pendataan sebaran unsur merkuri pada wilayah pertambangan

13
PENDATAAN SEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN GUNUNG PANI DAN SEKITARNYA KABUPATEN POHUWATO, PROVINSI GORONTALO Oleh : Sabtanto JS, Suhandi SARI Daerah Gunung Pani terdapat kegiatan pertambangan rakyat, yang melakukan kegiatannya di wilayah KUD Dharma Tani Marisa dan sekitarnya. Secara administratif Daerah Gunung Pani termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Marisa dan Paguat, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Mineralisasi emas primer di daerah G. Pani, terjadi pada batuan lava riodasit, breksi dan batuan piroklastik lainnya, tipe cebakan berupa porfiri Au yang menempati daerah perbukitan di sekitar G. Pani. Bijih emas primer selain mengandung perak, juga logam Cu, Pb, Zn, Cd, As dan Hg. Cebakan emas sekunder dijumpai pada residual soil, dan sebagai endapan emas aluvial yang menempati lembah sungai di sekitar G. Pani menerus sampai Sungai Marisa. Penambangan dengan sistim tambang dalam yang mengambil bijih emas urat kuarsa, serta penambangan terbuka yang menambang residual soil dari endapan primer serta endapan aluvial sungai dan koluvial. Pengolahan emas primer menggunakan gelundung/tromol, sedangkan emas sekunder menggunakan sluice box. Kedua sistem pengolahan tersebut, untuk menangkap emas dengan proses amalgamasi, yaitu menggunakan merkuri sebagai medianya. Proses pengolahan bijih emas dengan proses amalgamasi kurang optimal, recovery pengolahan rendah, biasanya < 60%. Tailing sisa proses pengolahan bijih emas primer maupun sekunder yang masih mengandung emas dan merkuri umumnya langsung dibuang pada lahan sekitarnya atau sebagian ke badan sungai. Cara penanganan tailing hasil pengolahan dan penggunaan merkuri oleh para penambang mempunyai potensi mencemari lingkungan di sekitarnya. Potensi pencemaran terutama pada tahapan pembuangan tailing dan penggarangan/pembakaran amalgam. Kegiatan penambangan dan pengolahan juga menyebabkan kekeruhan pada aliran air sungai, dan pendangkalan di bagian hilir. Sebaran merkuri dan logam logam yang terkandung dalam bijih mempunyai pola meninggi sangat signifikan pada daerah sekitar pengolahan, dan cenderung mengecil ke arah hilir. Peninggian merkuri dijumpai pula pada saluran irigasi untuk persawahan. Kandungan merkuri yang tinggi dijumpai juga pada tanah di sekitar lokasi pengolahan serta daerah bantaran banjir. Tingginya merkuri pada contoh endapan sungai diakibatkan oleh tiga faktor, yaitu peninggian alami akibat proses dispersi unsur merkuri dari tubuh bijih yang telah berlangsung dalam kurun waktu geologi, unsur merkuri dari tailing hasil pengolahan bijih mengandung mineralisasi Hg, serta merkuri yang diimbuhkan untuk proses amalgamasi terbuang bersama tailing atau saat penggarangan amalgam. Optimalisasi penambangan dan pengolahan perlu ditingkatkan dengan mempertimbangkan aspek pemanfaatan bahan galian yang ada dengan tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungan di sekitarnya. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konservasi sumber daya mineral merupakan upaya pemanfaatan bahan galian secara optimal, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan sumber daya mineral berkelanjutan sebagai salah satu tujuan konservasi merupakan upaya pemanfaatan sumber daya mineral secara optimal dengan menjaga keseimbangan antara aspek pemanfaatan dan daya dukung lingkungan. Usaha pertambangan oleh sebagian masyarakat sering dianggap, selalu menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas sekala kecil, pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi yaitu menggunakan merkuri sebagai media untuk mengikat emas, apabila tidak dikelola dengan hati-hati berpotensi mencemari lingkungan sekitarnya. Merkuri telah lama digunakan oleh para penambang emas di Indoensia. Mengingat sifat Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 15 - 1

Upload: lynhi

Post on 14-Jan-2017

229 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PENDATAAN SEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN GUNUNG PANI DAN SEKITARNYA

KABUPATEN POHUWATO, PROVINSI GORONTALO

Oleh : Sabtanto JS, Suhandi

SARI

Daerah Gunung Pani terdapat kegiatan pertambangan rakyat, yang melakukan kegiatannya

di wilayah KUD Dharma Tani Marisa dan sekitarnya. Secara administratif Daerah Gunung Pani termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Marisa dan Paguat, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.

Mineralisasi emas primer di daerah G. Pani, terjadi pada batuan lava riodasit, breksi dan batuan piroklastik lainnya, tipe cebakan berupa porfiri Au yang menempati daerah perbukitan di sekitar G. Pani. Bijih emas primer selain mengandung perak, juga logam Cu, Pb, Zn, Cd, As dan Hg. Cebakan emas sekunder dijumpai pada residual soil, dan sebagai endapan emas aluvial yang menempati lembah sungai di sekitar G. Pani menerus sampai Sungai Marisa.

Penambangan dengan sistim tambang dalam yang mengambil bijih emas urat kuarsa, serta penambangan terbuka yang menambang residual soil dari endapan primer serta endapan aluvial sungai dan koluvial. Pengolahan emas primer menggunakan gelundung/tromol, sedangkan emas sekunder menggunakan sluice box. Kedua sistem pengolahan tersebut, untuk menangkap emas dengan proses amalgamasi, yaitu menggunakan merkuri sebagai medianya.

Proses pengolahan bijih emas dengan proses amalgamasi kurang optimal, recovery pengolahan rendah, biasanya < 60%. Tailing sisa proses pengolahan bijih emas primer maupun sekunder yang masih mengandung emas dan merkuri umumnya langsung dibuang pada lahan sekitarnya atau sebagian ke badan sungai. Cara penanganan tailing hasil pengolahan dan penggunaan merkuri oleh para penambang mempunyai potensi mencemari lingkungan di sekitarnya. Potensi pencemaran terutama pada tahapan pembuangan tailing dan penggarangan/pembakaran amalgam. Kegiatan penambangan dan pengolahan juga menyebabkan kekeruhan pada aliran air sungai, dan pendangkalan di bagian hilir.

Sebaran merkuri dan logam logam yang terkandung dalam bijih mempunyai pola meninggi sangat signifikan pada daerah sekitar pengolahan, dan cenderung mengecil ke arah hilir. Peninggian merkuri dijumpai pula pada saluran irigasi untuk persawahan. Kandungan merkuri yang tinggi dijumpai juga pada tanah di sekitar lokasi pengolahan serta daerah bantaran banjir.

Tingginya merkuri pada contoh endapan sungai diakibatkan oleh tiga faktor, yaitu peninggian alami akibat proses dispersi unsur merkuri dari tubuh bijih yang telah berlangsung dalam kurun waktu geologi, unsur merkuri dari tailing hasil pengolahan bijih mengandung mineralisasi Hg, serta merkuri yang diimbuhkan untuk proses amalgamasi terbuang bersama tailing atau saat penggarangan amalgam.

Optimalisasi penambangan dan pengolahan perlu ditingkatkan dengan mempertimbangkan aspek pemanfaatan bahan galian yang ada dengan tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungan di sekitarnya.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Konservasi sumber daya mineral merupakan upaya pemanfaatan bahan galian secara optimal, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan sumber daya mineral berkelanjutan sebagai salah satu tujuan konservasi merupakan upaya pemanfaatan sumber daya mineral secara optimal dengan menjaga keseimbangan antara aspek pemanfaatan dan daya dukung lingkungan.

Usaha pertambangan oleh sebagian masyarakat sering dianggap, selalu menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas sekala kecil, pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi yaitu menggunakan merkuri sebagai media untuk mengikat emas, apabila tidak dikelola dengan hati-hati berpotensi mencemari lingkungan sekitarnya.

Merkuri telah lama digunakan oleh para penambang emas di Indoensia. Mengingat sifat

Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 15 - 1

merkuri yang berbahaya, maka penyebaran logam ini perlu diawasi agar penanggulangannya dapat dilakukan sedini mungkin secara terarah. Selain itu, untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu dilakukan perbaikan sistem. Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka diperlukan upaya pendekatan melalui penanganan tailing atau limbah B3 yang berwawasan lingkungan dan sekaligus peningkatan efisiensi penggunaan merkuri.

Pendataan sebaran unsur merkuri di wilayah pertambangan emas yang menggunakan merkuri sebagai media untuk mengambil emas perlu dilakukan sebagai implementasi dari pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Pendataan sebaran unsur merkuri pada wilayah pertambangan emas dimaksudkan untuk menginventarisir sebaran merkuri dan logam berat lainnya, untuk dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pencegahan penurunan kualitas lingkungan.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui zona sebaran merkuri dan logam berat lainnya sehingga penyebarluasan logam berbahaya ini dapat dicegah sedini mungkin, serta daerah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan dapat dideteksi agar tidak terjadi pencemaran lingkungan yang lebih luas. 1.3. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan di daerah Gunung Pani, wilayah usaha pertambangan KUD Dharma Tani Marisa, KP DU.360/Sulut dan sekitarnya, secara administratif sebagian besar termasuk kedalam wilayah Desa Hulawa, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, pada bagian timur terutama di Daerah Sungai Batudulanga dan sekitarnya termasuk ke dalam Kecamatan Paguat, secara geografis terletak di antara : 121° 59' 36" & 122° 00'08" BT, 0° 33' 17"& 0° 33' 50"LU.

Untuk mencapai lokasi kegiatan dapat ditempuh dari Jakarta menuju Gorontalo atau Manado dengan pesawat terbang dan selanjutnya ke Kota Marisa dapat memakai kendaraan darat melalui jalan Lintas Sulawesi berjarak 200 km dari Gorontalo. Dari Kota Marisa menuju lokasi G. Pani dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan khusus lapangan atau sepeda motor dengan jarak ± 15 km.

2. METODOLOGI Kegiatan pendataan penyebaran unsur

merkuri pada wilayah pertambangan emas di daerah Gunung Pani, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, Propinsi Gorontalo dilakukan dengan metodologi geokimia sebagai berikut : • Pengumpulan data sekunder dan penentuan

lokasi pengambilan contoh geokimia dengan melakukan pengeplotan rencana lokasi pengambilan contoh pada peta wilayah kegiatan.

• Pengumpulan data primer dengan melakukan pendataan di lapangan meliputi pengamatan dan pencatatan geologi, penambangan dan pengolahan, lingkungan geokimia, lokasi usaha pertambangan, serta pengambilan contoh geokimia berupa tanah, tailing, air permukaan, endapan sungai aktif dan batuan.

• Analisis laboratorium • Pengolahan data, evaluasi dan penyusunan

laporan hasil kegiatan.

2.1. Pengambilan Contoh Pengambilan contoh geokimia untuk analisis kandungan logam di laboratorium dengan metodologi sebagai berikut. 2.1.1. Contoh Endapan Sungai Aktif

Contoh sedimen sungai ± 100 gram berat kering diambil secara sistematis pada cabang-cabang sungai dengan mempertimbangkan Daerah Aliran Sungai dimana terdapat usaha pertambangan emas rakyat dengan menggunakan saringan berukuran 80 mesh. Contoh dimasukkan ke dalam kantong plastik dan ditutup rapat untuk menghindari menguapnya air raksa.

Selain itu diambil juga contoh endapan sungai pada daerah dekat kegiatan pertambangan, tetapi tidak ada pembuangan limbah penambangan dan pengolahan, yang diharapkan akan menghasilkan cerminan dari rona awal.

Mengingat lokasi penambangan dan pengolahan umumnya berada pada puncak-puncak bukit G. Pani dan bukit di sekitarnya yang berpola aliran radier, maka kedudukan contoh endapan sungai sebagian besar berada di bagian hilir dari lokasi pengolahan dan penambangan. Analisis laboratorium contoh endapan sungai aktif meliputi kandungan unsur Cu, Pb, Zn, As, Cd, dan Hg.

2.1.2. Contoh Tanah

Contoh tanah diambil dengan berat kering ± 100 gram pada daerah sekitar kegiatan

Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 15 - 2

pengolahan serta daerah hilir dari pengolahan dimana limpasan air banjir dapat mencapai daerah tersebut. Analisis laboratorium contoh tanah meliputi kandungan unsur Cu, Pb, Zn, As, Cd, dan Hg 2.1.3. Contoh Tailing

Tailing atau ampas dari pengolahan bijih emas diambil pada bak penampung tailing dekat instalasi tromol. Contoh tailing masing-masing ± 100 gram berat kering. Analisis laboratorium contoh tailing meliputi kandungan unsur Cu, Pb, Zn, As, Cd, Hg, Ag dan Au. 2.1.4. Contoh Batuan

Contoh batuan merupakan bijih emas yang ditambang, diambil seberat minimal 100 gr kering. Batuan yang diambil diharapkan akan memberikan gambaran tentang kandungan mineralisasi logam. Analisis laboratorium contoh batuan meliputi kandungan unsur Cu, Pb, Zn, As, Cd, Hg, Ag dan Au. 2.1. 5. Contoh Air

Contoh air (400-500 ml) diambil dari sungai baik di daerah hulu maupun di bagian hilir, serta di sekitar tempat pengolahan emas. Contoh air dimasukkan ke dalam botol dan ditetesi asam nitrat 2N untuk mengikat air raksa. Analisis laboratorium contoh air meliputi kandungan unsur Cu, Pb, Zn, As, Cd, dan Hg.

2.2. Analisis Laboratorium

Preparasi contoh endapan sungai, tanah dan tailing tanpa pengeringan langsung di bawah sinar matahari dan tanpa menggunakan oven, akan tetapi dengan diangin-anginkan, untuk menghindari menguapnya air raksa.

Semua contoh geokimia dianalisis dengan AAS di Laboratorium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral Bandung. Kandungan logam contoh endapan sungai aktif dan tanah dianalisis secara parsial sedangkan batuan dan tailing secara total. 3. PERTAMBANGAN DAN SEBARAN

UNSUR MERKURI 3.1. Pertambangan 3.1.1. Lingkungan Pertambangan

Wilayah pertambangan Gunung Pani dan sekitarnya berada pada Kawasan Cagar Alam Panua, yang merupakan perlindungan burung maleo (panua). Kondisi di lapangan, kawasan bagian timur perbukitan Gunung Pani berupa hutan lebat, bagian barat sebagian tertutup hutan, perladangan dan sebagian berupa pemukiman.

Di daerah perbukitan Gunung Pani dan sekitarnya banyak dijumpai lokasi kegiatan penambangan emas. Penambangan dengan dua sistim, yaitu tambang dalam dan tambang permukaan. Tambang dalam dengan mangambil urat-urat kuarsa mengandung emas, tambang permukaan dengan sistem semprot dan penambangan pada aliran sungai dengan cara mengalirkan aliran air melewati sluice box untuk menangkap emas yang hanyut.

Pengolahan emas dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan tromol dan dengan pendulangan. Penggunaan tromol untuk mengolah endapan emas primer maupun sekunder, sedangkan pendulangan untuk mengolah endapan emas aluvial. Kedua cara pengolahan tersebut menggunakan proses amalgamasi, yaitu memakai merkuri sebagai media untuk menangkap emas. 3.1.2. Geologi dan Bahan Galian

Wilayah pertambangan Gunung Pani dan sekitarnya merupakan daerah perbukitan dengan struktur geologi berupa kubah. Aliran sungai umumnya berhulu di sekitar puncak Gunung Pani, Ilota, Baginite dan Kolokoa. Pola aliran berbentuk radier, dengan arah aliran seluruhnya bermuara dan mengumpul di Sungai Marisa yang mengalir melewati tengah Kota Marisa, Ibukota Kabupaten Pohuwato.

Daerah kegiatan, secara umum disusun oleh empat formasi batuan yaitu Formasi Tinombo, granodiorit Bumbulan, Batuan Gunung Api Pani dan Batuan Breksi Wobudu.

Bahan galian berupa endapan emas yang ada di wilayah pertambangan Gunung Pani terdiri dari dua tipe, yaitu endapan emas primer dan endapan emas sekunder. Endapan emas primer antara lain menempati daerah puncak Gunung Pani, Ilota, Baginite, Dam, Kolokoa, berupa endapan emas epitermal tersebar, dan sebagian berupa urat-urat kuarsa halus. Endapan emas sekunder berupa tanah lapukan (residual soil) dari endapan emas primer, endapan emas koluvial pada lereng-lereng puncak bukit dan pada kaki tebing, serta endapan aluvial yang berada pada sepanjang lembah sungai yang berhulu di sekitar Puncak Gunung Pani menerus ke arah hilir sampai Sungai Taluduyunu, Batudulanga dan Sungai Marisa (Gambar 1, 2 dan 3). 3.1.3. Usaha Pertambangan Emas

Kegiatan penambangan emas di daerah Gunung Pani, dan sekitarnya Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato berlangsung intensif sejak awal tahun sembilan puluhan dengan kedatangan para penambang tradisionil

Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 15 - 3

dari Daerah Minahasa. Puncak kegiatan penambangan berlangsung pada kurun waktu menjelang akhir tahun sembilan puluhan, dimana ribuan penambang beroperasi di sekitar puncak perbukitan Gunung Pani.

Keterdapatan sebaran endapan emas, mulai dari daerah puncak-puncak bukit sebagai endapan primer, menerus ke arah lereng-lereng tebing perbukitan dan lembah aliran sungai sebagai endapan emas sekunder (aluvial), menyebabkan kegiatan penambangan relatif meluas, mengikuti sebaran endapan emas tersebut.

Dua tipe endapan emas, yaitu tipe urat dan tersebar (diseminated), maka sistim penambangan yang dilakukan juga dua macam, yaitu tambang dalam dan permukaan. Begitu juga pengolahan yang dilakukan dengan menggunakan tromol dan pendulangan. Kedua cara pengolahan tersebut menggunakan proses amalgamasi, yaitu menggunakan merkuri sebagai media untuk menangkap emas. Pembakaran amalgam untuk menghasilkan bulion emas dilakukan di dekat instalasi tromol, sedangkan pengolahan menggunakan sistim pendulangan tidak terdapat tempat pembakaran khusus, umumnya amalgam yang dihasilkan dibawa ke kampung untuk dibakar. 3.2. Penyebaran Unsur Hg, Cu, Pb, Zn, As,

dan Cd 3.2.1. Perkiraan Pencemaran Pengolahan emas dengan proses amalgamasi, yaitu menggunakan air raksa/ merkuri sebagai media untuk menangkap emas mempunyai potensi untuk terbuang ke lingkungan sekitar. Proses terbuangnya merkuri pada kegiatan pengolahan terutama dapat terjadi pada tahapan kegiatan berikut : • Pengambilan amalgam : saat pemisahan

tailing dengan merkuri dan amalgam, yaitu dengan cara penyiraman dan penghanyutan tailing agar terpisah dengan air raksa dan amalgam yang mempunyai berat jenis jauh lebih besar, sebagian merkuri dapat ikut terbawa hanyut bersama air yang telah bercampur lumpur tailing.

• Penanganan tailing : setelah pengambilan amalgam, tailing/ampas pengolahan yang kemungkinan besar masih mengandung air raksa, apabila terbuang ke lingkungan sekitarnya akan terbawa juga merkuri.

• Pembakaran amalgam : proses pembakaran amalgam hasil pengolahan menggunakan tromol atau pendulangan, yaitu dengan memasukkan amalgam ke dalam mangkok keramik, ditambahkan boraks dan dibakar pada suhu 300 - 400 °C sampai

menghasilkan bullion (Gambar 6). Proses ini dilakukan di ruangan terbuka sehingga merkuri akan langsung menguap dan mengkontaminasi udara di sekitarnya tanpa upaya untuk mengkondensasikan uap yang dihasilkan.

• Pendulangan konsentrat : pada pengolahan/pemrosesan menggunakan sluice box, konsentrat yang dihasilkan didulang dengan mengimbuhkan air raksa untuk menangkap emas. Tailing hasil pendulangan berpotensi mengandung merkuri, sehingga pembuangan ke badan sungai berisiko mencemari lingkungan.

Berdasarkan perkiraan pencemaran merkuri tersebut maka sistematika pengambilan contoh geokimia untuk menentukan sebaran merkuri pada wilayah pertambangan ditentukan. Contoh geokimia yang diambil berupa batuan, endapan sungai aktif, tanah, air dan contoh tailing.

3.2.2. Sebaran Unsur 3.2.2.1. Hg, Cu, Pb, Zn, Cd, dan As Dalam

Endapan Sungai Kontaminasi merkuri dalam sedimen sungai dapat terjadi akibat proses alamiah (pelapukan batuan termineralisasi), proses pengolahan emas secara tradisional (amalgamasi), maupun proses industri yang menggunakan bahan baku yang mengandung merkuri. Baku mutu untuk kadar merkuri dalam sedimen sungai belum ada. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 baku mutu zat pencemar dalam limbah untuk parameter merkuri adalah 0,01 mg/L atau 10 ppb. Nilai ambang batas ini sangat rendah jika dipakai untuk mengevaluasi hasil analisa Hg dalam sedimen sungai. Sebagai contoh pemantauan kadar merkuri di pertambangan emas rakyat (PETI) di Daerah Pongkor menunjukkan kadar 0 – 2688 ppm. Dari 231 conto sedimen sungai, hanya 6 lokasi yang menunjukkan konsentrasi Hg dibawah 0,01 ppm (Gunradi, dkk, 2000), hasil pemantauan merkuri di daerah tambang emas rakyat di Cineam, Tasikmalaya sebagian besar conto menunjukkan konsentrasi Hg lebih dari 0,01 ppm, demikian pula di Sangon menunjukkan harga Hg <10 ppb sampai dengan 100 ppm.

Berdasarkan pertimbangan tesebut di atas maka digunakan referensi data kelimpahan atau dispersi unsur Hg dalam sedimen sungai yang sering dipakai sebagai petunjuk mineralisasi dalam kegiatan eksplorasi mineral logam.

Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 15 - 4

Berdasarkan hasil analisis contoh batuan, tanah dan tailing, peninggian harga merkuri (Hg) di Daerah Gunung Pani pada contoh endapan sungai di daerah hilir dari lokasi penambangan dan pengolahan selain berasal dari merkuri yang digunakan pada proses amalgamasi dan yang terbuang saat penggarangan juga dari bijih emas yang diolah, serta akibat proses dispersi merkuri secara alami dari tubuh bijih yang telah berlangsung dalam kurun waktu geologi. Konsentrasi unsur logam dasar (Cu, Pb dan Zn) menunjukkan nilai yang bervariasi, terutama di daerah dimana terdapat kegiatan pertambangan emas rakyat. Nilai unsur logam dasar berkisar 2 - 225 ppm Cu, 26 - 1387 ppm Pb dan 21 - 105 ppm Zn. Untuk unsur Cu dan Pb, konsentrasi <80 ppm dianggap sebagai kisaran nilai yang menunjukkan kelimpahan normal. Sedangkan konsentrasi >80 ppm dianggap sebagai kisaran nilai yang menunjukkan anomali unsur Cu dan Pb dalam sedimen sungai. Kenaikkan konsentrasi Cu dan Pb ini dapat disebabkan oleh adanya mineralisasi sulfida tembaga dan timah hitam maupun oleh adanya kegiatan penambangan. Sedangkan untuk unsur Zn, nilai <200 ppm dapat dianggap sebagai nilai konsentrasi normal dalam sedimen sungai. Kenaikan kadar merkuri dalam contoh sedimen sungai yang diambil dari lokasi di sekitar daerah tambang emas rakyat juga memiliki korelasi positif dengan kenaikan kadar logam dasar, khususnya Pb dan Cu. Kadar logam Pb dan Cu yang relatif tinggi tersebut berhubungan langsung dengan proses pengolahan emas dengan cara amalgamasi dimana mineral sulfida logam, khususnya Cu, Pb dan Zn, bersama dengan logam merkuri (Hg) terbuang sebagai tailing. Konsentrasi unsur Arsen dalam sedimen sungai berkisar <2 ppm sampai 450 ppm. Berdasarkan nilai kelimpahan unsur As dalam sedimen sungai, nilai konsentrasi As tinggi > 50 ppm terdapat di dua lokasi, yaitu di hulu Kolakoa dan Barose, yang mengindikasikan peninggian sangat signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya mineral mengandung arsen yang berasal dari material tailing pengolahan emas yang terakumulasi dalam sedimen sungai. Konsentrasi unsur Kadmium (Cd) dalam sedimen sungai berkisar 1 - 4 ppm, dengan nilai rata-rata 1,33 ppm. Peninggian harga kadmium > 2 ppm terdapat di tujuh lokasi dengan pola sebaran yang tidak teratur dan tidak menunjukkan korelasi langsung dengan keberadaan lokasi penambangan dan pengolahan. Kenaikan kadar Cd kemungkinan

disebabkan oleh adanya mineral mengandung Cd dalam material tailing pengolahan emas atau dispersi alami dari daerah mineralisasi Gambar 7 s/d 12).

3.2.2.2. Hg, Cu, Pb, Zn, Cd, dan As Dalam Tanah

Proses pengolahan bijih emas menggunakan gelundung dilakukan di sekitar Gunung Pani, sisa pengolahan (tailing) dibuang pada lahan di sekitarnya, sehingga merkuri yang masih terkandung bersma tailing berpotensi mencemari lingkungan. Proses penggarangan dilakukan di dekat lokasi gelundung dengan membiarkan uap merkuri terbuang, hal ini akan mengkontaminasi lahan di sekelilingnya. Seperti halnya dengan conto sedimen sungai, sampai saat ini belum tersedia standar nilai baku mutu Hg dalam tanah.

Nilai ambang batas yang tercantum pada PP 18/1999 tentang pengelolaan limbah B3, terlalu rendah jika dipakai sebagai acuan untuk contoh tanah. Nilai konsentrasi Hg dalam tanah yang sering dipakai sebagai pathfinder untuk keperluan eksplorasi berkisar dari <10 ppb sampai 300 ppb. Nilai kadar Hg dalam tanah yang melebihi 50 ppb mungkin menunjukkan keterdapatan mineralisasi.

Hasil analisis kimia 11 conto tanah yang diambil dari lokasi di sekitar tempat pengolahan emas rakyat (gelundung), semuanya menunjukkan kadar merkuri (Hg) yang sangat tinggi (Gambar 13). Konsentrasi merkuri dalam tanah ini dianggap sangat tinggi jika dibandingkan dengan nilai kelimpahan unsur merkuri dalam tanah yang normalnya kurang dari 0,3 ppm. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wilayah di sekitar tempat pengolahan emas rakyat telah mengalami kontaminasi merkuri yang signifikan. Hal ini dapat terjadi mengingat penambang emas yang mengolah bijih emas membuang material/lumpur tailing-nya lingkungan sekitar, baik di darat maupun ke badan sungai.

Hasil analisis kimia unsur Pb, Zn, As dan Cd juga menunjukan kenaikan kadar logam tersebut yang cukup tinggi. Kenaikan konsentrasi logam tersebut dapat terjadi karena lumpur tailing yang dikeluarkan dari gelundung masih mengandung logam-logam berbahaya tersebut, seperti yang dapat dilihat pada hasil analisis kimia conto tailing. Pola sebaran unsur Cu, Pb, Zn, As dan Cd dalam tanah dapat dilihat pada Gambar 13.

Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 15 - 5

3.2.2.3. Hg, Cu, Pb, Zn, Cd, As, Au dan Ag Dalam Tailing

Konsentrasi merkuri yang tinggi dalam conto tailing pada umumnya disebabkan oleh proses amalgamasi yang tidak sempurna. Dari beberapa penelitian, diperoleh data yang menunjukkan merkuri yang hilang setelah amalgamasi dapat mencapai 5% - 10%. Sebagai pembanding, kadar merkuri dalam tailing dari daerah Pongkor (Gunradi dkk, 2000) menunjukkan kisaran nilai 600 ppm - 1000 ppm Hg. Meskipun tailing tersebut dapat diproses atau didaur ulang, tetapi kemungkinan besar konsentrasi merkuri yang terdapat dalam tailing akhir yang terbuang ke sungai masih cukup besar.

Hasil analisis kimia contoh tailing dari 6 lokasi pengolahan emas rakyat, semuanya menunjukkan nilai konsentrasi Hg yang sangat tinggi, yaitu 828 – 2.830.000 ppb. Kenaikan konsentrasi merkuri yang sangat tinggi berhubungan erat dengan pemakaian merkuri dalam proses penggilingan bijih dengan menggunakan alat gelundung. Lokasi dan sebaran nilai unsur Hg dalam tailing dapat dilihat pada Gambar 13.

Contoh tailing yang diambil dari lokasi pengolahan bijih juga masih mengandung emas dan perak yang tinggi, yaitu 0,585 – 9,447 ppb Au, dan 2 – 16 ppm Ag. Lokasi dan kadar Au dan Ag dalam contoh batuan dan tailing dapat dilihat pada Gambar 13. Tailing dengan kadar emas tinggi diolah kembali, sehingga recovery pengolahan emas optimal. 3.2.2.4. Hg, Cu, Pb, Zn, Cd, As, Au dan Ag

Dalam Batuan Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni di alam dan biasanya membentuk mineral sinabar, yaitu merkuri sulfida (HgS) berwarna merah terang. Merkuri sulfida terbentuk dari larutan hidrothermal pada temperatur rendah dengan cara pengisian rongga dan penggantian (replacement). Merkuri sering berasosiasi dengan endapan logam sulfida lainnya, diantaranya Au, Ag, Sb, As, Cu, Pb dan Zn, sehingga di daerah-daerah mineralisasi emas tipe urat biasanya kandungan merkuri dan beberapa logam berat lainnya cukup tinggi. Kelimpahan rata-rata merkuri dan beberapa logam berat dalam batuan yang tidak termineralisasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil analisis kimia 8 conto batuan termineralisasi yang diolah oleh para penambang menunjukkan kadar merkuri (Hg) tinggi, berkisar antara 0,9 ppm sampai dengan 2,5 ppm, juga Pb di antara 48 dan 166 ppm. Hasil analisis kimia tersebut di atas

menunjukkan bahwa kadar merkuri dalam batuan termineralisasi cukup tinggi, sehingga apabila batuan tersebut ditambang dan diolah dengan cara amalgamasi, maka akan memberikan dampak lingkungan yang signifikan karena merkuri dan logam dasar lainnya akan terbuang bersama-sama tailing.

3.2.2.5. Hg, Cu, Pb, Zn, Cd, dan As Dalam Air Permukaan

Konsentrasi merkuri dapat disebabkan oleh partikel halus yang terbawa bersama limbah akibat proses amalgamasi dan pelarutan dari sedimen sungai yang mengandung merkuri. Dalam jangka waktu yang cukup lama logam merkuri dapat teroksidasi dan terlarut dalam air permukaan. Hasil analisa contoh air menunjukkan bahwa semua contoh air kecuali contoh nomor SD/GP/W/053, memiliki konsentrasi <0,5 ppb. Contoh nomor SD/GP/W/053 yang diambil dari bak penampung tailing mempunyai kandungan merkuri 72,65 ppb. Sedangkan kriteria mutu air yang ditentukan dalam PP 82/2001 untuk merkuri adalah 0,001 ppm (kelas 1), 0,002 ppm (kelas 2 dan 3), dan 0,005 ppm (kelas 4). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mutu air permukaan di wilayah penyelidikan masih baik dengan konsentrasi merkuri dibawah batas deteksi alat. Konsentrasi unsur Cu, Pb, Zn, As dan Cd dalam conto air pada umumnya menunjukkan nilai dibawah batas deteksi alat. Meskipun demikian pada beberapa conto air yang berasal dari tempat pengolahan emas mengandung konsentrasi logam dasar yang agak tinggi misalnya contoh air nomor SD/GP/W/070 dan CD/GP/W/040 menunjukkan konsentrasi Pb dan Zn yang lebih tinggi dari nilai baku mutu (0,02 ppm Cu; 0,03 ppm Pb, dan 0,05 ppm Zn) yang ditetapkan (Tabel 1). 4. KESIMPULAN

Hasil kegiatan pendataan penyebaran merkuri pada wilayah usaha pertambangan emas di Daerah Gunung Pani, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, Propinsi Gorontalo dapat disimpulkan sebagai berikut : • Daerah Gunung Pani merupakan perbukitan

dari bentukan struktur geologi berupa kubah, dengan pola aliran sungai radier yang berhulu pada puncak perbukitan dimana dijumpai endapan emas dan kegiatan penambangan dan pengolahan emas.

• Endapan emas berupa endapan primer tipe tersebar dan urat, dan tipe sekunder berupa

Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 15 - 6

residual soil dari endapan primer, koluvial dan endapan aluvial sungai. Penambangan dilakukan dengan cara tambang dalam dan permukaan. Pengolahan bijih emas menggunakan tromol untuk endapan primer dan pendulangan untuk pengolahan endapan sekunder. Kedua pengolahan menggunakan proses amalgamasi dengan merkuri sebagai media untuk menangkap emas.

• Pembakaran amalgam dilakukan di dekat instalasi tromol yang berada di daerah perbukitan, sedangkan amalgam hasil pendulangan dibakar di perkampungan.

• Kontaminasi merkuri ke dalam lingkungan terjadi pada tahapan pemisahan tailing dengan amalgam dan air raksa, pembuangan tailing baik yang dari tromol maupun pendulangan, dan tahapan pembakaran amalgam.

• Kegiatan penambangan menyebar dalam areal yang luas dan berada pada daerah aliran sungai yang seluruhnya menuju Sungai Marisa yang mengalir melewati tengah Kota Marisa Ibukota Kabupaten Pohuwato dengan jarak yang relatif dekat dengan potensi sumber pencemar.

• Potensi pencemaran/kontaminasi daerah aliran sungai oleh merkuri cukup besar mengingat meluasnya kegiatan penambangan dan pengolahan emas, sementara penanganan merkuri yang dilakukan masih memberikan peluang besar untuk terbuang ke dalam lingkungan sekitarnya.

• Peninggian kandungan merkuri pada endapan sungai terjadi juga pada saluran irigasi yang berfungsi untuk mengairi persawahan.

• Kontaminasi merkuri dan logam berat pada daerah aliran Sungai Marisa dan sekitarnya, Daerah Gunung Pani berasal dari tiga faktor, yaitu : o Dispersi secara alami berasal dari tubuh

bijih mengandung merkuri dan logam berat yang telah berlangsung dalam kurun waktu geologi.

o Kontaminasi dari bijih emas mengandung merkuri dan logam berat yang terbuang sebagai tailing.

o Kontaminasi dari merkuri yang yang diimbuhkan pada proses amalgamasi sebagai penangkap emas, terbuang bersama tailing dan sebagai uap merkuri saat penggarangan amalgam.

PUSTAKA

Bambang, TS, dan Mulyana, S, 2004, Pendataan Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Sangon, Kec. Kokap, Kab. Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung

Denni, W, dan Mulyana, S, Pendataan Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung

Rudy, G, Zamri, T, Mulyana, S, dan Adrial, S, 2002, Pemantauan dan Evaluasi Konservasi Bahan Galian di G. Pani, Kabupaten Boalemo, Provinsi, Gorontalo, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung

Rudy, G, dkk, 2000, Penyelidikan Pemantauan Unsur Hg (mercury) Akibat Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di Daerah Pongkor, Jawa Barat, Dengan Pemetaan Geokimia, Koordinator Urusan Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Propinsi Jawa Barat

Selinawati dan Sobandi, 1994. Distribusi Pencemaran Air Raksa Pada Tambang Rakyat Cineam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung.

Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 15 - 7

Tabel 1. Hasil analisis contoh air permukaan di lokasi kegiatan

KODE LOKASI Cu Pb Zn Cd As Hg

SD/GP/W/001 S.Air Terang hilir <0,01 <0,05 0,01 <0,01 <0,01 <0,05

SD/GP/W/008 Cab. kiri S. Taluduyunu <0,01 <0,05 0,01 0,01 <0,01 <0,05

SD/GP/W/041 S. Batudulanga <0,01 <0,05 <0,01 <0,01 <0,01 <0,05 SD/GP/W/052 Mata air Hanson <0,01 <0,05 <0,01 0,01 <0,01 <0,05 SD/GP/W/053 Bak tromol Hanson <0,01 <0,05 0,06 <0,01 <0,01 72,65 SD/GP/W/058 Irigasi Hutino <0,01 <0,05 0,01 <0,01 <0,01 <0,05 SD/GP/W/060 Irigasi Wabudu <0,01 <0,05 0,01 <0,01 <0,01 <0,05 SD/GP/W/070 S. Taluduyunu <0,01 0,08 0,01 <0,01 <0,01 <0,05 CD/GP/W/107 S. Batudulanga <0,01 <0,05 0,03 <0,01 <0,01 <0,05 CD/GP/W/118 S. Poladigo <0,01 <0,05 <0,01 <0,01 <0,01 <0,05 CD/GP/W/130 S. Pau <0,01 <0,05 <0,01 0,01 <0,01 <0,05 CD/GP/W/220 S. Ilota kiri <0,01 <0,05 0,04 0,01 <0,01 <0,05 CD/GP/W/226 S. Ilota kanan <0,01 <0,05 0,03 <0,01 <0,01 <0,05

Tabel 2. Kelimpahan rata-rata beberapa unsur logam berat

KELIMPAHAN RATA-RATA

UNSUR Tanah (ppm)

Air (ppb)

Sedimen sungai (ppm)

Basalt (ppm)

Grano Diorit (ppm)

Granit (ppm)

Serpih (ppm)

Batu Gamping

(ppm)

Au <0,01 – 0,05 0,002 - 0,004 0,004 0,004 0,004 0,005

Ag <0,0001 – 0,001 0,01 – 0,7 - 0,1 0,07 0,04 0,05 1

Hg <0,01 – 0,3 0,01 – 0,05 <0,01 – 0,1 0,08 0,08 0,08 0,5 0,05

As 1 - 50 1 - 30 1 – 50 2 2 1,5 15 2,5

Cu 5 - 100 8 5 – 80 100 30 10 50 15

Pb 5 - 50 3 5 - 80 5 15 20 20 8

Zn 10 - 300 1 - 20 10 - 200 100 60 40 100 25

Cd <1 - 1 0,2 - 0,2 0,2 0,2 0,2 0,1

Sumber : Field Geologists’ Manual & Techniques in Mineral Exploration

Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 15 - 8

Gambar 1. Lubang penambangan bijih

emas primer

Gambar 2. Penambangan residual soil

Gambar 3. Penambangan emas koluvial

Gambar 4. Penambangan emas aluvial sungai

Gambar 5. Pengolahan bijih emas primer

Gambar 6. Pembakaran amalgam emas

Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 15 - 9

Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 16 - 10

Gambar 7. Sebaran unsur merkuri pada contoh endapan sungai aktif

Gambar 8. Sebaran unsur tembaga pada contoh endapan sungai aktif Gambar 9. Sebaran unsur timah hitam pada contoh endapan sungai aktif

Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 16 - 11

Gambar 10. Sebaran unsur arsen pada contoh endapan sungai aktif Gambar 11. Sebaran unsur seng pada contoh endapan sungai aktif

Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 16 - 12

Gambar 13. Sebaran unsur merkuri pada contoh tanah, batuan dan tailing Gambar 12. Sebaran unsur kadmium pada contoh endapan sungai aktif

Pemaparan Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005 16 - 13