pendelegasian wewenang perizinan di …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/skripsi ayu.pdf · yang...

99
PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI KABUPATEN BANYUMAS (Studi Di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas) SKRIPSI Oleh : AYU KARTIKA GUSTI SAPUTRI OLII E1A007048 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2011 PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI KABUPATEN BANYUMAS

Upload: hoangcong

Post on 19-Feb-2018

266 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI KABUPATEN BANYUMAS (Studi Di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Kabupaten Banyumas)

SKRIPSI

Oleh :

AYU KARTIKA GUSTI SAPUTRI OLII

E1A007048

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2011

PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI KABUPATEN

BANYUMAS

Page 2: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

(Studi di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum Pada

Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :

AYU KARTIKA GUSTI SAPUTRI OLII

E1A007048

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2011

Page 3: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI KABUPATEN

BANYUMAS (Studi Di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Kabupaten Banyumas)

Oleh :

AYU KARTIKA GUSTI SAPUTRI OLII

E1A007048

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan Disahkan

Pada Tanggal November 2011

Pembimbing I Pembimbing II, Penguji,

Joko Susanto, S.H.,S.U. Hj.Setiadjeng Kadarsih, S.H., M.H. Sri Hartini,S.H.,M.H.

NIP. 19630926 199002 2 001 NIP. 19500810 198303 1 003 NIP. 19491003 198203 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S. NIP. 19520603 198003 2 001

Page 4: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya:

Nama : AYU KARTIKA GUSTI SAPUTRI OLII

NIM : E1A007048

Judul skripsi : PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI

KABUPATEN BANYUMAS (Studi Di Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas)

Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat adalah hasil karya saya sendiri dan

tidak menjiplak hasil karya orang lain.

Bila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

apapun dari fakultas.

Purwokerto, November 2011

AYU KARTIKA GUSTI SAPUTRI E1A007048

Page 5: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya, memberikan kekuatan, kesabaran serta

kemampuan dan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas

(Studi di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas)” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi penyusun

mengalami hambatan namun berkat bimbingan, petunjuk dan bantuan dari

berbagai pihak sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam

kesempatan ini penyusun sempaikan rasa terimakasih dan penghargaan setulus-

tulusnya kepada :

1. Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

2. H. Supriyanto, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara.

3. Joko Susanto, S.H., S.U. selaku Dosen Pembimbing I yang selalu sabar

membimbing saya dalam menyelesaikan serta menyempurnakan

skripsi ini.

4. Hj. Setiadjeng Kadarsih, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang

tidak pernah berhenti membimbing saya ini serta kesabarannya dalam

membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi.

5. Sri Hartini, S.H, M.H selaku dosen penguji yang bersedia menjadi

dosen penguji saya dan membantu menyempurnakan skripsi saya ini.

6. Pranoto, S.H selaku Dosen Pembimbing Akademik saya yang selalu

membimbing saya terutama dalam masalah akademik.

7. Mamah dan keluarga yang selalu mensuport serta selalu mendoakan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 6: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

8. Dytio yang selalu memberikan kritik dan saran serta selalu mendukung

untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Hesty, Erick, Anggih, Thoriq dan Rika yang membantu dalam

menyempurnakan skripsi, meminjamkan buku dan membantu

persiapan seminar saya.

10. Teman-teman seperjuangan yang selalu berbagi cerita saat menunggu

bimbingan skripsi.

11. Sahabat dan Orang-orang yang selalu menyayangi dan mensuport saya

dalam keadaan apapun itu.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan

skripsi ini. Akhirnya penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Purwokerto , November 2011

Penyusun

Page 7: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................. i

HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................... iv

KATA PENGANTAR................................................................................ v

DAFTAR ISI............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL....................................................................................... x

ABSTRAK................................................................................................... xi

ABSTRACT................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1

B. Perumusan Masalah............................................................ 6

C. Tujuan Penelitian................................................................ 6

D. Kegunaan Penelitian........................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Administrasi Negara.............................................. 8

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara........................ 8

2. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara................ 12

3. Sumber Hukum Administrasi Negara............................ 15

B. Otonomi Daerah.................................................................. 20

Page 8: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

1. Sejarah dan Perkembangan Otonomi Daerah................. 20

2. Konsepsi Otonomi Daerah............................................. 22

3. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom............................. 23

4. Prinsip Otonomi Daerah................................................. 24

C. Teori Kewenangan.............................................................. 26

1. Kategori Pendelegasian Kewenangan............................ 26

2. Kriteria Pendelegasian Kewenangan.............................. 29

D. Teori Tentang Perizinan...................................................... 30

1. Pengertian Perizinan....................................................... 31

2. Jenis dan Macam Perizinan............................................ 31

E. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas............................................................................ 33

BAB III METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan............................................................. 35

2. Spesifikasi Penelitian........................................................... 36

3. Lokasi Penelitian.............................................................… 37

4. Jenis Bahan Hukum............................................................ 37

5. Metode Pengumpulan Bahan Hukum................................. 39

6. Metode Pengolahan Bahan Hukum..................................... 40

7. Metode Penyajian Bahan Hukum....................................... 40

8. Metode Analisis Bahan Hukum.......................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 9: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

A. Hasil Penelitian................................................................... 42

B. Pembahasan........................................................................ 72

BAB V PENUTUP

A. Simpulan............................................................................. 83

B. Saran................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

DAFTAR BAGAN

A. Bagan 1 Struktur Organisasi Pemda Banyumas.......................... 43

B. Bagan 2 Bagan Pelayanan Perizinan........................................... 62

C. Bagan 3 Bagan Pengaduan.......................................................... 65

Page 11: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI KABUPATEN

BANYUMAS (Studi di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Kabupaten Banyumas)

Oleh :

AYU KARTIKA GUSTI SAPUTRI OLII

E1A007048

ABSTRAK

Sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. Secara teoritik kewenangan pemerintah diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, wewenang dan mandat. Begitu juga dengan wewenang yang diperoleh Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendelegasian kewenangan perizinan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Yuridis Normatif yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi legisme positivism. Sementara metode analisis yang di gunakan adalah deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan Kantor Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Kebupaten Banyumas.

Berdasarkan hasil penelitian, pendelegasian kewenangan yang dilakukan oleh Bupati Banyumas kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas adalah menggunakan pendelegasian kewenangan delegasi. Pendelegasian kewenangan dengan delegasi adalah penyerahan atau pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh pejabat atau badan yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada badan atau pejabat lainnya. Dengan adanya pendelegasian kewenangan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan maka tanggung jawab yuridis tidak lagi berada ditangan Bupati Banyumas tetapi beralih kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bayumas selaku delegataris.

Kata Kunci : Kewenangan, Perizinan, Delegasi.

Page 12: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

ABSTRACT

Source of authority for the government is legislation. Theoretically the

government authority that is obtained through three way attribution, delegation

and mandate. As well as the Head of Capital Investment and Licensing Services

Agency Banyumas gained authority. The study aims to determine how the

delegation of licensing authority in the Capital Investment and Licensing Services

Agency Banyumas.

Method which aplieed in the research in approach of normative juridiction

that approach using conception legisme positivism. While analytical method

which applied is deskriptive qualitative. This research done in Capital Investment

and Licensing Services Agency Banyumas.

Based on the result of research, delegation of authority by the Regent of

Banyumas to the Head of Capital Investment and Licensing Services Agency

Banyumas is using the delegated authority. Delegation of authority is a transfer of

an existing authority by official who have obtained the authority is atrributive to

the agency or other officials. With the delegation of authority to the Head of

Capital Investment and Licensing Services in no longer the juridical responsibility

in the hands of the Regent of Banyumas but switched to the Head of Capital

Investment and Licensing Services Agency Banyumas as delegataris.

Keywords : Authority, Licensing, Delegation.

Page 13: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada konteks

Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat

Pembukaan UUD 1945 yang mengidentifikasikan Negara Indonesia

sebagai Negara hukum yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum.

Setiap kegiatan disamping harus diorientasikan pada tujuan yang hendak

dicapai juga harus berdasarkan pada hukum yang berlaku sebagai aturan

kegiatan kenegaraan, pemerintahan dan kemasyarakatan.

Dalam Negara hukum modern pemerintah memiliki tugas dan

wewenang dimana pemerintah tidak hanya menjaga keamanan dan

ketertiban (rust en order) tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum

(bestuurszorg). Tugas dan kewenangan pemerintah adalah untuk menjaga

ketertiban dan keamanan dimana tugas ini merupakan tugas yang masih

dipertahankan. Untuk melaksanakan tugas ini pemerintah mempunyai

wewenang dalam bidang pengaturan (regelen atau besluiten van algemeen

strekking) yang berbentuk ketetapan (beschikking). Sesuai dengan sifat

ketetapan yaitu konkrit, individual dan final maka ketetapan merupakan

ujung tombak instrument hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Salah satu wujud dari ketetapan adalah izin dimana izin merupakan

Page 14: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

instrument yuridis yang digunakan pemerintah untuk mengatur

masyarakatnya dalam menyelenggarakan pemerintahan.

Tujuan yang hendak dicapai dalam rangka penyerahan urusan

pemerintahan ditunjukkan dengan antara lain menumbuhkembangkan

penanganan urusan dalam berbagai bidang, meningkatkan daya saing

daerah dalam proses pertumbuhan melalui efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Peranan administrasi Negara dalam mewujudkan pelayanan kepada masyarakat menumbuhkan kemandirian daerah dan sebagai pengambil kebijakan untuk menentukan strategi pengelolaan pemerintahan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Bagi aparat pemerintahan daerah (Pemda) yang memiliki tugas dalam pengelolaan pemerintahan daerah. Substansi otonomi daerah sangat penting karena reformasi dalam sistem pemerintahan di daerah tentang pembangunan ekonomi dapat dilihat dalam aspek sistem pengaturan kebijakan, politik dan keuangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah kota dan kabupaten.1

Otonomi daerah berperan penting dalam pembagian wewenang

yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah yang

kemudian didistribusikan lagi kepada instansi yang mempunyai wewenang

untuk itu. Dalam Pasal 1 ayat (5) UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah yang menegaskan tentang pengertian otonomi

daerah yaitu :

Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan dan perundang-

undangan.

1 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Hukum Administrasi Negara dan

Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung : Nuansa, 2009, hlm 13

Page 15: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Didalam otonomi daerah ada peralihan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi yaitu penyerahan urusan pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan. Tujuan otonomi adalah untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan publik. Sedangkan tujuan yang dicapai dalam penyerahan urusan ini antara lain menumbuh kembangkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan.2

Selanjutnya Sarundajang dalam buku karangan Juniarso Ridwan

dan Achmad Sodik yang berjudul Hukum Administrasi Negara dan

Kebijakan Pelayanan Publik mengartikan otonomi daerah merupakan :

a. Hak mengurus rumah tangganya sendiri bagi suatu daerah otonom, hak tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan pemerintahan (pusat) yang diserahkan kepada daerah.

b. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya itu di luar batas-batas wilayah daerahnya.

c. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus rumah tangaga daerah lain sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan yang diserahkan kepadanya.

d. Otonomi daerah tidak membawahi otonomi daerah lain.3

Otonomi daerah berbeda dengan kedaulatan karena kedaulatan

menyangkut pada kekuasaan tertinggi dalam suatu negara sedangkan

otonomi daerah hanya meliputi suatu daerah tertentu dalam suatu negara.

Sistem pemerintahan otonomi daerah mempunyai ciri atau batasan sebagai

berikut :

a. Pemerintahan daerah yang berdiri sendiri

b. Melaksanakan hak, wewenang dan kewajiban pemerintahan

sendiri

2 HAW.Widjaya, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, hlm 21-22

3 Ibid, hlm 110

Page 16: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

c. Melakukan pengaturan, pengurusan dari hak, wewenang dan

kewajiban yang menjadi tanggungjawabnya melalui peraturan

yang dibentuk oleh daerah itu sendiri

d. Peraturan yang menjadi landasan hukum urusan pemerintahan

tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang ada di atasnya

Otonomi Daerah di Indonesia dilaksanakan dalam rangka desentralisasi di bidang pemerintahan. Desentralisasi itu sendiri setidak-tidaknya mempunyai tiga tujuan. Pertama, tujuan politik, yakni demokratisasi kehidupan berbangsa dan bernegara pada tataran infrastruktur dan suprastruktur politik. Kedua, tujuan administrasi, yakni efektivitas dan efisiensi proses-proses administrasi pemerintahan sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih cepat, tepat, transparan serta murah. Ketiga, tujuan sosial ekonomi, yakni meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat.4

Adanya otonomi daerah mewujudkan suatu daerah otonom dimana

daerah tersebut mempunyai hak untuk mengatur dan menjalankan rumah

tangganya sendiri. Indikator suatu daerah otonom melaksanakan urusannya

sendiri adalah ia berhak menjalankan urusan yang ruang lingkupnya atau

dampaknya hanya di daerahnya saja dan bukan berdampak nasional.

Daerah dapat mengatur urusannya kecuali Pertahanan dan Keamanan,

Politik Luar Negeri, Peradilan atau Hukum, Agama dan Moneter.

Munculnya Peraturan Presiden No. 27 tahun 2009 tentang

Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal yang terilhami

dari UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal merupakan salah

satu bentuk urusan yang dapat diurus oleh daerah yang menyebabkan

4 Sadu Wasistiono, Esensi UU NO.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah (Bunga Rampai), Jatinangor : Alqaprint, 2001, hlm 35

Page 17: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

setiap daerah membuat peraturan tersendiri untuk mengakomodir Perpres

ini kedalam peraturan daerahnya termasuk Banyumas yang juga

merupakan daerah Otonom yang mengakomodir Perpres No. 27 tahun

2009 kedalam Peraturan Bupati No. 10 tahun 2010 tentang Pendelegasian

Kewenangan Perizinan Kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas.

Munculnya Peraturan Bupati ini adalah untuk menjalankan

kebijakan pelayanan terpadu satu pintu yang telah diamanatkan oleh

Peraturan Presiden No. 27 tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu

Pintu di Bidang Penanaman Modal yang diharapkan dapat menaikkan atau

menambah jumlah investor yang ada di Kabupaten Banyumas jika

menggunakan pelayanan terpadu satu pintu khususnya di bidang perizinan.

Hal ini dapat mendatangkan permasalahannya tersendiri yaitu

bagaimanakah pendelegasian wewenang yang dilakukan oleh Bupati

Banyumas kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Kabupaten Banyumas.

Hal itulah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian

terhadap Perpres Nomor 27 tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu

Pintu di bidang Penanaman Modal dengan judul :”Pendelegasian

wewenang perizinan di Kabupaten Banyumas (studi di Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas)”

B. PERUMUSAN MASALAH

Page 18: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat diambil

perumusan masalah yaitu :

Bagaimanakah pendelegasian wewenang perizinan di Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin

mengetahui pendelegasian kewenangan perizinan yang diberikan oleh

Bupati Banyumas kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Banyumas sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun

2010.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Secara teoritis :

Diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu hukum

khususnya di bidang Hukum Administrasi Negara mengenai pendelegasian

kewenangan yang dilakukan oleh Pemerintahan Daerah.

Secara Praktis :

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pendelegasian kewenangan dan dapat menambah pengetahuan masyarakat

Indonesia pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya mengenai

Pendelegasian Kewenangan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Banyumas kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Banyumas.

Page 19: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Administrasi Negara

Page 20: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

A.1 Pengertian Hukum Administrasi Negara

Istilah Administrasi berasal dari bahasa Latin yaitu Administrare yang artinya adalah setiap penyusunan keterangan yang dilakukan secara tertulis dan sistematis dengan maksud mendapatkan sesuatu ikhtisar keterangan itu dalam keseluruhan dan dalam hubungannya satu dengan yang lain. Namun tidak semua himpunan catatan yang lepas dapat dijadikan administrasi.5

Hukum Administrasi Negara adalah suatu sistem dan merupakan

salah satu cabang Ilmu Hukum yang merupakan suatu disiplin ilmu yang

berdiri sendiri. Sangat sulit memberikan Definisi Hukum Adminstrasi

Negara karena Ilmu Hukum Administrasi Negara sangat luas dan terus

berkembang mengikuti perkembangan suatu Negara. Definisi Hukum

Administrasi Negara menurut beberapa sarjana adalah sebagai berikut :

1. E. Utrecht mengartikan Hukum Administrasi Negara adalah

menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan

memungkinkan para pejabat (ambtsdrager) administrasi

Negara melakukan tugas mereka yang khusus.6

2. Sjachran Basah mengartikan Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya yang sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara dan melindungi administrasi negara itu sendiri.7

5 http://saepudinonline.wordpress.com/2010/07/02/pengertian-hukum-

administrasi-negara/ di unduh pada tanggal 15 Juli 2011

6 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : UII Press, 2003, hlm

26. 7 Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi

Negara, Bandung : Alumni, 1992, hlm 4

Page 21: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

3. Prajudi Atmosudirdjo mengatakan Hukum Administrasi

Negara adalah hukum mengenai operasi dan pengendalian dari

kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap

penguasa-penguasa administrasi. 8

4. Oppenheim mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah

sekumpulan alat-alat perlengkapan yang tinggi dan yang

rendah dalam rangka alat-alat perlengkapan menggunakan

wewenang yang telah ditetapkan oleh Hukum Tata Negara.9

5. Van Vollenhoven mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun yang rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.10

6. J. H. Logemann mengatakan Hukum Administrasi Negara

adalah hukum mengenai hubungan-hubungan antara jabatan-

jabatan satu dengan lainnya serta hubungan hukum antara

jabatan-jabatan negara itu dengan para warga masyarakat.11

7. De La Bassecour Laan mengatakan Hukum Adminstrasi Negara merupakan himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab negara berfungsi (beraksi), maka peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungannya antara tiap-tiap warga negara dengan pemerintahannya.12

8 S. Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia

Indonesia, 1994, hlm 44 9 SF Marbun, dkk, Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara,

Yogyakarta : UII Press, 2001, hlm 180 10 SF Marbun, dkk, Ibid, hlm 21 11 SF Marbun, dkk, Ibid, hlm 22 12 SF Marbun, dkk, Loc.cit

Page 22: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

8. Muchsan mengatakan bahwa Hukum Adminstrasi Negara

adalah hukum mengenai struktur dan kefungsian administrasi

negara.13

9. R. Kranenburg mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah meliputi hukum yang mengatur susunan dan wewenang khusus dari alat perlengkapan badan-badan kenegaraan seperti kepegawaian (termasuk mengenai pensiun) peraturan wajib militer, pengaturan mengenai pendidikan/pengajaran, peraturan mengenai jaminan sosial, peraturan mengenai perumahan, peraturan perburuhan, peraturan jaminan orang miskin, dan sebagainya. 14

10. L.J. Van Apeldoorn mengatakan Hukum Administrasi Negara

adalah keseluruhan aturan yang hendaknya diperhatikan oleh

para pendukung kekuasaan penguasa yang diserahi tugas

pemerintahan itu.15

11. Bachsan Mustofa mengatakan Hukum Administarsi Negara adalah sebagai gabungan jabatan-jabatan yang dibentuk dan disusun secara bertingkat yang diserahi tugas melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintahan dalam arti luas yang tidak diserahkan pada badan-badan pembuat undang-undang dan badan – badan kehakiman.16

Dalam hukum administrasi negara terkandung dua aspek yaitu

aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat

perlengkapan negara melakukan tugasnya dan aturan-aturan hukum yang

mengatur hubungan antara alat perlengkapan administrasi negara dengan

warganya. Menurut Prajudi Atmosudirjo dalam bukunya yang berjudul

Hukum Administrasi Negara, kekuasaan eksekutif dan administratif di

13 SF Marbun, dkk, Loc.cit 14 SF Marbun, dkk, Ibid, hlm 181 15 SF Marbun, dkk, Loc.cit 16 http://putracenter.net/2009/05/03/definisi-hukum-administrasi-negara-

menurut-para-ahli/ di unduh pada tanggal 15 Juli 2011

Page 23: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Indonesia menurut penjelasan Undang-undang Dasar 1945 berada dalam

satu tangan yaitu presiden maka pengertian hukum administrasi negara

yang luas ini dan terdiri dari beberapa unsur, antara lain :

a. Hukum Tata Pemerintahan yaitu hukum eksekutif atau hukum tata pelaksana undang-undang yang menyangkut pengendalian penggunaan kekuasaan publik (kekuasaan yang berasal dari kekuasaan negara)

b. Hukum Tata Usaha Negara yaitu hukum mengenai surat-menyurat, rahasia dinas dan jabatan, registrasi, kearsipan dan dokumentasi, legalisasi, pelaporan dan statistik, tata cara penyusunan dan penyimpanan berita acara, pencatatan sipil, pencatatan NTR, publikasi, penerangan dan penerbitan-penerbitan negara. Secara singkat dapat pula disebut Hukum Birokrasi.

c. Hukum Administrasi dalam arti sempit yakni Hukum Tata Pengurusan Rumah Tangga Negara baik intern maupun ekstern.

Rumah Tangga Negara adalah keseluruhan daripada hal-hal dan urusan-urusan yang menjadi tugas, kewajiban dan fungsi negara sebagai suatu badan organisasi sebagai suatu badan usaha.

Rumah Tangga Intern adalah yang menyangkut urusan intern instansi-instansi administrasi negara seperti urusan personel dan kesejahteraan pegawai negeri, urusan keuangan operasional sehari-hari, urusan materiil, alat perlengkapan dan gedung-gedung serta perumahan, urusan komunikasi dan transportasi intern dan sebagainya.

Rumah Tangga Ekstern adalah hal-hal dan urusan-urusan yang tadinya diselenggarakan oleh masyarakat sendiri namun karena berbagai sebab atau perhitungan dioper oleh negara melalui pembentukan dinas-dinas (dinas kebersihan, dinas kesehatan, dinas sosial), lembaga-lembaga (balai benih pertanian, lembaga penyakit mulut dan kuku ternak, lembaga malaria dan sebagainya), BUMN (Badan Usaha Milik Negara seperti PN, perum, perjan dan persero), serta BUMD (Badan Usaha Milik Daerah).

d. Hukum Administrasi Pembangunan yaitu mengatur penyelenggaraan pembanguan.

e. Hukum Administrasi Lingkungan.17

17 S. Prajudi, Loc.cit

Page 24: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

A.2 Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara

Isi dan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara diuraikan secara

konkret oleh Van Vollen Hoven pada tahun 1926 setelah mengadakan

peninjauan yang luas tentang pembidangan hukum terutama di negara

Perancis, Jerman dan Amerika. Van Vollen Hoven dalam bukunya yang

berjudul Omtrek van het administratiefrecht, memberikan skema tentang

Hukum Administrasi Negara didalam kerangka hukum seluruhnya yang

disebut dengan “ Residu Theori” sebagai berikut :

a. HukumTata Negara/ Staatsrecht yang meliputi : 1. Pemerintah/ Bestuur. 2. Peradilan/ Rechtspraak. 3. Polisi/ Politie. 4. Perundang-undangan/ Regeling.

b. Hukum Perdata / Burgerlijk. c. Hukum Pidana/ Strafrecht. d. Hukum Administarsi Negara/ Administratief Recht yang

meliputi : 1. Hukum Pemerintah / Bestuur recht. 2. Hukum Peradilan yang meliputi :

a. Hukum Acara Pidana b. Hukum Acara Perdata c. Hukum Acara Peradilan Administrasi Negara

3. Hukum Kepolisian. 4. Hukum Proses Perundang-undangan / Regelaarsrecht.18

Prajudi Atmosudirjo membagi Hukum Administrasi Negara dalam

dua bagian yaitu Hukum Administrasi Negara otonom dan Hukum

Administrasi Negara heteronom. Hukum Administrasi Negara heteronom

adalah hukum yang mengatur seluk beluk organisasi dan fungsi

administrasi negara yang bersumber pada UUD, TAP MPR dan UU

18 http://pustaka.unpad.ac.id/wp- ontent/uploads/2009/05/ hukum_administrasi

_negara. pdf di unduh pada tanggal 15 juli 2011

Page 25: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

sedangkan Hukum Administrasi Negara otonom adalah hukum operasional

yang diciptakan pemerintah dan administrasi negara. Sementara penulis

Hukum Administrasi Negara lain seperti A. M. Donner membagi bidang

Hukum Administrasi Negara menjadi Hukum Administrasi Negara umum

dan khusus dimana Hukum Administrasi Negara umum berkaitan dengan

peraturan-peraturan umum mengenai tindakan hukum dan hubungan

hukum administrasi atau peraturan-peraturan dan prinsip yang berlaku

untuk semua bidang hukum administrasi sedangkan Hukum Administrasi

Negara khusus adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang-

bidang tertentu.

Negara-negara yang menganut sistem hukum kontinental mengakui bidang hukum administrasi umum dan khusus. Hukum administrasi khusus adalah peraturan-peraturan hukum yang berhubungan dengan bidang tertentu dari kebijaksanaan penguasa seperti hukum atas tata ruang dan hukum perizinan bangunan sedangkan hukum administrasi umum adalah peraturan-peraturan hukum yang tidak terikat pada suatu bidang tertentu dari kebijakan penguasa seperti Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak.19

Di Indonesia, hukum administrasi negara khusus telah dihimpun

dalam Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia.

Dapat dilihat bahwa bidang hukum administrasi negara sangat luas

sehingga tidak dapat ditentukan secara jelas ruang lingkupnya. Disamping

itu, bagi negara kesatuan dengan sistem desentralisasi terdapat juga hukum

administasi daerah yaitu peraturan yang berkenaan dengan administrasi

19 M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta :

Gajah Mada University Press, 1999, hlm 32

Page 26: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

daerah. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa hukum administrasi

negara ialah hukum yang mencakup beberapa hal yaitu :

a. Perbuatan pemerintah baik pusat dan daerah dalam bidang publik.

b. Kewenangan pemerintah yang didalamnya mengatur mengenai dari mana, dengan cara apa dan bagaimana pemerintah menggunakan kewenangannya. Penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrument hukum.

c. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan kewenangan pemerintahan itu.

d. Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang pemerintahan.20

Sjachran Basah mengatakan bahwa fungsi hukum secara klasik perlu ditambah dengan fungsi-fungsi lainnya untuk menciptakan hukum sebagai saranan pembaharuan masyarakat karena itu hukum harus tidak dipandang sebagai kaidah semata-mata tetapi juga sebagai saran pembangunan yaitu hukum berfungsi sebagai pengarah dan jalan tempat berpijak kegiatan pembangunan untuk mencapai tujuan kehidupan bernegara.21

Hal ini dapat diciptakan dengan adanya panca fungsi hukum

dimana panca fungsi hukum ini digunakan sebagai upaya penegakan

hukum yang merupakan conidtio sine quanon atau syarat mutlak untuk

fungsi hukum itu sendiri. Panca fungsi hukum itu sendiri adalah :

1. Fungsi Direktif sebagai pengarah dalam pembangunan untuk membentuk masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.

2. Fungsi Integrative sebagai pembina kesatuan bangsa. 3. Fungsi Stabilitatif sebagai pemelihara-termasuk didalamnya

hasil-hasil pembangunan dan menjaga keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

4. Fungsi Perfektif sebagai penyempurna baik terhadap sikap tindak administratif negara maupun sikap tindak warga apabila terjadi pertentangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

20 Ridwan HR, Opcit, hlm 33 21 SF Marbun, dkk, Opcit, hlm 184

Page 27: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

5. Fungsi Korektif sebagai pengoreksi atas sikap tindak-baik administrasi negara maupun warga- apabila terjadi pertentangan hak dan kewajiban untuk mendapatkan keadilan.22

A.3 Sumber Hukum Administrasi Negara

Menurut Sudikno Mertokusumo, kata sumber hukum sering

digunakan dalam beberapa arti, yaitu :

a. Sebagai asas hukum sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum misalnya kehendak tuhan, akal manusia, jiwa bangsa dan sebagainya.

b. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan pada hukum yang sekarang berlaku seperti hukum Perancis, hukum Romawi dan lain-lain.

c. Sebagai sumber berlakunya yang memberi kekuatan berlaku secara formal kepada peraturan hukum (penguasa, masyarakat).

d. Sebagai sumber darimana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen, undang-undang, lontar, batu bertulis dan sebagainya.

e. Sebagai sumber terjadinya hukum, sumber yang menimbulkan hukum.23

Sumber hukum terdiri atas dua jenis yaitu sumber hukum materiil

dan sumber hukum formil. Sumber hukum materiil terdiri atas sumber

hukum historis, sumber hukum sosiologis serta sumber hukum filosofis.

Sumber hukum formil terdiri atas peraturan perundang-undangan, praktek

administrasi negara/hukum tidak tertulis, yurisprudensi dan doktrin.

1. Sumber Hukum Materiil

Sumber Hukum Materiil terdiri atas :

a. Sumber Hukum Historis

22 Ibid, hlm 185 23 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Jogjakarta :

Liberti, 1996, hlm 69

Page 28: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Dalam arti historis, pengertian sumber hukum memiliki

dua arti yaitu sumber pengenalan (tempat menemukan)

hukum pada saat tertentu dan sebagai sumber dimana

pembuat undang-undang mengambil bahan dalam

membentuk peraturan perundang-undangan. Dalam arti

pertama sumber hukum historis meliputi undang-

undang, putusan hakim, tulisan-tulisan ahli hukum juga

tulisan-tulisan yang tidak bersifat yuridis sepanjang

memuat pemberitahuan mengenai lembaga-lembaga

hukum. Dalam arti kedua sumber hukum historis

meliputi sistem-sistem hukum masa lalu yang pernah

berlaku pada tempat tertentu seperti sistem hukum

Romawi, sistem hukum Perancis dan sebagainya.

b. Sumber Hukum Sosiologis

Sumber hukum dalam pengertian ini meliputi faktor-

faktor sosial yang mempengaruhi isi hukum positif

yang artinya peraturan hukum tertentu mencerminkan

kenyataan yang hidup dalam masyarakat.

c. Sumber Hukum Filosofis

Sumber hukum dalam arti filosofis memiliki dua arti

yaitu sebagai sumber untuk isi hukum yang adil dan

sebagai sumber untuk kewajiban terhadap hukum atau

sebagai sumber untuk kekuatan mengikat dari hukum.

Page 29: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

2. Sumber Hukum Formal

Sumber Hukum Formal adalah berbagai bentuk aturan

hukum yang ada. Sumber hukum formal juga diartikan sebagai

tempat atau sumber darimana suatu peraturan memperoleh

kekuatan hukum. Sumber hukum formal terdiri atas :

a. Peraturan Perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan menurut penjelasan

pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004

tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 5

Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

adalah semua peraturan yang bersifat mengikat secara

umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat

bersama Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di

tingkat daerah serta semua Keputusan Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara baik di tingkat pusat

maupun ditingkat daerah yang juga mengikat umum.

Dapat disimpulkan bahwa peraturan perundang-

undangan terdiri dari Undang-undang dan atau

peraturan daerah serta keputusan pemerintah dan atau

keputusan daerah.

b. Praktek Administrasi Negara/Hukum Tidak Tertulis

Meskipun undang-undang dianggap sebagai sumber

hukum administrasi negara yang paling penting namun

Page 30: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

undang-undang sebagai peraturan tertulis memiliki

kelemahan.24

Menurut Bagir Manan, sebagai ketentuan tertulis (written rule) atau hukum tertulis (written law) peraturan perundang-undangan mempunyai jangkauan yang terbatas – sekadar “moment opname” dari unsur-unsur politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam yang paling berpengaruh pada saat pembentukan karena itu mudah sekali aus (out of date) bila dibandingkan dengan perubahan masyararakat yang semakin cepat atau dipercepat.25

c. Yurisprudensi

Menurut M. Hadjon, secara umum yang dimaksud

dengan yurisprudensi adalah peradilan. Dalam arti

sempit yang dimaksud dengan yurisprudensi adalah

ajaran hukum yang tersusun dari dan dalam peradilan

yang kemudian dipakai sebagai landasan hukum. Selain

pengertian tersebut yurisprudensi juga diartikan sebagai

himpunan putusan-putusan pengadilan yang disusun

secara sistematik.

d. Doktrin

Menurut Sudikno Mertokusumo, pendapat sarjana hukum yang merupakan doktrin adalah sumber hukum tempat hakim menemukan hukumnya. Ilmu hukum adalah sumber hukum tetapi ilmu hukum bukanlah hukum karena tidak mempunyai kekuatan mengikat sebagai hukum, namun tidak berarti bahwa ilmu hukum itu tidak mempunyai wibawa. Ilmu hukum mempunyai wibawa karena mendapat dukungan dari para sarjana. Ilmu hukum kecuali mempunyai wibawa juga obyektif

24 Ridwan, HR, Op.cit, hlm 48 25 Loc. cit

Page 31: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

sifatnya. Putusan pengadilan harus objektif dan berwibawa juga. Oleh karena itu tidak jarang ilmu hukum dipergunakan oleh hakim dalam putusannya sebagai dasar pertimbangan untuk mempertanggungjawabkan putusannya. Kalau ilmu hukum itu dimuat dan dipertahankan dalam putusan pengadilan, ilmu hukum itu adalah ilmu. Oleh karena itu ilmu hukum adalah sumber hukum.26

B. Otonomi Daerah

B.1 Sejarah dan Perkembangan Otonomi Daerah

Peraturan perundang-undangan yang pertama kali mengatur

tentang pemerintahan daerah pasca proklamasi kemerdekaan adalah

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai

Kedudukan Komite Nasional Daerah. Ditetapkannya Undang-undang

ini merupakan hasil dari berbagai pertimbangan tentang sejarah

pemerintahan di Indonesia di masa kerajaan-kerajaan serta pada

masa pemerintahan kolonialisme. Undang-undang ini menekankan

pada aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan

pembentukan Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Di dalam Undang-

undang ini ditetapkan 3 (tiga) jenis daerah otonomi, karesidenan,

kabupaten, dan kota.

Periode berlakunya Undang-undang ini sangat terbatas, sehingga dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun belum ada peraturan

26 Sudikno Mertokusumo, Op. cit, hlm 50

Page 32: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

pemerintah yang mengatur mengenai penyerahan urusan (desentralisasi) kepada daerah. Undang-undang ini berumur kurang lebih tiga tahun karena diganti dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 tentang Undang-undang Pokok Tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.27

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah khususnya pasal 31 ayat 1, 2 dan 3 berisi

ketentuan-ketentuan yang mengatur sistem otonomi sebagai berikut:

(1) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangga Daerahnya kecuali urusan yang oleh undang-undang ini diserahkan kepada penguasa lain.

(2) Dengan tidak mengurangi ketentuan termaksud dalam

ayat (1) di atas, dalam peraturan pembentukan ditetapkan urusan-urusan tertentu yang diatur dan diurus oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak saat pembentukannya itu.

(3) Dengan peraturan Pemerintah tiap-tiap waktu, dengan

memperhatikan kesanggupan dan kemampuan dari masing-masing Daerah, atas usul dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan dan sepanjang mengenai daerah tingkat II dan III setelah minta pertimbangan dari Dewan Pemerintah Daerah dari daerah setingkat di atasnya, urusan-urusan tersebut dalam ayat (2) ditambah dengan urusan-urusan lain.

Setelah Undang-undang Nomor 1 tahun 1957 dinyatakan tidak

berlaku maka lahirlah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah yang mengatur pokok-pokok

penyelenggaraan pemerintah yang menjadi tugas pemerintah pusat di

daerah. Prinsip yang dipakai dalam pemberian otonomi kepada

27 http://downloads.ziddu.com/downloadfile/12698736/otonomidaerah.doc.html,

diunduh pada tanggal 3 Maret 2011

Page 33: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

daerah bukan lagi otonomi yang riil dan seluas-luasnya tetapi otonomi

yang nyata dan bertanggung jawab.

Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 dinyatakan tidak berlaku

lagi oleh pemerintah maka muncullah Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999 yang di undangkan pada tanggal 7 Mei 1999 oleh

presiden B.J. Habibie tentang wewenang dan pembagian wilayah

antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, pelaksanaan

otonomi daerah. Otonomi daerah mulai muncul dari proses tuntutan

reformasi disegala bidang kehidupan.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menghasilkan suatu

kesimpulan bahwa desentralisasi dalam UU Nomor 5 Tahun 1974 lebih

cenderung pada corak dekonsentrasi. Sedangkan desentralisasi dalam UU

Nomor 22 Tahun 1999 lebih cenderung pada corak devolusi. Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 kemudian diganti dengan Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Menurut Undang-

undang ini, Indonesia dibagi menjadi satu jenis daerah otonom yang terdiri

atas daerah-daerah provinsi yang terbagi atas daerah kabupaten dan

kota. Selain itu, negara

juga mengakui kekhususan dan/atau keistimewaan yang ada pada empat

daerah yaitu Aceh, Jakarta, Papua dan Yogyakarta serta mengakui dan

menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat (Desa) beserta

hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan.

Page 34: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

B.2 Konsepsi Otonomi Daerah

Otonomi daerah merupakan konsekuensi logis yang terjadi karena

Indonesia menganut asas desentralisasi dimana dengan adanya

desentralisasi itu sendiri melahirkan pemerintahan daerah yang bersifat

otonom sesuai dengan amanat pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 yang

berbunyi :

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,

kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan

peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah

diatur dalam undang-undang.

B.3 Otonomi Daerah dan Daerah Otonom

Page 35: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Otonomi daerah menurut pasal 1 ayat (5) Undang-undang Nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Hal ini didukung oleh pasal 18 Undang-

undang Dasar tahun 1945 yang memberikan keleluasaan kepada daerah

untuk menjalankan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut ketentuan dalam Undang-undang Nomor 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan daerah, dalam menyelenggarakan

pemerintahan, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi

dalam daerah-daerah otonom dan wilayah administratif.

Sebagaimana tercantum dalam interpretasi authentik pasal 1 ayat (6)

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah,

Daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang

berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Daerah dibentuk dengan memperhatikan syarat-syarat kemampuan ekonomi, jumlah penduduk, luas daerah, pertahanan dan keamanan nasional dan syarat-syarat lain yang memungkinkan melaksanakan pembangunan, pembinaan kestabilan politik dan

Page 36: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

kesatuan bangsa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab.28

B.4 Prinsip Otonomi Daerah

Prinsip pemberian otonomi daerah yang dapat dijadikan

pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah tercantum

dalam Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang

berupa :

1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan

memperhatikan aspek demokrasi. Keadilan, pemerataan,

serta potensi dan keanekaragaman daerah.

2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada ekonomi

luas, nyata, dan bertanggung jawab.

3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh

diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota,

sedang pada daerah propinsi merupakan otonomi yang

terbatas.

4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan

konstitusi Negara sehingga tetap terjamin hubungan yang

serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.

5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan

kemandirian daerah otonom,dan karenanya dalam daerah

kabupaten dan kota tidak ada lagi wilayah administrasi.

28 Irawan, Soejito, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,

Jakarta : PT Rineka Cipta, 1990, hlm 42

Page 37: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina

oleh pemerintah atau pihak lain, seperti badan otorita,

kawasan pelabuhan, kawasan perumahan, kawasan

industry, kawasan perkebunan, kawasan pertambangan,

kawasan kehutanan, kawasan perkotaan baru, kawasan

pariwisata, dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan

daerah otonom.

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan

peranan dan fungsi badan legislative daerah, baik fungsi

legislative, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran

atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah

propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah

administrasi untuk melaksanakan kewenangan

pemerintahan tertentu yang diserahkan kepada Gubernur

sebagai wakil pemerintah.

8. Asas tugas pembantuan diberikan dari pemerintah kepada

daerah serta dari pemerintah dan daerah kepada desa.

C. Teori Kewenangan

Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia yang disusun oleh A.A Waskito, kata kewenangan memiliki arti hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu. Istilah kewenangan tidak dapat disamakan dengan istilah urusan karena kewenangan dapat diartikan sebagai hak dan atau kewajiban untuk menjalankan satu atau beberapa fungsi manajemen (pengaturan, perencanaan,

Page 38: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

pengorganisasian, pengurusan dan pengawasan) atas suatu objek tertentu yang ditangani oleh pemerintahan.29

Cheema dan Rondinelli dalam buku Decentralization in

Developing Countries : A Review of Recent Experience yang dikutip

oleh Aggussalim mengatakan bahwa kewenangan lebih tepat

diartikan dengan authority sedangkan Hans Antlov dalam bukunya

Federation of Intent in Indonesia 1945-1949 menggunakan istilah

power.

C.1 Kategori Pendelegasian Kewenangan

Sumber kekuasasaan dan wewenang bagi Pemerintah adalah

peraturan perundang-undangan. Kekuasaan dan kewenangan pemerintah

yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, baik pada

pemerintahan pusat maupun daerah dapat diperoleh melalui atribusi,

delegasi dan mandat. Pembentuk undang-undang menentukan suatu organ

pemerintahan berikut wewenangnya baik kepada organ yang sudah ada

maupun yang baru dibentuk. Secara teoritik, kewenangan yang

bersumber dari peraturan perundang-undangan terdiri dari tiga bentuk

yaitu pelimpahan kewenangan dengan atribusi, pelimpahan kewenangan

dengan delegasi dan pelimpahan kewenangan dengan mandat.

1. Teori Pendelegasian Kewenangan dengan Atribusi

Atribusi atau attributie mengandung arti pembagian. Atribusi digambarkan sebagai pemberian kewenangan kepada suatu organ lain yang menjalankan kewenangan itu atas nama dan menurut pendapatnya sendiri tanpa ditunjuk untuk

29 Agussalim, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Bogor : Ghalia

Indonesia, 2007, hlm 95

Page 39: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

menjalankan kewenangannya itu. Atribusi kewenangan itu terjadi apabila pendelegasian kekuasaan itu didasarkan pada amanat suatu konstitusi dan dituangkan dalam suatu peraturan pemerintah tetapi tidak di dahului oleh suatu pasal untuk diatur lebih lanjut.30

Menurut H.D Van Wijk yang dikutip oleh Aggussalim menyatakan bahwa kekuasaan atau kewenangan pemerintah bersumber dari Originale legislator yang diartikan sebagai kekuasaan atau kewenangan yang bersumber daripada pembuat undang-undang asli dan Delegated legislator yang diartikan sebagai pemberi dan pelimpahan kekuasaan atau kewenangan dari suatu organ pemerintahan kepada pihak lain untuk mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri 31

2. Teori Pendelegasian Kewenangan dengan Delegasi

Delegasi mengandung arti penyerahan wewenang dari

pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah.

Penyerahan ini tidak bisa dilakukan tanpa adanya kekuatan

hukum seperti undang-undang atau peraturan hukum lainnya.

Dengan adanya delegasi maka ada penyerahan wewenang dari

badan pemerintahan atau pejabat pemerintahan yang satu ke

badan atau pejabat yang lainnya yang lebih rendah

kedudukannya. Dalam delegasi selalu dituntut adanya dasar

hukum pemberian delegasi karena untuk menarik kembali

delegasi yang telah didelegasikan juga diperlukan peraturan

perundang-undangan yang sama seperti pemberian delegasi itu

ada.

Delegasi adalah penyerahan kewenangan oleh organ yang hingga saat itu ditunjuk untuk menjalankannya kepada satu organ lain yang sejak saat itu menjalankan kewenangan yang

30 Agussalim, Opcit hlm. 102 31 Loc.cit

Page 40: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

didelegasikan atas namanya dan menurut pendapatnya sendiri. Atribusi merupakan pemberian kewenangan kepada suatu organ lain yang menjalankannya sebagai pemberian kewenangan kepada suatu organ lain yang menjalankan kewenangan-kewenangan itu atas nama dan menurut pendapatnya sendiri sedangkan dalam delegasi terjadi penyerahan kewenangan dari pihak yang sendiri memang telah ditunjuk untuk menjalannkan kewenangan itu sedangkan pada atribusi terjadi pemberian kewenangan dari pihak sendiri yang tanpa di tunjuk untuk menjalankan kewenangan itu.32

3. Teori Pendelegasian Kewenangan dengan Mandat

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, mandat memiliki arti perintah dan tugas yang diberikan oleh pihak atasan. Menurut Heinrich yang dikutip dalam buku Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum menyatakan bahwa mandat dapat berupa opdracht (suruhan) pada suatu alat perlengkapan (organ) untuk melaksanakan kompetensinya sendiri maupun tindakan hukum oleh pemegang suatu wewenang memberikan kuasa penuh (volmacht) kepada sesuatu subjek lain untuk melaksanakan kompetensi nama si pemberi mandat. Jadi si penerima mandat bertindak atas nama orang lain.33

Pada mandat, tidak ada penciptaan atau penyerahan

wewenang. Ciri pokok mandat adalah suatu bentuk perwakilan. Mandataris berbuat atas nama yang diwakili. Hanya saja pada mandat, pemberi mandat tetap berwenang untuk menangani sendiri wewenangnya bila ia menginginkannya. Pemberi mandat juga dapat memberi segala petujuk kepada mandataris yang dianggap perlu. Pemberi mandat bertanggung jawab sepenuhnya atas keputusan yang diambil berdasarkan mandat sehingga secara yuridis-formal bahwa mandataris pada dasarnya bukan orang lain dari mandans. Selain kepada pegawai bawahan, mandat dapat pula diberikan kepada organ atau pegawai bawahan sesuai ketentuan hukum yang mengaturnya.34

C.2 Kriteria Pendelegasian Kewenangan

32 Ibid, hlm. 106 33 Loc.cit 34 Ibid, hlm. 107

Page 41: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Untuk menghindari terjadinya kegagalan kebijakan mengenai

pelimpahan kewenangan, maka beberapa kriteria dibawah ini perlu

dipertimbangkan secara seksama:

a. Dilihat dari lokus dan kepentingannya, kewenangan tersebut lebih banyak dioperasionalisasikan di Kecamatan sehingga berhubungan erat dengan kepentingan strategis Kecamatan yang bersangkutan. Contoh: penanganan penyakit masyarakat seperti perjudian, PSK, dan lain-lain

b. Dilihat dari fungsi administratifnya, kewenangan tersebut lebih bersifat rowing (pelaksanaan) dari pada steering (pengaturan), sehingga kurang tepat jika terdapat campur tangan dari pemerintah Kabupaten/Kota. Contoh: pemberian ijin IMB (untuk luas tertentu), administrasi kependudukan, dan lain-lain.

c. Dilihat dari kebutuhan dasar masyarakat, kewenangan tadi benar-benar dibutuhkan secara mendesak oleh masyarakat setempat. Contoh: pelayanan sampah dan kebersihan, sanitasi dan kebutuhan air bersih, pendidikan dasar khususnya yang berkaitan dengan pemberantasan 3 B (Buta huruf, Buta aksara, dan Buta pendidikan dasar), dan lain-lain.

d. Dilihat dari efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, suatu kewenangan hampir tidak mungkin dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota karena alasan keterbatasan sumber daya. Contoh: perbaikan dan pemeliharaan jalan-jalan dan jembatan perintis, pelayanan penyuluhan pertanian / KB, dan lain-lain.

e. Dilihat dari penggunaan teknologi, suatu kewenangan tidak membutuhkan pemakaian teknologi tinggi atau menengah.

Contoh: pembinaan usaha kecil dan rumah tangga (small and micro business), dan lain-lain.

f. Dilihat dari kapasitas, kecamatan memiliki kemampuan yang memadai untuk melaksanakan kewenangan tersebut, baik dari aspek SDM, keuangan, maupun sarana dan prasarana.35

D. Teori Tentang Perizinan

35 http://www.geocities.ws/mas_tri/pelimpahan_kewenangan.pdf, diunduh pada

tanggal 3 Maret 2011

Page 42: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Salah satu bentuk dari kewenangan yang dimiliki oleh Daerah

adalah perizinan yang bertujuan untuk mengendalikan setiap perilaku atau

kegiatan yang dilakukan oleh individu atau golongan. Pengendalian

melalui perizinan merupakan pengendalian yang bersifat preventif yang

merupakan usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyimpangan terhadap norma dan nilai sosial yang berlaku di masyarakat

dan dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan dengan maksud untuk

melakukan pencegahan sedini mungkin guna menghindari kemungkinan

terjadinya tindakan penyimpangan.

D.1 Pengertian Perizinan

Izin adalah perangkat hukum administrasi yang digunakan

pemerintah untuk mengendalikan warganya agar berjalan dengan teratur.

Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara

bersegi satu yang menghasilkan peraturan dalam hal konkreto berdasarkan

persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.36 Menurut Ateng Syarifudin, izin

bertujuan dan berarti menghilangkan halangan dimana hal yang dilarang

menjadi boleh. Penolakan atas permohonan izin memerlukan perumusan

limitatif.37

36 Sjachran Basah, Pencabutan Izin Sebagai Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi Negara, Surabaya : FH UNAIR, 1995, hlm 4.

37 Juniarso Ridwan, Opcit hlm 92

Page 43: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

D.2 Jenis dan Macam Perizinan

Kewenangan administrasi negara dalam menjalankan pemerintahan

diperoleh melalui atribusi, mandat serta delegasi. Dalam prakteknya,

ketiga hal itu dilaksanakan secara kombinasi karena bertalian dengan azas

desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Sejalan dengan

diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dimana daerah diberi kekuasaan atau wewenang

mengatur rumah tangganya sendiri dan dengan demikian mau tidak mau

pemerintah daerah harus membiayai pengeluaraanya dengan menggunakan

pendapatan daerahnya karena pemerintah pusat tidak mungkin

menanggung seluruh pengeluaran daerah yang ada. Dengan adanya

kondisi tersebut maka pemerintah daerah memberlakukan suatu ketentuan

tentang perizinan yang dapat menambah pendapatan daerahnya serta untuk

menjalankan tertib administrasi. Izin yang dapat diberlakukan oleh

pemerintahan daerah yaitu :

a. Izin Lokasi.

b. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT).

c. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

d. Izin Gangguan (HO).

e. Surat Izin Usaha Kepariwisataan (SUIK).

f. Izin Reklame.

g. Izin Pemakaian Tahan dan Bangunan Milik/dikuasai

Pemerintah.

Page 44: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

h. Izin Trayek.

i. Izin Penggunanan Trotoar.

j. Izin Pembuatan Jalam Masuk Pekarangan.

k. Izin Penggalian Damija (Daerah Milik Jalan).

l. Izin Pematangan Tanah.

m. Izin Pembuatan Jalan Didalam Kompleks Perumahan,

Pertokoan dan sejenisnya.

n. Izin Pemanfaatan Titik Tiang Pancang Reklame, Jembatan

Penyebrangan Orang dan sejenisnya.

o. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

p. Izin Usaha Perdagangan.

q. Izin Usaha Industri/Tanda Daftar Industri.

r. Tanda Daftar Gedung.

s. Izin Pengambilan Air Permukaan.

t. Izin Pembuangan Air Buangan ke Sumber Air.

u. Izin Perubahan Alur, Bentuk, dimensi dan Kemiringan dasar

saluran/sungai.

v. Izin perubahan atau pembuatan bagunan dan jaringan

pengairan serta penguatan tanggul yang dibangun oleh

masyarakat.

w. Izin pembangunan lintasan yang berada dibawah/diatasnya.

x. Izin pemaanfaatan bangunan pengairan dan lahan pada daerah

sempadan saluran/sungai.

Page 45: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

y. Izin pemanfaatan lahan mata air dan lahan pengairan lainnya.

E. BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN

KABUPATEN BANYUMAS

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas adalah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan yang

dimiliki oleh Kabupaten Banyumas yang bertugas menyusun dan

melaksanakan kebijakan teknis operasional urusan pemerintahan daerah

bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan serta menyelenggarakan penerbitan

perizinan dan non perizinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Badan ini dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang dibantu oleh

Sekretariat, Bidang Promosi dan Kerjasama, Bidang Perizinan, Bidang

Pengembangan dan Pengendalian, UPT dan Kelompok Jabatan

Fungsional.

Fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

(BPMPP) menurut Peraturan Bupati Banyumas Nomor 27 Tahun 2007

pasal 2 ayat (2) tentang Penjabaran Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Badan

Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas yaitu:

a. Perumusan kebijakan teknis bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang penanaman modal pelayanan perizinan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang penanaman modal

dan pelayanan perizinan;

Page 46: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

d. Pendokumentasian penerbitan dokumen perizinan dan non

perizinan;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan yang menggunakan konsep legal positif. Berdasarkan konsep ini, hukum dipandang identik dengan norma-norma tertulis, yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang dan meninjau hukum sebagai suatu sistem normatif yang otonom, mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat nyata 38.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan

kaidah-kaidah atau norma dalam hukum positif.39 Dalam tipe penelitian

38 Soemitro, Ronny Hanitijo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta :

Alumni, 1988, hlm 13-14. 39 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang :

Banyumedia, 2005, Hlm. 295.

Page 47: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

ini, peneliti akan menggunakan beberapa pendekatan masalah meliputi

pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) dan pendekatan

analitis (Analytical Approach).

1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)

Pendekatan perundang-undangan dapat dijabarkan sebagai

berikut :

Suatu pendekatan normatif tentu harus menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian. Peneliti melihat hukum sebagai sistem tertutup yang memiliki sifat-sifat comprehensive, all inclusive, systematic.40

Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan

dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adalah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dan undang-undang dasar atau antara regulasi dan undang-undang. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi.41

2. Pendekatan Analitis (Analytical Approach)

Pendekatan analitis dapat dijabarkan sebagai berikut :

Maksud utama analisis terhadap bahan hukum adalah mengetahui makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam aturan perundang-undangan secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya dalam praktik dan putusan-putusan hukum.42

Peneliti menggunakan kedua model pendekatan tersebut

karena kedua model pendekatan tersebut dapat digunakan

40 Ibid. Hal. 302 – 303. 41 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. 2010. Hlm. 23. 42 Johny Ibrahim, Op.cit, halaman 310.

Page 48: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

sebagai pisau analisis yang dapat digunakan peneliti untuk

mengetahui dan menganalisis mengenai pendelegasian

kewenangan yang diberikan Bupati Banyumas kepada Kepala

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan

spesifikasi penelitian deskriptif , yaitu suatu penelitian yang

menggambarkan keadaan atau gejala dari obyek yang diteliti dengan

keyakinan-keyakinan tertentu yang didasarkan atas peraturan perundang-

undangan yang ada, dan kemudian mengambil kesimpulan dari bahan-

bahan tentang obyek masalah yang akan diteliti dengan keyakinan-

keyakinan tertentu.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Badan Penanaman Modal dan

Perizianan Banyumas.

D. Jenis Bahan Hukum

Pada penelitian normatif, bahan pustaka merupakan data dasar

dimana dalam penelitian ini penulis mengumpulkan bahan primer, bahan

sekunder, dan bahan hukum tersier yang merupakan data sekunder.43

Selain itu juga ada wawancara dengan Badan Penanaman Modal dan

43 Soerdjono, Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : PT. Rajagrafindo,

2007, hlm 37.

Page 49: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Pelayan Perizinan untuk mendapatkan informasi yang akan diteliti. Dalam

hal ini data sekunder dibagi menjadi tiga bagian, yakni:

a. Bahan hukum primer, yakni bahan hukum yang terdiri atas

peraturan perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki

Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU) atau Peraturan

Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Pemerintah (PP),

Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Daerah (Perda).

Bahan hukum primer yang digunakan dalam skripsi ini

adalah Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 1

Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite

Nasional Daerah, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang

Undang-undang Pokok Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-

undang Nomor 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

Daerah, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-

pokok Pemerintahan Di Daerah, Undang-undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 5 Tahun

1974 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 9

Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 5

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-

undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal,

Page 50: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Peraturan Presiden Nomor 27 tahun 2009 tentang Pelayanan

Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Peraturan

Daerah Banyumas Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan

dan Investasi Kabupaten Banyumas, Peraturan Daerah Nomor 12

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis

Daerah Kabupaten Banyumas, Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun

2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Kabupaten Banyumas, Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2006

tentang Uraian Tugas, Pokok dan Fungsi pada Kantor Pelayanan

Perizinan dan Investasi Kabupaten Banyumas, Peraturan Bupati

Nomor 52 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas, Fungsi dan Tata

Kerja Badan Penanaman Modal Kabupaten Banyumas, Peraturan

Bupati Nomor 27 Tahun 2010 tentang Penjabaran Tugas, Fungsi

dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Kabupaten Banyumas serta Peraturan Bupati Nomor 10 tahun 2010

tentang Pendelegasian Kewenangan Perizinan Kepada Kepala

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas.

b. Bahan hukum sekunder, yakni bahan hukum yang terdiri atas buku-

buku teks (textbook) yang ditulis para ahli hukum yang

berpengaruh, jurnal-jurnal hukum, kasus-kasus hukum,

Page 51: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutkhir yang berkaitan

denga topik penelitian.

c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-

lain.44

E. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam penelitian ini data sekunder yang akan digunakan

dikumpulkan dengan menggunakan metode kepustakaan dan dokumenter.

1. Metode Kepustakaan adalah suatu cara pengumpulan data dengan melakukan penelusuran terhadap bahan pustaka (literatur, perundang-undangan, hasil penelitian, majalah ilmiah, buletin ilmiah, jurnal ilmiah, dsb.)

2. Metode Dokumenter adalah suatu cara pengumpulan bahan dengan menelaah terhadap dokumen-dokumen pemerintah maupun non-pemerintah (putusan pengadilan, perjanjian, surat keputusan, memo, konsep pidato, buku harian, foto, risalah rapat, laporan-laporan, mass media, internet, pengumuman, intruksi, aturan suatu instansi, publikasi, arsip-arsip ilmiah, dsb.)45

Metode pengumpulan bahan ini tersebut dapat dilakukan terhadap bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang berhubungan dengan obyek yang diteliti, kemudian dihubungkan bahan hukum satu dengan yang lainnya sesuai dengan pokok permasalahan sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh (comprehensive), all inclusive, dan systematic. Metode pengumpulan bahan hukum tersebut menggunakan sistem kartu, dimana bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas kemudian dipaparkan, disistematisasikan kemudian dianalisis guna menginterpretasikan hukum yang berlaku.46

F. Metode Pengolahan Bahan Hukum

44 Soerdjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press 1981,

hlm 296. 45 Tedi Sudrajat, Mata Kuliah Metodologi Penelitian dan Penulisan Hukum

(MPPH), (Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman), Purwokerto, 2010. Hlm. 12. 46 Loc.cit

Page 52: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang telah diperoleh

kemudian diinventarisir dan diklasifikasikan menurut relevansinya

terhadap permasalahan yang akan diteliti, kemudian dikaji, dibahas,

dipaparkan dan disusun secara sistematis yang pada akhirnya dianalisis.

G. Metode Penyajian Bahan Hukum

Deskriptif analitis diuraikan atau disajikan secara sistematis.

Untuk bahan hukum sekunder akan disajikan sesuai dengan kebutuhan

analisis namun tidak menghilangkan maksud yang terkandung dalam

bahan hukum tersebut. Penyajian bahan ini dapat ditempatkan pada

seluruh bab maupun sub bab pada karya tulis ini sesuai dengan

relevansinya pada hal yang sedang dibicarakan.

H. Metode Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang telah diperoleh dan diinventarisir melalui

analisis kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan

merangkai bahan hukum yang telah dikumpulkan dan disusun secara

sistematis yang akhirnya akan ditarik kesimpulan pada karya tulis ini.

Analisis bahan hukum yang digunakan dalam karya tulis ini menggunakan

metode sistematis atau dogmatis dimana adanya peraturan hukum yang

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yang berhubungan erat

dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Interpretasi sistematis adalah interpretasi dengan melihat kepada hubungan diantara aturan dalam suatu undang-undang yang saling bergantung. Disamping itu, juga harus dilihat bahwa hubungan itu tidak bersifat teknis melainkan juga harus dilihat asas yang melandasinya. Landasan pemikiran interpretasi sistematis adalah undang-undang

Page 53: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

merupakan satu kesatuan dan tidak satupun ketentuan di dalam undang-undang merupakan aturan yang berdiri sendiri.47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. HASIL PENELITIAN

A. Hirarki Kepegawaian di Kabupaten Banyumas

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata hirarki berarti susunan

pemerintahan atau organisasi dan sebagainya yang dilakukan oleh pejabat-

pejabat yang bertingkat-tingkat pangkat dan kedudukannya. Pengertian

kepegawaian menurut Penjelasan Umum dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian adalah segala hal-hal

mengenai kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan pegawai negeri.

Dapat disimpulkan bahwa hirarkis kepegawaian adalah susunan

pemerintahan mengenai kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai

negeri. Di dalam organisasi tentu ada hirarki kepegawaian yang sering

disebut juga susunan organisasi. Begitu juga dengan Kabupaten Banyumas

yang mempunyai struktur organisasi tersendiri. Kabupaten Banyumas

47 Peter, Mahmud, Op.cit hlm 112

Page 54: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

dipimpin oleh Bupati yang dibantu oleh Wakil Bupati, Staf Ahli, Sekretariat

Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga lainnya.

Berikut ini adalah Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah

Banyumas :

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI

WAKIL BUPATI

STAF AHLI

LEMBAGA LAIN SEKRETARIAT

DPRD

SEKRETARIAT DAERAH

DPRD

DINAS DAERAH

UPT KECAMATAN UPT

LEMBAGA TEKNIS

DAERAH

KELURAHAN

KETERANGAN :

Garis Komando

Garis Koordinasi

Garis Pertanggungjawaban

Page 55: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Bagan 1

Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Banyumas

Sumber : Bagian Organisasi Kabupaten Banyumas

Dalam menjalankan kewenangannya Bupati Banyumas dibantu

oleh Perangkat Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat

DPRD, Staf Ahli, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan

Kelurahan. Menurut pasal 3 ayat (1) Peraturan Daerah Banyumas Nomor 25

Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banyumas,

Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang dipimpin oleh Sekertaris

Daerah yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan kewajiban untuk membantu

Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Sekretariat

DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satpol PP, Lembanga Lain,

Kecamatan dan Kelurahan. Sekretariat Daerah Kabupaten Banyumas terdiri

dari :

1. Sekertaris Daerah.

2. Asisten Pemerintahan.

3. Asisten Ekonomi, Pembangunan Dan Kesejahteraan

Rakyat.

Page 56: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

4. Asisten Administrasi Umum.

5. Bagian Tata Pemerintahan.

6. Bagian Hukum.

7. Bagian Humas.

8. Bagian Pertanahan.

9. Bagian Perekonomian.

10. Bagian Kesehatan Rakyat.

11. Bagian Keuangan.

12. Bagian Organisasi.

13. Bagian Umum.

Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD

yang dipimpin oleh Sekertaris DPRD yang secara teknis operasional

berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD dan

secara administratif bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretariat

Daerah. Sekretariat DPRD mempunyai tugas menyelenggarakan

administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung

pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan menyediakan serta

mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan

kemampuan keuangan daerah. Sekretariat DPRD terdiri dari :

1. Sekertaris DPRD.

2. Bagian Persidangan.

3. Bagian Pengkajian dan Perundang-undangan.

4. Bagian Umum.

Page 57: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

5. Kelompok Jabatan Fungsional.

Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaah mengenai masalah

pemerintahan dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati. Staf Ahli

terdiri atas :

1. Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik

2. Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan

3. Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan

4. Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya

Manusia

5. Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan

Selain dibantu oleh Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan Staf

Ahli, Bupati Banyumas juga dibantu oleh Dinas Daerah serta Lembaga

Teknis Daerah dimana kedua lembaga ini berada dibawah komando

langsung Bupati Banyumas tetapi tidak bertanggung jawab langsung pada

Bupati Banyumas. Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah bertanggung

jawab kepada Bupati Banyumas melalui Sekretariat Daerah. Dinas Daerah

Banyumas terdiri atas :

1. Dinas Pendidikan

2. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata

3. Dinas Kesehatan

4. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

5. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

6. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Page 58: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

7. Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga

8. Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang

9. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

10. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

11. Dinas Peternakan dan Perikanan

12. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

13. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

Lembaga Teknis Daerah terdiri atas :

1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

2. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan

Masyarakat

3. Badan Lingkungan Hidup

4. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

5. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga

Berencana

6. Badan Kepegawaian Daerah

7. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan,

Kehutanan dan Ketahanan Pangan

8. Inspektorat

9. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah

10. Kantor Pendidikan dan Pelatihan

11. Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

12. Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang

Page 59: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

B. Sejarah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas merupakan Badan yang menangani proses perizinan di

Kabupaten Banyumas. Badan ini mempunyai tugas menyusun dan

melaksanakan kebijakan teknis operasional urusan pemerintahan daerah

bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan serta menyelenggarakan penerbitan

perizinan dan non perizinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan merupakan

badan yang sebelumnya bernama Kantor Pelayanan Perizinan Satu Atap

atau yang lebih dikenal dengan KPPSA yang kemudian pada tahun 2004

berubah menjadi Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi atau KPPI sesuai

dengan Peraturan Daerah Banyumas Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan

Perizinan dan Investasi Kabupaten Banyumas dan Peraturan Bupati Nomor

23 Tahun 2006 tentang Uraian Tugas, Pokok dan Fungsi pada Kantor

Pelayanan Perizinan dan Investasi Kabupaten Banyumas.

Pada tahun 2008, Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi (KPPI)

dirubah menjadi Badan Penanaman Modal melalui Peraturan Daerah Nomor

12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Kabupaten Banyumas dan Peraturan Bupati Nomor 52 tentang Penjabaran

Page 60: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal Kabupaten

Banyumas. Tahun 2008 dimana Badan Penanaman Modal merupakan

Badan yang berada dibawah naungan Bupati dan merupakan sub atau bagian

dari Lembaga Teknis Daerah. Tugas Badan Penanaman Modal menurut

pasal 10 Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 adalah melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penanaman modal.

Pada tahun 2009 Badan Penanaman Modal dirubah menjadi Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan semenjak adanya Peraturan

Daerah Nomor 27 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Teknis Daerah Kabupaten Banyumas dan Peraturan Bupati Nomor 27

Tahun 2010 tentang Penjabaran Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas.

Perbedaan yang mendasar antara Kantor Pelayanan Perizinan Satu

Atap yang berubah menjadi Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi

kemudian berubah menjadi Badan Penanaman Modal yang kemudian

berubah lagi menjadi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

yaitu adanya delegasi atau pendelegasian kewenangan perizinan dari Bupati

Banyumas ke Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

dimana setiap keputusan perizinan yang tadinya ditandatangani oleh Bupati

Banyumas diserahkan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan sehingga yang berwenang menandatangani keputusan

perizinan adalah Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

atas nama Bupati Banyumas. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Page 61: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Perizinan Kabupaten Banyumas tidak lagi dapat memungut pajak reklame

yang sebelumnya dipungut oleh Badan Penanaman Modal karena tugas

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan hanya sebatas

menyelenggarakan izin saja baik menerima izin ataupun menolak izin yang

di ajukan oleh masyarakat.

C. VISI dan MISI Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Kabupaten Banyumas.

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas memiliki visi dan misi tersendiri dalam menjalankan tugas serta

fungsinya dalam melayani perizinan. Visi Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan adalah terwujudnya pelayanan prima untuk mendukung

iklim dan daya tarik penanaman modal di Kabupaten Banyumas sedangkan

Misi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Aparatur yang

profesional dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan yang sederhana, cepat,

transparan dan berkepastian hukum.

3. Mendorong peningkatan penanaman modal di Kabupaten

Banyumas.

Page 62: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

D. Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Kabupaten Banyumas

Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Kabupaten Banyumas menurut Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun

2010 tentang Pendelegasian Kewenangan Perizinan Kepada Kepala Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas adalah

sebagai berikut :

a. Kepala Badan.

b. Sekretariat, terdiri dari :

1. Subbagian Program;

2. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

3. Subbagian Keuangan.

c. Bidang Perencananan dan Pengembangan Penanaman Modal,

terdiri dari:

1. Subbidang Perencanaan;

2. Subbidang Pengembangan.

d. Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal, terdiri dari

:

1. Subbidang Promosi;

2. Subbidang Kerjasama.

e. Bidang Pelayanan Perizinan, terdiri dari :

1. Subbidang Perizinan PU dan Perindag;

2. Subbidang Aneka Izin.

Page 63: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

f. Unit Pelaksana Teknis Badan.

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

E. Tugas dan Fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Kabupaten Banyumas

Tugas dari tiap-tiap bagian dari Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan menurut Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2010

tentang Penjabaran Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas, adalah sebagai berikut :

a. Kepala Badan bertugas memimpin penyelenggaraan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis urusan

pemerintahan daerah bidang penanaman modal dan pelayanan

perizinan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

wajib melakukan penyelenggaraan pelayanan terpadu satu

pintu yang mencangkup :

1. Pelayanan atas permohonan perizinan dan non

perizinan yang dilakukan oleh Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perizinan.

2. Percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan

tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan

dalam peraturan daerah.

Page 64: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

3. Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari

ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan

daerah.

4. Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan

diketahui setiap tahapan proses pemberian

perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan

prosedurnya.

5. Pengurangan berkas kelengkapan permohonan

perizinan yang sama untuk dua atau lebih

permohonan perizinan.

6. Pengusulan pengurangan, keringanan maupun

pembebasan retribusi perizinan bagi usaha mikro

kecil menengah (UMKM) yang ingin memulai

usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku.

7. Pemberian hak kepada masyarakat untuk

memperoleh informasi dalam kaitannya dengan

penyelenggaraan pelayanan

b. Sekretaris Badan bertugas mengkoordinasikan

penyelenggaraan kegiatan penyusunan rencana strategis,

program dan kegiatan serta monitoring dan evaluasi kegiatan

badan, pelayanan administrasi keuangan, dalam rangka

penyelarasan dengan tujuan organisasi, administrasi surat-

menyurat dan kearsipan, perpustakaan, kehumasan,

Page 65: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

keprotokolan, kepegawaian, serta perlengkapan dan

kerumahtanggaan guna terwujudnya sinkronisasi dalam

menunjang pelaksanaan tugas Badan.

c. Kepala Subbagian Bina Program mempunyai tugas

menyelenggarakan kegiatan penyusunan rencana strategis,

program dan kegiatan serta monitoring dan evaluasi kegiatan

badan dalam rangka penyelarasan dengan tujuan organisasi.

d. Kepala Subbagian Keuangan mempunyai tugas

menyelenggarakan pelayanan administrasi keuangan

mendasarkan ketentuan yang berlaku guna memperlancar

ketersediaan dan tertib administrasi keuangan Badan.

e. Kepala Subbagian Umum mempunyai tugas

menyelenggarakan kegiatan administrasi surat-menyurat dan

kearsipan, perpustakaan, kehumasan, keprotokolan,

kepegawaian, serta perlengkapan dan kerumahtanggaan guna

kelancaran tugas urusan umum.

f. Kepala Bidang Promosi dan Kerjasama mempunyai tugas

melaksanakan pengkoordinasian penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, bahan perumusan materi fasilitasi, bimbingan

teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi serta

pengoordinasian penyelenggaraan, evaluasi, pembinaan, dan

pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan

Page 66: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

promosi dan kerjasama penanaman modal guna terwujudnya

iklim/peluang investasi yang baik.

g. Kepala Subbidang Promosi mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, bahan fasilitasi,

sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi,supervisi dan konsultasi

serta pelaksanaan penyelenggaraan, evaluasi, pembinaan

danpengawasan kegiatan yang berkaitan dengan promosi

penanaman modal gunatercapainya target penanaman modal

yang telah ditetapkan dan berkembangnya perekonomian

daerah.

h. Kepala Subbidang Hubungan dan Kerjasama mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, bahan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi,

supervisi dan konsultasi serta pelaksanaan penyelenggaraan,

evaluasi, pembinaan dan pengawasan yang berkaitan dengan

hubungan dan kerjasama penanaman modal guna tercapainya

iklim penanaman modal yang kondusif.

i. Kepala Bidang Perizinan mempunyai tugas melaksanakan

pengkoordinasian penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, materi fasilitasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi

dan konsultasi serta pengoordinasian penyelenggaraan,

evaluasi, pembinaan, dan pengawasan yang berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan pelayanan perizinan guna terwujudnya

Page 67: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

tertib hukum (legalitas) pelaksanaan penanaman modal sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

j. Kepala Subbidang Pelayanan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

bahan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi,

supervisi dan konsultasi serta pelaksanaan penyelenggaraan,

evaluasi, pembinaan dan pengawasan kegiatan yang berkaitan

dengan pelayanan perizinan mendasarkan ketentuan yang

berlaku guna terwujudnya tertib hukum (legalitas) bagi para

penanam modal.

k. Kepala Subbidang Pemrosesan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

bahan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi,

supervisi dan konsultasi serta pelaksanaan penyelenggaraan,

evaluasi, pembinaan dan pengawasan kegiatan yang berkaitan

dengan pemrosesan izin mendasarkan ketentuan yang berlaku

guna terwujudnya tertib hukum (legalitas) bagi penanam

modal.

l. Kepala Bidang Pengembangan dan Pengendalian

mempunyai tugas melaksanakan pengkoordinasian penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis, bahan perumusan materi

fasilitasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi

serta pengoordinasian penyelenggaraan, evaluasi, pembinaan,

Page 68: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

dan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan

pengembangan dan pengendalian penanaman modal guna

terwujudnya pertumbuhan ekonomi daerah dan tertibnya

pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

m. Kepala Subbidang Pembinaan dan Pengkajian mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, bahan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi,

supervisi dan konsultasi serta pelaksanaan evaluasi, pembinaan

dan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan

penanaman modal guna terkendalinya kegiatan usaha/

penanaman modal

n. Kepala Subbidang Informasi dan Pengaduan mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, bahan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi,

supervisi dan konsultasi serta pelaksanaan penyelenggaraan,

evaluasi, pembinaan dan pengawasan yang berkaitan dengan

pemberian informasi data perkembangan penanaman modal,

pemberian izin, regulasi dan pengaduan penyimpangan

penggunaan izin penanaman modal guna terwujudnya citra

daerah yang kondusif terhadap penanaman modal.

Fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan menurut

pasal 2 ayat (2) Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2010 tentang Penjabaran

Page 69: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan teknis bidang penanaman modal dan

pelayanan perizinan.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

bidang penanaman modal pelayanan perizinan.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang penanaman modal

dan pelayanan perizinan.

d. Pendokumentasian penerbitan dokumen perizinan dan non

perizinan.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

F. Pendelegasian Kewenangan Perizinan di Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan memperoleh

kewenangan perizinan dari Bupati Banyumas melalui Peraturan Bupati

Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pendelegasian Kewenangan Perizinan

Kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Kabupaten Banyumas. Peraturan ini dibuat berdasarkan adanya Peraturan

Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di

Badan Penanaman Modal dimana dalam pasal 12 ayat (2) tertulis dengan

jelas bahwa dalam menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di

Page 70: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

bidang Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Bupati/Walikota memberikan pendelegasian wewenang pemberian

Perizinan dan Non perizinan di bidang Penanaman Modal yang menjadi

urusan pemerintah kabupaten/kota kepada Kepala Perangkat Daerah di

bidang Penanaman Modal.

Kewenangan Perizinan yang didelegasikan kepada Kepala Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan menurut pasal 2 ayat (1)

Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2010, meliputi :

a. Izin Tempat Usaha

b. Izin Membangun Bangunan (IMB)

c. Izin Usaha Perdagangan (IUP)

d. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang IUP-nya diterbitkan oleh

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

e. Izin Usaha Industri (IUI)

f. Tanda Daftar Industri (TDI)

g. Tanda Daftar Gudang (TDG)

h. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

i. Izin Penggunaan Lokasi Pedangan Kaki Lima

j. Izin Penggunanaan Tanah Pemerintahan Daerah

k. Izin Usaha Jasa Kontruksi (IUJK)

l. Izin Pemakaian Air Bawah Tanah

m. Izin Usaha Pertambangan

n. Izin Usaha Penggilingan Padi, Huller dan Penyosohan Beras

Page 71: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

o. Izin Usaha Salon Kecantikan

p. Izin Usaha Jasa Perjalanan Wisata

q. Izin Usaha Angkutan

r. Izin Reklame

s. Izin Lokasi

t. Izin Usaha Pasar Modern

u. Izin Usaha Rumah Makan

v. Persetujuan Prinsip dan Izin Pendirian Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Umum (SPBU)

w. Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha Hotel

x. Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha Rekreasi dan Hiburan

Umum yang Izin Tempat Usahanya diterbitkan oleh Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan.

Pendelegasian kewenangan dalam Peraturan Bupati Nomor 10

Tahun 2010 tentang Pendelegasian Kewenangan Perizinan Kepada Kepala

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas

menggunakan pendelegasian wewenang dengan delegasi dimana delegasi

itu berarti penyerahan wewenang dari suatu badan atau pejabat ke badan

atau pejabat yang lainnya dengan berdasarkan pada kekuatan hukum atau

peraturan hukum. Peraturan hukum ini dimaksudkan untuk memberi serta

menarik kembali delegasi apabila dirasakan delegasi itu sudah tidak

diperlukan lagi. Dasar hukum pendelegasian kewenangan perizinan dari

Bupati Banyumas kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Page 72: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Perizinan Kabupaten Banyumas adalah Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun

2010 tentang Pendelegasian Kewenangan Perizinan Kepada Kepala Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas.

Dengan adanya pendelegasian wewenang ke Kepala Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas maka

yang berwenang menandatangani keputusan perizinan adalah Kepala

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas

yang terlihat dalam pasal 7 ayat (2) Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun

2010 yang berbunyi keputusan pemberian izin atau surat penolakan izin

ditandatangani oleh Kepala BPMPP atas nama Bupati dengan tembusan

kepada Kepala Perangkat Daerah yang bertanggung jawab melaksanakan

pembinaan teknis.

Page 73: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Pemohon

Alur Mekanisme Pelayanan Perizinan BPMPP Kabupaten Banyumas

Bagan 2

Bagan Pelayanan Perizinan

Sumber : Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pendelegasian

Kewenangan Perizinan Kepada Kepala Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas.

Penyerahan Formulir dan Berkas Permohonan

Pengambilan Berkas Kepada Pemohon

Permohonan Ditolak

Permohonan Diterima

Permohonan Diproses

Penyerahan Surat Lain

Pembayaran Retribusi

Perlu Pemeriksaan Lokasi

Penandatangan Surat Izin

Tidak Perlu Pemeriksaan Lokasi

Layanan Informasi dan Pengambilan Formulir

Page 74: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Prosedur Pelayanan Perizinan pada Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan meliputi tahap penerimaan permohonan, pemeriksaan

administratif, pemeriksaan teknis, pemberian atau penolakan izin,

pembayaran retribusi dan penyerahan Keputusan Pemberian Izin atau

Surat Penolakan Izin atau Keputusan Pencabutan Izin yang dilakukan

secara terpadu satu pintu. Prosedur pelayanan ini dilakukan untuk satu

jenis perizinan atau perizinan paralel.

Pemeriksaaan Administratif dilaksanakan terhadap berkas

persyaratan yang diajukan sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan oleh

peraturan perundang-undangan. Apabila berkas persyaratan yang diajukan

telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan maka permohonan

diterima dan dilanjutkan dengan pemeriksaan teknis. Pemeriksaan teknis

adalah pemeriksaan atau peninjauan terhadap lokasi guna memeriksa

kesesuaian berkas dengan kenyataan di lapangan atau lokasi, pemeriksaan

terhadap permohonan izin yang diajukan. Setelah pemeriksaan teknis

dilaksanakan maka akan keluar rekomendasi yang menyatakan bahwa izin

tersebut diterma atau ditolak.

Keputusan penolakan atau penerimaan izin ditandatangani oleh

Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan atas nama

Bupati dengan menggunakan kop Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan (BPMPP) dengan tembusan kepada Sekretaris Daerah dana

Kepala Perangkat Daerah yang bertanggung jawab melaksanakan

pembinaan teknis. Terhadap surat penolakan izin, pemohon dapat

Page 75: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

mengajukan keberatan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan dan. Permohonan Banding diajukan kepada Bupati

dan dalam waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal diterimanya

surat keberatan, Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

harus memberikan jawaban tertulis beserta alasannya dalam waktu paling

lambat 14 hari terhitung sejak tanggal diterimanya surat keberatan, Kepala

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan harus memberikan

jawaban tertulis beserta alasannya kepada pemohon.

Alur Mekanisme Pengaduan pada Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan

Page 76: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Bagan 3

Bagan Pengaduan

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Kabupaten Banyumas

Masyarakat yang merasa tidak puas atas pelayanan perizinan dapat

melayangkan pengaduannya kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas. Pengaduan dapat diajukan

secara langsung maupun melalui telepon, website atau melalui e-mail.

PEGADUAN

1. Langsung

2. Telepon/HP

3. Website

4. E-mail

LAYANAN PENGADUAN BPMPP

Periksa kebenaran lewat kades/camat pihak yang bersangkutan

TIM PENGADUAN

1. Konfirmasi pihak terkait.

2. Menyusun rekomendasi

3. Monitoring tindak lanjut rekomendasi

4. Menyusun laporan

TERADU

Tidak melaksanakan Rekomendasi

TERADU

Melaksanakan rekomendasi

KEPALA BPMPP

Pemberian teguran atau sanksi

Page 77: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Pengaduan yang diterima oleh Tim Pengaduan Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Perizinan akan diperiksa kebenarannya melalui kades atau

camat dari pihak yang bersangkutan. Tim Pengaduan Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas akan melakukan

tindakan sebagai berikut :

1. Tim Pengaduan akan mengkonfirmasi pihak terkait yaitu

teradu (pengadu) serta camat atau kades yang

bersangkutan.

2. Menyusun rekomendasi yang akan diberikan kepada

teradu (pengadu).

3. Memonitoring serta menindak lanjuti rekomendasi yang

diberikan kepada teradu.

4. Menyusun laporan yang akan diberikan kepada Kepala

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Kabupaten Banyumas.

Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayan Perizinan Kabupaten

Banyumas dapat memberikan terguran maupun sanksi kepada teradu yang

tidak melaksanakan rekomendasi dari Tim Pengaduan Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas.

Selain mengurus masalah perizinan atau pembuatan izin, Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan juga mengurusi masalah

pembayaran, pengurangan, keringanan serta pembebasan retribusi. Hal ini

bertujuan untuk meringankan beban serta meningkatkan kesejahteraan

Page 78: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

masyarakat. Terhadap pengenaan retribusi, pemohon izin dapat

mengajukan permohonan pengurangan, keringanan maupun pembebasan

retribusi kepada Bupati melalui Kepala Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas. Pemberian pengurangan dan

keringanan dilakukan dengan melihat kemampuan wajib retribusi

sedangkan pembebasan retribusi dilakukan dengan mempertimbangkan

fungsi dari obyek retribusi.

G. Pembinaan, Pengawasan dan Pelaporan Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas.

Sesuai dengan pasal 16 Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2010,

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan juga bertugas untuk

melakukan pembinaan, pengawasan dan pelaporan. Badan yang bertugas

untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan serta pelaporan adalah

Sekretariat Daerah. Sekretariat Daerah mempunyai tugas

mengkoordinasikan perangkat daerah dalam bidang pelayanan publik,

mengkoordinasikan penyusunan produk hukum untuk melaksanakan

pembinaan terpadu satu pintu pada Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan. Selain itu Sekretariat Daerah juga melakukan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang lingkungan hidup

untuk melaksanakan pembinaan teknis dalam penyusunan Amdal, UKL

dan UPL. Dalam menjalankan tugasnya, sekretariat daerah menunjuk

perangkat-perangkat daerah untuk melaksanakan pembinaan terhadap

Page 79: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas.

Pengawasan dilaksanakan oleh perangkat daerah yang mempunyai tugas

melaksanankan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan

daerah.

Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

melaporkan secara tertulis pelaksanaan kegiatan pelayanan perizinan yang

dilaksanakan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah setiap bulannya paling lambat

tanggal 10 bulan berjalan dengan tembusan kepada perangkat-perangkat

daerah yang bertanggung jawab melaksanakan pembinaan teknis.

Perangkat daerah yang melaksanakan pembinaan teknis kepada

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan dalam melaksanakan

pelayanan perizinan dan non perizinan adalah sebagai berikut :

1. Perangkat daerah yang melaksanakan teknis operasional

urusan pemerintahan subbidang bangunan, gedung dan

lingkungan pada urusan pemerintahan pada bidang pekerjaan

umum serta urusan pemerintahan daerah bidang perumahan

dan bidnag tata ruang melaksanakan pembinaan teknis

pemberian :

a. Izin Membangun Bangunan

b. Izin Usaha Jasa Konstruksi

c. Izin Reklame

Page 80: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

2. Perangkat daerah yang melaksanakan teknis operasional

urusan pemerintahan daerah bidang perindustrian dan bidang

perdagangan melaksanakan pembinaan teknis terhadap

pemberian :

a. Izin Usaha Industri

b. Tanda Daftar Industri

c. Izin Tempat Usaha

d. Izin Usaha Perdagangan

e. Tanda Daftar Perusahaan

f. Tanda Daftar Gudang

g. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

h. Izin Penggunaan Lokasi Pedagang Kaki Lima

i. Izin Usaha Pasar Modern

3. Perangkat daerah yang melaksanakan teknis operasional

urusan pemerintahan bidang pariwisata melaksanakan

pembinaan terhadap pemberian :

a. Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha Rekreasi dan

Hiburan Umum

b. Izin Usaha Rumah Makan

c. Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha Hotel

d. Izin Usaha Salon Kecantikan

e. Izin Usaha Jasa Perjalanan Wisata

Page 81: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

4. Perangkat Daerah yang melaksanakan teknis operasional

urusan pemerintahan subbidang administrasi keuangan daerah

melaksanakan pembinaan teknis pemberian Izin Penggunaan

Tanah Pemerintah Daerah.

5. Perangkat daerah yang melaksanakan teknis operasional

urusan pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral

melaksanakan pembinaan teknis pemberian :

a. Izin Pemakaian Air Bawah Tanah

b. Izin Usaha Pertambangan

c. Persetujuan Prinsip dan Izin Pendirian SPBU

6. Perangkat Daerah yang melaksanakan teknis operasional

urusan pemerintahan bidang pertanian melaksanakan

pembinaan teknis pemberian

a. Izin Penggilingan Padi

b. Huller

c. Penyosohan Beras

7. Perangkat Daerah yang melaksanakan teknis operasional

urusan pemerintahan bidang perhubungan melaksanakan

pembinaan teknis pemberian Izin Usaha Angkutan

Pemberian teknis yang dilakukan oleh perangkat-perangkat daerah

yang sudah disebutkan diatas meliputi :

1. Penetapan target pelayanan perizinan yang menjadi

urusannya.

Page 82: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

2. Pendataan potensi obyek perizinan.

3. Pembuatan atau penyusunan petunjuk teknis pelayanan

perizinan.

4. Pengawasan teknis pelayanan perizinan.

5. Evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pelayanan

perizinan.

6. Pembinaan teknis kepada petugas yang menangani

pelayanan perizinan.

7. Pengkoordinasian pelaksanaan sosialisasi pelayanan

perizinan.

B. PEMBAHASAN

Page 83: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan adanya Pemerintahan

Daerah yang terlihat dari pasal 18 yang berbunyi :

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

(2) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

(3) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota

memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai

kepala pemerintahan daerah propinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,

kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah

dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah

diatur dalam undang-undang. Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 mengilhami lahirnya

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dimana dalam Undang-undang ini negara atau pemerintah pusat

memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk mengurus

masalah daerahnya sendiri. Hal ini terlihat dalam pasal 2 Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Daerah mempunyai

wewenang untuk mengurus kepentingan daerah menurut asas otonomi dan

Page 84: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

tugas pembantuan. Wewenang atau urusan yang dapat diurus oleh

Pemerintah Daerah terbagi dua yaitu urusan wajib dan urusan pilihan.

Urusan wajib ialah urusan yang harus diatur atau dilaksanakan oleh

Pemerintah Daerah sedangkan urusan pilihan merupakan urusan yang

dapat dilakukan atau tidak dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Urusan

wajib pemerintahan daerah diatur dalam pasal 14 ayat (1) Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Urusan wajib yang

menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota

merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota yang terdiri dari 15 jenis

urusan. Salah satu yang dapat diurus oleh daerah adalah mengenai

penanaman modal dimana hal ini dapat menambah pemasukan keuangan

daerahnya masing-masing. Adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan keuntungan tersendiri

bagi daerah karena daerah dapat mengelola sumber daya baik sumber daya

alam ataupun sumber daya manusia

Penanaman modal di Indonesia diatur dalam Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dimana Undang-undang

ini mengatur tentang segala bentuk penanaman modal yang ada di

Indonesia baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal

asing. Yang dimaksud penanaman modal dalam pasal 1 ayat (1) Undang-

undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yaitu segala

bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri

maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara

Page 85: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Republik Indonesia. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan

menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik

Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan

menggunakan modal dalam negeri sedangkan Penanaman modal asing

adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah

negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,

baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang

berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Selain itu, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal juga mengatur tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Pengertian Pelayanan terpadu satu pintu menurut pasal 1 ayat (10)

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah

kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang

mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau

instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang

proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan

tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Tujuan pelayanan terpadu satu pintu menurut pasal 26 ayat (1)

Undang-udang Nomor 25 Tahun 2007 adalah membantu penanam modal

dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi

mengenai penanaman modal. Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh

lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang

mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau

Page 86: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat

pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan

dan nonperizinan di provinsi atau kabupaten/kota.

Alasan pemerintah melaksanakan penyelenggaraan pelayanan

terpadu satu pintu adalah :

a. Perizinan merupakan pelayanan pemerintah yang tidak dapat digantikan oleh pihak swasta.

b. Perizinan merupakan entry point kegiatan usaha. c. Perizinan adalah persyaratan bagi akses terhadap modal. d. Perizinan adalah fungsi awal untuk melakukan kontrol dalam

pembinaan. e. Perizinan menghasilkan PAD dan dapat menambah obyek

pajak. f. Pelayanan perizinan merupakan salah satu cermin kualitas

pelayanan pemerintah kepada masyarakatnya.48

Pada dasarnya penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu

ditujukan untuk menyederhanakan birokrasi penyelenggaraan perizinan

dalam bentuk :

a. Pemangkasan tahapan dan prosedur lintas instansi maupun dalam instansi yang bersangkutan.

b. Pemangkasan biaya. c. Pengurangan jumlah persyaratan. d. Pengurangan jumlah paraf dan tanda tangan yang diperlukan. e. Pengurangan waktu rata-rata pemrosesan perizinan.49

Secara khusus, pelayanan terpadu satu pintu juga didesain untuk

memberikan manfaat-manfaat bagi perbaikan iklim udaha dan tata

pemerintahan yang dapat berwujud sebagai berikut :

a. Manfaat terhadap iklim usaha. Perbaikan iklim usaha dapat ditandai dengan meningkatkan jumlah pelaku usaha. Untuk menghindari dari peningkatan itu

48 Juniarso Ridwan, Op.cit, hlm 190 49 Juniarso Ridwan, Loc.cit

Page 87: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

maka dapat diidentifikasi dari jumlah pelaku usaha yang memiliki izin yang kemudian menyebabkan terjadinya perluasan akses pada berbagai sumber daya. Dampak pelayanan terpadu satu pintu yang lainnya adalah terjadinya pengurangan terhadap waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam pengurusan izin.

b. Manfaat bagi tata pemerintahan. Melalui pelayanan terpadu satu pintu kerja birokrasi akan semakin efisien dan efektif. Melalui efisiensi ini beban administrasi pemerintahan daerah secara keseluruhan akan berkurang. Secara tidak langsung kemudahan pelayanan perizinan juga berdampak positif terhadap pendapatan daerah. Disamping melayani perizinan, pelayanan terpadu satu pintu juga dijadikan sebagai saluran bagi pemerintah daerah untuk memberikan semua informasi yang dibutuhkan masyarakat. Disisi lain saluran ini juga dapat digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan keluhan dan masukan kepada pemerintah daerah.50

Pelayanan Terpadu Satu Pintu diatur lebih lanjut oleh Peraturan

Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di

Bidang Penanaman Modal. Dalam Undang-undang ini terlihat jelas adanya

pendelegasian kewenangan perizinan yang sebelumnya dimiliki oleh

Guberbur, Bupati dan Walikota kepada Kepala Badan Penanaman Modal

setempat. Berdasarkan pasal 12 ayat (1) peraturan Presiden Nomor 27

Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman

Modal, Bupati memberikan pendelegasian wewenang pemberian perizinan

dan non perizinan di bidang Penanaman Modal yang menjadi urusan

Pemerintah Kabupaten kepada Kepala Perangkat Daerah di bidang

penanaman modal.

50 Juniarso Ridwan, Ibid, hlm 208

Page 88: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Khususnya di wilayah Banyumas, Bupati mendelegasikan

kewenangannya kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan. Di Banyumas, amanat Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun

2009 dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2010 tentang

Pendelegasian Kewenangan Perizinan Kepada Kepala Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas. Dalam Undang-

undang ini terlihat jelas adanya pendelegasian kewenangan perizinan dari

Bupati Banyumas kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Kabupaten Banyumas dimana Bupati Banyumas mendelegasikan

24 (duapuluh empat) perizinan kepada Kepala Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas.

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas merupakan Badan yang menangani proses perizinan di

Kabupaten Banyumas. Badan ini mempunyai tugas menyusun dan

melaksanakan kebijakan teknis operasional urusan pemerintahan daerah

bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan serta menyelenggarakan penerbitan

perizinan dan non perizinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2009

tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

Banyumas dan Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2010 tentang

Penjabaran Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan

Page 89: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas. Badan ini diketuai oleh Kepala

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan yang bertugas

memimpin penyelenggaraan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis

urusan pemerintahan daerah bidang penanaman modal dan pelayanan

perizinan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Kepala Badan

dibantu oleh Sekretariat, Bidang Promosi dan Kerjasama, Bidang

Perizinan, Bidang Pengembangan dan Pengendalian, UPT dan Kelompok

Jabatan Fungsional.

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan merupakan

badan yang sebelumnya bernama Kantor Pelayanan Perizinan Satu Atap

atau yang lebih dikenal dengan KPPSA yang kemudian pada tahun 2004

berubah menjadi Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi atau KPPI

sesuai dengan Peraturan Daerah Banyumas Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan

Perizinan dan Investasi Kabupaten Banyumas dan Peraturan Bupati Nomor

23 Tahun 2006 tentang Uraian Tugas, Pokok dan Fungsi pada Kantor

Pelayanan Perizinan dan Investasi Kabupaten Banyumas.

Pada tahun 2008, Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi (KPPI)

berubah menjadi Badan Penanaman Modal melalui Peraturan Daerah

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis

Daerah Kabupaten Banyumas dan Peraturan Bupati Nomor 52 Tahun 2008

tentang Penjabaran Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman

Modal Kabupaten Banyumas dimana Badan Penanaman Modal merupakan

Page 90: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Badan yang berada dibawah naungan Bupati dan merupakan sub atau

bagian dari Lembaga Teknis Daerah. Tugas Badan Penanaman Modal

menurut pasal 10 Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 adalah

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

penanaman modal. Pada tahun 2009 Badan Penanaman Modal dirubah

menjadi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan semenjak

adanya Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2009 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Banyumas dan Peraturan

Bupati Nomor 27 Tahun 2010 tentang Penjabaran Tugas, Fungsi dan Tata

Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas.

Pendelegasian kewenangan yang dilakukan oleh Bupati Banyumas

kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

merupakan pendelegasian kewenangan dengan delegasi. Secara teoritik,

kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan

diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi dan mandat.51

Pendelegasian kewenangan dengan atribusi adalah pemberian wewenang

pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan.

Wewenang yang diperoleh secara atribusi bersifat asli yang berasal dari

peraturan perundang-undangan. Organ pemerintahan memperoleh

kewenangan secara langsung dari redaksional pasal tertentu dalam suatu

peraturan perundang-undangan. Penerima wewenang dapat menciptakan

51 Ridwan, HR, Op.cit, hlm 73

Page 91: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada dengan

tanggung jawab intern dan ekstern pelaksanaan wewenang yang

diatribusikan sepenuhnya berada pada penerima wewenang (atributaris).

Pendelegasian kewenangan dengan mandat merupakan pemberian

wewenang oleh organ pemerintahan kepada organ lain untuk mengambil

keputusan atas namanya. Pada mandat, penerima mandat (mandataris)

hanya bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat (mandans).

Tanggung jawab akhir keputusan yang diambil oleh mandataris tetap

berada pada mandans karena pada dasarnya penerima mandat bukan pihak

lain dari pemberi mandat.

Pendelegasian kewenangan dengan delegasi dilakukan oleh pejabat

yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada pejabat lainnya

dan penyerahan dilakukan dengan undang-undang. Penyerahan ini tidak

bisa dilakukan tanpa adanya kekuatan hukum seperti undang-undang atau

peraturan hukum lainnya karena undang-undang atau peraturan hukum

digunakan untuk mencabut kembali delegasi yang telah diberikan. Dengan

adanya delegasi maka ada penyerahan wewenang dari badan pemerintahan

atau pejabat pemerintahan yang satu ke badan atau pejabat yang lainnya.

Dalam delegasi selalu dituntut adanya dasar hukum pemberian delegasi

karena untuk menarik kembali delegasi yang telah didelegasikan juga

diperlukan peraturan perundang-undangan yang sama seperti pemberian

delegasi itu ada.

Page 92: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Delegasi adalah penyerahan atau pelimpahan suatu wewenang

yang telah ada oleh badan atau pejabat yang telah memperoleh wewenang

pemerintahan secara atributif kepada badan atau pejabat lainnya yang akan

melaksanakan wewenang yang telah diserahkan itu sebagai wewenangnya

sendiri. Pada delegasi terjadi penyerahan kewenangan dari pihak yang

memang telah ditunjuk untuk menjalankan kewenangan itu. Ada

pergeseran kompetensi, pelepasan wewenang dari Bupati Banyumas dan

penerimaan suatu wewenang yang diterima oleh Kepala Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas. Bupati Banyumas

yang sebelumnya memiliki kewenangan terhadap pembuatan perizinan

telah memberikan kewenangannya kepada Kepala Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas dan Kepala Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan tidak dapat memperluas

wewenang yang telah ia terima dari Bupati Banyumas.

Tanggung jawab yuridis tidak lagi berada ditangan Bupati

Banyumas tetapi beralih kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Kabupaten Bayumas karena tanggung jawab terhadap

wewenang yang telah di delegasikan berada ditangan Kepala Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan selaku delegataris.

Adapun syarat-syarat pemberian delegasi adalah sebagai berikut :

1. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah diserahkan itu kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang pada asas “contra-rius actus”.

Page 93: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan perundang-undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan jika ada ketentuan untuk itu dalam peraturan perundang-undangan

3. Delegasi tidak diberikan kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi.

4. Adanya kewajiban pertanggungjawaban dari penerima delegasi (delegataris) kepada delegans.

5. Delegans dapat memberikan instruksi tentang penggunaan wewenang tersebut kepada delegataris.52

BAB V

PENUTUP

52 Juniarso Ridwan, Ibid, hlm 139

Page 94: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Pendelegasian wewenang perizinan yang dilakukan oleh

Bupati Banyumas kepada Kepala Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas telah sesuai

dengan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal

khususnya pasal 12 ayat (2) yang berbunyi : Dalam

menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bidang

Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Bupati/Walikota memberikan pendelegasian wewenang

pemberian Perizinan dan Non perizinan di bidang Penanaman

Modal yang menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota kepada

Kepala Perangkat Daerah di bidang Penanaman Modal.

2. Pendelegasian kewenangan perizinan yang diberikan oleh

Bupati Banyumas kepada Kepala Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Perizinan adalah pemberian wewenang untuk

mengurus perizinan yang semula dipegang oleh Bupati

kemudian diserahkan kepada Kepala Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas. Akan tetapi,

dalam hasil penelitian ditemukan bahwa surat keputusan

Page 95: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

perizinan masih menggunakan kata “atas nama” Bupati. Hal

ini tidak sesuai dengan teori delegasi dimana dengan

pemberian delegasi ada pergeseran kompetensi yaitu adanya

pelepasan wewenang dan penerimaan suatu wewenang.

Seharusnya dengan adanya delegasi maka kewenangan yang

dimiliki Bupati beralih sepenuhnya kepada Kepala Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas. Dengan demikian, tanggung jawab yuridis berada

ditangan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Kabupaten Bayumas selaku delegataris.

SARAN

Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pendelegasian

Kewenangan Perizinan Kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyumas khusunya pasal 1 angka (8)

yang berbunyi : Pendelegasian wewenang adalah penyerahan tugas, hak,

kewajiban dan pertanggungjawaban perizinan dan non perizinan termasuk

penandatangannya atas nama pemberi wewenang dan pasal 7 ayat (2) yang

berbunyi : Keputusan pemberian izin atau surat penolakan izin

ditandatangani oleh Kepala BPMPP atas nama Bupati dengan tembusan

kepada Kepala Perangkat Daerah yang bertanggung jawab melaksanakan

pembinaan teknis hendaknya dirubah karena tidak sesuai dengan teori

delegasi.

Page 96: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Agussalim, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Bogor : Ghalia

Indonesia, 2007

Atmosudirdjo, Prajudi, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia Indonesia,

1994

Basah, Sjachran., Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi

Negara, Bandung : Alumni, 1992

_____________, Pencabutan Izin Sebagai Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi

Negara, Surabaya : FH UNAIR, 1995.

Hadjon, M, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : Gajah

Mada University Press, 1999.

H.R, Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, UII Press, 2003.

Ibrahim, Johny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang :

Banyumedia, 2005.

Marbun, SF, dkk, Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara,

Yogyakarta : UII Press, 2001.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Yogyakarta :

Liberti, 1996.

Ridwan, Juniarso dan Achamad Sodik., Hukum Adminstrasi Negara dan

Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung : Nuansa, 2009

Soejito, Irawan., Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Jakarta :

PT Rineka Cipta, 1990

Page 97: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Sudrajat, Tedi, Mata Kuliah Metodologi Penelitian dan Penulisan Hukum

(MPPH), Purwokerto : (Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman),

2010.

Soemitro, HR., Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Alumni, 1998

Soekanto, Soerdjono, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2007

_________________, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UII Press, 198

Wasitono, Sadu., Esensi UU No. 22 tahun 1999 tetang Pemerintahan Daerah

(Bunga Rampai), Bandung : Alqaprint, 2001

Widjaya, HAW., Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2004

Peraturan Perundangan-undangan

Undang-undang Dasar 1945.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan

Komite Nasional Daerah.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Undang-undang Poko Tentang

Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 6).

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38).

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041)

Page 98: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839)

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 35)

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125)

Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67)

Peraturan Presiden Nomor 27 tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu

di Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Daerah Banyumas Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi

Kabupeaten Banyumas.

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Banyumas.

Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Banyumas.

Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2006 tentang Uraian Tugas, Pokok dan Fungsi

pada Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi Kabupaten Banyumas.

Peraturan Bupati Nomor 52 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas, Fungsi dan

Tata Kerja Badan Penanaman Modal Kabupaten Banyumas.

Page 99: PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN DI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI AYU.pdf · yang berjudul “Pendelegasian Wewenang Perizinan Di Kabupaten Banyumas ... Dengan adanya

Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2010 tentang Penjabaran Tugas, Fungsi dan

Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Banyumas.

Peraturan Bupati Nomor 10 tahun 2010 tentang Pendelegasian Kewenangan

Perizinan Kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Kabupaten Banyumas.

Sumber Lain-lain

Waskito, AA, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta : Wahyu Media, 2009

http://www.geocities.ws/mas_tri/pelimpahan_kewenangan.pdf, diuduh pada

tanggal 3 Maret 2011

http://downloads.ziddu.com/downloadfile/12698736/otonomidaerah.doc.html,

iunduh pada tanggal 3 Maret 2011

http://putracenter.net/2009/05/30/definisi-hukum-administrasi-negara-menurut-

para-ahli/ di unduh pada tanggal 15 Juli 2011

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/hukum administrasi

negara. pdf di unduh pada tanggal 15 juli 2011

http://saepudinonline.wordpress.com/2010/07/02/pengertian-hukum-administrasi-

negara/ di unduh pada tanggal 15 Juli 2011