staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/131763780/penelitian/urgensi+pend... · didik sebagai...

11
._ .. ~. --_---

Upload: lamdat

Post on 16-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

._..~. --_---

Alamat Redaksi: LPPMP Universitas Negeri Yogyakarta,Karangmalang, Yogyakarta, 55281, Telp. (0274) 586168 psw. 263; (02.7,1)550838;

Fax. (0274) 550838, e-mail: pkarakte.r®uny..ac.id..

: SuwalyonoSirkulasi

: I Wayan Suardana, M.Sn.:Dra. Sri NingsihCanjar Triyono, S.Pd.Sri Ayati, S.Pd.Darsono, S.E.Binar Winantaka, S.Pd.

Desain SampulSekretariat

Penyunting Penyelia : Sugirin, Ph.D.Dr. Anwar Efendi

: Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro: Dr. Marzuki, M.Ag.: Prof. Dr. Husaini UsmanProf. Dr. Zuhdan KUl1Prasetyo, M.Ed.Prof. Dr. SuwamaDr. Sri WinarniDr. Dadan RosanaDr. RukiyatiLosina Pumastuti, Ph.D.

RedakturKetuaSekretarisAnggota

Penerbit: Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPPMP)Universitas Negeri Yogyakatrta

JIJRNAIPENDIDIKAN KARAKTER

Redaktur mengundang dosen dan peneliti untuk menulis artikel padaIU1'1wlPendidikan Karakier. Artikel yang dimuat be:u:.:::: tenru merupakan

cerminan sikap dan atau pendapat penvnnting. -:-a::g£1'...=..g~a¥~abterhadap isi dan atau akibat dari tulisan berada ?a.ia ::-e='-;s

231-239_!'I!!:x:::~c Karakter Tembang Campursari Karya Manthous_1Iiri~::'!":.~"':-"rJersifasMuhammaddiyah Punoorejo) .

218-230

"'~!:'l:::S: Pendidikan Karakter Kepedulian dan Kerja Sarna pad a Mata~~~--llan BerbicaraBahasa Prancis dengan Metode Bermain Peran

.. ~ Ptsnotoo (Universitas Negeri Yogyakarta) .

204-217.-~:Z:Karakter Anak melalui Pembelajaran Ilmu Sosial

!:? Pustekkom Kemdikbud) ..

196-203~ci~m Karakter Holistik Komprehensif di Indonesia

.: ;;os Negeri Yogyakarta) .

186-195"1ImI1Z:: X£ai-nilai Karakter Inti di Perguruan Tinggi

'-~-"_ ~.;;;.s )tegeri Makassar) .

174-185.............. ._ .

--: 'icter Terpuji illSekolah Dasar Muhammadiyah Condongcatur.. _c: -=- - "":Wibowo (Universitas Negeri Yogyakarta dan SDMuhammadiyah

""'--SoL':>; melalui Pembelajaran Sains:.~~egeri Yogyakarta) 153-163

- ~ Percaya Diri dengan Teknik Scaffolding:lniversitas Negeri Malang) 164-173

,."".Nondikotomik (Upaya Membangun Bangsa Indonesia

__ I&iii ~esia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi__ :::;:::::-:P...:ciupdiEra Globalisasi

~tas Negeri Malang) 115-136

DAFTARISI

J1IIII,PEMJIIIIDN umTERTabunm;Nomor 2, Juni 2013

mampuan dan kecakapan untuk te:-::­secara mandiri dan bebas dalam ~ -annya.

Kedewasaan diri dapat ditu:::=:::juga dengan kepribadian yang IILa2:"' _

itu kepribadian yang menunjukkan .ter diri sebagai manusia yang baik,=-­sia yang mengaktualisasikannilai-nilz;benaran dan kebaikan dalam hidu:-­Dengan kata lain, pendidikan mem~dua tujuan utama, yaitu peserta -menjadi cerdas sekaligus baik. Dee .

196

PENDAHULUANPendidikan sesungguhnya bertujuan

untuk memanusiakan manusia Ketika se­orang anak manusia lahir ke dunia, ia di­bekali dengan berbagai potensi yang harusdiaktualisasikan.Proses aktualisasi potensisecara sengajainilah yang merupakan pro­sespendidikan.Prosesiniberlangsungsam­pai seorang anak mencapai kedewasaan.Pada umumnya, para ahli berpendapatbahwa seseorang dianggap telahmencapaikedewasaan diri bila ia telah memiliki ke-

Keywords: character education, holistic, comprehensive

Kala Kunci: pendidikan karakier, holisiik; komprehensif

Abstract: Character education plays ali important role in advancing the human dviljzan;:;two main goals of education: making learners intelligent and simultaneously goon ~goals could be achieved, the human civilization will tend to be more advanced than =­contrast, if both or one of them is neglected, what follows is the destruction of the human _In order to make the learners good persons, the Indonesian people need efforts for hobsa,prehensive character education. Holistic sense is related to the referred values, whereashensive sense refers to interrelated and harmonious aspects. The comprehensive approach is

to be able to solve problems more effectively than the single approach. The term "compreti:==value education includes aspects such as: content, method, process, subject, and evaluation.

THE URGENCY OF HOLISTIC AND COMPREHENSIVE CHARACTER rnrxIN INDONESIA

Abstrak: Pendidikan berperan penting untuk memajukan peradaban manusia. Tujuaz ...pada intinya ada dua, yaitu menjadikan peserta didik menjadi orang yang pandai ~orang baik. Bila tujuan tersebut dapat dicapai, peradaban manusia akan cenderung ,;:::._.maju dibanding sebelumnya. Sebaliknya, bila kedua atau salah satu tujuan tersebut dik:::sz:::==:lI.yang terjadi adalah hancurnya peradaban bangsa. Bagi bangsa Indonesia, untuk menjac __;r;;­

didik sebagai orang baik diperlukan upaya pendidikan karakter yang holistik dan -Makna holistik terkait dengan nilai-nilai yang dijadikan acuan dan makna komprehecs;ngan aspek-aspek yang terkait dan saling selaras. Pendekatan komprehensif diharapken zberikan pemecahan masalah yang relatif lebih tuntas dibandingkan dengan pendekatan -lah komprehensif dalam pendidikan nilai mencakup berbagai aspek: isi, metode, proses. ::r

luasi.

RukiyatiFIP Universitas Negeri Yogyakarta

e-mail: [email protected]

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER HOLISTIK KOMPREHENSIFDI INDONESIA

Urgensi Pendidikan Karakter Holistik Komprehensif di Indonesia

Agustian (2008: 8-9) mengemukakanbahwa berdasarkan analisis ESQ ditengaraiada tujuh krisis moral di tengah-tengah ma­syarakat Indonesia, yaitu: krisis kejujuran,krisis tanggung jawab, tidak berpikir jauh

pendidikan eli sekolah. Suatu gejala yangumum yang ditemukan di mana-mana. DiAmerika Serikat (Armstrong, 2006:17),asal-muasal wacana prestasi akademik da­lam pendidikan di AS dimulai sejak tahun1893 dengan adanya rekomendasi datiCommittee on Secondary School Studies (Com­mittee ofTen) yang memisahkan kurikulumuntuk siswa yang akan melanjutkan keperguruan tinggi dan yang tidak. Pemisah­an ini berlanjut sampai sekarang denganberbagai instrumen yang digunakan meng­acu pada tes intelegensi. Di Indonesia, ke­cenderungan untuk lebih mengutamakanpencapaian tujuan manusia cerdas tampak­nya lebih mendominasi dalam praktik pen­didikan. Oleh karena itu, banyak kalanganyang mengusulkan agar diadakan revitali­sasi pendidikan karakter dengan pende­katan dan metode baru di sekolah-sekolahsesuai dengan konteks dan situasi zamandan tujuan ideal pendidikan itu sendiri.

Di sisi lain, ditinjau dati tujuan pen­didikan nasional sebagaimana termaktubdi dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor20 Tahun 2003 bahwa tujuan pendidikannasional adalah berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab. Dati rumusan ini tampak bahwa tu­juan pendidikan adalah mengusahakanagar peserta didik menjadi orang yang baikdan cerdas. Dengan kata lain, tujuan pendi­dikan nasional sebenarnya mengarah padapencapaian nilai-nilai yang bersifat holis­tik.

197

_~gkapan yang hampir sama, Armstrong:006:39) mengatakan bahwa tujuan pen­-_dikan adalah untuk mendukung, mendo--:mg, dan memfasilitasi perkembangan sis-a sebagai manusia yang utuh (a whole hu­zm being). KiHadjar Dewantara (1977:20)~engatakan bahwa pendidikan adalah tun­runan di dalam hidup tumbuhnya anak­anak, yaitu menuntun segala kekuatan ko­.:.ratyang ada pada anak-anak itu agar se­cagai manusia dan sebagai anggota masya­rakat dapat mencapai keselamatan dan ke­bahagiaen yang setinggi-tingginya

Sekolah sebagai jalur pendidikan for­mal sampai sekarang diduga masih men­jadi tumpuan untuk mewujudkan tujuanpendidikan. Selama ini, ada dua kutub da­lam menyikapi tujuan pendidikan. Dalampraktik, ada kecenderungan menekankanrujuan manusia baik (being good) dan adayang menekankan tujuan manusia cerdas?Jeingsmart). Karena pendidikan menekan­i<an salah satu sisi saja, hasilnya menun­~an ketidaklengkapan sebagai manusia.Kalau pendidikan hanya menekankan beinggood, dapat terjadi peserta didik menjadiorang-orang baik, tetapi tidak berilmu,akhirnya akan menjadi dependen, atau lebihparah lagi menjadi beban masyarakat. Ma­syarakat menjadi tidak maju peradaban­nya. Sebaliknya, orang yang hanya dididikuntuk menjadi cerdas tanpa nilai-nilai mo­ral (mengabaikan moral) dapat lebih ber­bahaya daripada orang yang baik, tetapikurang cerdas. Manipulasi, korupsi dan ke­jahatan besar dilakukan oleh orang-orangyang cerdas, tetapi tidak berm oral. Kalautujuan manusia baik terpisah dengan tuju­an manusia cerdas, artinya masing-masingtujuan berjalan sendiri, maka yang terjadiadalah ketimpangan manusia.

Selama ini, tampaknya para pengan­jur tujuan manusia cerdas 1ebih menguta­makan prestasi akademik untuk tujuan

ini

daIaROD

pendiIljdikpek2

ngwetika

agan

olehmar~tekasmen]

~~tuh JkapngaIldicOlSika~

JnmaI Penllldlkan larakter, Tahun III,Nomor 2,Juni 2013

MAKNA PENDIDIKAN KARAKTERHOLISTIK

Pendidikan karakter harus bersifatholistik, terlebih lagi di Indonesia yangberpandangan hidup Pancasila. Pendidik­an karakter holistik dapat diartikan sebagaiupaya memperkenalkan dan mengintema­lisasikan nilai-nilai kehidupan yang dapatmenjadikan peserta didik menjadi manusiayang utuh (a whole human being). Nilai-nilaikehidupan yang dimaksud merupakan ke­satuan sistem nilai yang bertitik tolak darifilsafat manusia yang memandang bahwamanusia adalah makhluk individual-sosial,jasmaniah-rohaniah, makhluk otonom se­kaligus makhluk Tuhan.

Dalam sejarah peradaban manusia,diketahui bahwa pendidikan karakter yangbersumber dari nilai-nilai holistik lebih ba­nyak dikemukakan oleh para ahli pendi­dikan yang memiliki basis keagamaan yangkuat sehingga rujukan awal dalam pendi­dikan pada umumnya dan pendidikan ni­lai pada khususnya mengacu pada ajaranagama. Didalam ajaran agama-agama wah­yu, telah dikenal berbagai tradisi pendi­dikan nilai holistik dengan kekhasan ajaranmasing-masing, baik dalam agama Yahudi,Kristen, maupun Islam. Demikian pula didalam ajaran agama-agama yang lain, se­perti Hindu dan Budha; keduanya meng­ajarkan juga nilai-nilai yang bersifat holis­tik. Sebagai contoh, tradisi pendidikan nilaidi kalangan orang-orang Yahudi mengacupada Sepuluh Perintah Tuhan. Manusia se­utuhnya memenuhi perintah Tuhan dalamsegala aspek kehidupan (Haricahyono,1995:170-171).

adaban maju. Tulisan ini akan menjelaskantentang makna dan aspek-aspek yang ter­kait dengan pendidikan karakter holistikkomprehensif tersebut.

ke depan, krisis disiplin, krisis kebersama­an, krisis keadilan, krisis kepedulian. Sebe­narnya, masalah-masalah tersebut bukanhanya dialami oleh Indonesia, tetapi jugabangsa-bangsa lain di dunia. Amerika Seri­kat misalnya, telah menyadari bahwa terja­di kemerosotan nilai-nilai moral sejak tigadekade yang lalu dan hal tersebut mem­bangkitkankesadarandan aksi untuk mem­benahi warganya melalui pendidikan ka­rakter di sekolah-sekolah.

Ada kecenderungan proses pendidik­an di sekolah diwarnai oleh penggunaankurikulum sarat beban yang dapat membe­ratkan peserta didik, tetapi kurang mem­berikan efek nyata dalam fasilitasi pengem­bangan potensinya (Zuchdi, 2008:36). Dipihak guru, kurikulum semacam ini ditam­bah tugas-tugas administratif yang menyer­tainya telah menyita banyak waktu sehing­ga penyiapan diri secara akademik kurangmemperoleh perhatian. Kecenderungan se­perti itu akhirnya menjadikan praktik pen­didikan tidak bersifat holistik, timpang dankurang membentuk karakter peserta didik.Pendidikan yang sejatinya merupakan usa­ha untuk mengembangkan potensi kema­nusiaan yang utuh, justru tidak direalisasi­kan dalam kenyataan.

Fenomena degradasi moral dan me­ningkatnya kekerasan semakin mengindi­kasikan bahwa pendidikan karakter di In­donesia semakin penting diperjuangkanaktualisasinya dan tidak boleh hanya seke­dar menjadi trend yang hilang timbul. Patutdiduga salah satu sebab degradasi moraltersebut karena pendidikan karakter belumdilaksanakan secara komprehensif dan be-1um bersifat holistik. Oleh karena itu, pen­ting bagi semua pendidik untuk melaksa­nakan pendidikan karakter holistik kom­prehensif tersebut agar bangsa Indonesiadapat meningkatkan kualitas kehidupan­nya sehingga menjadi bangsa yang berper-

198

Urgensi Pendidikan Karakter HolistikKomprehensif di Indonesia

Ali (1998:14) juga mengemukakanalasan pentingnya peningkatan dimensitransendental dari eksistensi manusia. Se­lama ini, model berpikir atau paradigmasekuler yang mendominasi dalam mem­bentuk pikiranmanusia, bentuk-bentuk per­sonalitas dan menciptakan landasan dalammemandang realitas. Demikian pula dalamsistem pendidikan yang dikembangkanpada umumnya merujuk pad a paradigmatersebut. Paradigma sekuler sebagai hasildari sejarah pencerahan masyarakat Eropasangat merusak; sarna sekali tidak mencip­takan kemungkinan kemajuan pada diri se­seorang, kecuali dalam kaitannya denganilmu pengetahuan, teknologi, produksi danmanipulasi lingkungan.

dipandang tidak begitu berhasil karenaberbagai sebab. Pembangunan dimensi spi­ritual dan etika hendaknya lebih dipahamisebagai keniscayaan humanisme baru. Halini dapat diartikan sebagai seruan pentinguntuk mengeksplorasi kekuatan-kekuatanagama dan spiritualitas dalam membangundunia.

Selain itu, Ali (1998:4) juga menyata­kan sebagai berikut. "Bagi orang-orangyang memiliki wawasan mendalam, pen­tingnya transformasi dunia bagian luar ti­dak mungkin terjadi tanpa transformasi ba­gian daIam yang sebenarnya. Bagaimanakita dapat menciptakan keseluruhan (whole­ness) dan harmonitas dalarn dunia yanghancur? Untuk mengubah petunjuk pikir­an dan tindakan manusia, kita dapat mene­mukannya dalam warisan agarna-agamadunia, melaIui cara perenungan sebagai­mana mestinya. Kita sering melupakanbahwa jika penduduk dunia kurang lebih5.000 juta jiwa, hanya 1.000 juta yang me­nganut paham seku1er, 4000 juta jiwa lain­nya mempunyai pandangan agama-agamadunia ...".

199

Dalam Islam, manusia hendaknyameyakini agamanya yang diperintahkanoleh Allah SWT, menjalankan ajaran aga­manya secara baik dan benar, dengan ber­tekad masuk ke dalam agama Islam secaramenyeluruh (kaffah). Seorang muslim yangkaffah mengandung makna, bahwa seluruhhidup dan kehidupannya tunduk dan pa­tuh kepada ajaran-ajaran agama Islam. Si­kap dan perilaku kehidupannya sesuai de­ngan tuntunan agama Islam sebagaimanadicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.Sikap dan perilaku yang sesuai dengan tun­tunan agama Islam disebut pula moral ke­agamaan (Lubis, 2009:30).

Ketika masyarakat dewasa ini dibi­ngungkan tentang masalah-masalah moral,etika dalam kekacauan sosial, .politik danpendidikan sebagaimana telah dijelaskandi muka, penting kiranya bagi para pendi­dik dan semua pihak yang mempunyai ke­pekaan dan kesadaran moral untuk meres­pon dan memikirkan kembali jalan keluarbagi perbaikan nilai-nilai kehidupan. [alanyang harus ditempuh adalah kembali ke­pada nilai-nilai moral keagarnaan.

Ali (1998:3-4) menyatakan bahwadalam Laporan TheClub of Roma (LingkaranRoma) yang berjudul: The First Global Revo­lution digambarkan situasi dunia kontem­porer sebagai sesuatu yang mengerikan se­kaligus sebagai kompleksitas yang penuhharapan. Awal abad XXI adalah tahap per­mulaan pembentukan masyarakat duniabaru yang berbeda dengan masa lalu, yaitusuatu revolusi kehidupan pasca industridari milenium sebelumnya. Revolusi global'ini tidak dibangun dengan ideologi tung­gat melainkan dengan faktor sosial, ekono­mi, teknologi, budaya dan etnik. Lebih Ian­jut Ali menegaskan pentingnya kembalimenampilkan dimensi spiritual serta etikayang telah dikembangkan oleh agama-aga­rna sepanjang sejarah yang selama ini

JDmaJ PendJdlkaDiarakter,Tahun ill,Nomor 2, [uni 2013

Metode Pendidikan NilaiMetode pendidikan karakter juga ha­

rus komprehensif, termasuk di dalamnyainkulkasi (penanaman) nilai, pemberian te­ladan, penyiapan generasi muda agar da-

lsi Pendidikan Nilailsi pendidikan karakter harus kom­

prehensif. Artinya, rneliputi sernua perma­salahan yang berkaitan dengan pilihan ni­lai-nilai yang bersifat pribadi sampai per­tanyaan-pertanyaan etika secara umum(Zuchdi, 2011:36). lsi ==materi pendidik­an karakter dapat dikelompokkan ke da­lam tiga hal nilai moral atau nilai akhlak,yaitu (1)akhlak terhadap Tuhan Yang MahaEsa (mengenal Tuhan sebagai Pencipta dansifat-sifatNya, beribadah kepada TuhanYang Maha Esa, meminta tolong kepada­Nya); (2) akhlak terhadap sesama (diri sen­diri, orang tua, orang yang lebih tua, ternansebaya, orang yang Iebih muda); dan (3)akhlak terhadap lingkungan (alam, baikflora rnaupun fauna dan sosial-masyarakat,

Zuchdi (2010:35) mengatakan bahwapendidikan karakter yang bertumpu padastrategi tunggal sudah tidak memadai un­tuk dapat menjadikan peserta didik memi­liki moral yang baik. Oleh karena itu, di­perlukan berbagai pendekatan yang olehKirschenbaum (1995:6) disebut pendekatankomprehensif. Pendekatan komprehensifdiharapkan dapat memberikan pemecahanmasalah yang relatif lebih tuntas diban­dingkan dengan pendekatan tunggal. Isti­lah komprehensif dalam pendidikan nilaimencakup berbagai aspek: isi, metode, pro­ses, subjek, evaluasi.

an dapat menebal atau menipis, maka in­ternalisasi, baik secara rasional maupunlewat penghayatan lain diharapkan dapatmempertebal moral dan keimanan pesertadidik.

ASPEK PENDIDIKAN KARAKTERKOMPREHENSIF

Pendidikan karakter harus dilaksana­kan secara komprehensif, yang menyang­kut banyak aspek yang terkait menjadi satukesatuan. Berkenaan dengan sifat kompre­hensif tersebut, banyak pendapat dari paraahli yang dapat dijadikan acuan.

Muhadjir (2003:164) menawarkan al­ternatif model pengembangan nilai morallewat proses internalisasi. Nilai moral di­perkenalkan pada peserta didik denganmengajak partisipasi dalam perbuatan, di­beri pemahaman rasionalitasnya, sampaiberpartisipasi aktif untuk mempertahan­kan perbuatan moral tersebut. Pada sisilain, peserta didik perlu pula ditumbuh­kernbangkan penghayatan emosionalnya,konasinya, sampai keimanannya lewat in­ternalisasi atau menghayati nilai moral pa­da ketiga tataran tersebut. Karena keiman-

Sebaliknya, pendidikan agama yangselama ini dilaksanakan (dalam hal ini Is­lam) begitu jauh menekankan pendidikanspiritual dan kurang memberi perhatianpada ilmu pengetahuan, teknologi dan ca­bang-cabang pengetahuan lainnya. Kalau­pun secara kebetulan ada lembaga pendi­dikan agama (Islam) yang menyediakan il­mu pengetahuan dan teknologi disampai­kan pula pendidikan agama, tetapi kedua­nya tidak disintesiskan. Ilmu pengetahuandan teknologi tidak menyentuh agama, de­mikian pula agama tidak menyentuh iptek.Dalam sistem pendidikan, seharusnya adasintesis dan tidak dalam bentuk paralel,antara yang sekuler dan transendentalSyukurlah sekarang ini telah ada gerakan­gerakan pembaharuan yang berusaha men­sintesiskan antara sains dan ajaran agama(Islam) sehingga keduanya tidak diperten­tangkan melainkan dijadikan sumber pe­ngetahuan dan dieari titik temunya.

200

- ~ - - ~ -" ~~ .. -- -~ - --

Urgensi Pendidikan Karakter HolistikKomprehensif di Indonesia

Evaluasi Pendidikan NilaiDi samping keempat aspek di atas

(isi, metode, proses dan pendidik), pendi­dikan karakter juga memerlukan evaluasiyang komprehensif. Evaluasi dilakukanuntuk mengetahui ketercapaian tujuan.Tujuan pendidikan karakter meliputi tigakawasan, yakni penalaran nilai/ moral (mo­ral knowing), perasaan moral (moralfeeling)

Subjek Pendidik KarakterPendidikan karakter hendaknya ter­

jadi melalui kehidupan dalam masyarakatdan didukung oleh segenap komponenmasyarakat. [ika salah satunya tidak me­Iaksanakan, maka keberhasilan pendidikankarakter tidak optimal. Orang rna, guru/dosen, pemimpin, para awak media komu­nikasi, lembaga keagamaan, penegak hu­kum, polisi, organisasi kemasyarakatan, se­mua perIu berpartisipasi dalam pendidikankarakter. Konsistensi semua pihak dalammelaksanakan pendidikan karakter merne­ngaruhi kualitas moral generasi muda.

Proses Pendidikan KarakterPendidikan karakter hendaknya ter­

jadi dalam keseluruhan proses pendidikan,baik di dalam kelas, kegiatan ekstrakuriku­ler, proses bimbingan dan penyuluhan,upacara-upacara pemberian penghargaan,dan semua aspek kehidupan. Beberapacontoh mengenai hal ini, misalnya kegiatanbelajar kelompok; penggunaan bahan-ba­han bacaan dan topik-topik tulisan menge­nai kebaikan; penggunaan strategi klarifi­kasi nilai dan dilema moral; pemberian te­ladan dari orang dewasa untuk tidak mero­kok, tidak korupsi, tidak munafik, derma­wan, menyayangi sesama makhluk Allah,dan sebagainya.

struktif, pengambil keputusan yang efektifdan menjadi warga negara yang baik).

201

pat mandiri dengan memfasilitasi pem­buatan keputusan moral secara bertang­gung jawab, dan pemberian kesempatanuntuk melakukan keterampilan hidup yangbermuatan nilai-nilai kebaikan.

Generasi muda periu memperoleh pe­nanaman nilai-nilai tradisional dari orangdewasa yang menaruh perhatian kepadamereka, yaitu para anggota keluarga, gurudan masyarakat. Mereka juga memerlukanteladan dari orang dewasa mengenai inte­gritas kepribadian dan kebahagiaan hidup.Demikian juga mereka perlu memperolehkesempatan yang mendorong mereka me­mikirkan dirinya dan mempelajari kete­rampilan-keterampilan untuk mengarah­kan kehidupan mereka sendiri.

Kirchensbaum (1995:31) memapar­kan ada 100 cara untuk membangun nilai­nilai dan moralitas, baik di dalam seting disekolah, maupun di kalangan remaja/pe­muda. Keseratus cara tersebut dikelompok­kan rnenjadi lima kategori besar, yaitu: (1)penanaman nilai-nilai dan moralitas (34cara): (2) peragaan nilai-nilai dan moralitas(21 cara); (3) fasilitasi nilai-nilai dan mora­litas (30 cara); (4) kecakapan untuk pe­ngembangan nilai-nilai dan moral (10 cara)dan (5) pengembangan program pendidik­an nilai (5 cara).

Penanaman nilai-nilai, pemodelan/peragaan, fasilitasi dan membangun keca­kapan nilai merupakan satu kesatuan da­lam pendidikan karakter yang komprehen­sif. Pendekatan yang komprehensif terse­but secara bersama-sama menggunakanmetode tradisional (pengajaran nilai yanglebih bersifat langsung melalui penanamandan pemodelan) dan metode yang lebihkontemporer dengan pendekatan tidaklangsung (memperkenalkan nilai-nilai danmoral dengan cara memberikan kesempat­an dan kecakapan kepada anak-anak mudauntuk menjadi orang yang mandiri, kon-

JnrnaI Pendidlkan Karallter, Tahunm,Nomor 2, [uni 2013

Muhadjir, Noeng. 2003. Ilmu Pendidikan danPerubahan Sosial. Yogyakarta: RakeSarasin.

Lubis, Mawardi. 2009. Evaluasi PendidikanNilai: Perkembangan Moral KeagamaanMahasiswa PTAIN. Yogyakarta: Pus­taka Pelajar.

Kirschenbaum, Howard. 1995.100 Ways toEnhance Values and Morality in Schoolsand Youth Settings. Boston: Allyn andBacon.

Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Karya Ki Ha­djar Dewantara: Bagian Periama: Pendi­dikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Per­satuan Taman Siswa.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.

Armstrong, Thomas. 2006. if.: :=How Human Deoelopmershould Inform Educational Practus:ginia: Association for Supervisionand Curriculum Development.

Ali, Mukti. 1998. "Agama, ~r.~~...;;;..__

Perkembangan KontemporerMukti Ali, dkk. Agama -­mulan Masyarakat Kontemx:yakarta: Tiara Wacana.

DAFf AR PUST AKAAgustian, Ary Ginandjar. ~

tukan Habit Menerapkan _Religius, Sosial dan A.kaC=r-ceeding Seminar dan Lo1caJ':=:Restrukturisasi PendidikxrYogyakarta: Universitas _yakarta.

UCAP AN TERIMA KASIHBetapa pun sederhannya sebuah kar­

ya tulis, pasti ada pihak-pihak lain yang ter­libat dan memberikan bantuan. Untuk itu,ucapan terima kasih disampaikan kepadasejawat yang telah memberikan bantuandalam berbagai bentuk, baik secara lang­sung maupun tidak langsung. Semoga itusemua diperhitungkan sebagai amal baikdan bernilai ibadah. Amin.

PENUTUPBangsa yang berperadaban maju di­

tandai dengan optimalisasi kemampuankodrati yang dimiliki warganya: penalar­annya kuat, akhlaknya mulia. Penalaranyang kuat akan membawa pada kemajuanilmu pengetahuan, dan kemudahan dalamhidup, akhlak mulia akan membawa padakehidupan yang damai, tenang, dan diri­dloi Allah SWT. Indonesia berpeluang un­tuk menjadi bangs a yang berperadabanmaju. Generasi mudanya lebih banyak da­ripada generasi tua, sumber daya alam ber­aneka ragam menunggu diolah. Komposisipenduduk muda yang besar dapat lebihproduktif dalam bekerja dan lebih berse­mangat dalam hidup. Untuk mewujudkangenerasi muda yang produktif dan penuhsemangat tersebut, tidak ada cara lain ke­cuali pendidikan harus berkualitas, yaitupendidikan intelektualitas seiring sejalandengan pendidikan karakter holistik-kom­prehensif,

dan tindakan moral (moral action). Oleh ka­rena itu, evaluasi pendidikan karakter jugamencakup tiga ranah tersebut, yaitu beru­pa evaluasi penalaran moral, evaluasi afe­kill, dan evaluasi perilaku (Zuchdi, 2010:51).

202

Urgensi Pendidikan Karakter Holistik Komprehensif di Indonesia

::_:_.~ciilDarmiyafi, 1C:_~ E:.a-...::misasi Pen­didikan: Menemukan. kembali Pendidikanyang Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksa­ra,

Darrnivari, 2(03. "Potret Pendi­C.il<an Karakter di Berbagai JenjangSekolah". Proceding Seminar dan Loka­karya Nasional Resirukiurisasi Pendi­dikast Karakier. Yogyakarta: Universi­tas Negeri Yogyakarta.