pendahuluan · web viewsetelah rumusan pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Negara dan Sistem Pemerintahan
Fakultas Program Studi Tatap Maya Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi dan Bisnis Manajemen 03 9003 Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH.
Abstract KompetensiPada pokok bahasan saat ini, akan mendeskripsikan berkenaan dengan pengertian pancasila, sejarah pancasila, gerakan pembasisan pancasila serta pancasila sebagai konsensus dasar dan dasar negara
Mahasiswa diharapkanmampu mendeskripsikan bahasan berkenaan dengan pancasila dan implementasinya
Pendahuluan
Istilah Pancasila pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karya Mpu
Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit (Abad ke-14). Dalam buku itu 7, istilah
Pancasila diartikan sebagai perintah kesusilaan yang jumlahnya lima (Pancasila Karma) dan
berisi lima larangan untuk : 1. Melakukan Kekerasan 2. Mencuri 3. Berjiwa Dengki 4.
Berbohong dan 5. Mabuk akibat Minuman Keras.
Kata Pancasila terdiri dari dua kata dari bahasa Sansakerta: pañca berarti lima dan śīla
berarti prinsip atau asas. Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang
resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPK, tanpa kata Indonesia karena dibentuk Tentara Jepang ke-
XVI, bukan Gabungan Tentara Jepang ke-7 yang menguasai Nanpo Gun) yaitu :
Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, diragukan kesahihannya, (29 Mei 1945)
Panca Sila oleh Soekarno (1 Juni 1945)
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah :
Rumusan Pertama : Piagam Jakarta - tanggal 22 Juni 1945
Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945
Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27
Desember 1949
Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15
Agustus 1950
Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk
Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
2012 2 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia berisi :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pembahasan
Reformasi sebagai bagian dari pendalaman dan percepatan proses globalisasi di
Indonesia membawa serta masuknya nilai-nilai universal seperti demokratisasi dan hak asasi
manusia yang kemudian menguasai opini public dalam atmosfir politik nasional. Wacana
public tentang demokrasi dan hak asasi manusia menjadi menonjol dan menenggelamkan
wacana tentang Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yang mewarnai pada masa Orde
Baru. Lenyapnya Pancasila sejak reformasi menimbulkan keprihatinan yang cukup dalam,
baik dalam kalangan elite politik maupun masyarakat luas.
Keprihatinan itu ditunjukkan melalui berbagai pernyataan di media massa maupun
kegiatan-kegiatan lainnya seperti seminar, simposium, dan sarasehan mengenai Pancasila dan
eksistensinya setelah reformasi. Bahkan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) telah
membentuk deputi khusus untuk menangani masalah “makin menipisnya kesadaran dan
penghayatan akan pentingnya Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa”.
Pembasisan Pancasila adalah suatu upaya untuk memperkokoh eksistensi Pancasila
melalui pemahaman masyarakat terhadap Pancasila serta implementasinya dalam
menghadapi tantangan zaman sekarang ini.
Soedarjanto dalam hal ini menjelaskan Pancasila kedalam beberapa tahapan, yaitu:
2012 3 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Gerakan Pembasisan Pancasila
1. Gerakan Pembasisan Pancasila yang dilaksanakan oleh Pergerakan Kebangsaan
bertujuan untuk membangun kekuatan sosial untuk memperkokoh eksistensi Pancasila
sebagai dasar Negara dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Gerakan ini dilakukan
berdasarkan adagium bahwa ketahanan ideologi suatu bangsa terletak pada kekuatan
sosial yang mendukungnya.
2. Melalui Gerakan Pembasisan Pancasila itu, Pergerakan Kebangsaan mengajak
masyarakat untuk memperkokoh konsensus nasional tentang Pancasila sebagai dasar
Negara, memahami dan menghayati implementasi Pancasila di tengah-tengah arus
globalisasi, serta menggunakan Pancasila sebagai “bintang penuntun” untuk
memecahkan problematik yang dihadapi.
3. Pergerakan Kebangsaan menyadari berbagai kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
Gerakan Pembasisan Pancasila ini. Kendala-kendala tersebut bersumber pada kesulitan
ekonomi yang dihadapi oleh lapisan bawah dan lapisan menengah-bawah masyarakat,
ruang publik yang hampa ideologi dan dikuasai oleh pragmatisme politik orde reformasi,
dan belum adanya cara yang tepat untuk mengelola gerakan ini.
4. Pembasisan Pancasila yang dilakukan oleh Pergerakan Kebangsaan dikonsentrasikan
pada masalah-masalah sebagai berikut:
Kilasan sejarah tentang penerimaan Pancasila sebagai konsensus dasar berdirinya
Negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara yang berfungsi untuk mengatur perilaku Negara.
Pancasila sebagai cita-cita moral bangsa: kedudukannya dalam sistem hukum
Indonesia dan penggunaannya sebagai “bintang penuntun” dalam memecahkan
problematik masyarakat.
Implementasi Pancasila di tengah-tengah percepatan proses globalisasi dewasa ini.
2012 4 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
5. Pembasisan Pancasila bukanlah monopoli Pergerakan Kebangsaan. Karena itu
Pergerakan Kebangsaan akan menjalin kerjasama yang konstruktif dengan semua pihak
yang terdorong untuk melakukan pembasisan Pancasila. Kerjasama tersebut meliputi
bukan saja kerja sama teknis, melainkan juga dialog dan proses pembelajaran bersama
mengenai dalam rangka mengembangkan Pancasila sebagai ”ideologi terbuka”.
Pancasila Sebagai Konsensus Dasar
1. Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno menyampaiakan pidatonya di depan sidang
Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang kemudian
dikenal sebagai lahirnya Pancasila.
2. Panitia 9 dan Piagam Jakarta, perjuangan untuk mencapai kompromi antara kemauan
untuk mendirikan Negara Islam dan kemauan untuk mendirikan Negara Kebangsaan.
3. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
4. Dalam rapat besar Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus
1945 disetujui secara bulat bunyi Pembukaan UUD 1945 seperti yang sekarang.
Perubahan penting yang disepakati adalah penghapusan tujuh kataa ”dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” yang ada dalam Piagam Jakarta.
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah kategori baru yang mangatasi batasan-batasan
berdasarkan agama tertentu.
5. Dengan demikian founding fathers kita bersedia secara bulat untuk menerima Pancasila
sebagai konsensus dasar berdirinya negara Republik Indonesia, dengan pertimbangan
bahwa dasar negara harus dirumuskan sedemikian rupa bahwa tiap-tiap suku, golongan,
agama, dan kebudayaan dapat menerimanya. Dengan menerima Pancasila sebagai dasar
negara, berarti tiap-tiap suku, golongan, agama, dan kebudayaan bersedia untuk tidak
memutlakkan cita-cita golongannya sendiri, tetapi sekaligus juga tidak perlu
2012 5 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
mengorbankan identitasnya masing-masing. Founding fathers kita telah meletakkan
landasan yang kokoh bagi dibangunnya negara modern yang terdiri dari sekian banyak
suku, golongan, agama, dan kebudayaan.
6. Sebagai bangsa kita mempunyai kewajiban untuk memantapkan dan memantapkan
kembali dasar ini untuk memelihara persatuan bangsa dan menghindari ketegangan yang
tidak perlu dalam perjuangan untuk mengisi kemerdekaan.
Pancasila Sebagai Dasar Negara
1. Pancasila adalah dasar Negara (“philosofische grondslag”,
“Staatsfundamentalnorm”,
“Pokok Kaidah Fundamentil Negara”), dan sebagai dasar Negara, Pancasila mengatur
perilaku Negara, yang terwujud dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan perundang-
undangan (konstitusi, undang-undang, peraturan pemerintah, dan seterusnya) yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila serta terungkap dalam praktek dan kebiasaan bertindak para
penyelenggara kekuasaan negara. Dilihat dari kacamata sistem norma hukum negara
Republik Indonesia, norma-norma dasar Pancasila membentuk norma-norma hukum di
bawahnya secara berjenjang, di mana norma hukum yang di bawah terbentuk berdasar
dan bersumber pada norma hukum yang lebih tinggi.
2012 6 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
2. Dalam sistem norma hukum, kita mengenal adanya hukum tertulis dan hukum
tidak
tertulis. Di Negara Republik Indonesia, hukum tertulis dari hari ke hari terus mendesak
peranan hukum tidak tertulis. Dengan makin besarnya hukum tertulis telah menyebabkan
peranan penyelenggara kekuasaan Negara dalam pembentukan hukum menjadi sangat
penting. Karena itu pemahaman dan penghayatan penyelenggara kekuasaan Negara
terhadap dasar Negara Pancasila juga sangat penting, karena mereka itulah yang
menentukan pembentukan hukum tertulis.
3. Dalam membasiskan Pancasila sangat perlu untuk terus menerus
memberikan
penekanan pada kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yang harus mengatur perilaku
negara. Penekanan ini perlu dilakukan untuk menghindari penafs iran Pancasila sebagai
ajaran tentang “keutamaan individual” seperti dalam kasus P-4 yang lalu. Dalam
pembasisan juga harus ditepis pandangan yang menyatakan bahwa seolah-olah
masyarakat Pancasila baru bisa diwujudkan kalau setiap hidung warga negara sudah
mengerti Pancasila dan mengamalkannya sebagai preskripsi moral individu. Yang benar
adalah: masyarakat Pancasila akan terwujud apabila pengoperasian norma dasar
Pancasila melalui pembuatan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang
terungkap dalam praktek dan kebiasaan bertindak penyelenggara kekuasaan negara
memang benar-benar mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
4. Kita pernah keliru melihat seolah-olah Pancasila sudah sangat kuat dengan
makin
banyaknya warga negara yang mengikuti Penataran P-4 (pada tahun 1990 sekitar 72 juta
orang atau sekitar 74% penduduk usia dewasa telah terjangkau oleh proses
pemasyarakatan Pancasila, terutama melalui penataran-penataran P-4 dengan berbagai
2012 7 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
type dan polanya) dan semua organisasi politik sudah memasang Pancasila sebagai satu-
satunya asas. Dicantumkannya Pancasila di mana-mana dan disebutnya Pancasila dalam
setiap Pidato sama sekali tidak menjamin telah dilaksanakannya Pancasila dengan benar.
Bahkan sangat mungkin terjadi bahwa semuanya itu hanya dipakai sebagai tirai asap
untuk menutup-nutupi kegagalan negara dalam melaksanakan Pancasila itu sendiri.
(Sebagai contoh, GBHN mempertegas pernyataan ”pembangunan sebagai pengamalan
Pancasila”, tetapi dalam realitas gini ratio juga makin tinggi yang mengindikasikan
makin dijauhinya prinsip Keadilan Sosial)
5. Di atas sudah dikatakan bahwa masyarakat Pancasila akan terwujud apabila
pengoperasian norma dasar Pancasila melalui pembuatan dan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, yang terungkap dalam praktek dan kebiasaan bertindak
penyelenggara kekuasaan negara, memang benar-benar mencerminkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Oleh karena itu, kontrol sosial terhadap jalannya
penyelenggaraan kekuasaan Negara harus dipertajam, dengan ‘melawan’ monopoli para
politisi, pejabat Negara, dan birokrat untuk menentukan begitu saja apa yang baik bagi
masyarakat. Dengan pemahaman rakyat yang baik atas Pancasila dan kedudukanya
sebagai dasar Negara, akan menjadikan Pancasila sebagai ideologi kritis di tangannya.
Atau dengan kata lain, pemahaman yang baik atas Pancasila akan memungkinkan rakyat
menggunaka Pancasila sebagai ideologi kritis untuk memeriksa apakah prioritas, praktek,
dan kebiasaan bertindak penyelenggara kekuasaan Negara sudah sesuai dengannya.
Pancasila Sebagai Cita-cita Moral Bangsa
1. Staatsfundamentalorm mempunyai akar langsung pada kehendak sejarah suatu
bangsa, dasar yang membentuk Negara tersebut, sebagai konsensus atau keputusan
politik yang diambil oleh para pendiri Negara. Mengapa founding fathers Negara
2012 8 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Republik Indonesia dengan sepakat bulat menerima Pancasila sebagai konsensus
dasar berdirinya Negara ? Kalau kita ikuti “suasana kebatinan” yang terungkap dalam
sidang-sidang BPUPKI dan PPKI nampak jelas bahwa founding fathers kita berupaya
dengan semangat yang gigih untuk menetapkan dasar Negara yang dirumuskan
sedemikian rupa hingga tiap-tiap suku, golongan, agama, dan kebudayaan dapat
menerimanya. Dengan menerima Pancasila sebagai dasar Negara, berarti tiap-tiap
suku, golongan, agama, dan kebudayaan bersedia untuk tidak memutlakkan cita-cita
golongannya sendiri, tetapi sekaligus juga tidak perlu mengorbankan identitasnya
masing-masing. Pancasila diterima sebagai dasar Negara karena nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya mencerminkan cita-cita moral bersama sebagai bangsa.
2. Timbul persoalan: Apakah perbedaan dan bagaimana hubungan antara Pancasila
sebagai Dasar Negara dan Pancasila sebagai Cita-cita Moral Bangsa ?
Pancasila sebagai dasar Negara (Staatsfundamentalnorm), yang berasal dari pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, merupakan norma
tertinggi dalam hirarki system norma hukum Negara Republik Indonesia. Pancasila
merupakan norma dasar (Grundnorm) yang menciptakan semua norma-norma yang
lebih rendah dalam system norma hukum. Sebagai dasar Negara, Pancasila
seharusnya juga menentukan berlaku atau tidaknya norma-norma itu. Sedangkan
sebagai cita-cita moral bangsa, Pancasila berada di luar system norma hukum, yang
berfungsi konstitutif dan regulative terhadap norma-norma yang ada dalam system
norma hukum. [Posisi Pancasila sebagai cita-cita moral bangsa ini dapat kita temukan
dalam Penjelasan UUD 1945 yang menyatakan bahwa pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu mewujudkan (merupakan perwujudan
dari) Rechtsidee (cita-cita hukum) yang menguasai hukum dasar Negara, baik hukum
yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis].
2012 9 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
3. Pancasila sebagai cita-cita moral bangsa memiliki fungsi konstitutif yang menentukan
dasar dibentuknya suatu peraturan perundang-undangan; dan memiliki fungsi
regulatif yang menentukan apakah peraturan perundang-undangan yang dibentuk itu
merupakan peraturan yang adil atau tidak adil. Terhadap tata hukum yang berlaku
dapat ditanyakan apakah preskripsi moral yang terdapat dalam Pancasila mempunyai
fungsi konstitutif yang menentukan apakah tata hukum Indonesia merupakan tata
hukum yang benar; dan disamping itu juga memiliki fungsi regulative yang
menentukan apakah hukum positif yang berlaku di Indonesia merupakan hukum yang
adil.
4. “Cita-cita moral bangsa” adalah konstruksi pikiran suatu bangsa yang berisi preskripsi
moral bagi bangsa tersebut untuk tercapainya cita-cita yang diinginkan bersama.
Dengan demikian, Pancasila sebagai cita-cita moral bangsa berfungsi sebagai
“bintang penuntun” (Leitsteren) untuk tercapainya cita-cita masyarakat. Meskipun
Leitstern itu merupakan titik akhir yang sangat jauh dan tidak mungkin dicapai, tetapi
Leitstern itu sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk menguji dan melakukan
kontrol atas peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menjadi pedoman
dalam mengambil keputusan-keputusan praktis atas problematik yang dihadapi.
2012 10 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Makna Nilai dalam Pancasila
a. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini
menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang
ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak
berlaku diskriminatif antarumat beragama.
b. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
c. Nilai Persatuan
2012 11 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia.
d. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan.
e. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai
dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan
Makmur secara lahiriah atauun batiniah.
Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan
normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional
dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai
instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan
bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai
instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.
Penutup
2012 12 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Dalam Konferensi Studi Pergerakan Kebangsaan II di Surabaya, 21 - 25 Pebruari 2008. Ada
tiga hal yang mendasari mengapa Pancasila harus mengalami "pembasisan" yakni:
1. Reformasi sebagai bagian dari pendalaman dan percepatan proses globalisasi di
Indonesia membawa serta masuknya nilai-nilai universal seperti demokrasi dan hak asasi
manusia yang kemudian menguasai opini publik dalam atmosfir politik nasional.
Wacana publik tentang demokrasi dan hak asasi manusia menjadi menonjol dan
menenggelamkan wacana tentang Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang
mewarnai pada masa Orde Baru.
2. Lenyapnya Pancasila dari sejak reformasi menimbulkan keprihatinan yang ckup dalam,
baik dalam kalangan elite politik maupun masyarakat luas. Keprihatinan itu ditunjukkan
melalui berbagai pernyataan di media massa maupun kegiatan-kegiatan lainnya seperti
seminar, simposium, dan sarasehan mengenai Pancasila dan Eksistensinya setelah
reformasi. Bahkan Lembaga Ketahanan Nasional [Lemhanas] telah membentuk deputi
khusus untuk menangani masalah"makin menipisnya kesadaran dan penghayatan akan
pentingnya Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidupa bangsa".
3. Pembasisan Pancasila adalah suatu upaya untuk memperkokoh eksistensi Pancasila
melalui pemahaman masyarakat terhadap Pancasila serta implementasinya dalam
menghadapi tantangan zaman sekarang.
2012 13 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar PustakaDwi Winarno. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan. Bumi Aksara. Jakarta, 2008
Pendidikan Kewarganegaraan, Salemba
Empat.http://pancasila1965.multiply.com/journal/item/18/
Pancasila_dan_Mancapat_Kalima_Pancer (KOMPAS, Kamis, 01 Juni 2006)
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_11/artikel_1.htm
http://ideologipancasila.wordpress.com/
Herwan Parwiyanto. Pancasila dan Pertimbangan Moral.
2012 14 Pendidikan Kewarganegaraan-
Pancasila dan Implementasinya Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id