penerapan analisis fundamental menggunakan ...repository.ub.ac.id/3360/1/taufik hidayat.pdfosis sma...
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN ANALISIS FUNDAMENTALMENGGUNAKAN DISCOUNTED CASH FLOW
DAN PRICE EARNING RATIO UNTUKMENILAI KEWAJARAN HARGA SAHAM(Studi pada Perusahaan Multinasional yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2016 dan Induk Perusahaannya)
SKRIPSI
Disusun untuk Menempuh Ujian SkripsiPada Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
TAUFIK HIDAYATNIM. 135030300111006
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
MINAT KHUSUS BISNIS INTERNASIONAL
MALANG
2017
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Taufik Hidayat
Nomor Induk Mahasiswa : 135030300111006
Tempat dan Tanggal Lahir : Palembang, 24 Oktober 1995
Pendidikan : 1. SD Patra Mandiri Cilacap, Tamat tahun 2006
2. SMP Negeri 6 Cilacap, Tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 1 Cilacap, Tamat tahun 2013
Pengalaman Organisasi : 1. OSIS SMA Negeri 1 Cilacap Periode 2011-2012
2. Youth Capital Market Community 2016-2017
Pekerjaan : -
Publikasi / Karya Ilmiah :-
v
RINGKASAN
Taufik Hidayat, 2017, Penerapan Analisis Fundamental MenggunakanDiscounted Cash Flow dan Price Earning Ratio untuk Menilai Kewajaran HargaSaham (Studi Pada Perusahaan Multinasional yang terdaftar Pada Bursa EfekIndonesia Periode 2011-2016 dan Induk Perusahaannya), Nila Firdausi Nuzula,S.Sos, M.Si , Ph.D, Dr. Ari Darmawan S.AB, M.AB, 229 Halaman + xv
Seiring berkembangnya perekonomian saat ini, investasi di pasar modal tidakhanya dapat dilakukan di satu negara saja, bisa juga dilakukan di berbagai negara(investasi internasional). Saat ini investasi pada pasar modal berbagai negara termasukdi indonesia seing terjadi fenomena mispriced dimana membuat harga saham menjaditidak wajar. Fenomena ini terjadi karena banyaknya perilaku herding. Cara mengatasiagar dapat mengurangi dampak dari mispriced adalah dengan melakukan analisisvaluasi / penilaian harga wajar saham. Analisis saham yang dapat digunakan adalahanalisis fundamental dengan menggunakan metode discounted cash flow dan priceearning ratio.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai wajar dari harga saham denganmenggunakan analisis fundamental dengan metode DCF dan PER pada perusahaanmultinasional yang terdaftar di BEI Periode 2011-2016 dan induk perusahaannya.
Pada penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.Sumber data dalampenelitian ini adalah berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang menjadi obyekpenelitian. Data didapatkan dari idx.co.id, osiris.bvdinfo.com, market-risk-premia.com,tradingeconomics.com, pages.stern.nyu.edu. Sampel penelitian ini adalah 4 perusahaanMultinasional dan 4 perusahaan induknya.Penelitian ini menggunakan teknik analisisdata yaitu perhitungan rasio keuangan, menggunakan rumus DCF dan PER untukmenghitung sampel penelitian. Perhitungan DCF ini menggunakan data arus kas yaitufree cash flow, menghitung future value dari free cash flow, menghitung present valuedari free cash flow dan harga saham. Price Earning Ratio menghitung tingkatpertumbuhan dividen (g), menghitung estimasi dividen ( ), menghitung tingkatpengembalian yang diharapkan (k), menghitung estimasi EPS ( ), menghitung estimasiPER dan menghitung kewajaran harga saham.
Hasil penelitian menggunakan metode DCF menunjukkan saham mengalamiundervalued yaitu Delta Djakarta Tbk, San Miguel Corporation, Multi Bintang Tbk,Heineken Holding N.V., Unilever N.V. dan HeidelbergCement AG. Saham yangmengalami overvalued yaitu Unilever Indonesia Tbk, dan Indocement Tunggal PrakarsaTbk. Apabila penentuan keputusan investasi juga menggunakan data perkembanganvariabel fundamental maka direkomendasikan untuk membeli saham Unilever N.V. danHeidelbergCement AG. Metode PER menunjukkan saham mengalami undervaluedyaitu Perusahaan Delta Djakarta Tbk, San Miguel Corporation, Heineken Holding N.V.,Unilever Indonesia Tbk, Unilever N.V. dan HeidelbergCement AG. Saham yangmengalami overvalued yaitu Perusahaan Multi Bintang Tbk dan Indocement TunggalPrakarsa Tbk. Apabila penentuan keputusan investasi juga menggunakan dataperkembangan variabel fundamental maka direkomendasikan untuk membeli sahamUnilever Indonesia Tbk, Unilever N.V. dan HeidelbergCement AG.Kata Kunci: Discounted Cash Flow, Price Earning Ratio, Harga Wajar Saham,Perusahan multinasional, Induk dan Anak Perusahaan
vi
SUMMARY
Taufik Hidayat, 2017, Application of Fundamental Analysis Using DiscountedCash Flow and Price Earning Ratio for Assessing Fairness of Stock Price (Studieson Multinational Companies Listed on Indonesia Stock Exchange Period 2011-2016 and Parent Company), Nila Firdausi Nuzula, S.Sos, M .Si, Ph.D, Dr. AriDarmawan S.AB, M.AB, 229 Pages + xv
As the current economy grows, investment in the capital market can not only bedone in one country only, it can also be done in various countries (internationalinvestment). Currently, investments in the capital markets of various countries includingin Indonesia seing a mispriced phenomenon which makes the stock price becomesunnatural. This phenomenon occurs because of the many behaviors of herding. How toovercome in order to reduce the impact of mispriced is to conduct a valuation analysis /valuation of the fair price of shares. Stock analysis that can be used is fundamentalanalysis by using method of discounted cash flow and price earning ratio.
This study aims to determine the fair value of stock prices by using fundamentalanalysis with DCF and PER method on multinational companies listed on the BEI period2011-2016 and its parent company.
In descriptive research with quantitative approach. Sources of data in this study isin the form of annual financial statements of companies that become the object ofresearch. Data obtained from idx.co.id, osiris.bvdinfo.com, market-risk-premia.com,tradingeconomics.com, pages.stern.nyu.edu. The sample of this research is 4Multinational company and 4 parent company. This research use data analysis techniquethat is calculation of financial ratios, using DCF and PER formula to calculate theresearch sample. This DCF calculation uses cash flow data that is fcf, calculate the futurevalue of fcf, calculate the present value of fcf and stock price. The Price Earning Ratiocalculates the dividend rate (g), calculates the dividend estimate ( ), calculates theexpected rate of return (k), calculates the EPS estimate ( ), calculates the PER estimateand calculates the fairness of the stock price.
The result of the research using DCF method shows the undervalued shares of DeltaDjakarta Tbk, San Miguel Corporation, Multi Bintang Tbk, Heineken Holding N.V.,Unilever N.V. And HeidelbergCement AG. Shares that experienced overvalued areUnilever Indonesia Tbk, and Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. If investment decisiondetermination also uses data of fundamental variable development then it isrecommended to buy stock of Unilever N.V. And HeidelbergCement AG. The PERmethod shows the undervalued shares of Delta Djakarta Tbk, San Miguel Corporation,Heineken Holding N.V.,Unilever Indonesia Tbk, Unilever N.V. And HeidelbergCementAG. The shares that were overvalued were Multi Bintang Tbk and Indocement TunggalPrakarsa Tbk. If the investment decision determination also uses data of thedevelopment of fundamental variables it is recommended to buy the shares of UnileverIndonesia Tbk, Unilever N.V. And HeidelbergCement AG.Keywords: Discounted Cash Flow, Price Earning Ratio, Fair Share Price,Multinational Company, Parent and Subsidiary
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penerapan Analisis Fundamental Menggunakan Discounted Cash Flow (DCF)
dan Price Earning Ratio (PER) untuk Menilai Kewajaran Harga Saham Sebagai
Dasar Keputusan Investasi (Studi pada Perusahaan Multinasional yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2016 dan Induk Perusahaannya )”. Skripsi
ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memproleh
gelar sarjana Ilmu Administrasi Bisnis Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya.
2. Bapak Dr. Drs. Wilopo, M. AB selaku Kepala Program Jurusan Administrasi
Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya.
3. Bapak Dr. Mochammad Al Musadieq, M.B.A, selaku Koordinator Minat
Bisnis Internasional, Program Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya.
4. Ibu Sri Sulasmiati, S. Sos., M.AP, selaku Sekretaris Minat Bisnis Internasional,
Program Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Brawijaya.
viii
5. Ibu Nila Firdausi Nuzula, S.sos., M.Si., Ph.D selaku Dosen Pembimbing utama
yang telah mengarahkan peneliti dalam menyusun skripsi ini
6. Bapak Dr. Ari Darmawan, S.AB., M.AB selaku Dosen Pembimbing kedua
yang telah mengarahkan peneliti dalam menyusun skripsi ini
7. Papa,Ibu,Devi,Mbak Ranti,Rafa dan Raza yang tiada henti-hentinya secara
tulus memberikan dukungan, doa, serta semangat kepada penulis dalam
melaksanakan studi dan menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman Bisnis Internasional 2013, Direksi YCMC 2015, yang telah
mendampingi dan memberikan dukungan selama penulis melaksanakan studi
S1 di Universitas Brawijaya.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, 31 Juli 2017
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
MOTTO ............................................................................................................... iTANDA PERSETUJUAN .................................................................................. iiPERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................... iiiRINGKASAN ..................................................................................................... ivSUMMARY .........................................................................................................viKATA PENGANTAR ........................................................................................viiiDAFTAR ISI .......................................................................................................xDAFTAR TABEL ..............................................................................................xiiiDAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ............................................................................................1B. Rumusan Masalah........................................................................................10C. Tujuan Penelitian .........................................................................................10D. Kontribusi Penelitian ...................................................................................11E. Sistematika Pembahasan ..............................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Penelitian Terdahulu....................................................................................14
1. Brilliand (2016).......................................................................................142. Nugroho (2012).......................................................................................143. Anggraini (2016).....................................................................................154. Panda (2013) ...........................................................................................155. Truong (2009) .........................................................................................16
B. Tinjauan Teori .............................................................................................201. Saham......................................................................................................20
a. Definisi Saham ...................................................................................20b. Jenis-jenis Saham...............................................................................20c. Return Investasi Saham......................................................................20d. Risiko Investasi Saham ......................................................................21
2. Investasi ..................................................................................................22a. Definisi Investasi ................................................................................22b. Tujuan Investasi .................................................................................22c. Jenis-jenis Investasi ............................................................................23
3. Investasi Internasional.............................................................................24a. Definisi Investasi Internasional ..........................................................24b. Risiko Investasi Internasional ............................................................24c. Investor Asing ....................................................................................25
4. Pasar Modal.............................................................................................26a. Definisi Pasar Modal ..........................................................................26b. Jenis Pasar Modal...............................................................................27
x
c. Manfaat Pasar Modal..........................................................................285. Penawaran Umum Perdana / IPO...........................................................29
a. Definisi Penawaran Umum Perdana / IPO.........................................29b. Manfaat Proses Go Publik..................................................................30c. Proses Pernawaran Umum Perdana / IPO ..........................................31
6. Perusahaan Induk dan Perusahaan Anak.................................................32a. Definisi Perusahaan Induk dan Perusahaan anak ...............................32b. Hubungan antara Induk dan Anak Perusahaan ..................................33
7. Analisis Penilaian Saham........................................................................35a. Pengertian Analisis Penilaian Saham.................................................35b. Analisis Rasio Keuangan ...................................................................36
8. Teknik Penilaian Saham..........................................................................38a. Analisis Teknikal................................................................................38b. Analisis Fundamental.........................................................................39
9. Perbandingan Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar..........................................46a. Perbandingan Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar Sebagai Dasar Keputusan
Investasi ................................................................................................46
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian ............................................................................................47B. Lokasi Penelitian .........................................................................................47C. Fokus Penelitian...........................................................................................48D. Populasi dan Sampel....................................................................................49E. Sumber Data.................................................................................................53F. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................54G. Analisis Data ...............................................................................................55
1. Menghitung Rasio Keuangan..................................................................552. Pendekatan Discounted Cash Flow.........................................................563. Pendekatan Price Earning Ratio ............................................................584. Hasil Penilaian Harga Wajar Saham.......................................................59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum Bursa ..............................................................................61
1. Bursa Efek Indonesia ..............................................................................612. Philippine Stock Exchange......................................................................633. Euronext Amsterdam Stock Exchange ....................................................644. Frankfurt Stock Exchange.......................................................................66
B. Gambaran Umum Perusahaan Sampel.........................................................671. Delta Djakarta Tbk..................................................................................672. San Miguel Corporation .........................................................................683. Multi Bintang Tbk...................................................................................714. Heineken Holding N.V............................................................................735. Unilever Indonesia Tbk ..........................................................................736. Unilever N.V. .........................................................................................74
xi
7. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ..........................................................778. HeidelbergCement AG.............................................................................78
C. Penyajian Data .............................................................................................791. Delta Djakarta Tbk...................................................................................792. San Miguel Corporation...........................................................................823. Multi Bintang Tbk ...................................................................................844. Heineken Holding N.V.............................................................................865. Unilever Indonesia Tbk............................................................................896. Unilever N.V. ...........................................................................................917. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ..........................................................938. HeidelbergCement AG.............................................................................95
D. Analisis dan Interpretasi Data .....................................................................981. Analisis Kinerja Keuangan .....................................................................982. Penilaian Harga Saham ............................................................................124
a. Metode Discounted Cash Flow............................................................124b. Metode Price Earning Ratio................................................................173c. Hasil Penilaian Harga Saham...............................................................192d. Pembahasan .........................................................................................194
BAB V PENUTUPA. Kesimpulan ..................................................................................................199B. Saran ............................................................................................................201
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................202LAMPIRAN.........................................................................................................207
xii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Tabel Penelitian Terdahulu 173.1 Daftar Populasi Penelitian 493.2 Daftar Sampel Penelitian 534.1.1 Ringkasan Laporan Keuangan Delta Djakarta Tbk 2011-2013 794.1.2 Ringkasan Laporan Keuangan Delta Djakarta Tbk 2014-2016 804.2.1 Ringkasan Laporan Keuangan San Miguel Corp 2011-2013 824.2.2 Ringkasan Laporan Keuangan San Miguel Corp 2014-2016 824.3.1 Ringkasan Laporan Keuangan Multi Bintang Tbk 2011-2013 844.3.2 Ringkasan Laporan Keuangan Multi Bintang Tbk 2014-2016 854.4.1 Ringkasan Laporan Keuangan Heineken Holding N.V. 2011-2013 874.4.2 Ringkasan Laporan Keuangan Heineken Holding N.V. 2014-2016 874.5.1 Ringkasan Laporan Keuangan Unilever Indonesia Tbk 2011-2013 894.5.2 Ringkasan Laporan Keuangan Unilever Indonesia Tbk 2014-2016 894.6.1 Ringkasan Laporan Keuangan Unilever N.V. Tbk 2011-2013 914.6.2 Ringkasan Laporan Keuangan Unilever N.V. Tbk 2014-2016 914.7.1 Ringkasan Laporan Keuangan INTP Tbk 2011-2013 934.7.2 Ringkasan Laporan Keuangan INTP Tbk 2014-2016 944.8.1 Ringkasan Laporan Keuangan HeidelbergCement AG 2011-2013 964.8.2 Ringkasan Laporan Keuangan HeidelbergCement AG 2011-2013 964.9 Perkembangan Rasio Fundamental Delta Djakarta Tbk 2011-2015 984.10 Perkembangan Rasio Fundamental San Miguel Corp 2011-2015 1024.11 Perkembangan Rasio Fundamental Multi Bintang Tbk 2011-2015 1054.12 Perkembangan Rasio Fundamental Heineken Holding N.V. 2011-2015 1094.13 Perkembangan Rasio Fundamental UNVR Indonesia Tbk 2011-2015 1124.14 Perkembangan Rasio Fundamental Unilever N.V. Tbk 2011-2015 1154.15 Perkembangan Rasio Fundamental INTP Tbk 2011-2015 1184.16 Perkembangan Rasio Fundamental HeidelbergCement AG 2011-2015 1214.17 Perhitungan free cash flow Delta Djakarta Tbk 1254.18 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Delta Djakarta Tbk 1254.19 Future Value dari Free Cash Flow Delta Djakarta Tbk 1274.20 Present Value dari Free Cash Flow Delta Djakarta Tbk 1304.21 Perhitungan free cash flow San Miguel Corporation 1314.22 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow San Miguel Corporation 131
xiii
No Judul Halaman
4.23 Future Value dari Free Cash Flow San Miguel Corporation 1334.24 Present Value dari Free Cash Flow San Miguel Corporation 1354.25 Perhitungan free cash flow Multi Bintang Tbk 1374.26 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Multi Bintang Tbk 1374.27 Future Value dari Free Cash Flow Multi Bintang Tbk 1394.28 Present Value dari Free Cash Flow Multi Bintang Tbk 1424.29 Perhitungan free cash flow Heineken Holding N.V. 1434.30 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Heineken Holding N.V. 1434.31 Future Value dari Free Cash Flow Heineken Holding N.V. 1454.32 Present Value dari Free Cash Flow Heineken Holding N.V. 1484.33 Perhitungan free cash flow Unilever Indonesia Tbk 1494.34 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Unilever Indonesia Tbk 1494.35 Future Value dari Free Cash Flow Unilever Indonesia Tbk 1514.36 Present Value dari Free Cash Flow Unilever Indonesia Tbk 1534.37 Perhitungan free cash flow Unilever N.V. 1554.38 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Unilever N.V. 1554.39 Future Value dari Free Cash Flow Unilever N.V. 1574.40 Present Value dari Free Cash Flow Unilever N.V. 1594.41 Perhitungan free cash flow INTP Tbk 1614.42 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow INTP Tbk 1614.43 Future Value dari Free Cash Flow INTP Tbk 1634.44 Present Value dari Free Cash Flow INTP Tbk 1654.45 Perhitungan free cash flow HeidelbergCement AG 1674.46 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow HeidelbergCement AG 1674.47 Future Value dari Free Cash Flow HeidelbergCement AG 1694.48 Present Value dari Free Cash Flow HeidelbergCement AG 1714.49 Tingkat Pertumbuhan Dividen (g) Delta Djakarta Tbk 1734.50 Tingkat Pertumbuhan Dividen (g) San Miguel Corporation 1754.51 Tingkat Pertumbuhan Dividen (g) Multi Bintang Tbk 1784.52 Tingkat Pertumbuhan Dividen (g) Heineken Holding N.V. 1814.53 Tingkat Pertumbuhan Dividen (g) Unilever Indonesia Tbk 1824.54 Tingkat Pertumbuhan Dividen (g) Unilever N.V. 1854.55 Tingkat Pertumbuhan Dividen (g) INTP Tbk 1874.56 Tingkat Pertumbuhan Dividen (g) HeidelbergCement AG 1894.57 Hasil Penilaian Harga Saham menggunakan metode DCF 1924.58 Hasil Penilaian Harga Saham menggunakan metode PER 193
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Chart Pergerakan IHSG Selama Tahun 2011-2016 9
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan usaha dari suatu perusahaan pada kondisi perekonomian
saat ini sangat dipengaruhi oleh modal. Modal yang dimiliki oleh perusahaan
dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasional dari perusahaan dan
untuk mengembangkan usahanya. Sumber permodalan dari perusahaan dapat
diperoleh dengan dua cara yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Sumber
internal dapat diperolah dari laba ditahan dan sumber eksternal diperoleh dari
hasil penawaran umum saham kepada publik (Go Public melalui pasar modal).
“Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk meningkatkan
kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham” (Hartono,2014:29).
Perusahaan yang ingin mendapatkan tambahan dana dari melakukan penjualan
saham di pasar modal harus melakukan proses Initial Public Offering (IPO)
terlebih dahulu. “IPO adalah proses kali pertama sebuah saham dijual kepada
masyarakat (oleh perusahaan yang go public)” (May ,2013:219). Tujuan dari
perusahaan yang melakukan IPO adalah karena membutuhkan tambahan
modal/dana. Dana yang masuk biasanya digunakan perusahaan untuk
melakukan ekspansi atau membayar sebagian utang yang telah jatuh tempo.
“Manfaat dari proses IPO/ Go Public bagi perusahaan adalah: meningkatkan
modal dasar perusahaan, memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha,
2
mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (ekspansi) dan dapat
meningkatkan nilai perusahaan” (Sunariyah ,2003:20-21).
Pasar modal adalah suatu pasar yang mempunyai kegiatan melakukan
penawaran umum dan perdagangan efek yang melibatkan perusahaan publik
serta lembaga yang berkaitan dengan efek (UU No.8, 1995). Pasar modal
merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh investor sebagai
tempat untuk berinvestasi. Investor yang melakukan investasi sudah tentu
akan mengharapkan keuntungan dari investasinya di pasar modal. Keuntungan
yang akan diterima oleh investor apabila melakukan investasi di pasar modal
dapat berupa deviden yang biasanya dibagikan setiap tahun dan juga dapat
berupa kenaikan harga saham perusahaan atau yang biasa disebut dengan
capital gain.
Di era globalisasi saat ini, investasi di pasar modal tidak hanya dapat
dilakukan di satu negara saja, tetapi bisa juga dilakukan di pasar modal dari
berbagai negara (investasi internasional) yang memiliki keterbukaan informasi
dan membuka kesempatan kepemilikan saham bagi investor asing. Teori yang
mendukung pernyataan ini adalah berasal dari Markowitz (1952:77) yang
menganjurkan kepada investor untuk melakukan diversifikasi terhadap
portofolio investasinya karena diversifikasi terhadap portofolio dapat
mengurangi risiko. Pada konteks investasi internasional, investor dapat
melakukan diversifikasi pada berbagai aset atau sekuritas di berbagai pasar
modal dunia. “Harapan dari melakukan diversifikasi internasional bagi
investor adalah dapat memberikan tingkat return yang lebih tinggi dan
3
manfaat pengurangan risiko yang lebih besar dibanding berinvestasi pada
pasar dalam negeri (lokal) saja” (Tandelilin, 2010:505).
Pasar modal memiliki berbagai instrumen keuangan yang dapat dipilih
oleh investor sebagai pilihan investasi. “Terdapat berbagai instrumen keuangan
yang diperdagangkan di pasar modal yaitu instrumen jangka panjang (jangka
waktu lebih dari 1) seperti saham, obligasi, warran, right, reksa dana, dan
berbagai instrumen derivatif seperti option,futures dan lain-lain” (May
,2013:75). Instrumen investasi yang paling banyak diminati oleh investor di
pasar modal adalah saham. Manulife Financial menilai Indonesia memiliki
potensi peningkatan basis investor, khususnya pada sektor saham yang secara
langsung terjadi peningkatan minat paling tinggi dibanding dengan instrumen
investasi lainnya (www.merdeka.com, diakses pada 30 Mei 2017). Investor
ketika ingin melakukan investasi perlu melakukan analisis terlebih dahulu
sebelum menentukan saham apa yang akan dibeli atau dijual. Analisis tersebut
dilakukan untuk mengurangi risiko yang akan timbul karena melakukan
investasi.
Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir resiko yang diterima
oleh investor ketika akan melakukan keputusan pembelian atau penjualan
saham yaitu dengan terlebih dahulu melakukan penilaian/valuasi saham.
Penilaian harga saham ini diperlukan untuk mengetahui apakah nilainya sedang
wajar (correctly valued), sedang murah (undervalued), atau sedang mahal
(overvalued). Naik-turunnya pergerakan harga saham membuat investor harus
4
melakukan analisis dalam setiap keputusan yang akan dilakukan baik itu jual
atau beli sesuai dengan hasil dari analisis tersebut.
Analisis penilaian/ valuasi saham dapat dilakukan juga agar terhindar
dari fenomena mispriced (harga saham yang tidak sesuai dengan semestinya)
yang dapat merugikan investor. Fenomena mispriced disebabkan oleh adanya
perilaku herding. “The herding behaviour of investors can be defined as the
tendency of the investors to imitate the actions of other market participants,
thus ignoring their own information and beliefs” (Filip et al, 2015:307).
Perilaku herding dapat disimpulkan sebagai perilaku yang tidak rasional dari
investor karena keputusan investasi yang dilakukannya adalah hanya dengan
melihat tindakan dari investor lain tanpa melakukan analisis terlebih dahulu
terhadap sebuah saham. Masih banyak investor di berbagai negara baik itu di
Indonesia dan di beberapa negara lain yang memiliki stock market, di
dalamnya banyak yang melakukan praktik herding. Menurut Chiang et al
(2013:196) pada penelitian yang dilakukannya periode 1997-2009 di bursa
Pacific-Basin yang terdiri dari 10 negara yaitu Australia, China, Hongkong,
Indonesia, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Singapura, Taiwan dan Thailand
dengan menggunakan metode time-varying kalman filter dan metode cross-
sectional deviation ditemukan bukti yang signifikan bahwa perilaku herding
terjadi di seluruh bursa saham yang dijadikan obyek penelitian. Pada penelitian
ini peneliti mencoba memberikan beberapa cara perhitungan analisis
fundamental yang diharapkan dapat membantu para investor untuk dapat
melakukan analisis terlebih dahulu sebelum melakukan keputusan investasi.
5
“Terdapat dua teknik analisis yang biasa dipakai oleh untuk mengetahui
apakah suatu saham layak beli pada saat tertentu atau tidak yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal” (Wira ,2014:3). Analisis fundamental yaitu
analisis yang memperhitungkan berbagai faktor baik itu dari segi kinerja
perusahaan ,analisis persaingan bisnis perusahaan, analisis industri dan analisis
ekonomi baik makro maupun mikro. Tujuan dilakukannya analisis ini adalah
untuk mengetahui apakah kondisi harga saham itu sedang overvalued (mahal)
atau undervalued (murah). Analisis yang kedua yaitu analisis teknikal. Analisis
teknikal adalah teknik yang menganalisa fluktuasi harga saham dalam rentang
waktu tertentu. Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk mengetahui
apakah suatu saham itu ada dalam kondisi overbought (jenuh beli) atau
oversold (jenuh jual).
Analisis fundamental dapat digunakan oleh investor karena dapat
memberikan hasil penilaian harga saham yang ada di pasar saat ini, apakah
sudah terlalu overvalued (mahal), atau terlalu undervalued (murah) (Wira,
2014:3). Hasil dari nilai harga wajar saham yang dibandingkan dengan harga di
pasar dapat membantu investor untuk melakukan keputusan investasi yaitu
pembelian dan penjualan. Apabila nilai harga wajar saham lebih tinggi dari
nilai pasar saat ini maka investor dapat membeli saham tersebut dan apabila
harga wajar saham lebih rendah dari nilai pasar saat ini maka investor dapat
menjual saham tersebut.
Analisis fundamental yang digunakan untuk menilai harga wajar saham
pada penelitian ini menggunakan discounted cash flow dan price earning ratio.
6
“Pada metode discounted cash flow teori yang mendasari metode perhitungan
ini adalah seluruh arus kas yang mengalir diperusahaan di masa depan (future
value) bila didiskontokan adalah merupakan nilai wajar dari saham tersebut
(present value)” (Wira 2014:142). Metode discounted cash flow merupakan
metode yang menggunakan konsep Time Value of Money. Perhitungan metode
ini menggunakan arus kas seperti net income, free cash flow, dan operating
cash flow yang di hitung future value nya lalu didiskontokan untuk
mendapatkan nilai harga wajar saham (Filbert dan Prasetya, 2017:175). “Arus
kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai dari sebuah perusahaan”
(Hartono, 2014:162). Peneliti memilih menggunakan free cash flow sebagai
arus kas yang digunakan berdasarkan pendapat dari Chan dan Lui (2011:29)
yaitu:
“The DCF models requires us to find out exactly how much real cash
flow into the business. This is what we call the free cash flow. FCF is the
cash flow available for distribution to all investors after the company has
used the money it needs for its operations. Consider it as the profit that’s
left after the company has met all its business expenses”.
Metode perhitungan penilaian saham kedua yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode price earning ratio. Perhitungan yang digunakan
adalah perbandingan antara harga per lembar saham dengan earning per share
perusahaan. “Metode price earning ratio (menggunakan nilai laba
perusahaan/earnings) merupakan alternatif perhitungan selain menggunakan
arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai intrinsik perusahaan”
(Hartono, 2014:176). “Pendekatan PER merupakan pendekatan yang populer
dan sering dipakai di kalangan analis saham dan para praktisi” (Tandelilin,
7
2010:320). Metode-metode ini merupakan metode dasar yang melihat arus kas
dan pendapatan perusahaan untuk mencari harga wajar saham perusahaan.
Studi perusahaan yang dipilih pada penelitian ini adalah pada perusahaan
multinasional yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan Induk
Perusahaannya. Peneliti memilih menggunakan perusahaan tersebut karena
merupakan perusahaan dengan skala bisnis internasional dan perusahaan yang
merupakan subsidiary dari induk perusahaan yang ada di luar negeri.
“Hubungan antara anak dan induk perusahaan dapat diartikan sebagai
hubungan antara badan hukum, dan hubungan tersebut dapat terjadi akibat
adanya kepemilikan saham” (Sulistiowati, 2013:17). Induk perusahaan
memiliki kewenangan untuk menjadi pimpinan utama yang dapat
mengendalikan dan mengkoordinasikan anak perusahaannya dalam suatu
kesatuan ekonomi.
Anak perusahaan dan induk perusahaan memiliki hubungan keterkaitan
diantara keduanya. Hal-hal yang dilakukan oleh anak perusahaan memiliki
pengaruh bagi induk perusahaannya, begitu pula sebaliknya. Pernyataan ini
diperkuat dari beberapa hasil penelitian. Penelitian dari Graham dan
Lefanowicz (1997:16) menunjukkan secara empiris terdapat hubungan antara
perubahan harga saham induk perusahaan terhadap pengumuman hasil
pendapatan dari anak perusahaan. Bagi induk perusahaan yang memiliki anak
perusahaan tercatat di bursa, maka salah satu sumber informasi relevan yang
dapat digunakan untuk valuasi induk perusahaan adalah laporan keuangan anak
perusahaan. Penelitian dari Okuda dan Shiiba (2010:53) menunjukkan terdapat
8
hubungan antara anak dan induk perusahaan di Jepang. Pengumuman hasil
return on equity (ROE) dari anak perusahaan memiliki efek yang besar dalam
menggerakkan stock return dari induk perusahaan dibandingkan dengan
pengumuman hasil ROE dari induk perusahaan itu sendiri. Kinerja dari anak
perusahaan dapat menjadi indikator penting dari kinerja perusahaan secara
konsolidasi.
Tahun penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pada tahun
2011-2016. Alasan peneliti memilih periode penelitian ini adalah pada rentang
tahun tersebut secara umum IHSG mencatatkan kenaikan setiap tahunnya.
“IHSG merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja
gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek” (Sunariyah, 2003:126).
IHSG adalah gambaran dari pergerakan saham dan dapat menjadi pedoman
bagi investor yang ingin bertransaksi jual beli di pasar modal. “Situasi pasar
secara umum dapat diketahui jika kita mengetahui indeks harga saham
gabungan” (Anoraga dan Pakarti, 2006:102). Berdasarkan pendapat tersebut
kenaikan IHSG selama rentang tersebut menandakan situasi pasar secara
umum berada dalam kondisi terus berkembang dan semakin baik setiap
tahunnya. Situasi pasar yang sedang baik tentunya dapat menciptakan kondisi
yang mendukung para investor untuk bisa mendapatkan keuntungan yang lebih
besar. Berikut ini merupakan gambar 1 chart pergerakan IHSG selama tahun
2011-2016:
9
Gambar 1 Chart Pergerakan IHSG selama tahun 2011-2016
Sumber: investing.com, 2017
Gambar 1 menunjukkan bahwa IHSG mengalami kenaikan selama tahun
2011-2013, akan tetapi sempat mengalami penurunan pada bulan Mei-
September 2013. IHSG mengalami kenaikan kembali selama tahun 2014-2015,
akan tetapi sempat mengalami penurunan kembali pada bulan Mei-September
2015. Pada bulan oktober tahun 2015 sampai dengan Desember 2016 IHSG
mengalami kenaikan. Secara umum IHSG mengalami pertumbuhan selama
periode penelitian yaitu 2011-2016 dimana pada bulan Januari 2011 IHSG
berada di 3727 dan pada Bulan Desember 2016 IHSG berada di 5296.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Analisis Fundamental
Menggunakan Discounted Cash Flow dan Price Earning Ratio untuk
Menilai Kewajaran Harga Saham (Studi pada Perusahaan Multinasional
10
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2016 dan Induk
Perusahaannya)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada dapat
dijelaskan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penilaian harga wajar saham perusahaan multinasional yang
terdaftar di BEI dan induk perusahaannya dengan analisis fundamental
menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF)?
2. Bagaimana penilaian harga wajar saham perusahaan multinasional yang
terdaftar di BEI dan induk perusahaannya dengan analisis fundamental
menggunakan metode Price Earning Ratio (PER)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yang
diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui harga wajar saham perusahaan multinasional yang terdaftar di
BEI dan induk perusahaannya dengan analisis fundamental menggunakan
metode Discounted Cash Flow (DCF)
2. Mengetahui harga wajar perusahaan multinasional yang terdaftar di BEI dan
induk perusahaannya dengan analisis fundamental menggunakan metode
Price Earning Ratio (PER)
11
D. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu
dari aspek akademis maupun aspek praktis. Adapun kontribusi dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Kontribusi Praktis
a. Bagi Penulis, memberikan pengetahuan baru dalam penerapan teori
tentang pasar modal yang didapatkan selama perkuliahan khususnya pada
analisis fundamental saham, dan penilaian harga wajar saham.
b. Bagi pihak lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebuah bahan pertimbangan atau referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya dengan topik yang sama yaitu penilaian harga wajar saham.
2. Kontribusi Teoritis
a. Memberikan gambaran umum kepada pembaca tentang bagaimana cara
melakukan analisis fundamental saham untuk menilai kewajaran harga
saham.
b. Memberikan pertimbangan/referensi bagi investor untuk dapat membuat
keputusan melakukan pembelian atau penjualan saham yang dimilikinya.
E. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini akan disusun secara sistematis agar mudah
dipahami. Adapun sistematis pembahasan tersebut sebagai berikut:
12
BAB I : Pendahuluan.
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang didalamnya
terdapat alasan yang mendukung permasalahan dari penelitian ini
,rumusan masalah yang berisi tentang masalah yang akan dicari
solusinya melalui penelitian ini, tujuan penelitian yang berisi
tentang hal yang akan didapat dari penelitian ini dan yang terakhir
adalah sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka.
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendasari penelitian ini yang
terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini, teori-teori mengenai Perusahaan Multinasional,
pengertian pasar modal, manfaat dari pasar modal,investasi,jenis-
jenis saham, valuasi harga wajar saham dengan metode Discounted
Cash Flow dan Relative Valuation, serta pengambilan keputusan
investasi
BAB III : Metode Penelitian.
Bab ini berisi tentang penjelasan metode yang digunakan di
dalam penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, lokasi
penelitian, fokus penelitian, populasi dan sampel, sumber data
serta teknik pengumpulan dan analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang profil dari perusahaan, penyajian data serta
analisis data.
13
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari analisis yang telah
dilakukan serta saran-saran dari hasil penelitian yang dapat
digunakan sebagai perbaikan maupun alternatif pemecahan
masalah.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Berbagai macam penelitian telah dilakukan dengan menggunakan
analisis fundamental tujuannya untuk menilai kewajaran harga saham antara
lain:
1. Brilliand (2016)
Penelitian ini menggunakan metode perhitungan DDM dan PER
dengan studi pada tiga perusahaan multinasional yang tercatat pada sub
sektor semen dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa selama periode 2013-2015, ketiga
perusahaan yaitu SMCB, INTP dan SMGR berada dalam kondisi
undervalued atau dinilai sedang murah sehingga rekomendasi yang
diberikan adalah untuk membeli saham ketiga perusahaan tersebut
2. Nugroho (2012)
Analisis fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan DCF dan relative valuation. Studi penelitian ini adalah pada
enam perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2006 – 2011. Hasil penelitian ini adalah
ASII,BBCA,TLKM,BMRI,BBRI dan UNTR semuanya berada dalam
kondisi undervalued atau dinilai sedang murah sehingga
15
rekomendasi yang diberikan adalah untuk membeli saham keenam
perusahaan tersebut.
3. Anggraini (2016)
Penelitian ini menggunakan metode perhitungan PER. Studi pada
penelitian ini adalah perusahaan sektor barang konsumsi yang listing di BEI
periode 2012-2015. Hasil dari penelitian tersebut adalah kedua perusahaan
yaitu PT Merck Indonesia Tbk dan PT Unilever Indonesia Tbk ada dalam
keadaan correctly valued (nilai intrinsic sama dengan harga pasar saham)
sehingga rekomendasi yang diberikan untuk kedua saham ini adalah
melakukan hold.
4. Panda (2013)
Penelitian ini menggunakan metode perhitungan DCF dengan
menggunakan arus kas EFCF. Studi pada penelitian ini adalah lima
perusahaan yang tercatat di National Stock Exchange of India (NSE) periode
Januari 2001 – 31 Desember 2010. Sample perusahaan dipilih berdasarkan
dua kategori yaitu perusahaan masuk ke dalam indeks dan merupakan
perusahaan kategori “A” di dalam NSE. Terdapat sebuah t-test yang
dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi dari deviasi antara perhitungan
nilai intrinsik dengan nilai pasar. Dengan menetapkan hipotesis nol, maka
hasiln yang ditemukan pada 5t perhitungan menggunakan EFCF, nilai dari 4
t menunjukkan hasil hipotesis nol dan mendukung ketahanan model EFCF.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa valuasi menggunakan DCF
16
dapat digunakan untuk memperkirakan harga wajar saham apabila
menggunakan nilai yang benar dan menggunakan teknik yang tepat.
5. Truong (2009)
Penelitian ini menggunakan perhitungan PER. Studi penelitian ini
adalah pada semua perusahaan yang ada di New Zealand Stock Exchange
periode Januari 1997- Desember 2007. Data yang diambil dalam peneltian
ini adalah harga penutupan saham dari DataStream dan actual earning per
share dari IBES (Institutional Broker’s Estimate System). Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa saham dengan PE rendah bisa
mengungguli saham dengan PE tinggi di New Zealand karena terdapat
fenomena mispricing. Hal ini dapat terjadi bisa karena kesalahan dari
investor dalam menilai performa saham sebelumnya. Fenomena mispricing
lebih mirip seperti perusahaan dengan PE rendah tetapi memiliki expected
growth rate yang masuk akal.
17
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
terdahulu
Penelitian ini
1. Brilliand
(2016)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
selama periode 2013-
2015, ketiga
perusahaan yaitu
SMCB,INTP dan
SMGR berada dalam
kondisi undervalued /
dinilai sedang
murah.,sehingga
rekomendasi yang
diberikan adalah
untuk membeli saham
ketiga perusahaan
tersebut
1. Melakukan
penilaian
saham
dengan
menggunaka
n metode
PER
1. Studi pada
perusahaan
multinasional
sub sektor
semen.
2. Periode
Penelitian
2013-2015
1. Studi pada
perusahaan
multinasio
nal dan
induk
perusahaan
nya.
2. Periode
Penelitian
2011-2015
2. Nugroho
(2012)
Hasil dari penelitian
ini dengan
menggunakan metode
Discounted Cash
Flow dan Relative
Valuation yaitu
Emiten
ASII,BBCA,TLKM,B
MRI,BBRI dan
UNTR semuanya
berada dalam kondisi
undervalued /dinilai
sedang murah
sehingga rekomendasi
yang diberikan adalah
untuk membeli saham
keenam perusahaan
tersebut.
1. Melakukan
penilaian
saham
dengan
menggunaka
n metode
DCF dan
Metode PER
2. Membanding
kan nilai
intrinsik
saham
dengan close
price
1. Studi pada
perusahaan
yang
tergabung
dalam Indeks
LQ-45
2. Periode
Penelitian
2006-2011
1. Studi pada
perusahaan
multinasion
al dan
induk
perusahaan
nya.
2. Periode
Penelitian
2011-2015
18
Lanjutan Tabel 2.1
No Peneliti
(Tahun)
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
terdahulu
Penelitian ini
3. Anggraini
(2016)
Hasil dari penelitian
ini adalah PT Merck
Indonesia Tbk dan
PT Unilever
Indonesia Tbk ada
dalam keadaan
correctly valued
(nilai intrinsik sama
dengan harga pasar
saham) sehingga
rekomendasi yang
diberikan untuk
kedua saham ini
adalah melakukan
hold.
1. Melakukan
penilaian
saham
dengan
menggunaka
n metode
PER
2. Membanding
kan nilai
intrinsik
saham
dengan close
price
1. Studi pada
perusahaan
multinasional
sektor industri
barang
konsumsi.
2. Periode
Penelitian
2013-2015
1. Studi pada
perusahaan
multinasion
al dan
induk
perusahaan
nya.
2. Periode
Penelitian
2011-2015
4. Panda
(2013)
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa valuasi
Discounted Cash
Flow dapat
digunakan untuk
memperkirakan
harga wajar saham
apabila
menggunakan nilai
yang benar dan
menggunakan teknik
yang tepat .
1. Melakukan
penilaian
saham
dengan
menggunaka
n metode
DCF
1. Studi pada 5
perusahaan
di NSE.
2. Periode
Penelitian
2006-2011
3. Menggunaka
n Hipotesis
&
perhitungan
Statistik
1. Studi pada
perusahaan
multinasion
al dan
induk
perusahaan
nya.
2. Periode
Penelitian
2011-2015
19
Lanjutan Tabel 2.1
No Peneliti
(Tahun)
Hasil Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
terdahulu
Penelitian ini
5. Truong
(2009)
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa saham
dengan PE rendah
bisa mengungguli
saham dengan PE
tinggi di New
Zealand karena
terdapat fenomena
mispricing. Hal ini
dapat terjadi bisa
karena kesalahan
dari investor dalam
menilai performa
saham sebelumnya
1. Melakukan
penilaian
saham
dengan
menggunak
an metode
PER
1. Studi pada
perusahaan di
NZE
2. Periode
Penelitian
1997-2007
3. Menggunakan
Beta &
Standard
Deviasi
1. Studi pada
perusahaan
multinasional
dan induk
perusahaann
ya.
2. Periode
Penelitian
2011-2015
Sumber : Diolah Peneliti,2017
20
B. Tinjauan Teori
1. Saham
a. Definisi Saham
Saham merupakan sebuah produk utama dalam instrumen pasar
modal yang ditransaksikan (Filbert, 2014:3). Secara sederhana, saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan (Widoatmodjo, 2012:55). Dengan
membeli saham, investor mempunyai hak atas setiap keuntungan
perusahahaan yang dapat berupa dividen,klaim atas aset milik perusahaan
dan dapat hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
b. Jenis – Jenis Saham
Menurut Filbert (2014:2) saham menurut klasifikasinya terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1) Saham khusus
Saham khusus adalah saham yang memiliki hak khusus dalam
perusahaan (misalnya: mendapatkan pembagian keuntungan
perusahaan terlebih dahulu dibandingkan pemilik saham
lainnya)
2) Saham biasa
Saham biasa adalah saham yang tidak memiliki hak lebih selain
hak umum yaitu mendapatkan pembagian keuntungan sesuai
dengan jadwal pembagian keuntungan yang akan dirapatkan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
c. Return Investasi Saham
Setiap investor tentunya akan mengharapkan return dari setiap
investasi yang dilakukannya. Return investasi merupakan imbal hasil
yang dapat diperoleh dari investasi. Return dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu expected return dan actual return. “Return harapan adalah
21
tingkat return yang diantisipasi investor di masa depan”
(Tandelilin,2010:10). Actual return adalah hasil dari investasi yang sudah
diterima oleh investor. Actual return juga dapat digunakan sebagai
penentuan expected return dan risiko di masa depan (Jogiyanto
,2003:109). Return yang akan diterima oleh investor apabila berinvestasi
pada saham dapat berupa capital gain dan dividen.
d. Risiko Investasi Saham
Setiap investasi pasti selalu memiliki risiko yang akan diterima
oleh investor, tidak terkecuali pada investasi di pasar modal khususnya
pada instrumen saham. Menurut May (2013:105-106) beberapa risiko
yang mungkin muncul saat berinvestasi/trading saham adalah :
1) Capital Loss
Seorang investor / trader bisa mengalami kerugian dari selisih
harga beli dan jual, yang disebut dengan capital loss
2) Risiko Likuidasi
Jika perusahaan/emiten dinyatakan bangkrut oleh pengadilan
atau perusahaan itu dibubarkan, maka hak klaim dari pemegang
saham mendapatkan prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban
perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan
kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara
proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak
terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak
akan memperoleh apa-apa. Ini merupakan risiko terberat dari
seorang pemegang saham.
Kesimpulan dari penjelasan diatas, investasi di pasar modal
memiliki dua risiko yaitu risiko capital loss dan risiko likuidasi. Risiko-
risiko ini tentunya dapat dihindari oleh setiap investor apabila melakukan
analisis saham baik itu menggunakan analisis teknikal atau analisis
fundamental terlebih dahulu sebelum melakukan keputusan investasi.
22
2. Investasi
a. Definisi Investasi
“Investasi adalah mengeluarkan sumberdaya finansial atau sumber
daya lainnya untuk memiliki suatu aset di masa sekarang yang bertujuan
untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang” (Lubis
,2009:1). Terdapat pendapat lainnya tentang pengertian investasi yaitu
“investasi adalah sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan
pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
yang akan datang berupa peningkatan harga saham (capital gain) atau
dividen sebagai imbalan investasi tersebut”(Tandelilin,2010:3).
Kesimpulan dari pendapat-pendapat diatas adalah, investasi merupakan
aktifitas yang mengeluarkan sejumlah dana cara membeli aktiva tertentu
pada periode waktu tertentu pula dengan harapan akan mendapatkan
keuntungan sebagai imbalan dari investasi tersebut. Investasi yang
utamanya dalam hal ini dilakukan di pasar modal diharapkan dapat
memberikan keuntungan bagi investor agar sejalan dengan keuntungan
yang didapatkan perusahaan dari tambahan dana yang diiberikan oleh
investor.
b. Tujuan Investasi
Tujuan investasi adalah memunculkan peluang peningkatan
kesejahteraan moneter dengan tolak ukur pertambahan nilai finansial dari
aset yang dimiliki saat ini di masa yang akan datang (Lubis, 2009:1).
Tujuan investasi lainnya menurut Tandelilin (2010:8) adalah:
23
1) Mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa depan
2) Mengurangi tekanan inflasi dengan memiliki perusahaan atau
obyek lain yang memiliki potensi keuntungan sehingga terhindar
dari penurunan kekayaan di masa depan.
3) Upaya dalam menghemat pajak. Beberapa negara membuat
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan fasilitas perpajakan
sebagai usaha untuk mendorong pertumbuhan.
Tujuan seseorang melakukan investasi adalah untuk mendapatkan
keuntungan di masa depan. Tujuan lain sesorang melakukan investasi
adalah memberikan ketenangan kepada orang yang melakukannya karena
dapat terhindar dari penurunan kekayaan di masa depan akibat dari
inflasi.
c. Jenis- Jenis Investasi
Menurut Sunariyah (2003:4) kepemilikan aset finansial dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Investasi langsung yaitu suatu pemilikan surat-surat berharga
secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go
public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa
penghasilan dividen dan capital gains.
2) Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga
yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi
(investment company) yang berfungsi sebagai perantara.
Investasi di pasar modal dengan instrumen saham adalah termasuk
jenis dari investasi langsung. Investasi di instrumen saham termasuk
investasi langsung adalah karena investor dapat memiliki saham suatu
perusahaan yang telah go publik secara langsung pada saat ketika
melakukan pembelian dan bisa mendapatkan keuntungan berupa dividen
dan capital gain.
24
3. Investasi Internasional
a. Definisi Investasi Internasional
“Investasi secara internasional mengandung arti adanya
kemungkinan untuk melakukan investasi pada berbagai jenis aset atau
sekuritas, pada berbagai negara sekaligus” (Tandelilin,2010:335).
Investasi Internasional dapat diartikan juga sebagai aktivitas dengan
mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli aktiva tertentu di berbagai
negara sekaligus (tidak hanya di satu negara saja) dengan harapan akan
mendapatkan keuntungan dari investasi tersebut. Pada umumnya,
investor biasanya hanya melakukan investasi pada pasar modal dalam
negeri (lokal) saja. Padahal sebenarnya masih terbuka peluang bagi
mereka untuk melakukan diversifikasi internasional dengan melakukan
investasi pada berbagai pasar modal di berbagai negara. “Diversifikasi
internasional dapat memberikan manfaat lebih bagi investor dibanding
dengan hanya berinvestasi pada pasar lokal” (Tandelilin, 2010:336).
b. Risiko Investasi Internasional
Sebelum memutuskan untuk melakukan investasi pada pasar modal
di luar negeri, menurut Noren (2006:56) terdapat beberapa pertimbangan
yang harus dilihat oleh investor sebelum melakukan investasi saham di
luar negeri yaitu:
1) Ekstra hati-hati ketika berinvestasi di emerging market,
walaupun terkadang memiliki return yang sangat tinggi, tetapi
juga memiliki risiko yang tinggi. salah satu risiko signifikan
yang sering terjadi di emerging market adalah risiko politik.
25
2) Berhati-hati dengan fluktuasi mata uang, berinvestasi di luar
negeri berarti membuat risiko akan menjadi bertambah yaitu
risiko pada fluktuasi mata uang.
3) Melihat pasar yang menghasilkan return di bawah rata-rata
dibandingkan dengan pasar di negara lainnya untuk sesekali, hal
ini dilakukan untuk mencari saham undervalued. Biasanya pasar
yang sesekali menghasilkan return di bawah rata-rata memiliki
banyak saham undervalued.
4) Informasi tentang perusahaan yang akan dibeli menjadi
pertimbangan utama dalam melakukan keputusan investasi,
jangan pernah membeli saham di suatu perusahaan hanya karena
negara dimana saham perusahaan tersebut diperjual belikan
merupakan negara yang populer di mata investor lainnya.
Sesuai dengan pendapat diatas, menurut Tandelilin (2010:510)
terdapat dua tambahan risiko apabila melakukan investasi secara
internasional yaitu:
1) Risiko nilai tukar, berkaitan dengan ketidakpastian pergerakan
nilai tukar antara mata uang domestik (mata uang asal negara
investor) dan mata uang luar negeri dimana investasi
internasional tersebut dilakukan.
2) Risiko politik, risiko ini disebabkan oleh ketidakpastian
suhu/perkembangan politik di suatu negara, peraturan yang
selalu berubah-ubah, atau kebijakan pajak yang terlalu
memberatkan.
Dibalik segala manfaat dari melakukan diversifikasi internasional,
investor tetap perlu berhati-hati sebelum melakukan investasi pada pasar
modal di luar negeri. Risiko dalam melakukan investasi di luar negeri
dapat menjadi perhatian khusus bagi siapa saja yang akan melakukan
diversifikasi internasional agar return yang didapatkan akan menjadi
maksimal.
c. Investor Asing
Investor di setiap negara biasanya memiliki pertimbangan yang
berbeda-beda sebelum melakukan keputusan investasi. Pertimbangan
26
investor asing dalam keputusan investasi pada suatu perusahaan biasanya
hanya fokus ke variabel keuangan dari perusahaan (Chandra,2010:112) ,
ada pun variabelnya yaitu:
1) Dividend Yield
Investor asing lebih memilih saham-saham dari perusahaan
dengan tingkat dividen yang tinggi
2) Beta
Investor asing lebih memilih saham yang memiliki fluktuasi
yang rendah bila dibandingkan dengan kondisi pasar. Hal ini
menunjukkan bahwa investor asing lebih memilih untuk
menghindari risiko (risk averse)
3) Book to Market
Investor asing lebih memilih saham dengan book to market yang
rendah. Book to market yang rendah menunjukkan bahwa
perusahaan itu merupakan perusahaan yang bertumbuh dan
memiliki profitabilitas yang tinggi.
4. Pasar Modal
a. Definisi Pasar Modal
“Pasar Modal merupakan pasar yang memperjualbelikan berbagai
instrumen keuangan” (May,2013:74). Instrumen keuangan yang
diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang
(jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right,
reksa dana, dan berbagai instrumen derivative seperti option, futures, dan
lain-lain.
“Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang
memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan
financial assests (dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan
investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi
(melalui pasar sekunder)” (Anoraga dan Pakarti ,2006:5).
Pasar modal juga bisa disebut dengan tempat bertemunya pihak
yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana
27
(perusahaan) sehingga pasar modal dapat memberikan tambahan dana
untuk perusahaan yang membutuhkan dana untuk keperluan operasi
bisnisnya.
b. Jenis Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2003:13) jenis-jenis pasar modal ada beberapa
macam yaitu:
1) Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar Perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan
saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama
kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan
di bursa. Harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin
emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan
analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Peranan
penjamin emisi pada pasar perdana selain menentukan harga
saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada masyarakat
sebagai calon pemodal. dari uraian di atas menegaskan bahwa
pada pasar perdana, saham yang bersangkutan untuk pertama
kalinya diterbitkan emiten dan dari hasil penjualan saham
tersebut keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan.
2) Pasar Sekunder
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pada masa perdana. Jadi, pasar
sekunder merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lain
diperjual-belikan secara luas, setelah melalui penjualan di pasar
perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh
permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual.
3) Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas
lain di luar bursa (over the counter market). bursa paralel
merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi
diluar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang
diatur dan dilaksanakan oleh perserikatan perdagangan uang dan
efek dengan diawasi dan dibina oleh badan pengawas pasar
modal. Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan
informasi yang disebut “trading information”. Informasi yang
diberikan dalam pasar ini meliputi harga-harga saham, jumlah
transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang
bersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini pialang dapat
bertindak dalam kedudukan sebagai pedagang efek maupun
sebagai perantara pedagang.
28
4) Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar
investor atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu
pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui
perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan
semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block
scale).
c. Manfaat Pasar Modal
Pasar modal dapat memberikan manfaat positif untuk berbagai
pihak, salah satunya adalah dapat menjadi indikator dari majunya
perekonomian sebuah Negara. “Pasar modal memiliki peran penting
dalam kegiatan ekonomi” (Widoatmodjo,2012:15). Berbagai negara,
terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar
modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi sebab pasar
modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan.
Menurut Alwi (2003:18), Pasar Modal dapat memberikan manfaat bagi
pemerintah, dunia usaha, dan investor. yaitu:
1) Pasar Modal adalah sumber pendapatan bagi negara karena
perusahaan yang go public membayar pajak kepada negara.
2) Bagi Perusahaan, pasar modal menjadi alternative
penghimpunan dana, selain dari system perbankan yaitu dari
masyarakat dan pemodal, untuk membiayai kehidupan
perusahaan.
3) Pasar Modal adalah leading indicator bagi trend ekonomi
negara.
4) Pasar Modal menciptakan iklim yang sehat bagi perusahaan,
karena menyebarkan kepemilikan, keterbukaan dan
profesionalisme.
5) Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya
pasar modal dapat memberikan manfaat yang positif baik itu bagi
perekonomian Negara, bagi kemajuan perusahaan, memberikan lapangan
29
pekerjaan hingga dapat dijadikan sebagai pilihan investasi bagi
masyarakat. Manfaat - manfaat tersebut menunjukkan bahwa pasar modal
merupakan instrumen penting di dalam perkembangan perekonomian
negara. Oleh karena itu apabila kita dapat memanfaatkan dengan baik
keberadaan dari pasar modal, maka kita akan mendapatkan banyak
keuntungan.
5. Penawaran Umum Perdana / IPO
a. Definisi Penawaran Umum Perdana / IPO
Setiap perusahaan yang ingin menjual sahamnya kepada publik/
masyarakat umum harus terlebih dahulu melakukan proses go publik.
“IPO (Initial Public Offering) adalah proses kali pertama sebuah saham
dijual kepada masyarakat (oleh perusahaan yang go public)“ (May
,2013:219). Pendapat lain tentang IPO adalah kegiatan penawaran saham
/ efek lainnya yang dilakukan oleh emiten untuk menjual saham atau efek
kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam UU pasar
modal dan Peraturan Pelaksanaannya (Hadi, 2013:40).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, pada dasarnya penawaran
umum perdana / IPO merupakan proses penawaran efek perdana ke
masyarakat untuk pertama kalinya dan dilakukan berdasarkan UU pasar
modal dan peraturan pelaksanaannya. Proses penawaran umum perdana
ini harus dilakukan oleh setiap perusahaan yang ingin menjual efeknya/
sahamnya kepada publik. Dengan melakukan penawaran umum perdana,
maka status perusahaan akan beralih dari yang tadinya perusahaan
30
tertutup (private company) menjadi perusahaan terbuka (public
company).
b. Manfaat Proses Go Publik
Perusahaan yang sudah melakukan proses go publik dapat diartikan
sebagai perusahaan yang telah menjual sebagian saham kepada
masyarakat tentunya dapat memberikan manfaat bagi perusahaan.
manfaat yang akan diterima oleh perusahaan apabila melakukan go
publik menurut Hadi ( 2013:36 ) adalah:
1. Memperoleh Sumber Pendanaan Baru
Perusahaan memperoleh dana untuk pengembangan, baik untuk
penambahan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha
2. Memberikan competitive advantage untuk pengembangan
usaha
Perusahaan go publik yang kepemilikannya terdiversifikasi
memiliki konsekuensi baik terkait akuntabilitas,responsibilitas,
keterbukaan serta jaminan melaksanakan good corporate
governance
3. Dapat melakukan merger/akuisisi perusahaan lain dengan
pembiayaan melalui penerbitan saham baru
4. Peningkatan kemampuan going concern.
Going concern merupakan kemampuan perusahaan untuk tetap
dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi
yang dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan dll.
Perusahaan yang telah go publik umumnya memiliki
kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya akan
jauh lebih baik dibandingkan dengan perusahaan tertutup.
5. Meningkatkan citra perusahaan
Terdapat persepsi bahwa perusahaan yang telah go publik lebih
professional dibandingkan perusahaan private. Hal tersebut
terjadi karena perusahaan yang go publik harus mengikuti
persyaratan yang didalamnya termasuk good corporate
governance, serta banyak pihak yang mengawasi akibat
diversifikasi modal perusahaan.
6. Meningkatkan nilai perusahaan
Setiap adanya peningkatan kinerja operasional dan kinerja
keuangan umumnya akan berdampak pada harga saham di
bursa, yang akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan
secara keseluruhan.
31
Berdasarkan pendapat tersebut, manfaat dari melakukan proses
penawaran umum perdana / IPO bagi perusahaan adalah memperoleh
sumber pendanaan baru yang dapat digunakan perusahaan sebagai
tambahan modal kerja atau untuk ekspansi usaha. Memberikan
competitive advantage untuk pengembangan usaha dengan memiliki
konsekuensi untuk menjalankan good corporate governance. Melakukan
merger atau akuisisi dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru.
Peningkatan kemampuan going concern yaitu kemampuan perusahaan
untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun. Meningkatkan citra
perusahaan karena perusahaan setiap saat diawasi dan mendapatkan
perhatian dari media.
c. Proses Penawaran Umum Perdana / IPO
Terdapat beberapa prosedur yang berlaku sebelum perusahaan
melakukan penawaran umum perdana. Menurut Hadi (2013:39) ada
beberapa persiapan yang harus dilakukan perusahaan sebelum melakukan
penawaran umum perdana yaitu:
1) Memperoleh persetujuan dari pemegang saham melalui rapat
umum pemegang saham (RUPS).
2) Menunjuk penjamin emisi untuk membantu penyiapan semua
dokumen yang diperlukan, termasuk upaya pemasaran agar
penawaran umum tersebut sukses.
Menurut Hadi (2013:39) terdapat beberapa dokumen yang harus
dipersiapkan sebelum perusahaan melakukan proses penawaran umum
perdana yaitu:
1) Laporan keuangan yang diaudit akuntan publik yang terdaftar di
Bapepam-LK
32
2) Anggaran dasar berikut amandemennya yang disiapkan notaris
dan disahkan oleh instansi yang berwenang
3) Legal audit konsultan hukum yang terdaftar di Bapepam-LK
4) Laporan penilai independen, jika ada
5) Prospektus penawaran umum
6) Beberapa dokumen lain sebagaimana yang diatur dalam
ketentuan yang berlaku.
Dokumen-dokumen yang sudah disebutkan diatas, setelah
dilengkapi maka perusahaan yang akan melakukan proses penawaran
umum perdana akan melewati beberapa tahapan-tahapan. Menurut Hadi
(2013:40) Tahapan-tahapan dari go publik yaitu:
1) Tahap persiapan
Pada tahap ini hal pertama yang dilakukan adalah melakukan
RUPS. Hal tersebut perlu dilakukan agar mendapatkan
persetujuan dari pemegang saham lama. Setelah mendapatkan
persetujuan, perusahaan dapat menghubungi penjamin emisi
yang akan menjamin efek pada saat IPO.
2) Tahap pengajuan pernyataan pendaftaran
Pada tahap ini, perusahaan dengan penjamin emisi akan
membawa dokumen perusahaan yang terangkum dalam
prospektus perusahaan ke Bapepam-LK.
3) Tahap penjualan saham
Setelah Bapepan-LK menyatakan bahwa perusahaan yang
bersangkutan efektif maka saham dari perusahaan dapat
langsung dijual ke public.
4) Tahap pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Setelah perusahaan melakukan penawaran umum perdana, maka
perusahaan dapat langsung mencatatkan sahamnya.
Seluruh perusahaan yang ingin melakukan IPO wajib mengikuti
semua prosedur yang sudah ditetapkan seperti diatas.
6. Perusahaan Induk dan Perusahaan anak
a. Definisi perusahaan induk dan perusahaan anak
“Perusahaan induk atau holding company adalah perusahaan yang
memimpin beberapa perusahaan yang memiliki badan hukum dan
33
tergabung menjadi satu grup perusahaan” (Rastuti, 2015:103).
Perusahaan induk berposisi untuk mengontrol perusahaan lain atas dasar
kepemilikan saham pada perusahaan lain tersebut. Pada masa saat ini
induk perusahaan bisa saja memiliki beberapa (lebih dari satu) anak
perusahaan (Harahap, 2011:50).
Menurut Harahap (2011:52) terdapat Pasal 29 UUPT 1995 yang
didalamnya menjelaskan bahwa perusahaan anak adalah perseroan yang
memiliki hubungan khusus dengan perseroan lainnya yang bisa terjadi
karena :
1) Lebih dari 50% sahamnya dimiliki Induk Perusahaan (Holding
Company),
2) Lebih dari 50% suara dalam RUPS, dikuasai oleh induk
perusahaannya,
3) Kontrol atas jalannya perseroan, pengangkatan dan
pemberhentian direksi dan komisaris sangat dipengaruhi oleh
induk perusahaan.
Berdasarkan penjelasan diatas, penjelasan dari pasal 29 UUPT
1995 dapat menjadi pemahaman dalam pengertian perusahaan induk dan
perusahaan anak.
b. Hubungan antara induk dan anak perusahaan
“Hubungan / keterkaitan antara induk dan anak perusahaan diawali
dengan kepemilikan saham suatu perseroan pada perseroan lainnya”
(Sulistiowati, 2013:17). Kepemilikan saham pada suatu perseroan lainnya
ini dapat membuat induk perusahaan sebagai yang memiliki suatu saham
pada perseroan lainnya memiliki kekuasaaan untuk bertindak sebagai
pemimpin utama yang berhak mengendalikan dan mengoordinasikan
34
anak perusahaannya agar dapat mendukung tercapainya tujuan
perusahaan secara grup sebagai sebuah kesatuan ekonomi. Berdasarkan
kewenangan tersebut maka induk perusahaan melakukan fungsi sebagai
holding company (Sulistiowati, 2013:23).
Holding company adalah bentuk upaya dari perusahaan untuk
memperbesar usahanya dengan membuat jaringan anak-anak perusahaan
(Rastuti,2015:100). Berdasarkan ada atau tidaknya kegiatan usaha dari
induk perusahaan menurut Sulistiowati (2013:23) holding company dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Investment holding company
Induk perusahaan hanya melakukan penyertaan saham pada
anak perusahaan tanpa melakukan kegiatan pendukung maupun
kegiatan operasional sehingga induk perusahaan memperoleh
pendapatan hanya dari dividen yang diberikan oleh anak
perusahaan
2) Operating holding company
Induk perusahaan menjalankan kegiatan usaha maupun
mengendalikan anak perusahaan. Kegiatan usaha induk
perusahaan biasanya akan menentukan jenis izin usaha yang
harus dipenuhi oleh anak perusahaan perusahaan tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas, terdapat induk perusahaan yang
hanya melakukan penyertaan saham tanpa ikut campur dalam kegiatan
operasional dan hanya mendapatkan dividen sebagai pendapatan dan
terdapat pula induk perusahaan yang ikut langsung dalam mengendalikan
operasional perusahaan. Hubungan antara induk dan anak perusahaan
tidak selalu pada satu perusahaan yang memiliki kegiatan usaha sejenis,
hubungan antara induk dan anak dapat berupa sebagai kesatuan dalam
35
investment holding company maupun sebagai kesatuan dalam operating
holding company.
7. Analisis Penilaian Saham
a. Pengertian Analisis Penilaian Saham
Penilaian Saham / valuasi saham adalah proses yang biasanya
dilakukan dengan tujuan agar dapat memaksimalkan return dan
meminimalkan risiko dari investasi saham. Setiap investor disarankan
untuk melakukan analisis penilaian harga wajar saham sebelum memilih
saham apa yang akan dibeli,dijual atau ditahan. “Penilaian saham akan
menghasilkan informasi tentang nilai intrinsik yang selanjutnya akan
dibandingkan dengan harga pasar saham untuk menentukan posisi jual
atau beli terhadap suatu saham perusahaan” (Tandelilin,2010:301). Jika
investor melakukan analisis penilaian saham, maka nantinya akan lebih
mudah untuk membuat keputusan investasi.
Setiap calon investor yang akan melakukan investasi diharapkan
mengetahui tujuan dari melakukan analisis investasi. Tujuan analisis
investasi merupakan hal yang mendasar untuk diketahui oleh para
pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional tentu para
pemodal akan mengalami kerugian (Sunariyah, 2006:168). Contoh dari
kerugian ini adalah kesalahan ketika mengidentifikasikan harga saham
dari sebuah perusahaan yang mengakibatkan fenomena mispriced.
Kerugian yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat dihindari dan
36
diminimalisir oleh investor apabila melakukan penilaian terhadap sebuah
saham terlebih dahulu.
b. Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan dapat digunakan untuk menggambarkan
bagaimana kondisi dari suatu perusahaan. “Analisis rasio keuangan
adalah perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan
perusahaan dimasa lalu, saat ini dan kemungkinannya dimasa yang akan
dating” (Syamsuddin, 2007:37). Rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perhitungan dari satu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan
(berarti) (Harahap, 2011:297). Hasil dari analisis rasio keuangan dapat
menjelaskan kondisi dari kinerja sebuah perusahaan. Kinerja dari rasio
perusahaan dapat mempengaruhi penilaian sebuah saham. Penilaian
saham menggunakan pendekatan fundamental dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis rasio, rasio-rasio keuangan yang digunakan
untuk melakukan penilaian saham adalah:
1) Earning per share (EPS)
Rasio EPS ini merupakan rasio yang menggambarkan jumlah
keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.
Semakin tinggi rasio EPS sebuah perusahaan maka semakin
banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut.
EPS =
37
Sumber: Syamsuddin (2009:68)
2) Dividen per share (DPS)
Rasio DPS ini mengukur berapa banyak jumlah pendapatan per
lembar saham yang akan dibagikan kepada para pemegang
saham.
DPS =
Sumber: Syamsuddin (2009:68)
3) Return On Equity (ROE)
Rasio ROE ini menggambarkan seberapa besar return yang
tersedia bagi investor yang memiliki saham perusahaan atas
modal yang telah mereka investasikan dalam perusahaan.
ROE =
Sumber: Syamsuddin (2009:65)
4) Dividend Payout Ratio (DPR)
Rasio DPR ini merupakan perbandingan dividen per lembar
dengan earning per lembar saham dan menunjukkan berapa
presentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa
berupa dividen kas. Semakin besar laba yang ditahan maka
semakin kecil dividen yang akan dibagikan.
DPR =
Sumber: Syamsuddin (2009:68)
38
5) Price Earning Ratio (PER)
Rasio PER ini menunjukkan perbandingan antara harga saham
di pasar dengan pendapatan yang diterima. Semakin tinggi rasio
PER maka akan menunjukkan ekspektasi yang cukup tinggi dari
investor tentang kondisi perusahaan di masa yang akan datang.
Sumber: Harahap (2011:311)
8. Teknik Penilaian Saham
a. Analisis Teknikal
Analisis teknikal didasari atas pola-pola pergerakan harga saham
dari waktu ke waktu dan terdapat anggapan bahwa pergerakan historis
harga mencerminkan pergerakan harga saham di masa depan. “Analisis
teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham
dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data pasar historis
seperti informasi harga dan volume” (Tandelilin, 2010:392). Keputusan
yang dilakukan pada analisis teknikal didasari oleh data harga dan
volume perdagangan di masa lalu, serta faktor-faktor lain yang bersifat
teknis. Menurut Tandelilin (2010:394) asumsi-asumsi yang mendasari
keputusan analisis teknikal adalah:
1) Nilai pasar barang dan jasa ditentukan oleh interaksi permintaan
dan penawaran
2) Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai
faktor baik faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional.
Faktor-faktor tersebut meliputi berbagai variabel ekonomi dan
variabel fundamental serta faktor-faktor seperti opini yang
beredar, mood investor , dan ramalan-ramalan investor
39
3) Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara
keseluruhan cenderung bergerak mengikuti suatu trend selama
jangka waktu yang relatif panjang.
4) Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena
perubahan hubungan permintaan dan penawaran. Hubungan-
hubungan tersebut akan bisa dideteksi dengan melihat diagram
reaksi pasar yang terjadi
Analisis teknikal didasari atas pola pergerakan fluktuasi harga
saham yang dihubungkan dengan informasi yang digunakan dalam
keputusan investasi. Pergerakan harga saham ini akan membentuk sebuah
trend yang kemudian akan dianalisis untuk menghasilkan keputusan
investasi.
b. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang ada karena terdapat
anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik/ nilai wajar. Nilai
intrinsik ini merupakan nilai sebenarnya dari sebuah perusahaan. hasil
dari perhitungan analisis fundamental akan menghasilkan nilai intrinsik
yang akan dianalisis dan dibandingkan dengan harga pasar saham untuk
mengetahui apakah harga saham saat ini sudah mencerminkan nilai
intrinsik dari saham tersebut atau belum.
Pendekatan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis
fundamental yaitu pendekatan Discounted Cash Flow (DCF), Dividend
Discounted Model (DDM), dan pendekatan rasio harga terhadap earning
(Price Earning Ratio)
40
1) Pendekatan Nilai Sekarang (Discounted Cash Flow)
Pendekatan nilai sekarang mengasumsikan bahwa penghitungan
nilai sekarang suatu saham dilakukan dengan mendiskontokan semua
arus kas yang diharapkan dimasa datang dengan tingkat diskonto
sebesar tingkat return yang diharapkan investor. Discounted cash flow
merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
mencari nilai harga wajar saham sebuah emiten. Penjelasan mengenai
DCF “the value of stock is equal to the present value of its future cash
flows. No more and no less” (Dorsey,2004:140). Teori yang
mendasari perhitungan ini adalah seluruh uang yang mengalir di
perusahaan di masa depan bila didiskontokan merupakan nilai wajar
saham tersebut (Wira,2013:142). Kesimpulan dari berbagai pendapat
sebelumnya, pendekatan discounted cash flow merupakan pendekatan
yang menganggap bahwa nilai intrinsik saham adalah present value
dari aliran kas yang akan diterima di masa depan. Salah satu
komponen dalam penentuan nilai saham dengan pendekatan nilai
sekarang adalah aliran kas (cash flow). Terdapat beberapa pendapat
mengenai aliran kas yang digunakan dalam perhitungan metode ini.
Data aliran kas yang dapat digunakan dalam perhitungan DCF
adalah net income, free cash flow , ataupun operating cash flow.
Sebagian analis mengatakan bahwa perusahaan institusi
finansial akan lebih baik menggunakan net income, dan untuk
perusahaan jenis lain lebih baik menggunakan free cash flow
ataupun operating cash flow (Filbert dan Prasetya, 2017:175).
41
Arus kas yang digunakan pada penelitian ini adalah
menggunakan Free Cash Flow. Alasan menggunakan Free Cash Flow
sebagai arus kas adalah:
“The DCF models requires us to find out exactly how much real
cash flow into the business. This is what we call the free cash
flow. FCF is the cash flow available for distribution to all
investors after the company has used the money it needs for its
operations. Consider it as the profit that’s left after the company
has met all its business expenses” (Chan dan Lui, 2011:29).
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam perhitungan
DCF menurut Filbert & Prasetya (2017:175-178) adalah sebagai
berikut:
a) Mencari data laporan arus kas (cash flow) sebuah perusahaan
Data yang laporan arus kas/ cash flow yang dapat diambil
adalah data dari net income atau data free cash flow (FCF)
ataupun operating cash flow. Data yang akan diambil pada
penelitian ini adalah menggunakan free cash flow. Data-data
tersebut dapat ditemukan di laporan keuangan perusahaan
yang terdapat pada website masing-masing perusahaan dan di
website Bursa Efek Indonesia. Disarankan untuk mencari
data minimal 5 tahun ke belakang. Karena semakin banyak
data, semakin akurat hasil valuasi nantinya (Wira, 2014:142).
Menghitung rata-rata dari data laporan arus kas (cash flow)
Data-data sebelumnya yang telah terhimpun, selanjutnya
data dikalkulasikan pertumbuhannya dari tahun ke tahun.
Setelah itu mencari rata-rata dari free cash flow.
b) Menghitung Future Value dan menghitung present value dari
laporan arus kas (cash flow)
Perhitungan selanjutnya adalah melakukan perhitungan
pertumbuhan arus kas yaitu free cash flow dari saham
perusahaan untuk 10 tahun ke depan dengan metode future
value, dengan asumsi kenaikan setiap tahun sesuai dengan
rata-rata pertumbuhan arus kas yang telah didapatkan
sebelumnya. Hal yang perlu ditambahkan selanjutnya adalah
mencari present value dengan melakukan diskon terhadap
arus kas yang sudah dimiliki dengan risk free rate/ acuan
aman dalam berinvestasi seperti misalnya menggunakan
obligasi negara atau menggunakan tingkat imbal hasil yang
42
diinginkan. Perhitungan untuk mencari future value adalah
sebagai berikut:
FV = CF Tahun ini x (
Sumber: Filbert & Prasetya (2017:170)
Dimana:
FV = Future Value
CF Tahun ini = Cash Flow Awal
Persen kenaikan = rata-rata pertumbuhan arus kas
n = tahun
Perhitungan untuk mencari present value adalah sebagai
berikut:
Present Value =
Sumber: Filbert & Prasetya (2017:171)
Dimana:
Discount Rate = tingkat imbal hasil
n = Tahun
Perhitungan untuk mencari tingkat imbal hasil adalah
sebagai berikut:
r = +
Sumber: Wira (2014:148)
Dimana
r = tingkat imbal hasil
= tingkat imbal hasil instrumen investasi
bebas risiko
= perbedaan tingkat imbal hasil dengan
investasi yang lebih berisiko
c) Menghitung Nilai Wajar Saham
Perhitungan selanjutnya, untuk mendapatkan nilai wajar
adalah dengan menjumlahkan hasil dari present value yang
didapatkan sebelumnya dengan total equity yang terdapat di
laporan keuangan. Apabila menginginkan harga wajar per
lembar saham, maka bagilah nilai wajar saham dengan
jumlah saham yang beredar. Perhitungan nilai wajar saham
adalah sebagai berikut:
43
Harga wajar saham = + Total Equity
Sumber: Filbert & Prasetya (2017:177)
Harga wajar saham per lembar =
Sumber: Filbert & Prasetya (2017:177)
2) Pendekatan Dividend Discounted Model (DDM)
Metode DDM ini didasari atas teori bahwa nilai suaru
perusahaan (harga sahamnya) adalah akumulasi seluruh uang yang
dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen sepanjang
perusahaan berdiri, kemudian didiskontokan pada tingkat discount rate
tertentu. Asumsinya adalah perusahaan tidak berkembang dan jumlah
dividen yang dibagikan selalu tetap. Rumus perhitungan model DDM
adalah :
Sumber: Wira (2013:138)
Dimana:
r = required rate of return
“Kelemahan metode DDM adalah tidak ada perusahaan yang
statis dalam membagikan dividen” (Wira,2013:139). Untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka terdapat model constant growth DDM
atau model Gordon. Perhitungan DDM model Gordon adalah:
Sumber : Wira (2013:138-139)
44
Dimana
r = required rate of return
g = tingkat pertumbuhan dividen
3) Pendekatan Price Earning Ratio
Pendekatan Price earning ratio merupakan hasil dari
perbandingan harga saham per lembar dengan pendapatan per lembar
saham. Pendekatan PER merupakan pendekatan yang paling popular
digunakan investor untuk menilai saham karena kemudahan dan
kesederhanaan dalam prakteknya (Tandelilin, 2010:375). Langkah-
langkah yang digunakan dalam perhitungan PER adalah sebagai
berikut:
a) Menghitung tingkat pertumbuhan dividen (g)
g = ROE x retention rate
Retention rate = 1 – Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio =
Sumber:Tandelilin (2010:376)
Dimana :
g = Tingkat pertumbuhan dividen
ROE = Laba bersih atas modal sendiri
DPS = Dividen yang dibagikan per lembar saham
EPS = Earning yang didapatkan per lembar saham
b) Menghitung estimasi dividen yang diharapkan ( )
= (1 + g)
Sumber : Tambunan (2007:230)
Dimana :
= Dividen tahun sebelumnya
g = Tingkat pertumbuhan dividen
45
t = Tahun ke t
c) Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan (k)
k = + g
Sumber : Brigham (2010:394)
Dimana :
D = Dividen terakhir
= Harga pasar saat ini
g = Tingkat pertumbuhan dividen
d) Menghitung estimasi EPS yang diharapkan
= (1 + g)
Sumber : Tambunan (2007:248)
Dimana :
= Estimasi EPS yang diharapkan
= EPS tahun sebelumnya
g = Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan
e) Menghitung estimasi PER
PER =
Sumber: Tandelilin (2010:376)
Dimana :
PER = Price Earning Ratio
= Estimasi DPS yang diharapkan
= Estimasi EPS yang diharapkan
= Tingkat pengembalian yang diharapkan
= Tingkat pertumbuhan dividen
Setelah hasil dari PER didapat, maka hal selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah melakukan estimasi nilai intrinsik dengan
46
menggunakan EPS dan PER. Perhitungan intrinsik saham sebagai
berikut:
Nilai Intrinsik = Estimasi EPS x Estimasi PER
Sumber : Tandelilin (2010:377)
9. Perbandingan Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar
a. Perbandingan Nilai Intrinsik dan Pasar Sebagai Dasar Keputusan
Investasi
Sebelum melakukan keputusan investasi, investor biasanya
terlebih dahulu akan melakukan analisis penilaian harga saham untuk
mendapatkan nilai intrinsik dari saham yang diinginkan. Analisis
penilaian saham yang dapat dilakukan oleh investor adalah dengan
menggunakan perbandingan antara nilai intrinsik dan nilai pasar saham.
Dari perbandingan kedua hal tersebut, investor dapat menentukan
keputusan untuk menjual maupun membeli.
Menurut Sunariyah (2003:162) pedoman yang digunakan dalam
pengambilan keputusan investasi saham adalah sebagai berikut:
1) Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar saham saat
ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (berada dibawah
harga wajar/terlalu rendah), dan karenanya harus dibeli atau
ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki dengan
pertimbangan suatu saat harganya akan naik kembali.
2) Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saham saat
ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (berada diatas harga
wajarnya/mahal), dan karenanya harus dijual.
3) Apabila nilai intrinsik sama dengan harga pasar sekarang, aktiva
atau saham tersebut dinilai secara benar (correctly valued).
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Tidak ada pengujian hipotesis
didalam penelitian jenis ini. “Metode analisis data deskriptif berusaha untuk
menggambarkan berbagai karakteristik data yang berasal dari suatu sampel”
(Sujarweni,2015:45). Metode penelitian ini lebih cocok digunakan untuk
menjawab permasalahan yang akan diteliti, karena mampu mendeskripsikan
dengan jelas hasil dari penelitian.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. “Disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-
angka dan analisis menggunakan statistic” (Sugiyono,2013:12).Pemilihan jenis
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif didasari atas tujuan dari
penelitian ini, yaitu untuk menguraikan penilaian harga wajar saham baik itu
yang sedang undervalued, overvalued, atau correctly valued pada perusahaan
multinasional yang terdapat di dalam Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016
dan induk perusahaannya.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengakses situs resmi Bursa Efek
Indonesia yaitu www.idx.co.id, dan situs Osiris www.osiris.bvdinfo.com.
48
Alasan memilih lokasi penelitian tersebut adalah karena mudah diakses dan
didalamnya terdapat informasi seluruh data keuangan perusahaan yang akan
diteliti. Obyek penelitian yang digunakan adalah seluruh perusahaan
multinasional yang terdaftar di BEI periode 2011-2016 dan induk
perusahaannya.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian digunakan untuk membatasi studi agar obyek dari
penelitian tidak terlalu luas dan dapat menggambarkan keadaan harga saham
yang sesuai dengan perhitungan menggunakan analisis fundamental melalui
beberapa pendekatan. Fokus penelitian yang akan digunakan oleh penulis
antara lain:
1. Rasio yang digunakan dalam analisis fundamental antara lain:
a. Earning Per Share
b. Price Earning Ratio
c. Dividend Payout Ratio
2. Pendekatan metode discounted cash flow
a. Menghitung rata-rata pertumbuhan dari arus kas (cash flow)
b. Menghitung future value dari arus kas (cash flow)
c. Menghitung present value dari arus kas (cash flow)
d. Menghitung harga wajar saham
3. Pendekatan metode price earning ratio
a. Menghitung tingkat pertumbuhan dividen perseroan
49
b. Estimasi DPS yang diharapkan
c. Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
d. Estimasi EPS yang diharapkan
e. Estimasi PER
f. Nilai intrinsik saham
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2013:115). Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan
multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Induk
Perusahaannya.
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian
No Kode
Emiten
Anak Perusahaan Induk Perusahaan
1 ADES Akasha Wira International Tbk. Water Partners
Bottling SA
2 AMAG Asuransi Multi Artha Guna
Tbk
Fairfax Asia
3 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. Asahi Glass Co. Ltd.
4 BATA Sepatu Bata Tbk. Bafin (Nederland) BV
5 BKSW Bank QNB Indonesia Tbk. Qatar national bank
Q.P.S.C
6 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. Cimb Group Sdn Bhd
7 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk. Sorak Financial
Holdings Pte.Ltd.
8 BRAM Indo Kordsa Tbk. Kordsa Global AS
9 BRAU Berau Coal Energy Tbk. Asia Resource
Minerals PLC
50
Lanjutan Tabel 3.1
No Kode
Emiten
Anak Perusahaan Induk Perusahaan
10 BRPT Barito Pacific Tbk. Magna Resources
Corporation Pte Ltd
11 BSWD Bank Of India Indonesia Tbk. Bank Of India
12 BTEK Bumi Teknokultura Unggul
Tbk
Golden Harvest Cocoa
Ltd
13 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. Tradesound
Investment Limited
14 CITA Cita Mineral Investindo Tbk. Clover Universal
Enterprise Ltd
15 CKRA Cakra Mineral Tbk. Redstone Resources
Pte Limited
16 CLPI Colorpak Indonesia Tbk. Ink Color
Internasional Pte Ltd
17 DLTA Delta Djakarta Tbk. San Miguel
Corporation
18 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk. Blue Sphere Singapore
Pte Ltd
19 EXCL XL Axiata Tbk. Axiata Investment
Indonesia Sdn Bhd
20 FPNI Lotte Chemical Titan Tbk. Lotte Chemical Titan
Internasional Sdn Bhd
21 GDYR Goodyear Indonesia Tbk. Goodyear Tire &
Rubber Company
22 GSMF Equity Development
Investment Tbk.
Equity Global
International Limited
23 HERO Hero Supermarket Tbk. Multigrave
Corporation BV
24 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk. Hitachi Construction
Machinery Co. Ltd
25 HMSP H.M. Sampoerna Tbk. Phillip Morris
26 IGAR Champion Pacific Indonesia
Tbk.
Kingsford Holdings
27 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk. Sumimoto Electric
Industries Ltd
28 IMAS Indomobil Sukses Internasional
Tbk.
Gallant Venture Ltd
29 INCO Vale Indonesia Tbk. Vale S.A Brasil
30 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. CAB Holdings
Limited
31 INTD Inter Delta Tbk Peak Aim
Development Ltd
51
Lanjutan Tabel 3.1
No Kode
Emiten
Anak Perusahaan Induk Perusahaan
32 INTP Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk.
Heidelberg Cement
AG
33 ISAT Indosat Tbk. Ooredoo Asia Pte. Ltd
34 ITMA Sumber Energi Andalan Tbk. Trust Energy
Resources Pte Ltd
35 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. Banpu Minerals
(Singapore) Pte. Ltd
36 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Japfa Holding Pte. Ltd
37 KBLV First Media Tbk. AcrossAsia Limited
38 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi
Tbk.
SCG Building
Materials Co. Ltd
39 KOIN Kokoh Inti Arebama Tbk SCG Distribution Co.
Ltd
40 MAIN Malindo Feedmill Tbk. Dragon Amity Ltd
41 MEDC Medco Energi Internasional
Tbk.
Encore Energy Pte.
Ltd
42 MERK Merck Tbk. Merck Holding GmbH
43 MITI Mitra Investindo Tbk. Interra Resources
Limited
44 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk. Heineken Holding
N.V.
45 PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk. J Resoources Mining
Limited
46 PSKT Red Planet Indonesia Tbk. Red Planet Holdings
Limited
47 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk Innovest offshore
ventures ltd
48 RIGS Rig Tenders Indonesia Tbk. Scomi Marine
Services Pte Ltd
49 RODA Pikko Land Development Tbk. Pikko Land
Corporation
50 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma
Tbk.
Merck Sharp &
Dohme
51 SMCB Holcim Indonesia Tbk. Holderfin BV
52 SMMA Sinarmas Multiartha Tbk. JBC international
Finance Pte Ltd
53 SONA Sona Topas Tourism Industry
Tbk
DFS Venture
Singapore Pte Ltd
54 SQBB Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk.
Taisho Pharmaceutical
Co.,Ltd
55 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk. Furukawa Electric. Ltd
52
Lanjutan Tabel 3.1
No Kode
Emiten
Anak Perusahaan Induk Perusahaan
56 TCID Mandom Indonesia Tbk. Mandom Corporation
57 TRIM Trimegah Sekuritas Indonesia
Tbk.
Advance Wealth
Finance Ltd
58 TRIO Trikomsel Oke Tbk. Polaris Limited Pte
Ltd
59 UNVR Unilever Indonesia Tbk. Unilever N.V.
60 WICO Wicaksana Overseas
International Tbk.
Assetia Capital
Management Ltd
Sumber: data diolah,2017 (www.idx.co.id)
2. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2013:116). Penelitian ini menggunakan
teknik sampling purposive. “Teknik sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2013:122).
Pengertian lainnya dari purposive sampling adalah sampel yang memiliki
tujuan untuk memahami informasi tertentu pada sumber tertentu (Wijaya,
2013:28).
Kriteria sampel yang telah ditentukan dalam penelitian ini adalah:
a. Perusahaan Multinasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2016 dan memiliki Induk Perusahaan yang Listing di Bursa Luar
Negeri.
b. Perusahaan Multinasional dan Induk Perusahaannya yang menerbitkan
laporan keuangan lengkap selama Tahun 2011-2016.
c. Perusahaan Multinasional dan Induk Perusahaannya yang melakukan
pembayaran dividen secara rutin selama periode 2011-2016.
53
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian
No Kode
Emiten
Nama Anak Perusahaan
(Subsidiary)
Nama Induk
Perusahaan
(Parent Company)
1 DLTA PT.Delta Djakarta Tbk San Miguel
Corporation
2 INTP PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.
Heidelberg Cement
AG
3 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk Unilever N.V.
4 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia
Tbk
Heineken Holding
N.V.
Sumber: data diolah,2017 (www.idx.co.id)
Berdasarkan tabel, terpilih 4 perusahaan beserta induk perusahaannya
yang memenuhi kriteria dalam pengambilan sampel. Perusahaan yang
terpilih dan dijadikan sampel di dalam penelitian ini adalah PT. Delta
Djakarta Tbk dengan induk perusahaan San Miguel Corporation, PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dengan induk perusahaan Heideberg
Cement AG, PT. Unilever Indonesia Tbk dengan induk perusahaan Unilever
N.V., PT. Multi Bintang Indonesia Tbk dengan induk perusahaan Heineken
Holding N.V.
E. Sumber Data
“Sumber data yang terdapat di dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”
(Sugiyono, 2013: 402). Pengertian sumber data sekunder lainnya adalah data
yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat siap pakai (Wijaya,
2013:19). Data sekunder mampu memberikan informasi dalam pengambilan
54
keputusan meskipun dapat diolah lebih lanjut. Data sekunder di dalam
penelitian ini didapat dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id , website Osiris penyedia data laporan keuangan perusahaan di
dunia yaitu www.osiris.bvdinfo.com, website penyedia data risk free rate dan
market risk premium yaitu market-risk-premia.com, tradingeconomics.com,
dan pages.stern.nyu.edu. Data yang diambil yaitu laporan keuangan tahunan
periode 2011-2016, data risk free rate dan data market risk premium pada
bulan Desember 2016 (kecuali risk premium Filipina menggunakan data bulan
Juli 2016 yang diambil dari pages.stern.nyu.edu) dan harga penutupan saham.
F. Teknik Pengumpulan Data
“Pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk
mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden sesuai
lingkup penelitian” (Sujarweni, 2015:93). Teknik pengumpulan data yang
digunakan didalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik jenis ini
merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara
sistematis data yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Setelah data diperoleh dan telah dikumpulkan dari berbagai sumber, kemudian
hasil data tersebut dipilih sesuai dengan kebutuhan dari penelitian yang sedang
dilakukan.
55
G. Analisis Data
Analisis data di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif yang berisi angka-angka dan setelah itu dilakukan analisis dengan
menggunakan perhitungan rumus yang terdapat di dalam teori. Penelitian ini
fokus kepada penilaian harga wajar saham menggunakan analisis fundamental
dengan melihat perbandingan antara harga pasar dengan nilai instrinsik saham.
Tahap-tahap yang akan dilakukan yaitu:
1. Menghitung Rasio Keuangan yang terdiri dari:
a. Return On Equity (ROE)
ROE =
Sumber: Syamsuddin (2009:65)
b. Earning Per Share (EPS)
EPS =
Sumber: Syamsuddin (2009:68)
c. Dividend Per Share (DPS)
DPS =
Sumber: Syamsuddin (2009:68)
d. Dividend Payout Ratio (DPR)
DPR=
Sumber: Syamsuddin (2009:68)
56
2. Pendekatan Discounted Cash Flow :
a. Mencari data laporan arus kas (cash flow) sebuah perusahaan
Data yang laporan arus yang dapat diambil adalah data dari net
income atau data free cash flow ataupun operating cash flow. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan free cash flow.
Free Cash Flow = Operating Cash – Capital Expenditure
Sumber: Filbert & Prasetya (2017:175)
b. Menghitung rata-rata pertumbuhan dari data arus kas
Melakukan perhitungan pertumbuhan arus kas dari tahun ke tahun.
Setelah itu dicari rata-rata dari pertumbuhan arus kasnya (free cash flow)
c. Menghitung future value dari arus kas
Data free cash flow yang telah didapat, selanjutnya di future value
kan selama 10 tahun kedepan. Pemilihan n (tahun) = 10 merupakan
asumsi bahwa bisnis perusahaan dapat bertahan minimal 10 tahun
kedepan (Filbert & Prasetya, 2017:172).
Future Value = Cash Flow Tahun ini x (
Sumber: Filbert & Prasetya (2017:170)
Dimana:
Cash Flow Tahun ini = Cash Flow Awal
Persen kenaikan = rata-rata pertumbuhan arus kas
n = tahun
d. Menghitung present value dari arus kas
Data future value dari free cash flow yang telah didapat,
selanjutnya di present value kan kembali.
57
Data free cash flow perlu di present value kan kembali karena nilai
free cash flow selama 10 tahun kedepan tidak akan sama dengan
hasil perhitungan dari future value, sesuai dengan konsep time
value of money bahwa arus kas di masa depan akan berkurang
sesuai dengan tingkat imbal hasil yang ada (Filbert & Prasetya,
2017: 172-174).
Present Value =
Sumber: Filbert & Prasetya (2017:171)
Dimana:
Discount Rate = tingkat imbal hasil
n = Tahun
Perhitungan untuk mencari tingkat imbal hasil adalah sebagai
berikut:
r = +
Sumber: Wira (2014:148)
Dimana :
r = tingkat imbal hasil
= tingkat imbal hasil investasi bebas risiko
= tingkat imbal hasil investasi yang lebih berisiko
e. Mendapatkan Harga Wajar Saham
Hasil perhitungan present value dari free cash flow selanjutnya di
jumlahkan dan ditambah dengan total ekuitas pada tahun terakhir
penelitian yaitu tahun 2016. Total ekuitas ini dianggap sebagai book
value dari perusahaan atau sebagai nilai aset yang akan diterima oleh
investor apabila aset perusahaan dilikuidasi (Filbert & Prasetya,
58
2017:177). Hasil dari penjumlahan tersebut akan mendapatkan harga
wajar saham.
Harga wajar saham = + Total Equity
Sumber: Filbert & Prasetya (2017:177)
Apabila ingin mencari harga wajar saham per lembar, rumusnya
adalah :
Harga wajar saham per lembar =
Sumber: Filbert & Prasetya (2017:177)
3. Pendekatan Price Earning Ratio :
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
PER. Pendekatan PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara
harga saham terhadap earning perusahaan. Rumus untuk menghitung PER
adalah dengan membagi harga saham perusahaan terhadap earning per
lembar saham.
PER=
Sumber:Tandelilin(2001:192)
a. Menghitung tingkat pertumbuhan dividen (g)
g = ROE x Retention rate
Retention rate = 1 – Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio =
Sumber:Tandelilin (2010:376)
59
b. Menghitung estimasi dividen yang diharapkan ( )
= (1+g)
Sumber: Tambunan (2007:230)
c. Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan (k)
k = + g
Sumber: Brigham (2010:394)
d. Menghitung estimasi EPS yang diharapkan
= (1+g)
Sumber: Tambunan (2007:248)
e. Menghitung PER
PER =
Sumber: Tandelilin (2010:376)
f. Menghitung nilai intrinsik saham
Nilai Intrinsik = Estimasi EPS x PER
Sumber: Tandelilin (2010:377)
4. Hasil Penilaian Harga Wajar Saham
Perhitungan-perhitungan yang ada diatas digunakan untuk
mendapatkan harga wajar saham perusahaan multinasional dan induk
perusahaannya periode tahun 2011-2016. Setelah itu, nantinya dapat
diketahui apakah harga saham perusahaan tersebut masuk kategori
undervalued, overvalued, atau correctly valued. Penilaian tersebut didapat
dengan melihat perbandingan harga wajar saham perusahaan dengan harga
60
penutupan saham di akhir periode penelitian. Berikut ini merupakan
penjelasan lebih lanjut tentang undervalued, overvalued dan correctly
valued:
a. Undervalued adalah kondisi dimana nilai intrinsik saham lebih besar dari
pada harga pasar, harga saham dapat dianggap murah dan keputusan
yang dilakukan adalah melakukan pembelian saham tersebut.
b. Overvalued adalah kondisi dimana nilai intrinsik saham lebih kecil dari
pada harga pasar, harga saham dapat dianggap mahal dan keputusan yang
dilakukan adalah melakukan penjualan saham tersebut.
c. Correctly Valued adalah kondisi dimana nilai intrinsik saham sama
dengan harga pasar, harga saham dapat dianggap wajar dan keputusan
yang dilakukan adalah menahan saham tersebut.
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Bursa
1. Bursa Efek Indonesia
Sampel perusahaan pada penelitian ini yang listing di Bursa Efek
Indonesia adalah seluruh subsidiary dari induk perusahaan masing-masing
yaitu Delta Djakarta Tbk, Multi Bintang Tbk, Unilever Indonesia Tbk, dan
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Keberadaan BEI saat ini dengan segala
fasilitas perdagangan yang ada didalamnya merupakan hasil dari perjalanan
panjang yang penuh dinamika. Berawal dari sistem perdagangan yang
bersifat konvensional atau manual hingga penerapan teknologi canggih
serba computerized dan modern. Apabila kita melihat lebih jauh catatan
sejarah, pasar modal pertama kali ada di tanah air dimulai dengan peresmian
lantai perdagangan bursa saham di Batavia (Jakarta) pada 14 Desember
1912. Nama yang digunakan adalah Vereniging voor de Effectenhandel,
cabang dari Amsterdamse Effectenbeurs (Bursa Efek Amsterdam) di
Belanda. Perdagangan surat berharga tidak lama kemudian mulai berjalan
62
tetapi sempat terhenti ketika perang kemerdekaan dan berbagai masalah
yang terjadi pada internal bursa efek. Pada tanggal 10 Agustus 1977 bursa
efek Indonesia diaktifkan kembali dengan nama Bursa Efek Jakarta yang
berada dibawah pengawasan BAPEPAM (Badan Pelaksanan Pasar Modal).
Pada tanggal 13 Juli 1992 BEJ diprivatisasi dengan dibentuknya PT.
Bursa Efek Jakarta. Setelah mengalami proses privatisasi, banyak
perusahaan-perusahaan di Indonesia yang pada akhirnya memutuskan untuk
menjual sahamnya kepada masyarakat melalui bursa efek karena perusahaan
melihat bahwa bursa efek dapat menjadi tempat bagi perusahaan untuk
mendapatkan tambahan modal. Pada tahun 1995, pemerintah mengeluarkan
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sebagai bentuk dukungan
terhadap adanya kegiatan pasar modal. Pada tahun 1997 semakin banyak
perusahaan yang melakukan proses Go Publik hingga data yang tercatat
saat itu terdapat 238 perusahaan yang listing di Bursa.
Pada tahun 2000, Bursa Efek Jakarta menerapkan terobosan baru yaitu
perdagangan tanpa warkat (scripless trading) dengan tujuan untuk
meningkatkan likuiditas pasar dan dapat mempercepat proses penyelesaian
transaksi. Pada tahun 2002, sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
mulai diterapkan. Sistem ini diterapkan sebagai upaya untuk meningkatkan
akses pasar ,efisiensi pasar dan frekuensi perdagangan. Selain berada di
Jakarta, bursa efek juga membuka kantor perwakilan di Surabaya yaitu
Bursa Efek Surabaya.
63
Pada tahun 2007, Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta
melakukan proses penggabungan dengan tujuan meningkatkan peran pasar
modal untuk mendorong perekonomian Indonesia serta efektivitas dalam
operasional dan transaksi perdagangan. Penggabungan kedua bursa tersebut
secara resmi mulai beroperasi pada tanggak 1 Desember 2007. Sejak saat
itu, bursa efek hanya ada satu di Indonesia yaitu Bursa Efek Indonesia yang
berlokasi di Jakarta. Visi dan misi dari Bursa Efek Indonesia adalah menjadi
bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia dan menciptakan
daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan
Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta
penerapan good governance.
2. Philippine Stock Exchange
Sampel perusahaan pada penelitian ini yang listing di Philippine Stock
Exchange adalah Induk perusahaan dari Delta Djakarta Tbk yaitu San
Miguel Corporation. Bursa Saham Filipina (PSE) adalah satu-satunya bursa
yang ada di Filipina dan merupakan salah satu bursa efek tertua di Asia,
telah beroperasi sejak dibentuknya manila stock exchange pada tahun 1927.
PSE terbentuk dari penggabungan dua stock exchange yang sudah ada
sebelumnya yaitu, Manila Stock Exchange (MSE) yang berdiri sejak 8
64
Agustus 1927, dan Makati Stock Echange (MkSE) yang berdiri sejak 27
Mei 1963. Meskipun kedua stock exchange tersebut memperdagangkan
saham dari emiten yang sama, kedua bursa tersebut sudah terpisah selama
30 tahun sampai dengan pada tanggal 23 Desember 1992 kedua bursa
tersebut memutuskan untuk menggabungkan diri menjadi Phillipine Stock
Exchange
Di dalam PSE saat ini terdapat 2 trading floor utama, yang pertama
yaitu berada di PSE centre (tektite),ortigas centre di Pasig City, dan yang
kedua yaitu berada di kantor pusat di Ayala Tower One di Makati City .
PSE saat ini terdiri dari 15 dewan direksi dengan Jose T. Pardo sebagai
Pimpinannya. Indeks utama dari PSE adalah PSEi, dimana indeks tersebut
berisi 30 perusahaan yang listing di PSE. Perusahaan-perusahaan tersebut
merupakan 30 perusahaan terbesar yang ada di PSE. Pemilihan perusahaan
yang terdapat di PSEi adalah berdasarkan public float, likuiditas dan
kapitalisasi pasar. Terdapat juga 6 indeks sektoral yang terdapat didalamnya
.Jam operasional PSE adalah dimulai dari jam 9.30 – 15.30 dan waktu
istirahat dimulai dari jam 12.00 – 13.30. Visi dari PSE adalah Menjadi
tempat premier exchange dengan standar kelas dunia untuk perdagangan
sekuritas dan mampu meningkatkan modal yang berfungsi sebagai mesin
yang kuat membuat perekonomian yang tangguh
3. Euronext Amsterdam Stock Exchange
65
Sampel perusahaan pada penelitian ini yang listing di Euronext
Amsterdam Stock Exchange adalah Induk Perusahaan dari Multi Bintang
Tbk yaitu Heineken Holding N.V. dan Induk Perusahaan dari Unilever
Indonesia yaitu Unilever N.V.. Amsterdam Stock Exchange adalah bekas
nama yang dahulu digunakan untuk bursa efek yang berbasis di Amsterdam.
Saat ini bursa tersebut sudah bergabung pada tanggal 22 September 2000
dengan Brussels Stock Exchange dan Paris Stock Exchange dan ketiga bursa
tersebut membentuk Bursa Euronext, dan saat ini dikenal sebagai Euronext
Amsterdam. Bursa Efek Amsterdam didirikan pada tahun 1602 oleh
Perusahaan Hindia Timur Belanda (Verenigde Oostindische Compagnie,
atau "VOC") untuk transaksi saham dan obligasi tercetak. Kemudian diubah
namanya menjadi Amsterdam Bourse dan merupakan yang pertama
memulai perdagangan sekuritas secara formal.
Bursa efek Amsterdam dianggap sebagai pasar sekuritas "modern"
tertua di dunia. Hal tersebut terjadi setelah berdirinya Perusahaan Hindia
Timur Belanda (VOC) pada tahun 1602 ketika ekuitas mulai
diperdagangkan secara reguler sebagai pasar sekunder untuk
memperdagangkan sahamnya. Sebelum itu pasar yang sudah ada hanya
digunakan terutama untuk pertukaran komoditas. Saat ini bursa Euronext
Amsterdam merupakan bursa efek terbesar no 6 di dunia dengan jumlah
kapitalisasi pasarnya sebesar 3.35 triliun US Dollar.
66
4. Frankfurt Stock Exchange
Sampel perusahaan pada penelitian ini yang listing di Frankfurt Stock
Exchange adalah Induk Perusahaan dari Indocement Tunggal Prakarsa yaitu
HeidelbergCement AG. Frankfurter Wertpapierbörse (FWB®, Bursa Efek
Frankfurt) adalah salah satu pusat perdagangan sekuritas terbesar di dunia.
Dengan pangsa di omset lebih dari 85 persen, hal ini mengukuhkan
frankfurt stock exchange menjadi yang terbesar dari tujuh bursa saham yang
ada di Jerman. Deutsche Börse AG merupakan perusahaan yang
mengoperasikan Bursa Efek Frankfurt, dan bursa efek Frankfurt merupakan
entitas anak dari Deutsche Börse AG berdasarkan hukum publik. Hubungan
yang terjadi antara kedua perusahaan bursa tersebut adalah dalam kapasitas
memastikan fungsi pertukaran perdagangan berjalan dengan semestinya.
Bursa Efek Frankfurt memfasilitasi sistem perdagangan, penyelesaian
dan informasi elektronik yang canggih. Fasilitas yang sudah ada tersebut
membuat bursa ini dapat melakukan perdagangan lintas batas negara. Sistem
perdagangan di Frankfurt Stock Exchange cukup spesial, yaitu dengan
adanya fully electronic trading system bernama Xetra® adalah salah satu
platform perdagangan elektronik yang terbaik dan terkemuka di dunia.
Dengan diluncurkannya Xetra pada tahun 1997, Frankfurt Stock Exchange
67
berhasil tidak hanya dalam memperkuat posisi kompetitifnya sendiri.
mereka juga menciptakan kondisi kerangka kerja yang menarik bagi
investor asing dan pelaku pasar.
Saat ini, Frankfurt Stock Exchange telah menjadi pusat perdagangan
saham level internasional. Hal ini dapat terlihat dari dalam struktur
partisipannya/ yang terlibat didalamnya. Dari lebih 200 pelaku pasar, sekitar
setengahnya berasal dari negara-negara selain Jerman. Visi dan misi dari
Frankfurt stock exchange adalah sebagai wadah tempat berkumpulnya
seluruh bagian dari pasar modal baik itu agen perantara, investor dan emiten
di seluruh dunia
B. Gambaran Umum Perusahaan Sampel
1. Delta Djakarta Tbk
PT Delta Djakarta Tbk didirikan pertama kali di Indonesia pada 1932
sebagai perusahaan bir Jerman, “Archipel Brouwerij, NV”. Perseroan
kemudian dibeli oleh Perusahaan Belanda dan berganti nama menjadi NV
De Oranje Brouwerij. Perseroan resmi menggunakan nama PT. Delta
Djakarta sejak tahun 1970. Di tahun 1984, PT Delta menjadi salah satu
perusahaan Indonesia pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), menunjukkan statusnya sebagai
pemain utama di industri bir dalam negeri.
Di era tahun 1990an, penanaman modal asing mengalir deras ke
Indonesia. Pada masa inilah San Miguel Corporation (SMC) menjadi
68
pemegang saham pengendali di Perseroan. SMC adalah salah satu
konglomerat terbesar dan paling terdiversifikasi asal Filipina yang bergerak
di bidang usaha minuman, makanan, kemasan, energi, bahan bakar dan
penyulingan minyak, infrastruktur,pertambangan dan telekomunikasi.
Pemerintah Daerah DKI Jakarta juga menjadi pemegang saham utama
Perseroan.
Pada tahun 1997, Perseroan memulai rencana ekspansi agresifnya
dengan memindahkan fasilitas produksi bir dari Jakarta Utara ke Bekasi,
Jawa Barat, dengan fasilitas yang lebih modern dan lebih luas. PT. Jangkar
Delta Indonesia, anak perusahaan PT Delta, didirikan tahun 1998 dan
bertindak sebagai salah satu distributor PT Delta. Perseroan memiliki
jaringan distribusi yang terbentang dari Medan di Sumatera Utara hingga ke
Jayapura di Papua.
PT Delta memproduksi bir Pilsner dan Stout berkualitas terbaik untuk
pasar domestik Indonesia, dengan merek dagang meliputi Anker Bir, Anker
Stout, Carlsberg, San Miguel Pale Pilsen, San Mig Light, San Miguel
Cerveza Negra, dan Kuda Putih. Perseroan juga memproduksi dan
mengekspor bir Pilsner dengan merek dagang “Batavia”.
2. San Miguel Corporation
San Miguel Corporation adalah salah satu perseroan terbesar dan
paling terdiversifikasi di Filipina, menghasilkan sekitar 5,1% (per 2015) dari
produk domestik bruto negara tersebut melalui operasi terpadu dalam
minuman, makanan, kemasan, bahan bakar dan minyak, listrik dan
69
infrastruktur. Saat ini perusahaan telah mencatatkan sahamnya / listing di
Philippine Stock Exchange (PSE). San Miguel adalah salah satu perusahaan
terbesar di negara ini dengan memiliki tenaga kerja langsung lebih dari
18.000 karyawan ditambah lagi dengan banyaknya pekerja tambahan yang
ada dalam proses sistem penjualan seperti pemasok, distributor, pengecer
dan mitra bisnis lainnya.
San Miguel Corporation didirikan pada tahun 1890 sebagai
perusahaan pembuatan bir tunggal di Filipina di bawah La Fabrica de
Cerveza de San Miguel yang merupakan pabrik pembuatan bir pertama di
Asia Tenggara, memproduksi dan mengemas barang yang pada akhirnya
menjadi salah satu bir terlaris di wilayah ini dan menjadi merek bir terbaik
di Filipina. San Miguel telah berkembang dan memproduksi berbagai
macam produk minuman, makanan dan produk kemasan, dan telah ada
selama lebih dari satu abad dan selalu memenuhi selera konsumen yang
selalu berubah. Dalam beberapa tahun terakhir, San Miguel telah menambah
portofolio bisnis dan investasi terdepan di berbagai industri seperti minyak,
infrastruktur dan perbankan di Filipina.
Saat ini, San Miguel Corporation melalui anak perusahaannya yaitu
San Miguel Brewery memiliki kepemilikan saham terbesar di perusahaan
Delta Djakarta Tbk. Selain itu perusahaan ini juga merupakan pemilik
mayoritas Petron Corporation, pemimpin pasar perminyakan di Filipina dan
pasar minyak hilir di Malaysia. Perusahaan ini adalah pemimpin pasar di
Filipina dalam hal volume penjualan di segmen pasar ritel, industri dan LPG
70
dan menjalankan kilang minyak terintegrasi terbesar di Filipina dengan
jaringan depot yang luas, dan stasiun layanan ritel. San Miguel juga telah
membangun sebuah perusahaan listrik dengan Independent Power Producer
Agreement dan juga mengoperasikan pembangkit listrik kogenerasi, dengan
kapasitas gabungan 2.903 MW, menyumbang 22% dari jaringan Luzon dan
17% jaringan nasional . San Miguel juga telah berinvestasi dalam bisnis
infrastruktur dengan portofolionya saat ini yang mencakup Tarlac-
Pangasinan-La Union Expressway (TPLEX), Pacific Express Expressway
(SLEX), Skyway 1, 2 dan 3, Star Tollway, NAIA Expressway (NAIAx),
Boracay Bandara, dan proyek MRT7. Operasi manufaktur dan operasi
perusahaan sebagian besar berlokasi di Filipina, namun juga mencakup
Hong Kong, China, Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Australia.
Melalui kemitraan strategis yang telah dibuat dengan perusahaan besar
internasional, San Miguel telah mendapatkan akses ke keahlian manajerial,
praktik internasional dan akses teknologi yang maju, sehingga dapat
meningkatkan kinerjanya dan membuat mereka menjadi perusahaan kelas
dunia. Mitra San Miguel adalah perusahaan besar dunia dalam bisnisnya
masing-masing. Kirin Brewery Co., Ltd. adalah pemegang saham utama San
Miguel Brewery. Perusahaan juga memiliki hubungan usaha patungan yang
sukses dengan Nihon Yamamura Glass dan Hormel Foods Corporation yang
berbasis di AS.
71
3. Multi Bintang Tbk
Sejarah panjang Perusahaan Multi Bintang Tbk berawal dari Medan
pada 1929 dengan pendirian NV Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen.
Brewery pertama berlokasi di Surabaya dan resmi beroperasi secara
komersial sejak 21 November 1931. Pada 1936, Perseroan memindahkan
tempat kedudukannya dari Medan ke Surabaya, dan Heineken menjadi
pemegang saham utama Perseroan. Selanjutnya nama Perseroan diubah
menjadi NV Nederlandsch-Indische Bierbrouweerijen Maatschappij. Pada
1951 Perseroan berubah nama lagi menjadi Indonesische Bierbrouwerijen
Maatschappij NV.
Untuk mengakomodasi pertumbuhan Perseroan, perseoran
membangun brewery kedua di Tangerang pada 1972, dan pada tahun yang
sama, nama Perseroan diganti menjadi PT Perusahaan Bir Indonesia.
Setahun kemudian, yaitu pada 1973, brewery kedua ini mulai beroperasi.
Pada 1 Januari 1981, Perseroan mengambil alih P.T. Brasseries de
l’Indonesia yang memproduksi bir dan minuman ringan di Medan. Untuk
merefleksikan pertumbuhan bisnis dan aktivitas akuisisi ini, Perseroan
berganti nama menjadi PT Multi Bintang Indonesia pada 2 September 1981,
dan Jakarta menjadi tempat domisili yang baru. Perseroan juga mencatatkan
saham untuk pertama kalinya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada 1997, kegiatan produksi di Surabaya dipindahkan ke Sampang
Agung, Jawa Timur, tempat dibangunnya fasilitas produksi Perseroan yang
baru. Pada 2010, Asia Pacific Breweries Limited (APB), Singapura
72
mengakuisisi saham mayoritas Heineken International BV di Perseroan.
Namun kemudian, di bulan September 2013, Heineken Holding N.V.
melalui anak perusahaannya Heineken International BV kembali menjadi
pemegang saham utama Perseroan, setelah mengakuisisi saham mayoritas
Perseroan.
Tahun 2014 menjadi tonggak sejarah baru bagi Multi Bintang dengan
pembangunan fasilitas produksi baru yang dilengkapi dengan teknologi
canggih untuk memproduksi minuman non-alkohol di Sampang Agung.
Dengan jumlah investasi sekitar Rp 210 miliar, fasilitas produksi baru ini
dibangun hanya dalam waktu 9 bulan dan secara resmi mulai beroperasi
pada Agustus 2014. Dengan riwayat panjang perusahaan selama di
Indonesia, Multi Bintang pun menjadi identik dengan bir Bintang, brand bir
favorit dan paling ikonik di Indonesia. Multi Bintang juga memproduksi
dan memasarkan brand bir premium internasional, Heineken®; bir bebas-
alkohol, Bintang Zero; dan inovasi terbaru, Bintang Radler, kombinasi unik
Bir Bintang sebagai ikon dengan rasa buah lemon alami yang memberi
kesegaran ganda, yang kini juga tersedia dalam varian lain, Bintang Radler
dengan sari buah alami grapefruit; dan minuman ringan berkarbonasi, Green
Sands.
Saat ini, dengan didukung oleh kekuatan aktivitas brewery Perseroan
di Sampang Agung dan Tangerang, dan Fasilitas Produksi Minuman Non-
Alkohol di Sampang Agung, Multi Bintang telah memantapkan landasan,
melalui anak perusahaannya PT Multi Bintang Niaga, dalam memasarkan
73
dan menjual produk-produk Perseroan secara ekstensif di seluruh kota besar
di Indonesia hingga ke manca negara.
4. Heineken Holding N.V.
Heineken Holding N.V. adalah induk perusahaan dari Multi Bintang
Tbk. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1952. Saat ini perusahaan telah
mencatatkan sahamnya / listing di Euronext Amsterdam Stock Exchange.
Tujuan pendirian perusahaan adalah mengelola dan mengawasi pengelolaan
grup Heineken dan untuk menjaga kelangsungan, kemandirian dan stabilitas
grup Heineken dan menciptakan kondisi pertumbuhan yang terkendali dan
stabil. Stabilitas yang ditawarkan oleh Heineken Holding telah berhasil
membuat Heineken naik ke posisi sekarang sebagai pembuat bir dunia yang
paling internasional dan tetap mandiri. Saham biasa dari Heineken Holding
N.V. tercatat di Euronext Amsterdam.
5. Unilever Indonesia Tbk
Unilever Indonesia merupakan perusahaan yang menjadi perusahaan
terdepan dalam produk home and personal care serta foods & ice cream di
Indonesia. Tujuan dari perusahaan ini adalah dimana bekerja untuk
menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari,membuat pelanggan
merasa lebih nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan
melalui brand dan jasa yang memberikan manfaat untuk melakukan
tindakan kecil setiap harinya yang bila digabungkan akan membuat
perubahan besar bagi dunia, dan senantias mengembangkan cara baru dalam
74
berbisnis yang memungkinkan kami untuk tumbuh sekaligus mengurangi
dampak lingkungan.
Saham dari perusahaan ini pertama kali melakukan penawaran
perdana kepada publik adalah pada tahun 1981 dan tercatat di Bursa Efek
Indonesia sejak 11 Januari 1982. Perusahaan ini merupakan anak
perusahaan dari Unilever N.V. yang ada di Belanda. Perusahaan ini
memiliki 2 anak perusahaan yaitu PT Anugrah Lever dan PT Technopia
Lever. Bagi Perusahaan Unilever, sumber data manusia adalah pusat dari
seluruh aktivitas perseroan. Perseroan memberikan prioritas utama mereka
kepada pengembangan profesionalisme, keseimbangan kehidupan, dan
kemampuan mereka untuk berkontribusi kepada perusahaan.
Perusahaan Unilever Indonesia memiliki 6 pabrik di Kawasan Industri
Jababeka, Cikarang, Bekasi, dan dua pabrik di Kawasan Industri Rungkut,
Surabaya, Jawa Timur, dengan kantor pusat di Jakarta. Produk-produk dari
perseroan berjumlah sekitar 43 brand utama dan 1000 SKU, dipasarkan
melalui jaringan yang melibatkan sekitar 500 distributor independen yang
menjangkau ratusan ribu took yang tersebar di seluruh Indonesia.
6. Unilever N.V.
Unilever N.V., adalah induk perusahaan dari Unilever Indonesia Tbk.
Perusahan ini didirikan pada tahun 1927, adalah perusahaan fast moving
consumer goods (FMCG). Saat ini perusahaan telah mencatatkan sahamnya
/ listing di Euronext Amsterdam Stock Exchange. Segmen perusahaan ini
meliputi personal care, yang terutama mencakup penjualan produk
75
perawatan kulit dan perawatan rambut, deodoran dan produk perawatan
mulut. Produk Makanan yang terutama mencakup penjualan sup, saus,
makanan ringan, mayones, margarin. Produk home care, yang terutama
mencakup penjualan produk perawatan rumahan, seperti bubuk, cairan dan
kapsul, sabun batangan dan berbagai produk pembersih, dan parfum. Produk
utama yang perusahaan ini jual adalah penjualan es krim dan minuman
berbasis teh. Segmen geografis Perusahaan meliputi Asia / AMET / RUB,
Amerika dan Eropa. Perusahaan telah beroperasi di lebih dari 100 negara,
menjual produknya di lebih dari 190 negara. Perusahaan mengoperasikan
sekitar 310 pabrik di lebih dari 70 negara dan perusahaan telah
mengoperasikan jaringan di lebih dari 400 gudang di seluruh dunia.
Merek pribadi milik perusahaan Unilever N.V. meliputi Ax, Dove,
Lux, Rexona dan Sunsilk. Dan Ax, yang dikenal sebagai Lynx di Inggris,
Irlandia dan Australia termasuk gel untuk mandi dan sampo. Dalam bisnis
deodorannya, Perusahaan menawarkan Rexona Antibacterial Defense, yang
tersedia di lebih dari 40 negara. Dove menawarkan berbagai produk,
termasuk Body Wash, Hand and Body Lotions, Pembersih Wajah,
Deodoran, Shampo, Conditioner dan produk Styling Rambut. Selain Dove,
Personal Care termasuk Lifebuoy dan Signal. Mereknya juga termasuk
TRESemme dan Zendium. Merek perawatan kulit termasuk Dermalogica;
Murad; Kate Somerville, dan REN. Merek Makanan Perusahaan meliputi
Knorr dan Hellmann's. Di samping merek global yang dimiliki perusahaan,
Perusahaan juga memiliki merek lokal , seperti misalnya kecap Bango di
76
Indonesia, Robertson di Afrika Selatan dan Kissan di India. Merek Home
Care termasuk Dirt adalah Good and Surf, serta nama rumah tangga lainnya,
termasuk Comfort, Sunlight and Domestos, dan merek pemurnian airnya,
Pureit. Merek penyegarannya meliputi Heartbrand (Wall's), Magnum,
Lipton, Ben & Jerry's, dan Breyer. Lipton menawarkan aneka minuman
berbasis teh, dari teh daun sampai kantong teh, minuman ringan Lipton Ice
Tea.
Visi dari perusahaan Unilever N.V. adalah sederhana namun jelas
yaitu untuk membuat kehidupan yang lebih sustainable. Unilever N.V.
percaya bahwa cara tersebut merupakan cara jangka panjang terbaik bagi
bisnis mereka untuk berkembang. Unilever sendiri didirikan pada tahun
1930 menyusul penggabungan usaha antara Naamlooze Vennootschap
Margarin Unie dari Belanda dan Lever Brothers Limited di Inggris. Untuk
menghindari pungutan perpajakan yang dapat menjadi gangguan terhadap
bisnis perusahaan, maka kedua perusahaan mengumpulkan kepentingan
mereka melalui merger bisnis dan bukan merger legal. Dua perusahaan
pengendali akhirnya didirikan, perusahaan pertama berasal dari Inggris
(Unilever Ltd - sekarang Unilever PLC) dan perusahaan yang kedua berasal
dari Belanda (Naamlooze Vennootschap Margarin Unie - sekarang Unilever
N.V.). Agar kedua perusahaan dapat beroperasi sebagai satu kesatuan
hukum dan terlepas dari struktur hukum independen mereka, serangkaian
kesepakatan telah dibuat, seperti misalnya: saling berbagi merek dan
teknologi; Pemerataan dividen; Jaminan bersama atas pinjaman; Dewan
77
Direktur yang identik dan perlakuan yang sama bagi pemegang saham
apabila terjadi pembubaran perusahaan.
7. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk didirikan pada tanggal 16
Januari 1985. Pada tahun 1989, PT Indocement Tunggal Prakarsa
melakukan penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering) dan
menjadi perusahaan publik serta menyesuaikan namanya menjadi PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Perseroan untuk pertama kalinya
mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia dengan kode INTP pada
tanggal 5 Desember 1989.
Entitas induk perusahaan terakhir perseroan ini adalah
HeidelbergCement AG, merupakan perusahaan yang berbasis di Jerman dan
pemimpin pasar di bidang agregat dan pemain terkemuka di bidang semen,
beton, dan aktivitas hilir lainnya yang menjadikan grup ini salah satu
produsen terbaik dunia untuk bahan-bahan material terintegrasi, yang
didukung oleh lebih dari 45000 orang pegawai yang tersebar di 2300 lokasi
dilebih dari 40 negara. Saat ini, perseroan memiliki 12 pabrik dengan total
kapasitas produksi tahunan mencapai 20,5 juta ton semen. Visi dari
perseroan ini adalah menjadi produsen semen terkemuka di Indonesia dan
pemimpin di pasar beton siap pakai (RMC) di pulau jawa yang terdepan
dalam mutu, serta mampu memenuhi kebutuhan agregat dan pasir untuk
bisnis RMC secara mandiri. Misi dari perseroan ini adalah kami
berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan
78
berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan
berkelanjutan.
8. HeidelbergCement AG
HeidelbergCement adalah induk perusahaan dari Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan produsen
bahan bangunan yang terbesar di dunia. Saat ini perusahaan telah
mencatatkan sahamnya / listing di Frankfurt Stock Exchange. Perusahaan
telah melakukan akuisisi perusahaan produsen semen dari Italia yaitu
Italcementi. Dengan melakukan proses akuisisi tersebut, saat ini perusahaan
HeidelbergCement menjadi nomor 1 dalam produksi agregat, nomor 2 di
semen, dan nomor 3 dalam beton siap pakai. Kedua perusahaan tersebut
saling melengkapi dengan sempurna: di satu sisi karena kesamaan utama di
bidang produk dan struktur organisasi, dan di sisi lain karena jejak
geografisnya yang berbeda tanpa adanya tumpang tindih. Perusahaan
HeidelbergCement AG saat ini telah berkembang secara signifikan, hal
tersebut dapat dilihat dari jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan
sekitar 60.000 karyawan di lebih dari 3.000 lokasi produksi di sekitar 60
negara di lima benua.
Produksi utama dari perusahaan HeidelbergCement meliputi produksi
dan distribusi semen dan agregat, dimana kedua hasil produksi tersebut
merupakan dua bahan baku penting untuk pembuatan beton. Kegiatan hilir
perusahaan meliputi produksi beton siap pakai, ada juga aspal dan produk
bangunan lainnya di beberapa negara. Dengan melakukan akuisisi pada
79
perusahaan Italcementi, HeidelbergCement AG telah secara signifikan
memperluas aktivitas perdagangan mereka.
Produksi semen pada dasarnya bersifat bahan mentah dan energi.
Perusahaan ingin membangun kesuksesan jangka panjang dalam praktik
bisnis yang berkelanjutan. Hal tersebut di dalamnya termasuk
mengamankan akses terhadap cadangan bahan baku, proses produksi yang
efisien dan inovatif, pengembangan produk baru dan penggunaan bahan
baku dan bahan bakar alternatif. HeidelbergCement juga aktif dalam
mempromosikan keanekaragaman hayati di lokasi ekstraksinya.
C. Penyajian Data
1. Delta Djakarta Tbk.
Data yang ada didalam tabel 4.1.1 dan 4.1.2 yaitu total ekuitas, laba
tahun berjalan, pembayaran dividen dan free cash flow adalah dalam jutaan
rupiah. Data jumlah saham yang beredar adalah dalam jutaan lembar dan
data harga penutupan harga saham sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Tabel 4.1.1 Ringkasan Laporan Keuangan Delta Djakarta Tbk Tahun
2011-2013 (Dalam Jutaan Rupiah)
No Keterangan 2011 2012 2013
1. Total Ekuitas 572.935,4 598.211,5 673.097,4
2. Laba Tahun Berjalan 151.715 213.421 270.498
3. Jumlah saham beredar 16 16 16
4. Pembayaran Dividen 171.895 187.830,9 191.869
5. Harga saham penutupan 2230 5100 7600
6. Free Cash Flow 169.782,6 232.916,8 333.646
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan,2017
80
Tabel 4.1.2 Ringkasan Laporan Keuangan Delta Djakarta Tbk Tahun
2014-2016 (Dalam Jutaan Rupiah)
No Keterangan 2014 2015 2016
1. Total Ekuitas 760.396,1 849.621,4 1.012.374
2. Laba Tahun Berjalan 288.499,3 192.045,2 254,509,2
3. Jumlah saham beredar 16 800,6 800,6
4. Pembayaran Dividen 144.831,1 156.878,2 96.034,4
5. Harga saham penutupan 7800 5200 5000
6. Free Cash Flow 126.229,4 235.935,2 249.843,9
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan,2017
Perusahaan Delta Djakarta Tbk memiliki total ekuitas (dalam jutaan
rupiah) yang naik setiap tahunnya selama periode tahun 2011-2016. Pada
tahun 2011 total ekuitas perusahaan sebesar 572.935,4 meningkat menjadi
598.211,5 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 total ekuitas meningkat
menjadi 673.097,4 dan meningkat kembali menjadi 760.396,1 pada tahun
2014. Pada tahun 2015 total ekuitas meningkat menjadi 849.621,4 dan
meningkat kembali menjadi 1.012.374 pada tahun 2016. Laba tahun
berjalan (dalam jutaan rupiah) perusahaan mengalami peningkatan dan
penurunan selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 laba tahun berjalan
perusahaan sebesar 151.715 meningkat menjadi 213.421 pada tahun 2012.
Pada tahun 2013 laba tahun berjalan perusahaan meningkat menjadi
270.498 dan meningkat kembali menjadi 288.499,3 pada tahun 2014.
Peningkatan tersebut tidak berlanjut pada tahun 2015, laba tahun berjalan
perusahaan mengalami penurunan menjadi 192.045,2. Pada tahun 2016 laba
tahun berjalan perusahaan meningkat kembali menjadi 254,509,2. Jumlah
saham yang beredar (dalam jutaan lembar) selama tahun 2011-2014 tetap
dan tidak ada perubahan yaitu sebesar 16. Pada tahun 2015 jumlah saham
81
yang beredar bertambah dikarenakan perusahaan melakukan stock split
dengan rasio 1:50 menjadi 800,6 dan pada tahun 2016 jumlah saham tidak
mengalami perubahan. Pembayaran dividen (dalam jutaan rupiah) selama
tahun 2011-2016 mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2011
pembayaran dividen sebesar 171.895 meningkat menjadi 187.830,9 pada
tahun 2012. Pada tahun 2013 pembayaran dividen meningkat menjadi
191.869 dan mengalami penurunan menjadi 144.831,1 pada tahun 2014.
Pada tahun 2015 pembayaran dividen meningkat menjadi 156.878,2 dan
mengalami penurunan kembali menjadi 96.034,4 pada tahun 2016. Harga
penutupan saham perusahaan selama tahun 2011-2016 mengalami
peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2011 harga penutupan saham
sebesar Rp. 2.230,00 meningkat menjadi Rp. 5.100,00 pada tahun 2012.
Pada tahun 2013 harga penutupan saham meningkat menjadi Rp. 7.600,00
dan meningkat kembali menjadi Rp. 7.800,00 pada tahun 2014. Pada tahun
2015 harga penutupan saham menurun menjadi Rp. 5.200,00 dan menurun
kembali menjadi Rp. 5.000,00 pada tahun 2016. Arus kas bebas (dalam
jutaan rupiah) perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan selama
tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 arus kas bebas perusahaan sebesar
169.782,6 meningkat menjadi 232.916,8 pada tahun 2012. Pada tahun 2013
arus kas bebas perusahaan meningkat menjadi 333.646 dan mengalami
penurunan menjadi 126.229,4 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 arus kas
bebas perusahaan meningkat menjadi 235.935,2 dan meningkat kembali
menjadi 249.843,9 pada tahun 2016.
82
2. San Miguel Corporation
Data yang ada didalam tabel 4.2.1 dan 4.2.2 yaitu total ekuitas, laba
tahun berjalan, pembayaran dividen dan free cash flow adalah dalam jutaan
rupiah. Data jumlah saham yang beredar adalah dalam jutaan lembar dan
data harga penutupan harga saham sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Tabel 4.2.1 Ringkasan Laporan Keuangan San Miguel Corporation
Tahun 2011-2013 (Dalam Jutaan PHP)
No Keterangan 2011 2012 2013
1. Total Ekuitas 299.100 348.937 365.393
2. Laba Tahun Berjalan 28.836 37.658 51.193
3. Jumlah saham beredar 2.367 2.371 3.245
4. Pembayaran Dividen 14.451 18.578 21.405
5. Harga saham penutupan 116,80 105,40 62,50
6. Free Cash Flow 2.175 -37.154 -18.666
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan dan osiris.bvdinfo.com,2017
Tabel 4.2.2 Ringkasan Laporan Keuangan San Miguel Corporation
Tahun 2014-2016 (Dalam Jutaan PHP)
No Keterangan 2014 2015 2016
1. Total Ekuitas 389.920 384.877 436.781
2. Laba Tahun Berjalan 28.578 28.993 52.240
3. Jumlah saham beredar 3.245 2.378 2.378
4. Pembayaran Dividen 24.273 23.649 24.338
5. Harga saham penutupan 73,80 49,90 92,30
6. Free Cash Flow 392 5.468 38.544
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan dan osiris.bvdinfo.com,2017
Total ekuitas perusahaan San Miguel Corporation (dalam jutaan PHP)
mengalami peningkatan dan penurunan selama periode tahun 2011-2016.
Pada tahun 2011 total ekuitas perusahaan sebesar 299.100 meningkat
menjadi 348.937 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 total ekuitas perusahaan
meningkat menjadi 365.393 dan meningkat kembali menjadi 389.920 pada
tahun 2014. Pada tahun 2015 total ekuitas perusahaan mengalami penurunan
83
menjadi 384.877 dan meningkat menjadi 436.781 pada tahun 2016. Laba
tahun berjalan perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan selama
tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 laba tahun berjalan perusahaan sebesar
28.836 meningkat menjadi 37.658 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 laba
tahun berjalan perusahaan meningkat menjadi 51.193 dan mengalami
penurunan menjadi 28.578 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 laba tahun
berjalan perusahaan meningkat menjadi 28.993 dan meningkat kembali
menjadi 52.240 pada tahun 2016. Jumlah saham yang beredar (dalam jutaan
lembar) mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2016.
Pada tahun 2011 jumlah saham yang beredar sebesar 2.367 meningkat
menjadi 2.371 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 jumlah saham yang
beredar meningkat menjadi 3.245 dan pada tahun 2014 jumlah saham yang
beredar tetap sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 jumlah
saham yang beredar menurun menjadi 2.378 dan pada tahun 2016 jumlah
saham yang beredar tetap sama dengan tahun sebelumnya. Pembayaran
dividen (dalam jutaan PHP) oleh perusahaan mengalami peningkatan dan
penurunan selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 pembayaran dividen
sebesar 14.451 meningkat menjadi 18.578 pada tahun 2012. Pada tahun
2013 pembayaran dividen meningkat menjadi 21.405 dan meningkat
menjadi 24.273 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 pembayaran dividen
menurun menjadi 23.649 dan meningkat kembali menjadi 24.338 pada
tahun 2016. Harga penutupan perusahaan selama tahun 2011-2016
mengalami peningaktan dan penurunan. Pada tahun 2011 harga penutupan
84
saham sebesar PHP 116,80 menurun menjadi PHP 105,40 pada tahun 2012.
Pada tahun 2013 harga penutupan saham menurun kembali menjadi PHP
62,50 dan meningkat menjadi PHP 73,80 pada tahun 2014. Pada tahun 2015
harga penutupan saham menurun menjadi PHP 49,90 dan meningkat
menjadi PHP 92,30 pada tahun 2016. Arus kas bebas perusahaan (dalam
jutaan PHP) mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-
2016. Pada tahun 2011 arus kas bebas sebesar 2.175 menurun menjadi -
37.154 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 arus kas bebas meningkat
menjadi -18.666 dan meningkat kembali menjadi 392 pada tahun 2014.
Pada tahun 2015 arus kas bebas perusahaan meningkat menjadi 5.468 dan
meningkat kembali menjadi 38.544 pada tahun 2016.
3. Multi Bintang Tbk
Data yang ada didalam tabel 4.3.1 dan 4.3.2 yaitu total ekuitas, laba
tahun berjalan, pembayaran dividen dan free cash flow adalah dalam jutaan
rupiah. Data jumlah saham yang beredar adalah dalam jutaan lembar dan
data harga penutupan harga saham sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Tabel 4.3.1 Ringkasan Laporan Keuangan Multi Bintang Tbk Tahun
2011-2013 (Dalam Jutaan Rupiah)
No Keterangan 2011 2012 2013
1. Total Ekuitas 530.110 329.853 987.533
2. Laba Tahun Berjalan 507.382 453.405 1.171.229
3. Jumlah saham beredar 21,07 21,07 21,07
4. Pembayaran Dividen 446.940 651.331 505.528
5. Harga saham penutupan 3.590 7.090 12.000
6. Free Cash Flow 487.757 349.146 693.630
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan,2017
85
Tabel 4.3.2 Ringkasan Laporan Keuangan Multi Bintang Tbk Tahun
2014-2016 (Dalam Jutaan Rupiah Kecuali Harga
Penutupan)
No Keterangan 2014 2015 2016
1. Total Ekuitas 553.797 766.480 820.640
2. Laba Tahun Berjalan 794.883 496.909 982.129
3. Jumlah saham beredar 2.107 2.107 2.107
4. Pembayaran Dividen 1.219.895 289.971 922.813
5. Harga saham penutupan 11.950 8.200 11.750
6. Free Cash Flow 470.201 737.975 1.078.539
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan,2017
Total ekuitas perusahaan Multi Bintang Tbk (dalam jutaan rupiah)
mengalami peningkatan dan penurunan selama periode tahun 2011-2016.
Pada tahun 2011 total ekuitas perusahaan sebesar 530.110 menurun menjadi
329.853 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 total ekuitas perusahaan
meningkat menjadi 987.533 dan menurun kembali menjadi 553.797 pada
tahun 2014. Pada tahun 2015 total ekuitas perusahaan meningkat menjadi
766.480 dan meningkat kembali menjadi 820.640 pada tahun 2016. Laba
tahun berjalan perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan selama
tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 laba tahun berjalan perusahaan sebesar
507.382 menurun menjadi 453.405 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 laba
tahun berjalan perusahaan meningkat menjadi 1.171.229 dan menurun
menjadi 794.883 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 laba tahun berjalan
perusahaan menurun menjadi 496.909 dan meningkat kembali menjadi
982.129 pada tahun 2016. Jumlah saham yang beredar (dalam jutaan
lembar) tetap selama tahun 2011-2013 yaitu sebesar 21,07. Pada tahun 2014
jumlah saham yang beredar meningkat menjadi 2.107 karena perusahaan
melakukan stock split 1:100. Pada tahun 2015 dan 2016 jumlah saham yang
86
beredar tetap sama dengan tahun sebelumnya. Pembayaran dividen (dalam
jutaan rupiah) oleh perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan
selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 pembayaran dividen sebesar
446.940 meningkat menjadi 651.331 pada tahun 2012. Pada tahun 2013
pembayaran dividen menurun menjadi 505.528 dan meningkat menjadi
1.219.895 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 pembayaran dividen menurun
menjadi 289.971 dan meningkat kembali menjadi 922.813 pada tahun 2016.
Harga penutupan perusahaan selama tahun 2011-2016 mengalami
peningakatan dan penurunan. Pada tahun 2011 harga penutupan saham
sebesar Rp. 3.590,00 meningkat menjadi Rp. 7.090,00 pada tahun 2012.
Pada tahun 2013 harga penutupan saham meningkat menjadi Rp. 12.000,00
dan menurun menjadi Rp. 11.950,00 pada tahun 2014. Pada tahun 2015
harga penutupan saham menurun menjadi Rp. 8.200,00 dan meningkat
menjadi Rp. 11.750,00 pada tahun 2016. Arus kas bebas perusahaan (dalam
jutaan rupiah) mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-
2016. Pada tahun 2011 arus kas bebas sebesar 487.757 menurun menjadi
349.146 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 arus kas bebas meningkat
menjadi 693.630 dan menurun kembali menjadi 470.201 pada tahun 2014.
Pada tahun 2015 arus kas bebas perusahaan meningkat menjadi 737.975 dan
meningkat kembali menjadi 1.078.539 pada tahun 2016.
4. Heineken Holding N.V.
Data yang ada didalam tabel 4.4.1 dan 4.4.2 yaitu total ekuitas, laba
tahun berjalan, pembayaran dividen dan free cash flow adalah dalam jutaan
87
rupiah. Data jumlah saham yang beredar adalah dalam jutaan lembar dan
data harga penutupan harga saham sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Tabel 4.4.1 Ringkasan Laporan Keuangan Heineken Holding N.V.
Tahun 2011-2013 (Dalam Jutaan Euro)
No Keterangan 2011 2012 2013
1. Total Ekuitas 10.092 12.805 12.356
2. Laba Tahun Berjalan 1.560 3.074 1.587
3. Jumlah saham beredar 288 288 288
4. Pembayaran Dividen 580 604 710
5. Harga saham penutupan 31,62 41,44 45,99
6. Free Cash Flow 2.055 1.447 1.468
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan dan osiris.bvdinfo.com,2017
Tabel 4.4.2 Ringkasan Laporan Keuangan Heineken Holding N.V.
Tahun 2014-2016 (Dalam Jutaan Euro Kecuali Harga
Penutupan)
No Keterangan 2014 2015 2016
1. Total Ekuitas 13.452 15.070 14.573
2. Laba Tahun Berjalan 1.708 2.141 1.739
3. Jumlah saham beredar 288 288 288
4. Pembayaran Dividen 723 909 1.031
5. Harga saham penutupan 51,93 71,00 66.14
6. Free Cash Flow 1.507 1.759 1.852
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan dan osiris.bvdinfo.com,2017
Total ekuitas Heineken Holding N.V. (dalam jutaan euro) mengalami
peningkatan dan penurunan selama periode tahun 2011-2016. Pada tahun
2011 total ekuitas perusahaan sebesar 10.092 meningkat menjadi 12.805
pada tahun 2012. Pada tahun 2013 total ekuitas perusahaan menurun
menjadi 12.356 dan meningkat kembali menjadi 13.452 pada tahun 2014.
Pada tahun 2015 total ekuitas perusahaan meningkat menjadi 15.070 dan
menurun menjadi 14.573 pada tahun 2016. Laba tahun berjalan perusahaan
mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2016. Pada
tahun 2011 laba tahun berjalan perusahaan sebesar 1.560 meningkat menjadi
88
2.141 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 laba tahun berjalan perusahaan
menurun menjadi 1.587 dan meningkat menjadi 1.708 pada tahun 2014.
Pada tahun 2015 laba tahun berjalan perusahaan meningkat menjadi 2.141
dan menurun kembali menjadi 1.739 pada tahun 2016. Jumlah saham yang
beredar (dalam jutaan lembar) tetap selama tahun 2011-2016 yaitu sebesar
288. Pembayaran dividen (dalam jutaan euro) oleh perusahaan mengalami
peningkatan selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 pembayaran dividen
sebesar 580 meningkat menjadi 604 pada tahun 2012. Pada tahun 2013
pembayaran dividen meningkat menjadi 710 dan meningkat kembali
menjadi 723 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 pembayaran dividen
meningkat menjadi 909 dan meningkat kembali menjadi 1.031 pada tahun
2016. Harga penutupan perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan
selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 harga penutupan saham sebesar €
31,62 meningkat menjadi € 41,44 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 harga
penutupan saham meningkat menjadi € 45,99 dan meningkat menjadi €
51,93 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 harga penutupan saham meningkat
menjadi € 71,00 dan menurun menjadi € 66.14 pada tahun 2016. Arus kas
bebas perusahaan (dalam jutaan euro) mengalami peningkatan dan
penurunan selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 arus kas bebas sebesar
2.055 menurun menjadi 1.447 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 arus kas
bebas meningkat menjadi 1.468 dan meningkat menjadi 1.507 pada tahun
2014. Pada tahun 2015 arus kas bebas perusahaan meningkat menjadi 1.759
dan meningkat kembali menjadi 1.852 pada tahun 2016.
89
5. Unilever Indonesia Tbk.
Data yang ada didalam tabel 4.5.1 dan 4.5.2 yaitu total ekuitas, laba
tahun berjalan, pembayaran dividen dan free cash flow adalah dalam jutaan
rupiah. Data jumlah saham yang beredar adalah dalam jutaan lembar dan
data harga penutupan harga saham sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Tabel 4.5.1 Ringkasan Laporan Keuangan Unilever Indonesia Tbk
Tahun 2011-2013 (Dalam Jutaan Rupiah)
No Keterangan 2011 2012 2013
1. Total Ekuitas 3.680.937 3.968.365 4.254.670
2. Laba Tahun Berjalan 4.164.304 4.839.145 5.352.625
3. Jumlah saham beredar 7.630 7.630 7.630
4. Pembayaran Dividen 4.519.907 4.537.777 5.058.527
5. Harga saham penutupan 18.800 20.850 26.000
6. Free Cash Flow 3.776.254 4.046.615 5.051.255
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan,2017
Tabel 4.5.2 Ringkasan Laporan Keuangan Unilever Indonesia Tbk
Tahun 2014-2016 (Dalam Jutaan Rupiah)
No Keterangan 2014 2015 2016
1. Total Ekuitas 4.598.752 4.827.360 4.704.258
2. Laba Tahun Berjalan 5.738.523 5.851.805 6.390.672
3. Jumlah saham beredar 7.630 7.630 7.630
4. Pembayaran Dividen 5.126.717 5.592.332 5.843.184
5. Harga saham penutupan 32.300 37.000 38.800
6. Free Cash Flow 5.336.816 4.826.607 4.879.163
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan,2017
Total ekuitas Unilever Indonesia (dalam jutaan rupiah) mengalami
peningkatan dan penurunan selama periode tahun 2011-2016. Pada tahun
2011 total ekuitas perusahaan sebesar 3.680.937 meningkat menjadi
3.968.365 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 total ekuitas perusahaan
meningkat menjadi 4.254.670 dan meningkat kembali menjadi 4.598.752
pada tahun 2014. Pada tahun 2015 total ekuitas perusahaan meningkat
90
menjadi 4.827.360 dan menurun menjadi 4.704.258 pada tahun 2016. Laba
tahun berjalan perusahaan (dalam jutaan rupiah) mengalami peningkatan
selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 laba tahun berjalan perusahaan
sebesar 4.164.304 meningkat menjadi 4.839.145 pada tahun 2012. Pada
tahun 2013 laba tahun berjalan perusahaan meningkat menjadi 5.352.625
dan meningkat menjadi 5.738.523 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 laba
tahun berjalan perusahaan meningkat menjadi 5.851.805 dan meningkat
kembali menjadi 6.390.672 pada tahun 2016. Jumlah saham yang beredar
(dalam jutaan lembar) tetap selama tahun 2011-2016 yaitu sebesar 7.630.
Pembayaran dividen (dalam jutaan rupiah) oleh perusahaan mengalami
peningkatan selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 pembayaran dividen
sebesar 4.519.907 meningkat menjadi 4.537.777 pada tahun 2012. Pada
tahun 2013 pembayaran dividen meningkat menjadi 5.058.527 dan
meningkat kembali menjadi 5.126.717 pada tahun 2014. Pada tahun 2015
pembayaran dividen meningkat menjadi 5.592.332 dan meningkat kembali
menjadi 5.843.184 pada tahun 2016. Harga penutupan perusahaan
mengalami peningkatan selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 harga
penutupan saham sebesar Rp. 18.800,00 meningkat menjadi Rp. 20.850,00
pada tahun 2012. Pada tahun 2013 harga penutupan saham meningkat
menjadi Rp. 26.000,00 dan meningkat kembali menjadi Rp. 32.300,00 pada
tahun 2014. Pada tahun 2015 harga penutupan saham meningkat menjadi
Rp. 37.000,00 dan meningkat kembali menjadi Rp. 38.800,00 pada tahun
2016. Arus kas bebas perusahaan (dalam jutaan rupiah) mengalami
91
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 arus
kas bebas sebesar 3.776.254 meningkat menjadi 4.046.615 pada tahun 2012.
Pada tahun 2013 arus kas bebas meningkat menjadi 5.051.255 dan
meningkat kembali menjadi 5.336.816 pada tahun 2014. Pada tahun 2015
arus kas bebas perusahaan menurun menjadi 4.826.607 dan meningkat
menjadi 4.879.163 pada tahun 2016.
6. Unilever N.V.
Data yang ada didalam tabel 4.6.1 dan 4.6.2 yaitu total ekuitas, laba
tahun berjalan, pembayaran dividen dan free cash flow adalah dalam jutaan
rupiah. Data jumlah saham yang beredar adalah dalam jutaan lembar dan
data harga penutupan harga saham sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Tabel 4.6.1 Ringkasan Laporan Keuangan Unilever N.V. Tahun 2011-
2013 (Dalam Jutaan Euro)
No Keterangan 2011 2012 2013
1. Total Ekuitas 14.921 15.949 14.815
2. Laba Tahun Berjalan 4.491 4.836 5.263
3. Jumlah saham beredar 1.714,7 1.714,7 1.714,7
4. Pembayaran Dividen 2.485 2.699 2.993
5. Harga saham penutupan 26,57 28,84 29,28
6. Free Cash Flow 3.353 4.456 4.126
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan dan osiris.bvdinfo.com,2017
Tabel 4.6.2 Ringkasan Laporan Keuangan Unilever N.V. Tahun 2014-
2016 (Dalam Jutaan Euro)
No Keterangan 2014 2015 2016
1. Total Ekuitas 14.263 16.082 16.980
2. Laba Tahun Berjalan 5.515 5.259 5.547
3. Jumlah saham beredar 1.714,7 1.714,7 1.714,7
4. Pembayaran Dividen 3.189 3.331 3.609
5. Harga saham penutupan 32,64 40,11 39.12
6. Free Cash Flow 3.291 5.129 5011
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan dan osiris.bvdinfo.com,2017
92
Total ekuitas Unilever N.V. (dalam jutaan euro) mengalami
peningkatan dan penurunan selama periode tahun 2011-2016. Pada tahun
2011 total ekuitas perusahaan sebesar 14.921 meningkat menjadi 15.949
pada tahun 2012. Pada tahun 2013 total ekuitas perusahaan menurun
menjadi 14.815 dan menurun kembali menjadi 14.263 pada tahun 2014.
Pada tahun 2015 total ekuitas perusahaan meningkat menjadi 16.082 dan
meningkat kembali menjadi 16.980 pada tahun 2016. Laba tahun berjalan
perusahaan (dalam jutaan euro) mengalami peningkatan dan penurunan
selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 laba tahun berjalan perusahaan
sebesar 4.491 meningkat menjadi 4.836 pada tahun 2012. Pada tahun 2013
laba tahun berjalan perusahaan meningkat menjadi 5.263 dan meningkat
menjadi 5.515 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 laba tahun berjalan
perusahaan menurun menjadi 5.259 dan meningkat kembali menjadi 5.547
pada tahun 2016. Jumlah saham yang beredar (dalam jutaan lembar) tetap
selama tahun 2011-2016 yaitu sebesar 1.714,7. Pembayaran dividen (dalam
jutaan euro) oleh perusahaan mengalami peningkatan selama tahun 2011-
2016. Pada tahun 2011 pembayaran dividen sebesar 2.485 meningkat
menjadi 2.699 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 pembayaran dividen
meningkat menjadi 2.993 dan meningkat kembali menjadi 3.189 pada tahun
2014. Pada tahun 2015 pembayaran dividen meningkat menjadi 3.331 dan
meningkat kembali menjadi 3.609 pada tahun 2016. Harga penutupan
perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-
2016. Pada tahun 2011 harga penutupan saham sebesar € 26,57 meningkat
93
menjadi € 28,84 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 harga penutupan saham
meningkat menjadi € 29,28 dan meningkat kembali menjadi € 32,64 pada
tahun 2014. Pada tahun 2015 harga penutupan saham meningkat menjadi €
40,11 dan menurun menjadi € 39,12 pada tahun 2016. Arus kas bebas
perusahaan (dalam jutaan euro) mengalami peningkatan dan penurunan
selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 arus kas bebas sebesar 3.353
meningkat menjadi 4.456 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 arus kas bebas
menurun menjadi 4.126 dan menurun kembali menjadi 3.291 pada tahun
2014. Pada tahun 2015 arus kas bebas perusahaan meningkat menjadi 5.129
dan menurun menjadi 5.011 pada tahun 2016.
7. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Data yang ada didalam tabel 4.7.1 dan 4.7.2 yaitu total ekuitas, laba
tahun berjalan, pembayaran dividen dan free cash flow adalah dalam jutaan
rupiah. Data jumlah saham yang beredar adalah dalam jutaan lembar dan
data harga penutupan harga saham sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Tabel 4.7.1 Ringkasan Laporan Keuangan Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Tahun 2011-2013 (Dalam Jutaan Rupiah)
No Keterangan 2011 2012 2013
1. Total Ekuitas 15.706.145 19.418.738 22.758.217
2. Laba Tahun Berjalan 3.601.516 4.763.388 5.012.294
3. Jumlah saham beredar 3.681,2 3.681,2 3.681,2
4. Pembayaran Dividen 967.786 1.078.354 1.658.442
5. Harga saham penutupan 17.050 22.450 20.000
6. Free Cash Flow 3.370.550 4.712.981 3.400.270
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan,2017
94
Tabel 4.7.2 Ringkasan Laporan Keuangan Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Tahun 2014-2016 (Dalam Jutaan Rupiah)
No Keterangan 2014 2015 2016
1. Total Ekuitas 24.577.013 23.865.950 26.138.703
2. Laba Tahun Berjalan 5.293.416 4.356.661 3.870.319
3. Jumlah saham beredar 3.681,2 3.681,2 3.681,2
4. Pembayaran Dividen 3.312.009 4.968.028 1.527.247
5. Harga saham penutupan 25.000 22.325 15.400
6. Free Cash Flow 1.885.546 2.315.037 2.583.754
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan,2017
Total ekuitas Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (dalam jutaan rupiah)
mengalami peningkatan dan penurunan selama periode tahun 2011-2016.
Pada tahun 2011 total ekuitas perusahaan sebesar 15.706.145 meningkat
menjadi 19.418.738 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 total ekuitas
perusahaan meningkat menjadi 22.758.217 dan meningkat kembali menjadi
24.577.013 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 total ekuitas perusahaan
menurun menjadi 23.865.950 dan meningkat kembali menjadi 26.138.703
pada tahun 2016. Laba tahun berjalan perusahaan (dalam jutaan rupiah)
mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2016. Pada
tahun 2011 laba tahun berjalan perusahaan sebesar 3.601.516 meningkat
menjadi 4.763.388 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 laba tahun berjalan
perusahaan meningkat menjadi 5.012.294 dan meningkat menjadi 5.293.416
pada tahun 2014. Pada tahun 2015 laba tahun berjalan perusahaan menurun
menjadi 4.356.661 dan menurun kembali menjadi 3.870.319 pada tahun
2016. Jumlah saham yang beredar (dalam jutaan lembar) tetap selama tahun
2011-2016 yaitu sebesar 3.681,2. Pembayaran dividen (dalam jutaan rupiah)
oleh perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-
95
2016. Pada tahun 2011 pembayaran dividen sebesar 967.786 meningkat
menjadi 1.078.354 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 pembayaran dividen
meningkat menjadi 1.658.442 dan meningkat kembali menjadi 3.312.009
pada tahun 2014. Pada tahun 2015 pembayaran dividen meningkat menjadi
4.968.028 dan menurun menjadi 1.527.247 pada tahun 2016. Harga
penutupan perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun
2011-2016. Pada tahun 2011 harga penutupan saham sebesar Rp. 17.050,00
meningkat menjadi Rp. 22.450,00 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 harga
penutupan saham menurun menjadi Rp. 20.000,00 dan meningkat kembali
menjadi Rp. 25.000,00 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 harga penutupan
saham menurun menjadi Rp. 22.325,00 dan menurun kembali menjadi Rp.
15.400,00 pada tahun 2016. Arus kas bebas perusahaan (dalam jutaan
rupiah) mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2016.
Pada tahun 2011 arus kas bebas sebesar 3.370.550 meningkat menjadi
4.712.981 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 arus kas bebas menurun
menjadi 3.400.270 dan menurun kembali menjadi 1.885.546 pada tahun
2014. Pada tahun 2015 arus kas bebas perusahaan meningkat menjadi
2.315.037 dan meningkat kembali menjadi 2.583.754 pada tahun 2016.
8. HeidelbergCement AG
Data yang ada didalam tabel 4.8.1 dan 4.8.2 yaitu total ekuitas, laba
tahun berjalan, pembayaran dividen dan free cash flow adalah dalam jutaan
rupiah. Data jumlah saham yang beredar adalah dalam jutaan lembar dan
data harga penutupan harga saham sesuai dengan jumlah sebenarnya.
96
Tabel 4.8.1 Ringkasan Laporan Keuangan HeidelbergCement AG
Tahun 2011-2013 (Dalam Jutaan Euro)
No Keterangan 2011 2012 2013
1. Total Ekuitas 13.568,6 13.707,5 12.513,8
2. Laba Tahun Berjalan 534,2 528,7 932,6
3. Jumlah saham beredar 187,5 187,5 187,5
4. Pembayaran Dividen 106,8 133,5 179,9
5. Harga saham penutupan 32,91 45,62 55,22
6. Free Cash Flow 458 682 306
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan dan osiris.bvdinfo.com,2017
Tabel 4.8.2 Ringkasan Laporan Keuangan HeidelbergCement AG
Tahun 2014-2016 (Dalam Jutaan Euro)
No Keterangan 2014 2015 2016
1. Total Ekuitas 14.244,9 15.976,4 17.872,6
2. Laba Tahun Berjalan 687,3 983,3 896,3
3. Jumlah saham beredar 187,9 187,9 198,4
4. Pembayaran Dividen 278,4 368,6 334,7
5. Harga saham penutupan 58,94 75,77 88.80
6. Free Cash Flow 538,6 541,6 834,1
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan dan osiris.bvdinfo.com,2017
Total ekuitas HeidelbergCement AG (dalam jutaan euro) mengalami
peningkatan dan penurunan selama periode tahun 2011-2016. Pada tahun
2011 total ekuitas perusahaan sebesar 13.568,6 meningkat menjadi 13.707,5
pada tahun 2012. Pada tahun 2013 total ekuitas perusahaan menurun
menjadi 12.513,8 dan meningkat kembali menjadi 14.244,9 pada tahun
2014. Pada tahun 2015 total ekuitas perusahaan meningkat menjadi
15.976,4 dan meningkat kembali menjadi 17.872,6 pada tahun 2016. Laba
tahun berjalan perusahaan (dalam jutaan euro) mengalami peningkatan dan
penurunan selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 laba tahun berjalan
perusahaan sebesar 534,2 menurun menjadi 528,7 pada tahun 2012. Pada
tahun 2013 laba tahun berjalan perusahaan meningkat menjadi 932,6 dan
97
menurun menjadi 687,3 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 laba tahun
berjalan perusahaan meningkat menjadi 983,3 dan menurun kembali
menjadi 896,3 pada tahun 2016. Jumlah saham yang beredar (dalam jutaan
lembar) tetap selama tahun 2011-2013 yaitu sebesar 1.714,7. Pada tahun
2014 jumlah saham yang beredar meningkat menjadi 187,9 dan pada tahun
2015 jumlahnya tetap sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016
jumlah saham yang beredar meningkat menjadi 198,4. Pembayaran dividen
(dalam jutaan euro) oleh perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan
selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 pembayaran dividen sebesar
106,8 meningkat menjadi 133,5 pada tahun 2012. Pada tahun 2013
pembayaran dividen meningkat menjadi 179,9 dan meningkat kembali
menjadi 278,4 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 pembayaran dividen
meningkat menjadi 368,6 dan menurun menjadi 334,7 pada tahun 2016.
Harga penutupan perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan selama
tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 harga penutupan saham sebesar € 32,91
meningkat menjadi € 45,62 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 harga
penutupan saham meningkat menjadi € 55,22 dan meningkat kembali
menjadi € 58,94 pada tahun 2014. Pada tahun 2015 harga penutupan saham
meningkat menjadi € 75,77 dan menurun menjadi € 88.80 pada tahun 2016.
Arus kas bebas perusahaan (dalam jutaan euro) mengalami peningkatan dan
penurunan selama tahun 2011-2016. Pada tahun 2011 arus kas bebas sebesar
458 meningkat menjadi 682 pada tahun 2012. Pada tahun 2013 arus kas
bebas menurun menjadi 306 dan meningkat menjadi 538,6 pada tahun 2014.
98
Pada tahun 2015 arus kas bebas perusahaan meningkat menjadi 541,6 dan
meningkat kembali menjadi 834,1 pada tahun 2016.
D. Analisis dan Interpretasi Data
Data-data yang telah terkumpul, selanjutnya adalah melakukan analisis
terhadap data tersebut. Berikut langkah-langkah dalam menganalisis data:
1. Analisis Kinerja Keuangan
Analisis rasio keuangan dari perusahaan diukur dengan menggunakan
rasio keuangan yang merupakan variabel fundamental. Rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini beserta perhitungannya adalah sebagai
berikut:
a. Delta Djakarta Tbk
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil dari rasio
fundamental untuk Delta Djakarta Tbk adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Perkembangan Rasio Fundamental Delta Djakarta Tbk
Tahun 2011-2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1. ROE (%) 26,48 35,67 40,18 37,94 22,60
2. EPS (Rp) 9.474,38 13.327,83 16.892,21 18.016,36 239,85
3. DPS (Rp) 10.734,59 11.729,76 11.981,94 9.044,49 195,93
4. DPR (%) 113,30 88 70,93 50,20 81,68
Sumber: Data diolah, 2017
Pada tabel 4.9 merupakan hasil perkembangan rasio fundamental
perusahaan Delta Djakarta Tbk selama periode tahun 2011-2015, adapun
penjelasan perkembangan rasio tersebut adalah sebagai berikut:
99
1) Return On Equity
Nilai rasio ROE Perusahaan Delta Djakarta Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun
2011-2013 nilai ROE mengalami peningkatan sebesar 9,19% yaitu
dari 26,48% menjadi 35,67% pada tahun 2012. Pada tahun 2013 nilai
ROE perusahaan kembali mengalami peningkatan sebesar 4.51% yaitu
dari 35,67% menjadi 40,18%. Peningkatan ini disebabkan oleh
meningkatnya nilai ekuitas dan laba bersih setiap tahunnya selama
tahun 2011-2013. Pada tahun 2014-2015 nilai ROE perusahaan
mengalami penurunan sebesar 2,24% yaitu dari 40,18% menjadi
37,94% pada tahun 2014 dan penurunan sebesar 15,34% yaitu dari
37,94% menjadi 22,60% pada tahun 2015. Penurunan pada tahun
2014-2015 disebabkan oleh meningkatnya jumlah ekuitas
dibandingkan dari tahun sebelumnya tetapi tidak diiringi dengan
meningkatnya nilai laba bersih yang signifikan sesuai dengan
kenaikan ekuitasnya.
2) Earning Per Share
Nilai EPS perusahaan Delta Djakarta Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Nilai EPS
mengalami peningkatan setiap tahunnya selama tahun 2011-2014.
Nilai EPS perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2015. Nilai
EPS pada tahun 2011-2014 mengalami peningkatan sebesar Rp.
3.853,45 dari Rp. 9.474,38 menjadi Rp. 13.327,83 pada tahun 2012,
100
mengalami peningkatan kembali sebesar Rp.3.564,38 dari Rp.
13.327,83 menjadi Rp.16.892,21 pada tahun 2013, mengalami
peningkatan kembali sebesar Rp. 1.124,15 dari Rp.16.892,21 menjadi
Rp.18.016,36 pada tahun 2014. Peningkatan ini disebabkan oleh
peningkatan laba bersih perusahaan sedangkan jumlah saham yang
beredar tetap. Pada tahun 2015 nilai EPS perusahaan mengalami
penurunan sebesar Rp.17.776,51 dari Rp.18.016,36 menjadi Rp.
239,85. Penurunan ini disebabkan karena perusahaan mengalami
penurunan laba bersih sedangkan jumlah saham yang beredar
bertambah karena perusahaan melakukan stock split 1:50.
3) Dividend Per Share
Nilai DPS perusahaan Delta Djakarta Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2016. Nilai DPS
perusahaan mengalami Peningkatan selama tahun 2011-2013. Pada
tahun 2012 pembagian dividen meningkat Rp.995,17 dari Rp.
10.734,59 menjadi Rp.11.729,76. Pada tahun 2013 pembagian dividen
meningkat Rp.252,18 dari Rp.11.729,76 menjadi Rp.11.981,94.
Peningkatan tersebut terjadi karena perusahaan selalu meningkatkan
jumlah dividen yang dibayarkan kepada investor selama tahun 2011-
2013. Pada tahun 2014-2015 telah terjadi penurunan dividen yang
dibayarkan perusahaan kepada investor. Pada tahun 2014 pembagian
dividen mengalami penurunan Rp.2.937,45 dari Rp.11.981,94 menjadi
Rp.9.044,49. Pada tahun 2015 pembagian dividen mengalami
101
penurunan Rp.8.848,56 dari Rp.9.044,49 menjadi Rp.195,93.
Penurunan ini diakibatkan karena perusahaan melakukan stock split
1:50 sementara jumlah dividen yang dibagikan hanya meningkat
sedikit dari tahun sebelumnya.
4) Dividend Payout Ratio
Nilai DPR perusahaan Delta Djakarta Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2016. Pada tahun
2011-2014 nilai DPR perusahaan terus mengalami penurunan. Nilai
DPR perusahaan mengalami penurunan 25,3% pada tahun 2012 dari
113.30% menjadi 88%. Nilai DPR perusahaan mengalami penurunan
17,07% pada tahun 2013 dari 88% menjadi 70,93%. Nilai DPR
perusahaan mengalami penurunan 20,73% pada tahun 2014 dari
70,93% menjadi 50,20%. Penurunan tersebut disebabkan karena tidak
seluruh laba yang dimiliki perusahaan dibagikan kepada pemegang
saham. Presentase laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham
mengalami penurunan selama tahun 2011-2014. Pada tahun 2015 nilai
DPR perusahaan mengalami peningkatan sebesar 31,48% dari 50,20%
menjadi 81,68%. Peningkatan ini disebabkan karena presentase laba
yang akan dibagikan kepada pemegang saham mengalami kenaikan.
b. San Miguel Corporation
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil dari rasio
fundamental untuk San Miguel Corporation adalah sebagai berikut:
102
Tabel 4.10 Perkembangan Rasio Fundamental San Miguel
Corporation Tahun 2011-2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1. ROE (%) 9,64 10,79 14,01 7,32 7,53
2. EPS (PHP) 12,18 15,87 15,77 8,80 12,18
3. DPS (PHP) 6,10 7,83 6,59 7,47 9,94
4. DPR (%) 50,08 49,33 41,78 84,88 81,60
Sumber: Data diolah, 2017
Pada tabel 4.10 merupakan hasil perkembangan rasio fundamental
perusahaan San Miguel Corporation selama periode tahun 2011-2015,
adapun penjelasan perkembangan rasio tersebut adalah sebagai berikut:
1) Return On Equity
Nilai rasio ROE perusahaan San Miguel Corporation mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun
2011-2013 nilai ROE mengalami peningkatan sebesar 1,15% yaitu
dari 9,64% menjadi 10,79% pada tahun 2012, pada tahun 2013 nilai
ROE perusahaan kembali mengalami peningkatan sebesar 3,22% yaitu
dari 10,79% menjadi 14,01% . Peningkatan ini disebabkan oleh
meningkatnya nilai ekuitas dan laba bersih setiap tahunnya selama
tahun 2011-2013. Pada tahun 2014 nilai ROE perusahaan mengalami
penurunan sebesar 6,69% yaitu dari 14,01% menjadi 7,32%.
Penurunan ini diakibatkan oleh menurunnya jumlah laba bersih
perusahaan yang tidak sebanding dengan kenaikan dari ekuitas. pada
tahun 2015 nilai ROE perusahaan mengalami peningkatan sebesar
0,21% yaitu dari 7,32% menjadi 7,53%. Peningkatan ini disebabkan
103
karena jumlah laba bersih yang meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
2) Earning Per Share
Nilai EPS perusahaan San Miguel Corporation mengalami
penurunan dan peningkatan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai EPS mengalami peningkatan sebesar PHP 3,69 dari PHP 12,18
menjadi PHP 15,87. Peningkatan ini disebabkan karena laba bersih
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2013 nilai EPS mengalami penurunan sebesar PHP 0,1
dari PHP 15,87 menjadi PHP 15,77. Penurunan ini disebabkan
peningkatan laba bersih tidak sebanding dengan peningkatan dari
jumlah saham yang beredar. Pada tahun 2014 nilai EPS mengalami
penurunan sebesar PHP 6,97 dari PHP 15,77 menjadi PHP 8,80.
Penurunan ini disebabkan oleh penurunan laba bersih perusahaan
sedangkan jumlah saham yang beredar tetap. Pada tahun 2015 nilai
EPS perusahaan mengalami peningkatan sebesar PHP 3,38 dari PHP
8,80 menjadi PHP 12,18. Peningkatan ini disebabkan karena
meningkatnya laba bersih sedangkan jumlah saham yang beredar
berkurang.
3) Dividend Per Share
Nilai DPS perusahaan San Miguel Corporation mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai DPS mengalami peningkatan sebesar PHP 1,73 dari PHP 6,10
104
menjadi PHP 7,83 . Peningkatan tersebut terjadi karena perusahaan
menaikkan jumlah dividen yang dibayarkan kepada investor. Pada
tahun 2013 nilai DPS mengalami penurunan sebesar PHP 1,24 dari
PHP 7,83 menjadi PHP 6,59. Penurunan tersebut terjadi karena
perusahaan menurunkan jumlah dividen yang dibayarkan kepada
investor dan jumlah saham yang beredar mengalami peningkatan.
Pada tahun 2013-2014 nilai DPS mengalami peningkatan sebesar PHP
0,88 dari PHP 6,59 menjadi PHP 7,47. Pada tahun 2015 nilai DPS
mengalami peningkatan kembali sebesar PHP 2,47 dari PHP 7,47
menjadi PHP 9,94. Peningkatan tersebut terjadi karena perusahaan
meningkatkan jumlah dividen yang dibayarkan kepada investor dan
jumlah saham yang beredar berkurang bila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
4) Dividend Payout Ratio
Nilai DPR perusahaan San Miguel Corporation mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun
2011-2013 nilai DPR mengalami penurunan. Pada tahun 2012 nilai
DPR mengalami penurunan sebesar 0,75% dari 50,08% menjadi
49,33%. Pada tahun 2013 nilai DPR mengalami penurunan kembali
sebesar 7,55% dari 49,33% menjadi 41,78%. Penurunan tersebut
disebabkan karena presentase laba yang akan dibagikan kepada
pemegang saham mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 nilai DPS mengalami
105
peningkatan sebesar 43,1% dari 41,78% menjadi 84,88%. Peningkatan
ini disebabkan karena presentase laba yang akan dibagikan kepada
pemegang saham mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 nilai DPR
perusahaan mengalami penurunan sebesar 3,28% dari 84,88% menjadi
81,60%. Penurunan tersebut disebabkan karena presentase laba yang
akan dibagikan kepada pemegang saham mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
c. Multi Bintang Tbk
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil dari rasio
fundamental untuk Multi Bintang Tbk adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Perkembangan Rasio Fundamental Multi Bintang Tbk
Tahun 2011-2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1. ROE (%) 95,71 137,45 118,60 143,53 64,83
2. EPS (Rp) 24.080,77 21.518,98 55.587,51 377,25 235,83
3. DPS (Rp) 21.212,14 30.912,71 23.992,78 578,97 137,62
4. DPR (%) 88,07 143,64 43,16 153,47 58,35
Sumber: Data diolah, 2017
Pada tabel 4.11 merupakan hasil perkembangan rasio fundamental
perusahaan Multi Bintang Tbk selama periode tahun 2011-2015, adapun
penjelasan perkembangan rasio tersebut adalah sebagai berikut:
1) Return On Equity
Nilai rasio ROE perusahaan Multi Bintang Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun
2011-2012 nilai ROE mengalami peningkatan sebesar 41,74% yaitu
dari 95,71% menjadi 137,45% pada tahun 2012. Nilai ROE
106
mengalami peningkatan meskipun jumlah laba dan ekuitas mengalami
penurunan, hal ini terjadi karena secara proporsional jumlah laba dan
ekuitas tetap mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 nilai ROE
perusahaan mengalami penurunan sebesar 18,85% yaitu dari 137,45%
menjadi 118,60%. Nilai ROE mengalami penurunan meskipun jumlah
laba dan ekuitas mengalami kenaikan, hal ini terjadi karena secara
proporsional jumlah laba dan ekuitas tetap mengalami penurunan
dibanding dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 nilai ROE
perusahaan mengalami peningkatan sebesar 24,93% yaitu dari
118,60% menjadi 143,53%. Nilai ROE mengalami peningkatan
meskipun jumlah laba dan ekuitas mengalami penurunan, hal ini
terjadi karena secara proporsional jumlah laba dan ekuitas tetap
mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya. Pada
tahun 2015 nilai ROE perusahaan mengalami penurunan sebesar
78,7% yaitu dari 143,53% menjadi 64,83%.Penurunan ini diakibatkan
oleh menurunnya jumlah laba bersih perusahaan yang tidak sebanding
dengan peningkatan dari ekuitas.
2) Earning Per Share
Nilai EPS perusahaan Multi Bintang Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai EPS mengalami penurunan sebesar Rp.2.561,79 dari Rp.
24.080,77 menjadi Rp.21.518,98. Penurunan ini disebabkan karena
laba bersih mengalami penurunan dan jumlah saham yang beredar
107
tetap. Pada tahun 2013 nilai EPS mengalami peningkatan sebesar Rp.
34.068,53 dari Rp.21518,98 menjadi Rp.55.587,51. Peningkatan ini
disebabkan oleh meningkatnya laba bersih dan jumlah saham yang
beredar tetap. Pada tahun 2014 nilai EPS mengalami penurunan
sebesar Rp.55.210,26 dari Rp.55.587,51 menjadi Rp.377,25 .
Penurunan ini disebabkan oleh penurunan laba bersih perusahaan
sedangkan jumlah saham yang beredar mengalami kenaikan setelah
proses stock split 1:100. Pada tahun 2015 nilai EPS perusahaan
mengalami penurunan sebesar Rp.141,42 dari Rp.377,25 menjadi Rp.
235,83. Penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan laba
bersih sedangkan jumlah saham yang beredar tetap.
3) Dividend Per Share
Nilai DPS perusahaan Multi Bintang Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai DPS mengalami peningkatan sebesar Rp.9.700,57 dari Rp.
21.212,14 menjadi Rp.30,911,77. Peningkatan tersebut terjadi karena
perusahaan meningkatkan jumlah dividen yang dibayarkan kepada
investor sedangkan jumlah saham yang beredar tetap. Pada tahun 2013
nilai DPS mengalami penurunan sebesar Rp.6.619,93 dari Rp.
30.612,71 menjadi Rp.23.992,78. Penurunan tersebut terjadi karena
perusahaan menurunkan jumlah dividen yang dibayarkan kepada
investor dan jumlah saham yang beredar tetap. Pada tahun 2014 nilai
DPS mengalami penurunan sebesar Rp.23.413,81 dari Rp.23.992,78
108
menjadi Rp.578,97. Penurunan ini dapat terjadi meskipun jumlah
dividen yang diberikan kepada investor mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya tetapi jumlah saham yang
beredar mengalami kenaikan karena perusahaan melakukan stock split
1:100. Pada tahun 2015 nilai DPS mengalami penurunan sebesar Rp.
441,35 dari Rp.578,97 menjadi Rp.137,62. Penurunan tersebut terjadi
karena perusahaan menurunkan jumlah dividen yang dibayarkan
kepada investor dan jumlah saham yang beredar tetap.
4) Dividend Payout Ratio
Nilai DPR perusahaan Multi Bintang Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai DPR mengalami peningkatan sebesar 55,58% dari 88,07%
menjadi 143,64%. Peningkatan ini disebabkan karena presentase laba
yang akan dibagikan kepada pemegang saham mengalami
peningkatan. Pada tahun 2013 nilai DPR perusahaan mengalami
penurunan sebesar 100,49% dari 143,65% menjadi 43,16%.
Penurunan tersebut disebabkan karena presentase laba yang akan
dibagikan kepada pemegang saham mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 nilai DPR
perusahaan mengalami peningkatan sebesar 110,31% dari 43,16%
menjadi 153,47%. Peningkatan ini disebabkan karena presentase laba
yang akan dibagikan kepada pemegang saham mengalami
peningkatan. Pada tahun 2015 nilai DPR perusahaan mengalami
109
penurunan sebesar 95,12% dari 153,47% menjadi 58,35%. Penurunan
tersebut disebabkan karena presentase laba yang akan dibagikan
kepada pemegang saham mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
d. Heineken Holding N.V.
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil dari rasio
fundamental untuk Heineken Holding N.V. adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Perkembangan Rasio Fundamental Heineken Holding
N.V. Tahun 2011-2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1. ROE (%) 15,45 24 12,84 12,69 14,20
2. EPS (€) 5,41 10,67 5,50 5,92 7,43
3. DPS (€) 2,01 2,09 2,46 2,51 3,15
4. DPR (%) 37,15 19,58 44,72 42,398 42,395
Sumber: Data diolah, 2017
Pada tabel 4.12 merupakan hasil perkembangan rasio fundamental
perusahaan Heineken Holding N.V. selama periode tahun 2011-2015,
adapun penjelasan perkembangan rasio tersebut adalah sebagai berikut:
1) Return On Equity
Nilai rasio ROE perusahaan Heineken Holding N.V. mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai ROE mengalami peningkatan sebesar 8,55% yaitu dari 15,45%
menjadi 24%. Nilai ROE mengalami peningkatan karena jumlah laba
dan ekuitas meningkat. Pada tahun 2013 nilai ROE perusahaan
mengalami penurunan sebesar 11,16% yaitu dari 24% menjadi
12,84%. Nilai ROE mengalami penurunan karena nilai laba dan
110
ekuitas mengalami penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2014 nilai ROE perusahaan mengalami penurunan kembali
sebesar 0,15% yaitu dari 12,84% menjadi 12,69%. Nilai ROE
mengalami penurunan meskipun jumlah laba dan ekuitas meningkat,
hal ini terjadi karena secara proporsional jumlah laba dan ekuitas tetap
mengalami penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya. Pada
tahun 2015 nilai ROE perusahaan mengalami peningkatan sebesar
1,51% yaitu dari 12,69% menjadi 14,20%. Peningkatan ini disebabkan
oleh meningkatnya nilai laba perusahaan dan nilai dari ekuitas.
2) Earning Per Share
Nilai EPS perusahaan Heineken Holding N.V. mengalami
peningkatn dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai EPS mengalami peningkatan sebesar € 5,26 dari € 5,41 menjadi €
10,67 . Peningkatan ini disebabkan karena laba bersih mengalami
peningkatan dan jumlah saham yang beredar tetap. Pada tahun 2013
nilai EPS mengalami penurunan sebesar € 5,17 dari € 10,67 menjadi €
5,50. Penurunan ini disebabkan penurunan laba bersih dan jumlah
saham yang beredar tetap. Pada tahun 2014 nilai EPS mengalami
peningkatan sebesar € 0,42 dari € 5,50 menjadi € 5,92 . Peningkatan
ini disebabkan oleh meningkatnya laba bersih perusahaan dan jumlah
saham yang beredar tetap. Pada tahun 2015 nilai EPS perusahaan
mengalami peningkatan sebesar € 1,51 dari € 5,92 menjadi € 7,43.
111
Peningkatan ini disebabkan karena adanya peningkatan laba bersih
sedangkan jumlah saham yang beredar tetap.
3) Dividend Per Share
Nilai DPS perusahaan Heineken Holding N.V. mengalami
peningkatan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012 nilai DPS
mengalami peningkatan sebesar € 0,08 dari € 2,01 menjadi € 2,09 dan
pada tahun 2013 nilai DPS mengalami peningkatan sebesar € 0,37 dari
€ 2,09 menjadi € 2,46. Pada tahun 2014 nilai DPS mengalami
peningkatan sebesar € 0,05 dari € 2,46 menjadi € 2,51 dan pada tahun
2015 nilai DPS mengalami peningkatan kembali sebesar € 0,64 dari €
2,51 menjadi € 3,15. Peningkatan tersebut terjadi karena perusahaan
menaikkan jumlah dividen yang dibayarkan kepada investor
sedangkan jumlah saham yang beredar tetap.
4) Dividend Payout Ratio
Nilai DPR perusahaan Heineken Holding N.V. mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun
2012 nilai DPR mengalami penurunan sebesar 17,57% dari 37,15%
menjadi 19,58%. Penurunan ini disebabkan karena presentase laba
yang akan dibagikan kepada pemegang saham mengalami penurunan.
Pada tahun 2013 nilai DPR perusahaan mengalami peningkatan
sebesar 25,14% dari 19,58% menjadi 44,72%. Peningkatan tersebut
disebabkan karena presentase laba yang akan dibagikan kepada
pemegang saham mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan
112
tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 nilai DPR perusahaan mengalami
penurunan sebesar 2,322% dari 44,72% menjadi 42,398%. Pada
tahun 2015 nilai DPR perusahaan mengalami penurunan sebesar
0,003% dari 42,398% menjadi 42,395%. Penurunan ini disebabkan
karena presentase laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham
mengalami penurunan.
e. Unilever Indonesia Tbk
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil dari rasio
fundamental untuk Unilever Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13 Perkembangan Rasio Fundamental Unilever Indonesia
Tbk Tahun 2011-2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1. ROE (%) 113,13 121,94 125,80 124,78 121,22
2. EPS (Rp) 545,78 634,22 701,52 752,10 766,94
3. DPS (Rp) 592,38 594,74 662,97 671,91 732,93
4. DPR (%) 108,53 93,77 94,50 89,33 95,56
Sumber: Data diolah, 2017
Pada tabel 4.13 merupakan hasil perkembangan rasio fundamental
perusahaan Unilever Indonesia Tbk selama periode tahun 2011-2015,
adapun penjelasan perkembangan rasio tersebut adalah sebagai berikut:
1) Return On Equity
Nilai rasio ROE perusahaan Unilever Indonesia Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun
2011-2013 nilai ROE mengalami peningkatan sebesar 8,81% yaitu
dari 113,13% menjadi 121,94% pada tahun 2012, dan mengalami
peningkatan kembali sebesar 3,86% dari 121,94% menjadi 125,80%
113
pada tahun 2013. Nilai ROE mengalami peningkatan karena jumlah
laba dan ekuitas meningkat. Pada tahun 2014 nilai ROE perusahaan
mengalami penurunan sebesar 1,02% yaitu dari 125,80% menjadi
124,78%. Nilai ROE mengalami penurunan meskipun jumlah laba dan
ekuitas mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena secara
proporsional jumlah laba dan ekuitas tetap mengalami penurunan
dibanding dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 nilai ROE
perusahaan mengalami penurunan kembali sebesar 3,56% yaitu dari
124,78% menjadi 121,22%. Nilai ROE mengalami penurunan
meskipun jumlah laba dan ekuitas mengalami kenaikan, hal ini terjadi
karena secara proporsional jumlah laba dan ekuitas tetap mengalami
penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya.
2) Earning Per Share
Nilai EPS perusahaan Unilever Indonesia Tbk mengalami
peningkatan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012 nilai EPS
mengalami peningkatan sebesar Rp.88,44 dari Rp.545,78 menjadi Rp.
634,22. Pada tahun 2013 nilai EPS mengalami peningkatan sebesar
Rp.67,3 dari Rp.634,22 menjadi Rp.701,52. Pada tahun 2014 nilai
EPS mengalami peningkatan sebesar Rp.50,58 dari Rp.701,52
menjadi Rp.752,10. Pada tahun 2015 nilai EPS mengalami kenaikan
kembali sebesar Rp.14,84 dari Rp.752,10 menjadi Rp.766,94.
Peningkatan selama tahun 2011-2015 ini disebabkan karena laba
bersih meningkat dan jumlah saham yang beredar tetap.
114
3) Dividend Per Share
Nilai DPS perusahaan Unilever Indonesia Tbk mengalami
peningkatan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2011-2012 nilai
DPS mengalami peningkatan sebesar Rp.2,34 dari Rp.592,38 menjadi
Rp.594,72. Pada tahun 2013 nilai DPS mengalami peningkatan
sebesar Rp.68,25 dari Rp.594,72 menjadi Rp.662,97. Pada tahun 2014
nilai DPS mengalami peningkatan sebesar Rp.8,94 dari Rp.662,97
menjadi Rp.671,91. Pada tahun 2015 nilai DPS mengalami
peningkatan kembali sebesar Rp.61,02 dari Rp.671,91 menjadi Rp.
732,93. Peningkatan selama tahun 2011-2015 ini disebabkan karena
jumlah dividen meningkat setiap tahunnya dan jumlah saham yang
beredar tetap.
4) Dividend Payout Ratio
Nilai DPR perusahaan Unilever Indonesia Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai DPR mengalami penurunan sebesar 14,76% dari 108,53%
menjadi 93,77%. Penurunan ini disebabkan karena presentase laba
yang akan dibagikan kepada pemegang saham mengalami penurunan.
Pada tahun 2013 nilai DPR perusahaan mengalami peningkatan
sebesar 0,73% dari 93,77% menjadi 94,50%. Peningkatan tersebut
disebabkan karena presentase laba yang akan dibagikan kepada
pemegang saham meningkat bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2014 nilai DPR perusahaan mengalami
115
penurunan sebesar 5,17% dari 94,50% menjadi 89,33%. Penurunan ini
disebabkan karena presentase laba yang akan dibagikan kepada
pemegang saham mengalami penurunan. Pada tahun 2015 nilai DPR
perusahaan mengalami peningkatan sebesar 6,23% dari 89,33%
menjadi 95,56%. Peningkatan tersebut disebabkan karena presentase
laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham meningkat bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
f. Unilever N.V
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil dari rasio
fundamental untuk Unilever N.V. adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14 Perkembangan Rasio Fundamental Unilever N.V. Tahun
2011-2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1. ROE (%) 30,09 30,32 35,52 38,66 32,70
2. EPS (€) 2,61 2,82 3,06 3,21 3,06
3. DPS (€) 1,44 1,57 1,74 1,85 1,94
4. DPR (%) 55,17 55,67 56,86 57,63 63,39
Sumber: Data diolah, 2017
Pada tabel 4.14 merupakan hasil perkembangan rasio fundamental
perusahaan Unilever N.V. selama periode tahun 2011-2015, adapun
penjelasan perkembangan rasio tersebut adalah sebagai berikut:
1) Return On Equity
Nilai rasio ROE perusahaan Unilever N.V. mengalami
peningkatan dan penurunan tahun 2011-2015. Pada tahun 2012 nilai
ROE mengalami peningkatan sebesar 0,23% yaitu dari 30,09%
menjadi 30,32%. Pada tahun 2013 nilai ROE mengalami peningkatan
116
sebesar 5,2% dari 30,32% menjadi 35,52%. Pada tahun 2014 nilai
ROE mengalami peningkatan kembali sebesar 3,14% dari 35,52%
menjadi 38,66% .Nilai ROE mengalami peningkatan selama tahun
2011-2014 karena jumlah laba setiap tahunnya meningkat. Pada tahun
2015 nilai ROE perusahaan mengalami penurunan sebesar 5,96%
yaitu dari 38,66% menjadi 32,70%. Nilai ROE mengalami penurunan
meskipun jumlah laba dan ekuitas mengalami peningkatan, hal ini
terjadi karena secara proporsional jumlah laba dan ekuitas tetap
mengalami penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya.
2) Earning Per Share
Nilai EPS perusahaan Unilever Indonesia Tbk mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai EPS mengalami kenaikan sebesar € 0,21 dari € 2,61 menjadi €
2,82. Pada tahun 2013 nilai EPS mengalami peningkatan sebesar €
0,24 dari € 2,82 menjadi € 3,06. Pada tahun 2014 nilai EPS
mengalami peningkatan sebesar € 0,15 dari € 3,06 menjadi € 3,21.
Peningkatan selama tahun 2011-2014 ini disebabkan karena laba
meningkat dan jumlah saham yang beredar tetap. Pada tahun 2015
nilai EPS mengalami penurunan sebesar € 0,15 dari € 3,21 menjadi €
3,06. Penurunan nilai EPS ini disebabkan karena laba mengalami
penurunan dan jumlah saham yang beredar tetap.
117
3) Dividend Per Share
Nilai DPS perusahaan Unilever Indonesia Tbk mengalami
peningkatan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012 nilai DPS
mengalami peningkatan sebesar € 0,13 dari € 1,44 menjadi € 1,57 dan
pada tahun 2013 mengalami peningkatan kembali sebesar € 0,17 dari
€ 1,57 menjadi € 1,74. Pada tahun 2014 nilai DPS mengalami
peningkatan sebesar € 0,11 dari €1,74 menjadi € 1,85 dan pada tahun
2015 nilai DPS meningkat kembali sebesar € 0,09 dari € 1,85 menjadi
€ 1,94. Kenaikan selama tahun 2011-2015 ini disebabkan karena
jumlah dividen mengalami peningkatan setiap tahunnya dan jumlah
saham yang beredar tetap.
4) Dividend Payout Ratio
Nilai DPR perusahaan Unilever Indonesia Tbk mengalami
peningkatan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012 nilai DPR
mengalami peningkatan sebesar 0,5% dari 55,17% menjadi 55,67%
dan pada tahun 2013 nilai DPR mengalami peningkatan kembali
sebesar 1,19% dari 55,67% menjadi 56,86%. Pada tahun 2014 nilai
DPR mengalami peningkatan sebesar 0,77% dari 56,86% menjadi
57,63% dan pada tahun 2015 nilai DPR mengalami peningkatan
kembali sebesar 5,76% dari 57,63% menjadi 63,39%. Peningkatan
selama tahun 2011-2015 disebabkan karena presentase laba yang akan
dibagikan kepada pemegang saham terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya.
118
g. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil dari rasio
fundamental untuk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.15 Perkembangan Rasio Fundamental Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk Tahun 2011-2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1. ROE (%) 22,93 24,52 22,02 21,53 18,25
2. EPS (Rp) 978,34 1.293,96 1.361,58 1.437,94 1.183,47
3. DPS (Rp) 262,89 292,93 450,51 899,70 1349,55
4. DPR (%) 26,87 22,63 33,08 62,56 114,03
Sumber: Data diolah, 2017
Pada tabel 4.15 merupakan hasil perkembangan rasio fundamental
perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk selama periode tahun
2011-2015, adapun penjelasan perkembangan rasio tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Return On Equity
Nilai rasio ROE perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada
tahun 2012 nilai ROE mengalami peningkatan sebesar 1,59% dari
22,93% menjadi 24,52%. Nilai ROE mengalami peningkatan karena
jumlah laba dan ekuitas meningkat. Pada tahun 2013-2015 nilai ROE
perusahaan mengalami penurunan. Pada tahun 2013 nilai ROE
mengalami penurunan sebesar 2,5% yaitu dari 24,52% menjadi
22,02%. Pada tahun 2014 nilai ROE perusahaan mengalami
penurunan kembali sebesar 0,49% yaitu dari 22,02% menjadi 21,53%.
119
Nilai ROE mengalami penurunan meskipun jumlah laba dan ekuitas
meningkat, hal ini terjadi karena secara proporsional jumlah laba dan
ekuitas tetap mengalami penurunan dibanding dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2015 nilai ROE perusahaan mengalami
penurunan kembali sebesar 3.,28% yaitu dari 21,53% menjadi
18,25%. Penurunan ini diakibatkan oleh menurunnya nilai laba
perusahaan dan nilai dari ekuitas bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
2) Earning Per Share
Nilai EPS perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Nilai
EPS perusahaan mengalami peningkatan selama tahun 2011-2014.
Pada tahun 2012 nilai EPS mengalami peningkatan sebesar Rp.315,62
dari Rp.978,34 menjadi Rp.1.293,96. Pada tahun 2013 nilai EPS
mengalami peningkatan sebesar Rp.67,62 dari Rp.1.293,96 menjadi
Rp.1.361,58. Pada tahun 2014 nilai EPS mengalami peningkatan
sebesar Rp.76,36 dari Rp.1.361,58 menjadi Rp.1.437,94. Peningkatan
selama tahun 2011-2014 ini disebabkan karena laba meningkat dan
jumlah saham yang beredar tetap. Pada tahun 2015 nilai EPS
mengalami penurunan sebesar Rp.254,43 dari Rp.1.437,94 menjadi
Rp.1.183,47. Penurunan nilai EPS ini disebabkan karena laba
mengalami penurunan dan jumlah saham yang beredar tetap.
120
3) Dividend Per Share
Nilai DPS perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
mengalami peningkatan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai DPS mengalami peningkatan sebesar Rp.30,04 dari Rp.262,89
menjadi Rp.292,93. Pada tahun 2013 nilai DPS mengalami
peningkatan sebesar Rp.157,58 dari Rp.292,89 menjadi Rp.450,51.
Pada tahun 2014 nilai DPS mengalami peningkatan sebesar Rp.449,19
dari Rp.450,51 menjadi Rp.899,70. Pada tahun 2015 nilai DPS
mengalami peningkatan kembali sebesar Rp.449,85 dari Rp.899,70
menjadi Rp.1.349,55. Peningkatan selama tahun 2011-2015 ini
disebabkan karena jumlah dividen mengalami peningkatan setiap
tahunnya dan jumlah saham yang beredar tetap.
4) Dividend Payout Ratio
Nilai DPR perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada
tahun 2012 nilai DPR mengalami penurunan sebesar 4,24% dari
26,87% menjadi 22,63%. Penurunan ini disebabkan karena presentase
laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham mengalami
penurunan. Pada tahun 2012-2015 nilai DPR mengalami peningkatan.
Pada tahun 2013 nilai DPR mengalami peningkatan sebesar 10,45%
dari 22,63% menjadi 33,08%. Pada tahun 2014 nilai DPR mengalami
peningkatan sebesar 29,48% dari 33,08% menjadi 62,56%. Pada tahun
2015 nilai DPR kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 51,47%
121
dari 62,56% menjadi 114,03%. Peningkatan selama tahun 2011-2015
disebabkan karena presentase laba yang akan dibagikan kepada
pemegang saham terus mengalami peningkatan bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
h. HeidelbergCement AG
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil dari rasio
fundamental untuk HeidelbergCement AG adalah sebagai berikut:
Tabel 4.16 Perkembangan Rasio Fundamental HeidelbergCement
AG Tahun 2011-2015
No Keterangan 2011 2012 2013 2014 2015
1. ROE (%) 3,93 3,85 7,45 4,82 6,15
2. EPS (€) 2,84 2,81 4,97 3,65 5,23
3. DPS (€) 0,56 0,71 0,95 1,48 1,96
4. DPR (%) 19,71 25,26 19,11 40,54 37,47
Sumber: Data diolah, 2017
Pada tabel 4.16 merupakan hasil perkembangan rasio fundamental
perusahaan HeidelbergCement AG selama periode tahun 2011-2015,
adapun penjelasan perkembangan rasio tersebut adalah sebagai berikut:
1) Return On Equity
Nilai rasio ROE perusahaan HeidelbergCement AG menglami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai ROE mengalami penurunan sebesar 0,11% yaitu dari 3,96%
menjadi 3,85%. Nilai ROE mengalami penurunan karena jumlah laba
mengalami penurunan dan tidak sebanding dengan peningkatan
ekuitas. Pada tahun 2013 nilai ROE perusahaan mengalami
peningkatan sebesar 3,6% yaitu dari 3,85% menjadi 7,45%. Nilai
122
ROE mengalami peningkatan karena nilai laba mengalami
peningkatan meskipun mengalami penurunan ekuitas dari tahun lalu.
Pada tahun 2014 nilai ROE perusahaan mengalami penurunan kembali
sebesar 2,63% yaitu dari 7,45% menjadi 4,82%. Nilai ROE
mengalami penurunan meskipun jumlah laba dan ekuitas mengalami
peningkatan, hal ini terjadi karena secara proporsional jumlah laba dan
ekuitas tetap mengalami penurunan dibanding dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2015 nilai ROE perusahaan mengalami
peningkatan sebesar 1,33% yaitu dari 4,82% menjadi 6,15%.
Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya nilai laba perusahaan
dan nilai dari ekuitas bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
2) Earning Per Share
Nilai EPS perusahaan HeidelbergCement AG mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai EPS mengalami penurunan sebesar € 0,03 dari € 2,84 menjadi €
2,81. Penurunan ini disebabkan karena laba bersih mengalami
penurunan dan jumlah saham yang beredar tetap. Pada tahun 2013
nilai EPS mengalami peningkatan sebesar € 2,16 dari € 2,81 menjadi €
4,97. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya laba bersih dan
jumlah saham yang beredar tetap. Pada tahun 2014 nilai EPS
mengalami penurunan sebesar € 1,32 dari € 4,97 menjadi € 3,65.
Penurunan ini disebabkan karena laba bersih mengalami penurunan
dan jumlah saham yang beredar tetap. Pada tahun 2015 nilai EPS
123
perusahaan mengalami peningkatan sebesar € 1,58 dari € 3,65 menjadi
€ 5,23. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya laba bersih
sedangkan jumlah saham yang beredar tetap.
3) Dividend Per Share
Nilai DPS perusahaan HeidelbergCement AG mengalami
peningkatan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012 nilai DPS
mengalami peningkatan sebesar € 0,15 dari € 0,56 menjadi 0,71. Pada
tahun 2013 nilai DPS mengalami peningkatan sebesar € 0,24 dari €
0,71 menjadi € 0,95. Peningkatan selama tahun 2011-2013 ini
disebabkan karena jumlah dividen meningkat setiap tahunnya dan
jumlah saham yang beredar tetap. Pada tahun 2014 nilai DPS
mengalami peningkatan sebesar € 0,53 dari € 0,95 menjadi € 1,48.
Pada tahun 2015 nilai DPS mengalami peningkatan kembali sebesar €
0,48 dari € 1,96 menjadi € 1,48. Peningkatan selama tahun 2014-2015
ini disebabkan karena jumlah dividen yang dibagikan mengalami
peningkatan setiap tahunnya dan jumlah saham bertambah pada tahun
2014.
4) Dividend Payout Ratio
Nilai DPR perusahaan HeidelbergCement AG mengalami
peningkatan dan penurunan selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2012
nilai DPR mengalami peningkatan sebesar 5,55% dari 19,71%
menjadi 25,26%. Peningkatan ini disebabkan karena presentase laba
yang akan dibagikan kepada pemegang saham meningkat bila
124
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 nilai DPR
mengalami penurunan sebesar 6,15% dari 25,26% menjadi 19,11%.
Penurunan ini disebabkan karena presentase laba yang akan
dibagikan kepada pemegang saham menurun bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 nilai DPR mengalami
kenaikan sebesar 21,43% dari 19,11% menjadi 40,54%. Peningkatan
ini disebabkan karena presentase laba yang akan dibagikan kepada
pemegang saham meningkat bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2015 nilai DPR mengalami penurunan
sebesar 3,07% dari 40,54% menjadi 37,47%. Penurunan ini
disebabkan karena presentase laba yang akan dibagikan kepada
pemegang saham menurun bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya
2. Penilaian Harga Saham
a. Metode Discounted Cash Flow (DCF)
Pada penelitian ini perhitungan yang digunakan untuk menilai
harga saham biasa adalah discounted cash flow menggunakan free cash
flow sebagai cash flow yang akan didiskontokan. Free cash flow yang
digunakan merupakan hasil dari perhitungan arus kas dari operasi
dikurangi dengan capital expenditure. Beberapa langkah yang harus
dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian harga saham
yaitu:
125
1) Delta Djakarta Tbk
a) Menghitung data cash flow (free cash flow)
Tabel 4.17 Perhitungan Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Arus kas dari
operasi
Capital
Expenditure
Free Cash
Flow
(1) (2) (3) (4) = (2) – (3)
1. 2011 177.327.565 7.544.921 169.782.644
2. 2012 248.441.252 15.524.436 232.916.816
3. 2013 348.712.041 15.065.968 333.646.073
4. 2014 164.246.813 38.017.391 126.229.422
5. 2015 246.625.414 10.690.161 235.935.253
6. 2016 259.851.506 10.007.511 249.843.995
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, 2017
Tabel 4.18 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow (Dalam
Ribuan Rupiah)
No Tahun Free Cash Flow % perubahan
1. 2011 169.782.644
2. 2012 232.916.816 37,19%
3. 2013 333.646.073 43,25%
4. 2014 126.229.422 -62,17%
5. 2015 235.935.253 86,91%
6. 2016 249.843.995 5,90%
Rata-rata % perubahan 22,21%
Sumber: Data diolah, 2017
Data rata-rata persen perubahan dari free cash flow sebesar
22,21% selanjutnya digunakan untuk menghitung future value dari
arus kas (free cash flow).
b) Menghitung future value dari arus kas (free cash flow)
Data cash flow yang sudah ada selanjutnya di future value
kan selama 10 tahun kedepan. Pemilihan n (tahun) = 10 merupakan
asumsi bahwa bisnis perusahaan dapat bertahan minimal 10 tahun
kedepan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
126
FV = Cash Flow Tahun ini x (1 + 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 100 ⁄ )𝑛
𝐹𝑉2017 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 22,21 100)1⁄
= 249.843.995.000 x (1,2221)1
= 305.344.604.300
𝐹𝑉2018 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 22,21 100)2⁄
= 249.843.995.000 x (1,2221)2
= 373.174.177.600
𝐹𝑉2019 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 22,21 100)3⁄
= 249.843.995.000 x (1,2221)3
= 333.205.298.900
𝐹𝑉2020 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 22,21 100)4⁄
= 249.843.995.000 x (1,2221)4
= 456.071.484.000
𝐹𝑉2021 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 22,21 100)5⁄
= 249.843.995.000 x (1,2221)5
= 681.201.487.200
𝐹𝑉2022 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 22,21 100)6⁄
= 249.843.995.000 x (1,2221)6
= 832.524.305.900
𝐹𝑉2023 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 22,21 100)7⁄
= 249.843.995.000 x (1,2221)7
= 1.017.462.136.000
𝐹𝑉2024 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 22,21 100)8⁄
= 249.843.995.000 x (1,2221)8
= 1.243.482.250.000
𝐹𝑉2025 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 22,21 100)9⁄
= 249.843.995.000 x (1,2221)9
= 1.519.710.713.000
𝐹𝑉2026 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 22,21 100)10⁄
= 249.843.995.000 x (1,2221)10
= 1.857.300.857.000
127
Tabel 4.19 Future Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Future Value
1. 2017 305.344.604,3
2. 2018 373.174.177,6
3. 2019 456.071.484
4. 2020 557.383.685,8
5. 2021 681.201.487,2
6. 2022 832.524.305,9
7. 2023 1.017.462.136
8. 2024 1.243.482.250
9. 2025 1.519.710.713
10. 2026 1.857.300.857
Sumber: Data diolah, 2017
c) Menghitung present value dari arus kas (free cash flow)
Data future value yang sudah ada selanjutnya di present value
kan selama 10 tahun. Data free cash flow perlu di present value
kan kembali karena nilai free cash flow selama 10 tahun kedepan
tidak akan sama dengan hasil dari perhitungan future value, sesuai
dengan konsep time value of money bahwa arus kas di masa depan
akan berkurang sesuai dengan tingkat imbal hasil yang ada.
Perhitungan untuk mencari present value adalah sebagai berikut:
Present Value = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒−𝑥
(1+𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 100)𝑛⁄
Discount Rate / r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚
Data risk free rate dan risk premium yang digunakan adalah
data risk free rate dan risk premium Indonesia pada bulan
Desember 2016 yang didapat dari situs market-risk-premia.com
r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 Indonesia + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚 Indonesia
r = 7,94% + 2,01%
r = 9,95%
128
Sumber: market-risk-premia.com
𝑃𝑉2016 = 𝐹𝑉2017
(1 + 9,95 100)1⁄
= 305.344.604.300
1,0995
= 277.712.236.700
𝑃𝑉2017 = 𝐹𝑉2018
(1 + 9,95 100)2⁄
= 373.174.177.600
1,2089
= 308.688.973.800
𝑃𝑉2018 = 𝐹𝑉2019
(1 + 9,95 100)3⁄
= 456.071.484.000
1.3291
= 343.120.935.700
𝑃𝑉2019 = 𝐹𝑉2020
(1 + 9,95 100)4⁄
= 557.383.685.800
1,4614
= 381.393.527.300
𝑃𝑉2020 = 𝐹𝑉2021
(1 + 9,95 100)5⁄
= 403.714.072.700
1,6068
= 423.935.142.100
𝑃𝑉2021 = 𝐹𝑉2022
(1 + 9,95 100)6⁄
= 681.201.487.200
1,7667
129
= 471.221.958.100
𝑃𝑉2022 = 𝐹𝑉2023
(1 + 9,95 100)7⁄
= 1.017.462.136.000
1,9425
= 523.783.267.100
𝑃𝑉2023 = 𝐹𝑉2024
(1 + 9,95 100)8⁄
= 1.243.482.250.000
2,1358
= 582.207.399.700
𝑃𝑉2024 = 𝐹𝑉2025
(1 + 9,95 100)9⁄
= 1.519.710.713.000
2,3483
= 647.148.310.300
𝑃𝑉2025 = 𝐹𝑉2026
(1 + 9,95 100)10⁄
= 1.857.300.857.000
2.5819
= 719.332.897.100
Tabel 4.20 Present Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Present Value
1. 2016 277.712.236,7
2. 2017 308.688.973,8
3. 2018 343.120.935,7
4. 2019 381.393.527,3
5. 2020 423.935.142,1
6. 2021 471.221.958,1
7. 2022 523.783.267,1
8. 2023 582.207.399,7
9. 2024 647.148.310,3
130
Lanjutan Tabel 4.20
No Tahun Present Value
10. 2025 719.332.897,1
Total 4.678.544.648
Sumber: Data diolah, 2017
d) Menghitung harga wajar saham
Harga wajar saham = ∑ 𝑃𝑉 𝐹𝐶𝐹 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦2016
= 4.678.544.648.000 + 1.012.374.008.000
= 5.690.918.656.000
Harga wajar saham per lembar = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑊𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
= 5.690.918.656.000
800.659.050
Harga wajar saham per lembar tahun 2016 = Rp. 7.017,79
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode
discounted cash flow perusahaan Delta Djakarta Tbk memiliki
tingkat pertumbuhan free cash flow yang naik selama tahun 2011-
2013. Pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan free cash flow naik
sebesar -37,18% kemudian naik menjadi 43,24% pada tahun 2013.
Pada tahun 2014 tingkat pertumbuhan free cash flow mengalami
penurunan menjadi -62,16%. Pada tahun 2015 tingkat pertumbuhan
free cash flow naik kembali menjadi 86,90%. Pada tahun 2016
tingkat pertumbuhan free cash flow mengalami penurunan kembali
menjadi 5,90%. Tingkat imbal hasil/ diskonto yang diinginkan oleh
investor adalah 9,95%. Harga wajar saham perusahaan
diperkirakan Rp. 7.017,79 sehingga harga pasar pada penutupan
akhir tahun 2016 mengalami undervalued.
131
2) San Miguel Corporation
a) Menghitung data cash flow (free cash flow)
Tabel 4.21 Perhitungan Free Cash Flow (Dalam Ribuan PHP)
No Tahun Arus kas dari
operasi
Capital
Expenditure
Free Cash
Flow
(1) (2) (3) (4) = (2) – (3)
1. 2011 32.207.000 26.426.000 5.781.000
2. 2012 15.996.000 52.917.000 -36.921.000
3. 2013 61.757.000 65.865.000 -4,108.000
4. 2014 39.432.000 38.951.000 481.000
5. 2015 65.441.000 59.973.000 5.468.000
6. 2016 79.193.000 40.649.000 38.544.000
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan dan osiris.bvdinfo.com,
2017
Tabel 4.22 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Dalam
Ribuan PHP
No Tahun Free Cash Flow % perubahan
1. 2011 2.175.000
2. 2012 -37.154.000 -1808,23%
3. 2013 -18.666.000 -49,76%
4. 2014 392.000 -102,10%
5. 2015 5.468.000 1294,90%
6. 2016 38.544.000 604,90%
Rata-rata % perubahan -12,06%
Sumber: Data diolah, 2017
Data rata-rata persen perubahan dari free cash flow sebesar
-12,06% selanjutnya digunakan untuk menghitung future value dari
arus kas (free cash flow).
b) Menghitung future value dari arus kas (free cash flow)
Data cash flow yang sudah ada selanjutnya di future value
kan selama 10 tahun kedepan. Pemilihan n (tahun) = 10 merupakan
132
asumsi bahwa bisnis perusahaan dapat bertahan minimal 10 tahun
kedepan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
FV = Cash Flow Tahun ini x (1 + 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 100 ⁄ )𝑛
𝐹𝑉2017 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−12,06) 100)1⁄
= 38.544.000.000 x (0,8794)1
= 33.896.270.910
𝐹𝑉2018 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−12,06) 100)2⁄
= 38.544.000.000 x (0,8794)2
= 29.808.976.280
𝐹𝑉2019 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−12,06) 100)3⁄
= 38.544.000.000 x (0,8794)3
= 26.214.537.560
𝐹𝑉2020 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−12,06) 100)4⁄
= 38.544.000.000 x (0,8794)4
= 23.053.524.990
𝐹𝑉2021 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−12,06) 100)5⁄
= 38.544.000.000 x (0,8794)5
= 20.273.674.980
𝐹𝑉2022 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−12,06) 100)6⁄
= 38.544.000.000 x (0,8794)6
= 17.829.026.040
𝐹𝑉2023 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−12,06) 100)7⁄
= 38.544.000.000 x (0,8794)7
= 15.679.158.800
𝐹𝑉2024 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−12,06) 100)8⁄
= 38.544.000.000 x (0,8794)8
= 13.788.527.770
𝐹𝑉2025 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−12,06) 100)9⁄
= 38.544.000.000 x (0,8794)9
= 12.125.873.620
𝐹𝑉2026 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−12,06) 100)10⁄
= 38.544.000.000 x (0,8794)10
= 10.663.706.340
133
Tabel 4.23 Future Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
PHP)
Tahun Future Value
2017 33.896.270,91
2018 29.808.976,28
2019 26.214.537,56
2020 23.053.524,99
2021 20.273.674,98
2022 17.829.026,04
2023 15.679.158,8
2024 13.788.527,77
2025 12.125.873,62
2026 10.663.706,34
Sumber: Data diolah, 2017
c) Menghitung present value dari arus kas (free cash flow)
Data future value yang sudah ada selanjutnya di present value
kan selama 10 tahun. Data free cash flow perlu di present value
kan kembali karena nilai free cash flow selama 10 tahun kedepan
tidak akan sama dengan hasil perhitungan dari future value, sesuai
dengan konsep time value of money bahwa arus kas di masa depan
akan berkurang sesuai dengan tingkat imbal hasil yang ada.
Perhitungan untuk mencari present value adalah sebagai berikut:
Present Value = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒−𝑥
(1+𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 100)𝑛⁄
Discount Rate / r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚
r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 Filipina + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚 Filipina
Risk free rate Filipina menggunakan rate dari obligasi
pemerintah Filipina pada Desember tahun 2016 sebagai risk free
rate yang didapatkan dari tradingeconomics.com. Data risk
134
premium menggunakan data risk premium pada juli 2016 yang
didapatkan dari pages.stern.nyu.edu.
r = 4,6% + 2,98%
r = 7,58 %
Sumber: tradingeconomics.com dan pages.stern.nyu.edu
𝑃𝑉2016 = 𝐹𝑉2017
(1 + 7,58 100)1⁄
= 33.896.270.910
1,0758
= 31.507.967.010
𝑃𝑉2017 = 𝐹𝑉2018
(1 + 7,58 100)2⁄
= 29.808.976.280
1,1573
= 25.756.330.050
𝑃𝑉2018 = 𝐹𝑉2019
(1 + 7,58 100)3⁄
= 26.214.537.560
1,245
= 21.054.628.410
𝑃𝑉2019 = 𝐹𝑉2020
(1 + 7,58 100)4⁄
= 13.090.379.450
1,3394
= 17.211.201.160
𝑃𝑉2020 = 𝐹𝑉2021
(1 + 7,58 100)5⁄
= 20.273.674.980
1,44
= 14.069.374.180
135
𝑃𝑉2021 = 𝐹𝑉2022
(1 + 7,58 100)6⁄
= 17.829.026.040
1,55
= 11.501.073.520
𝑃𝑉2022 = 𝐹𝑉2023
(1 + 7,58 100)7⁄
= 15.679.158.800
1,6677
= 9.401.604.530
𝑃𝑉2023 = 𝐹𝑉2024
(1 + 7,58 100)8⁄
= 13.788.527.770
1,7941
= 7.685.384.117
𝑃𝑉2024 = 𝐹𝑉2025
(1 + 7,58 100)9⁄
= 12.125.873.620
1,93
= 6.282.451.983
𝑃𝑉2025 = 𝐹𝑉2026
(1 + 7,58 100)10⁄
= 10.663.706.340
2,0764
= 5.135.618.770
Tabel 4.24 Present Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
PHP)
Tahun Present Value
2016 31.507.967,01
2017 25.756.330,05
2018 21.054.628,4
136
Lanjutan Tabel 4.24
2019 17.211.201,1
2020 14.069.374,1
2021 11.501.073,5
2022 9.401.604,5
2023 7.685.384,1
2024 6.282.451,9
2025 5.135.618,7
Total 149.605.634
Sumber: Data diolah, 2017
d) Menghitung harga wajar saham
Harga wajar saham = ∑ 𝑃𝑉 𝐹𝐶𝐹 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦2016
= 149.605.634.000 + 436.781.000.000
= 586.386.634.000
Harga wajar saham per lembar = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑊𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
= 586.386.634.000
2.378.511.000
Harga wajar saham per lembar tahun 2016 = PHP 246,53
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode
discounted cash flow perusahaan San Miguel Corporation memiliki
tingkat pertumbuhan free cash flow yang fluktuatif selama tahun
2011-2015. Pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan free cash flow
turun sebesar -738,66% kemudian naik menjadi -88,87% pada
tahun 2013. Pada tahun 2014 tingkat pertumbuhan free cash flow
mengalami penurunan menjadi -111,71%. Pada tahun 2015 tingkat
pertumbuhan free cash flow naik kembali menjadi 1036,80%. Pada
tahun 2016 tingkat pertumbuhan free cash flow turun menjadi
604,90%. Tingkat imbal hasil/ diskonto yang diinginkan oleh
137
investor adalah 7,58%. Harga wajar saham perusahaan
diperkirakan PHP 246,53 sehingga harga pasar pada penutupan
akhir tahun 2016 mengalami undervalued.
3) Multi Bintang Tbk
a) Menghitung data cash flow (free cash flow)
Tabel 4.25 Perhitungan Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
Tahun Arus kas dari operasi Capital
Expenditure
Free Cash Flow
(1) (2) (3) (4) = (2) – (3)
2011 671.755.000 183.998.000 487.757.000
2012 539.860.000 190.714.000 349.146.000
2013 1.181.049.000 487.419.000 693.630.000
2014 914.558.000 444.357.000 470.201.000
2015 919.232.000 181.257.000 737.975.000
2016 1.248.469.000 169.930.000 1.078.539.000
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, 2017
Tabel 4.26 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Dalam
Ribuan Rupiah
Tahun Free Cash Flow % perubahan
2011 487.757.000
2012 349.146.000 -28,42%
2013 693.630.000 98,66%
2014 470.201.000 -32,21%
2015 737.975.000 56,95%
2016 1.078.539.000 46,15%
Rata-rata % perubahan 28,23%
Sumber: Data diolah, 2017
Data rata-rata persen perubahan dari free cash flow sebesar
28,23% selanjutnya digunakan untuk menghitung future value dari
arus kas (free cash flow).
138
b) Menghitung future value dari arus kas (free cash flow)
Data cash flow yang sudah ada selanjutnya di future value
kan selama 10 tahun kedepan. Pemilihan n (tahun) = 10 merupakan
asumsi bahwa bisnis perusahaan dapat bertahan minimal 10 tahun
kedepan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
FV = Cash Flow Tahun ini x (1 + 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 100 ⁄ )𝑛
𝐹𝑉2017 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 28,23 100)1⁄
= 1.078.539.000.000 x (1,2823)1
= 1.382.972.655.000
𝐹𝑉2018 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (28,23 100)2⁄
= 1.078.539.000.000 x (1,2823)2
= 1.773.337.231.000
𝐹𝑉2019 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (28,23 100)3⁄
= 1.078.539.000.000 x (1,2823)3
= 2.273.888.007.000
𝐹𝑉2020 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (28,23 100)4⁄
= 1.078.539.000.000 x (1,2823)4
= 2.915.726.676.000
𝐹𝑉2021 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (28,23) 100)5⁄
= 1.078.539.000.000 x (1,2823)5
= 3.738.733.844.000
𝐹𝑉2022 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (28,23 100)6⁄
= 1.078.539.000.000 x (1,2823)6
= 4.794.047.011.000
𝐹𝑉2023 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (28,23 100)7⁄
= 1.078.539.000.000 x (1,2823)7
= 6.147.237.996.000
𝐹𝑉2024 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (28,23 100)8⁄
= 1.078.539.000.000 x (1,2823)8
= 7.882.387.238.000
𝐹𝑉2025 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (28,23 100)9⁄
= 1.078.539.000.000 x (1.2823)9
= 10.107.308.130.000
139
𝐹𝑉2026 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (28,23 100)10⁄
= 1.078.539.000.000 x (1,2823)10
= 12.960.245.990.000
Tabel 4.27 Future Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Future Value
1. 2017 1.382.972.655
2. 2018 1.773.337.231
3. 2019 2.273.888.007
4. 2020 2.915.726.676
5. 2021 3.738.733.844
6. 2022 4.794.047.011
7. 2023 6.147.237.996
8. 2024 7.882.387.238
9. 2025 10.107.308.130
10. 2026 12.960.245.990
Sumber: Data diolah, 2017
c) Menghitung present value dari arus kas (free cash flow)
Data future value yang sudah ada selanjutnya di present value
kan selama 10 tahun. Data free cash flow perlu di present value
kan kembali karena nilai free cash flow selama 10 tahun kedepan
tidak akan sama dengan hasil perhitungan dari future value, sesuai
dengan konsep time value of money bahwa arus kas di masa depan
akan berkurang sesuai dengan tingkat imbal hasil yang ada.
Perhitungan untuk mencari present value adalah sebagai berikut:
Present Value = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒−𝑥
(1+𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 100)𝑛⁄
Discount Rate / r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚
140
Data risk free rate dan risk premium yang digunakan adalah
data risk free rate dan risk premium Indonesia pada bulan
Desember 2016 yang didapat dari situs market-risk-premia.com
r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 Indonesia + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚 Indonesia
r = 7,94% + 2,01%
r = 9,95%
Sumber: market-risk-premia.com
𝑃𝑉2016 = 𝐹𝑉2017
(1 + 9,95 100)1⁄
= 1.382.972.655.000
1,0995
= 1.257.819.604.000
𝑃𝑉2017 = 𝐹𝑉2018
(1 + 9,95 100)2⁄
= 1.773.337.231.000
1,2089
= 1.466.901.203.000
𝑃𝑉2018 = 𝐹𝑉2019
(1 + 9,95 100)3⁄
= 2.273.888.007.000
1,3291
= 1.710.737.479.000
𝑃𝑉2019 = 𝐹𝑉2020
(1 + 9,95 100)4⁄
= 2.915.726.676.000
1,4614
= 1.995.105.544.000
𝑃𝑉2020 = 𝐹𝑉2021
(1 + 9,95 100)5⁄
= 3.738.733.844.000
1,6068
141
= 2.326.742.812.000
𝑃𝑉2021 = 𝐹𝑉2022
(1 + 9,95 100)6⁄
= 4.794.047.011.000
1,7667
= 2.713.506.625.000
𝑃𝑉2022 = 𝐹𝑉2023
(1 + 9,95 100)7⁄
= 6.147.237.996.000
1,9425
= 3.164.560.418.000
𝑃𝑉2023 = 𝐹𝑉2024
(1 + 9,95 100)8⁄
= 7.882.387.238.000
2,1358
= 3.690.590.819.000
𝑃𝑉2024 = 𝐹𝑉2025
(1 + 9,95 100)9⁄
= 10.107.308.130.000
2,3483
= 4.304.060.848.000
𝑃𝑉2025 = 𝐹𝑉2026
(1 + 9,95 100)10⁄
= 12.960.245.990.000
2,5819
= 5.019.505.193.000
142
Tabel 4.28 Present Value Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Present Value
1. 2016 1.257.819,6
2. 2017 1.466.901,2
3. 2018 1.710.737,4
4. 2019 1.995.105,5
5. 2020 2.326.742,8
6. 2021 2.713.506,6
7. 2022 3.164.560,4
8. 2023 3.690.590,8
9. 2024 4.304.060,8
10. 2025 5.019.505,1
Total 27.649.531
Sumber: Data diolah, 2017
d) Menghitung nilai wajar saham
Harga wajar saham = ∑ 𝑃𝑉 𝐹𝐶𝐹 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦2016
= 27.649.531.000.000 + 820.640.000.000
= 28.470.171.000.000
Harga wajar saham per lembar = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑊𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
= 28.470.171.000.000
2.107.000.000
Harga wajar saham per lembar tahun 2016 = Rp. 13.512,18
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode
discounted cash flow perusahaan Multi Bintang Tbk memiliki
tingkat pertumbuhan free cash flow yang fluktuatif selama tahun
2011-2015. Pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan free cash flow
turun sebesar -28,41% kemudian naik menjadi 98,66% pada tahun
2013. Pada tahun 2014 tingkat pertumbuhan free cash flow
mengalami penurunan menjadi -32,21%. Pada tahun 2015 tingkat
pertumbuhan free cash flow naik kembali menjadi 56,94%. Pada
143
tahun 2016 tingkat pertumbuhan free cash flow mengalami
perubahan sebesar 46,15%. Tingkat imbal hasil/ diskonto yang
diinginkan oleh investor adalah 9,95%. Harga wajar saham
perusahaan diperkirakan Rp. 13.512,18 sehingga harga pasar pada
penutupan akhir tahun 2015 mengalami undervalued.
4) Heineken Holding N.V.
a) Menghitung data cash flow (free cash flow)
Tabel 4.29 Perhitungan Free Cash Flow (Dalam Ribuan €)
No Tahun Arus kas dari
operasi
Capital
Expenditure
Free Cash
Flow
(1) (2) (3) (4) = (2) – (3)
1. 2011 2.911.000 856.000 2.055.000
2. 2012 2.695.000 1.248.000 1.447.000
3. 2013 2.914.000 1.446.000 1.468.000
4. 2014 3.058.000 1.551.000 1.507.000
5. 2015 3.489.000 1.730.000 1.759.000
6. 2016 3.718.000 1.866.000 1.852.000
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan dan osiris.bvdinfo.com,
2017
Tabel 4.30 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Dalam
Ribuan €
No Tahun Free Cash Flow % perubahan
1. 2011 2.055.000
2. 2012 1.447.000 -29,59%
3. 2013 1.468.000 1,45%
4. 2014 1.507.000 2,66%
5. 2015 1.759.000 16,72%
6. 2016 1.852.000 5.29%
Rata-rata % perubahan -0.69%
Sumber: Data diolah, 2017
144
Data rata-rata persen perubahan dari free cash flow sebesar -
0,69% selanjutnya digunakan untuk menghitung future value dari
arus kas (free cash flow).
b) Menghitung future value dari arus kas (free cash flow)
Data cash flow yang sudah ada selanjutnya di future value
kan selama 10 tahun kedepan. Pemilihan n (tahun) = 10 merupakan
asumsi bahwa bisnis perusahaan dapat bertahan minimal 10 tahun
kedepan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
FV = Cash Flow Tahun ini x (1 + 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 100 ⁄ )𝑛
𝐹𝑉2017 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−0,69) 100)1⁄
= 1.852.000.000 x (0,9931)1
= 1.839.149.486
=𝐹𝑉2018 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−0,69) 100)2⁄
= 1.852.000.000 x (0.9931)2
= 1.826.388.137
𝐹𝑉2019 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−0,69) 100)3⁄
= 1.852.000.000 x (0,9931)3
= 1.813.715.337
𝐹𝑉2020 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−0,69) 100)4⁄
= 1.852.000.000 x (0,9931)4
= 1.801.130.469
𝐹𝑉2021 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−0,69) 100)5⁄
= 1.852.000.000 x (0,9931)5
= 1.788.632.924
𝐹𝑉2022 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−0,69) 100)6⁄
= 1.852.000.000 x (0,9931)6
= 1.776.222.096
𝐹𝑉2023 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−0,69) 100)7⁄
= 1.852.000.000 x (0,9931)7
= 1.763.897.384
𝐹𝑉2024 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−0,69) 100)8⁄
= 1.852.000.000 x (0,9931)8
145
= 1.751.658.189
𝐹𝑉2025 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−0,69) 100)9⁄
= 1.852.000.000 x (0,9931)9
= 1.739.503.919
𝐹𝑉2026 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + (−0,69) 100)10⁄
= 1.852.000.000 x (0,9931)10
= 1.640.689.188
Tabel 4.31 Future Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
€)
No Tahun Future Value
1. 2017 1.839.149,48
2. 2018 1.826.388,13
3. 2019 1.813.715,33
4. 2020 1.801.130,46
5. 2021 1.788.632,92
6. 2022 1.776.222,09
7. 2023 1.763.897,38
8. 2024 1.751.658,18
9. 2025 1.739.503,91
10. 2026 1.640.689,18
Sumber: Data diolah, 2017
c) Menghitung present value dari arus kas (free cash flow)
Data future value yang sudah ada selanjutnya di present value
kan selama 10 tahun. Data free cash flow perlu di present value
kan kembali karena nilai free cash flow selama 10 tahun kedepan
tidak akan sama dengan hasil perhitungan dari future value, sesuai
dengan konsep time value of money bahwa arus kas di masa depan
akan berkurang sesuai dengan tingkat imbal hasil yang ada.
Perhitungan untuk mencari present value adalah sebagai berikut:
Present Value = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒−𝑥
(1+𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 100)𝑛⁄
Discount Rate / r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚
146
Data risk free rate dan risk premium yang digunakan adalah
data risk free rate dan risk premium Belanda pada bulan Desember
2016 yang didapat dari situs market-risk-premia.com
r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 Belanda + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚 Belanda)
r = 0,11% + 6,38%
r = 6,49%
Sumber: market-risk-premia.com
𝑃𝑉2016 = 𝐹𝑉2017
(1 + 6,49 100)1⁄
= 1.839.149.486
1,0649
= 1.727.063.091
𝑃𝑉2017 = 𝐹𝑉2018
(1 + 6,49 100)2⁄
= 1.826.388.137
1,134
= 1.610.554.493
𝑃𝑉2018 = 𝐹𝑉2019
(1 + 6,49 100)3⁄
= 1.813.715.337
1,2076
= 1.501.905.627
𝑃𝑉2019 = 𝐹𝑉2020
(1 + 6,49 100)4⁄
= 1.801.130.469
1,2859
= 1.400.586.271
𝑃𝑉2020 = 𝐹𝑉2021
(1 + 6,49 100)5⁄
147
= 1.788.632.924
1,3694
= 1.306.101.973
𝑃𝑉2021 = 𝐹𝑉2022
(1 + 6,49 100)6⁄
= 1.776.222.096
1,4583
= 1.217.991.637
𝑃𝑉2022 = 𝐹𝑉2023
(1 + 6,49 100)7⁄
= 1.763.897.384
1,5529
= 1.135.825.270
𝑃𝑉2023 = 𝐹𝑉2024
(1 + 6,49 100)8⁄
= 1.751.658.189
1,6537
= 1.059.201.891
𝑃𝑉2024 = 𝐹𝑉2025
(1 + 6,49 100)9⁄
= 1.739.503.919
1,761
= 987.747.565
𝑃𝑉2025 = 𝐹𝑉2026
(1 + 6,49 100)10⁄
= 1.640.689.188
1,8753
= 874.858.963
148
Tabel 4.32 Present Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
€)
No Tahun Present Value
1. 2016 1.727.063,09
2. 2017 1.610.554,4
3. 2018 1.501.905,6
4. 2019 1.400.586,2
5. 2020 1.306.101,9
6. 2021 1.217.991,6
7. 2022 1.135.825,2
8. 2023 1.059.201,8
9. 2024 987.747,5
10. 2025 874.858,9
Total 12.822.000
Sumber: Data diolah, 2017
d) Menghitung nilai wajar saham
Harga wajar saham = ∑ 𝑃𝑉 𝐹𝐶𝐹 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦2016
= 12.822.000.000 + 14.573.000.000
= 27.395.000.000
Harga wajar saham per lembar = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑊𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
= 27.395.000.000
288.030.000
Harga wajar saham per lembar tahun 2016 = € 95,11
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode
discounted cash flow perusahaan Heineken Holding N.V. memiliki
tingkat pertumbuhan free cash flow yang turun selama tahun 2011-
2012. Pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan free cash flow turun
sebesar -29,58% kemudian naik menjadi 1,45% pada tahun 2013.
Pada tahun 2014 tingkat pertumbuhan free cash flow mengalami
kenaikan menjadi 2,65%. Pada tahun 2015 tingkat pertumbuhan
free cash flow naik kembali menjadi 16,72%. Pada tahun 2016
149
tingkat pertumbuhan free cash flow mengalami perubahan sebesar
5.29%. Tingkat imbal hasil/ diskonto yang diinginkan oleh investor
adalah 6,49%. Harga wajar saham perusahaan diperkirakan € 95,11
sehingga harga pasar pada penutupan akhir tahun 2015 mengalami
undervalued.
5) Unilever Indonesia Tbk
a) Menghitung data cash flow (free cash flow)
Tabel 4.33 Perhitungan Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Arus kas dari
operasi
Capital
Expenditure
Free Cash
Flow
(1) (2) (3) (4) = (2) – (3)
1. 2011 5.458.478.000 1.692.224.000 3.766.254.000
2. 2012 5.191.646.000 1.145.031.000 4.046.615.000
3. 2013 6.236.304.000 1.185.049.000 5.051.255.000
4. 2014 6.462.722.000 1.125.906.000 5.336.816.000
5. 2015 6.299.051.000 1.472.444.000 4.826.607.000
6. 2016 6.684.219.000 1.787.056.000 4.897.163.000
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, 2017
Tabel 4.34 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Dalam
Ribuan Rupiah
No Tahun Free Cash Flow % perubahan
1. 2011 3.766.254.000
2. 2012 4.046.615.000 7,44%
3. 2013 5.051.255.000 24,83%
4. 2014 5.336.816.000 5,65%
5. 2015 4.826.607.000 -9,56%
6. 2016 4.897.163.000 1,46%
Rata-rata % perubahan 5,97%
Sumber: Data diolah, 2017
Data rata-rata persen perubahan dari free cash flow sebesar
5,97% selanjutnya digunakan untuk menghitung future value dari
arus kas (free cash flow).
150
b) Menghitung future value dari arus kas (free cash flow)
Data cash flow yang sudah ada selanjutnya di future value
kan selama 10 tahun kedepan. Pemilihan n (tahun) = 10 merupakan
asumsi bahwa bisnis perusahaan dapat bertahan minimal 10 tahun
kedepan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
FV = Cash Flow Tahun ini x (1 + 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 100 ⁄ )𝑛
𝐹𝑉2017 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 5,97 100)1⁄
= 4.897.163.000.000 x (1,0597)1
= 5.189.284.749.000
𝐹𝑉2018 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 5,97 100)2⁄
= 4.897.163.000.000 x (1,0597)2
= 5.498.831.916.000
𝐹𝑉2019 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 5,97 100)3⁄
= 4.897.163.000.000 x (1,0597)3
= 5.826.843.949.000
𝐹𝑉2020 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 5,97 100)4⁄
= 4.897.163.000.000 x (1,0597)4
= 6.174.422.301.000
𝐹𝑉2021 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 5,97 100)5⁄
= 4.897.163.000.000 x (1,0597)5
= 6.542.734.125.000
𝐹𝑉2022 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 5,97 100)6⁄
= 4.897.163.000.000 x (1,0597)6
= 6.933.016.199.000
𝐹𝑉2023 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 5,97 100)7⁄
= 4.897.163.000.000 x (1,0597)7
= 7.346.579.075.000
𝐹𝑉2024 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 5,97 100)8⁄
= 4.897.163.000.000 x (1,0597)8
= 7.784.811.481.000
𝐹𝑉2025 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 5,97 100)9⁄
= 4.897.163.000.000 x (1,0597)9
151
= 8.249.184.985.000
𝐹𝑉2026 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 5,97 100)10⁄
= 4.897.163.000.000 x (1,0597)10
= 8.741.258.935.000
Tabel 4.35 Future Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Future Value
1. 2017 5.189.284.749
2. 2018 5.498.831.916
3. 2019 5.826.843.949
4. 2020 6.174.422.301
5. 2021 6.542.734.125
6. 2022 6.933.016.199
7. 2023 7.346.579.075
8. 2024 7.784.811.481
9. 2025 8.249.184.985
10. 2026 8.741.258.935
Sumber: Data diolah, 2017
c) Menghitung present value dari arus kas (free cash flow)
Data future value yang sudah ada selanjutnya di present value
kan selama 10 tahun. Data free cash flow perlu di present value
kan kembali karena nilai free cash flow selama 10 tahun kedepan
tidak akan sama dengan hasil perhitungan dari future value, sesuai
dengan konsep time value of money bahwa arus kas di masa depan
akan berkurang sesuai dengan tingkat imbal hasil yang ada.
Perhitungan untuk mencari present value adalah sebagai berikut:
Present Value = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒−𝑥
(1+𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 100)𝑛⁄
Discount Rate / r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚
152
Data risk free rate dan risk premium yang digunakan adalah
data risk free rate dan risk premium Indonesia pada bulan
Desember 2016 yang didapat dari situs market-risk-premia.com
r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 Indonesia + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚 Indonesia
r = 7,94% + 2,01%
r = 9,95%
Sumber: market-risk-premia.com
𝑃𝑉2016 = 𝐹𝑉2017
(1 + 9,95 100)1⁄
= 5.189.284.749.000
1,0995
=. 4.719.676.897.000
𝑃𝑉2017 = 𝐹𝑉2018
(1 + 9,95 100)2⁄
= 5.498.831.916.000
1,2089
= 4.548.623.359.000
𝑃𝑉2018 = 𝐹𝑉2019
(1 + 9,95 100)3⁄
= 5.826.843.949.000
1,3291
= 4.383.769.252.000
𝑃𝑉2019 = 𝐹𝑉2020
(1 + 9,95 100)4⁄
= 6.174.422.301.000
1,4614
= 4.224.889.893.000
𝑃𝑉2020 = 𝐹𝑉2021
(1 + 9,95 100)5⁄
= 6.542.734.125.000
1,6068
153
= 4.071.768.740.000
𝑃𝑉2021 = 𝐹𝑉2022
(1 + 9,95 100)6⁄
= 6.933.016.199.000
1,7667
= 3.924.197.102.000
𝑃𝑉2022 = 𝐹𝑉2023
(1 + 9,95 100)7⁄
= 7.346.579.075.000
1,9425
= 3.781.973.850.000
𝑃𝑉2023 = 𝐹𝑉2024
(1 + 9,95 100)8⁄
= 7.784.811.481.000
2,1358
= 3.644.905.143.000
𝑃𝑉2024 = 𝐹𝑉2025
(1 + 9,95 100)9⁄
= 8.249.184.985.000
2,3483
= 3.512.804.168.000
𝑃𝑉2025 = 𝐹𝑉2026
(1 + 9,95 100)10⁄
= 8.741.258.935.000
2,5819
= 3.385.490.880.000
Tabel 4.36 Present Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Present Value
1. 2016 4.719.676.897
154
Lanjutan Tabel 4.36
No Tahun Present Value
2. 2017 4.548.623.359
3. 2018 4.383.769.252
4. 2019 4.224.889.893
5. 2020 4.071.768.740
6. 2021 3.924.197.102
7. 2022 3.781.973.850
8. 2023 3.644.905.143
9. 2024 3.512.804.168
10. 2025 3.385.490.880
Total 40.198.099.000
Sumber: Data diolah, 2017
d) Menghitung nilai wajar saham
Harga wajar saham = ∑ 𝑃𝑉 𝐹𝐶𝐹 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦2016 = 40.198.099.000.000 + 4.704.258.000.000
= 44.902.357.000.000
Harga wajar saham per lembar = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑊𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
= 44.902.357.000.000
7.630.000.000
Harga wajar saham per lembar tahun 2016 = Rp. 5.884,97
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode discounted
cash flow perusahaan Unilever Indonesia Tbk memiliki tingkat
pertumbuhan free cash flow yang naik selama tahun 2011-2013.
Pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan free cash flow naik sebesar
5,65% kemudian naik kembali menjadi 24,83% pada tahun 2013.
Pada tahun 2014 tingkat pertumbuhan free cash flow mengalami
penurunan menjadi 4,81%. Pada tahun 2015 tingkat pertumbuhan
free cash flow turun kembali menjadi -9.,56%. Pada tahun 2016
155
tingkat pertumbuhan free cash flow sebesar 1.46%. Tingkat imbal
hasil/ diskonto yang diinginkan oleh investor adalah 9,95%. Harga
wajar saham perusahaan diperkirakan Rp. 5.884,97 sehingga harga
pasar pada penutupan akhir tahun 2016 mengalami overvalued.
6) Unilever N.V.
a) Menghitung data cash flow (free cash flow)
Tabel 4.37 Perhitungan Free Cash Flow (Dalam Ribuan €)
No Tahun Arus kas dari
operasi
Capital
Expenditure
Free Cash
Flow
(1) (2) (3) (4) = (2) – (3)
1. 2011 5.452.000 2.099.000 3.353.000
2. 2012 6.836.000 2.380.000 4.456.000
3. 2013 6.294.000 2.168.000 4.126.000
4. 2014 5.543.000 2.252.000 3.291.000
5. 2015 7.330.000 2.201.000 5.129.000
6. 2016 7.047.000 2.036.000 5.011.000
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, 2017
Tabel 4.38 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Dalam
Ribuan €
No Tahun Free Cash Flow % perubahan
1. 2011 3.353.000
2. 2012 4.456.000 32,90%
3. 2013 4.126.000 -7,41%
4. 2014 3.291.000 -20,24%
5. 2015 5.129.000 55,85%
6. 2016 5.011.000 -2,30%
Rata-rata % perubahan 11,76%
Sumber: Data diolah, 2017
Data rata-rata persen perubahan dari free cash flow sebesar
11,76% selanjutnya digunakan untuk menghitung future value dari
arus kas (free cash flow).
156
b) Menghitung future value dari arus kas (free cash flow)
Data cash flow yang sudah ada selanjutnya di future value
kan selama 10 tahun kedepan. Pemilihan n (tahun) = 10 merupakan
asumsi bahwa bisnis perusahaan dapat bertahan minimal 10 tahun
kedepan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
FV = Cash Flow Tahun ini x (1 + 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 100 ⁄ )𝑛
𝐹𝑉2017 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 11,76 100)1⁄
= 5.011.000.000 x (1,1176)1
= 5.600.306.562
𝐹𝑉2018 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 11,76 100)2⁄
= 5.011.000.000 x (1,1176)2
= 6.258.917.101
𝐹𝑉2019 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 11,76 100)3⁄
= 5.011.000.000 x (1,1176)3
= 6.994.981.943
𝐹𝑉2020 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 11,76 100)4⁄
= 5.011.000.000 x (1,1176)4
= 7.817.609.914
𝐹𝑉2021 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 11,76 100)5⁄
= 5.011.000.000 x (1,1176)5
= 8.736.981.062
𝐹𝑉2022 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 11,76 100)6⁄
= 5.011.000.000 x (1,1176)6
= 9.764.472.636
𝐹𝑉2023 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 11,76 100)7⁄
= 5.011.000.000 x (1,1176)7
= 10.912.799.880
𝐹𝑉2024 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 11,76 100)8⁄
= 5.011.000.000 x (1,1176)8
= 12.196.173.370
𝐹𝑉2025 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 11,76 100)9⁄
= 5.011.000.000 x (1,1176)9
= 13.630.474.910
157
𝐹𝑉2026 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 11,76 100)10⁄
= 5.011.000.000 x (1,1176)10
= 15.233.454.020
Tabel 4.39 Future Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
€)
No Tahun Future Value
1. 2017 5.600.306,56
2. 2018 6.258.917,10
3. 2019 6.994.981,94
4. 2020 7.817.609,91
5. 2021 8.736.981,06
6. 2022 9.764.472,63
7. 2023 10.912.799,88
8. 2024 12.196.173,37
9. 2025 13.630.474,91
10. 2026 15.233.454,02
Sumber: Data diolah, 2017
c) Menghitung present value dari arus kas (free cash flow)
Data future value yang sudah ada selanjutnya di present value
kan selama 10 tahun. Data free cash flow perlu di present value
kan kembali karena nilai free cash flow selama 10 tahun kedepan
tidak akan sama dengan hasil perhitungan dari future value, sesuai
dengan konsep time value of money bahwa arus kas di masa depan
akan berkurang sesuai dengan tingkat imbal hasil yang ada.
Perhitungan untuk mencari present value adalah sebagai berikut:
Present Value = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒−𝑥
(1+𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 100)𝑛⁄
Discount Rate / r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚
158
Data risk free rate dan risk premium yang digunakan adalah
data risk free rate dan risk premium Belanda pada bulan Desember
2016 yang didapat dari situs market-risk-premia.com
r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 Belanda + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚 Belanda)
r = 0,11% + 6,38%
r = 6,49%
Sumber: market-risk-premia.com
𝑃𝑉2016 = 𝐹𝑉2017
(1 + 6,49 100)1⁄
= 5.600.306.562
1,0649
= 5.258.997.617
𝑃𝑉2017 = 𝐹𝑉2018
(1 + 6,49 100)2⁄
= 6.258.917.101
1,134
= 5.519.268.796
𝑃𝑉2018 = 𝐹𝑉2019
(1 + 6,49 100)3⁄
= 6.994.981.943
1,2076
= 5.792.420.963
𝑃𝑉2019 = 𝐹𝑉2020
(1 + 6,49 100)4⁄
= 7.817.609.914
1,2859
= 6.079.091.607
𝑃𝑉2020 = 𝐹𝑉2021
(1 + 6,49 100)5⁄
= 8.736.981.062
1,3694
159
= 6.379.949.765
𝑃𝑉2021 = 𝐹𝑉2022
(1 + 6,49 100)6⁄
= 9.764.472.636
1,4583
= 6.695.697.588
𝑃𝑉2022 = 𝐹𝑉2023
(1 + 6,49 100)7⁄
= 10.912.799.880
1,5529
= 7.027.071.974
𝑃𝑉2023 = 𝐹𝑉2024
(1 + 6,49 100)8⁄
= 12.196.173.370
1,6537
= 7.374.846.291
𝑃𝑉2024 = 𝐹𝑉2025
(1 + 6,49 100)9⁄
= 13.630.474.910
1,761
= 7.739.832.183
𝑃𝑉2025 = 𝐹𝑉2026
(1 + 6,49 100)10⁄
= 15.233.454.020
`1,8753
= 8.122.881.463
Tabel 4.40 Present Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
€)
No Tahun Present Value
1. 2016 5.258.997,6
160
Lanjutan Tabel 4.40
No Tahun Present Value
2. 2017 5.519.268,7
3. 2018 5.792.420,9
4. 2019 6.079.091,6
5. 2020 6.379.949,7
6. 2021 6.695.697,5
7. 2022 7.027.071,9
8. 2023 7.374.846,2
9. 2024 7.739.832,1
10. 2025 8.122.881,4
Total 65.990.000
Sumber: Data diolah, 2017
d) Menghitung nilai wajar saham
Harga wajar saham = ∑ 𝑃𝑉 𝐹𝐶𝐹 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦2016
= 65.990.000.000 + 16.980.000.000
= 82.970.000.000
Harga wajar saham per lembar = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑊𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
= 82.970.000.000
1.714.728.000
Harga wajar saham per lembar tahun 2016 = € 48,38
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode
discounted cash flow perusahaan Unilever N.V. memiliki tingkat
pertumbuhan free cash flow yang naik selama tahun 2011-2012.
Pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan free cash flow naik sebesar
32,90% kemudian turun menjadi -7,41% pada tahun 2013. Pada
tahun 2014 tingkat pertumbuhan free cash flow mengalami
penurunan kembali menjadi -20,24%. Pada tahun 2015 tingkat
pertumbuhan free cash flow naik menjadi 55,85%. Pada tahun 2016
tingkat pertumbuhan free cash flow sebesar -2,30%. Tingkat imbal
161
hasil/ diskonto yang diinginkan oleh investor adalah 6,49%. Harga
wajar saham perusahaan diperkirakan € 48,38 sehingga harga pasar
pada penutupan akhir tahun 2016 mengalami undervalued.
7) Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
a) Menghitung data cash flow (free cash flow)
Tabel 4.41 Perhitungan Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Arus kas dari
operasi
Capital
Expenditure
Free Cash
Flow
(1) (2) (3) (4) = (2) – (3)
1. 2011 3.883.711.000 513.161.000 3.370.550.000
2. 2012 5.674.822.000 961.841.000 4.712.981.000
3. 2013 5.419.268.000 2.018.998.000 3.400.270.000
4. 2014 5.346.841.000 3.461.295.000 1.885.546.000
5. 2015 5.049.117.000 2.734.080.000 2.315.037.000
6. 2016 3.546.113.000 962.359.000 2.583.754.000
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, 2017
Tabel 4.42 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow (Dalam
Ribuan Rupiah)
No Tahun Free Cash Flow % perubahan
1. 2011 3.370.550.000
2. 2012 4.712.981.000 39,83%
3. 2013 3.400.270.000 -27,85%
4. 2014 1.885.546.000 -44,55%
5. 2015 2.315.037.000 22,78%
6. 2016 2.583.754.000 11,61%
Rata-rata % perubahan 0,36%
Sumber: Data diolah, 2017
Data rata-rata persen perubahan dari free cash flow sebesar
0,36% selanjutnya digunakan untuk menghitung future value dari
arus kas (free cash flow).
162
b) Menghitung future value dari arus kas (free cash flow)
Data cash flow yang sudah ada selanjutnya di future value
kan selama 10 tahun kedepan. Pemilihan n (tahun) = 10 merupakan
asumsi bahwa bisnis perusahaan dapat bertahan minimal 10 tahun
kedepan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
FV = Cash Flow Tahun ini x (1 + 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 100 ⁄ )𝑛
𝐹𝑉2017 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 0,36 100)1⁄
= 2.583.754.000.000 x (1,0036)1
= 2.593.125.363.000
𝐹𝑉2018 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 0,36 100)2⁄
= 2.583.754.000.000 x (1,0036)2
= 2.602.530.716.000
𝐹𝑉2019 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 0,36 100)3⁄
= 2.583.754.000.000 x (1,0036)3
= 2.611.970.182.000
𝐹𝑉2020 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 0,36 100)4⁄
= 2.583.754.000.000 x (1,0036)4
= 2.621.443.886.000
𝐹𝑉2021 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 0,36 100)5⁄
= 2.583.754.000.000 x (1,0036)5
= 2.630.951.951.000
𝐹𝑉2022 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 0,36 100)6⁄
= 2.583.754.000.000 x (1,0036)6
= 2.640.494.502.000
𝐹𝑉2023 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 0,36 100)7⁄
= 2.583.754.000.000 x (1,0036)7
= 2.650.071.664.000
𝐹𝑉2024 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 0,36 100)8⁄
= 2.583.754.000.000 x (1,0036)8
= 2.659.683.564.000
𝐹𝑉2025 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 0,36 100)9⁄
= 2.583.754.000.000 x (1,0036)9
= 2.669.330.325.000
163
𝐹𝑉2026 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 0,36 100)10⁄
= 2.583.754.000.000 x (1,0036)10
= 2.679.012.076.000
Tabel 4.43 Future Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Future Value
1. 2017 2.593.125.363
2. 2018 2.602.530.716
3. 2019 2.611.970.182
4. 2020 2.621.443.886
5. 2021 2.630.951.951
6. 2022 2.640.494.502
7. 2023 2.650.071.664
8. 2024 2.659.683.564
9. 2025 2.669.330.325
10. 2026 2.679.012.076
Sumber: Data diolah, 2017
c) Menghitung present value dari arus kas (free cash flow)
Data future value yang sudah ada selanjutnya di present value
kan selama 10 tahun. Data free cash flow perlu di present value
kan kembali karena nilai free cash flow selama 10 tahun kedepan
tidak akan sama dengan hasil perhitungan dari future value, sesuai
dengan konsep time value of money bahwa arus kas di masa depan
akan berkurang sesuai dengan tingkat imbal hasil yang ada.
Perhitungan untuk mencari present value adalah sebagai berikut:
Present Value = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒−𝑥
(1+𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 100)𝑛⁄
Discount Rate / r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚
164
Data risk free rate dan risk premium yang digunakan adalah
data risk free rate dan risk premium Indonesia pada bulan
Desember 2016 yang didapat dari situs market-risk-premia.com
r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 Indonesia + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚 Indonesia
r = 7,94% + 2,01%
r = 9,95%
Sumber: market-risk-premia.com
𝑃𝑉2016 = 𝐹𝑉2017
(1 + 9,95 100)1⁄
= 2.593.125.363.000
1,0995
= 2.358.458.720.000
𝑃𝑉2017 = 𝐹𝑉2018
(1 + 9,95 100)2⁄
= 2.602.530.716.000
1,2089
= 2.152.808.485.000
𝑃𝑉2018 = 𝐹𝑉2019
(1 + 9,95 100)3⁄
= 2.611.970.182.000
1,3291
= 1.965.090.308.000
𝑃𝑉2019 = 𝐹𝑉2020
(1 + 9,95 100)4⁄
= 2.621.443.886.000
1,4614
= 1.793.740.570.000
𝑃𝑉2020 = 𝐹𝑉2021
(1 + 9,95 100)5⁄
= 2.630.951.951.000
1,6068
165
= 1.637.331.994.000
𝑃𝑉2021 = 𝐹𝑉2022
(1 + 9,95 100)6⁄
= 2.640.494.502.000
1,7667
= 1.494.561.757.000
𝑃𝑉2022 = 𝐹𝑉2023
(1 + 9,95 100)7⁄
= 2.650.071.664.000
1,9425
= 1.364.240.639.000
𝑃𝑉2023 = 𝐹𝑉2024
(1 + 9,95 100)8⁄
= 2.659.683.564.000
2,1358
= 1.245.283.116.000
𝑃𝑉2024 = 𝐹𝑉2025
(1 + 9,95 100)9⁄
= 2.669.330.325.000
2,3483
= 1.136.698.317.000
𝑃𝑉2025 = 𝐹𝑉2026
(1 + 9,95 100)10⁄
= 2.679.012.076.000
2,5819
= 1.037.581.774.000
Tabel 4.44 Present Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
Rupiah)
No Tahun Present Value
1. 2016 2.358.458.720
166
Lanjutan Tabel 4.44
No Tahun Present Value
2. 2017 2.152.808.485
3. 2018 1.965.090.308
4. 2019 1.793.740.570
5. 2020 1.637.331.994
6. 2021 1.494.561.757
7. 2022 1.364.240.639
8. 2023 1.245.283.116
9. 2024 1.136.698.317
10. 2025 1.037.581.774
Total 16.185.796.000
Sumber: Data diolah, 2017
d) Menghitung nilai wajar saham
Harga wajar saham = ∑ 𝑃𝑉 𝐹𝐶𝐹 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦2016
= 16.185.796.000.000 + 26.138.703.000.000
= 42.324.499.000.000
Harga wajar saham per lembar = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑊𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
= 42.324.499.000.000
3.681.231.699
Harga wajar saham per lembar tahun 2016 = Rp. 11.497,37
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode
discounted cash flow perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk memiliki tingkat pertumbuhan free cash flow yang naik selama
tahun 2011-2012. Pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan free cash
flow naik sebesar 39,82% kemudian turun menjadi -27,85% pada
tahun 2013. Pada tahun 2014 tingkat pertumbuhan free cash flow
mengalami penurunan kembali menjadi -44,54%. Pada tahun 2015
tingkat pertumbuhan free cash flow naik menjadi 22,77%. Pada
tahun 2016 tingkat pertumbuhan free cash flow sebesar
167
11,61%.Tingkat imbal hasil/ diskonto yang diinginkan oleh
investor adalah 9,95%. Harga wajar saham perusahaan
diperkirakan Rp. 11.497,37 sehingga harga pasar pada penutupan
akhir tahun 2016 mengalami overvalued
8) HeidelbergCement AG
a) Menghitung data cash flow (free cash flow)
Tabel 4.45 Perhitungan Free Cash Flow Dalam Ribuan €
No Tahun Arus kas dari
operasi
Capital
Expenditure
Free Cash
Flow
(1) (2) (3) (4) = (2) – (3)
1. 2011 1.332.400 874.400 458.000
2. 2012 1.513.400 831.400 682.000
3. 2013 1.166.900 860.900 306.000
4. 2014 1.479.800 941.200 538.600
5. 2015 1.449.300 907.700 541.600
6. 2016 1.874.000 1.039.900 834.100
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan
Tabel 4.46 Rata-rata % Perubahan Free Cash Flow Dalam
Ribuan €
No Tahun Free Cash Flow % perubahan
1. 2011 458.000
2. 2012 682.000 48,91%
3. 2013 306.000 -55,13
4. 2014 538.600 76,01%
5. 2015 541.600 0,56%
6. 2016 834.100 54,01%
Rata-rata % perubahan 24,87%
Sumber: Data diolah, 2017
Data rata-rata persen perubahan dari free cash flow sebesar
24,87% selanjutnya digunakan untuk menghitung future value dari
arus kas (free cash flow).
168
b) Menghitung future value dari arus kas (free cash flow)
Data cash flow yang sudah ada selanjutnya di future value kan
selama 10 tahun kedepan. Pemilihan n (tahun) = 10 merupakan
asumsi bahwa bisnis perusahaan dapat bertahan minimal 10 tahun
kedepan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
FV = Cash Flow Tahun ini x (1 + 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 100 ⁄ )𝑛
𝐹𝑉2017 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 24,87 100)1⁄
= 834.100.000 x (1,2487)1
= 1.041.545.759
𝐹𝑉2018 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 24,87 100)2⁄
= 834.100.000 x (1,2487)2
= 1.300.584.544
𝐹𝑉2019 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 24,87 100)3⁄
= 834.100.000 x (1,2487)3
= 1.624.047.855
𝐹𝑉2020 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 24,87 100)4⁄
= 834.100.000 x (1,2487)4
= 2.027.958.466
𝐹𝑉2021 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 24,87 100)5⁄
= 834.100.000 x (1,2487)5
= 2.532.324.109
𝐹𝑉2022 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 24,87 100)6⁄
= 834.100.000 x (1,2487)6
= 3.162.128.566
𝐹𝑉2023 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 24,87 100)7⁄
= 834.100.000 x (1,2487)7
= 3.948.569.233
𝐹𝑉2024 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 24,87 100)8⁄
= 834.100.000 x (1,2487)8
= 4.930.602.492
𝐹𝑉2025 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 24,87 100)9⁄
= 834.100.000 x (1,2487)9
= 6.156.873.415
169
𝐹𝑉2026 = 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤2016 x (1 + 24,87 100)10⁄
= 834.100.000 x (1,2487)10
= 7.688.125.398
Tabel 4.47 Future Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
€)
No Tahun Future Value
1. 2017 1.041.545,75
2. 2018 1.300.584,54
3. 2019 1.624.047,85
4. 2020 2.027.958,46
5. 2021 2.532.324,10
6. 2022 3.162.128,56
7. 2023 3.948.569,23
8. 2024 4.930.602,49
9. 2025 6.156.873,41
10. 2026 7.688.125,39
Sumber: Data diolah, 2017
c) Menghitung present value dari arus kas (free cash flow)
Data future value yang sudah ada selanjutnya di present value
kan selama 10 tahun. Data free cash flow perlu di present value
kan kembali karena nilai free cash flow selama 10 tahun kedepan
tidak akan sama dengan hasil perhitungan dari future value, sesuai
dengan konsep time value of money bahwa arus kas di masa depan
akan berkurang sesuai dengan tingkat imbal hasil yang ada.
Perhitungan untuk mencari present value adalah sebagai berikut:
Present Value = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒−𝑥
(1+𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 100)𝑛⁄
Discount Rate / r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚
170
Data risk free rate dan risk premium yang digunakan adalah
data risk free rate dan risk premium Jerman pada bulan Desember
2016 yang didapat dari situs market-risk-premia.com
r = 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘−𝑓𝑟𝑒𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 Jerman + 𝑟𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖𝑢𝑚 Jerman)
r = 0,11% + 7,33%
r = 7,44%
Sumber: market-risk-premia.com
𝑃𝑉2016 = 𝐹𝑉2017
(1 + 7,44 100)1⁄
= 1.041.545.759
1,0744
= 969.420.848
𝑃𝑉2017 = 𝐹𝑉2018
(1 + 7,44 100)2⁄
= 1.300.584.544
1,1543
= 1.126.695.577
𝑃𝑉2018 = 𝐹𝑉2019
(1 + 7,44 100)3⁄
= 1.624.047.855
1,2402
= 1.309.485.891
𝑃𝑉2019 = 𝐹𝑉2020
(1 + 7,44 100)4⁄
= 2.027.958.466
1,3324
= 1.521.931.330
𝑃𝑉2020 = 𝐹𝑉2021
(1 + 7,44 100)5⁄
= 2.532.324.109
1.4316
171
= 1.768.843.017
𝑃𝑉2021 = 𝐹𝑉2022
(1 + 7,44 100)6⁄
= 3.162.128.566
1,5381
= 2.055.812.610
𝑃𝑉2022 = 𝐹𝑉2023
(1 + 7,44 100)7⁄
= 3.948.569.233
1,6525
= 2.389.338.932
𝑃𝑉2023 = 𝐹𝑉2024
(1 + 7,44 100)8⁄
= 4.930.602.492
1,7755
= 2.776.975.151
𝑃𝑉2024 = 𝐹𝑉2025
(1 + 7,44 100)9⁄
= 6.156.873.415
1,9076
= 3.227.499.827
𝑃𝑉2025 = 𝐹𝑉2026
(1 + 7,44 100)10⁄
= 7.688.125.398
2,0495
= 3.751.115.717
Tabel 4.48 Present Value Dari Free Cash Flow (Dalam Ribuan
€)
No Tahun Present Value
1. 2016 969.420,8
2. 2017 1.126.695,5
172
Lanjutan Tabel 4.48
No Tahun Present Value
3. 2018 1.309.485,8
4. 2019 1.521.931,3
5. 2020 1.768.843,01
6. 2021 2.055.812,6
7. 2022 2.389.338,9
8. 2023 2.776.975,1
9. 2024 3.227.499,8
10. 2025 3.751.115,7
Total 20.897.119
Sumber: Data diolah, 2017
d) Menghitung nilai wajar saham
Harga wajar saham = ∑ 𝑃𝑉 𝐹𝐶𝐹 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦2016
= 20.897.119.000 + 17.872.600.000
= 38.769.719.000
Harga wajar saham per lembar = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑊𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
= 38.769.719.000
198.416.000
Harga wajar saham per lembar tahun 2016 = € 195,39
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode
discounted cash flow perusahaan HeidelbergCement AG memiliki
tingkat pertumbuhan free cash flow yang fluktuatif selama tahun
2011-2015. Pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan free cash flow
naik sebesar 48,91% kemudian turun menjadi -55,13 pada tahun
2013. Pada tahun 2014 tingkat pertumbuhan free cash flow
mengalami kenaikan kembali menjadi 76,01%. Pada tahun 2015
tingkat pertumbuhan free cash flow turun kembali menjadi 0,56%.
Pada tahun 2016 tingkat pertumbuhan free cash flow sebesar
54,01%. Tingkat imbal hasil/ diskonto yang diinginkan oleh
173
investor adalah 7,44%. Harga wajar saham perusahaan
diperkirakan € 195,39 sehingga harga pasar pada penutupan akhir
tahun 2016 mengalami undervalued.
b. Metode Price Earning Ratio (PER)
Beberapa tahap yang perlu dilakukan untuk menilai harga saham
menggunakan metode price earning ratio (PER) yaitu:
1) Delta Djakarta Tbk
a) Menghitung tingkat pertumbuhan dividen
Berdasarkan tabel 4.9 tentang data rasio keuangan
perusahaan pada halaman 98, selanjutnya digunakan untuk
menghitung tingkat pertumbuhan dividen.
Tabel 4.49 Tingkat Pertumbuhan Dividen yang Diharapkan (g)
No Tahun DPR Retention
Rate
(1-DPR)
ROE g=RR*ROE
1. 2011 1,133 -0,133 0,2648 -3,52%
2. 2012 0,88 0,12 0,3567 4,28%
3. 2013 0,7093 0,2907 0,4018 11,68%
4. 2014 0,502 0,498 0,3794 18,89%
5. 2015 0,8168 0,1832 0,2260 4,14%
Rata – rata g 7,09%
Sumber: Data diolah, 2017
b) Menghitung estimasi dividend per share tahun 2016
𝐷1 = 𝐷0 (1+g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 𝐷𝑃𝑆2015 (1+ g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 195,93 (1+ 0,0709)
𝐷𝑃𝑆2016 = Rp 209,82
174
c) Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
k = 𝐷1
𝑃𝑜 + g
k = 209,82
5000 + 0.0709
k = 0,1128 atau 11,28%
d) Menghitung estimasi earning per share tahun 2016
𝐸1= 𝐸0 (1 + g)
𝐸𝑃𝑆2016= 𝐸𝑃𝑆2015 ( 1 + g )
𝐸𝑃𝑆2016= 239,85 ( 1 + 0.0709)
𝐸𝑃𝑆2016= Rp 256,85
e) Menghitung estimasi price earning ratio
PER =
𝐷1𝐸1
⁄
𝑘 −𝑔
𝑃𝐸𝑅2016 =
209,82256,85⁄
0,1128−0,0709
𝑃𝐸𝑅2016 = 0,8168
0.0419
𝑃𝐸𝑅2016 = 19,49x
f) Menghitung nilai intrinsik saham
Nilai intrinsik tahun 2016 = 𝐸1 x PER
= 𝐸𝑃𝑆2016 x 𝑃𝐸𝑅2016
= 256,85 x 19,49
= Rp. 5.006,00
175
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode price
earning ratio perusahaan Delta Djakarta Tbk memiliki tingkat
pertumbuhan dividen yang naik selama tahun 2011-2014. Pada
tahun 2011 tingkat pertumbuhan dividen sebesar -3,52% kemudian
naik menjadi 4.28% pada tahun 2012, tahun 2013 tingkat
pertumbuhan dividen naik menjadi 11,68% dan pada tahun 2014
naik kembali menjadi 18.89%. Pada tahun 2015 tingkat
pertumbuhan dividen mengalami penurunan yaitu dari 18.89%
menjadi 4.14%. Estimasi DPS yang diharapkan pada tahun 2016
sebesar Rp 209,82. Tingkat pengembalian investor yang diinginkan
pada tahun 2016 sebesar 11,28%. Estimasi EPS tahun 2016 sebesar
Rp 256,85 Estimasi PER tahun 2016 sebesar 19,49x . Harga wajar
saham perusahaan diperkirakan Rp. 5.006,00 sehingga harga pasar
pada penutupan akhir tahun 2016 mengalami undervalued.
2) San Miguel Corporation
a) Menghitung tingkat pertumbuhan dividen
Berdasarkan tabel 4.10 tentang data rasio keuangan
perusahaan pada halaman 102, selanjutnya digunakan untuk
menghitung tingkat pertumbuhan dividen.
Tabel 4.50 Tingkat Pertumbuhan Dividen yang Diharapkan (g)
No Tahun DPR Retention
Rate
(1-DPR)
ROE g=RR*ROE
1. 2011 0,5008 0,4992 0,0964 4,81%
2. 2012 0,4933 0,5067 0,1079 5,46%
3. 2013 0,4178 0,5822 0,1401 8,15%
176
Lanjutan Tabel 4.50
No Tahun DPR Retention
Rate
(1-DPR)
ROE g=RR*ROE
4. 2014 0,8488 0,1512 0,0732 1,1%
5. 2015 0,8160 0,184 0,0753 1,38%
Rata – rata g 4,18%
Sumber: Data diolah, 2017
b) Menghitung estimasi dividend per share tahun 2016
𝐷1 = 𝐷0 (1+g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 𝐷𝑃𝑆2015 (1+ g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 9,94 (1+ 0,0418)
𝐷𝑃𝑆2016 = PHP 10,35
c) Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
k = 𝐷1
𝑃𝑜 + g
k = 10,35
92,30 + 0.0418
k = 0.1539 atau 15,39%
d) Menghitung estimasi earning per share tahun 2016
𝐸1= 𝐸0 (1 + g)
𝐸𝑃𝑆2016=𝐸𝑃𝑆2015 ( 1 + g )
𝐸𝑃𝑆2016= 12,18 ( 1 + 0.0418)
𝐸𝑃𝑆2016= PHP 12,68
e) Menghitung estimasi price earning ratio
PER =
𝐷1𝐸1
⁄
𝑘 −𝑔
177
𝑃𝐸𝑅2016 =
10,3512,68⁄
0.1539−0.0418
𝑃𝐸𝑅2016 = 0,8162
0.1121
𝑃𝐸𝑅2016 = 7,28 x
f) Menghitung nilai intrinsik saham
Nilai intrinsik tahun 2016 = 𝐸1 x PER
= 𝐸𝑃𝑆2016 x 𝑃𝐸𝑅2016
= 12,68 x 7,28
= PHP 92,31
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode price
earning ratio perusahaan San Miguel Corporation memiliki tingkat
pertumbuhan dividen yang naik selama tahun 2011-2013. Pada
tahun 2011 tingkat pertumbuhan dividen sebesar 4,81% kemudian
naik menjadi 5,46% pada tahun 2012, tahun 2013 tingkat
pertumbuhan dividen naik kembali menjadi 8,15%. Pada tahun
2014 tingkat pertumbuhan dividen mengalami penurunan yaitu dari
8,15% menjadi 1,1%. pada tahun 2015 tingkat pertumbuhan
dividen kembali mengalami kenaikan dari 1,1% menjadi 1,38%.
Estimasi DPS tahun 2016 sebesar PHP 10,35. Tingkat
pengembalian investor yang diinginkan pada tahun 2016 sebesar
15,39%. Estimasi EPS tahun 2016 sebesar PHP 12,68. Estimasi
PER tahun 2016 sebesar 7,28x. Harga wajar saham perusahaan
178
diperkirakan PHP 92,31 sehingga harga pasar pada penutupan akhir
tahun 2016 mengalami undervalued.
3) Multi Bintang Tbk
a) Menghitung tingkat pertumbuhan dividen
Berdasarkan tabel 4.11 tentang data rasio keuangan
perusahaan pada halaman 105, selanjutnya digunakan untuk
menghitung tingkat pertumbuhan dividen.
Tabel 4.51 Tingkat Pertumbuhan Dividen yang Diharapkan (g)
No Tahun DPR Retention
Rate
(1-DPR)
ROE g=RR*ROE
1. 2011 0,8807 0,1193 0,9571 11,41%
2. 2012 1,4364 - 0,4364 1,3745 - 59,98%
3. 2013 0,4316 0,5684 1,1860 67,41%
4. 2014 1,5347 - 0,5347 1,4353 - 76,74%
5. 2015 0,5835 0,4165 0,6483 27%
Rata – rata g -6,18%
Sumber: Data diolah, 2017
b) Menghitung estimasi dividend per share tahun 2016
𝐷1 = 𝐷0 (1+g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 𝐷𝑃𝑆2015 (1+ g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 137,62 (1+ (-0.0618))
𝐷𝑃𝑆2016 = Rp. 129,11
c) Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
k = 𝐷1
𝑃𝑜 + g
k = 129,11
11750 + (-0,0618)
k = - 0,0508 atau – 5,08%
179
d) Menghitung estimasi earning per share tahun 2016
𝐸1= 𝐸0 (1 + g)
𝐸𝑃𝑆2016= 𝐸𝑃𝑆2015 ( 1 + g )
𝐸𝑃𝑆2016= 235,83 ( 1 + (-0,0618))
𝐸𝑃𝑆2016= Rp. 221,25
e) Menghitung estimasi price earning ratio
PER =
𝐷1𝐸1
⁄
𝑘 −𝑔
𝑃𝐸𝑅2016 =
129,11221,25⁄
−0.0508−(−0,0618)
𝑃𝐸𝑅2016 = 0,5835
0,011
𝑃𝐸𝑅2016 = 53,04 x
f) Menghitung harga wajar saham
Harga wajar saham 2016 = 𝐸1 x PER
= 𝐸𝑃𝑆2016 x 𝑃𝐸𝑅2016
= 221,25 x 53,04
= Rp. 11.735,10
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode price
earning ratio perusahaan Multi Bintang Tbk memiliki tingkat
pertumbuhan dividen yang fluktuatif selama tahun 2011-2015.
Pada tahun 2011 tingkat pertumbuhan dividen sebesar 11,41%
kemudian turun menjadi -59,99% pada tahun 2012, tahun 2013
tingkat pertumbuhan dividen naik menjadi 67,41% dan pada tahun
180
2014 turun kembali menjadi -76,74%. pada tahun 2015 tingkat
pertumbuhan dividen mengalami kenaikan yaitu dari -76,74%
menjadi 27%. Estimasi DPS yang diharapkan pada tahun 2016
sebesar Rp 129,11. Tingkat pengembalian investor yang diinginkan
pada tahun 2016 sebesar – 5,08%. Estimasi EPS tahun 2016
sebesar Rp 221,25. Estimasi PER tahun 2016 sebesar 53,04 x.
Harga wajar saham perusahaan diperkirakan Rp. 11.735,10
sehingga harga pasar pada penutupan akhir tahun 2016 mengalami
overvalued.
4) Heineken Holding N.V.
a) Menghitung tingkat pertumbuhan dividen
Berdasarkan tabel 4.12 tentang data rasio keuangan
perusahaan pada halaman 109, selanjutnya digunakan untuk
menghitung tingkat pertumbuhan dividen.
Tabel 4.52 Tingkat Pertumbuhan Dividen yang Diharapkan (g)
No Tahun DPR Retention
Rate
(1-DPR)
ROE g=RR*ROE
1. 2011 0,3715 0,6285 0,1545 9,71%
2. 2012 0,1958 0,8042 0,24 19,30%
3. 2013 0,4472 0,5528 0,1284 7,09%
4. 2014 0,42398 0,57602 0,1269 7,30%
5. 2015 0,42395 0,57605 0,1420 8,17%
Rata – rata g 10,31%
Sumber: Data diolah, 2017
b) Menghitung estimasi dividend per share tahun 2016
𝐷1 = 𝐷0 (1+g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 𝐷𝑃𝑆2015 (1+ g)
181
𝐷𝑃𝑆2016 = 3,15 (1+ 0,1031)
𝐷𝑃𝑆2016 = € 3,47
c) Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
k = 𝐷1
𝑃𝑜 + g
k = 3,47
66,14 + 0,1031
k = 0,1555 atau 15,55%
d) Menghitung estimasi earning per share tahun 2016
𝐸1= 𝐸0 (1 + g)
𝐸𝑃𝑆2016= 𝐸𝑃𝑆2015 ( 1 + g )
𝐸𝑃𝑆2016= 7,43 ( 1 + 0,1031)
𝐸𝑃𝑆2016= € 8,19
e) Menghitung estimasi price earning ratio
PER =
𝐷1𝐸1
⁄
𝑘 −𝑔
𝑃𝐸𝑅2016 =
3,478,19⁄
0,1555−0,1031
𝑃𝐸𝑅2016 = 0,4236
0,0524
𝑃𝐸𝑅2016 = 8,08 x
f) Menghitung harga wajar saham
Harga wajar saham 2016 = 𝐸1 x PER
= 𝐸𝑃𝑆2016 x 𝑃𝐸𝑅2016
= 8,19 x 8,08
182
= € 66,17
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode price
earning ratio perusahaan Heineken Holding N.V. memiliki tingkat
pertumbuhan dividen yang naik selama tahun 2011-2012. Pada
tahun 2011 tingkat pertumbuhan dividen sebesar 9,71% kemudian
naik menjadi 19,30% pada tahun 2012. Pada tahun 2013 tingkat
pertumbuhan dividen turun menjadi 7,09% Pada tahun 2014-2015
tingkat pertumbuhan dividen naik menjadi 7,30% dan pada tahun
2015 tingkat pertumbuhan dividen naik kembali menjadi 8,17%.
Estimasi DPS yang diharapkan pada tahun 2016 sebesar € 3,47.
Tingkat pengembalian investor yang diinginkan pada tahun 2016
sebesar 15,55%. Estimasi EPS yang diharapkan pada tahun 2016
sebesar € 8,19. Estimasi PER tahun 2016 sebesar 8,08 x. Harga
wajar saham perusahaan diperkirakan € 66,17 sehingga harga pasar
pada penutupan akhir tahun 2016 mengalami undervalued.
5) Unilever Indonesia Tbk
a) Menghitung tingkat pertumbuhan dividen
Berdasarkan tabel 4.13 data tentang rasio keuangan
perusahaan pada halaman 112, selanjutnya digunakan untuk
menghitung tingkat pertumbuhan dividen.
Tabel 4.53 Tingkat Pertumbuhan Dividen yang Diharapkan (g)
No Tahun DPR Retention
Rate
(1-DPR)
ROE g=RR*ROE
1. 2011 1,0853 - 0,0853 1,1313 -9,64%
183
Lanjutan Tabel 4.53
No Tahun DPR Retention
Rate
(1-DPR)
ROE g=RR*ROE
2. 2012 0,9377 0,0623 1,2194 7,59%
3. 2013 0,9450 0,055 1,2580 6,91%
4. 2014 0,8933 0,1067 1,2478 13,31%
5. 2015 0,9556 0,0444 1,2122 5,38%
Rata – rata g 4,71%
Sumber: Data diolah, 2017
b) Menghitung estimasi dividend per share tahun 2016
𝐷1 = 𝐷0 (1+g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 𝐷𝑃𝑆2015 (1+ g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 732,93 (1+ 0,0471)
𝐷𝑃𝑆2016 = Rp. 767,45
c) Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
k = 𝐷1
𝑃𝑜 + g
k = 767,45
38800 + 0,0471
k = 0,0668 atau 6,68%
d) Menghitung estimasi earning per share tahun 2016
𝐸1= 𝐸0 (1 + g)
𝐸𝑃𝑆2016= 𝐸𝑃𝑆2015 ( 1 + g )
𝐸𝑃𝑆2016= 766,94 (1 + 0,0471)
𝐸𝑃𝑆2016= Rp. 803,06
e) Menghitung estimasi price earning ratio
PER =
𝐷1𝐸1
⁄
𝑘 −𝑔
184
𝑃𝐸𝑅2016 =
767,45803,06⁄
0,0668−0,0471
𝑃𝐸𝑅2016 = 0,9556
0,0197
𝑃𝐸𝑅2016 = 48,50 x
f) Menghitung harga wajar saham
Harga wajar saham 2016 = 𝐸1 x PER
= 𝐸𝑃𝑆2016 x 𝑃𝐸𝑅2016
= 803,06 x 48,50
= Rp. 38.948,41
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode price
earning ratio perusahaan Unilever Indonesia Tbk memiliki tingkat
pertumbuhan dividen yang fluktuatif selama tahun 2011-2015.
Pada tahun 2011 tingkat pertumbuhan dividen sebesar -9,64%
kemudian naik menjadi 7,59% pada tahun 2012, tahun 2013 tingkat
pertumbuhan dividen turun kembali menjadi 6,91% dan pada
tahun 2014 naik kembali menjadi 13,31%. Pada tahun 2015 tingkat
pertumbuhan dividen mengalami penurunan yaitu dari 13,31%
menjadi 5,38%. Estimasi DPS yang diharapkan pada tahun 2016
sebesar Rp 767,45. Tingkat pengembalian investor yang diinginkan
pada tahun 2016 sebesar 6,68%. Estimasi EPS tahun 2016 sebesar
Rp 803,06. Estimasi PER tahun 2016 sebesar 48,50x. Harga wajar
saham perusahaan diperkirakan Rp. 38.948,41 sehingga harga pasar
pada penutupan akhir tahun 2016 mengalami undervalued.
185
6) Unilever N.V.
a) Menghitung tingkat pertumbuhan dividen
Berdasarkan tabel 4.14 tentang data rasio keuangan
perusahaan pada halaman 115, selanjutnya digunakan untuk
menghitung tingkat pertumbuhan dividen.
Tabel 4.54 Tingkat Pertumbuhan Dividen yang Diharapkan (g)
No Tahun DPR Retention
Rate
(1-DPR)
ROE g=RR*ROE
1. 2011 0,5517 0,4483 0,3009 13,48%
2. 2012 0,5567 0,4433 0,3032 13,44%
3. 2013 0,5686 0,4314 0,3552 15,32%
4. 2014 0,5763 0,4237 0,3866 16,72%
5. 2015 0,6339 0,3661 0,3270 11,97%
Rata – rata g 14,18%
Sumber: Data diolah, 2017
b) Menghitung estimasi dividend per share tahun 2016
𝐷1 = 𝐷0 (1+g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 𝐷𝑃𝑆2015 (1+ g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 1,94 (1+ 0,1418)
𝐷𝑃𝑆2016 = € 2,21
c) Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
k = 𝐷1
𝑃𝑜 + g
k = 2,21
39,12 + 0,1418
k = 0,1982 atau 19,82%
d) Menghitung estimasi earning per share tahun 2016
𝐸1= 𝐸0 (1 + g)
186
𝐸𝑃𝑆2016= 𝐸𝑃𝑆2015 ( 1 + g )
𝐸𝑃𝑆2016= 3,06 ( 1 + 0,1418)
𝐸𝑃𝑆2016= € 3,49
e) Menghitung estimasi price earning ratio
PER =
𝐷1𝐸1
⁄
𝑘 −𝑔
𝑃𝐸𝑅2016 =
2,213.49⁄
0,1982 −0,1418
𝑃𝐸𝑅2016 = 0,6332
0,0564
𝑃𝐸𝑅2016 = 11,22 x
f) Menghitung harga wajar saham
Harga wajar saham 2016 = 𝐸1 x PER
= 𝐸𝑃𝑆2016 x 𝑃𝐸𝑅2016
= 3,49 x 11,22
= € 39,15
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode price
earning ratio perusahaan Unilever N.V. memiliki tingkat
pertumbuhan dividen yang fluktuatif selama tahun 2011-2015.
Pada tahun 2011 tingkat pertumbuhan dividen sebesar 13,48%
kemudian turun menjadi 13,44% pada tahun 2012, tahun 2013
tingkat pertumbuhan dividen naik menjadi 15,32% dan pada tahun
2014 naik kembali menjadi 16,72%. Pada tahun 2015 tingkat
pertumbuhan dividen mengalami penurunan yaitu dari 16,72%
187
menjadi 11,97%. Estimasi DPS yang diharapkan pada tahun 2016
sebesar € 2,21. Tingkat pengembalian investor yang diinginkan
pada tahun 2016 sebesar 19,82%. Estimasi EPS tahun 2016 sebesar
€ 3,49. Estimasi PER tahun 2016 sebesar 11,22x. Harga wajar
saham perusahaan diperkirakan € 39,15 sehingga harga pasar pada
penutupan akhir tahun 2016 mengalami undervalued.
7) Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
a) Menghitung tingkat pertumbuhan dividen
Berdasarkan tabel 4.15 tentang data rasio keuangan
perusahaan pada halaman 118, selanjutnya digunakan untuk
menghitung tingkat pertumbuhan dividen.
Tabel 4.55 Tingkat Pertumbuhan Dividen yang Diharapkan (g)
No Tahun DPR Retention
Rate
(1-DPR)
ROE g=RR*ROE
1. 2011 0,2687 0,7313 0,2293 16,76%
2. 2012 0,2263 0,7737 0,2452 18,97%
3. 2013 0,3308 0,6692 0,2202 14,73%
4. 2014 0,6256 0,3744 0,2153 8,06%
5. 2015 1,1403 -0,1403 0,1825 -2,56%
Rata – rata g 11,19%
Sumber: Data diolah, 2017
b) Menghitung estimasi dividend per share tahun 2016
𝐷1 = 𝐷0 (1+g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 𝐷𝑃𝑆2015 (1+ g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 1349,55 (1+0,1119)
𝐷𝑃𝑆2016 = Rp. 1.500,56
188
c) Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
k = 𝐷1
𝑃𝑜 + g
k = 1500,56
15.400 + 0,1119
k = 0,2093 atau 20,93%
d) Menghitung estimasi earning per share tahun 2016
𝐸1= 𝐸0 (1 + g)
𝐸𝑃𝑆2016= 𝐸𝑃𝑆2015 ( 1 + g )
𝐸𝑃𝑆2016= 1.183,47 ( 1 + 0.1119)
𝐸𝑃𝑆2016= Rp. 1.315,90
e) Menghitung estimasi price earning ratio
PER =
𝐷1𝐸1
⁄
𝑘 −𝑔
𝑃𝐸𝑅2016 =
1.500,561.315,90⁄
0,2093−0,1119
𝑃𝐸𝑅2016 = 1,1403
0.0974
𝑃𝐸𝑅2016 = 11,70x
f) Menghitung harga wajar saham
Harga wajar saham 2016 = 𝐸1 x PER
= 𝐸𝑃𝑆2016 x 𝑃𝐸𝑅2016
= 1.315,90 x 11,70
= Rp. 15.396,03
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode price
earning ratio perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
189
memiliki tingkat pertumbuhan dividen yang naik selama tahun
2011-2012 dan turun selama tahun 2013-3015. Pada tahun 2011
tingkat pertumbuhan dividen sebesar 16,76% kemudian naik
menjadi 18,97% pada tahun 2012. Pada tahun 2013 tingkat
pertumbuhan dividen turun menjadi 14,73%, pada tahun 2014 turun
kembali menjadi 8,06% dan pada tahun 2015 tingkat pertumbuhan
dividen mengalami penurunan yaitu dari 8,06% menjadi -2,56%.
Estimasi DPS yang diharapkan pada tahun 2016 sebesar Rp
1500,56. Tingkat pengembalian investor yang diinginkan pada
tahun 2016 sebesar 20,93%. Estimasi EPS tahun 2016 sebesar Rp
1315,90. Estimasi PER tahun 2016 sebesar 11,70x. Harga wajar
saham perusahaan diperkirakan Rp. 15.396,03 sehingga harga pasar
pada penutupan akhir tahun 2016 mengalami overvalued.
8) HeidelbergCement AG
a) Menghitung tingkat pertumbuhan dividen
Berdasarkan tabel 4.16 tentang data rasio keuangan
perusahaan pada halaman 121, selanjutnya digunakan untuk
menghitung tingkat pertumbuhan dividen.
Tabel 4.56 Tingkat Pertumbuhan Dividen yang Diharapkan (g)
No Tahun DPR Retention
Rate
(1-DPR)
ROE g=RR*ROE
1. 2011 0,1971 0,8029 0,0393 3,15%
2. 2012 0,2526 0,7474 0,0385 2,87%
3. 2013 0,1911 0,8089 0,0745 6,02%
4. 2014 0,4054 0,5946 0,0482 2,86%
5. 2015 0,3747 0,6253 0,0615 3,84%
190
Lanjutan Tabel 4.56
Rata – rata g 3,74%
Sumber: Data diolah, 2017
b) Menghitung estimasi dividend per share tahun 2016
𝐷1 = 𝐷0 (1+g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 𝐷𝑃𝑆2015 (1+ g)
𝐷𝑃𝑆2016 = 1,96 (1+ 0,0374)
𝐷𝑃𝑆2016 = € 2,03
c) Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
k = 𝐷1
𝑃𝑜 + g
k = 2,03
88,80 + 0.0374
k = 0,0602 atau 6.02%
d) Menghitung estimasi earning per share tahun 2016
𝐸1= 𝐸0 (1 + g)
𝐸𝑃𝑆2016= 𝐸𝑃𝑆2015 ( 1 + g )
𝐸𝑃𝑆2016= 5,23 ( 1 + 0,0374)
𝐸𝑃𝑆2016= € 5,42
e) Menghitung estimasi price earning ratio
PER =
𝐷1𝐸1
⁄
𝑘 −𝑔
𝑃𝐸𝑅2016 =
2,035,42⁄
0,0602 −0,0374
𝑃𝐸𝑅2016 = 0,3745
0,0228
191
𝑃𝐸𝑅2016 = 16,42x
f) Menghitung harga wajar saham
Haerga wajar saham 2016 = 𝐸1 x PER
= 𝐸𝑃𝑆2016 x 𝑃𝐸𝑅2016
= 5,42 x 16,42
= € 88,88
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode price
earning ratio perusahaan HeidelbergCement AG memiliki tingkat
pertumbuhan dividen yang fluktuatif selama tahun 2011-2015.
Pada tahun 2011 tingkat pertumbuhan dividen sebesar 3,15%
kemudian turun menjadi 2,87% pada tahun 2012, tahun 2013
tingkat pertumbuhan dividen naik menjadi 6,02% dan pada tahun
2014 turun menjadi 2,86%. Pada tahun 2015 tingkat pertumbuhan
dividen mengalami penurunan kembali yaitu dari 2,86% menjadi
3,84%. Estimasi DPS yang diharapkan pada tahun 2016 sebesar €
2,03. Tingkat pengembalian investor yang diinginkan pada tahun
2016 sebesar 6.02%. Estimasi EPS tahun 2016 sebesar € 5,42.
Estimasi PER tahun 2016 sebesar 16,42x. Harga wajar saham
perusahaan diperkirakan € 88,88 sehingga harga pasar pada
penutupan akhir tahun 2016 mengalami undervalued.
192
c. Hasil Penilaian Harga Saham
Setelah nilai intrinsik saham diperhitungkan dengan pendekatan
discounted cash flow dan price earning ratio maka dapat diambil
kesimpulan sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 4.57 Hasil Penilaian Harga Saham Dengan Metode DCF
No Nama Perusahaan Nilai Intrinsik
Saham 2016
Harga
Penutupan
Saham 2016
Kategori
1. Delta Djakarta
Tbk
Rp. 7.017,79 Rp. 5.000,00 Undervalued
2. San Miguel Corp PHP 246,53 PHP 92,30 Undervalued
3. Multi Bintang Tbk Rp. 13.512,18 Rp.11.750,00 Undervalued
4. Heineken Holding
N.V.
€ 95,11 € 66,14 Undervalued
5. Unilever
Indonesia Tbk
Rp. 5.884,97 Rp.38.800,00 Overvalued
6. Unilever N.V.
€ 48,38 € 39,12 Undervalued
7. Indocement
Tunggal Prakarsa
Tbk
Rp. 11.497,37 Rp.15.400,00 Overvalued
8. HeidelbergCement
AG
€ 195,39 € 88,80 Undervalued
Sumber: Data diolah, 2017
Hasil yang ditunjukkan oleh tabel diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa Perusahaan Delta Djakarta Tbk, San Miguel Corporation, Multi
Bintang Tbk, Heineken Holding N.V., Unilever N.V. dan
HeidelbergCement AG dengan harga penutupan perdagangan saham
pada tanggal 30 Desember 2016, perusahaan tersebut mengalami
undervalued dengan metode DCF. Pengambilan keputusan investasi
adalah melakukan pembelian terhadap perusahaan tersebut. Perusahaan
Unilever Indonesia Tbk dan Indocement Tunggal Prakasa Tbk dengan
193
harga penutupan perdagangan saham pada tanggal 30 Desember 2016,
perusahaan tersebut mengalami overvalued dengan metode DCF.
Pengambilan keputusan investasi adalah melakukan penjualan terhadap
perusahaan tersebut. Anak dan induk perusahaan yang memiliki kategori
nilai intrinsik yang sama yaitu undervalued adalah Delta Djakarta Tbk
dan San Miguel Corporation, Multi Bintang Tbk dan Heineken Holding
N.V.
Tabel 4.58 Hasil Penilaian Harga Saham Dengan Metode PER
No Nama Perusahaan Nilai
Intrinsik
Saham 2016
Harga
Penutupan
Saham 2016
Kategori
1. Delta DjakartaTbk Rp. 5006,00 Rp.5.000,00 Undervalued
2. San Miguel Corp PHP 92,31 PHP 92,30 Undervalued
3. Multi Bintang Tbk Rp.11.735,10 Rp.11.750,00 Overvalued
4. Heineken Holding
N.V.
€ 66,17 € 66,14 Undervalued
5. Unilever
Indonesia Tbk
Rp.38.948,41 Rp.38.800,00 Undervalued
6. Unilever N.V. € 39,15 € 39,12 Undervalued
7. Indocement
Tunggal Prakarsa
Tbk
Rp.15.396,03 Rp.15.400,00 Overvalued
8. HeidelbergCement
AG
€ 88,88 € 88,80 Undervalued
Sumber: Data diolah, 2017
Dari hasil yang ditunjukkan oleh tabel di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa Perusahaan Delta Djakarta Tbk, San Miguel
Corporation, Heineken Holding N.V., Unilever Indonesia Tbk, Unilever
N.V. dan HeidelbergCement AG dengan harga penutupan saham pada
tanggal 30 Desember 2016, perusahaan tersebut mengalami undervalued
dengan metode PER. Pengambilan keputusan investasi adalah melakukan
194
pembelian terhadap perusahaan tersebut. Perusahaan Multi Bintang Tbk
dan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dengan harga penutupan saham
pada tanggal 30 Desember 2016, perusahaan tersebut mengalami
overvalued dengan metode PER. Pengambilan keputusan investasi adalah
melakukan penjualan terhadap perusahaan tersebut. Anak dan induk
perusahaan yang memiliki kategori nilai intrinsik yang sama yaitu
undervalued adalah Delta Djakarta Tbk dan San Miguel Corporation,
Unilever Indonesia Tbk dan Unilever N.V.
d. Pembahasan
Hasil dari perhitungan dengan metode DCF dan PER saja tidak
cukup dalam membuat sebuah keputusan investasi, Investor juga perlu
melihat perkembangan variabel fundamental yang digunakan yaitu
ROE,EPS,DPS dan DPR dari masing-masing perusahaan. Jika kondisi
variabel fundamental tersebut menunjukkan kinerja yang baik, maka hal
tersebut mencerminkan perusahaan dalam kondisi baik dan dapat
memberikan efek positif yang membuat investor lebih tertarik untuk
membeli saham dari sebuah perusahaan. Berikut ini penjelasan mengenai
kondisi variabel fundamental dari 8 perusahaan sampel:
1. Berdasarkan perhitungan ROE yang dilakukan, perkembangan
rasio dari seluruh perusahaan terlihat fluktuatif. Rasio ROE
merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian yang
dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh
pemilik saham. Rasio ini menunjukkan keuntungan yang akan
195
diterima oleh pemegang saham. Adanya perkembangan dari
ROE menunjukkan prospek perusahaan semakin baik karena
adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Perkembangan rasio ROE perusahaan sampel yang
terlihat fluktuatif namun cenderung naik adalah perusahaan
Unilever Indonesia Tbk, Unilever N.V. dan HeidelbergCement
AG. Pada perusahaan Unilever Indonesia Tbk rasio ROE
mengalami kenaikan pada tahun 2011-2013, dan mengalami
sedikit penurunan pada tahun 2014 dan 2015 tetapi secara
keseluruhan rasio perusahaan ini sudah cukup tinggi. Pada
perusahaan Unilever N.V. rasio ROE mengalami kenaikan pada
tahun 2011-2014, dan mengalami sedikit penurunan pada tahun
2015. Sementara itu untuk perusahaan HeidelbergCement AG
mengalami fluktuasi yang cenderung naik selama tahun 2011-
2015.
2. Berdasarkan perhitungan EPS yang dilakukan, perkembangan
rasio dari keseluruhan perusahaan terlihat fluktuatif kecuali
perusahaan Unilever Indonesia Tbk yang rasio EPS mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Rasio ini menunjukkan jumlah
keuntungan yang akan diperoleh dari setiap lembar saham
biasa. Semakin tinggi rasio ini maka semakin banyak investor
yang tertarik untuk berinvestasi pada saham tersebut.
Perkembangan rasio EPS yang selalu mengalami kenaikan
196
adalah perusahaan Unilever Indonesia Tbk. Perkembangan rasio
EPS perusahaan yang fluktuatif namun cenderung mengalami
kenaikan adalah perusahaan Unilever N.V. dan
HeidelbergCement AG. Pada perusahaan Unilever N.V. rasio
EPS mengalami kenaikan setiap tahunnya kecuali pada tahun
2015 mengalami sedikit penurunan. Pada perusahaan
HeidelbergCement AG rasio EPS mengalami fluktuatif namun
cenderung naik terutama pada tahun 2015 yang merupakan nilai
rasio EPS tertingginya selama 5 tahun terakhir.
3. Berdasarkan perhitungan DPS yang dilakukan, terdapat 4
perusahaan yang rasio DPS selalu mengalami peningkatan setiap
tahun yaitu Heineken Holding N.V., Unilever Indonesia Tbk,
Unilever N.V., Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan
HeidelbergCement AG. Rasio DPS ini menunjukkan berapa
besar jumlah pendapatan per lembar saham yang akan dibagikan
kepada para pemegang saham.
4. Berdasarkan perhitungan DPR yang dilakukan, perkembangan
rasio DPR dari keseluruhan perusahaan terlihat fluktuatif kecuai
pada perusahaan Unilever N.V. yang nilai rasio DPR terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Rasio DPR ini
menunjukkan seberapa besar presentase laba yang dibayarkan
kepada pemegang saham biasa berupa dividen kas. Semakin
tinggi nilai rasio DPR maka semakin banyak pula presentase
197
laba yang dibagikan oleh perusahaan. Meningkatnya nilai rasio
DPR ini membuat saham perusahaan semakin diminati oleh
investor yang hanya mengharapkan fix income dari dividen
yang dibagikan.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan DCF maka peneliti
memberikan saran untuk melakukan pembelian pada saham perusahaan
Delta Djakarta Tbk, San Miguel Corporation, Multi Bintang Tbk,
Heineken Holding N.V. Unilever N.V., dan HeidelbergCement AG yang
sedang dalam kondisi undervalued. Apabila hasil penentuan keputusan
investasi tidak hanya didapat dari hasil perhitungan DCF melainkan juga
menggunakan variabel fundamental maka dapat diambil keputusan
saham perusahaan yang dapat dibeli adalah perusahaan Unilever N.V.
dan HeidelbergCement AG. Keputusan ini diambil berdasarkan kondisi
variabel fundamental dari kedua perusahaan tersebut yang cenderung
mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan PER maka peneliti
memberikan saran untuk melakukan pembelian pada saham perusahaan
Delta Djakarta Tbk, San Miguel Corporation, Heineken Holding N.V.,
Unilever Indonesia Tbk, Unilever N.V. dan HeidelbergCement AG yang
sedang dalam kondisi undervalued. Apabila hasil penentuan keputusan
investasi tidak hanya didapat dari hasil perhitungan PER melainkan juga
menggunakan variabel fundamental maka dapat diambil keputusan
saham perusahaan yang dapat dibeli adalah perusahaan Unilever
198
Indonesia Tbk, Unilever N.V. dan HeidelbergCement AG. Keputusan ini
diambil berdasarkan kondisi variabel fundamental dari ketiga perusahaan
tersebut yang cenderung mengalami peningkatan.
199
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada bab
sebelumnya mengenai penelitian pada harga saham perusahaan multinasional
dan induk perusahaannya melalui analisis fundamental dengan metode
Discounted Cash Flow dan Price Earning Ratio, maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan perhitungan penilaian harga wajar saham dengan menggunakan
metode Discounted Cash Flow maka dapat diketahui bahwa saham
Perusahaan Delta Djakarta Tbk, San Miguel Corporation, Multi Bintang
Tbk, Heineken Holding N.V., Unilever N.V. dan HeidelbergCement AG
berada dalam kondisi undervalued. Pengambilan keputusan investasi yang
tepat bagi calon investor adalah melakukan pembelian terhadap 6
perusahaan tersebut. Perusahaan Unilever Indonesia Tbk dan Indocement
Tunggal Prakasa Tbk berada dalam kondisi overvalued. Pengambilan
keputusan investasi yang tepat bagi calon investor adalah melakukan
penjualan terhadap 2 perusahaan tersebut. Dari 8 perusahaan multinasional
berupa anak dan induk perusahaannya, terdapat perusahaan Delta Djakarta
Tbk dan San Miguel Corporation, Multi Bintang Tbk dan Heineken Holding
N.V. yang memiliki kategori nilai intrinsik saham yang sama yaitu
undervalued. Jika melihat dari perkembangan variabel fundamentalnya juga
200
seperti ROE,EPS,DPS dan DPR, maka perusahaan yang sebaiknya dibeli
adalah perusahaan Unilever N.V. dan HeidelbergCement AG karena
perkembangan variabel fundamental perusahaan cenderung mengalami
kenaikan.
2. Berdasarkan perhitungan penilaian harga wajar saham dengan menggunakan
metode Price Earning Ratio maka dapat diketahui bahwa saham Perusahaan
Delta Djakarta Tbk, San Miguel Corporation, Heineken Holding N.V.,
Unilever Indonesia Tbk, Unilever N.V. dan HeidelbergCement AG berada
dalam kondisi undervalued. Pengambilan keputusan investasi yang tepat
bagi calon investor adalah melakukan pembelian terhadap 6 perusahaan
tersebut. Perusahaan Multi Bintang Tbk dan Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk berada dalam kondisi overvalued. Pengambilan keputusan investasi
yang tepat bagi calon investor adalah melakukan penjualan terhadap 2
perusahaan tersebut. Dari 8 perusahaan multinasional berupa anak dan induk
perusahaannya, perusahaan Delta Djakarta Tbk dan San Miguel
Corporation, Unilever Indonesia Tbk dan Unilever N.V. yang memiliki
kategori nilai intrinsik saham yang sama yaitu undervalued. Jika melihat
dari perkembangan variabel fundamentalnya juga seperti ROE,EPS,DPS
dan DPR, maka perusahaan yang sebaiknya dibeli adalah perusahaan
Unilever Indonesia Tbk, Unilever N.V. dan HeidelbergCement AG karena
perkembangan variabel fundamental perusahaan cenderung mengalami
kenaikan.
201
B. Saran
1. Penggunaan metode Discounted Cash Flow dan Price Earning Ratio dapat
saling melengkapi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh
investor. Selain itu, investor sebaiknya menggabungkan juga hasil analisis
fundamental yang sudah ada tadi dengan hasil analisis teknikal sehingga
harapannya return yang didapatkan dari sebuah saham akan dapat lebih
maksimal daripada hanya berfokus pada penilaian harga wajar saham saja.
2. Nilai intrinsik saham yang didapatkan berdasarkan hasil analisis
fundamental dengan menggunakan DCF dan PER merupakan hasil dari
estimasi yang tentunya dapat menghasilkan suatu ketidakpastian, oleh
karena itu sebaiknya para investor diharapkan dapat lebih berhati-hati dalam
mengambil sebuah keputusan investasi.
3. Dalam menentukan keputusan investasi lebih lanjut, perlu dilakukan analisis
yang lebih mendalam dengan mempertimbangkan kondisi internal dan
eksternal dari perusahaan sehingga dapat memberikan hasil analisis yang
lebih baik.
201
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alwi, Iskandar Z. 2003. Pasar Modal, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Yayasan Pancur
Siwah
Anoraga,Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Edisi Kesebelas. Jakarta:Salemba Empat
Dorsey, Pat. 2004. The Five Rules for Successful Stock Investing. New Jersey: John
Wiley & Sons,Inc.
Filbert, Ryan dan William Prasetya. 2017.Investasi Saham Ala Fundamentalis
Dunia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Filbert, Ryan. 2014. Investasi Ala Swing Trader Dunia. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Hadi, Nor. 2013. Pasar Modal: Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen
Keuangan Pasar Modal. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Perkasa
Harahap, M. Yahya. 2011. Hukum Perseroan Terbatas. Edisi ketiga. Jakarta:
Penerbit Sinar Grafika
Hartono, Jogiyanto. 2014. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedelapan.
Yogyakarta:BPFE
202
Husnan,Suad. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Ketiga: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN
Lubis, Tona Aurora. 2009. Manajemen Investasi. Malang: Program Pasca Sarjana
Universitas Brawijaya
May,Ellen. 2013. Smart Trader Rich Investor The Baby Steps. Jakarta:PT Gramedia
Pustaka Utama
Noren, Hans. 2006. How to Invest Like The World’s Greatest Investors. Swedia:
NMG Publishing
Rastuti, Tuti. 2015. Seluk Beluk Perusahaan dan Hukum Perusahaan. Bandung: PT
Refika Aditama
Sartono, R. Agus. 2012. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta
Sujarweni,W..V. 2015. Metode Penelirian Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru
Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
Sulistiowati. 2013. Tanggung Jawab Hukum Pada Perusahaan Grup di Indonesia.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ketiga. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN
203
Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan(Konsep Aplikasi
Dalam Perencanaan Pengawasan dan Pengambilan Keputusan). Jakarta:
PT. Raja Grafindo Perkasa
Tambunan, Andy Porman. 2007. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation).
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi
Kedua. Yogyakarta: Kanisius.
Widoatmodjo, Sawidji. 2012. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT
Elex Komputindo.
Wijaya, Tony. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Wira, Desmond. 2014. Analisis Fundamental Saham. Edisi Kedua. Jakarta: Exceed
Internet
Laporan keuangan tahunan subsidiary perusahaan yang listing di BEI tahun 2011-
2016. Diakses pada tanggal 2 Mei 2017. http://www.idx.co.id
Laporan keuangan tahunan seluruh induk perusahaan tahun 2011-2016. Diakses
pada tanggal 3 Mei 2017. http://www.osiris.bvdinfo.com
Pergerakan IHSG selama tahun 2011-2016. Diakses pada tanggal 1 Juli 2017.
https://www.investing.com
Data risk free rate dan risk premium Desember tahun 2016. Diakses pada tanggal 3
Mei 2017. http://market-risk-premia.com
204
Data risk free rate Filipina tahun 2016. diakses pada tanggal 3 Mei 2017.
http://tradingeconomics.com
Data risk premium Filipina 2016. diakses pada tanggal 3 Mei 2017.
http://pages.stern.nyu.edu
Investasi saham paling diminati di Indonesia. diakses pada 30 Mei 2017.
https://www.merdeka.com/uang/investasi-saham-paling-diminati-investor-
tanah-air.html
Jurnal
Anggraini, Elina Amalia. Analisis Fundamental Menggunakan Price Earning Ratio
(PER) untuk Menilai Kewajaran Harga Saham Sebagai Dasar Pengambilan
Keputusan Investasi (Studi Pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang
Listing di BEI periode 2012-2015). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol 38 (2).
63-70
Brilliand, Diestra Perdana Eryando. Analisis Fundamental dalam Penilaian Harga
Saham dengan Menggunakan Metode Dividend Discounted Model dan Price
Earning Ratio (Studi Pada Perusahaan Multinasional Sub Sektor Semen
Periode 2013-2015). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol 37 (2). 206-211
Chan. Ronald W, and Lui. Brian C. Discounted Cash Flow: a More Accurate Tool.
Better Investing (ProQuest) Vol 61 (4). 29
Chandra, Rudy. Analisis Pemilihan Saham Oleh Investor Asing di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. Vol 17 (2) 101-113
Chiang et al. Dynamic Herding Behavior in Pacific-Basin markets: Evidence and
Implications. Multinational Finance Journal. Vol 17 (3/4/). 165-200
205
Filip et al. The Herding Behaviour of Investors in CEE Stock Market. Procedia
Economics and Finance. Vol 32 307-315
Graham, R.C.Jr and Lefanowicz C.E. Parent and Subsidiary Earnings
Announcements and Parent and Subsidiary Valuation. Accounting and
Business Research. Vol 28 (1) 3-17
Markowitz, Harry. Portfolio Selection. The Journal of Finance. Vol. 7 (1). 77-91
Okuda, Shin’ya and Atsushi Shiiba. An Evaluation of the Relative Importance of
Parent-Only and Subsidiary Earnings in Japan: A Variance Decomposition
Approach. Journal of International Accounting Research. Vol 9 (1) 39-54
Panda, Shradhanjali. Valuation of Selected Indian Stock using Discounted Cash
Flow Techniques. Journal Proquest Knowledge Horizon – Economic. Vol 5
(4). 36-42
Truong, Cameron. Value Investing using Price Earning Ratio in New Zealand.
Business Review University of Auckland. Vol 11 (1). 1-7
Skripsi
Nugroho, Widhi Joko Prasetyo. (2012). Valuasi Harga Wajar Saham Menggunakan
Analisis Fundamental. Skripsi pada FEB Universitas Brawijaya Malang:
tidak diterbitkan.