pendidikan versi aliran filsafat perennialisme

17

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme
Page 2: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

{179

PENDIDIKAN VERSI ALIRAN FILSAFAT PERENNIALISME

Sulaiman Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah

Banda Aceh

ABSTRAK

Tugas paling utama yang harus dilakukan dalam perjalanan hidup adalah memberikan kematangan pada generasi muda, kematangan dalam berpikir, bertindak dan mengambil keputusan. Adapun kematangan tersebut akan terbentuk melalui proses pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa, orang tua serta masyarakat di lingkungan sosial. Pendidikan yang diinginkan menurut versi aliran filsafat perenialisme, berupa pendidikan yang komplit dari berbagai aspek dan dimensi ilmu. Harapan dari sebuah pendidikan akan terbentuknya manusia dan anak-anak didik yang memiliki pemikiran kritis dan rasional dalam memikirkan masa depannya. Melalui pendidikan akan tercipta, membentuk karakter masyarakat yang bermartabat dan bernilai.

Key Word: Pendidikan, filsafat, perenialisme.

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan bagian kebutuhan mendasar manusia (al-

hâjat al-asasiyyah) yang harus dipenuhi oleh setiap manusia seperti halnya

pangan, sandang, kesehatan, dan perumahan. Pendidikan adalah bagian

dari masalah politik (siyâsah) yang diartikan sebagai ri‘âyah asy-syu’ûn al-

ummah (pengelolaan urusan rakyat) berdasarkan ideologi yang diemban

negara.

Page 3: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

180}

Berdasarkan pemahaman mendasar ini, politik pendidikan (siyâsah

at-ta‘lîm) suatu negara sangat ditentukan oleh ideologi (pandangan hidup)

yang diemban negara tersebut. Faktor inilah yang menentukan karakter dan

tipologi masyarakat yang dibentuknya. Dengan demikian, politik

pendidikan dapat dipahami sebagai strategi pendidikan yang dirancang

negara dalam upaya menciptakan kualitas human resources (sumber daya

manusia) yang dicita-citakan.

Untuk menghasilkan sumber daya yang berkualitas dibutuhkan

pada sebuah kata “pendidikan” serta memiliki konsep dan landasan yang

jelas tentang pendidikan. Dewasa ini nampaknya pendidikan kita, boleh

disebut telah berhasil namun di sisi keberhasilannya tersebut tanpa disadari

atau memang kita tidak mau sadar dan memikirkannya bahwa kegagalan

besar dalam membentuk karakter anak bangsa. Atau memang pendidikan

di negara kita harus kembali sebagai mana pendidikan kala dulu nenek

moyang kita dengan peralatan, perbekalan seadanya namun berhasil dalam

membentuk karakter anak bangsa. Maka melalui tulisan singkat ini akan

diuraikan sebuah konsep pendidikan versi aliran filsafat perenilisme,

barangkali menjadi tolak ukur terhadap pendidikan era ini.

B. Pembahasan

1. Pengertian Perenialisme

Istilah perenial berarti terus tiada akhir. Pengertian ini dapat di

analogikan dengan bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim

dari gejala kehidupan bunga. Mekar dari musim ke musim ini merupakan

teras. Karena merupakan gejala yang terus ada dan sama.201 Prilaku gejala

____________

201 Imam Barnadib Filsafat Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Penerbit (Fakultas Ilmu

Pendidikan (FIP) 1987), hal. 60.

Page 4: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

{181

dari musim ke musim itu di hubungkan atau sama lain seolah–olah

merupakan benang dengan corak warna yang khas, terus menerus sama.

Atas dasar pandangan di atas, maka untuk tiap sivilisasi perlu di

titik terang adanya watak yang selalu berulang kali dan sama. Tanpa usaha

macam ini manusia akan kehilangan jejak dan faktor-faktor yang

menstabilkan peradabannya sendiri.

Aliran ini di anggap sebagai “regressive road to colture” yakni jalan

kembali, atau kemunduran kepada kebudayaan masa lampau perenialisme

menghadapi kenyataan dalam kebudayaan manusia sekarang, sebagai suatu

krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Untuk menghadapi

krisis itu, perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan “kembali

kepada kebudayaan masa lampau” kebudayaan yang di anggap ideal.

Pendidikan harus banyak mengarah pusat perhatiannya kepada

kebudayaan yang ideal yang telah teruji dan tangguh. Karena itu

perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses

pengembalian keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan yang

dimaksud, yaitu perenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain

kembali kepada prinsip-prinsip yang telah sedemikian di bentuk sikap

kebiasaan, bahkan kepribadian manusia selain kebudayaan dulu dan

kebudayaan abad pertengahan.

Aliran perenialisme ini dalam bahasa Latin disebut dengan

Philosophia Perenis yang didirikan oleh Aristoteles dan kemudian

dikembangkan oleh St. Thomas Aquinas pada abad ke 13 M. Aliran ini

sangat menghormati ide-ide atau pikiran-pikiran zaman dahulu yang

sukses, seperti zaman Yunani kuno atau zaman pertengahan (abad ke 13 M).

Mereka yakin ide-ide atau pikiran-pikiran yang terdapat pada kedua masa

itu sangat bermanfaat bagi zaman sekarang ini. Ini berarti pengembangan

manusia harus diikutsertakan sistem masa lampau yang sukses.

Page 5: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

182}

Asas yang di anut perenialisme bersumber pada kebudayaan yang

berkiblat dua, yaitu (a) Perenialisme yang thelogis bernaung di bawah

supremasi gereja katolik, dengan orientasi pada ajaran dan tafsir Thomas

Aquinas dan (b) Perenialisme sekuler berpegang pada ide dan cita filosofis

Plato dan Aristoteles.202

2. Pola Dasar Pendidikan Perenialisme

Pola dasar perenialisme hanya dibatasi pada prinsip-prinsip umum

dari tiori dan praktek pendidikan yang dilakukan oleh penguat

perennialisme. Bahkan harus diakui bahwa prinsip-prinsip pelaksanaan

perennialisme tidak selalu secara mutlak konsisten dengan asas-asas filosof

yang menjadi dasar pandangannya. Meskipun demikian, perennialisme

tetap dipengaruhi oleh ketiga tokoh utamanya. Plato, Aristatoles dan

Thomas Aquinas.

a. Pokok pikiran Plato

Esensial realita, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai ialah manifestasi

dari pada hukum universal yang abadi dan sempurna, yakni ideal (yang

sempurna). Dengan demikian keterlibatan sosial hanya akan mungkin bila

ideal itu menjadi standar, asas normatif dalam tata pemerintahan. Dan

tujuan umum pendidikan ialah membina pemimpin yang sadar dan

mempraktekkan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.

Psikologi Plato mengajarkan bahwa manusia pada kodratnya

memiliki tiga potensi: nafsu, kemauan dan pikiran, karena itu pendidikan

harus mengembangkan ketiga potensi itu. Ketiga potensi itu merupakan

pola asas pendidikan manusia, watak manusia. Karena itu struktur sosial

____________

202 Zuhairini, Dkk. Filsafat Pendidikan Islam, Cet III. (Jakarta: PT Bumi Aksara 2004), hal. 28.

Page 6: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

{183

didasarkan atas dasar kepribadian ini.203 Bahwa perimbangan ketiga potensi

itu tidak sama pada setiap individu:

1) Manusia yang berpotensi rohaninya, inilah manusia kelas

pemimpin, kelas sosial yang tinggi. Tipologi yang dimiliki oleh

kelompok pertama ini, mereka merupakan manusia yang

memiliki kemampuan baik kemampuan rohani maupun

kemampuan dalam berpikir, mereka memiliki intelektual tinggi.

2) Manusia yang besar atau dominan potensi kemauannya, ialah

manusia prajurit, kelas menengah. Tipologi ini, umumnya dapat

kita temukan di kalangan masyarakat. Bahkan masyarakat di

Indonesia untuk kelas menengah ini yang paling banyak.

3) Manusia yang dominan potensi nafsunya, ialah kelas rakyat

jelata, kaum pekerja. Tipologi yang terakhir ini, menggambarkan

bahwa masyarakat yang terendah mereka tidak ada minat dan

kurang keinginan dalam menggapai masa depan mereka.

Umumnya mereka lebih cenderung memikirkan tentang

kebutuhan-kebutuhan yang bersifat penting, mendesak dan itu

tidak terus menerus. Dalam bahasa lain layak digambarkan

untuk kelompok ini mencari sesuap nasi untuk saat ini sementara

untuk kebutuhan seterusnya nanti dipikirkan.

Pendidikan harus berorientasi kepada asas psikologis ini sekaligus

berorientasi kepada masyarakat, yakni untuk memenuhi ketiga kelas

masyarakat itu. Sudah seharusnya saat ini pendidikan Indonesia memihak

ke rakyat. Masyarakat butuh pendidikan untuk pengembangan, aktualisasi

mereka.

____________

203 Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pancasila, Cet I.

(Surabaya: Usaha Nasional. 1983), hal. 230.

Page 7: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

184}

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat saat ini perlu

adanya sesuatu kebijakan pemerintah, pemerintah wajib memberikan

pendidikan, fasilitas yang layak untuk anak-anak bangsa. memperbaiki

nasib dan masa depan mereka merupakan kewajiban bersama.

b. Aristoteles

Sebagian ajaran Aristoteles meneruskan ide-ide Plato, tetapi dengan

cara yang lebih dekat dengan realitas dunia, dan tidak lebih supernatural

dan exstra-natural seperti konsepsi Plato. Aristoteles terutama menitik berat

pembinaan berpikir melalui media sciences dan terutama dengan filsafat-

tentang pembinaan pemimpin yang bijak dalam rangka tujuan politik dan

kehidupan negara, ia sependapat dengan gurunya, Plato.

Aristoteles juga menganggap pembinaan kebiasaan sebagai dasar.

Terutama dalam pembinaan kesadaran disiplin atau moral, harus melalui

proses permulaan dengan kebiasaan pada waktu anak masih muda. Secara

ontologis, ia mengatakan bahwa sifat atau watak anak lebih banyak materi-

materi dari pada bentuk, dan ia masih dalam proses ”jauh” dan aktualitas.

Dengan kata lain, guru lebih banyak mempunyai aktualitas, sedangkan

murid lebih banyak potensialitas.204

Penting sekali pembinaan dasar yang harus diberikan kepada anak

didik oleh para orang tua, guru dan masyarakat umum. Terutama sekali

menyangkut dengan masa depan mereka, kehidupan mereka harus

ditanamkan nilai-nilai yang bagus. Bimbingan moral, akhlak, prilaku dalam

pergaulan dengan lingkungan sosial.

Anak didik perlu diperkaya dengan siraman rohani, mereka harus

diawasi, memberikan bimbingan serta dorongan yang penuh ekstra agar

____________

204 Ibid, hal. 321.

Page 8: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

{185

mereka menjadi orang-orang yang bermartabat dan penuh dengan tata

krama dalam mewarnai kehidupan dalam lingkungan sosial.

c. Thomas Aquinas

Persamaan Aquinas dengan Aristatoles ialah dalam kepercayaan

tujuan pendidikan sebagai usaha mewujudkan kapasitas (potensial) yang

ada di dalam individu agar menjadi aktif, dan nyata menjadi aktualitas.

Peranan guru terutama mengajar (to instruc) dalam arti memberi bantuan

pada anak untuk berpikir jelas dan mampu mengerti hukum pertama secara

intuitif.205

Aquinas menganalogikan fungsi guru sebagaimana fungsi seorang

dokter. Dokter berfungsi membantu orang sakit supaya sehat, sebab si-sakit

punya kecenderungan sembuh, sehat. Seperti itu pula, tugas seorang guru

ialah membantu perkembangan prestasi-prestasi yang ada pada anak untuk

berkembang. Kedua tugas itu, oleh dokter dan guru, tak mungkin sukses,

tanpa adanya potensi yang sudah tertanam pada manusia.

Guru adalah orang-orang yang profesional, memiliki kemampuan

dalam mendidik anak-anak. Sebagai tugas utamanya mengajar, menggali

potensi yang ada pada anak didik serta mengarah dan membina agar anak

didik kelak menjadi manusia yang bernilai.

3. Pola Dasar Pendidikan Perenialisme Zaman Modern

Pengaruh teori dan praktek pendidikan abad pertengahan masih

berbekas sampai sekarang. Organisasi universitas modern sekarang banyak

mengikuti pola zaman itu. Pengajaran atau perkuliahan dengan kata-kata

yang dipelopori Aquinas, tetapi dipraktekkan, demikian juga bahasa latin

masih dianggap penting sampai sekarang. Pengaruh sistem pendidikan

abad pertengahan zaman sekarang sejalan dengan pengaruh filsafatnya

pada zaman modern ini. Sesungguhnya Comenius dan pestalozzi, adalah

refleksi tak langsung dari pada semangat thomisme.

____________

205 Ibid, hal. 322.

Page 9: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

186}

Pandangan politik dalam perennialisme terdiri atas “ Sayap harian”

dengan tokoh Belloc dan Berdyiove dan “ Sayap kiri” dengan tokoh

Maritain dan Adler. Secara filosofis perbedaan kedua sayap ini ialah

pertama memandang kepercayaan politik bersumber pada asas-asas

metafisis, yang berdasarkan kebijakan moral dan kebijakan intelektual, dari

kebenaran murni. Bagi sayap kanan nilai-nilai pandangan mereka itu dalam

hierarki nilai lebih tinggi dari pada asas-asas nilai yang menjadi dasar oleh

sayap kiri, masalah sosial, masalah kehidupan manusia sehari-hari.

Sedangkan sayap kiri yang dipelopori Maritain itu, dinamakan

“Politik Person” aliran ini memandang manusia pribadi sebagai bagian dari

seluruh umat manusia. Tujuan utama kehidupan politik ialah membina

manusia yang menghormati dirinya dan manusia sebagai manusia dengan

martabat kemanusiaannya.206

4. Teori Pendidikan

Teori pendidikan termuat cakupan berikut ini:

a. Tujuan pendidikan

Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha

atau kegiatan selesai; artinya tujuan merupakan kehendak seseorang untuk

mendapatkan dan memiliki, serta memanfaatkannya bagi kebutuhan

dirinya sendiri atau orang lain.207 Untuk mencapai hingga puncak tujuan

perlu adanya usaha yang harus dilakukan.

Ada pun tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialisme,

adalah untuk memastikan bahwa para anak didik memperoleh pengetahuan

tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah.

____________

206 Ibid, hal. 324.

207 M. Nasir Budiman, Pendidikan dalam Perspekti Al Qur’an, Cet I. (Jakarta: Madani Press

2001), hal. 11.

Page 10: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

{187

Kaum perenialis, juga percaya bahwa dunia alamiah dan hakikat manusia

pada dasarnya tetap tidak berubah selama berabad-abad; jadi gagasan besar

terus memiliki potensi yang paling besar untuk memecahkan permasalahan-

permasalahan setiap zaman.208

Membantu anak menyingkap dan menanamkan kebenaran-

kebenaran hakiki. Oleh karena kebenaran-kebenaran tersebut universal dan

konstan, maka kebenaran-kebenaran tersebut hendaknya menjadi tujuan-

tujuan pendidikan yang murni.209 Kebenaran-kebenaran hakiki dapat

dicapai dengan sebaik-baiknya melalui:

1) Latihan intelektual secara cermat untuk melatih pikiran.

Intelektual perlu diasah secara terus menurus, agar terbiasa

berpikir kritis dan tanggap dengan persoalan-persoalan. Berpikir

jika tidak dilatih akan beku dan tidak jalan dalam berpikir, oleh

karena demikian pelatihan untuk berpikir penting.

2) Latihan karakter sebagai suatu cara mengembangkan manusia

spiritual.

b. Metode Pendidikan

Perumusan pengertian metode biasanya disandingkan dengan

teknik, yang mana keduanya saling berhubungan. Metode pendidikan

adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan

pendidikan. Sedangkan teknik pendidikan adalah langkah-langkah konkret

pada waktu seseorang melaksanakan pengajaran di kelas.210 Latihan mental

dalam bentuk diskusi, analisis buku melalui pembacaan buku-buku

tergolong karya-karya besar, buku-buku besar tentang peradaban Barat.

____________

208 Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet I. (Bandung: Alfabeta 2009), hal 155. 209 Mudyahardjo, Redja, “Pengantar Pendidikan”, (Jakarta: Pt Raja Grafindo, 2002), hal. 12. 210Abdul Mujib, dkk Ilmu Pendidikan Islam, Cet I. (Jakarta: Kencana 2006), hal. 166.

Page 11: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

188}

c. Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar dan hasil belajar, serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai kompeteni dasar dan tujuan pendidikan.211

Kurikulum juga merupakan suatu program pendidikan yang disediakan

untuk membelajarkan siswa.212 Kurikulum berpusat pada mata pelajaran,

dan cenderung menitik beratkan pada: sastra, matematika, bahasa, dan

humaniora, termasuk sejarah. Kurikulum adalah pendidikan liberal.

d. Pelajar

Pelajar adalah makhluk rasional yang dibimbing oleh prinsip-prinsip

pertama, kebenaran-kebenaran abadi, pikiran mengangkat dunia biologis.

e. Pengajar (guru)

1) Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan

kegiatan belajar-mengajar di kelas.

2) Guru hendaknya orang yang telah menguasai suatu cabang,

seorang guru yang ahli (a master teacher) bertugas membimbing

diskusi yang akan memudahkan siswa menyimpulkan

kebenaran-kebenaran yang tepat, dan wataknya tanpa cela. Guru

dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas dalam suatu

bidang pengetahuan dan keahliannya tidak diragukan.

____________

211 E. Mulyasa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Cet II. (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), hal.46.

212 Oemar Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. X. (Jakarta: Bumi Aksara 2010), hal.

17.

Page 12: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

{189

5. Teori Belajar Menurut Perennialisme

Tuntutan tertinggi dalam belajar, menurut perennialisme adalah

latihan dan disiplin mental. Maka teori dan praktek pendidikan haruslah

mengarah kepada tuntutan tersebut.213

Sebagai makhluk manusia mempunyai keistimewaan dibandingkan

dengan makhluk yang lain, ialah karena memiliki sifat rasionalitas.

Rasionalitas ini merupakan sifat umum manusia dan manusia adalah pada

sosialitas tersebut. Sifat rasional pada manusia melahirkan konsep dasar

tentang kebebasan. Dengan rasionalnya manusia dapat membebaskan

dirinya dari belenggu yang dapat menurunkan harkat dan martabatnya

seperti kebodohan. Adapun teori dasar dalam belajar menurut

perennialisme :

a. Mental Discipline sebagai teori dasar. Penganut perennialisme

sependapat bahwa latihan dan pembinaan berpikir (Mental

Discipline) adalah salah satu kewajiban tertinggi dari belajar, atau

keutamaan dalam proses belajar ( yang tinggi ). Karena itu teori dan

program pendidikan pada umumnya di pusatkan kepada pembinaan

kemampuan berpikir. Teori belajar ini tidak saja secara psikologis

berpangkal pada kepercayaan tentang daya jiwa, potensi-potensi

jiwa, tetapi juga secara filosofis bersumber pada asas hylomor phisme-

potensialitas menuju aktualitas.

b. Rasionalitas dan Asas kemerdekaan. Perenialisme menekankan

prinsip utama, bahwa manusia, baik berbagai jenis maupun

martabatnya berbeda dengan semua makhluk alam lainnya. Asas

berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama dalam

pendidikan. Dan makna kemerdekaan pendidikan telah membantu

manusia untuk menjadi dirinya sendiri, yang membedakan dengan

makhluk lain. Fungsi belajar harus belajar diabadikan bagi tujuan ini,

yaitu aktualitas manusia sebagai makhluk rasional yang bersifat

merdeka.

____________

213 Imam Barnadib Filsafat Ilmu Pendidikan..., h 76.

Page 13: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

190}

c. Belajar untuk berpikir. Bagaimana tugas berat ini dapat

dilaksanakan, yakni belajar supaya mampu berpikir. Perenialisme

tetap terpercaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam

permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis dan

berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan penahapan

itu, maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan sekolah

menengah dan pendidikan tinggi.

d. Belajar sebagai persiapan hidup. Belajar untuk mampu berpikir

bukanlah semata-mata tujuan kebijakan moral dan kebijakan

intelektual sebagai filosofis. Belajar untuk berpikir berarti pula guna

memenuhi fungsi practical philosophy baik etika, sosial politik, ilmu

dan seni. Dan ini berarti memenuhi fungsi kehidupan manusia di

dalam kebudayaan.

e. Learning Though Teaching (belajar melalui pengajaran). Perenialisme

selalu cenderung untuk membandingkan antara the art of theaching

and the art of medicine, seni mendidik dan seni dalam kesehatan

(pengobatan, kedokteran). teori ini berasal dari Aquinas yang

melihat potensi kesehatan sebagai inheren seperti juga potensi

kecakapan adalah inheren, dalam potensi aktualitas.214

6. Kurikulum Perenialisme

Kurikulum menurut kaum perenialis harus menekankan pada

pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi

terpelajar secara kultur para siswa harus berhadapan dengan bagian seni

dan sains, yang merupakan karya terbaik dan signifikan yang diciptakan

manusia.215 Kurikulum versi perenialisme di dasarkan pada tiga asumsi:

a. Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran yang langsung

terus menerus. Kebenaran apapun akan selalu benar di mana pun

____________

214 Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pancasila..., hal. 328.

215 Uyoh Sadulloh Pengantar Filsafat Pendidikan..., hal. 155.

Page 14: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

{191

juga; pendek kata, kebenaran bersifat universal dan tak terikat

waktu.

b. Karena kerja pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan

pada gagasan-gagasan, pendidikan juga harus memfokuskan pada

gagasan-gagasan. Pengolahan rasionalitas manusia adalah fungsi

penting pendidikan.

c. Pendidikan harus menstimulasi para Mahasiswa untuk berpikir

secara mendalam mengenai gagasan signifikan. Para guru harus

menggunakan pemikiran yang benar dan kritis seperti metode

pokok mereka, dan mereka harus mensyaratkan hal yang sama pada

siswa.

Sekolah rendah memberi pendidikan dan pengetahuan dasar,

pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis dan berhitung anak

didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan lain.216

Filsafat pendidikan perenilaisme juga mempengaruhi sekolah-

sekolah modern sekarang, di mana pandangan-pandangan kurikulumnya

mempengaruhi praktek pendidikan:

a. Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah.

1) Perbedaan Progressivisme dan Perenialisme terutama pada

sikapnya tentang “Education as Preparation” dewey dan tokoh-

tokoh pregressivisme yang lain menolak pandangan bahwa

sekolah (pendidikan) adalah persiapan untuk hidup. Tetapi

perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan

bagi kehidupan di masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal

pada ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju

aktualitas, menuju kematangan.

____________

216 Imam Barnadib Filsafat Ilmu Pendidikan..., hal. 78.

Page 15: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

192}

2) Kurikulum Sekolah Menengah

Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai

persiapan berlaku bagi peserta didik menengah. Perennilisme

membedakan kurikulum pendidikan menengah antara program,

“general educatioan “ dan pendidikan kejuruan, yang terbuka

bagi anak 12 - 20 tahun.217

b. Pendidikan Tinggi dan Adult Education

1) Kurikulum Univeritas

Program “general education” dipersiapkan untuk pendidikan

tinggi dan adult education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan

pendidikan menengah dengan program general education yang

telah selesai disiapkan, bagi umur 12 tahun sebab dianggap telah

cukup mempunyai kemampuan melaksanakan program

pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi pada prinsipnya diarahkan

untuk mencapai tujuan kebijakan intelektual yang disebut “The

intelectual Love Of Cod”.218

2) Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa (adult education)

Aliran ini sangat menaruh perhatian pada pendidikan orang

dewasa, gereja katolik misalnya mengadakan sejumlah

pendidikan bagi organisasi-organisasi perdagangan dalam

rangka memperbesar pengaruh atas gereja (organisasi) buruh.

Tujuan pendidikan orang dewasa adalah meningkat

pengetahuan yang telah dimilikinya dalam pendidikan lama

sebelum itu, menetralisir pengaruh-pengaruh jelek yang ada.

Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah

menggunakan sikap bijaksana dan membina kebudayaannya.

____________

217 Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pancasila..., hal. 330.

218 Ibid, hal. 331.

Page 16: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

{193

C. Penutup

Perenialisme merupakan filsafat yang menganut paham konservatif,

di mana dalam tatanan kehidupan saat ini perlu melihat kembali ke belang,

arti perlu melihat kembali terhadap sosio, budaya dan kultural yang pernah

jaya masa lampau. Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang

sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh

kekacauan, kebingungan dan kesimpangsiuran.

Ada satu hal yang paling menonjol saat ini yang di temukan dalam

masyarakat adalah masalah moral. Kemudian kriminal tiap hari bahkan tiap

jam diberitakan di media elektronik dan media cetak, di sudut-sudut kota

pun mudah ditemukan. Apakah itu proses yang dihasilkan dari pendidikan

saat ini.

Masyarakat seolah-olah tidak lagi hidup dalam budaya bahkan

mereka tidak menghiraukan lagi masalah budaya dan nilai-nilai yang

tertanam dalam masyarakat. Oleh karena demikian, agar masyarakat saat

ini terbentuk kembali sebagai masyarakat yang mempunyai budaya dan

nilai-nilai leluhur perlu ditinjau kembali ke dalam dunia pendidikan.

Pendidikan adalah satu-satunya solusi untuk menata kehidupan

masyarakat.

Untuk memperbaiki tatanan kehidupan masyarakat saat ini yang

penuh dengan kekacauan dan ketidakpastian maka perlu dilihat beberapa

aspek yang terkait dengan pendidikan seperti berkaitan dengan isi

kurikulum, apakah sudah cukup relevan kurikulum yang sudah ada dengan

masa saat ini, kalau tidak relevan harus direvisi kembali, selanjutnya sisi

lain berkaitan dengan tenaga pendidik yaitu guru, sarana dan unsur-unsur

lain yang menjadi pendukung dalam pendidikan perlu ditinjau ulang dan

dievaluasi.***

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, M. Nasir. 2001. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Cet I. Jakarta: Madani Press.

Page 17: Pendidikan Versi Aliran Filsafat Perennialisme

Vol. 01, No. 01, Januari 2013

194}

E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Cet II. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. 10. Jakarta: Bumi Aksara.

Imam Barnadib. 1987. Filsafat Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan (Fip).

Mudyahardjo, Redja. 2002. “Pengantar Pendidikan”, PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Mujib, Abdul, dkk. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Cet I. Jakarta: Kencana.

Murziqin, R., Tabrani ZA, & Zulfadli. (2012). Performative Strength in the Hierarchy of Power and Justice. Journal of Islamic Law and Culture, 10(2), 123–144.

Noor Syam, Mohammad. 1983. Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pancasila, Cet I. Surabaya: Usaha Nasional.

Sadulloh, Uyoh. 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan, Cet I. Bandung: Alfabeta.

Tabrani ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern). Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.

Tabrani ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education Indonesia. International Journal of Democracy, 17(2), 99–113.

Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia. International Journal of Democracy, 18(2), 271–284.

Tabrani ZA. (2013). Pengantar Metodologi Studi Islam. Banda Aceh: SCAD Independent.

Tabrani ZA. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 211–234.

Tabrani ZA. (2015). Persuit Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi Studi Islam). Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Zuhairini, dkk. 2004. Filsafat Pendidikan Islam, Cet III. Jakarta: PT. Bumi Aksara.