pendekatan psikoanalisis

85
PENDEKATAN PSIKOANALISA Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah praktikum konseling individual Dosen Pengampu : Abdul Chamid Disusun Oleh : Fikri Nur Muqaffa ( 1113500030 ) PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN i

Upload: fikri-muqaffa

Post on 14-Aug-2015

77 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendekatan psikoanalisis

PENDEKATAN PSIKOANALISA

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah praktikum konseling

individual

Dosen Pengampu : Abdul Chamid

Disusun Oleh :

Fikri Nur Muqaffa ( 1113500030 )

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCA SAKTI TEGAL

2015

i

Page 2: Pendekatan psikoanalisis

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن الله بسم

Assalamu’alaikum.Wr. Wb

Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul Pendekatan Psikoanalisa. Shalawat serta salam senantiasa

tercurah keharibaan junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang membawa kita

dari alam jahiliyah menuju alam yang terang benderang.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen

pembimbing mata kuliah Praktikum Konseling Individual yang telah memberi

kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini, juga terima kasih

kepada semua pihak yang terlibat dalam  proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan

kekurangan yang mana tak terlepas dari kekurangan penulis sendiri yang masih perlu

banyak belajar. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan demi perbaikan makalah ini ke depan.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Tegal, Mei 2015

Penulis

ii

Page 3: Pendekatan psikoanalisis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Tujuan............................................................................................ 1

B. Pengambilan Sumber..................................................................... 2

C. Tokoh dan Riwayat Konseling...................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6

A.Konsep Dasar.................................................................................. 6

B. Asumsi Perilaku Bermasalah.......................................................... 22

C. Tujuan Konseling ........................................................................... 25

D.Peran Konseling ............................................................................. 29

E. Teknik Konseling............................................................................ 34

F. Naskah Dialog Pelaksanaan Konseling.............................................40

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 47

A. Kesimpulan.................................................................................... 47

B. Saran ............................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 49

iii

Page 4: Pendekatan psikoanalisis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

kuliah “Praktikum Konseling Individu” pada Program Studi Bimbingan dan

Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pancasakti Tegal.

Adapun tujuan lain dari penulisan makalah ini adalah agar para calon konselor

dapat memahami tugasnya sebagai konselor dan dapat mampu mengaplikasikan tugas

– tugas konselor dalam lingkungan kerja konselor. Adapun tujuan makalah ini secara

garis besar adalah :

Memberikan pengertian dan pemahaman mengenai teknik – teknik konseling

psikoanalisa yang meliputi pengertian psikoanalisa dan lingkup psikoanalisa.

Menghapus atau menghilangkan tingkah laku maldaptif ( masalah ) untuk

digantikan dengan tingkah laku baru adaptif yang diinginkan konseli.

Agar konselor dapat bekerjasama dengan konseli agar mampu menetapkan

tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh konselor.

Agar konselor mampu menerapkan teknik konseling yang baik sehingga

mampu memahami konseli dan dapat memberikan penyelesaian yang baik

terhadap masalah yang dihadapi konseli.

iv

Page 5: Pendekatan psikoanalisis

Agar konseli dapat memahami langkah – langkah yang dipilih konselor untuk

penyelesaian masalah yang dihadapinya.

B. Pengambilan Sumber

http://ibnusuny.blogspot.com/2010/06/pendekatan-psikoanalisis-dalam.html

http://rasyaamalia.blogspot.com/2013/05/pendekatan-konseling-psikoanalisa-pa.html

http://agusnoffitasepti.blogspot.com/2012/04/teori-psikoanalisa.html

http://hifasmadasolusi.blogspot.com/2012/11/pendekatan-psikoanalisis_27.html

http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/06/teori-dan-pendekatan-konseling.html

http://chabib-agung.blogspot.com/

http://juergenkollink.blogspot.com/2013/04/psikoanalisa-freud-teknik-dalam.html

http://13nixa3asti2.blogspot.com/2012/08/psychoanalysis-counseling.html

http://080222.blogspot.com/2013/05/makalah-pendekatan-psikoanalisa.html

http://dwiamaliamulyani.blogspot.com/2013/05/makalah-psikoanalisa.html

http://modelkonseling.blogspot.com/2013/09/konseling-psikoanalisa.html

http://putriroshe2010b.blogspot.com/2012/05/teori-konseling-psikoanalisa.html

http://my-lieza.blogspot.com/2014/09/konseling-psikoanalisis-klasik.html

v

Page 6: Pendekatan psikoanalisis

C. Tokoh Pendekatan Psikoanalisa

1. Sigmund Freud ( 1856 – 1939 )

Sepanjang masa hidupnya, Freud adalah seorang yang produktif. Meskipun ia

dianggap sosok yang kontroversial dan banyak tokoh yang berseberangan dengan

dirinya, Freud tetap diakui sebagai salah seorang intelektual besar. Pengaruhnya

bertahan hingga saat ini, dan tidak hanya pada bidang psikologi, bahkan meluas ke

bidang – bidang lain. Karyanya, Studies in Histeria ( 1875 ) menandai berdirinya

aliran psikoanalisa, berisi ide – ide dan diskusi tentang teknik terapi yang dilakukan

oleh Freud.

Freud berkebangsaan Austria, lahir 6 Mei 1856 di Pribor, Austria, lalu

bersama keluarganya pindah ke Wina dan terus tinggal di kota itu. Ia berasal dari

keluarga miskin, ayahnya adalah pedagang bahan wol yang tidak terlalu sukses. Sejak

kecil Freud sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia belajar kedokteran dan

memilih spesialisasi di bidang neurologis. Dalam prakteknya sebagai ahli syaraf

inilah Freud banyak mengembangkan ide dan teorinya mengenai teknik terapi

psikoanalisa.

Ada dua orang yang berpengaruh besar bagi pemikiran Freud, yaitu Breuer,

seorang psikiater terkenal di Wina dan Charcot, dokter syaraf terkenal di Perancis.

Bersama – sama dengan Breuer, Freud menangani pasien – pasien dengan gangguan

histeria yang menjadi bahan bagi tulisannya, Studies in Histeria. Dari Charcot ia

vi

Page 7: Pendekatan psikoanalisis

banyak belajar mengenai teknik hipnosis dalam menangani pasien histeria karena

Charcot mengembangkan teknik hipnosis. Kelak Freud meninggalkan teknik hipnosis

ini karena sulit diterapkan dan mengembangkan teknik menggali ketidaksadaran

lewat kesadaran, seperti free association. Dengan mengembangkan teknik ini Freud

lebih percaya bahwa hal – hal di ketidaksadaran bukan dilupakan ( seperti teori

Charcot ), tetapi direpres ( ditekan ke dalam ketidaksadaran agar tidak muncul ).

Pada dekade awal abad 20, psikoanalisa semakin populer dan tulisan – tulisan

Freud semakin berpengaruh. Ia juga memiliki banyak pengikut atau murid yang

terkenal, antara lain Adler dan Jung. Mulai terbentuk forum – forum diskusi rutin

antar ahli psikoanalisa dimana mereka dapat mendiskusikan konsep – konsep

psikoanalisa. Pada tahun 1909, Freud diundang oleh G. Stanley Hall untuk berpidato

di Clark Uni, salah satu uni besar di AS, dan dengan demikian Freud juga sudah

diakui di AS. Pada tahun 1910 International Psychoanalysis Association terbentuk

dan Jung menjadi ketua pertamanya. Para kolega Freud memprotes hal ini dan

membela Freud untuk menjadi ketuanya. Hubungan Jung dan Freud akhirnya

terganggu. Freud meninggalkan Austria pada saat Hitler semakin berkuasa dan

posisinya sebagai intelektual Yahudi memberinya berbagai kesulitan. Melalui usaha

Ernest Jones, seorang Inggris dan dubes Inggris di Austria, pada tahun 1938 Freud

keluar dari Austria dan berimigrasi ke Inggris hingga akhir hayatnya di 1939.

Sumbangan Freud

vii

Page 8: Pendekatan psikoanalisis

Sebagai orang pertama yang menyentuk konsep – konsep psikologi seperti

peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan teori

perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian. Posisinya yang kukuh

sebagai seorang deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum perilaku,

artinya perilaku manusia dapat diramalkan. Freud juga mengkaji produk – produk

budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi, drama, lukisan, dan lain – lain. Oleh

karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya seni.

Kritik terhadap Freud

Metode studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara sistematis

dan sangat subyektif, Konstruk – konstruk teorinya juga sulit diuji secara ilmiah

sehingga diragukan keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi,

seperti Oedipus complex. Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah

mempelajari intervening variable.

viii

Page 9: Pendekatan psikoanalisis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

Psikoanalisa merupakan suatu sistem psikologi. Sebagai suatu sistem

psikologi, psikoanalisa merupakan sistem yang paling lengkap yang tersedia.

Psikoanalisa mengandaikan pengalaman individu baik dimasa kini maupun dimasa

lampau, baik situasi individunya maupun situasi sosialnya. Psikoanalisa pada

hakikatnya merupakan sebuah teori kepribadian.

Menurut Freud mengenai kepribadian dapat diikhtisar menjadi tiga yaitu

rangka sruktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.

1. Rangka Struktur

a) Struktur mental

Struktur mental terdiri atas tiga tingkat kesadaran, yaitu :

Kesadaran

Kesadaran, menunjuk pada apa yang sedang kita persepsi ( rasakan, pikirkan

dan amati ). Atau dengan kata lain kesadadran itu merupakan suatu komponen

superego yang berisikan perilaku – perilaku yang mendapatkan hukuman.

ix

Page 10: Pendekatan psikoanalisis

Misalnya, ketika kita merasakan adanya sensasi kontraksi dalam perut kita,

kita mengatakan,” wah saya lapar nih !” jadi apa yang kita rasakan itu merupakan

bentuk kesadaran kita.

Ambang Sadar

Ambang sadar, berisikan ingatan-ingatan tentang peristiwa – peristiwa masa

lampau yang siap masuk ke dalam kesadaran sewaktu – waktu diperlukan. Misalnya

jika seseorang bertanya kepada kita tentang nomer telepon rumah atau telepon seluler

kita, hanya demgan sedikit upaya kita akan segera mampu untuk mengingat dan

kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Itu karena ingatan kita tentang nomer

telepon kita berada diambang sadar.

Ketidaksadaran

Ketidaksadaran, ditampilkan sebagai suatu gudang dan imej-imej yang tak

dapat diterima ( ditolak oleh norma atau kode moral tertentu ), peristiwa masa

lampau, impuls – impuls dan keinginan – keinginan yang tidak kita sadari. Atau

dengan kata lain ketidaksadaran itu merupakan aspek psikis ( mental ) yang

menyimpan dorongan – dorongan yang tidak terpenuhi dan menjadi kompleks

terdesak.

x

Page 11: Pendekatan psikoanalisis

b) Struktur Kepribadian

Menurut pandangan psikoanalisa, stuktur kepribadian terdiri dari tiga sistem

yaitu : Id ( Das Es ) sebagai aspek biologis, Ego ( Das Ich ) sebagai aspek psikologis

dan Super Ego ( Das Ueber Ich ) sebagai aspek sosiologis. Ketiganya merupakan

nama bagi proses – proses psikologis yang merupakan fungsi – fungsi kepribadian.

Oleh karena itu, struktur kepribadian manusia tersusun secara struktural,

dimana terdapat subsistem yang berinteraksi secara dinamis, yaitu id, ego, dan

superego.

Id ( Das Es )

Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem original didalam

kepribadian, dari aspek ini kedua aspek yang lain tumbuh. Id disebut juga realitas

psikis yang sebenar-benarnya dan merupakan tempat bersemayamnya naluri-naluri.

Oleh karena itu, id merupakan dunia batin atau subyektif manusia, dan tidak

mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif ( dunia luar ). Id bersifat tidak

logis, amoral dan didorong oleh satu kepentingan yaitu memuaskan kebutuhan-

kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan.

Oleh karena itu, pedoman dalam berfungsinya id ialah menghindarkan diri

dari ketidakenakan dan mengejar keenakan. Untuk menghilangkan ketidakenakan dan

mencapai kesenangan itu, id mempunyai dua cara (alat proses), yaitu:

xi

Page 12: Pendekatan psikoanalisis

Reflex dan reaksi-reaksi otomatis, seperti: bersin, berkedip, dan sebagainya.

Proses primer, seperti: orang lapar membayangkan makanan.

Akan tetapi cara “ada” itu tidak memenuhi kebutuhan ( orang lapar tidak akan

menjadi kenyang dengan membayangkan makanan ), maka perlulah adanya sistem

lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif yaitu ego ( das ich ).

Ego ( Das Ich )

Aspek ini adalah aspek psikologis dari pada kepribadian dan timbul karena

kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan

( realitas ). Letak perbedaan antara id dan ego, yaitu id hanya mengenal dunia

subyekyif ( dunia batin ) sedangkan ego dapat membedakan sesuatu yang ada

didalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar ( dunia obyektif atau realitas ).

Dapat dikatakan, bahwa ego sebagai eksekutif dari kepribadian yang memerintah,

mengendalikan dan mengatur atau sebagai “polisi lalu lintas” bagi id, super ego dan

dunia eksternal. Di dalam berfungsinya ego berpegang pada “prinsip kenyataan” atau

“prinsip realitas” dan bereaksi dengan proses sekunder dengan cara memutuskan

suatu rencana atau mentestnya dengan sesuatu tindakan. Proses sekunder, misalnya:

orang lapar merencanakan dimana dia dapat makan, lalu pergi ketempat tersebut

untuk mengetahui apakah rencana tersebut berhasil atau tidak.

xii

Page 13: Pendekatan psikoanalisis

Dengan demikian, ego berlaku realistis dan berfikir logis serta memutuskan

rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan – kebutuhan. Jadi yang menjadi

peran utama ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan – kebutuhan instinktif

dengan keadaan lingkungan demi kepentingan adanya organisme.

Super Ego ( Das Ueber Ich )

Aspek ini adalah aspek sosiologis sebagai cabang moral atau hukum dari

kepribadian, yang merupakan wakil dari nilai – nilai tradisional serta cita – cita

masyarakat sebagaimana ditafsikan orang tua kepada anak – anaknya yang

dimasukan ( diajarkan ) dengan berbagai perintah dan larangan.

Super ego lebih merupakan kesempurnaan dari pada kesenangan, karena itu

super ego dianggap sebagai aspek moral kepribadiaan. Fungsinya yang pokok ialah

menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak dan

dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.

Adapun fungsi pokok super ego dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga

aspek kepribadian itu, yaitu:

Marintangi impuls - impuls id, terutama impuls – impuls seksual dan

agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.

Mendorong ego untuk lebih mengejar hal – hal yang moralitis dari

pada yang realistis.

Mengejar kesempurnaan.

xiii

Page 14: Pendekatan psikoanalisis

Jadi super ego ( das ueber ich ) itu cenderung untuk menentang baik ego ( das

ich ) maupun id ( das es ) dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.

2. Dinamika Kepribadian

Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad ke

–19 dan menganggap organisme manusia sebagai suatu energi yang kompleks. Energi

yang di peroleh dari makanan ( energi fisik ). Berdasarkan hukum penyimpangan

( conservation of energi ) energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah

dari satu tempat ketempat yang lain. Energi fisik dapat berubah menjadi energi psikis.

Jembatan antar energi tubuh dengan kepribadian ialah id beserta insting – instingnya.

a. Insting

Insting menurut Freud sebagai sumber perangsang somatis yang

dibawa sejak lahir. Suatu insting merupakan sejumlah energi psikis, kumpulan

dari semua insting – insting merupakan keseluruhan dari pada energi psikis

yang digunakan oleh kepribadian. Sumber insting yaitu kondisi jasmani yang

menjadi kebutuhan, tujuan insting ialah menghilangkan rangsangan kerjasama

sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan

oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan, obyek insting ialah segala

aktivitas yang menyebabkan tercapainya kebutuhan, sedangkan pendorong

atau penggerak insting yaitu kekuatan insting itu yang tergantung kepada

intensitas ( besar – kecilnya ) kebutuhan.

xiv

Page 15: Pendekatan psikoanalisis

Sumber dan tujuan insting tetap selama hidup, sedangkan objek serta

cara – cara yang dipakai orang untuk memenuhi kebutuhannya selalu berubah

– ubah. Hal ini disebabkan karena energi psikis dapat dipindah – pindahkan.

Pemindahan energi dari satu obyek ke obyek yang lain adalah sifat yang

sangat penting bagi kepribadian. Salah satu masalah yang banyak dibicarakan

oleh para ahli ialah jumlah dan macam – macam insting.

Walaupun demikian, Freud menerima bahwa bermacam – macam

insting dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :

Insting – insting hidup

Fungsi insting – insting hidup ialah melayani maksud

individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk

utama dari insting ini ialah insting makan, minum, dan seksual.

Insting – insting mati

Insting mati disebut juga insting merusak ( destruktif ).

Insting – insting ini fungsinya kurang jelas jika dibandingkan

dengan insting – insting hidup, karena tidak begitu dikenal.

Suatu derivative insting – insting mati yang terpenting adalah

dorongan agresif. Sifat agresif yaitu pengrusakan diri yang

diubah dengan obyek substitusi. Insting – insting hidup dan

xv

Page 16: Pendekatan psikoanalisis

insting – insting mati dapat saling bercampur, saling

menetralkan.

b. Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis

Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu

didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena

sejumlah atau banyaknya energi itu terbatas maka akan terjadi semacam

persainggan diantara ketiga aspek itu didalam mengunakan energi tersebut,

kalau sesuatu aspek banyak menggunakan energi ( menjadi kuat ), maka

kedua aspek yang lain harus ( dengan sendirinya ) menjadi lemah.

Pada mulanya id yang memiliki semua energi dan mempergunakannya

untuk gejala – gejala refleks dan pemenuhan keinginan. Cara penggunaan

energi ini disebut pemilihan obyek secara instingtif ( instinctual object

cathexis ) energi pada id sangat mudah berpindah – pindah sehubungan karena

id tidak dapat membedakan obyek yang sesuai atau tidak, sehingga id tidak

dapat memuaskan atau meredakan ketegangan. Sedangkan ego selalu berhasil

dalam menemukan alat yang memuaskan, maka energi tersebut dipergunakan

oleh ego dan lambat laun ego memonopoli hampir semua energi. Energi ini

dipergunakan ego juga untuk menekan id agar tidak terlalu implusif, bila id

terlalu berbahaya ego mengunakan suatu mekanisme pertahanan diri.

xvi

Page 17: Pendekatan psikoanalisis

c. Kecemasan atau Ketakutan

Dinamika kepribadian dapat kita lihat sebahagian besar dikuasai oleh

keharusan untuk memuaskan kebutuhan dengan cara berhubungan dengan

obyek – obyek yang ada didunia luar.

Dalam menghadapi obyek tersebut individu tidak selamanya dengan

mudah dan berhasil, tetapi selalu menemui ancaman berupa hal – hal yang

tidak menyenangkan atau menyakitkan, maka individu merasa cemas.

Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan

yang belum dapat diatasinya ialah menjadi cemas.

Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan yaitu kecemasan

realistis yang bersumber pada ego, kecemasan neurotis yang sumbernya pada

id, dan kecemasan moral yang bersumber dari super ego. Kecemasan realistis

yang paling pokok, yaitu takut terhadap bahaya-bahaya yang datang dari luar

individu, dan kedua kecemasan yang lain berasal dari kecemasan realistis ini.

Kecemasan neurotis adalah kecemasan yang timbul apabila instink tidak

terkendalikan, sehingga ego akan dihukum. Kecemasan moral adalah

kecemasan terhadap hati nurani sendiri.

xvii

Page 18: Pendekatan psikoanalisis

Kecemasan berfungsi melindungi individu dari bahaya, dan

merupakan isyarat bagi ego segera melakukan tindakan. Apabila ego tidak

dapat menguasai kecemasan dengan cara yang rasional, maka ego akan

menghadapinya dengan jalan yang tidak realistis.

3. Perkembangan kepribadian

Freud berpendapat, bahwa kepribadian pada dasarnya telah terbentuk pada

akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan

penghalusan struktur dasar itu. Kepribadian itu berkembang dalam hubumgan dengan

empat sumber tegangan pokok yaitu proses pertumbuhan fisiologis, prustasi, konflik

dan ancaman.

Metode – metode atau cara yang dipergunakan oleh individu untuk mrngatasi

prustasi, konflik, serta kecemasan, yaitu sebagai berikut :

a) Identifikasi

Identifikasi yaitu metode yang dipergunakan orang dalam

menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian dari pada

keprubadiannya.

xviii

Page 19: Pendekatan psikoanalisis

b) Pemindahan objek

Apabila objek pilihan sesuatu instink yang asli tidak dapat dicapai

karena rintangan ( anti cathexis ) baik dari dalam maupun dari luar.

Adapun arah pemindahan objek ditentukan oleh dua faktor yaitu :

Kemiripan objek pengganti terhadap objek aslinya.

Sanksi – sanksi dan larangan – larangan masyarakat.

c) Mekanisme pertahanan ego

Karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang betlebihan,

maka ego terkadang mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan

atau mereduksikan tegangan atau disebut mekanisme pertahanan. Bentuk

– bentuk pokok mekanisme pertahanan itu adalah :

Denial / Penyangkalan

Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan

menutup mata terhadap kenyataan yang mengancam. Individu

mempunyai kecenderungan untuk menolak sejumlah aspek kenyataan

yang terlalu menyakitkan untuk diterima.

xix

Page 20: Pendekatan psikoanalisis

Proyeksi

Proyeksi adalah mengalamatkan sifat – sifat tertentu yang tidak

bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Dengan proyeksi, individu akan

menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuatnya sendiri, dan

menyangkal bahwa dia memiliki dorongan negatif.

Fiksasi

Fiksasi yaitu terpaku atau tetap pada tahap – tahap perkembangan

yang lebih awal karena individu memiliki kecemasan untuk mengambil

langkah ke tahap berikutnya. Anak yang memakai mekanisme pertahanan

fiksasi biasanya mempunyai hambatan dalam perkembangan dan menjadi

tidak mandiri

Regresi

Regresi yaitu melangkah mundur ke tahap perkembangan

sebelumnya dimana tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.

Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” untuk

menghindarkan ego dari cedera, memalsukan diri sehingga kenyataan

yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.

xx

Page 21: Pendekatan psikoanalisis

Sublimasi

Sublimasi yaitu menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau

lebih dapat diterima secara sosial, mekanisme pertahanan sublimasi ini

lebih bersifat positif karena individu mencari jalan lain bagi

pengungkapan perasaan agresinya dengan cara yang lebih bermanfaat.

Displacement

Displacement adalah mengarahkan energi kepada obyek atau

orang lain ketika obyek asal tidak terjangkau.

Represi

Represi adalah melupakan peristiwa traumatis yang bisa

membangkitkan kecemasan, dengan menekannya ke alam bawah sadar

sehingga tidak lagi menjadi hal – hal yang menyakitkan. Represi

merupakan salah satu konsep Freud yang paling penting, karena

merupakan dasar bagi sebagian besar pertahanan ego yang digunakan

individu.

xxi

Page 22: Pendekatan psikoanalisis

Formasi Reaksi

Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan

dengan hasrat – hasrat tak sadar. Ketika perasaan-perasaan yang lebih

dalam menimbulkan ancaman, maka individu berusaha menampilkan

tingkah laku yang berlawanan untuk menyangkal perasaan-perasaan

negatifnya.

4. Periode Perkembangan Psikoseksual

Menurut Freud, perkembangan kepribadian – sehat dan tidak sehat – sangat

berhubungan dengan cara-cara yag digunakan oleh individu dalam melewati fase-fase

perkembangan pada enam tahun pertama kehidupannya. Tahapan perkembangan ini

disebut tahapan psikoseksual karena memperesentasikan suatu kebutuhan ( dan

pemuasan ) seksual yang menonjol pada stiap tahapan perkembangan.

Hambatan yang terjadi pada proses pemenuhan kebutuhan seksual pada setiap

tahapan – tahapan disebut fiksasi berpotensi menyebabkan gangguan perilaku pada

waktu dewasa.

Freud berpendapat bahwa tahapan perkembangan individu yang terpenting

terjadi pada 5 tahun pertama kehidupannya, dan periode perkembangan psikoseksual

pada masa ini merupakan landasan bagi perkembangan kepribadian individu

selanjutnya,

xxii

Page 23: Pendekatan psikoanalisis

Tahapan – tahapan perkembangan psikoseksual :

Tahap oral ( 0 – 1 tahun )

Kontak pertama yag dilakuka oleh bayi setelah kelahirannya adalah

melalui mulut ( oral ). Kepuasan seksual ( kesenangan ) pada saat ini

diperoleh melalui mulut, yakni melalui berbagai aktivitas mulut seperti

makan, minum, dan menghisap atau menggigit. Fiksasi pada tahap ini

menyebabkan orang mengembangkan kepribadian oral, yakni menjadi orang

yang tergantung dan lebih senang untuk bertindak pasif dan menerima

bantuan dari orang lain.

Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa

percaya, baik kepada diri sendiri, dan orang lain. Cinta adalah perlindungan

terbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak – anak yang dicintai

tidak akan banyak menemui kesulitan dalam menerima dirinya, sebaliknya

anak-anak yang merasa tidak diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai

cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dirinya sendiri, dan belajar

untuk tidak mempercayai orang lain, serta memandang dunia sebagai tempat

yang mengancam. Efek penolakan pada fase oral akan membentuk anak

menjadi pribadi yang penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri, agresif,

benci, dan kesepian.

xxiii

Page 24: Pendekatan psikoanalisis

Tahap anal ( 1 – 3 tahun )

Interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut ( anal ) dan memperoleh

kesenangan melalui aktivitas – aktivitas pembuangan. Pada fase anal anak

banyak berhadapan dengan tuntutan – tuntutan orangtua, terutama yang

berhubungan dengan toilet training, dimana anak memperoleh pengalaman

pertama dalam hal kedisiplinan. Fiksasi pada tahapan ini menyebabkan anak

mengembangkan kepribadian anal, yakni menjadi orang yang sangat

menekankan kepatuhan, konformitas, keteraturan, menjadi kikir, dan suka

melawan atau memberontak. Tugas perkembangan pada fase ini adalah anak

harus belajar mandiri, dan belajar mengakui dan menangani perasaan –

perasaan negatif. Banyak sikap terhadap fungsi tubuh sendiri yang dipelajari

anak dari orangtuanya. Selama fase anal anak akan mengalami perasaan-

perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya, namun

mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa diterima. Hal

penting lain yang harus dipelajari  anak adalah bahwa mereka memiliki

kekuatan, kemandirian, dan otonomi.

Tahap palis (3 – 5 tahun )

Pada fase ini anak laki – laki dan perempuan senang menyentuh

( mengeksploitasi ) organ kelaminnya untuk memperoleh kesenangan sambil

melakukan fantasi – fantasi seksual. Anak laki – laki mengembangkan fantasi

xxiv

Page 25: Pendekatan psikoanalisis

seksual dengan ibunya disebut oedipus complex dan anak perempuan

mengembangkan fantasi seksual dengan ayahnya disebut electra complex.

Jika konflik oedipal ini tak terpecahkan, anak laki – laki aka

berkembang menjadi homoseksual atau heteroseksual sedangka anak

perempuan akan menjadi wanita genit penggoda pria atau lesbian.. Fase

Phalic juga merupakan periode perkembangan hati nurani, dimana anak

belajar mengenai standar – standar moral. Selama fase ini anak perlu belajar

menerima perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar

memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Mereka membutuhkan contoh

yang memadai bagi identifikasi peran seksual, untuk mengetahui apa yang

benar dan salah, serta apa yang maskulin dan feminin, sehingga mereka

memperoleh perspektif yang benar tentang peran mereka sebagai anak laki –

laki atau anak perempuan.

Tahap laten ( 6 – 12 tahun )

Pada tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan semua

isu – isu oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai

melibatkan dirinya ke dalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak

lain dari jenis kelamin yang sama, baik kelompok yang kelompok yang

bersifat full male atau full female. Namun berkurangnya perhatian pada

xxv

Page 26: Pendekatan psikoanalisis

masalah seksual itu bersifat laten dan masih akan terus memberikan pengaruh

pada tahap perkembangan kepribadian berikutnya.

Tahap genital ( 12 tahun keatas )

Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa remaja awal

dan berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi seksual anak mulai

terarah kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan diri melalui masturbasi,

dan anak mulai mengenal cinta kepada lawan jenis.

Ketika memasuki masa pubertas anak-anak mulai tertarik satu sama

lain dengan lawan jenisnya dan menjadi manusia yang lebih matang. Mereka

saling mengembangkan afeksi ( hubungan ) dan minat – minat seksual, cinta,

dan bentuk – bentuk keterikatan yang lain.

B. Asumsi Perilaku Bermasalah

Menurut teori ini individu yang menyimpang atau bermasalah adalah jika

terdapat dinamika yang tidak efektif antara Id, Ego dan Superego, dimungkinkan Ego

selalu mengikuti dorongan – dorongannya dan mengabaikan tuntutan moral atau Ego

selalu mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan keinginan atau kebutuhan

dan juga proses belajar yang tidak benar pada masa kanak – kanak.

xxvi

Page 27: Pendekatan psikoanalisis

Mekanisme pertahanan diri merupakan jalan pintas individu mengatasi

kecemasannya. Mekanisme pertahanan diri ini bukan jalan penyelesaian yang tepat

terhadap masalah yang dihadapi. Mekanisme pertahanan diri boleh dilakukan oleh

individu, tetapi jika telah menjadi kecenderungan individu setiap mengalami masalah

atau kegagalan memenuhi keinginannya dan selalu puas dengan cara ini maka akan

menjadi dan merupakan perilaku yang salah dalam penyesuaian diri yang dalam

jangka panjang dapat membentuk perilaku abnormal.

Dalam psikoanalisa klasik ada dua faktor yang menyebabkan perilaku

bermasalah, yaitu (1) dinamika yang tidak efektif antara id, superego, dan ego, dan

(2) diperoleh melalui proses belajar sejak kecil. Dinamika yang tidak efektif antara id,

ego, dan superego ditandai oleh ketidakmampuan ego mengendalikan keinginan-

keinginan dan tuntutan moral. Ketidakmampuan pengendalian ini dimungkinkan

dalam bentuk ego selalu mengikuti dorongan – dorongannya dan mengabaikan

tuntutan moral, atau sebaliknya ego selalu mempertahankan kata hatinya tanpa

menyalurkan keinginan atau kebutuhan.ketidakseimbangan ini menimbulkan perilaku

yang salah.

Sedangkan yang kedua bahwa sepanjang hidup individu pada dasarnya terjadi

proses dinamika id, ego, dan superego. Dalam pandangan Freud, pengalaman masa

kanak – kanak sangat mempengaruhi pola kehidupan hingga dewasa. Jika sejak masa

kanak – kanak selalu menekan ( represi ) pengalaman – pengalamannya dan

dimasukkan ke dalam alam bawah sadar maka pada suatu saat pengalaman itu akan

xxvii

Page 28: Pendekatan psikoanalisis

dimunculkan ke alam sadar. Saat itulah penyesuaian yang salah dapat muncul pada

individu.

Jika individu dapat menyalurkan keinginan – keinginannya secara wajar, yaitu

yang masih berada dalam pengendalian ego yang rasional dan sesuai dengan

realitasnya, maka gangguan tidak terjadi, anak akan menjadi sehat.

Pribadi Sehat dan Bermasalah

Pribadi Sehat

Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak

menurut pola perkembangan yang ilmiah, mampu belajar dalam mengatasi

tekanan dan kecemasan, memiliki kesehatan mental yang baik. Kepribadian

yang sehat memiliki mekanisme pertahanan yang baik. Maksudnya pribadi

yang bisa mengorganisir struktur kepribadiannya dengan baik dan bisa

menyelaraskan antara id, ego, dan superegonya. Dalam hal ini individu tidak

mengalami pengalaman frustasi yang berlebihan dan Ego bertindak secara

rasional dalam mengambil tindakan – tindakan untuk mengatasi tekanan dan

kecemasan yang muncul.

xxviii

Page 29: Pendekatan psikoanalisis

Pribadi Bermasalah

Kepribadian yang bermasalah memiliki mekanisme pertahanan yang

buruk. Pribadi yang bermasalah adalah pribadi yang tidak bisa mengorganisir

struktur kepribadiannya dengan baik dan tidak bisa menyelaraskan antara id,

ego, dan superegonya, dimungkinkan Ego selalu mengikuti dorongan –

dorongannya dan mengabaikan tuntutan moral atau Ego selalu

mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan keinginan atau kebutuhan

atau Ego bisa saja membiarkan dorongan – dorongan atau menekan perasaan

– perasaan seksual dengan melakukan tindakan yang irasional dalam

menghadapi kecemasan dan juga proses belajar yang tidak benar pada masa

kanak – kanak.

C. Tujuan Konseling

Sesuai dengan asumsi – asumsi dasar tentang sifat dasar manusia yang

dipegang, konseling pendekatan psikoanalisa bertujuan untuk membantu konseli agar

mampu mengoptimalkan fungsi ego dengan cara mencapai keseimbangan psikologis.

Keseimbangan psikologis ini dicapai dengan cara meniadakan kecemasan atau

menangani konflik – konflik intrapsikis

xxix

Page 30: Pendekatan psikoanalisis

Tujuan konseling pendekatan psikoanalisa adalah untuk membentuk kembali

struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal yang tidak disadari

menjadi sadar kembali. Proses konseling dititik beratkan pada usaha konselor agar

konseli dapat menghayati, memahami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa

kecilnya terutama antara umur 2 – 5 tahun. Pengalaman – pengalaman tersebut ditata,

didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian konseli dapat

direkontruksi kembali.

Jadi penekanan konseling adalah pada aspek afektif sebagai pokok pangkal

munculnya ketidaksadaran manusia. Sudah barang tentu tilikan kognitif tetap

diperhatikan, akan tetapi tidak sepenting aspek afektif.

Menurut Corey (2005), tujuan konseling psikoanalisa adalah untuk

membentuk kembali struktur karakter individu, dengan cara merekonstruksi,

membahas, menganalisa, dan menafsirkan kembali pengalaman – pengalaman masa

lampau, yang terjadi di masa kanak – kanak. Membantu konseli untuk membentuk

kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal – hal yang tidak disadari

menjadi disadari oleh konseli. Secara spesifik, membawa konseli dari dorongan –

dorongan yang ditekan ( ketidaksadaran ) yang mengakibatkan kecemasan kearah

perkembangan kesadaran intelektual,  menghidupkan   kembali  masa  lalu konseli

dengan menembus konflik yang ditekan, memberikan kesempatan kepada konseli

untuk  menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.

xxx

Page 31: Pendekatan psikoanalisis

Menurut Lubis ( 2010 ), tujuan khusus psikoanalisa adalah membentuk

kembali struktur kepribadian individu melalui pengungkapan hal – hal yang tidak

disadari. Untuk itu konseli akan dibawa mundur kepada pengalaman masa kank –

kanaknya yang kemudian pengalaman tersebut akan dianalisis dan ditafsirkan

sehingga terjadilah rekkonstruksi kepribadian pada diri konseli.

Menurut Alwisol ( 2006 : 42 ) tujuan konseling psikoanalisa bukan semata –

mata untuk menghilangkan sindrom yang tidak dikehendaki, tetapi bertujuan

memperkuat ego sehingga mampu mengontrol implus insting, dan memperbesar

kapasitas individu untuk mencintai dan berkarya. Konseli belajar bagaimana

mensublimasikan implus agresi dan implus seksual, belajar bagaimana mengarahkan

keinginan dan bukan malah diarahkan oleh keinginan.

Menurut Baker ( 1985 ) mengemukakan lima tujuan khusus konseling

psikoanalisa, yakni membantu individu agar mampu untuk :

Meningkatkan kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls – impuls dan

berbagai bentuk dorongan naluriah yang tidak rasional.

Memperkaya sifat dan macam mekanisme pertahanan ego sehingga lebih

efektif, lebih matang, dan lebih dapat diterima.

Mengembangkan perspektif yang lebih berlandaskan pada assesmen realitas

yang jelas dan akurat dan yang mendorong penyesuaian.

Mengembangkan kemampuan untuk membentuk hubungan yang akrab dan

sehat dengan cara yang menghargai hak – hak pribadi dan orang lain.

xxxi

Page 32: Pendekatan psikoanalisis

Menurunkan sifat perfeksionis ( mengejar kesempurnaan ), rigid ( kaku ), dan

punitive (menghukum ).

Menurut Prayitno, ( 1998: 44 ) tujuan dari konseling psikoanalisisa adalah:

Membawa konseli kepada kesadaran dorongan – dorongan yang ditekan

ketidaksadaran yang mengakibatkan kecemasan.

Dalam hal ini, menurut Rochman Natawidjaya ( dalam Taufik, 2009 :

36 ) menjelaskan bahwa tujuan dari konseling itu adalah usaha menata

kembali struktur watak dan kepribadian konseli. Dalam mencapai tujuan

tersebut, jalan yang ditempuh adalah dengan cara membuat konflik – konflik

yang tidak disadari menjadi disadari dan dengan menguji serta menjajaki

materi yang bersifat intrapsikis

Memberikan kesempatan kepada konseli menghadapi situasi yang selama ini

ia gagal mengatasinya.

Dalam hal ini konselor membantu konseli menghidupkan kembali

pengalaman – pengalaman masa kanak – kanak dini dengan menembus

konflik – konflik yang direpresi ( Taufik, 2009 : 37 ). Setelah pengungkapan

materi yang tidak disadari dan mengganggu itu, kemudian konselor berusaha

merasionalkan kesan – kesan itu, sehingga konseli menyadari bahwa kesan

yang dibawanya tersebut tidaklah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

xxxii

Page 33: Pendekatan psikoanalisis

Secara spesifik tujuan psikoanalisa yaitu :

Pada dasarnya konselor menyadarkan konseli dari ketidaksadaran menuju ke

kesadaran atas dorongan – dorongan yang menyebabkan perilaku bermasalah.

Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari pada

mekanisme penyesuaian diri mereka sendiri.

Membawa konseli dari dorongan – dorongan yang ditekan ( ketidaksadaran )

yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual.

Menghidupkan kembali masa lalu konseli dengan menembus konflik yang

direpres.

Membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan

hal – hal yang tak disadari menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan

pada pemahaman dan pengenalan pengalaman – pengalaman masa kanak –

kanak, terutama usia 2 - 5 tahun, untuk ditata, disikusikan, dianalisis dan

ditafsirkan sehingga kepribadian konseli bisa direkonstruksi lagi.

Memperkuat agar ego lebih riel dalam bertindak, serta mampu berkembang

sesuai dengan potensi – potensi yang dimiliki dan dapat beradaptasi dengan

lingkungan dengan lebih baik.

Memberikan kesempatan kepada konseli untuk menghadapi situasi yang

selama ini ia gagal mengatasinya.

D. Peran Konseling

xxxiii

Page 34: Pendekatan psikoanalisis

Peran Konselor

Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam

mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih

efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara – cara yang realistis,

serta dalam rangka memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya

yang impulsif dan irasional.

Konselor membangun hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian

melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.

Konselor memberikan perhatian kepada resistensi konseli untuk

mempercepat proses penyadaran hal – hal yang tersimpan dalam

ketidaksadaran. Sementara konseli berbicara, konselor berperan

mendengarkan dengan penuh perhatian, menganalisis dan

menginterpretasikan ungkapan – ungkapan konseli, kemudian

memberikan tafsiran – tafsiran terhadap informasi konseli, selain itu

konselor juga harus peka terhadap isyarat – isyarat non verbal darikonseli.

Konselor memberikan penjelasan tentang makna proses kepada konseli

sehingga konseli mencapai pemahaman terhadap masalahnya sendiri,

mengalami peningkatan kesadaran atas cara – cara berubah, sehingga

konseli mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atas hidupnya

sendiri.

xxxiv

Page 35: Pendekatan psikoanalisis

Karakteristik konselor dalam psikoanalisa adalah membiarkan dirinya anonim

serta hanya berbagi sedikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada konseli.

Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai

kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam

menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka

memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya yang impulsif dan irasional.

Konselor  membangun hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian

melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor juga

memberikan perhatian kepada resistensi konseli untuk mempercepat proses

penyadaran hal – hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Sementara konseli

berbicara, konselor berperan mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran –

tafsiran terhadap informasi konseli, konselor juga harus peka terhadap isyarat –

isyarat non verbal dari konseli. Salah satu fungsi utama konselor adalah mengajarkan

proses arti proses kepada konseli agar mendapatkan pemahaman terhadap masalahnya

sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah, sehingga konseli

mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.

Fungsi Konselor :

Berusaha membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran,

keefektifan dalam melakukan hubungan personal.

Menangani kecemasan secara realistis.

Memperoleh kendali atas tingkah laku yang implisit dan irasional.

xxxv

Page 36: Pendekatan psikoanalisis

Mendorong pemindahan perasaan.

Peran Konseli

Konseli harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif, dan

melakukan asosiasi bebas dengan mengatakan segala sesuatu yang terlintas dalam

pikirannya, karena produksi verbal konseli merupakan esensi dari kegiatan konseling

psikoanalisa. Pada kasus – kasus tertentu konseli diminta secara khusus untuk tidak

mengubah gaya hidupnya selama proses konseling.

Dalam pelaksanaan konseling psikoanalisa, konseli menelusuri apa yang tepat

dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk membangun

tingkah laku baru.

Pengalaman Konseli dalam Konseling

Bersedia melibatkan diri kedalam proses konseling yang intesif dan

berjangka panjang.

Mengambangkan hubungan dengan konselor.

Mengalami krisis treatment.

Memperoleh pemahaman atas masa lampau konseli yang tidak disadari.

Mengembangkan resistensi – resistensi untuk belajar lebih baik tentang

diri sendiri.

Mengembangkan suatu hubungan traferansi yang tersingkap.

Memperdalam proses konseling.

xxxvi

Page 37: Pendekatan psikoanalisis

Menangani resistensi – resistensi dan masalah yang terungkap.

Mengakhiri proses konseling.

Hubungan Konselor Dengan Konseli

Dalam konseling psikoanalisa terdapat tiga bagian hubungan konselor dengan

konseli, yaitu aliansi, transferensi, dan kontratransferensi :

Aliansi

Aliansi  yaitu  sikap konseli kepada konselor yang relatif rasional,

realistik, dan tidak neurosis ( merupakan prakondisi untuk terwujudnya

keberhasilan konseling ).

Transferensi

Transferensi yaitu pengalihan segenap pengalaman konseli di masa

lalunya terhadap orang – orang yang menguasainya, yang ditujukan

kepada konselor dan merupakan bagian dari hubungan yang sangat

penting untuk dianalisis kemudian membantu konseli untuk mencapai

pemahaman tentang  bagaimana dirinya telah salah dalam menerima, 

menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam

kaitannya dengan masa lalunya.

xxxvii

Page 38: Pendekatan psikoanalisis

Kontratransferensi

Kontratransferensi yaitu kondisi dimana konselor mengembangkan

pandangan – pandangan yang tidak selaras dan berasal dari konflik –

konfliknya sendiri. Kontratransferensi bisa terdiri dari perasaan tidak suka,

atau justru keterikatan atau  keterlibatan yang berlebihan, kondisi ini dapat

menghambat kemajuan proses konseling karena konselor akan lebih

terfokus pada masalahnya sendiri.

Konselor harus menyadari perasaaannya terhadap konseli dan

mencegah pengaruhnya yang bisa merusak. Konselor diharapkan untuk

bersikap relatif obyektif dalam menerima kemarahan, cinta, bujukan,

kritik, dan emosi – emosi kuat lainnya dari konseli.

Proses Konseling

Secara sisitematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase –

fase konseling dapat diikuti sebagai berikut :

Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.

Tahap krisis bagi konseli yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya,

dan melakukan tranferensi.

Tilikan terhadap masa lalu konseli terutama pada masa kanak – kanak .

Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.

xxxviii

Page 39: Pendekatan psikoanalisis

Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.

Melanjiutkan lagi hal – hal yang resistensi.

Menutup wawancara konseling.

E. Teknik Konseling

Psikoanalisis disamping sebagai teori kepribadian, dapat pula berfungsi

sebagai teknik analisa kepribadian. Untuk dapat menerangkan suatu gejala

psikoneurose misalnya, agar dapat diusahakan penyembuhan terhadap penderita yang

bersangkutan maka perlu di analisa terlebih dahulu kepribadian penderita yang

bersangkutan.

Dalam analisa ini umumnya dipergunakan 2 cara pendekatan, yaitu pertama-

pertama melihat dinamika dari dorongan – dorongan primitif ( khususnya libido ).

Teknik – teknik yang dipergunakan dalam menganalisa kepribadian

selanjutnya dipergunakan juga sekaligus sebagai teknik psikoterapi karena pada

prinsipnya psikoanalisis mengakui bahwa kalau faktor penyebab yang tersembunyi

didalam ketidaksadaran sudah bisa diketahui dan dibawah ke kesadaran maka

penderita dengan sendirinya akan sembuh. Sebagai seorang murid Charcot, Freud

masih berpedirian sama dengan Charcot, yaitu bahwa penyakit biasanya

( psikoneurose ) umumnya dapat disembuhkan setelah faktor penyebab dalam faktor

ketidaksadaran dapat diketahui.

xxxix

Page 40: Pendekatan psikoanalisis

Teknik – teknik dalam psikoanalisis digunakan untuk meningkatkan

kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam perilaku konseli dan memahami

makna gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik dasar dalam psikoanalisis, yaitu

sebagai berikut :

Asosiasi Bebas

Teknik pokok dalam konseling psikoanalisis adalah asosiasi bebas.

Konselor memerintahkan konseli untuk menjernihkan pikirannya dari

pemikiran sehari – hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang

muncul dalam kesadarannya.

Cara yang khas adalah dengan mempersilahkan konseli berbaring di

atas balai – balai sementara terapis duduk di belakangnya, sehingga tidak

mengalihkan perhatian konseli pada saat-saat asosiasinya mengalir dengan

bebas.

Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali

pengalaman – pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi – emosi yang

berkaitandengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal dengan

katarsis. Katarsis hanya menghasilkan perbedaan sementara atas pengalaman

– pengalaman menyakitkan pada konseli, tetapi tidak memainkan peran

utama dalam proses treatment.

xl

Page 41: Pendekatan psikoanalisis

Interpretasi

Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis

asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transparansi.

Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan

mempercepat proses menyadarkan hal – hal yang tersembunyi. Interpretasi

mengarahkan tilikan dan hal – hal yang tidak disadari konseli.

Hal yang penting bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu –

waktu yang tepat karena kalau tidak konseli dapat menolaknya. Ada tiga hal

yang harus diperhatikan dalam interprestasi sebagai teknik konseling.

Pertama, interpretasi hendaknya disajikan pada saat gejala yang

diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal – hal yang disadari konseli.

Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permukaan dan baru

menuju ke hal – hal yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional

konseli. Ketiga, menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum

menginterpretasikan emosi atau konflik.

Analisis Mimpi

Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membentuk

hal-hal yang tidak disadari dan membantu konseli untuk memperoleh tilikan

kepada masalah – masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur, pertahanan

xli

Page 42: Pendekatan psikoanalisis

– pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan

muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa

mimpi merupakan "jalan istimewa menuju ketidaksadaran", karena melalui

mimpi tersebut hasrat – hasrat, kebutuhan – kebutuhan, dan ketakutan tak

sadar dapat diungkapkan. Beberapa motivasi sangat tidak dapat diterima oleh

seseorang, sehingga akhimya diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan

atau disimbolkan dalam bentuk yang berbeda.

Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isimanifes. Isi laten

terdiri atas motif – motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tidak

disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-

dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar ( yang merupakan isi laten )

ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu

impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Sementara tugas

konselor adalah mengungkap makna – makna yang disamarkan dengan

mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses

konseling, konselor juga dapat meminta konseli untuk mengasosiasikan secara

bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna – makna

yang terselubung.

xlii

Page 43: Pendekatan psikoanalisis

Analisis dan Interpretasi Resistensi

Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan proses

konseling dan mencegah konseli mengemukakan bahan yang tidak disadari.

Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, konseli dapat menunjukkan

ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan

pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai

dinamika tak sadar yang digunakan oleh konseli sebagai pertahanan terhadap

kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika konseli

menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut.

Interpretasi konselor ditujukan kepada bantuan konseli untuk

menyadari alasan timbulnya resistensi. Konselor meminta perhatian konseli

dan menafsirkan resistensi yang paling nampak untuk memperkecil

kemungkinan penolakan konseli terhadap interpretasi. Dalam proses

konseling, resistensi bukanlah sesuatu yang harus diatasi, karena

merupakan perwujudan dari pertahanan konseli yang biasanya dilakukan

sehari – hari. Resistensi ini dapat dilihat sebagai sarana untuk bertahan konseli

terhadap kecemasan, meski sebenamya menghambat  kemampuannya untuk

menghadapi hidup yang lebih memuaskan.

xliii

Page 44: Pendekatan psikoanalisis

Analisis dan Interpretasi Transferensi

Resistensi dan transferensi merupakan dua hal inti dalam konseling

psikonalisis. Transferensi dalam keadaan normal adalah pemindahan emosi

dari satu objek ke objek lainnya, atau secara lebih khusus pemindahan emosi

dari orangtua kepada konseli. Transferensi mengejawantah ketika dalam

proses konseling ketika “urusan yang tidak selesai” (unfinished business)

masa lalu konseli dengan orang – orang yang dianggap

berpengaruh menyebabkan konseli mendistorsi dan bereaksi terhadap

konselor sebagaimana dia berekasi terhadap ayah atau ibunya.

Dalam hubungannya dengan konselor, konseli mengalami

kembali perasaan menolak dan membenci sebagaimana yang dulu dirasakan

kepada orangtuanya. Tugas konselor adalah membangkitkan neurosis

transferensi konseli dengan kenetralan, objektivitas, keanoniman, dan

kepasifan yang elative. Dengan cara ini, maka diharapkan konseli dapat

menghidupkan kembali masa lampaunya dalam proses konseling dan

memungkinkan konseli mampu memperoleh pemahaman atas sifat-sifat dari

fiksasi – fiksasi, konflik – konflik atau deprivasi – deprivasinya, serta

mengatakan kepada konseli suatu pemahaman mengenai pengaruh masa lalu

terhadap kehidupannya saat ini.

xliv

Page 45: Pendekatan psikoanalisis

F. Skenario Pelaksanaan Konseling

Dialog Konseling :

Konseli : ( Mengetuk pintu ). ”Assalamu’alaikum”.

Konselor :”Wa’alaikum salam warahmatullahi wa Barokatuh”. Mari silakan

masuk.

( Menghampiri Konseli, menjabat tangan Konseli dan membawanya

memasuki ruangan ). Silahkan duduk… Senang sekali hari ini bisa

bertemu dengan kamu. Bagaimana kabarnya? (Attending, refleksi

perasaan)

Konseli : ”Ya, Pak....”. Saya baik – baik saja. Ada apa pak, saya dipanggil ke

sini?

Konselor : “Ada sesuatu yang ingin bapak bicarakan dengan kamu, bapak

memperoleh informasi dari salah satu guru kalau kamu mempunyai

masalah dengan absensi, kalau boleh bapak tahu apa yang

menyebabkan kamu tidak masuk sekolah, maukah kamu

menceritakannya pada bapak?” ( Refleksi Perasaan )

Konseli : “Baik pak”.

Konselor : “Saya senang kalau kamu mau menceritakannya, terimakasih kalau

kamu bersedia bercerita kepada bapak.”

xlv

Page 46: Pendekatan psikoanalisis

Konseli : “Begini pak, saya merasa saya mengalami kebosanan berada di

sekolah ini dan saya merasa belum menemukan teman yang benar –

benar cocok dengan saya di sekolah ini”. ( Personalizing )

Konselor : “Lalu” ( Pertanyaan terbuka )

Konseli : “Selain itu saya juga memiliki masalah dengan guru IPA saya pak,

saya merasa kesal dengan guru IPA tersebut yang bernama Bu Lorita

saya merasa diperlakukan dengan tidak baik dia sering menghina saya

dan selalu membawa – bawa nama orang tua saya jika menghina, jika

dikelas bu lorita selalu bilang pada anak – anak kalau saya anak yang

tidak baik, suka membuat onar, dan bodoh”.

Konselor : “Ooh terus?”. ( Respon minimal )

Konseli : “Ya selain menghina saya dengan omongan yang membuat saya

tidak nyaman Bu Lorita juga sering mengatakan kalau anak nakal itu

bagaimana orang tuanya kalau orang tuanya benar anaknya juga tidak

akan nakal. Saya tidak suka kalau Bu Lorita membawa – bawa nama

orang tua saya apalagi di depan kelas pada saat belajar. Makanya saya

sering tidak masuk pada saat mata pelajarannya Bu Lorita karena saya

kesal sering dihina – hina sama dia”.

Konselor : “Memangnya kenapa kaui merasa bosan dan tidak nyaman berada di

sekolah?” ( Pertanyaan Terbuka )

xlvi

Page 47: Pendekatan psikoanalisis

Konseli : ”Saya merasa bosan dan tidak nyaman di sekolah selain karena saya

kesal dengan Bu Lorita, saya juga merasa tidak mempunyai kecocokan

dengan teman – teman yang ada di sekolah, saya merasa lebih cocok

dengan teman – teman lama saya sewaktu di SD”.

Konselor : ”Apakah teman – teman yang sering membolos bersama kamu

berbeda sekolah?” ( Pertanyaan terbuka )

Konseli : ”Iya pak teman – teman saya yang lain berbeda SMP dengan saya,

kami biasanya membolos dan nongkrong suatu tepat, kami berkumpul

dan menghabiskan waktu sekolah disana”.

Konselor : ”Mengapa kamu tidak merasa memiliki kecocokan dengan teman –

teman di sekolah, memangnya kamu tidak memiliki teman dekat di

sekolah?” ( Eksplorasi )

Konseli : ”Saya merasa tidak nyaman saja pak, ada pak saya memiliki teman

dekat namanya ridwan, saya juga kalau bolos bareng dengan dia”.

Konselor : ”Lalu apa saja yang kamu lakukan jika membolos dengan teman –

teman kamu?”

Konseli : ”Saya dan teman – teman hanya mengobrol dan bercanda-canda

saja”.

xlvii

Page 48: Pendekatan psikoanalisis

Konselor : ”Oh...ya, tentang Bu Lorita apakah kamu tau mengapa Bu Lorita

sering berkata sepert itu sama kamu, apa yang menyebabkan Bu Lorita

bersikap seperti itu?” ( Eksplorasi )

Konseli : ”Mungkin karena saya di kelas suka membuat onar dan bodoh, Bu

Lorita itu hanya memperhatikan anak – anak yang pintar saja bu di

kelas. Padahal saya sudah berusaha untuk meminta maaf pada Bu

Lorita kalau saya memiliki kesalahan tapi Bu Lorita malah mencuekan

saya dan tidak menghiraukan maaf saya, itu membuat saya menjadi

tambah kesal sama Bu Lorita, mungkin memang Bu Lorita tidak

menyukai saya pak”.

Konselor : ”Ya mungkin saja Bu Lorita bersikap seperti terhadap kamu karena

sikap kamu yang membuat bu Lorita jengkel. Saya mengerti perasaan

kamu” ( Respon perasaan )

Konseli : ”Iya pak.... tapi kan saya sudah berusaha untuk meminta maaf pada

Bu Lorita dan sudah merubah sikap saya pada saat mata pelajaran dia

tapi tetap saja Bu Lorita masih suka menghina saya. Setiap orang juga

kan bisa berubah sepertinya Bu Lorita tidak percaya kalau saya ingin

berubah”.

xlviii

Page 49: Pendekatan psikoanalisis

Konselor : Apakah ada hal lain yang membuat Bu Lorita seperti itu dan hal lain

yang membuat kamu tidak betah di sekolah? ( Eksplorasi

pengalaman )

Konseli : ”Saya rasa tidak ada pak, Ya pak... saya merasa teman – teman yang

lain pada takut sama saya dan tidak ada yang berani kepada saya”.

Konselor : ”Apakah dengan tidak masuk pelajaran Bu Lorita itu tidak merugikan

kamu dan tidak membuat kamu tertinggal pelajaran?

Konseli : ”Iya pak... Itu sangat merugikan bagi saya”.

Konselor : ”Mengapa mereka takut pada kamu?”

Konseli : ”Mungkin karena saya pernah menonjok teman sekelas saya karena

kesal pak”.

Konselor : ”Mengapa kamu seperti itu?”

Konseli : ”Karena saya kesal pak.”

Konselor : ”Sekarang menurut kamu apakah semua perbuatan kamu itu benar?”

Konseli : ”Tidak pak”

Konselor : ”Apakah dengan membolos dapat menguntungkan kamu dan

membuat menjadi lebih baik.” ( Konfrontasi )

Konseli : ”Tidak pak”

xlix

Page 50: Pendekatan psikoanalisis

Konselor : ”Saya ingin kamu menjadi lebih baik dan dapat merubah semua sikap

kamu, jika kma bersikap baik maka pandangan teman – teman dan bu

Lorita akan baik juga sama kamu. Kamu mau kan merubah sikap

kamu, ini semua buat kamu kalau kamu melakukan hal – hal yang

merugikan dampaknya juga kan tidak baik buat diri kamu sendiri.

Saya senang jika orang – orang berpandangan positif tentang kamu,

kamu pasti senang kan jika kamu dianngap anak yang baik oleh teman

– teman dan bu lorita. Dan apakah kmau juga tidak mau menjadi

contoh bagi teman – teman kamu yang lainnya dan membawanya

untuk berubah”

Konseli : ”Saya mengerti bu, dan saya juga ingin berubah?” ( Initiating )

Konselor : ”Bagus sekali jika kmau ingin berubah, saya ingin melihat kamu

menjadi anak yang berhasil dan dapat dibanggakan oleh orang tua

kamu. Bagaimana dengan Bu Lorita, apakah kamu akan terus seperti

itu?”

Konseli : ”Kalau Bu Lorita, Saya juga tidak tahu harus bagaimana?”

Konselor : ”Ya memang ya kamu setiap orang itu mempunyai karakteristiknya

masing – masing, nah...kamu kan sudah meminta maaf sama Bu

Lorita, saya ingin kamu memahami kalau Bu Lorita dengan

karakteristiknya yang seperti itu dan memahami sikap Bu Lorita, saya

l

Page 51: Pendekatan psikoanalisis

tidak mau kalau kmau tertinggal mata pelajaran IPA hanya karena

Lorita, sekarang kmau mencoba membuktikan pada Bu Lorita kalau

kmau juga bisa menjadi lebih baik. Bagaimana? Nah... sekarang apa

yang ingin kmau lakukan?” ( Initiating )

Konseli : ”Ya pak, saya ingin mencoba untuk berubah, tapi saya bingung jika

ada teman saya yang mengajak membolos lagi?”

Konselor : ”kamu harus mmepunyai sikap yang asertif, kamu harus bisa berkata

tidak jika kamu ingin berubah kamu harus memiliki komitmen yang

kuat untuk berubah, semua tergantung pada diri kamu sendiri jika

kamu mempunyai keinginan yang besar untuk berubah, saya yakin

pasti kamu bisa untuk berubah”.

Konseli : ”Baik pak, kalau begitu saya akan mencoba untuk dapat berubah dan

berusaha untuk menjadi lebih baik. Saya juga ingin menjadi orang

yang bisa dibanggakan orang tua dan diapndang baik oleh orang –

orang”.

Konselor : ”Ya bagus... Saya senang sekali mendengarnya jika kamu mau

berusaha untuk berubah. Apakah ada yang ingin kamu bicarakan lagi?

Konseli : Saya kira seperti sudah cukup pak”.

li

Page 52: Pendekatan psikoanalisis

Konselor : ”Baiklah jika tidak ada yang ingin di bicarakan lagi, cukup diskusi

kita hari. Terimakasih kamu sudah percaya kepada saya untuk

menceritakan masalah kamu”. ( Closing )

Konseli : ”Sama – sama pak”.

\

lii

Page 53: Pendekatan psikoanalisis

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikoanalisa adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika,

faktor – faktor psikis yang menetukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman

– pengalaman masa kanak – kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa,

psikoanalisa merupakan teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran

( bawah sadar ) dan psikoanalisa adalah metode interpretasi dan penyembuhan

gangguan mental.

Menurut pandangan psikoanalisa, stuktur kepribadian terdiri dari tiga sistem

yaitu: id, ego, dan superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis

yang merupakan fungsi-fungsi kepribadian. Id adalah komponen biologis, Ego adalah

komponen psikologis, sedangkan Superego merupakan komponen sosial.

Teknik – teknik dalam psikoanalisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran

mendapatkan tilikan intelektual ke dalam prilaku konseli, dan memahami gejala –

gejala yang nampak dari konseli. Ada lima teknik dasar dalam teori psikoanalisa

yaitu, Asosiasi Bebas, Interpretasi, Anilisis Mimpi, Analisis Resistensi, dan Analisis

Transferensi.

liii

Page 54: Pendekatan psikoanalisis

B. Saran

Sebaiknya jangan terlalu menekankan pengalaman pada masa kanak – kanak

karena seolah – olah tanggung jawab konseli berkurang.

Sebaiknya pandangan jangan terlalu deterministic karena dinilai terlalu

merendahkan martabat kemanusiaan.

Sebaiknya dalam konseling jangan terlalu meminimalkan sifat rasionalitas.

liv

Page 55: Pendekatan psikoanalisis

DAFTAR PUSTAKA

Pujosuwarno Sayekti, 1993, Berbagai Pendekatan Dalam Konseling, Yogyakarta :

Menara Mas Offseta

http://ibnusuny.blogspot.com/2010/06/pendekatan-psikoanalisis-dalam.html

http://rasyaamalia.blogspot.com/2013/05/pendekatan-konseling-psikoanalisa-pa.html

http://agusnoffitasepti.blogspot.com/2012/04/teori-psikoanalisa.html

http://hifasmadasolusi.blogspot.com/2012/11/pendekatan-psikoanalisis_27.html

http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/06/teori-dan-pendekatan-konseling.html

http://chabib-agung.blogspot.com/

http://juergenkollink.blogspot.com/2013/04/psikoanalisa-freud-teknik-dalam.html

http://13nixa3asti2.blogspot.com/2012/08/psychoanalysis-counseling.html

http://080222.blogspot.com/2013/05/makalah-pendekatan-psikoanalisa.html

http://dwiamaliamulyani.blogspot.com/2013/05/makalah-psikoanalisa.html

http://modelkonseling.blogspot.com/2013/09/konseling-psikoanalisa.html

http://putriroshe2010b.blogspot.com/2012/05/teori-konseling-psikoanalisa.html

http://my-lieza.blogspot.com/2014/09/konseling-psikoanalisis-klasik.html

lv