penelitian jamkesmas

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena itu, kesehatan adalah unsur yang paling penting dalam hidup manusia. Kesehatan erat kaitannya dengan kondisi ekonomi, ekonomi yang mapan dengan sendirinya akan menciptakan kondisi kesehatan yang baik. Dengan kondisi ekonomi yang baik maka faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia seperti makanan dan minuman yang sehat, lingkungan yang sehat dan kebiasaan hidup yang sehat akan terpenuhi. Sebaliknya ekonomi yang buruk akan menyulitkan individu masyarakat untuk memenuhi beberapa faktor di atas, dimana jika kondisi tersebut dipelihara maka individu masyarakat akan kesulitan memperbaiki kesehatan mereka masing-masing (RI, 1992 : I-1). Kemiskinan dan penyakit terjadi saling kait-mengkait, dengan hubungan yang tidak akan pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni pada kemiskinannya atau penyakitnya. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena mereka mengalami gangguan seperti menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan kurang, perilaku kesehatan kurang, lingkungan pemukiman buruk, biaya

Upload: m-fachreza-saputra

Post on 26-Jun-2015

561 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Jamkesmas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena itu,

kesehatan adalah unsur yang paling penting dalam hidup manusia. Kesehatan erat

kaitannya dengan kondisi ekonomi, ekonomi yang mapan dengan sendirinya akan

menciptakan kondisi kesehatan yang baik. Dengan kondisi ekonomi yang baik maka

faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia seperti makanan dan minuman yang

sehat, lingkungan yang sehat dan kebiasaan hidup yang sehat akan terpenuhi. Sebaliknya

ekonomi yang buruk akan menyulitkan individu masyarakat untuk memenuhi beberapa

faktor di atas, dimana jika kondisi tersebut dipelihara maka individu masyarakat akan

kesulitan memperbaiki kesehatan mereka masing-masing (RI, 1992 : I-1).

Kemiskinan dan penyakit terjadi saling kait-mengkait, dengan hubungan yang tidak

akan pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni

pada kemiskinannya atau penyakitnya. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga

orang miskin menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena mereka mengalami

gangguan seperti menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan kurang, perilaku kesehatan

kurang, lingkungan pemukiman buruk, biaya kesehatan tidak tersedia. Sebaliknya

kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena

orang yang sehat memiliki kondisi antara lain produktivitas kerja tinggi, pengeluaran

berobat rendah, investasi dan tabungan memadai, tingkat pendidikan maju, tingkat fertilitas

dan kematian rendah, stabilitas ekonomi mantap. Menurut BPS posisi terakhir angka

kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42%)

dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang

(16,58%) berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang. Sementara

penduduk miskin di Sumatera Utara menunjukkan angka 1.979.702 jiwa dari total pendudk

12.326.678 jiwa. Belum lagi kita melihat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) sebanyak 3.456.702 tersebar di 5.616 desa, 361 kecamatan, 25kabupaten/kota

(BPS,2009.DatastatistikIndonesia pertumbuhanpenduduk.http:http:// diakses pada tanggal

Page 2: Penelitian Jamkesmas

11 November 2009, pukul 16.00 WIB). Masyarakat miskin diatas merupakan orang-orang

yang kondisinya sangat rentan terhadap masalah kesehatan, karena kurangnya kemampuan

mereka secara ekonomi untuk memperbesar diri mereka masing-masing. Undang-Undang

Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,

menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap

kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi

penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (RI, 1992 : III-4)

Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi

(AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB

sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup

serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin

yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan

kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak

adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan pembiayaan kesehatan memang

mahal (Ilham.2008. http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/11/tentang-jaminan-

kesehatan-masyarakat.html) diakses pada hari selasa, 10 November 2009, jam 19.00 WIB).

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang

amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai

tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan

pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan yang

berkualitas (assured quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara

seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk

menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi

(efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.

Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai (health care

financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat memobilisasi sumber-

sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya secara rasional serta menggunakannya

secara efisien dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang mengutamakan

pemerataan serta berpihak kepada masyarakat miskin (equitable and pro poor health policy)

akan mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang lebih luas diyakini

Page 3: Penelitian Jamkesmas

bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi pada perkembangan sosial dan

ekonomi. Pelayanan kesehatan itu sendiri pada akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik

pada negara maju maupun pada negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan dari

pelayanan kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab utamanya.

Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan dengan mekanisme

pembayaran tunai (fee for service) dan lemahnya kemampuan dalam penatalaksanaan

sumber-sumber dan pelayanan itu sendiri (poor management of resources and services).

Meskipun tiap-tiap negara mempunyai perbedaan dalam reformasi pembiayaan

kesehatannya bergantung dari isu-isu dan tantangannya sendiri, akan tetapi pada dasarnya

dalam banyak hal karakteristiknya sama karena ke semua hal itu diarahkan untuk

mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional, regional dan

Internasional (Ilham.2008.http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/11/tentang-jaminan -

kesehatan-masyarakat.html) diakses pada hari selasa, 10 November 2009, jam 19.00 WIB).

Organisasi kesehatan se-dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi pembiayaan

kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi

itu pada umumnya adalah dalam area sebagai berikut: 1) meningkatkan investasi dan

pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan, 2) mengupayakan pencapaian kepesertaan

semesta dan penguatan permeliharaan kesehatan masyarakat miskin, 3) pengembangan

skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan sosial (SHI), 4)

penggalian dukungan nasional dan internasional, 5) penguatan kerangka regulasi dan

intervensi fungsional, 6) pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan

pada data dan fakta ilmiah, serta 7) pemantauan dan evaluasi.

Beberapa upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin, memerlukan penyelesaian

menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang

peduli terhadap penduduk miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi

upaya-upaya seperti :

a) Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah kesehatan yang

banyak diderita masyarakat miskin seperti TB, malaria, kurang gizi, PMS dan berbagai

penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan

b) Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu

Page 4: Penelitian Jamkesmas

c) Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan kesehatan masyarakat

yang bersifat non personal seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan

termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan

lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja

d) Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu

e) Realokasi berbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan pada daerah

Saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan bagi masyarakat

miskin sebagai bagian dari pengembangan jaminan secara menyeluruh. Berdasarkan

pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain yang telah lebih

dahulu mengembangkan jaminan kesehatan, sistem ini merupakan suatu pilihan yang tepat

untuk menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan

kesehatan. Sistem jaminan kesehatan ini akan mendorong perubahan-perubahan mendasar

seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan formularium dan

penggunaan obat rasional, yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya.

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diatur dengan UU No.40/2004

sesungguhnya merupakan upaya memberikan jaminan sosial kepada seluruh warga negara

Indonesia dalam bentuk asuransi. Diharapkan secara bertahap seluruh masyarakat

Indonesia nantinya terjamin dalam sistem jaminan sosial yang terselenggara dengan baik

sesuai amanat UUD 1945 pasal 34 ayat 2: ”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial

bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai

dengan martabat kemanusiaan”.

Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk

mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas).

Upaya pelaksanaan Jamkesmas merupakan perwujudan pemenuhan hak rakyat atas

kesehatan dan amanat Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN), dan merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam

pembangunan kesehatan di Indonesia. Namun karena hingga saat ini peraturan pelaksana

dan lembaga yang harus dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum terbentuk, Departemen Kesehatan

Page 5: Penelitian Jamkesmas

mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin sebagai

wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut (RI, 2004 : III-3).

JAMKESMAS mulai diluncurkan pada tahun 2008. Sebelumnya pada tahun 2005

pemerintah meluncurkan program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak

mampu dikenal dengan nama ASKESKIN (asuransi kesehatan masyarakat miskin).

Penyelenggaraan program adalah PT.ASKES yang ditugaskan menteri

kesehatanberdasarkan keputusan Menteri NO.1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang penugasan

PT. ASKES dalam pengelolaan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Setelah

dilakukan evaluasi dalam rangka efisiensi dan efektifitas penyelenggaraannya maka pada

tahun 2008 dilakukan perubahan dalam system penyelenggaraannya. Perubahan

pengelolaan program tersebut adalah dengan memisahkan fungsi pengelola dan fungsi

pembayaran yang didukung oleh tenaga verifikator di setiap Rumah Sakit (RS). Nama

program tersebut juga berubah menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Sembilan kabupaten/kota se Sumut hingga kini belum memenuhi kuota peserta Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Kesembilan kabupaten/kota tersebut antara lain, Toba

Samosir, Samosir, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Sibolga, Mandailing, Natal, Nias, dan

Tanjung Balai. Rumah sakit umum Sidikalang adalah salah satu organisasi yang bergerak

di bidang jasa perawatan medis dan turut serta dalam pelaksanaan program jaminan

kesehatan kepada masyarakat miskin dalam hal memberikan pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit umum Sidikalang kepada pengguna atau

peserta Jamkesmas antara lain pemberian obat, Pelayanan Rawat Jalan Tindak Lanjuran

(RJTL) dan Pelayanan Rawat Inap Tindak Lanjutan (RITL) yang mencakup tindakan

pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah Rumah sakit

umum Sidikalang sebagai salah satu pelaksana program Jamkesmas yang memberikan

pelayanan kesehatan yang bermutu bagi pengguna Jamkesmas dengan mencari tahu

“Respon Masyarakat Kota Sidikalang Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum”.

Page 6: Penelitian Jamkesmas

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis

merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Respon Masyarakat

Kota Sidikalang terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh

Rumah Sakit Umum” ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “sikap,

persepsi dan Partisipasi Masyarakat Kota Sidikalang terhadap Pelaksanaan Program

Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh Rumah Sakit Umum”.

1.4. Manfaat Penelitian

- Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang program

Jamkesmas terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.

- Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran dan masukan kepada

pihak-pihak pelaksana program Jamkesmas dengan mengetahui respon masyarakat

penerima bantuan. Dengan demikian para pelaksana program dapat membuat program

yang lebih baik dari sebelumnya.

- Sebagai referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

Page 7: Penelitian Jamkesmas

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat serta

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

penelitian, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan lokasi penelitian, tipe penelitian, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis mengadakan

penelitian.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis yang penulis berikan sehubungan dengan

penelitian yang telah dilakukan.