penda hulu an

70
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman karet (Havea brasilliensis) merupakan tanaman tahunan. Satu siklus tanam yang dihitung dari saat menanam di lapangan sampai diremajakan berkisar 25 tahun. Hal ini berarti bahwa pemilihan bahan tanam dilakukan hanya sekali dalam 25 tahun. Pemilihan bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat karena adanya kekeliruhan dalam pemilihan bahan tanam akan bedampak negatif terhadap capaian produksi dalam satu siklus. Setiap mahasiswa khususnya jurusan Pertanian dituntut untuk menguasai tata cara dan norma kerja di bidang Pertanian yang bertujuan untuk mengahasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing. Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan program kurikulum pengembangan wawasan, pengalaman dan pengetahuan praktis mahasiswa melalui program-program di bidang pertanian yang dikelola oleh swasta atau pemerintah. Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat juga disebut sebagai program belajar sambil bekerja yang dilakukan sesuai dengan bidang/minat pada program studi yang ditempuh. Praktek Kerja Lapangan (PKL) tercapai apabila Mahasiswa Fakultas Pertanian Unika Santo Thomas Sumatera Utara terjun langsung ke lapangan, dimana mahasiswa akan mengembangkan pengetahuan melalui karya nyata. Dengan kata lain, Mahasiswa tidak hanya sebatas mengetahui maupun berbuat, melalui PKL ini juga diharapkan mahasiswa belajar sambil berbuat.

Upload: rendi-fernandes

Post on 30-Jul-2015

426 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penda Hulu An

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman karet (Havea brasilliensis) merupakan tanaman tahunan. Satu siklus tanam

yang dihitung dari saat menanam di lapangan sampai diremajakan berkisar 25 tahun. Hal

ini berarti bahwa pemilihan bahan tanam dilakukan hanya sekali dalam 25 tahun. Pemilihan

bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat karena adanya kekeliruhan dalam

pemilihan bahan tanam akan bedampak negatif terhadap capaian produksi dalam satu

siklus.

Setiap mahasiswa khususnya jurusan Pertanian dituntut untuk menguasai tata cara

dan norma kerja di bidang Pertanian yang bertujuan untuk mengahasilkan sumber daya

manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan program kurikulum pengembangan

wawasan, pengalaman dan pengetahuan praktis mahasiswa melalui program-program di

bidang pertanian yang dikelola oleh swasta atau pemerintah. Praktek Kerja Lapangan

(PKL) dapat juga disebut sebagai program belajar sambil bekerja yang dilakukan sesuai

dengan bidang/minat pada program studi yang ditempuh.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) tercapai apabila Mahasiswa Fakultas Pertanian Unika

Santo Thomas Sumatera Utara terjun langsung ke lapangan, dimana mahasiswa akan

mengembangkan pengetahuan melalui karya nyata. Dengan kata lain, Mahasiswa tidak

hanya sebatas mengetahui maupun berbuat, melalui PKL ini juga diharapkan mahasiswa

belajar sambil berbuat.

Page 2: Penda Hulu An

2

1.2. Tujuan PKL

Tujuan PKL adalah:

1. Melati Mahasiswa Untuk Memperoleh keterampilan dan pengakaman praktek dalam

suatu kegiatan pertanian sesuai dengan bidang keilmuannya.

2. Melibatkan Mahasiswa secara langsung dalam kegiatan perilaku sehari-hari untuk

mengembangkan kepekaan yang bermakna terhadap berbagai persoalan yang timbul

dalam praktek.

3. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan teori dan penerapannya

serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

4. Memberikan bekal dan pengenalan praktek (keterampilan) terhadap mahasiswa untuk

bekerja di dalam masyarakat.

1.3. Sasaran Praktek Kerja Lapangan

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam PKL ini adalah:

1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman praktis dan menerapkan

menyeleraskan teori yang diperoleh dengan kenyataan di lapangan

2. Menghasilkan sarjana Agroteknologi yang terampil, relevan dengan

pembangunan dan mampu menghayati serta memecahkan permasalahan yang

kompleks dalam masyarakat secara sistematis dan interdispliner.

Page 3: Penda Hulu An

3

II. KONDISI UMUM BALAI PENELITIAN SUNGEI PUTIH

II.1. Lokasi Balai Penelitian Sungei Putih

Balai Penelitian Sungei Putih, pusat Penelitian Karet Berada di Desa Sungei Putih,

Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, berada sekitar 45 Km dari Selatan kota

Medan dan berjarak sekitar 27 Km dari kota Lubuk Pakam. Lokasi Balai Penelitian sungei

Putih terletak pada ketinggian sekitar 80 m dari permukaan laut. Sarana untuk mencapai

lokasi merupakan jalan aspal dari Medan sampai Sungei Putih dan selebihnya jalan separuh

aspal. Batas areal Balai Penelitian Sungei Putih adalah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pertumbukan dan PT. Perkebunan Nusantara III

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan Tanjung Purba

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Galang dan PT. Perkebunan Nusantara

III

4. Sebelah Barat berbatasan dengan daerah Bangun Purba dan PT. Serdang Tunggal

II.2. Sejarah Balai Penelitian Sungei Putih

Balai Penelitian Sungei Putih sebelumnya Pusat Penelitian Karet menjadi Balai

Penelitian, berada di bawah naungan Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian lainnya berada

di bawah naungan Pusat Penelitian Karet adalah Balai Penelitian Sembawa (Sumatera

Selatan), Balai Penelitian Teknologi Karet (Bogor, Jawa Barat) dan Balai Penelitian Getas

(Jawa Tengah). Perubahan nama institusi terjadi beberapa kali sejak berdiri tahun 1981

bernama Pusat Penelitian Karet sampai tahun 1989, pada tanggal 03 Juli 1989 kembali

Page 4: Penda Hulu An

4

menjadi Balai dan Pengukuhan (Balai) pada bulan Mei 2003 sampai sekarang menjadi

Balai Penelitian Sungei Putih.

Balai Penelitian Sungei Putih memegang mandat yang diberikan Pusat Penelitian

karet secara untuk melaksanakan penelitian dan Pengembangan di bidang perkaretan

dengan tujuan untuk mendapatkan inovasi dan teknologi guna mendukung dan

meningkatkan industri perkaretan Indonesia secara berkesinambungan.

II.3. Luas Areal Balai Penelitian Sungei Putih

Balai Penelitian Sungei Putih memiliki kebun percobaan (KP) seluas 452,84 Ha serta

memiliki 5 buah laboratorium yaitu laboratorium tanah, proteksi, teknologi, fisiologi, serta

3 rumah kaca dan 1 stasiun klimatologi, kebun percobaan sungei putih memiliki 50,26 Ha

Kebun Plasma Nuftah hasil ekspedisi Brazil 1981 sebagai lahan dasar kegiatan karet.

II.4. Luas Kebun yang Ditanami

Dari keseluruhan luas areal tidak seluruhnya ditanami oleh tanaman karet tetapi

terdapat penanaman kelapa sawit dengan TM 49,65 Ha dan TBM 0,85 Ha. Untuk hasil

tanaman sawit yang dipanen dari kebun percobaan dijual dalam bentuk TBS dan

mekanisme tanaman yang dilakukan pihak kebun.

II.5. Pemakaian Lahan yang Lain

Lahan Balai penelitian Sungei putih sebagian dimanfaatkan untuk perumahan

karyawan, koperasi karyawan, sarana keagamaan, sarana olahraga, jalan dan bangunan

Page 5: Penda Hulu An

5

untuk ibu-ibu persatuan Istri Karyawan (Periska), rincian penggunaan areal kebun dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rincian Penggunaan Areal Kebun

Penggunaa Areal Luas (ha)

Tanaman menghasilkan (TM) 140,41

Tanaman Belum Menghasilkan(TBM) 145,41

Kebun Plasma Nuftah 50,26

Kebun Entres 10,50

Sawit (TM) 49,56

Sawit (TBM) 0,85

Emplasmen 38,92

Jalan 17,09

Jumlah 452,84

Page 6: Penda Hulu An

6

III. TINJAUAN PUSTAKA

III.1. Botani Tanaman

Menurut Strasburgers (1964) taksonomi karet, yaitu:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Sub class : Tricoccae

Familli : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg.

Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-40 m.

sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga

kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Batangya

bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit

bergabus (Syamsulbahri,1996).

Daun karet berwarna hijau dan ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai anak

daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak daunnya antara

3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya terdapat tiga helai anak daun. Pada ujung

Page 7: Penda Hulu An

7

anak daun terdapat kelenjar. Pada musim kemarau daun menjadi kuning atau merah

(Setiawan, 2000).

Pada satu karangan bunga (inflorensia) pada umumnya terdapat 3-15 malai. Bunga

betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30 bunga, umumnya 4-6 bunga betina terbentuk

di ujung sumbu-sumbu malai. Jumlah bunga dalan satu pohon bervariasi pada keaadan

pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat mencapai 6000-8000 bunga per

pohon. Bunga jantan terdapat pada bagian bawah malai dan ukurannya lebih kecil,

sedangkan bunga betina ukurannya lebih besar dari pada bunga jantan dan berbentuk bulat

(bundar). Jumlah bunga jantan dalam satu pohon dapat mencapai 60-70 kali lebih banyak

dari bunga betina (Siagian, 2006).

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga, kadang

enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat

kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas (Pathamus, 1982).

III.2. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

III.2.1. Iklim

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah penanaman Indonesia adalah

Pulau Sumatera Utara, Jawa dan Kalimantan, terletak pada zona antara 6 LU dan 6 LS.

Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2500

mm/tahun, optimal antara 2500-4000 mm/ tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan.

Kegiatan tempat untuk pertumbuhan tanaman karet adaah 0-600 m dpl, dan optimal pada

ketinggian 200 m dpl. Setiap kenaikan 100 m maka matang sadap lebih lambat 6 bulan.

Page 8: Penda Hulu An

8

Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman karet adalah 20-30 C dengan kelembapan 75-

95 % dan kecepatan angin tidak terlalu kencang karena dapat mengakibatkan batang atau

pohon tumbang (Setiamidjaja, 1999).

III.2.2. Topografi

Topografi Balai Penelitian Sungei Putih adalah termasuk dataran yang hampir

tergolong tinggi dan bagian tanahnya rata pada keseluruhan areal kebun. Areal Balai

Penelitian Sungei Putih berada disekitar 80 m dari permukaan laut.

III.2.3. Tanah

Tanaman karet tumbuh pada jenis tanah misalnya tanah vulkanis umumnya memiliki

sifat yang cukup baik, terlihat dari struktur, tekstur, solump, kedalam air tanah tanah, aerasi

dan drainase tetapi sifat kimianya kurang baik karena kandungan rendah. Sedangkan tanah

aluvial cukup subur tetapi sifat fisik terutama aerase dan drainase kurang baik sehingga

pembuatan saluran drainase akan memperbaiki sifat fisik tanah. Reaksi tanah yang

umumnya pH 3-8 dibawah 3 atau 8 akan menyebabkan pertumbuhan tanaman karet

terhambat (Setyamidjaja,1982).

III.3. Jenis Klon Anjuran

Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting di dalam

meningkatkan produktivitas kebun. Melalui kegiatan seleksi yang dimulai tahun 1910, telah

terjadi peningkatkan produktivitas yang spektakuler dari penanaman bibit asal semakin

menjadi klon-klon unggul yang lebih produktif. Anjuran bahan tanaman (klon) pada saat

Page 9: Penda Hulu An

9

ini, disesuaikan dengan kepentingan industri karet, yang mengelola kebun karet untuk

menghasilkan lateks maupun kayu. Klon yang direkomendasikan atau yang dianjurkan

Pusat Penelitian Karet untuk penanaman komersial periode 2010-2014 terdiri dari tipe

penghasil lateks yaitu klon IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB

330, dan PB 340. Sedangkan tipe penghasil lateks-kayu adalah klon IRR 5, IRR 39, IRR

42, IRR 107, IRR 119 dan RRIC 100.

Klon-klon yang dirilis seperti BPM 1, BPM 107, BPM 109, AVROS 2037, GT 1,

PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712 masih dapat digunakan dengan

beberapa pertimbangan, antara lain dengan memperhatikan kepentingan pengguna untuk

penanaman pada agroekosistem tertentu maupun kebutuhan lateks ataupun kayu untuk

keperluan produk tertentu.

Page 10: Penda Hulu An

10

IV. ASPEK-ASPEK TEKNIK BUDIDAYA

IV.1. Pembibitan

Penyiapan bahan tanaman budidaya karet bertujuan menghasilkan lateks atau kayu

secara maksimal. Untuk mewujudkan pembangunan perkebunan karet yang produktif,

efesien, berdaya saing tinggi, dan menguntungkan secara agribisnis, penggunaan bibit

unggul bermutu dari hasil penelitian merupakan hal yang sangat penting.

Kerugian yang timbul akibat penggunaan bibit yang tidak baik sangat besar karena

tanaman karet memiliki massa produksi yang panjang sekitar 20-25 tahun. Proses

menentukan kualitas bibit yang akan ditanam, pembibitan tanaman karet meliputi kegiatan :

penyiapan lahan untuk batang bawah, pendederan benih batang bawah, siap tanam. Proses

pembibitan yang baik akan menghasilkan bibit karet yang baik secara genetis, morfologis,

dan fisiologis.

IV.1.1. Penyediaan Biji

Biji yang baik adalah biji yang dikumpul dari kebun-kebun yang berumur lebih 15

tahun areal pengumpulan harus mempunyai batas selebar 10 m untuk menghindari

kontaminasi biji yang berasal dari pohon-pohon induk lain jenis klon yang tidak

terindentifikasi.

Ciri-ciri biji yang baik adalah: murni, diukur dari bentuk ukuran dan ciri khas corak

kulit. Daya kecambah tinggi (<60%) dan bernas.

Page 11: Penda Hulu An

11

Biji tidak dapat disimpan lama karena bersifat rekalsitran (cepat kehilangan

viabilitas/daya kecambah). Daya kecambah akan menurun sampai 45% jika disimpan satu

bulan. Biji yang ada segera diseleksi dan diuji kesegarannya kemudian dikecambahkan dan

akhirnya ditanam di lapangan.

IV.1.2. Metode Seleksi Biji

Terdapat dua metode seleksi biji, yaitu :

Pertama metode pemantulan, dilakukan dengan menjatuhkan biji diatas lanta

yang keras. Biji yang melenting memiliki daya kecambah lebih dari 80% atau

dengan menggunakan alat sortasi biji hasil penemuan RC. Getas salatiga yang

dapat mempercepat dan menghemat waktu seleksi biji.

Metode kedua perendaman, biji yang direndam dalam air bersih dan biji yang

baik akan tenggelam 2/3 bagian.

Sumber : Balit Sungei Putih

Gambar 1. Contoh biji yang dikumpulkan dari beberapa jenis klon anjuran

Page 12: Penda Hulu An

12

Kriteria pengamatan dalam pengujian kesegaran ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria pengamatan dalam uji kesegaran benih

Golongan Warna Endosperm Kriteria

I Putih murni Sangat baik

II Putih kekuningan,putih kehijauan Cukup baik

III Kekuningan, berminyak Kurang baik

IV Kuning gelap Rusak

V Coklat, hitam Sangat rusak

IV.1.3. Pengecambahan Biji (Pre-nursery)

Pengecambahan biji dilakukan dalam persemaian. Persemaian benih dilakukan

dalam bedengan yang diberi naungan, bedengan dibuat dengan ukuran 1,2 x 10 m. Tinggi

naungan disisi tiur 1,5 x 2 m dan di sisi barat 1 -1,5 m agar sinar matahari pada siang dan

sore tidak langsung menyinari kecambah. Pasir digunakan sebagai media tanam dalam

proses persemaian benih, tinggi lapisan pasir 10-13 cm. Benih yang akan disemaikan

dibenamkan sepertiga bagian banih sehingga benih tetap muncul dipermukaan. Posisi

demikian memudahkan bakal akar dan bakal tumbuh tanpa terganggu benih lainnya. Jarak

tanam benih 1 x 1 cm, kapasitas bedeng menampung 120.000 benih perbedengan. Daya

kecambah benih selama persemaian kira-kira 70 %.

Page 13: Penda Hulu An

13

Selama proses persemaian, kelembaban media tanam harus selalu diperhatikan.

Penyiraman air sangat diperlukan apabila kelembaban media tanam menipis. Stadia

pertumbuhan benih dinamakan berdasarkan pertumbuhan akar benih. Stadia pancing

muncul kira kira 10-12 hari, stadia jarum muncul kira-kira 12-15 hari setelah penyemaian.

Kriteria kecambah yang baik adalah kecambah yang tumbuh kurang dari 15 hari setelah

waktu penyemaian, akar tunggang lurus, bentuknya normal, dan tidak terserang jamur akar

putih.

Gambar 2. Naungan Persemaian Biji Karet

IV.1.4. Pemindahan Kecambah (main nursery)

Pemindahan benih yang telah berkecambah ke pembibitan batang bawah dilakukan

pada pagi dan sore hari. Kecambah yang akan dipindahkan dicabut dengan hati-hati dan

dimasukkan kedalam ember yang telah diisi dengan air agar dimaksud mengurangi

penguapan. Jika pemindahan kecambah ke areal pembibitan dilakukan pada musim hujan,

bibit yang digunakan adalah stadia pancing dan pada musim kemarau bibit yang dipakai

stadia jarum. Hal tersebut karena bibit stadia pancing kurang tahan terhadap kekurangan air

Page 14: Penda Hulu An

14

dan mudah terserang serangga di bagian yang masih melekat sehingga mengakibatkan bibit

mati.

Pembbibitan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungai Putih biasanya dilakukan

di gawangan tanaman belum menghasilkan (TBM 1 atau TBM 2). Gawangan adalah areal

antara satu baris tanaman dengan satu baris lainnya , dalam setiap gawangan terdapat tiga

bet tanaman yang memuat 3000 bibit. Bet dikenal dengan satuan 4 baris tanaman sehingga

setiap bet berisi 1000 bibit, antara satu bet dengan bet sebelahnya diberi jarak 50 cm.

Penanaman di pembibitan menggunakan jarak tanam 30 x 20 cm dengan panjang barisan

kira-kira 50 m sehingga dalam satu baris terdapat 250 bibit. Standar kerja penanaman

kecambah ke areal pembibitan 1000 kecambah/HK.

Gambar 3. Stadia Kecambah Untuk Ditanam

Page 15: Penda Hulu An

15

IV.2. Penanaman Batang Bawah

Bibit batang bawah adalah bibit yang digunakan sebagai tempat menempelkan mata

tunas pada proses okulasi. Untuk memperoleh tanaman yang baik, benih yang akan

digunakan sebagai batang bawah harus memiliki kriteria yang baik dalam kemurnian dan

kesegaranya. Benih yang di gunakan sebagai batang bawah sekurang-kurangnya berasal

dari biji pilihan propellegitim yaitu biji yang diketahui pohon induk asalnya. Beberapa

klon yang dianjurkan sebagai batang bawah antara lain: GT 1, PB 260, RRIC 100, dan

AVROS 2037.

IV.2.1. Pengolahan lahan

Lahan yang digunakan sebagai tempat pembibitan batang bawah sebaiknya di pilih

lahan yang gembur , relatif datar, mudah di jangkau dan di awasi, dekat dengan sumber air,

dan bebas hama dan penyakit. Jika terpaksa mengunakan lahan yang miring, pembibitan

dapat dengan lahan dengan kemiringan tidak lebih dari 3% dan di buat teras dengan

mengurangi erosi tanah (Puslit Karet, 2003). Lahan pembibitan batang bawah dikebun

Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih umumnya datar sampai bergelombang. Proses

penyiapan lahan dilakukan secara mekanis dengan mengunakan traktor. Pengolahan lahan

secara mekanis dilakukan dengan cara dua kali ripping dua kali pembajakan, dan satu kali

pengaruan.

Ripping bertujuan untuk mengangkat akar dan sisa tunggul tanaman agar tidak

menjadi sumber inokullum jamur akar putih (JAP). Proses ripping dilakukan dua kali, arah

kerja ripping pertama timur-barat dan ripping kedua arah kerjanya utara selatan. Ripping

Page 16: Penda Hulu An

16

kedua dilakukan seminggu setelah ripping pertama. kedalaman bidang olah ripping 40 – 50

cm. Pembajakan tanah adalah proses pembalikan lapisan atas tanah untuk mengemburkan

tanah. Pembajakan pertama dilakukan seminggu setelah ripping kedua arah kerjanya

timur-barat dan pembajakan kedua dilaksanakan seminggu setelah pembajakan pertama

arah kerjanya utara-selatan. Kedalaman bidang olah bajak 30 – 40 cm. Pengaruan bertujuan

untuk memecah bongkahan-bongkahan tanah menjadi bentuk yang lebih kecil. Proses

penggaruan juga dilakukan dalam dua tahap. Penggaruan pertama seminggu setelah

pembajakan kedua arah kerjanya timur-barat dan penggaruan kedua arah kerjanya utara-

selatan.

Pengolahan lahan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih biasanya

mengunakan sistem borongan dengan mengunakan jasa pihak ketiga ( pemborong ), pihak

kebun melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan lahan. Pengolahan harus

bersifat menyeluruh dan merata artinya semua titik dalam areal tersebut harus mendapat

perlakukuan dan tidak ada yang terlewati serta kedalaman bidang olah satu titik dengan

titik lain harus sama. Di antara setiap fase pengolahan lahan dilakukan pengayapan akar.

IV.2.2. Pemeliharaan batang bawah

Kegiatan pemeliharaan bibit batang bawah meliputi: pemupukan, pengendalian

hama dan penyakit, dan pengendalian gulma (weeding). Pemupukan dilakukan selama

empat bulan dengan interval satu bulan. Pemupukan pertama kali dilakukan saat bibit

berumur dua bulan dengan pupuk pukalet 5 g/bibit, dosis pada pemupukan kedua dan

seterusnya dinaikan bertahap 10, 15, dan 20 g/bibit, dosis pada pemupukan dengan sistem

Page 17: Penda Hulu An

17

tugal 15 HK/Ha dan sistem sebar kebutuhann tenaga kerjanya 35 HK/Ha. Pada saat

tanaman berumut 7 bulan dilakukan pemupukan ekstra untuk menjaga vigor tanaman dan

meningkatkan kadar kambium batang.

Penyemprotan dilakukan untuk mengendalikan penyakit daun. Penyemprotan

dilakukan pertama kali pada umur 2 bulan mengunakan Dithane M-45 dengan konsentrasi

30 g/15 lt air. Penyemprotan dilakukan selama 4 bulan dengan interval satu bulan.

Konsentrasi larutan ditingkatkan pada penyemprotan kedua dan seterusnya menjadi 35, 40,

dan 45g/15lt air. Kebutuhan tenaga kerja penyemprotan 3 HK/Ha.

Gulma yang tumbuh di sekitar bibit akan mengangu pertumbuhan dan

perkembangan bibit karena akan terjadi kompetisi dalam memperoleh unsur hara, cahaya,

dan ruang. Pengendalian gulma di pembibitan lakukan dengan cara manual dengan

mengunakan cangkul dengan kriteria Wo yaitu seluruh areal pembibitan harus bebas gulma.

Weeding dilakukan pertama kali 3 bulan setelah pemindahan kecambah ke pembibitan

dilakukan sampai bibit berumur 7 bulan dengan interval 1 bulan. Kebutuhan kerja

pengendalian gulma pertama 25 HK/Ha dan selanjutnya diturunkan menjadi 20, 15, dan 10

HK/Ha.

IV.3. Pembangunan kebun entres

Salah satu syarat penting untuk menghasilkan bahan tanaman yang baik dan

memenuhi standar mutu adalah kegunaan mata entres yang baik dan murni. Entres dapat

diproleh dari cabang tanaman komersial di lapangan dan dari kebun entres. Entres yang

diambil dari tanaman bukan kebun entres memiliki tingkat keberhasilan okulasi yang

Page 18: Penda Hulu An

18

rendah dan tidak seragam. Klon anjuran untuk batang atas pada saat ini disesuaikan dengan

kriteria untuk menghasilkan lateks-kayu. Contoh klon anjuran untuk batang atas adalah: PB

260, AVROS 2037, IRR 112, IRR 118, dan RRIC 100. Batang bawah dapat di gunakan dari

klon AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan RRIC 100. Lahan untuk pembangunan kebun entres

harus memiliki sifat fisik dan kimia yang baik. Lokasi kebun entres harus memenuhi

kriteria sebagai berikut: 1). Bebas penyakit, 2). Topografi datar, 3). Dekat dengan jalan agar

mudah dijangkau dan di awasi, 4). Dekat dengan sumber air. Dan 5). Bebas ganguan alam

seperti banjir dan tanah longsor. Jika terpaksa mengunakan lahan yang memiliki

kemiringan 3-5% perlu dibuat saluran drainase. Lokasi kebun entres di Kebun Percobaan

Balai Penelitian Sungei Putih umumnya bertopografi datar.

Luas kebun entres disesuaikan dengan luas lahan yang akan ditanami karet, kebun

entres yang dikelola dengan baik dengan jatak tanam 1 x 1 m segi empat memiliki populasi

per hektar 8.000 – 9.000 pohon setelah dikurangi untuk pembuatan jalan kontrol dan

pembatas antar klon. Bahan tanam untuk kebun entres dapat dipakai stum mata tidur, stum

mini, dan bibit dalam polibeg. Rata-rata per pohon dapat menghasilkan 6 meter kayu

okulasi (3 cabang yang dipelihara), setiap sumber kayu okulasi dapat menyediakan 10-15

mata entres sehingga satu pohon dapat menghasilkan 60-90 mata entres. Satu hektar kebun

okulasi dapat menyuplai kurang lebih 600.000 mata entres. Jika keberhasilan okulasi 75-

80% dan seleksi bibit 10-15% maka satu hektar kebun entres dapat menyediakan bahan

tanam untuk kurang lebih 700 hektar pertanaman karet. Bahan tanam untuk kebun entres

dapat dipakai stum mata tidur, stum mini, dan bibit dalam polibeg (Sagala,2006).

Page 19: Penda Hulu An

19

IV.3.1. Pengolahan lahan

Pengolahan lahan di kebun entres sama dengan kegiatan pengolahan lahan yang

dilakukan pada pembibitan batang bawah mulai dari penebangan pohon, ripping, dan garu

(harrow).

IV.3.2. Pemeliharaan Kebun Entres

Pemeliharaan kebun entres meliputi kegiatan pengendalian gulma, pengendalian

hama dan penyakit, pemupukan, pewiwilan, dan pemurnian klon. Pengendalian gulma

dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu pencangkulan atau dengan cara aplikasi

herbisida. Areal kebun entres harus dipertahankan bebas gulma. Pengendalian penyakit

daun yang disebabkan serangan Colletotrichum diatasi dengan penyemprotan Dithane M-

45 dengan konsentrasi 0,2% dengan rotasi dua minggu sekali. Penyakit yang disebabkan

oleh serangan Oidium heveae diberantas secara penyemprotan serbuk belerang 10 kg/Ha.

Pemupukan areal kebun entres di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungai Putih

menggunakan pupuk Pukalet dengan dosis 10 gr/pohon. Pemupukan dilakukan dengan

membenamkan pupuk di sekitar batang.

Pembuangan tunas palsu (pewiwilan) dilakukan pada saat tanaman sudah berpayung

dua atau tiga. Tunas yang dipelihara di kebun entres adalah tunas yang tumbuh di mata

entres, tunas lain yang dipelihara di kebun entres adalah tunas yang tumbuh dari mata

entres, tunas lain yang tumbuh segera dibuang. Pembuangan tunas palsu dilakukan dengan

menggunakan alat pisau atau pengait yang tajam, pada saat pewiwilan diusahakan agar

batang tidak luka, sehingga mata tunas masih dapat dipakai. Pemurnian klon-klon mengacu

Page 20: Penda Hulu An

20

kepada deskripsi klon. Tanaman yang tidak sesui dengan deskripsi klon segera dibongkar

dan diganti dengan tanaman yang sesuai dan berumur sama kondisi kebun entres

IV.3.3. Pemanenan Entres

Umur panen entres disesuaikan dengan teknik okulasi yang akan dipakai, mata

entres yang akan dipakai untuk okulasi dini dipanen pada umur 3-4 minggu, entres untuk

okulasi hijau dipanen ketika berumur 3-4 bulan, dan entres untuk okulasi coklat dipanen

pada umur 1-2 tahun.

Pemanenan kayu entres dilakukan dengan cara memotong serong tunas yang akan

diambil. Pemanenan pertama dilakukan pada ketinggian 30 cm dari pertautan okulasi,

bekas potongan diolesi dengan TB 192, tunas yang tumbuh selanjutnya dipelihara dua buah

setiap batang. Panjang kayu entres kira-kira 1 m. Pemanenan selanjutnya dilakukan 10 cm

dari percabangan entres okulasi. Menurut Sagala (2006), pengiriman jarak jauh yang

menerapkan perlakuan di atas dapat menjaga kesegaran dari entres.

IV.3.4. Pengepakan

Untuk keperluan okulasi yang dilakukan di tempat yang jauh, pengepakan dan

pengiriman kayu entres perlu mendapat perhatian. Hal tersebut berkaitan dengan kesegaran

mata tunas yang digunakan. Enters coklat dipotong sepanjang 1 m dan enters hijau

dipotong dengan panjang 40 cm. Untuk pengiriman jarak dekat, kayu entres yang dikirim di

bagian-bagian ujungnya dicelupkan ke dalam lilin cair dan diberi tanda klon dengan

mengunakan spidol

Page 21: Penda Hulu An

21

Untuk keperluan jarak jauh kayu-kayu entres dapat dikemas dalam kotak kayu yang

berukuran 110x40x40 cm. Ujung kayu entres sebelumnya dicelupkan dalam cair atau

paraffin. Bagian bawah kotak kayu diberi serbuk gergaji yang ditambah belerang untuk

menjaga kelembapan kayu, menghindari jamur, menghindari benturan. Kayu okulasi

disusun berlapis dalam peti, dalam peti dapat memuat 70-80 meter kayu

Sumber : Balit Sungai Putih

Gambar 4. Kondisi Stum mata tidur yang telah dilakukan pengepakan untuk

proses pengiriman

IV.4. Okulasi

Okulasi adalah salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui

penempelan mata entres ke batang yang sejenis dengan tujuan mendapat sifat yang unggul.

Dalam pelaksanaan okulasi, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: kesiapan batang

bawah, pembuatan jendela okulasi, penyiapan prisai mata entres, penempelan mata entres,

dan pemerikasaan hasil okulasi. Ada tiga jenis okulasi yaitu okulasi dini, okulasi hijau, dan

Page 22: Penda Hulu An

22

okulasi coklat, perbedaan ketiga okulasi tersebut terletak pada umur batang bawah dan

batang atasnya, sedangkan teknis pelaksanaanya relatif sama.

Tabel 3. Umur Batang Bawah dan Entres Untuk Okulasi Dini,Hijau dan Cokelat.

Teknik Okulasi Umur Batang Bawah Umur/warna Entres

Dini 2-3 bulan 3-4 minggu garis tengah 0,5

cm warna hijau muda

Hijau 4-6 bulan 3-4 bulan 0,5-1 cm warna hijau

Cokelat 7-18 bulan 1-2 tahun garis tengah 2,5-4

cm warna cokelat.

Teknik pelaksanaan okulasi coklat adalah sebagai berikut:

Membuka jendela okulasi pada batang bawah

Bagian pangkal bibit semai batang bawah dibersihkan dengan kain lap. Kulit ditoreh

dengan ujung pisau okulasi untuk membuat dua torehan tegak yang sejajar, panjang

5-7 cm dengan jarak kurang 1,5 cm atau tidak lebih dari 1/3 lilitan batang. Sisi

bawah tidak ditoreh, berada tidak lebih dari 5 cm dari lebar akar.

Menyayat mata

Kayu entres dibersihkan di daerah mata yang akan dipotong. Kayu okulasi disayat

dengan pisau yang tajam dan mengenai sedikit kayu, sehingga sayatan mengandung

satu mata yang ukurannya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela. Bila kayu okulasi

Page 23: Penda Hulu An

23

yang digunakan berdiameter besar, terlebih dahulu ditoreh yang sesuai dengan

ukuran jendela mata berada ditengah-tengahnya, selanjutnya dilakukan sayatan.

Bagian kayu dilepas dari perisai, dijungkitkan dengan gading pisau okulasi, mata

atau perisai siap untuk ditempelkan.

Menempelkan perisai dan membalut

Penempelan mata entres dilakukan secepatnya setelah pemisahan mata tunas dari

kayu entres. Posisi mata tunas harus berada di atas ketiak daun, bila terbalik dapat

menyebabkan pertumbuhan tunas tidak normal. Setelah penempelan, jendela okulasi

ditekan sedemikian rupa sehingga mata okulasi yang telah menempel tidak

bergerak. Jendela okulasi kemudian dibalut dengan plastik okulasi. Pembalutan

bertujuan agar menjaga mata tunas benar-benar menempel dan terhindar dari

kotoran-kotoran serta air hujan. Kemampuan pekerja melakukan okulasi

dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor manusia.

Membuka pembalut dan pemerikasaan okulasi

Pemerikasaan hasil okulasi dilakukan 21 hari setelah okulasi. Untuk menimalkan

penyelewengan, pemerikasaan hasil dilakukan oleh tim yang berbeda dengan yang

mengokulasi. Pembalut okulasi dibuka dengan mengiris plastik pembalut dan pada

prisai okulasi dibuat cukilan kecil, bila cukilan kecil berwarna hijau maka okulasi

dinyatakan berhasil. Tanaman yang dinyatakan berhasil selanjutnya diberi tanda

berupa sayatan di bagian atas jendela okulasi atau meningkatakan tali plastik bekas

pemabalut okulasi, setelah itu dibiarkan 2-3 hari untuk dikering anginkan.

Page 24: Penda Hulu An

24

Gambar 5. Hasil Cabutan Okulasi yang Hidup

IV.4.1. Pengisian Tanah ke Polibeg

Ukuran polibeg yang biasa dipakai adalah 20 x 40 cm atau 25 x 50 cm. Tanah yang

baik untuk digunakan penanaman bibit karet adalah tanah topsoil, karena tanah lebih

gembur dan subur. Tanah yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam polibeg sampai penuh

dengan menyisakan 2 cm di bawah bibir polibeg dengan kesuburan tanah yang baik. Jika

struktur tanah berat, dapat dicampur dengan pasir sungai yang baik. Jika kesuburan tanah

tidak cukup baik campurkan 5 gr rock phospate dan bisa juga dengan menambahkan

belerang.

IV.4.2. Penanaman Stum ke dalam Polibeg

Setelah polibeg selesai disusun berbaris dua dengan jarak 60 cm antara baris, maka

pekerjaan yang harus dilakukan adalah menanam. Pada saat penanaman ini terlebih dahulu

dibuat lubang dengan kedalaman 30 cm untuk stum dengan tongkat kayu yang kemudian

stum tersebut dimasukkan ke dalam polibeg dan ditekan sedikit. Pada saat penanaman mata

Page 25: Penda Hulu An

25

okulasi mengarah kejalan dengan tujuan agar pada saat tunas-tunas sudah tumbuh tidak

saling menutupi satu dengan yang lainnya dan juga menjaga agar tunas- tunas yang tumbuh

tidak rusak karena saling bersentuhan.

Sumber : Balit Sungai Putih

Gambar 6. Proses penanaman stum mata tidu kedalam polibeg

IV.4.3. Pemupukan dan pemeliharaan tanaman di polibeg

Setelah bibit ditanam maka dipelihara di dalam polibeg. Pada saat pengisian di

polibeg dengan tanah, tanah dicampur dengan pupuk organik sebanyak 1/10 dari berat isi

polibeg. Pemupukan pertama dilakukan sebanyak 7 gr pupuk NPK per polibeg pada 1,5

bulan. Pemupukan berikutnya 14 gr NPK/polibeg dengan interval satu bulan.

Page 26: Penda Hulu An

26

Sumber: Balit Sungei Putih

Gambar 7. Bibit Dalam Polibeg

Page 27: Penda Hulu An

27

V. PENYIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN KARET

V.1. Pengolahan Lahan untuk Pertanaman Karet

V.1.1. Pengolahan lahan

Pengolahan lahan untuk pertanaman karet pada umumnya tidak jauh beda dengan

pada pengolahan tanah pada bibitan karet. Pengolahan tanah pada areal yang baru dibuka

dan replanting meliputi kegiatan menebang pohon, pencabutan tunggul, pengumpulan

tunggul kayu, ripping, bajak, dan garu.

Penebangan pohon dilakukan untuk membersihkan areal yang ditanami. Pada areal

hutan atau areal replanting, kayu yang diperoleh biasanya dijual. Hasil penjualan dapat

menutupi biaya penyiapan lahan dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan selama

satu tahun. Tanaman yang akan di replanting dikebun percobaan balai penelitian sungai

putih, biasanya di tenderkan kepada pemborong. Tunggul yang sisa penebangan pohon

dicabut dengan menggunakan buldozer dan dikumpul dengan ranting ranting pohon yang

tidak dapat dipakai untuk dibakar, setelah itu dilakukan ripping yang bertujuan untuk

mengangkat akar- akar di dalam tanah. Ripping dilakukan dua kali dengan menggunakan

traktor, jeda antara ripping yang pertama dengan yang kedua sebaiknya 2-3 minggu, tapi di

Balai Percobaan Sungei Putih untuk mempercepat proses penyiapan lahan antara ripping

yang pertama dan yang kedua, satu minggu selama jeda tersebut dilakukan ayap akar yaitu

kegiatan mengumpulkan akar- akar dan membakarnya. Ripping kedua dilakukan tegak

lurus dengan ripping yang pertama.

Page 28: Penda Hulu An

28

Pembajakan dilakukan seminggu setelah riping yang kedua. Pembajakan bertujuan

untuk membalik tanah dan menjadikan lahan gembur. Pembajakan juga dilakukan dua kali,

antara bajak yang pertama dengan bajak yang kedua dilakukan ayap akar. Bajak kedua

dilakukan tegak lurus terhadap bajak pertama . Untuk mencegah serangan JAP, pada areal

yang telah dibajak ditaburkan belerang 250 kg/Ha setelah ayap akar. Seminggu setelah

pembajakan kedua, dilakukan penggaruan yang bertujuan untuk mencegah bongkahan

tanah menjadi kecil-kecil. Sebelum kegiatan menggaru dapat diaplikasikan pupuk dasar

yang berupa fosfat alam dengan dosis 750 kg/Ha. Penggaruan dilakukan dua kali dengan

menggunakan traktor. Di antara penggaruan pertama dan kedua dilakukan ayap akar untuk

membersihkan areal dari sisa akar yang dapat menjadi sumber inokulum jamur akar putih.

V.1.2. Pengajiran (Pemancangan)

Pengajiran dilakukan setelah lahan selesai diolah dan disesuaikan dengan jarak

tanam yang dipakai. Jarak tanam ada beberapa macam antara lain : bujur sangkar 4 x 4 m, 5

x 5 m, empat persegi panjang 4 x 5 m, 4 x 6 m; dan sistem pagar 7 x 3 m, 8 x 2,5 m. Jarak

tanam yang dipergunakan di balai penelitian sungai putih 6 x 2,75 m dengan populasi

tanaman 600 pohon. Dalam menetukan jarak tanam perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :a). Jenis tanah, b). Iklim dan unsur- unsur iklim, c).bahan tanam dan d). Hama dan

penyakit.

Pengajiran diawali dengan membuat panjang kepala sesuai dengan jarak tanam yang

dipakai. Pancang kepala dibuat dari kayu atau bambu lurus dengan panjang 2 - 2,5 m dan

bagian atasnya dicat putih agar terlihat jauh . Pancang kepala, selanjutnya ditarik yang telah

Page 29: Penda Hulu An

29

diberi jarak tanam yang digunakan. Pada setiap jarak yang telah ditentukan didirikan

pancang jarak tanam dan ketinggian 1-1,5 m.Kebutuhan tenaga kerja untuk pemancangan 4

HK/Ha. Kebutuhan kerja menjadi 6 HK/Ha jika termasuk mencari pancang.

V.2. Penanaman Karet

V.2.1. Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam dilakukan ditempat yang telah diberi ajir. Ukuran lubang

tanam untuk pertanaman karet adalah 60 x 60 x 60 cm atau 70 x 70 x 70 cm. Pada

kenyataanya lubang tanam yang dibuat tidak sempurna yang telah ditetapkan. Ukuran

lubang tanam umumnya mengecil pada bagian bawahnya. Tanah galian dipisahkan antara

atas dan tanah bagian bawah. Setelah tergali kemudian dibiarkan selama kurang lebih dua

minggu untuk membasmi patogen akar. Kemampunan pekerja membuat lubang tanam 40

lubang/HK.

V.2.2. Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan untuk menghindari kekeringan.

Bibit yang ditanaman harus ditempatkan tepat ditengah lubang tana. Selanjutnya tanah top

soil dimasukan kemudian tanah bagan bawah untuk menutuo lubang bagian atas. Untuk

mencegah JAP pada saat penanaman dapat diaplikasikan triko sp dengan dosis

100gr/lubang. Bahan tanam yang digunakan untuk areal pertanaman karet di kebun

percobaan umumnya adalah bibit dalam polibeg yang telah memiliki 2-3 karanga daun.

Penanaman dilakukan dengan mengiris polibeg dan melepasakan perlahan-lahan kemudian

Page 30: Penda Hulu An

30

menempatkan tepat ditengah lubang tanam kemudian ditimbun dengan tanah bekas galian

lubang tanah. Tanah disekitar batang kemudian dipadatkan.

Pengisian tanah kedalam lubang dimulai dengan mengembalikan tanah lapisan

bawah ketempatnya,demikian juga tanah lapisan atas. Permukaan tanah timbunan lubang

harus rata (tidak cembung atau cekung). Untuk polibeg dilakukan apabila payung daun

telah dewasa. Dasar polibeg dipotong dengan pisau tajam dan diletakkan tegak lurus dan

tepat menurut pancang dalam lubang. Samping kiri dan kanan polibeg dipotong dengan

pisau dan penimbunan dapat dimulai. Pengisian dan penginjakan tanah sesuai seperti yang

dilakukan pada stum mata tidur, tetapi harus barhati-hati jangan sampai kolom tanah dalam

polibeg pecah. Sejalan dengan pengisian tanah, dinding polibeg ditarik pelan-pelan ke atas,

sampai pengisian dan penginjakan selesai. Tanah permukaan diratakan dan kemudian

diikuti dengan mulching (pemberian serasah).

Page 31: Penda Hulu An

31

VI. PEMELIHARAAN TANAMAN

Pememliharaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang menentukan

keberhasilan agribisnis karet. Pemeliharaan tanaman terbagi kedalam pemeliharaan

tanaman yang telah menghasilkan ( TM). Pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan

sangat menentukan saat matang sadap tanaman karet. Pemeliharaan TBM yang terlamabat

akan menyebabkan matang sadap juga terhambat. Pemeliharaan TBM meliputi kegiatan

penyulaman. Pembungaan tunas palsu, pengendalaian gulma dan pengendalian hama

penyakit.

Pemeliharaan tanaman yang telah menghasilkan berkaitan dengan kualitas dan

kuantitas lateks yang dihasilkan. Pemeliharaan TM anatara lain: pengendalian gulma,

pemupukan dan pengendalian penyakit.

VI.1. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

VI.1.1. Penyulaman

Bibit yang ditanam harus selalu diperiksa umur tanam mencapai tiga tahun.

Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman mati atau terserang penyakit dengan

tanaman yang baru. Penyulaman menggunakan bibit dari klon dan umur yang sama. Bila

waktu penyulaman telah berumur satu tahun atau lebih, maka penyulaman menggunakan

stum tinggi okulasi, bibit dalam polibeg atau core stum.

Page 32: Penda Hulu An

32

Penyulaman hanya dianjurkan sampai tanaman berumur tiga tahun. Bila

penyulaman dilakukan pada umur tiga tahun, maka penyulaman tidak berguna lagi karena

tanaman penyulaman akan tumbuh kerdil.

IV.1.2. Penunasan/Pewiwilan

Tujuan penunasan adalah untuk memperoleh tanaman yang labih subur dengan

batang yang lurus dan mulus. Pada kondisi yang cukup baik pada umumnya tanaman akan

tumbuh lurus tanpa banyak memerlukan pewiwilan, sedangkan pada kondisi sebaliknya

banyak tumbuh tunas-tunas samping sehingga pewiwilan yang intensif diperlukan.

Pewiwilan dimulai sejak tanaman tumbuh membentuk payung pertama samapai

berumur kurang lebih tiga tahun. Adapun yang perlu diperhatikan dalam pewiwilan adalah:

Diusahakan agar tunas-tunas liar yang tumbuh diluar mata okulasi dihilangkan

dengan pisau sampai pangkal tunas.

Setelah mata okulasi tumbuh dijaga agar tumbuh lurus ke atas. Tunas-tunas samping

diwiwil sampai ketinggian 2,75 meter dari permukaan tanah.

Frekuensi pewiwilan dilakukan 2 minggu sekali terutama pada tahun pertama

setelah penanaman.

Tunas palsu adalah semua tunas yang tumbuh bukan dari mata entres. Tunas palsu

menyebabkan pertumbuhan tidak seragam dan menghambat pertumbuhan tunas yang

berasal dari mata entres. Tunas-tunas yang tidak diinginkan biasanya tumbuh di ketiak

daun. Pembungaan tunas dilakukan dengan memotong tunas yang tidak diinginkan dengan

pisau tajam. Pemotongan dilakukan tunas berkayu untuk menghindari kerusakan.

Page 33: Penda Hulu An

33

Gambar 8. Proses pewiwilan pada tanaman karet belum menghasilkan (TBM)

VI.1.3. Pengendalian Gulma

Gulma yang sering tumbuh diareal tanaman karet antara lain : ilalang (imperata

cylindria), Cyperus rotundus, Cyperus kilinga, Milania icranita, Pengendalian gulma dapat

dibagi kedalam pengendalian secara kimia,mekanik,manual. Pengendalian kimia dengan

menggunakan herbisida, pengendalian yang sering digunakan. Penggunaan herbisida tiap 3

bulan sekali dengan menggunakan tenaga menusia dengan umumnya sederhana seperti

cangkul, koret, garpu, dan sabit.

Pengendalaian gulma di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih pada aeal

TBM 1 dan TBM 2 umunya dilakukan secara mekanik karena daerah gawangan digunakan

untuk pembibitan batang bawah sehingga gulma yang tumbuh di gawangan tidak terlalu

banyak dan dilaksanakan bersama dengan penyiangan pembibitan. Pada TBM 3 sampai

memasuki umur matang sadap pengendalian gulma dilakukan secara kimia menggunakan

herbisida.

Page 34: Penda Hulu An

34

VI.1.4. Pemupukan

Fase belum menghasilkan merupakan fase yang sangat penting dalam agribisnis

karet. Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan memiliki beberapa tujuan di

antaranya: mendorong pertumbuhan tanaman sehingga karet dapat disadap lebih awal,

meningkatkan daya tahan ketika di sadap, dan memperkuat kondisi tanaman terhadap

serangan hama penyakit. Pemupukan areal TBM di Kebun Percobaan Balai Penelitian

Sungei Putih menggunakan pukalet dengan cara dibenamkan di sekitar batang. Pupuk

diberikan 100 gr/pohon diberikan dua kali dalam setahun sampai tanaman matang sadap.

VI.1.5. Pengendalian hama dan penyakit

Pada pertanaman karet TBM di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih.

Serangan penyakit lebih intensif bila dibandingkan dengan serangan hama. Penyakit yang

sering menyerang tanaman yang belum menghasilkan adalah Jamur Akar Putih (JAP), yang

disebabkan cendawan Ridiogoporus lignosus, penyakit jamur upas (Cortisium

solomonicolor), penyakit embun tepung (Oodium heaveae), dan penyakit gugur daun

(Collectorichum gloesporioides).

Pengendalaian penyakit JAP dilakukan dengan cara kimi dengan menggunakan

bahan kimia Bayleton 250 EC dengan dosis 10 ml/pohon. Selain itu, pengendalian penyakit

JAP secara biologi dengan menggunakan Triko SP. Pengendalian penyakit JAP di kebun

percobaan belum dilakukan dengan baik. Hal tersebut terlihat dari serangan penyakit JAP

di beberapa areal TBM. Pengendalian penyakit daun yang disebabkan embun daun (Oidium

heveae) dapat menggunakan serbuk belerang tapi hal tersebut jarang dilakukan di Kebun

Page 35: Penda Hulu An

35

Percobaan Balai Penelitian Sungai Putih. Penyakit gugur daun yang disebabkan serangan

Colletotrichum gleossporiades umumnya dikendalikan degan penyemprotan Dhitene M 45

dengan konsentrasi 30 gr/15 lt air.

Gambar 9. Contoh Stum karet yang terserang jamur akar putih (JAP)

VI.2. Pemeliharaan tanaman Menghasilkan (TM)

VI.2.1. Pengendalian Gulma

Gulma yang tumbuh di areal tanaman karet telah menghasilkan umumnya tumbuh

di antara gawangan. Pertumbuhan gulma tidak terlalu cepat karena sinar matahari tertutup

oleh tajuk tanaman. Pengendalian gulma dapat menggunakan metode piringan (circle

weeding) atau metode baris ( strip weeding). Metode piringan yaitu menghilangkan gulma

yang tumbuh pada barisan tanaman dengan jarak kira-kira 1-1,5 m dari batang sehingga

membentuh barisan. Gulma yang tumbuh di gawangan dikendalikan dengan cara membabat

atau menyemprot dengan herbisida round up 100 cc/15 lt air. Pengendalian gulma pada

Page 36: Penda Hulu An

36

tanaman karet menghasilkan lebih diarahkan pada daerah 1 meter sebelah kiri dan kanan

barisan tanaman karet, sedangkan gawangan karet tetap dapat ditumbuhi gulma lunak.

Pada daerah barisan tanaman karet harus bebas dari gulma. Untuk itu digunakan

pengendalian gulma secara kimia/herbisida. Pengendalian gulma dengan herbisida

dilakukan 1 bulan sebelum pemberian pupuk agar pada saat pemupukan tanaman dapat

menyerap pupuk secara optimal. Walaupun pada daerah gawangan terdapat gulma lunak

tetapi tidak boleh tumbuh gulma berkayu seperti Melastoma malabatrichum.

VI.2.2. Pemupukan

Tanaman menghasilkan dipupuk dengan pupuk pukalet dengan dosis 150 gr/ pohon

yang diaplikasikan tiga bulan sekali. Sebelum aplikasi pupuk dilakukan terlebih dahulu

dibuat lubang di antara batang dengan menggunkan tanggul atau cangkul, kemudian pupuk

dimasukan dan lubang ditutup kembali. Pemupukan pada tanaman karet menghasilkan

didasarkan pada analisis tanah dan daun yang dapat dilakukan 1 sampai 2 tahun sekali.

Oleh karena itu untuk masing-masing daerah dosis pupuk yang diberikan akan sangat

bervariasi. Pupuk diberikan dengan cara disebar di sekitar daerah perakaran tanaman lalu

dicampur dengan tanah. Pemupukan dilakukan dua kali tahun sekali yaitu pada awal dan

akhir musim hujan.

VI.2.3. Pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan

tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan hama/penyakit

sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin (early warning

Page 37: Penda Hulu An

37

system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi tingkat serangan dan tim

pengendalian serangan hama/penyakit.

Pada tanaman menghasilkan lebih banyak mengalami serangan penyakit dari pada

hama. Penyakit gugur daun yang menyerang daun muda (setelah gugur daun) sering

dijumpai di lapangan jika kondisi iklim lembab. Pada tanaman yang disadap cukup berat

juga sering dijumpai penyakit kekeringan alur sadap (KAS).

Hama yang menyerang tanaman karet relatif tidak membahayakan bila

dibandingkan serangan penyait. Hama yang menyerang tanaman karet antara lain: Tungau

kuning, rayap, dan hama keong. Hama tungau kuning dapat dikendalikan dengan racun

Endrin 0,01-0,02 %, rayap dikendalikan dengan membongkar sarangnya dan dengan

tindakan preventif menutup bagian yang luka. Di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei

Putih serangan hama-hama tidak perlu merugikan sehingga tidak dikendalikan.

Penyakit yang menyerang tanaman karet antara lain: penyakit jamur akar putih,

penyakit jamur upas, penyakit jamur tepang, penyakit gugur daun. Pengendalian jamur-

jamur ini relatif sama dengan pengendalian TBM. Selain itu terdapat daun yang dapat

dikendalikan dengan aplikasi bahan kimia Marikozeb dan Tridemorf.

Page 38: Penda Hulu An

38

VI.3. Eksploitasi Hasil

VI.3.1. Penyadapan Tanaman Karet

Penyadapan Tanaman Karet adalah tindakan pembukaan lateks agar lateks yang ada

dalam tanaman karet keluar (Puslit karet, 2003). Cara menyadap yang dikenal luas adalah

dengan mengiriss bagian dari kulit batang, pada prinsipnya penyadapan adalah tindakan

memotong jaringan-jaringan pembuluh sehingga lateks yang merupakan hasil seleksi

tanaman keluar dari pembuluh-pembuluh tersebut.

VI.3.2. Kriteria Matang Sadap dan Persiapan Buka Sadap

Tanaman yang telah matang sadap berarti tanaman tersebut telah menunjukkan

kesanggupan untuk disadap tanpa menyebabkan gangguan berarti terhadap kesehatan

tanaman tersebut. Umumnya tanaman karet telah siap disadap pada umur 5-6 tahun setelah

tanam dan memiliki lilit batang minimal 45 cm yang diukur pada ketinnggian 100 cm dari

pertautan kaki gajah. Kriteria matang sadap untuk sebuah areal adalah jika telah mencapai

60% atau lebih populasi yang terdapat pada areal tersebut telah memenuhi kriteria matang

sadap.

Pada pohon yang telah memenuhi kriteria matang sadap, dilakukan penggambaran

bidang sadap. Penggambaran bidang sadap berguna untuk memberikan patokan kepada

penyadap dengan mempergunakan mal sadap. Tinggi bukaan sadap pertama kali adalah

130 cm di atas pertautan okulasi. Arah irisan sadap dari kiri atas ke kanan bawah. Sudut

kemiringan bidang sadap 30-40 terhadap bidang datar untuk sadapan kearah bawah, 45-50

Page 39: Penda Hulu An

39

untuk sadapan ke atas. Garis sandaran dibuat sebagai pembatas panjang bidang sadap

dinotasikan dengan S, notasi 1/2S berarti panjang irisan sadapnya setengah lilitan batang,

1/4S berarti seperempat lilitan batang. Bila panjang sadapan setengah spiral (1/2S), maka

garis sandar dibuat dengan membagi lingkar batang menjadi dua bagian arah timur barat.

Mal sadap dipasang pada garis sandar depan dan dibuat garis menurut mal sadap.

Setelah penggambaran selesai, pada pohon tersebut dipasang talang dan mangkuk

penampung, talang berupa lempengan logam cekung yang berguna untuk mengalir dan

meneteskan lateks ke mangkuk penampung, mangkuk sadap digunakan untuk manampng

tetesan lateks. Penyangga mangkuk umumnya menggunakan kawat, pada pohon yang muda

penyangga mangkuk dikaitkan pada tali yang dililitkan pada batang . penempatan talang

berjarak kurang lebih 15 cm dari alur sadap dan mangkuk penampung ditempatkan 15 cm

di bawah talang.

VI.3.3. Teknis Penyadapan

Penyadapan tanaman karet pada umumnya dilakukan pada pagi hari, karena pada

pagi hari jumlah lateks yang keluar sangat dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan

turgor berbanding terbalik dengan jumlah dan kecepatan aliran lateks. Tekanan turgor

mencapai maksimum pada saat menjelang fajar dan semakin menurun pada siang hari.

Pelaksanaan penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit batang tanaman karet

menggunakan pisau sadap.

Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium batang.

Kedalaman sadapan sangat berkaitan dengan banyaknya jumlah pembuluh lateks yang

Page 40: Penda Hulu An

40

terpotong. Penyadapan diusahakan tidak mengenai kambium batang yang berada diantara

kulit dan kayu batang tanaman . bila penyadapan mengenai kulit maka akan terjadi infeksi

pada batang , berupa tonjolan- tonjolan atau batang tidak dapat membentuk kulit pulihan.

Gambar 10. Teknis penyadapan karet

Umur produksi tanaman karet diharapkan dapat mencapai hingga 25- 30 tahun.

Oleh karena itu, penggunaan kulit harus sehemat mungkin, ketebalan kulit sekali sadap

diharapkan tidak lebih dari 2 mm. Frekuensi sadap dinotasikan dengan “d” notasi d/2

berarti penyadapan dilakukan dua hari sekali, d/3 berarti penyadapan dilakukan tiga hari

sekali, panjang sadap dan pemberian stimulan merupakan bagian dari sistem eksploitasi

tanaman karet.

VI.3.4. Pengawasan Penyadapan

Pengawasan penyadapan sangat diperlukan untuk menjaga kualitas hasil sadapan

dan kesehatan pohon yang telah disadap. Pengawasan di kebun dilakukan oleh mandor,

Page 41: Penda Hulu An

41

mandor kepala atau asisten kebun. Setiap kesalahan yang dilakukan oleh penyadap

mendapat poin pengurangan yang akan mempengaruh premi yang diterima penyadapan.

Hal-hal yang diperiksa antara lain : kedatangan penyadapan ke ancak, kelebian kulit,

kedalaman kulit, sudut sadapan, garis sandaran, talang dan mangkuk sadap, waktu

pemungutan hasil, dan kadar kering yang diperoleh.

Ketebalan sadapan menggambarkan konsumsi kulit, pengawasan ketebalan sadap

dilakukan dengan membuat tanda bulan berupa goresan kecil pada sandaran depan yang

dibuat sebulan sekali. Jarak antara tanda bulan satu dengan berikutnya menunjukan

konsumsi kulit per bulan. Kedalaman sadapan diperiksa dengan merumuskan kawat yang

pipih ujungnya, penusukan dilakukan di tiga titik sampel alur sadap. Ke dalam sadap yang

baik adalah 1-1,5 mm dari kambium batang. Bila sadapan terlalu dangkal, maka hasil

maksimal, sedangkan bila sadapan terlalu dalam maka kulit dapat menyebabkan infeksi dan

batang akan membentuk tonjolan-tonjolan.

Talang dan mangkuk harus selalu dibersihkan untuk mencegah kotoran-kotoran

yang masuk ke lateks dan bekas yang menempel yang dapat keasaman lateks. Sudut

sadapan juga selalu diperiksa, bila terjadi perubahan pada sudut sadap, maka dapat

disimpulkan bahwa telah terjadi penyimpanan terhadap norma sadap yang telah ditetapkan.

VI.3.5. Pemberian Stimulan

Stimulan adalah bahan yang digunakan untuk meningkatkan produksi tanaman karet.

Contoh stimulan yang ada dipasaran 2,4,D; 2,4,ST ; Ethephon dan etrel. Dari contoh

tersebut etrel merupakan stimulan yang paling banyak digunakan. Etrel memiliki bahan

Page 42: Penda Hulu An

42

aktif 2 chloro ethyl phospate acid. Cara aplikasi stimulan dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu pada panel sadap dan dengan mengorek kulidi atas atau dibawah panel sadap.

Aplikasi pada panel sadap diawali dengan penarikan serap dan kemudian stimulan

dioleskan pada alur sadap. Aplikasi dengan pengerokan diawali dengan pengerokan kulit

luar batang untuk menghilangkan lapisan gabus yang dapat menghalangi penetrasi ethrel

kedalam jaringan sel karet. Kulit yang dikerok dibawah panel sadap untuk sadap bawah dan

diatas panel sadap untuk sadap atas. Selanjutnya dilakukan pengupasan pada bagian yang

dikerok, pelupasan sebaiknya tipis dan merata.

Dosis pemberian stimulan tiap pohon disesuaikan dengasan besar bagian yang di

stimulasi dan sistem sadapnya. Dosis yang biasa dipakai dikebun karet berkisar 0,5-1,0

gr/pohon. Paa tanaman yang mengalami gugur daun tidak diaplikasikan stimulan. Frekuensi

pemberian stimulan umumnya 2-9 kali pet tahun. Efektifitas pemberian stimulan juga

dipengaruhi oleh jenis klon, ada klon yang responsif terhadap pemberian stimulan

contohnya klon PR 226, PR 107, GT 1, LCB 1320, dan PB 260.

VI.3.6. Klon Quik Starter dan Slow Starter

Berdasarkan pola produksinya, klon – klon anjuran dapat dibagi dalam dua

kelompok yaitu klon quik starter dan slow starter. Klon quik starter dicirikan dengan

produksi tahun – tahun awal yang tinggi dan cenderung meningkat sampai mencapai

maksimum pada umur 7-9 tahun dan kemudian menurun. Rata – rata produksi dua tahun

pertama sadap berkisar 1200- 1500 kg/ha. Contoh klon quik starter antara lain : IRR 1, IRR

2, IRR 3, IRR 10, IRR 103, IRR 104, IRR 144, PB 235, PB 260,DAN RRIM 712.

Page 43: Penda Hulu An

43

Sistem eksploitasi yang dianjurkan untuk klon – klon quik starter yaitu pada 5 tahun

pertama penyadapan menggunakan kulit perawan BO-1 dengan notasi sadap ½ s d/3,

pemberian stimulan 2,5 % dengan dosis 0,7 gr/pohon 4 kali per tahun ke-2 penyadapan

sampai tahun ke-5. Pada tahun ke-6 penyadapan dan seterusnya menggunakan stimulan

2,5% dengan dosis 0,7gr/pohon 9 kali per tahun. Tahun ke-6 hingga ke-9 menerapkan

sistem sadap kearah atas pada panel HO-1 dengan notasi ¼ d/3, tahun ke-10 sampai ke-14

menggunakan kulit perawan BO-2 ½ d/3 tahun ke-15 sampai ke-18 menggunakan sadap

kearah panel HO-2 ¼ d/3 dan tahun ke-19 dan ke-20 merupakan sadap bebas. Umur

ekonomis klon-klon quik starter diharapkan mencapai 20 keuntungan lebih besar dan

mampu memberikan pengembalian modal 3 tahun lebih cepat dibandingkan klon slow

starter ( Sumarmadji et all.2005 ).

Klon slow starter didefenisikan sebagai klon yang pola produksi awalnya rendah

bila dibandingkan dengan klon quik starter yaitu berkisar antara 600-800 kg/ha pada dua

tahun pertama penyadapan. Produksi klon slow starter perlahan-lahan terus meningkat dan

sampai puncaknya pada tahun ke-12 – 14 setelah sadap dan kemudian mulai menurun.

Klon-klon sllow starter antara lain : AVROS 2037, BPM 1, BPM 217, BPM 109, PB 217,

PR 225, PR 203, RRIC 100, RRIC 103, RRIM 717, TM 2, TM 6, TM 8, dan TM 9.

Sistem sadap anjuran klon untuk klon slow starter pada tahun ke-1 sampai ke-5

menggunakan kulit BO-1 dengan notasi ½ S d/3 sedangkan tahun ke-6 sampai ke-10

menggunakan kulit BO-2 ½ S d/3. Tahun ke-11 sampai ke-14 menggunakan sadapan kerah

atas HO-1 ¼ S d/3 dengan menggunakan kulit pulihan. Pemberian stimulan pada klon-klon

slow starter adalah sebagai berikut : tahun pertama penyadapan tidak diberikan stimulan,

Page 44: Penda Hulu An

44

tahun ke-2 sampai ke-10 menggunakan stimulan 2,5 % dengan dosis 1,0gr/ pohon setiap

dua minggu (18 kali pertahun) masa ekonomis klon slow starter dapat mencapai 25 tahun

dan menggunakan sebagian kulit pulihan.

VI.3.7. Kejadian kering alur sadap (KAS)

Kering alur sadap (KAS) sering juga disebut tapping panel dryness (TPD) atau

brown blast (BB) adalah ganguan fisiologis tanaman yang ditandai dengan mengeringnya

alur sadap sehingga tidak mengeluarkan lateks ketika disadap. Kering alur sadap dapat

menyebar ke kulit yang masih sehat sehingga dapat menurunkan produktivitas.

Penyebab kering alur sadap adalah terjadinya ketidak seimbangnya metabolisme

sehingga jumlah latek yang dieksploitasi lebih besar dari jumlah yang di sintesis, hal ini

sangat mungkin terjadi pada sistem sadap berat dengan frekuensi pengunaan stimulan yang

tinggi. Proses terjadinya kering alur sadap diawali dari over eksploitasi yang menyebabkan

terbentuknya radikal bebas yang berupa O-,OH-, dan AOS yang dapat merusak membran

lutoid. Kerusakan membran tersebut akan menyebabkan serum yang bersifat asam keluar

dan mengumpalkan partikel karet. Gumpalan tersebut akan menyumbat pembuluh lateks

sehingga tanaman akan merespon dengan membentuk sel-sel tilosoid dengan dinding yang

dilapisi lignin. Sel-sel tilosoid kemudian akan membentuk jaringan tilosoid yang akan

menyumbat aeluruh aliran lateks sehingga lateks tidak keluar ketika di sadap.

Pendeteksian gejala kering alur sadap dapat dilakukan dengan mengamati contoh

lateks yang berasal dari tanaman karet. Pada tanaman yang sehat kandungan sukrosa,

HMG-Co dan mevalonat lebih rendah bila dibandingkan dengan tanaman yang memiliki

Page 45: Penda Hulu An

45

gejala KAS. Sebaliknya ATP tanaman yang sehat lebih tinggi di bandingkan tanaman yang

memiliki gejala KAS.

Penangulangan kejadian kering alur sadap dapat dilakukan secara prefentif dengan

teknis budidaya dan sistem eksploitasi yang baik, yang memperhatikan kapasitas produksi

tanaman. Penangulangan secara kuratif dilakukan dengan cara brak scapping yang

bertujuan membuang jaringan filosoid yang menyumbat jaringan tilosoid yang menyumbat,

scapping dilakukan dengan menyisakan kulit 1-2 mm dari kambium batang. Setelah

dilakukan scapping, batang kemudian diolesi dengan insectisida untuk mencegah serangan

hama bubuk. Sehari setelah itu, batang tersebut diolesi dengan formula NoBB SP yang

berguna untuk menstimulir perkembangan kulit baru yang sehat. Penangulangan kuratif

menunjukan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi hampir 95%.

VI.3.8. Pengumpulan hasil

Pengumpulan hasi dari lahan dilakukan bila lateks sudah berhenti menetes. Bila

setelah dipungut dibiarkan menetes di dalam mangkuk maka akan menjadi lump (kompo)

yang akan dipungut pada penyadapan berikutnya. Lump dipungut dari setiap mangkuk

penampungan pada saat pohon disadap. Lateks dan lump ditempatkan pada tempat yang

terpisah yang terbuat dari logam aluminium dan dibawa ke tempat pengumpulan hasil.

Di pengumpulan hasil lateks dan lump ditimbang dan dicatat oleh krani (juru catat).

Setelah itu lump ditumpuk di gudang lump dan lateks diukur kadar karet keringnya.

Pengukuran kadar karet kering dilakukan dengan metode hidrometri. Tangki penampungan

untuk selanjutnya dijual untuk mencegah pengumpalan dilakukan penambahan anti

Page 46: Penda Hulu An

46

koagulan berupa amoniak 7 kg untuk setiap 1 ton lateks dan ditambahkan zat anti basi (tiji)

untuk mempertahankan kesegaran lateks. Produksi lateks kebun percobaan balai penelitian

sungei putih pada tahun 2005 sebesar 279. 575 kg atau rata-rata 23.379 kg setiap bulanya.

Lateks yang kadar karet keringnya kurang dari 30,31% dipisahkan dari lateks lain

yang akan dijual dan selanjutnya akan dibuat menjadi slamb. Pembuatan slamb dilakukan

dengan menuang lateks kedalam bak penampung dan menambahkan zat penggumpal

Coatex sp. Untuk setiap 15 liter lateks ditambahkan 400 cc Coatex sp. Lamanya proses

pembekuan membutuhkan waktu kurang lebih ½ jam atau lebih dari 7 jam bila kadar airnya

sebesar 77.790 kg atau 6.482 kg perbulan.

Lateks yang tidak sempat dipungut pada penyadapan sebelumnya akan menggumpal

di dalam mangkuk penampungannya yang dinamakan dengan lump. Lump akan diambil

pada penyadapan selanjutnya dan dikumpul di gudang lump. Harha lump dipengaruhi kadar

kering karetnya, semakin tinggi kadar kering karetnya maka harga akan semakin tinggi.

Setelah dilakukan penimbangan untuk berat basah lateks tahap selanjutnya adalah

melakukan sortasi. Salah satu tujuan melakukan sortasi adalah untuk mendapatkan berat

kering dari lateks murni. Berat kering atau yang lebih dikenal dengan KKK ( kadar karet

kering) dapat dihasilkan melalui bantuan alat yang disebut Methrolax yaitu dengan

membuat perbandingan antara air dan lateks adalah 2 : 1 kadar karet kering sesuai dengan

pembacaan pada methrolax adalah seperti yang terdapat pada tabel 4 berikut:

Page 47: Penda Hulu An

47

Gambar 11. Tempat Pengumpulan Hasil

Page 48: Penda Hulu An

48

Tabel 4. Perhitungan KKK % berdasarkan Pembacaan Methrolax SP.

NO Pembacaan Methrolax SP Kadar Karet Kering

Baru SP DRC % Lama SP DRC %

1 50 22,15 19,68

2 60 23,75 21,19

3 70 25,35 22,69

4 80 26,95 24,20

5 90 28,55 25,70

6 100 30,15 27,20

7 110 31,75 28,71

8 120 33,35 30,21

9 130 34,95 31,72

10 140 36,55 33,22

11 150 38,15 34,72

12 160 39,75 36,23

13 170 41,35 37,73

14 180 42,95 39,24

15 190 44,55 40,74

16 200 46,15 42,24

17 210 47,75 43,75

18 220 49,35 45,25

19 230 50,95 46,76

20 240 52,55 48,26

21 250 54,15 49,76

Sumber: Balai PenelitianKaret Sungei Putih

Page 49: Penda Hulu An

49

VII. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

VII.1. Struktur organisasi dan manajemen balai

Di dalam sebuah balai pengorganisasian sangat perlu dilakukan agar perencanaan

yang telah di susun dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang diinginkan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian adalah tempat penyatuan atau

pengelompokan orang-orang untuk dapat digerakan sebagai suatu kesatuan untuk mencapai

sasaran atau tujuan yang telah dirumuskan.

Organisasi dan manajemen yang baik memberikan keseimbangan pada tugas dan

pendelegasian kekuasaan kesatuan perintah, tangung jawab, perintah dan wewenang. Hal

ini akan memberikan efek positif dalam balai terutama dalam peningkatan produktivitas

kerja.

Dalam suatu balai harus mempunyai sistem manajemen yang baik yaitu : planning,

organizing, actuating, contrroling dan evaluasi karena jika kelima fungsi tersebut

dilaksanakan maka pengelolaan balai akan berjalan dengan baik.

Setiap balai dalam menjalankan usahanya harus ditenttukan secara jelas struktur

organisasinya baik itu sistem dan prosedurnya, serta bagian-bagian dari struktur paling atas

sehingga karyawan level terendah, dengan demikian dapat diketahui siapa yang akan

mengerjakan hal tersebut, siapa yang melaporkan kepada siapa dan bagaimana mekanisme

koordinasinya dan bagaimana pola intraksi yang harus terjadi di dalamnya.

Page 50: Penda Hulu An

50

Struktur yang digunakan oleh balai penelitian sungei putih adalah berbentuk fungsi

linear dan staff. Kelompok garis adalah kelompok orang-orang yang melaksanakan tugas-

tugas dalam organisasi yang berhak mengeluarkan perintah dan mengambil keputusan.

Kelompok staff adalah kelompok orang-orang yang pekerjaanya membentuk kelompok

garis yang merupakan orang-orang yang ahli pada bidangnya masing-masing.

Pimpinan tertinggi di pegang oleh seseorang kepala balai yang di bantu oleh

beberapa kepala urusan dan kepala koordinator penelitian sebagai bawahanya masing-

masing. Kepala urusan membawahi asisten-asisten yang juga mempunyai tugas sesuai

dengan bidang yang dibutuhkan. Dan setiap asisten di bantu oleh mandor. Sedangkan

karyawan sebagai pekerja terdiri dari karyawan tetap dan karyawan tidak tetap harian.

Dalam mengawasi seluruh bidang urusan kepala balai dibantu oleh asisten urusan

monitoring. Kepala balit bertugas mengatur dan mengawasi seluruh urusan tatausaha dan

kebun semua komponen dalam struktur organisasi harus bertangung jawab atas pekerjaan

yang diberikan kepadanya mau melaksanakan tugas yang diberikan atasanya. Jika tugas

tersebut tidak dilaksanakan dengan baik maka atasan dapat memberikan sanksi yang

biasanya berupa tidak menaikan golongan dan gaji.

VII.2. Jumlah Tenaga Kerja Balit Sungei Putih

Balai penelitian sungei putih didukung oleh sejumlah tenaga kerja yang terbagi

masing-masing bagian. Jumlah tenaga kerja yang ada di balai penelitian sungei putih

berjumlah 401 orang yang dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Page 51: Penda Hulu An

51

Tabel 5. Jumlah Tenaga Kerja Balit Sungei Putih

No Jabatan/Tugas Jumlah Karyawan

1 Pimpinan

Ka.Balit

1*) 2 Penelitian/PHP

Peneliti

Calon Peneliti

Karyawan Gol III-IV

Karyawan Gol I-II

Harian

17

3

1

29

5

3 KHP/Usaha

Karyawan Gol III-IV

Karyawan Gol I-II

Harian

2

1

1

4 Kebun Percobaan

Karyawan Gol III-IV

Karyawan Gol I-II

Harian

3

73

98

5 Umum/SDM

Karyawan Gol III-IV

Karyawan Gol I-II

Harian

10

85

28

6 SPI/Monitoring

Karyawan Gol III-IV

Karyawan Gol I-II

Harian

1

1

0

7 Jumlah 358

Sumber: Kantor Balai Penelitian Sungei Putih

Page 52: Penda Hulu An

52

VIII. KONDISI SOSIAL BUDAYA

VIII.1. Di lingkungan Balai Penelitian Sungai Putih

Perkembangan hubungan sosial budaya yang terdapat di balai penelitian sungai

putih umumnya berlangsung harmonis dan dinamis. Bentuk sosial budaya di dalam

lingkungan Balai Penelitian Sungai Putih tercermin dalam suatu kerja sama antar karyawan

satu dengan karyawan lainnya, maupun antara pihak pimpinan dengan karyawan. Di dalam

kehidupan sehari-hari terlihat adanya hubungan kekeluargaan dan terlihat rasa saling

tolong- menolong antara karyawan sehingga tidak terjadi kesenjangan yang mengakibatkan

kecemburuan sosial di dalam lingkungan di Balai Penelitian Sungai Putih.

VIII.2. Di Luar lingkungan Balai Penelitian Sungai Putih

Sosial budaya yang ada antar karyawan Balai Penelitian Sungai Putih dengan

masyarakat sekitar juga terjalin hubungan baik, keberadaan Balai Penelitian Sungai Putih

juga dirasakan masyarakat sekitarnya seperti memberi kesempatan kerja yang baik, sebagai

karyawan tetap maupun sebagai karyawan lepas yang memberikan penambahan pemasukan

kepada masyarakat sekitar yang bekerja di lahan Balai Penelitian Sungai Putih. Di samping

itu juga Balai Penelitian Sungai Putih juga sering menyelenggarakan berbagai kegiatan

sosial seperti acara hari kemerdekaan, peringatan hari besar agama, berbagai kegiatan

perlombaan, kegiatan sosial dan berbagai pengajian rutin yang sering dilaksanakan.

Page 53: Penda Hulu An

53

VIII.3. Fasilitas Kemasyarakatan

VIII.3.1. Poliklinik Balai Penelitian Sungai Putih

Balai Penelitian Sungai Putih Memiliki Poliklinik sebagai pusat pelayanan

kesehatan bagi karyawan balai. Poliklinik ini didirikan untuk membantu/ memberikan

pelayanan gratis pengobatan bagi karyawan yang sakit.

VIII.3.2. Keamanan

Sistem keamanan lingkungan ditingkat balai ditangani oleh perwira keamanan

(PAPAM) dan sejumlah anggotanya yang ada. Papan mempunyai tingkat dan tanggung

jawab untuk mengkoordisasi anggotanya. Untuk mengantisipasi adanya penjarahan

produksi dan ganguan lain di luar sebagai tindakan preventif dan juga telah ditugaskan

menjaga centeng yang tugasnya adalah menjaga dan memonitori dari dekat setiap areal dari

ganguan luar/dalam yang mungkin terjadi dan mengkoordinasinya pada petugas balai

apabila terjadi gangguan yang tidak dapat diatasi untuk penanganan lebih lanjut.

VIII.3.3. Rumah Ibadah

Balai Penelitian Sungei Putih juga menyediakan beberapa fasilitas yang diberikan

seperti mesjid yang dalam aktivitas sehari-harinya dipakai untuk mengerjakan sholat,

kegiatan-kegiatan hari besar umat islam serta beberapa pengajian. Selain mesjid juga

tersedia rumah ibadah untuk umat kristiani yaitu, gereja.

Page 54: Penda Hulu An

54

VIII.3.4. Kesenian dan olahraga

Balai Penelitian Sungei Putih juga menyediakan sarana olahraga yang dapat

digunakan oleh karyawan balai setiap harinya seperti : lapangan bola kaki, bulu tangkis,

tenis dan bola voly.

Sarana ini dinilai cukup memadai serta dapat dimanfaatkan untuk masyarakat dan

karyawan balai. Sering juga diadakan pertandingan sepak bola dan bidang olahraga lainnya

dengan tujuan untuk meninggkatkan prestasi dalam bidang olahraga serta memupuk rasa

persaudaraan antar sesama karyawan dan masyarakat sekitaranya.

VIII.3.5. Pendidikan

Dalam bidang pendidikan pihak balai pun memberikan fasilitas pendidikan yang

gunanya sebagai sarana belajar anak-anak karyawan maupun masyarakat sekitar sehingga

mereka dapat merasakan manfaat adanya balai ini. Adapun pendidikan yang ada di balai

penelitian sungei putih adalah taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Tsanawiyah (Mts) dengan adanya berbagai kegiatan dan fasilitas yang diberikan

oleh pihak balai, maka semakin meningkat pula hubungan kekeluargaan antara karyawan

satu dengan yang lainya, karyawan dengan staff maupun masyarakat sekitar.

Page 55: Penda Hulu An

55

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX.1. Kesimpulan

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Balai Penelitian Karet Sungei

Putih, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Persiapan lahan/ pengolahan tanah yang dilakukan di Balai Penelitian Karet Sungei

Putih adalah dengan cara manual dan mekanis

2. Balai Penelitian Sungei Putih tidak hanya melakukan penelitian dan pengembangan

Agronomi Keret dan Non Karet tetapi menghasilkan beberapa produk. Produk yang

dihasilkan seperti:

a. Produksi Karet basah dan Karet kering

b. Lump

c. Bibit Karet yang bersertifikat

d. Trico SP

e. Buku-buku mengenai Tanaman Karet

f. Tanaman Karet yang Khusus diambil kayunya.

3. Pada Penanaman karet terdapat beberapa tahapan, yaitu memancang, membuat dan

memupuk lubang tanam, dan kemudian menanam. Dalam pemeliharaan tanaman

dilakukan penunasan/pewiwilan dan pemupukan.

4. Pada penyadapan tanaman karet di Balai Penelitian Sungei Putih diberikan Stimulan

agar getah yang diperoleh lebih banyak.

Page 56: Penda Hulu An

56

5. Di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih terdapat beberapa jenis Penyakit

tanaman seperti: penyakit jamur akar putih, mouldy rout, kanker garis, kekeringan

alur sadap, jamur upas, dan penyakit gugur daun Oidium.

6. Dalam Pengumpulan hasil berupa lateks, slab dan lum, yang selanjutnya dikirim ke

pabrik pengolahan di luar Balai Penelitian Karet Sungei Putih.

7. Pemeliharaan yang dilakukan di pembibitan meliputi: penyiraman, penyisipan,

penyiangan, pemupukan, dan Pengendalian Haama dan Penyakit.

IX.2. Saran

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Balai Penelitian Sungei Putih,

maka disarankan agar:

1. Pihak Balai Penelitian Sungei Putih agar merawat beberapa peralatan dan

perlengkapan teknologi yang tersedia baik yang di dalam Laboratorium maupun

yang berada di luar Laboratorium terutama alat pengukur curah hujan yang lama

tidak dipakai.

2. Hendaknya agar menjalin hubungan kerja sama dengan lembaga Pendidikan seperti

Perguruan Tinggi dalam merekrut tenaga kerja.

Page 57: Penda Hulu An

57

DAFTAR PUSTAKA

Palthamus, H., 1982. Rubber. Intercience Publisher Inc, New York.

Pusat Penelitian Karet 2003. Pengelolaan Bahan Tanaman Karet. Balai Penelitian

Swasembada. Pusat Penelitian Karet.

Sagala, A.D., 2006. Pembangunanan Dan Pengelolaan Kebun Entres Karet Hevea. Makalah

Penelitian Workshop Manajemen Pengadaan Bibit Unggul Karet. Balai Penelitian

Karet Sungei Putih.

Setiamidjaja,D., 1999. Karet. Kanisius, Yogyakarta

Setiawan, A. I. 2000. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Setyamidjaya, D., 1982. Budidaya Dan Pengelolaan Karet. Buku Saku. Balai Penelitian

getah. Pusat Penelitian Salatiga.

Siagian, N., 2006. Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanaman Karet Unggul. Kumpulan

Materi Pelatihan Penerapan Teknologi Budidaya Karet dan Pengolahan Karet 11-13

September 2006. Balai Penelitian Karet Sungei Putih.

Strasburgers, 1964. Text book of Botany. Longman Growth Limited, London.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan. UGM Press, Yogyakarta.

Page 58: Penda Hulu An

58

Page 59: Penda Hulu An

59

Lampiran 1. DATA PRODUKSI HASIL PENYADAPAN PERTAMA SETELAH

PEMBERIAN STIMULAN (PENGETRELAN)

Blok Mdr :

Sugiharto

KTR BLG BRS Lump DRC Ancak B

TT 1993/94

21 Ngatemen 55 8 47 6 31,75

21 Agung Safrudin 50 8 42 5 30,15

21 Matnuh Purba 54 8 46 3 31,75

21 Mariadi 42 6 36 10 31,75

21 Irianto 60 8 52 10 31,75

21 Tutur 54 8 46 4 31,75

21 Edianto 50 8 42 4 30,15

21/24 Hodi 54 8 46 5 33,35

24 Suwarto. J 35 6 29 5 31,75

23 Basuki 36 6 30 2 30,15

23 Panji 47 8 39 5 30,15

23 sukendro 57 8 49 5 31,75

27 Nuriadi 53 8 45 6 31,75

27 Amin. J 23 4 19 2 30,15

27 Suwanto 24 4 20 2 31,75

TT 1996/97 F1

27 Legiren 36 6 30 5 30,15

TT 1998 F1

11 Adi Ruslan - - - - -

TT 1999/00

24/27 Suirwan 121 18 103 9 31,75

TT 2006

4 Edy Syahputra 12 2 10 1 31,75

11 M. Yakup

Harahap

14 4 10 2 31,75

TT 1999/00

36 Tutur P D2 44 6 38 4 33,35

Serep

27 Hamdardi

99/00

56 8 48 5 31,75

11 Ade Parbudi

1998

13 2 11 2 33,35 Nyerap Adi Ruslan

Jumlah 838 102 31,75

Page 60: Penda Hulu An

60

Lampiran 1. (lanjutan...)

Blok Mdr : Netap

Barus

KTR BLG BRS Lump DRC Ancak B

TT 1996/97 Tgl 24 Juli

2011

38 Paidi 58 8 50 9 30,15

39 Misri 39 6 33 5 30,15 Jlh Lateks

1975

TT 2003

17 Jumari 71 10 61 12 33,35

17 Juliadi 73 10 63 9 31,75 Slab DRC

22

17 Amry 75 10 65 8 33,35 Sisa Tangki

28

17 Riyanto - - - -

18 Paino A 60 8 52 8 31,75 Jlh Bersih

1925

18 Sugianto 86 12 74 9 33,35

18 Sudarmanto 63 10 53 8 30,15

18 Hariyanto 73 10 63 4 31,75 Lump 263

18 Alimadin 75 10 65 11 31,75

18 Supradi 74 10 64 10 33,35 NH3 12

18 Supratmin 61 8 53 9 31,75 Stock

18 Karsono 76 10 66 8 33,35 HOK 44

18 Mahmud 60 8 52 4 33,35 Hari Ke-

18 Adianto K 60 8 52 7 33,35 Kirim 1925

18 Poniran A 59 8 51 8 31,75

18 Adianto A 60 8 52 8 30,15

18 Adianto B 59 8 51 8 31,75

TT 2006

11/12 Rubby

Sudarmo

29 4 25 2 33,35

12 Joni Muklis 29 4 25 2 33,35

TT 2004

31 Poniman K

D2

25 4 21 3 31,75

Serep

17 Misriadi 2003 54 8 46 9 31,75 Nyerap

Rianto

Jumlah 1137 161 31,75

Page 61: Penda Hulu An

61

Lampiran 1. (lanjutan...)

Blok T. Tanam Latex Lump Slab HOK

21 93/94 357 47 - 8

23 118 12 - 3

24 29 5 - 1

27 84 10 - 3

27 96/97 30 5 - 1

38 50 9 - 1

39 33 5 - 1

27 99/00 151 14 - 2

36 38 4 - 1

17 2003 235 38 - 4

18 748 102 - 13

31 2004 21 3 - 1

4 2006 10 1 - 1

11 10 2 - 1

12 50 4 - 2

11 1998 11 2 - 1

Jumlah 1975 263 - 44

Sumber: Balit Sungei Putih

Page 62: Penda Hulu An

62

Lampiran 2. DATA PRODUKSI HASIL PENYADAPAN PISAU KE- 5 SEBELUM

PEMBERIAN STIMULAN (PENGETRELAN)

Blok Mdr :

Sugiharto

KTR BLG BRS Lump DRC Ancak B

TT

1993/94

21 Ngateman 42 6 36 2 33,35

21 Agung

Safrudin

39 6 33 2 31,75

21 Matnuh

Purba

43 6 37 2 33,35

21 Mariadi 27 4 23 2 33,35

21 Iriyanto 47 8 39 2 33,35

21 Tutur 43 6 37 2 31,75

21 Edianto 35 6 29 2 33,35

21/24 Hodi 39 6 33 2 34,95

24 Suwardi J 32 6 26 2 33,35

23 Basuki 24 4 20 2 33,35

23 Panji 32 6 26 2 33,35

23 Sukendro 44 8 36 2 31,75

27 Nuriadi 35 6 29 2 33,35

27 Amin J 21 4 17 2 33,35

27 Suwanto 17 4 13 2 33,35

TT

1996/97

F1

27 Legiren 28 4 24 2 33,35

TT 1998

F1

11 Adi

Ruslan

13 2 11 2 33,35

TT

1999/00

24/27 Suirwan 68 10 58 2 33,35

TT 2006

Page 63: Penda Hulu An

63

Lampiran 2. (lanjutan...)

4 Edy 12 2 10 - 34,95

Syahputra

11 M. Yakup

Harahap

20 4 16 - 34,95

TT

1993/94

27 Tutur P

D2

24 4 20 2 33,35

Serep

24/27 Hamdardi

99/00

39 6 33 3 33,35

18 Ade

Parbudi

2003

29 4 25 3 33,35 Nyerap

Ancak B

Jumlah 631 43 33,35 Adianto A

Page 64: Penda Hulu An

64

Lampiran 2. (lanjutan...)

Blok Mdr :

Netap

Barus

KTR BLG BRS Lump DRC Ancak B

TT

1996/97

38 Paidi 40 8 32 2 33,35 Tgl 21 Juli 2011

39 Misri 24 4 20 2 33,35 Jlh Lateks 1387 kg

TT 2003

17 Jumari 54 8 46 3 33,35

17 Juliadi 50 8 42 2 33,35 Slab DRC 23

17 Amry 55 8 47 3 33,35 Sisa Tangki 25

17 Riyanto 70 10 60 3 34,95

18 Paino A 44 6 38 2 33,35 Jlh Bersih 1339 kg

18 Sugianto 60 8 52 2 34,95

18 Sudarmanto 34 6 28 2 33,35

18 Hariyanto 46 8 38 2 34,95 Lump 88

18 Alimadin 48 8 40 2 33,35

18 Supradi 44 6 38 2 34,95 NH3 9

18 Supratmin 38 6 32 3 33,35 Stock -

18 Karsono 36 6 30 2 34,95 HOK 45

18 Mahmud 42 6 36 2 34,95 Hari Ke -

18 Adianto K 50 8 42 2 34,95 Kirim 1339 kg

18 Poniran A 44 6 38 3 34,95

18 Adianto A - - - - -

18 Adianto B 36 6 30 2 33,35

TT 2006

11/12 Rubby

Sudarmo

14 2 12 - 34,95

12 Joni Muklis 20 4 16 - 34,95

TT 2004

31 Poniman K

D2

34 6 28 2 34,95

Serep

21 Misriadi 15 4 11 2 33,35 Ngeban Ancak A

Mariadi

Jumlah 756 45 33,35

Page 65: Penda Hulu An

65

Lampiran 2. (lanjutan...)

Blok T. Tanam Latex Lump Slab HOK

21 93/94 278 18 - 9

23 82 6 - 3

24 26 2 - 1

27 79 8 - 4

27 96/97 24 2 - 1

38 32 2 - 1

35 20 2 - 1

24/27 99/00 91 4 - 2

17 2003 195 11 - 4

18 467 29 - 13

31 2004 28 2 - 1

11 1998 11 2 - 1

4 2006 10 - - 1

11 28 - - 2

12 16 - - 1

Jumlah 1387 45

Sumber: Balit Sungei Putih

Page 66: Penda Hulu An

66

Lampiran 3.

Page 67: Penda Hulu An

67

Lampiran 4. DATA LAMA WAKTU PENGETRELAN TANAMAN KARET SADAP

BAWAH DI BLOK 17

Nama Pekerja : Ibu Temu

Waktu : 8”15’93

Jumlah Sampel : 50 pohon

Maka waktu yang dibutuhkan pertanaman adalah

Lama waktu : 8”15’93

= (8 x 60) + 15,93 detik

50 Pohon

= 480 + 15,93 detik

50 Pohon

= 9,9186 Det/Pohon

Nama Pekerja : Ibu Ngatemi

Waktu : 7”41’5

Jumlah Sampel : 50 Pohon

Maka waktu yang dibutuhkan pertanaman adalah

= (7 x 60) + 41,5 detik

50 Pohon

= 420 + 41,5 detik

50 Pohon

= 461,5 detik = 9,23 det/Pohon

50 pohon

Page 68: Penda Hulu An

68

Maka dari dua sampel tersebut lama rata-rata pengetrelan untuk 1 tanaman karet

sadap bawah adalah:

Rata-rata Waktu = 9,9186 + 9,23 Det/Pohon

2 Pohon

= 19,1486 det/Pohon

2

= 9,5743 det/Pohon

Lama pengetrelan dalam satu ancak (±550 pohon) adalah

= 550 pohon x 9,5743

60

= 5265,865

60

= 87,764417

60

= 1,4627403 jam/ancak (± 1,5 jam/ancak)

Page 69: Penda Hulu An

69

Lampiran 5. DATA LAMA WAKTU PENGETRELAN TANAMAN KARET

DOUBLE CUT DI BLOK 21

Nama Pekerja : Ibu Titin & Bang Very

Waktu : 16”23’89

Jumlah : 50 Pohon

Maka waktu yang diperlukan untuk mengetrel 1 tanaman adalah

Lama waktu : 16”23’89

= (16 x 60) + 23,89 detik

50 Pohon

= 960 + 23,89 detik

50 Pohon

= 983,89 detik

50 Pohon

= 19,6778 detik/pohon

Nama Pekerja : Bapak Asmijan & Ibu Paini

Waktu : 15”43’70

Jumlah Sampel: 50 pohon

Maka waktu yang diperlukan untuk mengetrel 1 tanaman adalah

Page 70: Penda Hulu An

70

Lama Waktu : 15”43’70

= (15 x 60) + 43,70 detik

50 Pohon

= 900 + 43,70 detik

50 Pohon

= 943,7 detik

50 Pohon

= 18,874 Detik/Pohon

Maka Dari Data tersebut rata-rata waktu untuk pengetrelan 1 tanaman adalah:

= 19,6778 + 18,874 detik/pohon

2

= 38,5518

2

= 19,2759 detik/pohon

Maka Untuk pengetrelan dalam 1 ancak (±550 pohon) adalah

= 19,2759 x 550 pohon

60

= 10601,745

60

= 176,69575

60

= 2,9449292 jam/ancak (± 3 jam/ancak)