penerapan arsitektur ramah lingkungan berdasarkan kriteria greenship gbci pada rumah sederhana

21
Arsitektur Ramah Lingkungan PENERAPAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN BERDASARKAN KRITERIA GREENSHIP OLEH GBCI PADA RUMAH SEDERHANA PENDAHULUAN Awal milenium ketiga telah menunjukkan perubahan iklim di berbagai belahan dunia, dan perubahan tersebut berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan. Konsumsi bahan bakar fosil telah mencapai puncaknya dan tidak menunjukan gejala penurunan. Kebutuhan yang terus meningkat dan perkembangan teknologi yang begitu pesat membutuhkan lebih banyak lagi konsumsi energi. Sementara itu energi terbarukan melimpah di sekitar kita, mulai dari energi matahari, angin, panas bumi, kinetis air dan lain-lain. Pemanfaatan energi terbarukan selain dapat memenuhi kebutuhan akan energi juga dapat mengurangi efek perubahan iklim yang terjadi karena pelepasan karbon dari bahan bakar fosil. Desain pasif bangunan juga dapat mengurangi konsumsi energi pada bangunan, khususnya dalam mencipta kenyamanan termal dan pencahayaan yang baik. Perumahan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Setiap usaha dan pekerjaan yang dilakukan manusia adalah usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan primer, salah satunya adalah rumah. Pertumbuhan pesat perumahan tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi juga di daerah-daerah berkembang. Pertumbuhan perumahan dapat terlihat dari semakin bergesernya batas rural- urban di setiap daerah. Area kota semakin meluas, sedangkan area pedesaan semakin menyusut. Perkembangan perumahan yang pesat tersebut tidak diimbangi dengan tanggung jawab developer dalam menjaga keseimbangan ekologis, karena pada umumnya pengembang-pengembang berorientasi pada profit, dan sangat jarang pengembang yang menerapkan arsitektur berkelanjutan. Perkembanga pesat perumahan tersebut tentunya membutuhkan semakin banyak energi tiap harinya. Oleh karena itu perumahan komersial sudah saatnya menerapkan rancangan berbasis arsitektur ramah lingkungan dalam setiap pengembangan kawasannya. 1

Upload: ariazabdi

Post on 18-Jan-2016

150 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

penerapan kriteria poin greenship GBCI pada bangunan rumah tinggal sederhana di yogyakarta

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

PENERAPAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN BERDASARKAN KRITERIA GREENSHIP OLEH GBCI PADA RUMAH SEDERHANA

PENDAHULUAN

Awal milenium ketiga telah menunjukkan perubahan iklim di berbagai belahan dunia, dan perubahan tersebut berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan. Konsumsi bahan bakar fosil telah mencapai puncaknya dan tidak menunjukan gejala penurunan. Kebutuhan yang terus meningkat dan perkembangan teknologi yang begitu pesat membutuhkan lebih banyak lagi konsumsi energi. Sementara itu energi terbarukan melimpah di sekitar kita, mulai dari energi matahari, angin, panas bumi, kinetis air dan lain-lain. Pemanfaatan energi terbarukan selain dapat memenuhi kebutuhan akan energi juga dapat mengurangi efek perubahan iklim yang terjadi karena pelepasan karbon dari bahan bakar fosil. Desain pasif bangunan juga dapat mengurangi konsumsi energi pada bangunan, khususnya dalam mencipta kenyamanan termal dan pencahayaan yang baik.

Perumahan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Setiap usaha dan pekerjaan yang dilakukan manusia adalah usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan primer, salah satunya adalah rumah. Pertumbuhan pesat perumahan tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi juga di daerah-daerah berkembang. Pertumbuhan perumahan dapat terlihat dari semakin bergesernya batas rural-urban di setiap daerah. Area kota semakin meluas, sedangkan area pedesaan semakin menyusut.

Perkembangan perumahan yang pesat tersebut tidak diimbangi dengan tanggung jawab developer dalam menjaga keseimbangan ekologis, karena pada umumnya pengembang-pengembang berorientasi pada profit, dan sangat jarang pengembang yang menerapkan arsitektur berkelanjutan. Perkembanga pesat perumahan tersebut tentunya membutuhkan semakin banyak energi tiap harinya. Oleh karena itu perumahan komersial sudah saatnya menerapkan rancangan berbasis arsitektur ramah lingkungan dalam setiap pengembangan kawasannya.

Di indonesia, terdapat lembaga Arsitektur yang fokus dalam menciptakan karya Arsitektur yang ramah lingkungan. Lembaga tersebut adalah Green Building Council Indonesia (GBCI). GBCI merupakan lembaga independent yang menilai suatu karya Arsitektur melalui penerapan kriteria-kriteria Greenship dalam bangunan tersebut.

Yogyakarta menjadi kawasan yang berkembang dan semakin dipadati oleh rumah-rumah bagi para penghuninya yang terus berkembang. Munculnya rumah-rumah baru di kawasan kota Jogja dan sekitarnya menjadi salah satu penyumbang pemanasan global yang terjadi saat ini. Terjadinya degradasi lingkungan yang disebabkan pergantian fungsi lahan , yang mungkin awalnya berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, berubah menjadi kawasan pemukiman yang padat dengan pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Selain permasalahan yang ada, Yogyakarta memilki potensi-potensi penunjang banguanan ramah lingkungan. Potensi tersebut antara lain banyaknya sungai dan cahaya matahari yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, curah hujan yang cukup tinggi, adanya

1

Page 2: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

produk-produk lokal yang bisa dimanfaatkan sebagai material bangunan seperti pasir dari gunung merapi dan genteng dan bata dari daerah Sleman.

Gambar Situasi Tapak

Tapak terletak di daerah Sinduadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan berada di dekat sungai code. Tapak ini merupakan area bekas sekolah yang tidak digunakan. Lokasi tapak ini secara geografis terletak di 7.765666 oLS dan 110.369279 oBT.

TUJUAN DAN SASARAN

Mengkampanyekan Arsitektur Ramah Lingkungan kepada masyarakat melalui arahan perancangan Rumah Tinggal Sederhana yang menerapkan kriteria-kriteria Greenship dari GBCI dan teknologi-teknologi yang ada dalam desain aktif dan pasif bangunan sehingga dapat memperkecil kebutuhan energi untuk pencapaian kenyamanan termal.

Arahan perancangan ini dapat dicapai dengan mempelajari enam aspek kriteria Greenship yang telah dikeluarkan oleh GBCI, sehingga diperoleh rancangan dengan peringkat minimum Gold.

PEMBAHASAN

RUMAH RAMAH LINGKUNGAN

Rumah merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Konsep rumah ramah lingkungan sudah sepatutnya memenuhi dasar layak huni dengan memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Rumah ramah lingkungan merupakan rumah yang bijak dalam menggunakan lahan, efisien dan efektif dalam penggunaan energi maupun dalam menggunakan air, memperhatikan konservasi material sumber daya alam serta sehat dan aman bagi penghuni rumah. Perawatan rumah yang ramah lingkungan dan aman juga merupakan faktor penting, karena keberlanjutan dari rumah ramah lingkungan harus disertai dengan perilaku ramah lingkungan oleh penghuninya.

2

Page 3: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

GREENSHIP merupakan sistem penilaian yang digunakan sebagai alat bantu dalam rangka menerapkan praktik-praktik terbaik dan berupaya untuk mencapai standar yang terukur serta dapat dipahami oleh masyarakat umum beserta para pengguna bangunan. Standar yang ingin dicapai dalam penerapan GREENSHIP adalah upaya untuk mewujudkan suatu konsep green building (bangunan hijau) yang ramah lingkungan sejak dicanangkannya tahapan perencanaan sampai dengan operasional. Adapun sistem penilaiannya dibagi berdasarkan enam kategori, yaitu:

1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD),2. Konservasi dan Efisiensi Energi (Energy Efficiency and Conservation/EEC),3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC),4. Siklus dan Sumber Material (Material Resources and Cycle/MRC),5. Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort/IHC),6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Environment Management/BEM).

PARAMETER

Tolok ukur merupakan parameter yang menjadi penentu keberhasilan implementasi praktik ramah lingkungan. Setiap kriteria terdiri atas beberapa tolok ukur dan setiap tolok ukur memiliki nilai yang berbeda beda sesuai dengan tingkat kesulitannya. Setiap kategori‐ memiliki kriteria prasayarat dan kriteria kredit. Jumlah kriteria setiap kategori dapat dilihat pada Tabel 1. Adapun persentase per kategori dalam GREENSHIP Homes dapat dilihat pada Gambar 1.

Kategori

Jumlah Kriteria Jumlah Nilai

Prasyarat Kredit Bonus Kredit Bonus

ASD 2 6 - 13 -

EEC 2 5 1 15 2

WAC - 5 - 13 -

MRC 1 8 - 11 -

IHC 1 6 - 13

BEM 1 7 1 11 2

Jumlah Kriteria dan Tolak Ukur

7 38 2 77 4

PERINGKAT DALAM GREENSHIP HOMES

3

Page 4: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

Pencapaian 100% berdasarkan perangkat penilaian GREENSHIP adalah 77 nilai. Angka tersebut merupakan dasar menentukan persentase pencapaian. Peringkat yang dapat dicapai dapat dilihat pada Tabel 2.

Peringkat

Persentase

Nilai Minimum

Platinum

73 % 56

Gold 57 % 43

Silver 46 % 35

Bronze 35 % 26

PENERAPAN TATA GUNA LAHAN (APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT) DAN PENGATURAN LINGKUNGAN BANGUNAN (BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT)

CONSTRUCTED WETLANDS

Constructed Wetlands adalah salah satu rekayasa sistem pengolah limbah yang dirancang dan dibangun dengan melibatkan tanaman air,tanah atau media lain, dan kumpulan mikroba terkait (Greg, Young dan Brown, 1998). Constructed Wetlands dirancang dengan perlakuan lebih terkontrol, misalnya dengan pengaturan Hydraulic Retention Time (HRT) dan Hydraulic Loading Rate (HLR) (Vymazal, 2010) untuk mempertimbangkan dimensinya. Dari aspek hidraulika dapat diklasifikasikan menjadi CWs dengan permukaan air bebas (Free Water Surface/FWS) dan CWs aliran di bawah permukaan (Sub Surface Flow/SSF). Berdasarkan pola aliran, CWs dapat diklasifikasikan menurut arah aliran horisontal dan vertikal (Vymazal, 2010). Skema Constructed Wetlends SSF ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2.

4

Page 5: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

Media dalam SSF Constructed Wetlands

Untuk meningkatkan kinerja CWs, selain memanfaatkan tanaman air, CWs juga didisain dengan variasi media. Kerikil, dan botol bekas air mineral (pets) juga dapat dimanfaatkan sebagai media tanam (Dallas, Scheffe dan Ho, 2005), demikian pemanfaatan zeolit, arang dsb. Pets dimanfaatkan untuk menambah ruang gerak pada sistim perakaran tanaman (reedbeds). Variasi penggunaan media juga dikembangkan untuk menunjang perkembangan mikroba dan penurunan kandungan bahan pencemar. Media dalam CWs sangat variatif dan bisa saling dikombinasikan seperti kerikil, pets, arang, sekam, zeolit dan lain-lain sesuai dengan tujuan penggunaan CWs.

Jenis Tanaman Constructed Wetlands

Dalam perencanaan peletakan atau pemilihan lokasi CWs juga akan mempengaruhi pemilihan jenis tanaman. Untuk lokasi yang banyak terpajan sinar matahari (panas), maka juga harus dipilih tanaman yang hidup di daerah yang cukup sinar matahari. Sebagai misal Vetiveria zizonioides, Typha angustifolia, Canna Sp dll. (Raude et al., 2009; Mukhlis, 2003; dan Suswati, 2010; Vymazal, 2011). Sementara untuk lokasi teduh bisa dipakai tanaman Irish pseuadacocus, Spathiphylun sp, Philodendron sp. dll. (Karahanasis, Potter dan Coyne, 2003; Weissenbacher dan Mullegger, 2009). Bahkan Spathiphylun sp dan Philodendron sp.dapat diterapkan untuk CWs di dalam ruangan (indoor)(Weissenbacher dan Mullegger, 2009).

Constructed Wetlands dapat digunakan dalam bangunan tunggal maupun digunakan secara komunal.

Kinerja Constructed Wetlands

Kinerja CWs bisa dilihat dari kemampuannya dalam menurunkan kadar pencemar atau parameter pencemar. Beberapa penelitian menunjukkan hasil persentase penurunan polutan misal BOD hingga mencapai 60% - 99.7% (Raude et al., 2009; Weissenbacher dan Mullegger, 2009; Dallas, Scheffe dan Ho, 2005).

RAIN WATER HARVESTING / TEKNIK PEMANENAN AIR HUJAN

5

Page 6: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

Dilihat dari ruang lingkup implementasinya, teknik ini dapat digolongkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

1. Teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan (roof top rain water harvesting),2. Teknik pemanenan air hujan (dan aliran permukaan) dengan bangunan reservoir,

seperti dam parit, embung, kolam, situ, waduk, dan sebagainya.

Perbedaan dari kedua kategori di atas adalah bahwa untuk kategori yang pertama, ruang lingkup implementasinya adalah pada skala individu bangunan rumah dalam suatu wilayah permukiman ataupun perkotaan ; sementara untuk kategori yang kedua skalanya lebih luas lagi, biasanya untuk suatu lahan pertanian dalam suatu wilayah DAS ataupun subDAS. Untuk selanjutnya, tulisan ini hanya akan membahas kategori yang pertama saja berkaitan dengan ruang lingkupnya yang sesuai untuk wilayah permukiman atau perkotaan.

Sesuai dengan namanya, teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan pada prinsipnya dilakukan dengan memanfaatkan atap bangunan (rumah, gedung perkantoran, atau industri) sebagai daerah tangkapan airnya (catchment area) dimana air hujan yang jatuh di atas atap kemudian disalurkan melalui talang untuk selanjutnya dikumpulkan dan ditampung ke dalam tangki (Gambar 1) atau bak penampung air hujan (Gambar 2). Selain berbentuk tangki atau bak, tempat penampungan air hujan juga dapat berupa tong air biasa (Gambar 3) ataupun dalam suatu kolam/taman di dalam rumah (Gambar 4). Teknik pemanenan air hujan yang memanfaatkan atap bangunan ini umumnya dilakukan di daerah permukiman / perkotaan.

.

Al Amin et al (2008) menyebutkan bahwa konstruksi untuk bangunan pemanen air hujan dapat dibuat dengan cepat karena cukup sederhana dan mudah dalam

6

Page 7: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

pembuatannya. Komponen-komponen utama konstruksi tampungan air hujan seperti yang digambarkan dalam Gambar 5, terdiri dari : atap rumah, saluran pengumpul (collector channel), filter untuk menyaring daun-daun atau kotoran lainnya yang terangkut oleh air, dan bak penampung air hujan.

Heryani (2009) dalam tulisannya yang berjudul Teknik Panen Hujan : Salah Satu Alternatif Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik menjelaskan bahwa potensi jumlah air yang dapat dipanen (the water harvesting potential) dari suatu bangunan atap dapat diketahui melalui perhitungan s ecara sederhana, sebagai berikut:

Jumlah air yang dapat dipanen = Luas area X curah hujan X koefisien runoff

Sebagai ilustrasi (seperti disajikan pada Gambar 6), untuk suatu areal tangkapan hujan dengan luas 200 m2, curah hujan tahunan 500 mm, maka jumlah air yang dapat dipanen ditetapkan sebagai berikut :

Dengan luas area = 200 m2 dan jumlah curah hujan tahunan = 500 mm, maka volume air hujan yang jatuh di area tersebut:

= 20.000 dm2 x 5 dm = 100.000 liter

Dengan asumsi hanya 80% dari total hujanyang dapat dipanen (20% hilang karenaevaporasi atau kebocoran), maka volumeyang dapat dipanen :

= 100.000 x 0.8 = 80.000 liter/tahun.

7

Page 8: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

PENERAPAN KONSERVASI AIR / WATER CONSERVATION

BIOPORI

Lubang resapan biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor.Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini kemudian disebut dengan nama biopori.

Gambar Penampang Vertikal Biopori

8

Page 9: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

Gambar Biopori pada Permukaan Tanah

Biopori mampu meningkatkan daya penyerapan tanah terhadap airsehingga risiko terjadinya penggenangan air (waterlogging) semakin kecil.Air yang tersimpan ini dapat menjaga kelembaban tanah bahkan di musim kemarau.Keunggulan ini dipercaya bermanfaat sebagai pencegah banjir. Dinding lubang biopori akan membentuk lubang-lubang kecil (pori-pori) yang mampu menyerap air. Sehingga dengan lubang berdiameter 10 cm dan kedalaman 100 cm, dengan perhitungan geometri tabung sederhana akan didapatkan bahwa lubang akan memiliki luas bidang penyerapan sebesar 3,220.13 cm2. Tanpa biopori, area tanah berdiameter 10 cm hanya memiliki luas bidang penyerapan 78 cm persegi. Biopori telah dibuat di berbagai daerah dengan tujuan untuk mengurangi risiko terjadinya genangan air.Biopori tersebut bermanfaat untuk menjaga keberadaan air tanah dan kelestarian mata air. Biopori menjadi alternatif penyerapan air hujan di kawasan yang memiliki lahan terbuka yang sempit.

Namun menurut penelitian oleh LIPI, biopori tidak mampu mencegah banjir, namun efektif dalam menangani genangan air.Dengan dimensi pori-pori yang kecil, maka laju penyerapan air dikatakan relatif lebih lambat dibandingkan dengan debit aliran air ketika terjadi banjir bandang. Inventor biopori, Kamir R Brata sendiri pun mengingatkan bahwa fungsi biopori bukan hanya sebagai penyerap air karenahujan dan genangan air tidak terjadi sepanjang tahun, namun sampah organik dapat menumpuk setiap saat dan itulah yang seharusnya menjadi fokus dari biopori. Efektifitas dalam mengatasi genangan air tersebut diyakini juga dapat menangani jentik nyamuk pembawa penyakit.

PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL / MATERIAL RESOURCE AND CYCLE

MPANEL (panel EPS)

Sistem konstruksi MPANEL adalah berdasarkan serangkaian panel-panel EPS (Expanded Polystryene) dan jaring kawat baja yang di galvanized (agar tidak berkarat). Bentuknya telah didesain khusus untuk digunakan dengan plaster tradisional atau struktural (spritz beton) yang dilakukan setalah pemasangan panel di lokasi proyek. MPANEL menyediakan sistem panel-panel modular siap pakai untuk pemasangan yang lebih cepat dibandingkan dengan sistem konvensional. Sistem MPANEL memenuhi fungsi struktural dan fungsi daya tahan

9

Page 10: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

beban, menawarkan daya tahan yang tinggi terhadap suhu dan kebisingan serta menyediakan beragam jenis bentuk dan model untuk memberikan fleksibilitas dalam penentuan desain.

Gambar Konstruksi Panel EPS

Polyfoam di bagian tengah. Bahan tersebut tidak beracun, tidak berbahaya, tidak mudah terbakar, dan tidak memiliki bahan kimia aktif. Bahan tersebut dapat didesain dengan kepadatan dan ketebalan yang berbeda tergantung daripada jenis panel yang akan digunakan. Density bervariasi mulai dari 15-35 kgf/m3, dengan ketebalan 40-320mm.

Jaring/net kawat baja yang telah di welding, terbuat dari kawat baja yang telah di galvanis yang diletakkan di kedua sisi panel polyfoam dan saling terhubung satu dengan yang lain nya. Diameter kawat yang digunakan bervariasi mulai dari 2,5 – 5mm, dengan kekuatan tarik >600MPa. Bahan bangunan ramah lingkungan saat ini sangat dibutuhkan untuk menjaga generasi masa depan yang menjadi tujuan mengurangi konsumsi energi agar terciptanya bumi yang nyaman. Penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali dalam menempatkan pasokan energi membuat polusi udara, emisi gas rumah hijau semakin meningkat dan juga kualitas hidup menjadi beresiko.

Teknologi EPS : Bahan bangunan ramah lingkungan

Expanded Polystyrene System (juga dikenal sebagai EPS), pada kenyataannya adalah produk yang ramah lingkungan :

• SAFE : tidak melepaskan zat-zat beracun dan berbahaya serta benar-benar tanpa efek samping. Tidak mengandung bahan organik, menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan jamur. Memiliki karakteristik mekanik dan termal untuk bangunan. Tidak mengalami kerusakan permanen jika terkena uap atau kelembaban.

• Recycleable: tidak ada bahan limbah yang dihasilkan selama produksi dan proses produksi untuk MPANEL bertujuan untuk mengoptimalkan potongan, dan meminimalisir limbah. Setiap sisa EPS sisa daur ulang secara langsung di Pabrik Produksi.

10

Page 11: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

• NON-Toxic: Tidak menciptakan efek alergi dan tidak merusak kesehatan untuk mereka yang memproduksi atau mengerjakannya.

• SELF-Extinguishing: EPS yang digunakan sebagai bahan MPANEL dapat meredam kebakaran, materialtidak menghasilkan api, juga tidak merambatkan kebakaran.

Dengan teknologi dari MPANEL memberikan jaminan :

• Struktur dengan isolasi suhu mulai dari fondasi dasar.• Dinding yang tersambung satu sama lain tanpa terputus dalam suatu konstruksi.• Penghapusan total penghantar panas.• Insulasi keseluruhan pada lantai dan atap pada intrados.• Dinding struktur, juga dengan lapisan isolasi ganda.• Saluran yang terisolasi didalam dinding panel.

Pencapaian yang diberikan dari sistem MPANEL:

• Mengurangi pertukaran panas dengan bagian luar.• Hemat energi.• Pengurangan emisi CO2 dan lingkungan serta polusi atmosfer.• Manfaat bagi lingkungan• Penghematan dari segi ekonomi.

PENERAPAN KONSERVASI DAN EFISIENSI ENERGI / ENERGY EFFICIENCY AND CONSERVATION (EEC)

Konservasi dan efisiensi energi dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:• Pengaturan sistem kelistrikan, meteran listrik dibagi ke beberapa sub meter yang

khusus bagi sistem pencahayaan buatan, sistem penghawaaan buatan dan penggunaan perangkat elektronik lainnya. Hal ini dilakukan agar dapat dengan mudah mengontrol penggunaan energi listrik pada bangunan

• Pengaturan sistem pencahayaan buatan, menggunakan lampu hemat energi seperti Light Emiiting Deode(LED) dan moser lamp yang cara kerjanya tanpa menggunakan energi listrik. Selain itu, dapat pula menggunakan sistem sensor gerak dan cahaya pada lampu-lampu di ruangan agar bekerja lebih efisien. Selain itu, memperhatikan zonasi pembagian pencahayaan pada ruangan di dalam rumah agar bisa lebih efisien.

Gambar fitting lampu sensor cahaya, pemilihan lampu LED dan moses lamp

Fitting lampu sensor cahaya, pemilihan lampu LED dan aplikasi penggunaan moser lamp pada bangunan di Brazil yang menjadikan bangunan efisien dan hemat energi.

11

Page 12: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

• Pengkondisian udara, menciptakan kondisi termal yang nyaman dengan meminimalkan pengguanaa Air Conditioning (AC) pada bangunan. Penerapan disain pasif dapat dilakukan dengan cara mengatur bukaan dan menerapakan cross ventilation pada sirkulasi udara sehingga sirkulasi udara di dalam bangunan bisa berjalan.

Gambar skema sirkulasi udara pada bangunan dan pada turbin ventilator

Selain itu dapat ditunjang dengan menggunakan turbin ventilator yang memanfaatkan energi angin untuk dapat mlancarkan sirkulasi udara dalam ruangan.

• Reduksi panas, mengurangi panas dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti pemilihan warna dan material pada atap, dinding dan lantai. Warna yang terang/cerah dapat lebih merefleksikan panas yang diterima dari matahari.

Gambar Mpanel dan polynum

Penggunaan material seperti kaca film pada kaca, dinding Mpanel, dan melapisi bagian atap dengan foam atau polynum dapat mereduksi panas yang diterima banguan sehingga bagian dalam rumah bisa nyaman bagi penggunannya.

• Piranti rumah tangga hemat energi, memilih piranti yang akan dimasukkan ke dalam rumah menjadi penentu energi yang digunakan dalam bangunan, seperi televisi,AC,mesin cuci, dll. Pemilihan piranti yang memilki efisiensi penggunaan energi sangat diharpakan agar penggunaan energi lebih efisien.

12

Page 13: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

Skema perhitungan piranti hemat energi

• Sumber energi alternatif, Yogyakarta memilki beberapa sungai yang airnya bergerak terus menerus. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya penggerak turbin yang dapat menghasilkan listrik. Selain itu sumber energi dari matahari.

Gambar sistem solar cell

Energi matahari bisa dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi solar cell. Pada penerapan solar cell di Yogyakarta, solar cell harus di hadapkan ke utara karena Yogyakarta berada di selatan dari garis lintang sehingga bisa menerima cahaya matahari jauh lebih banyak.

PENERAPAN KESEHATAN DAN KENYAMANAN DALAM RUANG / INDOOR HEALTH AND COMFORT (IHC)

Kesehatan dan kenyamanan dalam ruang dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini :• Sirkulasi udara bersih, memberikan bukaan berupa ventilasi pada setiap ruang.

Diupayakan bukaan pada ruang menghadap sisi luar bangunan yang berupa ruang terbuka hijau.

• Pencahayaan alami dan kenyamanan visual, mengatur bukaan agar cahaya bisa masuk ke dalam ruangan dengan hanya membawa sedikit panas sehingga ruangan bisa tetap nyaman. Kebutuhan cahaya alami setidaknya mencapai 50% dari kebutuhan cahaya yang dibutuhkan ruang berdasar pada jenis ruang yang telah ditentukan dalam SNI. Pencahayaan ruangan semaksimal mungkin sama atau mendekati kebutuhan cahaya yang telah ditentukan.

13

Page 14: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

Tabel tingkat pencahayaan pada tiap ruang

• Minimalisasi Polutan, menggunakan cat dan coating yang mengandung kadar Volatile Organic Compounds (VOCs) rendah; menggunakan produk kayu komposit, jenis Sealant dan perekat yang mengandung kadar emisi formaldehida rendah; tidak menggunakan produk/material dan komponen bangunan yang menggunakan timbal, merkuri; dan menggunakan material anti bakterial, yang dapat dibuktikan dengan sertifikat bertaraf internasional atau pihak ketiga yang kredibel (dikeluarkan oleh laboratorium lain di luar negeri). Beberapa produk telah mengeluarkan teknologi yang memiliki polutan rendah.

Gambar produk minim polutan

• Tingkat kebisingan, mengatur bukaan dan menggunakan material yang dapat mereduksi kebisingan dari dalam maupun luar ruangan. Pereduksi alami seperti pohon bisa diterapkan pada bagian rumah yang berada dekat dengan jalan dan penggunaan material seperti dinding sterofoam pada bangunan sehingga dapat meredam kebisingan yang ada. Penagaturan batas kebisingan telah diatur dalam SNI.

• Kenyamanan spasial, dapat dipenuhi dengan cara memeperhitungkan pengguan ruangan sehingga dapat ditentukan kebutuhan luas ruang yang efisien. Dalam greenship, luas ruangan minimal tiap orang adalah 9 m2.

14

Page 15: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Al Amin, Muhammad Baitullah., Lau, Victor M.,Safari, Hanjar., dan Tabarid, Mansur. P.2008. Teknik Panen hujan dengan AtapUsaha Konservasi Air di Daerah Kering. wwwBebasBanjir2015.wordpress.com.

Dallas, S. 2006. Constructed Wetland for Waste Water Treatment. Presentasi Sustainable Sanitation and Wetland Technology (Workshop, 2006): ITC Murdoch Univercity; IEMT Universitas Merdeka Malang.

Greenshiphomes.org – Tolok Ukur Penilaian Rumah secara Mandiri.

Greg,W., R.Young dan M.Brown. 1998.Wetlands Manual, vol 1. Department of Land and Water Conservation New South Wales, Australia.

Harsoyo, Budi., Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 2, 2010: 29-39 Teknik Pemanenan Air Hujan (Rain Water Harvesting). UPT Hujan Buatan BPP Teknologi. Jakarta.

Heryani, Nani. 2009. Teknik Panen Hujan: SalahSatu Alternatif Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik. Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi. Departemen Pertanian. Jakarta.

15

Page 16: Penerapan Arsitektur Ramah Lingkungan Berdasarkan Kriteria Greenship Gbci Pada Rumah Sederhana

Arsitektur Ramah Lingkungan

Karahanasis,A.D., C.L.Potter dan M.S.Coyne. 2003. Vegetation Effect on Fecal Bacteria, Bod, and Suspended Solid Removal in Constructed Wetlands Tertating Domestic Wastewater. Ecol. Eng. 2003, 20: 157-169.

Mukhlis. 2003. Studi Kemampuan Tumbuhan Air, Reed (Phragmites australis) dan Cattail (Typha angustifolia), Dalam Sistem Constructed Wetland untuk Menurunkan COD dan TSS Air Limbah. Tesis Program Pasca Sarjana Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Raude J.B. M.Mutua, L.Chemelil, K.Kraft dan Sleytr. 2009. Household greywater treatment for peri-urban areas of Nakuru Municipality, Kenya. Journal of Sustainable Sanitation Practice , 2009,1, 10-15.: EcoSan Club, Austria

Satwiko, Prasasto. 2005. Arsitektur Sadar Energi. Andi : Yogyakarta.

Suswati, Anna Catharina Sri Purna., Indonesian Green Technology Journal.Vol. 2 No. 2, 2013. Pengolahan Limbah Domestik dengan Teknologi Taman Tanaman Air (Constructed Wetlands).

Vymazal, J. 2010. Constructed Wetlands for Wastewater Treatment, Journal Water 2010, 2, 530-549, ISSN 2073-4441.

Weissenbacher, N. dan E.Müllegger. 2009. Combined Greywater Reuse and Rainwater Harvesting in an Office Building in Austria: Analyses of Practical Operation. Journal Ecological Sanitation Practice issue 1.10/2009, 4-9.

http://en.wikipedia.org/wiki/Liter_of_Light

http://mynewproperty.blogspot.com/2013/12/rumah-sehat.html

http://www.rumahku.com/berita/read/usir-panas-di-rumah-dengan-turbin-ventilator-408174

http://www.esuppliersindia.com/polyon-barkal-industries-ltd-/ultra-polynum-aluminum-foil-pr479878-sFP-swf.html

http://sudiana1526.wordpress.com/2013/11/01/bahan-bangunan-ramah-lingkungan/

http://sudiana1526.wordpress.com/2013/11/01/mpanel-panel-eps/

http://www.propanraya.com/products

16