penerapan challenge based learning (cbl) dengan...

16
i PENERAPAN CHALLENGE BASED LEARNING (CBL) DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PERSEGI KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA JURNAL Disusun Oleh MARIA GERRIN WINDRIANTI 202009076 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013

Upload: trandat

Post on 06-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

i

PENERAPAN CHALLENGE BASED LEARNING (CBL) DENGAN

PENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PERSEGI

KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA

JURNAL

Disusun Oleh

MARIA GERRIN WINDRIANTI

202009076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2013

Page 2: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis
Page 3: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

ii

Page 4: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

iii

Page 5: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

1

PENERAPAN CHALLENGE BASED LEARNING (CBL)

DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNISI

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

MATERI PERSEGI KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA

Maria Gerrin Windrianti, Pembimbing 1: Prof. Dr. Sutriyono, M.Sc, Ph.D,

Pembimbing 2: Tri Nova Hasti Yunianta, S.Pd, M.Pd

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga Jawa Tengah

Indonesia

Abstract

This study aims to determine the application of the results Challenge Based Learning

(CBL) with metacognition skills approach to mathematics learning outcomes in the

classroom with square material at Christian 2 Junior High School Salatiga. This study is a

quasi-experimental study. The subjects in this study were grade 7th

A and 7th

C class of

Junior Christian 2 Salatiga. The total number of subject is 46 students, who are divided in

classes used application CBL with metacognition skills approach of 23 students and 23

students used conventional learning, with both classes have the same capabilities

(homogeneous). The instrument used in this study is a test which has pretest and posttest.

Results analyzed using mean difference test using the Mann-Whitney U. The test showed

a significance value of 0.001 < 0.05, so Ho is rejected. It means that there are differences

in mathematics achievement of students who use the application CBL with metacognition

skills approach with students who use conventional learning. Average mathematics

achievement 7th

A class that uses the application of the CBL with metacognition skills

approach at pretest score was 46.35 and 74.87, posttest score is with increasing N-gain of

0.51. While 7th

C class that uses conventional learning on the pretest score was 46,04 and

the posttest 52.83 values with an increase of 0.08. So it looks the result of applying the

CBL with metacogniton skills approach is better and have increased significantly.

Keywords: Challenge Based Learning, Metacognition Skills, Mathematics Learning

Outcomes

A. PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika merupakan proses belajar-mengajar yang di

dalamnya terdapat unsur mendidik siswa yang cukup kuat, karena dalam

proses belajar mengajar itu banyak hal-hal dalam matematika yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari siswa. Suherman (2001) salah satu fungsi

Page 6: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

2

matematika adalah sebagai pembentukan pola pikir dan pengembangan

penalaran untuk mengatasi berbagai permasalahan, baik masalah dalam mata

pelajaran ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penerapan

pembelajaran guru di kelas dapat dibuat secara bervariasi menggunakan

model-model pembelajaran yang ada. Berdasarkan hasil observasi awal,

materi pembelajaran matematika di kelas hanya disampaikan oleh guru

sebagai informasi saja dan bukan sebagai konsep yang harus dipelajari secara

lebih dalam, pembelajaran bersifat konvensional, sehingga pembelajaran lebih

bersifat teacher-centered, pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif

dan guru menjadi satu-satunya sumber di pembelajaran itu, pembelajaran tidak

bervariasi karena guru hanya menggunakan pembelajaran konvensional

dengan memberikan ceramah saja tanpa melibatkan siswa melakukan

penemuan terhadap materi, hal ini dapat mengakibatkan hasil belajar

matematika kurang memuaskan..

Menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran diperlukan sebuah metode

yang memberikan siswa sebuah tantangan untuk diselesaikan yaitu melalui

bekerja. Pembelajaran sambil bekerja (learning by doing) salah satunya dapat

diterapkan dengan pembelajaran berbasis tantangan atau challenge based

learning (CBL). Pembelajaran berbasis tantangan merupakan sebuah

pendekatan pembelajaran di mana pembelajaran dimulai dari fenomena yang

ada disekitar kehidupan sehari-hari. Siswa ditantang untuk menyelesaikan

permasalahan atau proyek yang diberikan. Pembelajaran demikian dapat

membuat siswa untuk lebih memikirkan lebih dalam tentang apa yang

dipelajarinya. Ketika pembelajaran guru menghadirkan sebuah ide atau

gagasan besar yang akan menjadi topik selama pembelajaran berlangsung.

Melalui ide besar itu akan muncul pertanyaan-pertanyaan juga tantangan yang

harus diselesaikan siswa. Epstein (dalam Orme, 2010) mengatakan bahwa

tantangan yang tepat dapat termasuk tugas untuk memilih dengan penuh

kehati-hatian karena siswa belum mengetahui solusinya hingga mereka

melakukan proses pengerjaan tantangan yang sering menghasilkan

peningkatan mental memproses yang menghasilkan keterampilan berpikir

siswa.

Page 7: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

3

Keterampilan metakognisi menurut Ormrod (2008) merupakan

kesadaran berpikir, berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses

berpikirnya, yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah

terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari buah pikiran terdahulu.

Metakognisi dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan pengetahuan diri

atau kesadaran diri, yaitu kemampuan seseorang mengenali potensi yang

dimiliki, baik kelemahan maupun kelebihan serta bagaimana seseorang

menentukan langkah yang tepat dalam menyelesaikan pesoalan.

Proses pembelajaran matematika dapat dibuat dengan melatih

metakognisi siswa dalam hal ini dengan menggunakan metode pembelajaran

CBL. Keterampilan metakognisi dalam penyelesaian tantangan dapat dilihat

ketika siswa diminta untuk mengemukakan ide-ide matematika, atau

berdiskusi dalam kelompok. Ormrod (2008) menyatakan keterampilan

metakognisi yaitu siswa harus memahami masalah, merencanakan strategi

penyelesaian, membuat keputusan apa yang akan dilakukan, serta

melaksanakan keputusan tersebut. Siswa juga memonitoring dan mengecek

kembali apa yang telah dikerjakannya. Proses menyadari adanya kesalahan,

memonitor hasil pekerjaan serta mencari alternatif lain merupakan beberapa

aspek-aspek metakognisi yang perlu dalam penyelesaian challenge tersebut.

Metakognisi penting dalam proses penyelesaian challenge maupun

dalam proses pembelajaran matematika. Oleh karena itu sebagai salah satu

bagian dari proses pembelajaran, CBL dapat dikaitkan atau dilakukan dengan

pendekatan keterampilan metakognisi siswa. Jadi ketika siswa berdiskusi

memecahkan challenge yang diberikan dalam kelompok, siswa dapat

mengetahui kemampuan matematikanya. Sehingga dapat meningkatkan

makna dari materi yang dipelajarinya dan dapat dilihat bagaimana hasil belajar

siswa ketika CBL diterapkan.

Materi geometri tentang segiempat kelas VII SMP dirasa cocok untuk

menerapkan pembelajaran CBL dengan pendekatan metakognitif.

Pembelajaran oleh guru hanya tentang menghafal rumus mengenai konsep

segiempat, memberi contoh dan latihan soal tanpa mengkonstruksi

pengetahuan siswa tentang segiempat melalui lingkungan sekitar. Sehingga

Page 8: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

4

siswa hanya menghafal tentang materi segiempat itu tanpa menggali lebih dan

juga siswa merasa kesulitan dalam penguasaan konsep segiempat dikarenakan

siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep keliling dan

luas segiempat. Kesulitan penguasaan konsep persegi dapat terlihat dari hasil

belajar siswa apakah hasil belajar matematika siswa baik atau mungkin masih

kurang baik.

Penelitian tentang penerapan CBL telah dilaksanakan oleh Annisa

Susanto (2011) tentang penerapan challenge based learning terhadap

penguasaan matematika dengan hasil penelitian bahwa penerapan

pembelajaran CBL dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih

baik. Penjelasan mengenai kemampuan metakognitif dalam matematika juga

telah disampaikan oleh Risnanosanti (2008) dan Suhendra (2010) bahwa

dengan pendekatan keterampilan metakognisi kompetensi matematisnya lebih

baik, dan Asep Sapa’at (2006) bahwa hasil belajar matematika siswa dengan

pendekatan keterampilan metakognitif lebih baik.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga, oleh

karena itu berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian

mengenai “Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan Pendekatan

Keterampilan Metakognisi Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi

Persegi Kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga”.

B. KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar Matematika

Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya

(Sudjana, 2008). Sejalan dengan Sudjana, Arifin (Tonga, 2011) menyatakan

hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu

setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapkannya

menggunakan suatu alat penilaian yang disusun guru, seperti tes evaluasi. Hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami dan

mengerti pelajaran yang dimaksud. Howard Kingsley (Sudjana, 2005) hasil

Page 9: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

5

belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu: keterampilan dan

kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita, yang masing-

masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum

sekolah.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada siswa setelah

menerima proses pembelajaran yang biasanya dapat dilihat melalui hasil

pengukuran berupa tes dan diukur dengan nilai dari hasil tes tersebut.

Slameto (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu intern dan ekstern. Faktor yang ada pada diri

siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi faktor

biologis antara lain kesehatan, gizi, pendengaran, dan penglihatan; faktor

psikologis antara lain intelegensi, minat, dan motivasi serta perhatian ingatan

berpikir; faktor kelelahan antara lain kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan

jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus, serta mengantuk,

sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan

hilang. Faktor yang ada pada luar individu disebut dengan faktor ekstern, yaitu

meliputi; faktor keluarga yaitu lembaga pendidikan yang pertama dan

terutama yang merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi

bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar; faktor sekolah

yang meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa,

siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah; faktor masyarakat meliputi

bentuk kehidupan masyarakat sekitar sehingga dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa

akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.

Challenge Based Learning (CBL)

Challenge based Learning atau Pembelajaran Berbasis Tantangan

merupakan model pembelajaran yang merupakan gabungan dari aspek

pembelajaran yang sudah ada sebelumnya yaitu Pembelajaran Berbasis

Masalah atau Problem based Learning, Pembelajaran Berbasis Proyek atau

Project based Learning, dan Pembelajaran Konstekstual atau Contextual

Page 10: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

6

Teaching Learning. Pembelajaran ini difokuskan pada permasalahan yang ada

di sekitar kita (Johnson, 2009). Pembelajaran ini memfokuskan pada

penyelesaian challenge di bawah bimbingan guru. CBL merupakan

pembelajaran kolaboratif dimana guru dan siswa bekerja sama untuk belajar

tentang masalah yang akan diangkat menjadi sebuah challenge. Aktivitas

berbasis proyek dan berbasis masalah adalah fokus dari pertanyaan pemandu

atau permasalahan, dalam CBL pertanyaan atau permasalahan digantikan

dengan sebuah challenge.

Tantangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) mempunyai arti

hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan

mengatasi masalah atau rangsangan untuk bekerja lebih giat. Sehingga dalam

CBL ini siswa dirangsang untuk mampu mengatasi dan menyelesaikan

tantangan atau challenge yang diberikan oleh guru.

CBL dapat membantu siswa membangun kesadaran terhadap pemikiran

sendiri, perencanaan yang efektif, meningkatkan kesadaran dan penggunaan

terhadap akal, memperbaiki keterampilan dalam mengevaluasi efektivitas

tindakan, keterampilan untuk mengambil posisi disaat situasi membutuhkan

hal tersebut, kecakapan dalam menggunakan tugasnya ketika jawaban atau

solusi tidak semerta-merta jelas terlihat, meningkatkan keinginan untuk

mendobrak keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya, cara-

cara baru untuk meninjau situasi di luar batas dari standar konvensional.

Selain itu, CBL juga mampu melatih keterampilan berpikir dan belajar

(learning and thinking skills) yang di dalamnya terdapat critical thinking and

problem solving skills, communication skills, creativity and innovation skills,

collaboration skills, information and media literacy skills, contextual learning

skills serta keterampilan kecakapan hidup (life skills) yaitu leadership,

adaptability, personal productivity, personal responsibility, people skills, self

direction dan social responsibility (Johnson, 2009). Tugas guru dalam CBL

adalah memandu siswa, memandu apa yang sudah diketahui siswa dan

menghantarkan kepada sebuah tantangan yang harus diselesaikan Siswa dapat

membangun pertanyaan, menginvestigasi, dan mencari solusi yang tepat dari

topik yang dibangun bersama guru. Kerangka kerja CBL adalah; The Big Idea

Page 11: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

7

(ide atau gagasan utama) merupakan sebuah konsep luas yang dapat dieksplor

dalam banyak cara yang menarik, ide ini yang akan menjadi fokus utama

pembelajaran hingga selesai, Essential Questions (pertanyaan penting,

pertanyaan-pertanyaan disusun untuk membantu dalam mengungkap

kebenaran-kebenaran yang, The Challenge (tantangan), suatu tantangan yang

dapat menggambarkan ide atau gagasan utama dengan siswa membuat

jawaban yang lebih spesifik atau menemukan solusi dalam tindakan yang

nyata, Guiding Questions (pertanyaan pemandu), pertanyaan ini mewakili

pengetahuan yang diperlukan oleh siswa untuk menemukan dengan benar

tantangannya, Guiding Activities (aktivitas pemandu), pelajaran, simulasi,

game, dan tipe aktivitas lainnya yang membantu siswa menjawab pertanyaan

pemandu dan membangun pondasi bagi mereka membangun solusi yang

inovatif, berwawasan dan realistik, Guiding Resources (sumber pemandu),

dapat difokuskan pada penggunan buku, internet, video, ahli (experts) yang

dapat mendukung aktivitas dan membantu siswa dalam membangun solusi,

Solutions (solusi), tiap solusi harus realistik, dapat dilakukan, dapat

diartikulasikan secara jelas. Solusi merupakan jawaban akhir dari challenge

yang telah dilakukan, Assesment (penilaian), solusi dinilai dari hubungannya

dengan tantangan, kesesuaian terhadap konten, kemurnian komunikasi, dapat

diaplikasikan, dan kemanjuran ide-ide dan hal umum lainnya, dan Publishing

(publikasi), banyak kesempatan untuk mendokumentasikan pengalaman yaitu

dengan cara mempresentasikan kepada rekan yang lain atau dapat

mempublikasikan hasil mereka secara online.

Keterampilan Metakognisi

Konsep metakognisi pertama kali diperkenalkan oleh John Flavell pada

tahun 1976 (Schwartz & Perfect, 2002) yang didasarkan pada konsep

metamemori. Istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris dinyatakan

dengan metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan

kognisi (cognition). Istilah meta berasal dari bahasa Yunani μετά yang dalam

bahasa Inggris diterjemahkan dengan after, beyond, with, adjacent.

Keterampilan metakognisi menurut Ormrod (2008) merupakan kesadaran

berpikir, berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses

Page 12: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

8

berpikirnya, yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah

terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari buah pikiran terdahulu.

Mengembangkan keterampilan metakognisi dalam matematika yaitu dengan

siswa memprediksi, merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi

pembelajaran yang diberikan.

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dengan menggunakan jenis penelitian

eksperimen semu (Quasi Eksperimental Research). Subyek penelitian ini

siswa SMP Kristen 2 Salatiga yaitu siswa kelas VIIA sebagai kelas

eksperimen dan kelas VIIC sebagai kelas kontrol yang masing-masing kelas

berjumlah 23 siswa, sehingga total subyek penelitian yang dipakai dalam

penelitian ini adalah 46 siswa. Penarikan sampel ini berdasarkan pada teknik

purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen

pretest dan posttest untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa Analisis

dilakukan dengan komputer melalui paket program Statistical Package for

Special Sciences 16 (SPSS). Sedangkan untuk menguji kelayakan instrumen

menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Kisi-kisi kerangka kerja instrumen

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Blue Print Butir Soal Instrumen

KD Indikator No. Soal Jumlah

Mengidentifikasi sifat-sifat

persegi panjang, persegi,

trapesium, jajargenjang, belah

ketupat dan layang-layang.

Mengidentifikasi sifat-

sifat persegi 2, 3, 4, 7, 8 5

Menghitung kelilling dan luas

bangun segitiga dan segiempat

serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah.

Mencari keliling persegi

dan permasalahannya 10, 11, 12,

13, 14, 15,

16, 17, 18,

19, 20

11

Mencari luas persegi dan

permasalahannya.

Total 16

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil belajar matematika dalam penelitian ini dapat dilihat melalui

hasil pretest dan posttest, hasil pretest menunjukkan bahwa kedua kelas yaitu

kelas VIIA menggunakan penerapan CBL dengan pendekatan keterampilan

Page 13: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

9

metakognisi dan VIIC menggunakan pembelajaran konvensional. Uji pra

syarat yang digunakan dalam perhitungan hasil belajar adalah uji normalitas

dan uji homogenitas. Hasil belajar telah memenuhi uji normalitas, uji

homogenitas yaitu mempunyai distribusi normal dan homogen, sehingga

kedua kelas tersebut mempunyai kemampuan awal yang sama yaitu

ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil pretest yang hampir sama yaitu 46,35

untuk kelas VIIA dan 46,04 untuk kelas VIIC. Hasil posttest juga

menunjukkan bahwa kedua kelas mempunyai distribusi normal dan homogen,

namun dalam hasil posttest tersebut kedua kelas memiliki perbedaan rata-rata

yang cukup signifikan, yaitu kelas yang menggunakan penerapan CBL dengan

pendekatan keterampilan metakognisi mempunyai rata-rata 74.87 dan kelas

dengan pembelajaran konvensional mempunyai rata-rata 52,83.

Tabel 2. Hasil Uji Beda Rata-Rata

Nilai Posttest

Mann-Whitney U 108.000

Wilcoxon W 384.000

Z -3.460

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Grouping Variable: Kode

Berdasarkan Tabel 2, Sig. = 0,001 < 0,05 , maka dari hipotesis yang ada H0

ditolak sehingga H1 diterima, hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar

antara siswa yang menggunakan penerapan CBL dengan pendekatan

keterampilan metakognitif dengan metode belajar konvensional. Hasil belajar

matematika dari nilai pretest dan posttest juga memperlihatkan bahwa hasil

belajar kelas yang menggunakan penerapan CBL dengan pendekatan

keterampilan metakognisi mempunyai rata-rata lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil belajar matematika yang tidak diberi perlakuan CBL atau siswa

yang diberikan pengajaran konvensional.

Pengukuran hasil belajar pretest dan posttest kedua kelas mengalami

peningkatan hasil belajar, kelas VIIA rata-rata kemampuan awalnya adalah

46,35 naik menjadi 74,87 sehingga terdapat peningkatan sebesar 0,51

sedangkan kelas VIIC rata-rata kemampuan awalnya adalah 46,04 naik

menjadi 52,83 sehingga terdapat peningkatan sebesar 0.08.

Page 14: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

10

Hasil pengamatan pada penerapan CBL dengan pendekatan

keterampilan metakognisi di kelas VIIA, siswa lebih aktif menyelesaikan

tantangan yang diberikan dengan mengerjakannya secara berkelompok. Siswa

saling berdiskusi bersama agar dapat menyelesaikan tantangan dengan cepat

dan tepat, dalam kegiatan berdiskusi ini siswa terbagi dalam kelompok yang

heterogen sehingga antar siswa dalam kelompok dapat saling membantu

menyelesaikan tantangan. Penerapan CBL sendiri terdiri dari tiga bagian

penting yaitu tantangan yang diberikan berupa suatu masalah (sifat, keliling

dan luas persegi) dianggap sebagai challenge yang merupakan bagian dari

problem based learning , kemudian challenge berkaitan erat dengan

kehidupan sehari-hari siswa yang merupakan bagian dari contextual teaching

learning, dan pengerjaan challenge secara berkelompok dengan

mempraktekkan langsung merupakan bagian dari project based learning.

Ketiga bagian itulah yang membentuk suatu pembelajaran CBL.

Penyelesaian challenge merupakan aktifitas dimana keterampilan

metakognisi dapat berkembang, ketika mengerjakan challenge siswa

memprediksi jawaban dari challenge, merencanakan apa yang harus

dilakukan, kemudian mengecek jawaban dari challenge, dan membuat

kesimpulan dari hasil jawaban challenge tersebut., sehingga dalam penerapan

CBL dengan pendekatan keterampilan metakognisi siswa aktif baik secara

individu maupun kelompok, siswa dapat memahami konsep matematika yaitu

dengan menemukan sendiri rumus atau jawaban dari challenge yang

diberikan, siswa dapat mengukur bagaimana kemampuan yang dimilikinya

ketika bekerja dalam kelompok, siswa saling berinteraksi satu sama lain ketika

bekerja dalam kelompok, dan siswa saling berdiskusi untuk menemukan solusi

akhir dari challenge yang diberikan.

Kelas yang tidak diberi perlakuan CBL dengan pendekatan

keterampilan metakognisi yaitu dengan menggunakan pembelajaran

konvensional di kelas VIIC siswa cenderung pasif, hanya berbicara ketika

guru bertanya, dan dalam pembelajaran hanya terdiri dari penjelasan materi

oleh guru kemudian latihan soal dan terakhir mengerjakan soal, siswa jarang

bertanya kepada guru tentang hal-hal lain, sehingga keterampilan metakognisi

Page 15: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

11

siswa kurang diasah karena tidak ada tantangan atau masalah yang harus

diselesaikan siswa sehingga siswa tidak melaui tahap memprediksi,

merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi permasalahan, siswa hanya aktif

secara individu namun tidak aktif secara berkelompok sehingga tidak ada

interaksi antar siswa di kelas, dan tidak ada penemuan rumus oleh siswa

karena semua materi langsung diberikan oleh guru. Akhir dari pembelajaran

terlihat jelas perbedaan rata-rata hasil belajar kedua kelas tersebut bahwa kelas

VIIA yaitu menggunakan penerapan CBL dengan pendekatan keterampilan

metakognisi mempunyai rata-rata yang lebih tinggi dari kelas VIIC yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan

penerapan CBL dengan pendekatan keterampilan metakognisi dengan

pembelajaran konvensional.

F. DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 2008. Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Johnson, L, dkk. 2009. Challenge-Based Learning: An Approach for Our

Time. Austin, Texas . The New Media Consortium

Johnson, L & Adams, S. 2011. Challenge Based Learning: The Report from

the Implementation Project. Austin, Texas: The New Media

Consortium.

Kipnis, M. & Hofstein, A. 2007. “The Inquiry Laboratory as a Source for

Development of Metacognitive Skills”. International Journal of

Science and Mathematics Education.

Livingston, J.A. 1997. Metacogniton : An Overview State Univ. Of New York

at Buffalo. Sumber : http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564

/Metacog.htm. Diakses Tanggal 10 Januari 2013.

Page 16: Penerapan Challenge Based Learning (CBL) dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3636/2/T1_202009076_Full... · model-model pembelajaran yang ada. ... Pembelajaran Berbasis

12

Orme, G. 2010. Creativity in the Learning Commons: Supporting the

Development of Student Creativity Throught the School Library

Program. DEPARTMENT OF ELEMNENTARY

EDUCATION.UNIVERSITY OF ALBERTA

Omrod, J. E. 2008. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan

Berkembang. Jakarta: Erlangga

Purwanto. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Risnanosanti. 2008. Melatih Kemampuan Metakognitif Siswa dalam

Pembelajaran Matematika. Sumber: http://eprints.uny.ac.id/6915/1/P-

10%20 Pendidikan%20%28Risnanosanti%29.pdf . Diunduh Tanggal 10

Januari 2013.

Sapa’at, A. 2006. Pendekatan Keterampilan Metakognitif untuk

Mengembangkan Kompetensi Matematika Siswa. Sumber:

http://isjd.pdii.lipi.go

.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=50591&idc=32. Diunduh

Tanggal 15 Januari 2013.

Schwartz & Perfect. 2002. Applied Metacognition. Sumber:

http://catdir.loc.gov /catdir/samples/cam033/2002024499.pdf. Diunduh

Tanggal 20 Januari 2013.

Suhendra. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Keterampilan

Metakognitif Untuk Mengembangkan Kompetensi Matematis Siswa.

Sumber: http://repository.upi.edu/operator/upload/art_lppm_2010_

suhendra_pembelajaran-matematika_metakognitif.pdf. Diunduh Tanggal

15 Januari 2013.

Suherman, E., dkk. 2001. Strategi pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA UPI.

Taccasu Project. 2008. Metacognition. Sumber: http://www.careers.hku.hk

/taccasu/ref/metacogn.htm. Diakses Tanggal 20 Januari 2013.