penelitian karakter

30
1 A. Judul Penelitian : Pelaksanaa Pendidikan Karakter Melalui Pengkondisian Lingkungan Sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Laut B. Latar Belakang Penelitian Sejak Indonesia berdiri, pendidikan karakter terus dikumandangkan. Sebagai bukti adalah Presiden Soekarno mencanangkan nation and character building dalam rangka membangun dan mengembangkan karakter bangsa Indonesia guna mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Puskur, 2010 : 1). Dilanjutkan pada masa orde baru, Presiden Soeharto mencanangkan pelatihan atau penataran P 4. Pada masa reformasi ini, pendidikan karakter juga menjadi prioritas utama pemerintah dalam hal pendidikan. Ini tercermin dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Adanya bukti-bukti tadi memberikan gambaran bahwa pendidikan karakter bukan hal baru. Namun demikian, di era reformasi ini, pendidikan karakter juga menjadi prioritas pembangunan SDM bangsa Indonesia.

Upload: jalal-ibnuqolun

Post on 17-Sep-2015

38 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Penelitian

TRANSCRIPT

20

A. Judul Penelitian :

Pelaksanaa Pendidikan Karakter Melalui Pengkondisian Lingkungan Sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Laut

B. Latar Belakang Penelitian

Sejak Indonesia berdiri, pendidikan karakter terus dikumandangkan. Sebagai bukti adalah Presiden Soekarno mencanangkan nation and character building dalam rangka membangun dan mengembangkan karakter bangsa Indonesia guna mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Puskur, 2010 : 1). Dilanjutkan pada masa orde baru, Presiden Soeharto mencanangkan pelatihan atau penataran P 4. Pada masa reformasi ini, pendidikan karakter juga menjadi prioritas utama pemerintah dalam hal pendidikan. Ini tercermin dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Adanya bukti-bukti tadi memberikan gambaran bahwa pendidikan karakter bukan hal baru. Namun demikian, di era reformasi ini, pendidikan karakter juga menjadi prioritas pembangunan SDM bangsa Indonesia. Menurut Muslich (2011: 201) karakter bangsa sangat tergantung pada kualitas karakter sumber daya manusianya (SDM). Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas SDM Indonesia melalui perbaikan pendidikan. Mengingat sistem pendidikan Indonesia yang ada sekarang hanya berorientasi pada pengembangan kognisi siswa dan kurang memperhatikan aspek afektif sehingga lulusan pendidikan di Indonesia hanya mencetak robot canggih yang unggul dalam kompetisi namun minim rasa empati. Menurut Wynne (dalam Mulyasa, 2012: 3) mengemukakan bahwa karakter yang berarti to mark (menandai) memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilainilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Selagi karakter dapat dibentuk maka saatnya pemerintah mengupayakan program pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang santun dan bermoral sedini mungkin agar menghasilkan lulusan dengan karakter yang berkualitas. Beberapa waktu terakhir pemerintah sedang mengembangkan program pendidikan karakter sebagai salah satu upaya perbaikan kualitas karakter anak didik. Sekolah mendapat perhatian besar pemerintah dalam peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter sebagai pertolongan pertama pada pembentukan karakter anak yang tidak banyak mendapat pendidikan dari keluarga. Menurut Saptono (2011: 3 24) sedikitnya ada empat alasan mendasar mengapa sekolah pada masa sekarang perlu lebih bersungguh-sungguh menjadikan dirinya tempat pendidikan karakter. Keempat alasan itu adalah: 1) karena banyak keluarga (tradisional maupun nontradisional) yang tidak melaksanakan pendidikan karakter; 2) sekolah tidak hanya bertujuan membentuk anak yang cerdas tetapi juga anak yang baik; 3) kecerdasan seorang anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan; 4) karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan sekedar tugas tambahan bagi guru melainkan tanggung jawab yang melekat pada perannya sebagai seorang guru. Pelaksanaan pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran di kelas dengan menyisipkan nilai karakter dalam mata pelajaran maupun melalui pembiasaan budaya sekolah. Pembiasaan karakter melalui budaya sekolah dilakukan diantaranya dengan mengkondisikan lingkungan sekolah demi terwujudnya keterlaksanaan pendidikan karakter pada siswa. Dari gambaran sementara atau observasi awal yang peneliti lakukan ditemukan beberapa gambaran bahwa:Di SMPN 1 Bunguran Timur Laut memiliki ciri khas dalam penataan lingkungan sekolah untuk melaksanakan pendidikan karakter dan cukup efektif dalam membangun karakter siswa terutama sikap disiplin. Sesuai dengan motto sekolah SUCCESS BY DICIPLINE pengkondisian sekolah terhadap nilai-nilai disiplin sangat diutamakan. Pengkondisian tersebut dituangkan dalam buku peraturan SMPN 1 Bunguran Timur Laut yang mengatur jam masuk siswa dengan mengkondisikan, apabila siswa terlambat sekolah akan mendapat sanksi alpa 3 jam pelajaran dan adanya sms gate way yang dikirim kepada nomor orang tua sampai pada surat peringatan yang dikirim ke rumah apabila siswa telah mencapai jumlah alpa tertentu sebagaimana yang dijelaskan pada buku peraturan. Selain itu, bagi siswa yang sakit atau tidak masuk, orang tua wajib datang ke sekolah melakukan perijinan sebab sekolah tidak menerima perijinan melalui surat 4 dokter atau telepon. Hal tersebut dimaksudkan sebagai salah satu bentuk komunikasi sekolah terhadap orang tua. Bentuk komunikasi lainnya adalah adanya guru wali atau istilah lain guru Bimbingan Konseling (BK) di SMPN 1 Bunguran Timur Laut yang bertugas membimbing dan memberi arahan pada siswa termasuk menjalin komunikasi dengan orang tua siswa perwalian. Adanya intensitas yang tinggi antara pihak sekolah dan orang tua dianggap sebagai bentuk co-parenting sehingga orang tua tidak lagi khawatir pada atau merasa dibohongi oleh anaknya serta meningkatkan kepercayaan orang tua terhadap sekolah. Beberapa pengkondisian lingkungan sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Laut tersebut dimaksudkan untuk membiasakan disiplin tinggi pada siswa, menekan perilaku kurang baik seperti membolos, serta mengurangi kecemasan wali murid. Walaupun pengkondisian lingkungan yang cukup ketat diatur dalam tata tertib sekolah tersbut, masih dijumpai beberapa kendala yang dalam praktek keseharian antara lain :Pertama, masih ada siswa yang terlambat datang kesekolah. Alasan keterlambatan disebabkan faktor jarak rumah ke sekolah cukup jauh. Selain itu ada beberapa yang membantu orang tua.Kedua, siswa pulang sebelum jam pelajaran. Salah satu faktornya karena sekolah yang terlalu luas dan tidak memiliki pagar keliling, disamping keterbatasan guru yang mengawasi. Ketiga, beberapa siswa masih lalai mengerjakan piket. Sehingga kondisi kelas tidak kondusif dan pada ahirnya proses pembelajaran terganggu.Keempat, siswa yang masih malu dan tidak terbiasa mengenakan kerudung. Karena dukungan pendidikan karakter di lingkungan keluarga kurang mendukung.Kelima, kurangnya kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah. Disamping pengaruh kebiasaan dari rumah, siswa kurang mendapat perhatian dari guru selain guru PAI dan BK.Keenam, siswa terutama laki-laki yang sulit dikondisikan untuk melaksanakan sholat zuhur berjamaahDari pemaparan diatas, jelas bahwa sistem pendidikan karakter melalui pengkondisian lingkungan sekolah yang dikembangkan oleh SMPN 1 Bunguran Timur Laut belum berjalan secara optimal. Kerena itu penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh untuk mendapatkan data empirik terhadap: pertama, pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengkondisian lingkungan sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Laut, kedua, kendala yang dihadapi terhadap nilai karakter yang dikembangkan dalam pengkondisian lingkungan sekolah, dan ketiga, upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk mengatasi kendala terhadap nilai karakter yang dikembangkan melalui pengkondisian lingkungan sekolah

C. Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, maka terdapat permasalahan-permasalahn yang berkaitan dengan pendidikan karakter dan pengkondisian lingkungan sekolah, jika diidentifikasi maka masalah tersebut sebagai berikut:a Masih ada siswa yang terlambat datang ke sekolahb masih adanya siswa yang pulang sebelum jam pembelajarn selesaic beberapa siswa yang lalai menjalankan piketd siswa yang masih malu dan tidak terbiasa mengenakan kerudunge siswa terutama laki-laki yang sulit dikondisikan untuk melaksanakan sholat sunnah berjamaahf kurangnya kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolahg masih ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan kerohanian

2. Fokus Penelitian

Berbagai permasalahan yang dihadapai khususnya dalam mengimplementasi pendidikan karakter di sekolah sangatlah komplek. Namun dalam penelitian ini penulis fokuskan pada pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengkondisian lingkungan sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Laut, dengan rumusan pertanyaan sebagai berikut:a Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengkondisian lingkungan sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Lautb Apa kendala yang dihadapi terhadap nilai karakter yang dikembangkan dalam pengkondisian lingkungan sekolahc Bagaimana upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk mengatasi kendala terhadap nilai karakter yang dikembangkan melalui pengkondisian lingkungan sekolah

D. Kajian Pustaka1. Kajian Penelitian TerdahuluPenelitian menjadi refrensi pembanding terdahulu yang dapat penulis jadikan refrensi dan pembanding bagi peneliti untuk lebih memahami dan memperjelas fokus penelitian yang dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang dapat peneliti jadikan refrensi sebagai berikut:a. NOVITRI (2013), Efektivitas Pengelolaan Pendidikan Karakter (Studi Evaluatif di Sekolah Dasar Islam Terpadu IQRA 1 Kota Bengkulu). Tesis. Universitas Bengkulu.Hasil penelitian: Pertama, perencanaan SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu dikategorikan sangat efektif dikarenakan sudah sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan karakter. Pihak sekolah dalam melakukan perencanaan sudah melibatkan unsur-unsur terkait seperti yayasan Badan Perguruan IQRA (BP-IQRA), tim penyusun kurikulum, dewan guru, komite. Perencanaan pendidikan karakter di SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu melalui : 1) sosialisasi kurikulum pendidikan karakter, yaitu sosialisasi oleh pusat kurikulum dan sosialisasi kurikulum di satuan pendidikan, 2) Penyusunan kurikulum yang dilakukan satuan pendidikan.Kedua, pengorganisasian pendidikan karakter di SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu dikategorikan efektif dikarenakan belum secara keseluruhan aspek pengorganisasian sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan karakter. Organisasi di SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu ada dua yaitu 1) organisasi yayasan, terdiri dari bidang dakwah, bidang pendidikan, dan bidang sosial, BP-IQRA, 2) organisasi sekolah, terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, bendahara sekolah, koordinator-koordinator, wali kelas, dan syuro sekolah. Setiap unit dalam struktur organisasi memiliki tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan posisi masing-masing dan dijalankan dengan penuh amanah.Ketiga, pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu dikategorikan sangat efektif dikarenakan sudah sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan karakter. Pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu melalui : 1) pengintegrasian melalui mata pelajaran, nilai-nilai pendidikan karakter dimasukkan kedalam perangkat pembelajaran yaitu silabus dan RPP, 2) pengintegrasian melalui mata pelajaran muatan lokal, 3) melalui pengembangan diri, terdiri dari kegiatan terprogram, kegiatan rutin, kegiatan keteladanan, kegiatan spontan, dan kegiatan penunjang, 4) budaya sekolah, 5) melalui pengkondisian berupa penyediaaan sarana pendukung pendidikan karakter. Keempat, pengawasan pendidikan karakter di SDIT IQRA 1 Kota Bengkuludikategorikan sangat efektif dikarenakan sudah sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan karakter. Pengawasan di SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu dilakukan dalam bentuk pengamatan langsung terhadap pelaksanaan pendidikan karakter, monitoring pelaksanaan kegiatanpendidikan karakter, dan evaluasi, serta pengkoreksian terhadap perilaku peserta didik,. meluruskan perilaku peserta didik yang menyimpang menjadi perilaku yang postif.Kelima, evaluasi pendidikan karakter di SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu dikategorikan efektif dikarenakan masih ada satu aspek yang belum sesuai dengan standar pengelolaan pendidikan karakter, yaitu belum adanya instrument penilaian pendidikan karakter. Penilaian pelaksanaan pendidikan karakter di SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu, berupa 1) konteks yaitu kebijakan dan daya dukung, 2) Input yaitu Pendidik dan tenaga kependidikan, RAS, KTSP, peserta didik, sarana dan prasarana , 3) Proses yaitu melalui mata pelajaran.

b. Abdul Basar (2012), Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SDN Bendungan IV Wates Kulonprogo Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.Hasil penelitian menunjukka bahwa: Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perencanaan yang dilakukan adalah dengan dengan menyiapkan silabus, RPP, serta menyiapkan bahan ajar yang berwawasan karakter, (2) tahap pelaksanaan menyajikan proses pembelajaran mulai dari materi, langkah pembelajaran, media dan metode sehingga proses pembelajaran dikondisikan mendapat pengalaman belajar secara bermakna, (3) tahap penilaian dilakukan pada tahap proses, yaitu melihat sikap siswa selama pembelajaran berlangsung dan tahap hasil, yaitu kegiatan pembelajaran yang mengacu pada aspek kognitif, (4) kendala yang dihadapi antara lain kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar, siswa belum mencapai KKM, dan kurangnya sarana dan prasarana, dan (5) solusi yang diberikan untuk mengatasi hambatan dengan berdiskusi dengan guru lain dalam KKG untuk mengembangkan bahan ajar, melakukan remedial bagi siswa yang belum mencapai KKM.

Dari penelitian terdahulu diatas menunjukkan bahwa sudah banyak diteliti berkenaan dengan pendidikan karakter. Akan tetapi penelitian terdahulu yang peneliti telusuri belum ada yang membahas secara khusus pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengkondisian sekolah. Sedangkan penelitian yang akan diteliti saat ini adalah Pelaksanaa Pendidikan Karakter Melalui Pengkondisian Lingkungan Sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Laut

2. Kerangka Konsep1. Pendidikan Karakter

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut Kamus Psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali, 1982: 29). Secara harfiah, karakter bermaknakualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama dan reduplikasi.Sedangkan menurut Kamisa (1997: 281) :

Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian. Karakter akan memungkinkan individu untuk mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan, karena karakter memberikan konsistensi, integritas, dan energi. Orang yang memiliki karakter yang kuat, akan memiliki momentum untuk mencapai tujuan. Begitu sebaliknya, mereka yang karakternya mudah goyah, akan lebih lambat bergerak dan tidak bisa menarik orang lain untuk bekerjasama dengannya.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain. Dan seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan kenyakinan yang dikehendaki masyarakat yang bernorma, serta digunakan sebagai moral dalam hidupnya.Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi, sebagaimana yang dikutip (Kusuma, 2011: 5), yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak- anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempratikkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakatnya. Definisi lain menurut Fakry Gaffar, pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam kehidupan orang itu.

Dalam definisi tersebut, ada tiga pikiran penting, yaitu proses transformasi, ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan menjadi salah satu dalam prilaku (Kusuma, 2011: 5).Menurut Screnco, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya sungguh-sungguh dengan cara di mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian, serta pratik emulasi. Anne Lockword mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk prilaku dari siswa. Dari definisi Anne Lockword di atas, ternyata pendidikan karakter dihubungkan dengan setiap rencana sekolah, yang dirancang bersama lembaga masyarakat yang lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda (Samani, 2011: 45). Dengan demikian, idealnya pelaksanaan pendidikan karakter merupakan bagian yang terintegrasi dengan manajemen pendidikan di sebuah sekolah. Pendidikankarakterdalamsettingsekolahmerupakan pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujukoleh sekolah. Definisi ini mengandung makna:1

A. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.B. Pendidikan karakter diarahkan pada pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.C. Penguatan dan pengembangan prilaku dalam pendididkan karakter didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah.Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuain dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan Operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan social-kultural tersebut dikelompokan dalam: olah hati(spiritual and emotional development), olah pikir(intellectual

development), olahraga dan kinestetik(physical and kinesthetic development), serta olah rasa dan karsa(affective and creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berprilaku sebagai insan kamil. Pendidikan karakter dapat juga dimaknai sebagai sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil (Samani, 2011: 46).

Atau juga pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action), tanpa ketiganya pendidikan karakter tidak akan efektif (Azzet, 2011: 27).Penanaman nilai kepada siswa mengandung makna bahwa tidak hanya siswa yang dilibatkan, tetapi juga para guru, kepala sekolah, dan tenaga nonkependidikan di sekolah serta orang tua siswa harus terlibat dalam pendidikan karakter. Hal ini penting agar anak didik menemukan contoh dan lingkungan yang kondusif dengan karakter baik yang sedang dibangun dalam kepribadiannya.

E. Tujuan PenelitianTujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengkondisian lingkungan sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Laut. Secara khusus penelitian ini bertujuan :1. Mendeskripsikan pelaksanaan pelaksanaan pendidikan karakter di SMPN 1 Bunguran Timur Laut.2. Mendiskripsikan pelaksanaan pengkondisian lingkungan sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Laut3. Mendeskripsikan pelaksanaan pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengkondisian lingkungan sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Laut

F. Manfaat dan Signifikasi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya yang berkaitan dengan pendidikan karakter dan pengkondisian lingkungan sekolah.

1. Manfaat Penelitiana. Manfaat Teoiritis1) Penelitian ini diharapkanmemberikan kontribusi dalam bidang pendidikan, dan terutama penyelenggaraan pendidikan, khususnya yang berkenaan dengan pendidikan karakter dan pengkondisian lingkungan sekolah.2) Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi kebijakan dan institusi dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP)3) Hasil penelitian ini dapat memacu lembaga pendidikan sehingga berhasilguna dan berdayaguna terhadap peningkatan mutu pendidikan.

a. Manfaat Praktis1) Bagi Sekolaha) Mewujudkan kemajuan dan meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang pendidikanb) Memberi perubahan dan perbaikan secara berkelanjutan dalam meningkatkan mutu pendidikan lembagac) Memberikan inovasi pendidikan, dan meningkatkan kualitas pendidikan

2) Bagi Penelitia) Selain sebagai wadah untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang karya tulis ilmiah. Juga memberikan wawasan berkenaan pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengkondisian lingkunganb) Memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengkondisian lingkungan sekolah di SMPN 1 Bunguran Timur Lautc) Memnuhi tugas akhir mata kuliah pada pendidikan nilai dan karakter

2. Signifikasi Penelitiana. Untuk mengembangkan khazanah ilmu pendidikan, penelitian serta upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan karakter melalu pengkondisian lingkungan sekolahb. Sabagai masukan bagi kepala sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah, sehingga berdampak terbentuknya lingkungan sekolah yang tertib, kondusif serta berkarakter.

G. Metodelogi Penelitian

1. Jenis dan PendekatanPenelitian tentang Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMK PGRI 3 Malang melalui Pengkondisian Lingkungan Sekolah termasuk dalam pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini mengungkapkan fenomena sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar dalam bentuk kata-kata dan bahasa berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan penjabaran secara alamiah berdasarkan situasi yang terjadi di lapangan yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya. 5 Dalam penelitian ini peneliti melakukan serangkaian kegiatan mulai dari wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Kemudian peneliti mendeskripsikan dan menganalisa data secara intensif dan terperinci tentang Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMK PGRI 3 Malang melalui Pengkodisian Lingkungan Sekolah. Peneliti ingin mengungkapkan nilai-nilai pendidikan karakter yang dikondisikan oleh SMK PGRI 3 Kota Malang yang berhasil dalam membiasakan karakter baik siswanya tertutama pada nilai kedisiplinan. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah sumber data tidak tertulis yaitu, semua hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan informan yang terpilih melalui kegiatan tatap muka langsung. Informan yang dipilih oleh peneliti adalah kepala sekolah SMK PGRI 3 Malang, bidang proses, bidang kesiswaan, guru mata pelajaran agama, guru wali, wali murid, dan siswa. Sumber data lainnya yaitu,arsip sekolah dan foto dokumentasi hasil penelitian sebagai data tambahan sebagai penguat data utama.

2. Wilayah dan Subyek Penelitian3. Setting Penelitian4. Teknik dan Alat Pengumpul Data5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data6. Pemeriksaan Keabsahan Data

HASIL DAN PEMBAHASANPelaksanaan Pendidikan Karakter melalui Pengkondisian Lingkungan Sekolahdi SMK PGRI 3 Kota MalangPertama, SMK PGRI 3 Kota Malang memiliki kriteria khusus terhadap tampilan diri siswa yang meliputi seragam sekolah, model rambut, dan asesoris yang boleh dikenakan di sekolah. Ketentuan terhadap tampilan diri siswa dimaksudkan untuk mendisiplinkan siswa serta untuk keselamatan kerja saat praktikum. Peraturan sekolah yang serupa dengan peraturan di industri bertujuan untuk pembiasaan awal siswa sebelum terjun ke dunia kerja. Temuan penelitian di atas selaras dengan 6 pendapat Lickona (2012: 176) yang menyatakan hasil disiplin memang menyakitkan dalam jangka pendek tetapi menguntungkan dalam jangka panjang. Dengan disiplin, anak mempunyai patokan dalam berperilaku.Kedua, SMK PGRI 3 Kota Malang memiliki aturan terhadap jam masuk sekolah. Jam belajar yang dimulai 07.00-15.00 WIB wajib dipatuhi oleh siswa. Penciptaan kondisi disiplin waktu dilakukan sekolah dengan adanya pemberianpunishment berupa sanksi alpa 3 jam pelajaran bagi siswa yang terlambat. Temuan penelitian di atas selaras dengan pendapat puskurbuk (2010: 11) prosedur pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan karakter di satuan pendidikan salah satunya melalui pengkondisian yang meliputi penyediaan sarana, keteladanan, serta penghargaan dan pemberdayaan. Pemberdayaan sekolah dalam bentuk pemberian punishment 3 jam pelajaran tersebut mampu membiasakan siswa lebih disiplin.Ketiga, SMK PGRI 3 Kota Malang mengatur mekanisme perijinan siswa dalam rangka menciptakan kondisi tertib dan disiplin siswa. Mekanisme perijinan juga dimaksudkan untuk menghindari siswa bolos sekolah. SMK PGRI 3 Kota Malang mempunyai proses perijinan dengan melibatkan orang tua siswa langsung. Sekolah tidak menerima perijinan siswa yang tidak masuk dalam bentuk surat dokter maupun telepon yang belum jelas orangnya. Temuan penelitian di atas selaras dengan pendapat Mulyasa (2012: 41) Dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa jika tidak didukung oleh lingkungan keluarga penanaman nilai-nilai karakter pada siswa akan sulit dikembangkan bahkan perlahan akan hilang. Oleh karena itu 7 sekolah dan keluarga hendaknya bekerja sama secara beriringan membangun kekuatan dalam mengembangkan nilai-nilai karakter siswa.Keempat, setiap siswa berkewajiban melaksanakan tugas piket sesuai jadwal, bagi yang tidak melaksanakan tugas piket akan diperlakukan sama dengan tidak hadir dan dinyatakan alpa 9 jam pelajaran. Pemberian amanah tersebut untuk menanamkan tanggung jawab pada siswa. Temuan penelitian di atas selaras dengan pendapat Lickona (2012: 196) menyatakan hal terbaik untuk menanamkan nilai tanggung jawab pada anak dengan memberikan peran pada anak.Kelima, keterlibatan siswa untuk ikut serta menjaga kebersihan lingkungan sekolahdilakukan sekolah dengan penyediaan sarana sekolah berupa rak piring yang disediakan di kantin sekolah. Sarana tersebut untuk membiasakan siswa bertanggung jawab setiap selesai makan dengan tidak lagi meletakkan piring kotor menumpuk di tangga sekolah. Temuan penelitian di atas selaras dengan pendapat kemendiknas (2010: 17) pengkondisian suasana sekolah yang bersih didukung oleh fasilitas yang memadai.Keenam, kegiatan kuliah tujuh menit (kultum) merupakan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan setiap Jumat pagi minggu kedua. Kegiatan kultum berisi ceramah agama yang disampaikan oleh guru agama dengan jadwal bergantian. Kultum yang berlangsung selama 15 menit bertujuan untuk menanamkan nilai religius pada siswa. Sajian materi biasanya mengenai karakter atau adab seorang siswa terhadap orang tua dan guru. Temuan penelitian di atas selaras dengan pendapat Naim (2012: 127) menjelaskan pengembangan nilai religius dapat terintegrasi 8 melalui pembelajaran maupun melalui kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah.Ketujuh, Pada saat pelajaran agama siswa putri diwajibkan memakai kerudung sebagai syarat untuk dapat mengikuti pelajaran. Tim guru agama mengkondisikan siswa putri mengenakan kerudung pada saat pelajaran agama dengan tujuan membentuk siswa yang berkarakter islami. Dalam artian siswa tidak hanya dibimbing secara teori tetapi dipandu untuk mengaplikasikan ilmu agama yang ada. Temuan penelitian di atas selaras dengan pendapat Naim (2012: 124) menyatakan religius adalah penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.Kedelapan, tim guru agama melakukan pengkondisian siswa dalam menanamkan aspek religius siswa dengan membiasakan siswa melakukan sholat sunnah berjamaah saat pelajaran agama. Pengkondisian Pelaksanaan sholat sunnah berjamaah dilakukan selama satu jam pelajaran yang dipimpin oleh salah seorang siswa.Kesembilan, siswa SMK PGRI 3 Kota Malang tidak memiliki guru kelas maupun guru bimbingan konseling (BK) di sekolah. Posisi guru kelas dan guru BK digantikan oleh guru wali. Setiap minggunya guru wali melakukan bimbingan konseling kepada siswa perwaliannya yang bertujuan untuk menjalin komunikasi yang intens antar siswa dan guru wali serta menciptakan suasana bersahabat. Dengan konseling, siswa akan merasa nyaman di sekolah merasa terperhatikan dapat berbagai cerita terkait kesehariannya terlebih saat mendapat masalah.Kesepuluh, menciptakan karakter bersahabat kepada siswa juga dikondisikan oleh SMK PGRI 3 Kota Malang melalui budaya salaman setiap pagi hari.Temuan 9 penelitian di atas selaras dengan pendapat Amri, Jauhari, Elisah, 2011: 61 dalam membangun suasana bersahabat sekolah dapat menggunakan kekuatan jabat tangan setiap paginya. Sebisa mungkin posisikanlah sebagai seorang teman bagi siswa baik dalam keseharian, memasuki dunia siswa dengan perkenalan yang bergairah dan penuh rasa empati. Kemudian, SMK PGRI 3 Kota Malang menyediakan fasilitas tempat sampah yang cukup banyak agar siswa tidak membuang sampah sembarangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengkondisikan nilai peduli lingkungan pada siswa.Kendala yang Dihadapi Terhadap Nilai Karakter yang Dikembangkan dalamPengkondisian Lingkungan Sekolah Kendala yang dihadapi terhadap nilai karakter yang dikembangkan melalui pengkondisian lingkungan sekolah di SMK PGRI 3 Kota Malang diantaranya tampilan diri siswa yang tidak sesuai karena pengaruh lingkungan, adanya siswa yang masih terlambat, kurangnya dukungan orang tua dalam proses pendisiplinan siswa, beberapa siswa yang lalai menjalankan piket, kesadaran siswa untuk meletakkan piring kotor di tempatnya masih minim karena kebiasaan di rumah yang akhirnya terbawa ke sekolah, terbatasnya waktu kultum yang hanya 15 menit disertai siswa yang kurang antusias dalam mendengarkan kultum, siswa yang masih malu dan tidak terbiasa mengenakan kerudung, siswa terutama laki-laki yang sulit dikondisikan untuk melaksanakan sholat sunnah berjamaah, kurangnya waktu bagi guru wali untuk melakukan konseling pada siswa perwalian yang jumlahnya cukup banyak, serta kurangnya kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah. 10Upaya yang Dilakukan oleh Sekolah untuk Mengatasi Kendala Terhadap NilaiKarakter yang Dikembangkan Melalui Pengkondisian Lingkungan Sekolah Upaya yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kendala terhadap nilai karakter yang dikembangkan melalui pengkondisian lingkungan sekolah adalah: patroli berkeliling sekolah untuk mengingatkan siswa yang tampilan dirinya tidak sesuai peraturan dan dilakukan pengecekan saat salaman pagi hari, siswa yang terlambat diingatkan dan diberlakukan surat peringatan untuk lebih mendisiplinkan siswa, sosialisasi ulang terkait peraturan sekolah kepada orang tua dan adanya keringanan perijinan bagi orang tua yang sibuk atau jauh, siswa yang tidak piket diberikan punishment yang dapat memberikan efek jera pada siswa, dipasang poster tentang larangan meletakkan piring kotor sembarangan, adanya buletin agama mingguan untuk mengatasi kurangnya penyampaian materi saat kultum, pendekatan personal terutama dari guru agama untuk membiasakan siswa berkerudung, pemberian tambahan nilai sikap bagi siswa yang rajin sholat sunnah berjamaah, meningkatkan koordinasi dengan orang tua siswa perwalian untuk memaksimalkan konseling siswa, serta menegur dan mengingatkan berulang-ulang agar tidak membuang sampah sembarangan.PENUTUPKESIMPULAN Berdasarkan paparan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter melalui pengkondisian lingkungan sekolah di SMK PGRI 3 Kota Malang cukup efektif diterapkan dalam membiasakan nilai-nilai karakter terutama nilai disiplin. Namun masih ada beberapa kendala dalam pelaksanaannya, seperti 11 secara teknis terkendala waktu maupun secara personal berasal dari kurangnya kesadaran siswa untuk menjalankan ketentuan dari sekolah. kemudian, untuk mengatasi kendala tersebut sekolah telah berupaya untuk meminimalisir kendala yang ada seperti koordinasi intensif dengan pihak orang tua terkait siswa serta pemberian sanksi sebagai penguatan negatif untuk membangun karakter siswa.SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran atau rekomendasi yang diajukan adalah bagi siswa diharapkan pembiasaan karakter di sekolah dapat menjadi kebiasaan sehari-hari siswa tidak semata-mata karena kendali aturan sekolah melainkan lebih pada prinsip hidup dan perbaikan kualitas kehidupan. Sedangkan bagi orang tua diharapkan mendapat respon positif dengan adanya dukungan dari orang tua untuk memberikan teladan pendidikan yang baik pula terhadap anak saat di rumah.DAFTAR RUJUKAN Amri, Sofan., Jauhari, Ahmad., dan Elisah, Tatik. 2011. Implementasi PendidikanKarakter dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter(berdasarkan pengalaman di satuan pendidikan rintisan). Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Peneliti dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 12 Lickona, Thomas. 2012. Character Matter, Bagaimana Membantu AnakMengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan Kebajikan PentingLainnya. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa, H.E. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara. Muslich, Mashur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan KrisisMultidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalamPengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: ArRuzz Media. Saptono. 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter(Wawasan, Strategi, danLangkah Praktis). Salatiga: Esensi (Erlangga Group).

Desain Pendidikan Multikultural 2015