pendarahan pada hamil tua
TRANSCRIPT
PENDARAHAN PADA KEHAMILAN TUA
A. Definisi Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu (mochtar, 1998).
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umpamanya kelainan servik biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap
perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu
bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Plasenta previa
merupakan salah satu penyebab utama perdarahan antepartum pada trimester
ketiga.
B. Masalah
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan.1
Perdarahan dari jalan lahir pada wanita hamil dengan usia kehamilan 20
minggu atau lebih bisa berupa solusio plasenta atau plasenta previa. 2
C. Penanganan Umum1
1. Mintalah batuan. Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda
vital (nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur). Jangan lakukan
pemeriksaan dalam vagina pada tingkat ini.
3. Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan. Meskipun tanda-
tanda syok belum terlihat, ingatlah bahwa saat anda melakukan evaluasi
lebih lanjut kondisi ibu dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok,
sangatlah penting untuk segera memulai penanganan syok.
4. Pasangan infuse dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan
dan darah sesuai dengan keperluan.
D. Diagnosis1
Gejala dan Tanda Utama Faktor
Predisposisi
Penyulit Lain Diagnosis
Perdarahan tanpa nyeri,
usia gestasi >22 minggu.
Darah segar atau
kehitaman dengan
bekuan.
Perdarahan dapat terjadi
setelah miksi atau
defekasi, aktivitas fisik,
kontraksi Braxton Hicks
atau koitus.
• Grande
multipara
• Syok
• Perdarahan setelah
koitus
• Tidak ada
kontraksi uterus
• Bagian terendah
janin tidak masuk
pintu atas panggul.
• • Kondisi janin
normal atai terjadi
gawat janin.
Plasenta previa
• Perdarahan dengan nyeri
intermiten atau menetap.
• Warna darah kehitaman
dan cair, tetapi mungkin
ada bekuan jika solusio
relative baru.
• Jika ostium terbuka,
terjadi perdarahan
berwarna merah segar.
• Hipertensi
• Versi luar
• Trauma
abdomen
• Polihidramni
on
• Gemelli
• Defisiensi
gizi
• Syok yang tidak
sesuai dengan
jumlah darah yang
keluar (tipe
tersembunyi).
• Anemia berat.
• Melemah atau
hilangnya gerak
janin.
Solusio
Plasenta
• Gawat janin atau
hilangnya denyut
jantung janin.
• Uterus tegang dan
nyeri.
E. Jenis Perdarahan Pada Kehamilan Tua
1. Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana implantasi plasenta terletak
pada atau di dekat serviks. 1
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya tidak normal sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. 2
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum (OUI). 3,4,5,6
Plasenta Previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. (prae =
di depan, vias = jalan),
Jadi yang di maksud plasenta previa adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal sehingga menutupi seluruh atau
sebahagian jalan lahir (Ostium Uteri Internium).
b. Klasifikasi1
Kita membagi placenta praevia dalam tiga tingkat :
1) Placenta praevia totalis atau komplit, yaitu seluruh ostium
internum tertutup oleh placenta.
2) Placenta praevia lateralis, yaitu hanya sebagian dari ostium
tertutup oleh placenta.
3) Placenta praevia marginalis, yaitu hanya pada pinggir ostium
terdapat jaringan placenta.
4) Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada
segemen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya
berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
Gbr. Plasenta previa totalis, lateralis, marginalis.
c. Faktor Predisposisi3,4,5,6
1) Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun).
2) Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat
perubahan atrofik dan inflamatorotik.
3) Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas
pembedahan (SC, Kuret, dll).
4) Chorion leave persisten.
5) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum
siap menerima hasil konsepsi.
6) Konsepsi dan nidasi terlambat.
7) Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops
fetalis.
d. Patologi
Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus yang
menghentikan perdarahan pada kala iii dengan plasenta yang
letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini daripada pada plasenta letak rendah
yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai.
e. Tada dan Gejala
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi
selagi penderita tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama
biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal.
Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya,
apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak
kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen
bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai
terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat
dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut
otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta
yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini
perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang
mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
Gejala Utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang
berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
Gejala klinik
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan
yang terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak
berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada
triwulan ketiga.
Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa
tidak mengeluh adanya rasa sakit.
Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul dan tidak jarang terjadi letak janin letak janin (letak
lintang atau letak sungsang)
Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung
banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih
hidup.
f. Pemeriksaan Klinis2
1) Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa nyeri.
2) Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi.
3) Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum
masuk pintu atas panggul atau ada kelainan letak.
4) Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri
eksternum.
g. Pemeriksaan Penunjang2
1) Pemeriksaan laboratorium: golongan darah, kadar hemoglobin,
hematokrit, waktu perdarahan dan waktu pembekuan.
2) Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi dan jarak tepi
plasenta terhadap ostium. Jika diagnosis plasenta previa telah
ditegakkan dan janin matur, rencanakan persalinan.
Jika pemeriksaan USG tidak memungkinkan dan kehamilan
kurang dari 37 minggu, lakukan penanganan plasenta previa
sampai kehamilan 37 minggu.
h. Diagnosis
Untuk mendiagnosis perdarahan diakibatkan oleh plasenta previa
diperlukan anamnesis dan pemeriksaan obstetrik. Dapat juga
dilakukan pemeriksaaan hematokrit. Pemeriksaan bagian luar
terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul.
Pemeriksaan inspekulo bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan
serviks atau vagina seperti erosro porsionis uteri, karsinoma
porsionis uteri polipus serviks uteri, varises vulva dan trauma.
Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 28 minggu
berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya
perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari
pada pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan luar
Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu
atas panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam
pintu atas panggul.
Pemeriksaan in spekulo
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
Penentuan letak plasenta tidak langsung
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan
radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi
penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,
tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan
tidak menimbulkan rasa nyeri. (wiknjosostro, 2005)
Pemeriksaan ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta
atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm
disebut plasenta letak rendah.
Diagnosis plasenta previa secara defenitif
Dilakukan dengan PD yaitu melakukan perabaan secara
langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang
sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak
dianjurkan melakukan PD sebagai upaya menetukan diagnosis.
(saifudin, 2001)
i. Penatalaksanaan1
Perhatian: tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
dalam pada perdarahan antepartum sebelum tersedia persiapan
untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo secara hati, dapat
menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis servikalis atau
sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi, atau trama).
Meskipun demikian, adanya kelainan di atas tidak menyingkirkan
diagnosis plasenta previa.
1) Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberikan infus
cairan I.V (NaCl 0,9%) atau Ringer Laktat).
2) Lakukan penilaian jumlah perdarahan:
a) Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapkan
seksio caesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan
atau prematuritas.
b) Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan fetus hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif sampai
persalinan atau terjadi perdarahan banyak.
3) Tirah baring. 2
4) Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik. 2
5) Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan KTG setiap
minggu. 2
j. Pengelolaan1
1) Terapi Ekspektatif1
Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis
dilakukan secara non-invasif.
a) Syarat Terapi ekspektatif:
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti.
Belum ada tanda inpartu.
Keadaaan umum ibu dan anak baik (kadar hemoglobin
dalam keadaan normal).
b) Rawat inap, tirah baring dan diberikan antibiotika
profilaksis.
c) Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
d) Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau
Ferous fumarat per oral 60 mg selama 1 bulan.
e) Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfusi.
f) Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37
minggu masih lama; pasien dapat dirawat jalan (kecuali
rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2 jam
untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali
ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
g) Jika perdarahan berulang pertimbangkan mannfaat dan
risiko ibu dan janin untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.
2) Terapi Aktif1
a) Rencanakan terminasi kehamilan jika:
Janin matur.
Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang
mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya:
anansefali).
Perdarahan aktif dan banyak, segera lakukan terapi
aktif tanpa memandang maturitas janin.
b) Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang
terjadi sangat sedikit, persalinan pervaginam masih
mungkin. Jika tidak, lahirkan dengan seksio caesarea.
c) Catatan: kasus dengan plasenta previa mempunyai risiko
tinggi untuk mengalami perdarahan pascapersalinan dan
plasenta akreta/inkreta, suatu kelainan yang biasa ditemui
pada lokasi jaringan parut bekas seksio sesarea.
d) Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi
perdarahan dari tempat plasenta: Jahit tempat perdarahan
dengan benang
e) Pasang infus oksitosin 10 unit in 500 ml cairan I.V. (NaCl
atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 60 tetes per menit.
Jika perdarahan terjadi pasca persalinan, segera lakukan
penanganan yang sesuai. Hal tersebut meliputi ligasi arteri
atau histerektomi.
k. Komplikasi3,4,5,6
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan,
anemia karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca
persalinan.
Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi
seperti asfiksi berat. ( mansjoer, 2002)
Prolaps tali pusat.
Prolaps plasenta.
Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kerokan.
Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.
Perdarahan post portum.
Infeksi karena perdarahan yang banyak.
Bayi premature atau lahir mati.
2. Solusio Plasenta
a. Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya
yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. 1
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya,
pada plasenta yang implantasinya normal sebelum janin lahir. 2
b. Faktor Predisposisi2
1) Hipertensi
2) Gemeli anak kedua
3) Polihidramnion
4) Defisiensi nutrisi
5) Trauma abdomen
6) Versi luar
c. Klasifikasi Solusio Plasenta
1) Ringan
Bila plasenta lepas kurang ¼ bagian luasnya
Ibu dan janin keadaan masih baik
Perdarahan pervaginam, warna kehitaman
Perut sakit dan agak tegang
2) Sedang
Plasenta terlepas lebih ½, belum mencapai 2/3 bagian
Perdarahan dengan rasa sakit
Perut terasa tegang
Gerak janin berkurang
Palpasi janin sulit diraba
Auskultasi jantung janin (asfiksia ringan dan sedang)
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
3) Berat
Plasenta lepas > 2/3 bagian
Terjadi sangat tiba-tiba
Ibu syock
Janin mati (uterus sangat tegang dan nyeri)
d. Etiologi
Penyebab utama tidak jelas. Terdapat beberapa faktor risiko antara
lain
1) Peningkatan usia dan paritas
2) Preeklampsia
3) Hipertensi kronis
4) Kpd preterm
5) Kehamilan kembar
6) Hidramnion
7) Merokok
8) Pencandu alkohol
9) Trombofilia
10) Pengguna kocain
11) Riwayat solusio plasenta
12) Mioma uteri
Faktor pencetus :
1) Kecelakaan
2) Trauma abdomen
3) Amniotomi ( dekompresi mendadak )
4) Lilitan talipusat - tali pusat pendek
e. Patofisiologi
1) Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam
desidua basalis. Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan
tipis yang melekat pada miometrium. Hematoma pada desidua
akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan oleh
hematoma desidua yang terjadi.
2) Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun.
Namun beberapa saat kemudian, arteri spiralis desidua pecah
sehingga menyebabkan terjadinya hematoma retroplasenta yang
menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang
terkelupas menjadi semakin luas sampai mendekati tepi
plasenta. Oleh karena didalam uterus masih terdapat produk
konsepsi maka uterus tak mampu berkontraksi untuk menekan
pembuluh yang pecah tersebut. Darah dapat merembes ke
pinggiran membran dan keluar dari uterus maka terjadilah
perdarahan yang keluar ( revealed hemorrhage).
Perdarahan tersembunyi ( concealed hemorrhage)
1) Terjadi efusi darah dibelakang plasenta dengan tepi yang masih
utuh
2) Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput
ketuban masih menempel dengan baik pada dinding uterus
3) Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan selaput
ketuban
4) Kepala janin umumnya sangat menekan sbr sehingga darah sulit
keluar
5) Bekuan darah dapat masuk kedalam miometrium sehingga
menyebabkan uterus couvellair
f. Pemeriksaan Klinis2
1) Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa disertai nyeri
(tergantung derajat solusio plasenta).
2) Perabaan uterus umumnya tegang, palpasi bagian-bagian janin
biasanya sulit.
3) Janin dapat dalam keadaan baik, gawat janin atau mati
(tergantung derajat solusio plasenta).
4) Pada pemeriksaan dalam bila ada pembukaan teraba ketuban
yang tegang dan menonjol.
g. Diagnosis
Didasarkan atas adanya perdarahan antepartum yang bersifat nyeri,
uterus yang tegang dan nyeri setelah plasenta lahir atas adanya
impresi (cekungan) pada permukaan maternal placenta akibat
tekanan haematoma retroplacentair perdarahan dan shock diobati
dengan pengosongan rahim segera mungkin hingga dengan kontraksi
dan retraksi rahim. Perdarahan dapat terhenti. Persalinan dapat
dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus dengan
oxytocin. Jadi pada solusio plasenta pemecahan ketuban tidak
dimaksudkan untuk hentikan perdarahan dengan segera seperti pada
placenta previa tapi untuk mempercepat persalinan dengan
pemecahan ketuban regangan dinding rahim berkurang dan kontraksi
rahim menjadi lebih baik, disamping tindakan tersebut transfusi
sangat penting (winkjosastro, 2005).
Gejala klinik tergantung pada luas plasenta yang terlepas dan jenis
pelepasan plasenta (concealed atau revealed) 30% kasus, daerah
yang terlepas tidak terlalu besar dan tidak memberikan gejala dan
diagnosa ditegakkan secara retrospektif setelah anak lahir dengan
terlihatnya hematoma retroplasenta
Bila lepasnya plasenta mengenai daerah luas, terjadi nyeri abdomen
dan uterus yang tegang disertai dengan :
Gawat janin (50% penderita)
Janin mati ( 15%)
Tetania uteri
Dic- disseminated intravascular coagulation
Renjatan hipovolemik
Perdarahan pervaginam ( 80% penderita)
Uterus yang tegang (2/3 penderita)
Kontraksi uterus abnormal (1/3 penderita
Pada keadaan yang agak berat kita dapat membuat diagnosis
berdasarkan :
1) Anamnesis
a) Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang
pasien bisa melokalisir tempat mana yang paling sakit,
dimana plasenta terlepas.
b) Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan
sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari darah segar
dan bekuan-bekuan darah.
c) Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
d) Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan
berkunang-kunang, ibu kelihatan anemis tidak sesuai
dengan banyaknya darah yang keluar.
e) Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor
kausal yang lain.
2) Inspeksi
a) Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
b) Pucat, sianosis, keringat dingin.
c) Kelihatan darah keluar pervaginam.
3) Palpasi
a) TFU naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma;
uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
b) Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut
uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun
diluar his.
c) Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.
d) Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut (uterus)
tegang.
4) Auskultasi
Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar
biasanya diatas 140, kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya
hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
5) Pemeriksaan dalam
a) Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
b) Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol
dan tegang, baik sewaktu his maupun diluar his.
c) Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas
seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba
pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering
dikacaukan dengan plasenta previa.
6) Pemeriksaan umum
a) Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya
menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan
pasien jatuh syok.
b) Nadi cepat, kecil, dan filiformis.
7) Pemeriksaan ultrasonography (USG)
Ultrasonography adalah suatu metode yang penting untuk
mengetahui adanya pendarahan di dalam uterus. Kualitas dan
sensitifitas ultrasonografi dalam mendeteksi solusio plasenta
telah meningkat secra signifikan belakangan ini.
Tetapi bagaimanapun juga ini bukan metode yang sempurna dan
sensitif untuk mendeteksi solusio plasenta, tercatat hanya 25%
kasus solusio plasenta yang ditegakkan dengan USG.
Solusio plasenta tampak sebagai gambaran gumpalan darah
retroplacental, tetapi tidak semua solusio plasenta yang di usg
ditemukan gambaran seperti di atas. Pada fase akut, suatu
perdarahan biasanya hyperechoic, atau bahkan isoechoic, maka
kita bandingkan dengan plasenta.
Gambaran konsisten yang mendukung diagnosa solusio plasenta
antara lain adalah; gumpalan hematom retroplasenta
(hyperochoic hingga isoechoic pada fase akut, dan berubah
menjadi hypoechoic dalam satu minggu), gambaran perdarahan
tersembunyi, gambaran perdarahan yang meluas. Manfaat
lainnya adalah USG dapat dipakai untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebab lain perdarahan antepartum.
8) Pemeriksaan laboratorium
a) Urin
b) Albumin (+); pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder
dan lekosit.
c) Darah
Hb menurun (anemi), periksa golongan darah, kalau bisa
cross match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah a/hipofibrinogenemia, maka diperiksakan
pula cot (clot observation test) tiap 1 jam, test kualitatif
fibrinogen (fiberindex), dan test kuantitatif fibrinogen
(kadar normalnya 150 mg%).
Bila separasi plasenta terjadi dibagian tepi, iritabilitas uterus
minimal, dan tidak terdapat tanda-tanda uterus tegang atau
gawat janin. Perdarahan yang terjadi biasanya tidak
terlampau banyak ( 50 – 150 cc) dan berwarna kehitaman.
Kadar haemoglobin [hb] atau hematokrit [ht] sangat
bervariasi. Penurunan hb dan ht umumnya terjadi setelah
terjadi hemodilusi. Hapusan darah tepi menunjukkan
penurunan trombosit, adanya schistosit menunjukkan sudah
terjadinya proses koagulasi intravaskular. Penurunan kadar
fibrinogen dan pelepasan hasil degradasi fibrinogen.
Bila pengukuran fibrinogen tak dapat segera dilakukan,
lakukan pemeriksaan “clott observation test”. Sample darah
vena ditempatkan dalam tabung dan dilihat proses
pembentukan bekuan (clot) dan lisis bekuan yang terjadi.
Bila pembentukan clot berlangsung > 5 – 10 menit atau
bekuan darah segera mencair saat tabung dikocok maka hal
tersebut menunjukkan adanya penurunan kadar fibrinogen
dan trombosit.
Pemeriksaan laboratorium khusus :
Prothrombine time
Partial thromboplastine time
Jumlah trombosit
Kadar fibrinogen
Kadar fibrinogen degradation product
Pemeriksaan ultrasonografi tidak memberikan banyak
manfaat oleh karena pada sebagian besar kasus tak mampu
memperlihatkan adanya hematoma retroplasenta.
h. Pengelolaan2
1) Derajat Ringan
Solusio derajat ringan jarang ditemukan di RS. Pada umumnya
didiagnosis secara kebetulan pada pemeriksaan USG oleh
karena tidak memberikan gejala klinis yang khas. 2
2) Derajat sedang/berat2
a) Perbaiki keadaan umum2
Resusitasi cairan/transfusi darah
Berikan darah lengkap segar
Jika tidak tersedia pilih salah satu plasma beku
segar, PRC, kriopresipitat, konsentrasi trombosit.
Atasi kemungkinan gangguan perdarahan
b) Melahirkan janin2
Janin hidup (biasanya gawat janin): dilakukan seksio
sesarea, kecuali jika pembukaan sudah lengkap. Pada
keadaan ini, dilakukan amniotomi, drip oksitosin, dan
bayi dilahirkan dengan ekstraksi forceps.
Janin mati: dilakukan persalinan pervaginam dengan
cara melakukan amniotomi, drip oksitosin 1 labu saja.
Bila bayi belum lahir dalam waktu 6 jam, dilakukan
tindakan seksio sesarea. 2
i. Penanganan
1) Terapi ekspektatif
Pada umumnya bila berdasarkan gejala klinis sudah diduga
adanya solusio plasenta maka tidak pada tempatnya untuk
melakukan satu tindakan ekspektatif.
2) Persalinan pervaginam
Indikasi persalinan pervaginam adalah bila derajat separasi tidak
terlampau luas dan atau kondisi ibu dan atau anak baik dan atau
persalinan akan segera berakhir.
Setelah diagnosa solusio plasenta ditegakkan maka segera
lakukan amniotomi dengan tujuan untuk :
a) Segera menurunkan tekanan intrauterin untuk menghentikan
perdarahan dan mencegah komplikasi lebih lanjut
(masuknya thromboplastin kedalam sirkukasi ibu yang
menyebabkan dic)
b) Merangsang persalinan ( pada janin imature, tindakan ini
tak terbukti dapat merangsang persalinan oleh karena
amnion yang utuh lebih efektif dalam membuka servik)
c) Induksi persalinan dengan infuse oksitosin dilakukan bila
amniotomi tidak segera diikuti dengan tanda-tanda
persalinan.
j. Komplikasi
Penyulit solusio plasenta
• Timbul dengan segera perdarahan syok
• Timbul agak lambat kelainan pembekuan darah karena
hipofibrinogenemi dan gangguan faal ginjal.
1) Perdarahan dan Syok
Diobati dengan pengosongan rahim secepat mungkin hingga
dengan kontraksi dan retraksi rahim perdarahan dapat berhenti.
Persalinan dapat dipercepat dengan pemecahan ketuban dan
pemberian infus dengan oksitosin. Jadi, pada solusio plasenta
pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk menghentikan
perdarahan dengan segera seperti pada plasenta previa, tetapi
untuk mempercepat persalinan. Dengan melakukan pemecahan
ketuban, regangan dinding rahim berkurang dan kontraksi rahim
menjadi lebih baik.
Di samping tindakan tersebut di atas, transfuse darah sangat
penting untuk dilakukan.
2) Hipofibrinogenemi
Koagulopati ialah kelainan pembekuan darah; dalam ilmu
Kebidanan paling sering disebabkan oleh solusio plasenta, tetapi
juga dijumpai pada emboli air Cuban, kematian janin dalam
rahim, clan perdarahan pascapersalinan.
Kadar fibrinogen pada wanita yang hamil biasanya antara 300-
700 mg dalam 100 cc, di bawah 150 mg per 100 cc disebut
hipofibrinogenemi.
Jika kadar fibrinogen dalam darah turun di bawah 100 mg per
100 cc (critical roint), terjadilah gangguan pembekuan darah.
3) Gagal ginjal
Gagal ginjal akut sering terlihat pada solusio plasenta berat dan
sering disebabkan oleh penanganan renjatan hipovolemia yang
terlambat atau kurang memadai. Drakeley dkk (2002)
menunjukkan bahwa penelitian terhadap 72 orang wanita
dengan gagal ginjal akut, 32 kasus disebabkan oleh solusio
plasenta gangguan perfusi renal yang berat disebabkan oleh
perdarahan masif. 75% kasus gagal ginjal akut akibat nekrosis
tubuler akut bersifat tidak permanen lindheimer dkk (2000)
nekrosis kortikal akut dalam kehamilan selalu disebabkan oleh
solsuio plasenta
Penderita solusio plasenta wring disertai oliguri setelah partus.
Gangguan faal ginjal ini adalah akibat dari pembekuan darah
dan intravaskular syok. Dikatakan makin lama solusio plasenta
berlangsung makin besar kemungkinan oliguri dan
hipofibrinogenemi. Oleh karena itu, selain dari transfusi darah,
penyelesaian persalinan secepat mungkin adalah sangat penting.
4) Uterus couvelaire
Ekstravasasi darah kedalam miometrium menyebabkan
apopleksia uterus yang disebut sebagai uterus couvelair.
Ekstravasasi dapat terlihat pada pangkal tuba, ligamentum latum
atau ovarium. Jarang menyebabkan gangguan kontraksi uterus,
jadi bukan merupakan indikasi untuk melakukan histerektomi
k. Prognosis
Mortalitas maternal 0.5 – 5% dan sebagian besar disebabkan gagal
ginjal atau gagal kardiovaskular. Pada solusio plasenta berat,
mortalitas janin mencapai 50 – 80% janin yang dilahirkan memiliki
morbiditas tinggi yang disebabkan oleh hipoksia intra uterin, trauma
persalinan dan akibat prematuritas.
F. Peran Bidan Untuk Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut1
Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan
pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan atau
kematian ibu maupun perinatal. Dalam menghadapi perdarahan pada
kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan
kerumah sakit.
Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat 1:
1. Pemasangan infus
2. Tanpa melakukan pemeriksaan dalam.
3. Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan.
4. Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat.
5. Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk
memberikan pertolongan pertama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharsjo.
2. ____. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS DR.
Hasan Sadikin. Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran RS DR. Hasan Sadikin
3. Prawirohardjo. S. 1992. Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. hal.365-376.
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/R.S Dr. Pringadi Medan. 1993. Pedoman Diagnosis dan Therapi
Obstetri-Ginekologi R.S. Dr. Pringadi Medan. hal 6-10,
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak.Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung. 1984. Obstetri Patologi, Ed. Elstar Offset Bandung. hal 110-120.
6. Martaadisubrata, Djamhoer.2005. Obstetri Patologi. Jakarta : EGC
7. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka
8. Mochtar R. 1998. Perdarahan Antepartum, Sinopsis Obstetri jilid 1 ed. 2. hal.
269-287. Jakarta ; EGC.
9. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. 2000. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta:
JNPKKR-YBPSP.
10. Wiknjosastro H. 1999. Perdarahan Antepartum, Buku Ilmu Kebidanan.
Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, FK-UI.