penegakan diagnosis morbus hansen

34
Company LOGO PENEGAKAN DIAGNOSIS MORBUS HANSEN Lab/ SMF. I.K.Kulit & Kelamin FK.UNEJ/ RSD.Dr.Soebandi Jember

Upload: farah-azizah

Post on 28-Oct-2015

85 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Company

LOGOPENEGAKAN DIAGNOSIS

MORBUS HANSEN

Lab/ SMF. I.K.Kulit & Kelamin

FK.UNEJ/ RSD.Dr.Soebandi Jember

Page 2: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

DEFINISI

Page 3: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

ETIOLOGI

Page 4: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Mycobacterium leprae

Page 5: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

EPIDEMIOLOGI

Page 6: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen
Page 7: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Faktor sumber penularan

Faktor kuman Morbus Hansen

Faktor Daya tahan tubuh

MORBUS MORBUS HANSENHANSEN

Page 8: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

KLASIFIKASI MORBUS HANSEN

Menurut Ridley dan Jopling :1.Tipe tuberkuloid (TT)2.Tipe borderline tuberculoid (BT)3.Tipe Mid borderline (BB)4.Tipe borderline lepromatous (BL)5.Tipe lepromatosa (LL)

Klasifikasi menurut WHO:1.Tipe Pausibasiler (PB)2.Tipe Multibasiler (MB)

Page 9: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Gambaran klinis penderita morbus Hansen menurut pengklasifikasian Ridley & Jopling:

TT

BT

(TT) (BT)

BL LL

BB

Page 10: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Klasifikasi: WHO

Page 11: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Diagnosis

Tanda kardinal :

a.Makula hipopigmentasi, eritema + anastesi/ hipoanastesi.

b.Penebalan saraf tepi + gangguan fungsi syaraf

c.Kuman batang tahan asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit (BTA +).

Page 12: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Kusta

Bercak > 5, saraf >1, BTA +Bercak < 5,

saraf 1, BTA -

Observasi 3-6 bln

Ada

Rujuk

Bukan kusta

Tidak

BTA

Cardinal Sign

ragu

Jumlah bercak , penebalan saraf tepi dan gangguan

fungsi saraf

Ada Tidak ragu

Cardinal Sign

PB MB

Tersangka

Page 13: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

DIAGNOSIS

ANAMNESISPEMERIKSAAN FISIK1. Inspeksi kulit & palpasi saraf tepi Pemeriksaan saraf :Bandingkan saraf bagian kiri dan kanan

membesar atau tidakPembesaran regular (smooth) atau irregular,

bergumpalPerabaan keras atau kenyal.Nyeri atau tidak

Page 14: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Pemeriksaan perabaan saraf tepi

N. Auricularis Magnus

N. Ulnaris

Kepala menoleh kearah yang berlawanan, teraba syaraf menyilang muskulus Sternokleidomastoidius bagian 1/3 atas dan tengah

Posisi tangan dalam keadaan pronasi ringan, sendi siku fleksi, jabat tangan penderita, raba epikondilus medialis humerus, dibelakang dan atas pada sulkus ulnaris. Urut kearah proksimal untuk membedakan dengan tendon

model by: DM Aufa (thanks a lot..)

Page 15: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

N. Peroneus lateralis

Penderita duduk dalam keadaan keadaan lutut fleksi 90 derajat, raba kapitulum fibulae, kearah bagian atas dan belakang

N. Tibialis posterior

Raba maleulus medialis kaki, raba bagian posterior dan urutkan kebawah kearah tumit. Pemeriksaan harus dibandingkan kiri dan kanan dalam hal besar, bentuk, seratnya, lunaknya

Page 16: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

2. TES FUNGSI SARAF

a. Tes Sensoris kulit

Gangguan TesSensibilitas suhu Tes panas, dingin

Nyeri Jarum pentul

Rasa raba Kapas

Page 17: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen
Page 18: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

b. Tes sensoris dan motoris saraf tepi

Px Fungsi sensoris saraf Ulnaris dan Medianus

Px Fungsi motoris Saraf Ulnaris

Page 19: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Tes sensoris dan motoris saraf tepi

Pemeriksaan Fungsi motoris Saraf Medianus

Pemeriksaan Fungsi motoris Saraf Radialis

Page 20: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Tes sensoris dan motoris saraf tepi

Pemeriksaan Fungsi sensoris saraf tibialis posterior

Pemeriksaan Fungsi motoris saraf Peroneus Communis

Page 21: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

c. Tes Otonom

Tes dengan pensil tinta (tes Gunawan)

Tes pilocarpin

Pensil tinta digariskan mulai dari bagian tengah lesi yang dicurigai terus sampai ke daerah kulit normal .

Daerah kulit pada makula dan perbatasannya disuntik dengan pilocarpin subkutan. Setelah beberapa menit tampak daerah kulit yang normal berkeringat, sedangkan daerah lesi tetap kering

Page 22: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan bakterioskopis

pewarnaan ziehl neelsen

tampak merah pada sediaan.

Bentuk batang utuh (solid) Batang terputus(fragmented)

basil hidup

Page 23: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Pemeriksaan bakterioskopis…

Globus

Granular

TitleAdd your text

Clumps 

Page 24: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Pemeriksaan bakterioskopis…

Indeks Bakteri (IB) dengan nilai dari 0 sampai 6+ menurut Ridley.

0 : Bila tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang (LP).

1+ : Bila 1-10 BTA dalam 100 LP

2+ : Bila 1-10 BTA dalam 10 LP

3+ : Bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP

4+ : Bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP

5+ : Bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP

6+ : Bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP.

Page 25: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Indeks Morfologi (IM)

Hasil negatif palsu akibat:

1.Preparasi yang tidak adekuat, 2.Cara pewarnaan yang salah 3.Pembacaan yang tidak adekuat.

Hasil positif palsu akibat:

1.Presipitasi zat warna2.BTA saprofit 3.Pewarnaan serat, biji-bijian4.Ada goresan pada obyek glass5.Kontaminasi akibat menggunakan obyek glass bekas.

IM = Jumlah seluruh kuman utuh x 100%Jumlah seluruh kuman yang diperiksa

Page 26: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

b. Pemeriksaan histopatologik

Tampak basil tahan asam pada pewarnaan ZN Gambaran sel histiosit (HE)

Gambar 2.13. Tampak basil tahan asam pada pewarnaan ZN

TT. Non caseating granuloma tampak disekitar dermis

TT: Terdapat satu granuloma pada saraf kutan

Page 27: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Indeterminate leprosy: Tampak serbukan limfosit pada lapisan superficial dan lapisan dalam dermis. Tampak sel epiteloid. Indeterminate leprosy: tampak serbukan limfosit

di dalam saraf

LL: terdapat globi dalan sitoplasma makrofag

Page 28: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

c. Tes Imunologis (Serologis)

1. Tes LeprominReaksi Fernandez (+), bila terdapat

indurasi dan eritema pasien bereaksi terhadap M. leprae

Reaksi Mitsuda bernilai :

0 : Papul Ø ≤ 3 mm

+1 : Papul Ø 4-6 mm

+2 : Papul Ø 7-10 mm

+3 : Papul Ø >10 mm atau papul dengan ulserasi

Page 29: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Tes Imunologis (Serologis)…

2. Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)

mengetahui titer antibodi Ig G

3. PCR (Polimerase Chain Reaction)

sangat sensitif

4. Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay)

mengukur banyaknya ikatan antigen antibodi yang terbentuk

5. ML dipstick (Mycobacterium Leprae dipstick)

mengetahui titer antibodi Ig M

Page 30: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Diagnosis Banding

Tipe I: tinea versikolor, pitiriasis alba, dermatitis seboroika.

Page 31: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Tipe TT (Tuberkuloid) tinea korporis, psoriasis, lupus eritematosus diskoid, pitiriasis rosea

Page 32: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Tipe BB (Mid-Borderline), BT (Borderline Tuberkuloid), BL (Borderline Lepromatous) selulitis, erisipelas

Page 33: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Tipe LL (Lepromatous) lupus eritematus sistemik, erupsi obat

Page 34: Penegakan Diagnosis Morbus Hansen

Company

LOGO