penentuan koefisien fenol pembersih lantai...

60

Click here to load reader

Upload: lethu

Post on 03-Feb-2018

273 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

i

PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH

LANTAI YANG MENGANDUNG PINE OIL 2,5 %

TERHADAP BAKTERI Pseudomonas aeruginosa

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Eka Rahma

NIM: 1112103000084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437H/2015 M

Page 2: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana
Page 3: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana
Page 4: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana
Page 5: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulilahirabbil’alamin, puji serta syukur saya panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan

penelitian ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi

besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta umatnya.

Terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas oleh bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua

Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

serta seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter yang selalu

membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa

pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Yuliati, S.Si, M.Biomed selaku dosen pembimbing I, yang selalu

memberikan ilmu, arahan, saran, dan bimbingan kepada saya agar

penelitian ini berjalan dengan sebaik-baiknya.

3. Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed selaku dosen pembimbing II, yang

selalu memberikan ilmu, arahan, saran, dan bimbingan kepada saya

terutama dalam penulisan laporan penelitian ini.

4. dr. Lindawaty Valentina Legowo selaku kakak pembimbing, yang telah

memberikan ilmu, arahan, dan bimbingan kepada saya dalam penelitian

ini.

5. Ibu Silvia Fitrina nasution, M.Biomed dan dr. Dyah Ayu Woro

Setyaningrum, M.Biomed selaku dewan penguji, untuk ilmu, waktu dan

tenaga dalam memperbaik laporan penelitian ini.

Page 6: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

vi

6. dr. Flori Ratna Sari selaku penanggung jawab (PJ) modul riset PSPD

2012. Mba Novi Prsatyowati selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi

yang telah banyak membantu dan memberikan arahan selama penelitian

ini. Pak Bacok dan Bapak satpam lainnya (Bpk. Irul, dkk) yang telah

melancarkan peminjaman ruang laboratorium.

7. Kedua orang tua tercinta, Bpk. Nuryadin dan Ibu Rita Anri Yani yang

selalu memberikan cinta dan kasih sayang, memberikan do’a, nasihat,

serta semangat dalam hidup saya.

8. Ketiga adik kandung saya, Ida Lutfiah, Nurita Wulan Dari, dan Ahmad

Affandi serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan

semangat untuk menjadi teladan yang baik dan terus berjuang untuk

menggapai cita-cita.

9. Rendy Akbar, S.Pd.I yang selalu menemani sembari memberikan

semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.

10. Teman seperjuangan, Adichita Khaira, Mulia Sari, Linda Pratiwi

Sulaeman, dan Putri Aulia Hilfa Lubis atas kebersamaan, dukungan dan

kerja kerasnya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.

11. Para sahabat, baik sweet home, tulipers, SJD-SS dan As-Shaff 2012, GBF,

IKA PPQ Jakarta, dan PSPD 2012 yang selalu memberikan do’a,

semangat, serta bersedia mendengarkan keluh kesah selama penelitian dan

masa pendidikan pre-klinik.

12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam

penelitian ini agar dapat terus dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak,

karena saya menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Demikian

laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Ciputat, Oktober 2015

Penulis,

Eka Rahma

Page 7: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

vii

ABSTRAK

Eka Rahma. Program Studi Pendidikan Dokter. Penetuan Koefisien Fenol

Pembersih Lantai yang Mengandung Pine Oil 2,5 % terhadap Pseudomonas

aeruginosa. 2015.

Fenol digunakan sebagai standar pemanding untuk menentukan efektivitas suatu

desinfektan. Suatu desinfektan dianggap masih efektif membunuh bakteri apabila

memiliki nilai koefisien fenol lebih dari 1. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui nilai koefisien fenol pembersih lantai yang mengandung pine oil 2,5

% terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Metode yang digunakan adalah

deskriptif dengan uji koefisien fenol. Larutan desinfektan dan fenol (sebagai

pembanding) dibuat dengan pengenceran 1:40, 1:60, 1:80, 1:100, 1:100, 1:120,

1:140 dalam aquades steril. Pertumbuhan bakteri diamati dalam waktu kontak 5,

10, 15, 20, 15, dan 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien fenol

pembersih lantai yang mengandung pine oil 2,5 % terhadap bakteri Pseudomonas

aeruginosa adalah 1,08. Maka dapat disimpulkan bahwa pembersih lantai yang

mengandung pine oil 2,5 % masih efektif membunuh bakteri Pseudomonas

aeruginosa.

Kata kunci: desinfektan, koefisien fenol, pine oil, Pseudomonas aeruginosa.

ABSTRACT

Eka Rahma. Medical Education Program. Determination of Phenol

Coefficient Containing of 2,5 % Pine Oil as Floor Disinfectant against

Pseudomonas aeruginosa. 2015.

Phenol is used as a standard comparator to determine the effectiveness of a

disinfectant. A disinfectant is considered to be effective if the phenol coefficient

value is over 1. This study was conducted to determine the value of phenol

coefficient of floor cleaners containing pine oil 2.5% against Pseudomonas

aeruginosa. This study is using phenol coefficient test to measure it. The

disinfectant and phenol solution were prepared by diluting the sample in sterile

distilled water in ratio 1:40, 1:60, 1:80, 1:100, 1:120, 1:140. The growth of

bacteria was observed at the exposure time of 5, 10, 15, 20, 15, and 30 minutes.

The results showed that phenol coefficient of floor cleaners containing pine oil

2.5% against Pseudomonas aeruginosa is 1.08. It can be concluded that floor

cleaners containing pine oil 2.5% was effective to eradicate Pseudomonas

aeruginosa.

Keywords: disinfectant, phenol coefficient, pine oil, Pseudomonas aeruginosa.

Page 8: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL................................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................

ABSTRAK............................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

DAFTAR TABEL................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................

1.1 Latar belakang.......................................................................................

1.2 Rumusan masalah..................................................................................

1.3 Tujuan penelitian...................................................................................

1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................

1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................

1.4 Manfaat penelitian.................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................

2.1 Landasan Teori .....................................................................................

2.1.1 Koefisien Fenol............................................................................

2.1.2 Desinfeksi ...................................................................................

2.1.2.1 Definisi…........................................................................

2.1.2.2 Penggunaan desinfektan..................................................

2.1.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Desinfektan.....................................................................

2.1.2.4 Macam – Macam dan Mekanisme Kerja Desinfektan....

2.1.2.5 Metode Pengujian Desinfektan.......................................

2.1.3 Kandungan Pine Oil pada Pembersih lantai................................

2.1.4 Pseudomonas aeruginosa ............................................................

2.1.4.1 Morfologi dan Klasifikasi...............................................

2.1.4.2 Biakan dan Sifat Pertumbuhan........................................

2.1.4.3 Epidemiologi Infeksi Bakteri Pseudomonas

aeruginosa......................................................................

2.2 Kerangka Teori......................................................................................

2.3 Kerangka Konsep..................................................................................

2.4 Definisi Operasional..............................................................................

BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................

1.1 Desain Penelitian...................................................................................

I

ii

iii

iv

v

vii

viii

x

xi

xii

1

1

3

3

3

3

3

5

5

5

6

6

6

8

11

15

18

19

19

20

22

23

24

25

26

26

Page 9: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

ix

1.2 Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................

1.3 Sampel Penelitian..................................................................................

1.4 Identifikasi Variabel..............................................................................

1.5 Alat dan Bahan Penelitian.....................................................................

1.5.1 Alat Penelitian..............................................................................

1.5.2 Bahan Penelitian..........................................................................

1.6 Cara Kerja Penelitian.............................................................................

1.6.1 Tahap Persiapan...........................................................................

1.6.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan..................................................

1.6.1.2 Persiapan Media Perbenihan..............................................

1.6.1.3 Pembuatan Stok Bakteri.....................................................

1.6.1.4 Persiapan Sampel dan Standar Uji.....................................

1.6.1.5 Persiapan Bakteri Uji.........................................................

1.6.2 Tahap Pengujian...........................................................................

1.7 Alur Penelitian.......................................................................................

1.8 Manajemen data....................................................................................

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................

4.1 Hasil.......................................................................................................

4.2 Pembahasan...........................................................................................

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................

5.1 Simpulan.................................................................................................

5.2 Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

LAMPIRAN..........................................................................................................

26

26

26

27

27

27

27

27

27

27

28

28

28

29

31

32

33

33

34

38

38

38

39

43

Page 10: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Identifikasi kimia pine oil.................................................................

Tabel 2.1. Identifikasi fisik pine oil...................................................................

Tabel 4.1 Waktu bunuh rata-rata sampel X terhadap Pseudomonas

aeruginosa.........................................................................................

Tabel 4.2 Waktu bunuh rata-rata fenol terhadap Pseudomonas

aeruginosa.........................................................................................

18

18

33

34

Page 11: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme dan sasaran kerja desinfektan......................................

Gambar 2.2 Pewarnaan Gram Pseudomonas aeruginosa...................................

Gambar 2.3 Klasifikasi beberapa pseudomonas yang penting dalam

kedokteran......................................................................................

Gambar 2.4 Pigmen piosianin pada sebagian besar Pseudomonas aeruginosa

Gambar 2.5 Koloni Pseudomonas aeruginosa pada media agar........................

15

18

19

21

22

Page 12: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat dan bahan penelitian..............................................................

Lampiran 2 Hasil uji koefisien fenol sampel X terhadap bakteri

Pseudomonas aeruginosa...............................................................

Lampiran 3 Hasil uji koefisien fenol standar fenol terhadap bakteri

Pseudomonas aeruginosa...............................................................

Lampiran 4 Riwayat penulis.............................................................................

43

46

47

48

Page 13: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenol (C6H5OH) merupakan senyawa aromatik yang memiliki bau yang

khas. Fenol merupakan turunan dari benzen (C6H6) yang salah satu gugus

atomnya kehilangan atom H. Senyawa ini berasal dari bahan organik yang telah

membusuk atau bahan yang terdapat di alam. Fenol dapat digunakan sebagai

antiseptik/desinfektan, bahan baku pembuatan obat misalnya asam salisilat,

sebagai zat warna, dan lem kayu.1,2

Fenol dapat digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik karena memiliki

aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid namun senyawa ini tidak bersifat

sporisid. Fenol diformulasikan dalam bentuk solusi untuk meningkatkan daya

penetrasinya dan dapat ditemukan pada karbol, kresol, trikresol, dan

heksaklorofen. Senyawa golongan ini biasanya digunakan untuk desinfeksi di bak

mandi, permukaan lantai, serta dinding dan peralatan yang terbuat dari kayu.3,4,5

Diantara beberapa golongan desinfektan lainnya, yaitu aldehid, alkohol,

zat penghasil halogen, agen pengoksida, biguanid, dan amonium kuartener, fenol

dapat digunakan sebagai standar pembanding untuk menentukan efektivitas suatu

desinfektan. Penggunaan fenol sebagai pembanding ini dikarenakan fenol

merupakan zat desifektan tertua yang telah diketahui kekuatannya.4,6

Banyak mikroorganisme yang beredar di lingkungan kita, baik di dinding,

meja, kursi, pintu, lantai dan benda lainnya. Menurut Ajayi dan Ekozien tahun

2012, telah melakukan percobaan isolasi bakteri yang terdapat di dinding, lantai

dan gagang pintu kamar mandi pada empat losmen pria dan empat losmen wanita.

Hasil didapatkan bahwa bakteri paling banyak terdapat di dinding, lantai dan

pegangan pintu.7

Bakteri juga banyak terdapat di shower, bak kamar mandi dan

toilet.8

Selain di lingkungan tempat tinggal, bakteri juga banyak ditemukan di

lingkungan rumah sakit sehingga infeksi nosokomial atau infeksi yang terjadi di

rumah sakit sering terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Mustika (2012),

didapatkan banyak bakteri baik di dinding, lantai, maupun udara di ruang ICU

RSUD Dr. Moewardi Surakarta, yaitu Acinentobacter baumanii, Staphyolococcus

Page 14: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

2

sp, Bacillus sp, Moraxella lakunata, Klebsiella pneumoni,, Pseudomonas

aeruginosa, dan E. Coli.9

Diantara berbagai bakteri tersebut, Pseudomonas

aeruginosa merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan di rumah sakit Dr.

Moewardi yaitu sebesar 12 %.4

Banyaknya spesies bakteri yang beredar baik di rumah maupun dan di

rumah sakit memiliki kepekaan yang berbeda terhadap berbagai golongan

desinfektan yang beredar. Selain itu, desinfektan memiliki kemungkinan untuk

terkontaminasi oleh bakteri. Berdasarkan Guideline Desinfeksi dan Sterilisasi

pada Fasilitas Kesehatan oleh CDC (Center for Disease Control) tahun 2008,

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang paling sering diisolasi dari

desinfektan yang terkontaminasi.10

Kemungkinan terjadinya resistensi bakteri

terhadap desinfektan juga dapat terjadi baik di lingkungan rumah maupun rumah

sakit. Berbagai faktor tersebut menyebabkan perlu dilakukannya pemeriksaan

potensi desinfektan terhadap bahan pembersih lantai yang digunakan.9,11

Salah satu metode yang digunakan untuk menilai efektivitas suatu

desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana berbagai

pengenceran fenol dan produk desinfektan yang dijadikan sampel percobaan

dicampur dengan suatu volume tertentu biakan bakteri uji kemudian dinilai

adakah pertumbuhan bakteri melalui ada tidaknya kekeruhan yang terbentuk pada

media perbenihan, lalu dilakukan penghitungan nilai koefisien fenol. Metode ini

telah diaplikasikan dalam beberapa penelitian diantaranya oleh Sulistyaningsih

tahun 2010. Sulistyaningsih melakukan penelitian tentang kepekaan sediaan

antiseptik yang mengandung klorosilenol dan povidon iodin terhadap bakteri

Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas aeruginosa multiresisten dengan

menggunakan uji koefisien fenol. Hasilnya, kedua kandungan antiseptik yang

diuji masih mempunyai kepekaan terhadap kedua bakteri tersebut.4,6

Penelitian desinfektan dengan kandungan pine oil 2,5 % terhadap bakteri

Pseudomonas eruginosa juga telah dilakukan pada tahun 2012 oleh Lembah

Sulistyaningsih dkk, tetapi dengan menggunakan metode difusi agar modifikasi

dimana dilakukan pengukuran diameter daya hambat pertumbuhan bakteri oleh

kandungan desinfektan uji disekitar sumur yang telah diberi larutan desinfektan.

Page 15: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

3

Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa kandungan pine oil 2,5 % tidak

efektif dalam membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa.12

Berdasarkan perbedaan hasil penelitian diatas, maka peneliti ingin

mengetahui koefisien fenol kandungan pine oil 2,5 % dalam pembersih lantai

terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa untuk mengetahui efektivitas dari

kandungan desinfektan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah berapa nilai koefisien fenol pine oil 2,5 % yang

terkandung dalam pembersih lantai terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menetapkan nilai koefisien fenol pine oil 2,5 % yang

terkandung dalam pembersih lantai terhadap bakteri Pseudomonas

aeruginosa.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengenceran tertinggi pembersih lantai dengan

kandungan pine oil 2,5 % yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas

aeruginosa.

2. Untuk mengetahui waktu tercepat dengan pengenceran tertinggi

pembersih lantai dengan kandungan pine oil 2,5 % yang dapat

membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa.

3. Untuk mengetahui pengenceran pembersih lantai dengan kandungan

pine oil 2,5 % yang paling efisien dalam membunuh bakteri

Pseudomonas aeruginosa.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memperoleh manfaat yaitu;

1. Meningkatkan keilmuan dan keterampilan peneliti dalam metodologi

penelitian, terutama berkaitan dengan bidang mikrobiologi.

Page 16: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

4

2. Memajukan UIN Syarif Hidayatullah dan FKIK UIN Syarif Hidayatullah

dengan publikasi penelitian ini.

3. Memberikan informasi tentang nilai koefisien fenol dan efektivitas

kandungan pine oil 2,5 % pada pembersih lantai terhadap bakteri

Pseudomonas aeruginosa.

4. Menambah data dan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang efektivitas berbagai kandungan desinfektan selain pine oil 2,5 %

dalam menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa mapun

bakteri lainnya.

Page 17: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Koefisien Fenol

Koefisien Fenol adalah ukuran kemampuan suatu zat antimikrobial salah

satunya desinfektan dalam membunuh bakteri dibandingkan dengan fenol

sebagai standar. Tujuan dilakukannya penentuan koefisien fenol terhadap suatu

desinfektan adalah untuk mengevaluasi daya antimikrobanya dengan

memperkirakan keefektifannya berdasarkan lamanya waktu kontak dan

konsentrasi desinfektan terhadap mikroorganisme tertentu.3,13

Nilai koefisien fenol hasil perbandingan antara desinfektan uji dengan

fenol standar diartikan kedalam dua bagian, yaitu apabila nilai koefisien fenol

kurang atau sama dengan 1 maka hal tersebut menunjukkan bahwa efektivitas

desinfektan yang diuji sama atau lebih kecil dari fenol. Sedangkan jika nilai

koefisien fenol yang didapat hasilnya lebih dari 1 berarti bahwa desinfektan

yang diuji lebih efektif dalam membunuh bakteri uji dibanding fenol.4,14

Lindawati tahun 2012, melakukan uji efektivitas produk pembersih lantai

yang mengandung benzalkonium klorida 1,5 % dan pine oil 2,5 % terhadap

bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Diperoleh hasil bahwa

koefisien fenol benzalkonium klorida 1,5 % terhadap bakteri Staphyolococcus

aureus dan Escherichia coli adalah 1,33 dan 1,75. Selain itu, Koefisien fenol

pine oil 2,5 % terhadap bakteri Staphyolococcus aureus dan Escherichia coli

adalah 1,67 dan 2. Secara keseluruhan, koefisien fenol desinfektan yang

diperoleh melebihi nilai 1 yang artinya bahwa kedua desinfektan tersebut efektif

dalam membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

aeruginosa.15

Selanjutnya, Romauli tahun 2014 melakukan uji penentuan koefisien fenol

produk desinfektan yang dipasarkan di beberapa supermarket kota Medan.

Terdapat tujuh sampel desinfektan uji yang merupakan senyawa fenol dan

amonium quartener. Hasilnya, ketujuh desinfektan uji semuanya efektif

Page 18: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

6

membunuh bakteri uji berupa Salmonella typhi dengan nilai koefisien fenol 2,38;

2,00; 3,00; 3,38; 2,38; 2,63; dan 3,00.3

Selain terhadap desinfektan, koefisien fenol juga dinilai pada antiseptik

untuk menilai kepekaannya dalam membunuh bakteri. Pada tahun 2010,

Sulistyaningsih melakukan uji koefisien fenol povidon iodin dan klorosilenol

terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas aeruginosa

multiresisten. Hasilnya, diperoleh nilai koefisien fenol 1,06 dan 1,2 dari sampel

uji klorosilenol dan diperoleh nilai 25 dan 21 dari sampel povidon terhadap

kedua bakteri uji.4

2.1.2 Desinfektan

2.1.2.1 Definisi

Desinfeksi adalah tindakan membunuh organisme patogen (bentuk

vegetatif, tidak spora bakteri) dengan cara fisik atau kimia, dilakukan terhadap

benda mati. Hal ini berbeda dengan antiseptis yang merupakan tindakan

mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan menghambat

atau membunuh, yang dilakukan terhadap jaringan hidup. Jadi terdapat

perbedaan disini, bila bertujuan melakukan tindakan disinfeksi terhadap jaringan

hidup maka menggunakan antiseptik, sedangkan disinfeksi terhadap benda mati

menggunakan desinfektan. Desinfektan adalah zat (biasanya kimia) yang dipakai

untuk membunuh mikroorganisme didalam maupun di permukaan suatu benda

mati. Menurut Environtment Protection Agen (EPA), bahan desinfektan adalah

“pestisida antimikroba” dan merupakan substansi yang biasanya digunakan

untuk mengontrol, mencegah, dan menghancurkan mikroorganisme berbahaya

(seperti bakteri, virus, dan jamur) pada permukaan atau benda yang tidak

hidup.5,6,10

2.1.2.2 Penggunaan Desinfektan

Syarat desinfektan yang baik adalah mempunyai spektrum luas, tidak

korosif (bereaksi secara kimiawi) terhadap alat-alat metal, daya absorpsinya

rendah pada karet, zat-zat sintetis, dan bahan lainnnya, baunya tidak

merangsang, dan toksisitasnya rendah.7

Page 19: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

7

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada desinfeksi :

1. Rongga yang cukup diantara alat-alat yang didesinfeksi , sehingga seluruh

permukaan alat tersebut dapat berkontak dengan desinfektan.

2. Waktu (lamanya) desinfeksi harus tepat, alat-alat yang didesinfeksi jangan

diangkat sebelum waktunya.

3. Desinfektan yang dipakai sebaiknya bersifat germisid (membunuh).

4. Pengenceran desinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan, dan setiap

kali harus dibuat pengenceran baru. Desinfektan yang sudah menunjukkan

tanda-tanda pengeruhan atau pengendapan harus diganti dengan yang baru.

5. Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasaya bersifat

sangat mudah menguap sehingga ventilasi ruangan perlu diperhatikan.

6. Sebaiknya menggunakan hand lotion setelah berkontak dengan desinfektan.6

Agar suatu tindakan desinfeksi memperoleh hasil yang efektif, maka

seharusnya melewati serangkaian proses berikut :

1. Penilaian (Assesment)

Langkah awal desinfeksi efektif adalah melakukan penilaian masalah

secara menyeluruh. Hal ini meliputi agen penyebab, cara transmisinya,

kemudian pemilihan desinfektan yang tepat.

2. Pembersihan (Cleaning)

Tindakan selanjutnya adalah melakukan pembersihan. Tindakan ini

sudah dapat membersihkan sekitar 90% bakteri yang ada di permukaan. Langkah

pembersihan kering ini berupa menyikat, menyapu, dan menghilangkan semua

kotoran, debu, debris, bahan-bahan organik, dan benda-benda kecil lainnya dari

daerah yang akan dibersihkan.

Tujuan dari tindakan ini adalah menghilangkan sebanyak mungkin bahan

organik yang akan mempengaruhi kerja desinfektan terhadap mikroorganisme.

Pembersihan ini penting, karena banyak desinfektan yang akan menjadi inaktif

saat berinteraksi dengan bahan organik.

3. Mencuci/Sanitasi ( Washing/Sanitation)

Proses ini akan mengurangi mikroorganime ke tingkat yang lebih aman.

Jika dilakukan dengan benar, proses ini akan menghilagkan mikroorganisme

yang tersisa hingga 99 %. Tindakan mencuci ini dilakukan dengan merendam

Page 20: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

8

objek dengan air panas atau dengan deterjen dan agen pembersih lainnya

kemudian dicuci dengan cara digosok ataupun disemprot. Pencucian dilakukan

dari area yang tinggi ke rendah dan perhatikan daerah sudut lantai ataupun objek

saat mencuci, karena daerah ini dapat menjadi reservoir dari mikroorganisme.

Meskipun berbagai debris dapat bersih dari proses ini, namun biofilm

yang terbentuk pada permukaan bakteri setelah proses mencuci dapat

menyebabkan bakteri tersebut menjadi resisten terhadap desinfeksi. Oleh karena

itu, perlu dilakukan pembilasan terhadap deterjen ataupun sabun yang

digunakan untuk mengurangi dilusi potensi desinfektan pada saat diaplikasikan.

4. Desinfeksi (Desinfection)

Pemilihan desinfektan harus sesuai dengan mikroorganisme yang

dicurigai dan harus memperhatikan faktor lingkungan serta keselamatan. Ikuti

aturan pakai produk desinfektan yang tertera agar sesuai dengan konsentrasi

yang efektif. Selain itu, agar desinfektan efektif, maka permukaan lantai harus

basah. Waktu kontak desinfektan juga harus tepat, ini berbeda pada masing-

masing produk. Seperti diatas, untuk daerah yang merupakan reservoir dari

mikroorganime maka haruslah dibersihkan terlebih dahulu.

5. Evaluasi (Evaluation)

Untuk memastikan bahwa agen mikroorganisme telah dihancurkan, maka

perlu dilakukan evaluasi tingkat lanjut dari tindakan yang telah dilakukan. Selain

melalui inspeksi, perlu dilakukan pengambilan sampel secara bakteriologis

untuk mengetahui efektivitas dari pembersihan yang dilakukan beserta

protokolnya. Kegagalan desinfeksi yang dilakukan mungkin berhubungan

dengan pemilihan ataupun penggunaan desinfektan yang tidak efektif, atau

karena faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban.10

2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Desinfektan

Aktivitas desinfektan tergantung dari sejumlah faktor. Beberapa

diantaranya merupakan faktor internal organisme, beberapa lainnya merupakan

faktor lingkungan fisik ekternal dan kimia. Adapun faktor tersebut sebagai

berikut;

Page 21: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

9

1. Jumlah dan lokasi mikroorganisme

Selama kondisi lain tetap konstan, semakin besar jumlah mikroba maka

akan semakin lama waktu yang dibutuhkan desinfektan untuk membasminya.

Keadaan ini memperkuat alasan dibutuhkannya proses pembersihan (cleaning)

sebelum dilakukan desinfeksi.

Lokasi mikroorganisme juga harus mejadi faktor yang dipertimbangkan.

Permukaan yang berlekuk-lekuk akan menjadi sulit dibersihkan. Hanya

permukaan yang berkontak langsung dengan desinfektan yang akan

terdesinfeksi.

2. Resistensi bawaan mikroorganisme

Resistensi terhadap proses desinfeksi dan sterilisasi sangat bervariasi.

Misalnya, spora yang tahan terhadap desinfektan karena adanya mantel spora

yang berperan sebagai barier, bakteri memiliki dinding sel yang mencegah

masuknya desinfektan, dan bakteri Gram negatif memiliki membran

ektraseluler yang berperan sebagai barier penyerapan desinfektan. Dibutuhkan

waktu pemaparan dan konsentrasi yang lebih untuk membasmi

mikroorganisme yang resisten ini agar hancur sempurna.

Selain prion, spora bakteri memiliki resistensi tertinggi terhadap

desinfektan, diikuti oleh kokidia (kriptosporidium), mycobacterium, virus kecil

dan tidak berlipid (poliovirus, coxsackievirus), jamur (aspergillus, candida),

bakteri vegetatif (staphylococcus dan pseudomonas), dan virus berukuran

medium dan berlipid (herpes, HIV). Secara signifikan, Pseudomonas aeruginosa

pada lingkungan alami lebih resisten terhadap beberapa desinfektan

dibandingkan dengan bakteri yang dikultur pada media laboratorium.

3. Konsentrasi dan potensi desinfektan

Pada kondisi variabel lain konstan, dengan semakin besar konsentrasi

suatu desinfektan maka akan semakin besar efektivitas dan semakin pendek

waktu yang diperlukan untuk membunuh mikroba.

Spaulding melakukan percobaan terkait hal ini, dengan menggunakan test

mucin-loop didapatkan hasil bahwa isopropyl alkohol 70 % menghancurkan 104

Mycobacterium tuberculosis dalam waktu 5 menit, sedangkan fenol dengan

Page 22: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

10

konsentrasi 3 % membunuh bakteri tersebut dalam level yang sama

membutuhkan waktu 2-3 jam.

4. Faktor kimia dan fisika

Beberapa faktor fisika dan kimia juga mempengaruhi produk desinfektan,

seperti suhu, pH, dan kelembaban. Aktivitas beberapa desinfektan akan

meningkat dengan suhu yang juga meningkat. Namun, suhu yang terlalu tinggi

justru dapat mendegradasi desinfektan bahkan menyebabkannya menjadi

berbahaya bagi kesehatan.

Peningkatan pH juga dapat meningkatkan aktivitas beberapa desinfektan

seperti glutaraldehid dan QAS (Quarternary Ammonium Compounds), namun

dapat menurunkan efektivitas pada beberapa desinfektan lain seperti pada fenol,

hipoklorit, dan iodin. pH mempengaruhi aktivitas mikrobial melalui mengubah

molekul desinfektan atau permukaan sel.

5. Bahan organik dan inorganik

Bahan organik seperti serum, darah, pus, feses, atau lubrikan dapat

mengintervensi aktivitas antimikroba. Hal ini terjadi melalui dua cara, yaitu

melakukan intervensi pada reaksi kimia antara desinfektan dan bahan organik

sehingga menghasilkan kompleks yang kurang bersifat germisida atau bahkan

menjadi non-germisida. Cara lainnya yaitu bahan organik akan menjadi barier

bagi desinfektan. Bahan inorganik yang menjadi kontaminan adalah kristal

garam.

6. Waktu pajanan

Objek harus terpajan desinfektan setidaknya selama waktu kontak

minimum. Berdasarkan penyelidikan, dibutuhkan waktu kontak minimal 30-60

detik untuk desinfektan level rendah terhadap bakteri vegetatif, jamur, dan

mycobacteria agar efektif membunuh. Secara umum waktu kontak yang lebih

lama lebih efektif daripada waktu kontak yang pendek.

7. Biofilm

Mikroorganisme dapat terproteksi dari desinfektan dengan membentuk

lapisan tebal sel dan material ekstraseluler, atau biofilm. Biofilm adalah

sekumpulan mikroba yang melekat erat pada permukaan dan sulit untuk

dihilangkan. Sekali terbentuk, maka mikroba ini akan resisten terhadap

Page 23: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

11

desinfektan dengan berbagai cara. Bakteri dalam bentuk biofilm 1000 kali lebih

resisten terhadap antimikroba dibanding dalam bentuk suspensi.16

2.1.2.4 Macam-Macam dan Mekanisme Kerja Desinfektan

Banyak bahan kimia yang berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya

dikelompokkan kedalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu gugus

kimia yang mengandung gugus –COH; golongan alkohol yang mengandung

gugus –OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia

golongan halogen atau yang mengandung gugus –X; golongan fenol dan fenol

terhalogenasi; golongan garam amonium quartener, dan golongan biguanida.

1. Fenol

Zat ini bekerja dengan cara meningkatkan permeabilitas membran

sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran progresif komponen intraseluler.

Permeabilitas proton menyebabkan hilangnya rangkaian fosfolirasi oksidatif,

koagulasi sitoplasma hingga akhirnya terjadi lisis sel.6,10,17

Derivat fenol berasal dari grup fungsional (alkil, fenil, benzil, halogen)

yang menggantikan satu atom halogen pada cincin aromatik. Dua derivat fenol

biasanya ditemukan sebagai kesatuan pada desinfektan yang ditemukan di rumah

sakit, yaitu berupa ortho-phenylphenol dan ortho-benzyl-para-chlorophenol.18

Penambahan halogen seperti klorin akan meningkatkan kualitas fenol.6 Contoh

zat yang mengandung fenol adalah fenol (karbol), kresol, trikresol, dan

heksaklorofen.4

Fenol biasanya diformulasikan dalam bentuk solusi untuk meningkatkan

daya penetrasinya dan pada konsentrasi 5% bahan ini bersifat bakterisida,

tuberkulosida, fungisida, dan virusida terhadap virus beramplop. Fenol tidak

efektif terhadap virus tidak beramplop dan spora.10

Fenol dan kresol berbau khas dan bersifat korosif terhadap jaringan.

Walaupun demikian, fenol tahan terhadap pemanasan dan pengeringan sehingga

tidak terpengaruh oleh bahan-bahan organik, namun kurang efektif terhadap

spora.6

Senyawa golongan ini biasanya digunakan untuk desinfeksi di bak

mandi, permukaan lantai, serta dinding dan peralatan yang terbuat dari kayu.

Page 24: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

12

Keunggulan fenol, yaitu sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap

beberapa jenis material. Kerugiannya, yaitu susah terdegradasi, bersifat racun,

dan korosif.5

Fenol merupakan standar pembanding untuk menetukan efektivitas suatu

desinfektan melalui metode uji koefisien fenol.6 Penggunaan fenol sebagai

pembanding dikarenakan fenol merupakan zat desifektan tertua yang telah

diketahui kekuatannya.4

2. Alkohol

Merupakan zat yang paling efektif untuk desinfeksi dan sterilisasi. Bahan

ini bekerja dengan cara mendenaturasi protein melalui hidrasi, dan melarutkan

lemak sehingga membran sel rusak dan akhirnya enzim-enzim mikroorganisme

akan diinaktivasi. Rusaknya membran sel ini menyebabkan terbuangnya

komponen intaseluler dan menghambat sistesis DNA, RNA, protein, dan

peptidoglikan.6,17

Jenis yang biasa digunakan adalah metanol (CH3OH), etanol

(CH3CH2OH), dan isopropanol ((CH3)2CHOH). Berat molekul isopropil alkohol

paling tinggi sehingga daya bakterisidnya yang paling efektif dan paling sering

digunakan, dalam solusi 70-80% air. Konsentrasi yang terlalu tinggi atau rendah

menyebabkan daya bakterisidnya berkurang, yaitu diatas 90% atau dibawah 50%

kecuali isopropil alkohol yang masih tetap efektif meskipun konsentrasinya

mencapai 99%.6,10

Dalam waktu 10 menit sudah dapat membunuh sel vegetatif. Hanya

dengan apusan cepat sudah dapat mengurangi populasi, namun untuk sterilisasi

perlu dilakukan perendaman terhadap alat-alat medis. Alkohol tidak bersifat

korosif terhadap logam, namun dapat merusak karet atau plastik. Bahan ini

banyak digunakan untuk desinfeksi peralatan seperti termometer, ambu bag,

probe USG.5,6

3. Aldehid

Agen pengikat yang beinteraksi dengan amina tidak berproton di dinding

luar sel yang menyebabkan kegagalan fungsi dinding sel. Keadaan ini

menyebabkan terjadinya ikatan silang antara thiol, sulfidril dan asam amino

sehingga sintesis protein, DNA, dan RNA menjadi terhambat.11

Page 25: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

13

Contoh zat yang digunakan adalah formaldehid dan glutaraldehid.

Formaldehid dikenal dengan nama dagang formalin, konsentrasi efektif untuk

membunuh mikroba adalah 8% sedangkan pada konsentrasi yang tinggi bersifat

karsinogenik. Formaldehid bersifat bakterisida, tuberkulosida, fungisida,

virusida, dan sporosida. Glutaraldehid merupakan hasil saturasi dari dialdehid

yang merupakan desinfektan tingkat tinggi. Glutaraldehid biasanya digunakan

untuk peralatan medis.6,18

Formaldehid dan glutaraldehid memiliki daya bunuh luas terhadap

berbagai macam mikroba patogen, namun dapat terinaktivasi bila ada materi

organik. Bahan ini tidak korosif terhadap benda metal. Efek sampingnya dapat

menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan.5

4. Zat penghasil halogen

Merupakan zat pengoksidasi aktif tingkat tinggi yang merusak aktivitas

protein seluler, mengganggu proses fosforilasi oksidatif dan aktivitas membran.

Iodin bereaksi dengan kelompok sistein dan metionil thiol, nukleotida, dan asam

lemak yang menyebabkan kematian sel.17

Contoh zat ini adalah klorin, iodin dan derivatnya. Bahan ini memiliki

spektrum yang luas dengan toksisitas yang rendah, biayanya murah dan mudah

digunakan. Klorin bebas memiliki bau yang tajam dan warna khas berupa hijau.

Sodium hipoklorit merupakan contoh kandungan klorin yang sering digunakan.

Pada konsentrasi yang rendah sudah aktif membunuh bakteri vegetatif jamur,

dan sebagian besar virus. Solusi hipoklorit bersifat relatif tidak membahayakan

jaringan sehingga sering digunakan untuk desinfeksi dan menghilangkan bau.

Kebanyakan digunakan di rumah sakit untuk mendesinfeksi permukaan,

ruangan, dan peralatan bedah. Derivat organiknya dapat dipakai untuk desinfeksi

air. Penggunaan klorin dengan konsentrasi melebihi 0,5% dan pemaparan lebih

dari 20 menit bersifat korosif.5,6,10

Iodin efektif dalam membunuh bakteri, jamur, dan virus. Biasanya

diformulasikan dalam bentuk sabun dan relatif aman. Namun pada konsentrasi

tertentu dapat menyababkan iritasi kulit dan merusak metal. Bahan iodin ini

akan diinativasi apabila berinteraksi dengan kandungan QAS (Quarternary

Ammonium Compounds) dan debris.10

Page 26: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

14

5. Biguanid

Zat ini merusak membran luar dan dalam yang menjadikan hilangnya

potensial membran dan kebocoran intaseluler. Hal tersebut menyebabkan difusi

pasif yang memperantarai uptake lebih lanjut dan terjadilah koagulasi

sitosol.17,18

Biguanid merupakan antibakteri spektrum luas, meskipun memiliki

keterbatan efektivitas terhadap virus dan tidak besifat sporosida. Bigunaid dapat

berfungsi pada pH 5-7 dan dapat diinaktivasi oleh deterjen dan sabun. Contoh

bahan ini adalah klorheksidin.10,17

6. Agen Pengoksida

Bahan ini bekerja dengan cara memproduksi radikal bebas peridoksil

sebagai oksidan, yang kemudian beraksi dengan lemak, protein, dan DNA.

Kelompok sulhifdril juga menjadi sasaran umum, sehingga terjadi peningkatan

permeabilitas membran sel.17

Contoh zat ini adalah hidogen peroksida dan asam perasetat. Hidrogen

peroksida berefek terhadap bakteri, virus , jamur, dan dapat bersifat spirosidal

pada konsentrasi tinggi. Pada konsentrasi 0,3-6,0 hidrogen peroksida digunakan

sebagai desinfektan, dan pada konsentrasi 6,0-25% digunakan untuk

sterilisasi.6,10,17

7. Quarternary Ammonium Compounds/QAS

Agen ini merusak dinding sel dan membran sitoplasma, memediasi

ikatan fosfolipid sehingga menyebabkan hilangnya integritas struktural

membran sitoplasma; meningkatkan uptake dan menginduksi kebocoran

komponen intraseluler kemudian terjadi lisis.17

Contoh agen ini adalah benzalkonium klorida dan cetrimid. Agen ini

memiliki keefektifan tinggi terhadap bakteri Gram positif, dan memiliki

keefektifan yang baik terhadap bakteri Gram negatif, jamur, dan virus

beramplop.10,17

Seperti yang telah dijelaskan, mekanisme kerja desinfektan secara umum

meliputi beberapa cara, yaitu

Page 27: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

15

1. Mengacaukan proton transmembran sehingga menyebabkan

terlepasnya fosoforilasi oksidatif dan menghambat transpor aktif

melewati membran.

2. Meghambat proses respirasi atau reaksi katabolik/anabolik.

3. Mengacaukan replikasi.

4. Hilangnya kerapatan membran sehingga menyebabkan kebocoran

komponen intraseluler penting seperti potasium, fosfat inorganik,

pentosa, nukleotida, dan protein.

5. Lisis.

6. Koagulasi material intraselular.19

Adapun sasaran mekanisme kerja masing-masing desinfektan tersebut

dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.1. Mekanisme dan sasaran kerja desinfektan.3

2.1.2.5 Metode Pengujian Desinfektan

Berbagai metode uji desinfektan yang spesifik telah dikembangkan untuk

memberikan gambaran seberapa efektif suatu desinfektan, meliputi :

Page 28: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

16

a. Uji Koefisien Fenol

Metode ini merupakan suatu uji baku efektivitas desinfektan yang umum

dilakukan dan telah distandarisasi oleh British standard.

Fenol digunakan

sebagai bahan standar uji efektivitas desinfektan karena kemampuannya

membunuh jasad renik sudah teruji. Pada uji ini, dibandingkan efektivitas suatu

produk antimikroba dengan daya bunuh fenol dalam kondisi uji yang sama.

Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dijadikan sampel percobaan

dicampur dengan suatu volume tertentu biakan bakteri uji.6,14

Uji koefisien fenol dilakukan dengan memasukkan satu volume tertentu

organisme uji kedalam larutan fenol murni dan zat kimia yang akan diuji pada

berbagai pengenceran. Kemudian setelah interval tertentu, suatu jumlah tertentu

dari tiap pengenceran diambil dan ditanam pada media perbenihan lalu

diinkubasi selama 18-24 jam. Setelah diinkubasi dilakukan penilaian terhadap

pertumbuhan bakteri.4

Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membagi hasil uji

pengenceran tertinggi zat antiseptik uji yang tidak ada pertumbuhan bakterinya

pada waktu tercepat dan terlama dengan hasil uji pengenceran fenol yang tidak

ada pertumbuhan bakterinya pada waktu tercepat dan terlama. Nilai koefisien

fenol yang kurang atau sama dengan 1 menunjukkan bahwa efektivitas senyawa

tersebut sama dengan fenol atau lebih kecil dari fenol. Sedangkan jika nilai

koefisien fenolnya lebih dari 1 berarti senyawa tersebut lebih efektif dibanding

fenol.4,14

b. Uji Kapasitas (Capasity test)

Uji kapasitas dilakukan dengan meningkatkan jumlah mikroorganisme

secara bertahap sehingga dapat diukur kemampuan bunuh desinfektan terhadap

mikroorganisme tertentu. Jumlah bakteri yang masih mampu dibunuh

menunjukkan kapasitas desinfektan.3,20

c. Uji pembawa (Carier test)

Bahan pembawa yang digunakan pada metode ini adalah sutera yang

telah dikontaminasi dengan inokulum mikroorganisme uji kemudian

dikeringkan. Pembawa kemudian dimasukkan kedalam larutan desinfektan

dengan kontak waktu tertentu kemudian diinokulasi. Kekuatan desinfektan uji

Page 29: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

17

ditunjukkan dengan hasil tidak adanya pertumbuhan mikroorganisme pada

media inokulasi. Uji pembawa ini memiliki kelemahan, yaitu bakteri yang hidup

pada pembawa selama pengeringan tidak konstan dan jumlah bakteri yang

terdapat pada pembawa sulit diperkirakan.3

d. Uji praktek (Practical test)

Uji praktek dilakukan untuk memastikan apakah efektivitas desinfektan

memiliki korelasi dengan hasil percobaan laboratorium. Prinsip metode ini

adalah mengukur hubungan waktu dengan konsentrasi desinfektan terhadap

mikroorganisme yang terdapat pada peralatan rumah tangga. Metode ini

menggunakan sepotong Polivinil Clorida (PVC) yang sudah dikontaminasi

dengan inokulum bakteri baku kemudian dikeringkan. Sejumlah larutan

desinfektan kemudian disebar menutupi PVC dengan waktu kontak tertentu lalu

dibilas dengan air suling steril. Air bilasan inilah yang kemudian menjadi bahan

inokulasi untuk melihat ada atau tidak pertumbuhan bakteri.3,19

e. Uji Suspensi (suspension test)

Uji suspensi merupakan metode yang paling sederhana, dapat dilakukan

secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan

mengambil satu sengkelit suspensi mikroorganisme lalu dimasukkan kedalam

larutan desinfektan. Diambil inokulasi dari suspensi desinfektan yang telah

tercampur mikroorganisme kemudian ditanam pada media pertumbuhan.

Hasilnya dinilai dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroorganisme.3

Secara Kuantitatif, uji suspensi dilakukan dengan membandingkan

jumlah mikroorganisme yang hidup sebelum dan sesudah kontak dengan

desinfektan uji. Nilai efek mikrobisid menentukan kekuatan desinfektan uji.

Nilai ini merupakan perbandingan logaritma jumlah mikroorganisme sebelum

dan sesudah kontak. Nilai efek mikrobisid 1 menunjukkan desinfektan mampu

membunuh 90% koloni mikroorganisme, nilai efek mikrobisid 2 menunjukkan

desinfektan mampu membunuh 99% koloni mikroorganisme, dan nilai efek

mikrobisid >5 menunjukkan bahwa 99,99% koloni mikroorganisme telah

terbunuh.3

Page 30: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

18

2.1.3 Kandungan Pine Oil pada Desinfektan

Pine oil dapat berfungsi sebagai desinfektan, sanitizer,

mikrobisid/mikrostatik, insektisida, dan virusida. Prinsip dan daya kerja pine oil

adalah dengan cara mendenaturasi protein. Penggunaannya dapat diaplikasikan

sebagai pembersih untuk di kamar mandi, toilet, bagian dalam kantor, ruangan

rumah, bagian dalam rumah sakit, dan lain-lain. Selain itu dapat juga digunakan

untuk mengatasi bau yang membandel.21,22,23

Tabel. 2.1. Identifikasi Kimia Pine Oil 22

Nama kimia 1-Methyl-4-isoprophyl-1-cyclo-hexen-8-ol

Nama umum / dagang Pine Oil 80

Rumpun kimia alpha-Terpineol dan Terpinolon (Terpen alkohol)

Kode kimia EPA 067002

Rumus kimia C10H18O

Struktur kimia CH3-C6H9-(OH)-C3H5

Tabel 2.2 Identifikasi Fisik Pine Oil 22

Parameter Nilai

Berat molekul 154,0

Warna Tidak berwarna sampai kuning pucat

Sediaan Cairan

Gaya berat spesifik 0,952 pada suhu 20o

pH Tidak dapat larut dalam air

Stabilitas Penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan yang

diperpanjang hingga 30 hari, substansinya tetap stabil

Kelarutan dalam bahan

organik

Isopropil alkohol >90%

Toluen >90%

Tekanan uap 0,2 mmHg pada suhu 20oC

Mikroorganisme target yang dapat dibunuh oleh pine oil diantaranya :

Brevibacterium ammoniagenes, Enterobacteraerogenes, Candida albicans,

Escherichia coli, bakteri enterik Gram-negatif, kuman rumah tangga, kuman

rumah tangga Gram-negatif seperti yang dapat menyebabkan salmonellosis,

Herpes simplex tipe 1 and 2, virus influenza tipe A2/Japan, virus influenza tipe

A/Brazil, bakteri pencernaan, klebsiella pneumoniae, bakteri penyebab bau,

jamur, lumut, Pseudomonas aeruginosa, Trichophyton mentagrophytes,

Salmonella choleraesuis, Salmonella typhi, Salmonella typhosa, Serratia

marcescens, Shigella sonnei, Streptococcus faecalis, Streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus.22

Page 31: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

19

Penggunaan di rumah sakit dan bagian dalam rumah, cara penggunaanya

bila dalam bentuk awal konsentrat, yaitu dengan cara menambahkan ¼ sampai 4

sendok makan pine oil kedalam satu galon air. Basahi permukaan selama 10

menit, kemudian bilas dengan air. Jika dalam bentuk siap pakai, aplikasikan

langsung pine oil, biarkan selama 10 menit, kemudian bilas dengan air bersih.22

2.1.4 Pseudomonas aeruginosa

2.1.4.1 Morfologi dan Klasifikasi

Bakteri Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif,

motil, berbentuk batang tunggal, kadang berpasangan, atau kadang dalam bentuk

rantai pendek, berukuran 0,5-1,0 x 3,0-4,0 µm, umumnya memiliki flagel polar,

tetapi terkadang ada 2-3 flagel.

Struktur dinding sel sama dengan famili

Enterobacteriaceae. Terdapat lapisan lendir polisakarida ekstraseluler pada

bakteri yang tumbuh di perbenihan tanpa sukrosa. Strain yang yang diisolasi dari

bahan klinik sering mempunyai pili yang berfungsi untuk perlekatan pada

permukaan sel yang kemudian berperan penting dalam resistensi terhadap

fagositosis.24,25,26,27

Gambar 2.2. Pewarnaan Gram Pseudomonas aeruginosa.24

Klasifikasi pseudomonas didasarkan pada homologi rRNA/DNA, dan ciri

khas biakannya yang lazim. Berikut beberapa jenis pseudomonas yang penting

dalam bidang kedokteran :

Page 32: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

20

Gambar 2.3. Klasifikasi beberapa pseudomonas yang penting dalam kedokteran.26

Klasifikasi taksonomi Pseudomonas aeruginosa :

Kingdom : Bakteria

Phylum : Proteobakteria

Kelas : Gamma Proteobakteria

Ordo : Pseudomonadales

Famili : Pseudomonadadaceae

Genus : Pseudomonas

Spesies : Pseudomonas aeruginosa.24

2.1.4.2 Biakan dan Sifat Pertumbuhan

Pseudomonas aeruginosa merupakan organisme yang sangat mudah

beradaptasi, dapat tumbuh pada media kultur tanpa ada kandungan O2,

menggunakan amonia sebagai sumber nitrogen, asetat sebagai sumber karbon,

dan menggunakan 80 gugus organik yang berbeda untuk pertumbuhannya.

Pseudomonas aeruginosa juga dapat tumbuh pada perbenihan untuk isolasi

kuman Enterobacteriaceae dan kuman Vibrio, serta mentolerir keadaan alkalis.

Bakteri ini selain dapat tumbuh secara aerob, juga dapat secara anaerob dengan

menggunakan nitrat dan arginin sebagai akseptor elektron.24,25,26

Page 33: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

21

Bakteri ini dapat mentolerasi berbagai kondisi fisik termasuk suhu.

Resisten terhadap konsentrasi garam yang tinggi, antiseptik lemah, dan

antibiotik yang umum digunakan. Predileksinya di lingkungan yang lembab dan

dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37-42 ºC, namun pada literatur lain

disebutkan bahwa suhu pertumbuhan optimumnya 35 ºC. Pada suhu

pertumbuhan 42 °C dapat dibedakan spesies ini dari spesies pseudomonas yang

lain dalam kelompok effloresensi. Bakteri ini bersifat oksidase-positif, dan tidak

memfermentasi karbohidrat, tetapi banyak strain yang mengoksidasi glukosa.

Identifikasi biasanya berdasarkan morfologi koloni, sifat oksidase-positif,

adanya pigmen khas, dan pertumbuhan pada suhu 42 °C. 22,26

Biakan bakteri ini kadang menghasilkan bau manis atau seperti anggur

atau seperti jagung. Hasil isolasi klinik sering menghasilkan beta hemolisis pada

agar darah. Pseudomonas aeruginosa pada biakan dapat membentuk berbagai

jenis koloni yang terkadang tidak jelas apakah suatu jenis koloni merupakan

pseudomonas aeruginosa yang berbeda atau varian dari strain yang sama.

Pseudomonas aeruginosa dari jenis koloni yang berbeda dapat mempunyai

aktivitas enzimatik dan biokimia yang berbeda dan menghasilkan pola

kerentanan yang berbeda terhadap antimikroba.25

Pigmen khas yang dihasilkan oleh bakteri ini adalah :

1. Piosianin, yaitu pigmen hijau–kebiruan atau kebiru-biruan yang tidak

berflouresensi, berdifusi kedalam agar, dan larut dalam kloroform.

Sedangkan strain lainnya menghasilkan pigmen fenazin.

Gambar 2.4. Pigmen piosianin pada sebagian besar Pseudomonas aeruginosa.24

Page 34: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

22

2. Flouresen, yaitu pigmen hijau-kekuningan yang larut dalam air. Pigmen

pioverdin yang berflouresesi memberikan warna kehijauan pada agar.

Sedangkan beberapa strain menghasilkan pigmen piomelanin yang berwarna

hitam atau piorubin yang berwarna merah gelap.25,26,27

Gambar 2.5. Koloni Pseudomonas aeruginosa pada media agar.24

2.1.4.3 Epidemiologi Infeksi Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa merupakan jenis tersering penyebab infeksi di

rumah sakit/infeksi nosokomial. Berdasarkan data dari CDC (Center for Disease

Control), rerata insidensi infeksi Pseudmonas aeruginosa di rumah sakit US

sekitar 0,4 % dan bakteri ini merupakan bakteri tersering ke-4 dari patogen

nosokomial yang diisolasi sekitar 10,1 % dari semua infeksi yang didapat di

rumah sakit. Sebesar 16 % bakteri ini menjadi patogen penyebab infeksi

nosokomial melalui luka operasi, dan 4,9 % pada darah.24

Pseudomonas aeruginosa dapat berproliferasi dibawah kondisi yang

lembab. Sejumlah sumber infeksi yang mungkin diantaranya; toilet, kain pel,

bak cuci, alat penguap, inhaler, alat bantu pernapasan, peralatan anastesi,

peralatan dialisis, kateter, bahkan di sabun. Bakteri ini dapat ditemukan pada

lantai ruang ICU, dan dari material darah penderita yang dirawat di ICU, NICU,

dan PICU. Tidak hanya terdapat dalam tanah dan air, tetapi kira-kira 10 %

terdapat dalam tinja dan kulit dari individu normal. Pemindahan dari penderita

ke penderita melalui pegawai rumah sakit lebih menentukan dalam penyebaran

oraganisme ini daripada penyebaran melalui udara.4,9,11,26,27

Page 35: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

23

2.2 Kerangka Teori

Page 36: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

24

2.3 Kerangka Konsep

Sampel X pembersih lantai dengan

kandungan pine oil 2,5 %

Dilakukan uji koefisien fenol

terhadap bakteri Pseudomonas

aeruginosa

Penghitungan nilai koefisien fenol

dengan menggunakan rumus =

Pc = {(Cat : Cbt) + (Cat’ : Cbt’)} : 2

Efektif membunuh

bakteri Pseudomonas

aeruginosa

Tidak efektif membunuh

bakteri Pseudomonas

aeruginosa

Page 37: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

25

2.4 Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala

Ukur Hasil

1. Pembersih

lantai X

dengan

kandungan

pine oil 2,5 %

Produk

pembersih

lantai di

pasaran yang

mengandung

pine oil 2,5 %

Pengamatan

dengan mata

telanjang

Melihat

kandungan

pembersih lantai

yang tertera pada

kemasan

- Kandungan

pine oil 2,5 %

atau

kandungan

bahan lain

atau ada

tambahan

bahan lain

2. Pertumbuhan

bakteri

Pseudomonas

aeruginosa

Warna keruh

pada nutrien

broth yang

menunjukkan

adanya

pertumbuhan

bakteri

Pseudomoas

aeruginosa

Pengamatan

dengan mata

telanjang

Membandingkan

warna antara

nutrien broth yang

telah ditanam

isolat hasil kontak

desinfektan

dengan kontrol

positif

Perubahan

warna pada

media

Warna keruh

atau jernih

Page 38: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

26

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Uji Koefisien Fenol untuk mengetahui

efektivitas desinfektan dibandingkan dengan fenol dalam membunuh bakteri

Pseudomonas aeruginosa. Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan 0,2 ml

bakteri Pseudomonas aeruginosa yang telah diencerkan setara Mc Farland III

kedalam larutan fenol standar dan pine oil 2,5 % yang telah diecerkan kedalam

enam pegenceran yaitu 1/40, 1/60, 1/80, 1/100, 1/120, dan 1/140. Kemudian

setiap interval waktu 5 menit, satu ose dari tiap pengenceran diambil dan ditanam

pada media perbenihan Nutrien Broth (NB) lalu diinkubasi selama 24 jam. Setelah

diinkubasi dilakukan penilaian terhadap pertumbuhan bakteri dengan melihat

kekeruhannya. Terakhir, dilakukan penghitungan nilai koefisien fenol dari hasil

tersebut.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Oktober 2015 di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Produk yang dipilih sebagai sampel adalah pembersih lantai dengan

kandungan pine oil 2,5 % yang paling sering digunakan oleh masyarakat.

Diperoleh pembersih lantai merk X.

3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel bebas

Pembersih lantai X dengan kandungan pine oil 2,5 % dalam enam

pengenceran yaitu 1/40, 1/60, 1/80, 1/100, 1/120, dan 1/140.

Page 39: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

27

3.4.2 Variabel Terikat

Pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

Tabung reaksi, rak tabung, ose, bunsen, cawan petri, mikro pipet

1000 µl, tip 100 µl, pipet tetes, vortex, spatula besi, timbangan digital,

gelas beker 500 ml, gelas ukur 100 ml, gelas ukur 10 ml, tabung

erlenmeyer, laminar air flow, stopwatch, hot plate, alumunium foil,

tissue, autoklaf, inkubator, oven, lemari es, alat tulis, label, baki, stir

magnetik, kertas putih, korek api, plastik tahan panas, karet gelang, kain

lap, masker, sarung tangan, kamera.

3.5.2 Bahan Penelitian

Pembersih lantai X dengan kandungan pine oil 2,5 %, standar uji

serbuk fenol, Nutrien Agar (NA), Nutrien Broth (NB), larutan pengencer

NaCl steril, larutan standar 0,5 Mc Farland, biakan bakteri Pseudomonas

aeuginosae ATCC (American Type Culture Coloni) 27853, aquades

steril, alkohol 70 %.

3.6 Cara Kerja Penelitian

3.6.1 Tahapan Persiapan

3.6.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat yang digunakan dicuci dengan air dan cairan

pembersih lalu dikeringkan. Setelah dicuci, khusus cawan petri

dibungkus dengan kertas putih lalu dimasukkan kedalam oven sampai

suhu mencapai 150 °C, sedangkan untuk bahan dan alat lainnya

disterilisasi dengan menggunakan autoklaf selama 1-2 jam yang diatur

tekanannya sebesar 15 dyne/cm3 (1 atm) dan suhu sebesar 120 °C.

3.6.1.2 Persiapan Media Perbenihan

Media kaldu nutrisi (Nutrien Broth) yang telah dipanaskan

dimasukkan dalam 36 tabung reaksi ukuran 20 x 150 mm, masing-

Page 40: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

28

masing dengan volume 5ml. Kemudian dilakukan sterilisasi

menggunakan autoklaf lalu diberi label masing-masing tabung dari a1,

a2, a3, a4, a,5, a6, begitupula untuk tabung selanjutnya b, c, d, e, dan

f.

Media Nutrien Agar yang telah dipanaskan disterilisasi

kemudian dituang kedalam cawan petri masing-masing 20 ml.

3.6.1.3 Pembuatan Stok Bakteri

Pembuatan stok bakteri ini bertujuan untuk memperbanyak

dan meremajakan bakteri uji, yaitu Pseudomonas aeruginosa.

Caranya dengan mengambil 1 ose biakan murni bakteri

Pseudomonas aeruginosa lalu ditanam pada media Nutrien Agar

(NA) kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam.

3.6.1.4 Persiapan Sampel dan Standar Uji

Larutan pembersih lantai X dengan kandungan pine oil 2,5

% dan standar uji serbuk fenol disimpan dalam suhu ruangan dan

tetap ditutup rapat. Fenol serbuk dijaga agar terhindar dari paparan

sinar matahari. Pengenceran larutan pembersih lantai X dengan

kandungan pine oil 2,5 % menggunakan NaCl 0,9% kedalam 6

konsentrasi yaitu 1/40, 1/60, 1/80, 1/100, 1/120, dan 1/140.14

Pembuatan larutan fenol dengan cara mencampurkan fenol serbuk

5 gram dengan aquadest sampai volume keduanya mencapai 100

ml kemudian dilakukan pengenceran kedalam enam konsentrasi

seperti larutan desinfektan. Perbandingan volume antara aquadest

dan bahan uji untuk pengenceran tertera pada lampiran 2.

Kemudian memberi label pada masing-masing tabung reaksi A, B,

C, D, E, dan F.

3.6.1.5 Persiapan Bakteri Uji

Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml NaCl fisiologis 0,9 %,

kemudian tambahkan sebanyak 1 ose biakan Pseudomonas

Page 41: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

29

aeruginosa yang telah diremajakan satu hari sebelumnya kedalam

tabung tersebut. Setarakan kekeruhannya dengan larutan Mc.

Farland III (109 kuman/ml) dengan menambahkan NaCl 0.9 %

sesuai kebutuhan.

3.6.2 Tahap Pengujian

Percobaan dilakukan terhadap desinfektan dan fenol dengan

menggunakan enam konsentrasi yang telah disiapkan sebelumnya. Suspensi

bakteri Pseudomonas 109 kuman/ml yang telah disiapkan sebelumnya diambil

sebanyak 0,2 ml dan dimasukkan ke tabung A. Setelah 30 detik kemudian

dimasukkan pula 0,2 ml suspensi biakan ke tabung B, demikian seterusnya

sampai tabung F. Pemindahan ini menggunakan mikropipet agar volume

suspensi bakteri yang ditambahkan akurat dan dilakukan dalam keadaan

aseptik untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

Uji dilanjutkan dengan menambahkan masing-masing satu ose suspensi

bakteri Pseudomonas aeruginosa kedalam 36 tabung berisi Nutrien Broth 5 ml

yang telah disterilisasi dan diberi label a1, a2, a3, a4, a5, a6 sampai f6 dengan

interval waktu 5 menit. Pada waktu memasukkan suspensi bakteri ke tabung F,

maka secara bersamaan dilakukan pemindahan satu ose suspensi bakteri dari

tabung A ke tabung a1, lalu 30 detik kemudian diikuti dengan pemindahan satu

ose suspensi bakteri dari tabung B ke b1, begitu seterusnya sampai pemindahan

bakteri dari tabung F ke tabung f6. Pemindahan satu ose suspensi bakteri

dilakukan dengan menggunakan ose yang telah difiksasi dan ditunggu

beberapa saat sampai ose tidak terlalu panas agar bakteri yang dipindahkan

tidak mati karena ose yang telalu panas. Kemudian, setiap selesai pemindahan

bakteri dilakukan pencampuran dengan menggunakan vortex. Keterangan

interval waktu pemindahan bakteri dapat dilihat pada bagan cara kerja uji

koefisien fenol yang tertera pada bagan 3.1.

Selanjutnya tabung uji diinkubasi pada suhu 36 °C selama 20 jam.

Pembacaan hasil reaksi dinilai dari kekeruhan pada setiap tabung. Jika hasil

yang diperoleh adalah keruh (positif) maka menandakan pada tabung ada

pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan jika tabung reaksi

bening (negatif) menandakan bahwa tidak ada pertumbuhan bakteri

Page 42: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

30

pseudomonas aeruginosa karena telah terbunuh oleh kandungan desinfektan

berupa pine oil 2,5 % pada pembersih lantai.

Bagan 3.1 Cara kerja uji koefisien fenol

Page 43: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

31

3.7 Alur Penelitian

Page 44: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

32

3.8 Manajemen Data

Menyajikan tabel pembacaan hasil kekeruhan tabung uji :

Waktu

kontak

Pengenceran (sampel/standar fenol)

1/40 1/60 1/80 1/100 1/120 1/140

5 menit - - - - - -

10 menit - - - - - -

15 menit - - - - - -

20 menit - - - - - -

25 menit - - - - - -

30 menit - - - - - -

Keterangan:

+ : keruh (ada pertumbuhan bakteri)

- : jernih (tidak ada pertumbuhan bakteri)

Setelah menuliskan hasil kekeruhan tabung ke dalam bentuk tabel,

dilakukan penghitungan nilai koefisien fenol dengan rumus :

Pc = {(Cat : Cbt) + (Cat’ : Cbt’)} : 2

Keterangan :

Pc = Koefisien fenol

Cat = Pengenceran desinfektan uji dengan waktu tercepat membunuh

Cbt = Pengenceran fenol dengan waktu tercepat membunuh

Cat’ = Pengenceran desinfektan uji dengan waktu terlama membunuh

Cbt’ = Pengenceran fenoldengan waktu terlama membunuh

Interpretasi nilai koefisien fenol :

a. Kurang atau sama dengan 1 yang berarti efektivitasnya sama dengan fenol

atau lebih kecil dari fenol.

b. Lebih dari 1 yang berarti senyawa tersebut lebih efektif dibanding fenol.14

Page 45: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

33

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dilakukan uji kekeruhan terhadap pengenceran bertingkat sampel

X yang mengandung pine oil 2,5 %. Hasilnya, daya bunuh tercepat sampel

X terhadap Psedomonas aeruginosa yaitu pada menit ke-5 dengan

pengenceran 1/100, sedangkan daya bunuh terlama pada menit ke-30

dengan pengenceran 1/140, tertera pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Waktu Bunuh Rata-rata Sampel X terhadap Pseudomonas

aeruginosa

Waktu

kontak

Pengenceran sampel X

1/40 1/60 1/80 1/100 1/120 1/140

5 menit - - - - + +

10 menit - - - - - +

15 menit - - - - - +

20 menit - - - - - -

25 menit - - - - - -

30 menit - - - - - -

Keterangan:

+ : keruh (ada pertumbuhan bakteri)

- : jernih (tidak ada pertumbuhan bakteri)

Uji kekeruhan juga dilakukan terhadap fenol sebagai standar. Hasil

yang diperoleh menunjukkan daya bunuh tercepat fenol terhadap

Pseudomonas aeruginosa yaitu pada menit ke-5 dengan pengenceran

1/120 dan daya bunuh terlamanya pada menit ke-30 dengan pengenceran

1/140, tertera pada tabel 4.2.

Page 46: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

34

Tabel 4.1 Waktu Bunuh Rata-rata Fenol terhadap Pseudomonas

aeruginosa

Waktu

kontak

Pengenceran fenol

1/40 1/60 1/80 1/100 1/120 1/140

5 menit - - - - + +

10 menit - - - - + +

15 menit - - - - + +

20 menit - - - - + +

25 menit - - - - + +

30 menit - - - - - +

Keterangan:

+ : keruh (ada pertumbuhan bakteri)

- : jernih (tidak ada pertumbuhan bakteri)

Waktu bunuh rata-rata sampel X kemudian dibandingkan terhadap

fenol untuk mendapatkan nilai koefisien fenol.

Koefisien fenol sampel X = {(100 : 100) + (140 : 120)} : 2

= (1 + 1.16) : 2

= 1,08

Koefisien fenol sampel X terhadap Pseudomonas aeruginosa

adalah 1,08.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penghitungan nilai koefisien fenol, didapatkan

nilai 1,08 atau lebih dari 1. Nilai koefisien fenol yang kurang atau sama

dengan 1 menunjukkan bahwa efektivitas senyawa tersebut sama dengan

fenol atau lebih kecil dari fenol. Sedangkan jika nilai koefisien fenolnya

lebih dari 1 berarti senyawa tersebut lebih efektif dibanding fenol.4,14

Hal

ini berarti bahwa desinfektan uji yang mengandung pine oil 2,5 %

memiliki daya antiseptik yang lebih baik dari fenol. Hasil ini juga

Page 47: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

35

menunjukkan bahwa pembersih lantai dengan kandungan pine oil 2,5 %

masih masih efektif membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Lembah Sulistyaningsih dkk tahun 2012, bahwa pine oil 2,5 % yang

terkandung dalam pembersih lantai tidak efektif dalam membunuh bakteri

Pseudomonas aeruginosa. Pada penelitian Lembah dkk, didapatkan hasil

berupa tidak terbentuknya zona hambat pertumbuhan bakteri

Pseudomonas aeruginosa disekitar sumur yang telah diberi larutan pine oil

2,5 % pada media Mueller Hinton Agar. Metode uji yang berbeda

kemungkinan menjadi penyebab perbedaan hasil ini. Penelitian Lembah

dkk menggunakan metode difusi agar modifikasi, sedangkan untuk

pengujian desinfektan seharusnya menggunakan metode uji koefisien

fenol yang merupakan uji baku efektivitas desinfektan, seperti yang

dilakukan pada penelitian ini. Selain itu, Lembah dkk menyatakan bahwa

ketidakefektifan pine oil yang telah diujikan juga dapat dipengaruhi oleh

konsentrasi antimikroba yang tidak mencapai kadar Konsentrasi Hambat

Minimal (KHM).12,15

Berdasarkan pembahasan penelitian Lembah Sulistyaningsih dkk

tahun 2012, bahwa pine oil bukanlah antimikrobial yang memiliki

spektrum luas, namun efektif untuk membunuh bakteri Gram negatif dan

akan menghasilkan efek sinergis dalam membunuh bakteri Gram negatif

maupun positif ketika dikombinasikan dengan larutan asam organik.12

Hal

tersebut sesuai dengan penelitian ini, dimana bakteri uji yang digunakan

adalah Pseudomonas aeruginosa yang merupakan bakteri Gram negatif

dan kandungan zat aktif sampel X yang digunakan adalah pine oil tanpa

tambahan larutan asam organik.

Hasil penelitian ini juga ini menunjukkan bahwa tidak semua

bakteri Pseudomonas aeruginosa mengalami resistensi terhadap

desinfektan meskipun disebutkan bahwa bakteri ini seringkali mengalami

resistensi terhadap antibiotik. Hasil ini sejalan dengan uji efektivitas

antiseptik yang dilakukan oleh Sulistyaningsih tahun 2010 terhadap

bakteri Pseudomonas aeruginosa, dimana dari dua sampel yang diuji yaitu

Page 48: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

36

povidon iodin dan klorosilenol didapatkan nilai koefisien fenol 1,06 dan

1,2 yang artinya kedua desinfektan masih memiliki kepekaan terhadap

bakteri Pseudomonas aeruginosa karena memiliki nilai koefisien fenol

lebih dari 1. Selain itu, pada Guideline Desinfeksi dan Sterilisasi pada

Fasilitas Kesehatan oleh CDC (Center for Disease Control) tahun 2008,

tercantum bahwa bakteri Pseudomonas aeruginosa pada lingkungan alami

secara signifikan lebih resisten terhadap beberapa desinfektan

dibandingkan dengan yang hidup pada media kultur laboratorium seperti

yang dilakukan pada penelitian ini. Kondisi lingkungan bebas/alami yang

memiliki banyak stressor yang dapat menimbulkan stress pada bakteri

sehingga menyebabkan bakteri bermutasi dan melakukan adaptasi. Salah

satu bentuk adaptasinya adalah membentuk self-encapsulate dengan bahan

matriks, terutama yang tersusun atas polisakarida ekstraseluler yaitu

alginate, Psl, dan Pel sehingga bakteri menjadi lebih resisten terhadap

kondisi lingkungan yang dapat membunuhnya.4,18,19

Pada tabel 4.1 dan 4.2 tertera bahwa pine oil 2,5 % sudah mampu

membunuh bakteri pada pengenceran yang lebih tinggi (konsentrasi lebih

rendah) yaitu 1/140 dibanding fenol yaitu 1/120, dan memiliki waktu

kontak yang lebih cepat dalam membunuh bakteri Pseudomonas

aeruginosa yaitu pada menit ke-20, sedangkan fenol pada menit ke-30.

Hasil ini juga menunjukkan bahwa pine oil 2,5 % pada pembersih lantai

bekerja lebih efektif dibanding fenol dalam membunuh bakteri. Hal ini

menunjukkan efektivitas dari sampel X yang digunakan karena dengan

konsentrasi yang lebih rendah dan waktu kontak yang relatif cepat

(dibanding fenol) sudah dapat membunuh desinfektan.

Masih efektifnya pine oil 2,5 % dalam membunuh bakteri pada

penelitian ini karena pine oil masih dapat berinteraksi secara fisik terhadap

bakteri dengan cara berpenetrasi kedalam fosfolipid bilayer, kemudian

akan mempengaruhi integritas membran, meningkatkan permeabilitas

membran sitoplasma lalu terjadi kebocoran komponen esensial intraseluler

(asam nukleat, asam glutamat) sehingga terjadi kematian sel.17

Page 49: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

37

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa, sampel X dengan pengeceran

1/120 dengan waktu kontak 5 menit lebih efektif dan efisien dalam

membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa dibandingkan sampel X

dengan pengenceran 1/140 dengan waktu kontak 20 menit. Hal ini

mengingat bahwa, syarat efektivitas suatu desinfektan tidak hanya dilihat

dari konsentrasi minimal (pengenceran tertinggi) yang masih efektif

membunuh bakteri, namun juga dari waktu kontak minimal yang efisien

dalam membunuh bakteri.16

Page 50: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

38

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai koefisien fenol pembersih lantai yang mengandung pine oil 2,5 %

terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosae adalah 1,08. Nilai ini

menunjukkan bahwa pine oil 2,5 % yang terkandung dalam pembersih

lantai efektif membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa.

2. Pengenceran tertinggi pembersih lantai dengan kandungan pine oil 2,5 %

yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 1/140.

3. Waktu tercepat dengan pengenceran tertinggi pembersih lantai dengan

kandungan pine oil 2,5 % yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas

aeruginosa adalah pada menit ke-20.

4. Pengenceran pembersih lantai dengan kandungan pine oil 2,5 % yang

paling efisien dalam membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah

1/120, yang sudah mampu membunuh pada menit ke-5.

5.2 Saran

Penulis menyarankan perlu dilakukan:

1. Penelitian lebih lanjut tentang koefisien fenol pembersih lantai yang

mengandung pine oil 2,5 % terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa

yang hidup pada lingkungan alami ataupun bakteri Psedomonas

aeruginosa multiresisten.

2. Penelitian lebih lanjut tentang koefisien fenol pembersih lantai yang

mengandung pine oil 2,5 % terhadap bakteri lain.

3. Penelitian lebih lanjut tentang kandungan desinfektan golongan lain yang

terdapat pada pembersih lantai terhadap bakteri Pseudomonas

aeruginosa.

Page 51: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Pubchem Open Chemistry Database [Internet]. Bethesda (MD): U.S National

Library of Medicine; c2015. National Center for Biotechnology Information;

2015 [cited 2015 Oct]; [about 1 screens]. Available from:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/phenol#section=Top

2. Nora AN. Pabrik Fenol dati Tandan Kosong kelapa Sawit dengan Proses

Prolisis [Internet]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya;

2010 [cited 2015 Okt 10]. Available from: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-

Undergraduate-7785-2306030071-bab1.pdf

3. Romauli ATM. Penentuan Koefisien Fenol Produk Desinfektan yang

Dipasarkan di Beberapa Supermarket Kota Medan [Internet]. Medan: Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera utara; 2014 [cited 2015 June 13]. Available

from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/41055

4. Sulistyaningsih. Uji Kepekaan beberapa Sediaan Antiseptik terhadap Bakteri

Psudomonas aeruginosa dan Pseudomonas aeruginosa Multi Resisten

(PAMR) [Internet]. Bandung: Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran; 2010

[cited 2015 May 10]. Available from : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2010/11/uji_kepekaan_beberapa_kesediaan_antiseptik_terhad

ap_bakteri_multi_resisten.pdf

5. Darmadi. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta:

Salemba Medika; 2008.

6. Aidilfiet C, Suharto. Sterilisasi dan Desinfeksi. In: Bakteriologi Dasar. Buku

Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi. Tangerang: Bina Rupa Aksara;

2010. p. 55-69.

7. Chris J, James D, Paul G, Michelle C. Bathroom Bacteria. Miamy University

[Internet]. 2012 Oct [cited 2015 April 20]. Available from:

http://jrscience.wcp.muohio.edu/nsfall02/FinalArticles/Final6HereistheFINAL

final.html

Page 52: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

40

8. Ajayi A, Ekozien MI. Sensitivity Profile of Bacterial Flora Isolated from

Bathroom. Elite Journal of Biotechnology and Microbiology [Internet]. 2014

July [cited 2015 July 20]; 2(1): [about 1-3 pp.]. Available from :

www.eliteresearchjournals.org

9. Mustika O. Angka dan Pola Kuman pada Dinding, Lantai, dan Udara di

Ruang ICU, RSUD dr. Mewardi Surakarta [Internet]. Surakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2013 [cited 2015 May

10]. Available from :

http://eprints.ums.ac.id/23914/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

10. Glenda D. Desinfection. The Center for Food Security and Public Health

[Internet]. 2008 May [cited 2015 May 10]. Available from :

www.cfsph.iastate.edu

11. Hendro W. Peran Mikrobiologi Klinik pada Penanganan Penyakit Infeksi.

Cetakan Pertama. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.

12. Lembah S, Eko BK, Ramadhani. Benzalkonium Chloride and pine Oil –

Containing Cleaning Fluid is not Effective Agains Pseudomonas aeruginosa.

Folia Medica Indonesiana [Internet]. 2012 July [cited 2015 June 06] ; 48 (3):

121-125. Available from : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-

fmib9d9c8a85efull.pdf.html

13. Lay BW. Analisi Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Grafindo; 1994.

14. Lindawaty VW. Koefisien Fenol Beberapa Pembersih Lantai terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli [Internet]. Email to: Eka Rahma.

2015 Sept 16 [cited 2015 Sept 19].[ 2 chapter].

15. Lindawaty VW. Koefisien Fenol Beberapa Pembersih Lantai terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli [Internet]. Bandung: Universitas

Maranatha; m2013 [cited 2015 June 06]. Avialable from :

http://repository.maranatha.edu/2633/

Page 53: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

41

16. Ducel G, Fabry J, Nicolle L. Prevention of Nosocomial Infection. In:

Prevention of Hospital-Acquired Infections [Internet]. 2nd

ed. United States:

World Health Organization; 2002. p. 30-34. [cited 2015 May 12]. Available

from :

www.who.int/csr/resources/publications/drugresist/en/whocdscsreph200212.p

df

17. Albert TS. Antimicrobial Resistance: Antiseptic “Resistance”: Real or

Perceiver Threat?. Infectoius Disease Society of America [Internet]. 2005

[cited 2015 Sept 12]. Available from:

http://cid.oxfordjournals.org/content/40/11/1650.full.pdf+html

18. William AR, David JW. Guideline for Disinfection and Sterilization in

Healthcare Facilities. Center for Disease Control [Internet]. 2008 [cited 2015

Sept 12]. Available from:

http://www.cdc.gov/hicpac/pdf/guidelines/Disinfection_Nov_2008.pdf

19. Denyer SP, Stewart GSAB. Mechanism of Actions of Disinfectants.

International Biodeteriation and Biodegradation. United Kingdom: Elsevier;

1998.

20. Tafti F, Jajari AA, Kamran. Comparison of Effectiveness of Sodium

Hypochlorite and Dentamize Tablet for Denture Disinfection. World Jorunal

of Medical Sciences [Internet]. 2012 [cited 2015 Sept 13]: 3 (1); 10-14.

Available from: http://www.idosi.org/wjms/3(1)08/3.pdf

21. Sukma Yalina. Efektivitas Desinfektan Pine Oil 1,5% + Crealic Acid dan Pine

Oil 2,5% terhadap Jumlah Angka Kuman pada Lantai ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Deli Medan [Internet]. Medan: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2014 [Cited 2015 Sept 16]. Available

from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/49778

22. Frank S. Registration Eligibility Decision for Pine Oil. Washington: United

States Environmental Protection Agency; 2004.

Page 54: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

42

23. Entjang I. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan.

Bandung : Citra Aditya Bakti; 2003.

24. Kenneth T. Todar’s Online Textbook of Bacteriology : Pseudomonas

aeruginosa [Internet]. Wisconsin: University of Wisconsin; 2004 [cited 2015

May 10] Available from : http://textbookofbacteriology.net/pseudomonas.html

25. Karsinah, Lucky HM, Suharto, Mardiastuti HW. Batang Negatif Gram. In:

Bacteriologi Medik. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi.

Tangerang: Bina Rupa Aksara; 2010. p.185-225

26. Geo FB, Janet SB, Stephen AM. Alih Bahasa, Huriawati Hartanto [et al] ;

editor bahasa Indonesia, Retna Neary Elferia [et al.]. Mikrobiologi Kedokteran

Jawetz, Melnick, & Adelberg. Edisi 23. Cetakan 1.Jakarta: EGC; 2007.

27. Fritz H Keiser, Kurt A Bienz, Johannes Eckert, Rolf M Zinkernagel. Medical

Microbiology. Thieme; 2007.

28. Michael JF, David EN, Joel TW, P Lynne H. Biosynthesis of Pseudomonas

aeruginosa Extracellular Polysaccharides, alginate, Pel, and Psl. In: Fontiers

Reseach Topics: Pseudomonas aeruginosa, Biology, Genetics, and Host-

Pathogen Interactions [Internet]. United States: Frontiers Media SA; 2012.

p.49-60. [Cited Oct 2015, 15]. Available From:

https://books.google.co.id/books?id=yUZQglj4epoC&printsec=frontcover&hl

=id

Page 55: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

43

Lampiran 1

Alat dan Bahan Penelitian

Sampel X dengan

kandungan pine oil 2,5%

Biakan bakteri uji

Pseudomonas aeruginosa

Aquades steril, Fenol 5 %, dan NaCl steril Larutan

Mc.Farland III

Sterilisasi tabung reaksi dan media

pertumbuhan bakteri

Sterilisasi cawan petri

menggunakan oven

Page 56: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

44

Lampiran 1

Alat dan Bahan Penelitian

Inkubasi biakan bakteri uji Cawan petri steril

Kulkas tempat penyimpanan alat,

bahan dan media pertumbuhan Proses vortex bakteri

Pengenceran larutan standar fenol 5 % (1/40, 1/160, 1/80,

1/100, 1/120, 1/140)

Page 57: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

45

Lampiran 1

Alat dan Bahan Penelitian

Pengenceran larutan standar fenol 5 % (1/40, 1/160, 1/80,

1/100, 1/120, 1/140)

Penempatan sampel X, standar fenol, dan media pertumbuhan

Nutrien Broth di dalam laminar airflow selama uji koefisien fenol

Kontrol positif dan

negatif

Page 58: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

46

Lampiran 3

Hasil Uji Koefisien Fenol Sampel X

Hasil uji koefisien fenol sampel X terhadap bakteri Pseudomonas

aeruginosa dalam 6 pengenceran:

A. Pengenceran 1/140

B. Pengenceran 1:60

C. Pengenceran 1/80

D. Pengenceran 1/100

E. Pengenceran 1/120

F. Pengenceran 1/140

Page 59: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

47

Lampiran 4

Hasil Uji Koefisien Fenol Standar Fenol

Hasil uji koefisien fenol standar fenol terhadap bakteri Pseudomonas

aeruginosa dalam 6 pengenceran:

A. Pengenceran 1/140

B. Pengenceran 1:60

C. Pengenceran 1/80

D. Pengenceran 1/100

E. Pengenceran 1/120

F. Pengenceran 1/140

Page 60: PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH LANTAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29480/1/Eka... · desinfektan adalah dengan menggunakan uji koefisien fenol dimana

48

Lampiran 5

Riwayat Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eka Rahma

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Pangkalan Balai, 12 Desember 1994

Agama : Islam

Alamat :Jl. Palembang-Jambi KM. 36 no.106 RT.03 RW.06

Desa Langkan Kecamatan Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

e-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2000-2006 : SDN Pangkalan Panji-Langkan

2006-2009 : Mts. PP. Qodratullah

2009-2012 : MA. PP. Qodratullah

2012-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.