingga tahap rekapitulasi hasil penghitungan suara diikuti penetapan hasil

penghitungan suara. Berdasarkan hasil penetapan pleno KPU Kota Jambi, maka

perolehan suara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4. Perolehan Suara Pasangan Calon

NOMOR

URUT PASANGAN CALON

PEROLEHAN

SUARA

PERSENTASE

(%)

1 Drs. H. Abdullah Sani, M.Pd.I

dan Kemas Alfarizi, SE 117.435 44.30

2 Dr. H. Syarif Fasha, ME dan

Dr. dr. H. Maulana, MKM 147.652 55,70

Sumber: KPU Kota Jambi (2018)

Partisipasi pemilih mencapai 69,54 persen dimana pemilih pengguna hak

pilih dari laki-laki sebanyak 66,93 persen sementara perempuan 72,07 persen.

Secara lebih rinci, pengguna hak pilih pada Pilwako Kota Jambi Tahun 2018

dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 88: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

68

Tabel 4.5. Partisipasi Pemilih Pilwako Kota Jambi Tahun 2018

berdasarkan Jenis Kelamin

Pengguna Hak

Pilih

Total Jumlah

Pemilih Terdaftar

Persentase

Partisipasi

LAKI-LAKI 129.390 193.320 66,93%

PEREMPUAN 143.182 198.664 72,07%

Sumber: KPU Kota Jambi (2018)

4.3. Implementasi SITUNG pada Pilkada Walikota Jambi Tahun 2018

Sistem hitung cepat SITUNG dibuat untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat untuk mengetahui hasil Pilkada Serentak 27 Juni 2018 secara cepat

dan transparan di seluruh wilayah yang menyelenggarakan Pilkada. Data hasil

pada hitung cepat berdasarkan entri Model C1 apa adanya. Hasil pada hitung

cepat merupakan hasil sementara dan tidak bersifat final. Jika terdapat kesalahan

pada model C1 akan dilakukan perbaikan pada proses rekapitulasi di tingkat

atasnya.

Penerapan SITUNG untuk memastikan hasil penghitungan suara

sementara bisa diketahui oleh masyarakat secara cepat dan terbuka. Namun untuk

hasil resmi Pilkada tetap menggunakan rekapitulasi manual dan berjenjang sesuai

amanah UU. Fungsi dari SITUNG adalah menampilkan hasil pemungutan suara

mulai tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS) hingga ke tingkat pusat, sehingga

masyarakat bisa melihat hasil pemungutan suara mulai dari tingkat yang paling

bawah. SITUNG juga mendorong partisipasi masyarakat dalam mengawal hasil

Pilkada.

Adapun sistem informasi SITUNG atau biasa juga disebut Sistem

Informasi Tungsura (Penghitungan Suara) Tahun 2018 menggunakan beberapa

modul aplikasi, antara lain:

Page 89: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

69

o Aplikasi Desktop SITUNG Pindai: C1, DAA, DA1, DB1, DC1

o Aplikasi Desktop SITUNG Entri: Entri Form C dan C1

o Aplikasi Desktop Aggregator: DAA ke DA1

o Aplikasi Web dan email:

o Email atau Unggah Form DAA, DA1, DB1, DC1

o Pindai Form DAA, DA1, DB1, DC1

o Pindai Form Catatan Kejadian (DA2, DB2, DC2)

o Entri data PSU/Susulan/Lanjutan

o Publikasi Terpadu: pantau dan lihat hasil tungsura

Dalam menjalankan modul aplikasi tersebut, SITUNG memiliki alur

seperti gambar berikut ini:

Gambar 4.1. Alur SITUNG Cepat

Sumber: Materi Bimtek SITUNG (2018)

Aplikasi Desktop yang dimaksud pada gambar 4.1 mencakup Aplikasi

Desktop SITUNG Pindai dan SITUNG Entri. Adapun fitur dari masing-masing

Aplikasi SITUNG tersebut melingkupi:

Page 90: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

70

Tabel 4.6. Fitur Aplikasi SITUNG

Aplikasi Fitur

SITUNG Entri Entri Data C1

Kirim Data C1

SITUNG Pindai Pindai C1

Kirim Hasil Pindai C1

Web Publikasi Lihat Hasil Rekapitulasi Suara

Sumber: Materi Bimtek SITUNG (2018)

Untuk memindai (scan) bukti form rekap, dibantu oleh aplikasi SITUNG

Pindai seperti tampak pada gambar 4.2:

Gambar 4.2. Aplikasi SITUNG Pindai

Sumber : KPU Aplikasi SITUNG Kota Jambi (2018)

Sementara untuk menginput atau mengentri data perolehan suara dan data

lainnya, dilakukan dengan modul aplikasi SITUNG Entri, sebagaimana terlihat

pada gambar 4.3 :

Page 91: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

71

Gambar 4.3. Aplikasi SITUNG Entri

Sumber : Aplikasi SITUNG KPU Kota Jambi (2018)

Selain itu, juga telah dipersiapkan beberapa skenario pengiriman data

terkait ada tidaknya akses internet yang memadai. Apabila tersedia akses internet

yang memadai maka setelah selesai entri data atau pindai, data dapat langsung

dikirim. Apabila akses internet kurang memadai/tidak ada akses internet sama

sekali maka setelah selesai entri data atau pindai, ekspor data sebagai file zip,

kemudian impor data ke aplikasi dan kirimkan dari daerah yang memiliki akses

internet, atau setelah selesai entri data atau pindai, pergi ke daerah yang memiliki

akses internet, lalu langsung kirim data.

Dalam proses rekap terdapat alur dalam penggunaan SITUNG Rekap

yaitu:

Page 92: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

72

Gambar 4.4. Alur SITUNG Rekap

Sumber: Materi Bimtek SITUNG (2018)

Gambar 4.4 menunjukkan alur mekanisme proses rekapitulasi hasil

penghitungan suara dengan menggunakan aplikasi SITUNG. Terlihat bahwa ada

dua jenis aliran dokumen yaitu hardcopy (cetak) dan softcopy (file digital). Alur

diawali dari form hardcopy C1 dari TPS ke PPS di kelurahan dilanjutkan form

DAA dan DA1 ke PPK di kecamatan. Berdasarkan DAA dan DA1, data diinput

ke Desktop Agregator SITUNG dan ke email service KPU. Setelah itu menjadi

form DB1 di KPU kabupaten/kota yang juga diinput ke aplikasi Web untuk

rekapitulasi. Begitupula form DC1 di provinsi akan diinput ke Aplikasi Web

SITUNG bersama dengan data di email service KPU. Dari alur ini diketahui

proses penginputan ke aplikasi SITUNG dimulai dari tingkat kecamatan namun

tidak langsung ke aplikasi web. Adapun yang langsung ke aplikasi web adalah

data yang berasal dari KPU Kabupaten/Kota dan KPU Provinsi sehingga patokan

awal adalah hasil penghitungan suara C1 di TPS.

Page 93: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

73

Selain itu, juga ada beberapa Fitur dalam Aplikasi SITUNG Rekap

sebagaimana dalam tabel 4.7 :

Tabel. 4.7. Fitur SITUNG Rekap

Aplikasi Fitur

Desktop Aggregator Otomatis mengisi form DA1 dari hasil form DAA

Website SITUNG Unduh Template Form Excel

Unggah/Email Form Rekap

Pindai Form Rekap

Entri Data PSU/S/L dan Pindai Surat Putusan/SK

KPU

Pindai Dokumen Catatan Kejadian

Verifikasi Hasil Rekapitulasi Suara

Pantau Statistik Rekapitulasi Suara

Website Publikasi Lihat Hasil Rekapitulasi Suara Sumber: Materi Bimtek SITUNG (2018)

Adapun Desktop Aggregator diigunakan untuk Rekap di Kecamatan yakni

menggabungkan isi form DAA dari kelurahan menjadi DA1 di kecamatan. Isian

data pemilih di DA1 otomatis terisi dari agregat data di DAA. Data perolehan

pasangan calon tetap kosong dan diisi secara manual.

Aplikasi SITUNG berbasis web (Web Base) sehingga hasil entri

dihubungkan secara web online sebagaimana terlihat pada gambar 4.5 :

Gambar 4.5. Aplikasi Web SITUNG

Sumber : Aplikasi SITUNG KPU Kota Jambi (2018)

Page 94: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

74

Tampilan gambar 4.5 merupakan web SITUNG untuk mengentri data hasil

penghitungan suara. Sementara tampilan web publikasi berbentuk rekapitulasi

disertai grafik persentase perolehan suara.

Gambar 4.6. Web Publikasi SITUNG Pilkada Kota Jambi Tahun 2018

Sumber : Aplikasi SITUNG KPU Kota Jambi (2018)

Tampilan gambar 4.6 web publikasi, adalah tampilan untuk publik.

Adapun hasil tersebut dapat terinput dengan proses akses sebagai berikut:

Page 95: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

75

Tabel 4.8. Akses SITUNG

Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi

Desktop

Aggregator Entri data DAA

Generate DA1

Kirim data DAA & DA1

Email Kirim data DAA

Kirim data DA1

Kirim data DB1 Kirim data DC1

Web Unggah data

DAA, DA1,

DB1

Pindai form

DAA, DA1,

DB1

Unggah Data

DC1

Pindai form

DC1

Sumber: Materi Bimtek SITUNG (2018)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pihak yang memindai (scan)

dan mengunggah (upload) adalah KPU Kota Jambi setelah memperoleh data dari

PPK melalui Desktop Aggregator dan email. Selanjutnya diteruskan oleh KPU

Provinsi untuk dikirimkan ke KPU RI lalu dipublikasikan ke laman web

infopemilu.kpu.go.id.

Proses yang cukup panjang tersebut, membutuhkan SDM tenaga operator

yang memadai. Mengenai SDM operator, KPU telah menunjuk Penanggungjawab

dan Operator. Penanggungjawab berasal dari PNS di KPU Kota Jambi dan

Operator minimal lulusan SMA/SMK, mampu mengoperasikan komputer dan

tidak memiliki hubungan dengan pasangan calon/tim kampanye partai politik.

Jumlah operator SITUNG di KPU Kota Jambi sebanyak 3 orang yang di-SK-kan.

Jumlah ini masih dinilai kurang sehingga ada tambahan 18 orang untuk pindai

data dan juga operator.

Sementara kebutuhan teknis aplikasi yaitu laptop dengan spesifikasi dasar

OS minimal Windows 7, Microsoft Excel minimal versi 2007, Browser

disarankan Google Chrome, Scanner, Driver Jtwain dan Akses internet minimal 3

Page 96: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

76

Mbps. Adapun jumlah unit komputer di KPU Kota Jambi sudah menggunakan 6

unit laptop. Scanner ada 9 unit (pinjam dari KPU Provinsi Jambi, KPU Kab.

Muaro Jambi, KPU Kab. Batanghari, KPU Tanjabtim dan KPU Tanjabbar). Untuk

jaringan internet kecepatan 20 mbps yang sudah ditingkatkan dari awalnya 10

mbps.

Yang perlu dipedomani dalam penggunaan aplikasi SITUNG adalah tepat

jenis, tepat jumlah dan tepat waktu. Ada tiga jenis penggunaan aplikasi SITUNG

antara lain sebagai alat pindai scan form C1 (TPS), DAA (Kelurahan/Desa), DA1

(Kecamatan), DB1 (Kabupaten/Kota), dan DC1 (Provinsi) untuk Pilgub. SITUNG

juga sebagai entry data form C1, terakhir sebagai penggunaan Aplikasi Excel

Form DAA, DA1, DB1, dan DC1.

Dalam tahap persiapan pra implementasi, telah dilakukan Bimbingan

Teknis SITUNG dan Uji Coba Nasional. Bimtek penggunaan SITUNG Pindai di

bulan April 2018, sementara uji coba nasional sebanyak 3 kali di bulan Mei 2018

dan uji coba sukarela dibuka sampai H-14. Untuk di KPU Kota Jambi, sudah

dianggarkan untuk Bimtek SITUNG sebanyak Rp.20.900.000,-, honor Pokja

sejumlah Rp.53.200.000,- dari total anggaran kegiatan Proses Rekapitulasi Hasil

Penghitungan Suara sejumlah Rp.401.985.000,-.

Selama pelaksanaannya, aplikasi SITUNG tergolong aman terkendali,

meskipun ada kejadian dimana ada 1 TPS di Kelurahan Cempaka Putih

Kecamatan Jelutung hasilnya 0 di SITUNG sehingga input menjadi tidak 100%.

Sementara yang bisa merubahnya hanya oleh KPU RI (tim helpdesk), sehingga

pihak KPU Kota Jambi harus menghubungi KPU RI untuk melakukan perbaikan.

Ada juga di salah satu TPS di Kelurahan Murni Kecamatan Danau Sipin terdapat

Page 97: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

77

kasus C1 KWK yang berhologram di dalam kotak ketika dibuka ternyata tidak

diisi. Namun demikian 2 kejadian ini tidak mempengaruhi secara signifikan

proses penerapan SITUNG.

Pada saat Pleno resmi oleh KPU Kota tentang penghitungan suara Pilkada

Kota Jambi Tahun 2018, diketahui ada selisih tipis antara hitung cepat SITUNG

dengan Pleno Penetapan seperti terlihat pada tabel 4.9 :

Tabel 4.9.

Perbandingan Perolehan Suara Kandidat berdasarkan Hitung Cepat

SITUNG dengan Pleno Penetapan

NOMOR

URUT PASANGAN CALON SITUNG PLENO

1 Drs. H. Abdullah Sani, M.Pd.I

dan Kemas Alfarizi, SE

116.554

(44.27%) 117.435 (44.30%)

2 Dr. H. Syarif Fasha, ME dan

Dr. dr. H. Maulana, MKM

146.704

(55.73%) 147.652 (55,70%)

Sumber: KPU Kota Jambi (2018)

Tabel perbandingan 4.9 menunjukkan bahwa penghitungan berdasarkan

SITUNG cukup akurat karena hanya berbeda tipis dengan hasil resmi Pleno

Penetapan oleh KPU Kota Jambi. Begitu pula dengan data pemilih antara

SITUNG dan Pleno Penetapan oleh KPU Kota Jambi.

Tabel 4.10.

Perbandingan Data Pemilih berdasarkan Data SITUNG

dan Pleno Penetapan

Pemilih

Laki-Laki Perempuan Total

C1

SITUNG

Pleno

KPU

C1

SITUNG

Pleno

KPU

C1

SITUNG

Pleno

KPU

Jumlah

Pemilih DPT 181.212 189.647 187.567 194.719 380.599 384.366

Pengguna

Hak Pilih 123.289 129.390 137.471 143.182 273.704 272. 572

Partisipasi 68.04 % 66,93% 73.29 % 72,07% 71.91 % 69,54%

Sumber: KPU Kota Jambi (2018)

Page 98: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

78

Selain akurasi yang cukup tinggi terkait data perolehan suara dan data

pemilih, SITUNG juga memiliki kelebihan adanya kelengkapan data rekapitulasi

hasil hitung cepat SITUNG per kecamatan sementara pada web publikasi tentang

Rekapitulasi Hasil Penetapan justru tidak ditemukan karena belum bisa diakses

dengan keterangan Server Sibuk atau web sedang dikembangkan.

Tabel 4.11. Hasil Hitung Cepat SITUNG Pilwako Jambi 2018 per Kecamatan

KECAMATAN Pemilih Pengguna

Hak Pilih

Partisip

asi

Suara

Sah

Suara

Tidak

Sah

Total

Suara

Pasangan

No. Urut 1

Pasangan

No. Urut 2

Alam Barajo

(TPS 166)

64.144 42.518 66.3% 41.029 954 41.966 17.241

(42%)

23.776

(58.0%)

Danau Sipin

(TPS 106)

28.571 21.578 75.5% 20.328 595 20.923 8.011

(39.5%)

12.247

(60.5%)

Danau Teluk

(TPS 24)

8.349 7.154 85.7% 6.983 166 7.149 2.358

(33.8%)

4.625

(66.2%)

Jambi Selatan

(TPS 114)

36.355 26.723 73.5% 26.135 701 26.727 12.592

(48.8%)

13.216

(51.2%)

Jambi Timur

(TPS 155)

44.337 33.085 74.6% 31.224 1.188 32.512 14.589

(46.57%)

16.753

(53.5%)

Jelutung (TPS

124)

38.990 28.966 74.3% 27.237 888 28.125 12.585

(46.2%)

14.652

(53.8%)

Kota Baru

(TPS 116)

46.457 33.190 71.4% 32.370 813 33.183 13.655

(42.2%)

18.715

(57.8%)

Paal Merah

(TPS 152)

63.646 46.124 72.5% 44.279 1.247 45.926 22.577

(49.6%)

22.194

(50.4%)

Pasar Jambi

(TPS 25)

8.427 5.315 63.1% 5.149 166 5.315 2.335

(45.3%)

2.814

(54.7%)

Pelayangan

(TPS 28)

9.158 7.083 77.3 % 6.874 209 7.083 2.297

(33.4%)

4.583

(66.6%)

Telanaipura

(TPS 93)

32.165 21.968 68.3% 21.445 506 21.849 8.314

(38.8%)

13.129

(61.2%) Sumber: KPU Kota Jambi (2018)

Bandingkan dengan menu Rekapitulasi Hasil Pleno Pilkada Kota Jambi di

website infopemilu, yaitu ditampilkan bahwa pada menu tersebut layanan

dinonaktifkan atau Server sedang sibuk.

Page 99: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

79

Gambar 4.7. Tampilan Menu Rekapitulasi Hasil Pilkada Kota Jambi di

website infopemilu

Sumber : Aplikasi SITUNG KPU Kota Jambi (2018)

Sumber : Aplikasi SITUNG KPU Kota Jambi (2018)

Hal yang berbeda ditemui ketika membuka menu Rekapitulasi untuk

semua Pilkada di tingkat Provinsi (Pilgub Sumsel, Bali, Jabar, Jatim, NTB,

Maluku, Lampung, Malut, Kalbar, Kaltim, Jateng, NTT, Papua, Riau, Sulsel,

Sultra dan Sumut). Seluruh data rekapitulasi sudah lengkap per kabupaten dari

form DC1, DB1, DA1 dan DAA. Sangat kontradiktif dibandingkan dengan

Rekapitulasi Pilkada Kabupaten/Kota yang belum bisa diakses karena ditampilkan

pemberitahuan bahwa Server Sedang Sibuk.

Page 100: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

125

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam

perspektif Actor Network Theory (ANT), maka dapat dirumuskan simpulan

sebagai berikut:

1. Penerapan SITUNG pada Pilkada Kota Jambi Tahun 2018 sudah dijalankan

sesuai dengan tujuannya yaitu sebagai kontrol terhadap penyelenggara pemilu

di tingkat bawah agar tidak melakukan kecurangan berupa manipulasi suara.

Dari perspektif Actor Network Theory (ANT), SITUNG merupakan layanan

publik dalam hal publikasi informasi yang melibatkan gabungan aktor

jaringan yaitu aktor manusia (brainware, operator, staf, komisioner) dan non-

manusia (hardware, software, email, website). Dimensi ANT yang berperan

penting dalam penerapan SITUNG yaitu dimensi Permasalahan/Problem.

Pasca Pemilu 2014, KPU RI menghadapi tantangan untuk menjaga dan

meningkatkan kepercayaan publik seiring dengan permasalahan adanya

peluang kecurangan pada tahap penghitungan suara dan rekapitulasi suara,

sehingga dilakukan pemanfaatan teknologi informasi SITUNG demi

menjalankan proses rekapitulasi suara yang akurat dan transparan.

Adapun penetapan hasil secara resmi dilakukan secara berjenjang melalui

berita acara yang dibuat oleh penyelenggara pemilu di tingkat TPS, PPK,

Page 101: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

126

KPU kabupaten, dan KPU provinsi. Dengan demikian hasil penghitungan

yang dilakukan oleh SITUNG tidak digunakan sebagai bahan penetapan hasil

Pilkada. Dari sisi efisiensi, sistem ini bisa dikatakan pemborosan karena

SITUNG hanya sebagai pembanding bagi proses penghitungan manual yang

masih lebih diutamakan. Akan tetapi dari sisi efektifitas cukup meyakinkan.

Pada saat pleno resmi oleh KPU Kota Jambi tentang penghitungan suara

Pilkada Tahun 2018, diketahui ada selisih tipis antara hitung cepat SITUNG

dengan pleno penetapan sekitar selisih kurang 0,03%. Dengan demikian dari

sisi efektifitas, penghitungan berdasarkan SITUNG cukup akurat karena

hanya berbeda tipis dengan hasil resmi Pleno Penetapan oleh KPU Kota

Jambi.

2. Implikasi penerapan SITUNG terhadap kinerja KPU Kota Jambi dan tata

kelola Pemilu menunjukkan gejala yang positif dimana penghitungan suara

Pilkada menjadi lebih akurat, cepat dan mudah diakses publik dengan

penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi memang menjadi

kebutuhan saat ini yang bisa diterima oleh masyarakat. Dimensi ANT yang

berperan penting dalam konteks implikasi penerapan SITUNG yaitu dimensi

Penerimaan Sosial dan Membangun Aliansi. Berbagai pihak pemangku

kepentingan seperti Bawaslu, Peserta Pilkada, Tim Pemenangan Kandidat,

LSM Pemilu, NGO, dan juga partai politik mendukung penerapan SITUNG

yang memandangnya sebagai instrumen pendukung pemilu yang mesti

dijamin pelembagaan dan keberlanjutannya.

Page 102: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

127

6.2. Saran

Berangkat dari simpulan tersebut di atas, maka melalui penelitian ini dapat

direkomendasikan beberapa langkah yang bisa dilakukan KPU yaitu:

6.2.1 Saran Akademik

Penerapan aplikasi Situng merupakan gebrakan baru dalam sistem Pilkada

untuk mewujudkan keterbukaan informasi dan mendukung good

governance, akan tetapi realitas dari aplikasi Situng ini cenderung boros,

malah tidak efisien dan tidak efektif, oleh karena itu perlu diteliti lebih

lanjut bagaimana efektifitas dan efisiensi dari aplikasi Situng ini serta

pengaruh atau dampak aplikasi Situng terhadap kebutuhan masyarakat akan

informasi Pilkada ini, khususnya terkait hasil penghitungan suara.

6.2.2 Saran Praktis/Kongkrit

1. KPU penting untuk membuat peraturan mengenai tata kelola IT sebagai

kerangka legal yang komprehensif untuk pengelolaan pemilu mendatang

dengan melibatkan banyak pihak, seperti pemerintah, DPR dan terutama

publik. KPU juga perlu untuk terus meningkatkan kerjasama dengan pihak

lain terkait penguatan tata kelola IT. Pembentukan kerja sama adalah

adanya kerangka hukum yang legal, sehingga tidak membuat kerja sama

dengan kemitraan yang tidak profesional.

2. KPU perlu melakukan audit teknologi atas sistem informasi yang

dimilikinya sejauh ini termasuk SITUNG. Selain mengaudit jaringan,

sistem IT dan tata kelolanya, KPU juga perlu mengaudit orang-orang yang

bekerja di dalamnya. KPU harus mempunyai Standar Operating

Page 103: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

128

Procedure (SOP) dalam tata kelola IT SITUNG untuk Pemilu yang

seharusnya bisa dimanfaatkan dan harus ditaati.

3. Selain SOP online (tata kelola IT SITUNG), KPU juga perlu

menyempurnakan SOP offline (praktik penghitungan dan rekapitulasi

suara) baik menyangkut proses penghitungan di TPS, maupun proses

rekapitulasi dari TPS ke KPU Kabupaten/Kota mengingat penghitungan

manual tetap menjadi yang utama untuk ditingkatkan akurasi dan

keterbukaan dalam prosesnya.

Page 104: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

129

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Akadun. (2009). Teknologi Informasi Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Alvares, M. R, Hall, T.E & Hyde, S.D. (2008). Election Fraud: Detecting and

Deterring Electoral Manipulation. Washington: Brooking Institution

Press.

Amsyah, Zulkifli. (2005). Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek.

Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Creswell, John W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches. Newbury Park: Sage Publications.

Dwiyanto, Agus, dkk. (2008). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Grindle, Merilee S. (1980). Politics and Policy Implementation in The Trhird

World. New Jersey: Princeton University Press.

Huntington, Samuel P dan Joan Nelson. (1990). Partisipasi Politik di Negara

Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta.

Indrajit, Richardus Eko. (2005). Government in Action. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

IDEA, International. (2000). Penilaian Demokratisasi di Indonesia. Jakarta:

International IDEA.

Jalaluddin R. (2009). Metode Studi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jones, Charles O. (1994). Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy).

Terjemahan: Ricky Istamto. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kartasasmita, Ginanjar. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan

Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: PT. Pustaka CIDESINDO.

Latour, Bruno. (1987). Science in action: How to follow scientists and engineers

through society. Milton Keynes: Open University Press.

Latour, Bruno. (1999). Pandora's Hope—Essays on the Reality of Science

Studies. Cambridge: Harvard University Press.

Latour, Bruno. (2005). Reassembling the Social – An Introduction to Actor-

Network-Theory. Oxford: Oxford University Press.

Page 105: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

130

Mardiasmo. (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:

Penerbit ANDI.

Mazmanian, Daniel H., dan Paul A. Sabatier. 1983. Implementation and Public

Policy, New York : HarperCollins

Mustopadidjaja. (2003). Dimensi–Dimensi Pokok Sistem Administrasi Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Nazir, Moh. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nugroho, Eko. (2008). Sistem Informasi Manajemen: Konsep, Aplikasi dan

Perkembangan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

O'Brien, J. & Marakas, G.M. (2009). Introduction to Information Systems.(5th

edition). New York, NY : McGraw - Hill Irwin.

Pratikno. (2004). Mengelola Dinamika Politik dan Sumberdaya Daerah.

Yogyakarta: Program S2 Politik Lokal dan Otonomi Daerah UGM.

Robert Heeks (2003). “Most E-Government-for-Development Projects Fail : How

Can Risk be Reduced?”. iGovernment Working Paper Series. Manchester :

Institute for Development Policy and Management.

Ruslan R. (2004). Metode Studi Public Relations. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sarantakos, Sotirios. (1993). Social Research. Melbourne: MacMillan.

Satzinger, J.W., Jackson, R.B. & Burd, S.D. (2005). Object Oriented Analysis &

Design with the Unified Process. United States of America: Cengage

Learning, Inc.

Scott, R.W. (2001). Institutions and Organizations. Edisi Kedua. California: Sage

Publications.

Sharma, RA. (1982). Organizational Theory and Behaviour. New Delhi: Mc

Graw-Hill Publishing Company Limited.

Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grapindo

Persada.

Sorensen, Eva. & Torfing, J. (2007). Theories of Democratic Network

Governance. New York: Palgrave Macmillan.

Steers, Richard M. (1985). Efektivitas Organisasi (Kaidah Perilaku). Jakarta:

Erlangga.

Stoner, A.F. James. (1982). Manajemen, Edisi kedua. Jakarta: Erlangga.

Surbakti, Ramlan, Didik Supriyanto, dan Hasyim Asy‟ari. (2011). Menjaga

Integritas Pemungutan dan Penghitungan Suara. Jakarta: Kemitraan bagi

Pembaruan Tata Pemerintahan.

Page 106: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

131

Surbakti, Ramlan et.al. (2014). Integritas Pemilu 2014 Kajian Pelanggaran,

Kekerasan dan Penyalahgunaan Uang pada Pemilu 2014. Jakarta:

Kemitraan bagi Pembaharuan Tata Pemerintahan.

Van Meter, Donald dan Carl E. Van Horn. (1974). The Policy Implementation

Process: A Conceptual Framework. Ohio: Ohio State University.

Wahab, Solihin Abdul. (1997). Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara, Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibawa, Samodra. (1994). Kebijakan Publik. Jakarta: Intermedia.

Winardi, J. (2006). Manajemen Perubahan (Management Of Change). Jakarta:

Kencana Media Group.

Winarno Budi. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:

MedPress.

Winarno, Wing W. (2006). Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN.

Wisnu UR, Dicky dan Siti Nurhasanah. (2005). Teori Organisasi, Struktur dan

Desain. Malang: UMM Press.

JURNAL/PROSIDING/BAGIAN DARI BUKU

Alam, Andi Syahrudin dan Muh. Iqbal Sultan. (2016). “Keterbukaan Informasi

Publik Melalui Sistem Penghitungan (SITUNG) Online Hasil Pilkada

Terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat di Kota Palu”.

Jurnal Komunikasi KAREBA, Vol. 5 No.1, hal. 92-103.

Amancik. (2009). “Meneropong Penyelenggaraan Pemilu 2009 di Provinsi

Bengkulu”. Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1.

Callon, M. (1986). Some elements of a sociology of translation: Domestication of

the scallops and the fishermen of St. Brieuc Bay. In J. Law (Ed.), Power,

action and belief: A new sociology of knowledge?. London, Boston, and

Henley: Routledge & Kegan Paul.

Callon, M. (1991). Techno-economic networks and ir-reversibility. In J. Law

(Ed.), A Sociology of Monsters: Essays on Power, Technology and

Domination. London: Routledge.

Callon, M. & J. Law. (1989). “After the individual in society: lessons on

collectivity from science, technology and society”. Canadian Journal of

Sociology, Vol. 22(2): hal. 165-182.

Page 107: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

132

Dewi, Ambar Sari. (2013). “Membuat E-government Bekerja di Desa: Analisis

Actor Network Theory terhadap Sistem Informasi Desa dan Gerakan Desa

Membangun”. Jurnal Mandatory, Vol. 10 (2): hal. 89-114.

Fang, Zhiyuan. (2002). “E-Government in Digital Era: Concept, Practise and

Development”. International Journal of the Computer, The internet and

Management Vol. 10 No.2.

Hapsara, Manik. (2013). E-Voting Indonesia: A Safety-Critical-Systems model

towards standard and framework for Indonesia‘s Presidential Election.

International Conference on Information Technology (ICIT) 2013, 12-13

December 2013.

Junaidi, Veri. (2010). “Pelanggaran Sistematis, Terstruktur dan Masif: Suatu

Sebab Pembatalan Kehendak Rakyat dalam Pemilihan Kepala Daerah

Tahun 2010”. Jurnal Konstitusi, Vol. 7, No. 5.

Kasiyanto. (2016). “Implementasi Kebijakan Kelompok Informasi Masyarakat

(KIM) Daerah Tertinggal di Jawa Timur dalam Penyebarluasan

Informasi”. Jurnal Komunika, Vol. 5 No. 2. BPPKI Surabaya.

Priyatma, J. E., (2011), Understanding Strategy For E-government Development

Using Actor-Network Theory, Proceedings of The 1st International

Conference on Information Systems For Business Competitiveness

(ICISBC) 2011.

Ramadlan, Fajar Shodiq dan Tri Hendra Wahyudi. (2016). “Pembiaran Pada

Potensi Konflik dan Kontestasi Semu Pemilukada Kota Blitar: Analisis

Institusionalisme Pilihan Rasional”. Jurnal Politik Indonesia: Indonesian

Political Science Review, Vol. 1 (2): hal. 136-153.

Sebastin, Ambar P., Rumapea, P., Liando, Daud. (2017). “Profesionalisme KPU

Kabupaten Halmahera Selatan dalam Rekapitulasi Hasil Penghitungan

Suara pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015”. Jurnal

Politico, Vol. 6 No. 1: hal. 43-56.

Syahuri, Taufiqurohman. (2009). “Putusan Mahkamah Konstitusi tentang

Perselisihan Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Berdasarkan

Undang-Undang No.24 Tahun 2003”. Jurnal Konstitusi Vol. II, No. 1: hal.

7-19.

TESIS/DISERTASI/PENELITIAN

Triyono, Joko. (2010). Implementasi sistem database terdistribusi dengan metode

Partial Replica: Studi kasus pelaporan hasil penghitungan suara di DPW

PKS DIY. Tesis S2 Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Vann, J. L. (2011). Institutional Dimensions of the Government‟s ―Smart Buyer‖

Problem: Pillars, Carriers, and Organizational Structure in Federal

Page 108: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

133

Acquisition Management. Dissertation, Virginia Polytechnic Institute and

State University.

MAKALAH SEMINAR / ARTIKEL

Ervianto, Toni. (2017). Pilkada Serentak 2017 dan Permasalahan Aktualnya.

Kolom Detiknews 25 Januari 2017. Jakarta: Detik.

Haris, Syamsudin. (2005). Mengelola Potensi Konflik Pilkada, Kompas 10 Mei

2005.

Kumorotomo, Wahyudi. (2014). Kegagalan Penerapan E-Government dan

Kegiatan Tidak Produktif dengan Internet, dalam

https://www.researchgate.net/publication/251485069, diakses 20 April

2018.

Priyono, Edi dan Dihan, Fereshti N. (2010). E-Voting: Urgensi Transparansi dan

Akuntabilitas. Seminar Nasional Informatika 2010, UPN ”Veteran”

Yogyakarta, 22 Mei 2010.

Rokhman, Ali. (2011). Prospek dan Tantangan Penerapan e-Voting di Indonesia.

Seminar Nasional Peran Negara dan Masyarakat dalam Pembangunan

Demokrasi dan Masyarakat Madani di Indonesia, 7 Juli 2011. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Surbakti, Ramlan. (2015). Mengapa Indonesia Membutuhkan e-Rekapitulasi dan

Harus Menghindari Pemungutan Suara Secara Elektronik: Diskusi

Pengalaman Internasional dalam Teknologi KePemiluan. Seminar Pemilu

Hotel Morrissey, 5 Februari 2015. Jakarta: Perludem.

SUMBER INTERNET

https://infopemilu.kpu.go.id/pilkada2018/hasil/cepat/t2/jambi/kota_jambi diakses

bulan Juni-Oktober 2018

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/11475/siaran-pers-no-

220hmkominfo112017-tentang-klarifikasi-sistem-informasi-pada-komisi-

pemilihan-umum-kpu-sebagai-sistem-elektronik-pelayanan-

publik/0/siaran_pers, diakses pada tanggal 8 Juli 2018.

https://kpu.go.id/index.php/post/read/2018/6021/SITUNG-Jaga-Kepercayaan-

Publik-Hingga-Antisipasi-Konflik/kpu-bantenprov.go.id diakses pada

tanggal 15 Juli 2018.

https://beritagar.id/artikel/editorial/kpu-perlu-memutakhirkan-penghitungan-suara

diakses tanggal 20 Juli 2018

Page 109: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

134

https://geotimes.co.id/kolom/politik/e-rekap-bukan-e-voting/diakses tanggal 23

Juli 2018.

https://issuu.com/e-mediakalimantan/docs/media_kalimantan_jumat_3_maret_20

17/18 diakses tanggal 18 Juli 2018.

http://rumahpemilu.org/fadli-ramdhanil-penggunaan-teknologi-pemilu-harus-dari-

kebutuhan-penyelenggara-bukan-cuma-dpr/ diakses tanggal 5 Agustus

2018

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180711192003-32-313366/kpu-minta-

jokowi-rp35-m-untuk-penguatan-it-di-pemilu-2019 diakses pada tanggal

20 Juli 2018.

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180630135551-192-310401/cara-

menkominfo-cegah-peretasan-situs-kpu diakses 28 Juli 2018.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180711192003-32-313366/kpu-minta-

jokowi-rp35-m-untuk-penguatan-it-di-pemilu-2019 diakses 5 Agustus

2018.

http://diy.kpu.go.id/web/2017/08/01/teknologi-informasi-dan-komunikasi-

penyelenggaraan-pemilu-bagian-1/ diakses 18 Mei 2018.

Infonawacita.com. 27/01/2017. “KPU Rencana Uji Coba E-Rekap Pada Pilkada

Serentak”, diakses pada 20 Juli 2018.

Kompas.com, "Indonesia Lebih Butuh "E-rekap" daripada "E-

voting". https://nasional.kompas.com/read/2017/03/03/16204361/indonesi

a.lebih.butuh.e-rekap.daripada.e-voting. diakses tanggal 22 Juli 2018.

Mahkamah Konstitusi. 2011. Putusan Nomor 114/PHPU.D-IX/2011.

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/.

PERATURAN / KEPUTUSAN / DOKUMEN

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22E.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan

Transaksi Elektronik (PSTE).

Page 110: PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT ... - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55730/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENERAPAN ELECTRONIC GOVERNMENT DALAM PENGHITUNGAN SUARA HASIL

135

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008.

Peraturan KPU Nomor 22 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi

Pemilihan Umum Provinsi dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten/Kota.

Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2017 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan

Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten/Kota.

Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pemungutan dan Penghitungan

Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/

KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Publik.

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Propinsi Jambi Nomor:194/Kpts/KPU-

Prov.005/2013.

Materi Bimtek Situng (2018).