penelitian etnografi

18
1 PENELITIAN ETNOGRAFI (Parlindungan Pardede) Universitas Kristen Indonesia Pendahluan Ketika membimbing mahasiswa di kelas metodologi penelitian dan kelas penelitian bahasa/penelitian pengajaran bahasa di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP- UKI, dalam diri banyak mahasiswa terlihat animo yang sangat besar untuk melaksanakan penelitian etnografi dalam rangka menyelesaikan skripsi mereka. Akan tetapi, karena penggunaan etnografi dalam penelitian pendidikan bahasa masih tergolong baru, referensi yang tersedia masih sangat terbatas. Makalah ini ditulis sebagai sumbangan kecil dalam rangka menambah referensi tersebut. Diharapkan makalah yang didominasi oleh karya Creswell (2008) ini dapat memperluas wawasan pembaca tentang etnografi. Etnografi pada awalnya merupakan cabang antropologi yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan mengnalisis unsur kebudayaan suatu masyarakat atau suku bangsa. Etnografi biasanya terdiri atas uraian terperinci mengenai aspek cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari, yang dituangkan dalam bentuk tulisan, foto, gambar atau film. Karena kebudayaan meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku dan pemikiran, dan keyakinan suatu masyarakat, yang dipelajari oleh ahli etnografi bisa berbentuk bahasa, mata pencaharian, sistem teknologi, organisasi sosial, kesenian, sistem pengetahuan, bahasa dan religi. Untuk memahami unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya tinggal bersama masyarakat yang diteliti dalam waktu yang cukup lama untuk mewawancarai, mengamati, dan mengumpulkan dokmen-dokumen tentang obyek yang diteliti. Bila penulisan yang dilakukan menggambarkan perbandingan antara dua atau lebih kelompok masyarakat, studi perbandingan tersebut disebut etnologi. Makalah ini membahas konsep-konsep pokok tentang penelitian etnografi, yang diawali dengan pemaparan pengertian etnografi sebagai pengantar. Setelah itu,

Upload: parlindungan-pardede

Post on 25-Jun-2015

4.946 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Etnografi

1

PENELITIAN ETNOGRAFI

(Parlindungan Pardede)

Universitas Kristen Indonesia

Pendahluan

Ketika membimbing mahasiswa di kelas metodologi penelitian dan kelas penelitian

bahasa/penelitian pengajaran bahasa di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP-

UKI, dalam diri banyak mahasiswa terlihat animo yang sangat besar untuk melaksanakan

penelitian etnografi dalam rangka menyelesaikan skripsi mereka. Akan tetapi, karena

penggunaan etnografi dalam penelitian pendidikan bahasa masih tergolong baru,

referensi yang tersedia masih sangat terbatas. Makalah ini ditulis sebagai sumbangan

kecil dalam rangka menambah referensi tersebut. Diharapkan makalah yang didominasi

oleh karya Creswell (2008) ini dapat memperluas wawasan pembaca tentang etnografi.

Etnografi pada awalnya merupakan cabang antropologi yang digunakan untuk

menggambarkan, menjelaskan dan mengnalisis unsur kebudayaan suatu masyarakat atau

suku bangsa. Etnografi biasanya terdiri atas uraian terperinci mengenai aspek cara

berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari, yang

dituangkan dalam bentuk tulisan, foto, gambar atau film. Karena kebudayaan meliputi

segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku dan pemikiran, dan keyakinan suatu

masyarakat, yang dipelajari oleh ahli etnografi bisa berbentuk bahasa, mata pencaharian,

sistem teknologi, organisasi sosial, kesenian, sistem pengetahuan, bahasa dan religi.

Untuk memahami unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya tinggal bersama

masyarakat yang diteliti dalam waktu yang cukup lama untuk mewawancarai, mengamati,

dan mengumpulkan dokmen-dokumen tentang obyek yang diteliti. Bila penulisan yang

dilakukan menggambarkan perbandingan antara dua atau lebih kelompok masyarakat,

studi perbandingan tersebut disebut etnologi.

Makalah ini membahas konsep-konsep pokok tentang penelitian etnografi, yang

diawali dengan pemaparan pengertian etnografi sebagai pengantar. Setelah itu,

Page 2: Penelitian Etnografi

2

pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan tentang perkembangan, jenis-jenis, ciri-ciri

pokok, dan prosedur pelaksanaan penelitian etnografi. Pembahasan ditutup dengan

menarik beberapa kesimpulan yang didasarkan pada pemaparan pada bagian-bagian

sebelumnya.

Pengertian Etnografi

Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti „orang‟ dan graphein

yang berarti „tulisan‟. Istilah itu kemudian diartikan sebagai sejenis tulisan yang

menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk menggambarkan kebudayaan

manusia. Menurut Spradley (1980: 6-8) kebudayaan merupakan seluruh pengetahuan

yang dipelajari manusia dan digunakan untuk menginterpretasi pengalaman dan

membentuk tingkah laku, dan etnografi merupakan penelitian yang membahas

kebudayaan, baik yang eksplisit maupun implisit. Sedangkan Fetterman (dalam Genzuk,

2003) mendefinisikan etnografi sebagai “…the art and science of describing a group or

culture. The description may be of a small tribal group in an exotic land or a classroom in

middle-class suburbia." Secara lebih terperinci, American Anthropological Association

(2002) mendefinisikan etnografi sebagai: “… the description of cultural systems or an

aspect of culture based on fieldwork in which the investigator is immersed in the ongoing

everyday activities of the designated community for the purpose of describing the social

context, relationships and processes relevant to the topic under consideration.” Hal ini

didukung oleh Hoey (n.a.) menyatakan etnographi merujuk pada setiap proyek penelitian

kualitatif yang ditujukan untuk menyajikan gambaran kehidupan sehari-hari secara

terperinci dan mendalam. Penelitian etnografi memusatkan perhatian pada keyakinan,

bahasa, nilai-nilai, ritual, adat-istiadat dan tingkah laku sekelompok orang yang

berinteraksi dalam suatu lingkungan sosial-ekonomi, religi, politik, dan geografis. Analisis

etnografi bersifat induktif dan dibangun berdasarkan perspektif orang-orang yang menjadi

partisipan penelitian.

Karena obyek etnografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur ekplisit dan

implisit, proses pelaksanaannya menjadi unik dibandingkan dengan penelitian lain.

Penelitian tentang unsur-unsur kebudayaan yang eksplisit dapat dilakukan dengan cukup

mudah karena unsur-unsur kebudayaan seperti itu relatif dapat diungkapkan partisipan

Page 3: Penelitian Etnografi

3

secara sadar. Namun bila penelitian berhubungan dengan unsur-unsur kebudayaan yang

implisit, yang dipahami secara tidak sadar oleh pemiliknya, data dan makna harus

disimpulkan secara hati-hati berdasarkan penuturan dan tingkah laku para patisipan. Hal

inilah yang membuat seorang etnografer perlu terlibat dalam kehidupan masyarakat yang

diteliti dengan berperan sebagai pengamat berpartisipasi (participant-observer). Spradley

(1980: 51) menekankan: "participation allows you to experience activities directly, to get

the feel of what events are like, and to record your own perceptions."

Meskipun etnografi pada awalnya digunakan dalam antropologi, metode ini

kemudian diadopsi dipergunakan secara meluas di hampir semua bentuk organisasi,

komunitas, dan disiplin ilmu. Etnografer kontemporer meneliti dunia pendidikan,

kesehatan masyarakat, pembangunan pedesaan dan perkotaan, dunia penerjemahan dan

bidang lain dalam kehidupan manusia. Menurut Creswell (2008: 473), peneltian etnografi

dapat dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang atau pola

„kaidah-kaidah‟ (rules) yang mendasari sesuatu yang „dialami‟ atau „dimiliki‟ (shared) oleh

sekelompok orang secara bersama, seperti tingkah laku, bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat

dan keyakinan. Dalam konteks pendidikan, peneltian etnografi dapat dilakukan untuk

memahami pola hubungan antar guru di sebuah sekolah, proses pengajaran dengan

menggunakan metode atau media tertentu (seperti pengajaran kosa-kata dengan metode

Total Physical Response), atau prosedur pelaksanaan kegiatan tertentu, seperti program

English Speaking Days di suatu sekolah dan pembelajaran mengarang melalui internet di

sebuah kelas. Cakupan kelompok (masyarakat) yang diteliti bisa luas (sebuah

universitas), sedang (sebuah fakultas) atau kecil (sebuah kelas atau keluarga).

Jenis-Jenis Etnografi

Menurut Creswell (2008: 475) penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Akan

tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan

adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.

1. Etnografi Realis

Etnografi realis merupakan pendekatan yang populer di kalangan antropolog.

Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan secara

Page 4: Penelitian Etnografi

4

obyektif berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari para partisipan di

lapangan penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga

(third person point of view).

Creswell (2008: 475) menguraikan tiga ciri khas etnografi realis. Pertama, peneliti

mengungkapkan laporan penelitiannya melalui pandang orang ketiga berdasarkan data

yang diperoleh melalui pengamatan atas partisipan dan pandangan-pandangan

mereka. Peneliti tidak melibatkan refleksi peribadinya dan berupaya bertindak hanya

sebagai peliput fakta-fakta. Kedua, peneliti memaparkan data-data obyektif dalam

bentuk informasi yang terukur dan bebas dari bias, afiliasi politik, dan penilaian

personal. Peneliti boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari

para partisipan yang disusun dalam kategori-kategori standar penggambaran kultural,

seperti keluarga, sistem status, jaringan-jaringan sosial, dan lain-lain. Ketiga, peneliti

mengungkapkan pandangan para partisipan melalui kutipan-kutipan penuturan mereka

yang diedit tanpa merubah makna. Peneliti menyatakan interpretasinya tentang

gambaran budaya yang diteliti pada bagian akhir laporan.

2. Studi Kasus

Sebagai sebuah bentuk etnografi, studi kasus didefinisikan sebagai “an in-depth

exploration of a bounded system (e.g. an activity, event, process, or individuals) based

on extensive collection” (Creswell, 2008: 476). Istilah “bounded” atau “terbatas” dalam

definisi ini berarti bahwa „kasus‟ yang diteliti terpisah dari hal-hal lain dalam dimensi

waktu, tempat, dan batas-batas fisik tertentu. Dengan demikian, hasil penelitian yang

diperoleh hanya berlaku bagi objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada

objek lain meskipun masih sejenis. Dalam ilmu psikologi, studi kasus didefinisikan

sebagai “an in-depth study of one person.” (Wagner, 2009). Kebanyakan karya dan

teori Freud dikembangkan berdasarkan berbagai studi kasus terhadap individu yang

dilakukan dengan menganalisis setiap aspek dan pengalaman hidup seseorang untuk

menemukan pola-pola dan penyebab tingkah laku orang tersebut.

Obyek yang biasanya diteliti dengan prosedur ini memiliki karakteristik berikut.

Pertama, kasus bisa berbentuk individu tunggal, beberapa individu yang terpisah dalam

sebuah kelompok khusus, sebuah program, peristiwa-peristiwa yang berhubungan

Page 5: Penelitian Etnografi

5

erat, atau aktivitas-aktivitas. Jadi, dalam konteks pendidikan kasus yang diteliti bisa

berbentuk “Kehidupan Seorang Guru Teladan Nasional Sebagai Pendidik”, “Intervensi

Bahasa Ibu dalam Pelafalan Bahasa Inggris oleh Siswa-Siswa Berkebangsaan Jepang di

Sekolah Internasional Global Jakarta”, “Upaya-Upaya Kelompok Dosen Bahasa Inggris

di Universitas X Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Mahasiswa”,

“Proses Pembelajaran Menulis Surat Niaga di SMK X”, “Proses Penulisan Buku Ajar

Reading Comprehension di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas X”,

dan lain-lain.

3. Etnografi Kritis

Etnografi kritis merupakan pendekatan penelitian yang digunakan untuk

membantu dan memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang termarjinalisasi.

Etnografer kritis biasanya merupakan individu berpikiran politis yang, melalui

penelitiannya, ingin memberikan bantuan melawan ketidakadilan dan penindasan.

Etnografer kritis, misalnya, bisa meneliti sebuah sekolah yang memberi perlakuan

istimewa terhadap siswa dari golongan tertentu, menciptakan situasi yang tidak

mendukung bagi siswa dari kelompok tertentu, atau cenderung menganggap siswa

laki-laki berpikiran lebih logis daripada siswa perempuan, dan sebagainya.

Kekhususan etnografi kritis membuat prosedurnya memiliki berbagai ciri khas.

Menurut Creswell (2008: 478) ciri khas etnografi kritis adalah sebagai berikut. Pertama,

etnografer kritis mempelajari isu-isu sosial tentang kekuasaan, pemberdayaan,

ketidakadilan, dominasi, represi, hegemony, dan penindasan. Kedua, penelitian

diarahkan untuk menghentikan marginalisasi terhadap individu-individu yang diteliti

dengan cara bekerjasama, berpartisipasi aktif, menegosiasikan laporan akhir dengan

para partisipan, dan memberikan bantuan atau perhatian ketika memasuki dan

meninggalkan lapangan penelitian. Ketiga, etnografer kritis menyadari bahwa

interpretasinya dipengaruhi oleh kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu, interpretasi

tersebut bersifat tentatif, selalu dapat dipertanyakan, dan didasarkan pada pandangan

para partisipan dan pembaca. Keempat, etnografer kritis menempatkan dirinya sebagai

pemberdaya para partisipan sehingga laporan penelitiannya memuat orientasi pada

nilai-nilai, pemberdayaan partisipan melalui peningkatan otoritas, dan tantangan

Page 6: Penelitian Etnografi

6

kepada status-quo. Akibatnya, etnografer kritis tidak lagi bertindak sebagai pengamat

objektif—seperti yang dilakukan etnografer realis. Kelima, posisi etnografer kritis yang

tidak netral memungkinkan baginya untuk menyarankan perubahan dalam masyarakat

agar kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan tidak lagi dimarginalkan.

Keenam, laporan penelitian memuat data yang variatif, berjenjang, dan kontradiktif

yang diperoleh dengan beragam metode.

Karakteristik Pokok Etnografi

Mengingat begitu beragamnya ciri-ciri khas yang dimiliki masing-masing jenis

etnografi seperti terlihat pada etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis, sulit

menentukan karakteristik umum yang terdapat dalam semua jenis itu. Akan tetapi, untuk

tujuan mengenal penelitian etnografi sehingga penelitian ini dapat dibedakan dari

penelitian kualitatif lainnya, pemahaman terhadap ketujuh karakteristik berikut sudah

sangat memadai.

1. Tema-Tema Kultural

Etnografer pada umumnya meneliti tema-tema budaya yang diadopsi dari bidang

antropologi kultural. Dalam etnografi tema kultural didefinisikan sebagai sebuah

pandangan umum yang didukung oleh sebuah masyarakat, baik secara langsung atau

tersirat (Creswell, 2008: 480). Tujuan etnografer bukanlah mencari pola-pola tingkah

laku, keyakinan yang mungkin sudah terlihat tetapi menambah pengetahuan tentang

bagian-bagian dari kebudayaan dan meneliti tema-tema kebudayaan yang spesifik.

2. Sebuah Kelompok Kultural

Etnografers pada umumnya meneliti suatu unsur budaya yang secara bersama-

sama dimiliki sekelompok individu pada sebuah lapangan penelitian (seperti guru-guru

bahasa Inggris SD di sebuah kecamatan, siswa sebuah kelas, sekelompok mahasiswa

yang sedang melaksanakan PPL). Dengan demikian, partisipan yang diteliti biasanya

terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh satu atau lebih unsur kebudayaan.

Meskipun demikian, etnografi—khususnya studi kasus—bisa juga diterapkan kepada

Page 7: Penelitian Etnografi

7

seorang individu (seperti seorang kepala sekolah, seorang penterjemah profesional,

dan lain-lain).

3. Kepemilikan Bersama atas Pola-Pola Tingkah laku, Keyakinan, dan Bahasa

Etnografer bertujuan menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa

yang dimiliki/diadopsi secara bersama-sama oleh sekelompok individu dalam kurun

waktu tertentu. Yang dimaksud dengan tingkah laku dalam etnografi adalah tindakan

yang dilakukan oleh individu dalam sebuah latar kultural. Sedangkan keyakinan

berhubungan dengan bagaimana individu berpikir ataumemahami sesuatu dalam

sebuah latar kultural. Bahasa dalam etnogafi merujuk pada bagaimana individu

berbicara dengan orang lain dalam sebuah latar kultural. Tujuan untuk menemukan

pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa yang dimiliki bersama ini

mengimplikasikan dua poin penting. Pertama, kelompok yang diteliti harus

memiliki/menganut pola-pola bersama yang dapat dideteksi oleh peneliti. Kedua, setiap

anggota kelompok yang diteliti sama-sama mengadopsi setiap tingkah laku, keyakinan,

dan bahasa maupun kombinasi ketiga unsur itu.

4. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dalam konteks etnografi berarti peneliti menjaring data di

lokasi tempat partisipan dan pola-pola kultural yang diteliti berada. Etnografer

menjaring data dengan cara tinggal bersama dengan para partisipan untuk mengamati

bagaimana mereka pola-pola yang mereka gunakan ketika bekerja, bersantai,

beribadah, dan lain-lain. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam,

peneliti bisa turut serta bekerja, bermain, atau beribadah dengan para partisipan.

Bukan tidak mungkin seorang etnografer yang sedang meneliti sistem pernikahan di

sebuah komunitas juga menikahi salah seorang partisipan untuk memperoleh

pemahaman yang mendalam.

Data-data yang dijaring etnografer dibedakan ke dalam tiga jenis: data emik, data

etik, dan data negosiasi. Data emik merupakan informasi yang diberikan langsung oleh

para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat pertama, yang

berbentuk bahasa lokal, pemikiran-pemikiran, cara-cara berekspresi yang

Page 8: Penelitian Etnografi

8

dimiliki/digunakan secara bersama-sama oleh para partisipan. Data etik merupakan

informasi berbentuk interpretasi peneliti yang dibuat sesuai dengan perspektif para

partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat kedua, yaitu

ungkapan-ungkapan atau terminologi yang dibuat peneliti untuk menyatakan

fenomena yang sama dengan yang diungkapkan para partisipan. Data negoisasi

merupakan informasi yang disetujui bersama oleh para partisipan dan peneliti untuk

digunakan dalam penelitian. Negoisasi dapat terjadi dalam tahapan yang berbeda-beda

selama pelaksanaan penelitian. Di awal penelitian, misalnya, para partisipan dan

peneliti meyepakati bidang-bidang apa saja yang akan digali oleh peneliti, bagaimana

memperlakukan setiap individu di lapangan penelitian, dan lain sebagainya, dan

sebagainya. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti dapat mengklaifikasi makna,

penggunaan,dan ruang lingkup sebuah ungkapan.

5. Deskripsi, Tema-Tema, dan Interpretasi

Tujuan penelitian etnografi adalah menggambarkan dan menganalisis budaya

yang dimiliki bersama oleh sekelompok individu serta membuat interpretasi tentang

pola-pola yang terlihat maupun didengar. Sewaktu mengumpulkan data, etnografer

pada hakikatnya sudah mulai mengerjakan penelitiannya karena pada saat itu dia telah

melakukan analisis data untuk mendeskripsikan para partisipan dan lapangan tempat

budaya yang dimiliki bersama itu berada. Pada saat yang sama peneliti juga secara

simultan menganalisis pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa serta menarik

kesimpulan tentang makna yang diperoleh dari pengamatan terhadap partisipan dan

lapangan penelitia.

Dalam etnografi deskripsi diartikan sebagai uraian terperinci tentang individu-

individu atau lapangan penelitian yang digunakan untuk menggambarkan fenomena

yang terjadi pada kelompok yang diteliti. Deskripsi tersebut harus terperinci dan

menyeluruh. Deskripsi harus mampu menggugah seluruh indera pembaca sehingga

mereka merasa seolah-olah hadir di lapangan penelitian dan berinteraksi dengan para

partisipan.

Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat. Yang dapat

dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema dihasilkan dari interpretasi atas

Page 9: Penelitian Etnografi

9

fakta-fakta tentang orang dan aktivitas. Fungsi tema adalah untuk membuat informasi

atau fakta bermakna. Dalam etnografi, tema-tema yang dihasilkan selalu

mengungkapkan pola-pola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki secara

bersama-sama oleh para partisipan.

6. Konteks atau Latar

Dalam etnografi, konteks berarti latar, situasi, atau lingkungan yang menaungi

kelompok individu yang diteliti. Konteks ini dibentuk oleh berbagai unsur yang saling

berhubungan, seperti sejarah, agama, politik, ekonomi, dan lingkungan sekitar.

Konteks bisa berbentuk sebuah lokasi fisik (seperti wilayah sebuah desa, gedung-

gedung sebuah sekolah, warna tembok sebuah ruangan kelas, dan sebagainya),

konteks historis para individu dalam kelompok dimaksud (seperti pengalaman

sekelompok prajurit selama menjalani latihan perang di sebuah hutan), kondisi sosial

(seperti mobilitas perpindahan antar provinsi, status profesionalisme, dan lain

sebagaimya, atau kondisi ekonomi (seperti tingkatan penghasilan atau sistem distribusi

penghasilan yang tidak dapat merubah nasib kaum miskin.

7. Refleksivitas Peneliti

Dalam etnografi, refleksivitas merujuk pada kesadaran dan keterbukaan peneliti

utuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan perannya sambil tetap menghargai

dan menghormati lapangan dan para partisipan. Karena penelitian etnografi menuntut

peneliti tinggal dalam jangka waktu yang relatif lama di lapangan, peneliti harus

memikirkan dampaknya terhadap lapangan dan para partisipan. Itulah sebabnya

mengapa peneliti harus bernegoisasi dengan orang-orang penting di lapangan ketika

akan memasuki lapangan itu. Dalam penulisan laporan, peneliti juga menyadari bahwa

interpretasi yang dibuatnya dipengaruhi oleh latar belakang budayanya sendiri

sehingga interpretasi dan kesimpulannya bersifat tentatif sehingga tetap terbuka untuk

didiskusikan kembali. Oleh karena itu, dalam laporan itu peneliti perlu menunjukkan

posisi dan sudut pandang yang digunakannya dalam menginterpretasi. Sebagai contoh,

seorang etnografer yang meneliti majalah-majalah remaja untuk mempelajari

Page 10: Penelitian Etnografi

10

perkembagan identitas remaja-remaja wanita menyatakan posisinya sebagai berikut:

“Saya tidak mau dipandang sebagai guru atau orang yang memiliki otoritas, … Mereka

mempercayai saya dan kami menegoisasikan sejenis hubungan yang menunjukkan

kesenjangan antara pola identitas mereka dengan wanita dewasa (Creswell, 2008:

480).

Prosedur Penelitian Etnografi

Menurut Emzir (2008: 153-154), peneliti etnografer dapat dianalogikan dengan

seorang penjelajah hutan. Tujuan utama si penjelajah bukanlah untuk menemukan

sesuatu di dalam hutan tetapi membuat deskripsi suatu wilayah hutan tersebut (analog

dengan tujuan etnografer—meneskripsikan sebuah wilayah kultural). Untuk mencapai

tujuan itu, si penjelajahan diawali dengan pertanyaan umum: Apakah ciri-ciri utama

wilayah tersebut? Untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan ini si penjelajah

berjalan ke satu arah dan mengumpulkan informasi tentang pepohonan, jenis tanah, atau

hewan-hewan yang ditemuinya di sekitar rute tersebut. Kemudian dia bisa menapaki

sebuah rute baru, dan ketika menemukan sebuah danau dia mengelilinginya untuk

mengumpulkan informasi dan berupaya menggunakan rute yang sudah dikenalnya untuk

mengukur jarak danau dari tepi hutan. Selama menjelajah, dia akan sering membaca

kompas, membuat catatan tentang

tanda-tanda yang menonjol, dan

membuat umpan balik dengan cara

menghubung-hubungkan informasi

tertentu dengan informasi lain serta

memodifikasi informasi awal sesuai

dengan perkembangan informasi

yang diperoleh. Setelah beberapa

minggu, penjelajah mungkin

mengalami kesulitan untuk menjawab

pertanyaan: ”Apa yang Anda

temukan?”. namun ketika ditanya

Page 11: Penelitian Etnografi

11

tentang gambaran wilayah hutan tersebut, dia akan mampu menjelaskan secara panjang

lebar.

Seperti penjelajahan hutan di atas, penelitian etnografer berlangsung tidak secara

linear, melainkan dalam bentuk siklus. Berbagai tahapan, seperti pengumpulan data,

analisis data, dan interpretasi, dilakukan secara simultan dan bisa diulang-ulang. Menurut

Spradley (1980: 22-35) siklus penelitian etnografi mencakup enam langkah: (1) pemilihan

proyek etnografi, (2) pengajuan pertanyaan, (3) pengumpulan data, (4) perekaman data,

(5) analisis data, dan (6) penulisan laporan.

1. Pemilihan Proyek Etnografi

Menurut Creswell (2008: 486), langkah-langkah utama pelaksanaan penelitian

adalah mengidenfikasi tujuan penelitian, desain apa yang akan digunakan, dan

bagaimana tujuan itu dihubungkan dengan masalah penelitian. Ketiga hal ini akan

menentukan apakah proyek penelitian yang akan dilaksanakan merupakan desain

etnografi realis, studi kasus, atau etnografi kritis. Setelah itu, apapun desain yang

dipilih, peneliti perlu meminta izin dari otoritas lembaga atau kelompok yang akan

diteliti.

2. Pengajuan Pertanyaan

Pekerjaan lapangan etnografi dimulai dengan pengajuan pertanyaan etnografi.

Walaupun pengajuan dilaksanakan secara intensif pada saat wawancara, aktivitas ini

pada dasarnya sudah dilakukan pada saat observasi. Tiga pertanyaan utama yang

diajukan pada saat observasi adalah: “Siapa yang ada di latar penelitian?”, “Apa yang

mereka lakukan?” dan “Apa latar fisik situasi sosial tersebut?”. Setelah itu, peneliti

melanjutkan observasinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih

terfokus.

3. Pengumpulan Data

Tugas utama kedua seorang etnografer adalah mengumpulkan data etnografi.

Dalam etnografi, pengumpulan data dilakukan dengan prosedur beragam (multiple

Page 12: Penelitian Etnografi

12

procedures), dan intensitas prosedur-prosedur itu bervariasi sesuai tipe etnografi yang

dilakukan.

Dalam penelitian etnografi realis, peneliti akan tinggal bersama dengan para

partisipan dalam waktu yang relatif lama. Dia akan membuat catatan-catatan

lapangan berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, pengamatan langsung

terhadap kegiatan-kegiatan kebudayaan para partsisipan, dan pengamatan atas

artifak, dan simbol-simbol.

Dalam penelitian studi kasus, sesuai dengan tujuan untuk memperoleh

pemahaman mendalam tentang suatu fenomena atau kasus, peneliti dapat

mengumpulkan data melalui wawancara, pengamatan, dokumen, dan rekaman-

rekaman audivisual.

Dalam penelitian etnografi kritis, pengumpulan data lebih terfokus pada

kolaborasi antara peneliti dan partisipan dengan agenda meningkatkan pemahaman

para partisipan tentang situasi tertentu dalam hidup mereka dan langkah-langkah apa

yang perlu diambil untuk memperbaiki situasi itu. Kerjasama ini bisa berbentuk

penglibatan partisipan dalam membuatdesain penelitian, perumusan pertanyaan-

pertanyaan penelitan, pengumpulan data, dan analisis data. Bahkan partisipan

mungkin saja dilibatkan secara aktif dalam penulisan laporan akhir.

4. Perekaman Data

Data etnografi yang diperoleh melalui berbagai prosedur tersebut direkam dan

diorganisasikan sebaik mungkin sesuai dengan jenis dan bentuknya. Sebagian data

dapat direkam dalam bentuk catatan lapangan. Sebagian lagi direkam dalam bentuk

foto, peta, video, dan cara-cara lain. Yang penting rekaman-rekaman data tersebut

dapat dipahami dengan mudah ketika mengadakan analisis.

5. Analisis Data

Dalam penelitian etnografi, analisis data dilakukan secara simultan dengan

pengumpulan data, karena salah satu tujuan analisis data adalah untuk menemukan

dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik yang jawabannya dicari dalam

rekaman-rekaman data yang sudah ada atau dalam pengumpulan data berikutnya.

Page 13: Penelitian Etnografi

13

Seiring dengan diperolehnya jawaban atas pertanyaan tersebut maka pengembangan

deskripsi, analisis tema-tema, dan penginterpretasian makna informasi juga telah

berlangsung.

Dilihat dari tahapannya, data dianalisis melalui empat bentuk: analisis domain,

analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema kultural. Analisis domain

digunakan untuk memperoleh gambaran umum atau pengertian menyeluruh tentang

objek penelitian atau situasi sosial. Hasil yang diharapkan adalah pengertian di tingkat

permukaan mengenai domain atau kategori-kategori konseptual tertentu. Analisis ini

dilakukan dalam enam tahap: (1) memilih salah satu dari sembilan hubungan

semantis yang bersifat universal—jenis, spasial, sebab-akibat, rasional/alasan, lokasi,

fungsi, cara mencapai tujuan, urutan/tahap, dan karakteristik/pelabelan/pemberian

nama; (2) menyiapkan lembar analisis domain; (3) memilih salah satu sampel catatan

lapangan terakhir untuk memulai analisis; (4) memberi istilah acuan dan istilah

bagianyang cocok dengan hubungan semantis dari catatan lapangan; (5) mengulangi

usaha pencarian domain hingga semua hubungan semantis habis; dan (6) membuat

daftar domain yang telah teridentifikasi. (Moleong, 2004: 149-150). Sebagai contoh,

lihat aplikasi analisis semantis pada tabel 1.

Tabel 1: Analisis domain Aplikasi Total Physical Response (TPR) dalam Pengajaran

Kosa Kata

Hubungan Semantis

Bentuk Contoh Pertanyaan

1. Jenis X adalah jenis Y Apa saja metode pengajaran kosa kata yang ada?

2. Spasial X= tempat atau bagian dari Y

Apa saja bagian keseluruhan dari TPR?

3. Sebab-akibat X adalah akibat Y Mengapa metode pengajaran diterapkan?

4. Alasan X = alasan melakukan Y Mengapa metode yang digunakan adalah TPR?

5. Lokasi X = tempat melakukan Y TPR dilaksanakan di ruang kelas? Ruang terbuka? Perpustakaan?

6. Cara Mencapai Tujuan

X = cara mencapai Y Apa saja cara yang dilakukan untuk penggunaan TPR yang efektif?

Page 14: Penelitian Etnografi

14

Fungsi TPR

meningkatkan hasil pembelajaran

memfasilitasi pembelajaran kosa kata dengan tahapan

pemerolehan bahasa

melibatkan aktivitas fisik siswa

meningkatkan motivasi belajar siswa

menyediakan variasi metode pembelajaran

7. Urutan/Prosedur X = tahapan melakukan Y

Apa saja langkah-langkah pelaksanaan TPR ?

8. Fungsi X digunakan untuk Y Apa saja fungsi TPR dalam pengajaran kosa kata?

9. Karakteristik Karakteristik Apa saa ciri-ciri TPR yang dilakukan?

Analisis taksonomi digunakan untuk menjabarkan domain-domain yang dipilih

menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya. Hal ini dilakukan melalui

pengamatan yang lebih terfokus. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1) memilih

satu domain untuk dianalisis; (2) mencari kesamaan atas dasar hubunan semantis

yang sama yang digunakan untuk domain itu; (3) mencari tambahan istilah bagian;

(4) mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan

sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis; (5) membentuk taksonomi

sementara; (6) mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah

dilakukan; dan (7) membangun taksonomi secara lengkap (Moleong, 2004: 149-150).

Gambar 2 adalah contoh analisis taksonomi fungsi TPR yang disederhanakan.

Sedangkan Gambar 3 merupakan contoh analisis taksonomi tentang proses atau

tahapan TPR.

Gambar 2: Contoh analisis taksonomi tahapan TPR (disederhanakan)

Page 15: Penelitian Etnografi

15

Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih untuk

memperdalam data (mencari ciri spesifik setiap struktur internal) yang telah

ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras atau mengontraskan antar

elemen dalam suatu domain. Analisis inilah yang disebuat sebagai analisis

komponensial. Tabel 2 mengilustrasikan sebuah analisis komponensial yang diarahkan

untuk mencari karakteristik metode TPR yang dilakukan di sebuah sekolah atau kelas

berdasarkan beberapa dimensi kontras.

Tabel 2: Analisis Komponensial karakteristik metode TPR di SD “X”

KATEGORI

KARAKTERISTIK TPR

TIDAK

STANDAR

SEMI

STANDAR

STANDAR

Jumlah kata baru yang

dipelajari setiap sesi

Jumlah langkah pelaksanaan

Jumlah siswa

Alat bantu pembelajaran

Durasi setiap sesi

Tabel 2: Analisis Karakteristik Metode TPR

•Mengucapkan kata-kata kunci

•Melakonkan kata-kata kunci

Demonstrasi Guru (1)

•Guru Mengucapkan dan melakonkan kata-kata kunci

•Siswa melakonkan sesuai model dari guru

Demontrasi Guru (2)•Guru Mengucapkan

kata-kata kunci

•Siswa melakonkan tanpa model dari guru

Guru Mengucapkan Kata-kata kunci tanpa

model lakon

•Secara Bergantian, Siswa saling mengucapkan kata-kata kunci dan melakonkan

Siswa Berlatih

Gambar 3: Contoh analisis taksonomi tahapan TPR (disederhanakan)

Page 16: Penelitian Etnografi

16

Analisis tema kultural dilakukan dengan cara mencari benang merah di antara

domain untuk memperoleh tema-tema seperti nilai-nilai, premis, etos, pandangan

dunia, atau orientasi kognitif (Sarwono, 2006: 243). Analisis ini berpangkal pada

pandangan bahwa segala sesuatu yang diteliti pada dasarnya merupakan sesuatu

yang utuh atau tidak terpecah-pecah. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1)

melebur diri; (2) melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan; (3)

menemukan perspektif yang lebih luas melalui pencarian domain dalam pandangan

budaya; (4) menguji dimensi kontras seluruh domain yang telah dianalisis; (5)

mengidentifikasiki domain terorganisir; (6) membuat gambar untu memvisualisasikan

hubungan antar domain; dan (7) mencari tema universal, yang biasanya dipilih satu

dari enam topik berikut: konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial,

hubungan sosial pribadi, pemerolehan dan pemeliharaan status, dan pemecahan

masalah (Moleong, 2004: 149-150). Dalam penelitian pengajaran kosa kata dengan

menggunakan TPR, tema kultural yang dicari mungkin saja merupakan kontradiksi

budaya (bila temuan yang menonjol adalah perbedaan prosedur TPR yang diteliti

dengan yang standar atau yang ada dalam teori) atau pemecahan masalah(bila

temuan yang menonjol adalah penerapan TPR yang diteliti merupakan upaya guru

untuk meningkatkan hasil pembelajaran kosa kata siswanya).

Peneliti yang berpengalaman dapat melakukan bentuk-bentuk analisis ini secara

simultan selama periode penelitian. Untuk memperoleh hasil yang lebih komprehensif,

peneliti pemula disarankan berlatih melakukan analisis tersebut secara berurutan

dalam siklus seperti terlihat dalam gambar 4.

6. Penulisan Laporan

Penulisan laporan merupakan tugas utama terakhir seorang peneliti etnografi.

Karena penelitian etnografi melibatkan suatu open-ended enquiry, mungkin saja

peneliti diharuskan mengadakan analisis yang lebih intensif jika pada saat menulis

Page 17: Penelitian Etnografi

17

laporan dia menemukan pertanyaan-pertanyaan baru yang membutuhkan observasi

lebih lanjut.

Laporan penelitian haus disesuaikan dengan tipe penelitian yang dilakukan.

Etnografi realis ditulis sebagai laporan yang objektif tentang kelompok sosial yang

dieliti. Pandangan-pandangan dan bias harus diletakkan hanya pada bagian latar

belakang. Diskusi yang dipaparkan pada bagian akhir laporan harus mengindikasikan

bahwa peneliti hanya membantu mensistematiskan pengetahuan tentang kebudayaan

yang diteliti. Pengetahuan itu sendiri benar-benar didasarkan pada sikap, pemikiran,

atau bahasa yang dimiliki bersama oleh para partisipan.

Sebuah studi kasus mungkin saja lebih terfokus pada penggambaran terperinci

tentang kasus yang diteliti, bukan pada pengembangan tema kultural. Sedangkan

studi kasus lain mungkin saja menyeimbangkan laporan pada deskripsi dan tema

kasus yang diteliti.

Dalam etnografi realis, peneliti biasanya menyimpulkan laporannya dengan

mengutarakan isu-isu kritis yang menjadi titik-tolak pelaksanaan penelitian, yang

kemudian diikuti oleh saran untuk tindak lanjut (call for action) dan pemaparan

tentang perubahan atau keuntungan yang telah diperoleh peneliti dan para partisipan.

Pengamatan Deskriptif

Analisis Domein

Pengamatan Terfokus

Analisis Taksonomi

Pengamatan Terpilih

Analisis Komponen

Analisis Tema

Gambar 4: Siklus

Analaisis Data Etnografi.

Page 18: Penelitian Etnografi

18

Referensi

American Anthropological Association (2004) “American Anthropological Association Statement on Ethnography and Institutional Review Boards”. Diunduh pada tanggal

5 Februari 2008 dari: www.aaanet.org/ committees/ethics/ethcode.htm Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating

Quantitative and Qulitative Research. New Jersey: Prentice Hall. Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja

Grafindo Perkasa. Genzuk, Michael. 2003. “A Synthesis of Ethnographic Research.” Occasional Papers Series.

Center for Multilingual, Multicultural Research (Eds.). Center for Multilingual, Multicultural Research, Rossier School of Education, University of Southern California. Los Angeles. Diunduh pada tanggal 5 Februari 2007 dari: http://www-rcf.usc.edu/~genzuk/Ethnographic_Research.pdf

Hoey, Brian A. “What is Ethnography “. Diunduh pada tanggal 25 Januari 2007 dari

http://www.brianhoey.com/General%20Site/general_defn-ethnography.htm

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Spradley, J. 198O. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston. Van Wagner, Kendra. 2009. “What Is a Case Study?” Diunduh pada tanggal 25 Januari

2009 dari: http://psychology.about.com/mbiopage.htm