penentuan dosis perendaman hormon pertumbuhan … · dengan demikian, perendaman pascalarva udang...
TRANSCRIPT
PENENTUAN DOSIS PERENDAMAN HORMON
PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG
PADA PASCALARVA UDANG GALAH
RADITYA WAHYU PRIHARDIANTO
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
2
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penentuan
Dosis Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang Pada
Pascalarva Udang Galah” adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan
komisi pembimbing yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan dan yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Raditya Wahyu Prihardianto
C14100027
2
ABSTRAK
RADITYA WAHYU PRIHARDIANTO. Penentuan Dosis Perendaman Hormon
Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang Pada Pascalarva Udang Galah.
Dibimbing oleh ALIMUDDIN dan EDDY SUPRIYONO.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan dosis perendaman hormon pertumbuhan
rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) pada benih udang galah. Penelitian ini
menggunakan 5 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah perendaman
dengan dosis 0,15 mg/L, 1,5 mg/L, dan 15 mg/L. Sebagai kontrol adalah PL-35 tidak
diberi perlakuan (kontrol-1), dan direndam dalam air mengandung serum albumin
sapi (BSA) 100 mg/L tanpa rElGH (kontrol-2). Sebanyak 30 ekor PL-35 direndam
dalam plastik kemasan berisi air bersalinitas 5 g/L NaCl dan mengandung rElGH dan
BSA selama 1 jam. Selanjutnya, udang dipelihara selama 12 minggu di dalam
akuarium dengan volume 30 L dan diberi pakan komersial bentuk flake hingga
kenyang sebanyak 3 kali per hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa
(58,77±1,98 gram), pertumbuhan spesifik (6,85±0,01 %/hari), bobot tubuh
(1,09±0,01gram), dan panjang tubuh (5,09±1,01 cm) tertinggi (p<0,05) diperoleh
pada perlakuan perendaman dosis 15 mg/L. Biomassa udang perlakuan perendaman
dosis 15 mg/L lebih tinggi sekitar 79,9% dibandingkan dengan kontrol-1 (32,67±1,45
gram). Kelangsungan hidup udang yang direndam dengan rElGH tidak berbeda nyata
(p>0,05) dengan semua perlakuan dan pada kontrol. Udang yang direndam rElGH 15
mg/L mempunyai kadar protein lebih rendah 9,55%, sedangkan kadar lemaknya
6,33% lebih tinggi daripada kontrol. Dengan demikian, perendaman pascalarva udang
galah dalam larutan rElGH 15 mg/L dapat meningkatkan pertumbuhan, dan dapat
berguna dalam peningkatan produksi budidaya udang galah.
Kata kunci: hormon pertumbuhan rekombinan, dosis perendaman, pascalarva
udang galah, biomassa
v
ABSTRACT
RADITYA WAHYU PRIHARDIANTO. Immersion dose determination of
recombinant giant grouper growth hormone on post larval giant freshwater prawn.
Supervised by ALIMUDDIN and EDDY SUPRIYONO.
This research was conducted to determine the immersion dose of recombinant
giant grouper growth hormone (rElGH) that generates high growth performance in
giant freshwater prawn. The study was consisted of 5 treatments with three
replications. Those were immersion dose of 0.15 mg/L, 1.5 mg/L and 15 mg/L.
As control post larval-35 (PL-35) was without treatment (control-1) and PL-35
was immersed in water containing 100 mg/L bovine serum albumin (BSA)
without rElGH (control-2). In amount of 30 PL-35 for each treatment were bath
immersed for 1 hour in a plastic packing containing 200 mL of water and 100
mg/L BSA. PL were further maintained for 12 weeks in the 30-L glass aquarium
and fed flake form of commercial diet 3 times daily, at satiation. The results
showed that the highest of biomass (58.77±1.98 gram), specific growth
(6.85±0.01 % per day), average body weight (1.09±0.01 gram) and average total
body length (5.09±1.01 cm) were obtained in 15 mg/L dose of treatment (p<0.05).
Biomass of the prawn in 15 mg/L immersion dose was approximately 79.9%
higher than control-1 (32.67±1.45 gram). Survival of prawn in all treatment and
controls were similar (p>0.05). The prawn immersed with rElGH at a dose of 15
mg/L had 9.55% lower protein content, while lipid content was 6.33% higher than
control. Thus, the immersion of PL in 15 mg/L rElGH could increase the growth
of giant freshwater prawn, and can be useful to increase the aquaculture
production.
Keywords: recombinant growth hormone, immersion dose, giant freshwater
prawn pascalarvae, biomass
2
vii
PENENTUAN DOSIS PERENDAMAN HORMON
PERTUMBUHAN REKOMBINAN IKAN KERAPU KERTANG
PADA PASCALARVA UDANG GALAH
RADITYA WAHYU PRIHARDIANTO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
2
ix
Judul : Penentuan Dosis Perendaman Hormon Pertumbuhan
Rekombinan Ikan Kerapu Kertang pada Pascalarva Udang
Galah
Nama : Raditya Wahyu Prihardianto
NIM : C14100027
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh
Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc
Pembimbing I
Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Sukenda, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal lulus:
2
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
segenap rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul: “Penentuan dosis perendaman hormon pertumbuhan rekombinan
ikan kerapu kertang pada pascalarva udang galah”. Penelitian dilakukan pada bulan
Oktober 2013 – Januari 2014 di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme
Akuatik, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini, di antaranya:
1. Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc selaku pembimbing 1 yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam penelitian dan penulisan.
2. Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam penelitian dan penulisan.
3. Kedua orang tua tercinta atas kasih sayang, doa, semangat dan
kaeteladanannya hingga saat ini.
4. Anna Octavera, S.Pi, M.Si; Rangga Garnama, S.Pi; Darmawan Setia Budi,
S.Pi; Jasmadi, S.Pi; Muhammad Firdaus, S.Pi; Fajar Maulana, S.Pi yang telah
banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian.
5. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Reproduksi dan Genetika
Organisme Akuatik, Riyan, Habib, Zaky, Maya, Imam, Steven, Kurdi dan
Linly.
6. Sahabat-sahabat terdekat, Ricky, Wisnu, Adriani, Radhita,Mila dan Shella.
7. Teman-teman dan sahabat seperjuangan BDP47 atas kebersamaan, cerita dan
semua pelajaran selama masa perkuliahan.
8. Keluarga Wisma Aulia Nico, Faisal, Kenda dan Faris serta Keluarga
Himasurya Plus yang selalu menghibur dan menginspirasi.
9. Keluarga Besar Departemen BDP, Dosen dan seluruh staff, BDP45, BDP44,
BDP48 dan BDP49.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat
dan berbagai pihak yang membutuhkan serta menjadi salah satu kontribusi untuk
memajukan perikanan Indonesia.
Bogor, Mei 2014
Raditya Wahyu Prihardianto
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
BAHAN DAN METODE ......................................................................... 3
Rancangan Percobaan ............................................................................. 3
Produksi rElGH ...................................................................................... 3
Perendaman PL-35 dan Pemeliharaan Udang Galah .............................. 3
Parameter Uji dan Analisis Data............................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 5
Hasil ........................................................................................................ 5
Pembahasan ............................................................................................ 8
KESIMPULAN ......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 12
LAMPIRAN ..................................................................................................... 15
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 21
2
DAFTAR TABEL
1 Rancangan percobaan perendaman rElGH pada udang galah ..................... 3
2 Bobot, biomassa, panjang karapas, panjang total, kelangsungan
hidup (KH) dan laju pertumbuhan spesifik (LPS) rata-rata udang
galah yang direndam dengan rElGH dosis berbeda selama 1 jam ..................6
3 Kandungan proksimat udang galah .............................................................. 8
4 Kualitas air media pemeliharaan udang galah ............................................. 8
DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan bobot udang galah .................................................................. 7
2 Ukuran udang galah yang direndam dengan hormon pertumbuhan
rekombinan kerapu kertang (rElGH) dengan dosis berbeda selama 1
jam. Pemeliharaan dilakukan selama 12 minggu pascaperendaman ........... 7
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis statistik terhadap parameter penelitian ........................................... 16
2 Rancangan percobaan ................................................................................... 19
3 Skema produksi rElGH ................................................................................. 20
viii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Udang galah Macrobranchium rosenbergii merupakan komoditas
unggulan budidaya air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di Indonesia
yaitu dengan kisaran harga Rp 60.000,00 – Rp 75.000,00. Produksi udang galah
nasional pada tahun 2010 mencapai angka 1.400 ton (Ristek 2012). Peluang pasar
untuk komoditas ini masih tinggi karena untuk skala nasional dibutuhkan pasokan
kurang lebih 20 ton udang galah per hari (KKP 2014). Udang galah sangat
prospektif jika dikembangkan, namun upaya dalam membudidayakan komoditas
ini masih terkendala beberapa masalah, salah satunya adalah masa produksi udang
hingga ukuran konsumsi yang relatif lebih lama daripada udang air payau dan
laut. Lama waktu pemeliharaan udang galah rata-rata untuk mencapai ukuran
pasar sekitar 4-6 bulan, sesuai permintaan konsumen. Pada segmen pendederan
pembenih menetaskan telur udang galah dan memelihara hingga tokolan dengan
bobot 6-8 gram/ekor dan membutuhkan waktu sekitar 30 hari. Pada tahap
pembesaran dari benih tokolan, udang mulai bisa dipanen saat mencapai ukuran
25 gram yang kira-kira membutuhkan waktu sekitar 90 hari. Semakin besar
ukuran udang akan semakin digemari konsumen, dan harganya pun semakin
mahal. Apabila masa produksinya bisa dipercepat dan ditingkatkan, maka
budidaya udang galah sangat potensial dapat lebih berkembang (BBBAT
Sukabumi 2013).
Udang galah saat ini masih banyak dibudidayakan secara ekstensif dengan
kepadatan rendah. Pertumbuhan udang galah sebagian besar tidak seragam jika
dibudidayakan. Sifat udang galah yang agresif dan cenderung teritorial akan
menyerang kawanannya yang lebih kecil atau saat ganti kulit (moulting). Hal ini
meyebabkan kelangsungan hidup udang galah cenderung kecil, dan
produktivitasnya rendah. Teknologi yang diaplikasikan saat ini masih banyak
pada aspek rekayasa wadah pemeliharaan untuk meminimalisir agresivitas udang
galah, misalnya dengan bantuan shelter (Ali 2007). Teknologi lain yang dapat
digunakan untuk meningkatkan produktivitas udang galah adalah rekayasa
genetika. Teknologi rekayasa genetika yang cukup mudah dan dapat diterapkan
untuk meningkatkan produktivitas udang galah adalah menggunakan hormon
pertumbuhan rekombinan (recombinant growth hormone / rGH).
Hormon pertumbuhan merupakan polipeptida rantai tunggal dengan ukuran
sekitar 22 kDa yang dihasilkan di kelenjar pituitari dengan fungsi pleiotropik pada
hewan vertebrata. Hormon pertumbuhan dalam tubuh memiliki berbagai peran di
antaranya metabolisme (Rousseau & Dufour 2007), meningkatkan massa otot dan
sintesis protein, merangsang glukoneogenesis dalam hati dan merangsang sistem
imun, dan meningkatkan kelangsungan hidup ikan (Acosta et al. 2009).
Penggunaan rGH relatif lebih menguntungkan dan aman daripada penggunaan
teknologi transgenesis karena aplikasi rGH pada organisme tidak mengubah
struktur genetiknya, sehingga organisme budidaya yang diberi rGH aman untuk
dikonsumsi bila dikaitkan dengan aspek keamanan pangan. rGH adalah suatu
protein yang diproduksi oleh bioreaktor misalnya Escherichia coli yang
membawa vektor ekspresi gen hormon pertumbuhan (Subaedah 2013).
2
Aplikasi rGH dapat dilakukan melalui penyuntikan, perendaman, dan
secara oral melaui pakan. Karena sifat udang yang lambat dalam memakan pakan,
kulitnya yang keras dan sistem peredaran darahnya yang terbuka, maka
perendaman diduga merupakan metode yang efektif. Metode perendaman dapat
meminimalisir leaching pada saat pemberian pakan mengandung rGH. Metode
perendaman lebih meminimalisir tingkat stres daripada metode injeksi saat
perlakuan (Moriyama dan Kawauchi 1990; Ratnawati 2012). Aplikasi
penyuntikan rGH pada udang bisa dilakukan di bawah perut atau antar karapas,
namun pada pelaksanaannya teknik ini tidak praktis dilakukan di lapangan dan
tidak praktis pada PL. Penggunaan rGH melalui perendaman memungkinkan
untuk perlakuan secara massal sehingga akan lebih mudah dan cepat dalam
pengerjaannya.
Aplikasi rGH pada udang masih sangat terbatas. Beberapa penelitian
tentang penggunaan rGH pada udang dengan metode perendaman menunjukkan
hasil peningkatan pertumbuhan yang signifikan. Penelitian Santiesteban et al.
(2010) melakukan perendaman pada pascalarva 2 (PL-2) udang vaname
menggunakan recombinant tilapia growth hormone (rtiGH, kemurnian 95%)
dosis 100 µg/L dengan frekuensi 7 kali dapat meningkatkan bobot tubuh sebesar
42,4% dibandingkan dengan kontrol. Sementara penelitian Sonnenschein (2001)
merendam juvenil udang peneid (bobot 90 mg) 1 kali dalam larutan hormon
somatrotopin rekombinan sapi (bST) dengan dosis 300 mg/L selama 1 jam dapat
meningkatkan bobot tubuh 38% dan panjang 11% lebih besar dibandingkan
kontrol. Selanjutnya penelitian Subaedah (2013) melakukan perendaman PL-2
menggunakan rElGH (crude protein) dosis 15 mg/L dengan serum albumin sapi
(BSA) 0,01% selama 1 jam dapat meningkatkan bobot tubuh 37,8% dan panjang
12,7% lebih besar dibandingkan kontrol.
Penggunaan rGH ikan kerapu kertang (rElGH) dalam penelitian ini
dikarenakan tingkat produksinya yang relatif lebih tinggi dari ikan lain (Irmawati
2012; Laksana 2012). Aplikasi rGH pada udang galah diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas dengan cara mempercepat pertumbuhan dan
menyeragamkan pertumbuhan sehingga kelangsungan hidup juga dapat
meningkat.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan dosis perendaman hormon
pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang pada pascalarva udang galah
melalui metode perendaman yang menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan
hidup tertinggi.
2
3
BAHAN DAN METODE
Rancangan Percobaan
Penelitian ini terdiri atas 5 perlakuan yang masing-masing mempunyai 3
ulangan. Rancangan percobaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rancangan percobaan perendaman rElGH pada udang galah dengan dosis berbeda
Perlakuan Perendaman dalam air mengandung larutan garam 5 mg/L NaCl
Kontrol-1 Tanpa Serum albumin sapi (BSA) dan tanpa rElGH
Kontrol-2 BSA 100 mg/L, dan tanpa rElGH
I BSA 100 mg/L, dan rElGH 0,15 mg/L
II BSA 100 mg/L, dan rElGH 1,5 mg/L
III BSA 100 mg/L, dan rElGH 15 mg/L
rElGH yang digunakan adalah dalam bentuk total protein bakteri, dan dosis dalam riset ini
berdasarkan bobot basah.
Produksi rElGH
Bakteri yang digunakan adalah E. coli BL21 yang mengandung
konstruksi pCold-ElGH (Alimuddin et al. 2010). Metode kultur bakteri dan
ekstraksi protein mengikuti metode Alimuddin et al. (2010). Skema metode kultur
bakteri bisa dilihat di Lampiran 3. Setelah dipanen bakteri dilisis menggunakan
lisozim (10 mg per ml bufer tris EDTA), protein total diendapkan menggunakan
sentrifus, pelet rElGH dicuci dengan phosphate buffer saline (PBS) sebanyak 2
kali dan disimpan pada suhu -80 oC hingga akan digunakan.
Perendaman PL-35 dan Pemeliharaan Udang Galah
Pascalarva udang galah yang digunakan berasal dari pembenih di daerah
Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat. Benur yang digunakan merupakan PL-35
dengan bobot awal 0,004 gram dan panjang awal 1,1 cm, yang diambil secara
acak sebanyak 30 ekor untuk tiap ulangan dari perlakuan dari total 1000 ekor PL.
Benih dipuasakan sekitar 12 jam sebelum diberi perlakuan perendaman. Benur
udang galah direndam dalam larutan garam 30 g/L NaCl (kejut salinitas) selama 2
menit, lalu dimasukkan ke dalam air mengandung rElGH sesuai dosis perlakuan
(Tabel 1). Pada setiap perlakuan direndam 30 ekor benur udang galah dalam 200
mL media dan dibuat 3 ulangan. Perendaman dalam larutan rElGH dilakukan
selama 1 jam. Pascalarva perlakuan kontrol-1 direndam dalam larutan garam 30
mg/L NaCl (kejut salinitas) selama 2 menit, lalu dimasukkan ke dalam larutan
garam 5 mg/L NaCl (tanpa BSA dan tanpa rElGH) selama 1 jam, dan perlakuan
kontrol-2 diberikan kejut salinitas (larutan garam 30 mg/L NaCl) selama 2 menit,
kemudian dimasukkan dalam larutan garam 5 mg/L NaCl dan BSA 100 mg/L
selama 1 jam.
Udang dipelihara dalam akuarium berdimensi 100x60x60 cm3 dengan
volume air 90 liter yang dibagi menjadi 3 bagian dengan pemisah berupa sekat
styrofoam yang dibalut dengan kain kasa sintetik dengan mesh size 2 mm.
Pascalarva udang galah dipelihara selama 12 minggu dan diberi pakan buatan
kadar protein 30% secara at satiation dan diberikan 3 kali per hari. Pergantian
air dilakukan saat pembersihan sisa pakan, setiap hari pada pagi hari sebanyak
3
2
30% volume akuarium. Penempatan ulangan dari masing-masing perlakuan
dilakukan secara acak.
Parameter Uji dan Analisis Data
Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi pertumbuhan bobot
(Wt), biomassa (Bt), pertumbuhan panjang (PP), kelangsungan hidup (KH) dan
laju pertumbuhan spesifik (LPS). Pengukuran bobot dan biomassa udang galah
menggunakan metode sampling dilakukan setiap 4 minggu. Biomassa dihitung
dengan cara menimbang seluruh ikan dalam satu ulangan sekaligus menggunakan
timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. Kelangsungan hidup juga ikan
dihitung pada saat kegiatan sampling.
Bobot akhir rata-rata
Bobot udang rata-rata setelah pemeliharaan dihitung dengan rumus
berikut:
Wt = Bt / Nt
Keterangan:
Wt : Bobot rata- rata individu udang waktu ke-t (gram/ekor)
Bt : Biomassa udang waktu ke-t (gram)
Nt : Jumlah udang yang hidup pada waktu ke-t (ekor)
Panjang akhir rata-rata
Panjang akhir rata-rata adalah panjang dari masing-masing individu
percobaaan yang ditotal dan dibagi dengan jumlah udang hidup per perlakuan.
Pengukuran panjang dilakukan pada akhir masa pemeliharaan menggunakan
kertas milimeter block.
Kelangsungan hidup
Tingkat kelangsungan hidup (KH) adalah persentase jumlah ikan yang
hidup setelah dipelihara (dalam waktu tertentu) dibandingkan dengan jumlah pada
awal pemeliharaan yang dapat dihitung dengan rumus berikut:
KH =
x 100 %
Keterangan :
KH : Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah udang panen pada waktu t (ekor)
No : Jumlah udang awal pada saat ditebar (ekor)
Laju pertumbuhan spesifik bobot
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) adalah laju pertumbuhan harian atau
persentase pertambahan bobot ikan setiap harinya, yang dihitung dengan rumus:
LPS = [√
] x 100 %
Keterangan :
LPS : Laju pertumbuhan spesifik (% per hari)
t : Periode pengamatan (hari)
4
5
Wt : Bobot rata-rata individu udang waktu ke-t (gram/ekor)
Wo : Bobot rata-rata individu udang waktu ke-0 (gram/ekor)
Analisis Proksimat
Analisis proksimat dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi, Departemen
Budidaya Perairan (BDP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Institut
Pertanian Bogor (IPB). Sampel diambil pada akhir masa pemeliharaan, masing-
masing sebanyak 5 gram untuk kontrol-1 dan perlakuan III. Prosedur analisis
disesuaikan dengan standar yang berlaku di laboratorium Nutrisi. Pengujian
proksimat dimaksudkan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian rElGH terhadap
kandungan gizi pada udang setelah masa pemeliharaan.
Pengukuran Kualitas Air
Suhu air pemeliharaan diukur setiap hari dengan menggunakan
termometer yang terpasang dalam akuarium, sedangkan parameter lain yang
diukur pada akhir pemeliharaan, yaitu: DO, pH, TAN, nitrat dan nitrit. Seluruh
parameter tersebut diukur di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen
BDP, FPIK, IPB.
Analisis Statistik
Efektivitas perlakuan rElGH ditentukan berdasarkan pertumbuhan
panjang, laju pertumbuhan spesifik, biomassa dan kelangsungan hidup ikan. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan metode sidik ragam (ANOVA), uji lanjut
Tukey’s dengan bantuan perangkat lunak Minitab 16 dan Microsoft Excel 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertumbuhan Bobot dan Biomassa Pascalarva Udang Galah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan (bobot rata-rata,
panjang rata-rata, biomassa dan LPS) pascalarva yang direndam dengan rElGH
dosis 15 mg/L (perlakuan III) lebih tinggi (p<0,05) daripada kontrol-1 dan 2
(Tabel 2). Sementara itu, pertumbuhan udang perlakuan I dan perlakuan II tidak
berbeda nyata dengan kontrol-2 (p>0,05). Pertumbuhan terbaik (p<0,05) diperoleh
pada perlakuan III (bobot 1,09±0,01 gram/ekor; biomassa 58,77±1,98 gram; LPS
6,85±0,01%). Biomassa dan LPS terendah adalah kontrol-1, berturut-turut
32,67±1,45 gram dan 6,03±0,04 %.
Pada Gambar 1 terlihat bahwa terdapat pertambahan bobot pada tiap
perlakuan. Peningkatan pertumbuhan sudah bisa terlihat pada minggu ke-4
pemeliharaan tetapi masih terlihat sama. Pada minggu ke-8 udang galah
mengalami pertumbuhan yang signifikan antar perlakuan dan sudah mulai terlihat
perbedaannya. Hal ini berlangsung hingga minggu ke-12 pemeliharaan khususnya
perlakuan III. .
ii
Tabel 2. Bobot, biomassa, panjang karapas, panjang total, laju pertumbuhan spesifik (LPS) bobot dan kelangsungan hidup (KH) udang galah yang direndam dengan
rElGH dosis berbeda selama 1 jam.
Perlakuan
Parameter
Bobot rata-rata Biomassa Panjang karapas Panjang total SGR bobot KH (%)
(gram/ekor) (gram) rata-rata (cm) rata-rata (cm) (% per hari)
Kontrol-1 0,57±0,04c 32,67±1,45
c 1,70±0,32
c 3,82±0,63
c 6,04±0,04
c 63,33±1,75
a
Kontrol-2 0,67±0,03b 38,08±0,95
b 1,82±0,35
bc 3,99±0,74
bc 6,24±0,03
b 64,44±1,75
a
I (0,15 mg/L) 0,68±0,04b 38,09±2,42
b 1,88±0,23
bc 4,07±0,48
bc 6,26±0,04
b 65,56±2,37
a
II (1,5 mg/L) 0,70±0,02b 37,54±1,06
b 2,02±0,42
b 4,36±0,82
b 6,29±0,02
b 63,33±1,75
a
III (15 mg/L) 1,09±0,01a 58,77±1,98
a 2,36±0,52
a 5,09±1,01
a 6,86±0,01
a 60,00±1.90
a
Data berdasarkan rata-rata dari 3 ulangan untuk masing-masing perlakuan setelah pemeliharaan selama 12 minggu. Huruf superskrip berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).
6
10
Gambar 1. Bobot rata-rata udang galah yang diberi perlakuan perendaman dengan hormon
pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (rElGH) dosis berbeda, kontrol-1, kontrol-2. Udang
dipelihara selama 12 minggu. Kontrol-1: pascalarva udang galah tidak direndam dengan rElGH
dan BSA selama 1 jam; kontrol-2: pascalarva udang vaname direndam dengan BSA 100 mg/L
tanpa rElGH selama 1 jam; perlakuan I: pascalarva udang galah direndam rElGH dosis 0,15
mg/L+BSA selama 1 jam; perlakuan II: pascalarva udang galah direndam rElGH dosis 1,5
mg/L+BSA selama 1 jam; perlakuan III: pascalarva udang galah direndam rElGH dosis 15
mg/L+BSA selama 1 jam.
Peningkatan pertumbuhan pascalarva udang galah menunjukkan bahwa
rElGH aktif menginduksi pertumbuhan udang. Bobot rata-rata udang perlakuan III
mencapai 90,36% lebih tinggi daripada kontrol-1 (0,57±0,04 gram/ekor).
Biomassa udang perlakuan III sekitar 79,9% lebih tinggi dibandingkan kontrol-1
(32,67±1,45 gram), panjang total rata-rata perlakuan III sekitar 33,3% lebih tinggi
daripada kontrol-1 (3,82±0,63 cm), serta LPS peralakuan III sekitar 13,6% lebih
tinggi daripada kontrol-1 (6,04±0,04%) (Tabel 3). Secara visual perbedaan
pertumbuhan udang galah pada perlakuan perendaman rElGH dengan dosis
berbeda setelah dipelihara selama 12 minggu ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Ukuran akhir udang galah yang direndam dengan hormon pertumbuhan rekombinan
ikan kerapu kertang (rElGH) dengan dosis berbeda selama 1 jam. Pemeliharaan dilakukan selama
12 minggu pascaperendaman.
Kelangsungan hidup pascalarva udang galah yang direndam dengan
rElGH pada dosis berbeda dan kontrol adalah tidak berbeda nyata (p>0,05),
berkisar 60-65,6% (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman
tidak mempengaruhi kelangsungan hidup PL udang galah.
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0 4 8 12
Bo
bo
t (g
ram
)
Waktu (minggu)
Kontrol-1
Kontrol-2
I
II
III
1,0
7
11
Proksimat Udang Galah
Kandungan nutrien udang galah (kadar air, kadar abu, protein, lemak, serat
kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen / BETN) ditampilkan pada Tabel 3.
Penggunaan rElGH pada pascalarva udang vaname menurunkan kadar protein
dan serat kasar pada perlakuan III, namun untuk kadar air, kadar abu, lemak dan
BETN sedikit lebih tinggi dibandingkan kontrol-1.
Tabel 3. Kandungan proksimat (bobot akhir basah, %) pascalarva udang galah perlakuan rElGH
terbaik (perlakuan III, dosis 15 mg/L) dan kontrol.
Kode Sampel Kadar Air Kadar Abu Protein Lemak SK BETN
Kontrol-1 71,60 4,08 15,14 2,36 2,52 4,30
Perlakuan III 70,66 4,17 13,82 2,51 2,13 6,71
Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Departemen BDP, FPIK, IPB. SK: serat
kasar; BETN: bahan ektrak tanpa nitrogen; kontrol-1: perendaman tanpa rElGH dan serum
albumin sapi (BSA); perlakuan III: dosis perendaman 15 mg/L dengan BSA 100 mg/L.
Kualitas Air
Data kualitas air selama masa pemeliharaan pascalarva udang galah
disajikan dalam Tabel 4. Kualitas air yang diamati selama penelitian masih dalam
kisaran optimal yang mendukung kegiatan budidaya udang galah, sehingga
perbaikan pertumbuhan udang galah pada perlakuan perendaman rElGH bukan
diakibatkan oleh perbedaan kualitas air media pemeliharaan.
Tabel 4. Kualitas air media pemeliharaan pascalarva udang galah yang direndam dengan rElGH
pada dosis berbeda.
Parameter Kisaran Nilai Kisaran Optimum
Suhu 28 - 30 oC 26 - 32
oC (Boyd dan Zimmerman 2000)
DO 4,9 - 5,9 mg/L 3 - 7 mg/L ( Boyd dan Zimmerman 2000)
pH 7,49 - 7,81 7 - 8,5 (Boyd dan Zimmerman 2000)
TAN 0,205 -0,369 mg/L <0,5 mg/L (Boyd dan Zimmerman 2000)
Nitrat 0,143 - 0,334 mg/L <10,0 mg/L (Boyd dan Zimmerman 2000)
Nitrit 0,382 - 0,640 mg/L <1,0 mg/L (Boyd dan Zimmerman 2000)
Uji kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen BDP, FPIK, IPB.
Pembahasan
Perendaman pascalarva udang galah menggunakan rElGH dengan dosis 15
mg/L menunjukkan hasil terbaik dengan peningkatan bobot, panjang, biomassa
dan LPS yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 1; Tabel 2).
Dosis ini sama dengan yang terbaik pada PL-2 udang vaname (Subaedah 2013).
Hal ini mengindikasikan bahwa dosis rElGH pada udang spesies lainnya juga
akan sama. Waktu perendaman berpengaruh terhadap efektivitas penyerapan
hormon pertumbuhan oleh udang. Pada penelitian ini lama waktu perendaman
adalah 1 jam. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini berada dalam kisaran
yang dilaporkan oleh Sonnenschein (2001), yakni 60-120 menit. Hasil terbaik
pada perendaman pascalarva udang vaname adalah 3 jam (Laksana 2012). Dengan
demikian kemungkinan besar lama perendaman pada penelitian ini belum
maksimal, dan hal ini perlu dibuktikan pada penelitian berikutnya.
8
12
Dosis perendaman udang galah 15 mg/L selama 1 jam dan dipelihara
selama 12 minggu menunjukkan peningkatan bobot rata-rata 90,4% dan panjang
total rata-rata 33,2% lebih tinggi daripada kontrol. Hasil ini lebih tinggi dengan
penelitian Subaedah (2013) tentang dosis terbaik rElGH untuk perendaman udang
vaname yaitu 15 mg/L selama 1 jam dan dipelihara selama 18 hari dengan
peningkatan bobot 37,8% dan panjang tubuh 12,7% lebih besar dibandingkan
kontrol. Pada udang galah pertumbuhan signifikan mulai terlihat jelas pada
sampling ke-2 (minggu ke-8) pemeliharaan. Terlihat bahwa perlakuan dosis
perendaman 15 mg/L memiliki pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan kontrol
dan semua perlakuan. Pertambahan panjang secara umum semakin besar seiring
dosis perlakuan yang semakin besar. Dari 2 pengukuran panjang yaitu panjang
karapas dan panjang total keduanya menunjukkan bahwa panjang tertinggi adalah
hasil perendaman dosis 15 mg/L dan yang terendah adalah kontrol. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Moriyama dan Kawauchi (2004) pemberian rsGH
(recombinant salmon growth hormone) pada Haliotis discus hannai dapat
meningkatkan bobot dan diikuti dengan peningkatan cangkang abalon. Pascalarva
udang galah yang direndam dengan rElGH 15 mg/L menunjukkan biomassa
terbaik (58,77±1,98 gram) yang berbeda nyata (p<0,05) dengan semua perlakuan,
sedangkan perlakuan terendah adalah kontrol (32,67±1,46 gram).
Perendaman pascalarva udang galah dengan rElGH tidak memberikan
pengaruh terhadap kelangsungan hidup. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian
Acosta et al. (2009) yang menyatakan bahwa pemberian rGH pada larva dapat
meningkatkan kelangsungan hidup dan daya tahan terhadap stres dan infeksi
penyakit. Terdapat kesamaan hasil antara penelitian ini dengan penelitian
Santiesteban et al. (2010) pemberian rGH ikan nila melalui metode perendaman
juga tidak menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup. Tidak adanya pengaruh
rGH terhadap kelangsungan hidup udang juga dilaporkan oleh Sonnenschein
(2001) dan Laksana (2012). Beberapa faktor yang mempengaruhi kelangsungan
hidup antara lain kualitas air, daya tahan tubuh udang, serangan penyakit
(Laksana 2012) serta kanibalisme saat terdapat salah satu atau lebih udang yang
moulting.
Kandungan gizi udang galah kontrol dan perlakuan terbaik dilihat melalui
analisis proksimat (Tabel 3). Udang galah yang direndam dengan rElGH 15 mg/L
mempunyai kadar protein 9,55% lebih rendah, serat kasar 18,31% lebih rendah
dan kadar air 1,33% lebih rendah daripada kontrol. Akan tetapi kadar lemak lebih
tinggi 6,33%, kadar abu 2,21% lebih tinggi dan BETN 56,05% lebih tinggi
daripada kontrol. Penurunan kadar protein dan kenaikan kadar lemak lemak juga
terjadi pada penelitian Laksana (2012) yang menunjukkan bahwa udang vaname
yang direndam dengan rElGH dengan dosis 15 mg/L selama 3 jam mempunyai
kadar protein lebih rendah dan lemak lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Penurunan kadar protein dan lemak diduga digunakan udang untuk memenuhi
kebutuhan energinya (Laksana 2012). Hormon pertumbuhan dapat meningkatkan
nafsu makan yang mengakibatkan perilaku organisme lebih aktif, oleh karena itu
udang yang direndam dengan rElGH lebih banyak menggunakan protein untuk
memenuhi kebutuhan energinya daripada kontrol. Dalam penelitian ini pemberian
pakan dibuat sama. Protein merupakan sumber energi utama, sehingga protein
dalam pakan diharapkan secara optimum digunakan untuk pertumbuhan (Hariyadi
et al. 2005; Aminah 2012). Berdasarkan hasil penelitian ini, diduga bahwa GH
9
13
merangsang penggunaan protein untuk energi dan pertumbuhan dibandingkan
ikan kontrol.
Penggunaan metode perendaman pada larva udang galah lebih efisien
karena lebih mudah dan praktis dilaksanakan, lebih cepat jika digunakan untuk
perlakuan massal dan dapat meminimalisir stres saat perlakuan pemberian rGH
pada larva. Radiolabeled-BSA ditemukan pada insang dan pada epidermis ikan
rainbow trout setelah peredaman dalam larutan dan diduga bahwa masuknya
larutan tersebut melalui insang (Smith 1982 dalam Moriyama dan Kawauchi
1990). Pada perendaman PL-35 udang galah penyerapan rElGH tidak hanya
melalui insang tetapi juga diduga melalui kulit udang karena pada fase pascalarva
kulit udang masih tipis sehingga rGH lebih mudah masuk ke dalam tubuh
(Laksana 2012). Penggunaan larutan garam 30 mg/L NaCl sebagai kejut salinitas
selama 2 menit sebelum udang galah direndam dengan rElGH adalah untuk
memanipulasi tekanan osmotik cairan tubuh agar penyerapan hormon
pertumbuhan lebih maksimal. Kondisi hipertonik mengakibatkan air dan cairan
tubuh organisme air tawar cenderung keluar. Kemudian udang dipindahkan ke air
perendaman yang mengandung rElGH dengan salinitas 5 mg/L NaCl, sehingga
udang akan beradaptasi menyesuaikan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan
menyerap air pada media perendaman. Dengan proses osmoregulasi tersebut
diharapkan hormon pertumbuhan yang terserap ke dalam tubuh akan lebih
banyak.
Pada ikan mekanisme kerja rGH adalah ketika rGH masuk ke dalam tubuh
akan dialirkan oleh sistem peredaran darah menuju organ target seperti hati, dan
ginjal (Affandi dan Tang 2002). Reseptor hormon umumnya bersifat spesifik,
reseptor hormon terdiri atas beberapa molekul protein yang dapat mengenali satu
macam hormon saja (Partodihardjo 1980; Affandi dan Tang 2002). Beberapa
reseptor hormon pertumbuhan terdapat pada hati, jaringan adipose, limposit,
timosit, dan ovari (Baulieu dan Kelly 1885; Affandi dan Tang 2002). Hormon
pertumbuhan rekombinan yang masuk ke dalam tubuh organisme akan
ditransportasikan ke organ hati untuk memacu produksi insulin-like-growth factor
I (IGF-1). Hormon pertumbuhan akan terikat pada reseptor yang terdapat di hati
selanjutnya menstimulasi sintesis dan pelepasan IGF-1. Moriyama dan Kawauchi
(2000) melaporkan bahwa IGF-1 berperan dalam regulasi metabolisme protein,
lemak, karbohidrat, mineral di dalam sel, diferensisasi dan perkembangan sel,
yang akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan. Pada penelitian ini kadar lemak
dan karbohidrat meningkat, diduga rElGH dapat menyebabkan peningkatan
anabolisme lemak dan karbohidrat pada udang.
BSA merupakan protein yang diekstrak dari susu sapi. BSA berfungsi
sebagai stabilizer bagi beberapa enzim selama proses digesti DNA dan
meningkatkan sinyal dalam pengujian karena rendahnya efek dalam beberapa
reaksi kimia. BSA juga bisa berperan sebagai pembawa molekul kecil. Beijeren et
al. (2012) menyatakan bahwa karena bermuatan negatif BSA dapat mengikat air,
garam, asam lemak, vitamin dan hormon, kemudian membawa komponen terikat
ke dalam sel atau jaringan. Penggunaan BSA terutama dikarenakan hanya
suplemen protein yang diperlukan atau diinginkan oleh sel, sedangkan komponen
selain itu tidak (Sigma-Aldrich 2014). Pada penelitian ini kerja BSA diharapkan
dapat mengikat molekul rElGH dan membawanya masuk ke dalam sel, sehingga
dengan penggunaan BSA daya terima sel terhadap molekul rElGH yang diberikan
10
10
14
melalui metode perendaman juga meningkat. Implikasinya adalah apabila rElGH
yang masuk semakin banyak, maka akan lebih bisa menstimulasi dan memacu
pertumbuhan udang galah. Pada penelitian ini udang yang direndam dengan BSA
pada kontrol-2 menunjukkan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan
perendaman 0,15 mg/L dan 1,5 mg/L, namun berbeda nyata (p<0,05) 16,9% lebih
besar dan 4,5% lebih panjang daripada kontrol-1. Peningkatan bobot kontrol-2
dibandingkan kontrol-1 diduga karena BSA sendiri merupakan protein sehingga
saat dilarutkan dalam air juga terserap ke dalam tubuh udang galah walaupun
tanpa membawa rElGH. Protein tersebut terakumulasi dalam tubuh udang galah
dan diduga termanfaatkan sebagai sumber energi yang digunakan untuk
pertumbuhan. Karena jumlah protein dalam tubuh udang galah perlakuan kontrol-
2 lebih banyak daripada kontrol, maka pertumbuhannya pun juga lebih cepat
daripada kontrol.
Teknologi perendaman hormon pertumbuhan rekombinan (rElGH) pada
pascalarva udang galah lebih aplikatif jika dilakukan di lapangan oleh
pembudidaya dibandingkan metode injeksi. Karena pengerjaannya akan lebih
cepat dan ekonomis untuk skala massal. Aplikasi penggunaan rElGH pada udang
galah diharapkan dapat meningkatkan produktivitas melalui akselerasi
pertumbuhan. Udang yang diberi hormon pertumbuhan rekombinan bukan
merupakan genetically modified organism (GMO) karena sifat rGH yang tidak
bertahan lama dalam tubuh dan juga tidak diturunkan oleh suatu organisme. Oleh
karena itu perlu dilakukan pemberian rGH kembali pada organisme ketika masa
efektif rGH dalam tubuh hampir habis. Subaedah (2013) melakukan perendaman
PL-2 udang vaname dengan rElGH dan dilanjutkan pemberian rElGH melalui
pakan menunjukkan pertumbuhan 40,1% lebih besar daripada kontrol, sedangkan
jika direndam saja pertumbuhan udang vaname lebih besar 37,8% daripada
kontrol. Mengacu pada penelitian tersebut, diduga bahwa pemberian rGH pada
udang galah dengan metode perendaman pada vase larva kemudian dilanjutkan
dengan pemberian rGH melalui pakan pada fase pembesaran dapat meningkatkan
pertumbuhan dan biomassa udang galah daripada hanya melalui metode
perendaman saja atau oral saja.
KESIMPULAN
Dosis perendaman rElGH 15 mg/L selama 1 jam memberikan peningkatan
bobot, panjang dan biomassa benih udang galah tertinggi. Perendaman pascalarva
udang galah dengan rElGH tidak mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
11
15
DAFTAR PUSTAKA
Acosta J, Estrada MP, Carpio Y, Ruiz O, Morales R, Martinez E, Valdes J,
Borroto C, Besada V, Sanchez A, Herrera F. 2009. Tilapia somatotropin
polypeptides: potent enhanchers of fish growth and innate immunity.
Biotecnologia Aplicada 26: 267-272.
Ali F. 2007. Growth of Indonesian freshwater prawn (Macrobranchium
rosenbergii) in a closed aquaculture system with artificial shelter.
LIMNOTEK 14: 29-36.
Alimuddin, Lesmana I, Sudrajat AO, Carman O, Faizal I. 2010. Production and
bioactivity potential of three recombinant growth hormones of farmed
fish. Indonesian Aquaculture Journal 5: 11-17.
Aminah. 2012. Aplikasi Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang
pada Glass Eel dengan Dosis Perendaman Berbeda [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Affandi R, Tang UM. 2002. Fisologi Hewan Air. Riau (ID). Riau Univ Pr.
[BBBAT] Balai Besar Budidaya Air Tawar Sukabumi. 2013. Udang Galah.
http://bbat-sukabumi.tripod.com/tbenihudang.html [29 September 2013]
Beijeren Pv, Kreis P, Zeiner T. 2012. Ion enxchange membrane absorption of
bovine serum albumin-operating and buffer conditions on breakthrough
curves. Journal of Membrane Science 415-416: 568-576.
Boyd C, Zimmermann S. 2000. Grouw-out system – water quality and soil
management of feshwater prawn culture: the farming of Macrobranchium
rosenbergii. Blackwell Publishing Ltd 12:221-238
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Data Permintaan Udang Galah.
http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=815 [16 Mei 2014]
Laksana DP. 2012. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Pascalarva Udang
Vaname Diberi Hormon Pertumbuhan Rekombinan Dengan Lama
Perendaman Berbeda [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Moriyama S, Kawauchi H. 2000. Growth regulation by insulin-like growth factor-
I in Fish. Biosci Biotechnol Biochem 64: 1553-1562.
Moriyama S, Kawauchi H. 2004. Somatic growth acceleration of juvenile
abalone, Haliotis discus hannai, by immersion in and intramuscular
injection of recombinant salmon growth hormone. Aquaculture 229: 469-
478.
Ratnawati P. 2012. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame
yang Diberi Hormon Pertumbuhan Rekombinan Dengan Lama
Perendaman Yang Berbeda [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Ristek] Kementrian Riset dan Teknologi. 2012. Produksi Udang Galah Nasional.
http://insentif.ristek.go.id/new_insinas/detail_penelitian.php?
&id=1605&id_form=FORM__d943fe76189e5dc86542249eb4fc5586aadf
83f1 [16 Mei 2004]
Rousseau K, Dufour S. 2007. Comparative aspects of HP and metabolic
regulation in lower vertebrates. Neuroendocrinol 86: 165-174.
Santiesteban D, Martín L, Arenal A, Franco R, Sotolongo J. 2010. Tilapia growth
hormone binds to a receptor in brush border membrane vesicles from the
12
16
hepatopancreas of shrimp Litopenaeus vannamei. Aquaculture 306: 338–
342.
Sigma-Aldrich. 2014. Application of Bovine Serum Albumin (BSA) – Fraction
V. http://www.sigmaaldrich.com/catalog/product/sigma/85040c?lang=en&
region=ID. [17 Maret 2014]
Sonnenschein L. 2001. Method of stimulating growth in aquatic animals using
growth hormones. United States: United States Patent.
Subaedah S. 2013. Respons Pertumbuhan dan Imunitas Udang Vaname
Litopenaeus vannamei Terhadap Pemberian Hormon Pertumbuhan
Rekombinan Ikan Kerapu Kertang [Disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
13
17
14
18
LAMPIRAN
15
19
Lampiran 1. Analisis statistik parameter pertumbuhan udang galah
Bobot akhir rata-rata
Source DF SS MS F P
Perlakuan 4 0,482349 0,120587 141,03 0
Error 10 0,00855 0,000855
Total 14 0,490899
S = 0,02924 R-Sq = 98,26% R-Sq(adj) = 97,56%
Individual 99% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev --------+---------+---------+---------+-
1 3 0,5721 0,0367 (---*--)
2 3 0,6690 0,0260 (---*--)
3 3 0,6792 0,0392 (--*---)
4 3 0,6960 0,0235 (--*---)
5 3 1,0892 0,0127 (--*--)
--------+---------+---------+---------+-
0,64 0,80 0,96 1,12
Pooled StDev = 0,0292
Grouping Information Using Tukey Method
Perlakuan N Mean Grouping
5 3 1,08919 A
4 3 0,69600 B
3 3 0,67921 B
2 3 0,66897 B
1 3 0,57215 C
Means that do not share a letter are significantly different.
Biomassa
Source DF SS MS F P
perlakuan 4 138,04 34,51 12,43 0,001
Error 10 27,76 2,78
Total 14 165,8 S = 1.666 R-Sq = 83.26% R-Sq(adj) = 76.56%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev -----+---------+---------+---------+----
1 3 10.890 1.447 (-----*-----)
2 3 12.693 0.945 (-----*-----)
3 3 12.697 2.421 (-----*-----)
4 3 12.513 1.059 (-----*-----)
5 3 19.590 1.977 (-----*-----)
-----+---------+---------+---------+----
10.5 14.0 17.5 21.0
Pooled StDev = 1.666
Grouping Information Using Tukey Method
Perlakuan N Mean Grouping
5 3 19.590 A
3 3 12.697 B
2 3 12.693 B
4 3 12.513 B
1 3 10.890 C
Means that do not share a letter are significantly different.
16
20
Kelangsungan hidup
Source DF SS MS F P
perlakuan 4 34,1 8,5 0,16 0,952
Error 10 518,5 51,9
Total 14 552,6 S = 7,201 R-Sq = 6,17% R-Sq(adj) = 0,00%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev -----+---------+---------+---------+----
1 3 63,333 5,774 (---------------*--------------)
2 3 64,444 5,774 (---------------*--------------)
3 3 65,555 10,715 (---------------*--------------)
4 3 63,333 5,774 (--------------*--------------)
5 3 60,000 6,667 (--------------*--------------)
-----+---------+---------+---------+----
54,0 60,0 66,0 72,0
Pooled StDev = 7,201
Grouping Information Using Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping
2 3 63,333 A
1 3 63,333 A
3 3 62,222 A
5 3 60,000 A
4 3 60,000 A
Means that do not share a letter are significantly different.
Panjang karapas rata-rata
Source DF SS MS F P
perlakuan 4 11,526 2,882 19,4 0
Error 10 34,171 1,149
Total 14 45,697 S = 0.3854 R-Sq = 25.22% R-Sq(adj) = 23.92%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev ------+---------+---------+---------+---
1 57 1.7191 0.3187 (----*---)
2 58 1.8170 0.3547 (----*---)
3 59 1.8745 0.2373 (---*---)
4 57 2.0170 0.4265 (----*---)
5 54 2.3553 0.5266 (---*----)
------+---------+---------+---------+---
1.75 2.00 2.25 2.50
Pooled StDev = 0.3854
Grouping Information Using Tukey Method
Perlakuan N Mean Grouping
5 57 2.3553 A
4 58 2.0170 B
3 59 1.8745 B C
2 57 1.8170 B C
1 54 1.7191 C
Means that do not share a letter are significantly different.
17
21
Panjang total rata-rata
Source DF SS MS F P
perlakuan 4 51,739 12,935 21.98 0
Error 10 135,36 0,589
Total 14 187,009 S = 0.7672 R-Sq = 27.65% R-Sq(adj) = 26.40%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev ---------+---------+---------+---------+
1 57 3.7915 0.6386 (----*---)
2 58 3.9298 0.7492 (----*---)
3 59 3.9766 0.4860 (----*---)
4 57 4.3553 0.8280 (---*----)
5 54 5.0894 1.0256 (----*---)
---------+---------+---------+---------+
4.00 4.50 5.00 5.50
Pooled StDev = 0.7672
Grouping Information Using Tukey Method
Perlakuan N Mean Grouping
5 57 5.0894 A
4 58 4.3553 B
3 59 3.9766 B C
2 57 3.9298 B C
1 54 3.7915 C
Means that do not share a letter are significantly different.
LPS
Source DF SS MS F P
perlakuan 4 1,13243 0,28311 88,58 0
Error 10 0,03196 0,0032
Total 14 1,16439 S = 0.05653 R-Sq = 97.26% R-Sq(adj) = 96.16%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev -+---------+---------+---------+--------
1 3 6.0383 0.0797 (--*-)
2 3 6.2369 0.0486 (-*--)
3 3 6.2554 0.0721 (--*--)
4 3 6.2872 0.0431 (-*--)
5 3 6.8558 0.0148 (--*--)
-+---------+---------+---------+--------
6.00 6.25 6.50 6.75
Pooled StDev = 0.0565
Grouping Information Using Tukey Method
Perlakuan N Mean Grouping
5 3 6.8558 A
4 3 6.2872 B
3 3 6.2554 B
2 3 6.2369 B
1 3 6.0383 C
Means that do not share a letter are significantly different.
18
22
Lampiran 2. Rancangan percobaan
K3 KB2 III1 K2 I3 II1 II2 I2 KB1 KB3 III2 I1 III3 II3 K1
Penelitian ini menggunakan desain rancangan acak lengkap, terdiri dari 5
perlakuan yang masing-masing memiliki 3 ulangan. Gambar di atas merupakan tata letak
akuarium percobaan dari masing-masing ulangan perlakuan yang disusun secara acak.
Keterangan:
K : Kontrol-1
KB : Kontrol-2
I : Perlakuan dosis perendaman 0,15 mg/L
II : Perlakuan dosis perendaman 01,5 mg/L
III : Perlakuan dosis perendaman 15 mg/L
19
23
Lampiran 3. Skema produksi rElGH (Alimuddin et al. 2010)
20
24
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mojokerto, 2 Juni 1992. Pendidikan formal yang
ditempuh adalah di SDN Claket 1 (1998-2004), SMPN 1 Pacet (2004-2007),
kemudian berlanjut di SMAN 1 Mojosari (2007-2010). Tahun 2010 penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui jalur
SNMPTN.
Selama masa perkuliahan di IPB penulis aktif di berbagai organisasi
kemahasiswaan antara lain sebagai anggota dan pengurus Himpunan Mahasiswa
Surabaya Plus (Himasurya) 2010 – sekarang, staf Departemen Komunikasi dan
Informasi BEM FPIK IPB 2011-2012, Kepala Departemen Komunikasi dan
Informasi BEM FPIK IPB 2012-2013. Penulis juga aktif di beberapa komunitas
kemahasiswaan seperti IPB Youth Jornalist (IYJ) dan Public Relation Community
IPB (PRC IPB). Selain itu penulis juga pernah terlibat di berbagai kepanitiaan di
antaranya sebagai Ketua Pelaksana IGTS 2010 (IPB Goes to School) region
Mojokerto, OMBAK (Orientasi Mahasiswa Baru Perikanan dan Kelautan),
Kepala Divisi Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi Gebyar Perikanan dan
Kelautan 2012, AQUAFEST 2012 dan 2013, IPB Jurnalistic Fair, Kompas Day,
dll. Penulis juga aktif di beberapa kegiatan akademis sebagai asisten praktikum
Dasar-Dasar Genetika Ikan 2012, asisten Bioteknologi Akuakultur 2013, asisten
Ikan Hias dan Akuaskap 2014, dan asisten Engineering Akuakultur 2014.
Penulis pernah melakukan kegiatan magang di BBAP Situbondo dengan
spesialisasi pembenihan ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) pada tahun
2012. Kemudian penulis melakukan Praktik Lapang Akuakultur di BBL Lombok
dengan spesialisasi pembesaran lobster pasir (Panulirus homarus). Penulis aktif
dalam menulis karya ilmiah, beberapa judul program kreativitas mahasiswa
bidang penelitian berhasil didanai oleh DIKTI dengan judul antara lain
“Peningkatan Produktifitas Abalone Memalui Metode Cross-Breeding Halotis
asinina dan Halotis squamata” (2012), “KOI-PROTECTOR: Meode Pencegahan
KHV Pada Ikan Koi berbasis Vaksin DNA” dan “Aplikasi Egg Stimulant Untuk
Meningkatkan Performa Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus)” (2013),
serta satu judul Gagasan Tertulis “Fishmed: Portal Penyedia Informasi Penyakit
Ikan Berbasis Web” (2014). Penulis juga merupakan salah satu peserta PIMNAS
XXVI di Mataram tahun 2013.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Budidaya Perairan, FPIK IPB, penulis melakukan penelitian yang
berjudul “Penentuan Dosis Perendaman Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan
Kerapu Kertang Pada Pascalarva Udang Galah” dibimbing oleh Dr. Alimuddin,
S.Pi, M.Sc dan Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc.
21