pendidikan multikultural dalam al- qur’an (telaah...

91
i PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL- QUR’AN (TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK) SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Sakinatul Birroh NIM: 11113190 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 17-May-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL-

QUR’AN (TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK)

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

Sakinatul Birroh

NIM: 11113190

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

ii

3

4

vi

vi

MOTTO

ا امره ﴾٢٨﴿ا ارادشيئا ان ي مقول لو كن ف يكون اذ انم

Artinya: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghenaki sesuatu, Dia hanya

berkata kepadanya , “jadilah!” maka jadilah sesuatu itu (QS. Yâsîn/36: 82).

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku (Mustaqim & Siti Khotimah) yang senantiasa

mendoakan dan selalu percaya denganku.

2. Saudara-saudaraku (Muh Darsul Hafidz, Siti Zahroil Batul, Siti Ayamil

Choliyah) dengan adanya mereka telah memberi motivasi tersendiri.

3. Abah & Umi (K.Muhlasin & Nyai Choiriyatik) yang telah membimbing

menjadi lebih baik.

4. Dosen pembimbing (Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.), serta para guru dan

dosen yang telah membagikan ilmu.

5. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu menghiburku yang tidak bisa

disebutkan satu per satu.

6. Laki-laki terbaik yang selalu setia mendampingi, mendukung, serta

memberikan kebahagian dunia dan akhirat.

7. Sivitas akademik IAIN Salatiga.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang maha Rahman yang

telah mengangkat dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia

dan paling sempurna. Dan hanya dengan petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam selalu penulis haturkan

kepada uswatun khasanah Nabi Muhammad SAW, suri tauladan yang baik bagi

seluruh umat manusia. Sebagai insan yang lemah penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, akhirnya dengan

berbekal kemauan serta dukungan dari berbagai pihak, maka tersusunlah skripsi

ini dengan judul “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM AL QUR‟AN

TELAAH INTERPRETATIF TEMATIK. Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis

mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung serta

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan

penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga karya ini dapat

bermanfaat bagi penulis serta bagi pembaca pada umumnya.

Salatiga, 22 maret 2017

Sakinatul Birroh

NIM. 11113190

ix

ABSTRAK

Birroh, Sakinatul. 2017. Pendidikan Multikultural dalam Al Qur’an

Telaah Interpretatif Tematik. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK). Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.

Kata Kunci: Pendidikan Multikultural dalam Al Qur’an

Begitu banyak keragaman (multikultural) yang ada di dunia ini mulai dari

budaya, suku, etnis, bahasa, agama, bahkan kepercayaan yang berbeda. Tak jarang

hal ini bisa menjadi salah satu sebab timbulnya suatu konflik. Sebenarnya

keragaman tersebut tidak perlu dipermasalahkan karena memang sudah menjadi

sunatullah. Jadi hal yang mustahil jika ada seseorang yang mempunyai keinginan

untuk menyeragamkan keragaman tersebut. Melalui pendidikan multikultural

diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengahadapi keragaman (multikultural)

yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pendidikan

multikultural, serta untuk mengetahui ajaran multikultural yang terdapat dalam Al

Qur‟an yaitu dalam QS. Ar Rum ayat 22, Qs. Al Hujurat Ayat 13, Qs. Fatir Ayat

28, Qs. Al Maidah Ayat 48, Qs. Hud Ayat 118-119.

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan

(library research) dengan menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu‟i, atau

biasa disebut juga dengan tafsir tematik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pendidikan multikultural

merupakan sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk menghadapi berbagai

ragam perbedaan dalam bentuk budaya, bahasa, suku, ras, serta agama, untuk

membentuk sikap saling menghormati dan menghagai antar sesama manusia.

Kemudian terdapat ajaran multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22 mengenai

keragaman dalam hal komunikasi yaitu keragaman dalam bentuk bahasa, serta

keragaman ras yaitu keragaman bentuk dan warna kulit, dimana setiap manusia

atau individu memiliki bentuk dan warna kulit yang berbeda. Sedangkan dalam

QS. Al Hujurat ayat 13 menjelaskan tentang diciptakannya laki-laki dan

perempuan yang berpasang-pasang dalam bangsa-bangsa dan suku yang berbeda.

Kemudian dalam QS. Fatir ayat 28 dijelaskan adanya perbedaan pada setiap

makhluk. Dijelaskan pula dalam QS. Al Maidah ayat 48 yaitu tentang adanya

perbedaan pendapat dari setiap umat. Serta QS. Hud ayat 118-119 yang memiliki

perbedaan prinsip pada setiap umat bahkan dalam beragama.

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v

MOTTO ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6

D. Kegunaan Penelitian.............................................................. 6

E. Metode Penelitian.................................................................. 7

F. Pennegasan Istilah ................................................................. 9

xi

G. Sistematika Penulisan ........................................................... 11

BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURAL ................ 13

A. QS. Ar Rum Ayat 22 .............................................................. 13

B. QS. Al Hujarat Ayat 13 .......................................................... 16

C. QS. Fatir Ayat 28 ................................................................... 18

D. QS. Al Maidah Ayat 48 .......................................................... 19

E. QS. Hud Ayat 118-119 ........................................................... 22

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH ............................... 24

A. Asbabun Nuzul ....................................................................... 24

B. Munasabah ............................................................................. 29

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 42

A. Pendidikan Multikultural ......................................................... 42

B. Analisis Ajaran Multikultural dalam Al Qur‟an ...................... 51

BAB V PENUTUP .................................................................................... 70

A. Kesimpulan ............................................................................. 70

B. Saran ........................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah bangsa besar, memiliki georafis yang

sangat luas, terdiri lebih dari 13.000 pulau besar maupun kecil, memiliki

penduduk lebih dari 250 juta jiwa, terbentuk dari berbagai budaya, suku,

etnis, bahasa, serta agama yang berbeda. Indonesia mempunyai ratusan

suku, yang menggunakan hampir dari 200 bahasa daerah, serta menganut

agama atau kepercayaan yang berbeda pula, seperti Islam, Katolik,

Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu. Dengan demikian, maka tidak

heran jika Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di

dunia. Para pendiri bangsa telah sadar akan hal tersebut sehingga

megukuhkan semboyan berbangsa dan bernegara Bhinneka Tunggal Ika

yang berarti berbeda-beda tapi tetap bersatu. Dengan harapan semboyan

tersebut dapat menjadikan jiwa bagi tubuh yang mampu mewujud ke

dalam sikap berbagai kelompok untuk saling mengenal, saling memahami,

saling percaya, saling menghargai, saling mengakui, dan akhirnya saling

memberi manfaat.

Meskipun demikian, adanya berbagai perbedaan dan keragaman

tersebut jika tidak diimbangi dengan sikap menghargai dan menghormati

satu sama lain dapat memicu persoalan dan mengakibatkan berkurangnya

2

rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain.

Kekerasan, pemberotakan, dan pembunuhan tidak dapat dielakkan lagi.

Pembunuhan besar-beasaran terhadap Partai Komunis Indonesia pada

tahun 1965, kekerasan terhadap etnis Cina di Jakarta pada Mei 1998,

perang Islam-Kristen di Maluku Utara pada tahun 1999-2003, perang antar

etnis antara warga Dayak-Madura pada tahun 1931-2000, merupakan

sejarah kelam yang dialami Indonesia menyebabkan kurang lebih 2000

nyawa manusia melayang sia-sia. Selain itu, yang sedang terjadi pada

akhir-akhir ini konflik perseteruan politik dan perseteruan yang mengatas

namakan agama telah mengakibatkan terusiknya ketentraman masyarakat

selama ini.

Maka dari itu, menjadi keharusan bagi kita bersama untuk

memikirkan upaya pemecahannya (solution). Bukan hanya dari pihak

pemerintah saja yang harus bertanggung jawab dalam hal ini, akan tetapi

dari kalangan pendidikan juga harus ikut memikirkannya. Para kalangan

pendidikan sudah selayaknya berperan dalam menyalesaikan masalah

konflik perseteruan yang terjadi di masyarakat. Minimal, pendidikan

diharapkan mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa

konflik atau perseteruan bukan suatu hal yang baik untuk dibudayakan.

Dan seharusnya para kalangan pendidikan mampu memberikan tawaran-

tawaran yang mencerdaskan, seperti dengan mendesign materi, metode,

hingga kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya

sikap saling toleran, menghormati perbedaan suku, agama, ras, etnis dan

3

budaya masyarakat Indonesia yang multikultural. Sudah selayaknya

pendidikan berperan sebagai media transformasi sosisal budaya dan

multikulturalisme. Telebih bagi pendidikan agama Islam (Mahfud, 2006:

4).

Multikultural dimaknai sebagai paham yang menghendaki adanya

persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status

sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah

multikulturalisme juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan

berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Multikultural

secara etimologi berasal dari dua kata yaitu multi (banyak/beragam) dan

kultural (budaya atau kebudayaan), yang berarti keberagaman budaya.

Budaya dalam hal ini dipahami sebagai seluruh dialektika manusia

terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah,

seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain. Pada

awalnya istilah multikultural dikenal dengan istilah pluralisme yang

mengacu pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah atau

negara.

Ketika memaknai pendidikan Islam multikultural, kita akan dibawa

pada sebuah justifikasi yang menyatakan bahwa sebelum adanya konsep

multikultural ini, Islam tidak menghargai perbedaan dalam bentuk apapun.

Seperti perbedaan dalam bentuk budaya, wajah, bahasa, suku dan agama.

Padahal sesungguhnya, Islamlah yang paling pertama menghargai

perbedaan yang terjadi antar umat manusia. Jika ditelusuri secara

4

mendalam, ternyata sejarah Islam lebih banyak diwarnai perdamaian.

Benar bahwa terjadi banyak peperangan, tetapi kehidupan umat Islam

secara keseluruhan ketika itu lebih banyak diwarnai suasana damai.

Rasulullah Saw diutus menjadi Rasul ketika berumur 40 tahun. Kemudian

beliau berdakwah selama kurang lebih 23 tahun yang bisa dibagi menjadi

2 periode, yaitu periode Makkah yang berlangsung selama 13 tahun,

sedangkan periode Madinah berlangsung selama kurang lebih 10 tahun.

Berdasarkan sejarah, dakwah Rasulullah saw di Makkah tidak terjadi

peperangan, bahkan Rasul menjadi teladan agung dalam hal kesabaran,

ketabahan, dan jiwa pemaaf. Adapun periode Madinah, memang terjadi

banyak peperangan, itu karena umat Islam berusaha membela dirinya dari

serangan kaum Quraish yang memusuhi mereka dan berjuang

mengembalikan hak yang telah dirampas oleh kaum Quraish. Namun,

meskipun banyak peperangan, Islam tetap menunjukkan keluhurannya

sebagai agama yang damai. Contoh nyata dalam hal ini adalah adanya

piagam Madinah yang bertujuan untuk menghadirkan kehidupan sosial

yang stabil, aman, dan sejahtera di kota Madinah yang dihuni oleh

masyarakat majemuk. Adanya Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat untuk

suatu kesepakatan atau perjanjian perdamaian. Serta peristiwa pembebasan

kota Makkah (fathul Makkah) yang bertujuan agar masyarakat Madinah

yang beragam itu tetap berkomitmen untuk hidup bersama secara beradap

dengan membuat kontrak-kontrak sosial yang dihormati dan dipatuhi.

5

Begitu banyak ayat dalam Al Qur‟an yang menjelaskan tentang

ajaran multikultural, salah satunya dalam Q.S Ar Rum ayat 22 yang

menjelaskan adanya kebesaran Allah yang penciptaan langit dan bumi

serta perbedaan bahasa dan warna kulit. Perbedaan bahasa adalah sebuah

kewajaran. Begitu juga warna kulit, ada yang berkulit putih, hitam, coklat,

dan lain-lain. Perbedaan ini adalah hal yang sudah menjadi kehendak

Allah dan suatu hal yang mustahil jika ada pihak yang mempunyai

keinginan untuk menyeragamkan perbedaan. Al Qur‟an telah

mengingatkan bahwasannya Islam telah mengajarkan untuk saling

menghormati antar manusia satu dengan yang lainnya. Islam adalah agama

yang mengajarkan nilai-nilai universal dengan tujuan untuk memberikan

rahmat bagi semesta alam, (rahmatan lil‟alamin) sehingga terdapat ayat-

ayat dalam Al Qur‟an yang mengajarkan tentang perdamaian, kasih

sayang, menghormati perbedaan, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah

Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi telaah pada Q.S Ar Rum

ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat

48, dan QS. Hud ayat 118-119.

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana konsep pendidikan multikultural?

2. Bagaimana ajaran multikultural yang terkandung dalam Q.S Ar Rum

ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat

48, dan QS. Hud ayat 118-119?

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin

dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada

isi dan rumusan masalah (Tim, 2008: 16). Adapun tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan multikultural.

2. Untuk mengetahui ajaran multikultural yang terkandung dalam Q.S Ar

Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al

Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat menambah

kesadaran akan pentingnya pendidikan multikultural bagi bangsa

Indonesia, serta menambah khasanah pengetahuan tentang adanya

pendidikan multikultural dalam Islam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, ada beberapa manfaat penyampaian pesan melalui

buku yaitu:

a. Bagi bidang kepenulisan, penelitian ini diharapkan dapat memberi

masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat karya

buku yang sarat dengan pendidikan multikultural.

7

b. Bagi bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberi

masukan dalam pengembangan pendidikan bebasis multikultural

terlebih pada pendidikan agama Islam

c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan

di masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji dan

menganalisis objek sasaran penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan

tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

research), merupakan penampilan argumentasi penalaran keilmuan

yang memaparkan hasil kajian pustaka dan hasil olah pikir peneliti

mengenai suatu masalah/topik kajian.

2. Pendekatan

Dalam pencapaian hasil yang maksimal, maka metodologi

penelitian ini menggunakan pendekatan kajian tafsir maudlu‟i, atau

biasa disebut juga dengan tafsir tematik, yaitu cara menafsirkan kitab

suci dengan menghimpun ayat-ayat Al Qur‟an dari berbagai ayat yang

berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan. Dalam hal ini

peneliti akan membahas mengenai satu topik yaitu pendidikan

8

multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat Ayat 13, QS.

Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud Ayat 118-119.

Kemudian peneliti membahas dan menganalisis kandungan ayat

tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mendapatkan

pemahaman mengenai esensi dari kandungan ayat dalam Al Qur‟an

sehingga memperoleh suatu konsep yang lebih relevan.

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-

dokumen atau transkip yang telah ada. Adapun data penelitian ini

dibagi menjadi menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer

Merupakan bahan pokok yang diperoleh melalui buku

seperti Tafsir Jalalain.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang berupa bahan pustaka yang memiliki kajian

yang sama yang dihasilkan dari beberapa sumber lain.

Sehingga dapat membantu memecahkan permasalahan yang

menjadi fokus penelitian skripsi ini. Misalnya Pendidikan

Multikultural oleh Choirul Mahfud, serta sumber lainnya yang

relevan.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan ialah Content Analysis (analisis

isi), yaitu upaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang

9

dilakukan ulama-ulama tafsir terdahulu berdasarkan literature tafsir.

Disini penulis hanya menafsirkan pendidikan multikultural dalam

kandungan QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. Fatir

ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119. Kemudian

dari hasil penafsiran surah tersebut dianalisa secara mendalam dan

seksama mengenai pendidikan multikultural.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menelaah judul

penelitian, maka penulis akan menjelaskan istilah pokok yang terkandung

dalam judul, yaitu:

1. Pendidikan

Dalam arti khusus Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan

adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang

belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.

Sedangkan dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia

untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung

sepanjang hayat (Sadullah, 2014: 3).

Pendidikan menurut Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun

1973 juga dijelaskan bahwasannya pendidikan pada hakikatnya

merupakan suatu usaha yang disadari, untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam

maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.

10

Terdapat pula dalam UU RI No. 20 th 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dengan demikian dari berbagai pengertian diatas, penulis

mengambil kesimpulan bahwasannya pendidikan merupakan usaha

seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan dan menjadikan

seseorang agar menjadi lebih baik dari segi apapun secara sadar yang

berlangsung seumur hidup.

2. Multikultural

Secara etimologis multikultural dibentuk dari kata multi yang

berarti banyak, dan kultur yang berarti budaya. Dalam kata tersebut

terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam

komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik

(Mahfud, 2006: 75).

3. Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang

diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara

menggunakan perbedaan-perbedaan kultur yang ada pada siswa seperti

11

perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, ras, kemampuan, dan umur

agar proses belajar menjadi efektif dan mudah (Yaqin, 2005: 25).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini tersusun dalam tiga bagian, yaitu:

1. Bagian Awal

Yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan

pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan,

motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, dan daftar isi.

2. Bagian Inti

Bagian inti dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima

bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini

dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan

istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab kedua berisi kompilasi ayat-ayat yang berkenaan dengan

multikultural.

Bab ketiga merupakan asbabun nuzul dan munasabah dari ayat-

ayat multikultural.

Bab keempat berisi pembahasan mengenai pengertian pendidikan

multikultural, ciri-ciri penidikan multikultural, urgensi pendidikan

multikultural, tujuan pendidikan multikultural dan analisis tentang

12

pendidikan multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. Al Hujurat

ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah ayat 48, QS. Hud ayat 118-

119.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang merefleksikan kembali

ringkasan skripsi dalam bentuk kesimpulan dan saran

3. Bagian Akhir

Yaitu bagian yang memuat daftar pustaka, daftar riwayat hidup dan

lampiran-lampiran.

13

BAB II

KOMPILASI AYAT-AYAT MULTIKULTURAL

Kebereagaman antara umat di bumi ini telah menjadi kehendak Allah dan hal

yang mustahil dilakukan bagi siapa pun untuk menyeragamkan keberagaman

tersebut. Seperti yang telah diisyaratkan dalam firman Allah:

A. QS Ar Rum Ayat 22

ت ي لك ل انم ف ذ ت والرض واختلف السنتكم والوانكم و تو خلق السمم ي ومن ا

﴾٨٨﴿لمي للع

Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan

langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu, sungguh, pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

yang mengetahui. (QS Ar Rum/30: 22)

ت والرض واختلف السنتكم(و تو خلق السمم ي ا )ومن Dan diantara tanda-

tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-

lainan bahasa kalian, maksudnya dengan bahasa yang berlainan ( والوانكم)

dan berlain-lainan pula warna kulit kalian, diantara kalian ada yang

berkulit putih, ada yang hitam, dan lain sebagainya, padahal kalian berasal

dari seorang lelaki dan seorang perempuan yaitu Nabi Adam dan Siti

Hawa ( لك ل ي ت sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar (انم ف ذ

14

terdapat tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt ( لمي (للع

bagi orang-orang menhetahui yaitu bagi orang-orang yang berakal dan

berilmu (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 454).

Ayat di atas mejelaskan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang

menciptakan langit dalam hal ketinggian, keluasan, yang dihiasi dengan

beraneka bintang dan planet-planet yang tetap maupun yang beredar, serta

menciptakan bumi yang mempunyai gunung, sungai, laut, daratan,

binatang, dan tumbuhan. Semakin maju ilmu pengetahuan manusia,

semakin banyak hal baru terungkap dari keagungan dan kekuasaan Allah.

Dahulu manusia menganggap bahwa jumlah bintang sekitar lima hingga

enam ribu saja, hal ini karena mereka melihatya hanya dengan mata

telanjang. Kini setelah ada teleskop yang lebih kuat, kebesaran dan

keberagaman bintang-bintang dilangit semakin bertambah, dan jumahnya

belum diketahui seorangpun, hanya Allah Swt yang mengetahui jumlah

seluruh bintang yang ada dilangit (Imani, 2008: 141).

Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain adalah adanya

berbagai macam bahasa percakapan manusia di bumi yang tidak dapat

dihitung jumlahnya. Kata )ألسنتكم( alsinatikum adalah jamak dari kata

lasina yang berarti )لسن( yang berarti lidah. kata ini berasal dari )لسان(

fasih dan lancar. Kata lisân mempunyai dua bentuk jamak dengan

15

pengertian yang berbeda. Bentuk pertama adalah )ألسن( alsun kata lisan

disini dipandang sebagai muanas yang berarti kata dan sebutan.

Sedangkan bentuk kedua adalah )السنة( alsinah yang dipandang sebagai

mudzakar yang berarti bahasa atau pembicaraan (Quraish Shihab, 2007:

79). Berarti perbedaan lidah disini dapat diartikan sebgai perbedaan

bahasa, dialek dan intonasi (Quraish Shihab, 2007: 190).

Meskipun manusia hidup di satu bumi, dan berasal dari asal-usul

yang sama namun diantara mereka terdapat bahasa yang berbeda-beda.

Hampir dari setiap negara memiliki bahasa yang berbeda bahkan di

Indonesia sendiri memiliki lebih dari 250 bahasa daerah yang berbeda.

Disamping adanya perbedaan bahasa juga terdapat perbedaan

dalam hal warna kulit. Kata alwân, merupalan jamak dari laun, yang pada

mulanya berarti warna, namun di ayat ini berarti warna kulit. Semua

manusia yang ada di bumi ini tidak ada yang sama, meskipun mirip,

bahkan anak kembar sekalipun pasti ada perbedaan antara satu dengan

yang lainnya. Mulai dari sidik jari, raut muka, bentuk mata, bentuk hidung,

bentuk telinga, semuanya tidak ada yang sama (Hamka, 1988: 68). Ayat di

atas ditutup dengan )للعاملي( li al-„âlimîn/bagi orang-orang yang alim,

yakni bagi orang-orang yang berakal dan berilmu. Maksudnya terhadap

apa yang telah dijelaskan itu terdapat tanda-tanda yang nyata bagi orang-

16

orang yang mengetahui rahasia alam dan aturan-aturan bermasyarakat

(Ash-Shiddieqy, 2000: 3171).

B. QS Al Hujarat Ayat 13

و انم اكرمكم عندالل عوباومق بآئل لت عارف واكم ش ى وجعلن كم من ذكرومان ث آي هاالنماس انماخلقن ي

ر انمالل كم ات ق ﴾۳۱﴿و عليم خبي

Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti. (QS Al

Hujarat/49: 13)

ىكم من ذكرومان ث آي هاالنماس انماخلقن ي (Hai manusia, sesungguhnya Kami

menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) yakni

dari bangsa Adam dan Hawa كم شعوباوجعلن (dan Kami menjadikan kalian

berbangsa-bangsa ) lafadz syu‟ûban adalah bentuk jamak dari lafadz

sya‟bun, yang artinya tingkatan nasab keturunanyang paling tinggi وق بآئل

(dan bersuku-suku) kedudukan suku berada dibaawah bangsa, setelah suku

atau kabilah disebut Imarah, lalu Batn kemudian Fakhs dan yang paling

bawah adalah Fasilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu

bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah

nama satu Imarah, Qusay adalah nama suatu Batn, Hasyim adalah nama

17

suatu Fakhs, dan Al Abbas adalah nama suatu Fasilah. لت عارف وا (supaya

kalian saling mengenal) lafaz ta‟ârafû asalnya adalah tata‟ârafû,

kemudian salah satu dari kedua huruf ta dibuang sehingga jadilah ta‟ârafû,

maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang

lain, bukan saling untuk membanggakan ketinggian nasab atau keturunan,

karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dari segi ketakwaan.

و عليم انمالل كم و ات ق انم اكرمكم عندالل (sesungguhnya orang yang paling

mulia diantata kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian ر lagi Maha) خبي

Mengenal) apa yang tersimpan didalam batin kalian (Al-Mahalli & As

Suyuti, 2016: 895).

Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij,

dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun ketika Fathul

Makkah Bilal naik ke atas Ka‟bah untuk adzan. Berkatalah beberapa

orang: “Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka‟bah?”. Maka

berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti

Allah akan meggantinya”. Kemudian ayat ini turun sebagai penegasan

bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah

yang paling taqwa (Shaleh, Dahlan & Dahlan, 1990: 475).

18

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan

makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia

berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya

makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan

harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik

dan positif. Adanya perbedaan-perbedaan itu bukanlah ukuran untuk

menilai apakah seseorang itu baik atau buruk. Derajat kebaikan manusia

diukur dari ketaqwannya. Tidak peduli apakah dia laki-laki atau

perempuan, berkulit putih atau hitam, asal bertaqwa kepada Allah Swt,

maka dia tergolong orang baik (Ihsan, 2015: 27).

C. QS Fatir Ayat 28

ا يشى الل لك و كذ ومن النماس واالدموآب والنعام متلف الوان ؤا و من عباده العلم انم

﴾٨٢﴿و عزي ز غفور انم الل

Artinya: Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk

bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-

macam warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba Allah yang

takut kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa,

Maha Pengampun. (QS Fatir/35: 28)

لك ومن النماس واالدموآب والنعام متلف الوانو كذ (Dan demikian pula

diantara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang

ternak ada yang bermacam-macam warnanya) sebagaimana

beranekaragamnya buah-buahan dan gunung-gunung.

19

ا يشى الل ؤاو من عباده العلم انم (sesungguhnya yang takut kepada Allah

diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama). و عزي ز انم الل ( Sesungguhnya

Allah maha perkasa), غفور (lagi maha pengampun) terhadap dosa-dosa

hamba-Nya yang mukmi (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 576).

Pada ayat ini menerangkan tentang adanya pebedaan bentuk dan

warna makhluk hidup. Firman-Nya: )كذلك( kadzaalika dipahami oleh

banyak ulama dalam arti keragaman. Ayat ini menggarisbawahi tentang

adanya perbedaan dari setiap makhluk meskipun berasal dari sumber

materi yang sama (Quraish Shihab, 2012: 62).

D. QS Al Maidah Ayat 48

قالماب ي يديو من الكت وان زلنآاليك الكت ن هم ب ومهيمن ب بلحق مصد ا عليو فاحكم ب ي

هاجا و ولت تمبع اىوآءىم عمماجآءك من الق بآان زل الل لكل جعلنا منكم شرعة وممن

لوكم ف مآا و لعلكم اممة وماحدة ومل ولوشآءالل و مرجعكم ال الل ت م فستبقواالي ر ك ت كن ليب

عاف ي نبئكم باكنتم فيو تتلفون ي ﴾٨٢﴿ج

Artinya: Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur‟an) kepadamu

(Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitab-

kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah

perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah

engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran

yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, Kami

20

berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya

kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu

terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-

lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali,

lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu

perselisihkan (QS Al Maidah/5: 48).

Dalam surat Al Maidah ayat 48 ini menerangkan bahawa Al Qur‟an

adalah bukti dan saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang terdahulu

(Quraish Shihab, 2012: 276). Al Qur‟an menghapus sebagian hukum pada

kitab terdahulu, yang didalamya terdapat kesulitan, beban, dan belenggu.

Syariat memang berbeda, namun dasar agama tetap satu, yaitu Islam. Umat

Yahudi memiliki syariat yang terperinci dalam hukum-hukum yang

dikhususkan untuk mereka. Begitu pula umat Kristen dan umat Islam. Kendati

demikian, sesungguhnya agama yang disisi Allah Swt adalah Islam (Tim

Qisthi Press, 2008: 522).

ب الكت hai Muhammad (Dan telah Kami turunkan padamu) وان زلنآاليك

(kitab) Al Qur‟an بلحق (dengan kebenaran) berkaitan dengan anzalna

قالماب ي يديو maksudnya (membenarkan apa yang terdapat dihadapannya) مصد

yang sebelumnya ب ومهيمنامن الكت (diantara kitab dan menjadi saksi) atau

batu ujian عليو (terhadapnya). Kitab disini maksudnya ialah kitab-kitab

terdahulu. ن هم maksudnya (sebab itu putuskanlah perkara mereka) فاحكم ب ي

21

antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu و بآان زل الل (dengan apa yang

diturunkan Allah) kepadamu ولت تمبع اىوآءىم (dan jaganlah kamu mengikuti

hawa nafsu mereka) dengan menyimpang لكل جعلنا منكم ءك من الق عمماجآ

(dari kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat diantara

kamu Kami beri) hai manusia هاجا maksudnya jalan (aturan dan jalan) شرعة وممن

yang nyata dalam agana yang akan mereka tempuh. و لعلكم اممة وماحدة ولوشآءالل

(sekiranya dikehendaki Allah, tentulah kamu dijadikan-Nya satu umat) degan

hanya satu syariat, كن ومل (tetapi) dibagi-baginya kamu kepada beberapa

golongan لوكم م ك ت ف مآا (untuk mngujimu) ليب (mengenai apa yang telah

diberikan-Nya kepadamu) berupa syariat yang bermacam-macam untuk

melihat siapakah diantara kamu yang taat dan siapa pula yang durhaka (Al-

Mahalli & As-Suyuti, 2016: 450).

Pada ayat ini menjelaskan sebenarnya Allah bekuasa untuk membuat

manusia menjadi umat yang satu dan seragam tanpa perbedaan. Namun itu

tidak dikehendakinya. Sebaliknya, Allah menciptakan umat manusia berjenis-

jenis dan beraneka ragam. Ketetapan Allah ini bertujuan untuk menguji

hamba-hamba-Nya membuat mereka berbeda dalam syariat agar Allah Swt

melihat siapa yang taat dan siapa yang bermaksiat kepada-Nya, serta siapa

22

yang membenarkan dan siapa yang mendustakan-Nya. Serta mendorong

mereka untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Artinya perbedaan

fisik, agama, budaya, suku, ras dan jenis kelamin, bukanlah suatu hal yang

perlu dipersoalkan, melainkan anugerah Allah Swt agar manusia saling

mengenal dan saling memahami.

E. QS. Hud Ayat 118-119

الممن رمحم ﴾١١٢﴿ ولوشآءربك لعل النماس اممةوماحدةوملي زالون متلفي

﴾۳۳۱﴿وتمت كلمة ربك لملئنم جهنمم من النمة والنماس اجعي لك خلقهم ولذ ربك

Artinya:

118. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat

yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.

119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah

Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap,

“Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia

(yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119)

:law dalam firman-Nya )لو( Kata ولوشآءربك لعل النماس اممةوماحدة

sekiranya Allah menghedaki menunjukkan bahwa hal tersebut tidak

dikehendaki-Nya karena kata law tidak digunakan kecuali untuk

mengandaikan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil. (Jikalau

Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu)

pemeluk agama. الون متلفي وملي ز (tetapi mereka senantiasa berselisih

pendapat) dalam masalah agama. الممن رمحم ربك (kecuali orang-orang yang

23

diberi rahmat oleh Tuhanmu) artinya Allah telah menghendaki kebaikan

dari mereka sehingga mereka tidak berselisih pendapat tentangnya,

لك خلقهم ولذ (dan untuk itulah Allah menciptakan) sebagian diantara

mereka yang suka berselisih dan sebagian yang lain ada yang diberi

rahmat oleh-Nya sehingga mereka tidak berselisih mengenai agama (Al-

Mahalli & As-Suyuti, 2016: 884). Ini berarti bahwa Allah Swt tidak

menghendaki menjadikan manusia semua sejak dahulu hingga kini satu

umat saja, yakni satu pendapat, satu kecerendungan, bahkan satu agama

dalam segala prinsip dan perinciannya. Karena jika Allah Swt

menghendaki demikian, Dia tidak akan memberi manusia kebebasan

memilah dan memilih, termasuk kebebasan memilih agama dan

kepercayaan (Quraish Shihab, 2012: 784).

24

BAB III

ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH

A. Asbabun Nuzul

1. Pengertian Asbabun Nuzul

Kata asbab merupakan jamak taksir dari sabab yang artinya

“sebab”. Menurut lisan al-Arab diartikan saluran, yaitu segala sesuatu

yang menghubungkan satu benda ke benda lainya (Efendi, Fathurrohman,

2014: 77). Kata nuzul adalah isim masdar dari nazala yang berarti

menurunkan sesuatu atau kejadian sesuatu (Budiharjo, 2012: 21)

Menurut istilah Dr. M. Quraish Shihab menjelaskan asbabun nuzul

adalah:

a. Peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat dimana ayat tersebut

menjelaskan pandagan Al Qur‟an tentang peristiwa tersebut atau

mengomentarinya.

b. Peristiwa yang terjadi sesudah turunnya suatu ayat, dimana peristiwa

tersebut dicakup pengertiannya atau dijelaskan hukumnya oleh ayat

tersebut (Baidan, 2011: 135)

Zuhdi mengatakan asbabun nuzul adalah semua yang disebabkan

diturunkan suatu ayat yang mengandung sebabnya, memberi jawaban

terhadap sebabnya atau memberi jawaban terhadap sebabnya atau

menerangkan hukumnya pada saat terjadinya peristiwa itu (Zuhdi, 1997:

78).

25

Dengan demikian secara singkat asbabun nuzul dapat diartikan

sebagai sebab turunnya ayat-ayat Al Qur‟an. Asbabun nuzul biasanya

terkait dengan adanya pertanyaan yang ditujukan kepada Nabi maupun

peristiwa tertentu yang bukan dalam bentuk pertanyaan.

Asbabun nuzul sangat penting untuk memberikan dampak yang

sangat besar dalam membantu memahami ayat-ayat maupun surah-surah

dalam Al Qur‟an yaitu: lebih memberikan petunjuk untuk mengetahui

hikmah yang dikehendaki Allah atas apa yang telah ditetapkan,

memberikan petunjuk tentang adanya ayat-ayat tertentu yang memiliki

kekhususan hukum tertentu, merupakan cara efisien untuk memahami

makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al Qur‟an, membantu

memudahkan penghafalan ayat dan pengugkapan makna yang terkandung

di dalam ayat, serta untuk menghindari adanya kesalahan yang mungkin

terjadi dalam proses memahami maksud dalam Al Qur‟an tersebut.

Meskipun demikian, ada sebagian ulama yang menganggap bahwa

asbabun nuzul tidak begitu penting. Salah satunya adalah Al-Syaikh

Muhammad „Abduh yang menganggap bahwa asbabun nuzul bersumber

dari hadis-hadis yang tidak mempunyai sanad, karenanya tidak shahih.

Selain itu Muhammad „Abduh juga menganggap bahwa para perawi dalam

meriwayatkan hadis hanya mengaitkan ayat dengan kisah-kisah tertentu

dan hanya dalam bentuk makna saja. Jadi pada hakikatnya asbabun nuzul

itu hanya hasil ijtihad.

26

Menurut sejarah, proses turunnya ayat-ayat Al Qur‟an ada yang

didahului dengan sebab dan ada pula ayat-ayat Al Qur‟an yang turun tanpa

didahului dengan sebab. Ayat-ayat Al Qur‟an yang turun dengan didahulu

suatu sebab biasanya berupa ayat-ayat tasyri‟yyah atau ayat-ayat hukum.

Dan sebab turunnya ayat itu adakalanya berupa peristiwa yang terjadi di

masyarakat Islam dan adakalnya berupa pertanyaan dari kalangan Islam

atau kalangan lainnya yang ditunjukkan kepada Nabi. Sedangkan ayat-ayat

Al Qur‟an yang turun tanpa didahului dengan sebab biasanya berupa

sejarah yang mengisahkan tentang umat-umat terdahulu beserta para

Nabinya, menceritakan tentang hal-hal gaib yang akan terjadi,

meggambarkan keadaan hari kiamat beserta nikmat surga dan siksa

neraka. Ayat-ayat demikian diturunkan oleh Allah untuk memberi

petunjuk manusia agar menempuh jalan yang lurus. Jadi secara garis besar

tidak semua ayat Al Qur‟an diturunkan dengan suatu sebab tertentu.

2. Asbabun Nuzul QS. Ar Rum Ayat 22, QS. Al Hujurat Ayat 13, QS.

Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, dan QS. Hud ayat 118-119

a. Asbabun Nuzul QS. Al Hujurat ayat 13

Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadist

melalui Ibnu Abu Mulaikah yang telah menceritakan bahwa ketika

penaklukan Makkah, Bilal langsung naik ke atas Ka‟bah, kemudian

mengumandangkan suara azan. Lalu sebagian orang mengatakan:

“Apakah hamba sahaya yang hitam ini berani azan di atas

27

Ka‟bah?”. Lalu Allah Swt menurunkan QS. Al Hujurat ayat 13 (Al

Mahalli & As Suyuti, 2016: 904).

b. Asbabun Nuzul QS. Al Maidah ayat 48

Imam Ahmad dan Imam Abu Daud telah meriwayatkan

dari Abdullah ibnu Abbas yang telah mengatakan: “Ayat ini

diturunkan berkenaan dengan dua golongan orang-orang Yahudi

yang satu sama lainnya saling berperang, sehingga salah satu

diantaranya menang atas golongan lainnya. Kejadian itu

berlangsung ketika zaman jahiliyah; akhirnya lahirlah suatu

perjanjian, bahwa setiap orang yang dibunuh oleh golongan yang

menang dari kalangan golongan yang kalah, maka diyatnya adalah

lima puluh wasaq. Dan setiap orang yang dibunuh oleh golongan

yang kalah dari golongan yang menang, maka diyatnya seratus

wasaq. Keadaan itu terus berlangsung sampai datangnya

Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah ada seorang dari kalangan

golongan yang kalah membunuh seseorang dari golongan yang

menang. Lalu dari golonga yang menang segera mengutus

seseorang kepada golongan yang yang kalah untuk meminta

diyatnya sebanyak seratus wasaq. Akan tetapi golongan yang kalah

mengatakan: “Apakah hal seperti ini pernah terjadi pada dua

kabilah yang agama, kebangsaan, dan negrinya satu, yaitu diyat

sebagian diantara mereka separo dari diat yang lainnya? Dahulu

kami memberikannya kepadamu karena perbuata aniya kamu

28

kepada kami dan kami takut kepada kamu serta demi memelihara

kesatuan karena kami takut menjadi becerai-berai. Akan tetapi

sekarang, setelah kedatangan Muhammad, kami tidak akan

memberikannya lagi kepadamu”. Hal ini hampir saja membawa

kedua golongan itu kearah pertempuran. Akan tetapi akhirnya

meraka setuju untuk mengemukakan kasus ini kepada Rasulallah

SAW agar beliau melerai perselisihan diantara kedua golongan

tersebut. Lalu mereka mengutus beberapa orang dari kalangan

orang-orang yang munafik untuk menguj kebijaksanaan beliau.

Kemudian Allah menurunkan QS. Al Maidah ayat 41-48 (Al

Mahalli & As Suyuti, 2016: 495).

c. Asbabun Nuzul QS. Ar Rum Ayat 22, QS. Fatir Ayat 28, dan QS.

Hud Ayat 118-119

Setelah penulis berusaha mencari dari berbagai sumber

mengenai asbabunnuzul dari QS. Ar Rum ayat 22, QS. Fatir ayat

28, dan QS. Hud ayat 118-119 ternyata penulis tidak menemukan

asbabunnuzul dari QS. Ar Rum ayat 22, QS. Fatir ayat 28, dan QS.

Hud ayat 118-119 tersebut. Mulai dari buku-buku tafsir, maupun

sumber lain dari internet. Hal ini tidak perlu dipersoalkan karena

memang tidak semua ayat dalam Al Qur‟an memiliki

asbabunnuzul seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

29

B. Munasbah

1. Pengertian Munasabah

Kata munasabah berasal dari kata ناسب →يناسب →مناسبة .

Kata tersebut merupakan bentuk tsulasi mujaradnya نسب (nasaba) yang

berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain (Budihardjo, 2012: 39).

Menurut Al- Qaththan munasabah adalah menghubungkan antara

jumlah dengan jumlah dalam suatu ayat, atau antara ayat dengan ayat, atau

antara surah dengan surah (Hermawan, 2011: 122).

Dalam redaksi yang sama, Ibnu Al-„Arabi mengatakan bahwa,

munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Al Qur‟an sehingga seolah-olah

merupakan satu ungkapan yang mempunyai satu kesatuan.

Selanjutnya Quraish Shihab menyatakan (menggaris bawahi As-

Suyuthi) bahwa munasabah adalah adanya keserupaan dan kedekatan

diantara berbagai ayat, surat, dan kalimat yang menyebabkan adanya

hubungan (Fathurrahman & Efendi, 2014: 111).

Dari berbagai definisi diatas, penulis dengan singkat dapat

menyimpulkan bahwa munasabah adalah keterkaitannya ayat satu dengan

ayat lainnya dalam Al Qur‟an.

Jumhur ulama telah sepakat bahwa urutan ayat dalam satu surah

merupkan urutan-urutan tauqifiy, yaitu urutan yang sudah ditentukan oleh

Rasulullah sebagai penerima wahyu, yang sesuai dengan wujud teks

imanen yang sudah ada di lauh mahfudz. Secara sepintas jika diamati

30

urutan teks dalam Al Qur‟an terdapat kesan bahwa Al Qur‟an memberikan

informasi yang tidak sistematis dan melompat-lompat. Hal ini dikarenakan

adanya perbedaan antara urutan turunnya ayat maupun surah dalam

susunan teks Al Qur‟an. Satu sisi realitas teks ini menyulitkan pembacaan

secara utuh akan tetapi realitas teks itu dapat menunjukkan stilistika

(retorika bahasa) yang merupakan bagian dari kemukjuzatan Al Qur‟an

pada aspek kesustraan dan gaya bahasa. Maka dari itu dibutuhkan„ilm

munasabah untuk pembacaan secara holistik pesan spiritual dalam Al

Qur‟an.

Selanjutnya, secara garis besar munasabah Al Qur‟an dapat di bagi

menjadi dua yaitu munasabah antar ayat dalam Al Qur‟an dan munasabah

antar surah dalam Al Qur‟an. Berikut ini pembagian munasabah Al Qur‟an

menurut Imam Suyuthi:

a. Tartib surah-surah dalam Alqur‟an dan hikmah dibalik peletakan satu

surah pada tempatnya.

b. Hubungan antara pembukaan surah dengan akhir surah sebelumnya.

c. Hubungan antara awal surah dengan isi surah.

d. Hubungan antara awal surah dengan akhir surah.

e. Hubungan antara satu ayat dengan ayat setelahya.

f. Hubungan antara akhiran ayat dengan awal ayat.

g. Hubungan antara nama surah sengan kandungan surah (Said, 2014:

xxii).

31

2. Munasabah Ayat

Dari berbagai macam munasabah diatas, disini penulis hanya akan

menerapkan munasabah antara ayat dengan ayat dalam Al Qur‟an yaitu:

a. QS. Ar Rum ayat 21-23

نكم ممودمةومرحة تو ي ومن ا هاوجعل ب ي ان خلق لكم من ان فسكم ازواجالتسكن وآالي

﴾٨۳﴿ت لقوم ي مت فكمرون ي لك ل ذ انم ف

Artinya: Dan, diantara tanda-tanda-Nya adalah Dia menciptakan

untuk kamu pasangan-pasanan dari jenis kamu sendiri supaya kamu

tenang kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu mawaddah dan

rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS.Ar Rum/30: 21).

ان خلق لكم من ان فسكم ازواجا تو ي ومن ا (Dan diantara tanda-tanda

kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari

jenis kalian sendiri) Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam,

sedangkan manusia lainnya tercipta dari air mani laki-laki dan

perempuan ها supaya kalia cenderung dan merasa tentram) لتسكن وآالي

kepadanya) supaya kalian merasa betah dengannya نكم dan) وجعل ب ي

dijadikan-Nya diantara kamu sekalian) semuanya انم ف ممودمةومرحة

لك ذ (rasa kasih sayang. Sesugguhnya pada yang demikia itu) hal

32

yang telah disebutkan itu ت لقوم ي مت فكمرون ي ل (benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berpikir) yakni yang memikirkan tentang

penciptaan Allah (Al Mahalli & As Suyuti, 2016: 454).

Ayat diatas menguraikan tentang adanya kekuasaan dan keesaan

Allah yang menciptakan pria dan wanita dengan berpasang-pasangan.

Seperti Siti Hawa yang tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam,

sedangkan manusia yang lainnya tercipta dari air mani laki-laki dan

perempuan, serta dampak yang dihasilkannya yaitu rahmat pada

suami istri dengan lahirnya anak (Quraish Shihab, 2012: 185).

ت ي لك ل انم ف ذ رض واختلف السنتكم والوانكم ت وال و تو خلق السمم ي ومن ا

﴾٨٨﴿لمي للع

Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah

penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu,

sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

bagi orang-orang yang mengetahui (QS. Ar Rum/30: 22)

ت والرض واختلف السنتكم(و تو خلق السمم ي )ومن ا Dan diantara

tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan

berlain-lainan bahasa kalian, maksudnya dengan bahasa yang

berlainan ( والوانكم) dan berlain-lainan pula warna kulit kalian,

diantara kalian ada yang berkulit putih, ada yang hitam, dan lain

sebagainya, padahal kalian berasal dari seorang lelaki dan seorang

33

perempuan yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa ( لك ل ي ت (انم ف ذ

sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-

tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt ( لمي -bagi orang (للع

orang menhetahui yaitu bagi orang-orang yang berakal dan berilmu

(Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 454).

Ayat diatas menjelaskan tentang adanya kekuasaan dan keesaan

Allah yang menciptakan langit dan bumi beserta semua sistemnya

yang sangat teliti, rapi dan serasi. Serta adanya kata )ألسنتكم(

alsinatikum yang merupakan bentuk jamak dari kata )لسان( lisân yang

berarti lidah dimana kata ini juga digunakan dalam arti bahasa atau

suara. Berarti perbedaan lidah disini dapat diartikan sebgai perbedaan

bahasa, dialek dan intonasi. Selain itu pebedaan juga terjadi pada

warna kulit, ada yang hitam, sawo matang, dan putih meskipun pada

awalnya bersumber dari asal-usul yang sama ( Quraish Shihab, 2007:

190).

Sedikit dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat diketahui

dengan melihat begitu banyak benda langit yang beredar di angkasa,

namun tidak terjadi tabrakan antar benda-benda itu. Jika benda-benda

di langit tabrakan maka akan mengakibatkan kehancuran bumi.

Terjadi sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Allah melalui salah satu

34

benda langit yang paling berperan dalam kehidupan manusia dan

makhluk di bumi yaitu matahari. Dimana dengan adanya peredaran

matahari dan bumi menyebabkan terjadinya perbedaan malam dan

siang, serta mengakibatkan adanya perbedaan musim. Hal inilah yang

menyebabkan adanya perbedaan lidah (bahasa) karena perbedaan

tempat tinggal di bumi, serta perbedaan warna kulit yang dipengaruhi

oleh sinar matahari.

ت لقوم ي لك ل انم ف ذ تو منامكم بلميل والن مهار وابتغآؤكم من فضلوي ومن ا

﴾٨۱﴿يمسمعون

Artinya: Dan, diantara tanda-tanda-Nya adalah tidur kamu diwaktu

malam dan siang dan usaha kamu mencari sebagian dari karunia-

Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

bukti-bukti bagi kaum yang mendengarkan (QS.Ar Rum/30: 23)

امكم بلميل والن مهار تو من ي ومن ا (Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-

Nya ialah tidur kalian di waktu malam dan siang hari) dengan

kehendak-Nya sbagai waktu istirahat buat kalian وابتغآؤكم (dan usaha

kalian) disiang hari من فضلو (mencari sebagian dari karunia-

Nya)mencari rezeki dan penghidupan berkat kehendak-Nya لك انم ف ذ

ت لقوم يمسمعون ي ل (sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

35

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarakan) dengan

pendengaran yang dibarengi pemikiran dan mengambil pelajaran (Al

Mahalli & As Suyuti, 2016: 455).

Pada ayat sebelumnya menjelaskan akan kekuasaan dan keesaan

Allah mengenai penciptaan langit dan bumi dengan sistem dan

peredaran yang ditetapkannya, dapat menciptakan siang dan malam.

Dalam ayat ini masih menerangkan tentang adanya kekuasaan dan

keesaan Allah yang berkaitan dengan siang malam. Dalam hal ini

ulama memahami dalam arti “ Diantara tanda-tanda-Nya adalah tidur

kamu diwaktu malam dan usahamu mencari rezeki diwaktu siang”

adalah bahwa Allah menjadikan malam untuk istirahat dan siang

untuk mencari rezeki. Memang secara umum waktu malam adalah

waktu untuk tidur, dan siang adalah untuk bekerja. Akan tetapi adanya

kata )فضلو( fadhlihi berarti kelebihan dari kadar kebutuhan,

sebagaimana ia dipahami pula dalam arti pemberian adalah sesuatu

yang melebihi kebutuhan, berarti siapa yang bekerja siang dan malam

atau dimalam hari, upayanya ketika itu dapat dinilai sebagai upaya

meraih kelebihan dari kadar kebutuhannya (Quraish shihab, 2007:

192).

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil munasabah pada ayat-

ayat tersebut yang menerangkan bahwa adanya bukti-bukti kekuasaan,

dan kebesaran Allah, diantaranya penciptaan manusia secara

36

berpasang-pasangan yang kemudian berkembang biak yaitu

dijadikannya anak dalam setiap pasangan. Pada ayat selanjutnya

dijelaskan adanya kekuasaan dan kebesaran Allah lainya yaitu

penciptaan langit dan bumi yang mempunyai kesamaan dengan

adanya penciptaan pria dan wanita (manusia). Dalam penciptakan

manusia tersebut, dengan keadaan warna kulit yang berbeda serta

bahasa yang berbeda pula. Perbedaan warna kulit dan bahasa

dipengaruhi daerah masing-masing yang memiliki iklim maupun

cuaca yang berbeda, dan daerah yang berbeda tersebut dipengaruhi

oleh adanya langit dan bumi dengan peredarannya. Allah menciptakan

langit dan bumi dengan peredarannya dapat menghasilkan siang dan

malam, dan agar pada malam hari digunakan sebagai kebutuhan

untuk tidur dan waktu siang digunakan untuk berusaha atau bekerja

(Departemen Agama RI Jilid VII, 2007: 78).

b. Munasabah QS. Al Hujurat Ayat 11 &13

هم ول نسآءمن من واليسخرق وم من ق ومن عس ذين ا يآي ها الم رمن ى ان يمكون وا خي

هنم نسآء عس را من بئس ولت لمزوآ ان فسكم ولت نا ب زوابا للقاب ى ان يمكونم خي

يان ﴾۳۳﴿ئك ىم الظملمون ومن لم ي نب فاول السم الفسوق ب عد ال

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suau kaum

mengolol-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang

diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolol-olok), dan

jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan

lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih

baik dari perempuan (yang mengolok-olokkan). Janganlah kamu

37

saling mencela satu sama lain, dan jangankah saling memanggil

dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah

(panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa

tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al

Hujarat/49:11)

Ayat diatas melarang mengejek diri sendiri, dalam arti jangan

mengejek orang lain karena mengejek orang lain sama dengan

mengejek diri sendiri. Ini karena masyarakat adalah satu kesatuan

(Quraish Shihab, 2012: 13).

انم اكرمكم كم شعوباومق بآئل لت عارف واى وجعلن ن ث كم من ذكروما آي هاالنماس انماخلقن ي

ر انمالل كم و ات ق عندالل ﴾۳۱﴿و عليم خبي

Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami

jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling

mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui,

maha teliti. (QS Al Hujarat/49: 13)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan

makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia

berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya

makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan

harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara

baik dan positif.

38

c. Munasabah QS. Fatir Ayat 27-28

ومن البال ت متلفا الوان ها فاخرجنا بو ثر و ان زل من السممآءمآء ال ت رانم الل

ومن النماس واالدموآب والنعام ﴾٨٢﴿جدد بيض ومحر متلف الوا ن ها وغرا بيب سود

ا يشى الل لك متلف الوانو كذ و عزي ز انم الل ؤا و من عباده العلم انم

﴾٨٢﴿ور غف

Artinya:

27. Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit

lalu dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka

macam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis

putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula)

yang hitam pekat. 28. Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak

yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam

warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba Allah yang takut

kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa,

Maha Pengampun (QS Fatir/35: 27-28).

Ayat diatas menerangkan adanya tanda-tanda kekuasaan Allah

ialah diturunkannya hujan yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan

yang menghasilkan buah-buahan yang beraneka ragam macamnya,

dan diciptakannya gunung-gunung yang dilengkapi dengan jalan-jalan

yang beraneka ragam. Demikian juga manusia, binatang-binatang

melata, dan binatang-binatang ternak diciptakan Allah bermacam-

macam jenis warnanya sebagai tanda kekuasaan-Nya (Departemen

Agama RI, 2009: 163).

39

d. Munasabah QS. Al Maidah Ayat 84-49

قالماب ي بلحق الكت ب وان زلنآاليك ن هم فاحكم عليو ومهيمنا الكت ب من يديو مصد ب ي

و بآان زل شرعة منكم جعلنا لكل الق من عمماجآءك اىوآءىم ولت تمبع الل

هاجا و وممن لوكم ومل كن وماحدة اممة لعلكم ولوشآءالل مآا ت كم ف ليب

و ال فستبقواالي ر ت عاف ي نبئكم مرجعكم الل ي وان ﴾٨٢﴿ ون تتلف فيو باكنتم ج

ن هم بآان زل الل و ول ت تمبع اىوآءىم واحذرىم ان ي مفتن وك عن ب عض مآان زل احكم ب ي

ا يريدالل و اليك الل رامن و ان يصيب هم بب عض ذن وبم فان ت ولموا فاعلم انم وانم كثي

﴾٨٤﴿سقن النماس لف

Artinya:

48. Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur‟an) kepadamu

(Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitab-

kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka

putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan

janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan

kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara

kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah

menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi

Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-

Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya

kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu

terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.

49. Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka

menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti

keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai

mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah

40

diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang

telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah

berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan

sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia

adalah orang-oang yang fasik (QS. Al Maidah ayat 48-49).

Ayat-ayat yang pertama menerangkan tentang diturunkannya

Kitab Taurat dan Injil, dan bahwa kedua Kitab itu mengandung

petunjuk cahaya. Allah memerintahkan supaya para penganut kitab-

kitab tersebut menegakkan hukum-hukum yang ada di dalamnya,

Allah mengancam akan menyiksa orang-orang yang tidak

melaksanakan hukum-hukum tersebut. Pada ayat selanjutnya Allah

menerangkan bahwa Allah telah menurunkan pula Al Qur‟an kepada

Nabi terakhir Muhammad Saw, dan menerangkan kedudukan Al

Qur‟an terhadap kitab samawi sebelumnya (Departemen Agam RI,

2009: 411).

e. Munasabah QS. Hud Ayat 118-119

الممن رمحم ﴾١١٢﴿ ولوشآءربك لعل النماس اممةوماحدةوملي زالون متلفي

وتمت كلمة ربك لملئنم جهنمم من النمة والنماس لك خلقهم ولذ ربك

﴾۳۳۱﴿اجعي

Artinya:

118. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia

umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.

119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk

itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah

tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan

manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119)

41

Dalam QS. Hud ayat 118 menjelaskan bahwa jika Allah

menghendaki, maka manusia menjadi umat yang satu dalam beragama

sesuai fitrah asal kejadiannya. Sekalipun pada mulanya manusia itu

merupakan merupakan umat yang satu tidak terdapat perselisihan di

antara mereka, tetapi setelah mereka berkembang biak, timbullah

keperluan dan keinginan yang berbeda-beda maka timbul pulalah

perbedaan dan perselisihan yang tak habis-habisnya. Kemudian dalam

QS. Hud ayat 119 melanjutkan ayat sebelumnya yaitu tentang

perselisihan mereka yang tidak saja tentang agama yang dianut oleh

masing-masing kaum seperti agama Yahudi, Nasrani, Majusi, Islam,

atau syirik, tetapi juga penganut dari satu agama, kecuali orang-orang

yang mendapat rahmat dari Allah dan diberi taufik serta hidayah.

Mereka itu bersatu dan selalu mengusahakan persatuan agar manusia

taat kepadanya peraturan dan ketentuan Allah, mengerjakan apa yang

diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya (Departemen

Agama RI, 2009: 488).

42

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Multikultral

1. Pengertian Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural merupakan gabungan dari dua kata

yaitu pendidikan dan multikultural. Dalam arti khusus Langeveld

mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan

oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai

kedewasaannya. Baik dewasa dari segi intelektual, emosional, sosial,

moral, maupun spiritual.

Sedangkan dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha

manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang

berlangsung sepanjang hayat (Sadullah, 2014: 3).

Terdapat pula dalam UU RI No. 20 th 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasrkan berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan

bahwa pendidikan merupakan usaha seseorang yang bertujuan untuk

43

mendapatkan dan menjadikan seseorang agar menjadi lebih baik dari

segi apapun secara sadar yang berlangsung seumur hidup.

Selanjutnya secara etimologis multikultural dibentuk dari kata

multi yang berarti banyak, dan kultur yang berarti budaya. Dalam kata

tersebut terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup

dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik

(Mahfud, 2006: 75). Secara sederhana multikultural berarti

keberagaman budaya. Menurut Agus Iswanto multikultural adalah

sebuah gerakan menuntut pengakuan terhadap semua perbedaan

sebagai entitas dalam masyarakat yang harus diterima, dihargai,

dilindungi, serta dijamin eksistensnya (Agus, 2009: 7). Kemudian

pendidikan multikultural menurut Tilaar adalah pendidikan

untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan

demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan

dunia secara keseluruhan (Baidhawy, 2005: VIII).

Baidhawy juga berpendapat bahwa pendidikan multikultural

adalah suatu cara untuk mengajarkan keragaman. Pendidikan

multikultural menghendaki rasionalisasi etis, intelektual, sosial, dan

pragmatis secara inter-relatif yaitu mengajarkan ideal-ideal

inklusivisme, pluralisme, dan menghargai semua orang.

Begitu juga Andersen dan Cusher bahwa pendidikan

multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman

kebudayaan. Kemudian, James Banks mendefinisikan pendidikan

44

multikultural sebagai suatu rangkaian kepercayaan dan penjelasan

yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis

didalam membentuk gaya hidup, pengalama sosial, identitas pribadi,

kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun

negara (Agus Iswanto, 2009: 8). Selain itu Muhaemin el Ma‟hadi juga

berpendapat bahwa secara sederhana pendidikan multikultural dapat

didefinisikan sebagai pendidikan tentang keragaman kebudayaan

dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan

masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan

multikultural merupakan sarana pendidikan yang dapat digunakan

untuk menghadapi berbagai ragam perbedaan dalam bentuk budaya,

bahasa, agama, suku, ras, dll.

2. Ciri-Ciri Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural biasanya mempunyai ciri-ciri:

a. Tujuan membentuk “manusia budaya” dan menciptakan

“masyarakat berbudaya (berperadaban)”.

b. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-

nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis.

c. Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek

perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok

etnis.

45

d. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku

anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi,dan tindakan

terhadap budaya lainnya (Mahfud, 2006: 179).

3. Urgensi Pendidikan Multikultural

Untuk mewujudkan multikulturalisme dalam dunia pendidikan,

maka pendidikan multikultural juga perlu di masukkan ke dalam

kurikulum nasional, yang pada akhirnya dapat menciptakan tatanan

masyarakat indonesia yang multikultural, serta upaya-upaya lain yang

dapat dilakukan guna mewujudkannya. Berikut Mahfud memaparkan

urgensi pendidikan multikultural yaitu:

a. Sebagai sarana alternatif pemecah konflik

Penyelenggaraan pendidikan multicultural di dunia

pendidikan diyakini dapat menjadi solusi nyata bagi konflik

dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya

yang kerap terjadi di masyarakat Indonesia yang secara

realitas plural. Dengan kata lain, pendidikan multicultural

dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial

budaya (Mahfud, 2006: 208)

Pendidikan merupakan alat yang strategis dalam

mengembangkan visi dan misi pendidikan multikultural.

Melalui pendidikan berbasis multikultural, diharapkan para

pendidik dapat membantu internalisasi nilai-nilai

46

multikulturalisme dalam diri masing-masing anak didik.

Ketika peserta didik telah sampai kepada pemahaman dan

penghayatan mengenai nilai-nilai multiculturalisme, peserta

didik diharapkan mampu mengubah sikap (bagi yang

menafikkan adanya setiap perbedaan), sebagai wujud

pengimplementasian nilai-nilai multikulturalisme yang

sudah disampaikan oleh masing-masing pendidik.

Sebab pendidikan tetap masih akan dikatakan gagal

apabila ia belum mampu membawa perubahan. Pendidikan

harus mampu mengubah terma-terma yang mendoktrin

peserta didik, sehingga diharapkan peserta didik dapat

merubah perilaku mereka menjadi lebih baik. Tugas

seorang pendidikan tidak hanya sebatas menyampaikan

materi saja, namun harus memenuhi lingkup ketiganya,

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Supaya siswa tidak tercabut dari akar budaya

Selain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik,

pendidikan multikultural juga signifikan dalam membina

siswa agar tidak tercerabut dari akar budaya yang ia miliki

sebelumnya, tatkala dia berhadapan dengan realitas sosial-

budaya di era globalisasi. (Mahfud, 2006: 210)

Melalui pendidikan multikultural, peserta didik

tidak akan mudah terpengaruh dengan arus global yang

47

terkadang membawa budaya baru yang akan berdampak

padaperkembangan setiap peserta didik. Dengan maksud,

peserta didik mampu mengelola budaya-budaya “asing”

agar tidak menjadi dampak yang negative bagi dirinya

maupun lingkungannya.

Beragamnya budaya yang beradu, tidak menjadikan

limpung. Peserta didik akan dapat memilah-memilah

budaya yang masuk setelah mereka memahaminya.

c. Sebagai landasan pengembangan kurikulum nasional

Dalam melakukan pengembangan kurikulum

sebagai titik tolak dalam proses belajar mengajar, atau guna

memberikan sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus

dikuasai oleh siswa dengan ukuran atau tingkatan tertentu,

pendidikan multikultural sebagai landasan pengembangan

kurikulum menjadi sangat penting (Mahfud, 2006: 214).

d. Menuju masyarakat Indonesia yang multikultural

Dalam masyarakat multikultural ditegaskan, bahwa

corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika ini

bukan hanya dimaksudakan pada keanekaragaman suku

bangsa saja, melainkan juga keanekaragaman kebudayaan

yang ada dalam masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Eksistensi keberagaman kebudayaan tersebut selalu

dijaga/terjaga yang bisa tampak dalam sikap saling

48

menghargai, menghormati, toleransi antar satu kebudayaan

dengan kebudayan lainnya. Dalam konteks ini ditegaskan,

bahwa perbedaan bukan menjadi penghalang untuk bersatu

padu meraih tujuan dan mewujudkan cita-cita dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana

termaktub dalam UUD 1945 dan Pancasila (Mahfud, 2006:

227).

Keragaman sosial, baik dalam kelompok budaya

maupun pemikiran (perbedaan pendapat) merupakan

sunnatullah yang wajib kita syukuri. Selanjutnya, tinggal

bagaimana caranya mengembangkan langkah yang bijak

dalam menyikapi perbedaan tersebut secara arif.

4. Tujuan Pendidikan Multikultural

Berdasarkan setiap uraian yang disampaikan oleh para pakar

mengenai pendidikan multikultural, dapat dirumuskan beberapa tujuan

diusulkannya pendidikan yang berbasis multikulturalisme. Pendidikan

mutikultural mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Menanamkan kesadaran akan keragaman (plurality),

kesetaraan (equality), kemanusiaan (humanity), keadilan

(justice), dan nilai-nilai demokrasi (demokration values)

yang dibutuhkan oleh setiap individu maupun kelompok

masyarakat.

49

Peserta didik diharapkan mampu menerima setiap

perbedaan yang ada, memahami, dan menyikapinya secara

arif. Minimal peserta didik dapat menyikapi perbedaan

yang sederhana seperti yang sering mereka temui di bangku

sekolah. Seperti kelas ekonomi, kelas sosial, perbedaan

warna kulit, bahasa, atau bahkan bagi penyandang

disabilitas yang kadang dimasukkan ke dalam kaum

minoritas.

Setelah itu, peserta didik akan dapat menjunjung

tinggi hak-hak kemanusiaan. Memuliakan manusia sebagai

ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Menjadikan

semuanya berkedudukan sama, sederajat, dan berlaku adil

terhadap semua golongan. Hal-hal tersebut sudah termasuk

kedalam nilai-nilai demokrasi yaitu asas kedaulatan rakyat,

penghormatan hak-hak asasi manusia, serta keadilan sosial.

(Yaqin, 2009: 76).

b. Membangun Paradigma keberagamaan Inklusif

Paradigma keberagamaan yang inklusif berarti lebih

mementingkan dan menerapkan nilai-nilai agama daripada

hanya melihat dan mengagungkan simbol-simbol

keagamaan. Paradigma pemahaman keagamaan aktif sosial

berarti agama tidak hanya menjadi alat pemenuhan

kebutuhan rohani secara pribadi saja. Akan tetapi yang

50

terpenting adalah membangun kebersamaan dan solidaritas

bagi seluruh manusia melalui aksi-aksi sosial yang nyata

yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia

(yaqin, 2005: 31).

Tuhan tidak menghendaki kejahatan dan kekerasan.

Sebab keduanya hanya akan meninggalkan luka dan duka.

Manusia diciptakan Tuhan bukan untuk menebarkan

kekerasan dan kejahatan, melainkan untuk menebarkan

kebahagiaan dan kedamaian. Karena itu, tidak ada jalan lain

kecuali berusaha menjadikan iman dan amal saleh sebagai

basis toleransi. Iman dan amal saleh harus mampu

membangun kesadaran kolektif, bahwa untuk hidup rukun

landasan paradigmatiknya adalah iman dan amal saleh.

Keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang

lain. iman dan amal saleh pada akhirnya harus mampu

menerjemahkan ajaran toleransi di antara sesama makhluk

Tuhan. Artinya, iman seseorang tidak bermakna apa-apa

bilamana tidak membangun kepekaan sosial, terutama

dalam rangka mengatasi konflik yang pada umumnya

mengatasnamakan iman.

Oleh sebab itu, untuk sampai kepada masyarakat

yang rukun dan damai, seseorang dituntut untuk

mempelajari agamanya melalui esensi yang terkandung

51

dalam setiap agama yang dipeluknya. Karena sejatinya,

setiap agama mengajarkan kebaikan dan kebijaksanaan

dalam menjalani kehidupan yang penuh perbedaan ini.

Sikap tidak menerima akan perbedaan akan

berakibat menimbulkan sikap kekakuan dalam beragama

atau sikap “ekstrim”. Ektrimisme sering tampak pada orang

yang selalu menolak untuk mengubah atau

mempertimbangkan pendapat orang lain. Berpegang teguh

pada prasangka-prasangka dan kekakuan dalam beragama.

Hal ini akan menjadi lebih berbahaya ketika ada ungkapan

bahwa dirinyalah satu-satunya yang berada dalam

kebenaran.

B. Analisis Ajaran Multikultural dalam QS. Ar Rum ayat 22, QS. AL

Hujurat Ayat 13, QS. Fatir ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud

Ayat 118-119

Islam sebagai agama rahmatan li al‟alamin memberikan penyelesaian

mengenai perbedaan melalui al Qur‟an yang mulia. Perbedaan di sini tidak

sekedar dalam perbedaan bermakna sempit. Namun, dapat diperluas

mengenai perbedaan yang ada pada setiap individu, suku, ras, bahasa,

agama, dan sampai kepada pengkelasan bagian-bagian tertentu, seperti

perbedan dalam hal bahasa dan warna kulit. Berikut analisis pendidikan

multikultural dalam Al Qur‟an yaitu:

52

1. QS. Ar Rum Ayat 22

a. Penciptaan Langit Dan Bumi

Pada QS Ar Rum ayat 22 dalam penciptaan langit dan bumi

terdapat dalam ayat ( ت والرضو تو خلق السمم ي ومن ا ), kata penciptaan itu

sendiri menggunakan kata (خلق) khalaqa yang berarti mencipta, baik

ciptaan itu telah ada yang serupa degannya sebelum yang ini

diciptakan, maupun dalam bentuk baru. Kata ini secara umum hanya

membutuhkan satu objek. Kata (خلق) dari segi pengertian kebahasaan

memiliki sekian banyak arti, antara lain menciptakan (dari tiada),

menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu), mengukur,

memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya (Quraish Shihab,

2012: 395). Kata ini biasanya memberikan tekanan tentang kehebatan

dan kebesaran Allah dalam Ciptaan-Nya serta menunjukkan

aksentuasinya pada kemahakuasaan dan kehebatan Allah Swt. Ia maha

kuasa menciptakan apa saja sesuai dengan ketentuan yang ditentukan-

Nya sesuai dengan ukuran yang ditetapkan-Nya, walaupun proses dan

sebab-sebab penciptaannya kadang-kadang tidak terjangkau oleh daya

nalar manusia (Quraish Shihab, 2007: 458). Dalam ayat ini idak

menggunakan kata )جعل( ja‟ala yang mengandung penekanan

terhadap manfaat yang harus atau dapat ditperoleh dari sesuatu yang

53

dijadikan itu (Quraish Shihab, 2012: 458), dengan kata lain, kata )جعل(

ja‟ala berarti menjadikan dari sesuatu, ke sesuatu yang lain, karena itu

ia membutuhkan dua objek. Yang pada intinya kata )جعل( ja‟ala

adalah menjadikan sesuatu dari sebelumnya yang sudah ada.

Dengan pengamatan terhadap ayat-ayat yang menggunakan kedua

kata itu ditemukan bahwa kata (خلق) khalaqa yang pelakunya Allah

digunakan dalam konteks penekanan terhadap keagungan Allah dan

kekuasaan ciptaan-Nya, sedang kata )جعل( ja‟ala adalah penekanan

pada rahmat Allah yang dengan kehadirannya manusia dapat meraih

manfaat yang besar (Quraish Shihab, 2007: 133).

Keagungan dan kekuasaan Allah dalam QS. Ar Rum ayat 22

dibuktikan dengan adanya penciptaan langit dengan kata ( ت و (السمم

berasal dari kata ساء → سوات ت → و ,yang berarti tinggi, langit السمم

awan, atap, tiap-tiap yang diatasmu (Amalia Hasanah, 2013: 217). Ini

berarti Allah menciptakan langit dalam hal ketinggian, keluasan, yang

dihiasi dengan beraneka bintang dan planet-planet yang tetap maupun

yang beredar (yang berarti tinggi) kata ini pada mulanya berarti segala

sesuatu yang berada diatas seseorang, namun secara umum ia

54

dipahami dalam arti langit yang memang langit selalu berada diatas

orang (Quraish Shihab, 2007: 202).

Dalam ayat ini kata ( ت و mengunakan dalam bentuk jamak (السمم

karena ada hubungannya dengan lapisan langit yang berjumlah 7 lapis

seperti dalam ayat berikut:

...ت وممن الرض مث لهنم و و المذي حلق سبع س الل

Artinya: Bahwasannya Allah-lah yang menciptakan tujuh langit

dan seperti itu pula bumi,... (QS. Thalaq ayat 12).

Selain penciptaan langit, keagungan dan kehebatan Allah dalam

ayat ini dibuktikan dengan adanya penciptaan )ارض( ardh, yaitu yang

ada dalam Al Qur‟an biasa diartikan sebagai bumi. Akan tetapi, tidak

semua kata itu diartikan sebagai bumi, karena ada juga yang digunakan

untuk meginformasikan penciptaan alam semesta dengan sistem tata

surya belum terbentuk seperti sekarang. Kata )ارض( ardh didalam Al

Qur‟an disebut sebanyak 461 di dalam 86 surah hanya disebut dalam

bentuk mufrad (tunggal) saja dan tidak pernah muncul di dalam bentuk

jamak. Ini dimaksudkan agar manusia tidak menuntut kepada

Rasululah saw untuk menunjukan bumi yang lain. Bila bumi

disebutkan secara eksplisit berjumlah tujuh, tentu saja bertentangan

dengan apa yang mereka saksikan setiap hari karena mereka hidup di

55

bumi. Oleh sebab itu, penyebutnya secara eksplisit hanya satu, sangat

sesuai dengan dengan daya nalar manusia (Quraish Shihab, 2007: 94).

b. Perbedaan Bahasa

Dalam QS. Ar Rum ini perbedaan dibuktikan dengan adanya kata

lisân yang )لسان( alsinatikum merupakan jamak dari kata )ألسنتكم(

berarti lidah. Kata )لسان( lisân mempunyai dua bentuk jamak dengan

pengertian yang berbeda. Bentuk pertama adalah )ألسن( alsun kata

lisan disini dipandang sebagai muanas yang berarti kata dan sebutan.

Sedangkan bentuk kedua adalah )السنة( alsinah yang berarti bahasa

atau pembicaraan (Quraish Shihab, 2007: 79). Berarti perbedaan lidah

disini bukan hanya dapat diartikan sebagai perbedaan bahasa, akan

tetapi juga dapat diartikan dengan dialek dan intonasi (Quraish Shihab,

2012: 190).

Bahasa adalah sebuah kumpulan dari bermacam-macam simbol

yang dibentuk dengan menggunakan aturan-aturan yang kemudian

digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Selain itu

bahasa juga dapat dikatakan sebagai instrumen sosial yang berfungsi

sebagai alat untuk berkomunikasi dimana individu dapat bertukar

pikiran dan perasaan antara satu dengan yang lainnya. Yang pada

56

intinya bahasa merupakan alat manusia untuk berkomuniasi dan

berinteraksi antara satu dan yang lainnya (yaqin, 2005: 74).

Dalam agama samawi (Islam, Kristen, dan Yahudi) diyakini bahwa

nenek moyang manusia di dunia adalah Adam dan Siti Hawa. Mereka

diturunkan ke dunia karena melanggar larangan Allah Swt di surga.

Ada yang meyakini bahwa keduanya diturunkan secara terpisah, Adam

dipegunungan Himalaya dan Siti Hawa di Timur Tengah yang

akhirnya bertemu di wilayah Arafah Arab Saudi. Keyakinan seperti ini

tentu akan memberikan turunan bahwa asal muasal bahasa manusia di

dunia ini hanya satu yaitu bahasa yang dipakai Adam dan Siti Hawa.

Berkembangnya anak cucu Adam dan Siti Hawa serta penyebarannya

ke seluruh penjuru dunia mempunyai konsekuensi berkembangnya

bahasa itu sesuai dengan kebutuhan kelompok anak manusia atau

sesuai dengan perkembangan kebudayannya.

Akan tetapi pendapat ini berbeda yang dikemukakan oleh orang-

orang yang percaya kepada teori evolusi dari Charles Darwin, yang

mengatakan bahwa manusia berevolusi dari monyet. Mereka

mempercayai bahwa sebelum manusia ada di bumi bersama dengan

bahasanya yang berdiam di Afrika, Asia, Eropa, Amerika dan tempat

tertentu lainnya di dunia ini. Itu artinya setiap kelompok monyet

mempunyai bahasa yang berbeda dari kelompok monyet lainnya,

terutama apabila mereka berbeda pulau sebagai tempat berdiam atau

57

tidak bersinggungan antara satu dengan lainnya (Muzril Zahari, 2011:

301).

Begitu banyak bahasa yang ada di dunia. Seorang atropolog,

Michael Krauss menganalisa bahwa kurang lebih 10.000 tahun yang

lalu diperkirakan ada sekitar 15.000 macam bahasa di seluruh dunia.

Namun sekarang sudah berkurang jumlahnya menjadi hanya sekitar

6000 macam bahasa saja. Sedangkan di Indonesia sendiri memiliki

lebih dari 250 macam bahasa yang berbeda (Yaqin, 2005: 72).

Kemudian, sebagaimana bahasa dalam penjelasan diatas, bahasa

secara umum berfungsi untuk mengungkapkan ide-ide manusia.

Namun demikian, ada fungsi lain dari bahasa yaitu sebagai kekuatan

bahasa itu sendiri. Meskipun keberadaan fungsi bahasa ini seriing tidak

disadari. Seperti yang dikatakan Rodman dan Adler bahwa ada delapan

kategori kekuatan bahasa yaitu:

1) Memberi Penamaan

Penamaan adalah kekuatan bahasa dimana bahasa dapat

dipakai sebagai tanda untuk meyebut sesuatu. Sesuatu tersebut

dapat berupa benda-benda hidup, termasuk manusia atau benda-

benda mati. Setiap manusia dibelahan dunia dimanapun berada

mempunyai sebutan atau nama dengan menggunakan suku dari

bahasa yang mereka gunakan.

58

2) Menunjukkan Kredibilitas

Bahasa dapat digunakan oleh seseorang untuk mengetahui

kredibilitas orang lain yang sedang berbicara.

3) Menunjukkan Status

Bahasa dipercaya mempunyai kekuatan yang dapat

menunjukkan status seseorag. Misalnya ketika seseorang berbicara

dengan intonasi yang keras, dengan kata-kata yang kasar, maka

orang lain akan menilai bahwa orang tersebut berstatus rendah.

Sedangkan seseorang yang selalu menggunakan kata-kata yang

sopan, dan penuh dengan sikap menghormati orang lain, maka

orang lain akan menilai bahwa orang tersebut berstatus tinggi.

4) Menunjukkan Jenis Kelamin

Bahasa juga mempunyai kekuatan untuk membedakan jenis

kelamin seseorang.

5) Membedakan Ras

Bahasa mempunyai kekuatan untuk memberikan sebuah

identitas dan mengkategorikan dari ras apa orang yang sedang

menggunakan bahasa tersebut.

6) Menunjukkan Kekuatan

Seseorang yang menggunakan bahasa dengan ciri-ciri

seperti gaya, intonasi bahasa yang tegas, dan penuh kepercayaan

diri, adalah tanda bahwa orang tersebut mempunyai kekuatan.

59

7) Menunjukkan Adanya Keinginan Seseorang

Bahasa mempunyai kekuatan untuk menjelaskan maksud

dan keinginan oarng yang menggunakannya.

8) Memperlihatkan Adanya Afilasi

Bahasa mempunyai kekuatan yang dapat digunakan untuk

menunjukkan solidaritas terhadap orang lain (Yaqin, 2005: 79)

c. Perbedaan Warna Kulit

Perbedaan warna kulit disini menggunakan kata )ألوان( alwân,

merupalan jamak dari )لون( laun, yang pada mulanya berarti warna,

rupa, macam (Amalia Hasanah, 2013: 512), namun diayat ini berarti

warna kulit. Pada ayat ini tidak menggunakan kata )بشر( basyar yang

mempunyai makna pokok tampaknya sesuatu dengan baik dan indah.

Dari makna tersebut terbentuk kata kerja basyara yang berarti

bergembira, menggembirakan dan menguliti. Menurut Al- Ashfahani,

kata basyar adalah jamak dari kata )بشرة( basyarah yang berarti kulit.

Kata )بشر( basyar digunakan Al Qur‟an untuk meunjuk manusia

secara umum yang kesemuanya memiliki persamaan dalam potensi

kemanusiaan, tanpa mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam

sifat-sifat individual manusia (Quraish Shihab, 2012: 184). Manusia

disebut basyar karena kulit manusia tampak jelas dan berbeda

60

dibanding dengan kulit hewan lainnya. Oleh karena itu dalam Al

Qur‟an kata basyar secara khusus merujuk kepada tubuh dan lahiriah

manusia (Quraish Shihab, 2007: 137).

Semua manusia yang ada di bumi ini tidak ada yang sama,

meskipun mirip, bahkan anak kembar sekalipun pasti ada perbedaan

antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari sidik jari, raut muka,

bentuk mata, bentuk hidung, bentuk telinga, semuanya tidak ada yang

sama (Hamka, 1988: 68).

2. QS. AL Hujurat ayat 13

انم اكرمكم شعوباومق بآئل لت عارف واكم ى وجعلن كم من ذكرومان ث آي هاالنماس انماخلقن ي

ر انمالل كم و ات ق عندالل ﴾۳۱﴿و عليم خبي

Artinya: wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami

jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling

mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui,

maha teliti. (QS Al Hujarat/49: 13)

ىذكرومان ث كم من آي هاالنماس انماخلقن ي (Hai manusia, sesungguhnya Kami

menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) yakni

dari bangsa Adam dan Hawa كم شعوباوجعلن (dan Kami menjadikan kalian

berbangsa-bangsa) lafadz syu‟ûban adalah bentuk jamak dari lafadz

61

sya‟bun, yang artinya tingkatan nasab keturunanyang paling tinggi وق بآئل

(dan bersuku-suku) kedudukan suku berada dibaawah bangsa, setelah suku

atau kabilah disebut Imarah, lalu Batn kemudian Fakhs dan yang paling

bawah adalah Fasilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu

bangsa, Kinanah adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah

nama satu Imarah, Qusay adalah nama suatu Batn, Hasyim adalah nama

suatu Fakhs, dan Al Abbas adalah nama suatu Fasilah. لت عارف وا (supaya

kalian saling mengenal) lafaz ta‟ârafû asalnya adalah tata‟ârafû,

kemudian salah satu dari kedua huruf ta dibuang sehingga jadilah ta‟ârafû,

maksudnya supaya sebagian dari kalian saling mengenal sebagian yang

lain, bukan saling untuk membanggakan ketinggian nasab atau keturunan,

karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dari segi ketakwaan.

و عليم انمالل كم و ات ق انم اكرمكم عندالل (sesungguhnya orang yang paling

mulia diantata kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang kalian ر lagi Maha) خبي

Mengenal) apa yang tersimpan didalam batin kalian (Al-Mahalli & As

Suyuti, 2016: 895).

Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij,

dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun ketika Fathul

Makkah Bilal naik ke atas Ka‟bah untuk adzan. Berkatalah beberapa

62

orang: “Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka‟bah?”. Maka

berkatalah yang lainnya: “Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti

Allah akan meggantinya”. Kemudian ayat ini turun sebagai penegasan

bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah

yang paling taqwa (Shaleh, Dahlan & Dahlan, 1990: 475).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptan

makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan manusia

berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan yang baik. Dijadikannya

makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan

harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik

dan positif. Adanya perbedaan-perbedaan itu bukanlah ukuran untuk

menilai apakah seseorang itu baik atau buruk. Derajat kebaikan manusia

diukur dari ketaqwannya. Tidak peduli apakah dia laki-laki atau

perempuan, berkulit putih atau hitam, asal bertaqwa kepada Allah Swt,

maka dia tergolong orang baik (Ihsan, 2015: 27).

3. QS. Fatir Ayat 28

و من عباده ا يشى الل انم لك ومن النماس واالدموآب والنعام متلف الوانو كذ

﴾٨٢﴿و عزي ز غفور انم الل ؤا العلم

Artinya: Dan dengan demikian (pula) diantara manusia, makhluk

bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang

bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Diantara hamba-hamba

Allah yang takut kepada-Nya, hanyakah para ulama. Sungguh, Allah

Maha Perkasa, Maha Pengampun (QS Fatir/35: 28).

63

لك ومن النماس واالدموآب والنعام متلف الوانو كذ (Dan demikian pula

diantara manusia, binatang-binatang melata, dan binatang-binatang

ternak ada yang bermacam-macam warnanya) sebagaimana

beranekaragamnya buah-buahan dan gunung-gunung.

ا يشى الل ؤاو من عباده العلم انم (sesungguhnya yang takut kepada Allah

diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama). و عزي ز انم الل ( Sesungguhnya

Allah maha perkasa), غفور (lagi maha pengampun) terhadap dosa-dosa

hamba-Nya yang mukmi (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 576).

Pada ayat ini menerangkan tentang adanya pebedaan bentuk dan

warna makhluk hidup. Firman-Nya: )كذلك( kadzaalika dipahami oleh

banyak ulama dalam arti keragaman. Ayat ini menggarisbawahi tentang

adanya perbedaan dari setiap makhluk meskipun berasal dari sumber

materi yang sama (Quraish Shihab, 2012: 62).

4. QS. Al Maidah Ayat 48

قالماب ي يديو من الكت وان زلنآاليك الكت ن هم ب ومهيمنا عل ب بلحق مصد يو فاحكم ب ي

لكل جعلنا منكم شرعة و ولت تمبع اىوآءىم عمماجآءك من الق بآان زل الل

64

هاجا لوكم ف مآا و لعلكم اممة وماحدة ومل ولوشآءالل وممن كم ت كن ليب

ر فس عاف ي نبئكم باكنتم فيو تتلفون ال الل ت تبقواالي ي ﴾٨٢﴿و مرجعكم ج

Artinya: Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur‟an) kepadamu

(Muhammad) dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitab-

kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka

putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan

janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan

kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara

kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah

menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi

Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-

Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya

kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu

terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan (QS Al Maidah/5: 48).

Dalam surat Al Maidah ayat 48 ini menerangkan bahawa Al Qur‟an

adalah bukti dan saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang terdahulu

(Quraish Shihab, 2012: 276). Al Qur‟an menghapus sebagian hukum

pada kitab terdahulu, yang didalamya terdapat kesulitan, beban, dan

belenggu. Syariat memang berbeda, namun dasar agama tetap satu, yaitu

Islam. Umat Yahudi memiliki syariat yang terperinci dalam hukum-

hukum yang dikhususkan untuk mereka. Begitu pula umat Kristen dan

umat Islam. Kendati demikian, sesungguhnya agama yang disisi Allah

Swt adalah Islam (Tim Qisthi Press, 2008: 522).

65

hai Muhammad (Dan telah Kami turunkan padamu) وان زلنآاليك

ب الكت (kitab) Al Qur‟an بلحق (dengan kebenaran) berkaitan dengan

anzalna قالماب ي يديو membenarkan apa yang terdapat) مصد

dihadapannya) maksudnya yang sebelumnya ب ومهيمنامن الكت (diantara

kitab dan menjadi saksi) atau batu ujian عليو (terhadapnya). Kitab disini

maksudnya ialah kitab-kitab terdahulu. ن هم sebab itu) فاحكم ب ي

putuskanlah perkara mereka) maksudnya antara ahli kitab jika mereka

mengadu kepadamu و بآان زل الل (dengan apa yang diturunkan Allah)

kepadamu ولت تمبع اىوآءىم (dan jaganlah kamu mengikuti hawa nafsu

mereka) dengan menyimpang لكل جعلنا منكم عمماجآءك من الق (dari

kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat diantara

kamu Kami beri) hai manusia هاجا maksudnya (aturan dan jalan) شرعة وممن

jalan yang nyata dalam agana yang akan mereka tempuh. و لعلكم ولوشآءالل

sekiranya dikehendaki Allah, tentulah kamu dijadikan-Nya satu) اممة وماحدة

66

umat) degan hanya satu syariat, كن ومل (tetapi) dibagi-baginya kamu

kepada beberapa golongan لوكم كم ت آا ف م (untuk mngujimu) ليب (mengenai

apa yang telah diberikan-Nya kepadamu) berupa syariat yang bermacam-

macam untuk melihat siapakah diantara kamu yang taat dan siapa pula

yang durhaka (Al-Mahalli & As-Suyuti, 2016: 450).

Pada ayat ini menjelaskan sebenarnya Allah bekuasa untuk

membuat manusia menjadi umat yang satu dan seragam tanpa perbedaan.

Namun itu tidak dikehendakinya. Sebaliknya, Allah menciptakan umat

manusia berjenis-jenis dan beraneka ragam. Ketetapan Allah ini

bertujuan untuk menguji hamba-hamba-Nya membuat mereka berbeda

dalam syariat agar Allah Swt melihat siapa yang taat dan siapa yang

bermaksiat kepada-Nya, serta siapa yang membenarkan dan siapa yang

mendustakan-Nya. Serta mendorong mereka untuk saling berlomba-

lomba dalam kebaikan. Artinya perbedaan fisik, agama, budaya, suku,

ras dan jenis kelamin, bukanlah suatu hal yang perlu dipersoalkan,

melainkan anugerah Allah Swt agar manusia saling mengenal dan saling

memahami.

5. QS. Hud Ayat 118-119

67

الممن رمحم ﴾١١٢﴿ ون متلفي ولوشآءربك لعل النماس اممةوماحدةوملي زال

وتمت كلمة ربك لملئنم جهنمم من النمة والنماس لك خلقهم ولذ ربك

﴾۳۳۱﴿اجعي

Artinya:

118. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia

umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.

119. Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk

itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah

tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan

manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud/11: 118-119)

:law dalam firman-Nya )لو( Kata ولوشآءربك لعل النماس اممةوماحدة

sekiranya Allah menghedaki menunjukkan bahwa hal tersebut tidak

dikehendaki-Nya karena kata law tidak digunakan kecuali untuk

mengandaikan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil. (Jikalau

Tuhanmu menghendaki tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu)

pemeluk agama. وملي زالون متلفي (tetapi mereka senantiasa berselisih

pendapat) dalam masalah agama. ن رمحم ربك المم (kecuali orang-orang yang

diberi rahmat oleh Tuhanmu) artinya Allah telah menghendaki kebaikan

dari mereka sehingga mereka tidak berselisih pendapat tentangnya,

لك خلقهم ولذ (dan untuk itulah Allah menciptakan) sebagian diantara

mereka yang suka berselisih dan sebagian yang lain ada yang diberi

68

rahmat oleh-Nya sehingga mereka tidak berselisih mengenai agama (Al-

Mahalli & As-Suyuti, 2016: 884). Ini berarti bahwa Allah Swt tidak

menghendaki menjadikan manusia semua sejak dahulu hingga kini satu

umat saja, yakni satu pendapat, satu kecerendungan, bahkan satu agama

dalam segala prinsip dan perinciannya. Karena jika Allah Swt

menghendaki demikian, Dia tidak akan memberi manusia kebebasan

memilah dan memilih, termasuk kebebasan memilih agama dan

kepercayaan (Quraish Shihab, 2012: 784).

C. Pelajaran yang Terdapat dalam QS. Ar Rum Ayat 22, QS. AL

Hujurat Ayat 13, QS. Fatir Ayat 28, QS. Al Maidah Ayat 48, QS. Hud

Ayat 118-119

1. Meningkatkan Ketakwaan Terhadap Allah SWT

Takwa di sini meliputi tiga aspek yaitu, hablun min Allah, hablun

min annas, dan hablun min al‟alam. Implementasi dari takwa itu sendiri

sangatlah luas, tataran vertical menyangkut peribadatan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, sedangkan tataran horizontalnya yaitu bagaimana

manusia bersikap arif terhadap kemajemukan sosial dan melestarikan

karunia Allah yaitu alam semesta. Allah menjanjikan “piala” menjadi

manusia paling mulia di sisi-Nya bagi mereka yang benar-benar

mengamalkan nilai takwa, baik secara vertical maupun horizontal. Hal ini

menjadikan manusia berlomba-lomba untuk menjadikan dirinya layak

menjadi manusia paling mulia.

2. Saling Menghargai dan Saling Menghormati

69

Salah satu alasan diciptakannya manusia dalam keadaan yang

berbeda-beda, bisa jadi karena Allah ingin menguji setiap hamba-Nya.

Apakah manusia tersebut bersikap acuh terhadap sesamanya ataukah

sebaliknya.

3. Membangun Sikap Toleransi

Sikap toleransi sangatlah penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Sikap toleransi mengakui perbedaan dan sikap siap menerima bahwa

orang lain berbeda dengan kita. Sehingga, dapat membuka peluang untuk

hidup berdampingan, saling memberi peluang untuk menjadi manusia

yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Naim dan Sauqi (2010)

memberikan pengertian, toleransin adalah kemampuan untuk menghormati

sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

4. Dapat menumbuhkan semangat untuk belajar

Karena begitu agung Allah menciptakan alam semesta ini beserta

makhluknya. Sehingga hanya sedikit saja yang bisa dilihat dengan mata

telanjang. Dan membutuhkan pemikiran yang lebih untuk mengetahuinya

secara keseluruhan.

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Pendidikan multikultural merupakan sarana pendidikan yang dapat

digunakan untuk menghadapi berbagai ragam perbedaan dalam bentuk

budaya, bahasa, agama, suku, ras, dll. Untuk membentuk sikap saling

menghormati dan menghagai antar sesama manusia.

2. Islam sebagai agama rahmatan li al‟alamin memberikan penyelesaian

mengenai perbedaan melalui al Qur‟an yang mulia. Berikut ajaran

multikultural yang terdapat dalam Al Qur‟an.

a. QS. Ar Rum ayat 22

1. Adanya keragaman dalam komunikasi yaitu keragaman dalam

bentuk bahasa.

2. Adanya keragaman ras yaitu bentuk dan warna kulit, dimana

setiap manusia atau individu memiliki bentuk dan warna kulit

yang berbeda.

b. QS. Al Hujurat Ayat 13

Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan berpasang-

pasang dan menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

untuk saling berinteraksi dengan baik.

71

c. QS. Fatir Ayat 28

Allah menciptkan makhluknya, baik tumbuhan maupun hewan

dalam bentuk yang berbeda-beda meskipun dari asal yang sama.

d. QS. Al Maidah Ayat 48

Allah menciptakan umat dalam berjenis-jenis dan beraneka

ragam agar mereka saling berlomba-lomba dalam kebaikan.

e. QS. Hud Ayat 118-119

Allah menciptakan makhluk dengan kebebasannya untuk

berpendapat dan beragama.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas,

selanjutnya penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Hendaknya pendidikan Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan terkait dengan kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari

banyak kultur budaya, ras, agama yang sangat beragam, serta

terciptanya suatu keadaan masyarakat yang dinamis, yang menjunjung

tinggi akan nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta kearifan dalam

bermasyarakat, mempertimbangkan pendidikan multikultural sebagai

solusi untuk dijadikan bahan pijakan dalam rangka menata pendidikan

Indonesia menjadi lebih baik kaitannya dengan keberagaman

masyarakat Indonesia.

2. Karena adanya keragaman tersebut sudah menjadi sunatullah maka hal

mustahil jika ada seseorang untuk menyeragamkan keberagaman

72

tersebut. Dari pada demikian, akan lebih baik jika adanya

keberagaman tersebut kita manfaatkan sebagai sarana untuk

mendekatkan diri kepada Allah melalui habluminannas yaitu

menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya.

73

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar & Bamualim (Eds.). Pendidikan Perdamaian di Pesantren

Berspektif Islam dan HAM. Jakatra: CSRC UIN Syarif

Hidayatullah.

Al-Qarni, „Aidh. 2008. Tafsir Muyassar Jilid 1. Jakarta: Qisthi Press.

Ash-Shiddieqy, Muhammad Teungku. 2000. Tafsir Al-Qur‟anul Majid An-

Nur. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Baidan, Nashruddin. 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Baidhawy, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan

Multikultural. Jakarta: Erlangga.

Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an. Yogyakarta. Lokus.

Efendi & Fatchurrohman. 2014. Studi Al-Qur‟an Memshsmi Wahyu Allah

secara Lebih Integrsl dan Komprehensif. Yogyakarta: Teras.

Hamka. 1988. Tafsir Al Azhar Juz XXI. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Hasanah, Amalia. 2013. Kamus Besar Bahasa Arab. Yogyakarta: Pustaka

Widyatama.

Imani, Faqih AK. 2008. Tasir Nurul Qur‟an Sebuah Tafsir Sederhana

Menuju Cahaya Al-Qur‟an. Jakarta: Al-Huda.

Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi

Mahasiswa. Yogyakarta: CV. Orbitus Corp.

Nizar, Samsul. 2005. Sejarah pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam.

Ciputat: Quantum Teaching

Sadullah, Uyoh. 2014. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung: Alfabeta.

Said, Ahmad Hasani. 2014. Diskursus Munasabah Al Qur‟an Tinjauan

Kritis Terhadap Konsep dan Penerapan Munasabah dalam Tafsir

Al-Misbah. Jakarta: Lectura Press.

74

Shihab, Umar, Hanafi, dkk (Eds). 2007. Ensiklopedia Al Qur‟an: Kajian

Kosakata. Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, Quraish. 2012a. Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari

Surah-Surah Al-Qur‟an. Jakarta: Lentera Hati.

2012b. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al

Qur‟an volume 5. Jakarta: Lentera Hati.

2012. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al

Qur‟an volume 10. Jakarta: Lentera Hati.

2012. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al

Qur‟an volume 11. Jakarta: Lentera Hati.

Tim STAIN Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir.

Salatiga: STAIN Salatiga.

Yaqin, Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural Cross-Cultural

Understanding untuk Demokrasi dan keadilan. Yogyakarta:

Nuansa Aksara.

Zahari, Musril. 2011. Menjunjung Bahasa Persatuan Sebuah Kumpulan

Karangan. Jakarta. PT Gria Media Prima.

Zuhdi, Masjfuk. 1997. Pengantar Ulumul Qur-an. Surabaya: Karya

Abditama.

75

76

SKK

Nama : Sakinatul Birroh

NIM : 111-13-190

Jurusan : S1-PAI

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

No Nama Kegiatan Tanggal Keikutsertaan Skor

1. Opak STAIN SALATIGA 2013 26-27 Agustus

2013 Peserta 3

2. Opak HMJ Tarbiyah 2013 STAIN

Salatiga Tahun 2013 29 Agustus 2013 Peserta 3

3.

UPT Perpustakaan Library User

Education (Pendidikan Pemakai

Perpustakaan)

16 September

2013 Peserta 2

4.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Januari 2014 Panitia 3

5. Juara 1 Khitobah dalam

peringatan Maulud Nsbi SAW 20 Januari 2014 Peserta 3

6.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Februari 2014 Panitia 3

7.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Maret 2014 Panitia 3

8.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 April 2014 Panitia 3

9. Pengajian Akbar Akhirusanah &

Khotmil Qur‟an 21 Juni 2014 Panitia 3

10.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Januari 2015 Panitia 3

11.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Ferbruari 2015 Panitia 3

12.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Maret 2015 Panitia 3

13.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 April 2015 Panitia 3

77

14.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Mei 2015 Panitia 3

15.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Juni 2015 Panitia 3

16. Pengajian Akbar Akhirusanah &

Khotmil Qur‟an 13 Juni 2015 Panitia 3

17.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Juli 2015 Panitia 3

18.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Agustus 2015 Panitia 3

19.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 September

2015 Panitia 3

20.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Oktober 2015 Panitia 3

21.

Seminar Nasional Kewirausahaan

bersama Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan koperasi

Disperindagkop) Salatiga dengan

tema Jiwa Muda, Berani

Berwirausaha

30 Oktober 2015 Peserta 8

22.

Semiar Nasional Al Hidmah

dengan tema Wacana Islam

Nusantara dalam Menjaga

Kebhinekaan dan Keutuhan NKRI

31 Oktober 2015 Peserta 8

23.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Nopember

2015 Panitia 3

24.

Seminar Nasional DEMA FTIK

dengan tema Peningkatan

Profesionalisme Guru Sebagai

dalam Pembelajaran diera

Globalisasi

23 Nopember

2015 Peserta 8

25.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Desember

2015 Panitia 3

26. Peringatan Maulud Nabi

Muhammad SAW

21-24 Deaember

2015 Panitia 3

27.

Pengajian dan Mujadahan Rutinan

bersama santri, wali santri, &

alumni Pon Pes Pancasila

10 Januaari 2016 Panitia 3

78

79

80