penda hulu an
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman karet (Havea brasilliensis) merupakan tanaman tahunan. Satu siklus tanam
yang dihitung dari saat menanam di lapangan sampai diremajakan berkisar 25 tahun. Hal
ini berarti bahwa pemilihan bahan tanam dilakukan hanya sekali dalam 25 tahun. Pemilihan
bahan tanam harus dipertimbangkan secara cermat karena adanya kekeliruhan dalam
pemilihan bahan tanam akan bedampak negatif terhadap capaian produksi dalam satu
siklus.
Setiap mahasiswa khususnya jurusan Pertanian dituntut untuk menguasai tata cara
dan norma kerja di bidang Pertanian yang bertujuan untuk mengahasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.
Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan program kurikulum pengembangan
wawasan, pengalaman dan pengetahuan praktis mahasiswa melalui program-program di
bidang pertanian yang dikelola oleh swasta atau pemerintah. Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dapat juga disebut sebagai program belajar sambil bekerja yang dilakukan sesuai
dengan bidang/minat pada program studi yang ditempuh.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) tercapai apabila Mahasiswa Fakultas Pertanian Unika
Santo Thomas Sumatera Utara terjun langsung ke lapangan, dimana mahasiswa akan
mengembangkan pengetahuan melalui karya nyata. Dengan kata lain, Mahasiswa tidak
hanya sebatas mengetahui maupun berbuat, melalui PKL ini juga diharapkan mahasiswa
belajar sambil berbuat.
2
1.2. Tujuan PKL
Tujuan PKL adalah:
1. Melati Mahasiswa Untuk Memperoleh keterampilan dan pengakaman praktek dalam
suatu kegiatan pertanian sesuai dengan bidang keilmuannya.
2. Melibatkan Mahasiswa secara langsung dalam kegiatan perilaku sehari-hari untuk
mengembangkan kepekaan yang bermakna terhadap berbagai persoalan yang timbul
dalam praktek.
3. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan teori dan penerapannya
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4. Memberikan bekal dan pengenalan praktek (keterampilan) terhadap mahasiswa untuk
bekerja di dalam masyarakat.
1.3. Sasaran Praktek Kerja Lapangan
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam PKL ini adalah:
1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman praktis dan menerapkan
menyeleraskan teori yang diperoleh dengan kenyataan di lapangan
2. Menghasilkan sarjana Agroteknologi yang terampil, relevan dengan
pembangunan dan mampu menghayati serta memecahkan permasalahan yang
kompleks dalam masyarakat secara sistematis dan interdispliner.
3
II. KONDISI UMUM BALAI PENELITIAN SUNGEI PUTIH
II.1. Lokasi Balai Penelitian Sungei Putih
Balai Penelitian Sungei Putih, pusat Penelitian Karet Berada di Desa Sungei Putih,
Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, berada sekitar 45 Km dari Selatan kota
Medan dan berjarak sekitar 27 Km dari kota Lubuk Pakam. Lokasi Balai Penelitian sungei
Putih terletak pada ketinggian sekitar 80 m dari permukaan laut. Sarana untuk mencapai
lokasi merupakan jalan aspal dari Medan sampai Sungei Putih dan selebihnya jalan separuh
aspal. Batas areal Balai Penelitian Sungei Putih adalah:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pertumbukan dan PT. Perkebunan Nusantara III
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan Tanjung Purba
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Galang dan PT. Perkebunan Nusantara
III
4. Sebelah Barat berbatasan dengan daerah Bangun Purba dan PT. Serdang Tunggal
II.2. Sejarah Balai Penelitian Sungei Putih
Balai Penelitian Sungei Putih sebelumnya Pusat Penelitian Karet menjadi Balai
Penelitian, berada di bawah naungan Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian lainnya berada
di bawah naungan Pusat Penelitian Karet adalah Balai Penelitian Sembawa (Sumatera
Selatan), Balai Penelitian Teknologi Karet (Bogor, Jawa Barat) dan Balai Penelitian Getas
(Jawa Tengah). Perubahan nama institusi terjadi beberapa kali sejak berdiri tahun 1981
bernama Pusat Penelitian Karet sampai tahun 1989, pada tanggal 03 Juli 1989 kembali
4
menjadi Balai dan Pengukuhan (Balai) pada bulan Mei 2003 sampai sekarang menjadi
Balai Penelitian Sungei Putih.
Balai Penelitian Sungei Putih memegang mandat yang diberikan Pusat Penelitian
karet secara untuk melaksanakan penelitian dan Pengembangan di bidang perkaretan
dengan tujuan untuk mendapatkan inovasi dan teknologi guna mendukung dan
meningkatkan industri perkaretan Indonesia secara berkesinambungan.
II.3. Luas Areal Balai Penelitian Sungei Putih
Balai Penelitian Sungei Putih memiliki kebun percobaan (KP) seluas 452,84 Ha serta
memiliki 5 buah laboratorium yaitu laboratorium tanah, proteksi, teknologi, fisiologi, serta
3 rumah kaca dan 1 stasiun klimatologi, kebun percobaan sungei putih memiliki 50,26 Ha
Kebun Plasma Nuftah hasil ekspedisi Brazil 1981 sebagai lahan dasar kegiatan karet.
II.4. Luas Kebun yang Ditanami
Dari keseluruhan luas areal tidak seluruhnya ditanami oleh tanaman karet tetapi
terdapat penanaman kelapa sawit dengan TM 49,65 Ha dan TBM 0,85 Ha. Untuk hasil
tanaman sawit yang dipanen dari kebun percobaan dijual dalam bentuk TBS dan
mekanisme tanaman yang dilakukan pihak kebun.
II.5. Pemakaian Lahan yang Lain
Lahan Balai penelitian Sungei putih sebagian dimanfaatkan untuk perumahan
karyawan, koperasi karyawan, sarana keagamaan, sarana olahraga, jalan dan bangunan
5
untuk ibu-ibu persatuan Istri Karyawan (Periska), rincian penggunaan areal kebun dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rincian Penggunaan Areal Kebun
Penggunaa Areal Luas (ha)
Tanaman menghasilkan (TM) 140,41
Tanaman Belum Menghasilkan(TBM) 145,41
Kebun Plasma Nuftah 50,26
Kebun Entres 10,50
Sawit (TM) 49,56
Sawit (TBM) 0,85
Emplasmen 38,92
Jalan 17,09
Jumlah 452,84
6
III. TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Botani Tanaman
Menurut Strasburgers (1964) taksonomi karet, yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub class : Tricoccae
Familli : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg.
Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-40 m.
sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga
kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Batangya
bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit
bergabus (Syamsulbahri,1996).
Daun karet berwarna hijau dan ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai anak
daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak daunnya antara
3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya terdapat tiga helai anak daun. Pada ujung
7
anak daun terdapat kelenjar. Pada musim kemarau daun menjadi kuning atau merah
(Setiawan, 2000).
Pada satu karangan bunga (inflorensia) pada umumnya terdapat 3-15 malai. Bunga
betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30 bunga, umumnya 4-6 bunga betina terbentuk
di ujung sumbu-sumbu malai. Jumlah bunga dalan satu pohon bervariasi pada keaadan
pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat mencapai 6000-8000 bunga per
pohon. Bunga jantan terdapat pada bagian bawah malai dan ukurannya lebih kecil,
sedangkan bunga betina ukurannya lebih besar dari pada bunga jantan dan berbentuk bulat
(bundar). Jumlah bunga jantan dalam satu pohon dapat mencapai 60-70 kali lebih banyak
dari bunga betina (Siagian, 2006).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga, kadang
enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat
kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas (Pathamus, 1982).
III.2. Syarat Tumbuh Tanaman Karet
III.2.1. Iklim
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah penanaman Indonesia adalah
Pulau Sumatera Utara, Jawa dan Kalimantan, terletak pada zona antara 6 LU dan 6 LS.
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2500
mm/tahun, optimal antara 2500-4000 mm/ tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan.
Kegiatan tempat untuk pertumbuhan tanaman karet adaah 0-600 m dpl, dan optimal pada
ketinggian 200 m dpl. Setiap kenaikan 100 m maka matang sadap lebih lambat 6 bulan.
8
Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman karet adalah 20-30 C dengan kelembapan 75-
95 % dan kecepatan angin tidak terlalu kencang karena dapat mengakibatkan batang atau
pohon tumbang (Setiamidjaja, 1999).
III.2.2. Topografi
Topografi Balai Penelitian Sungei Putih adalah termasuk dataran yang hampir
tergolong tinggi dan bagian tanahnya rata pada keseluruhan areal kebun. Areal Balai
Penelitian Sungei Putih berada disekitar 80 m dari permukaan laut.
III.2.3. Tanah
Tanaman karet tumbuh pada jenis tanah misalnya tanah vulkanis umumnya memiliki
sifat yang cukup baik, terlihat dari struktur, tekstur, solump, kedalam air tanah tanah, aerasi
dan drainase tetapi sifat kimianya kurang baik karena kandungan rendah. Sedangkan tanah
aluvial cukup subur tetapi sifat fisik terutama aerase dan drainase kurang baik sehingga
pembuatan saluran drainase akan memperbaiki sifat fisik tanah. Reaksi tanah yang
umumnya pH 3-8 dibawah 3 atau 8 akan menyebabkan pertumbuhan tanaman karet
terhambat (Setyamidjaja,1982).
III.3. Jenis Klon Anjuran
Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting di dalam
meningkatkan produktivitas kebun. Melalui kegiatan seleksi yang dimulai tahun 1910, telah
terjadi peningkatkan produktivitas yang spektakuler dari penanaman bibit asal semakin
menjadi klon-klon unggul yang lebih produktif. Anjuran bahan tanaman (klon) pada saat
9
ini, disesuaikan dengan kepentingan industri karet, yang mengelola kebun karet untuk
menghasilkan lateks maupun kayu. Klon yang direkomendasikan atau yang dianjurkan
Pusat Penelitian Karet untuk penanaman komersial periode 2010-2014 terdiri dari tipe
penghasil lateks yaitu klon IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB
330, dan PB 340. Sedangkan tipe penghasil lateks-kayu adalah klon IRR 5, IRR 39, IRR
42, IRR 107, IRR 119 dan RRIC 100.
Klon-klon yang dirilis seperti BPM 1, BPM 107, BPM 109, AVROS 2037, GT 1,
PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712 masih dapat digunakan dengan
beberapa pertimbangan, antara lain dengan memperhatikan kepentingan pengguna untuk
penanaman pada agroekosistem tertentu maupun kebutuhan lateks ataupun kayu untuk
keperluan produk tertentu.
10
IV. ASPEK-ASPEK TEKNIK BUDIDAYA
IV.1. Pembibitan
Penyiapan bahan tanaman budidaya karet bertujuan menghasilkan lateks atau kayu
secara maksimal. Untuk mewujudkan pembangunan perkebunan karet yang produktif,
efesien, berdaya saing tinggi, dan menguntungkan secara agribisnis, penggunaan bibit
unggul bermutu dari hasil penelitian merupakan hal yang sangat penting.
Kerugian yang timbul akibat penggunaan bibit yang tidak baik sangat besar karena
tanaman karet memiliki massa produksi yang panjang sekitar 20-25 tahun. Proses
menentukan kualitas bibit yang akan ditanam, pembibitan tanaman karet meliputi kegiatan :
penyiapan lahan untuk batang bawah, pendederan benih batang bawah, siap tanam. Proses
pembibitan yang baik akan menghasilkan bibit karet yang baik secara genetis, morfologis,
dan fisiologis.
IV.1.1. Penyediaan Biji
Biji yang baik adalah biji yang dikumpul dari kebun-kebun yang berumur lebih 15
tahun areal pengumpulan harus mempunyai batas selebar 10 m untuk menghindari
kontaminasi biji yang berasal dari pohon-pohon induk lain jenis klon yang tidak
terindentifikasi.
Ciri-ciri biji yang baik adalah: murni, diukur dari bentuk ukuran dan ciri khas corak
kulit. Daya kecambah tinggi (<60%) dan bernas.
11
Biji tidak dapat disimpan lama karena bersifat rekalsitran (cepat kehilangan
viabilitas/daya kecambah). Daya kecambah akan menurun sampai 45% jika disimpan satu
bulan. Biji yang ada segera diseleksi dan diuji kesegarannya kemudian dikecambahkan dan
akhirnya ditanam di lapangan.
IV.1.2. Metode Seleksi Biji
Terdapat dua metode seleksi biji, yaitu :
Pertama metode pemantulan, dilakukan dengan menjatuhkan biji diatas lanta
yang keras. Biji yang melenting memiliki daya kecambah lebih dari 80% atau
dengan menggunakan alat sortasi biji hasil penemuan RC. Getas salatiga yang
dapat mempercepat dan menghemat waktu seleksi biji.
Metode kedua perendaman, biji yang direndam dalam air bersih dan biji yang
baik akan tenggelam 2/3 bagian.
Sumber : Balit Sungei Putih
Gambar 1. Contoh biji yang dikumpulkan dari beberapa jenis klon anjuran
12
Kriteria pengamatan dalam pengujian kesegaran ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria pengamatan dalam uji kesegaran benih
Golongan Warna Endosperm Kriteria
I Putih murni Sangat baik
II Putih kekuningan,putih kehijauan Cukup baik
III Kekuningan, berminyak Kurang baik
IV Kuning gelap Rusak
V Coklat, hitam Sangat rusak
IV.1.3. Pengecambahan Biji (Pre-nursery)
Pengecambahan biji dilakukan dalam persemaian. Persemaian benih dilakukan
dalam bedengan yang diberi naungan, bedengan dibuat dengan ukuran 1,2 x 10 m. Tinggi
naungan disisi tiur 1,5 x 2 m dan di sisi barat 1 -1,5 m agar sinar matahari pada siang dan
sore tidak langsung menyinari kecambah. Pasir digunakan sebagai media tanam dalam
proses persemaian benih, tinggi lapisan pasir 10-13 cm. Benih yang akan disemaikan
dibenamkan sepertiga bagian banih sehingga benih tetap muncul dipermukaan. Posisi
demikian memudahkan bakal akar dan bakal tumbuh tanpa terganggu benih lainnya. Jarak
tanam benih 1 x 1 cm, kapasitas bedeng menampung 120.000 benih perbedengan. Daya
kecambah benih selama persemaian kira-kira 70 %.
13
Selama proses persemaian, kelembaban media tanam harus selalu diperhatikan.
Penyiraman air sangat diperlukan apabila kelembaban media tanam menipis. Stadia
pertumbuhan benih dinamakan berdasarkan pertumbuhan akar benih. Stadia pancing
muncul kira kira 10-12 hari, stadia jarum muncul kira-kira 12-15 hari setelah penyemaian.
Kriteria kecambah yang baik adalah kecambah yang tumbuh kurang dari 15 hari setelah
waktu penyemaian, akar tunggang lurus, bentuknya normal, dan tidak terserang jamur akar
putih.
Gambar 2. Naungan Persemaian Biji Karet
IV.1.4. Pemindahan Kecambah (main nursery)
Pemindahan benih yang telah berkecambah ke pembibitan batang bawah dilakukan
pada pagi dan sore hari. Kecambah yang akan dipindahkan dicabut dengan hati-hati dan
dimasukkan kedalam ember yang telah diisi dengan air agar dimaksud mengurangi
penguapan. Jika pemindahan kecambah ke areal pembibitan dilakukan pada musim hujan,
bibit yang digunakan adalah stadia pancing dan pada musim kemarau bibit yang dipakai
stadia jarum. Hal tersebut karena bibit stadia pancing kurang tahan terhadap kekurangan air
14
dan mudah terserang serangga di bagian yang masih melekat sehingga mengakibatkan bibit
mati.
Pembbibitan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungai Putih biasanya dilakukan
di gawangan tanaman belum menghasilkan (TBM 1 atau TBM 2). Gawangan adalah areal
antara satu baris tanaman dengan satu baris lainnya , dalam setiap gawangan terdapat tiga
bet tanaman yang memuat 3000 bibit. Bet dikenal dengan satuan 4 baris tanaman sehingga
setiap bet berisi 1000 bibit, antara satu bet dengan bet sebelahnya diberi jarak 50 cm.
Penanaman di pembibitan menggunakan jarak tanam 30 x 20 cm dengan panjang barisan
kira-kira 50 m sehingga dalam satu baris terdapat 250 bibit. Standar kerja penanaman
kecambah ke areal pembibitan 1000 kecambah/HK.
Gambar 3. Stadia Kecambah Untuk Ditanam
15
IV.2. Penanaman Batang Bawah
Bibit batang bawah adalah bibit yang digunakan sebagai tempat menempelkan mata
tunas pada proses okulasi. Untuk memperoleh tanaman yang baik, benih yang akan
digunakan sebagai batang bawah harus memiliki kriteria yang baik dalam kemurnian dan
kesegaranya. Benih yang di gunakan sebagai batang bawah sekurang-kurangnya berasal
dari biji pilihan propellegitim yaitu biji yang diketahui pohon induk asalnya. Beberapa
klon yang dianjurkan sebagai batang bawah antara lain: GT 1, PB 260, RRIC 100, dan
AVROS 2037.
IV.2.1. Pengolahan lahan
Lahan yang digunakan sebagai tempat pembibitan batang bawah sebaiknya di pilih
lahan yang gembur , relatif datar, mudah di jangkau dan di awasi, dekat dengan sumber air,
dan bebas hama dan penyakit. Jika terpaksa mengunakan lahan yang miring, pembibitan
dapat dengan lahan dengan kemiringan tidak lebih dari 3% dan di buat teras dengan
mengurangi erosi tanah (Puslit Karet, 2003). Lahan pembibitan batang bawah dikebun
Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih umumnya datar sampai bergelombang. Proses
penyiapan lahan dilakukan secara mekanis dengan mengunakan traktor. Pengolahan lahan
secara mekanis dilakukan dengan cara dua kali ripping dua kali pembajakan, dan satu kali
pengaruan.
Ripping bertujuan untuk mengangkat akar dan sisa tunggul tanaman agar tidak
menjadi sumber inokullum jamur akar putih (JAP). Proses ripping dilakukan dua kali, arah
kerja ripping pertama timur-barat dan ripping kedua arah kerjanya utara selatan. Ripping
16
kedua dilakukan seminggu setelah ripping pertama. kedalaman bidang olah ripping 40 – 50
cm. Pembajakan tanah adalah proses pembalikan lapisan atas tanah untuk mengemburkan
tanah. Pembajakan pertama dilakukan seminggu setelah ripping kedua arah kerjanya
timur-barat dan pembajakan kedua dilaksanakan seminggu setelah pembajakan pertama
arah kerjanya utara-selatan. Kedalaman bidang olah bajak 30 – 40 cm. Pengaruan bertujuan
untuk memecah bongkahan-bongkahan tanah menjadi bentuk yang lebih kecil. Proses
penggaruan juga dilakukan dalam dua tahap. Penggaruan pertama seminggu setelah
pembajakan kedua arah kerjanya timur-barat dan penggaruan kedua arah kerjanya utara-
selatan.
Pengolahan lahan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih biasanya
mengunakan sistem borongan dengan mengunakan jasa pihak ketiga ( pemborong ), pihak
kebun melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan lahan. Pengolahan harus
bersifat menyeluruh dan merata artinya semua titik dalam areal tersebut harus mendapat
perlakukuan dan tidak ada yang terlewati serta kedalaman bidang olah satu titik dengan
titik lain harus sama. Di antara setiap fase pengolahan lahan dilakukan pengayapan akar.
IV.2.2. Pemeliharaan batang bawah
Kegiatan pemeliharaan bibit batang bawah meliputi: pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit, dan pengendalian gulma (weeding). Pemupukan dilakukan selama
empat bulan dengan interval satu bulan. Pemupukan pertama kali dilakukan saat bibit
berumur dua bulan dengan pupuk pukalet 5 g/bibit, dosis pada pemupukan kedua dan
seterusnya dinaikan bertahap 10, 15, dan 20 g/bibit, dosis pada pemupukan dengan sistem
17
tugal 15 HK/Ha dan sistem sebar kebutuhann tenaga kerjanya 35 HK/Ha. Pada saat
tanaman berumut 7 bulan dilakukan pemupukan ekstra untuk menjaga vigor tanaman dan
meningkatkan kadar kambium batang.
Penyemprotan dilakukan untuk mengendalikan penyakit daun. Penyemprotan
dilakukan pertama kali pada umur 2 bulan mengunakan Dithane M-45 dengan konsentrasi
30 g/15 lt air. Penyemprotan dilakukan selama 4 bulan dengan interval satu bulan.
Konsentrasi larutan ditingkatkan pada penyemprotan kedua dan seterusnya menjadi 35, 40,
dan 45g/15lt air. Kebutuhan tenaga kerja penyemprotan 3 HK/Ha.
Gulma yang tumbuh di sekitar bibit akan mengangu pertumbuhan dan
perkembangan bibit karena akan terjadi kompetisi dalam memperoleh unsur hara, cahaya,
dan ruang. Pengendalian gulma di pembibitan lakukan dengan cara manual dengan
mengunakan cangkul dengan kriteria Wo yaitu seluruh areal pembibitan harus bebas gulma.
Weeding dilakukan pertama kali 3 bulan setelah pemindahan kecambah ke pembibitan
dilakukan sampai bibit berumur 7 bulan dengan interval 1 bulan. Kebutuhan kerja
pengendalian gulma pertama 25 HK/Ha dan selanjutnya diturunkan menjadi 20, 15, dan 10
HK/Ha.
IV.3. Pembangunan kebun entres
Salah satu syarat penting untuk menghasilkan bahan tanaman yang baik dan
memenuhi standar mutu adalah kegunaan mata entres yang baik dan murni. Entres dapat
diproleh dari cabang tanaman komersial di lapangan dan dari kebun entres. Entres yang
diambil dari tanaman bukan kebun entres memiliki tingkat keberhasilan okulasi yang
18
rendah dan tidak seragam. Klon anjuran untuk batang atas pada saat ini disesuaikan dengan
kriteria untuk menghasilkan lateks-kayu. Contoh klon anjuran untuk batang atas adalah: PB
260, AVROS 2037, IRR 112, IRR 118, dan RRIC 100. Batang bawah dapat di gunakan dari
klon AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan RRIC 100. Lahan untuk pembangunan kebun entres
harus memiliki sifat fisik dan kimia yang baik. Lokasi kebun entres harus memenuhi
kriteria sebagai berikut: 1). Bebas penyakit, 2). Topografi datar, 3). Dekat dengan jalan agar
mudah dijangkau dan di awasi, 4). Dekat dengan sumber air. Dan 5). Bebas ganguan alam
seperti banjir dan tanah longsor. Jika terpaksa mengunakan lahan yang memiliki
kemiringan 3-5% perlu dibuat saluran drainase. Lokasi kebun entres di Kebun Percobaan
Balai Penelitian Sungei Putih umumnya bertopografi datar.
Luas kebun entres disesuaikan dengan luas lahan yang akan ditanami karet, kebun
entres yang dikelola dengan baik dengan jatak tanam 1 x 1 m segi empat memiliki populasi
per hektar 8.000 – 9.000 pohon setelah dikurangi untuk pembuatan jalan kontrol dan
pembatas antar klon. Bahan tanam untuk kebun entres dapat dipakai stum mata tidur, stum
mini, dan bibit dalam polibeg. Rata-rata per pohon dapat menghasilkan 6 meter kayu
okulasi (3 cabang yang dipelihara), setiap sumber kayu okulasi dapat menyediakan 10-15
mata entres sehingga satu pohon dapat menghasilkan 60-90 mata entres. Satu hektar kebun
okulasi dapat menyuplai kurang lebih 600.000 mata entres. Jika keberhasilan okulasi 75-
80% dan seleksi bibit 10-15% maka satu hektar kebun entres dapat menyediakan bahan
tanam untuk kurang lebih 700 hektar pertanaman karet. Bahan tanam untuk kebun entres
dapat dipakai stum mata tidur, stum mini, dan bibit dalam polibeg (Sagala,2006).
19
IV.3.1. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan di kebun entres sama dengan kegiatan pengolahan lahan yang
dilakukan pada pembibitan batang bawah mulai dari penebangan pohon, ripping, dan garu
(harrow).
IV.3.2. Pemeliharaan Kebun Entres
Pemeliharaan kebun entres meliputi kegiatan pengendalian gulma, pengendalian
hama dan penyakit, pemupukan, pewiwilan, dan pemurnian klon. Pengendalian gulma
dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu pencangkulan atau dengan cara aplikasi
herbisida. Areal kebun entres harus dipertahankan bebas gulma. Pengendalian penyakit
daun yang disebabkan serangan Colletotrichum diatasi dengan penyemprotan Dithane M-
45 dengan konsentrasi 0,2% dengan rotasi dua minggu sekali. Penyakit yang disebabkan
oleh serangan Oidium heveae diberantas secara penyemprotan serbuk belerang 10 kg/Ha.
Pemupukan areal kebun entres di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungai Putih
menggunakan pupuk Pukalet dengan dosis 10 gr/pohon. Pemupukan dilakukan dengan
membenamkan pupuk di sekitar batang.
Pembuangan tunas palsu (pewiwilan) dilakukan pada saat tanaman sudah berpayung
dua atau tiga. Tunas yang dipelihara di kebun entres adalah tunas yang tumbuh di mata
entres, tunas lain yang dipelihara di kebun entres adalah tunas yang tumbuh dari mata
entres, tunas lain yang tumbuh segera dibuang. Pembuangan tunas palsu dilakukan dengan
menggunakan alat pisau atau pengait yang tajam, pada saat pewiwilan diusahakan agar
batang tidak luka, sehingga mata tunas masih dapat dipakai. Pemurnian klon-klon mengacu
20
kepada deskripsi klon. Tanaman yang tidak sesui dengan deskripsi klon segera dibongkar
dan diganti dengan tanaman yang sesuai dan berumur sama kondisi kebun entres
IV.3.3. Pemanenan Entres
Umur panen entres disesuaikan dengan teknik okulasi yang akan dipakai, mata
entres yang akan dipakai untuk okulasi dini dipanen pada umur 3-4 minggu, entres untuk
okulasi hijau dipanen ketika berumur 3-4 bulan, dan entres untuk okulasi coklat dipanen
pada umur 1-2 tahun.
Pemanenan kayu entres dilakukan dengan cara memotong serong tunas yang akan
diambil. Pemanenan pertama dilakukan pada ketinggian 30 cm dari pertautan okulasi,
bekas potongan diolesi dengan TB 192, tunas yang tumbuh selanjutnya dipelihara dua buah
setiap batang. Panjang kayu entres kira-kira 1 m. Pemanenan selanjutnya dilakukan 10 cm
dari percabangan entres okulasi. Menurut Sagala (2006), pengiriman jarak jauh yang
menerapkan perlakuan di atas dapat menjaga kesegaran dari entres.
IV.3.4. Pengepakan
Untuk keperluan okulasi yang dilakukan di tempat yang jauh, pengepakan dan
pengiriman kayu entres perlu mendapat perhatian. Hal tersebut berkaitan dengan kesegaran
mata tunas yang digunakan. Enters coklat dipotong sepanjang 1 m dan enters hijau
dipotong dengan panjang 40 cm. Untuk pengiriman jarak dekat, kayu entres yang dikirim di
bagian-bagian ujungnya dicelupkan ke dalam lilin cair dan diberi tanda klon dengan
mengunakan spidol
21
Untuk keperluan jarak jauh kayu-kayu entres dapat dikemas dalam kotak kayu yang
berukuran 110x40x40 cm. Ujung kayu entres sebelumnya dicelupkan dalam cair atau
paraffin. Bagian bawah kotak kayu diberi serbuk gergaji yang ditambah belerang untuk
menjaga kelembapan kayu, menghindari jamur, menghindari benturan. Kayu okulasi
disusun berlapis dalam peti, dalam peti dapat memuat 70-80 meter kayu
Sumber : Balit Sungai Putih
Gambar 4. Kondisi Stum mata tidur yang telah dilakukan pengepakan untuk
proses pengiriman
IV.4. Okulasi
Okulasi adalah salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui
penempelan mata entres ke batang yang sejenis dengan tujuan mendapat sifat yang unggul.
Dalam pelaksanaan okulasi, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: kesiapan batang
bawah, pembuatan jendela okulasi, penyiapan prisai mata entres, penempelan mata entres,
dan pemerikasaan hasil okulasi. Ada tiga jenis okulasi yaitu okulasi dini, okulasi hijau, dan
22
okulasi coklat, perbedaan ketiga okulasi tersebut terletak pada umur batang bawah dan
batang atasnya, sedangkan teknis pelaksanaanya relatif sama.
Tabel 3. Umur Batang Bawah dan Entres Untuk Okulasi Dini,Hijau dan Cokelat.
Teknik Okulasi Umur Batang Bawah Umur/warna Entres
Dini 2-3 bulan 3-4 minggu garis tengah 0,5
cm warna hijau muda
Hijau 4-6 bulan 3-4 bulan 0,5-1 cm warna hijau
Cokelat 7-18 bulan 1-2 tahun garis tengah 2,5-4
cm warna cokelat.
Teknik pelaksanaan okulasi coklat adalah sebagai berikut:
Membuka jendela okulasi pada batang bawah
Bagian pangkal bibit semai batang bawah dibersihkan dengan kain lap. Kulit ditoreh
dengan ujung pisau okulasi untuk membuat dua torehan tegak yang sejajar, panjang
5-7 cm dengan jarak kurang 1,5 cm atau tidak lebih dari 1/3 lilitan batang. Sisi
bawah tidak ditoreh, berada tidak lebih dari 5 cm dari lebar akar.
Menyayat mata
Kayu entres dibersihkan di daerah mata yang akan dipotong. Kayu okulasi disayat
dengan pisau yang tajam dan mengenai sedikit kayu, sehingga sayatan mengandung
satu mata yang ukurannya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela. Bila kayu okulasi
23
yang digunakan berdiameter besar, terlebih dahulu ditoreh yang sesuai dengan
ukuran jendela mata berada ditengah-tengahnya, selanjutnya dilakukan sayatan.
Bagian kayu dilepas dari perisai, dijungkitkan dengan gading pisau okulasi, mata
atau perisai siap untuk ditempelkan.
Menempelkan perisai dan membalut
Penempelan mata entres dilakukan secepatnya setelah pemisahan mata tunas dari
kayu entres. Posisi mata tunas harus berada di atas ketiak daun, bila terbalik dapat
menyebabkan pertumbuhan tunas tidak normal. Setelah penempelan, jendela okulasi
ditekan sedemikian rupa sehingga mata okulasi yang telah menempel tidak
bergerak. Jendela okulasi kemudian dibalut dengan plastik okulasi. Pembalutan
bertujuan agar menjaga mata tunas benar-benar menempel dan terhindar dari
kotoran-kotoran serta air hujan. Kemampuan pekerja melakukan okulasi
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor manusia.
Membuka pembalut dan pemerikasaan okulasi
Pemerikasaan hasil okulasi dilakukan 21 hari setelah okulasi. Untuk menimalkan
penyelewengan, pemerikasaan hasil dilakukan oleh tim yang berbeda dengan yang
mengokulasi. Pembalut okulasi dibuka dengan mengiris plastik pembalut dan pada
prisai okulasi dibuat cukilan kecil, bila cukilan kecil berwarna hijau maka okulasi
dinyatakan berhasil. Tanaman yang dinyatakan berhasil selanjutnya diberi tanda
berupa sayatan di bagian atas jendela okulasi atau meningkatakan tali plastik bekas
pemabalut okulasi, setelah itu dibiarkan 2-3 hari untuk dikering anginkan.
24
Gambar 5. Hasil Cabutan Okulasi yang Hidup
IV.4.1. Pengisian Tanah ke Polibeg
Ukuran polibeg yang biasa dipakai adalah 20 x 40 cm atau 25 x 50 cm. Tanah yang
baik untuk digunakan penanaman bibit karet adalah tanah topsoil, karena tanah lebih
gembur dan subur. Tanah yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam polibeg sampai penuh
dengan menyisakan 2 cm di bawah bibir polibeg dengan kesuburan tanah yang baik. Jika
struktur tanah berat, dapat dicampur dengan pasir sungai yang baik. Jika kesuburan tanah
tidak cukup baik campurkan 5 gr rock phospate dan bisa juga dengan menambahkan
belerang.
IV.4.2. Penanaman Stum ke dalam Polibeg
Setelah polibeg selesai disusun berbaris dua dengan jarak 60 cm antara baris, maka
pekerjaan yang harus dilakukan adalah menanam. Pada saat penanaman ini terlebih dahulu
dibuat lubang dengan kedalaman 30 cm untuk stum dengan tongkat kayu yang kemudian
stum tersebut dimasukkan ke dalam polibeg dan ditekan sedikit. Pada saat penanaman mata
25
okulasi mengarah kejalan dengan tujuan agar pada saat tunas-tunas sudah tumbuh tidak
saling menutupi satu dengan yang lainnya dan juga menjaga agar tunas- tunas yang tumbuh
tidak rusak karena saling bersentuhan.
Sumber : Balit Sungai Putih
Gambar 6. Proses penanaman stum mata tidu kedalam polibeg
IV.4.3. Pemupukan dan pemeliharaan tanaman di polibeg
Setelah bibit ditanam maka dipelihara di dalam polibeg. Pada saat pengisian di
polibeg dengan tanah, tanah dicampur dengan pupuk organik sebanyak 1/10 dari berat isi
polibeg. Pemupukan pertama dilakukan sebanyak 7 gr pupuk NPK per polibeg pada 1,5
bulan. Pemupukan berikutnya 14 gr NPK/polibeg dengan interval satu bulan.
26
Sumber: Balit Sungei Putih
Gambar 7. Bibit Dalam Polibeg
27
V. PENYIAPAN LAHAN DAN PENANAMAN KARET
V.1. Pengolahan Lahan untuk Pertanaman Karet
V.1.1. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan untuk pertanaman karet pada umumnya tidak jauh beda dengan
pada pengolahan tanah pada bibitan karet. Pengolahan tanah pada areal yang baru dibuka
dan replanting meliputi kegiatan menebang pohon, pencabutan tunggul, pengumpulan
tunggul kayu, ripping, bajak, dan garu.
Penebangan pohon dilakukan untuk membersihkan areal yang ditanami. Pada areal
hutan atau areal replanting, kayu yang diperoleh biasanya dijual. Hasil penjualan dapat
menutupi biaya penyiapan lahan dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan selama
satu tahun. Tanaman yang akan di replanting dikebun percobaan balai penelitian sungai
putih, biasanya di tenderkan kepada pemborong. Tunggul yang sisa penebangan pohon
dicabut dengan menggunakan buldozer dan dikumpul dengan ranting ranting pohon yang
tidak dapat dipakai untuk dibakar, setelah itu dilakukan ripping yang bertujuan untuk
mengangkat akar- akar di dalam tanah. Ripping dilakukan dua kali dengan menggunakan
traktor, jeda antara ripping yang pertama dengan yang kedua sebaiknya 2-3 minggu, tapi di
Balai Percobaan Sungei Putih untuk mempercepat proses penyiapan lahan antara ripping
yang pertama dan yang kedua, satu minggu selama jeda tersebut dilakukan ayap akar yaitu
kegiatan mengumpulkan akar- akar dan membakarnya. Ripping kedua dilakukan tegak
lurus dengan ripping yang pertama.
28
Pembajakan dilakukan seminggu setelah riping yang kedua. Pembajakan bertujuan
untuk membalik tanah dan menjadikan lahan gembur. Pembajakan juga dilakukan dua kali,
antara bajak yang pertama dengan bajak yang kedua dilakukan ayap akar. Bajak kedua
dilakukan tegak lurus terhadap bajak pertama . Untuk mencegah serangan JAP, pada areal
yang telah dibajak ditaburkan belerang 250 kg/Ha setelah ayap akar. Seminggu setelah
pembajakan kedua, dilakukan penggaruan yang bertujuan untuk mencegah bongkahan
tanah menjadi kecil-kecil. Sebelum kegiatan menggaru dapat diaplikasikan pupuk dasar
yang berupa fosfat alam dengan dosis 750 kg/Ha. Penggaruan dilakukan dua kali dengan
menggunakan traktor. Di antara penggaruan pertama dan kedua dilakukan ayap akar untuk
membersihkan areal dari sisa akar yang dapat menjadi sumber inokulum jamur akar putih.
V.1.2. Pengajiran (Pemancangan)
Pengajiran dilakukan setelah lahan selesai diolah dan disesuaikan dengan jarak
tanam yang dipakai. Jarak tanam ada beberapa macam antara lain : bujur sangkar 4 x 4 m, 5
x 5 m, empat persegi panjang 4 x 5 m, 4 x 6 m; dan sistem pagar 7 x 3 m, 8 x 2,5 m. Jarak
tanam yang dipergunakan di balai penelitian sungai putih 6 x 2,75 m dengan populasi
tanaman 600 pohon. Dalam menetukan jarak tanam perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :a). Jenis tanah, b). Iklim dan unsur- unsur iklim, c).bahan tanam dan d). Hama dan
penyakit.
Pengajiran diawali dengan membuat panjang kepala sesuai dengan jarak tanam yang
dipakai. Pancang kepala dibuat dari kayu atau bambu lurus dengan panjang 2 - 2,5 m dan
bagian atasnya dicat putih agar terlihat jauh . Pancang kepala, selanjutnya ditarik yang telah
29
diberi jarak tanam yang digunakan. Pada setiap jarak yang telah ditentukan didirikan
pancang jarak tanam dan ketinggian 1-1,5 m.Kebutuhan tenaga kerja untuk pemancangan 4
HK/Ha. Kebutuhan kerja menjadi 6 HK/Ha jika termasuk mencari pancang.
V.2. Penanaman Karet
V.2.1. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan ditempat yang telah diberi ajir. Ukuran lubang
tanam untuk pertanaman karet adalah 60 x 60 x 60 cm atau 70 x 70 x 70 cm. Pada
kenyataanya lubang tanam yang dibuat tidak sempurna yang telah ditetapkan. Ukuran
lubang tanam umumnya mengecil pada bagian bawahnya. Tanah galian dipisahkan antara
atas dan tanah bagian bawah. Setelah tergali kemudian dibiarkan selama kurang lebih dua
minggu untuk membasmi patogen akar. Kemampunan pekerja membuat lubang tanam 40
lubang/HK.
V.2.2. Penanaman
Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan untuk menghindari kekeringan.
Bibit yang ditanaman harus ditempatkan tepat ditengah lubang tana. Selanjutnya tanah top
soil dimasukan kemudian tanah bagan bawah untuk menutuo lubang bagian atas. Untuk
mencegah JAP pada saat penanaman dapat diaplikasikan triko sp dengan dosis
100gr/lubang. Bahan tanam yang digunakan untuk areal pertanaman karet di kebun
percobaan umumnya adalah bibit dalam polibeg yang telah memiliki 2-3 karanga daun.
Penanaman dilakukan dengan mengiris polibeg dan melepasakan perlahan-lahan kemudian
30
menempatkan tepat ditengah lubang tanam kemudian ditimbun dengan tanah bekas galian
lubang tanah. Tanah disekitar batang kemudian dipadatkan.
Pengisian tanah kedalam lubang dimulai dengan mengembalikan tanah lapisan
bawah ketempatnya,demikian juga tanah lapisan atas. Permukaan tanah timbunan lubang
harus rata (tidak cembung atau cekung). Untuk polibeg dilakukan apabila payung daun
telah dewasa. Dasar polibeg dipotong dengan pisau tajam dan diletakkan tegak lurus dan
tepat menurut pancang dalam lubang. Samping kiri dan kanan polibeg dipotong dengan
pisau dan penimbunan dapat dimulai. Pengisian dan penginjakan tanah sesuai seperti yang
dilakukan pada stum mata tidur, tetapi harus barhati-hati jangan sampai kolom tanah dalam
polibeg pecah. Sejalan dengan pengisian tanah, dinding polibeg ditarik pelan-pelan ke atas,
sampai pengisian dan penginjakan selesai. Tanah permukaan diratakan dan kemudian
diikuti dengan mulching (pemberian serasah).
31
VI. PEMELIHARAAN TANAMAN
Pememliharaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang menentukan
keberhasilan agribisnis karet. Pemeliharaan tanaman terbagi kedalam pemeliharaan
tanaman yang telah menghasilkan ( TM). Pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan
sangat menentukan saat matang sadap tanaman karet. Pemeliharaan TBM yang terlamabat
akan menyebabkan matang sadap juga terhambat. Pemeliharaan TBM meliputi kegiatan
penyulaman. Pembungaan tunas palsu, pengendalaian gulma dan pengendalian hama
penyakit.
Pemeliharaan tanaman yang telah menghasilkan berkaitan dengan kualitas dan
kuantitas lateks yang dihasilkan. Pemeliharaan TM anatara lain: pengendalian gulma,
pemupukan dan pengendalian penyakit.
VI.1. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
VI.1.1. Penyulaman
Bibit yang ditanam harus selalu diperiksa umur tanam mencapai tiga tahun.
Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman mati atau terserang penyakit dengan
tanaman yang baru. Penyulaman menggunakan bibit dari klon dan umur yang sama. Bila
waktu penyulaman telah berumur satu tahun atau lebih, maka penyulaman menggunakan
stum tinggi okulasi, bibit dalam polibeg atau core stum.
32
Penyulaman hanya dianjurkan sampai tanaman berumur tiga tahun. Bila
penyulaman dilakukan pada umur tiga tahun, maka penyulaman tidak berguna lagi karena
tanaman penyulaman akan tumbuh kerdil.
IV.1.2. Penunasan/Pewiwilan
Tujuan penunasan adalah untuk memperoleh tanaman yang labih subur dengan
batang yang lurus dan mulus. Pada kondisi yang cukup baik pada umumnya tanaman akan
tumbuh lurus tanpa banyak memerlukan pewiwilan, sedangkan pada kondisi sebaliknya
banyak tumbuh tunas-tunas samping sehingga pewiwilan yang intensif diperlukan.
Pewiwilan dimulai sejak tanaman tumbuh membentuk payung pertama samapai
berumur kurang lebih tiga tahun. Adapun yang perlu diperhatikan dalam pewiwilan adalah:
Diusahakan agar tunas-tunas liar yang tumbuh diluar mata okulasi dihilangkan
dengan pisau sampai pangkal tunas.
Setelah mata okulasi tumbuh dijaga agar tumbuh lurus ke atas. Tunas-tunas samping
diwiwil sampai ketinggian 2,75 meter dari permukaan tanah.
Frekuensi pewiwilan dilakukan 2 minggu sekali terutama pada tahun pertama
setelah penanaman.
Tunas palsu adalah semua tunas yang tumbuh bukan dari mata entres. Tunas palsu
menyebabkan pertumbuhan tidak seragam dan menghambat pertumbuhan tunas yang
berasal dari mata entres. Tunas-tunas yang tidak diinginkan biasanya tumbuh di ketiak
daun. Pembungaan tunas dilakukan dengan memotong tunas yang tidak diinginkan dengan
pisau tajam. Pemotongan dilakukan tunas berkayu untuk menghindari kerusakan.
33
Gambar 8. Proses pewiwilan pada tanaman karet belum menghasilkan (TBM)
VI.1.3. Pengendalian Gulma
Gulma yang sering tumbuh diareal tanaman karet antara lain : ilalang (imperata
cylindria), Cyperus rotundus, Cyperus kilinga, Milania icranita, Pengendalian gulma dapat
dibagi kedalam pengendalian secara kimia,mekanik,manual. Pengendalian kimia dengan
menggunakan herbisida, pengendalian yang sering digunakan. Penggunaan herbisida tiap 3
bulan sekali dengan menggunakan tenaga menusia dengan umumnya sederhana seperti
cangkul, koret, garpu, dan sabit.
Pengendalaian gulma di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih pada aeal
TBM 1 dan TBM 2 umunya dilakukan secara mekanik karena daerah gawangan digunakan
untuk pembibitan batang bawah sehingga gulma yang tumbuh di gawangan tidak terlalu
banyak dan dilaksanakan bersama dengan penyiangan pembibitan. Pada TBM 3 sampai
memasuki umur matang sadap pengendalian gulma dilakukan secara kimia menggunakan
herbisida.
34
VI.1.4. Pemupukan
Fase belum menghasilkan merupakan fase yang sangat penting dalam agribisnis
karet. Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan memiliki beberapa tujuan di
antaranya: mendorong pertumbuhan tanaman sehingga karet dapat disadap lebih awal,
meningkatkan daya tahan ketika di sadap, dan memperkuat kondisi tanaman terhadap
serangan hama penyakit. Pemupukan areal TBM di Kebun Percobaan Balai Penelitian
Sungei Putih menggunakan pukalet dengan cara dibenamkan di sekitar batang. Pupuk
diberikan 100 gr/pohon diberikan dua kali dalam setahun sampai tanaman matang sadap.
VI.1.5. Pengendalian hama dan penyakit
Pada pertanaman karet TBM di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih.
Serangan penyakit lebih intensif bila dibandingkan dengan serangan hama. Penyakit yang
sering menyerang tanaman yang belum menghasilkan adalah Jamur Akar Putih (JAP), yang
disebabkan cendawan Ridiogoporus lignosus, penyakit jamur upas (Cortisium
solomonicolor), penyakit embun tepung (Oodium heaveae), dan penyakit gugur daun
(Collectorichum gloesporioides).
Pengendalaian penyakit JAP dilakukan dengan cara kimi dengan menggunakan
bahan kimia Bayleton 250 EC dengan dosis 10 ml/pohon. Selain itu, pengendalian penyakit
JAP secara biologi dengan menggunakan Triko SP. Pengendalian penyakit JAP di kebun
percobaan belum dilakukan dengan baik. Hal tersebut terlihat dari serangan penyakit JAP
di beberapa areal TBM. Pengendalian penyakit daun yang disebabkan embun daun (Oidium
heveae) dapat menggunakan serbuk belerang tapi hal tersebut jarang dilakukan di Kebun
35
Percobaan Balai Penelitian Sungai Putih. Penyakit gugur daun yang disebabkan serangan
Colletotrichum gleossporiades umumnya dikendalikan degan penyemprotan Dhitene M 45
dengan konsentrasi 30 gr/15 lt air.
Gambar 9. Contoh Stum karet yang terserang jamur akar putih (JAP)
VI.2. Pemeliharaan tanaman Menghasilkan (TM)
VI.2.1. Pengendalian Gulma
Gulma yang tumbuh di areal tanaman karet telah menghasilkan umumnya tumbuh
di antara gawangan. Pertumbuhan gulma tidak terlalu cepat karena sinar matahari tertutup
oleh tajuk tanaman. Pengendalian gulma dapat menggunakan metode piringan (circle
weeding) atau metode baris ( strip weeding). Metode piringan yaitu menghilangkan gulma
yang tumbuh pada barisan tanaman dengan jarak kira-kira 1-1,5 m dari batang sehingga
membentuh barisan. Gulma yang tumbuh di gawangan dikendalikan dengan cara membabat
atau menyemprot dengan herbisida round up 100 cc/15 lt air. Pengendalian gulma pada
36
tanaman karet menghasilkan lebih diarahkan pada daerah 1 meter sebelah kiri dan kanan
barisan tanaman karet, sedangkan gawangan karet tetap dapat ditumbuhi gulma lunak.
Pada daerah barisan tanaman karet harus bebas dari gulma. Untuk itu digunakan
pengendalian gulma secara kimia/herbisida. Pengendalian gulma dengan herbisida
dilakukan 1 bulan sebelum pemberian pupuk agar pada saat pemupukan tanaman dapat
menyerap pupuk secara optimal. Walaupun pada daerah gawangan terdapat gulma lunak
tetapi tidak boleh tumbuh gulma berkayu seperti Melastoma malabatrichum.
VI.2.2. Pemupukan
Tanaman menghasilkan dipupuk dengan pupuk pukalet dengan dosis 150 gr/ pohon
yang diaplikasikan tiga bulan sekali. Sebelum aplikasi pupuk dilakukan terlebih dahulu
dibuat lubang di antara batang dengan menggunkan tanggul atau cangkul, kemudian pupuk
dimasukan dan lubang ditutup kembali. Pemupukan pada tanaman karet menghasilkan
didasarkan pada analisis tanah dan daun yang dapat dilakukan 1 sampai 2 tahun sekali.
Oleh karena itu untuk masing-masing daerah dosis pupuk yang diberikan akan sangat
bervariasi. Pupuk diberikan dengan cara disebar di sekitar daerah perakaran tanaman lalu
dicampur dengan tanah. Pemupukan dilakukan dua kali tahun sekali yaitu pada awal dan
akhir musim hujan.
VI.2.3. Pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan
tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan hama/penyakit
sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin (early warning
37
system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi tingkat serangan dan tim
pengendalian serangan hama/penyakit.
Pada tanaman menghasilkan lebih banyak mengalami serangan penyakit dari pada
hama. Penyakit gugur daun yang menyerang daun muda (setelah gugur daun) sering
dijumpai di lapangan jika kondisi iklim lembab. Pada tanaman yang disadap cukup berat
juga sering dijumpai penyakit kekeringan alur sadap (KAS).
Hama yang menyerang tanaman karet relatif tidak membahayakan bila
dibandingkan serangan penyait. Hama yang menyerang tanaman karet antara lain: Tungau
kuning, rayap, dan hama keong. Hama tungau kuning dapat dikendalikan dengan racun
Endrin 0,01-0,02 %, rayap dikendalikan dengan membongkar sarangnya dan dengan
tindakan preventif menutup bagian yang luka. Di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei
Putih serangan hama-hama tidak perlu merugikan sehingga tidak dikendalikan.
Penyakit yang menyerang tanaman karet antara lain: penyakit jamur akar putih,
penyakit jamur upas, penyakit jamur tepang, penyakit gugur daun. Pengendalian jamur-
jamur ini relatif sama dengan pengendalian TBM. Selain itu terdapat daun yang dapat
dikendalikan dengan aplikasi bahan kimia Marikozeb dan Tridemorf.
38
VI.3. Eksploitasi Hasil
VI.3.1. Penyadapan Tanaman Karet
Penyadapan Tanaman Karet adalah tindakan pembukaan lateks agar lateks yang ada
dalam tanaman karet keluar (Puslit karet, 2003). Cara menyadap yang dikenal luas adalah
dengan mengiriss bagian dari kulit batang, pada prinsipnya penyadapan adalah tindakan
memotong jaringan-jaringan pembuluh sehingga lateks yang merupakan hasil seleksi
tanaman keluar dari pembuluh-pembuluh tersebut.
VI.3.2. Kriteria Matang Sadap dan Persiapan Buka Sadap
Tanaman yang telah matang sadap berarti tanaman tersebut telah menunjukkan
kesanggupan untuk disadap tanpa menyebabkan gangguan berarti terhadap kesehatan
tanaman tersebut. Umumnya tanaman karet telah siap disadap pada umur 5-6 tahun setelah
tanam dan memiliki lilit batang minimal 45 cm yang diukur pada ketinnggian 100 cm dari
pertautan kaki gajah. Kriteria matang sadap untuk sebuah areal adalah jika telah mencapai
60% atau lebih populasi yang terdapat pada areal tersebut telah memenuhi kriteria matang
sadap.
Pada pohon yang telah memenuhi kriteria matang sadap, dilakukan penggambaran
bidang sadap. Penggambaran bidang sadap berguna untuk memberikan patokan kepada
penyadap dengan mempergunakan mal sadap. Tinggi bukaan sadap pertama kali adalah
130 cm di atas pertautan okulasi. Arah irisan sadap dari kiri atas ke kanan bawah. Sudut
kemiringan bidang sadap 30-40 terhadap bidang datar untuk sadapan kearah bawah, 45-50
39
untuk sadapan ke atas. Garis sandaran dibuat sebagai pembatas panjang bidang sadap
dinotasikan dengan S, notasi 1/2S berarti panjang irisan sadapnya setengah lilitan batang,
1/4S berarti seperempat lilitan batang. Bila panjang sadapan setengah spiral (1/2S), maka
garis sandar dibuat dengan membagi lingkar batang menjadi dua bagian arah timur barat.
Mal sadap dipasang pada garis sandar depan dan dibuat garis menurut mal sadap.
Setelah penggambaran selesai, pada pohon tersebut dipasang talang dan mangkuk
penampung, talang berupa lempengan logam cekung yang berguna untuk mengalir dan
meneteskan lateks ke mangkuk penampung, mangkuk sadap digunakan untuk manampng
tetesan lateks. Penyangga mangkuk umumnya menggunakan kawat, pada pohon yang muda
penyangga mangkuk dikaitkan pada tali yang dililitkan pada batang . penempatan talang
berjarak kurang lebih 15 cm dari alur sadap dan mangkuk penampung ditempatkan 15 cm
di bawah talang.
VI.3.3. Teknis Penyadapan
Penyadapan tanaman karet pada umumnya dilakukan pada pagi hari, karena pada
pagi hari jumlah lateks yang keluar sangat dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan
turgor berbanding terbalik dengan jumlah dan kecepatan aliran lateks. Tekanan turgor
mencapai maksimum pada saat menjelang fajar dan semakin menurun pada siang hari.
Pelaksanaan penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit batang tanaman karet
menggunakan pisau sadap.
Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium batang.
Kedalaman sadapan sangat berkaitan dengan banyaknya jumlah pembuluh lateks yang
40
terpotong. Penyadapan diusahakan tidak mengenai kambium batang yang berada diantara
kulit dan kayu batang tanaman . bila penyadapan mengenai kulit maka akan terjadi infeksi
pada batang , berupa tonjolan- tonjolan atau batang tidak dapat membentuk kulit pulihan.
Gambar 10. Teknis penyadapan karet
Umur produksi tanaman karet diharapkan dapat mencapai hingga 25- 30 tahun.
Oleh karena itu, penggunaan kulit harus sehemat mungkin, ketebalan kulit sekali sadap
diharapkan tidak lebih dari 2 mm. Frekuensi sadap dinotasikan dengan “d” notasi d/2
berarti penyadapan dilakukan dua hari sekali, d/3 berarti penyadapan dilakukan tiga hari
sekali, panjang sadap dan pemberian stimulan merupakan bagian dari sistem eksploitasi
tanaman karet.
VI.3.4. Pengawasan Penyadapan
Pengawasan penyadapan sangat diperlukan untuk menjaga kualitas hasil sadapan
dan kesehatan pohon yang telah disadap. Pengawasan di kebun dilakukan oleh mandor,
41
mandor kepala atau asisten kebun. Setiap kesalahan yang dilakukan oleh penyadap
mendapat poin pengurangan yang akan mempengaruh premi yang diterima penyadapan.
Hal-hal yang diperiksa antara lain : kedatangan penyadapan ke ancak, kelebian kulit,
kedalaman kulit, sudut sadapan, garis sandaran, talang dan mangkuk sadap, waktu
pemungutan hasil, dan kadar kering yang diperoleh.
Ketebalan sadapan menggambarkan konsumsi kulit, pengawasan ketebalan sadap
dilakukan dengan membuat tanda bulan berupa goresan kecil pada sandaran depan yang
dibuat sebulan sekali. Jarak antara tanda bulan satu dengan berikutnya menunjukan
konsumsi kulit per bulan. Kedalaman sadapan diperiksa dengan merumuskan kawat yang
pipih ujungnya, penusukan dilakukan di tiga titik sampel alur sadap. Ke dalam sadap yang
baik adalah 1-1,5 mm dari kambium batang. Bila sadapan terlalu dangkal, maka hasil
maksimal, sedangkan bila sadapan terlalu dalam maka kulit dapat menyebabkan infeksi dan
batang akan membentuk tonjolan-tonjolan.
Talang dan mangkuk harus selalu dibersihkan untuk mencegah kotoran-kotoran
yang masuk ke lateks dan bekas yang menempel yang dapat keasaman lateks. Sudut
sadapan juga selalu diperiksa, bila terjadi perubahan pada sudut sadap, maka dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi penyimpanan terhadap norma sadap yang telah ditetapkan.
VI.3.5. Pemberian Stimulan
Stimulan adalah bahan yang digunakan untuk meningkatkan produksi tanaman karet.
Contoh stimulan yang ada dipasaran 2,4,D; 2,4,ST ; Ethephon dan etrel. Dari contoh
tersebut etrel merupakan stimulan yang paling banyak digunakan. Etrel memiliki bahan
42
aktif 2 chloro ethyl phospate acid. Cara aplikasi stimulan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu pada panel sadap dan dengan mengorek kulidi atas atau dibawah panel sadap.
Aplikasi pada panel sadap diawali dengan penarikan serap dan kemudian stimulan
dioleskan pada alur sadap. Aplikasi dengan pengerokan diawali dengan pengerokan kulit
luar batang untuk menghilangkan lapisan gabus yang dapat menghalangi penetrasi ethrel
kedalam jaringan sel karet. Kulit yang dikerok dibawah panel sadap untuk sadap bawah dan
diatas panel sadap untuk sadap atas. Selanjutnya dilakukan pengupasan pada bagian yang
dikerok, pelupasan sebaiknya tipis dan merata.
Dosis pemberian stimulan tiap pohon disesuaikan dengasan besar bagian yang di
stimulasi dan sistem sadapnya. Dosis yang biasa dipakai dikebun karet berkisar 0,5-1,0
gr/pohon. Paa tanaman yang mengalami gugur daun tidak diaplikasikan stimulan. Frekuensi
pemberian stimulan umumnya 2-9 kali pet tahun. Efektifitas pemberian stimulan juga
dipengaruhi oleh jenis klon, ada klon yang responsif terhadap pemberian stimulan
contohnya klon PR 226, PR 107, GT 1, LCB 1320, dan PB 260.
VI.3.6. Klon Quik Starter dan Slow Starter
Berdasarkan pola produksinya, klon – klon anjuran dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu klon quik starter dan slow starter. Klon quik starter dicirikan dengan
produksi tahun – tahun awal yang tinggi dan cenderung meningkat sampai mencapai
maksimum pada umur 7-9 tahun dan kemudian menurun. Rata – rata produksi dua tahun
pertama sadap berkisar 1200- 1500 kg/ha. Contoh klon quik starter antara lain : IRR 1, IRR
2, IRR 3, IRR 10, IRR 103, IRR 104, IRR 144, PB 235, PB 260,DAN RRIM 712.
43
Sistem eksploitasi yang dianjurkan untuk klon – klon quik starter yaitu pada 5 tahun
pertama penyadapan menggunakan kulit perawan BO-1 dengan notasi sadap ½ s d/3,
pemberian stimulan 2,5 % dengan dosis 0,7 gr/pohon 4 kali per tahun ke-2 penyadapan
sampai tahun ke-5. Pada tahun ke-6 penyadapan dan seterusnya menggunakan stimulan
2,5% dengan dosis 0,7gr/pohon 9 kali per tahun. Tahun ke-6 hingga ke-9 menerapkan
sistem sadap kearah atas pada panel HO-1 dengan notasi ¼ d/3, tahun ke-10 sampai ke-14
menggunakan kulit perawan BO-2 ½ d/3 tahun ke-15 sampai ke-18 menggunakan sadap
kearah panel HO-2 ¼ d/3 dan tahun ke-19 dan ke-20 merupakan sadap bebas. Umur
ekonomis klon-klon quik starter diharapkan mencapai 20 keuntungan lebih besar dan
mampu memberikan pengembalian modal 3 tahun lebih cepat dibandingkan klon slow
starter ( Sumarmadji et all.2005 ).
Klon slow starter didefenisikan sebagai klon yang pola produksi awalnya rendah
bila dibandingkan dengan klon quik starter yaitu berkisar antara 600-800 kg/ha pada dua
tahun pertama penyadapan. Produksi klon slow starter perlahan-lahan terus meningkat dan
sampai puncaknya pada tahun ke-12 – 14 setelah sadap dan kemudian mulai menurun.
Klon-klon sllow starter antara lain : AVROS 2037, BPM 1, BPM 217, BPM 109, PB 217,
PR 225, PR 203, RRIC 100, RRIC 103, RRIM 717, TM 2, TM 6, TM 8, dan TM 9.
Sistem sadap anjuran klon untuk klon slow starter pada tahun ke-1 sampai ke-5
menggunakan kulit BO-1 dengan notasi ½ S d/3 sedangkan tahun ke-6 sampai ke-10
menggunakan kulit BO-2 ½ S d/3. Tahun ke-11 sampai ke-14 menggunakan sadapan kerah
atas HO-1 ¼ S d/3 dengan menggunakan kulit pulihan. Pemberian stimulan pada klon-klon
slow starter adalah sebagai berikut : tahun pertama penyadapan tidak diberikan stimulan,
44
tahun ke-2 sampai ke-10 menggunakan stimulan 2,5 % dengan dosis 1,0gr/ pohon setiap
dua minggu (18 kali pertahun) masa ekonomis klon slow starter dapat mencapai 25 tahun
dan menggunakan sebagian kulit pulihan.
VI.3.7. Kejadian kering alur sadap (KAS)
Kering alur sadap (KAS) sering juga disebut tapping panel dryness (TPD) atau
brown blast (BB) adalah ganguan fisiologis tanaman yang ditandai dengan mengeringnya
alur sadap sehingga tidak mengeluarkan lateks ketika disadap. Kering alur sadap dapat
menyebar ke kulit yang masih sehat sehingga dapat menurunkan produktivitas.
Penyebab kering alur sadap adalah terjadinya ketidak seimbangnya metabolisme
sehingga jumlah latek yang dieksploitasi lebih besar dari jumlah yang di sintesis, hal ini
sangat mungkin terjadi pada sistem sadap berat dengan frekuensi pengunaan stimulan yang
tinggi. Proses terjadinya kering alur sadap diawali dari over eksploitasi yang menyebabkan
terbentuknya radikal bebas yang berupa O-,OH-, dan AOS yang dapat merusak membran
lutoid. Kerusakan membran tersebut akan menyebabkan serum yang bersifat asam keluar
dan mengumpalkan partikel karet. Gumpalan tersebut akan menyumbat pembuluh lateks
sehingga tanaman akan merespon dengan membentuk sel-sel tilosoid dengan dinding yang
dilapisi lignin. Sel-sel tilosoid kemudian akan membentuk jaringan tilosoid yang akan
menyumbat aeluruh aliran lateks sehingga lateks tidak keluar ketika di sadap.
Pendeteksian gejala kering alur sadap dapat dilakukan dengan mengamati contoh
lateks yang berasal dari tanaman karet. Pada tanaman yang sehat kandungan sukrosa,
HMG-Co dan mevalonat lebih rendah bila dibandingkan dengan tanaman yang memiliki
45
gejala KAS. Sebaliknya ATP tanaman yang sehat lebih tinggi di bandingkan tanaman yang
memiliki gejala KAS.
Penangulangan kejadian kering alur sadap dapat dilakukan secara prefentif dengan
teknis budidaya dan sistem eksploitasi yang baik, yang memperhatikan kapasitas produksi
tanaman. Penangulangan secara kuratif dilakukan dengan cara brak scapping yang
bertujuan membuang jaringan filosoid yang menyumbat jaringan tilosoid yang menyumbat,
scapping dilakukan dengan menyisakan kulit 1-2 mm dari kambium batang. Setelah
dilakukan scapping, batang kemudian diolesi dengan insectisida untuk mencegah serangan
hama bubuk. Sehari setelah itu, batang tersebut diolesi dengan formula NoBB SP yang
berguna untuk menstimulir perkembangan kulit baru yang sehat. Penangulangan kuratif
menunjukan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi hampir 95%.
VI.3.8. Pengumpulan hasil
Pengumpulan hasi dari lahan dilakukan bila lateks sudah berhenti menetes. Bila
setelah dipungut dibiarkan menetes di dalam mangkuk maka akan menjadi lump (kompo)
yang akan dipungut pada penyadapan berikutnya. Lump dipungut dari setiap mangkuk
penampungan pada saat pohon disadap. Lateks dan lump ditempatkan pada tempat yang
terpisah yang terbuat dari logam aluminium dan dibawa ke tempat pengumpulan hasil.
Di pengumpulan hasil lateks dan lump ditimbang dan dicatat oleh krani (juru catat).
Setelah itu lump ditumpuk di gudang lump dan lateks diukur kadar karet keringnya.
Pengukuran kadar karet kering dilakukan dengan metode hidrometri. Tangki penampungan
untuk selanjutnya dijual untuk mencegah pengumpalan dilakukan penambahan anti
46
koagulan berupa amoniak 7 kg untuk setiap 1 ton lateks dan ditambahkan zat anti basi (tiji)
untuk mempertahankan kesegaran lateks. Produksi lateks kebun percobaan balai penelitian
sungei putih pada tahun 2005 sebesar 279. 575 kg atau rata-rata 23.379 kg setiap bulanya.
Lateks yang kadar karet keringnya kurang dari 30,31% dipisahkan dari lateks lain
yang akan dijual dan selanjutnya akan dibuat menjadi slamb. Pembuatan slamb dilakukan
dengan menuang lateks kedalam bak penampung dan menambahkan zat penggumpal
Coatex sp. Untuk setiap 15 liter lateks ditambahkan 400 cc Coatex sp. Lamanya proses
pembekuan membutuhkan waktu kurang lebih ½ jam atau lebih dari 7 jam bila kadar airnya
sebesar 77.790 kg atau 6.482 kg perbulan.
Lateks yang tidak sempat dipungut pada penyadapan sebelumnya akan menggumpal
di dalam mangkuk penampungannya yang dinamakan dengan lump. Lump akan diambil
pada penyadapan selanjutnya dan dikumpul di gudang lump. Harha lump dipengaruhi kadar
kering karetnya, semakin tinggi kadar kering karetnya maka harga akan semakin tinggi.
Setelah dilakukan penimbangan untuk berat basah lateks tahap selanjutnya adalah
melakukan sortasi. Salah satu tujuan melakukan sortasi adalah untuk mendapatkan berat
kering dari lateks murni. Berat kering atau yang lebih dikenal dengan KKK ( kadar karet
kering) dapat dihasilkan melalui bantuan alat yang disebut Methrolax yaitu dengan
membuat perbandingan antara air dan lateks adalah 2 : 1 kadar karet kering sesuai dengan
pembacaan pada methrolax adalah seperti yang terdapat pada tabel 4 berikut:
47
Gambar 11. Tempat Pengumpulan Hasil
48
Tabel 4. Perhitungan KKK % berdasarkan Pembacaan Methrolax SP.
NO Pembacaan Methrolax SP Kadar Karet Kering
Baru SP DRC % Lama SP DRC %
1 50 22,15 19,68
2 60 23,75 21,19
3 70 25,35 22,69
4 80 26,95 24,20
5 90 28,55 25,70
6 100 30,15 27,20
7 110 31,75 28,71
8 120 33,35 30,21
9 130 34,95 31,72
10 140 36,55 33,22
11 150 38,15 34,72
12 160 39,75 36,23
13 170 41,35 37,73
14 180 42,95 39,24
15 190 44,55 40,74
16 200 46,15 42,24
17 210 47,75 43,75
18 220 49,35 45,25
19 230 50,95 46,76
20 240 52,55 48,26
21 250 54,15 49,76
Sumber: Balai PenelitianKaret Sungei Putih
49
VII. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
VII.1. Struktur organisasi dan manajemen balai
Di dalam sebuah balai pengorganisasian sangat perlu dilakukan agar perencanaan
yang telah di susun dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang diinginkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian adalah tempat penyatuan atau
pengelompokan orang-orang untuk dapat digerakan sebagai suatu kesatuan untuk mencapai
sasaran atau tujuan yang telah dirumuskan.
Organisasi dan manajemen yang baik memberikan keseimbangan pada tugas dan
pendelegasian kekuasaan kesatuan perintah, tangung jawab, perintah dan wewenang. Hal
ini akan memberikan efek positif dalam balai terutama dalam peningkatan produktivitas
kerja.
Dalam suatu balai harus mempunyai sistem manajemen yang baik yaitu : planning,
organizing, actuating, contrroling dan evaluasi karena jika kelima fungsi tersebut
dilaksanakan maka pengelolaan balai akan berjalan dengan baik.
Setiap balai dalam menjalankan usahanya harus ditenttukan secara jelas struktur
organisasinya baik itu sistem dan prosedurnya, serta bagian-bagian dari struktur paling atas
sehingga karyawan level terendah, dengan demikian dapat diketahui siapa yang akan
mengerjakan hal tersebut, siapa yang melaporkan kepada siapa dan bagaimana mekanisme
koordinasinya dan bagaimana pola intraksi yang harus terjadi di dalamnya.
50
Struktur yang digunakan oleh balai penelitian sungei putih adalah berbentuk fungsi
linear dan staff. Kelompok garis adalah kelompok orang-orang yang melaksanakan tugas-
tugas dalam organisasi yang berhak mengeluarkan perintah dan mengambil keputusan.
Kelompok staff adalah kelompok orang-orang yang pekerjaanya membentuk kelompok
garis yang merupakan orang-orang yang ahli pada bidangnya masing-masing.
Pimpinan tertinggi di pegang oleh seseorang kepala balai yang di bantu oleh
beberapa kepala urusan dan kepala koordinator penelitian sebagai bawahanya masing-
masing. Kepala urusan membawahi asisten-asisten yang juga mempunyai tugas sesuai
dengan bidang yang dibutuhkan. Dan setiap asisten di bantu oleh mandor. Sedangkan
karyawan sebagai pekerja terdiri dari karyawan tetap dan karyawan tidak tetap harian.
Dalam mengawasi seluruh bidang urusan kepala balai dibantu oleh asisten urusan
monitoring. Kepala balit bertugas mengatur dan mengawasi seluruh urusan tatausaha dan
kebun semua komponen dalam struktur organisasi harus bertangung jawab atas pekerjaan
yang diberikan kepadanya mau melaksanakan tugas yang diberikan atasanya. Jika tugas
tersebut tidak dilaksanakan dengan baik maka atasan dapat memberikan sanksi yang
biasanya berupa tidak menaikan golongan dan gaji.
VII.2. Jumlah Tenaga Kerja Balit Sungei Putih
Balai penelitian sungei putih didukung oleh sejumlah tenaga kerja yang terbagi
masing-masing bagian. Jumlah tenaga kerja yang ada di balai penelitian sungei putih
berjumlah 401 orang yang dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
51
Tabel 5. Jumlah Tenaga Kerja Balit Sungei Putih
No Jabatan/Tugas Jumlah Karyawan
1 Pimpinan
Ka.Balit
1*) 2 Penelitian/PHP
Peneliti
Calon Peneliti
Karyawan Gol III-IV
Karyawan Gol I-II
Harian
17
3
1
29
5
3 KHP/Usaha
Karyawan Gol III-IV
Karyawan Gol I-II
Harian
2
1
1
4 Kebun Percobaan
Karyawan Gol III-IV
Karyawan Gol I-II
Harian
3
73
98
5 Umum/SDM
Karyawan Gol III-IV
Karyawan Gol I-II
Harian
10
85
28
6 SPI/Monitoring
Karyawan Gol III-IV
Karyawan Gol I-II
Harian
1
1
0
7 Jumlah 358
Sumber: Kantor Balai Penelitian Sungei Putih
52
VIII. KONDISI SOSIAL BUDAYA
VIII.1. Di lingkungan Balai Penelitian Sungai Putih
Perkembangan hubungan sosial budaya yang terdapat di balai penelitian sungai
putih umumnya berlangsung harmonis dan dinamis. Bentuk sosial budaya di dalam
lingkungan Balai Penelitian Sungai Putih tercermin dalam suatu kerja sama antar karyawan
satu dengan karyawan lainnya, maupun antara pihak pimpinan dengan karyawan. Di dalam
kehidupan sehari-hari terlihat adanya hubungan kekeluargaan dan terlihat rasa saling
tolong- menolong antara karyawan sehingga tidak terjadi kesenjangan yang mengakibatkan
kecemburuan sosial di dalam lingkungan di Balai Penelitian Sungai Putih.
VIII.2. Di Luar lingkungan Balai Penelitian Sungai Putih
Sosial budaya yang ada antar karyawan Balai Penelitian Sungai Putih dengan
masyarakat sekitar juga terjalin hubungan baik, keberadaan Balai Penelitian Sungai Putih
juga dirasakan masyarakat sekitarnya seperti memberi kesempatan kerja yang baik, sebagai
karyawan tetap maupun sebagai karyawan lepas yang memberikan penambahan pemasukan
kepada masyarakat sekitar yang bekerja di lahan Balai Penelitian Sungai Putih. Di samping
itu juga Balai Penelitian Sungai Putih juga sering menyelenggarakan berbagai kegiatan
sosial seperti acara hari kemerdekaan, peringatan hari besar agama, berbagai kegiatan
perlombaan, kegiatan sosial dan berbagai pengajian rutin yang sering dilaksanakan.
53
VIII.3. Fasilitas Kemasyarakatan
VIII.3.1. Poliklinik Balai Penelitian Sungai Putih
Balai Penelitian Sungai Putih Memiliki Poliklinik sebagai pusat pelayanan
kesehatan bagi karyawan balai. Poliklinik ini didirikan untuk membantu/ memberikan
pelayanan gratis pengobatan bagi karyawan yang sakit.
VIII.3.2. Keamanan
Sistem keamanan lingkungan ditingkat balai ditangani oleh perwira keamanan
(PAPAM) dan sejumlah anggotanya yang ada. Papan mempunyai tingkat dan tanggung
jawab untuk mengkoordisasi anggotanya. Untuk mengantisipasi adanya penjarahan
produksi dan ganguan lain di luar sebagai tindakan preventif dan juga telah ditugaskan
menjaga centeng yang tugasnya adalah menjaga dan memonitori dari dekat setiap areal dari
ganguan luar/dalam yang mungkin terjadi dan mengkoordinasinya pada petugas balai
apabila terjadi gangguan yang tidak dapat diatasi untuk penanganan lebih lanjut.
VIII.3.3. Rumah Ibadah
Balai Penelitian Sungei Putih juga menyediakan beberapa fasilitas yang diberikan
seperti mesjid yang dalam aktivitas sehari-harinya dipakai untuk mengerjakan sholat,
kegiatan-kegiatan hari besar umat islam serta beberapa pengajian. Selain mesjid juga
tersedia rumah ibadah untuk umat kristiani yaitu, gereja.
54
VIII.3.4. Kesenian dan olahraga
Balai Penelitian Sungei Putih juga menyediakan sarana olahraga yang dapat
digunakan oleh karyawan balai setiap harinya seperti : lapangan bola kaki, bulu tangkis,
tenis dan bola voly.
Sarana ini dinilai cukup memadai serta dapat dimanfaatkan untuk masyarakat dan
karyawan balai. Sering juga diadakan pertandingan sepak bola dan bidang olahraga lainnya
dengan tujuan untuk meninggkatkan prestasi dalam bidang olahraga serta memupuk rasa
persaudaraan antar sesama karyawan dan masyarakat sekitaranya.
VIII.3.5. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan pihak balai pun memberikan fasilitas pendidikan yang
gunanya sebagai sarana belajar anak-anak karyawan maupun masyarakat sekitar sehingga
mereka dapat merasakan manfaat adanya balai ini. Adapun pendidikan yang ada di balai
penelitian sungei putih adalah taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Tsanawiyah (Mts) dengan adanya berbagai kegiatan dan fasilitas yang diberikan
oleh pihak balai, maka semakin meningkat pula hubungan kekeluargaan antara karyawan
satu dengan yang lainya, karyawan dengan staff maupun masyarakat sekitar.
55
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
IX.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Balai Penelitian Karet Sungei
Putih, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Persiapan lahan/ pengolahan tanah yang dilakukan di Balai Penelitian Karet Sungei
Putih adalah dengan cara manual dan mekanis
2. Balai Penelitian Sungei Putih tidak hanya melakukan penelitian dan pengembangan
Agronomi Keret dan Non Karet tetapi menghasilkan beberapa produk. Produk yang
dihasilkan seperti:
a. Produksi Karet basah dan Karet kering
b. Lump
c. Bibit Karet yang bersertifikat
d. Trico SP
e. Buku-buku mengenai Tanaman Karet
f. Tanaman Karet yang Khusus diambil kayunya.
3. Pada Penanaman karet terdapat beberapa tahapan, yaitu memancang, membuat dan
memupuk lubang tanam, dan kemudian menanam. Dalam pemeliharaan tanaman
dilakukan penunasan/pewiwilan dan pemupukan.
4. Pada penyadapan tanaman karet di Balai Penelitian Sungei Putih diberikan Stimulan
agar getah yang diperoleh lebih banyak.
56
5. Di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih terdapat beberapa jenis Penyakit
tanaman seperti: penyakit jamur akar putih, mouldy rout, kanker garis, kekeringan
alur sadap, jamur upas, dan penyakit gugur daun Oidium.
6. Dalam Pengumpulan hasil berupa lateks, slab dan lum, yang selanjutnya dikirim ke
pabrik pengolahan di luar Balai Penelitian Karet Sungei Putih.
7. Pemeliharaan yang dilakukan di pembibitan meliputi: penyiraman, penyisipan,
penyiangan, pemupukan, dan Pengendalian Haama dan Penyakit.
IX.2. Saran
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Balai Penelitian Sungei Putih,
maka disarankan agar:
1. Pihak Balai Penelitian Sungei Putih agar merawat beberapa peralatan dan
perlengkapan teknologi yang tersedia baik yang di dalam Laboratorium maupun
yang berada di luar Laboratorium terutama alat pengukur curah hujan yang lama
tidak dipakai.
2. Hendaknya agar menjalin hubungan kerja sama dengan lembaga Pendidikan seperti
Perguruan Tinggi dalam merekrut tenaga kerja.
57
DAFTAR PUSTAKA
Palthamus, H., 1982. Rubber. Intercience Publisher Inc, New York.
Pusat Penelitian Karet 2003. Pengelolaan Bahan Tanaman Karet. Balai Penelitian
Swasembada. Pusat Penelitian Karet.
Sagala, A.D., 2006. Pembangunanan Dan Pengelolaan Kebun Entres Karet Hevea. Makalah
Penelitian Workshop Manajemen Pengadaan Bibit Unggul Karet. Balai Penelitian
Karet Sungei Putih.
Setiamidjaja,D., 1999. Karet. Kanisius, Yogyakarta
Setiawan, A. I. 2000. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setyamidjaya, D., 1982. Budidaya Dan Pengelolaan Karet. Buku Saku. Balai Penelitian
getah. Pusat Penelitian Salatiga.
Siagian, N., 2006. Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanaman Karet Unggul. Kumpulan
Materi Pelatihan Penerapan Teknologi Budidaya Karet dan Pengolahan Karet 11-13
September 2006. Balai Penelitian Karet Sungei Putih.
Strasburgers, 1964. Text book of Botany. Longman Growth Limited, London.
Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan. UGM Press, Yogyakarta.
58
59
Lampiran 1. DATA PRODUKSI HASIL PENYADAPAN PERTAMA SETELAH
PEMBERIAN STIMULAN (PENGETRELAN)
Blok Mdr :
Sugiharto
KTR BLG BRS Lump DRC Ancak B
TT 1993/94
21 Ngatemen 55 8 47 6 31,75
21 Agung Safrudin 50 8 42 5 30,15
21 Matnuh Purba 54 8 46 3 31,75
21 Mariadi 42 6 36 10 31,75
21 Irianto 60 8 52 10 31,75
21 Tutur 54 8 46 4 31,75
21 Edianto 50 8 42 4 30,15
21/24 Hodi 54 8 46 5 33,35
24 Suwarto. J 35 6 29 5 31,75
23 Basuki 36 6 30 2 30,15
23 Panji 47 8 39 5 30,15
23 sukendro 57 8 49 5 31,75
27 Nuriadi 53 8 45 6 31,75
27 Amin. J 23 4 19 2 30,15
27 Suwanto 24 4 20 2 31,75
TT 1996/97 F1
27 Legiren 36 6 30 5 30,15
TT 1998 F1
11 Adi Ruslan - - - - -
TT 1999/00
24/27 Suirwan 121 18 103 9 31,75
TT 2006
4 Edy Syahputra 12 2 10 1 31,75
11 M. Yakup
Harahap
14 4 10 2 31,75
TT 1999/00
36 Tutur P D2 44 6 38 4 33,35
Serep
27 Hamdardi
99/00
56 8 48 5 31,75
11 Ade Parbudi
1998
13 2 11 2 33,35 Nyerap Adi Ruslan
Jumlah 838 102 31,75
60
Lampiran 1. (lanjutan...)
Blok Mdr : Netap
Barus
KTR BLG BRS Lump DRC Ancak B
TT 1996/97 Tgl 24 Juli
2011
38 Paidi 58 8 50 9 30,15
39 Misri 39 6 33 5 30,15 Jlh Lateks
1975
TT 2003
17 Jumari 71 10 61 12 33,35
17 Juliadi 73 10 63 9 31,75 Slab DRC
22
17 Amry 75 10 65 8 33,35 Sisa Tangki
28
17 Riyanto - - - -
18 Paino A 60 8 52 8 31,75 Jlh Bersih
1925
18 Sugianto 86 12 74 9 33,35
18 Sudarmanto 63 10 53 8 30,15
18 Hariyanto 73 10 63 4 31,75 Lump 263
18 Alimadin 75 10 65 11 31,75
18 Supradi 74 10 64 10 33,35 NH3 12
18 Supratmin 61 8 53 9 31,75 Stock
18 Karsono 76 10 66 8 33,35 HOK 44
18 Mahmud 60 8 52 4 33,35 Hari Ke-
18 Adianto K 60 8 52 7 33,35 Kirim 1925
18 Poniran A 59 8 51 8 31,75
18 Adianto A 60 8 52 8 30,15
18 Adianto B 59 8 51 8 31,75
TT 2006
11/12 Rubby
Sudarmo
29 4 25 2 33,35
12 Joni Muklis 29 4 25 2 33,35
TT 2004
31 Poniman K
D2
25 4 21 3 31,75
Serep
17 Misriadi 2003 54 8 46 9 31,75 Nyerap
Rianto
Jumlah 1137 161 31,75
61
Lampiran 1. (lanjutan...)
Blok T. Tanam Latex Lump Slab HOK
21 93/94 357 47 - 8
23 118 12 - 3
24 29 5 - 1
27 84 10 - 3
27 96/97 30 5 - 1
38 50 9 - 1
39 33 5 - 1
27 99/00 151 14 - 2
36 38 4 - 1
17 2003 235 38 - 4
18 748 102 - 13
31 2004 21 3 - 1
4 2006 10 1 - 1
11 10 2 - 1
12 50 4 - 2
11 1998 11 2 - 1
Jumlah 1975 263 - 44
Sumber: Balit Sungei Putih
62
Lampiran 2. DATA PRODUKSI HASIL PENYADAPAN PISAU KE- 5 SEBELUM
PEMBERIAN STIMULAN (PENGETRELAN)
Blok Mdr :
Sugiharto
KTR BLG BRS Lump DRC Ancak B
TT
1993/94
21 Ngateman 42 6 36 2 33,35
21 Agung
Safrudin
39 6 33 2 31,75
21 Matnuh
Purba
43 6 37 2 33,35
21 Mariadi 27 4 23 2 33,35
21 Iriyanto 47 8 39 2 33,35
21 Tutur 43 6 37 2 31,75
21 Edianto 35 6 29 2 33,35
21/24 Hodi 39 6 33 2 34,95
24 Suwardi J 32 6 26 2 33,35
23 Basuki 24 4 20 2 33,35
23 Panji 32 6 26 2 33,35
23 Sukendro 44 8 36 2 31,75
27 Nuriadi 35 6 29 2 33,35
27 Amin J 21 4 17 2 33,35
27 Suwanto 17 4 13 2 33,35
TT
1996/97
F1
27 Legiren 28 4 24 2 33,35
TT 1998
F1
11 Adi
Ruslan
13 2 11 2 33,35
TT
1999/00
24/27 Suirwan 68 10 58 2 33,35
TT 2006
63
Lampiran 2. (lanjutan...)
4 Edy 12 2 10 - 34,95
Syahputra
11 M. Yakup
Harahap
20 4 16 - 34,95
TT
1993/94
27 Tutur P
D2
24 4 20 2 33,35
Serep
24/27 Hamdardi
99/00
39 6 33 3 33,35
18 Ade
Parbudi
2003
29 4 25 3 33,35 Nyerap
Ancak B
Jumlah 631 43 33,35 Adianto A
64
Lampiran 2. (lanjutan...)
Blok Mdr :
Netap
Barus
KTR BLG BRS Lump DRC Ancak B
TT
1996/97
38 Paidi 40 8 32 2 33,35 Tgl 21 Juli 2011
39 Misri 24 4 20 2 33,35 Jlh Lateks 1387 kg
TT 2003
17 Jumari 54 8 46 3 33,35
17 Juliadi 50 8 42 2 33,35 Slab DRC 23
17 Amry 55 8 47 3 33,35 Sisa Tangki 25
17 Riyanto 70 10 60 3 34,95
18 Paino A 44 6 38 2 33,35 Jlh Bersih 1339 kg
18 Sugianto 60 8 52 2 34,95
18 Sudarmanto 34 6 28 2 33,35
18 Hariyanto 46 8 38 2 34,95 Lump 88
18 Alimadin 48 8 40 2 33,35
18 Supradi 44 6 38 2 34,95 NH3 9
18 Supratmin 38 6 32 3 33,35 Stock -
18 Karsono 36 6 30 2 34,95 HOK 45
18 Mahmud 42 6 36 2 34,95 Hari Ke -
18 Adianto K 50 8 42 2 34,95 Kirim 1339 kg
18 Poniran A 44 6 38 3 34,95
18 Adianto A - - - - -
18 Adianto B 36 6 30 2 33,35
TT 2006
11/12 Rubby
Sudarmo
14 2 12 - 34,95
12 Joni Muklis 20 4 16 - 34,95
TT 2004
31 Poniman K
D2
34 6 28 2 34,95
Serep
21 Misriadi 15 4 11 2 33,35 Ngeban Ancak A
Mariadi
Jumlah 756 45 33,35
65
Lampiran 2. (lanjutan...)
Blok T. Tanam Latex Lump Slab HOK
21 93/94 278 18 - 9
23 82 6 - 3
24 26 2 - 1
27 79 8 - 4
27 96/97 24 2 - 1
38 32 2 - 1
35 20 2 - 1
24/27 99/00 91 4 - 2
17 2003 195 11 - 4
18 467 29 - 13
31 2004 28 2 - 1
11 1998 11 2 - 1
4 2006 10 - - 1
11 28 - - 2
12 16 - - 1
Jumlah 1387 45
Sumber: Balit Sungei Putih
66
Lampiran 3.
67
Lampiran 4. DATA LAMA WAKTU PENGETRELAN TANAMAN KARET SADAP
BAWAH DI BLOK 17
Nama Pekerja : Ibu Temu
Waktu : 8”15’93
Jumlah Sampel : 50 pohon
Maka waktu yang dibutuhkan pertanaman adalah
Lama waktu : 8”15’93
= (8 x 60) + 15,93 detik
50 Pohon
= 480 + 15,93 detik
50 Pohon
= 9,9186 Det/Pohon
Nama Pekerja : Ibu Ngatemi
Waktu : 7”41’5
Jumlah Sampel : 50 Pohon
Maka waktu yang dibutuhkan pertanaman adalah
= (7 x 60) + 41,5 detik
50 Pohon
= 420 + 41,5 detik
50 Pohon
= 461,5 detik = 9,23 det/Pohon
50 pohon
68
Maka dari dua sampel tersebut lama rata-rata pengetrelan untuk 1 tanaman karet
sadap bawah adalah:
Rata-rata Waktu = 9,9186 + 9,23 Det/Pohon
2 Pohon
= 19,1486 det/Pohon
2
= 9,5743 det/Pohon
Lama pengetrelan dalam satu ancak (±550 pohon) adalah
= 550 pohon x 9,5743
60
= 5265,865
60
= 87,764417
60
= 1,4627403 jam/ancak (± 1,5 jam/ancak)
69
Lampiran 5. DATA LAMA WAKTU PENGETRELAN TANAMAN KARET
DOUBLE CUT DI BLOK 21
Nama Pekerja : Ibu Titin & Bang Very
Waktu : 16”23’89
Jumlah : 50 Pohon
Maka waktu yang diperlukan untuk mengetrel 1 tanaman adalah
Lama waktu : 16”23’89
= (16 x 60) + 23,89 detik
50 Pohon
= 960 + 23,89 detik
50 Pohon
= 983,89 detik
50 Pohon
= 19,6778 detik/pohon
Nama Pekerja : Bapak Asmijan & Ibu Paini
Waktu : 15”43’70
Jumlah Sampel: 50 pohon
Maka waktu yang diperlukan untuk mengetrel 1 tanaman adalah
70
Lama Waktu : 15”43’70
= (15 x 60) + 43,70 detik
50 Pohon
= 900 + 43,70 detik
50 Pohon
= 943,7 detik
50 Pohon
= 18,874 Detik/Pohon
Maka Dari Data tersebut rata-rata waktu untuk pengetrelan 1 tanaman adalah:
= 19,6778 + 18,874 detik/pohon
2
= 38,5518
2
= 19,2759 detik/pohon
Maka Untuk pengetrelan dalam 1 ancak (±550 pohon) adalah
= 19,2759 x 550 pohon
60
= 10601,745
60
= 176,69575
60
= 2,9449292 jam/ancak (± 3 jam/ancak)