pendahuluan -...

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur merupakan produk budaya manusia dalam bentuk bangunan yang pada awalnya digunakan sebagai tempat untuk bernaung, hidup dan berlindung dari cuaca dan alam yang mengancam. Kehadiran arsitektur dalam kehidupan manusia memberikan kontribusi positif yakni sebagai tempat manusia untuk bertahan hidup juga sebagai sarana manusia untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Prinsip umumnya adalah membangun sesuatu di atas permukaan tanah sebagai penanda, sebagai ruang yang disiapkan untuk mereka menjadi kesatuan dalam komunitas kehidupannya. Perkembangan zaman kemudian mempengaruhi upaya mereka dalam membangun. Untuk menciptakan bangunan yang kuat, sebuah bangunan harus memiliki fondasi, untuk memiliki kenyamanan dalam sebuah ruangan bangunan harus ditata sedemikian rupa, dan untuk membedakan fungsi-fungsi ruangan bangunan juga harus digolongkan berdasarkan kegunaannya. Kondisi tersebut tersebut terjadi setelah keberadaan lingkungan manusia dipengaruhi oleh zaman yang melingkupinya, maka bangunan tercipta dan diwujudkan atas ide-ide manusia yang dikondisikan oleh zaman yang menaunginya. Transisi zaman menuju zaman modern adalah salah satu puncak keberhasilan modernisme mencetak sejarah baru dunia. Modernisme lahir sebagai sebuah pilihan yang menghendaki sesuatu yang baru dan yang berbeda, tidak terus berkutat pada

Upload: hoangdiep

Post on 03-May-2018

239 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arsitektur merupakan produk budaya manusia dalam bentuk bangunan yang

pada awalnya digunakan sebagai tempat untuk bernaung, hidup dan berlindung dari

cuaca dan alam yang mengancam. Kehadiran arsitektur dalam kehidupan manusia

memberikan kontribusi positif yakni sebagai tempat manusia untuk bertahan hidup

juga sebagai sarana manusia untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Prinsip

umumnya adalah membangun sesuatu di atas permukaan tanah sebagai penanda,

sebagai ruang yang disiapkan untuk mereka menjadi kesatuan dalam komunitas

kehidupannya. Perkembangan zaman kemudian mempengaruhi upaya mereka dalam

membangun. Untuk menciptakan bangunan yang kuat, sebuah bangunan harus

memiliki fondasi, untuk memiliki kenyamanan dalam sebuah ruangan bangunan

harus ditata sedemikian rupa, dan untuk membedakan fungsi-fungsi ruangan

bangunan juga harus digolongkan berdasarkan kegunaannya.

Kondisi tersebut tersebut terjadi setelah keberadaan lingkungan manusia

dipengaruhi oleh zaman yang melingkupinya, maka bangunan tercipta dan

diwujudkan atas ide-ide manusia yang dikondisikan oleh zaman yang menaunginya.

Transisi zaman menuju zaman modern adalah salah satu puncak keberhasilan

modernisme mencetak sejarah baru dunia. Modernisme lahir sebagai sebuah pilihan

yang menghendaki sesuatu yang baru dan yang berbeda, tidak terus berkutat pada

Page 2: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

2

ajaran-ajaran lama. Modernisme dengan berbagai turunan istilahnya ialah generasi

yang ditandai dengan keyakinan atas rasio, memudarnya regiusitas serta lahirnya

pemberontakan kreatif dalam dunia seni semenjak Renaissance mempengaruhi alam

pikiran manusia (Hidayat, 2012: 19-21).

Dampak pada dunia arsitektur adalah perubahan yang benar-benar

fundamental, hingga menjelang berakhirnya abad 19, pemikiran modern

mendominasi dunia arsitektur sehingga arsitektur secara paradigmatik merubah

haluannya dengan menanggalkan kaidah dekoratif seperti mereduksi penggunaan

ornamen pada sebuah bangunan. Yulianto Sumalyo (1997: 3), menyebutkan terjadi

transisi signifikan dari gaya arsitektur klasik murni menyatu dalam gaya modern di

era Neo-klasik abad ke-15. Beranjak dari transisi arsitektur tersebut, revolusi industri

di Eropa menyebabkan manusia ikut merasakan dampaknya, yang paling krusial

adalah penggunaan teknologi yang terbarukan, maka tercetuslah ide bahwa bangunan

harus sejalan dengan fungsi penghunian, artinya bangunan harus tepat guna sesuai

dengan fungsi utamanya.

Memasuki abad 20, terlebih pascaperang dunia kedua, terjadi lonjakan

kecepatan dalam pembangunan dan perhitungan efisiensi biaya secara matang demi

memenuhi kebutuhan hunian layak dan siap pakai. Para arsitek modern

merealisasikan ungkapan ‘less is more’ atau ‘form follow function’ ke dalam bentuk

bangunan baru yang berlandaskan geometri abstrak, bersih dan sederhana, tanpa

balutan ornamen, bercat putih, tembok beton bertulang, dan bentukan sudut sumbu

Page 3: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

3

90° di setiap sisi ruangnya. Berdasarkan pemahaman ajaran rasionalisme, kaidah

fungsional sebuah bangunan menciptakan bangun dan ruang yang bersih dan menilai

keindahannya dengan mereduksi penggunaan dekorasi yang tidak penting, mengingat

ornamen dan dekorasi sebatas pertunjukan seni berperetensi palsu daripada alasan

ekonomis dan utility (Ikhwanuddin, 2005: 15).

Setelah berjaya dengan membumikan gaya internasional (international style),

arsitektur modern melepaskan diri dari arsitektur masa lampau Kenyataannya,

penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, kubisme dan bentuk-

bentuk modern lainnya memiliki banyak kelemahan untuk jangka panjang. Arsitektur

mengalami fase kekeringan sejarah yang berdampak pada kehilangan identitas dan isi

yang terkandung dalam sebuah bangunan, hingga akhirnya kasus terburuk melanda

eksistensi arsitektur modernisme dalam penghancuran Apartemen Pruitt-Igoe di Saint

Louis, Amerika Serikat pada 15 Juli 1972 yang dianggap sebagai kematian arsitektur

modern dunia (Hidayat, 2012: v).

Terjadilah serangkaian kritik yang memojokkan modernisme arsitektur dalam

gerakan postmodernisme arsitektur. Lengkapnya, arsitektur postmodern menekankan

pada pengembalian unsur kesejarahan yang telah lama menghilang berdasarkan tiga

titik utama pemikirannya yaitu no where, no memory, dan no rich content pada

bangunan arsitektur modern. Pendapat ini diutarakan oleh sejumlah arsitek yang

sudah bosan dengan bentuk bangunan modern, tidak berkaca pada sejarah,

memiskinkan bahasa arsitektural, dan kekayaan makna pada bangunan direduksi

Page 4: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

4

sehingga bangunan bergaya ‘peti mati putih’ menjamur di seluruh kota dunia. Solusi

yang ditawarkan arsitektur postmodern seperti mengembalikan ornamen dan

dekorasi, mengembalikan aspek historisitas bangunan, serta memperkaya bahasanya

berdasarkan olah bentuk yang beragam dalam metafora arsitektur yang berfokus pada

aspek semantik seperti simbol dan makna (Ikhwanuddin, 2005: 55).

Pada konteks tersebut, postmodernisme arsitektur hendak mengubah kembali

paradigma ragam bentuk arsitektur dan memperkaya makna dan bahasanya dengan

mengembalikan langgam arsitektur oleh besutan gerakan regionalisme. Gerakan ini

ditujukan sebagai perlawanan terhadap universalisme gaya internasional agar

bangunan dapat tumbuh berdasarkan nilai-nilai lokalitas yang sempat tercerabut.

Berdasarkan langgam ini, bentuk bangunan berhak dibebaskan dan sepenuhnya

diserahkan pada arsitek lokal untuk mengekspresikan serta mengkreasikan bentuk

dan isi bangunan pada titik kedaerahan mereka berpijak. Arsitektur postmodern

menjembatani nilai kultur-tradisional agar orang dapat menikmati bentuknya,

merasakan ekspresi dan kreasinya yang penuh dengan emosi, juga membedakan

fungsi berdasarkan kegunaannya.

Melihat olah bentuk arsitekturnya, pemikiran postmodernisme mencoba

mendobrak tradisi rasionalisme arsitektur, dunia seni dan filsafat seni dapat menjadi

pedoman yang berjalan beriringan, karena seni dan arsitektur memiliki keterkaitan

yang kuat satu sama lain. Dalam filsafat seni dibahas mengenai ragam bentuk, isi,

ekspresi, kreasi, nilai, dan sekelumit permasalahan tentang pengalaman estetis dan

Page 5: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

5

lainnya, maka landasan filsafat seni dan dunia arsitektur memiliki korelasi yang kuat

terutama dalam pembahasan mengenai diskursus arsitektur postmodernisme.

Sebagaimana arsitektur, seni juga ikut mengalami pasang surut perubahan zaman

yang mengantarkan seni pada dinamika postmodern dan kontemporer. Seni arsitektur

berbeda dengan jenis seni yang lain karena terikat dan terbatasi oleh material seni

bangunannya dan fungsi bangunan tersebut, sehingga arsitektur termasuk dalam seni

guna yang sebelumnya diolah berdasarkan problem-problem dalam filsafat seni

menuju sebuah bangunan (Sumardjo, 2000: 109-110).

Setelah berjalan beriringan, arsitektur menciptakan gerakan postmodern,

gerakan seni postmodern juga aktif berperan dalam mengkritisi seni modern yang

dikenal kaku dan individualistis. Seni postmodern mencoba mendobrak batasan

antara seni tinggi dan seni rendah dan mengkomunikasikannya pada masyarakat,

sehingga tidak lagi terjadi kesenjangan sosial dan keberpihakan seni pada golongan

tertentu. Seniman postmodern lebih suka mengambil dari manapun hasil karya seni

untuk dikembangkan dalam pola dan konteks yang baru, sehingga seni postmodern

lebih unggul dengan memberontak terhadap tendensi pencarian nilai-nilai universal

(Norma, 1998: xxvii-xxviii). Karena seni selalu memuat sifat yang berakar pada

konteks sosio-kultural, maka dalam penafsirannya dapat berbeda satu sama lain.

Page 6: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

6

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang ingin

dijawab adalah sebagai berikut:

a. Apa konsep dasar arsitektur postmodernisme?

b. Bagaimana kritik-kritik postmodernisme terhadap modernisme dalam seni

arsitektur?

c. Bagaimana filsafat seni memandang arsitektur postmodernisme?

2. Keaslian Penelitian

Setelah melakukan penelitian di lingkungan Fakultas Filsafat Universitas

Gadjah Mada, ternyata penulis belum menemukan penelitian yang membahas

mengenai arsitektur postmodern dalam kajian filsafat seni, tetapi setidaknya terdapat

beberapa penelitian yang memiliki kemiripan dalam objek formal:

a. R. Sukaca Widyatmanta, 2006, “Lukisan Telanjang Karya Affandi dalam

Tinjauan Filsafat Seni”, skripsi Fakultas Filsafat UGM. Skripsi ini

memaparkan peran filsafat dalam fenomena ketelanjangan dalam lukisan

telanjang karya Affandi secara umum mengusung konsep seni sebagai

ekspresi dengan penekanan pada emosi dan perasaan subyektif seniman

terhadap kenyataan.

b. Nurcholis, 2010, “Pemanggungan Pertunjukan Wayang Kulit: dalam

Tinjauan Filsafat Seni”, skripsi Fakultas Filsafat UGM. Skripsi ini secara

garis besar memaparkan tentang wayang adalah suatu petunjuk

Page 7: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

7

keberadaan manusia. Tokoh-tokoh dalam pewayangan berusaha

diungkapkan lewat tinjauan filsafat seni dalam masing-masing modelnya.

c. Anastasia Jessica Adinda Susanti, 2010, “Relasi Novel Arok Dedes Karya

Pramoedya Ananta Toer dengan Realitas Politik Indonesia Tahun 1965-

1979 (Tinjauan Filsafat Seni Chernyshevsky)”, skripsi Fakultas Filsafat

UGM. Karya ini memaparkan tentang korelasi antara novel karya

Pramoedya Ananta Toer tentang “Arok Dedes” dengan realitas kehidupan

politik pada peristiwa 30 September 1965 dengan batasan filsafat seni

Chernyshevsky.

Sedangkan, penelitian yang memiliki kemiripan dengan objek material yang

akan ditulis antara lain:

a. Chatarina Indah S., 1998, “Konsep Keindahan dalam Arsitektur menurut

YB Mangunwijaya”, skripsi Fakultas Filsafat UGM. Skripsi ini

memaparkan tentang perspektif keindahan arsitektur khususnya di

Indonesia karya YB Mangunwijaya yang dikenal sebagai Romo Mangun.

b. Agus Pramana, 1998, “Nilai Estetis dalam Arsitektur Rumah Jawa”,

Skripsi Fakultas Filsafat UGM. Karya tulis ini menjelaskan tentang nilai-

nilai keindahan yang terkandung dalam rumah adat Jawa yaitu Joglo

berdasarkan kekuatan dan keindahan yang dimilikinya.

c. Ikhwanuddin, 2005, “Menggali Pemikiran Posmodernisme dalam

Arsitektur”, tesis yang berjudul “Postmodernisme dalam Arsitektur” telah

Page 8: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

8

dibukukan dari Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

UGM. Buku ini memaparkan tentang dinamika perkembangan arsitektur

postmodern, menjawab tantangan global sebagai langkah oposisional

terhadap pemikiran arsitektur modernisme.

d. Ardiansyah Ashar, 2008, “Nilai Estetis yang terdapat dalam Gaya

Arsitektur Rumah Minimalis”. Skripsi Fakultas Filsafat UGM. Karya tulis

ini menjabarkan dimensi estetika arsitektur yang terkandung dalam rumah

minimalis khususnya di Indonesia.

Berdasarkan hasil temuan, kedua penelitian yang memiliki kemiripan

dengan objek material membahas tentang perkembangan arsitektur. Penulis

mencoba menghindari pendekatan serupa dalam kajian historis perkembangan

arsitektur. Kajian arsitektur yang lebih terperinci digunakan penulis sebagai

sebuah pengamatan dimensi historis dalam dinamika arsitektur dunia.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Bagi ilmu pengetahuan, peneliti berharap penelitian ini mampu

memberikan kontribusi posistif dan melengkapi pandangan mengenai

arsitektur postmodernisme serta memberikan pandangan berbeda terhadap

arsitektur modern dan postmodern.

Page 9: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

9

b. Bagi filsafat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran terhadap studi arsitektur postmodernisme secara umum dan

secara khusus bagi studi filsafat seni.

c. Bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan wawasan baru tentang arsitektur postmodernisme

secara terperinci.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian adalah menjawab

pertanyaan yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah, yaitu:

1. Memberikan penjelasan mengenai konsep-konsep dasar dalam arsitektur

postmodernisme

2. Menjelaskan tentang kritik-kritik aliran postmodernisme terhadap aliran

modernisme dalam seni arsitektur

3. Menemukan penjelasan tentang pandangan filsafat seni terhadap arsitektur

postmodernisme

C. Tinjauan Pustaka

Berbicara tentang arsitektur postmodern berarti menilik kembali

perkembangannya sebagai sebuah gerakan masal penentang arsitektur modern pada

akhir abad 20. Arsitektur postmodern adalah sebuah manifesto yang hendak

Page 10: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

10

menggugat keberadaan arsitektur modern setelah sekian lama menciptakan kondisi

monotoni karya arsitektural di seluruh dunia. Andreas Huyssen dalam Ikhwanuddin

(2005: 20), menyebutkan di era modern, arsitektur adalah bentuk yang paling mudah

dilihat ketika modernisasi terus mengampanyekan industrialisasi diberbagai bidang

hingga mengakibatkan efek alienasi pada citra komunitas lokal dan eksistensi

jaringan kota. Serangan tersebut menjadi fondasi dasar bagi kekuatan gerakan

postmodernisme di bidang arsitektur.

Postmodern sebagai sebuah gerakan awalnya didirikan dalam bidang yang

lebih luas seperti seni, sastra, ilmu sosial atau politik. postmodern adalah nama

gerakan dalam kebudayaan kapitalisme lanjut (late capitalism) yang secara khusus

merujuk pada bidang seni (Munir, 2008: 125). Dalam bentuk manifesto arsitektur

postmodern, mereka berpendapat akan menemukan sebuah pembaruan yang

spektakuler dari asosiasi historis arsitektur melalui lukisan, grafis dan pahat

(Anderson, 2008: 33). Gerakan postmodern sendiri kemudian bergerak menjadi sikap

oposisional terhadap arsitektur berhaluan modern yang ternyata belum mampu

menjawab dinamika peradaban manusia kini dan nanti.

Arsitektur modern dikupas dengan menyoroti titik awal kemunduran

eksistensi arsitektur modernisme pada peledakan gedung Apartemen Pruitt-Igoe di

Saint Louis, Amerika Serikat. Apartemen tersebut dihancurkan karena berbagai

tindak kriminal kerap terjadi, desainnya berbentuk kotak bercat putih dinilai tidak

manusiawi, hanya kekuatan beton yang tidak dapat mencitrakan wujud lain selain peti

Page 11: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

11

mati saja. Kritik tersebut ditujukan pada perintis arsitektur modern dengan menyusun

kembali dan menetapkan identitas baru berdasarkan literasi yang merujuk pada

disiplin ilmu lain seperti sejarah, psikologi, sosiologi, dan bahasa. Sementara

perancangan atas identitas baru masih dirumuskan dengan tidak memecahkan

masalah secara sederhana, melainkan melakukan sebuah perencanaan berlandaskan

pada masalah yang ada (Ikhwanuddin, 2005: 19).

Kritik-kritik yang digunakan dalam penyerangan tehadap arsitektur modern

dengan menegaskan posisi nilai kesejarahan dan kontektualitas bangunan berdasarkan

nilai lokal kebudayaan yang melekat di lingkungan sekitar. Tiga acuan dasar kritik

arsitektur modern terdapat pada no where, no memory, dan no rich content kian

menyudutkan posisi arsitektur modern yang tidak dapat membuktikan keterkaitan

rancang bangunnya dengan tiga acuan tersebut. Berdasarkan ketiga acuan kritik

tersebut, arsitektur postmodern menetapkan langgamnya dan memperhitungkan

desain-desain kompleksitas yang kontradiktif pada sebuah bangunan, tidak semata

sederhana, tapi justru merumitkan desain. Meskipun demikian, arsitektur postmodern

tidaklah meninggalkan apa yang telah diwariskan arsitektur modern, Charles Jencks

dalam Ikhwanuddin (2005: 22) menyatakan bahwa postmodernisme merupakan

lanjutan dari modernisme dengan mengkombinasikan teknik modern dengan sesuatu

yang lain dan menambahkan konsep double coding (bahasa ganda).

Double coding dalam istilah arsitektur postmodern adalah sebuah ekspresi

multivalent yang menjelaskan bahwa arsitektur sebaiknya dapat ‘berbicara’. Secara

Page 12: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

12

tersirat, istilah ini menjelaskan bahwa karya arsitektural harus memiliki bahasa yang

berganda sehingga dapat dikaitkan dengan objek apapun yang diperhatikan manusia.

Arsitektur sendiri dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan masyarakat yang ada di

sekelilingnya, sehingga double coding diartikan juga sebagai kompleksifikasi

perpaduan unsur modern dan tradisional. Senada dengan pendapat Jencks ini, Kisho

Kurokawa menegaskan pentingnya kajian arsitektur yang bersumber pada filsafat

kebudayaan, sekaligus menggiring analisis berdasarkan akar sejarah dan budaya

secara mendalam (Ikhwanuddin, 2005: 73).

Paradigma arsitektur postmodernisme mengantarkan arsitektur menjadi

sebuah media komunikasi yang dibentuk lewat ragam budaya yang melingkupinya.

Arsitektur dibentuk dengan mengaktualisasikan keberadaan budaya agar pengenalan

atas identitas suatu masyarakat dapat terbaca. Sebagai contoh terdapat pada rumah

tradisional Jawa, masyarakat Jawa menilai rumah tinggalnya merupakan ungkapan

dari hakekat penghayatan terhadap kehidupan. Rumah tinggal di Jawa dibangun

dengan berlandaskan norma, nilai, perilaku, serta sisi spiritualitas masyarakatnya

(Pramana, 2000: 74). Arsitektur adalah bagian yang integral dari pengembangan

kebudayaan, maka segenap perwujudan dari seluruh hasil pikiran (logika), kemauan

(etika), serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka pengembangan kepribadian

bangsa (Chatarina Endah, 1998: 30-31).

Sisi inilah yang menjadi sorotan utama arsitektur postmodernisme, ketika

kesenjangan yang terjadi dalam bangunan berarsitektur modern merebak, kebosanan

Page 13: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

13

masyarakat tanpa bisa mengenali identitas bangunan dalam sebuah kota semakin

memuncak, postmodernisme hadir memberikan rancangan desain arsitektural yang

kontekstual. Vittorio Lampugnani dalam Sumalyo (2003: 592), menjelaskan bahwa

postmodern layaknya modern, menganjurkan untuk memperbaiki arti arsitektur

dengan mengetengahkan elemen arsitektur konvensional dan lebih pluralistik dengan

memperkaya gaya dan bentuk oleh perancangnya. Terlebih lagi ditemukan benang-

benang penghubung yang terjalin antara arsitektur modern dan postmodern dalam

tinjauan dinamika sosial budaya terhadap perkembangan gagasan-gagasan

arsitektural baru (Tanudjaja, 1992: 12).

Romi Koshla, seorang arsitek asal India, menyebutkan bahwa pemerataan

gaya internasional adalah penyebab lenyap, luntur, atau pudarnya jati diri arsitektur

dan terputusnya mata rantai kesinambungan budaya lokal, regional maupun nasional.

Budaya Barat yang merebak ditudingnya sebagai coitus interruptus, yaitu pemenuhan

kepuasan dan ekspresi jati diri tersedia tetapi sengaja tidak diolah sampai puncak

perancangan arsitektur dalam karya arsitektural kawasan Timur yang spesifik.

Budaya Barat cenderung menonjolkan superioritas teknologi dan kultural, maka

negara berkembang mengalami “rendah diri teknologi dan kultural” dengan mudah

akan mengadopsi sumber daya superior tersebut ke semua aspek kehidupan termasuk

arsitektur (dalam Budihardjo [ed], 1997: 51-52).

Berbanding terbalik dengan konsep rumah minimalis yang tengah

berkembang di Indonesia saat ini. Dalam skripsinya yang berjudul “Nilai Estetis yang

Page 14: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

14

Terdapat dalam Gaya Arsitektur Rumah Minimalis”, Ardiansyah Ashar (2008: 94),

menyebutkan nilai estetis rumah minimalis tidak mengandalkan ornamen dan objek

artifisial, tetapi lebih merujuk pada bentuk yang jujur, fungsi, dan penjiwaan ruang

yang diciptakan dengan tetap mempertahankan faktor kenyamanan meskipun ruangan

sangat minim. Pernyataan tersebut akan bertolak belakang dengan kondisi masyarakat

postmodern yang digambarkan memiliki kehidupan yang plural dan komunal, serta

masyarakat yang hidup dan bekerja dengan imajinasi dan kreativitas (Griffin, 2005:

40). Apa yang diwujudkan dalam bangunan berarsitektur minimalis akan berasosiasi

dengan gaya yang dibentuk oleh rasionalitas arsitektur modernisme, dan

kenyataannya sikap penghuni rumah tersebut akan berdampak pada nilai sosial yang

kurang, serta kesenjangan sosial dalam motif baru.

Dialektika arsitektur postmodern menurut Charles Jencks, menekankan pada

beberapa pemikiran seperti bentuk-bentuk yang kontradiktif, ambigu, parodi,

metafora, dengan mengaplikasikan penerapan double coding untuk memecahkan

pembacaan terhadap karya arsitektur dari perspektif masing-masing orang; kemudian

hibrida (hybrid) guna menyatukan dan mengkondisikan bangunan yang bertentangan

dalam gaya jukstaposisi; dan arsitektur postmodern lahir sebagai schizophrenia, suatu

penyakit mental, menggambarkan kondisi masyarakat postmodern yang saling

berlawanan satu sama lain, namun tetap terhubung dalam dinamika sebuah kelompok

sosial (Ikhwanuddin, 2005: 50-54).

Page 15: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

15

D. Landasan Teori

Seni secara terminologis diterjemahkan sebagai sesuatu yang bias karena

tidak dapat didefinisikan secara utuh dengan pengertian yang beragam pula. Seni

diartikan secara umum sebagai sebuah perbuatan apapun yang dilakukan dengan

sengaja dan maksud tertentu yang mengacu pada apa yang indah. Seni memiliki

keterkaitan yang kuat dengan kegiatan berketerampilan guna menciptakan sesuatu

lewat pengalaman estetis seseorang agar memperoleh hasil karya yang diingingkan

menurut prinsip-prinsip estetika (Bagus, 2000: 987).

Seni dapat menyampaikan perasaan-perasaan terdalam pada tiap individu,

memberikan kenikmatan, menjadi teman saat berduka, menghibur, dan seni seringkali

digunakan untuk memikat dan meyakinkan tiap individu dengan ragam ekspresi dan

bentuk juga citranya (Smiers, 2009: ix). Berkesenian berarti usaha manusia untuk

menciptakan bentuk menyenangkan yang dapat membingkai perasaan indah ketika

penyajian bentuk selesai. Seni juga memiliki fungsi sebagai sebuah penyampaian

sesuatu dari dalam diri pembuatnya, seperti fungsi spiritual, edukatif, komunikatif,

personal, sosial, serta fungsi fisik yang berusaha dijelaskan lewat ragam bentuk yang

tidak dapat dibahasakan secara verbal (Gie, 1996: 47-52; Dharsono, 2003: 26-28).

Setiap benda seni pasti memiliki sifat-sifat tertentu yang terkandung di

dalamnya. Seni bukan sebatas benda seni saja, tetapi esensi yang dikandung memiliki

dua batasan, yang pertama adalah nilai, karena seni bukanlah apa yang diperlihatkan

oleh benda seni, tetapi nilainya. Kedua yang bersifat empiris-ilmiah, mencakup

Page 16: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

16

keterangan yang menjelaskan persepsi seseorang apakah suatu benda termasuk benda

seni atau bukan, kemudian keindahan atau pengalaman seni terletak pada perasaan

individu manusia, bukan pada benda yang menimbulkan pengalaman seni. Benda seni

adalah perwujudan dari nilai-nilai seni yang diekspresikan pembuatnya, dan

dikatakan berhasil jika publik dapat menggali nilai yang terkandung dalam artefak

seninya (Sumardjo, 2000: 49-51).

Suzanne K. Langer dalam bukunya Problematika Seni menjelaskan terdapat

persamaan pada setiap jenis seni dalam menetapkan sebuah karya seni, yaitu ekspresi,

bentuk, isi, dan kreasi yang ketiganya tidak dapat terpisahkan (Langer, 2006: 17).

Problematika tersebut mengantarkan filsafat seni membedakan kajiannya dengan

filsafat keindahan atau estetika. Estetika hendak mengungkapkan pemahaman kaidah-

kaidah estetik yang bersifat umum baik itu alam atau kehidupan sehingga dapat

disejajarkan dengan filsafat tentang nilai, atau etika. Jakob Sumardjo (2000: 26),

menambahkan:

“Estetika merupakan bagian dari studi filsafat yang bersifat spekulatif, menyeluruh dan logis, dan awalnya adalah bagian dari pemikiran filsafat umum. Menuju abad modern, filsafat keindahan ini akhirnya membatasi kajiannya pada pada karya seni dan menggeser fokusnya juga pada ranah keilmuan. Maka estetika modern dinamai pula sebagai estetika ilmiah dengan objek kajian pada ilmu-ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antropologi, logika dan lain sebagainya.” Filsafat seni sebagai bagian dari kajian filsafat keindahan lebih

mengkhususkan pembahasannya pada aspek kreativitas seniman, terhadap benda-

benda seni, nilai-nilai seni, pengalaman estetis seseorang serta komunikasi seni. Di

Page 17: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

17

dalamnya juga terkandung nilai konteks seni sehingga pada akhirnya karya dapat

dipahami oleh publik seni yang bergantung pada aspek pokok filsafat seni seperti

sikap estetik, bentuk formal, pengalaman estetik, persoalan nilai, dan pengetahuan

dalam seni (Sumardjo, 2000: 27).

Berdasarkan pemaparan tersebut, kajian filsafat seni dapat menjadi induk

yang digunakan sebagai pisau analisis bagi cabang-cabang seni lainnya. Penelitian

tentang korelasi antara arsitektur dan filsafat seni ini memiliki kesinambungan yang

khas karena dunia arsitektur dan dunia seni beriringan membangun pandangan di era

yang disebut postmodern. Arsitektur adalah bagian dari cabang seni karena memiliki

nilai kegunaan langsung dirasakan oleh penikmat dan penggunanya Sebagaimana

yang diungkap dalam problematika seni, arsitektur juga memiliki nilai-nilai yang

serupa dengan kajian filsafat seni.

“Seni memandang arsitektur sebagai seni bangunan termasuk ragam hias di dalamnya, sementara dari sudut pandang teknik, arsitektur adalah sistem mendirikan bangunan termasuk proses perancangan, konstruksi, struktur, dan juga mencakup aspek dekorasi dan keindahannya. Membangun bentuk arsitektur adalah naluri makhluk hidup, maka tidak berlebihan jika makhluk lain seperti hewan ketika membangun sarangnya juga memiliki nilai arsitektur seperti fungsi, daya tahan terhadap alam dan memancarkan keindahannya sendiri, namun berrbeda secara prinsipil karena hewan tidak berbudaya.” (Sumalyo, 2005: 1). Budi A. Sukada menjelaskan bahwa arsitektur merupakan ungkapan ekspresi

dari apa yang dipikirkan pembuatnya. Pada dasarnya arsitektur ingin selalu

menyampaikan pesan karena tidak dapat diutarakan secara verbal (Budihardjo [ed.],

1996: 33). Begitu juga dalam tradisi zaman yang berubah, postmodernisme dalam

Page 18: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

18

seni dan arsitektur semakin memperkuat landasan filosofisnya yang mengarah pada

wacana kearifan lokal sehingga tak lagi terdapat batasan seni tinggi dan rendah

(Prawira, 2000: 170). Filsafat seni sebagai kerangka sekaligus pendekatan penelitian

ini akan menjabarkan relasi di antara keduanya hingga berujung pada evaluasi kritis

atas pemahaman bentuk arsitektur postmodern bagi dunia dan masyarakat.

E. Metode Penelitian

1. Bahan Penelitian

Penelitian sederhana ini merupakan sebuah riset yang berbasis pada studi

kepustakaan yang diambil dari beberapa studi yang terkait dengan materi penelitian.

Pustaka yang digunakan yaitu:

Pustaka primer yaitu buku, hasil penelitian, jurnal atau artikel yang memiliki

otoritas terkait objek material dan objek formal. Data yang digunakan sebagai rujukan

utama dalam jalannya penelitian, membahas tentang pemikiran arsitektur postmodern

sebagai objek material dan filsafat seni sebagai objek formalnya. Buku-buku yang

menjadi sumber primer objek formal dalam penelitian ini antara lain: Problematika

Seni (2006), karya Suzanne K. Langer; Filsafat Seni (2000), karya Jakob Soemardjo;

Teks-Teks Kunci Estetika Filsafat Seni (2005), kumpulan esai oleh Mudji Sutrisno,

dkk; Postmodernisme (1996), karya I. Bambang Sugiharto; dan Vodka dan Birahi

Seorang Nabi: Esai-Esai Seni dan Estetika (2012), karya St. Sunardi.

Page 19: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

19

Sementara objek material antara lain: Menggali Pemikiran Postmodern dalam

Arsitektur (2005), karya Ikhwanuddin; Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad

XX Edisi ke-2 (1997), karya Yulianto Sumalyo; Pengantar Arsitektur (1984), karya

James C. Snyder dan Anthony J. Catanese; The Language of Post-Modern

Architecture (1984), karya Charles Jencks.

Sementara pustaka sekunder adalah buku, hasil penelitian, jurnal atau artikel

sebagai rujukan kedua setelah pustaka primer yang berguna sebagai pembanding dan

membantu memahami pengertian atau istilah kunci dalam pustaka primer. Pada objek

formal antara lain: Seni, Politik, Pemberontakan (1998), disunting oleh Ahmad

Norma; Sejarah Seni Rupa Modern (2000), karya Nanang Ganda Prawira; Visi-Visi

Postmodern (2005), karya David Ray Griffin; Aliran-Aliran Utama Filsafat Barat

Kontemporer (2008), karya Misnal Munir; Menggugat Modernisme: Mengenali

Rentang Pemikiran Postmodernisme Jean Paul Baudrillard (2012), karya Medhy

Aginta Hidayat; Tegang Bentang: Seratus Tahun Perspektif Arsitektur di Indonesia

(2012), karya Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia.

Sedangkan dalam objek material antara lain: Dimensi Estetika pada Karya

Arsitektur dan Desain (2004), karya Artini Kusmiati; Arsitektur dan Perilaku

Manusia (2004), karya Joyce Marcella Laurens; Wujud Arsitektur Sebagai Ungkapan

Makna Sosial Budaya Manusia (1992), karya F. Christian J. Sinar Tanudjaja;

Complexity and Contradiction in Architecture (1966), karya Robert Venturi; Jati Diri

Page 20: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

20

Arsitektur Indonesia (1996) dan Arsitektur Pembangunan dan Konservasi (1997). ,

karya Eko Budihardjo [ed.], dkk.

2. Jalan Penelitian

a. Inventarisir data: mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian

tentang arsitektur postmodernisme dalam kajian filsafat seni baik berupa

buku, jurnal, dan artikel terkait untuk dikaji lebih dalam.

b. Klasifikasi data: memilah data yang telah diperoleh menjadi data primer dan

data sekunder. Pemisahan dan klasifikasi dilakukan pada sumber seperti buku,

jurnal, dan artikel yang memiliki keterkaitan dengan objek formal dan objek

material penelitian. Data primer digunakan sebagai acuan utama, sementara

data sekunder sebagai penunjang jalannya penelitian.

c. Analisis data: dengan melakukan analisis terhadap data yang diperoleh

dengan metode yang dipilih untuk melakukan penelitian. Data yang dianalisis

mencakup data primer dan data sekunder tentang arsitektur postmodernisme

dan filsafat seni.

d. Penyusunan hasil: merupakan penulisan yang akan dilakukan secara

sistematis dan koreksi terhadap penelitian.

3. Analisis Hasil

Penelitian ini merupakan kajian pustaka dengan menggunakan model

penelitian deduktif dengan menggunakan metode hermeneutika. Penulis berupaya

menangkap dan memberi penafsiran baru dalam memahami teks yang terkait dengan

Page 21: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

21

arsitektur postmodernisme. Guna memperoleh analisis tersebut digunakan unsur

metodis berupa: inventarisasi, deskripsi, analisis dan interpretasi:

a. Inventarisasi, mengumpulkan bahan pertimbangan historis yang dapat

ditemukan dalam kepustakaan tentang konsep arsitektur postmodernisme dan

tinjauan filsafat seni.

b. Deskripsi, data yang terkait dengan arsitektur postmodern dan filsafat seni

dipaparkan seakurat mungkin sehingga memperoleh pemahaman yang jelas.

c. Analisis, penulis melakukan pemeriksaan secara konsepsional atas makna

yang terkandung dalam istilah atau konsep-konsep serta permasalahan yang

timbul terkait objek kajian arsitektur postmodern dan filsafat seni.

d. Interpretasi, semua bahan dari data yang sudah ada kemudian dianalisis dan

dipahami untuk menemukan arti dan makna sejelas mungkin. Langkah ini

dimaksudkan untuk menafsirkan secara filosofis tentang konsep filsafat seni

dalam memandang arsitektur postmodernisme.

F. Hasil yang Dicapai

Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah mampu memperoleh jawaban

dari persoalan yang telah disampaikan dalam rumusan masalah, yaitu:

1. Mengungkapkan konsep arsitektur postmodernisme yang berkembang.

Page 22: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

22

2. Mendapatkan gambaran umum dan pemahaman tentang konsep seni dalam

arsitektur postmodernisme berdasarkan kritik postmodern terhadap

modernisme.

3. Memberikan deskripsi mengenai pandangan filsafat seni terhadap arsitektur

postmodernisme.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan disusun dalam lima bab sebagai berikut:

Bab pertama, memuat pendahuluan yang berisi latar belakang dilakukannya

penelitian ini, rumusan masalah yang hendak dijawab, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian yang digunakan, hasil yang akan

dicapai, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, berisi tentang pembahasan mengenai objek formal terkait yaitu

filsafat seni, mendeskripsikan pengertian filsafat seni, perkembangan teori seni,

periodisasi seni, aliran-aliran dalam filsafat seni, serta bentuk umum yang dapat

dikaji lewat filsafat seni.

Bab ketiga, memuat tentang pembahasan objek material terkait yaitu

arsitektur postmodern berupa sejarah arsitektur, perkembangan arsitektur, latar

belakang perkembangan arsitektur postmodern, tokoh-tokoh dalam arsitektur

postmodern, kritik terhadap arsitektur modern dan bentuk-bentuk arsitektur

postmodern.

Page 23: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69298/potongan/S1-2014...penerapan bangunan modern dengan asas fungsional, purisme, ... no memory, dan no

23

Bab keempat, berisi tentang analisis mengenai filsafat seni yang terdapat

dalam arsitektur postmodern berupa tinjauan-tinjauan mendasar mengenai

problematika dalam filsafat seni dan arsitektur postmodern, serta mengupayakan

sebuah refleksi kritis filsafat seni terhadap perkembangan arsitektur postmodern.

Bab terakhir, merupakan bagian penutup dari seluruh rangkaian penelitian ini

yang memuat kesimpulan sebagai refleksi pemikiran dari hasil penelitian, dan saran

dalam karya tulis ini.