penelitian strategi pengembangan wisata …

35
1 PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA SPIRITUAL DI KECAMATAN RENDANG KABUPATEN KARANGASEM BALI Peneliti : A.A. Manik Pratiwi NIP : 1989012720130122001 Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Denpasar 2017

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

1

PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA SPIRITUAL DI

KECAMATAN RENDANG KABUPATEN KARANGASEM

BALI

Peneliti : A.A. Manik Pratiwi

NIP : 1989012720130122001

Program Studi Diploma IV Pariwisata

Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana

Denpasar

2017

Page 2: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

2

ABSTRAK

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan

pemerintah daerah. Perkembangan Pariwisata Bali telah berkembang hingga ke

ujung utara Bali yakni Kecamatan Rendang, Karangasem. Pada Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan wisata, khususnya wisata

spiritual. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Besakih, Kecamtan Rendang,

Kabupaten Karangasem, Bali.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode

deskriptif, selain itu menggunakan analisis SWOT dan skala likert untuk

membahas uraian isi. Tehnik pengumpulan data dengan cara observasi,

wawancara mendalam, kuesioner, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Informan

dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang dari kalangan kepala camat dan kepala

desa di Kecamatan Rendang..

Hasil penelitian ini menunjukkan potensi wisata spiritual Besakih berupa

pura, sasana budaya, ibadah sehari-hari (Membanten), upacara keagamaan, dan

ceramah agama (Darmawacana). Strategi yang digunakan untuk pengembangan

wisata spiritual Besakih secara umum merupakan perbaikan aspek askesibilitas,

zonafikasi parkir, dan wilayah atraksi, penambahan fasilitas penunjang,

pembuatan badan pengelolaan wisata, dan penambahan sarana dan prasarana IT,

serta pelatihan dan pembinaan masyarakat.

Kata kunci :Potensi Wisata, Wisata Spiritual, Strategi Pengembangan

Page 3: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat dan

karunia-Nya. Berkat nikmat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan laporan Penelitian Mandiri ini sesuai waktu yang

telah ditentukan.

Laporan penelitian ini berjudul Strategi Pengembangan Wisata Spiritual

Di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Bali. Dalam penyusunan

laporan ini penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah membantu yakni :

1. Drs. I Made Sendra, M.Si,selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas

Udayana

2. Ibu Ni Made Ariani, SE.M.Par., selaku Ketua Program Studi Diploma IV

Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

3. Bapak Drs. I Nyoman Jamin Ariana, M.Par. selaku Dosen Pembimbing

Penelitian Mandiri

4. Seluruh Staf dan karyawan Tata Usaha Fakultas Pariwisata Universitas

Udayana, atas bantuan dalam menyelesaikan administrasi akademik

5. Orang tua,teman-teman penulis, narasumber dan responden yang telah

memberikan dorongan dan doanya serta mebantu dalam pengumpulan data

penelitian.

Laporan ini tentunya belum sempurna sebagaimana mestinya. Masih

terdapat kekurangan yang ada, karena masih dalam proses pembelajaran.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun saran agar dapat

menyempurnakan laporan ini selanjutnya. Demikianlah semoga laporan

penelitian ini memberikan manfaat baik dalam lingkungan kampus maupun

masyarakat luas.

Denpasar, Juli 2017

Penulis

Page 4: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

4

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR………………………………………………………... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... ….. 1

1.2 Rumusan masalah………………………………………………………….. 2

1.3 Tujuan penelitian…………………………………………………………...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3

2.1 Telaah hasil penelitian sebelumnya ............................................................ 3

2.2 Tinjauan strategi pengembangan ............................................................... 5

2.3 Tinjaua pariwisata ....................................................................................... 5

2.4 Tinjauan potensi wisata .............................................................................. 5

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 6

3.1 Lokasi penelitian…………………………………………………………....6

3.2 Jenis dan sumber data.................................................................................... 6

3.3 Teknik pengumpulan data ............................................................................. 7

3.4 Teknik penentuan informan .......................................................................... 8

3.4 Teknik penentuan sampel .............................................................................. 8

3.4 Teknik analisis data ....................................................................................... 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 12

4.1 Gambaran Umum Desa Besakih…………………………………………..12

4.2 Potensi Wisata Spiritual Besakih……………………………………….....14

4.3 Lingkungan Internal Sdan Eksternal Kawasan Besakih ………………….14

4.4 Strategi Pengembangan Potensi Wisata Spiritual Besakih …………….. .19

BAB V PENUTUP…………………………………………………………...27

5.1 Simpulan………………………………………………………………….27

5.2 Saran……………………………………………………………………...28

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..30

Page 5: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

5

BAB I

PENDAHULUAN

Keberadaan pariwisata sudah sangat mendunia. Bali merupakan salah satu

pulau yang dilirik wisatawan sebagai tempat untuk berwisata. Bali terkenal akan

keindahan alamnya, keunikan budaya dan tradisi yang dimilikinya serta keramah-

tamahan penduduknya. Hal inilah yang menjadi faktor utama berkembangnya Bali

sebagai daerah tujuan wisata baik oleh wisatawan mancanegara maupun

wisatawan nusantara. Bali sendiri memiliki 8 wilayah kabupaten.

Salah satu kabupaten yang sedang mengembangkan pariwisata adalah

Kabupaten Karangasem. Ibukota Kabupaten Karangasem adalah Amlapura.

Atraksi wisata yang ditawarakan berupa wisata alam, wisata minat khusus dan

wisata spiritual. Kecamatan Rendang adalah sebuah kecamatan yang terletak di

Kabupaten Karangasem. Potensi wisata alam yang ditawarkan di kecamatan ini

adalah rafting yakni bermain di sungai. Selain itu menawarkan pertanian tidak

lain adalah padi. Sedangkan perkebunan ditanami dengan cengkeh, kopi, dan

coklat, dan membentuk agrowisata yang bernama Bukit Jambul. Kecamtan ini

juga memiliki Pura Besakih. Pura Besakih ini merupakan tempat ibadah umat

Hindu terbesar di Bali yang terletak di kaki Gunung Agung.

Wisata spiritual memang wisata yang diandalkan di Kecamatan Rendang

ini. Siapapun baik wisatawan mancanegara ataupun nusantara ingin megunjungi

Pura Besakih dan melihat kemegahannya. Namun, sangat disayangkan karena

dalam pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata spiritual tersebut

belumlah maksimal. Masalah sampah, akses untuk menuju Pura Besakih, Masalah

keamanan menjadi contoh terhambatnya perkembangan pariwisata di kecamtan

ini. Untuk itu suatu wilayah khususnya Kecamatan Rendang harus lebih peka

dalam memperhatikan daya tarik wisata spiritualnya yang menjadi andalan

pariwisata di Kecamatannya sendiri.

Page 6: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

6

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1) Bagaimana potensi wisata spiritual di Kecamatan Rendang, Kabupaten

Karangasem, Bali ?

2) Bagaimana strategi pengembangan wisata spiritual di Kecamatan Rendang,

Kabupaten Karangasem, Bali ?

1.3 Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah tersebut, yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah :

1) Untuk mengetahui potensi wisata spiritual di Kecamatan Rendang, Kabupaten

Karangasem, Bali.

2) Untuk mengetahui strategi pengembangan wisata spiritual di Kecamatan

Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali

Page 7: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

7

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Ronald Martin

Yakarimilena (2008) dengan judul “Strategi Pengembangan Danau Sentani

Sebagai Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam Di Kabupaten Jayapura Papua”.

Hasil penelitiannya bahwa karakteristik alamnya mempunyai keindahan panorama

indah dengan jalur yang bervariasi (datar, miring, belokan) tidak berada di areal

yang rawan bencana serta variasi fauna. Wisata adventure yang bisa di

kembangkan di sini adalah tracking and hiking (mendaki) riding horse (berkuda)

crosscountry (lintas alam). Pengembangan pariwisata Desa Yahim yang

berorientasi pada potensi alamnya, di dominasi oleh daerah perbukitan, hutan, dan

danaunya. Jadi pariwisata di sini bercirikan pada wisata alam, dengan alam yang

masih segar dan di alami. Dari segi aksesibilitas kedekatannya dengan objek

wisata adalah sebagai objek wisata adventure dengan keindahan alam yang ada di

sekitar danau tersebut, dimana dalam pengembangannya harus tetap

memperhatikan dan memperdayakan masyarakat setempat. Berdasarkan visi

pengembangan tersebut selanjutnya di tetapkan pengembangan yaitu pengelolaan

potensi yang di miliki objek wisata tersebut secara maksimal serta tetap menjaga

keseimbangn untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah.

Yuliawati (2002) dengan judul “Strategi Pengembangan Wisata Alam

Pantai Dreamland Sebagai Wisata Alternatif di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta

Selatan Kabupaten Badung. Menunjukkan bahwa objek wisata dreamland cocok

untuk di kembangkan sebagai objek wisata alam karena memiliki potensi alam

berupa pemandangan, tebing serta ombak yang konsisten cocok untuk wisata

surfing. Persepsi masyarakat adalah sangat setuju terhadap pengembangan potensi

pantai Dreamland sebagai objek wisata alam, sedangkan persepsi wisatawan

terhadap pengembangan potensi pantai Dreamland sebagai objek wisata alam

adalah setuju karena pantai Dreamland memiliki potensi alam berupa

pemandangan alam, tebing serta ombak yang konsisten cocok untuk wisata

Page 8: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

8

surfing. Strategi pengembangan pantai Dreamland adalah menentukan visi

pengembangan, menentukan tujuan pengembangan, menentukan sasaran

pengembangan dan menentukan program-program pengembangan potensi pantai

Dreamland.

Philipus Waragam (2003) dengan dan judul “Studi Pengembangan Potensi

Objek Wisata Pantai Amai Di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua”. Hasil

penelitian di simpulkan bahwa desa pesisir Pantai Amai Kabupaten Jayapura

memiliki potensi untuk di kembangkan sebagai objek wisata yang didukung oleh

budaya masyarakat meliputi kesenian tradisional, kerajinan tradisional, atraksi

tradisional di Desa Tabla Sufa. Oleh karena itu, sistem pengelolaan objek wisata

alam Pantai Amai harus di dukung dengan program – program antara lain:

membina kesenian tradisional dan atraksi wisata lokal, sehingga dapat di jadiikan

sebagai atraksi wisata yang di sajikan secara professional kepada wisatawan,

penataan sarana dan prasarana wisata, melakukan promosi secara intensif dan

peningkatan sumber daya manusia di bidang pariwisata.

Agustini, dkk (2013) meneliti tentang Kecamatan Rendang dengan judul

penelitian “Potensi Wisata Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali”.

Hasil penelitiannya menyebutkan Kecamatan Rendang merupakan kecamatan

yang memilliki cukup banyak potensi wisata mulai dari wisata alam, buatan

maupun budaya. Kecamatan ini sarana akomodasi dan restoran telah ada. Adanya

akomodasi pariwisata tidak terlepas dari adanya objek wisata adapun beberapa

objek wisata yang ada disana seperti objek wisata buatan yaitu agrowisata.

Agrowisata yang ada di kecamatan rendang juga tersebar di beberapa desa yaitu

agrowisata “Teras dan One Bali” di Desa Nongan, agrowisata “Alam Giri dan

Lestari Agro” di Desa Rendang. Potensi wisata di Kecamatan Rendang yang

paling terkenal adalah sungai Telage waje di Desa Rendang. Sungai ini dikelola

sebagai tempat untuk kegiatan Rafting.

Manfaat yang diperoleh dari telaah hasil penelitian sebelumnya ini adalah

peneliti selanjutnya dapat mencari gambaran dalam penentuan teknik analisis

data, membantu dalam penentuan informan dan sampel yang sesuai dengan apa

yang ingin dteliti. Selain itu membantu peneliti selanjutnya mengetahui gambaran

Page 9: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

9

mengenai kendala-kendala yang dihadapi selama meneliti, memberikan gambaran

visi pengembangan potensi wisata yang sesuai dan berkesinambungan.

2.2 Tinjauan Strategi Pengembangan

Menurut Marpaung (2002:96) strategi adalah suatu proses penentuan nilai

pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaat sumber daya yang

menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindak-

tindakan yang mengarah pada masa depan. Selain itu dirinya juga mengartikan

strategi adalah rencana umum yang bersifat integratif yang di rancang untuk

memampukan organisasi pariwisata untuk mencapai tujuannya melalui alokasi

pemanfaatan sumber daya dengan tepat walaupun menemukan banyak rintangan

dari pihak pesaing.Sehingga strategi pengembangan dapat dikatakan sebagai

proses penetapan nilai, rencana, dan pengambilan keputusan atau cara menjadikan

sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan berguna.

2.3 Tinjauan Pariwisata

Berdasarkan Undang-undang RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan

menyebutkan bahwa pariwisata adalah: “Berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah dan pemerindah daerah”.Pariwisata juga dikatan sebagai

suatu perjalanan yang dilakukan orang dari suatu tempat ke tempat lain, untuk

sementara waktu dengan maksud atau tujuan tidak untuk berusaha atau mencari

nafkah ataupun menetap di tempat yang dikunjungi, akan tetapi untuk menikmati

perjalanan tersebut sebagai rekreasi atau untuk memenuhi kegiatan yang beragam

tanpa adanya suatu paksaan dan dilakukan perorangan maupun kelompok.

2.4 Tinjauan Potensi Wisata

Potensi wisata adalah sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik

sebuah obyek wisata yang terbagi potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu

potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia.

Page 10: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem

Bali. Dalam kecamatan Rendang sendiri terdapat 6 Desa yaitu Desa Pesaban,

Desa Nongan, Desa Rendang, Desa Pempatan, Desa Menanga dan Desa Besakih.

Lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan karena memiliki potensi wisata

spiritual yang belum dikembangkan dengan baik.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam

jenis dan sumber data sebagai berikut :

3.2.1 Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat diukur secara langsung

dengan angka namun merupakan informasi. Data kualitatif dalam penelitian

ini berupa uraian maupun keterangan-keterangan hasil wawancara termasuk

kajian pustaka dan dokumentasi.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka-angka yang akan

disusun serta diinterpretasikan. Data kuantitatif dalam penelitian ini seperti

jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Bali, jumlah kunjungan wisatawan

ke Kabupaten Karangasem, dan jumlah kunjungan wisatawan ke Besakih di

Kecamatan Rendang, Karangasem Bali.

3.2.2 Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder, seperti dibawah ini.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui observasi dan

wawancara dari berbagai pihak seperti wawancara langsung dengan kepala

Page 11: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

11

dan pegawai kantor kecamatan dan desa-desa di Kecamatan Rendang, dan

masyarakat lokal di Kecamatan Rendang.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data berupa dokumen yang dipublikasikan dan tidak

dipublikasikan seperti informasi-informasi dari buku pembanguanan

Kabupaten Karangasem, buku monografi Kecamatan Rendang, data jumlah

kunjungan wisatawan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian seperti observasi, wawancara,

kuesioner, dan studi kepustakaan agar dapat memenuhi harapan sesuai tujuan

penelitian.

1. Observasi

Observasi lapangan dengan datang langsung ke lokasi atau pengamatan

secara langsung sehingga memungkinkan untuk melihat kegiatan di objek

penelitian. Kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang

telah terjadi sesuai keadaan sebenarnya. Hasil observasi disajikan dalam

bentuk foto-foto pada lampiran.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara yaitu dengan bertanya mengenai informasi yang dibutuhkan

didasarkan atas daftar pertanyaan dan hal-hal terkait diluar pertanyaan yang

telah disusun. Wawancara ditujukan kepada kepala desa di kantor Desa

Rendang, dan pegawaipekerjaannya membidangi Pariwisata, serta

masyarakat lokal.

3. Kuesioner

Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang diberikan langsung kepada

penduduk lokal dan wisatawan di Kecamatan Rendang untuk diisi baik

terstruktur ataupun tidak, untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan

mereka terhadap pengembangan daya tarik spiritual di Kecamatan Rendang

Kabupaten Karangasem. Adapun jumlah kuisioner yang disebarkan

Page 12: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

12

sebanyak 50 kuisioner dimana pengisi dipilih secara accidental baik kepada

wisatawan maupun masyarakat lokal.

4. Studi Kepustakaan

Studi pustaka berupa buku pembangunan Kabupaten Karangasem, buku

monografi Kecamatan Rendang, data jumlah kunjungan wisatawan di

Kecamatan Rendang dan akses website terkait.

5. Dokumentasi

3.4 Teknik Penentuan Informan

informan yang dipilih untuk memberikan keterangan adalah Informan

pangkal yaitu Kepala Desa Pesaban, Desa Nongan, Desa Rendang, Desa

Pempatan, Desa Menanga dan Desa Besakih. Sedangkan informan kunci adalah

pegawai Kantor Camat Rendang, pegawai Kantor Desa Pesaban, Desa Nongan,

Desa Rendang, Desa Pempatan, Desa Menanga dan Desa Besakih.

3.5 Teknik Penentuan Sampel

3.5.1 Teknik Purposive Sampling

Penentuan informan dilakukan melalui teknik purposive sampling yang

ditujukan terhadap orang-orang tertentu. Orang-orang yang digunakan sebagai

informan mempunyai sangkut paut dan terkait dengan permasalahan yang dibahas

sehingga mampu dan berpotensi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti. Prosedur penentuan informan berdasarkan pada konteks kedalaman

informasi yang digali dan diseleksi untuk melengkapi data penelitian.

3.5.2 Teknik Random Sampling

Penentuan informan dilakukan melalui teknik random sampling atau

teknik acak yang di tunjukkan terhadap wisatawan mancanegara maupun

wisatawan lokal yang sedang melakukan persembahyangan yang diambil secara

acak. Agar penelitian ini bersifat representative, kunjungan wisatawan yaitu

86.939 per tahun dibagi 360 sehingga rata-rata kunjungan wisatawan per hari

241. Jumlah wisatawan ditentukan sebanyak 25 orang yaitu 10% dari rata-rata

kunjungan wisatawan per hari. Karena terbatasnya waktu dan biaya, maka 25

Page 13: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

13

orang sudah mewakili jumlah keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke Pura

Besakih.

3.5.3 Sampel dari Masyarakat Lokal

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah masyarakat local yaitu

pegawai puskesmas desa besakih 2 orang, pegawai kantor koperasi 4 orang,

pengelola akomodasi 6 orang, pengelola retoran 5 orang, dan pengelola sarana

lainnya 8 orang sehingga jumlah masyarakat lokal sebanyak 25 orang.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Teknik analisis data deskriptif kualitatif merupakan gambaran dari data

yang disusun secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada.

Tujuan dari analisis ini adalah mengungkapkan fakta, fenomena, variabel, dan

keadaan yang terjadi selama penelitian berlangsung dan menyuguhkan data apa

adanya. Analisis ini dipergunakan menguraikan informasi untuk mengetahui dan

memperoleh gambaran yang jelas dan objektif mengenai gambaran umum

Kecamatan Rendang, potensi wisata spiritual, lingkungan fisik dan eksternal daya

tarik wisata, dan strategi pengembangan daya tarik wisata spiritual. Data yang

muncul dalam analisis ini lebih banyak berupa deskriptif yang diperkuat dengan

keterangan yang mendukung kesimpulan penelitian.

3.6.2 Analisis SWOT

Analisis SWOT menurut Rangkuti (2015:20-19) adalah identifikasi

berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis

ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan

peluang (Opportunities), namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan

(Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu

berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian, perencanaan strategis harus menganalisis factor-faktor strategis

perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada

Page 14: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

14

saat ini. Hal tersebut disebut analisis situasi. Model yang paling popular untuk

analisis situasi adalah analisis SWOT.

Strategi pengembangan dalam penelitian ini yang digunakan adalah

analisis SWOT dengan langkah pertama menganalisis kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman yang ada di lingkungan internal dan eksternal Pura

Besakih. Kemudian disilangkan menjadi strategi kekuatan-peluang atau disebut

matrik SWOT.

1) Strategi SO (Strenght-Opportunity)

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran yaitu dengan memanfaatkan

keseluruhan kekuatan yang ada untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

2) Strategi ST (Strenght-Threat)

Strategi ini menggunakan segala macam kekuatan yang dimiliki wilayah

bersangkutan untuk mengatasi ancaman yang datang.

3) Strategi WO ( Weakness-Opportunity)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatn peluang yang ada untuk

meminimalisir kelemahan.

4) Strategi WT (Weakness-Threat)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha

meminimalisir kelemahan yang ada dan menghindari ancaman buruk yang

terjadi.

3.6.3 Skala Likert

Skala Likert merupakan metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang. Skala likert merupakan analisis untuk

mengukur persepsi seseorang tentang fenomena sosial (Sugiono:93,2012).

Penelitian ini menggunakan skala likert untuk mengukur persepsi masyarakat

lokal dan wisatawan tentang pengembangan wisata spiritual Besakih. Pada

penelitianini juga menggunakan metode skala likert yang menampilkan sejumlah

pertanyaan atau pernyataaan untuk mengukur persepsi berdasarkan rata-rata

jawaban, tetapi memiliki perbedaan yang cukup jelas. Setiap responden diminta

Page 15: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

15

memberikan jawaban yang menunjukkan tingkatan sangat bagus, bagus, cukup,

kurang bagus, sangat kurang bagus. Setiap jawaban masing-masing diberikan skor

tertentu yaitu:

1 = Sangat kurang bagus atau sangat tdak baik

1 = Kurang bagus atau kurang baik

2 = Cukup

3 = Bagus atau baik

4 = Sangat bagus atau sangat baik

Penelitian ini menggunakan delapan buah pertanyaan yang diberikan

skor dari angka satu sampai dengan lima dengan keterangan skor sesuai

penjelasan diatas. Hasil dari persepsi wisatawan dan masyarakat lokal

mengenai pengembangan wisatawa spiritual Besakih akan dijadikan acuan

perumusan strategi pengembangan yang cocok dikembangkan di kawasan

Besakih.

Page 16: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Desa Besakih

Besakih berasal dari kata Basuki yang berarti selamat dimana dari kata

Basuki menjadi Basukih dan lanjut menjadi Besakih. Desa Besakih terletak di

wilayah Kecematan Rendang Kabupaten Karangasem, dengan luas wilayah 21,23

Ha. Desa Besakih beriklim sub tropis, dengan curah hujan rata-rata 2000-3000

mm / tahun, dengan temperature antara 25 C-37 C. Adapun batas – batas wilayah

Desa Besakih antara lain :

a. Sebelah Utara : Gunung Agung

b. Sebelah Timur : Kecamatan

Selat

c. Sebelah Selatan : Desa

Menanga

d. Sebelah Barat : Desa Pempatan

Penduduk di Desa Besakih keseluruhannya berjumlah 6.967 orang pada

tahun 2013. Jumlah ini meningkat sebanyak 220 orang dari tahun sebelumnya

yang bertotalkan 6747 orang. Untuk memeperjelas jumlah penduduk di Desa

Besakih dari tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

NO INDIKATOR JUMLAH

Tahun 2012 Tahun 2013

1. 0-12 Bulan 55 Orang 52 Orang

2. > 1- < 5 Tahun 344 Orang 336 Orang

3. > 5 - < 7 Tahun 705 Orang 761 Orang

4. > 7 - < 15

Tahun 805 Orang 874 Orang

5. > 15 – 56

Tahun 3.808 Orang 3.839 Orang

6. > 56 Tahun 1.030 Orang 1.105 Orang

Sumber : Kantor Desa Besakih, 2014

Jumlah penduduk berdasarkan umur pada tahun 2012 mengalami

peningkatan di tahun 2013, kecuali penduduk yang berumur 0-12 bulan itu

Page 17: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

17

mengalami penurunan dari tahun 2012 yang berjumlah 55 orang dan pada tahun

2013 berjumlah 52 orang. Pemerintah Kabupaten Karangasem memberikan segala

prioritas terhadap peningkatan dibidang pendidikan, kesehatan dan pengentasan

kemiskinan didalam menuju Karangasem yang “JAGAT HITA YA CA ITI

DHARMA”.Adapun jumlah sekolah di Desa Besakih dapat terlihat pada tabel 4.2

berikut..

Tabel 4.2 Sarana Pendidikan Formal

No Nama

Pendidikan Jumlah

Jumlah

Siswa

Jumlah

Guru

1 TK 1 buah 56 orang 5 orang

2 SD 6 buah 802 orang 53 orang

3 SLTP satu atap 1 buah 76 orang 16 orang

Sumber : Kantor Perbekel Desa Besakih, 2014

Sarana pendidikan formal yang ada di Desa Besakih yaitu TK, SD, dan

SLTP. Hanya ada 1 buah TK di Desa Besakih yaitu dengan jumlah siswa 56 orang

dan jumlah guru 5 orang. Di desa besakih terdapat 6 buah SD dengan jumlah

siswa 802 orang dan jumlah guru 53 orang. Kemudian SLTP ada 1 buah dengan

jumlah siswa 76 orang dan 16 orang guru. Dari data tingkat perkembangan

pendidikan di Desa Besakih dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan di Desa

Besakih sudah baik, karena penduduk yang berusia 15 tahun ke atas tidak ada

yang menderita buta huruf.

Kesehatan di Desa Besakih sudah cukup baik. Terdapat beberapa bentuk

kegiatan berkaitan dengan peningkatan kesehatan diantaranya Gerakan Sayang

Ibu-B (GSI-B), Posyandu, kelompok PHBS ( Prilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan

kelompok lingkungan bersih dan sehat.Setiap rumah tangga yang ada di Desa

Besakih sudah semua mendapatkan air bersih. Namun untuk rumah tangga yang

tidak mempunyai jamban masih banyak.

Begitu pula dengan kondisi ekonomi, Ekonomi masyarakat di Desa Besakih

sudah cukup baik sumber pendapatan masyarakat yang meningkat dari tahun 2012

ke 2013. Kecuali pendapatan pada perkebunan yang menurun dari 499.634.800

pada tahun 2012 menjadi 417.956.000 pada tahun 2013. Untuk menjaga

Page 18: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

18

keamanan dan ketertiban wujud kerjasama antara pemerintah dan masyarakat

dalam menjaga keamanan antara lain adanya Linmas dan 40 orang Pecalang,

dibangun Poskambling sebanyak 11 buah,Pos Kepolisian Besakih, Babin

Kantibmas dan Babinsa.

Sedangkan partisipasi masyarakat dalam rangka merencanakan dan

melaksanakan pembangunan di Desa Besakih masyarakat ikut dalam lembaga –

lembaga seperti LPM, PKK, dan Karang Taruna, membudayakan kegiatan gotong

royong, dan Musrenbang.

4.2 Potensi Wisata Spiritual Besakih

Potensi fisik yang dimiliki oleh kawasan Besakih adalah tempat suci (Pura).

Pura tersebut dikenal dengan nama Pura Besakih. Pura besakih merupakan pura

terbesar umat Hindu di Bali. Pada pura ini terdapat 18 Pelebahan dan satu

komplek Pedarman. Sealin itu sasanan Budaya juga Jabe Sisi oleh masyarakat

Bali. Sasana Budaya ini memiliki luas sekitar 50 ha dengan panorama alam yang

masih asri biasanya digunakan untuk menampilkan sendra tari dan gambelan

untuk upacara-upacara tertentu sekaligus sebagai hiburan.

Potensi Non-Fisik spiritual di Besakih adalah ibadah sehari-hari seperti

Membanten saat siang hari dan sore hari di kawasan Pura Besakih, upacara

keagamaan seperti Betare Turun Kabeh, Panca Bali Krama, Eke Dase Ludre,

Taur Eka Buana, dan Piodalan, serta Ceramah Agama (Darmawacana)

4.3 Lingkungan Internal dan Ekstenal Kawasan Besakih

1. Kekuatan (Strenghts)

a) Image yang baik, Kawasan besakih memiliki pura besakih tidak lain adalah

pura terbesar umat Hindu di dunia dan Bali. Pura ini telah tersohor dilangan

wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Reputasinya sudah tidak

diragukan lagi karena memang pura ini digunakan sebagai tempat ibadah

terunik di Bali yang terletak di kaki Gunung Agung. Hal inilah yang menarik

wisatawan datang berkunjung ke kawasan Pura Besakih.

Page 19: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

19

b) Letak Geografis, Selain dikenal sebagai pura yang besar, kawasan Besakih

menawarkan panorama yang menarik berupa hutan dan pegunungan. Pura

Besakih juga menawarkan suasana yang sejuk, damai dan menenangkan

keseharaiannya. sehingga aspek pharyangan sangat melekat di Pura Besakih

ini. Area ini biasa dijadikan kegiatan trecking dan climbling oleh beberapa

wisatawan yang ingin menguji keangunan alam kawasan Besakih dan telah

mendapatkan izin terlebih dahulu. Hal tersebut mendukung daya Tarik wisata

spiritual besakih. Kawasan besakih terletak di kaki Gunung Agung. Lokasinya

yan unik ketimbang pura lainnya inilah yang menarik pengunjung terbanyak.

c) Kebersihan Kawasan Pura, Kebersihan merupakan aspek terpenting dalam

daya tarik wisata. Lingkungan yang bersih akan menghasilkan suasana yang

nyaman bagi siapaun yang mengunjungi kawasan tertentu. Kawasan Besakih

dari segi kebersihan sudah baik untuk kesehariannya. Sampah-sampah yang

terdapat di kawasan besakih diangkut setiap harinya oleh DKP dan

didistribusikan di TPA. Sehingga setiap sampah dari hasil proses ibadah,

upacara, dan sampah wisatawan terakumulasi dengan baik dan tidak

memperlihatkan lingkungan yang kotor. Sedangkan untuk sampah yang

bersumber dari kegiatan rumah tangga, masyarakat juga telah sadar akan

kebersihan lingkungan. Umumnya mereka membuang sampah organik dibuang

ke ladang yang kosong untuk dibiarkan dan dijadikan pupuk. Sedangkan

sampah anorganik seperti plastik dibakar.

d) Organisasi Pariwisata, Kunjungan yang banyak ke Pura Besakih menyadarkan

mayarakat untuk turut serta membangunan besakih menjadi destinasi wisata

bukan hanya terkenal sebagai daya tarik semata. Oleh karenanya, beberapa

masyarakt telah membentuk kelompok-kelompok kecil untuk pengingkatan

atraksi wisata di Besakih. Kelompok kecil itu antara lain Sanggar Tari,

Gambelan, Penyewa Ojek, Penyewa Sarung dan Pakaian, serta Organisasi

Pramuwisata.

e) Keamanan yang Memadai, Dari segi keamanan kawasana Besakih memang

sudah aman. Banyaknya aparat yang menjaga kawasan Pura Besakih sehingga

tidak perlu dikhawatirkan akan kegiatan kriminalitas. Petugas keamanan tidak

Page 20: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

20

hanya berasal dari pihak kepolisian, namun berasal dari pecalang yang

dikekola oleh banjar adat.

f) Aksesibilitas yang Sudah Baik, Kondisi aksesibilitas yang diamati adalah

jalanan menuju kawasan Besakih. Jalan-jalan memang sudah cukup baik.

Jalanan menuju besakih semuanya telah di hotmik dengan aspal. Memang

terdapat beberapa kondisi jalan yang tidak mulus seperti jalur Desa pempatan

menuju Pura Besakih, dimana jalannya bergelombang. Sedangkan dari akses

jalan ldari jalur lainnya sudah baik. Jika dilihat dari jaringan komunikasi, juga

sudah cukup baik. Telah terdapat jaringan saluran telepon selular. Memang

jaringan telepon umum belum merambah sampai ke Kecamatan Rendang

termasuk kawasan besakih. Untuk jaringan internet disini sangat minim. Hal ini

sesuai penegasan dari kepala Desa Pempatan, bahwa masyarakat kurang

bersahabat dengan internet dikarenakan kurangnya pengenalan akan internet

disini.

g) Ketersediaan Sarana Akomodasi dan Restoran, Sarana seperti akomodasi dan

restoran memang telah terdapat di Kecamatan Rendang. Sarana akomodasi dan

restoran sesuai dengan peraturan pemerintah provinsi tidak membolehkan

berkembangnya sarana tersebut dalam jarak 5 km dari Pura Agung Besakih.

Hal inilah yag menyebabkan tidak boleh dibangunannya sarana akomodasi dan

restoran di Desa Besakih. Adanya ketentuan dalam peraturan tersebut maka

desa-desa lain yang memsupport fasilitas sarana akomodasi dan restoran untuk

wisatawan dari Pura Besakih tersebut.

2. Kelemahan (Weakness)

a) Tempat Parkir Saling Terpisah, Tempat parkir di kawasan Besakih masih

menjadi suatu kendala karena area parkir sempit dan terbagi-bagi, sehingga

membuat kemacetan jalan untuk menuju Pura Besakih selain itu harga dari

parkir juga relatif mahal.

b) Manajemen Organisasi yang Belum Baik, Belum adanya suatu manajemen

organisasi yang baik sehingga membuat kinerja masyarakat tidak berjalan

dengan baik dan dimanfaatkan oleh pramuwista. Pramuwisata semena-mena

Page 21: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

21

melakukan pemerasan terhadap wisatawan asing sehingga hal itu menyebabkan

image dari pura besakih di pandang kurang baik.

c) Penanganan Sampah yang Masih Kurang, Sudah adanya petugas DKP yang

membersihkan lingkungan di area Pura Besakih. Ditinjau dari segi

kesehariannya sampah yang ada masih bisa di tangani, karena sampah yang ada

sedikit sehingga mudah untuk di buang ke tempat pembuangan akhir. Namun

pada saat hari raya besar agama Hindu di Pura Besakih sampah mulai

menumpuk karena tidak di distribusikan ke tempat pembuangan akhir.

d) Pedagang yang Tidak Tertib, Keberadaan pedagang kaki lima di area pura

Besakih membuat kenyamanan orang terganggu. Diantara mereka ada yang

memaksa pengunjung untuk membeli. Hal ini membuat resah pengunjung.

Area yang digunakan untuk berjualan adalah sepanjang nista mandala Pura

Besakih. Seharusnya area tersebut bersih dari bentuk aktivitas. Hal ini

membuat pemandangan pura Besakih menjadi terlihat kurang menarik.

e) Sikap Pramuwisata yang Tidak Etis, Bagi wisatawan yang berkunjung ke pura

Besakih haruslah menggunakan guide lokal, tidak boleh adanya guide diluar

itu. Guide tersebut meliputi gudie yang berasal dari Provinsi, Kabupaten,

Kecamatan Bali, dan dari Desa Besakih sendiri. Namun kenyataannya hal ini

menuai masalah bagi para wisatawan. Sikap pramuwisata yang tidak sesuai

membuat wisatawan merasa dirugikan. Pertama sikapnya yang meminta uang

lebih kepada wisatawan diluar paket tour yang dibayarnya. Kedua adalah

membimbing wisatawan tidak sesuai dengan harapan. Meskipun tidak semua

pramuwisata melakukan hal tersebut namun keadaan ini telah tersebar dan

mencoreng nama baik pramuwisata di Pura Besakih

f) Berkembangnya Penginapan Ilegal, Sesuai dengan diberlakukannya kebijakan

oleh pemerintah Provinsi Bali bahwa jarak 5 km dari pura tidak boleh dibangun

penginapan. Hal ini dilanggar oleh masyarakat lokal terutama di Desa Besakih

yang memanfaatkan rumah pribadinya untuk disewakan kepada tamu yang

ingin menginap. Hal ini setidaknya maresahkan daerah diluar kawasan 5 km

dari pura besakih yang tersedianya penginapan. Sehingga terjadi ketidaklarasan

di desa lain dengan Desa Besakih.

Page 22: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

22

g) Kesadaran Masyarakat Lokal yang Kurang Akan Pariwisata, Masyarakat di

kawasan sekitaran Pura Besakih yang berpotensi dikembangkan menjadi wisata

spiritual masih kurang memahami tentang pariwisata. Beberapa masyarakat

melalui pengisisan kuisioner tidak mendukung bahwa kawasan Pura besakih

dijadikan tempat wisata karena Pura merupkan tempat Ibadah. Selain itu sikap

masyarakat juga masih kurang ramah terhadap wisatawan yang datang.

Terkadang diantara mereka ada yang menipu harga jual barang dengan

menambah harga jauh diatas rata-rata. Beberapa diantaranya juga tidak peduli

dengan keberlangsungan wisata di kawasan Besakih.

3. Peluang (Opportunity)

a) Pengembangan Wisata Spiritual, Peluang dari wisata spiritual Besakih sangat

besar bahkan pemerintah sudah mau ikut berperan namun masyarakatnya yang

masih kurang bisa diajak bekerjasama untuk membangun kegiatan pariwisata.

Dikarenakan kuangya kesadaran masyarakat akan peluang keuntungan dari

sector pariwisata.

b) Pengelolaan Organisasi Pariwisata, Sebagaimana bentuk organisasi-organisasi

kecil pariwisata yang telah disebutkan dalam aspek kekuatan, hal ini sangat

berpeluang besar untuk dikembangkan menajdi lebih baik. Menginat organisasi

yang telah ada namun belum berisin itu memang memiliki program kerja untuk

membantu para pengunjung saat beribadah ataupun saat berwisata

4. Ancaman (Threat)

a) Adanya Pesaing, Untuk pesaing dari potensi wisata dari Pura Besakih ini

sendiri yaitu seperti Pura Batur yang sama-sama menawarkan potensi wisata

spiritual dan panorama gunung akan tetapi Pura Besakih lebih diunggulkan

lantaran menjadi pura terbesar di dunia. Selain itu juga terdapat pura Tanah Lot

yang memiliki keunikan tersendiri yang sudah dikenal didunia dan menjadi

salah satu daya tarik wisata dan memiliki lokasi yang lebih baik dari Besakih

yaitu di Tabanan yang notabene lebih dekat dengan Provinsi Badung atau

daerah dengan kunjungan wisatawan terbanyak di Bali.

Page 23: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

23

b) Adanya Aksi Teror, Berbagai isu negatif telah tersebar tentang adanya aksi

terror yang akan dilakukan di Pura Besakih. Hal ini mengancam kenyamanan

para jemaah yang ingin beribadah maupun wisatawan yang datang. Akibat hal

ini kunjungan wisatawan ke Pura Besakih juga semakin berkurang.

c) Isu Pemerasan, Isu ini sedang menjadi tending topic di kawasan daya tarik

wisata Besakih. Isu pemerasan ini muncul dikarena sikap tidak etis

pramuwisata yang membimbing para wisatawan menuju Pura Besakih. Adanya

aksi meminta bayaran lebih untuk bisa mengantar wisatawan sampai ke tujuan

wisata adalah bentuk pemerasan yang dilakukan pihak pramuwisata.

d) Kebijakan Pemerintah, Kebijakan pemerintah provinsi saat ini sedang

membatasi perkembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata.

Salah satunya adalah aspek amenities yakni berkaitan dengan ketersediaannya

sarana penginapan yang memadai untuk wisatawan ataupun pengunjung yang

ingin beribadah. Izin untuk pembukaan tempat penginapan belum bisa

dilaksanakan secara bebas di kawasan sekitaran Pura Besakih atau di Desa

Besakih. Dengan adanya kebijakan pembatasan tersebut membuat wisatawan

tidak bisa lama tinggal dilokasi wisata karena akan mendapatkan fasilitas yang

tidak sesuai harapan sedangkan jarak tempuh menuju kota lumayan jauh dari

kawasan Besakih.

e) Teknologi Informasi, Ketersediaan akses internet di Kecamatan Rendang

termasuk kawasan daya tarik wisata Besakih menjadi ancaman yang harus

diperhatikan. Masyarakat yang belum bersahabat dengan internet juga menjadi

kendala utama penyebaran. Ketertinggalannya akses internet disini

menyebabkan penyebaran informasi dan promosi manjadi terhambat. Bagi

setiap orang yang ingin beriwisata ke tempat tersebut tidak bisa menerima

informasi yang teraktual atas kondisi dan situasi tempat wisata.

4.4 Strategi Pengembangan Potensi Wisata Spiritual Besakih

Potensi dan kondisi lingkungan internal dan eskternal yang terdapat di Desa

Besakih dan sekitarannya dikombinasikan menjadi dasar untuk analisis SWOT

(Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Hasil analisis SWOT merupakan

Page 24: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

24

strategi dalam pengembangan kawasan Besakih sebagai daerah tujuan wisata

spiritual. Adapun strategi tersebut dapat dijelaskan melalui table berikut.

Tabel 4.3 Matrik Analisis SWOT Strategi Pengembangan Potensi Wisata

Spiritual Besakih

IFAS

EFAS

Kekuatan :

1. Image yang baik

2. Letak Geografis yang

strategis

3. Kebersihan Kawasan

Pura

4. Organisasi Pariwisata

5. Keamanan yang

Memadai

6. Aksesibilitas yang

Sudah Cukup Baik

7. Ketersediaan Sarana

Akomodasi dan

Restoran

Kelemahan :

1. Tempat Parkir Saling

Terpisah

2. Manajemen Organisasi

yang Belum Baik

3. Penanganan Sampah

yang Masih Kurang

4. Pedagang yang Tidak

Tertib

5. Sikap Pramuwisata

yang Tidak Etis

6. Berkembangnya

Penginapan Ilegal

7. Kesadaran Masyarakat

Lokal yang Kurang

Akan Pariwisata

Peluang :

1. Pengembangan

Wisata spiritual

2. Pengelolaan

Organisasi

Pariwisata

Strategi SO :

1. Perlu dibuatkannya

badan pengelola

organisasi pariwisata.

2. Akses jalan lebih

diperlebar dan

diperbaiki

3. Ketersediaan papan

penunjuk perlu

diperbanyak.

4. Aparat keamanan perlu

Strategi WO :

1. Zonafikasi tempat

parkir yang sesuai

2. Dipertegaskan

struktural, tugas,

wewenang,

tanggjungjawab, dan

hubungan horizontal-

vertikal organisasi pada

badan pengelola

organisasi pariwisata

Page 25: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

25

ditambah dan

diberdayakan sesuai

kondisi.

5. Dibuatkannya website

terkait promosi

kawasan wisata

spiritual Besakih.

6. Pembuatan paket

wisata ke kawasan

Wisata Besakih

diperbanyak.

7. Penambahan atraksi

wisata

3. Pembinaan dan

pelatihan kepada

pramuwisata secara

berkala.

4. Pengenalan dan

pembinaan tentang

kepariwisatan kepada

masyarakat lokal secara

intensif

Ancaman :

1. Adanya Pesaing

2. Adanya Aksi Teror

3. Isu Pemerasan

4. Kebijakan

Pemerintah

5. Teknologi

Informasi

Strategi ST

1. Perbaikan atas fasilitas,

dan penambahan

atraksi wisata spiritual

2. Penambahan aparat

keamanan yang

bekerjasama dengan

pihak provinsi,

kabupaten, kecamatan

dan desa

3. Dibuatkannya dasar

hukum yang

mempertegas

zonafikasi area atraksi

wisata, badan

pengelolaan pariwisata,

dan keberadaan

fasilitas akomodasi

Strategi WT

1. Perbaikan dan

penambahan fasilitas

kebersihan dan tenaga

kebersihan

2. Pembuatan organisasi

kebersihan khusus saat

upacara keagamaan

berlangsung

3. Pembinaan, pengajaran,

dan pembentukan

badan pengelola

masyarakat untuk

membuat atraksi wisata

yang menarik.

4. Adanya kebijakan dan

mempertegas

zonafikasi pedagang di

Page 26: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

26

restoran.

4. Jaringan internet

diperluas dan

masyarakat

diperkenalkan dan

dibina dalam

pemanfaatan internet

untuk keberlangsungan

pariwisata.

area Pura Besakih.

5. Dibuatkannya

kebijakan tentang

badan pengelola

organisasi pariwisata,

dan pramuwisata, serta

fasilitas akomodasi dan

restoran.

6. Pemberdayaan dan

pembinaan secara

berkala masyarakat

lokal dalam penyediaan

keamanan berwisata di

kawasan Besakih.

7. Pemberdayaan dan

pembinaan masyarakat

lokal untuk membuat

suatu produk khas

Besakih yang ditujukan

kepada wisatawan.

8. Pembinaan

pemanfaatan IT kepada

masyarakat untuk

promosi kawasan

wisata.

Sumber : Hasil penelitian (2017)

Strategi pengembangan pariwisata dalam hal ini yakni potensi wisata

spiritual Besakih harus memperhatikan isu-isu strategis dalam pengembangannya.

Tidak hanya mengembangkan saja namun harus disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan serta manfaat yang didapat dari kegiatan wisata. Adapun isu- isu

strategis yang perlu diperhatikan adalah:

Page 27: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

27

1. Destinasi Wisata

1) Akses jalan diperlebar dan dibenahi ketersediaan papan penunjuk jalan

Kondisi yang dialami kawasan sekitaran wisata besakih adalah jalan-jalan

yang sudah baik namun belum terlalu besar dan lebar. Kunjungan ke kawasan

Besakih saat upacara keagamaan meningkat pesat ketimbang hari hari biasa. Oleh

karena itu untuk menghindari kemacetan panjang, distibusi sampah pasca ibadah

tidak mengalami hambatan maka perlu dilakukan perlebaran jalan. Tidak hanya

itu saja, rambu atau papan nama yang menunjukkan arah tujuan juga diperbanyak

agar wisatawan yang pergi secara individu tidak tersesat menuju lokasi kawasan

wisata Besakih. Ketersediaan penerangan dimalam hari juga harus ditambah untuk

menghindari hal yang tidak diinginkan karena kondisi dimalam hari jauh lebih

gelap. Faktor kekurangan cahaya juga dipengaruhi oleh masih asri dan rindangnya

pepohonan di kawasan Besakih. Startegi ini dikemukakan dalam matriks SWOT

sebagai strategi SO.

2) Zonafikasi Tempat Parkir

Saat ini tempat parkir area wisata besakih terpisah-pisah jauh yang

membingungkan pengunjung menuju lokasi wisata spiritual. Dipertegasnya

zonafikasi tempat parkir diharapkan membantu wisatawan agar tidak khawatir dan

bingung akan jarak yang terlalu jauh menuju area wisata Besakih. Strategi ini

dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi WO.

3) Penambahan dan Zonafikasi Atraksi Wisata Spiritual

Saat ini organisasi yang bergerak dibidang pariwisata telah banyak

berkembang di kawasan sekitaran Besakih. Contohnya seperti sanggat tari, ada

bagusnya apabila hal itu diberdayakan dalam sebuah pementasan kepada

wisatawan supaya tidak bosan hanya disuguhi dengan atraksi fisik pura semata.

Selain itu kawasan besakih memiliki pemandangan gunung, hutan, dan udara yang

asri, pengembangan atraksi yoga sangat cocok dkembangkan. Mengingat kawasan

ini memiliki nuansa yang damai dan menenangkan. Trecking dan climbing juga

cocok dikembangkan sebagai atraksi wisata di kawsan Besakih bagi wisatwan

penyuka adventure. Semua hal ini untuk menghindari rasa kebosana akan atraksi

yang telah umum dilakukan. Perlu ditambhakan akan zonafikasi tempat

Page 28: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

28

peribadatan dengan lokasi atraksi wisata. Misalnya kegiatan wisata dilaksanakan

di sasana budaya Pura Besakih. Strategi ini diekmukakan dalam matriks SWOT

sebagai strategi SO dan ST.

4) Perbaikan dan Penambahan Fasilitas Kebersihan serta Tenaga Kebersihan

Saat upacara keagamaan distribusi sampah menjadi terhambat oleh karena

itu perlu di tambahnya fasilitas kebersihan seperti tempat sampah dan

menyediakan organisasi tenaga kebersihan sukarela untuk membantu penangan

sampah pasca ibadah. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai

strategi SO dan WT.

2. Industri Pariwisata

1) Mempertegas Zonafikasi Pedangang Kaki Lima di Area Pura Besakih

Keberadaan pedagang kaki lima dikawasan Pura besakih memberikan

pemandagan yang tidak bagus kepada pengunjung. Asap dari kegiatan jualan,

sampah, dan kepadatan area Pura memberikan nuansa ramai dan tidak tenang.

Beberapa pedagang terkadang memaksa pengunjung untuk membeli barang

dagangan. Oleh karena itu pembentukan zonafikasi perlu dilakukan dan sebisa

mungkin diluar area pura yang bersifat sakral itu. Strategi ini dikemukakan dalam

matriks SWOT sebagai strategi WT.

2) Pembentukan Badan Pengelola Organisasi Pramuwisata

Jumlah pramuwisata lokal untuk kawasan Besakih telah banyak. Namun

belum terdapat badan yang mengelola organisasi bersangkutan sehingga sifatnya

ilegal. Perlu dibuatkannya badan pengelolaan yang bersifat legal untuk mengurus

masalah pramuwisata lokal ini supaya diberdayakan secara sesuai demi

kesejahteraan masyarakat lokal. Sehingga meminimalisir terjadinya hal-hal

negatif sebagaimana isu negatif tentang pramu wisata yang tersebar di Bali.

Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi SO dan WT.

3) Perubahan Kebijakan Mengenai Zonafikasi fasilitas Akomodasi dan Restoran.

Kebijakan pemerintah Provinsi Bali yang membatasi perkembangan sarana

akomodasi dan restoran di kawasan Besakih memberikan dampak yang kurang

Page 29: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

29

baik bagi masyarakat. Kunjungan wisatawan saat upacara keagamaan melunjak

tajam dan sebagian besar masyarakat butuh tempat istirahat sementara dengan

jarak yang tidak terlalu jauh dari kawasan Pura Besakih. Permintaan yang tinngi

itu bila dimanfaatkan akan meberikan kontribusi secara ekonomis bagi

masyarakat. Namun pembatasan peraturan menyebabkan tidak berkembangnya

sarana akomodasi. Dalam hal ini perlu atas perizinan pembukaan sarana

akomosdasi yakni berupa homestay yang berasal dari penyewaan kamar-kamar

setiap rumah masyarakat. Agar keuntungan ekonomi bisa didapatkan masyarakat

sekitar juga dan wisatawan tidak perlu terlalu jauh menginap. Strategi ini

dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi WT.

3. Pemasaran Produk Wisata (Marketing)

1) Jaringan Internet Diperluas dan Pembinaan Pemanfaatan IT Kepada

Masyarakat Untuk Promosi Wisata

Dari lingkungan internal dan ekstenal telah diketahui bahwa masyarakat

kurang akrab dengan internet. Hanya segelintir yang melek teknologi dan internet.

Hal ini sungguh disayangkan. Perluasan jaringan internet harus dilakukan demi

kenyamanan akses komunikasi dan promosi. Kemudian masyarakat diajarkan dan

dibina secara berkala pemanfaatn internet sebagai media promosi wisata. Strategi

ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi ST.

2) Dibuatkannya Web-site dan Paket Wisata Terkait Promosi Kawasan Wisata

Kecamatan Rendang (Wisata Spiritual Besakih)

Sampai saat ini promosi wisata di Kecamatan Rendang termasuk Besakih

masih mengandalkan pihak travel agent. Suatu wilayahpun perlu kemadirian agar

bisa mempromosikan daya tarik yang dimilikinya. Minimal dibuatkanlah website

atau blogger terkait pariwisata Rendang termasuk Besakih. Pengelolaannya

dilakukan oleh pemerintah sebagai langkah awal. Untuk pembuatan paket,

tindakan yang dilakukan adalah memberikan peluang yang sebesar-besarnya

kepada masyarakat lokal untuk membuat paket wisata yang menarik. Strategi ini

dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi SO.

Page 30: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

30

4. Kelembagaan Pariwisata

1) Pembentukan, Pengajaran, Pelatihan dan Pembinaan Organisasi Pariwisata dan

Masyarakat Lokal.

Saat ini terdapat beberapa organisasi kecil di kawasan Besakih yang belum

memiliki badan pengelolaan yang mengatur aktivitas kegiatannya diantaranya

Sanggar Tari dan Gambelan, Penyewa Ojek, Penyewa Sarung dan Pakaian, dan

Organisasi Pramuwisata. Dalam hal pementasan pertunjukan atraksi wisata perlu

diberikan izin penyelenggara. Masyarakat yang terlibat diberikan pengajaran,

pelatihan, dan pembinaan secara berkala berkaitan dengan atraksi wisata sendra

tari dan gamelan, penyewa ojek, penyewa sarung dan pakaian untuk wisatawan,

dan pramuwisata. Pembinaan dilaksanakan secara berkala. Masyakat juga perlu

diberdayakan dalam hal kemananan dan kebersihan lingkungan. Perlu

dibuatkannya organisasi yang bersifat musimam untuk menangani masalah

tersebut. Organisasi tersebut akan diberdayakan saat upacara keagamaan. Selain

itu diajarkan untuk membuat produk khas sebagai cindera mata atau oleh-oleh

kepada wisatawan. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai

strategi WO.

2) Dipertegaskan Struktural, Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab, dan Hubungan

Horizontal-Vertikal Organisasi Pada Badan Pengelola Organisasi Pariwisata.

Perlunya mempertegas strukturalisasi keanggaotaan agar mengetahui tugas,

wewenang, dan tanggung jawab anggota. Mempertegas tugas, wewenang, dan

tanggung jwab agar anggota dapat melaksanakan kinerjanya dengan baik sesuai

job descripiton dan job specification. Sedangkan mempertegas hubungan

horizontal-vertikal memiliki maksud agar adanya hubungan harmonis antara

anggota organisasi. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai

strategi WO.

Page 31: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

31

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian sebagaimana yang telah

dijelaskan pada Bab IV, adapun simpulan yang dapat diambil dari penelitian

iniadalah sebagai berikut.

1. Potensi wisata spiritual besakih dikategorikan menjadi dua yaitu potensi wisata

fisik berupa pura dan sasana budaya sebagai tempat pertunjukan tari dan

gamelan. Sedangkan potensi wisata spiritual non-fisik Besakih berupa ibadah

sehari-hari (Membanten), upacara keagamaan, dan ceramah agama

(Darmawacana).

2. Lingkungan Internal wisata spiritual Besakih meliputi aspek kekuatan dan

kelemahan. Aspek kekuatannya berupa, citra yang baik, letak geografis yang

sesuai, kebersihan kawasan pura terjaga, terdapat organisasi pariwisata,

petugas keamanan yang memadai, aksesibilitas yang sudah baik, dan

ketersediaan sarana akomodasi dan restoran. Untuk aspek kelemahannya

berupa tempat parkir yang terpisah-pisah, belum ada manajemen organisasi

pariwisata, penanganan sampah yang masih kurang saat upacara agama,

pedagang yang tidak tertib, sikap pramuwisata yang tidak etis , berkembangnya

penginapan illegal, kesadaran masyarakat lokal yang kurang akan pariwisata.

Sedangkan lingkungan eksternal wisata spiritual Besakih meliputi aspek

peluang dan ancaman. Aspek peluangnya adalah pengembangan wisata

spiritual, dan pengelolaan organisasi pariwisata. Aspek ancamannya berupa

adanya pesaing, adanya aksi terror, beredarnya isu pemerasan, pengaruh

kebijakan pemerintah, dan pengaruh teknologi informasi.

3. Strategi yang digunakan untuk pengembangan wisata spiritual besakih adalah

matrik SWOT yakni persilangan antara aspek kelebihan dengan peluang atau

strategi SO, antara aspek kelebihan dengan ancaman atau strategi ST, antara

aspek kelemahan dengan peluang atau strategi WO, dan antara aspek

kelemahan dengan ancaman atau atrategi WT. Hasil strategi tersebut di

Page 32: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

32

rangkum disesuaikan dengan 4 isu strategis pariwisata, diantaranya. Aspek

Destinasi wisata, strategi yang dikembangkan adalah akses jalan diperlebar dan

dibenahi ketersediaan papan penunjuk jalan, zonafikasi tempat parkir,

penambahan dan zonafikasi atraksi wisata spiritual, perbaikan dan penambahan

fasilitas kebersihan serta tenaga kebersihan. Aspek industri pariwisata, strategi

yang dikembangkan adalah, mempertegas zonafikasi pedangang kaki lima di

area pura besakih, pembentukan badan pengelola organisasi pramuwisata, dan

perubahan kebijakan mengenai zonafikasi fasilitas akomodasi dan restoran.

Aspek pemasaran produk wisata, strategi yang dicanangkan adalah jaringan

internet diperluas dan pembinaan pemanfaatan IT kepada masyarakat untuk

promosi wisata, dibuatkannya web-site dan paket wisata terkait promosi

kawasan wisata kecamatan rendang (wisata spiritual besakih). Sedangkan

aspek kelembagaan, strategi yang dicanangkan berupa pembentukan,

pengajaran, pelatihan dan pembinaan organisasi pariwisata dan masyarakat

lokal, dipertegaskan struktural, tugas, wewenang, tanggung jawab, dan

hubungan horizontal-vertikal organisasi pada badan pengelola organisasi

pariwisata

5.2 Saran

Sejumlah hal-hal yang disarankan pada penelitian ini ditujukan kepada

stakeholders pariwisata yaitu pemerintah, pihak swasta atau investor dan

masyarakat lokal. Saran yang dapat diberikan adalah

1. Pemerintah diharapkan lebih memberikan perhatian lebih kepada masyarakat

dalam hal pengenalan pariwisata secara intensif. Hal ini akan mendorong

masyarakat berkembang menjadi insan pariwisata yang etis. Selain itu perlunya

kerjasama antara pemerintah dengan investor dalam pengembangan sarana dan

prasarana pariwisata. Permasalah batasan kebijakan atau hukum yang

membatasi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata perlu ditindak lajuti

guna mengoptimalkan aspek amenitis pariwisata. Izin atas pembentukan dan

mempertegas organisasi perlu dilakukan agar organisasi pariwisata berjalan

sesuai harapan.

Page 33: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

33

2. Pihak swasta dan investor diharapkan mampu bekerjasama dengan pemerintah

daerah dan masyarakat lokal dalam pengembangan fasilitas pariwisata. Hal

tersebut selain meberikan keuntungan secara ekonomi dan sosial perusahaan

dan masyarakat juga membantu pemenuhan kebutuhan wisatawan. Namun

perlu diperhatikan masalah ketertiban dan berwawasan lingkungan.

3. Masyarakat lokal diharapkan dapat berpastisipasi secara nyata dalam

pengelolaan kegiatan wisata di Besakih. Jangan acuh tak acuh akan potensi

yang dimiliki. Tunjukan sikap yang baik bagi para wisatawan supaya

memberikan kesan yang baik.

Page 34: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

34

REFERENSI

Agustini, Ni Wayan Ria, Ni Komang Rika Dwiastari, Ni Luh Putu Yuliani, Ni

Kadek Septiyanti, Ni Kadek Sri Mirayani, Dyah Ayu Tania, Jenni Melisa

Nelsi Mamora, A.A. Made Agung Herry Wibhisana, I Putu Suyasa Putra,

Jihan Tenia Mirandi Rabbah. 2013. Potensi Wisata Kecamatan Rendang

Kabupaten Karangasem,Bali. Denpasar : Program Studi D4 Pariwisata.

Ariasa, Putu. 2008. Strategi Pengembangan Bali Treetop Adventure Park Sebagai

Obyek Dan Daya Tarik Pariwisata Alternatif Di Kebun Raya Eka Karya

Bedugul.Denpasar : Program Studi Pariwisata.

Debriyanto, Yogi Krisna. 2011. Strategi Pengembangan Potensi Pulau Gili

Ketanag Sebagai Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolonggo Provinsi

jawa Timur. Denpasar : Program Studi Pariwisata.

Koordinator Statistik Kecamatan Rendang. 2014. Katalog BPS Kecamatan

Rendang Dalam Angka 2014. Bali : BPS Kabupaten Karangasem.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta

Pemerintah Kabupaten Karangasem. 2014. Karangasem Membangun Tahun 2014.

Bali : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Karangasem.

Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta : Ar-

Ruzz Media

Putra, AA. Gede Yuniartha. 2014. Bali Tourism Statistic 2014. Bali : Dinas

Pariwisata Provinsi Bali Press.

Rangkuti, Freddy. 2015. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta :

Kompas Gramedia.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan. Lembaran Negara RI Tahun 2009. Sekretariat Negara.

Jakarta.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Metode

R&D.Bandung : Alfabeta.

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep

dan Aplikasi di Indonesia. Yogyakarta : GAVA MEDIA

Suwantoro, Gamal. 1994. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : ANDI

Suwena, I Ketut dan Widyadmaja. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.

Denpasar : Udayana University Press.

Yakarimilena, Ronald Martin. 2008. Strategi Pengembangan Danau Sentani

Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Di Kabupaten Jayapura Papua.

Denpasar : Program Studi Pariwisata. Youti, Oka A. 1983. Ilmu Pengatar Pariwisata. Bandung : Angkasa.

Bagus, Denny. 2011. “Konsep strategi : definisi, perumusan, tingkatan dan jenis

strategi”. http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/08/konsep-strategi-definisi-

perumusan.html. Diakses tanggal 3 April 2016

Page 35: PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA …

35

Kho, Dickson. 2015. Pengertian dan Contoh Analisis SWOT.

http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-contoh-analisis-swot/.

Diakses anggal 4 April 2016

Setiawan, I Ketut. 2011. Dampak Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya

Pemanfaatan Pura Tirta Empul sebagai Daya Tarik Wisata Budaya.

http://lppm.unud.ac.id/wp-content/uploads/Dampak-Sosial-Ekonomi-dan-

Sosial-Budaya-...-oleh-I-Kt.-Setiawan.pdf. Diunduh tanggal 25 Maret 2016.

Setiawan, Nugraha. 2007. Penentuan ukuran sampel memakai rumus slovin dan

tabel krejcie-morgan: Telaah konsep dan aplikasinya.

https://onedrive.live.com/view.aspx?cid=ddf01764903cca0c&id=documents

&resid=DDF01764903CCA0C!857&app=WordPdf&authkey=!&. Diunduh

tanggal 3 April 2016.

Wisnawa, I Made Bayu .2011.Potensi Wisata Banjar Mendek Sebagai Daya Tarik

Wisata Di Kecamatan Selemadeg, Tabanan, Bali.

http://jurnal.triatmajaya.ac.id/index.php/PnPII/article/view/27. Diakses

tanggal 5 April 2016.