penelitian untuk tesis magister perbankan syariah program...
TRANSCRIPT
PENGARUH KECUKUPAN MODAL, PENYALURAN PEMBIAYAAN,
TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP
PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH
PERIODE 2011 – 2018
Penelitian untuk Tesis Magister Perbankan Syariah
Program Studi Magister Perbankan Syariah
Tesis
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Master Ekonomi (M.E.) pada Fakultas Ekonomi Bisnis
Diajukan Oleh :
Satrio Yudo Pratomo
NIM 21170850000019
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2019
i
Lembar Persetujuan Tesis
PENGARUH KECUKUPAN MODAL, PENYALURAN PEMBIAYAAN,
TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP
PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH
PERIODE 2011 – 2018
Diajukan Oleh :
Satrio Yudo Pratomo
NIM 21170850000019
Disetujui oleh :
Pembimbing
Dr. Sofyan Rizal, M.Si NIP : 197604302011011002
Ketua Prodi
Dr. Herni Ali Husin Thalib, SE, M.M. NIDN : 0422125902
ii
Lembar Pengesahan Ujian Tesis
Hari ini, Jumat, 14 Juni 2019 telah dilakukan uji tesis atas nama mahasiswa :
NAMA : Satrio Yudo Pratomo
NIM : 21170850000019
JURUSAN : Magister Perbankan Syariah
JUDUL TESIS : Pengaruh Kecukupan Modal, Penyaluran Pembiayaan,
Tingkat Pembiayaan Bermasalah Terhadap Profitabilitas
Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2018
Setelah mencermati dana memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian tesis, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan tesis ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Juni 2019
1. Dr. Herni Ali HT., SE., MM. ( .......................................... )
NIDN 04221255902 Ketua
2. Ade Suherlan, SE., MM., MBA ( .......................................... )
NIP 198005252009121001 Sekretaris
3. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( .......................................... )
NIP : 197604302011011002 Pembimbing
4. Prof. Dr. Azzam S. Jasin, MBA. ( .......................................... )
Penguji Ahli
iii
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini adalah benar – benar
merupakan hasil karya pribadi saya dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan
oleh orang lain pada perguruan tinggi lain dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam tesis ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Jakarta, 14 Juni 2019
Yang menyatakan
Satrio Yudo Pratomo
21170850000019
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Satrio Yudo Pratomo
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Juni 1990
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Alamat : Menteng Rawa Panjang GG. Makmur II No. 6 RT
010/008, Menteng Atas, Setia Budi, Jakarta Selatan,
12960
Agama : Islam
Telepon : 081280122260
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1997 – 2003 : SDN 02 Pagi Menteng Atas
2003 – 2005 : SLTP N 3 Jakarta
2005 – 2008 : SMA 17 AGUSTUS 1945
2008 – 2013 : UNIVERSITAS NASIONAL
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Yudo Chandra Sudjono
Ibu : Sri Mukmini
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang
telah menganugerahkan sedikit dari waktu dan ilmu-Nya dan memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. “Pengaruh
Kecukupan Modal, Penyaluran Pembiayaan, Tingkat Pembiayaan Bermasalah
Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2018”.
Penulisan proposal tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Master Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Jakarta.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan, bimbingan serta dorongan
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan tesis ini, sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini saya ingin
menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. Selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memajukan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
menjadi semakin baik.
3. Bapak Dr. Herni Ali Husin Thalib, SE., MM selaku Ketua Program Studi
Magister Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menjadikan Prodi Magister
Perbankan Syariah semakin berkualitas.
vi
4. Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan
bijak membimbing, memberi dukungan, dan membantu penulis dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Magister Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
6. Bapak dan Ibu jajaran staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta terkhusus staf Magister Perbankan Syariah, yang telah membantu
memperlancar saya dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tua, kakak dan adik yang selalu melimpahkan kasih sayang serta
dukungan dan do’a sehingga menjadi motivasi penulis untuk segera
menyelesaikan tesis ini.
8. Istri tercinta yang selalu memberikan support dan membantu penulis dengan
penuh kesabaran sampai dengan tesis ini.
9. Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran tesis ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dorongan, motivasi, bantuan, dan
doa yang telah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap tesis ini dapat berguna
bagi pembaca dan dunia ilmu pengetahuan.
vii
Jakarta, Juni 2019
Penulis
SATRIO YUDO PRATOMO
NIM:21170850000019
viii
ABSTRACT
THE EFFECT OF CAPITAL ADEQUACY, FINANCING, NON PERFORMING
FINANCING TO PROFITABILITY OF SHARIA COMMERCIAL BANKS
PERIOD 2011 – 2018
In this era, the interest of the community that grows up in Islamic
economy, the population of Islamic society in Indonesia is quite a lot. Especially
in the banking sector which is quite popular in the public. Profitability is one
aspect which can be an assessment for the community.
Capital becomes an important part in distributing financing to the
community for economy grows and is productive. Indicators on capital in each
financial report can be seen in the Capital Adequacy Ratio, where the ratio of
liquid and how much the level of financing is in the Financing Deposit Ratio and
the failure rate of financing through Non Performing Financing. This indicator is
one of the assessments of the level of profitability of Islamic banking through
Return On Asset.
The results of this study show of the influence of the Capital Adequacy
Ratio, Financing Deposit Ratio, Non Performing Financing. significant effect
simultaneously on Return On Assets. So that the indicators of capital adequacy,
financing distribution and the level of risk of failure from financing also have a
partial effect. Funding and the level of risk of financing failure have a negative
effect on profitability.
Keywords : Financing, Capital, NPF, FDR CAR, ROA
ix
ABSTRAK
PENGARUH KECUKUPAN MODAL, PENYALURAN PEMBIAYAAN,
TINGKAT PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS
PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2011 – 2018
Pada di era ini minat masyarakat yang tumbuh untuk menjalankan
perekonomian secara hukum islam dimana populasi masyarakat islam di
Indonesia yang cukup banyak. Terutama pada sektor perbankan yang cukup
banyak diminati oleh masyarakat. Profitabilitas salah satu aspek dimana dapat
menjadi penilaian bagi masyarakat.
Permodalan menjadi bagian penting dalam mendistribusikan pembiayaan
pada masyarakat agar perekonomian tumbuh dan produktif. Indikator pada
permodalan di setiap laporan keuangan dapat dilihat pada Capital Adequacy
Ratio, dimana rasio yang likuid pada permodalan dan berapa besar tingkat
penyaluran pembiayaan pada Financing Deposit Ratio dan bagaimana tingkat
kegagalan dari pembiayaan melalui Non Performing Financing. Pada indikator ini
menjadi salah satu penilaian bagaimana tingkat profitabilitas perbankan syariah
melalui Return On Asset.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bagaimana hasil dari pengaruh
Capital Adequacy Ratio, Financing Deposit Ratio, Non Performing Financing.
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Sehingga pada indikator
kecukupan modal, penyaluran pembiayaan dan tingkat risiko kegagalan dari
pembiayaan pun berpengaruh secara parsial. Penyaluran pembiayaan dan tingkat
risiko kegagalan dari pembiayaan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
Kata Kunci : Pembiayaan, Permodalan, NPF, FDR CAR, ROA
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS .................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Fokus Permasalahan ................................................................... 9
1.2.1. Batasan Masalah ......................................................................... 9
1.2.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .................................................. 9
1.3.1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
1.3.2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11
2.1. Landasan Teori ........................................................................... 11
2.1.1. Perbankan Syariah ...................................................................... 11
2.1.2. Landasan Hukum Bank Syariah ................................................. 12
2.1.3. Produk Perbankan Syariah .......................................................... 14
2.1.4. Permodalan Bank Syariah ........................................................... 17
2.1.5. Pembiayaan Bank Syariah .......................................................... 21
2.1.6. Kinerja Keuangan ....................................................................... 27
2.1.7. Capital Adequacy Ratio .............................................................. 39
2.1.8. Non Performing Financing ......................................................... 43
2.1.9. Financing Deposit Ratio ............................................................. 45
2.1.10. Return On Asset .......................................................................... 47
2.1.11. Pengaruh CAR Terhadap ROA ................................................... 49
xi
2.1.12. Pengaruh NPF Terhadap ROA ................................................... 49
2.1.13. Pengaruh FDR Terhadap ROA ................................................... 50
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................... 51
2.3. Kerangka Berpikir ....................................................................... 60
2.4. Hipotesis ..................................................................................... 61
BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................... 62
3.1. Jenis Penelitian ........................................................................... 62
3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................... 62
3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian ................................................. 62
3.4. Variabel Penelitian ...................................................................... 63
3.5. Definisi Operasional ................................................................... 64
3.6. Data Dan Sumber Data ............................................................... 65
3.7. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 65
3.8. Teknik Analisis Data .................................................................. 66
3.8.1. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 66
3.8.2. Regresi Linear Berganda ............................................................ 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 70
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 70
4.2. Data Sampel ................................................................................ 72
4.3. Hasil Penelitian ........................................................................... 73
4.3.1. Statistik Deskriptif ...................................................................... 73
4.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................. 75
4.3.3. Hasil Uji T-Statistik (Parsial) .............................................. 80
4.3.4. Hasil Uji F-Statistik (Simultan) ........................................... 82
4.3.5 Hasil Uji R2 Koefisian Determinasi ..................................... 83
4.4. Hasil Dan Pembahasan ........................................................ 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 85
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 85
5.2. Implikasi .............................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87
LAMPIRAN .................................................................................................... 92
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Pertumbuhan Bank Syariah 2012 ........................................ 3
Gambar 1.2. Market Share ........................................................................ 4
Gambar 1.3. Rasio BUS dan UUS ............................................................ 6
Gambar 1.4. Tingkat NPF ......................................................................... 6
Gambar 1.5. Tingkat FDR ........................................................................ 7
Gambar 1.6. Tingkat CAR ........................................................................ 7
Gambar 1.7. Tingkat ROA ....................................................................... 8
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kriteria Tingkat Capital Adequacy Ratio ................................. 42
Tabel 2.2. Kriteria Kesehatan Non Performing Financing ........................ 44
Tabel 2.3. Kriteria Financing Deposit Ratio .............................................. 46
Tabel 2.4. Kriteria Return On Asset .......................................................... 48
Tabel 2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................. 51
Tabel 4.1. Nama Bank Umum Syariah ...................................................... 72
Tabel 4.2. Deskriptif CAR ......................................................................... 73
Tabel 4.3. Deskriptif FDR ......................................................................... 74
Tabel 4.4. Deskriptif NPF.......................................................................... 74
Tabel 4.5. Deskriptif ROA ........................................................................ 75
Tabel 4.6. Hasil Output Normalitas ........................................................... 76
Tabel 4.7. Hasil Output Multikoloneritas .................................................. 77
Tabel 4.8. Hasil Output Heteroskedasitas ................................................. 79
Tabel 4.9. Hasil Output Autokorelasi ........................................................ 80
Tabel 4.10. Hasil Output Uji T-Statistik...................................................... 81
Tabel 4.11. Hasil Output Uji F-Statistik ...................................................... 82
Tabel 4.12. Hasil Output Uji R2 Koefisien Determinasi ............................. 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bank syariah merupakan perbankan yang menjalankan konsep perbankan
merujuk pada syariat islam dan tidak memungut bunga seperti yang dijalankan
pada bank konvensional. Konsep yang dijalankan pada bank syariah dalam
menyediakan layanan finansialnya berbasis kepada fee dan profit sharing. Pada
awal mula berdirinya bank syariah pada saat itu antara lain Dubai Islamic Bank
(1975), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979).
Awal mula perbankan syariah di Indonesia lahir pada tahun 1991 dan
beroperasi secara resmi tahun 1 mei 1992 atau 27 Syawal 1412, yaitu Bank
Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia serta dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
(ICMI).
Bagaimana perkembangan Bank Muamalat Indonesia saat itu ? Pada
akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter dimana adanya ketidakstabilan
dalam perekonomian karena imbas dari politik saat itu. Sektor perbankan
tergulung kredit macet di segmen korporasi. Pada tahun 1998 Bank Muamalat
Indonesia terkena imbas dari krisis moneter dimana rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank
Muamalat Indonesia mencari modal yang potensial, Islamic Development Bank
(IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi menanggapi positif. RUPS
tanggal 21 juni 1999 secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
2
Muamalat. Bank Muamalat Indonesia berhasil bangkit dari keterpurukan dan
berhasil membalikan kondisi rugi menjadi profit.
Pada tahun 1999 Bank Indonesia mengubah UU No. 13 tahun 1968
menjadi UU No. 23 tahun 1999. Dalam undang – undang tentang Bank Indonesia
yang baru ini dinyatakan bahwa dalam rangka mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia mempunyai tiga pilar tugas pokok yang
salah satu di antaranya adalah mengatur dan mengawasi bank (pasal 8), termasuk
bank umum dan BPR syariah. Dari undang – undang tersebut terlihat jelas bahwa
Bank Indonesia diberi amanah atau kewajiban oleh Pemerntah untuk
mengembangkan Bank Syariah dengan menyusun ketentuan dan menyiapkan
infrastruktur yang sesuai karakteristik Bank Syariah.
Dalam upaya pengembangan Bank Syariah, Bank Indonesia sebagai
otoritas perbankan nasional mulai bergerak maju dengan adanya instrumen
moneter syariah, yaitu Sertifikat Wadiah BI (SWBI) tahun 1999. Di tahun 2002,
Bank Indonesia memperbaiki aturan tentang Unit Usaha Syariah melalui PBI
4/1/PBI tahun 2002 yang mengatur :
1) Konversi bank konvensional menjadi bank syariah.
2) Konversi cabang konvensional menjadi cabang syariah.
3) Konversi kantor kas konvensional menjadi cabang syariah.
4) Pembukaan sub-cabang syariah di cabang konvensional
5) Pembukaan unit syariah di cabang konvensional.
Peran Bank Indonesia ini semakin diperkuat dalam undang – undang
nomor 3 tahun 2004 tentang perubahan undang – undang nomor 23 tahun 1999.
3
Pada industri jasa keuangan perbankan sektor syariah khususnya
perbankan, pertumbuhannya semakin pesat dan memiliki landasan hukum yang
memadai di tahun 2008 dengan adanya undang – undang No. 21 tahun 2008
tentang perbankan syariah.
Undang – undang perbankan syariah memiliki beberapa tujuan utama
agar stakeholders di jamin dalam kepastian hukum dan masyarakat untuk
menggunakan produk dan jasa perbankan syariah, antara lain dengan menjalankan
kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip syariah dan tidak boleh bertentangan.
Selain itu adanya penegasan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dari fatwa yang
dikeluarkannya dan kewajiban pembentukan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di
setiap Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Laporan Bank Indonesia tahun 2011 mencatat pertumbuhan Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari tahun sebelumnya sebesar 48.10%
dengan market share di tahun 2012 masih berada di angka 3.8%. Penyaluran dana
pun mengalami pertumbuhan sebesar 46.43% dengan total Dana Pihak Ketiga
sebesar 52.79%.
Gambar 1.1 Pertumbuhan Bank Syariah 2012
Sumber : Bank Indonesia
Hingga tahun 2016 Bank Syariah mampu tumbuh, dari sisi market sendiri
sampai saat itu 5.33% dari seluruh kegiatan syariah yang termasuk Bank Umum
4
Syariah, Unit Usaha Syariah, Badan Perkreditan Rakyat Syariah. Masih terlampau
jauh dengan Bank Konvensional sendiri yang sebesar 94.67%. Sebelum tahun
2016 pun komposisi asset perbankan syariah pun masih di dominasi oleh dua
Bank Umum Syariah terbesar, yaitu Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mandiri
Syariah. Kehadiran Bank Aceh Syariah mampu mengurangi dominasi kedua bank
tersebut. Besar porsi antar perbankan konvensional dan perbankan syariah dapat
dilihat pada tabel 1.2.
Gambar 1.2 Market Share
Sumber : www.ojk.go.id
Dari persentase diatas Bank Umum Syariah cukup mendominasi dan Unit
Usaha Syariah dengan besar 69.52% dan 27.98%, di susul oleh Badan Perkreditan
Rakyat Syariah sebesar 2.50%.
Selain dari market share yang ada pada gambar 1.2 dan bagaimana
pertumbuhan asset pada gambar 1.1, ada pula untuk mengetahui seberapa besar
tingkat kesehatan bank dan menjadi tolak ukur untuk mengetahui besar kesehatan
bank dan profitabilitas. Tingkat kesehatan bank dan kinerjanya dapat dilihat pada
laporan keuangan yang disajikan setiap bulan, triwulan, semester, tahunan.
5
Laporan keuangan yang disajikan diharapkan dapat memberi informasi tentang
kinerja keuangan dan pertanggungjawaban manajemen bank terhadap
stakeholders.
Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pos
– pos yang ada pada laporan keuangan dari laporan posisi keuangan hingga laba
rugi. Rasio permodalan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perbankan
dalam menyediakan dana untuk mengatasi risiko kerugian. Salah satu rasio dalam
permodalan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).
Dari tingkat aktiva produktif untuk dapat mengetahui rasio tersebut salah
satunya dengan mengetahui rasio Net Performing Financing (NPF), interpretasi
dari Net Performing Financing (NPF) khususnya menilai pembiayaan bermasalah.
Untuk mengukur risiko kegagalan dari pembiayaan, dengan semakin tingganya
rasio Net Performing Financing (NPF) maka perusahaan didapat disimpulkan
tidak sehat.
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat likuiditas pada perbankan dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah
pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap Dana Pihak Ketiga.
Pada tingkat profitabilitas dapat dilihat pada rasio Return On Asset
(ROA) dimana tingkat pengembalian asset dan laba menjadi salah satu indikator
untuk mengetahui rasio tersebut. Dimana semakin tinggi rasio Return On Asset
(ROA) semakin baik tingkat profitabilitas pada perusahaan tersebut.
6
Untuk tingkat rasio yang ada pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah hasil dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 1.3 Rasio BUS dan UUS
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Nilai Net Performing Financing (NPF) dari 2015 – 2018 mengalami nilai
yang cukup baik dimana 4.84% di tahun 2015 dan mencapai 3.26% di tahun 2018.
Gambar 1.4 Tingkat NPF
Sumber : Badan Pusat Statistik
7
Ditopang dengan penyaluran dana (FDR) yang stabil dan fluktuatif
sebesar 88.03% di tahun 2015 dan menurun di tahun berikutnya sebesar 85.99%
taun 2016. Pada tahun 2017 hingga 2018 meningkat sebesar 79.61% dan 78.53%.
Gambar 1.5 Tingkat FDR
Sumber : Badan Pusat Statistik
Pada tingkat permodalan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah cukup meningkat dari tahun 2015 hingg 2018 dimana dari masing –
masing tahun dapat dilihat pada tabel 1.3 sebesar 15.02%, 16.63%, 17.91% dan
20.39%. Pada sisi permodalan cukup meningkat selama 4 tahun terakhir pada
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Gambar 1.6 Tingkat CAR
Sumber : Badan Pusat Statistik
8
Untuk tingkat profitabilitas sendiri pada laporan Otoritas Jasa Keuangan
cenderung mengalami peningkatan selama 4 tahun terakhir. Dimana perbankan
syariah sendiri tanpa menggunakan bunga dalam menjalankan kegiatannya.
Karena berdasarka prinsip syariah dimana hanya mendapatkan dari fee dan profit.
Tingkat rasio ROA pada tahun 2015 sebesar 0.49% yang terus meningkat pada
terakhir di tahun 2018 sebesar 1.28%.
Gambar 1.7 Tingkat ROA
Sumber : Badan Pusat Statistik
Dari data diatas dimana adanya tingkat pertumbuhan pada Bank Umum
Syariah hingga tahun 2018. Dan dapat dilihat dari tingkat rasio profitabilitas dari
4 tahun terakhir. Penyaluran dana pada Bank Umum Syariah dan dari tingkat
pembiayaan bermasalah dikatakan sehat. Dari hal tersebut peneliti tertarik untuk
meneliti empat rasio tersebut dan menetapkan judul “Pengaruh Kecukupan
9
Modal, Penyaluran Pembiayaan, Tingkat Pembiayaan Bermasalah Terhadap
Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2018”.
1.2. Fokus Permasalahan
1.2.1. Batasan Masalah
Masalah yang dikemukakan pada penelitian ini meliputi rasio
keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan profitabilitas atau Return On Asset
(ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011 – 2018.
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan
diatas, maka permasalahan yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
a. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap
Profitabilitas ?
b. Apakah Net Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap
Profitabilitas ?
c. Apakah Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap
Profitabilitas ?
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR) berpengaruh terhadap Profitabilitas.
10
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Net Performing Financing
(NPF) berpengaruh terhadap Profitabilitas.
c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Financing to Deposit Ratio
(FDR) berpengaruh terhadap Profitabilitas.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan memberikan kegunaan dan manfaat,
antara lain :
1) Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini memberikan wawasan serta mengetahui indikator
pada rasio keuangan yang mempengaruhi profitabilitas.
b. Menambah pada mengembangan teori pada rasio keuangan
perbankan syariah di Indonesia.
c. Sebagai refrensi untuk penelitian – penelitian selanjutnya dalam
menunjang pertumbuhan perbankan syariah.
2) Manfaat Praktisi
a. Bagi penulis
Mengetahui indikator dalam perbankan syariah dan menjadi
bahan pertimbangan analisis dalam laporan keuangan perbankan
syariah.
b. Bank Syariah
Memberikan informasi untuk lembaga keuangan sektor perbankan
syariah apa saja yang dapat mempengaruhi profitabilitas Bank
Syariah.
11
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Perbankan Syariah
Pada umumnya Bank Syariah merupakan kegiatan usaha jasa
perbankan yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip syariah tanpa
adanya bunga yang berunsur riba. Menurut UU Republik Indonesia No. 10
Tahun 1998, tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Adapun perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
jelas Bank Syariah tidak menjalankan operasionalnya dengan sistem bunga,
melainkan dengan bagi hasil dari aktivitasnya. Hal ini memiliki implikasi
yang sangat dalam dan sangat berpengaruh pada aspek operasional dan
produk yang dikembangkan oleh Bank Syariah. Dalam menjalankan
operasionalnya Bank Syariah menekankan sistem kerjasama, atas
kebersamaan itu yang paling utama adalah kesiapan semua pihak untuk
berbagi, termasuk dalam keuntungan atau kerugian.
Adanya Bank Syariah diharapkan mampu menumbuhkan
perekonomian islam dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi negara.
Adapun fungsi dan peran Bank Syariah adalah sebagai berikut :
13
1. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia usaha
dalam bentuk tabungan (mudharabah) dan giro (wadiah), serta
menyalurkan pada sektor rill yang membutuhkan.
2. Sebagai tempat investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun
dana rekening investasi) dengan menggunakan alat – alat investasi yang
sesuai dengan syariah.
3. Menawarkan berbagai jasa keuangan berdasarkan upah dalam sebuah
kontrak perwakilan atau penyewaan.
4. Memberikan jasa sosial seperti pinjaman kebajikan, zakat, dan dana
sosial lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam.
Dari fungsi dan peran diatas, adapun yang menjadi tujuan Bank
Syariah adalah pencapaian keuntungan yang setinggi – tingginya (profit
maximization). Berbeda dengan tujuan Bank Konvensional, Bank Syariah
berdiri untuk mengembangkan jasa – jasa serta produk perbankan yang
berdasarkan prinsip – prinsip syariat Islam.
2.1.2. Landasan Hukum Bank Syariah
ب ب ي أكلى الزيي الش ي قهى ل ب إل و بط الزي ي قم ك س هي الشيط بى ي ت خ الو لك ن ر ب ق بلا بأ الب يع إو
ب ب هثل الش ل أ ح م الب يع للا ش ح ب ب الش ي ف و بء عظ ة ج هي ه ب ت ى س ف ب ب ف ل ل ف ه أ هش س إل ى للا
ي ه بد ئك ع بة ف أل البس أ صح بلذى في ب ن خ
Artinya :
14
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah : 275).
Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW. Bersabda melaknat pemakan
riba, yang memberi makan, kedua orang saksinya dan pencatatnya.
Dasar hukum perundang – undangan dimulai dari Undang – undang
No. 7 Tahun 1992 yang memposisikan Bank Syariah sebagai Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat. Ditandai dengan dimulainya operasional Bank
Muamalat Indonesia pada tanggal 1 mei 1992.
Meskipun Undang – undang No. 7 Tahun 1992 tersebut tidak secara
eksplisit menyebutkan Bank Syariah atau Bank yang menjalankan
kegiatannya dengan bagi hasil dalam pasalnya. Pemerintah memberikan
kebebasan melalui regulasi kepada masyarakat untuk merefleksikannya.
Selanjutnya Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
perubahan dari Undang – Undang No. 7 Tahun 1992 hadir untuk memberikan
kesempatan kepada Bank Syariah menampung aspirasi dan kebutuhan
masyarakat. Kebijakan dan regulasi ini bertujuan agar adanya peningkatan
15
Bank Nasional sesuai fungsinya, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat. Dalam Undang – Undang No. 10 Tahunn 1998 juga memberikan
kesempatan kepada Bank Konvensional untuk mendirikan Bank Syariah yang
menyelenggarakan kegiatannya sesuai dengan prinsip syariah.
Undang – Undang No. 23 Tahun 2003 Bank Indonesia
mempersiapkan perangkat aturan dan fasilitas – fasilitas penunjang lainnya
untuk mendukung kegiatan Bank yang berbasis Syariah dan diperbolehkan
sistem Dual Bank. Pada tahun 2008 adanya kewajiban mencantumkan kata
“Syariah” bagi Bank Syariah di Undang – Undang No. 21 Tahun 2008 untuk
Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah. Adanya
sanksi bagi pemegang saham pengendali yang tidak lulus fit and propertes
dari Bank Indonesia. Pemegang satu – satunya fatwa adalah Majelias Ulama
Indonesia (MUI), fatwa MUI harus diterjemahkan menjadi produk perundang
– undangan (dalam hal ini Bank Indonesia / PBI), dalam rangka menyusun
PBI. BI membentuk komite perbankan syariah yang beranggotakan unsur-
unsur dari BI, Departemen agama, dan unsur masyarakat dengan komposisi
yang berimbang dan memiliki keahlian di bidang syariah (pasal 26).
2.1.3. Produk Perbankan Syariah
Produk pada Perbankan Syariah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Produk Penyaluran Dana.
Dalam menyalurkan dana pada nasabahnya, produk pembiayaan
syariah pada perbankan syariah berdasarkan prinsip terbagi menjadi 4
kategori, yaitu
16
a. Prinsip jual beli (Bay’)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).
Prinsip ini adalah sebagai berikut
Pembiayaan murabahah
Akad jual beli dengan kesepakatan pemberian keuntungan bagi
si penjual dengan memperhatikan dan memperhitungkan dari
modal awal si penjual.
Pembiayaan salam
Adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan
belum ada.
Pembiayaan istishna
Menyerupai produk salam, tapi dalam akad istishna
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali
pembayaran. Pada umumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur atau kontruksi.
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
Pada transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi
pada dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip jual beli.
Namun letak perbedaannya pada objek transaksinya. Bila jual beli
objek transaksinya barang, ijarah adalah jasa.
c. Prinsip Bagi Hasil (Shirkah)
Pembiayaan Musharakah
17
Bentuk umum dari usaha ini adalah Musharakah (Shirkah atau
Sharikah atau serikat atau kongsi). Dalam artian semua modal
disatukan untuk dijadikan modal proyek Musharakah dan
dikelola bersama.
Pembiayaan Mudharabah
Bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik
modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudarib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan.
d. Akad Pelengkap
Hawalah (Alih Utang Piutang)
Dalam hal ini adalah untuk membantu supplier menadapatkan
modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
Rahn (Gadai)
Tujuan akad ini untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
Qard (Pinjaman Uang)
Pengaplikasian qard dalam perbankan biasanya dalam empat
hal, yaitu sebagai dana talangan haji, pinjaman tunai, pinjaman
kepada pengusaha kecil, pinjaman kepada pengurus bank.
Wakalah (Perwakilan)
Akad wakalah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa
kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa
tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.
18
Kafalah (Bank Garansi)
Bank garansi bertujuan untuk menjamin pembayaran suatu
kewajiban pembayaran.
2. Produk Penghimpun Dana.
Operasional yang berdasarkan prinsip syariah dalam
menghimpun dana dari masyarakat dengan prinsip wadiah dan
mudharabah. Dalam hal ini tabungan dan giro dengan menggunakan
wadiah dan adanya bagi hasil menggunakan akad mudharabah.
3. Produk Jasa
a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
Jual beli mata uang yang tidak sejenis, penyerahannya harus
dilakukan pada waktu yang sama (spot).
b. Ijarah (Sewa)
Dalam perbankan ijarah adalah akad atasu suatu manfaat dengan
pengganti.
2.1.4. Permodalan Bank Syariah
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik. Pada akhir
tahun buku, setelah dihitung keuntungannya yang didapat pada tahun
tersebut, pemilik modal akan memperoleh bagian dari hasil usaha yang biasa
dikenal dengan deviden. Dana modal dapat digunakan untuk pembelian
gedung, tanah, perlengkapan dan sebagainya yang secara langsung tidak
menghasilkan. Selain itu juga modal dapat digunakan untuk hal-hal yang
produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan yang berasal dari modal,
19
hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana
lainnya (Antonio, 2004: 146).
Secara tradisional, modal didefenisikan sebagai sesuatu yang
mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai
buku, modal didefenisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih
antara nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban
(liabilities) (Arifin, 2006:135).
Modal terbagi kepada 2 macam:
1. Modal inti yang terdiri dari:
Modal setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik.
Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai
nominal saham.
Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari
sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga
(apabila saham tersebut dijual)
Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
yang ditahan dengan persetujuan RUPS.
Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS.
Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS
diputuskan untuk tidak dibagikan.
Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang
belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS. Jumlah laba tahun lalu
20
hanya diperhitungkan sebesar 50% sebagai modal inti. Bila tahun
lalu rugi harus dikurangkan terhadap modal inti.
Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam
tahun berjalan.
2. Modal Pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk bukan
dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan
dengan modal. Secara terinci modal pelengkap dapat berupa:
Cadangan revaluasi aktiva tetap
Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
Modal pinjaman
Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal
memikul kerugian bank
Secara umum manajemen pasiva mencakup aktivitas di dalam
rangka mengumpulkan dana dari masyarakat dan sumber lainnya dan
menetapkan komposisi dana tersebut sesuai dengan yang
diinginkan/dibutuhkan. Dalam arti sempit, manajemen pasiva diartikan
dengan kebutuhan likuiditas, yaitu aktivitas mencari dana pada waktu yang
diperlukan (Rivai, 2007: 412).
Sumber utama dana bank syariah adalah modal inti (core capital)
dan kuasi ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik
bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham,
cadangan dan laba ditahan.Sedangkan ekuitas adalah dana-dana yang tercatat
dalam rekening-rekening bagi hasil (mudharabah). Modal inti inilah yang
berfungsi sebagai penyangga dan penyerap kegagalan atau kerugian bank dan
21
melindungi para kepentingan para pemegang rekening titipan (wadiah) atau
pinjaman (qard), terutama atas aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan
dana-dana wadiah atau qard (Muhammad, 2002: 247)
Dana-dana rekening bagi hasil (mudharabah) sebenarnya juga dapat
dikategorikan sebagai modal, inilah yang biasanya disebut dengan kuasi
ekuitas. Namun demikian rekening ini hanya dapat meanggung resiko atas
aktiva yang dibiayai oleh dana dari rekening bagi hasil itu sendiri. Selain itu,
pemilik rekening bagi hasil dapat menolak untuk menanggung risiko atas
aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti bahwa resiko tersebut timbul akibat
salah urus (mismanagement), kelalaian atau kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen bank selaku mudharib (Muhammad, 2002: 247).
Bank sebagai unit bisnis tidak bisa lepas dari yang namanya modal
sebab beroperasi tidaknya bank atau dipercaya tau tidaknya bank merupakan
salah satu hal yang mempengaruhi terhadap pelaksanaan bank itu sendiri,
menurut Johnson and Johnson sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad
bahwa modal bank itu mempunyai tiga fungsi:
1. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian
lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap
kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan
para deposan.
2. Sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum pemberian kredit, hal
ini adalah merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral,
sebagai regulator, untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada
setiap individu nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral
22
memaksa untuk melakukan diversifikasi kredit mereka agar dapat
melindungi diri terhadap kegagalan keredit dari suatu individu debitur.
3. Modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk
mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif untuk
mengahasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor
diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas.
Para patisipan pasar membandingkan return on investment di antara
bank-bank yang ada (Muhammmad, 2004: 92).
2.1.5. Pembiayaan Bank Syariah
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada
nasabah. (Muhammad, 2003:304).
Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah No. 06/per/M.KUKM/I/2007 tentang petunjuk teknis program
pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro pola syariah bahwa
pembiayaan adalah kegiataan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama
permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan
atau anggotanya yang mewajibkan penerimaan pembiayaan itu untuk
melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad
23
dengan pembayaran sejumlah bagian hasil dari pendapatan atau laba dari
kegiatan yang dibayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut.
Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’
4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau
diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Unsur-unsur dalam pembiayaan antara lain:
1. Bank syariah
Merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan kepada pihak
lain yang membutuhkan dana.
2. Mitra usaha/partner
Merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, atau
pengguna dana yang disalurkan oleh bank syariah.
24
3. Kepercayaan
Bank syariah memberikan kepercayaan kepada pihak yang menerima
pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi kewajiban untuk
mengembalikan dana bank syariah sesuai dengan jangka waktu tertentu
yang diperjanjikan. Bank syariah memberikan pembiayaan kepada mitra
usaha sama artinya dengan bank syariah memberikan kepercayaan
kepada pihak penerima pembiayaan, bahwa pihak penerima pembiayaan
akan dapat memenuhi kewajibannya.
4. Akad
Akad merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang
dilakukan antara bank syariah dan pihak nasabah/mitra.
5. Risiko
Setiap dana yang disalurkan/diinvestasikan oleh bank syariah selalu
mengandung risiko tidak kembalinya dana. Risiko pembiayaan
merupakan risiko kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana
yang disalurkan tidak dapat kembali.
6. Jangka waktu
Merupakan periode waktu yang diperlukan oleh nasabah untuk
membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan oleh bank syariah.
Jangka waktu dapat bervariasi antara laian jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Jangka pendek adalah jangka waktu
pembayaran kembali pembiayaan hingga satu tahun. Jangka menengah
merupakan jangka waktu yang diperlukan dalam melakukan pembayaran
25
kembali antara satu hingga tiga tahun. Jangka panjang adalah jangka
waktu pembayaran kembali pembiayaan yang lebih dari tiga tahun.
7. Balas jasa
Sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank syariah, maka
nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai dengan akad yang telah
disepakati antara bank syariah dan nasabah. (Ismail, 2011:107)
Tujuan memberikan pembiayaan, diantaranya:
1. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses
secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan
akses ekonomi. Dengan demikian, dapat meningkatkan taraf ekonominya.
2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan
usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh
melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan
kepada pihak minus dana, sehingga dapat tergulirkan.
3. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan
peluang bagi masyarakat usaha agar mampu meningkatkan daya
produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan dapat jalan tanpa adanya
dana.
4. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektorsektor
usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut
akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka
lapangan kerja baru.
5. Terjadi distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu
melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan
26
dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan
masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Pembiayaan produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi
dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi,
perdagangan, maupun investasi. Sedangkan menurut keperluannya,
pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu
jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan
kualitas atau mutu hasil produksi, dan (b) untuk keperluan
perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
b. Pembiayaan investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu.
2. Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Prinsip pembiayaan dapat dianalisis dengan 5 C, yaitu sebagai
berikut
1. Character (watak), bertujuan untuk mendapatkan gambaran akan
kemampuan membayar dari pemohon, mencakup perilaku pemohon,
27
sikap sebelum dan selama permohonan pembiayaan diajukan. Pemohon
pembiayaan yang berperilaku selalu mendesak pencairan pembiayaan
dengan disertai janji-janji pemberian hadiah pada umumnya diragukan
kemauannya dalam mengembalikan/melunasi pembiayaan.
2. Capacity (kemampuan), dilakukan dengan tujuan untuk mengukur
tingkat kemampuan mengembalikan pembiayaan dari usaha yang
dibiayai, mencakup aspek manajemen (kemampuan mengelola usaha),
aspek produksi (kemampuan berproduksi secara berkesinambungan),
aspek pemasaran (kemampuan memasarkan hasil usaha), aspek finansial
(kemampuan menghasikan keuntungan)
3. Capital (modal), bertujuan untuk mengukur kemampuan pemohon dalam
menyediakan modal sendiri, yang mencakup: besar dan komposisi
modal, perkembangan keuntungan usaha selama tiga periode
sebelumnya.
4. Condition (prospek usaha), bertujuan untuk mengetahui prospektif atau
tidaknya suatu usaha yang akan dibiayai, yang meliputi siklus usaha
mulai dari bahan baku (pemasok), pengolahan, dan pemasaran (pembeli).
Dalam pemasaran tersebut harus diperhatikan pula kondisi persaingan
dari usaha yang bersangkutan, barang substitusi yang beredar di pasar,
potensi calon pesaing, dan peraturan pemerintah.
5. Collateral (agunan), bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai agunan
yang dapat dipergunakan sebagai alat pengaman bagi BMT dalam setiap
pemberian pembiayaan
Menurut jangka waktunya, dibagi menjadi:
28
1. Pembiayaan jangka pendek
Pembiayaan yang diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun.
Pembiayaan jangka pendek biasanya diberikan oleh bank syariah untuk
membiayai modal kerja yang mempunyai siklus usaha dalam satu tahun
dan pengembaliannya disesuaikan dengan kemampuan nasabah.
2. Pembiayaan jangka menengah
Diberikan dengan jangka waktu antara satu tahun hingga tiga tahun.
Pembiayaan ini dapat diberikan dalam bentuk pembiayaan modal kerja,
investasi, dan konsumsi.
3. Pembiayaan jangka panjang Pembiayaan yang jangka waktunya lebih
dari tiga tahun. Pembiayaan ini pada umumnya diberikan dalam bentuk
pembiayaan investasi, misalnya untuk pembelian gedung, pembangunan
proyek, pengadaan mesin dan peralatan yang nominalnya besar serta
pembiayaan konsumsi yang nilainya besar, misalnya pembiayaan untuk
pembelian rumah.
Menurut segi jaminan, pembiayaan dibagi menjadi:
1. Pembiayaan dengan jaminan
Pembiayaan dengan jaminan merupakan jenis pembiayaan yang
didukung dengan jaminan (agunan) yang cukup.
2. Pembiayaan tanpa jaminan
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah tanpa didukung adanya
jaminan. Pembiayaan ini diberikan oleh bank syariah atas dasar
kepercayaan.
29
2.1.6. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan – aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Pada sebuah
perusahaan kinerja keuangan adalah gambaran perusahaan itu sendiri, apakah
perusahaan tersebut dalam keadaan sehat atau tidak. Selain itu juga dalam
kinerja keuangan dapat mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.
Menurut Jumingan (2006:239) kinerja keuangan adalah gambaran
kondisi keuangan persuahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasa diukur
dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, profitabilitas.
Sutrisno (2009:53) menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan
merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu
yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut.
Dari yang dipaparkan diatas dapat diketahui kinerja keuangan
merupakan gambaran kondisi pada perusahaan pada periode tertentu. Adapun
indikator yang menjadi pengukuran kinerja keuangan yaitu dilihat dari tingkat
kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas dimana mencerminkan
kesehatan perusahaan.
1. Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja (performing measurement) adalah
kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas perusahaan dalam pengoperasian
bisnis selama periode akuntansi. Penilaian kinerja menurut Srimindarti
30
(2006:34) adalah penentuan efektivitas operasional, organisasi dan
karyawan berdasarkan, standar dan kinerja yang telah ditetapkan
sebelumnya secara periodik. Dengan ini dari dasar laporang keuangan
yang disajikan pada periode tertentu.
Pada perusahaan kinerja keuangan digunakan untuk melakuan
perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Dalam pengkajian analisis kinerja keuangan di review
pada data, menghitung, mengukur, menginterpretasikan dan memberi
solusi terhadap keuangan perusahaan pada periode tertentu.
Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari
pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah
a. Mengetahui tingkat likuiditas, likuiditas menunjukan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus
segera diselesaikan pada saat tagih.
b. Mengetahui tingkat solvabilitas, yang menunjukan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
c. Mengetahui rentabilitas atau yang sering disebut profitabilitas. Hal
ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
d. Mengetahui tingkat stabilitas, hal ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil. Hal ini diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk
31
membayar hutang – hutangnya serta membayar beban bunga atas
hutang – hutangnya tepat pada waktunya.
2. Analisis Kinerja Keuangan
Menurut Jumingan (2006:242) kinerja keuangan dapat dinilai
dengan alat anallisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat
dibedakan adalah sebagai berikut :
a. Analisis perbandingan laporan keuanga, merupakan teknik analisis
dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau
lebih dengan menunjukan perubahan, baik dalam jumlah (absolut)
maupun dalam persentase (relatif).
b. Anaisis tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukan
kenaikan atau penurunan.
c. Analisis persentase per-komponen (common size), merupakan teknik
analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing –
masing aktiva terhadap keseluruhan total aktiva maupun hutang.
d. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, merupakan teknik
analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal
kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkannya.
e. Analisi sumber dan pengunaan kas, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan pada
suatu periode tertentu.
32
f. Analisi rasio keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun
laporan laba rugi, baik secara individu maupun secara simultan.
g. Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui posisi laba dan sebab terjadinya laba.
h. Analisis break even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
3. Penilaian Kesehatan Bank
Perbankan diwajibkan untuk memelihara tingkat kesehatan
sesuai dengan ketenturan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain serta
kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip kehati – hatian. Bank indonesia
sebagai otoritas yang mengatur dan mengawasi bank mengeluarkan
peraturan Bank Indonesia dalam PBI No. 6/10/PBI/2004 tentang sistem
penilaian tingkat kesehatan Bank Umum yang telah diperbaharui dalam
surat edaran Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 ketentuan umum
penilaian tingkat kesehatan Bank Umum. Metode penilaian tingkat
keseahatan dengan menggunakan pendekatan risiko (risk-based banking
rating) baik secara individual maupun konsolidasi.
Surat edaran No. 13/24/DPNP/2011, landasan menilai tingkat
kesehatan bank adalah sebagai berikut :
a. Berorientasi Risiko
33
Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko – risiko bank dan
dampak yang ditimbulkan pada kinerja bank secara keseluruhan. Hal
ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor internal maupun
eksternal yang dapat meningkatkan risiko atau mempengaruhi
kinerja keuangan bank pada saat ini dan masa yang akan datang.
Dengan demikian diharapkan mampu mendeteksi secara lebih dini
akar permasalahan, serta mengambil langkah – langkah pencegahan
dan perbaikan secara efektif dan efisien.
b. Proporsionalitas
Penggunaan parameter/indikator dalam tiap faktor penilaian tingkat
kesehatan bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan
kompleksitas usaha bank. Parameter/indikator penilaian tingkat
kesehatan bank dalam surat edaran ini merupakan standar minimum
yang wajib digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Namun
demikian, Bank dapat menggunakan parameter/indikator tambahan
yang sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam
menilai Tingkat Kesehatan Bank sehingga dapat mencerminkan
kondisi Bank dengan lebih baik.
c. Materialitas dan Signifikansi
Bank perlu memperhatikan materialitas atau signifikansi faktor
penilaian Tingkat Kesehatan Bank yaitu Profil Risiko, GCG,
Rentabilitas, dan Permodalan serta signifikansi parameter/ indikator
penilaian pada masingmasing faktor dalam menyimpulkan hasil
penilaian dan menetapkan peringkat faktor. Penentuan materialitas
34
dan signifikansi tersebut didasarkan pada analisis yang didukung
oleh data dan informasi yang memadai mengenai Risiko dan kinerja
keuangan Bank.
d. Komprehensif dan Terstruktur
Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta
difokuskan pada permasalahan utama Bank. Analisis dilakukan
secara terintegrasi, yaitu dengan mempertimbangkan keterkaitan
antar Risiko dan antar faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank serta
perusahaan anak yang wajib dikonsolidasikan. Analisis harus
didukung oleh fakta-fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan untuk
menunjukkan tingkat, trend, dan tingkat permasalahan yang dihadapi
oleh Bank
Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.03/2016
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum pada BAB III pasal 6
disebutkan Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank
secara individu dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based
Bank Rating) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), dengan
cakupan penilaian terhadap faktor - faktor:
a. Profil Risiko (risk profile)
Pada surat edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
34/SEOJK.03/2016 Pedoman Penilaian Profil Risiko untuk
menyusun laporan profil Risiko yang merupakan salah satu hasil
sistem informasi Manajemen Risiko, Bank melakukan penilaian
terhadap hal tersebut dan juga mengavaluasi risiko – risiko yang
35
terjadi dengan apa yang dijlankan aktivitasnya. Risiko pada seluruh
aktivitas bisnis Bank baik berupa aktivitas bisnis utama maupun
aktivitas penunjang yang mencakup 8 (delapan) Risiko yaitu
Risiko Kredit
Menurut Hardanto (2006:106), mengemukakan bahwa risiko
kredit adalah risiko kerugian yang berhubungan dengan peluang
gagal memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Dengan kata
lain, risiko kredit adalah risiko karena peminjam tidak
membayar utangnya.
Risiko Pasar
merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan
variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang
dapat merugikan bank (adverse movement). Variabel pasar
adalah suku bunga dan nilai tukar, termasuk derivasi dari kedua
jenis risiko pasar tersebut, yaitu perubahan harga options.
Risiko Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi liabilitas jangka pendeknya, yaitu liabilitas yang
jatuh tempo kurang dari satu tahun. Untuk membayar berbagai
liabilitas jangka pendek yang jatuh tempo kurang dari satu
tahun, seperti utang kepada pemasok, utang gaji pegawai, dan
utang pajak tertangguh, perusahaan biasanya menggunakan
asset-aset yang likuid. Sehingga, suatu perusahaan dikatakan
likuid jika asset lancer (likuid) yang dimiliki lebih besar
36
dibandingkan liabilitas lancer (berjangka pendek). Pada kondisi
itulah perusahaan dikatakan cukup likuid.
Risiko Operasional
merupakan kategori risiko yang sangat penting, mengingat
model bisnis dan produk serta layanan perbankan Bank yang
kini terus tumbuh menjadi lebih kompleks dan beragam. Risiko
atas kesalahan manusia, kegagalan teknologi informasi dan
proses dalam operasional sehari-hari maupun penipuan dan
tindakan ilegal harus diminimalisasi untuk menjaga tetap
berlangsungnya kegiatan operasional.
Risiko Hukum
Yaitu risiko yang timbul yang disebabkan oleh adanya
kelemahan aspek yuridis. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan
hukum, lemahnya regulasi, ataupun kelemahan dalam
pengikatan.
Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak
langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line).
Risiko Stratejik
Risiko strategik berdasarkan PBI ialah risiko yang disebabkan
oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak
37
tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau
kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
Risiko Kepatuhan
Fungsi Kepatuhan adalah serangkaian tindakan atau langkah-
langkah yang bersifat ex-ante (preventif) untuk memastikan
bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan
usaha yang dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, termasuk sesuai dengan Prinsip Syariah (bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah), serta memastikan
kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank
kepada Bank Indonesia dan/atau otoritas pengawas lain yang
berwenang.
Penilaian dilakukan untuk Bank secara individu maupun secara
konsolidasi dengan Perusahaan Anak berdasarkan analisis secara
komprehensif dan terstruktur terhadap:
Risiko yang melekat pada kegiatan bisnis Bank (inherent risk);
kualitas penerapan Manajemen Risiko, yang mencerminkan
penilaian kecukupan sistem pengendalian Risiko,
b. Good Corporate Governance (CGC)
Pengertian GCG sendiri menurut Pasal 1 angka 6 Peraturan Bank
Indonesia No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum. Disebutkan bahwa good corporate
38
governance adalah tatakelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip
sebagai berikut
keterbukaan (transparancy)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan, mudah
diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya
masalah yang diamanatkan oleh undang-undang dan peraturan,
tetapi juga informasi lain yang dianggap perlu oleh pemegang
saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya untuk
membentuk keputusan.
akuntabilitas (accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Dengan demikian, perusahaan
harus dikelola secara benar, terukur dan dalam sedemikian rupa
sehingga sejalan dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya. Accountability merupakan prasyarat untuk
mencapai kinerja yang berkelanjutan.
pertanggungjawaban (responsibility)
Perusahaan harus mematuhi undang-undang dan peraturan dan
memenuhi tanggung jawabnya kepada masyarakat dan
lingkungan untuk tujuan menjaga keberlanjutan jangka panjang
dari bisnis dan untuk diakui sebagai warga korporasi yang baik.
39
independensi (independency)
Untuk mempercepat pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara
independen dengan keseimbangan yang tepat dari kekuasaan,
sedemikian rupa bahwa organ tidak ada perusahaan tunggal
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain
harus ada.
kewajaran (fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus selalu
mempertimbangkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan prinsip fairness
Secara umum, fungsi bank syariah sama dengan perbankan
konvensional yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary
institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Karena itu,
prinsipprinsip pokok GCG yang dikembangkan secara umum untuk
sistem perbankan berlaku pula pada bank syariah.
c. Rentabilitas (earnings)
Rentabilitas perbankan salah satunya adalah menggambarkan sejauh
mana keberhasilan bank itu menggunakan dana yang
diinvestasikannya. Untuk mempertahankan suatu tingkat rentabilitas
yang layak, bank harus memperoleh penghasilan yang dapat
menutupi biaya, dan bank tersebut harus berusaha terus
40
mempertahankan tingkat pendapatan tertentu dengan
memperhitungkan faktor risiko yang dihadapi (Hermawan, 2009).
Earning atau Rentabilitas adalah kemampuan bank dalam
menghasilkan laba. Masyarakat seringkali menjadikan rentabilitas
bank sebagai salah satu faktor preferensi mereka dalam memilih
bank, termasuk bank syariah. Apalagi, besar kecilnya bagi hasil yang
diterima di bank syariah, khususnya bagi nasabah penabung,
ditentukan oleh besar-kecilnya profit yang bisa dihasilkan oleh bank
syariah.
d. Permodalan
Salah satu perangkat yang sangat strategis dalam menopang
kepercayaan itu adalah permodalan yang memadai.Modal
merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank sekaligus berfungsi sebagai penjaga kepercayaan
masyarakat. Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung,
tanah, perlengkapan dan sebagainya yang secara langsung tidak
menghasilkan. Selain itu
juga modal dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu
disalurkan menjadi pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya
tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana
lainnya (Antonio, 2004: 146). Secara tradisional, modal
didefenisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik
dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal
41
didefenisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih
antara nilai buku dari aktiva
dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities) (Arifin,
2006:135).
2.1.7. Capital Adequacy Ratio
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang
berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.
Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk
menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai
CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.
Capital Adequacy Ratio merupakan salah satu indikator kesehatan
permodalan bank, untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko
misalnya pembiayaan yang diberikan. Penilaian permodalan merupakan
penilaian terhadap terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover risiko
saat ini dan mengantisipasi risiko dimasa mendatang. Sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, semakin tinggi nilai
Capital Adequacy Ratio menunjukkan semakin sehat bank tersebut (Marzuki,
2012: 83).
Selain itu Capital Adequacy Ratio juga menggambarkan kondisi
perbankan di antaranya: (Daris Purba, 2011:28)
42
1. Indikasi permodalan apakah telah memadai (adequate) untuk menutup
risiko kerugian yang timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva
produktiv karena setiap kerugian akan mengurangi modal. Capital
Adequacy Ratio mengukur kemampuan permodalan bank dalam
mengantisipasi penurunan aktiva dan menutup kemungkinan terjadinya
kerugian dalam pembiayaan. Capital Adequacy Ratio yang tidak
mencerminkan semakin baiknya permodalan karena modal dapat
digunakan untuk menjamin pemberian pembiayaan. Capital Adequacy
Ratio yang rendah mencerminkan bahwa permodalan bank kurang baik
karena bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan
dalam pembiayan.
2. Kemampuan membiayai operasional dan membiayai seluruh aktiva tetap
dan investasi bank. Capital Adequacy Ratio yang tinggi menunjukkan
cukupnya modal untuk melaksanakan kegiatan usahanya dan dapat
melakukan pengembangan bisnis serta ekspansi usaha dengan lebih
aman.
3. Kemampuan bank dalam meningkatkan rentabilitas. Capital Adequacy
Ratio yang tinggi menunjukkan bank tersebut memiliki tingkat modal
yang cukup besar dalam meningkatkan cadangan kas yang dapat
digunakan untuk memperluas pembiayaannya, sehingga akan membuka
peluang yang lebih besar bagi bank untuk meningkatkan rentabilitasnya.
4. Ketahanan dan efisiensi perbankan. Bila Capital Adequacy Ratio rendah,
kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami kerugian juga
43
rendah. Modal sendiri cepat habis untuk menutupi kerugian yang dialami
dan akirnya kelangsungan usaha bank menjadi terganggu.
Agar perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing
dalam perbankan internasional maka permodalan bank harus senantiasa
mengikuti ukuran yang berlaku secara internasional, yang ditentukan oleh
Banking For Internasional Sattlement (BIS) yaitu Capital Adequacy Ratio
(CAR) sebesar 8%. Tingkat kecukupan modal bank ini dapat diukur dengan
cara:
CAR = Modal dan Cadangan
x 100%
Giro + Deposito + Tabungan
Adapun klasifikasi tingkat Capital Adequacy Ratio menurut Bank
Indonesia secara rinci adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kriteria Tingkat Capital Adequacy Ratio
Tingkat CAR Keterangan
8% keatas Sehat
6.4% - 7.9% Kurang Sehat
Dibawah 6.4% Tidak Sehat
Sumber : www.bi.go.id
Menurut Binti Nur Asiyah (2014:69) Penilaian terhadap KPMM
(Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) bank:
1. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi predikat “sehat” dengan nilai
kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM
sebesar 8% maka nilai kresit ditambah 1 hingga maksimum 100.
44
2. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai 7,5% diberi predikat “kurang
sehat” dengan nilai kredit 65% dan untuk setiap penurunan 0,1% dari
pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai dikurangi 1 dengan maksimum 0.
Dengan penetapan Capital Adequacy Ratio pada tingkat tertentu
dimaksudkan agar bank memiliki kemampuan modal yang cukup untuk
meredam kemungkinan timbulnya risiko sebagai akibat berkembang atau
meningkatnya ekspansi asset terutama aktiva yang dikategorikan dapat
memberikan hasil dan sekaligus mengandung risiko sebagaimana yang
dikutip oleh Argo Asmoro dalam Hesti Werdaningtyas.
Menurut Hasibuan ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan
bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva
administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening
administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masingmasing pos
rekening tersebut (risiko aktiva administratif) (Malayu Hasibuan, 2006:58).
Brigham menyatakan struktur modal merupakan salah satu bagian
yang sangat penting dalam prosespengambilan keputusan keuangan, karena
memiliki hubungan timbal balik terhadap keputusan variabel - variabel
keuangan lainnya
2.1.8. Non Performing Financing
Non Performing Financing (NPF) yang analog dengan Non
Performing Loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi
45
bank, semakin kecil Non Performing Loan (NPL), maka semakin kecil pula
resiko kredit yang ditanggung pihak bank.
NPF (Non Performing financing) adalah suatu keadaan di mana
nasabah sudah tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh
kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan (Mudrajat &
Suharjonoo, 2002). Non Performing Financing atau pembiayaan bermasalah
atau dalam bank konvensional biasa disebut dengan Non Performing Loan
(NPL) adalah suatu pembiayaan yang mengalami masalah dalam
pengembaliannya bisa dikarenakan faktor eksternal pihak nasabah maupun
internal dari bank itu sendiri (Siamat, 2005).
Pembiyaan – pembiyaan yang kategori kolektibilitasnya masuk
dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan dan
pembiayaan macet (Dendawijaya 2005:68).
Faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah menurut
Mahmoeddin (2010) dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Adapun faktor-faktor internal di antaranya kebijakan pemberian pembiayaan
yang terlalu ekspansif, penyimpangan pemberian pembiayaan, itikad kurang
baik, pemilik atau pengurus dan pegawai bank, lemahnya sistem admistrasi
dan pengawasan pembiayaan, serta lemahnya sistem informasi pembiayaan.
Sedangkan untuk faktor eksternal antara lain adalah kegagalan usaha debitor,
menurunnya kegiatan ekonomi, pemanfaatan iklim persaingan perbankan
yang tidak sehat oleh debitur dan musibah yang terjadi pada usaha debitur /
kegiatan usahanya.
rumus untuk mencari NPF adalah sebagai berikut:
46
NPF = Jumlah Pembiayaan Bermasalah
x 100%
Total Pembiayaan
Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai Non Performing
Loan (NPL) yang tinggi, menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional
dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat
resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan
tingginya NPL yang dihadapi bank.
Tabel 2.1 Kriteria Kesehatan Non Performing Financing
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat NPF < 2%
2 Sehat 2% < NPF < 5%
3 Cukup Sehat 5% < NPF < 8%
4 Kurang Sehat 8% < NPF < 12%
5 Tidak Sehat NPF > 12%
Sumber : Bank Indonesia
2.1.9. Financing to Deposit Ratio
Menurut Muhammad (2005:86) Financing to Deposit Ratio (FDR)
adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan
dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank.
Rasio FDR atau yang disebut dengan Loan to Deposit Ratio (LDR)
pada bank konvensional ini menyatakan kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuditasnya, atau dengan kata lain seberapa
jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank
untuk segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik kembali
47
dananya yang telah disalurkan oleh bank berupa kredit. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut:
Financing to Deposit Ratio akan menunjukan tingkat kemampuan
bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang
bersangkutan. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sampai sejauh mana
dana pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga. Maka ketika semakin
tinggi angka rasio pada suatu bank, dapat digambarkan bank tersebut kurang
likuid dibandingkan apabila angka rasionya rendah. (Muhammad, 2005:74)
Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat pula digunakan untuk
menilai strategi suatu bank. Manajemen bank konservatif biasanya cenderung
memiliki nilai yang relatif rendah. Sebaliknya bila Financing to Deposit
Ratio melebihi batas toleransi dapat dikatakan manajemen bank yang
bersangkutan sangat ekspansif atau agresif. Dalam hal ini dapat diisyaratkan
apakah dapat ekspansi dalam pembiayaan atau sebaliknya.
(Slamet Riyadi, 2004:146) Dalam tata cara penilaian tingkat
kesehatan bank syariah, berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No
26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio
ditetapkan oleh Bank Indonesia telah menetukan ketetapan sebagai berikut :
1. Untuk rasio FDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
2. Untuk rasio FDR dibawah 110% diberi nilai kredit 110%, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai sehat.
Adapun untuk rumus tingkat Financing Deposit Ratio :
48
FDR = Total Pembiayaan
x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
Jika rasio FDR bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat
(dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif).
Dengan meningkatnya laba, maka Return on Asset (ROA) juga akan
meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk Return on
Asset (ROA).
Tabel 2.3. Kriteria Financing Deposit Ratio
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat FDR < 75%
2 Sehat 75% < FDR < 85%
3 Cukup Sehat 85% < FDR < 100%
4 Kurang Sehat 100% < FDR < 120%
5 Tidak Sehat FDR > 120%
Sumber : Bank Indonesia
2.1.10. Return On Asset
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal
dari aktivitas investasi. Atau dengan kata lain, ROA adalah indikator suatu
unit usaha untuk memperoleh laba atas sejumlah asset yang dimiliki oleh unit
usaha tersebut. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut
dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset
49
ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik
akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal
yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi
keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan
terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan
strategi. Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah
usaha, termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba
perbankan tersebut dapat berupa kecukupan dalam memenuhi kewajiban
terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan
meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Laba yang
tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang
memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga
bank memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas. (Simorangkir
: 2004)
Return On Asset (ROA) juga digunakan untuk menilai sejauh mana
investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian
keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut
sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkan atau ditetapkan.
Besarnya nilai Return On Assets dapat dihitung dengan rumus
berikut ini
ROA = Laba Setelah Pajak
x 100%
Total asset
50
Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset
dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini meningkatkan daya tarik
perusahaan kepada investor. Menjadikan perusahaan tersebut semakin
diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden yang besar.
Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di
pasar modal.
Perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teroritis, laba yang
perhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam pengukuran oleh
Bank Indonesia laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. Bank
Indonesia dalam mengukur tingkat ROA berdasarkan kriteria penilaian
berikut.
Tabel 2.4 Kriteria Return On Asset
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat ROA > 1.5%
2 Sehat 1.25% < ROA < 1.5%
3 Cukup Sehat 0.5% < ROA < 1.25%
4 Kurang Sehat 0% < ROA < 0.5%
5 Tidak Sehat ROA < 0%
Sumber : Bank Indonesia
2.1.11. Pengaruh CAR Terhadap ROA
CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah
seluruh aktiva bank yang mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri bank,
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank
Dendawijaya (2009:121). Jika nilai CAR tinggi yaitu sesuai dengan ketentuan
51
BI sebesar 8% berarti bank tersebut dapat leluasa menempatkan dananya
kedalam aktivitas investasi yang menguntungkan, keadaan yang
menguntungkan tersebut akan memberikan kontribusi bank dalam
peningkatan profitabilitas
Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani (2016) mengatakan CAR
tidak berpengaruh terhadap ROA disebabkan karena bank-bank yang
beroperasi tidak mengoptimalkan modal yang ada, hal ini terjadi karena
peraturan Bank Indonesia yang mensyaratkan CAR minimal 8%
mengakibatkan bank-bank selalu berusaha menjaga agar CAR yang
dimilikinya selalu berusaha menjaga agar CAR yang dimilikinya sesuai
ketentuan.
2.1.12. Pengaruh NPF Terhadap ROA
Resiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu resiko
usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali pinjaman yang
diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh pihak bank (Muhammad,
2005:359). Dendawijaya (2009:82) mengemukakan dampak dari keberadaan
Non Performing Financing (NPF) yang tidak wajar salah satunya adalah
hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang
diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi
profitabilitas. Jadi semakin rendah NPF maka profitabilitas semakin
meningkat karena semakin kecil resiko kredit yang ditanggung oleh bank.
Sebaliknya, semakin tinggi NPF maka profitabilitas akan semakin rendah
karena hilangnya kesempatan bank dalam memperoleh laba.
52
Sholihah dan Sriyana (2014) menyimpulkan bahwa NPF
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Bank Syariah yang
mengartikan bahwa apabila NPF turun maka ROA yang akan diperolah bank
syariah akan meningkat.
2.1.13. Pengaruh FDR Terhadap ROA
Financing to deposit ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank
(Dendawijaya, 2009). Rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin
besar pembiayaan maka pendapatan yang diperoleh juga akan naik, karena
pendapatan naik secara otomatis laba juga akan mengalami kenaikan. Tetapi
apabila rasio FDR rendah maka berarti pendapatan yang diperoleh bank juga
rendah.
Rafelia dan Ardiyanto (2013) menunjukan bahwa FDR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROE. Nilai positif yang ditunjukan FDR
memberi pengertian bahwa semakin besar FDR makan akan menunjukan
semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya, sehingga hal ini
akan meningkatkan ROE bank.
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.5 Peneliti Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
53
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
1 Rida Rahim
(2008)
Analisa
Efisiensi
Operasional
terhadap
Profitabilitas
pada Bank
Umum Syariah
dan Unit
Syariah (Studi
Kasus BSM
dan BNI
Syariah)
Hasil penelitian dengan
menggunakan uji t-
statistik bahwa pada
BSM variabel CAR
berpengaruh positif
terhadap profitabilitas
dan variabel BOPO dan
NPL berpengaruh positif
terhadap profitabilitas.
Sedangkan FDR tidak
berpengaruh pada
profitabilitas. Hasil
penelitian pada BNI yaitu
CAR berpengaruh positif
dan FDR, BOPO, NPL
berpengaruh negatif
terhadap
profitabilitas.Berdasarkan
uji F-statistik pada kedua
bank yaitu semua
variable independen
secara bersama-sama
mempengaruhi variabel
dependen.
Menggunakan
variabel yang
sama yaitu
FDR dan CAR
terhadap
Profitabilitas
Di periode
yang berbeda
dan populasi
sampel yang
digunakan
seluruh Bank
Syariah
2 Dhika Rahma
Dewi (2010)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Profitabilitas
Bank Syariah
di Indonesia
2005-2008
Hasil penelitian adalah
hasil uji hipotesis Capital
Adequacy Ratio (CAR)
tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA
pada Bank Syariah di
Indonesia, Financing to
Deposit Ratio (FDR)
tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA
pada Bank Syariah di
Indonesia, Non
Performing Financing
(NPF) berpengaruh
signifikan negatif
terhadap ROA pada Bank
Syariah di Indonesia,
Rasio Efisiensi
Operasional (REO)
berpengaruh signifikan
negatif terhadap ROA
Menggunakan
variabel yang
sama yaitu
CAR, FDR,
NPF terhadap
Profitabilitas
Peneliti Dhika
Rahma
menambahkan
variabel ROE
terhadap
Profitabilitas
dan pada perioe
yang berbeda
54
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
pada Bank Syariah di
Indonesia.
3 Muh.Sabir dkk
(2012)
Pengaruh rasio
kesehatan
bank terhadap
kinerja
keuangan bank
umum syariah
dan bank
konvensional
di Indonesia
Hasilnya dapat
disimpulkan bahwa CAR
tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA,
BOPO berpengaruh
negatif dan siginifikan
terhadap ROA, NOM
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA,
NPF tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA,
FDR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
ROA pada bank umum
syariah di Indonesia.
CAR berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
ROA, BOPO tidak
berpengaruh terhadap
ROA, NIM berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap ROA, NPL
berpengaruh negative dan
signifikan terhadap ROA,
LDR berpengaruh
Negatif dan signifikan
terhadap ROA pada bank
umum konvensional di
Indonesia.
Menggunakan
variabel yang
sama yaitu
CAR, FDR,
NPF terhadap
profitabilitas
Peneliti Muh
Sabir
mengkomparasi
terhadap Bank
Syariah dan
Bank
Konvensional
dan adanya
variabel BOPO
dan NIM
4 Ishmah Wati
(2012)
Analisis
Pengaruh
Efisiensi
Operasional
Terhadap
Kinerja
Profitabilitas
pada Sektor
Perbankan
Syariah
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
CAR dan BOPO
memiliki negatif dan
berpengaruh signifikan
terhadap ROE. FDR
memiliki pengaruh
negatif terhadap ROE,
tapi ternyata tidak secara
signifikan mempengaruhi
Menggunakan
variabel CAR,
FDR, NPF
terhadap
Profitabilitas
Di periode
yang berbeda
dan
profitabillitas
yang digunakan
adalah ROE
55
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
ROE. Sementara itu,
NPF memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap ROE
5 Edhi Satrio
Wibowo
(2013)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keuntungan
bank islam
(2008-2011)
Hasil penelitian ini
adalah CAR berpengaruh
signifikan terhadap ROA,
BOPO berpengaruh
negative terhadap ROA,
NPF tidak signifikan
terhadap ROA, Inflasi
berpengaruh signifikan
terhadap ROA.
Menggunakan
variabel yang
sama yaitu
CAR, NPF
terhadap
Profitabilitas
Dalam periode
yang berbeda
6 Thyas Rafelia
dan Moh Didik
Ardiyanto
(2013)
Pengaruh
CAR, FDR,
NPF, dan
BOPO
Terhadap ROE
Bank Syariah
Mandiri
Hasil penelitian ini
menunjukkan CAR,
FDR, NPF, dan BOPO
berpengaruh terhadap
ROE. Ada dua variabel
yang signifikan efek
positif pada ROE, FDR
dan NPF. Variabel
lainnya memiliki
pengaruh negatif yang
signifikan BOPO,
sedangkan CAR negatif
namun tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROE.
Sama
menggunakan
variabel CAR,
FDR, NPF
terhadap
Profitabilitas
Menggunakan
profitabilitas
yang berbeda
yaitu ROA dan
di periode yang
berbeda
7 Prasanjaya, A.
A., &
Ramantha, I.
W. (2013)
Pengaruh rasio
CAR, BOPO,
LDR dan
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Profitabilitas
Bank di BEI
Hasil yang didapat dari
penelitian terdahulu yaitu
uji F memperlihatkan
bahwa rasio CAR,
BOPO, LDR dan Ukuran
Perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap
Profitabilitas. untuk hasil
uji t, menunjukkan LDR
dan BOPO berpengaruh
signifikan terhadap
Profitabilitas, serta CAR
dan Ukuran Perusahaan
menunjukkan tidak
berpengaruh signifikan
Sama pada
rasio keuangan
terhadap
Profitabilitas
Peneliti
menggunakan
populasi sampe
pada Bank
Syariah dan
periode yang
berbeda
56
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
terhadap Profitabilitas.
8 Khoirunissa
Firdhausy
Habibie dan
Waseso Segoro
(2014)
Factors
Influencing
The
Profitability
Of PT. Bank
Syariah
Mandiri In
2009 – 2013
The results of this study,
it was determined that,
partially, only CAR,
FDR, NPF, and Inflation
significantly influenced
ROA. BI Rate was not a
significant influence to
ROA. The hypothesis test
also showed that,
simultaneously, the
independent variables
significantly influenced
Menggunakan
variabel yang
sama pengaruh
terhadap
profitabilitas
Bank Syariah
Populasi
Sampel yang
digunakan
peneliti seluruh
Bank Syariah
di Indonesia
dan periode
yang berbeda
9 Didin Ambris
Diknawati
(2014)
Analisis
Pengaruh
CAR, NPF,
FDR, Dan
BOPO
Terhadap
Profitabilitas
Bank Umum
Syariah
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
CAR (X1) signifikan
mempengaruhi
profitabilitas ROA (Y)
Bank Syariah karena
jumlahnya mencapai
3,235 dengan tingkat
signifikan 0,003. NPF
(X2) berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas ROA (Y)
Bank Syariah karena t
hitung 2,636 dengan
tingkat signifikan 0,013.
FDR (X3) berpengaruh
signifikan terhadap
Profitabilitas ROA (Y)
Bank Syariah karena
angka t hitung adalah -
2,578 dengan tingkat
signifikansi 0,016. BOPO
(X4) berpengaruh
signifikan
Variabel yang
sama yaitu
CAR, FDR,
NPF terhadap
Profitabilitas
dan Populasi
Sampel
Seluruh Bank
Umum Syariah
Pada periode
yang berbeda
pada peneliti
terdahulu
10 Nikmatus
Sholihah dan
Jaka Sriyana
(2014)
Profitabilitas
Bank Syariah
pada Kondisi
Biaya
Operasional
Tinggi
Hasil penelitian
menunjukan bahwa CAR
dan FDR tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA
sedangkan Beban
Operasional terhadap
Pendapatan Operasional,
Menggunakan
variabel yang
sama yaitu
CAR, FDR,
NPF terhapa
Profitabilitas
Bank Umum
Syariah
Pada periode
yang berbeda
pada penelitian
ini
57
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
NPF dan NIM
berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA
pada bank syariah
11 Rida Hermina
dan Edy
Suprianto
(2014)
Analisis
Pengaruh
CAR, NPL,
LDR, dan
BOPO
Terhadap
Profitabilitas
(ROE) pada
Bank Umum
Syariah
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
variabel independen
yang mempengaruhi
profitabilitas (ROE)
adalah BOPO sedangkan
CAR, LDR, NPL tidak
berpengaruh terhadap
profitabilitas (ROE)
Menggunakan
variabel yang
sama pada
CAR, FDR,
NPF terhadap
Profitabilitas
Profitabilitas
yang digunakan
pada peneli
adalah ROA
dan pada
periode yang
berbeda
12 Riyadi, S., &
Yulianto, A.
(2014)
Pengaruh dari
pembiayaan
bagi hasil,
pembiayaan
jual beli, FDR
dan NPF
terhadap
profitabilitas
pada Bank
Umum Syariah
di Indonesia
Hasil yang didapat dari
penelitian terdahulu yaitu
menunjukkan bahwa
adanya pengaruh negatif
dari pembiayaan bagi
hasil terhadap
profitabilitas,
pembiayaan jual beli dan
NPF tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas
dan adanya pengaruh
positif FDR terhadap
profitabilitas.
Sama
menggunakan
variabel yaitu
FDR dan NPF
terhadap
Profitabilitas
Pada peneliti
terdahulu
hanya
menggunakan
dua variabel
dan pada
periode yang
berbeda
13 Dewi, K. A.
K., Sinarwati,
N. K.,
Darmawan, N.
A. S., & SE, A.
(2014)
Pengaruh dari
capital
adequacy ratio
(CAR), loan to
deposit ratio
(LDR), dan
perbandingan
biaya
operasional
dengan
pendapatan
operasional
(BOPO)
terhadap return
on assets
(ROA) Bank
Umum yang
terdaftar di
BEI
Hasil yang didapat pada
penelitian terdahulu yaitu
CAR, LDR, dan BOPO
tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
ROA serta CAR, LDR,
dan BOPO secara
bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap ROA.
Menggunakan
variabel yang
sama CAR,
FDR pada
Profitabilitas
Bank
Menggunakan
populasi
sampel yang
berbeda yaitu
Bank Umum
Syariah dan
pada periode
yang berbeda
14 Shinta Amalina The The findings reveal that Dengan Dari periode
58
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Hazrati Havidz
dan Chandra
Setiawan
(2015)
Determinants
Of Roa
(Return On
Assets) Of Full
Fledged
Islamic Banks
In Indonesia
Financing to Deposit
Ratio (FDR), Debt to
Total Assets Ratio,
Capital Adequacy Ratio
(CAR), Size and
Operational Efficiency
Ratio (OER) have
significant effect
simultaneously towards
ROA. Partially, FDR,
DTAR, and CAR have
positive effect and
significant towards ROA,
while size and OER have
negative effect and
significant towards
ROA.Size is the highest
coefficient among the
determinant variables,
while FDR is the weakest
coefficient that effect
ROA in the fullfledged
Islamic banks in
Indonesia
variabel yang
sama yaitu
CAR, FDR,
terhadap
Profitabilitas
Bank Syariah
yang berbeda
15 Okky Paulin
dan Sudarso
Kaderi
Wiryono
(2015)
Determinants
Of Islamic
Bank’s
Profitability In
Indonesia For
2009 – 2013
The result indicated that
NPF, BOPO, NIM, FDR,
PPAP Compliance, NPA,
EA, and LIQD give
significant effect
simultaneously to ROA
as profitability ratio of
Islamic banks in
Indonesia. Then partially,
NIM and PPAP
Compliance give
significant positive effect
to ROA, whereas BOPO
has negatively significant
influence to ROA. And
other ratios, which are
NPF, FDR, NPA, EA,
and LIQD, have no
significant
effect on profitability of
Islamic banks in
Indonesia. Based on R‐square value, the effect
Dalam variabel
yang dama
yaitu NPF dan
FDR terhadap
Profitabilitas
Pada periode
yang berbeda
dan tanpa
variabel CAR
59
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Of those independent
variables to ROA is
91.7%, so 8.3% residue
is influenced by other
variables outside this
research. Based on that
result, Islamic banks in
Indonesia should increase
the assets quality (PPAP
Compliance), profit
sharing income (NIM),
and operational
efficiency (BOPO)
16 Widyaningrum,
L., &
Septiarini, D.
F. (2015)
Pengaruh
CAR, NPF,
FDR, dan
OER terhadap
ROA
Hasil yang didapat dari
penelitian tersebut yaitu
Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing
Financing (NPF),
Financing to Deposit
Ratio (FDR) dan
Operational Effeciency
Ratio (OER) berpengaruh
secara simultan terhadap
Return On Asset (ROA)
BPRS di Indonesia serta
CAR, NPF, dan FDR
secara parsial
berpengaruh tidak
signifikan terhadap ROA
BPRS di Indonesia.
Sedangkan OER, secara
parsial berpengaruh
signifikan terhadap
Return On Asset (ROA)
BPRS di Indonesia.
Persamaan
pada CAR,
FDR, NPF
terhadap
Profitabilitas
Peneliti
terdahulu
menggunakan
salah satunya
variabel OER
dan populasi
sampel pada
BPRS di
Indonesia
17 Ningsukma
Hakiim dan
Haqiqi
Rafsanjani
(2016)
Pengaruh
Internal
Capital
Adequency
Ratio (CAR),
Financing To
Deposit Ratio
(FDR), dan
Biaya
Dari hasil pengamatan
Dan analisis data yang
telah dilakukan,
kesimpulan pada
penelitian ini adalah
CAR, FDR, dan BOPO
terhadap ROA yang
merupakan indikator
Pada variabel
yang sama
yaitu CAR,
FDR pada
Profitabilitas
Periode yang
berbeda dan
tidak adanya
variabel NPF
60
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Operasional
Per
Pendapatan
Operasional
(BOPO) dalam
Peningkatan
Profitabilitas
Industri Bank
Syariah di
Indonesia
kesehatan Bank untuk
mengukur
profitabilitasnya
memiliki hubungan yang
tinggi. CAR secara
parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas. Variabel
FDR secara parsial
berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
profitabilitas. Berbeda
lagi dengan BOPO yang
secara parsial
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA
18 Farashita Aulia
dan Prasetiono
(2016)
Pengaruh
CAR, FDR,
NPF, dan
BOPO
Terhadap
Profitabilitas
(Return on
Equity)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
CAR dan BOPO
memilikin pengaruh
negatif dan signifikan
terhadap ROE. FDR
memiliki pengaruh
negatif terhadap ROE,
tapi ternyata tidak secara
signifikan mempengaruhi
ROE. Sementara itu,
NPF memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap ROE
Pada variabel
yang sama
yaitu CAR,
FDR, NPF
pada
Profitabilitas
Profitabilitas
yang digunakan
merujuk pada
Return On
Equity
19 Sofyan Febby
Henny Saputri
dan Hening
Widi Oetomo
(2016)
Pengaruh
CAR, BOPO,
NPL, dan FDR
Terhadap ROE
Pada Bank
Devisa
Hasil pengujian dari
penelitian menunjukkan
variabel CAR
berpengaruh positif
signifikan terhadap ROE,
BOPO berpengaruh
negatif signifikan
terhadap ROE, NPL
berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROE,
LDR berpengaruh positif
terhadap ROE pada Bank
Menggunakan
rasio keuangan
atau variabel
yang sama
yaitu CAR,
FDR, NPF
Namun pada
perbankan
konvensional
61
No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Devisa yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Serta BOPO memiliki
pengaruh yang dominan
terhadap ROE
20 Lemiyana dan
Erdah Litriani
(2016)
Pengaruh NPF,
FDR, BOPO
Terhadap
Return On
Asset (ROA)
Pada Bank
Umum Syariah
Variabel Non Performing
Financing (NPF) dan
Financing to Deposit
Ratio (FDR), tidak ada
pengaruh terhadap
Return On Asset (ROA).
Sedangkan variabel
Biaya Operasional
terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
berpengaruh negatif
terhadap Return On
Asset (ROA).
Untuk variabel
yang
digunakan
yaitu FDR dan
NPF pada
Profitabilitas
Tidak ada rasio
keuangan CAR
dan pada
periode yang
berbeda
21 Barjoyai
Bardai (2017)
Profitability of
Islamic Banks:
Case of
Malaysia
(2017)
hasilnya menunjukkan
ada tidak ada hubungan
yang signifikan antara
profitabilitas EPS dengan
semua variabel
independent dan untuk
CAR tidak ada hubungan
yang signifikan antara
profitabilitas CAR
dengan semua variabel
independen pada level
signifikan 5%. Untuk
BIMB
Menggunakan
rasio keuangan
CAR pada
Profitabilitas
Pada populasi
sampel yang
berbeda yaitu
pada Bank
Syariah di
Indonesia
22 Wahyu Intan
Kusumastuti1
and Azhar
Alam (2019)
Pengaruh
CAR, BOPO
dan NPF
terhadap
profitabilitas
bank umum
syariah 2015 -
2017
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
variabel BOPO memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap ROA. Di sisi
lain variabel CAR dan
NPF tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
2.3. Kerangka Berpikir
62
Pada sebuah penelitian bertujuan untuk mengetahui alur penelitian maka
kerangka berpikit pada sebuah pengaruh kecukupan modal dan penyaluran
pembiayaan terhadap profitabilitas pada Bank Syariah di Indonesia adalah
sebagai berikut :
2.4. Hipotesis
Dari penjelasan kerangka berpikir diatas dan paradigma penelitian
sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bank Umum Syariah
Laporan Keuangan Bank
Umum Syariah Periode 2011 - 2018
Rasio Kinerja Keuangan
CAR FDR NPF
ROA
Uji Asumsi Klasik Regresi Linear Berganda
Uji Normalitas Uji Hipotesis
Multikoloneritas Uji T-Statistik (Parsial)
Uji Heteroskedesitas Uji F-Statistik (Simultan)
Uji Auto Korelasi Uji R2 Koefisien Determinasi
Hasil dan Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
63
1. H0 : Capital Adequacy Ratio sebagai variabel independen
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
2. H1 : Capital Adequacy Ratio sebagai variabel independen tidak
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
3. H0 : Financing Deposit Ratio sebagai variabel independen
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
4. H1 : Financing Deposit Ratio sebagai variabel independen tidak
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
5. H0 : Non Performing Financing sebagai variabel independen
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
6. H1 : Non Performing Financing sebagai variabel independen tidak
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
64
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengguakan metode kuantitatif, karena penelitian ini lebih
menitik beratkan pada hipotesis, hipotesis itu selanjutnya di uji melalui
pengumpulan data lapangan. Data yang digunakan harus random, sehingga
kesimpulan hasil penelitian dapat di generalisasikan pada populasi diman sampel
tersebut di ambil. (Sugiyono, 2010:8)
Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui
hubungan sebab akibat. Untuk menganalisis hubungan pengaruh kecukupan
modal dan penyaluran pembiayaan terhadap kinerja Bank Syariah.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 hingga selesai dan tempat
penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) melalui website resmi Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah
dan waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan di amati atau di teliti
populasi di bedakan menjadi dua, yakni populasi finit dan infinit. Populasi
65
finit adalah suatu populasi yang jumlah anggota populasi secara pasti dapat
diketahui, sedangkan populasoi infinit adalah suatu populasi yang jumlah
anggota populasinya tidak dapat dihitung secara pasti (Supardi, 2005:101)
Populasi dalam penelitian ini meliputi informasi laporan keuangan
Bank Syariah yang terdapat di laporan keuangan yang diterbitkan oleh OJK
dan Bank Indonesia.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populsi benar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populai, misal karena keterbatasan dana,
tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil
dari populasi itu. Apa yang di pelajari dari sampel itu kesimpulanya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. sehingga sampel yang di ambil dari
populasi harus betul-betul representative (mewakili) (Sugiyono, 2010:81).
Dari penelitian ini Sampel yang digunakan adalah capital adequacy
ratio, financing deposit ratio, non performing financing dan return on asset
pada Bank Umum Syariah
3.4. Variabel Penelitian
Penelitian yang dilakukan adapun variabel – variabel yang telah
dijabarkan diatas. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Variabel bebas / independent (X) : merupakan variabel yang mempengaruhi
atau menjadi sebab timbulnya variabel terikat. X1 (Capital Adequacy Ratio),
X2 (Financing Deposit Ratio), X
3 (Non Performing Financing).
66
2. Variabel terikat / dependen (Y) : merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas / independent. Y (Return On
Asset).
3.5. Definisi Operasional
1. Capital Adequacy Ratio
Rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang
kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva
produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu
membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi profitabilitas.
2. Financing Deposit Ratio
Rasio FDR atau yang disebut dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank
konvensional ini menyatakan kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuditasnya, atau dengan kata lain seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik kembali dananya
yang telah disalurkan oleh bank berupa kredit.
3. Non Performing Financing
Non Performing Financing (NPF) yang analog dengan Non Performing Loan
(NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank, semakin
67
kecil Non Performing Loan (NPL), maka semakin kecil pula resiko kredit
yang ditanggung pihak bank.
4. Kinerja Bank
Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset
dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan
meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik
perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor,
karena tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga
akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal
yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan. Angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.
3.6. Data dan Sumber Data
data yang digunakan oleh peneliti adalah laporan keuangan tahunan
untuk Bank Umum Syariah periode 2011 – 2018.
Sumber data dalam penelitian ini bersumber dari buku, jurnal, website
resmi bank Indonesia yang menjadi sumber data dan literatur dalam melakukan
penelitian ini.
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data penelitian secara terperinci dan baik, maka
peneliti menggunakan beberapa metode antara lain:
1. Studi Lapangan
68
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang di keluarkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan penelitian ini seperti
data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan OJK melalui website
resminya dan laman yang bisa di akses.
2. Dokumenter
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumentasi,
seperti jurnal, buku, dan website resmi Bank Indonesia daan OJK. Data yang
dikumpulkan adalah data-data bulanan dari laporan keuangan Bank Syariah.
3.8. Teknik Analisis Data
3.8.1 Uji asumsi klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel terikat dan keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Modal regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Metrode yang digunakan untuk menguji normalitas
adalah dengan menggunakan normal probability plots. Pada prinsipnya
normalitas dapat di deteksi dengan melihat penyebaran data, (titik), pada
sumbu diagonal pada grafik. Adapaun dasar pengambilan keputusan atau
kesimpulan yaitu:
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas
69
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti
garis diagonal tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model
regresi tidak menunjukan distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
Berdasarkan output normal probability plots menunjukan
berdistribusi normal, karena garis (titik-titik) mengikuti garis diagonal
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas . Model
regresiyang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel
tersebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang
nilai korelasi antar sesame variabel bebas sama dengan nol. Multikolinier
adalah adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Untuk
menguji adanya multikolinearitas dalam suatu model regresi salah
satunya adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas
manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya
kolinearitas yang tinggi. Dasar pengambilan keputusan adalah apabila
nilai tolerance > 0,1 atau sama dengan nilai, VIF < 10 berarti tidak ada
multikolinearitas antar variabel dalam model regresi.
70
3. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedatisitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi
ketidaksamaan varian dari residual dan model regresi. Model regresi
yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
Heterskedastisitas menyebabkan penaksir tidak efisien dan nilai koefisien
determinasi akan menjadi sangat tinggi. Untuk menentukan
heteroskedastisitas di bantu dengan program spss, sedangkan uji
heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
scatterplot regresi. Dan hasil output dari uji heteroskedastisitas pada
penelitian ini di ketahui bahwa titik-titik menyebar dengan pola yang
tidak jelas di bawah dan di atas angka nol pada sumbu Y maka pada hasil
penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
4. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi diguakan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi, yaitu dengan menggunakan metode grafik, metode
Durbin Wastion, metode van herman, dan metode runtest. Untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi digunakan metode Durbin waston
dengan ketentuan sebagai berikut:
Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
Angka D-W di antara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi
Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negative
71
3.8.2. Regresi linear berganda
Analisis regresi linier berganda merupakan alat atau cara yang
digunakan untuk menganalisis dan mengetahui tingkat signifikan dan variabel
mana yang sangat berpengaruh terhadap variabel terikat, dalam penelitian ini
yaitu variabel CAR, FDR, NPF. Dengan metode ini dapat diketahui besarnya
hubungan antara X1 dengan Y, X
2 dengan Y, X
3 dengan Y dan untuk mencari
besarnya X1, X
2, X
3, terhadap Y secara bersama-sama. Regresi linier
berganda merupakan alat ukur untuk mengetahui pertautan antara variabel
terikat (Y) dengan beberapa variabel bebas (X) secara serempak dengan
menggunakan perhitungan melalui program Statistik. Adapun model
persamaan regresi berganda dapatdituliskan sebagai berikut:
Y = α + b1X1 + b2X2 +b3X3+ E
Dimana:
α= Konstanta Y
b1, b2, b3, = Koefisien regresi Y
Y = Kinerja Bank
X1 = Capital Adequacy Ratio
X2 = Financing Deposit Ratio
X3= Non Performing Financing
E = Std. Error
1. Pengujian hipotesis
a. Uji T-Statistik (Parsial)
Uji T-statistik merupakan suatu uji hipotesis terhadap koefisien
regresi parsial yang digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing
72
variabel bebas secara individu terhadap variabel terikatnya. Pengujian t-
statistik dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas (uji p-value).
Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkatsignifikansi α sebesar
5% atau 0.05 yang telah ditetapkan (berada pada H0 daerah diterima atau
H1 ditolak), maka koefisien dalam,model signifikan untuk digunakan.
b. Uji F-Statistik (Simultan)
Uji F-statistik ini digunakan untuk menentukan signifikan atau
tidaknya suatu variabel bebas secara simultan dalam mempengaruhi
variabel terikatnya. Pengujian F-statistik dapat dilakukan dengan melihat
nilai probabilitas (uji p-value). Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari
tingkat signifikansi α sebesar 5% atau 0.05 yang telah ditetapkan (berada
pada daerah H1 diterima atau H0 ditolak), maka variasi dari model
regresi dapat menerangkan variasi dari variabel terikat (signifikan).
73
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Pertumbuhan keuangan syariah belum dapat mengimbangi pertumbuhan
keuangan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari pangsa pasar (market share)
keuangan syariah yang secara keseluruhan masih di bawah 5%. Namun apabila
dilihat dari setiap jenis produk syariah, hingga akhir Desember 2016, terdapat
beberapa produk syariah yang market share-nya di atas 5%, antara lain aset
perbankan syariah sebesar 5,33% dari seluruh aset perbankan, sukuk negara yang
mencapai 14,82% dari total surat berharga negara yang beredar, lembaga
pembiayaan syariah sebesar 7,24% dari total pembiayaan, lembaga jasa keuangan
syariah khusus sebesar 9,93%, dan lembaga keuangan mikro syariah sebesar
22,26%. Sementara itu, produk syariah yang pangsa pasarnya masih di bawah 5%,
antara lain sukuk korporasi yang beredar sebesar 3,99% dari seluruh nilai sukuk
dan obligasi korporasi, nilai aktiva bersih reksa dana syariah sebesar 4,40% dari
total nilai aktiva bersih reksa dana, dan asuransi syariah sebesar 3,44%. Selain
produk keuangan di atas, saham emiten dan perusahaan publik yang memenuhi
kriteria sebagai saham syariah mencapai 55,13% dari kapitalisasi pasar saham
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Angka-angka tersebut di atas menunjukkan bahwa keuangan syariah
Indonesia masih perlu terus dikembangkan sehingga dapat mengimbangi
pertumbuhan keuangan konvensional dalam rangka membesarkan industri
keuangan secara keseluruhan.
74
4.2. Data Sampel
Pada tahun 2011 dimana dari laporan Bank Indonesia terdapat 11 Bank
umum Syariah dan ada 23 unit usaha Syariah. Berkembangnya bank Syariah pada
tahun itu terjadi 2 bank yang spin off dari unit usaha Syariah menjadi bank umum
Syariah. Untuk melakukan penelitian ini peneliti menggunakan data sampel
dengan bank umum Syariah yang ada dari tahun 2011.
Untuk bank umum Syariah dari tahun 2011 tersebut ada 11 adalah
Tabel 4.1. Nama Bank Umum Syariah
N
o
Nama Bank
1 Bank BCA Syariah
2 Bank BNI Syariah
3 Bank BRI Syariah
4 Bank Mandiri Syariah
5 Bank Bukopin Syariah
6 Bank Maybank Syariah
7 Bank Mega Syariah
8 Bank Muamalat
9 Bank Panin Syariah
1
0
Bank Victoria Syariah
1
1
Bank Jabar Banten Syariah
75
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dimana metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat porisitivisme, metode ini sebagai metode ilmiah karena telah
memenuhi kaidah – kaidah ilmiah yang konkrit/empiris, obyektif, terukur,
rasional dan sistematis. Metode ini dinamakan kuantitatif karena data penelitian
berupa angka – angka dan analisis statistik (Sugiyono, 2016:39).
Sumber data yang digunakan merupakan data sekunder menggunakan
laporan keuangan tahunan (annual report) Bank Umum Syariah. Analisis data
bersifat kuantitatif / statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2016:39).
4.3. Hasil Penelitian
4.3.1. Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian terhadap pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen, untuk itu peneliti akan meninjau
mengenai deskriptif variabel penelitian. Untuk memberikan gambaran
bagaimana data yang digunakan menunjukan nilai dari rata – rata (mean),
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range. Dari hasil uji data
tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean
Std.
Deviation Variance
Car 88 151.97 11.10 163.07 2152.49 24.4601 20.56826 423.053
76
Tabel 4.2. Deskriptif CAR
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Dari hasil olah data diatas yaitu variabel indenpen CAR (Capital
Adequacy Ratio) dimana nilai maksimum sebesar 163.07 dimiliki oleh
Maybank Syariah pada tahun 2018. Dengan ini Maybank Syariah memiliki
kecukupan modal yang tinggi pada tahun 2018 dan baik untuk menunjang
aktiva yang mengandung risiko. Untuk terendah ada pada nilai sebesar 11.10
yang dimiliki oleh Bukopin Syariah pada tahun 2013. Sehingga kecukupan
modal yang dimiliki oleh Bukopin Syariah pada saat itu dapat dikatakan
sehat. CAR atau kecukupan modal dapat dikatakan sehat apabila dimiliki
ratio sebesar 8% keatas. Dan nilai rata – rata CAR pada data tersebut adalah
sebesar 24.46.
Tabel 4.3. Deskriptif FDR
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Dari hasil FDR diatas didapatkan nilai maksimum sebesar 424923.53
dimana nilai tersebut dimiliki oleh Maybank Syariah pada tahun 2018, hal ini
menunjukan tingkat likuiditas yang tidak sehat pada saat itu. Dan nilai
minimum sebesar 46.08 dimiliki oleh Bank Victoria Syariah pada tahun 2011
dan 2012, sehingga dapat dikatakan nilai yang cukup sehat untuk tingkat
likuiditasnya. Nilai rata – rata pada FDR adalah sebesar 4923.05, untuk nilai
rata – rata pada perbankan syariah didapatkan hasil yang kurang sehat.
Valid N (listwise)
88
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Fdr 88 424877.45 46.08 424923.53 433229.18 4923.0589 45286.83342 2050897281.343 Valid N (listwise)
88
77
Tabel 4.4. Deskriptif NPF Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Npf 88 43.99 .00 43.99 414.39 4.7090 6.36794 40.551 Valid N (listwise) 88
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Untuk ratio NPF nilai tertinggi dimiliki oleh Maybank Syariah
dengan nilai 43.99 sehingga dapat dikatakan pembiayaan bermasalah terjadi
sangat tinggi. Dimana ketentuan Bank Indonesia ratio sehatnya NPF sebesar
5% hingga 2% dan apabila kurang dari 2% dapat dikatakan sangat sehat.
Seperti Maybank Syariah sendiri pada tahun 2011, 2017, 2018 dengan nilai
terendahnya 0.0.
Tabel 4.5. Deskriptif ROA
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Hasil dari profitabilitas yang tertinggi dengan nilai sebesar 6.93
dimiliki oleh Bank Victoria Syariah pada tahun 2011, sehingga dapat
dikatakan menghasilkan laba yang tinggi. Pada ketentuan sesuai Bank
Indonesia dimana dapat dikatakan sangat sehat karena lebih dari 1.5%. Nilai
terendah pada tabel diatas ditunjukan sebesar -20.13 yang dimiliki oleh
Maybank Syariah pada tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa pada saat itu
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
roa 88 27.06 -20.13 6.93 26.23 .2981 3.37824 11.413
Valid N (listwise) 88
78
tingkat profitabilitas tidak sehat dan mengalami kerugian. Dikarenakan nilai
yang minus sehingga profitabilitas tidak ada pada saat itu.
4.3.2. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Pada sebuah model regresi untuk menguji apakah model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki kontribusi normal atau tidak,
salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah tersebut
adalah dengan Uji Normalitas. Analisis Statistik, yaitu dengan
menggunakan uji Kolmogorov - Smirnov (K-S) menurut Suliyanto
(2005) menyatakan bahwa: dasar pengambilan keputusannya sebagai
berikut:
a. Jika nilai Kolmogorov-Smirnov Z Ztabel, atau nilai signifikansi
variabel residual > , maka data residual terdistribusi normal.
b. Jika nilai Kolmogorov-Smirnov Z > Ztabel , atau nilai signifikansi
variabel residual < , maka data residual terdistribusi tidak normal
Menurut Ghazali (2006) menyatakan bahwa: uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji t dan F
diasumsikan bahwa rseidual mengikuti distribusi normal.
Tabel 4.6 Hasil Output Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
79
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas dengan kolmogorov –
smirnov test diperolah hasil test statistic dan asymp sig (2-tailed)
sebesar 0.215 dan 0.92 lebih besar daripada 0.05. Maka dapat
disimpulkan data terdistribusi normal.
2. Uji Multikoloneritas
Salah satu metode untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas yaitu dengan melihat korelasi liniear antara variabel
independen di dalam regresi. Jika koefisien 0,85 maka kita duga ada
multikolinearitas dalam model. Sebailknya jika koefisien korelasi kurang
dari 0,85 (Widarjono, 2010:77) maka kita duga model tidak mengandung
unsur multikolinearitas.
N 88
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 15.37354573
Most Extreme Differences Absolute .215
Positive .209
Negative -.215
Test Statistic .215
Asymp. Sig. (2-tailed) .920c
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
80
Tabel 4.7. Hasil Output Multikoloneritas
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Kriteria pengambilan keputusan menurut Suliyanto (2005)
menyatakan:
Tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.
Tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 maka tidak terjadi
Dari hasil uji multikoloneritas diatas dapat disimpulkan pada
setiap variabel tidak terdapat multikoloneritas. Pada variabel NPF
didapatkan nilai Tolerance sebesar 0.99 > 0.10 dan nilai VIF sebesar 1.01
< dari 10.00. Pada variabel FDR didapatkan nilai Tolerance sebesar 0.46
> 0.10 dan nilai VIF sebesar 2.14 < 10.00. Untuk variabel CAR
didapatkan nilai Tolerance sebesar 0.47 > 0.10 dan nilai VIF sebesar 2.12
< 10.00. Maka dapat disimpulkan tidak adanya Multikoloneritas pada
variabel yang menjadi penelitian.
3. Uji Heteroskedasitas
Untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dan residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain
menggunakan uji heteroskedasitas. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.622 .377 4.298 .000
npf -.439 .030 -.827 -14.810 .000 .990 1.010
fdr -3.425E-5 .000 -.459 -5.646 .000 .467 2.141
car .037 .013 .227 2.795 .006 .470 2.128
a. Dependent Variable: roa
81
dan jika berbeda atau disebut heterokedastisitas. model regresi yang baik
adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi heterokedastisitas
karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran
(Ghozali, 2016:134).
Ho diterima bila Signifikansi > 0,05 berarti tidak terdapat
heteroskedastisitas dan Ho ditolak bila Signifikansi < 0,05 yang berarti
terdapat heteroskedastisitas.
Tabel 4.8. Hasil Output Heteroskedasitas Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.114 .221 -.516 .607
car .022 .008 .326 2.797 .056
fdr -8.119E-6 .000 -.266 -2.281 .085
npf .136 .017 .628 7.830 .060
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Pada hasil output diatas didapatkan nilai masing – masing
variabel dimana nilai variabel car 0.056 > 0.05 dan nilai variabel fdr
sebesar 0.85 > 0.05, untuk variabel npf sebesar 0.60 > 0.05. Maka pada
hasil uji heteroskedasitas setiap variabel terdapat ketidaksamaan.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
82
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghozali,
2011: 110).
Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya gejala
autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (DW test)
Tidak autokorelasi positif – Tolak – 0 < d < dl
Tidak autokorelasi positif – No Decision – dl < d < du
Tidak korelasi negatif – Tolak – 4-dl < d < 4
Tidak korelasi negatif – No Decision – 4-du < d < 4-dl
Tidak autokorelasi positif negatif – Tidak Ditolak – du < d < 4-du
Tabel 4.8. Hasil Output Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .861a .741 .731 1.75087 2.118
a. Predictors: (Constant), npf, car, fdr
b. Dependent Variable: roa
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Dari hasil output data diatas didapatkan nilai durbin watson
sebesar 2.118 dimana pada tabel durbin watson nilai k : 3 dan N
sebanyak 88. Nilai dl sebesar 1.5836 dan nilai du sebesar 1.7243. untuk
hasil dari autokorelasi adalah 1.7243 < 2.118 < 2.2752 atau du < d < 4-du
sehingga tidak terjadi autokorelasi pada setiap varibel penelitian.
4.3.3. Hasil Uji T-Statistik (Parsial)
Uji parsial atau disebut juga uji t dalam analisis regresi linear
berganda bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial
83
(sendiri-sendiri/masing-masing variabel) berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat
Pada pengujian ini akan dilihat seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara satu persatu variabel dimana
ada tida variabel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing
Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) terhadap variabel
dependen yaitu Return On Asset (ROA). Untuk hasil perhitungan
menggunakan aplikasi SPSS pada hasil uji t-statistik dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.10. Hasil Output Uji T-Statistik Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.622 .377 4.298 .000
Car .037 .013 .227 2.795 .006
Fdr -3.425E-5 .000 -.459 -5.646 .000
Npf -.439 .030 -.827 -14.810 .000
a. Dependent Variable: roa
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Untuk membandingkan nilai probabilitas pada masing – masing
variabel tingkat signifikan α = 5%. Nilai pada T-hitung digunakan untuk
menguji apakah variabel tersebut signifikan terhadap variabel. Suatu variabel
akan memiliki pengaruh yang berarti jika nilai thitung > ttabel (Suliyanto,
2011:62).
Dari hasil output diatas menjadi fokus dari penelitian ini yang dapat
mengungkapkan atau menjawab dari hasil hipotesis. Untuk itu hasil uji t-
statistik lebih besar dari t-tabel dengan tingkat signifikan α = 5% adalah sebagai
berikut :
84
1. Pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) hasil uji t-hitung > t-tabel
sebesar 2.795 > 1.66235 dengan tingkat signifikan < 0.05. Maka
hipotesis H0 diterima dimana Capital Adequacy Ratio (CAR)
mempengaruhi profitabilitas yang diwakili oleh Return On Asset (ROA).
2. Pengaruh variabel Financing Deposit Ratio (FDR) hasil uji t-hitung > t-tabel
sebesar -5.646 > 1.66235 dengan tingkat signifikan < 0.05. Maka
hipotesis H0 diterima dimana Financing Deposit Ratio (FDR)
mempengaruhi negatif terhadap profitabilitas yang diwakili oleh Return
On Asset (ROA).
3. Pengaruh variabel Non Performing Financing (NPF) hasil uji t-hitung > t-
tabel sebesar -14.810 > 1.66235 dengan tingkat signifikan < 0.05. Maka
hipotesis H0
diterima dimana Non Performing Financing (NPF)
mempengaruhi negatif terhadap profitabilitas yang diwakili oleh Return
On Asset (ROA).
4.3.4. Hasil Uji F-Statistik (Simultan)
Uji simultan atau disebut juga uji F dalam analisis regresi linear
berganda bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-
sama atau secara serempak (simultan) berpengaruh terhadap variabel terikat.
Berikut adalah hasil uji F-Statistik dengan variabel bebas Capital Adequacy
Ratio (CAR), Financing Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing
(NPF) terhadap variabel terikat yaitu Profitabilitas yang diwakili oleh Return
On Asset (ROA).
Tabel 4.11. Hasil Output Uji F-Statistik
85
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 735.382 3 245.127 79.962 .000b
Residual 257.506 84 3.066
Total 992.889 87
a. Dependent Variable: roa b. Predictors: (Constant), npf, car, fdr
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Untuk mengungkapkan hasil dari uji F-Statistik (Simultan) adalah
apabila Fhitung > Ftabel dengan tingkat signifikan < 5%. Dari hasil diatas dapat
diungkapkan dimana hasil uji Fhitung > Ftabel dengan nilai sebesar 79.962 >
2.71 maka hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa secara keseluruhan
kecukupan modal dan penyaluran dana mempengaruhi profitabilitas. Dari
secara keseluruhan mempengaruhi terhadap profitabilitas namun pada
Financing Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Ratio (NPF)
mempengaruhi secara negatif.
4.3.5. Hasil Uji R2 Koefisien Determinasi
Untuk melihat hasil uji R2 pada variabel profitabilitas sebagai berikut
:
Tabel 4.12. Hasil Uji R2 Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .861a .741 .731 1.75087
a. Predictors: (Constant), npf, car, fdr
Sumber : Hasil Output SPSS 2019
Pada hasil data diatas dapat diungkapkan nilai R2
sebesar 0.741 atau
sebesar 74.10% variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing Deposit
86
Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) memberikan pengaruh
terhadap profitabilitas sebesar 74.10% dan 25.90% dipengaruhi oleh faktor
lain atau diluar variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing Deposit
Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF).
4.4. Hasil Dan Pembahasan
Dari hasil uji statistik dengan beberapa tahap dengan uji T-Statistik
(Parsial) dan uji F-Statistik (Simultan) dengan melihat besar R2 Koefisien
Determinasi hasil pembahasan pada penelitian ini menjawab hipotesis dimana
masing – masing variabel bebas pada uji T-Statistik H0 hipotesis diterima. Pada
hasil uji F-Statistik pun semua variabel mempengaruhi pada profitabilitas Bank
Syariah. Maka bagaimana kecukupan modal dan penyaluran pembiayaan sangat
mempengaruhi pada profitabilitas Bank Syariah pada periode 2011 - 2018.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitan ini pada analisis pembahasan dimana hasil uji
T-Statistik (Parsial) dapat diungkapkan sebagai berikut :
1. Dimana hasil uji variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel
bebas terhadap Profitabilitas yang diwakili oleh Return On Asset (ROA)
sebagai variabel terikat mengungkapkan hasil uji t-hitung > t-tabel dengan nilai
sebesar 2.795 > 1.66235 maka adanya pengaruh secara parsial antara
variabel bebas pada variabel terikat. Dengan tingkat signifikan α sebesar <
5%.
2. Untuk hasil uji variabel Financing Deposit Ratio (FDR) sebagai variabel
bebas terhadap Profitabilitas yang diwakili oleh Return On Asset (ROA)
sebagai variabel terikat mengungkapkan pada hasil uji t-hitung > t-tabel dengan
nilai sebesar -5.646 > 1.66235 maka adanya pengaruh negatif secara parsial
antara variabel bebas pada variabel terikat. Dengan tingkat signifikan α
sebesar < 5%.
3. Untuk hasil uji variabel Non Performing Financing (FDR) sebagai variabel
bebas terhadap Profitabilitas yang diwakili oleh Return On Asset (ROA)
sebagai variabel terikat mengungkapkan hasil uji t-hitung > t-tabel dengan nilai
sebesar -14.810 > 1.66235 maka adanya pengaruh negatif secara parsial
antara variabel bebas pada variabel terikat. Dengan tingkat signifikan α
sebesar < 5%.
88
Pada hasil uji F-Statistik (Simultan) dengan Fhitung > Ftabel nilai sebesar
79.962 > 2.71 maka ketiga variabel bebas menunjukan pengaruhnya pada variabel
terikat pada tingkat signifikan < 5%. Untuk besarnya ketiga variabel tersebut
mempengaruhi profitabilitas pada Bank Syariah terlihat pada hasil R2 Koefisien
Determinasi dengan nilai sebesar 74.10% dipengaruhi oleh kecukupan modal dan
penyaluran pembiayaan pada Bank Syariah. Pada 25.90% dipengaruhi oleh faktor
lain.
5.2. Saran
Pada kesimpulan diatas yang telah diungkapkan pada hasil statistik, maka
penulis mencoba mengungkapkan saran yang mungkin bermanfaat bagi banyak
pihak, yaitu :
1. Untuk Bank Maybank Syariah di tahun 2011 – 2014 cukup besar memberikan
pembiayaan dengan kecukupan modal yang tinggi dan tingkat hasil
profitabiltas seharusnya menjadi indikator yang baik untuk seterusnya baik
bagi Bank Maybank Syariah sendiri maupun pada Perbankan Syariah yang
lain.
2. Untuk seluruh Bank Syariah di Indonesia sendiri pada saat ini pada market
share sebesar kurang lebih 5% dapat memberikan kontribusi yang baik pada
perekonomian Indonesia saat ini. Dimana minat masyarakat pada
perkonomian islam pun bertambah setiap tahun.
3. Terlihat dari kecukupan modal yang ada pada Bank Syariah sampai saat ini
memberikan nilai yang untuk memberikan pembiayaan pada masyarakat
untuk menunjang perekonomian Indonesia. Sehingga Bank Syariah akan
89
semakin tumbuh dan memberikan kontribusi yang baik dan memberikan
market share yang melampaui Bank Konvensional.
4. Untuk para akademisi agar menjadi refrensi untuk mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut dengan metode yang lain dan dengan indikator yang
bervariatif. Sehingga menjadi bahan masukan untuk Bank Syariah di
Indonesia untuk terus membentuk jati diri yang kuat di Indonesia dan tidak
dipungkiri menjadi kiblat Bank Syariah bagi negara lain.
90
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arifin, Imamul. 2007. Membuka Cakrawala Ekonomi. Jakarta: Setia Purna Inves
Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Keuangan dan Pasar Modal. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Perbankan: Konvensional dan Syariah. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mamduh M. 2016. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Hasan, Zubairi. 2009. Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum
Islam dan Hukum Nasional. Jakarta: Rajawal Press.
Hery. 2015. Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.
Horne, James C. Van dan John M Wachowicz, Jr. 2012. “Prinsip-prinsip
Manajeme Keuangan (Edisi 13 )”. Jakarta: Salemba 4.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Karim, Adiwarman A. 2004. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo
Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah. 2008. Perbankan Syariah. Jakarta: PKES
Publishing
91
Muhammad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonisia.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP. 2011. Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum
Susilo Sri Y., Triandoro, Sigit, Totok Budi Santoso A. 2011. Bank dan Lembaga
Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia.
Tim Penyusun Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan. 2012.
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Jakarta.
Wiroso. 2009. Produk Perbankan Syariah Dilengkapi UU Perbankan Syariah dan
Kodefikasi Produk Bank Indonesia. Jakarta: LPFE Usakti.
Zuhri, Moh. 1993. Terjemah Fiqh Empat Madzab. Semarang: Asy-Syifa
JURNAL
Adiputra, Fajar. 2017. Pengaruh Car, Npf, Fdr Dan Bopo Terhadap Profitabilitas
(ROA Dan ROE) Pada Bank Umum Syariah. UIN Jakarta Journal.
92
Aulia, Farashita & Prasetiono. 2016. Pengaruh CAR, FDR, NPF, dan BOPO
Terhadap Profitabilitas (Return on Equity). Diponegoro Journal Of
Management Vol. 5 No. 1.
Bardai, Barjoyai. 2017. Profitability of Islamic Banks: Case of Malaysia. Journal
of Islamic Banking and Finance.
Diknawati, Didin Ambris. 2014. Analisis Pengaruh CAR, NPF, FDR, Dan BOPO
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah. Jurnal Ilmiah STIE
Perbanas Surabaya.
Hakiim, Ningsukma & Rafsanjani, Haqiqi. 2016. Pengaruh Internal Capital
Adequency Ratio (CAR), Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya
Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan
Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM) Vol. 14. No.1.
Hermina, Rida & Suprianto, Edy. 2014. Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR, dan
BOPO Terhadap Profitabilitas (ROE) pada Bank Umum Syariah. Jurnal
Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2.
Lemiyana & Litriani, Erdah. 2016. Pengaruh NPF, FDR, BOPO Terhadap Return
On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah. I-Economic Vol. 2, No. 1.
Rafaela, Thyas & Ardiyanto, Moh. Didik. 2013. Pengaruh CAR, FDR, NPF, dan
BOPO Terhadap ROE Bank Syariah Mandiri. Diponegoro Journal Of
Accounting Vol. 1 No. 1.
Riyadi, Slamet. 2006. Banking Assets And Liability Management. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
93
Saputri, Sofyan Febby Henny & Oetomo, Hening Widi. 2016. Pengaruh CAR,
BOPO, NPL, dan FDR Terhadap ROE Pada Bank Devisa. Jurnal Ilmu
dan Riset Manajemen: Vol 5, No. 5.
Sholihah, Nikmatus & Sriyana, Jaka. 2014. Profitabilitas Bank Syariah pada
Kondisi Biaya Operasional Tinggi. Jurnal Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta.
Simatupang, Apriani & Franzlay, Denis. 2016. Capital Adequacy Ratio(CAR),
Non Performing Financing (NPF), Efisiensi Operasional (BOPO) dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas Bank Umum
Syariah di Indonesia. Jurnal Administrasi Kantor Vol. 4, No. 2.
Wati, Ishmah. 2012. Analisis Pengaruh Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja
Profitabilitas pada Sektor Perbankan Syariah. Skripsi. Universitas
Indonesia.
94
LAMPIRAN
1. NAMA BANK DAN RASIO KEUANGAN
Tahun Nama Bank
Syariah npf fdr roa car
2011 BCA 0.20 78.80 0.90 45.90
2012 BCA 0.10 79.90 0.80 31.50
2013 BCA 0.10 83.50 1.00 22.40
2014 BCA 0.10 91.20 0.80 29.60
2015 BCA 0.70 91.40 1.00 34.30
2016 BCA 0.50 90.10 1.10 36.60
2017 BCA 0.32 88.50 1.20 29.40
2018 BCA 0.35 89.00 1.20 24.30
2011 BNI 3.62 78.60 1.29 20.75
2012 BNI 2.02 84.99 1.48 14.22
2013 BNI 1.86 97.86 1.37 16.54
2014 BNI 1.86 92.58 1.27 18.76
2015 BNI 2.53 91.94 1.43 15.48
2016 BNI 2.94 84.57 1.44 14.92
2017 BNI 2.89 80.21 1.31 20.14
2018 BNI 2.93 79.62 1.42 19.31
2011 BRI 2.77 90.55 0.20 14.74
2012 BRI 3.00 100.96 1.19 11.35
2013 BRI 4.06 102.70 1.15 14.49
2014 BRI 4.60 93.90 0.08 12.89
2015 BRI 4.86 84.16 0.77 13.94
2016 BRI 4.57 81.47 0.95 20.63
2017 BRI 6.43 71.87 0.51 20.05
2018 BRI 6.73 75.49 0.43 29.72
2011 MANDIRI 2.42 86.03 1.95 14.57
2012 MANDIRI 2.82 94.40 2.25 13.82
2013 MANDIRI 4.32 89.37 1.53 14.10
2014 MANDIRI 6.84 81.92 -0.04 14.12
2015 MANDIRI 6.06 81.99 0.56 12.85
2016 MANDIRI 4.92 79.19 0.59 14.01
2017 MANDIRI 4.53 77.66 0.59 15.89
2018 MANDIRI 3.28 77.25 0.88 16.26
2011 BUKOPIN 1.74 83.54 0.52 15.29
2012 BUKOPIN 4.59 91.98 0.55 12.78
95
Tahun Nama Bank
Syariah npf fdr roa car
2013 BUKOPIN 4.27 100.29 0.69 11.10
2014 BUKOPIN 4.07 92.89 0.27 14.80
2015 BUKOPIN 2.99 90.56 0.79 16.31
2016 BUKOPIN 7.63 88.18 -1.12 15.15
2017 BUKOPIN 7.85 82.44 0.02 19.20
2018 BUKOPIN 5.71 93.40 0.02 19.31
2011 MAYBANK 0.00 289.20 3.57 73.44
2012 MAYBANK 2.49 197.70 2.88 64.20
2013 MAYBANK 2.69 152.87 2.87 59.61
2014 MAYBANK 5.04 157.77 3.61 52.24
2015 MAYBANK 35.15 110.54 -20.13 38.40
2016 MAYBANK 43.99 134.73 -9.51 55.06
2017 MAYBANK 0.00 85.94 5.50 75.83
2018 MAYBANK 0.00 424923.53 -6.86 163.07
2011 MEGA 3.03 83.08 1.58 12.03
2012 MEGA 2.67 88.88 3.81 13.51
2013 MEGA 2.98 93.37 2.33 12.99
2014 MEGA 3.89 93.61 0.29 19.26
2015 MEGA 4.26 98.49 0.30 18.74
2016 MEGA 3.30 95.24 2.63 23.53
2017 MEGA 2.95 91.05 1.56 22.19
2018 MEGA 2.15 90.88 0.93 20.54
2011 MUAMALAT 2.60 85.18 1.52 12.01
2012 MUAMALAT 2.09 94.15 1.54 11.57
2013 MUAMALAT 4.69 99.99 0.50 14.05
2014 MUAMALAT 6.55 84.14 0.17 13.91
2015 MUAMALAT 7.11 90.30 0.20 12.00
2016 MUAMALAT 3.83 95.13 0.22 12.74
2017 MUAMALAT 4.43 84.41 0.11 13.62
2018 MUAMALAT 3.87 73.18 0.08 12.34
2011 PANIN 0.88 162.97 1.75 61.98
2012 PANIN 0.19 149.82 2.90 34.48
2013 PANIN 1.05 112.46 2.18 19.75
2014 PANIN 0.53 94.04 1.99 25.69
2015 PANIN 2.63 96.43 1.14 20.30
2016 PANIN 2.26 91.99 0.37 18.17
2017 PANIN 12.52 86.95 -10.77 11.51
2018 PANIN 4.81 88.82 0.26 23.15
2011 VICTORIA 2.43 46.08 6.93 45.20
96
Tahun Nama Bank
Syariah npf fdr roa car
2012 VICTORIA 3.19 46.08 1.43 28.08
2013 VICTORIA 3.71 84.65 0.50 18.40
2014 VICTORIA 7.10 95.19 -1.87 15.27
2015 VICTORIA 9.80 95.29 -2.36 16.14
2016 VICTORIA 5.82 100.67 -2.19 15.98
2017 VICTORIA 4.59 83.59 0.36 19.29
2018 VICTORIA 3.99 82.78 0.32 22.07
2011 BJB 1.36 79.61 1.23 30.29
2012 BJB 4.46 87.99 -0.59 21.09
2013 BJB 1.86 97.40 0.91 17.99
2014 BJB 5.91 93.69 0.69 15.83
2015 BJB 6.93 104.75 0.25 22.53
2016 BJB 17.91 98.73 -8.09 18.25
2017 BJB 22.04 91.03 -5.69 16.25
2018 BJB 4.58 89.85 0.54 16.43
2. HASIL OUTPUT SPSS DESKRIPTIF CAR
3. HASIL OUTPUT SPSS FDR
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean
Std.
Deviation Variance
car 88 151.97 11.10 163.07 2152.49 24.4601 20.56826 423.053 Valid N (listwise)
88
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Fdr 88 424877.45 46.08 424923.53 433229.18 4923.0589 45286.83342 2050897281.343 Valid N (listwise)
88
97
4. HASIL OUTPUT SPSS NPF
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
Npf 88 43.99 .00 43.99 414.39 4.7090 6.36794 40.551 Valid N (listwise) 88
5. HASIL OUTPUT SPSS ROA
6. HASIL OUTPUT SPSS UJI NORMALITAS
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
roa 88 27.06 -20.13 6.93 26.23 .2981 3.37824 11.413
Valid N (listwise) 88
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 88
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 15.37354573
Most Extreme Differences Absolute .215
Positive .209
Negative -.215
Test Statistic .215
Asymp. Sig. (2-tailed) .920c
98
7. HASIL OUTPUT SPSS UJI MULTIKOLINERITAS
8. HASIL OUTPUT SPSS HETEROSKEDASITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.114 .221 -.516 .607
car .022 .008 .326 2.797 .056
fdr -8.119E-6 .000 -.266 -2.281 .085
npf .136 .017 .628 7.830 .060
9. HASIL OUTPUT SPSS AUTOKORELASI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .861a .741 .731 1.75087 2.118
a. Predictors: (Constant), npf, car, fdr
b. Dependent Variable: roa
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.622 .377 4.298 .000
npf -.439 .030 -.827 -14.810 .000 .990 1.010
fdr -3.425E-5 .000 -.459 -5.646 .000 .467 2.141
car .037 .013 .227 2.795 .006 .470 2.128
a. Dependent Variable: roa
99
10. HASIL OUTPUT SPSS UJI T-STATISTIK
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.622 .377 4.298 .000
Car .037 .013 .227 2.795 .006
Fdr -3.425E-5 .000 -.459 -5.646 .000
Npf -.439 .030 -.827 -14.810 .000
a. Dependent Variable: roa
11. HASIL OUTPUT SPSS UJI F-STATISTIK
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 735.382 3 245.127 79.962 .000b
Residual 257.506 84 3.066
Total 992.889 87
a. Dependent Variable: roa b. Predictors: (Constant), npf, car, fdr
12. HASIL OUTPUT SPSS UJI R2 KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .861a .741 .731 1.75087
a. Predictors: (Constant), npf, car, fdr