penelitian strategi pengembangan wisata …
TRANSCRIPT
1
PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA SPIRITUAL DI
KECAMATAN RENDANG KABUPATEN KARANGASEM
BALI
Peneliti : A.A. Manik Pratiwi
NIP : 1989012720130122001
Program Studi Diploma IV Pariwisata
Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana
Denpasar
2017
2
ABSTRAK
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah. Perkembangan Pariwisata Bali telah berkembang hingga ke
ujung utara Bali yakni Kecamatan Rendang, Karangasem. Pada Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan wisata, khususnya wisata
spiritual. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Besakih, Kecamtan Rendang,
Kabupaten Karangasem, Bali.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif, selain itu menggunakan analisis SWOT dan skala likert untuk
membahas uraian isi. Tehnik pengumpulan data dengan cara observasi,
wawancara mendalam, kuesioner, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Informan
dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang dari kalangan kepala camat dan kepala
desa di Kecamatan Rendang..
Hasil penelitian ini menunjukkan potensi wisata spiritual Besakih berupa
pura, sasana budaya, ibadah sehari-hari (Membanten), upacara keagamaan, dan
ceramah agama (Darmawacana). Strategi yang digunakan untuk pengembangan
wisata spiritual Besakih secara umum merupakan perbaikan aspek askesibilitas,
zonafikasi parkir, dan wilayah atraksi, penambahan fasilitas penunjang,
pembuatan badan pengelolaan wisata, dan penambahan sarana dan prasarana IT,
serta pelatihan dan pembinaan masyarakat.
Kata kunci :Potensi Wisata, Wisata Spiritual, Strategi Pengembangan
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat dan
karunia-Nya. Berkat nikmat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan Penelitian Mandiri ini sesuai waktu yang
telah ditentukan.
Laporan penelitian ini berjudul Strategi Pengembangan Wisata Spiritual
Di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Bali. Dalam penyusunan
laporan ini penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah membantu yakni :
1. Drs. I Made Sendra, M.Si,selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas
Udayana
2. Ibu Ni Made Ariani, SE.M.Par., selaku Ketua Program Studi Diploma IV
Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
3. Bapak Drs. I Nyoman Jamin Ariana, M.Par. selaku Dosen Pembimbing
Penelitian Mandiri
4. Seluruh Staf dan karyawan Tata Usaha Fakultas Pariwisata Universitas
Udayana, atas bantuan dalam menyelesaikan administrasi akademik
5. Orang tua,teman-teman penulis, narasumber dan responden yang telah
memberikan dorongan dan doanya serta mebantu dalam pengumpulan data
penelitian.
Laporan ini tentunya belum sempurna sebagaimana mestinya. Masih
terdapat kekurangan yang ada, karena masih dalam proses pembelajaran.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun saran agar dapat
menyempurnakan laporan ini selanjutnya. Demikianlah semoga laporan
penelitian ini memberikan manfaat baik dalam lingkungan kampus maupun
masyarakat luas.
Denpasar, Juli 2017
Penulis
4
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... ….. 1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan penelitian…………………………………………………………...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Telaah hasil penelitian sebelumnya ............................................................ 3
2.2 Tinjauan strategi pengembangan ............................................................... 5
2.3 Tinjaua pariwisata ....................................................................................... 5
2.4 Tinjauan potensi wisata .............................................................................. 5
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 6
3.1 Lokasi penelitian…………………………………………………………....6
3.2 Jenis dan sumber data.................................................................................... 6
3.3 Teknik pengumpulan data ............................................................................. 7
3.4 Teknik penentuan informan .......................................................................... 8
3.4 Teknik penentuan sampel .............................................................................. 8
3.4 Teknik analisis data ....................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 12
4.1 Gambaran Umum Desa Besakih…………………………………………..12
4.2 Potensi Wisata Spiritual Besakih……………………………………….....14
4.3 Lingkungan Internal Sdan Eksternal Kawasan Besakih ………………….14
4.4 Strategi Pengembangan Potensi Wisata Spiritual Besakih …………….. .19
BAB V PENUTUP…………………………………………………………...27
5.1 Simpulan………………………………………………………………….27
5.2 Saran……………………………………………………………………...28
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..30
5
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan pariwisata sudah sangat mendunia. Bali merupakan salah satu
pulau yang dilirik wisatawan sebagai tempat untuk berwisata. Bali terkenal akan
keindahan alamnya, keunikan budaya dan tradisi yang dimilikinya serta keramah-
tamahan penduduknya. Hal inilah yang menjadi faktor utama berkembangnya Bali
sebagai daerah tujuan wisata baik oleh wisatawan mancanegara maupun
wisatawan nusantara. Bali sendiri memiliki 8 wilayah kabupaten.
Salah satu kabupaten yang sedang mengembangkan pariwisata adalah
Kabupaten Karangasem. Ibukota Kabupaten Karangasem adalah Amlapura.
Atraksi wisata yang ditawarakan berupa wisata alam, wisata minat khusus dan
wisata spiritual. Kecamatan Rendang adalah sebuah kecamatan yang terletak di
Kabupaten Karangasem. Potensi wisata alam yang ditawarkan di kecamatan ini
adalah rafting yakni bermain di sungai. Selain itu menawarkan pertanian tidak
lain adalah padi. Sedangkan perkebunan ditanami dengan cengkeh, kopi, dan
coklat, dan membentuk agrowisata yang bernama Bukit Jambul. Kecamtan ini
juga memiliki Pura Besakih. Pura Besakih ini merupakan tempat ibadah umat
Hindu terbesar di Bali yang terletak di kaki Gunung Agung.
Wisata spiritual memang wisata yang diandalkan di Kecamatan Rendang
ini. Siapapun baik wisatawan mancanegara ataupun nusantara ingin megunjungi
Pura Besakih dan melihat kemegahannya. Namun, sangat disayangkan karena
dalam pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata spiritual tersebut
belumlah maksimal. Masalah sampah, akses untuk menuju Pura Besakih, Masalah
keamanan menjadi contoh terhambatnya perkembangan pariwisata di kecamtan
ini. Untuk itu suatu wilayah khususnya Kecamatan Rendang harus lebih peka
dalam memperhatikan daya tarik wisata spiritualnya yang menjadi andalan
pariwisata di Kecamatannya sendiri.
6
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1) Bagaimana potensi wisata spiritual di Kecamatan Rendang, Kabupaten
Karangasem, Bali ?
2) Bagaimana strategi pengembangan wisata spiritual di Kecamatan Rendang,
Kabupaten Karangasem, Bali ?
1.3 Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah tersebut, yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah :
1) Untuk mengetahui potensi wisata spiritual di Kecamatan Rendang, Kabupaten
Karangasem, Bali.
2) Untuk mengetahui strategi pengembangan wisata spiritual di Kecamatan
Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali
7
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Ronald Martin
Yakarimilena (2008) dengan judul “Strategi Pengembangan Danau Sentani
Sebagai Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam Di Kabupaten Jayapura Papua”.
Hasil penelitiannya bahwa karakteristik alamnya mempunyai keindahan panorama
indah dengan jalur yang bervariasi (datar, miring, belokan) tidak berada di areal
yang rawan bencana serta variasi fauna. Wisata adventure yang bisa di
kembangkan di sini adalah tracking and hiking (mendaki) riding horse (berkuda)
crosscountry (lintas alam). Pengembangan pariwisata Desa Yahim yang
berorientasi pada potensi alamnya, di dominasi oleh daerah perbukitan, hutan, dan
danaunya. Jadi pariwisata di sini bercirikan pada wisata alam, dengan alam yang
masih segar dan di alami. Dari segi aksesibilitas kedekatannya dengan objek
wisata adalah sebagai objek wisata adventure dengan keindahan alam yang ada di
sekitar danau tersebut, dimana dalam pengembangannya harus tetap
memperhatikan dan memperdayakan masyarakat setempat. Berdasarkan visi
pengembangan tersebut selanjutnya di tetapkan pengembangan yaitu pengelolaan
potensi yang di miliki objek wisata tersebut secara maksimal serta tetap menjaga
keseimbangn untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah.
Yuliawati (2002) dengan judul “Strategi Pengembangan Wisata Alam
Pantai Dreamland Sebagai Wisata Alternatif di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta
Selatan Kabupaten Badung. Menunjukkan bahwa objek wisata dreamland cocok
untuk di kembangkan sebagai objek wisata alam karena memiliki potensi alam
berupa pemandangan, tebing serta ombak yang konsisten cocok untuk wisata
surfing. Persepsi masyarakat adalah sangat setuju terhadap pengembangan potensi
pantai Dreamland sebagai objek wisata alam, sedangkan persepsi wisatawan
terhadap pengembangan potensi pantai Dreamland sebagai objek wisata alam
adalah setuju karena pantai Dreamland memiliki potensi alam berupa
pemandangan alam, tebing serta ombak yang konsisten cocok untuk wisata
8
surfing. Strategi pengembangan pantai Dreamland adalah menentukan visi
pengembangan, menentukan tujuan pengembangan, menentukan sasaran
pengembangan dan menentukan program-program pengembangan potensi pantai
Dreamland.
Philipus Waragam (2003) dengan dan judul “Studi Pengembangan Potensi
Objek Wisata Pantai Amai Di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua”. Hasil
penelitian di simpulkan bahwa desa pesisir Pantai Amai Kabupaten Jayapura
memiliki potensi untuk di kembangkan sebagai objek wisata yang didukung oleh
budaya masyarakat meliputi kesenian tradisional, kerajinan tradisional, atraksi
tradisional di Desa Tabla Sufa. Oleh karena itu, sistem pengelolaan objek wisata
alam Pantai Amai harus di dukung dengan program – program antara lain:
membina kesenian tradisional dan atraksi wisata lokal, sehingga dapat di jadiikan
sebagai atraksi wisata yang di sajikan secara professional kepada wisatawan,
penataan sarana dan prasarana wisata, melakukan promosi secara intensif dan
peningkatan sumber daya manusia di bidang pariwisata.
Agustini, dkk (2013) meneliti tentang Kecamatan Rendang dengan judul
penelitian “Potensi Wisata Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali”.
Hasil penelitiannya menyebutkan Kecamatan Rendang merupakan kecamatan
yang memilliki cukup banyak potensi wisata mulai dari wisata alam, buatan
maupun budaya. Kecamatan ini sarana akomodasi dan restoran telah ada. Adanya
akomodasi pariwisata tidak terlepas dari adanya objek wisata adapun beberapa
objek wisata yang ada disana seperti objek wisata buatan yaitu agrowisata.
Agrowisata yang ada di kecamatan rendang juga tersebar di beberapa desa yaitu
agrowisata “Teras dan One Bali” di Desa Nongan, agrowisata “Alam Giri dan
Lestari Agro” di Desa Rendang. Potensi wisata di Kecamatan Rendang yang
paling terkenal adalah sungai Telage waje di Desa Rendang. Sungai ini dikelola
sebagai tempat untuk kegiatan Rafting.
Manfaat yang diperoleh dari telaah hasil penelitian sebelumnya ini adalah
peneliti selanjutnya dapat mencari gambaran dalam penentuan teknik analisis
data, membantu dalam penentuan informan dan sampel yang sesuai dengan apa
yang ingin dteliti. Selain itu membantu peneliti selanjutnya mengetahui gambaran
9
mengenai kendala-kendala yang dihadapi selama meneliti, memberikan gambaran
visi pengembangan potensi wisata yang sesuai dan berkesinambungan.
2.2 Tinjauan Strategi Pengembangan
Menurut Marpaung (2002:96) strategi adalah suatu proses penentuan nilai
pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaat sumber daya yang
menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindak-
tindakan yang mengarah pada masa depan. Selain itu dirinya juga mengartikan
strategi adalah rencana umum yang bersifat integratif yang di rancang untuk
memampukan organisasi pariwisata untuk mencapai tujuannya melalui alokasi
pemanfaatan sumber daya dengan tepat walaupun menemukan banyak rintangan
dari pihak pesaing.Sehingga strategi pengembangan dapat dikatakan sebagai
proses penetapan nilai, rencana, dan pengambilan keputusan atau cara menjadikan
sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan berguna.
2.3 Tinjauan Pariwisata
Berdasarkan Undang-undang RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan
menyebutkan bahwa pariwisata adalah: “Berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerindah daerah”.Pariwisata juga dikatan sebagai
suatu perjalanan yang dilakukan orang dari suatu tempat ke tempat lain, untuk
sementara waktu dengan maksud atau tujuan tidak untuk berusaha atau mencari
nafkah ataupun menetap di tempat yang dikunjungi, akan tetapi untuk menikmati
perjalanan tersebut sebagai rekreasi atau untuk memenuhi kegiatan yang beragam
tanpa adanya suatu paksaan dan dilakukan perorangan maupun kelompok.
2.4 Tinjauan Potensi Wisata
Potensi wisata adalah sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik
sebuah obyek wisata yang terbagi potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu
potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem
Bali. Dalam kecamatan Rendang sendiri terdapat 6 Desa yaitu Desa Pesaban,
Desa Nongan, Desa Rendang, Desa Pempatan, Desa Menanga dan Desa Besakih.
Lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan karena memiliki potensi wisata
spiritual yang belum dikembangkan dengan baik.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam
jenis dan sumber data sebagai berikut :
3.2.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat diukur secara langsung
dengan angka namun merupakan informasi. Data kualitatif dalam penelitian
ini berupa uraian maupun keterangan-keterangan hasil wawancara termasuk
kajian pustaka dan dokumentasi.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka-angka yang akan
disusun serta diinterpretasikan. Data kuantitatif dalam penelitian ini seperti
jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Bali, jumlah kunjungan wisatawan
ke Kabupaten Karangasem, dan jumlah kunjungan wisatawan ke Besakih di
Kecamatan Rendang, Karangasem Bali.
3.2.2 Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder, seperti dibawah ini.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui observasi dan
wawancara dari berbagai pihak seperti wawancara langsung dengan kepala
11
dan pegawai kantor kecamatan dan desa-desa di Kecamatan Rendang, dan
masyarakat lokal di Kecamatan Rendang.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data berupa dokumen yang dipublikasikan dan tidak
dipublikasikan seperti informasi-informasi dari buku pembanguanan
Kabupaten Karangasem, buku monografi Kecamatan Rendang, data jumlah
kunjungan wisatawan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian seperti observasi, wawancara,
kuesioner, dan studi kepustakaan agar dapat memenuhi harapan sesuai tujuan
penelitian.
1. Observasi
Observasi lapangan dengan datang langsung ke lokasi atau pengamatan
secara langsung sehingga memungkinkan untuk melihat kegiatan di objek
penelitian. Kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
telah terjadi sesuai keadaan sebenarnya. Hasil observasi disajikan dalam
bentuk foto-foto pada lampiran.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara yaitu dengan bertanya mengenai informasi yang dibutuhkan
didasarkan atas daftar pertanyaan dan hal-hal terkait diluar pertanyaan yang
telah disusun. Wawancara ditujukan kepada kepala desa di kantor Desa
Rendang, dan pegawaipekerjaannya membidangi Pariwisata, serta
masyarakat lokal.
3. Kuesioner
Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang diberikan langsung kepada
penduduk lokal dan wisatawan di Kecamatan Rendang untuk diisi baik
terstruktur ataupun tidak, untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan
mereka terhadap pengembangan daya tarik spiritual di Kecamatan Rendang
Kabupaten Karangasem. Adapun jumlah kuisioner yang disebarkan
12
sebanyak 50 kuisioner dimana pengisi dipilih secara accidental baik kepada
wisatawan maupun masyarakat lokal.
4. Studi Kepustakaan
Studi pustaka berupa buku pembangunan Kabupaten Karangasem, buku
monografi Kecamatan Rendang, data jumlah kunjungan wisatawan di
Kecamatan Rendang dan akses website terkait.
5. Dokumentasi
3.4 Teknik Penentuan Informan
informan yang dipilih untuk memberikan keterangan adalah Informan
pangkal yaitu Kepala Desa Pesaban, Desa Nongan, Desa Rendang, Desa
Pempatan, Desa Menanga dan Desa Besakih. Sedangkan informan kunci adalah
pegawai Kantor Camat Rendang, pegawai Kantor Desa Pesaban, Desa Nongan,
Desa Rendang, Desa Pempatan, Desa Menanga dan Desa Besakih.
3.5 Teknik Penentuan Sampel
3.5.1 Teknik Purposive Sampling
Penentuan informan dilakukan melalui teknik purposive sampling yang
ditujukan terhadap orang-orang tertentu. Orang-orang yang digunakan sebagai
informan mempunyai sangkut paut dan terkait dengan permasalahan yang dibahas
sehingga mampu dan berpotensi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti. Prosedur penentuan informan berdasarkan pada konteks kedalaman
informasi yang digali dan diseleksi untuk melengkapi data penelitian.
3.5.2 Teknik Random Sampling
Penentuan informan dilakukan melalui teknik random sampling atau
teknik acak yang di tunjukkan terhadap wisatawan mancanegara maupun
wisatawan lokal yang sedang melakukan persembahyangan yang diambil secara
acak. Agar penelitian ini bersifat representative, kunjungan wisatawan yaitu
86.939 per tahun dibagi 360 sehingga rata-rata kunjungan wisatawan per hari
241. Jumlah wisatawan ditentukan sebanyak 25 orang yaitu 10% dari rata-rata
kunjungan wisatawan per hari. Karena terbatasnya waktu dan biaya, maka 25
13
orang sudah mewakili jumlah keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke Pura
Besakih.
3.5.3 Sampel dari Masyarakat Lokal
Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah masyarakat local yaitu
pegawai puskesmas desa besakih 2 orang, pegawai kantor koperasi 4 orang,
pengelola akomodasi 6 orang, pengelola retoran 5 orang, dan pengelola sarana
lainnya 8 orang sehingga jumlah masyarakat lokal sebanyak 25 orang.
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif
Teknik analisis data deskriptif kualitatif merupakan gambaran dari data
yang disusun secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada.
Tujuan dari analisis ini adalah mengungkapkan fakta, fenomena, variabel, dan
keadaan yang terjadi selama penelitian berlangsung dan menyuguhkan data apa
adanya. Analisis ini dipergunakan menguraikan informasi untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran yang jelas dan objektif mengenai gambaran umum
Kecamatan Rendang, potensi wisata spiritual, lingkungan fisik dan eksternal daya
tarik wisata, dan strategi pengembangan daya tarik wisata spiritual. Data yang
muncul dalam analisis ini lebih banyak berupa deskriptif yang diperkuat dengan
keterangan yang mendukung kesimpulan penelitian.
3.6.2 Analisis SWOT
Analisis SWOT menurut Rangkuti (2015:20-19) adalah identifikasi
berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan
peluang (Opportunities), namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan
(Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.
Dengan demikian, perencanaan strategis harus menganalisis factor-faktor strategis
perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada
14
saat ini. Hal tersebut disebut analisis situasi. Model yang paling popular untuk
analisis situasi adalah analisis SWOT.
Strategi pengembangan dalam penelitian ini yang digunakan adalah
analisis SWOT dengan langkah pertama menganalisis kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman yang ada di lingkungan internal dan eksternal Pura
Besakih. Kemudian disilangkan menjadi strategi kekuatan-peluang atau disebut
matrik SWOT.
1) Strategi SO (Strenght-Opportunity)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran yaitu dengan memanfaatkan
keseluruhan kekuatan yang ada untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
2) Strategi ST (Strenght-Threat)
Strategi ini menggunakan segala macam kekuatan yang dimiliki wilayah
bersangkutan untuk mengatasi ancaman yang datang.
3) Strategi WO ( Weakness-Opportunity)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatn peluang yang ada untuk
meminimalisir kelemahan.
4) Strategi WT (Weakness-Threat)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalisir kelemahan yang ada dan menghindari ancaman buruk yang
terjadi.
3.6.3 Skala Likert
Skala Likert merupakan metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang. Skala likert merupakan analisis untuk
mengukur persepsi seseorang tentang fenomena sosial (Sugiono:93,2012).
Penelitian ini menggunakan skala likert untuk mengukur persepsi masyarakat
lokal dan wisatawan tentang pengembangan wisata spiritual Besakih. Pada
penelitianini juga menggunakan metode skala likert yang menampilkan sejumlah
pertanyaan atau pernyataaan untuk mengukur persepsi berdasarkan rata-rata
jawaban, tetapi memiliki perbedaan yang cukup jelas. Setiap responden diminta
15
memberikan jawaban yang menunjukkan tingkatan sangat bagus, bagus, cukup,
kurang bagus, sangat kurang bagus. Setiap jawaban masing-masing diberikan skor
tertentu yaitu:
1 = Sangat kurang bagus atau sangat tdak baik
1 = Kurang bagus atau kurang baik
2 = Cukup
3 = Bagus atau baik
4 = Sangat bagus atau sangat baik
Penelitian ini menggunakan delapan buah pertanyaan yang diberikan
skor dari angka satu sampai dengan lima dengan keterangan skor sesuai
penjelasan diatas. Hasil dari persepsi wisatawan dan masyarakat lokal
mengenai pengembangan wisatawa spiritual Besakih akan dijadikan acuan
perumusan strategi pengembangan yang cocok dikembangkan di kawasan
Besakih.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa Besakih
Besakih berasal dari kata Basuki yang berarti selamat dimana dari kata
Basuki menjadi Basukih dan lanjut menjadi Besakih. Desa Besakih terletak di
wilayah Kecematan Rendang Kabupaten Karangasem, dengan luas wilayah 21,23
Ha. Desa Besakih beriklim sub tropis, dengan curah hujan rata-rata 2000-3000
mm / tahun, dengan temperature antara 25 C-37 C. Adapun batas – batas wilayah
Desa Besakih antara lain :
a. Sebelah Utara : Gunung Agung
b. Sebelah Timur : Kecamatan
Selat
c. Sebelah Selatan : Desa
Menanga
d. Sebelah Barat : Desa Pempatan
Penduduk di Desa Besakih keseluruhannya berjumlah 6.967 orang pada
tahun 2013. Jumlah ini meningkat sebanyak 220 orang dari tahun sebelumnya
yang bertotalkan 6747 orang. Untuk memeperjelas jumlah penduduk di Desa
Besakih dari tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
NO INDIKATOR JUMLAH
Tahun 2012 Tahun 2013
1. 0-12 Bulan 55 Orang 52 Orang
2. > 1- < 5 Tahun 344 Orang 336 Orang
3. > 5 - < 7 Tahun 705 Orang 761 Orang
4. > 7 - < 15
Tahun 805 Orang 874 Orang
5. > 15 – 56
Tahun 3.808 Orang 3.839 Orang
6. > 56 Tahun 1.030 Orang 1.105 Orang
Sumber : Kantor Desa Besakih, 2014
Jumlah penduduk berdasarkan umur pada tahun 2012 mengalami
peningkatan di tahun 2013, kecuali penduduk yang berumur 0-12 bulan itu
17
mengalami penurunan dari tahun 2012 yang berjumlah 55 orang dan pada tahun
2013 berjumlah 52 orang. Pemerintah Kabupaten Karangasem memberikan segala
prioritas terhadap peningkatan dibidang pendidikan, kesehatan dan pengentasan
kemiskinan didalam menuju Karangasem yang “JAGAT HITA YA CA ITI
DHARMA”.Adapun jumlah sekolah di Desa Besakih dapat terlihat pada tabel 4.2
berikut..
Tabel 4.2 Sarana Pendidikan Formal
No Nama
Pendidikan Jumlah
Jumlah
Siswa
Jumlah
Guru
1 TK 1 buah 56 orang 5 orang
2 SD 6 buah 802 orang 53 orang
3 SLTP satu atap 1 buah 76 orang 16 orang
Sumber : Kantor Perbekel Desa Besakih, 2014
Sarana pendidikan formal yang ada di Desa Besakih yaitu TK, SD, dan
SLTP. Hanya ada 1 buah TK di Desa Besakih yaitu dengan jumlah siswa 56 orang
dan jumlah guru 5 orang. Di desa besakih terdapat 6 buah SD dengan jumlah
siswa 802 orang dan jumlah guru 53 orang. Kemudian SLTP ada 1 buah dengan
jumlah siswa 76 orang dan 16 orang guru. Dari data tingkat perkembangan
pendidikan di Desa Besakih dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan di Desa
Besakih sudah baik, karena penduduk yang berusia 15 tahun ke atas tidak ada
yang menderita buta huruf.
Kesehatan di Desa Besakih sudah cukup baik. Terdapat beberapa bentuk
kegiatan berkaitan dengan peningkatan kesehatan diantaranya Gerakan Sayang
Ibu-B (GSI-B), Posyandu, kelompok PHBS ( Prilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan
kelompok lingkungan bersih dan sehat.Setiap rumah tangga yang ada di Desa
Besakih sudah semua mendapatkan air bersih. Namun untuk rumah tangga yang
tidak mempunyai jamban masih banyak.
Begitu pula dengan kondisi ekonomi, Ekonomi masyarakat di Desa Besakih
sudah cukup baik sumber pendapatan masyarakat yang meningkat dari tahun 2012
ke 2013. Kecuali pendapatan pada perkebunan yang menurun dari 499.634.800
pada tahun 2012 menjadi 417.956.000 pada tahun 2013. Untuk menjaga
18
keamanan dan ketertiban wujud kerjasama antara pemerintah dan masyarakat
dalam menjaga keamanan antara lain adanya Linmas dan 40 orang Pecalang,
dibangun Poskambling sebanyak 11 buah,Pos Kepolisian Besakih, Babin
Kantibmas dan Babinsa.
Sedangkan partisipasi masyarakat dalam rangka merencanakan dan
melaksanakan pembangunan di Desa Besakih masyarakat ikut dalam lembaga –
lembaga seperti LPM, PKK, dan Karang Taruna, membudayakan kegiatan gotong
royong, dan Musrenbang.
4.2 Potensi Wisata Spiritual Besakih
Potensi fisik yang dimiliki oleh kawasan Besakih adalah tempat suci (Pura).
Pura tersebut dikenal dengan nama Pura Besakih. Pura besakih merupakan pura
terbesar umat Hindu di Bali. Pada pura ini terdapat 18 Pelebahan dan satu
komplek Pedarman. Sealin itu sasanan Budaya juga Jabe Sisi oleh masyarakat
Bali. Sasana Budaya ini memiliki luas sekitar 50 ha dengan panorama alam yang
masih asri biasanya digunakan untuk menampilkan sendra tari dan gambelan
untuk upacara-upacara tertentu sekaligus sebagai hiburan.
Potensi Non-Fisik spiritual di Besakih adalah ibadah sehari-hari seperti
Membanten saat siang hari dan sore hari di kawasan Pura Besakih, upacara
keagamaan seperti Betare Turun Kabeh, Panca Bali Krama, Eke Dase Ludre,
Taur Eka Buana, dan Piodalan, serta Ceramah Agama (Darmawacana)
4.3 Lingkungan Internal dan Ekstenal Kawasan Besakih
1. Kekuatan (Strenghts)
a) Image yang baik, Kawasan besakih memiliki pura besakih tidak lain adalah
pura terbesar umat Hindu di dunia dan Bali. Pura ini telah tersohor dilangan
wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Reputasinya sudah tidak
diragukan lagi karena memang pura ini digunakan sebagai tempat ibadah
terunik di Bali yang terletak di kaki Gunung Agung. Hal inilah yang menarik
wisatawan datang berkunjung ke kawasan Pura Besakih.
19
b) Letak Geografis, Selain dikenal sebagai pura yang besar, kawasan Besakih
menawarkan panorama yang menarik berupa hutan dan pegunungan. Pura
Besakih juga menawarkan suasana yang sejuk, damai dan menenangkan
keseharaiannya. sehingga aspek pharyangan sangat melekat di Pura Besakih
ini. Area ini biasa dijadikan kegiatan trecking dan climbling oleh beberapa
wisatawan yang ingin menguji keangunan alam kawasan Besakih dan telah
mendapatkan izin terlebih dahulu. Hal tersebut mendukung daya Tarik wisata
spiritual besakih. Kawasan besakih terletak di kaki Gunung Agung. Lokasinya
yan unik ketimbang pura lainnya inilah yang menarik pengunjung terbanyak.
c) Kebersihan Kawasan Pura, Kebersihan merupakan aspek terpenting dalam
daya tarik wisata. Lingkungan yang bersih akan menghasilkan suasana yang
nyaman bagi siapaun yang mengunjungi kawasan tertentu. Kawasan Besakih
dari segi kebersihan sudah baik untuk kesehariannya. Sampah-sampah yang
terdapat di kawasan besakih diangkut setiap harinya oleh DKP dan
didistribusikan di TPA. Sehingga setiap sampah dari hasil proses ibadah,
upacara, dan sampah wisatawan terakumulasi dengan baik dan tidak
memperlihatkan lingkungan yang kotor. Sedangkan untuk sampah yang
bersumber dari kegiatan rumah tangga, masyarakat juga telah sadar akan
kebersihan lingkungan. Umumnya mereka membuang sampah organik dibuang
ke ladang yang kosong untuk dibiarkan dan dijadikan pupuk. Sedangkan
sampah anorganik seperti plastik dibakar.
d) Organisasi Pariwisata, Kunjungan yang banyak ke Pura Besakih menyadarkan
mayarakat untuk turut serta membangunan besakih menjadi destinasi wisata
bukan hanya terkenal sebagai daya tarik semata. Oleh karenanya, beberapa
masyarakt telah membentuk kelompok-kelompok kecil untuk pengingkatan
atraksi wisata di Besakih. Kelompok kecil itu antara lain Sanggar Tari,
Gambelan, Penyewa Ojek, Penyewa Sarung dan Pakaian, serta Organisasi
Pramuwisata.
e) Keamanan yang Memadai, Dari segi keamanan kawasana Besakih memang
sudah aman. Banyaknya aparat yang menjaga kawasan Pura Besakih sehingga
tidak perlu dikhawatirkan akan kegiatan kriminalitas. Petugas keamanan tidak
20
hanya berasal dari pihak kepolisian, namun berasal dari pecalang yang
dikekola oleh banjar adat.
f) Aksesibilitas yang Sudah Baik, Kondisi aksesibilitas yang diamati adalah
jalanan menuju kawasan Besakih. Jalan-jalan memang sudah cukup baik.
Jalanan menuju besakih semuanya telah di hotmik dengan aspal. Memang
terdapat beberapa kondisi jalan yang tidak mulus seperti jalur Desa pempatan
menuju Pura Besakih, dimana jalannya bergelombang. Sedangkan dari akses
jalan ldari jalur lainnya sudah baik. Jika dilihat dari jaringan komunikasi, juga
sudah cukup baik. Telah terdapat jaringan saluran telepon selular. Memang
jaringan telepon umum belum merambah sampai ke Kecamatan Rendang
termasuk kawasan besakih. Untuk jaringan internet disini sangat minim. Hal ini
sesuai penegasan dari kepala Desa Pempatan, bahwa masyarakat kurang
bersahabat dengan internet dikarenakan kurangnya pengenalan akan internet
disini.
g) Ketersediaan Sarana Akomodasi dan Restoran, Sarana seperti akomodasi dan
restoran memang telah terdapat di Kecamatan Rendang. Sarana akomodasi dan
restoran sesuai dengan peraturan pemerintah provinsi tidak membolehkan
berkembangnya sarana tersebut dalam jarak 5 km dari Pura Agung Besakih.
Hal inilah yag menyebabkan tidak boleh dibangunannya sarana akomodasi dan
restoran di Desa Besakih. Adanya ketentuan dalam peraturan tersebut maka
desa-desa lain yang memsupport fasilitas sarana akomodasi dan restoran untuk
wisatawan dari Pura Besakih tersebut.
2. Kelemahan (Weakness)
a) Tempat Parkir Saling Terpisah, Tempat parkir di kawasan Besakih masih
menjadi suatu kendala karena area parkir sempit dan terbagi-bagi, sehingga
membuat kemacetan jalan untuk menuju Pura Besakih selain itu harga dari
parkir juga relatif mahal.
b) Manajemen Organisasi yang Belum Baik, Belum adanya suatu manajemen
organisasi yang baik sehingga membuat kinerja masyarakat tidak berjalan
dengan baik dan dimanfaatkan oleh pramuwista. Pramuwisata semena-mena
21
melakukan pemerasan terhadap wisatawan asing sehingga hal itu menyebabkan
image dari pura besakih di pandang kurang baik.
c) Penanganan Sampah yang Masih Kurang, Sudah adanya petugas DKP yang
membersihkan lingkungan di area Pura Besakih. Ditinjau dari segi
kesehariannya sampah yang ada masih bisa di tangani, karena sampah yang ada
sedikit sehingga mudah untuk di buang ke tempat pembuangan akhir. Namun
pada saat hari raya besar agama Hindu di Pura Besakih sampah mulai
menumpuk karena tidak di distribusikan ke tempat pembuangan akhir.
d) Pedagang yang Tidak Tertib, Keberadaan pedagang kaki lima di area pura
Besakih membuat kenyamanan orang terganggu. Diantara mereka ada yang
memaksa pengunjung untuk membeli. Hal ini membuat resah pengunjung.
Area yang digunakan untuk berjualan adalah sepanjang nista mandala Pura
Besakih. Seharusnya area tersebut bersih dari bentuk aktivitas. Hal ini
membuat pemandangan pura Besakih menjadi terlihat kurang menarik.
e) Sikap Pramuwisata yang Tidak Etis, Bagi wisatawan yang berkunjung ke pura
Besakih haruslah menggunakan guide lokal, tidak boleh adanya guide diluar
itu. Guide tersebut meliputi gudie yang berasal dari Provinsi, Kabupaten,
Kecamatan Bali, dan dari Desa Besakih sendiri. Namun kenyataannya hal ini
menuai masalah bagi para wisatawan. Sikap pramuwisata yang tidak sesuai
membuat wisatawan merasa dirugikan. Pertama sikapnya yang meminta uang
lebih kepada wisatawan diluar paket tour yang dibayarnya. Kedua adalah
membimbing wisatawan tidak sesuai dengan harapan. Meskipun tidak semua
pramuwisata melakukan hal tersebut namun keadaan ini telah tersebar dan
mencoreng nama baik pramuwisata di Pura Besakih
f) Berkembangnya Penginapan Ilegal, Sesuai dengan diberlakukannya kebijakan
oleh pemerintah Provinsi Bali bahwa jarak 5 km dari pura tidak boleh dibangun
penginapan. Hal ini dilanggar oleh masyarakat lokal terutama di Desa Besakih
yang memanfaatkan rumah pribadinya untuk disewakan kepada tamu yang
ingin menginap. Hal ini setidaknya maresahkan daerah diluar kawasan 5 km
dari pura besakih yang tersedianya penginapan. Sehingga terjadi ketidaklarasan
di desa lain dengan Desa Besakih.
22
g) Kesadaran Masyarakat Lokal yang Kurang Akan Pariwisata, Masyarakat di
kawasan sekitaran Pura Besakih yang berpotensi dikembangkan menjadi wisata
spiritual masih kurang memahami tentang pariwisata. Beberapa masyarakat
melalui pengisisan kuisioner tidak mendukung bahwa kawasan Pura besakih
dijadikan tempat wisata karena Pura merupkan tempat Ibadah. Selain itu sikap
masyarakat juga masih kurang ramah terhadap wisatawan yang datang.
Terkadang diantara mereka ada yang menipu harga jual barang dengan
menambah harga jauh diatas rata-rata. Beberapa diantaranya juga tidak peduli
dengan keberlangsungan wisata di kawasan Besakih.
3. Peluang (Opportunity)
a) Pengembangan Wisata Spiritual, Peluang dari wisata spiritual Besakih sangat
besar bahkan pemerintah sudah mau ikut berperan namun masyarakatnya yang
masih kurang bisa diajak bekerjasama untuk membangun kegiatan pariwisata.
Dikarenakan kuangya kesadaran masyarakat akan peluang keuntungan dari
sector pariwisata.
b) Pengelolaan Organisasi Pariwisata, Sebagaimana bentuk organisasi-organisasi
kecil pariwisata yang telah disebutkan dalam aspek kekuatan, hal ini sangat
berpeluang besar untuk dikembangkan menajdi lebih baik. Menginat organisasi
yang telah ada namun belum berisin itu memang memiliki program kerja untuk
membantu para pengunjung saat beribadah ataupun saat berwisata
4. Ancaman (Threat)
a) Adanya Pesaing, Untuk pesaing dari potensi wisata dari Pura Besakih ini
sendiri yaitu seperti Pura Batur yang sama-sama menawarkan potensi wisata
spiritual dan panorama gunung akan tetapi Pura Besakih lebih diunggulkan
lantaran menjadi pura terbesar di dunia. Selain itu juga terdapat pura Tanah Lot
yang memiliki keunikan tersendiri yang sudah dikenal didunia dan menjadi
salah satu daya tarik wisata dan memiliki lokasi yang lebih baik dari Besakih
yaitu di Tabanan yang notabene lebih dekat dengan Provinsi Badung atau
daerah dengan kunjungan wisatawan terbanyak di Bali.
23
b) Adanya Aksi Teror, Berbagai isu negatif telah tersebar tentang adanya aksi
terror yang akan dilakukan di Pura Besakih. Hal ini mengancam kenyamanan
para jemaah yang ingin beribadah maupun wisatawan yang datang. Akibat hal
ini kunjungan wisatawan ke Pura Besakih juga semakin berkurang.
c) Isu Pemerasan, Isu ini sedang menjadi tending topic di kawasan daya tarik
wisata Besakih. Isu pemerasan ini muncul dikarena sikap tidak etis
pramuwisata yang membimbing para wisatawan menuju Pura Besakih. Adanya
aksi meminta bayaran lebih untuk bisa mengantar wisatawan sampai ke tujuan
wisata adalah bentuk pemerasan yang dilakukan pihak pramuwisata.
d) Kebijakan Pemerintah, Kebijakan pemerintah provinsi saat ini sedang
membatasi perkembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata.
Salah satunya adalah aspek amenities yakni berkaitan dengan ketersediaannya
sarana penginapan yang memadai untuk wisatawan ataupun pengunjung yang
ingin beribadah. Izin untuk pembukaan tempat penginapan belum bisa
dilaksanakan secara bebas di kawasan sekitaran Pura Besakih atau di Desa
Besakih. Dengan adanya kebijakan pembatasan tersebut membuat wisatawan
tidak bisa lama tinggal dilokasi wisata karena akan mendapatkan fasilitas yang
tidak sesuai harapan sedangkan jarak tempuh menuju kota lumayan jauh dari
kawasan Besakih.
e) Teknologi Informasi, Ketersediaan akses internet di Kecamatan Rendang
termasuk kawasan daya tarik wisata Besakih menjadi ancaman yang harus
diperhatikan. Masyarakat yang belum bersahabat dengan internet juga menjadi
kendala utama penyebaran. Ketertinggalannya akses internet disini
menyebabkan penyebaran informasi dan promosi manjadi terhambat. Bagi
setiap orang yang ingin beriwisata ke tempat tersebut tidak bisa menerima
informasi yang teraktual atas kondisi dan situasi tempat wisata.
4.4 Strategi Pengembangan Potensi Wisata Spiritual Besakih
Potensi dan kondisi lingkungan internal dan eskternal yang terdapat di Desa
Besakih dan sekitarannya dikombinasikan menjadi dasar untuk analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Hasil analisis SWOT merupakan
24
strategi dalam pengembangan kawasan Besakih sebagai daerah tujuan wisata
spiritual. Adapun strategi tersebut dapat dijelaskan melalui table berikut.
Tabel 4.3 Matrik Analisis SWOT Strategi Pengembangan Potensi Wisata
Spiritual Besakih
IFAS
EFAS
Kekuatan :
1. Image yang baik
2. Letak Geografis yang
strategis
3. Kebersihan Kawasan
Pura
4. Organisasi Pariwisata
5. Keamanan yang
Memadai
6. Aksesibilitas yang
Sudah Cukup Baik
7. Ketersediaan Sarana
Akomodasi dan
Restoran
Kelemahan :
1. Tempat Parkir Saling
Terpisah
2. Manajemen Organisasi
yang Belum Baik
3. Penanganan Sampah
yang Masih Kurang
4. Pedagang yang Tidak
Tertib
5. Sikap Pramuwisata
yang Tidak Etis
6. Berkembangnya
Penginapan Ilegal
7. Kesadaran Masyarakat
Lokal yang Kurang
Akan Pariwisata
Peluang :
1. Pengembangan
Wisata spiritual
2. Pengelolaan
Organisasi
Pariwisata
Strategi SO :
1. Perlu dibuatkannya
badan pengelola
organisasi pariwisata.
2. Akses jalan lebih
diperlebar dan
diperbaiki
3. Ketersediaan papan
penunjuk perlu
diperbanyak.
4. Aparat keamanan perlu
Strategi WO :
1. Zonafikasi tempat
parkir yang sesuai
2. Dipertegaskan
struktural, tugas,
wewenang,
tanggjungjawab, dan
hubungan horizontal-
vertikal organisasi pada
badan pengelola
organisasi pariwisata
25
ditambah dan
diberdayakan sesuai
kondisi.
5. Dibuatkannya website
terkait promosi
kawasan wisata
spiritual Besakih.
6. Pembuatan paket
wisata ke kawasan
Wisata Besakih
diperbanyak.
7. Penambahan atraksi
wisata
3. Pembinaan dan
pelatihan kepada
pramuwisata secara
berkala.
4. Pengenalan dan
pembinaan tentang
kepariwisatan kepada
masyarakat lokal secara
intensif
Ancaman :
1. Adanya Pesaing
2. Adanya Aksi Teror
3. Isu Pemerasan
4. Kebijakan
Pemerintah
5. Teknologi
Informasi
Strategi ST
1. Perbaikan atas fasilitas,
dan penambahan
atraksi wisata spiritual
2. Penambahan aparat
keamanan yang
bekerjasama dengan
pihak provinsi,
kabupaten, kecamatan
dan desa
3. Dibuatkannya dasar
hukum yang
mempertegas
zonafikasi area atraksi
wisata, badan
pengelolaan pariwisata,
dan keberadaan
fasilitas akomodasi
Strategi WT
1. Perbaikan dan
penambahan fasilitas
kebersihan dan tenaga
kebersihan
2. Pembuatan organisasi
kebersihan khusus saat
upacara keagamaan
berlangsung
3. Pembinaan, pengajaran,
dan pembentukan
badan pengelola
masyarakat untuk
membuat atraksi wisata
yang menarik.
4. Adanya kebijakan dan
mempertegas
zonafikasi pedagang di
26
restoran.
4. Jaringan internet
diperluas dan
masyarakat
diperkenalkan dan
dibina dalam
pemanfaatan internet
untuk keberlangsungan
pariwisata.
area Pura Besakih.
5. Dibuatkannya
kebijakan tentang
badan pengelola
organisasi pariwisata,
dan pramuwisata, serta
fasilitas akomodasi dan
restoran.
6. Pemberdayaan dan
pembinaan secara
berkala masyarakat
lokal dalam penyediaan
keamanan berwisata di
kawasan Besakih.
7. Pemberdayaan dan
pembinaan masyarakat
lokal untuk membuat
suatu produk khas
Besakih yang ditujukan
kepada wisatawan.
8. Pembinaan
pemanfaatan IT kepada
masyarakat untuk
promosi kawasan
wisata.
Sumber : Hasil penelitian (2017)
Strategi pengembangan pariwisata dalam hal ini yakni potensi wisata
spiritual Besakih harus memperhatikan isu-isu strategis dalam pengembangannya.
Tidak hanya mengembangkan saja namun harus disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan serta manfaat yang didapat dari kegiatan wisata. Adapun isu- isu
strategis yang perlu diperhatikan adalah:
27
1. Destinasi Wisata
1) Akses jalan diperlebar dan dibenahi ketersediaan papan penunjuk jalan
Kondisi yang dialami kawasan sekitaran wisata besakih adalah jalan-jalan
yang sudah baik namun belum terlalu besar dan lebar. Kunjungan ke kawasan
Besakih saat upacara keagamaan meningkat pesat ketimbang hari hari biasa. Oleh
karena itu untuk menghindari kemacetan panjang, distibusi sampah pasca ibadah
tidak mengalami hambatan maka perlu dilakukan perlebaran jalan. Tidak hanya
itu saja, rambu atau papan nama yang menunjukkan arah tujuan juga diperbanyak
agar wisatawan yang pergi secara individu tidak tersesat menuju lokasi kawasan
wisata Besakih. Ketersediaan penerangan dimalam hari juga harus ditambah untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan karena kondisi dimalam hari jauh lebih
gelap. Faktor kekurangan cahaya juga dipengaruhi oleh masih asri dan rindangnya
pepohonan di kawasan Besakih. Startegi ini dikemukakan dalam matriks SWOT
sebagai strategi SO.
2) Zonafikasi Tempat Parkir
Saat ini tempat parkir area wisata besakih terpisah-pisah jauh yang
membingungkan pengunjung menuju lokasi wisata spiritual. Dipertegasnya
zonafikasi tempat parkir diharapkan membantu wisatawan agar tidak khawatir dan
bingung akan jarak yang terlalu jauh menuju area wisata Besakih. Strategi ini
dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi WO.
3) Penambahan dan Zonafikasi Atraksi Wisata Spiritual
Saat ini organisasi yang bergerak dibidang pariwisata telah banyak
berkembang di kawasan sekitaran Besakih. Contohnya seperti sanggat tari, ada
bagusnya apabila hal itu diberdayakan dalam sebuah pementasan kepada
wisatawan supaya tidak bosan hanya disuguhi dengan atraksi fisik pura semata.
Selain itu kawasan besakih memiliki pemandangan gunung, hutan, dan udara yang
asri, pengembangan atraksi yoga sangat cocok dkembangkan. Mengingat kawasan
ini memiliki nuansa yang damai dan menenangkan. Trecking dan climbing juga
cocok dikembangkan sebagai atraksi wisata di kawsan Besakih bagi wisatwan
penyuka adventure. Semua hal ini untuk menghindari rasa kebosana akan atraksi
yang telah umum dilakukan. Perlu ditambhakan akan zonafikasi tempat
28
peribadatan dengan lokasi atraksi wisata. Misalnya kegiatan wisata dilaksanakan
di sasana budaya Pura Besakih. Strategi ini diekmukakan dalam matriks SWOT
sebagai strategi SO dan ST.
4) Perbaikan dan Penambahan Fasilitas Kebersihan serta Tenaga Kebersihan
Saat upacara keagamaan distribusi sampah menjadi terhambat oleh karena
itu perlu di tambahnya fasilitas kebersihan seperti tempat sampah dan
menyediakan organisasi tenaga kebersihan sukarela untuk membantu penangan
sampah pasca ibadah. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai
strategi SO dan WT.
2. Industri Pariwisata
1) Mempertegas Zonafikasi Pedangang Kaki Lima di Area Pura Besakih
Keberadaan pedagang kaki lima dikawasan Pura besakih memberikan
pemandagan yang tidak bagus kepada pengunjung. Asap dari kegiatan jualan,
sampah, dan kepadatan area Pura memberikan nuansa ramai dan tidak tenang.
Beberapa pedagang terkadang memaksa pengunjung untuk membeli barang
dagangan. Oleh karena itu pembentukan zonafikasi perlu dilakukan dan sebisa
mungkin diluar area pura yang bersifat sakral itu. Strategi ini dikemukakan dalam
matriks SWOT sebagai strategi WT.
2) Pembentukan Badan Pengelola Organisasi Pramuwisata
Jumlah pramuwisata lokal untuk kawasan Besakih telah banyak. Namun
belum terdapat badan yang mengelola organisasi bersangkutan sehingga sifatnya
ilegal. Perlu dibuatkannya badan pengelolaan yang bersifat legal untuk mengurus
masalah pramuwisata lokal ini supaya diberdayakan secara sesuai demi
kesejahteraan masyarakat lokal. Sehingga meminimalisir terjadinya hal-hal
negatif sebagaimana isu negatif tentang pramu wisata yang tersebar di Bali.
Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi SO dan WT.
3) Perubahan Kebijakan Mengenai Zonafikasi fasilitas Akomodasi dan Restoran.
Kebijakan pemerintah Provinsi Bali yang membatasi perkembangan sarana
akomodasi dan restoran di kawasan Besakih memberikan dampak yang kurang
29
baik bagi masyarakat. Kunjungan wisatawan saat upacara keagamaan melunjak
tajam dan sebagian besar masyarakat butuh tempat istirahat sementara dengan
jarak yang tidak terlalu jauh dari kawasan Pura Besakih. Permintaan yang tinngi
itu bila dimanfaatkan akan meberikan kontribusi secara ekonomis bagi
masyarakat. Namun pembatasan peraturan menyebabkan tidak berkembangnya
sarana akomodasi. Dalam hal ini perlu atas perizinan pembukaan sarana
akomosdasi yakni berupa homestay yang berasal dari penyewaan kamar-kamar
setiap rumah masyarakat. Agar keuntungan ekonomi bisa didapatkan masyarakat
sekitar juga dan wisatawan tidak perlu terlalu jauh menginap. Strategi ini
dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi WT.
3. Pemasaran Produk Wisata (Marketing)
1) Jaringan Internet Diperluas dan Pembinaan Pemanfaatan IT Kepada
Masyarakat Untuk Promosi Wisata
Dari lingkungan internal dan ekstenal telah diketahui bahwa masyarakat
kurang akrab dengan internet. Hanya segelintir yang melek teknologi dan internet.
Hal ini sungguh disayangkan. Perluasan jaringan internet harus dilakukan demi
kenyamanan akses komunikasi dan promosi. Kemudian masyarakat diajarkan dan
dibina secara berkala pemanfaatn internet sebagai media promosi wisata. Strategi
ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi ST.
2) Dibuatkannya Web-site dan Paket Wisata Terkait Promosi Kawasan Wisata
Kecamatan Rendang (Wisata Spiritual Besakih)
Sampai saat ini promosi wisata di Kecamatan Rendang termasuk Besakih
masih mengandalkan pihak travel agent. Suatu wilayahpun perlu kemadirian agar
bisa mempromosikan daya tarik yang dimilikinya. Minimal dibuatkanlah website
atau blogger terkait pariwisata Rendang termasuk Besakih. Pengelolaannya
dilakukan oleh pemerintah sebagai langkah awal. Untuk pembuatan paket,
tindakan yang dilakukan adalah memberikan peluang yang sebesar-besarnya
kepada masyarakat lokal untuk membuat paket wisata yang menarik. Strategi ini
dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi SO.
30
4. Kelembagaan Pariwisata
1) Pembentukan, Pengajaran, Pelatihan dan Pembinaan Organisasi Pariwisata dan
Masyarakat Lokal.
Saat ini terdapat beberapa organisasi kecil di kawasan Besakih yang belum
memiliki badan pengelolaan yang mengatur aktivitas kegiatannya diantaranya
Sanggar Tari dan Gambelan, Penyewa Ojek, Penyewa Sarung dan Pakaian, dan
Organisasi Pramuwisata. Dalam hal pementasan pertunjukan atraksi wisata perlu
diberikan izin penyelenggara. Masyarakat yang terlibat diberikan pengajaran,
pelatihan, dan pembinaan secara berkala berkaitan dengan atraksi wisata sendra
tari dan gamelan, penyewa ojek, penyewa sarung dan pakaian untuk wisatawan,
dan pramuwisata. Pembinaan dilaksanakan secara berkala. Masyakat juga perlu
diberdayakan dalam hal kemananan dan kebersihan lingkungan. Perlu
dibuatkannya organisasi yang bersifat musimam untuk menangani masalah
tersebut. Organisasi tersebut akan diberdayakan saat upacara keagamaan. Selain
itu diajarkan untuk membuat produk khas sebagai cindera mata atau oleh-oleh
kepada wisatawan. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai
strategi WO.
2) Dipertegaskan Struktural, Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab, dan Hubungan
Horizontal-Vertikal Organisasi Pada Badan Pengelola Organisasi Pariwisata.
Perlunya mempertegas strukturalisasi keanggaotaan agar mengetahui tugas,
wewenang, dan tanggung jawab anggota. Mempertegas tugas, wewenang, dan
tanggung jwab agar anggota dapat melaksanakan kinerjanya dengan baik sesuai
job descripiton dan job specification. Sedangkan mempertegas hubungan
horizontal-vertikal memiliki maksud agar adanya hubungan harmonis antara
anggota organisasi. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai
strategi WO.
31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian sebagaimana yang telah
dijelaskan pada Bab IV, adapun simpulan yang dapat diambil dari penelitian
iniadalah sebagai berikut.
1. Potensi wisata spiritual besakih dikategorikan menjadi dua yaitu potensi wisata
fisik berupa pura dan sasana budaya sebagai tempat pertunjukan tari dan
gamelan. Sedangkan potensi wisata spiritual non-fisik Besakih berupa ibadah
sehari-hari (Membanten), upacara keagamaan, dan ceramah agama
(Darmawacana).
2. Lingkungan Internal wisata spiritual Besakih meliputi aspek kekuatan dan
kelemahan. Aspek kekuatannya berupa, citra yang baik, letak geografis yang
sesuai, kebersihan kawasan pura terjaga, terdapat organisasi pariwisata,
petugas keamanan yang memadai, aksesibilitas yang sudah baik, dan
ketersediaan sarana akomodasi dan restoran. Untuk aspek kelemahannya
berupa tempat parkir yang terpisah-pisah, belum ada manajemen organisasi
pariwisata, penanganan sampah yang masih kurang saat upacara agama,
pedagang yang tidak tertib, sikap pramuwisata yang tidak etis , berkembangnya
penginapan illegal, kesadaran masyarakat lokal yang kurang akan pariwisata.
Sedangkan lingkungan eksternal wisata spiritual Besakih meliputi aspek
peluang dan ancaman. Aspek peluangnya adalah pengembangan wisata
spiritual, dan pengelolaan organisasi pariwisata. Aspek ancamannya berupa
adanya pesaing, adanya aksi terror, beredarnya isu pemerasan, pengaruh
kebijakan pemerintah, dan pengaruh teknologi informasi.
3. Strategi yang digunakan untuk pengembangan wisata spiritual besakih adalah
matrik SWOT yakni persilangan antara aspek kelebihan dengan peluang atau
strategi SO, antara aspek kelebihan dengan ancaman atau strategi ST, antara
aspek kelemahan dengan peluang atau strategi WO, dan antara aspek
kelemahan dengan ancaman atau atrategi WT. Hasil strategi tersebut di
32
rangkum disesuaikan dengan 4 isu strategis pariwisata, diantaranya. Aspek
Destinasi wisata, strategi yang dikembangkan adalah akses jalan diperlebar dan
dibenahi ketersediaan papan penunjuk jalan, zonafikasi tempat parkir,
penambahan dan zonafikasi atraksi wisata spiritual, perbaikan dan penambahan
fasilitas kebersihan serta tenaga kebersihan. Aspek industri pariwisata, strategi
yang dikembangkan adalah, mempertegas zonafikasi pedangang kaki lima di
area pura besakih, pembentukan badan pengelola organisasi pramuwisata, dan
perubahan kebijakan mengenai zonafikasi fasilitas akomodasi dan restoran.
Aspek pemasaran produk wisata, strategi yang dicanangkan adalah jaringan
internet diperluas dan pembinaan pemanfaatan IT kepada masyarakat untuk
promosi wisata, dibuatkannya web-site dan paket wisata terkait promosi
kawasan wisata kecamatan rendang (wisata spiritual besakih). Sedangkan
aspek kelembagaan, strategi yang dicanangkan berupa pembentukan,
pengajaran, pelatihan dan pembinaan organisasi pariwisata dan masyarakat
lokal, dipertegaskan struktural, tugas, wewenang, tanggung jawab, dan
hubungan horizontal-vertikal organisasi pada badan pengelola organisasi
pariwisata
5.2 Saran
Sejumlah hal-hal yang disarankan pada penelitian ini ditujukan kepada
stakeholders pariwisata yaitu pemerintah, pihak swasta atau investor dan
masyarakat lokal. Saran yang dapat diberikan adalah
1. Pemerintah diharapkan lebih memberikan perhatian lebih kepada masyarakat
dalam hal pengenalan pariwisata secara intensif. Hal ini akan mendorong
masyarakat berkembang menjadi insan pariwisata yang etis. Selain itu perlunya
kerjasama antara pemerintah dengan investor dalam pengembangan sarana dan
prasarana pariwisata. Permasalah batasan kebijakan atau hukum yang
membatasi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata perlu ditindak lajuti
guna mengoptimalkan aspek amenitis pariwisata. Izin atas pembentukan dan
mempertegas organisasi perlu dilakukan agar organisasi pariwisata berjalan
sesuai harapan.
33
2. Pihak swasta dan investor diharapkan mampu bekerjasama dengan pemerintah
daerah dan masyarakat lokal dalam pengembangan fasilitas pariwisata. Hal
tersebut selain meberikan keuntungan secara ekonomi dan sosial perusahaan
dan masyarakat juga membantu pemenuhan kebutuhan wisatawan. Namun
perlu diperhatikan masalah ketertiban dan berwawasan lingkungan.
3. Masyarakat lokal diharapkan dapat berpastisipasi secara nyata dalam
pengelolaan kegiatan wisata di Besakih. Jangan acuh tak acuh akan potensi
yang dimiliki. Tunjukan sikap yang baik bagi para wisatawan supaya
memberikan kesan yang baik.
34
REFERENSI
Agustini, Ni Wayan Ria, Ni Komang Rika Dwiastari, Ni Luh Putu Yuliani, Ni
Kadek Septiyanti, Ni Kadek Sri Mirayani, Dyah Ayu Tania, Jenni Melisa
Nelsi Mamora, A.A. Made Agung Herry Wibhisana, I Putu Suyasa Putra,
Jihan Tenia Mirandi Rabbah. 2013. Potensi Wisata Kecamatan Rendang
Kabupaten Karangasem,Bali. Denpasar : Program Studi D4 Pariwisata.
Ariasa, Putu. 2008. Strategi Pengembangan Bali Treetop Adventure Park Sebagai
Obyek Dan Daya Tarik Pariwisata Alternatif Di Kebun Raya Eka Karya
Bedugul.Denpasar : Program Studi Pariwisata.
Debriyanto, Yogi Krisna. 2011. Strategi Pengembangan Potensi Pulau Gili
Ketanag Sebagai Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolonggo Provinsi
jawa Timur. Denpasar : Program Studi Pariwisata.
Koordinator Statistik Kecamatan Rendang. 2014. Katalog BPS Kecamatan
Rendang Dalam Angka 2014. Bali : BPS Kabupaten Karangasem.
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta
Pemerintah Kabupaten Karangasem. 2014. Karangasem Membangun Tahun 2014.
Bali : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Karangasem.
Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media
Putra, AA. Gede Yuniartha. 2014. Bali Tourism Statistic 2014. Bali : Dinas
Pariwisata Provinsi Bali Press.
Rangkuti, Freddy. 2015. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta :
Kompas Gramedia.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan. Lembaran Negara RI Tahun 2009. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Metode
R&D.Bandung : Alfabeta.
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep
dan Aplikasi di Indonesia. Yogyakarta : GAVA MEDIA
Suwantoro, Gamal. 1994. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : ANDI
Suwena, I Ketut dan Widyadmaja. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
Denpasar : Udayana University Press.
Yakarimilena, Ronald Martin. 2008. Strategi Pengembangan Danau Sentani
Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Di Kabupaten Jayapura Papua.
Denpasar : Program Studi Pariwisata. Youti, Oka A. 1983. Ilmu Pengatar Pariwisata. Bandung : Angkasa.
Bagus, Denny. 2011. “Konsep strategi : definisi, perumusan, tingkatan dan jenis
strategi”. http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/08/konsep-strategi-definisi-
perumusan.html. Diakses tanggal 3 April 2016
35
Kho, Dickson. 2015. Pengertian dan Contoh Analisis SWOT.
http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-contoh-analisis-swot/.
Diakses anggal 4 April 2016
Setiawan, I Ketut. 2011. Dampak Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya
Pemanfaatan Pura Tirta Empul sebagai Daya Tarik Wisata Budaya.
http://lppm.unud.ac.id/wp-content/uploads/Dampak-Sosial-Ekonomi-dan-
Sosial-Budaya-...-oleh-I-Kt.-Setiawan.pdf. Diunduh tanggal 25 Maret 2016.
Setiawan, Nugraha. 2007. Penentuan ukuran sampel memakai rumus slovin dan
tabel krejcie-morgan: Telaah konsep dan aplikasinya.
https://onedrive.live.com/view.aspx?cid=ddf01764903cca0c&id=documents
&resid=DDF01764903CCA0C!857&app=WordPdf&authkey=!&. Diunduh
tanggal 3 April 2016.
Wisnawa, I Made Bayu .2011.Potensi Wisata Banjar Mendek Sebagai Daya Tarik
Wisata Di Kecamatan Selemadeg, Tabanan, Bali.
http://jurnal.triatmajaya.ac.id/index.php/PnPII/article/view/27. Diakses
tanggal 5 April 2016.